Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 12
Itulah sebabnya aku tidak mendengar kabar bahwa Ki Demang Mertaraga sudah meninggal"
Sepupu Ki Demang itupun mengingat-ingat. Demikian pula Ki Jagabaya. Akhirnya mcrekapun dapat mengingatnya bahwa mereka memang pernah bertemu dengan orang itu. Tetapi siapa?"
"Aku dapat mengingatnya" berkata Ki Kebayan tua "Tetapi aku lupa nama Ki Sanak"
Ki Leksana tertawa. Sementara Ki Jagabayapun berkata
"Ya. Aku dapat mengingat Ki Sanak. Aku memang pernah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan Ki Sanak dirumah almarhum Ki Demang .
Mertaraga" Akhirnya Ki Lekasanapun berkata " Namaku Lekasana.
Orang-orang Kalisasak itu mengangguk-angguk. Tetapi
agaknya mereka memang sudah melupakan nama itu.
Tetapi Ki Lekasana justru merasa kebetulan bahwa orang-orang Kalisasak itu sudah melupakannya.
"Baiklah Ki Jagabaya" berkata Ki Lekasana kemudian
"namaku memang tidak penting. Tetapi percayalah bahwa aku datang karena aku merasa mempunyai ikatan persahabatan dengan almarhum Ki Demang Mertaraga. Karena itu rasa-rasanya
aku juga ingin tahu, siapakah yang akan menggantikannya" "Tetapi pemilihan itu baru akan dilaksanakan esok.
Sedangkan malam ini Ki Sanak berempat sudah berada disini.
Bagi kami, adalah kebetulan sekali, karena dengan demikian Ki Sanak berempat telah membantu kami dari kecurangan yang akan dilakukan oleh Ki Saudagar. Bahkan Ki Kebaya muda itupun telah melibatkan diri pula.
Ki Kebayan muda itu hanya dapat menunduk dalam-dalam.
Ia merasa telah melakukan kesalahan yang besar. Semula ia yakin, bahwa Ki Saudagar akan dapat mengusai keadaan.
Tetapi ternyata yang terjadi adalah berbeda.
Diluar dugaan sadarnya Ki Kebayan muda itu memandangi keempat orang yang tidak dikenal itu sesaat. Sambil
menundukkan kepalannya pula, Ki Kebayan muda itu bergeremang didalam hatinya "Jika saja keempat orang edan itu tidak ikut campur"
Dalam pada itu, di halaman beberapa orang upahan Ki
Sudagar yang berada di beberapa padepokan terpenting http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah berdatangan. Ternyata mereka cukup banyak, sehingga Ki Jagabaya yang melihat kerumunan orang yang semakin banyak dihalaman itu berkata "Mereka telah datang"
"Biarlah mereka berkumpul lebih dulu. Aku yakin bahwa Ki Saudagar akan mencoba memanfaatkan orang-orangnya
untuk menanggulangi niatnya, memaksakan kehendaknya
untuk membatalkan pemilihan itu. Tetapi bukankah kita sudah siap untuk menghadapi mereka sekarang" Kita akan
membunyikan kentongan, agar orang-orang kademangan ini terbangun. Biarlah mereka mengerti, bahwa ternyata ada orang berniat buruk. Kelakuan Ki Sudagar itu akan menyusut suara yang sebenarnya akan memilihnya karena janji-janji, uang atau ancaman-ancaman"
"Tetapi bagaimana dengan orang-orang upahan itu" Mereka tidak terlalu berbahaya justru setelah mereka berkumpul.
Disini ada kita. Ada kami berempat, Ki Tangga Wiratenaya dan kedua ora Lurah prajurit yang menyertainya. Disini ada kedua calon Demang yang lain dan beberapa ora anak muda yang sudah diberitahu oleh anak Ki Kebayan tua itu"
"Tetapi jumlah mereka terlalu banyak"
"Tidak apa-apa Asal kita berpegang pada tekad untuk
menegakkan tatanan dan paugeran, maka segala sesuatunya akan dapat diatasi"
Ki Jagabaya termangu-mangu sejenak. Sementara itu
terdengar Ki Sudagar berkta lantang kepada orang-orangnya
"Nah, sekarang kalian sudah berkumpul. Kita akan sekali lagi bebicara dengan Ki Jagabaya agar pemilihan esok di batalkan"
Ki Leksanalah yang berdesis "Nah, sekarang mereka telah berkumpul. Kita akan menangapi mereka dengan cara
sebagaimana cara yang mereka pergunakan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jagabaya termangu-mangu sejenak. Orang-orang yang berkumpul di halaman itu agaknya terlalu banyak untuk dihadapi.
Sementara itu Ki Leksanapun berkata kepada Ki Mina
"Kaulah yang membunyikan kentongan, adi. Biarlah ister-imu melindungimu. Sementara kami berdua akan bersama-sama Ki Rangga dan kedua orang prajurit itu mengejutkan mereka.
Sementara itu, Ki Jagabaya dan yang lain akan bertahan untuk beberapa lama. Kentongan itu tentu akan segera memanggil orang-orang padukuhan induk ini"
Ki Mina mengangguk. Sementara itu Ki Rangga, kedua
orang prajuritnya serta para bebahu itupun mengangguk.
"Ki Jagabaya" teriak Ki Sudagar "kemarilah. Dengarkan apa yang ingin aku katakan"
"Apalagi yang ingin kau katakan?"
"Aku tetap minta pemilihan Demang esok pagi dibatalkan"
Ki Jagabaya dan orang-orang yang berada di pringgitan itupun segera bangkit berdiri. Merekapun bergerak bersama-sama melintasi pendapa untuk menghadapi orang-orang yang sudah berkerumun di halaman.
Dalam pada itu, Ki Jagabayapun berkata "Ki Sudagar.
Bukankah sudah aku tetapkan, bahwa pemilihan Demang akan dilakukan esok pagi sebagaimana direncanakan. Bukankah kau tadi juga sudah tidak lagi menuntut pembatalan itu?"
"Kapan aku mencabut tuntutanku" Nah, sekarang mau tidak mau kau harus membatalkan pemilihan esok. Orang-orangku sekarang sudah berkumpul disini. Mereka akan melakukan apa yang akan aku perintahkan kepadanya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" Ki Leksanalah yang menyahut "Mereka tidak akan melakukan
perintahmu. Bukankah mereka melakukan perintahmu karena kau mengupah mereka" Jika kau tidak dapat
mengupah mereka, maka mereka tidak akan
menjalankan perintahmu"
"Aku akan mengupah mereka sesuai dengan perjanjian
kami" "Omong kosong. Besok atau lusa, kalau bukan kami,
prajurit Mataram akan datang menghancurkan rumah dan keluargamu karena kau sudah memberontak. Seandainya kau sempat melarikan diri, maka orang-orang upahanmu itulah yang akan memburumu karena kau tidak dapatmengupah
mereka selain para prajuri yang akan menangkapmu.
Rumahmu dan segala kekayaanmupun akan dihancurkan
sampai lumat" "Sudah aku katakan, tidak seorangpun yang akan berani bersaksi. Jagabaya yang akan pergi ke Mataram bukan
Jagabaya yang dungu itu"
"Memang tidak perlu ada yang pergi ke Mataram, karena malam ini dua orang sudah berangkat ke Mataram. Mereka telah diberi ancar-ancar oleh Ki Ranggga Wiratenaya, kepada siapa mereka harus menghadap. Mereka juga sudah diajari mengucapkan kata-kata sandi untuk meyakinkan bahwa
mereka adalah utusan Ki Rangga Wiratenaya"
Wajah Ki Sudagar menjadi tegang. Namun tiba-tiba iapun berteriak "Persetan dengan dua orang yang pergi melapor itu.
Sebelum mereka pulang, bahkan seandainya mereka datang bersama para prajurit Mataram, namun kalian telah terbantai disini. Aku telah selesai memenuhi janjiku kepada orang-orang upahanku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi lalu apa yang kau dapatkan dengan tindakan gilamu itu" Kau tidak akan mendapatkan kedudukan yang kau buru itu. Lalu apa gunanya kau menghamburkan uang jika kau tidak dapat berkuasa di Kalisasak dan bahkan kau akan meringkuk dalam penjara di Mataram untuk kemudian
digantung dialun-alun sebagai pemberontak"
Tetapi Ki Sudagar itu sudah menjadi seperti orang gila yang tidak mampu lagi mempergunakan nalarnya. Katanya "Tetapi aku akan mendapat kepuasan dengan membunuh kalian
semuanya malam ini. Aku tidak perduli apa yang akan terjadi esok"
"Jika kau sudah tidak dapat lagi memberikan apa-apa
kepada orang-orang upahanmu, maka akan datang saatnya, kau sendiri akan dibantai oleh mereka"
"Omong kosong. Mereka tidak akan melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang setia"
"Baik. Baik. Jika demikian, terserah kepadamu. Apakah kita akan bertempur atau kau akan menyadari kesalahanmu dan tidak mengganggu pemilihan yang esok akan diselenggarakan"
"Persetan. Tetapi pemilihan Demang esok harus gagal"
Ki Leksana termangu-mangu sejenak. Ternyata Ki Sudagar adalah benar-benar orang yang keras kepala. Karena itu, maka tidak ada jalan lain yang harus ditempuh, selain dengan kekerasan.
Karena itu, maka Ki Leksanapun itupun segera memberi isyarat kepada Ki Mina untuk membunyikan kentongan.
Orang-orang upahan Ki Sudagar agaknya semuanya sudah ditarik ke halaman banjar itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sudagar tidak mengira bahwa yang pertama-tama akan dilakukan o leh keempat orang itu justru membunyikan kentongan. Karena itu Ki Sudagar itu terkejut ketika tiba-tiba saja Ki Mina meloncat ke sudut serambi langsung memungut pemukul kentongan yang terjatuh dan memukulnya sekuat tenaga.
Dengan lantang Ki Sudagar itupun berteriak "hentikan, hentikan suara kentongan itu"
Tetapi suara kentongan itu telah mengumandang. Bahkan beberapa orang telah sempat mendengarnya. Meskipun ada diantara mereka yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi suara kentongan dengan irama titir itu telah memberikan isyarat, bahwa sesuatu yang gawat telah terjadi.
Apalagi suara kentongan yang pertama itu sudah dikenal oleh orang-orang kademangan Kalisasak. Suara kentongan di banjar kademangan.
Dalam pada itu, beberapa orang upahan Ki Sudagar itupun segera berloncatan untuk berusaha menghentikan suara kentongan yang sudah terlanjur bergema diseluruh padukuhan induk. Bahkan di kejauhan, telah terdengar suara kentongan yang telah menyahut irama titir itu dengan irama titir pula.
Tidak hanya satu. Tetapi dua, tiga dan bahkan menjalar kemana-mana.
Tetapi orang-orang upahan Ki Sudagar itu tidak sempat mencegah orang yang memukul kentongan. Seorang yang lain telah menyerang mereka dengan garangnya. Orang itu
mampu bergerak dengan cepat sekali. Tangan dan kakinya terayun-ayun mengerikan.
Orang-orang yang berusaha mencegah pemukul kentongan itu, justru telah terlempar satu-satu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sudagar yang marah itupun kemudian berteriak
"Hancurkan semuanya. Pemilihan esok harus gagal. Kita harus menguasai keadaan sepenuhnya. Siapa yang menentang,
singkirkan. Jangan sampai ketiga orang prajurit serta empat orang gila itu lolos. Kita juga akan menahan kedua orang calon Demang yang tidak dimaui oleh rakyat Kalisasak itu"
Pertempuranpun telah terulang kembali di halaman banjar.
Sementara itu seorang diantara empat orang yang tidak dikenal itu berkata kepada Ki Rangga Wiratenaya "Ki Rangga.
Bukankah dengan demikian, kita telah menghisap semua orang yang diupah oleh Ki Sudagar dari padukuhan-padukuhan. Mereka telah berkumpul disini. Kita akan
menangkap mereka semuanya dan memberikan peringatan
yang keras kepada mereka"
Ki Rangga Wiratenaya mengangguk-angguk. Katanya "Ya.
Aku mengerti maksud Ki Sanak"
Dalam pada itu, suara kentongan dalam irama titirpun telah terdengar dimana-mana. Hampir semua laki-laki telah keluar dari rumahnya. Mereka tahu benar bahwa suara kentongan yang pertama kali mereka dengar adalah suara kentongan di banjar.
Karena itu, maka orang-orang itupun segera pergi ke
banjar. Sejenak kemudian, maka banjar itupun telah terkepung.
Rakyat Kalisasak telah berkumpul di sekitar banjar. Tetapi karena mereka masih belum jelas apa yang terjadi, maka mereka masih belum bergerak. Orang-orang yang dituakan diantara mereka sedang berusaha untuk mencari keterangan.
Sementara itu, pertempuran di halaman banjar masih
berlangsung. Namun suasananya sudah sangat berubah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang upahan yang berada di halaman itu menjadi gelisah. Menghadapi orang-orang yang tidak dikenal serta para prajurit serta para bebahu kademangan mereka sudah mulai mengalami kesulitan. Sementara itu halaman banjar itu telah dikepung oleh rakyat kademangan itu.
Dalam suasana yang sudah berubah itu, seorang diantara keempat orang yang tidak dikenal di kademangan itu, yang mengaku seorang yang telah akrab dengan Ki Demang yang telah meninggal, berbicara kepada Ki Jagabaya "Sudah saatnya kau hentikan pertempuran ini. Gunakan pengaruh Ki Jagabaya untuk memaksa mereka yang berada di halaman itu menyerah. Di luar halaman kademangan ini, rakyat Kalisasak telah berkumpul untuk menunggu perintah"
Ki Jagabaya termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berdiri di tangga banjar itu sambil berteriak "Berhenti.
Hentikan pertempuran"
Suara Ki Jagabaya itu bergetar di seluruh halaman banjar, seakan-akan menggoyang dahan dan daun-daun pepohonan.
Ternyata suara Ki Jagabaya yang diulang beberapa kali itu berhasil menghentikan pertempuran. Orang-orang upahan Ki Sudagarpun bergeser surut.
Sementara itu, beberapa orang yang berpengaruh diantara rakyat Kalisasak itupun telah memasuki regol halaman itu pula.
"Ki Sudagar" berkata Ki Jagabaya "orang-orangmu telah berkumpul disini. Kau sudah memanggil mereka kemari. Kami bermaksud berbicara baik-baik dengan mereka. Tetapi kau telah menyalah gunakannya. Kau perintahkan mereka untuk bertempur. Tetapi cara itupun tidak akan berarti apa-apa Ki Sudagar. Menghadapi kami yang berada di halaman inipun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orangmu sudah mengalami kesulitan. Apalagi jika orang-orang yang berada di luar halaman itu aku perintahkan untuk masuk"
Ki Sudagar itu menggeram. Tetapi ia tidak dapat
mengingkari kenyataan. Jika pertempuran itu diteruskan, sedangkan Ki Jagabaya memerintahkan orang-orang yang berada di luar itu masuk, maka orang-orangnya akan
mengalami kesulitan. Bahkan kemarahan rakyat Kalisasak "itu akan sangat sulit diredakan. Korban tentu akan berjatuhan.
Dan bahkan Ki Sudagar sendiri mungkin akan menjadi korban pula jika para bebahu itu tidak melindunginya.
Dalam pada itu, maka Ki Jagabayapun kemudian berkata
"Masih ada kesempatan bagi kalian. Kalian hanyalah orang-orang upahan. Kesalahan kalian tidak sebesar kesalahan Ki Sudagar. Meskipun kalian benar-benar telah berniat untuk melaksanakan perintah Ki Sudagar, namun pertanggungan-jawabnya masih ada pada Ki Sudagar. Meskipun segala
sesuatunya terserah kepada Ki Rangga Wiratenaya"
Orang-orang yang berada di halaman itupun bagaikan
membeku. Ki Rangga Wiratenaya terkejut juga mendengar pernyataan Ki Jagabaya itu. Namun sebagai seorang prajurit, maka Ki Rangga harus cepat
mengambil keputusan menghadapi persoalan yang datangnya begitu tiba-tiba.
Ki Ranggapun kemudian naik ke tangga pula sambil berkata
"Aku, Rangga Wiratenaya yang mendapat kepercayaan dari Mataram untuk datang menjadi saksi dari pemilihan Demang yang seharusnya di selenggarakan esok. Tetapi ternyata malam ini telah terjadi benturan kekerasan dengan orang-orang yang telah diupah oleh Ki Sudagar. Karena itu, maka aku berkesimpulan bahwa Ki Sudagar dengan sengaja telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menabur kerusuhan. Orang itu harus ditangkap. Aku akan membawanya ke Mataram esok pagi.
"Tidak"teriak Ki Sudagar "Aku tidak bersalah. Aku berhak menyatakan sikap di kademanganku sendiri"
"Tetapi di kademangan ini ada tatanan dan paugeran. Kalau kau menganggap bahwa kekerasan dan kekuatan itu adalah tatanan dan paugeran, maka aku dapat melakukan apa saja atas kau sekarang ini, karena kau sudah tidak mempunyai kekuatan lagi. Orang-orangmu sudah dikalahkan. Jika masih ada yang berniat melawan, maka ia akan langsung dihukum di halaman ini. Orang itu akan aku lemparkan kepada rakyat cengkal yang berada di luar halaman agar merekalah yang menjatuhkan hukuman"
Wajah-wajah orang-orang upahan di halaman itu nampak dibayangi kecemasan. Daripada mereka harus dilemparkan kepada rakyat Kalisasak yang marah, maka lebih baik mereka itu langsung ditusuk dengan tombak di arah jantung.
Ternyata Ki Rangga Wiratenaya telah mengambil satu
keputusan yang menentukan. Ki Rangga Wiratenaya akan membawa Ki sudagar ke Mataram. Keputusan tentang
hukumannya akan ditentukan oleh yang bertugas di Mataram.
Sementara itu, Ki Rangga yang datang hanya bertiga itu, telah memberi kesempatan kepada orang-orang upahan itu untuk pergi.
"Pulanglah. Tetapi hentikan kerja kalian yang buruk itu.
Kalian telah menjual harga diri kalian untuk melakukan kekejaman atas sesama. Bahkan kalian tentu tidak akan segan-segan membunuh jika upahnya memadai. Dari Ki
Sudagar prajurit Mataram akan dapat menelusuri rumah kalian. Karena itu, jika kalian menyalahi petunjukku itu, maka kami akan bertindak tegas terhadap kalian atau keluarga http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian. Kalian tidak akan dapat lari dari tangan para prajurit Mataram. Kem-anapun kalian akan lari, kami para prajurit Mataram tentu akan dapat menjangkaunya"
Namun Ki Sudagar itupun berteriak "Aku tidak mau dibawa ke Mataram"
"Aku tidak bertanya kepadamu apakah kau mau atau tidak mau. Tetapi aku akan memerintahkan kedua orang prajuritku untuk menangkapmu. Jika kau melawan, maka untuk
memutuskan hukumanmu, kami tidak perlu lagi membawamu ke Mataram. Tetapi kami berhak untuk mengambil keputusan dan menjatuhkan hukuman itu disini. Jika orang-orang upahanmu akan mencoba melindungimu, maka mereka akan
mengalami nasib yang lebih buruk dari nasibmu itu"
Ki Sudagar itu menggeretakkan giginya. Namun agaknya orang-orang upahannya merasa tidak akan mampu mengatasi lawan-lawan mereka. Karena itu, maka merekapun hanya berdiri saja mematung.
Dalam pada itu, maka Ki Rangga Wiratenayapun segera
menjatuhkan perintah kepada kedua orang prajurit yang menyertainya " Atas nama pemerintah Mataram, tangkap orang itu"
Kedua orang prajurit itupun kemudian melangkah dengan pasti, mendekati Ki Sudagar. Ketika Ki Sudagar surut selangkah, maka seorang yang diantara mereka yang tidak dikenal namun yang mengaku telah mengenal baik Ki Demang yang sudah meninggal itupun berkata "Kau tidak dapat berbuat lain daripada mengikuti perintah Ki Rangga. Atau kau akan digantung disini"
Ki Sudagar memang tidak dapat berbuat lain. Ketika kedua orang itu menangkap lengannya sebelah menyebelah dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menariknya mendekati Ki Rangga Wiratenaya, orang itu tidak melawan.
Sementara itu Ki Ranggapun berkata "Dengan demikian, maka haknya
sebagai salah seorang calon Demang
Kalisasakpun telah dicabut pula. Ia telah memasuki dunia kejahatan yang akan membawanya ke Mataram, sehingga
esok pagi, orang ini tidak akan tampil dalam pemilihan Demang di Kademangan ini"
Orang-orang Kalisasak yang berada di regolpun mendengar pula
pernyataan Ki Rangga itu. Merekapun segera menyampaikan hal itu yang satu kepada yang lain kepada mereka yang berada di luar halaman.
Sementara itu, sepupu Ki Demang yang juga mencalonkan diri untuk menjadi Demang di Kalisasak, tiba-tiba telah menghampiri Ki Rangga itu sambil berkata "Ki Rangga. Akupun ingin menyatakan bahwa aku telah mengundurkan diri. Aku ingin memberi kesempatan kepada yang muda-muda untuk tampil memegang pimpinan di Kalisasak. Ke-manakanku itu akan mempunyai wawasan yang lebih luas serta gerak yang lebih cepat dari aku yang sudah tua ini"
Ki Rangga Wiratenayapun termangu-mangu sejenak.Ia
tidak dapat segera mengambil keputusan. lapun segera berpaling kepada Ki Jagabaya sambil bertanya "Bagaimana pendapat Ki Jagabaya?"
"Itu adalah haknya, Ki Rangga"
"Jika demikian, bukankah itu berarti bahwa esok hanya akan ada calon tunggal?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah malam itu, Kalisasak seakan-akan telah mendapatkan seorang Demang yang baru. Jika hanya ada seorang calon, sedangkan sebagian besar dari rakyat Kalisasak tidak mempunyai keberatan apa-apa, maka hampir dapat dipastikan bahwa calon itulah yang akan terpilih menjadi Demang.
"Baiklah. Kita akan membicarakannya nanti" berkata Ki Rangga Wiratenaya "sekarang, biarlah orang-orang upahan Ki Sudagar itu pergi. Tetapi ingat, bahwa aku adalah seorang prajurit Mataram. Hari ini aku memang hanya bertiga.
Tetapi pada saat yang lain, aku dapat saja datang dengan pasukan segelar-sepapan. Jika itu terjadi, maka sikapku mungkin akan sangat berbeda dengan sikapku sekarang"
Sesaat orang-orang upahan yang berada di halaman itu termangu-mangu. Namun kemudian Ki Rangga itupun
mengulangi "Pergilah. Jika ada kawanmu yang terluka dan tidak dapat pergi sendiri, bawa mereka"
Demikianlah, maka orang-orang upahan itupun meninggalkan halaman banjar dengan kepala tunduk. Ketika mereka berjalan melewati orang-orang yang berdiri di luar banjar, mereka semakin menundukkan kepala mereka.
Ki Sudagar yang masih saja di pegangi oleh dua orang prajurit, berdiri dengan jantung yang berdegupan semakin keras. Dengan wajah pucat Ki Sudagar memperhatikan orang-orang upahannya yang pergi meninggalkan halaman banjar itu sampai orang yang terakhir.
Sementara itu, orang-orang yang semula berada di luar halaman banjar telah memasuki halaman pula. Mereka ingin tahu selengkapnya apakah yang terjadi di halaman banjar itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Ki Rangga Wiratenayapun telah membawa Ki Sudagar naik ke pendapa. Merekapun kemudian I duduk di pringgitan bersama dengan kedua orang calon yang lain.
Dalam pada itu, Ki Jagabayapun tiba-tiba saja berdesis
"Dimana orang-orang yang telah membantu kita itu?"
Para bebahupun segera memandang berkeliling. Sementara Ki Kebayan tua bertanya "Orang yang mengaku telah
mengenal Ki Demang almarhum dengan baik?"
"Ya. Orang yang agaknya memang pernah aku kenal itu"
"Tadi mereka berada di halaman itu" desis bebahu yang lain.
Dalam pada itu, Ki Jagabayapun berkata "Ki Sudagar.
Bukankah sudah aku tetapkan, bahwa pemilihan Demang akan dilakukan esok pagi sebagaimana di rencanakan. Bukankah kau tadi juga sudah tidak lagi menuntut pembatalan itu?"
Ketika hal itu disampaikan kepada Ki Rangga, maka Ki.
Ranggapun segera bangkit"Kenapa kita melupakan mereka, sehingga kita tidak tahu kemana mereka pergi"
"Ya. Kita telah melupakan mereka. Ketika Ki Rangga
memerintahkan menangkap Ki Sudagar, mereka masih ada di halaman. Bahkan seorang diantara mereka masih sempat memperingatkan Ki Sudagar" berkata Ki Jagabaya.
Namun kemanapun mereka mencari di sekitar halaman
banjar, mereka tidak menemukannya. Kepada orang-orang yang kemudian berkumpul di halaman Ki Jagabayapun
bertanya, apakah mereka melihat empat orang yang bukan penghuni kademangan Kalisasak yang telah membantu para bebahu di Kalisasak serta para prajurit yang ditugaskan oleh http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mataram untuk bersaksi dalam pemilihan Demang esok,
menghadapi orang-orang upahan Ki Sudagar.
Tetapi tidak seorangpun yang melihat
Seorang yang juga dipanggil Ki Sudagar, tetapi sebutan itu masih ditambah dengan ternak untuk membedakan dengan Ki Sudagar batu permata yang sudah ditangkap itu, bertanya
"Siapakah yang mengupah mereka"
"Tidak ada yang mengupah. Mereka datang sendiri. Bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk membantu kita" jawab Ki Kebayan tua.
Ki Sudagar ternak itu mengangguk-angguk.
"Mereka melakukannya dengan suka-rela?"
"Ya" "Masih ada juga orang yang peduli akan keadaan pihak lain yang kurang dikenalnya. Bahkan dengan suka-rela membantu dengan mempertaruhkan nyawanya"
Sebenarnyalah bahwa Ki Leksana, Nyi Leksana, Ki Mina dan Nyi Mina sudah meninggalkan halaman banjar. Demikian persoalan yang terjadi di banjar itu dianggap selesai, maka merekapun segera meninggalkan halaman banjar itu.
"Besok kita tidak perlu melihat pemilihan itu. Orang yang akan terpilih sudah jelas" berkata Ki Leksana.
"Tetapi rasa-rasanya ingin juga melihat suasananya" sahut Ki Mina "justru malam ini terjadi keributan"
"Tetapi bukankah segala-galanya sudah jelas" Ki Sudagar itu tentu ditahan di belakang banjar. Sedangkan calon yang seorang sudah mengundurkan diri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan tentang pencalonannya. Tetapi apakah benar bahwa tidak akan timbul, lagi masalah dengan Ki Sudagar?"
Ki Leksana mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Besok kita akan melihat pemilihan itu. Tetapi jika demikian berarti malam ini kita tidak pulang agar kita tidak terlambat.
Yang lainpun mengangguk-angguk.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebenarnyalah keempat orang itupun kemudian bermalam di sebuah padang perdu. Pagi-pagi sekali, mereka telah bangun untuk pergi ke sungai kecil yang melintasi padang perdu itu.
Namun mereka tertegun di tepian, ketika mereka melihat dalam keremangan pagi-pagi buta, sebuah iring-iringan orang-orang yang menyusuri tanggul sungai kecil itu.
"Siapakah mereka?" desis ki Leksana.
"Nampaknya mereka sedang mulai dengan sebuah
perjalanan untuk meninggalkan kademangan Kalisasak" sahut Ki Mina.
"Ya" Ki Leksana mengangguk-angguk.
"Agaknya mereka adalah orang-orang upahan Ki Sudagar itu" berkata Nyi Leksana.
"Ya. Mereka adalah orang-orang upahan Ki Sudagar. Lihat, ada diantara mereka yang berjalan pincang. Ada pula yang menyeret sebelah kakinya. Bahkan ada yang harus ditolong kawannya"
"Ya" Ki Leksanapun mengangguk.
"Jika demikian, maka pekerjaan kita benar-benar telah tuntas. Jika mereka telah pergi, maka tentu tidak akan ada apa-apa lagi di Kalisasak. Ki Sudagar sendiri ada di tangan Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rangga Wiratenaya. Ia tentu akan dibawa ke Mataram.
Perjalanan Ki Ranggapun tentu tidak akan menghadapi
hambatan lagi karena orang-orang upahan Ki Sudagar telah pergi"
"Kalau demkian, maka tidak akan terjadi apa-apa lagi di Kalisasak. Pemilhan itu sebenarnya tidak perlu lagi"
"Tetapi agaknya orang-orang Kalisasak ingin memuaskan diri sendiri dengan kenyataan bahwa mereka semuanya telah memilih orang yang sama"
"Baiklah. Kita akan melihat pemilihan itu. Tetapi jangan ada orang yang menghubungkan keberadaan kita di Kalisasak hari ini dengan keberadaan kita semalam"
"Kita akan berpisah. Kakang bersama mbokayu, aku
bersama isteriku" desis Ki Mina.
"Demikian pemilihan selesai, kita akan meninggalkan
kademangan itu. Kita bertemu disini. Lalu kita pulang. Anak-anak akan menjadi gelisah jika kita pergi terlalu lama"
"Baik kakang" Sebenarnyalah maka keempat orang yang kemudian
berpisah itu sempatmenyaksikan pemilihan Demang di banjar kademangan Kalisasak. Pemilihan yang didatangi bukan saja oleh orang-orang yang berhak memilih, tetapi anak-anak dan remajapun telah pergi ke banjar. Mereka ingin melihat pemilihan yang sempat diwarnai oleh gejolak yang hampir saja berhasil menggagalkan pemilihan Demang itu.
Dengan demikian, maka dalam waktu yang dekat, seorang Demang telah terpilih disaksikan oleh utusan dari Mataram, Ki Rangga Wiratenaya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang Demang muda telah ditetapkan. Sambil menunggu Surat Kekancingan, yang menetapkan bahwa ia telah diangkat menjadi Demang di Kalisasak, maka Demang yang masih
muda itu sudah dapat menjalankan tugas seorang Demang.
Dengan demikian, maka Ki Leksana dan Nyi Leksana seria Ki Mina dan Nyi Mina merasa tidak perlu lagi tetap berada di Kalisasak. Apalagi setelah orang-orang upahan Ki Sudagar itu pergi meninggalkan Kalisasak. Agaknya mereka benar-benar merasa terancam oleh Ki Rangga Wiratenaya.
Dengan demikian, maka keempat orang yang semalam
telah melibatkan diri dalam gejolak yang terjadi di Kalisasak itupun telah meninggalkan kademangan. Sebenarnyalah Ki Jagabaya di Kalisasak telah memerintahkan beberapa orang anak muda untuk mencari mereka. Tetapi mereka tidak
menemukannya. Bahkan ketika keempat orang itu hadir di halaman banjar untuk melihat pelaksanaan pemilihan Demang itupun, tidak seorangpun mengetahui, bahwa orang-orang yang mereka cari itu berada di halaman banjar itu pula.
Dalam pada itu, ketika orang-orang Kalisasak meninggalkan halaman banjar karena pemilihan yang mereka lakukan telah selesai, maka keempat orang yang telah ikut bertempur di banjar kademangan Kalisasak itupun telah menempuh
perjalanan meninggalkan kademangan Kalisasak. Merekapun semakin lama menjadi semakin jauh.
Sebenarnyalah bahwa kedua orang anak Ki Leksana itupun mulai menjadi gelisah. Lebih-lebih lagi karena kedua orang perempuan yang tinggal di rumahnya itu bukan saja menjadi gelisah, tetapi mereka menjadi ketakutan. Setiap kali mereka bertanya, kenapa Ki Leksana dan Ki Mina suami isteri masih belum pulang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak akan terjadi apa-apa dengan ayah, ibu, paman dan bibi. Mereka mampu menjaga diri mereka sendiri. Merekapun mengerti, jika yang dihadapinya sangat berbahaya dan bahkan tidak akan mampu diatasi, maka mereka akan mengurungkan niat mereka"
Untuk beberapa saat kedua orang perempuan itu menjadi tenang. Tetapi sejenak kemudian, merekapun telah menjadi gelisah kembali.
Namun ketika Wiyati dan Wandan melihat kedua orang
remaja .itu membuat perapian dan menakar beras, maka merekapun segera membantu.
"Kalian akan menanak nasi?" bertanya Wiyati. Anak Ki Leksana yang besar itupun mengangguk sambil menjawab
"Ya, mbokayu" Wiyati tersenyum. Katanya "Biarlah aku yang menanak
nasi" "Kami sudah terbiasa melakukannya" sahut anak Ki Leksana yang tua.
"Tetapi sekarang ada aku dan Yu Wandan. Bukankah lebih pantas jika aku dan Yu Wandan yang melakukannya?"
Kedua orang anak Ki Leksana itupun kemudian membiarkan Wandan dan Wiyati bekerja di dapur. Ternyata mereka tidak sekedar menanak nasi, tetapi mereka telah memasak pula.
Dari kedua orang anak Ki Leksana itu, Wandan dan Wiyati mendapat beberapa petunjuk apa yang harus mereka lakukan.
Memetik daun kacang panjang yang tumbuh dan merambat di pagar penyekat halaman di kebun belakang. Kemudian anak Ki Leksana yang besar itu telah memanjat dan memetik dua buah keluwih.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir semua bahan dapat mereka peroleh di halaman dan kebun belakang untuk mereka masak. Bahkan merekapun
telah mengumpulkan sebakul kecil telur ayam yang mereka ambil dari pekarangan.
Dengan kesibukannya itu, Wandan dan Wiyati menjadi
sedikit dapat melupakan paman dan bibinya yang pergi sejak semalam.
Tetapi ketika nasi sudah disenduk ke ceting bambu, serta sayur sudah dituang di mangkuk yang besar, maka keduanya kembali menjadi gelisah.
Ketika matahari telah sedikit melewati puncak, maka anak Ki Leksana yang besar telah mempersilahkan Wandan dan Wiyati untuk makan siang.
"Masakan mbokayu sendiri" berkata anak itu.
Tetapi Wiyatipun menjawab "Kami makan nanti saja.
Kami menunggu paman dan bibi"
"Mbokayu tidak usah menunggu. Kamipun tidak menunggu.
Kami juga akan makan"
"Sebaiknya kalian makan dahulu"
"Tidak. Kami akan makan bersama mbokayu berdua"
Akhirnya Wandan dan Wiyati terpaksa makan dahulu tanpa menunggu Ki Leksana dan Ki Mina suami isteri, karena kedua anak Ki Leksana itu mendesak mereka.
Sebenarnyalah bahwa keempat orang yang mereka tunggu itu tidak segera datang. Bahkan sampai matahari turun, mereka masih belum datang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wandan dan Wiyati menjadi semakin gelisah. Setiap kali mereka mempertanyakan, kenapa keempat orang itu masih belum pulang.
Kedua anak Ki Leksana itu mencoba untuk tidak
menunjukkan kegelisahan mereka.
"Ayah dan ibu sudah terbiasa pergi untuk waktu yang lama"
berkata anak Ki Leksana itu.
Namun kegelisahan merekapun kemudian berakhir ketika keempat orang itu memasuki regol halaman rumah. Wandan, Wiyati dan kedua anak Ki Leksana yang sedang duduk
diserambi gandok, segera melangkah turun dan menyongsong mereka.
"Bukankah paman dan bibi baik-baik saja?" bertanya Wiyati dengan serta merta.
"Tentu. Bukankah aku tidak apa-apa?" jawab Ki Mina.
"Mbokayu berdua menjadi sangat gelisah" berkata anak Ki Leksana yang besar "karena itu, akupun telah dijalari kegelisahan mereka pula. Rasa-rasanya ayah, ibu, paman dan bibi pergi sangat lama"
Ki Leksana tertawa. Katanya "Seharusnya kalian berusaha untuk memenangkan kedua orang mbokayu kalian, karena kalian laki-laki meskipun kalian masih remaja"
"Kami sudah berusaha"
"Justru kalian juga ikut gelisah"
"Nampaknya mereka tabah-tabah saja, paman" sahut
Wiyati "mungkin mereka sudah terbiasa. Tetapi aku belum"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keempat orang yang baru datang itu tertawa. Nyi
Leksanapun kemudian berkata "Marilah kita masuk ke ruang dalam"
"Paman dan bibi tentu letih"
"Sedikit" sahut Nyi Mina "Tetapi yang pasti kami kehausan"
"Kelaparan?" bertanya anak Ki Leksana yarig kecil.
"Tidak. Kami sudah makan di kedai. Kamipun sudah minum.
Tetapi kami menjadi kehausan lagi"
Merekapun kemudian beriringan naik ke pendapa dan
langsung masuk ke ruang dalam. Mereka tertegun ketika mereka melihat nasi serta sayur dan lauknya sudah tersedia di ruang dalam.
"Siapa yang masak?" bertanya Nyi Leksana.
"Yu Wiyati dan Yu Wandan" jawab anak Ki Leksana yang tua.
"Terima kasih" desis Nyi Leksana "ternyata kalian pandai juga masak"
"Tetapi entahlah, bagaimana rasanya"
"Meskipun aku tidak lapar, tetapi aku ingin makan lagi"
berkata Nyi Mina "Tetapi aku akan mandi lebih dahulu"
Setelah bergantian keempat orang yang baru pulang dari bepergian itu mandi, maka merekapun berkumpul di ruang dalam bersama mereka yang tidak di rumah. Delapan orang duduk di tikar pandan yang putih bergaris biru.
Sambil makan, anak Ki Leksana yang besarpun bertanya
"Apa yang menarik yang ayah, ibu, paman dan bibi lihat?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami melihat salah satu sisi sifat manusia yang menarik.
Keserakahan. Bukan hanya keinginan untuk mempunyai harta benda yang banyak sekali, tetapi juga keinginan untuk berkuasa di satu lingkungan tertentu. Seorang saudagar yang kaya raya, ingin menjadi Demang. Karena Demang memiliki kewenangan atas satu lingkungan tertentu. Orang itu telah mempergunakan cara apapun tanpa mengenal unggah-ungguh, tatanan dan paugeran, asal keinginannya dapat tercapai. Tentu saja bukan untuk tujuan yang baik. Tetapi sebaliknya. Kekuasaan yang diraihnya, sama sekali tidak diarahkannya untuk melindungi orang banyak. Tetapi justru untuk menekan orang banyak agar mengikuti kemauannya.
Sedangkan dengan uangnya ia dapat menyusun kekuatan
untuk mendukung kekuasaannya" sahut ki Leksana.
"Tentu orang seperti itu banyak mempunyai lawan, ayah bertanya anaknya yang tua.
"Ya. Tentu. Banyak orang yang merasa dirugikan. Tetapi orang seperti itu, biasanya selalu membangun dinding yang kuat disekitamya. Ia membayar orang-orang upahan untuk melindunginya serta untuk menakut-nakuti orang lain. Dengan demikian, maka ia akan dapat mengatasi musuh-musuhnya"
"Apakah orang itu berhasil untuk meraih kekuasaan?"
"Tidak. Seperti yang kau katakan, orang yang demikian itu tentu mempunyai banyak lawan. Diantaranya adalah para prajurit Mataram yang mendapat tugas di Kalisasak"
"Lalu apa yang ayah, ibu, paman dan bibi lakukan disana?"
"Kami hanya menonton sebuah lakon yang menarik tentang sifat-sifat manusia. Namun bagaimanapun juga orang-orang yang serakah itu akhirnya dapat dikendalikan"
"Lalu bagaimana orang itu diperlakukan?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak tahu. Yang kami tahu, orang itu akan dibawa ke Mataram oleh prajurit Mataram yang bertugas di Kalisasak itu"
"Orang itu tentu akan diadili. Bukan begitu ayah?"
"Ya" jawab ayahnya. Namun kemudian katanya "Sekarang suapi mulutmu. Yang lain sudah menghabiskan nasinya, kau masih belum mulai"
Anak itu tersenyum. Iapun segera menyuapi mulutnya.
Malam itu seisi rumah itupun dapat tidur dengan tenang.
Wiyati dan Wandan tidak lagi merasa sangat gelisah karena kepergian Ki Leksana, Nyi Leksana, Ki Mina dan Nyi Mina.
Ketika matahari terbit, maka seisi rumah itupun mulai terbangun. Wiyati dan Wandan mencoba menyesuaikan
dirinya. Mereka segera membersihkan dapur, mencuci alat-alat dapur yang kotor. Sementara Nyi Leksana dan Nyi Mina menyiapkan minuman dan sekedar makanan. Sedangkan
kedua anak laki-laki Ki Leksana sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Yang besar mengisi jambangan, sedangkan yang kecil menyapu halaman.
Ki Leksana dan Ki Mina yang duduk diserambi sempat
memperhatikan kedua orang perempuan yang akan dititipkan di rumah itu. Agaknya merekapun mencoba untuk berbuat sebaik-baiknya.
"Mereka cukup rajin" berkata Ki Leksana "Mudah-mudahan mereka benar-benar berniat untuk membangun masa
depannya" "Aku yakin bahwa mbokayu akan dapat mengarahkan hidup mereka yang meskipun sudah cacat, tetapi masih memiliki kemungkinan bagi masa depan mereka"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, adi. Mudah-mudahan mbokayumu mampu melakukannya. Hari itu pula. Ki Mina dan Nyi Mina telah menyatakan bahwa esok mereka akan meninggalkan rumah Ki Leksana. Mereka akan kembali ke padepokan mereka, karena ada tugas yang lain sedang menunggu.
Ki Leksana dan Nyi Leksana tidak dapat mencegah mereka.
Ketika Nyi Leksana mempersilahkan mereka beristirahat barang satu dua Hari lagi, maka Nyi Minapun berkata "Kami telah terlalu lama pergi, Yu. Guru memberi kami waktu dua tiga hari. Tetapi kami sudah jauh lebih lama pergi dari padepokan kami. Karena itu, maka semakin cepat kami
pulang, akan menjadi semakin baik"
"Baiklah adi. Mudah-mudahan adi dapat mengemban tugas yang baru itu dengan baik"
"Kakang. Dalam keadaan yang rumit, aku akan selalu ingat kepada Seruling Galih. Selain keluarga perguruanku, maka aku berharap kakang Seruling Galih akan bersedia membantu"
"Tentu adi. Tetapi sebaiknya, jika aku menghadapi
kesulitan, aku akan lari ke padepokanmu"
"Silahkan, kakang. Silahkan kakang sekeluarga datang ke padepokanku. Anak-anak tentu senang melihat-lihat keadaan padepokan.
"Pada kesempatan lain, aku tentu akan membawa mereka melihat-lihat keadaan padepokan itu"
Demikianlah, hari itu adalah hari terakhir bagi Ki Mina dan Nyi Mina berada di rumah Ki Leksana. Kehadiran mereka ternyata telah menggugah Ki Leksana dan Nyi Leksana yang seakan-akan telah mengasingkan dirinya. Meskipun demikian, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Leksana dan Nyi Leksana tetap akan san it membatasi geraknya. Di padukuhan, mereka akan tetap menjadi petani kebanyakan yang tidak pernah diperhitungkan dalam banyak hal. Namun Ki Leksana memang termasuk orang yang
dituakan karena umurnya yang memang sudah terhitung tua.
Tetapi Ki Leksana dan Nyi Leksana masih akan tetap
menyembunyikan kemampuan mereka dari penglihatan
tetangga-tetangganya. Seperti direncanakan, maka dikeesokan harinya, Ki Mina dan Nyi Minapun minta diri. Mereka meninggalkan Wiyati dan Wandan di rumah Ki Leksana dan Nyi Leksana untuk mulai dengan satu kehidupan baru sebagaimana kebanyakan
perempuan padesan. Kehidupan yang sederhana dan diwarnai dengan kerja keras.
Ketika Ki Mina dan Nyi Mina meninggalkan rumah Ki
Leksana, nampak mata kedua orang perempuan itu menjadi basah. Tetapi mereka masih mencoba untuk tetap tersenyum.
"Dengar semua petunjuk paman dan bibi, ngger" pesan Nyi Mina kepada Wiyati dan Wandan.
"Ya, bibi" jawab keduanya hampir berbareng.
Pagi itu sebelum matahari terbit, keduanyapun telah
meninggalkan rumah Ki Leksana. Mereka akan langsung
menuju ke padepokan. Mereka telah pergi terlalu lama. Lebih lama dari waktu yang diperkirakan.
Ketika mereka keluar dari padukuhan dan berjalan di bulak panjang, maka embun masih nampak bergayutan di ujung dedaunan. Kabut yang tipis samar-samar membayangi
pandangan. Di pepohonan terdengar burung-burung liar yang berkicau bersahutan, mengundang matahari yang masih
tersembunyi. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Segarnya udara ini" desis Ki Mina.
"Tetapi nanti di tengah hari, panasnya bagaikan membakar ubun-ubun" sahut Nyi Mina.
Ki Mina mengangguk. Ketika mereka memasuki sebuah padukuhan diseberang
bulak, maka padukuhan itupun telah terbangun pula. Telah ada orang yang keluar dari regol halaman rumahnya sambil membawa bakul di gendongannya.
"Orang itu tentu akan pergi ke pasar" desis Nyi Mina"Yang ada di bakul itu tentu hasil kebun yang akan dijualnya di pasar" sahut Ki Mina.
Ternyata pasar itu terletak di padukuhan berikutnya, setelah melintasi sebuah bulak panjang lagi. Ketika Ki Mina dan Nyi Mina sampai di tengah-tengah bulak itu, maka merekapun melihat beberapa orang yang lain telah memasuki jalur jalan itu pula.
"Agaknya pasar yang akan mereka tuju cukup ramai" desis Ki Mina.
"Tetapi pasar itu tidak terletak di pinggir jalan yang akan kita lalui. Lihat, mereka berbelok ke kiri, sementara kita akan berjalan terus.
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Bukankah kita juga tidak akan pergi berbelanja?"
"Memang tidak. Tetapi seandainya pasar itu terletak di pinggir jalan ini, kita akan dapat singgah sekedar untuk melihat-lihat"
"Bukankah di perjalanan kita, kita juga akan melewati beberapa pasar?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" Keduanya terdiam. Dikejauhan suara burung kutilang di atas sebatang pohon gayam terdengar melengking tinggi.
Ki Mina dan Nyi Mina itupun berjalan semakin cepat. Ketika cahaya matahari mulai memancar di langit, maka mereka telah menjadi semakin jauh. Mereka menyadari, bahwa mereka akan berjalan sepanjang hari, bahkan hingga malam turun.
Jalan yang mereka laluipun semakin lama menjadi semakin ramai. Kecuali mereka yang akan pergi dan pulang.dari pasar, maka para petanipun telah mulai turun ke sawah.
Jantung kedua orang itu ternyata masih juga tergetar ketika mereka melihat padi yang menguning di seluas bulak panjang.
Di beberapa bagian, perempuan-perempuan telah turun ke sawah untuk ikut menuai.
Dalam ayunan semilirnya angin pagi, padi yang merunduk itu bergoyang bagaikan gelombang lembut di belumbang yang luas.
"Daerah ini sudah mulai panen" berkata Nyi Mina.
"Ya. Di lingkungan kita, masih kira-kira dua pekan lagi"
"Tanah ini nampaknya subur sekali. Padi yang penuh berisi merunduk dalam-dalam"
"Bukankah tanah padepokan kita juga subur?"
"Ya. Tanah kita juga subur"
"Musim tanam ini, padepokan kita agaknya menanam ketan terlalu banyak"
"Sebagian hasilnya dapat kita jual, kakang. Beras ketan sedikit lebih mahal dari beras biasa. Nampaknya hasil tanaman kita ilupun cukup baik"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina mengangguk-angguk.
Demikianlah kedua orang itu melewati bulak demi bulak.
Padukuhan demi padukuhan. Sementara langitpun menjadi semakin cerah karena matahari yang menjadi semakin tinggi memanjat langit.
Ketika matahari sedikit melewati puncaknya, maka kedua orang itupun sepakat untuk berhenti di sebuah kedai. Sinar matahari yang menjadi semakin terik telah membuat mereka menjadi haus.
"Ada dawet cendol?" bertanya Ki Mina kepada pelayan yang mendatanginya.
"Ada Ki Sanak" "Bagus. Berikan dua mangkuk dawet cendol dan dua
mangkuk nasi" "Nasi apa" Nasi tumpang, nasi langgi" Atau nasi sayur asam?"
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Nyi Minalah yang
menyahut Nasi sayur asem"
"Ya, nasi sayur asem" Ki Mina mengulang.
Sambil menunggu, kedua orang tua itu sempat memperhatikan orang-orang yang sudah berada di kedai itu.
Tidak terlalu banyak, sehingga beberapa tempat duduk masih belum terisi.
Tetapi di tengah-tengah kedai itu, duduk empat orang yang nampaknya
agak berbeda dengan orang-orang lain. Nampaknya keempat orang itu adalah orang-orang yang
terhormat. "Jangan pandang mereka" desis Nyi Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa?" "Kakang hanya akan mencari perkara. Orang-orang yang nampaknya berbeda itu, sering melakukan hal yang aneh-aneh, sementara kakang tidak dapat tinggal diam"
Ki Mina lersenyum. "Aku tidak akan memeapuri persoalan siapapun, Nyi" jawab Ki Mina.
"Ada benarnya juga Wiyati yang selalu cemas jika kakang berbicara tentang sesuatu. Misalnya tentang pemilihan Demang itu. Bukankah Wiyati benar, bahwa akhirnya kakang melibatkan diri pula"
"Bukankah kau juga ikut"
"Tetapi kakanglah yang memulainya"
"Untunglah bahwa kita justru menaruh perhatian. Jika tidak, maka kira-kira apa yang terjadi di padukuhan Kalisasak itu"
Nyi Mina mengangguk. Ketika pesanan mereka dihidangkan, maka perhatian Ki Mina dan Nyi Minapun segera beralih ke minuman panas serta nasi sayur asam yang terhidang itu.
Meskipun demikian sekali-sekali Ki Mina masih saja
berpaling kepada empat orang yang seakan-akan orang-orang terhormat itu.
Namun mereka masih saja duduk dengan tertib sambil
makan makanan yang mereka pesan serta menghirup
minuman segar mereka.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi perhatian Ki Mina menjadi semakin tertarik ketika ia mendengar seorang diantara keempat orang itu berkata
"Agaknya mereka tidak datang hari ini, kangmas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka sudah sanggup. Mereka tentu akan datang. Mereka sendirilah yang menentukan hari dan tempat pertemuan ini"
"Tetapi matahari sudah melampaui puncaknya. Sebentar lagi matahari akan turun.
"Kita akan menunggu sebentar lagi. Jika mereka tidak segera datang, maka kita akan pergi. Kita hanya akan kehilangan waktu saja"
Ternyata beberapa saat kemudian, beberapa ekor kuda
berderap menuju ke kedai itu. Demikian kuda-kuda itu berhenti di halaman maka beberapa orangpun berloncatan turun.
"Apakah mereka sudah datang?" bertanya seorang diantara orang-orang berkuda itu dengan berat.
"Sudah lurahe" "Tetapi aku tidak melihat kuda-kuda mereka"
"Tetapi mereka sudah ada di dalam"
Nyi Mina yang melihat orang-orang berkuda itu datang dengan sikap yang mencurigakan, maka iapun berkata "Nah, kakang mulai tertarik kepada orang-orang berkuda itu. Mereka tentu orang-orang yang sudah ditunggu oleh keempat orang yang berpakaian rapi itu. Berpakaian seperti orang-orang terhormat. Jika ada persoalan diantara mereka, sebaiknya kakang tidak usah turut campur agar kita tidak tertahan lagi di perjalanan"
Ki Mina mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun
tersenyum" bukankah aku sudah berjanji bahwa aku tidak akan mencampuri persoalan orang lain di sepanjang
perjalanan kami ini?"
Nyi Mina menarik nafas panjang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, enam orang berkuda itupun segera
memasuki kedai itu setelah mereka menambatkan kuda-kuda mereka.
Di pintu mereka berhenti sejenak. Namun kemudian
merekapun melihat keempat orang yang telah lebih dahulu berada di kedai itu.
"Nah, itu mereka" berkata seorang yang berkumis
melintang. Keenam orang itupun segera mendekati keempat orang
yang sudah duduk di dalam kedai itu. Dua diantara mereka, duduk bersama keempat orang yang berpakaian rapi itu.
Sedangkan yang lain duduk di sebelahnya.
"Bagaimana Den Mas. Persoalannya sudah berkembang
menjadi semakin luas"
"Persoalan apa?" bertanya salah seorang diantara keempat orang yang berpakaian rapi itu.
"Den Mas masih pura-pura tidak tahu"
"Aku tidak pura-pura. Aku bertanya sebenarnya. Apa yang kau katakan itu?"
Sementara itu, ketika Ki Mina mendengarkan pembicaraan mereka, Nyi Minapun berkata "Jangan mendengarkan. Nanti kau tertarik lagi pada persoalannya"
"Siapa yang mendengarkan?"
"Kakang" "Tidak. Aku tidak sengaja mendengarkannya"
"Kakang mau mengatakan, bahwa kakang mendengar
dengan sendirinya. Jika demikian, marlah kita pergi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu. Kau lihat nasiku belum habis"
Nyi Minapun mengangguk sambil berdesis "Baiklah. Nasiku juga belum habis"
Dalam pada itu, orang yang berumis melintang itupun
berkata "Jika Den Mas tidak tahu persoalannya, kenapa Den Mas datang kemaln?"
"Bukankah kalian minta kami datang kemari" Kaulah yang menentukan waktu yang tempatnya"
"Baiklah jika Den Mas berpura-pura. Pembicaraan tentang pernikahan Den Mas Jangkung dengan Den Ajeng Laras sudah dibicarakan oleh Raden Rangga Somadigda. Karena itu, kami minta Den Mas segera menentukan, kapan Raden Rangga
Somadigda dapat datang menemui Raden Rangga Wiraprana"
"Edan. Aku ingin bertemu dengan Dimas Jangkung untuk menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Perbuatan Dimas Jangkung sama sekali bukan perbuatan seorang laki-laki terhormat. Hampir saja Diajeng Laras menjadi korbannya. Jadi bukan membicarakan untuk menikahkan mereka berdua.
Dimana Jangkung sekarang" Kenapa ia tidak ikut kemari?"
"Den Mas Jangkung tidak punya waktu. Kami diperkenankan datang mewakilinya.Den Mas Jangkung tetap akan memperisteri Den Ajeng Laras. Kapan ayah Den Mas Jangkung itu dapat datang menemui Raden Rangga
Wiraprana, ayah Den Ajeng Laras untuk melamarnya"
Semakin cepat semakin baik"
"Kau gila. Aku ingin bertemu dengan Dimas Jangkung
sekarang untuk memberikan peringatan kepadanya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika Den Mas ingin menemui Den Mas Jangkung, silahkan datang menghadap di rumahnya. Den Mas Jangkung tidak mempunyai banyak waktu"
"Tidak. Kami tidak akan menghadap Dimas Jangkung. Aku lebih tua dari anak itu. Dalam urutan darah keluargapun aku lebih tua. Karena, itu, Jangkunglah yang harus datang menemui aku"
"Den Mas memang lebih tua dipandang dari berbagai segi.
Tetapi Den Mas tahun bahwa keluarga Deh Mas Jangkung jauh lebih terhormat dari keluarga Den Mas. Meskipun pangkat ayah Den Mas Jangkung sama dengan pangkat ayah Den Mas, meskipun mungkin kedudukan ayah Den Mas agak lebih
tmggitetaplKi Rangga Somadigda adalah sebrang Rangga yang jauh lebih kaya dari ayah Den Mas. Dari
"Setan kau. Aku tidak peduli. Tetapi aku tetap akan
memberi peringatan kepada Dimas Jangkung, bahwa ia tidak akari dapat mengganggu adikku lagi. Jika sekali lagi ia mengganggu Laras, maka aku akan berbuat lebih kasar lagi terhadap Dimas Jangkung"
Orang berkumis lebat itu tertawa.Katanya "Apa yang dapat Den mas lakukan" Kami adalah sahabat-sahabat baik Den Mas Jangkung. Jika terjadi sesuatu atas anak muda itu, maka kami tidak akan dapat tinggal diam"
"Siapa sahabat-sahabat baik Dimas Jangkung?"
"Kami" "Aku tahu bahwa kalian adalah orang-orang upahan.
Kembalilah kepada Jangkung. Sekarang. Katakan bahwa aku menunggunya disini. Jika ia menolak, maka ia akan menyesali kesombongannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berkumis tebal itu tertawa berkepanjangan, sehingga orang-orang yang ada di kedai itu seakan-akan telah
terguncang-guncang. Seberapa orang yang merasa sudah selesai makan dan
minumpun segera meninggalkan kedai itu. Mereka sadar, bahwa jika suasana itu tidak tertolong, maka akan dapat timbul benturan kekerasan.
"Den Mas" berkata orang berkumis tebal itu "jangan
memutar balik keadaan. Den Mas Jangkung dan Den Ajeng Laras adalah dua orang yang saling mencintai. Tidak ada kekuatan apapun yang akan dapat memisahkan mereka.
Sebenarnya Raden Rangga Somadigda tidak setuju untuk mengambil Den Ajeng Laras menjadi menantunya. Masih
banyak perempuan cantik yang dapat dipilih. Bahkan anak seorang Tumenggung sekalipun. Bahkan masih mengalir darah biru didalam tubuhnya Tetapi karena Den Ajeng Laras sangat mencintai Den Mas Jangkung, Raden Rangga Somadigda tidak sampai hal untuk memisahkan kedua anak muda itu"
"Cukup. Cukup. Ini pikiran gila. Laras hampir membunuh dirinya karena malu oleh perbuatan Jangkung. Kjarena itu, bawa Jangkung kepadaku"
"Den Mas Mengancam?"
"Ya. Aku mengancam"
"Jangan begitu Den Mas. Jangan paksa kami untuk
melakukan perbuatan yang bodoh karena kami memang
orang-orang bodoh" "Apapun yang kau katakan, aku tetap inginkan Dimas
Jangkung. Ia harus mengetahui sikapku. Ia harus tahu, bahwa ia tidak akan dapatberbuat semena-mena kepada gadis-gadis yang lemah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Den Mas. Jika Den Mas mengancam, maka kami tidak akan dapat tinggal diam. Sebelaum Den Mas bertemu dengan Den Mas Jangkung, maka aku harus meyakinkan kepada Den Mas Jangkung Bahwa Den Mas sudah menjadi jinak dan tidak akan melakukan perbuatan liar dan bahkan buas lagi"
"Tidak. Aku harus bertemu dengan Dimas Jangkung"
"Den Mas. Kalian tidak akan dapat berbuat apa-apa. Den Mas hanya berempat. Itupun kalau kawan-kawan Den Mas itu bersedia membantu Den Mas, karena jika mereka bersedia membantu Den Mas, maka nasib mereka akan menjadi sangat buruk. Mereka akan menyesal di sepanjang umurnya"
"Jangan sesorah. Sekarang kalian pergi. Bawa Jangkung kemari.Itu saja. Bukankah persoalannya sangat sederhana?"
"Jika Den Mas ingin segera bertemu dengan Den Mas
Jangkung, ikut saja kami"
"Sudah aku katakan, aku tidak akan menemuinya di
rumahnya. Aku memanggilnya untuk datang kemari. Tidak ada jalan lain"
"Sudahlah Den Mas. Sebaiknya Den Mas menyesuaikan diri saja. Raden Rangga Somadigda sudah bersia-siap untuk pergi melamar. Den Mas Jangkung dan Den Ajeng Laras tidak akan dapat dipisahkan lagi. Mereka saling mencintai sehingga hanya maut sajalah yang mampu memisahkan mereka"
"Cukup. Cukup. Pergi dan bawa Jangkung kemari. Ia harus menjadi jera"
"Den Mas. Pulanglah. Katakan kepada ayah Den Mas,
bahwa Raden Rangga Somadigda akan datang. Sebaiknya
Raden Rangga Wiraprana memberi tahukan, kapan ia dapat menerima"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup. Pergi. Pergi"
"Aku akan pergi. Tetapi Den Mas harus menyatakan
kesediaan Den Mas memberitahukan kepada ayah Den Mas bahwa Raden Rangga Somadigda akan datang melamar"
"Tidak" "Harus. Den Mas harus memberitahukan kepada ayah Den Mas. Ayah Den Maspun harus menerima Raden Rangga
Somadigda atau Den Ajeng Laras akan kami ambil dengan paksa"
"Apakah kau sudah gila?"
"Ya. Kami memang kumpulan orang-orang gila. Karena itu, jangan mencoba melawan kehendak Den Mas Jangkung"
Orang yang berpakaian rapi itu menjadi sangat marah.
Wajahnya menjadi merah. Ki Mina yang sudah menghabiskan makan dan minumannyapun menggamit Nyi Mina sambil berkata "Marilah kita pergi. Agar aku tidak melibatkan diri dalam persoalan ini"
Tetapi Nyi Minalah yang menjawab "Nanti dulu"
"Aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Aku tidak tahu persoalan apa yang mereka hadapi. Karena itu, marilah kita pergi segera"
"Nanti dulu kakang. Persoalannya menyentuh hati. Agaknya telah terjadi pemaksaan kehendak atas seorang gadis"
"Kehendak apa" aku sudah memenuhi keinginanmu agar
aku tidak mendengarkannya"
"Apakah kita akan membiarkan seorang gadis yang dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak dikehendaki" Bahkan agaknya seorang anak orang terhormat dan berkuasa serta http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai banyak uang dan sudah sering melakukan
tindakan-tindakan kasar terhadap gadis-gadis"
"Jangan hiraukan"
"Kita tidak dapat membiarkannya"
Ki Mina tersenyum. Katanya "Ternyata kali ini bukan aku yang menyebabkan kita mencampuri persoalan orang lain"
"Ah, kakang" "Baiklah, Kita lihat, apa yang akan terjadi"
Dalam pada itu, orang yang disebut Den Mas itupun
menjadi sangat marah. Dengan garangnya ia membentak
"Pergi. Pergi. Panggil Jangkung kemari. Aku tidak mau berbicara dengan kalian. Kalian hanya orang-orang upahan yang tidak akan dapat
menentukan apa-apa kecuali
menjalankan perintah"
"Ya. Dan perintah itu mengatakan bahwa aku harus
menjinakkan Den Mas sehingga Den Mas untuk selanjutnya tidak akan menghalangi lagi niat Den Mas Jangkung menikah dengan adik Den Mas. Den Ajeng Laras"
"Tidak ada orang yang dapat menjinakkan aku" Orang
berkumis lebat itupun kemudian beraling kepada seorang yang berkulit kuning. Bermata tajam seperti mata burung elang.
"Alap-alap Alas Roban. Lakukan tugas yang harus kau
Lakukan. Jinakkan Den Mas Wiraga ini. Jika yang lain-lain akan melibatkan diri, biarlah kami yang menanganinya"
Orang yang disebut Den Mas Wiraga itupun segera bangkit berdiri. Dengan lantang iapun berkata "Aku tidak ingin merusakkan isi kedai ini. Kita akan bertempur di halaman"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berkulit kuning yang disebut Alap-alap Alas Roban itu tersenyum. Katanya "Baiklah Den Mas. Aku akan menunggu di halaman.
Den Mas Wiraga itupun kemudian telah melangkah keluar kedai itu dan turun di halaman. Iapun langsung dihadapi oleh orang yang disebut Alap-alap Alas Roban"
Sementara itu, ketiga orang kawannyapun telah keluar pula dari kedai itu. Namun orang berkumis lebat serta kawan-kawannya segera bersiap menghadapi mereka.
"Kakang" desis Nyi Mina "Jika benar orang itu Alap-alap Alas Roban, maka ia adalah orang yang sangat berbahaya"
"Mungkin anaknya. Atau muridnya atau siapapun yang
diberi hak untuk mempergunakan nama itu. Alap-alap Alas Roban yang sebenarnya tentu sudah lebih tua. Mungkin setua kita"
"Kita akan melihat. Mungkin orang yang disebut Den Mas Wiraga itu juga seorang yang berilmu tinggi"
Karena itu, maka kedua suami isteri itupun telah turun ke halaman pula. Mereka tidak memperhatikan bahwa kedai itu telah kosong. Semua orang telah pergi meninggalkan kedai itu.
Yang ada di halaman tinggallah empat orang yang
berpakaian rapi itu berhadapan dengan orang-orang yang datang berkuda.
"Kau tetap pada pendirianmu Den Mas. Kau tetap tidak merelakan adikmu menikah dengan Den Mas Jangkauan?"
bertanya Alap-alap Alas Roban
"Den Mas. Jangan menyesal jika untuk seterusnya Den Mas tidak dapat berjalan terus. Mungkin Den Mas akan menjadi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lumpuh atau mata Den Mas akan buta sebelah" berkata Alap-alap Alas Roban yang ternyata sikapnya justru tidak terlalu kasar.
Tetapi Nyi Mina berdesis perlahan "Orang itu sangat
berbahaya. Justru Alap-alap Alas Roban itu banyak tersenyum.
Agak lembut dan sikapnya seakan-akan berlandaskan unggah-ungguh yang utuh"
"Ya. Orang itu sangat berbahaya. Orang itu memang Alap-alap Alas Roban. Ia memiliki semua sifat Alap-alap Alas Roban.
Entahlah tingkat ilmunya"
Sementara itu Raden Mas Wiraga yang marah itu tidak
menghiraukan ancaman Alap-alap Alas Roban. Nampaknya Raden Mas Wiraga juga seorang yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga meskipun ia dihadapkan kepada Alap-alap Alas Roban, namun ia sama sekali tidak menjadi gentar.
Bahkan Raden Mas Wiraga itupun berkata "Alap-alap Alas Roban. Aku menyayangkan kebesaran namamu jika pada
akhirnya kau hanya menjadi orang upahan"
Tetapi Alap-alap Alas Roban itu tertawa tertahan. Katanya
"Apa yang harus aku lakukan Den Mas" Meskipun aku menjadi orang upahan, tetapi tidak sembarang orang dapat mengupah aku. Hanya orang-orang tertentu sajalah yang aku layani.
Misalnya Raden Rangga Somadigda yang uangnya tidak dapat dihitung. Raden Rangga menyanggupi untuk membayarku
seberapa saja aku minta. Bahkan seandainya aku minta uang sebakul penuh"
"Apakah bagimu hidup itu sama dengan uang?"
"Ya. Aku telah bertekad untuk berbuat apapun juga dalam hidupku untuk mendapatkan uang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan tidak menghiraukan harga diri?"
"Bahkan seandainya kepalaku dijadikan alas kakipun akan aku lakukan jika upahnya memadai"
Raden Mas Wiraga menggeram. Ternyata ia berhadapan
dengan seorang yang menghambakan dirinya kepada uang.
Orang yang mempertaruhkan hidup matinya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Ki Mina dan Nyi Mina memperhatikan orang yang disebut Alap-alap Alas Roban itu dengan saksama. Tetapi mereka memang belum mengenal secara pribadi dengan orang yang disebut Alap-alap Alas Roban. Yang dikenalnya adalah cabang ilmu perguruan Alas Roban yang dipimpin oleh Alap-alap Alas Roban. Tetapi menurut dugaan mereka, Alap-alap Alas Roban yang dimaksud bukan orang yang akan bertempur dengan Raden Mas Wiraga itu. Tetapi agaknya orang itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Alap-alap Alas Roban yang sebenarnya, yang agaknya umurnya lebih tua dari orang itu.
Beberapa saat kemudian, Raden Mas Wiraga itu sudah
bersiap sepenuhnya untuk bertempur melawan Alap-alap Alas Roban yang sudah mulai bergeser. Namun Alap-alap Alas Roban yang berkulit kuning dan bermata tajam seperti mata burung hantu itu masih saja tersenyum-senyum. Ia seakan-akan tidak sedang berhadapan dengan seorang lawan. Tetapi sedang bertemu dengan seorang kenalan yang sudah lama sekali tidak bertemu.
"Aku peringatkan sekali lagi Den Mas" berkata Alap-alap itu
"biarkan saja Den Mas Jangkung menikah dengan Den Ajeng Laras. Aku tahu dan semua orang tahu, jika ada utusan Den Rangga Somadigda untuk melamar, maka Den Rangga
Wiraprana tentu akan memberikannya. Kecuali Den Wiraprana tahu bahwa aku berdiri di pihak Den Rangga Somadigda, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi menurut pendengaranku ayahanda Den Mas Wiraga itu juga dapat dipengaruhi dengan uang"
"Omong kosong. Ayah bukan orang yang dapat dibeli.
Tetapi kalian tidak perlu berbicara dengan ayah. Aku akan menyelesaikan semua perkara"
"Den Mas tentu takut kalau Den Rangga yang sakit-sakitan itu akan mati karena lamaran Den Mas Jangkung itu"
"Cukup. Aku akan menyumbat mulutmu"
"Ingat Den Mas. Kau berhadapan dengan Alap-alap Alas ROban yang sangat ditakuti orang"
Sejenak kemudian, maka Alap-alap Alas Roban itupun telah meloncat menyerang. Demikian cepatnya sehingga Raden Mas Wiraga itu terkejut. Ia tidak mengira bahwa ia akan mendapat serangan dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Karena itu, maka Raden Mas Wiraga itu tidak sempat
menghindari. Meskipun ia berusaha menangkis serangan itu, namun tubuhnya tergetar juga sehingga ia bergeser surut dua langkah.
Raden Mas Wiraga itu menggeram. Iapun segera
meningkatkan ilmunya, sehingga mampu mengimbangi
ketangkasan lawannya. Keduanyapun segera terlibat dalam pertempuran yang
sengit. Ternyata Raden Mas Wiraga memiliki bekal yang cukup untuk melawan orang yang disebut Alap-alap Alas Roban itu.
Di luar arena pertempuran, Ki Mina dan Nyi Mina
memperhatikan pertempuran itu dengan sungguh-sungguh.
Bahkan Ki Mina itupun kemudian berdesis "Ya. Bukankah kita mengenali unsur-unsur gerak orang yang mengaku Alap-alap Alas Roban itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Tetapi apakah kakang percaya bahwa orang itulah Alap-alap Alas Roban atau orang yang sudah mendapat
kuasanya?" "Mungkin ia belum sampai pada tataran puncak dari ilmu perguruan Alas Roban"
Nyi Mina mengangguk-angguk.
Pertempuran itupun semakin lama menjadi semakin sengit.
Namun dengan demikian, Ki Mina dan Nyi Mina melihat
semakin jelas, ciri-ciri justru dari kedua belah pihak. Mereka memang melihat ciri-ciri perguruan Alas Roban pada orang berkulit kuning, bermata tajam seperti mata burung hantu, serta setiap kali tersenyum itu. Namun ternyata mereka juga melihat ciri-c iri ilmu Raden Mas Wiraga.
"Tentu ada jalur dengan perguruan Tapak Mega di tepi Kali Bagawanta"berkata Ki Mina.
"Maksud kakang, perguruan Tapak Mega yang dipimpin
oleh Uwa Rina-rina?"
"Ya" Nyi Mina termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun mengangguk sambil berdesis "Ya. Aku melihat unsur-unsur gerak Uwa Rina-rina. Jika Raden Mas Wiraga itu bertubuh kecil dan lebih pendek, maka ia adalah bayangan Uwa Rina-rina itu sendiri"
"Tetapi darimana orang itu menyadap ilmu Tapak Mega dari tepi Kali Bagawanta itu"
"Tentu ada banyak cara. Mungkin orang itu pernah berguru ke perguruan Tapak Mega. Mungkin salah seorang murid perguruan Tapak Mega yang sudah tuntas sempat mendirikan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri perguruan yang tetap merupakan aliran arus ilmu dari perguruan Tapak Mega. Atau cara-cara lain"
"Tepat" "Apa yang tepat?"
"Atau cara-cara lain?"
"Ah, kakang" "Sst"desis Ki Mina.
Nyi Minapun segera menumpahkan perhatiannya kepada
pertempuran di halaman kedai itu.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dilihatnya, ketiga orang yang bersama-sama duduk di
dalam kedai itu bersama Raden Mas Wiraga itu mulai bersiap-siap. Namun orang berkumis lebat dan kawan-kawannyapun telah bersiap-siap pula.
"Ada harapan, Nyi"
"Harapan apa?" "Ada harapan Raden Mas Wiraga memenangkan pertempuran itu" "Ya. Tetapi agaknya mereka memang seimbang. Bedanya
Raden Mas Wiraga lebih banyak mempergunakan otaknya dari lawannya"
"Ya. Itulah yang aku katakan bahwa ada harapan bagi
Raden Mas Wiraga untuk memenangkan pertempuran itu"
Nyi Mina itupun mengangguk-angguk.
Namun tanpa disengaja keduanyapun telah melihat di
kejauhan beberapa orang tengah memperhatikan pertempuran itu. Agaknya tidak seorangpun yang mendekat. Mereka tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin terpercik oleh permusuhan diantara kedua belah pihak yang bertempur itu.
"Ternyata kita hanya berdua saja berada di dekat arena ini, Nyi" berkata Ki Mina.
"Bukankah kita hanya menonton saja?"
"Tetapi kau sudah bersiap-siap untuk mencampuri persoalan orang lairj. Bukankah itu akan memperlambat perjalanan kita"
"Ah, kakang" Ki Mina sempat tertawa tertahan.
Sementara itu, pertempuran itupun menjadi semakin sengit.
Ternyata Raden Mas Wiraga semakin mendesak lawannya
yang disebut Alap-alap Alas Roban itu. Serangan-serangan Raden Mas Wiraga semakin sering menembus pertahanan
Alap-alap Alas Roban, sehingga beberapa kali Alap-alap Alas Roban itu terdesak surut.
Dalam keadaan yang semakin gawat, maka orang berkumis tebal itu nampak semakin gelisah. Apalagi ketika Alap-alap Alas Roban itu terlempar dan terbanting jatuh ketika serangan kaki Raden Mas Wiraga meluncur seperti anak panah
menerobos pertahanannya tepat mengenai dadanya.
Orang berkumis lebat itupun cepat berlari kearah Alap-alap Alas Roban. Namun Alap-alap Alas Roban itu sudah melenting berdiri dengan sigapnya.
"Aku tidak apa-apa" geram Alap-alap Alas Roban itu.
Namun iapun kemudian berkata "Uruslah kawan-kawan Den Mas edan itu. Lumatkan mereka seperti aku akan melumatkan Den Mas yang malang ini. Dengan demikian ia tidak hanya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekedar akan nienjadi cacat. Tetapi untuk selama-lamanya ia tidak akan dapat mengganggu niat Den Mas Jangkung lagi"
Orang berkumis lebat itupun menggeram. Iapun kemudian memberi isyarat kepada kawan-kawannya untuk bersiap.
Tetapi ketiga kawan Raden Mas Wiraga itupun segera
mempersiapkan diri pula. Mereka sadar, bahwa mereka akan menjadi alat untuk memperlemah pertahanan jiwani Raden Mas Wiraga.
Namun dengan demikian, maka merekapun bertekad untuk tidak mempengaruhi pertempuran diantara Raden Mas Wiraga melawan Alap-alap Alas Roban itu.
Sebenarnyalah sejenak kemudian, orang berkumis lebat itupun telah bergeser mendekati ketiga orang kawan Raden Mas Wiraga. Dengan lantang orang berkumis itu berkata
"Berjongkoklah. Tundukkan kepalamu. Kau akan mati dengan cara terbaik daripada kau harus mengerahkan tenaga dan kemampuanmu untuk melawan"
"Aku pernah mendengar kata-kata seperti itu lebih dari sepuluh kali. Tetapi mereka yang mengatakan itu selalu dapat aku kalahkan"
"Persetan kau" "Kau kira aku belum berpengalaman menghadapi orangorang gila seperti kalian?"
"Kau berani menyebut aku gila?"
"Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kalian
adalah kumpulan orang-orang gila"
"Iblis kau" geram orang itu. Iapun segera memberi isyarat kepada kawan-kawannya untuk menyerang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian mereka bergerak, ketiga orang kawan Den Mas Wiraga itupun bergerak pula bersama-sama.
Dengan demikian, maka telah terjadi pula pertempuran yang sengit. Tiga orang kawan-kawan Raden Mas Wiraga itu ternyata bertempur dalam satu lingkaran. Mereka berloncatan silang menyilang, sehingga dengan demikian, mereka tidak berhadapan dengan lawan tertentu.
Agaknya cara itu telah sedikit mengacaukan perlawanan kawan-kawan orang berkumis lebat itu, sehingga merekapun kadang-kadang harus berloncatan mengambil jarak.
Ki Mina yang berdiri di pinggir arena itupun berdesis
"Mereka ternyata saudara seperguruan Raden Mas Wiraga"
"Ya. Namun agaknya tataran ilmu mereka masih sedikit di bawah ilmu Raden Mas Wiraga"
"Tetapi mereka akan dapat mengatasi lawan-lawan mereka"
Ternyata keempat orang itu merupakan sasaran yang
sangat berat bagi orang-orang upahan itu. Yang paling mereka andalkan, Alap-alap Alas Roban, ternyata tidak dapat mengimbangi kemampuan, Raden Mas Wiraga. Sedangkan
kawan-kawan orang berkumis lebat itu, meskipun jumlahnya lebih banyak, juga tidak mampu mengalahkan lawannya yang hanya bertiga.
Beberapa saat kemudian, maka Alap-alap Alas Roban itupun menjadi semakin terdesak. Tenaganya bagaikan terkuras habis. Tubuhnya kesakitan di mana-mana, sedangkan tulang-tulangnya bagaikan menjadi retak.
Meskipun demikian, Alap-alap Alas Roban itu tidak mau melihat kenyataan itu. Ia merasa dirinya tidak terkalahkan.
Meskipun tubuhnya menjadi lemah dan tenaganya menjadi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir tidak berdaya, namun Alap-alap Alas Roban itu masih mencoba melawan.
Ketika dengan sekuat sisa tenaga Alap-alap Alas Roban itu menjulurkan tangannya menyerang Raden Mas Wiraga, maka Raden Mas Wiraga itupun bergeser selangkah kesamp-: ing, sehingga serangan Alap-alap Alas Roban itu tidak mengenai sasaran. Bahkan Alap-alap Alas Roban itu telah terseret oleh ayunan tangannya sendiri. Ketika kemudian Raden Mas Wiraga memukul punggungnya, maka Alap-alap Alas Roban itupun segera jatuh terjerembab. Wajahnya tersuruk ke tanah berbatu-batu yang memang ditata di halaman kedai itu.
Terdengar Alap-alap Alas Roban itu mengaduh tertahan.
Vamun ia masih mencoba untuk bangkit berdiri.
Tetapi begitu ia berhasil tegak, maka seorang kawan-nyalah yang terpelanting membentur bebatur kedai itu.
Orang itu masih mencoba untuk bangkit. Tetapi
punggungnya terasa bagaikan menjadi patah. Karena itu, maka iapun telah terjatuh lagi di bebatur kedai itu.
Ternyata kawan-kawannya sudah tidak berdaya. Yang
kemudian terlempar lagi dari arena adalah orang berkumis itu sendiri.
Raden Mas Wiragapun kemudian berdiri bertolak pinggang.
Wajahnya masih merah oleh kemarahan yang menyala
didadanya. Nafasnya terengah-engah serta jantungnyapun seakan-akan berdegup semakin cepat.
"Nah, apa katamu Alap-alap edan?"
Alap-alap Alas Roban yang merasa dirinya tidak akan
Qapatidikalahkanjitu|menggeram marah pula. Dengan geram iapun berkata "Aku akan membunuhmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau" Apakah kau masih mampu berdiri tegak"
"Setan kau" Alap-alap Alas Roban itu melangkah maju
mendekati Raden Mas Wiraga. Namun tubuhnyapun terhuyung-huyung. Hampir saja orang itu jatuh tersungkur lagi.
Sementara itu, kawan-kawannya yang bertempur melawan ketiga orang saudara seperguruan Raden Wiraga itupun sudah tidak berdaya pula. Bahkan seorang diantara mereka menjadi pingsan.
"Alap-alap kerdil" berkata Raden Mas Wiraga "Tidak ada gunanya bagiku untuk membunuhmu. Kau hanya orang-orang upahan. Jika aku membunuhmu, maka paman Rangga
Somadigda tentu akan mengupah orang lain untuk melakukan hal yang sama. Karena itu, pergilah. Kembalilah kepada Dimas Jangkung. Katakan, jika ia tidak mau datang hari ini kemari, pada kesempatan lain, aku akan mencarinya. Aku akan
membuat perhitungan dengan Jangkung itu langsung atau bahkan dengan ayahnya jika ayahnya mendukung kegilaan anaknya. Tidak perlu ayah yang menanganinya. Biar aku saja yang menyelesaikan. Meskipun paman Rangga Somadigda
memiliki uang sebangsal agung, tetapi ia tidak akan dapat membeli adikku. Membeli keluargaku"
Namun demikian kata-kata Raden Mas Wiraga itu berakhir, maka terdengar dua orang yang bertepuk tangan. Dua orang yang tiba-tiba saja muncul dari balik sudut kedai itu.
"Bagus. Bagus sekali permainanmu Den Mas. Ternyata kau benar-benar seorang yang mumpuni. Kau telah dapat
mengalahkan murid dari perguruan Alas Roban"
Orang yang disebut Alap-alap Alas Roban itupun terkejut pula melihat kehadiran kedua orang itu. Dengan tergesa-gesa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iapun berjongkok sambil berdesis "Guru. Aku belum mampu mengemban nama itu. Aku masih belum dapat mengalahkan orang ini?"
Kedua orang itu tertawa. Seorang diantaranya berkata
"Tidak apa-apa. Kau memang harus memperluas pengalamanmu. Kali ini kau bertemu dengan murid-murid langsung atau tidak langsung dari perguruan Tapak Mega yang padepokannya berada di pinggir Kali Bagawanta yang didirikan oleh orang cebol itu.
"Ternyata aku dikalahkannya guru"
"Tidak apa-apa. Adalah wajar sekali jika pada suatu saat kau dikalahkan oleh orang-orang yang memiliki ilmu lebih masak dari aku sendiri"
"Ampun guru". "Tetapi orang yang telah berani menyakiti muridku ini memang harus dihukum"
Raden Mas Wiraga surut selangkah. Bahkan ketiga orang saudara seperguruannyapun bergeser pula mendekat
"Perguruan Tapak Mega memang perguruannya orangorang yang didalam darahnya masih mengalir tetesan darah keturunan bangsawan meskipun akhir-akhir ini pintunya sudah dibuka pula bagi orang kebanyakan "Lalu katanya kepada murid-murid Tapak Mega "Kalian tidak usah menyombongkan dirimu untuk melawanku. Jika kau masih ingin mencobanya, maka aku akan patahkan leher kalian berempat"
Tetapi keempat orang murid perguruan Tapak Mega itu
tidak menjadi ketakutan. Merekapun segera mempersiapkan diri menghadapi lawan yang tentu jauh lebih berat
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian akan melawan?" bertanya orang itu. Tetapi yang seorang lagi berkata "Sebaiknya jangan.
Biarlah kami menjatuhkan hukuman sesuai dengan cara
kami. Tetapi jangan mencoba menghalangi agar hukuman yang akan kami berikan tidak justru menjadi semakin berat"
Tidak ada yang menjawab. Tetapi keempat orang itu benar-benar telah bersiap.
Ketika kedua orang itu melangkah mendekat, maka
keempat orang itulah yang justru menyerang lebih dahulu.
Tetapi kedua orang itu memang sangat tangkas. Mereka berloncatan dengan cepatnya, sehingga serangan keempat orang yang datang hampir bersamaan itu sama sekali tidak menyentuh mereka berdua.
Bahkan kedua orang itu masih sempat tertawa panjang.
Seorang diantara mereka berkata "Kalian sudah termasuk dalam bingkai orang-orang berilmu tinggi. Tetapi kalian berdua tidak akan dapat berbuat apa-apadi hadapan kami"
Sebelum salah seorang diantara keempat orang itu
menjawab, maka seorang diantara kedua orang itupun telah menjejak tanah.
Hentakkan kaki orang itu seakan-akan telah mengguncang halaman kedai itu. Namun sebelum keempat orang itu
menyadari iapa yang telah terjadi, maka kedua orang itu telah bergerak dengan kecepatan yang sulit dikuti dengan
pandangan mata. Tiba-tiba saja keempat orang murid Tapak Mega itu
mengaduh. Dua orang itu ternyata telah menyerang dan langsung menguak pertahanan keempat orang murid Tapak Mega itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum mereka menyadari keadaan mereka, maka tibatiba seorang diantara kedua orang itu telah meloncat, menerkam Raden Mas Wiraga di bajunya. Iapun menarik baju di bagian dada itu dengankasarnya. Demikianlah Raden Mas Wiraga berdiri di depannya, maka sebuah pukulan yang keras sekali telah menyambar dagunya.
Sedangkan seorang yang lain telah menyerang ketiga orang kawan Raden Mas Wiraga.
Ketiganya sama sekali tidak berdaya untuk melawannya.
Selain mereka sudah letih melayani kawan-kawan orang tebal itu, ilmu mereka memang terpaut jauh.
Dalam pada itu, maka keempat orang itu menjadi tidak berdaya. Sebuah pukulan yang keras telah melemparkan Raden Mas Wiraga sehingga rubuhnya membentur sebatang pohon duwet di halaman kedai itu. Tubuh itupun kemudian terkulai lemah dibawah pohon duwet itu, sementara yang lainpun telah menjadi tidak berdaya.
Namun sekali lagi terdengar tepuk tangan.
Kedua orang itupun segera berpaling. Mereka melihat dua orang laki-laki dan perempuan berdiri didekat pintu kedai itu.
"Luar biasa" berkata Ki Mina yang bertepuk tangan itu "Aku mengikuti peristiwa ini sejak awal. Sejak murid-muridmu menantang empat orang murid langsung atau tidak langsung dari perguruan Tapak Mega itu"
"Kau siapa?" "Yang jelas, aku bukan Alap-alap Alas Roban. Agaknya kaulah yang bergelar Alap-alap Alas Roban itu. Atau semua orang yang telah selesai menuntut ilmu di perguruan Alas Roban, akan mendapat gelar Alap-alap Alas Roban"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kepentinganmu dengan peristiwa ini?"
"Bukan apa-apa. Aku hanya menonton tontonan yang tidak berbobot sama sekali. Jelek"
"Persetan. Kau siapa, he" Begitu beraninya kau mencampuri urusanku"
"Kau pukuli orang-orang yang tidak berdaya itu. Nampaknya kau bangga dapat mengalahkan Den Mas Wiraga dan kawan-kawannya. Kau bangga telah dapat mengalahkan anak-anak ingusan itu didalam tataran olah kanuragan.
Sementara itu, muridmu tidak berdaya menghadapi Raden Mas Wiraga. Untunglah bahwa Raden Mas Wiraga ternyata seorang yang sangat baik, yang tidak berniat membunuh muridmu.
Seharusnya kau datang kepadanya untuk mengucapkan terima-kasih. Tetapi kau justru menyakitinya.
Bukankah itu tidak pantas?"
"Apa urusanmu dengan Den Mas Wiraga. Bahkan
seandainya aku membunuhnya. Bukankah kau bukan sanak dan bukan kadangnya?"
"Aku memang bukan sanak dan bukan kadangnya. Tetapi
aku hanya malu melihat sepak terjangmu. Apalagi jika kau memang menyebut dirimu Alap-alap Alas Roban, karena Alap-alap Alas Roban yang pernah aku dengar namanya beberapa tahun yang lalu, sifatnya sangat berbeda dengan sifat kalian berdua, sehingga aku yakin bahwa kalian bukan orang yang pertama mempergunakan gelar Alap-alap Alas Roban"
"Apa pedulimu. Nah, karena kau sudah terlanjur mencampuri urusanku, maka aku tidak akan pernah
melepaskanmu lagi" "Maksudmu?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nasib Den Mas Wiraga lebih beruntung dari nasibmu kakek dan nenek tua. Aku memang akan membiarkan Den Mas
Wiraga itu hidup. Tetapi tidak kalian. Kalin telah langsung menyinggung perasaanku. Karena itu, maka kalian akan mati"
"Ah, begitu bengiskah orang Alap-alap Alas Roban?"
"Ya. Semua orang yang berani menodai nama baik
perguruan Alas Roban harus mati"
"Kenapa kau tidak membunuh dirimu sendiri" Kalian berdua bukan saja telah menodai nama baik perguruan Alas Roban.
Tetapi kaian berdua benar-benar telah mengotorinya dan bahkan merusak nama baik perguruan Alas Roban dengan tingkah lakumu. Kau ajari muridmu menjadi orang upahan.
Kau ajari muridmu diperbudak uang, sehingga menurut
katanya, ia akan bersedia memberikan kepalanya menjadi alas kaki asal mendapat imbalan yang sesuai. Benarkah begitu?"
"Siapakah yang berkata begitu kepadamu?"
"Muridmu yang telah dikalahkan oleh Raden Mas Wiraga itu"
"Itu fitnah guru"
"Disini ada saksi. Setidaknya Raden Mas Wiraga dan ketiga orang sudara seperguruannya"
"Mereka tentu sudah sepakat untuk memfitnahku. Mereka tentu akan mengatakan sebgaimana dikehendaki oleh orang tua itu"
"Aku tidak kenal dengan mereka"
"Omong kosong" Tetapi orang yang dipanggilnya guru itupun tertawa sambil berkata "Kau tidak usah membantahnya atau bahkan membela http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri. Aku tidak berkeberatan seandainya kau melakukannya.
Akupun akan melakukannya untuk mendapatkan uang yang sesuatu"
Orang yang berkelahi dengan Raden Mas Wiraga itu
termangu-mangu sejenak. "Sudahlah. Kali ini ujianmu memang belum lulus. Kau masih perlu
meningkatkan kemampuan serta memperluas pengalaman. Tetapi kami tidak akan berkeberatan jika kau memakai gelar Alap-alap Alas Roban untuk selanjutnya"
"Terima kasih, guru"
"Nah, sekarang aku akan mengurus kedua orang kakek dan nenek ini. Apa maunya sebenarnya"
Ki Mina dan Nyi Mina berdiri termangu di tempatnya seperti patung.
"Nah, sekarang sebaiknya kalian berdua ikut bersamaku.
Aku akan mencekik kalian di pinggir kali. Kemudian
melemparkan tubuh kalian yang renta itu ke dalam jurang"
"Aku tahu bahwa kau tidak sebodoh itu. Katakan saja
bahwa kalian berdua menantangku. Tentu kami akan merasa lebih terhormat. Kecuali jika kalian sengaja menghinakan kami"
"Kau kira kalian berdua pantas untuk ditantang"
"Kenapa harus berbelit-belit. Jika kami berdua berani menegurmu,
mencampuri urusanmu dan bahkan merendahkan kalian, maka kau tentu tahu artinya. Tetapi kenapa kalian masih saja berputar-putar"
"Bagus. Kami terima tantangan kalian. Apakah kau akan bermain sendiri atau bersama perempuan ini" Jika kau akan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun seoiang diri, maka kau dapat memilih lawan salah seorasigiirahtara kami"
"Kami akan turun berdua. Kalian berdua. Kami tidak akan memilih siapa yang harus aku hadapi dan siapa yang harus dihadapi oleh isteriku"
"Sombongnya kau kakek tua. Meskipun ilmumu menggapai langit, namun tulang-tulangmu sudah rapuh semua. Sentuhan-sentuhan kecil akan dapat membuat tulang-tulangmu itu runtuh"
Ki Mina tertawa. Katanya"Kita akan mencobanya"
"Sekali lagi aku peringtkan Ki Sanak. Bahwa orang yang telah menodai nama perguruan Alas Roban sebagaimana yang kalian lakukan ini, apalagi berani melawan kami, maka kalian tidak akan pernah dapat meninggalkan arena dalam keadaan hidup"
"Kau berkata sungguh-sungguh?"
"Kau sangka aku hanya sekedar menakutimu?"
"Bukan begitu. Jika kau berkata bersungguh-sungguh, maka takaran yang kau pakai, akan aku pakai juga untuk
memperlakukan kalian berdua"
Kemarahan yang bagaikan membakar ubun-ubun tidak
dapat diredam lagi oleh kedua orang dari perguruan Alas Roban yang agaknya masing-masing juga bergelar Alap-alap Alas Roban.
Karena itu, maka seorang diantara mereka berkata kepada yang lain " Kali ini kita jumpai dua orang kakek dan nenek yang sangat sombong yang agaknya sudah menjadi jemu
untuk hidup. Agaknya mereka sudah merasa terlalu lama http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal di bumi ini, sehingga mereka ingin segera diantara ke alam lain"
"Baik, kakang. Aku akan memilin leher kakek tua itu.
Perlakukan nenek itu dengan sedikit lembut"
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebelum orang itu menjawab, Nyi Mina telah bergeser maju sambil berkata "Sudahlah. Kita sudah terlalu banyak berbicara.
Marilah kita mulai apa yang akan kita lakukan"
Alap-alap Alas Roban itu menggeram. Namun Nyi Mina dan Ki Minapun telah bergeser mengambil jarak yang satu dari yang lain.
Demikianlah, sejenak kemudian, maka merekapun telah
terlibat dalam pertempuran. Alap-alap Alas Roban itu ingin menyelesaikan lawannya dengan cepat untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang pinunjul.
"Sebelum mati, kau harus tahu, bahwa kami adalah orang-orang yang berilmu sangat tinggi, sehingga sulit untuk dicari tandingnya" geram Alap-alap Alas Roban yang bertempur melawan Nyi Mina.
Tetapi justru serangan-serangan Nyi Minalah yang
kemudian datang mebadai. Sejenak kemudian keduanya telah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Kedua belah pihak adalah orang-orang yang berilmu sangat tinggi. Alap-alap Alas Roban itupun tidak mengira bahwa mereka akan bertemu dengan kakek-kakek dan nenek-nenek yang mampu mengimbangi ilmu
mereka. "He, siapakah kau sebenarnya kakek tua?" bertanya lawan Ki Mina sambil berloncatan. Sekali menyerang, kemudian meloncat surut untuk menghindar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seharusnya kau dapat mengenali kami sebagaimana kami dapat mengenalimu Alap-alap dungu"
Alap-alap Alas Roban itu tidak bertanya lagi. Kedua tan-ganyapun kemudian mengembang seperti sayap-sayap burung alap-alap yang sedang memburu mangsanya di awang-awang.
Ki Minapun semakin meningkatkan ilmunya pula. Iapun
tidak ingin terikat dalam pertempuran itu terlalu lama.
Perjalanannya tinggal sedikit lagi. Rasa-rasanya orang tua itu ingin segara sampai di padepokan.
Pertempuran diantara Ki Mina dan Nyi Mina melawan kedua orang Alap-alap Roban itu semakin lama menjadi semakin seru. Orang-orang dari perguruan yang merasa diri mereka berilmu sangat tinggi itupun menjadi semakin marah karena mereka tidak segera dapat menguasai lawannya. Apalagi Alap-alap yang harus bertempur melawan nenek-nenek tua itu.
Ternyata nenek-nenek tua itu mempunyai ilmu yang sangat tinggi pula. Tenaga dalamnya telah menjadi sangat mapan, sehingga dapat melontarkan tenaga yang sangat besar.
Alap-alap Alas Roban itupun semakin meningkatkan ilmunya pula, sehinga ia mampu bergerak lebih cepat. Kakinya seakan-akan tidak lagi menyentuh tanah. Tubuhnya melayang
melingkar-lingkar mengitari nenek tua yang justru menjadi semakin sedikit bergerak.
Nyi Mina yang berada di pusat putaran gerak Alap-alap Alas Roban itupun sedikit merendah pada lututnya. Kedua
tangannya berada di depan dadanya. Kakinya bergeser sedikit-sedikit menyesuaikan diri dengan keberadaan lawannya.
Alap-alap Alas Roban yang berputaran di seputar nenek tua itupun tiba-tiba meloncat menyerang dari samping. Ia http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencoba berusaha untuk menembus partahanan Nyi Mina
yang kelihatannya terbuka di bagian lambung.
Tetapi di lambung perempuan tua itu seakan-akan terdapat perisai baja yang tebal. Demikian kaki. Alap-alap itu terjulur, maka dengan sedikit menarik sikunya, maka Nyi Mina telah merapatkan pertahanannya.
Ketika benturan itu terjadi, maka Nyi Minapun tergetar selangkah mundur. Tubuhnya kemudian terhuyung. Namun dengan tangkasnya Nyi Mina berhasil mempertahankan
keseimbangannya. Sementara itu, lawannya yang serangannya membentur
pertahanan yang kokoh telah tergetar pula selangkah surut.
Alap-alap itupun hampir saja terjatuh. Hanya karena
ketrampilannya menempatkan diri saja maka ia tidak jatuh terlentang.
Tetapi Alap-alap itu merasakan getar di kakinya yang sekan-akan merambat naik menyusuri urat darahnya.
Tetapi dengan cepat Alap-alap itu menghentakkan kakinya ke bumi. Getar yang merambat itu seakan-akan telah runtuh ke tanah
Namun Alap-alap itu tidak mempunyai waktu untuk
mengurangi peristiwa itu. Nyi Minalah yang kemudian
meloncat menyerangnya. Demikian ceptnya dan datangnya tidak terduga-duga. Perempuan tua itu meloncat. Tubuhnya berputar sambil mengayunkan satu kakinya menyambar wajah Alap-alap Alas Roban itu.
Alap-alap Alas Roban itu terkejut. Serangan itu datang begitu cepat. Lebih cepat dari kemungkinan yang dapat dilakukannya untuk menghindar atau menangkisnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka kaki nenek tua itupun telah menampar wajah Alap-alap itu dengan kerasnya. Demikian kerasnya sehingga Alap-alap itu terdorong beberapa langkah surut Tetapi Nyi Mina tidak melepaskan kesempatan itu. Sekali lagi ia meloncat sambil memutar tubuhnya dengan kaki terayun mendatar.
Alap-alap itu ternyata tidak mampu mempertahankan
keseimbangannya. Ketika serangan Nyi Mina itu mengenai keningnya, maka Alap-alap itupun benar-benar tidak mampu mempertahankan keseimbangannya, sehingga Alap-alap itu terpelanting jatuh di halaman kedai yang dikeraskan dengan tatanan bebatuan.
Alap-alap itu dalam sekejap telah meloncat bangkit.
Wajahnya menjadi merah oleh kemarahan yang membakar
kepalanya. Nenek tua itu telah berhasil membantingnya jatuh di tanah.
"Iblis betina yang tidak tahu diri" geram Alap-alap itu kematianmu sudah berada di ambang. Berdoalah agar kau dapat memasuki dunia barumu dengan tenang"
Nyi Mina tidak menyahut. Tetapi tiba-tiba saja perempuan tua itu telah meloncat sambil mengayunkan kakinya mengarah ke lambung.
Tetapi alap-aap itu masih sempat mengelak. Bahkan Alap-alap itulah yang kemudian meloncat sambil mengayunkan tangannya, menebas dengan sisi telapak tangannya yang terbuka serta jari-jarinya yang merapat mengarah ke leher nenek tua itu.
Nyi Mina masih sempat merendah. Bahkan tangannya
masih sempat terjulur, menggapai lambung Alap-alap Alas Roban itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah pertempuran antara Nyi Mina dan Alap-alap Alas Roban itu menjadi semakin sengit.
Diluar lingkaran pertempuran, Raden Mas Wiraga yang
merasa dibantu oleh sepasang orang tua itu memperhatikan pertempuran itu dengan saksama. Demikian pula ketiga orang saudara
seperguruannya. Mereka seakan-akan telah melupakan kesakitan ditubuh mereka sendiri.
Raden Mas Wirga serta ketiga orang saudara seperguruannya itu tidak mengira bahwa kedua orang kakek dan nenek itu ternyata mampu menandingi Alap-alap Alas Roban. Bahkan Alap-alap Alas Roban yang tua. Guru dari Alap-alap Alas Roban yang dapat dikalahkannya.
Ketika Raden Mas Wiraga itu melihat kedua orang kakek dan nenek itu memasuki kedai itu, ia tidak menaruh perhatian sama sekali. Namun ternyata keduanya adalah orang yang berilmu sangat tinggi"
Tetapi kemudian, ia menyaksikan orang itu telah menakar ilmu dengan Alap-alap Alas Roban.
Dalam pada itu, Ki Minapun telah bertempur dengan
sengitnya pula. Ternyata lawan Ki Mina itu bertempur dengan cara yang lebih garang. Ia menganggap bahwa melawan laki-laki tua yang tidak tahu diri itu, ia tidak periu mengekang diri lagi. Ia harus dengan cepat menghancurkan lawannya itu sebelum justru orang itulah yang akan menghancurkanya.
Karena itu, maka Alap-alap Alas Roban yang seorang lagi itupun bertempur dengan keras dan kasar. Bukan saja tangan dan kakinya. Tetapi ternyata mulutnyapun telah melontarkan kata-kata yang keras dan kasar pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tidak saja berteriak untuk memberikan tekanan pada tata geraknya, tetapi sekali-sekali juga mengumpat-umpat dengan kata-kata kotor.
Alap-alap Alas Roban yang muda, yang telah diubah oleh Raden Rangga Somadigda bersama orang berkumis lebat serta kawan-kawannya itu semakin menjadi berdebar-debar. Mereka tidak yakin bahwa Alap-alap Alas Roban yang tua itupun akan dapat menyelesaikan kedua orang lawan mereka yang sudah tua-tua itu. Tetapi orang-orang yang rambutnya sudah ubanan itu ternyata masih mampu bergerak dengan kecepatannya yang sangat tinggi.
Ketika Ki Mina berhasil menguak pertahanan lawannya, dengan menyusupkan kakinya tepat mengenai ulu hatinya, Alap-alap Alas Roban itu mengaduh tertahan. Namun ketika ia membongkokkan tubuhnya sambil dengan gerak naluriah
memegangi perutnya, tiba-tiba saja Ki Mina itupun telah menyerangnya pula. Dengan derasnya kakinyapun terayun menyambar wajah orang yang sedang kesakitan itu.
Ketika wajah Alap-alap itu terangkat, maka Ki Mina itupun meloncat sambil memutar tubuhnya. Kakinya terayun dengan derasnya menyambar dagu Alap-alap itu. Demikian kerasnya sehingga alap-alap itu terlempar beberapa langkah dan jatuh berguling di tanah.
Tetapi Ki Minaa tidak memburunya. Ki Mina itupun
kemudian berdiri beberapa langkah dari tubuh yang sedang berusaha bangkit itu.
"Cepat. Bangkit sebelum kakiku menginjak lehermu" Alap-alap itupun segera bangkit meskipun mulutnya masih juga menyeringai kesakitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Iblis tua yang tidak tahu diri" geram orang itu "Aku akan segera membunuhmu"
Ki Mina tidak menjawab. Tetapi iapun telah bersiap
menghadapi segala kemungkinan.
Sejenak kemudian, maka pertempuranpun telah terulang kembali. Alap-alap Alas Roban itu menyerang sambil
menggeram marah. Namun di kedua belah tangannya telah tergenggam semacam lingkaran bergerigi tajam.
"Aku akan memotong lebermu dengan senjataku ini" Ki
Mina bergeser selangkah surut Senjata itu memang sangat berbahaya. Sentuhannya saja akan dapat menyayat kulit daging. Bahkan memutuskan urat-urat nadi serta otot-otot ditubuhnya.
Karena itu, maka Ki Mina itupun harus menjadi sangat berhati-hati.
"Kau menjadi ketakutan iblis tua" geram Alap-alap Alas Roban yan bertempur melawan Ki Mina.
"Jika aku menjadi ketakutan, aku akan lari dari tempat ini.
Tetapi jika itu aku lakukan, maka yang akan menjadi
tumpahan kemarahanmu adalah murid-murid langsung atau tidak langsung dari perguruan Tapak Mega itu.
"Persetan setan tua. Hari ini adalah harimu yang terakhir"
Ki Mina tidak menjawab lagi. Ketika Alap-alap itu bagaikan terbang menyambarnya, maka dengan tangkas pula Ki Mina itupun mengelak.
Tetapi serangan-serangan alap-alap yang bersenjata
lingkaran bergerigi di kedua tangannya itu menyerangnya seperti angin prahara.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Alap-alap yang seorang lagi, yang bertempur dengan Nyi Mina telah mempergunakan senjata yang sama pula. Di kedua tangannya yang mengembang, namun
kemudian terayun-ayun mengerikan telah tergenggam .semacam gelang-gelang yang bergerigi tajam.
Seperti Ki Mina, maka Nyi Minapun harus bertempur dengan sangat berhati-hati.
Namun betapapun Nyi Mina itu berloncatan menghindari sentuhan senjta lawannya, namun ketika gerigi gelang-gelang di tangan Alap-alap Alas Roban itu menyentuh lengannya, maka bukan saja baju Nyi Mina terkoyak. Tetapi lengan Nyi Minapun
telah tergores pula. Nyi Mina itupun terkejut. Dengan sigapnya ia meloncat beberapa langkah surut. Ketika tangan kanannya meraba lengan kirinya, maka terasa cairan yang hangat membasahi jari-jarinya. Darah.
Darah itu telah membuat Nyi Mina menjadi sangat marah.
Ketika perasaan pedih menyengat di lukanya, maka Nyi Mina itupun menggeram "Kau telah melukai tubuhku dan melukai hatiku Alap-alap keparat"
Alap-alap Alas Roban itu tertawa. Meskipun tubuhnya itu kesakitan dimana-mana oleh serangan Nyi Mina yang berhasil menguak pertahanannya, namun dengan dada tengah iapun berkata Nenek tua. Kali ini aku sudah berhasil menggores lenganmu. Nanti aku akan menggores lehermu. Kau tahu akibat dari goresan itu. Kau akan terbaring dengan darah yang tertumpah lewat luka-luka di lehermu itu sampai saatnya maut akan menjemputmu"
Nyi Mina tidak menjawab. Tetapi ia mengurai selendangnya yang melingkar di lambungnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Nyi Mina tidak membalut lukanya dengan
selendangnya, tetapi Nyi Mina justru membalut pergelangan tangan kirinya hampir sampai ke siku.
"Aku masih akan menjinakkanmu dengan cara ini Alap-alap jahanam. Aku masih belum berniat melumatkan tubuhmu.
Tetapi jika dengan caraku ini kau masih tetap keras kepala, maka aku benar-benar akan membuatmu menjadi debu"
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 12 "JANGAN banyak bicara iblis
betina. Seandainya kau lindungi
lehermu dengan lapisan baja sekalipun, aku akan mengoyaknya" Nyi Mina tidak menjawab lagi.
Iapun kemudian bergeser selangkah maju. Alap-alap itulah yang meloncat
menyerangnya dengan garangnya.
Kedua tangannya yang menggenggam gelang-gelang bergerigi itu terayun-ayun mengerikan. Namun ketika gerigi gelang-gelangnya menyambar selendang Nyi Mina yang membalut tangan kiriinya dari pergelangan hampir sampai ke siku itu, maka Alap-alap itu terkejut. Gerigi gelang-gelangnya itu bagaikan menggores keping baja yang sangat kuat.
Alap-alap itu terkejut. Ia baru menyadari bahwa selendang itu tentu bukan selendang kebanyakan.
Tetapi hanya tangannya dari pergelangan sampai kesikunya sajalah yang terlindung. Masih ada bagian-bagian lain di tubuh perempuan tua itu yang lemah, yang akan dapat digoresnya
dengan gerigi gelang-gelangnya. Bahkan lehernyapun masih akan dapat dikoyaknya.
Dengan demikian, maka pertempuran diantara Nyi Mina
melawan Alap-alap Alas Roban itupun menjadi semakin sengit.
Sementara itu, mereka yang menyaksikan pertempuran itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diluar arena, menjadi semakin tegang pula. Mereka tidak segera dapat menduga, siapakah yang akan dapat keluar dari areria pertempuran itu. Namun agaknya mereka telah benar-benar bertempur antara hidup dan mati.
Senjata yang berbahaya itu sudah mulai ikut berbicara, sehingga mendekatkan mereka yang bertempur itu kepada kematian. Tetapi siapakah yang akan mati itulah yang masih belum dapat diduga-duga. Agaknya mereka semuanya itu mempunyai kesempatan yang sama. Mereka masing-masing dapat memenangkan pertempuran itu, tetapi merekapun
dapat terlempar dan mati terbaring di halaman kedar itu.
Namun kemudian ternyata bahwa Nyi Mina itu telah
membuat lawannya menjadi semakin gelisah. Selendangnya yang dibalutnya pada tangannya itu mampu menahan
tajamnya gerigi gelang-gelang di kedua tangan Alap-alap Alas Roban.
Sementara itu, Ki Mina yang juga sudah tergores pula, bahkan di dadanya, meskipun hanya goresan yang tipis, namun bajunyalah yang terkoyak panjang menyilang.
Namun meskipun lukanya hanya tipis di kulitnya, tetapi darahnya telah mulai menodai bajunya yang terkoyak itu.
Kemarahan Ki Minapun bagaikan membakar ubun-ubunnya.
Tetapi seperti Nyi Mina, Ki Mina masih belum berniat melumatkan lawannya dengan ilmu pamungkasnya.
Karena itu, untuk melawan gerigi tajam pada gelang-gelang di kedua tangan Alap-alap itu, maka Ki Mina telah mengurai ikat kepalanya, sehingga rambutnya yang sudah ubanan itu tergerai menyentuh bahunya.
Seperti selendang Nyi Mina, maka ikat kepala Ki Mina itu bukan ikat kepala kebanyakan. Ketika gerigi tajam pada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelang-gelang Alap-alap Alas Kobar itu menyentuhnya, ikat kepala yang dibalutkan pada tangan Ki Mina sebagaimana selendang Nyi Mina tu, sama sekali tidak menjadi cacat Apalagi terkoyak, selembar benangnyapun tidak ada yang putus.
Dengan demikian maka Alap-alap Alas Roban itu menjadi semakin gelisah. Geriginya tidak mampu lagi menyentuh kulit Ki Mina yang bergerak semakin cepat. Menangkis dengan tangannya yang dibalut ikat kepalanya, bahkan serangan-serangannya justru semakin sering mengenainya.
Alap-alap Alas Kobar itu adalah orang-orang terpenting di perguruannya. Ia adalah orang-orang yang berada pada tataranteratas. Namun ia sama sekali tidak mampu mengatasi laki-laki tua yang tidak dikenalnya itu.
Karena itu, maka Alap-alap Alas Roban itu tidak ingin mati di tangan orang yang sama sekali tidak dikenal diantara orang-orang yang bernama besar. Dalam keadaan yang paling sulit itu, maka Alap-alap Alas Roban itupun memutuskan untuk menghancurkan lawannya selagi ia masih sempat.
"Aku tidak mempunyai cara lain untuk menghancurkannya.
Aku harus melumatkannya menjadi abu"
Namun Ki Mina tidak memberinya banyak kesempatan.
Karena itu maka yang dilakukan oleh Alap-alap Alas Roban itu serba tergesa-gesa. Ia tidak sempat memusatkan nalar budinya secara utuh untuk melontarkan ilmu pamungkasnya.
Dengan demikian, maka ketika segumpal api meluncur dari kedua telapak tangannya yang menghentak, maka kekuatan Aji Raga Geni itupun tidak berada pada puncaknya.
Ki Mina tidak berusaha melawan dengan ilmu puncaknya.
Tetapi ia justru meloncat menghindari serangan itu. Namun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejenak kemudian tubuhnya meluncur seperti anak panah.
Kakinya terjulur menyamping.
Ki Mina telah mengerahkan tenaga dalamnya dalam
kekuatan Aji Sigar Bumi. Serangan itu ternyata telah meruntuhkan perlawanan Alap-alap Alas Roban. Kaki Ki Mina yang mengenai dadanya itu telah mematahkan beberapa tulang iganya, sehingga Alap-alap Alas Roban yang terlempar dan terbanting jatuh itu tidak mampu berdiri lagi.
Terdengar erang kesakitan. Wajah Alap-alap Alas Roban itu menjadi pucat seperti kapas.
Berbeda dengan Ki Mina, ternyata kemarahan Nyi Mina
tidak dapat diredam lagi. Luka di lengannya yang telah menitikkan darah itu membuatnya sangat marah. Karena itu, ketika Nyi Mina melihat lawannya melemparkan gelang-gelang yang bergerigi, kemudian memusatkan nalar budinya, maka Nyi Minapun dengan cepat melakukannya pula.
Alap-alap Alas Roban yang bertempur melawan Nyi Mina mempunyai waktu yang lebih panjang dari saudara
seperguruannya yang bertempur melawan Ki Mina. Tetapi Nyi Minapun sempat mempersiapkan dirinya menghadapi ilmu puncak lawannya.
Demikianlah sejenak kemudian, kedua ilmu puncak itupun telah meluncur. Benturan yang dahsyat telah terjadi. Namun ternyata bahwa Nyi Mina memiliki kekuatan ilmu pamungkas yang lebih tinggi dari lawannya. Itulah sebabnya, maka Alap-alap Alas Roban itupun terpelanting jatuh. Tubuhnya
membentur bebatur kedai yang disusun dari batu-batu hitam.
Kedai itupun bagai digoncang gempa. Tetapi kedai itu tidak roboh karenanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Alap-alap Alas Roban itupun tidak mampu untuk
bangkit lagi. Bukan hanya tulang-tulang iganya yang patah.
Tetapi tulang kepalanya yang membentur batu bebatur kedai itupun telah retak pula. Lebih dari itu, maka benturan kedua ilmu yang tinggi itu ternyata tidak teratasi oleh ketahanan tubuh Alap-alap-Alas Roban, sehingga bagian dalam tubuhnya seakan-akan telah terbakar hangus.
Ternyata bahwa Alap-alap Alas Roban yang bertempur
melawan Nyi Mina itu telah kehilangan segala kesempatannya.
Nyi Mina berdiri termangu-mangu. Wajahnya menjadi
sangat tegang. Dipandanginya tubuh yang terbaring diam itu.
Ki Minapun kemudian melangkah mendekatinya. Dengan
lembut Ki Mina itupun berkata "Bukan salahmu Nyi"
"Aku telah membunuhnya, kakang"
"Dalam keadaan yang tersudut, maka kemungkinan itu
akan dilakukan oleh setiap orang. Akupun akan berbuat serupa pula"
"Kakang tidak membunuh lawan kakang"
"Aku masih mempunyai pilihan, Nyi. Sedangkan kau tidak lagi"
Nyi Mina termangu-mangu sejenak. Iapun kemudian
melangkah mendekati murid-murid dari perguruan Tapak Mega.
"Kami dapat membuat kalian mendapatkan kesulitan.
Dengan terpaksa aku telah membunuh orang dari perguruan Alas Roban, justru pada saat perguruan itu mempunyai persoalan dengan kalian, murid-murid perguruan Tapak Mega"
"Bukan salah Nyai. Justru kami harus berterima kasih kepada Nyi dan Kiai yang telah menolong kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ngger" berkata Ki Mina "persoalan ini harus segera
diketahui oleh para pemimpin dari perguruan Tapak Mega.
Maksudku, Ki Rina-rina. Bukankah Perguruan Tapak Mega masih dipimpin oleh Ki Rina-rina?"
"Ya, Kiai. Kiai kenal dengan guru?"
"Ya" "Siapakah Kiai dan Nyai sebenarnya?"
Ki Mina menarik nafas panjang. Ketika ia berpaling kepada orang-orang dari Alas Roban, maka dilihatnya nyala api di mata mereka. Bahkan orang yang tulang-tulang iganya
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dipatahkannya itu seakan-akan ingin meloncat menerkamnya dan menelannya bulat-bulat.
Karena itu, maka katanya "Pada saatnya kau akan
mengerti. Kapan-kapan aku akan menemui gurumu, Ki Rina-rina. Tetapi sebelumnya Ki Rina-rina harus tahu, bahwa kau mempunyai persoalan dengan orang-orang dari perguruan Alas Roban, sehingga dengan demikian, maka kail akan mendapatkan perlindungan. Aku yakin, bahwa orang-orang yang memakai gelar Alap-alap Alas Roban harus berpikir sepuluh -kati untuk memusuhi Ki Rina-rina dari pinggir Kali Bagawanta itu"
Pusaka Negeri Tayli 7 Bende Mataram Karya Herman Pratikto Badai Laut Selatan 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama