Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 8

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 8


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua orang kawannya. Gegedug yang datang bersama
orang-orang Sangkrah itu.
Tiba-tiba saja raksasa itu berkata "Jangan lepaskan anak itu. Kita akan membunuhnya bersama-sama"
"Baik, kakang. Kita bunuh anak itu bersama-sama"
Ketika raksasa itu kemudian bangkit berdiri, maka kedua orang gegedug yang lain telah mempersiapkan diri.
"Apa artinya ini?" bertanya Wikan.
"Artinya, kau akan mati. Siapapun yang akan ikut campur juga akan mati"
"Tetapi bukankah perjanjian kita, jika aku menang, maka kalian akan pergi tanpa membawa Tunggul"
"Persetan dengan perjanjian itu" geram raksasa itu "ketika kami datang kemari, kami sama sekali tidak membuat
perjanjian apa-apa. Pokoknya kami datang untuk mengambil Tunggul"
"Licik. Curang" teriak beberapa orang tetangga Tunggul.
"Diam" teriak orang yang bertubuh tinggi ke kurus-kurusan
"kami tidak berurusan dengan kalian, sepanjang kalian tidak menyurukkan kepala kalian ke dalam maut. Tetapi sekali lagi aku katakan, bahwa kami akan membunuh siapa saja yang mencoba menghalangi niat kami mengambil Tunggul seperti kami akan membunuh anak yang sombong ini"
"Jadi kita membatalkan perjanjian kita?" bertanya Wikan.
"Tidak ada perjanjian apapun. Minggir dan serahkan
Tunggul, atau kau akan benar-benar mati" berkata orang yang otot-ototnya menjorok dari kulit tubuhnya. Lalu katanya pula
"Kami tidak sekedar mengancam. Tetapi kami akan benar-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar melakukannya. Kami sudah membunuh lebih dari Lima puluh orang. Jika hari ini bertambah dengan sepuluh atau dua puluh orang, tidak akan ada bedanya bagi kami"
"Jika benar demikian, maka sudah sepantasnya jika kalian akan terbunuh disini" geram Wikan yang menjadi sangat marah.
"Jangan membual lagi. Berbuatlah sesuatu untuk mencoba menyelamatkan hidupmu. Setidak-tidaknya memperpanjang beberapa saat lamanya"
"Baik. Aku akan berbuat sesuatu. Bagiku yang paling baik untuk menyelamatkan hidupku adalah membunuh kalian
bertiga" Orang bertubuh tinggi kekurus-kurusan itupun tiba-tiba berteriak sambil menyerang "Mati kau anak setan"
Namun Wikan bergerak dengan cepat pula menghindari
serangan itu. Demikianlah, sejenak kemudian Wikan telah bertempur
melawan tiga orang gegedug. Sebenarnyalah melawan mereka bertiga, Wikan harus berhati-hati. Ketiganya berilmu tinggi dan bertempur dengan keras dan kasar. Bahkan liar.
Ki Mina dan Nyi Mina yang juga sudah berdiri di pinggir arena
menjadi berdebar-debar. Mereka sedang mempertimbangkan apakah mereka harus ikut atau tidak.
"Tunggu, Nyi" desis Ki Mina "kita lihat, apakah Wikan akan dapat mengatasi mereka bertiga"
"Jika Wikan terdesak dan terpaksa, ia akan melepaskan ilmu pamungkasnya, maka ketiga orang itu tentu akan benar-benar mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka pembunuh yang ganas, Nyi. Aku justru mempertimbangkan untuk benar-benar menghentikan mereka" "Maksud kakang, membunuh mereka?"
"Membiarkan mereka mati dalam pertarungan ini. Dengan demikian mereka tidak akan dapat membunuh lagi"
"Tetapi dendam gerombolan mereka akan tertuju kepada orang-orang padukuhan ini. Setidak-tidaknya kepada Tunggul"
Ki Mina menarik nafas panjang. Menurut pendapatnya,
orang-orang seperti ketiga orang gegedug itu pantas untuk dihukum mati. Apalagi jika benar mereka sudah membunuh sedemikian banyak.
Tetapi agaknya mereka hanya sekedar ingin menakutnakuti lawannya. Meskipun demikian, Ki Mina menduga, bahwa mereka benar-benar telah pernah membunuh.
Orang-orang yang berada di sekitar arena itu menjadi sangat tegang. Sekali-sekali Wikanpun telah terdorong surut jika
serangan-serangan lawannya mampu menembus pertahanannya. Namun Wikan ternyata benar-benar seorang anak muda
yang pilih tanding. Murid bungsu Ki Margawasana itu benar-benar telah tuntas mewarisi ilmu gurunya.
Karena itu, maka melawan tiga orang gegedug yang
berilmu tinggi itu, Wikan masih mampu bertahan.
"Kita akan melihat saja Nyi., Agaknya Wikan akan berhasil"
"Ya. Orang yang bertubuh raksasa itu sebenarnya sudah tidak berdaya lagi. Hanya karena ia bertempur bersama dua orang kawannya, maka seakan-akan ia mendapatkan kekuatan baru. Tetapi ia sudah tidak berarti apa-apa lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanyapun terdiam. Mereka memperhatikan pertarungan diarena itu dengan saksama. Mereka tidak mau terjadi sesuatu dengan Wikan yang menghadapi ketiga orang lawannya.
Namun beberapa saat kemudian, maka keseimbangan
pertempuran itupun mulai bergerak. Ketiga orang lawan Wikan itu mulai mengalami kesulitan dengan serangan-serangan Wikan yang semakin cepat dan keras. Unsur-unsur geraknya yang rumit telah membuat ketiga orang lawannya kadang-kadang kebingungan.
Orang bertubuh raksasa itu benar-benar telah kehabisan tenaga. Tubuhnya terasa sakit
dimana-mana. Tulang- tulangnya bagaikan retak di persendiannya.
Ketika kaki Wikan tepat mengenai dadanya, maka orang yang bertubuh raksasa itupun terdorong beberapa langkah dan jatuh menimpa orang-orang Sangkrah yang menyaksikan pertarungan itu.
Sementara raksasa itu tertatih-tatih bangkit berdiri, maka Wikanpun telah mempergunakan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menghentikan perlawanan kedua orang
gegedug itu. Serangan-serangan Wikanpun datang membadai. Ketika
seorang diantara kedua orang gegedug itu meloncat
menyerangnya dengan menjulurkan tangannya mengarah ke dada Wikan, maka Wikan sempat bergeser kesamping.
Dengan cepat pula ia berhasil menangkap pergelangan tangan gegedug yang tidak berbaju, yang otot-ototnya menjorok di permukaan kulitnya itu. Dengan cepat pula Wikan memilin tangannya ke belakang.
Ketika terdengar suara gemeretak, orang itupun menjerit kesakitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Wikan tidak segera melepaskannya. Dengan jari-jari tangannya yang merapat, Wikan telah menghentak punggung orang itu, sehingga sekali lagi orang itu berteriak.
Namun demikian Wikan melepaskannya, maka orang itupun segera terjatuh ditanah.
Gegedug yang tubuhnya tinggi kekurus-kurusan itupun
tidak mempunyai pilihan lain. Dengan serta-merta iapun segera mencabut goloknya.
"Jangan bermain-main dengan senjata Ki Sanak" geram
Wikan. "Nah, ternyata kau menjadi ketakutan" berkata gegedug yang tinggi kekurus-kurusan itu.
"Kawanmu ini sudah tidak mampu bangkit lagi. Jika ia sembuh, maka wadagnya sudah tidak mungkin lagi
mendukung kemampuan ilmunya. Mungkin ia akan menjadi cacat. Tetapi ujud kewadagannya masih akan nampak utuh.
Tetapi jika kau mempergunakan senjata, maka kemungkinan yang lebih buruk akan dapat terjadi"
"Persetan kau anak iblis"
Orang bertubuh tinggi itupun segera meloncat menyerangnya. Dalam pada itu, kawannya yang tangannya telah terpilin sehingga tulang-tulangnya menjadi retak serta urat-urat di punggungnya bergeser dari tatanan semestinya itu, memang tidak segera dapat bangkit. Ia mengalami kesakitan yang sangat. Sambil mengerang-erang orang itu berusaha untuk berguling menepi agar tidak terinjak kaki mereka yang sedang bertarung.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika kawannya yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan itu bertempur dengan mempergunakan goloknya, maka orang
bertubuh raksasa itupun telah berdiri tegak. Meskipun demikian ia tidak segera dapat terjun ke arena.
Baru beberapa saat kemudian, orang itu telah menarik pedangnya yang besar dan panjang. Selangkah demi
selangkah iapun bergeser maju.
Namun dalam pada itu, telah terdengar teriakan pula. Golok gegedug yang bertubuh tinggi itu tiba-tiba saja telah berpindah di tangan Wikan. Dengan cepatnya Wikan
mengayunkan golok itu menebas tubuh lawannya.
Namun orang bertubuh tinggi kekurusan itu sempat
melenting kesamping. Namun ia tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari serangan golok yang sudah berada di tangan Wikan.
Karena itu, maka golok itu telah mengenai lengan gegedug yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan itu. Terdengar jerit kesakitan.
Golok itu telah menyayat lengan gegedug itu. Bahkan golok itupun telah meretakkan tulang lengannya.
Tetapi Wikan masih belum menyadarinya apa yang terjadi.
Wikan masih menjulurkan goloknya. Tetapi Wikan tidak menusuk ke arah jantung. Namun golok itu telah mematuk bahunya serta memutuskan beberapa urat nadi gegedug itu.
Gegedug bertubuh tinggi itupun berguling-guling kesakitan di tanah. Darah mengalir dari luka-lukanya.
Yang dihadapi Wikan kemudian adalah gegedug bertubuh raksasa itu. Dengan pedang di tangan, raksasa itupun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak selangkah maju sambil menggeram "Aku akan
meremukkan kepalamu"
"Jadi kau masih belum melihat kenyataan tentang dirimu?"
"Aku akan membunuhmu"
Ketika raksasa itu mengayunkan pedangnya, maka
terdengar sambaran angin bagaikan sendaren. Dengan
demikian Wikan menyadari, betapa besar tenaga orang
bertubuh raksasa itu. Ketika tubuhnya sudah menjadi semakin lemah, namun ayunan senjatanya masih menimbulkan
sambaran angin yang deras.
Karena itu, maka Wikanpun tidak dapat meremehkannya.
Sejenak kemudian, maka keduanya telah bertempur dengan senjata di tangan masing-masing. Tetapi raksasa itu memang sudah terlalu lemah. Meskipun ia masih mampu mengayunkan senjatanya dan menimbulkan desir angin yang deras, namun setiap kali tubuhnya bahkan bagaikan terseret oleh ayunan pedangnya itu.
Dengan demikian, maka Wikanpun berniat segera mengakhirinya, sebelum orang yang terluka di lengan dan dadanya itu kehabisan darah.
Dengan garangnya Wikan menyerang raksasa itu. Dengan sekuat tenaga Wikan mengayunkan senjatanya. Ia berharap raksasa itu akan menangkisnya dengan membenturkan
pedangnya. Sebenarnyalah raksasa itu telah menyilangkan pedangnya untuk melindungi lehernya dari ayunan golok Wikan yang dirampasnya dari lawannya yang telah dilumpuhkannya.
Benturan yang keraspun telah terjadi. Seperti yang
diperhitungkan qleh Wikan, maka pegangan tangan raksasa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itupun goyah. Ketika Wikan memutar goloknya, maka pedang raksasa itu bagaikan telah terhisap sehingga terlepas dari tangannya.
Raksasa itu terkejut. Namun telapak tangannya terasa bagaikan tersentuh bara.
Sebelum raksasa itu menyadari apa yang terjadi, Wikanpun telah
meloncat menyerangnya. Tetapi Wikan tidak mempergunakan tajam goloknya. Tetapi Wikan justru
mempergunakan tangkai golok itu untuk menghentak
pundaknya. Tidak hanya sebelah, tetapi kedua belah pihak.
Raksasa itu berteriak kesakitan. Tulang-tulang di bahunyapun telah menjadi retak karena. Bahkan kemudian, dengan jari-jari tangan kirinya yang merapat, Wikan telah menghentak pangkal leher raksasa itu untuk mengacaukan susunan syarafnya.
Sebagaimana kedua kawannya, maka gegedug yang
bertubuh raksasa itupun kemudian berguling di tanah.
Kesakitan yang sangat telah mencengkam bahunya serta dadanyapun tesasa sesak.
Wikan berdiri tegak dihadapan orang-orang Sangkrah yang menjadi pucat dan ketakutan. Dengan lantang Wikanpun berkata "Nah, siapa lagi diantara kalian yang ingin memasuki arena pertarungan. Gegedug itu sudah berbuat curang dan lic ik. Ia telah mengingkari janji yang sudah disepakati.
Sekarang, siapa lagi yang akan berbuat licik dan mengingkari janji" Siapakah yang masih akan memaksakan kehendaknya untuk membawa Tunggul bersama kalian?"
Semuanya terdiam. Bahkan tetangga-tetangga Tunggulpun terdiam pula.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Wikanpun berkata pula hampir berteriak
"Jika sudah tidak ada yang berniat memasuki gelanggang pertarungan, sekarang pulanglah. Bawa ketiga orang upahan itu kembali ke Sangkrah. Mereka sudah tidak akan berguna lagi. Mereka hanya pantas dicampakkan kedalam kandang kuda untuk menjadi pekatik atau gamel untuk memelihara kuda"
Orang-orang Sangkrah itu termangu-mangu sejenak.
Namun Wikanpun membentak mereka "Cepat pergi, atau aku akan memusnahkan kalian. Bawa ketiga orang itu. Mereka masih akan sembuh. Tetapi mereka tidak akan mampu
menjadi orang-orang upahan lagi. Mereka akan kehilangan kemampuan mereka karena cacat di tubuh mereka. Itu adalah hukuman yang paling ringan bagi mereka, karena sepantasnya mereka dihukum mati karena kejahatan yang pernah mereka lakukan. Mereka telah mendapat upah dengan mengorbankan nyawa sesamanya"
Orang-orang Sangkrah itu masih saja menjadi bingung.
Namun beberapa orang mulai menyadari keadaan. Merekapun kemudian mengusung ketiga orang gegedug yang terluka parah itu.
"Cepat pergi, sebelum timbul keinginanku untuk membunuh siapapun diantara kalian"
Orang-orang Sangkrah itupun segera meninggalkan halaman rumah Tunggul sambil membawa tiga orang gegedug itu. Namun sebenarnyalah gegedug itu sudah tidak berguna lagi bagi mereka. Meskipun mereka dapat sembuh, namun mereka tidak akan lebih baik dari anak-anak yang terbiasa menggembalakan kambing di ara-ara.
Sepeninggal orang-orang Sangkrah, maka Ki Bekel dan Ki Jagabayapun segera mendekati Wikan dikuti oleh Tunggul.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda. Maaf bahwa kami masih harus bertanya,
siapakah sebenarnya kau yang telah menolong Tunggul dari bencana. Jika ia benar-benar dibawa oleh orang-orang Sangkrah, maka ia tidak akan berbentuk lagi. Bahkan mungkin Tunggul akan dapat terbunuh oleh para gegedug itu"
"Namaku Wikan, Ki Bekel. Aku bersama paman dan bibiku sedang berada di pasar ketika kami mendengar persoalan yang menimpa Tunggul. Karena kami yakin, bahwa Tunggul tidak bersalah, maka kami datang dengan niat untuk
membantunya sejauh dapat kami lakukan"
"Marilah, Ki Sanak. Kami persilahkan kalian singgah barang sebentar di rumah Tunggul"
"Terima kasih, Ki Bekel. Aku mengantar paman dan bibi pergi ke rumah salah seorang
saudara kami. Kami sudah kehilangan waktu. Karena itu, maaf, bahwa kami tidak dapat
singgah" "Tetapi kami, bukan hanya Tunggul serta para bebahu, tetapi
seluruh penghuni padukuhan ini
ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ki Sanak" berkata Ki
Jagabaya. "Sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menolong, Ki Jagabaya"
"Tetapi yang Ki Sanak lakukan, bukan sekedar menolong Tunggul, tetapi Ki Sanak sudah menyelamatkan nyawanya"
"Sudahlah. Sekarang, kami ingin mohon diri. Aku kira orang-orang Sangkrah sudah menjadi jera. Gegedug-gegedug http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lainpun tidak akan berbuat apa-apa lagi terhadap Tunggul dan penghuni padukuhan ini. Meskipun demikian, Ki Jagabaya, aku harap kalian tetap berjaga-jaga. Sebaiknya Ki Jagabaya menyiapkan sekelompok anak muda dengan sedikit latihan memegang senjata. Ki Jagabaya tentu mampu melatih mereka"
"Kami akan melakukannya, ngger"
"Sekarang, biarlah kami mohon diri. Aku, paman dan bibi"
Ki Mina dan Nyi Minapun mengangguk hormat pula. Dengan nada rendah Ki Minapun berkata "Kami akan melanjutkan perjalanan Ki Jagabaya"
"Tunggul. Dimana ayah dan ibumu" Merekapun harus
mengucapkan terima kasih pula kepada angger Wikan serta paman dan bibinya" berkata Ki Bekel.
"Ayah dan ibu sudah aku ungsikan ke rumah paman di
padukuhan sebelah. Aku sudah mengira bahwa orang-orang Sangkrah tentu akan datang mencariku. Aku tidak ingin ayah dan ibu menjadi kehilangan akal melihat perlakuan orang-orang Sangkrah kepadaku" Tunggul berhenti sejenak. Lalu katanya "Tetapi Ki Sanak ini telah menolongku. Aku hanya dapat mengucapkan terima kasih, Ki Sanak. Meskipun
demikian, aku tetap tidak dapat mengerti, bagaimana mungkin Ki Sanak, yang aku kira tidak lebih tua dari aku sendiri, mempunyai kemampuan yang demikian tinggi"
"Aku sukuri kurnia kelebihan ini, Tunggul. Tetapi semuanya itu akan dapat dicapai dengan berusaha sambil memohon"
Tunggul mengangguk-angguk. Namun nampak di wajahnya
pancaran kekagumannya terhadap Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Wikan serta paman dan bibinya, benar-benar tidak dapat ditahan-tahan lagi. Merekapun segera minta diri untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Orang-orang padukuhan itupun melepas Wikan dengan
penuh kekaguman serta pernyataan terima kasih. Mereka yang tidak sempat mengucapkannya diungkapkan dengan
sikap mereka. Beberapa orang telah melambai-lambaikan tangan mereka ketika Wikan serta paman dan bibinya
meninggalkan regol halaman rumah Tunggul.
Demikian mereka berjalan di bulak panjang, maka
Wikanpun berkata "Jika Tunggul benar-benar dibawa oleh gegedug itu, maka ia tentu akan mati terbunuh di Sangkrah"
"Ya. Aku juga berpendapat seperti itu" sahut Ki Mina.
"Itukah yang terjadi sekarang" desis Nyi Mina "seseorang mengandalkan kekuatannya tanpa menghiraukan kebenaran"
"Sumber dari malapetaka seperti itu adalah kuasa uang"
gumam Ki Mina. "Keadaannya sudah terbalik, kakang. Seharusnya kitalah yang telah di perbudak oleh uang. Untuk mendapatkan uang, maka seseorang dapat berbuat apa saja. Bahkan membunuh sebagaimana sering dilakukan oleh orang-orang upahan itu.
Mereka tidak lagi sempat memikirkan kehidupan mendatang, justru yang abadi"
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Nah, jadikan
peristiwa ini bahan penilaianmu terhadap kehidupan, Wikan.
Untuk melengkapi bahan-bahan yang pernah kau dapatkan sebelumnya. Betapa uanglah yang kemudian menguasai
kehidupan ini. Kebenaran, harga diri, keadilan dan masih banyak sisi kehidupan yang seharusnya ditegakkan, justru telah diruntuhkan oleh kuasa uang"
http://ebook-dewikz.com/

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, paman" sahut Wikan "seharusnya Ki Bekel di Sangkrah mencegah peristiwa yang buruk itu terjadi. Tetapi agaknya Ki Bekel tidak melakukannya"
"Kekuasaan Ki Bekelpun telah terpengaruh oleh uang yang disebarkan oleh orang yang kaya raya di Sangkrah itu, sehingga pada dasarnya, seisi Sangkrah, termasuk kuasa Ki Bekel telah di belinya"
Wikan menarik nafas panjang. Katanya "Jika kehidupan itu mengalir sebagaimana.terjadi seperti di Sangkrah, maka tatanan dan paugeran akan kehilangan arti"
"Ya" Ki Mina dan Nyi Minapun mengangguk-angguk..
Demikianlah, maka ketiga orang itupun berjalan semakin cepat. Mereka sudah kehilangan waktu. Tetapi mereka tidak menyesal, bahwa mereka telah melibatkan diri dalam gejolak yang terjadi, karena dengan demikian mereka telah
menyelamatkan nyawa seorang yang tidak bersalah.
"Tetapi apakah artinya bersalah atau tidak bersalah di hadapan gemerincing keping-keping uang?" bertanya Wikan di dalam hatinya.
Beberapa saat kemudian, maka mereka bertiga telah
melintas di bulak panjang. Agaknya tanah di daerah yang mereka lewati itu tidak begitu subur. Tanamannya tidak nampak hijau. Tetapi ujung-ujung batang daun padi di bulak itu nampak ke kuning-kuningan.
"Agaknya parit itu tidak ajeg mengalir" desis Wikan tiba-tiba.
"Kenapa dengan parit itu, Wikan?" bertanya Ki Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Parit itu tidak selalu mengalir paman. Itulah sebabnya, maka kadang-kadang para petani telah berebutan, sehingga kadang-kadang menimbulkan pertengkaran"
"Sandi dari Sangkrah itu merasa bahwa pamannya
mempunyai kekuasaan yang besar di Sangkrah, sehingga ia berniat bertindak tanpa mengikuti tatanan, sehingga terjadi benturan kekerasan dengan Tunggul"
Wikan mengangguk-angguk. Namun ia merasa beruntung,
bahwa ia sempat menyelamatkan Tunggul dari keganasan seorang yang kaya raya dari Sangkrah itu.
Dalam pada itu, ketiganyapun berjalan semakin lama
semakin mendekati sebuah padukuhan tempat tinggal
keluarga Wikan. Sementara langitpun sudah menjadi buram.
"Kita akan sampai ke rumah Nyi Purba menjelang wayah sepi bocah" berkata Ki Mina.
"Ya, kakang. Kita kehilangan beberapa saat diper-jananan"
Ketika kemudian senja turun, maka langkah merekapun
tidak lagi terlalu cepat. Selain mereka memang sudah letih, panas matahari tidak lagi melecut mereka agar berjalan semakin cepat. Apalagi jika mereka sedang berada di bulak panjang. Tidak semua jalan bulak mempunyai pohon
pelindung. Kadang-kadang di pinggir jalan itu berjajar pohon turi. Kadang-kadang terdapat banyak pohon randu. Buah randu yang sudah tuapun mereka menghamburkan kapuk
yang putih terbang dibawa angin.
Tetapi ada pula jalan bulak yang benar-benar terbuka. Di siang hari menjelang sore, maka panas matahari dengan leluasa menyengat kulit mereka yang sedang berada di sepanjang bulak itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, demikian matahari tenggelam di lewat senja, maka di langit nampak bulak yang cerah bertengger di atas selembar awan yang tipis. Sehingga ketiga orang itu tidak harus berjalan dalam kepekatan gelap malam.
Ketika ketiganya memasuki sebuah padukuhan, maka
terdengar tembang yang dilantunkan oleh anak-anak yang sedang bermain di terangnya bulan, membuat suasana di padukuhan itu menjadi riang.
Di sebuah pelataran rumah yang luas, beberapa orang
gadis kecil sibuk bermain jamuran. Sedangkan di kejauhan terdengar suara anak-anak laki-laki yang menjelang remaja bermain sembunyi-sembunyian. Mereka berlari-larian di sepanjang jalan utama padukuhannya. Namun kemudian
merekapun menghilang seperti di hisap keliang hantu. Baru kemudian, mereka berloncatan muncul jika seseorang telah diny atakan mati.
Wikan menarik nafas panjang, ketika seorang anak laki-laki yang berlari keluar dari sebuah halaman rumah hampir saja melanggarnya.
"Rasa-rasanya baru kemarin malam aku ikut bermain
seperti mereka" desis Wikan.
Ki Mina dan Nyi Mina tertawa. Dengan nada tinggi Ki
Minapun berkata "Wikan. Meskipun kemudian kau berada di padepokan, namun pada hari-hari pertama, kau masih saja suka bermain gamparan. Kaulah yang kadang-kadang
merenggut waktu para cantrik remaja karena kau ajak
bermain gamparan" Wikanpun tertawa pula. "Kadang-kadang sekarangpun aku masih ingin bermain
gamparan. Memang menyenangkan sekali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan memang terhenti ketika ia melihat beberapa orang anak bermain gamparan di halaman banjar padukuhan.
Tetapi karena paman dan bibinya berjalan terus, maka Wikanpun segera menyusul mereka pula.
Ketiga orang itu masih berjalan melintasi beberapa buah bulak dan pedukuhan. Di setiap padukuhan, mereka tentu menjumpai anak-anak
yang sedang bermain-main di terangnya bulan. Tidak seperti hari-hari yang lain, pada saat malam gelap, maka di wayah sepi bocah, tidak ada lagi anak-anak yang berada dr luar rumahnya. Semua anak-anak telah masuk ke dalam bilik tidur mereka dan berada diatas pembaringan.
Tetapi malam itu, di wayah sepi bocah, masih saja
terdengar suara anak-anak yang sedang bermain itu
melengking tinggi. Orang tua merekapun tidak segera mencari anak-anaknya yang belum pulang. Mereka tahu, bahwa anak-anak mereka itu sedang bermain di bawah cahaya sinar bulan.
Seperti yang mereka perhitungkan, maka pada saat wayah sepi bocah, mereka bertiga sudah berada di jalan utama padukuhan mereka. Sedangkan rumah Nyi Purba terletak di pinggir jalan utama itu.
Semakin dekat dengan rumahnya, maka Wikanpun menjadi semakin berdebar-debar. Rasa-rasanya ia ingin berlari lagi menjauhi rumahnya yang dinilainya telah dinodai oleh kedua orang kakak perempuannya.
Tetapi ia tidak dapat menolak kemauan paman dan bibinya agar ia pulang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedikit lewat wayah sepi bocah, mereka bertiga telah berdiri di depan regol halaman rumah Nyi Purba. Halaman rumah yang terhitung luas.
"Kenapa aku harus ikut paman?" Wikan masih bertanya.
"Sudahlah. Kita sudah sampai. Jangan bertanya lagi"
Wikanpun terdiam. Mereka bertigapun kemudian memasuki regol halaman
rumah Nyi Purba yang nampaknya sepi.
"Rumahpun nampak sangat sepi, Wikan" desis Ki Mina.
"Ya, paman. Rumah itu hanya di huni oleh ibu sendiri"
"Wiyati?" "Entahlah. Aku tidak tahu, apakah mbokayu Wiyati ada di rumah atau bahkan sudah kembali ke Mataram karena ibu mengusirnya"
"Tentu tidak. Ibumu tentu tidak akan mengusirnya Pada saat gejolak perasaannya sudah mereda, maka sikapnya akan merubah. Meskipun ia tetap tidak membenarkan langkah Wiyati, tetapi bagaimanapun juga Wiyati itu adalah anak perempuannya"
Wikan menarik nafas panjang.
Beberapa saat mereka bertiga memang termangu-mangu di halaman. Namun kemudian Nyi Minapun berkata "Lampu
menyala di ruang dalam"
"Tetapi agaknya seisi rumah sudah tidur nyenyak" sahut Ki Mina.
Ketiga orang itupun kemudian telah naik ke pendapa.
Dengan hati-hati mereka mendekati pintu pringgitan.
Perlahan-lahan Ki Minapun telah mengetuk pintu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Nyi Purba masih belum tidur. Dari ruang dalam terdengar seorang perempuan bertanya "Siapa?"
"Aku. Aku Nyi" "Aku siapa?" "Mina. Bukankah Nyi Purba masih ingat kepadaku"
"Mina. Kakang Mina?"
"Ya, Nyi" Terdengar langkah menuju ke pintu pringgitan. Beberapa saat kemudian terdengar selarak pintu itu diangkat.
Demikian pintu itu terbuka, maka mereka melihat seorang perempuan berdiri termangu-mangu di belakang pintu.
"Kau lupa kepadaku Nyi"
"Tidak. Tidak. Tentu tidak. Marilah kakang. Mbokayu dan?"
"Aku ibu" "Wikan, Wikan" Nyi Purbapun melangkahi tlundak pintu. Didekapnya anak laki-lakinya sambil berkata "Kau Wikan. Kau akhirnya pulang"
"Paman dan bibi telah membawaku pulang"
"Terima kasih, kakang. Terima kasih mbokayu"
Wajah Nyi Purba itupun menjadi cerah. Dengan nada tinggi iapun kemudian mempersilahkan Ki Mina dan Nyi Mina
"Marilah kakang, Mbokayu. Silahkan masuk"
"Nampaknya kau belum tidur, Nyi" berkata Ki Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Purba menarik nafas panjang. Katanya "Rasa-rasanya aku tidak dapat tidur nyenyak lagi sekarang, kakang. Sejak Wikan pergi, segala sesuatunya rasa-rasanya menjadi muram"
Ki Mina tidak segera menjawab. Mereka bertigapun
kemudian telah duduk di ruang dalam, di sebuah amben bambu yang agak besar.
"Silahkan duduk kakang, mbokayu. Biarlah Wikan menemani kakang dan mbokayu. Aku akan pergi ke dapur"
"Jangan merepotkan Nyi. Duduk sajalah bersama kami"
"Aku hanya akan membangunkan Yu Ira. Biarlah nanti Yu Ira yang menjadi repot. Merebus air dan barangkali kalian lapar setelah berjalan jauh, biarlah Yu Ira menanak nasi"
"Tidak, Nyi. Kami tidak lapar"
"Tetapi biarlah. Duduk sajalah. Aku tidak lama" Ketika Nyi Purba pergi ke dapur, Nyi Mina berdesis "Apakah mbokayumu tidak ada di rumah?"
"Aku tidak tahu bibi" jawab Wikan.
Nyi Minapun kemudian turun dari amben bambu itu dan
menyusul Nyi Purba ke dapur.
"Biarlah aku bantu, Nyi"
"Duduk sajalah, mbokayu. Aku hanya akan membangunkan Yu Ira"
Sebenarnyalah di dapur, Nyi Purba telah membangunkan seorang pembantu di rumahnya. Seorang perempuan separo baya. Setelah memberikan beberapa pesan, maka Nyi
Purbapun kembali ke ruang dalam.
Sambil mengikuti Nyi Purba, Nyi Minapun bertanya
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah Wiyati ada di rumah?"
Nyi Puma berhenti melangkah. Di ruang belakang, di depan pintu dapur ia menunjuk sebuah bilik kecil sambil berdesis
"Ia ada di situ"
"O" "Aku segan berbicara dengan anak itu, jika tidak perlu sekali"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
bertanya "Nyi. Aku datang antara lain untuk kepentingannya"
"Besok saja kita bicarakan. Malam ini mbokayu tentu letih.
Mungkin mbokayu akan mandi lebih dahulu sebelum nasi masak"
Nyi Mina menarik nafas panjang. Tetapi ia sudah tahu, bahwa Wiyati masih ada di rumah itu, meskipun agaknya hubungannya dengan Nyi Purba kurang baik.
Sebelum Nyi Mina mengatakan sesuatu, maka Nyi Purba
telah menarik tangannya sambil berkata "Marilah mbokayu.
Duduk sajalah bersama kakang dan Wikan"
Nyi Minapun kembali duduk di amben yang besar itu.
Namun kemudian iapun bertanya kepada Ki Mina "Apakah kakang akan pergi ke pakiwan dahulu"
"Ya, ya" Ki Mina mengangguk-angguk.
"Silahkan kakang" lalu katanya kepada Wikan "antar
pamanmu ke pakiwan, Wikan"
"Aku sudah tahu tempatnya, nyi. Bukankah pakiwan-nya belum di pindah?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Purba tersenyum. Katanya "Pakiwan itu masih ada di tempatnya, kakang. Tetapi biarlah Wikan membawa lampu"
"Bukankah bulan terang?"
Ki Minapun kemudian meninggalkan ruang dalam. Lewat
pintu butulan pergi ke pakiwan. Meskipun Ki Mina mengaku sudah tahu dimana letak pakiwan itu, namun Wikanpun
mengantarkannya. Di ruang dalam, Nyi Mina berkata kepada Nyi Purba "Nyi.
Kami datang kemari setelah kami mendengar apa yang telah terjadi di sini dari Wikan. Tetapi kami tidak dapat datang lebih cepat karena kesibukan kami serta perguruan kami"
"Sebenarnyalah kami memang menunggu. Tetapi sebelum
mbokayu datang, aku tidak tahu siapakah yang aku tunggu.
Aku tidak tahu kemana Wikan pergi. Namun sekarang, barulah aku sadari, bahwa aku sebenarnya memang menunggu
kakang dan mbokayu" "Kami akan membantu untuk mencari jalan keluar"
"Agaknya selama ini Wikan berada di rumah mbokayu"
"Ya. Wikan ada di rumah kami. Namun karena persoalan yang terjadi di perguruan kami, maka Wikanpun kemudian kami bawa ke padepokan"
"Jadi Wikan sudah bertemu dengan gurunya?"
"Ya" "Sebenarnyalah aku sudah menyuruh menanyakan ke
padepokannya. Tetapi ternyata Wikan tidak ada disana"
"Nyi Purba tidak menyuruh orang mencari ke rumahku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnyalah aku merasa agak segan. Terus terangnya, aku malu mengalami kejadian yang sangat menusuk
perasaanku itu" "Bukan salah Nyi Purba"
Nyi Purba menundukkan kepalanya. Matanya mulai basah.
"Kami datang untuk membantu mencari jalan keluar"
Nyi Purba mengangguk. Sambil mengusap matanya dengan lengan bajunya iapun berdesis "terima kasih, mbokayu"
Ketika kemudian Wikan masuk kembali ke ruang dalam, Nyi Mina tidak melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya mengenai keluarga Nyi Purba. Ia akan menunggu sampai waktu yang lebih baik.
Bahkan kemudian ketika Ki Mina sudah selesai membersihkan serta berbenah diri, maka Nyi Minalah yang kemudian pergi ke pakiwan.
Malam itu, Ki Mina dan Nyi Mina memang membatasi diri.
Sementara itu agaknya Nyi Purbapun masih belum siap untuk berbicara tentang anak-anak perempuannya.
Di tengah malam, Nyi Purba telah menjamu tamu-tamunya.
Nasi yang masih mengepul, dengan sayur dan lauk seadanya, serta minuman hangat.
"Marilah, kakang dan mbokayu. Kami tidak tahu, bahwa kami akan menerima tamu malam ini, sehingga kami tidak dapat menjamu makan dan minum yang lebih baik"
"Ini sudah cukup, Nyi. Sebenarnyalah kami memang lapar.
Karena itu, nasi dan sayurnya yang hangat ini telah membuat tubuh kami yang letih menjadi segar kembali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untunglah kami mempunyai beberapa ekor ayam,
sehingga kami mempunyai persediaan telur"
"Mantap sekali Nyi. Telur ceplok dengan sambal terasi"
Nyi Purba tersenyum. Sementara Nyi Mina menyambung
"Sayur asam pedas kulit melinjo adalah kegemaran kakang Mina"
"Kebetulan sekali siang tadi kami memetik melinjo" sahut Nyi Purba.
Selama mereka makan, sebenarnyalah bahwa Ki Mina dan Nyi Mina menunggu, mungkin Wiyati mendengar kedatangan mereka dan mau keluar dari biliknya. Tetapi nampaknya Wiyati tidak tergerak untuk menemui paman dan bibinya, meskipun sebenarnyalah Wiyati telah terbangun pula.
Jantung Wiyati justru terasa berdetak semakin cepat. Ia tahu bahwa kedatangan paman dan bibinya tentu karena Wikan telah mengadu kepada mereka.
Namun Wiyatipun ikut pula berharap, bahwa paman dan
bibinya itu akan dapat memberikan jalan keluar. Wiyati sudah jemu dengan keadaannya. Ibunya hampir tidak pernah
berbicara apapun juga. Bahkan rasa-rasanya ia tidak
mempunyai ruang gerak lagi. Di dalam dan diluar rumah.
Meskipun agaknya rahasianya masih belum didengar oleh tetangga-tetangganya, karena Wandan agaknya belum pernah pulang, namun iapun memperhitungkan, seandainya Wandan pulang, ia tidak akan membuka rahasia Wiyati, karena membuka rahasia Wiyati akan sama artinya dengan membuka rahasianya sendiri.
Menjelang dini, maka Ki Mina dan Nyi Mina itupun
dipersilahkan untuk beristirahat di gandok sebelah kiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidur dimana Wikan?" justru ibunyalah yang bertanya.
"Dimana saja ibu. Aku dapat tidur di amben ini"
"Terserahlah kepada kamu sendiri"
Menjelang fajar, maka Ki Mina dan Nyi Mina sudah
terbangun. Ketika Nyi Mina pergi ke pakiwan, di belakang dapur, ia berpapasan dengan Wiyati.
Wiyati terkejut Tetapi ia tidak dapat mengelak lagi ketika Nyi Mina itu mendekatinya "Kau sudah bangun nduk?"
Wiyati mencoba tersenyum. Tetapi yang kemudian
membayang di wajahnya adalah kepahitan jiwanya. Bahkan kemudian diluar kendali, matanyapun telah menitikkan air mata"
"Bibi" desisnya.
Nyi Mina mendekatinya. Dipeluknya Wiyati yang mengalami tekanan batin yang hampir saja tidak tertahankan.
Dipelukan Nyi Mina tangis Wiyati bagaikan dicurahkan. Ia sudah agak lama tidak mengalami sentuhan kasih yang tulus sebagaimana ditumpahkan oleh Nyi Mina. Bahkan Nyi Mina yang garang dipertempuran itu ikut menitikkan air matanya pula.
"Menangislah nduk. Menangislah kalau tangismu itu dapat memperingan beban perasaanmu"
"Bibi" suara Wiyati tersendat "aku tidak pantas memanggil bibi lagi. Aku adalah seorang yang seharusnya di campakkan seperti sampah"
"Sudahlah Wiyati. Biarlah yang sudah berlalu itu berlalu, Kau harus menengadahkan wajahmu untuk memandang ke
masa depan. Bibi akan membantumu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada lagi masa depan itu bagiku, bibi. Yang ada hanyalah kegelapan yang akan menelan sisa hidupku"
"Tidak. Kau masih muda"
"Aku sendiri telah mematahkan perjalanan hidupku. Aku patahkan sendiri tangkai kuncup yang belum kembang itu, bibi"
"Sudahlah. Aku datang untuk mencari pemecahan bagi
masa depanmu. Nah, kau akan pergi ke pakiwan?"
"Silahkan bibi"
"Kau sajalah dahulu. Aku akan menunggu"
"Tetapi......."
"Pergilah ke pakiwan. Nanti kita akan berbicara tentang pemecahan persoalan"
Wiyati mengusap matanya. Ia masih terisak. Namun
kemudian Wiyati itupun pergi ke pakiwan, sementara Nyi Mina berjalan hilir mudik di halaman belakang sambil melihat-lihat beberapa batang pohon suruh yang merambat pohon dadap di sebelah sumur. Di bawah batang suruh itu terdapat lekuk untuk mengairinya di musim kering. Dengan air yang
ditimbanya dari sumur dan dituangkan ke dalam lekuk tanah yang memanjang di sela-sela pohon dadap itu.
Beberapa saat kemudian, Wiyatipun telah keluar dari
pakiwan. Iapun mendekati Nyi Mina sambil berkata "Silahkan bibi"
Nyi Mina tersenyum sambil menepuk bahu Wiyati sambil berkata "Wiyati. Kami datang bersama Wikan dengan maksud yang baik"
"Terima kasih, bibi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika kemudian Wiyati hilang di balik pintu dapur, maka Nyi Minapun telah memasuki pakiwan pula.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika kemudian matahari terbit, maka Ki.Mina dan Nyi Mina telah dipersilahkan duduk di ruang dalam. Minuman hangat telah dihidangkan. Ketela pohon yang direbus dengan santan dan sedikit garam.
"Silahkan kakang" berkata Nyi Purba sambil duduk bersama mereka "aku sudah menyuruh seseorang untuk memanggil Wuni dan suaminya"
"Bagaimana keadaannya?" berkata Nyi Mina "Bukankah
keadaannya sekeluarga baik-baik saja?"
"Ya. Segala sesuatunya sudah menjadi semakin baik"
"Sukurlah" Nyi Mina itupun mengangguk-angguk.
"Namun hampir saja jatuh korban"
"Kenapa?" bertanya Wikan dengan serta-merta.
"Ketika kemudian dengan tegas Wuni memutuskan
hubungan dengan laki-laki itu, maka ketika suami Wuni berada di sawah, laki-laki itu telah menemuinya. Ditantangnya suami Wuni untuk bertarung. Ia merasa terhina karena Wuni telah mengambil keputusan untuk setia kepada seorang laki-laki saja. Dan laki-laki itu adalah suaminya"
"Pertarungan itu terjadi, ibu?" bertanya Wikan.
"Ya" "Akhirnya?" "Ternyata laki-laki itu tidak dapat mengalahkan suami Wuni.
Yang tidak terduga sebelumnya, laki-laki itu menangis mencium lutut suami Wuni itu. Ia minta ampun agar suami Wuni itu tidak membunuhnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang membebaskannya?" Wikan menjadi tidak sabar.
"Ya. Suami Wuni telah membebaskannya meskipun orang
itu terluka didalam"
"Setelah ia sembuh apakah ia tidak mendendam?"
"Tidak Wikan. Laki-laki itu bersumpah pada saat ia minta ampun, untuk melakukan apa saja perintah suami Wuni itu.
Ternyata ia menepati janjinya. Ia telah memperlakukan dirinya sendiri seperti seorang budak bagi suami Wuni itu"
"Akal yang licik " gumam Wikan.
"Kenapa" Ia justru telah merendahkan dirinya"
"Cara agar ia tetap dekat dengan mbokayu Wuni" Nyi Purba menarik nafas panjang. Katanya "Suami Wuni itu juga sudah memikirkannya. Tetapi ia dapat mengatur agar ia tidak pernah lagi berhubungan dengan Wuni. Bahkan Wuni sendiri juga selalu menjaga dirinya karena agaknya Wuni bersungguh-sungguh untuk keluar dari jalan hidupnya yang sesat itu"
Wikan menarik nafas panjang. Kakak iparnya itu memang seorang yang baik. Ia mencintai kakak perempuannya dengan tulus. Tetapi sebelumnya ia adalah laki-laki yang lemah. Bukan dalam pengertian kewadagan. Bahkan kakak iparnya itu adalah seorang yang berilmu tinggi. Tetapi ia tidak berbuat apa-apa meskipun ia tahu, bahwa isterinya selingkuh hanya karena ia tidak mau menyakiti hati isterinya itu.
Tetapi jalan menuju ke masa depan itu ternyata sudah diratakan. Keluarga kakak perempuannya itu akan menempuh jalan kehidupan yang lebih baik.
Yang kemudian perlu mendapat perhatian lebih besar
adalah kakak perempuannya yang seorang lagi. Wiyati.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk beberapa saat kemudian, Ki Mina, Nyi Mina dan
Wikan masih berbincang di ruang tengah sambil menunggu kedatangan Wuni dan suaminya. Ketika Nyi Mina minta agar Wiyati ikut duduk bersama mereka, Nyi Purbapun berkata
"Biarlah nanti Wuni yang memanggilnya"
Ketika matahari naik, maka Wuni dan suaminyapun telah datang pula. Keduanyapun mencium tangan paman dan
bibinya sebelum mereka duduk pula di ruang dalam itu.
"Selamat datang di rumah yang pengab ini. paman" suara Wuni terdengar sendat. Sedangkan kepalanya tertunduk dalam-dalam. Agaknya di hadapan paman dan bibinya, Wuni masih saja merasa bersalah. Tubuh dan jiwanya yang telah ternoda itu masih belum dapat dibersihkannya sampai tuntas.
"Kami sekeluarga baik-baik saja ngger. Bukankah kalian juga baik-baik saja?"
"Ya, paman" sahut Wuni dan suaminya hampir berbareng.
"Wuni" berkata Nyi Purba kemudian "paman dan bibimu
telah membawa Wikan pulang. Kita harus berterima kasih kepada paman dan bibi. Selebihnya, paman dan bibi ingin membantu mencari jalan keluarga bagi masa depan Wiyati yang buram itu"
Wuni menarik nafas panjang. Katanya "Inilah kenyataan kami, paman dan bibi. Kami harus merasa malu sekali, bahwa kami telah mengotori rumah peninggalan ayah ini dengan tingkah laku kami yang sesat"
"Sudahlah, Wuni. Yang penting bagi kita adalah bagaimana kita melangkah di masa depan. Kita tidak boleh terpancang kepada masa lalu kita. Seperti kanak-kanak yang belajar berjalan, setelah ia terjatuh, maka ia akan segera bangkit lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak itu tidak boleh berhenti belajar sehingga ia benar-benar mampu berjalan dengan tegak" sahut Nyi Mina.
"Ya, bibi" "Nah, bukankah sebaiknya kita berbicara pula dengan
Wiyati sekarang?" Wuni itupun berpaling kepada ibunya. Namun ibunya
berkata "Kau sajalah yang memanggilnya, Wuni"
Wuni menarik nafas panjang. Ketika ia masih saja ragu-ragu, suaminya itupun berkata "Panggil Wuni. Kita akan berbincang-bincang dengan paman dan bibi"
"Kalau ia tidak mau?"
"Tentu Wiyati ingin juga menemui aku dan pamanmu. Kami sudah merindukannya" sahut Nyi Mina
Wunipun kemudian bangkit dari tempat duduknya. Ketika ia kemudian melangkah ke bilik kecil Wiyati di dekat pintu dapur, masih terasa bahwa Wuni itu ragu-ragu.
Namun sejenak kemudian, Wuni telah mengetuk pintu bilik Wiyati. Dengan lembut Wuni itu memanggil namanya "Wiyati.
Wiyati. Paman dan bibi berada disini, Wiyati"
Yang terdengar oleh Wuni adalah isak Wiyati. Agaknya Wiyati itu sedang menangis.
"Wiyati. Buka pintumu"
Wiyati memang melangkah ke
pintu biliknya dan mengangkat selaraknya. ketika Wuni masuk ke dalam biliknya yang memang
pengab, Wiyati telah duduk lagi di bibir pembaringannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wiyati. Paman dan bibi datang kemari" Wiyati mengangguk. "Mereka ingin menemuimu"
"Mbokkayu. Pantaskah aku menemuinya?"
"Kenapa tidak, Wiyati. Aku juga merasa bersalah. Semula aku juga merasa tidak pantas utuk menemuinya. Tetapi paman dan bibi ternyata bersikap sangat baik kepadaku."
Wiyati mengusap matanya. Sebenarnyalah bahwa ia sudah merasa sangat, letih terpuruk kedalam suasana yang buruk itu. Ia benar-benar telah menyesali kelakuannya. Ia
bersumpah kepada dirinya sendiri untuk tidak mengulanginya.
Tetapi apa yang dapat dilakukannya untuk membuktikannya"
Ia terbelenggu dalam kehidupan yang pengab itu. Kekecewaan dan kemarahan ibunya nampaknya masih saja mencengkam jantung.
Wiyati dapat mengerti bahwa hati ibunya itu seakan-akan telah menjadi patah arang. Tetapi bagaimana dengan dirinya yang masih akan menjalani kehidupan yang menurut
perhitungan lahiriahnya masih panjang. Apakah ia akan tetap berada di bilik kecil itu di sepanjang umurnya. Meratapi nasibnya yang buruk, meski pun dirinya sendirilah yang menulis nasib buruknya itu.
Kedatangan paman dan bibinya memang menimbulkan
pengharapan seperti dikatakan oleh bibinya itu.
"Wiyati" berkata Wuni kemudian "Marilah. Ikut aku
menemui paman dan bibi. Kita tidak perlu mengenakan topeng di wajah kita. Biarlah paman dan bibi melihat coreng-moreng itu. Kita berharap saja semoga paman dan bibi dapat
memberikan jalan keluar bagi kita"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbokayu telah menemukan jalan keluar itu. Tetapi
bagaimana dengan aku"
"Kau juga akan menemukannya, Wiyati. Paman dan bibi
akan membantu. Seperti tembang anak-anak di saat terang bulan itu Wiyati. Mumpung gede rembulane. Mumpung jembar kalangane"
Wiyati mengusap air matanya. Iapun kemudian membenahi pakaiannya.
Beberapa saat kemudian Wiyatipun mengikut kakak
perempuannya keluar dari biliknya dan melangkah ke ruang tengah.
Sejenak kemudian, Wiyati dan Wuni itu telah duduk di amben yang agak besar itu pula.
"Wiyati" berkata Ki Mina kemudian "Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu, kepada Nyi Purba serta kepada Wuni berdua"
Ruangan itupun kemudian menjadi hening.
"Aku sudah mendengar tentang keadaan rumah ini
sepeninggal Adi Purba. Aku sudah mendengar peristiwa-peristiwa yang tidak dinginkan telah terjadi" Ki Mina berhenti sejenak. Sementara Wiyati dan bahkan Wuni telah mengusap matanya yang basah "Tetapi kita yakin bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang tidak akan sampai hati melepaskan kita tersuruk lebih parah lagi ke dalam kegelapan.
Itulah sebabnya, dengan cara apapun, Tuhan telah
mengentaskan kita dari kuasa kegelapan itu. Kita wajib bersukur karenanya. Namun yang penting, bukan sekedar mengucap sukur. Tetapi juga apa yang sebaiknya kita lakukan kemudian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang yang duduk disekitar Ki Mina itu menundukkan kepala mereka.
"Nah, anak-anakku" berkata Ki Mina selanjutnya "Marilah kita bersama-sama mencari jalan menatap masa depan yang masih panjang"
Semuanya masih tetap diam. Wajah Wiyatipun menjadi
semakin menunduk. Kata-kata Ki Mina kemudian lebih ditujukan kepada Wiyati.
Diceritakannya pembicaraannya dengan Ki dan Nyi Leksana.
Kakak dan kakak ipar Nyi Mina. Bahkan harapan-harapan bagi Wiyati untuk menghadapi masa depannya yang masih
panjang. "Bukankah kita dapat berbicara sebagaimana anak-anak muda yang sudah dewasa?" berkata Ki Mina kemudian
"Dengan demikian, maka kita akan menjadi lebih terbuka.
Terutama bagi Wiyati. Di tempat yang baru itu, maka segala sesuatunya akan tetap menjadi rahasia bagimu. Namun Ki Leksana dan Nyi Leksana telah mengetahui pula segala sesuatu tentang dirimu. Tetapi hal itu jangan membuatmu berkecil hati, karena pengetahuannya tentang keadaanmu itu akan membuatnya bersikap jujur kepadamu. Jika ia menolak, biarlah ia menolak. Tetapi jika ia menerima, maka ia akan menerimamu seutuhnya dengan segala cacat dan celamu"
Wiyati masih saja menunduk. Tetapi pergi dari rumah itu merupakan satu pemecahan yang menurut pendapatnya
sangat baik. Ia akan keluar dari keadaan yang sangat menekan perasaannya. Hanya karena perasaan bersalah
sajalah maka ia masih tetap dapat bertahan dalam keadaan itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nyi Purba dan kau Wiyati. Jika jalan keluar ini di sepakati, maka aku akan segera membawamu ke rumah uwakmu Ki dan Nyi Leksana. Kau akan memasuki satu dunia yang baru. Wiyati yang lama telah mati. Yang ada kemudian adalah Wiyati yang baru. Meskipun Wiyati tidak akan dapat menghapus noda yang melekat pada dirinya, tetapi dalam keadaannya Wiyati yang baru akan dapat menemukan jalan yang baik menuju ke masa depannya"
Air mata yang meleleh dari pelupuknya menjadi semakin deras. Tetapi apa yang dikatakan oleh paman dan bibinya itu terasa akan benar-benar memberikan harapan kepadanya.
Beberapa saat kemudian, Ki Minapun berkata "Pikirkan kemungkinan
ini, Wiyati. Kau akan menyingkir dari lingkunganmu. Kau akan mendapatkan satu lingkungan yang baru"
Ruang dalam rumah Nyi Purba itu masih saja tetap hening.
Semua orang nampak sedang merenung. Lebih-lebih lagi Wiyati dan ibunya.
Namun akhirnya Wiyati itupun berkata perlahan sekali "Aku akan menurut saja kepada petunjuk paman jika ibu
mengijinkan" Kata-kata itu ternyata telah menyentuh hati Nyi Purba.
Iapun berpaling kepada Wiyati seakan-akan
di luar kehendaknya sendiri. Namun Nyi Purba itupun segera
menunduk kembali. "Nah, Nyi" berkata Nyi Mina kemudian "Wiyati telah
menyatakan pendapatnya. Bagaimana tanggapan Nyi Purba sendiri"
Nyi Purba menarik nafas panjang. Namun tiba-tiba saja iapun berdesis "Wiyati. Ngger"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seakan-akan tanpa disadari, Wiyati itupun segera bangkit, turun dari amben itu dan beringsut mendekati ibunya. Seakan-akan masih juga diluar sadarnya ketika Wiyati kemudian mencium lutut Nyi Purba sambil menangis "Ampunkan aku ibu.
Ampunkan aku" Nyi Purba yang sudah agak lama seakan-akan tidak
menghiraukan lagi keberadaan Wiyati itu di rumahnya, tiba-tiba telah memeluknya. Menangisinya. Dengan sendat iapun berkata "Maafkan ibumu ngger. Aku telah terseret oleh arus perasaanku selama ini, sehingga aku tidak berbual sebagai seorang ibu yang baik. Pada saat kau memerlukan aku, maka aku justru telah menjauhimu"
"Tidak. Ibu tidak bersalah. Akulah anak yang durhaka itu"
Nyi Minapun kemudian turun pula dari amben yang besar itu. Iapun berjongkok pula disamping Wiyati sambil berkata
"Sudahlah Wiyati. Ibu telah mengampunimu. Marilah kita menatap ke masa depan itu"
Nyi Minapun kemudian mengangkat bahu Wiyati agar
bangkit berdiri. Kemudian membimbingnya dan mendudukannya di amben itu disebelah ibunya.
Ternyata Wiyati, Nyi Purba, Wuni dan suaminya, sepakat untuk melepaskan Wiyati pergi bersama Ki Mina dan Nyi Mina.
Kepergian Wiyati itu nanti akan dapat membawanya ke jalan yang menuju kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Wikan duduk saja seperti patung. Tidak ada yang
dilakukannya kecuali menyaksikan sikap ibunya serta kakak-kakak perempuannya.
Suami Wunipun mengangguk-angguk pula. Ketika isterinya berjanji dan bahkan bersumpah untuk tidak selingkuh lagi, laki-laki itu sudah merasa sangat bersukur. Jika kemudian ada http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan yang baik yang dapat ditempuh oleh Wiyati untuk merebut hari depannya kembali, maka suami Wuni itupun kembali mengucap sukur.
"Baiklah" berkata Ki Mina kemudian "biarlah kami bermalam semalam lagi disini. Besok kita akan berangkat bersama Wuni.
Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit"
Wiyati mengangguk. Katanya "Kita akan berangkat selagi masih gelap paman"
Ki Minapun segera tanggap. Wiyati tidak ingin dilihat oleh tetangga-tetangganya. Meskipun mereka belum tahu, cacat apakah yang telah melekat pada gadis itu, namun Wiyati sendiri merasa seakan-akan setiap mata yang melihatnya akan memancarkan kebencian dan bahkan penghinaan.
"Baik Wiyati. Besok kita akan berangkat selagi masih gelap"
"Terima kasih atas kesediaan paman"
Dengan demikian, maka hari itu Wiyati telah mempersiapkan dirinya untuk pergi meninggalkan rumahnya.
Ia sudah terbiasa tinggal jauh dari rumah dan ibunya pada saat ia berada di Mataram. Namun rasanya jauh berbeda dengan saat-saat ia akan meninggalkan ibu dan rumahnya bersama pamannya.
Ketika ia berada di Mataram, Wiyati sama sekali tidak pernah memikirkan persoalan-persoalan yang lebih mendalam daripada kesenangan semata-mata. Uang, pakaian yang
gemerlapan, sanjungan serta dikerumuni oleh laki-laki yang kehilangan nilai-nilai luhur dalam hubungan bebrayan.
Tetapi kini ia siap untuk pergi memasuki satu dunia baru.
Kehidupan yang baru, yang dipagari oleh tatanan dan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paugeran sesuai dengan jalan dan tuntunan Tuhan Yang Maha penyayang.
Namun Wiyati benar-benar telah berniat Apapun yang harus dilakukannya, akan dilakukannya jika hal itu dapat menebus segala macam kesalahan yang pernah diperbuatnya.
Sehari itu, Ki Mina dan Nyi Mina banyak puja berbincang dengan Wuni dan suaminya. Dengan sikap yang dewasa,
suami Wuni telah menceriterakan tentang keluarganya.
Tentang sikapnya menanggapi kelakuan Wuni sebelum ia menyadari dan mengakui kesalahannya.
"Sikap Wikanlah yang telah membuka hatinya. Ketika Wikan pergi meninggalkan rumah ini, maka Wunipun sempat melihat kedalam dirinya sendiri, serta menilai segala perbuatan yang telah dilakukannya" berkata suami Wuni itu
"Sukurlah.jika segala sesuatunya telah teratasi" berkata Ki Mina sambil mengangguk-angguk.
Pada kesempatan itu pula, Wikanpun telah minta maaf pula kepada ibu dan kakak-kakaknya atas sikapnya ketika ia bagaikan kehilangan akal meninggalkan rumahnya itu.
"Aku tidak dapat berpikir jernih saat itu, ibu"
"Ibu mengerti, Wikan. Tetapi justru karena sikapmu itu, maka kami yang kautinggalkan telah terusik hatinya untuk menilai sikap kami masing-masing"
"Jika saja dapat diambil hikmahnya. Nyi" sahut Nyi Mina sambil mengangguk-angguk.
"Ya. Kita dapat mengambil hikmahnya"
Hari itu, rasa-rasanya perasaan Nyi Purba bagaikan telah terbuka. Ki Mina dan Nyi Mina telah dalang dengan membawa jalan keluar dari keadaan keluarganya yang rumit. Terutama http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan Wiyati yang bagaikan awan gelap yang tergantung diatas rumah itu.
Sehari itu, setelah pembicaraan tentang jalan keluar bagi keluarga Nyi Purba yang diliputi oleh kegelapan itu
menemukan arahnya, maka Ki Mina dan Nyi Mina diantar oleh Wikan telah melihat-lihat keadaan halaman rumahnya.
Memang sudah banyak yang berubah. Rumpun bambupun
menjadi bertambah gelap. Pohon-pohon perdu banyak
berserakkan di mana-mana. Daun-daun kering di kebun
belakang teronggok di bawah tanaman empon-empon yang daunnya mulai menguning.
"Tidak ada yang memelihara dengan baik, paman" desis Wikan.
"Tentu ibumu tidak sempat melakukannya, sementara
Wiyati lebih sering berada di biliknya sambil merenungi nasibnya yang buram meskipun nasib itu ditulisnya dengan tangannya sendiri"
"Ya paman" "Sedangkan para pembantu tidak begitu bersungguhsungguh merawat halaman dan kebunmu ini"
Ki Mina mengangguk-angguk. Rumah itu memang memerlukan Wikan. Jika kebun dan halamannya saja tidak terawat
dengan baik, maka sawah, ladang dan pategalannyapun tentu mengalami keadaan yang sama.
Bagaimanapun juga tentu ada bedanya dengan digarap atau setidak-tidaknya diawasi oleh orang yang mengerti tentang pekerjaan yang sedang diawasinya itu.
Ketika malam turun, maka Ki Mina, Nyi Mina, Wikan dan seisi rumah itupun telah berkumpul untuk makan malam. Wuni dan suaminya masih juga berada di rumah itu. Untuk
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawani Nyi Mina dan Ki Mina, Wuni dan suaminya akan bermalam juga di rumah ibunya.
Sambil makan malam, maka banyak persoalan yang mereka bicarakan. Tentang sawah, ladang, pategalan serta halaman rumah yang menjadi seperti padang perdu.
"Rumah ini sangat memerlukan Wikan" berkata Nyi Purba.
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jilid 8 KI MINA mengangguk- angguk. Tetapi ia tidak menjawab. Padepokan yang pada suatu saat akan dipimpinnya itu tentu
juga memerlukan Wikan. Bahkan Nyi Mina di luar sadarnya telah membayangkan hubungan antara Wikan dan Tanjung. "Ah. Wikan tentu tidak
pernah memikirkannya" berkata Nyi Mina didalam hatinya "Tanjung adalah
seorang janda kembang. Sedangkan Wikan adalah seorang jejaka. Agaknya sulit bahwa seorang jejaka akan dijodohkan dengan seorang janda meskipun janda kembang. Apalagi menurut gelarnya, Tanjung menggendong seorang anak meskipun anak itu
adalah anak angkat" Ketika malam menjadi semakin dalam, maka Nyi Purba
itupun mempersilahkan Ki Mina dan Nyi Mina beristirahat Demikian pula Wiyati dan Wikan yang esok pagi akan
meninggalkan rumah itu pagi-pagi benar, selagi masih gelap.
Beberapa saat kemudian, rumah itupun menjadi sepi.
Semuanya telah berada di dalam bilik mereka masing-masing.
Namun sepi malam terasa demikian menggigit, sehingga http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina, Nyi Mina dan Wikan sendiri tidak dapat segera tidur. Bahkan dibiliknya suami Wuni menjadi gelisah.
"Ada apa kakang?" bertanya Wuni.
"Aku tidak dapat segera tidur"
"Kenapa?" "Mungkin karena udara terasa panas. Tetapi mungkin
karena sebab lain. Malam justru terasa terlampau sepi"
"Udara memang terasa agak panas" desis Wuni.
Sedangkan di bilik yang lain, Ki Mina justru bangkit dan duduk di bibir pembaringan.
"Kau rasakan suasana yang asing, Nyi?" bertanya Ki Mina.
"Ya" jawab Nyi Mina. Tetapi Nyi Mina masih saja berbaring di pembaringannya.
Menjelang tengah malam, maka Ki Mina justru menggamit Nyi Mina. Telinganya yang tajam mendengar desir langkah kaki kuda yang berjalan perlahan-lahan di halaman. Tidak hanya seekor. Tetapi beberapa ekor. Agaknya kuda-kuda itu dituntun oleh penunggangnya memasuki halaman rumah Nyi Purba yang luas itu.
Nyi Minapun telah bangkit pula. Bahkan Nyi Mina itupun telah
membenahi pakaiannya. Dikenakannya pakaian khususnya untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sedang di bilik yang lain, suami Wunipun telah duduk pula sambil mendengarkan suara tapak kaki kuda di halaman.
Di ruang dalam ternyata Wikanpun masih belum tidur.
Iapun mendengar tapak kaki beberapa ekor kuda di halaman.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Wikanpun yakin, bahwa paman dan bibinya tentu
mendengarnya pula. Bahkan Wikanpun berharap bahwa kakak iparnya juga mendengar tapak kaki kuda itu.
"Siapa yang datang malam-malam begini" desis Wikan.
Tetapi Wikan tidak mengusik ibunya yang agaknya masih tidur nyenyak. Wiyatipun agaknya sudah tidur pula.
Mereka yang mendengar kedatangan beberapa orang yang menuntun kuda mereka itu terkejut ketika mereka mendengar, suara seorang perempuan diluar "Ya. Inilah rumahnya"
"Kau yang telah membawanya kepada kami, Wandan.
Kaulah yang harus membujuknya agar Wiyati kembali bersama kita. Keberadaannya di antara kita membuat usaha kita semakin maju. Lebih dari itu, yang dilakukan oleh saudara-saudaranya itu telah menyinggung harga diri kami. Bahkan akan dapat membuat kebiasaan buruk diantara gadis-gadis kami. Keluarganya akan dapat dengan leluasa mengambil mereka
kapan saja keluarganya itu mau tanpa memperhitungkan berapa banyak uang yang sudah kami
keluarkan untuk kepentingannya"
"Aku akan mencobanya" terdengar suara perempuan itu
pula "tetapi jika ia berkeberatan?"
"Kau akan membujuknya sebagaimana kau membujuknya
untuk pertama kali sehingga ia bersedia tinggal bersama kita.
Jika kau tidak berhasil, maka kami akan memaksanya untuk pergi. Jika perlu dengan kekerasan. Siapa yang mencoba menghalanginya akan kami singkirkan"
Sepi sejenak. Namun kemudian seorang laki-laki menggeram "Cepat Wandan. Kau jangan menguji kesabaran kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, baik" perempuan itu nampaknya menjadi ketakutan.
Suaranya terdengar bergetar "Aku akan membujuknya. Tetapi lepaskan lenganku. Kau menyakitiku"
Hening sejenak. Namun kemudian terdengar pintu
pringgitan rumah Nyi Purba itu diketuk orang.
Wikan yang ada di ruang dalam itupun segera mengetahui apa yang telah terjadi. Yang datang adalah orang-orang yang di upah oleh perempuan gemuk yang telah mendirikan usaha yang terkutuk itu. Mengumpulkan gadis-gadis lugu dari padesan, kemudian dibujuk dengan mempergunakan umpan gebyar kadonyan. Bahkan mungkin pula dengan ditakut-takuti dan diancam. Sehingga beberapa orang gadis, termasuk Wandan dan Wiyati telah jatuh ke dalam kekuasaannya.
Agaknya malam itu mereka datang untuk membalas sakit hati mereka
karena Wikan telah mengambil kakak perempuannya dengan paksa. Bahkan Wikan berhasil
mengalahkan orang-orang upahan di rumah durhaka itu.
Karena itu, maka Wikanpun segera mempersiapkan diri.
Yang datang itu tentu bukan hanya laki-laki bertubuh raksasa yang
disebutnya Depah, karena orang itu sudah dikalahkannya. Jika Depah itu ikut datang, maka ia tentu membawa kawan-kawannya yang memiliki kelebihan dari
Depah itu sendiri. Ketika kemudian pintu pringgitan itu diketuk lagi, bahkan lebih keras, Wikanpun bertanya "Siapa?"
Sejenak tidak ada jawaban. Namun kemudian terdengar
suara seorang perempuan "Aku. Wandan"
Ternyata ketukan pintu serta suara perempuan di luar serta suara Wikan sendiri telah membangunkan ibunya yang dengan gelisah keluar dari biliknya "Ada apa Wikan?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ada apa-apa ibu. Tenanglah. Sebaiknya ibu kembali ke bilik ibu"
Sebelum Nyi Purba menyahut, terdengar pintu pringgitan itu di ketuk lagi. Terdengar suara perempuan itu lagi "Tolong, bukakan pintu. Aku Wandan. Aku ingin berbicara dengan Wiyati"
"Wandan" desis Nyi Purba "buat apa kau berbicara dengan Wiyati. Wiyati sudah melupakan cara hidupnya di Mataram.
Jangan ganggu anak itu lagi"
"Tidak, bibi. Aku hanya ingin menyampaikan pesan"
"Sudahlah Wandan. Sebaiknya kau tidak usah menemui
Wiyati lagi. Jalan hidup kalian telah bersimpangan. Biarlah masing-masing menempuh jalan hidupnya sendiri"
"Aku mengerti bibi. Tetapi aku hanya ingin menyampaikan sebuah pesan buat Wiyati. Tolong, biarlah aku menemuinya barang sekejap"
Wiyati tiba-tiba saja sudah ada di dekat ibunya itu pula.
Dengan suara yang bergetar Wiyati itupun menyahut
"Wandan. Katakan pesan itu dari luar pintu. Aku dapat mendengarnya"
"Buka pintu Wiyati. Aku hanya ingin berbicara sedikit saja.
Sebuah pesan yang barangkali berarti bagimu"
"Katakan Wandan. Katakan saja. Maaf aku tidak dapat
menemuimu sekarang" "Tolonglah aku Wiyati. Aku berada dalam kesulitan jika aku tidak dapat menemui barang sejenak"
Wiyati termangu-mangu. Namun dengan tegas Wikan
menggeleng sambil memberi isyarat kepada kakak perempuannya, bahkan ia tidak perlu menemuinya. Bahkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunyapun telah memegangi lengannya sambil berbisik "Tidak Wiyati. Jangan buka pintu itu"
Ketika sekali lagi Wandan mengetuk pintu rumahnya, maka Wikanlah yang menyahut "Wandan. Tinggalkan rumah kami.
Aku minta kesediaanmu untuk tidak mengganggu mbokayuku lagi"
"Jadi kalian tidak mau membuka pintu rumahmu?"
"Maaf Wandan" "Wiyati" suara Wandanpun menjadi semakin tinggi
"ternyata kau tidak dapat menilai kebaikan hati orang. Aku telah membantumu dalam kehidupan yang sulit, sehingga kau menjadi seorang perempuan yang berkecukupan. Kau dapat mengirimkan uang dan barang-barang berharga kepada
ibumu. Namun akhirnya kau tinggalkan aku dalam kesulitan"
"Jadi menurut pendapatmu, apa yang pernah kau lakukan terhadap mbokayu Wiyati itu satu pertolongan" Satu
kebaikan" Itukah penilaian dari orang-orang yang tinggal di jalan hidup yang gelap itu, mana yang baik dan mana yang buruk" Sudahlah Wandan. Jalan hidupmu dan jalan hidup mbokayu Wiyati kini berbeda. Pergilah, jangan ganggu mbokayu lagi"
"Inikah balasanmu Wiyati. Aku sama sekali tidak
berkeberatan bahwa kau pergi dari rumah itu, jika hal itu tidak menyangkut keadaanku sekarang. Akulah yang kemudian
dianggap bersalah karena aku telah membawamu ke rumah itu. Karena mereka tidak berhasil menahanmu agar kau tidak pergi, maka sekarang akulah yang harus memikul beban karena kesalahanmu itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan termangu-mangu sejenak.Ia merasa kasihan pula
kepada Wandan, bahwa akhirnya ialah yang mengalami
tekanan yang tentu menyiksanya lahir dan batin.
Tetapi Wikan tidak ingin kakaknya berbicara lagi dengan Wandan yang mungkin akan mengingatkan Wiyati kepada
kehidupan yang penuh gebyar kadonyan itu.
"Biarlah aku yang menemu mereka" berkata Wikan kepada kakak perempuannya.
"Hati-hati, Wikan" desis Wiyati "Wandan tentu tidak sendiri.
Sedangkan orang-orang yang diupah oleh perempuan gemuk itu tentu orang-orang yang tidak berjantung lagi. Aku mengenal mereka. Mata mereka tertutup oleh keping-keping uang. Sedangkan hati mereka bagaikan sudah membeku"
"Aku akan berhati-hati mbokayu" sahut Wikan "bahkan
mungkin paman dan bibi sudah mendengar pula pembicaraan ini"
Ketika kemudian pintu rumah itu diketuk lagi lebih keras, maka Wikanpun berkata "Jangan kau rusakkan pintu rumahku.
Aku akan membukanya"
Ketika Wikan membuka pintu rumahnya, maka ia me lihat beberapa orang yang berwajah garang berdiri di pendapa rumahnya. Seorang diantara mereka memegangi lengan
Wandan dan mendorong-dorongnya dengan kasar, sehingga sekali sekali Wandan berdesah kesakitan.
"Wikan" suara Wandan sudah mulai diwarnai dengan
isaknya "tolong aku Wikan. Aku ingin berbicara dengan Wiyati"
Wikan menggeleng. Katanya "Tidak ada yang perlu kalian bicarakan.
Mbokayu Wiyati sudah bertekad untuk meninggalkan dunia yang berada di bawah bayangan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegelapan itu. Ia sekarang sudah sempat menilai bahwa apa yang dilakukan di Mataram itu adalah tindakan yang nista.
Yang memang seharusnya ditinggalkannya"
"Perempuan iblis" geram laki-laki bertubuh raksasa itu "Aku akan mengambilnya dengan paksa"
Beberapa orang laki-laki yang garang yang berdiri di pendapa itu mulai bergerak. Seorang diantara mereka, yang tubuhnya tidak kalah besarnya dengan laki-laki yang
memegangi lengan Wandan, telah dikenal oleh Wikan. Orang itu adalah orang yang disebut Depah. Orang yang menjadi palang pintu rumah perempuan gemuk yang telah sampai hati menjual kehormatan perempuan-perempuan lugu yang dapat dijebaknya.
Wikan yang berdiri di depan pintu itupun berkata "Siapa yang akan kau ambil?"
"Perempuan yang tidak tahu diri itu. Aku akan membawa Wiyati
dengan paksa, sebagaimana keluarganya mengambilnya dari tempat yang telah disediakan baginya.
Seorang ibu yang telah mengeluarkan banyak uang untuk mengentaskannya dari kemiskinan dan kelaparan"
"Ki Sanak. Jangan mencari persoalan. Jika kau berniat mengambilnya dengan paksa, maka kami tentu akan
mempertahankannya. Kami adalah keluarganya yang merasa ikut bertanggung jawab atas keselamatannya"
"Bagus. Cobalah mempertahankan saudara perempuanmu
itu. Sebenarnyalah bahwa niat kami mengambil Wiyati bukan sekedar karena perempuan yang telah menolongnya itu
merasa sangat dirugikan. Tetapi kami juga harus menunjukkan kuasa kami atas semua gadis yang telah
memasuki dunia kami. Jika kami tidak mengambil Wiyati http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali, maka cara yang kalian tempuh akan menimbulkan gagasan pada orang lain untuk melakukannya pula. Tetapi jika kami datang untuk mengambil Wiyati, maka orang lain tidak akan berani menirunya, karena kami tidak sekedar bermain-main. Kami melakukannya dengan bersungguh-sungguh.
Bahkan jika perlu kami tidak akan merasa segan untuk membunuh"
"Luar biasa" sahut Wikan "kalian adalah orang-orang yang sangat berani. Tetapi kalian tetap saja kurang perhitungan.
Jika kalian memaksakan kehendak kalian, maka kami akan dapat memukul kentongan dengan irama titir. Semua laki-laki akan keluar dari rumah mereka untuk membantu kami
melawan kalian dan kemudian memperlakukan kalian seperti kami memperlakukan para perampok"
Orang yang bertubuh raksasa yang memegangi lengan
Wandan itu tertawa. Beberapa orang yang berwajah garang yang berdiri di pendapa itupun tertawa pula. Dengan nada tinggi orang yang bertubuh raksasa yang memegangi Wandan itupun berkata "Kau kira kami takut menghadapi orang-orang sepadukuhan bahkan sekademangan ini" Nah. aku beri
kesempatan agar kau bunyikan kentonganmu. Aku akan
menunggu tetangga-tetanggamu berkumpul di halaman.
Tetapi jika lebih separo dari antara mereka mati terbunuh di halaman ini, maka itu adalah tanggung jawabmu"
"Baik. Nanti aku akan memukul kentongan. Tetapi sekarang aku akan menegaskan, bahwa kalian tidak akan dapat
bertemu dan berbicara dengan mbokayu Wiyati. Apalagi membawanya kembali ke Mataram dan menyurukkannya
kembali ke dunia yang gelap itu"
"Persetan kau anak muda. Minggirlah agar kau tidak akan menyesal nanti"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akulah yang telah mengambil mbokayuku Wiyati dari
Mataram. Apakah pantas jika sekarang aku melepaskannya kembali" Nah, bertanyalah kepada orang yang bernama
Depah itu, bagaimana akan mengambil mbokayuku Wiyati"
Orang itu memang berpaling kepada Depah. Namun
kemudian iapun tertawa sambil berkata "Depah memang
pernah berceritera, bagaimana keluarga Wiyati datang untuk mengambilnya. Sekarang ia
datang untuk membalas dendam. Ia tidak saja ingin
membawa Wiyati kembali, tetapi ia ingin menghancurkan
orang yang telah berani merendahkan harga dirinya
pada waktu itu, pada saat ia
sedang mabuk sehingga tidak
dapat melawanmu dengan sepenuh kemampuannya, karena nalarnya sedang disaput oleh pengaruh tuak itu


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nah, sekarang ia datang dengan nafas yang segar. Ia tidak sedang mabuk. Karena itu, maka biarlah Depah melepaskan dendamnya kepada orang yang telah mengalahkannya di Mataram"
"Orang inilah yang aku cari" geram Depah sambil
melangkah maju" aku merasa senang dapat bertemu orang ini lagi"
"Nah. Terserah kepadamu, anak muda" berkata orang yang memegangi lengan Wandan "Kau berikan Wiyati kepada kami atau tidak?"
"Tidak" jawab Wikan tegas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, maka kami akan mengambilnya dengan
paksa" Wikan menarik nafas panjang. Namun kemudian Wikan
itupun berkata "Ki sanak. Ternyata kalian tidak mau mengerti peringatan yang telah kami berikan kepada kalian. Tetapi untuk sementara kami masih belum merasa perlu untuk
memukul kentongan. Kami akan berusaha melawan kalian dengan kemampuan yang kami miliki di rumah ini. Baru jika kami mengalami kesulitan, kami akan memukul kentongan untuk memanggil tetangga-tetangga kami"
"Sombongnya anak ini. Dengan mengalahkan Depah yang
mabuk pada waktu itu, kau sudah merasa dirimu sebagai seorang pahlawan yang tidak terkalahkan"
"Bukan itu maksudku. Tetapi aku akan tetap pada
pendirianku. Aku tidak akan membiarkan seorangpun
mengganggu kakak perempuanku itu lagi"
Orang bertubuh raksasa itu tidak sabar lagi. Iapun
kemudian mendorong Wandan kepada seorang kawannya
sambil berkata "Jaga perempuan itu. Aku sedang mengambil kawannya. Ia akan kembali ke Mataram bersama Wiyati"
Wandan itu terpekik kecil. Hampir saja ia jatuh terpelanting.
Tetapi seorang diantara beberapa orang laki-laki yang garang itu menangkapnya. Namun kemudian menariknya turun dari pendapa dan menyeretnya ketepi halaman.
"Aku tidak perlu menjagamu perempuan jalang. Aku lebih senang mengikatmu pada pohon gayam ini, karena dengan demikian aku akan mendapat kesempatan untuk ikut
berkelahi" "Jangan" teriak Wandan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan" Wandan meronta. Tetapi laki-laki yang kasar itu telah memukulnya sambil membentak "Diam kau. Atau aku akan cekik kau sampai mati"
Wandan tidak dapat mengelak lagi ketika laki-laki itu kemudian mengikatnya pada sebatang pohon gayam dengan sedendangnya sendiri.
"Jika kau berusaha untuk lari, maka nasibmu akan menjadi sangat buruk, Wandan" geram laki-laki kasar itu
Wandan tidak mampu berbuat apa-apa ketika laki-laki itu mengikat tangannya.
Dalam pada itu, suami Wunipun telah keluar pula. Kepada isterinya ia berpesan "Selarak kembali pintu itu dari dalam.
Jangan cemaskan kami. Kami akan mengatasi mereka"
Wuni memang menjadi agak ragu-ragu. Tetapi iapun
kemudian menyelarak pintu pringgitan dari dalam. Bahkan kemudian Wunipun telah melihat semua pintu di rumahnya apakah semuanya sudah diselarak dengan kokoh.
Tetapi bukan hanya suami Wuni yang kemudian berada di pendapa. Ki Mina dan Nyi Minapun telah berada di pendapa itu pula.
Orang yang bertubuh raksasa serta kawan-kawannya itupun memperhatikan keempat orang yang sudah siap menghadapi mereka.
"Hanya empat orang" desis orang bertubuh raksasa yang semula memegangi Wandan.
Depah yang juga bertubuh raksasa itu mendekatinya sambil menunjuk kepada Wikan dan suami Wuni "Dua orang itulah yang pernah datang ke Mataram untuk mengambil Wiyati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, segala tanggung-jawab akan kita bebankan kepada mereka"
"Ya" Namun Ki Minapun menyahut "jangan lupakan kami.
Meskipun kami tidak ikut ke Mataram untuk mengambil Wiyati, tetapi kami juga ikut merasa bertanggung-jawab terhadap keselamatan jiwanya yang telah dicemarkan di Mataram"
Orang-orang yang ada di pendapa itupun berpaling
kepadanya. Orang bertubuh raksasa yang semula memegangi Wandan itupun bertanya "Apa yang akan kau lakukan kakek tua?"
Jawaban Ki Mina membuat jantung raksasa itu berdesir.
Katanya singkat "Berkelahi"
Orang bertubuh raksasa itu justru terdiam beberapa saat.
Yang kemudian menyahut adalah seorang yang bertubuh agak gemuk yang berdiri di sebelah Depah "Nampaknya kau sudah jemu untuk melanjutkan hidupmu di dunia ini. Mungkin kau sudah merasa terlalu tua, atau barangkali kau sudah berputus-asa karena kau tidak dapat membayar hutangmu yang
bertimbun" Ki Mina tertawa. Dengan ringan iapun bertanya "Dari-mana kau tahu, bahwa hutangku sudah bertimbun?"
"Aku melihatnya pada tampangmu kakek tua" jawab orang agak gemuk itu.
Nyi Minapun tertawa lebih panjang "Tepat. Tetapi aku sudah terbiasa tidak membayar hutangku. Jika aku berhutang kepada seseorang, aku ajak saja orang itu berbantah dan bertengkar. Maka ia tidak akan datang lagi untuk menagihnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan tua" geram orang itu "Aku ingin mencungkil gigimu agar jika kau bercermin di sendang, kau tahu, bahwa kau sudah terlalu tua"
Ki Mina justru tertawa pula.
"Cukup" teriak orang bertubuh raksasa itu.
Ki Minapun berhenti tertawa. Sementara itu orang yang bertubuh raksasa itupun berkata lantang kepada kawan-kawannya "Kita berhadapan dengan orang-orang dungu yang sombong, yang tidak mau mendengarkan keterangan serta maksud baik kita. Karena itu, maka kita akan mengambil Wiyati dengan paksa. Jika seorang dari seisi rumah ini membunyikan kentongan sehingga tetangga-tetangga mereka datang, maka kita akan memperlakukan mereka sebagaimana kita memperlakukan musuh-musuh kita. Kita tidak akan merasa ragu untuk menghalau mereka dan bahkan jika perlu membunuh mereka"
Orang-orang yang datang untuk mengambil Wiyati itupun segera bersiap. Tetapi mereka tidak ingin bertempur di pendapa. Tiang-tiang pendapa itu tentu akan sangat
mengganggu. Karena itu, maka merekapun segera turun ke halaman.
"Nah, siapa yang ingin mempertahankan Wiyati" Turunlah.
Kami akan menyelesaikan kalian lebih dahulu. Baru kami akan memaksa orang-orang yang berada didalam rumahmu untuk membuka pintu"
Wikan dan suami Wuni itupun kemudian menyusul orangorang yang akan mengambil Wiyati turun ke halaman. Ki Mina dan Nyi Mina ternyata telah turun pula lewat sisi yang lain, sehingga keduanya berdiri berseberangan dengan Wikan dan suami Wuni.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sikap keempat orang itu ternyata menarik perhatian orang-orang yang datang untuk mengambil Wiyati. Keempat orang itu nampak begitu yakin dirinya bahwa mereka akan dapat mengatasi keadaan. Bahkan seorang diantara mereka adaiah perempuan. Seorang nenek yang rambutnya sudah ubanan.
Sembilan orang yang berwajah garang berdiri di halaman rumah Wikan. Sebenarnya jumlah itu dipersiapkan jika tetangga-tetangga Wiyati melibatkan diri. Sembilan orang itu akan mampu mengatasi dua orang yang telah datang
mengambil Wiyati serta beberapa orang tetangga yang berniat melibatkan diri.
Tetapi yang mereka hadapi ternyata berjumlah empat
orang. Agaknya mereka merasa tidak memerlukan bantuan tetangga-tetangga
karena mereka sama sekali tidak membunyikan kentongan. Dibawah pohon gayam, Wandan yang dikat dengan batang pohon gayam itu menjadi gemetar. Ia tidak dapat
membayangkan apa yang terjadi. Mungkin orang-orang yang membawanya itu akan dapat mengalahkan keempat orang
yang berusaha mempertahankan Wiyati. Orang-orang itu akan menyeret Wiyati dan dirinya sendiri ke Mataram. Mereka akan dinaikkan keatas punggung kuda, masing-masing bersama seorang diantara orang-orang yang garang itu. Jika mereka berhasil mengambil Wiyati, maka mungkin sekali mereka merasa menang. Adalah tidak mustahil bahwa mereka akan merayakan kemenangan mereka. Karena yang ada hanyalah Wiyati dan dirinya, maka kemungkinan yang buruk sekali dapat terjadi atas mereka berdua.
Wandan itupun menggigil seperti orang kedinginan. Ia sudah terbiasa berada diantara banyak laki-laki. Tetapi bukan laki-laki yang kasar dan buas seperti sembilan orang itu. Ia http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justru terbiasa berada diantara laki-laki yang memiliki banyak uang dan bahkan berkedudukan.
Dalam pada itu, orang-orang yang berada di halaman
itupun telah mempersiapkan diri untuk bertempur. Wikan berdiri beberapa langkah dari kakak iparnya Sementara di sisi lain Ki Mina dan Nyi Mina telah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Berbeda dengan Wikan dan kakak iparnya yang akan
mengandalkan kemampuan mereka masing-masing, Ki Mina dan Nyi Mina agaknya akan bertempur berpasangan.
Depah yang mendendam kepada Wikan, telah menempatkan dirinya, untuk menghadapi Wikan. Tetapi ia tidak sendiri. Depah itu akan bertempur bersama orang yang berperawakan
agak gemuk, yang wajahnya nampak menakutkan. Garang tetapi licik seperti wajah serigala.
Wikan menyadari, bahwa ia harus bekerja keras. Ia pernah bertempur melawan Depah. Tetapi ia masih harus menjajagi kemampuan lawannya yang seorang lagi, yang mungkin sekali memiliki kemampuan yang tidak kalah dari Depah.
"Dalam keadaan terpaksa, apaboleh buat" berkata Wikan didalam hatinya.
Namun Wikan masih berusaha mengatasinya dengan ilmu
kanuragannya yang tinggi.
Sejenak kemudian, Depah itupun menggeram "Sekarang
aku akan menghancurkanmu anak muda"
"Kau ternyata harus mengakui kelebihanku"
"Persetan. Tidak ada yang mengakui kelebihanmu. Bahkan aku akan menghancurkanmu menjadi debu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau tidak mengakui kelebihanku, kau tentu tidak akan membawa seorang kawan untuk melawanku"
"Sombongnya anak ini" berkata orang yang agak gemuk itu
"Aku justru ingin tahu, sejauh manakah kemampuannya yang sebenarnya"
"Kita akan memilin lehernya?"
"Aku ingin melihat jantung yang ada di dalam dadanya. Aku ingin tahu, apakah jantung orang yang sombongnya sampai menggapai langit itu mempunyai kelainan. Mungkin jauh lebih besar dari jantung orang kebanyakan. Mungkin bentuknya bulat atau persegi"
"Aku mempunyai tiga buah jantung" sahut Wikan.
"Bocah edan" geram orang berwajah serigala itu "Aku akan membelah dadamu"
Wikan tidak menjawab lagi. Ternyata Depah itu sudah mulai menyerangnya,
meskipun serangannya masih belum berbahaya. Sejenak kemudian, mereka telah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Depah dan kawannya yang agak gemuk itupun segera meningkatkan ilmu mereka. Serangan-serangan mereka datang beruntun, susul menyusul.
Namun ternyata Wikan cukup tangkas. Dengan ringan ia berloncatan melenting menyerang salah seorang dari kedua lawannya.
Kedua orang lawan Wikan itupun harus mengakui
kenyataan, bahwa ilmu Wikan memang sangat tinggi. Dengan demikian, maka keduanyapun telah mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk mengatasi anak muda yang pernah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempermalukan Depah itu di hadapan perempuan gemuk
yang mengupahnya itu. Meskipun kedua orang yang bertempur melawan Wikan itu adalah dua orang yang sangat ditakuti, namun dihadapan Wikan
mereka ternyata harus mengerahkan segenap kemampuan mereka. Seperti seekor banteng yang terluka, Wikan menyerang kedua lawannya dengan garangnya. Sorot matanya nampak kemerah-merahan.
Kemarahan yang menyala di dadanya, seakan-akan telah membuat darahnya mendidih.
Sebenarnyalah bahwa Wikan telah membuat kedua
lawannya berdebar-debar. Depah yang pernah bertempur melawan Wikanpun tidak mengira bahwa kemampuan Wikan itu begitu tinggi, sehingga untuk mengalahkannya saat ia bertempur di Mataram, di halaman rumah perempuan gemuk itu, Wikan tidak perlu mengerahkan segenap kemampuannya.
Sementara itu, kakak ipar Wikan itupun telah terlibat pula dalam pertempuran yang sengit. Kakak ipar Wikan itu harus mengerahkan kemampuannya untuk menghadapi dua orang
yang bertempur bersama-sama.
Sedangkan disisi lain, Ki Mina dan Nyi Mina bertempur berpasangan. Mereka berdiri saling membelakangi. Sementara itu lima orang telah mengepungnya. Seorang diantara mereka adalah
pemimpin kelompok yang bertubuh raksasa sebagaimana Depah. Ki Mina dan Nyi Mina berdiri saling membelakangi.
Sementara pemimpin kelompok yang bertubuh seperti Depah itupun menggeram "Menyerahlah kakek dan nenek tua"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang menjawab adalah Ki Mina "Kenapa tidak kau saja
yang menyerah?" "Orang tua yang tidak tahu diri. Sebenarnyalah bahwa kami merasa kasihan kepada kalian berdua. Kalian sudah tua, tetapi kalian masih harus bertempur untuk mempertahankan seorang gadis yang sebenarnya akan mendapat tempat yang jauh lebih baik dari pada jika ia berada di rumah"
"Ternyata pandangan kita tentang yang baik itu berbeda.
Jika kau mengatakan bahwa ia akan mendapatkan tempat yang lebih baik di Mataram, maka kami berpendapat lain. Ia akan tersungkur kedalam lubang sampah jika ia kembali ke Mataram"
"Baik. Jangan salahkan kami jika kami terpaksa menyakiti kalian berdua"
Ki Mina tidak menjawab lagi. Tetapi ia sudah siap
menghadapi segala kemungkinan bersama isterinya yang juga sudah ubanan.
Sejenak kemudian kelima orang upahan yang mengelilingi kedua orang tua itu sudah mulai bergerak. Mereka bergeser setapak demi setapak. Namun tiba-tiba saja seorang diantara mereka melenting seperti uler kilan. Serangannya datang begitu cepatnya. Tangannyapun terjulur lurus mengarah ke dada Ki Mina. Sementara itu, seorang yang lain telah meloncat pula sambil mengayunkan kakinya kearah lambung Nyi Mina.
Namun kedua orang tua itu sudah mempersiapkan diri
sebaik-baiknya. Karena itu, maka serangan-serangan itupun dengan mudah mereka hindari.
Namun sejenak kemudian, kelima orang yang mengitari Ki Mina dan Nyi Mina itupun telah bergerak serentak. Mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang dengan garangnya. Bersama-sama. Namun
kadang-kadang serangan-serangan itupun datang beruntun.
Namun pertahanan Ki Mina dan Nyi Mina tidak mudah
mereka goyahkan. Kedua orang tua itu mampu menghindari serangan-serangan yang datang seperti prahara itu. Sekali-sekali kedua orang itu dengan sengaja telah membentur serangan-serangan mereka. Ki Mina dan Nyi Mina mencoba menjajagi tingkat kekuatan dan kemampuan kelima orang lawannya.
Pemimpin sekelompok orang upahan yang datang untuk
mengambil Wiyati itupun berteriak-teriak memberikan aba-aba. Ia sendiri bertempur dengan garangnya. Serangan-serangannya datang beruntun terutama tertuju kepada Ki Mina.
Tetapi Ki Mina dan Nyi Mina itu tidak menghadap kearah yang tetap. Kadang-kadang keduanya berputar, sehingga mereka akan berhadapan lawan yang berbeda.
Seorang yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan semula
menganggap bahwa Nyi Mina adalah sasaran yang lebih lunak dari suaminya. Karena itu, maka orang yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan
itu memusatkan serangan-serangannya kepada Nyi Mina. Namun ternyata orang itu keliru. Perempuan yang
rambutnya sudah ubanan itu mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Serangan-serangannya tidak pernah menyentuh
tubuhnya. Beberapa saat kelima orang itu berputaran. Demikian pula Ki Mina dan Nyi Mina yang berdiri saling membelakangi itu.
Mereka pun berputar pula, bahkan arahnya adalah arah yang sebaliknya dari kelima orang yang mengelilinginya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemimpin orang-orang upahan itu menjadi tidak telaten. Ia berniat menyelesaikan tugasnya lebih cepat. Ia ingin segera menghentikan perlawanan kakek dan nenek tua itu, kemudian mengambil Wiyati dan membawanya ke Mataram.
Karena itu, maka iapun segera memberikan beberapa aba-aba kepada kawan-kawannya untuk segera menyelesaikan kedua orangtua itu.
"Jika mereka keras kepala, maka apaboleh buat. Kami harus menghentikan perlawanan mereka. Jika dengan demikian mereka terbunuh, itu bukan salah kalian"
Demikianlah, maka kelima orang yang bertempur melawan Ki Mina dan Nyi Mina itu seakan-akan telah menghentakkan ilmu mereka. Serangan-serangan merekapun menjadi semakin garang. Orang yang bertubuh raksasa itu berusaha untuk dapat menghentikan perlawanan Ki Mina, sedangkan orang yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan itu masih saja tetap mengarahkan serangan-serangannya terutama kepada Nyi Mina.
Namun akhirnya orang itupun harus menyadari, bahwa
perempuan itu adalah seorang yang berilmu tinggi pula.
Ternyata sembilan orang upahan itu tidak segera mampu menyelesaikan tugas mereka. Jangankan membawa Wiyati kembali ke rumah perempuan gemuk itu. Sedangkan untuk menembus pintu pringgitanpun mereka tidak mampu.
Dalam pada itu, Depah dan kawannya yang berwajah
serigala itu mulai mengalami kesulitan. Wikan berloncatan dengan tangkasnya, seakan-akan tubuhnya tidak mempunyai bobot lajn. Serangan-serangannyapun menjadi semakin cepat.
Bahkan serangan-serangan Wikan telah mulai menyeruak menerobos pertahanan Depah dan kawannya. Depah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdorong beberapa langkah surut ketika kaki Wikan mengenai dadanya. Sementara itu, sambil merendah, Wikan telah menyapu kaki kawan Depah itu sehingga orang itu jatuh terlentang.
Kawan Depah itu mengumpat
habis-habisan. Ia sudah mendengar dari Depah, bahwa
anak muda yang mengaku adik
Wiyati itu berilmu tinggi. Namun
ia tidak membayangkan bahwa
ilmu anak muda itu begitu
tinggi, sehingga berdua ia tidak
mampu berbuat banyak. Sementara itu kakak ipar Wikan harus bekerja keras untuk mempertahankan diri. Kedua orang lawannya adalah
orang-orang yang mampu bergerak cepat. Serangan-serangan keduanya datang silih berganti. Keduanya juga ingin agar pekerjaan mereka segera dapat mereka selesaikan. Jika mereka dapat
mengalahkan seorang lawannya, maka
keduanya akan segera bergabung dengan Depah Sehingga lawan Depah itupun segera dapat dilumpuhkan pula. Dengan demikian maka mereka akan segera menyelesaikan kakek dan nenek tua yang ternyata berilmu sangat tinggi itu.
Tetapi kakak ipar Wikan itu tidak mudah ditundukkan.
Meskipun setiap kali ia terdesak surut, namun ia masih tetap bertahan serta melindungi dirinya sendiri.
Wikanpun kemudian sempat melihat dalam keremangan
malam, bahwa kakak iparnya mengalami kesulitan http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi dua orang lawan yang sangat tangguh. Karena itu, maka iapun berniat untuk membantunya.
"Jika aku dapat mengurangi seorang lawan, maka seorang yang
bertempur melawan

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kakang itupun akan meninggalkannya dan bergabung dengan lawanku yang
tersisa" berkata Wikan didalam hatinya.
Dengan demikian, maka Wikanpun telah meningkatkan
ilmunya pula. Yang menjadi sasaran utamanya adalah justru Depah yang mendendamnya. Ia ingin menunjukkan kepada Depah, bahwa ia memang bukan lawanya. Betapapun juga, Depah harus mengakui, bahwa adik Wiyati itu mempunyai kelebihan daripadanya. Bahkan berdua Depah tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri.
Dalam pada itu, ketika pertempuran di halaman itu
berlangsung dengan sengitnya, maka Wandan menjadi
semakin ketakutan. Menang atau kalah, maka orang-orang kasar itu tentu akan menyakitinya.
Karena itu, Wandan itu tidak dapat menahan diri lagi.
Tangisnyapun semakin lama menjadi semakin keras.
"Tolong aku" suara Wandan yang bergetar itu seakan-akan menyusup diantara lubang-lubang dinding rumah Wiyati.
"Kasihan Wandan" tiba-tiba Wiyati itupun berdesis.
Bagaimanapun juga Nyi Purba dan Wuni adalah seorang
perempuan. Mendengar tangis dan sesambat Wandan yang terikat pada sebatang pohon di halaman itu, merekapun menjadi iba.
Tetapi Wandan adalah orang yang telah meracuni Wiyati.
Perempuan itulah yang telah menyurukkan Wiyati ke rumah perempuan gemuk itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tolong aku" tangis itu terdengar lagi diantara hentakkan-hentakan perkelahian di halaman.
"Ibu" desis Wiyati.
Nyi Purba menarik nafas panjang.
"Kasihan anak itu. Jika nanti Wandan itu dibawa kembali ke Mataram, maka sepanjang jalan ia akan mengalami perlakuan yang sangat menyakitkan. Jika orang-orang upahan itu gagal membawa aku ke Mataram, maka kekecewaan, kekesalan dan kemarahan mereka akan tertumpah seluruhnya kepada
Wandan" Nyi Purba termangu-mangu sejenak. Namun Wunilah yang bertanya "Lalu, apa yang dapat kita lakukan?"
"Kita tolong Wandan" jawab Wiyati.
"Tetapi dimana Wandan sekarang" Kita hanya mendengar tangisnya. Tetapi kita tidak tahu, dimana ia berada. Mungkin seorang sedang memeganginya, memilin tangannya atau
perbuatan lain yang dapat menyakitinya"
"Aku akan melihatnya"
"Kau?" "Dari celah-celah pintu seketeng"
Wuni mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian
berkata "Marilah, kita lihat bersama-sama"
"Tetapi hati-hatilah. Jika kalian justru tertangkap, maka kalianpun akan mengalami perlakuan yang sangat buruk"
"Ya, ibu" jawab Wuni.
Keduanyapun kemudian keluar lewat pintu butulan turun ke longkangan samping. Dengan sangat berhati-hati mereka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendekati pintu seketeng.. Perlahan-lahan mereka mendorong pintu itu sehingga sedikit terbuka.
Keduanyapun mengintip dari celah-celah daun pintu yang sedikit terbuka itu. Di keremangan cahaya lampu yang terpancar di pendapa, keduanya melihat bayangan-bayangan yang berterbangan.
Pertempuran masih berlangsung dengan sengitnya.
"Dimana Wandan?" desis Wiyati.
Sejenak keduanya mencari.
Tiba-tiba saja Wunipun berdesis "Lihat, Wandan dikat di pohon itu"
Wiyatipun segera melihat pula Wandan yang terikat Sekali-sekali masih terdengar suaranya sayup "Tolong, tolong aku"
Wiyati termangu-mangu sejenak. Tubuhnyapun menjadi
gemetar. Ia berniat untuk menolong Wandan yang berada di dalam keadaan yang sulit itu. Tetapi untuk itu diperlukan keberanian dan kecepatan bergerak.
Namun akhirnya Wiyati memberanikan diri untuk menolong Wandan. Karena itu, maka iapun berdesis "Mbokayu. Aku akan pergi ke tempat Wandan. Aku akan melintasi kegelapan itu.
Aku akan melepaskan ikatan Wandan dan membawanya
kemari" Wuni termangu-mangu sejenak. Namun demikian iapun
berkata "Bawa pisau. Tentu lebih cepat memotong ikatan itu daripada melepasnya"
Wiyati sependapat. Iapun segera berlari ke dapur untuk mengambil pisau yang tajam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, Wiyatipun telah menyelinap keluar dari pintu seketeng. Menyusuri dinding serta di bayangan
kegelapan, Wiyati berusaha mendekati Wandan yang terikat pada sebatang pohon.
Selangkah demi selangkah Wiyati bergerak maju. Sementara itu, mereka yang berada di halaman, memusatkan perhatian mereka kepada lawan-lawan mereka.
Sementera itu, sekali Depah itu terpelanting jatuh. Namun iapun berusaha cepat bangkit, sementara kawannya berusaha melindunginya. Namun usaha itu tidak banyak berhasil. Sambil memutar
tubuhnya, kaki Wikan terayun mendatar menghantam dagu orang yang wajahnya nampak sangat licik itu.
Orang itupun terpental beberapa langkah kesamping.
Sementara Depah berusaha untuk berdiri tegak. Tetapi pada saat itu pula Wikan bagaikan terbang meluncur kearah Depah.
Dua kakinya yang terjulur itu tepat mengenai dada Depah yang baru berusaha untuk berdiri tegak itu.
Terdengar Depah itu berdesah kesakitan. Namun tubuhnya terlempar lagi ketengah-tengah halaman. Tubuh itu terbanting jatuh terlentang.
Wikan tidak sempat memburunya, karena lawannya yang
seorang lagi sudah bangkit berdiri dan bahkan telah meloncat menyerangnya.
Dalam pada itu, kakak ipar Wikan itupun masih juga
berusaha untuk bertahan. Kedua lawannya bertempur dengan keras dan kasar. Namun dengan bekal kemampuannya, kakak ipar Wikan itu masih mampu melindungi dirinya sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Wiyati merambat lagi mendekati Wandan.
Sedangkan Wandan menangis. Tubuhnya masih saja menggigil ketakutan. Ketika Wiyati berdiri di belakangnya, maka Wandan itupun terkejut Hampir saja ia menjarit. Tetapi Wiyati dengan cepat berdesis "Aku Wandan, Wiyati"
"Kau" Tetapi Wiyati berkata "Menangislah terus, agar tidak menarik perhatian. Jika mereka tidak mendengar suaramu lagi, maka mereka akan memperhatikanmu"
Wandan yang tidak sempat berpikir itupun menangis terus, sementara Wiyati memotong ikatan Wandan.
"Marilah" berkata Wiyati "ikut aku ke longkangan. Hati-hati"
Keduanyapun kemudian bergerak di dalam kegelapan.
Mereka merangkak perlahan-lahan. Baru setelah mereka berada di dekat pintu, mereka bangkit berdiri dan berlari ke dalam longkangan.
Wuni yang telah siap dengan selarak pintu seketeng itu, dengan cepat menutup dan menyelaraknya.
Wiyatipun kemudian menarik tangan Wandan dan mengajaknya masuk ke ruang dalam.
Ketika Wandan melihat ibu Wiyati duduk di ruang dalam, maka Wandanpun segera berjongkok di hadapannya,
menyembah sambil membungkuk dalam-dalam.
"Ampunkan aku bibi. Aku mohon ampun"
"Sudahlah ngger. Sudahlah. Bangkitlah dan marilah, duduk yang baik"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Purba menarik bahu Wandan dah kemudian perempuan itu dipersilahkannya duduk di sebelahnya.
"Semoga perjuangan Wikan, suami Wuni dan paman serta bibinya itu berhasil" berkata Nyi Purba.
"Ya, bibi. Jika aku terpaksa kembali ke Mataram bersama orang-orang itu, aku lebih baik mati saja disini. Apalagi jika kami kembali ke Mataram tanpa Wiyati"
"Kita berdoa sajalah agar Wikan dan yang lainnya itu berhasil mengusir mereka"
"Ya, bibi" Dalam pada itu, pertempuran di halaman itupun sudah
menjadi semakin jelas keseimbangannya. Wikan telah
membuat Depah tidak berdaya. Ketika Depah menerkamnya, maka Wikan berhasil menangkap sebelah tangannya dan
dengan satu tarikan yang menghentak, tubuh Depah yang besar itu terpelanting lewat diatas bahu Wikan.
Dengan derasnya tubuh Depah itu jatuh terbanting di
tanah. Tulang belakangnya rasa-rasanya telah berpatahan, sehingga Depah itu tidak segera bangkit kembali.
Kawan Depah yang bertempur bersamanya melawan Wikan
itu menjadi ragu-ragu. Berdua bersama Depah, ia tidak dapat mengalahkan anak muda itu. Apalagi seorang diri.
Sementara itu Wikan seakan-akan tidak menghiraukannya lagi. Wikanpun kemudian bergeser mendekati kakak iparnya yang harus bertahan mati-matian menghadapi kedua orang lawannya.
Bersama Wikan, maka kakak iparnya itu sempat tersenyum.
Meskipun ia sempat melihat bahwa seorang lawan Wikan yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertubuh raksasa itu sudah tidak dapat segera bangkit, namun ia masih bertanya "Bagaimana dengan raksasa itu?"
"Nampaknya ia sudah jemu
bermain, kakang. Ia ingin
beristirahat dan tiduran di
halaman" Namun lawan Wikan yang lainpun menggeram "Aku bunuh kau bocah edan"
Orang itu ternyata bergabung dengan kedua lawan kakak ipar Wikan. Bertiga mereka bertempur melawan Wikan serta kakak
iparnya. Namun mereka tidak lagi mempunyai banyak kesempatan.
Sementara itu, lima orang yang bertempur melawan Ki Mina dan Nyi Minapun sudah tidak berpengharapan lagi. Seo-rang demi seorang mereka terlempar keluar arena. Meskipun berusaha untuk segera bangkit berdiri, namun tubuh
merekapun sudah mulai terasa sakit dimana-mana.
Ternyata kelima orang itu benar-benar sudah tidak berdaya.
Orang yang bertubuh seperti Depah, yang memimpin
sekelompok orang upahan itu, terbungkuk ketika kaki Ki Mina mengenai lambungnya. Dengan cepat Ki Mina meloncat
mendekatinya. Sisi telapak tangannyapun segera menghantam bahunya.
Terdengar orang itu mengaduh kesakitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untunglah seorang kawannya telah meloncat menyerang Ki Mina, sehingga Ki Mina masih belum sempat menghentikan perlawanan raksasa itu.
Meskipun demikian, kemampuan perlawanan raksasa itu
sudah jauh menyusut. Adapun orang yang bertubuh tinggi kekurus-kurusan,
ternyata tidak mampu menghentikan perlawanan Nyi Mina.
Bahkan dadanya terasa bagaikan terhimpit sebongkah batu padas ketika telapak tangan Nyi Mina sempat mengenai dadanya terasa bagaikan terhimpit sebongkah batu padas ketika telapak tangan Nyi Mina sempat mengenai dadanya.
Orang bertubuh tinggi kekurus-kurusan itu mengumpat
kasar. Nafasnya menjadi sesak. Tulang-tulang iganyapun serasa menjadi retak.
Bahkan beberapa saat kemudian, maka tiga orang diantara kelima orang itu sudah tidak berdaya. Dua orang lainnya segera berloncatan surut. Mereka menjadi ragu-ragu untuk meneruskan perlawanan.
Apalagi ketika mereka memandang di sekelilingnya. Kawan-kawannyapun telah berhenti bertempur. Lawan Wikan dan kakak iparnya sudah tidak berdaya lagi. Mereka sudah tidak lagi mampu untuk bangkit dan memberikan perlawanan.
Karena itu, maka orang yang memimpin sekelompok orang upahan itupun kemudian berkata "Ternyata kami tidak mampu berbuat
apa-apa di hadapan kalian berempat. Kami
menghentikan perlawanan kami"
"Katakan, bahwa kalian menyerah. Bukan hanya sekedar menghentikan perlawanan. Kalian menyerah karena kalian telah kalah" sahut Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemimpin sekelompok orang upahan itu termangu-mangu.
"Katakan atau kita akan bertempur terus. Jika kami
membunuh beberapa orang diantara kalian, kami sama sekali tidak merasa bersalah"
Pemimpin kelompok itu masih tidak segera menjawab,
sehingga Wikanpun membentaknya "Katakan. Bahwa kalian menyerah. Bukan sekedar menghentikan perkelahian. Jika kalian hanya berniat menghentikan perkelahian, kami tidak peduli. Kami tidak akan membiarkan kalian berhenti bertempur sampai kalian menyerah atau mati"
"Baik" berkata orang yang memimpin sekelompok orang
upahan itu "Kami menyerah"
"Nah, kalian sudah menyerah. Kalian tidak berhak lagi menuntut agar Wiyati pergi bersama kalian ke Mataram-"
"Tetapi kami datang untuk menjemput Wiyati"
"Jadi kau masih berniat mengambil Wiyati" Wikan hampir berteriak.
Orang itu termangu-mangu "Jika demikian, kita bertempur terus. Kami akan membunuh kalian semua. Kami tidak akan dianggap bersalah, karena kalianlah yang datang menyerang rumah kami. Kami sekedar mempertahankan serta melindungi diri sendiri"
Orang itu masih saja berdiam diri.
"Jawab pertanyaanku, apakah kalian masih makan
membawa Wiyati ke Mataram?"
Orang bertubuh raksasa itupun kemudian menjawab
dengan nada datar "Baiklah jika kau berkeberatan"
"Sejak semula sudah aku katakan, jangan ganggu Wiyati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memang tidak mempunyai pilihan lain" berkata
pemimpin orang-orang upahan itu.
"Sekarang pergilah. Bawa kawan-kawanmu semuanya. Aku tidak ingin melihat kalian lagi"
Orang itu memandang berkeliling. Dilihatnya kawankawannya yang kesakitan berusaha untuk bangkit berdiri.
Namun tiba-tiba pemimpin orang-orang upahan itu
bertanya "Dimana Wandan?"
Orang yang mengikat Wandan itupun berpaling kearah
sebatang pohon tempat ia mengikat Wandan. Namun Wandan sudah tidak ada.
"Aku ikat perempuan itu pada pohon itu" berkata orang yang mengikat Wandan.
"Tetapi dimana perempuan itu sekarang?"
Orang yang mengikat Wandan itupun tertatih-tatih berdiri.
Punggungnya masih terasa sakit. Perutnyapun terasa mual.
"Aku ikat tadi disini"
"Kau kurang berhati-hati. Kau kurang kuat mengikatnya sehingga perempuan itu dapat melarikan diri"
"Kita kehilangan kedua-duanya. Kita tidak dapat membawa Wiyati. Bahkan kita kehilangan Wandan"
"Cari perempuan itu sampai dapat"
Wikan tidak menyahut pembicaraan mereka. Ia merasa
tidak berkepentingan dengan Wandan. Demikian pula kakak iparnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sebenarnyalah Ki Mina dan Nyi Mina sempat melihat Wiyati telah menolong Wandan yang menangis dengan
memelas. Tetapi keduanya diam saja.
Namun ketika pemimpin orang-orang upahan itu memerintahkan mencari Wandan di luar halaman, maka Ki Minapun berkata "Ki Sanak. Jangan mencari mereka di luar halaman, Sebenarnyalah bahwa di luar halaman ini terdapat banyak orang yang melihat keributan yang terjadi disini.
Semula hanya satu dua orang. Tetapi mereka mengajak
kawan-kawan mereka. Beruntunglah kalian bahwa mereka tidak langsung melibatkan diri, karena agaknya mereka tahu, bahwa kalian bukan orang-orang yang berbahaya"
Orang-orang upahan itupun terhenti.
"Dalam keadaan lemah, kalian akan mengalami nasib yang sangat buruk" berkata Ki Mina selanjutnya.
Orang-orang itu masih saja termangu-mangu. Namun
sebenarnyalah bahwa mereka memang berada dalam keadaan lemah. Untuk melangkahkan kaki saja mereka masih
menyeringai menahan sakit
di punggung atau nyeri lambungnya atau mual perutnya. Atau bahkan rasa-rasanya kepalanya telah berputar.
"Sebaiknya kalian pergi saja meninggalkan rumah ini. Ambil dan bawa kuda kalian pergi. Jangan berhenti sebelum kalian lepas dari padukuhan ini. Kecuali itu, ingat, bahwa kalian jangan mencoba menginjakkan kaki di padukuhan ini lagi.
Berhadapan dengan kami berempat kalian sudah tidak
berdaya. Apalagi jika Ki Bekel, Ki Jagabaya apalagi jika Ki Demang ikut menyambut kedatangan kalian, maka kalian tentu sudah menjadi sewalang-walang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itupun masih berdiri ditempatnya. Diantaranya masih berdesah dan yang lain menyeringai
menahan sakit. "Pergilah. Jangan berhenti jika kalian berpapasan dengan siapapun"
Karena orang-orang itu masih saja belum beranjak, maka Ki Minapun berkata lebih kerasa lagi "Pergilah. Cepat. Sebelum kami mengambil sikap yang lain. Jangan coba cari Wandan di padukuhan ini agar kalian tidak dibantai oleh orang banyak"
Orang-orang itu tidak mempunyai pilihan. Merekapun
segera pergi ke kuda-kuda mereka. Namun ketika mereka akan meloncat naik, Ki Mina berkata "Kalian adalah orang-orang upahan yang kasar, bengis dan tidak punya unggah-ungguh. Ketika kalian datang dengan menuntun kuda kalian, aku kira kalian tahu bahwa tidak sepantasnya kalian naik kuda di halaman. Tetapi ketika kalian akan pergi, maka kalian akan naik kuda di halaman rumah ini"
Orang-orang itu urung meloncat ke punggung kudanya.
Tetapi mereka menuntun kuda-kuda mereka sampai di luar regol halaman, meskipun mereka masih merasa sakit dan nyeri berjalan sampai turun ke jalan.
Sebenarnyalah seperti yang dikatakan oleh orang tua itu, bahwa di luar regol halaman sudah ada beberapa kelompok orang berdiri termangu-mangu. Ketika mereka melihat orang-orang berkuda itu, maka merekapun segera menyibak.
Dengan susah payah sambil mengaduh, orang-orang yang kesakitan itu naik ke punggung kuda mereka. Sejenak
kemudian, kuda-kuda itupun berlari meninggalkan regol halaman rumah Nyi Purba. Tetapi kuda-kuda itu tidak berlari http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu kencang. Penunggangnya adalah orang-orang yang sedang kesakitan.
Sepeninggal orang-orang itu, beberapa orang tetangga Wikan telah memasuki halaman rumahnya. Seorang diantara mereka langsung saja bertanya "Ada apa Wikan?"
Wikan memang menjadi agak kebingungan menjawab
pertanyaan itu. Namun Ki Minalah yang menyahut "Mereka adalah orang-orang yang dibakar oleh perasaannya. Mereka menuruti gejolak perasaan seorang anak muda yang ingin memiliki Wiyati. Tetapi Wiyati tidak mau. Nampaknya anak muda itu telah memberitahukan kepada sanak saudaranya.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Entah apa yang dikatakan sehingga sanak saudaranya itu telah bersedia datang ke rumah ini untuk mengambil Wiyati dengan paksa. Tetapi kami tidak dapat memberikannya. Wiyati mempunyai orang tua, sehingga ada jalur yang harus
ditempuh untuk melamar seseorang. Itupun harus diperhatikan sikap Wiyati sendiri"
Orang itu mengangguk-angguk. Katanya "Kami merasa ragu untuk ikut mencampuri perkelahian di halaman itu. Apalagi setelah kami melihat bahwa kalian akan berhasil mengusir orang-orang yang nampaknya garang-garang itu"
"Kami sengaja tidak berniat merepotkan Ki Sanak
semuanya" sahut suami Wuni "selama kami sendiri masih mampu mengatasinya. Tetapi jika pada kesempatan lain, kami mengalami kesulitan, mungkin sekali kami akan memukul kentongan"
Geger Dunia Persilatan 6 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Rahasia 180 Patung Mas 8

Cari Blog Ini