Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 18

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 18


Tanjung tidak menjawab. Tetapi ujung pedangnyapun
bergetar. Wiragapun akhirnya mencabut pedangnya pula. Sambil
mengangguk-angguk ia berkata "Dibawah kolong langit, tidak ada orang yang mampu mengimbangi ilmu pedangku"
Tanjung tidak menjawab. Tetapi pandangannya yang tajam tidak bergeser dari sasaran.
Sejenak kemudian, maka keduanyapun segera terlibat
dalam pertempuran yang sengit. Tenyata seperti yang
dikatakannya, ilmu pedang orang itu sangat tinggi. Beberapa kali Tanjung harus bergeser dan berloncatan surut mengambil jarak.
Namun Wiraga tidak memberinya banyak kesempatan.
Bahkan ujung pedang Wiraga itupun telah menyentuh bahu Tanjung, sehingga Tanjung meloncat surut beberapa langkah.
Wiraga tidak memburunya. Sambil berdiri tegak dengan pedang terjulur ke depan, Wiraga itupun berkata "Aku masih memberi kesempatan. Aku tidak akan membunuhmu jika aku kau biarkan masuk kedalam bilikmu bersamamu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjung menggeram. Katanya "Pedangku akan segera
menusuk jantungmu" Tanjung tidak menunggu lagi. Dengan garangnya Tanjung menyerangnya seperti angin prahara.
Pertempuranpun segera berkobar kembali. Tanjungpun
telah menghentakkan kemampuannya. Sementara itu Wiraga pun telah meningkatkan ilmunya pula, sehingga pedangnya bergerak lebih cepat. Berputar seperti baling-baling. Menebas mendatar. Terayun ke dahi atau terjulur lurus mematuk dada.
Tanjungpun benar-benar terdesak. Bahkan kemudian
Tanjungpun terdorong surut. Ketika kakinya terantuk balu.
maka Tanjung itu hampir saja terjatuh. Tubuhnya menimpa dinding.
Tatag yang ada di dukungan Nyi Purba terkejut. Bahkan Nyi Purbapun terkejut pula, sehingga Nyi Purba telah mendekap tubuh Tatag. Bahkan terlalu keras.
Tiba-tiba saja Tatag menangis.
Tangis Tatag yang semakin keras itu, ternyata lelah
membakar jantung Tanjung. Karena itu, seakan-akan
mendapatkan tenaga baru Tanjungpun meloncat bangkit
dengan pedang terayun-ayun mengerikan.
Bagi Tanjung tangis Tatag bagaikan membangkitkan
kemampuan baru, sementara tenaganyapun serasa menjadi berlipat. Tetapi bagi Wiraga, suara tangis itu terasa bagaikan menusuk telinganya.
"Anak setan. Suruh anak itu diam" teriak Wiraga "atau aku yang harus menyumbat mulutnya dengan hulu pedangku"
Tanjung tidak menyahut. Tetapi ilmunya rasanya menjadi semakin meningkat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Tatag menangis semakin keras. Nyi Purba berusaha untuk membujuknya agar anak itu terdiam.
Diayunnya Tatag didalam gendongannya. Tetapi Tatag justru menangis semakin keras.
Getar suara tangis Tatag ternyata mempunyai pengaruh yang tidak terduga. Wiraga merasa tusukan tangis bayi itu membuat telinga menjadi sakit. Pemusatan nalar budinya benar-benar telah terganggu. Pandangan matanyapun rasa-rasanya menjadi kabur karena perasaannya yang tidak
menentu. Tiba-tiba saja terasa pedang Tanjung sekali lagi menyentuh tubuhnya. Segores luka telah menyilang di bahunya.
"Perempuan gila" Wiraga itupun berteriak "bungkam mulut anak itu, atau aku akan membunuhnya"
Tanjung tidak menghiraukannya. Serangannya justru
datang seperti amuk badai.
Wiraga seakan-akan telah kehilangan kemampuannya.
Semakin lama ia menjadi semakin terdesak. Tangis bayi itu bukan saja menusuk-nusuk telinganya, tetapi semakin keras anak itu menangis, maka isi dadanyapun terasa berguncang semakin keras.
Akhirnya, Wiraga tidak tahan lagi. Ketika sekali lagi ujung pedang Tanjung melukainya, maka Wiragapun segera
meloncat meninggalkan Tanjung.
Tanjung termangu-mangu sejenak. Ada niatnya untuk
memburu orang itu. Tetapi tangis Tatag telah menahannya.
Akhirnya Tanjungpun berlari masuk ke dalam bilik.
"Tatag" desisnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak dapat menguasainya, ngger. Aku tidak dapat menenangkannya. Anak ini menangis meronta-ronta"
"Berikan padaku, ibu" minta Tanjung.
"Bagaimana dengan lawanmu itu?"
"Sudah pergi ibu"
"Sukurlah. Tuhan Yang Maha Penyayang masih melindungi kita"
Ternyata suara tangis Tatag itu tidak saja terdengar di halaman belakang, tetapi tangisnya seakan-akan telah menggetarkan seluruh padepokan. Ternyata Wikan yang
bertempur di halaman samping telah mendengar tangis itu pula.
Karena itu, maka Wikanpun segera meninggalkan lawanlawannya dan menyerahkannya kepada saudara-saudara
seperguruannya. Wikanpun berniat untuk melihat, apa yang terjadi dengan Tatag.
"Anak itu menangis keras-keras" desis Wikan.
"Siapa yang menangis?" bertanya seorang saudara
seperguruannya. "Tatag" jawab Wikan.
"Tatag" Aku tidak mendengar suara tangisnya"
"He?" Namun saudara seperguruannya itu mengangguk-angguk.
Katanya "Ya. Aku juga mendengarnya lamat-lamat"
Tetapi sejenak kemudian suara tangis itupun telah hilang pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, Wikan tetap saja berniat untuk melihat, kenapa Tatag itu menangis menjerit-jerit.
Dalam pada itu, demikian tangis Tatag itu berhenti, Wiraga yanjg belum bergeser terlalu jauh dari pintu bilik Tanjung, berniat untuk kembali lagi. Tanpa suara tangis itu, maka ia akan segera menghabisi perlawanan perempuan yang
sombong itu. Karena itu, maka Wiragapun segera berlari-lari kecil menuju ke pintu bilik Tatag.
Tetapi demikian ia mencapai pintu bilik itu, maka tiba-tiba Wikanpun telah muncul pula dari arah yang berbeda.
Tanjung yang kemudian berdiri di depan pintu sambil
mendukung Tatagpun melihat kehadiran Wikan dan sekaligus Wiraga.
"Kenapa anak itu menangis?" bertanya Wikan.
"Ia mencoba membantu ibunya. Tangisnya sangat berarti bagiku tadi"
Wikan tidak segera mengetahui maksudnya. Namun
Tanjungpun kemudian berkata "Kakang. Orang ini ingin bertemu dengan kakang"
"Siapa orang ini?"
"Namanya Wiraga. Ia telah mencoba membunuhku" Tetapi Tatag telah menyelamatkan aku"
Wikan masih juga belum tahu maksudnya. Namun bahwa
orang itu berniat membunuh Tanjung, telah membuat
dadanya bergejolak. "Kau siapa, Ki Sanak?" bertanya Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namanya Wiraga" Tanjunglah yang menjawab "ia sedang mencari murid bungsu Ki Margawasana yang kemarin
menikah. Wiraga merasa bahwa dirinya tidak akan terkalahkan oleh siapapun. Apalagi dengan pedang ditangannya, karena di bawah kolong langit ini tidak ada orang yang memiliki ilmu pedang sebagaimana dirinya"
"Benar kau cari aku?"
"Jadi kaulah murid Ki Margawangsana itu?"
"Ya" "Kau yang kemarin menikah?"
"Yang manakah isterimu itu, he?"
"Aku" jawab Tanjung .
Tiba-tiba Wiraga tertawa berkepanjangan. Katanya "Jadi kaulah pengantin perempuan itu . Ternyata kau adalah perempuan yang sudah mempunyai seorang anak. Apakah
anak itu juga anak dari murid bungsu Ki Margawasana yang lahir diluar perkawinan"
"Jangan asal membuka mulut saja kau Ki sanak" sahut
Wikan "yang penting sekarang kau sudah berhadapan dengan murid bungsu Ki Margawasana. Apa yang kau kehendaki?"
"Aku akan membunuhmu dan membawa isterimu pulang.
Tetapi ingat, jangan biarkan anak itu menangis agar aku lidak membunuhnya"
"Bersiaplah. Kau sudah berhadapan dengan murid bungsu Ki Margawasana" geram Wikan.
Demikianlah keduanyapun segera bersiap. Wiraga masih memegang pedangnya yang telanjang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itulah, maka Wikanpun telah mencabut pedangnya pula.
Wiraga yang merasa dirinya seorang yang ilmu pedangnya sangat tinggi dan bahkan merasa bahwa di kolong langit tidak ada orang yang memiliki ilmu pedang sebagaimana tingkat ilmunya, maka iapun berkata "Perlawanan tidak akan berarti apa-apa. Asal anak itu tidak menangis lagi, maka dalam waktu yang pendek, aku akan memenggal lehermu"
Wikan sama sekali tidak menjawab. Tetapi Wikanpun telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Apalagi.yang dihadapinya telah menyatakan dirinya sebagai seorang yang memiliki ilmu pedang terbaik dibawah kolong langit.
Sejenak kemudian, keduanyapun telah mulai menjulurkan pedang mereka.
Pertempuranpun segera telah membakar lagi halaman di depan barak para cantrik itu antara Wikan dan Wiraga.. Suara benturan
pedangpun berdentangan. Bunga-bunga api berloncatan tertabur kemana-mana.
Wiraga memang seorang yang memiliki ilmu pedang yang tertinggi. Karena itulah, maka pedangnya berputaran, menebas terayun dan mematuk dengan cepatnya. Bahkan
pedangnya itu rasa-rasanya telah berubah menjadi dua atau tiga helai daun pedang.
Namun lawannya adalah murid bungsu Ki Margawasana
yang telah tuntas pula ilmunya. Karena itu, maka Wikanpun tidak menjadi bingung menghadapi ilmu pedang Wiraga.
Dengan tangkasnya Wikanpun mampu mengimbanginya.
Bahkan setiap terjadi benturan senjata, maka Wiraga harus mengakui, bahwa tenaga dalam Wikan telah membuatnya
berdebar-debar. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjung sambil mendukung Tatag memperhatikan pertempuran itu. Sekali-selaki jantungnya bagaikan berhenti berdetak jijak ia melihat Wikan terdesak. Namun kemudian iapun menarik nafas panjang, jika Wikanlah yang mendesak lawannya.
Namun ternyata orang yang merasa dirinya memiliki ilmu pedang yang tidak ada duanya di ko long langit itu, mulai merasakan kesulitan. Bayi itu tidak manangis. Karena itu, tidak ada yang mengganggu pemusatan nalar budinya. Meskipun demikian,
murid bungsu Ki Margawasana itu telah mendesaknya. Tiba-tiba saja terdengar Wiraga itu berteriak serta
mengumpat kasar. Dengan serta merta Wiragapun telan
meloncat beberapa langkah surut. Ternyata ujung pedang Wikan telah menggores lambungnya meskipun tidak terlalu dalam.
"Iblis kau" geram Wiraga.
"Menyerahlah. Selagi kau masih hidup dan mampu
menyatakan penyerahanmu, maka kau akan tetap hidup"
"Setan alas. Aku adalah Wiraga. Seorang yang memiliki ilmu pedang yang tidak ada duannya di kolong langit. Karena itu, kaulah yang harus menyerah. Kau harus menyerahkan
lehermu. Kemudian aku akan membawa isterimu pulang"
Kemarahan Wikan telah membakar ubun-ubunnya. Tetapi
Wikan tidak kehilangan penalaran yang jernih. Karena itu, maka pandangannya tidak menjadi kabur, serta ilmunya tidak mempunyai banyak kesempatan.
Meskipun demikian, ujung pendangnyapun sempat menyentuh pundak Wikan, sehingga darahpun mulai menitik.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ujung pedang Wikanpun segera pula mengoyak
pinggangnya. Namun Wiraga masih juga bertempur dengan garangnya.
Serangan-serangannya masih tetap berbahaya.
Tetapi ketika Wiraga itu meloncat sambil menebas kearah leher Wikan, maka Wikanpun sempat merendahkan dirinya.
Begitu pedang Wiraga terayun diatas kepalanya, maka pedang Wikanpun telah terjulur lurus mematuk dada.
Wiraga berteriak nyaring. Kemarahan seakan-akan telah meledakkan dadanya. Namun ternyata ujung pedang Wikan telah menyentuh jantungnya, sehingga Wiraga itu telah kehilangan segala kesempatan.
Wiraga itupun kemudian telah jatuh menelungkup.
Wajahnya terpuruk ke tanah berdebu.
Wikan berdiri termangu-mangu. Dipandanginya tubuh yang terbaring diam itu.
"Aku telah membunuhnya, Tanjung"
"Bukan salahmu, kakang. Yang terjadi adalah perang.
Bukan permainan jetungan di saat bulan purnama"
"Apa yang sudah terjadi, Wikan?" bertanya Nyi Purba dari belakang pintu.
Namun Wikanpun segera meloncat masuk dan medesak
ibunya kembali ke dalam biliknya "Duduk sajalah ibu. Diluar sedang terjadi perang. Silahkan ibu duduk saja di dalam bilik"
Ki Purbapun bergeser surut. Kemudian Nyi Purbapun duduk diatas amben bambu. Nyi Purbapun menyadari, bahwa Wikan tidak ingin ia melihat kematian di luar pintu bilik itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di halaman belakang, masih nampak pertempuran yang
sengit. Tetapi arena pertempuran itu sudah bergeser agak jauh. Para murid dari beberapa perguruan yang menyerang padepokan itu dan berhasil menyusup sampai ke halaman belakang, telah diusir oleh para murid dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Para mentrik bersama Nyi Udyana, Nyi Leksana dan Ki Leksana yang disebut Seruling Galih itu telah mendesak lawannya semakin jauh dari barak.
Ajak Wereng yang bertempur melawan Nyi Leksana telah mengerahkan kemampuannya. Namun ternyata perempuan itu memiliki ilmu yang sangat tinggi. Ajak Werenglah yang semakin lama semakin terdesak mundur.
Disisi lain, Nyi Udyana masih bertempur dengan sengitnya melawan perempuan yang berpakaian serba merah yang
disebut Worawari Bang. Tetapi ternyata bahwa sulit bagi Wora-wari Bang untuk mengimbangi kemampuan Nyi Udyana.
