Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Welas Asih 5

Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana Bagian 5


"baik tuan, kami tidak akan melanggar perintah tuan." sahut dua
penjaga serempak. Keesokan harinya dua penjaga berangkat diikuti oleh koai-ma
dan shantung-tok-piauw, keduanya berhenti disebuah likoan,
sementara dua penjaga memasuki perguruan pek-lek-twi,
329 empat puluh murid sedang berlatih di lianbhutia diawasi oleh
Kwaa-yang-bun, seorang tukang kebun mendekati dua penjaga
Ma-bin "ada perlu apa jiwi-sicu ?"
"kami hendak bertemu dengan she-taihap muda, apa beliau
ada ?" "ada, she-taihap sedang melatih murid-murid, marilah !" sahut
situkang kebun, keduanya memasuki lianbhutia, si tukang
kebun mendekati Kwaa-yang-bun dan berbisik, Kwaa-yang-bun
menatap kedua tamunya, lalu melangkah mendekati kedua
penjaga Ma-bin. "ada apakah Jiwi-sicu, apa yang bisa saya bantu ?" tanya
Kwaa-yang-bun ramah "she-taihap, saya adalah A-ling dan ini A-kuan, kami bekerja
dirumah Ma-taijin seorang pelaut." ujar A-ling
"A-ling-sicu ada apakah ?"
"she-taihap tolonglah majikan kami." pinta A-ling
"kenapa dengan majikan jiwi-sicu ?"
"rumah majikan kami di datangi perampok dan majikan kami
sekarang ditawan dirumahnya."
"hmh".perampok menawan yang dirampok, sungguh aneh jiwisicu, bukankah perampok akan melarikan diri setelah menjarah
milik korban ?" "mungkin mereka bukan perampok A-ling ?" sela a-kuan
"mungkin juga mereka bandit pemerkosa." sahut A-ling
330 "apakah kalian melihat orang-orang macam apakah yang
mendatangi rumah majikan kalian ?"
"ka..kami tidak tahu jelas, karena jumlah mereka lebih dari dua
orang, mereka masuk dan mengacau rumah, kami yang
menjaga dipintu gerbang langsung masuk kedalam rumah, dan
didalam rumah majikan kami sudah berdarah dan tergeletak
pingsan, lalu kami segera melarikan diri untuk minta bantuan,
dan semalam kami teringat pada she-taihap maka kami datang
kesini taihap." ujar A-lin.
"baiklah jiwi-sicu, saya akan menyuruh tiga orang murid untuk
melihat situasi dirumah majikan kalian.
"apakah tidak sebaiknya she-taihap sendiri menyertai kami ?"
sela A-kuan "tidak usah, kalian dengan tiga murid kesana hanya untuk
membaca keadaan, A-san, A-tung dan A-liang kesinilah !" sahut
Kwaa-yang-bun sambil memanggil tiga murid utama, tiga murid
itu mendekat "ada apa siauw-suhu ?" tanya A-liang
"kalian bertiga pergi bersama jiwi-sicu ini kerumah Ma-taijin,
kalian lihat apa yang terjadi disana, jika memungkinkan kalian
dapat menyelesaikannya, maka kalian selesaikan, tap jika tidak
dan kalian jangan bertindak semberono." ujar Kwaa-yang-bun
"baik siauw-suhu." Jawab ketiganya serempak.
Lalu ketiganya keluar dari pek-lek-twi-bukoan, A-lin dan dan Akuan bingung, keduanya saling pandang, ketika melewati
bukoan keduanya melihat Koai-ma dan shantung-tok-piauw,
bergerak keluar dari likoan dan mengikuti mereka secara dekat,
331 dua penjaga Ma-bin takut dan pucat, karena tugas mereka
gagal membawa seorang she-taihap.
"kamu duluan menemui cianpwe dan sampaikan apa yang
dibawa dua penjaga ini." bisik Koai-ma, shantung-tok-piauw
mengangguk dan segera mengambil jalan lain dan bergerak
berlari cepat menuju rumah Ma-bin.
"bagaimana shantung-tok-piuaw ?" tanya Tok-lian
"kedua penjaga itu gagal membawa she-taihap, she-taihap
malah mengiringi keduanya dengan tiga murid-muridnya."
"biarkan mereka datang, dan setelah sampai kesini kalian
bunuh semuanya." sela kwi-ban-ciang, tidak berapa lama dua
penjaga bersama tiga murid she-taihap mengintai rumah dari
halaman rumah, namun mereka terkejut lima orang muncul dan
menyerang mereka, tiga murid she-taihap memberikan
perlawanan segit. Bagi empat pengeroyok ternyata tiga murid she-taihap ini
merupakan lawan yang tangguh, terbukti hampir seratus jurus,
mereka belum dapat merubuhkan seorangpun dari tiga murid
she-taihap, bahkan pada dua puluh jurus berikutnya A-liang
dapat menendang shantung-tok-piauw hingga terlempar
muntah darah, melihat keadaan itu dua cianpwe bergerak
memasuki pertempuran, dua serangan cianpwe yang kosen
membuat tiga murid she-taihap kewalahan, namun ketiganya
dengan gigih bertahan dari tekanan dahsyat dua cianpwe, dan
akhirnya dua pukulan cianpwe menegani sasaran.
"buk..buk.." A-liang dan A-tung terlempar karena dada mereka
332 melesak remuk, mereka ambruk dan tewas seketika, A-san
hanya sekejap terkejut, dua buah pukulan dari Kwi-san-hengcia
menghantam perut dan dadanya, A-san ambruk tewas.
Kedua penjaga Ma-bin berlutut dengan wajah pucat, Kwisanhengcia dengan dua kali tamparan menghancurkan kepala A-lin
dan A-kuan, keduanyapun tewas
"buang mayat mereka kejurang duluar gerbang !" perintah kwisan-hengcia, selain dari shantung-tok-piuaw mengangkat
empat lima mayat itu dan dari belakang rumah Ma-bin, mereka
menyusup keluar gerbang kota, kemudian melemparkan kelima
mayat itu kedalam jurang, lalu segera kembali ke rumah Ma-bin
"bagaiamana selanjutnya cianpwe ?" tanya ang-mou-kuibo
"kita tunggu she-taihap muncul, kita harus punya rencana
cadangan jika dua she-taihap yang muncul." sahut kwi-banciang sedikit kecewa
"jika dua she-taihap yang muncul. maka sebaiknya kita
menyingkir dulu dan menata ulang pancingan kita." sela koaima
"benar dan kita tidak boleh buru-buru." sela Tok-lian
"bagaimana menurutmu hengcia ?" tanya kwi-ban-ciang
"apa yang dikatakan koai-ma itu lebih baik daripada kita gagal
dan binasa." "baik kalau begitu mari kita menyingkir dari sini dan mengintai
kemungkinan yang akan datang." ujar kwi-ban-ciang.
333 tujuh rekanan itu meninggalkan rumah Ma-bin setelah
membunuh Ma-bin, Ma-hujin dan tiga pelayan, mereka
berpencar diasekitar rumah penduduk untuk mengintai, hanya
dua cianpwe yang kembali kepenginapan untuk menunggu,
keduanya tidak ikut mengintai, karena takut dikenal oleh shetaihap, di kediaman she-taihap, Kwaa-yang-bun duduk
termenung di lianbhutia, hatinya heran karena hari sudah lewat
siang, ketiga murid belum kembali, lalu kwaa-yang-bun masuk
kedalam rumah, Kwaa-yun-peng yang duduk diruang tengah
menyapa anaknya "bun-ji, kamu kenapa " kelihatannya kamu sedang gelisah."
"aku tadi menyuruh tiga murid untuk melihat situasi di kediaman
Ma sipelaut." "kenapa dengan Ma-sipelaut, Bun-ji ?"
"dua pembantunya mengatakan bahwa keluarga Ma sipelaut
didatangi penjahat, dan sampai lewat siang begini ketiganya
belum kembali." "hmh"sebaiknya kamu susul kesana Bun-ji !" sela Kwaa-yunpeng
"aku juga berniat menyusul kesana ayah." sahut Kwaa-yangbun, lalu ia pergi kekamarnya, dia mengambil sabuk dan
menyampirkannya dibahu, lalu dua mouwpit diselipkan
kepinggang, lalu ia keluar dari kamar
"ayah jika dalam satu jam saya tidak kembali, saya harap ayah
menyusul." "hmh"kenapa bun-ji, apa ada yang kamu cemaskan ?" tanya
Kwaa-yun-peng 334 "aku teringat apa yang dialami oleh bibi-mei di wuhan,
kejadiannya persis seperti ini, dimana musuh kita memancing
bibi mei keluar, untuk mereka keroyok"
"baiklah bun-ji, jika dalam satu jam kamu tidak kembali, ayah
akan menyusulmu." ujar Kwaa-yun-peng.
"baik ayah, saya akan berangkat." sahut Kwaa-yang-bun, tidak
lama kemudian, Kwaa-yang-bun sampai di depan rumah Mabin, keadaan yang sunyi membuat hati Kwaa-yang-bun curiga,
dengan gerakan gesit ia masuk kedalam rumah, hatinya
terkejut melihat lima jasad yang tergeletak tidak bernyawa.
Tidak lama kemudian Kwaa-yang-bun mendengar gerakan
halus mengintainya "keluarlah kalian !" teriak Kwaa-yang-bun, empat orang muncul,
dan langsung menyerang, mereka adalah kwi-ban-ciang, kwisan-hengcia, koai-ma dan ang-mou-kuibo.
"dugaan saya tidak salah ternyata ini ulah kalian." ujar Kwaayang-bun setelah melihat dua cianpwe dan ang-mou-kuibo
yang dikenalnya, gerakan im-yang-sian-sin-lie dikerahkan, dan
Kwaa-yang-bun tahu bahwa masih ada tiga orang lagi yang
sembunyi, namun dengan tenang she-taihap menghadapi
empat lawannya, dia selalu waspada dengan serangan gelap.
Dua cianpwe dengan gerakan cepat menekan she-taihap
dengan kekuatan gerakan yang penuh sin-kang, seratus jurus
sudah berlalu, dan pada saat dua cianpwe mengadu sin-kang
dengan kwaa-yang-bun, empat buah pisau dan sepuluh jarum
melesat, she-taihap melenting keudara sambil mengebutkan
335 sabuknya "wut ctar"hegk.." empat pisau dan sepuluh jarum runtuh
ketanah, namun Kwaa-yang-bun tidak menduga ada dua buah
paku hitam menancap dipundak dan lengannya, paku itu
serangan dari lu-mo, paku itu bergerak dengan kekuatan
magis, untungnya ilmu siu-to-po-in melindungi tubuh Kwaayang-bun, empat lawannya terus bergerak cepat melihat shetaihap sudah termakan senjata rahasia lo-tong, tapi mereka
harus bersabar dulu karena Kwaa-yang-bun masih dalam
kondisi yang prima, jurus im-yang-bun-sin-im-hoat bergerak
menyerang koai-ma, namun dua cianpwe, tidak mau
memberikan kesempatan pada she-taihap merubuhkan salah
satu dari mereka, serangan keduanya yang luar biasa terpaksa
membuat kwaa-yang-bun gagal merubuhkan koai-ma.
Kali kedua adu sin-kang kembali beradu, rumah itu bergetar,
bahkan tangga keatas roboh, kembali tiga serangan gelap
datang, kali ini Kwaa-yang-bun posisinya sangat terjepit,
cep..hegk.." sebuah pisau dari empat pisau yang meluncur
menancap di paha she-taihap, sementara sepuluh jarum toklian dapat di runtuhkan, namun sebuah paku dari lotong
menancap dilambung, Lotong setiap lemparan, ada tujuh paku
yang melesat, suaranya desirannya nayaris tidak terdengar,
dan paku itu walaupun lebih besar dari jarum tok-lian, namun
sulit ditangkap oleh mata seawas she-taihap, pantaslah jika dia
dijuluki "kui-ting" (paku siluman).
336 She-taihap masih mampu bertahan, dengan im-yang-pat-sinim-hoat dia menghadapi empat pengeroyok, dua cianpwe
semakin bersemangat menekan she-taihap, yang mereka yakin
semakin lemah, mereka mengetahui keadaan she-taihap dari
adu sin-kang, untuk hal gin-kang she-taihap masih seirama
dengan mereka. "siap..sekali lagi hengcia !" teriak kwi-ban-ciang
"dhuar"dhuar"hegh"brak?" ledakan sin-kang menggelegar,
dua cianpwe terlempar, tiga penyerang gelap tidak jadi
melempar senjata rahasia, karena terkejut melihat bayangan
gesit tiba-tiba muncul, dua cianpwe terlempar bagai layanglayang melabrak dinding hingga jebol, ang-mou-kui-bo
terhempas jatuh, tok-lian dan koai-ma menyingkir melarikan diri,
demikian juga dua cianpwe sudah menghilang dalam sekejap.
Lo-tong dan shantung segera menyingkir, lotong berhasil
melarikan diri, sementara shantung-tok-piauw sudah terlambat,
karena sebuah sentilan telah membuat dia lemas dan roboh,
pada adu sin-kang yang luar biasa dahsyat itu, ternyata diiringin
oleh kekuatan sin-kang kwaa-yun-peng yang tiba-tiba muncul,
dua iblis yang tidak menyangka dan hanya sekilas menangkap
bayangan, sudah memastikan kehadiran she-taihap yang lain,
tanpa pikir panjang setelah terlempar dan melabrak didnding,
tanpa menggubris sesak dalam dada, dengan wajah pucat
keduanya melarikan diri, demikian halnya dengan koai-ma dan
tok-lian, hanya ang-mou-kui-bo yang dekat dengan kemunculan
Kwaa-yun-peng mendapat imbas kilatan sin-kang yang
mengantam tubuhnya hingga ia tewas seketika.
337 "ayah?" seru Kwaa-yang-bun lemah dan ia langsung duduk
bersiulian, Kwaa-yun-peng duduk di belakang anaknya dan
membantu Kwaa-yang-bun untuk mengeluarkan hawa beracun
dari senjata rahasia, menjelang malam Kwaa-yang-bun sudah
pulih kembali "aku tidak tahu ayah apa efek luka dari tiga paku dan pisau ini."
ujar Kwaa-yang-bun "coba kita tanya orang itu." sahut Kwaa-yun-peng sambil berdiri
dan melangkah mendekati sim-kuang
"kamu ini siapa ?" tanya Kwaa-yun-peng
"sa..saya shantung-tok-piauw." Jawabnya dengan mua pucat
"selain dari kwi-ban-ciang, kwi-san-hengcia siapa lagi temanmu
yang lolos itu ?" sela Kwaa-yang-bun
"kui-ting-lotong, tok-lian, dan koai-ma."
"pisaumu telah menancap dipahaku, apa efek luka dari pisau ini
?" tanya Kwaa-yang-bun
"efek lukanya hanya bengkak dan pembusukan jika tidak diberi
obat luka." "hmh"lalu efek luka dari paku temanmu ini " tanya kwaa-yangbun sambil menunjukan paku dilengannya."
"jika paku dicabut mengeluarkan darah, maka ia hanya luka
biasa, namun jika pakut dicabut tidak mengeluarkan darah, itu
artinya pembuluh darah telah terjadi pembekuan, dan itu akan
membuat pembusukan urat nadi, jika ia sampai pada usus
besar, maka tiga hari setelah itu sikorban akan mati." sahut simkuang, Yang-bun mencabut dua paku di lengan dan dilambung,
keduanya berdarahdan, tapi ketika mencabut paku di pundak
338 tidak berdarah. "bagaimana menurut ayah ?" tanya Yang-bun
"apakah kamu tahu penawar luka ini ?" tanya Yun-peng pada
Sim-kuang "aku tidak tahu she-taihap, hanya lotong yang tahu,
ampunkanlah aku taihap."
"hmh..ceritakan apa sebenarnya rencana kalian !?" perintah
yun-peng "saya hanya diajak untuk melanjutkan misi yang katanya gagal
disini." "misi pelenyapan she-taihap ?" sela Yang-bun
"benar taihap."
"hmh"berarti pelaku peledakan beberapa bulan yang lalu
merupakan bagian misi kalian?"
"mungkin taihap, persisnya aku juga tidak tahu."
"kenapa kamu katakana mungkin ?" sela yun-peng
"karena aku hanya mendengar dari tok-lian meyakini bahwa
pelaku peledakan itu enam dari rekan mereka yang tidak
kunjung kembali."

Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"apakah ada misi mereka yang berhasil ?" sela Yang-bun
"kata kwi-ban-ciang misi mereka berhasil di lokyang, dua shetaihap dapat mereka tewaskan."
"liong-pek ayah.." seru Yang-bun dengan dada sesak dan
matanya berkaca-kaca. "baiklah shantung-tok-piauw, kuburkanlah temanmu itu, kamu
kami maafkan, entah kalau kali kedua kita bertemu pada situasi
339 yang sama." ujar Yun-peng, lalu kedua she-taihap itu
meninggalkan rumah Ma-bin
"kita kerumah wan-sinse dulu Bun-ji, mungkin dia tahu obat luka
paku di bahumu." ujar Yun-peng, keduanya malam itu bertamu
kerumah Wan-sinse "hehe..she-taihap bagaimana keadaanmu ?"
"aku baik-baik saja Wan-sinse."
"lalu apa yang bisa saya bantu, sehingga malam-malam begini
kalian anak beranak datang mengunjungiku ?"
"kami ingin minta bantuan shinse untuk memeriksa luka bun-ji."
"oh..sini bun-ji coba saya lihat." ujar Wan-sinse, Yang-bun
mererebahkan diri didipan, Wan-sinse memperhatikan empat
luka ditubuh Yang-bun. Wan-sinse membaluri luka pisau dengan obat bubuk dan lalu,
begitu juga dengan luka dilambung dan lengan, namun ketika
melihat luka lobang menghijau dipundak, keningnya berkerut.
"apakah ini luka yang sama dengan lengan dan lambung taihap
?" tanya Wan-sinse "benar wan-sinse, hanya menurut teman orang yang melukai
bun-ji, luka di bahu itu telah terjadi pembekuan urat nadi, dan
akan terjadi pembusukan hingga mencapai usus besar, dan
katanya tiga hari setelah pembusukan usus besar, korban akan
mati." "waduh sadis dan mengerikan pemilik senjata paku ini."
"apakah sinse dapat memberikan pendapat tentang luka ini ?"
tanya Yun-peng "jika ada luka simisterius ini, siempunya paku meramu pakunya
340 dengan hal-hal yang menjijikan dan berbau syetan."
"kenapa wan-sinse berkata demikian ?"
"karena tiga paku ini sama model dan ramuannya, dan
seharusnya efeknya sama, sama racunnya dan sama lukanya,
namun tiga paku yang sama, ada satu yang berbeda efek yang
ditimbulkannya." jelas Wan-sinse
"lalu bagaimana menurut pendapat sinse ?"
"luka dengan efek yang taihap ceritakan tadi, jelas membuat
aku juga bingun cara mengobatinya, namun aku memiliki
seorang teman yang ada di "bian-san" (bukit kipas) sebelah
timur kota An-hui, namanya Lauw-jin, bawalah kesana bun-ji,
semoga dia dapat membentu she-taihap."
"baiklah wan-sinse, dan terimakasih atas pengobatan dan
saran pendapatnya." "sama-sama taihap." sahut Wan-sinse, lalu dua she-taihap
pulang kembali kerumah. Keesokan harinya dua she-taihap untuk sementara menutup
perguruan, karena akan pergi dalam jangka waktu yang lama,
sementara Kwi-ban-ciang dan Kwi-san-hengcia sedang
tergeletak ngosngosan disebuah lembah ditimur kota shanghai,
tidak berepa lama tok-lian dan koai-ma muncul.
"bagaimana keadaan jiwi cianpwe ?" tanya tok-lian
"dadaku sesak, namun hanya luka ringan, kalian sendiri
bagaimana ?" sahut Kwi-san-hengcia
"kami baik-baik saja cianpwe, hanya mungkin tiga yang lain
tewas." ujar tok-lian
341 "yang jelas ang-mou-kuibo tewas, dan kalua lotong dan
shantung-tok-piauw belum tentu." sela Koai-ma
"hmh..sial kita hampir berhasil membunuhnya." keluh kwihengcia gemas
"sudahlah, kalian cari makanan untuk pengganjal perut !"
perintah kwi-ban-ciang, lalu tok-lian menyalakan api sementara
koai-ma mencari binatang buruan, seekor ular besar menjadi
santapan mereka, setelah malam tiba, tiba-tiba lotong muncul
"Lu-siok ternyata kamu selamat." sela kwi-sian-hengcia
"iyah..untung aku agak jauh dari she-taihap dan cepat
menyingkir." "lalu bagaimana dengan sim-kuang ?" sela Tok-lian
"aku tidak tahu, tapi kemungkinan besar tertangkap she-taihap,
karena sampai kesini aku tidak melihat bayangannya
dibelakngku." "hmh..lalu bagaimana cianpwe rencana kita selanjutnya ?"
tanya koai-ma "untuk sementara kita bersembunyi disatu tempat, karena jika
kemungkinan sim-kuang tertangkap she-taihap akan mencari
kita ditemnpat asal kita." sahut Kwi-ban-ciang
"sebaiknya kita tetap dekat dengan kota ini, karena saya yakin
seorang she-taihap dalam dua minggu ini akan tewas." sela
lotong "bagaimana kamu yakin begitu Lu-siok ?" tanya kwi-sanhengcia
"hehehe..hahaha..karena aku telah menancapkan tiga paku
342 dalam tubuhnya, walaupun hawa racun ketiga pakuku dapat
dipunahkan oleh she-taihap, namun salah satu luka dari tiga
pakuku akan menghantarkan nyawa she-taihap kealam kubur."
"memangnya efek luka paku Lu-siok berbeda ?" sela kwi-banciang
"benar, karena setiap paku ganjil akan membawa magis
siluman yang akan menggerogoti urat nadi korban, dan untung
saya tidak jadi melempar tujuh paku, sebab kalau sempat satu
mengenai tubuhnya, maka akan genap, dia akan selamat dari
magis siluman." sahut lu-mo.
"hmh"jika perkiraan lu-siok benar, patut kita untuk
bersembunyi disini setidaknya sampai dua minggu, kemudian
kita membantai seorang she-taihap lagi." ujar kwi-ban-ciang,
semuanya mengangguk setuju, lalu kelimanya merambah
lembah dan masuk kedalam hutan belukar, keesokan harinya
mereka menemukan sebuah gua didalam hutan, kelimanya
masuk dan menelusuri goa.
"tempat ini cocok untuk kita singgahi selama dua minggu." ujar
kwi-ban-ciang, lalu merekapun duduk dan istirahat setelah
berjalan semalaman merambah hutan.
Kwaa-Yun-peng dan anaknya mengadakan perjalanan dengan
memburu waktu, lari mereka luar biasa cepat, tiga hari
kemudian mereka sampai disebuah lembah disebelah barat
kota suzhou "ayah aku merasakan nyeri pada bagian dadaku." ujar Yangbun sambil menghentikan larinya,
343 "coba ayah lihat dadamu bun-ji !" ujar Yun-peng, Yang-bun
membuka kancing bajunya, otot dada Yang-bun pada bagian
luka membengkak, dan urat sarafnya menonjol.
"sebentar lagi kita akan sampai kekota suzhuo, jadi biar ayah
gendong kamu." Ujar Yun-peng sambil meraih pinggang Yangbun dan berlari cepat melintasi lembah, mauk hutan dan
menurunu bukit, hingga sampai pada jalan raya menuju
gerbang kota Suzhou. Kwaa-yun-peng menyewa sebuah kamar untuk melewatkan
malam, keesokan harinya ketika ia bangun aroma busuk yang
sengit tercium "ayah luka ini mengeluarkan bau busuk, ketika Yun-peng
melihat sebuah urat syaraf yang menojol semalam pecah dan
mengeluarkan nanah bercampur darah kehitaman, para tamu
diluar kamar ribut karena mencium aroma busuk yang
menyengat hidung, bahkan suara muntah sebagian tamu
terdengar "sebaiknya kita cepat meninggalkan kota ini Bun-ji, tunggulah
sebentar." ujar Yun-peng, lalu ia keluar
"sicu"sepertinya bau tidak sedap ini dari dalam kamarmu !"
sela seorang tamu ketika melihat Yun-peng keluar
"benar sicu, dan maaf telah membuat para sicu sekalian, kami
akan segera meninggalkan likoan." sahut Yun-peng.
Kwaa-yun-peng menemui pemilik likoan, dia memesan dua
bungkus makanan dan membayar sewa kamar, setelah itu Yunpeng kembali kekamar dan menggendong anaknya yang makin
344 lemah, Yun-peng dengan cepat melompat dari ruang atas ke
atap genteng bangunan disebelah dan dalam sekejap ia sudah
jauh meninggalkan likoan dan keluar dari gerbang kota, setelah
siang Yun-peng berhenti disebuah hutan, lalu anak beranak itu
makan makanan yang tadi dipesan Yun-peng.
Kwaa-yang-bun tidak mampu untuk makan, karena perutnya
terasa mual akibat aroma busuk, bahkan makanan itu memicu
Yang-bun muntah, Kwaa-yun-peng dengan pengerahan tinliong-siulian tidak merasa terganggu dengan bau busuk luka
anaknya, setelah makan Yun-peng kembali menggendong
Yang-bun dan berlari luar biasa cepat melintasi hutan dan
lembah, dua hari kemudian Yun-peng sampai disebuah bukit
sebelah selatan kota Nanjing, Yun-peng merebahkan yang-bun
diatas rumput "ayah akan memburu binatang untuk makanan kita." Ujar Yunpeng, Yang-bun menganggukkan kepala, luka didadanya makin
melebar, dan urat-urat syaraf yang menonjol itu hampir
mencapai puting susunya, dan tiga buah urat syaraf sudah
pecah mengeluarkan banyak cairan nanah bercampur darah
hitam. Kwaa-yun-peng dalam waktu tidak lama mendapatkan seekor
ayam hutan, ketika Yang-bun melihat ayam yang dikuliti
ayahnya, perutnya yang sudah tiga hari kosong muntah lagi
untuk kesekian kalinya, hanya cairan kuning yang dimuntahkan
dari perutnya yang kosong
"ayah aku tidak tahan lagi, aku lemas benar." keluh Yang-bun,
345 wajahnya sudah pucat pias
"bersabar dan bertahanlah Bun-ji, kita sedang berusaha anakku
untuk penyembuhanmu" hibur Yun-peng
"ayah perutku tidak tahan melihat ayah makan." ujar Yang-bun
"hmh"kalau begitu ayah akan makan dengan sembunyi dan
agak jauh." ujar Yun-peng, lelu menghilang dari tempat itu,
Yang-bun dengan tubuh lemas menatap langit dari celah
rerimbunan hutan, perutnya terasa sangat nyeri akibat rasa
lapar, namun malangnya tenggerokannya tidak lalu menelan
makanan, perutnya enggan menerima makanan, tidak lama
bau aroma harum ayam bakar tercium
"hoak"hoak?" Yang-bun muntah karena merasa mual, Yunpeng dengan cepat melahap makanannya, dia sudah
memutuskan bahwa ia tidak akan lagi makan setelah ini, karena
anaknya tidak tahan melihat makanan, dan bahkan aroma
daging bakar membuat anaknya muntah yang ia dengar dari
kejauahan. Kwaa-yun-peng kembali ketempat dimana Yang-bun
direbahkannya, ia lalu mencuci mulut anaknya yang berlepotan
cairan muntahan, Yang-bun minum sampai puas, karena hanya
air ini yang menopang kehidupannya sekarang, saat Kwaa-yunpeng hendak menggendong putranya
"kweekkk..kwekkkk":" terdengar pekikan dari angkasa
"jin-siok ayah.." seru Yang-bun, dan memang benar tiba-tiba
Han-jin meluncur dari atas
"peng-ko !?" seru Han-jin
346 "syukurlah Jin-te, kita harus ke bian-san disebelah timur kota
An-hui." "baik peng-ko." sahut Han-jin meraih tubuh Yang-bun dari
pelukan kakaknya, kemudian Han-jin bersuit, pek-thouw pun
melintas, Han-jin meraih tangan Yun-peng dan membawanya
melayang keatas dan mendarat dipunggung pek-thouw.
Han-jin sudah berbulan-bulan mencari rekanan kwi-ban-ciang
lewat udara dan darat, namun ia tidak menemukan jejak
rekanan tersebut, terakhir perjalanan darat yang singgahi
adalah kota Yinchang, namun jejak rekanan Kwi-ban-ciang
tidak ada disana, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke pulaukura-kura, dan saat melintasi angkasa Nanjing, Han-jin melihat
gerakan dibawah yang ternyata adalah kakak dan
keponakannya. Pek-thouw sampai di bian-san pada waktu sore,
"itu nampaknya ada sebuah pondok, mungkin itu shinse yang
harus kita temui Jin-te." ujar Kwaa-yun-peng
"kamu melintas di atas pondok itu pek-thouw !" perintah Han-jin
sambil menunjuk kebawah kearah pondok, pek-thouw memekik
dan melintas diatas pondok, Han-jin dan Yun-peng melompat
kebawah dan mendarat mulus menjejak halaman pondok.
Seorang lelaki tua berumur enam puluh tahun keluar bersama
seorang gadis cantik berumur dua puluh tahun, keduanya
sedang meramu obat didalam pondok, lalu pekikan pek-thouw
mengejutkan keduanya, dan segera keluar dan melihat keatas,
347 rasa takjub luar biasa menyaksikan rajawali raksasa yang
terbang melintas rendah, dan hati keduanya terkejut, ketika
melihat ada orang melompat dari punggung rajawali dan turun
di halaman pondok mereka. Keduanya takjub dan terkesima
melihat dua orang asing yang luar biasa itu.
"maaf , jika kami telah mengejutkan Lo-sicu dan nona." ujar
Yun-peng "hehehe"memang kalian luar biasa mengejutkan sicu,
siapakah kalian dan hendak kemana ?" tanya orang tua itu
"kami ini she-kwaa, saya adalah Kwaa-yun-peng, ini adik saya
Kwaa-han-jin, dan ini anak saya Kwaa-yang-bun." sahut Yunpeng.
"she-kwaa"hmh..apakah yang berdiri didepan saya ini shetaihap ?" sela orang tua itu
"benar dugaan lo-sicu, kami hendak bertemu dengan Lauw-jin
shinse, diamanakah kami bisa bertemu ?" sajut Yun-peng
"hehehe..aku sendirilah she-taiahap, mari silahkan masuk,
keliahatnnya anakmu sedang sakit parah luar biasa." ujar
Lauw-sinse "terimakasih lauw-sicu, dan memang benar, anak saya sedang
sakit, dan atas saran Wan-sinse di shanghai kami kesini."
"ooh, begitu, mari"mari"dan baringkanlah ia didipan, dan aku
akan coba lihat, hua-ji sediakan minum bagi she-taihap !" sahut
Lauw-sinse dan memerintahkan cucunya Lauw-li-hua untuk
menyediakan air minum, Li-hua mengangguk dan segera
kedapur, Kwaa-han-jin merebahkan Yang-bun di atas dipan,
348 Lauw-sinse memeriksa luka dibahu Yang-bun, kepalanya
geleng-geleng sambil meraba bagian urat syaraf yang tidak
pecah, tidak lama Lauw-li-hua datang menyuguhkan minuman.
"silahkan diminum she-taihap !" sela Li-hua itu sambil senyum
ramah mempersilahkan tamunya minum
"terimakasih siocia." sahut Yun-peng, sambil membalas
senyum, namun kemudian ia kembali memperhatikan Lauwsinse yang lama terdiam, dan kemudian Lauw-sinse berdiri
mengambil sebuah botol di dalam lacinya, lalu ia menuangkan
cairan merah dalam mangkok, aroma harum semerbak
menyeruak, lalu sejumput obat bubuk ia masukkan kedalam
mangkok, lalu campuran itu diaduk, setelah itu Lauw-sinse
melumuri luka itu dengan obatnya, kontan aroma busuk dari
luka itu hilang dan aroma semerbak itu juga hilang, kemudian ia


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbalik dan mennatap she-taihap
"apa yang terjadi peng-ko ?" tanya Han-jin
"rekanan kwi-ban-ciang mengicar kami, untungnya Bun-ji
waspada dengan keadaan." sahut Yun-peng, lalu ia pun
menceritakan trik rekanan kwi-ban-ciang untuk mengeroyok
Yang-bun. "luar biasa dendam kesumat rekanan itu kepada kita peng-ko
"benar, dan nampaknya usaha mereka sangat gigih untuk
melenyapkan kita, bahkan saya dengar dari seorang rekan
mereka bahwa liong-ko tewas." sahut Yun-peng
"benar Peng-ko, liong-ko dan keponakan kita Kwaa-tan-bouw
tewas ditangan mereka." ujar Kwaa-han-jin.
349 "Lauw-sinse berbalik dan menatap dua she-taihap
"bagaimana Lauw-sinse ?" tanya Yun-peng dengan nada sabar
"hmh".luka bun-ji sangat parah sekali, dua hari lagi
pembusukan ini akan sampai ke usus besar."
"itu artinya kita masih punya waktu lima hari lagi." sela Yunpeng
"benar she-taihap, bagaimana she-taihap tahu ?"
"teman pemilik senjata yang melukai bun-ji mengatakan jika
pembusukan sudah sampai ke usus besar maka menurutnya
dalam tiga hari akan mengakibatkan kematian." sahut Yunpeng
"apakah ada obat yang bisa kita usakan Luaw-shinse ?" sela
Han-jin "obatnya ada, kita butuh tiga macam ramuan obat dalam usaha
penyembuhan ini." "apakah itu lauw-sinse ?" tanya Yun-peng
"dua ramuan mudah didapatkan, namun ada satu ramuan yang
sulit." "apakah dua ramuan yang mudah itu lauw-sinse ?" sela Han-jin
"kapur barus dan bunga mayat, kapur barus saya punya
persediaan, dan bunga mayat banyak kita jumpaii di
pemakaman." sahut Lauw-sinse
"lalu yang ketiga, yang kata shinse sulit, apa ?" tanya Yun-peng
:ramuan ini sebenarnya memalukan she-taihap." sahut Lauwsinse
"memalukan ?" sela kedua shep-taihap dan saling pandang."
350 "benar she-taihap, karena ramuan yang ketiga ini adalah darah
perawan." Sahut Lauw-sinse, kedua she-taihap melengak
terperangah. "memang racun senjata ini mengandung kekuatan mistik,
ramuan senjata ini digodok bersama cairan mayat yang sedang
hamil." ujar Lauw-sinse menjelaskan
"bagaimana pendapatmu Jin-te ?" tanya Yun-peng pada
adiknya "Peng-ko, saya akan mengambil bunga mayat itu dulu, semoga
lima hari ini thian memberikan jalan pada kita, sebelum
kepasrahan kita hamparkan dahadapan ketetapan Thian."
sahut Han-jin, lalu keluar dan menuju perkampungan dibawah
bukit. Kwaa-yun-peng tertunduk merenung, sementara li-hua yang
sedang berada dikamar mendengar semua percakapan itu,
terbetik rasa kasihan mengingat keadaan Kwaa-yang-bun yang
diujung tanduk. "bagaimanakah she-taihap yang terkenal ini akan mendapatkan
darah perawan " akankah keluarga lua biasa ini akan
mengambil jalan pintas untuk mendapatkan darah perawan
demi kesembuhan seorang dari keluarga mereka?" pikir li-hua,
namun saat ia mendengar jawaban Han-jin pada Yun-peng,
hatinya takjub, jawaban itu sebuah ketegasan akan kokohnya
kelaurga ini memegang prinsip kebenaran
"mari kita keluar she-taihap, diluar kita akan merasa segar dan
nyaman." ujar Lauw-sinse.
351 Kwaa-yun-peng dan Lauw-sinse keluar dan duduk diberanda
rumah, Li-hua keluar dari kamarnya, dan mendekati Yang-bun
yang tergeletak lemah, Yang-bun sadar dan mendengar
percakapan itu, hatinya sudah pasrah jika memang ajalnya
akan tiba dalam waktu dekat ini
"siocia aku lapar sekali." ujar Yang-bun lemah
"sebentar akau akan suapkan bubur." sahut Li-hua segera
bangkit dan pergi kedapur, tidak lama Li-hua muncul lagi dan
duduk disamping Yang-bun, Li-hua menyuapi Yang-bun, Yangbun makan bubur dengan lahap, karena aroma busuk sudah
hilang, perutnya tidak mual lagi, bahkan saking lahapnya dua
mangkok bubur tandas keperut Yang-bun.
"terimakasih siocia, perutku sudah kenyang." ujar Yang-bun
"aku cucunya, namaku Lauw-li-hua." sahut Li-hua
"terimakasih lauw-siocia." ujarkYang-bun mengulang ucapan
terimakasih "tidak perlu taihap, bukankah ini sudah tugas kami, sebagai
tabib ?" "benar Lauw-siocia, namun supaya hatiku tentram aku harus
ucapkan." sahut Yang-bun senyum, hati Lauw-li-hua tergetar
melihat senyuman manis dan mengandung rasa nyaman dan
ketenangan yang dalam, Li-hua tertunduk menenangkan
degupan hatinya. Saat Lauw-li-hua tertunduk rambutnya yang digulung lepas dan
gumpalan rambut yang panjang itu jatuh ke atas lengan Yangbun, rasa hangat menyelinap dalam dada Yang-bun, indahnya
352 rambut Li-hua membuat Yang-bun terpana, dan lekat
memandang wajah cantik didepannya
"kenapa kamu melihatku seperti itu ?" sela Li-hua nyaris
berbisik sambil menunduk wajahnya yang bersemu merah,
sembari menarik ujung rambutnya keatas pankuannya.
"oh..maafkan aku Li-siocia, ka..kamu membuatku terpana."
jawab Yang-bun dengan hentakan gelora hatinya, sehingga
membuat ia sedikit gugup, Li-hua tersenyum makin menunduk
malu. "be..benarkah taihap ?" bisik Li-hua agak gugup karena muka
terasa makin panas "namaku yang-bun li-siocia, dan aku tidak berani
membohongimu, sungguh hatiku terpana melihatmu." sahut
Yang-bun, dan anehnya matanya berkaca-kaca, bahkan
menetes dari sudut matanya, hati Li-hua berteriak senang
mendengar penegasan ucapan Yang-bun, dan ketika ia melirik
wajah Yang-bun hatinya heran dan terenyuh melihat mata
Yang-bun yang berair. "kenapa kamu menangis bun-ko ?" bisik Li-hua
"aku bahagia dapat merasakan sebuah gejolak yang
nyamannya bertubi-tubi meresap dalam relung batinku, ternyata
Thian masih memberikan kesempatan padaku merasakan
kehangatan dan kenyamanan yang luar biasa ini, walaupun
dipenghujung ajal yang sebentar lagi akan tiba, aku sangat
bersyukur sekali hua-moi." sahut Yang-bun dan dua tetes air
mata kembali mengalir dari sudut mata Yang-bun.
353 "oh-bun-ko, ketulusan kata-katamu membuat aku merinding
saking bahagianya, aku bahagia dapat memberikan
kenyamanan luar biasa yang kamu rasakan saat ini." bisik Lihua
"Peng-ko aku sudah dapatkan bunga mayat." sela suara Hanjin dari luar, Li-hua segera bangkit,
"bun-ko aku kekamar dulu aku akan menyiapkan makan
malam." ujar Li-hua dengan senyum terkulum sambil menunduk
dan berbalik menuju dapur, Yang-bun merasa senang dan
tenang, kegembiraannya melebihi nyeri yang alami, tidak lama
kemudian lauw-sinse masuk sambil membawa bungan mayat
ditangannya. "bun-ji apakah kamu tidak lapar ?" tanya Lauw-sinse
"aku sudah makan bubur dan dibantu cucu kakek." jawab Yangbun
"ooh, begitu, sekarang bagaimana perasaanmu ?"
"setelah makan bubur aku tidak lemas lagi kakek."
"hmh".istirahalah yang cukup, ayah dan pamanmu akan
memikirkan jalan untuk penyembuhanmu." ujar Lauw-sinse,
Yang-bun mengangguk dan memjamkan matanya, wajah Lihua terlukis nyata di pelupuk matanya, dengan seulas senyum
Yang-bun menikmati bunga-bunga cinta yang tumbuh dan
mekar dalam hatinya. Sementara didapur Li-hua hatinya yang juga berselimut mesra,
senyumannya tidak lekang, hatinya berbunga-bunga, wajah
Yang-bun demikian melekat dalam benaknya, ketika malam tiba
354 Li-hua menghidangkan makan malam, setelah menghidang
makanan, sementara kakeknya dan dua she-taihap bersantap
malam, Li-hua pergi kedapur, lalu dengan semangkok bubur Lihua masuk kekamar pengobatan, sinar mata bahagia dan
senyum manis Yang-bun menyambutnya, dengan rasa hangat
Li-hua duduk kembali disamping Yang-bun, dan dengan hati
mesra ia menyuapi pemuda yang telah mengaduk-aduk
perasaannya ini. Kwaa-yang-bun sangat menikmati bubur yang memasuki
mulutnya, nikmatnya luar biasa ia rasakan, maklum hatinya
juga sedang merasa senang dan bahagia, oleh karena rasa
bahagia yang berpadu dengan rasa cinta yang mesra membuat
rasa bubur nasi itu belipat kelezatannya, kedua sejoli itu saling
bertatapan, tatapan itu mewakili hati mereka, disetiap suapan
ada isyarat, disetiap kedipan mata ada isyarat, disetiap
tundukan ada isyarat, disetiap helaan nafas ada iyarat, yang
semua isyarat itu mengandung aroma cinta yang semerbak,
ungkapan hati yang bergejolak.
Setelah Kwaa-han-jin selesai makan, ia berdiri
"kamu mau kemana Jin-te ":" tanya Yun-peng
"aku akan melihat Bun-ji dan menyuapinya makan." jawab Hanjin, lalu Han-jin melangkah menuju kamar, namun dia berhenti
ketika melihat Li-hua menyuapi Yang-bun, Han-jin kembali
keruang makan. "bagaimana dengan bun-ji jin-te ?" tanya Yun-peng
"bun-ji sudah dikasih makan oleh lauw-siocia." jawab Han-jin
355 "biarlah hua-ji yang mengurusnya, dia lebih telaten mengurus
hal-hal seperti itu, lagian pengetahuannya dalam bidang
pengobatan hampir menyamaiku." sela Lauw-sinse senyum.
Keesokan harinya, sebagaimana biasa setelah makan pagi
Lauw-sinse meramu obat, Li-hua tidak menyertai kakeknya
karena ia terlebih dahulu memberi makan untuk Yang-bun, kali
ini li-hua memberikan makanan biasa pada Yang-bun, karena
perutnya sudah kuat untuk mencerna.
"hua-moi, penyakitku ini hanya menghitung hari, namun kamu
demikian telaten merawat saya, sungguh hatimu mulia sekali."
"bun-ko tetaplah berusaha untuk mendapatkan ramuan obatmu,
tidak ada yang sulit jika thian memberikan jalan." sahut li-hua,
Yang-bun menatap wajah yang tertunduk itu, hatinya bergetar,
isyarat itu sangat ia mengerti.
Kwaa-yang-bun meremas paha li-hua dengan lembut
"hua-moi aku cinta padamu." bisiknya nyaris seperti desahan, lihua memejamkan mata, karena sengatan hangat dan getaran
yang menyergap hatinya oleh remasan dan sentuhan Yang-bun
pada pahanya, ia hanya mengenguk sambil menelan liur untuk
membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering,
setelah makanan Yang-bun habis, ia segera meninggalkan
Yang-bun dan kembali dapur, setelah mencuci piring dan
mangkok, li-hua keluar dan membantu kakeknya meramu obat.
Kwaa-han-jin yang melihat li-hua sudah keluar, segera
memasuki pondok dan menemui Yang-bun
356 "bagaimana keadaanmu bun-ji ?" tanya Han-jin
"keadaanku sudah pulih Jin-siok, dan rasanya aku sudah bisa
duduk." sahut Yang-bun
"bagaimana dengan ayah dan paman ?"
"kami baik dan dalam keadaan tenang, harapan selalu
terpanjat, semoga Thian memberi jalan pada kita untuk
kesembuhanmu Bun-ji." sahut Han-jin, Yang-bun menunduk.
"Bun-ji, sebaiknya kamu berganti baju, dan paman akan
mengambil air untuk melap tubuhmu." ujar Han-jin, lalu han-jin
kedapur dan membawa sebaskom air, kemudian Han-jin melap
tubuh keponakannya dengan rasa sayang, lalu setelah itu, Hanjin membantu Yang-bun mengganti baju, pecahan urat syaraf
semakin banyak, namun cairannya tidak merembes karena
obat ramuan yang berikan lauw-sinse, luka itu hanya basah,
dan urat syaraf yang menonjol sudah sampai dibawa puting
susu Yang-bun. Kwaa-yang-bun merasa nyaman setelah berganti baju yang
bersih "jin-siok !?" serunya sambil bersandar kedinding kamar
"ada apa bun-ji ?" tanya Han-jin sambil menggulung baju kotor
Yang-bun "jin-siok, sesungguhnya Thian telah memberikan jalan bagi
kita." :maksudmu bagaimana bun-ji ?"
"jin-siok, aku dan hua-moi memiliki perasaan yang sama, aku
sangat mencintainya, dan dipaun begitu sangat mencintaiku,
357 aku berani mengatakan ini pada paman, karena tadi hua-moi
telah memberikan isyarat padaku, jadi paman ajukanlah
lamaran pada lauw-cianpwe, untuk menikahkanku dengan huamoi."
"hmh"syukur pada Thian kita panjatkan bun-ji, jalan keluar
yang di berikan Thian ini anugrah yang amat indah dan luar
biasa, segera akan paman bicarakan dengan ayahmu." sahut
Han-jin, lalu ia meninggalkan Yang-bun yang penuh dengan
gelora cinta yang semakin menghangat dalam hatinya, Kwaahan-jin mendekati kakaknya yang sedang duduk disebuah
balai-balai sambil bersiulian, sementara Lauw-sinse dan
cucunya berada di halaman belakang menjemur ramuanramuan obat.
"peng-ko !" seru Han-jin lembut, Yun-peng membuka sebelah
matanya dan menatap adiknya
"ada apa jin-te ?" tanya Yun-peng
"Peng-ko, mari kita penuhi keinginan bun-ji, dan keinginannya
adalah jalan yang dibukakan Thian untuk kita." sahut Han-jin
"apa maksudmu jin-te " apakah keinginan Bun-ji ?"
"bun-ji ingin menikahi Lauw-siocia, dan satu hal telah terjadi
diantara mereka, ternyata keduanya sama-sama mencinta
dalam pertemuan ringkas ini."
"oh"demikiankah Jin-te ?" sela Yun-peng penuh haru
"benar peng-ko, jadi marilah kita mengajak Lauw-sinse
membicarakan hal ini." sahut Han-jin, lalu Yun-peng turun dari
balai-balai, kedua adik beradik itu pergi kehalaman belakang
358 "Lauw-sinse ! dapatkah kita bicara sejenak ?" sapa Yun-peng
"oh..tentu taihap, tunggu aku akan cuci tangan dulu," sahut
Lauw-sinse, kemudian mereka bertiga duduk dibalai-balai
dihalaman depan rumah. "Lauw-sicu, maafkan kami jika penyampaian kami ini nantinya
menyinggung hati lauw-sicu dan Lauw-siocia."
"hal apakah itu she-taihap sehingga demikian sungkan kepada
kami ?" "Lauw-sicu, putraku Kwaa-yang-bun menyampaikan
keinginannya pada kami, bahwa ia hendak menikahi lauwsiocia, jadi untuk itu dengan segala kerendahan hati kami
mengajukan lamaran pada Lauw-sicu." ujar Yun-peng.


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"hehehe".hahaha"hasrat bun-ji itu suci she-taihap, lamaran
yang taihap sampaikan sudah sampai, dan aku sendiri sangat
senang mendengarnya, namun berikanlah waktu padaku,
sampai aku selesai mendengar pendapat cucuku." sahut Lauwsinse
"tentu lauw-sicu, kami akan selalu sabar menunggu." ujar Yunpeng, lalu Lauw-sinse pergi menemui Li-hua di halaman
belakang "Hua-ji, she-taihap tadi menyampaikan lamaran padaku,
mereka ingin menikahkan putranya Kwaa-yang-bun denganmu,
bagaimanakah menurutmu ?"
"kong-kong, yang-bun pemuda luar biasa, hatinya baik dan
tabah, ketenangannya demikian dalam, prinsip kebenaran
sangat teguh dipegang, pantaslah mereka disebut she-taihap
359 sebagaimana yang kita dengar selama ini, namun walaupun
begitu, aku akan ikut apa kata kongkong."
"baiklah hua-ji, kakek mengerti dengan apa yang kurasakan,
jadi sekarang masuklah kedalam, dan siapkan minuman untuk
kakek dan mertuamu." ujar Lauw-sinse, Li-hua terheyak hangat,
hatinya berteriak bahagia, ternyata kakeknya rela dengan
jalinan yanng akan dibinanya bersama Yang-bun, dengan buruburu ia menyelesaikan pekerjaannya dan masuk kedalam,
sementara Lauw-sinse kembali kebalai-balai.
"kwaa-sicu, niat suci kalian yang agung bersambut baik
ditangan cucuku, aku sangat bahagia dengan jalinan ini." ujar
Lauw-sinse, kedua she-taihap haru dan gembira
"syukur pada thian, ternyata kami dipertemukan dengan Lauwsicu yang baik dan murah hati, terimakasih Lauw-sicu." sahut
Kwaa-yun-peng. Sekarang marilah kita masuk kedalam, calon menantumu
kwaa-sicu sedang menyiapkan minuman untuk kita." ujar Lauwsinse
"hehehe..ba.baik lauw-sicu." sahut Kwaa-yun-peng dengan hati
bahagia, lalu ketiganya masuk kedalam dan menuju ruang
makan, Li-hua yang sedang menghidangkan minuman dengan
menunduk berlari kekamarnya, Yun-peng yang melihat sikap
calon mantunya tersenyum penuh iba dan bahagia.
Sambil minum teh hangat ketiganya melanjutkan pembicaraan."
"lauw-sicu, soal waktu kami hanya mengikut apa kata Lauw360
sicu." ujar Yun-peng
"hmh"baiklah Kwaa-sicu, pernikahan ini memang harus
secepatnya, jika dapat sore nanti keduanya sudah dapat
diresmikan." sahut Lauw-jin
"jika demikian lauw-sicu, aku akan kekampung bawah, untuk
mendapatkan biksu yang akan menjalankan upacara." sela
Han-jin. "itu sangat tepat Kwaa-sicu, kami akan menanti
kedatanganmu." ujar Lauw-jin, Han-jin segera berangkat
menuju perkampungan dibawah bukit.
Dalam sekejap Han-jin sudah memasuki kampung, seorang
pemilik kedai coa-hu yang semalam dijumpai juga oleh Kwaahan-jin menatapnya dengan heran
"hehehe"kongcu kamu datang lagi, mau menanyakan apa
lagikah ?" "hehehe"pek-coa, kali ini aku mau menanyakan keberadaan
biksu, dimanakah aku dapat menjumpainya ?"
"oh,,biksu, kongcu teruslah menelusuri jalan ini sampai ke ujung
desa, dan terus keluar, dari desa ini kira-kira tujuh li ada sebuah
kelenteng yang bernama "goat-bio" (kelenteng bulan)." sahut
Coa-hu "terimakasih pek-coa, saya akan segera kesana." ujar Han-jin
sambil senyum, Coa-hui menagngguk ramah.
Kwaa-han-jin berlari cepat laksana kilat setelah keluar dari
desa, bahkan ia nyaris hilang dari pandangan, dan jarak tujuh li
itu hanya dalam satu jam setengah ia tempuh, Han-jin naik
361 keatas bukit dimana kelenteng berdiri, dua biksu muda sedang
menyapu halaman kelenteng, keduanya berhenti ketika melihat
kedatangan Han-jin, keduanya mendekat
"siauw-suhu aku kwaa-han-jin hendak bertemu dengan ketua
kelenteng." ujar Han-jin sambil merangkap tangan dan menjura.
"tunggulah sebentar, saya akan sampaikan pada suhu." sahut
seorang dari biksu itu dan segera masuk kedalam kelenteng
"silahkan duduk sicu." sela biksu yang satunya.
"terimakasih siauw-suhu." Sahut Han-jin lalu duduk di sebuah
bangku yang ada dihalaman kelenteng.
Tidak lama seorang biksu tua dengan perawakan kurus tinggi
dan kepalanya yang botak kelimis mendekati Han-jin yang
berdiri sambil menjura "tecu Kwaa-han-jin hendak bertemu dengan suhu tetua
"duduklah anak muda, saya adalah Pouw-ceng-suhu ketua
kelenteng ini, apakah yang bisa kami Bantu ?" sahut Pouwceng-suhu
"terimakasih pouw-suhu, saya hendak meminta bantuan suhu
untuk menikahkan keponakan saya."
"dimanakah pernikahan keponakanmu anak muda ?" sela
Pouw-suhu sedikit heran bahwa anak muda belia ini sudah
mempunyai keponakan yang akan menikah.
"keponakanku itu akan menikah di "bian-san" suhu." sahut Hanjin
"bian-san cukup jauh dari sini anak muda, tapi kami akan tetap
akan memenuhi harapanmu, lalu apakah kamu sendirian yang
362 menjemput kami ?" "benar suhu, dan terimakasih banyak saya ucapkan." sahut
Han-jin, Pouw-suhu mengangguk lembut, lalu memanggil
sepuluh orang muridnya "maaf suhu, kira-kira berapa orang yang akan menyertai suhu
?" "sebaiknya sepuluh orang, tapi karena ini jauh makan saya
akan membawa tiga orang." sahut Pouw-suhu
"kalau begitu dibawa saja semuanya suhu, saya akan
mengusahakan perjalanannya." Ujar Han-jin."
"apa jalan yang akan kamu usahakan anak muda ?"
"suhu kalau bisa pernikahan diadakan sore ini, jadi kita harus
cepat." "sore ini anak muda " kamu tidak sedang bercandakan, dari sini
ke bian-san mungkin baru besok baru sampai, bagaaimana
kami bisa menikahkan keponakanmu nanti sore ?" ujar Pouwsuhu.
"maaf suhu jika hal ini akan mengejutkan, namun akan bisa
saya usahakan, jadi losuhu dan para suhu sekalian tolong
tenang, marilah kita menuju lereng sebelah selatan kelenteng,"
ujar Han-jin, Han-jin memilih sebelag selatan kelenteng, karena
ia melihat ada tanah datar yang sangat luas, Pouw-suhu dan
sepuluh muridnya berdiri ditanah lapang, Han-jin bersuit, dan
tidak lama pek-thouw melintas, Han-jin melambai
"pek-thouw turunlah !" seru Han-jin
"kreekkk.." pekik pek-thouw, lalu terbang rendah dan hinggap
mendekam di tanah lapang, para biksu semua terperangah
363 "mari losuhu, kita akan menunggang rajawali." ujar Han-jin,
Pouw-suhu agak meragu "tidak apa suhu, maaf aku akan membawa suhu keatas." ujar
Han-jin dan meraih pinggang pouw-suhu, pouw-suhu sudah
berada dipunggung rajawali, lalu Han-jin menaikkan muridmurid Pouw-suhu.
Han-jin hanya menaikkan lima murid pouw-suhu, sehingga
beban yang akan diangkat Pek-thouw berjumlah tujuh
"lima suhu tunggulah sebentar disini saya akan datang lagi
untuk menjemput para suhu." ujar Han-jin. Lima suhu itu
dengan senyum dan takjub mengangguk
"pek-thouw kita berangkat !" seru Han-jin, Pek-thouw memekik
dan bergerak mengepakkan sayapnya yang luar biasa besar
dan panjang, tujuh orang bebannya masih sanggup
dibawannya menunjukkan betapa kuatnya pek-thouw, baru kali
ini pek-thouw membawa beban nyata, karena selama ia
ditunggangi she-taihap, seakan ia tidak membawa beban
karena gin-kang she-taihap yang luar biasa. dan kali ini
bebannya adalah tubuh manusia yang memang mendoplok
dengan beban rata-rata perorang delapan puluh sampai
seratus kati, jika dikalikan enam orang, beban yang diangkut
pek-thouw lebih kurang enam ratus kati.
Hanya dalam waktu setengah jam Han-jin sudah sampai di atas
pondok Lauw-jin, Han-jin menurunkan para biksu dua-dua, dan
setelah semuanya turun, Han-jin kembali ke goat-bio, untuk
menjemput lima biksu lainnya, setelah sepuluh sebelas biksu
364 sampai di tempat Lauw-jin, upacara pernikahanpun di jalankan
oleh Pouw-suhu, Kwaa-Yang-bun dan Lauw-li-hua
disandingkan dibalai-balai, meja altar dan dupa binting sudah
dipersiapkan oleh Pouw-suhu menjadikan acara itu terkesan
hikmat, pernikahan itu lebih dari cukup, karena dihadiri oleh
Lauw-jin sebagai wali Lauw-li-hua, dan dipimpin Puw-cengsuhu, serta disaksikan Kwaa-yun-peng, Kwaa-han-jin, dan
sepuluh murid Pouw-ceng-suhu yang dengan khusyuk
memukul alat peribadatan.
Acara yang sederhana tapi berlangsung hikmat selesai saat
senja temaram, Kwaa-yun-peng, Lauw-jin serta kedua
mempelai diberi selamat yang dimulai oleh Kwaa-han-jin,
Pouw-ceng-suhu dan sepuluh murid, setelah itu merekapun
makan dan minum dengan luapan rasa bahagia.
"Kwaa-sicu dan Lauw-sicu, baru kali ini aku menikahkan
memepelai yang istimewa dan menakjubkan hatiku." ujar Pouwceng-suhu
"hehehe..hahaha"Pouw-suhu sungguh pandai memuji." sela
Lauw-jin "sungguh Lauw-sicu, perjalanan kami kesini siapapun akan
takjub, bila kami ceritakan, pernikahan yang hanya dihadiri
beberapa orang ini menjadi istimewa melihat keadaan kedua
memepelai, rasa cinta yang suci dan pengorbanan yang dalam
antara keduanya jelas terasa pada upacara yang saya lakukan
ini." "terimakasih Pouw-suhu, ini semua dapat terlaksana berkat
kebesaran hati Pouw-suhu." sela Kwaa-yun-peng.
365 Makan minum berlangsung sampai malam tiba, lalu Pouw-suhu
minta izin untuk kembali, Han-jin dengan rasa terimakasih
mengantar sebelas biksu itu kembali k eke goat-bio, setelah
semua biksu sampai di goat-bio, Han-jin memberikan sepuluh
tail emas kepada Pouw-ceng-sicu sebagai ucapan terimakasih
dan sekedar bantuan pada keberlangsungan goat-bio,
pemberian itu merupakan perintah dari kakaknya yang memang
membawa bekal yang banyak dalam perjalanan ke tempat
Lauw-jin, kemudian Han-jin tidak kembali ke bian-san, tapi dia
bermalam di sebuah lembah bersama Pek-thouw.
Kwaa-yun-peng dan Lauw-jin duduk dibalai-balai sambil
mengobrol, sementara Li-hua didalam kamar pengantin
menyiapkan sesuatu, alas dipan pengantin ia lepas, sehingga
dipan itu hanya tinggal alas dari bambu yang di tata,
"bun-ko, lepaslah dua bilah bamboo ini." ujar Li-hua, Yang-bun
dengan tenaga kasar merenggut dua bilah bambu sehingga
keduanya lepas, kemudian Li-hua meletakkan mangkok yang
berisi ramuan kapur barus dan bunga mayat yang sudah
ditumbuk dibawah dipan dibagian dua bilah bambu yang sudah
dilepas, Yang-bun yang melihat semuanya itu merasa haru dan
hangat. Kwaa-yang-bun dengan segenap rasa cinta mencumbu istrinya,
Li-hua dengan helaan nafas yang memburu demikian
menikmati cumbu rayu suaminya, semakin lama permainan
suami istri itu meningkat, Yang-bun membaringkan istrinya
didipan yang sebenarnya tidak nyaman, namun ada maksud
366 dari semua itu, Li-huan meletakkan buah pinggulnya yang
telanjang pada bagian dua bilah bambu yang sudah dilepas,
sedikit ia mengangkat pinggulnya untuk memudahkan
suaminya, terdengar desis sakit saat suaminya masuk, dengan
berbisik ia menyuruh suaminya mencabut dan melihat
kebawah, Yang-bun pun melakukan perintah istrinya, dan
melihar darah menetes tepat masuk kedalam mangkok ramuan,
setelah beberapa lama "apakah masih menetes bun-ko ?" bisik Li-hua
"sudah tidak lagi hua-moi."
"lakukan lagi bun-ko." desah Li-hua dengan nafas memburu,
Yang-bun melakukan lagi, semakin dalam suaminya masuk, Lihua mendesis lagi dengan ringisan sakit, lalu tanpa diperintah
Yang-bun keluar dan melihat kebawah, kembali darah menetes
memasuki mangkok ramuan obat..
Ada beberapa kali mereka melakukan hal yang sama, sampai
Li-hua merasa dirinya plong dan robek, dalam permainan yang
penuh maksud ini, Li-hua meminta suaminya untuk tidak
memorsir tenaga, dan segera menyelesaikan permainan, Yangbun juga mengerti, hanya beberapa menit saja, ia sudah
menumpahkan apa yang ia miliki untuk istrinya tercinta, setelah
selesai, LI-hua segera memembungkus tubuhnya dengan
selimut, lalu mengambil obat dan pergi kebelakang, dia
mengaduk obat dengan air hangat, tiga campuran obat itu rata
dan menyatu, warna obat itu menjadi kekeuning-kuningan,
setelah itu ia kembali kekamar, dengan hati mesra dan sayang
luka Yang-bun dilamuri dengan obat, Yang-bun merasakan
367 panas pada lukanya, sehinga luka itu mengeluarkan asap
hitam, bau busuk pun menyebar, untungnya Li-hua telah
melamuri hidungnya dan hidung suaminya dengan serbuk,
sehingga aroma busuk dari asap yang hitam yang keluar tidak
mengganggu. Tubuh Yang-bun penuh keringat karena rasa panas itu sangat
nyeri, namun tatapan istrinya yang bening membuat nyeri itu
tidak ia rasakan Yang-bun, hanya rasa gerah karena panas
yang menyebar membuat dia berkeringat, hampir satu jam asap
itu mengepul dari luka Yang-bun, ketika obat itu mongering, Lihua mengikisnya dengan sumpit, lalu kembali ia melamuri luka
suaminya, rasa panas kembali menergap urat sayaraf Yangbun, dan asap hitam kembali mengepul, tapi kali ini hanya
setengah jam, obat Li-hua belum menegring asap hitam sudah
berhenti "duduklah Bun-ko !" perintah Li-hua, Yang-buh duduk sambil
memeprbaiki kain yang membalut dipinggangnya, Li-hua pergi
kedapur dan membawa dua teh hangat, teh untuk suaminya
merupakan obat pembersih darah, dan untuknya hanya teh
biasa, keduanya minum saling menatap mesra, setelah itu Lihua mengajak suaminya tidur dilantai,Li-hua dengan hangat
memeluk suaminya, ia letakkan kepalanya dibahu suaminya
yang kekar dan tidur dengan pulas, yan-bun dengan lembut
mendekap punggung istrinya dan harumnya rambut istrinya
yang gemuk dan panjang membuat rasa nyaman tidak
terperikan. 368 Keesokan harinya Yang-bun bangun merasakan hal yang luar
biasa, luka di bahunya tidak lagi terasa, denyutan nyeri hilang
sama sekali, Li-hua juga terbangun, Li-hua menggelung
rambutnya, kedua lengan yang terangkat itu merupakan
pemandangan indah bagi mata Yang-bun, Yang-bun tidak
tahan untuk mengecup ketiak istrinya yang putih berbulu halus,
Li-hua memberikan kesempatan pada suaminya untuk
melakukan apa yang hendak dilakukan, getaran geli menyeruak


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga Li-hua menggelepar
"sudah..aku periksa dulu lukamu Bun-ko." ujar lihua sambil
menurunkan tangannya "lukakku tidak sakit lagi Hua-moi."
"syukurlah kalau begitu, coba bersihkan dan lihat." sahut Lihua, kemudian ia berdiri dan segera kedapur, tidak lama ia
membawa sebaskom air, kemudian dengan perca kain Li-hua
menggosok luka itu, dan tumpukan luka itu tersingkir, Li-hua
meletakkan percaan kain kedalam tempurung, lalu dengan
tangan telanjang ia memnggosok bahu dan dada suaminya
yang putih, luar biasa, luka itu besih tanpa bekas.
Kwaa-yang-bun mencoba mengerahkan sin-kang, pembul
darahnya bergerak cepat, urat nadinya lancer, pintu semua titik
dibadanyya siap menerima aliran sin-kang, Yang-bun dengan
gembira menciumis istrinya, sedu sedan muncul, isak bahagia
ditumpahkannya pada wajah istrinya yang cantik
"sudah bun-ko, sekarang mari kita mandi, sebelum kakek dan
ayah mertua datang." ujar Li-hua, lalu pengantin itu pun mandi
bersama di sumber air yang ada dibelakang rumah.
369 Saat matahari sudah tinggi Kwaa-yun-peng dan Lauw-jin
mendakit bukit, malam itu mereka ternyata turun
keperkampungan, Lauw-jin yang tahu keadaan mengajak Yunpeng untuk turun kekampung dan bermalam dirumah
sahabatnya, dan saat matahari sudah naik tinggi barulah
mereka sampai kembali kepondok, dimana Yang-bun sedang
bergurau mesra dengan istrinya, melihat ayah mertuanya
datang LI-hua segera masuk kedalam, dan menyiapkan
minuman, Yun-peng yang melihat putranya tersenyum cerah
membuat ia senyum bahagia
"baikkah keadannmu Bun-ji ?" tanya Yun-peng dengan haru
"aku sangat baik dan sehat ayah, terimakasih kongkong." sahut
Yang-bun penuh semangat, rasa syukur Yun-peng bertalu-talu
dalam hatinya melihat kondisi putranya.
Luaw-jin dan Kwaa-yun-peng duduk dibalai-balai, lalu Li-hua
datang membawa nampan berisi sepoci teh hangat dan pisang
rebus "hanya pisang rebus dan teh hangat gakhu." ujar Li-hua
menunduk hormat, Yun-peng terisak dan menarik menantunya
lalu mencium kening menantunya
"ini sudah lebih dari cukup menantu, dan laur biasanya belum
kucicipi sudah kurasakan kelezatannya." sahut Yun-peng
sambil mengusap matanya yang hanya sebelah.
"hahaha..hehehe"kwaa-sicu, marilah kita makan !" ujar Lauwjin mencairkan suasana hati Yun-peng, dengan hati lapang dan
senyum bahagia, Yun-peng menikmati teh hangat dan pisang
rebus. 370 Menjelang siang Kwaa-han-jin datang mendaki bukit
"dimanakah kamu tidur Jin-te ?" tanya Yun-peng
"hehe..aku menemani pek-thouw peng-ko, eh bagaimana
denganmu bun-ji ?" sahut Han-jin dan bertanya pada Yang-bun
yang keluar dari dalam rumah
Keadaanku sangat baik siok." sahut Yang-bun
"lalu mantu mana " secangkir teh dari mantu sangat
kuinginkan." "hehehe"hahaha"hahha?" tidak dinyana tubuh saja yang
muda she-taihap, namun pikiran dan jiwamu amatlah matang
dan bijaksana." sela Lauw-jin takjub, Han-jin tersenyum
"hehe..Lauw-twako pandai saja melebihkan." sahut Han-jin,
tidak lama Li-hua dan keluar membawakan secangkir teh pada
paman mertuanya yang setahun lebih muda darinya ini.
"mantu"kamu tahu apa hadiah yang akan kuberikan padamu
karena teh yang nikmat ini ?" ujar Han-jin, Li-hua tersenyum
dan menunduk, mukanya bersemu merah
"aku tidak tahu siok." sahut LI-hua, lalu Han-jin memberikan
kalung emas yang sangat indah dengan mainannya sebentuk
mutiara hitam. "ini adalah kalung ibu kami mantu, jadi kuberikan padamu." ujar
Han-jin sambil mengalungkannya pada Li-hua, Li-hua tidak
menduga bahwa paman mertua yang muda ini akan
memberikan barang seindah itu
"terimakasih siok." sahut Li-hua
"terimakasih siok." sela Yang-bun
"hehehe..peng-ko bukankah mantu kita ini luar biasa ?"
371 "benar jin-te, anugrah thian yang agung tiada cacat cela." Sahut
Yun-peng senyum, Li-hua tersenyum menunduk dan segera
berlari kedalam. "Peng-ko akan kemanakah kita setelah ini ?" tanya Han-jin
:"kita akan ke lokyang, saya ingin menziarahi liong-ko." sahut
Yun-peng "bagaimana lauw-sicu, mungkin kami akan berangkat dan
terimakasih yang tidak terhingga akan semua yang kami
dapatkan ini." "hehehe..kwaa-sicu, saya juga tidak dapat melukiskan rasa
bahagia yang kurasakan, cucuku sudah menjadi mantumu,
maka kemutlakannya ada padamu, doaku selalu menyertai
kalian." "baiklah lauw-sicu, nanti sore kami akan berangkat
"hua-ji kakek sekarang sudah lega, kamu dapatkan jodoh luar
biasa, kamu jangan khawatirkan aku hua-ji, saat seperti ini
sudah lama aku nanti, dan aku sangat bahagia Hua-ji." ujar
Lauw-jin pada cucunya, Li-hua terisak dan memeluk kakeknya.
Perpisahan itu memang menyedihkan namun pertemuan dan
perpisahan merupakan kenyataan mutlak dalam hidup.
Sore itu Han-jin dan Yun-peng berangkat ke Lokyang,
sementara Yang-bun dan istrinya oleh Han-jin disuruh plesiran
dengan pek-thouw "Bun-ji bawalah istrimu bersama pek-thouw untuk plesiran dan
setelah itu kalian berangkat kepulau kura-kura dan kita akan
berkumpul disana, bukankah demikian Peng-ko ?" ujar Han-jin
372 "benar Jin-te, jadi bun-ji lakukanlah seperti yang pamanmu
katakana." sahut Yun-peng, Han-jin bersuit, pek-thouw tidak
lama melintas, Han-jin terbang keudara, jarak itu bagi Yun-peng
dan Yang-bun masih sulit untuk dijangkau gin-kang mereka,
namun bagi Han-jin jarak itu sudah dapat dijangkau dengan
ginkangnya. "pek-thouw beberapa hari ini kamu akan bersama keponakanku
Yang-bun dan istrinya, jadi coba dengarkan suitanya." ujar Hanjin kemudian ia kembali melompat kebawah
"bun-ji sekarang coba kamu bersuit !" perintah Han-jin, Yangbun-pun ber suit, lalu pek-thouw melintas.
"sekerang coba kamu pergi kesisi bukit dan bersuit." peerintah
Han-jin, Yang-bun berkelabat hampir menghilang menuju sisi
lain bukit, lalu bersuit, dan tidak lama Pek-thouw muncul, lalu
Yang-bun kembali ke pondok
"bagaimana Bun-ji ?" tanya Han-jin
"pek-thouw melintas diatasku jin-siok.
"sekerang coba bersuit lagi !" perintah Han-jin, Yang
melakukan, dan pek-thouw semakin cepata datangnya.
"bagus, dan sekarang jika kalian ditempat yang luas ada bagi
pek-thouw tempat mendekam, tidak masalah, tapi jika tempat
itu tidak ada , carilah satu area yang bisa pek-thouw melintas
yang bisa kamu jangkau sambil menggendong mantuku,
hehehe?" ujar Han-jin.
"baik siok, aku akan perhatikan pesan siok.
"baik, bagaimana peng-ko kita berangkat !" tanya Han-jin
"baik..marilah jin-te." sahut Yun-peng
373 "lauw-sicu, kami permisi !" ujar Kwaa-yun-peng sambil menjura,
dan dibalas oleh Lauw-jin.
Dua she-taihap berangkat dengan gerakan gin-kang luar biasa,
sementara Yang-bun dan istrinya kembali kedalam, kedua
mempelai itu belum berangkat, Yang-bun dan istrinya masih
menemani Lauw-jin selama tiga hari di bian-san, setelah tiga
hari Li-hua pun merasa lapang meninggalkan kakeknya, Yangbun dan Li-hua menuruni bukit, dan sebuah lembah setelah
perkampungan Yang-bun bersuit, dan pek-thouw pun muncul
melintas rendah, dengan mudah Yang-bun melompat
kepunggung pek-thouw sambil menggendong istrinya.
Sebulan setelah kematian Kwaa-sin-liong dan putra bungsunya,
Kwaa-gan-bao kembali membuka dan melanjutkan usaha
ayahnya, Gan-bao sebagaimana biasa membuka toko setiap
hari bersama A-sun "siang ini panas sekali ya paman A-sun !?"
"benar siauwya, mungkin hujan mau turun." sahut A-sun
"paman A-sun pesanlah minuman kekedai paman pouw, dan
suruh antar kemari !"
"baik siauwya." sahut A-sun segera keluar dan menyebrang
jalan raya menuju sebuah kekedai kecil yang menjual minuman
"pek-pouw, dua cangkir minuman segar untuk saya dan siuawya.?" ujar A-sun
"baik A-sun, she-taihap ternyata sudah kembali membuka toko
setelah sebulan tutup."
"benar pek-pouw dan tolong diantar ketoko yah !?"
374 "baik, nanti akan saya suruh antar keseberang." sahut Pouwgan, A-sun kembali ke toko, sementara Gan-bao sedang
melayani seorang pembeli.
Tidak lama kemudian seorang gadis datang membawa sebuah
nampan dengan dua cangkir minuman segar yang ditutup
dengan daun "paman A-sun ! saya datang mengantar minuman yang
dipesan." ujarnya lembut, Kwaa-gan-bao terkesima melihat
wajah cantik yang kulitnya putih sehingga kelihatan merah
karena ditimpa terik matahari, Pouw-lan yang di pandangi
begitu semakin menunduk, A-sun yang melihat tuannya
terkesima senyum "hehee..terimaksih pouw-siocia, siuawya ! kenalkan ini adalah
Pouw-lan putri dari Pouw-gan
"eh..i..iya ma..maaf siocia,hehe..hehe"terimakasih, aku Kwaagan-bao." sahut Kwaa-gan-bao merasa mencoba tersenyum
untuk menutupi hatinya yang jengah karena ketahuan terpana
melihat gadis cantik didepannya.
Minuman pun diletakkan, Pow-lan dengan hati berbinar
menyeberang kembali ketokonya, wajah she-kwaa itu amat
tampan, dia tidak menyangka bahwa Kwaa-tan-bouw masih
punya kakak, yang sama tampannya dengan Kwaa-tan-bouw
sendiri, Pouw-lan masuk kembali kedalam kedai dan naik ke
tingkat atas, dari sana ia coba mengintai ketoko Kwaa-gan-bao,
ia tersenyum sendiri dan mukanyya memerah karena malu
sendiri dengan perlakuannya.
375 Menjelang sore, Kwaa-gan-bao mengantar cangkir minuman ke
kedai Pouw-gan, A-sung garuk kepala yang tidak gatal melihat
tuan mudanya, sejak minuman itu datang, jika pembeli tidak
ada, Kwaa-gan-bao mengajak A-sun bercerita tentang Pouwlan, nampak memang tuan mudanya ini terpaut cinta pada
Pouw-lan, dan umur tuannya memang sudah sangat matang,
hampir dua puluh empat tahun, dan sudah patut untuk segera
dapat istri "biarlah aku antar siauw-ya !"
"aku saja yang antar paman A-sun, hehehe...hehehe" mana
tahu bisa ketemu dengan Pouw-lan."
Kwaa-gan-bao memsuki kedai Pow-gan
"hayaa"! Bao-ji kenapa repot-repot mengantar." sela pouw-gan
"tidak apa-apa paman pouw." sahut Gan-bao sambil melirik
sana-sini, namun pouw-lan tidak kelihatan
"hmh..ada yang bao-ji cari ?" sela Pouw-gan
"ah..tidak paman-pouw, saya permisi." sahut Gan-bao, lalu
Gan-bao keluar diantara Pouw-gan heran, Gan-bao sedikit
kecewa, karena tidak melhat wajah Pouw-lan, sesampai
dirumah Gan-bao mandi dan berganti pakaian, saat makan,
sepertinya ia tidak berselera, luar biasa panah asmara yang
menghantamnya siang itu "kamu kenapa bao-ji, makanmu kok sedikit ?" tanya ibunya
"hmh"aku tidak merasa enak badan ibu." sahut Gan-bao
"kalau begitu minumlah obat dan istirahatlah !" sela ibunya
sedikit heran 376 "baiklah ibu, saya akan istirahat." sahut Gan-bao dan
meninggalkan ruang makan, Gan-bao merebahkan diri diatas
ranjang, bayangan wajah imun nan cantik Pouw-lan terbayang
dipelupuk matanya, hatinya merasa nyaman dengan bayangan
itu, hatinya hangat dan rindu, malam itu Gan-bao amat tersiksa,
karena matanya tidak bisa diajak tidur, lalu Gan-bao
mengerahkan tin-liong-siulian, dan dalam sekejap iapun larut
dan tidur dengan pulas. Pagi harinya dengan semangat menggebu Gan-bao berangkat
kepasar bersama A-sun, A-sun merasakan ada yang janggal
pada diri tuan mudanya, namun hatinya senyum maklum akan
keadaan tuannya yang terjerat serat cinta, sesampai dipasar,
keduanya membuka toko dan membersihkan halaman toko,
mengatur dan menata aneka macam obat dalam rak, mata
Gan-bao tidak lepas dari mengawasi kedai Pouw-gan, dan
"sirrrr".." darah Gan-bao tersirap, sontak tubuhnya lemah,
karena melihat pujaan hati keluar dari dalam kedai dan
menyapu halaman, luar biasa giirang dan bergetarnya hati
Gan-bao melihat tubuh Pouw-lan yang membungkuk sambil
menyapu, A-sung pura-pura tidak tahu sambil sibuk dengan
pekerjaannya. Pasar pun kian ramai, para ibu-ibu sudah berlalu-lalang belanja
kepasar, para pedagang yang lain pun sudah pada membuka
toko, riuh rendah suasana sebagaimana biasa terjadi dalam
pasar, kali ini Gan-bao segera menuju kedai Pouw-gan, Pouwlan yang melihat Gan-bao datang, segera bergegas masuk
377 dengan wajah pucat karena hatinya berdegup kencang, dia
tidak menduga akan kedatangan Gan-bao yang menggangu
tidurnya semalam, dari balik tirai dibagian dapur ia mengintai
"oh..bao-ji mau pesan apakah ?" tanya Pouw-gan dengan
senyum "paman pouw saya memesan bubur kacang hijau dan teh
manis." "baik diantar atau makan disini bao-ji."
"disini saja paman ! aku mau makan disini." sahut Gan-bao
"lan-ji..! suruh A-rong siapkan bubur dan teh manis, lalu antar
kedepan." teriak Pouw-gan, Pouw-lan terkesiap, hatinya
berdegup kencang "oh..dia akan makan disini." pikir Pouw-lan, hatinya terbetik rasa
senang dan mesra, namun degupannya membuat dia lemas
dan berkeringat. Pouw-lan dengan hati bergetar mengantar bubur dan minuman,
dibalik tirai ia menguatkan dirinya menenangkan degupan
jantungnya, lalu tirai disingkap, tatapan matanya disergap
tatapan Gan-bao, nampanpun bergetar, tubuhnya lemas, dia
langsung menunduk dengan wajah merona merah, sesat dia
terdiam dan menarik nafas, lalu dia melangkah mendekati Ganbao
"lan-moi"! bisik Gan-bao, Pouw-lan meletakkan nampan diatas


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meja seraya memejamkan mata dan lalu menatap wajah
tampan yang tersenyum manis didepannya, hatinya hangat,
senyuman itu demikian membuatnya nyaman, panggilan itu luar
biasa mengelus batinnya 378 "ada apakah bao-koko ?"
"tamu pun baru aku seorang, duduk dan temanilah aku !"
"aku malu koko, apa kata ayah nanti ?" sahut Pouw-lan, Ganbao menatap Pouw-gan yang sedang membersihkan meja kasir
dengan kamoceng "tidak apa, dudulah sebentar." sela Gan-bao berbisik, Pouw-lan
lalu duduk "nanti malam aku ingin bertemu, keluarlah dan kita jalan-jalan
disekitar taman kota."
"baiklah bao-ko, aku akan menunggumu." sahut pouw-lan, Ganbao memakan buburnya dan minum teh hangat, setelah itu
Bao-gan membayar makanan "paman pouw, semangkok bubur dan teh untuk paman A-sun
tolong diantar." "baiklah Bao-ji." sahut Pouw-gan, Gan-gan keluar sambil
mengedipkan mata pada Pouw-lan, Pouw-lan tersenyum dan
menunduk malu, luar biasa perubahan rasa takut yang
menimpa batinnya menjadi kenyamanan yang hangat seakan
keduanya sudah sangat dekat dan lama berkenalan.
Malamnya Gan-bao dengan hati ringan keluar dari rumah
menuju pasar, rumah Pouw-lan sepi, namun Gan-bao tidak
lama menunggu, Pouw-lan sudah keluar, dandanannya rapid
an cantik, wajahnya cerah dan aroma tubuhnya harum, lalu
keduanya berjalan menelusuri jalan raya
"kemanakah kita bao-ko !?"
"kita duduk disana lan-moi." sahut Gan-bao, lalu mereka duduk
379 dibawah pohon persik yang tumbuh ditaman kota
"lan-moi, pertemuan kita semalam sangat membuatku
terpesona dan hatiku merasa hangat."
"aku juga demikian bao-ko, aku tidak dapat lupa, kamu selalu
membayang dalam benakku, tidurpun aku tidak bisa."
"lan-moi, perasaan kita sama, pada pandangan pertama."
"benar bao-ko, kita sama-sama cinta pada pandangan pertama,
dan tindakanmu yang super cepat membuatku takut dan
lemas." "aku tahu sayang, karena aku jelas melihatnya, dan aku tahu
bahwa kamu mengintaiku dari tingkat rumahmu, dan karena
itulah aku yakin dengan tindakanku, aku tidak sabar untuk
meraih dirimu." sahut Gan-bao
"oh..bao-ko tahu ?" sela Pouw-lan tertunduk malu. Gan-bao
tersenyum, "untunglah kamu bertindak seperti itu,hingga aku tidak lama
tersiksa permainan perasaan." ujar Gan-bao.
Hubungan Gan-bao dan Pouw-lan semakin erat bertaut, cinta
bermekaran disetiap langkah pertemuan, hanya sebulan
pacaran, Gan-bao mengajak ibunya melamar Pouw-lan kepada
ayahnya, pembicaraan berlangsung sesuai harapan, cinta
keduanyapun berlabuh dihamparan pelaminan, Tang-bi-wei
merasa bahagia, dengan kehadiran menantunya yang baik dan
cekatan, rumahnya terasa semarak, rasa kehilangan
tergantikan dengan kehadiran sang menantu dirumah.
380 Tiga bulan kemudian Tang-bi-wei merasa bahagia dengan
kenyataan bahwa menantunya sedang hamil, dan berita itupun
lansung didengar Pow-gan, dan malamnya Pouw-gan dan
istrinya menjenguk putrinya dirumah besannya, kedatangannya
disambut hangat oleh besan dan menantunya, segulung kain
dihadiahkan untuk putrinya, bersamaan dengan itu dua tamu
datang, A-sun yang pernah melihat Han-jin segera menyambut
"selamat datang loya." sambut A-sun
"selamat berjumpa A-sun." sahut Han-jin
"mari, hujin dan siauwya ada diruang tegah dan kebetulan
besan hujin datang berkunjung." ujar A-sun, lalu membawa
Kwaa-han-jin dan Kwaa-yun-peng keruang tamu.
Kwaa-gan-bao dan Tang-bi-wei terkejut bahagia melihat
kedatangan Kwaa-han-jin, dan Tang-bi-wei terenyuh melihat
adik iparnya Kwaa-yun-peng, isaknya berdarai memeluk
adiknya "peng-te, apa dan kenapa " apa yang terjadi padamu adikku ?"
tanya Tang-bi-wei disela tangisnya.
"sudah ! janganlah menangis soso, aku dengar besan kita
datang, sungguh tidak baik soso, aku tidak apa-apa." sahut
Yun-peng, Tang-bi-wei mengusap air matanya.
"peng-te, jin-te, ini adalah Pow-gan besan kita, ayah mertua
Bao-ji, Pouw-te dan Pouw-hujin, ini dua adik iparku Kwaa-yunpeng dan Kwaa-han-jin" ujar Tang-bi-wei memperkenalkan,
Pouw-gan dan istri menjura
"selamat datang she-taihap." ujar Pouw-gan
381 "selamat bertemu Pouw-twako." sahut Yun-peng dan Han-jin
bersamaan "hehehe..kedatangan kami ini sungguh tepat, soso, bukankah
demikian pouw-twako ?" sela Han-jin
"hehehe..memang benar Jin-te, kami berkunjung karena
mendengar putri kami berubah badan.
"oho".hahaha".sebentar lagi kita akan menimang cucu soso."
sela Yun-peng dengan tawa berderai, Pouw-lan tertunduk,
Gan-bao senyum renyah "alangkah bahagia hatiku peng-siok, jin-siok dengan
kedatangan ji-siok."
"kami juga bahagia bao-ji, tidak dinyana kami mendapatkan
mantu, bahkan sebentar lagi seorang cucu, hehehe?" sahut
Han-jin Seorang pelayan datang dan berbisik pada Tang-bi
"karena makanan sudah dihidang, jadi marilah kita makan
pouw-te, dan kalian juga peng-te dan Jin-te." ujar Tang-bi-wei,
lalu merekapun menuju ruang makan, makanan itu sebagian
adalah makanan bawaan dari Pouw-gan untuk mantu dan
putrinya, suasana sangat semarak dan menyenangkan, dan
saat santai, mereka berkumpul semua diruang tengah
"Mei-cici kapan berangkat kepulau kura-kura soso ?" tanya
Han-jin "dua minggu setelah keberangkatanmu Jin-te." jawab Tang-biwei
"bagaimana denganmu Peng-te, ceritakanlah keadaanmu
padaku." ujar Tang-bi-wei, lalu Yun-peng menceritakan
382 keadaannya sampai pengobatan Yang-bun di bian-san, Tangbi-wei tidak kuasa menahan isaknya, dan pouw-gan juga
terheyak mendengar apa yang dialami oleh she-taihap, yang
ternyata bukan hanya menimpa besannya tapi bahkan saudarasaudaranya.
"bagaimana dengan orang-orang aniaya itu, jin-te ?" tanya
Tang-bi-wei "saya belum berhasil menemukan mereka soso." Jawab Han-jin
"apa yang kita alami merupakan tantangan yang beruntun,
soso, jadi syukurlah kita punya ketabahan dalam
menghadapinya." sela Yun-peng
"memang benar peng-te, Mei-cici dan saya mengalami hal yang
sama, kehilangan suami, dan ternyata kamu sendiri, istrimu
mengalami hal amat mengenaskan, dan dirimu sendiri
mengalami cacat seperti ini." sahut Tang-bi-wei
"dan semua ini tentu ada sebab yang harus kita sadari,
keteguhan kita dalam memegang prinsip kebenaran yang kita
yakini benar, kadang harus berbenturan dengan pihak yang
menentang, yang walaupun kita selalu hati-hati dan berusaha
bersikap adil, namun sebagai manusia tetaplah tidak sempurna,
dan selalu akan menjadi konflik, sehingga pada gilirannya hari
ini kita dihadapkan pada dendam kesumat orang yang merasa
sakit hati pada kita."
"yang menentang juga merasa prinsip yang ia yakini benar, lalu
bagaimana kita menentukan kebenaran siapakah yang benar
383 she-taihap " sela Pouw-gan
"kita menentukan kebenaran diantara dua kebenaran yang di
gaungkan adalah dasar dan tujuan sipencetus kebenaran
tersebut "maksudnya bagaimana she-taihap ?"
"saya menyatakan kebenaran sementara pow-twako juga
menyatakan kebenaran, maka untuk menentukan kebenaran
mana yang benar diantara kita adalah dasar dan tujuan kita
menyatakan kebenaran itu "umpama saya memiliki dasar kebenaran karena pikiran yang
runut dengan aturan yang berlaku, bagaimana taihap ?"
"jika kebenaran yang pouw-twako demikian, maka pastilah
dasar saya menyerukan kebenaran itu berdasarkan nafsu dan
kemauan sendiri, dan tentunya pouw-twako telah dapat
menentukan kebenaran siapa yang benar bukan ?" ujar Yunpeng, Pouw-gan mengangguk mengerti
"Hal itu sudah merupakan hukum alam, dimana kebenaran
tidak pernah bersanding dengan kebatilan, dan kita tidak harus
berusaha mendamaikannya, hanya karena untuk
menghindarkan konflik, kita harus tetap pada keteguhan hati
memegang aturan dan norma, yang walaupun aturan dan
norma itu merupakan rekayasa pemikiran bijak oleh manusia,
namun kenyataannya pikiran bijak itu merupakan pesan dari
Thian yang mengatur kehidupan." sela Kwaa-han-jin
"sungguh menarik she-taihap, aturan dan norma adalah
rekayasa bijak manusia, selaku manusia tidaklah sempurna,
384 jadi tentunya aturan itu akan berlaku surut dengan pola pikir
manusia yang terus berkembang serunut zaman."
"benar pouw-twako, manusia tidaklah sempurna, yang
sempurna hanyalah Thian, tapi satu hal mesti diingat, bahwa
pola pikir boleh berkembang, zaman boleh berubah, namun
kebenaran sejati tetap merupakan landasan mutlak."
"bagaimanakah kebenaran sejati itu taihap ?"
"kebenaran sejati adalah ketetapan yang seimbang dan
maslahat." sahut Kwaa-han-jin.
"jika oleh ilah zaman dan pola pikir, keseimbangan ini hilang,
dan kemaslahatan berubah menjadi kemasfadatan, maka itu
artinya aturan dan norma tidak lagi rekayasa bijak, akan tetapi
rekayasa nafsu, contoh membunuh, oleh rekayasa bijak
manusia, membunuh dengan alasan kuat adalah benar, lalu
suata zaman muncul pola pikir menetapkan bahwa membunuh
adalah benar, ini adalah pola pikir yang menghasilkan rekayasa
nafsu, karena akan menimbulkan pembantaian, atau pola pikir
suatu zaman mengatakan, bahwa membunuh apapaun
alasannya tetap salah, ini juga adalah pola pikir yang
melahirkan rekayasa nafsu, dan juga akan menimbulkan
pembantaian." urai Kwaa-han-jin, Pouw-gan mengangguk
mengerti "perbedaan dua hal ini sangat tipis pouw-twako, dan terkadang
tidak disadari bahwa kita telah bergeser dari landasan itu,
disinilah makna sebuah perjuangan, setiap perjuangan jelas
akan dihadapkan pada kendala dan tantantang, dan semua
385 proses itu, semuanya bertujuan untuk mencapai nilai
keseimbangan dan kesempurnaan yang mampu diraih oleh
manusia." sela Kwaa-han-jin. Pouw-gan manggut-manggut
puas menyelami uraian kebijakan yang mendalam itu, obrolan
keluarga itu makin hangat, pertemuan luar biasa itu sangat
dimamfaatkan Pouw-gan untuk bertukar pikiran, karena ia tahu
benar bahwa keluarga ini dikenal dengan ilmunya yang tinggi
serta kebijakannya yang dalam.
Kwi-ban-ciang dan rekannya setelah dua minggu memasuki
kota shang-hai, mereka langsung menuju rumah she-taihap,
namun kenyataan she-taihap tidak berada ditempat dan dari
keadaan perguruan yang ditutup mereka meyakini bahwa shetaihap sedang berusaha mengobati anaknya yang terluka.
"bagaimana sekarang cianpwe ?" tanya koai-ma
"sebaiknya kita ke Lokyang, disana masih ada satu she-taihap
yang masih hidup." sahut Kwi-san-hengcia
"benar, dan setelah yang dilokyang selesai, kita akan ke akan
ke Guangdong, karena putrid she-taihap yang dishanghai ini
telah menjadi istri seorang tihu." Sela tok-lian
"bagus kalau begitu, sambil melacak kita berburu,
hahaha..hahaha.." sela kwi-ban-ciang, lalu mereka
meninggalkan kota shang-hai.
Dua minggu kemudian kwi-ban-ciang dan rekanan sampai
dikota zhengzhou, mereka memasuki sebuah likoan, disaat
yang bersamaan seorang lelaki berumur tiga puluh tahun lebih
juga memasuki likoan, wajahnya yang gagah memiliki sinar
386 mata yang tajam penuh kharisma, ia bukanlah lelaki
sembarangan, ia adalah Yo-han putra sulung dari Yo-seng dan
Kwaa-thian-eng, satu-satunya she-taihap dari garis perguruan
yang menguasai penuh ilmu-ilmu kelaurga Kwee dan Kwaa,
Yo-han duduk di samping meja Kwi-ban-ciang dan empat
rekannya. "cianpwe she-taihap kan menyebar, bukankah sebaiknya kita
buat daftar nama untuk dapat mengetahui siapa yang sudah
mati atau hidup ?" ujar Koai-ma
"tidak perlu, yang penting mulai sekarang, jika bertemu seorang
she-taihap, kita akan lenyapkan." sahut kwi-ban-ciang
"hehehe"nyata benar kebencian dalam ucapanmu cianpwe."
sela Yo-han "tutup mulutmu berengsek, dan jangan ikut campur urusan
orang !" bentak kwi-ban-ciang
"cianpwe umur sudah lanjut jangan emosian yang membuat
cianpwe rugi sendiri." sela Yo-han
"his"siapa sih yang mengajakmu ngomong !?" sahut tok-lian,
dari tadi ia memang melirik Yo-han penuh minat, kematangan
lelaki berumur itu menimbulkan fantasi seksualnya yang
menggebu. "aku mau marah dan tidak, itu urusanku, jadi sekali lagi jaga
mulutmu, tok-lian ! kasih tahu lelaki itu, untuk jangan
sembarangan dengan saya." ujar kwi-ban-ciang dengan muka
merah memendam amarah. "siapakah kamu, sehingga mau tahu urusan orang ?" sela Tok387
lian dengan nada sedikit lembut
"namaku Yo-han, dan kalian ini siapa yang demikian benci
pada she-taihap ?" "apakah kamu membela she-taihap ?" tanya Tok-lian sambil
melangkah, lalu duduk dikursi dan berhadapan dengan Yo-han.
"apakah akan ada akibat jika membela she-taihap ?" tanya Yohan dengan tenang
"tentu, katena orang yang mebela mereka akan ikut mampus."
sela Kwi-ban-ciang. "boleh aku tahu kenapa demikian benci kalian pada she-taihap
?" "hehehe"she-taihap adalah ikon dari pek-to, sementara kami
adalah penentang pek-to." sela kwi-san-hengcia.


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yo-sicu ! apakah kamu membela she-taihap ?" tanya tok-lian
dengan tatapan berbinar lembut
"hehehe"hahaha".siapa yang mampu membela she-taihap "
menurutmu siapa selain she-taihap yang mampu membela shetaihap ?"
"tidak ada." sahut Tok-lian
"nah, lalu kenapa menanyakan saya dengan pertanyaan konyol
seperti itu ?" sahut Yo-han, Tok-lian terdiam, lalu menatap Yohan dengan tajam
"tidak ada yang membela she-taihap, kecuali she-taihap sendiri,
apakah kamu she-taihap ?" tanya Tok-lian, empat rekannya
langsung menoleh ke arah Yo-han
388 "hehe..hehehe"luar biasa nafsu membunuh cuwi sekalian
terhadap she-taihap."
"cepat katakan ! apakah kamu she-taihap !?" bentak kwi-sanhengcia
"hmh"benar, saya adalah she-taihap." sahut Yo-han
"mampuslah kalau begitu !" teriak Kwi-ban-ciang sambil
mengirim pukulan, namun dengan gesit Yohan menghilang dan
bergerak kehilang, Kwi-ban-cian dan kwi-san-hengcia yang
mampu melihat kelabatan tubuh Yo-han langsung menyerang
keluar, dan pertempuran pun berlansung seru, tiga rekan
cianpwe langsung ikut masuk dalam pertempuran, tok-lian
dengan rasa kecewa mengintai untuk meraih kesempatan
melempar jarum-jarum beracunnya, demikian pula dengan
lotong. Dua-cianpwe dan koai-ma bergerak gesiti mengurung shetaihap, Yo-han dengan Im-yang-bun-sim-im-hoat menyambut
setiap serangan yang datangnya bertubi-tubi, beradunya
singkang merupakan trik jiti kawanan itu untuk memberi
peluang pada dua rekannya menyerang she-taihap, tempat
pertempuran sudah bergetar hebat, suara dahsyat akibat
singkang yang diadu menggelegar luar biasa. beberapa kali
serangan dua pengintai masih dapat diatasi oleh Yo-han,
kekuatanya masih prima untuk berkelit dan membalas
serangan. Pertempuran sudah melampaui dua ratus jurus, warga yang
menonton dengan mata tidak berkedip mencoba mengikuti
389 pertempuran, namun pertempuran tingkat tinggi jauh dari
jangakaun mata mereka, sehingga banyak dari mereka pusing
dan berpaling, terlebih suara gelegar adu sin-kang membuar
mereka harus menyingkir dari tempat itu, Yo-han merasakan
tekanan yang laur biasa, untuk fokus merobohkan koai-ma atau
dua orang pengintai selalu gagal karena kegesitan dan
keuletan dua cianpwe, Yo-han mengerahkan jurus kedelapan
dari Im-yang-pat-sin-im-hoat, dan lima puluh jurus kemudian,
Yohan dengan tepat menghantam punggung koai-ma, sehingga
Koai-ma tewas seketika, namun dua pukulan dahsyat dari dua
cianpwe harus dia terima sebagai gantinya, untungnya siu-topo-in membentengi dirinya, namun dua pengintai sudah
mengirimkan serangan saat keadaan Yo-han masih bergetar,
Yo-han tahu serangan, dan sekenanya ia menghindar dan
menyapok, dan bersamaan dengan itu serangkum hawa
meruntuhkan semua senjata dari tok-lian dan lotong.
Di hadapan mereka berdiri dua orang dan salah satunya sangat
ditakuti lima kawanan itu, keduanya adalah Kwaa-yun-peng dan
Kwaa-han-jin, Kwaa-han-jin dengan gerakan im-yang-sian-sinlie mengurung empat kawanan itu, Kwi-ban-ciang dan kwi-sanhengcia hendak melarikan diri, namun kali ini sepertinya Kwaahan-jin tidak mau melepaskan kawanan ini, dua tamparan telah
im-yang-sian-sin-lie sudah membuat lo-tong dan tok-lian pening
tujuh keliling, Tok-lian terhempas sambil muntah darah, lo-tong
dengan nekat membalas dengan melempar tujuh buah paku
beracunnya, namun saat yang bersamaan sebuah pukulan kwiban-ciang yang dahsyat, di elakkani Han-jin, sehingga meleset
390 dan menyapu paku-paku kembali kepada lotong dengan
kecepatan berlipat ganda "des".hegh?" lo-tong terhempas dengan nyawa melayang
seketika, Kwi-ban-ciang dengan hati mengkal melancarkan
kembali serangan, namun Han-jin lebih cepat menutup peluang
serangan dua lawannya, dengan gerakan yang membuat kwiban-ciang haarus terus mundur, dua cianpwe benar-benar
kalang kabut dan terdesak hebat, usaha dua cianpwe dengan
nafas memburu membendung serangan yang nyaris tidak
kelihatan namun laksana ombak yang menggulung setiap
gerakan dan serangan mereka.
Sementara Yun-peng yang berdiri berdampingan menonton
pertandingan luar biasa yang sedang berlangsung
"siapakah namamu saudara muda !?" tanya Yun-peng
"aku Yo-han cianpwe." jawab Yo-han
"apakah putra suheng Yo-seng ?" sela Yun-peng cepat
"oh..benar cianpwe, dan siapakah cianpwe dan saudara muda
itu ?" "hehehe..aku adalah pamanmu dan demikian juga saudara
muda itu adalah pamanmu."
"paman"pamanku banyak, pamanku yang manakah, cianpwe
?" "pamanmu yang berada di shanghai." sahut Yun-peng
"peng-susiok , apakah peng-susiok ?" sela Yo-han dengan
mata berbinar gembira "benar han-ji."
391 Maafkan tecu susiok, yang tidak berlaku hormat." ujar Yo-han
sambil berlutut dan merangkap tangan
"hehehe..bangkitlah han-ji." perintah Yun-peng
"lalu..paman yang sedang bertarung pamanku yang manakah,
sungguh tecu bingung, paman ini jauh lebih muda dariku
susiok." ujar Yo-han
"hehehe"ini pamanmu yang baru kita ketahui lebih kurang dua
tahun ini, namun kenyataannya dia anak ayah dan ibu kweekim-in yang lahir pada masa tua." sahut Yun-peng, Yo-han
terkesiap dan kembali menatap pertarungan yang makin
menghebat. Hanya seratus dua puluh jurus kedua cianpwe itu mampu untuk
bertahan, dua pukulan kuat dari Han-jin
"buk..plak?" dada kwi-ban-ciang kena hantam, mebuat dia
kedinginan, lambung kwi-san-hengcia kena tampar, sehingga
membuat dia rasa terbakar, namun kedua cianpwe ini memang
luar biasa, hawa itu masih dapat mereka punahkan, dan
dengan nekat menyerang dengan kekuatan penuh
"dhuar"dhuar".." suara sin-kang menggelegar, dua cianpwe
terlempar dan jatuh menimpa genteng likoan, Kwi-ban-san
tewas dengan tubuh menghijau kedinginan, sementara kwi-sanhengcia tewas dengan tubuh gosong terbakar.
Yo-han yang berdiri berdampingan dengan Yun-peng terkesima
dengan kekuatan dan kecepatan ilmu im-yang-sian-sin-lie yang
diperagakan orang yang barusan diketahuinya sebagai paman
mudanya, Han-jin melangkah mendekati Tok-lian dan melihat
392 keadaanya, Tok-lian menatap Han-jin dengan tatapan tajam,
wajahnya pucat karena luka dalam yang ia rasakan, namun
nyalinya tetap berkobar menantang Han-jin
"bagaimana keadaanmu siocia ?" tanya Han-jin lembut
"a..aku sudah tidak berdaya, jika mau bunuh, apa lagi yang
kamu tunggu " bunuhlah saya !" sahut Tok-lian
"apakah tidak terbersit sedikit saja dalam hatimu, untuk
menyesali perbuatan dan menebus kesalahan dengan
melakukan hal-hal yang baik siocia ?" tanya Han-jin lembut
"aku sudah tidak peduli dengan tetek bengek seperti itu, jika
kamu memberi kesempatan hidup padaku maka suatu saat aku
akan berusaha membunuhmu."
"hehehe"baik saya dan kamu sebenarnya tidak bisa
mengklaim nyawa seseorang, karena nyawa manusia bukan
milik saya maupun anda, namun karena gelapnya kesesatan
yang menyelimuti pikiranmu membuat tindakanmu nyeleneh
dan ngelantur." "aku tidak ngelantur, aku sumpah, bahwa jika aku hidup maka
aku akan selalu berusaha membunuhmu."
"siocia sungguh mengenaskan kebutaan hati yang kamu alami,
dan karena kejahilanmu yang tidak kenal diri, engkau telah
bersumpah dengan sesumbar, maka pergilah siocia, aku
tidaklah memberikan kesempatan padamu, dan aku juga tidak
akan pernah menunggu dirimu melaksanakan sumpahmu, hari
ini mungkin kebutaan hatimu berkarat gulita, tapi besok siapa
tahu, karena Thian kuasa memberikan petunjuk pada manusia."
393 ujar Kwaa-han-jin, kemudia ia berbalik dan melangkah
mendekati kakaknya. "tecu Yo-han menghadap jin-susiok !" ujar Yo-han sambil
berlutut dihadapan Kwaa-han-jin.
"hehehe"han-ji putra seng-suheng dan eng-cici, bangkitlah
nak !" sahut Kwaa-han-ji, Yo-han bangkit
"sebelum kita bicara mayat-mayat ini haruslah dikebumikan."
sela Yun-peng "benar peng-susiok, biar tecu yang melakukannya !" ujar Yohan, lalu empat mayat itu dipondongnya masing-masing dua
orang sebelah tangan, lalu tubuhnya berkelabat kearah
gerbang timur kota, Kwaa-yun-peng dan Kwaa-han-jin
mengikuti dibelakangnya, beberapa warga yang masih
bertahan ditempat itu keluar dan melihat Tok-lian bangkit
dengan tertatih-tatih, rasa dingin yang menyergap tubuhnya
membuat ia menggigil saat berdiri. Langkahnya gontai
meninggalkan tempat itu. Setelah Yo-han menguburkan empat mayat itu, dia kembali
menghadap kedua susioknya
"han-ji mau kemanakah kamu sebenarnya " kenapa
meninggalkan anak mantu di chanchung ?" tannya Han-jin
"saya dan keluarga datang berkunjung ke sinyang, oleh ayah
saya disuruh kelokyang untuk memastikan kebenaran berita
bahwa she-taihap dilokyang telah mati oleh sekawanan hek-to."
sahut Yo-han "hmh"memang usaha mereka ini untuk melenyapkan kita
394 sangat luar biasa, misi yang terencana dengan trik
pengeroyokan terformasi dengan baik." sela Yun-peng
"jadi benarkah susiok hal yang menimpa keluarga kita di
Lokyang ?" tanya Yo-han
"benar han-ji, pamanmu sin-liong dan adik sepupumu tan-bouw
telah meninggal, dan bukan itu saja, bahwa bibimu juga di
wuhan kematian suami, dan saya sendiri kematian istri dan
cacat seperti ini." sahut Yun-peng.
"oh"ternyata demikian mengenaskan dampak dari usaha
mereka susiok." gumam Yo-han
"benar han-ji, dan dua dalangnya sudah kita kuburkan, dan
ujian ini sudah berlalu." sela
Yun-peng "lalu susiok mau kemanakah ?" tanya Yo-han
"kami mau ke pulau kura-kura, sebaiknya kamu juga ikutlah
kami kesana." sahut Yun-peng
"baiklah susiok, aku akan ikut susiok ke pulau kura-kura." ujar
Yo-han, lalu tiga she-taihap itu pun berangkat.
Istana pulau kura-kura yang megah dihuni dua ratus murid pathong-heng-te, she-taihap Kwaa-kun-bao yang berumur lima
puluh empat tahun sebagai taisu mengasuh anak-anak didiknya
dengan tempaan ilmu-ilmu luar biasa, istrinya Li-ceng-lin
dengan penuh setia dan cinta mendampingi suaminya, dua
bulan yang lalu putrinya kwaa-hong baru sampai dari
perantauan, membuat hati suami istri itu semakin semarak, dan
hari itu mereka keadatangan tamu dari kota Kaifeng, tamu itu
395 adalah Tan-liang seorang kungcu bagian selatan kota kaifeng,
dengan ramah Kwaa-kun-bao dan istri menyambut mereka,
"kunjungan yang tiba-tiba dari tan-kungcu sangat mengejutkan
dan sekaligus menyenangkan hati kami, ada apakah kungcu
yang baik ?" ujar Kwaa-kun-bao
"hahaha"hahaha".maafkan she-taihap karena kami datang
mendadak, ini semua karena desakan anak yang tidak dapat
tidak kami harus dukung, karena keingianan itu hal yang
membuat kami juga bahagia."
"hehe..hehe"sampaikanlah kungcu, kami akan
mendengarkannya." "she-taihap, kami tahu bahwa ada bunga semerbak yang
aromanya sangat membuat hati kami nyaman, karena sanking
nyamannya terbetik hasrat untuk mempersunting bunga untuk
Tan-huang putra kami ini." ujar Tan-lian sambil mengusap
pundak putranya. Tan-huang adalah putra kedua dari Tan-liang, umurnya dua
puluh lima tahun, dan sudah menjabat sebagai kungcu bagian
timur kota kaifeng, wajahnya lumayan tampan, dan didikasinya
sebagai kungcu boleh diacung jempol, karena ketegasannya
yang penuh kharisma, dia lembut merakyat tapi juga bijak
dalam menetapkan peraturan, di kaifeng, kungcu muda ini
terkenal dengan sebutan Gi-kungcu (pemimpin budiman),
Kwaa-hong yang mendengar pembicaraan itu dari ruang dalam
terkejut, lalu ia mengintai putra tan-kungcu, wajah yang tidak
teralalu tampan, namun sinar mata itu amat berwibawa,
sehingga walaupun tidak ganteng tapi tidak jemu mata
396 memandangnya, Kwaa-hong merasakan hal itu, sehingga
matanya lekat menatap wajah Tan-huang.
"hahaha..hahaha"sungguh kami merasa terhormat akan
perhatian tan-kungcu pada bunga yang tumbuh dipulau ini, tapi
apakah hanya aroma yang diketahui oleh kungcu ?"
"tentu tidak she-taihap, bunganya juga sudah putraku lihat,
demikian juga aku dan istriku, bahkan kami juga tahu bunga itu
baru melintasi kota kaifeng dua bulan yang lalu untuk kembali
ketaman dimana ia tumbuh."
"hahaha..hehehe"kungcu memang telaten memperhatikan,
namun bunga jika akan dipindahkan ketempat lain, menurut
penglihatanku tanahnya juga baik dan semerbak kesuburannya
jadi buah bibir orang, penuh humus yang tidak lekang jadi
pujian, tapi itu hanya penglihatanku, lalu apakah bunga itu
cocok ditempat yang subur penuh humus itu " sesuai atau tidak
perlu waktu untuk menjajakinya." ujar Kwaa-kun-bao.
"sungguh tepat apa yang she-taihap katakan, kami akan
menunggu she-taihap."
"baiklah kalau begitu, Tan-kungcu tunggulah sambil makan dan
minum, kami akan masuk kedalam sebentar." ujar Kwaa-kunbao
"silahkan she-taihap." sahut Tan-kungcu sambil senyum, Kwaakun-bao dan istrinya masuk kedalam menemui Kwaa-hong
"hong-ji, tamu kita telah datang mengajukan lamaran padamu,
bagaimanakah menurutmu ?" tanya Kwaa-kun-bao lembut pada
anaknya, Kwaa-hong menunduk, hatinya bingung
397 "ayah..aku baru dua bulan sampai dari perjalanan, jika menurut
ayah keluarga Tan itu baik, maka anak akan ikut apa kata ayah
dan ibu." "untuk pertimbanganmu saat ini hong-ji, ketahuilah bahwa Tanhuang itu adalah seorang kungcu muda yang memimpin
wilayah selatan kaifeng, dan juga yang tidak kalah penting,
warga yang dibawah naungannya amat cinta padanya karena
kelembutan dan ketegasannya." ujar Kwaa-kun-bao
"sepertinya ayah dan ibu sudah sangat tahu tentang dia, jika


Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang ia sebagaimana yang ayah katakan, anak tidak
keberatan, anak akan berusaha untuk melakukan yang terbaik,
untuk tidak memalukan keluarga kita dan keluarganya." ujar
Kwaa-hong. "baiklah hong-ji, ayah akan merestui jalinan ini, dan semoga
keputusan ini juga Thian berkenan." ujar Kwaa-kun-bao, lalu
kembali keluar menuju ruang tengah
"Kedatangan Tan-kungcu dan huang-ji dengan niat baik dan
suci mengajukan lamaran hendak mempersunting putrid kami,
bersambut baik oleh putrid kami, dan sebagai orang tua kami
juga berkenan dengan jalinan." ujar Kwaa-kun-bao
"berkah teramat agung yang kami dapatkan dengan sambutan
baik ini, bersyukur pada thian akan nikmat yang tidak
terperikan, dan terimakasih yang banyak tidak terlukiskan kami
haturkan pada she-taihap."
"hehehe"yang kungcu rasakan tidak berbeda dengan kami,
jadi marilah kita berembuk dengan segala sesuatunya untuk
mewujudkan harapan baik kita ini." sahut Kwaa-kun-bao, lalu
398 kedua keluarga itupun melanjutkan pembicaraan mengenai hari
baik dan pesta pernikahan. dan dipuruskan hari baik
pernikahan Tan-huan dan Kwaa-hong dilaksanakan bulan
depan. Dua minggu kemudian Kwaa-hoa-mei sampai kepulau kurakura, Kwaa-kun-hong amat gembira sekaligus sedih atas apa
yang menimpa kakaknya dan keluarganya yang lain, terlebih
setelah mendengar bahwa kakaknya sin-liong telah meninggal
dunia bersama keponakannya, dan juga adik iparnya bao-ci-lan
istri adiknya kwaa-yun-peng yang meninggal dengan cara
mengenaskan, namun ketetapan Thian merupalan kemutlakan
yang tidak bisa ditawar. Tiga hari kemudian ketika para pedagang dipelantaran pulau
kura-kura dikejutkan dengan munculnya rajawali yang melintas
diatas pulau kura-kura, pekikakannya yang merobek angkasa
membuat penghuni istana segera keluarm Kwaa-hong sangat
gembira "itu jin-siok ayah..!" seru Kwaa-hong
"benar mungkin Jin-te, mari kita lihat." sela Hoa-mei, Kwaa-kunbao yang mendengar akan keberadaan adik mereka yang
bungsu membuat hatinya gemas-gemas penasaran, dan ketika
mereka keluar. "eh..itu bun-ji !" seru hoa-mei, Kwaa-yang-bun turun dan
mendarat mulus dihalaman istana bersama istrinya Law-li-hua
"tecu menghadap bibi dan paman." ujar Yang-bun sambil
berlutut dihadapan Kwaa-kun-bao, Li-ceng-lin dan Kwaa-hoa399
mei "hehehe..bangkitlah bun-ji dan siapakah yang bersamamu ini ?"
"ini adalah Lauw-li-hua istri tecu paman, bibi." sahut Yang-bun,
Kauw-li-hua kembali menjura hormat
"hahaha..menantu bangkitlah !" ujar Hoa-mei sambil menarik Lihua, lalu memeluknya, Kwaa-hong juga memeluk Li-hua
dengan hangat dan senyum yang bertabur, lalu merekapun
masuk kedalam istana, pembicaraan hangat berlangsung,
Yang-bun menceritakan apa yang mereka alami bersama
ayahnya, dan akhirnya berita bahwa ayahnya dan pamannya
Kwaa-han-jin juga akan kepulau kura-kura setelah mengunjungi
keluarga mereka di lokyang, hati kwaa-kun-bao merasa suka
cita bahwa perhelatan pernikahan putrinya akan dihadiri
saudara-saudaranya, dan semakin penasaran ia akan wajah
adik bungsunya itu, hanya dia yang belum tahu, sementara
saudaranya semua sudah tahu bahkan anak-anaknya juga.
Dua hari sebelum pesta pernikahan tiga orang berlabuh di
pulau kura-kura, Kwaa-yun-peng, Kwaa-han-jin dan Yo-han,
kedatangan mereka dilaporkan seorang murid, semuanya
bergegas keluar, yo-han segera berlutut dihadapan para orang
tua, setelah itu "selamat berjumpa bao-ko, saya Kwaa-han-jin datang
menghadap." ujar Kwaa-han-jin, mata kwaa-kun-bao berkacakaca melihat adiknya yang baru berusia sembilan belas tahun,
ditariknya bahu Han-jin dan dipeluknya
"jin-te"kedatanganmu seperti kedatangan ayah dan ibu."
ujarnya lirih dengan sedu sedan menciumi adiknya, Kwaa-han400
jin juga menitikkan air mata, pertemuan itu sangat
mengharukan Kemudian mereka masuk kedalam istana, Kwaa-han-jin
terkagum-kagum melihat megahnya istana pulau kura-kura
"bao-ko hong-cici dan keluargam, serta niu-ji dan keluarga
menyampaikan salam pada seluruh keluarga yang berada di
pulau kura-kura." ujar Kwaa-han-jin,
"oh..bagaimanakah keadaan mereka jin-te ?" tanya Li-ceng-lin
"keadaan mereka baik-baik soso, dan juga hal yang tidak kalah
penting saya ingin katakana bahwa hong-cici telah memiliki
putra diusia tuanya." ujar Kwaa-han-jin, semua yang
mendengar merasa gembira dan suka cita, terlebih hoa-mei
terisak menangis bahagia mendengar berita itu.
"keponakan kita itu sama dengan kamu Jin-te." sela Kun-bao
"benar bao-ko, dan oleh cicih menyuruh aku memberinya
nama." "siapakah namanya jin-te ?" sela Yun-peng
"namanya Bao-jin-han." sahut Kwaa-han-jin senyum,
pertemuan besar keluarga itu semakin hangat dan semarak,
saat mereka mempersiapkan perhelatan pesta.
Hari bahagia Kwaa-hong pun tiba, calon suaminya dengan
kapal besar datang, arak-arakan pengantin sangat meriah,
keluarga Tan disambut hangat keluarga Kwaa, para undangan
dari kaifeng membanjiri pulau kura-kura, pulau itu terasa gegap
gempita, para tukang jasa penyeberang mendapat panen yang
luar biasa, pesta itu berlangsung selama tiga hari, dan tentunya
401 yang paling bahagia adalah kedua mempelai, Tan-huang dan
Kwaa-hong, malam pengantin yang kaku menjadi seni
kenangan tersendiri bagi keduanya namun kekakuan
menambah eratnya curahan cinta kasih diantara suami istri itu.
Kwaa-han-jin merasakan hangatnya hidup ditengah-tengah
keluarganya, umurnya yang masih sembilan belas tahun
namun ia termasuk golongan tua dijajaran she-taihap, dan figur
itu mampu dia emban dihadapan seluruh keponakannya,
didikan ayahnya yang lembut dan matang telah menunjukkan
jati dirinya yang luar biasa, ia yang termuda dari golongan tua,
namun ia juga membawa aura ayah dan ibunya dihadapan
saudara-saudaranya. Kwaa-hong, Kwaa-yang-bun, kwaa-gan-bao akan menatap
hari-hari depan mereka dengan lembaran binaan rumah tangga
yang mereka bina, hikmah she-taihap akan terus mengalir pada
generasi berikutnya, amanah she-taihap akan terus berlanjut,
semua anggota keluarga itu duduk dihadapan makam Kimkhong-taihap sebagai leluhur yang mengamanahkan gelar shetaihap pada mereka.
Dengan demikian berakhirlah cerita sampai disini, semoga para
pembaca yang budiman dapat mengambil mamfaat disamping
bacaan yang menghibur. 402 Memburu Iblis 11 Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Kisah Sepasang Rajawali 18

Cari Blog Ini