Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Welas Asih 2

Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana Bagian 2


timur berguncang dan sebagian wilayah utara, nama mereka
merupakan kecemasan bagi orang yang mendengarnya, dan
81 pagi itu kedunya memasuki hutan kong-ciak dibelakang Liongsan-taihap yang berada dibelakang Kwi-ban-ciang.
Setelah matahari naik tinggi empat orang tokoh itu pun sampai
dilapangan yang sangat luas ditengah hutan kon-ciak, para
pendekar sudah banyak berkumpul di areal tersebut, delapan
ciang bujin perguruan besar juga sudah mengambil tempat
masing-masing, rata usia delapan ciangbujin enam puluh
tahun, Tan-hui dari shaolin-pai, Bao-han dari thaisan-pai, Buhong dari hengsan-pai, Lu-bong dari butong-pai, Can-ceng dari
kotong-pai, Zhang-kui dari Gobi-pai, Lui-kong dari kunlun-pai,
Lie-seng dari Hoasan-pai.
Disamping itu ada juga perkumpulan besar seperti Kam-han
pimpinan tertinggi Hwa-I-kaipang (pengemis baju kembang)
yang berjulukan "Eng-bu-sin-kai" (pengemis sakti tanpa
bayangan) sekaligus seponsor perhelatan akbar tersebut,
kemudian Lou-gan pimpinan tertinggi "Hek-I-kaipang"
(pengemis baju hitam) yang berjulukan "Koai-kai" (pengemis
aneh), dan kemudian Jiang-lung pimpinan tertinggi "ang-kinkaipang" (pengemis sabuk merah) yang berjulukan "seng-tungsin-kai" (pengemis sakti tongkat malaikat).
Dibagian lain ada barisan para piauwsu dengan bendera dan
seragamnya masing-masing, dan diantara sekian piauwkiok kita
hanya menyebutkan tiga yang terbesar dan terkenal yakni
ekpedisi "hong-,liong" (naga angin) yang bersal dari kota Hopei
dengan pimpinan Ma-liauw dengan julukan "Thian-liong" (naga
82 langit), kemudian Tio-tang pangcu dari ekpedisi "hek-ma" (kuda
hitam) dengan julukan "ma-bin-sin-seng" (malaikat sakti muka
kuda) dan yang ketiga Cia-keng pangcu dari ekpedisi "lamsoan-hong" (angin puyuh dari selatan) yang berjulukan "tai-twi"
(tendangan badai). Dan diantara para pendekar yang banyak berdiri dan duduk
disisi lain ada ada tiga orang yang harus diperkenalkan, yaitu
seorang kakek berumur lanjut, kakek itu adalah Tio-huang
salah satu murid dari Ma-tin-bouw yang dipecundangi oleh dua
she-taihap, sehingga ia dan rekannya lou-beng-ho melarikan
diri. Setelah berpisah dengan Lou-beng-ho, Tio-huang berkelana
sampai ke "mo-san" (gunung iblis) sebelah selatan kota
Yinchuan, dia menjadi perampok tunggal yang ditakuti para
piauwkiok, sehingga ia dijuluki "mo-san-hengcia" (paderi jahat
gunung iblis), banyak sudah para pendekar dan rombongan
piauwsu yang mati ditangannya, kesaktian Ti0-han sangat luar
biasa, karena didamping ilmunya yang dipelajari dari Ma-tinbouw, di gunung iblis Tio-han mendapatkan warisan ilmu dari
seorang pertapa yang sakti dengan julukan "boanpai-kwi-sim"
(suara iblis kuburan). Ilmu-ilmu yang dikuasai terdiri dari ilmu hipnotis tingkat tinggi,
kemudian "jiangshi-lek-kun" (pukulan gaib mayat hidup) dan
"jiangshi-Hudtim" (kebutan mayat hidup), selama lima belas
tahun Tio-huang baru dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut
83 dengan sempurna, setelah itu Tio-huang tetap berada di kwisan menjadi rampok tunggal dan menikmati hasil jarahannya
baik berupa harta atau wanita, "Mo-san-hengcia" adalah sosok
angker di kalangan penduduk Yinchuan.
Mo-san-hengcia turun gunung ketika mendengar pesta
penetapan bengcu selatan, dan hari itu ia berdiri angker
ditengah kerumanan orang dari berbagai daerah, dan
kegembiraannya bertambah saat bertemu dengan sahabat
lamanya Kwi-ban-ciang yang barusan sampai dan mengambil
tempat disebelah kerumunannya, kedua kakek itu saling
berpelukan dan berbagi pengalaman sambil menunggu waktu.
Kemudian seorang gadis berumur dua puluh dua tahun, dia
adalah putri tercinta Kwaa-kun-bao yang bernama Kwaa-hong,
sudah dua tahun ia meninggalkan pulau kura-kura, selama
perjalanan tempat-tempat yang ia lalui, jika terjadi penindasan
dan ketidak adilan, dia sangat ringan tangan untuk
menyelesaikan masalah bahkan jika kejahatan itu perlu
dibinasakan, tanpa tedeng aling-aling gerombolan atau individu
itu dikipas habis oleh Kwaa-hong, sehingga dua tahun
perjalanannya Kwaa-hong dijuluki orang dengan julukan "kimkin-sianli" (dewi bersabuk emas) hal ini sesuai dengan jurus Imyang-sian-sin-lie" yang sering disaksikan oleh para lawanlawannya.
Selanjutnya disamping Kwaa-hong ada pemuda tampan
berumur dua puluh dua tahun, pemuda itu adalah Kwaa-gan84
bao putra dari Kwaa-sin-liong, sebulan setelah keberangkatan
Kwaa-hong, Kwaa-gan-liong ditugaskan ayahnya untuk mencari
keberadaan kakek dan neneknya, hampir dua tahun
perjalananya, sama halnya dengan Kwaa-hong, selalu
mendarma baktikan apa yang dimilikinya untuk menindak
kejahatan, namun dia tidak sekeras Kwaa-hong, para pelaku
kejahatan jarang yang tewas, yang paling berat hanya luka
parah. Kwaa-gan-bao dalam pencaharian keberadaan kakek dan
neneknya sampai ke wilayah Tibet, dan orang-orang wilayah
barat itu menjulukinya dengan "Lam-sin-siucai" (sastrawan sakti
dari selatan), dan sekembalinya dari barat, Kwaa-gan-bao
mendengar perhelatan akbar dunia persilatan untuk
menetapkan bengcu di kota Guiyang, Kwaa-gan-bao segera
menuju kota Guiyang dengan harapan dapat mendengar kabar
kakek dan neneknya. Saat menginap di kota Guiyang, Kwaa-gan-bao bertemu
dengan Kwaa-hong, dan keduanya dengan merasa gembira
dengan pertemuan tidak terduga itu, dan niat keduanya
menghadiri perhelatan itu adalah untuk mengetahui
keberadaan kakek dan nenek mereka, dua malam menginap di
Guiyang, keduanya saling bercerita pengalaman perjalanan
mereka, lalu saat hari pertemuan digelar keduanya sama-sama
berangkat ke hutan kong-ciak.
85 Saat semua sedang sibuk dengan hal masing-masing,
rombongan "Lam-liong-sian" Tio-cun datang, semua yang hadir
menatap iring-iringan dibelakang Tio-cun, hampir semua orang
yang yang sudah berada di areal itu mengenal betul orang yang
satu ini, setelah Tio-cun mengambil tempat, tidak lama muncul
rombongan enam gadis-gadis cantik, dipimpin seorang wanita
cantik dengan baju luar biasa indah, wajahnya cantiknya
terkesan sinis karena garis senyumnya yang sinis.
"aku suma-hoa dari wilayah utara, dan ingin melihat siapa yang
akan menjadi bengcu selatan, dan tentunya aku juga ingin
belajar kenal nantinya." ujarnya dengan wibawa tinggi dan
memandang rendah semua orang, lalu Eng-bu-sin-kai
melangkah ketengah lapangan, dan menjura ke empat penjuru.
"yang terhormat para cianpwe, hohan, taihap, laihap, kauwsu,
pangcu dan sicu yang berhadir, saya eng-bu-sin-kai pimpinan
Hwa-i-kaipang sebagai sponsor pertemuan ini mengucapkan
selamat datang pada sicu semua, pertemuan ini jelas tujuan
sudah kita ketahui, yakni memilih dan menetapkan bengcu
selatan, kenapa bengcu selatan " hal ini jelas jadi pertanyaan
bagi para sicu, walhal bengcu yang kita tahu adalah bengcu
yang menguasai dan mengayomi empat wilayah."
"benar sin-kai, kami ingin tahu apa latar penetapan bengcu
selatan." sela Bao-han dari thaisan-pai
"para sicu sekalian, saya pribadi tidak mampu untuk
melangkahi she-taihap di pulau kura-kura, karena sudah
86 ratusan tahun, sejak leluhur mereka dipilih menjadi bengcu,
sampai sekarang gelar itu sangat melekat kuat pada diri
mereka, sehingga tanpa diadakan pemilihan pun nurani
manusia cendrung mengatakan she-taihap adalah bengcu
dunia persilatan didelapan penjuru angin. Jadi oleh karena itu
tanpa mengurangi hormat pada she-taihap ide bengcu selatan
saya munculkan." jawab Eng-bu-sin-kai.
"baik ide itu dapat diterima dan kita sudah hadir semua disini,
bahkan "pak-giam-lo-sian-li" (dewi maut dari utara) juga
berkesempatan hadir, lalu bagaimanakah formasi penetapan
bengcu selatan ini ?" sela "koai-kai"
"penetapan tetap mengacu pada hal yang mendasar, yakni
kesaktian dan kebijakan."
"tidak bisa begitu, untuk kriteria kebijakan, hal itu adalah
sesuatu yang ambigiu dan abstrak, dan saya saya setuju jika
yang tersakti lah yang akan menjadi bengcu." sela Lam-liongsian"
"setuju".., benar"..betuulll.." sahut tiga perempat orang yang
hadir, sehingga gemuruh suara menderu jauh kesekitar hutan
kong-ciak. "tunggu dulu, jika kebijakan kita tiadakan maka penetapan
bengcu ini akan menjadi ajang perebutan golongan, kami tidak
pungkiri bahwa dari golongan hek-to juga ada yang memiliki
kebijakan, maksudnya mungkin dalam hal urusan yang
menyangkut dirinya ia akan berutal dan sadis, namun jika
menyangkut hal yang tidak menyangkut dirinya ia bisa
87 memberikan solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah." ujar
Lu-bong dari butong-pai "tidak setuju"." sahut gemuruh suara dari para pendukung
Lan-liong-sian, kemudian tiba-tiba Kwi-ban-ciang dan kwi-sanhengcia masuk ketengah lapangan
"tujuan saya datang kesini bukan untuk memilih bengcu tapi
ingin mengikis habis golongan yang menamakan dirinya pek-to,
saya Kwi-ban-ciang dari hek-to menantang siapa saja dari pekto." ujar Lou-beng-ho
"demikian juga saya "Kwi-san-hengcia" dari golongan hek-to
menantang orang yang menamakan dirinya pek-to
"hidup hek-to..hidup hek-to.." sambuat gemuruh suara, tiba-tiba
dua orang she-Gu juga tampil, kami Kui-thian dan Kui-tee ikut
menantang orang-orang pek-to, dan bahkan jika ada dari shetaihap pulau kura-kura majulah untuk menghadapi kami." ujar
Gu-long, "hidup hek-to tumpas seluruh turunan pulau kura-kura"!" teriak
mereka dengan lantang. "Jika demikian halnya pertemuan ini, maka saya pak-giam-losian-li" ikut dibarisan hek-to menantang pek-to." ujar suma hoa
sambil melompat melayanag ketengah lapangan dan berdiri
empuk di samping Gu-mao "hahaha..hahaha"hehehe"lam-liong-sian juga tidak mau
ketinggalan dalam pesta luar biasa ini." ujar Tio-cun dengan
lompatan yang indah melayang ketengah lapangan., para
pendukung hek-to makin hangar bingar melihat enam orang
88 yang berdiri gagah ditengah lapangan, para pendekar terdiam
dan tidak merasa tidak puas akan pengkudetaan tujuan
pertemuan tersebut, namun melihat enam orang yang berada di
tengah lapangan, tentunya ciut juga nyali para pendekar,
terlebih Lam-liong-sian ada dibarisan itu,
"sepertinya niat baik ini akan menjadi pemicu kegelapan dunia
persilatan, jika memang harus demikian maka selembar nyawa
saya akan saya gadaikan." sahut Lu-bong melompat ketengah
lapangan, lalu disusul ketujuh cianbujin lainnya,
"cianpwe ciangbujin, saya akan ikut menghadapi kemelut yang
akan terjadi ini.": sela Eng-bu-sin-kai dan berdiri disamping
ciangbujin, kemudian barisan ciangbujin tampil seng-tun-sin-kai,
sementara Koai-kai memihak barisan hek-to
TIga dari piuawkiok yang kita sebut, "tai-twi" dan Thian-liong
memihak hek-to, sementara "ma-bin-sin-seng" memihak
barisan ciang bujin, barisan ciangbujin berjumlah sebelas tokoh
berhadapan dengan sembilan hek-to
"hahaha..hahaha". apakah kita siap membantai sebelas orang
ini ?" ujar Kwi-ban-ciang kepada orang-orang didekatnya
"sangat siap, dan bahkan aku tidak sabat lagi." sahut Lamliong-sian
"tapi sayang tidak ada dari she-taihap yang muncul." sela Gumao
"hahaha..hehehe.. she-taihap sudah tidak ada lagi, biarlah
mereka hidup dengan legenda mereka." sahut Lam-liong-sian.
89 "hahaha..hahha" sungguh manusia picik yang selalu ingin
menegakkan akara murka, kalian ini berusaha menegakkan
benang basah, tiadalah kebenaran akan dapat terbenam oleh
kejahatan." ujar Kwaa-gan-bao sambil melangkah dan berdiri
persis ditengah antara dua kubu yang berhadapan dengan
menghadap kesamping. "kamu dari kubu mana anak muda, jangan banyak bacot
dihadapanku !" bentak Kw-san-hengcia
"kami dari kubu yang tidak senang dengan pertentangan ini."
sahut Kwaa-hong dan mengambil tempat disisi Kwaa-gan-bao
"siapa kalian ini !?" tanya Lam-liong-sian jengkel
"kami berdua dari keluarga yang jelas ditantang saat ini." sahut
Kwaa-hong "apa kalian she-taihap pulau kura-kura ?" tanya Gu-mao
"benar, kami datang dari pulau kura-kura." sahut Kwaa-gan-bao
"bagus kalau begitu, bersiaplah untuk mampus !" teriak Gu-long
"tunggu dulu, dua saudaraku tentu membutuhkanku untuk
melawan tirani yang hendak unjuk gigi." sela Kwaa-yang-bun,
kedua she-taihap menoleh kearah Kwaa-yang-bun."
"Kwaa-yang-gun dari shanghai" bisik Kwaa-yang-gun senyum,
kedua she-taihap ikut tersenyum setelah mengetahu bahwa
pemuda sebaya ini adalah anak paman mereka.
"para ciangbujin dan rekan sekalian yang budiman, tirani
didepan mata menggonggong memperlihatkan taringnya,
kumpulan mereka amatlah banyak, jadi perkenankan kami shetaihap yang menjajal lebih dahulu, jika kami tewas kalian
sevagai saksinya bahwa kami telah melakukan tugas amanah
90 leluhur kami." ujar Kwaa-yang-bun, memang setelah terjadi dua
kubu, peserta yang hadir otomatis terbagi dua, dari kubu
ciangbujin hanya seratus orang, sementara kubu hek-to hampir
tiga ratus orang. "sam-wi she-taihap, apapaun yang nantinya terjadi, barisan ini
akan ikut mengiringi sam-wi-taihap." sahut Eng-bu-sin-kai.
Tiga she-taihap berbaris membelakangi kubu ciangbujin dan
menghadap kubu hek-to "hahaha..hahaha" kwi-ban-ciang mari kita buat sejarah baru
dalam dunia persilatan, she-taihap sebagai tumbal pertama."
teriak Kwi-san-hengcia, lalu keduanya menerjang kwaa-yangbun dan kwaa-gan-bao, karena hanya dua kakek itu yang maju
maka Kwaa-hong menyingkir kesamping, namun Gu-mao tibatiba menyerang kwaa-hong.
Tiga kelompok pertempuran terjadi, suatu tontonan yang luar
biasa dan jarang terjadi, tiga she-taihap dengan tenang dan
melayani semua serangan dan juga tidak melepaskan peluang
untuk balas menyerang, ilmu-ilmu she-taihap demikian agung
dan mempesona ditampilkan ketiga she-taihap, keuletan dan
ketangkasan luar biasa membuat yang menonton terpukau,
namun tiga lawan she-taihap juga adalah orang-orang kosen
luar biasa, serangan mereka demikian dahsyat dan trik
pancingan berbahaya, ilmu "jiangshi-lek-kun" menebarkan
aroma bangkai yang memuakkan, belum lagi senjata kebutan
yang luar biasa dalam rangkaian jurus "jiangshi-hudtim"
mengancam jalan darah, yang apabila kena, akan
91 mengakibatkan pendarahan permanen bagi sin-kangnya
dibawah kwi-san-hengcia. Demikian pula Kwi-ban-ciang dengan ilmu "liang-jiu" membuat


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali bergerak membuat empat bayangan tangan yang
keempatnya memiliki kekuatan yang menggetarkan, didamping
dengan sambaran pedangnya dalam rangkaian "liang-lo-kiam"
yang dari setiap gerakan sangat kuat mempengaruhi lawan,
Gu-mao juga menunjukkan betapa tantangannya pada shetaihap bukanlah tantangan sumbang, hal ini dibuktikan dengan
ilmunya yang hebat dan dahsyat.
Dalam menghadapi Kwaa-hong, Gu-mao mengeluarkan jurus
pamungkasnya yakni "hok-te-koai-liong" (naga siluman
mendekam) disamping itu senjatanya yang berupa thi-pian
(cambuk besi dengan bola berduri) dengan rangkaian jurus "hokui-pian" (cambuk siluman api) sangat luar biasa mengancam
nyawa. Tiga she-taihap awalnya mengeluarkan jurus "Im-yang-sian-sinlie" namun sepertinya belum cukup untuk merobohkan lawan,
lalu ketiganya mengeluarkan jurus Im-yang-bun-sin-im-hoat,
dan dalam jurus ini dua kekek masih alot dan ulet, bahkan
masih mampu membuat serangan berbahaya, tapi bagi Teekui, gerakannya sudah terbentur, walaupun ia tidak terdesak,
namun ia tidak lagi mampu menyusun serangan berarti, lalu
ketiganya mencoba gabungan antara "san-phak-eng-coan"
dengan "Im-yang-pat-sin-im-hoat" dimana ketiga she-taihap
92 menjadi enam dan menyerang ketiga lawan dengan jurus imyang-pat-sin-im-hoat.
Seluruh yang menyaksikan pertempuran itu berdecak kagum
dan bahkan karena saking ayiknya dan terkesimanya
menyaksikan pertarungan tingkat tinggi luar biasa itu sebagian
besar dari tidak menggubris malam yang kian larut, untungnya
orang-orang yang silau dan pening membuat api unggun yang
besar disisi tempat mereka duduk sehingga di areal itu
menyaala delapan api unngun yang besar, sehingga membuat
lapangan pertempuran itu terang benderang, ditambah lagi
sinar rembulan yang terang.
Sesaat ketiga orang lawan she-taihap terdesak hebat, dan
bahkan Tee-kui, terlempar dengan tubuh menggigil, dan kwiban-ciang terpapar satu tombak karena sebuah pukulan
menghantam lambungnya, sementara Kwi-san-hengcia
terpaksa melompat mundur untuk menyelamatkan diri dari
sebuah pukulan jarak jauh, setelah melihat keadaan barulah
Kwi-san-hengcia menyadari bahwa mereka melawan bayangan
sakti luar biasa, lalu Kwi-san-hengcia berteriak
"hilang tidak berbekas". !" serta merta tiga bayangan itu
hilang, namun efeknya Kwi-san-hengcia memuntahkan darah
segar, sementara tiga she-taihap bergetar, kemudian
pertarungan kembali dilanjutkan.
Pada jurus im-yang-pat-sin-im-hoat ini Kwaa-hong berada
diatas angin, Tee-kui tidak kuasa membendung dahsyatnya
93 serangan Kwaa-hong "buk..des"." dua pukulan bersarang telak diperut dan didada
Tee-kui, badannya nyeri minta ampun, hawa im dan yang
mempengaruhi tubuhnya, namun berkat sin-kangnya yang luar
biasa, dia masih bisa bangkit untuk melanjutkan pertarungan,
dan kali ketiga sebuah tendangan akan menghantam perutnya,
thian-kui langsung datang menerjang dengan sebuah pukulan
dalam rangkaian ilmu pamungkasnya "thian-lo-in-koai" (siluman
mega mengacau langit). Kwaa-hong yang merasakan serangan gelap menarik
tendangan dan menyambut pukulan ganas Thian-kui
"dhuar?" ledakan keras terdengar, Thian-kui terlempar dua
tombak, sementara Kwaa-hong terlempar satu tombak, namun
kwaa-hong sibuk mengelak dari serangan balasa Tee-kui, dan
terlebih dengan masuknya Thian-kui, kwaa-hong terdesak,
walaupun kwaa-hong terdesak, bukan hal yang mudah bagi
kedua siluman itu merobohkannya, pertahanan she-taihap
dengan langkah-langkah garudanya luar biasa unik dan
menakjubkan. Sementara dua kakek saat menghadapi jurus lihai ini,
keduanya sibuk bertahan sehingga jurus-jurus dua she-taihap
menyudutkan mereka pada posisi bertahan, kedua kakek
dengan serangan-serangan mengecoh mencoba melepaskan
diri dari kelihaian jurus dua she-taihap, waktu terus berlalu
sehingga malam pun berganti pagi, pagi menjelang siang, dua
kakek sudah ngos-ngosan, nafas mereka sudah senin kamis,
94 sementara dua she-taihap masih dalam kondisi yang prima,
satu kelebihan ilmu she-taihap yang diakui oleh Tio-huang dan
Lou-beng-ho. Dan untung bagi kedua kakek "lan-liong-sian" dan "pak-giam-losianli" masuk pada pertempuran dan mengambil alih, sehingga
keadaan mereka yang terdesak hebat dapat mengambil nafas,
setelah merasa pulih keduanya kembali masuk dalam
pertempuran, dua she-taihap dikeroyok, pertempuran terus
berlangsung sampai menjelang sore, kali ini bukan saja kwaahong yang terdesak, tapi dua saudaranya juga terdesak hebat,
namun kegigihan dan keuletan turunan she-taihap ini patut
diacungkan jempol, karena ironisnya kubu ciangbujin tidak
mampu untuk mencampuri pertempuran yang jauh diatas
mereka. Beberapa pukulan hebat telah diterima ketiga she taihap,
namun untuk roboh tunggu dulu, mereka ini adalah she-taihap
yang kesaktiannya melegenda selama hampir lima ratus tahun,
kubu ciangbujin penuh kecemasan, ingin membantu tidak
kuasa, dibiarkan tiga she-taihap sebentar lagi akan terkapar,
ditengah kecemasan yang menggelisahkan itu sebuah teriakan
terdengar dari langit "kreeeekkkk"krekkkkkk?" benda hitam dari langit turun seekor
rajawali, penungganganya seorang pemuda tampan umur tujuh
belas tahun, dengan gerakan menukik dia melayanag
tangannya mengembang lalu berputar
"dhuar,,,,dhuar" dhuar"." tiga ledakan keras mengguncang
95 hutan kong-ciak, tiga she-taihap melompat mundur sementara
enam lawan mereka juga melakukan hal yang sama, sembilan
petarung itu merasakan dada mereka sesak akibat hawa luar
biasa dahsyat yang membentur tiga kelompok pertarungan.
"apa yang kalian lakukan ini sungguh memalukan,
pengeroyokan ini sungguh tidak adil." tegur kwaa-han-jin
menatap enam orang dihadapannya
"dua cianpwe kenapa demikian telengas pada tiga orang muda,
bukankah seharusnya sikap jantan yang harus dimunculkan
sekalipun keinginan untuk menang dan menguasai itu demikian
besar, apa kepuasan batin yang cianpwe dapatkan dengan
megeroyok, tidak ada kecuali hanya bukti kepengecutan."
"tutup mulutmu bocah tengik, untuk apa kamu ikut campur."
Ujar Kwi-san-hengcia "hahaha..hahaha..cianpwe yang miskin hati, aku sadari aku
boleh dikatakan masih bocah bilah dibandingkan dengan kalian
semua, namun tolong merasa malulah disaat pengalaman
hidup sudah berkarat, pemikiran juga sudah amat matang, tapi
berbuat layaknya bocah, cianpwe aku yang bocah merasa
malu, lalu kenapa anda tidak, tidakkah cianpwe berdua melihat
kejanggalan ini. "kami tidak butuh komentar bodohmu itu bocah sialan, enyah
kamu dari hadapan saya !" bentak Kwi-ban-ciang
"maafkan aku cianpwe, aku tidak akan pergi dari sini sebelum
kalian mampu melakukan keadilan dalam pertarungan ini."
"jadi apa maksudmu bocah bau kencur !?" tantang Kui-thian
96 "maksudku jelas mencegah terjadinya ketidak adilan kalau
memang pertarungan harus dilanjutkan."
"lagi-lagi ketidak adilan yang kau bicarakan, mari kita tunjukkan
keadilan kita pada bocah tidak tahu diri ini." ujar Kwi-ban-ciang,
dan tanpa diduga enam orang kosen barisan hek-to itu
menyerang Kwaa-han-jin, ketiga she-taihap hendak bergerak
"tiga sicu jangan memaksakan diri." teriak Kwaa-han-jin sambil
bergerak super cepat menghindari terjangan enam lawannya,
tiga she-taihap saling pandang dan memperhatikan gerakan
yang sulit di tangkap mata itu, dan ketiganya terpana karena
pemuda itu menghadapi enam keroyokan itu dengan im-yangbun-sin-im-hoat yang digabung dengan "san-phak-eng-coan"
dua tubuh Kwaa-han-jin melawan enam orang, dan keenam
lawan merasa jengkel karena gerakan lawan mereka ini sangat
membingungkan karena sulit ditangkap mata.
Tio-huang terkejut karena ilmu ini juga milik ketiga she-taihap
yang barusan mereka hadapi, lalu dengan sikap jumawa dia
berteriak "hilang tanpa bekas..!"
"duk"tuk".tuk"hoak"hoak?" sebuah pukulan menghantam
lan-liong-sian sehingga terpapar satu tombak, dan dia terduduk
karena nafasnya sesak, kemudian dan ketukan jari yang
merupakan ganti dari mouwpit menghantam dada kwi-banciang dan menghantam perut Kwi-san-hengcia, sehingga ia
terjungkal sambil memuntah isi perutnya dan bahkan muntahan
kedua bercampur darah. 97 Kwi-san-hengcia hendak memunahkan ilmu san-phak-engcoan, namun tenaganya jauh dibawah Kwaa-han-jin yang
masih muda, tentunya ia tidak tahu bahwa she-taihap muda ini
memiliki inti ilmu "Wei-si-sin-siulian" getaran teriakan yang
mengandung sin-kang itu mental kembali menyerangnya, lalu
disusul jotosan pada perutnya, hingga dia pun terjungkal
dengan luka dalam yang cukup parah.
"apakah cianpwe terluka parah ?" tanya Kwaa-han-jin tiba-tiba,
dan pertanyaan ini membuat enam lawannya terkesima,
demikian juga tiga she-taihap dan semua penonton yang
mendengarnya. kwi-san-hengcia merasa jengkel dan emosinya meledak sebab
karena merasa dipandang rendah
"bangsat".jika aku terluka kamu mau apa hah..!?"
"cianpwe kendalikan emosi yang hanya merugikan dirimu."
sahut Kwaa-han-jin "peduli apa kamu, jangan dikira aku sudah kalah !" teriak Kwisan-hengcia
"tidak ada yang sanggup mengalahkanmu cianpwe, tidak juga
aku melainkan hanya dirimu sendiri yang dapat
mengalahkanmu dengan mencoba mengambil sikap
mengalah." sahut Kwaa-han-jin.
"sudahlah"! hari ini merupakan hari tertunda, sebab lain waktu
kalau kamu tidak mampus jangan sebut aku kwi-sanhengcia"!" ujar Kwi-san-hengcia dengan hati mengkal, karena
jawaban-jawaban yang didengarnya tidak sedikitpun
98 mengandung ejekan dan kebencian
"terimakasih ciannpwe, jika menyudahi sementara perkara ini,
dan itu lebih baik daripada membabi buta yang akan merugikan
diri sendiri." sahut Kwaa-han-jin, Kwi-san-hengcia segera
berkelabat dari tempat itu dan disusul oleh lima orang lainnya,
dan bahkan kubu hek-to mengikuti enam orang yang menjadi
pentolan mereka. Tinggallah para kubu ciang-bujin yang seluruhnya seratus
orang bersama tiga she-taihap
"terimakasih she-taihap, kami hendak undur diri." ujar Tan-hui
"silahkan cianpwe.." sahut Kwaa-gan-bao, lalu merekapun
meninggalkan hutan kong-ciak, sehingga tinggallah she taihap
dilapangan itu "sam-wi sicu belum berangkat ?"
"tentunya kami juga akan pergi sicu muda, namun ada hal yang
harus kami bicarakan dengan sicu sendiri." sahut Kwaa-ganbao
"hal apakah itu sicu ?" tanya Kwaa-han-jin
"sicu muda kami bertiga ini adalah saudara, kami she-kwaa,
saya adalah Gan-bao, dan ini adalah Hong-moi, serta yang ini
adalah yang-bun-te "ooh..sam-wi sicu ternyata she-kwaa, sama dengan saya, saya
juga adalah she-kwaa, nama saya Han-jin." sahut Kwaa-han-jin
"saya sudah menduga bahwa sicu adalah she-kwaa."
"darimana sicu menduga demikian ?"
"karena ilmu yang digunakan sicu adalah ilmu she-kwaa, jadi
99 untuk itu kami mohon dijelaskan, tentunya ada pertalian
diantara kita, terlebih kita berempat adalah she-kwaa."
"memang benarlah demikian sicu, jadi saya akan katakan
bahwa ayah saya adalah Kwaa-han-bu dan ibu saya" "
"maaf kelancangan kami siok-siok, kami keponakanmu tidak
berlaku hormat." "hahaha..hahaha..tidak ada hukum bagi orang tidak tahu, tapi
bagaimana kalian menyebut aku paman kalian ?"
"jin-siok, saya adalah putri Kwaa-kun-bao putra dari kongkong
kwaa-han-bu." sahut Kwaa-hong
"dan saya adalah putra dari Kwaa-sin-liong anak dari kongkong
Kwaa-han-bu "saya adalah putra dari kwaa-yun-peng putra dari kongkong
kwaa-han-bu "ooh, begitukah " tidak kusangka bahwa aku memiliki tiga
saudara tua, dan bahkan bertemu dengan kalian
keponakanku." "hal ini sungguh menggembirakan jin-siok." sahut Kwaa-hong
"Jin-siok, dimanakah kongkong " karena selama ini kami
kehilangan beliau." tanya Kwaa-gan-bao
"kongkong kalian sudah meninggal beberapa bulan yang lalu
demikian juga dengan kong-bo kalian setelah melahirkan
paman, marilah ketempat paman untuk menjiarahi makam
keduanya" jawab Kwaa-han-jin,"
"kalau begitu marilah siok-siok.." saut Kwaa-yang-bun
"mari kita menunggangi pek-touw."
"pek-touw tiga orang ini adalah keponakanku, jadi mari kita
pulang ke goat-kok." Ujar Kwaa-han-jin dan kemudian
100 melompat kepunggung rajawali, lalu ketiga keponakannya juga
melompat, pek-thouw mengepakkan sayap besarnya dan
membumbung keangkasa, empat she-taihap mampu dibawa
pek-thouw tentunya bukan hal yang sulit, karena walaupun
empat orang, empat she-taihap itu laksana kapas ringannya.
Saat malam tiba merekapun sampai di goat-kok, Han-jin
membawa tiga keponakannya ke makam Im-yang-sin-taihap
dan Kwee-kim-in, setelah upacara sembahyang mereka masuk
kedalam pondok "paman tidak punya apa-apa sam-ji, hanya air untuk malam ini."
"tap aku lapar Jin-siok, bukankah sebaiknya sebentar dicari
ditengah hutan ?" "benar..biar saya yang akan berburu." sahut Yang-bun sambil
berdiri dan keluar pondok, tidak lama seekor rusa dipanggul
Yang-bun. "setengah saja untuk kita, dan setengahnya berikan pada Pekthouw, bun-ji !" perintah Han-jin
"baik siok-siok." sahut Yang-bun kemudian ia mengambil dua
bagian kaki rusa, dan sisanya diberikan pada Pek-thouw, dua
paha rusa pun dibakar dan bumbunya sudah diracik oleh Kwaahong, aroma sedappun tercium, setelah matang, empat shetaihap pun makan dengan lahap.
"jin-siok, alangkah senangnya ayah jika siok dapat
mengunjunginya." ujar Kwaa-hong
"tenu saya akan mengunjungi orang tua kalian sam-wi-ji,
siapakah yang tertua saudara pamanmu ini Hong-ji ?"
101

Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"yang tertua adalah pek-bo Kwaa-thian-eng yang berada di kota
Sinyang, lalu pek-bo kwaa-hoa-mei yang berada di kota
Wuhan, kemudian ayah Bao-koko, Kwaa-sin-liong, lalu ayahku
Kwaa-kun-bao, kami tinggal dipulau kura-kura Jin-siok."
"dan pulau kura-kura Jin-siok adalah tempat leluhur she-kwaa."
sela Kwaa-yang-bun "sebenarnya bukan she-kwaa bun-te." bantah Kwaa-hong.
"lalu yang benar apa hong-cici ?" tanya Kwaa-yang-bun
"yang benar adalah pulau kura-kura adalah leluhur perguruan
kita, pulau-kura-kura itu adalah leluhur she-kwee, karena kongbo kwee-kim-in adalah buyut langsung dari pendiri Pat-hongheng-te, yang bergelar Kim-khong-taihap" jawab Kwaa-hong
menjelaskan "oo..begitu rupanya, jadi leluhur kita dimana kalau begitu Hongcici ?" tanyakKwaa-yang-bun
"leluhur kita itu ada di kota Kun-leng bun-te." sahut Kwaa-hong,
Kwaa-gan-bao dan Kwaa-yang-bun manggut-manggut
"darimana hong-moi dapat keterangan seperti itu ?" tanya
Kwaa-gan-bao "saya dapat cerita itu dari kongkong Li-tan-hua, dan faktanya
pemakaman yang ada dipulau kura-kura hampir semua shekwee, sejak buyut kim-khong-taihap
"jadi artinya pulau kura-kura adalah leluhur luar dan kota kunleng leluhur dalam." sahut kwaa-gan-bao.
"benar bao-ko." sahut Kwaa-hong sambil mengangguk tegas.
"sekarang sudah jelas bagi paman, jadi oleh karena itu sudah
merupakan keharusan bagi paman untuk mengunjungi orang
102 tua kalian dan kerabat yang lain, dan tentunya paman pertama
sekali akan ke kota Sinyang, ketempat eng-cici."
"benar jin-siok, terlebih pek-bo cemas karena saat saya
berkunjung kesana, saya mengatakan bahwa Kongkong dan
kongbo tidak berada di Kun-leng." sela Kwaa-hong
"dengan kedatangan jin-siok kesana akan melegakan hati pekbo." sela Kwaa-yang-bun
"baiklah, sekarang kita istirahat, dan besok paman akan
berangkat, terserah kalian apakah kalian akan langsung
melanjutkan perjalanan atau masih ingin tetap disini." ujar Hanjin, ketiga keponakannya itu mengangguk, tidak lama kemudian
goat-kok berubah sepi dan sunyi, hanya desiran angin malam
yang membelai dedaunan yang terdengar, sang raja malam
mutlak menguasai saat itu dengan kegelapan dan kekelaman.
Keesokan harinya, empat she-taihap bangun, Kwaa-han-jin
sudah siap dengan buntalannya yang berisi pakaian, dengan
menunggang pek-thouw Kwaa-han-jin meninggalkan goat-kok
dilepas pandangan ketiga keponakannya, Kwaa-hong dan
Kwaa-gan-bao hari itu juga meninggalkan goat-kok, tapi Kwaayang-bun masih ingin berdiam di goat-kok yang memiliki
pemandangan yang indah. Kwaa-han-jin melintasi angkasa diatas punggung pek-thouw,
dua hari kemudian Kwaa-han-jin sampai diatas kota Tianjin
"pek-thouw kita kehutan sana !" perintah Han-jin, Pak-thow
memekik keras seakan mengiyakan perintah majikannya, pek103
thouw menukik kebawah, dan kemudian terbang rendah
mengitari hutan belantara
"pek-thouw dari sini akan berjalan, dan kamu kembalilah ke
goat-kok, mungkin dari tiga keponakanku masih ingin tinggal
disana, temani dan layani mereka."
"kreek..kreekkkk.." pekik pak-thouw, lalu tubuhnya pun kembali
membumbung tinggi dan lenyap dibalik awan.
Kwaa-han-jin menelusuri hutan belukar dan dalam waktu
sepeminum teh ia sudah keluar dari hutan dan menapaki jalan
besar, Han-jin istirahat disebuah kedai makanan dipinggir jalan,
kedatangannya jadi perhatian lima orang yang sedang makan,
pemilik kedai yang sedang melap meja buru-buru
menyambutnya, pemilik kedai itu dipanggil Ciu-siok
"silahkan kongcu, mau pesan apa ?"
"tolong sepoci teh dan makanan yang ada."
"baiklah kongcu, tunggu sebentar akan saya persiapkan." sahut
ciu-siok dan masuk kedalam kedainya, Han-jin duduk dan
menatap lembah yang ada dibelakangnya, dan sekilas tatapan
lima orang itu bersilang dengan tatapan Han-jin
"apakah kongcu dari shijazhuang ?" tanya ciu-siok sambil
menghidangkan makanan "tidak paman, aku dari qingdao hendak ke kota yang terdekat
dari sini." "oo..maksud kongcu kota Tianjin." sela ciu-siok, Han-jin
mengangguk "saya kira dari shijazhuang." ujar ciu-siok
104 "tidak paman, memangnya kalau dari shijazhuang kenapa
paman ?" "kalau dari shijazhuang akan dapat informasi tentang keadaan
kota itu ?" "apa ada masalah dikota itu paman "
"benar kongcu, sesuatu yang sangat mengerikan, karena itu
banyak orang yang mengungsi darisana ke kota Tianjin,
silahkanlah makan kongcu" sahut ciu-siok
"baik paman dan terimakasih." jawab Han-jin dan kemudian
menyantap makanannya, baru saja Han-jin menyelsaikan
makannyam serombongan wanita dan orang tua melintasi
jalan, mereka berkumpul disekitar kedai tanpa dinding itu, dan
sebagian duduk istirahat diseberang jalan dan berteduh
dipinggir hutan. Ciu-siok menawarkan makan dan minuman yang
disediakannya, dan tiga orang lelaki diatas lima puluh tahun
terngiur dan duduk dimeja, pelayan itu dengan senang hati
menghidangkan makanan pada pelanggan tersebut
"sam-wi-sicu dari shijazhuang ?" ciu-siok mulai bertanya
"benar sicu, dan kami lelah betul."
"bagaimana sekarang keadaan kota itu sicu ?"
"makin kacau dan menyedihkan, karena pada hari kami
tinggalkan sudah ada empat puluh orang yang tewas
mengenaskan, ah".betul-betul kejam"
"oh iya silahkan makan sam-wi-sicu." ujar Ciu-siok sambil
105 melap meja disamping meja tiga orang pengungsi itu, tiga lelaki
itu pun memakan makanannnya.
"siapa sih sebenarnya yang melakukan hal tersebut sicu ?"
kembali ciu-siok bertanya
"segerombolan perampok yang disebut rampok "houw-tek"
(bukit harimau), gerombolan itu turun dari bukit dan masuk
shijazhuang empat bulan yang lalu, dan mereka dengan terangterangan merampoki warga."
"lalu apa tindakan para polisi dan kungcu kota itu ?"
"mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka sendiri di
rampok habis-habisan oleh gerombolan itu, bahkan tihu,
ciangbun polisi kota tewas saat mereka rampok, pokoknya kota
itu telah dikuasai oleh gerombolan perampok."
"maaf paman", saya sudah selesai dan berapa harga
makanan saya ?" sela Kwaa-han-jin
"oh" satu setengah tail kongcu." sahut ciu-siok, Kwaa-han-jin
membayar makanan, dan Kwaa-han-jin meninggalkan kedai
dan berjalan kearah ia datang
"kongcu..! kamu salah jalan, kekota Tian-jin kearah sana." seru
ciu-siok "terimakasih paman, sekarang aku hendak kekota shijazhuang."
sahut Kwaa-han-jin, Ciu-siok terkejut
"aneh"katanya mau ke tianjin tapi kok malah ketempat
berbahaya." Ujar ciu-siok lirih
"mungkin dia itu pendekar baru turun gunung." sela seorang
dari lima orang yang duduk sebelum kedatangan Han-jin
106 "benar, namun sayang dia hanya akan mengantar nyawa saja."
sela rekannya yang lain, selagi mereka menomentari kenekatan
Han-jin, mereka tidak sadar bahwa Han-jin sudah sangat jauh
meninggalkan areal kedai Ciu-siok.
Kwaa-han-jin dengan kecepatan larinya yang luar biasa menuju
kota shijazhuang, hanya dalam tempo dua hari Kwaa-han-jin
sudah sampai di kota shijazhuang yang hampir menjadi kota
mati ditinggalkan penduduknya, jalanan dalam kota sepi,
banyak rumah, toko dan likoan yang rusak berat, di sisi kanan
kiri jalan, nyaris seluruh rumah pintunya tertutup baik yang
dijalan besar maupun digang-gang perumahan, Kwaa-han-jin
berjalan tenang sambil memperhatikan sudut-sudut kota.
Dari sebuah gang dua puluh orang berpakaian serba merah
dengan sikap garang melangkah mendekati Han-jin
"hehehe..satu lagi pendekar picisan mau mampus." ujar lelaki
besar dengan cambang lebat disekitar mukanya, dia
merupakan orang kelima setelah pimpinan rampok, dan
gelarnya adalah "ngo-houw" (harimau kelima)
"sepertinya para twako yang telah membuat kota ini hampir
binasa." ujar Kwaa-han-bu dengan sikap tenang.
"hahaha..hahaha"kalau tahu begitu kenapa tidak langsung
gulung ekor dan lari dari hadapan kami !?" sahut ngo-houw
sambil tertawa, dan dua puluh bawahannya juga ikut tertawa.
"twako"kalian ini sungguh keterlaluan sehingga membuat
penduduk ini menjalani kehidupan yang sengsara." tegur Kwaa107
han-jin "beuh..hahaha"hahaa" lalu kenapa jika memang demikian ?"
"mungkin pemuda bau kencur ini ingin jadi pahlawan ngotwako." sela anak buahnya
"hahaha..hahaha" heh.. pemuda goblok! apa kamu ingin jadi
pahlawan ya sehingga berani mati masuk kelota ini ?" ujar ngohouw dengan nada sinis.
"twako, janganlah lagi membuat orang lain mederita, sungguh
tidak baik, kejahatan yang kalian lakukan ini hanya akan
merugikan dan membinasakan kalian sediri."
"ahhh"bocah tengik ini banyak bacot ngo-twako, sebaiknya
kita gorok saja lehernya." sela sela seorang anak buah ngohouw sambil melangkah dua tindak dan mengayunkan
pedangnya ke arah leher Han-jin.
"egh"tuk"adouwhhhh?" pedang perampok itu tiba-tiba
berhenti dan gagang pedang bergeser dari genggamannya dan
menyodok dadanya dengan kuat, sehingga ia menjerit
kesakitan, para kawanan perampok terkejut, karena mereka
jelas melihat pemuda dihadapan mereka ini tidak membuat
gerakan apapun. "hmh"ternyata kamu ada isi juga bocah, rasakan ini !" ujar
ngo-houw sambil melompat menerjang Han-jin, namun dia
terkejut karena tubuh Han-jin menghilang, dia menengok kanan
kiri, dan ketika dia berpaling kebelakang
"aaa..setan buduk.." teriaknya sambil melompat dengan wajah
terkejut karena Han-jin sangat dekat dibelakangnya, tubuhnya
merinding ketika Han-jin hilang dan seluruh anak buahnya tiba108
tiba melotot kaku kecuali satu anak buahnya yang tadi hendak
menebas batang leher Han-jin.
Ngo-houw terkesima dan kemudian matanya mencari-cari Hanjin, namun pemuda itu tidak dilihatnya
"apakah twako mencari saya ?" sapa suara yang amat dekat
ditelinganya, dia cepat berpaling dan untuk kedua kalinya ia
terkejur pucat "ka"kamu hantu apa manusia ?" tanya ngo-houw gagap.
"twako aku ini manusia bukan hantu."
"ta..tapi kenapa kamu menghilang, apa yang kamu perbuat
dengan anak buah saya ?"
"aku tidak menghilang, hanya karena mata twako yang sudah
rabun oleh sesuatu, dan anak buah twako hanya saya totok."
Jawab Han-jin sabar dan tenang, ngo-houw makin ciut
nyalinya. "twako"bukankah sebaiknya kamu meninjau kembali dengan
harimau-harimau yang lain, bahkan dengan pimpinan harimau
tentang keterlanjuran perbuatan aniaya kalian ini ?"
"phuah"tunggulah disini bocah sialan ! aku akan akan panggil
pimpinan kami." sahut ngo-houw berubah sikap karena sesaat
ia lupa bahwa ia lupa dengan keadaannya saking bingung dan
takutnya, dan saat Han-jin mengatakan harimau-harimau lain
dan pimpinan harimau, ia jadi ingat bahwa ia tidak sendirian,
masih ada empat twako dan pimpinan tertinggi mereka.
"baiklah twako, aku akan menunggu disini." jawab Han-jin.
109 Ngo-houw berlari meninggalkan Han-jin beserta anak buahnya
yang kaku "apa dadamu masih sakit twako ?" tanya Han-jin pada orang
yang pertama menyerangnya, ditanya seperti itu dia terkesima,
tapi dengan terbatuk-batuk ia melarikan diri menyusul
pimpinannya ngo-houw, Ngo-houw menuju sebuah rumah yang
sangat megah dan luas, rumah itu adalah milik seorang
hartawan yang sudah di bunuh kawanan perampok itu
"ngo-twako kamu kenapa " kenapa buru-buru ?" tanya seorang
perampok yang menjaga pintu gerbang
"aku mau bertemu suhu, kalian harus berkumpul semua di
halaman ini, kita menghadapi orang sakti." Sahutnya sambil
berjalan buru-buru menaiki tangga rumah, dipintu masuk ia
bertemu dua orang lelaki kurus, yang satu tinggi dan yang
kedua lebih pendek "ngo-houw ada apa kamu kelihatan buru-buru !?"
"gawat ji-twako, seorang pemuda luar biasa ada di jalanan
masuk pintu gerbang, kita harus sampaikan pada suhu."
"hahaha..hahaha" jangan panik begitu ngo-houw, kalau hanya
seorang pemuda untuk apa suhu yang mengurus, mari bawa
saya kehadapan pemuda itu." sahut lelaki kurus panjang
"sam-twako" pemuda ini bukan orang sembarangan ."
"heh"apakah semua anak buahmu sudah tewas ?" tanya samhouw
"anak buah saya tidak ada yang tewas, tapi semuanya ditotok
olehnya, dan aku tidak tahu kapan ia menotoknya."
110 "hah" kamu tidak tahu kapan anak buahmu tertotok, apa kamu
sedang ngelantur ngo-houw ?" sela ji-houw dengan nada
mencibir "baiklah kalau ji-twako dan sam-twako hendak kesana, marilah
ikut saya " ujar ngo-houw
"baik"mari kita kesana, urusan begitu saja kamu tidak becus
ngo-houw." sahut ji-ngouw bernada marah, ngo-houw hanya
diam saja dan terus melangkah menurini tangga
"empat puluh anak buah sam-houw ikut kami !" ujar ji-houw,
empat puluh rampok mengikuti tiga pimpinan mereka, tidak
lama kemudian mereka sampai ditenmpat, Han-jin sedang
duduk bersandar di sebuah emperan toko yang tertutup, dia
bangkit dari duduknya ketika melihat ngo-houw bersama dua
orang lelaki kurus "itulah pemudanya ji-twako." ujar ngo-houw sambil menunjuk
Han-jin yang datang mendekat, tiba-tiba sam-houw bergerak
menyerang, namun sama halnya dengan ngo-houw, han-jin
menghilang, Han-jin yang sedang mengerahkan "goat-koansim-hang" dengan kecepatan luar biasa bergerak diantara para
perampok dan menotok semuanya termasuk ji-houw dan ngohouw, hanya sam-houw yang lagi clingak-clinguk yang tidak
ditotok, kemudian Han-jin mendekati punggung sam-houw yang
sedang mencari-cari keberadaannya.