Karena itu, maka Wora-wari Bangpun telah terdesak semakin lama semakin jauh.
Diantara mereka berdua, Ki Leksana yang disebut Seruling Galih bertempur diantara para mentrik. Digiringnya orang-orang yang telah menyerbu padepokan dan menyusup ke
halaman belakang itu untuk semakin menjauh. Mereka telah terdesak sampai ke halaman samping padepokan itu.
Ternyata dimana-mana para murid dari beberapa perguruan yang menyerang padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu mulai mengalami kesulitan. Para murid Ki Wigatipun dengan garangnya telah menyusup diantara lawan.
Di sebelah pendapa dari bangunan utama padepokan yang dipimpin o leh Ki Udyana itu, Alap-alap Perak masih bertempur melawan Ki Udyana sebagaimana diinginkannya. Namun
ternyata kemampuan Ki Udyana melampaui perhitungan Alap-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
alap Perak. Ki Udyana ternyata memiliki ilmu yang sangat tinggi. Bahkan bagi Alap-alap Perak, bobot perlawanan Ki Udyana ternyata lebih berat dari Ki Wigati.
"Edan murid Margawasana ini" geram Alap-alap Perak.
"Ada apa?" bertanya Ki Udyana.
"Iblis manakah yang merasuk ke dalam dirimu"
"Iblis" Apakah ujudku atau ilmuku atau niatku mirip dengan sikap seorang iblis" Bukankah aku hanya membela diri karena kau menyerang padepokanku sehingga kami keluarga
padepokan ini harus mempertahankan diri. Sementara paman Wigati yang kebetulan adik seperguruan Ki Margawasana, menyadari akan persaudaraan kami, datang untuk membantu setelah paman Wigati menyadari, betapa kau berhasil
mempermainkannya" "Kau memang iblis. Ujudmu, ilmumu yang keras dan kasar, sikap dan tingkah lakumu. Semuanya itu menyatakan bahwa kau benar-benar seorang iblis"
"Jika aku iblis, bagaimana aku harus menyebutmu" Kau datang menyerang dengan nafsu keserakahan yang memenuhi otakmu. Dengan dendam yang menggelapkan matamu"
"Persetan. Jangan ucapkan lagi umpatan-umpatan kotor seperti itu. Aku akan koyakkan mulutmu"
"Kapan kau akan melakukannya" Nanti atau esok pagi"
Alap-alap Perak itu menjadi semakin marah. Hatinyapun terasa semakin membara karena sikap Udyana yang
dianggapnya sangat meremehkannya itu.
Dengan demikian Alap-alap Perakpun telah menghentakkan ilmunya semakin tinggi. Namun tetap tidak mampu
mengatasinya. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Alap-alap Perak itupun menjadi ragu-ragu melepaskan ilmu pamungkasnya. Karena Ki Udyana itu
ternyata memiliki ilmu yang menurut perhitungan Alap-alap Perak justru lebih tinggi dari ilmu pamannya yang bersumber dari mata air yang sama, maka ilmu puncaknyapun tidak akan mampu menghentikan perlawanan Ki Udyana. Bahkan seperti Ki Wigati, Ki Udyana itu tentu akan dapat mengalahkannya, bahkan membunuhnya.
Sambil bertempur Alap-alap Perak mencoba memperhatikan arena pertempuran itu. Di depan pendapa bangunan utama padepokan itu, Sangga Geni masih bertempur berhadapan dengan Ki Margawasana. Keduanya telah terlibat dalam pertempuran yang membingungkan. Pertapa dari Gunung
Sumbing itu memiliki ilmu yang sangat tinggi. Tetapi berhadapan dengan Ki Margawasana, maka Sangga Geni
harus menjadi sangat berhati-hati. Ternyata Ki Margawasana yang tua itu, benar-benar seorang yang memiliki kemampuan seakan-akan tidak terbatas. Bahkan setelah orang tua itu menyepi, ilmunya menjadi semakin tajam.
Alap-alap Perak tidak dapat melihat kawan-kawannya yang lain yang berpencar di seluruh sudut padepokan.
Di halaman belakang, Nyi Udyana, Nyi Leksana dan Ki
Leksana serta Wiyati dan Wandan yang kemudian berbaur dengan para mentrik, telah berhasil mendesak orang-orang yang menyerang padepokan itu dan berhasil menyusup
sampai ke halaman belakang. Bahkan kegarangan Nyi Udyana, Nyi Leksana dan Ki Leksana bukan saja mendesak kawan-kawan mereka mundur, tetapi lawan-lawan mereka itupun kemudian telah terusir dari halaman belakang padepokan Ki Udyana itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka Ki Udyanapun kemudian telah
memerintahkan para mentrik itu kembali ke barak mereka yang menghadap ke halaman belakang itu.
"Kalian sudah mampu mengusir lawan-lawan mereka yang memasuki spadepokan
ini. Tetapi jangan kehilangan kewaspadaan karena setiap saat lawan-lawan mereka yang bergeser mundur itu dapat kembali lagi"
Demikianlah, maka para mentrik itupun segera kembali ke barak mereka. Beberapa orang diantara mereka terluka.
Bahkan ada pula yang lukanya cukup parah.
Nyi Udyana dan Nyi Leksana tidak sampai hati untuk
meninggalkan mereka. Karena itu, bersama Wiyati dan
Wandan keduanya menjadi sibuk merawat para mentrik yang terluka, yang oleh kawan-kawannya dibawa ke barak mereka.
Namun Nyi Udyanapun sempat menengok keadaan Tatag.
Ternyata Tatag tidak apa-apa. Tatag tersenyum-senyum dalam gendongan ibunya meskipun bajunya telah diwarnai titik-titik darah ibunya yang ternyata juga terluka.
"Sukurlah. Tetapi kenapa tadi ia menangis berteriak-teriak sehingga seakan-akan seluruh padepokan ini terguncang"
"Tangisnya telah menyelamatkan aku bibi"
"He?" Dengan singkat Tanjung sempat bercerita tentang tangis Tatag, sehingga lawannya meninggalkannya. Tetapi ia kembali ketika ia tidak mendengar suara_tangis itu lagi. Namun pada saat itu, Wikanpun telah datang pula untuk melihat Tatag yang menangis keras-keras.
Nyi Udyana mengangguk-angguk. Katanya kepada Tanjung dan Wikan "Jagalah anakmu serta ibumu baik-baik"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Udyanapun kemudian telah kembali diantara para
mentrik. Pertempuran masih menyala dengan sengitnya. Masih ada kemungkinan kelompok yang lain lagi datang menembus sekat dan mendatangi barak para mentrik.
Beberapa saat Ajag Wereng dan Wora-wari Bang berdiri termangu-mangu. Namun akhirnya Ajag Wereng itupun
bertanya "Kau lihat perempuan yang bertempur di bawah pohon jambu air itu?"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu. Ki Leksana justru masih saja mengikuti gerak surut para murid dari beberapa perguruan yang datang menyerang padepokan itu. Namun Ki Leksana itu terkejut ketika seseorang meloncat dan berdiri di sampingnya.
Ki Leksana justru bergeser surut. Dipandanginya orang yang kemudian berdiri di hadapannya dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Orang itu tubuhnya tinggi agak kekurus-kurusan.
"Kau siapa?" bertanya Ki Leksana.
"Bukankah aku berhadapan dengan Seruling Galih?"
"Darimana kau tahu bahwa aku adalah Seruling Galih?"
"Serulingmu itu. Bukankah tidak ada orang yang memiliki seruling yang terbuat dari galih kayu seperti serulingmu itu?"
"Ya. Serulingku adalah satu-satunya yang ada di tanah ini"
"Kenapa kau tiba-tiba berada disini, Seruling Galih"
"Kau siapa?" "Orang menyebutku Sampar Angin"
"Kau juga tiba-tiba saja sudah berada di sini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memerlukan banyak uang. Dan uang itu dapat aku
cari di padepokan ini"
"Sebaiknya kau urungkan niatku sebelum kau terlanjur mengalami kesulitan"
"Persetan. Apa kerjamu disini Seruling Galih" Apakah kau diupah oleh Udyana untuk ikut menjaga padepokannya"
"Ki Udyana adalah adikku. Murid bungsu Ki Margawasana yang menikah itu adalah kemanakanku. Nah, kau tentu tahu, bahwa aku datang untuk memberikan restu kepada
kemanakanku yang menikah itu"
"Alasanmu masuk akal. Tetapi bukankah kau datang untuk menghadiri upacara pernikahan" Sebaiknya kau tidak usah ikut campur dengan persoalan antara kami dan Udyana"
"Udyana adalah adikku"
"Baik. Baik. Jika demikian, maka kau akan menyesali
kehadiranmu dalam upacara pernikahan kemanakanmu ini, karena kau tidak akan pernah pulang"
Seruling Galih itu tidak menjawab lagi. Tetapi iapun segera mempersiapkan diri untuk menghadapi orang yang menyebut dirinya Sampar Angin itu.
Sementara itu, setelah memberikan beberapa petunjuk
kepada para mentrik serta kepada Wiyati dan Wandan, maka Nyi Udyana dan Nyi Leksanapun telah meninggalkan mereka.
Mereka masih harus menghadapi lawan-lawan mereka yang berbaur dalam pertempuran di halaman samping. Ajag
Wereng serta Wora Wari Bang.
Namun Ajag Wereng dan Wora-wari Bang itu telah
mengacaukan arena pertempuran di halaman samping.
Keduanya, mengamuk seperti seekor harimau yang terluka, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga para murid dari perguruan Ki Udyana itu harus menghadapinya dengan sangat berhati-hati.
Tidak sulit bagi Nyi Udyana untuk segera menemukan
Wora-wari Bang karena pakaiannya yang serba merah.Nyi Leksanapun tidak pula terlalu lama untuk menemukan Ajag.
Wereng yang perutnya buncit, karena Ajag Wereng seolah-olah telah menimbulkan angin pusaran di arena pertempuran di halaman samping itu. Beberapa orang murid dari perguruan Ki Udyana itu telah merubunginya untuk menghadapinya dalam kelompok kecil.
Ki Windu yang mengetahui keberadaan orang berilmu tinggi diantara para murid dari beberapa perguruan yang datang menyerang padepokan itu, segera meloncat dan menyibak saudara-saudara seperguruannya yang lebih muda. Namun pada saat Ki Windu siap menghadapinya, Nyi Leksana telah berdiri di arena itu pula.
"Ki Windu. Orang inilah yang aku cari"
"O" Tetapi Ki Windu sempat juga bergurau "Nyi Leksana sedang memburu orang berperut buncit?"
"Tutup mulutmu. Atau aku akan menyumbat mulutmu itu
dengan tumitku?"geram Ajag Wereng.
"Ki Windu tertawa. Katanya "Kau sudah menghadapi
lawanmu. Biarlah aku mencari lawan yang lain"
Dalam pada itu, maka pertempuran dimana-manapun
berlangsung dengan sengitnya. Namun sulit bagi Alap-alap Perak untuk dapat mencapai tujuannya. Menghancurkan
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Apalagi karena keberadaan Ki Wigati serta murid-muridnya
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segala angan-angannya untuk melepaskan dendamnya
bagaikan telah dihanyutkan oleh hembusan angin padang yang kemudian bertiup diatas padepokan itu.
Apalagi ketika Alap-alap Perak itu melihat, bahwa Ki Sangga Geni, pertapa dari Gunung Sumbing itu semakin terdesak.
Bahkan diantara para murid dari beberapa perguruan yang menyerang padepokan itu.
Ternyata tidak ada yang dapat diharapkan lagi dari
pertempuran yang telah menjatuhkan banyak korban itu.
Bahkan Sangga Geni yang memiliki wawasan yang luas itu melihat, bahwa pasukan yang dibawa oleh Alap-alap Perak itu tidak akan dapat berbuat banyak. Sementara Ki Sangga Geni sendiri merasakan bahwa ilmu Ki Margawasana menjadi
semakin rumit. Ki Sangga Genipun kemudian sudah kehilangan gairah
untuk bertempur lebih lama lagi. Ki Sangga Genipun tidak bernafsu untuk melontarkan ilmu puncaknya, karena ia tahu, bahwa Margawasanapun akan melakukan hal yang sama.
Karena itu, maka tiba-tiba saja Ki Sangga Geni itu meloncat surut sambil berkata "Margawasana. Apakah kau masih dapat bersikap jantan?"
"Apa maksudmu?" bertanya Ki Margawasana.
"Sekarang aku mengaku kalah. Setidak-tidaknya aku tidak akan menang. Sedangkan disekelilingku pertempuran menjadi semakin keras dan kasar, meskipun kita yang tua-tua ini sudah melihat bayangan akhir dari pertempuran ini
"Jadi?" "Persoalannya akan menyusut diantara kita berdua. Jika kau masih mempunyai keberanian untuk memberi kesempatan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadaku beberapa tahun lagi, maka aku akan datang untuk membunuhmu. Aku akan datang ke Gebang karena aku tahu, bahwa kau sudah tidak berada di padepokan ini lagi"
"Kita sudah tua Sangga Geni. Jika kau ingin menunda
pertarungan ini, aku minta, jangan terlalu lama. Jangan menunggu kita menjadi pikun dan rabun. Dengan demikian, maka pertarungan diantara kita tentu tidak akan menarik lagi"
"Baiklah, Margawasana. Aku akan datang segera. Aku minta waktu sekitar setahun saja lagi"
"Tetapi begitu kau menguasai dunia ini, maka kau sudah sampai pada batas umurmu. Adakah ilmu yang dapat
menyelamatkan seseorang dari batas umurnya?"
"Jangan berkata begitu. Jangan membaurkan rencana kita dengan batasan-batasan di luar kemampuan kita. Jika sebelum batas waktu setahun aku sudah mati, tentu saja aku tidak akan dapat datang kepadamu. Atau jika sebaliknya umurmu sudah tidak lebih dari beberapa bulan saja. maka sia-sialah aku menjalani laku yang berat itu"
"Baik, Sangga Geni. Kita berbicara dalam keterbatasan kita saja"
"Jika demikian, aku akan meninggalkan arena pertempuran ini. Tetapi aku mempunyai satu permintaan. Kau jangan campuri lagi pertempuran ini, karena tanpa kau campuri, maka Alap-alap Perak dan kawan-kawannya tidak akan dapat
berbuat banyak" Ki Margawasanapun menebarkan pandangannya ke sekelilingnya. Ia memang sependapat dengan Ki Sangga Geni, bahwa di segala sudut padepokan yang dapat diamatinya, ternyata orang-orang yang datang menyerang padepokan Ki Udyana itu mengalami kesulitan. Murdaka dan beberapa orang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudara seperguruannya telah mendesak sekelompok muridmurid Ki Sampar Angin. Meskipun jumlah murid Ki Sampar Angin jauh lebih banyak, tetapi mereka mengalami kesulitan.
Sementara itu gurunya tidak berada diantara mereka.
Sedangkan murid-murid Ki Wigati telah mengacaukan
perlawanan murid-murid Macan Ringut.
Sementara itu Macan Ringut sendiri semakin mengalami kesulitan menghadapi Ki Wigati.
Bahkan serangan-serangan Ki Wigati semakin sering
menyentuh tubuhnya. Bahkan dengan senjata ditangannya, Macan Ringut tidak banyak mendapat kesempatan. Apalagi setelah Ki Wigatipun bersenjata pula.
Dalam keadaan yang semakin terdesak, maka Macan Ringut tidak lagi dapat berpikir panjang. Tiba-tiba saja Macan Ringut itupun menggeram. Suaranya terasa menggetarkan jantung Ki Wigati.
Ki Wigatipun segera tanggap, bahwa Macan Ringut telah sampai pada kesimpulan untuk melontarkan ilmu puncaknya.
Ki Wigatipun segera bersiaga pula. Karena itu, ketika segumpal lidah api meluncur dari mulut Macan ringut, maka Wigatipun telah melontarkan ilmu pamungkasnya pula.
Dalam pada itu, maka seleret sinar telah meluncur
menghantam gumpalan lidah api yang disemburkan dari mulut Macan Ringut
Demikianlah benturan dua kekuatan ilmu yang tinggi itu bagaikan telah mengguncang padepokan yang dipimpin Ki Udyana itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ternyata bahwa dua kekuatan ilmu itu kurang
seimbang. Ki Wigati memang tergetar surut beberapa langkah.
Namun Ki Wigati masih mampu mempertahankan keseimbangannya. Sementara itu, Macan Ringutpun telah terlempar beberapa langkah dan jatuh terbanting di tanah.
Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh Macan Ringut, selain menggeram penuh kemarahan. Tetapi ia sudah tidak berdaya apa-apa lagi. Bahkan ketika dua orang muridnya datang dan berjongkok di sampingnya, Macan Ringut itu berdesis "Jika aku tidak lagi mempunyai kesempatan, kalianlah yang harus membalaskan dendamku. Karena itu, kalian harus tetap hidup. Tinggalkan pertempuran ini"
Macan Ringut tidak dapat berbicara lebih banyak lagi.
Suaranyapun seakan-akan telah tertelan kembali.
Kedua orang muridnya itupun kemudian telah mengangkat tubuh Macan Ringut tanpa menghiraukan pertempuran itu lagi.
Keduanyapun kemudian mengusung tubuh itu melangkah ke regol halaman padepokan Ki Udyana.
"Kau lihat itu Margawasana" berkata Ki Sangga Geni
"Bukankah sia-sia saja jika aku bertempur melawanmu
sekarang ini" "Pergilah" desis,Ki Margawasana "aku menunggu saat kau datang ke Gebang"
Sangga Genipun kemudian melangkah menyusup diantara
pertempuran itu menyusul dua orang murid Macan Ringut yang membawa tubuh gurunya.
Ki Margawasana memandang langkah Sangga Geni menuju
ke pintu gerbang padepokan. Ki Margawasana sendiri
kemudian berjalan pula mengikut Sangga Geni sambil
mencegah para muridnya yang akan memburunya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarkan mereka pergi. Aku mempunyai perjanjian pribadi dengan Sangga Geni"
"Mereka yang mengusung mayat Macan Ringut itu?"
"Kau lihat, bahwa pamanmu Wigati juga tidak memburunya" Sebenarnyalah Wigati memperhatikan kedua orang murid Macan Ringut yang mengusung tubuh guru. Tetapi Ki Wigati memang tidak berniat mengejarnya. Apalagi ketika kemudian Ki Margawasana justru berjalan mendekatinya.
"Aku biarkan mereka pergi, kakang"
"Ya" "Tetapi dengan akibat yang buruk. Mungkin kita akan tetap menjadi tumpahan dendam yang akan diusung oleh murid-murid orang yang terbunuh itu"
"Bukan kita yang dengan sengaja menabur dendam itu, adi"
Ki Wigati mengangguk-angguk.
Dengan demikian, maka telah terjadi perubahan keseimbangan pertempuran pertempuran. Ternyata kepergian dua orang murid Macan Ringut itu mempengaruhi para
muridnya yang lain. Seorang murid yang sudah dituakan diantara para murid Macan Ringut itupun segera memberikan isyarat dengan teriakan-teriakan nyaring yang hanya dapat dimengerti oleh saudara-saudara seperguruannya. Kadang-kadang terdengar seperti aum seekor harimau yang sedang lapar. Namun
kadang-kadang terdengar seperti seekor harimau yang sedang menerkam mangsanya. Dalam pada itu, maka murid-murid MacUnfRingutj itupun telah menimbulkan gejolak di arena pertempuran itu. Mereka melakukan gerakan-gerakan yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh. Namun ternyata gerakan-gerakan itu adalah bagian dari usaha mereka untuk membuat jarak. Sejenak kemudian, maka para murid Macan Ringut itupun telah melarikan diri
meninggalkan arena pertempuran.
Para murid Ki Wigati yang sebagian bertempur melawan murid-murid Macan Ringut itu telah diperingatkan pula oleh K i Wigati untuk tidak memburu mereka.
"Kita tidak perlu membantainya Biarlah mereka telah hidup.
Mudah-mudahan ada gejolak pula di hati mereka pada suatu saat
akan membalas dendam, maka kita akan mempertahankan diri"
Murid-murid Ki wigati itupun kemudian menyampaikan
pesan itu kepada saudara-saudara seperguruannya, sehingga mereka mengurungkan niat mereka untuk mengejar murid-murid Macan Ringut yang melarikan diri.
Sikap para murid Macan Ringut sepeninggal gurunya itu ternyata mempengaruhi seluruh medan. Murid-murid dari perguruan yang lainpun sikapnya menjadi goyah.
Yang terjadi di halaman samping telah menimbulkan
kegoncangan pula di medan pertempuran itu. Wora-wari Bang yang terlalu memaksakan diri untuk segera mengakhiri perlawanan Nyi Udyana, ternyata justru sering kehilangan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Serangan-serangannya kadang-kadang kurang terarah dan bahkan
memberikan peluang kepada Nyi Udyana untuk menyerang balik yang justru akibatnya lebih parah.
Karena itulah, maka yang terjadi justru Wora-Wari Bang yang terdesak, semakin lama semakin jauh, sehingga
keduanyapun kemudian telah bertempur di halaman depan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Ajag Werengpun semakin mengalami kesulitan pula. Meskipun ia bertempur melawan seorang perempuan, bahkan perempuan yang sudah ubanan, namun ternyata Ajag Wereng tidan banyak mempunyai kesempatan. Ajag Wereng memang tidak terdesak sampai ke halaman depan, tetapi justru karena itu, Ajag Wereng seakan-akan telah kehilangan dukungan. Pertempuran di halaman samping itu sudah terjadi semakin berat sebelah.
Ternyata bahwa Ajag Wereng benar-benar tidak mempunyai kesempatan lagi. Apalagi Ajag Wereng menjadi cemas pula atas kemungkinan buruk yang dapat terjadi atas Wora-Wari Bang.
Dalam keadaan yang semakin sulit itulah, maka akhirnya Ajag Wereng telah mengambil keputusan sendiri. Isyarat-isyarat yang dilontarkan oleh para murid Macan Ringut ditangkap
oleh Ajag Wereng sebagai ajakan untuk meninggalkan arena. Karena itu, maka sejenak kemudian telah terdengar
lolongan bagaikan lolongan anjing hutan di tengah malam saat bulan terang bergayut di mega kelabu.
Sekali lagi arena pertempuran di berguncang. Terutama di halaman samping. Para murid Ajag Wereng berusaha untuk mengacaukan arena dengan gerakan-gerakan yang tidak
dapat dimengerti, agar mereka, terutama para pemimpinnya, mendapat kesempatan untuk meninggalkan arena.
Tetapi agaknya Nyi Leksana tidak memberi peluang kepada Ajag Wereng., Serangan-serangannya justru semakin lama semakin membadai.
Dengan demikian, maka Ajag Wereng memang mengalami
kesulitan untuk meninggalkan arena pertempuran tanpa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentikan perlawanan perempuan itu, maka Ajag
Werengpun tidak mempunayai pilihan lagi kecuali meningkatkan ilmunya sampai ke puncak.
Karena itu, ketika ia mendapat kesempatan, maka Ajag Werengpun segera meloncat mengambil jarak.
Dengan cepat Ajar Werengpun segera mempersiapkan
dirinya. Dengan cepat pula Ajar Wereng itu telah memasukan segenggam butir-butir baja kecil ke dalam mulutnya.
Nyi Leksana yang melihat sikap Ajar Wereng itu terkejut.
Karena pengalamannya yang luas, maka Nyi Leksanapun
segera dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Ajar Wereng.
Karena itu, maka Nyi Leksanapun segera mempersiapkan dirinya pula. Agaknya Nyi Leksana harus berpacu dengan waktu.
Tetapi Ajag Wereng yang mampu mendahului Nyi Leksana.
Dengan dilambari Aji Pacar Wutah, maka Ajag Wereng itupun telah menyemburkan butir-butir baja itu dari mulutnya.
Nyi Leksana masih berusaha untuk mengelak. Dengan cepat Nyi Leksana itu bergeser kesamping.
Meskipun Nyi Leksana sudah memiringkan tubuhnya pada saata ia bergeser, namun masih ada beberapa butir baja kecil-kecil itu yang mengenai pundaknya.
Nyi Leksana itu mengaduh tertahan. Sementara itu, Ajag Wereng yang melihat bahwa sebagian besar butir-butir baja kecil-kecilnya itu luput, maka ia berusaha untuk melakukannya lagi.
Tetapi pada saat Ajag Wereng itu memungut butir-butir baja itu dari sebuah kentong kecil yang tergantung dikat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinkggangnya dan kemudian memasukkannya kedalam
mulutnya. Nyi Leksana telah mendahuluinya. Meskipun sambil menahan
sakit Nyi Leksana telah melepaskan ilmu pamungkasnya. Scleret sinar telah meluncur mengarah ke dada Ajag
Wereng yang justru baru menengadahkan wajahnya pada saat ia memasukkan butir-butir baja kecil ke dalam mulutnya.
Terdengar Ajag Wereng itu mengaduh, sementara butirbutir bajanya justru telah tertumpah dan bahkan ada yang justru tertelan.
Ajag Wereng terdorong beberapa langkah surut. Iapun
segera kehilangan keseimbangannya dan jatuh terpelanting.
Beberkapa orang muridnya terkejut melihat kenyataan itu.
Mereka yang menganggap bahwa Ajag Wereng adalah
seorang yang pilih tanding, harus melihat kenyataan, bahwa Ajar Wereng kini telah terbaring di tanah.
Beberapa orang muridnya segera berlari dan berjongkok di sampingnya. Bahkan ada yang segera menyusup medan untuk menemui Wora-wari Bang.
"Nyai, Nyai Wora-wari Bang" murid Ajag Wereng itu hampir berteriak.
Wora-wari Bang itu meloncat surut untuk mengambil jarak.
Sementara itu, Nyi Udyana yang sebenarnya sudah mulai menguasai jalannya pertaringan itu, telah memberinya kesempatan.
Karena itu Nyi Udyana sengaja tidak memburunya. "Ada apa?" "Ki Ajag Wereng terluka parah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan alas. Siapa yang telah melukainya?"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Perempuan itu"
Wora-wari Bang menjadi sangat marah. Terdengaran WoraWari Bang itu menggeram "Aku akan membunuhnya"
Wora-wari Bang tidak menghiraukan lagi Nyi Udyana. lapun segera berlari mengikuti murid Ajag Wereng itu.
Nyi Udyana tidak mencegahkan. Tetapi iapun segera
meloncat pula mengikuti perempuan berpakaian merah itu.
Ketika dua orang murid Ajag Wereng itu akan mencegahnya, maka keduanya segera terlempar kesamping.
Seorang diantaranya telah membentur bebatur gandok
sehingga menjadi pingsan. Sedangkan seorang lagi menyeringai menahan sakit di punggungnya yang rasarasanya menjadi retak. -ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 17 WORA-WORI BANG itupun langsung berjongkok disamping
Ajag Wereng yang mengerang
kesakitan. "Kakang, kakang. Siapa yang
telah melukaimu?" "Perempuan itu" desis Ajag
Wereng. Suaranya terdengar sangat dalam. "Perempuan tua itu?"
"Ya. Aku juga sudah melukainya" "Bagus, aku akan membunuhnya" Tetapi Wora-wari Bang itu tertegun. Ketika ia bangkit berdiri, maka dilihatnya Nyi Udyana, lawannya yang tidak dapat ditundukkannya itu telah berlutut disamping perempuan yang telah melukai bagian dalam tubuh Ajag Wereng.
Dalam pada itu, Nyi Udyanapun telah mencoba untuk
meringankan luka-luka Nyi Leksana di pundaknya dengan menempelkan selembar kain di lubang-lubang luka itu untuk menekan agar darahnya tidak banyak keluar.
Tetapi Nyi Leksana itu mencoba tersenyum, meskipun harus menahan nyeri "Aku tidak apa-apa. Dia memang terluka, tetapi luka ini sama sekali tidak berbahaya.
"Mbokayu. Sebaiknya mbokayu pergi ke barak di belakang.
Marilah, aku akan mengantar mbokayu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan perempuan merah itu?"
Nyi Udyana termangu-mangu sejenak.
"Biarlah aku disini dahulu. Aku tidak apa-apa. Luka-luka ini hanya dapat menyakitiku. Tetapi tidak akan membunuhku"
Nyi Udyana menarik nafas panjang.
Sementara itu, Ajag Wereng yang terluka parah itu masih melihat Wora-wari Bang berdiri termangu-mangu. Sementara itu, matanya mulai menjadi kabur.
"Cepat. Bunuh perempuan itu. Ia sudah terluka parah.
Kenapa kau masih ragu-ragu" bentak Ajag Wereng.
Namun dengan membentak-bentak itu, nafasnya menjadi
semakin sesak. Bahkan segala-galanya menjadi semakin kabur di pandangan matanya. Sehingga akhirnya segala sesuatunya menjadi gelap.
"Wora-wari" Ajag Wereng itu masih berdesis.
Wora-wari Bang itu kembali berjongkok. Namun ketika ia meletakkan tangannya di dada Ajag Wereng, maka ia tidak lagi merasakan desah nafasnya.
"Kakang, kakang" nada suara Wora-wari Bang itupun
meninggi "kakang. Jangan pergi, kakang"
Tetapi Ajag Wereng itu sudah tidak bernafas lagi.
Wora-wari Bang itupun kemudian bangkit berdiri. Tanpa merasa takut, iapun melangkah mendekati Nyi Leksana.
Katanya "Kau bunuh saudara seperguruanku"
Yang menjawab adalah Nyi Udyana "Orang itu telah melukai mbokayuku. Luka yang cukup parah"
"Tetapi ia tidak mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau ia tidak membunuh saudara seperguruanmu itu,
maka mbokayuku yang akan mati"
"Persetan dengan mbokayumu"
Nyi Udyanapun menjadi sangat marah pula. Iapun
melangkah maju sambil berkata "Kau mau apa" Marilah, kita selesaikan pertarungan diantara kita. Siapakah diantara kita yang akan mati. Atau kau mau kita mengadu ilmu pamungkas kita. Ilmu siapakah yang lebih tinggi serta yang lebih kuat Yang mati biar segera mati, yang menang akan segera
nampak kemanangannya"
"Iblis betina. Nyi, saudara seperguruanku sudah mati. Aku akan membawanya pergi. Aku akan menguburkannya. Tetapi dendam dihatiku tidak akan ikut terkubur. Ingat, bahwa aku Wora-wari Bang, pada suatu hari akan datang kepadamu untuk membunuhmu. Sekarang aku akan pergi. Tetapi jika kau tidak mempuyai keberanian untuk menunggu kedatanganku itu,
perintahkan murid-murid perguruan ini untuk mengeroyokku" "Kenapa harus mengeroyokmu, jika aku sendiri mampu
membunuhmu?" "Baik, baik. Kita akan bertempur lagi sampai tuntas"
Tetapi Nyi Leksanapun berkata "Biarlah perempuan itu pergi dengan membawa tubuh saudara seperguruannya"
Nyi Udyana termangu-mangu sejenak. Namun akhirnya
iapun berkata "Bawa mayat itu pergi, kaupun boleh pergi"
"Kau takut bahwa pada suatu saat aku datang membalas dendam kepada kalian?"
"Aku tidak pernah takut kepada kecoa. Memang menjijikkan. Tetapi aku dapat menginjaknya sampai lumat"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tutup mulutmu" Wora-wari Bang itu berteriak.
"Sekali lagi aku peringatkan, kalau kau pergi, pergilah sekarang. Bawa mayat itu pergi"
Wora-wari Bang memandang Nyi Udyana dengan tajamnya.
Tetapi mata Nyi Udyanapun bagaikan menyala.
Wora-wari Bang itupun kemudian lelah memerintahkan
kepada dua orang murid Ki Ajak Wereng untuk mengusung mayat itu keluar.
Seperti saat murid-murid Macan Ringut pergi, maka para murid padepokan Ki Udyana serta para murid Ki Wigati itupun membiarkan saja mereka melintas di halaman. Bahkan
kemudian bukan saja murid-murid Ajag Wereng, tetapi yang lainpun telah bergeser ke pintu gerbang dan sebagian dari mereka telah berlarian keluar.
Namun Sampar Angin tidak mempunyai kesempatan untuk
pergi. Ki Leksana yang mengetahui bahwa isterinya terluka telah menjadi marah sekali. Karena ia pada waktu itu sedang bertempur melawan Sampar Angin, maka Sampar Anginlah yang menjadi sasaran kemarahannya, sehingga dalam waktu yang terhitung pendek, Sampar Angin itu telah kehilangan kesempatan sehingga akhirnya jatuh terjerembab di tanah.
Mati. Demikianlah, maka orang-orang yang menyerang padepokan Ki Udyana itu sudah kehilangan kesempatan.
Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri. Bahkan murid Alap-alap Perakpun sebagian telah meninggalkan halaman itu pula.
Sedangkan yang lain, yang merasa tidak akan mampu
melawan lagi, telah menyerah dan menghentikan perlawanan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Alap-alap perak masih bertempur melawan Ki Udyana. Tetapi Alap-alap Perakpun tidak berpengharapan lagi. Apalagi setelah pertempuran di padepokan itu seakan-akan telah berhenti.
"Nah, Winenang. Apakah kau tidak dapat melihat kenyataan ini sehingga kau masih akan bertempur terus?"
"Aku melihat kenyataan ini, Udyana. Nah sekarang apa maumu. Kau akan membunuhku" Bunuh aku. Atau kau masih mempunyai keberanian untuk membiarkan aku hidup dan
datang kepada untuk membalas dendam?"
"Apa maumu sebenarnya" Apakah kau ingin minta ampun
dan mohon untuk tetap dibiarkan hidup?"
"Tidak. Aku tidak akan menyerah. Apalagi mohon ampun.
Jika kau mau mengeroyokku dan membunuhku lakukanlah"
Namun Ki Udyana itupun menjawab "Winenang. Aku tidak akan
membunuhmu sekarang. Apalagi beramai-ramai membantaimu dihalaman padepokanku ini. Mayatmu akan
membuat padepokanku menjadi sangar. Karena itu, pergilah.
Aku ingin membiarkan kau hidup. Jika kau mati sekarang, maka kau akan mati dalam genggaman dosa. Tetapi kalau kau masih hidup, maka kau masih mempunyai kesempatan untuk berseru kepada Yang Maha Agung, menyebut namanya dan mohon pengampunan atas segala dosa-dosamu"
"Persetan. Kau sengaja ingin menghinaku, he?"
"Kalau aku ingin menghinamu, aku akan mempergunakan
cara yang lain. Aku dapat mengikat tanganmu di belakang punggungmu. Kemudian mengikat lehermu dan menyeretmu sepanjang jalan menuju ke Mataram. Kau tidak akan mampu mencegahku jika aku berniat melakukannya. Muridmuridmu tidak akan mampu menolongmu. Bahkan schabat-sa-habatmu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berilmu hitam itu, meskipun ada pula diantara mereka yang memang dibiarkan untuk tetap hidup, tidak akan dapat membebaskanmu. Siapa yang akan mencobanya, maka ia
justru akan mengalami nasib seperti nasibmu"
"Iblis kau Udyana. Kau lakukan semuanya ini kecuali
sebagai penghinaan terhadap aku dan perguruanku, kau juga ingin digelari seorang yang baik hati. Seorang pemurah dan yang dengan ikhlas memaafkan kesalahan orang lain. Tetapi semuanya itu tidak lebih dari sebuah kedok belaka. Meskipun kau mempergunakan kedok wajah Panji Asmarabangun yang sedang tersenyum, tetapi wajahmu sendiri tetap saja wajah iblis yang taringnya bersimbah darah"
"Pergilah Alap-alap Perak. Jangan berceloteh lagi"
"Baik. Baik. Aku terima penghinaan ini. Tetapi pada suatu saat kau akan menyesali kesombonganmu ini. Akulah yang akan datang untuk membunuhmu serta menghancurkan
padepokan ini. Aku akan mendapatkan apa yang aku cari.
Satu perangkat lingkaran-lingkaran bertangkai dengan kelengkapannya, sehingga aku akan dapat membuat sebuah buki menjadi bukit emas"
"Mimpilah dalam kegilaanmu itu, Winenang. Sebaiknya kau ingat akan namamu yang sebenarnya. Bukan Alap-alap Perak, tetapi namamu adalah Winenang. Nama yang tidak pantas disandang oleh sosok hitam seperti kau sekarang ini. Mungkin esok sudah tidak lagi"
"Cukup. Cukup. Sesorahmu geladrah seperti igauan orang sakit panas. Aku memang akan pergi. Tetapi aku akan kembali lagi pada suatu saat"
"Baiklah. Jika demikian kau hanya sekedar menunda waktu kematianmu. Pada hari pepesten itu kau akan kembali
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadaku, karena agaknya memang akulah lantaran yang harus mengantarmu ke alam yang langgeng,meskipun jika aku boleh memilih, aku akan menghindarinya"
"Kau memang seorang yang sangat sombong, Udyana.
Kata-katamu bagaikan guntur yang mampu membelah langit.Tetapi meskipun kau dapat menangkap angin sekalipun, maka kau tidak akan pernah berhasil membunuhku. Akulah yang pada suatu saat datang untuk membunuhmu"
"Winenang, pergilah. Aku akan berdoa bagimu, semoga kau mendapat terang dihatimu. Akupun berdoa bagi diriku sendiri, agar bukan aku yang harus menyelesaikan hidupmu di jagad pasrawungan ini"
"Cukup. Diamlah kau iblis"
Udyana memang terdiam. Sementara itu Alap-alap Perak itupun berkata "Aku akan pergi. Tunggu pada suatu saal aku akan kembali ke padepokan laknat ini"
Udyana tidak menyahut. Ketika kemudian Alap-alap Perak berserta beberapa orang muridnya yang setia menunggunya, meninggalkan padepokannya, ia menarik nafas panjang"
"Kau biarkan orang itu pergi, Udyana?" bertanya Ki Wigati.
"Ya, paman" Wigati menarik nafas panjang. Tetapi bukan hanya Ki
Udyana yang melepaskan lawan-lawannya pergi. Mudahmudahan yang terjadi di padepokan Udyana itu dapat
menyentuh perasaan mereka. Tetapi jika yang terjadi
sebaliknya, maka mereka akan menjadi orang-orang yang sangat berbahaya bagi padepokan Ki Udyana serta padepokan Ki Wigati.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka kedua orang itupun bertekad untuk benar-benar menjadikan murid-murid di perguruan mereka, orang-orang yang benar-benar tangguh, sehingga apabila ancaman dari orang-orang yang telah mereka usir dari padepokan Ki Udyana itu benar-benar akan kembali, mereka mampu
mempertahankan diri. Sebenarnyalah, bahwa pertempuranpun telah benar-benar selesai. Namun bukan berarti tugas mereka telah selesai.
Mereka harus merawat orang-orang yang terluka, serta pada saatnya menguburkan para cantrik yang telah gugur. Bahkan lawan-lawan mereka yang terbunuh yang tidak sempal dibawa oleh saudara-saudara seperguruan mereka.
Selain mereka yang terbunuh dan tertinggal, ternyata ada juga beberapa orang yang terluka parah dan tertinggal pula.
Merekapun harus mendapatkan perawatan pula.
Ternyata para murid perguruan Ki Udyana dan para murid Ki Wigati itu memerlukan waktu yang panjang. Hari itu mereka telah mengumpulkan para korban yang terluka serta
merekayyang terbunuh di pertempuran. Sampai malam turun ternyata mereka masih sibuk sekali. Esok mereka akan melakukan upacara pemakaman para murid dari perguruan Ki Udyana serta para murid Ki Wigati, sekaligus menguburkan lawan-lawan mereka yang tertinggal.
Bagaimanapun juga padepokan yang dipimpin oleh Ki
Udyana serta perguruan Ki Wigati itupun telah berkabung.
Untunglah bahwa korban yang gugur terhitung tidak banyak.
Tetapi mereka yang terluka dan bahkan terluka parah, cukup banyak.
Keluarga para cantrik yang menjadi korban, yang sempat dihubungi telah dihubungi oleh para murid Ki Udyana. Tetapi sebagian dari mereka datang dari daerah yang jauh, sehingga http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan terpaksa sekali keluarga merekapun ditinggalkannya.
Namun dengan tertib, Ki Udyana serta para muridnya telah memberikan pertanda disetiap batu nisan. Terutama nama-nama mereka yang telah gugur. Sementara itu, mayai-mayai mereka yang datang menyerang padepokan itu telah dikubur di tempat yang terpisah. Ada yang dapat diberi nama karena kawan-kawannya yang terluka parah sempat mengenalinya, tetapi sebagian yang lain, tidak.
Baru setelah berselang dua hari, rasa-rasanya segala macam tugas telah selesai. Para murid dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu tinggal merawat saudara-saudara seperguruan mereka serta para murid Ki Wigati yang terluka.
Namun suasananya di padepokan itu telah berubah.
Dalam pada itu, maka untuk mengucap sukur bahwa
padepokan itu tidak berhasil di hancurkan oleh Alap-alap Perak serta kawan-kawannya, serta bahwa lambang pengalihan kepemimpinan
di padepokan Ki Udyana itu dapat diselamatkan, sekaligus memenuhi tuntutan para murid Ki Wigati yang menagih janji, maka sekali lagi padepokan Ki Udyana itu menyelenggarakan upacara yang kali ini disebut sukuran.
"Nah, bukankah janji Ki Udyana sudah dipenuhi" berkata Ki Wigati
kepada murid-muridnya, ketika Ki Udyana memerintahkan untuk menyembelih dua ekor lembu serta beberapa ekor kambing.
Upacara sukuran itu seakan-akan telah memulihkan
keletihan dan bahkan sempat melupakan pedihnya luka-luka yang
masih belum sembuh benar. Setelah mereka mengikhlaskan saudara-saudara mereka yang gugur maka merekapun telah menatap kembali ke masa depan mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam upacara mengucapkan sukur itu, merekapun telah memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, agar mereka selalu mendapat perlindungan-Nya di kemudian hari.
Meskipun demikian, padepokan itu tidak kehilangan
kewaspadaan. Murid-murid perguruan Ki Udyana ada saja yang harus dikorbankan untuk tidak ikut dalam upacara yang gembira itu, karena mereka harus bertugas menjaga
keselamatan padepokan itu. Tetapi Ki Parama telah mengatur dengan baik, agar mereka dapat melakukannya bergantian.
Upacara sukuran itu seakan-akan merupakan julangan dari upacara pernikahan Wikan dengan Tanjung. Bahkan upacara itu justru terasa lebih meriah karena kehadiran para murid dari K i Wigati. Selain keberadaan mereka di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu, maka kemungkinan kehadiran orang-orang yang berniat jahat, menjadi semakin kecil, sehingga seisi padepokan itu tidak terlalu berhati-hati.
Tatag agaknya telah ikut bergembira pula bersama mereka.
Sambil berlari-lari kecil, meskipun kadang-kadang masih nampak goyah, Tatag ikut tertawa-tawa bersama mereka yang justru mentertawakannya.
"Apa yang beda pada anak ini" desis seorang murid Ki Wigati yang sebelumnya belum pernah melihat Tatag.
Sambil memegangi lengan Tatag yang kecil itu, saudara seperguruannya itupun berdesis "Apakah tulang-tulang anak itu terbuat dari baja?"
Yang lainpun mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Seorang yang melambaikan tangannya memanggilnya berkata
"Kemarilah. Nanti paman gendong mengelilingi padepokanmu"
Tatag tertawa. Tetapi ia justru berlari ke arah yang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag yang sudah dapat berjalan pada waktunya,
sebagaimana kebanyakan anak-anak itu, ternyata agak
terlambat untuk dapat berbicara. Tatag masih belum dapat mengucapkan
kata-kata selain berucap "Apak" Yang maksudnya memanggil bapaknya.
Wikan memang seorang ayah yang baik. Ia tidak
menganggap Tatag sebagai anak angkatnya. Sebagaimana Tanjung. Wikanpun menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri.
Namun setiap kali ia melihat noda hitam di dada anak itu, maka Wikan maupun Tanjung menjadi berdebar-debar.
Mereka dibayangi oleh perasaan cemas, bahwa noda hitam di dada anak itu kelak akan menimbulkan persoalan. Mungkin saja ada orang yang tiba-tiba mengaku, bahwa Tatag itu adalah anaknya.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan kau pikirkan" berkata Nyi Udyana "banyak orang yang mempunyai toh pada tubuhnya. Ada yang didada, ada yang dilengan, ada yang dipunggung. Karena itu mungkin saja ada dua orang yang mempunyai toh yang kehitaman itu di tempat yang sama. Selain itu, toh di dada Tatag itu akan selalu tertutup oleh bajunya"
Wikan dan Tanjung mengangguk-angguk kecil. Dengan
nada datar Wikan berkata "Bibi, aku sudah minta Tanjung menyingkirkan alas atau selimut Tatag selagi anak itu diketemukan. Tetapi nampaknya Tanjung agak keberatan. Ada
hubungan yang sangat erat antara bayi yang diketemukan itu dengan selimut atau kain popok atau kain apapun yang melekat pada bayi itu ketika ia diketemukan di depan pintu rumahnya"
"Aku dapat mengerti perasaan Tanjung, Wikan. Karena itu, biarlah alas atau selimut atau apapun yang ada pada bayi itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau d i sekitarnya, tetap disimpan. Orang yang meletakkan bayi itu tidak akan melihat barang-barang itu"
Wikan menarik nafas panjang. Katanya "Aku juga dapat mengerti bibi. aku hanya cemas, bahwa jika tidak dengan sengaja ada yang mengenalinya"
"Kalau barang-barang itu disimpan dengan baik, siapakah yang akan dapat melihatnya?"
Wikan menarik nafas panjang. Namun Wikan akhirnya tidak lagi mempersoalkannya.
Dalam pada itu, hari-haripun menjadi pulih seperti hari-liari sebelum terjadi berbagai peristiwa di padepokan itu. Ki Wigatipun telah membawa murid-muridnya kembali ke
padepokannya. Namun Ki Wigati dan Ki Udyana serta Ki Margawasana menyadari, bahwa mereka harus bekerja lebih keras. Meskipun jumlah murid-murid mereka tidak terlalu banyak, tetapi mereka harus menjadi murid-murid yang dapat dipercaya. Murid yang baik dalam olah kanuragan, tetapi juga murid yang baik dalam perbagai pengetahuan yang lain. Lebih daripada itu, mereka harus menjadi murid yang baik dalam lingkah laku dan perbuatan yang bersumber dari pikiran yang bersih pula.
"Dendam itu pada suatu saat agaknya akan benar-benar ditumpahkan" berkata Ki Margawasana "karena itu, kalian harus benar-benar bersiap. Setiap murid yang sudah
waktunya, sebaiknya diberi kepercayaan untuk memiliki ilmu yang tun-las, sehingga mereka akan dapat ikut melindungi padepokan ini. Tetapi tuntas dalam olah kanuragan, belum berarti tuntas didalam berbagai pengetahuan yang lain, apalagi dalam pembentukan watak. Seorang yang tuntas dalam oleh kanuragan, namun wataknya tidak terkendali, maka ia akan menjadi orang yang sangat berbahaya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Wigati dan Ki Udyana mendengarkan dengan sungguhsungguh. Mereka sadari benar kebenaran kata-kata Ki
Margawasana itu. Semakin tinggi ilmu seseorang, jika ia tidak dikendalikan oleh watak yang baik, maka ia akan menjadi orang yang semakin berbahaya bagi banyak orang"
Sepeninggal Ki Wigati dan murid-muridnya, maka Ki
Margawasanapun telah merencanakan untuk dalam dua tiga hari lagi meninggalkan padepokan itu.
"Apakah guru tidak tinggal di padepokan ini lebih lama lagi sehingga selapan hari?" bertanya Ki Udyana.
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Mungkin Nyi Purba serta kerabat yang lain akan tinggal selapan hari disini. Tetapi aku cukup beberapa hari lagi saja"
"Kenapa tergesa-gesa guru?"
"Bukankah aku tidak tergesa-gesa" Tetapi memang sudah waktunya aku pulang. Jika aku terlalu lama disini, maka aku menjadi semakin malas pergi. Aku akan kerasan lagi tinggal disini dan tidak mau pergi lagi"
"Bukankah itu lebih baik?"
"Lalu bagaimana dengan rumahku diatas bukit kecil ini?"
Ki Udyana menarik nafas panjang. Namun iapun kemudian tersenyum sambil berkata "Sebaiknya guru tinggal saja disini lagi"
Ki Margawasana justru tertawa. Katanya "Pada suatu hari, Tatag itupun akan disapih" Ki Udyanapun tertawa pula.
Namun dalam pada itu, ternyata Nyi Purba serta anak dan menantunya juga tidak dapat berlama-lama di padepokan itu.
Mereka tidak dapat terlalu lama meninggalkan rumah mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kami masih harus mengurusi rumah, sawah dan pategalan yang kami tinggalkan" berkata Nyi Purba "meskipun tidak begitu luas, tetapi tanah itu juga memerlukan
penanganan" "Ya Paman" berkata Wuni "pada kesempatan lain, kami
akan datang kembali. Tetapi tentu Wikan dan isterinya tidak akan keberatan datang mengunjungi kami"
"Tentu" jawab Wikan dengan serta-merta "pada saat yang baik, aku tentu akan pulang"
"Tetapi padepokan ini akan menjadi sepi, jika guru,
kemudian Nyi Purba beserta anak serta menantunya pulang"
Tetapi dalam pada itu, bahkan Ki Leksana dan Nyi
Leksanapun lelah menyatakan diri pula untuk dengan terpaksa dalam waktu dekat akan meninggalkan padepokan itu pula.
"Bagaimana dengan mbokayu Wiyati dan Wandan?"
bertanya Tanjung. "Mereka akan pulang bersama kami" Nyi Leksanalah yang menyahut.
"Biarlah mereka berdua tinggal beberapa lama di
padepokan ini. Bukankah disini mereka akan mendapat banyak teman. Di padepokan ini ada beberapa orang mentrik"
Tetapi Wiyatilah yang menyahut "Lain kali saja aku akan datang mengunjungi Tatag. Bahkan sebelumnya kami juga mengharap Wikan serta anak isterinya mengunjungi kami.
Bukankah begitu paman dan bibi?"
"Ya" sahut Nyi Leksana dengan serta-merta "Kalian. harus mengunjungi uwakmu ini. Nah, kalian dapat menyediakan waktu yang khusus untuk mengunjungi sanak kadang. Kau dapat meninggalkan padepokan ini untuk beberapa pekan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekaligus. Kau dapat mengunjungi ibumu, mbokayumu dan kami serta sanak kadang yang lain"
"Ya. Kami tentu akan menyisihkan waktu untuk itu"
Wikanlah yang menyahut. Sebenarnyalah, sanak kadang Wikan yang berada di
padepokan itu, sebagaimana Ki Margawasana tidak dapat tinggal lebih lama lagi di padepokan, karena mereka
mempunyai kepentingan serta kesibukan masing-masing.
Karena itu, maka beberapa hari kemudian terasa padepokan Ki Udyana itu menjadi sepi. Ki Wigati bersama murid-muridnya telah lebih dahulu minta diri setelah mereka ikut bersukaria selain menyambut pernikahan Wikan dan Tanjung, juga rasa sukur atas keberhasilan mereka bersama seisi padepokan itu mengusir Alap-alap Perak serta kawan-kawannya, meskipun mereka juga harus menyesali kepergian beberapa orang diantara para cantrik dari padepokan Ki Wigati itu, yang telah gugur di pertempuran yang berlangsung di padepokan itu.
Namun bagi Ki Wigati serta para muridnya, apa yang
mereka lakukan itu seakan-akan merupakan pelunasan hutang mereka kepada keluarga perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Untuk menemani suami Wuni, maka Wikan telah minta dua orang saudara seperguruannya yang telah memiliki bekal kemampuan yang memadai, ikut mengantar Nyi Purba pulang.
Sementara itu Ki Leksana, Nyi Leksana serta Wiyati dan Wandan, tidak memerlukan orang lain untuk menemani mereka pulang.
Sedangkan Ki Margawasana meskipun tidak memerlukan
seseorang untuk mengantarnya, namun Ki Parama dan Ki Windu ternyata telah menemaninya disepanjang perjalanan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hanya agar guru tidak kesepian di perjalanan" berkata Ki Parama.
Dengan demikian, maka hari-haripun untuk beberapa lama terasa sepi. Rasa-rasanya suasananya masih belum pulih sebagaimana suasana padepokan itu sehari-hari. Apalagi ada beberapa orang diantara penghuni padepokan itu yang sedang meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Namun dengan demikian, Ki Udyana justru memerintahkan para cantrik di padepokan itu untuk tetap berhati-hati.
Mungkin yang tidak pernah mereka duga, dapat saja
terjadi. Namun ternyata tidak terjadi sesuatu di padepokan itu. Dari hari ke hari, maka suasanapun mulai menjadi pulih kembali.
Apalagi setelah semua penghuni padepokan itu telah berada kembali di padepokan
Dengan demikian, maka kehidupan di padepokan itu
akhirnya menjadi pulih kembali. Latihan-latihan serta kerja berlangsung sebagaimana seharusnya. Demikian pula para cantrik yang mempelajari berbagai bidang pengetahuan yang lain disamping oleh kanuragan.
Sebenarnyalah memenuhi pesan Ki Margawasana, seisi
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu benar-benai telah bekerja keras. Apalagi setelah beberapa orang yang telah dengan tuntas menyadap ilmu di perguruan itu meninggalkan padepokan. Maka yang tinggal harus segera mampu mengisi kekosongan itu.
"Mereka telah beberapa kali tertunda" berkata Ki Udyana
"Kita memang harus melepas mereka meninggalkan padepokan ini. Mereka akan pulang ke rumah mereka masing-masing atau mengembara mencari pengalaman baru untuk http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekal hidup mereka dihari-hari mendatang. Mudah-mudahan mereka mampu mengamalkan ilmu yang telah mereka kuasai dengan baik, sehingga mereka akan dapat memberikan arti bagi kehidupan disekitarnya. Disamping melindungi orang-orang yang lemah serta memerlukan perlindungan, maka seharusnya mereka juga dapat memberikan masukan kepada orang-orang disekitarnya, cara-cara terbaik untuk bertani, berternak
serta pekerjaan-pekerjaan yang lain. Ilmu kanuragan bukan segala-galanya Memperbanyak hasil bumi akan memberikan arti yang lebih luas bagi para petani"
Para cantrik yang mendengarkannya mengangguk-angguk.
Merekapun mulai menyadari tugas-tugas mendatang dalam tatanan kehidupan. Jika semula mereka hanya memandang satu sisi jika mereka memasuki sebuah perguruan, ilmu kanuragan, maka merekapun kemudian mengerti, tentang sisi-sisi kehidupan yang lebih luas lagi.
Demikianlah, para pemula yang memasuki padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun kemudian bukan lagi
menyebut dirinya murid Ki Margawasana. Mereka adalah murid-murid Ki Udyana, karena murid bungsu Ki Margawasana adalah Wikan.
Namun Wikanpun kemudian telah berdiri di antara mereka yang membantu Ki Udyana membimbing para cantrik.
Sementara itu beberapa murid Ki Margawasana yang masih tertinggal karena keterlambatan mereka berhubung dengan sesuatu hal, harus diselesaikan oleh Ki Udyana. Meskipun demikian, mereka tetap saja saudara tua seperguruan dari Wikan yang memiliki kemampuan diatas mereka.
Dengan kerja keras, maka padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu semakin lama menjadi semakin besar. Meskipun bertambahnya murid tidak begitu melonjak, tetapi semakin http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari, perguruan itu semakin menarik perhatian anak-anak muda.
Tetapi Ki Udyana tidak dapat menerima setiap orang yang ingin memasuki padepokan itu menjadi muridnya. Ada
beberapa macam syarat yang berat yang dikenakan kepada mereka yang berniat ikut berguru di perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Antara lain, dasar-dasar kekuatan, daya tahan dan kelenturan tubuh. Kemauan dan alasan mereka berguru.
Disamping itu, mereka adalah anak-anak muda dari keluarga yang jelas. Asal-usul latar belakang kehidupan keluarga mereka, serta tempat tinggal yang pasti.
Ki Udyana tidak ingin perguruannya disisipi oleh orang-orang yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan.
Sementara perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu berkembang semakin baik, maka Tatagpun tumbuh semakin besar pula. Kakinya menjadi semakin kokoh, sehingga Tatag tidak sering lagi terjatuh. Bahkan ia mulai dapat mengucapkan kata-kata selain memanggil ayahnya.
Namun tangis Tatag masih saja menarik perhatian. Tidak lagi karena suaranya yang keras dan berbeda dengan tangis anak-anak sebayanya yang lain, tetapi getar tangisnya rasa-rasanya mampu menembus menusuk sampai ke jantung
mereka yang mendengarnya.
Meskipun seisi padepokan Ki Udyana itu sudah terbiasa mendengar tangisnya, namun suara tangis itu masih saja menggetarkan jantung mereka.
Namun dalam umurnya belum genap dua tahun, tingkah
Tatag menjadi semakin menarik perhatian.
Ketika pada suatu saat, Wikan dan Tanjung menjadi
bingung mencari Tatag serta menanyakan kepada setiap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang di padepokan itu, ternyata tidak seorangpun yang melihatnya.
Namun akhirnya, seorang cantrik yang sedang memberi
makan rumput kepada sekelompok kambing di kandangnya, telah melihat Tatag tidur di kandang itu bersama dua ekor anak kambing.
"Kau nakal sekali Tatag" berkata ibunya "kau baru saja dimandikan, maka kau telah berbaring di rerumputan kering dikandang kambing bersama anak-anak kambing itu.,
Bukankah kau menjadi kotor kembali" Sekarang kau harus mandi lagi"
Sebenarnya Tatag agak kurang senang mandi. Tetapi ia tidak dapat melawan kehendak ibunya. .
"Kalau kau masuk lagi ke dalam kandang, maka kau akan aku rendam di dalam jambangan di pakiwan"
Namun tiba-tiba saja Tatag itu tertawa
"Kenapa kau tertawa?"
Tatag masih saja tersenyum-senyum..
Setelah mandi dan berganti pakaian, maka Tatagpun di letakkan di pembaringannya. Tetapi Tatag tidak segera dapat tidur. Apalagi tidur nyenyak sebagaimana ia tidur di kandang kambing.
Dari hari ke hari, Tatag menjadi semakin menarik perhatian seisi padepokan itu. Ia mengenal setiap orang yang tinggal dipadepokan itu. Semua cantrik dan mentrik.
Sementara itu, bukan saja seisi padepokan yang dipimpin oleh
KI Udyana yang telah bekerja keras untuk mengembangkan padepokannya, sehingga bukan saja ujud kewadagannya yang nampak menjadi semakin besar, tetapi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga isi dan bobot penghuni padepokan itupun telah
meningkat pula. Tataran kemampuan para cantriknya dalam berbagai macam pengetahuan disamping olah kanuraganpun telah meningkat pula. Sementara itu padepokan Ki Wigatipun telah berkembang dengan pesat pula.
Namun dalam pada itu, di Gebang, Ki Margawasana tidak pernah melupakan janji Ki Sangga Geni dari Gunung Sumbing yang akan datang menemuinya setahun lagi setelah
pertemuan mereka di padepokan yang dipimpin oleh Ki
Udyana itu, pada saat hari pernikahan Wikan dengan Tanjung.
Karena Ki Margawasana yakin bahwa Ki Sangga Geni benar-benar akan menjalani laku untuk menyempurnakan ilmunya sebelum ia datang untuk menantang Ki Margawasana. Karena itu, maka Ki Margawasana yang sudah menjadi semakin tua itupun telah mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya. Ki Margawasana tidak mau menjadi korban . keganasan Ki
Sangga Geni yang telah menyempurnakan ilmunya itu.
Karena itu, maka Ki Margawasanapun telah berusaha un-luk semakin memantapkan ilmunya yang sudah matang itu.
Sebenarnyalah bahwa Ki Margawasana sudah sampai ke
puncak kemampuan menurut jalur ilmu yang diyakininya.
Namun Ki Margawasana masih mempunyai beberapa peluang untuk membuat ilmunya menjadi semakin kaya dengan unsur-unsur sorak yang rumit.
Karena itu, maka Ki Margawasana telah membuka kembali sebuah peti yang sebenarnya telah disimpannya di antara dinding biliknya di Gebang. Betapapun hatinya merasa berat, namun Ki Margawasana terpaksa melakukannya pula agar ia tidak tertinggal dari Ki Sangga Geni.
Namun Ki Margawasana percaya, bahwa diatas awan masih ada awan. Bahkan ilmu yang terbaikpun tentu masih ada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelemahan-kelemahannya yang memungkinkan ilmu itu dapat diatasi.
Yang dilakukan oleh Ki Margawasana adalah berusaha agar jika benar Sangga Geni itu datang, Ki Margawasana tidak, mengecewakannya. Bahkan Sangga Geni itu tidak dengan semena-mena mengalahkannya.
Dengan jantung yang berdebaran, Ki Margawasana
mengamati peti kayu yang diambilnya dari antara dinding biliknya itu. Kemudian dengan jantung yang berdebaran Ki Margawasana telah membuka peti itu perlahan-lahan.
Darah Ki Margawasana berdesir ketika ia melihat sebuah kitab yang tersimpan didalam peti itu. Kitab yang berisi tuntunan yang akan dapat melengkapi ilmunya yang sudah matang itu.
Sebelumnya, Ki Margawasana sengaja tidak mendalami
bagian terakhir dari isi kitabnya. Masih ada laku yang tersisa.
Hal itu dilakukan oleh Ki Margawasana, karena bagian terakhir dari kitabnya itu memuat petunjuk laku untuk menguasai ilmu yang sangat tinggi, seakan-akan tidak terbatas. Seorang yang menguasai menguasai ilmu itu, jika tidak mempunyai keteguhan jiwa melampaui baja akan dapat tergelincir. Ia akan merasa menjadi manusia yang berdiri diatas sesamanya. Seseorang yang menguasai ilmu itu akan dapat merasa dirinya lidak terkalahkan.
Ki Margawasana memang merasa ragu. Ia merasa bahwa
dirinya adalah manusia dalam keterbatasannya. Jika ia kehilangan kepribadiannya karena sesuatu sebab, maka ia akan dapat terlempar ke dalam kekuasaan iblis yang jahat.
Jagadnya akan berputar membelakangi cahaya kebaikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keraguan dipandanginya kitabnya yang sudah
beberapa tahun tersimpan. Namun jika Sangga Geni berhasil menguasai ilmu puncak melampaui segala ilmu, tanpa ada yang dapat mengimbanginya, itupun akan sangat berbahaya pula. Laku terakhir yang akan dijalani oleh Sangga Geni tentu laku untuk menguasai ilmu yang sangat tinggi.
Ki Margawasanapun menarik nafas panjang. Jika ia
kemudian berniat menguasai ilmu pada bagian terakhir kitabnya, maka ia harus memasang kendali terkuat bagi dirinya sendiri. Ia tidak boleh beringsut dari pijakannya, bahwa ia harus mempertanggung-jawabkan segala tingkah lakunya dihadapan Tuhan.
Namun akhirnya, Ki Margawasana itupun memutuskan
untuk mendalami bab terakhir dari kitabnya itu serta menjalani laku yang berat. Namun niat Ki Margawasana adalah semata-mata untuk meredam kemampuan Ki Sangga Geni yang tinggi, sehingga melampaui kemampuan sesamanya. Sementara itu, Ki Margawasana merasa wajib untuk ikut menjaga agar
kelebihan Sangga Geni itu kemudian tidak mengguncangkan laianan
kehidupan, karena pertapa itu akan dapat mempergunakan ilmunya untuk kepentingan yang tidak
seharusnya. Sangga Geni akan dapat menghancurkan padepokan yang
dipimpin oleh Udyana itu untuk mencari benda yang menurut dongeng yang tersebar diantara para pemimpin perguruan, dapat dipergunakan untuk membuat emas dari segala macam bahan. Batu, kayu, tanah, pasir dan karena itu, maka sebuah bukitpun akan dapat dibuatnya menjadi emas.
Meskipun demikian, Ki Margawasanapun tidak boleh
terlepas sedikitpun dari keterkaitannya dengan Tuhan Yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuasa, agar ia sendiri tidak tersesat karena apabila ia mampu meredam tataran kemampuan Sangga Geni.
Ki Margawasana itupun menarik nafas panjang.
Sejak hari itu, maka Ki Margawasana lebih banyak berada di atas bukit kecilnya. Ki Margawasana telah menjalani laku yang berat di antara pepohonan, bebatuan, belumbang serta mata airnya, lekuk-lekuk tanah serta tebing yang berbatu padas.
Setiap kali terdengar gemuruhnya batu-batu padas yang berguguran. Batu-batu hitam yang besar pecah berserakan.
Satu dua batang pohon raksasa yang tumbang.
Meskipun demikian, Ki Margawasana masih tetap menyadari untuk memelihara keseimbangan alam disekitamya.
Teriring doa yang dipanjatkannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Ki Margawasana telah menempa diri dalam
usianya yang sudah semakin tua itu untuk mencapai tataran yang lebih tinggi, dalam usahanya untuk mengatasi tataran kemampuan ilmu Ki Sangga Geni.
Dalam pada itu, sebenarnyalah, bahwa Ki Sangga Geni lelah menempuh laku dengan caranya. Cahaya yang hitam dari daerah kegelapan telah memberikan kekuatan yang tinggi kepada Ki Sangga Geni.
Didalam sebuah goa, Ki Sangga Geni bersamadi di hadapan sebuah patung yang besar, yang melukiskan wajah iblis yang sangat bengis. Di sebuah batu besar yang datar, yang berada di bawah wajah iblis itu, terdapat sebuah kitab yang sudah kumuh, namun yang masih dapat jelas di baca. Kitab yang memuat berbagai macam laku untuk mencapai tataran ilmu tertinggi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Geni benar-benar memanfaatkan waktunya yang setahun itu untuk menempa diri. Ilmu hitam yang terpancar dari kitab kumuh itu, benar-benar telah memberikan kekuatan dan kemampuan yang sangat tinggi kepadanya.
Ki Sangga Geni telah mempergunakan lekuk-lekuk didalam goa itu, serta tebing yang tinggi dan curam, jurang yang dalam dan hutan lereng gunung itu untuk menempa diri.
Kemudian setiap kali Ki Sangga Geni duduk bersamadi di hadapan patung wajah iblis yang menyeramkan itu.
Hingga akhirnya, menjelang bulan ke sepuluh, Ki Sangga Geni merasa bahwa laku yang dijalaninya sudah tuntas.
Ketika ia bersamadi di hadapan wajah yang menyeramkan di dalam goa itu, maka mata wajah iblis itu seakan-akan telah membara. Cahaya yang kemerah-merahan yang dari mata
wajah iblis itu seakan-akan telah menyorot langsung ke dadanya.
Getar yang dahsyat telah mengguncang dada Ki Sangga
Geni. Sesaat seluruh tubuhnya merasa gemetar sehingga akhirnya Ki Sangga Geni itu jatuh terjerembab tidak sadarkan diri.
Tetapi itu tidak lama. Beberapa saat kemudian, Ki Sangga Geni itupun segera menjadi sadar kembali.
Perlahan-lahan Ki Sangga Geni itu membuka matanya.
Ketika ia bangkit, maka terasa tubuhnya menjadi ringan.
Perlahan-lahan Ki Sangga Geni itupun bangkit berdiri sambil menggerakkan tangannya melingkar.
Terasa bahwa sesuatu telah terjadi didalam dirinya. Ketika ia berpaling memandang patung wajah iblis yang terpampang di dinding goa, maka ia masih melihat seakan-akan bayangan kemerahan yang mulai redup di mala patung wajah iblis itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sangga Genipun segera menyadari apa yang telah terjadi dari pada dirinya. Dengan demikian, maka iapun yakin, bahwa ia telah berhasil menjalani laku sampai tuntas, sehingga ia benar-benar telah menguasai ilmu puncak sebagaimana
tercantum didalam kitab yang telah lusuh itu.
Karena itu, maka tiba-tiba saja Ki Sangga Geni itu berdiri tegak sambil mengangkat tangannya dengan jari-jari yang menggenggam. Dengan kerasnya Ki Sangga Geni itupun
berteriak sehingga goa itupun seakan-akan telah terguncang oleh gempa bumi yang dahsyat. Bahkan patung wajah iblis yang terpampang di dinding goa itupun rasa-rasanya telah ikut tertawa pula sekeras-kerasnya.
Akhirnya suara tertawa itupun perlahan-lahan menjadi surut. Demikian suara tertawa itu lenyap, maka Ki Sangga Genipun merasa bahwa ia tidak memerlukan kitabnya itu lagi.
Semua ilmu yang tertulis didalamnya telah diserapnya, bahkan sampai pada bagian terakhir, ilmu yang tersisa karena ilmu itu terasa sangat rumit. Hanya karena dendamnya yang
membakar jantung kepada Ki Margawasana sajalah, maka dengan tekad yang membara, Sangga Geni itu telah
menyelesaikan bagian terumit dari keutuhan ilmunya.
Perlahan-lahan Ki Sangga Genipun kemudian melangkah
mendekati wajah patung iblis yang mengerikan itu. Diambilnya kitabnya yang lusuh itu. Kemudian dengan nada geram iapun berkata "Tidak seorangpun yang boleh memiliki ilmu setingkat dengan ilmuku. Sekarang atau pada waktu yang akan datang.
Karena itu, Iblis yang Sakti yang disembah oleh segala makhluk yang memahami nilai hidupnya di bumi yang penuh dengan laknat ini, aku serahkan kembali kitabku kepadamu, agar tidak dapat jatuh ketangan siapapun juga"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patung wajah iblis itu seakan-akan terdengar menggeram.
Sementara itu, Ki Sangga Geni telah menempatkan kitab itu ke mulul palung wajah iblis itu.
Tiba-liba saja asap yang tipis mengepul dari mulut patung itu. Kemudian apipun telah berhembus menjilat kitab di tangan Ki Sangga Geni itu.
Dalam sekejap kitab itupun terbakar. Tetapi Ki Sangga Geni sama sekali tidak merasakan panas api yang membakar kitab lusuhnya itu.
Beberapa saat kemudian, maka kitab itupun telah menjadi abu. Sementara itu Ki Sangga Genipun segera berlutut dihadapan patung wajah iblis itu sambil berkata "Terima kasih, Iblis yang Mulia. Aku akan. mengemban tugas-tugasmu untuk menjunjung kebesaran namamu di bumi ini. Aku akan menjadi raja segala, jahanam Tidak ada seriangpun yang mampu mengimbangi kemampuanku. Aku akan datang kepada Ki
Margawasana untuk membalas dendam kekalahanku di
padepokannya. Aku akan memenggal kepalanya dan membawanya kepadamu, Ya Iblis yang Mulia"
Terdengar gaung yang seakan-akan bergulung-gulung di dalam goa itu. Seakan-akan patung wajah itulah yang
bergumam serta memberikan restu kepada Ki Sangga Geni.
Sejenak kemudian, Ki Sangga Geni itupun telah keluar dari dalam goa. Ketika ia menengadahkan wajahnya, maka rasa-rasanya langit dan bumi serta segala isinya sudah berada di bawah telapak kakinya.
"Aku harus meyakinkan diriku, bahwa aku adalah orang yang terkuat di muka bumi ini.
Nama Ki Sangga Geni itu merasa bahwa ia masih
mempunyai waktu hampir dua bulan dari janjuinya untuk pergi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemui Ki Margawasana. Karena itu, maka dalam waktu itu, maka dalam waktu yang pendek itu, Ki Sangga Geni ingin meyakinkan dirinya, bahwa ilmunya adalah imlu yang terbaik yang ada di muka bumi.
"Ada banyak sasaran" geram Ki Sangga Geni "tetapi bukan sekedar tikus-tikus kecil seperti Udyana, Wigati, Alap-alap Perak atau sebangsanya. AKu harus menemukan lawan yang diyakini mempunyai kelebihan diantara segala orang yang berilmu tinggi"
Sebelum pergi menemui Ki Margawasana, maka Ki Sangga Geni berniat untuk menemui seorang pertapa yang sudah lama tidak terdengar namanya. Seorang pertepa yang
sebenarnya berada pada garis yang sama dengan Ki Sangga Geni. Bahkan pertapa itu adalah kakak seperguruannya, yang sejak mereka masih berada di perguruan tidak pernah dapat dikalahkannya.
"Ia menjadi hantu di pesisir Utara" berkata Ki Sangga Geni didalam hatinya.
Ternyata Ki Sangga Geni berniat memburu pertapa yang juga berlindung di bawah kuasa ilmu itu. Ia ingin
membuktikan, bahwa ia sudah berhasil memutuskan ilmunya sekaligus untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia akan dapat mengalahkan Ki Margawasana"
Demikianlah, maka sekali lagi masih ada waktu. Ki Sangga Geni itupun telah meninggalkan pertapaannya, menuju ke Utara.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam perjalanannya menuju ke Utara, maka di sepanjang jalan, Ki Sangga Geni telah menaburkan banyak kematian.
Keinginannya untuk meyakinkan bahwa ilmunya tidak
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkalahkan, telah membuatnya menantang setiap nama yang mencuat di daerah yang dilewatinya.
Di Ngadireja, Ki Sangga Geni telah memporak porandakan sebuah gerombolan yang sangat ditakuti oleh lingkungannya.
Ketika Ki Sangga Geni itu singgah di sebuah kedai, maka didengarnya nama sebuah gerombolan yang seakan-akan
lelah menguasai seluruh daerah Ngadireja dan sekitarnya.
Kiai Pentog, yang dipercaya lahir dari rahim seorang perempuan yang bersuamikan gendruwo dari Gunung Prau, adalah orang yang sangat ditakuti. Ujud orang itu memang sangat menakutkan, apalagi tingkah lakunya. Bersama
gerombolannya, maka Kiai Pentog seakan-akan memiliki kekuasaan yang tidak tertandingi oleh Ngadireja dan
sekitarnya. Betapa kecutnya hati orang-orang Ngadireja jika mereka mendengar bahwa Kiai Pentog telah datang ke kademangan mereka. Kiai Pentog tidak saja minta upeti berupa uang dan perhiasan serta apa saja yang berharga. Tetapi setiap kali orang mendengar bahwa Kiai Pentog berada di Ngadireja, maka tidak ada perempuan muda yang berani keluar dari romannya. Apalagi gadis-gadis yang sedang meningkat
dewasa. Kiai Pentog adalah hantu yang sangat menakutkan bagi perempuan. Lebih buruk lagi, bahwa beberapa orang pengikutnya telah berbuat menirukan pemimpinnya yang mereka bangga-banggakan itu.
Sudah lama penghuni kademangan Ngadireja, ingin
hadirnya seorang yang dapat melepaskan mereka dari
cengkeraman Kiai Pentog yang menakutkan itu. Tetapi tidak ada orang yang dapat melakukannya. Ketika ada juga yang mencobanya, maka yang terjadi benar-benar mengerikan. Dua orang kakak beradik yang merasa dirinya mumpuni,.yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencoba untuk melawan Kiai Pentog, telah dibantai dihadapan banyak orang tanpa ampun. Kedua orang kakak beradik itu tidak lagi berben-tuk ketika keduanya ditinggalkan begitu saja dipinggir jalan utama kademangan Ngadireja.
"Orang itu benar-benar anak gendruwo" desis seorang laki-laki ubanan.
"Sst. Jangan berkata begitu. Orang itu punya telinga di mana-mana. Mungkin di lincak inipun ada telinganya" sahut laki-laki kurus yang duduk di sebelahnya sambil mengunyah makanannya.
"Jika dalam setahun ini tidak ada orang yang dapat
membebaskan kita dari cengkeramannya, maka Ngadireja akan menjadi hutan kembali"
"Kenapa?" "Semua penghuninya akan pergi mengungsi. Menyebar
sampai kemana-mana" Ki Sangga Geni yang baru makan di kedai itu mendengar pembicaraan kedua orang itu, meskipun mereka agak berbisik.
Dengan ilmunya Aji Sapta Pangrungu, Ki Sangga Geni mampu mendengar dengan jelas, apa yang mereka bicarakan.
Karena itu, maka Ki Sangga Genipun segera beringsut, duduk di dekat kedua orang yang sedang membicarakan
orang yang dianggapnya anak genderuwo yang tinggal di lambung Gunung Prau itu.
Tetapi tidak mudah bagi Ki Sangga Geni untuk memancing keterangan dari kedua orang itu. Bahkan mula-mula kedua orang itu menganggap bahwa Ki Sangga Geni adalah salah seorang pengikut Kiai Pantog.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kataku" desis yang seorang "dimana-mana terdapat telinga orang itu"
"Aku tidak menyebut namanya"
Namun Ki Sangga Genipun berkata "Jangan takut, Ki Sanak.
Aku bukan salah seorang kaki tangan orang yang kalian bicarakan itu. Jika Ki Sanak berdua menginginkan ada orang yang
bersedia membantu orang-orang Ngadireja membebaskan diri dari tangan orang yang kau sebut sangat menakutkan itu, maka aku akan bersedia membantu"
Kedua orang itu memandang Ki Sangga Geni dengan wajah yang tegang. Bahkan merekapun kemudian memandang
kesekeliling mereka dengan kesan ketakutan.
"Ki Sanak" berkata Ki Sangga Geni kemudian "katakan
siapakah orang itu dan dimana tempat tinggalnya"
Kedua orang itu masih saja tetap ragu-ragu. Mereka tidak berani menyebut nama Ki Pantog yang sangat menakutkan itu.
"Sudahlah Ki Sanak" berkata salah seorang dari kedua orang itu "Jangan mencari perkara. Orang itu tidak terlawan"
"Aku akan mencobanya" jawab Ki Sangga Geni "Aku sudah siap menghadapi segala kemungkinan, akupun sudah tua, sehingga jika aku harus binasa oleh tangannya, aku tidak akan menyesal. Tetapi jika akulah yang membinasakan orang itu, maka akibatnya akan berarti bagi orang-orang Ngadireja"
Kedua orang itu masih saja ragu-ragu. Dengan nada dalam iapun berkata "Ki Sanak. Aku bukan seorang pemberani. Aku tidak berani mengatakan apa-apa tentang orang itu"
Ki Sangga Geni mertarik nafas panjang. Katanya "Baiklah.
Jika Ki Sanak tidak berani mengatakan apa-apa tentang orang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, biarlah aku memancingnya. Aku akan meneriakkan
tantangan di sepanjang jalan di kademangan Ngadireja. Orang itu tentu akan mendengarnya dan akan datang kepadaku"
"Jangan Ki Sanak. Jangan korbnkan dirimu. Kau hanya
seorang diri. Kecuali jika kau seorang prajurit Mataram bersama dengan sepasukan anak buahmu"
"Aku bukan prajurit. Tetapi aku tidak takut menghadapi siapapun. Sudah aku katakan, bahwa aku sudah tua. Segala sesuatunya yang akan terjadi, biarlah terjadi"
Kedua orang itupun terdiam. Mereka sudah mencoba
memperingatkan. Tetapi jika orang itu tidak menghiraukannya, maka itu terserah saja kepadanya.
"Ki Sanak. Namaku Sangga Geni dari Gunung Sumbing.
Katakan pada setiap orang, bahwa aku menantang orang yang sangat ditakuti di Ngadiraja ini siapapun orang itu"
Kedua orang itu menarik nafas panjang. Sementara orang-orang yang lain yang berada di kedai itupun terkejut mendengar tiba-tiba saja seseorang yang mengaku bernama Sangga Geni itu telah sesumbar serta menantang orang yang paling
ditakuti di Ngadireja ini. Tetapi Sangga Genipun kemudian berdiri dan berjalan
mendekati pemilik kedai itu. Iapun kemudian membayar harga makan dan minumannya. Ketika ia melangkah keluar pintu, maka di pintu kedai itu iapun berkata lantang "Sampaikan kepada orang yang paling ditakuti itu, bahwa aku tidak takut kepadanya. Aku berniat membantu orang-orang Ngadireja membebaskan diri dari pengaruhnya yang buruk itu"
Suasana di kedai itu justru telah mencengkam. Apalagi ketika Ki Sangga Geni itu berteriak di depan kedai itu kepada orang-orang lewat "Siapakah yang mengenal orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling ditakuti di Ngadireja" Katakan kepadanya, bahwa aku menantangnya"
Orang-orang yang mendengar suara Ki Sangga Geni itu
menjadi sangat berdebar-debar. Bahkan Ki Sangga Geni itupun kemudian turun ke jalan sambil berteriak "Aku adalah Sangga Geni dari Gunung Sumbing. Aku datang ke Ngadireja untuk membebaskan orang-orang Ngadireja dari kekuasaan orang yang tidak berperi kemanusiaan"
Namun Ki Sangga Geni sendiri terkejut mendengar
suaranya. Bahkan timbul pertanyaan didalam dirinya "Apakah artinya berperi kemanusiaan?"
Tetapi iapun segera menjawabnya sendiri "Persetan dengan perikemanusiaan. Pokoknya aku bertempur dengan orang itu untuk menguji kemampuan ilmuku"
Ternyata sikap Ki Sangga Geni itu. telah menarik perhatian dua orang yang berwajah garang dengan golok yang besar terselip di lambungnya.
Ketika sekali lagi orang itu mendengar tantangan orang yang mengaku bernama Ki Sangga Geni itu, maka
keduanyapun segera mendekatinya. Dengan garangnya
seorang diantara mereka berkata "Apa kepentinganmu
sebenarnya dengan tantanganmu itu"
Ki Sangga Genipun memandang kedua orang itu bergantiganti. Dengan nada berat iapun bertanya "Siapakah kalian berdua, he?"
"Kami berdua adalah murid Kiai Pentog. Orang yang
mungkin kau cari, karena Kiai Pentog adalah orang yang paling ditakuti di Ngadireja dan sekitarnya. Tidak seorangpun yang berani menyebut namanya, karena setiap lidah akan segera terbakar jika berani mengucapkan namanya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa namanya?""bertanya Sangga Geni.
"Kiai Pentog" "Kiai Pentog, Kiai pentog. Aku akan menyebut namanya sepuluh kali. Tetapi lidahku tidak terbakar"
"Anak iblis kau. Kau berani menghina Kiai Pentog"
"Aku memang anak Iblis Yang mulya. Dengar, panggil Kiai Pentog yang sudah membuat rakyat Ngadireja sengsara. Aku ingin mengakhiri perbuatannya itu"
"Kau gila. Bukankah kau belum tahu siapa Ki Pentog itu"
"Aku tantang orang itu berperang tanding jika ia memang jantan serta memiliki keberanian sebesar namanya"
"Kau tidak usah mencari guruku. Sudah berada puluh orang yang dibunuhnya"
"Apakah gurumu menjadi ketakutan mendengar namaku, Ki Sangga Geni dari Gunung Sumbing"
"Kau memang sombong sekali. Biarlah kami berdua sajalah yang mengurusmu. Tidak perlu Kiai Pentog mendengar
namamu. Kalian akan mati.dengan cara yang lebih baik di tangan kami dari pada kalian mati di tangan Kiai Pentog. Di tangan Kiai Pentog kau akan dibantai menjadi sayatan sayatan tubuh sebelum kau benar-benar mati"
"Pergilah" geram Ki Sangga Geni "panggil gurumu. Kalian jangan ikut campur. Aku akan menghentikan tingkah gurumu yang selalu menakut-nakuti orang Ngadireja"
Kedua orang murid Kiai pentog itu memang heran. Ada juga orang yang berani menantang guru mereka.
Bahkan orang-orang yang mengamati Ki Sangga Geni dari jarak yang agak jauh itupun merasa heran pula. Meskipun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian, mereka berpengharapan. Orang yang sudah berani menantang Kiai Pentog itu tentu bukan sembarang orang.
"Mudah-mudahan orang itu benar-benar mampu membebaskan Ngadireja dari cengkeraman manusia berhati binatang itu" berharap orang-orang Ngadireja meskipun dengan ragu-ragu. Bahkan banyak diantara mereka yang mencemaskan keselamatan orang yang mengaku bernama
Sangga Geni itu. Dalam pada itu, kedua orang yang mengaku murid Kiai
Penlog itupun segera bergeser mendekat. Seorang diantara mereka berkala "Panggil kawan-kawanmu sekarang, sebelum kau mati"
"Aku datang sendiri ke Ngadireja. Aku akan menantang Kiai Pentog untuk berperang tanding. Karena itu, aku tidak memerlukan seorang kawanpun. Kecuali jika Kiai Pentog yang namanya mampu menakut-nakuti orang Ngadireja itu tidak berani turun melawan aku di arena perang tanding"
"Persetan kau Sangga Geni. Kau harus mohon ampun atas kelancangan mulutmu menyebut nama guru. Apalagi kau
sudah menantangnya. Karena itu, berlututlah dihadapan kami agar atas nama guru, kami mengampunimu"
Ki Sangga Geni itu tertawa berkepanjangan. Katanya disela-sela derai tertawanya "Sudahlah. Pergilah. Sampaikan tantanganku kepada gurumu. Aku akan menunggu disini. Jika gurumu tidak berani datang, maka aku akan mencari ke persembunyiannya. Mungkin ia telah bersembunyi di dapur dengan mengenakan pakaian seorang perempuan untuk
menyelamatkan dirinya dari tanganku"
Kedua orang murid Kiai Pentog itu telah kehabisan
kesabaran. Keduanyapun segera melangkah semakin dekat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang diantara mereka berkata "Bersiaplah. Aku akan mengoyak mulutmu"
"Jadi kalian akan melawan aku" Dengar. Aku adalah Sangga Geni dari Gunung Sumbing. Tidak ada orang yang dapat mengalahkan aku yang telah berguru tuntas kepada Iblis Yang Mulia. Apalagi kecoa-kecoa kecil seperti kalian"
Telinga kedua orang itu bagaikan disentuh api. Seorang diantara mereka tidak lagi dapat menahan dirinya. Iapun segera meloncat sambil menjulurkan tangannya ke arah mulut K i Sangga Geni.
Namun dengan gerakan yang sederhana Ki Sangga Geni
telah mengelak, sehingga tangan orang yang menyerangnya itu tidak menyentuh bibirnya.
Namun seorang yang lain segera meloncat dengan kaki
terjulur mengarah ke dada. Tetapi Ki Sangga Genipun sempat
. mengelak pula. Bahkan sambil merendah, Ki Sangga Geni menyapu kaki lawannya yang lain tempat ia bertumpu.
Orang itupun terhempas jatuh. Sambil mengumpat orang itupun segera meloncat bangkit. Tetapi demikian ia berdiri, kaki Sangga Genilah yang telah menghantam tepat diarah jantung didalam dadanya.
Sekali lagi orang itu terpelanting dan jatuh terkapar di tanah. Sementara kawannya meloncat sambil memutar
tubuhnya. Kakinya terayun mendatar mengarah ke kening Ki Sangga Geni.
Tetapi Ki Sangga Geni merendahkan kepalanya, sehingga kaki itu terayun diatas kepalanya tanpa menyentuhnya sama sekali. Sementara itu, justru kaki Ki Sangga Geni yang terjulur lurus menghantam lambung.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murid Kiai Pentog itulah yang justru terlempar pula dan terbanting menimpa tanggul parit. Dan bahkan kemudian berguling kedalam parit yang mengalir. Airnya yang jernihpun memercik menghambur keatas tanggul.
Orang itu segera meloncat bangkit. Tetapi pakaiannya telah menjadi basah kuyup.
Kedua orang murid Kiai Pentog itupun mengumpat-umpat kasar. Tetapi sebenarnyalah bahwa mereka memang tidak berdaya. Ketika keduanya berloncatan menyerang, maka keduanyapun telah terlempar lagi, terpelanting dan saling berbenturan.
Namun keduanya tidak mau segera mengakui kekalahan
mereka. Mereka adalah murid-murid Kiai Pentog sehingga mereka tidak akan begitu mudahnya menyerah hanya setelah berkelahi sekejap.
Karena itu, maka keduanyapun segera menarik golok
mereka. "Jangan lakukan itu" berkata Ki Sangga Geni.
"Kau menjadi ketakutan melihat golokku?"
"Aku memang takut bahwa aku akan membunuh kalian
berdua. Jika perasaanku tidak terkendali, aku dapat berbuat apa saja, termasuk memenggal kepalamu. Karena itu, jangan mencoba bertempur dengan golokmu itu"
Namun keduanya tidak menghiraukannya. Keduanyapun
segera berloncatan sambil memutar golok mereka.
Tetapi yang terjadi benar-benar membingungkan. Bukan saja orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu. Tetapi kedua orang murid Ki Pentog itu sendiri tidak tahu, bagaimana dapai terjadi, maka keduanya telah terluka oleh golok-golok http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka sendiri. Agaknya demikian mereka berdua menyerang, maka justru golok mereka masing-masing telah saling
menyentuh saudara seperguruan mereka.
Keduanyapun telah terluka. Darah mengalir dari luka
mereka yang dalam. Seorang terluka di bahunya sedangkan yang seorang dilambungnya.
Kedua orang itupun segera menyadari, bahwa orang yang menyebut dirinya bernama Sangga Geni itu adalah orang yang berilmu sangat tinggi, sehingga mereka berdua tidak akan mampu mengimbanginya.
Dalam pada itu, Ki Sangga Genipun tidak memburu mereka.
Bahkan Ki Sangga Geni itupun kemudian berdiri sambil bertolak pinggang. Katanya "Nah. Pergilah. Jika kalian tidak mau pergi, maka aku akan membunuh kalian disini?"
Kedua orang itu termangu-mangu sejenak. Sementara Ki Sangga Geni berkata selanjutnya "Pergilah menemui gurumu.
Katakan kepada Kiai Pentog, bahwa aku menantang untuk tanding. Aku akan berada disini esok pagi, pada wayah bedug.
Aku akari bertarung melawan Kiai Pentog pada saat matahari mencapai puncak. Sekarang sekali lagi aku peringatkan, pergilah sebelum aku berubah pendirian. Sebelum aku berniat membunuh salah seorang diantara kalian"
Kedua orang yang sudah terluka itu tidak menjawab lagi.
Keduanyapun kemudian meninggalkan tempat itu untuk
menemui gurunya Kiai Pentog di sarangnya. Esok, wayah bedug, Kiai Pentog ditantang berperang tanding oleh Ki Sangga Geni di tempat itu.
Orang-orang Ngadirejapun menjadi gempar. Berita tentang perang tanding itu segera tersebar. Berbagai tanggapan diberikan oleh orang-orang Nadireja, sehingga dihari itu, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap orang yang berbicara dengan orang lain, tentu menyangkut perang tanding yang akan berlangsung esok wayah bedug.
Orang-orang tua, orang-orang yang masih terhitung muda, anak-anak muda dan remaja, bahwa perempuanpun berbicara tentang perang tanding yang akan berlangsung itu.
"Orang yang menantang perang tanding itu masih belum mengenal, siapakah lawannya berkata seorang laki-laki yang kumisnya sudah ubanan.
Seorang tetangganyapun menyahut sambil menarik nafas panjang "Aku kasihan kepada orang itu. Agaknya orang itu adalah orang yang sombong, yang merasa dirinya memiliki ilmu yang tidak terkalahkan. Tetapi disini, ia akan bertemu dengan Kiai Pentog"
Seorang tetangganya yang lainpun berkata "Seingatku, sudah lebih dari lima orang yang sengaja mencari Kiai Pentog.
Tetapi mereka semuanya telah dibinasakan denga cara yang sangat mengerikan"
Orang yang pertamapun menyahut "Jangan sebut namanya. Lidahmu dapat terbakar. Orang itu memiliki
kekuatan diluar kekuatan manusia sewajarnya, karena ia anak gendruwo dari Gunung Prau"
"Aku menyebut namanya tanpa berniat merendahkannya.
Aku justru menganggapnya orang terkuat yang sulit untuk dikalahkan oleh siapapun juga"
"Orang yang menyebut dirinya Sangga Geni itu adalah
orang keenam. Ia akan mati dengan caia yang sangat
menyakitkan sebagaimana kelima orang yang terdahulu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi seorang yang duduk tidak terlalu jauh dari
merekapun menyahut "Apakah kita tidak berharap, bahwa pada suatu ketika ada orang yang mampu membebaskan
kita?" "Tentu. Tetapi kita tidak dapat meranjak dari kenyataan, bahwa orang itu tidak terkalahkan. Orang-orang yang
mempunyai keberanian untuk mencoba melawannya, akhirnya terpuruk kedalam nasib yang sangat buruk.
Orang-orang itu menarik nafas panjang. Kenyataan itulah yang memang telah terjadi. Jika kemudian tampil seorang lagi, maka akhirnya hanyalah membuat Kiai Pentog menjadi
semakin garang. Bahkan ada juga orang yang berniat memperingatkan Ki Sangga Geni, agar ia membatalkan niatnya untuk berperang tanding.
Ketika kemudian malam turun, tidak seorangpun tahu,
dimana Ki Sangga Geni itu berada. Ia seakan-akan hilang begitu saja dari Ngadireja, sementara ia telah menantang Kiai Pentog untuk berperang tanding.
Tetapi ada juga orang yang justru berharap, Ki Sangga Geni itu tidak bersungguh-sungguh. Tetapi pada saatnya ia tidak berada di tempat.
Tetapi tidak kurang pula orang yang berharap beda.
Seorang diantara mereka bergumam "Dengan mudahnya
orang itu mengalahkan dua orang yang menyebut dirinya murid Kiai Pentog. Jika demikian, apakah tidak berarti bahwa orang itu memiliki ilmu yang sangat tinggi?"
"Yang dikalahkan dengan mudah adalah murid Kiai Pentog.
Mungkin keduanya murid pemula yang belum mampu berbuat apa-apa"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi nampaknya mereka bukan kanak-kanak lagi"
"Ya. Tetapi ia baru saja berada di perguruan Kiai Pentog"
Demikianlah, jika saja dapat didengar bersama-sama, maka diatas
Ngadireja itu tentu berdengung gaung yang menggelarkan langit, pembicaraan tentang perang tanding yang akan terjadi esok wayah bedug.
Dalam pada itu, ketika matahari terbit di Ngadireja di keesokan harinya, maka orang-orang Ngadireja telah sibuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka berniat untuk melihat, meskipun dari kejauhan, perang tanding yang akan terjadi antara Kiai Pentog dengan penantangnya, seorang yang menyebut dirinya Ki Sangga Geni dari Gunung Sumbing.
"Jika Kiai Pentog itu anak genderuwo dari Gunung Prau, apakah Ki Sangga Geni itu juga anak genderuwo dari Gunung Sumbing?" bertanya seseorang.
"Entahlah" jawab tetangganya.
Sebenarnyalah mendekati wayah bedug, orang-orang
Ngadireja, terutama laki-laki, telah bertebaran di sekitar tempat akan dilangsungkannya perang tanding. Menjelang wayah bedug, ternyata Ki Sangga Geni telah memenuhi
janjinya. Ia telah hadir di tempat yang ditentukannya sendiri.
Mumpung belum wayah bedug, seseorang telah memberanikan diri mendekati Sangga Geni itu.
"Ki Sanak" berkata orang itu "Kami seluruh rakyat Ngadireja menaruh harapan kepada Ki Sanak. Tetapi aku ingin
memperingatkan kepada Ki Sanak, bahwa orang yang akan Ki Sanak hadapi adalah bukan orang sewajarnya. Ia adalah anak gcndcruwo dari Gunung Prau. Ia dapat berbuat apa saja yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas kepedulian Ki Sanak. Tetapi harap K i Sanak mengetahui. Aku adalah anak iblis dari Gunung
Sumbing. Tentu saja bukan anak menurut ujud kewadagan.
Tetapi aku mendapatkan ilmu dari Iblis Yang Mulia. Sedangkan ceritcra anak genderuwo itu sudah sering aku dengar sejak aku kecil. Ceritera tentang anak genderuwo itu sama sekali tidak benar. Mungkin anak itu lahir tanpa diketahui siapa ayahnya, sehingga orang-orang disekitarnya menganggapnya anak genderuwo"
"Ki Sanak. Seandainya seperti yang Ki Sanak katakan.
Tetapi orang itu benar-benar orang yang bengis. Aku tahu, bahwa jika orang itu mendengar apa yang aku katakan kepada Ki Sanak, maka akupun akan menjadi korbannya. Tetapi aku harap bahwa orang itu tidak mendengar. Masih ada waktu sebelum wayah bedug hari ini"
"Sudahlah Ki Sanak. Menyingkirlah. Jika harus menjadi korban, biarlah aku yang menjadi korban. Bukan kau dan bukan rakyat Ngadireja"
Orang itu menarik nafas panjang. Sementara itu Ki Sangga Genipun berkata "Menyingkirlah, agar kau tidak dianggap berkhianat oleh Kiai Pentog yang bengis itu"
Orang itupun segera meninggalkan Ki Sangga Geni. Jika waktunya tiba, sedangkan ia masih berbincang dengan orang yang mengaku bernama Sangga Geni, maka ia memang dapat dituduh berkhianat.
Sementara itu, mataharipun beringsut semakin tinggi, sehingga akhirnya matahari itupun sampai ke puncaknya.
"Tengah hari" desis Ki Sangga Geni "Apakah orang yang bernama Kiai Pentog itu tidak mau datang?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ketika Ki Sangga Geni itu memandang berkeliling, maka Ki Sangga Geni itu melihat seorang yang bertubuh tinggi, besar, berdada lebar, berdiri di simpang empat beberapa puluh langkah dari tempat Ki Sangga Geni berdiri. Di belakangnya berdiri dua orang muridnya. Seorang diantara mereka memegang sebuah kapak yang besar. Kapak baja
putih yang berkilat-kilat memantulkan cahaya matahari.
Ki Sangga Genipun kemudian bergeser. Diluar sadarnya Ki Sangga Genipun meraba hulu pedangnya. Pedang yang
daunnya berwarna ke hitam-hitaman dengan pamor yang
bcrkelipan dari pangkal sampai ke ujungnya.
Orang yang berdiri di simpang empat itupun kemudian
melangkah perlahan-lahan mendekati Ki Sangga Geni.
Semakin lama wajahnya menjadi semakin jelas. Seperti yang dikatakan orang, maka wajah orang itu nampak menakutkan.
Tetapi karena ketajaman penglihatan Ki Sangga Geni, maka iapun berdesis "Wajah itu penuh dengan cacat sehingga nampak menakutkan. Agaknya karena itulah maka orang itu disebut anak genderuwo. Sementara itu, Kiai Pentog itu sendiri mempunyai kepentingan dengan sebutan anak genderuwo itu, karena dengan demikian maka ia akan menjadi semakin
ditakuti orang" Ki Sangga Geni itupun kemudian berdiri tegak, menunggu Kiai Pentog menjadi semakin dekat


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa langkah di hadapan Ki Sangga Geni, Kiai Pentog itupun berhenti. Dipandanginya Ki Sangga Geni dengan tajamnya, sehingga seakan-akan matanya yang cekung itu telah menyala.
"Kaukah yang menantang aku?" bertanya Kiai Pentog
kepada Ki Sangga Geni dengan suara yang parau. Namun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara yang parau itu ternyata telah menggetarkan udara disekitarnya. bahkan getaran itu bagaikan mengetuk-ketuk jantung didalam dada.
Orang-orang yang berada disekitar tempat itu pada jarak yang agak jauh, merasakan getar itu, sehingga dada mereka telah berguncang-guncang.
Ki Sangga Geni justru tertawa. Katanya "Selamat siang Kiai Pentog. Aku memang ingin berkenalan dengan orang yang dengan kukunya mampu mencengkam kademangan Ngadireja dan sekitarnya, sehingga sangat ditakuti oleh sesama. Semua kemauannya harus terjadi dan bahkan ke-mauannya yang tidak wajar sekalipun"
"Ya. Semua yang aku kehendaki harus terjadi" suaranya menjadi semakin parau "sekarang kau datang untuk
melintangkan diri di hadapan langkahku di Ngadireja dan sekitarnya ini"
"Benar" sahut Ki Sangga Geni "Aku sudah muak mendengar ceritera tentang seorang yang dengan mutlak menguasai satu lingkungan
Prabarini 2 Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Badai Awan Angin 5

Cari Blog Ini