Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma Bagian 6
(Sudut Pemandangan Luas). Tidak lagi berlambat-lambat, ka?mi
jejak udara dan berkelebat memasuki ruang gelap amat sangat
gelap bagaikan tiada lagi yang bisa lebih gelap sehingga tiada
mungkin ada mata yang bisa melihat apa pun yang berada di balik
kegelapan itu. Para pengawal istana, meskipun siaga, tak tampak terlalu
waspada, karena bentrokan di depan Balai Anggrek Merah itu
cukup jauh. Begitulah luasnya Istana Daming ini. Betapapun aku
tidak boleh melupakan bahwa kesiagaan mereka kali ini adalah
karena mendapat pemberitahuan. Aku tidak boleh melupakan
bahwa ada seseorang, bahkan mungkin juga beberapa orang yang
mengetahui semuanya, setidaknya yang telah mencoba membaca
keadaan, dan aku belum tahu pasti apakah yang menjadi
alasannya sehingga para pengawal istana berkeliaran di sekitar
Kolam Taiye dalam keadaan siaga.
Kami masih belum bergerak. Kami mendengar para pengawal
yang diatur agar berpasangan itu bercakap-cakap.
"Harimau Perang yang mengatur semua ini masih baru. Katanya ia
didatangkan dari Daerah Perlindungan An Nam. Mengapa
kekuasaannya bisa begitu besar?"
486 "Kudengar maharaja ingin melepaskan diri dari jaringan orangorang kebiri, tapi bagaimana mungkin?"
"Apa salahnya dengan orang-orang kebiri" Dari zaman dulu
bukankah memang orang-orang kebiri ini yang sebetulnya
mengendalikan kekuasaan!"
"Itu yang membuat maharaja tidak senang, segala perintah
disampaikan lewat orang-orang kebiri, dan tidak bisa dipastikan
apakah perintah itu akan sampai sama seperti disampaikan oleh
maharaja." "Aduh, jadi siapa sebenarnya yang memerintah di Negeri Atap
Langit ini?" "Bukankah ini yang selalu menjadi masalah" Orang-orang kebiri itu
tampaknya saja lemah, tetapi mereka menjadi jalur kerahasiaan,
dan dengan begitu juga kekuasaan yang sangat menentukan."
"Itulah! Pesing seperti lao kung!" 1
Mereka bicara sambil melewati kami dan menjauh.
Aku teringat apa yang kualami dengan orang-orang kebiri. Si Tupai
yang warungnya menjadi pusat jual beli keterangan rahasia di kaki
487 lautan kelabu gunung batu, dan mati setelah menyerahkan
gulungan sejarah orang-orang kebiri; Si Musang yang tubuhnya
dipotong-potong lantas dimasukkan ke dalam karung; Si Cerpelai
yang mati diracuni di Kampung Jembatan Gantung. Aku sungguh
penasaran dengan rahasia negara yang katanya dibagi tiga itu.
PARA pengawal istana yang menjaga malam berserak dan
bergerak tanpa dapat kuperkirakan apakah ruang kosong akan
tetap tinggal kosong dan begitu pula apakah ruang gelap akan
tetap tinggal gelap selama malam masih malam.
Urusan di depan mata kini adalah Pedang Mata Cahaya yang
berada di dasar Kolam Taiye itu. Jika aku tak dapat bergerak dalam
kegelapan malam yang terkelam begitu kelam bagaikan tiada lagi
yang lebih kelam kami akan masih terkurung di dalam tembok
Istana Daming seperti tikus dalam jebakan.
"Ayo!" Yan Zi sudah tidak sabar untuk berkelebat masuk kolam.
Kemampuan Yan Zi untuk mengatasi dingin kolam kutahu akan
dapat diatasinya dengan tenaga dalam, tetapi cara-cara penjagaan
istana menurut pertimbanganku tidak dapat dipandang sebelah
mata. 488 Sejauh dapat kuamati ketika berada di ketinggian tadi, para
penjaga istana pada malam itu memang seperti terserak, tetapi
keterserakannya sungguh tertata, karena segenap ruang kosongnya adalah kosong hanya dalam arti menjadi lawan dari isi.
Tata penjagaan ini mengacu kepada mandala yang dimungkinkan
dalam penggambaran I-Ching atau Kitab Perubahan, yakni pada
apa yang disebut Pa Kua. Jika kutub Yin dan Yang masing-masing digambarkan sebagai
garis sambung dan garis putus, jadi hanya dua baris. Tambahan
baris ketiga telah mengembangkannya sebagai delapan tiga-baris
utama yang menjadi dasar I-Ching tersebut.
Mandala delapan tiga-baris utama itu diberi nama dengan lambang
tertentu, yakni Li atau api yang berlawanan dengan Kan atau air;
Chen atau guntur yang berlawanan dengan Tui atau danau; di
antara api dan danau terdapat Kun atau bumi yang berlawanan
dengan Ken atau gunung; di antara kolam dan air terdapat Ch'ien
atau langit yang berlawanan dengan Sun atau angin; di antara air
dan guntur terdapat gunung yang tadi berlawanan dengan bumi; di
antara guntur dan api terdapat angin yang tadi berlawanan dengan
langit. 1 489 Kedudukan delapan tiga-baris ini sebagai lambang dengan makna
tertentu adalah setara dan berdasarkan perpaduan atas maknamakna bakunya tersebut, dengan bantuan seorang penafsir yang
sangat menguasai maknanya, orang-orang Negeri Atap Langit
mencari jawab atas persoalan hidupnya, karena I-Ching memang
merupakan Kitab Perubahan. Namun cara penjagaan di sekitar
Kolam Taiye ini, karena sifatnya yang berjaga-jaga daripada
mengetahui dengan tepat sasaran penyusupan yang mungkin
terjadi, dengan melihat kedelapan lambang sebagai empat poros
pembentuk mandala, telah meletakkan bangunan di Pulau Penglai
atau Pulau Suci itu sebagai titik pertemuan empat poros tersebut,
yang merupakan titik lingkaran Yin dan Yang.
Siapa pun yang diketahui menyusup ke dalam gedung tetirah yang
juga menjadi tempat sembahyang, yang semula dipersiapkan
untuk menyimpan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu, akan
terkepung dan terajam dari delapan jurusan.
Jika regu-regu penjagaan pada setiap titik saling berhubungan,
berdasarkan poros maupun dengan titik-titik terdekat, akan sangat
sulit menembus penjagaan ini tanpa diketahui.
Kukatakan kepada Yan Zi penjagaan ini mengacu kepada mandala
Pa Kua. 490 "Tetapi dengan titik pusat pulau itu," kataku, "sedangkan tujuan kita
bukan pulau." Yan Zi mengangguk. Setiap orang di Negeri Atap Langit mengerti
tentang I-Ching, tetapi bahkan Sun Tzu sekalipun tak pernah
kuketahui mengacu mandala delapan kua itu sebagai siasat
penjagaan atas penyusupan. Mungkinkah karena Penglai berarti
Pulau Suci lantas meletikkan gagasan semacam ini"
Namun, walau kami tidak bertujuan menuju pulau di tengah kolam,
kami tetap harus mengenali pada bagian mana dari mandala Pa
Kua itu kami berada, sedangkan mandala Pa Kua tentunya tidak
berhubungan dengan arah apalagi mata angin, seperti yang bisa
menjadi salah sangka dari penggambaran delapan tiga-baris
pembentuk empat poros tersebut.
Kami juga belum tahu cara mengenali lambang mana yang
digunakan oleh regu-regu penjagaan ini, sehingga kami tahu
hubungan-hubungan macam apa yang akan melibas kami, dan
karena itu harus kami siasati.
Sementara waktu terus berjalan. Yan Zi sudah sangat gelisah. Aku
mengerti pedang itu haknya, miliknya, seperti sudah siap di depan
491 mata untuk diambilnya. Kugamit tangannya, kami masih punya
waktu. Saat itulah seseorang terdengar memanggil-manggil.
SUARA itu seperti bisikan, tetapi penuh tenaga, karena jarak yang
dipanggil mungkin cukup jauh.
"Harimau! Harimau!"
Kami terkesiap dan menahan napas. Jika ada yang memanggilnya
tetapi kami bahkan tidak melihatnya, maka keadaannya bisa
menjadi sangat berbahaya bagi kami berdua. Kuberi tanda agar
Yan Zi bersabar dan menahan diri. Perasaan bahwa Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri tinggal sejangkauan tangan dapat
menjebaknya dalam kesulitan.
Napas kami benar-benar tertahan, bukan hanya karena angin
masih bertiup kencang maka telinga seseorang yang berilmu tinggi
dapat mendengarnya, melainkan juga karena perbedaan suhu
embusan napas itu akan dapat dirasakannya. Aku tidak dapat
mengetahui apakah ilmu silat Harimau Perang memang sudah
setinggi itu, tetapi jika memang ilmunya sudah begitu tinggi, aku
tidak mau terjebak seperti tikus yang tak berdaya melepaskan diri.
492 Kami pun menunggu. Jika Harimau Perang sendiri ikut berjaga,
pastilah terdapat suatu sebab yang membuatnya tak bisa
menghindari tugas itu, jika tidak dikehendakinya sendiri, dan
apakah kiranya yang membuatnya harus turun tangan untuk
melakukan penjagaan sendiri"
Angin bertiup semakin kencang. Permukaan kolam tampak beriakriak karena kuatnya angin itu. Kuingat bahwa seharusnya Harimau
Perang sudah bertemu dengan kami, jika Kipas Maut tidak lebih
dulu membebaskan kami dan membunuh Kipas Sakti. Kejadian
berikutnya, jika pendekar bersenjata dua pedang panjang
melengkung itu memang Harimau Perang, mengapa semangat
membunuhnya begitu tinggi, sehingga tak kurang dari Kipas Maut
dan Putri Anggrek Merah pun menjadi korban"
Sebagai kepala mata-mata, melumpuhkan lawan sampai kepada
tingkat tidak dapat dimintai keterangan, sebetulnya adalah
tindakan yang cukup gegabah.
Aku belum dapat memecahkan persoalan ini, ketika kusadari
bahwa tiada lagi orang berjaga di sekitar kami. Apakah ini
merupakan jebakan agar kami dapat dipergoki" Jika aku
menyusup ke dalam Istana Daming sendiri saja, tentu aku telah
menggunakan ilmu halimunan. Namun tentu saja aku tidak dapat
493 meninggalkan Yan Zi sendirian. Artinya kami mesti menerobos
mandala penjagaan I-Ching ini. Kuingat kembali apa yang kulihat
dari udara tadi. "Kukira penjagaan ini merujuk kepada danau," kataku melalui Ilmu
Bisikan Sukma, "Perpaduannya yang belum jelas."
"Kita harus mengorek keterangan dari salah seorang penjaga," ujar
Yan Zi, "Cukup satu penanda, kita dapat mengetahui mandala
yang mana dan menembusnya."
Jika Harimau Perang mengira tata penjagaan ini tak tertembus
karena tidak dikenal oleh Sun Tzu, ternyata ia salah sama sekali.
Sun Tzu sendiri berkata: ahli perang pertama-tama memastikan kelemahannya sendiri
lantas ia menunggu kelemahan lawan 1
Apakah Harimau Perang menyadari ini" Tentu ia telah membacanya, tetapi apakah betapapun karena ia bukan penduduk
Negeri Atap Langit, melainkan berasal dari Daerah Perlindungan
An Nam, dilupakannya bahwa meskipun bukan sebagai siasat
pertempuran, setiap orang di Negeri Atap Langit tahu mandala I
Ching" 494 Apa yang disebut juga sebagai Kitab Perubahan itu sebetulnya
bagaikan menara yang menjulang di balik ajaran-ajaran Kong Fuzi,
pemahaman tentang jalan dalam ajaran Dao, maupun kitab Seni
Perang yang ditulis Sun Tzu 2.
"Tidak usah mengoreknya," kataku, "Ikuti pasangan penjaga yang
lewat sampai ketemu pasangan penjaga lain, mudah-mudahan
mereka gunakan bahasa sandi yang terhubungkan dengan I
Ching." "Pendekar Tanpa Nama akan mengikuti penjaga yang lewat di
sebelah kiri," kata Yan Zi. "Aku akan mengikuti penjaga yang lewat
di sebelah kanan." Aku mengangguk. Saat itu lewatlah sepasang penjaga melangkah
di sebelah kanannya, Yan Zi pun berjingkat mengikutinya.
Tinggal aku sendiri kini, karena belum ada penjaga yang lewat
meronda. Angin masih membuat malam semakin mencekam.
Bunyinya semakin tajam bersuit-suit seperti makhluk hidup
meminta jalan untuk melepaskan dirinya dari jeratan bangunanbangunan buatan manusia, agar segera melesat dengan merdeka
ke padang-padang terbuka.
495 Terpikir olehku sekarang, benarkah Kota Chang'an ini besok pagi
akan diserang dan dikepung, sesuai dengan rencana bahwa aku
dan Yan Zi telah mengetahui tempat penyimpanan Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri"
Saat itu kudengar langkah para pengawal yang meronda di bagian
kiriku mendekat. MEREKA meronda tanpa bercakap, dan itu berarti mereka lebih
waspada terhadap segala suara, daripada jika berjalan sambil
berbicara. Kutunggu sampai mereka agak berjarak, lantas aku
keluar dari balik semak dan dari balik kelam, mengikuti mereka
dengan langkah seringan-ringannya, begitu ringan sehingga
bahkan anggang-anggang yang berjalan di atas permukaan air pun
lebih berat dariku. Tidak dapat kuperkirakan di mana mereka akan bertemu dengan
pengawal di bagian lain, tetapi jika Pulau Taiye di tengah Kolam
Taiye itu menjadi titik pusat di bagian yin-yang dalam mandala I
Ching, dan lingkarannya dibagi delapan, maka pengawal di batas
wilayah jaga masing-masing akan segera bersua dalam perondaannya. Apabila mereka bertukar kata sandi kuharap dapat
kukenali sesuatu yang mengungkap tata penjagaan malam ini,
496 karena mereka harus menyatakan dari wilayah penjagaan mana
mereka berasal. Jika aku berada di wilayah penjagaan danau, maka ketika
pengawal yang kuikuti menyebutkan kata "Tui" yang berarti danau,
maka pengawal yang berpapasan di garis batas itu harus
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membalas dengan kata "Ch'ien" yang berarti langit, dan kata yang
sama pula akan diucapkan pengawal yang diikuti Yan Zi, tetapi
balasannya adalah "Kun" yang berarti bumi. Semua ini sesuai
dengan mandala I Ching yang hanya kuketahui dengan tidak terlalu
dalam, karena aku memang hanya mempelajarinya selintas di Kuil
Pengabdian Sejati. Saat angin mendadak seperti berhenti, kesunyian mencekam
bagaikan di dunia orang mati.
Para pengawal yang kuikuti mengucapkan "K'an" yang berarti air.
Berarti aku salah menduga, bukan danau tetapi air untuk
menggambarkan lingkungan Kolam Taiye. Berarti pula pengawal
yang ditemuinya harus membalas dengan kata ''Ken'' yang berarti
gunung. Aku menahan napas. Tiada jawaban. Telingaku terpentang
menangkap segala gerakan.
497 Kedua pengawal yang terlambat menyadari bahwa yang dihadapinya adalah seorang penyusup, tersentak dengan jarumjarum beracun menembus lehernya.
Aku tetap berada di tempat. Meski sempat terpikir, aku yakin itu
bukan Yan Zi. Jika pun Yan Zi berusaha melumpuhkannya, tentu
akan menggunakan Totokan Lupa Peristiwa.
Apa yang harus kulakukan"
Zhuang Zu berkata: mengalirlah bersama apa pun yang terjadi
dan biarkan pikiranmu bebas
tetaplah terpusat dengan menerima apa pun yang kamu lakukan
itulah yang terpenting 1 Maka aku pun tetap waspada, diam dan mendengarkan. Jelas ada
seorang penyusup, dan jika penyusup itu berada di dekat kolam
ini, kemungkinannya sangat besar bahwa urusannya adalah
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Terpikir olehku betapa
sulitnya rahasia terpendam dan sungguh-sungguh terpendam
498 karena rahasia hanya menjadi rahasia jika sebenarnya tercatat,
tersandikan, atau diketahui oleh setidaknya satu orang. Rahasia
masih rahasia jika beredar di antara sedikit orang, tetapi apakah
rahasia masih rahasia jika sudah beredar di antara terlalu banyak
orang" Terpikir juga olehku, tidakkah siapa pun yang berkepentingan
dengan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu mengetahui
betapa beratnya pedang tersebut, sehingga tak seorang pun akan
bisa mengangkatnya" Tidakkah diketahui oleh para pemburu
pedang itu, betapa pedang itu bisa menjadi ringan, hanya setelah
disentuh oleh Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang
menjadi milik Yan Zi, dan tiada cara lain lagi untuk menjadikannya
lebih ringan" Angin berembus kembali saat aku terkesiap. Tentu saja rahasia itu
juga diketahui, dan itulah sebabnya Kipas Sakti mungkin telah
berpesan agar Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan segera
diserahkan kepadanya ketika kami tertawan tadi. Siapa pun yang
berminat kepada Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri harus
merebut lebih dahulu Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan
dari tangan Yan Zi. Sudah tentu jika untuk itu Yan Zi mesti dibunuh
terlebih dahulu, pemikiran semacam itu bukanlah tabu!
499 Aku berkelebat ke arah perginya Yan Zi. Siapa pun penyusup itu
tidaklah mungkin dirinya berangkat bukan karena persoalan ini.
Telah diketahuinya betapa jika tidak mencuri lebih dahulu pedang
yang dibawa Yan Zi itu, kehendaknya untuk mendapatkan Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kiri tidak akan pernah berhasil.
Sedangkan dengan kedua Pedang Mata Cahaya di tangan kiri dan
kanan, yang akan mengeluarkan kilat berkeredap menghanguskan
jika saling disentuhkan, seseorang akan menguasai dunia
persilatan. Ini berarti jiwa Yan Zi sedang berada dalam bahaya!
AKU tidak tahu, tepatnya berada di manakah Yan Zi dalam
kegelapan seperti ini. Segera kugunakan Ilmu Bisikan Sukma
untuk memperingatkannya. "Awas! Seseorang akan merebut pedangmu!"
Belum lagi mendapat jawaban sudah kudengar desau pedang dari
pertarungan yang berlangsung sangat amat cepat tanpa pernah
berbenturan. Pertarungan tanpa bentrokan senjata seperti ini,
meskipun keduanya memegang pedang, hanya mungkin terjadi
karena kecepatan yang sungguh-sungguh luar biasa.
500 Mengikuti suara desau pedang yang saling sambar-menyambar
dengan kecepatan kilat, tibalah aku pada salah satu bagian
tergelap, tempat sesosok bayangan tampak dengan sengaja
mengandalkan kecepatan untuk mendesak Yan Zi, menutup
kemungkinannya memainkan pantulan pedang yang sangat
membunuh itu. Melihat jurus-jurusnya, aku jadi curiga, penyusup ini tahu benar
bagaimana mengunci segenap gerakan Yan Zi, seolah-olah
berasal dari perguruan yang sama. Meskipun kecepatan yang
menjadi andalan, tetapi dengan jurus-jurus seperti itu, tampak
seperti segenap jurus Yan Zi bukan hanya terbaca, melainkan juga
terkunci. Tiada cara lain bagi Yan Zi kecuali meningkatkan
kecepatannya untuk mengatasi lawan.
"Lebih cepat!" Aku berpesan lewat Ilmu Bisikan Sukma.
"Tidak bisa lagi," kata Yan Zi, "sudah kulipat-cepatkan tiga kali."
Ilmu silat penyusup itu memang sangat tinggi. Dengan kesamaan
ilmu, Yan Zi bagaikan menghadapi seseorang yang menguasai
Ilmu Bayangan Cermin. Dalam kegelapan dan deru dingin, desau kedua pedang terdengar
jelas papas-memapas, tetak-menetak, tanpa pernah berbenturan,
501 meliak-liuk mencari celah tempat pedang bisa menebas tubuh dan
menumpahkan darah. Kutahu ilmu silat Yan Zi tidak di bawah penyusup yang menguasai
ilmu pedang Yan Zi itu, tetapi jika pertarungan tidak kunjung
berakhir, bukan hanya para pengawal akan segera mengetahuinya
dan fajar akan merekah, melainkan juga tiada kesempatan lagi
untuk menyelam ke dalam kolam untuk memeriksa apakah pedang
itu memang ada di dasarnya, seperti kata Putri Anggrek Merah
yang telah dibunuh oleh Harimau Perang.
Kami juga memerlukan waktu agar setelah menyelam dan keluar
lagi hari masih gelap, sebab jika tidak, itu hanyalah penanda
betapa kami akan mati dirajam oleh pasukan pengawal yang
dikerahkan mengepung kolam.
"Ini bisa terlalu lama," kataku melalui Ilmu Bisikan Sukma.
"Serahkan kepadaku, dan masuklah lebih dulu ke dalam kolam.
Biarlah para pengawal mengira tewasnya teman mereka
disebabkan oleh lawanmu ini."
Yan Zi segera mengerti dan berkelebat melalui jalur gelap menuju
kolam. Dengan tewasnya kedua pengawal oleh penyusup ini,
pertimbangan tentang mandala I Ching sebagai gelar penjagaan
502 kolam tidak perlu dirujuk lagi karena perhatian akan tersesatkan
kepada peristiwa itu. Tentu penyusup itu harus segera kulumpuhkan pula, seolah-olah
sebagai akibat bentrokannya dengan kedua pengawal tersebut.
Begitu Yan Zi melepaskan diri, aku masuk gelanggang dan dalam
gelap menyerangnya dengan Jurus Naga Menggeliat Mengibaskan Ekor. Jurus yang namanya sama dengan siasat pertempuran, yang
kukenal ketika aku berjuang bahu-membahu bersama Amrita
Vighnesvara membantu pasukan pemberontak An Nam, mampu
melontarkan penyusup yang masih bertutup muka hitam itu ke
tempat dua pengawal yang dibunuhnya.
Jika tulangnya kuat dan tubuhnya tidak terbentur pohon, ia tidak
akan kurang suatu apa. Namun ketika siuman nanti para pengawal
istana telah mengerumuninya. Apakah mereka akan menangkap
dan menyerahkannya kepada Jaksa Bao, atau membunuhnya di
tempat setelah melihat kedua teman mereka tewas ditebas,
merupakan permainan nasibnya.
Aku berkelebat menyusul Yan Zi tanpa sempat membuka kain
penutup wajahnya, sehingga meskipun jurus-jurus silatnya seperti
503 begitu kukenal dan kucurigai bahwasanya ia sangat mengenal Yan
Zi, mungkin aku tidak akan pernah mengetahui wajah siapakah
kiranya yang berada di balik kain hitam itu.
Xunzi berkata: Watak manusia itu jahat; Kebaikan adalah hasil tindakan yang dikehendaki. 1
Dapat disebutkan sebagai kejahatan atau kebaikankah seseorang
yang berjuang keras untuk memiliki pedang mestika, termasuk
dengan semangat menguasai dunia persilatan"
Aku segera dapat menyusul Yan Zi, dan kami segera berlari di atas
air menuju tempat yang kami perkirakan merupakan tempat yang
dimaksudkan Putri Anggrek Merah, tempat sebuah peti penyimpanan jatuh ke dasar kolam dengan membawa Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kiri di dalamnya.
ANGIN menggerakkan permukaan Kolam Taiye, menimbulkan
semacam desiran halus yang juga melewati tempat kami berdiri di
atas air. Di sanalah kami perkirakan tempat tenggelamnya peti
berisi Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Dari tengah kolam
kami saksikan para pengawal telah menemukan mayat kedua
504 kawan mereka, dan tampak segera pula menemukan tubuh sang
penyusup yang tadi kulemparkan ke dekat kedua korban itu.
Kami segera menggunakan ilmu memberatkan tubuh dan
tenggelam seperti arca batu yang terus melesak ke dasar kolam.
Dengan cara seperti ini, pergerakan air yang timbul karena gerakan
kami jauh lebih sedikit, karena kami nyaris tidak bergerak sama
sekali, sama seperti arca batu meskipun tenggelam dengan cepat
ke dasar kolam dan segera melesak ke dalam lumpur.
Begitu menyentuh dasarnya kami lepaskan ilmu memberatkan
tubuh dan segera berenang seperti ikan. Lumpur kolam sempat
mengepul dan menghalangi pandangan kami. Dalam gelap, di
dasar kolam, keadaan seperti ini memberikan kesulitan tersendiri,
di samping suhu air kolam pada dini hari itu yang seolah-olah
mendekati titik beku. Bagaimana caranya mencari peti" Tidak mungkin mengandalkan
mata telanjang, karena kami berenang pun nyaris hanya
menggunakan naluri. Yan Zi berbicara melalui Ilmu Bisikan Sukma.
"Kita berpisah, masing-masing mengelilingi kolam, nanti bertemu
di sini lagi." 505 "Jangan berpisah," jawabku, "biar kugunakan Ilmu Kelelawar
Menyelam di Air." Ilmu ini kupelajari di Kuil Pengabdian Sejati, tetapi belum pernah
kuujikan karena baru sekarang inilah mendapatkan persoalan yang
membutuhkan ilmu tersebut, yakni berada di dalam air tanpa
kemampuan untuk melihat apa pun. Ilmu ini mempelajari
kemampuan kelelawar untuk terbang tanpa menabrak apa pun,
karena pantulan gelombang udara melalui suara tanpa bunyi yang
dikirimkannya memberikan kejelasan tentang bentuk dan isi
benda-benda padat di sekitarnya. Dalam air, hal yang sama
dilakukan ikan-ikan besar yang tidak bertelur melainkan beranak.
Namun penemu ilmu ini, yang tercatat namanya dalam kitab
gulungan yang kubaca dengan terbata-bata dalam bahasa orang
An Nam, meski tidak menyebut perihal kemampuan ikan-ikan itu,
sengaja mengalihkan daya kelelawar tersebut bagi keadaan di
dalam air. Dengan memejamkan mata segera kudapatkan gambaran segala
bentuk benda padat di dalam kolam melalui garis cahaya redup
kuning kehijauan maupun hijau kekuningan, sama seperti
gambaran yang kudapatkan jika menggunakan Ilmu Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang. Hanya saja jika sekarang
kugunakan ilmu ini, seperti yang pernah kualami, maka kejelasan
506 yang kudapatkan akan lebih lama karena terdapat saat
memisahkan bunyi yang ditimbulkan gerak air terlebih dahulu.
Maka dengan Ilmu Kelelawar Menyelam di Air kudapatkan
gambaran garis-garis lurus dan lengkung yang membentuk
gambaran sebuah peti. Kugamit Yan Zi dan kami pun segera
berenang ke arahnya. Kegelapan di dalam air tidak harus berarti
segalanya hitam, karena hitam yang terhitam tentulah lebih hitam
dari hitam yang hanya kehitam-hitaman. Dalam kehitaman malam,
di dalam air kami berenang seperti lumba-lumba menembus lapislapis kegelapan yang bergelombang, menuju bentuk peti dalam
keterpejaman mataku. "Kita diikuti," ujar Yan Zi dengan Ilmu Bisikan Sukma.
"Pengawal atau penyusup?"
Keberadaan pengawal istana dapat dimengerti karena mereka
yang setia dan berilmu tinggi perhatiannya tidak akan terganggu
oleh siasat apa pun untuk mengalihkan perhatian. Namun jika
mereka adalah juga para penyusup, terlalu banyak kemungkinan
yang terpaksa dipikirkan. Apakah mereka juga ingin mendapatkan
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, dengan cara mengikuti
kami dan setelah kami mendapatkannya segera dibunuhnya"
507 Meskipun masih juga gelap, memikirkan fajar yang menjelang, dan
rencana serangan yang menunggu kepastian, kini waktu serasa
begitu cepat. "Terlalu jauh untuk memastikan mereka pengawal atau penyusup,"
kata Yan Zi. Pengawal maupun penyusup keduanya sangat membahayakan
kami. "Kita dapatkan pedangnya dahulu," kataku.
Tidak dapat kubayangkan seandainya kami tidak menguasai Ilmu
Bisikan Sukma. Segalanya akan menjadi lebih lambat, bahkan
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terdapat kemungkinan salah pengertian pula!
Kami segera tiba di depan peti itu. Terletak miring di dalam lumpur,
peti itu memang tampak sangat berat. Di bawah peti itu terdapat
tubuh orang kebiri yang semula membawanya dan jatuh tertindih,
nyaris tak terlihat karena tertutup lumpur.
Tanganku sudah terulur untuk membukanya, tetapi terpaksa
kutarik kembali ketika suatu gelombang cahaya api yang panas
dan menyilaukan melesat ke arah tanganku dan menghajar peti itu.
508 Bllllllgggggggrrrrrrrrr! CAHAYA api yang kemerahan itu semburat sampai segala sesuatu
di dasar kolam itu menjadi terang. Untuk sejenak dapat kulihat
segalanya. Tanaman air, lumpur, dan batu-batu. Tentu juga segala
ikan, kura-kura, dan juga peti itu. Melesak semakin miring karena
pukulan itu, bahkan peti itu tampak menjadi rusak meski tutupnya
bagaikan terkunci dengan begitu erat, seperti tidak bisa dibuka
kembali. Ketika kegelapan kembali, cahaya itu bagai masih menyilaukan,
dan pekatnya kegelapan tidak memperlihatkan apa pun, kecuali
gelombang pukulan mematikan yang menyibak air bagaikan tiada
air sama sekali yang seharusnya menghambat daya dan
kecepatannya. Air yang terdesak tenaga besar menggelombangkan kolam, yang semoga saja tidak disadari para
pengawal di daratan. Aku tidak melihat apa pun kecuali sosok hitam pekat yang begitu
sulit disaksikan dalam kegelapan, menyerang dengan jurus-jurus
mematikan yang setiap kali hanya bisa kuhindari ketika nyaris
mengakhiri riwayatku. Setiap gerakan memberikan sumbangan
gelombang, setiap gelombang mendesak ke permukaan, sehingga
aku sungguh khawatir betapa keadaan akan menjadi genting.
509 Ke mana Yan Zi" Aku tidak melihatnya, hanya Pedang Mata
Cahaya miliknya tampak melayang jatuh di air bersama sarungnya,
ketika sekali lagi pukulan cahayanya menghantam peti sampai
tutupnya terbuka! Aku pun menjejak dan melesat. Saat cahaya belum usai meredup,
perutnya telah tersayat Pedang Mata Cahaya. Tiada darah yang
bisa terlihat di dalam air dalam kegelapan seperti itu. Segera
kutarik dan kutindih tubuhnya dengan batu-batu berat agar tidak
mengambang. Dengan usahanya membuka peti, kukira aku tidak
bisa menganggapnya seorang pengawal istana. Namun dengan
terdapatnya bentrok antara berbagai kelompok di dalam pasukan
pengawal istana sendiri, sebetulnya anggapanku tidak didukung
alasan yang meyakinkan. Ke mana Yan Zi" Bagaimana mungkin Pedang Mata Cahaya ini
bisa lepas bersama sarungnya" Meski telah kugunakan Ilmu
Kelelawar Menyelam di Air, tidak kudapatkan juga gambaran
sosoknya di dalam Kolam Taiye ini. Aku mendadak disergap
perasaan bersalah karena telah membiarkannya ikut menyelam.
