Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 17

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 17


"Ya, paman. Gurupun berpesan, agar paman menjadi lebih berhati-hati. Alap-alap Perak itu agaknya memang belum sembuh, tetapi guru menganggap bahwa Alap-alap Perak itu lic ik dan banyak mempunyai akal. Karena itu, meskipun ia mungkin masih belum sembuh benar, tetapi ada saja yang dapat terjadi. Hampir saja kami berbenturan dengan murid dari perguruan Tapak Mega, yang dipimpin oleh Ki Rina-rina"
"Pesan guru itu akan sangat kami perhatikan. Tetapi
bukankah pesannya kepada pamanmu Wigati juga kalian
sampaikan?" "Sudah paman. Kedua orang muridnyapun sudah menyampaikannya pula"
"Sukurlah. Dendam Alap-alap Perak memang tidak dapat diabaikannya"
Sementara itu, Ki Rantampun berceritera pula tentang Aji Mahabala. Alap-alap Perak justru telah terbunuh karena pokalnya sendiri. Dalam keadaan yang sangat lemah, seria luka di dalam tubuhnya, Alap-alap Perak telah mengetrap-kan Aji Mahabala, sehingga karena itu, maka aji Mahabala itu telah membunuh dirinya sendiri"
Ki Udyana mengangguk-angguk. Katanya "Aji Mahabala
adalah satu ilmu yang masih belum mapan. Apalagi waktu itu Alap-alap Perak yang tergesa-gesa itu belum sempat mengutip kitabnya sampai kata-kata terakhirnya. Karena banyak kekurangannya itulah maka kakek guru telah menyusunnya kembali menjadi ilmu yang lebih baik. Tidak terlalu berbahaya bagi dirinya sendiri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namun nampaknya guru sudah menguasai Aji Mahabala
itu" "Ya. Guru sempat mempelajarinya justru sampai tuntas.
Tetapi jika ada yang lebih baik, lebih cepat dan lebih lembut, bukankah sebaiknya kita mempergunakan yang lebih baik itu"
"Ya, kakang"desis Ki Rantam.
"Karena itu, maka sebaiknya kita harus menguasai ilmu itu sampai tuntas"
Yang duduk di pringgitan itupun mengangguk-angguk.
Mereka sadari, bahwa jika mereka mempelajari ilmu tidak sampai tuntas, maka ilmu itu kadang-kadang justru akan dapat merugikan diri sendiri, atau tidak akan banyak berguna, justru bagi orang banyak.
Ceritera yang disampaikan oleh Wikan dan Ki Rantam itu ternyata telah membuat Ki Udyana, Nyi Udyana dan seisi padepokan Udyana itu menjadi lebih berhati-hati. Alap-alap Perak yang tua, pada waktu itu, setelah gagal mengambil lambang penyerahan kepemimpinan itu dengan cara apapun, ternyata telah mencuri benda itu sebagaimana laku seorang pencuri tanpa malu-malu.
Untunglah bahwa akhirnya benda itu dapat diambil kembali.
Dalam pada itu, untuk beberapa lama, padepokan Udyana itu tidak mendapat gangguan apa-apa. Alap-alap Perak tentu harus berpikir dua tiga kali jika mereka harus mendatangi padepokan Udyana dengan maksud apapun juga.
Namun beberapa pekan kemudian, Ki Rina-rinalah yang
telah mendatangi padepokan Udyana. Cantrik yang sedang bertugas di gerbang padepokanpun segera melihat iringiringan orang berkuda menuju ke pintu gerbang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cantrik itupun segera melaporkan kedatangan beberapa orang berkuda itu kepada Ki Udyana yang segera pergi ke pintu gerbang.
Dari lubang di pintu gerbang yang dapat dibuka dan
ditutup, Ki Udyanapun segera melihat, bahwa yang datang itu adalah Ki Rina-rina.
"Apalagi yang akan terjadi" desis Ki Udyana. Namun
sementara itu, ia minta para cantrikpun bersiap-siap.
"Tetapi jangan berbuat sesuatu tanpa perintahku" berkata Ki Udyana.
Demikian beberapa orang berkuda itu berhenti di depan pintu, maka Ki Udyanapun telah memerintahkan untuk
membuka pintu gerbang padepokan.
Ki Rina-rina dan beberapa orang pengiringnyapun segera berloncatan turun. Mereka menuntun kuda-kuda mereka
memasuki pintu gerbang padepokan Udyana.
Namun Ki Udyana dan para penghuni padepokan itu tidak meninggalkan kewaspadaan, meskipun Ki Rina-rina itu sama sekali tidak menunjukkan sikap permusuhan.
"Marilah, silahkan naik, Ki Rina-rina" Ki Udyanapun
mempersilahkan mereka naik ke pendapa dan kemudian
duduk di pringgitan. Sesaat kemudian, Ki Rina-rina dan para pengiringnya telah duduk di pringgitan ditemui oleh Ki Udyana, Nyi Udyana dan para pembantu terdekatnya, termasuk Wikan.
Setelah mempertanyakan keselamatan masing-masing,
maka Ki Udyana itupun telah bertanya pula "Ki Rina-rina.
Kedatangan Ki Rina-rina kepadepokan ini agak mengejutkan kami serta para cantrik dan mentrik. Mungkin Ki Rina-rina http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai keperluan yang penting atau sekedar ingin melihat keadaan padepokan kami yang kalang kabut ini"
Ki Rna-rina tersenyum. Katanya "Aku tidak mempunyai
keperluan yang penting Ki Udyana. Jika aku datang ke padepokan ini, aku hanya ingin menjernihkan keadaan. Aku baru
saja tahu, bahwa Alap-alap Perak pernah mempergunakan setidaknya menyebut namaku dalam hubungan yang kurang baik dengan Ki Udyana dan Ki
Margawasana. Karena itu. aku memerlukan datang untuk menjelaskan persoalannya"
"Maksud Ki Rina-rina?"
"Sebenarnya aku sama sekali tidak tahu-menahu tentang keberadaan Alap-alap Perak tua di rumah Ki Margawasana.
Jika pada saat itu, murid-murid Alap-alap Perak mengaku murid-murid dari Tapak Mega, maka aku datang untuk
menyaatakan kebenaran. Murid-muridku sama sekali tidak ada yang aku perintahkan pergi ke Gebang, apalagi memanggil Ki Margawasana. Beberapa hari yang lalu, seorang muridku telah memberitahukan hal itu kepadaku. Muridku itu mempunyai seorang sahabat, murid Alap-alap Perak. Semula murid Alap-alap Perak itu berusaha untuk membenturkan murid
perguruan Tapak Mega dengan murid dari padepokan Udyana.
Untunglah bahwa benturan itu, tidak terjadi. Bahkan muridku itu akhirnya dapat menekan murid Alap-alap Perak untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi"
Ki Udyanapun mengangguk hormat
sambil berkata "Sebenarnya kami juga sudah berniat untuk datang ke
perguruan Tapak Mega. Tetapi waktunya yang masih belum memungkinkan. Ternyata sekarang Ki Rina-rina sendiri telah datang kemari. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku merasa berkewajiban, Ki Udyana. Jika persoalan ini tidak dijernihkan, aku mencemaskan bahwa pada suatu saat akan dapat menjadi sumber dari kesalah-pahaman"
"Ya, aku mengerti Ki Rina-rina. Karena itu, maka dengan ikhlas aku mengucapkan terima kasih"
"Nah. Untuk selanjurnya, aku akan sering memerintahkan murid-muridku datang kemari. Akupun berharap para murid dari perguruan Udyana bersedia datang ke padepokan Tapak Mega"
"Tentu Ki Rina-rina. Ada diantara kami yang tentu pada saat-saat tertentu datang mengunjungi perguruan Tapak Mega di pinggir Kali Bagawanta"
Pembicaraan merekapun terhenti ketika dua orang mentrik menghidangkan minuman dan beberapa potong makanan.
"Silahkan, Ki Rina-rina. Silahkan Ki Sanak semuanya "Nyi Udyanapun telah mempersilahkan tamu-tamunya untuk
minum dan makan makanan sekedarnya.
Sambil menghirup minuman hangat. Ki Rina-rinapun
berkata "Semula aku masih saja ragu-ragu akan pengakuan murid Alap-alap Perak itu. Tetapi setelah Ki Wigati datang menemui aku, barulah aku yakin, bahwa laporan muridku itu benar. Justru karena itu, aku memerlukan datang kemari agar persoalannya menjadi jelas sehingga tidak akan timbul salah paham"
"Seharusnya akulah yang harus datang kepada Ki Rina-rina"
berkata Ki Udyana. "Apa bedanya" Yang penting kita dapat bertemu, sehingga kita dapat membicarakannya hingga tuntas"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka agaknya tidak ada persoalan lagi yang akan dapat menimbulkan salah paham dibelakang hari.
Meskipun dendam Alap-alap Perak tentu masih diusungnya untuk waktu yang tidak terbatas. Namun Alap-alap Perak tidak akan dapat mengadu domba antara perguruan Udyana dengan perguruan Tapak Mega.
Ki Udyanapun menjelaskan kepada Ki Rina-rina sumber
persoalannya. Lambang penyerahan kepemimpinan perguruan Udyana itu dianggap oleh Alap-alap Perak dapat dipergunakan untuk membuat emas.
"Membuat emas?"
"Ya, Ki Rina-rina. Itulah sumber persoalan yang sebenarnya. Sedangkan guru menganggapnya mustahil.
Ceritera tentang lambang penyerahan kepemimpinan perguruan Udyana yang dapat dipergunakan untuk membuat emas, itu, tentu sengaja ada yang meniup-niupkan agar terjadi kegelisahan diantara perguruan-perguruan yang ada.
Sehingga akan dapat memancing permusuhan untuk waktu yang lama"
Ki Rina-rina itu tersenyum. Katanya "Bagaimana mungkin Alap-alap Perak itu dapat diperbodoh begitu jauh"
Demikianlah, malam itu, Ki Rina-rina bermalam di
padepokan Udyana semalam. Dikeesokan harinya, mereka minta diri kembali ke padepokan Tapak Mega.
Udarapun terasa menjadi semakin jernih di atas perguruan Udyana. Rasa-rasanya sudah tidak ada masalah lagi yang harus dicemaskan. Meskipun itu bukan berarti Ki Udyana dan Nyi Udyana kehilangan kewaspadaannya. Tetapi seisi
padepokan itu dapat menghirup udara segar dengan merasa tenteram dan damai.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian maka kehidupan di padepokan itu
semakin lama menjadi semakin cerah. Para cantrik dan mentrik bekerja dengan rajin diseti ap hari. Pada tahun-tahun pertama, para cantrik dan mentrik itu masih belum dipilah-pilahkan tugasnya. Mereka masih melakukan hampir segala macam pekerjaan di padepokan itu disamping langkah-langkah awal dalam olah kanuragan.
Baru di tahun kedua, para cantrik dan mentrik itu mulai mendapat tugas-tugas yang lebih khusus.
Dalam pada itu, hubungan Wikan dengan Tanjungpun
menjadi semakin akrab. Ki Udyana dan Nyi Udyana
sebenarnya tidak mempunyai keberatan apa-apa atas
hubungan itu. Sejak Ki Udyana mengenal Tanjung, ia tidak melihat cacat yang menonjol pada perempuan itu, kecuali bahwa ia adalah seorang janda. Tetapi anak yang berada dalam dukungannya itu sebenarnya bukan anaknya sendiri.
Anak itu adalah anak yang diketemukan didepan pintu
rumahnya dan langsung dipungutnya menjadi anaknya yang dikasihinya seperti anaknya sendiri.
Tetapi Wikan masih mempunyai ibu. Karena itu, agar Ki Udyana dan Nyi Udyana tidak dianggap bersalah oleh Nyi Purba, maka Ki Udyana dan Nyi Udyanapun telah
menghubungi Nyi Purba untuk memberitahukan hubungan
antara Wikan dan Tanjung.
"Terus terang, Tanjung adalah seorang janda. Tetapi
perkawinannya dengan suaminya yang pertama belum
dikaruniai anak. Suaminya meninggal dalam usianya yang masih
sangat muda. Sedangkan anak yang ada didukungannya itu adalah anak angkatnya yang diketemukan di muka pintu rumahnya" berkata Ki Udyana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Purba menarik nafas panjang, katanya "Segala
sesuatunya terserah saja kepada kakang. Jika kakang
menganggap baik, maka akupun akan menganggapnya baik pula"
"Mudah-mudahan hubungan antara Tanjung dan Wikan itu akan berlangsung dengan baik, Nyi. Selama ini menurut pengamatanku, keduanya sudah saling menyesuaikan diri.
Bahkan selama ini Tanjungpun sudah mendapat banyak sekali kemajuan di bidang olah kanuragan. Ia mendapat bimbingan khusus dari bibinya. Sehingga dengan demikian, ia tidak akan merasa janggal lagi mendampingi Wikan yang disetiap harinya berada di padepokan"
"Aku tentu hanya dapat mengiakan saja, kakang"
"Baiklah. Pada saatnya aku akan menghubungi adi lagi.
Namun setidak-tidaknya adi tidak akan terkejut atas hubungan antara Wikan dengan Tanjung"
Dengan demikian, maka beban perasaan Ki Udyana dan Nyi Udyana menjadi lebih ringan. Ia tidak akan dianggap melewati Nyi Purba jika pada suatu saat hubungan antara Wikan dan Tanjung menjadi semakin dekat dengan pernikahan.
Tetapi Wikan sendiri justru bertanya kepada Ki Udyana dan Nyi Udyana "Kenapa paman dan bibi begitu tergesa-gesa memberi tahukan hubunganku dengan Tanjung kepada ibu?"
"Nyi Purba itu adalah ibumu, Wikan. Apa salahnya jika ibumu mengetahui persoalan-persoalan serta lika-liku dalam hidupmu. Menurut penglihatanku, hubunganmu dengan
Tanjung sudah menjadi semakin rapat. Nampaknya kau dan Tanjung
sudah saling menyesuaikan diri. Tatagpun nampaknya jinak pula kepadamu. Jika sudah-demikian, lalu apa lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan menarik nafas panjang. Ia memang tidak dapat
mengingkari, bahwa menurut pendapatnya Tanjung adalah seorang perempuan yang baik. Ternyata Tanjungpun memiliki kecerdasan yang tinggi, sehingga ia mampu meningkatkan ilmu kanuragan yang dipelajarinya dengan cepat. Lebih cepat dari dugaan Nyi Udyana serta Wikan Sendiri.
Namun akhirnya Wikanpun telah menyampaikannya pula
kepada Tanjung, bahwa Ki Udyana dan Nyi Udyana telah bertemu dengan ibunya.
Tanjung hanya dapat menundukkan wajahnya. Ia tidak
banyak memberikan jawaban selain beberapa kali hanya mengangguk saja.
"Terserah saja kepada kakang" berkata Tanjung kemudian
"Tetapi aku ingin mengingatkan kakang, bahwa aku bukan lagi seorang gadis"
"Aku tidak melupakannya, Tanjung. Tetapi jika kau berpisah dengan suamimu itu bukan kehendakmu dan bukan kehendak suamimu. Memang sudah waktunya kau berpisah karena
Tuhanlah yang telah memisahkannya"
Tanjung tidak menjawab. Tetapi tiba-tiba saja air yang jernih telah menitik dari matanya.
Meskipun ia seorang janda, tetapi Tuhan telah menjodohkannya dengan seorang laki-laki yang baik. Bahkan seorang jejaka.
Dalam pada itu, Tatagpun semakin lama menjadi semakin besar. Pada tahun pertama, anak itu sudah mulai berlatih berjalan.
Namun Tatag mempunyai kelainan dengan kebanyakan anak-anak. Tatag tidak melewati masa merangkak lebih dahulu. Tatag langsung saja ngongkok, duduk lalu bangkit
berdiri dan berlari. Bagi Tatag nampaknya http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keseimbangannya lebih mapan berlari daripada berjalan perlahan-lahan. Itulah sebabnya, maka Tatag jarang sekali berjalan selangkah-selangkah. Biasanya demikian ia bangkit, maka ia langsung berlari menuju ke sasaran.
Dengan demikian, Tatag menjadi sering sekali jatuh
terjerembab. Bahkan kadang-kadang dari hidungnya mengalir darah. Tetapi anak nakal itu tidak juga menjadi jera. Demikian ia bangkit lalu berlari. Sekali pernah Tatag yang berlari ke tangga pendapa itu tidak sempat menghentikan kakinya, sehingga anak itu terjerumus jatuh ke halaman.
Tatagpun menangis. Suara tangisnya masih juga menggetarkan jantung orang yang mendengarnya. Tangis itu terdengar agak lain dengan tangis anak-anak kebanyakan.
Dalam pada itu, setelah hubungan Tanjung dan Wikan
menjadi semakin akrab, maka Ki Udyana dan Nyi Udyana tidak mempunyai alasan untuk menunda-nunda pernikahan mereka.
Meskipun ketika Wikan dipanggil oleh Ki Udyana dan Nyi Udyana, Wikan masih juga merasa terkejut.
"Agaknya waktunya memang sudah sampai, Wikan" berkata Ki Udyana.
"Waktu apa, paman?"
"Hubunganmu dengan Tanjung. Umurmupun sudah bertambah-tambah, sehingga sudah pantas bagimu untuk menikah"
Wikan menundukkan kepalanya.
"Nah, bagaimana menurut pendapatmu sendiri Wikan?"
"Aku menurut saja, paman"
"Baiklah. Jika demikian, aku akan menghubungi ibumu.
Bagaimanapun juga, padepokan kita akan merayakan hari http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernikahanmu, meskipun dengan cara yang sederhana saja.
Tidak akan ada keramaian. Tidak akan ada pula tontonan di padepokan ini, kecuali upacara akad nikah yang memang harus dijalani dalam pernikahan itu"
"Ya. Paman. Aku sependapat dengan paman. Tidak ada
keramaian dan apalagi tontonan. Bagaimanapun juga, kita belum dapat melupakan dendam Alap-alap Perak yang muda.
Aku yakin, bahwa niatnya untuk memiliki lambang penyerahan kepemimpinan itu masih juga belum pudar" sahut Wikan.
Ki Udyana dan Nyi Udyana itupun kemudian telah menemui Nyi Purba untuk mengutarakan niatnya agar Wikan dan
Tanjung itu segera menikah.
"Terserah kepada kakang saja"
"Baiklah adi. Tetapi aku akan berbicara dengan seluruh keluarga"
"Semuanya akan menggantungkan persoalan kepada
kakang. Wikan sendiri berada di padepokan kakang. Demikian pula Tanjung. Namun aku akan memberikan restuku kepada mereka"
"Baiklah adi. Tetapi seperti aku katakan kepada Wikan, bahwa
segala sesuatunya akan berlangsung dengan sederhana saja" "Aku sependapat, kakang. Kita bukan orang-orang yang berada. Bukan orang berkelebihan. Karena itu, memang sebaiknya segala sesuatunya berlangsung dengan sederhana saja asal segala syaratnya terpenuhi"
Dihari-hari berikutnya, maka Ki Udyanapun telah mengadakan persiapan-persiapan. Tetapi seperti yang

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikatakannya segala sesuatunya akan berlangsung dengan sederhana.
Ki Udyana dan Nyi Udyana memutuskan untuk tidak
mengundang siapapun juga diluar penghuni padepokan
Udyana, kecuali sanak kadang terdekat. Ki Udyana dan Nyi Udyana hanya mengundang saudara-saudara Wikan dan
Wandan serta Ki Seruling Galih suami isteri yang telah membimbing Wiyati dan Wandan untuk menemukan satu
kehidupan baru. Disamping mereka Ki Udyana dan Nyi Udyana mohon agar Ki Margawasana bersedia pula untuk hadir. Namun Ki
Udyanapun juga mengundang Ki Wigati meskipun pesan
mawanti-wanti agar Ki Wigati tidak memberitahukannya kepada siapa-siapa.
"Aku sengaja tidak mengundang siapa-siapa" berkata Ki Udyana kepada Ki Wigati.
Ki Wigati tertawa. Katanya "Seharusnya gurumu menyelenggarakan pernikahan murid bungsunya dengan
sangat meriah" "Suasananya masih belum memungkinkan paman"
"Apakah kau masih dibayang-bayangi oleh Alap-alap Perak muda?"
"Terus-terang masih, paman"
"Ia tidak akan berani melawanmu"
"Tetapi ia dapat membawa orang lain kemari"
"Baiklah. Jika itu pertimbanganmu. Aku berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapa-siapa"
"Terima kasih. Paman"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari-haripun merambat semakin mendekati hari pernikahan Wikan dan Tanjung. Tetapi semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Tidak ada keramaian dan apalagi tontonan di padepokan itu.
Beberapa hari menjelang hari pernikahan, maka Nyi Purba, anaknya Wuni serta menantunya telah dijemput oleh Wikan sendiri. Kemudian Wiyati dan Wandan disertai oleh Seruling Galih suami isteri. Sedangkan Ki Margawasana datang dua hari menjelang pernikahan. Yang terakhir adalah Ki Wigati.
Namun diluar dugaan mereka, ternyata rencana pernikahan itu akhirnya terdengar pula oleh orang lain. Bagaimanapun juga, ada saatnya yang berbeda dari kebiasaan itu nampak.
Para mentrik harus berbelanja lebih banyak dari biasanya.
Sementara itu, kedatangan Nyi Purba dan beberapa keluarga yang lain telah menimbulkan berbagai pertanyaan.
Baru kemudian hal itu disadari oleh Ki Udyana dan Nyi Udyana. Meskipun para cantrik dan mentrik sudah dipesan, namun orang-orang diluar padepokan itulah yang telah menduga-duga.
Akhirnya saat-saat pernikahan itupun telah sampai pula di telinga Alap-alap Perak muda yang menyimpan dendam
diliatinya. "Suatu kesempatan yang baik" berkata Alap-alap Perak
"pada saat orang-orang padepokan Udyana merayakan
pernikahan itu, kita akan datang ke padepokan mereka.
Pernikahan Wikan, murid bungsu Ki Margawasana. Ibunya, sanak saudaranya telah berada di padepokan itu"
Dengan cerdik Alap-alap Perakpun telah menghubungi
beberapa orang sahabatnya dari lingkungan yang gelap serta membujuknya untuk menyerang padepokan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa keuntungan kami?" bertanya seorang sahabatnya
yang bertubuh raksasa. "Padepokan Udyana adalah padepokan yang kaya. Kau
akan mendapatkan apa yang kau inginkan"
"Kau sendiri, apa yang ingin kau dapatkan?"
"Kau tentu sudah tahu, bahwa guru, Alap-alap Perak tua telah dibunuh oleh Ki Margawasana. Aku berniat datang ke padepokannya untuk membalas dendam sekaligus menjarah kekayaan yang ada di padepokan itu. Pada saat-saat
pernikahan itu, mereka akan menjadi lengah"
Sahabatnya itupun mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah.
Aku memang sudah mendengar kalau padepokan Udyana
adalah padepokan yang kaya. Didalamnya banyak terdapat emas. Tetapi jika kau juga ingin menjarah emas itu pula, maka ada kemungkinan aku tidak akan mendapat apa-apa"
"Jangan bodoh. Bagiku yang penting bukan emasnya.
Tetapi dendamku yang telah membakar jantungnya sejak setahun yang lalu. Bahkan lebih lama lagi"
"Baiklah. Biarlah aku menghubungi bebeapa orang kawan kita yang lain"
"Bagus. Carilah kawan sebanyak-banyaknya"
"Tidak. Aku tidak akan mencari kawan sebanyakbanyaknya. Dengan demikian maka bagianku akan menjadi semakin sedikit. Aku akan memanggil kawan seperlunya saja"
"Seperlunya" Apakah kau tahu takaran seperlunya saja itu?"
"Kita tentu dapat menduga-duga kekuatan sebuah
padepokan. Seberapapun besarnya padepokan Udyana,
namun kau dan aku tentu akan dapat menghancurkannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum cukup. Di padepokan itu terdapat beberapa orang berilmu tinggi"
"Baik. Baik. Aku akan mengajak tiga orang kawanku yang ilmunya tidak kalah dari ilmumu. Merekapun mempunyai perguruan mereka masing-masing"
"Apakah tiga orang berilmu tinggi itu sudah cukup?" desis Alap-alap Perak.
"Tentu sudah cukup. Tiga orang kawan-kawanku itu akan menjadi berlima bersama kau dan aku"
Alap-alap Perak itu termangu-mangu.
"Merekapun tentu membawa pembantu-pembantu mereka
yang terbaik. Putut-putut mereka yang sudah dipercaya untuk mewarisi ilmu tertinggi"
Alap-alap Perak itupun mengangguk-angguk. Katanya
"Tetapi jangan remehkan kekuatan padepokan Udyana"
"Aku tidak meremehkannya. Jika aku akan mengajak tiga orang sahabatku, itu karena aku sangat menghargai
kemampuan orang-orang padepokan Udyana"
"Baiklah. Aku juga akan menghubungi kakang Sangga Geni.
Mungkin kakang Sangga Geni mempunyai waktu untuk ikut pergi kepadepokan Udyana"
"Kau akan mengajak Sangga Geni?"
"Ya" "Baiklah. Mungkin Sangga Geni akan bersedia pergi
bersamamu. Ia sekarang sedang berada di kaki Gunung
Sumbing" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tahu. Tetapi kakang Sangga Geni bukan seorang
pemimpin padepokan, sehingga ia tidak mempunyai pengikut.
Kalau ada pengikutnya hanya beberapa orang saja"
"Tetapi yang beberapa orang itu adalah orang-orang yang memiliki ilmu yang tinggi"
"Baik. Aku akan pergi ke kaki Gunung Sumbing"
Dalam pada itu, akhirnya hari yang ditetapkan itupun tiba.
Tetapi pada saat-saat terakhir, perasaan Ki Udyana menjadi semakin tidak enak. Tiba-tiba saja jantungnya menjadi berdebaran tanpa sebab. Bahkan kadang-kadang Ki Udyana itu mengalami kegelisahan yang sangat dalam tidurnya.
Akhirnya di hari terakhir, Ki Udyana telah menyampaikan kegelisahannya itu kepada Ki Margawasana dan Ki Wigati.
"Kau terlalu memikirkan Alap-alap Perak, Udyana. Tetapi aku tidak akan menyalahkanmu. Kadang-kadang seseorang dapat saja menerima isyarat tertentu. Karena itulah, maka siapkan para cantrik dan mentrik sebaik-baiknya"
Namun dalam pada itu, Ki Wigatipun yang datang terakhir itupun berkata "Kakang. Aku memang datang terakhir.
Perjalananku memang terlalu lamban, karena sebenarnya aku tidak sendiri"
"Tidak sendiri" Maksud adi?" bertanya Ki Margawasana.
"Aku datang bersama para cantriku"
" He. Adi datang bersama murid-muridmu?"
"Ya" "Dimana mereka sekarang?"
"Mereka berkemah di pinggir hutan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak diajak kemari?"
"Hatiku juga merasa tidak enak, kakang. Aku merasakan dendam Alap-alap Perak itu mengalir bersama denyut nadinya keseluruh tubuhnya. Karena itu, akupun merasa perlu untuk berjaga-jaga. Tetapi aku tidak ingin kegembiraan Wikan dan seisi padepokan ini terganggu. Karena itu, aku telah meninggalkan para cantrik itu agar mereka berkemah di hutan sebelah Barat. Memang tidak terlalu dekat. Tetapi jarak itu dapat ditempuh dalam waktu singkat. Aku sudah berpesan kepada mereka, bahwa dalam keadaan yang gawat, aku akan memberikan isyarat dengan panah sendaren. Sementra
mereka menyerangi padang perdu serta bulak persawahan padepokan dapat bertahan untuk beberapa lama"
"Terima kasih, adi. Tetapi biarlah sebaiknya mereka datang saja kemari"
"Tidak sekarang, kakang. Biarlah mereka tetap disana.
Besok saja setelah selesai dan tidak terjadi apa-apa, mereka akan aku panggil kemari. Tetapi untuk menjamu mereka, kakang memerlukan dua ekor lembu serta lima ekor kambing.
Ki Udyana yang gelisah itu sempat tertawa. Katanya "Aku mempunyai berpuluh-puluh kambing paman"
"Tetapi untuk sementara biarlah mereka berada disana"
Ki Udyana menarik nafas panjang. Sementara itu Ki
Wigatipun berkata "Jika beberapa waktu yang lalu aku datang untuk merusak hubungan kita, maka sekarang aku datang untuk memperbaiki hubungan itu"
"Bukankah sudah tidak ada masalah lagi diantara kita?"
"Ya. Tetapi rasa-rasanya aku masih mempunyai hutang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bahwa Ki Wigati telah membawa murid-muridnya itu membuat Ki Udyana menjadi lebih tenang. Setidak-tidaknya ia mempunyai cadangan kekuatan meskipun di luar padepokannya.
Pada hari yang telah ditetapkan, maka segala sesuatunya telah dilangsungkan dengan hidmat. Upacara pernikahan itu berlangsung sesuai dengan keharusan yang berlaku dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Namun dalam pada itu, Ki Udyana sebagaimana pesan Ki Margawasana, tidak menjadi lengah. Beberapa orang cantrik telah ditugaskan untuk mengamati lingkungan padepokan itu.
Beberapa orang cantrik memang menjadi kecewa, bahwa
mereka tidak dapat menyaksikan upacara pernikahan itu.
Tetapi mereka menyadari, bahwa pada saat itu, kemungkinan buruk dapat terjadi.
Itulah sebabnya, sejak menjelang fajar, beberapa orang telah menyebar disekitar padepokan. Namun mereka sudah diberitahu, bahwa yang ada di pinggir hutan disisi Barat adalah para murid Ki Wigati. Mereka justru ikut mengamati keadaan di sekitar padepokan Udyana itu.
Sampai siang hari, para cantrik itu tidak melihat bahwa sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi di padepokan Udyana. Karena itu, ketika para cantrik yang datang
menggantikan mereka, para cantrik yang bertugas sebelumnya itu ada yang langsung menyatakan kekecewaan mereka bahwa mereka tidak dapat menyaksikan upacara
pernikahan itu. "Tidak ada apa-apa yang terjadi" berkata seorang cantrik.
"Tetapi kita memang harus selalu bersiaga"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seandainya aku tadi tidak berada disini, tetapi berada di padepokan ikut
menyaksikan upacara pernikahan itu,
bukankah tidak akan ada apa-apa yang terjadi"
"Tetapi kita dapat menjadi lengah" Pembicaraan merekapun tiba-tiba terhenti. Di kejauhan mereka melihat sebuah iringiringan panjang. Tidak hanya dari satu arah. Ketika mereka memandang ke arah yang lain, maka di arah lain juga terdapat iring-iringan pula.
"Nah. untunglah bahwa kita tidak lengah" berkata cantrik yang datang menggantikannya.
Cantrik yang bertugas sebelumnya itupun diam. Namun
wajahnyapun menjadi tegang.
Iring-iringan itupun kemudian menuju ke pategalan yang menjadi garapan para cantrik padepokan Udyana. Agaknya orang-orang yang datang itu memperhitungkan, bahwa pada hari itu tidak akan iada seorang cantrikpun yang akan pergi ke sawah.
Sebenarnyalah bahwa iring-iringan itupun kemudian telah beristirahat di pategalan itu. Memang seperti yang mereka perhitungkan, bahwa pada hari itu tidak ada orang yang pergi ke pategalan.
"Sekarang" berkata cantrik yang datang untuk menggantikan mereka yang bertugas sejak pagi-pagi sekali
"pulanglah. Laporkan apa yang kita lihat itu kepada Ki Udyana.
Biarlah Ki Udyana mengambil sikap dengan cepat"
"Baik" "Hati-hatilah. Kau jangan sampai terlihat oleh orang-orang itu. Jika mereka melihatmu, mereka akan memburumu dan akan mengulitimu hidup-hidup"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Aku akan sangat berhati-hati"
Cantrik itupun kemudian bergeser surut. Iapun kemudian berguling di pematang. Sejenak kemudian maka cantrik itupun telah merangkak di balik pematang.
Demikian cantrik itu sampai di padepokan, maka iapun segera mencari Ki Udyana. Agaknya Ki Udyana dan Nyi
Udyana masih sibuk berbincang dengan beberapa orang tamu dari luar padepokan itu.
"Ada apa?" bertanya Ki Udyana.
"Aku minta waktu sebentar saja. Ada. laporan yang cukup penting yang harus segera aku sampaikan"
Ki Udyana itupun bangkit berdiri dan mengikuti cantrik yang akan memberikan laporan itu.
Di longkangan, cantrik itupun berkata "Kakang. Orang-orang itu benar-benar datang"
"Orang-orang siapa"
"Aku tidak dapat menyebutnya . Tetapi ada iring-iringan yang datang, kemudian memasuki pategalan. Tidak hanya dari satu arah. Tetapi yang sudah, kami lihat, mereka datang dari dua arah"
Ki Udyana itupun menarik nafas panjang . Iapun kemudian memanggil Ki Rantam, Ki Parama dan Ki Windu. Ketiga orang itupun segera datang menghampirinya.
"Adi bertiga, ada iring-iringan yang mendekati padepokan ini. Mereka sekarang berada di pategalan. Agaknya mereka akan beristirahat di pategalan. Mereka akan bergerak malam nanti"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi Alap-alap Perak benar-benar ingin memanfaatkan saat ini untuk membalas dendam?" desis Ki Rantam.
"Mereka mengira bahwa kita akan lengah saat ini" sahut Ki Windu.
"Ya. Mereka memperhitungkan bahwa kita telah melupakan Alap-alap Perak itu" berkata Ki Parama kemudian.
"Nah, sekarang adalah tugas kalian untuk mempersiapkan diri
sebaik-baiknya, hati-hati. jangan menimbulkan kegelisahan. Kalian mempunyai banyak waktu. Secepatnya baru malam nanti mereka bergerak. Bahkan mungkin mereka akan mendekati padepokan esok menjelang fajar"
"Baik , kakang"
"Nah, aku akan kembali menemui keluarga Wikan itu"
"Silahkan, kakang"
Sejenak kemudian, maka Ki Udyanapun telah kembali
menemui tamu-tamunya lagi. Tidak ada kesan apapun yang membayang diwajahnya.
Ki Rantam, ki Parama dan Ki Windu memang mempunyai
banyak waktu. Iapun kemudian memanggil beberapa orang cantrik yang menjadi pemimpin-pemimpin kelompok saudara-saudara seperguruannya.
Dengan hati-hati Ki Rantam menjelaskan kemungkinan yang bakal terjadi malam nanti atau esok saat fajar menyingsing.
-oo0w0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 16 "Apakah kami harus mempertahankan pintu gerbang itu, kakang" bertanya
seorang pemimpin kelompok
pura cantrik. "Ya. Kita harus mempertahankan selama mungkin. Sementara itu, kita
akan mengirimkan isyarat kepada para murid Ki Wigati
yang berada di pinggir hutan di
sisi Barat" "Baik, kakang. Panggungan
di sebelah menyebelah pintu
gerbang itu akan dijaga oleh
para cantrik yang bersenjata
busur dan anak panah"
"Ya" "Jika pintu gerbang itu terpaksa tidak dapat dipertahankan, kalian harus memanfaatkan pengenalan kalian yang lebih baik dari lingkungan ini"
"Ya, kakang" "Para mentrik biar berada di dalam barak mereka di bawah perlindungan para cantrik. Agaknya dalam beberapa hal para mentrik itu sudah memiliki bekal serba sedikit"
"Ya, kakang" "Para tamu perempuan, keluarga Wikan akan berada di
bawah perlindungan khusus. Termasuk ibu Wikan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Parama dan Ki Windupun telah memberikan perintahperintah pula. Ki Windu sudah membagi daerah perlawanan sesuai dengan kekhususan para cantrik.
Untunglah bahwa Murdaka dan para cantrik seang-katannya masih belum jadi meninggalkan padepokan. Semula mereka memang masih diminta untuk tinggal, karena kemungkinan buruk dapat terjadi karena dendam, Alap-alap Perak. Namun kemudian, mereka memang sengaja menunggu pernikahan
Wikan dengan Tanjung, karena me-rekapun sudah menebak, bahwa hal itu akan terjadi tidak lama lagi.
Dengan demikian, maka dapat diharapkan, bahwa mereka akan dapat melindungi sebagian besar dari padepokan
Udyana. Persiapan yang dilakukan oleh para cantrik sama sekali tidak mengganggu kegembiraan keluarga Wikan. Mereka tidak mengerti,
bahwa Alap-alap Perak sedang mengintai padepokan Udyana itu untuk membalas dendam kematian
Alap-alap Perak tua. Baru kemudian, ketika keluarga Wikan itu sudah dipersilahkan beristirahat, maka Ki Udyana itupun berkata kepada Ki Margawasana serta Ki Wigati "Guru dan paman Wigati. Alap-alap Perak benar-benar telah datang"
"He "Ki Wigati mengerutkan dahinya "dimana mereka


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang?" "Mereka beristirahat di pategalan, di sebelah-bulak"
"Apakah jumlah mereka banyak sekali?"
"Temasuk banyak. Mereka datang dari dua arah. Bahkan mungkin masih ada yang lain, yang akan datang dari arah lain lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Agaknya mereka akan mendatangi padepokan ini malam
nanti, atau bahkan esok menjelang fajar"
"Kita akan melihat nanti. Tetapi beberapa orang cantrik selalu mengamati mereka"
"Jika demikian, agaknya masih ada waktu untuk menghubungi murid-muridku"
"Masih ada paman"
"Baiklah. Biarlah aku pergi menemui mereka"
"Apakah tidak lebih baik, aku perintahkan dua orang cantrik saja"
"Biarlah aku sendiri menghubungi mereka. Tetapi besok kakang terpaksa menyembelih dua ekor lembu"
Ki Margawasana dan Ki Udyana masih dapat tertawa juga.
Dalam pada itu, maka Ki Wigatipun segera pergi ke pintu gerbang. Setelah membicarakan jenis-jenis isyarat serta maksudnya, maka pintu gerbang padepokan itupun telah terbuka.
Untunglah bahwa Alap-alap Perak ternyata masih belum menempatkan orangnya untuk mengawasi pintu gerbang
padepokan itu, sehingga mereka tidak melihat Ki Wigati keluar dari pintu gerbang padepokan.
Dalam pada itu, Ki Wigati itupun dengan hati-hati telah berjalan dengan cepat, menuju kepinggir hutan disisi Barat.
Sebenarnyalah bahwa murid-murid Ki Wigati telah berkemah di pinggir hutan itu.
Seorang muridnyapun sempat bergurau "Guru tidak
membawa apa-apa?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang kau maksud?"
"Mungkin sagon atau tape ketan atau wajik kletik"
"Kawan-kawannyapun tertawa. Sedangkan Ki Wigati itupun menjawab "Kakang Margawasana telah minta Udyana
menyisihkan dua ekor lembu yang esok akan di sembelih"
"Ah, yang benar saja guru"
"Benar, kakangmu Udyanapun sudah berjanji"
Seperti anak-anak para murid Ki Wigati itu bersorak
gembira. Namun kemudian merekapun mendengarkan keterangan Ki Wigati tentang kedatangan Alap-alap Perak itu.
"Kita akan terlibat dalam pertempuran melawan alap-alap Perak itu"
"Baik guru. Kami masih juga merasa betapa pahitnya kami diadu dengan saudara sendiri"
"Akulah yang bodoh waktu itu"
"Bukankah kita menunggu kesempatan seperti ini?"
"Ya. Kita memang menunggu kesempatan seperti ini.
Karena itu bersiaplah. Berbuatlah sebaik-baiknya. Mungkin malam nanti, mungkin esok menjelang fajar"
"Guru akan kembali ke padepokan?"
"Tidak. Aku berada diantara kalian. Kita menunggu isyarat, kapan kita harus bergerak"
Sementara itu, mataharipun sudah turun disisi Barat langit.
Sinarnya sudah mulai menjadi lemah, sehingga panasnya tidak lagi terasa menggigit.
Di padepokan, Ki Udyana dan Nyi Udyana telah
mempersilahkan keluarga Wikan untuk beristirahat di tempat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah disediakan. Mereka dipersilahkan untuk beristirahat di tempat yang terlindung.
Dalam pada itu, secara khusus Ki Udyana telah berbicara dengan Ki Leksana yang disebut Seruling Galih seria dengan Nyi Leksana dan suami Wuni, bahwa mungkin sekali mereka harus bertempur.
"Kenapa?" bertanya seruling Galih.
"Dendam yang membara di dada Alap-alap Perak atas
kematian Alap-alap Perak tua"
Seruling Galih itu mengangguk-angguk.
"Aku titipkan Nyi Purba kepada kakang dan mbok ayu
Leksana" berkata Nyi Udyana kemudian.
"Baik. Aku akan berusaha sebaik-baiknya"
Kepada suami Wuni, Ki Udyana itupun berkata "Hati-hatilah dengan isierimu"
"Ya, paman" "Para mentrik itu masih berada pada tataran mula. Tetapi mereka sudah mulai terampil mempergunakan senjata.
Senjata yang paling mereka senangi adalah tombak pendek"
"Wiyati dan Wandan juga sudah dapat menjaga dirinya
sendiri. Merekapun menjadi seperti kedua anakku yang lebih senang mempergunakan tombak pendek dari jenis senjata yang lain"
"Bagus. Kalau begitu, kalian dapat memakai tombak pendek di sini"
"Tetapi jangan beri tahu Nyi Purba lebih dahulu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa" Aku kira lebih baik kita beritahu lebih dahulu daripada nanti ia menjadi sangat terkejut"
"Apakah Nyi Purba tidak akan menjadi sangat cemas?"
"Disini banyak orang" jawab suami Wuni "ibu tidak akan terlalu ketakutan"
Ki Udyana masih saja ragu-ragu. Namun akhirnya iapun berkata "Baiklah. Daripada Nyi Purba nanti terkejut sekali"
Suami Wunilah yang kemudian menyampaikan kabar buruk itu kepada Nyi Purba dengan sangat berhati-hati.
"Tetapi disini ada banyak orang, ibu" berkata suami Wuni tidak ada alasan untuk menjadi takut.aku juga ada disini"
"Tetapi kau jangan pergi ke mana-mana"
"Tidak ibu, aku tidak akan pergi kemana-mana. Wuni juga tidak. Sementara itu, paman dan bibi Leksana yang disebut Seruling Galih itu juga ada disini"
"Wikan sendiri ada di mana?"
"Ia bersama isterinya. Bukankah Wikan sudah, beristri sekarang"
Ibunya mengangguk-angguk. Katanya "Kasihan Wikan. Di hari pernikahannya, ada juga orang yang sampai hati
mengganggunya" "Doakan saja ibu, agar tidak terjadi sesuatu dengan Wikan dan isterinya. Tetapi kedua orang itu memiliki ilmu yang tinggi. Lebih-lebih Wikan sendiri, sehingga ia akan dapat melindungi dirinya sendiri, melindungi isterinya dan melindungi anak laki-lakinya itu"
Nyi Purbapun mengangguk-angguk.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, para cantrik yang mengawasi keadaan,
menjadi semakin berhati-hati. Mereka melihat orang-orang yang berada di pategalan itu mulai bergerak mendekati padepokan. .
"Kalau mereka orang-orang bodoh, mereka akan menyerang di malam hari" desis seorang cantrik.
"Ya. Setidaknya mereka akan gagap menghadapi medan,
karena kita akan lebih menguasainya. Pagar-pagar bambu yang dibuat di dalam padepokan itu akan semakin
membingungkan mereka. Dinding-dinding bambu yang kokoh di halaman samping dan halaman belakan itu akan membuat mereka kebingungan"
"Tetapi nampaknya mereka tidak akan menyerang malam
ini" "Belum tentu. Nampaknya mereka sudah semakin mendekati kearah pintu gerbang"
Sementara itu, di padepokan nampak cahaya oncor yang terang terpancang di sudut-sudut halaman. Di pendapa, lampupun menyala terang pula. Suasananya memang nampak berbeda. Malam itu, padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu sedang merayakan hari pernikahan Wikan dan Tanjung yang sudah berlangsung siang tadi.
Namun malam itu, Ki udyana telah membatalkan
undangannya kepada Ki Demang dan Ki Bekel serta dua tiga orang tua dipadukuhan terdekat untuk ikut menghadiri upacara yang sederhana itu, justru karena kehadiran pasukan yang belum jelas darimana datangnya itu. Namun dugaan terbesar, bahwa yang datang itu adalah Alap-alap Perak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Besok aku akan menjelaskan kepada Ki Demang dan Ki
Bekel, kenapa aku tidak minta mereka hadir malam ini"
berkata Ki Udyana kepada Wikan.
Sebenarnyalah bahwa malam itu tidak diselenggarakan apaapa di padepokan itu, kecuali makan bersama. Lampu dan oncor yang terang dihalaman depan, halaman samping dan halaman belakang itu memang sengaja di nyalakan untuk memancing Alap-alap Perak agar Alap-alap Perak benar-benar mengira, bahwa seisi padepokan itu sedang lengah. Mereka tenggelam dalam kegembiraan karena perkawinan anak murid bungsu Ki Margawasana, sehingga mereka tidak siap
menghadapi serangan yang datang dengan tiba-tiba.
Sebenarnyalah beberapa orang telah merayap mendekati padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Mereka tidak melihat kesiapan para cantrik yang menjaga padepokan itu.
Yang mereka lihat adalah cahaya yang benderang di halaman padepokan, mencuat seakan-akan menerangi langit di aias padepokan itu.
"Nampaknya mereka benar-benar sedang merayakan
pernikahan murid bungsu Margawasana" desis Alap-alap Perak yang langsung menangani sendiri pengamatan terhadap
padepokan yang dipimpin Ki Udyana, bersama beberapa orang sahabatnya. Seorang diantara mereka adalah Ki Sangga Gcni.
Seorang pertapa dari lereng Gunung Sumbing.
"Tetapi aku tidak mendengar apa-apa. Apakah mereka tidak menyelenggarakan
keramaian dengan memanggil serombongan penari topeng atau menyelenggarakan lari janggrung?"
"Ada bedanya amara Udyana dengan kita, kakang"
"Apa bedanya?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Udyana merasa dirinya orang suci. Karena itu. ia tidak mau menyentuh laku maksiat. Apalagi tari janggrung. Mungkin kakang akan betah menari janggrung semalam suntuk"
"Bodoh kau. Untuk apa menari semalam suntuk. Lewat
lengah malam, maka sudah bukan waktunya untuk menari lagi"
"Jadi setelah tengah malam, tari janggrung itu dibubarkan"
"Terserah saja yang masih akan menari. Tetapi aku lebih senang untuk tidak menari lagi"
Ki Sangga Geni itupun tertawa.
"Ah, kakang" desis Alap-alap Perak muda itu.
Ki Sangga Geni tertawa tertahan, la sadar, bahwa ia sedang berada di belakang gerumbul perdu di depan pintu gerbang padepokan Ki Udyana.
"Kakang" bertanya Alap-alap Perak kemudian "mana yang lebih baik bagi kita. Apakah kita akan menyerang malam ini atau esok pagi menjelang fajar?"
"Jangan sekarang. Mereka akan terbangun sampai dini..
Mereka masih akan bersenang-senang sampai pagi. Kalau Udyana merasa dirinya orang suci, maka Udyana dan murid-muridnya tidak akan bermabuk-mabukan malam ini. Karena itu, kita tunggu saja esok menjelang fajar. Saat mereka merasa letih dan sangat mengantuk"
"Aku tidak sabar lagi" geram Macan Ringul. sahabat Alap-alap Perak yang bertubuh raksasa.
"Kau harus mempergunakan penalaran yang jernih" sahut Sangga Geni "Tidak ada untungnya menyerang malam hari.
Kita tidak menguasai medan sebagai para murid padepokan itu sendiri. Setelah kita berhasil memecahkan dan membuka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu gerbang padepokan itu, serta masuk kcdalamnya, kita akan dihadang oleh medan yang tidak begitu kita kenal.
Apalagi jika kemudian semua obor dan lampu dipadamkan.
Maka kita akan dapat terjebak di sekat-sekat serta
longkangan-longkangan yang sempit"
"Ya" sahut Alap-alap Perak "Aku mengerti"
"Jika mata kalian rabun" sahut seorang yang bertubuh tinggi agak kekurus-kurusan " memang lebih baik kita menyerang esok sebelum matahari terbit"
"Matamu tajam setajam mata burung hantu. Sampar Angin.
Tetapi bagaimanapun juga bukankah kau setuju bahwa kita menyerang padepokan itu esok menjelang fajar. "Selagi pagi masih remang-remang. Tetapi mata kita sudah dapat melihat dengan jelas"
Seorang yang lain, yang perutnya buncit, bahkan bajunya selalu terbuka menyahut" Aku ingin tidur malam ini"
Alap-alap Perakpun berkata "Baiklah. Marilah kita kembali ke pasukan kita"
Merekapun kemudian beringsut meninggalkan gerumbul
perdu yang membayangi mereka.
Sebenarnyalah mereka menjadi kurang berhati-hati, sehingga dua orang cantrik yang mengawasi mereka dapat melihat dengan jelas kepergian mereka meninggalkan
gerumbul perdu itu. Alap-alap Perak dan kawan-kawannya mengira, bahwa seisi padepokan itu sedang bersenang-senang merayakan pernikahan murid bungsu Ki Margawasana.
Meskipun orang-orang itu sudah pergi, namun para cantrik yang mengawasi mereka itu tidak segera mengambil
kesimpulan, bahwa mereka tidak akan menyerang malam itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para cantrik itu tidak mendengar pembicaraan Alap-alap Perak dengan kawan-kawannya. Karerta itu, maka para cantrik itu masih saja dengan cermat mengamati keadaan.
Sebenarnyalah Alap-alap Perak dan kawan-kawannya
memperhitungkan bahwa esok dini hari, seisi padepokan itu akan menjadi letih. Mereka akan pergi ke barak mereka masing-masing,
menjatuhkan dirinya di pembaringan, kemudian merekapun akan tertidur lelap. Pada saat itulah, Alap-alap Perak serta kawan-kawannya akan menyerang padepokan itu. Mereka akan mencoba meloncati dinding jika memungkinkan. Tetapi kalau cara itu sulit dilakukan, maka mereka terpaksa memecahkan dinding.
Sekelompok murid Alap-alap Perak telah menyediakan
sebatang balok yang besar, yang akan dapat mereka
pergunakan untuk menghentak pintu gerbang padepokan itu.
"Semuanya harus dikerjakan dengan cepai untuk memanfaatkan waktu sebelum para cantrik di padepokan itu menyadari apa yang terjadi" berkata Alap-alap Perak.
"Pintu regol itu akan pecah dengan sekali hentak. Dalam sekejap orang-orang kita sudah akan berada didalam halaman padepokan itu. Sebelum mereka sadar apa yang terjadi, maka kita sudah berada di dalam barak-barak mereka. Ujung-ujung senjata akan segera terhunjam di jantung mereka yang baru saja terbangun karena terkejut mendengar derap kaki kita berlari-lari di antara sekat-sekat dan longkangan di padepokan itu" sahut Sangga Geni.
Dalam pada itu, para cantrik yang bertugas masih saja mengawasi keadaan. Namun setelah lewat tengah malam, maka mereka mulai yakin, bahwa orang-orang yang
berdatangan itu akan mulai menyerang esok pagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka orang-orang yang sedang mengawasi
keadaan itupun telah kembali ke padepokan. Teiapi mereka tidak melewati pintu gerbang. Mereka masuk lewat pintu-pintu buti lan di dinding halaman. Dengan isyarat sandi mereka mengetuk pintu butulan yang kemudian dibuka oleh mereka yang bertugas di dalam.
"Bagaimana dengan mereka?" bertanya seorang cantrik.
"Nampaknya mereka belum bergerak. Aku menduga bahwa
mereka akan bergerak esok menjelang fajar"
Para pengawas itupun kemudian telah melaporkan kepada Ki Udyana yang berada di bangunan utama padepokan itu.
"Baiklah" sahut Ki Udyana sambil mengangguk-angguk
"biarlah para cantrik tetap saja beristirahat lebih dahulu.
Sekarang kau tidurlah sampai menjelang fajar"
"Baik, kakang" Sebenarnyalah Ki Udyana memang memerintahkan para
cantriknya untuk beristirahat sebaik-baiknya. Meskipun obor-obor tetap menyala terang di halaman dan di mulut sckai-sekat yang ada di padepokan, apalagi di pendapa. Mereka tidak bergembira ria, makan dan minum untuk merayakan pernikahan Wikan dengan Tanjung. Tetapi sebagian dari mereka beristirahat, sedangkan yang lain bertugas mengawasi keadaan disekeliling padepokan di panggungan-panggungan yang ada di sebelah menyebelah pintu gerbang, serta di sudut-sudut padepokan.
Tetapi panggungan-panggungan itu nampak gelap. Orang-orang yang bertugas di panggungan itupun berlindung dari cahaya lampu-lampu minyak serta obor di h-ilaman, sehingga kesannya panggungan itu kosong.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, mendekati dini hari, maka pasukan Alap-alap Perak itu mulai menggeliat. Mereka memerintahkan beberapa orang mendekati pintu gerbang untuk mengamati keadaan.
Tiga orang terpercaya telah merayap dari balik gerumbul yang satu ke balik gerumbul yang lain. Mereka masih melihat lampu-lampu obor menyala di halaman dan di barak-barak para cantrik. Bahkan di longkangan-longkangan di belakang, dekat dapur.
Seorang diantara ketiga orang itupun kemudian berkata kepada kawan-kawannya "Aku akan memanjat dinding
halaman untuk melihat apa yang ada di dalam"
"Bagaimana kau akan memanjat dinding itu?"
"Kita akan berdiri bersusun. Mudah-mudahan aku dapat menggapai bibir dinding padepokan itu"
Ketiga orang itupun kemudian bergerak semakin mendekati dinding padepokan. Seorang diantara merekapun kemudian berdiri melekat dinding. Yang seorang lagi berdiri di bahunya sehingga
mereka berdiri bersusun. Sedangkan orang ketigapun memanjat dan beridiri di bahu orang kedua.
Orang ketiga yang berdiri bersusun di paling atas itupun berusaha menggapai bibir dinding padepokan. Agaknya jari-jarnya hampir menggapai dinding, sehingga orang itu terpaksa naik setapak lagi dan berdiri diatas kepala kawannya yang berdiri dibawahnya.
Kawannya menyeringai. Tetapi dibiarkannya saja orang itu menginjak ubun-ubunnya.
Tetapi dengan demikian, tangannya memang dapat
menggapai bibir dinding halaman. Kemudian dengan http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghentakkan kakinya, orang itu berhasil naik keatas dinding.
Namun dengan sigapnya iapun segera menelungkup
melekat dinding agar tidak terlihat olah orang yang ada di halaman. Apalagi jika ada diantara para cantrik yang meronda.
Tetapi demikian orang itu menelungkup diatas dinding halaman, maka ia tidak melihat itu menelungkup diatas dinding halaman, maka ia tidak melihat seorangpun. Yang dilihatnya adalah lima atau enam orang yang tertidur nyenyak di pendapa.
"Ternyata ada juga orang-orang mabuk di padepokan yang dinyatakan bersih ini" berkata orang yang memanjat dinding itu di dalam hatinya.
Namun selain mereka, orang yang memanjat dinding itu tidak melihat apa-apa.
"Mereka akan mati sebentar lagi" desis orang itu. Beberapa saat kemudian, maka orang itupun segera meluncur turun menapak bahu kawannya.
"Apa yang kau lihat?" bertanya seorang kawannya.
"Mayat yang bergelimpangan di pendapa"
"Mayat.?" "Ya. Sebentar lagi mereka adalah mayat-mayat yang
berserakan di pendapa"
"Aku tidak bertanya tentang mereka sebentar lagi. Tetapi sekarang ada apa?"
"Beberapa orang tidur malang-melintang di pendapa.
Agaknya mereka telah mabuk"
"Mabuk" Apakah di padepokan ini orang boleh mabuk"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah hari ini hari yang khusus bagi mereka. Mungkin untuk hari ini mereka boleh mabuk"
"Orang yang lain, peronda misalnya?"
"Tidak ada peronda. Tidak ada penjaga. Semuanya tentu tertidur nyenyak, sementara obor dan lampu minyak masih menyala dimana-mana"
"Bagus . Kita akan segera melapor. Aku kira semakin cepat kita menyerang, semakin baik. Tidak usah menunggu fajar"
"Tetapi sekarang sudah hampir fajar"
"Kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya"
Orang-orang itupun segera meninggalkan padepokan itu.
Mereka akan segera melapor kepada Alap-alap Perak.
Merekapun akan mengusulkan agar mereka segera menyerang padepokan itu selagi seisi padepokan itu sedang mabuk.
Namun ternyata ketiga orang itu tidak melihat para cantrik yang bertugas di panggungan yang gelap. Para cantrik itu sengaja berjongkok dan menahan diri. Demikian cantrik di panggungan sebelah pintu gerbang itu melihat ketiga orang yang merayap mendekati dinding padepokan, maka iapun segera memberikan isyarat dengan melemparkan tiga kerikil ke pendapa.
Para cantrik yang berada di pendapa, tanggap akan isyarat itu. Merekapun segera berbaring malang melintang di
pendapa, seolah-olah mereka sedang tidur nyenyak.
Sebenarnyalah ketiga orang yang merayap mendekati
dinding padepokan itu telah berusaha menjenguk ke dalam.
Sehingga apa yang mereka lihat adalah beberapa orang yang bagaikan mabuk berbaring di pendapa. Apalagi disekitamya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berserakan mangkuk-mangkuk kecil, yang biasanya dipergunakan untuk minum tuak.
Demikian ketiga orang itu pergi, maka cantrik yang
bertugas di panggungan disebelah pintu gerbang itu berbisik kepada kawannya "Nampaknya pancingan kita akan bcrhasil"
"Mudah-mudahan"
"Namun agaknya mereka tidak akan menunggu fajar"
"Tetapi mereka tentu memerlukan waktu untuk berbenah diri, sehingga secepatnya menjelang fajar mereka baru akan sampai di depan pintu gerbang"
Kawannya mengangguk. "Tetaplah disini. Aku akan turun untuk memberikan laporan.
Hati-hati. Jangan sampai mereka merundukmu"
"Pergilah. Tetapi segera saja kembali. Beberapa saat lagi, akan ada pergantian petugas disini"
Cantrik yang seorang itupun segera turun untuk
memberikan laporan tentang ketiga orang yang telah
berusaha untuk mengetahui keadaan didalam lingkungan dinding padepokan.
Ketika cantrik itu naik kependapa, maka orang-orang yang berbaring itupun telah bangkit dan duduk kembali diatas tikar pandan.
Cantrik itupun kemudian melaporkan apa yang dilihatnya dari panggungan di sebelah pintu gerbang itu.
"Agaknya mereka akan segera kembali. Mungkin mereka
berniat untuk menyerang selagi masih gelap, mumpung
padepokan ini lengang. Agaknya mereka mengira bahwa kita http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar-benar telah lengah, sehingga mereka akan dengan mudah menguasai padepokan ini"
"Baiklah" berkata Ki Udyana yang ikut berbaring di pendapa itu "Kita akan menyiapkan para cantrik. Agaknya mereka sudah cukup beristirahat malam ini"
"Kita akan siapkan mereka" berkata Ki Rantam.
"Jangan menimbulkan keributan. Mungkin masih akan ada lagi orang-orang yang akan mengamati keadaan padepokan ini"
Sejenak kemudian, Ki Rantam, Ki Parama dan Ki Windu
telah menghubungi para pemimpin kelompok dari para cantrik di padepokan itu. Selain mereka, Ki Parama pun telah menemui Murdaka dan saudara-saudaranya yang sebenarnya sudah dapat meninggalkan padepokan itu.
Para cantrikpun segera mempersiapkan diri. Mereka
menempatkan diri di tempat-tempat yang tersembunyi, namun yang di setiap saat akan dapat segera tampil.
Di pendapa, beberapa orang masih nampak duduk sambil berbincang. Pada saat yang diperlukan, merekapun akan.
segera berbaring seperti orang yang tidur nyenyak.
Beberapa saat kemudian, para petugas di panggunganpun telah berganti. Tetapi petugas sebelumnya, terutama para cantrik yang berada dipanggungan, di sebelah pintu gerbang itu, telah memberikan beberapa pesan kepada yang
menggantikannya. Dalam pada itu, maka ketiga orang yang ditugaskan oleh Alap-alap Perak untuk melihat keadaan di sekitar padepokan itupun telah menghadap Alap-alap Perak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Padepokan itu telah menjadi sepi seperti kuburan, selain halaman
serta longkangan-longkangan yang terang benderang. "Apa yang kau lakukan?"
Kami berhasil menjenguk keadaan didalam dinding
halaman. Sekitar enam orang yang agaknya mabuk tertidur di pendapa.
Yang lain tidak ada yang nampak. Agaknya semuanya telah tertidur nyenyak di bilik mereka masing-masing"
"Kau tidak melihat petugas atau peronda yang keliling?"
"Aku berada diatas dinding itu beberapa lama. Aku tidak melihat peronda keliling atau petugas lain di padepokan itu.
Semuanya nampak diam, membeku atau mati"
"Baiklah. Jika demikian, marilah kita dekati padepokan itu.
Kita akan niemasuki pintu gerbang. Dengan satu hentakkan balok yang cukup besar itu, maka pintu gerbang itu tentu akan pecah berkata Alap-alap Perak.
"Kau jangan mengingaui Selarak pintu itu tentu cukup kuat"
sahut Sangga Geni. "Ketika aku berhasil membujuk Wigati untuk, menyerang padepokan itu, kami juga berhasil mematahkan selarak pintunya, sehingga pintu itu terbuka"
"Hanya dengan satu hentakkan saja kau sudah berhasil mematahkan selarak pintu itu?"
"Memang bukan maksudku untuk mengatakan bahwa
selarak pintu itu benar-benar patah dengan satu hentakkan.
Tetapi maksudku, kami dapat mematahkan selaraknya dan segera memasuki halaman padepokan yang sekarang dipimpin oleh Udyana itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berdasarkan pengalaman itu, maka sekarang selarak pintu itu tentu sudah menjadi leboh kokoh. Setidaknya selarak pintu itu menjadi rangkap"
"Lalu maksudmu?"
"Aku menganggap bahwa lebih baik kita masuk dengan
diam-diam. Biarlah beberapa orang memasuki halaman itu dan kemudian dengan diam-diam pula membuka selarak pintu.
Bukankah mereka tertidur nyenyak karena kelelahan. Apalagi jika mereka benar-benar mabuk tuak semalam"
Alap-alap Perak mengangguk-angguk "Ya. Gagasan yang
baik" "Tiga orang yang mengamati keadaan itu berhasil
memanjat sampai keatas dinding. Karena itu, maka yang lainpun tentu dapat melakukannya pula, sehingga beberapa orang itu akan segera membuka selarak pintu gerbang"
"Baiklah. Tetapi yang kita persiapkan adalah sebuah balok besar. Kita belum mempersiapkan orang-orang yang akan melompati dinding halaman itu"
"Kita akan menunjuk beberapa orang. Yang tadi sudah
berhasil memanjat dinding itu akan memimpin kawankawannya itu memasuki halaman. Jika mereka berhasil
membuka pintu, maka kita akan masuk dengan diam-diam, sehingga para cantrik yang tertidur itu tidak akan pernah bangun lagi tanpa mereka sadari. Tiba-tiba saja ujung-ujung pedang telah menghunjam menembus jantung mereka selagi mereka masih berbaring di pembaringan"
"Aku mengerti" berkata Alap-alap Perak. Demikianlah, maka pasukan yang terdiri dari para cantrik yang berasal dari beberapa perguruan itupun segera mulai bergerak mendekati padepokan. Ternyata jumlah mereka terlalu banyak. Tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya terdiri dari cantrik yang pernah dilihat oleh para murid padepokan Udyana yang datahg dari dua arah dan kemudian beristirahat di pategalan. Tetapi ternyata ada yang lain yang menyusul kemudian.
Mereka merayap dengan hati-hati dalam kegelapan dini hari mendekati padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
Tetapi mereka tidak berniat memecahkan pintu gerbang.
Jika demikian, maka mereka akan membangunkan para
cantrik dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
mempersiapkan diri menghadapi kehadiran Alap-alap Perak dan pasukannya.
Tetapi sebenarnyalah kemungkinan itu sudah diperhitungkan oleh Ki Udyana. Ketika Ki Udyana mendapat laporan bahwa ada orang yang dengan diam-diam memanjat dinding untuk mengamati keadaan di dalam padepokan itu, maka Ki Margawasana telah memperingatkan kepada Ki
Udyana, bahwa ada kemungkinan mereka akan memasuki
padepokan itu dengan diam-diam. Mereka menganggap
bahwa seisi padepokan itu tertidur nyenyak, sehingga mereka akan merunduk dan menyerang mereka dengan serta-merta selagi mereka masih berada di pembaringan.
Ki Udyanapun telah membicarakannya dengan para
pembantunya, apakah yang harus mereka lakukan untuk
menghadapi cara itu. Para cantrik itupun telah melakukan baris pendem.
Pertahanan yang tidak dengan serta-merta dapat dilihat oleh lawan. Namun kemudian dengan tiba-tiba mereka akan
menyergap. Beberapa orangpun telah, bersiap di panggunganpanggungan di sebelah-menyebelah pintu gerbang. Mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mempersiapkan busur dan anak panah yang dapat
mereka pergunakan di setiap kesempatan yang memungkinkan. Demikian pula di panggungan-panggungan di sudut-sudut padepokan
Namun Ki Margawasana berpesan untuk membiarkan
beberapa orang masuk dengan diam-diam.
"Mereka tentu akan segera membuka pintu gerbang"
berkata Ki Margawasana "justru pada saat mereka berdesakan memasuki pintu gerbang, maka para cantrik yang berada di panggung akan dapat menyerang mereka dengan anak panah.
Jika serangan itu mampu mengejutkan mereka, maka
rencana-rencana merekapun akan menjadi kabur, sehingga mereka tidak akan dapat melakukannya dengan cermat"
Yang kemudin terjadi adalah saling merunduk. Beberapa orang
dengan sangat berhati-hati mendekati dinding
padepokan. Mereka mendapat tugas untuk meloncat masuk dengan cara sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang yang lebh dahulu melakukannya pada saat mereka mengamati keadaan di dalam padepokan itu.
Orang yang sudah pernah memanjat dinding itulah yang kemudian memeberitahukan kepada beberapa orang saudara seperguruannya, apa yang harus mereka lakukan.
Sekelompok terdiri dari tiga orang. Yang kemudian akan memasuki halaman padepokan, akan memanjai terakhir.
Namun dalam pada itu, para cantrik dari padepokan Udyana yang berada di panggunganpun harus sangat berhati-hati.
Bahkan seakan-akan mereka sama sekali tidak bergerak.
Bernafaspun mereka harus menjaga agar tidak terdengar oleh orang-orang yang akan memanjai dinding itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, di dini hari, maka beberapa orang telah memanjat dinding padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Beberapa orangpun berhasil menggapai yang kemudian menelungkup di atas dinding halaman.
Di pendapa masih ada enam orang yang berbaring terbujur lintang dengan mangkuk-mangkuk tuak disamping mereka.
"Omong kosong kalau para cantrik di padepokan ini tidak mau minum tuak dan mabuk-mabuk. Semua penghuni
padepokan ini tentu sedang mabuk sekarang" berkata orang-orang yang memanjat dinding itu didalam hatinya.
Sejenak kemudian, beberapa orang cantrik telah meloncat ae-ngan hati-hati ke halaman padepokan itu. Merekapun segera
bergeser sambil melekat dinding padepokan, mendekati pintu gerbang. Tetapi padepokan itu benar-benar sepi. Tidak ada cantrik yang meronda. Yang tertidur di pendapa bangunan induk itupun masih saja tidur lelap.
Orang yang lebih dahulu datang untuk mengamati keadaan tidak tahu dan sama sekali tidak berpikir bahwa yang terbaring di pendapa itu orangnya ada yang sudah berganti.
Sejenak kemudian, maka orang-orang yarig lelah lebih dahulu memasuki halaman padepokan itu telali membuka selarak pintu padepokan tanpa harus menghentak dengan balok yang besar, yang dipanggul oleh beberapa orang.
Demikian pintu terbuka, maka dua orang diantara mereka telah mengambil dua buah obor yang banyak kepada kawan-kawan mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itupun kemudian berdiri dipiniu gerbang yang telah terbuka sambil melambai-lambaikan obor di tangan mereka.
Di tempat yang agak jauh. Alap-alap Perak dengan
beberapa oran yang akan memimpin pasukan mereka itu
melihat obor yang dilambai-lambaikan itu. Sambil tersenyum Alap-alap Perak itu berkata "Alangkah mudahnya"
"Terlalu mudah untuk membuka pintu gerbang sebuah
padepokan yang besar oleh orang asing" sahut Ki Sangga Geni.
"Tetapi apakah semudah itu pula menguasai padepokan itu"
"Kita akan memasuki padepokan itu tanpa membangunkan mereka. Senjata-senjata kita akan menembus jantung mereka sebelum mereka terbangun dari tidur mereka yang nyenyak.
Bahkan mereka yang sedang mabukpun tidak akan pernah menjadi sadar kembali"
Alap-alap Perakpun kemudian memberikan perintan dengan isyarat, agar pasukannya segera bergerak memasuki pintu gerbang padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Ketika mereka sampai didepan pintu gerbang, maka Alap-alap Perak itu masih sempat memperingatkan kawankawannya "Hati-hatilah. Kita memasuki sarang harimau"
"Betapapun buasnya seekor harimau, tetapi harimau yang sedang tidur tidak akan berbahaya bagi kita. Kecuali jika kita dengan sengaja mengejutkannya"
"Ya. Kita sekarang tidak akan mengejutkan mereka. Tetapi kita datang untuk membunuh mereka" geram Sampar Angin.
Demikianlah, maka pasukan yang dipimpin oleh Alap-alap Perak itu mulai memasuki pintu gerbang. Para pemimpin http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan itu merasa bahwa mereka sama sekali tidak menemui hambatan, apalagi perlawanan.
"Kita akan membagi diri. Kita akan memasuki barak-barak dan membunuh para cantrik. Jangan ada yang tersisa"
Namun sebelum seluruh pasukan memasuki halaman, maka orang-orang
yang berada di panggunganpun segera mempersiapkan diri. Sebagian dari mereka akan menyerang orang-orang yang akan memasuki pintu gerbang, sementara sebagian yang lain akan menyerang mereka yang sudah
berada di halaman dengan anak-panah. Sementara itu orang yang telah ditugaskan telah siap melontarkan anak panah sendaren untuk memberi isyarat kepada Ki Wigati dan murid-muridnya.
Para cantrik itu hanya menunggu aba-aba saja. Dalam pada itu, Alap-alap Perak telah memerintahkan kepada pasukannya untuk memecah diri.
Tetapi sebelum mereka mulai bergerak, maka tiba-tiba saja telah terdengar suara kentongan di salah satu longkangan yang ada di padepokan itu. Salah satu longkangan diantara barak-barak para cantrik.
Kentongan itu segera bersambut. Beberapa suara kentongan telah terdengar pula di beberapa sudut padepokan itu.
Suara kentongan itu benar-benar mengejutkan. Apalagi sebelum mereka menyadari sepenuhnya apa yang le lah
terjadi, tiba-tiba pula dari beberapa panggung yang ada di dinding padepokan itu, telah meluncur anak panah bagaikan hujan yang tercurah dari langit.
Beberapa orang langsung berteriak marah, tetapi beberapa orang yang lain berteriak, kesakitan. Anak panah itu ada yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenai punggung beberapa yang sudah ada di halaman.
Tetapi ada pula yang mengenai dada. bahu dan lambung mereka yang masih berada diluar padepokan.
Serangan yang tiba-tiba itu benar-benar telah sangat mengejutkan. Beberapa orangpun jatuh berguling. Bahkan ada diantara mereka yang tidak akan pernah dapat bangkit kembali.
"Gila" teriak Alap-alap Perak "ini adalah seorang yang sangat licik"
Tetapi suaranya itu bagaikan hilang ditelan teriakan-teriakan kemarahan para murid Alap-alap Perak serta para murid dari perguruan yang lain, yang bersama-sama dengan perguruan Alap-alap Perak mendatangi perguruan yang
dipimpinan Oleh Ki Udyana itu.
Sementara itu, keenam orang yang di pendapa itupun telah berloncatan bangkit mula.
Alap-alap Perak serta para muridnya serta orang-orang yang telah memasuki padepokan iu menyadari, bahwa
mereka telah terjebak karena mereka menjadi lengah.
Meskipun demikian, Alap-alap Perak itupun berteriak
"Jangan terpengaruh. Bukankah kita sudah siap untuk
membunuh mereka" Permainan yang lic ik ini tidak akan mempengaruhi rencana kita, membunuh setiap orang sampai orang yang terakhir"
Dalam pada itu, tiga buah anak panah sendaren telah
meluncur ke udara. Suaranya bergaung menggetarkan udara dini hari yang hening.
Panah sendaren itu telah memberikan perintah kepada Ki Wigati untuk mulai bergerak, membawa murid-muridnya
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang pa-sukan yang sedang memasuki pintu gerbang padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Demikianlah, maka para murid dari beberapa perguruan yang menyerang padepokan itupun telah terpencar. Mereka berusaha untuk langsung menyerbu memasuki longkangan-longkangan yang ada di padepokan. Mereka menerobos sekat-sekat yang memisahkan bidang-bidang di halaman samping padepokan Ki Udyana.
Namun hampir serentak obor-obor dilongkangan dan
dihalaman belakang itupun telah padam.
Meskipun sudah dini, namun obor-obor itu padam,
dihalaman samping padepokan Ki Udyana itu terasa masih gelap. Apalagi obor yang terang menderang itu padam
serentak dan tiba-tiba. Pada saat itulah, maka para cantrik dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu mulai menyergap orang-orang yang masih harus menyesuaikan diri dengan keadaan medan.
Pertempuranpun segera meledak dimana-mana. Para
cantrik di padepokan Ki Udyanapun telah berloncatan dari tempat persembunyian mereka.
Sementara itu, langit mulai menjadi merah. Fajarpun telah menyingsing.
Perlahan-lahan

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cahaya kekuning-kuningan matahari pagi mulai merekah.
Namun para cantrik di padepokan Ki Udyana tidak sempat menikmati cerianya langit pagi hari. Mereka tidak sempat mendengarkan kicau burung-burung liar di pagi hari. Namun telinga merekapun telah dipekakkan oleh dentang senjata beradu serta teriakan-teriakan penuh kemarahan dan
kebencian. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para.pemimpin dari beberapa perguruan yang datang
menyerang padepokan Ki Udyana itupun segera meneriakkan aba-aba bagi murid-murid mereka. Namun pada langkah
pertama itu mereka telah membentur perlawanan yang sangat rumit untuk diatasi. Para murid perguruan Ki Udyana telah memanfaatkan medan yang tiba-tiba saja terasa menjadi sangat sulit dan berbahaya.
Para cantrik yang berada di panggungan masih saja
menyerang dengan busur dan anak panah mereka. Serangan-serangan mereka justru menjadi sangat berbahaya. Para cantrik yang menyerang padepokan itupun berusaha untuk memanjat tangga panggungan untuk menghentikan serangan-serangan anak panah itu. Tetapi sebelum mereka mencapai lantai panggungan, dada mereka telah tertembus oleh anak panah. Sementara itu, mereka yang berhasil meloncat
mencapai lantai -panggungan, maka ujung pedang para
cantrik yang berada di panggungan itulah yang menusuk jantung mereka.
Tetapi para murid dari perguruan-perguruan yang datang menyerang itu menjadi semakin sulit untuk memanjat naik, kerena kelompok-kelompok murid dari perguruan Ki Udyana itu telah mengalir ke halaman depan pula, sehingga sebagian dari mereka berusaha untuk mencegah lawan mereka naik ke atas panggungan.
Namun jumlah lawan yang datang, memang terlalu banyak.
Murid dari beberapa perguruan itu melanda padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu bagaikan banjir bandang.
Tetapi murid-murid Ki Margawasana yang sudah tuntas
ilmunya, yang seharusnya sudah meninggalkan perguruan itu, ternyata masih tetap berada di padepokan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sigapnya mereka terjun ke medan pertempuran
yang semakin menebar kemana-mana.
Tetapi justru karena itu, maka para cantrik dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu mempunyai kesempatan lebih besar. Mereka menguasai medan sebaik-baiknya,
sehingga dengan demikian mereka dapat membuat lawan
mereka kebingungan. Meskipun demikian, namun jumlah lawan yang besar itu sempat menekan pertahanan para cantrik dari perguruan Ki Udyana itu. Sehingga beberapa orang diantara para cantrik yang datang menyerang itu sempat menembus sekat-sekat yang membatasi barak para mentrik.
Untunglah murid-murid perempuan dari perguruan Ki
Udyana itu sudah mampu melindungi diri mereka sendiri.
Sehingga kelompok kecil yang berhasil menyusup itu segera menemui perlawanan yang sengit. Bahkan Wiyati dan Wandan yang berada diantara para mentrik itupun telah ikut pula langsung turun ke arena. Keduanya terbiasa bersenjata tombak pendek sebagaimana anak-anak Seruling Galih.
Dalam pada itu, Seruling Galih sendiri bersama isterinya yang menjaga keselamatan Nyi Purba telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Bahkan Seruling Galih itupun kemudian berkata "Biarlah aku turun ke halaman belakang, Nyi. Jaga Nyi Purba baik-baik"
"Kau sajalah yang menjaga Nyi Purba kakang. Bukankah di halaman yang bertempur adalah para Mentrik. Biarlah aku berada diantara murid-murid perempuan itu"
Ki Seruling Galih termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian katanya "Berhati-hatilah, Nyi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Leksanalah yang kemudian turun ke halaman. Ternyata Nyi Udyanapun telah berada diantara para mentrik itu.
"Kau tinggalkan Nyi Purba mbokayu?" bertanya Nyi Udyana.
"Kakang Leksana menungguinya" sahut Nyi Leksana.
Nyi Udyana tidak bertanya lagi. Ketika kemudian Nyi
Leksana itu mendekatinya, maka mereka berdua, sepasang murid perempuan Ki Margawasana, yang bahkan telah berhasil mengembangkan ilmu mereka, bertempur dengan garangnya.
Ternyata kedua orang perempuan itu benar-benar telah membuat kelompok-kelompok lawan mereka kebingungan.
Sementara itu disekitar mereka murid-murid perempuan Ki Udyana dan Nyi Udyana itu bertempur tanpa mengenal gentar.
Sedangkan diantara mereka terdapat pula Wiyati dan Wandan.
Dari bilik yang lain, Wikan telah membawa Tanjung dan Tatag menemui Nyi Purba. Kepada Nyi Purba Wikanpun
berkata "Ibu, biarlah Tanjung dan Tatag berada disini bersama ibu dan mendapat perlindungan dari paman Seruling Galih.
Aku tidak dapat tinggal diam di bilikku. Aku harus turun ke halaman.
Nyi Purba tidak dapat menahannya. Karena itu, maka iapun berkata dengan suara bergetar "Hati-hatilah. Wikan"
"Baik ibu. Paman, aku mohon doa paman"
"Ya, Wikan. Kau memang harus berhati-hati" Wikanpun
sempat mencium Tatag sambil berpesan "Jangan menangis Tatag"
Sepasang mata Tatag yang bening menatap wajah Wikan, seakan-akan ia mengerti apa yang dikatakan oleh Wikan Sejenak kemudian, maka Wikanpun segera meloncat berlari keluar Ditinggalkannya Tatag dalam dukungan Tanjung.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Tanjung itupun telah menyelipkan pedang di
lambungnya. Sepeninggal Wikan, maka Nyi Purbapun berkala "Biarlah aku menggedongnya Tanjung. Mudah-mudahan Tatag tidak memberontak"
Ternyata Tatag itupun justru tertawa-tawa ketika ia berada di gendongan Nyi Purba. Sementara Tanjung berdiri dekat di depan pintu. Ia sempat melihat bayangan-bayangan mereka yang bertempur di halaman belakang. Tanjungpun melihat Nyi Udyana dan Nyi Leksana bertempur seperti sepasang sikatan berburu belalang.
Wikan sendiri tidak terjun kepertempuran di halaman
belakang. Meskipun ia sempat berhenti sebentar melihat apa yang terjadi. Namun melihat keadaan, ia yakin bahwa Nyi Udyana dan Nyi Leksana akan dapat mengatasi lawan yang datang itu bersama-sama dengan Wiyati, Wandan serta para mentrik.
Wikan sendiri kemudian telah berlari ke halaman depan padepokannya.
Dalam pada itu, para penghuni padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu harus mengerahkan kemampuan mereka untuk melawan banjir bandang yang melanda padepokan
mereka itu. Ki Rantam, Ki Parama dan Ki windu yang berada di tempat yang berbeda-beda bertempur dengan garangnya. Murdaka dan saudara-saudara seperguruannya seangkatan, yang telah menuntaskan ilmunya, bertempur seperti banteng yang terluka. Sulit bagi lawan-lawan mereka untuk membatasi ruang gerak mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara para penghuni padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu bertempur dengan mempertaruhkan hidup mereka, maka Ki Wigati dan murid-muridnya yang berlari-lari menuju ke padepokan itu, telah sampai di depan pintu gerbang yang terbuka. Ketika ujung dari pasukannya menyusup masuk, maka terdengar para murid Ki Wigati itu bersorak gemuruh.
Orang-orang yang bertempur di halaman terkejut. Alap-alap Perak yang bertempur diantara murid-muridnya di halaman depan, berpaling. Dilihatnya Ki Wigati berdiri di paling depan.
"Wigati. Kenapa tiba-tiba saja ia berada disini?"
Alap-alap Perak sempat menjadi ragu-ragu sejenak. Alap-alap
Perak menduga-duga, apakah Ki Wigati itu memanfaatkan kesempatan itu untuk kepentingannya sendiri atau bahkan Ki Wigati itu akan berpihak kepada Ki Udyana.
Namun Alap-alap Perak itupun segera menyadari, bahwa Ki Wigati itu datang untuk membantu perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
Dengan demikian, maka Alap-alap Perak itu mulai mengerti, bahwa pasukannya telah masuk ke dalam jebakan Ki Udyana.
Meskipun demikian, Alap-alap Perak tidak segera berkecil hati. Pasukannya adalah pasukan yang besar, yang terdiri dari beberapa perguruan bersama pemimpin-pemimpin perguruan itu pula.
Demikianlah, maka pertempuran di padepokan Ki Udyana itupun menjadi semakin sengit. Para murid Ki Wigatipun segera menebar pula. Mereka menyerang para murid dari beberapa
perguruan yang bersama-sama menyerang padepokan Ki Udyana itu dengan garangnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka para murid Alap-alap Perak serta beberapa orang kawannya itupun harus menghadapi para murid Ki Wigati yang baru datang itu. Mereka yang berniat untuk menyusup sampai ke halaman belakang menyusul
kawan-kawan mereka, harus berbalik unluk menghadapi para murid Ki Wigati.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun menjadi
semakin sengit. Dalam pada itu, Alap-alap Perak sendiri berusaha
menghindari Ki Wigati. Dibiarkannya saja ketika ia melihat Macan
Ringut, seorang yang bertubuh raksasa itu, menyongsong Ki Wigati dengan kemarahan yang membakar jantungnya, karena para murid Ki Wigati itu sebagian telah langsung menyerang murid-murid Macan Ringut itu.
"He, kau siapa he" Tiba-tiba saja kau melibatkan diri dalam pertempuran ini?"bertanya Macan Ringut.
Ki Wigati mengerutkan keningnya. Namun tiba-tiba saja ia bertanya "Mana Alap-alap Perak, he?"
"Aku bertanya kepadamu, kau ini siapa?"
"Namaku Wigati"
"Apa hubunganmu dengan perguruan ini, sehingga kau
telah datang untuk membantunya?"
"Aku adalah adik seperguruan kakang Margawasana"
Macan Ringut itu mengangguk-angguk. Katanya "Wigati, aku masih ingin memberimu kesempatan. Pergilah. Bawa orang-orangmu keluar dari padepokan ini, karena kami berniat membunuh semua orang yang berada didalam padepokan ini.
Jadi siapapun yang berada didalam padepokan ini, termasuk orang-orangmu, maka merekapun akan kami musnakan pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi jika orang-orangmu kau bawa keluar, maka mereka akan selamat"
Ki Wigati tertawa pendek. Katanya "Kau aneh Ki Sanak. Aku datang untuk membantu kakang Margawasana dan Udyana
untuk mengusir orang-orang yang telah menyerang padepokan yang dipimpin oleh Udyana ini. Jika kami harus keluar, lalu apa artinya kedatangan kami ini?"
"Aku hanya memperingatkanmu"
"Terima kasih atas peringatanmu itu, Ki Sanak. Tetapi aku akan tetap berada didalam padepokan ini"
"Jadi kau memilih mati?"
"Tidak" "Jika kau tidak memilih mati, kenapa kau tidak mau pergi?"
"Aku tidak akan memilih mati terbunuh di padepokan ini.
Tetapi aku memilih membunuh saja"
"Setan kau Wigati. Kau keras kepala. Apa sebenarnya yang kau sombongkan, sehingga kau tidak mau pergi?"
"Tidak ada yang aku sombongkan, tetapi aku siap untuk bertempur"
"Bagus. Pandanglah langit untuk yang terakhir kalinya. Kau tidak akan pernah lagi memandangnya"
"Kau terlalu yakin akan dirimu Ki Sanak. Siapa namamu?"
"Macan Ringut" "Tentu bukan namamu yang sebenarnya. Kati buat nama
itu untuk menakut-nakuti orang. Macan Amuk.
"Macan Ringut" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, ya. Macan Ringut. Tetapi artinya sama saja. Tetapi bukankah kau punya nama yang diberikan oleh ayahmu pada saat kau lahir"
"Persetan. Bersiaplah. Hidupmu tinggal sesilir bawang"
Wigati tidak menjawab lagi. Ia melihat orang yang bertubuh raksasa yang mengaku bernama Macan Ringut itu sudah siap menerkamnya.
Sebenarnyalah Macan Ringutpun segera menyerang dengan kecepatan yang tinggi. Tangannya terayun menggapai wajah Ki Wigati. Namun Ki Wigati yang sudah siap menghadapi segala kemungkinan itu dengan cepat bergeser sambil
menarik wajahnya, sehingga serangan Macan Ringut itu sama sekali tidak menyentuhnya. Ketika serangan berikutnya datang dengan tangan yang lain yang jari-jarinya mengembang menerkam ke arah leher, Ki Wigatipun meloncat surut. Namun kemudian dengan cepat ia meloncat maju sambil menjulurkan kakinya dengan kecepatan yang tinggi.
Macan Ringut terkejut. Namun ia masih sempal menghindari serangan itu. Dengan cepat pula Macan Ringut meloncat surut.
Tetapi Ki Wigati tidak melepaskannya. Iapun segera
memburunya. Sambil meloncat serta memutar tubuhnya,
kakinya terayun mendatar.
Ki Wigati bergerak sangat cepat. Tetapi Macan Ringut telah bergerak cepat pula, sehingga ia masih sempat merendahkan diri, sehingga kaki Ki Wigati tidak mengenainya.
Demikianlah, maka pertempuran itupun semakin lama
menjadi semakin sengit. Macan Ringut yang bertubuh raksasa itu benar-benar mempunyai tenaga yang sangat besar. Daya tahannyapun sangat tinggi pula. Tetapi Ki Wigati mampu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak cepat. Sementara itu, tenaga dalamnyapun sangat tinggi.
Pada saat Ki Wigati dan Macan Ringut bertempur semakin seru, maka pertempuran di padepokan itupun menjadi
semakin seru pula. Alap-alap Perak sendiri yang menghindari Ki Wigati dari kejauhan sempat melihat beberapa saat pertempuran antara Ki Wigati dan Macan Ringut. Alap-alap Perak sama sekali tidak merasa bahwa kemampuan Macan Riwut lebih tinggi dari kemampuannya. Tetapi ia berharap, bahwa jika Macan Ringut itu terdesak, maka murid-muridnya terpilih akan segera membantunya.
"Aku sendiri belum saatnya bertemu Wigati dalam
pertempuran. Aku masih memerlukan waktu untuk dapat
dengan meyakinkan membunuhnya"
Yang ingin ditemui Alap-alap Perak di padepokan itu adalah Ki Udyana sendiri. Ia berharap bahwa kemampuan Udyana masih belum setinggi kemampuan pamannya, Ki Wigati,
meskipun Udyana sudah dipercaya untuk memimpin padepokan yang diserahkan kepadanya dari gurunya, Ki Margawasana.
"Jika Udyana bertempur berpasangan dengan isterinya, maka aku akan memanggil beberapa orang muridku untuk memisahkannya lebih dahulu" berkata Alap-alap Perak di dalam hatinya.
Dalam pada itu, yang tiba-tiba saja telah bertemu, bahkan diluar kemauan mereka adalah Ki Sangga Geni dari Gunung Sumbing dengan Ki Margawasana yang berdiri di depan
pendapa bangunan utama padepokan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Margawasana" desis Sangga Geni "bukankah kau Margawasana yang sudah meninggalkan padepokan ini
beberapa waktu yang lalu dan bertapa di tempat yang jauh"
"Ya, Sangga Geni. Aku sudah meninggalkan padepokan ini dan menyerahkan kepada muridku yang terpercaya. Udyana"
"Tiba-tiba saja kau sekarang sudah ada disini. Apakah kau sudah tahu, bahwa Alap-alap Perak akan menyerang
padepokanmu?" "Tidak, Sangga Geni. Aku tidak tahu bahwa Alap-alap Perak akan menyerang. Aku datang ke padepokan ini karena murid bungsuku sedang menikah. Nampaknya Alap-alap Perak telah mendengar kabar pernikahan muridku yang bungsu itu.
sehingga ia ingin memanfaatkan saat-saal kami menjadi lengah karena kesibukan kami di hari pernikahan muridku yang bungsu itu"
"Tetapi ternyata kalian tidak lengah. Bahkan ada kesan bahwa kalian sempat menjebak kami?"
"Kami memang tidak lengah. Sangga Geni. Tetapi kalianlah yang lamban. Cantrik padepokan ini scmp.u melihat iringiringan yang datang dan bersembunyi di pategalan. Nah.
karena kalian tidak segera menyerang kami, maka kami som pat membuat perhitungan serta membual persiapan Ternyata waktu kami cukup longgar. Tetapi jika saat kalian datang, kalian langsung menyerang, mungkin kami benar-benar akan kebingungan"
"Baiklah Margawasana. Sekarang kita sudah berhadapan.
Kita akan menakar ilmu kita. Selama ini aku baru mengenal namamu yang besar, tetapi aku belum pernah mrnjajagi ilmumu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak berkeberatan, Sangga Geni. Kia memang baru saling mengenal, barangkali dua tiga kali bertemu, tetapi kita belum pernah memperbandingkan ilmu kita"
"Sekarang kita mempunyai kesempatan itu"
"Ya, kita mempunyai kesempatan sekarang. Tetapi apakah kepentinganmu sehingga kau keluar dari pertapaanmu di Gunung Sumbing dan datang kemari bersama Alap-alap
Perak?" "Aku adalah sahabat Alap-alap Perak tua. Kau tahu itu Alap-alap Perak muda telah minta aku membantu membalaskan dendam dan sakit hatinya"
"Kalau dendam berbalas dendam, bukankah kekerasan akan membakar dunia ini dari waktu ke waktu"
"Kau peduli tentang hal itu" Aku tidak, Margawasana. Aku tidak peduli bahwa dunia ini akan terbakar oleh dendam dari waktu ke waktu. Ada kepuasan yang mendalam jika kita dapat membalas dendam"
"Yang mendapat kepuasan yang lehih tinggi adalah iblis yang telah menyulut dendam itu di hati kita"
Sangga Geni itu tertawa. Katanya "Kita tidak perlu mencari kambing hitam, seolah-olah iblislah yang bersalah. Bagiku, akulah yang mendendam. Tidak ada siapa-siapa yang
menyulut dendam itu di hatiku. Jika dendam-itu terbalas, maka aku pulalah yang mendapat kepuasan tertinggi" nada suara tertawanya semakin tinggi "Iblis, setan, genderuwo, tetakan. Sebut aku dengan subutan apa saja, aku tidak berkeberatan"
"Bagus. Sangga Geni. Kau telah memantapkan keyakinariku, sehingga aku tidak merasa ragu lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keyakinanmu yang mana?"
"Keyakinanku tentang dirimu"
"Aku tidak tahu maksudmu, Margawasana"
"Aku semakin meyakini, bahwa kau sendirilah iblis itu"
Sangga Geni tertawa semakin keras. Lalu katanya "Baik.
Menurut jalan pikiranmu, karena aku itulah iblis itu sendiri, maka aku harus dimusnahkan. Bukankah begitu?"
"Ya. Dan aku sudah siap melakukannya" Sangga Geni tidak berkata-kata lagi. Iapun segera mempersiapkan diri. Demikian pula Ki Margawasana. Dalam sekejap keduanya telah terlibat dalam
pertempuran yang sengit. Pertempuran itupun telah menjalar sampai ke mana-mana.
Disini lain, Alap-alap Perak yang sengaja mencari Ki Udyana, akhirnya berhasil menemukannya. Dengan nada tinggi Alap-alap Perak itupun berkata "Dengan susah payah aku
mencarimu, Udyana" "Alap-alap Perak"
"Sudah lama aku ingin datang kepadamu. Sejak aku gagal beberapa saat yang lalu, ketika aku datang kemari bersama Wigati, aku sering bermimpi, berdiri diatas kepalamu. Nah, agaknya baru sekarang aku dapat melakukannya"
"Kau memang kasar, Alap-alap Perak. Kata-kata itu tidak pantas keluar dari mulut seorang pemimpin padepokan yang memiliki banyak murid dan pengikut. Jika kau sebagai pemimpin padepokan dan guru yang di junjung tinggi oleh murid-murid, mengucapkan kata-kata seperti itu, lalu bagaimana sikap para cantrikmu"
Alap-alap Perak tertawa. Katanya "Aku ajari murid-muridku mengumpat dengan kata-kata kasar dan jorok. Aku ajari http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid-muridku meninggalkan unggah-ungguh yang hanya
mengikat seseorang untuk tidak dapat berbuat dengan
kebebasan tinggi. Aku ajari murid-muridku untuk tidak usah menghormati tata-krama dengan batasan-batasan yang
menelikung kita" "Sayang aku beium mempunyai kesempatan Alap-alap
Perak. Jika saja aku mempunyai kesempatan aku ingin melihat tatanan kehidupan di padepokanmu"
"Sayang, bahwa kau tidak akan pernah mendapat
kesempatan itu, karena hari ini kau akan mati"
"Mati" Begitu cepatnya?"
"Ya. Begitu cepatnya"
Ki Udyana menggeleng. Katanya "Tidak Alap-alap Perak.
Kau sajalah yang mati jika salah seorang diantara kita harus ada yang mati"
Alap-alap Perak itu menggeram. Katanya "Semakin cepat aku membunuhmu akan semakin baik"
Ki Udyana itupun telah bersiap sepenuhnya. Sementara itu, Alap-alap Perakpun mulai bergeser. Bahkan tiba-tiba saja Alap-alap Perak itu telah meloncat menyerang dengan
garangnya. Pertempuran segera terjadi dengan sengitnya. Keduanya adalah orang yang berilmu tinggi. Karena itu, maka dalam beberapa saat saja, maka keduanyapun telah berloncatan, berputaran dan sambar-menyambar bagaikan dua bayangan.
Namun benturan-benturanpun telah terjadi pula.
Sementara itu, para murid dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun bertempur dengan tangkasnya. Para murid Ki Margawasana yang membantu K i Udyana memimpin http://ebook-dewikz.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padepokan itu, telah mengacaukan kelompok-kelompok murid Alap-alap Perak serta murid-murid dari perguruan-perguruan lainnya yang ikut menyerang padepokan Ki Udyana. Ki
Rantam, yang bertempur di sisi sebelah kiri, mengamuk seperti harimau lapar. Sekelompok murid Macan Ringut harus memeras segenap kemampuannya untuk menghadapinya.
Di sisi lain Ki Parama telah menyapu sekelompok lawan dengan garangnya. Dua orang putut dari perguruan Alap-alap Perak telah menghadapinya ketika beberapa murid yang lain tidak lagi mampu melawannya.
Dua orang putut yang sudah mendapat kepercayaan untuk ikut memimpin perguruan Alap-alap Perak itu ternyata segera mengalami kesulitan.
Karena itu, maka salah seorang putut itupun telah
memberikan isyarat sehingga seorang putut yang lain telah datang membantunya.
Dengan demikian, maka Ki Parama harus bertempur
melawan tiga orang putut dari perguruan Alap-alap Perak.
Namun Ki Parama sama sekali tidak menjadi gentar,
meskipun Ki Parama harus mengerahkan segenap ilmunya.
Pertempuran semakin sengit ketika keringat telah membasahi tubuh-tubuh mereka yang bertempur. Ketika
cahaya matahari mulai memanasi padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Dalam pada itu, di sela-sela dentang senjata beradu, tiba-tiba saja terdengar suara tertawa berkepanjangan. Seorang yang perutnya buncit, yang berhasil menyusup sampai ke halaman belakang, melihat beberapa orang mentrik yang sedang bertempur.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untunglah aku sampai disini" katanya disela-sela suara tertawanya "disini banyak perempuan cantik. Tinggal memilih yang mana yang paling sesuai. Yang kurus, yang agak gemuk, yang tinggi, yang pendek?"
Seorang muridnyapun tertawa pula. Katanya "Aku akan
mengambil dua guru" "Janganlah hanya dua. empat atau lima. Bawa pulang ke padepokan. Pamanmu tentu akan berterima kasih kepadamu"
"Baik, baik guru. Aku akan membawa lima"
"Tetapi jangan meremehkan mereka. Lihat, perempuan tua itu sangat berbahaya"
"Ya. Guru. Tetapi kami akan menguasainya dan menundukkannya. Ia tidak akan banyak bertingkah"
"Lalu kau akan membawa perempuan tua itu?"
"Buat apa" Aku akan membunuhnya"
Orang berperut buncit itu tertawa. Namun tiba-tiba
terdengar suara perempuan lantang "Ajag Wereng. Matamu menjadi bagaikan
meloncat keluar jika kau melihat perempuan" Orang berperut buncit yang dipanggil Ajag Wereng itu berpaling. Dilihatnya seorang perempuan berpakaian serba merah, berdiri di belakangnya.
Ajag Wereng itu tertawa. Katanya "Wora-wari Bang. Jangan cemburu. Aku tidak akan pernah membiarkan kau kesepian.
Yang akan membawa pulang lima orang perempuan adalah muridku yang bengal ini"
"Guru yang menyuruhku, bibi"
"Aku tampar mulutmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muridnya itu justru tertawa. Sementara Ajag Wereng itupun membentak "Cepat. Masuk ke gelanggang"
"Baik, guru" Muridnya itupun kemudian bergabung dengan beberapa
orang yang lain, memasuki arena pertempuran melawan para mentrik yang masih belum terlalu lama berguru. Meskipun demikian, para mentrik itu sudah mampu melindungi dirinya sendiri. Sementara diantara mereka terdapat Wiyati dan Wandan yang bertempur berpasangan dengan senjata tombak pendek di tangan masing-masing.
Sedangkan dua orang yang lain, yang bertempur diantara mereka adalah Nyi Udyana dan Nyi Leksana.
Beberapa saat Ajag Wereng dan Wora-wari Bang berdiri termangu-mangu. Namun akhirnya Ajag Merah itupun
bertanya "Kau lihat perempuan yang bertempur di bawah pohon jambu air itu?"
"Ya" "Dan yang seorang lagi yang bertempur di dekat sumur?"
"Ya" "Kau pilih yang mana?"
"Terserah kepadamu. Aku yakin akan kemampuanku,
sehingga aku akan sanggup menghadapi yang manapun"
"Jangan terlalu sombong. Lihat, mereka dapat bergerak secepat burung srigunting"
"Asal mereka masih belum mampu menangkap angin, maka mereka tidak akan mampu mengalahkan aku"
Ajag Wereng itupun mengangguk-angguk sambil tersenyum. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak percaya?"
"Tentu percaya. Bukankah kita selalu bersama di medan petualangan"
"Baik. Jika demikian, biarlah aku bertempur melawan
perempuan yang bertempur di bawah pohon jambu air itu"
"Jika demikian, aku akan memilih perempuan yang
bertempur dengan sumur itu. Aku akan membunuhnya, dan melemparkan mayatnya ke dalam sumur"
"Kenapa kau harus mempersulit dirimu. Biarkan saja
mayatnya terkapar di dekat rumpun bambu itu"
Perempuan yang disebut Wora-wari Bang itu tertawa.
Tetapi ia tidak menjawab lagi. Selangkah demi selangkah ia maju perlahan justru ke dekat sumur. Mendekai Nyi Leksana yang bertempur dengan garangnya, ketika Wora-wari Bang menjadi semakin dekat, maka seorang laki-laki yang bertubuh tinggi, telah terlempar dari arena. Sebuah luka yang lebar telah menganga di dadanya.
"Laki-laki rapuh" geram Wora-wari Bang. la justru
menendang laki-laki yang terhuyung-huyung :lu kenapa kau yang bertempur berpasangan justru kalah melawan seorang perempuan"
Laki-laki itu tidak sempat
menjawab. Tubuhnyapun kemudian terguling jatuh di tanah. Terdengar orang itu merintih menahan pedih luka-lukanya.
Wora-wari Bang itu kemudian telah mendekai perempuan yang garang yang bertempur bertempur dekat sumur itu.
"Garangnya" desis Wora-wari Bang "Kau siapa Nyi. Ternyata di padepokan ini ada seorang perempuan yang berilmu tinggi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan itu meloncat surut mengambil jarak dari-lawan-lawannya. Sementara itu, Wora-wari Bangpun berkata
"Minggir. Aku akan menyingkirkan perempuan garang ini"
Perempuan yang berloncatan mundur itupun telah bertanya pula "Kau siapa?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Baiklah. Namaku
Wora-wari Bang. Aku adalah saudara seperu nian Ajag
Wereng" "Kenapa kau ikut datang kemari bersama Ki Winenang yang disebut alap-alap Perak itu?"
"Aku mempunyai hubungan pribadi dengan Winenang yang disebut Alap-alap Perak itu. Nah. sebut, siapa namamu"
"Namaku Nyi Leksana"
"Nyi Leksana" Apakah kau juga murid padepokan ini?"
"Ya. aku adalah murid dari padepokan ini"
"Ternyata padepokan ini mempunyai murid-murid yang
berilmu tinggi" Wora-wari Bang itu berhenti sejenak. Lalu katanya "tetapi aku datang untuk menghentikanmu, Nyi"
"Sebaiknya kau tidak usah ikut dalam rencana buruk Alap-alap Perak, Nyi Wora-wari Bang. Rencana Alap-alap Perak yang diwarnai dendam dan nafsu ketamakan itu, seharusnya tidak mendapat dukungan dari siapapun juga"
"Dendam Winenang adalah
dendamku, Nyi. Nafsu ketamakan Winenang adalah nafsu ketamakanku. Terus
terang, kami ingin menguasai padepokan ini karena di padepokan ini terdapat banyak sekali harta benda yang sangat berharga. Harta benda yang kalian temukan berupa harta karun, serta benda berharga sekali yang dapat dipergunakan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk membuat emas. Nah, jangan menyesal jika seisi
padepokan ini akan kami musnakan"
Nyi Leksana tertawa. Katanya "Mimpimu indah sekali, Worawari Bang. Tetapi kau akan segera terbangun dari mimpimu itu"
Wora-wari Bang tidak menyahut lagi. lapun segera
meloncat menyerang dengan garangnya.
Tetapi Nyi Leksana adalah seorang yang sudah tuntas.
Seperti murid-murid Ki Margawasana yang lain, maka Nyi Leksana adalah seorang yang berilmu tinggi.
Karena itu, maka sejenak kemudian keduanya sudah
terlibat dalam pertempuran yang sengit.
Dalam pada itu, orang yang perutnya buncit itu telah mendekati Nyi Udyana. Terdengar suara tertawanya. Katanya
"Jangan memaksa diri Nyi. Kau sudah terlalu tua untuk bertempur menghadap beberapa orang lawan meskipun
seandainya kau memiliki dasar ilmu yang sangat tinggi"
Nyi Udyana meloncat surut. Dipandanginya orang yang
perutnya buncit itu. Dengan nada datar Nyi Udyanapun bertanya "Kau siapa dan apa hubunganmu denganAlap-alap Perak?"
"Namaku Ajag Wereng. Tetapi itu bukan namaku yang
sebenarnya. Aku mempergunakan nama itu untuk memberikan warna yang jelas tentang diriku di dunia kanuragan. Namaku sendiri adalah Pramudita"
"Wah" diluar sadarnya Nyi Udyana berdesah.
"Kenapa.?" "Nama yang tidak akan terpikul olehmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata aku tidak apa-apa sampai aku terjun ke duniaku sekarang. Jika aku berganti nama, bukan karena aku merasa terlalu dibebani oleh nama itu, tetapi justru karena aku ingin namaku sesuai dengan sikapku menghadapi dunia yang penuh dengan gejolak ini"
"Kau adalah salah seorang diantara mereka yang
menciptakan gejolak itu"
"Aku tidak akan membantah"
"Jika demikian, maka kau telah sampai ke batas di hari ini.
Aku akan menghentikanmu"
Ajag Wereng itu tertawa. Katanya "Segarang-garang
seorang perempuan, kau akan dibatasi oleh kodratmu sebagai mahluk yang lemah. Lebih dari itu, di umurmu sekarang, maka wadagmu sudah tidak akan mendukungmu lagi."
Nyi Udyana tidak menjawab lagi. Tetapi iapun telah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu, Nyi Udyana sempat melihat sekilas,
bagaimana Wiyati dan Wandan yang bertempur berpasangan menguasai beberapa lawannya. Sedangkan para mentrik yang lain, masih harus mengerahkan tenaga mereka. Para mentrik yang kebanyakan bersenjata tombak pendek itu, harus
memeras segala kemampuan mereka menghadapi orangorang yang sempat menyusup ke halaman belakang itu.
Dalam pada itu, Ki Leksana yang disebut Seruling Galih itu tidak telaten menyaksikan pertempuran dari pintu butulan.
Akhirnya ia berkata kepada Tanjung "Jaga mertua serta anakmu baik-baik Tanjung. Aku akan turun ke medan. Aku tidak telaten berdiri membeku disini, sementara pertempuran itu berlangsung dihadapan hidungku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hati paman" desis Tanjung.
"Ya. Kaupun harus berhati-hati. Jika perlu, berikan isyarat.
Aku akan segera datang"
"Baik, paman" Demikianlah, maka Ki Leksana itupun segera meloncat
memasuki arena pertempuran. Sementara itu Nyi Laksana yang melihatnya telah bertanya sambil berloncatan mengambil jarak "Kakang turun ke medan?"
"Ya. Tidak apa-apa. Tanjung ada disana"
Nyi Leksana tidak bertanya lagi. Ia tahu, bahwa dengan bimbingan khusus Nyi Leksana serta suaminya, Tanjungpun telah memiliki ilmu yang memadai. Sementara itu, nampaknya tidak ada orang yang tertarik untuk memasuki bagian
belakang barak para mentrik.
Keberadaan Ki Leksana di medan, itu, telah menggoncangkan keseimbangan. Orang-orang yang datang menyerang padepokan Ki Udyana itu harus menghadapi Ki Leksana dalam kelompok-kelompok kecil. Tetapi Ki Leksana ternyata memang tidak terlawan.
Dengan demikian, bersama-sama dengan Nyi Udyana dan
Nyi Leksana, serta Wiyati dan Wandan, para mentrikpun mulai mendesak orang-orang yang berhasil menyusup sekat
memasuki lingkungan para mentrik.
Dalam pada itu, Tanjungpun terkejut ketika tiba-tiba saja seorang yang masih muda serta berwajah tampan telah berdiri di depan pintu.
Orang itupun agaknya terkejut pula. Namun orang itupun kemudian tersenyum sambil berkata "Ternyata ada perempuan cantik di padepokan ini. Disana beberapa orang perempuan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang bertempur. Tetapi perempuan yang satu ini tidak ikut bertempur bersama mereka"
Tanjung termangu-mangu sejenak. Dengan nada berat
iapun bertanya "Kau siapa?"
"Namaku Wiraga. Kau siapa anak manis?"
"Itu tidak penting. Sekarang apa maumu?"
"Aku datang terlambat untuk menghadiri pernikahan murid bungsu Ki Margawasana. Aku sengaja memisahkan diri
menyusup mencari sepasang pengantin itu"
"Sepasang pengantin itu berada di bangunan utama
padepokan ini. Jika kau akan bertemu dengan Wikan, carilah ke sana"
"Ternyata aku akan membatalkan niatku. Disini aku
bertemu dengan seorang perempuan cantik. Karena itu, maka lebih baik bagiku untuk menemuimu saja. Mungkin aku kau ijinkan masuk ke dalam bilikmu. Berbincang-bincang tanpa menghiraukan pertempuran yang berkecamuk di mana-mana.
Nanti pada saatnya, seisi padepokan ini akan mati. Namun dibawah perlindunganku, kau tidak akan mati"
"Pergilah. Temui murid bungsu Ki Margawasana itu. Maka demikian kau bertemu, maka akhir dari hidupmu sudah
membayang" Orang yang menyebut namanya Wiraga itu tertawa.
Katanya "Apakah menurut pendapatmu, murid bungsu Ki
Margawasana itu ilmunya sangat tinggi"
"Ya. Ilmunya tidak akan terjangkau olehmu"
Tetapi Wiraga tertawa sambil menggelengkan kepalanya Tidak. Tidak ada yang dapat melampaui ilmuku. Jika aku http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kctemukan murid bungsu Ki Margawasana itu, maka aku akan melumatkannya"
"Jika demikian, cari orang itu"
"Sudah aku katakan. Aku tidak akan beranjak pergi. Aku akan masuk dan tinggal di dalam bilik itu bersamamu. Aku tidak peduli pertempuran yang membakar padepokan ini"
"Kau tidak akan dapat memasuki bilik ini" Wiraga tertawa.
Katanya "Aku akan masuk. Jangan halangi aku. Kaupun tidak boleh pergi. Kita akan berada didalam berdua saja"
Wiragapun melangkah mendekati pintu. Bahkan dengan
tanpa menghiraukan Tanjung yang berdiri di pintu, Wiraga itu berniat melangkah masuk.
Namun Wiraga itu terkejut. Tiba-tiba saja tangan Tanjung terjulur lurus menghentak dada Wiraga dengan telapak tangan terbuka.
Ternyata hentakkan tangan Tanjung itu sama sekali tidak diduga oleh Wiraga. Karena itu, maka Wiraga sama sekali tidak menghindar atau menangkisnya. Sehingga hentakkan tangan itu telah mendorongnya beberapa langkah surut.
Bahkan Wiraga harus berusaha mempertahankan keseimbangannya agar ia tidak jatuh terlentang. Sementara itu. hentakkan tangan Tanjung itu rasa-rasanya bagaikan segumpal batu padas menindih dadanya.
Wiraga terbatuk. Dengan nada tinggi iapun berkata
"Perempuan tidak tahu diri. Apakah kau salah seorang dari para mentrik di padepokan ini" Kenapa kau tidak turun ke medan dan tetap berada didalam bilikmu?"
"Ya. Aku memang salah seorang dari antara para mentrik di padepokan ini. Memang tidak turun ke medan, karena aku http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus menjaga pintu ini. tidak seorangpun yang boleh memasuki bilik ini serta bilik-bilik yang lain"
Sambil mengelus dadanya Wiragapun berkala "Aku akan
masuk. Meskipun kau tidak memperkenankan, aku akan
masuk. Justru bersamamu. Bukankah kau tidak berkeberatan"
Tanjung menjadi sangat marah. Iapun segera meloncat
turun ke halaman. "Ternyata benar. Kau adalah salah seorang mentrik
padepokan ini karena kau bersenjata"
"Pergilah" geram Tanjung sambil mencabut pedangnya
Tanjung telah mendapat tuntunan khusus dalam ilmu pedang serta ulah senjata lainnya. Karena itu, maka Tanjung dapat mempergunakan segala jenis senjata. Teiapi senjata yang paling sesuai baginya adalah pedang serta tombak pendek.
Tetapi Wiraga masih belum yakin akan kemampuan
perempuan itu mempergunakan pedangnya. Karena itu, maka Wiragapun kemudian melangkah maju sambil tersenyum
"Baiklah. Pergunakan senjatamu. Pada saatnya, kau tentu akan tunduk kepadaku"
Tanjung tidak menjawab. Dengan loncatan panjang
Tanjung menjulurkan pedangnya mengarah ke dada Wiraga.
Namun Wiraga sempat mengelak dengan bergeser kesamping.
Tetapi pedang Tanjungpun menggeliat, sehingga arah
geraknyapun berubah. Pedang itu tidak saja terjulur, tetapi kemudian menebas mendatar.
Wiraga benar-benar terkejut. Dengan cepat Wiraga mi
berusaha menghindar dengan meloncat surut sambil memiringkan tubuhnya. Tetapi ujung pedang Tanjung masih menggores lengan Wiraga.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wiraga meloncat surut. Wajahnya menjadi tegang. Telapak tangannyapun kemudian meraba luka di lengannya yang
terasa pedih itu. Darah. "Kau lukai aku perempuan yang tidak tahu diri"
"Sebentar lagi aku akan menebas lehermu sampai putus"
Wiraga tidak dapat sangat meremehkan Tanjung lagi.
Sementara itu Tanjung berdiri tegak dengan pedang terjulur.
"Aku sekali lagi memperingatkanmu, perempuan cantrik.
Kalau kau tidak mendengarkan aku, maka akhirnya kau akan mati juga"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Istana Pulau Es 21 Kuda Kudaan Kumala Seri Oey Eng Burung Kenari Karya Siau Ping Pendekar Bayangan Malaikat 1

Cari Blog Ini