"twako" mencari saya ?" sapa Han-jin dari balik punggung
sam-houw, sam-houw terkejut dia berdiri tegang karena
111 terkejutnya, "ji".twako a..apa yang sedang terjadi ?" teriaknya sambil


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menatap mata ji-houw, namun Ji-houw hanya diam kaku
membisu, Ji-houw langsung ciut nyalinya
"twako..apakah pimpinan harimau tidak datang, pergilah
panggil beliau itu twako." ujar Han-jin masih dengan suara
ramah dan lembut, bergetar hati sam-houw mendengar ucapan
yang amat ramah itu, dia berpaling dan menatap Han-jin
dengan rasa takut yang luar biasa
"pergilah twako, panggil beliau pimpinan harimau, aku akan
menunggu disini dengan rekan-rekan twako." ujar Han-jin,
bergetar langkah sam-houw meninggalkan tempat itu, enam
puluh rekannya seperti patung hidup yang tidak berdaya.
Sam-houw berlari kembali ke markas dengan wajah pucat dan
"bagaimana sam-houw-twako, kok cepat sekali apakah pemuda
itu sudah dihabisi ?" tanya anak buahnya, tanpa menjawab
sam-houw masuk kedalam rumah
"suhu"gawat"suhu gawat.." ujarnya sambil berlutut
dihadapan lelaki kekar bermata satu, dan dibagian pipinya ada
bekas guratan, umurnya hampir mencapai enam puluh tahun,
pimpinan rampok ini dikenal dengan julukan "kui-Houw"
(harimau siluman) "bicara yang jelas sam-houw !" bentak lelaki kekar dan besar
disamnping pimpinan rampok, dia adalah it-houw
"suhu", ji-houw dan ngo-houw tidak berdaya dihadapan
seorang pemuda hijau di jalan masuk gerbang kota, enam
112 puluh anak buah kita juga telah kaku bisu ditotoknya."
"siapa pemuda itu ?" tanya kui-houw
"saya tidak tahu suhu, sebaiknya kita kesana dan
membunuhnya." sahut sam-houw
"it-houw bawa si-houw dan temani sam-houw menyelesaikan
masalah ini !" perintah kui-hiouw
"baik suhu, mari sam-houw !" sahut it-houw, lalu keduanya
keluar dan it-houw memerintahkan anak buahnya memanggil
si-houw lelaki gemuk pendek berkulit hitam, tiga pimpinan itu
berangkat bersama lima puluh anak buah it-houw.
Saat matahari tepat diubun-ubun mereka sampai enam puluh
rampok sudah mandi keringat dipanggang panas matahari,
sementara di emperaan yang teduh Kwaa-han-jin duduk
bersandar, Kwaa-han-jin bangkit lagi dari duduknya melangkah
mendekati rombonga yang baru datang
"apakah itu pemudanya sam-houw " tanya it-houw dengan hati
sedikit meragu karena melihat ji-houw dan ngo-houw beserta
puluhan anak buahnya berdiri kaku laksana arca
"benar it-twako." sahut sam-houw
"siapakah kamu anak muda ?" tanya it-kiam dengan nada
digalak-galakkan "siapa saya tidak penting twako, saya ini bukan siapa-siapa,
dan yang terpenting sekarang bahwa penduduk kota ini
mengalami sengsara luar biasa oleh sebab ulah kalian yang
semena-mena." jawab Han-jin tenang dan lembut
"lalu apa maumu !?" tanya it-houw
"twako aku hanya ingin kalian menghentikan prilaku buruk ini
113 dan mengembalikan kenyamanan penduduk kota ini
"kamu itu pemuda usil dan tidak tahu diri."
"mungkin dipihak twako aku disebut usil, tapi apakah aku harus
berdiam diri melihat apa yang kalian lakukan dengan kota ini "
tentu tidak twako, sebagai sesama harus saling membantu dan
tenggang rasa, mungkin saat ini para twako tidak
menyadarinya." "sudahlah aku tidak mau berdebat dengan mulutmu yang sok
berfilsafat itu, serang"!" sahut it-houw sambil memberi
komando, it-houw, sam-houw, dan si-houw bersamaan
menerjang kwaa-han-jin, untuk ketiga kalinya Han-jin
menghilang dan menotoki semua perampok dan dalam waktu
yang tidak lama lima perampok kaku termasuk si-houw dan ithouw, hanya sam-houw yang tidak ditotok
"maaf twako..sekali lagi panggillah pimpinan kalian supaya
urusan kita ini selesai." bisik Han-jin dari belakang punggung
sam-houw "iihh".teriak sam-houw menggigil ketakutan, bulu romanya
merinding dan rasa dingin karana takut menyergap hatinya.
Sam-houw kembali berlari menuju markas, dan melapor pada
kui-houw "badebah sialan, cepat ikut saya ketempat itu !" ujar kui-houw
dengan amarah yang meledak, dalam hitungan menit kui-houw
tiba ditempat, hatinya terheyak melihat seratus lebih anak
buahnya berdiri mematung memadati jalanan dan terpanggang
sengatan matahari yang baru saja melewati puncaknya
114 "mana pemuda usil yang hendak menantang kui-houw !?" teriak
Kui-houw "saya pemuda usil itu cianpwe." sahut Kwaa-han-jin
"bangsat kamu bocah ingusan, rasakan pukulanku." teriak kuihouw dengan sebuah gerak cakaran dahsyat, kali ini Han-jin
tidak menghilang, namun menangkap dua lengan kuat yang
membentuk cakar itu "aaa"aaaaa".auhh"..tidaaaak"..ampuuunnnn" " teriak kuihouw histeris karena tanganya diremas oleh Han-jin dan
seluruh urat syaraf ditangannya serasa putus dan dipilin-pilin
yang bersumnber dari getaran hawa yang masuk pada buku
jarinya. Selama lima menit kui-houw meraung dan berlutut dihadapan
Han-jin, bukan hanya air matanya yang bercucuran menahan
rasa nyeri dan bersangatan, bahkan dia juga terkencingkencing merasakan aliran hawa yang membuat urat syaraf
tubuhnya menegang dan acak-acakan, seluruh pori-pori
tubuhnya merinding merasakan sakit dan nyeri
"maaf cianpwe anda tidak kenapa-napa, sekarang aku minta
cianpwe menghentikan kegiatan yang merugikan cianpwe dan
orang lain, cianpwe dan anak buah patut dikasihani, terjebak
oleh nafsu sehingga kehilangan jati diri. Cinapwe aku tidak
mampu menjaga sepak terjang kalian, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa ada lagi saatnya kita bertemu kembali,
selamat tinggal cianpwe." ujar Kwaa-han-jin. dan lalu
menghilang 115 Kui-houw yang terduduk dengan deru nafas memburu terdiam
lama membelakangi anak buahnya, untuk berdiri rasanya ia
belum mampu, getaran jantungnya yang empot-empotan
membuat dirinya lemas tidak berdaya seiring rasa nyeri yang
bertalu-talu mendera seluruh tubuhnya, tiga jam kemudian kuihouw baru dapat berdiri, dia membalik badan dan beradu
pandang dengan tatapan anak buahnya yang menyaksikan
keadaannya "apakah suhu baik-baik saja ?" tanya sam-houw
"sam-houw coba kamu lepaskan totokan rekan-rekanmu !" ujar
Kui-houw, sam-houw mendekati si-houw dan mencoba
membebaskannya dari pengaruh totokan, namun usaha itu
hanya sia-sia "suhu aku tidak bisa memunahkan totokan ini." ujar sam-houw
bingung "apa yang harus kita lakukan suhu ?"
"sudahlah pendekar muda itu tidak berniat mencelakai kita, kita
tunggu saja, mungkin akan punah sendiri." jawab kui-houw
yang duduk diemperan toko, dan kemudian kembali merenung,
dan memang benar menjelang malam totokan dua puluh orang
pertama punah sendiri, dan lebih setengah jam kemudian
empat puluh orang yang lain bebas dari totokan, dan akhirnya
mereka bebas semua, namun sebagian besar mereka
mengalmi muntah-muntah karena kepala pening dan perut
mual akibat dipanggang sengatan matahari selama hampir
setengah hari. 116 "kalian semua dengarlah, hari ini kita dapat pelajaran berharga
dari seorang pemuda yang tidak dikenal, dan apa yang telah di
lakukankannya kepada kita patutlah kita jera dari semua ini, jadi
mulai malam ini saya sebagai pimpinan kalian melepaskan diri,
saya akan cuci tangan dari kekotoran ini, cukuplah hanya sekali
bertemu dengan pendekar muda itu, pergilah kalian dan aku
juga akan meninggalkan kota ini." ujar kui-houw dan dia pun
berkelabat meninggalkan anak buahnya.
Empat harimau saling pandang termenung menyaksikan sikap
suhu mereka "suhu telah mengambil jalan yang menurutnya harus ditempuh,
maka saya juga akan mengikuti sikapnya yang hendak mencuci
tangan dari kekotoran ini." ujar Sam-houw dan meninggalkan
tempat itu, lalu tidak lama kemudian dalam kebisuan semuanya
bergerak meninggalkan tempat itu.
Keesokan harinya markas perampok sudah kosong, dan luar
biasanya harta tumpukan mereka selama ini tidak hanya sedikit
yang diambil, bahkan menjelang tengah hari Bu-kungcu datang
bersama serombongan pasukan polisi, karena salah satu dari
harimau menuliskan surat dan dilempar kedalam kamar Bukungcu, surat itu didapati pagi harinya dan isinya berbunyi
"Bu-kungcu kota anda sekarang aman dari kejahatan kami,
sebagian besar tumpukan harta kami tinggalkan dimarkas
surat itu tidak ada nama pengirim, Bu-kungcu meragu dan
mendiamkannya, namun saat matahari mulai naik tinggi,
117 aktivitas perampok tidak ada, biasanya mereka berpatroli
membuat onar dan berteriak-teriak
"taijin ada yang aneh pada hari ini " lapor kapten polisi
"aneh bagaimana " tanya Bu-taijin
"tidak keliahatan patroli para perampok." jawann kapten, Bukungcu bergetar hatinya dengan bunyi surat
"coba kamu dekati markas mereka, lihat apa dan bagaimana
disana !" perintah Bu-kungcu. si kapten segera keluar dan
mencoba mengintai markas para perampok, dan yang
didapatinya hanya kesunyian, bahkan ia masuk sampai
kehalaman, tempat itu lengang, segera dengan buru-buru ia
kembali melapor, dan yakinlah bu-kungcu akan pesan surat
yang dijumpainya. "siapkan pasukan dan kita segera kesana !" perintah Bu-tai-jin,
iring-iringan polisi itu membuat warga yang masih bertahan
dikota itu membuka jendela rumah mereka ditingkat atas.
Bu-taijin dan pasukannya memeriksa seluruh ruangan dan
puluhan peti harta di angkut kekantor hakim, siang hari itu para
warga turun dengan suka cita setelah mendengar aba-aba dari
patroli polisi bawa keadaan susah aman dan perampok sudah
meninggalkan kota, banyak warga yang bertanya-tanya sebab
musabbab kejadian yang membahagiakan itu
"menurutmu apa yang terjadi twako ?"
"aku tidak tahu kejadian ini sungguh amat aneh bagiku."
"hmh,,,tentu saja kalian tidak tahu."
"eh".emangnya kamu tahu apa yang terjadi ?"
118 "ah"aku tahu karena kejadian luar biasa itu dalam
pengintaianku." "kalau kamu tahu a-tong ceritakanlah pada kami."
"hal yang luar biasa terjadi persis di depan rumah saya."
"benar saya juga melihatnya, kalau kejadian semalam
maksudmu A-tong." "memang kejadian itulah yang menyebabkan kondisi yang kita
alami sekarang." "ya saya juga yakin karena itu." sela yang lain, puluhan orang
dikedai itu bertumpuk berkerumun penasaran, lalu A-tong pun
berceritalah apa yang terjadi di depan rumahnya dijalan dekat
gerbang kota "hayaaa"siapakah pendekar muda itu ?" sela mereka
bersamaan "tapi kenapa yah para perampok itu tidak dibunuh saja oleh
pendekar itu" sela yang lain sedikit kecewa.
"saya mana tahu, namun aku mendengar jelas perkataan
terakhir pendekar itu didepan si Kui-houw
"apa yang kamu dengar ?" kembali lagi a-tong dikerubuti
"pendekar itu berkata aku minta cianpwe menghentikan
kegiatan yang merugikan cianpwe dan orang lain, cianpwe dan
anak buah patut dikasihani, terjebak oleh nafsu sehingga
kehilangan jati diri."
"ck"ck" kalimat yang dalam dan lembut sekali." Sela
sebagian mereka "pendekar itu memang patut disebut"."
119 "disebut apa A-tong " tanya mereka serempak
"disebut "jin-sin-taihap" (pendekar sakti welas asih) rasa kasih
sayangnya pada para perampok telah merubah si kui-houw
sehingga si kui-houw berkata.."
"kamu juga dengar perkataan si kui-houw." tanya mereka
serempak "benar si kui-houw berkata hari ini kita dapat pelajaran berharga
dari seorang pemuda yang tidak dikenal, dan apa yang telah di
lakukankannya kepada kita patutlah kita jera dari semua ini."
"luar biasa kalau begitu, tepat sekali julukan yang kamu
sebutkan pada pendekar itu A-tong, apa tadi kamu bilang
"aku bilang jin-sin-taihap"
"ya..itu wajahnya apa jelas kamu lihat
"ah..sudahlah aku mau belanja lagi, besok tokoku akan
kubuka." sahut A-tong keluar dari kedai.
Kwaa-han-jin sudah berada di kota Tianjin untuk melewatkan
malam, dia menginap disebuah likoan yang cukup padat.
Keesokan harinya Kwaa-han-jin meninggalkan kota menuju
kota Sinyang, Kwaa-han-jin tiba disebuah desa yang bernama
ban-in yang sedang berbondong-bondong menuju sebuah
hutan "ada apakah lopek sehingga orang semua menuju huran ?"
tanya Kwaa-han-jin pada seorang tua yang ikut dalam
rombongan itu. "kamu pendatang anak muda, sebaiknya kamu tinggalkan kami
?" sahut si orang tua
"kenapa demikian lopek, apakah yang menimpa kalian ?"
120 "desa kami ini telah kena kutukan anak muda." sahut siorang
tua "kutukan " kutukan bagaimana maksud lopek
"desa kami ini telah dikutik selama setahun, dan kami kehutan
untuk minta dewa hutan supaya jangan memperpanjang
kutukannya." "yang mengatakan desa ini dikutuk siapa lopek ?"
"utusan dewa hutan sendiri." Jawab siorang tua
Rpmbongan sudah sampai ditepi hutanm, kepala desa
memerintahkan supaya semua berlutut
"dewa hutan"kami telah datang dengan segala kerendahan,
persembahan yang engkau minta melalaui utusan, sudah kami
persiapkan," ujar kepala desa, tiba-tiba deru angin muncul dari
dalam hutan, membuat hutan itu laksana diterpa padai, lallu
tiba-tiba sosok manusia besar dan tinggi, kepalanya botak dan


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jenggotnya tebal, kulitnya hitam legam, dikeningnya ada tato
berbentuk ular kobra, dan ia membawa tongkat berkepala ular
dan duduk disebuah cabang pohon besar
"perlihatkan persembahan kalian supaya dewa merasa
senang." ujar manusia botak itu, lalu kepala desa memberi
isyarat pada empat pemuda kekar yang mengangkat sebuah
joli, joli diangkat lebih dekat ke tepi hutan, lalu tirainya dibuka,
didalam joli ada duduk seorang perempuan cantik berpakaian
putih tipis, kulitnya yang putih jelas kelihatan, kemudian
didepannya ada sebuah nampan besar yang diatasnya adan
perhiasan dan uang diatas tumpukan beras
121 Angin sekali lagi menderu dari dalam hutan, joli bergoyanggoyang lalu tiba-tiba joli itu naik keudara dan kemudian melesat
kedalam hutan, hal itu menandakan persembahan diterima oleh
dewa hutan "baik kalian sekarang pulang, hantu hutan yang menggangu
desa kalian akan dibelenggu dewa, tapi ingat setiap lima belas
hari, kalian membawa persembahan mati, dan setiap tahun
kalian memnpersembahkan persembahan mati dan hidup." ujar
si kepala botak, lalu suara deru angina muncul dan sikepala
botak melayang kedalam hutan
"bak utusan ! sekarang kami permisi dulu." sahut kepala desa,
hutan itu lengang, lalu rombongan itu kembali kekampung.
Kwaa-han-jin yang memperhatikan dari baris belakang merasa
penasaran, setelah romobongan kembali kekampung, Kwaahan-jin memasuki hutan, didalam hutan itu ada sebuah
bangunan yang cukup besar, Kwaa-han-jin masuk kedalam
bangunan, dan ternyata tidak berpenghuni, didalamnya banyak
sekali tulang belulang hewan, dan aroma dalam bangunan itu
menenbar bau dupa dan busuk dari bangkai yang berserakan,
Kwaa-han-jin mencari bau dupa, dan disebuah ruangan sebuah
patung ular kobra berdiri angker dan didepannya setumpuk
dupa yang menyala "hmh"dupa ini baru dibakar, artinya penghuni bangunan ini
ada, aku akan selidiki." pikir Kwaa-han-jin.
Kwaa-han-jin bersembunyi dilangit-langit ruangan dimana
patung ular itu berada, dengan perkiraan saat dupa habis,
122 tentunya akan diganti, dan dia ingin melihat siapa yang
mengganti dupa, Kwaa-han-jin berselonjoran di kuda-kuda
bangunan, bagi Kwaa-han-jin sebetang kuda-kuda itu nyaman
baginya untuk tidur dan berselonjoran, ketika malam tiba,
suasana ruangan itu gelap, tiba-tiba tiga lilin yang ada disekirat
dupa menyala sendiri "hmh..luar biasa." pikirnya, tidak ada bayangan yang muncul,
ruangan itu remang dan bayangan patung ular nampak angker
melekat didinding sebelah belakang, Kwaa-han-jin dengan
sabar menunggu bahkan melewatkan malam di atas kuda-kuda
atap. Keesokan harinya, Kwaa-han-jin melihat sikepala botak keluar
dari belakang altar patung ular, sesaat Kwaa-han-jin
memperhatikan apa yang dilakukan si botak, sobotak ternyata
mengganti dupa dengan dupa yang baru, lalu ia kembali
kebelakang altar, tiba-tia ia terkejut karena matanya
menangkap bayangan seseorang turun dari atas, Kwaa-han-jin
berdiri dengan tenang "kamu siapa ?" tanya si botak
"aku orang yang penasaran dengan keanehan yang kalian
buat." Jawab Kwaa-han-jin
"kamu jangan ikut campur anak muda, jika ingin nyawamu
selamat !" ancam sikepala botak.
"tidak bisa begitu sicu, kamu mengatakan desa itu terkutuk dan
kalian minta sesuatu kepada penduduk desa, kalau kalian ini
manusia maka tidak ada kalian membuat kutukan pada bumi
123 ini, karena bumi ini bukan milik kalian, dan ingin kejelasan dari
keanehan ini." ujar Kwaa-han-jin
"kamu mau mampus anak muda heaat"." sikepala botak
membentak dan menyerang Kwaa-han-jin, Kwaa-han-jin
mengelak dan lalu membalas dengan tidak kalah dahsayatnya,
sikepala botak terkejut bahwa lawan muda yang masih hijau ini
akan sehebat ini, dia mengayun tongkat ularnya dengan
kecepatan dan kekuatan luar biasa, sehingga angin menderu
menerpa sekitar Kwaa-han-jin.
Kwaa-han-jin yang menghadapi serangan lawan dengan Imyang-sian-sin-lie demikian luwes dan gesit memasuki sambaran
tongkat naga sikepala botak
"tut"plak"auuh.." dada kiri sikepala botak kena patuk tangan
Kwa-han-jin, dan dagunya kena tamper, dia meringis terjajar
kesamping, untungnya Kwaa-han-jin menghentikan
serangannya, sehingga nafasnya yang sesak dapat dia
pulihkan kembali, sikepala botak lalu duduk bersiulian,
mulutnya komat-kamit, tiba-tiba angina menderu dari luar
bangunan, dan segerombolan ular merayap memasuki
bangunan dan terbang menyerang Kwaa-han-jin
Kwaa-han-jin bergerak gesit mengelak, karena Kwaa-han-jin
hanya mengelak dan tidak mengibaskan tangan untuk memukul
ular-ular itu, sehingga tiga ekor dari puluhan ular yang terbang
melekat ditubuhnya, dan sepertinya bisa ular itu tidak
berpengaruh pada Kwaa-han-jin, hal ini tidak lain karena dulu,
ketika ia dalam gendongan ayahnya sedang berusaha
124 menundukkan rajawali berkepala putih, ia meminum liur rajawali
yang membersit kemukanya, dan sampai hari ini ia belum
menyadari akan khasiat liur tersebut, bahkan ayahnya Kwaahan-bu juga tidak mengetahui, Kwaa-han-jin menyerang kearah
sibotak, si botak terkejut dan menangkis dengan tongkatnya
"plak?" tongkat ditangkap Kwaa-han-jin, dan haw "Im"
menerobos pergelangan tangan sikepala botak, mukanya
terkejut merasakan hawa dingin memasuki tubuhnya, sikepala
botak berusaha bertahan dengan mengerahkan sin-kangnya,
namun kekuatannya jauh dibawah Kwaa-han-jin.
"sikepala botak terpaksa melepaskan tongkatnya dengan tubuh
menggigil, Kwaa-han-jin melepaskan tongkat dan berdiri tegak
memperhatikan reaksi sikepala botak, tiba-tiba dari belakang
altar seorang lelaki bermuka putih laksana mayat muncul,
orangnya jangkung "coa-ong.. pengacau ini hebat sekali." ujar sikepala botak,
Kwaa-han-jin menghadap si jangkung
"hi..hi"mampuslah kamu berengsek !" bentak coa-ong, senjata
berupa kebutan bergerak cepat mengancam titik penting pada
tubuh Kwaa-han-jin, namun Kwa-han-jin meraup bulu kebutan
dengan satu gerakan indah dari Im-yang-sian-sin-lie, adu
betotpun terjadi, Coa-ong melotot karena terkejut, karena kudakudanya gempor, dan lututnya bergetar menahan dahsyatnya
kekuatan yang menariknya.
125 Coa-ong melepaskan gagang kebutannya, dan langsung duduk
bersiulian, mulutnya komat-kamit, lalu
"anak muda berlututlah !" sebuah tenaga sakti menekan sukma
Kwaa-han-jin, namun ketika Kwaa-han-jin menarik nafas, maka
tenaga "Wei-si-sin-siulian" bergerak dari dalam tubuh Kwaahan-jin, Coa-ong terperanjat, karena tiba-tiba ia merasa
tekanan luar biasa sehingga ia terduduk, sibotak juga heran
melihat majikannya terduduk, dan mengira bahwa Kwaa-han-jin
memiliki ilmu hipnotis, jadi ia menyerang dari belakang, Kwaahan-jin menangkap lengannya dan melempar ke arah coa-ong,
coa-ong yang masih terpengaruh dengan sihirnya yang
membalik, tidak mampu mengelak
"ngokk.." tubuh besar sibotak menimpa tubuh pucat dan kurus.
"Kalian harus menjelaskan apa sebenarnya yang kalian lakukan
pada desa dibawah !" ujar Kwaa-han-jin
"kalian sebenarnya siapa dan apa yang telah kalian lakukan
kepada orang-orang desa !?"
"sa..saya adalah coa-ong dan ini pembantu saya, kami
memang telah menipu orang kampung dengan magis ilmu sihir
saya." sahut Coa-ong sambil meringis karena dadanya masih
terasa sesak akibat ditimpa tubuh besar sikepala botak, jika
senadainya ia tidak terpengaruh sihirnya maka berat sikepala
botak tidak akan membuat dadanya senyeri itu, namun
keadaannya sedang kosong laksana tubuh tidak memiliki
tenaga. "sekarang mari kita masuk kedalam ruangan kalian !" ujar
Kwaa-han-jin, lalu ketiganya masuku dari belakang altar yang
126 ternyata pintu rahasia masuk keruang bawah tanah, tempatnya
sangat luas dan mewah, seorang perempuan pingsan sedang
diikat disebuah altar yang ada ditengah ruangan, bajunya putih
tipis menunjukkan lekuk tubuhnya yang telanjang.
"cepat lepas ikatan perempuan itu !" perintah Kwaa-han-jin,
sikepala botak dengan manut melepas ikatan wanita itu, Kwaahan-jin menarik sehelai tirai yang tergantung dan menutupi
tubuh perempuan tersebut.
"sekarang coa-ong keluarkan apa saja yang telah kalian ambil
dari penduduk desa !" ujar Kwaa-han-jin, coa-ong lelu
melangkah kesebuah kamar dan kemudian keluar membawa
satu buntalan harta yang terdiri dari uang dan barang berharga
milik warga "apakah hanya ini coa-ong ?" tanya Kwaa-han-ji
"be..benar taihap, hanya ini baru kami ambil dari penduduk."
"baik kalau begitu, sekarang coba kamu sadarkan ia supaya
kita akan kembali kedesa." Kwaa-han-ji kepada sikepala botak
sambil menunjuk wanita yang pingsan, sikepala botak
mendekat sesuatu pada hidung wanita itu
"uh..auh"tidak?" jerit wanita itu sambil duduk, ketika dia
melihat tiga orang lelaki didepannya memandang padanya
"to..tolong ja..jangan aku diperdaya." pintanya memelas
"nona kamu sudah selamat, dan sekarang bungkus dirimu
dengan tirai itu supaya kita kembali kedesamu." ujar Kwaa-hanjin, wanita langsung melihat tirai dipangkuannya, dan baru ia
sadari tubuhnya jelas kelihatan dibawah gaun tipis yang
dipakainya, kontan ia menutup tubuhnya dengan tirai.
127 Kemudian merekapun meninggalkan bangunan dalam hutan
menuju desa, sesampai didesa, orang-orang kampun terkejut,
dan mereka langsung mengerumuni empat orang yang
memasuki kampung "paman dan sicu semua, dengarlah, apa yang disebut kutukan
pada desa kalian adalah tipu daya dari dua orang ini, jadi kalian
tidak usah mencemaskan lagi hal-hal yang dipungut oleh kedua
orang ini." ujar Kwaa-han-jin, tiba-tiba wanita itu berlari
memeluk ayahnya yang datang agak belakangan.
Penduduk desa menatap coa-ong dan pembantunya dengan
hati geram "nah sekarang coa-ong kalian kembalikan harta penduduk dan
minta maaf pada mereka !" ujar Kwaa-han-jin
"sicu semua, kami telah bersala membuat kalian cemas dan
ketakutan, semua itu hanyalah tipu daya kami, dan ini harta
yang kalaian bawa kemarin dan pungutan setiap lima belas hari
kami kembalikan, dan juga kami minta maaf pada kalian
semua." ujar Coa-ong
"lalu bagaimana kalau kalian ulangi lagi jika taihap ini tidak ada
?" ujar lelaki tua teman bicara Kwaa-han-jin saat mengantarkan
persembahan, coa-ong memandang dengan takut pada Kwaahan-jin
"ka,,,kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi." sahut coaong
"taihap"kalau keduanya tidak dihukum dan dipotong kedua
128 kaki dan tangannya, mereka tidak akan jera." ujar lelaki tua itu
pada Kwaa-han-jin. Wajah coa-ong dan sikepala botak takut dan pucat
"tidak usah seperti itu lopek dan sicu semua, keduanya juga
manusia, yang tentunya punya harga diri walaupun sedikit,
mereka sudah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi,
bukankah begitu coa-ong ?"
"benar taihap." sahut coa-ong
"nah"cukuplah janji itu mereka pegang, mungkin mereka akan
mengulang lagi, kita semua tidak bisa jamin, kecuali mereka
yang sudah mengikat janji dengan harga diri mereka, lalu jika
mereka mau merobek harga diri mereka, lain kali mungkin aku
atau mungkin orang lain akan menemuinya lagi, kamu
mengertikan coa-ong ?"
"mengerti taihap." sahut Coa-ong
"baiklah, kepada sicu semua, katrena semua masalah sudah
selesai, maka maki bertiga mohon pamit." ujar Kwaa-han-jin
"terimakasih taihap atas pertolongannya pada kampung kami."
ujar kepala desa "baiklah sicu, dan jagalah kebersamaan kalian, sebab dengan
bersama kalian akan kuat dan tidak akan mudah dipedaya
orang jahat." sahut Kwaa-han-jin, lalu Kwaa-han-jin bersama
coa-ong dan pembantunya keluar dari desa.
"kalian hendak kemana coa-ong ?" tanya Kwaa-han-jin
"kami hendak kembali ketempat kami di kota Bao." sahut coaong
129 "baiklah coa-ong, kita berpisah disini, aku hendak kekota
Sinyang, semoga kita jumpa lagi bukan dalam situasi yang tidak
mengenakkan" ujar Kwaa-han-jin
"baiklah taihap, selamat jalan." sahut Coa-ong.
Kwaa-han-jin dengan cepat melintasi hutan dan lembah,
kecepatan larinya yang laksana kilat menembus medan
perjalanan sesulit apapun, dan akhirnya dua minggu kemudian
Kwaa-han-jin memasuki kota Sinyang, melewati jalan yang
padat oleh penduduk yang lalu lalang membuat ia merasa
senang dan bangunan berupa toko dan likoan yang bertingkat
membuat ia takjub "lopek aku mau nanya alamat sesorang dikota ini ?" tanya
Kwaa-han-jin ramah pada seorang tua yang sedang duduk
didepan toko "alamat siapa yang hendak kau tanya anak muda ?" tanya
orang tua itu "alamat seseorang yang bermarga Yo pedagang rempahrempah." sahut Kwaa-han-jin
"toko kelima dari sini adalah toko rempah-rempah, dan
pemiliknya adalah Yo-sicu." jawab orang tua itu
"oh..terimakasih lopek." ujar Kwaa-han-jin, orang tua itu
mengangguk ramah, Kwaa-han-jin menelusuri jalan menuju
toko kelima, dia berdiri disebuah toko rempah-rempah, empat
orang pembeli sedang dilayani oleh dua orang laki-laki, setelah
empat pembeli itu pergi, Kwaa-han-jin mendekati toko
130 "sicu mau beli apa ?" tanya seorang dari keduanya
"benarkah ini rumah she-yo bernama seng ?" tanya Kwaa-hanjin
"benar, sicu ini siapa ?" tanya lelaki itu
"saya adalah kerabat dari she-yo, dan aku ingin menemui
mereka." sahut Kwaa-han-jin.
"A-kong coba sampaikan pada loya, bahwa ada tamu hendak
berjumpa." "baik Ma-twako." sahut lelaki yang dipanggil A-kong sambil
keluar dari kedai dan masuk kedalam rumah disamping toko


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiga bangunan disamping. Didalam rumah ternyata Yo-han dan istrinya sedang berkumpul
dengan Yo-bian yang tinggal diselatan kota, Yo-seng sedang
menggendong cucunya putra Yo-bian yang baru berumur dua
tahun, ketika melihat A-kong datang
"ada apa a-kong ?" tanya Yo-seng
"Loya..! ada seorang tamu diluar hendak berjumpa dengan
loya." sahut A-kong "bian-ji ! pergi tengok dan suruh masuk tamu kita itu." perintah
Yo-seng "baik ayah, mari A-kong !" sahut Yo-bian dan mengajak A-kong
keluar. Yo-bian menatap tamunya yang masih muda
"mari siauw-sicu, ayah menunggu di dalam." ajak Yo-bian,
Kwaa-han-jin mengangguk dan mengikuti Yo-bian masuk
kedalam rumah, diruang tengah Yo-seng dan Kwaa-thian-eng
131 menyambut tamunya dengan ramah
"silahkan duduk anak muda, dan ada apakah ?" tanya Yoseng
sambil mempersilahkan duduk dan memberikan cucunya pada
Yo-bian, Kwaa-han-jin menetap dua orang tua itu bergantian,
kemudian tersenyum "kedatanganku ini sangat mengejutkan sebenarnya, tapi aku
harus menemui kalian." sahut Kwaa-han-jin
"siapakah kamu sebenarnya anak muda ?"
"namaku Kwaa-han-jin, aku datang dari Qingdao."
"kamu she-kwaa anak muda dan aku juga adalah she-kwaa."
sela Thian-eng "dan kesamaan she-kwaa itu juga bukannya jauh, bahkan
sangat dekat, karena aku adalah adikmu Eng-cici." sahut Kwaahan-jin, bedegup jantung Thian-eng
"bagaimana kamu berkata demikian kwaa-sicu ?" tanya Yoseng.
"karena tiga keponakanku. Kwaa-yang-bun, Kwaa-gun-bao dan
Kwaa-hong bertemu denganku di hutan kongciak, dan dari
mereka aku mengetahui bahwa aku memiliki saudara, dan
salah satunya Kwaa-thian-eng, ayahku adalah Kwaa-han-bu
dan ibuku adalak kwee-..".." sahut
"adikku..oh ini adikku, ayah".ibu..dimanakah ayah dan ibukita
adikku ?" sela Kwaa-thian-eng menyela perkataan adiknya
sambil memeluk adiknya dengan buncahan air mata tangis
rindu, Yo-seng tercenung, sementara Yo-bian terkejut, Kwaahan-jin diciumi kakaknya, sehingga mukanya basah air mata,
132 kehangatan ini membuat Kwaa-han-jin tersedu membalas
pelukan kakaknya "adikku Han-jin kamu dan aku satu perut, dimanakah ayah dan
ibu kita ?" tanya Thian-eng
"ibu sudah meninggal saat melahirkan aku cici, dan ayah
beberapa bulan yang lalu menyusul ibu." sahut Kwaa-han-jin
"oh..dimanakah keduanya terkubur adikku ?"
"keduanya dimakamkan di Qingdao tepatnya di teng-goat."
jawab Kwaa-han-jin. "hahaha..hahaha..pertemuan ini sungguh luar biasa, Jin-te, hal
tidak kami duga bahwa subo masih diberi Thian kejora mata."
sela Yo-seng tertawa untuk menawarkan haru dalam hati
istrinya. "eng-moi, sudah dapat adik syukurilah, hehehe..hehehe.."
"hi..hi"siapa pula yang tidak senang, aku senang karena
bahagia seng-ko." sahut Thian-eng
"hi..hi"jin-siok, aku anak kedua dari ayah dan ibu memberi
hormat pada siok." Sela Yo-bian yang berumur dua puluh tujuh
tahun, dan ini cucu kedua siok, yang sulung ada di rumah di
selatan kota." "hehehe..hehe"Thian memang pembuat keputusan, dan
keputusanNya adalah misteri bagi kita." sela Yo-seng
"benar perkataan Seng-ko, bian-ji biarkan cucuku itu
kegendon." sahut Han-jin sambil menerima putra Yo-bian dan
memeluknya dalam gendongan.
133 "seng-ko berepakah usia cucuku yang pertama?" tanya Han-jin
"hehehe..hahaha".kamu dengar itu eng-moi, Jin-te tanya
cucunya yang tertua." sahut Yo-seng tertawa.
"usia cucumu yang tertua delapan tahun Jin-te, anak dari
putraku Yohan, mereka tinggal dichangcun." Jawab Thian-eng
senyum "eng-cici aku hanya tahu ayah dan ibu selama ini, baru tahu
akan keberadaan cici dan saudara yang lain dari tiga Kwaahong dan dua keponakan lain, lalu apa maksudnya eng-cici dan
aku satu perut ?" "jin-te ayah kita punya enam istri, Kwee-kim-in, Cia-sian-li, Khuhong-in, lauw-bi-hong, kao-hong-li dan Can-hang-bi, karena
kamu dan saya dilahirkan ibu kwee-kim-in, maka kita satu
perut, dan encimu Kwaa-hoa-mei dilahirkan oleh ibu Khu-hongin, Kwaa-sin-liong dilahirkan oleh ibu Cia-sian-li, Kwaa-swathong dilahirkan ibu Lauw-bi-hong, Kwaa-kun-bao dilahirkan ibu
Kao-hong-li dan Kwaa-yun-peng dilahirkan ibu Can-han-bi."
"dan tempat yang saya akan kunjungi menurut yang saya tahu
adalah sinyang, wuhan, shanghai, pulau kura-kura dan
lokyang." "masih ada satu lagi Jin-te, encimu Kwaa-swat-hong yang
berada di taiyuan." sela Kwaa-thian-eng, sebaiknya jika akan
melanjutkan kunjungan saudaramu, setelah dari sini, kamu
mengunjungi encimu swat-hong, kehadiranmu tentu akan
membuat dia bahagia, terlebih swat-hong sampai hari ini, Thian
belum menganugrahkan anak padanya, padahal ia menikah
134 saat umur sembilan belas tahun walaupun ia lebih muda dari
Hoa-mei. Keesokan harinya, saat menjelang sore
"jin-te mari kita latihan di halaman belakang untuk melenturkan
tubuh yang kaku." "marilah suheng, karena saya butuh banyak petunjuk dari
suheng." sahut Han-jin, keduanya lalu menuju halaman
belakang, Yo-seng bergerak pertama menyerang sutenya,
dengan "im-yang-sian-sin-lie, Han-jin bergerak dengan jurus
yang sama, pertempuran berlangsung alot dan seru, Thian-Eng
muncul dan segera menonton dengan serius, Yo-seng dan
Thian-eng terkejut melihat bahwa kekeuatan Han-jin jauh
melebihi kekuatan Yo-seng, hal ini dilihat bahwa gerakan jurus
"Im-yang-sian-sin-lie" yang dikeluarkan Han-jin lebih kuat dan
lebih gesit, jika hanya jauh lebih kuat bisa disimpulkan hanya
beda satu tingkat, namun nyatanya tidak hanya lebih kuat
bahkan jauh lebih gesit. Setelah dua ratus jurus, Yo-seng sudah berkeringat untuk
mengimbangi sutenya ini, lalu Yo-seng merubah gerakan
dengan ilmu "Im-yang-bun-sin-im-hoat", Han-jin juga mengubah
gerakannya, keduanya bertarung dengan luar biasa, gerakan
melukis diatas diawang seirama dengan kedudukan kaki yang
juga melukis tanah, makin terkejutlah kedua suami istri itu akan
kemampuan Han-jin, Han-jin sungguh teramat luar biasa,
kegesitannya dalam jurus yang penuh keindahan ini sangat luar
biasa, kekuatan yang dikeluarkannya juga menggetarkan dada
135 Yo-seng saat beradu sin-kang, dan bukti yang mencengangkan
adalah suara gemerisik yang dikeluarkan gerakan Han-jin juga,
lebih menggetarkan kalbu dan lebih menusuk gendang telinga.
Dua ratus jurus lebih berlangsung, tubuh Yo-seng sudah banjir
keringat, pakaiannya basah, sementara Han-jin belum apa-apa,
lalu Yo-seng mengeluarkan jurus "Im-yang-pat-sin-im-hoat" Yoseng mengerahkan seluruh kekuatan dan kegesitan serta trik
pancingan untuk mendesak sutenya, namun sutenya amat
tenang dan tidak tergoyahkan, hal ini bukan karena Han-jing
memiliki pengalaman tempur diatas Yo-seng, jika untuk
pengalaman tempur sang suheng ini akan lebih dari sutenya,
namun hanya karena Yo-seng tidak mewarisi sin-kang yang
bernama "Wei-si-sin-siulian", dan dari seluruh she-taihap hanya
Kwaa-han-jin yang mewarisi ini dari Im-yang-sin-taihap.
Keduanya berhenti saat hari sudah sangat malam, Thian-eng
yang menonton juga masih setia menunggu suami dan adiknya
yang bertarung "ayok sute kita bersihkan diri dan makan." ujar Yo-seng setelah
pernafasannya normal kembali, keduanya memebrsihkan diri,
sementara thian-eng mempersiapkan makan bagi suami dan
adiknya "sute, tenagamu luar biasa, kegesitanmu juga bahkan suara
sakti juga melebihi kami, apakah ilmu yang kami tidak ketahui
yang suhu berikan padamu ?" tanya Yo-seng kagum pada
sutenya "sepertinya suheng tidak memperoleh "wei-si-sin-siulian" dari
136 ayah sahut Han-jin "hmh"benar, nama sin-kang ini tidak pernah kami dengar,
bahkan encimu juga tidak pernah dengar." ujar Yo-seng
"benar adikku, lalu apakah ayah menciptakan jurus dari tenaga
sin-kang ini ?" "benar enci, ayah menciptakan jurus dari dasar sin-kang ini
dengan nama "wei-cu-sin-ciang"
"diantara she-taihap, kamulah yang terhebat sute setelah suhu
wafat." ujar Yo-seng
"she-taihap itu maksudnya apa suheng ?" tanya Han-jin heran
"she-taihap itu gelar keluarga kita sejak ratusan tahun yang
silam, gelar she-taihap dimiliki setiap orang yang menjadi murid
pat-hong-te, karena mereka semua adalah anak-anak dari
buyut dari suhu, karena buyut dari suhu seorang yang luar
biasa dizamannya, maka baik anak-anaknya maupun muridmuridnya digelar dengan she-taihap, dan gelar ini sute menjadi
amanah turunan bagi kita sampai hari ini." sahut Yo-seng.
"sudah lazim bagi she-taihap mengelilingi tionggoan,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh keponakan kita kwaahong, kwaa-gun-bao dan kwaa-yang-bun yang bertemu
denganmu." "oh-ya bagaimana bisa kalian bertemu di hutan kongciak,
apakah urusan begcu yang dibicarakan disana berjalan dengan
baik?" sela Thian-eng
"sepertinya tidak encik, saya muncul disana saat tiga
keponakan kita dikeroyok oleh orang-orang disana, awalnya
137 saya tidak tahu mereka keponakanku, aku hanya berniat
melerai pertempuran yang tidak adil itu."
"bagaimana kedudukan tiga keponakanmu saat dikeroyok sute
?" tanya Yo-seng "kedudukan mereka terdesak." sahut Han-jin
"berapa orang yang mengeroyok ?"
"ada enam orang yang megeroyok mereka bertiga."
"hmh"luar biasa lawan mereka itu sute." ujar Yo-seng
"lalu apa yang terjadi, jin-te ?" sela Thian-eng
"aku datang dan melerai mereka, lalu mereka berenam
mengeroyokku." "mengeroyokmu !?" sela suami istri itu terkejut."
"lalu"bagaimana jadinya adikku ?" tanya Thian-eng dengan
heran "syukur pada Thian, aku diberi kemampuan menundukkan
mereka." sahut Han-jin
Kedua suami istri terdiam dan memejamkan mata, mengucap
syukur akan anugrah yang diberikan pada keluarga mereka
"suheng dan cici kenapa ?" tanya Han-jin
"tidak mengapa sute, benar kita sangat patut bersyukur pada
thian dengan limpahan anugrah dan berkah yang melimpah."
sahut Yo-seng arif. "sudah, kamu istirahatlah beberapa saat jin-te, karena sebentar
lagi malam akan berganti pagi,kami juga mau istirahat sejenak"
sela Thian-eng "baiklah enci, suheng saya istirahat dulu." sahut Han-jin, Yo138 seng mengangguk, lalu Han-jin pergi kekamar tamu yang
disediakan encinya. "eng-moi aku harus diurut dulu, tubuhku luar biasa capeknya."
ujar Yo-seng "baiklah seng-ko." sahut Thian-eng sambil menarik suaminya
kekamar. "tanganku yang terasa amat pegal dan kesemutan." Keluh Yoseng
"iya tidak cuma tangan, semuanya akan ku urut seng-ko." sahut
Thian-eng "benarkah Eng-moi ?" tanya Yo-seng sambil senyum
"iya..heh..memang kenapa, kok senyum-senyum begitu !?"
tanya Thian-eng dengan mata melotoy
"hehehe..hehehe"aku hanya merasa senang, kalau semuanya
di urut "ih..ceriwis, dah tua begini, masih macam-macam." sahut
Thian-eng, namun tidak bisa dia senyum juga karena
kenakalan suaminya membuat ia jengah, ia meraih tangan
suaminya dan memijitnya dengan tekun dan lembut,
kenyamanan itu membuat Yo-seng langsung tidur, setelah
memijit kedua tangan suaminya, saat matahari terbit Thian-eng
baring disamping suaminya, dan ia pun tertidur pulas.
Kwaa-han-jin berada di sinyang bersama encinya selama dua
bulan, dan saat Kwaa-han-jin mau berangkat ketaiyuan
"Jin-te, ilmu Im-yang-sian-sin-lie diciptakan ayah dengan
memakai sabuk, maka bawalah sabuk enci ini." ujar Thian-eng
139 sambil melingkarkan sabuknya yang berwarna kuning kebahu
adiknya. "baiklah encik, sabuk ini akan kupakai." sahut Han-jin
"Jin-sute, suhu mengajarkan Im-yang-bun-sin-im-hoat dengan
menggunakan mouwpit, tapi Jin-te, suheng tidak memberikan
mouwpit kepadamu, namun aku memberikan sebuah kipas
untuk mengusir gerah, hehehe..hehehe?" ujar Yo-seng
"ih"seng-ko becanda saja, ikut-ikut perkataanku." sela Thianeng mencibir manja pada suaminya yang ketawa.
"hahaha..hehehe"suheng memang bisa saja, benar kipas ini
bisa mengusir gerah, disamping mengetuk gentong." sahut
Han-hin sambil membuka daun kipas berwarna putih yang
bertuliskan "Wei" (rasa) Yo-seng mendapat ide membuat kipas
ini sejak Han-jin menceritakan sin-kang "wei-si-sin-siulian" lalu
ia memesan pembuatan kipas ini pada pengerajin kipas,
gagangnya terbuat dari batu kemala dan daun kipas terbuat
dari kulit macan. "Jin-te, di Taiyuan encikmu swat-hong tinggal disebelah utara
kota, kamu tanyakan saja pedagang Bao, orang akan kenal,
karena Bao-san suami encikmu pedagang beras di kota itu."
ujar Thian-eng "baiklah encik, suheng saya berangkat dan selamat tinggal."
sahut Han-jin. "selamat jalan sute." ujar Yo-seng dengan senyum arif
"hati-hati, dan jagalah diri baik-baik adikku !" sela Thian-eng
dengan hati terenyuh dan kontan matanya berkaca-kaca, Han140 jin mengangguk dan melambaikan tangan yangdibalas suheng
dan enciknya. Kota Taiyuan siang itu sangat cerah, sebuah rombongan


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

piauwkiok memasuki kota taiyuan, piauwsunya berbaju putih
dengan rompi hitam, bendera piauwkiok berlatar hitam dengan
lukisan naga berwarna putih dan juga bertuliskan "Hong-liong"
dari benderanya piauwkiok itu dikenal dengan Hong-liongpiauwkiok, Ma-liauw yang berjulukan Thian-liong membawa
rombongannya yang terdiri dari tiga puluh anggota kekantor
cabang piauwkioknya di kota Taiyuan
"setelah makan kalian antar barang bawaan pada penerima
barang !" ujar Thian-liong
"baik pangcu." Sahut mereka serempak, lalu merekapun makan
dilikoan disamping kantor cabang.
Barang yang mereka bawa berupa satu kereta berisi beberapa
karung beras, satu kereta berisi gulungan kain dan dua peti,
satu kereta berisi rempah-rempah, penerima barang ini ada
empat orang, yakni rempah untuk seorang pedagang rempah
bernama Phang-san, rombongan mengantarkan miliknya trlebih
dahulu, setelah administrasi selesai, mereka menuju rumah
Cao-wangwe pemilik dua peti, setelah itu pedagang kain Guisan seorang pedagang kain, lalu yang terakhir para piuawsu
pada saat malam tiba di tempat Bao-san suami Kwaa-swathong
141 Bao-san menyambut kedatangan rombongan piauwsu
"bagaimana perjalanan kalian sicu-piauwsu?" tanya Bao-san
yang berumur lima puluh tahun itu dengan ramah
"perjalanan kami baik-baik saja sicu." jawab tan-sun wakil dari
Ma-liauw, lalu anak buahnya menurunkan karung berisi beras,
jumlahnya ada lima belas karung, setelah semua diturunkan
dan diletakkan di gudang Bao-san, Bao-san dan Tan-sun
menyelesaikan administrasi, lalu rombongan piauwsu pun
kembali kekantor cabang. "Bagaimana, apakah semua sudah selesai ?" tanya Ma-liauw
pada wakilnya "sudah pangcu, dan menurut saya kita secepatnya berangkat
sebelum pedagang Bao, kami sudah sengaja mengantarkan
berasnya saat malam, sehingga ia tidak sempat memeriksa,
dan besok ia pasti akan mengetahuinya." ujar Tan-sun
"kamu jangan terlalu cemas Tan-sun, dia tidak akan
menyalahkan kita." "tapi pangcu setidaknya dia akan menanyakan kita perihal
berasnya dan menduga kita mengganti berasnya" sahut Tansun
"justru karena itu kamu tenang saja, sebab kalau kita lansung
berangkat dia malah bertambah curiga, nanti kalau dia datang,
kita jawab saja, bahwa kita tidak tahu menahu dengan hal itu,
sehingga dengan demikian ia harus ke Datong untuk
mengklarifikasinya." ujar Ma-liauw
"lalu bagaimana kalau ia mendapatkan bahwa rekannya di
Datong mengatakan jenis beras yang dikirimnya ?"
142 "Ke Datong itu perjalanan seminggu, jika dia pergi artinya ia
akan mengeluarkan biaya untuk kesana, dan tokonya akan
tutup setidaknya selama dua minggu."
"hehehe..hahaha"Pangcu memang cerdik, dan ketika dia tahu,
kita sudah berada di Yinchang." ujar Tan-sun tertawa.
Malam itu setelah Bao-san setelah terima kiriman tidak lagi
memeriksa, bahkan langsung masuk kedalam rumah, karena
istrinya Kwaa-swat-hong lagi mual-mual sejak dua hari yang
lalu. "masih mual lagi perutmu Hong-moi ?" tanya Bao-san
"masih San-ko, aduh kepalaku rasanya pusing." keluh Swathong
"kalau begitu aku akan panggil Tang-sinse, tunggulah sebentar
aku akan kerumahnya." ujar Bao-san, lalu Bao-san keluar untuk
memanggil Tang-sinse Satu jam kemudian, Tang-sinse datang, lalu memeriksa Swathong, sesaat wajahnya berkerut heran, lalu dia senyum
"Bao-sicu, hehehe..hehehe"selamat dulu aku ucapkan
padamu." ujar Tang-sinse
"ada apa Tang-sinse, kenapa kamu ucap selamat pada saya ?"
"hahaha..hahaha" kamu tahu kenapa Bao-hujin mual-mual ?"
"kenapa dengan aku Tang-twako !?" sela Swat-hong
"selamat Bao-hujin, kamu ternyata sedang hamil jalan dua
bulan." sahut Tang-sinse, Bao-san dan Swat-hong saling
pandang dengan wajah terkejut, namun hanya sesaat, wajah itu
berubah berseri-seri. "benarkah Tang-shinse, apakah itu mungkin ?" tanya Bao-san
143 meragu "jikai Thian berkehendak, hal apakah yang tidak mungkin Baosicu " bagi Thian ini perkara yang mudah" sahut Tang-sinse
"oh"Hong-moi, kita akan punya anak hong-moi.." ujar Bao-san
dengan nada haru sehingga matanya berkaca-kaca mendekati
istrinya. Kwaa-swat-hong lebih bahagia dan haru lagi, dia yang
sudah tiada harapan, sehingga sudah pasrah dengan
kenyataan, tiba-tiba mendengar bahwa apa yang diharapkan
selama ini akan terwujud membuat hatinya menjerit syukur dan
rasa bahagia yang tidak terperi, suaminya yang menciumi
jemarinya membuat dia haru, hanya karena keberadaan Tangsinse disamping mereka sehingga ia tidak memeluk suaminya.
"sudah Bao-sicu, saya permisi dulu, dan jagalah Bao-hujin
dengan baik, jaga dia tetap kuat, dan istirahatnya harus cukup,
hamil dalam usia setua hujin sangat rentan." ujar Tang-sinse
"baik Tang-sinse dan terimakasih banyak.: sahut Bao-san,
Tang-sinse mengangguk saambil tersenyum, lalu ia pun
meninggalkan rumah Bao-san, Bao-san kembali pada istrinya,
suami istri itu langsung berpelukan dengan hati bahagia, dua
pelayan rumahnya juga merasa senang mendengar kabar itu,
mereka berjanji akan lebih memperhatikan nyonya mereka lebih
baik. Keesokan harinya dengan rasa bahagia dan senyum yang tidak
lekang dari bibirnya, Bao-san dengan dua pegawainya
membuka toko. "beras ini baru datang loya ?"
144 "benar A-cin, angkat kesini dan bukalah !" sahut Bao-san, A-cin
mengangkat beras itu dan membukanya, setelah dibuka dia
terkejut "loya", beras ini sudah lapuk dan rusak." seru A-cin
"apa " rusak bagaimana ?" tanya Bao-san mendekati A-cin, lalu
dia terkejut melihat beras yang sudah lapuk, dan bahkan
warnanya sudah ada yang hitam
"coba buka karung yang lain." perintah Bao-san, A-cin dan Aleng membuka semua beras yang baru datang, alangkah
terkejutnya Bao-san semua beras yang ia terima adalah beras
lapuk dan rusak. "kalian ikat kembali dan tumpuk disudut, saya akan menemui
hong-liong-piauwkiok untuk menanyakan kejanggalan ini." ujar
Bao-san, lalu segera menuju kantor Hong-liong-piauwkiok
"apakah sicu ingin memakai jasa pengawalan ?" tanya seorang
piauwsu "buka, saya ingin bertemu dengan pimpinan piauwkiok." sahut
Bao-san "oh, kalau begitu tunggu sebentar, saya akan laporkan
kedatangan sicu." sahut piuawsu itu, lalu keluar kantor dan
memasuki bangunan utama, tidak lama kemudian piauwsu itu
keluar bersamMa-liauw dan Tan-sun
"ada apa sicu, anda perlu dengan saya ?"
"betul pangcu, saya adalah Bao-san yang menerima kiriman
beras dari Datong dari seorang mitra saya bernama Lauw-teng,
dan beras itu diantar sicu ini semalam." ujar
145 Bao-san sambil menunjuk Tan-sun
"hmh..lalu ada apa Bao-sicu ?"
"ternyata semua beras yang saya terima adalah beras yang
lapuk dan rusak, jadi saya mau menanyakan kenapa bisa
demikian." ujar Bao-san
"wah..kalau itu kami tidak tahu Bao-sicu, kami hanya
menyediakan jasa pengawalan, dan bagaimana isi barang itu
urusan sicu dengan mitra sicu." sahut Ma-liauw
"tapi pangcu, sebagai piauwkiok yang bertanggung jawab dan
bereputasi yang baik, hal ihwal barang tentunya dicek, apakah
pangcu tidak menceknya ?" ujar Bao-san
"walaupun saya cek, kalau demikan barangnya, saya mau
bilang apa ?" "pang-sicu, piauwkiok anda ini memang tidak sangat tidak etis,
jika benar pangcu mengeceknya, setidaknya panngcu dapat
pernyataan dari mitra saya untuk menghindar hal yang
sekarang terjadi, bisa saja saya menuduh anda yang curang
dalam hal dengan mengganti beras itu."
"jadi anda menuduh saya mengganti beras itu ?"
"benar. Dan apa bukti anda bahwa anda tidak menukarnya ?"
sahut Bao-san. "sialan, kamu cari gara-gara yah dengan kami !?"
"saya tidak mau cari gara-gara, saya hanya minta pertanggung
jawaban anda sebagai pangcu yang mengewal barang saya.
"mitra anda yang memberi barang seperti itu, kenapa kami yang
dituduh "buktinya mana, bahwa mitra saya yang mencurangi saya, apa
146 anda demikian sembarangannya mengawal barang orang,
inilah buktinya bahwa piuawkiok anda ini tidak etis.
"etis tidak etis apa pedulimu ?" tantang Ma-liauw marah
"hmh..anda ini memang arogan, kiramu semua masalah bisa
diatasi hanya dengan adu otot, hal ini akan saya adukan pada
tihu, dan saya minta ganti rugi." ujar Bao-san sambil keluar dari
kantor "buk?" Ma-liauw menerjang Bao-san sari belakang, sehingga
terlempar ketepi jalan, orang-orang berkerumun melihat
kejadian itu. "ada apa Bao-sicu ?" tanya otang yang kenal dengan Boa-san
"kalian jangan ikut campur, kalau tika mau celaka !" teriak Maliauw dengan mata melotot.
Bao-san memang tidak pandai silat, tidak seperti istrinya Kwaaswat-hong, yang merupakan she-taihap yang luar biasa, jika
Ma-liauw tahu bahwa istri Bao-san adalah she-taihap, mungkin
dia akan berpikir seratus kali untuk menendang Bao-san, Baosan mengibaskan pakainnya yang kotor berdebu dan
memandang tajam pada Ma-liauw
"dari tindakan anda ini, benar anda telah mencurangi beras
saya." ujar Bao-san "tutup mulutmu bangsat..!" bentak Ma-laiuw sambil melompat
dengan kedua tangan hendak mencakar muka dan leher Baosan
"tuk..tuk..auh?" Ma-liauw menjerit karena kedua tanganya
terasa lemas dan nyeri, karena dua sikunya kena hantam oleh
147 bayangan kilat yang muncul, Kwaa-han-jin berdiri sambil
membuka kipasnya sambil mengibaskan kedadanya
"ada masalah bisa dibicarakan, dan tidak seharusnya main
hakim sendiri." ujar Han-jin
"jin-sin-taihap.." seru sebagian orang yang menonton, dan Tansun juga berseru hal yang sama, Ma-liauw juga terkejut
"sialan kamu Jin-sin-taihap, kamu memang orang sok-sibuk,
urusan kecil juga kamu campuri." teriak Ma-liauw, Han-jin yang
mendengar seruan-seruan itu sesaat terdiam, karena tidak
mengira orang sudah memberikan julukan padanya dengan Jinsin-taihap, memang hal itu dimulai dari Guiyang, setelah
bubarnya pertemuan di hutan kongciak, kemarahan dua
cianpwe hek-to yang memaki-maki Han-jin, namun dibalas
dengan lembut oleh Han-jin menjadi buah bibir, siapa yang
tahan dimaki sedemikian rupa namun hanya seulas senyuman
dan kata-kata lembut menyejukkan yang keluar sebagai
balasan dari makian, walhal semua tahu enam dedengkot hekto tidak beradaya dihadapannya, kekuatan luar biasa dahsyat
namun dibarengi sikap yang menyejukkan dan tidak gampang
terpancing emosi. Dari semua peristiwa itu ratusan peserta pertemuan baik yang
pek-to maupun hek-to, salut dengan sikap dan kekuatan seperti
itu, hingga menyebarlah nama Jin-sin-taihap, dan terlebih
julukan itu makin marak di shijiazhuang dan Tian-jin lalu
merambat ke kota-kota sekitarnya termasuk Taiyuan
"paman..! urusan ketidak adilan dan penganiayaan yang tidak
148 berdasar adalah urusan saya dan kita semua, paman demikian
telengas mau membunuh paman ini, kenapa bertindak
demikian kejam ?" "Jin-sin-taihap, terimakasih atas pertolongan taihap, pangcu ini
telah berlaku aniaya, dan aku akan menuntutnya !" sela Baosan
"silahkan pergi kepengadilan, yang jelas aku hanya pengawal
barang, utusan tetetk bengek tentang kwalitas barang emang
gua pikirin." sahut Ma-liau.
Bao-san melangkah pergi, kerumunan orang pun bubar, Maliauw dan Tan-sun kembali kedalam, Han-jin juga pergi kea rah
utara kota, disepannya berjalan Bao-san dengan langkah
gontai "paman tunggu dulu, boleh aku bertanya ?" seru Han-jin,
Baosan berhenti dan menoleh pada Han-jin
"jin-sin-taihap mau menanya apa ?" tanya Bao-san
"apakah paman mau ke utara kota ?"
"benar taihap, rumahku memang berada disana." sahut Baosan
"oh, kebetulan kalau begitu, saya mau menemui encik saya
yang juga berada di utara kota, mungkin paman kenal."
"siapa nama encikmu itu taihap ?"
"encik ku itu namanya Kwaa-swat-hong dan suaminya seorang
pedagang beras dan namanya?" Han-jin tidak melanjutkan
kata-katanya karena melihat ketekejutan Bao-san.
149 "paman kenapa ?" tanya Han-jin
"namamu siapa taihap ?" tanya Bao-san
"namaku Kwaa-han-han-jin." Jawan Han-jin
"hehehe"maaf taihap, Kwaa-swat-hong tidak mempunyai
saudara laki-laki bernama Kwaa-han-jin, yang ada Kwaa-sinliong, Kwaa-kun-bao dan Kwaa-yun-peng."
"bagaimana paman tahu ?" tanya Han-jin tersenyum."
"karena akulah pedagang beras itu." sahut Bao-san
"eh..hehehe..hahaha"maaf kalau begitu twako." sahut Han-jin
sambil menjura dan membungkuk
"eh..kenapa taihap menjura pada saya ?"
"Bao-twako, adalah suami encik saya, jadi saya harus memberi
hormat." sahut Han-jin
"hehehe..hahaha..kamu tidak bercanda Han-jin !?" tanya Baosan meragu
"tentu tidak Bao-twako, bawalah aku menemui encikku, karena
dia memang belum tahu dengan keberadaan saya, makanya
saya datang twako." sahut Han-jin
"baiklah kalau begitu, marilah jin-te !" ujar Bao-san
Sesampai dirumah, A-cin dan A-leng menyambut kedatangan
tuan mereka "bagaimana urusannya loya ?" tanya A-cin
"nanti saja kita bicarakan A-cin, stok beras kita masih ada kan
?" "masih loya, dan tadi kami sudah keluarkan, dan beberapa
pelanggan sudah datang membeli dan sekarang hanya tinggal
satu karung." Jawab A-cin
150 "sudahlah, itu saja dulu habiskan, kalian jaga toko karena saya
lagi ada tamu." ujar Bao-san.
"baik loya." sahut A-cin dan segera masuk lagi ke toko


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"mari masuk Jin-te !" ajak Bao-san, keduanya masuk kedalam
rumah "duduklah Jin-te, saya akan panggilkan encikmu ?" ujar Baosan dengan senyum, Han-jin duduk dengan hati bergetar,
karena ia akan menjumpai saudara yang pasti tidak
mengetahuinya. "Hong-moi.., bagaimana keadaanmu ?" seru Bao-san masih
dari luar kamar dan muncul buru-buru
"aih..san-ko mengejutkan saya saja " kenapa buru-buru dan
teriak, aku tidak kenapa-napa." sahut Swat-hong berlagak
manyun. "hehehe..hong-moi sayang, aku juga lagi menyeru anakku yang
ada dalam kandungan." ujar Bao-san."
"hi..hi..konyol, apa ia akan dengar !?" sela swat-hong tertawa
"mungkin saja ia dengar, panggilan seorang ayah kan bisa
menembus alam, hehehe..hehe.." sahut Bao-san
"hi..hi"hi"sudahlah, ada apa " kenapa koko buru-buru
menyeru ?" "hong-moi, kita kedatangan tamu istimewa, namun saya juga
bingung, apa benar atau tidak."
"aih..koko kok ngomongnya ngelantur terus dari tadi, yang jelas
dong sayang ngpmongnya !"
"benar kita kedatangan tamu dan hendak bertemu denganmu."
151 sahut Bao-san "loh, kok saya, kan biasanya tamu ingin jumpa dengan koko."
"makanya tamu ini istimewa." sahut Bao-san, lalu suami istri itu
keluar dan menemui Han-jin, Han-jin berdiri menyambut
enciknya yang kelihatan lemas dan sedikit pucat, Kwaa-swathong heran melihat tamu mereka yang masih muda sekali
"apakah encik sakit Bao-tawko ?" tanya Han-jin, makin terkejut
Kwaa-swat-hong mendengar perkataan encik dan twako itu.
"siapakah kamu anak muda ?" sela Swat-hong heran, Han-jin
melihat enciknya dan tersenyum
"Hong-cici, maaf jika kedatangan saya mengejutkan,
sebenarnya saya adalah adik encik, nama saya Kwaa-han-jin,
ayah saya adalah Kwaa-han-bu dan ibu saya Kwee-kim-in."
jawan Han-jin menatap mata wajah enciknya yang terkejut
"ba..bagaimana mungkin ?" sela Swat-hong meragu
"hong-moi, ingat tidak kata Tang-sinse mengenai keadaanmu
sekarang ?" sela Bao-san
"oh..adikku"jin-te adikku.." seru Swat-hong sambil berdiri
"adikku, ayah bagaimana, ibu dimana ?" tanyanya sambil
memeluk adiknya dan air matanyapun berderai, ia sesugukan
mengenang ayah dan ibunya."
"saya minta kamu tenang hong-moi, jangan hanyut dengan
permainan perasaan, ingat kandunganmu !" sela Bao-san,
mendengar itu Swat-hong menghapus air matanya, Han-jin
yang mendengar bahwa kakaknya tidak memiliki anak, namun
ternyata kedatangannya menjumpai kakaknya yang sedang
hamil membuat dia sangat bahagia.
152 "syukurlah apa yang telah aku dengar ini encik, encik rupanya
sedang hamil, sungguh aku bahagia sekali encik." ujar Han-jin
"benar adikku, diusia ini ternyata Thian berkenan mewujudkan
harapanku selama ini."
"encik sama dengan ibu, dan keponakanku itu sama dengan
aku." sahut Han-jin senyum
"berapakah sekarang umurmu adikku ?" tanya Swat-hong
"umurku sudah lewat tujuh belas tahun encik."
"oh..ibu"lalu bagaimana keadaan ayah dan ibu ?" tanya swathong
"encik, bukankah Thian yang menetapkan segala sesuatu "
baik langkah, rejeki, pertemuan dan maut ?"
"benar adikku." sahut Swat-hong serius
"nah kalao Thian berkehendak bukankah kita wajib
menerimanya ?" "betul sekali ucapanmu itu jin-te."
"dan Thian telah menetapkan maut bagi ayah dan ibu, dan kita
wajib menerima itu." ujar Han-jin mencoba meredam gejolak
hati enciknya dengan memutar-mutar jawaban, dan ketika
mendengar itu Swat-hong tercenung, matanya memang
berkaca-kaca dan pipinya basah oleh air mata yang berurai,
namun setelah mereasapi jawabannya pada dua pertanyaan
adiknya, hatinyapun rela.
Kwaa-swat-hong menghapus air matanya, Bao-san luar biasa
kagum pada adik istrinya yang teramat muda ini, umurnya
memang masih muda namun pemikirannya luar biasa matang,
sekilas setelah memperhatikan anak muda didepannya ini,
153 nada bicaranya persis seperti mertuanya Im-yang-sin-taihap,
namun wajah itu agak seiras dengan ibu mertuanya Kwee-kimin.
"kapankah ayah dan ibu meninggal Jin-te ?"
"ibu meninggal sewaktu melahirkanku dan ayah meninggal
beberapa bulan yang lalu." jawab Han-jin, dan sekarang aku
datang untuk menemui encik setelah bertemu dengan encik
Thian-eng." Dengan pandainya Han-jin mejawab dengan
menambahkan informasi tentang ia sudah bertemu dengan
Thian-eng, dan tentunya pikiran swat-hong akan bertanya
tentang Thian-eng, dan melupakan tentang cara meninggal
ibunya yang hamil dimasa tua sebagaimana sekarang sedang
dialami encikya. "oh-ya bagaimana kabar mereka di sinyang ?"
"hehehe..hahahaa,, kalau diingat lucu sekali encik."
"lucu bagaimana Jin-te?" tanya Swat-hong senyum
"suheng dan encik menanya saya dengan serius karena saya
datang bertamu, dan memanggil saya "anak muda " ada apa
kamu datang kesini ?"setelah saya ceritakan hal yang
sebenarnya suheng tertawa terpingkal-pingkal." sahut Han-jin
"hi..hi" memang Yo-suheng memang begitu, kalau tertawa
lepas saja." sahut Swat-hong
"hehehe..gimana tidak kita merasa geli, saya saja setelah tadi
Jin-te katakan adik istriku merasa gelid an tertawa.
"hehehe..benar Bao-twako, sayapun maklum dengan hal itu."
sahut Han-jin 154 "sabuk yang kamu pakai sepertinya pemberian Eng-cici." sela
Swat-hong "benar sekali encik, bagaimana encik tahu ?"
"karena ayah memberinya sabuk kuning, Mei-cici warna merah,
dan saya warna biru." jawab Swat-hong
"ooh begitu rupanya, dan kipas ini dari suheng encik, dan tahu
apa kata Yo-seheng ?"
"apa kata Yo-suheng Jin-te."
"hehehe"Yo-suheng bilang sambil senyum "Jin-te suhu
mengajarkan Im-yang-bun-sin-im-hoat memakai mouwpit, aku
tidak memberimu mouwpit, tapi kipas ini untuk mengipasmu jika
kegerahan." "hi..hi"hi" Yo-suheng memang ada-ada saja."
"hehehe..memang Yo-suheng sebagaja mengikuti nada engcici ketika memberi sabuk ini, jadi karena itu eng-cici mencakmencak pada suheng."
"hi..hi"hi..hi"hahaha..hahahaa"hahaa?" suara ketawa
mereka meledak. "ah..adikku tentu kamu sudah lapar sekali marilah kita makan !"
ajak Swat-hong "benar cici, aku lapar sekali." sahut Han-jin dengan nada manja,
dengan rasa sayang Swat-hong menarik adiknya berdiri, lalu
merekapun keruang makan, Han-jin makan dengan lahap
"bagaimana rasanya adikku ?" tanya Swat-hong
"nasi dan lauknya enak betul encik, membuat aku lahap
makannya." sahut Han-jin
"kamu akan lama disini kan Jin-te ?"
155 "benar encik, saya akan berangkat ke lokyang menemui Liongko setelah keponakanku lahir." sahut Han-jin, mendengar itu
alangkah bahagianya swat-hong sambil menciumi kepala
adiknya. Malam itu setelah Swat-hong tidur Han-jin mengajak kakak
iparnya bicara di depan toko
"Bao-twako , apa yang sebenarnya terjadi didepan piauwkiok
tadi pagi ?" "hmh"piuawkiok itu membawa kiriman beras dari Datong, dari
seorang mitraku disana, namun semalam mereka memberikan
beras lapuk dan rusak, jadi tadi pagi saya minta penjelasan
mengenai hal itu, namun pangcu itu menjawab bahwa itu bukan
urusannya, saya curiga pangcu itu telah berlaku curang, dan
sedikit sekali kemungkinan Lauw-sicu di Kota Datong berbuat
begitu, karena kami sudah puluhan tahun bekerja sama." jawab
Bao-san. "hmh..baiklah Bao-twako, aku akan mengurusnya sampai
tuntas, malam ini akan kucoba kuusut, sehingga tidak berteletele, dan Hong-cici tidak mengetahuinya."
"besok cicimu akan mengetahuinya Jin-te, karena beras jualan
kami tinggal sedikit, tentu dia akan bertanya, namun aku akan
dapat mengatasinya" ujar Bao-san
"baik twako, saya pergi dulu." ujar Han-jin,
"baik Jin-te, kamu hati-hatilah." sahut Bao-san, Han-jin
mengangguk sambil melangkah menuju hong-Liong piauwkiok.
156 "bagaimana pangcu !" apa selanjutnya yang kita lakukan ?"
tanya Tan-sun "saya tidak mengira bahwa pedagang beras itu akan
memperkarakan kita sampai kepengadilan." sahut Ma-liauw
tercenung "saya kira ada dua jalan bagi kita pangcu ?" sela pimpinan
cabang Taiyuan "apa dua jalan itu suma-gui ?" tanya Ma-liauw
"jalan pertama, pangcu dan rombongan kembali ke Yinchang
malam ini juga sehingga petugas pengadilan tidak sempat
menciduk pangcu." "lalu jalan yang kedua ?"
"jalan yang kedua kita bereskan pedagang itu malam ini
dengan diam-diam." sahut Suma-gui.
Menurutmu mana jalan yang terbaik ?" tanya Ma-liauw
"menurutku kita bereskan pedagang itu dengan diam-diam,
karena itu akan lebih membuat kita nyaman, sebab jalan yang
kedua akan membuat kantor kita ini disita dan akan melelang
kantor ini untuk ganti rugi pada pedagang itu." sahut Suma-gui
"baiklah, kalau begitu kita bereskan pedagang itu, kamu masih
ingat kediamannya Tan-sun ?" sahut Ma-liauw sambil bertanya
pada Tan-sun "saya masih ingat pangcu." sahut Tan-sun
"suma-gui, kamu yang berada dikota ini, bagaimana cara kita
membereskan pedagang itu." ujar Ma-liauw pada suma-gui
"kita akan menyusup dengan memekai topeng, dan kita buat
seperti perampokan." sahut Suma-gui.
157 "namun sebelumnya kalian harus bertemu aku dulu." Sela
suara, tiba-tiba Han-jin sudah duduk di kursi antara suma-gui
dengan Tan-sun "eh jin-sin-taihap !" " seru mereka bertiga terkejut
"benar, saya ingin bicara baik-baik untuk kebaikan semuanya."
sahut Han-jin "apa maksudmu Jin-sin-taihap ?" sela Ma-liauw pucat pias
"aku sudah mendengar seluruh pembicaraan kalian yang penuh
rencana kejam dan kotor."
"taihap tidak bisakah anda tidak ikut campur masalah ini ?"
"pangcu ! anda ini bagaimana, kamu kira aku ini siapa " yang
bisa diajak berunding masalah kejahatan." sahut Han-jin
dengan senyum, melihat senyum Han-jin, Ma-liauw terdiam
"pangcu, aku ingin bertanya dan kamu harus jawab dengan
jujur, sebenarnya bagaimana beras lapuk dan rusak itu bisa
kamu berikan kepada pedagang beras ?"
"heh..kenapa taihap tahu berasnya lapuk dan rusak ?" sela
Tan-sun "karena aku pergi kerumahnya dan dia menceritakannya
padaku." sahut Han-jin
"se..se"sebenarnya be..beras itu kami ganti taihap." sahut Maliauw dengan gugup dan pucat
"hmh"beras yang sebenarnya dimana sekarang ?" tanya Hanjin
"be..beras itu masih tinggal di gudang kantor di kota Datong."
jawab Ma-liauw "berapa hari bolak balik mengambilnya kesana ?"
158 "dua minggu taihap." sahut Ma-liauw
"ini menurut saran saya kalau kalian terima, jika tidak bagi saya
tidak masalah, hanya mungkin akan lebih runyam jika tidak."
"ma.maksud taihap apa ?" tanya Ma-liauw
"selama dua minggu pedagang beras itu akan merugi karena
tidak ada lagi beras yang akan dijualnya sebelum beras itu tiba
disini, jadi kalian harus ganti rugi padanya pendapatan selama
dua minggu, dan kalian kembalikan berasnya."
"kalau ti..tidak bagaimana taihap ?" tanya suma-gui
"kalau tidak saya akan menyita semua harta kalian bahkan
sekaligus dengan piuawkiok ini, bukankah kalian akan lebih rugi
?" sahut Han-jin "ba.baiklah taihap kami akan ganti rugi dan bayarkan sekali
harga lima belas karung beras milik pedagang itu." ujar Maliauw
"baiklah kalau begitu, mari kita berhitung, berapa harga semua
lima belas karung menurut surat jalan yang kalian buat."
"aduh".rincian surat jalan tidak kami bawa dan tinggal
didatong, jadi kami hanya bawa surat tanda terima saja." ujar
Ma-liauw "memang anda ini berniat curang pangcu." sela Han-jin dengan
mata tajam "maaf..ampuni saya taihap." sahut Ma-liauw menggigil
ketakutan "tapi saya sudah baca taihap dan saya masih ingat !" sela Tansun
159 "hmh..baik berapa menurut yang twako ingat ?"
"menurut catatan Lauw-loya harga lima belas karung itu seratus
lima puluh tail perak." sahut Tan-sun
"kalau begitu keuntungan seluruh beras jika dijual empat puluh
lima tail perak, sehingga kalian harus memberikan pada saya
seratus sembilan puluh lima tail perak."
"kenapa harus hal ini juga taihap ikut campur ?" sela suma-gui
"karena pedagang beras itu adalah kakak ipar saya, bagaimana
?" sahut Han-jin "ooh, begitu maafkanlah saya taihap, dan tadi saya sudah
menjatuhkannya." sela
Ma-liauw makin pucat."
"hal itu tidak masalah, dan kakakku pasti memafkan kelakuan
burukmu tadi." sahut Han-jin
"te..terimakasih taihap." ujar Ma-liauw menjura beberapa kali
"nah disamping seratus sembilan puluh lima tail perak itu, kalian
juga akan mengganti dua minggu pendapatan kakakku,
menurut kalian berapakah perhari rata-rata pendapatannya ?"


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ujar Han-jin, ketiga piauwsu itu diam
"ba..bagaimana kalau sehari tiga tail perak ?" ujar Ma-liauw
"kalau menurut saya dua tail perak." sela Han-jin
"ti..tidak taihap saya akan bayar tiga tail perak perhari." sahut
Ma-liauw "jangan memaksakan diri pangcu, sehingga kamu banyak rugi."
ujar Han-jin "tidak taihap aku rela bayar tiga tail perak perhari." ujar Maliauw
160 "baiklah kalau begitu, jadi ganti rugi selama empat belas hari
dikali tiga empat puluh dua tail perak, dan jika ditambah dengan
seratus sembilan puluh lima maka dua ratus tiga puluh tujuh tail
perak." ujar Han-jin
"dan saya akan genapkan dua ratus lima puluh tail perak
sebagai tanda meminta maafku pada kakak ipar taihap yang
telah kupukul tadi pagi" ujar Ma-liauw
"baiklah terserah pangcu saja, namun pangcu mesti ingat,
bahwa kita sudah pernah bertemu dengan situasi buruk, maka
kali kedua jika kita bertemu dengan dalam situasi yang sama
maka kita akan berurusan lebih lama."
"ba..baik taihap, aku berjanji tidak akan mengulangi hal buruk
lagi." ujar Ma-liauw
"syukurlah kalau begitu pangcu, sekarang ambillah uang
sejumlah yang pangcu katakan." ujar Han-jin.
"suma-gui cepat ambil uangnya !" perintah Ma-liauw pada
suma-gui, suma Gui dan Tan-sun langsung pergi kedalam dan
kemudian keduanya keluar membawa sekantong uang yang
berisi dua puluh lima tail emas.
"ini dua puluh lima tail emas sama nilainya dengan dua ratus
lima puluh perak "baik pangcu, perkara ini sudah kita selesaikan, dan semoga
kita bertemu dalam situasi yang baik." ujar Han-jing, lalu tibatiba hilang dari tempat itu, ketiga piauwsu itu meleletkan lidah
takjub, bagi she-taihap muncul dan hilang adalah hal yang
biasa, karena she-taihap menguasai ilmu "goat-koan-sim-hang"
161 ilmu intisari dari kitab Bu-tek-cin-keng, tiga piauwsu diam
termenung dengan pikiran masing-masing
"besok saya akan pulang ke Hopei." ujar Ma-liauw pada Tansun
"ke Hopei, tapi cabang kita di Yichang masih baru pangcu, para
anggota disana masih baru dan masih butuh dengan pangcu."
sela Tan-sun dengan bingung
"mumpung masih baru, cabang di Yichang ditutup saja,
cukuplah rute sampai cabang Datong yang kamu pimpin." sahut
Ma-liauw "jadi apakah saya ke Datong saja ?" tanya Tan-sun
"kamu pergi dulu ke Yichang untuk menutup piuwkiok kita."
sahut Ma-liauw "baiklah pangcu kalau begitu." ujar Tan-sun
"pangcu kapan berangkat ke Hopei ?" sela Suma-gui
"besok pagi saya akan berangkat." sahut Ma-liauw. dan
kemudian merekapun masuk kekamar masing-masing.
Sesampai dirumah Bao-san, Kwaa-han-jin di sambut A-cin
dengan senyum "kongcu darimana ?" tanya A-cin heran melihat peti besar dan
kecil yang dibawa Han-jin
"aku ada urusan tadi twako, mungkin besok kita akan bicara
lagi, bukankah Bao-twako sudah tidur ?"
"sepertinya sudah kongcu." sahut A-cin
"baik, aku juga mau istirahat twako." ujar Han-jin.
"baiklah kalau begitu kongcu." sahut A-cin dan diapun kembali
162 meronda sekeliling rumah, dua pegawai Ba-san ini merangkap
kerjanya, disamping membantu berjualan mereka juga jaga
malam di sekitar rumah, dan untuk memenuhi tidur keduanya
bergantian jaga, sementara A-cin jaga, A-leng sedang tidur
dikamar, nanti pada saat jam ganti, A-leng yang akan jaga dan
A-cin akan tidur sampai pagi.
Keesokan harinya Han-jin beserta kakak dan kakak iparnya
makan pagi "aku mendengar A-cin dan Jin-te bicara semalam, kamu
darimana Jin-te ?" "aku semalam jalan-jalan melihat keadaan kota, kota ini
lumayan besar ya cici ?" jawab Han-jin
"dan bagaimana tidurmu jin-te " apakah nyenyak ?" tanya
Swat-hong "aku nyenyak dan pulas cici." sahut Han-jin senyum,
encikyapun senyum, setelah makan mereka keruang tengah,
sementara A-leng dan A-cin sudah membuka toko.
"Bao-twako urusan dengan piuawkiok sudah selesai." ujar Hanjin
"eh adikku disuruh ngapain San-ko ?" sela Swat-hong
"hehehe..hehehe"cici langsung nyelutuk aja." sahut Han-jin
"itu yang tidak bisa aku lupakan pada encikmu ini Jin-te." sela
Bao-san "hahaha..hahaha".Bao-twako bisa saja." sahut Han-jin
"eh..merayu yah"semakin tua semakin jadi, apa-apaan ini ?"
"ya elah yang dirayu istri sendiri kok orang lain yang sewot,
163 hehehe..hehehe.." "ih"kamu ini kok merayuku depan adikku." sela Swat-hong
dengan muka jengah "justrus karena ada adikmu makanya kutunjukkan cintaku
Pukulan Naga Sakti 18 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Kedele Maut 4

Cari Blog Ini