Betapapun tingginya ilmu silat Yan Zi sebagai pendekar, bertarung
di dalam air adalah persoalan lain. Apalagi jika dalam
kenyataannya Yan Zi dibesarkan di Kampung Jembatan Gantung
di perbatasan Daerah Perlindungan An Nam dan Negeri Atap
510 Langit yang sepanjang mata memandang merupakan lautan
kelabu gunung batu. Gelar Yan Zi Si Walet menunjukkan betapa berkat ilmu
meringankan tubuh dan kecepatannya yang nyaris sempurna,
perempuan pendekar murid Angin Mendesau Berwajah Hijau yang
kemudian ditempa di Kuil Perguruan Shaolin itu dapat melayang
seperti terbang dengan ringan dari puncak ke puncak, dengan
kelincahan burung walet. Namun dengan tiadanya sungai besar di
gunung-gunung batu, sudah jelas betapa kemahirannya bertarung
di dalam air hanya akan setingkat burung walet yang diceburkan
ke air. "Yan Zi! Di mana kamu?"
Aku memanggilnya dengan Ilmu Bisikan Sukma, yang karena tiada
jawaban, tentu berarti dia sedang berada dalam kesulitan. Teringat
bagaimana Angin Mendesau Berwajah Hijau menitipkan Yan Zi
kepadaku, aku merasa bergidik. Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kanan yang jatuh melayang di dalam air bersama
sarungnya, bukanlah pertanda yang menenangkan perasaan.
Tiada juga jawaban. Aku berenang ke arah peti. Tidak ada yang
dapat kulihat dalam kegelapan. Maka kuraih Pedang Mata Cahaya
511 itu dari punggungku, kubuka sarungnya, dan kusalurkan tenaga
dalam ke bilah pedang itu, sehingga pedang itu menjadi
bercahaya, meskipun cahayanya tidak akan membelah tubuh
sama sekali seperti jika terpantul ketika digunakan dalam
pertarungan. Tutup peti yang tadi terbuka rupanya kini sudah kembali menutup!
Gelombang akibat pertarungan sangat mungkin menutup kembali
tutup peti itu, dan kini akulah yang harus membukanya, karena aku
juga memegang Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan.
Dengan menyentuhkan pedang yang kubawa ini kepada pasangannya, maka Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri akan
menjadi sama ringan dengan yang untuk tangan kanan, sehingga
bisa langsung diambil jika memang kuputuskan untuk mengambilnya sekarang. Tentu aku belum lupa kesepakatan dengan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang. Pedang Mata Cahaya akan diambil ketika
pasukannya muncul mengepung Chang'an, sebagai siasat untuk
mengalihkan perhatian dari penjagaan pedang itu. Direncanakan
malam ini penyusupan dilakukan untuk mengetahui tempatnya,
dan baru malam berikutnya bersama dengan berlangsungnya
pengepungan pedang itu benar-benar diambil.
512 Dengan penerangan dari Pedang Mata Cahaya untuk tangan
kanan, kubuka peti itu dengan tangan kiri. Kulihat ke dalam peti,
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu tidak ada!
PANTULAN cahaya menyilaukan terpancar dari dalam peti. Aku
masih memegang Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang
pancarannya kugunakan untuk menyinari isi peti itu.
Kubuka mataku lebar-lebar. Tiada pedang apa pun di situ. Hanya
emas, tepatnya uang emas, yang memancar-mancar menyi?laukan pandangan. Uang emas itu memenuhi peti, dan
sudah sepantasnyalah peti itu menjadi berat sekali.
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu sudah diambil ataukah
sebetulnya tidak pernah berisi pedang itu sama sekali" Para
pe?nyusup mungkin saja bukan memburu pedang mestika,
melainkan peti berisi harta karun dari gudang perbendaharaan
Istana Daming. Uang emas nilainya sangat tinggi, kegunaannya
bukan untuk dibelanjakan, melainkan untuk menjaga keseimbangan tata keuangan negara. Cukup satu peti, mengingat
nilai satuan setiap keping yang tinggi, hilangnya satu peti ini sudah
akan mengguncangkan tata keuangan Negeri Atap Langit, dan
akan semakin mengacaukan jika seluruh isi peti itu beredar dengan
cara tertentu dalam perdagangan sehari-hari.
513 Apakah uang emas itu yang menjadi soal dari segala tata
penjagaan yang teracu kepada I Ching ini" Apakah itu akan
menguntungkan atau merugikan bagi diriku dan Yan Zi" Laozi
berkata: Kelembutan mengatasi kekerasan,
kelemahan mengatasi kekuatan.
Apa yang bisa memuai lebih unggul
daripada yang tak tergerakkan.
Inilah ketentuan pengendalian
atas segala sesuatu dengan bergerak bersamanya,
dengan penguasaan melalui penyesuaian. 1 Ternyata keberadaan pedang itu masih harus dicari. Tinggal
berapa lama lagi waktu kami" Kututup peti itu. Kuhentikan
penyaluran tenaga dalamku kepada Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kanan. Kegelapan dengan segera mencekam kembali.
514 Hanya air kolam menggelombang pelahan. Kugunakan kembali
ilmu memberatkan tubuh untuk melawan gelombang itu dan tidak
bergerak sama sekali. "Pendekar Tanpa Nama..."
Kudengar suara Yan Zi melalui Ilmu Bisikan Sukma, tetapi dari sini
saja tidak cukup untuk mengetahui di mana dia berada. Bahkan
jika dia sudah berada di luar kolam, Ilmu Bisikan Sukma tidak akan
menunjukkan perbedaan. "Di mana kamu?"
"Ambil napas," katanya.
Kusadari kembali betapa pengalaman tempur Yan Zi di dalam air
sungguh sangat sedikit, dan betapa berbahaya membawanya
menyelam ke dalam Kolam Taiye ini. Aku sendiri tidak terlalu sadar
betapa aku belum mengambil napas semenjak menyelam dari tadi.
"Kenapa pedangmu bisa jatuh?"
"Jatuh" Pedangku masih bersamaku!"
Ah"! 515 Kutengok kembali pedang itu, kucabut pedang itu dari sarungnya,
kusalurkan tenaga dalam agar dapat menyala seperti tadi, dan
setelah kuperhatikan barulah dapat kuketahui bahwa ini bukan
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang biasa dibawa Yan
Zi, melainkan untuk tangan kiri!
Ya, ada gambar telapak tangan kiri di pangkal pedangnya, dengan
garis-garis pada telapak tangan itu, yang baru kelak akan
kuketahui merupakan petunjuk cara menggunakan pedang
tersebut. Mengapa pedang itu bisa begitu ringan" Apakah cerita tentang
beratnya pedang itu hanya dongeng untuk melindungi dan
menjauhkannya dari para pencuri"
"Tetaplah di tempatmu," kataku.
Aku menjejak dasar kolam dan meluncur ke atas seperti lumbalumba. Kulihat Yan Zi hanya kepalanya yang berada di atas
permukaan kolam. Benakku penuh dengan pertanyaan tentang
bagaimana caranya Pedang Mata Cahaya itu bisa melayang jatuh
begitu saja di dalam air, seolah-olah memang diberikan kepadaku"
Tidaklah kulupakan perbincangan yang kudengar di Balai
Peraduan Merah bahwa seorang prajurit dari perbatasan yang
516 terpilih telah dipanggil untuk memimpin sebuah regu guna menjaga
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri.
Apakah makna kejadian ini" Keberadaan peti uang emas untuk
mengalihkan perhatian dari pedang mestika" Ataukah keberadaan
pedang mestika untuk mengalihkan perhatian dari peti uang emas"
Mungkinkah keduanya memang secara tidak sengaja muncul
sebagai keberadaaan bersama, sama sekali tanpa hubungan apa
pun di antara keduanya"
Yan Zi memberi tanda sebelum aku tiba agar aku muncul ke
permukaan dengan hati-hati.
Kuperlambat lajuku dan mengambang perlahan seperti tubuh tiada
bernyawa. Dari bawah permukaan terlihat banyak orang berlari
membawa obor maupun lentera. Mayat-mayat pengawal dan
penyusup tadi mungkin sudah memberi akibat, Mungkin terdapat
jejak yang sengaja atau tidak sengaja mengarah ke kolam"
Yan Zi menunjuk dengan matanya ketika aku tiba.
Di tepi kolam tampak sosok tinggi besar berambut panjang itu. Dua
pedang panjang melengkung tersoren melintang di punggungnya.
517 Ia melipat kedua tangan dan menatap ke suatu arah di kolam. Ke
arah kami! Hmm. Apakah dia yang disebut Harimau Perang itu" Kuingat
kelebat bayangan yang membantai para pengawalnya sendiri di
lautan kelabu gunung batu, karena para pengawalnya berbicara
buruk tentang orang-orang kebiri. Kubuntuti dia menembus
terowongan maut yang menghubungkan Daerah Perlindungan An
Nam dan Negeri Atap Langit, yang tak selalu bisa dilewati orang
dengan selamat, hanya berdasarkan petunjuk dari seutas
rambutnya yang panjang. Apakah dia sadar betapa diriku memang telah lama membuntutinya" Tanpa sempat kusadari kedudukan lambat laun
berganti. Dari orang yang semula memburu, kemudian aku
menjadi orang yang diburu. Ke manakah kiranya harus kualamatkan segala serangan gelap dari saat ke saat yang terusmenerus mengalir bagai tiada habisnya semenjak kuarungi lautan
kelabu gunung batu" Sebagian dari penyerang gelap itu mengakui atau dapat dipaksa
mengakui keberasalan tugasnya, apakah itu dari Golongan Murni,
Mahaguru Kupu-Kupu, bahkan Naga Hitam nun di Yavabhumipala,
tetapi bagi sebagian besar lagi yang tidak jelas keberasalannya,
518 mengapa tak harus datang dari Harimau Perang" Dengan caranya
sendiri ia telah membuat Amrita terbunuh dalam penyerbuan ke
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kota Thang-long, dan tiada alasan betapa ia tidak merasa diriku
juga harus dibunuh. Sejauh telah digenggamnya segenap keterangan tentang Amrita,
harus diandaikan juga telah digenggamnya segenap keterangan
tentang diriku, meski tak pernah dapat kuketahui seberapa jelas
dan seberapa tepat semua keterangan itu. Apakah kiranya yang
telah diketahui seorang Harimau Perang tentang diriku" Kukira
telah diketahuinya segala sesuatu yang berhubungan dengan
Amrita, setidaknya bahwa diriku selalu tampak bahu-membahu
bertempur di sisinya, dalam setiap pertempuran antara gabungan
pasukan pemberontak melawan pasukan pemerintah Daerah
Perlindungan An Nam. Dalam kedudukannya sebagai kepala
mata-mata pasukan pemberontak, sebelum menyeberang ke pihak
lawan, tiada rahasia yang perlu disembunyikan dari Harimau
Perang, karena dirinya memang berada di pihak kami.
Kukira diingatnya bahwa tak terhitung banyaknya prajurit maupun
perwira lawan yang tewas di tangan kami berdua, dan terutama
kukira dicatatnya bahwa siapa pun pembunuh yang dikirim dan
disusupkan di antara pasukan lawan hanya untuk membunuh
Amrita, akan selalu mati di tanganku. Dengan terdapatnya
519 hubungan antara kami berdua, yang merupakan hubungan cinta,
tidaklah terlalu mengherankan jika diriku akan tampak sebagai
pengawal pribadinya. Maka tewasnya Panglima Amrita seorang
tentu belum dapat dianggap cukup, jika tidak menamatkan pula
riwayat pengawal pribadinya! Kuingat betapa di Kuil Pengabdian
Sejati pun penyusup me-nyamar sebagai bhiksu dengan tugas
membunuhku... Kini, itukah Harimau Perang yang selama ini membayangi" Ciricirinya memang mirip. Rambut lurus panjang yang bahkan
melebihi bahu, dua pedang panjang melengkung saling melintang
di punggungnya, bertubuh tinggi besar dengan busana yang
seperti melebarkan kedua bahunya, sehingga tampak gagah
perkasa. Apakah tatapannya dapat menembus permukaan air dalam kelam
seperti ini" Yan Zi tentu sudah mengambil napas, tetapi aku sama
sekali, dan berbeda dengan Naga Kecil yang hampir membunuhku
jika tidak ditolong Amrita, aku tidak bernapas dengan insang.
Namun jika kumunculkan kepalaku ke atas permukaan air kolam,
kutahu apa pun itu, baik senjata rahasia beracun ataupun lesatan
cahaya mematikan, pastilah akan menerjangku.
520 Yan Zi yang tampak mengerti segera memberikan sebatang buluh.
Mungkin tadi ia menggunakannya, mencabutnya dari semaksemak tempat itik suka berenang mencari makanan. Dengan buluh
itu aku bisa mengambil napas.
"Itu pedangnya?"
Di dalam air kami hanya bisa berbicara dengan Ilmu Bisikan
Sukma. Kami turun kembali menggunakan ilmu memberatkan tubuh. Di
dasar kolam kami menyalurkan tenaga dalam kepada pedang yang
masing-masing kami pegang, sampai pedang itu dapat diperhatikan bentuk maupun gurat ukirannya. Seperti pedang
kembar, hanya yang dipegang Yan Zi guratan gambarnya adalah
telapak tangan kanan, sedangkan yang kupegang guratan
gambarnya adalah telapak tangan kiri. Inilah pasangan Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kanan dan tangan kiri, artinya dibuat
untuk membawakan Ilmu Pedang Mata Cahaya yang dimainkan
satu orang. Kuulurkan tanganku untuk menyerahkan pedang itu kepada Yan
Zi. Bukankah untuk pedang ini segala alur cerita telah berlangsung
dan terjadi" 521 Namun Yan Zi tidak segera menyambutnya. Bahkan tampak raguragu.
Aku belum mengatakannya, meski dalam hati sudah berucap,
"Mengapa?" Saat itulah sesosok bayangan berkelebat dan datang menyerang!
KAMI telah melepaskan ilmu memberatkan tubuh sehingga
secepat serangan itu pula diriku dan Yan Zi dapat saling
menjauhkan diri, membiarkan bayangan itu lewat melesat.
Namun bayangan itu tampak segera berbalik, dan dalam
kegelapan di dalam kolam sama sekali tidak kulihat apa pun
kecuali pusaran gelombang, yang kembali menyerang!
"Ke atas!" Begitu kataku kepada Yan Zi. Maka kami pun melesat ke atas
seperti lumba-lumba, tetapi pusaran gelombang air ini mengejar
kami ke atas, dengan kecepatan yang dapat dijamin pasti akan
menelan kami sebelum sampai ke permukaan.
Kutambah kecepatanku dengan tenaga dalam, dan aku pun
melesat lebih cepat, tetapi Yan Zi tertinggal di belakang, karena
522 sesungguhnyalah berenang seperti lumba-lumba sambil mengerahkan tenaga dalam itu membutuhkan latihan.
Jika pusaran itu menyentuh tubuh kami, selesailah sudah riwayat
kami, karena di balik pusaran terdapat tangan-tangan yang akan
membenamkan tubuh kami selama-lamanya di dalam Kolam Taiye
ini. Aku menoleh ke bawah, Yan Zi nyaris terkejar oleh pusaran itu dan
aku tidak ingin kehilangan dia. Kuperlambat kecepatanku dan
kuulurkan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang masih
kupegang. Dengan jujur harus kuakui betapa tindakanku ini kulakukan
hanyalah berdasarkan cerita yang kudengar tentang sepasang
Pedang Mata Cahaya itu, bahwa dengan penyaluran tenaga dalam
pada tingkat tertentu, maka persentuhan keduanya akan
menghasilkan keredap kilat halilintar dengan daya pembakaran
dan penghangusan. Mengingat apa yang selama ini telah kulihat dengan pantulan
cahaya dari pedang itu, yang jika menyambar tubuh berubah
menjadi ketajaman logam, cerita itu sepertinya dapat dipercaya.
Namun seperti juga dengan cerita betapa Pedang Mata Cahaya
523 untuk tangan kiri akan menjadi sangat berat, sehingga tidak
seorang pun akan mampu mengangkatnya sendirian, yang
ternyata tidak terjadi, bagaimana jika sentuhan antara keduanya
tidak menghasilkan apa-apa" Kami akan tergulung dan terhisap
pusaran yang berasal dari ilmu seseorang yang sangat mahir
bertarung di dalam air. Bukan tidak mungkin lawan yang kuhadapi
ini pun adalah manusia yang hidup di dalam air.
Meski tidak sempat bertukar kata dengan Ilmu Bisikan Sukma, Yan
Zi mengerti apa maknanya uluran pedangku. Ia pun mengulurkan
pedangnya, dan menambah kecepatan renang sebisanya agar
kedua pedang ini bersentuhan sebelum pusaran air datang
menyambar dan menggulung kami.
Kedua ujung pedang itu bersentuhan.
Dari titik sentuhan melesatlah keredap halilintar, meskipun tanpa
bunyi guntur, bagi yang tersengat tak dapat kubayangkan
bagaimana rasanya terbakar, hangus, dan meledak sebagai
serpihan cahaya. Dari balik pusaran air yang sejenak menyala
sebagai pusaran cahaya menyilaukan, terlihat sesosok tubuh
tembus pandang kebiruan yang menggeliat kesakitan, dan lenyap
seketika itu juga. 524 Kedua ujung pedang itu masih bersentuhan dan cahaya halilintar
masih terus berkeredap-keredap tanpa henti, sampai masingmasing dari kami menarik pedang yang kami pegang dan
memasukkannya kembali ke dalam sarungnya. Hmm... Bagaimana
caranya membuat pedang semacam ini" Siapa kiranya di dunia ini
yang bisa membuatnya" Kong Fuzi berkata: Jika seseorang belajar dengan latihan yang lama tidakkah ini
menyenangkan" Jika seseorang dikunjungi seorang teman dari jauh tidakkah ini
sumber kebahagiaan" Jika seseorang tak dikenal tapi tak tertekan karenanya tidakkah ini
perilaku pribadi utama" 1
Kami masih berada di bawah permukaan air. Tidak kulihat lagi
sosok tinggi besar berambut lurus panjang yang menyoren dua
pedang panjang melengkung yang saling melintang pada
punggungnya, yang sampai saat ini kami perkirakan sebagai
Harimau Perang itu. Padahal tadi kuyakini ia mengetahui
keberadaan kami. Apakah yang telah terjadi" Diakah yang
mengirim manusia air calon pembunuh kami"
525 Agaknya bentrokan antara pasukan pengawal istana itu dimenangkan pihak yang menggunakan orang-orang golongan
hitam. Mereka semua berada di sini sekarang. Tentu telah
diberitahukan kepada mereka tentang keberadaan peti uang emas
di dasar Kolam Taiye. Namun di sini, tempat terdapatnya Pulau Penglai di tengah kolam
yang biasa menjadi tempat tetirah Maharaja, mereka terjepit dan
tergunting oleh tata penjagaan dengan mandala yang teracu
kepada I Ching. Waktu kepala kami menembus permukaan kolam, pembantaian
sedang berlangsung dengan kejam di tepi kolam.
"Golongan hitam! Tempat kalian bukan di sini! Tempat kalian di
neraka!" APA yang harus kami lakukan sekarang" Pedang sudah berada di
tangan, tetapi kami masih terikat perjanjian. Segala peristiwa
berlangsung tidak selalu seperti yang direncanakan. Seharusnya
kami menunggu gabungan pasukan-pasukan pendukung Yang
Mulia Paduka Bayang-Bayang mengepung Chang'an, dan
segenap perhatian tertuju ke luar tembok, barulah pencurian
pedang dilakukan. 526 Tidaklah kuingkari betapa rencana itu merupakan siasat yang baik.
Namun bukan saja sebetulnya sampai menjelang fajar kami telah
keliru melacaknya sampai ke dasar kolam, dan kami tak bisa
menyalahkan Putri Anggrek Merah, yang juga telah ikut terkecoh,
tetapi juga bahwa Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri ini telah
kami pegang tanpa pernah mengambilnya!
Apakah kami harus menyampaikan perkembangan ini untuk
mencegah penyerbuan dan korban yang tidak perlu, karena
pedang yang dicari sudah berada di tangan kami"
Namun kepada siapa pula kami harus menyampaikannya"
Penghubung pertama, Kaki Angin, sudah tewas mengenaskan
karena pengkhianatan; Kipas Sakti yang berpura-pura menggantikannya demi kepentingan sendiri, tewas di tangan Kipas
Maut yang jatidirinya telah dicuri; sedangkan Kipas Maut, yang
tahu banyak perkara sebagai orang kepercayaan Ibu Pao, tewas
pula di tangan pendekar berambut lurus panjang bersenjata dua
pedang lengkung yang kami duga sebagai Harimau Perang.
Di tepi kolam, orang-orang golongan hitam tampaknya berhasil
mendesak para pengawal istana. Dengan perginya sebagian besar
dari mereka yang berilmu tinggi mengawal maharaja keluar istana,
mereka yang berilmu tinggi dari golongan hitam beterbangan
527 menyambar-nyambar bagaikan kelelawar menyambar buah matang tanpa perlawanan berarti. Jerit kematian terdengar
mengenaskan dari tepi kolam. Para pengawal istana memang
terlatih dan berilmu tinggi, tetapi orang-orang golongan hitam itu
bertempur tanpa aturan. Cara mereka membokong dan mengeroyok tidak terdapat dalam kitab ilmu silat mana pun.
Namun dapat kuperhatikan bahwa para pendekar golongan
merdeka, yang juga diperbantukan untuk mengawal dari luar
istana, tidak berpihak kepada golongan hitam ini. Para pendekar
golongan merdeka yang berilmu silat tinggi membuat para
pengawal istana masih bisa bertahan, tetapi jumlah mereka terlalu
sedikit dibanding orang-orang golongan hitam, dan di antara
orang-orang golongan hitam terdapat tokoh-tokoh berilmu silat
yang tidak kalah tingginya, yang mulai memperlihatkan diri dan
menyerang para pendekar golongan merdeka itu pula. Sun Tzu
berkata: sulitnya dengan kekacauan
terletak pada usaha meluruskan yang berliku-liku
dan mengambil keuntungan 528 dari kemalangan 1 Apakah yang sebenarnya telah terjadi" Baik peti berisi uang emas
maupun Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, keduanya adalah
pengalih perhatian belaka, bukan bagi satu sama lain, tetapi bagi
sesuatu yang aku pun belum mengetahuinya dan tidak bisa
menebak sama sekali. Kami berenang mundur, menjauh, sebelum akhirnya muncul ke
permukaan dan berdiri di atas air, di bagian yang gelap di dekat
Pulau Penglai. Dengan tenaga dalam segera keringlah baju kami.
Yan Zi melirik pedang yang kupegang. Kuberikan kepadanya.
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan kedua tangan ia mendampingkan keduanya. Guratan
gambar telapak tangan berdampingan di kiri dan kanan. Nyaris
sama kecuali guratan garis-garis pada telapak tangannya. Seorang
peramal mungkin segera dapat membaca maknanya, tetapi
apakah garis-garis itu berkisah tentang sesuatu yang berlangsung
pada masa depan" Ia tampak mengambil napas panjang. Dapat kubayangkan apa
yang dirasakannya, apabila sejak masih bayi dirinya selalu
diletakkan di sebelah Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan,
dan seluruh hidupnya memang disiapkan untuk menyatukan
529 pedang itu dengan pasangannya, Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kiri. Namun ia memberikannya kepadaku lagi.
"Ini pedangmu," kataku, "untuk inilah kita sampai di tempat ini."
"Aku tidak memperjuangkan apa pun untuk pedang itu," katanya,
"aku tidak pantas menerimanya."
"Itu tidak benar, kamu menempuh segala bahaya untuk sampai di
sini." "Aku tidak bisa menerimanya sekarang, apalagi pedang itu seperti
diberikan begitu saja tanpa melalui perjuangan yang setara dengan
maknanya." Aku tercenung sejenak. Siapakah yang seperti telah dengan begitu
saja memberikan pedang ini" Aku teringat bayangan yang
berkelebat ketika tadi sempat jadi tawanan. Diakah yang telah
memasukkannya ke dalam kolam, dan kusambar untuk menyabet
penyerang dalam kegelapan sebelum membuka peti itu tadi" Dari
manakah dia mengambil pedang itu" Kapan dia mengambilnya"
Mengapa diberikan kepadaku dan bukan kepada Yan Zi Si Walet"
530 Kami masih berdiri di permukaan Kolam Taiye, ketika ada tangan
dari balik permukaan itu meraih kaki Yan Zi!
TANGAN itu menarik Yan Zi masuk ke dalam air, hanya
meninggalkan gelembung-gelembung udara, yang memberi kesan
terdapatnya seseorang yang kehabisan napas. Peristiwa itu
berlangsung cepat sekali. Aku segera menyelam dan memburunya
dengan perasaan khawatir. Yan Zi adalah pendekar gunung yang
belum pernah melihat laut. Di lautan kelabu gunung batu ia bisa
melayang seperti burung walet, terbang dari puncak yang satu ke
puncak yang lain untuk akhirnya hinggap pada dinding yang miring.
Namun di dalam Kolam Taiye ini, dalam keadaan diseret, dengan
sebuah tangan mengunci pada pergelangan kaki, Yan Zi sungguh
berada dalam keadaan rawan.
Dalam kegelapan dapat kuikuti jejak diseretnya Yan Zi melalui
gerak air yang tersibak. Air itu tersibak bukan sembarang tersibak,
melainkan bergulung memutar bagai pusaran yang menghisap,
terutama apabila aku mengejar di belakangnya. Untuk menghindari
keadaan seperti itu aku harus melaju lebih cepat agar dapat berada
di sampingnya. Aku tidak bisa melihat Yan Zi karena pusaran air
berputar menyamarkan tubuhnya. Kuharap ia tetap sadar dan tidak
pingsan, karena jika pingsan maka Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kanan bisa terlepas, dan alangkah akan semakin sulit
531 keadaan jika pedang itu hilang, jatuh ke dasar kolam, lenyap
ditelan lumpur. Akan semakin parah jika pedang itu berhasil direbut oleh
seseorang, mungkin saja oleh penyeretnya itu, dan dengan segala
daya yang terbukti telah dimiliki pedang mestika tersebut, alangkah
berbahayanya jika pedang digunakan demi tujuan yang hanya
mewakili kepentingan dirinya sendiri.
Bisakah Yan Zi kuhubungi dengan Ilmu Bisikan Sukma"
"Yan Zi!" Kupanggil dia.
Namun tiada jawaban apa pun.
Kupercepat laju renangku seperti ikan lumba-lumba yang
menyerbu ikan hiu. Aku telah berada di samping pusaran itu dan
aku memasukinya sambil bersiap menggunakan Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri. Sedikit pengalamanku bertarung di
dalam air mengajarkan bahwa arus pusaran sebaiknya tidak
dilawan melainkan diikuti sampai terbebaskan dari daya hisapnya
pada titik akhir pusaran itu.
Aku memasukinya dan membiarkan diri terseret berputar-putar di
dalam pusaran itu sampai tiba pada tujuanku, dan aku sudah siap
532 menusukkan pedang ini kepada siapa pun yang kutemui, ketika
ternyata dengan sangat mengejutkan hanya terdapat taring-taring
berkilatan dari sebuah mulut raksasa yang menganga dengan
begitu lebarnya, sehingga nyaris menelanku.
Kusabetkan pedang yang kupegang.
Bahkan di dalam air terdengar bunyi traaaaangngngng!!!! dan
cahaya tak terkatakan terangnya semburat dalam semesta kolam.
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang kusabetkan telah
ditangkis oleh Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan. Pedang
itu sudah lepas dari tangan Yan Zi!
Sempat kulihat manusia bersisik yang bercawat itu melepaskan
Yan Zi, yang di dalam air seperti dilontarkan begitu saja kepadaku.
Yan Zi memang tak sadarkan diri, aku menyambar tubuhnya dan
segera memberikan pernapasan melalui mulutnya. Yan Zi segera
tersadar. Kukira air belum sempat mencapai paru-parunya.
Matanya terbuka, tetapi aku tidak melepaskan bibirnya dari bibirku.
Kukira ia mengerti, tetapi jika tidak dan juga tidak mau mengerti
pun aku tidak akan melepaskan bibirnya dari bibirku. Pernapasan
ini lebih penting dari apa pun baginya sekarang.
533 Kusalurkan chi, dengan pernapasan kundalini, sehingga ketika
kami ternyata tiba di tepi Pulau Penglai, sebetulnya keadaan tubuh
Yan Zi sudah kembali seperti semula, dan aku bisa melepaskan
bibirku dari bibirnya. Namun ketika aku akan melepaskannya, kedua tangan Yan Zi
menahan kepalaku, sehingga kami tetap bertahan seperti orang
berciuman. Aku berusaha melepaskan diri tetapi Yan Zi terus bertahan, seperti
tidak peduli lagi dengan pedangnya yang selama ini sudah seperti
bagian dari nyawanya sendiri -sebagaimana layaknya hubungan
seorang pendekar dengan senjata andalannya.
Setiap kali aku hampir bisa melepaskan diri, Yan Zi menarik
kepalaku lagi. Aku memikirkan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan, yang
tidak boleh hilang jika tidak ingin segalanya menjadi sia-sia.
Bukankah segala ancaman marabahaya, segala pertarungan
antara hidup dan mati, harus selalu kami atasi untuk menyatukan
kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan dan tangan kiri"
534 Mungkinkah kubalas saja ciumannya agar Yan Zi bisa melepaskan
diriku, dan aku mengejar kembali manusia air bersisik yang telah
merebut Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan tadi"
SEPENINGAL Elang Merah kami berdua memang tinggal sekamar
di Penginapan Teratai Emas, tetapi aku tidak pernah dengan
sengaja menyentuhnya. Hubungan kami bukanlah hubungan
sepasang kekasih. Apakah artinya jika sekarang tiba-tiba ia tidak
mau melepaskan bibirku dari bibirnya, ketika sudah jelas
maksudku adalah memberi pernapasan buatan dan bukan
menciumnya" Namun perhatianku sekarang bukanlah ke bibirnya melainkan
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang jika jatuh ke
tangan yang salah akan sangat berbahaya bagi dunia persilatan,
karena bahkan pantulan cahayanya saja sudah lebih tajam dari
hasil asahan pada logam. Maka kubalas saja ciumannya tanpa perasaan.
Dalam Kitab Chungyung disebutkan: betapa dalam ikan akan menyelam,
dan masih cukup jelas kelihatan
535 Jika disesuaikan dengan cara berpikir Kong Fuzi, itu berarti bahwa
aku harus tahu apa yang kulakukan, dan betapapun aku harus
mengetahui dan bersedia menanggung akibatnya. 1
Mata Yan Zi masih tetap terpejam ketika melepaskan diriku yang
telah mencium bibirnya tanpa perasaan tetapi aku tidak perlu
memikirkannya sekarang. Aku melesat kembali ke dalam air
seperti ikan lumba-lumba yang melaju, memburu manusia bersisik
yang telah merebut Pedang Mata Cahaya dari tangan Yan Zi.
