Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 6

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 6


"Tentu ada gunanya kakang" jawab Murdaka "selama ini ia bersikap sombong, seolah-olah Wikanlah yang berkuasa di padepokan ini"
Namun seorang cantrik yang lain, tiba-tiba menyahut "Aku tidak merasakannya kesombongan itu. Menurut pendapatku, sikapnya adalah wajar-wajar saja"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Murdaka menyahut "Kata-katamu itu membuat
Wikan semakin besar kepala. Tetapi sebenarnya ia bukan apaapa"
"Baik, baik" berkata Cantrik yang lebih tua itu "ia memang bukan apa-apa. Aku juga sudah mengatakan kepadanya,
bahwa ia bukan apa-apa"
"Kakang" berkata Murdaka "sikap kakang kepadaku seperti sikap seorang anak yang berbicara dengan adiknya yang baru mencoba berjalan"
"Kau salah paham. Kenapa kau menjadi begitu gelisah pagi ini" Apa yang sedang terjadi padamu?"
"Kakang" berkata Murdaka "sudah waktunya perguruan kita mengadakan penilaian atas murid-muridnya. Siapakah yang terbaik diantara kita"
"Kenapa begitu" Bukankah setiap kali guru sudah
mengadakan pendadaran. Yang pantas untuk ditempatkan pada tataran yang lebih tinggi, maka merekapun telah di wisuda. Bukankah itu sudah merupakan pertanda tataran kemampuan para murid di padepokan kita ini?"
"Aku mengerti. Yang dikut sertakan dalam penilaian itu adalah murid-murid yang sudah berada di tataran yang tertinggi"
"Termasuk para putut?"
"Tentu tidak. Ketiga orang putut yang membantu guru
memimpin padepokan ini, tidak termasuk dalam penilaian itu.
Juga kakak-kakak seperguruan kita yang sudah tuntas dan meninggalkan perguruan ini"
"Diantaranya adalah kakak Mina dan mbokayu Mina itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar sudah tuntas dan bahkan sudah mampu mengembangkannya lebih jauh. Tetapi aku tidak yakin, bahwa murid bungsu padepokan ini memiliki kelebihan dari kita semuanya, meskipun guru sudah menyatakan bahwa anak itu sudah tuntas"
"Jadi itukah arah pembicaraanmu" Bukankah dasar niatmu itu adalah menantang Wikan?"
"Ya. Aku ingin tahu, apakah anak bungsu ini benar-benar sudah tuntas. Atau sekedar karena ia pandai menjilat guru sehingga ia dinyatakan sudah tuntas. Bahkan melebihi saudara-saudara seperguruannya yang lebih tua. Lebih tua umurnya dan lebih tua masa bergurunya"
Cantrik yang lebih tua dari Murdaka itu menarik nafas panjang. Katanya "Itu adalah wewenang guru. Jika kau memang bernafsu untuk dikatakan yang terbaik, maka kau harus menghadap guru dan menyampaikan niatmu itu"
"Kalau saja Wikan jantan, maka aku tidak perlu menghadap guru dan menyatakan maksud itu. Kita dapat melakukannya tanpa sepengetahuan guru di sanggar terbuka. Saudara-saudara kita akan menjadi saksi. Ketiga orang kakak
seperguruan kita yang ditetapkan menjadi pendamping
kepemimpinan guru di padepokan ini juga akan bersaksi.
Mereka akan menjadi penentu, siapakah yang menang dan siapakah yang kalah. Siapakah yang ilmunya lebih tinggi"
"Ketiga kakak kita itu tentu tidak akan bersedia tanpa sepengetahuan guru"
"Biarlah mereka yang mengatakan kepada guru, bahwa aku menantang Wikan-untuk menilai, ilmu siapakah yang lebih tinggi diantara kami. Sebenarnya sudah lama aku menahan diri. Aku mencoba untuk tidak mempersoalkannya. Tetapi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap kali aku melihat Wikan datang ke padepokan ini, maka keinginan untuk menantangnya terasa semakin mendesak.
Hari ini aku tidak tahan lagi. Wikan datang ke padepokan ini bersama kakang dan mbokayu Mina serta membawa seorang perempuan dan bayinya. Aku tidak peduli siapakah yang dibawanya itu. Tetapi gejolak di dadaku tidak lagi dapat aku kekang"
Tetapi seorang cantrik yang lain menyahut pula "Bagus. Aku sependapat dengan Murdaka. Dengan pendapatnya yang
dinyatakan sebelum ia dengan tegas menantang Wikan. Bukan hanya wikan. Tetapi penilaian secara khusus terhadap murid-murid perguruan ini diantara mereka yang berada di tataran tertinggi itu ada baiknya. Misalnya, siapakah diantara aku dan Murdaka yang ilmunya lebih mapan"
"Sudahlah" berkata cantrik yang lebih tua itu "penilaian yang demikian itu tidak ada gunanya. Guru tahu pasti tingkat ilmu kita masing-masing. Bukan hanya kita yang sudah berada di tataran tertinggi, tetapi kita yang berada di semua tataran.
Karena itu, maka penilaian seperti yang dimaksud Murdaka itu tidak ada gunanya"
"Ada" sahut Murdaka dengan serta-merta "Aku tetap
menganggap penilaian itu ada gunanya. Tetapi terserah kepada Wikan. Apakah ia berani menerima tantanganku atau tidak"
"Penilaian yang kau maksud, merupakan satu pernyataan ketidak percayaanmu kepada guru"
"Bukan tidak percaya, kakang. Tetapi seperti manusia biasa, maka gurupun dapat mengasihi seseorang lebih dari orang yang lain. Bukan karena guru tidak adil, tetapi orang itu demikian licinnya serta demikian cerdiknya untuk menjilat"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dada Wikan rasa-rasanya bagaikan membara. Tetapi
sebelum ia berbuat sesuatu, seorang cantrik memasuki ruangan itu sambil berkata "Wikan. Guru memanggilmu"
Wikan menarik nafas dalam-dalam. Sambil bangkit berdiri, iapun menjawab "Baik kakang. Aku akan menghadap"
Wikanpun kemudian beranjak pergi. Dengan suara yang
bergetar Murdakapun berkata "Aku akan tetap menantangnya.
Jika tidak hari ini, besok atau lusa. Atau kapan saja ada kesempatan"
Beberapa orang cantrik yang ada di ruang itupun telah berdiri dan meninggalkan ruangan itu pula. Namun cantrik yang berwajah kekanak-kanakan itu sempat mendekati
Murdaka sambil berdesis "Murdaka. Aku setuju dengan
gagasanmu. Aku memang ingin tahu pasti, ilmu siapakah yang lebih mapan diantara kau dan aku"
Murdaka mengerutkan dahinya. Ia tidak mengira, bahwa beberapa orang saudara seperguruannya justru berpihak kepada Wikan. Kenapa mereka tidak merasa bahwa perhatian guru mereka lebih banyak diberikan kepada Wikan daripada kepada mereka, sehingga Wikan yang datang kemudian itu telah dinyatakan ilmunya tuntas lebih dahulu dari mereka, meskipun mereka sudah dinyatakan berada di tataran
tertinggi, sehingga merekapun sudah menjelang saat-saat terakhir dari masa berguru mereka.
Murdaka itupun kemudian duduk di amben panjang di
ruangan itu. Beberapa orang cantrik yang lainpun datang pula untuk makan pagi. Ada diantara mereka cantrik yang
tatarannya masih lebih rendah satu dua lapis dari Murdaka.
Namun mereka semuanya datang lebih dahulu dari Wikan.
Sementara itu, gurunya sudah tidak menerima lagi muridmurid yang baru, sehingga kedudukannya kelak ada
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penggantinya, karena Ki Margawasana sudah merasa bahwa masa pengabdiannya sudah cukup.
Dalam pada itu, Wikanpun telah duduk di ruang dalam
menghadap gurunya. Ki Mina dan Nyi Mina masih duduk
bersama gurunya. Namun Tanjung sudah tidak kelihatan lagi.
Agaknya Tanjung sedang menunggui anaknya yang sedang di biliknya.
Wikan duduk sambil menundukkan kepalanya. Ia sudah
menduga, bahwa paman dan bibinya itu tentu sudah
membicarakan keadaan keluarganya yang memalukan itu.
"Wikan" berkata gurunya dengan suara yang berat "seperti yang sudah aku katakan, bahwa aku tahu apa yang terjadi pada keluargamu. Kakak iparmu telah datang kemari. Aku sudah menduga bahwa kau berada di rumah pamanmu. Tetapi aku memang minta agar kakak iparmu tidak mencarimu ke Tegal Anyar. Biarlah kau menyingkir dari lingkungan yang membuatmu ketakutan itu"
Wikan sama sekali tidak mengangkat wajahnya. Ia bahkan menjadi semakin menunduk.
"Wikan" berkata gurunya "menurut pendapatku, sebaiknya kau pulang bersama paman dan bibimu. Biarlah paman dan bibimu memberi beberapa petunjuk kepada kedua kakak
perempuanmu serta ibumu. Mudah-mudahan petunjukpetunjuknya itu memberikan arti bagi mereka"
Wikan masih tetap berdiam diri.
"Menurut pendapatku serta pendapat paman dan bibimu, segalanya yang pernah terjadi itu biarlah terjadi. Kalian harus sanggup melupakannya. Kalian harus berusaha untuk
menyongsong hari-hari baru yang bakal datang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung Wikan menjadi semakin berdebaran. Namun
gejolak didadanya terasa sangat mendesak, sehingga iapun berkata dengan kata-kata yang sendat "Tetapi coreng moreng di kening itu sudah tidak akan dapat dihapus guru"
"Penyesalan yang mendalam serta kesediaan untuk tidak mengulangi kesalahan itu akan memperbaiki keadaan.
Mbokayumu itu harus bersedia di lahirkan kembali sebagai manusia baru untuk menyongsong hari depannya"
"Tetapi apa kata tetangga-tetangga kami, guru"
"Bagi Wuni nampaknya tidak banyak persoalan. Jika ia sudah berubah, maka segala sesuatunya akan berubah pula, termasuk tanggapan para tetangga. Tetapi bagi Wiyati agaknya memang memerlukan perhatian yang lebih besar.
Tetapi menurut pamanmu, bukankah tidak ada orang yang mengetahui, apa yang telah dilakukan oleh Wiyati di
Mataram?" "Tetapi Wandan dapat berceritera panjang tentang
mbokayu Wiyati" "Menurut pamanmu.perempuan yang bernama Wandan itu
tentu tidak ingin rahasianya sendiri terbuka bagi tetangga-tetangganya, sehingga Wandan tidak akan pernah berceritera tentang kehidupannya dan kehidupan Wiyati di Mataram"
"Tetapi pada suatu saat, jika rahasia Wandan itu terbuka dengan sendirinya, maka ia tentu akan menyeret nama
mbokayu Wiyati. Ia tentu tidak ingin dipermalukan sendiri di hadapan para tetangga"
"Wikan" berkata gurunya kemudian meskipun agak ragu
"Menurut pamanmu, ibumu masih mempunyai tanah warisan dari kakekmu di tempat lain, meskipun tidak cukup luas. Nah, jika pada suatu saat, Wandan sengaja membuka rahasia itu, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka kau dapat menyarankan agar keluargamu, tentu saja tidak termasuk Wuni, karena ia sudah tinggal bersama suaminya, pindah ke tanah warisan ibumu itu. Tetapi langkah ini adalah langkah terakhir jika sudah tidak ada jalan lain.
Tetapi jika Wandan tidak melakukannya, bukankah tidak ada persoalan lagi?"
Wikan tidak menjawab. Sementara Ki Minapun berkata "Aku dan bibimu akan menemui Wandan"
"Apa yang akan paman lakukan terhadap perempuan itu"
Apakah paman akan memaksanya dan bahkan mengancamnya agar Wandan tidak membuka rahasia mbokayu Wiyati?"
"Tidak, Wikan. Bukan itu. Wandanpun sekarang hidup
didalam kegelapan. Jika mungkin, kami ingin juga mengentaskannya. Seperti Wiyati, biarlah Wandanpun meninggalkan dunianya dan memasuki dunia baru"
"Dengan demikian, bukankah berarti bahwa Wandan harus pulang?"
"Guru" berkata Nyi Mina kemudian "Kami sudah pernah
membicarakan jalan pemecahan yang lain, yang ingin kami sampaikan kepada guru"
Ki Margawasana. mengerutkan dahinya. Dengan nada datar iapun bertanya "Apa yang ingin kau sampaikan, Nyi"
"Apakah guru masih ingat kakak perempuanku yang juga pernah berguru disini bersamaku. Yang telah lebih dahulu menyelesaikannya setahun sebelum aku"
"Tentu, aku tentu ingat kepada murid-muridku. Bukankah yang kau maksudkan Nyi Nastiti?"
"Ya,, guru. Ia sekarang tinggal bersama suaminya.
Mbokayu Nastiti sudah tidak pernah lagi terjun ke dalam dunia http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
olah kanuragan. Mbokayu Nastiti sekarang adalah seorang ibu yang menyerahkan semua waktunya bagi keluarganya. Bagi suami dan anak-anaknya. Suaminya bukan berasal dari
perguruan ini. Tetapi ia juga seorang yang mumpuni, yang pernah berguru kepada seorang pertapa di pesisir Selatan.
Namun suaminyapun sekarang lebih senang berada di sawah dan pategalannya"
Gurunya mengangguk-angguk.
"Tanahnya yang terhitung luas itu telah menyita hampir seluruh waktunya" Nyi Mina berhenti sejenak. Lalu katanya pula "bagaimana pendapat guru jika aku menemui mbokayu dan menitipkan Wiyati kepadanya" Selama ini mbokayu tidak menyerahkan anak-anaknya ke sebuah perguruan. Tetapi di sela-sela kesibukannya sebagai seorang ibu, ia telah menuntun anak-anaknya dalam olah kanuragan. Kadang-kadang suaminyapun ikut pula membimbing anak-anaknya, meskipun keduanya harus berusaha menyesuaikan diri. lebih dahulu, karena suami isteri itu tidak berasal dari perguruan yang sama"
"Tentu bukan masalah bagi mbokayumu dan kakak iparmu itu" desis Ki Margawasana.
"Ya. Keduanya mampu menyesuaikan dirinya. Jika Wiyati tinggal bersamanya, maka ia harus dapat mengisi waktunya, mengikuti latihan-latihan olah kanuragan. Bahkan jika Wandan dapat kami entaskan dari dunia yang hitam itu, maka ia akan dapat berada di rumah mbokayu itu bersama Wiyati"
Ki Margawasana mengangguk-angguk. Katanya "Jika
mbokayumu setuju, maka aku kira jalan itu adalah jalan yang baik. Asal Wiyati dan Wandan benar-benar telah menjadi manusia yang baru, maka masa depan mereka masih akan terbuka. Tetapi kau harus berterus-terang kepada mbokayu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kakak iparmu itu, bahwa Wandan dan Wiyati adalah perempuan yang pernah cacat namanya"
"Ya, guru. Aku akan bersikap jujur. Segala sesuatunya terserah kepada mbokayu"
Dalam pada itu, Ki Minapun menyela "Guru. Sebenarnya pernah terpikir olehku untuk membawa keduanya kemari, Tetapi jika rahasia mereka tercium oleh para cantrik entah karena apa, maka akibatnya akan buruk sekali bagi perguruan ini. Lebih-lebih bagi perasaan Wikan sebagai murid bungsu di perguruan ini"
Ki Margawasana mengangguk-angguk.
"Tetapi hal seperti itu tidak akan terjadi di keluarga mbokayu. Mbokayu mempunyai dua orang anak laki-laki yang baru meningkat remaja"
"Jadi anak Nyi Nastiti itu baru meningkat remaja?"
"Ya, guru. Mbokayu terlambat menikah. Selelah lepas dari perguruan ini, mbokayu bertualang untuk waktu yang
terhitung lama sehingga akhirnya ia bertemu dalam
petualangannya dengan suaminya. Setelah terlambat menikah, mbokayu baru mempunyai anak setelah lima tahun masa
pernikahannya, sehingga sekarang ini anak-anak mbokayu masih belum remaja penuh"
Ki Margawasana mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Katanya "Tetapi mereka akan menjadi anak-anak muda yang tanggon. Agaknya ibu dan ayahnya menuntun mereka dalam olah kanuragan sejak mereka masih kanak-kanak"
"Ya, guru" "Baiklah. Lakukan apa yang terbaik menurut pendapatmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih guru. Sebelum kami menemui keluarga
Wikan, maka kami akan pergi menemui keluarga mbokayu Nastiti lebih dahulu. Apakah mereka bersedia menerima Wiyati atau tidak. Bahkan seandainya Wandan bersedia pula
meninggalkan dunia hitamnya"
"Bagaimana dengan pendapat Wikan?" bertanya gurunya.
"Aku menurut saja, mana yang terbaik menurut guru dan paman serta bibi"
"Besok kami akan pergi menemui mbokayu Nastiti, Wikan"
berkata Nyi Mina "sebaiknya kau tinggal disini saja. Baru dari rumah mbokayu Nastiti, aku akan membawamu pulang.
Sementara itu, kami titipkan Tanjung dan anaknya disini. Ia akan mendapat perlindungan sebaik-baiknya"
"Ya, paman" jawab Wikan.
"Nah, semuanya harus kau lakukan segera, Ki Mina"
"Setelah semuanya itu selesai, maka kita akan mengatur, pemindahan kepemimpinan di perguruan ini sebagaimana pernah aku katakan kepadamu. Kau akan memimpin
perguruan ini" Ki Mina menarik nafas panjang. Namun kemudian ia
menjawab "Kami akan melaksanakan segala perintah guru"
Dengan demikian, maka Ki Minapun telah mempersiapkan diri untuk pergi menemui kakak perempuan Nyi Mina untuk membicarakan kemungkinan keberadaan Wiyali di rumahnya.
Namun sebelum Ki Mina dan Nyi Mina meninggalkan
padepokan itu, seorang cantrik telah menemuinya.
"Kakang akan pergi esok?" bertanya cantrik itu.
"Ya. Aku akan pergi. Tetapi tidak lebih dari semalam saja"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ingin memberitahukan persoalan yang harus dihadapi oleh Wikan"
"Persoalan apa?"
"Seorang diantara kami ada yang menjadi iri hati terhadap Wikan"
"Kenapa?" "Keberhasilan Wikan"
Ki Mina dan Nyi Minapun termangu-mangu. Mereka
kemudian mendengarkan pengaduan cantrik itu dengan
saksama atas sikap Murdaka yang menantang Wikan untuk menilai tingkat kemampuan mereka.
"Ini sudah tidak benar" desis Ki Mina "sampaikan persoalan ini kepada salah seorang diantara ketiga orang pembantu guru. Ki Rantam, Ki Windu atau Ki Parama. Biarlah mereka menyampaikannya
kepada guru. Biarlah guru yang menyelesaikannya. Aku dan mbokayumu akan pergi esok"
"Baik, kakang. Sekarang aku akan menemui kakang Parama atau salah seorang dari ketiga orang diantara mereka bertiga"
Demikian cantrik itu pergi, maka Ki Mina dan Nyi Minapun segera memanggil Wikan. Ketika keduanya menanyakan
tentang persoalannya dengan Murdaka, maka Wikanpun
mengatakannya berterus terang.
"Aku tidak memberitahukan persoalan ini kepada paman dan
bibi, karena aku memutuskan untuk tidak menanggapinya" "Sikapmu sudah benar, Wikan. Tetapi mungkin saja guru mengambil keputusan yang berbeda. Kau harus berbuat
sebaik-baiknya. Tetapi jangan kehilangan akal dan bertindak menuruti
perasanmu saja. Mungkin guru berniat http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuktikan, bahwa ia tidak emban cinde emban siladan.
Maksudku, jika kau dikatakannya sudah tuntas, maka, maka benar-benar sudah tuntas"
"Aku mengerti maksud paman"
Ternyata malam itu juga, Ki Margawasana telah memberitahukan kepada Ki Mina dan Nyi Mina, bahwa ia memang berniat membiarkan Murdaka membuktikan sendiri, bahwa Wikan memang sudah tuntas. Bukan karena Wikan
mendapatkan perlakuan yang khusus. Jika ia mendapat
tempat yang terbaik diantara murid-murid yang masih ada di padepokan, itu justru karena ia telah membuktikan, bahwa ia memang orang yang terbaik.
"Segala sesuatunya aku serahkan kepada Parama" berkata Ki Margawasana "Aku percaya kepadanya. Sedangkan kau dan isterimu, tidak usah menunda perjalananmu. Percayalah, tidak akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Yang terjadi hanyalah luapan perasaan anak-anak muda yang kurang
terkendali" "Baik guru" "Aku akan hadir di arena itu. Karena itu, kau dapat pergi dengan tenang"
Sebenarnyalah, Ki Mina dan Nyi Minapun menjelang
matahari terbit di keesokan harinya telah meninggalkan padepokan. Namun ia sempat menemui Ki Parama, apakah ia sudah berbicara dengan Ki Margawasana.
"Sudah, kakang" jawab Ki Parama "Aku akan mengatur
segala sesuatunya sebaik-baiknya. Percayakan Wikan kepadaku" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina tersenyum. Sambil menepuk bahu Ki Parama iapun berdesis "Terima kasih"
Demikianlah, maka sepeninggal Ki Mina dan Nyi Mina, Ki Paramapun segera menangani persoalan yang terjadi di, padepokan itu. Niat Murdaka untuk menakar kemampuan
Wikan benar-benar akan dilaksanakan.
Wikan sendiri sebenarnya tidak tertarik untuk melayani sikap Murdaka, meskipun jantungnya serasa di guncang-guncang. Namun Ki Margawasana sendirilah yang berkata kepadanya "Bantu aku, Wikan. Amankan kebijaksanaanku. Jika aku memperlakukan kau berbeda dengan saudara-saudaramu itu tentu ada sebabnya. Nah, kau harus membuktikan kepada seisi padepokan ini, bahwa kau benar-benar berhak untuk aku perlakukan sebagaimana sekarang ini. Bahkan kau adalah murid yang meskipun datang terakhir, namun kau benar-benar telah tuntas"
"Aku akan berusaha sebaik-baiknya guru"
Wikan sendiri tidak tahu, kenapa sebelum ia turun ke arena, ia telah menemui Tanjung. Seakan-akan di luar sadarnya, bahwa ia telah mcnccriterakan apa yang akan dilakukannya kepada Tanjung.
"Hati-hatilah kakang" sahut Tanjung "Jika kakang harus melawan saudara seperguruan kakang, itu bukan karena kakang ingin menyombongkan diri. Tetapi semata-mata
kakang ingin membulikan kebenaran sikap guru kakang itu"
"Ya, Tanjung. Doakan agar aku dapat berhasil

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melaksanakan tugas yang aku emban sekarang ini.
"Kau tentu berhasil, kakang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan mengangguk-angguk. Iapun kemudian meninggalkan Tanjung
untuk menemui beberapa orang saudara seperguruannya. Pada umumnya mereka memberikan dorongan kepadanya, untuk menyakinkan Murdaka, bahwa sikapnya itu keliru. Ia sudah tidak mempercayai kebijaksanaan gurunya.
Tetapi diantara para cantrik, ada juga yang mendukung sikap Murdaka. Ada juga satu dua orang yang mempunyai perasaan yang sama dengan Murdaka. Iri hati.
"Bagaimana mungkin anak itu mampu menuntaskan ilmu
yang harus dipelajarinya di perguruan ini"
Namun seorang saudara seperguruannya berkata "Bukankah kita melihat langsung, pendadaran-pendadaran yang selalu diadakan setiap kali untuk menilai kemajuan kita"
Nah, bukankah di dalam pendadaran-pendadaran itu kita melihat kenyataan tentang kemampuan Wikan?"
"Segala sesuatunya dapat diatur. Guru sudah mengatur sehingga kesan terakhir, Wikan berada diatas semuanya.
Tetapi aku tidak yakin" jawab saudara seperguruannya yang sependapat dengan Murdaka "menurut pendapatku. Murdaka memiliki kelebihan dari Wikan. Nanti, jika mereka berada di arena, maka segalanya akan terbukti, bahwa bukan Wikanlah yang terbaik"
Saudara seperguruannya tidak menjawab lagi. Tetapi ia yakin bahwa Wikanlah diantara mereka yang terbaik.
Hari itu juga Ki Parama bersama Ki Rantam dan Ki Windu telah membuka arena di halaman padepokan. Yang akan
tampil di arena adalah Murdaka yang akan mengukur
kemampuan Wikan, murid bungsu Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tepat saat matahari berada di lengah, maka Wikan dan Murdakapun memasuki arena. Ki Margawasana sendiri,
bersama ketiga orang yang membantunya memimpin
padepokan itu, hadir di pinggir arena. Sementara para cantrikpun berdiri di teriknya panas matahari mengelilingi arena itu.
Ketika segala sesuatunya sudah siap, maka Ki Paramapun telah memasuki arena. Ia akan memimpin langsung
pertarungan di arena itu. Penarungan yang akan menentukan, siapakah yang lebih baik dari keduanya. Murdaka atau Wikan.
Ki Margawasana menjadi berdebar-debar juga. Tetapi
sebagai seorang guru, maka ia tahu pasti, bahwa Wikan memiliki kelebihan dibandingkan dengan Murdaka. Tetapi ada kemungkinan lain yang dapat terjadi. Jika Wikan melakukan kesalahan, maka yang akan terjadi tentu bukanlah yang dikehendakinya.
Beberapa saat kemudian, maka Ki Paramapun telah
memberikan kepada kedua belah pihak untuk bergeser maju.
Dengan singkat Ki Parama menjelaskan, aturan-aturan yang harus ditaati oleh kedua belah pihak.
"Baiklah" berkata Ki Parama kemudian, kita akan dapat segera mulai"
Ki Paramapun kemudian telah beringsut menepi. Tetapi ia akan tetap berada di arena. Bahkan iapun kemudian memberi isyarat kepada Ki Windu dan Ki Rantam untuk turun ke arena, bersama-sama mengawasi pertarungan itu.
Murdaka dan Wikanpun kemudian mempersiapkan diri
sebaik-baiknya. Dua orang murid dari perguruan yang sama telah siap untuk bertempur. Mereka ingin membuktikan, siapakah yang terbaik diantara mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, terik mataharipun seakan-akan telah
membakar langit. Sinarnya yang panas telah ikut memanasi suasana.
"Jangan sesali dirimu, Wikan" berkata Murdaka hampir berbisik.
"Apa yang harus aku sesali?" desis Wikan.
"Mungkin kau akan tetap menjadi anak bungsu. Tetapi kau bukan lagi yang terbaik"
Wikan tidak menyahut. Tetapi ia sudah siap menghadapi segala kemungkinan.
Keduanyapun kemudian bergeser beberapa langkah.
Murdakalah yang kemudian lebih dahulu meloncat menyerang Wikan.
Tetapi Murdaka masih belum bersungguh-sungguh. Sementara itu Wikanpun bergeser selangkah kesamping
menghindari serangan itu.
Namun dengan cepat Murdaka menyusul dengan serangan
berikutnya. Wikanpun segera berloncatan pula menghindari serangan-serangan
Murdaka. Namun kemudian.Wikanpun telah membalas serangan-serangan Murdaka dengan seranganserangan pula. Demikianlah keduanya segera terlibat dalam pertarungan, yang sengit. Keduanya yang telah mengenali tataran ilmu masing-masing itupun segera meningkatkan ilmu mereka semakin tinggi.
Ki Margawasana memperhatikan kedua orang muridnya
yang sedang bertarung di arena itu dengan seksama. Ada juga sepercik kegelisahan merayap di hatinya. Murdaka adalah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah seorang diantara-murid-muridnya yang terbaik yang sudah berada di tataran terakhir. Bahkan Ki Margawasana yang dibantu oleh Ki Rantam, Ki Windu dan Ki Parama telah mulai mengembangkan ilmu perguruan itu bagi murid-muridnya yang berada di tataran tertinggi. Ki Margawasana telah membuka wawasan mereka untuk lebih mengenali sifat dan watak ilmu mereka, dibandingkan dengan un.sur-unsur gerak terbaik dari beberapa perguruan yang lain. Namun tidak luput dari kemungkinan, murid-muridnya justru mampu
menyerap berbagai macam unsur itu untuk mengembangkan ilmunya.
Ki Margawasana tidak pernah merasa keberatan. Bahkan Ki Margawasana dan para pembantunya, telah membimbing
murid-muridnya untuk melengkapi unsur-unsur yang telah mereka miliki.
Itulah sebabnya, maka perguruan Ki Margawasana itu tidak pernah berhenti bergerak. Setiap kali ilmunya mendapat sisipan-sisipan baru yang semakin meningkatkan kemampuan para muridnya.
Murdaka meyakini bahwa perkembangan ilmunya pada
saat-saat terakhir menjadi semakin cepat, sehingga ia akan mampu melampaui murid bungsu Ki Margawasana yang telah meninggalkan perguruannya itu.
Tetapi Murdaka tidak memperhitungkan, bahwa pengalaman Wikan di luar perguruannya, telah memberikan banyak sekali kemungkinan baginya untuk berkembang pula.
Demikianlah, pertarungan di halaman padepokan itu
semakin lama menjadi semakin sengit. Murdaka telah
meningkatkan ilmunya semakin tinggi, la bergerak semakin cepat serta serangan-serangannyapun menjadi semakin
berbahaya. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan merasakan bahwa Murdaka berusaha menekannya
terus. Agaknya Murdaka ingin secepatnya menunjukkan
kelebihannya. Semakin cepat ia berhasil mengalahkan Wikan, maka namanya akan menjadi semakin dikagumi oleh saudara-saudara seperguruannya.
Dalam pada itu, selagi di padepokan terjadi pertarungan yang sengit, Ki Mina dan Nyi Mina lengah berada di tengah perjalanan menuju ke rumah Nyi Nastili. Mereka berharap bahwa sebelum senja mereka sudah akan sampai ke rumah kakak perempuan Nyi Mina itu.
Namun di perjalanan keduanya masih saja berbicara
tentang Wikan yang tentu sedang melakukan pertarungan melawan Murdaka.
"Kenapa anak itu menjadi iri, kakang?" bertanya Nyi Mina.
"Bukankah ia datang lebih dahulu dari Wikan" Tetapi
Wikanlah yang lebih dahulu dinyatakan telah tuntas. Wikan telah menguasai semua ilmu yang dituangkan oleh guru kepada murid-muridnya. Di setiap pendadaran pada tataran-tataran sebelumnya, Wikan menunjukkan bahwa ia memiliki kelebihan dari kawan-kawannya. Tetapi Murdaka berpendapat lain. Ia menganggap bahwa ada ketidak-adilan di padepokan ini. Ia menganggap bahwa pernyataan guru, bahwa Wikan telah tuntas itu bukanlah karena kemampuan yang sebenarnya telah dikuasai oleh Wikan. Tetapi semata-mata karena guru mengasihi Wikan lebih dari murid-muridnya yang lain"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Kalanya "Mudah-mudahan
Wikan mampu membuktikan, bahwa ia memang telah tuntas.
Dengan demikian, iapun membuktikan bahwa guru benarbenar berpijak pada alas yang benar bahwa ia menyatakan Wikan telah tuntas"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku berharap demikian, Nyi. Menurut perhitunganku,
Wikan memang mempunyai kelebihan. Dalam olah kanuragan, Wikan tidak semata-mata bersandar kepada tenaga, kekuatan dan kemampuannya menguasai unsur-unsur gerak, tetapi setiap kali ia harus mengambil keputusan untuk bersikap, ia selalu mempergunakan penalarannya selain perasaannya untuk
mengambil keseimbangan. Dalam pertempuran, Wikanpun tidak pernah kehilangan akal. Ia memperhitungkan setiap kemungkinan dan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya"
Nyi Mina masih mengangguk-angguk. Namun jantungnya
masih saja terasa berdebaran.
Dalam pada itu, Wikan dan Murdaka masih bertempur di arena. Ki Parama, Ki Rantam dan Ki Windu mengikuti
pertarungan itu dengan seksama. Mereka mengawasi agar kedua orang anak muda itu tidak kehilangan kendali serta tidak pula melakukan kecurangan.
Ternyata Murdaka memang telah memiliki kemampuan
yang tinggi. Sebagai murid pada tataran terakhir, maka Murdaka seakan-akan telah menguasai segala-galanya yang diturunkan oleh gurunya, bahkan telah mengembangkannya pula. Serangan-serangan Murdakapun datang seperti badai di musim pancaroba.
Wikan merasakan tekanan Murdaka menjadi semakin berat.
Namun Wikan masih tetap tidak goyah. Pertahanannya tidak tergetar oleh serangan-serangan Murdaka yang semakin deras. Meskipun Wikan masih lebih muda dari Murdaka, tetapi dalam mengambil sikap, Wikan telah cukup mapan,
pengalaman hidupnya telah banyak mengajarinya melengkapi ajaran-ajaran gurunya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, pada mulanya, dalam pertarungan itu, Wikan sengaja tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Ia sadar, bahwa pertarungan diantara dua orang yang berilmu tinggi itu akan dapat makan waktu yang panjang. Jika sejak semula ia sudah mengerahkan tenaganya, maka pada saat-saat terakhir, ia akan dapat kehabisan tenaga.
Dalam pada itu, pertarungan di arena itupun menjadi
semakin sengit. Murdaka yang mengerahkan kemampuannya, berusaha untuk dapat menguak pertahanan Wikan. Serangan-serangannyapun menjadi semakin ccpai mengarah ke sasaran yang berbahaya.
Wikan memang lebih banyak bertahan. Sekali-sekali Wikan juga menyerang. Tetapi Wikan masih belum memaksakan
serangan-serangannya untuk menembus pertahanan Murdaka.
Serangan-serangan Wikan masih lebih banyak dipergunakan untuk meredam serangan-serangan Murdaka.
Ketika keringat sudah membasahi pakaian kedua orang
anak muda itu, maka pertarungan itupun menjadi semakin cepat. Serangan-serangan Murdaka menjadi semakin garang.
Anak muda itu berloncatan seperti burung sikatan memburu bilalang di rerumputan.
Wikan memang tidak terlalu banyak bergerak. Ia lebih sering bergeser mengikuti arah lawannya berloncatan. Namun demikian sulit bagi Murdaka untuk menguak pertahanan Wikan.
Setiap kali serangan-serangannya
selalu saja membentur pertahanan Wikan atau luput sama sekali, karena Wikan menghindarinya.
Meskipun demikian, dalam pertarungan yang semakin
sengit, maka sekali-sekali serangan Murdakapun mampu mengenai sasarannya. Pada saat Wikan menangkis ayunan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya mendatar kearah kening, maka tubuh Murdaka itupun segera berputar. Kakinya terayun mendatar dengan derasnya menyambar dada Wikan.
Wikan tergetar surut. Hampir saja ia kehilangan keseimbangannya. Namun dengan menarik satu kakinya
setengah langkah kebelakang, maka Wikan mampu memperbaiki keadaannya. Dengan cepat pula ia justru
bergeser selangkah surut untuk mendapat pijakan yang lebih mapan.
Pada saat Wikan tergetar, maka jantung mereka yang
menyaksikan pertarungan itupun tergetar pula. Mereka melihat betapa tenaga dalam Murdaka sudah menjadi semakin meningkat.
Namun ketika kemudian Murdaka meloncat dengan
menjulurkan kakinya sehingga tubuhnya seakan-akan meluncur seperti sebatang lembing yang dilontarkannya, Wikan sempat bergeser ke samping dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga serangan itu tidak mengenainya.
Murdaka yang gagal itupun menggeram, la berharap bahwa jika serangan itu mengenai dada Wikan, maka pertarungan itu tentu tidak akan berlangsung terlalu lama lagi. Serangan yang dilandasi dengan tenaga dalamnya yang tinggi itu, akan dapat meretakkan tulang-tulang iga Wikan.
Tetapi Murdaka tidak berhasil.
Dengan cepat maka Murdakapun segera mempersiapkan
dirinya. Ia menduga bahwa Wikan akan memburunya dan
langsung menyerangnya. Tetapi ternyata Wikan tidak melakukannya. Wikan yang menjadi semakin mapan itu masih tetap memperhitungkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga dan pernafasannya. Sehingga karena itu, maka
Wikanpun nampak menjadi semakin tenang.
Murdaka bergeser mendekati lawannya. Sejenak kemudian, maka serangan-serangannya datang pula seperti prahara.
Berbeda dengan Murdaka yang ingin dengan cepat
menyelesaikan pertarungan itu untuk semakin mengangkat namanya dilingkungan perguruannya, Wikan justru sebaliknya.
Ia sudah berniat untuk membiarkan Murdaka mengerahkan kemampuannya. Wikan akan lebih banyak bertahan, meskipun bukan berarti bahwa ia tidak menyerang sama sekali.
Sehingga pada suatu saat, Murdaka itu akan menjadi
kelelahan. Karena itu, maka arena pertarungan itu seakan-akan lebih banyak dikuasai oleh Murdaka. Wikan seakan-akan tidak mendapat kesempatan untuk menyerang. Wikan lebih banyak menangkis serangan-serangan Murdaka atau menghindarinya.
Saudara-saudara seperguruan merekapun menjadi semakin berdebar-debar. Satu dua orang yang berpihak kepada
Murdaka, mulai berpengharapan, meskipun mereka masih belum dapat menentukan, bahwa Murdaka akan dapat
memenangkan pertarungan itu.
Namun saudara-saudara seperguruan mereka dari tataran tertinggi, apalagi Ki Margawasana dan ketiga orang yang membantunya memimpin padepokan itu, justru mulai
mengerti, apa yang dikehendaki oleh Wikan.
Pertarungan itu masih saja berlangsung dengan sengitnya.
Serangan-serangan Murdaka masih saja datang seperti amuk prahara.
Sementara itu Wikan seakan-akan memang mengalami kesulitan untuk membalas serangan-serangan Murdaka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun jika terjadi benturan-benturan, maka setiap kali Murdakalah yang tergetar surut.
Murdaka yang berloncatan dengan cepat itu seakan-akan telah menyerang Wikan dari segala arah. Wikan yang bergeser dan berputar itu seakan-akan hanya mempunyai sedikit kesempatan.
Tetapi serangan-serangan Murdaka yang datang dengan
derasnya itu, sulit sekali dapat menyibak pertahanan Wikan.
Setiap kali serangan-serangannya telah membentur pertahanan Wikan yang sangat rapat. Bahkan jika sekali-sekali Wikan membalas, maka serangan-serangannya yang jarang itu justru telah menusuk sampai ke sasaran.
Ketika Murdaka meloncat sambil menjulurkan tangannya mengarah ke kening, maka Wikan bergeser sedikit surut sambil menarik wajahnya, sehingga tangan Murdaka tidak menyentuhnya. Namun dengan cepat kaki Murdakalah yang menyambar kaki Wikan. Tetapi Wikan sempat meloncat ke samping sehingga kaki Murdaka tidak menyentuhnya. Ketika Murdaka kemudian memutar tubuhnya dan siap untuk
mengayunkan kakinya mendatar, maka Wikan telah mendahuluinya. Kaki Wikanlah yang justru mengenai pangkal paha Murdaka yang sudah siap mengayunkan kakinya.
Murdakalah yang terdorong surut. Dengan susah payah
Murdaka berusaha menyelamatkan keseimbangannya, sehingga Murdaka itu tidak jatuh terguling.
Keteganganpun semakin mencengkam halaman padepokan
itu. Saudara-saudara seperguruan mereka yang bertempur di arena itu menjadi semakin berdebar-debar. Sementara
matahari di langit seakan-akan menjadi semakin panas, justru pada saat matahari menjadi semakin condong ke Barat.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keringat kedua orang anak muda yang berada di arena
pertarungan itu bagaikan terperas dari tubuh mereka.
Sementara itu, mereka masih saja saling menyerang dan bertahan. Benturan-benturan telah terjadi semakin sering.
Serangan-serangan Murdaka masih saja datang susul
menyusul. Namun orang-orang yang berada di seputar arena itu mulai melihat, bahwa tenaga Murdaka telah mulai menyusut.
Sementara itu, setiap kali Murdaka mengendorkan serangan-serangannya, justru Wikan telah memancingnya dengan
serangan-serangan pula. Serangan-serangan yang mampu menyusup di sela-sela pertahanan Murdaka.
Serangan kaki Wikan yang mengenai dada Murdaka telah membuat dada Murdaka menjadi sesak. Beberapa langkah ia bergeser mundur untuk mengambil jarak. Murdaka mencoba untuk mengatur pernafasannya untuk mengatasi sesak
nafasnya. Wikan tidak memburunya. Ia seakan-akan sengaja memberi lawannya wakiu uniuk memperbaiki keadaannya. Namun
sejenak kemudian. Wikanpun telah meloncat sambil menjulurkan tangannya. Murdaka berusaha untuk mengelak dengan memiringkan


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya. Namun Murdaka tidak dapat terbebas sama sekali dari serangan Wikan, sehingga tangan Wikan itu masih menyentuh bahunya.
Murdaka menyeringai menahan sakit. Namun iapun segera meloncat sambil mengayunkan kakinya.
Wikanlah yang bergeser mundur. Namun pancingannya
telah mengena. Murdaka telah mengerahkan sisa tenaganya untuk menyerangnya dengan segenap kemampuannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi serangan-serangan itu tidak mengenai sasarannya.
Karena itulah, maka Murdaka telah kehabisan kesabaran.
Murdaka telah meloncat surut. Ia memerlukan waktu sekejap untuk sampai ke puncak ilmunya.
Wikan terkejut. Agaknya Murdaka tidak mampu mengendalikan dirinya. Ia ingin mempergunakan puncak ilmu yang diterimanya di perguruan itu. Puncak ilmu yang
sebagaimana dipesankan oleh guru mereka, tidak boleh dipergunakan dengan semena-mena. Ilmu puncak yang baru diberikan kepada beberapa orang saja itu, merupakah ilmu simpanan yang harus dihormati penggunaannya.
Wikan justru bergeser surut. Sementara itu terdengar Ki Parama berkata lantang "Tunggu, Murdaka. Kau tidak boleh mempergunakannya. Bukankah sudah aku katakan, ilmu
simpanan itu hanya dapat kau pergunakan untuk mengatasi keadaan yang sangat gawat. Bukan untuk bermain-main
bersama saudara-saudara seperguruan"
"Kakang" jawab Murdaka "justru siapakah yang mampu
mempergunakan, ilmu puncak itu dengan hasil yang lebih baik, maka ialah yang dapat disebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi"
"Tetapi kau belum mempelajarinya dengan tuntas. Masih ada beberapa macam laku yang harus kau jalani untuk
menguasai ilmu itu sepenuhnya. Sementara itu Wikan telah melakukannya. Jika kau memaksa untuk membenturkan ilmu puncak itu, maka kau akan mengalami kesulitan"
"Kita akan melihat, siapakah yang lebih baik, aku atau Wikan"
"Tidak, kau tidak akan melakukannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Murdaka tidak menghiraukannya. Iapun dengan
cepat menyentuh simpul-simpul syaraf di sebelah kanan dan kiri dadanya. Kemudian menakupkan telapak tangannya.
Sambil berteriak nyaring Murdaka itu menghentakkan
tangannya ke arah Wikan. -oo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 WIKAN memang tidak menduga sebelumnya, bahwa Murdaka akan kehilangan kendali. Tetapi
Wikan masih mencoba untuk mengatasinya dengan cara yang terbaik.
Ketika kemudian Murdaka melepaskan ilmu puncaknya, maka Wikan tidak berniat membenturkan ilmu puncaknya. Tetapi Wikan berusaha untuk meloncat, menghindari garis serangan
ilmu puncak Murdaka. Seleret sinar putih buram
meluncur dari tangan Murdaka. Tetapi serangan itu tidak mengenai Wikan yang sempat mengelak.
Namun yang terjadi sangat mengejutkan. Beberapa orang yang berdiri di pinggir arena itu telah disambar oleh serangan ilmu puncak yang dilepaskan oleh Murdaka.
Tiga orang cantrikpun telah terlempar
dan jatuh terpelanting di tanah. Untunglah jarak mereka tidak terlalu dekat. Sementara itu, mereka adalah para cantrik dari tataran terakhir pula, sehingga daya tahan tubuh mereka sudah meningkat semakin tinggi. Apalagi mereka sempat melihat Wikan menghindar http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika seleret sinar menyambarnya, sehingga mereka memang sudah menduga, bahwa serangan itu akan sampai kepada mereka. Karena itu, merekapun telah berusaha berkisar dari tempat mereka berdiri serta meningkatkan daya tahan tubuh mereka.
Meskipun demikian, kekuatan ilmu puncak Murdaka itu
masih juga berakibat buruk bagi mereka. Tiga orang cantrik itupun kemudian telah mengerang kesakitan.
Namun nampaknya Murdaka tidak menyadari peristiwa itu.
Ia masih saja berusaha untuk mengetrapkan ilmu puncaknya.
Namun Wikan tidak mau membiarkannya menyakiti
beberapa orang cantrik lagi. Tiba-tiba saja Wikanpun telah menyentuh simpul-simpul syaraf di sebelah kanan dan kiri dadanya
dengan jari-jemarinya sambil menyilangkan tangannya. Dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan gerak Murdaka, Wikan telah melontarkan ilmu puncaknya. Tetapi Wikan tidak mempergunakan Murdaka sebagai sasarannya.
Wikan telah membidik dahan sebatang, pohon yang tumbuh di halaman, tidak jauh dari arena pertarungan itu.
Ketika Wikan menghentakkan tangannya, maka seleret
sinar putih yang jernih telah meluncur dengan kecepatan yang hampir tidak kasat mata.
Pangkal dahan kayu yang besar itu seakan-akan telah
meledak. Kemudian terdengar suaranya berderak keras.
Dahan kayu itupun kemudian patah dan runtuh di tanah.
Tiba-tiba saja halaman padepokan itu menjadi hening.
Semua orang yang ada di halaman itu telah dicengkam oleh serangan Wikan yang telah mematahkan dahan kayu yang besar itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murdakapun terkejut pula. Jantungnya bahkan terasa
seakan-akan berhenti berdetak. Ia tidak mengira, bahwa Wikan mampu melakukannya jauh lebih baik dari yang dapat dilakukannya. Jika saja Wikan tidak membidik dahan kayu itu, dan membidik kepalanya, maka kepalanyalah yang akan
meledak dan pecah berantakan.
Murdaka berdiri bagaikan patung. Sementara itu, beberapa orang cantrik segera menyadari keadaan tiga orang kawannya yang terpelanting jatuh itu.
Untunglah bahwa kemampuan Murdaka masih belum
setinggi kemampuan Wikan. Jika saja Wikan yang melakukannya, maka ketiga orang cantrik itu tentu sulit untuk dapat bertahan hidup.
Ki Margawasana masih belum beranjak dari tempatnya.
Namun sambil menarik nafas panjang, iapun berkata di dalam hatinya
"Untunglah bahwa Wikan masih mampu mengendalikan dirinya, sehingga tidak terjadi bencana yang lebih buruk lagi"
Dalam pada itu, Murdakapun kemudian telah menganggukkan kepalanya dalam sekali kepada Wikan.
Kemudian kepada Ki Parama, Ki Rantam, Ki Windu dan yang terakhir kepada gurunya, Ki Margawasana.
"Aku mohon ampun guru. Ternyata aku adalah seorang
murid yang tidak berharga sama sekali. Aku telah digelitik oleh perasaan dengki sehingga aku telah tidak mampu lagi
menahan diri" Ki Margawasana me langkah mendekatinya sambil berkata
"Nah, apakah kau sudah puas?"
"Aku mohon ampun guru"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku menyadari, bahwa sebelum kau melihat kenyataan ini, maka kau tidak akan meyakini kebenaran penilaianku terhadap Wikan. Nah, sekarang kau sudah melihat kenyataan ini"
"Ya, guru" "Bagaimana pendapatmu sekarang?"
"Aku yakini, aku bersalah. Aku tidak melihat ke kedalaman kemampuan Wikan. Aku hanya melihat pada permukaannya saja"
"Baiklah. Aku harap, sekarang sudah tidak ada persoalan lagi diantara kalian. Aku ingin murid-muridku hidup rukun dengan hati terbuka. Menerima kenyataan tentang dirinya dan tentang
saudara-saudaranya. Meskipun Wikan sudah membuktikan kelebihan, namun seorang yang masih mengeraskan hatinya pada sikapnya, masih juga dapat
mencari kesalahan kepada orang lain. Mereka yang tidak mau melihat kenyataan dapat saja mengatakan bahwa aku
memberikan waktuku lebih banyak bagi Wikan daripada yang lain. Tetapi bukankah kita semuanya melihat apa yang terjadi di sini?"
"Ya, guru" "Jika Wikan lebih banyak berada di sanggar itu adalah pertanda bahwa ia adalah seorang murid yang rajin. Ia mengulangi dan mengulangi setiap unsur-unsur baru yang aku berikan kepada kalian, sehingga Wikan menjadi lebih baik dari kalian. Sehingga ia berada di depan"
Dalam pada itu, Ki Mina dan Nyi Mina yang pergi ke rumah nyi Nastiti, telah menempuh jalan panjang. Mereka sudah menjadi semakin dekat dengan tujuannya ketika matahari menjadi semakin rendah. Namun ketika senja turun, mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru memasuki jalan bulak yang langsung menuju ke rumah Nyi Nastiti.
"Kita akan sampai ke rumah mbokayu setelah malam turun"
berkata Nyi Mina. "Ya" Ki Mina mengangguk-angguk "mungkin
akan mengejutkannya" Sebenarnyalah, mereka baru memasuki padukuhan tempat tinggal Nyi Nastiti setelah lewat senja. Lampu-lampu minyak sudah nampak dinyalakan disetiap rumah. Bahkan pintu-pintu rumahpun sudah ditutup rapat.
"Sepi sekali. Bukankah senja baru saja lewat" desis Ki Mina.
"Ya. Biasanya juga tidak sesepi ini. Ketika beberapa waktu yang lalu kita menengok Yu Nastiti, padukuhan ini terasa cukup ramai"
"Itu sudah lama terjadi. Bukankah sudah agak lama kita tidak menengok Yu Nastiti?"
Keduanya terdiam. Mereka melihat beberapa orang berdiri di pinggir jalan. Agaknya mereka berada di depan gardu yang berada tidak terlalu jauh dari pintu gerbang.
"Beberapa orang berada di depan gardu" desis Nyi Mina.
"Nampaknya sesuatu telah terjadi" sahut Ki Mina.
"Ya. Mudah-mudahan kedatangan kita tidak menimbulkan salah paham"
Keduanyapun kemudian terdiam.
Namun ketika mereka berjalan lewat di depan gardu yang diterangi
oleh lampu minyak itu, seorang telah menghentikannya. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tunggu, Ki Sanak" berkata seorang laki-laki yang masih terhitung muda.
Ki Mina dan Nyi Minapun berhenti. Sinar lampu minyak di gardu itu menyoroti wajah mereka. Keduanya yang sudah ubanan itu nampak letih dan kusut setelah menempuh
perjalanan panjang. "Maaf Ki Sanak" berkata orang itu pula "siapakah kalian berdua dan kenapa lewat senja kalian berjalan di jalan padukuhan ini?"
"Namaku Mina, Ki Sanak. Dan ini adalah isteriku"
"Kalian akan pergi ke mana?"
"Kami akan pergi ke rumah saudara kami yang tinggal di padukuhan ini?"
"Siapa nama orang yang kalian cari itu?"
"Ki Leksana. Nama kecil isterinya Nastiti. Nyi Nastiti. Tentu saja sekarang ia dipanggil Nyi Leksana"
Orang yang bertanya itupun berpaling kepada kawankawannya yang melangkah mendekat. Seorang diantaranya berkata
"Apakah kau masih kerabat Ki Leksana?" "Ya, Ki Sanak. Nyi Leksana itu adalah kakak perempuanku.
Kakak kandungku" sahut Nyi Mina.
Orang itupun kemudian berkata kepada seorang anak muda
"Antar keduanya ke rumah Ki Leksana"
"Baik, paman" Kepada Ki Mina dan Nyi Mina anak muda itu berkata
"Marilah Ki Sanak"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina dan Nyi Minapun hampir bersamaan menjawab
"Terima kasih, Ki Sanak"
Ki Mina dan Nyi Mina menyadari, bahwa perintah untuk mengantar mereka itu bukan semata-mata karena keramahan penghuni padukuhan itu. Tetapi agaknya juga untuk
membuktikan, apakah benar keduanya akan mengunjungi Ki Leksana.
"Apakah Ki Sanak pernah mengunjungi Ki Leksana?"
bertanya anak muda itu. "Pernah. Meskipun jarang-jarang sekali" jawab Nyi Mina.
Anak muda itu mengangguk-angguk. Agaknya iapun ingin membuktikan kebenaran pengakuan Nyi Mina itu. Anak muda itu sengaja berjalan di belakang. Ia ingin tahu, apakah kedua orang suami isteri itu benar-benar dapat menemukan
rumahnya sesuai dengan pengakuan mereka, bahwa mereka pemah mengunjungi rumah itu.
Akhirnya anak muda itu harus percaya. Ki Mina dan Nyi Mina pun langsung menuju ke rcgol halaman rumah Ki
Laksana. Tetapi anak muda itu tidak segera meninggalkan mereka. Ia ikut pula memasuki regol halaman dan kemudian mengantar mereka sehingga Nyi Mina itu mengetuk pintu rumah itu.
"Siapa?" terdengar seseorang bertanya di dalam. Suara seorang perempuan.
"Aku, yu" jawab Nyi Mina.
"Siapa?" "Mina" "Mina. Kaukah itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar langkah tergesa-gesa ke
pintu. Sejenak kemudian, maka pintu itupun terbuka.
Nyi Leksana tertegun sejenak. Namun kemudian wajahnya menjadi cerah.
"Adi Mina berdua. Marilah. Silahkan masuk" Kedatangan Ki Mina dan Nyi Mina ternyata membuat seisi rumah itu menjadi gembira. Ki Leksanapun kemudian menemui mereka pula
sambil tersenyum-senyum. Wajahnya-pun nampak ceria.
Dua orang anak laki-laki remajapun berlari-lari pula dari belakang sambil berkata nyaring "Paman, bibi"
Sekeluarga mereka menemui Nyi Mina dan Ki Mina di ruang dalam. Di sebuah amben bambu yang agak besar.
"Kalian selamat di perjalanan, adi berdua" bertanya Ki Leksana.
"Selamat kakang. Bukankah kakang sekeluarga baik-baik saja selama ini?"
"Kami baik-baik saja adi" sahut Ki Leksana. Namun
kemudian iapun bertanya "Siapa yang ada di luar?"
"Seorang anak muda yang mengantar kami dari gardu di dekat gerbang padukuhan kakang"
Ki Leksanapun kemudian bangkit berdiri dan menjenguk keluar "Mari ngger. Silahkan masuk. Mereka adalah kerabat sendiri"
"Terima kasih Ki Leksana. Aku sekedar mengantar kedua orang tamu Ki Leksana"
"Duduklah sebentar"
"Terima kasih. Aku akan segera kembali ke gardu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa saja yang berada di gardu?"
"Ada beberapa orang Ki Leksana"
"Sebenarnya aku juga ingin pergi ke gardu"
"Sudahlah. Biarlah yang masih lebih muda sajalah yang turun ke gardu-gardu malam ini, Ki Leksana"
"Terima kasih atas kepedulian kalian semua terhadap
umurku yang merambat terus. Tetapi jika diperlukan aku dapat juga membantu, meskipun hanya sekedar berlari-larian"
Anak muda itu tertawa. Katanya "Kami yang muda-muda ini masih cukup banyak. Biarlah Ki Leksana tinggal di rumah saja.
Percayakan segala sesuatunya kepada kami"
"Baik, baik, ngger. Aku percaya bahwa kalian akan dapat mengatasi persoalan yang betapapun rumitnya"
"Sekarang, aku minta diri" berkata anak muda itu


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian. Sambil turun kehalaman anak muda itu berpesan
"Hati-hati, Ki Leksana. Tutup saja pintu rumah ini"
"Baik, baik, ngger"
Demikian anak muda itu melangkah meninggalkan pintu
rumahnya, Ki Leksanapun segera menutup pintu rumahnya.
"Ada apa sebenarnya di padukuhan ini, kakang?" bertanya Nyi Mina.
Ki Leksanapun kemudian duduk kembali disebelah isterinya.
Katanya "Padukuhan ini memang sedang dicengkam ketegangan" "Kenapa?" "Lima hari yang lalu, Ki Bekel menerima sepucuk surat yang isinya, sekelompok orang akan datang ke padukuhan ini.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka minta disediakan barang-barang berharga dan uang.
Meskipun mereka tidak menyebutkan apa saja yang mereka inginkan secara terperinci, namun surat itu telah membuat seisi padukuhan ini gelisah"
Ki Mina dan Nyi Mina mengangguk-angguk. Dengan nada
berat Ki Minapun berkata "Tetapi agaknya penghuni
padukuhan ini tidak akan menyerah begitu saja"
"Ya. Tetapi itu pulalah yang membuat aku sebenarnya
menjadi cemas. Yang membuat surat itu ternyata orang yang menamakan dirinya Palang Waja. Nah, kau tentu sudah
mendengar nama Palang Waja"
"Palang Waja" sahut Ki Mina dan Nyi Mina hampir
berbareng. "Ya" Nyi Leksanalah yang menyahut "agaknya yang
membuat surat itu bukan orang yang sekedar mengaku-aku.
Tentu tidak ada orang yang berani mengaku bergelar Palang Waja kecuali Palang Waja yang sebenarnya. Apalagi mengaku bernama Palang Waja, sedangkan menyebut nama itupun
seseorang merasa lidahnya akan terbakar"
"Ya, mbokayu" Nyi Mina mengangguk-angguk.
"Nah, jika surat Palang Waja itu dibuat bukan karena sekedar tangannya menjadi gatal, tetapi ia bersungguh-sungguh, maka persoalannya akan menjadi sangat gawat"
berkata Ki Leksana selanjutnya.
"Tetapi orang-orang padukuhan itu justru mempersilahkan kakang untuk berada di rumah saja"
"Aku tidak pernah menunjukkan kepada mereka dan
seluruh isi padukuhan ini, bahwa aku dan mbokayumu
memiliki sedikit kemampuan olah kanuragan. Kami datang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai sepasang petani dan apa yang kami lakukan disini adalah sebagaimana keluarga seorang petani kebanyakan. Jika kami menuntun anak-anak kami dalam olah kanuragan, maka kami selalu melakukannya di tempat tertutup. Kamipun selalu berpesan kepada anak-anak kami, agar mereka tidak
membocorkan rahasia itu kepada siapapun. Juga kepada kawan-kawan mereka. Nampaknya anak-anak kami adalah
penurut, sehingga rahasia kami itu tetap terselubungi.
Sebenarnyalah kami ingin benar-benar menyimpan senjata-senjata kami"
Ki Mina dan Nyi Mina mengangguk-angguk. Namun Ki
Minapun kemudian bertanya "Tetapi bagaimana dengan
Palang Waja?" "Itulah yang membuat kami menjadi bimbang. Jika sekali kami muncul, maka kami tidak akan pernah dapat
bersembunyi lagi. Maka kamipun akan selalu terlibat lagi dalam persoalan yang sudah kami jauhi. Pertarungan demi pertarungan. Sementara itu kami menjadi semakin tua.
Sebenarnyalah kami ingin hidup dengan tenang seperti kebanyakan orang. Keluarga kami ingin hidup dalam suasana yang tentram dan tenang. Tanpa sikap bermusuhan dan tanpa kekerasan."
Ki Mina mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian
bertanya "Tetapi bagaimana dengan para penghuni padukuhan ini, kakang" Apakah mereka bertekad untuk
melawan kekuatan Palang Waja" Bahkan mungkin orang yang berilmu tinggi diantara gerombolan itu bukan hanya Palang Waja sendiri. Sementara itu, agaknya orang-orang padukuhan ini memang bertekad untuk melawan"
Ki Leksana menarik nafas panjang. Sementara Nyi Lek-sana mengangguk sambil menjawab "Ya. Orang-orang padukuhan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini memang bertekad untuk melawan. Ki Bekel dan Ki
Jagabaya adalah orang-orang yang sangat berani. Mereka mempunyai landasan kemampuan dalam o lah kanuragan.
Tetapi tentu masih belum sejajar dengan tataran kemampuan Palang Waja. Dan mungkin benar bahwa diantara gerombolan Palang Waja ada orang-orang yang juga berilmu tinggi"
"Apakah Ki Bekel dan Ki Jagabaya belum pernah
mendengar nama Palang Waja?"
"Sudah. Menurut pendengaranku, Ki Bekel dan Ki Jagabaya tahu bahwa Palang Waja adalah orang yang sangat di takuti.
Tetapi Ki Bekel dan Ki Jagabaya telah memberikan dorongan kepada rakyatnya untuk bangkit. Menurut Ki Bekel, sekali mereka menyerah, maka padukuhan ini akan dijadikan sapi perahan oleh Palang Waja sebagaimana beberapa padukuhan yang lain, yang kata orang juga menjadi ladang yang subur bagi Palang Waja dan gerombolannya menjadi semakin besar.
Tetapi sebaliknya, justru karena gerombolan Palang Waja menjadi semakin besar, maka mereka memerlukan ladang yang lebih luas"
"Jika rakyat padukuhan ini siap untuk melawan gerombolan Palang Waja, apakah bukan berarti bahwa korban akan
berjatuhan" Seandainya keberanian rakyat padukuhan ini tidak tergoyahkan oleh korban yang berjatuhan, apakah pada akhirnya rakyat padukuhan ini mampu mengusir gerombolan itu" Jika tidak, maka korban itu akan menjadi korban yang sia-sia. Yang tinggal justru akan mengalami perlakuan yang sangat buruk pula, karena diantara gerombolan Palang Waja tentu ada juga yang akan menjadi korban meskipun tidak seimbang dengan korban yang jatuh diantara rakyat
padukuhan ini" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah yang membuat kami bimbang" desis Ki Leksana
"Kami tentu tidak akan sampai hati melihat korban yang berjatuhan tanpa berbuat apa-apa. Tetapi jika kami turun ke medan, maka seperti yang aku katakan, maka kehidupan kami akan terlempar kembali ke dalam dunia kekerasan yang sudah berniat kami tinggalkan"
"Bagaimana kalau kakang membantu penghuni padukuhan
ini dengan sesinglon"
"Maksudmu?" "Dengan tidak menunjukkan siapakah sebenarnya kakang berdua. Misalnya dengan memakai kedok atau tutup wajah, atau apa saja. Sementara itu, mbokayu jangan berbicara sama sekali, agar tidak diketahui bahwa ia seorang perempuan"
Ki Leksana dan Nyi Leksana termenung sejenak. Pendapat Ki Mina itu sempat menyentuh hati mereka.
"Mbokayu" berkata Nyi Mina kemudian "Bukankah pendapat kakang Mina itu menarik" Kakang dan mbokayu mudah-mudahan dapat menolong rakyat padukuhan ini tanpa harus terlempar kembali ke dalam dunia kekerasan yang sudah kakang dan mbokayu hindari"
Nyi Leksanapun mengangguk-angguk. Katanya "Sesuatu
yang memang mungkin kami lakukan, karena kami akan
dikejar-kejar oleh perasaan bersalah jika rakyat padukuhan ini banyak yang menjadi korban keganasan Palang Waja tanpa berbuat apa-apa"
"Baiklah" berkata Ki Leksana "Aku akan memikirkannya"
Namun kemudian, Nyi Leksanapun berkata "Tetapi baiklah nanti saja kita berbincang. Aku akan pergi ke dapur"
"Sudahlah mbokayu, jangan merepotkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian adalah tamu yang datang dari jauh. Kalian tentu haus dan barangkali juga lapar"
Ketika kemudian Nyi Leksana pergi ke dapur, Nyi Minapun bangkit pula mengikuti Nyi Leksana.
Tetapi Nyi Leksanapun mencoba mencegahnya "Kaulah
tamu yang akan disuguhi minuman hangat. Duduk sajalah"
"Tidak mbokayu. Sejak kecil aku selaik ikut mbokayu di belakang. Bukan saja pergi ke dapur, tetapi juga saat mbokayu pergi ke pakiwan"
"Ah, kau. Anak nakal. Bahkan ketika aku pergi berguru, kaupun ikut-ikutan saja.,"
Keduanya tertawa. Tetapi Nyi Minaltetap saja ikut pergi ke dapur.
Di ruang dalam Ki Mina sempat berbincang kecuali dengan Ki Leksana juga dengan kedua anak-anaknya yang sudah remaja. Selain kegembiraan anak-anak yang memancar dari wajah mereka, juga terbayang, pula kecerdasan dan
ketajaman panggraita mereka. Sehingga keduanya berpikir lebih dewasa dari umur mereka yang sebenarnya.
"Aku memang mencoba menyalurkan kesenangan bermain
mereka di sanggar" berkata Ki Leksana "ternyata keduanya menyukainya. Tetapi aku selalu berpesan kepada mereka, agar mereka tidak menunjukkan kemampuan mereka kepada siapapun juga. Diantara kawan-kawan mereka, keduanya tidak menunjukkan kelebihan apa-apa. Sehingga diantara kawan-kawan mereka, keduanya tidak menarik perhatian"
Ki Mina mengangguk-angguk. Ternyata bahwa jika
mendapat kesempatan keduanya terhitung banyak berbicara pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bertanya-tanya tentang banyak hal yang belum
mereka ketahui. "Kami jarang sekali bepergian, sehingga yang kami ketahui hanya lingkungan padukuhan dan kademangan ini saja"
berkata seorang diantara mereka.
Ki Mina tertawa. Katanya "Nanti. Nanti jika kalian sudah dewasa, kalian akan banyak mendapat kesempatan"
Ki Leksanapun tersenyum pula. Katanya "Nah, bukankah yang dikatakan paman sama seperti yang aku katakan"
Sementara mereka berbincang kesana-kemari, Nyi Leksana dan Nyi Minapun telah masuk ke ruang dalam pula sambil membawa minuman hangat. Ketela pohon yang direbus
dengan legen yang sudah dihangatkan pula.
"Kami tidak punya yang lain. Besok aku akan menyembelih dua ekor ayam untuk menjamu kalian" berkata Nyi Leksana sambil tertawa.
"Ah, jangan mbokayu. Kedatangan kami jangan menyebabkan kematian, meskipun hanya dua ekor ayam.
Yang ada di ruang itupun tertawa.
Sejenak kemudian, maka merekapun telah menghirup
minuman hangat. Bukan hanya tamunya saja, tetapi juga Ki Leksana dan Nyi Leksana. Bahkan kedua orang anak Ki
Leksana. Bahkan kedua anak itu masih juga makan ketela pohon yang direbus dengan legen begitu lahapnya.
"Kalian ini masih juga belum bosan. Sore tadi kalian sudah menghabiskan ketela rebus legen ini semangkuk. Sekarang kalian masih saja makan tidak henti-hentinya" berkata Nyi Leksana.
"Itu pertanda kalau keduanya sehat" sahut Nyi Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka berdua makan banyak sekali. Tetapi mereka tidak menjadi gemuk" sahut Nyi Leksana.
"Bukankah mereka banyak bergerak. Di sanggar mereka
memerlukan banyak dukungan makan dan minum"
Kedua anak Ki Leksana itu hanya tersenyum-senyum saja sambil mengunyah ketela yang direbus dengan legen sehingga terasa manis sekali.
Namun selagi mereka sedang minum minuman hangat,
sehingga Ki Mina dan Ni Mina
masih belum sempat mengatakan
keperluannya, tiba-tiba saja terdengar suara kentongan dalam
irama titir. Ki Leksanapun menarik nafas
panjang. Katanya "Ternyata mereka datang malam ini. Setelah lima malam para penghuni padukuhan ini menunggu, hari ini, tepat pada
saat kalian berdua datang, Palang Waja itupun datang pula"
"Ya, kakang. Tetapi bukankah orang-orang padukuhan ini tidak akan mencurigai kami?"
"Tidak. Tentu tidak. Bukankah mereka tahu, bahwa kalian berdua pergi menemui kami di rumah ini"
Suara titir itupun terdengar semakin merebak. Semua
kentongan yang ada di padukuhan itu telah dibunyikan.
Ki Bekel dan Ki Jagabaya yang disebut oleh Ki Leksana sebagai orang-orang yang berani, bersama beberapa orang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bebahu telah berada di banjar. Anak-anak mudapun segera mempersiapkan diri di gardu-gardu, sedangkan sekelompok yang lain berada di banjar pula. Sedangkan mereka yang sedang tidak bertugas malam itu, telah terbangun dan berlari-larian keluar dari rumah mereka dengan membawa senjata apa saja yang mereka miliki. Bahkan ada yang membawa linggis, parang dan kapak pembelah kayu dan selarak pintu yang terbuat dari kayu nangka yang sudah tua.
Sementara itu, Ki Leksana dan Nyi Leksana nampak menjadi gelisah.
"Aku tidak tahu, manakah yang terbaik aku lakukan" desis Ki Leksana "Apakah aku harus tetap bersembunyi di rumah ini dan membiarkan rakyat padukuhan ini dibantai oleh Palang Waja dan para pengikutnya, atau turun ke medan dengan kemungkinan untuk memasuki babak kehidupan yang lama yang selama ini telah aku tinggalkan"
"Seperti yang aku katakan, kakang. Kakang hendaknya
bersembunyi di balik kedok atau penutup wajah apa saja. Ikat kepala misalnya"
"Apakah kita akan mencoba, kakang" desis Nyi Leksana.
"Baiklah, kita akan mencobanya. Tetapi kau harus
membongkar geledeg kayu itu untuk mencari pakaian
khususmu" "Tidak perlu" sahut Nyi Mina "pakai saja pakaian kakang.
Bukankah kakang mempunyai celana hitam dan baju lurik hitam" Kakang punya baju lurik ketan ireng. Atau lurik apapun yang berwarna gelap"
"Tetapi aku harus memakai ikat kepala?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Kita akan mencobanya"
"Jika kakang dan mbokayu tidak berkeberatan, biarlah kami ikut serta. Memang mungkin diantara pengikut Palang Waja ada orang yang berilmu tinggi, yang sangat berbahaya bagi orang orang padukuhan ini. Mereka akan dapat membantai anak-anak muda itu seperti menebas batang ilalang"
"Jadi kalian akan ikut?" bertanya Ki Leksana.
"Jika kakang dan mbokayu tidak berkeberatan"
"Baiklah, ikutlah bermain hantu-hantuan"
"Tetapi bagaimana dengan anak-anak?" bertanya Nyi Mina.
"Mereka dapat bermain hantu-hantuan di rumah" jawab Ki Leksana.
Tetapi yang tertua diantara mereka berkata "Aku ikut bermain hantu-hantuan itu ayah"
"Jangan sekarang. Kalian tinggal di rumah. Hati-hati. Ingat, jangan kau tunjukkan kepada siapapun bekal kemampuan kalian, kecuali jika ada satu dua orang perampok memasuki rumah ini. Ambil tombak pendek kalian di sanggar"
"Tombak pendek?" bertanya Nyi Mina.
"Ya. Aku juga tidak tahu, kenapa keduanya lebih senang mempergunakan tombak pendek. Aku sudah menggiring
mereka untuk mempergunakan jenis-jenis senjata yang lain.
Bahkan senjata apa saja yang ada. Tetapi sampai sekarang, jika ada kesempatan mereka merasa lebih mapan dengan tombak pendek mereka."
Demikianlah, maka Ki Leksana, Nyi Leksana, Ki Mina dan Nyi Mina telah mengenakan pakaian yang serba gelap. Mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menutup wajah-wajah mereka dengan ikat kepala, sehingga yang nampak hanya mata mereka saja.
"Ayah dan ibu benar-benar mirip hantu" berkata anak-anak mereka sambil tertawa.
"Bagaimana dengan paman dan bibimu?" bertanya ibunya.
Anak-anak itu tidak menjawab. Tetapi mereka masih saja tertawa tertahan-tahan.
"Nah" berkata ayahnya "kalian tunggui rumah. Hati-hatilah, jangan kemana-mana. Dalam keadaan seperti ini akan mudah sekali terjadi salah paham"
"Ya, ayah" "Kami, ayah dan ibu serta paman dan bibimu akan melihat suasana. Jika tidak perlu, kami tidak akan ikut serta turun ke medan. Tetapi kami tidak akan dapat membiarkan orang yang bernama Palang Waja itu membantai rakyat padukuhan ini"
"Baik, ayah" jawab mereka hampir berbareng. Keempat
orang yang sudah menutup wajah mereka itupun segera
keluar dari pintu butulan. Anak-anak Ki Leksana itupun segera menyelarak pintu butulan itu. Sementara itu Ki Mina dan Nyi Mina hanya dapat mengelus dada. Mereka melihat anak-anak itu dengan bangga. Apalagi setelah keduanya menggenggam landean tombak pendek di tangan mereka.
Sedangkan mereka berdua selama ini tidak dikurniai
seorang anakpun. Namun merekapun segera teringat kepada Tatag. Mereka sudah menganggap Tatag sebagai cucu mereka sendiri. Meskipun mereka tidak mempunyai anak kandang, tetapi mereka menemukan seorang anak perempuan, Tanjung dan seorang cucu, Tatag.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, maka keempat orang itu sudah berada tidak jauh dari gerbang padukuhan tanpa dilihat oleh seorangpun. Meskipun padukuhan itu menjadi ribut dengan kesiagaan anak-anak muda dan bahkan setiap laki-laki yang masih merasa mampu ikut mempertahankan hak mereka,
tetapi keempat orang itu berhasil menyusup diantara keributan itu tanpa diketahui oleh siapapun sampai di halaman terdekat dengan pintu gerbang. Mereka menyamarkan diri diantara gerumbul-gerumbul pepohonan di halaman itu. Namun dari tempat mereka bersembunyi, mereka dapat melihat pintu gerbang padukuhan yang dijaga oleh puluhan laki-laki bersenjata.
"Benturan kekerasan itu tentu terjadi di luar pintu gerbang, kakang" berkata Ki Mina.
"Ya. Anak-anak muda yang hanya mengandalkan keberanian itu tentu tidak akan membiarkan para perampok itu memasuki pintu grebang"
"Tetapi darimana mereka tahu, bahwa para perampok itu sudah datang" Darimana mereka mendapat isyarat untuk memukul kentongan dengan irama titir?"
"Aku tidak tahu, adi. Tetapi agaknya Palang Waja sendirilah yang mengirimkan satu atau dua orang pengikutnya untuk memberitahukan bahwa mereka akan datang malam ini.
Maksudnya agar apa yang dimintanya sudah disiapkan"
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Agaknya
memang demikian. Tetapi anak-anak muda itu menyambutnya dengan suara kentongan dalam irama titir"
"Palang Waja akan dapat menjadi marah karenanya"
"Tentu. Palang Waja tentu menjadi marah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bekel kita memang masih terhitung muda" sela Nyi
Leksana. "Bahkan Ki Jagabaya dan beberapa orang bebahu. Ki
Kebayan yang sudah lebih tua dari mereka agaknya masih juga berdarah panas" sahut Ki Leksana.
"Tetapi sebenarnyalah mereka tidak tahu pasti, seberapa besar kekuatan gerombolan Palang Waja yang sebenarnya.
Bahkan mereka tidak tahu, seberapa tinggi tingkat kemampuan Palang Waja dan barangkali beberapa orang
kawannya yang bergabung kepadanya, sehingga gerombolan Palang Waja itu merupakan gerombolan yang sangat kuat"
Ki Mina dan Nyi Mina mengangguk-angguk. Namun Nyi
Mina itupun kemudian berkata "Apakah tidak sebaiknya kita berada di luar dinding padukuhan ini?"
"Aku sependapat" sahut Nyi Leksana. Demikianlah, maka mereka berempat kemudian dengan tidak diketahui oleh siapapun juga meloncati dinding padukuhan dan berlindung di balik rimbunnya pohon perdu.
Beberapa saat keempat orang itupun menunggu. Seperti yang mereka duga, maka Ki Bekel sendiri bersama Ki
Jagabaya telah siap menyongsong kedatangan gerombolan Palang Waja di depan pintu gerbang padukuhan.
"Kita tidak akan membiarkan mereka menginjak bumi kita"
berkata Ki Bekel dengan nada suara tinggi "Kita akan mempertahankan hak kita sampai kemungkinan terakhir. Baru jika kita semuanya sudah mati, mereka akan dapat mengambil apa saja yang mereka inginkan di padukuhan ini"
Sesorah Ki Bekel benar-benar telah membakar jantung
setiap laki-laki yang sudah berada di depan pintu gerbang padukuhan itu.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Ki Bekel telah mengirimkan dua orang pengawas ke tengah-tengah bulak. Dua orang anak muda itu berlari-lari mendatanginya. Dengan nafas yang terengah-engah seorang diantara mereka berkata "Benar Ki Bekel. Mereka benar-benar telah datang. Mereka sudah berada di tengah-tengah bulak.
"Berapa orang yang datang?"
"Banyak, Ki Bekel. Sehingga kami tidak sempat menghitung" "Edan Palang Waja. Ia mengira kita akan menjadi ketakutan dengan ancaman-ancamannya. Tetapi kita tidak akan takut menghadapi mereka. Kita akan bertempur sampai orang
terakhir atau sampai musuh kita yang terakhir terkapar mati"
"Kita akan bertempur sampai orang terakhir, Ki Bekel"
teriak seseorang. "Kita akan mempertahankan hak kita" sahut yang lain.
Sedangkan yang lain lagi berteriak pula "Jangan biarkan mereka menginjak bumi kita"
"Kita bunuh mereka semua"
"Bagus" teriak Ki Bekel "Aku akan menghadapi Palang Waja itu sendiri. Jika setiap orang takut menyebut namanya, maka aku akan membunuhnya"
Namun tiba-tiba saja mereka terkejut. Agaknya dengan Aji Sapta Prangungu, Palang Waja mendengar apa yang
diteriakkan oleh Ki Bekel dan orang-orang padukuhan itu.
Palang Waja yang marah itu telah berteriak nyaring.
Suaranya bagaikan menggetarkan langit. Bahkan batang-batang padi yang subur di sawahpun telah menjadi gemetar.
Pepohonan berguncang dan daun-daun yang tidak lagi mampu berpegangan pada tangkainya telah berguguran.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadi" desis Ki Jagabaya.
Ki Bekelpun termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berkata "Kekuatan iblis sedang menakut-nakuti kita.
Tetapi kita tidak takut sama sekali"
Orang-orang yang berada di depan pintu gerbang itupun diam bagaikan membeku. Teriakan itu sudah tidak terdengar lagi. Tetapi jantung mereka masih saja bergetar di dalam dada mereka.
Dalam pada itu, Ki Leksanapun berkata "Aji Gelap
Ngampar" "Ya. Dengan demikian, Palang Waja seorang diripun akan mampu melumpuhkan orang-orang sepadukuhan-dengan Aji Gelap Ngamparnya itu"
"Kita tidak akan membiarkannya" desis Nyi Leksana.
"Kita tunggu, apa yang akan dilakukan oleh Palang Waja"
"Tetapi Gelap Ngampar itu sudah meredam separo dari
keberanian orang-orang padukuhan. Meskipun Ki Bekel masih berusaha membakar.keberanian mereka"
"Kita harus berbuat sesuatu, sehingga Aji Gelap Ngampar itu tidak membuat anak-anak muda menjadi pingsan"
"Baiklah" berkata Ki Leksana "Aku bawa serulingku. Seruling yang aku buat dari galih asem"
"Galih asem" Bagaimana kakang membuatnya" bertanya
Nyi Mina. "Aku memerlukan waktu yang lama sekali"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Ia sadari, bahwa bukan
waktu untuk membicarakan, bagaimana Ki Leksana membuat seruling dari galih asem yang kerasnya seperti besi. Bahkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besi dapat dilunakkan dengan api. Dicairkan dan dibentuk dengan cetakan tanah liat. Tetapi bagaimana dengan kayu galih asem.
Dalam pada itu, Ki Bekel masih berusaha untuk
membesarkan hati orang-orangnya. Dengan lantang iapun berkata "Jangan mudah goyah menghadapi permainan iblis semacam itu. Itu hanya permainan semu. Tidak ada apa-apa yang terjadi sebenarnya. Jika kita tabah menghadapi
permainan semu iblis itu, maka kita tidak akan terpengaruh"
Dalam pada itu, Palang Waja dan orang-orangnyapun
sudah menjadi semakin dekat. Dengan Aji Sapta Pangrungu ia mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Ki Bekel itu. Karena itu,
kemarahannyapun menjadi semakin memanasi perasaannya. Sekali lagi Palang Waja itu berteriak. Lebih keras dari yang pertama. Apalagi jaraknya menjadi semakin depat dengan gerbang padukuhan, sehingga kekuatan Aji Gelap Ngampar itupun seakan-akan menjadi berlipat.
Jantung orang-orang yang berada di depan pintu gerbang padukuhan itupun bagaikan telah rontok dari tangkainya.
Getar yang datang gelombang demi gelombang telah
mengguncang isi dada mereka. Bahkan Ki Bekel sendiri merasakan betapa dadanya menjadi panas dan sesak.
Namun dalam pada itu, selagi teriakan Palang Waja itu sedang mencengkam setiap jantung, terdengarlah suara seruling yang melengking tinggi. Suaranya yang lembut ngerangin itu bagaikan mengusap getar udara yang
bergejolak. Dedaunan yang terguncangpun telah terdiam.
Batang-batang padi yang gemetaranpun menjadi tenang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Palang Wajapun terkejut bukan kepalang. Suara seruling itu mampu melunakkan Aji Gelap Ngamparnya. Bahkan mampu
meredam kekuatan ilmu yang sangat dibanggakannya itu.
"Apakah ada murid iblis dari Brosot itu disini?" bertanya Palang Waja itu kepada seorang yang berdiri di sebelahnya.
"Seruling Galih" orang itu berdesis. Seorang yang
rambutnya sudah ubanan, meskipun badannya masih nampak tegar. Matanya nampak liar di
wajahnya yang keras bagaikan
batu padas di lereng pegunungan. "Ya. Seruling Galih" sahut
seorang yang berperawakan pendek agak gemuk "Bagaimana
mungkin disini ada seorang murid dari Perguruan di pesisir
kidul itu" "Menurut penilikan orang- orang kita sebelumnya, di padukuhan ini tidak ada orang
yang perlu diperhitungkan. Ki
Bekel dan Ki Jagabaya yang sombong dan keras kepala itu tidak berarti apa-apa. Namun sekarang tiba-tiba saja muncul Seruling Galih itu di padukuhan ini"
"Suratmu itu, Palang Waja" berkata orang yang sudah
ubanan dan bermata liar itu "agaknya desas-desus tentang akan kedatanganmu disini telah didengar oleh Setan Pantai Selatan itu, atau muridnya, sehingga orang itu telah datang kemari"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Bukankah aku tidak sendiri" Jika yang datang itu Iblis dari Pantai Selatan, maka aku akan menghancurkannya disini.
Betapapun namanya diagungkan di daerah Selatan, tetapi bagiku
ia bukan apa-apa. Aku sudah siap untuk menghadapinya. Yang lain, Ki Bekel dan para bebahu serta orang-orang yang menjadi gila itu aku serahkan kepada kalian.
Orang-orangku akan membantai mereka bersama-sama
dengan kalian" "Hati-hatilah. Iblis dari Selatan itu mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Bukankah kau sudah merasakan betapa Aji Gelap Ngamparmu seakan-akan hilang begitu saja diserap oleh Aji Seruling Galihnya"
"Itu bukan ukuran. Ilmu pamungkasku bukan saja Aji Gelap Ngampar. Tetapi dengan kekuasaan ilmuku yang lain, iblis itu akan aku hancurkan"
Demikianlah, Palang Waja itu telah membawa orangorangnya semakin dekat pintu gerbang padukuhan.
Dalam pada itu, Ki Bekel masih saja berusaha untuk
membesarkan hati rakyatnya. Apalagi suara teriakan yang merontokkan jantung itu telah tidak terdengar lagi, terhisap oleh suara seruling yang melengking tinggi. Kemudian menukik merendah dan hilang bersama-sama gema teriakan yang menyakitkan itu.
"Nah, bukankah kita tidak apa-apa" Suara itu hanyalah suara gertakan yang tidak mengakibatkan apa-apa. Kita semuanya tidak terpengaruh oleh suara itu"
"Tetapi siapakah yang meniup seruling itu, Ki Bekel?"
Pertanyaan itu memang membingungkan Ki Bekel. Ia sama sekali tidak mengetahui, siapakah yang telah membunyikan seruling dengan nada tinggi melengking, namun kemudian http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menukik merendah, mengalun seperti semilirnya angin malam yang dingin, menghembus udara yang panas dan pengab.
"Entahlah" jawab Ki Bekel perlahan sekali. Hampir diluar sadarnya iapun berdesis "Suara itu tentu mengalun dari langit.
Yang Maha Agung berniat menyelamatkan kita karena kita berada di pihak yang benar"
Dalam pada itu, anak-anak muda yang sudah mulai di
rayapi kegelisahan karena suara teriakan yang telah meremas jantungnya itu, mulai bangkit lagi keberanian mereka. Mereka memang tidak tahu, darimana datangnya suara seruling itu.
Rasa-rasanya suara itu melingkar-lingkar di udara, tidak jelas arah datangnya sebagaimana sudrij teriakan itu.
Namun suara seruling itu rasa-rasanya sebagai payung agung yang melindungi mereka saat panas yang terik
membakar langit atau pada saat hujan yang sangat deras tertumpah.
Sesaat kemudian, Ki Bekel, Ki Jagabaya para bebahu dan laki-laki penghuni padukuhan itupun melihat segerombolan orang berjalan di bulak panjang menuju ke pintu gerbang padukuhan mereka.
"Mereka telah datang" terdengar suara Ki Bekel "memencarlah. Kita akan menahan mereka di luar pintu gerbang. Tidak seorangpun diantara mereka yang boleh masuk. Kita adalah yang handarbeni bumi ini. Karena itulah maka kita harus hangrukebi, kita harus membelanya sampai tarikan nafas kita yang terakhir"
Palang Waja yang berjalan di paling depan mempercepat langkahnya. Sementara laki-laki sepadukuhan yang masih merasa kuat untuk turun ke medan itu memencar membentuk http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
garis pertahanan yang melebar, maka Palang Waja itupun berhenti.
"Ki Bekel" terdengar suara Palang Waja bernada tinggi "Jadi kau persiapkan orang-orangmu untuk melawan aku?"
"Ya" jawab Ki Bekel dengan berani "kami akan
mempertahankan hak kami"
"Kau tahu siapa aku?"
"Ya" "Kau tahu, bahwa beberapa padukuhan yang lain tunduk kepada perintahku" Mereka telah menyediakan apa yang aku minta. Tidak satupun padukuhan yang berani menentang kuasa Palang Waja. Disini, kau begitu sombong, mengerahkan rakyatmu untuk melawan aku. Apakah itu bukan berarti serangga menyurukkan dirinya sendiri kedalam nyala api di perapen"
"Apapun yang kau katakan, tetapi kami tidak rela untuk menyerahkan sekeping uang, sehelai kain atau sebulir padipun kepada kalian. Apalagi seekor kambing atau lembu. Kami akan mempertahankan apa yang kami punyai disini karena itu memang hak kami"
"Bekel edan. Kau tahu siapa aku" Kau tahu seberapa besar kuasaku?"
"Aku tahu. Tetapi kuasamu tidak akan sampai ke
padukuhanku. Kamilah yang kuasa di rumah kami sendiri. Di kampung halaman kami. Tidak ada orang lain yang dapat mengganggunya"
"Kau sedang meracau, Ki Bekel. Lakukanlah sepuaspuasnya, karena sebentar lagi kau akan mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kematian tidak perlu ditakuti. Ia akan datang kapanpun waktunya datang. Tetapi maut itu tidak akan dapat dipaksakan jika Yang Maha Agung masih belum menghendaki"
"Tetapi malam ini nyawamu ada di tanganku. Kapan saja aku ingin merenggutnya, maka kau tidak akan dapat
menghindarinya" "Jadi kau merasa bahwa kesaktianmu sama dengan Tuhan Yang Maha Kuasa"
"Hanya orang yang tidak mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri sepenuhnya sajalah yang menyebut nama itu.
Tetapi aku percaya kepada diriku sendiri. Aku yakin akan apa yang aku lakukan tanpa menyandarkan diri kepada sia-papun.
Jika gagal, maka akulah yang gagal. Jika berhasil, maka akulah yang berhasil"
"Kau sudah dipengaruhi oleh nafsu iblis"
"Nafsu ada didalam diriku sendiri. Segala macam nafsu.
Sejak lahir kita sudah membawa di dalam diri kita, ketamakan, kedengkian, iri hati, kenistaan, marah, dan angkara murka.
Tetapi juga belas kasihan dan cinta. Nah, sekarang yang kau lihat dipermukaan adalah nafsuku untuk menguasai kalian.
Harta benda kalian dan nyawa kalian. Jika ada yang mencoba menghalangi, maka akan terungkit nafsu untuk membunuh"
"Kau sendirilah iblis itu . Karena itu, apapun yang akan terjadi, kami akan melawanmu. Kami memang yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa ada di pihak kami, apapun
lamarannya. Kami yakin akan dapat memusnakan kalian dan membebaskan padukuhan-padukuhan yang tidak mempunyai keberanian untuk menentang itu dari kuasa kegelapan yang membayangi hidup kalian"
"Jadi kau keraskan hatimu untuk menentang aku?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami sudah bertekad apapun yang terjadi"
"Bagus" berkata Palang Waja. Lalu katanya kepada para pengikutnya "bersiaplah anak-anak. Kali ini kita bertemu dengan seorang Bekel yang keras kepala"
Ki Bekel itupun kemudian telah memberikan isyarat kepada rakyatnya untuk bersiap dengan mengangkat tombak
pendeknya yang di ujungnya tersangkut kelebet kecil
berwarna putih. "Kau telah memberikan aba-aba untuk yang terakhir kalinya Ki Bekel"
"Sebentar lagi kalebet putih diujung landean tombakku itu akan menjadi merah, Palang Waja"
Palang Waja itu tertawa. Suara tertawanya semakin lama menjadi semakin keras. Udarapun mulai bergetar. Bahkan terasa getar suara tertawanya itu mulai menusuk dada, langsung membelit jantung.
Tetapi pada saat itu pula mulai terdengar suara seruling yang melengking dan melingkar-lingkar diudara itu" Sehingga malam yang mulai menjadi panas itu telah menjadi sejuk kembali.
"Setan Pantai Selatan. Seruling Galih. Kaukah itu?" teriak Palang Waja.
"Kau benar Palang Waja. Akulah orang yang disebut
Seruling Galih itu. Aku lebih senang di sebut Seruling Galih daripada Setan Pantai Selatan"
"Tunjukkan wajahmu jika kau memang laki-laki"
"Sejak tadi aku disini Palang Waja. Apakah kau tidak melihatnya" Apakah kau sekarang sudah mulai menjadi rabun di malam hari"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat" geram Palang Waja yang melihat sosok tubuh yang berpakaian gelap berdiri diatas gerbang padukuhan.
Ki Bekel, Ki Jagabaya, para bebahu. dan rakyat padukuhan itupun merasa heran pula bahwa tiba-tiba saja seseorang telah berdiri diatas pintu gerbang padukuhan mereka.
Ketika hampir serentak mereka berpaling karena tiba-tiba saja arah suara seseorang dapat mereka kenali, mereka melihat sosok orang yang selain berpakaian gelap juga menutup wajahnya dengan ikat kepala.
"Kenapa kau tutup wajahmu Seruling Galih" Apakah kau tidak mempunyai hidung lagi" Atau hibirmu sudah tertebas senjata, atau cacat apalagi yang membuat wajahmu seperti hantu"
Ki Leksana yang disebut Seruling Gali itu tertawa. Katanya
"Ya. Wajahku sudah berubah. Sejak aku mati dan hidup lagi, maka wajahku memang sudah menjadi seperti hantu"
"Kau masih juga senang membual. Kau kira anak-anakpun akan percaya bahwa kau sudah mati dan hidup kembali?"
Seruling Galih itu tertawa berkepanjangan. Suara tertawanyapun menggetarkan udara. Tetapi tidak menusuk ke setiap dada orang yang mendengarkannya.
Di tempat persembunyiannya Nyi Leksana berdesis perlahan
"Sudah aku peringatkan agar ia tidak tertawa seperti suara tertawa
hantu itu. Anak-anaknyapun akan ketakutan mendengarnya" Ki Mina dan Nyi Minapun tertawa tertahan.
Sementara itu Ki Leksanapun berkata "Palang Waja.
Sudahlah, urungkan niatmu. Hidupmu tidak akan pernah merasa tenang jika kau masih menempuh jalan sesatmu itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seharusnya setelah kau menapak umurmu yang sudah lewat separo baya itu, kau masuki satu kehidupan yang tenang. Kau nikmati hubungan timbal bailik
antara kau dengan lingkunganmu. Dengan alam yang kau huni. Sekali-kali sempatkan bermandi cahaya matahari pagi, atau menikmati indahnya cahaya bulan di malam hari"
"Tutup mulutmu Setan buruk. Kau tidak perlu sesorah
disini. Pergi atau kau akan mati"
"Kau takut melihat kenyataan tentang dirimu yang gelisah sampai hari tuamu?"
"Diam" Palang Waja itu berteriak.
Seruling Galih itu tertawa pula. Katanya "Sudahlah Palang Waja. Hentikan permainan kotormu itu. Yang kau lakukan sekarang ini sebaiknya sudah tidak kau lakukan lagi. Kau1
sudah menimbun harta benda yang kau jarah selama
bertahun-tahun itu di dalam goa yang gelap. Barang-barang yang sebenarnya sangat berharga itu menjadi tidak berarti sama sekali. Kau tidak mau memanfaatkannya, karena kau tidak mau kehilangan pertama sebutir kecil sebesar biji kemangi sekalipun. Kau justru masih saja memburu harta benda untuk kau timbun di dalam goa itu. Lalu untuk apa" Kau tidak dapat menikmatinya, sementara setiap kali kau
korbankan jiwa pengikutmu untuk mendapatkannya. Kenapa kau tidak mencoba untuk hidup dalam kemewahan, karena kau sudah memiliki segala-galanya. Sebagian dapat kau hadiahkan kepada pengikut-pengikutmu agar mereka dapat hidup senang meskipun tidak semewah kau sendiri. Dengan demikian, maka kau akan dapat menikmati hasil jerih
payahmu setelah bertahun-tahun kau bekerja keras dengan mempertaruhkan nyawamu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup. Iblis dari Pantai Selatan. Kau kira kau memiliki wawasan yang lebih luas tentang kehidupan daripada aku"
Kau kira kau dapat menggurui aku" Tidak. Kau tidak tahu apa yang tersimpan didalam dadaku. Kau tidak tahu rencanaku yang telah aku susun rapi bagi hari-hari tuaku"
"Umurmu tidak akan sampai tua, Palang Waja. Jika kau masih saja me lakukan kegiatan gilamu, maka kau akan cepat mati"
"Tidak ada orang yang
dapat membunuhku" "Orang yang membunuhmu hanyalah lantaran. Tetapi kematianmu
sudah ditentukan" "Omong kosong" teriak
Palang Waja "aku dapat
membunuh orang-orang padukuhan ini semuanya dalam waktu sekejap"
"Kau banggakan Aji Gelap
Ngamparmu"

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aji yang sekarang sudah menjadi semacam permainan kanak-kanak, karena para gembalapun sudah mampu menguasainya"
"Tutup mulutmu Setan Buruk. Aku akan segera membunuh orang-orang kademangan ini. Jika kau menghalangi, maka kaulah yang pertama-tama akan mati"
Palang Waja itupun kemudian mengangkat tangannya
sambil berteriak "Bunuh semua orang tanpa kecuali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun pada saat yang bersamaan, maka orang yang
menutup wajahnya dengan ikat kepalanya itupun segera meloncat turun. Sekali Seruling Galih itu berputar diudara.
Kemudian dengan tangan yang mengembang, maka tubuhnyapun meluncur turun. Kedua kakinya dengan lunak menyentuh tanah tepat di depan Palang Waja.
"Minggirlah Ki Bekel. Biarlah aku selesaikan orang ini"
berkata Seruling Galih. Ki Bekel termangu-mangu sejenak. Namun Ki Bekel itu
masih berkata "Aku akan sanggup melawannya"
"Tidak" sahut Seruling Galih "Kau tahu bahwa Palang Waja mempunyai beberapa kelebihan. Antara lain Aji Gelap
Ngamparnya. Ki Bekel sudah mengalami kesulitan ketika orang itu bermain dengan Aji Gelap Ngamparnya. Sedangkan Palang Waja itu mempunyai beberapa kemampuan yang lain yang tidak akan dapat Ki Bekel lawan. Maaf kalau aku terpaksa mengatakan, bahwa untuk melawan Palang Waja, Ki Bekel tidak lebih dari sebuah mentimun yang harus melawan durian"
Ki Bekel menarik nafas panjang. Ia tidak dapat melawan kenyataan itu. Ketika ia mendengar teriakan yang ternyata dilambari dengan Aji Gelap Ngampar, maka jantung Ki Bekel menjadi sangat pedih. Apalagi jika Palang Waja itu
mengetrapkan ilmunya yang lain. Karena itu, maka Ki Bekel itupun berkata "Terserahlah kepadamu,. Ki Sanak. Jika kau berniat melawan Palang Waja, lakukankan. Aku tahu, bahwa kau memiliki banyak kelebihan dari aku dan para bebahu yang lain"
"Terima kasih atas pengertian Ki Bekel" sahut Seruling Galih..
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus" sahut Palang Waja "Jika kau yang akan
menghadapi aku, segera bersiaplah"
"Aku sudah bersiap sejak akil mendengar bahwa kau akan datang kemari beberapa hari yang lain. Demikian suratmu dibaca oleh Ki Bekel dan kemudian diumumkan, aku sudah mempersiapkan diriku untuk menghadapi orang yang bernama PalangWaja."
Palang Waja menggeram. Namun kemudian iapun segera
meneriakkan aba-aba "Bunuh semua orang di padukuhan ini.
Termasuk perempuan dan anak-anak Jangan ada yang
terlampaui" "Iblis kau Palang Waja. Jika kau tidak mencabut perintahmu untuk membantai perempuan dan anak-anak,maka kau dan orang-orangmulah yang akan menyesal"
"Persetan kau Seruling Galih. Kau juga akan mati disini"
Demikianlah, maka pertempuranpun segera mulai berkobar.
Palang Wajapun segera meloncat menyerang Seruling Galih.
Tetapi Seruling Galih itu dengan tangkasnya menghindarinya.
Bahkan Seruling Galih itu dengan cepat telah membalas menyerangnya.
Demikianlah kedua orang itupun segera terlibat dalam pertempuran yang sengit. Sedangkan para pengikut Palang Wajapun telah bergerak pula.
Sementara itu, Nyi Leksana, Ki Mina dan Nyi Mina tidak mau terlambat. Mereka sudah memperhitungkan bahwa diantara para pengikut Palang Waja itu tentu ada pula orang-orang berilmu tinggi.
Sebenarnyalah, demikian pertempuran itu dimulai, maka sudah terdengar teriakan kesakitan. Seorang anak muda telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpelanting menimpa dua orang kawannya. Hentakkan kaki yang
keras, lelah menghantam dadanya, sehingga nafasnyapun segera menjadi sesak.
"Bawa anak itu ke dalam" terdengar perintah Ki Bekel.
Dua orang kawannyapun segera mengusungnya ke
belakang garis pertempuran memasuki pintu gerbang
padukuhan. Sementara itu, Ki Bekelah yang telah menghadapi lawan anak muda yang telah terluka di bagian dalam dadanya itu.
Ternyata Ki Bekel memang tangkas. Dengan tombak
pendek di tangannya, Ki Bekel itu berloncatan dengan cepat menyerang lawannya.
Namun sebelum ujung tombak KI Bekel itu melukainya,
seorang yang bertubuh pendek agak gemuk mendorong lawan Ki Bekel itu sambil berkata "Minggirlah. Aku ingin menyumbat mulut Bekel yang sombong ini"
"Persetan" Ki Bekelpun surut selangkah "Siapa kau he?"
"Namaku Dadung Urut. Aku pulalah yang dijuluki Alap-alap Randu Pitu. Kau pernah mendengar?"
Jantung Ki Bekel itu bergetar. Nama itu pernah di
dengarnya. Alap-alap Randu Pitu adalah seorang pemimpin gerombolan yang sangat ditakuti pula. .Nampaknya Dadung Urut itu telah bergabung dengan Palang Waja.
Tetapi Ki Bekel tidak dapat menghindar dari orang itu. Jika Ki Bekel menghindar, maka orang itu akan dapat menimbulkan korban yang sangat besar diantara rakyatnya. Karena itu, apapun yang akan terjadi atas dirinya, Ki Bekel itupun telah bersiap menghadapi Dadung Urut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah sejenak kemudian, Ki Bekelpun telah terlibat dalam pertempuran melawan Dadung Urat. Namun ternyata bahwa Ki Bekel memang bukan lawannya. Demikian
pertempuran itu di mulai, maka Dadung Urut itupun segera menembus pertahanan Ki Bekel. Meskipun Dadung Urut itu belum menarik senjatanya, namun dengan kakinya, Dadung Urut telah mengenai lambung Ki Bekel.
Ki Bekel terdorong surut beberapa langkah. Ketika Dadung Urut
itu memburunya, Ki Bekelpun dengan segera mengacukan tombaknya. Dadung Urut itu tertawa. Katanya "Kau akan segera mati Ki Bekel. Tetapi aku ingin memberimu kesempatan untuk melihat rakyatmu yang akan segera dihancurkan oleh orang-orangku"
Ki Bekel menggeram. Ujung tombaknyapun diangkatnya,
diarahkan tepat ke dada Dadung Urut.
Tetapi Dadung Urut itupun masih saja tertawa. Justru lebih keras.
"Apa yang dapat kau lakukan dihadapanku, Ki Bekel.
Mungkin diantara rakyatmu, kau adalah seorang yang
mempunyai kelebihan. Tetapi tidak di hadapanku"
Ujung tombak Ki Bekelpun bergetar. Dengan loncatan yang panjang Ki Bekel menyerang Dadung Urut dengan tombaknya ke arah dadanya.
Tetapi dengan gerak yang sederhana, Dadung Urut
memiringkan tubuhnya. Tombak itupun meluncur sejengkal di depan dadanya.
Namun dengan satu gerakan yang cepat, Dadung Urut
menggapai landean tombak itu, sementara kakinya dengan kerasnya menghantam lambung Ki Bekel.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bekel ternyata tidak mampu mempertahankan tombaknya. Ki Bekel sendiri terlempar dan terbanting jatuh.
Demikian sambil menyeringai kesakitan Ki Bekel berusaha bangkit, maka tombaknya telah berada di tangan Dadung Urut, justru teracu kepadanya.
Ki Bekel bergeser surut. Dua orang anak muda yang melihat kesulitan Ki Demang segera berdiri di sampingnya sebelah menyebelah. Seorang menggenggam pedang dan yang
seorang lagi memegang kapak.
Dadung Urut tertawa semakin keras. Katanya "Baiklah, jika kalian berdua ingin mati bersama Bekelmu. Tetapi seperti aku katakan tadi, aku ingin memberi kesempatan Bekel ini melihat rakyatnya dibantai lebih dahulu. Baru kemudian aku akan menusuk lengannya, bahunya, lambungnya dan baru
kemudian perutnya. Justru dengan tombaknya sendiri"
"Persetan kau iblis. Kami akan membunuhmu" Ketika kedua orang anak muda itu siap melompat, maka seorang yang berpakaian serba gelap serta menutup wajahnya dengan ikat kepala, meloncat di hadapannya. Orang itu tidak berkata apaapa. Tetapi dengan isyarat ia minta Ki Demang dan kedua orang anak muda itu minggir
"Setan Alas" geram Dadung Urut "Kau siapa mencampuri urusanku dengan padukuhan ini?"
Orang yang wajahnya ditutup dengan ikat kepala itu tidak menjawab. Namun pedangnya telah bergetar. Ujungnya
mengarah ke dada Dadung Urut
Dadung Urut sempat berpaling. Ia masih melihat orang yang disebut seruling Galih itu bertempur melawan Palang Waja. Jadi Seruling Galih itu tidak datang seorang diri di padukuhan ini.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kau siapa he?" Orang itu tidak menjawab. Tetapi iapun segera meloncat menyerang Dadung Urut.
Dadung Urut meloncat menghindar. Ditangannya masih
digenggam tombak pendek Ki Bekel yang telah direbutnya.
Namun setelah bertempur beberapa saat, maka Dadung
Urut itu merasa bahwa tombak pendek itu tidak begitu sesuai baginya. Ia sendiri mempunyai sebilah golok yang besar dan panjang. Karena itu, Dadung Urut itupun segera meloncat beberapa langkah surut untuk mengambil jarak. Kemudian dengan sekuat tenaga, Dadung Urut itu telah melemparkan tombak pendek itu ke arah Ki Bekel.
Tombak pendek itu meluncur dengan kecepatan yang
sangat tinggi sehingga Ki Bekel tidak sempat menghindarinya.
Kedua orang anak muda yang berdiri di sampingnya itupun tidak mampu untuk menepis serangan tombak yang tiba-tiba meluncur dalam kegelapan itu.
Namun ketika ujung tombak itu hampir saja menghunjam di dada Ki Demang, maka sebuah bayangan bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Ki Bekel, kedua orang anak muda yang berdiri di sebelah menyebelah itupun tidak tahu, apa yang telah terjadi. Namun tiba-tiba saja seorang yang wajahnya tertutup oleh ikat kepala sebagaimana yang sedang bertempur melawan Palang Waja dan Dadung Urut itu, telah memegang tombak pendek itu dengan tangan kirinya.
"Marilah Ki Bekel" berkata orang itu sambil menyerahkan tombak itu kepada Ki Bekel "Hati-hatilah dengan senjatamu.
Apalagi tombak ini adalah tombak pusaka"
Ki Bekel menerima tombaknya sambil bertanya "Kau siapa?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tertawa. Katanya "Kami adalah orang-orang yang tidak ingin melihat kesewenang-wenangan terjadi di sini. Hati-hatilah. Aku harus berada di medan pertempuran"
Sejenak kemudian, orang itupun segera meloncat dan
hilang di hiruk-pikuknya pertempuran.
Ki Bekel menarik nafas panjang. Demikian tombak
pendeknya telah berada di tangannya kembali, maka rasa-rasanya darah Ki Bekel yang serasa membeku itu mulai mengalir lagi di urat-urat nadinya.
Karena itu, maka iapun segera mengangkat tombaknya
sambil berteriak "Hancurkan mereka yang ingin merampas hak kita di bumi kita sendiri"
Dengan garangnya, Ki Bekelpun segera memasuki arena
pertempuran itu lagi. "Bekel edan" geram Dadung Urut "seharusnya kau biarkan aku membunuhnya"
Tetapi orang bertutup wajah itu sama sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun.
"Apakah kau bisu, he?"
Orang yang bertempur melawan Dadung Urut itu masih
tetap berdiam diri. Tetapi ia berloncatan semakin cepat.
Pedangnya berputaran seperti baling-baling, sehingga Dadung Urut yang telah menarik goloknya dari wrangkanya, harus mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi kecepatan gerak orang yang wajahnya tertutup kain panjang itu.
Sementara itu, di sisi lain, Ki Jagabaya dibantu oleh empat orang anak muda tengah bertempur melawan seorang yang rambutnya sudah ubanan. Tetapi tubuhnya masih tetap tegar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya yang liar berada di wajahnya yang keras seperti batu padas.
Namun agaknya Ki Jagabaya dan kelompoknya sulit untuk tetap bertahan. Orang itu bersenjata kapak yang cukup besar, bertangkai pendek.
Namun orang yang telah membebaskan Ki Bekel dari ujung tombaknya sendiri itu, telah berada di antara mereka. Dengan sebilah pedang di tangan, maka orang itu berdiri diantara kelompok yang sedang bertempur mejawan orang yang sudah ubanan itu.
Tetapi sejenak kemudian, maka orang itupun berkata
kepada Ki Jagabaya dan sekelompok anak muda "Minggirlah.
Biarlah aku layani orang ini"
"Apakah kau sudah gila?" geram orang itu.
"Kenapa?" bertanya orang yang wajahnya ditutup dengan ikat kepala itu.
"Aku akan membunuhmu lebih dahulu"
"Apakah kau dapat melakukannya?"
"Persetan kau anak iblis. Kau akan menyesal bahwa kau sudah menempatkan diri untuk melawanku"
"Kau siapa?" bertanya orang yang wajahnya ditutup ikat kepala.
"Jika kau orang yang hidup dalam dunia olah kanuragan, kau tentu mengenal namaku"
"Siapa namamu?"
"Akulah orang yang dikenal gelar Wira Sardula"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang wajahnya tertutup ikat kepala itu mengangguk-angguk. Katanya "Jadi kaulah orang yang digelari Wira Sardula. Nama yang telah mengumandang sampai ke mana-mana. Tetapi aku tidak tahu, apakah kebesaran namamu itu sesuai dengan kemampuanmu di arena"
"Kau akan segera mati. Sebut namamu"
Orang bertutup ikat kepala itu menarik nafas panjang.
Namun kemudian iapun berkata "Jika kau benar Wira Sardula, kau tentu tidak perlu bertanya, siapa aku. Kau akan dengan mudah mengenali ciri-ciri perguruanku karena kau tentu mempunyai wawasan yang sangat luas"
"Persetan kau pengecut. Kau tidak berani menyebut
namamu dan tidak berani menunjukkan wajahmu. Kau takut bahwa kau akan diburu oleh dendam sampai ke ujung
hidupmu" "Kau benar, Wira Sardula. Aku memang tidak ingin dendam tanpa berkeputusan. Aku ingin setiap persoalan diselesaikan dengan tuntas. Kemudian setelah itu tidak ada apa-apa lagi"
"Tetapi jika aku mengenali ciri-ciri perguruanmu, maka perguruanmulah yang akan menjadi sasaran kemarahan kami.
Seandainya kau sempat melarikan diri malam ini, maka perguruanmu akan menjadi karang abang. Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang telah berani melawanku. Aku tentu akan membunuhnya kapan saja."
"Menarik juga sikapmu itu, Wira. Aku akan menirumu. Aku juga tidak akan melepaskanmu malam ini"
"Keparat kau, anak iblis. Bersiaplah untuk mati"
Orang bertutup wajah itu tidak menjawab.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Wira Sardulapun segera meloncat sambil
mengayunkan kapaknya yang besar.
Tetapi orang yang bertutup wajah itupun dengan
tangkasnya mengelak, sehingga kapak itu tidak menyentuh sasaran. Tetapi terasa udara yang digetarkan oleh ayunan kapak yang besar itu telah menerpa tubuh orang bertutup wajah itu.
Demikianlah, maka pertempuran diantara merekapun
segera meningkat menjadi semakin seru. Keduanya mampu bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Kapak Wira
Sardulapun berputaran dengan cepatnya sehingga nampak seolah-olah
kabut yang berwarna keputih-putihan berterbangan disekeliling tubuhnya.
Orang bertutup wajah itupun kemudian telah memegang
senjatanya pula. Sebilah pedang yang berwarna ke biru-biruan.
Sementara itu, pertempuranpun telah berkobar di manamana. Tetapi para penghuni padukuhan itu masih mampu menahan, agar gerombolan orang-orang yang akan merampok itu tidak sempat memasuki padukuhan mereka.
Apalagi setelah Ki Bekel, Ki Jagabaya dan beberapa orang bebahu bebas dari lawan-lawan mereka yang berilmu sangat tinggi.
Namun setiap kali terbersit pertanyaan di kepala orang-orang pedukuhan itu "Siapakah mereka itu?"
Dalam pada itu, Ki Bekel dan Ki Jagabaya telah memimpin rakyatnya untuk bertempur dengan mengerahkan segala
kemampuan yang ada pada mereka. Sementara itu, selain, tiga orang yang menutupi wajahnya, yang bertempur melawan orang-orang berilmu tinggi, masih ada seorang lagi yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur diantara rakyat padukuhan. Orang bertutup wajah itu sama sekali tidak pernah berbicara apapun juga. Namun unsur-unsur gerak yang diperlihatkan sangat mendebarkan jantung.
Seperti seekor burung sikatan yang berterbangan, maka orang itu seakan-akan menyambar-nyambar di sepanjang medan
pertempuran. Tidak seorangpun yang dapat menahannya. Para pengikut Palang Waja itupun menjadi
berdebar-debar jika mereka melihat orang itu berloncatan di
dekat mereka. Dengan demikian, maka para
perampok tidak mengira akan
mengalami benturan yang keras
dengan perlawanan rakyat padukuhan itu yang ternyata di
bantu oleh Seruling Galih bersama tiga orang berilmu
tinggi. Dua diantara mereka
sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Ketika orang bertutup wajah itu telah bertempur
menghadapi orang-orang terbaik dalam gerombolan Palang Waja, sementara seorang yang lain, bertempur bersama dengan anak-anak muda padukuhan itu yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel dan Ki Jagabaya.
Dalam pada itu, pertempuran yang berlangsung antara
Palang Waja melawan Seruling Galih itupun menjadi semakin seru. Palang Waja yang ingin segera menyelesaikan
pertempuran itu telah mencabut pedangnya. Sedangkan
lawannya mempergunakan serulingnya yang dibuat dari galih asem itu sebagai senjatanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bahwa Palang Waja mengalami kesulitan
menghadapi Seruling Galih yang juga disebutnya sebagai Iblis dari Pantai Selatan. Betapapun Palang Waja mengerahkan ilmunya, namun ia tidak juga mampu menguasai lawannya itu.
Pedangnya yang bergetar di tangannya ternyata mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan Seruling Galih.
Meskipun serulingnya itu terbuat dari kayu yang betapapun kerasnya, namun seruling itu mampu berbenturan dengan pedang lawannya tanpa menjadi cacat karenanya.
Semakin lama pertempuran itupun menjadi semakin sengit.
Keduanya telah mengerahkan kemampuannya, sehingga
mereka bergerak lebih cepat. Kaki-kaki merekapun rasa-rasanya tidak lagi berjejak diatas tanah.
Namun akhirnya senjata-senjata merekapun mampu
menembus pertahanan lawan. Pedang Palang Waja telah
mampu menorehkan luka di lengan Seruling Galih. Namun tulang di bahu Palang Waja bagaikan menjadi retak di sentuh oleh seruling yang dibuat dari galih asem itu.
"Kau memang seorang yang terampil Seruling Galih"
berkata Palang Waja kemudian "Tetapi kau jangan mengira, bahwa kemampuanku hanya sebatas yang kau lihat sekarang ini"
"Kerahkan semua ilmumu Palang Waja. Aku akan berusaha mengimbanginya"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau memang terlalu sombong. Tetapi jangan salahkan aku jika tubuhmu akan dilumatkan oleh ilmuku."
Panji Sakti 3 Sarang Perjudian Karya Gu Long Pendekar Setia 3

Cari Blog Ini