Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 26
"Terima kaish, Ki Panji Suranegara. Kami semuanya baik-baik saja"
"Sukurlah. Mudah-mudahan kalian baik-baik saja untuk seterusnya"
"Terima kasih, Ki Panji"
"Disamping menengok keselamatan Ki Udyana berdua serta seluruh isi padepokan ini, kami juga ingin menyampaikan pesan Ki Tumenggung Singaprana. Salam Ki Tumenggung
bagi Ki Udyana berdua serta para penghuni padepokan ini"
"Terima kasih, Ki Panji. Tolong sampaikan kepada Ki
Tumenggung, bahwa kami mengucapkan terima kasih. Salam kami kepada Ki Tumenggung dan semua jajarannya."
"Aku akan menyampaikannya, Ki Udyana "Ki Panji itu
berhenti sejenak. Kemudian katanya "Selain salam bagi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh isi padepokan, Ki Tumenggung Singaprana juga memberikan pesan yang lain"
"Pesan apa Ki Panji"
"Ki Tumenggung Singaprana berpesan, agar Ki Udyana dan para penghuni padepokan ini mencabut papan-papan yang kalian pancangkan di tanah milik Ki tumenggung Singaprana.
Besok Ki Tumenggung sendiri akan memancangkan patokpatok bambu yang beberapa waktu yang lalu, pernah kalian cabuti. Ki Tumenggung juga akan memasang gawar lawe.
Supaya hubungan kita tetap baik, maka sebaiknya kita masing-masing menjaga diri agar tidak saling bersinggungan"
"Aku setuju, Ki Panji. Agar hubungan kita tetap baik, aku minta Ki Panji Suranegara serta Ki Tumenggung Singaprana menghormati milik kami. Kami memancangkan papan-papan itu di sawah kami sendiri. Kami tidak akan mengganggu Ki Panji Suranegara serta Ki Tumenggung Singaprana"
"Jangan begitu, Ki Udyana. Tanah itu bukan milik Ki
Udyana. Tanah itu milik Kangjeng Sinuhun. Karena itu, maka sebaiknya papan-papan yang kalian paang itu kalian
singkirkan" "Ki Panji" berkata ki Udyana kemudian "Aku sudah melihat sendiri papan-papan yang dipancangkan di sawah saudara-saudara kita di padukuhan Randu Batang dan padukuhan Kasinungan. papan itu tidak menyatakan bahwa tanah itu milik Kangjeng Sinuhun. Tetapi tulisan di papan itu menyatakan bahwa tanah di padukuhan Randu Batang dan padukuhan
Kasinungan itu milik Ki Tumenggung Singaprana"
Ki Panji Suranegarapun tertawa. Katanya "Kami hanya
mengambil mudahnya saja. Tanah disinipun nanti akan kami nyatakan sebagai tanah Ki Tumenggung Singaprana, karena Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Singapranalah yang mendapat tugas dari
Kangjeng Sinuhun" "Ki Panji. Jangan memperbodoh kami. Kami tahu apa yang sebenarnya Ki Panji lakukan bersama Ki Tumenggung
Singaprana. Karena itu maka sebaiknya Ki Panji menarik diri.
Bukan saja dari tanah milik padepokan kami. Tetapi juga dari padukuhan Randu Batang dan padukuhan Kasinungan. Bukan malahan memperluas dosa Ki Panji terhadap rakyat
padukuhan-padukuhan lain"
"Ki Udyana" berkata Ki Panji kemudian "Aku tahu bahwa Ki Udyana sudah terkena racun dari Ki Rangga Kriyadipraja.
Sebenarnyalah bahwa Ki Rangga Kriyadipraja sendirilah yang dengan serakah ingn memiliki tanah disekitar pasanggrahan yang akan dibuatnya. Karena itu pikirkan baik-baik, Ki Udyana.
Esok pagi kami akan memasang patok-patok itu, serta gawar lawe untuk menyatakan bahwa tanah itu sudah diambil
kembali oleh Kangjeng Sinuhun. Jika Ki Udyana tidak
menyingkirkan papan-papan yang dipasang di sawah itu oleh penghuni padepokan
ini, maka kamilah yang akan menyingkirkannya. Jangan mimpi untuk dapat melawan kami sekarang. Bahkan jika kalian melawan itu berarti bahwa kalian telah memberontak, bukan saja sawah-sawah itu yang akan kami
ambil, tetapi kami berwenang menghancurkan padepokan ini" "Ki Panji tentu tahu sikap seorang cantrik terhadap
padepokannya. Kami akan mempertahankan padepokan kami dengan mempertaruhkan nyawa kami"
"Bagus" Ki Panji Suranegara itupun tertawa "Besok kita akan melihat, apa yang dapat kalian lakukan. Besok Ki Tumenggung Singaprana sendirilah yang akan menancapkan patok-patok itu di sawah kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Besok siang patok-patok itu dipaang, maka besok malam kami akan mencabutinya lagi. Demikian seterusnya. Karena tempat tinggal kami dekat dengan sawah itu, maka kami akan dapat melakukannya sampai kapanpun"
"Kau jangan menganggap bahwa kami hanya sekedar main-main, Ki Udyana. Jangan pula menganggap bahwa kami hanya sekedar mengancam. Tetapi kami akan melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Kami akan datang. Kami akan menancapkan patok-patok bambu itu"
"Kamipun tidak hanya sekedar mengancam Ki Panji. Besok kami akan datang mencabuti patok-patok bambu itu. Atau bahkan mencegah kalian menyingkirkan papan-papan yang telah kami pasang"
"Nampaknya kau memang menantang kami, Ki Udyana"
"Jika sikap kami itu Ki Panji terjemahkan sebagai satu tantangan, maka terserah saja. Tetapi yang pasti, bahwa kami tidak akan tunduk kepada Ki Panji Suranegara serta Ki Tumenggung Singaprana. Kecuali jika Ki Tumenggung itu membawa pertanda perintah dari Mataram atau Surat
Ketetapan untuk mengambil tanah kami atas kehendak
Kangjeng Sinuhun" "Jadi pakaian seragam kami serta kedudukan kami masih belum meyakinkan Ki Udyana"
"Maaf, Ki Panji. Kami tidak mempercayai Ki Panji
Suranegara serta Ki Tumenggung Singaprana"
"Baik. Jika demikian kami akan membuktikan besok, bahwa kami akan dapat melakukan sebagaimana kami katakan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silahkan, Ki Panji. Tetapi kamipun akan membuktikan, apa yang kami nyatakan, bahwa kami akan mempertahankan milik kami"
Ki Panji Suranegarapun kemudian mkeninggalkan padepokan itu dengan wajah yang gelap. Bahkan iapun
menggeram "Besok mereka akan tahu, bahwa Ki Tumenggung Singaprana dan Ki Panji Suranegara tidak dapat mereka permainkan"
"Ki Panji" berkata salah seorang pengawalnya "Kenapa Ki Tumenggung tidak saja diminta langsung menyerang
padepokan itu" "Sebenarnya itu akan lebih baik. Tetapi agaknya Ki
Tumenggung Singaprana ingin membasmi sawah yang
menjadi sengketa itu dengan darah orang-orang yang berani melawannya. Biarlah orang-orang padukuhan disekitamya melihat, bahwa Ki Tumenggung benar-benar akan melakukan sebagaimana dikatakan. Jika hal itu dilakukan didalam padepokan, maka tidak banyak orang yang akan melihat kesungguhan Ki Tumenggung itu. Biarlah orang-orang yang mencoba untuk mengeraskan hatinya melihat, bahwa
kematian kitu benar-benar terjadi atas mereka yang berani melawan prajurit Mataram"
Namun pengawal yang lain justru bertanya "Apakah
tindakan seperti ini dibenarkan oleh para pemimpin di Mataram?"
"Siapakah yang sekarang sempat memperhatikan" Para
pemimpin sedang sibuk mempersiapkan pasukan yang besar yang akan pergi ke Timur. Mereka tentu tidak akan
memperhatikan peristiwa-peristiwa kecil seperti ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pertemuan Ki Panji dengan Ki Udyana itu dilaporkan kepada Ki Tumenggung Singaprana yang kemudian telah
berada di Randu Batang, maka Ki Tumenggung menjadi
sangat marah. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Ki Panji, Ki Tumenggung Singaprana akan menghancurkan keberanian
para cantrik di tengah-tengah sawah. Tidak di padepokannya.
"Aku tidak peduli seandainya ada diantara mereka yang benar-benar mati di perkelahian itu. Mereka harus mendapat sedikit pelajaran, bahwa seperti itulah akibat pemberontakan mereka terhadap prajurit Mataram"
Hari itu, perintah Ki Tumenggung Singaprana telah
disampaikan kepada para prajurit yang berada di padukuhan Randu Batang, padukuhan Kasinungan dan padukuhan
Kembang Aram. Mereka harus mempersiapkan diri pagi-pagi.
Pada saat matahari terbit, mereka akan pergi ke sawah, menyingkirkan papan-papan yang telah dipasang oleh para penghuni padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu serta memasang patok-patok serta gawar lawe. Tetapi para prajurit itu harus siap menghadapi perlawanan para cantrik dari padepokan itu.
"Para cantrik adalah orang-orang gila yang nalarnya tidak dapat berkembang. Mereka hanya melakukan perintah
gurunya apapun isi perintah itu. Bahkan seandainya mereka diperintah untuk membunuh dirinya sendiri" berkata Ki Tumenggung Singaprana.
Ki Rangga Kriyadipraja yang berada di padukuhan
Kembangarum telah berusaha untuk memperingatkan Ki
Rangga Surawiraga, bahwa mereka telah menempuh jalan yang keliru.
Tetapi Ki Rangga Surawiraga justru mentertawakannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan berada di sawah" berkata Ki Rangga Kriyadipraja
"Aku akan melihat apa yang terjadi"
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 24 Tamat AKU peringatkan Ki Rangga Kriyadipraja, jangan berada di pihak para cantrik. Ketika terjadi pengambil alihan tanah di Randu Batang. Ki Rangga justru berada diantara rakyat Randu Batang. Itu akan dapat membahayakan diri Ki Rangga Kriyadipraja sendiri" "Aku adalah seorang prajurit yang tegak pada sikap keprajuritanku, Ki Rangga Surawiraga. Karena prajurit itu adalah bagian dari rakyat, maka aku akan berada diantara rakyat. Termasuk rakyat yang tinggal di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu bersama para prajuritku"
"Ki Rangga Kriyadipraja agaknya memilih tempat yang sulit.
Tetapi baiklah. Jika terjadi sesuatu pada Ki Rangga
Kriyadipraja, jangan salahkan kami"
"Terjadi sesuatu atau tidak, sejak semula aku sudah
menyalahkan Ki Tumenggung Singaprana" jawab Ki Rangga Kriyadipraja.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus. Tetapi sikap Ki Rangga Kriyadipraja itu tidak akan merubah sikap Ki Tumenggung Singaprana"
"Aku tahu. Tetapi akupun akan tetap berada di tempatku"
Demikianlah, maka Ki Tumenggung Singaprana telah
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Esok pagi-pagi pasukannya yang kuat akan berangkat ke sawah untuk
melawan orang-orang padepokan yang tidak mau tunduk
kepadanya. Pasukannya yang berada di Randu Batang, di Kasinungan dan di Kembangarum akan bergabung menjadi satu pasukan yang kuat. Yang akan dengan mudah menundukkan
perlawanan para cantrik. Namun pada hari itu, Ki Udyanapun telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya pula. Para cantrikpun benar-banar telah siap menghadapi segala kemungkinan. Bahkan isi padepokan yang dipimpin Ki Udyana itu napak lebih bergelora.
Ki Rangga Kiryadipraja dan prajuritnya yang hanya
beberapa orangpun telah berada di padepokan itu pula. Ki Rangga benar-benar berpegang teguh pada sikap seorang prajurit yang berkewajiban melindungi rakyatnya.
Malam itu memang terasa menjadi tegang oleh para
penghuni padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Esok mereka harus berhadapan dengan para prajurit Mataram yang kuat. Mereka akan berhadapan dengan para prajurit Mataram yang berada di Randu Batang, di Kembang Arung dan di Kasinungan.
Tetapi para cantrik dari padepokan itu sudah bertekad untuk tidak melepaskan sejengkal tanahpun kepada Ki
Tumenggung Singaprana. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak akan mau menjadi korban keserakahan
seseorang" berkata Wikan kepada para cantrik.
Di hari berikutnya, di pagi-pagi sekali, seisi padepokan itu sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Mereka akan pergi ke sawah untuk mempertaruhkan sawah mereka. Mungkin
mereka benar-benar harus bertempur melawan para prajurit Mataram. Benar-benara bertempur dengan mempertaruhkan nyawa mereka.
"Senyari bumi" berkata para cantrik itu dihatinya "Senyari bumi akan dipertahankan sampai mati"
Ketika langit menjadi terang, maka seisi padepokan itupun telah bersiap. Diantara mereka terdapat prajurit Mataram dalam kelengkapan pakaian serta ciri-ciri keprajuritan mereka.
Jika pengaruh para prajurit yang dipimpin Ki Rangga
Kiryadipraja itu dapat meredamkan niat Ki Tumenggung Singaprana, maka tidak akan terjadi pertempuran. Tetapi jika Ki Singarprana tetap pada pendiriannya, maka memang akan terjadi perang.
Sebelum berangkat, Wikanpun telah memberikan beberapa pesan kepada Tanjung, agar ia menjaga Tatag baik-baik.
"Jangan biarkan anak itu pergi. Jika ia berlari ke sawah untuk melihat perang, maka pengaruhnya akan kurang baik baginya. Apalagi dipertempuran itu benar-benar terjadi sentuhan senjata sehingga melukai seseorang. Selain itu, Tatag terlalu sering membuka bajunya dimana-mana. Noda hitam didadanya itu akan dapat dilihat oleh banyak orang diluar lingkungan kita"
"Ya, kakang. Aku akan menjaganya dengan baik. Aku tidak akan melepaskannnya keluar"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan menarik nafas panjang. Ditepuknya pipi anaknya yang masih tidur nyenyak itu. Wikan sengaja tidak
membangunkannya, meskipun langit sudah menjadi semakin terang.
Demikianlah, menjelang matahari terbit, maka seisi
padepokan itu telah bersiap. Ki Rangga Kriyadiprajapun kemudian membawa mereka keluar dari padepokan untuk
pergi ke sawah. Mereka akan menyelamatkan sawah-sawah mereka.
Meskipun tidak akan membiarkan pertanda kepemilikan mereka yang terpancang pada papan-papan yang mereka pasang di sawah mereka dicabuti.
Ketika mereka berjalan di jalan yang membujur diantara kotak-kotak sawah mereka, maka di kejauhan merekapun melihat iring-iringan prajurit Mataram di bawah pimpinan langsung Ki Tumenggung Singaprana.
"Biarlah aku berbicara dengan Ki Tumenggung Singaprana"
berkata Ki Rangga Kiryadipraja.
Ki Rangga itupun kemudian berjalan di paling depan.
Bahkan bersama dua orang Ki Rangga itu telah mendahului iring-iringan para prajurit nya serta para cantrik.
Bahkan seorang Lurah prajurit yang mengambil alih
pimpinan telah mengisyaratkan agar iring-iringan dari padepokan yang di pimpin Ki Udyana itu berhenti.
Sementara itu, Ki Rangga Kriyadipraja yang mendahului iring-iringan dari padepokan itu langsung menemui Ki Tumenggung Singaprana yang memimpin pasukannya yang
ternyata cukup besar. "Ki Tumenggung" berkata Ki Kirayadipraja setelah mereka berdiri berhadapan "Apakah Ki Tumenggung masih akan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanjutkan niat Ki Tumenggung merampas tanah padepokan itu?"
"Ki Rangga. Aku sudah memperingatkan Ki Rangga, agar Ki Rangga tidak usah mencampuri persoalanku. Biarlah aku yang mempertanggung jawabkannya kepada siapapun. Sedangkan sebaiknya Ki Rangga menyelesaikan urusan Ki Rangga sendiri.
Uruslah tanah yang akan kau pergunakan tanah untuk
membangunkan lingkungannya yang serasi dengan pesanggrahan itu. Atau mungkin untuk kepentingan- kepentingan yang lain. Aku berjanji untuk tidak mengganggumu" "Ki Tumenggung. Seperti yang sudah beberapa kali aku katakan kepada Ki Tumenggung langsung atau tidak langsung, bahwa yang Ki Tumenggung lakukan itu jelas akan
mengganggu tugas-tugasku. Karena itu, maka aku akan tetap menghalangi niat Ki Tumenggung. Bahkan aku akan minta agar Ki Tumenggung mengembalikan TanahRakyat di Randu Batang dan di Kasinungan"
"Bicaramu menjadi semakin tidak terarah, Ki Rangga.
Sudahlah. Sekarang ajak para cantrik itu pergi. Jika kau ajak mereka mempertahankan sawahnya,itu akan berarti bahwa kau sudah mempertahankan sawahnya, itu akan berarti bahwa kau sudah membawa mereka kedalam petaka. Sementara itu, prajurit yang kau bawa jumlahnya terlalu sedikit untuk mencegah prajurit-prajuritku yang akan menyingkirkan papan-papan yang sangat menyinggung perasaan itu. Prajurit-prajuritku hari ini tidak sekedar membawa tongkat-tongkat kayu. Tetapi mereka membawa senjata yang benar-benar dapat menggores tubuh para cantrik itu. Ujungnya benar-benar dapat menghunjam ke dalam perut mereka. Tolong, katakan kepada para cantrik itu. Sedangkan para prajuritmu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu sudah tahu, bahwa senjata yang kami bawa sekarang itu akan dapat benar-benar membunuh mereka"
"Cantrik yang datang bersamaku cukup banyak, Ki
Tumenggung. Jauh lebih banyak dari para cantrik yang pernah kau hadapi sebelumnya. Semalam Ki Udyana sempat
mengerahkan saudara-saudara seperguruannya serta murid-muridnya untuk mempertahankan hak mereka"
"Akibatnya akan menjadi semakin buruk, Ki Rangga.
Seharusnya Ki Rangga dapat menasehatkan kepada mereka, agar mereka tidak melakukan hal itu. Karena dengan
demikian, korban akan semakin banyak berjatuhan. Meskipun jumlah mereka cukup banyak, tetapi jika mereka tidak memiliki bekal ilmu yang cukup, maka mereka akan menjadi sulung yang menyurukkan diri ke perapian"
"Mereka adalah murid-murid dari sebuah padepokan yang telah mendapat bekal olah kanuragan. Sementara itu, aku dan prajurit-prajuritku akan menjadi saksi, bahwa perlawanan yang mereka berikan adalah perlawanan yang wajar. Mereka tidak
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat dikatakan memberontak, karena mereka mempertahankan hak mereka yang akan Ki Tumenggung
rampas" "Cukup. Kembalilah kepada mereka. Katakan kepada
mereka, bahwa sebaiknya mereka kembali ke padepokan. Jika mereka tetap pada niat mereka untuk melawan, maka korban yang akan jatuh sama sekali bukan tanggung-jawabku"
"Baiklah. Jika demikian, maka pertempuran tidak akan dapat dihindari. Tetapi seperti yang akan katakan, aku akan berdiri di pihak Ki Udyana"
"Kau memang bodoh, Ki Rangga" berkata Ki Rangga
Surawiraga "sebaiknya kau dapat bekerja-sama dengan Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung seperti aku. Bukankah kerja-sama ini menjanjikan sesuatu yang menarik" Ki Tumenggung Yudapangarsa tidak akan memberikan kenang-kenangan
sebanyak yang dapat diberikan oleh Ki Tumenggung
Singaprana. Sementara itu, Ki Tumenggung Yudapangarsapun tidak akan dapat bertindak apa-apa terhadap kami. Tidak ada prajurit cukup untuk mengendalikan pasukanku di Mataram sekarang. Apalagi bersama pasukan yang sudah berada di Randu Batang dan di Kasinungan"
"Kerja-sama yang Ki Rangga lakukan menjanjikan apa"
Uang yang banyak" Atau apa?"
Ki Rangga Surawiraga tertawa. Namun yang menyahut
adalah Ki Panji Suranegara "Jangan pura-pura tidak tahu, Ki Rangga. Jika kau mati-matian membela kepentingan tugas Ki Tumenggung Yudapangarsa itu, apa yang kau kehendaki?"
"Bukankah itu sudah kewajibanku sebagai seorang
prajurit?" "Tentu tidak hanya itu. Beaya untuk membangun sebuah pasanggrahan tentu sangat besar, meskipun disebut sebagai pesanggrahan kecil. Nah, seberapa banyak bagian yang akan kau peroleh dari sana?"
"Aku sudah digaji untuk itu"
"Hanya gaji saja" Berapa gajimu sebulan?"
Ki Rangga Kriyadipraja menggeratakkan giginya. Wajahnya menjadi merah, sementara jantungnya terasa bagaikan
membara" Namun Ki Rangga masih berusaha mengendalikan dirinya.
Karena itu, maka iapun kemudian berkata "Baiklah Ki
Tumenggung, Ki Rangga dan Ki Panji. Jalan yang kita pilih http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang berbeda. Silahkan kalian memilih jalan kalian dan aku akan memilih jalanku. Mungkin jarak kita akan menjadi semakin jauh jika kita beradu punggung. Tetapi mungkin jalan kita akan berbenturan jika kita berada dada"
"Bagus. Bawa prajurit-prajuritmu itu kemari. Bawa para cantrik itu turun ke sawah, karena kami akan segera
menyingkirkan papan-papan yang bertuliskan kata-kata yang sangat menyinggung perasaan kami"
"Menyinggung apa" Bukankah itu hak mereka untuk
menulisi papan itu dengan kata-kata bahwa tanah itu milih padepokan" Bukankah tanah-tanah itu memang milik
padepokan?" "Apapun yang kau katakan, Ki Rangga. Kami akan tetap melakukannya. Bersiaplah. Jika kalian akan menghalangi, lakukanlah. Tetapi sekali lagi aku peringatkan, bahwa jika ada korban yang jatuh, maksudku benar-benar terbunuh dan mati, itu bukan tanggung-jawabku"
"Aku adalah saksi, bahwa kalian telah melakukan
perampasan dan pembunuhan disini"
"Kalau kau mati, maka kau tidak akan dapat bersaksi"
"Setiap prajurit akan dapat bersaksi. Bahkan setiap cantrik akan bersaksi. Atau kalian memang akan menumpas kami semua serta para cantrik yang masih berada di padepokan?"
"Persetan. Lakukan apa yang akan kalian lakukan. Kami akan melakukan yang kami anggap baik untuk kami lakukan"
Ki Rangga Kriyadipraja itupun kemudian meninggalkan Ki Tumenggung Singaprana serta para prajuritnya yang ternyata jumlahnya cukup banyak. Tetapi isi padepokan yang turun ke sawah itupun jumlahnya cukup banyak pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darah Ki Rangga itupun serasa mendidih didalam tubuhnya ketika ia mendengar Ki Tumenggung Singaprana itu berteriak
"Ki Rangga. Mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi. Ki Rangga akan dimakamkan dengan upacara kebesaran oleh para cantrik itu dan memuja Ki Rangga sebagai seorang pahlawan. Tetapi semuanya itu tidak akan ada gunanya bagi Ki Rangga, karena Ki Rangga tidak akan merasakan sanjungan pada mayat Ki Rangga"
Suara tertawapun meledak. Ki Rangga Surawiraga, Ki Panji Suranegara dan beberapa pemimpin kelompok prajurit yang berdiri
di belakang mereka bertiga itupun tertawa berkepanjangan. "Kau tertawa sekarang, Ki Tumenggung. Tetapi nanti kau akan menangis. Tidak hanya hari ini, tetapi untuk hari-harimu yang panjang"
Ki Tumenggung Singaprana tertawa semakin keras.
Ki Rangga Kriyadipraja tidak menghiraukannya lagi. Iapun kemudian berjalan dengan cepat menemui Ki Udyana dan para pemimpin isi padepokan itu.
"Kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali bertempur"
berkata Ki Rangga. "Baiklah. Jika demikian, apaboleh buat" desis Ki Udyana.
Ki Udyanapun kemudian segera memberikan isyarat, agar orang-orangnya siap menyebar. Mereka harus mencegah para prajurit itu mencabuti papan-papan yang ditulisi pernyataan, bahwa tanah itu milik padepokan. Bahkan para prajurit Ki Tumenggung Singaprana itu telah mempersiapkan papan-papan yang bertuliskan pernyataan, bahwa tanah itu adalah tanah milik Ki Tumenggung Singaprana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika matahari mulai naik, maka Ki Tumenggung
Singaprana yang berdiri dihadapan para prajuritnya itu maju beberapa puluh langkah. Dengan kepala tengadah iapun berkata "Aku akan memberi kesempatan terakhir kepada kalian. Aku akan melangkah kembali kepasukanku. Jika aku sampai ke pasukanku, kalian masih belum memanfaatkan kesempatan terakhir yang aku berikan untuk meninggalkan tempat
ini, maka kami akan turun ke
sawah dan menyingkirkan papan-papan itu, sekaligus memasang papan-papan yang sudah kami siapkan"
Ki Tumenggung tidak menunggu lagi. Iapun segera berbalik dan berjalan kembali ke pasukannya.
Berbareng dengan itu, maka Ki Udyanapun telah
memberikan perintah pula kepada orang-orangnya untuk segera menyebar.
Nampaknya para cantrik masih merasa sayang kepada
tanaman-tanaman mereka. Karena itu, maka merekapun
segera menyebar lewat pematang, sehingga mereka tidak menginjak-injak tanaman mereka. Meskipun mereka sadar, jika benar-benar terjadi benturan, maka tenaman-tenaman mereka itupun akan terinjak-injak pula seperti yang pernah terjadi"
Ki Tumenggung Singapranapun merasa, bahwa orangorang padepokan itu sama sekali tidak menghargainya, apalagi ketakutan atas ancamannya. Mereka dengan tegas telah menjawab kesempatan yang disebutnya sebagai peringatan terakhir itu dengan langkah yang tegar untuk menentangnya.
Karena itu, maka Ki Tumenggung itupun segera menjatuhkan perintah "Lakukan. Singkirkan papan-papan yang mereka pasang, dan ganti dengan papan-papan yang sudah kita
siapkan. Jika mereka melawan dan apalagi http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membahayakan bagi kalian, terserah apa yang akan kalian lakukan"
Demikianlah, maka para prajurit itupun segera menghambur. Mereka sama sekali tidak menghiraukan
tanaman yang tumbuh subur di kotak-kotak sawah. Mereka langsing terjun dan menginjak-injak tanaman itu.
Para penghuni padepokan yang melihat para prajurit itu mulai bergerak, maka merekapun tidak mempunyai pilihan, meskipun mungkin merekapun akan menginjak-injak tanaman pula.
Meskipun terasa betapa beratnya merusak apa yang
mereka pelihara dengan penuh kecintaan sehingga tanaman-tanaman itu tumbuh dengan subur, namun merekapun harus turun pula.
"Kami harus melindungi sawah-sawah kami dari keserakahan orang-orang itu"
Sebenarnyalah bahwa telah terjadi pertempuran diantara para prajurit Mataram melawan sekelompok kecil prajurit yang dipimpin oleh Ki Rangga Kriyadipraja. Namun orang-orang dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun cukup banyak pula. Merekapun kemudian menebar dan siap menyerang dari beberapa arah.
Sejenak kemudian telah terjadi pertempuran yang sengit.
Ternyata orang-orang padepokan itu bukan orang kebanyakan. Dalam pertempuran yang sengit, maka merekapun menunjukkan, betapa mereka mampu mengimbangi kemampuan para prajurit Mataram.
Ki Udyana sendiri langsung berhadapan dengan Ki
Tumenggung Singaprana. Sementara itu, Wikan telah
menemukan lawannya pula. Ki Rangga Surawiraga. Sedangkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Rangga Kriyadipraja bertempur melawan Ki Panji
Suranegara. Pertempuran diantara merekapun menjadi semakin sengit.
Ki Tumenggung Singaprana adalah seorang Senapati yang memiliki ilmu yang tinggi serta pengalaman yang luas. Tetapi yang dihadapinya adalah Ki Udyana yang sudah tuntas
menyadap ilmu dari gurunya yang telah menyerahkan
pimpinan padepokannya itu kepadanya.
Tetapi sebenarnyalah bahwa Ki Tumenggung Singaprana
yang pernah menjelajahi medan perang di banyak penjuru tanah ini, merasa heran, bahwa pemimpin padepokan di tempat yang jauh itu ternyata memiliki kemampuan yang dapat mengimbanginya.
Ki Rangga Surawiraga yang juga seorang Senapati perang yang
membanggakan kemampuannya, ternyata telah membentur ilmu seorang yang masih terhitung muda yang mampu menandinginya.
"Gila anak ini" geram Ki Rangga Surawiraga "dimana kau mempelajari ilmu itu" Dari iblis bukit kapur itu?"
Wikan tertawa pendek. Katanya "Apakah benar kau seorang Senapati Mataram"
Menurut pendengaranku, Mataram memiliki Senapati yang berilmu tinggi, sehingga pasukannya yang melawat ke tempat yang jauh, dapat berhasil"
"Aku akan mengoyakkan mulutmu" Ki Rangga Surawiraga
berteriak marah. "Pantas bahwa kau tidak dibawa dalam perlawanan ke
Timur beberapa saat mendatang. Ternyata kau memang tidak dapat berbuat apa-apa. Jika kau sempat menjadi seorang Rangga, mungkin karena kau dapat menyuap para Senapati http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lebih tinggi yang mempunyai wewenang untuk
mengusulkan kenaikan pangkatmu"
"Persetan kau anak iblis. Jangan berbangga dengan tingkat kemampuanmu yang mampu menghentak pada benturan
pertama iku. Tetapi pada saat ilmuku telah mapan, maka bukan apa-apa bagiku"
"Kapan ilmumu menjadi mapan" Nanti, besok atau setelah kau dipenjara karena tingkahmu sekarang ini?"
Ki Rangga Surawiraga menjadi sangat marah. Dengan
garangnya iapun menyerang Wikan yang sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Sambil menghindari serangan Ki Rangga Surawiraga,
Wikanpun berkata "Ternyata kau sudah mengkhianati
atasanmu. Kau seharusnya menjunjung tugas yang dibebankan kepadamu, tetapi kau justru berbuat sebaliknya"
"Diam. Apakah sudah terbiasa bagimu untuk bertempur
sambil bergeramang?"
Wikan tertawa. Suara tertawa Wikan telah membuat Ki
Rangga Surawiraga menjadi semakin marah. Karena itu, maka serangan-serangannyapun menjadi semakin garang.
Tetapi Wikan masih saja mampu mengimbanginya. Wikan
yang juga sudah mewarisi ilmunya dengan tuntas.
Yang bertempur disisi lain adalah Ki Rangga Kriyadipraja melawan Ki Panji Suranegara. Meskipun Ki Panji Suranegara adalah seorang Senapati yang agak liar yang bahkan terbiasa melakukan tindakan-tindakan sesuka hati sendiri, sehingga sering mendapat tegoran-tegoran dari atasannya, namun menghadapi Ki Rangga Kriyadipraja, Ki Sanji merasa semakin tertekan. Meskipun demikian, ia masih mencoba untuk
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membebaskan hatinya sendiri "Ki Rangga. Bukankah Ki
Rangga bukan seorang prajurit yang terbiasa berada di medan pertempuran" Ki Rangga Kiryadipraja adalah seorang prajurit yang terbiasa berada di tengah-tengah bangunan yang sedang digarap. Ki Rangga Kriyadipraja adalah seorang yang lebih akrab dengan alat-alat pertukangan daripada senjata. Mungkin Ki Rangga mampu memimpin pelaksanaan pembuatan
pasanggrahan itu. Tetapi tempat Ki Rangga bukan disini"
"Mungkin Ki Panji. Mungkin aku adalah seorang prajurit pekerja. Sedangkan Ki Panji adalah prajurit yang terbiasa berkelahi dan bertarung. Di medan perang atau di tempat sabung ayam. Tetapi kita akan melihat saja, siapakah yang akan keluar dari pertempuran ini dengan membawa
kemenangan" "Persetan kau Ki Rangga. Jangan menyesal jika aku nanti membunuhmu"
Ki Rangga Kiryadipraja hanya tersenyum saja. Tetapi ia tidak menjawab lagi.
Demikianalah pertempuranpun menjadi semakin sengit.
Para prajurit yang berada di pihak Ki Tumenggung
Singapranapun telah meningkatkan kemampuan mereka.
Mereka merasa tersinggung, bahwa sebagai prajurit Mataram, mereka tidak dapat segera menguasai para cantrik dari sebuah padepokan yang tidak terlalu banyak dikenal.
Pertempuran itupun semakin lama menjadi semakin seru.
Para prajurit yang berada di bawah pimpinan Ki Tumenggung Singapranapun sudah meningkatkan ilmu mereka semakin tinggi. Namun mereka tidak segera berhasil mendesak para cantrik. Bahkan para cantrik itulah yang semakin mendesak mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Ki Tumenggung Singapranapun kehilangan
kesabarannya. Dengan lantang iapun berteriak "Lakukan apa yang baik menurut kalian. Orang-orang padepokan itu telah menjadi keras kepala. Mereka telah berani melawan prajurit Mataram, sehingga mereka dapat kita anggap sebagai
pemberontak yang harus di hancurkan. Tangkap yang
menyerah. Yang berkeras melawan, hentikan perlawanan mereka dengan cara apapun juga"
"Perintah itu tegas bagi para prajurit. Yang berkeras untuk melawan, harus dihentikan. Jika ada yang terbunuh, itu adalah salah mereka sendiri"
Seperti yang dikatakan oleh Ki Tumenggung Singaprana, para prajurit itu tidak sekedar membawa tongkat pemukul dari kayu dan rotan. Tetapi mereka telah mencabut pedang-pedang mereka.
Ki Rangga Kriyadipraja yang meloncat surut untuk
mengambil jarak berteriak "Ki Tumenggung Singaprana.
Pedang para prajurit itu dibeli dengan uang rakyat Mataram yang dikumpulkan lewat berbagai macam pajak. Apakah ujung pedang itu sekarang akan kau arahkan kepada jantung rakyat ini sendiri?"
"Mereka adalah rakyat yang tidak patuh. Mereka pantas untuk dihukum sebagaimana hukuman seorang pemberontak"
"Apakah kau kira rakyat itu tidak tahu apa yang kau lakukan disini" Apakah kau kita mereka tidak mengerti, bahwa kalian telah memeras mereka dengan kedok wajah prajurit Mataram"
"Persetan kau Kriyadipraja. Kaulah yang akan mati lebih dahulu, agar kau tidak dapat bersaksi atas peristiwa-peristiwa di daerah ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi jawaban Ki Rangga Kriyadipraja adalah aba-aba
"Para prajurit yang setia kepada tugasnya, tarik pedangmu.
Kita akan menghancurkan mereka yang telah menodai nama baik para prajurit. Marilah para cantrik di padepokan Ki Udyana. Tunjukkan kesetiaanmu kepada Mataram dengan
mempertahankan hak kalian"
Demikian para prajurit yang dipimpin oleh Ki Tumenggung Singaprana itu menarik pedang mereka, maka para prajurit yang berpihak kepada Ki Rangga Kriyadiprajapun telah menarik pedang mereka pula. Meskipun jumlah mereka jauh lebih kecil dari para prajurit yang berpihak kepada Ki Tumenggung
Singaprana, namun bersama-sama para penghuni padepokan, mereka merupakan kekuatan yang
sangat besar. Dengan aba-aba yang diteriakkan oleh Ki Rangga
Kriyadipraaja itu, maka para prajurit yang jumlahnya hanya sedikit itu, serta para penghuni padepokan yang berjumlah lebih banyak, telah menebar dan akhirnya mereka merupakan bulatan gelang yang mengepung para prajurit yang dipimpin oleh Ki Tumenggung Singaprana.
Ki Tumenggung Singaprana menjadi sangat marah melihat gelar para prajurit yang dipimpin Ki Rangga Kriyadipraja serta para penghuni padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Bagi Ki Tumenggung, gerakan para penghuni padepokan itu adalah gerakan yang sangat menyakitkan hati, seakan-akan mereka dapat mengepung dan membatasi gerak para
prajuritnya Karena itu, maka Ki Tumenggung itupun kemudian
berteriak "Pecahkan kepungan itu. Ternyata mereka adalah orang-orang yang sombong, yang mengira bahwa mereka
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat mengepung dan membatasi perlawanan kita"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah para prajurit yang dipimpin o leh Ki Rangga Surawiraga itupun segera berusaha membentur dinding
kepungan yang tipis. Namun kepungan itu ternyata sangat lentur. Bahkan para penghuni padepokan itu, memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempertahankan lingkaran kepungan itu agar tidak terkoyak. Setiap kali orang-orang yang berdiri di kepungan itu dengan cepat bergeser,
memperkuat sisi-sisi yang berusaha dikoyakkan oleh para prajurit yang berpihak kepada Ki Tumenggung Singaprana, Ki Rangga Surawiraga serta Ki Panji Suranegara.
Ternyata mereka bukan saja memiliki ilmu kanuragan yang tinggi secara pribadi. Tetapi mereka juga mampu bertempur dalam ikatan kebersamaan sebagaimana para prajurit.
Beberapa kali para prajurit yang berada dalam kepungan itu mencoba, namun ternyata mereka gagal.
Sementara itu, kepungan itupun semakin lama menjadi
semakin lama menjadi semakin mengecil. Meskipun para prajurit yang berdiri di belakang Ki Tumenggung Singaprana telah mengerahkan kemampuan mereka, namun mereka
masih belum berhasil. Dalam benturan yang semakin keras itu, maka kedua belah pihakpun tidak lagi dapat
menghindari kemungkinan- kemungkinan yang buruk. Ujung-ujung senjatapun mulai menggores melukai kulit. Beberapa orang mulai menitikkan darah di kedua belah pihak. Bahkan kemudian, setelah matahari memanjat langit semakin tinggi sehingga mencapai puncaknya, ada diantara mereka yang bertempur itu mulai jatuh terbaring di tanah.
Kawan-kawan merekapun berusaha untuk menyingkirkan
mereka dari garis benturan kedua kekuatan itu. Mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa kawan-kawannya yang terluka ke tempat-tempat yang lebih aman dari amuk ujung senjata.
Ki Tumenggung Singaprana yang bertempur melawan Ki
Udyana semakin lama semakin mengalami kesulitan. Serangan-serangan Ki Udyana menjadi semakin sulit untuk diperhitungkan. Unsur-unsur geraknyapun menjadi semakin rumit sehingga Ki Tumenggung setiap kali harus bergeser surut. Namun tekanan Ki Udyana terasa menjadi semakin berat.
"Iblis manakah yang telah memberikan ilmu kepada orang ini" geram Ki Tumenggung Singaprana.
Sebagai seorang Tumenggung yang berpengalaman, Ki
Tumenggung Singaprana pernah mengalami pertarungan
melawan berbagai macam orang dengan ilmunya masingmasing. Namun kali ini ia benar-benar membentur kemampuan yang sulit diatasinya
Namun Ki Tumenggung Singaprana juga menjadi heran,
bahwa prajurit-prajuritnya tidak segera dapat menguasi medan. Meskipun jumlah para cantrik itu cukup banyak, namun
prajurit-prajuritnya seharusnya segera dapat menguasai seluruh medan. Pada pertempuran yang pernah terjadi, prajurit-prajuritnya memang dapat didesak dan bahkan dihalau oleh para cantrik itu.
Tetapi waktu itu jumlah prajuritnya terlalu sedikit dibanding dengan para cantrik yang melawan mereka. Sedangkan para prajuritpun masih belum menerima perintah yang tegas untuk bertindak tanpa ragu-ragu lagi. Juga perintah untuk
menghentikan perlawanan seperti yang diperintahkannya saat itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan para cantrik itupun semakin lama justru semakin mendesak, sehingga para prajurit itupun mengalami kesulitan.
Pertempuran yang terjadi di tengah sawah itu benar-benar pertempuran yang garang. Kedua belah pihak sudah tidak mengekang diri lagi. Agaknya mereka sudah sampai pada batas kesabaran masing-masing, sehingga mereka tidak lagi merasa segan untuk melukai lawan-lawannya. Bahkan
seandainya ada yang terbunuh diantara mereka.
Sebenarnyalah bahwa korban telah jatuh.
Ki Tumenggung Singapranapun semakin terdesak pula.
Apapun yang dilakukannya, namun ia tidak dapat mengatasi kemampuan Ki Udyana. Bahkan setiap kali Ki Udyanalah yang berhasil mendesaknya, sehingga Ki Tumenggung Singaprana itu hampir kehilangan akal.
Dalam pertempuran yang semakin sengit itu, Ki Tumenggung Singaprana telah berteriak lagi "Jangan ragu-ragu. Hancurkan mereka. Kalian adalah prajurit-prajurit Mataram"
Namun ternyata Ki Rangga Kriyadipraja juga berteriak
"Tunjukkan bahwa kalian adalah prajurit Mataram yang tegak pada tugas-tugas kalian. Dihadapan kalian adalah para prajurit yang telah mengkhianati sumpah mereka. Karena itu, kalian harus menindak mereka tanpa ragu-ragu"
"Persetan kau Rangga Kriyadipraja. Aku akan membunuhmu nanti" teriak Ki Tumenggung Singaprana.
"Nanti setelah kau mati" Kau tidak akan dapat menang melawan Ki Udyana yang sudah menuntaskan ilmunya. Ki Rangga Surawiragapun tidak akan dapat mengalahkan Wikan.
Nah, adalah tugasku untuk memilin leher Ki Panji Suranegara"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Iblis kau Kriyadipraja. Kau kira kau dapat mengalahkan aku"
Namun baru saja mulutnya terkatub, kaki Ki Rangga
Kriyadipraja telah mengenai dadanya, sehingga Ki Panji Suranegara itupun terdorong beberapa langkah surut. Bahkan hampir saja Ki Panji itu kehilangan keseimbangannya.
Demikianlah pertempuranpun menjadi semakin sengit.
Senjatapun berdetangan beradu melontarkan bunga api ke udara.
Beberapa orangpun telah terkapar di sawah. Darahnya yang merah nampak menggenangi lumpur yang basah.
Ternyata bahwa para prajurit Mataram yang dipimpin oleh Ki Tumenggung Singaprana itu tidak berhasil memecahkan kepungan yang justru menjadi semakin rapat dan menyempit.
Ruang gerak para prajurit itupun terasa menjadi semakin sesak. Sementara itu, mereka tidak mampu berusaha untuk mendesak kepungan itu.
Ketika Ki Tumenggung Singaprana menjadi semakin
terdesak, maka Ki Udyanapun berkata lantang "Menyerahlah, Ki Tumenggung. Kau tidak akan mampu mengatasi kekuatan kami"
"Persetan kau, Udyana. Kau kira kau siapa sehingga kau berani mengancamku"
Ki Udyana tertawa. Katanya "Bukankah kau sudah kenal aku" Aku adalah pemimpin padepokan yang sedang
mempertahankan haknya. Kenapa kau masih bertanya?"
"Aku adalah Senapati dari Mataram. Akulah yang berhak memberikan perintah kepadamu. Menyerahlah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau benar seorang Senapati yang mempunyai
wawasan yang luas, kau tentu tahu, bahwa kau tidak akan mampu
berbuat apa-apa lagi disini. Semakin lama pertempuran ini berlangsung, maka akan semakin banyak prajuritmu yang terluka dan bahkan terbunuh. Sementara itu, mereka sama sekali tidak akan menikmati apa-apa seandainya kau berhasil merampok tanah rakyat"
"Persetan kau Udyana. Bersiaplah untuk mati"
"Kalau kau berbicara tentang kematian, maka akupun akan berbicara tentang kematian. Kita akan bertempur sampai tuntas. Sementara itu, prajurit-prajuritmu satu demi satu akan terkapar di tengah-tengah sawah yang akan kau rampok ini.
Darah mereka akan menjadikan tanah berlumpur ini menjadi merah"
"Kata-kata itu memang menyentuh jantung Ki Tumenggung Singaprana. Tetapi sebagai seorang Senapati prajurit Mataram,
Ki Tumenggung tidak akan begitu saja meninggalkan medan. Namun dalam pada itu, seorang prajurit yang sedang
bertempur melawan seorang penghuni padepokan itu terkejut.
Ia mengenal lawannya yang disangkanya cantrik dari
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
"Kakang Giyar. Kaukah itu?"
Orang yang dipanggil Giyar itu meloncat surut. Diamatinya lawannya itu. Ternyata Giyar itu juga sudah mengenalinya dengan baik.
"Kau Wikan. Jadi kau ikut dalam gerakan melawan pranatan itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wikanpun bergeser surut. Namun tiba-tiba saja ia berlari meninggalkan Giyar. Dengan serta merta Wikan itupun
menghadap Ki Rangga Surawiraga yang masih bertempur
melawan Wikan. "Ki Rangga" Wikan itupun berteriak "Ada yang tidak wajar telah terjadi"
Ki Rangga Surawiraga itupun segera meloncat surut untuk mengambil jarak. Wikanpun tidak memburunya, karena ia juga ingin mendengar apa yang akan dilaporkan oleh prajurit itu.
"Ada apa?" bertanya Ki Rangga Surawiraga.
"Yang kita lawan bukan hanya para cantrik dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana?"
"Maksudmu" Apakah ada diantara mereka yang datang dari padepoan lain" Atau Udyana telah berhubungan dengan
gerombolan-gerombolan penjahat?"
"Tidak. Tetapi diantara mereka terdapata beberapa prajurit"
"Prajurit" Prajurit mana maksudmu?"
"Prajurit Mataram. Aku mengenali seorang diantara mereka.
Mungkin banyak yang dapat aku kenali jika aku mempunyai waktu"
"Prajurit Mataram?"
"Ya, Ki Rangga"
"Kau berkata sebenarnya?"
"Aku berkata sebenarnya "
"Beritahukan kepada Ki Tumenggung Singaprana. Ki
Tumenggung harus mengetahui permainan kotor ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan itupun kemudian berlari menyusup diantara
pertempuran yang sedang terjadi untuk menemui Ki
Tumenggung Singaprana. sementara itu, Wikaopun sambil tertawa bertanya "Siapakah yang kau tuduh melakukan
permainan kotor?" "Persetan. Masih ada waktu untuk membunuhmu"
Tetapi demikian pertempuran diantara mereka terjadi lagi, maka Ki Ranggapun segera terdesak pula.
Ketika Wikan kemudian menemui Ki Tumenggung Singaprana, maka iapun segera memberikan laporan sebagaimana dilaporkan kepada Ki Rangga Surawiraga.
"Apakah kau tidak bermimpi, Wikan?" bertanya Ki
Tumenggung Singaprana yang mengambil jarak dari Ki
Udyana. "Tidak, Ki Tumenggung, tentu ada sekelompok prajurit yang berkhianat. Mereka telah bergabung dengan para cantrik"
Wajah Ki Tumenggung menjadi merah. Tiba-tiba saja ia berteriak "He, Ki Rangga Kiryadipraja. Kau lic ik. Kau bujuk sekelompok prajurit untuk berpihak kepada para cantrik di padepokan di samping prajurit-prajuritmu itu"
"Siapa yang mengatakannya, Ki Tumenggung?"
"Prajuritku dapat menangkap basah seorang prajurit yang bergabung dengan para cantrik"
Tetapi Wikan yang lugu itu menyahut "Aku belum
menangkapnya Ki Tumenggung. Ia masih berada diantara para cantrik itu"
"Kau memang seorang yang dungu. Baik. Pergilah. Tangkap prajurit yang berpihak kepada para cantrik itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan menjadi bingung. Bagaimana mungkin ia dapat
menangkap Giyar yang berada diantara para cantrik yang justru semakin mendesak para prajurit Mataram itu.
Ki Rangga Kiryadipraja itupun kemudian berteriak pula "Ki Tumenggung Singaprana. Bukankah sudah aku katakan,
bahwa prajurit adalah bagian dari rakyat itu sendiri, sehingga karena itu, maka para prajurit seharusnya justru berada diantara rakyat. Membela kepentingannya serta melindunginya dari tindakan sewenang-wenang"
"Persetan kau Rangga Kriyadipraja. Kaulah yang telah mengacaukan semua rencanaku yang sudah aku susun
dengan baik. Karena itu, maka kaupun harus mati bersama semua prajurit-prajuritmu"
"Bagaimana mungkin kau dapat membunuh kami. Kau ak
kalah. Prajurit-prajuritmu akan kalah. Ki Udyanalah yang akan membunuhmu, bukan sebaliknya. Wikan akan membunuh Ki Rangga Surawiraga dan sudah aku katakan, aku akan memilih leher Ki Panji Suranegara"
"Anak iblis. Akulah yang akan membunuhmu" geram Ki
Panji Suranegara. Tetapi pertempuran yang semakin sengit itu membuktikan, bahwa pasukan yang dipimpin oleh Ki Tumenggung
Singaprana itu semakin terhimpit dalam kepungan. Korbanpun berjatuhan, para prajurit dibawah pimpinan Ki Tumenggung Singaprana itu tidak mempunyai harapan lagi untuk dapat menembus kepungan yang rapat itu.
"Dalam kesulitan yang semakin menekan itu, terdengar suara seseorang yang seolah-olah berkumandang memenuhi udara "Sudahlah Ki Tumenggung Singaprana. Kau sebaiknya menyerah. Jangan kau korbankan prajurit-prajuritmu yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak tahu apa-apa. Mereka hanya tahu menjalankan
perintahmu dan sedikit janji untuk menambah kesejahteraan mereka. Tetapi merekalah yang justru harus berkorban terlalu banyak"
"Bukan watakku untuk menyerahkan diri dihadapan musuh"
"Aku bangga dengan sikapmu itu. Sikap prajurit Mataram.
Tetapi sikap itu baru dapat ditrapkan jika para prajurit Mataram itu sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang prajurit. Bukan pada saat prajurit Mataram itu merampok hak rakyat"
"Gila. Kau siapa, sehingga kau berani menilai tugas prajurit Mataram?"
"Aku disini, Ki Tumenggung Singaprana.
Pertempuranpun tibaa-tiba telah berhenti. Seorang diantara para prajurit yang dipimpin o leh Ki Rangga Kriyadipraja yang jumlahnya tidak begitu banyak itu melangkah maju, dikuti oleh dua orang yang lain"
Sambil menengadahkan wajahnya, prajurit itupun bertanya
"Apakah kau sudah lupa kepadaku, Ki Tumenggung?"
Wajah Ki Tumenggung itupun menjadi pucat. Orang itu
dikenalnya dengan baik. Demikian pula dua orang yang berada di belakangnya.
"Raden Tumenggung Wreda Somadilaga. Ki Tumenggung
Wiratama dan Ki Tumenggung Yudapangarsa"
Raden Tumenggung Wreda itupun tertawa. Ia melangkah
semakin maju kedepan sambil berkata "Nah, ternyata nalarmu masih utuh Ki tumenggung. Kau masih dapat mengenali aku, Ki Tumenggung Wiratama dan Ki Tumenggung Yudapangarsa"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi, jadi Raden Tumenggung tidak jadi berangkat ke Bang Wetan?"
"Tentu. Aku akan segera berangkat ke Bang Wetan. Tetapi aku menunggu saat keberangkatanku itu di sebuah padepokan yang sejuk dan tenang. Tetapi ternyata kau datang
mengganggu kesejukan dan ketenangan itu"
"Tetapi, tetapi......"
"Ki Tumenggung Singaprana. Kau dan semua prajuritmu
harus segera menyerah. Kalian semua ditangkap karena kalian telah melakukan perbuatan sewenang-wenang. Kalian telah menyalah gunaka kekuasaan yang dipercayakan kepada kalian sebagai prajurit Mataram. Aku membawa pertanda kekuasaan dari Kangjeng Sinuhun di Mataram lewat Ki Patih yang memberikan wewenang kepadaku untuk melakukannya.
Kejahatan yang kalian lakukan telah terdengar sampai ke tahta Kangjeng Sinuhun, sehingga Kangjeng Sinuhun menjadi sangat murka. Justru pada saat Mataram menghadapi tugas yang berat dalam perlawatan ke Timur, kalian telah
menimbulkan persoalan yang gawat disini"
"Ampun, Raden Tumenggung Wreda. Aku tidak melakukan
kesalahan apa-apa. Aku hanya sekedar mencari celah-celah tugas besar Ki Tumenggung Yudapangarsa untuk menambah sedikit kesejahtaraan bagi prajurit-prajuritku"
"Kau masih mengatakan bahwa kau tidak bersalah"
"Ampun Raden Tumenggung Wreda"
"Jika kau tidak merasa bersalah dan berkeberatan untuk menyerah, maka kita akan melanjutkan pertempuran ini.
Menurut penglihatanku, kau tidak akan dapat mengalahkan Ki Udyana yang ilmunya sudah tuntas. Demikian pula Ki Rangga Surawiraga tentu hanya akan menjadi bulan-bulanan lawannya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih terhitung muda itu, karena sebenarnyalah
kemampuan mereka berdua terpaut banyak. Sebenarnyalah kalian telah membuat malu prajurit Mataram, karena Mataram yang Agung itu telah terpuruk disini, menghadapi para cantrik yang masih sangat muda dari sebuah padepokan kecil yang dipimpin oleh Ki Udyana"
Ki Tumenggung Singaprana termangu-mangu sejenak.
Namun kemudian iapun mengerti, bahwa yang berada di
arena pertempuran itu tentu tidak hanya Raden Tumenggung Wreda
Somadilaga, Ki Tumenggung Wiratama, Ki Tumenggung Yudapangarsa dan Ki Rangga Kriyadipraja. Yang menebar diantara para cantrik itupun tentu terdapat para prajurit Mataram yang telah dibawa oleh Raden Tumenggung Wreda Somadilaga. Itulah sebabnya maka seorang dari
prajuritnya melihat bahwa diantara para cantrik itu terdapat pula prajurit mataram.
Ki Tumenggung Singaprana merasa dirinya terjebak. Ia tidak dapat mengelak lagi, karena ia telah tertangkap basah.
Jika diantara mereka yang terluka dari kedua belah pihak itu adalah yang terbunuh,maka beban tanggung-jawabnya akan menjadi semakin berat.
Selagi Ki Tumenggung Singaprana termangu-mangu, maka Raden Tumenggung Wreda Somadilaga itupun berkata pula
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan, Ki Tumenggung.
Menurut pendapatku, sebaiknya Ki Tumenggung menyerah saja. Jika Ki Tumenggung tidak menyerah, maka pimpinan dari para prajurit Mataram akan aku ambil alih dari tangan Ki Rangga Kriyadipraja. Mungkin aku bukan seorang yang lunak seperti Ki Rangga yang terbiasa berada diantara benda-benda yang tertata dengan sentuhan-sentuhan keindahan yang harus ditangani dengan sabar. Tetapi aku adalah prajurit yang terbiasa berada di medan perang yang gemuruh oleh dentang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata beradu. Kau tentu memahami maksudku Ki
Tumenggung Singaprana, karena kau juga seorang prajurit"
Ki Tumenggung Singaprana tidak mempunyai pilihan lain.
Iapun kemudian meletakkan senjata sambil berkata "Aku menyerah Raden Tumenggung Wreda"
Demikianlah, maka para prajurit Mataram itupun telah menyerahkan dirinya kepada Raden Tumenggung Wreda
Somadilaga. Merekapun mengerti, bahwa sebagian dari
mereka yang disebut para cantrik itu adalah prajurit yang datang bersama Raden Tumenggung Wreda.
Raden Tumenggung Wredapun kemudian telah memerintahkan para prajurit Mataram itu berbaris di pinggir jalan menghadap parit yang airnya mengalir bening.
Merekapun kemudian telah dikat tangannya di belakang tubuhnya. Kemudian merekapun digiring ke padepokan untuk ditempatkan sementara sebelum mereka esok dibawa ke
Mataram.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebenarnya Wikan agak berkeberatan. Tetapi ia tidak dapat mengelak. Tempat yang paling dekat dari arena pertempuran adalah padepokannya dibanding dengan beberapa padukuhan yang ada disekitarnya.
Ki Udyana sendiri tidak memikirkan bahwa Wikan
sebenarnya agak berkeberatan. Bukan karena mereka harus menyediakan makan dan minum bagi para tawanan, karena padepokan mereka mempunyai persediaan yang mencukupi.
Tetapi yang dipikirkan Wikan adalah Tatag. Bagaimana ia harus mengatakan kepada Tatag tentang para prajurit yang dikat tangannya itu.
Sementara itu, para prajurit, baik yang berpihak kepada Ki Tumenggung Singaprana maupun para prajurit yang berpihak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Raden Tumenggung Wreda Somadilaga, serta para cantrik yang terluka telah mendapat perawatan khusus di padepokan.
Namun yang membuat Ki Tumenggung Singaprana semakin
gelisah adalah karena diantara para prajurit dan para cantrik yang terluka, terdapat beberapa orang prajurit dari kedua belah pihak serta para cantrik yang parah. Bahkan ada seorang prajurit yang berpihak kepada Ki Tumenggung
Singaprana dan seorang prajurit Ki Rangga Kriyadipraja yang telah terbunuh di pertempuran itu.
Korban itu akan membuat pertanggung-jawaban Ki
Tumenggung Singaprana menjadi semakin berat.
Dalam pada itu, sebenarnyalah keberadaan para tawanan itu dipadepokan membuat Tatag menjadi heran. Ia melihat beberapa orang yang tangannya terikat sebagian dudukk diserambi bangunan utama padepokan itu, sedangkan yang lain berada di serambi gandok dan di sebuah barak di sebelah bangunan utama.
"Siapakah mereka, ayah?" bertanya Tatag yang sudah
menjadi semakin besar. . "Mereka adalah para prajurit
Mataram yang telah melakukan kesalahan, Tatag. Prajurit yang telah mengingkari kewajibannya"
"Mereka telah ditangkap?"
"Ya. Mereka telah ditangkap untuk mempertang-gungjawabkan kesalahannya"
Tatag mengangguk-angguk. Ia tidak bertanya lagi. Bahkan kemudian Tatagpun pergi ke belakang.
"Tatag. Kau darimana?" bertanya ibunya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku baru saja berbicara dengan ayah"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Aku bertanya tentang orang-orang yang dikat itu. Menurut ayah, mereka adalah prajurit yang melakukan kesalahan.
Mereka telah ditangkap untuk mempertanggung-jawabkan kesalahan mereka"
"Ya. Mereka memang para prajurit yang bersalah. Mereka tidak menepati sumpahnya sebagai seorang prajurit. Karena itu, mereka telah ditangkap"
"Nampaknya mereka melawan, sehingga terjadi perang.
Bukan begitu ibu" Bukankah ada diantara mereka yang
terluka" Mereka dibaringkan di pendapa dan mendapat
perawatan khusus" "Ya, ngger. tetapi sudahlah. Mereka adalah urusan Raden Tumenggung Somadilaga"
"Apakah prajurit-prajurit yang ditangkap itu, mereka yang ingin mengambil tanah kita, ibu?"
"Ya. Mereka akan mengambil tanah kita dengan paksa.
Untunglah rencana mereka dapat diketahui, sehingga Raden Tumenggung Wreda Somadilaga sempat menangkap basah
mereka" "Menangkap basah?"
"Maksudnya, menangkap pada saat mereka sedang
melakukan kesalahan itu"
Tatag itupun mengangguk-angguk. Namun ketika kemudian Tatag itu mau berlari, ibunya telah memanggilnya "Tatag"
Tatag berhenti. "Kau mau kemana?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke kandang, bu. Aku berjanji untuk berlomba lari hari ini"
"Berjanji dengan siapa?"
"Dengan anak kuda itu"
"Dengan anak kuda itu" Apakah ia mengerti, bahwa kau telah berjanji berlomba lari hari ini?"
"Ya. Tentu ia mengerti. Jika aku tidak datang, maka ia akan meledekku esok. Ia mengira aku takut. Padahal biasanya aku dapat berlari lebih cepat dari anak kuda itu"
Ibunya tidak mencegahnya lagi. Sementara itu Tatagpun segera berlari ke halaman belakang padepokannya.
Tanjung, yang telah beberapa lama mempelajari olah
kanuragan dan bahkan dengan bekal kelebihannya ia sudah mampu memiliki berbagai unsur gerak yang rumit serta ketahanan tubuh yang tinggi, mereka kagum akan kelebihan anak laki-lakinya itu. Anak itu dapat berlari kencang sekali.
Bahkan seandainya ia harus berlomba dengan para cantrik pemula yang masih belum mendalami ilmu tenaga dalam, maka Tatag tidak akan kalah.
Di halaman belakang, Tatag benar-benar telah berlari-lari bersama anak kuda yang dianggapnya sebagai kawan
bertanding dalam kecepatan lari. Tetapi Tatag mempunyai kawan-kawan yang lain. Tatag mempunyai kawan bertanding dalam adu kekuatan. Sekali-sekali Tatag berkelahi dengan seekor anak lembu, atau anak seekor kerbau.
Namun sebenarnyalah bahwa Tatag lebih puas jika ia.
bermain-main di hutan. Di hutan ia mempunyai banyak kawan dari berbagai jenis binatang.
Bukan hanya binatang yang berada di darat. Tetapi ia dapat memanjat
pepohonan dan berayun pada sulur-sulur http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pepohonan dengan berbagai jenis kera. Dari kera yang besar sebesar Tatag sampai jenis-jenis kera yang kecil. Bahkan Tatag juga akrab dengan sejenis lutung. Kera yang berbulu hitam dan berekor panjang. Namun menurut Tatag, lutung tidak secerdas jenis-jenis kera yang lain.
Beberapa lama Tatag bermain bersama anak kuda di
halaman belakang. Namun akhirnya ia menjadi jemu.
Ditinggalkannya anak kuda itu, sementara bajunya telah basah kuyup oleh keringat.
Seperti biasanya, maka Tatagpun telah membuka bajunya dan duduk di bawah sebatang pohon yang rindang. Sementara mataharipun sudah menjadi semakin rendah disisi Barat.
Tiba-tiba saja Tatag bangkit. Dikatkannya bajunya di lambungnya. Diam-diam Tatagpun kemudian pergi ke serambi untuk melihat para tawaran yang tangannya sedang dikat kembali setelah bergantian ikatan tangan mereka dibuka pada waktu makan.
Tiba-tiba saja Tatag berjongkok dihadapan seorang diantara para prajurit itu. Orang yang menurut Tatag memang agak berbeda dengan yang lain. Dan orang yang agak berbeda itu adalah Ki Tumenggung Singaprana, Ki Rangga Surawiraga dan Ki Panji Suranegara.
"Ada apa ngger?" bertanya Ki Tumenggung Singaprana.
"Tangan paman terikat?" bertanya Tatag.
"Ya. tanganku dikat oleh prajurit Mataram"
"Kenapa?" "Entahlah. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba saja mereka mengikat tanganku"
"Bukankah kalian bersalah "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa" desis Ki
Tumenggung dengan suara yang lemah.
"Menurut ayah, kalian adalah prajurit-prajurit Mataram yang telah melakukan kesalahan. Kalian telah melanggar sumpah seorang prajurit"
"Siapakah ayahmu?"
"Wikan. Ayahku bernama Wikan"
Ki Rangga Surawiraga menggeram. Wikan adalah lawannya bertempur. Tetapi ia tidak dapat mengalahkannya. Bahkan semakin lama Wikan itu semakin menguasai arena, sehingga jika pertempuran itu berlangsung terus, ia tentu akan dikalahkannya.
"Jika saja tanganku tidak terikat di belakang punggungku.
Aku tangkap anak itu. Anak itu akan dapat aku pergunakan untuk memaksa ayahnya melepaskan setidak-tidaknya kami bertiga" berkata Ki Rangga Surawiraga.
Ki Panji Suranegarapun menggeretakkan giginya pula.
Matanya memandang Tatag yang berjongkok di hadapan Ki Tumenggung Singaprana itu dengan tajamnya. Namun Ki
Tumenggung Singaprana sendiri masih saja tersenyumsenyum kepada anak itu. "Siapa namamu, ngger. Apakah kau tadi sudah menyebutnya?" "Namaku Tatag, paman"
"Nama yang bagus"
"Nama paman siapa?"
"Namaku Singaprana, ngger. Aku seorang Tumenggung"
"Tumenggung?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Tumenggung adalah pangkat yang tinggi"
Tatag mengangguk-angguk. Dipandanginya Ki Tumenggung Singaprana dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya.
"Tatag" berkata Ki Singaprana sambil tersenyum "Bukankah kau anak pandai?"
Tatag memandang Ki Tumenggung dengan kerut di
dahinya. "Aku tidak bersalah ngger. Para prajurit Mataram itu keliru.
Mereka seharusnya menangkap orang lain. bukan aku?"
Tatag masih terdiam sambil memandangi wajah Ki
Tumenggung. "Karena kau anak yang pandai, maka kau tentu dapat
melepaskan tali ikatanku ini"
Tatag masih belum menyahut. Ia masih saja berjongkok dihadapan Ki Tumenggung Singaprana.
"Tatag" dengan sabar Ki Tumenggung itupun mengulanginya "Kau tahu bahwa aku tidak bersalah ngger.
Karena itu, kau tentu mau melepaskan tali pengikat tanganku ini. Nanti aku akan menjelaskan kepada para prajurit Mataram itu, bahwa aku tidak bersalah, ?ehingga tidak seharusnya aku dikat disini"
Tatag masih saja berjongkok sambil berdiam diri.
"Mari ngger. Nanti aku akan memberimu hadiah yang
sangat menarik" Tetapi Tatag itu menggeleng sambil menjawab "Nanti ayah akan marah kepadaku"
"Tidak. Ayahmu juga orang baik seperti kau. Ayahmu tentu tidak akan marah. Bahkan para prajurit Mataram itu juga tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan marah setelah aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku tidak bersalah"
Tatag terdiam lagi. Tetapi ia masih saja berjongkok.
"Marilah, ngger. Kau tentu dengan senang hati menolongku" Tetapi Tatag itu menggeleng lagi.
"Kenapa kau tidak mau menolongku" Bukankah kau anak
baik" Anak-anak yang jahat itu senang melihat orang-orang yang teraniaya seperti kami. Mereka justru akan tertawa-tawa sambil mengejek. Tetapi anak yang baik tidak akan berbuat seperti itu"
Tatag masih saja berjongkok sambil memandangi mulut Ki Tumenggung Singaprana.
Namun tiba-tiba saja Tatag itupun bertanya "Gigi paman ada yang bersusun?"
"Bocah edan" geram Ki Tumenggung Singaprana. Namun
kemudian iapun segera mampu mengekang dirinya. Sambil tersenyum iapun berkata "Ya. Gigi paman memang kurang rajin. Tetapi bukankah tidak berpengaruh apa-apa?"
"Apakah tidak sakit, paman?"
"Tentu tidak. Tidak terasa apa-apa "Ki Tumenggung
berhenti sejenak, lalu "Nah, sekarang lepaskan tali pengikat tangan paman ini"
Tetapi Tatag menggeleng sambil menjawab "Nanti ayah
marah sekali" "Tidak. Ayahmu tidak akan marah"
"Jika demikian, aku akan mengatakannya kepada ayah,
bahwa paman ingin tali pengikat tangan paman itu dilepas"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan. Kau tidak usah mengatakannya kepada siapasiapa. Kau sendiri sajalah yang melepas taliku. Nanti aku akan memberimu hadiah yang sangat menyenangkan. Apapun yang kau inginkan, aku akan dapat dengan segera memenuhinya.
Aku adalah seorang ahli sihir yang tidak ada duanya di Mataram"
"Kenapa tidak kau sihir, agar talimu itu terlepas"
"Aku menyihir dengan telapak tanganku. Lihat saja nanti kalau ikatannya sudah dilepas"
"Kalau sudah dilepas?"
"Aku dapat membuat apa saja yang kau minta"
"Membuat binatang?"
"Kau suka binatang?"
"Aku memelihara banyak binatang. Ada kerbau, lembu,
kambing, kuda, angsa, itik, ayam, burung"
"Ya, ya "Ki Tumenggung Singaprana mulai kehilangan
kesabarannya "Aku dapat membuat binatang apa saja. Aku dapat membuat semut sampai gajah"
"Gajah" Kau dapat membuat gajah" Di hutan itu tidak ada gajah. Aku mengenal semua jenis binatang. Tetapi tidak ada gajahnya.
Aku belum pernah melihat gajah kecuali membayangkannya kalau ayah dan ibu berceritera tentang binatang. Tetapi kalau kancil aku mengenalnya dengan baik"
"Jika kau lepaskan ikatan tanganku, aku akan membuat gajah untukmu. Gajah adalah binatang yang sangat besar"
Tatag tidak beranjak dari tempatnya. Ia masih tetap
berjongkok dihadapan Ki Tumenggung Singaprana dengan mulut yang sedikit terbuka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung benar-benar kehilangan kesabarannya.
Hampir saja ia membentak dan mengumpati anak yang sangat mnjengkelkan itu. Tetapi tiba-tiba saja terdengar suara seorang perempuan Tatag, Tatag. Kau dimana?"
Tatag mengangkat wajahnya sambil menjawab "Aku disini bu"
"Siapa yang memanggilmu?""bertanya Ki Tumenggung
Singaprana. "Ibu" "Siapa nama ibumu?"
"Tanjung" Ki Tumenggung tidak sempat bertanya lagi. Ia me lihat seorang perempuan mendatangi Tatag sambil berkat "Apa yang kau lakukan disitu?"
"Nonton paman yang dikat tangannya" jawab Tatag"
"Aku cekik lehermu nanti"geram Ki Rangga Surawiraga.
Tatag berpaling kepadanya. Nampak dahinya berkerut.
Tetapi ia sama sekali tidak menjadi takut melihat wajah Ki Rangga yang menjadi merah. Bahkan Tatag itupun sempat bertanya "Kenapa paman tiba-tiba marah?"
Tetapi sebelum Ki Rangga Surawiraga menjawab, Tanjung sudah menarik tangannya sambil berakata "Jangan berada disini. Ini bukan tempat untuk bermain"
Tanjungpun kemudian telah menarik Tatag dan mengajaknya pergi. Kepada yang bertugas berjaga-jaga di depan pintu serambi"
Penjaga itu termangu-mangu sejenak. Kemudian iapun
menjawab "Aku tidak melihat, kapan anak itu masuk"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau memang nakal Tatag. Ada banyak tempat bermain.
Kenapa kau bermain di dalam serambi?"
"Aku tidak bermain di sermbi ibu. Tetapi aku berbicang-bicang dengan paman yang ada di ujung"
"Apa yang dikatannya?"
"Paman yang ada diujung itu ternyata seorang tukang sihir.
Ia dapat menyihir apa saja. Ia dapat menghadirkan apa saja yang dinginkannya"
"Apakah ia menunjukkan kepadamu kepadaiannya itu"
"Ia sanggup menghadirkan seekor gajah, ibu"
"Apakah ia benar-benar malakukannya?"
"Ia dapat menyihir dengan mempergunakan telapak
tangannya" "Karena itu, maka untuk menghadirkan seekor gajah, maka ikatan tangannya harus kau lepas, begitu?"
"Ya" Tanjung berhenti. Iapun kemudian berjongkok di depan anaknya. Sambil memegangi kedua lengan anaknya, Tanjung bertanya "Apakah kau telah melepaskan ikatannya itu?"
Tatag menggeleng sambil menjawab "Tidak ibu. Aku tidak melepaskan ikatan tangannya. Aku takut kalau ayah menjadi marah kepadaku"
"Bagus, Tatag. Tetapi bukankah kau benar-benar tidak melepaskan ikatannya?"
"Benar ibu" Tanjung menarik nafas panjang. Iapun kemudian menggandeng Tatag pergi kebelakang menemui Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti kepada ibunya, Tatagpun berceritera tentang orang yang duduk diujung. Tatapun mengatakan kepada Wikan, bahwa ia tidak melepas tali pengikat tangan orang itu.
"Orang itu memang minta aku melepaskan ikatannya, ayah.
Tetapi aku tidak mau"
"Kau anak pintar. Tetapi apakah kau juga tidak berbaju ketika kau berbicara dengan meraka?"
"Ya. Udara terasa panas sekali. Bajuku sudah basah oleh keringat"
"Tetapi lain kali kau tidak boleh melakukannya. Dihadapan orang lain, maksudku bukan penghuni padepokan ini, kau harus memakai banjumu"
"Kenapa ayah?" "Kau harus belajar unggah-ungguh. Kau harus menghormati orang lain, agar kau tidak dikatakan tidak tahu sopan santun"
Tatag mengangguk sambil menjawab "Ya, ayah"
"Nah, sekarang waktunya mandi. Sebentar lagi langit akan menjadi merah"
Tatagpun kemudian pergi ke pakiwan untuk mandi.
Sebentar lagi, senja sudah akan turun.
Dalam pada itu, di serambi Ki Rangga Surawiraga
mengumpat-umpat kasar. Dengan geram iapun berkata " Jika aku mempunyai kesempatan, aku akan mencekik anak itu"
Tetapi Ki Tumenggung berkata "Apa alahnya anak itu, Ki Rangga. Jika kau dikalahkan oleh ayahnya, kau tidak perlu mendedam kepada anaknya. Bukankah anak itu tidak tahu apa-apa?"
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetapi rasa-rasanya anak itu sengaja mengejek kita"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu hanya perasaanmu saja, Ki Rangga"
"Bahkan anak itu telah menunjuk cacat pada gigi Ki
Tumenggung sendiri" Tetapi Ki Tumenggung itu justru tersenyum. Meskipun
terasa senyumnya hambar. Katanya "Itulah ciri anak-anak.
Jika yang datang kepada kita bukan kanak-kanak, ia tidak akan menunjuk mulutku dan mengatakan bahwa gigiku
bersusun" "Tetapi kita harus berusaha melepaskan diri dari ikatan ini"
"Itu akan sia-sia saja, Ki Rangga. Tali yang dipergunakan untuk mengikat kita adalah tali ijuk yang sangat kuat.
Selain kuat, ujung serat ijuk itu terasa tajam di kulit kita.
Jika kita memaksa, maka bukan tali ijuknya yang terurai, apalagi putus, tetapi tangan kitalah yang akan terluka.
Sementara itu, diluar pintu itu ada beberapa orang petugas yang menjaga kita. Mereka tentu gabungan dari para prajurit Mataram dengan para cantrik dari padepokan terkutuk ini"
Sementara itu tiba-tiba Ki Panji Suranegara itupun
menggeram "Pada saatnya, kapanpun juga kesempatan itu datang, aku akan menjadikan padepokan ini karang abang"
"Kapan kesempatan itu akan datang kepadaku. Aku tidak tahu. Tetapi kapan saja. Mungkin aku akan ikut menjalani hukuman
meskipun segala sesuatunya seharusnya dipertanggung-jawabkan oleh Ki Tumenggung Singaprana"
Ki Tumenggung Singaprana itupun tertawa pendek sambil berkata "Kau akan menumpukkan segala kesalahan kepadaku"
Sementara itu, kau mengharapkan pembagian rejeki yang akan kita dapat bersama-sama lebih dari yang lain"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Panji tidak menjawab. Namun iapun kemudian berkata
"Aku akan tidur saja"
Ki Tumenggung tertawa pula. Namun kemudian iapun
bertanya kepada Ki Rangga Surawiraga "Ki Rangga. Kau lihat ada noda hitam di dada anak itu?"
"Noda hitam?" "Ya" "Aku tidak begitu menghiraukannya. Kenapa dengan noda hitam itu?"
"Tidak apa-apa. Toh seperti yang terdapat didada anak itu, dapat saja melekat di punggung, di bahu, di lengan dan bahkan di pipi"
"Ya. Aku mempunyai tetangga yang toh hitam seperti itu melekat di dekat hidungnya. Untung, ia seorang laki-laki. Jika ia seorang perempuan, maka toh itu akan merupakan noda di wajahnya"
Ki Panji Suranegara yang sudah memejamkan matanya
sambil bersandar dinding itu masih sempat memotong "Kalian masih juga sempat berbicara tentang noda hitam di dada anak itu. Apa pentingnya berbicara tentang toh seperti itu. Tidurlah.
Suara kalian membuat aku tidak dapat tidur"
Bukan hanya Ki Tumenggung saja yang tertawa. Tetapi Ki Ranggapun
tertawa pula. Agaknya kemarahan yang menghentak-hentak di dada Ki Panji telah membuatnya
mudah sekali merasa terganggu dan bahkan tersinggung.
Namun Ki Tumenggung dan Ki Rangga Surawiraga tidak
berbicara apa-apa lagi. Merekapun terdiam sambil merenungi nasib buruk mereka. Mereka sadari bahwa Ki Tumenggung Yudapangarsa tentu telah mendapat laporan dari Ki Rangga http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kriyadipraja. Kemudian mereka membuat jebakan atas ijin Raden Tumenggung Wreda Somadilaga yang ternyata masih sempat mengurusi persoalan-persoalan kecil yang terjadi di Mataram.
Sebenarnyalah bahwa para tawanan itu tidak mempunyai kesempatan dan kemungkinan untuk berusaha melarikan diri.
Selain mereka terikat, merekapun di jaga dengan ketat oleh para prajurit Mataram yang semula berada diantara para cantrik. Namun yang kemudian telah mengenakan pakaian serta ciri-ciri keprajuritan mereka.
Setelah semalam bermalam di padepokan, maka di pagi
harinya, Raden Tumenggung Somadilaga telah siap bersama pasukannya untuk menggiring para tawanan itu ke Mataram.
Ki Tumenggung Singaprana itupun telah minta waktu untuk dapat
berbicara dengan Raden Tumenggung Wreda Somadilaga. "Ada apa Ki Tumenggung?" bertanya Raden Tumenggung
Wreda Somadilaga. "Aku mempunyai satu permohonan, Raden Tumenggung"
"Permohonan apa?" bertanya Raden Tumenggung Wreda.
"Aku mohon bahwa sebaiknya kita memasuki Kota Raja
setelah malam hari" Raden Tumenggung Wreda menarik nafas panjang. Namun
ia dapat mengerti maksud permohonan Ki Tumenggung
Singaprana. Ki Tumenggung tentu merasa sangat malu jika ia digiring bersama prajurit-prajuritmnya lewat jalan-jalan utama di Mataram.
Karena itu, maka Raden Tumenggung itupun mengangguk
sambil menjawab "Aku mengerti Ki Tumenggung. Aku berjanji, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa aku akan membawa Ki Tumenggung memasuki pintu
gerbang kota di malam hari"
"Terima kasih Raden Tumenggung. Tetapi perkenankanlah aku bertanya, di saat-saat Mataram menghadapi persoalan yang besar menjelang perlawatan ke Timur, Raden
Tumenggung masih sempat memikirkan rakyat Randu Batang, Kasinungan, Kembang Arum dan padepokan itu"
"Tentu, Ki Tumenggung. Pada saat seseorang sibuk
memikirkan peristiwa besar, misalnya menikahkan anak sulungnya, maka ia masih juga sempat memperhatikan anak bungsunya yang menangis karena kakinya tertusuk duri. Ia masih juga berusaha mencabut duri itu dan kemudian
menenangkannya agar anak itu tidak menangis lagi.
Sementara itu persoalan besar yang dihadapinya tidak diabaikannya"
Ki Tumenggung Singaprana menarik nafas panjang. Yang dikatakan oleh Raden Tumenggung Wreda itu jelas baginya.
Agaknya sikap seperti itulah yang telah dilu-pakakannya, sehingga ia mengira, bahwa karena Mataram tengah terlibat dalam persoalan yang besar dengan persiapan untuk melawat ke Timur, maka Mataram tidak akan sempat memperhatikan persoalan-persoalan kecil yang terjadi di Mataram itu sendiri.
Pagi itu, Raden Tumenggung Wreda Somadilaga, Ki
Tumenggung Wiratama dan Ki Tumenggung Yudapangarsa
telah minta diri untuk kembali ke Mataram bersama
pasukannya yang telah disusupkan diantara para cantrik padepokan itu untuk menjebak dan seterusnya menangkap basah Ki Tumenggung Singaprana dengan para pengikutnya.
Sementara itu, Ki Rangga Kriyadipraja dengan beberapa orang prajuritnya masih akan tinggal untuk sehari itu di padepokan sebelum mereka kembali ke Kembangarum. Mereka masih
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus menyelesaikan segala persoalan yang menyangkut para prajurit yang terluka. Sedangkan prajurit yang gugur akan dibawa kembali ke Mataram bersama dengan para prajurit yang akan membawa tawanannya.
Sepeninggal para prajurit Mataram, maka padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu menjadi lebih sepi. Yang tinggal hanyalah beberapa orang prajurit di bawah pimpinan Ki Rangga Kriyadipraja yang pada hari itu akan menyelesaikan tugas mereka, sehingga esok pagi, padepokan itu benar-benar akan menjadi lebih sepi lagi. Suasananya akan kembali seperti sediakala. Namun para cantrik justru harus bekerja lebih keras.
Demikianlah dikeesokan harinya, Ki Rangga Kriyadipraja telah selesai dengan tugas-tugasnya. Karena itu, maka Ki Ranggapun telah minta diri pula kembali ke Kembangarum.
Beberapa orang prajurit akan tetap tinggal bersama Ki Rangga di Kembangarum untuk melaksanakan tugas yang harus
segera mereka lakukan. Namun Ki Rangga Kriyadipraja sudah mendapat isyarat, bahwa pembangunan pesanggrahan itu akan dimulai setelah prajurit Mataram berangkat melawat ke Timur.
Sepeninggal Ki Rangga Kriyadipraja, maka para cantrik dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun harus bekerja keras untuk memulihkan tanaman-tanaman mereka yang
rusak karena terinjak-injak pada saat pertempuran terjadi.
Satu lingkungan yang agak luas, menjadi porak peronda.
Namun papan-papan yang ditanam dengan tulisan bahwa
tanah itu adalah milik padepokan, sebagian besar masih tetap ada di tempatnya.
Tulisan-tulisan pada papan-papan yang masih ada di
tengah-tengah kotak-kotak sawah itulah yang telah http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuh perasaan para cantrik, sehingga mereka tergugah untuk bekerja lebih keras lagi. Setelah mereka berhasil mempertahankan hak mereka, maka merekapun merasa wajib untuk menghijaukan kembali sawah-sawah mereka yang telah terinjak-injak kaki.
Dalam pada itu, di Mataram, Raden Tumenggung Wreda
Somadilaga telah menepati janjinya. Ia membawa tawanannya memasuki pintu gerbang di tengah malam, pada saat
penghuni Kotaraja itu sedang tidur lelap, sehingga hampir tidak
ada orang yang telah melihatnya. Ki Tumenggung Singapranapun mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kesediaan Raden Tumenggung Wreda Somadilaga memenuhi permohonannya.
"Raden Tumenggung telah menyelamatkan namaku. Bagiku apa yang Raden Tumenggung lakukan atas kami, para
tawanan itu, lebih berharga daripada segala macam ampunan atas
kesalahan yang pernah kami lakukan. Raden Tumenggung telah melepaskan kami dari kehinaan yang tidak ada taranya. Seandainya Raden Tumenggung membawa kami memasuki pintu gerbang kota di siang atau di sore hari, sehingga rakyat Mataram berduyun-duyun turun ke jalan untuk menyaksikan kami yang terikat, maka aku akan
mengalami satu peristiwa yang lebih pahit daripada mati"
"Sudahlah. Bagaimanapun kita masih mempunyai jantung.
Namun aku tidak dapat berbuat lebih daripada itu"
"Aku mengerti Raden Tumenggung Wreda Somadilaga. Apa yang Raden Tumengggung lakukan itu sudah lebih dari cukup.
Kami mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga"
Ternyata yang kemudian diajukan para perdata di Mataram, hanyalah tiga orang saja. Ki Tumenggung Singaprana, Ki Rangga Surawiraga dan Ki Panji Suranegara. Sementara itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah bagi para prajurit yang berada dibawah perintah dari ketiga orang itu, mereka akan bergabung dengan para prajurit yang akan melawat ke Timur. Namun mereka akan disebar dalam kesatuan-kesatuan yang berbeda-beda.
Dalam pada itu, pada saat Mataram bersiap-siap untuk berangkat ke Timur, para cantrik dari padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu mulai menanami kembali untuk menggantikan tanaman mereka yang rusak. Namun mereka harus menyesuaikan jenis tanaman mereka dengan musim, yang sudah lewat beberapa lama dari musim tanam padi.
Ki Udyana dan para cantrik telah memutuskan untuk
menanam padi genjah untuk mengejar waktu, agar
tanamannya tidak mengalami kekeringan di musim kemarau.
Meskipun air di parit tetap mengalir, tetapi arusnyatidakiakan melimpah sebagaimana jika hujan masih sering turun.
Namun dalam pada itu, ternyata apa yang dilihat oleh Tatag di serambi bangunan utama padepokan itu masih saja
membekas di kepalanya. Kadang-kadang ia masih juga
bertanya tentang para prajurit yang tangannya telah dikat.
"Kenapa prajurit itu tangannya dikat, ayah?"
"Sudah berapa kali ayah katakan, bahwa prajurit itu
ditangkap dan kemudian dikat tangannya, karena mereka telah melakukan kesalahan.
"Apakah prajurit itu dapat berbuat salah?"
"Jika prajurit itu tidak menepati kewajibannya, maka ia telah
melakukan kesalahan. Jika prajurit-prajurit itu menyalahgunakan wewenangnya, maka iapun telah melakukan kesalahan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag nampak berpikir. Kemudian iapun bertanya pula Apakah yang ayah maksudkan dengan tidak menepati
kewajibannya serta menyalahgunakan wewenangnya?"
Wikan menarik nafas panjang. Memang agak sulit
menjawab pertanyaan Tatag sehingga Tatag yang masih kecil itu dapat mengerti.
Karena ayahnya tidak segera menjawab, maka Tatagpun
bertanya "Apakah sebenarnya kewajiban seorang prajurit, ayah?"
"Banyak Tatag" jawab ayahnya dengan hati-hati "antara lain melindungi rakyat dari segala macam gangguan sehingga rakyat merasa tenang dan damai. Memelihara persatuan dan kesatuan. Bersikap jujur dan berpihak kepada kebenaran dan keadilan. Sebenarnya masih banyak kewajiban yang diemban oleh prajurit. Sehingga dengan demikian kewajiban seorang prajurit memang sangat berat"
"Lalu yang ayah maksud menyalahgunakan wewenang?"
Wikan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian masih
dengan sangat berhati-hati iapun berkata "Antara lain prajurit yang seharusnya melindungi rakyat itu justru menakut-nakuti rakyat.
Menyebarkan kebencian dan memecah belah persatuan. Merusak suasana yang sudah baik dan benar.
Mengatakan yang bersalah itu benar dan yang benar itu bersalah"
"Lalu kesalahan yang manakah yang telkah dilakukan oleh para prajurit yang dikat tangannya itu ayah?"
Pertanyaan itu justru harus dijawab oleh Wikan, agar Tatag tidak menduga-duga. Jika pertanyaan itu tidak terjawab, maka Tatag akan mencari jawabnya sendiri menurut jalan pikiran dan bahkan perasaannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tatag. Para prajurit yang tangannya dikat itu telah menyalahgunakan wewenangnya. Ia tidak melindungi rakyat, tetapi justru
menakut-nakuti. Mereka mempergunakan pengaruhnya untuk merampas tanah kita. Sedangkan kita adalah rakyat Mataram. Nah, untunglah bahwa selain prajurit-prajurit yang bersalah, telah datang pula prajurit-prajurit yang baik. Prajurit-prajurit yang menepati kewajibannya dan tidak menyalahgunakan wewenangnya. Prajurif-prajurit yang baik itulah yang kemudian menangkap prajurit-prajurit yang telah bersalah itu"
Tatag mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba saja Tatag itu bertanya "Jika dalam pertempuran yang terjadi, prajurit-prajurit yang bersalah itu yang menang, apakah yang akan terjadi, ayah?"
Punggung Wikan telah basah oleh keringat, pertanyaan anaknya itu membuatnya menjadi berdebar-debar. Namun Wikan berusaha untuk dapat menjawab "Tatag. Bukankah kita percaya kepada Tuhan dan kekuatannya di atas segala
Kekautan. Seandainya yang bersalah itu menang terhadap yang baik, maka hal itu masih akan berkelanjutan.
Kemenangan itu hanya bersifat sementara, karena akhirnya yang baik dan yang benar itulah yang akan menang"
"Kalau yang baik dan benar itu sudah terlanjur mati?"
Wikan mengerutkan dahinya. Anak ini sudah bertanya
terlalu jauh. Tetapi justru karena itu, maka sedapat-dapatnya Wikan harus menjawab "Kematian bukan akhir dari segalagalanya, Tatag. Pada saatnya nanti, orang yang bersalah itupun akan mati. Mungkin dalam pertempuran, mungkin karena ia sudah tua dan tidak mampu lagi mengatasi batas umurnya. Nah, keadilan itu akhirnya akan datang juga"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag terdiam. Sementara itu Wikanpun menjadi semakin berdebar-debar. Wikan menjadi cemas kalau Tatag itu
bertanya, seandainya orang yang bersalah itu tidak percaya akan pengadilan setelah mereka mati.
Wikan menarik nafas panjang. Tatag tidak bertanya lebih jauh. Tetapi Wikan sudah menyediakan jawabnya "Mungkin orang-orang yang sengaja melakukan kesalahan itu memang tidak percaya akan pengadilan di hidupnya yang langgeng.
Tetapi.ketidak percayaan mereka bukan berarti dapat
menghentikan pengadilan itu sendiri. Pengadilan yang sempurna itu akan tetap berlangsung, percaya atau tidak percaya"
Wikan termangu-mangu sejenak melihat wajah Tatag.
Dahinya berkerut. Nampaknya anak itu mencoba berpikir.
Namun akhirnya Tatag itupun bangkit berdiri. Ia teringat sesuatu. Gerobag kecilnya yang tercebur ke belumbang.
Gerobagnya yang biasanya ditarik o leh seekor kambing yang besar. Namun pada saat ia menyeret gerobag itu di pinggir kolam untuk dibawa ke kandang kambingnya, gerobag itu tergelincir dan masuk ke dalam kolam. Sebenarnya Tatag ingin minta tolong ayahnya untuk menarik gerobagnya. Namun ketika ia melewati serambi tiba-tiba saja ia teringat kepada para prajurit yang tangannya dikat dengan tali ijuk.
"Ada apa Tatag?" bertanya Wikan yang tidak tahu apa yang terlintas di kepala kecil itu.
"Ayah. Gerobagku tercebur ke dalam kolam. Tolong aku menarik gerobag itu ayah"
Wikan menarik nafas panjang.
"Marilah" berkata Wikan sambil bangkit berdiri pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatagpun kemudian berlari ke
kebun di belakang padepokan. "Pertanyaan anak itu aneh-aneh saja, kakang" desis
Tanjung "Jika ia bertanya kepadaku, mungkin tidak dapat menjelaskannya"
"Kita memartg harus berhati-hati menanggapi per-tanyan-pertanyaannya"
Wikanpun kemudian telah pergi ke kebun pula menyusul Tatag.
Di halaman samping Wikan bertemudengan dua orang
cantrik yang akan membersihkan bagian belakang lumbung padi yang padinya baru dijemur.
"Ikut aku dan bawa tali. Gerobag kecil Tatag tercebur di kolam"
Kedua orang cantrik itupun telah mengambil tali yang agak panjang. Merekapun kemudian pergi ke kolam.
Ketika Wikan sampai di ko lam, Tatag sudah berada di pinggir kolam sambil berjongkok. Demikian Wikan datang, maka Tatag itupun berkata "Itu gerobagku ayah"
"Nah, sekarang bagaimana menarik gerobag itu" Tatag
berpikir sejenak. Namun kemudian iapun bangkit berdiri.
Ketika ia mulai beranjak untuk berlari, ayahnya bertanya "Kau akan pergi kemana?"
"Mencari tali ayah. Kita harus menarik gerobag itu dari atas.
Itu akan lebih mudah daripada kita mendorongnya sambil mencebur ke dalam kolam"
"Kenapa kau tidak membawa tali?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tadi belum berpikir, bagaimana menaikkan gerobag itu"
"Tunggu saja. Aku sudah minta dua orang cantrik untuk membantu menarik gerobag itu sambil membawa tali"
Tatag mengangguk-angguk. Seharusnya sejak awal ia
sudah berpikir, bagaimana caranya mengangkat gerobag itu dari dalam air di kolam itu.
Sejenak kemudian maka dua orang cantrikpun telah datang sambil membawa tali ijuk. Dengan tali ijuk itu, maka bagian depan gerobag kecil itupun dijerat oleh salah seorang cantrik itu, kemudian bersama-sama dibantu oleh Tatag mereka menarik gerobag itu dari dalam kolam.
Sejenak kemudian, gerobag itu sudah berada di pinggir kolam. Basah dan kotor oleh lumpur.
"Aku akan membawanya ke parit, ayah"
"Untuk apa?" "Bukankah gerobag itu harus
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dimandikan?" Wikan mengangguk-angguk. Ketika kedua orang cantrik itu akan membantunya,
maka Tatagpun berkata "Aku dapat melakukannya sendiri"
Wikanpun memberi isyarat kepada kedua orang cantrik itu, agar mereka membiarkan Tatag melakukannya sendiri.
Tatagpun kemudian menarik gerobagnya ke pinggir parit yang mengaliri air ke belumbang di kebun belakang itu.
Kemudian Tatagpun menyingsingkan celananya. Dengan tanpa mengenakan baju, Tatagpun kemudian mencuri gerobagnya.
Wikan melihat toh hitam di dada Tatag itu dengan jantung yang berdebar-debar. Wikan sendiri kadang-kadang merasa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran, kenapa ia merasa sangat gelisah dengan toh hitam di dada anak itu.
Sebenarnyalah Wikan memang merasa cemas, bahwa pada
suatu saat, ada orang yang dapat mengenali anak itu. Ada orang yang merasa bahwa ia mempunyai seorang anak
dengan ciri sebagaimana terdapat di dada Tatag. Sementara itu, Tatag mempunyai kebiasaan membuka bajunya. Bahkan dimana-mana. Setiap kali Wikan telah memperingatkannya agar Tatag tidak sering membuka bajunya. Apalagi kalau ada orang lain. Orang dari luar padepokannya.
Tetapi kadang-kadang Tatag lupa. Atau pada saat ia tidak memakai baju ia datang kepada orang lain itu.
Setiap kali Wikan telah mengatakannya kepada Tanjung, agar anaknya jangan membuka bajunya dihadapan orang lain.
Jika pada suatu saat, ada orang yang mencari anaknya dengan ciri-ciri khusus sebagaimana terdapat di dada Tatag, maka dapat saja orang itu berusaha dengan segala cara untuk mengambilnya.
"Tetapi orang tuanya yang sesungguhnya sudah tidak
menghendakinya" berkata Tanjung "ternyata
ia telah diletakkan di depan pintu rumahku"
"Mungkin pada waktu itu. Tetapi kalau dalam perkembangan selanjutnya orang itu berubah pikiran atau bahkan menyesali perbuatannya?"
"Kita dapat mengatakan bahwa anak itu adalah anak kita.
Anak yang aku lahirkan sendiri. Bukankah seisi padepokan ini, kecuali paman dan bibi Udyana menganggap bahwa anak itu adalah anak yang aku lahirkan. Sebelum kita menikah, aku sudah mempunyai anak itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan mencoba mengingat-ingat. Tetapi iapun kemudian berkata "Tetapi mungkin saja ada diantara mereka yang mengetahui, bahwa anak kita adalah anak angkat"
"Katakan, bahwa ada salah seorang saudara kita yang
mengetahuinya, namun mereka adalah keluarga kita. Mereka tentu tidak akan mengatakan kepada orang lain, bahwa anak itu bukan anak kita"
Wikan mengangguk-angguk. Tetapi rasa-rasanya ada saja orang yang mengintip noda hitam di dada Tatag itu.
Demikianlah, Tatag masih saja sangat menarik perhatian seisi padepokan. Termasuk Ki Udyana, Nyi Udyana serta ayah dan ibunya sendiri. Kebiasaannya pergi ke hutan masih saja dilakukannya.
Tatag seakan-akan dapat menjalin persahabatan dengan bergagai jenis binatang, kecuali dengan ular dan buaya. Tatag sendiri tidak tahu, kenapa ia merasa tidak terlalu dekat dengan ular dan buaya, meskipun setiap kali Tatag juga bertemu dengan ular dan sekali-sekali dengan buaya jika ia pergi ke kedung ditikungan sungai.
Dalam pada itu, segerombolan kera telah membawa Tatag ke sebuah gerumbul yang sangat banyak di huni oleh ular.
Dalam gerumbul terdapat berbagai pohon perdu yang berduri.
Semula Tatag tidak tahu, apakah maksud segerombolan
kera itu menunjukkan gerumbul perdu liar di tengah-tengah hutan yang sangat lebat itu kepadanya. Namun akhirnya Tatag tahu, bahwa duri-duri batang perdu di gerumbul itu ternyata mengandung bisa yang sangat tajam.
Tetapi gerombolan kera yang bentuknya agak garang
dengan bulu-bulu di lehernya serta ukuran tubuhnya yang besar itu, setiap kali mencoba menunjukkan kepada Tatag sesuatu yang sangat menarik perhatiannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu kali, seekor kera yang terhitung tua dengan ukuran tubuh yang besar itu menunjukkan kepadanya, seekor kijang yang terkapar mati tidak jauh dari gerumbul itu. Kera itu menunjukkan bekas-bekas luka goresan pada tubuh kijang itu.
Kemudian kera tua itu menunjukkan sebatang ranting
gerumbul berduri. Sehingga Tatag mengatahui, bahwa kera itu ingin menjelaskan bahwa kijang itu mati karena tergores duri yang terdapat pada gerumbul liar yang menjadi sarang ular itu.
Tetapi kera itu kemudian menusuk kawannya yang lebih muda dengan duri itu. Kemudian kera itu memberikan
selembar daun kepada kawannya yang ditusuknya.
Ternyata kera yang makan selembar daun itu tidak apaapa.
Ia tidak mengalami sesuatu oleh bisa yang menyengatnya. Akhirnya dengan berbagai isyarat oleh kera-kera yang nampak menakutkan serta hidup dalam kelompok-kelompok yang besar yang mempunyai keterkaitan yang sangat kuat yang satu dengan yang lainnya itu, Tatag mengetahui bahwa tidak jauh dari gerumbul yang menjadi sarang ular itu, terdapat sebatang pohon yang dapat menawarkan bisa.
"Terima kasih" berkata Tatag kepada kera tua yang
berusaha keras memberitahukan kepadanya itu.
Ketika kemudian Tatag pulang, maka ia telah membawa
beberapa helai daun pohon itu.
Di padepokan Tatagpun berceritera tentang segerombolan kera yang memberitahukan kepadanya, bahwa daun itu dapat melawan bisa ular yang sangat tajam.
"Kau berkata sebenarnya Tatag?" bertanya ayahnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu ayah. Aku melihat, bagaimana kera itu menusuk kawannya dengan duri beracun. Tetapi setelah makan daun ini, kawannya sama sekali tidak terkena akibat racun itu"
Ki Udyanapun tertarik pada penemuan cucunya itu. Tetapi Ki Udyana tidak segera mempercayainya begitu saja. Dihari-hari berikutnya, Ki Udyana telah mengadakan berbagai macam percobaan dengan seekor tikus sawah yang besar, yang berhasil di tangkapnya.
Akhirnya, Ki Udyanapun meyakini, bahwa daun itu memang merupakan daun yang mengandung penawar bisa yang sangat tajam sekalipun. Bahkan dengan warangan dan berbagai macam racun timbuh-tumbuhan yang dikenal oleh Ki Udyana yang mempelajari berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang
dapat dipergunakan sebagai obat serta yang mengandung racun, akhirnya Ki Udyanapun meyakini pula bahwa daun yang dibawa oleh Tatag itu dapat melawan bisa dan racun yang tajam sekalipun.
Beberapa hari kemudian, kera-kera itu tidak saja
memberikan beberapa lembar daun kepada Tatag, tetapi kera-kera itu telah membawa sepotong dahan dan diberikannya kepada Tatag.
Tatag memang tidak tahu maksud kera-kera itu. Tetapi Wikan menduga, bahwa kera-kera itu bermaksud mengatakan, bahwa sepotong dahan itu dapat ditanam dipadepokan.
Ternyata dugaan Wikan benar. Sepotong dahan itupun
kemudian di tanam di antara bebagai macam tanaman yang dapat diramu menjadi obat-obatan. Baik daunnya, batangnya, kulit batangnya, akarnya atau buah dan bunganya. Ternyata dahan itu dapat besemi dan tumbuh dengan suburnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana kera-kera itu tahu, bahwa daun itu dapat
dipergunakan sebagai obat, ayah?" bertanya Tatag pada suatu malam sebelum Tatag tertidur.
"Kera itu telah mengamati pohon itu untuk waktu yang lama, Tatag. Kera-kera itu melihat binatang-binatang yang mati tergores duri yang ada di gerumbul sarang ular itu.
Tetapi kera-kera itu juga melihat, bahwa binatang-binatang yang tergores oleh duri beracun, namun kemudian secara kebetulan m akan daun dari pohon itu, binatang itupun tidak mati. Mungkin kera-kera itu telah melakukan pengamatan bertahun-tahun sengaja atau tidak sengaja, sehingga akhirnya secara naluriah kera-kera itu tahu, bahwa daun itu dapat menawarkan bisa dan racun"
Tatag mengangguk-angguk, sebelum tidur Tatag masih
sempat berceritera tentang kera-kera besar yang menakutkan yang hidup dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa puluh ekor kera. Di hutan itu jenis kera-kera itu terhitung binatang yang ditakuti. Mungkin karena ujudnya yang menakutkan, atau kesetiakawanan mereka yang sangat tinggi.
"Tetapi sebenarnya kera-kera itu baik hati, ayah. Keluarga mereka adalah keluarga yang damai. Jika tidak diusik, kera-kera itu tidak akan berbuat apa-apa. Tetapi jika sekelompok kera itu marah, maka seisi hutan akan menjadi gemetar.
Bahkan seekor harimau lorengpun akan memilih menghindar.
Wikan mengangguk-angguk. Namun sekali-sekali Wikan
juga bertanya tentang keadaan hutan itu. Dan bahkan Wikan masih tetap menasehati Wikan, agar tidak pergi ke hutan.
"Jika aku tidak sekali-sekali pergi ke hutan, binatang-binatang itu akan lupa kepadaku. Sementara itu, binatang-binatang hutan itu sudah merupakan sahabat baikku. Bahkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anjing-anjing liar yang jumlahnya banyak sekali itu tidak akan menyerangku, ayah"
"Tetapi anjing-anjing liar itu sangat berbahaya Wikan"
"Aku pernah berada diantara mereka. Seperti aku pernah menolong anak harimau itu, akupun pernah menolong anak anjing liar yang terperosok ke dalam kedung ditikungan sungai. Hampir saja anak anjing itu di telan buaya. Untung aku dapat menggapainya dan menariknya ke tepi.
"Itu berbahaya sekali, Tatag. Buaya itu sangat berbahaya bagimu. Ia akan dapat mengejarmu, tidak hanya di air, tetapi juga didarat"
"Buaya itu tidak akanberani naik ke darat ayah. Puluhan anjing liar sudah menunggunya di darat. Jika buaya itu naik, maka anjing-anjing liar yang ganas dan rata-rata bertubuh besar itu akan mengkoyak-koyaknya"
Wikan menarik nafas panjang. Tidak ada yang dapat
menjamin, bahwa anjing-anjing liar itu tidak akan menyerang Tatag pada suatu saat.
Tetapi setiap kali Tatag selalu mengatakan, bahwa binatang itu tidak akan mengganggunya jika ia tidak mengganggu mereka lebih dahulu"
"Jika seekor harimau menjadi sangat lapar dan tidak dapat memburu kijang lagi, maka harimau itu menjadi sangat berbahaya bagimu"
"Jika harimau itu akan menerkam aku ayah, maka harimau yang lain akan mencegahnya. Atau mungkin binatang yang lain. Mungkin kera-kera yang besar itu, atau mungkin anjing-anjing liar yang jumlahnya banyak sekali itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Meskipun demikian, Tatag, kau harus tetap berhati-hati.
Jangan lengah karena kau merasa mempunyai banyak sahabat di hutan itu"
"Ya, ayah" Tatagpun mengangguk-angguk. Demikianlah
dari hari ke hari, Tatag menjadi semakin banyak melakukan kegiatan. Tubuhnya tumbuh dengan suburnya. Ia nampak lebih besar dari umurnya yang sebenarnya.
Pada setiap hari, Tatag sudah mulai diperkenalkan dengan tugas-tugas yang harus dilakukannya. Ia tidak saja bermain-main sesuka hati. Ia sudah mulai dibebani dengan kewajiban-kewajiban. Dari menyapu halaman di depan bangunan utama padepokan, sampai tugas-tugas membersihkan kandang kuda.
Tatagpun sudah harus mengisi pakiwan sendiri jika ia akan mandi atau sesudah mandi.
Ternyata Tatag memang seorang yang tubuhnya seakanakan harus selalu bergerak, ada saja yang dilakukannya.
Bukan hanya beban kewajibannya sendiri. Tetapi juga kerja yang lain. Bahkan Tatag suka sekali membelah kayu dengan > kapak. Kerja yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang dewasa.
Bahkan kemudian Tatagpun mulai diperkenalkan dengan
sanggar. Ia sudah harus mulai berlatih dengan bersungguh-sungguh. Jika sebelumnya Tatag hanya sekedar menirukan unsur-unsur gerak yang dilakukan o leh para cantrik, maka ia mulai benar-benar diperkenalkan dengan unsur-unsur gerak yang sesungguhnya.
Namun setiap kali Tatag masih minta ijin untuk pergi ke hutan. Ia masih tetap memelihara hubungan baik dengan binatang-binatang hutan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka tidak boleh lupa kepadaku. Jika terlalu lama aku tidak pergi ke hutan, maka binatang-binatang itu tidak akan dapat mengenali aku lagi.
"Tidak Tatag. Mungkin ujudmu yang tumbuh itu mulai
berubah. Namun baumu akan tetap dikenali oleh binatang-binatang itu" sahut ayahnya.
Sementara itu, Ki Rangga Kriyadipraja dan Ki Tumenggung Yudapangarsa, sudah mulai sibuk dengan kerjanya. Mereka sudah mulai mengatur tanah yang disediakan oleh Ki Demang.
Ki Rangga Kriyadipraja telah meratakan tanah yang seakan-akan bersusun-susun bagaikan tangga raksasa yang memanjat dari lembah sampai ke atas bukit kecil. Ki Rangga
Kriyadiprajapun telah mulai mempersiapkan bahan-bahan bangunan
yang akan diperlukan untuk membangun pasanggrahan itu. Ternyata kedatangan sekelompok gegedug yang mengaku
dari gerombolan Sapu Angin telah memberikan gagasan
kepada Ki Demang untuk minta agar Ki Rangga Kriyadipraja yang memerlukan banyak sekali batu, batu bata dan bambu, membeli dari Ki Demang yang akan membagi tugas kepada rakyatnya yang memerlukan pekerjaan sampingan di samping tugas-tugas mereka di sawah.
"Orang-orang Sapu Angin itu ternyata memberikan gagasan yang menarik Ki Rangga"
"Tentu saja aku tidak berkeberatan. Aku memang harus membeli batu, batu bata dan bambu. Bahkan aku juga
memerlukan kayu cukup banyak"
"Tetapi kami tidak mempunyai kayu jati yang baik"
"Ya. Aku tahu. Karena itu, maka aku dapat membeli apa yang dapat Ki Demang sediakan. Batu, pasir, batu bata, bambu dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin juga kami memerlukan tenaga. Jika ada yang
mempunyai kesempatan, aku sangat
berterima kasih. Sebagian akan kami datangkan tukang-tukang yang sudah berpengalaman dari Mataram. Tetapi disamping mereka, tentu masih banyak tenaga yang kami butuhkan"
Seperti yang diperkirakan oleh Ki Demang, maka
pembangunan pesanggrahan itu akan memberikan beberapa kesempatan kepada rakyatnya untuk mendapat tambahan
penghasilan bagi mereka yang masih sempat. Bahkan Ki Rangga Kriyadiprajapun sudah menghubungi Nyi Demang
untuk mencarikan tenaga yang dapat menyiapkan makan bagi para pekerja.
"Kami memerlukan banyak tenaga untuk mempersiapkan
makan para pekerja itu. Karena itu, terserah kepada Nyi Demang untuk mengusahakan"
"Baik Ki Rangga" sahut Nyi Demang. Namun nada suaranya masih agak ragu.
"Jangan ragu-ragu Nyi Demang. Aku minta Nyi Demang
juga memperhitungkan berapa beaya yang harus aku
keluarkan setiap hari bagi para pekerja yang jumlahnya masih akan kami hitung"
Demikianlah pada satu saat, ditempat yang biasanya sepi itu menjadi sangat sibuk ketika pembangunan pasanggrahan itu kemudian di mulai.
Namun sementara itu, pasukan Mataram yang melawat ke Timur pun sudah berangkat. Satu pasukan yang terhitung sangat besar.
Di padepokan, kesibukan sehari-hari mereka berjalan
seperti biasanya. Kerja keras serta latihan-latihan yang penuh kesungguhan di sanggar tertutup dan di sanggar terbuka, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sawah mereka yang pernah disengketakan dengan sekelompok prajurit Mataram yang menyalah-gunakan wewenangnya telah menghasilkan padi di beberapa musim.
Ketika Ki Rangga Kiryadipraja menawarkan kesempatan
bagi para cantrik untuk memperdalam kemampuan mereka di beberapa bidang, maka Ki Udyanapun menyambutnya dengan hangat.
Beberapa orang cantrik yang memiliki ketrampilan dalam pekerjaan
kayu telah dikirim untuk memperdalam ketrampilannya dalam kerja yang besar. Mereka berada di bawah bimbingan para undagi yang berpengalaman, sehingga dengan demikian beberapa orang cantrik dapat mendalami ketrampilan tentang pekerjaan perkayuan.
Ki Udyanapun juga mengirimkan beberapa orang yang
mendalami pekerjaan sebagai tukang batu.
Bahkan Ki Udyanapun telah mempersiapkan beberapa
orang yang telah mempelajari cara mengukir kayu, sehingga Ki Udyana juga menyertakan lima orang yang memiliki
kemampuan mengukir kayu. Dengan demikian, para cantrik di padepokan Ki Udyana itu selain
memiliki kemampuan olah kanuragan, juga mendapatkan bekal bagi hidup mereka kelak. Mereka akan dapat hidup dengan ketrampilannya, sehingga mereka tidak akan tersesat dengan mempergunakan kemampuan olah
kanuragan mereka untuk mendapatkan uang dengan mudah, tetapi dengan cara yang tidak sewajarnya.
Bahkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun telah menghasilkan beberapa peralatan pertanian yang dikerjakan oleh para cantrik yang telah menguasai ketrampilan sebagai pande besi. para petani yang tinggal di padukuhan-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padukuhan di sekitar padepokan itu sudah tahu, bahwa jika mereka ingin membeli alat-alat pertanian dari besi, mereka dapat membelinya di padepokan yang dipimpin oleh Ki udyana itu. Harganya bahkan lebih murah daripada jika mereka membelinya di pasar, sedangkan buatannyapun cukup baik dan kuat.
Sementara itu, Tatagpun telah dapat menempatkan dirinya.
Ia sudah tahu kewajiban-kewajiban yang dibebankan
kepadanya. Sejalan dengan pertumbuhannya, maka kewajiban yang
dibebankan kepada Tatagpun semakin lama menjadi semakin banyak pula. Tetapi Tatag selalu dapat menyesuaikan dirinya.
Dalam pada itu, di Mataram, Ki Tumenggung Singaprana. Ki Rangga Surawiraga dan Ki Panji Suranegara harus menjalani hukuman karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Tetapi mereka tidak dimasukkan ke dalam satu ruang pada masa hukuman yang harus mereka jalani.
Ki Tumenggung Singaprana berada dalam satu ruang
dengan seorang Tumenggung yang masih terhitung muda.
Sehari-hari Ki Tumenggung muda itu nampak selalu murung.
Bahkan seakan-akan ia sudah tidak lagi mengharapkan
kedatangan hari esok. "Adi Tumenggung Jayawilaga. Aku melihat adi setiap hari
"selalu m urung. Mungkin adi menyesali kesalahan yang pernah adi lakukan. Aku juga menyesal, bahwa aku telah melakukan kesalahan sehingga aku harus tinggal disini. Tetapi bukankah kita tidak harus selalu berwajah mumng dan bahkan cenderung untuk berputus-asa"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasa-rasanya tidak ada lagi hari esok bagiku, kakang Tumenggung Singaprana. Segala sesuatunya sudah runtuh dan tidak mungkin lagi dapat bangun kembali"
"Apa yang sudah terjadi, adi. Aku adalah orang yang telah melakukan kesalahan terbesar di Mataram. Apalagi sebagai seorang prajurit. Aku sudah dinyatakan bersalah karena aku telah memberontak. Aku telah melawan kekuasaan Mataram.
Tetapi aku tidak berputus-asa. Aku berharap bahwa pada saat aku selesai menjalani hukuman, aku masih mempunyai
kesempatan untuk menebus kesalahanku dengan melakukan kebaikan bagi negeri ini"
"Kakang masih berpengharapan. Tetapi aku tidak. Hidupku sudah hancur sama sekali. Aku sudah kehilangan segalagalanya"
Ki Tumenggung Singaprana menarik nafas panjang.
Sebagai seorang yang umurnya lebih tua, maka Ki
Tumenggung Singaprana merasa bahwa ia berkewajiban
untuk membantu meringankan beban perasaan Ki Tumenggung Jayawilaga"
"Adi" berkata Ki Tumenggung Singaprana "selama kita
masih hidup, maka kita akan masih mempunyai kesempatan untuk berbuat sesuatu untuk mempersiapkan masa depan kita. Bukankah adi tidak harus menjalani hukuman seumur hidup" Menurut ceritera adi sendiri, adi hanya akan menjalani hukuman selam empat tahun, sementara adi sudah
menjalaninya seperti-ganya lebih sebelum adi di pindahkan ke ruang ini"
"Ya" "Bukankah waktu adi masih panjang. Adi terhitung masih muda. Setelah adi Tumenggung bebas kelak, maka masih http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak kesempatan bagi adi untuk berbuat baik. Aku yang sudah lebih tua, masih harus menjalani hukuman yang lebih lama.
Untunglah bahwa Raden Tumenggung
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wreda Somadilaga berusaha untuk meringankan hukumanku, sehingga aku juga harus menjalani hukuman empat tahun.
Tetapi aku belum lama mulai, sehingga menurut perhitungan waktu, maka adi Tumenggung akan keluar lebih dahulu dari penjara ini"
"Aku lebih senang untuk menjalani hukuman seumur
hidupku, kakang Tumenggung"
Sepasang Pedang Iblis 13 Gelang Kemala Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Bayangan Dewa 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama