Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 10

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 10


Ki Mina tertawa pula. Tetapi kemudian suaranyapun
merendah "Ada dendam yang tersimpan dalam diri seorang laki-laki yang berilmu tinggi terhadap ayah dan ibu pengantin laki-laki"
"Dendam apa?" Ki Minapun kemudian berceritera dengan singkat, apa yang telah didengarnya dan apa pula yang telah dilihatnya di padukuhan sebelah
Demikian Ki Mina selesai berceritera, maka Nyi Minapun bertanya "Lalu, apa yang akan kakang lakukan?"
"Di padukuhan itu akan dapat terjadi pertumpahan darah"
Nyi Mina menarik nafas panjang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi orang-orang padukuhan akan banyak yang menjadi korban. Apalagi orang yang berilmu tinggi, yang memiliki Aji Gelap Ngampar itu adalah seorang guru dari sebuah
perguruan. Karena itu, maka ia akan dapat mengerahkan murid-muridnya, meskipun agaknya perguruan itu belum lama berdiri, sehingga murid-muridnyapun masih baru mulai"
"Ya. Tetapi orang yang memiliki Aji Gelap Ngampar itu sendiri adalah orang yang berilmu tinggi"
"Ya" "Nah. sekarang apa yang akan kakang lakukan?"
"Rasa-rasanya aku tidak akan dapat
meninggalkan padukuhan itu nanti malam. Aku ingin mengetahui apa yang akan terjadi di padukuhan itu"
"Tetapi kita berjalan bersama Wiyati dan Wandan. Jika kita berjalan berdua saja, mungkin kita akan dapai melihat peristiwa yang akan terjadi malam nanti dari jarak yang lebih dekat"
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Kita berjalan bersama Wiyati dan Wandan"
"Karena itu, maka kita harus segera sampai di tujuan kakang"
Dengan nada ragu Ki Minapun berkata "Biarlah aku pergi ke rumah calon pengantin laki-laki itu sendiri nanti malam. Kau bersama Wiyati dan Wandan mencari penginapan"
"Aku takut, paman" desis Wiyati.
"Kau bersama bibimu. Tidak akan terjadi apa-apa"
"Kakang" berkata Nyi Mina kemudian "Aku setuju. Aku, Wiyati dan Wandan akan mencari penginapan di padukuhan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Kita akan melewati jalan itu menjelang senja. Kemudian kita minta kerelaan penunggu banjar untuk bermalam di banjar itu"
Ki Mina tersenyum. Katanya "Satu gagasan yang menarik.
Aku sependapat. Bukan hanya kau. Wiyati dan Wandan yarg akan minta untuk menginap di banjar padukuhan itu. Aku juga akan ikut"
Nyi Minapun tertawa. Namun iapun kemudian berkata
"Tetapi jika penunggu banjar itu berkeberatan?"
"Mudah-mudahan tidak. Mereka tentu akan merasa kasihan melihat dua orang tua yang berjalan menjelang malam turun"
"Mereka siapa?"
"Penunggu banjar dan keluarganya"
Tetapi Wiyati kemudian berkata "Kalau terjadi sesuatu dengan paman?"
"Tidak, Wiyati. Aku akan sangat berhati-hati"
Meskipun dengan jantung yang berdebaran Wiyati dan
Wandan terpaksa mengikut paman dan bibinya pergi ke
padukuhan di pinggir sungai itu. .Tetapi mereka harus menunggu sampai matahari turun dan menyelinap di balik bukit.
Keempat orang itupun kemudian turun ke sungai. Wiyati dan Wandan mencuci wajahnya dan membiarkan rambutnya sedikit kusut.
Keempat orang itupun kemudian menyusuri tepian
beberapa saat sehingga acahaya yang tersisa menjadi buram.
Ketika malam mulai turun, maka keempat orang itupun
memasuki padukuhan di tepi sungai itu. Mereka berjalan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijalan sempit menuju ke banjar. Mereka sengaja menghindari jalan yang melewati rumah calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan.
"Kakang mengetahui jalan-jalan dipadukuhan ini?" bertanya Nyi Mina.
"Bukankah aku tadi sudah berada di padukuhan ini.
Meskipun aku belum menelusuri semua jalan, tetapi aku dapat memperkirakan arahnya"
Nyi Mina tidak menyahut. Tetapi untuk sampai ke banjar padukuhan, Ki Mina masih harus bertanya satu kali kepada dua orang anak remaja yang berlari-larian.
Agaknya mereka akan melihat upacara pernikahan seorang anak muda yang bernama Sindu itu.
"Kau lihat, anak-anak itu akan melihat upacara pernikahan.
Mereka tentu akan ikut memperebutkan tuwuhan setelah kedua orang pengantin itu dipertemukan"
"Ya" "Nah, jika orang yang mendendam itu melepaskan Aji Gelap Ngamparnya dengan membabi buta, apakah anak-anak
sebesar itu akan mampu bertahan"
Nyi Mina mengangguk-angguk kecil.
Ketika mereka sampai di banjar padukuhan, maka
penunggu banjar itupun sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah calon pengantin laki-laki.
Tetapi ia masih bersedia menerima Ki Mina, Nyi Mina dan Wiyati serta Wandan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami kemalaman di perjalanan, Ki Sanak. Jika Ki Sanak mengijinkan, kami mohon untuk dapat bermalam di banjar ini.
Kami dapat tidur dimana saja"
Penunggu banjar itu memang merasa kasihan kepada dua orang suami isteri yang sudah tua yang mengajak kedua perempuan yang diaku sebagai anaknya itu kemalaman di jalan.
"Baiklah. Silahkan tidur diserambi samping"
"Terima kasih, Ki Sanak. Terima kasih"
Penunggu banjar itupun kemudian menunjukkan kepada Ki Mina sebuah amben yang agak besar yang terdapat di serambi samping. Serambi itu memang terbuka sebelah. Tetapi tempat itu sudah cukup memadai bagi mereka berempat.
"Tetapi aku tidak dapat menemui Ki Sanak sekarang"
berkata penunggu banjar itu "Kami berdua diminta untuk ikut mengiringi pengantin laki-laki menuju ke rumah pengantin perempuan"
"Silahkan, Ki Sanak. Silahkan. Tetapi apakah Ki Sanak tidak terlambat" Malam sudah turun"
"Menurut perhitungan, saatnya baru tiba setelah wayah sepi bocah. Karena itu, maka upacara pernikahan ini memang akan berlangsung agak malam"
Ki Mina mengangguk-angguk.
"Nah, silahkan beristirahat. Di belakang banjar ini ada pakiwan. Ki Sanak dapat mandi di pakiwan itu. Agaknya lewat tengah malam aku baru pulang. Segala sesuatunya dalam upacara ini telah diperhitungkan menurut saatnya"
Sejenak kemudian, maka penunggu banjar itu suami isteri telah meninggalkan rumah kecilnya di belakang banjar itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti yang dikatakan oleh penunggu banjar itu,
dibelakang banjar, disisi sebelah kiri rumah kecil itu terdapat sumur yang tidak terlalu dalam dan disebelahnya terdapat pakiwan.
Sepeninggal penunggu banjar itu, Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan duduk di amben yang agak besar itu. Amben yang cukup luas untuk tidur mereka berempat.
"Apakah saat pernikahan yang agak malam itu ada
hubungannya dengan ancaman orang yang mendendam itu.?"
desis Nyi Mina "Jika karena itu, kenapa justru pernikahan itu dilakukan lebih malam. Bukan malahan dipercepat?"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Mungkin
memang berdasar pada perhitungan hari dan saat terbaik"
Dalam pada itu, Ki Minapun kemudian berkata "Sekarang, pergilah ke pakiwan bergantian. Aku akan segera pergi ke rumah calon pengantin laki-laki itu. Mungkin gangguan itu akan terjadi di rumah calon pengantin laki-laki itu"
Nyi Minapun kemudian mengantar Wiyati dan Wandan ke
pakiwan. Baru kemudian, setelah semuanya mandi bergantian, maka Ki Minapun meninggalkan banjar itu.
"Jangan takut" berkata Nyi Mina "Tidak akan ada apa-apa terjadi disini, Persoalannya adalah persoalan seseorang dengan kedua orang tua calon pengantin laki-laki"
"Tetapi bagaimana dengan paman itu bibi. Jika paman
melibatkan diri, ia akan menghadapi orang yang berilmu sangat tinggi itu. Orang yang dapat menyerang orang lain hanya dengan suara tertawanya saja"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pamanmu akan dapat menjaga dirinya, ngger. Ia akan
sangat berhati-hati. Persoalan ini bukan persoalan pamanmu sendiri. Jika ia melibatkan diri,maka ia harus yakin terhadap apa yang dilakukannya itu"
Wiyati menarik nafas panjang. Namun di wajahnya
membayang kecemasannya. Demikian pula Wandan yang
tidak terlalu banyak berbicara.
Dalam pada itu, Ki Minapun telah meninggalkan banjar padukuhan itu. Tetapi ia tidak keluar lewat regol halaman.
Tetapi Ki Mina telah meloncat dinding halaman banjar di bagian belakang.
Beberapa saat Ki Mina termangu-mangu. Namun dengan
memperhitungkan arah, iapun kemudian melangkah pergi.
Beberapa saat kemudian, maka Ki Minapun telah berada di jalan yang sudah dikenalnya siang tadi. Iapun mengikuti jalan itu, menuju ke rumah calon pengantin laki-laki.
Pendapa rumah Ki Tantiya itu nampak terang. Beberapa orang tamu duduk di pendapa. Mereka akan mengiringkan calon penganten laki-laki itu pergi ke rumah pengantin perempuan.
Di halaman, anak-anak riuh bermain. Mereka adalah sanak kadang calon pengantin laki-laki. Mereka akan ikut bersama iring-iringan calon pengantin itu sampai ke rumah calon pengantin perempuan.
Namun di halaman itu, Ki Minapun melihat beberapa orang anak muda berjaga-jaga. Agaknya mereka telah dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan buruk yang dapat terjadi karena ancaman orang yang mereka temui di tepian.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati-hati Ki Mina mengamati halaman rumah itu. Ki Mina telah memanjat sebatang pohon nangka di halaman di samping rumah Ki Tantiya.
Di tangga pendapa Ki Mina melihat dua orang yang sudah separo
baya berdiri termangu-mangu. Dilambungnya terggantung pedang yang panjang. Agaknya kedua orang itu telah diminta oleh Ki Tantiya untuk melindungi keluarganya.
Sebenarnyalah yang tidak dapat dilihat oleh Ki Mina adalah Tantiya dan isterinya, Padni yang berada di ruang dalam.
Mereka menjadi sangat gelisah. Anak-anak yang berkelahi di tepian sudah memberitahukan kepadanya, bahwa mereka
telah bertemu dengan seseorang yang mengaku pernah
menjadi calon suami Nyi Padni.
"Jadi iblis itu masih saja berkeliaran disini" geram Tantiya ketika ia mendengar laporan anak-anak muda itu.
Tetapi Tantiya menjadi sangat cemas ketika anak-anak muda itu memberitahukan kepadanya, bahwa orang itu
mampu menyakiti dada mereka dan bahkan pernafasan
mereka menjadi bagaikan tersumbat hanya dengan suara tertawanya saja.
Karena itulah, maka Ki Tantiya telah menghubungi dua orang yang dianggapnya akan mampu melawan orang yang ditemui anak-anak muda di tepian itu.
Kedua orang itu masih mempunyai hubungan keluarga
dekat dengan Tantiya. Seorang adalah saudara sepupunya sedangkan yang seorang lagi adalah pamannya. Mereka
adalah orang-orang yang sangat disegani dalam lingkunganya, karena keduanya mempunyai ilmu yang tinggi.
Tetapi Padni masih saja merasa ketakutan. Di ruang dalam ia masih saja menangis.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika aku yang dianggap bersalah, kenapa Sindu yang harus menerima akibat kesalahanku ini, kakang"
"Tidak Padni. Kau tidak bersalah. Kita tidak bersalah. Kita saling mencintai, sehingga kita berhak untuk menjadi sepasang suami isteri"
"Tetapi kita sudah menyakiti hati kakang Wandawa. Sakit hatinya ternyata masih membekas sampai sekarang. Bahkan dendamnya kini mulai menyala lagi"
"Orang itu memang tidak tahu diri. Seharusnya ia merasa bahwa ia sudah ditolak oleh seorang perempuan. Jika ia masih saja memburunya dan bahkan kemudian mendendamnya itu adalah karena ia tidak tahu malu"
"Tetapi kenapa sekarang anak kita yang harus mengalami kesulitan di saat pernikahannya"
"Jangan cemas Padni. Kakang dan paman sudah
menyatakan kesediaannya untuk melindungi kita. Kita akan menghancurkan Wandawa sehingga ia tidak akan mungkin mengganggu kita lagi. Jika ia datang membawa anak-anak muda yang diakuinya sebagai muridnya, maka anak-anak muda kawan-kawan Sindu sudah siap untuk melawan mereka"
"Apakah mereka mampu melawan murid-murid sebuah
perguruan?" "Apakah kau percaya bahwa anak-anak muda itu murid
sebuah perguruan yang dipimpin oleh Wandawa" Di tepian.
kawan-kawan Sindu itu mampu mengusir mereka"
"Tetapi jumlah anak-anak kita lebih banyak. Jika Wandawa itu datang bersama anak-anak muda yang lebih banyak lagi?""
"Ki Jagabaya membenarkan kita membunyikan kentongan
dengan irama titir. Ketika aku melaporkan apa yang terjadi di http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepian. Ki Jagabaya sudah menyatakan kesanggupannya untuk membantu mengamankan keadaan"
"Apakah Ki Jagabaya tahu. bahwa orang itu berilmu sangat tinggi?"
"Aku sudah memberitahukannya. Akupun sudah memberitahukan pula. bahwa kakak sepupuku dan pamanku akan membantu kita menghadapi iblis yang tidak tahu malu itu"
"Kakang yakin?"
"Ya. Aku yakin. Karena itu.
maka segala sesuatunya akan
berjalan sebagaimana direncanakan. Kita akan berangkat dari rumah ini sesuai
dengan perhitungan hari dan
saat, nanti di wayah sepi bocah.
Pengantin akan dipertemukan pada saat yang diperhitungkan,
wayah sepi uwong" "Apakah tidak terlalu malam
kakang" "Menurut perhitungan orang-orang tua, Padni. Kita harus menurut saja. Mereka mempunyai pengalaman yang luas
untuk membuat perhitungan bagi upacara apa saja.
Merekapun sudah mampu menilai, apakah perhitungan
mereka itu tepat atau tidak"
Padni mengangguk kecil. Namun kecemasan masih tetap
membayang diwajahnya. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, beberapa orang tamu yang diminta untuk mengiringkan calon pengantin ke rumah calon pengantin perempuan sudah berada di pringgitan. Karena itu. maka sejenak kemudian ki Tantiyapun telah duduk di pringgitan pula menemui tamu-tamunya.
Pembicaraan di pringgitan itu menjadi ramai. Mereka
berbincang tentang apa saja. Tentang pengantin, tentang upacara-upacara yang lain, tentang sawah dan pategalan, tentang air yang menjadi agak sulit setelah bendungan Pocung itu bedah, sementara perbaikan akan memakan waktu
beberapa hari. Ki Mina memperhatikan pertemuan itu dengan seksama.
Namun kemudian Ki Minapun mencoba memperhatikan
keadaan di sekitar rumah itu. Nampaknya tidak ada sesuatu yang akan dapat mengganggu keberangkatan calon pengantin laki-laki itu.
Namun dengan demikian, Ki Mina menjadi semakin cemas.
Agaknya orang itu akan mengganggu upacara pernikahan itu di rumah pengantin perempuan, pada saat upacara itu akan dilangsungkan.
Jika hal itu terjadi, maka keadaan akan menjadi semakin kacau. Tamu-tamu di rumah calon pengantin perempuan itu tentu jauh lebih banyak. Sedangkan Aji Gelap Ngampar itu tidak akan dapat memilih sasaran seorang demi seorang.
Mungkin orang yang memiliki Aji Gelap Ngampar itu akan mengalami keadaan yang sama. Karena itu, mereka yang daya tahannya terlalu rendah, tidak akan dapat menyelamakan dirinya dari serangan Aji Gelap Ngampar itu.
Tetapi Ki Mina masih berpengharapan, bahwa dua orang yang berdiri di tangga pendapa itu benar-benar orang berilmu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi yang akan dapat meredam Aji Gelap Nampar itu seperti dugaannya.
Sebenarnyalah sampai wayah sepi bocah tidak ada
gangguan sama sekali di rumah calon pengantin laki-laki itu.
Pada saatnya, maka calon pengantin laki-laki itu segera disiapkan. Sebuah iring-iringan kecilpun telah siap pula untuk mengiring calon pengantin itu. Sementara ayah dan ibu calon pengantin laki-laki itu ikut serta pula didalam iring-iringan itu.
Namun mereka kemaudian akan berada di luar regol halaman sampai upacara mempertemukan kedua pengantin itu selesai.
Bara kemudian, orang tua pengantin perempuan keluar dari regol halaman menjemput kedua orang tua pengantin laki-laki itu dan mempersilahkannya duduk di pringgitan.
Ketika iring-iringan itu kemudian mulai bergerak, maka anak-anak muda yang ada di halaman rumah itupun segera menebar. Sebagian mendahului iring-iringan, sebagian berada di belakangnya dan sebagian yang lain justru memencar.
Sedangkan anak-anakpun banyak pula yang ikut dalam
iring-iringan itu. Meskipun waktunya sudah sampai pada wayah sepi bocah, namun anak-anak itu masih belum mau masuk ke dalam bilik mereka. Mereka ingin melihat upacara mempertemukan kedua orang pengantin itu. Kemudian
memperebutkan pisang dua tandan, kelapa gading dua
janjang, batang tebu, padi dan lain-lain. Mungkin ada diantara mereka yang mendapatkan sekedar daun beringin atau jenis daun yang lain. Tetapi bahwa mereka telah mendapatkan sesuatu yang berasal dari tuwuhan pada upacara pernikahan itu membuat mereka merasa senang. Seakan-akan mereka telah mendapatkan sesuatu yang berharga yang dapat
membuat hidup mereka berbahagia. Kelak mereka akan dapat memilih jodoh yang terbaik dan mengalami kehidupan
keluarga yang bahagia. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Minapun kemudian telah turun pula dan mengikuti iringiringan itu dengan hati-hati. Jika terjadi salah paham, maka anak-anak muda itu akan cepat mengambil tindakan tanpa kendali lagi. Sehingga karena itu, maka kadang-kadang tindakan mereka itu tidak tepat pada sasarannya.
Meskipun sudah wayah sepi bocah, tetapi ketiga calon pengantin itu bersama iring-iringannya berjalan menyusuri jalan padukuhan pergi ke rumah calon pengantin perempuan, banyak pula orang-orang yang berdiri di sebelah-sebelah jalan untuk menonton.
Ki Mina yang mengikuti iring-iringan itu harus menyesuaikan dirinya. Beberapa saat kemudian, maka calon pengantin laki-laki itu pun sudah sampai ke rumah calon pengantin perempuan.
Beberapa orang yang berada di pendapa rumah calon
pengantin perempuan itulah segera turun menyongsongnya.
Namun ketika kemudian calon pengantin laki-laki itu dibawa memasuki halaman rumah calon pengantin perempuan, kedua orang tua calon pengantin laki-laki itu justru dipersilahkan untuk masuk ke regol halaman rumah di depan rumah calon pengantin perempuan itu. Beberapa orang bertugas untuk menemani kedua, orang tua calon pengantin laki-laki itu.
Calon pengantin laki-laki itupun kemudian telah dibawa naik ke pendapa untuk dipersiapkan menjalani upacara pernikahan.
Ki Mina semakin menjadi berdebar-debar. Agaknya orang yang berada di tepian itu menunggu sampai saat upacara pernikahan itu akan dimulai.
Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang berada di halaman rumah calon pengantin perempuan itu telah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipersiapkan naik ke pendapa. Anak-anakpun diminta untuk tidak berlari-larian dihalaman.
"Duduk, semuanya duduk yang baik. Upacara pernikahan akan segera dilakukan" berkata seorang anak muda sambil menggiring anak-anak itu ke serambi pendapa.
Dalam pada itu, maka anak-anak muda yang telah bertemu dengan
orang yang mengancam akan membatalkan pernikahan itu di tepian, telah menyebar disekitar halaman rumah. Ki Mina terpaksa bersembunyi di balik segerumbul pohon perdu di halaman di depan rumah calon pengantin perempuan itu. Sementara itu, di pendapa duduk beberapa orang bersama kedua orang tua calon pengantin laki-laki.
Bagaimanapun juga Tantiya menenangkan hatinya sendiri serta hati isterinya, namun ia tetap saja merasa gelisah.
Bahkan ia mulai membayangkan apa yang terjadi sekitar dua puluh tahun yang lalu, pada saat isterinya akan menikah dengan seorang anak muda yang bernama Wandawa.
Pada waktu itu Wandawa memang bukan seorang yang
mempunyai kebanggaan apa-apa pada dirinya. Orang tuanya bukan orang yang kaya. Namun ketika orang tuanya melamar seorang gadis yang bernama Padni, maka lamarannya itupun diterima. Padni sendiri tidak menolak untuk menjadi isteri Wandawa. Seorang anak muda yang tidak mempunyai
kemampuan apa-apa selain bertani. Tetapi Wandawa adalah anak muda yang rajin. Anak muda yang dapat bekerja dengan suntuk. Pada saat-saat kerja di sawah tidak terlalu banyak, maka Wandawa bersedia bekerja apa saja. Bahkan Wandawa tidak menolak untuk menjadi blandong. Menebang pepohonan yang sudah terlalu tua di rumah orang-orang padukuhannya balik m di halaman rumah orang-orang di padukuhan
tetangga. Wandawapun tidak menolak untuk mengerjakan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sawah orang lain disaat kerja disawahnya sendiri sudah selesai.
Namun ketika hari-haripun menjadi semakin dekat dengan saat-saat pernikahannya, Padni telah berhubungan semakin erat dengan seorang anak muda yang memiliki beberapa kelebihan dari Wandawa. Anak muda yang bernama Tantiya itu adalah anak dari seorang yang terhitung kaya. Anak muda yang ditakuti di, padukuhan itu, karena tidak ada seorangpun yang berani melawannya. Apalagi Wandawa.
Adalah diluar dugaan banyak orang bahwa pada saat
pernikahan itu tiba, Padni lelah dibawa lari oleh Tantiya.
Meskipun banyak orang yang mengetahui dimana keduanya bersembunyi, tetapi tidak ada yang berani mengambil
langkah-langkah untuk membantu Wandawa menemukan
keduanya. Bahkan orang tua Wandawapun menjadi sakit dan bahkan ayahnya telah meninggal. Selain karena sakit nafas, orang tua Wandawa itu juga merasa sangat- direndahkan dan malu sekali atas kegagalan pernikahan anaknya justru pada saat pernikahan itu akan dilaksanakan.
Tantiya terkejut ketika seseorang mempersilahkannya untuk minum minuman hangat yang sudah dihidangkan.
"Silahkan, Ki Tantiya. Upacara pernikahan Sindu itu akan segera berlangsung. Nanti Ki Tantiya akan dijemput oleh ayah dan ibu pengantin perempuan itu dan mempersilahkan Ki Tantiya untuk mendampingi keluarga pengantin perempuan.
Tetapi nanti, setelah kedua pengantin itu dipertemukan"
Orang-orang yang ikut menemui Tantiya itu tertawa.
Tantiya sendiri juga mencoba untuk tertawa. Demikian pula isterinya, Padni.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, segala persiapan pernikahan yang akan dilakukan di pendapa rumah pengantin perempuan itupun sudah siap. Saatnyapun telah sampai pula sebagaimana diperhitungkan oleh orang tua-tua.
Namun ketika upacara pernikahan itu akan dilangsungkan, dua orang anak muda memasuki regol halaman rumah calon pengantin perempuan yang terang benderang itu.
Di tengah-tengah halaman keduanya berhenti. Ketika
orang-orang yang berada di pendapa memperhatikan
keduanya, maka seorang diantara mereka berduapun berkata
"Jadi pernikahan ini akan tetap dilangsungkan?"
"Kau siapa?" bertanya seorang anak muda, kawan Sindu yang ikut dalam iring-iringan calon pengantin laki-laki itu.
"Siapakah kami, itu tidak penting. Yang penting kami berdua membawa pesan Ki Wandawa bagi calon pengantin laki-laki itu"
"Pesan dari siapa?"
"Orang itu pernah bertemu dengan anak-anak muda di
padukuhan ini di tepian. Orang itu sudah berpesan agar pernikahan ini dibatalkan. Tetapi agaknya anak-anak muda itu sama sekali tidak menghiraukan pesan itu. Atau mungkin pesan itu sudah disampaikan tetapi keluarga pengantin ini mengabaikannya"
"Sudah aku katakan di tepian" sahut seorang anak muda, sepupu Sindu " pernikahan ini tidak dapat dibatalkan"
"Tetapi Ki Wandawa itu juga pernah berpesan, jika kalian tidak
mau mendengarkan pesannya dan tidak mau melaksanakannya, maka persoalannya akan menjadi gawat"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang yang diminta Ki Tantiya untuk melindungi calon pengantin laki-laki itupun melangkah mau mendekati kedua orang anak muda itu. Seorang yang lebih tua, yang rambutnya sudah mulai ubanan, berkata "Ki Sanak. Sudahlah. Jangan membuat persoalan di saat upacara pernikahan ini akan dilangsungkan"
"Tidak. Pernikahan ini harus batal, atau kami dan kawan-kawan kamilah yang harus membatalkannya"
"Tentu tidak terlalu mudah, anak-anak muda. Jika kami bertekad bahwa pernikahan ini harus berlangsung, maka kamipun sudah siap untuk mengatasi segala hambatannya"
"Jika kalian akan menyurukkan beberapa orang korban
untuk membela orang yang telah berbuat sewenang-wenang hampir dua puluh tahun yang lalu?"
"Kami menyesal bahwa peristiwa dua puluh tahun yang lalu itu terjadi" jawab orang yang rambutnya sudah mulai ubanan itu "Tetapi ternyata itu sudah terjadi duapuluh tahun yang lalu. Apakah tidak sebaiknya, kalau kita sama-sama melupakan peristiwa itu. Maksudku, Ki Wandawa itu"
"Ki Wandawa sudah berusaha untuk melupakannya. Tetapi ia tidak berhasil. Sampai sekarang Ki Wandawa itu tidak beristeri. Ia merindukan seorang anak. Sementara itu, yang bertindak sewenang-wenang terhadpanya itu mempunyai
seorang anak laki-laki yang akan menikah hari ini "Anak muda itu berhenti sejenak menurut Ki Wandawa, itu tidak boleh terjadi. Ia akan menggagalkan pernikahan hari ini apapun yang harus dilakukannya. Kami, murid-muridnya sudah siap menjalankan perintahnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak-anak muda. Sebaiknya persilahkan Ki Wandawa itu untuk datang kemari. Kita akan berbicara untuk mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya"
"Tidak ada cara untuk meredam dendamnya Bagi Ki
Wandawa, tidak ada pilihan lain kecuali membatalkan
pernikahan ini. Bukan hanya sekedar untuk menunda. Tetapi benar-benar membatalkan. Jika kelak pernikahan ini akan dicoba lagi, maka salah seorang dari calon pengantin itu akan dibunuhnya"
"Sudahlah anak muda. Katakan kepadanya, bahwa Ki
Wandawa itu dipersilahkan untuk datang"
"Tidak ada gunanya aku mempersilahkannya karena Ki
Wandawa tentu tidak akan bersedia merubah keputusannya.
Pernikahan ini harus batal"
"Tidak. Pernikahan ini harus berlangsung"
Kedua orang anak muda yang berdiri di halaman itupun bergeser selangkah surut. Seorang diantara merekapun berkata lantang "Kami akan menyampaikan keputusan kalian itu kepada Ki Wandawa. Bersiaplah untuk bertempur. Siapkan korban-korban yang akan menjadi tumbal pernikahan Sindu yang batal ini. Kematian mereka adalah kematian yang sia-sia, karena mereka berkorban untuk seseorang yang telah
melakukan kesalahan besar di dua puluh tahun yang lalu"
Sejenak kemudian, kedua orang anak muda itupun segera meninggalkan halaman rumah itu.
Pembicaraan yang keras itu telah didengar dengan baik oleh Ki Mina yang tertarik akan pembicaraan itu sejak awal.
Seorang anak muda telah memberitahukan pula kepada Ki Tantiya. apa yang telah terjadi di halaman rumah pengantin perempuan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tantiya dan isterinya tidak lagi mengingat tatanan pernikahan. Ia tidak lagi menghiraukan ketentuan bahwa mereka boleh memasuki tempat upacara setelah pernikahan selesai. Tetapi bahwa anaknya sudah terancam itu telah membuat mereka tidak mau menunggu lagi.
Karena itu, maka Ki Tantiya dan isterinya segera turun dari pendapa, menyebrangi halaman dan kemudian menyeberangi jalan, masuk ke regol halaman rumah pengantin perempuan.
"Apa yang telah terjadi?" bertanya Ki Tantiya ketika beberapa orang menyongsongnya.
"Orang itu paman" berkata sepupu Sindu.
"Maksudmu orang yang kau katakan kau temui di tepian itu?"
"Yang datang adalah dua orang atas namanya"
Wajah Ki Tantiya menjadi tegang, sedangkan isterinya menjadi pucat.
"Kakang" "Jangan takut. Kakang dan paman sudah berjanji untuk melindungi kita. Demikian pula kawan-kawan Sindu"
Nyi Padni berusaha untuk menenangkan hatinya. Kakak
sepupu dan paman suaminya sudah ada di halaman itu pula.
Meskipun demikian ia masih saja merasa cemas. Apakah keduanya itu mampu melawan orang yang dikatakan berilmu tinggi itu.
Namun sejenak kemudian, seisi halaman itu sudah
dikejutkan oleh suara tertawa Suara tertawa itu tidak segera diketahui dimanakah sumbernya. Suara itu seakan-akan melingkar-lingkar di udara diatas padukuhan itu. Sekali-sekali suara itu terdengar di sebelah Utara. Tetapi kemudian getar http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara itu seakan-akan bersumber dari arah Barat. Bahkan kemudian seakan-akan berada di Selatan.
Seisi halaman itu menjadi bingung. Getar suara itu mulai terasa menusuk dada setiap orang yang mendengarkannya.
Anak-anak muda yang sudah siap untuk berkelahi itupun menekan dada mereka masing-masing untuk mengurangi
hentakkan-hentakkan yang akan meruntuhkan jantungnya.
Dua orang yang bersedia melindungi keluarga Tantiya itu terkejut. Aji Gelap Ngampar yang dilontarkan oleh Wandawa itu adalah Aji Gelap Ngampar yang sudah jauh tingkatnya, sehingga keduanya harus meningkatkan daya tahan tubuh mereka sampai ke puncak.
"Gila orang ini" geram paman Tantiya itu.
"Kita akan mencari sumber suara itu, paman. Jika kita berhasil menemukannya, maka kita akan dapat berusaha untuk menghentikannya"
"Kita harus memusatkan kemampuan kita menangkap getar suara untuk menentukan dimana sumber suara itu" sahut pamannya.
Sepupu Sindu iti mengangguk.
Namun sebelum mereka sempat memusatkan nalar budi
mereka untuk mencari sumber suara itu, maka suara tertawa itupun sudah menjadi semakin perlahan sehingga akhirnya hilang sama sekali. Tetapi yang kemudian terdengar adalah suara orang itu pula. Meskipun bukan lagi suara tertawa, tetapi kata-katanyapun telah dilontarkannya dengan Aji Gelap Ngampar itu pula.
"Tantiya" terdengar suara itu bagaikan menggoyang tiang-tiang pendapa "aku sengaja datang pada saat anakmu akan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikah. Tetapi aku sekarang bukan aku yang dahulu. Waktu itu, dua puluh tahun yang lalu, kau telah menghinakan aku.
Kau telah menginjak-injak harga diriku. Pada saat menjelang pernikahanku, kau ambil perempuan yang akan menjadi
isteriku itu. Sengaja kau lakukan menjelang pernikahan untuk membuat hatiku menjadi semakin sakit. Kau yakin bahwa aku tidak akan berani berbuat apa-apa. Kaupun yakin bahwa orang sepadukuhan ini tidak akan berani berbuat apa-apa pula"
suara itu berhenti sejenak. Orang-orang yang dadanya menjadi nyeri, sakit dan bahkan nafasnya menjadi sesak, menjadi agak lega. Mereka dapat bernafas kembali. Tetapi itu tidak lama. Sejenak kemudian Aji Gelap Ngampar itupun dilontarkannya pula.
"Tantiya" berkata Wandawa bersamaan dengan lontaran Aji Gelap Ngampar "sekarang aku datang lagi kepadamu. Aku akan membuat perhitungan dari peristiwa duapuluh tahun yang lalu. Waktu itu aku sudah hampir membunuh diriku dalam keputus-asaan. Tetapi untunglah, bahwa aku terlempar kesebuah padepokan yang .dipimpin oleh seorang yang
berilmu tinggi. Aku diberinya bekal bagi masa depanku, sehingga aku tidak lagi menjadi orang yang tidak
berpengharapan. Meskipun sampai saat ini aku tidak menikah, tetapi aku merasa bahwa aku akan ikut memiliki masa depan itu. Pernikahan anakmu itu harus batal. Kau harus mengalami seperti apa yang dialami oleh ayah dan ibuku. Jika kau berkeras untuk menikahkan anakmu itu di kesempatan lain, maka aku akan membunuh calon pengantin perempuan itu meskipun ia tidak tahu apa-apa. Tetapi perempuan itu pantas dikorbankan untuk membuat kau dan isterimu kecewa"
Tantiya menjadi kebingungan. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya selain merengek kepada sepupu dan pamannya.
"Lindungi kami paman. Kakang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pamannya itupun kemudian berkata "Wandawa. Agaknya
dua puluh tahun itu waktu yang lama. Segala-galanya sudah berubah. Kau juga sudah berubah. Tantiya dan isterinyapun juga sudah berubah. Aku minta kau datang kemari. Kita akan berbicara dengan baik, agar persoalannya dapat diselesaikan dengan baik pula"
"Kau benar" sahut Wandawa "segala-galanya sudah
berubah. Mungkin Tantiya dan Padni juga sudah berubah.
Tantiya tidak lagi menjadi seorang laki-laki yang paling ditakuti di padukuhan ini. Jika ia masih merasa bahwa ia tidak terkalahkan, maka aku sangat ingin untuk menjajagi ilmunya sekarang"
"Tidak, Wandawa. Tantiya bukan seorang yang memiliki ilmu yang tinggi. labanya dapat berkelahi berdasarkan kekuatan dan tenaga kewadagannya. Tetapi ia tidak memiliki kemampuan olah kanuragan. Karena itu, ia tidak akan dapat melawanmu"
"Apakah Tantiya peduli bahwa aku tidak dapat melawannya duapuluh tahun yang lalu, apakah ia peduli pada waktu itu bahwa aku adalah laki-laki yang lemah sehingga Tantiya itu dengan beraninya mengambil calon isteriku yang sudah siap untuk menikah" Tidak, Ki Sanak. Tantiya sama sekali tidak menghiraukannya.
Bahkan rasa-rasanya ia sengaja menunjukkan kepadaku, bahwa ia dapat berbuat sekehendak hatinya karena aku tidak mampu melawannya"
Adalah diluar dugaan bahwa Nyi Padnipun kemudian berlari ke halaman sambil berteriak "Akulah yang bersalah waktu itu, kakang Wandawa. Akulah yang memulainya. Karena itu, jika kakang masih tetap mendendam, hukumlah aku. Bunuhlah aku. Tetapi jangan sakiti anakku dan suamiku. Mereka tidak bersalah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi terdengar. Wandana itu tertawa. Suaranya lebih keras dari yang sudah diperdengarkannya, sehingga orang-orang yang mendengarnya harus berusaha menahan nyeri didada mereka. Jantung mereka rasa-rasanya seperti ditusuk-tusuk dengan ujung duri kemarung.
Beberapa orang anak telah terkapar jatuh di tanah.
Pingsan. Sedangkan Nyi Padni sendiri telah jatuh pada lututnya.
"Kakang. Jangan kau tebarkan maut atas orang-orang yang tidak bersalah. Akulah yang bersalah. Bukan kakang Tantiya dan bukan pula Sindu"
"Tantiya. Apakah kau tidak malu berperisai seorang
perempuan. Apakah kau biarkan isterimu mengakui sendirian atas kesalahan yang seharusnya kalian tanggung berdua"
Tantiya yang sudah menjadi putus-asa itupun mendekati isterinya. Iapun berlutut seperti Nyi Padni sambil berkata
"Baiklah Wandawa. Aku mengaku bersalah. Kami berdua telah bersalah. Jika kau memang berniat membunuh kami berdua, lakukan. Tetapi aku mohon, biarlah pernikahan Sindu
dilaksanakan" "Tidak, Tantiya. Aku tidak akan membunuh kalian berdua.
Jika aku melakukannya, maka aku adalah orang yang paling bodoh di dunia ini. Aku ingin kau berdua menjadi sakit hati, menjadi kecewa, menyesal dan tersiksa. Karena itu aku akan membatalkan pernikahan ini. Hanya itu yang akan aku
lakukan. Meskipun dua puluh tahun yang lalu, ayahku yang terkejut, menyesal, malu dan segala macam perasaan yang bertimbun di hatinya, sehingga ia meninggal dunia, namun sekarang aku tidak akan membunuhmu. Tetapi jika kau mati sendiri karena menyesal, kecewa dan tersiksa, itu adalah salahmu sendiri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wandawa" berkata paman Tantiya itu "sekali lagi aku mempersilahkan kau datang kemari. Kita dapat duduk di pendapa sambil berbincang-bincang"
"Tidak. Ki Sanak. Tidak ada yang diperbincangkan. Batalkan pernikahan ini atau aku akan mulai membunuh. Anak-anak muridku
akan memasuki halaman rumah ini dan menghancurkan segala peralatan pernikahan malam ini.
Bahkan akan membakar rumah ini pula. Aku tidak hanya sekedar mengancam. Tetapi aku akan melakukannya.
Meskipun demikian, aku masih memberi waktu. Bubarkan pertemuan ini. Biarlah tamu-tamu itu pulang. Terutama anak-anak agar mereka tidak mati lebih dahulu. Tetapi jika terjadi kematian dihalaman rumah ini. maka yang harus bertanggung jawab adalah Tantiya dan isterinya. Merekalah yang telah membunuh orang-orang di halaman rumah ini"
"Itu tidak akan terjadi" teriak sepupu Tantiya yang berilmu tinggi itu "Kau sendiri tidak berani menampakkan diri.
Sedangkan jika cantrik-cantrikmu memasuki halaman rumah ini, maka kami akan menyapu mereka seperti sampah"
"Tidak. Ki Sanak. Aku akan mengantar mereka dengan Aji Gelap Ngampar"
"Kau kira murid-murid sendiri mampu menghindar dari
pengaruh Aji Gelap Ngampar itu?"
"Mereka tidak akan terpengaruh. Aku sudah membekali
mereka dengan reramuan beberapa jenis akar, daun dan sejenis bebatuan. Aku memang tidak mempunyai kantong-kantong kecil berisi reramuan itu cukup banyak. Tetapi aku menganggap bahwa sepuluh orang cantrikku sudah cukup banyak untuk membunuh orang-orang yang sudah tidak
berdaya karena aji Gelap Ngampar"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong. Sekarang tampakkan dirimu. Lakukan
sebagaimana yang kau katakan"
"Bagus. Aku akan melakukannya. Singkirkan anak-anak dan perempuan yang jantungnya lemah. Biarlah mereka tidak mati karena Aji Gelap Ngampar itu" suara Wandawa menjadi
semakin mengumandang. Getarannya terasa semakin menusuk jantung. Lalu terdengar suara itu lagi "Aku beri waktu
sejenak untuk menyingkirkan anak-anak dan perempuan. Kemudian aku tidak akan peduli lagi apa yang terjadi. Kecuali jika Tantiya dan isterinya itu berjanji untuk membatalkan pernikahan anaknya untuk selamanya. Anak yang bernama Sindu itu tidak akan pernah menikah selama hidupnya. Jika ia tidak tahan lagi, maka biarlah ia membunuh diri atau berguru hingga ia mendapatkan bekal ilmu untuk mengalahkan aku"
"Kenapa kau tidak berani menampakkan dirimu iblis buruk.
Jika kita sempat berhadapan, maka kau tidak akan dapat sesumbar lagi. Akulah yang akan membunuhmu"
"Jangan terlalu sombong Kau masih terlalu muda itu
mampu menilai, seberapa tinggi ilmu seseorang"
Sepupu Tantiya itu menyahut "Kau dapat saja mencari
alasan untuk melindungi kelicikanmu. Kau tidak lebih dari seorang pengecut yang tidak tahu diri"
"Jangan banyak bicara lagi" sahut Wandana "singkirkan perempuan dan anak-anak, orang-orang tua atau siapa saja yang menjadi ketakutan karena aku akan segera menyerang kalian dengan Aji Gelap Ngampar. Yang tidak mampu bertahan akan mati dengan sendirinya, sedangkan beberapa orang cantrikku akan memasuki halaman dan menghancurkan
segala-galanya sehingga pernikahan ini tidak akan mungkin dilakukan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang memang menjadi ketakutan. Mereka telah membawa
isteri-isteri mereka yang seharusnya ikut menghadiri upacara pernikahan itu keluar dari. halaman.
Mereka berdesakan di regol halaman dengan anak-anak yang didukung oleh orang tua mereka, karena mereka sudah
menjadi terlalu lemah dan tidak dapat berlari sendiri.
Anak-anak muda yang sudah bersiap untuk melindungi
Sindupun sudah menjadi terlalu lemah. Jantung mereka terasa menjadi nyeri. Bahkan isi dadanya terasa telah tenguncang-guncang
sehingga akan-akan runtuh berjatuhan dari tangkainya. Sejenak kemudian, terdengar lagi suara Wandawa "Tantiya,. apakah kau tidak akan membawa isterimu pergi"
Bawa isterimu keluar dari halaman ini. Sedangkan pengantin perempuan itu terserah kepada ayah dan ibunya. Apakah mereka akan menyelamatkannya atau tidak. Tetapi ingat, bahwa untuk seterusnya ia tidak akan pernah menikah dengan Sindu"
Rumah calon pengantin perempuan itu benar-benar
menjadi kacau. Orang-orang berlarian hilir mudik. Paman dan sepupu Sindu tidak mampu lagi menenangkan mereka yang berlari-larian. "Tantiya" terdengar suara Wandawa "Aku masih memberimu waktu. Bahwa Padni keluar dari halaman ini"
Tantiya masih saja menjadi ragu. Namun kemudian dua
orang laki-laki dan perempuan yang sudah ubanan telah menarik mereka untuk berdiri dan berjalan keluar pintu gerbang.
"Anakku, anakku" tangis Nyi Padni.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang laki-laki masih sempat menarik Sindu yang
kebingungan. Sedang ayah dan ibu calon pengantin
perempuan itupun telah membawa anak perempuannya keluar dari halaman.
Baru beberapa saat kemudian, Wandawa itupun berkata
"Nah, bukankah pernikahan ini batal. Itulah yang aku inginkan. Karena pernikahan itu sudah batal, maka aku kira aku tidak perlu lagi berbuat lebih jauh"
Tetapi sepupu Tantiya itupun berteriak "Tetapi kau tetap saja seorang pengecut, Wandawa. Kau hanya berani
menyerang kami dari kegelapan dan bahkan dari persembunyianmu" "Jadi kau masih menantang?" bertanya Wandawa.
"Ya" "Sebenarnya urusanku sudah selesai. Pernikahan ini batal.
Tetapi jika kau ingin mencoba kemampuan kami, aku tidak akan berkeberatan. Tidak usah aku sendiri. Tetapi murid-muridku akan datang menemuimu"
"Kenapa bukan kau sendiri" Kau ketakutan?"
"Jika murid-muridku dapat melakukannya, kenapa harus aku sendiri" Tidak ada orang yang dapat mengimbangi
kemampuanku disini. Kalian berdua bukan lawanku. Biarlah murid-muridku datang menemui kalian berdua"
Kedua orang itupun menjadi termangu-mangu. Namun
sebelum mereka menyahut lagi, beberapa orang anak muda telah muncul dihalaman rumah calon pengantin perempuan yang batal menikah itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di halaman itu masih ada beberapa orang anak muda.
Tetapi mereka sudah menjadi terlalu lemah karena Aji Gelap Ngampar yang telah mengguncang-guncang dada mereka.
Sekitar sepuluh anak muda telah berada di halaman. Di leher mereka bergantungan kantong-kantong kecil yang dibuat dari kain putih.
"Bagus" berkata sepupu Tantiya "kemarilah. Aku akan
memusnakan kalian" Sepuluh Orang itupun segera bergeser menebar. Mereka sudah siap bertempur melawan dua orang yang berusaha untuk melindungi Sindu.
Sejenak kemudian orang-orang yang berada di halaman itu sudah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Sepuluh orang murid Wandawa itu bertempur melawan dua orang yang
sedianya harus melindungi Sindu dan keluarganya.
Namun kedua orang itu memang berilmu tinggi. Mereka
adalah orang-orang yang sudah terlatih serta menguasai ilmu mereka dengan baik.
Tetapi mereka harus melawan sepuluh orang yang juga
sudah ditempa di sebuah padepokan yang dipimpin oleh Ki Wandawa. Meskipun mereka belum tuntas, tetapi sepuluh orang itu ternyata merupakan lawan yang sangat berat.
Beberapa saat kemudian, maka dua orang yang berilmu


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi itu sudah mulai terdesak. Mereka mengalami kesulitan menghadapi sepuluh orang anak-anak muda yang kokoh dan kuat di samping kemampuan mereka dalam olah kanuragan.
Tetapi ternyata mereka tidak hanya berdua. Anak-anak muda yang semula bertebaran di sekitar rumah calon
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengantin perempuan itu, yang sempat menjauh pada saat Aji Gelap Ngampar dilontarkan masih nampak tetap segar.
Merekalah yang kemudian berlari-larian memasuki halaman, melibatkan diri bertempur bersama kedua orang yang berilmu tinggi itu.
Meskipun mereka bukan anak-anak muda yang pernah
berlatih di sebuah perguruan, tetapi mereka adalah anak-anak muda yang kuat. Setiap hari mereka bekerja di sawah.
Berjalan di lumpur yang dalam. Kulitnya yang tidak tertutup oleh selembar baju, dipanggang di panasnya matahari. Sekali-sekali mereka harus memanggul bajak ke sawah.
Dalam jumlah .yang jauh lebih banyak dari para murid Wandawa, merekapun menyerang sejadi-jadinya. Sementara itu kedua orang yang berilmu tinggi itu masih ada diantara mereka.
Murid-murid Wandawa itulah yang kemudian mulai
terdesak. Meskipun mereka mampu mengenai lawannya
sehingga terpelanting jatuh, namun yang lainpun segera menyerang pula. Bahkan ada diantara mereka yang berusaha mendekap murid Wandawa itu sedangkan yang lain memukuli perutnya.
Namun dengan licin, murid-murid Wandawa itu selalu
berhasil melepaskan dirinya.
Meskipun demikian, namun para murid Wandawa itu benar-benar berada di dalam kesulitan.
Tetapi itu tidak lama terjadi. Sejenak kemudian, mereka mulai mendengar lagi suara tertawa. Semakin lama semakin keras. Suara tertawa yang melontarkan kekuatan Aji Gelap Ngampar yang mengerikan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diantara derai tertawa yang menggetarkan halaman itu, terdengar suara paman calon pengantin laki-laki itu "Jangan hiraukan suara itu. Para pengikutnya tentu juga akan terpengaruh. Sementara itu daya tahan kami berdua akan dapat mengatasi Aji Gelap Ngampar itu"
Anak-anak muda itu memang tidak menghiraukan lagi.
Mereka masih saja berkelahi dengan sengitnya.
Tetapi ketika suara tertawa itu menjadi semakin keras, maka dada anak-anak muda itu mulai bergetar. Perasaan nyeripun mulai menusuk-nusuk jantung mereka, sehingga ada diantara mereka yang mulai menutup telinga mereka dengan kedua telapak tangan.
Tetapi getar Aji Gelap Ngampar itu tidak hanya menyusup melalui telinga. Tetapi Aji Gelap Ngampar itu dapat menyusup melalui jalan yang manapun didalam tubuh seseorang. Bahkan melalui lubang-lubang keringat di kulit.
Anak-anak muda yang membantu kedua orang yang
berilmu tinggi itu tidak mampu lagi mengatasinya. Meskipun mereka masih berusaha, namun usaha mereka agaknya akan sia-sia.
Sementara itu, para murid Ki Wandawa itu ternyata tidak terpengaruh oleh Aji Gelap
Ngampar. Mereka telah mengenakan syarat yang dapat merendam pengaruh Aji Gelap Ngampar itu, sehingga dengan demikian, maka merekapun segera menguasai arena pertempuran. Dua orang berilmu tinggi yang dengan daya tahannya mampu mengatasi Aji Gelap Ngampar, ternyata mulai terdesak lagi. Bahkan
meskipun tidak terlalu tajam. Aji Gelap Ngampar itu
mempengaruhi mereka juga.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya kedua orang berilmu tinggi itu serta anak-anak muda kawan-kawan Sindu tidak berhasil mengimbangi
kemampuan lawan-lawan mereka yang dibantu oleh kekuatan Aji Gelap Ngampar. Bahkan Wandawa agaknya tidak segera menghentikan serangan Aji Gelap Ngamparnya. Suara
tertawanya masih saja menggetarkan udara diatas rumah calon pengantin perempuan yang batal itu.
Namun agaknya Wandawa yang tersinggung karena
perlawanan yang diberikan oleh anak-anak muda itu tidak berhenti menyerang. Meskipun anak-anak muda itu, bahkan kedua orang yang berilmu tinggi yang semakin terdesak oleh para murid Ki Wandawa itu sudah tidak mampu berbuat
banyak, namun Wandawa masih saja menyerang mereka
dengan ilmunya yang sulit diatasi itu. Bahkan orang-orang yang berada di ruang dalam, yang berada di dapur dan diseluruh lingkungan halaman rumah itu dan sekitarnya, merasakan betapa tajamnya pengaruh Aji Gelap Ngampar itu.
Ki Mina yang menyaksikan peristiwa di halaman rumah
calon pengantin perempuan itu menjadi bimbang. Ia tidak dapat menyalahkan Wandawa yang mendendam. Ia dapat
mengerti, kenapa Wandawa yang terluka hatinya itu seakan-akan tidak dapat disembuhkan. Apalagi Wandawa sampai saat terakhir, tidak pernah menikah dengan siapapun.
Wandawa merasa bahwa ia telah diperlakukan sangat tidak adil oleh Tantiya. Bakal isterinya itu diambilnya begitu saja.
Bahkan dengan dada tengadah karena ia merasa bahwa
Wandawa tidak akan dapat berbuat apa-apa. Ia tidak akan berani merebut calon isterinya itu dari tangannya. Apalagi karena perempuan itu sendiri bersedia pergi bersamanya.
Tetapi ia tidak dapat bertindak semena-mena terhadap setiap orang. Aji Gelap Ngamparnya ternyata tidak hanya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyakiti orang-orang yang dianggapnya terlibat dalam tindak ketidak adilan itu. Tetapi orang-orang yang tidak bersalahpun telah terkena akibatnya pula. Meskipun Wandawa sendiri merasa bahwa orang yang tidak bersalahpun dapat saja dikorbankan untuk memenuhi sasaran yang akan dicapainya.
Sementara itu, suara tertawa Wandawa masih saja
menggetarkan udara. Setiap orang yang mendengarnya
berusaha menutup telinganya, meskipun tidak akan membebaskan mereka dari pengaruh suara tertawa itu.
Satu demi satu anak-anak muda yang berada di
halamanpun berjatuhan. Apalagi mereka yang sudah menjadi lemah sejak pertempuran di halaman itu berlangsung. Dua orang yang berilmu tinggi yang berusaha melindungi keluarga Tantiya itupun sudah tidak berdaya lagi. Ketika serangan seorang anak muda mengenai dada sepupu Tantiya, maka orang itupun telah terdorong beberapa langkah surut. Namun-serangan yang lain-pun segera menyusul pula. Seorang anak muda meloncat dengan garangnya sambil menjulurkan
kakinya. Sepupu Tantiya itu tidak mampu mengelak. Apalagi getar Aji Gelap Ngampar itu sudah mempengaruhinya pula. Karena itu, maka orang itupun sudah terlempar jatuh ke tanah.
Hampir saja kepalanya membentur tangga pendapa rumah calon pengantin perempuan yang batal itu.
Dalam pada itu, paman Ki Tantiya itu juga sudah tidak berdaya. Iapun sudah terpelanting pula dari arena. Bahkan tubuhnya telah membentur sebatang pohon yang tumbuh di halaman rumah itu.
Keduanyapun mengalami kesulitan untuk bangkit berdiri.
Pada saat mereka mencoba untuk bangkit, maka suara
tertawa Ki Wandawa menjadi semakin keras, sehingga
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengaruhnya menjadi semakin tajam pula. Bahkan mungkin sekali pengaruh suara tertawa itu mulai merambah ke
sentuhan maut. Ki Mina yang menyaksikan hal itu tidak dapat menahan diri lagi. Ia masih berusaha untuk mengekang diri ketika ia melihat pertempuran yang masih dalam tataran kewajaran itu terjadi.
Tetapi serangan Aji Gelap Ngampar Ki Wandawa itu sudah terlalu jauh dilakukannya.
Itulah sebabnya kemudian Ki Mina itu mencoba untuk
menghentikan getaran Aji Gelap Ngampar itu.
Gelap Ngampar yang dilepaskan o leh Wandawa itu adalah kekuatan Aji yang keras dan tajam. Yang menusuk jantung seseorang seperti tajamnya ujung duri. Itulah sebabnya, maka ki Mina ingin melawannya dengan kekuatan ilmunya yang lunak.
Dalam gejolak yang terasa semakin mencengkam itu, tiba-tiba saja terdengar suara tembang yang mengalun di gelapnya malam. Suara tembang yang semula lamat-lamat, namun yang kemudian terdengar semakin keras. Namun suara tembang itu terdengar lembut dan jernih. Kata demi kata yang terlontarkan bagaikan kekuatan yang mampu menghisap getar kekuatan Aji Gelap Ngampar. Suara tertawa Ki Wandawa yang keras itu seakan-akan justru telah tenggelam kedalam lembutnya suara tembang Ki Mina yang mengalun disela semilirnya angin.
Tidak terasa terjadi benturan antara kekuatan Aji Gelap Ngampar itu dengan suara tembang Ki Mina. Tetapi suara tertawa Ki Wandawa itu justru telah terhisap, sehingga pengaruhnya tidak lagi bertebaran dimana-mana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Wandawa terkejut mendengar suara tembang yang lunak itu. Suara tembang yang mampu menghisap lontaran Aji Gelap Ngamparnya.
Ketika suara tertawa Ki Wandawa menjadi semakin keras, suara tembang itu sama sekali tidak melengking tinggi! Tetapi nadanya justru menurun rendah. Namun suara tertawa Ki Wandawa itu seakan-akan telah hilang tertelan kedalamnya.
Ki Wandawa yang terkejut itupun telah berubah menjadi sangat marah. Suara tertawanya itupun telah patah dengan tiba-tiba.
Namun suara tembang itu masih terdengar beberapa saat.
Baru kemudian suara tembang itupun menjadi semakin
perlahan dan kemudian menghilang.
"Siapa kau Ki Sanak" Apa hubunganmu dengan Tantiya dan isterinya, sehingga kau telah melibatkan diri dalam persoalan ini"
Dari dalam kegelapan yang tidak tentu arahnya sebagaimana suara Wandawa itu terdengar jawaban "Aku tidak mempunyai sangkut paut dengan Ki Tantiya dan
isterinya. Juga dengan anak laki-lakinya itu. Tetapi aku mempunyai sangkut paut dengan keselamatan sekian banyak orang yang tidak.bersalah. Jika kau anggap Sindu dan calon isterinya menjadi korban dendammu kepada orang tua
mereka, aku masih dapat mengerti. Jika kau ingin membatalkan pernikahan ini untuk menyakiti hati Ki Tantiya dan isterinya, sebagaimana mereka telah menyakiti hatimu dan hati orang tuamu, aku masih dapat mengerti. Tetapi kau tidak saja menyakiti hati Ki Tantiya dan isterinya. Kau tidak saja menyakiti hati orang banyak yang sekarang berada di halaman rumah ini, tetapi kau telah menyakiti hati dan jantung mereka dengan Aji Gelap Ngamparmu. Banyak orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak bersangkut paut dengan Ki Tantiya dan isterinya, mengalami penderitaan
yang sangat oleh Aji Gelap Ngamparmu. Bahkan perempuan yang ada di dalam rumah, perempuan yang ada di dapur dan orang-orang lain lagi yang berada di dalam halaman ini"
"Salah mereka sendiri. Aku sudah memberi waktu bagi
mereka untuk pergi" "Tetapi mereka yang sedang menyalakan api tentu tidak dapat meninggalkan apinya begitu saja. Mereka yang sedang memasak didapur tidak dapat pergi begitu saja, karena masakan mereka akan menjadi hangus"
"Untuk apa mereka masak" Untuk apa mereka menyalakan api" Pernikahan ini tidak boleh terjadi. Semua yang
mendukung pernikahan ini aku anggap tersangkut pada
persoalan yang sedang terjadi disini"
"Baiklah, Ki Wandawa. Aku tidak mempunyai banyak waktu.
Aku mohon hentikan serangan Aji Gelap Ngamparmu itu.
Bukankah tujuanmu datang kemari sudah berhasil. Bukankah kau sudah menggagalkan pernikahan antara anak Ki Tantiya dan Nyi Padni dengan calon isterinya itu. Karena itu, sudahilah seranganmu yang dapat mencelakai banyak orang itu"
Wandawa termangu-mangu sejenak. Beberapa saat tidak
terdengar jawaban. Namun kemudian Wandawa itupun
berkata "Aku akan menghentikan serangan Aji Gelap
Ngampar. Tetapi jangan tantang aku lagi. Dua orang yang merasa berilmu tinggi itu telah menantangku"
"Tidak. Tidak ada lagi orang yang menantangmu"
"Baiklah. Aku tidak akan menyerang lagi. Tetapi jika niat Tantiya dan Padni akan menikahkan anak laki-laki itu lagi, maka aku akan datang untuk mengurungkannya. Tanpa
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka sadari, aku dapat selalu memantau kehidupan Sindu sehari-hari. Bahkan aku tidak akan segan untuk membunuh calon isteri Sindu itu. Ia harus tidak menikah sebelum aku menikah. Jika aku tidak menikah, maka Sindupun tidak akan menikah pula sepanjang hidupnya"
"Lalu siapakah yang akan menyambung namanya di
kemudian hari?" "Kenapa kau tidak bertanya kepada Tantiya dan Padni, siapakah yang akan menyambung sejarah hidupku jika calon isteriku diambil begitu saja oleh Tantiya?"
"Kau dapat menikah kapan saja kau mau, Wandawa"
"Omong kosong. Aku dapat merampas seribu gadis untuk aku jadikan isteriku dengan paksa. Tetapi apa yang aku dapatkan dari mereka" Aku hanya mendapatkan wadagnya saja. Bukan jiwanya"
"Jika kau menikah dengan Nyi Padni, maka. yang akan kau dapatkan juga hanya wadagnya saja, karena Nyi Padni telah mencintai Tantiya"
Wandawa itu tidak menjawab. Sejenak suasana menjadi
sunyi. Namun tiba-tiba saja terdengar Wandawa itu berteriak keras sekali. Sekeras guruh yang menggelegar di langit.
Namun ternyata Ki Wandawa tidak melepaskan Aji Gelap Ngamparnya, sehinga teriakannya itu hanya melepaskan Aji Gelap
Ngamparnya, sehingga teriakannya itu hanya memekakkan telinga tanpa menyakiti isi dada mereka yang mendengarnya.
Baru kemudian Wandawa itu berkata dengan suara yang
menggelegar pula "Kau benar Ki Sanak. Aku tidak tahu kau siapa, tetapi yang kau katakan itu benar. Jika aku menikah dengan Padni duapuluh tahun yang lalu, maka yang aku nikahi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah ujud kewadagannya saja. Bukan hatinya. Bukan
jiwanya. Padni memang tidak mencintai aku lagi setelah kehadiran Tantiya. Tetapi sakit hatiku menjadi berlipat, ganda, karena sikap Tantiya yang semena-mena. Ia yang merasa njempunyai banyak kelebihan itu serasa menantangku, aku mau apa. Tetapi waktu itu aku tidak dapat berbuat apa-apa"
"Sekarang, dihadapan
orang banyak, kaulah yang menantangnya. Tetapi Tantiya sekarang tidak dapat berbuat apa-apa"
Wandawa tidak segera menjawab. Sementara itu Ki
Minapun bertanya pula "Ki Wandawa. Apakah sekarang, kau tidak berpikir mengambil Padni sebagaimana yang dilakukan oleh Tantiya duapuluh tahun yang lalu?"
Wandawa tidak menjawab. Namun terdengar desah, seperti desah angin yang melintas di dedaunan.
Dalam pada itu, maka beberapa orang anak muda yang
berada di halaman rumah calon pengantin perempuan yang batal itupun serentak beranjak dari tempatnya. Namun tiba-tiba sepupu Tantiya itupun berteriak "He, kalian akan pergi ke mana. Gurumu tidak lagi dapat membantumu dengan Aji
Gelap Ngampamya. Ada seseorang yang ternyata mampu
menandinginya. Karena itu, maka kalian akan kami tangkap untuk kami adili di padukuhan ini, karena kalian telah membuat kekacauan yang.besar di padukuhan ini"
Anak-anak muda murid Ki Wandawa itu termangu-manggu
sejenak. Namun merekapun kemudian bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Namun terdengar suara Ki Mina yang menggelegar, hampir tidak ada bedanya dengan suara Ki Wandawa "Biarkan mereka pergi. Jika kau berusaha menangkap mereka, maka aku ukan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempersilahkan Ki Wandawa untuk membantu mereka. Aku tidak akan turut campur lagi apapun yang akan terjadi disini"
"Tetapi mereka sudah menghancurkan sendi-sendi pranatan di padukuhan ini"
"Ki Tantiya juga pernah melakukannya. Tetapi tidak
seorangpun yang mempersoalkannya pada waktu itu. Ki
Tantiya beralaskan kelebihannya telah berbuat sesuatu yang menyakiti hati orang lain"
Sepupu Tantiya itu termangu-mangu sejenak. Namun ketika ia masih akan berbicara lagi, paman Tantiya itupun berkata
"Silahkan Ki Sanak. Jika kalian akan meninggalkan halaman ini, silahkan. Kami tidak akan mengganggu kalian"
Anak-anak muda itupun kemudian tergeser ke pintu regol halaman. Kemudian turun ke jalan.
Sejenak kemudian, halaman ruman calon pengantin
perempuan yang urung itupun menjadi sepi. Namun
ketegangan masih saja tetap mencengkam.
Ternyata Wandawa telah menghentikan serangannya.
Pembicaraannya dengan orang yang tidak dikenal itu telah menyentuh hatinya. Karena itu, maka Wandawa itupun berniat untuk meninggalkan tempat itu. Ia telah memberikan isyarat kepada murid-muridnya untuk pergi dari halaman rumah calon pengantin yang telah menjadi berantakan itu.
Ternyata Wandawa itu telah memanjat sebatang pohon
sawo di sebelah rumah calon pengantin perempuan itu. Ia mengamati apa yang terjadi di rumah calon pengantin
perempuan itu dari atas sebatang dahan yang menyilang. Dari tempat itu pula ia telah melepaskan Aji Gelap Ngamparnya.
Namun karena ilmunya yang tinggi, maka ia mampu
mengacaukan sumber suaranya sehingga orang-orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di halaman rumah itu tidak mengetahui, ia berada dimana.
Tetapi ketika ia turun dari pohon sawo itu, Wandawa
terkejut. Seseorang telah menunggunya bersandar pada sebatang pohon sawo yang berdiri dekat dengan pohon sawo itu.
"Selamat malam, Ki Wandawa" sapa orang itu perlahan.
Ki Wandawapun langsung mengetahui, bahwa orang itulah yang telah mampu menyerap Aji Gelap Ngamparnya. Ki
Wandawapun sadar, bahwa orang itu tentu memiliki ilmu yang lebih tinggi dari ilmunya. Orang itu dapat mengetahui, dimana ia berada. Tetapi Ki Wandawa sendiri tidak dapat mengetahui dengan pasti, sumber suara yang telah menyerap Aji Gelap Ngamparnya itu.
"Siapakah kau, Ki Sanak?"
"Itu tidak penting Ki Wandawa. maaf jika aku melibatkan diri dalam persoalan ini. Aku hanya ingin menyelamatkan jiwa Ki Wandawa"
"Menyelamatkan jiwaku?"
"Aku yakin bahwa Ki Wandawa bukan seorang yang jahat.
Sejak semula aku mengikuti persoalan yang terjadi di rumah itu. Ki Wandawa telah memberi kesempatan perempuan dan anak-anak pergi dari bingkai serangan Aji Gelap Ngampar. Ki Wandawa tidak langsung bertindak terhadap orang-orang yang tidak terlibat dalam persoalan ini. Namun pada saat-saat terakhir, agaknya perasaan Ki Wandawa telah tersentuh api, sehingga hampir saja Ki Wandawa membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan Aji Gelap Ngampar itu.
Pembunuhan yang tidak pilih sasaran. Siapapun akan dapat menjadi korban. Bahkan orang yang tidak tahu menahu
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persoalannya. Ki Wandawa tidak akan dapat mengatakan bahwa orang-orang itu dengan sengaja dikorbankan untuk kepentingan pencapaian yang lebih besar, karena mereka tidak ada hubungannya sama sekali. Jika yang kau maksudkan seseorang yang sengaja dikorbankan itu adalah Sindu dan bakal isterinya itu, aku masih dapat mengerti. Tetapi tidak orang lain lagi"
Ki Wandawa menarik nafas panjang. Katanya kemudian
"Baiklah Ki Sanak. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Aku tidak akan mengganggu keluarga Tantiya dan Padni. Juga anaknya. Biar saja apa yang akan mereka lakukan. Biar saja anak itu menikah dan beranak-pinak. Aku tidak akan
mempedulikannya lagi"
"Ki Wandawa. Apakah ini berarti bahwa Ki Wandawa sudah memaafkan Ki Tantiya dan isterinya" Apakah ini berarti bahwa Ki Wandawa akan melupakannya?"
Wandawa termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Ya. Aku tidak mau disiksa oleh perasaan dendam seumur hidupku. Aku akan melupakannya. Aku akan
membebaskan diri dari beban perasaan dendamku"
"Sukurlah. Jika aku berkata bahwa aku berniat menyelamatkan jiwa Ki Wandawa maksudku adalah untuk
membebaskan perasaan Ki Wandawa dari kejaran perasaan bersalah karena Ki Wandawa telah membunuh banyak orang yang tidak bersalah. Pembunuhan, yang sia-sia, karena sekedar menuruti gejolak perasaan yang dipermainkan oleh dendam yang berkepanjangan"
"Terima kasih, Ki Sanak. Sekarang aku mengerti. Aku
benar-benar mengucapkan terima kasih dengan tulus, karena apa yang Ki Sanak lakukan itu juga dengan hati yang tulus http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula. Kita belum pernah berkenalan. Tetapi Ki Sanak telah membebaskan aku dari cengkaman perasaan bersalah itu"
"Ki Sanak. Jika seorang yang jahat membunuh seseorang"
maka ia akan dapat melupakannya sebelum darah orang itu kering. Tetapi aku yakin, bahwa Ki Sanak bukan orang semacam itu. Apalagi orang yang Ki Sanak bunuh itu orang yang tidak bersalah"
"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih, Ki Sanak.
Terima kasih. Aku minta diri"
"Silahkan Ki Sanak"
"Namun aku ingin mempersilahkan Ki Sanak singgah di
padepokanku. Padepokan kecil dari seberang bukit kecil di arah Utara itu. Aku telah memanfaatkan padang perdu di tepi hutan untuk membangun sebuah padepokan kecil serta tanah pendukungnya. Sawah dan ladang serta pategalan yang
subur" "Baiklah Ki Wandawa. Pada kesempatan lain, aku akan
singgah" Ki Wandawa itupun kemudian telah meninggalkan Ki Mina yang berdiri termangu-mangu. Namun ketika disadarinya bahwa para pengiring calon pengantin laki-laki yang batal itu telah berkumpul lagi, maka Ki Minapun segera beranjak pergi.
Sejenak kemudian, Ki Wandawapun telah berkumpul
dengan murid-muridnya di luar padukuhan. Sambil berjalan menjauhi lingkungan padukuhan itu, Wandawapun berkata
"Orang yang mampu meredam Aji Gelap Ngampar itu telah menyelamatkan jiwaku"
"Apa yang telah dilakukannya" Apakah jiwa guru
terancam?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudku, sebagaimana dikatakannya, yang diselamatkan adalah jiwaku. Bukan nyawaku.. Ia telah membebaskan jiwaku dari perasaan bersalah yang berkepanjangan"
"Perasaan bersalah yang mana guru?"
"Aku telah memberi contoh buruk kepada kalian. Selama ini aku telah mengabdikan diri kepada perasaan dendamku, sehingga aku telah terbelenggu karenanya. Dendam itu merupakan beban yang sangat berat yang harus aku usung diatas kepalaku. Tetapi orang tua itu telah memberikan petunjuk kepadaku, langsung atau tidak langsung, sehingga aku dapat meletakannya"
Muridnya itupun terdiam. Untuk beberapa saat mereka berjalan sambil berdiam diri.
Semakin lama mereka menjadi semakin jauh dari padukuhan yang pernah memberikan kenangan yang pahit itu.
Dalam pada itu, Tantiya dan Padni tidak mempunyai pilihan.
Ia terpaksa membawa anak laki-lakinya pulang. Ancaman Wandawa masih saja terngiang di telinganya.
Tetapi sepupunya itupun berkata kepadanya "Jangan takut.
Pernikahan itu dapat berlangsung sekarang"
Tetapi pamannyapun berkata "Jangan sekarang. Kita harus melihat kenyataan. Jangan biarkan orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban"
"Kita akan melawan orang itu, paman. Kita akan
mencarinya sehingga kita dapat menemukannya"
"Murid-muridnya akan menghalangi kita. Sudahlah. Bawa Sindu pulang. Kita akan melihat suasana. Bukankah pengantin perempuan itu tidak akan lari, sehingga meskipun pernikahan ini tertunda, tetapi masih dapat dibicarakannya lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Paman dan sepupu Tantiya itulah yang kemudian menemui orang tua calon pengantin perempuan untuk minta diri.
Pernikahan malam itu memang batal.
"Kita dapat membicarakannya pada kesempatan lain"
berkata paman Tantiya itu
"Tetapi ancaman itu?" bertanya ayah calon pengantin
perempuan itu. "Memang menyakitkan. Tetapi kita akan melihat suasana"
Ketika Tantiya dan isterinya mengajak Sindu pulang
bersama sepupu dan paman Tantiya serta beberapa orang pengiring, terdengar ibu calon pengantin perempuan itu menangis di ruang dalam.
"Sudahlah, Nyi" suaminya mencoba menenangkannya
"segala sesuatunya sudah lewat. Orang yang mengacaukan acara kita itu sudah pergi"
"Tetapi apa yang sudah kita persiapkan itu semuanya sia-sia kakang"
"Sudahlah. Yang penting kita semuanya selamat. Anak
perempuan kita juga selamat. Ia berada di sentong sekarang bersama kakak perempuannya. Ia memerlukan kau. Karena itu,
sebaiknya kau pergi ke biliknya. Tenangkan kegelisahannya, ketakutannya dan kekecewaannya"
Isterinya itupun kemudian bangkit dan pergi ke bilik anak perempuannya yang batal menikah malam itu.
Kakak perempuannya, seorang bibinya dan seorang kawan akrabnya berada didalam bilik itu.
Ketika ibunya masuk ke dalam bilik itu, maka anak
perempuannya itupun langsung mendekapnya. Tangisnya
yang sudah mereda itu bagaikan telah dikipasi lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu" terdengar suaranya di sela-sela tangisnya.
Ibunya mencoba menenangkannya sebagaimana ia menenangkan hatinya sendiri yang bergejolak. Jika ia pergi ke dapur, maka ia akan melihat hidangan yang sudah siap dihidangkan masih bertimbun. Nasi yang berbakul-bakul.
Berbagai macam lauk pauk. Bermacam-macam jenis makanan.
Sedangkan dibilik itu, ia melihat anak perempuannya yang sudah siap menjadi istri seorang laki-laki dan sudah direstui oleh kedua belah pihak, telah batal pula.
Tetapi jika ia teringat akan kata-kata suaminya, maka hatinya menjadi sedikit tenang.
"Semua sudah lewat Nyi. Yang penting kita semuanya
selamat. Anak perempuan kita juga selamat"
Dalam pada itu, Tantiya dan Padni menggandeng anak laki-laki pulang diringi oleh beberapa orang yang semula
mengiring calon pengantin laki-laki itu pergi ke rumah calon pengantin perempuan. Tetapi langkah mereka jauh lebih cepat dari pada saat mereka berangkat.
"Siapakah orang yang telah mengacaukan pernikahan itu, ayah" Apa pula yang telah dikatakannya" Meskipun aku tidak dapat menangkapnya secara utuh, tetapi serba sedikit aku dapat membayangkan apa yang telah terjadi. Apakah yang dikatakan orang itu benar, ayah?"
"Kita berbicara di rumah nanti Sindu"
"Aku tidak ingin membicarakannya ayah. Aku hanya
bertanya, apakah yang dikatakan itu benar?"
Tantiya tidak segera menjawab. Sehingga anaknya itu.
mendesaknya sekali lagi "Ayah, apakah yang terjadi benar seperti yang dikatakannya itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tantiya masih belum menjawab Namun dalam pada itu,
maka Padnipun tiba-tiba saja berlari mendahului iring-iringan itu. Tangisnya tidak dapat ditahan lagi, sehingga sambil berlari, air matanya berderai di pipinya.
Tantiya dan Sindu berlari menyusulnya.
"Nyi, Nyi" Padni tidak segera berhenti.
"Ibu, ibu" Ketika keduanya berhasil menyusul, maka Tantiya telah memegangi lengan Nyi Padni yang sebelah kiri, sedangkan anaknya-memegangi lengan kanannya.
"Maafkan aku ibu. Aku tidak akan mendesak lagi"
Tangis Nyi Padnipun itupun telah tumpah tanpa dapat
dikendalikan lagi, sehingga Nyi Padni itu telah berjongkok di tengah jalan. Semakin ia mencoba menahan tangisnya, maka terasa dadanya menjadi semakin sesak.
"Sudahlah Nyi. Kita dapat berbicara di rumah nanti. Jangan menangis di tengah jalan seperti ini. Kita nanti akan dapat menjadi tontonan"
Tantiya dan anak laki-lakinya berusaha untuk menarik Padni agar berdiri.
Orang-orang yang mengiringkannya, hanya termangumangu saja. Mereka berdiri dengan gelisah. Tetapi mereka dapat mengerti, bahwa kegagalan pernikahan Sindu telah sangat memukul perasaan kedua orang tuanya.
Paman dan saudara sepupu Tantiya itu ikut pula mencoba menenangkan perasaan Nyi Padni itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian tangis Nyi Padnipun mereda.
Perlahan-lahan ia bangkit berdiri. Kemudian melangkah, melanjutkan menempuh jalan pulang.
Demikian mereka sampai di rumah, maka orang-orang yang ikut mengiringkan Sindu itu ke rumah calon isterinya yang batal itupun telah minta diri.
Demikian pula penunggu banjar yang juga diminta untuk mengiring calon pengantin laki-laki itu. Seperti juga tetangga-tetangganya yang lain, maka iapun telah minta diri pula.
"Terima kasih, terima kasih" berkata Tantiya kepada
tetangga-tetangganya itu.
Ketika penunggu banjar dan isterinya itu sampai di banjar, mereka melihat Ki Mina dan Nyi Mina duduk di serambi samping banjar padukuhan itu.
Ki Mina dan Nyi Mina bangkit berdiri dan turun ke halaman samping.
Sambil tersenyum Ki Mina itupun berkata "Sebenarnya aku ingin melihat upacara pernikahan itu, Ki Sanak. Tetapi kedua anakku itu begitu menjatuhkan diri langsung tidur. Aku tidak sampai hati meninggalkan mereka"
"Untunglah kau tidak pergi ke rumah calon pengantin
perempuan itu Ki Sanak"
"Kenapa?" "Suasananya menjadi kacau. Ada persoalan yang menghambat dan bahkan membatalkan pernikahan itu?"
"Membatalkan" Bagaimana terjadinya?"
"Aku akan berganti pakaian dahulu. Nanti aku ceriterakan kenapa upacara pernikahan itu batal"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang suami isteri penunggu banjar itupun
meninggalkan Ki Mina dan Nyi Mina. Keduanyapun segera berganti pakaian. Penunggu banjar itu kemudian benar-benar pergi menemui Ki Mina ke banjar, sedangkan isterinya pergi ke dapur untuk merebus air.
Agaknya penunggu banjar itu masih belum mengantuk,
sehingga ia minta isterinya menyediakan minuman panas.
Penunggu banjar itupun kemudian mengajak Ki Mina dan Nyi Mina duduk di pendapa agar mereka tidak mengganggu kedua orang perempuan yang diakui anak oleh Ki Mina dan Nyi Mina itu. Nampaknya keduanya memang letih sehingga tidurnya nampaknya nyenyak sekali.
Di pendapa penunggu banjar itu berceritera tentang
kedatangan Wandawa. Tentang dendamnya sejak dua puluh tahun yang lalu, sehingga Wandawa itu membatalkan
pernikahan anak Tantiya dan Padni yang pernah menyakiti hatinya.
"Apakah orang-orang yang ada di tempat upacara itu tidak berbuat apa-apa?"
"Kami tidak dapat berbuat apa-apa. Orang yang mengganggu upacara itu mempunyai Aji Gelap Ngampar,
sehingga kamai semua hampir mati dibuatnya"
"Gelap Ngampar?"
"Ya. Samacam Aji yang jarang ada bandingnya" Penunggu banjar itupun kemudian berceritera tentang seseorang yang tidak dikenal yang datang untuk melerainya. "Agaknya orang itupun memiliki ilmu yang lebih tinggi atau setidak-tidaknya setingkat dengan orang yang bernama Wandawa itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kenapa Wandawa itu berusaha untuk membatalkan pernikahan itu?"
Penunggu banjar itupun kemdian herceritera tentang
hubungan antara Wandawa, Padni dan Tantiya duapuluh
tahun yang lalu. Ki Mina dan Nyi Mina mendengarkannya dengan sungguhsungguh. Seakan-akan ceritera yang diucapkan penunggu banjar itu belum pernah mereka dengar.
Demikian penunggu banjar itu selesai berceritera, maka Ki Minapun bertanya "Apakah ceritera itu benar atau sekedar celoteh Wandawa itu saja, Ki Sanak"
"Benar. Ceritera itu benar terjadi. Kami dan masih banyak lagi orang-orang padukuhan itu yang mengetahui. Tantiya waktu itu memang berbuat semena-mena. Tetapi Padnipun bersalah pula. Ia sudah dipertunangkan dengan Wandawa.
Bahkan sudah sampai saatnya mereka menikah. Tiba-tiba saja datang Tantiya. Tanpa merasa takutdan tanpa merasa
bersalah. Padni itu dibawanya"
"Bagaimana dengan orang-orang Padni sendiri?"
"Mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tidak berani menentang
keluarga Tantiya. Apalagi Padni sendiri mengancam akan membunuh diri jika ia diambil dari sisi Tantiya"
Ki Mina mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
berkata "Tetapi dendam Wandawa itu sudah dapat
ditumpahkan malam ini, Ki Sanak. Sehingga agaknya ia sudah tidak lagi mendendam"
"Tentu masih" sahut penunggu banjar itu "Wandawa
mengancam bahwa Sindu tidak akan pernah dapat menikah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan dengan siapapun. Ia akan membunuh calon isterinya itu jika rencana pernikahan itu akan dipaksakan pada kesempatan lain"
"Mungkin karena ia masih marah waktu itu. Tetapi
kemarahan dan dendamnya itu akan runtuh"
"Sudah dua puluh tahun, Ki Sanak. Dua puluh tahun.
Bayangkan. Dua puluh tahun adalah waktu yang panjang. Itu adalah pertanda bahwa dendam itu akan selalu memanasi jantungnya disepanjang umurnya"
"Tentu tidak, Ki Sanak. Jika saja ada seseorang, lebih baik orangtua, yang pada masa-masa lampau itu disegani oleh Wandawa"
"Jika ada seseorang yang lebih orang tua, apa yang harus dilakukannya?"
"Orang itu dapat mendatangi Wandawa dan menjembatani hubungan antara Tantiya dan Wandawa itu"
"Siapa yang berani mendatangi Wandawa" Apalagi tidak seorangpun yang tahu, dimana ia tingggal"
"Ki Sanak. Kami sudah sering menempuh perjalanan.
Bahkan sebelumnya kami berdua memang pengembara. Aku pernah mendengar bahwa di seberang gumuk kecil di arah Utara itu terdapat sebuah padepokan. Pemimpin padepokan itu bernama Wandawa. Mungkin, tetapi hanya satu
kemungkinan, bahwa Wandawa itu adalah Wandawa yang Ki Sanak maksudkan"
"Di seberang gumuk kecil itu?"
"Ya" Penunggu banjar itu mengangguk-angguk. Katanya "Aku
mengenal orang itu dengan baik. Sejak ia masih muda. Sejak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duapuluh tahun yang lalu.. Waktu itu ia adalah seorang anak muda yang baik. Rajin sekali bekerja. Ia memang tidak kaya sebagaimana Tantiya. Tetapi dengan kerja keras sebagaimana dilakukan waktu itu, maka kehidupan keluarganya semakin hari menjadia semakin baik. Jika ia kemudian berkeluarga, agaknya ia akan bertanggung jawab terhadap keluarganya"
Ki Mina dan Nyi Mina mengangguk-angguk. Sementara
penunggu banjar itupun berkata "Tetapi musibah itu terjadi.
Tantiya telah memasuki jalan hidupnya dan bahkan
menghancurkannya, sehingga keluarganya benar-benar telah hancur. Anak itu menghilang selama dua puluh tahun. Baru kemudian ia muncul kembali setelah ia mengalami banyak sekali perubahan. Kasihan anak itu. Selama dua puluh lima tahun ia harus mengusung dendam itu. Bahkan mungkin
masih akan berkepanjangan"
"Ki Sanak mengenal orang itu dengan baik?"
"Ya. Aku mengenalnya dengan baik"
"Apakah Ki Sanak dapat mengunjungi padepokan di
seberang gumuk kecil itu?"
Penunggu banjar itu termangu-mangu. Namun kemudian
katanya "Aku tidak yakin bahwa kedatanganku akan diterima dengan baik oleh Wandawa"
"Apakah nampaknya sekarang Wandawa itu begitu jahat?"
"Tidak Ki Sanak" penunggu banjar itu berhenti sejenak menurut penilaianku, ia masih tetap baik. Ketika ia
melontarkan Aji Gelap Ngampar, ia masih sempat memberi peringatan kepada Tantiya untuk membawa Padni pergi.
Bagaimanapun juga, ia tentu tidak akan dapat melihat Padni terkapar di halaman rumah calon menantunya yang batal itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bukankah ia bukan seorang yang jahat" Jika Ki Sanak bersedia pergi ke seberang bukit, besok kita pergi bersama-sama. Aku bersedia menemani Ki Sanak singgah di padepokan itu"
"Apakah itu tidak akan mengganggu perjalanan Ki Sanak yang kebetulan bersama dengan kedua orang anak
perempuan Ki Sanak" "Aku hanya akan menemani Ki Sanak sampai ke padepokan itu. Aku akan segera meneruskan perjalanan. Besok Ki Sanak pulang sendiri"
Penunggu banjar itu mengangguk-angguk. Namun kemudian katanya "Baiklah. Besok aku akan mengajak anakku.
Ia kawan baik Wandawa. Rumahnya hanya di sebelah dinding halaman ini. Biarlah esok menjelang fajar aku menemuinya dan mengajaknya. Mudah-mudahan ia tidak mempunyai
keperluan lain" -ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 TERNYATA penunggu banjar itu telah tertarik untuk benarbenar menemui Wandawa. Jika
benar yang tinggal di padepokan
di sebelah gumuk kecil itu
adalah Wandawa, maka ia akan
dapat berbicara tentang sikapnya. "Jika aku bermaksud baik,
maka ia tentu akan menanggapi
dengan baik pula. Aku tidak
pernah menyakiti hatinya. Anakku juga tidak pernah. Seingatku, anakku itu adalah
kawan akrab Wandawa dua puluh tahun yang lewat. Ketika niatnya itu disampaikan kepada isterinya, maka isterinya itupun menjadi cemas.
"Wandawa sekarang adalah seorang yang garang, kakang"
berkata isterinya. "Tetapi ia bukan orang jahat, Nyi"
"Untuk apa kakang datang menemuinya" Bukankah kita
tidak mempunyai kepentingan langsung dengan orang itu?"
"Aku ingin hubungannya dengan rakyat padukuhan ini
menjadi lebih baik" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang tentu akan dianggapnya membela Tantiya dan
Padni. Jika Wandawa menjadi mata gelap, maka kakang akan menjadi sasaran kemarahannya"
"Tidak, Nyi. Aku masih melihat sepercik kelembutan
diantara sikapnya yang garang itu. Bukankah sejak semula Wandawa adalah seorang yang baik. Seorang yang lugu. Ia tidak pernah berpikir macam-macam. Ia bekerja dari pagi sampai petang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya"
"Karena itulah maka sikap Tantiya sangat menyakiti
hatinya. Dendamnya telah mengendap di hatinya selama dua puluh tahun dan baru semalam dendam itu tertumpah"
"Aku berharap bahwa dengan demikian dendamnya sudah
mereda. Sehingga dengan demikian ia dapat berpikir lebih jernih"
"Dengan siapa kakang akan pergi menemui Wandawa?"
"Dengan suami isteri yang membawa kedua anak
perempuannya itu. Tetapi aku juga akan mengajak Mungguh untuk menemani aku pulang, karena kedua orang suami isteri itu akan langsung melanjutkan perjalanan"
"Tetapi hati-hatilah kakang. Wandawa sudah berubah"
"Bukankah aku dan Mungguh tidak pernah menyakiti
hatinya?" "Apakah ia masih sempat mengingat hubungan baik seperti itu, kakang"
"Tetapi niatku baik, Nyi. Aku ingin Wandawa meletakkan dendamnya, sehingga ia dapat berhubungan kembali dengan sanak kadang di padukuhan ini"
"Tetapi apakah Wandawa yang tinggal di padepokan itu benar-benar Wandawa yang kita kenal itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mudah-mudahan Nyi. Tetapi seandainya bukan, tentu tidak akan menimbulkan masalah"
Isterinya tidak dapat mencegahnya. Agaknya suaminya
menaruh perhatian yang sangat besar terhadap keadaan Wandawa yang dicengkam oleh perasaan sakit hati yang sudah bertahun-tahun itu.
"Jika saja kakang dapat membebaskannya"

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

desis perempuan itu. Sebenarnyalah, ketika fajar menyingsing, pada saat Ki Mina, Nyi Mina, Wandan dan Wiyati berbenah diri, maka penunggu banjar itupun telah pergi ke rumah Mungguh, anaknya.
Mungguh yang masih tidur mendekur telah dibangunkan
oleh isterinya. "Bapak datang kemari mencarimu"
"Ada apa?" bertanya Mungguh sambil menguap.
"Entahlah" "Apa yang dicarinya pagi-pagi buta ini" Mungguh itupun bergeremang.
Tetapi Mungguh terpaksa bangkit dari pembaringannya dan keluar dari biliknya.
"Ada apa ayah?" bertanya Mungguh yang masih berselimut kain panjangnya itu.
"Aku akan mengajakmu pergi sebentar"
"Kemana?" "Ke balik bukit"
"Ke balik bukit" Ada apa?"
"Kita temui Wandawa"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wandawa yang kemarin hampir membunuhi orang-orang
padukuhan ini atau Wandawa yang lain?"
"Wandawa yang itu. Yang semalam datang menggagalkan
pernikahan anak Tantiya"
"Buat apa" Apakah kita ingin mengantarkan kepala kita kepadanya?"
"Tidak, Mungguh. Aku yakin bahwa kedatangan kita akan diterimanya dengan baik karena kita memang bermaksud baik"
"Apakah urusan kita dengan Wandawa?"
"Aku kasihan kepda Wandawa yang tentu merasa hidupnya selalu dicengkam oleh perasaan dendamnya, sehingga ia tidak akan pernah merasakan betapa kehidupan ini terasa ceria.
Akupun kasihan kepada Sindu yang tidak tahu menahu
persoalannya, harus memikul akibatnya"
"Bukankah itu bukan urusan kita, ayah"
"Jika kita pergi menemui Wandawa itu adalah karena
kepedulian kita terhadap sesama kita. Mungkin sesama kita justru merasa bahwa persoalannya telah dicampuri. Bahkan mungkin mereka merasa tersinggung. Tetapi niat kita baik.
Itulah bekal kita" Mungguh menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun
berkata "Tetapi nanti malam kita sudah berada di rumah, ayah"
"Ya. Kita hanya pergi ke sebelah bukit"
"Memang hanya disebelah bukit. Tetapi jika kita pergi kesana, maka kita memerlukan waktu yang cukup panjang.
Lewat matahari sepenggalah kita baru akan sampai"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahkan mungkin lebih, Mungguh"
"Apakah kita akan merayap seperti siput"
"Kita akan berjalan bersama seorang laki-laki yang
barangkali lebih tua dari aku. Seorang perempuan tua, isteri laki-laki itu, dan kedua orang anaknya perempuan.
"Kenapa kita harus berjalan bersama mereka?"
"Mereka bermalam di banjar semalam. Mereka kemalaman di perjalanan"
Mungguh menarik nafas. Katanya "Pokoknya kita harus
kembali sebelum senja. Aku sudah berjanji untuk pergi ke rumah Darsa"
"Darsa yang isterinya baru saja melahirkan?"
"Ya. Malam nanti aku sudah sanggup untuk mengaji
dirumahnya bersama-sama beberapa orang"
"Kita sudah berada di rumah sebelum senja. Mungkin kita berjalan lambat saat kita berangkat. Tetapi kita akan berjalan lebih cepat saat kita pulang"
"Baiklah. Aku akan memberitahukan kepada isteriku.
Kemudian mandi dan berbenah diri. Baru kita akan berangkat"
Pagi itu, sebelum matahari terbit, maka orang-orang yang akan menempuh perjalanan keseberang bukit kecil itu sudah meninggalkan padukuhan. Seperti yang dikatakan oleh
ayahnya, Mungguh hampir tidak telaten berjalan bersama dengan perempuan.
Tetapi ia tidak dapat berjalan mendahului mereka.
Meskipun rasa-rasanya mereka merangkak perlahan sekali.
Ketika matahari sudah sepenggalah, mereka masih saja berjalan melingkar bukit kecil itu. Panas mulai terasa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggigit kulit. Keringatpun membasahi pakaian mereka yang berjalan di bawah panasnya matahari.
Baru menjelang tengah hari mereka sampai di seberang bukit.
Dihadapan mereka terhampar dataran yang cukup luas.
Dataran yang diwarnai dengan hijaunya tanaman padi di sawah. Nampaknya tanah yang membentang sampai ke
cakrawala itu adalah tanah yang subur.
"Dimanakah padepokan itu?" bertanya penunggu banjar itu.
"Kita akan pergi ke padukuhan yang nampak di tengahtengah ngarai itu.. Mungkin orang-orang padukuhan itu dapat menunjukkan letak padepokan yang dipimpin oleh Ki
Wandawa" Penunggu banjar itu mengangguk-angguk, dikejauhan
mereka melihat ada dua atau tiga padukuhan yang seakanakan berdiri ditengah-tengah lautan yang hijau. Sedangkan sederet yang lain nampak memagari batas langit.
Mungguh itu mengeluh. Bukan karena letih. Tetapi karena mereka berjalan terlalu lambat.
Namun akhirnya merekapun mendekati padukuhan yang
terdekat. Namun ketika mereka menjadi semakin dekat, maka
agaknya yang mereka dekati bukannya sebuah padukuhan kecil. Tetapi sebuah padepokan yang dikelilingi oleh pategalan yang luas, padang rumput yang digelar diantara pepohonan yang mulai tumbuh menjadi besar.
"Kita mendekati sebuah padepokan" berkata Ki Mina.
"Ternyata kita meniti jalan yang benar" desis penunggu banjar itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, mereka telah berada di pintu gerbang sebuah padepokan. Dua orang cantrik yang berjaga-jaga dibelakang pintu dengan ramah menyapa nereka.
"Siapakah Ki Sanak yang datang dalam iring-iringan kecil"
apa pula keperluan Ki Sanak?"
"Kami ingin bertemu dengan Ki Wandawa" jawab Ki Mina.
"Marilah. Silahkan. Aku akan menyampaikannya.
Iring-iringan itupun kemudian dipersilahkan naik dan duduk di pendapa. Sementara itu, cantrik itupun kemudian pergi ke ruang dalam untuk memberi tahukan kehadiran beberapa orang tamu.
Sejenak kemudian cantrik itupun keluar pula ke pendapa sambil berkata "Guru mempersilahkan Ki Sanak menunggu.
Guru juga sedang menerima tamu di dalam"
"O" Ki Minilah yang menyahut "Kami akan menunggu.
Mudah-mudahan kami tidak mengganggu"
Namun mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
Beberapa saat kemudian, orang yang disebut Ki Wandawa itupun telah keluar dari ruang dalam bersama seorang anak muda.
Ternyata mereka yang keluar dari ruang dalam itu terkejut.
Sedangkan yang berada di pendapapun terkejut pula.
Yang keluar dari ruang dalam bersama Ki Wandawa itu
adalah Sindu. Calon pengantin yang telah digagalkan oleh Ki Wandawa itu. Sementara Ki Wandawa dan Sindu itupun
terkejut, bahwa yang datang itu diantaranya adalah penunggu banjar bersama anaknya, Mungguh.
"Aku tidak menyangka bahwa kita akan bertemu dalam
keadaan seperti ini" berkata Ki Wandawa "kedatanganmu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejutkan aku Mungguh. Apalagi bersama paman dan
empat orang tidak aku sangka-sangka akan singgah di
padepokanku ini" "Kau kenal dengan mereka Wandawa?" bertanya penunggu banjar itu.
"Hanya seorang yang aku kenal, paman"
"Yang mana?" "Laki-laki diantara ketiga orang perempuan itu"
"Kau kenal orang itu?"
"Aku mengenalnya, tetapi aku tidak mengenal namanya"
"Dimana kau mengenalnya?"
"Semalam. Orang itulah yang telah meredam ilmuku yang akan menghancurkan padukuhan itu"
"He" Apakah yang kau katakan itu bukan sekedar
mimpimu?" "Bukan paman. Orang itu adalah orang yang berilmu sangat tinggi. Jika semula aku merasa tidak terkalahkan, tetapi demikian orang itu hadir, maka aku merasa betapa kecilnya aku ini"
"Tetapi ketika aku pulang dari rumah calon pengantin perempuan yang urung itu, orang ini ada di banjar, karena malam itu ia kemalaman dan bermalam di banjar padukuhan"
"Ia tidak sungguh-sungguh kemalaman. Tetapi aku sangat berterima kasih kepadanya, paman. Karena kehadirannya, maka jiwaku telah diselamatkannya"
"Apakah jiwamu terancam?"
"Ya. Jiwaku. Bukan nyawaku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak mengerti"
"Tetapi aku belum mengucapkan selamat datang kepada
paman dan Mungguh. Bukankah paman, Mungguh dan Ki
Sanak semuanya baik-baik saja."
Kami baik-baik saja Wandawa" penunggu banjar itulah yang menjawab "bagaimana dengan kau dan seisi padepokanmu?"
"Semuanya baik-baik saja paman"
"Sukurlah. Tetapi aku masih belum mengerti kenapa kau sebut orang ini berilmu sangat tinggi serta yang telah meredam ilmumu yang nggegirisi itu?"
Wandawa menarik nafas panjang. Katanya "Aku sendiri tidak mengerti, kenapa orang itu mampu melakukannya" Ki Wandawapun kemudian bertanya kepada Ki Mina "Ki
Sanak. Semalam kau belum menyebutkan namamu" Ki Mina tersenyum. Katanya "Namaku Mina, Ki
Sanak, Orang orang memanggilku Ki Mina. Perempuan ini adalah isteriku, sedang kedua orang yang lain adalah anak-anakku"
"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih, Ki Mina. Akupun berterima kasih pula atas kesediaan Ki Mina singgah di padepokanku yang sunyi ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku berusaha sungguh-sungguh untuk dapat singgah.
Bahkan aku telah mengajak seorang yang dianggap tua di padukuhanmu bersama anaknya"
"Kedatangan kalian semuanya memang tidak aku duga" lalu katahya kepada Mungguh "Mungguh. Sudah lama kita tidak bertemu. Kita sudah menjadi tua sekarang"
"Sudah sekitar duapuluh tahun Wandawa. Memang sudah
lama "penghuni padukuhan, bahwa aku datang dengan cara yang sangat buruk. Aku benar-benar telah dibakar oleh gejolak perasaanku. Selama dua puluh tahun aku mengusung dendam diatas kepalaku, sehingga ketika aku melihat
kesempatan itu, aku tidak dapat mengendalikan diri lagi. Aku telah
berusaha untuk membalas dendam tanpa mempergunakan nalar budi"
"Semuanya sudah lewat, Wandawa. Ternyata tidak terjadi apa-apa"
"Ya. Tidak terjadi apa-apa. Tetapi pernikahan angger Sindu itu tetap batal"
"Sebenarnyalah aku tidak mengerti" berkata penunggu
banjar itu "apa yang sebenarnya telah terjadi semalam. Kau katakan bahwa Ki Minalah yang telah meredam ilmumu yang mengerikan itu. Tetapi sekarang aku temukan angger Sindu ada disini"
"Pagi-pagi buta angger Sindu telah datang ke padepokan ini" berkata Ki Wandawa.
"Kenapa ia datang kemari" Apakah angger Sindu tidak
merasa takut kepadamu atau angger Sindu memiliki ilmu melampaui tingkat ilmumu?"
"Tidak, kek. Tidak" jawab Sindu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi apa yang telah kau lakukan?"
Sindu menarik nafas panjang. Sementara itu Wandawalah yang berceritera "Untunglah bahwa aku telah bertemu dengan Ki Mina sebelumnya, sehingga ketika angger Sindu datang kemari, tidak ada apa-apa yang terjadi"
"Untuk apa kau kemari, ngger?"
Ki Wandalah yang kemudian berceritera kepada orangorang yang duduk bersamanya. Ki Wandawa ternyata hampir semalam suntuk tidak dapat tidur. Hanya kadang-kadang saja ia terlena di pembaringannya. Matanya terpejam. Ingatan terbang sesaat. Namun sejenak kemudian ia telah terbangun lagi.
Rasa-rasanya seluruh tubuhnya terasa sakit oleh perasaannya yang sakit. Orang yang kemudian diketahuinya bernama Ki Mina itu telah menyalahkan sepeletik sinar di dalam hatinya, sehingga ia mulai dapat melihat kembali baik dan buruk.
Wandawa ternyata menyesali sikapnya. Ia telah membuat seluruh padukuhan menjadi gelisah. Bahkan ia telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan.
Tetapi penyesalan itu tidak akan timbul seandainya ia tidak bertemu dengan seseorang yang kemudian diketahuinya
bernama Ki Mina. Di sisa malam itu benar-benar sulit bagi Ki Wandawa untuk dapat tidur. Bara di dini hari, Ki Wandawa itu terlena pula sesaat.
Namun baru sesaat Ki Wandawa itu tertidur, maka iapun sudah dibangunkan oleh seorang cantriknya.
"Ada apa?" bertanya Ki Wandawa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sindu datang kemari, guru"
"Sindu. Sindu siapa?"
"He?" tiba-tiba saja darahnya yang serasa
sudah mengendap itu telah mendidih lagi. Wandawa tiba-tiba saja berprasangka buruk terhadap Sindu.
"Anak itu tentu akan menantangku berperang tanding"
berkata Wandawa didalam hatinya.
Dengan tergesa-gesa Ki Wandawapun keluar dari bangunan induk padepokannya untuk menemui Sindu yang sudah duduk di pringgitan.
Demikian Ki Wandawa keluar dari pintu pringgitan, maka Sindupun tergesa-gesa berdiri. Kemudian anak muda itupun mengangguk dalam-dalam.
"Hormatku bagi Ki Wandawa. Aku mohon maaf bahwa aku
datangi terlalu pagi sehingga mengganggu saat Ki Wandawa beristirahat "
Semula Ki Wandawa memang merasa heran, bahwa
demikian cepatnya Sindu telah berada di padepokannya.
"Apakah anak ini memiliki Aji Sepi Angin?" bertanya Ki Wandawa didalam hatinya.
Namun ketika terdengar suara seekor kuda di halaman, maka Ki Wandawa tahu bahwa Sindu tentu datang dengan naik kuda Dan bahkan ia telah memacu kudanya berlari sangat kencang.
Dengan nada tajam Ki Wandawa itupun menyahut "Kau
tidak usah membungkuk hormat seperti kepada gurumu.
Katakan, apa maumu datang kemari" Apakah kau menantang aku untuk berperang tanding?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Ki Wandawa. Sama sekali tidak"
"Lalu apa maumu?"
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Ki
Wandawa" "Tentang apa" Tentang kedatanganku menggagalkan
pernikahanmu?" "Antara lain, Ki Wandawa. Tetapi aku sama sekali tidak akan menuntut apa-apa. Aku hanya ingin bertanya"
Ki Wandawa memandang Sindu dengan penuh kecurigaan.
Tetapi Sindu sendiri tidak mengesankan permusuhan. Sindu masih
saja berdiri sambil ngapu-rancang. Wajahnya menunduk. Pandangan matanya jatuh didepan ujung kaki Ki Wandawa.
Darah Ki Wandawapun mulai mendingin. Meskipun
demikian ia masih saja bersikap hati-hati.
"Duduklah" berkata Ki Wandawa.
Sindupun kemudian duduk. Kepalanya masih tetap
menunduk. Sedangkan Ki Wandawa duduk di hadapannya
meskipun masih tetap menjaga jarak.
"Katakan. Apa maksudmu datang kemari?"
Sindu menarik nafas dalam-dalam. Sesaat ia mengangkat wajahnya. Namun kemudian wajah itu kembali menunduk.
"Ki Wandawa" berkata Sindu kemudian dengan suara yang berat "Aku ingin bertanya, apakah kejadiannya benar seperti yang aku dengar semalam?"
"Kejadian apa?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang dilakukan oleh ayah dan ibuku" Pertanyaan itu
ternyata telah menyentuh perasaan Ki Wandawa. Sekilas terngiang


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali kata-kata orang yang kemudian diketahuinya bernama Ki Mina, yang telah memancar terang di hatinya.
Dengan suara yang bergetar Ki Wandawapun bertanya
"Untuk apa kau ingin mengetahui, apakah peristiwa itu benar terjadi atau tidak"
"Aku harus mengambil sikap, Ki Wandawa. Aku sudah
dewasa sekarang. Aku bukan lagi bayi yang baru dilahirkan, yang tidak tahu apa-apa tentang keberadaannya"
"Kenapa kau tidak bertanya kepada ayah dan ibumu?"
"Apakah mereka dapat berkata jujur" Meskipun aku belum mencobanya bertanya kepada ayah, namun aku tidak yakin, bahwa ayah akan berkata jujur. Sedangkan ibu agaknya masih belum dapat mendengar pertanyaan tentang kebenaran
peristiwa lebih dari duapuluh tahun yang lalu itu. Ketika aku bertanya di perjalanan pulang semalam, maka ibu hanya dapat menangis hingga nafasnya menjadi sesak"
Ki Wandawa termangu-mangu sejenak. Katanya "Apakah
kau yakin bahwa aku akan menjawab dengan jujur?"
"Aku berharap, Ki Wandawa. Setidak-tidaknya aku akan dapat memperbandingkan dengan jawaban ayahku nanti"
"Sindu. Pulanglah. Jangan kau ingat lagi peristiwa yang sudah terjadi semalam. Katakan kepada ayah dan ibumu, bahwa akupun sudah melupakannya. Aku tidak akan
mengganggumu lagi seandainya orang tuamu menyambung
lagi pembicaraan tentang pernikahanmu. Katakan kepada calon mertuamu, bahwa aku minta maaf atas ketelanjuranku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Wandawa, aku mengucapkan terima kasih atas
kesediaan Ki Wandawa untuk melupakan semuanya yang telah terjadi semalam. Tetapi Ki Wandawa belum menjawab
pertanyaanku, apakah peristiwa lebih dari dua puluh tahun yang lalu itu benar-benar telah terjadi?"
Ki Wandawa menarik nafas dalam-dalam. Katanya kemudian "Sudahlah Sindu. Bukankah tidak ada gunanya lagi bagimu untuk mengetahui, apakah peristiwa lebih dari dua puluh tahun itu benar terjadi"
"Ada, Ki Wandawa. Aku akan dapat menilai kejujuran kedua orang tuaku"
"Itu tidak ada gunanya lagi, Sindu. Sudahlah. Pulanglah.
Katakan kepada orang tuamu dan calon mertuamu, bahwa aku minta maaf kepada mereka dan seisi padukuhan"
Tetapi Sindu masih saja mendesaknya.
Tetapi sebelum Ki Wandawa menjawab, maka seorang
cantrik telah menemui mereka sambil berkata "Minumnya sudah kami sediakan di ruang dalam, guru"
"Baik. Terima kasih" sahut Ki Wandawa
Ketika cantrik itu meninggalkan pringgitan, Ki Wandawapun berkata "Marilah ngger. Masuklah. Kita akan minum minuman hangat di ruang dalam"
Sindu tidak menolak. Ketika Ki Wandawa bangkit dan pergi ke ruang dalam, Sindupun telah mengikutinya.
Demikian mereka duduk, maka Ki Wandawapun mempersilahkan "Minumlah, mumpung masih hangat"
Sindupun tidak menolak. Iapun kemudian menghirup
minuman hangat itu. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menyodorkan ketela yang direbus dengan legen
kelapa yang masih mengepul, Ki Wandawapun berkata
"Marilah. Makanlah. Kau tidak usah mencari kebenaran tentang peristiwa lebih dari duapuluh tahun yang lalu"
Sindupun memungut ketela rebus yang masih hangat itu sambil berkata "Aku akan menunggu disini sampai Ki
Wandawa memberitahukan kebenaran itu"
Ki Wandawa menarik termangu-mangu sejenak. Namun
katanya "Marilah ngger. Makan dan minumlah. Ini adalah hasil yang dipanen sendiri oleh para cantrik. Pategalan kami cukup luas disamping berbahu-bahu sawah yang terhitung subur sesubur tanah di sekitar padukuhanmu"
Sindu masih juga makan ketela rebus dan sekali-sekali meneguk minuman hangat. Wedang sere dengan gula kelapa
"Kami menanam sere di kebun. Kamipun membuat gula
kelapa sendiri. Di pategalan ada berpuluh batang pohon kelapa Ada beberapa batang yang diambil legennya untuk membuat gula kelapa"
"Menarik sekali, Ki Wandawa"
"Semuanya itu merupakan dukungan bagi padepokan
kecilku ini" "Ki Wandawa" bertanya Sindu kemudian "apa pertimbangan Ki Wandawa sehingga Ki Wandawa membuat sebuah
padepokan di sini, yang hanya berseberangan sebuah bukit kecil saja dari padukuhan kami?"
"Tidak apa-apa ngger. Tidak ada pertimbangan apapun
selain karena kami telah mendapatkan tanah yang cukup luas dan baik disini. Ki Demang Pulosari telah memberi ijin kepada kami untuk menjadikan padang perdu yang luas di pinggir http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan ini untuk digarap menjadi tanah pertanian. Bahkan Ki Demang sudah memberikan ijin kepada kami untuk
membendung kali yang tidak begitu besar itu, agar kami dapat menaikkan airnya untuk mengairi sawah kami. Bahkan
akhirnya kami menemukan mata air yang cukup besar di kaki bukit itu, yang airnya cukup deras untuk mengairi sawah dan ladang kami. Kamipun telah membuat beberapa belumbang untuk memelihara berbagai jenis ikan"
Sindu mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
bertanya "Apakah sejak semula
Ki Wandawa sudah merencanakan untuk membalas dendam atas sakit hati Ki Wandawa oleh peristiwa dua puluh tahun yang lalu itu?"
Ki Wandawa mehiandang wajah Sindu sekilas. Namun Sindu itupun segera menundukkan kepalanya
Dengan suara yang parau Ki Wandawa berkata "Ya. Aku
tidak dapat ingkar, bahwa aku memang mempunyai niat yang demikian"
"Jadi peristiwa lebih dari dua puluh tahun itu benar terjadi Ki Wandawa?"
Agaknya Ki Wandawa memang sulit untuk menghindari
pertanyaan yang dilontarkan oleh Sindu itu. Bahkan Sindu seakan-akan selalu mengejarnya tanpa memberi kesempatan untuk mengelakkan diri.
Karena itu, maka akhirnya Ki Wandawa itu berkata "Baiklah aku berkata jujur kepadamu, ngger. Peristiwa itu memang terjadi lebih dari dua puluh tahun yang lampau. Hatiku telah disakiti oleh sikap ayah dan ibumu, sehingga lebih dari dua puluh tahun, aku disiksa oleh perasaan dendam yang
mendalam. Sehingga seakan-akan aku hidup dalam dua
pribadi yang bertentangan. Dari guruku aku mendapat
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuntunan yang baik. Yang harus aku jabarkan dalam hidupku sehari-hari. Apalagi kemudian dihadapan murid-muridku.
Namun disamping itu, hatiku telah dikotori oleh perasaan dendam yang tidak dapat aku singkirkan"
"Jadi ayah telah merampas ibu dari sisi Ki Wandawa pada saat pernikahan itu seharusnya dilakukan?"
"Sudahlah ngger. Sudahlah. Yang terjadi itu sudah terjadi.
Apakah kita dapat kembali pada masa dua puluh tahun yang lalu untuk memperbaiki kesalahan itu" Tidak. Yang harus kita lakukan sekarang, adalah yang mungkin saja kita lakukan. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang telah aku lakukan semalam.
Aku minta maaf kepada semuanya. Nah. Kembalilah. Mungkin esok atau lusa, pernikahanmu itu dapat kau
lakukan. Aku berjanji, bahwa aku tidak akan mengganggunya lagi" Namun Sindu itupun menggeleng. Katanya "Tidak, Ki
Wandawa. Aku tidak akan segera pulang. Aku akan berada disini. Jika Ki Wandawa mengijinkan, aku akan berguru di padepokan ini"
"Jangan begitu, ngger. Aku tidak menolak kau berguru.
disini. Tetapi tidak dengan cara ini. Pulanglah. Sebaiknya kau minta ijin kepada kedua orang tuamu. Tetapi jika kau kemudian menikah, apakah isterimu akan kau tinggalkan?"
"Aku tidak akan segera menikah, Ki Wandawa"
"Jangan, ngger. Hati anak-anak muda jangan cepat menjadi patah. Banyak sekali jalan kehidupan yang harus kau tempuh setelah melewati banyak sekali hambatan. Jika kau cepat menjadi patah karena hambatan-hambatan itu, maka kau akan ketinggalan. Sementara peristiwa demi peristiwa akan berlangsung terus. Mengalir tanpa henti-hentinya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Wandawa. Peristiwa yang telah terjadi dua puluh tahun yang lalu, membuat hatiku menjadi hambar. Meskipun aku tidak akan dapat menyesali kelahiranku, tetapi pernikahan ayah dan ibu telah dilekati oleh noda yang tidak akan terhapus lagi. Aku tidak akan dapat ingkar, bahwa noda itu telah menitik pula kepadaku, meskipun aku tidak tahu apa-apa tentang peristiwa itu sendiri"
"Tidak, Sindu. Kau tidak terpercik oleh noda yang telah melekat pada ayah dan ibumu. Kau tidak bersalah. Kaupun tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri"
"Ki Wandawa. Bagaimana aku merasa diriku bersih, jika ayah dan ibuku itu telah dicemari oleh perbuatan yang nista?"
"Ayah dan ibumu tidak melakukan hal yang nista, Sindu.
Mereka saling mencintai. Akulah yang salah menempatkan diriku pada waktu itu. Seandainya ibumu terpaksa harus menikah dengan aku, maka ibumu justru akan menikah tanpa cinta"
"Tetapi ayah dan ibu telah berbuat semena-mena terhadap Ki Wandawa pada waktu itu"
"Itu soal lain, ngger. Sebenarnya perbuatan semena-mena itu dapat saja dilakukan oleh ayahmu tanpa ada kaitannya dengan ibumu. Ayahmu dapat saja berbuat dengan semena-mena karena alasan yang lain, yang tidak ada hubungannya dengan kelahiranmu. Karena itu, sudahlah. Lupakan yang telah terjadi itu. Aku menyesal sekali bahwa aku berniat menjadikan kau korban tanpa bersalah sama sekali. Dan itu aku akui, bahwa aku melakukannya didalam keadaan yang tidak terkendali"
Sindu menarik nafas panjang. Tetapi iapun kemudian
berkata "Ki Wandawa. Biarlah aku berada disini setidaknya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk hari ini. Aku ingin mendapatkan ketenangan. Aku merasa bahwa padepokan ini adalah tempat yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan ketenangan itu. Rasa-rasanya tempat ini dapat memisahkan aku dari kegelisahan dan bahkan keresahanku setelah aku mengetahui apa yang telah terjadi"
"Sudah aku katakan, lupakan apa yang telah terjadi itu"
"Aku tidak akan mungkin melakukannya jika aku pulang.
Jika aku berada disisi ayah dan ibuku. Tetapi mungkin sekali aku dapat melakukannya disini"
Ki Wandawa menarik nafas panjang. Katanya "Baiklah
ngger. Jika kau ingin menenangkan hatimu hari ini disini.
Tetapi selambat-lambatnya sore nanti kau harus sudah pulang. Ayah dan ibumu tentu menjadi sangat gelisah jika kau tidak pulang sebelum malam. Mungkin sekali mereka mengira bahwa kau telah hilang bukan karena kehendakmu sendiri.
Kau tentu tahu, siapakah yang akan mendapat tuduhan itu"
Sindu termangu-mangu sejenak. Namun ia dapat mengerti, jika kedua orang tuanya menganggapnya hilang, mereka tentu akan menuduh Ki Wandawalah yang telah mengambilnya.
Karena itu, maka Sindu itupun kemudian menjawab
Manusia Yang Bisa Menghilang 2 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Kitab Mudjidjad 17

Cari Blog Ini