Untuk apa pula Pedang Mata Cahaya baginya yang tidak pernah
keluar dari bawah air, jika tidak untuk digunakan oleh seseorang di
atas air yang akan menerimanya" Mungkinkah aku lebih baik
membuntutinya lebih dulu sebelum merebutnya" Namun jejak
manusia bersisik yang berkancut tadi sudah sulit kutemukan.
Hanya sisa gelombang, yang tak bisa dibedakan.
Namun kukira manusia bersisik yang kemungkinan besar
bernapas dengan insang itu tidak akan bisa keluar dari kolam ini.
Ia tidak bisa bernapas di atas permukaan. Mungkin ada riwayat
tertentu sehingga nasibnya menjadi seperti itu. Korban percobaan
para ilmuwan Wangsa Tang, seperti sapi bertangan manusia
sebagai kaki kelima waktu itu" Aku belum dapat mengetahuinya
sekarang. Bagaimana cara menemukannya"
536 Akhirnya kumanfaatkan Ilmu Kelelawar Menyelam di Air yang
semestinya hanya melepaskan gelombang suara tanpa bunyi,
tetapi yang kini akan mendenging dalam taraf yang begitu tinggi
agar telinganya pekak dan kesakitan, dan bilamana perlu
membuatnya pingsan, melayang-layang dan mengambang, sehingga tak perlulah aku bertarung antara hidup dan mati untuk
merebut Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan.
Gelombang suara itu pun segera mencari sasaran dan menemukannya! Dengan perantaraan air, kudengar jeritan
merambat yang berasal dari rasa sakit teramat sangat. Dapat
kubayangkan seseorang menutupi kedua telinganya dengan
tangan, matanya terpejam, mulutnya menganga dengan tegang
karena menahan sakit, dan tetap saja sia-sia karena baginya suara
tanpa bunyi itu di dalam kepalanya telah menjadi denging yang
melengking, menimbulkan rasa sakit dalam setiap serat pada
otaknya... "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!"
537 Dengan permintaan maaf dalam hati tak pernah kulepaskan
tekananku ini, dan melalui jejak lengkingan yang merambat di air
aku melesat dengan kecepatan 1.000 lumba-lumba ke arahnya.
Tubuh bersisik itu telah melebur kembali dengan air kolam yang
bergolak-golak dalam pusaran bergelombang, kembali hanya
tersisa bingkai rahang raksasa bertaring tajam yang menganga
kesakitan, dengan bunyi geram tak tertahankan yang disayat-sayat
suara denging melengking. Di tengah bingkai rahang menganga itu
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan di dalam sarungnya
tampak melayang sepintas dalam kekelaman, yang segera
kusambar tanpa mengurangi kecepatan.
Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang tadi kubawa di tangan
kanan di dalam sarungnya telah kupindahkan ke tangan kiri,
tangan kananku kini telah memegang Pedang Mata Cahaya untuk
tangan kanan di dalam sarungnya.
Dalam jarak tertentu aku berhenti dan membalikkan kedua badan,
kusentakkan sarung kedua pedang itu sehingga pedangnya keluar
mengambang. Kulepaskan kedua sarung pedang dan sepasang
Pedang Mata Cahaya itu kusambar dan langsung saling kusentuh
kan. Cahaya kilat menyilaukan segera melesat berkeredap
538 menghentikan penderitaan manusia air yang hanya merupakan
orang suruhan itu. Sekali lagi cahaya menyilaukan semesta kolam sebelum akhirnya
kekelaman menyerap kembali riak gelombang dalam kesunyian.
Aku berpikir untuk melacak jejak tujuan ke mana Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kanan itu tadinya akan diantar. Namun aku
teringat kepada Yan Zi yang kutinggalkan di Pulau Penglai.
*** Dengan kedua Pedang Mata Cahaya saling bersilang dalam
sarungnya masing-masing yang bertali itu di punggungku, aku
meluncur kembali ke Pulau Penglai.
Di tempat tadi kutinggalkan Yan Zi, aku muncul kembali ke
permukaan air, dan kulihat sepasang pedang panjang melengkung
telah menyilangi leher Yan Zi.
Kudengar suara itu. "Jika ingin Pendekar Walet ini tetap hidup, serahkan kedua Pedang
Mata Cahaya itu kepadaku."
539 LANGIT yang semalam serbagelap telah menjadi ungu, sebentar
lagi hari akan menjadi terang. Namun sekarang wajah pemegang
sepasang pedang panjang melengkung itu belum terlalu jelas.
Rambutnya yang lurus panjang dilambaikan angin dari belakang
menutupi wajah. "Pendekar Tanpa Nama," katanya, "namamu begitu harum tertiup
dari selatan, tetapi dikau tidak pernah mampu menjaga wanitawanitamu."
Pernyataan itu sungguh menusuk, tetapi aku tentu harus menahan
diri. "Tidak mampu menjaga Panglima Amrita, padahal dia adalah
pengawal pribadinya; tidak mampu menjaga Elang Merah, padahal
pendekar Tibet itu selalu berada di sampingnya; dan apakah kini
akan dikau korbankan pula Yan Zi Si Walet ini, demi
penguasaanmu atas kedua pedang itu?"
Aku tidak menjawab karena arahnya sudah jelas. Dia menginginkan kedua pedang ini, dan berusaha mendapatkannya
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa pertarungan berat, melainkan sekadar dengan akal yang
cerdik saja. 540 Memang sungguh pandai usahanya itu karena seperti telah
diyakini betapa aku tak mungkin mengorbankan nyawa Yan Zi
demi kepentingan apa pun juga, dan memang begitulah adanya tetapi ia bermimpi jika merasa dirinya bisa mendapatkan sepasang
Pedang Mata Cahaya dengan cara semudah membalik tangan.
Seorang guru Dao berkisah:
Seorang guru yang berjalan-jalan dengan muridnya menunjuk
seekor rubah yang mengejar kelinci. "Menurut dongeng kuna,
kelinci itu berhasil lolos dari kejaran rubah," kata gurunya.
"Tidak begitu," kata muridnya. "Rubah itu lebih cepat."
"Tetapi kelinci itu akan lolos," gurunya bertahan.
"Kenapa Guru begitu yakin?" tanya muridnya.
"Karena rubah itu berlari demi makan malamnya, sedangkan
kelinci itu berlari demi hidupnya," jawab sang guru 1.
Hanya kepalaku yang tampak di atas air. Sengaja kutampakkan
diriku sebagai seseorang yang ragu. Kucari mata Yan Zi dalam
keremangan pagi. Kami berbicara cepat dengan Ilmu Bisikan Sukma.
541 "Apa yang terjadi?"
"Dia menotokku ketika aku masih memejamkan mata menikmati
ciumanmu tadi," katanya.
Aku menghela napas di dalam hati.
"Diakah Harimau Perang itu?"
"Aku tidak tahu, dia tidak mengatakan apa-apa."
"Apakah dia bukan yang kau ikuti dulu itu?"
Yan Zi telah mengikuti sosok dengan ciri yang sama, yang disebutsebut sebagai Harimau Perang. Namun sosok seperti ini muncul
juga di berbagai tempat lain tanpa pernah tersebut sebagai
Harimau Perang. Semua orang tampaknya dengan mudah
menyebut nama Harimau Perang tanpa keraguan. Seperti semua
orang di dunia ini telah mengetahunya kecuali kami.
"Bagaimana aku tahu" Aku tidak bisa menoleh dan dia di
belakangku terus dari tadi."
Di tepi kolam, pertarungan sudah selesai. Tampaknya tinggal para
pengawal istana saja yang berada di sana.
542 "Orang-orang golongan hitam itu sudah kubantai semua. Istana ini
harus bersih dari para pencuri, termasuk pencuri seperti kalian!"
Kulihat mayat-mayat bergelimpangan di kejauhan, bahkan ada
yang masih mengerang-erang. Hmm. Aku belum lupa bahwa
Harimau Perang disebut-sebut sebagai orang yang memasukkan
golongan hitam untuk mengawal istana. Tidak tertutup kemungkinan istana pun bisa dikuasai jika mereka semua sudah
berada di dalam. Seperti ikut mengawal, tetapi mencari celah
dalam segala kesempatan. Betapapun tidak mungkinlah segala pintu rahasia keamanan akan
dibuka bagi orang-orang dari luar ini, meskipun datang atas
perintah kepala seluruh mata-mata yang baru. Para pengawal
rahasia istana mungkin mencurigainya ketika ia membawa
golongan hitam, tetapi kecurigaan itu bisa dihilangkan melalui
pembantaian orang-orang golongan hitam dengan tangannya
sendiri. Sungguh mahal harga yang harus dibayar golongan hitam atas
persekongkolan semu ini. Sejak awal mereka telah menjadi korban
kelicikan luar biasa Harimau Perang.
543 "Mereka adalah golongan hitam," katanya, seperti tahu apa yang
kupikirkan, "bagaimanapun pada akhirnya mereka harus dibasmi."
Aku tahu orang seperti ini akan menggunakan cara apa pun untuk
mencapai tujuannya. Orang sangat licik dan sangat berbahaya.
Itulah yang dapat kupikirkan, sejauh apa yang pernah kudengar
tentang Harimau Perang. Apakah dia ini yang bernama Harimau
Perang" "Tuankah perwira mata-mata yang dikenal sebagai Harimau
Perang?" Aku bertanya sambil menatap Yan Zi, dan bicara dengan Ilmu
Bisikan Sukma. "Di sebelah mana totokannya?"
"Tengkuk." "Akan kubebaskan totokanmu dan bunuhlah penjahat itu dengan
kedua pedangmu." LELAKI tinggi besar berambut lurus panjang dengan dua pedang
panjang melengkung yang menyilangi leher Yan Zi itu sedang akan
membuka mulutnya untuk menjawab ketika dari jarak jauh
544 kutotokkan Totokan Pembebas Totokan sambil melemparkan
kedua Pedang Mata Cahaya tanpa sarungnya, langsung ke kedua
tangan Yan Zi. Secepat kilat Yan Zi menggerakkan kedua Pedang Mata Cahaya,
dan melayanglah kedua lengan yang masih memegang kedua
pedang melengkung panjang itu ke udara.
Terdengarlah jerit kesakitan dan kekalahan memecah pagi itu,
tetapi lantas lenyap mendadak ketika kedua Pedang Mata Cahaya
itu menebas pula lehernya dari kiri dan kanan.
Tubuh tinggi besar itu ambruk dengan semburan cairan hitam dari
lehernya. Aku berenang mendekat dan mendarat. Yan Zi langsung
memelukku. Apakah yang bisa kulakukan selain membalas pelukannya" Ia
menangis di dadaku. Aku menahan diriku sebisanya karena aku
tidak ingin memberikan kepadanya kesan yang salah. Apalagi
kuyakini betapa ini semua tidak akan terjadi tanpa sepeninggal
Elang Merah. "Sudah kamu satukan kedua Pedang Mata Cahaya itu," kataku
sambil mengelus punggungnya, "leluhurmu akan lebih tenang kini
di langit." 545 Di balik punggungnya kulihat kepala yang berambut lurus panjang
yang semula terapung-apung itu perlahan-lahan tenggelam.
Yan Zi mengangkat kepalanya dan menatap mataku.
"Pendekar Tanpa Nama...."
Aku tidak menjawab, tetapi membalas tatapannya.
"Cintakah dikau kepadaku?"
Dalam hati aku menghela napas, apakah dirinya, seperti telah
kukenal, akan minta jawaban sekarang juga"
Kulihat matanya dalam keremangan dini hari. Mata kekanakkanakan tanpa dosa. Tegakah aku mengatakan, betapa cinta yang
kurasakan kepadanya adalah cinta seorang adik kepada
kakaknya, dan bukan cinta kepada seorang kekasih"
Air mata Yan Zi berlinang. Melepaskan pelukan dan mendorongku.
Ia berusaha tersenyum. "Kamu tak perlu menjawabnya..."
Namun aku tidak tahu apa yang dipikirkannya.
546 Laozi berkata: karenanya biarlah hasrat disenyapkan
saat dirimu merenungkan kegaiban;
ketika hasrat merajalela dikau hanya menyaksikan tampak luar perwujudan 1 Langit semakin terang, kulihat para pengawal istana menghilang.
Kudengar orang-orang berteriak di kejauhan menyuarakan
kesiagaan. "Semua pengawal siap di tempat! Semua pengawal siap di
tempat!" Aku dan Yan Zi berpandangan. Kami pun melesat meninggalkan
Pulau Penglai. Berlari di atas air menuju Xuan Wu Men atau
Gerbang Kura-kura Hitam, yang berada di utara Kolam Taiye dan
terus berkelebat melawan tiupan angin pagi, yang tidak kunjung
berhenti sejak malam hari, lebih jauh lagi menuju Chong Xuan Men
atau Gerbang Hitam Ganda yang langsung berhadapan dengan
padang terbuka. 547 Sembari melesat aku tetap berpikir, masih perlukah Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang mengerahkan pasukannya untuk mengepung Kotaraja Chang'an, jika dalam kenyataannya Pedang
Mata Cahaya untuk tangan kiri kini sudah kami pegang, meski
pencurinya bukanlah kami"
Mungkinkah mereka masih mengira bahwa kami, meskipun
mungkin sudah mengetahuinya, belum mengambil pedang itu dari
tempat persembunyiannya" Betapapun para penghubung dengan
pihak Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang sudah tewas semua,
baik Kaki Angin maupun Kipas Sakti, dan jika pun tentunya ada
yang masih akan menjadi mata-mata mereka, tidakkah seluruh
urusan pencurian pedang ini adalah pengalih perhatian besar yang
telah mengenai sasarannya"
Langit menjadi semakin cerah. Angin tidak mengendurkan
tiupannya yang masih tetap bersuit-suit seperti orang menjerit.
Hari-hari yang semula selalu sama akan menjadi berbeda. Aku
pernah menjadi bagian dari pasukan yang mengepung Thanglong. Apakah aku sekarang juga akan menjadi bagian dari pasukan
pengepung, ataukah sebaliknya menjadi bagian dari penduduk
kota yang terkepung"
548 Terdengar suara tanda bahaya di seluruh penjuru Istana Daming.
Para penghubung antara gedung yang satu dengan gedung yang
lain berlari-larian sesuai latihan yang pernah dijalani. Gerbanggerbang ditutup dan para pengawalnya bersiaga di sekitarnya.
Tidak terlihat kepanikan pada wajah-wajah mereka.
Kami berkelebat menyalip sekitar lima ratus pengawal istana yang
berlarian ke arah Gerbang Hitam Ganda, dan segera melayang ke
atas gerbang menyaksikan puluhan ribu balatentara pasukan
berkuda Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang muncul dari balik
kabut menggetarkan bumi. AKU pun segera berkelebat ke kanan, menuju Gerbang Mingoe
dari arah yang sebaliknya. Begitulah kami meninggalkan Istana
Daming, yang hanya dalam semalam telah memberikan kepada
kami segala macam pengalaman maupun seribu satu pertanyaan
yang tidaklah pernah kuketahui apakah akan mendapat jawaban.
Cahaya matahari menguning keemasan dari arah timur, cakrawala
telah dipenuhi pasukan berkuda yang melaju dan menggebu
dengan umbul-umbul bertuliskan Tui yang berarti danau. Di balik
Gerbang Chunming telah berkumpul pasukan Pengawal Burung
Emas, para penjaga yang jumlahnya tidak sebanding dengan
jumlah pasukan penyerbu yang berpuluh-puluh ribu.
549 Para Pengawal Burung Emas adalah penjaga ketertiban kota yang
dipersiapkan untuk menghadapi para penjahat kam?buhan dan
berbagai jenis pelanggar hukum, bukan pasukan tempur untuk
menghadapi peperangan besar. Di dalam kotaraja seperti
Chang'an, tentu terdapat pula pasukan cadangan untuk berjagajaga atas serangan dari mana pun, tetapi selain belum
terbayangkan adanya kemungkinan serangan langsung ke
kotaraja, juga lebih tidak terbayangkan lagi betapa serangannya
akan sebesar ini. Dengan kepergian maharaja ke luar kota, jumlah pasukan yang
berada di dalam kota akan berkurang lebih banyak lagi. Pasukan
Wangsa Tang memang tidak berada di Chang'an, melainkan
terbagi dua di sepanjang perbatasan dengan Kerajaan Tibet di
barat dan Suku-suku Uighur di utara. Tidaklah terbayangkan oleh
siapa pun bahwa suatu pasukan besar akan menyerbu Chang'an
dari dalam, bukan dari luar perbatasan.
Jika mengumpulkan gabungan pasukan pemberontak sebanyak ini
merupakan pekerjaan rahasia, ini merupakan pekerjaan yang
sangat besar. Mungkinkah kepala mata-mata yang didatangkan
dari Daerah Perlindungan An Nam yang disebut bernama Harimau
Perang itu tidak mengetahuinya"
550 Kulihat para Pengawal Burung Emas itu menyiapkan pasukan
panah, yang berderet sejak dari Gerbang Chunming sampai
Gerbang Yanxing. Berarti tidak ada pasukan yang akan menahan
serbuan di bagian utara Gerbang Chunming maupun di bagian
selatan Gerbang Yanxing. Padahal, selain dari arah timur laut tadi
puluhan pasukan berkuda dengan tulisan K'un juga menyerbu, dari
arah tenggara terlihat pula umbul-umbul bertuliskan Ch'ien atau
langit yang diikuti puluhan ribu pasukan berkuda.
Kabut telah menguap sepenuhnya dalam kecemerlangan pagi,
tetapi siapakah kiranya yang masih akan terpesona oleh segala
kecemerlangan dunia menghadapi pemandangan datangnya
ancaman maut yang nyata" di sini hilang perbedaan Matahari dan Rembulan dalam dirinya dunia ketiga terbentuk O ketahuilah yogini, penyempurna renungan 551 dan kesatuan Pembawaan 1 Aku terus melesat di atas tembok kota dengan ilmu Naga Berlari di
Atas Langit. Dapat kusaksikan betapa tenang para Pengawal
Burung Emas mempersiapkan diri menghadapi para penyerbu,
tetapi di balik tembok berlangsung kepanikan. Betapa tidak,
pemberontak terakhir yang menguasai kota hanyalah An Lushan
pada tahun 755 atau 42 tahun sebelumnya. Saat itu tidak kurang
dari 150.000 menyeberangi pasukan dataran berkuda Hebei maupun dalam iringan berjalan kaki tambur dan meninggalkan debu mengepul.
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang pastilah juga mempelajari
berhasilnya pemberontakam An Lushan, yang dilakukan setelah
hampir 100 tahun sebelumnya penduduk Negeri Atap Langit tidak
pernah mengalami apa yang disebut perang. Maka saat itu
pasukan An Lushan menyeberangi Sungai Kuning dan menguasai
Luoyang tanpa perlawanan. Pasukan itu masih di Fanyang ketika
Maharaja Xuanzong mendengarnya, dan tidak percaya betapa
sebuah pemberontakan adalah mungkin. An Lushan adalah
panglima dari suku Hu yang diselamatkandari hukuman penggal
karena menolak tugas. Bahkan Yang Guifei, istri terkasih yang
dipuja banyak orang karena kecantikannya, mengangkat An
Lushan sebagai anak. 552 Perdana Menteri Yang Guozhong, kerabat Yang Guifei yang
dipandang rendah oleh An Lushan, karena hanyalah seorang
penjahat kambuhan di tempat asalnya, menenangkan maharaja,
"Saya telah menyampaikan bahwa An Lushan pasti akan berontak,
tetapi jangan kuatir, pasukannya tidak akan menurut, dan dalam
sepuluh hari seseorang akan mempersembahkan kepalanya di
atas piring." Ini tidak terjadi karena An Lushan berhasil mengusahakan
digantinya 32 panglima dari suku Han, dan memilih prajurit-prajurit
terbaik dari pasukan lawan yang menyerah di perbatasan untuk
membentuk pasukan andalan di sekitarnya yang terdiri atas 8000
orang 2. Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang pasti belajar dari
sejarah. Sepuluh jiedushi dari setiap fanzhen 3 kemungkinan besar
telah digarapnya, bukan sekadar untuk tidak menghalangi laju
pasukannya, melainkan juga untuk mendukung pemberontakan!
DENGAN ilmu Naga Berlari di Atas Langit, dalam sekejap saja
dengan ringan aku telah hinggap di atas tembok di sudut tenggara
yang melindungi Taman Bunga Raya. Dari sini umbul-umbul merah
dengan tulisan hitam Ch'ien atau langit tampak lebih jelas, berkibar
megah memimpin puluhan ribu pasukan berkuda yang menimbulkan debu mengepul di belakangnya.
553 Namun angin pagi yang berkecepatan tinggi membuat debu itu
tidak mengepul berkepanjangan. Kecepatan angin yang tinggi
menimbulkan bunyi tersendiri, seperti menceritakan kembali
riwayat yang sedang berlangsung dengan bahasa tak terucapkan.
Mungkinkah ia bercerita tentang kematian"
Di Taman Bunga Raya itu terdapat Danau Lekuk Ular. Tembok
Chang'an terputus di sini, di seberangnya barulah tembok itu
bersambung kembali, meski tidak tepat di seberangnya, karena
tembok yang di seberangnya itu merupakan sambungan dari
Gerbang Mingoe. Dapat kulihat Gerbang Mingoe tempat aku seharusnya bertemu
Yan Zi yang memeriksa sisi barat laut, sisi barat, dan sisi barat
daya, tetapi aku masih bertahan sebentar di sini karena segera
melihat bagian ini sebagai titik terlemah. Bukan saja Taman Bunga
Raya itu begitu rimbun sebagai tempat persembunyian yang baik,
tetapi juga Danau Lekuk Ular itu bagaikan pintu terbuka, jika bukan
bagi suatu pasukan, setidaknya bagi para penyusup untuk
membuat kekacauan dari dalam.
Angin menggoyang segala pohon di Taman Bunga Raya, suaranya
berkerosokan dan niscaya tidak akan memperdengarkan suara
554 orang mengendap-endap, yang betapapun ternyata aku melihatnya! Pasukan di bawah umbul-umbul langit yang menyerbu dari arah
tenggara masih akan beberapa saat lagi sampai, tetapi puluhan
penyusup yang mengendap-endap dan berkelebat lincah tampaknya telah tiba dan mempersiapkan segalanya sejak pagi
buta, ketika semua perhatian tercurah pada keributan di dalam
istana. Aku tertegun dan belum tahu harus berbuat apa. Tanganku serasa
bagaikan terikat. Berbulan-bulan tinggal di Chang'an membuat aku
merasa menjadi bagian dari penduduknya, bagian dari kehidupan
kota raya yang hiruk-pikuk dengan segala suka-duka manusianya.
Namun aku juga belum lupa sama sekali perjanjian dengan Yang
Mulia Paduka Bayang-Bayang, dan bahwa dengan begitu aku
seharusnya berada pada pihak para penyerbu ini, jika perlu ikut
memperlemah pertahanan kota dan menghancurkannya.
"Awas!" Mendadak terdengar suara Yan Zi yang tiba dari arah Gerbang
Mingoe, dan telingaku menangkap desis senjata rahasia!
555 Kumiringkan sedikit tubuhku. Jarum-jarum beracun itu lewat di
samping kepalaku dengan jarak satu atau dua jari. Bahkan bau
amis racunnya sempat tercium hidungku. Kutahan napas supaya
tak pingsan. Tiga orang berbaju ringkas melayang dengan ringan ke atas
tembok dengan senjata terhunus. Yan Zi yang baru saja hinggap
terpaksa melayang kembali sambil mencabut sepasang Pedang
Mata Cahaya, tubuhnya berputar cepat bagaikan baling-baling ke
arah tiga penyusup yang belum jelas maksudnya kenapa berada
di situ. Namun apa pun maksudnya, sulitlah mereka menjalankannya hari ini, karena tubuh ketiganya nyaris terbelah
dua oleh sepasang Pedang Mata Cahaya yang masing-masing
memapaskan pantulan cahayanya yang begitu tajam, sangat amat
tajam, bagaikan tiada lagi yang lebih tajam.
Yan Zi mendarat di antara 20 orang yang ternganga.
"Siapa kalian?"
Mereka hanya saling memandang. Para penyusup biasanya
anggota perkumpulan rahasia, sangat mungkin telah dilatih untuk
tidak mengungkap siapa diri mereka. Serentak mereka mencabut
senjata. 556 Bibir Yan Zi tampak mencibir.
"Hmmh! Untuk apa pagi-pagi menyerahkan nyawa!"
Lenyap keterngangaan dari mulut mereka. Salah seorang meludah
ke tanah. "Lebih baik terkapar tanpa nyawa daripada hidup tanpa
kehormatan!" Yan Zi sudah jelas akan membantai mereka. Mungkinkah ini
pengaruh Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu" Berpadunya
sepasang pedang mestika itu membuat Ilmu Pedang Mata Cahaya
yang dipelajarinya di Perguruan Shaolin semakin berdaya dalam
kelipatgandaan luar biasa. Aku khawatir Yan Zi selalu ingin
mencobanya setiap kali terdapat pembenaran untuk menerbangkan nyawa. Dari masa kecilku pernah kudengar perihal senjata-senjata
mestika terdahsyat, yang cenderung membuat pemiliknya menjadi
haus darah. Namun aku tidak ingin Yan Zi menjadi seperti itu, dan
memang seorang pemegang senjata mestika seharusnya memiliki
kematangan yang lebih dari cukup agar dirinya tidak terjatuh dalam
tindak pembunuhan yang tiada semena-mena.
557 "Tunggu!" Aku pun melayang turun, selain untuk mencegah pembantaian,
juga untuk menguak segala rahasia tak terungkapkan.
"Kami pun sekutu Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang," kataku,
"tidak semestinya kita saling membunuh."
PARA penyusup, yang kuduga merupakan pembuka jalan bagi
pasukan penyerbu, kembali ternganga. Dedaunan pohon xiong
gemerisik di atas danau. Aku menelisik dengan pendengaranku,
adakah seorang pengintai yang bisa membokong di balik
dedaunan yang terus-menerus gemerisik karena angin, sehingga
begitu tepat sebagai tempat persembunyian itu.
"Sekutu" Siapa namamu?"
Lagi-lagi pertanyaan itu!
"Oh, aku tidak mempunyai nama."
Mereka saling berpandangan. Aku sudah bersiap dengan
tanggapan seperti yang biasa kuterima bila mendengar diriku tidak
memiliki nama. Namun mereka membuat aku terkejut.
Mereka semua serentak menjura.
558 "Pendekar Tanpa Nama! Kami memang ditugaskan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang untuk menghubungi Tuan!"
Lantas mereka pun menjura lagi sambil menghadap Yan Zi.
"Kalau begitu Puan adalah Pendekar Yan Zi Si Walet! Maafkanlah
segala kelancangan kami!"
Aku tertegun. Bagaimanakah sebenarnya siasat Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang ini" Mengepung kota untuk mengalihkan
perhatian atas pencurian pedang mestika" Ataukah sebaliknya
pencurian pedang mestika untuk mengalihkan perhatian atas
pengepungan kota" Aku teringat peti berisi uang emas di dasar Kolam Taiye, yang
begitu berat menindih orang kebiri itu...
Apakah akan dengan tenang berada di sana sampai akhir zaman,
atau menjadi rebutan dan barangkali sudah lenyap pula"
"Ah, besar sekali perhatian Yang Mulia Paduka terhadap malingmaling kecil seperti kami," kataku, "apakah kiranya yang ingin
disampaikannya?" 559 "Yang Mulia meminta agar Tuan dan Puan berdua menghadap
kepadanya," jawabnya, "Yang Mulia mendapatkan penjelasan
yang simpang siur perihal kematian Kaki Angin dan Kipas Sakti."
Permintaan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu tidak keliru,
tetapi tidak ada pertanyaan sama sekali apakah pedang mestika
sudah ditemukan, sedangkan pasukannya tetap saja menyerang
Chang'an. Barangkali tujuan utamanya memang menyerang dan
merebut Chang'an, bukan sekadar mengalihkan perhatian atas
pencurian pedang. Aku bertanya kepada Yan Zi melalui Ilmu Bisikan Sukma.
"Apa yang kamu lihat di sisi barat?"
"Sama seperti di sini," katanya.
Aku menoleh ke arah selatan. Tampak umbul-umbul merah
dengan tulisan hitam berbunyi K'an atau air yang diikuti puluhan
ribu pasukan berkuda. "I Ching?" tanyaku lagi.
"Aku melihat umbul-umbul dengan tulisan Sun, Chen, dan Ken,"
jawabnya pula. 560 Angin, guntur, dan gunung. Lengkap sudah gelar pengepungan
yang merujuk kepada mandala Kitab Perubahan atau I Ching.
Apakah sekadar kebetulan jika Harimau Perang dan Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang menata gelar pertahanan dan gelar
penyerangan, dengan sama-sama mempergunakan I Ching"
''Mohon Puan dan Tuan dapat berangkat sekarang," kata mereka
sahut-menyahut bergantian, "jika kami gagal mengajak Puan dan
Tuan, tidak terbayangkan hukuman yang akan kami dapatkan."
Kali ini Yan Zi yang menyahut.
"Bagaimana dengan teman-teman kalian yang mati itu" Aku tidak
meminta mereka menyerangku."
Orang yang berbicara itu menghela napas panjang sebelum
menjawab. "Kami akan menyampaikan bahwa saudara-saudara kami sudah
bersikap gegabah terhadap Pendekar Walet, kiranya nasib mereka
dapat diterima sebagai akibat yang setimpal.''
Aku menatap Yan Zi, mencari sesuatu dari wajahnya yang akan
membuat diriku merasa lebih baik menolak ajakan menghadap
561 Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Namun aku tidak menemukannya. Kuingat Sun Tzu: jika engkau tak bisa memilih pertarunganmu
haruslah engkau kembali kepada siasat
yang menambah kekuatanmu dengan memecah kekuatan lawan 1
Seluruh barisan berhenti pada jarak 4 li 2. Cukup dekat sebagai
kepungan, tetapi cukup jauh sebagai serangan. Ini berarti
pengepungan itulah yang menjadi tujuan. Dulu disebutkan betapa
kepentingan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang dengan tercurinya pedang mestika sebagai bagian dari pusaka kerajaan
adalah jatuhnya kewibawaan istana. Namun jika kini Pedang Mata
Cahaya untuk tangan kiri telah berada di tangan Yan Zi, apakah
gunanya lagi kepungan ini"
Kukira sebaiknya aku berpikir bahwa Yang Mulia Paduka BayangBayang
memiliki tujuan-tujuannya
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sendiri; atau juga mempertimbangkan kemungkinan terdapatnya suatu pihak yang
562 mengendalikan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, demi
kepentingan yang dengan segala cara belum dapat kuduga.
"Bagaimana Tuan Pendekar" Mohon dengan hormat agar
bersedia!" Apakah ia mendesak atau terdesak demi keselamatan jiwanya
sendiri" Kupandang Yan Zi. Sepasang Pedang Mata Cahaya telah lengkap
berada di tangannya. "Kita turuti saja," katanya melalui Ilmu Bisikan Sukma, "Atas nama
kehormatan pendekar, tetapi juga untuk menyatakan bahwa
perjanjian kita dengan mereka sudah berakhir."
Aku berpikir keras. Betapapun Kaki Angin tewas di tanganku dan
aku belum tahu bagaimana tanggapan Yang Mulia Paduka
Bayang-Bayang tentang hal itu!
KUTENGOK sekali lagi pengepungan Chang'an yang luar biasa ini.
Tidak dapat kuperkirakan tepatnya berapa besar jumlah balatentara yang mengepung, karena sejauh mata memandang
seolah-olah hanya lautan manusia. Kuda, kereta katapel raksasa
yang akan melontarkan batu-batu besar dan bola-bola api, tangga
563 untuk memanjat tembok, batang-batang kayu raksasa penjebol
gerbang, umbul-umbul dan bendera-bendera yang berkibar dan
dimainkan mengatur barisan, memberikan pemandangan kemegahan dan janji akan datangnya kemenangan. Ribuan
tambur terus-menerus dipukul dengan irama yang membuat
pendengarnya gentar. Tembok-tembok pertahanan kota ini tidak akan dapat ditembus
dengan mudah, tetapi suatu pengepungan tentu menimbulkan
banyak masalah. Atas kepentingan apakah maka Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang masih merasa perlu menekan Chang'an"
Mungkinkah ini arus yang berbalik karena pengejaran orang-orang
Shannan yang masih terus dilakukan"
Melihat besarnya pasukan yang melakukan pengepungan itu,
kukira ini dilakukan bukan demi tercurinya Pedang Mata Cahaya
untuk tangan kiri. Mungkin sebaliknya, tetapi mungkin pula demi
sesuatu yang belum kuketahui, terutama dengan terdapatnya peti
uang emas di tempat yang semula terandaikan sebagai tempat
penyimpanan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu, yang
jumlahnya sangat meyakinkan sebagai bagian dari perbendaharaan negara. 564 Kuingat lagi bagaimana aku mendapatkan pedang itu. Bagaikan
jatuh dari langit langsung ke tanganku! Siapakah dia orangnya
yang telah mencurinya lebih dahulu, tetapi kemudian memberikannya kepadaku"
Pedang dan peti berisi uang emas. Dua masalah yang belum jelas.
Aku teringat lagi orang-orang kebiri itu, dan bagaimana pendekar
berambut lurus panjang dengan dua pedang panjang melengkung
yang mencegatku, yang sebetulnya belum terlalu jelas bagiku
apakah memang Harimau Perang atau bukan.
"Puan dan Tuan Pendekar! Mohon berangkat sekarang juga!"
Kini mereka semua bersimpuh lantas mengetuk-ngetukkan dahi
mereka ke tanah. "Baiklah," kataku.
Tiada lain yang bisa dilakukan Yan Zi selain mengikutiku. Kami
memang telah mendapatkan pedang itu, tetapi tujuanku adalah
mencari Harimau Perang. Sedangkan jika benar ia telah tewas tadi,
aku masih tetap penasaran dengan kesamaan gelar pertahanan
dan pengepungan yang keduanya teracu kepada I Ching.
565 Sun Tzu berkata: Jika seorang panglima tidak bernyali
ia tak akan mampu menaklukkan keraguan
atau menggubah rancangan-rancangan besar 1
Dari 20 orang itu, sepuluh orang mengantar kami dan sepuluh yang
lain memasuki kota. Kami berdua masing-masing mendapatkan
seekor kuda dari yang mereka tunggangi, berarti dua orang dari
mereka yang memasuki kota akan berjalan kaki, menyelusup di
antara penduduk Chang'an yang sedang panik. Bisakah dibayangkan jika penduduk kota yang makmur dan selalu tidur
nyenyak dengan mimpi terindah pada malam hari, suatu ketika
terbangun dalam ancaman maut karena kota sungguh-sungguh
telah terkepung" Mula-mula mata kami harus ditutup dengan ikatan kain hitam.
Namun dengan Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
dapatlah diketahui bahwa dari sepuluh orang yang mengantar kami
itu, lima berada di depan dan lima yang lain di belakang. Jarak 4 li
ini ketika ditempuh dengan kuda ternyata kami rasakan cukup jauh
juga. Seseorang dari dalam kota dapat memacu kuda sampai
mencapai jarak 2 li bahkan 3 li dan balik lagi, tanpa harus terkena
566 bidikan anak panah atau lemparan tombak, tetapi terhadap
pengepungan semacam ini jangan terlalu berharap bisa menembusnya. Pada setiap jarak tertentu mereka bertukar kata sandi, yang setiap
katanya membuktikan keteracuan gelar pengepungan ini kepada I
Ching. Dari arah tenggara yang teracu kepada Ch'ien atau langit mereka
akan mendapat suatu kata dari pa kua, yang agaknya harus
dijawab dengan menyebut pa kua di sebelah-menyebelahnya
dalam mandala I Ching yang diacukan terhadap arah angin.
"Air!" "Gunung dan langit!"
"Guntur!" "Angin dan gunung!"
"Angin!" "Guntur dan api!"
567 Kali ini jiwa kami memang tergantung kepada mereka, ketika
kudengar suara rentangan tali busur yang menunjukkan betapa
para pembidik jitu siap merajam kami dari segala arah dengan
panahnya. Dengan apa yang kuketahui tentang arah, kukira mereka
membawa kami ke arah Gerbang Yanping yang tadi telah dilewati
Yan Zi, dan masih berjalan terus ke arah Gerbang Jinguang tempat
bagi pemimpin pengepungan ini telah didirikan sebuah tenda.
Tenda yang terbuat dari kulit binatang itu kudengar terbuka dan
tertutup. Pemimpin regu yang membawa kami masuk menghadap,
tapi sebentar kemudian telontar keluar sambil memuntahkan
darah. "Tolol!" Terdengar suara dari dalam.
AKU seperti pernah mendengar suara ini.
"Buka tutup matanya!"
Kain hitam penutup mata kami pun dibuka.
Aku pun melihat orang itu. Panglima Zhen!
Yan Zi berbicara kepadaku melalui Ilmu Bisikan Sukma.
568 "Orang ini membelot. Semalam ia seperti pengabdi kerajaan yang
setia dan memusuhi golongan hitam."
Bentrokan antarpengawal yang terjadi di Istana Daming semalam
adalah bentrokan antara pasukan Jagal Maut yang didatangkan
Harimau Perang dari rimba hijau dan pasukan Panglima Zhen.
Kuingat wajahnya yang tajam menatapku sambil menyebut istilah
satu itu dengan penuh kebencian, "Orang asing..."
Bangsa besar, kebudayaan besar, tak luput dari rongrongan jiwajiwa kecil.
"Kita tidak pernah tahu isi hati seseorang," kataku, "tunggu saja
apa yang mau dia lakukan."
Panglima Zhen segera mengenali kami.
Segera pula ia bersimpuh dan menyembah-nyembah, mengetukketukkan dahinya ke bumi.
"Mohon ampun Puan dan Tuan Pendekar! Kami tidak mengenali
Puan dan Tuan semalam! Kami juga mohon ampun bagi perlakuan
para utusan! Mereka tak paham bahwa menutup mata Pendekar
Tanpa Nama dan Pendekar Yan Zi Si Walet adalah kesia-siaan,
bahkan juga penghinaan! Sekali lagi mohon ampun!"
569 Aku segera menjura. "Panglima Zhen yang perkasa! Kesalahan dilakukan oleh semua
orang! Karena kita manusia maka kita pasti akan berbuat
kesalahan! Panglima Zhen bangkitlah! Selalu ada cara memperbaiki kerusakan yang diakibatkan kesalahan!"
Lantas kuangkat dia agar berdiri lagi, tetapi aku segera mendekati
kepala regu yang terlontar dan memuntahkan darah itu. Ia
mengalami luka dalam, meskipun tidak terlalu parah, pukulan
dengan tenaga dalam sebaiknya segera disembuhkan.
Kepala regu ini masih hidup karena juga memiliki tenaga dalam,
tetapi mengapa Panglima Zhen perlu memukulnya dengan tenaga
dalam, itulah yang menjadi pertanyaan. Jika seseorang memukul
seseorang lain yang tidak siap dengan tenaga dalam, dapat
diandaikan betapa dia ingin membunuhnya. Mengapa Panglima
Zhen ingin membunuhnya" Apabila kesalahannya memang karena
tiada gunanya ia menutup mataku dan mata Yan Zi dengan kain
hitam, setidaknya itulah yang dijadikan alasan, aku merasa wajib
menolongnya. Persaingan antarkelompok kukira adalah alasan
yang paling memungkinkan.
570 Kudekati kepala regu itu, kubalikkan tubuhnya yang tengkurap
seperti orang mati. Ia mendesis ketika melihatku.
"Pendekar Tanpa Nama, hati-hatilah," katanya dengan suara
sangat pelan, sehingga kemungkinan hanya akulah yang
mendengarnya. Kutenangkan dirinya dengan pandangan mata, kutempelkan
telapak tangan pada uluhati tempat dia terpukul, untuk menyalurkan ki atau tenaga prana yang kuserap melalui telapak
tangan kanan dari matahari. Tenaga prana yang memasuki
tubuhnya mendorong limbah dari bagian tubuh yang rusak itu
keluar, sehingga tubuh bisa lebih cepat menyembuhkan dirinya
sendiri 1. Laozi berkata: Ia yang mati tetapi dayanya tetap akan hidup lama 2 Setelah orang itu dibawa pergi, Panglima Zhen mengajak kami
memasuki tenda, tetapi aku berkata, "Kawan yang dipukul oleh
Panglima Zhen itu mengajak kami untuk bertemu dengan Yang
571 Mulia Paduka Bayang-Bayang. Jika di dalam tenda itu tidak dapat
kami menjumpainya, lebih baik kami pergi saja."
Panglima Zhen mengedarkan pandang kepada orang-orang di
sekitarnya, lantas berkata pula, "Tidakkah Pendekar Tanpa Nama
mengetahuinya bahwa Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang itu
tidak pernah memperlihatkan dirinya?"
"Itulah yang pernah kami alami, tetapi jika Yang Mulia bisa
berbicara tanpa harus bertatap muka, tentu tidak perlu mengutus
duapuluh penyusup andal untuk mencari kami."
Mendengar jawabanku itu, Panglima Zhen memberi tanda, dan
segera setelah itu kami telah dikepung sepasukan pengawal
bersenjata. Mereka mengenakan seragam Pengawal Burung
Emas, tetapi berada di pihak para pengepung.
Yan Zi tampak sudah gatal mencabut pedangnya, tetapi kuberi
isyarat agar jangan terlalu cepat bertindak. Aku memang sangat
khawatir bahwa Yan Zi ingin selalu menguji kedahsyatan kedua
pedangnya itu. Jika dengan sekali cabut satu pedangnya saja 50
nyawa bisa langsung melayang hanya karena pantulannya, maka
jumlah itu tentu bisa berkali-kali lipat jika keduanya dikeluarkan dan
dimainkan dengan jurus-jurus penyebar maut pula.
572
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Padahal mereka sudah siap menyerang!
"TUNGGU !" Terdengar suara dari dalam tenda. Jadi masih ada orang yang
pangkatnya lebih tinggi dari Panglima Zhen.
"Bodoh sekali kalian jika mengira bisa mengatasi amuk kedua
pendekar, yang salah satunya memiliki sepasang Pedang Mata
Cahaya sementara yang lain menguasai Jurus Tanpa Bentuk.
Kalian tidak bisa memaksa mereka berdua, tetapi mungkin kalian
bisa memohon kepada mereka untuk tinggal karena diriku sungguh
berkepentingan untuk berjumpa dengan kedua pendekar tanpa
tanding ini! Untuk kesalahan semacam ini baiklah kuberi hukuman
setimpal agar sungguh-sungguh menjadi pelajaran!"
Dengan selesainya kalimat itu, Panglima Zhen mendadak
terpelanting dan tubuhnya membiru, dari sudut mulutnya mengalir
darah yang menghitam. Betapa malang nasib pembelot ini, setelah
mengkhianati pemerintah Wangsa Tang hanya menemukan
kematian sebagai balasan.
Para pengepungku tertegun. Suara dari dalam tenda itu pun
kembali menggelegar. 573 "Tolol! Apa yang harus kalian lakukan"!"
Serentak para pengepung yang setidaknya berjumlah 200 orang
itu melepaskan senjatanya, dan menyungkum tanah sambil
mengetuk-ketukkan dahi mereka, sementara salah seorang di
antaranya berseru, "Mohon ampun! Mohon tetap tinggal! Mohon
ampun!" Aku mengerahkan segala kewaspadaanku. Apa yang terjadi
dengan Panglima Zhen bisa juga dilakukan terhadap kami dan aku
sungguh tidak mau itu terjadi. Namun aku juga harus waspada
terhadap segala permainan tipu daya, yang sungguh memegang
peranan penting dalam adu siasat di medan pertempuran.
Siasat apakah yang sedang dimainkan di sini"
Sun Tzu berkata: Kenalilah pasukanmu dan kenalilah dirimu, maka dikau tak kan terkalahkan
dalam 100 pertempuran. Jika dikau mengenal dirimu
574 tetapi tak mengenal musuhmu,
dikau sama-sama berpeluang
untuk kalah maupun menang.
Jika dikau abai atas diri maupun musuhmu,
tentu dikau akan terkalahkan
dalam setiap pertempuran. 1
Aku mengingat kembali ujaran Sun Tzu ini bukan terutama untuk
diriku, melainkan untuk mempertimbangkan dirinya. Sungguh aku
tidak berpeluang untuk mengenal Yang Mulia Paduka BayangBayang, meski segala keputusannya terhubung dengan apa saja
yang telah kualami, tetapi setidaknya aku mengenal kemampuan
diriku dan kemampuan Yan Zi, sehingga menurut Sun Tzu peluang
diriku adalah kalah maupun menang. Akan halnya Yang Mulia
Paduka Bayang-Bayang, mungkinkah peluangnya hanya menang
karena selain sudah pasti dikenalinya dirinya sendiri, telah
dikenalinya pula diri kami luar dan dalam"
575 Maka dengan dipaksakannya sedemikian rupa, sampai mengorbankan Panglima Zhen segala, agar para pengepungku
melepaskan senjata dan menyungkum tanah, tentulah ia sangat
berkepentingan agar diriku tetap berada di sini, dengan
pertimbangan betapa aku tentu akhirnya bersedia tetap tinggal dan
tidak pergi. Mengikuti hubungan kedua belah pihak, sebenarnyalah kerja sama
kami dengan pihak Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang sudah
selesai, karena Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri telah
berada di tangan kami, meskipun ternyata bukan kamilah yang
mencurinya, sehingga bahkan pengepungan ini pun tidak
diperlukan lagi. Tujuan bersama sudah tercapai dan kami bisa
pergi membawa pedang mestika itu sesuai perjanjian. Hanya adab
kesantunan sajalah yang kiranya masih harus dilakukan, dan
kukira inilah yang sedang dimanfaatkan jika tidak sedang
dipaksakan! Melihat besarnya pengepungan, yang tentunya akan sangat
berguna untuk mengalihkan perhatian bagi pencurian pedang
mestika, tetapi tidak seperti akan ditarik kembali setelah
diketahuinya pedang mestika sudah berada di tangan kami, kukira
aku patut menduga, betapa bukan hanya pengepungan tetapi
576 penyerbuan dan penaklukan itulah yang sesungguhnya menjadi
tujuan! Suatu pemberontakan!
Dari manakah Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang tahu bahwa
kami telah mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri"
Apakah ia juga telah berhubungan dengan setiap orang yang
mengetahui keberadaan pedang itu, termasuk yang memberikannya kepadaku di Kolam Taiye, maupun berusaha
merampasnya di tepi kolam dengan menyandera Yan Zi" Untuk
yang pertama kuragukan, untuk yang kedua memang diriku
sungguh penasaran, karena seperti terdapat hubungan, tetapi
yang aku sendiri pun tidak bisa menjelaskan.
Segalanya serba diselimuti kabut tak terjelaskan, tetapi sekarang
aku harus mengambil keputusan, apakah akan tetap tinggal ditelan
siasat Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang ataukah pergi dan
berarti melawan dengan menghadapi kemungkinan dirajam"
SIASAT harus dilawan siasat. Aku pun menjura.
"Maafkanlah kami pengembara lata yang bodoh ini, yang telah
sampai ke tempat ini hanya dengan satu pengertian, yakni diminta
untuk menemui Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, yang akan
mempertanyakan perihal kematian Kaki Angin dan Kipas Sakti.
577 Kami akan tetap tinggal di tempat jika Yang Mulia Paduka dapat
kami temui. Kiranya ini bukan permintaan berlebihan."
Terdengar suara tawa yang menunjukkan pengertian. Namun tawa
itu segera berhenti. Saat tawa itu berhenti, mereka yang
menyungkum tanah semuanya berdiri, menghunus senjata,
termasuk 200 pemanah yang mementang tali busur dengan anak
panah siap meluncur. "Utusan kami salah mengerti, bahkan dewa-dewa pun tidak akan
dapat menghadirkan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, itulah
sebabnya ia mengalami kematian."
Jadi bukan masalah ikatan kain hitam yang sebetulnya merupakan
tindakan terbaik seorang pengawal terhadap tahanan dan
tawanan. Lagi-lagi aku menjura. "Jika demikian halnya, maafkan! Tidak semestinya kami berada di
sini!" Seusai kalimat itu kami pun menyerang lebih dulu. Dengan Jurus
Tanpa Bentuk putuslah 200 tali busur, dan dalam sekali pantulan
578 dari sepasang Pedang Mata Cahaya, segenap senjata yang
terhunus dapat dipentalkan.
Yan Zi lantas berkelebat memutari tenda sambil mengiris bagian
bawahnya, dan merosotlah tenda itu tanpa memperlihatkan
seorang pun di dalamnya. "Lihat," kataku kepada para pengepung itu, "kalian diperintah oleh
seseorang yang tidak ada."
Mereka ternganga, tetapi saat itu pula terdengar suara aba-aba
yang bersahutan sepanjang padang dari panglima satu ke
panglima lain, diiringi aba-aba gerak pasukan melalui bendera dan
umbul-umbul, sehingga balatentara yang mengepung seluruh
Chang'an itu pun bergerak maju bagaikan binatang melata raksasa
yang belum diketahui jenisnya, dengan kotaraya sebagai
santapannya! Para pengepung kami tak lama ternganga. Dengan segera mereka
menggabungkan diri dengan pergerakan balatentara, yang
meskipun tampak lambat tetapi kerampakan langkahnya menggetarkan. Tambur dan terompet kerang bersahut-sahutan
bagai meramalkan isak tangis dan jeritan berkepanjangan. Sun
579 Tzu berkata: karena suara-suara tak mengatasi suara pertempuran
digunakan tambur dan gong;
karena prajurit tak dapat
melihat jelas dalam pertempuran
digunakan bendera dan panji-panji;
gong, tambur, bendera, panji-panji
digunakan agar gerak pasukan tersatukan.
Apakah balatentara sebesar ini, jika tidak 80.000 tentu 160.000
jumlahnya, terjamin akan menang" Sun Tzu berkata lagi:
selama pasukan dapat dipadukan
yang berani tak dapat maju sendiri
yang pengecut tak mungkin mundur;
580 inilah seni mengatur balatentara
waktu bertempur malam hari
gunakan banyak lampu dan tambur
siang hari gunakan pataka dan bendera
agar prajurit tetap bersama
melalui pandangan dan suara 1
Segera terbayang pengalaman perang di An Nam yang
mengenaskan. Apakah semua itu akan berulang"
Pertahanan Chang'an sepanjang tembok tampak meyakinkan,
setidaknya untuk hari ini. Namun jika serangan dilakukan silih
berganti berhari-hari dan bermalam-malam dalam waktu terpanjang, sampai berapa lama Chang'an bisa bertahan"
Kotaraya itu memerlukan pasokan bahan pangan dari pedalaman,
dan ibarat kata semut pun sulit menembus lingkar pasukan seketat
ini. Barisan yang berjalan kaki melangkah rampak di depan bagaikan
gelombang yang tenang tetapi penuh kepastian. Pasukan
pemberontak ini tidak mengenakan seragam tetapi berbusana
581 tempur dan tampak sangat terlatih, karena mungkin berasal dari
kesatuan pasukan kerajaan!
Pasukan berkuda masih berdiam diri dan menunggu agar seluruh
barisan yang berjalan kaki melewatinya. Siasat apa yang akan
mereka gunakan" Kami harus membaca gerak bendera dan
umbul-umbul itu. Dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit aku melesat diiringi Yan
Zi menempuh jarak 4 li kembali ke Chang'an.
"Kita putari sekali lagi dan baca bahasa sandi gerak benderanya,"
kataku. Demikianlah kami berpisah setelah jarak kami tinggal 2 li. Yan
berbelok menuju tembok selatan dan aku berbelok menuju tembok
pertahanan timur. Kami masing-masing akan melayang ke atas
tembok, dan sambil mengelilinginya akan memperhatikan bahasa
kibaran benderanya di setiap sisi untuk menafsirkan siasat apa
kiranya yang dijalankan balatentara Yang Mulia Paduka BayangBayang.
Namun tindakan memata-matai ini dalam setiap pertempuran
selalu telah dipersiapkan pencegahannya. Waktu aku melayang
seperti burung dan hinggap di puncak Gerbang Yanxing di sisi
582 timur, ternyata melayang pula seorang penyoren pedang, yang
sembari meluncur dengan pedang terhunus ke arah dadaku, telah
melesatkan lima pisau terbang ke lima titik di tubuhku yang akan
mematikan! TANGANKU bergerak secepat kilat menangkap kelima pisau
terbang dan pisau terakhir kulayangkan kembali kepada pemburuku itu. Ia tiba di tempatku berdiri dengan pisau menancap
pada jidatnya. Kudorong ia dari atap Gerbang Yanxing, dan
melayang untuk jatuh berdebum ke bumi. Meskipun manusia biasa
pasti mati ketika jatuh dari ketinggian seperti itu, seorang pemanah
tetap membidik dan melepaskan anak panah ke arahnya agar lebih
pasti. Panah berkelebat menancap pada punggung mayat yang
tertelungkup itu, menembus tepat ke jantungnya. Kukira dialah
korban pertama peperangan ini, kecuali jika kepala regu yang
menutup mataku tadi mau dihitung sebagai korban peperangan
pula. Namun siapakah yang akan peduli"
Suatu bayangan datang menerjang membawa angin maut.
Kugeser-geser tubuhku setepat mungkin agar terhindar dari
puluhan kali kebutan secepat kilat, yang seperti ingin mematahkan
tulang-tulangku. 583 "Pengkhianat! Bukankah semestinya dikau bertempur di pihak
kami?" Aku tidak menjawab karena gerakannya lebih cepat dari kilat.
Sedikit saja kelengahan, darahku bisa muncrat bersemburan
seperti pancuran. Jika gerakannya nyaris tiada terlihat, betapa
berbahayanya terpancing oleh percakapan.
Namun aku tetap berbicara dengan Yan Zi melalui Ilmu Bisikan
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Ajidarma di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sukma. "Mereka bisa membaca tujuan kita dan mengirim para pembunuh,
hati-hatilah!" "Oh, aku baru saja membunuh dua orang pelempar pisau terbang."
Aku sebetulnya sangat percaya dengan kemampuan Yan Zi, tetapi
masih tetap saja bergidik mengingat pesan Angin Mendesau
Berwajah Hijau yang menitipkannya kepadaku agar menjaganya
dan pulang kembali dalam keadaan utuh. Dalam dunia persilatan,
tempat hidup dan mati begitu jamak seperti siang dan malam,
bagaimana caranya menjamin keselamatan seseorang yang terusmenerus terlibat dalam pertarungan maut"
584 "Cepatlah sedikit dan hati-hati, mereka seperti memiliki regu
pembunuh untuk mengamankan bocornya sandi-sandi rahasia!"
"Pendekar Tanpa Nama tidak usah memikirkan Yan Zi, meskipun
telah memegang sepasang Pedang Mata Cahaya di tangannya, ia
tak akan pernah memandang rendah lawan."
Dengan Ilmu Bisikan Sukma segala percakapan hanya berlangsung di dalam pikiran. Setelah menghindari kebutan
senjata yang karena kecepatannya tak pernah kulihat bentuknya,
sampai sekitar 200 kebutan yang sangat mengancam, kukitari
tubuhnya dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, sehingga dapat
kusaksikan seperti apakah kiranya lawanku ini.
Ternyata ia bersenjata hudtim yang kebutannya bisa memecahkan
kepala orang. Pantaslah aku tidak dengan segera mengenalinya,
karena memang seingatku seperti belum pernah berhadapan.
Biasanya senjata ini digunakan para hwesio berkepala gundul dari
kuil Shaolin, karena memang bagian dari peralatan upacara doa,
tetapi dalam kecepatan lebih tinggi sangat jelas bagiku kini bahwa
hudtim dengan bulu ayam tersebut digunakan oleh perempuan
pendekar paro baya berambut panjang. Rupanya maut yang
mengancam terasa sebagai angin karena kebutan hudtim.
585 Dengan segala hormat aku terpaksa membunuhnya dengan
Totokan Pelepas Nyawa agar kematiannya tak terasa. Jika aku
tidak membunuhnya, tubuhnya hanya akan terajam 200 anak
panah yang sangat menyakitkan. Pada saat tubuhnya rubuh aku
menyambutnya dengan kedua lengan, ketika tangan kiriku masih
memegang empat pisau terbang.
Kurebahkan tubuhnya perlahan-lahan sebisa mungkin di atas
gerbang. Kuselipkan hudtimnya pada kain yang terikat di
pinggangnya, yang membuat perempuan pendekar yang rambutnya mulai keputih-putihan itu sesungguhnyalah tampak
perkasa. Tanpa kusadari air mataku menitik. Sekilas, tapi melintas dengan
goresan mendalam, aku teringat ibuku.
Ah, ke manakah sebenarnya Sepasang Naga dari Celah Kledung
itu pergi" Mengapa mereka harus pergi dan tak pernah kembali
lagi" Jika mereka begitu sakti dan tak terkalahkan, dan aku
percaya memang tak terkalahkan, mengapa harus tidak kembali
dan menemuiku lagi" Di tengah ketegangan menantikan pertempuran besar, hatiku
terajam kerinduan mendalam. Aku tidak beranjak dari tempatku
586 berdiri. Yavabhumipala yang sudah lama tidak kupikirkan
mendadak terasa begitu dekat. Betapa aku telah kehilangan
hamparan kehijauan sawahnya yang cemerlang dalam taburan
cahaya matahari. Bunyi tambur dan sasangkala menyadarkanku. Masih adakah
petugas yang harus membunuhku" Yan Zi datang dari arah
Gerbang Chunming yang berada di utara gerbang ini.
"Kita harus kembali ke Danau Lekuk Ular dan Taman Bunga Raya,"
kata Yan Zi, "mereka mungkin akan memasukkan pasukan pilihan
melalui satu-satunya celah tak bertembok itu, lantas membuka
semua gerbang dari dalam, maka pasukan sebanyak itu tidak akan
tertahankan lagi. Chang'an bisa dikuasai dalam satu hari!"
KUAMATI sejenak gerak bendera dan umbul-umbul balatentara
yang luar biasa besarnya di sisi timur Chang'an. Umbul-umbul itu
diputar-putar dan tulisannya yang semula adalah Tui atau danau
telah berganti dengan Ch'ien atau langit. Jika segala bendera tetap
memberikan tanda untuk menyerang ke depan, maka kukira itu
memang bisa berarti sebagian pasukan, yakni yang berjalan kaki,
tidak perlu mengubah arah, tetapi pasukan berkudanya berbelok
dan bergabung dengan pasukan yang sejak awal umbul-umbulnya
bertuliskan Langit dan menyerang dari tenggara.
587 "Sekarang!" Aku berteriak dan kami pun melesat ke Danau Lekuk Ular dan
Taman Bunga Raya. Kami melesat sepanjang tembok, tanpa disadari oleh deretan
pasukan panah yang menantikan kedatangan musuh di sekitar
Gerbang Yanxing, menuju selatan karena di sanalah titik tenggara
yang merupakan titik terlemah pertahanan Chang'an itu terletak.
Dari sepanjang tembok dapat kulihat betapa puluhan ribu anggota
pasukan mengubah arah ke tenggara, sementara pasukan
berjalan kakinya mulai berlari setelah terdengar sangkakala
bernada tinggi. Mereka mulai berlari dari jarak 2 li sambil membawa tangga ke arah
bagian yang kosong, yakni di utara Gerbang Chunming dan di
selatan Gerbang Yanxing. Tetapi para pemanah yang mempertahankan kota itu pun memecah diri untuk mengisi titik-titik
yang kosong agar terjamin bahwa tidak ada pertahanan yang
lowong. Wu Zi menulis: Sang Ningrat Wu bertanya,
"Apa yang membuat serdadu menang perang?"
588 Wu Qi menjawab, "Adalah kepatuhannya, yang membuatnya menang."
Sang Ningrat bertanya lagi,
"Jadi tidak tergantung jumlahnya?"
Wu Qi menjawab, "Jika peraturan tak jelas, hadiah dan hukuman tak dapat
diandalkan." 1 Setibanya kami di sudut tenggara Chang'an tempat terdapatnya
Danau Lekuk Ular dan Taman Bunga Raya, sisa empat pisau
terbang di tanganku terlempar ke arah empat penunggang kuda
terdepan yang melaju dengan kecepatan penuh. Empat pisau
terbang menancap pada empat dahi, yang membuat orangnya
langsung terpelanting sementara kudanya tetap menderap tanpa
penunggang, meskipun yang satu ternyata kakinya menyangkut
dan terseret dengan mengenaskan.
Punggung kuda yang kosong itu memberikan kepada kami suatu
gagasan. Kutengok titik terlemah ini bukan tanpa penjaga, bahkan
karena disadari sebagai titik terlemah tampaknya dimanfaatkan
589 sebagai jebakan. Betapapun panglima yang wajib mempertahankan Chang'an, meskipun dalam keadaan tidak siap
berperang, tampaknya memiliki lebih dari sekadar niat untuk
bertahan. Kutengok pohon-pohon xiong sudah penuh para pembidik gelap,
dengan panah maupun sumpit beracun. Hanya perlu satu jarum
beracun untuk setiap jiwa penyerang, dan jumlah jarum dalam satu
kantong kulit itu, apalagi jika seluruhnya dijumlahkan, lebih dari
cukup untuk menghabiskan seluruh pasukan berkuda yang
bertugas membuka lubang pertahanan. Masalahnya, seperti kata
Yan Zi, bukankah mereka adalah pasukan pilihan" Bagi para
prajurit dengan tingkat ilmu silat setara pendekar, semburan
ratusan jarum beracun pun bisa dirontokkan dalam sekali kibasan.
Tiada salahnya pasukan yang melaju ini diberi sedikit hambatan.
Terbang Harum Pedang Hujan 3 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Harimau Mendekam Naga Sembunyi 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama