Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 3

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 3


"Tidak. Tetapi senjatamu itu sangat berbahaya bagimu sendiri. Kau akan dapat terbunuh oleh senjata-senjata kalian sendiri itu. Tanpa senjata kita hanya akan menghentikan perlawanan lawan-lawan kita. Tetapi jika ada senjata diantara kita, maka ujung senjata itu akan dapat mengoyak dada"
"Aku memang akan mengoyak dadamu"
"Tetapi yang bernasib buruk dapat saja salah seorang diantara kalian. Atau bahkan dua orang atau ketiga-tiganya"
"Cukup. Kau adalah seorang yang paling sombong yang
pernah aku jumpai. Kiai. Jika kita sekali lagi terlibat kedalam pertempuran, maka kau tidak akan pernah melihat matahari itu terbenam senja nanti"
Kiai Margawasana menarik nafas panjang. Namun kemudian katanya "Sebaiknya akupun memberi peringatan kepada kalian, bahwa senjata-senjata kalian itu akan dapat membunuh kalian sendiri. Karena itu selagi belum terlanjur, hentikan usahamu yang gagal ini. Jika kalian masih akan bertempur lagi, maka yang akan datang kepada kalian adalah kematian"
"Kau justru mulai mengigau. Sebaiknya kau perhatikan langit yang cerah. Matahari yang sinarnya menjadi semakin terik. Sebaiknya kau minta diri daripadanya pada saat-saat kau menatap untuk yang terakhir kalinya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiai Margawasana tertawa pendek sambil berkata "Kalian tidak mau melihat kenyataan tentang orang-orangmu. Lihat kawan-kawanmu yang bertempur melawan anakku itu"
Hampir dituar sadar mereka, kedua orang itu berpaling.
Mereka melihat seorang yang terbaring diatas tanggul. Orang itu telah terlempar dari arena pertumpuran. Tubuhnya telah menimpa sebatang pohon turi yang tumbuh di pinggir jalan, sehingga terasa tulang belakangnya seakan-akan telah menjadi retak,
Kedua orang yang lain masih berusaha untuk menghentikan perlawanan Wikan. Bahkan keduanyapun telah bersenjata pula.
Namun Wikanpun telah menggenggam pedang pula di
tangannya. Ketika kedua orang lawannya itu menyerang bersama-sama, maka Wikan dengan tangkasnya berloncatan sambil memutar pedangnya.
Tiba-tiba saja seorang lawannya terdorong beberapa
langkah surut. Darah mengalir dari bahunya yang terkoyak.
"Kau tidak akan mempunyai kesempatan" berkata Kiai
Margawasana kepada kedua orang lawannya yang sudah
bersenjata itu. "Persetan" geram pemimpin sekelompok orang itu.
"Baiklah" berkata Kiai Margawasana "jika kalian berkeras untuk bertempur dengan senjata, silahkan. Kita akan melihat, siapakah yang akan menentukan dalam pertempuran itu"
Kedua lawannya tidak sabar lagi, keduanyapun segera
berloncatan menyerang. Apa yang akan terjadi, biarlah segera terjadi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertempuranpun kemudian menjadi semakin sengit. Kiai Margawasana telah menggenggam sebilah pisau belati
panjang di kedua belah tangannya.
Dengan sepasang pisau belati panjang itu, Kiai Margawasana mampu mengakhiri pertempuran itu.
Dengan pisau belatinya, Kiai Margawasana berhasil
menggetarkan tangan kedua lawannya. Dengan hentakkan yang keras, maka senjata-senjata lawannya itu telah terlepas dari tangan mereka. Bahkan seorang lawan Kiai Margawasana itu telah menjadi pingsan ketika Kiai Margawasana memukul tengkuknya dengan tangkai pisau belatinya.
Pada saati yang hampir bersamaan, seorang lawan Wikan telah berteriak nyaring. Pedang Wikan telah menggores lambung seorang lawannya.
"Cukup" teriak Kiai Margawasana "jika kalian masih tetap melawan, maka tentu ada diantara kalian yang akan mati.
Kami bukan pembunuh-pembunuh yang haus darah. Karena itu, jika kalian mau menghentikan perlawanan, maka kalian akan aku maafkan, sehingga tidak seorangpun yang akan terbunuh di arena pertempuran ini. Mungkin ada diantara kawan kalian yang terluka, bahkan agak parah. Mungkin pula ada yang telah pingsan. Tetapi mereka tidak akan mati jika kalian yang masih mampu merawat mau merawat dengan
baik" Orang-orang yang telah mencegat Kiai Margawasana itupun akhirnya harus melihat kenyataan tentang keadaan mereka.
Mereka memang tidak berdaya menghadapi dua orang yang berilmu tinggi itu. Bahkan anak muda yang disebut anak Kiai Margawasana itupun telah memiliki ilmu yang sangat tinggi pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang terserah kepada kalian" berkata Kiai Margawasana "apakah kalian masih akan melawan" Jika kalian masih akan bertempur, maka sekali lagi aku peringatkan, salah seorang diantara kalian akan mcnajdi korban, atau bahkan kalian semuanya akan mati"
Orang-orang itu masih merasa ragu. Wikan yang justru bergeser surutpun berkata pula "Kau dengar apa yang
dikatakan oleh Kiai Margawasana" Nah, cepat ambil keputusan. Jika kalian tidak menyerah, maka aku akan memenggal kepala kalian. Kalianlah yang akan menjadi makanan burung bangkai di tengah-tengah jalan ini"
Pemimpin dari sekelompok orang itupun kemudian berkata dengan nada rendah "Kami mengaku kalah. Kami menyerah"
"Baik" berkata Kiai Margawasana"jika
kalian sudah menyerah, maka aku tidak akan membunuh siapapun juga.
Tetapi aku tetap saja ingin tahu, kenapa kalian telah menghentikan
kami disini. Siapakah yang telah memerintahkan kalian dan darimana kalian tahu, bahwa hari ini kami berdua akan pergi ke Mataram"
"Tidak ada yang memerintahkan kami melakukannya, Kiai.
Kamipun secara kebetulan berjumpa dengan Kiai disini.
"Jangan menganggap kami sebagai kanak-kanak yang
mudah sekali di kelabui. Sudahlah, berkatalah berterus-terang.
Aku tidak akan membuka rahasia kalian terhadap siapapun juga"
"Aku berkata sebenarnya, Kiai. Tidak ada orang yang
mengupah aku untuk melakukan tugas ini"
"Jika semuanya ini kau lakukan atas kemauan kalian,
sendiri, itu berarti bahwa kalian benar-benar berniat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memusuhi kami. Karena itu, maka biarlah kami menyelesaikannya dengan tuntas pula"
"Maksud Kiai?" "Kita akan bertempur terus. Kami akan membunuh kalian sampai orang yang terakhir"
"Tetapi..." "Biarlah aku membenamkan kepalanya itu didalam air parit yang dangkal itu. Biarlah bukan saja air yang masuk ke dalam mulutnya, tetapi juga lumpur dan pasir" berkata Wikan.
Orang itu memandang Wikan dengan wajah yang tegang,
sementara Wikan melangkah mendekatinya "Kau mau
mengatakannya atau tidak"
Orang itu mundur selangkah. Ia melihat kesungguhan
memancar di mata anak muda itu. Karena itu, maka katanya
"Jangan anak muda. Jangan benamkan aku ke dalam air parit itu"
"Bukankah air parit itu nampak jernih" Kudaku juga minum air di parit itu"
"Tetapi aku bukan kuda"
"Jika kau bukan kuda, katakan. Kenapa kau mencegat
perjalanan kami. Siapa pula yang telah mengupahmu untuk melakukan kerja ini" bentak Wikan.
Orang itu masih saja ragu-ragu. Tetapi ketika Wikan
bergeser selangkah mendekatinya, sambil mengacukan
pedangnya, maka orang itupun berkata "baiklah. Aku akan mengatakannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika alasanmu masuk akal, aku masih tetap pada sikapku, aku akan dengan suka rela tidak meneruskan per-jalananku ke Mataram" berkata Kiai Margawasana.
Orang itu memandangi Kiai Margawasana dan Wikan
berganti-ganti. Kemudian dengan nada datar iapun berkata
"Aku diupah oleh Ki Tumenggung Darmakitri. Aku diperintahkannya untuk mencegah Kiai Margawasana menemui Ki Tumenggung Reksaniti"
"Darimana kau tahu bahwa hari ini aku akan lewat jalan ini Ki Sanak?"
"Salah seorang utusan Ki Tumenggung Reksaniti memanggil Kiai telah berkhianat. Orang itulah yang mengatakan kepada Ki Tumenggung Darmakitri, bahwa hari ini Kiai akan lewat, karena kesanggupan Kiai untuk ke rumah Ki Tumenggung Reksaniti hari ini"
"Kenapa Ki Tumenggung Darmakitri berkeberatan aku
datang menemui Ki Tumenggung Reksaniti?"
"Telah terjadi persaingan diantara keduanya"
"Persaingan tentang apa?"
"Kedudukan. Keduanya menginginkan kedudukan yang
sama, yang ditinggalkan oleh pejabatnya, keduanya telah berusaha untuk menyingkirkan saingannya dengan cara
apapun juga" "Kau berkata sebenarnya?"
"Ya" "Aku akan menemui Ki Tumenggung Reksaniti. Jika perlu aku akan berbicara pula dengan Ki Tumenggung Darmakitri.
Jika kau berbohong, maka aku akan mencarimu sampai
ketemu. Bahkan seandainya kau bersembunyi di ujung bumi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak berbohong. Aku berkata sebenarnya. Kecuali jika Ki Tumenggung Darmakitri yang berbohong kepadaku"
"Baiklah. Sekarang aku akan meneruskan perjalanan. Kuda-kuda
kami sudah cukup beristirahat. Kau sudah memperpanjang waktu istirahat kuda-kuda kami"
Orang itu termangu-mangu sejenak.
"Rawat kawan-kawanmu. Kali ini kami memaafkanmu"
Kiai Margawasana dan Wikanpun kemudian meninggalkan
orang-orang yang sudah menjadi tidak berdaya itu. Mereka menuruni tebing sungai kecil yang landai itu. Kemudian menyeberanginya. Sejenak kemudian, maka kuda-kuda itupun telah berlari menuju ke pintu gerbang Kota Raja. Mataram.
"Yu Wiyati juga berada di Mataram, guru" berkata Wikan kemudian.
"Kau tahu tempat tinggalnya?"
"Tidak guru" "Ancar-ancarnya?"
"Aku lupa menanyakannya. Tetapi aku pernah mendengar Yu Wiyati menyebut-nyebut alun-alun pungkuran. Bibinya Yu Wandan tinggal di dekat alun-alun pungkuran, sedangkan Yu Wiyati tinggal bersama Yu Wandan"
"Dekat alun-alun pungkuran?" ulang Kiai Mar-gawasana.
"Ya, guru" Kiai Margawasana mengangguk-angguk. Namun ia tidak
bertanya lebih jauh. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, kuda-kuda merekapun berlari melintas di bulak-bulak panjang. Sekali-sekali mereka memasuki jalan di dekat dan bahkan menusuk ke dalam padukuhan itu.
Setiap kali mereka melintas di dekat atau bahkan didalam padukuhan, maka mereka harus menarik kekang kuda mereka sehingga tidak berlari terlalu kencang. Di sore hari, anak-anak banyak yang bermain di sepanjang jalan.
Ketika matahari menjadi semakin rendah, maka merekapun menjadi semakin dekat dengan pintu gerbang Kota Raja.
Karena itu rasa-rasanya ingin segera memasuki Kota Raja yang ramai itu.
Beberapa saat kemudian, sebelum senja, mereka telah
berada di depan pintu gerbang.
Sambil memperlambat lari kudanya, Kiai Margawasana
berkata "Kita akan segera berada di dalam kota"
"Ya, guru. Tetapi apakah guru sudah pernah pergi
mengunjungi Ki Tumenggung Reksaniti"
"Sudah Wikan. Aku sudah pernah pergi ke rumahnya
beberapa kali. Rumahnya tidak berada di tengah-tengah Kota Raja. Tetapi agak ke pinggir. Tidak terlalu jauh dari pintu gerbang"
Wikan mengangguk-angguk. "Tetapi rasa-rasanya tinggal di pinggir justru terasa tenang seperti tempat tinggal Ki Tumenggung Reksaniti itu. Udara masih terasa segar. Sementara itu, kebersamaan diantara para tetangga masih terasa sekali. Mereka masih merasa satu dengan lingkungannya, sehingga mereka masih dapat memikul suka dan duka bersama-sama"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan mengangguk-angguk. Dengan nada datar iapun
bertanya "Masih seperti di padukuhan, guru"
"Ya. Sifat-sifat seperti kehidupan di padukuhan masih tersisa"
"Ya, guru" "Berbeda dengan kehidupan di tengah-tengah kota. Sifat kebersamaan itu sudah menjadi semakin kabur. Orang-orang yang hidup di tengah-tengah kota rasa-rasanya sudah
berubah. Mereka sangat mementingkan diri sendiri" Namun Kiai Margawasanapun segera menyambung "tetapi tentu saja tidak semua orang. Dimanapun di bagian bumi ini terdapat orang-orang yang baik dan orang-orang yang tidak baik.
Orang-orang yang mementingkan diri sendiri dan orang-orang yang masih merasa satu dengan lingkungannya"
Wikan mengangguk-angguk. Sementara itu kudanya telah menyusup di bawah gerbang kota.
Sejenak kemudian, Wikan dan gurunya telah berkuda di dalam Kota Raja Mereka tidak dapat melarikan kuda mereka seperti sedang berpacu. Tetapi mereka harus menahan agar kuda mereka tidak berlari terlalu kencang.
Meskipun demikian, sekali-sekali nampak anak-anak muda melarikan kudanya seperti di kejar hantu tanpa menghiraukan kemungkinan buruk yang dapat terjadi dengan orang-orang yang berjalan kaki. Jika kuda yang berlari kencang itu menyentuh seseorang yang sedang berjalan kaki, maka
akibatnya sangat buruk bagi pejalan kaki itu.
"Kenapa mereka sangat tergesa-gesa guru?" bertanya
Wikan. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka bukannya tergesa-gesa" jawab gurunya "tetapi mereka adalah anak-anak muda yang tidak tahu tatanan.
Mereka justru anak orang-orang besar yang karena
kesibukannya tidak sempat membimbing anaknya. Anak-anak muda yang demikian, biasanya di hari tuanya juga tidak akan dapat
hidup dalam lingkungan yang merasa satu penanggungan. Jika mereka berada didalam satu lingkungan, maka
mereka tentu akan menghitung-hitung bahwa lingkungan itu akan dapat memberikan keuntungan kepadanya. Jika mereka berbuat baik, maka mereka tentu mempunyai pamrih. Mungkin pamrih kewadagan, tetapi
mungkin juga untuk mendapat pujian agar keberadaannya disatu kedudukan akan menjadi semakin kokoh"
Wikanpun mengangguk-angguk.
Namun gurunyapun berkata pula "Tetapi seperti juga para penghuni di tengah-tengah kota ini. Ada anak muda yang buruk. Tetapi tentu ada pula yang baik. Anak-anak orang besarpun ada pula yang mengerti arti dari kebersamaan dengan lingkungannya"
Wikan masih saja mengangguk-angguk. Ternyata nafas
kehidupan di Kota Raja itu jauh lebih beraneka daripada kehidupan di padukuhannya.
Sejenak kemudian, keduanya telah berbelok di sebuah
simpang empat memasuki jalur jalan yang lewat di sebuah lingkungan hunian yang padat. Halaman-halaman rumah tidak lagi seluas halaman rumah di padesan. Namun rumah-rumah yang tidak terlalu besar, yang berada di halaman yang juga tidak begitu luas itu nampak bersih dan tertata rapi.
Beberapa saat kemudian, ketika bayangan senja mulai
mengaburkan wama langit, keduanya telah sampai ke rumah yang mereka tuju. Rumah Ki Tumenggung Reksaniti nampak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih besar dari rumah-rumah disekitamya. halamannyapun nampak lebih luas bersih dan asri. Beberapa kelompok pohon bunga tumbuh di pinggir halaman. Sekelompok kembang
Soka. Rumpun bunga mawar merah dan putih. Disudut lain nampak scgcrumbul kembang melati yang sedang berbunga lebat sekali.
Keduanyapun kemudian turun di depan regol halaman
rumah Ki Tumenggung. Mereka kemudian menuntun kuda
mereka memasuki halaman. Di pendapa lampu minyak sudah menyate dengan terangnya.
"Dimana kita akan mengetuk pintu, guru. Pintu pringgitan atau pintu scketeng?"
"Kita akan mengetuk pintu seketeng saja. Wikan"
Wikan mengangguk. Setelah menambatkan kuda mereka, di patok-patok yang tersedia di sebelah gandok, maka merekapun segera pergi ke pintu seketeng.
Tetapi sebelum mereka mengetuk pintu, pintu seketeng itu sudah dibuka dari dalam, sehingga keduanya justru bergeser mundur selangkah.
-ooo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 3 "SELAMAT malam Ki Sanak " Orang itu memberi
salam "Ki Sanak mencari
siapa?" "Kami ingin menghadap
Ki Tumenggung Reksaniti"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ki Tumenggung Reksaniti?" ulang orang itu.
"Ya, Ki Sanak" "Apa keperluan Ki Sanak?" "Ki Tumenggung memanggil kami untuk menghadap" Orang itu termangu- mangu sejenak. Kemudian katanya "Baiklah, silahkan duduk diserambi gandok. Aku akan menyampaikannya kepada Ki Tumenggung"
"Terima kasih" sahut Kiai Margawasana.
"Siapakah nama Ki Sanak?"
"Namaku Margawasana"
"Ki Tumenggung kenal akan nama itu?"
"Ya. Ki Tumenggung akan mengenal nama itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itupun kemudian meninggalkan Kiai Margawasana
dan Wikan berdiri termangu-mangu.
Namun Kiai Margawasana itupun kemudian mengajak
Wikan untuk duduk disebuah lincak bambu di serambi gandok.
Sejenak kemudian, mereka melihat pintu pringgitan
terbuka. Seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar keluar dari ruang dalam.
"Dimana mereka?" terdengar orang itu bertanya.
"Aku minta mereka menunggu di serambi gandok, Ki
Tumenggung" "Bocah edan. Orang itu adalah saudaraku. Kenapa tidak kau persilahkan naik ke pringgitan"
"Aku, aku tidak tahu, Ki Tumenggung. Nampaknya mereka datang dari padesan"
"Aku juga datang dari padesan"
"Baik. Baik. Aku akan mempersilahkannya"
"Bukan kau. Tetapi aku sendiri"
Ki Tumenggung itupun kemudian telah turun dari pendapa menuju ke serambi gandok. Sementara itu Kiai Margawasana dan Wikanpun telah bangkit berdiri.
"Mari, kakang. Silahkan duduk di pringgitan"
"Bukankah disini udara terasa lebih segar?"
"Ah, jangan begitu, kakang. Marilah kita akan berbincang di pringgitan"
Kiai Margawasanapun memberi isyarat kepada Wikan, agar mereka mengikut Ki Tumenggung naik ke pendapa dan
langsung pergi ke pringgitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian merekapun telah duduk di pringgitan.
Demikian mereka duduk, maka Ki tumenggungpun telha
mengucapkan selamat datang, serta mempertanyakan keselamatan keluarga padepokan yang ditinggalkannya.
Baru kemudian Ki Tumenggung itu bertanya"Siapakah anak muda itu, kakang"
"Muridku, adi Tumenggung. Muridku yang bungsu"
"Bungsu" Jadi di padepokan sekarang sudah tidak ada
murid lagi?" "Ada. Mereka justru datang lebih dahulu dari muridku yang satu ini. Tetapi anak ini mempunyai banyak kelebihan sehingga ia dapat menyelesaikan kawruh yang aku ajarkan lebih dahulu dari yang lain"
"Apakah kemudian kakang tidak menerima murid lagi?"
"Aku sudah tua, di. Mungkin nanti jika sudah ada orang yang siap untuk menggantikan kedudukanku, perguruanku akan menerima murid lagi"
"Apakah kakang tidak mempersiapkan salah seorang murid kakang untuk pada saatnya menggantikan kedudukan
kakang?" "Sebenarnya aku sudah melakukannya. Aku telah membina seorang muridku. Bahkan selain muridku yang bungsu ini, ia adalah orang yang sudah tuntas. Bahkan telah memiliki pengalaman yang sangat luas"
"Kenapa kakang tidak segera menunjuknya untuk setidak-tidaknya membantu kakang memimpin perguruan kakang.
"Orang itu masih belum bersedia, di. Ia menganggap
dirinya masih belum siap"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah orang itu" Barangkali aku sudah mengenalnya"
"Adi tentu sudah mengenalnya. Mina. Bahkan isterinyapun seorang yang mumpuni pula"
"Mina. Ya. Aku mengenalnya. Apakah isterinya juga berasal dari perguruan kakang atau dari perguruan lain?"
"Juga dari perguruanku. Keduanya datang hampir bersamaan. Pada saat itu aku mempunyai lima orang mentrik.
Tetapi empat diantaranya telah meninggalkan sebelum
tuntas. Ada saja alasannya. Ada yang dipanggil pulang karena ibunya tinggal seorang diri. Ada yang dipanggil orang tuanya untuk menikah"
"Tetapi yang seorang itu berhasil menyelesaikan masa bergurunya?"
"Ya. Justru karena perempuan itu kemudian menikah
dengan seorang cantrik. Nampaknya pernikahan mereka telah mendorong mereka untuk memantapkan niat
mereka menimba ilmu hingga tuntas. Ternyata keduanya berhasil"
"Selain mereka, bagaimana dengan muridmu yang bungsu ini?"
"Anak ini juga sudah tuntas. Tetapi ia masih terlalu muda.
Pengalamannyapun masih belum begitu banyak"
Ki Tumenggung Reksaniti tersenyum sambil menganggukangguk. Sambil memandangi Wikan, Ki Tumenggungpun
berkata "Pada saatnya ngger. Kau akan sampai kejenjang yang tertinggi di perguruanmu asal kau tidak merasa jemu tinggal di perguruan"
"Ia sudah tidak tinggal di perguruan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tumenggung Raksaniti mengerutkan dahinya sambil
bertanya "Kenapa?"
"Ibunya tinggal sendiri di rumah sepeninggal ayahnya.
Kedua saudara perempuannya telah meninggalkan rumahnya pula. Seorang sudah menikah dan ikut bersama suaminya, sedangkan seorang lagi berada di Kota Raja ini"
"Tinggal di Kota Raja?"
"Ya" "Untuk apa?" "Berdagang Ki Tumenggung" Wikanlah yang menyahut.
"Berdagang" Dimana mbokayumu tinggal?"
"Aku belum pernah datang ke tempat tinggalnya Ki
Tumenggung. Tetapi aku pernah mendengar Yu Wiyati dan Yu Wandan menyebut-nyebut alun-alun pungkuran. Mungkin
mereka tinggal di dekat alun-alun pungkuraa "
Ki Tumenggung itupun mengangguk-angguk. Katanya
"Biarlah esok seseorang membantumu mencari rumah
mbokayumu itu" Wikan mengangguk hormat sambil menujawab "Ya, Ki
Tumenggung" Pembicaraan mereka terhenti sejenak, ketika Ki Tumenggung mempersilahkan Ki Margawasana dan Wikan
minum minuman serta makan makanan yang telah dihidangkan. Baru kemudian Ki Margawasanapun berkata "Adi Tumenggung. Telah datang ke
rumahku utusan adi Tumenggung yang minta aku menemui adi. Utusan itu tidak mengetahui kepentingan adi memanggil aku. Nah, bukankah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaiknya jika adi sekarang memberi-tahukan kepadaku, persoalan apa yang sedang adi hadapi sekarang ini, sehingga adi telah memanggil aku kemari"
"Maaf kakang. Tentu aku tidak berani memanggil kakang.
Aku hanya berani minta kakang untuk mengunjungiku. Sudah lama kita tidak bertemu"
"Tetapi tentu ada masalah yang mengganggu adi. Setidak-tidaknya adi minta aku membantu memecahkan masalah itu"
"Tetapi kakang tentu masih lelah. Biarlah kakang
beristirahat dahulu. Mungkin kakang akan mandi dan
berbenah diri. Biarlah nanti, setelah kakang menjadi segar kembali, sambil makan malam kita bicarakan persoalan itu"
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Tetapi ia tidak menolak. Tubuhnya memang terasa menjadi tebal dilekati debu yang terhambur pada saat kulitnya basah oleh keringat.
Seorang pelayan di rumah Ki Tumenggung Reksaniti telah mengantar Ki Margawasana dan Wikan ke bilik yang ada di gandok. Bilik yang nampaknya memang sudah disiapkan bagi mereka
berdua. Bergantian Ki Margawasana dan Wikan pergi ke paki wan untuk mandi.
Setelah berbenah diri dan beristirahat sejenak, maka Ki Tumenggungpun telah mempersilahkan mereka masuk ke
ruang dalam. Lampu telah menyala di mana-mana. Dipendapa dan
pringgitan nampak terang berderang. Namun mereka tidak duduk dan berbincang di pringgitan. Tetapi merekapun kemudian telah duduk di ruang dalam.
Makan malam telah disiapkan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika mereka bertiga telah duduk dan menghadapi makan malam, maka Ki Margawasanapun berkata "Di. Sejak aku datang, aku belum bertemu dengan Nyi Tumenggung"
Ki Tumenggung menarik nafas panjang. Katanya "Isteriku sedang sakit, kakang. Justru pada saat yang gawat ini. Aku telah membawanya pulang ke rumahnya. Aku titipkan kepada ayah dan ibunya"
Ki Margawasanapun mengangguk-angguk. Tetapi ia belum tahu, persoalan apakah yang sebenarnya di hadapi oleh Ki Tumenggung Reksaniti.
Sejenak kemudian, maka Ki Tumenggungpun mempersilahkan kedua tamunya untuk makan bersama Ki
Tumenggung. Sambil makan, maka Ki Margawasanapun
bertanya "Apa yang sebenarnya terjadi disini, di. Sehingga Nyi Tumenggung harus mengungsi"
"Persaingan yang tidak sewajarnya, kakang"
"Persaingan?" "Ya. Seorang Tumenggung Wreda telah meninggal dunia
beberapa saat yang lalu. Ki Tumenggung Wreda itu
mempunyai kekuasaan di wilayah sebelah Utara Prambanan.
Daerah yang subur dan menjanjikan pajak serta pungutan yang lain melampaui daerah-daerah lainnya. Para pemimpin di istana pernah menyebut dua nama untuk menggantikan
kedudukan Ki Tumenggung yang telah meninggal. Aku dan Ki Tumenggung Darmakitri. Namun pilihan para pemimpin itu agaknya condong kepadaku, meskipun ada satu dua orang yang tetap mendukung Ki Darmakitri" Ki Tumenggung
Reksaniti itu berhenti sejenak. Disuapinya mulutnya. Kemudian Ki Tumenggung itupun minum seteguk sambil merenung
sesaat. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana dan Wikan tidak menyela sama sekali.
Mereka menunggu Ki Tumenggung itu melanjutkan ceriteranya. "Kakang" berkata Ki Tumenggung kemudian "sebenarnya
aku tidak mati-matian memperjuangkan kedudukan itu.
Segalanya terserah para pemimpin di Mataram. Tetapi
nampaknya Ki Tumenggung Darmakitri sangat bernafsu untuk mendapatkan kekuasaan di sebelah Utara Prambanan itu.
Disana ada beberapa kademangan yang memiliki segalagalanya yang dapat membuat seorang penguasa menjadi kaya raya sebagaimana Ki Tumenggung yang telah meninggal itu"
Ki Margawasana dan Wikanpun mendengarkannya dengan
sungguh-sungguh. "Itulah pangkal dari permusuhan yang terselubung ini, kakang. Menurut gelar lahiriah, kami, maksudku aku dan Ki Tumenggung Darmakitri tetap bersikap baik. Apalagi di hadapan para pemimpin di Mataram. Seakan-akan tidak ada persoalan apapun di antara kami berdua. Tetapi ternyata Ki Tumenggung Darmakitri telah mengancam hidupku"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Namun kemudian
iapun bertanya "Apa yang sudah dilakukannya?"
"Dua orang telah datang ke rumah ini pada suatu malam.
Mereka berhasil masuk ke dalam bilik tidurku. Untunglah, bahwa pada saat yang tepat aku terbangun. Agaknya
seseorang diantara mereka telah menyentuh geledeg di bilikku sehingga tergeser sedikit. Tetapi suara gesekannya yang tidak begitu keras itu telah membangunkan aku. Dengan demikian aku mempunyai kesempatan untuk membela diri. Seorang terbunuh dalam perkelahian yang singkat di dalam ruangan yang tidak begitu luas. Seorang yang lain sempat melarikan diri. Sebelum mati, yang seorang sempat aku bujuk untuk http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatakan, siapakah yang mengupahnya. Untuk melapangkan jalannya, orang itu berniat mengurangi dosanya dengan menyebut nama Ki Tumenggung Darmakitri. Tetapi apa yang dikatakannya tidak akan dapat dijadikan pegangan untuk menuntut Ki Tumenggung Darmakitri karena orang itupun segera meninggal"
"Jadi ia sudah mencoba membunuh adi"
"Ya, kakang. Peristiwa itu membuat isteriku sangat terkejut sehingga menjadi sakit. Karena itu aku memutuskan untuk membawanya pergi dari rumah ini. Di rumahnya ia akan mendapat perlindungan yang baik. Aku percaya kepada
ayahnya. Selain ayahnya ada dua adiknya yang akan dapat menjaganya. Selain mereka, ada beberapa orang laki-laki di rumahnya. Karena ayahnya seorang saudagar ternak, maka ia mempunyai beberapa orang pembantu di rumahnya"
"Bukankah disini adi dapat minta perlindungan para
prajurit" Adi dapat memanggil sekelompok prajurit untuk ditempatkan di rumah ini"
"Aku tidak dapat mempercayai seseorang kakang. Bukan maksudku bahwa semua orang tidak dapat dipercaya. Tetapi aku tidak dapat memilih. Mungkin orang yang bertugas disini justru orang-orang Ki Tumenggung Darmakitri. Seandainya semula mereka tidak mempunyai hubungan dengan Ki
Tumenggung Darmakitri, namun setelah orang itu bertugas disini, Ki Tumenggung Darmakitri sempat menghubunginya dan kemudian mengupahnya untuk melakukan kejahatan itu"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Katanya "Kau benar di. Ternyata bahwa orang yang kau tugaskan datang
kepadaku juga sudah berkhianat. Seorang diantara mereka adalah orang yang mempunyai hubungan dengan Ki
Tumenggung Darmakitri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Darimana kakang tahu?"
Ki Margawasanapun kemudian menceritakan perjalanannya ke Mataram. Beberapa orang telah menghentikannya dan mencoba untuk memaksanya kembali sebelum ia sampai di Mataram.
Ki Tumenggung Reksaniti itu mendengarkannya dengan
sungguh-sungguh. Bahkan jantungnya terasa menjadi berdebar-debar. "Kakang melepaskan mereka semuanya?"
"Ya, di" "Kenapa kakang tidak membawa mereka kepadaku"
Setidak-tidak seorang diantara mereka. Dengan demikian orang itu akan dapat
berbicara banyak tentang Ki
Tumenggung Darmakitri. Maksudku, dalam hubungannya
dengan keselamatanku"
"Pada waktu itu aku tidak memahami persoalan yang
sebenarnya. Aku hanya berpikir untuk tidak mempertajam persoalan yang sudah ada"
"Baiklah, kakang. Tetapi bukankah sekarang kakang sudah menjadi jelas?"
"Ya. Aku sudah menjadi jelas.'"
"Karena itulah, maka aku minta kakang datang kemari.
Terus terang. Aku ingin mendapatkan kawan yang benar-benar dapat aku percaya di rumah ini. Untuk menghadapi kegilaan Tumenggung Darmakitri aku merasa terlalu lemah.
Tumenggung Darmakitri tentu tidak akan berhenti dengan kegagalan-kegagalannya itu. Ia dapat berbuat lebih jahat lagi.
Tumenggung Darmakitri adalah seorang yang dapat mengesahkan segala cara untuk mencapai tujuannya "Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Reksaniti berhenti sejenak. Kemudian katanya
"Aku tidak ingin berbuat sebagaimana dilakukannya, kakang.
Aku hanya ingin melindungi diriku sendiri dari ketamakannya.
Tetapi akupun tidak dapat mengelak dari pencalonan ini. Jika aku menolak, maka namaku akan tercemar, karena kemudian tentu tersebar kabar bahwa aku menjadi ketakutan karena ancaman sainganku"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimanakah jika adi melaporkan hal ini kepada para pemimpin di Mataram?"
"Aku tidak mempunyai bukti atau saksi kakang"
"Seandainya aku dapat membawa orang-orang yang
mencegatku di perjalanan"
"Namun agaknya itupun belum menjadi jaminan bahwa
laporanku akan didengar. Bahkan mungkin aku dapat
dianggap memfitnah dengan cara yang sangat licik. Mengupah orang untuk memberikan kesaksian palsu"
Ki Margawasanapun mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah adi. Aku akan berada disini untuk beberapa saat. Mungkin aku dapat membantu. Wikanpun akan berada disini bersamaku"
"Terima kasih, kakang. Mudah-mudahan para pemimpin di Mataram segera menetapkan, siapakah yang memegang
jabatan itu. Jika sudah ditetapkan siapakah yang akan memegang kuasa di daerah yang dianggap dapat menjadi tambang kekayaan itu, tentu tidak akan ada perebutan lagi.
Bahkan sebenarnya aku ingin Ki Tumenggung Darmakitrilah yang akan ditetapkan. Mungkin kakang mentertawakan aku, bahwa
aku benar-benar menjadi ketakutan. Tetapi sebenarnyalah di hari-hari menjelang saat-saat berakhirnya tugasku ini, aku ingin hidup tenteram. Aku sama sekali tidak bermimpi untuk menjadi kaya raya dengan memeras rakyat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tinggal di kademangan-kademangan yang berada di sebelah Utara Prambanan. Biarlah mereka menikmati
tanahnya yang subur sebagai satu kurnia dari Yang Maha Pemurah"
"Jika benar Ki Tumenggung Darmakitri yang mendapat
beban tugas untuk berkuasa di tanah itu?"
Ki Tumenggung Reksaniti menarik nafas panjang. Sambil menggelengkan kepalanya iapun menjawab "Entahlah. Aku tidak tahu, apa saja yang akan dilakukannya. Tetapi menilik wataknya, maka rakyat di sebelah utara Prambanan akan menghadapi masa-masa yang lebih berat dari masa
sebelumnya, meskipun Tumenggung yang semula berkuasa di daerah itupuri telah menjadi kaya. Namun Ki Tumenggung Darmakitri akan bertindak lebih jauh lagi"
"Jika demikian, adi harus berjuang lebih keras, justru untuk merebut jabatan itu"
Ki Tumenggung Reksaniti mengerutkan dahinya.
"Dengan demikian, adi Tumenggung akan mendapat
kesempatan untuk membebaskan orang-orang yang tinggal di daerah itu dari pemerasan Ki Tumenggung Darmakitri, kecuali jika adi Tumenggung Reksaniti kemudian berubah justru setelah mendapat jabatan itu"
Ki Tumenggung Reksaniti menarik nafas panjang.
"Menurut pcndapatku, adi tidak mempunyai pilihan lain"
"Kakang" berkata Ki Tumenggung Reksaniti kemudian "aku mengerti. Tetapi aku tidak dapat berbuat lebih jauh daripada menyerahkan keputusannya kepada para pemimpin di
Mataram. Jika aku menunjukkan sikap yang lebih tajam lagi, maka perebutan kedudukan itu akan menjadi semakin jelas http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak diantara para pemimpin di Mataram. Aku malu,
kakang. Biarlah para pemimpin yang memutuskan. Yang dapat aku lakukan adalah melindungi diriku sendiri dari kemungkinan buruk karena nafsu ketamakan Ki Tumenggung Darmakitri"
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Katanya "Jika
demikian, baiklah. Seperti yang aku katakan tadi, biarlah aku tinggal disini beberapa lama. Aku sudah minta beberapa orang muridku yang sudah dapat dipercaya untuk memimpin
padepokan selama aku pergi"
"Terima kasih, kakang. Tetapi mudah-mudahan tidak ada apa-apa yang terjadi setelah Ki Tumenggung Darmakitri mengalami kegagalan-kegagalan. Tetapi hal itu aku ragukan menilik watak Ki Tumenggung Darmakitri"
"Tugas kita adalah, mencari saksi dan bukti. Mudahmudahan kita mendapatkannya jika Ki Tumenggung Darmakitri masih akan melanjutkan usahanya menyingkirkan adi Tumenggung"
"Ya, kakang. Tetapi keberadaan kakang dan Wikan di
rumah ini membuat hatiku menjadi tenang. Sebelumnya aku hanya mempersenjatai orang-orangku yang tidak memiliki pengalaman. Seorang pekatikku telah memanggil dua orang pamannya yang kebetulan adalah bekas prajurit yang serba sedikit memiliki kemampuan mempergunakan senjata. Mereka aku minta tinggal disini untuk membantuku jika terjadi Ki Margawasanapun mengangguk-angguk pula. Katanya
"Baiklah. Keberadaan mereka disini akan dapat membantu kita. Jika Ki Tumenggung Darmakitri akan melanjutkan niatnya, ia tentu akan mengirim orang lebih banyak lagi setelah orang-orangnya gagal memaksa aku mengurungkan niatku datang kemari" sesuatu setelah orang upahan Ki Tumenggung Darmakitri itu gagal membunuhmu. Aku justru http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpendapat, bahwa Tumenggung Darmakitri tidak akan dapat memperalat kedua orang bekas prajurit yang tidak dikenalnya sama sekali itu"
Ki Margawasanapun mengangguk-angguk pula. Katanya "Baiklah. Keberadaan mereka disini akan dapat membantu kita.
Jika Ki Tumenggung Darmakitri akan melanjutkan
niatnya, ia tentu akan mengirim orang lebih banyak
lagi setelah orang-orangnya
gagal memaksa aku mengurungkan niatku datang kemari" "Ya. Bahkan aku telah
minta keduanya untuk mengajari orang-orangku yang biasanya hanya bekerja
disawah serta mengurus,ternak itu untuk mengenali senjata serba sedikit. Namun agaknya ada juga gunanya. Setidak-tidaknya ada tiga orangku yang memiliki modal keberanian"
"Besok kami akan dapat berkenalan dengan orang-orang yang sudah lebih dahulu ada disini"
"Baik, kakang. Tetapi jangan menilai mereka sebagaimana kakang menilai murid-murid kakang. Bahkan kedua orang bekas prajurit itu"
Ki Margawasanapun tersenyum.
Demikianlah, maka merekapun telah menyelesaikan makan malam mereka. Setelah para pelayan menyingkirkan mangkuk-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mangkuk yang kotor, maka mereka bertiga masih saja duduk-duduk sambil berbincang panjang, sehingga malam menjadi larut
Baru menjelang tengah malam Ki Tumenggung Reksanitipun berkata "Kakang. Hari telah jauh malam. Kakang tentu letih setelah menempuh perjalanan panjang, dan bahkan melayani orang-orang upahan Tumenggung Darmakitri
bermain-main. Silahkan kakang beristirahat"
Ki Reksanitipun kemudian mengantar Ki Margawasana dan Wikan ke gandok untuk beristirahat.
Malam itu tidak terjadi sesuatu di rumah Ki Tumenggung Reksaniti. Ki Margawasana dan Wikan sempat tidur nyenyak dibilik yang disediakan bagi mereka di gandok. Bilik yang rapat, sehingga mereka tidak mencemaskan bahwa seseorang akan dapat menyusup dengan diam-diam. Telinga Ki
Margawasana adalah telinga yang sangat tajam. Bahkan Wikanpun telah melatih pendengarannya dengan sebaik-baiknya. Jika ada seseorang yang berusaha menyusup masuk dengan mengoyak dinding atau lewat atap, mereka tentu akan terbangun.
Pagi-pagi sekali Wikan telah bangun. Iapun langsung pergi ke sumur menimba air untuk mengisi pakiwan sebelum mandi.
Namun ternyata bahwa jambangan di pakiwan itu telah
penuh. Karena itu, ia minta Ki Margawasanalah yang mandi lebih dahulu sementara Wikan menimba air.
"Biarlah aku saja yang mengisinya" berkata salah seorang pembantu di rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
Tetapi Wikan menjawab sambil tersenyum "Aku perlu
menggerakkan tubuhku agar aku tidak lagi merasa dingin"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan itu tidak mendesaknya.
Setelah mandi dan berbenah diri, Ki Margawasana dan
Wikanpun duduk-duduk di serambi gandok sambil mengamati halaman rumah Ki Tumenggung Reksaniti yang luas dan
nampak bersih itu. Namun Ki Tumenggung Reksaniti memang seorang
Tumenggung yang sederhana. Rumahnya bukan sebuah
rumah yang berlebihan. Meskipun nampak bersih, tetapi rumah itu serta perabotnya nampak biasa biasa saja.
Agaknya kesederhanaannya itulah yang menarik perhatian beberapa orang pemimpin di Mataram untuk menyerahkan tugas yang berat kepadanya. Para pemimpin itu agaknya berharap bahwa Ki Tumenggung Reksaniti akan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya serta berlandaskan dengan kejujuran sebagaimana nampak pada sikapnya sebelumnya.
Tetapi beberapa orang yang lain telah mencoba untuk
mengedepankan Ki Tumenggung Darmakitri. Tentu saja
mereka tidak melakukannya tanpa maksud apa-apa. Jika Ki Tumenggung Darmakitri terdampar di ladang yang subur, maka mereka tentu akan terpercik oleh kesuburan itu pula. Ki Tumenggung Darmakitri tentu tidak akan melupakan mereka.
Benturan kepentingan itulah yang menyulut pertentangan tersembunyi di Mataram.
Beberapa saat kemudian, Ki Reksaniti telah mempersilahkan mereka masuk ke ruang dalam untuk makan pagi. Sementara itu, Ki Reksaniti sudah siap untuk pergi ke istana.
"Apakah hari ini Ki Tumenggung akan menghadap di
paseban?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, kakang. Tetapi aku merasa perlu untuk mendengar perkembangan keadaan di istana. Terutama menyangkut
rencana pengangkatan penguasa di sebelah Utara Prambanan itu"
Ki Margawasana mengangguk. Tetapi kemudian iapun
bertanya "Adi akan pergi seorang diri ke istana?"
Ki Tumenggung Reksaniti tertawa. Katanya "Tidak apa-apa kakang"
Demikianlah, setelah makan pagi serta setelah beristirahat sejenak, maka Ki Tumenggungpun segera meninggalkan
rumahnya, sebelum Ki Tumenggung berangkat, maka Ki
Tumenggung telah memperkenalkan Ki Margawasana dan
Wikan sebagai saudara sepupunya dan kemanakannya.
"Mereka akan berada disini untuk beberapa hari. Kalian tentu tahu maksudnya"
Orang-orangnya itupun mengangguk-angguk. Demikian
pula kedua orang bekas prajurit yang berada di rumah itu.
Hari itu, pada saat Ki Tumenggung pergi, Ki Margawasana dan Wikan menyaksikan, bagaimana kedua orang prajurit itu memberikan beberapa petunjuk tentang olah senjata.
Beberapa orang laki-laki pembantu di rumah Ki Tumenggung itu dengan sungguh-sungguh berlatih bagaimana mereka mempergunakan senjata. Jika di setiap hari mereka
memegang cangkul, bajak, parang dan kapak, maka kedua orang prajurit itu mengajarinya memegang hulu pedang dan landean tombak.
Namun karena mereka melakukannya dengan sungguhsungguh, terutama tiga orang yang paling berani diantara mereka, maka merekapun mulai tidak canggung lagi
memegang senjata. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus juga, guru" desis Wikan.
"Ya. Kita tidak usah mengganggu mereka. Aku kira cara yang dipergunakan oleh kedua orang prajurit itu adalah cara yang pernah mereka lakukan di dunia keprajuritan. Tetapi menurut pendapatku, yang dilakukan itu sudah cukup
memadai. Orang-orang itu tidak lagi semudah batang pisang yang ditebang, seandainya mereka harus berhadapan dengan orang-orang upahan. Apalagi bersama para bekas parajurit dan kita berdua. Mudah-mudahan mereka tidak menjadi
tumbal keserakahan Ki Tumenggung Darmakitri"
Wikan mengangguk-angguk. Kesungguhan dari para
pembantu di rumah Ki Tumenggung itu untuk berlatih,
agaknya membantu mereka untuk mempercepat usaha kedua orang bekas prajurit yang ada di rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu.
Dengan demikian, maka Ki Margawasana dan Wikan sama
sekali tidak mencampuri latihan-latihan yang dilakukan oleh para pembantu di rumah Ki Tumenggung Reksaniti yang
dilakukan olehkedua orang prajurit itu.
Namun untuk beberapa saat keduanya menunggui latihan-latihan itu. Dengan rendah hati seorang diantara kedua orang prajurit itupun berkata "Ki Margawasana. Kami mohon Ki Margawasana dapat meluruskan kekeliruan kami dalam latihan seadanya ini"
"Tidak ada yang salah, Ki Sanak" sahut Ki Margawasana "
semuanya berjalan sebagaimana seharusnya. Ki Sanak berdua mempergunakan cara berlatih pada prajurit pemula. Namun itupun sudah sangat memadai. Terutama petunjuk-petunjuk Ki Sanak dalam ikatan kerja sama diantara mereka. Karena sebenarnyalah bahwa mereka tidak akan turun kearena
perang tanding" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka latihan-latihan itu berlangsung seperti hari-hari sebelumnya. Ternyata mereka mempergunakan
waktu sepenuhnya untuk berlatih. Mereka tidak pergi ke sawah dan tidak pergi kemana-mana. Seorang yang biasanya mencari rumput untuk mencampuri makanan kuda di
gedoganpun tidak pergi merumput. Tetapi mengupah orang lain untuk pergi ke padang.
Di tengah hari, ketika mereka yang berlatih itu sedang beristirahat, Ki Margawasana dan Wikanpun meninggalkan mereka yang sedang berlatih di kebun belakang, dibawah rimbunnya pohon jambu air yang sudah tua.
"Guru" bertanya Wikan setelah mereka duduk di serambi gandok "Bagaimana pendapat guru dengan ceritera Ki
Tumenggung tentang Ki Tumenggung Darmakitri?"
"Aku percaya kepada adi Tumenggung Reksaniti, Wikan.
Aku mengenalnya. Di masa kecil kami sering berada di tempat kakek dan nenek bersama-sama untuk beberapa pekan.
Karena itu, aku mengenal watak dan tabiatnya sejak kanak-kanak. Menjelang remaja dan bahkan kami berangkat menjadi dewasa, kamipun sering tinggal bersama untuk beberapa hari.
Baru kemudian, ketika aku tinggal di padepokan, maka kami berpisah dan menjadi jarang-jarang bertemu. Meskipun demikian hubungan kami tetap berlangsung dengan baik pada saat-saat tertentu"
Wikan mengangguk-angguk. "Karena itu, aku merasa wajib untuk membantunya
mengatasi masa-masa yang gawat baginya. Jika Mataram sudah menentukan, siapakah yang akan ditunjuk untuk
jabatan itu, maka aku kira persaingan itupun akan berhenti dengan sendirinya, karena sudah tidak akan ada gunanya lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah usaha untuk membunuh Ki Tumenggung Reksaniti oleh Ki Tumenggung Darmakitri itupufi akan berhenti?"
"Ya. Bukankah Ki Tumenggung Darmakitri sudah tidak
berpengharapan lagi?"
"Kalau Ki Tumenggung Reksaniti meskipun sudah diangkat itu dapat disingkirkannya, bukankah ada peluang bagi Ki Darmakitri untuk mendapatkan jabatan itu?"
"Jika Ki Tumenggung Reksaniti sudah resmi menjabat,
maka ia akan dapat mengatur pengamanan dirinya jauh lebih baik karena wewenang yang diterima melekat pada
jabatannya itu. Dengan demikian, maka Ki Tumenggung
Darmakitri akan kehilangan kesempatan untuk menembus pengamanan itu tanpa kemungkinan adanya akibat buruk"
Wikan mengangguk-angguk. Beberapa saat mereka duduk berbincang di serambi.
Seorang pembantu perempuan di rumah Ki Tumenggung
Reksaniti itupun menghidangkan minuman hangat bagi
mereka berdua. Beberapa saat kemudian, ketika matahari mulai turun disisi Barat langit, terdengar derap kaki kuda memasuki regol halaman.
"Ki Tumenggung sudah pulang" desis Wikan. Ki Margawasanapun mengangguk.
Sebenarnyalah Ki Tumenggung Reksanitilah yang muncul dari pintu regol halaman yang terbuka. Ki Tumenggungpun kemudian meloncat turun dari kudanya dan menambatkannya di patok yang telah tersedia di samping pendapa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana dan Wikanpun bangkit berdiri. Namun
ternyata bahwa Ki Tumenggung itu justru melangkah ke serambi itu pula.
Bertiga mereka duduk di sebuah amben yang panjang di serambi. Ki Tumenggung Reksaniti mengusap keringatnya yang mengembun di kening.
Sambil menggeleng Ki Tumenggung Reksanitipun berkata
"Masih belum ada ketetapan. Para pemimpin itu nampaknya tidak
menyadari bahwa persaingan ini akan dapat mengorbankan nyawa lebih banyak lagi"
"Apakah adi Tumenggung tidak melaporkan rencana
pembunuh di rumah ini, namun adi berhasil melepaskan diri dan bahkan berhasil membunuh salah seorang pelakunya?"
"Tentu kakang. Tetapi seperti pernah aku katakan, orang itu segera mati setelah mengaku. Tetapi hanya akulah yang mendengar pengakuan itu. Tentu saja mulutku tidak akan begitu saja dipercaya. Bahkan mungkin aku akan dapat dituduh memfitnah Ki Tumenggung Darmakitri"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Iapun mengulangi
penyesalannya, bahwa ia tidak menangkap salah seorang yang telah berusaha mencegahnya menemui Ki Tumenggung
Reksaniti. Namun seperti yang pernah dikatakan pula oleh Ki
Tumenggung, maka Ki Tumenggungpun menganggap bahwa
pengakuan orang-orang itu akan dapat dianggap kesaksian palsu.
"Aku hanya harus berhati-hati disaat-saat seperti ini"
berkata Ki Tumenggung Reksaniti kemudian "untuk itulah aku minta kakang berada disini. Sokurlah bahwa kakang telah mengajak Wikan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Ki Tumenggungpun
kemudian minta diri untuk berganti pakaian di biliknya di ruang dalam.
"Silahkan duduk di pringgitan, kakang" Demikian Ki Tumenggung Reksaniti masuk ke ruang dalam, maka seorang pembantunya telah membawa kudanya ke gedogan. Sepeninggal Ki Tumenggung Reksaniti, Wikanpun bertanya "Apakah
tidak seorangpun dari para
pemimpin di

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mataram, apalagi yang telah mencalonkan Ki Tumenggung Reksaniti untuk menduduki jabatan yang kosong itu dapat diajak berbicara?"
"Tentu saja mereka berbicara tentang jabatan yang kosong itu, Wikan. Tetapi Ki Tumenggung Reksaniti tidak akan mengatakan kepada mereka, bahwa ia merasa terancam
jiwanya. Para pemimpin di Mataram itu akan dapat
menganggapnya dalam ketakutan"
"Guru. Apakah Ki Tumenggung Reksaniti sebenarnya tidak berada dalam ketakutan?"
"Tidak, Wikan. Ki Tumenggung tidak berada dalam
ketakutan. Tetapi Ki Tumenggung Reksaniti tidak mengingkari kenyataan yang dihadapinya. Ia memang memerlukan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bantuan dari orang yang paling dapat dipercaya. Itulah sebabnya ia minta aku datang"
"Kedua orang bekas prajurit itu?"
"Mereka adalah orang yang asing disini, sehingga para pengikut Ki Darmakitri tidak mengenal mereka. Dengan demikian,
mereka tidak akan menghubunginya serta membujuknya dengan janji-janji"
"Guru. Bukankah Ki Tumenggung mengenal dengan baik
dua orang yang diutusnya menemui guru. Jika seorang
diantara mereka berkhianat, agaknya Ki Tumenggung
Reksaniti akan dapat menduga, siapakah yang telah
berkhianat itu" "Mungkin saja Wikan. Maksudmu?"
"Kita ambil saja orang itu dan kita bawa kemari"
"Untuk apa?" "Biarlah orang itu memberikan kesaksian tentang pengkhianatannya" "Dapatkah orang itu dituduh bersalah" Bukankah ia tidak berbuat apa-apa" Bukankah ia hanya berceritera bahwa ia baru saja mendapat perintah dari Ki Tumenggung Reksaniti pergi menemui saudara sepupunya?"
"Tetapi setidak-tidaknya orang itu tahu, bahwa ia harus merahasiakan kepergiannya itu"
"Kalau orang itu tidak mengaku" Apakah kita dapat
memberikan kesaksian yang dapat dipercaya" Bukan sekedar mengupah orang untuk memberikan kesaksian palsu?"
Wikan menarik nafas panjang. Wikan mengangguk-angguk.
Yang terbayang dikepalanya adalah lingkaran-lingkaran yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berputar-putar tanpa poros yang pasti. Setiap tangan yang kuat dapat mempermainkan lingkaran-lingkaran yang berputar itu menurut irama permainannya sendiri.
Ketika kemudian mereka melihat Ki Tumenggung Darmakitri keluar dari pintu pringgitan, maka keduanyapunkemudian turun dari serambi gandok dan melangkah ke pringgitan pula.
Ternyata di beberapa hari berikutnya, masih belum ada pembicaraan
yang lebih bersungguh-sungguh tentang pengisian jabatan yang telah ditinggalkan oleh seorang Tumenggung Wreda yang telah meninggal itu. Sehingga
dengan demikian, maka di rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu masih saja dirasakan ketegangan yang mencengkam.
Namun keteganganpun menjadi semakin memuncak ketika
Ki Tumenggung Reksaniti. Beberapa orang laki-laki yang tinggal di rumah itu menjadi semakin mengenal watak
beberapa jenis senjata. Tangan-tangan merekapun semakin terbiasa pula memegang hulu pedang dan landean tombak disamping
ketrampilan mereka memegang cangkul, memelihara kuda serta pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Namun keteganganpun menjadi semakin memuncak ketika
Ki Tumenggung Reksaniti mendapat pemberitahuan agar ia mulai mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menerima jabatan itu. Tetapi nada miring yang masih saja melekat pada pemberi
tahuan itu, justru menambah permusuhan terselubung anara Ki Tumenggung Reksaniti dan KI
Tumenggung Darmakitri. Karena dalam pemberitahuan itu masih disebut adanya calon yang lain, Ki Tumenggung
Darmakitri. "Pada saat terakhir, Ngarsa Dalem sendirilah yang akan menentukan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun agaknya para pemimpin itu tidak menyadari, bahwa Ki Tumenggung Darmakitri telah kehilangan kiblat. Ia tidak lagi tahu jalan yang pantas ditempuhnya untuk merebut satu kedudukan yang dianggapnya akan dapat memberikan tempat terbaik. Para pemimpin itu tidak tahu bahwa Ki Tumenggung Darmakitri itu berniat untuk menyingkirkan Ki Tumenggung Reksaniti dengan kasar, meskipun ia selalu berpesan kepada orang-orangnya agar kematian Ki Tumenggung Reksaniti berkesan balas dendam atau perampokan.
Ternyata bahwa rencana Ki Tumenggung Darmakitri telah berkembang menjadi sebuah rencana yang besar dan teliti.
Tidak seorangpun yang mengira, bahwa timbulnya kejahatan di beberapa tempat, dan justru telah merambah di dalam lingkungan dinding kota adalah bagian dari rencana besar Ki Darmakitri itu.
Kerusuhan-kerusuhan yang timbul itu akan mengaburkan arah penyelidikan jika pada satu saat Ki Tumenggung
Reksaniti terbunuh, sementara harta bendanya habis di rampok oleh segerombolan penjahat.
Ternyata bahwa orang-orang Ki Tumenggung Darmakitri itu melaksanakan tugas mereka dengan senang hati. Ki
Tumenggung Darmakitri tidak pernah mempersoalkan harta benda hasil rampokan itu, sehingga orang-orang yang
melakukan perampokan itu telah mendapat keuntungan
ganda. Para prajurit Mataram menjadi sibuk menghadapi kerusuhan yang terasa semakin meningkat itu. Tetapi setiap kali jebakan mereka selalu luput. Karena sebenarnyalah bahwa diantara para perampok itu terdapat beberapa orang prajurit pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barulah ketika suasana sudah dianggap masak oleh Ki
Tumenggung Darmakitri, maka ia mulai mengarahkan
rencananya kepada sasaran utamanya. Ki Tumenggung
Reksaniti. "Lakukan sebagaimana kalian merampok di tempat-tempat lain. Berikan ciri-ciri yang sama, sehingga para prajurit yang akan menyelidiki bekas tangan kalian akan mengambil
kesimpulan, bahwa yang terjadi di rumah Ki Reksaniti adalah satu perampokan yang disertai kekerasan, sehingga pemilik rumahnya terbunuh"
"Ya, Ki Tumenggung. Ki Tumenggung agar yakin, bahwa
Sepeninggal Ki Tumenggung Reksaniti, Wikanpun bertanya
"Apakah tidak seorangpun dari para pemimpin di Mataram, apalagi yang telah mencalonkan Ki Tumenggung Reksaniti untuk menduduki jabatan yang kosong itu dapat diajak berbicara wa kami akan dapat melakukan tugas kami dengan baik"
"Aku percaya kepada kalian"
"Tetapi sesudah kematian Ki Tumenggung Reksaniti,
perampokan sebaiknya tidak berakhir begitu saja"
"Maksudmu?" "Kami masih akan melakukan perampokan beberapa kali
lagi" "Edan kamu" Dengan demikian, akan timbul kesan bahwa yang terjadi di rumah Ki Tumenggung Reksaniti benar-benar perampokan.
Jika perampokan itu berhenti dengan serta-merta, maka seorang yang cerdas penalarannya akan mampu mengurai hubungan antara perampokan-perampokan yang terjadi
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelumnya dengan peristiwa yang terjadi di rumah Ki Tumenggung Reksaniti"
"Kau memang gila. Tetapi lakukah apa yang baik menurut pendapatmu. Dan tentu saja baik untukmu"
Orang itu tertawa. Sebenarnyalah bahwa orang-orang Ki Tumenggung Darmakitri mulai mempersiapkan diri untuk merampok
sedangkan sasaran yang sebenarnya adalah membunuh Ki Tumenggung Reksaniti.
Namun orang-orang itupun sadar, bahwa di rumah Ki
Tumenggung Reksaniti telah hadir dua orang yang akan dapat membantunya. Mereka adalah orang yang berilmu tinggi, karena mereka mampu mengalahkan orang-orang yang telah berusaha mencegahnya datang ke rumah Ki Tumenggung
Reksaniti. Karena itu, maka sekelompok orang yang akan merampok rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu telah memperhitungkan baik-baik kekuatan yang ada di dalamnya.
Di malam yang telah direncanakan dengan masak, maka
orang-orang yang akan merampok di rumah Ki Tumenggung Reksaniti itupun telah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya berempat atau berlima. Tetapi mereka telah menyiapkan sepuluh orang pilihan. Diantara mereka terdapat pula dua orang prajurit kepercayaan Ki Tumenggung Darmakitri.
Malam itu terasa sepi sekali. Angin basah bertiup kencang.
Pucuk pepohonanpun seolah-olah terayun-ayun di udara.
Para perampok yang telah mempersiapkan diri itupun
merasa bahwa suasana agaknya berpihak kepada mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Langit mendung dan angin kencang akan melindungi tugas mereka. Apalagi jika hujan turun atau petir mulai menyambar di langit.
Sebelum tengah malam, mereka telah bergerak mendekati rumah Ki Tumenggung Reksaniti. Seorang diantara mereka mendapat tugas khusus, mencegah seseorang membunyikan kentongan. Menurut
pengamatan mereka di hari-hari
sebelumnya, kentongan di rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu terletak di longkangan sebelah kanan.
Sejenak mereka mengendap di luar dinding halaman.
Namun kemudian, seorang demi seorang, merekapun
menyelinap regol halaman.
Untuk beberapa saat mereka berhenti di halaman depan, dibelakang gerumbul-gerumbul perdu yang ditanam sebagai tanaman hiasan. Beberapa pohon soka merah muda, pohon ceplok piring dan bahkan serumpun bunga melati yang
bunganya sedang melebat. Nyi Tumenggung sayang sekali kepada rumpun melatinya itu, sehingga Nyi Tumenggung sendirilah yang memelihara dan merapikan rumpun itu.
Namun ternyata mereka datang untuk merampok. Tidak
untuk mencuri. Karena itu, maka merekapun kemudian/
beriringan pergi ke longkangan.
"Kita akan mengetuk pintu butulan" berkata pemimpin
perampok itu. Yang lain mengangguk-angguk.
Sejenak kemudian, sebagian dari para perampok itu telah berada di longkangan. Dua orang masih berada di halaman depan. Sedangkan dua orang yang lain mengawasi bagian belakang rumah itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak seorangpun dapat keluar dari halaman rumah ini hidup-hidup" berkata pemimpin perampok itu.
"Ya "Yang lain mengangguk.
"Jaga kentongan itu. Jangan sampai seseorang sempat
membunyikannya. Bunuh orang yang mendekati kentongan itu"
Para perampok itu tidak lagi berusaha menjaga agar
keberadaannya di longkangan itu tidak diketahui orang.
Mereka datang tidak untuk bersembunyi. Tetapi mengetuk pintu dan memasuki rumah Ki Tumenggung Reksaniti untuk merampok dan membunuhnya. Meskipun di rumah itu ada dua orang yang berilmu tinggi, namun yang datang ke rumah itu bukannya orang-orang yang hanya setingkat dengan orang-orang yang mencegat Ki Margawasana dan Wikan pada saat mereka menuju ke rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
Empat orang yang terbaik sudah siapkan untuk melawan kedua orang yang disebut berilmu tinggi itu. Sedangkan yang lain akan membunuh Ki Tumenggung Reksaniti. Jika perlu maka orang-orang yang berada di halaman depan dan
belakang akan diberi isyarat untuk memasuki rumah itu pula.
"Sekarang, ketuk pintunya" perintah pemimpin sekelompok perampok itu.
Namun sebelum seorang diantara mereka sempal mengetuk pintu butulan, terdengar suara "Selamat malam. Ki Sanak.
Kalian tidak usah mengetuk pintu itu. Aku berada disini"
Orang-orang yang berada di longkangan itu terkejut. Ketika mereka berpaling, dilihatnya Ki Tumenggung Reksaniti berdiri di longkangan itu. Agaknya Ki Tumenggung telah keluar dari rumahnya lewat pintu gladri yang menghadap ke dapur.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau Tumenggung Reksaniti?"
"Meskipun oncor di longkangan ini redup, tetapi bukankah cukup dapat menerangi wajahku?"
"Setan kau Tumenggung Reksaniti. Sikapmu telah menantang kami" "Bukan sikapku. Tetapi kedatanganmu telah menantang
kami. Kalian datang dengan sombong sekali. Kalian sama sekali tidak berusaha berlindung dari cahaya oncor di longkangan ini. Bahkan kalian justru akan mengetuk pintu butulan. Bukankah itu sikap yang sangat sombong?"
"Kami memang tidak ingin datang dengan sembunyisembunyi. Kami datang dengan dada tengadah"
"Ya. Kedatangan kalian telah membangunkan kami"
terdengar suara lain. Para perampok itupun berpaling. Mereka melihat dua orang berdiri di pintu longkangan yang hanya sedikit terjangkau cahaya oncor yang memang sudah redup itu.
Merekapun segera menyadari bahwa kedua orang itu tentu orang-orang yang dimaksud dengan dua orang yang gagal dicegah kedatangannya di rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
Karena itu, maka empat orang pilihan diantara merekapun segera mendekatinya. Seorang diantara merekapun berkata
"Jadi kalian berdua inikah yang disebut orang-orang berilmu tinggi?"
"Tentu bukan Ki Sanak" jawab Ki Margawasana.
"Jangan mencoba mengelabuhi kami agar kalian dapat
menyerang kami dengan licik. Sekarang, biarlah kita
bertempur dengan jantan. Kita akan berhadapan tanpa
menunggu kami menjadi lengah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan bertempur seorang lawan seorang?"
"Persetan kalian berdua"
"Jadi apa yang kalian maksud bertempur dengan jantan?"
"Turunlah ke halaman. Kami akan membantai kalian
berdua. Kami akan menyayat tubuh kalian, sehingga esok kalian akan diketemukan terbaring di halaman ini tanpa dapat dikenali lagi"
"Bagus. Kami akan bertarung di halaman" sahut Wikan.
Merekapun kemudian telah turun ke
halaman. Ki Margawasana dan Wikan harus, menghadapi empat orang
diantara para perampok yang datang ke
rumah Ki Tumenggung itu. Dua orang diantara para perampok yang sudah berada di halaman melihat mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk bertempur. Tetapi mereka tidak berniat melibatkan diri.
Mereka bertugas untuk mengawasi agar tidak seorangpun yang melarikan diri. Apalagi melarikan diri lewat pintu regol halaman depan.
Di longkangan, Ki Tumenggung Reksaniti berhadapan
dengan dua orang perampok. Seorang diantara mereka adalah pemimpin perampok itu. Ia harus meyakinkan bahwa Ki
Tumenggung Reksaniti terbunuh malam itu.
"Menyerahlah Ki Tumenggung"
"Jika aku menyerah, apa yang akan kalian lakukan?"
"Kami akan membawamu?"
"Apakah kalian datang untuk merampok atau untuk
kepentingan lain?" "Kami akan merampok semua harta kekayaanmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau aku tidak berkeberatan dan membiarkan kalian
merampok semua harta kekayaanku yang tidak banyak itu?"
"Aku akan tetap membunuhmu"
" Kenapa?" "Tidak apa-apa. Aku sudah
terbiasa membunuh pemilik
rumah yang menentang niatku" "Sudah aku katakan, jika
aku tidak menentangmu dan
membiarkan kau mengambil semua harta kekayaanku"
"Kedua orang yang datang
untuk memberikan perlindungan kepadamu itu
sudah terlanjur menantang kawan-kawanku" "Aku dapat menghentikannya"
"Itu tidak akan berpengaruh. Bagiku, apa yang dilakukan sudah berarti tantangan. Karena itu, maka aku tidak akan dapat lagi menghentikan lagi niatku membunuhmu"
Pemimpin perampok itu terkejut ketika Ki Tumenggung itu justru tertawa. Katanya "Sikapmu aneh bagiku, Ki Sanak. Ada rahasia yang kau sembunyikan dan tidak ingin kau katakan kepadaku. Namun bagiku dadamu itu bagaikan tembus
pandang. Kau tidak dapat menyembunyikan rahasia itu"
"Rahasia apa yang kau maksud?"
"Kau datang untuk membunuhku. Jika kemudian kau
merampok, adalah sekedar untuk mengaburkan penyelidikan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah pemimpin perampok itu menegang. Apalagi ketika Ki Tumenggung Reksaniti itu berkata "Kedatanganmu ini
berpangkal dari ketamakan seseorang yang ingin merebut derajad, pangkat dan semat. Cara yang ditempuhnya sungguh memalukan. Seseorang yang ingin merebut drajad dan


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pangkat seharusnya bekerja keras serta menunjukkan
kemampuannya menjalankan tugas. Bukan dengan membunuh saingannya"
Namun perampok itu kemudian berteriak "Jangan mengigau. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.
Pokoknya aku ingin merampok dan membunuhmu"
"Tidak ada gunanya kau ingkar. Seorang kawanmu telah berkhianat sehingga aku sudah tahu segala-galanya. Aku sudah tahu siapakah yang mengupah kalian"
Pemimpin sekelompok orang yang diupah untuk membunuh Ki Tumenggung Reksaniti itu menggeram. Katanya "Apapun yang kau ketahui Ki Tumenggung. Tetapi kau akan mati.
Semua yang kau ketahui itu akan kau bawa mati"
"Jika aku mati, orang yang tetap hidup akan dapat
membuka rahasia ini"
"Tidak ada yang akan tetap hidup di rumah ini. Semuanya akan mati"
"Begitu mudahkah membunuh seseorang" Ketika dua orang upahan yang terdahulu datang dan berhasil memasuki bilik tidurku, seorang diantara mereka terbunuh. Seorang yang lain memang berhasil melarikan diri sehingga aku tidak dapat menjadikan mereka saksi. Tetapi sekarang kalian justru datang kemari. Kalian atau setidaknya seorang dari kalian akan menjadi saksi, bahwa kalian telah diupah untuk
membunuhku" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua itu omong kosong. Tengadahkan wajahmu.
Pandang langit serta bintang-bintang untuk yang terakhir kalinya sebelum kepalamu terpenggal dari tubuhmu"
"Sesumbarmu seperti kau dapat menjaring angin. Marilah kita lihat, siapakah diantara kita yang berhasil keluar dari pertempuran ini hidup-hidup. Aku atau kalian berdua"
Pemimpin perampok itupun segera memberikan isyarat
kepada kawannya untuk mempersiapkan diri. Ki Tumenggungpun kemudian bergeser beberapa langkah maju sehingga Ki Tumenggung itupun berdiri di tengah-tengah longkangan.
Kedua orang yang berniat membunuh Ki Tumenggung
itupun segera bergeser pula. Seorang diantara merekapun segera meloncat menyerang.
Namun Ki Tumenggung Reksaniti sudah siap menghadapi
segala kemungkinan. Demikianlah Ki Tumenggung Reksanitipun segera terlihat dalam pertempuran yang sengit. Ternyata kedua orang itu memiliki beberapa kelebihan dari kedua orang yang telah berhasil memasuki biliknya.
Namun Ki Tumenggung tidak sendiri. Sejenak kemudian, dua orang laki-laki telah muncul pula di longkangan itu. Dua orang yang siap melibatkan diri. Seorang diantara mereka adalah salah seorang dari dua orang bekas prajurit yang tinggal di rumah itu.
"Kau libatkan pelayan-pelayanmu, Ki Tumenggung. Mereka akan menjadi korban yang sia-sia"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Mereka adalah orang-orangku yang setia. Apapun yang terjadi atas diri mereka, bukanlah sia-sia, karena mereka telah membantuku mencoba melawan katamakan seseorang"
'"Persetan" geram pemimpin sekelompok perampok itu
"bunuh mereka lebih dahulu"
Kawannyapun segera melenting meninggalkan Ki Tumenggung Reksaniti. Dihadapinya dua orang laki-laki yang telah ikut memasuki arena itu"
Tetapi orang itu terkejut. Seorang diantara kedua orang itu menghadapinya dengan mapan. Sementara yang seorang lagi berusaha untuk menempatkan dirinya dengan baik.
Dengan demikian, maka orang itu harus bertempur
menghadapi kedua orang lawannya yang ternyata mampu
bertahan dari serangan-serangannya. Bahkan seorang diantaranya dengan tangkasnya membalas serangan- serangannya dengan serangan yang berbahaya pula.
Sementara itu, pemimpin perampok yang bertempur
melawan Ki Tumenggung Reksanitipun harus meningkatkan ilmunya semakin tinggi. Ki Tumenggung Reksaniti pernah berada dalam jajaran keprajuritan Mataram pula, sehingga karena itu, maka Ki Tumenggung Reksaniti bukanlah sasaran yang terlalu lunak bagi pemimpin sekelompok orang yang datang untuk membunuh Ki Tumenggung itu.
Dalam pada itu, pemimpin sekelompok orang yang
mendatangi rumah itupun semakin lama menjadi semakin cemas bahwa usahanya tidak akan segera berhasil. Sementara itu seorang kawannya masih terlibat dalam pertempuran yang sengit.
Dalam keadaan yang sulit itu, maka pemimpin sekelompok orang yang mendatangi rumah Ki Tumenggung Reksaniti
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itupun kemudian memberikan isyarat untuk memanggil orang-orangnya yang berada di halaman belakang atau di halaman depan. Sasaran utama mereka adalah Ki Tumenggung
Reksaniti. Karena itu, Ki Tumenggung itu harus dihabisinya lebih dahulu. Baru kemudian dipertimbangkan langkah-langkah berikutnya.
Namun ternyata tidak seorangpun diantara mereka yang datang. Dua orang yang berada di halaman belakang, ternyata sudah terikat dalam pertempuran. Seorang diantara mereka bertempur melawan bekas prajurit yang seorang lagi,
sedangkan yang seorang lagi harus bertempur melawan tiga orang laki-laki yang kokoh. Seorang yang terbiasa bekerja di sawah. Di tanah berlumpur dan dibawah teriknya matahari.
Seorang yang tugasnya sehari-hari memelihara halaman dan kebun di belakang. Sekali-sekali memotong dahan-dahan pepohonan dan bahkan kadang-kadang harus menebang
pohon. Kemudian memotong-motong kayunya dengan kapak yang besar dan sekaligus membelahnya.
Adapun yang seorang lagi adalah pekatik yang kedua
pamannya, bekas prajurit, dan sedang terlibat dalam
pertempuran itu pula. Namun ketiga orang itu sudah diperkenalkan dengan cara untuk membela diri, meskipun baru dasar-dasarnya saja.
Namun mereka sudah mampu menghadapi seorang diantara para perampok itu meskipun harus bertempur dalam kelompok kecil.
Sementara itu, dua orang yang berada di halaman depan, tidak dapat membiarkan keempat kawannya yang bertempur melawan Ki Margawasana dan Wikan mengalami kesulitan.
Sebenarnyalah bahwa dua orang yang bertempur melawan Ki Margawasana itu seakan-akan tidak mendapat tempat lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan-serangan Ki Margawasana datang beruntun seperti ombak lautan menerpa pantai. Betapapun kedua orang
lawannya mengerahkan kemampuan mereka, namun mereka
benar-benar berada di dalam kesulitan. Sekali-sekali terdengar mereka mengaduh tertahan. Mulut merekapun menyeringai menahan sakit.
Demikian pula kedua orang yang bertempur melawan
Wikan. Ternyata Wikan justru lebih garang dari gurunya yang sudah mengendap itu.
Karena itulah, maka dua orang yang bertugas mengawasi halaman depan itupun merasa terpanggil untuk membantu kawan-kawannya yang mengalami kesulitan.
Namun meskipun Ki Margawasana dan Wikan harus
bertempur masing-masing melawan tiga orang, namun
mereka masih saja berhasil mendesak lawan-lawan mereka.
Keenam orang yang bertempur melawan Ki Margawasana
dan Wikan itupun mulai menjadi gelisah. Apalagi ketika mereka mendengar isyarat dari pemimpinnya yang berada di longkangan..
Dalam keadaan yang semakin kalut itu, maka orang-orang yang mendatangi rumah Ki Tumenggung itupun tidak
mempunyai pilihan lain. Merekapun segera mencabut senjata-senjata mereka, sehingga enam helai pedang telah berputaran di gelapnya malam. Sekali-sekali daun-daun pedang itu berkilat memantulkan cahaya lampu yang masih menyala di pendapa rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
Menghadapi enam helai pedang, maka Ki Margawasana dan Wikanpun telah menarik senjata mereka pula. Keduanya juga bersenjata pedang, meskipun pedang mereka tidak sebesar http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang orang-orang yang mendatangi rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu.
Namun justru karena mereka bertempur dengan senjata, maka kemungkinan burukpun lebih cepat terjadi pada keenam orang yang bertempur melawan Ki Margawasana dan Wikan.
Dalam pada itu, di longkangan telah terdengar lagi isyarat dari pemimpin gerombolan yang mendatangi rumah Ki
Tumenggung itu. Namun isyarat itu masih belum berhasil memanggil salah seorangpun diantara orang-orangnya yang berada di halaman depan atau di halaman belakang.
Karena itu, maka pemimpin gerombolan itupun menjadi
semakin gelisah. Ia mulai menyadari, bahwa ia salah menilai kekuatan yang ada di rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu.
Semula pemimpin sekelompok orang yang mendatangi
rumah Ki Tumenggung Reksaniti itu tidak memperhitungkan orang-orang yang bekerja pada Ki Tumenggung. Pemimpin sekelompok itu mengira, bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berarti, yang akan menjadi ketakutan dan bahkan bersembunyi di bawah lumbung padi.
Tetapi ternyata mereka telah bangkit serta turun ke arena.
Bahkan mereka telah mampu membela diri dan bahkan ketika lawan-lawan
mereka bersenjata, merekapun mampu mempergunakan senjata pula. Dalam kecemasan beberapa kali lagi pemimpin sekelompok orang yang mendatangi rumah Ki Tumenggung itu masih juga memberikan isyarat. Namun isyarat itu agaknya akan sia-sia saja.
Dalam pada itu. pemimpin gerombolan itu sendiri semakin lama menjadi semakin terdesak pula. Kawannya yang'
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur di longkangan itu pula melawan dua orang, rasa-rasanya tidak akan mampu memenangkan pertempuran.
Karena itu, maka dalam keadaan yang hampir putus asa, orang itupun mulai memikirkan cara untuk melarikan diri dari longkangan rumah Ki Tumenggung itu.
Pada saat yang bersamaan, di halaman, ujung pedang
Wikan mulai menyentuh tubuh lawan-lawannya. Bukan saja mengoyak pakaian mereka, tetapi sudah menggores kulit daging mereka.
Dengan demikian, maka orang-orang yang telah mendatangi rumah Ki Tumenggung Reksanitipun menjadi
gelisah pula. Di halaman belakang, dua orang dari antara sekelompok orang yang mendatangi rumah Ki Tumenggung itupun masih terlibat dalam pertempuran yang sengit pula. Nampaknya dua orang itu cukup garang menghadapi beberapa orang yang masih
belum mempunyai cukup pengalaman untuk mempermainkan senjata. Karena itulah, dua orang diantara para pembantu di rumah Ki Tumenggung itu sudah terluka, meskipun tidak terlalu parah.
Di longkangan, Ki Tumenggung Reksaniti berhadapan
dengan dua orang perampok. Seorang diantara mereka adalah pemimpin perampok itu. Ia harus meyakinkan bahwa Ki
Tumenggung Reksaniti terbunuh malam itu.
Namun demikian, mereka masih bertempur dengan
gigihnya. Sementara itu, seorang bekas prajurit yang bertempur bersama mereka mulai menguasai lawannya. Bekas prajurit itu mulai mendesaknya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bertahanlah" berkata bekas prajurit itu "jumlah kalian jauh lebih banyak. Kalian dapat menyerang dari arah yang berbeda dalam waktu yang bersamaan "
Orang-orang itupun semakin
menghentakkan kemampuan mereka. Bersama-sama mereka
menyerang tanpa mengenal takut. Ujung-ujung senjata mereka bersama-sama terjulur
mengarah ke tubuh seorang
lawannya. Dua ujung tombak
dan dua ujung pedang. Meskipun tidak semuanya memiliki keberanian yang sama, tapi dua orang yang
bersenjata tombak itu cukup
merepotkan lawannya yang hanya seorang diri, karena seorang yang lain harus
mengerahkan kemampuannya untuk mengatasi tekanan bekas prajurit yang berada di rumah Ki Tumenggung itu
Namun pertempuran yang pertama-tama surut adalah
pertempuran di halaman. Dalam keadaan yang rumit, dituar kehendaknya, ujung pedang Wikan telah menembus jantung seorang lawannya, sehingga orang itupun segera terkapar jatuh.
Tetapi kematiannya tidak meredakan perlawanan kelima orang yang lain. Mereka justru menjadi sangat marah, dan menyerang Wikan dan Ki Margawasana seperti amukan angin prahara.
"Hentikan" Ki Margawasana mencoba memperingatkan
"Jangan menjadi gila. Dalam keadaan yang demikian, maka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sulit bagi kami untuk mengendalikan diri. Jika kalian tidak menghentikan serangan-serangan kalian yang membabi buta itu, maka korban akan bertambah lagi.
"Persetan kau setan tua. Jika kau menjadi ketakutan, kau sajalah yang menyerah. Kami akan memenggal lehermu dan leher anak ingusan itu, sebelum aku memenggal leher
Tumenggung Reksaniti"
"Kau tidak dapat mengelabuhi kami. Kami mendengar
isyarat yang dilontarkan dari longkangan. Bukankah itu isyarat bahwa kawanmu yang ada di longkangan minta bantuan"
"Omong kosong. Isyarat itu mengatakan bahwa tugas
mereka akan segera selesai. Ki Tumenggung akan segera dipenggal kepalanya yang akan kami bawa sebagai bukti keberhasilan kami"
"Kalian akan membawanya kemana?"
"Diam kau" Ki Margawasana memang tidak sempat untuk bertanya lagi.
Lawan-lawannyapun segera menyerangnya seperti amuk
angin prahara mengguncang pepohonan.
Ki Margawasana tidak mempunyai pilihan lain. Senjatanyapun segera berputaran pula melawan ketiga orang lawannya. Sementara itu, lawan Wikan masih ada dua orang yang menghentakkan kemampuan puncak mereka.
Wikan berloncatan dengan tangkasnya menghindari setiap serangan. Namun pertempuran yang garang itu telah
membuat Wikan menjadi semakin garang pula.
Ketika sekali lagi terdengar isyarat di longkangan, maka arang-orang yang bertempur di halaman depan itu menjadi semakin gelisah. Tetapi seorangpun diantara mereka tidak ada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dapat meninggalkan arena. Bahkan seorang lagi diantara mereka yang bertempur melawan Ki Margawasana telah
terkapar di tanah. Dengan demikian keadaan sekelompok orang yang datang ke rumah Ki Tumenggung itupun menjadi semakin sulit.
Seorang diantara mereka yang bertempur di longkangan melawan seorang bekas prajurit bersama seorang laki-laki muda pembantu di rumah Ki Tumenggung itupun telah
berakhir. Orang itu menjadi terluka parah sehingga ketika ia terjatuh menimpa tangga pintu butulan pada bagian belakang kepalanya, maka iapun menjadi pingsan.
Pemimpin sekelompok orang yang bertempur melawan Ki
Tumenggung Reksaniti itupun menjadi semakin gelisah. Ketika ia memberikan isyarat lagi, tetap saja tidak ada seo-rangpun yang datang membantu.
Bahkan Ki Tumenggung itupun kemudian berkata kepada
kedua orang yang membantunya bertempur di longkangan itu
"Lihat kawanmu di halaman belakang. Agaknya mereka
sedang bertempur pula melawan beberapa orang"
"Baik, Ki Tumenggung" jawab bekas prajurit itu.
Sepeninggal keduanya, maka Ki Tumenggung Reksaniti
berhadapan seorang melawan seorang dengan pemimpin
sekelompok orang itu. Akhirnya, orang-orang yang ditugaskan oleh Ki Tumenggung Darmakitri itupun telah gagal lagi. Justru lebih parah lagi. Meskipun ada yang berhasil melarikan diri, tetapi tiga orang diantara mereka menyerah, dua orang terbunuh dan dua orang terluka parah.
Ki Tumenggung Reksaniti tidak dapat lagi membiarkan sikap bermusuhan itu menjadi semakin parah. Usaha membunuhnya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah dilakukan tidak hanya sekali. Sehingga karena itu, maka Ki Tumenggung Reksaniti akhirnya telah melaporkan peristiwa yang terjadi di rumahnya itu kepada para pemimpin di Mataram dengan menghadapkan orang-orang yang telah
tertangkap di rumahnya. Menghadapkan pula Ki Margawasana dan Wikan yang telah mengalami gangguan di perjalanan ke Mataram. Bahkan seorang utusan Ki Tumenggung Reksaniti untuk menyampaikan permintaannya kepada Ki Margawasana untuk datang ke Mataram yang berkhianat, juga telah
dijemput pula di rumahnya.
Ternyata para pemimpin di Mataram mempercayai Ki
Tumenggung Reksaniti. Meskipun ada juga beberapa orang yang tetap saja berpihak kepada Ki Tumenggung Darmakitri, tetapi saksi-saksi yang dihadapkan dapat meyakinkan para pemimpin Mataram, bahwa Ki Tumenggung Darmakitri telah bersalah.
Ki Tumenggung Darmakitri tidak dapat nengelak lagi.
Bahkan Ki Tumenggung Darmakitri juga dikenai tuduhan telah menggerakkan
sekelompok orang untuk mengadakan perampokan beberapa kali di Mataram.
Dengan demikian, maka persoalan yang dihadapi oleh Ki Tumenggung
Reksaniti telah teratasi.

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bahkan kedudukannyapun menjadi semakin mantap. Tidak ada lagi orang lain yang dicalonkan menjadi penguasa di tanah yang subur yang membentang di sebelah Utara Prambanan.
Ki Margawasana yang masih berada di rumah Ki
Tumenggung Reksaniti menganggap bahwa sudah waktunya untuk meninggalkan rumah Ki Tumenggung. Agaknya
persoalnya akan berkembang semakin baik. Bahkan kedudukan Ki Tumenggung Reksanitipun sudah ditetapkan dengan Surat Kekancingan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi Tumenggung" berkata Ki Margawasana ketika mereka sedang makan malam "Bukankah segala sesuatunya sudah teratasi?"
"Ya, Kakang. Semuanya sudah teratasi. Tetapi sebenarnya aku masih ingin minta kakang untuk tinggal beberapa hari lagi disini sambil menunggu kepastian, kapan aku akan diwisuda.
Meskipun Surat Kekancingan sudah aku terima, namun belum ada kepastian, kapan wisuda itu akan diselenggarakan"
"Terima kasih, adi. Pada saat Wisuda, aku tentu akan hadir.
Aku akan menyisihkan waktu untuk dapat menunggui adi Tumenggng dalam wisuda itu. Tetapi justru karena waktunya belum ditentukan, sebaiknya aku pulang saja lebih dahulu"
"Kakang berjanji?"
"Aku berjanji untuk datang, di" Ki Margawasana itu berhenti sejenak. Lalu "Sebenarnyalah adi Tumenggung. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada adi"
"Apa kakang. Kakang tidak usah ragu-ragu. Jika aku dapat membatunya, maka aku akan melakukannya"
"Di. Wikan adalah muridku yang telah menyelesaikan masa-masa bergurunya. Meskipun sedikit, tetapi Wikan telah mempunyai bekal kawruh bagi masa depannya. Karena itu, di.
Jika memungkinkan, aku ingin menitipkan Wikan untuk
mengabdi di Mataram. Ia tidak memerlukan kedudukan yang baik. Apapun yang harus dikerjakan, akan dikerjakannya dengan senang hati. Apalagi jika adi Tumenggung akan memikul tugas baru itu. Mungkin Wikan akan dapat
membantu, meskipun harus mengabdi di tataran terbawah sekalipun. Dengan demikian ia akan belajar mengetrapkan kawruh dan ilmunya yang sedikit itu di dalam hidup bebrayan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hidup dalam lingkungan yang lebih besar dari sebuah
padepokan dan hidup di padesaan"
Ki Tumenggung Reksaniti mengangguk-angguk. Sambil
beringsut setapak iapun berkata "Tentu aku akan dapat menerimanya dengan senang hati, kakang. Jika benar Wikan akan mencari pengalaman dalam hidup beberayan agung, maka aku akan berusaha untuk menempatkannya"
"Adi" bertanya Ki Margawasanna "Jika adi Tumenggung
nanti menerima kedudukan baru itu, apakah adi harus tinggal di sebelah Utara Prambanan"
"Tidak, kakang. Aku dapat saja tetap tinggal di Kota Raja.
Aku dapat menempatkan beberapa orang petugas untuk
mengawasi daerah yang menjadi wilayah kekuasaanku itu.
Namun Tanah Pelungguhku akan terletak dilingkungan
kekuasaanku itu pula"
"Wikan" berkata Ki Margawasana kepada Wikan "Kau
dengar keterangan Ki Tumenggung. Karena itu, agaknya aku ingin meninggalkan kau disini. agar Ki Tumenggung dapat memberikan tempat kepadamu. Kau tidak boleh memilih. Kau jalani saja perintahnya, apapun yang harus kau kerjakan dalam permulaan pengabdianmu kepada Mataram"
"Ya, guru. Aku akan mematuhinya"
"Bagus Wikan. Kau tinggal saja disini sebelum kau
mendapat tugas barumu. Mungkin aku akan menempatkanmu di Prambanan bersama beberapa orang petugas yang akan diperbantukan kepadaku"
"Terima kasih, Ki Tumenggung" sahut Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka Ki Margawasana pun memutuskan
untuk kembali ke padepokan esok pagi. Namun Wikan akan ditinggalkannya di rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
Malam itu, sebelum di pagi harinya Ki Margawasana
meninggalkan Kota Raja, maka Ki Margawasanapun masih memberikan beberapa pesan kepada Wikan, apa yang
sebaiknya dilakukannya. "Aku akan selalu mengingatnya, guru" berkata Wikan
kemudian dengan bersungguh-sungguh.
"Baiklah Wikan. Gaya hidup di kota sangat berbeda dengan hidup di padesan. Kesederhanaan dan kejujuran akan dapat dianggap kelemahan. Pertolongan yang diberikan kepada sesama tidak selalu dihargai. Namun kadang-kadang orang yang menolongnya akan dapat menjadi landasan ketamakan seseorang"
"Ya, guru" "Tetapi bukan berarti bahwa kau harus berubah menjadi serigala diantara sesamamu. Kau harus tetap berpijak pada sikap yang baik. Namun kau jangan menjadi sakit hati jika kebaikanmu itu akan tercampak ke dalam lumpur kehidupan di kota yang ramai"
"Ya. guru" "Bagaimanapun juga, kau harus tetap menjaga hubunganmu dengan Tuhan Yang Menciptakan dan Memelihara Seluruh Alam"
"Ya, guru" Malam itu Wikan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Esok pagi ia akan ditinggalkan oleh gurunya di satu lingkungan kehidupan yang berbeda dengan yang selalu dijalaninya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehari-hari. Namun gurunya berpesan kepadanya agar ia tidak berubah. Agar ia tetap menjaga hubungannya dengan Tuhan Yang Menciptakan dan Memelihara Seluruh Alam.
Pagi-pagi sekali Wikan sudah bangun. Namun gurunyapun sudah bangun pula. Ketika gurunya mandi, Wikan menimba air untuk mengisi jambangan, sebelum Wikan sendiri kemudian mandi.
Sebelum matahari terbit, gurunya sudah siap. Namun Ki Tumenggung masih minta kepadanya untuk duduk sebentar di ruang dalam untuk minum-minuman hangat serta makan pagi.
Baru kemudian Ki Margawasana itu minta diri.
"Terima kasih atas segala bantuan kakang. Pada
kesempatan lain, aku ingin datang ke padepokan kakang. Aku ingin berbuat sesuatu bagi kebaikan padepokan itu. Akupun berharap bahwa padepokan itu akan dapat segera menerima murid-murid baru meskipun harus terpilih agar ke langsungan hidup perguruan kakang dapat terpelihara"
"Aku sudah tua, di. Tetapi aku berharap agar orang lain dapat meneruskan tugasku. Bagiku Wikan adalah muridku yang bungsu. Tetapi akupun berharap bahwa Wikan bukan murid bungsu di perguruanku"
"Ya, kakang. Semoga perguruan kakang itu akan se makin mekar di hari-hari mendatang.
"Mudah-mudahan, di. Aku akan berbicara dengan muridmuridku terbaik, meskipun mereka sudah tidak tinggal di padepokan lagi"
"Pada saatnya aku akan datang ke padepokan itu, kakang"
"Terima kasih, adi Tumenggung. Aku menunggumu.
Sementara itu aku titipkan Wikan disini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, kakang. Aku akan berusaha menempatkan pada
tempat yang pantas baginya"
Menjelang matahari terbit, maka Ki Margawasanapun minta diri Wikan mencium tangan gurunya sambil berkata "Selamat jalan guru. Aku akan berusaha untuk melakukan yang
terbaik?" Gurunya menepuk bahunya sambil berkata "Kau harus
patuh kepada Ki Tumenggung sebagaimana kau patuh
kepadaku" "Ya, guru" Ki Margawasana tersenyum. Kemudian katanya kepada Ki Tumenggung Reksaniti "Sudahlah adi Tumenggung. Mumpung masih pagi"
Sejenak kemudian, Ki Margawasana itupun meninggalkan rumah Ki Tumenggung untuk menempuh perjalanan yang
panjang, kembali ke padepokan. Namun Ki Margawasana
sudah menyatakan akan singgah di rumah ibu Wikan, untuk mengatakan bahwa Wikan ditinggalkannya di Mataram. Di rumah Ki Tumenggung Reksaniti"
Sejak hari itu. Wikan berada di rumah Ki Tumenggung
Reksaniti. Sementara itu kesibukan Ki Tumenggungpun
menjadi semakin meningkat. Ki Tumenggung harus mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan
jabatannya yang baru. Sebelum Ki Tumenggung mulai menapak, maka ia harus
meneliti para petugas yang ditinggalkan oleh pejabat yang lama.
Ada diantara mereka yang masih dapat dipergunakannya, tetapi ada yang harus diganti. Terutama mereka yang sudah menjadi semakin tua.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kepada mereka, Ki Tumenggung Reksanitipun
berkata "Mungkin caraku menjalankan tugas ini berbeda dengan pejabat sebelumnya. Pada bulan-bulan pertama aku masih akan mempelajari segala sesuatunya. Yang dapat aku lanjutkan dan sesuai dengan caraku akan aku teruskan. Tetapi yang tidak sesuai akan aku hentikan"
Beberapa orang petugas memang menjadi gelisah. Tetapi mereka tidak dapat berbuat lain kecuali menunggu keputusan Ki Tumenggung Reksaniti.
Namun sebagian dari para petugas itu mengetahui, bahwa Ki Tumenggung Reksaniti adalah seorang Tumenggung yang sederhana dan kokoh berpegang kepada paugeran yang
berlaku. Ia bersikap jujur dan terbuka dalam tugas-tugasnya.
Para petugas itupun menyadari, bahwa ada beberapa
perubahan akan diberlakukan oleh Ki Tumenggung Reksaniti.
Namun ada juga diantara mereka yang berkata "Ki
Tumenggung belum mengecap manisnya akan tugas ini.
Nanti, lambat laun, ia tentu akan berubah"
"Belum tentu" jawab yang lain "Ia bukan orang baru di Mataram. Setelah bertahun-tahun ia mengabdi, ia masih saja tetap
Tumenggung Reksaniti" Tumenggung Reksaniti" Kawannya menarik nafas panjang.
Sementara itu seorang yang lain berkata " Kenapa kita harus menjadi gelisah" Seandainya kita akan mendapat tugas dilain tempatpun kita sudah memiliki bekal cukup untuk hidup sampai ke anak cucu. Kita dapat membeli sawah yang tidak akan aus diterpa hujan"
"Sawah itu memang tidak akan menjadi aus. Tetapi anakku sembilan. Jika tanah itu dibagi menjadi sembilan, maka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka akan menerima sepersembilan saja dari tanahku itu.
Penghasilan merekapun akan menjadi kecil.
"Bukankah sebelumnya kau dapat mengembangkan tanahmu itu. Kau dapat menabung hasil sawahmu sebelum kau bagi kepada anak-anakmu"
"Dalam jabatan ini. bukankah aku tidak merasa perlu
bersusah payah untuk menabung" Penghasilanku mengalir seperti air digerojongan Bukit Kendi itu"
"Bukankah orang-orang tua berkata bahwa hidup ini seperti putaran roda pedati. Sekali dibawah sekali diatas. Nah, kau sudah terlalu lama diatas. Pada saatnya kaupun harus mengalami dibawah. Adalah kebetulan bahwa pedati itu terperosok kedalam kubangan. Nah, kaulah yang akan
tersuruk ke dalam kubangan itu"
"Aku berdoa, semoga pada saat aku diatas, pedati itu berhenti"
"Ya. Itu sudah terjadi selama ini. Sekarang, pedati itu mulai bergerak lagi. Rodanya mulai bergulir"
Orang-orang itupun tertawa. Tetapi betapa kecutnya tawa mereka, yang mentertawakan diri mereka sendiri.
Sementara itu, Ki Tumenggung Reksaniti telah menempatkan Wikan diantara para petugas itu. Ki Tumenggung Reksaniti yang didalam waktu beberapa hari sempat berbincang-bincang dengan Wikan, telah menjajagi pula, sejauh manakah kawruh yang dimilikinya. Sementara itu, Ki Tumenggung tidak meragukan lagi kemampuan Wikan
dalam olah kanuragan. Sementara Wikan berada dirumah Ki Tumenggung, maka
Wikanpun telah berkenalan dengan beberapa orang prajurit http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta petugas yang berada dibawah pimpinan Ki Tumenggung.
Sekali-sekali di sore hari, Wikan berjalan-jalan dengan mereka di sepanjang jalan kota.
Sebenarnyalah Wikan memang ingin mencari tempat tinggal kakak perempuannya. Tetapi Wikan masih segan untuk minta ijin kepada Ki Tumenggung, sengaja mencari rumah kakaknya itu, meskipun kepada para pembantu di rumah Ki
Tumenggung serta kedua orang bekas prajurit yang masih berada di rumah Ki Tumenggung itu Wikan sudah minta
tolong, seandainya mereka menjumpai seseorang gadis yang bernama Wiyati atau Wandan.
Tetapi setelah beberapa hari. mereka masih belum pernah menemukannya. Sekali-sekali jika diantara mereka pergi ke pasar, merekapun bertanya-tanya diantara para pedagang kain, jika saja mereka mengenal Wandan atau wiyati. Namun tidak seorangpun yang pernah mengenalnya.
Namun setelah beberapa lama Wikan tinggal di rumah Ki Tumenggung, serta setelah Ki Tumenggung menetapkan
bahwa Wikan akan ditugaskan di daerah kuasa Ki
Tumenggung di Prambanan setelah Ki Tumenggung di wisuda, maka Wikanpun tidak dapat menunda-nunda lagi. Ia ingin menemukan kakaknya sebelum ia berangkat ke Prambanan.
"Baiklah Wikan" berkata Ki Tumenggung Reksaniti "Kau masih mempunyai waktu untuk menemukan kakakmu. Di akhir bulan aku akan diwisuda. Setelah itu, maka kita akan pergi ke Prambanan.
Selanjutnya, kau akan tetap berada di Prambanan. Sedangkan aku akan mengendalikannya dari Kota Raja"
Terima kasih. Ki Tumenggung. Mudah-mudahan aku segera menemukannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bahwa Ki Tumenggungpun berusaha ikut
membantu pula meskipun dengan caranya. Setiap kali ia berceritera dengan para petugas yang ada di bawah
perintahnya, bahwa seseorang sedang mencari kakaknya yang berada di Kota Raja.
Hari-haripun telah berlalu. Semakin mendekati saat-saat Ki Tumenggung
diwisuda, maka Ki Tumenggung telah menjemput Nyi Tumenggung dari rumah dari rumah orang tuanya, karena Ki Tumenggung meyakini, bahwa tidak ada lagi ancaman baginya. Apalagi setelah Ki Tumenggung mendapat Surat Kekancingan, sehingga ia mempunyai wewenang untuk menugaskan
beberapa orang prajurit berjaga-jaga di rumahnya. Sementara itu Wikan menjadi semakin gelisah. Ia belum berhasil menemukan kakak perempuannya. Bahkan Wikan
telah berkeliling lingkungan alun-alun pungkuran. Tetapi Wikan tidak menemukan rumah Wandan dan Wiyati.
Namun berita yang sangat tidak diharapkan itupun akhirnya sampai ketelinga Ki Tumenggung Reksaniti. Seorang Rangga yang mendengar Ki Tumenggung Reksaniti menyebut-nyebut nama Wandan dan Wiyati, telah menemuinya. Tetapi Ki
Rangga itu tidak mau menemui Ki Tumenggung di rumahnya.
Tetapi Ki Rangga itu sengaja menemui Ki Tumenggung
Reksaniti di halaman istana, setelah Ki Tumenggung
meninggalkan paseban. Sambil tersenyum-senyum Ki Rangga itupun berkata "Ki Tumenggung mencari perempuan yang bernama Wandan dan Wiyati?"
"Bukan aku. Tetapi ada sanakku dari desa yang
mencarinya. Justru adik dari perempuan yang bernama Wiyati itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, yang benar saja Ki Tumenggung"
Ki Tumenggung mengerutkan dahinya. Katanya "Benar, Ki Rangga. Adik Wiyati itulah yang mencarinya. Seorang anak muda. Namanya Wikan"
Ki Rangga tertawa. Katanya "Aku tidak mengira bahwa Ki Tumenggung Reksaniti juga memerlukan Wandan dan Wiyati"
"Kau ini kenapa Ki Rangga" wajah Ki Tumenggung menjadi tegang.
" Keduanya memang pilihan, Ki Tumenggung. Wiyati
memang lebih muda. Ia datang kemudian setelah nama
Wandan banyak dikenal oleh para perwira"
"Maksudmu?" pertanyaan Ki Tumenggung itu terputus.
"Kalau Ki Tumenggung Reksaniti memerlukannya untuk
bekal penugasan Ki Tumenggung di Prambanan, aku akan memanggil mereka atau salah seorang dari mereka"
"Kau jangan seperti orang gila, Ki Rangga, Aku bersungguh-sungguh. Aku bukan orang semacam yang kau duga"
Dahi Ki Rangga mulai berkerut. Ia melihat kesungguhan kata-kata Ki Tumenggung yang Agaknya menjadi marah.
"Tetapi Ki Tumenggung mencari keduanya"
"Sudah aku katakan, adiknya, seorang anak muda sedang mencarinya. Ia tidak tahu dimana kakak perempuannya
tinggal. Ia tidak tahu apa kerja kakak perempuannya di Kota Raja. Dari rumahnya perempuan itu minta ijin untuk
berdagang. Tetapi menurut Ki Rangga, agaknya ia telah terjun ke jalan sesat"
"Jadi...." "Anak muda itu sekarang tinggal di rumahku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Rangga itu menjadi pucat. Ia melihat Ki Tumenggung benar-benar marah. Kemarahan Ki Tumenggung akan dapat berpengaruh atas kedudukannya.
Dengan nada berat Ki Tumenggung itupun kemudian
berkata "Ki Rangga. Marilah. Aku ajak Ki Rangga menemui anak itu"
"Maksud Ki Tumenggung Reksaniti?"
"Katakan kepadanya, apa
yang kau ketahui tentang Wiyati" "Tetapi....." "Aku tidak ingin mendengar
Ki Rangga membantah dan berusaha mengelak dan

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingkar" "Apakah aku harus mengatakan apa adanya kepada anak muda itu?"
"Ya" "Apakah lidahku mampu untuk mengucapkannya?"
"Kau harus mengatakan kepadanya. Tetapi jika yang kau katakan itu tidak benar, maka kau akan dapat dituduh memfintah"
"Aku tidak memfitnah, Ki Tumenggung. Aku berkata
sebenarnya. Aku sendiri pernah membawa kedua-duanya
bersama seorang kawanku, seorang saudagar yang kaya raya.
"Karena itu, ikut aku sekarang ke rumahku"
"Tetapi bukankah Nyi Tumenggung sudah pulang?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia tidak akan menungguimu selama kau ada di rumahku"
Ki Rangga tidak dapat mengelak lagi. Iapun harus ikut bersama Ki Tumenggung Reksaniti ke rumahnya.
Di sepanjang jalan, jantung Ki Rangga terasa berdentangan. Ia tidak mengira bahwa ia akan dihadapkan pada satu pekerjaan yang akan sangat
membebani perasaannya. Tetapi ia harus melakukannya.
Sebenarnyalah, ketika Ki Rangga itu kemudian duduk di pringgitan rumah Ki Tumenggung, Nyi Tumenggung Reksaniti hanya menerimanya serta mengucapkan selamat datang.
Kemudian Nyi Tumenggung itu meninggalkannya untuk
menyiapkan hidangan bagi tamunya.
Wikan yang sedang berada di belakang merasa terkejut ketika ia di panggil oleh Ki Tumenggung Reksaniti untuk ikut menemui seorang tamu di pringgitan.
"Wikan" berkata Ki Tumenggung dengan suara yang berat
"Kau akan menjadi seorang yang mempunyai tugas yang berat di daerah sebelah Utara Prambanan. Karena itu, kau harus mempersiapkan dirimu sebaik-baiknya. Kau harus menjadi seorang yang tabah menghadapi tugas-tugas beratmu.
Mungkin bukan saja beban tugas bagi kewadaganniu, tetapi juga bagi perasaanmu"
"Ya, Ki Tumenggung" jawab Wikan sambil menundukkan
kepalanya. "Kau harus berlatih untuk menerima kenyataan bagaimanapun pahitnya. Mungkin karena tugas-tugasmu.
Tetapi juga permasalahan yang menyangkut pribadimu. Kau harus membiasakan diri untuk menjalankan tugasmu dengan baik tanpa terpengaruh oleh persoalan pribadimu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung Wikan menjadi berdebar-debar. Ia merasakan
sesuatu yang tidak sewajarnya. Sekilas ia mencoba melihat, apakah ia telah melakukan kesalahan selama ia berada di rumah Ki Tumenggung Reksaniti. Apakah usahanya.mencari kakak perempuannya tidak berkenan di hati Ki Tumenggung karena dianggap menghalangi tugas yang bakal ih, ailnya.
"Wikan" berkata Ki Tumenggung Reksaniti kemudian
"sebaiknya kau dengarkan keterangan Ki Rangga yang
menyangkut dirimu dan keluargamu. Tetapi sekali lagi aku peringatkan, bahwa persoalan ini jangan mempengaruhimu dalam menjalankan kewajiban-kewajibanmu'"
Wikan mengangkat wajahnya sejenak. Namun kemudian
iapun segera menunduk lagi.
"Wikan" berkata Ki Rangga kemudian "Apakah kau sudah siap mendengarkannya?"
Jantung Wikan berdebar semakin cepat. Namun iapun
kemudian menjawab "Sudah Ki Rangga. Aku sudah siap
mendengarkannya" Sebenarnyalah bahwa jantung Ki Ranggapun berdebaran
pula. Tetapi ia tidak dapat mengelak lagi. Ia harus
mengatakannya kepada anak muda itu.
"Wikan" suara Ki Rangga bergetar "Apakah kau sedang
mencari kakak perempuanmu?"
Wikanpun mengangkat wajahnya pula. Ia merasakan
sepercik harapan untuk dapat menemukan kakak perempuannya. Tetapi kemudian debar jantungnya terasa lagi.
Pesan Ki Tumenggung membuatnya menjadi gelisah.
"Apakah sesuatu telah terjadi dengan mbokayu Wiyati?"
pertanyaan itupun mulai menyentuh hatinya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda" berkata Ki Rangga "Aku terpaksa mengatakan apa yang sebenarnya. Kau harus berani menghadapi
kenyataan tentang kakak perempuanmu itu"
Wikan tidak menjawab. Tetapi darahnya serasa semakin cepat mengalir.
"Aku tidak mempunyai kata-kata lain yang lebih lunak, Wikan. Aku minta maaf. Agaknya kakakmu telah turun ke jalan simpang yang menyesatkannya"
"Ki Rangga" suara Wikanpun terdengar parau "Apakah
maksud Ki Rangga" "Bahaya yang menerkam sebagian anak-anak perawan
yang mencoba mencari jalan kehidupan di Kota Raja. Kakak perempuanmu ingin cepat mendapatkan kesenangan di kota ini, sehingga kakak perempuanmu telah memilih jalan pintas bersama perempuan yang bernama Wandan"
"Aku tidak tahu maksud Ki Rangga. Aku mohon Ki Rangga mengatakannya dengan jelas"
Mulut Ki Rangga justru menjadi semakin berat. Untuk
beberapa saat ia justru tidak mengucapkan sepatah katapun meskipun bibirnya bergerak.
Yang kemudian menyahut adalah justru Ki Tumenggung
Reksaniti "Wikan. Kakak perempuanmu telah memilih jalan sesat. Kakak perempuan telah menuruni dunia hitam sebagai perempuan yang menjual dirinya"
Adalah dituar kembali nalarnya jika tiba-tiba saja Wikan itu menyahut "Tidak. Tidak mungkin. Itu tidak mungkin Ki Tumenggung. Kakak perempuanku adalah seorang perempuan yang baik, yang tidak pernah melakukan perbuatan yang terlarang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf Wikan. Kenyataan ini tentu satu kenyataan yang sangat pahit. Tetapi seperti yang sudah aku katakan, kau harus berani menghadapi kenyataan ini" berkata Ki
Tumenggung dengan suara merendah. Kami tidak mempunyai pilihan lain daripada mengatakan apa adanya. Mungkin kau masih sempat merubah jalan kehidupan kakak perempuanmu itu sehingga ia dapat kembali ke jalan yang benar"
"Ki Rangga" suara Wikan meninggi "tolong, barangkali Ki Rangga dapat memerintahkan seseorang untuk membawaku kepadanya"
"Tidak sekarang, Wikan" berkata Ki Rangga "Aku ingin kau membuktikannya sendiri. Jika kau datang ke rumahnya, maka ia akan dapat ingkar. Jika demikian, maka kau akan dapat menuduh aku telah memfitnahnya"
"Maksud Ki Rangga?"
"Besok malam ikutlah aku ke rumah Ki Tangara. Seorang saudagar kaya. Kau akan melihat perempuan yang bernama Wandan dan Wiyati ada disaha bersama beberapa orang
perempuan yang lain. Ki Tangara, saudagar kaya yang tidak terikat pada tatanan kehidupan itu dapat berbuat apa saja sesuka hatinya meskipun ia sudah mempunyai tiga orang isteri yang masih tinggal bersamanya. Sedangkan isterinya yang telah dicerai jumlahnya tidak terhitung lagi. Besok malam ia akan
memanggil kawan-kawannya terdekat untuk menyelenggarakan keramaian yang tidak genah ujung
pangkalnya" "Ki Rangga juga diundang?" bertanya Ki Tumenggung
Reksaniti. "Aku mengenal Ki Tangara dengan baik"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cobalah kau buktikan sendiri Wikan. Tetapi ingat, kau jangan membuat kekisruhan di Kota Raja ini agar kau tidak harus berurusan dengan para petugas yang menjaga
ketertiban" Rasa-rasanya Wikan tidak sabar lagi menunggu sampai
esok malam. Namun ia berusaha untuk menguasai perasaannya. Bagaimana pun juga ia tidak dapat melupakan pesan gurunya agar ia patuh kepada Ki Tumenggung
sebagaimana ia patuh kepada gurunya.
"Baiklah Ki Rangga" berkata Ki Tumenggung kemudian
"bawalah Wikan besok malam ke rumah saudagar kaya itu"
"Baik, Ki Tumenggung. Sekarang aku mohon diri" lalu
katanya kepada Wikan "Aku sekali lagi minta maaf kepadamu Wikan. Tetapi sebagaimana pendapat Ki Tumenggung, aku merasa
lebih baik berkata sejujurnya kepadamu. Bagaimanapun juga kenyataan ini disembunyikan, namun pada suatu saat, kau dan keluargamu tentu akan
mengetahuinya. Menurut pendapatku, semakin cepat kau mengetahuinya, akibatnya tentu semakin baik"
Wikan memandang Ki Rarigga itu dengan wajah yang
tegang. Namun Wikan masih mampu menguasai perasaannya.
Karena itu, maka iapun masih juga menjawab dengan kata-kata yang sendat "Terima kasih Ki Rangga. Besok aku akan pergi bersama Ki Rangga"
Ketika Ki Rangga itu kemudian meninggalkan rumah Ki
Tumenggung, maka Wikan masih duduk di pendapa bersama Ki Tumenggung. Dengan nada dalam Wikan itupun berkata "Ki Tumenggung. Jika benar apa yang dikatakan oleh Ki Rangga, maka aku sama sekali tidak pantas untuk mengabdikan diri kepada Ki Tumenggung. Aku merasa terpelanting ke dalam http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lumpur kenistaan, terseret oleh perilaku kakak perempuanku itu"
"Tidak Wikan. Kau tidak terpercik oleh kesalahannya.
Setelah beberapa hari kau disini dan setelah kita sering berbincang tentang banyak hal, aku yakin, bahwa kau justru akan membenci tingkah laku kakak perempuanmu itu. Karena itu, aku tidak dapat menyalahkanmu. Bagiku kau adalah kau dan kakak perempuan adalah pribadi yang berbeda"
"Tetapi kami adalah telur sepetarangan Ki Tumenggung.
Kami dilahirkan oleh ibu dan ayah yang sama"
"Tetapi kau tahu bahwa dari telur sepetarangan, kadang-kadang menetas seekor anak ayam yang berwarna putih, tetapi ada pula yang berwarna hitam"
"Namun keberadaanku disini akan mengotori nama Ki
Tumenggung. Orang-orang yang mengenal kakak perempuanku seperti Ki Rangga akan memandangku seorang dari antara orang-orang yang nista. Keberadaanku disini tentu akan menodai nama baik Ki Tumenggung yang baru akan
diwisuda" "Sudahlah. Jangan berpikir macam-macam. Bukankah kau belum membuktikan sendiri kata-kata Ki Rangga itu?"
Wikanpun terdiam. Ia memang masih harus menunggu
untuk meyakinkan, apakah benar mbokayunya terlempar
kedalam kehidupan yang redup untuk menjual dirinya.
Rasa-rasanya waktu berjalan lambat sekali. Wikan hampir tidak telaten menunggu saat yang dijanjikan o leh Ki Rangga.
Dihari berikutnya sambil menunggu turunnya malam, maka Wikan telah mengerjakan apa saja yang dapat dilakukan untuk melupakan waktu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya malampun turun pula. Ternyata Ki Rangga tidak ingkar janji. Iapun datang ke rumah Ki Tumenggung, untuk membawanya pergi ke rumah Ki Sudagar Tangara.
Ketika Wikan akan berangkat ke rumah Ki Sudagar bersama Ki Rangga, maka Ki Tumenggung Reksanitipun berpesan
kepada Wikan "Wikan. Selama kau disini, oleh gurumu kau dititipkan kepadaku. Kau ingat, bahwa gurumu minta aku membimbingmu. Karena itu, kau harus menurut pesan-pesanku sebagaimana kau menurut pesan-pesan gurumu"
"Ya, Ki Tumenggung"
"Nah. Di rumah Ki Tangara, kau jangan hanyut oleh arus perasaanmu seandainya kau benar melihat kakak perempuan ada disini. Jika kau masih berniat untuk membersihkan namaku, kau jangan melakukan sesuatu yang dapat
menimbulkan kericuhan. Tetapi kau terbawa oleh arus
perasaanmu dan berbuat sesuatu yang tidak sewajarnya, maka kau benar-benar akan melumuri namaku dengan
lumpur" "Aku akan mengingatnya, Ki Tumenggung"
Demikianlah dengan jantung yang berdebaran, Wikan
mengikut Ki Rangga pergi ke rumah Ki Tangara.
Namun ternyata bahwa halaman rumah Ki Tangara nampak gelap. Hanya ada sebuah lampu minyak di pendapa, sebuah lagi di serambi gandok sebelah kiri, dan sebuah lagi di serambi Gandok sebelah kanan.
Tetapi dalam kemuraman cahaya lampu itu terdengar suara gamelan bertalu-talu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika mereka berdua memasuki regol halaman, dua orang laki-laki yang bertubuh tinggi, kekar serta Wajah yang seram, menghentikan mereka.
Mencari Bende Mataram 19 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Pedang Penakluk Iblis 8

Cari Blog Ini