Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung Bagian 2
ngi bintang sapu jatuh. ia mengejek: "Hm! Apakah kau mengira dengan ilmu
silatmu yang begitu saja dapat menghina angkatan muda, Tan
Piauw!" Tan piauw menjadi marah, dan menyahut: "Kau
jangan bermanis mulut, Kau juga datang dari jauh ke propinsi
Hunan untuk merebut peta Cong Cin To!"
-ooo0oooPertolongan datang melalui jalan berduri
Dengan tertawa terbahak-bahak Tu Wee Seng berkata
lagi: "BetuI! siapapun juga tentu menghendaki peta Cong Cin
To ilu. Kini peta itu berada di tangan Hian Ceng Totiang, dan
kita harus menangkap kedua murid ini!"
Tan Piauw mengejek: "Saudara Tu, kau memandang
enteng kepadaku, Soalnya tidak demikian mudah!"
Tu Wee Seng membentak: "Apa" Kau berani merintangiku"!" Lalu ia menyerang dengan ilmu Ni Lui Kit Teng
atau "petir menyambar atap rumah" ke lambung Tan Piauw,
Dengan ilmu Wan Te Hoan Yun atau angin taufan
membuyarkan awan, Tan Piauw mengelakkan serangan itu.
Sambil menjerit keras Tu Wee Seng menyeruduk dan
menyerang bertubi-tubi dengan cepat sekali. Tidak salah jika
ia memperoleh julukan si lengan delapan, dan tidak pereuma
ia menjadi pemimpin partai Hua San, Tiap-tiap serangannya
dahsyat sekali, dan Tan Piauw harus mengeluarkan semua
kepandaiannya mengelit, mengegos dan menangkis
serangan-serangan maut itu.
pertempuran berlangsung dengan hebat sekali sehingga
angin dari sabetan-sabetan tongkat-tongkat mereka menderuderu, Tan Piauw juga bukan lawan yang remeh, dan sangat
ditakuti orang di kalangan Kang Ouw, Pada dua puluh tahun
yang lampau, mereka pernah bertempur, dan Tan Piauw
pernah kalah. Untuk mencuci malu yang besar ini, ia pergi
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
bersembunyi di pegunungan Kauw Hua San, dan dengan
tekun melatih dan memperdalam ilmu silatnya.
Dalam jangka waktu dua puluh tahun, ia telah memperoleh
kemajuan besar Dilain pi-hak, Tu Wee Seng dengan ilmu silat
tongkat terdiri dari delapan puluh satu jurus belum pernah
mengalami kekalahan dan belum pernah ada seorang lawan
pun yang dapat melawannya selama sepuluh jurus saja, Tapi
kini setelah pertempuran berlangsung dua puluh jurus lebih ia
masih juga belum dapat menaklukkan si tua bangka, yang
kurus kering itu. ia menjadi marah sekali, dan menyerang
dengan lebih ganas lagi. Sebetulnya Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan dapat
menggunakan kesempatan untuk lekas-Iekas lari. Tapi
pertempuran yang maha dahsyat itu menarik perhatian
mereka, dan dengan menyaksikannya, mereka banyak
mendapat pelajaran Tiba-tiba Bee Kun Bu merasa tangannya
ditarik dengan diiringi seruan: "Ayo, kita lari, Kesempatan ini
baik sekali!" Bee Kun Bu mengira bahwa yang menarik
tangannya itu pasti Lie Ceng Loan, ia menoleh. Tapi kiranya
Souw Hui Hong yang telah jatuh hati ke p ada nya. Lie Ceng
Loan juga merasa heran mengapa gadis itu demikian
ramahnya terhadap Bee Kun Bu. ia ingin menanyakan Baru
saja ia hendak membuka mu!ut, Bee Kun Bu berkata dengan
suara rendah: "Jangan banyak omong. Ayo! Kita lari!"
Souw Hui Hong mengawasi dari belakang ketika mereka
lari masuk ke dalam sebuah hutan yang lebat.
Pertempuran antara Tu Wee Seng dan Tan Piauw
berlangsung terus, Souw Hui Hong yang menyaksikan dengan
mata kepalanya sendiri ketinggian ilmu silat dari kedua belah
pihak, menjadi terperanjat ia juga tidak yakin bahwa ia akan
dapat melawan salah seorang dari keduanya,
Bagaimanakahjika ia dijadikan sasaran setelah Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan lari"
Tu Wee Seng sudah tahu bahwa Bee Kun Bu dan Lie
Ceng Loan telah Jari. Sambil menjerit keras ia menyapu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dengan tongkat bambu nya untuk memaksa Tan Piauw
mundur beberapa tindak, Lalu dengan tinju kirinya yang
disertai dengan tenaga dalam diserangnya dada lawannya.
pukulan itu seperti palu yang beratnya seratus kilo.
Tan Piauw mengetahui bahwa jika ia menangkis jotosan itu
dengan tenaga dalamnya, kedua belah pihak dapat tewas
dengan segera, Secepat kilat ia menghantamkan jari-jari
kakinya dan dengan segera seluruh tubuhnya melonjak ke
atas, ia terhindar dari jotosan maut itu, tetapi hembusan angin
nya telah mematahkan banyak cabang-cabang kayu dan
merontokkan daun-daunan di hutan!
Tan Piauw jatuh tepat di hadapan Souw Hui Hong yang
ingin melarikan diri, Dengan heran ia bertanya: "Hai! Siocia ini
siapa" Kemanakah pemuda dan pemudi tadi"r
Souw Hui Hong yang telah merasa simpati terhadap Bee
Kun Bu tidak ingin memberitahukan apalagi setelah dilihatnya
betapa tingginya ilmu silat orang tua tersebut, ia khawatir
kalau-kalau Bee Kun Bu tak dapat melawannya. ia tak
menjawab Lalu Tu Wee Seng membentak: "Hai! Apakah kau
ini juga muridnya partai Kun Lun"! jika kau masih berdiam diri,
jangan nanti aku disalahkan lagi!"
Souw Hui Hong telah dijaga keras oleh kedua orang tua
itu, dan tak dapat meloloskan diri, ia menyahut dengan ramah:
"Aku pun sedang mencari murid-murid partai Kun Lun. Ketika
melihat bapak-bapak berdua bertarung demikian dahsyatnya,
aku telah tertarik oleh ilmu silat bapak-bapak, Kini
pertempuran telah berhenti, aku pun hendak pergi." Lalu ia
melangkah untuk pergi. Tu Wee Seng yang melihat sikap congkak dari si gadis itu
merasa tersinggung "Tanpa memberi hormat lagi terhadap
orang yang lebih tua, gadis ini segera hendak pergi, kurang
ajar!" pikirnya, Dirintanginya gadis itu sambil membentak: "Hei!
Hendak ke mana kau?" bentakan itu diiringi dengan sebuah
pukulan tangan kanannya, Souw Hui Hong mengegos dengan
sigap. ia yang selalu dimanjakan oleh ayahnya, tidak senang
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dihina, Tetapi meskipun ia yakin, bahwa ia tak akan dapat
melawan, namun ia tidak mau tunduk. Dicabutnya pedangnya,
dan dengan membelalakkan matanya ia membentak: "Hei, tua
bangka " Apakah maksudmu merintangiku"! Aku dapat
menerobosi "Ha! Ha! Ha! Cobalah menerobosi mengejek Tu Wee
Seng, Lalu Souw Hui Hong menyerang dengan pedangnya,
dan serangan itu ditangkis oleh angin dari kedua tinju Tu Wee
Seng, Tadi baru saja Souw Hui Hong telah menyaksikan
dengan mata kepalanya sendiri betapa hebatnya tenaga
dalam yang keluar dari kedua tinju Tu Wee Seng, sehingga
dapat mematahkan batang-batang kayu walaupun beberapa
puluh depa jauhnya, ia yakin bahwa jika ia terus memegang
pedangnya, mungkin pergelangan tangannya akan patah!
Lekas-lekas ditariknya kembali serangan itu, dan
dirubahnya dengan ilmu Tie Ki Tok Cut atau besi potongan
tiba-tiba menyambar Disabetnya kedua kaki Tu Wee Seng,
Tapi tanpa bergeser Tu Wee Seng mengipaskan serangan itu
dengan lengan bajunya, lalu dengan disertai hembusan angin
ia telah melompat ke samping si gadis, ia tidak ingin
menyerang gadis itu. ia hanya ingin supaya pedang Souw IJui
Hong terlepas, Maka setelah berada di sampingnya,
dicobanya menotok jalan darah di bahu kanan Souw Hui Hong
dengan tangan kirinya: Si gadis mengegos lagi, Tidak pereuma saja ayahnya,
Souw Seng Hai, yang menjadi pemimpin partai Tian Liong,
menurunkan ilmu silat pedangnya kepadanya, Tu Wee Seng
mengira bahwa hanya dengan empat atau lima jurus ia akan
berhasil menaklukkan si gadis, Tapi setelah pertempuran
berlangsung dua puluh jurus lebih, belum juga pedang itu
terlepas dari tangan si gadis, yang telah mempelajari hampir
tujuh puluh persen dari ilmu silat pedang ayahnya, Tu Wee
Seng mengetahui bahwa ilmu silat pedang yang lihay adalah
dari partai-partai Bu Tong, Kun Lun dan Ngo Bie.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tapi ia tak tahu dari partai manakah ilmu silat pedang si
gadis ini, yang selama ini belum pernah dilihatnya, tetapi
ternyata cukup lihay. Lalu dilepaskannya tiga buah tinju secara
bertubi-tubi, Sungguh dahsyat tinju-tinju itu, dan hembusan
anginnya telah mendorong gadis itu mundur sedepa lebih, Si
gadis yang telah dimanjakan itu masih juga melawan, ia
menyerang kembali dengan pedangnya, Tu Wee Seng tak
sabar lagi, ia harus memberi hajaran, ia menanti ujung pedang
itu datang, lalu dengan tenaga dalam dijepitnya pedang
tersebut. Si gadis merasa, bahwa jika dipegangnya terus gagang
pedang itu, mungkin pergelangan tangannya akan putus!
Dengan sengaja dilepaskannya, dan terlempar lah pedang itu
tujuh atau delapan depa jauhnya! Buru-buru diambilnya
sebuah Piauw (senjata berbentuk kepala lembing) dari kantongnya, dan sambil menjerit dilontarkannya ke arah Tu Wee
Seng, Piauw itu terbang seperti burung walet, dan di ujungnya
ada sebuah jarum tajam yang beracun, Tu Wee Seng yang
banyak pengalaman mengawasi Piauw itu menyambar
kepalanya. Dengan tinju kirinya ia mengipas ke udara, dan angin yang
keluar dari kipasan tinju itu segera menampar Piauw yang
datang menyerang kepalanya dan jatuh di tanah! Ketika jarum
di ujung, Piauw menyentuh tanah, racun dari jarum itu
menyempit keluar Tu Wee Seng yang tajam sekali penglihatannya, buru-buru meloncat jauh-jauh untuk
menghindarkan racun yang menyemprot itu. "Hei! Anak sambal! Kau menggunakan senjata rahasia yang beracun! Hari ini
harus kuhajar kau!" ucapan itu diiringi dengan jotosan tinju kiri.
Piauw kedua Souw Hui Hong yang kedua belum lagi
dilontarkan, tapi jotosan itu telah dilepas, dan anginnya
menyerang tubuh Souw Hui Hong. ia tak berani menangkis
serangan itu, Dengan ilmu Kim He To Coan Po atau ikan
emas menyelam di dalam laut ia mundur dua depa lebih, Tapi
Tu Wee Seng mengejar Souw Hui Hong tidak sempat bangkit
ia lekas-lekas berguling ke sebelah kiri. Ketika ia hendak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
bangun, didengarnya Tu Wee Seng mengejek: "Kepandaian
apakah lagi yang kau punyai"!" ucapan itu dibarengi dengan
jotosan ke bahunya. Tapi Souw Hui Hong berhasil meloncat ke depan dan
menghindari lagi jotosan itu, Tu Wee Seng mengejar, dan
menotok jalan darah di punggungnya, Kali ini Souw Hui Hong
tak dapat mengegos lagi... tapi sekonyong-konyong dari udara
jatuh dua orang yang segera melepaskan tinju dengan
berbareng! Tu Wee Seng harus lekas-lekas menghindarkan
jotosan kedua orang itu dengan jalan melompat secepat kilat
ke samping, ia mengawasi kedua orang yang datang itu.
Dua-duanya berusia lima puluh tahun lebih, dan berbaju
hitam. Yang satu bersenjata palu, dan yang lain arit baja,
Kedua orang itu sangat terkenal di kalangan Kang Ouw,
karena yang bersenjata arit adalah kepala cabang bendera
merah partai Tian Liong, Ouw Lam Peng, si langkah terbang,
dan yang bersenjata palu adalah kepala cabang bendera
hitam dari partai Tian Liong, Kiok Goan Hoat, si tangan kilat
Ouw Tu Wee Seng mengejar dan menjotos ke jalan darah di
punggung si nona, Katl ini Souw Hui Hong tak dapat
mengegos lagU tapi sekonyong-konyong dari udara turun dua
orang yang segera melepaskan tinjunya dengan berbareng.
Lam Peng membungkukkan tubuh membantu Souw Hui
Hong, dan Kiok Goan Hoat mengejek: "Ai! Betul-betuI kejam
kau! Mengapa kau demikian kejam terhadap seorang gadis"
Apakah kau tidak malu jika peristiwa ini tersiar di kalangan
Kang Ouw, bahwa si lengan delapan, pemimpin partai Hua
San berbuat kejam terhadap seorang gadis"! Hm! Tidak
malu?" Merah sekali muka Tu Wee Seng mendengar ejekan itu. ia
menyahut: "Aku telah berkali-kali menanyakan namanya, tapi
ia tak menyahut Aku hanya ingin supaya ia melepaskan
pedangnya, dan aku senantiasa hanya menggunakan tangan
telanjang melawannya. Tapi,., ia telah menggunakan senjata
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
rahasia yang beracun melawanku. Tidak pereaya... tanya saja
Tan Piauw yang menyaksikan pertempuran kami! Kau jangan
menfitnahku dengan sembarangan! Apakah kau kira, aku takut
melawan kau, Kiok Goan Hoat?"
Kiok Goan Hoat mengejek lagi: "Kita tak usah menyebutnyebut takut atau tidak takut Partai Tian Liong kami pada satu
waktu pasti bertempur melawan partaimu." Lalu sambil tertawa
terbahak-bahak ia mengawasi Tu Wee Seng.
Ouw Lam Peng berbisik kepada Souw Hui Hong: "Untung
kau, apakah kau dapat luka di dalam?" Sambil
menggelengkan kepala Souw Hui Hong menyahut: Tidak apa,
Lukanya belum sampai ke dalam tubuh." Lalu Ouw Lam Peng
menghadapi Tu Wee Seng dan mencaci maki: "Hei, orang
kejam!" Tu Wee Seng menjadi marah sekali difitnah demikian ia
mengawasi Kiok Goan Hoat yang sedang mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menyerang, ia pun mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melepaskan tinju mautnya, Ketika itu
Ouw Lam Peng insyaf bahwa jika mereka bertempur salah
seorang pasti ada yang tewas, ia lekas-lekas berdiri di tengah
kedua orang itu dan dengan tertawa paksaan ia berkata:
"Kedua saudara harus sabar Dengar aku berbicara,
Saudara Tu telah meng-gempur Souw Hui Hong karena ia
tidak mengetahui Souw Hui Hong itu adalah puteri
kesayangan pemimpin partai Tian Liong kita, Tapi Souw
Siocia tidak menderita luka parah. Saudara Kiok, harap kau
sabar." Lalu ia menghadapi Tu Wee Seng dan berkata:
"Saudara Tu, sebetulnya totokan jari tanganmu itu tak ada
taranya di katangan Bu Lim.
Saudara Kiok dan Siotee sudah lama mengaguminya,
Pemimpin kita telah mengirim surat-surat undangan kepada
para jago-jago silat dari kesemutan partai silat terbesar untuk
mengadu silat, dan waktunya itu tak lama lagi, Apakah tidak
baik pada waktu itu kita baru mengadu silat kita, Aku harap
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
supaya saudara Tu menyabarkan diri dan dapat
menghindarkan pertempuran sekarang ini!"
( Kemarahan Tu Wee Seng menjadi reda, dan dengan
mengangkat tongkat bambunya ia berkata sambil tertawaj
"Hm! pemimpin partai Tian Liong mempunyai usul demi-kian"
Baik sekali! Kita dari partai Hua San pasti mengirim jago-jago
silat kita pada waktu yang ditetapkan itu. Tadi, karena tidak
mengenal gadis itu, aku telah melukai puteri pemimpin
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saudara, aku mohon maaf, dan aku minta kedua saudara
menyampaikan permintaan maafku ini kepada pemimpin
saudara-saudara." Lalu ia bersiul panjang dan pergi entah ke mana, diikuti
oleh kedua orang-orangnya, Setelah Tu Wee Seng pergi, Ouw
Lam Peng datang menghampiri Tan Piauw dan berkata: "Hei,
kau ini tua bangkai pemimpin kita telah mengutus orangorangnya mencari kau sampai tiga kali, namun kau tak juga
mereka jumpai Hari ini kita dapat bertemu bagaimana
pendapat mu ?" Sambil tertawa Tan Piauw berkata: "Untuk menghendaki
aku masuk partaimu, tidak sukar Tapi aku ingin melihat dulu,
pemimpin partai Tian Liong, Souw Peng Hai, telah dapat
membujuk kamu berdua, tentu ini disebabkan oleh caranya
yang luar biasa. Tapi aku ini, jika belum sampai ke sungai
Hoang-ho, aku belum ingin menjumpai pemimpinmu. Ya...
tunggu tiga atau empat tahun lagi! Mengapa aku harus terburu
nafsu?" "Ha! Kau betul-betuI sombong! Meskipun kau berlatih lima
puluh tahun lagi, kau tak dapat melawan Souw Peng Hai
dalam sepuluh jurus! Kau tak pereaya" Mari, akan
kutunjukkan padamu!" kata Kiok Goan Hoan,
Sambil tertawa Kiok Goan Hoat dengan kedua matanya
yang tajam, Tan Piauw mengejek: "O! Jika demikian, kau tak
dapat melawan Souw Peng Hai dalam sepuluh jurus, bukan?"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Kiok Goan Hoat marah, ia membentak: Tiap-tiap kepala
dari cabang partai Tian Liong pasti dapat meng-gempur kau,
Tan Piauw, Mau coba"!"
Tan Piauw menyahut dengan tenang: "Baiklah! Aku
berjanji bahwa dalam jangka waktu setengah tahun, akan
datang melawan Souw Peng Hai, Tapi sekarang aku tak sudi
melawan kamu, Nah, sampai bertemu lagi!" Lalu ia pun pergi,
Setelah Tan piauw tak kelihatan lagi, Ouw Lam Peng
bertanya pada Souw Hui Hong: "Apakah kau telah menemui
murid-murid Hian Ceng Totiang?"
"Aku pernah melihatnya sekali, tapi aku tak dapat
menahannya. Apakah Hian Ceng Totiang masih berada di
dalam kuil San Ceng Koan?" tanya si gadis,
Kiok Goan Hoat menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Pendeta itu telah berlalu, Mengapa kau bertempur melawan
Tu Wee Seng?" Souw Hui Hong telah mengetahui bahwa di antara kelima
kepala cabang partai Tian Liong, kepala cabang bendera
merah lah yang paling tertib gcrak-geriknya dan paling banyak
tipu muslihatnya, dan kepala cabang bendera hitam Kiok
Goan Hoat yang paling buruk tabiatnya dan yang paling
kejam. Jika diberitahukan nya peristiwa tentang Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan, berarti bahwa ia hanya menerbitkan
rintangan yang lebih banyak lagi bagi mereka berdua, Tapi
peta Cong Cin To sedang dicari oleh ayahnya. ia menjadi
serba susah, ia tak dapat segera menjawab Dicobanya
mengelakkan pertanyaan itu dengan jawaban lain:
"Aku bertemu dengan mereka di mulut gunung Tong Bo
Leng. ilmu silat pedang partai Kun Lun betul-betul lihay, Aku
tak dapat melawan, dan mereka berhasil menerobos, Aku
kejar mereka sampai ke sini, dan aku menyaksikan Tu Wee
Seng dan Tan Piauw sedang bertempur Aku tertarik, dan
menonton Tapi Tu Wee Seng memaksa aku memberitahukan
ke mana murid-murid partai Kun Lun itu lari, dan pertempuran
pun segera terjadL" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Lalu Ouw Lam Peng berkata: "Menurut pandanganku Hian
Ceng Totiang telah tiba di pegunungan Koat Cong San di
propinsi Cek-kiang. Jika ia telah memperoleh kitab-kkab Kui
Goan Pit Cek, maka walaupun kita telah menawan muridnya
untuk dijadikan jaminan, namun ia tak akan sudi menukar
murid-muridnya dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu. Aku
akan menemui pemimpin kita dan membujuknya supaya
mengerahkan semua jago-jago silat dari ke lima-lima cabang
untuk mengejar Hian Ceng Totiang di pegunungan Koat Cong
San. Aku yakin bahwa peta Cong Cin To itu benar-benar
berada di tangannya, dan ia segan mempereayakannya pada
murid-muridnya, tak ada gunanya untuk menangkap muridmuridnya itu!"
Souw Hui Hong tertawa, dan merasa lega, ia berkata:
"Perkataan itu tepat Lebih baik kamu keduanya lekas-lekas
kembali menemui ayahku dan membujuknya!"
Kiok Goan Hoat berkata: "Ayo, kau juga ikut dengan kami.
Pada dewasa ini banyak jago-jago silat berada di daerah ini.
Kau berangasan, dan mudah berselisih dengan orang lain."
Souw Hui Hong menyahut: "Aku tak takut jalanlah kamu
lebih dahulu menemui ayahku, Aku pulang setengah bulan
lagi!" ia tak menunggu jawaban lagi, di-pungutnya pedangnya
yang dilemparkan oleh Tu Wee Seng, dan lari seperti terbang
entah ke mana, meninggalkan Kiok Goan Hoat dan Ouw Lam
Peng berdiri keheran-heranan!
Diceritakan, bahwa Bee Kun Bu setelah menarik tangan
Lie Ceng Loan untuk lekas-Iekas melarikan diri, telah melalui
hutan yang lebat dengan pesatnya. Setelah mereka berlari
dua puluh lie lebih, mereka baru berjalan, "Kakak Kun Bu, tadi
kedua orang tua itu bertempur dengan hebat sekali, dan lihay
betul ilmu silat mereka, Tapi... gadis yang berbaju hitam itu,
bukankah ia bermaksud hendak merintangi kita" Mengapa ia
beramah tamah terhadap kakak?" tanya Lie Ceng Loan,
"Ya, jika ia tak mendesakkita lari, mungkin kita masih
berada dalam bahaya." sahut Bee Kun Bu,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Rupanya Lie Ceng Loan sedang gembira. Di bawah sinar
bulan ia berjalan dengan lincahnya di samping Bee Kun Bu.
Ketika mereka membelok di sebuah tikungarr, ia telah
bertumbukan dengan seseorang, ia merasa bahwa bahu
kirinya dicekal orang itu, Sambil membentak dicoba-nya
menangkis cekalan orang itu, dengan tangan kanannya.
Orang itu adalah seorang rahib wanita, yang berusia lebih
kurang dua puluh empat tahun, berambut hitam, berparas
cantik, dan berbibir merah delima, Setelah melihat egosan
yang cepat dari Lie Ceng Loan, ia mencoba pula menotok
jalan darahnya. Tapi Lie Ceng Loan buru-buru meloncat
mundur tujuh atau delapan kaki jauhnya, Lalu dengan pedang
terhunus dihampirinya orang itu,
Orang itu lekas-lekas mengelakkan tusukan pedang yang
pertama, lalu mencabut pula pedangnya, Mereka bertempur
selama delapan jurus, dan kedua-duanya merasa heran,
karena semua jurus-jurus serangan atau tang-kisan-tangkisan
mereka adalah dari ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat
dari partai Kun Lun! Rahib ingin menghentikan pertempuran
tapi Lie Ceng Loan masih saja merasa gusar dan menyerang
terus. Bee Kun Bu tidak memperhatikan jurus-jurus silat yang
dilancarkan oleh rahib itu. ia mencabut pula pedangnya dan
dengan ilmu Ciok Po Tian Keng (batu pecah menggetarkan
langit) dan Tio Hoat Lam Hay (ombak bergulung di lautan
selatan) dari Cui Hun Cap Ji Kiam ia berhasil mendesak rahib
itu sampai mundur ia tidak kejam, Sudah cukup baginya bila ia
dapat mendesak mundur lawannya itu, Lalu ditariknya tangan
Lie Ceng Loan untuk lari terus, Tapi baru saja mereka berlari
enam atau tujuh depa jauhnya, dengan tiba-tiba melompatlah
turun seorang rahib perempuan di depan mereka, yang
berusia setengah abad, dan sambil memegang sebilah
pedang. Dengan khidmat rahib perempuan itu mencegat
mereka berdua, Bee Kun Bu menyerang dengan ilmu Pe Yen
Kian Wie atau burung walet menggunting buntut.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Melihat Bee Kun Bu menerobos itu, rahib perempuan itu
menjadi gusar Dengan pedangnya diserangnya Bee Kun Bu
dengan ilmu Shin Liong Pay Bie atau naga sakti menggoyanggoyangkan ekor tiga jurus sekaligus! Tapi jurus-jurus itu
ditangkis oleh Bee Kun Bu, yang segera merasa lengan
kanannya kesemutan Sambil menahan pedang Bee Kun Bu
dengan pedangnya, rahib perempuan itu bertanya:
Tadi kau menggunakan jurus-jurus Cui Hun Cap Ji Kiam,
siapakah yang mengajarkannya"!" pertanyaan itu
mengejutkan Bee Kun Bu, karena jurus Cui Hun Cap Ji Kiam
hanya gurunya dan saudara atau saudari gurunya yang tahu.
ia buru-buru menghentikan pertempuran mundur dua langkah
dan menyahut: "Siotee adalah murid Hian Ceng Totiang dari
partai Kun Lun. Shin Ni siapakah" Apakah sebabnya sampai
dapat mengenali ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam?"
Sebelum rahib wanita itu menyahut, rahib yang lebih muda
yang tadi bertempur melawan Lie Ceng Loan, membentak:
"Jika kau murid paman guru kita, Hian Ceng Totiang,
mengapa melihat bibi kita kau tidak menghaturkan hormat"!"
Bee Kun Bu berdiri bingung, tak dapat dengan segera
menyahut Rahib yang lebih tua berkata: "Aku bernama Giok
Cin Cu. Apakah Suhumu tidak pernah memberitahukan
kepadamu?" Ucapan itu melenyapkan kecurigaan Bee Kun Bu. ia
segera berlutut di hadapan rahib perempuan itu memberi
hormat, seraya berkata: "Teecu diperintahkan datang ke
pegunungan Kun Lun untuk menemui paman guru ke dua Kim
An dan membawa surat untuk bibi guru, Aku tak menduga
akan menjumpai bibi guru di tempat ini."
Giok Cin Cu lalu mengawasi sikap dan wajahnya Bee Kun
Bu. Sambil tersenyum ia berkata: "Aku tidak menyangka
Suheng mengajari Cui Hun Cap Ji Kiam kepadamu. Apakah
gadis berbaju merah itu juga murid partai Kun Lun?" Bee Kun
Bu buru-buru menarik Lie Ceng Loan untuk berlutut dan
memberi hormat Lalu dari kantong di dadanya dikeluarkannya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dua pucuk surat dari gurunya dan diberikan nya pada bibi
gurunya, ia menyahut: "Teecu telah diperintahkan membawa
kedua pucuk surat ini kepada bibi guru. Tentang isinya, tentu
bibi guru akan paham setelah membacanya."
Giok Cin Cu menerima surat-surat itu, membukanya dan
membaca, Surat-surat tersebut ditulis sendiri oleh Hian Ceng
Totiang, ia terkenang akan kisah tiga puluh tahun yang
lampau. Ketika ia baru berusia belasan tahun, tapi ia dirawat
dan disayangi oleh kedua Suhengnya. Setelah guru mereka
meninggal, sebetulnya ia dan Toa Suhengnya, Hian Ceng
Totiang yang harus menjaga kuil, akan tetapi karena Toa
Suheng melihat bahwa Ji suhengnya amat menyayanginya.
Toa Suheng mengalah dan berpisah, agar urusan kuil
dapat diurusnya bersama-sama dengan Ji Suheng, Toa
Suheng pergi selama lima tahun, dan ia sendiri tak
mengetahui entah kemana, Ji Suheng yang bernama Tong
Leng Tojin telah berusaha keras mencarinya, karena ia lebih
muda tentu saja tak berani memegang kuil itu jika Toa Suheng
masih ada. Setelah mereka mencari tanpa hasil, Tong Leng
Tojin terpaksa menjadi kepala kuil itu, Tapi setelah menjadi
kepala dua tahun, barulah Hian Ceng Totiang telah kembali ke
kuil San Goan Kong di puncak gunung Kim Teng Hong dari
pegunungan Kun Lun, Lalu Tong Leng Tojin mengembalikan kekuasaan kepada
Hian Ceng Totiang, tapi selalu ditolak, ia berkata: "Setelah kau
mengurus kuil, kau harus meneruskan Aku berhasrat pergi ke
suatu tempat, dan setelah urusanku beres, aku segera
berangkat." Betul saja, setelah Hian
SlAN HOK SBS CKS - T.S.S. jilid I 93
Ceng Totiang tiba di kuil San Goan Kong dan menginap
selama sepuluh hari lebih, ia meninggalkan pegunungan Kun
Lun, dan tinggal dengan tenang di kuil San Ceng Koan di
propinsi Hunan, dan jarang kembali lagi ke pegunungan Kun
Lun, Maksudnya ialah, supaya Tong Leng Tojin dan Giok Cin
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Cu dapat kawin, kemudian barulah kembali ke kuil San Goan
Kong. Tapi Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu telah mengerti
maksud Toa Suhengnya, dan tidak mau lagi membicarakan
soal-soal asmara, ia sendiri sebetulnya mencintai Toa
Suheng, tetapi ia pun tak ingin pula melukai hati Ji Suheng,
Oleh karena itu ia berpegang teguh pada pendirian: hidup
dengan tidak kawin selama beberapa puluh tahun, Kini ia telah
berusia setengah abad, dan kisah itu sudah lewat Tapi tetap
merupakan suatu kenang-kenangan,
Giok Cin Cu ngelamun dan lupa bahwa Bee Kun Bu dan
Lie Ceng Loan masih terus berlutut dihadapannya, Rahib yang
muda menghampiri Giok Cin Cu dan berkata: "Suhu, lekaslekas suruh mereka bangun!" Dengan terkejut Giok Cin Cu
menyuruh mereka bangun, Lalu diteruskannya membaca
surat-surat itu di bawah sinar bulan.
Setelah selesai membacanya, ia bertanya pada Lie Ceng
Loan sambil tersenyum: "Apakah kau yang bernama Lie Ceng
Loan" Kau sudi menjadi murid partai Kun Lun?" Lie Ceng
Loan menganggukkan kepalanya. Bee Kun Bu lalu
membisikkan agar ia lekas-lekas berlutut kembali memberi
hormat sebagai murid yang resmi. Lie Ceng Loan berlutut dan
berseru: "Loan Jie memberi hormat kepada Suhu!" Tentang
riwayat Lie Ceng Loan, sudah dijelaskan oleh Hian Ceng
Totiang di dalam su-ratnya, Lalu Giok Cin Cu berkata: "Loan
Jie, bangun, Beri hormat kepada Sucimu itu!"
Lie Ceng Loan menghadap kepada rahib muda itu dan
menyebut: "Cici!" Rahib muda itu juga menganggukkan
kepalanya membalas penghormatan itu, dan ber-kata:
"Sumoy, aku bernama Liong Giok Pin." Bee Kun Bu lalu
menganggukkan kepalanya memberi hormat dan berseru:
"Giok Pin Cici, Siotee bernama Bee Kun Bu." pemberian
hormat itu dibalas dengan senyum manis: "Kau lebih besar
daripadaku, lagi pula kau adalah murid Toa Suhu. Panggii aku
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sumoy saja! Aku adalah anak yatim piatu, Ketika aku berusia
dua tahun, aku ditolong oleh Suhu dan dibawa ke pegunungan
Kun Lun. Aku telah dirawat, dididik selama delapan belas
tahun," katanya. "Kau lebih tama daripada aku masuk partai Kun Lun. Aku
hanya baru dua belas tahun, Aku harus panggil kau Suci,"
sahut Bee Kun Bu. Lie Ceng Loan memotong pereakapan mereka dengan
berkata: "Pin Cici, aku juga seperti kau, sudah semenjak bayi
tak mempunyai ibu dan ayah lagi."
Ketika itu Giok Cin Cu sedang memikirkan bagaimana
harus mengurus peta asli Cong Cin To, karena Hian Ceng
Totiang telah memberitahukan padanya bahwa peta itu sudah
diperoleh, dan bahwa ia telah mengambil keputusan untuk
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergi ke pegunungan Koat Cong San bersama-sama Ngo
Kong Toa-su dari kuil Huan Lim Si untuk mencari kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek, dan bahwa Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan
harus tinggal di kuil San Goan Kong di puncak Kim Teng
Hong. jika kitab-kitab tersebut telah diperoleh, Hian Ceng
Totiang akan kembali ke pegunungan Kun Lun, dan ia tidak
ingin Leng Tong Tojin atau Giok Cin Cu pergi mencarinya di
pegunungan Koat Cong San. Tapi Hian Ceng Totiang tidak
menduga Giok Cin Cu telah datang ke propinsi Hunan untuk
mencarinya. Setelah berpikir sebentar, Giok Cin Cu berkata kepada
Bee Kun Bu: "Suhumu telah mendapatkan peta Cong Cin To,
dan telah pergi menuju pegunungan Koat Cong San. Desasdesusnya banyak sekali, tapi aku belum mau pereaya, Malam
ini jika tak bertemu dengan kamu berdua, mungkin kami pergi
ke kuil San Ceng Koan untuk mengetahui dengan pasti." ia
berhenti sebentar, lalu meneruskan "Sebetulnya menurut
kehendak Suhumu, kau dan Lie Ceng Loan harus tinggal di
kuil San Goan Kong. Tapi sekarang keadaan telah berubah. ia tak mengira
bahwa aku akan datang ke propinsi Hunan, Dari sini ke
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
pegunungan Kun Lun masih jauh, Jika berita tentang peta
Cong Cin To itu bocor aku khawatir akan keselamatanmu
berdua, karena kamu kurang pengalaman aku khawatir kalaukalau kamu akan menjumpai banyak rintangan-rintangan,
Lebih baik kamu tidak pergi ke pegunungan Kun Lun,
melainkan kita bersama-sama pergi ke pegunungan Koat
Cong San mencari Suhumu, dan bila perlu membantunya."
Ucapan itu menyebabkan Bee Kun Bu menceritakan
semua peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya bersamasama dengan Lie Ceng Loan selama dua hari ini. Setelah
mendengar keterangan itu, sambil mengerutkan keningnya
berkatalah Giok Cin Cu: "Tu Wee Seng dari partai Hua San, tiga belibis dari partai
Tiam Cong, dan pendeta kurus Tan Piauw, semuanya adalah
jago-jago silat yang lihay sekali, Lagi pula, pengaruh partai
silat Thian Liong dengan cabang-cabangnya di sebelah
selatan sungai juga tak dapat dipandang enteng. Suhumu,
meskipun lihay silatnya, mungkin tak dapat melawan semua
jago-jago silat itu. Mereka semua hendak merebut peta Cong
Cin To, dan akan menggunakan segala tipu muslihat busuk
untuk memperolehnya. Ya! Malam ini juga berangkat menuju
ke pegunungan Koat Cong San!" Berbicara sampai di sini,
Giok Cin Cu berhenti Kedua matanya mengawasi ke arah
sebuah pohon besar yang tiga depa jauhnya, ia menegur:
"Siapakah yang datang" Mengapa bersembunyi?" Baru saja
teguran itu diucapkannya, maka meloncatlah dari atas pohon
yang besar itu seseorang dengan wajah kanak-kanak, disertai
tertawanya yang terbahak-bahak, rambutnya seperti bulu
bangau, jenggotnya putih seperti perak, dan mengenakan baju
kurung berwarna abu-abu. ia memegang tongkat bambu.
Sambil tersenyum ia menyahut: "Aku ini Tu Wee Seng,
tidak sejajar dengan orang-orang dari partai Kun Lun!", Bee
Kun Bu yang telah mengenali Tu Wee Seng, dan khawatir
kalau-kalau ia akan menyerang lagi, segera memegang
pedangnya, Giok Cin Cu berkata sambil tertawa: "Aku kira
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
siapa yang datang, Kiranya adalah pemimpin partai Hua San.
Aku mohon maaf jika kurang hormat menerimamu."
Dengan tertawa Tu Wee Seng menyahut: "Aku tak dapat
menerima penghormatan yang terlampau besar Partai Kun
Lun betul-betul tidak pereuma namanya, Masih ada dua orang
lagi orang-orangku yang selalu mengikuti aku."
"Mengapa tidak kau suruh mereka menunjukkan dirinya,"
menegur Giok Cin Cu. Dari tempat sejauh lima depa,
terdengar lagi suara orang tertawa, dan segera secepat kilat
meloncatlah keluar dari dahan pohon itu dua orang, dengan
disertai hembusan angin, Yang seorang bertubuh tinggi besar,
brewokan, kedua matanya besar, alisnya berdiri dan berusia
lima puluh tahun lebih, Yang lain mirip seperti seorang pelajar,
wajah mukanya putih kelimis, berbaju biru dan kepala diikat
dengan sehelai kain. Lalu Tu Wee Seng berkata: "Aku datang untuk
memperkenalkan kedua saudaraku ini. Mereka adalah Lao-ji
dan Lao-san, dua orang dari tiga belibis yang terkenal dari
partai silat Tiam Cong dari propinsi Kwi-ciu. Dan ini adalah
salah seorang dari tiga pemimpin-pemimpin partai Kun Lun,
Giok Cin Cu." Sambil tersenyum Giok Cin Cu berkata: "Sudah
lama aku mendengar nama-nama yang termasyhur itu. Aku
beruntung dapat menjumpainya." Lalu Lao-ji dan Lao-san
mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat, dan
Lao-san berkata: Tiga pemimpin dari partai Kun Lun juga
sangat mashur namanya di kalangan Bu Um, terutama ilmu
silat pedangnya yang bernama Tian Kang Kiam dan Hun Kong
Kiam Hoat, Kita juga beruntung dapat menjumpai salah
seorang pemimpinnya di propinsi Hunan ini."
Lalu Tu Wee Seng berkata: "Aku ada urusan, oleh sebab
itu harus segera pergi, Kita bertemu lagi di pegunungan Koat
Cong San." Kemudian ia mengulurkan keluar tinju kirinya, dan
dengan melalui kedua belibis itu, meloncatlah ia seakan-akan
terbang keluar dari tempat itu, Lao-san berseru: "Saudara Tu,
tunggul Kita berangkat bersama-sama!" Lalu ia pun minta diri
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
kepada Giok Cin Cu dan mengejar Tu Wee Seng, diikuti oleh
Lao-ji. Setelah mereka pergi Giok Cin Cu menarik napas dan
berkata: "Aku hanya ingin mengutarakan maksudku kepada
kamu berdua, tapi ucapan itu telah terdengar oleh mereka
sehingga mereka mengetahui kemana suhengku pergi."
Sambil menundukkan kepalanya, berkatalah ia lebih lanjut:
"Kun Bu, kita pun harus lekas-lekas berangkat."
Pegunungan Koat Cong San terletak di sebelah tenggara
propinsi Cek-kiang, dan lebih dari seribu lie dari propinsi
Hunan, Karena memikirkan keselamatan Su-hengnya, mereka
terus-menerus melanjutkan perjalanannya siang dan malam,
Dengan pengalamannya dan pim-pinannya, mereka dapat
berjalan lebih cepat, dan setelah lebih dua puluh hari mereka
telah tiba di perbatasan propinsi Cek-kiang di suatu distrik
Sian Kie Hian. Distrik Sian Kie Hian terletak di kaki gunung Koat Cong
San dan agak terpencil, tapi kedai-kedai dan rumah-rumah
penginapan cukup banyak. Setelah tiba di distrik itu Giok Cin
Cu mencari sebuah rumah penginapan - Giok G'h Cu dan Bee
Kun Bu masing-masing memakai sebuah kamar, dan Lie Ceng
Loan dengan Liong Giok Pin bersama-sama di sebuah kamar,
Lalu mereka memesan makanan dan minuman,
Setelah selesai makan dan minum, Giok Cin Cu berkata:
"Besok kita berangkat masuk ke pegunungan Koat Cong San,
pegunungan itu luasnya lebih dari seribu lie, dan banyak sekali
puncak-puncaknya dengan jurang-jurangnya yang curam dan
berbahaya, Untuk mencari orang di pegunungan itu tidaklah
mudah, dan kita pun tidak mengetahui berapakah lamanya
kita akan berada di pegunungan itu. Malam ini lebih baik
siang-siang tidur agar dapat beristirahat secukupnya, Besok
pagi-pagi sekali kita dapat berangkat.
Pesan itu diterima dengan khidmat, lalu mereka semuanya
masuk ke kamar untuk tidur.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Selama perjalanan yang berlangsung dua puluh hari lebih,
Lie Ceng Loan selalu berada di samping Liong Giok Pin, dan
ia menceritakan segala-galanya kepadanya. Malam itu setelah
mereka makan dan minum, mereka pun tidak segera tidur
Dengan duduk berhadap-hadapan di dalam kamar, Lie Ceng
Loan bertanya: "Cici, jika aku masuk partai Kun Lun, apakah
aku juga harus menjadi rahib perempuan?"
Liok Giok Pin menyahut sambil tertawa: "Belum tentu, itu
terserah atas kemauan kau sendiri Tapi murid-murid dari
partai Kun Lun kebanyakan memang menjadi pendeta atau
rahib wanita," Lie Ceng Loan tidak segera melanjutkan pembicaraannya,
ia menarik napas panjang, lalu berkata: "Sebetulnya aku ingin
kawin, Tapi jika aku menjadi rahib perempuan, tentu aku tak
dapat sering-sering bermain dengan kakak Kun Bu. Oleh
karena itu, aku minta Cici menolong aku jika perlu."
Perkataan itu diucapkan dengan setulus hati Liong Giok
Pin terharu, dan sambil mengusap-usap rambutnya, ia
berkata: "Cici akan menolong kau, Tapi Suhu tak dapat
memaksamu kawin, itu terserah kepada kemauanmu sendiri.
Dengan tertawa yang dipaksa-paksa Lie Ceng Loan
berkata: "Kakak Kun Bu sangat baik budinya, Apakah Cici
menyukainya?" Pertanyaan itu menyebabkan muka Liok Giok Pin merah
dan kepalanya pusing. Tapi karena ia paham bahwa Lie Ceng
Loan seorang gadis yang murni dan jujur, ia tak tersinggung.
ia balik menanya: "Jika kakak Ku Bu-mu bermain-main dengan
gadis lain, bagaimanakah perasaanmu?" Lie Ceng Loan
duduk terpaku, kepalanya menjadi pusing, kedua matanya
terbelalak mengawasi wajah Liok Giok Pin, Lalu ia menyahut:
"Jika ia tetap baik kepadaku, aku tak pusing, Tapi jika ia
berubah terhadapku, dan tidak menyukaiku lagi, aku kira
pereuma juga aku hidup!" Dengan tak terasa olehnya, air
matanya berlinang di kedua matanya, dan mengucur jatuh ke
atas pakaiannya, Untuk menghibur Liong Giok Pin
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
memeluknya dan berkata: "Aku yakin kakak ku Bu-mu tetap
mencintai kau, dan tak akan berubah hatinya, Ayolah kita
tidur!" Tapi Lie Ceng Loan menyahut: "Cici tidurlah kau
dahulu, aku hendak pergi menemui kakak Kun Bu dan
menanyakan apakah hatinya dapat berubah atau tidak di
kemudian hari." liong Giok Pin terkejut, dan mencoba
menahan, tetapi gadis tersebut telah keluar dari kamar menuju
ke kamar Bee Kun Bu. Bee Kun Bu juga belum tidur ia sedang duduk di dalam
kamarnya, Ketika Lie Ceng Loan masuk, ia pun terkejut ia
buru-buru menyambut dan menanyai "Apakah sebabnya,
maka kau juga belum tidur?"
Si gadis menanyai "Kakak Kun Bu, apakah bisa berubah
hatimu terhadap aku?"
Bee Kun Bu terpaku, lalu menanya: "Mengapa kau
bertanya demikian" Hatiku tak akan berubah. Ayo, lekas pergi
tidur!" Lie Ceng Loan menyusut air matanya, dengan tersenyum
keluarlah ia dari kamar itu sambil berkata: "Kakak Kun Bu, kau
betul-betul baik...." Apa yang sedianya akan diucapkannya,
pasti lebih kuat dari sumpah apapun juga,
Ular dan Bangau bertempur menginsyafkan Bee Kun
Bu Pada esok paginya, keempat orang itu meninggalkan
distrik Hian Kie Shien menuju ke kaki pegunungan Koat Cong
San. Betul Giok Cin Cu telah lama berkecimpung di kalangan
Kang-ouw, akan tetapi di pegunungan Koat Cong San yang
luas itu, tak ubahnya ia seperti sebuah perahu kecil di tengahtengah samudera yang luas dan besar, Jurang-jurang yang
curam dan berbahaya, puncak-puncak yang tinggi dan ganjilganjil bentuknya, dan hutan-hutan yang lebat menakjubkan
sekali. Lagi pula Hian Ceng Totiang tidak memberitahukan ke
bagian yang manakah ia hendak pergi. Meskipun Giok Cin Cu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sangat pintar dan cerdas, akan tetapi ketika ia berada di
lereng gunung itu, ia pun menjadi cemas, Tidaklah dapat
diketahui dimanakah jalan gunung yang berliku-liku itu
berakhir Mula-mula mereka masih dapat menjumpai dua atau
tiga orang penebang kayu, Kemudian tidak kelihatan lagi
sebuah jalan kecil pun. Dengan ilmu meringankan tubuh mereka dapat mendaki
lereng gunung yang curam itu dengan mudah sekali, Ketika
mereka telah melewati beberapa puncak yang tinggi, matahari
telah berada di sebelah Barat Mereka beristirahat di tepi
sebuah batu gunung yang besar, dan mengeluarkan makanan
dari bungkusan masing-masing, Kemudian Giok Cin Cu
mendaki sebuah puncak gunung yang curam di sebelah
kanan. Dengan ilmu meringankan tubuhnya dalam sekejap saja ia
telah sampai setinggi beberapa ratus depa. Lie Ceng Loan
sangat kagum akan kepandaiannya menyaksikan bagaimana
caranya ia mendaki puncak gunung, dan ia berseru: "llmu
meringankan tubuh Suhu betul-betul lihay, Aku ingin belajar
sampai selihay itu pula!" Bee Kun Bu berkata: "Jika kau ingin
betul-betul mempelajari ilmu, kau jangan malas-matas.
Dengan ketekunan kau pasti berhasil mempelajarinya." Sambil
tersenyum Liong Giok Pin berkata:
"ilmu dalam maupun luar dari Loan Sumoy sudah
mempunyai dasar yang baik, Dengan tubuhnya yang langsing,
dalam waktu tiga tahun ia tentu dapat mempelajari ilmu
meringankan tubuh maupun ilmu silat lain-lainnya, dari Suhu,
ia hanya harus dengan tekun mempelajari nya, dan Bee Sutee
harus senantiasa memberi anjuran kepada nya," Muka Bee
Kun Bu menjadi merah dan ia pun tak dapat lagi menjawab, ia
menoleh ke dalam sebuah jurang, sedang Lie Ceng Loan
menoleh ke udara mengawasi awan yang terapung-apung di
ang-kasa, sekonyong-konyong Bee Kun Bu terkejut dan
berseru, Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan segera menoleh
ke bawah jurang, KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Di bawah jurang yang curam itu tampak oleh Bee Kun Bu
seekor ular yang panjangnya lebih kurang dua depa sedang
bertarung dengan seekor bangau putih, Ular hitam dengan
sisiknya yang berkilau-kilauan itu sedang melingkar menanti
kesempatan untuk menyerang, Ba-ngau putih itu juga pun luar
biasa besarnya, mungkin tiga atau empat kali lebih besar
daripada bangau biasa, Jeng-gernya merah seperti api dan ia
sedang berputar-putar di udara menanti kesempatan
menyerang ular yang melingkar di bawahnya,
Tiba-tiba ular itu melonjak ke atas menyambar bangau
putih itu, akan tetapi bangau putih itu dengan gesit segera
terbang lebih tinggi Yang ganjil ialah ketika tiap-tiap kali
bangau putih itu menyerang dengan paruhnya, ular besar itu
menyemburkan uap beracun, Bangau putih itu segera terbang
lebih tinggi untuk menghindarkan uap beracun itu, lalu terbang
turun untuk menyerang lawannya kembali Kedua binatang
tersebut bertarung dengan dahsyatnya selama lebih kurang
seperempat jam, dan rupanya ular itu tak dapat lebih bertahan
ia ingin melarikan diri ketika bangau terbang ke atas untuk
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghindarkan uap beracunnya, tapi bangau itu lebih cepat
lagi menyerangnya Bee Kun Bu memperhatikan sikap bangau itu, Dilihatnya
bahwa bangau putih itu sengaja memancing supaya ular itu
menyemburkan uap beracunnya, dan ia sendiri membuka
mulutnya untuk menghisap uap racun itu, lalu kemudian
menyerang kembali Pada suatu ketika, ular hitam itu melonjak
ke atas dan menyambar dengan gigi racunnya, Bangau putih
itu memukul dengan sayapnya yang besar, lalu mencakar
kepala ular itu dengan kukunya, PukuIan dan cakaran itu
dilakukan demikian cepatnya sehingga tampak ular tersebut
terangkat dari tanah ke udara, lalu jatuh kembali ke tanah
dengan tidak bergerak lagi!
Setelah membunuh ular besar itu, bangau tersebut
merobek perut ular itu dengan kuku-kukunya untuk makan
empedu ular itu. Kemudian dibentangkannya kedua sayapnya,
lehernya dilonjongkan dan terbanglah ia ke atas sambil
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menjerit Bangau itu terbang berputar-putar di atas Bee Kun Bu
dan kawan-kawannya, dan tampaklah oleh mereka bahwa
sayap bangau itu lebih kurang lima kaki panjangnya, Di
pegunungan Kun Lun, Liong Giok Pin sering melihat burung
atau binatang yang ganjil dan luar biasa, akan tetapi bangau
itu adalah untuk yang pertama kali dilihatnya
Seluruh bulunya putih laksana salju, jengger merahnya
sebesar tinju manusia, paruhnya yang panjang keras seperti
baja, dan kuku-kukunya yang tajam seperti gaetan besi.
Karena khawatir kalau-kalau burung itu datang menyerang,
Bee Kun Bu dan kawan-kawan nya bersikap waspada, Tapi
setelah berputar-putar di atas mereka, bangau tersebut
terbang ke arah timur Setelah tak kelihatan lagi, Lie Ceng
Loan menarik napas panjang, lalu berkata: "Ai! bukan main
besarnya bangau putih itu. jika dapat kutunggangi pasti aku
dapat dibawanya naik ke langit!"
Ketika itu Bee Kun Bu sedang memikirkan cara bangau
putih itu bertempur, sedangkan Liong Giok Pin merasa
kasihan pada ular hitam yang telah binasa ttu. Ular itu pasti
berusia ratusan tahun karena demikian benar panjangnya,
Suhunya pernah memberitahukan dan jika dibuat untuk bahan
baju, ia dapat menghindarkan segala macam senjata tajam,
dan sangat disegani oleh para jago-jago silat di kalangan Bu
Lim, Hanya saja untuk mencarinya amat sukar
Bee Kun Bu yang tengah memikir cara-cara bangau putih
itu bertempur, dengan tidak sadar mencoba meniru gerakgerik bangau putih tadi. Diangkatnya lengan kirinya ke atas,
dan menerkam ke depan dengan lengan kanannya, Lie Ceng
Loan memperhatikan gerak-geriknya, dan ingin menegur Tapi
sekonyong-konyong didengarnya Giok Cin Cu menegur
dengan suara rendah: "Jangan ganggu ia!" Lie Ceng Loan
terkejut dan bertanya "Suhu, apakah yang sedang
dilakukannya?" "la sedang berlatih silat ia sangat cerdas, dan ia ingin
belajar dari apa saja yang dianggapnya akan berguna. Tidak
heran jika Toa suhengku mengajari ilmu silat pedang Cui Hun
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Cap Ji Kiam kepadanya, Mungkin juga partai Kun Lun kita
akan terkenal karena ia," menjelaskan Giok Cin Cu. Karena ia
sendiri telah jatuh hati kepada Hian Ceng Totiang, tapi
impiannya itu tak terkabul merasa simpati terhadap Lie Ceng
Loan yang telah jatuh hati terhadap Bee Kun Bu. ia akan
berusaha agar mereka berdua dapat mengikat tali
perjodohannya, dan agar Lie Ceng Loan tidak akan
mengalami nasib seperti ia. ia menjadi sayang sekali kepada
Lie Ceng Loan yang cantik jelita itu, Tapi... manusia berusaha,
dan Tuhan berkuasa, Kadang-kadang idam-idaman itu hanya
impian belaka! "Kau jangan bicara, Lihat betapa tekunnya ia berlatih silat,"
Giok Cin Cu menasehati Lie Ceng Loan. Setelah Bee Kun Bu
meniru cara bangau putih menerkam mangsanya berkali-kali,
masih belum juga dapat rupanya ia memahaminya. Ditariknya
napas panjang-panjang, dan berhenti ber!atih. Ketika melihat
Susioknya, (paman atau bibi gurunya) yang walaupun telah
berusia hampir setengah abad, tapi masih tetap cantik seperti
baru berusia tiga puluh tahun lebih, ia lekas-lekas memberi
hormat kepadanya, dan bertanya: "Susiok, jurus apakah yang
baru saja kulakukan?"
"Mula-mula kukira kau sedang melakukan jurus Cek Sou
Pok Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu
silat tinju Tian Kong Cong. Tapi kiranya bukan. Dari mana kau
belajar jurus tersebut?" kata Giok Cin Cu.
"Baru saja aku telah menyaksikan cara seekor bangau
putih yang luar biasa besarnya menerkam seekor ular hitam
dan berbisa dan yang juga luar biasa panjang dan besamya.
Aku lihat bahwa bangau itu dengan sekali terkam saja dengan
kuku-kukunya telah dapat membunuh mati ular tersebut.
Rupanya memang seperti jurus Cek Sou Pok Liong dari ilmu
silat Tian Kong Cong. Teecu telah mencoba menirunya dan
berlatih, akan tetapi masih juga belum memahami nya," sahut
Bee Kun Bu, "Sayang sekali aku tak menyaksikan Tadi aku
menyaksikan kau berlatih dengan kedua tangan menyambar
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dan menerkam dengan serentak, aku yakin jika jurus itu
dipahami betul-betul, besar sekali manfaatnya," kata Giok Cin
Cu selanju tnya, "Sebetulnya tiap-tiap jurus dari ketiga pukulan
enam jurus-jurus dari ilmu silat tinju Tian Kong Cong, telah
banyak memakan jerih-payah angkatan tua kita untuk
membuat supaya jurus-jurus itu lihay sekali Dan jika kau
sendiri berhasil menciptakan jurus baru, dan menambah jurus
Tian Kong Cong menjadi tiga puluh jurus, bukankah kau juga
akan berjasa bagi partai Kun Lun kita?"
Anjuran itu diperhatikan sekali oleh Bee Kun Bu. Ketika itu,
Liong Giok Pin yang juga seperti Bee Kun Bu dan Lie Ceng
Loan, tak mengetahui bahwa Giok Cin Cu telah kembali entah
dari mana, tampil di hadapan gurunya dan bertanya: "Suhu,
coba lihat ular hitam itu. Apakah itu bukan ular hitam yang
bersisik besi" Baru saja ia bertempur melawan seekor bangau
putih, dan dari mulutnya tak berhenti-hentinya menyembur
keluar uap beracun." Giok Cin Cu memperhatikan ular hitam
yang mati itu, ia terkejut. Ular itu betul ular hitam yang bersisik
besi, tapi alangkah besar dan panjangnya! ia belum pernah
melihat ular sebesar dan sepanjang itu! "Ayo! kita turun
melihat dari dekat!" perintahnya,
Segera mereka berempat, setelah mendapat tempat yang
baik meloncatlah mereka ke bawah melewati banyak batubatu, karang-karang dan pohon-pohon tanpa kesukaran,
Setelah tiba di bawah, Giok Cin Cu mencari sebuah batu
gunung, dan dengan sebuah tendangan, terlontarlah batu itu
ke tubuh ular tersebut Batu itu seakan-akan membentur baja,
karena ular itu tergerak, tapi batunya telah hancur menjadi
potongan-potongan kecil, Kulit ular itu sedikitpun tak luka.
Mereka menghampiri ular yang telah mati itu, Giok Cin Cu
tertawa dan berkata: "Kita beruntung sekali Kita telah
memperoleh benda yang sangat berharga sekali! Cobalah
kamu cabut pedangmu, dan pancung tubuh ular ini!" Bee Kun
Bu segera mencabut pedangnya, lalu memancung dengan
sekuat tenaganya sampai tiga kali, tapi sedikitpun tubuh ular
itu tidak luka, sedangkan mata pedangnya menjadi tumpul ia
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
terpesona dan menjadi bisu. Giok Cin Cu mengambil pedang
Bee Kun Bu. Dengan pedang itu dibalikkannya tubuh ular itu,
Kemudian dengan mengikuti garis putih di bagian perut ular
itu, dibelahnya perut itu dengan ujung pedang.
Lalu keluarlah darah yang amis sekali baunya, Kemudian
mereka berempat sibuk mencuci kulit ular itu sampai bersih.
Giok Cin Cu berkata: "Ular hitam yang berbisa ini sangat
ganas. Uap beracun yang disemburkan nya dapat segera
memabukkan dan memingsankan orang. Kulitnya sangat
berharga sekali, dan sangat disukai oleh para jago silat di
kalangan Kang-ouw, karena jika baju dibuat dari kulit itu, maka
segala senjata tajam tidak dapat menusuk atau melukainya,
Baru pertama kali inilah aku melihat ular sebesar ini." Lalu
dilipatnya kulit itu dan kemudian diperintahkannya semua naik
kembali ke puncak gunung.
Giok Cin Cu telah mendengar bahwa peta Cong Cin To
terletak di dekat puncak Peh Yun Giam. Betul Peh Yun Giam
belum pernah didakinya, tapi menurut pendapatnya, puncak
itu seharusnya senantiasa diliputi oleh awan-awan putih, Dari
pada berjalan tanpa tujuan, lebih baik jika mereka menuju ke
suatu puncak di sebelah tenggara yang diliputi oleh awanawan putih begitulah pikiran Giok Cin Cu. Dipimpinnya ketiga
murid-murid-nya ke arah puncak di sebelah tenggara, Di
sepanjang jalan Lie Ceng Loan masih saja berpikir tentang
bangau putih tadi, ia bertanya kembali pada Bee Kun Bu: "Bangau yang tadi itu besar sekali, Aku ingin menung-ganginya."
Bee Kun Bu menyahut sambil tersenyum: "Nanti jika ia
kujumpai kembali, akan kutangkap untukmu !"
"Bangau itu terbangnya pesat sekali Cara bagaimanakah
kau dapat menangkapnya?" tanya Lie Ceng Loan, pertanyaan
tersebut memerankan muka Bee Kun Bu. sebetulnya jawaban
tadi hanya untuk menghibur saja, tapi si gadis
menganggapnya dengan sungguh-sungguh. "Betul, aku tak
dapat menangkapnya," sahutnya,
"Bu Koko, kau tak usah merasa kecewa, akupun tak ingin
menunggangi bangau itu," menghibur Lie Ceng Loan,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata: "Baiklah, tapi aku
akan menangkapkan yang kecil untukmu."
"Kau harus tangkap dua ekor, kau juga perlu mempunyai
seekor, bukan?" Lie Ceng Loan berkata sambil mengirimkan
kasihnya melalui pandangan ke arah wajah Bee Kun Bu.
Pada malam itu mereka bermalam di atas gunung di
bawah sebuah pohon yang besar, Pada waktu fajar, mereka
berangkat lagi, dan tiba tengah hari di tengah-tengah
pegunungan Koat Cong San. Dengan jurang-jurang yang
curam di sekitar mereka, suara air terjun dari berbagai sudut,
suasana yang sunyi senyap, mereka merasa seolah-olah
berada di dunia lain, Mereka harus berjalan terus jika matahari
masih menerangi tempat itu, dan sudah berapa banyaknya
puncak-puncak gunung yang telah mereka lewati, tapi puncak
yang senantiasa diliputi oleh awan-awan putih masih juga
belum tampak, Giok Cin Cu menjadi cemas.
Apakah pegunungan Koat Cong San tak ada batasnya"
Pada waktu senja, dengan tiba-tiba terdengar raungan seekor
binatang buas menggema di daerah pegunungan itu. Mereka
mengawasi dari mana datangnya suara itu. Di salah sebuah
sisi sebuah puncak tampak oleh mereka sejauh kira-kira lima
depa sebelah atas, seekor singa sedang berjalan, Singa itu
berhenti ketika melihat mereka, dan mengawasi dengan kedua
matanya yang besar. Tiba-tiba singa itu meloncat ke bawah hendak menerkam
mereka, Giok Cin Cu menantikan singa itu sampai dengan
tenang, Lalu dengan tenaga dalamnya ia siap untuk mengirim
tinjunya, sementara itu, Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong
Giok Pin masing-masing telah mencabut pedang-pedangnya
dan berdiri berdamping-dampingan siap menghadapi segala
kemungkinan Tapi, setelah singa itu meloncat sampai di
hadapan mereka, ia berbalik dan lari kabur Giok Cin Cu heran
menyaksikan singa yang dapat julukan raja hutan menjadi
demikian takutnya melihat mereka, dan segera kabur, Belum
lagi ia dapat mencari sebab-sebabnya, tiba-tiba dari atas
terdengar jeritan seekor bangau, Mereka menoleh ke atas.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Betul saja seekor bangau yang besar dan berjengger merah
sedang terbang turun ke arah mereka, Lie Ceng Loan
bertepuk tangan dan berseru: "Bu Koko, bangau yang kemarin
datang lagi!" Kira-kira seratus depa lagi jauhnya dari mereka, bangau itu
membelok ke arah larinya singa tadi, di jalan antara dua
jurang yang sempit Giok Cin Cu makin menjadi heran. Kedua kupingnya
dipasangnya sungguh-sungguh untuk mendengar dari segala
suara, Lalu terdengar suara jeritan, serupa dengan suara
seruling yang ditiup dengan penuh semangat dan perasaan.
Mereka semuanya merasa tertarik oleh suara yang ganjil itu.
Bee Kun Bu berkata: "Susiok, suara jeritan yang serupa
dengan suara seruling itu betul-betul luar biasa, ia dapat
menarik kita sampai kita lupa akan jejak kita sendiri. Suara
apakah sebenarnya itu?"
Giok Cin Cu tidak lantas menjawab ia terus mendengarkan
suara itu. Tiba-tiba suara itu berhenti Lalu Giok Cin Cu
menjelaskan "Suara jeritan yang serupa suara seruling tadi
adalah suara yang dikeluarkan oleh tenaga dalam yang luar
biasa tingginya, Menurut fahamku, orang-orang yang
mempunyai ilmu tenaga dalam yang demikian tingginya tidak
banyak jumlahnya, Masa Giok Siauw Sian Cu (Dewa Seruling
Giok) telah datang juga ke pegunungan Koat Cong San ini"
Jika siluman wanita yang menamakan dirinya Giok Siauw Sian
Cu itu betul-betul telah datang ke pegunungan ini, maka
keadaan atau kedudukan guru-mu, Hian Ceng Totiang,
menjadi sangat gawat!"
"Siapakah Giok Siauw Sian Cu itu" Apakah ia lebih lihay
dari pada Tu Wee Seng si lengan delapan, atau Souw Peng
Hai pemimpin partai silat Tian Liong?" tanya Bee Kun Bu.
Sambil menganggukkan kepalanya Giok Cin Cu menyahut
"Bagaimana rupanya Giok Siauw Sian Cu itu tak dapat orang
melukiskan, karena sedikit sekali orang yang pernah
melihatnya, Suara jeritan yang serupa seruling dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mempunyai gaya penarik itu telah banyak sekali menaklukkan
jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Oleh karena itulah orangorang memberikan julukan Giok Siauw Sian Cu (Dewi seruling
Batu Giok), Kata orang Giok Siauw Sian Cu itu adalah
seorang wanita berbaju hitam, dan selalu menutupi mukanya
dengan kain hitam yang jarang, Bagaimana wajahnya yang
sejati, belum pernah orang melihatnya."
Baru saja selesai keterangannya, terdengar lagi dari jauh
suara jeritan burung bangau dan raung seekor singa, Hanya
kali ini suara tersebut makin hebat Giok Cin Cu berkata: "Ayo!
Kita hampiri, dan lihat apa yang terjadi" Lalu dengan sebuah
loncatan ia telah mendaki sebuah jurang yang curam, dan
diikuti oleh ketiga murid-mu-ridnya, Mereka menuju ke arah
datangnya suara-suara tadi, jalan yang ditempuh sangat
berliku-liku dan sebentar naik sebentar turun.
Setelah mereka melewati sebuah puncak, tiba-tiba
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemandangan yang mereka hadapi beubah. Di bawah mereka
tampak sebuah lembah yang dilingkari oleh puncak-puncak
gunung, Lembah itu sempit, hanya tiga atau empat depa luas
nya, Di atas lembah sempit yang datar itu telah tumbuh
bunga-bunga yang ganjil dan harum, dan rumput yang hijau
dan segan Tapi singa dan bangau tadi entah ke mana
perginya. Dengan ilmu meringankan tubuh keempat orang itu turun
ke bawah dan lari di sepanjang lembah itu. Setelah mereka
melewati beberapa puluh puncak-puncak yang agak kecil, hari
telah senja, Giok Cin Cu melihat bahwa Bee Kun Bu dan lainlainnya telah Ietih. ia menganjurkan "Hawa lembab ini hangat
seperti hawa di musim semi. pemandangannya permai.
Marilah kita beristirahat sejenak!" Matahari mulai terbenam di
sebelah barat, dan sinarnya yang merah kelihatan berkiiaukilauan. Lie Ceng Loan merebahkan diri di atas rumput sambil
menikmati pemandangan yang indah itu.
Giok Cin Cu senantiasa bersikap waspada dan mengawasi
keadaan di sekitar nya. Tiba-tiba ia melonjak-lonjak dan lari
menuju ke pinggir jurang, ia bersandar menghadap ke dinding
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
jurang-jurang itu, dan dengan ilmu Pik Houw Pan Pik atau
Cecak merayap di atas tembok, kedua telapak tangannya
menempel di dinding jurang tersebut dan kedua kakinya
mengenjot ke atas, Dalam sekejap saja ia telah sampai ke
atas jurang, Ketiga muridnya menyaksikan perbuatan itu
dengan perasaan kagum. Bee Kun Bu berkata kepada Liong Giok Pin: "llmu Pik
Houw Pan Pik dari Susiok betul-betul Iihay. Hanya dengan
sekali enjot ia telah naik seratus depa lebih, sedangkan aku
hanya dapat naik lebih kurang empat puluh depa!" Sambil
tersenyum Liong Giok Pin menyahut: "Aku lebih lemah
daripada kau, dan aku hanya dapat naik lebih kurang dua
puluh depa." Belum lagi Bee Kun Bu menyambung
pereakapan itu, Lie Ceng Loan berseru: "Bu Koko, ada orang datang!"
Mereka segera berdiri dan menoleh ke arah orang yang
datang itu. Kiranya benarlah datang, dari sebelah timur
seorang pemuda berbaju hijau, Dalam sekejap saja ia telah
melewati mereka, Pemuda berbaju hijau itu se-akan-akan
tidak menginjak rumput! Bee Kun Bu berpikir "la dapat
menempuh jarak lebih kurang lima puluh depa dalam sekejap
saja, Alangkah lihaynya ilmu meringankan tubuhnya, mungkin
juga lebih lihay daripada Susiok!"
Diceritakan bahwa setelah Giok Cin Cu naik ke atas
jurang, ia melihat bahwa di sebelah timur berdiri tiga buah
puncak gunung dan merupakan sudut-sudut dari satu segi
tiga, Pada puncak yang di tengah tampak garis putih seperti
perak yang menurun ke bawah, dan garis putih itu berkilaukilauan karena sinar matahari yang akan terbenam, Apakah
garis putih itu suatu air terjun" Keadaan di bawah puncak itu
gelap sekali dan entah berapa dalamnya, Giok Cin Cu
memperhatikan letak, bentuk dan keistimewaan dari ketiga
puncak itu, lalu dengan ilmu Pik Houw Pan Pik ia kembali
kepada murid-murid nya. Bee Kun Bu menceritakan peristiwa menemui pemuda
berbaju hijau tadi. Wajah jago silat wanita yang lihay itu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
berubah setelah mendengar peristiwa itu, Agak lama juga ia
berpikir tanpa berbicara, Dengan ilmu meringankan tubuh
yang lebih lihay daripada ilmunya, pemuda tersebut bukan
saja dapat melukai lawannya dengan sehelai daun kayu atau
sebuah bunga, bahkan juga dapat melintasi segala sungai
yang luas dengan hanya menggunakan sepotong ranting
kayu, Giok Cin Cu yang telah banyak pengalaman dan lama
berkecimpung di kalangan Kang-ouw, belum pernah mengenal
orang dengan ilmu meringankan tubuh yang demikian lihaynya
seperti yang diceritakan atau dilukiskan Bee Kun Bu. Lalu ia
bertanya: "Berapa kira-kira usianya?"
Bee Kun Bu menggaruk-garuk kepalanya, dan dengan
perasaan malu ia menyahut: "Teceu malu sekali. pemuda itu
kelihatannya berjalan perlahan-lahan, tapi sebetulnya ia
bergerak secepat kilat Teecu hanya memperhatikan gerakgeriknya, dan tidak memperhatikan wajahnya, Tubuhnya
kurus, tapi usianya.,., Teecu tak dapat mengetahui"
Sambil menggoyang-goyangkan kepala, Giok Cin Cu
berkata: "Jika apa yang telah kau luluskan itu tidak salah,
bukankah tidak terasa juga hembusan anginnya, ketika ia
melewati kamu?" "Betul," sahut Bee Kun Bu seperti orang baru sadar,
"Ketika ia lewat, bukan saja hembusan anginnya tak terasa,
bahkan pakaiannya pun tidak tergerak, dan kedua lututnya tak
bengkok, Tindakannya lemas seakan-akan awan terapungapung di angkasa!"
Giok Cin Cu jadi semakin heran, tetapi ia tetap bersikap
tenang, ia tak ingin meneruskan pereakapan tentang pemuda
berbaju hijau itu. Suasana mulai menjadi gelap, tetapi tak lama
kemudian tampaklah bulan yang bundar seperti roda di langit
sebelah timur Giok Cin Cu berjalan-jalan perlahan-lahan di
atas rumput sambil melihat ke bulan. Liong Giok Pin
mengetahui bahwa suhunya sedang memikiri sesuatu.
Dalam suasana yang sunyi senyap itu tiba-tiba terdengar
dari jauh suara siulan yang panjang. Bee Kun Bu, Lie Ceng
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Loan dan Liong Giok Pin segera berdiri dengan sikap
waspada, Giok Cin Cu memperhatikan siulan itu dan setelah
tak terdengar lagi, ia berkata kepada muridmu rid nya:
"Mungkin telah banyak jago-jago silat datang ke pegunungan
Koat Cong San ini. Siulan tadi datangnya dari tempat yang
kira-kira lima lie jauhnya, Ayo kita berangkat lagi!"
Dengan ilmu menerbangkan tubuh keempat orang itu lari
dengan pesat sekali, dan hanya dalam dua jam saja telah
lebih delapan puluh lie jarak yang mereka tempuh: tapi lembah
itu seolah-olah tak ada batasnya, Makin jauh, makin ganjil
suasananya, Kemudian mereka membelok ke kiri dan
terdengarlah oleh mereka suara air terjun.
Mereka menoleh ke atas. Di bawah sinar bulan berdirilah
tiga buah puncak-puncak yang merupakan sudut-sudut dari
sebuah segi tiga, sungguh sangat angker kelihatannya dan air
terjun dari puncak yang di tengah kelihatan seperti kain sutera
putih metambai-!ambai dari angkasa! Hembusan angin
membawa bau yang harum dari seribu satu macam bungabunga, dan di tengah-tengah lembah itu terletak hutan pohonpohon cemara yang tertinggi Di pinggir hutan itu mengalir
sebuah sungai kecil yang bening sekali airnya.
Suara air terjun yang menderu-seru sangat memusingkan
dan menyebabkan bertambah-tambah seramnya suasana!
Mereka menghampiri tempat di mana air terjun itu jatuh,
Tempat itu merupakan sebuah kolam yang besar, Tapi di
belakang air terjun itu tampaklah seperti ada sebuah goa yang
mungkin menembusi kaki puncak itu. Meskipun sinar bulan
cukup terang, namun goa di belakang air terjun itu gelap
gulita. Mereka mengamat-amati goa itu. sekonyong-konyong dari
suasana yang gelap gulita dan sunyi senyap itu berkelebatan
suatu bayangan putih, dan dalam sekejap mata saja di mulut
goa itu berdiri seekor bangau yang bersayap putih laksana
salju, Bangau itu adalah bangau yang telah mematok mati ular
hitam yang beracun itu. Dengan tak menginsyafi bahaya yang
mengancamnya Lie Ceng Loan berseru sambil menepukKANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
nepuk tangannya: "O! Di dalam goa inikah tinggal bangau
yang besar itu"!"
Seruan itu menyebabkan Bee Kun Bu terkejut ia meloncat
ke depan dengan tinju kirinya menjagai mukanya, sedangkan
dengan tinju kanannya ia menerjang keluar dengan
mempergunakan ilmu Tian Kong Cong, Jurus Cek Siu Pok
Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu Tian
Kong Cong itu dilepaskannya dengan cepat sekali seperti
anak panah terlepas dari busurnya ke arah bangau putih itu.
Bangau yang sedang menoleh ke atas itu, setelah melihat
serangan tinju itu, segera membalikkan tubuhnya dan dengan
sayap kirinya disapukannya ke arah Bee Kun Bu.
Angin dari tinju Bee Kun Bu itu terbentur dengan angin dari
sapuan sayap bangau, Bee Kun Bu terkejut dan dengan tak
disadarinya ia pun tersapu ke atas sampai sedepa lebih
tingginya, ia tak ada kesempatan untuk membela diri. ia jatuh
ke tanah meskipun Giok Cin Cu berusaha untuk
menangkapnya, Lie Ceng Loan hanya dapat berdiri terpesona
tak berdaya. Setelah bangau putih itu menyapu Bee Kun Bu, lalu
terbanglah ia ke atas entah ke mana, Giok Cin Cu lekas-lekas
memijit-mijit jalan darah Bee Kun Bu untuk menyadarkannya
kembali ia melihat mata Lie Ceng Loan berlinang-linang. Lalu
tegurnya: "Mengapa kau menangis" Aku tidak terluka." Lie
Ceng Loan menghapus air matanya, dan menyahut: "Bangau
itu berbahaya sekali Aku tak akan menginginkannya lagi!"
Baru saja perkataan itu selesai diucapkannya, dari hutan
pohon cemara terdengar suara orang menegur: "Apakah Loan
Jie" Mengapa kau datang ke pegunungan Koat Cong San
ini?" Suara itu sudah dikenalnya betul Lie Ceng Loan telah
mendengar suara tersebut selama sepuluh tahun lebih, Tanpa
menoleh lagi ia berseru: "Suhu! Suhu!" Dari hutan pohon
cemara itu keluarlah dua orang: ialah Hian Ceng Totiang dan
Ngo Kong Toa-su. Lie Ceng Loan lari menubruk Ngo Kong
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Toa-su yang memeluknya erat-erat dan berkata: "Loan Jie,
kau sudah menjadi murid partai Kun Lun. Mengapa masih
panggil aku Suhu?" Giok Cin Cu begitu melihat Hian Ceng Totiang menjadi
sangat terharu, Asmara yang dipendamnya selama beberapa
puluh tahun itu tiba-tiba merangsang jantungnya lagi Seluruh
tubuhnya menjadi panas, ia berdiri terpesona agak lama. Lalu
ia mengangkat kedua tangannya untuk memberi hormat
sambil berkata: Toa-Suheng (kakak besar seperguruan)
apakah kau baik-baik saja?"
Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya membalas
hormat itu, dan sambil tersenyum ia menyahut: "Mengapa
kamu datang ke pegunungan Koat Cong San. Apa Sutee yang
memegang pimpinan kuil di pegunungan Kun Lun ada dalam
keadaan baik-baik saja?"
Dengan mata berlinang-linang Giok Cin Cu menyahut: "JieSuheng baik-baik saja. ia dan aku senantiasa mengingat ToaSuheng, Aku tidak menghiraukan perjalanan yang jauh dari
pegunungan Kun Lun hendak datang ke kuil San Ceng Koan
di propinsi Hunan, Tapi di perjalanan aku berjumpa dengan
mereka ini Aku telah membaca surat dari Toa-Suheng, dan
mengetahui bahwa Toa-Suheng sedang menuju ke
pegunungan Koat Cong San ini Oleh karena itu, aku ajak
mereka datang ke sini."
Hian Ceng Totiang tidak menjawab ia hanya tersenyum,
Lalu diperkenalkannya Giok Cin Cu kepada Ngo Kong Toa-su.
Si pendeta tua mengangkat kedua tangannya memberi
hormat dan berkata: "Aku telah mendengar tentang Sumoy,
dan telah lama aku ingin berjumpa, Loan Jie yang yatim piatu
telah Sumoy terima, dan aku harap Sumoy dapat
mengajarinya dengan baik. Aku si pendeta tua ini tak akan
melupakan budi itu, dan dengan kesempatan ini
menghaturkan banyak terima kasih!" Lalu ia memberi hormat
lagi. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Giok Cin Cu lekas-lekas membalas hormat itu dan berkata:
"llmu silat Loan Jie sudah baik sekali berkat pengajaran Toasu. Aku Giok Cin Cu mungkin tak dapat mengajarkan yang
lebih lihay lagi kepadanya, sebaliknya diwaktu Toa-Suhengku
perlu bantuan, Toa-su rela menyertai, Budi ini, tak akan dapat
kulupakan....N Hian Ceng Totiang memotong pereakapan itu
dan berkata "San-sumoy tak usah terlalu cemas. Urusan partai
Kun Lun adalah urusan kita semua, dan segala sesuatu yang
bersangkutan dengan partai kita, harus kita usahakan
bersama-sama." "Jie-Suheng telah diserahi pimpinan kuil di pegunungan
Kun Lun, dan ia pasti menunaikan tugasnya dengan baik, ia
pun telah menerima budi besar dari Toa-Suheng, dan ia pasti
tak akan membangkang terhadap segala perintah ToaSuheng," sahut Giok Cin Cu sambil tersenyum
Ngo Kong Toa-su belum mengetahui bahwa di antara tiga
pemimpin partai Kun Lun itu telah timbul peristiwa asmara segi
tiga, dan ia tak mengerti pereakapan yang diucapkan oleh
Hian Ceng Totiang dan Giok Cin Cu itu, tapi setelah
mendengar kesanggupan Giok Cin Cu menerima Lie Ceng
Loan sebagai murid, ia pun menjadi terharu, Dengan menotok
tanah dengan tongkat besinya ia berseru: "Meskipun aku
bukan dari partai Kun Lun, tapi aku pasti ingin berkorban untuk
partai Kun Lun!" Ketika itu Hian Ceng Totiang sedang memikirkan peta
Cong Cin To yang berada di tangannya, dan berita ini akan
menerbitkan banyak rintangan-rintangan bagi usahanya,
karena para jago silat pasti datang ke pegunungan Koat Cong
San untuk mengejarnya, Kini Giok Cin Cu dan murid-muridnya
telah datang ke pegunungan Koat Cong San. Betul mereka
dapat membantu, akan tetapi ia pun harus melindungi mereka,
dan dengan demikian bertambahlah bebannya, Semua ini
memasgulkan hatinya! Giok Cin Cu yang telah sepuluh tahun lebih tiada bertemu
dengan Hian Ceng Totiang menggunakan kesempatan itu
untuk bereakap cakap di bawah sinar bulan bersama-sama
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ngo Kong Toa-su dan murid-muridnya. ia menuturkan semua
pengalamannya selama dalam perjalanan dari pegunungan
Kun Lun sampai ke pegunungan Koat Cong San itu.
Setelah para jago silat dari berbagai-bagai partai
mendengar berita bahwa peta Cong Cin To berada di tangan
Hian Ceng Totiang, datanglah mereka berkumpul di propinsi
Hunan utara. Setelah mendengar keterangan Giok Cin Cu
bahwa si lengan delapan (Tu Wee Seng) dari partai Hua San,
kedua belibis dari partai Tiam Cong dan Souw Peng Hai dari
partai Koat Cong San, Hian Ceng Totiang menjadi cemas,
Suara siulan dari seruling batu Giok yang terdengar di lembah
dan pemuda berbaju hijau yang tampak datang dan pergi di
kaki jurang sebagaimana telah dituturkan oleh Giok Cin Cu
menyebabkan ia lebih cemas lagi Apakah mereka berdua itu
juga telah datang ke pegunungan Koat Cong San untuk
merebut peta Cong Cin To"
Dengan segala kecemasan Hian Ceng Totiang masih tetap
bersikap tenang, ia berpaling kepada Giok Cin Cu dan
berkata: "Aku dan Ngo Kong Toa-su telah setuju mencari
bersama-sama di mana letaknya kitab Kui Goan Pit Cek
menurut petunjuk-petunjuk peta Cong Cin To, tapi kita baru
tiba di bagian ini." Lalu di bawah sinar bulan dibukanya peta
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang dibuat di atas sehelai kain sutera itu.
Betul di atas peta itu terlukis tiga puncak yang berdiri tegak
merupakan sudut-sudut dari sebuah segi tiga, dan tampak air
terjun di puncak yang di tengah, Mereka sekarang berada di
tempat yang tertulis di peta itu. Menurut pendapat mereka
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tentu tersembunyi dekat-dekat
mereka sekarang, Hanya peta itu tidak menunjukkan letak
yang tepat Mereka harus memeras otak untuk dapat
menafsirkan letak kitab berharga itu dengan tepat Hian Ceng
Totiang menoleh ke langit dan mengawasi keadaan
sekitarnya, dan dengan tak diinsyafinya ia berseru: "Pohonpohon cemara me-nyaring sinar bulan, Di atas batu-batu air
jernih beraliran." Sajak itu tertera juga di atas kain sutera putih
itu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tiba-tiba ia terlompat-lompat Dikelilingnya pohon-pohon
cemara yang tumbuh dekat pinggir sungai yang banyak
berbatu-batu itu. Sungai itu mengalir melewati sebuah batu
yang besar sebelumnya mengalir masuk ke dalam sebuah
goa. Batu besar itu rupanya belum pernah diganggu,
Dicabutnya pedangnya dan dicobanya menusuk dan
memukul-mukul batu itu, tapi tak tampak tanda-tanda yang
mungkin dijadikan kunci untuk membuka rahasia tempat kitabkitab itu tersembunyi
Melihat air sungai yang jernih, Lie Ceng Loan yang sudah
tiga hari tidak mandi, membuka sepatunya dan mencelupkan
kedua kakinya ke dalam air sungai itu, Lalu ia berjalan
mengarungi sungai yang hanya tujuh atau delapan kaki
lebarnya Kemudian ia duduk di tepi sungai dengan kedua
kakinya direndamkan di dalam air. "Jika sungai ini agak dalam
dan merupakan suatu ko!am, betapa enaknya aku mandi di
sini!" pikirnya. Bee Kun Bu telah mengikuti Suhunya dan juga telah
melihat batu besar yang terletak di depan gua. " Apakah yang
terletak di bawah batu besar itu" Sajak itu mengatakan: "Air
jernih mengalir di atas batu-batu." Apakah batu-batu di dalam
sungai ini ada hubungannya dengan letaknya kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek?" pikirnya, "Tidak salah! Di bawah batu ini
mungkin ada sesuatu!" serunya dengan tak terasa, Seruan itu
telah menarik perhatian yang lain-lainnya, dan mereka berlarilari mendatanginya.
Lalu diceritakannya tafsirannya tentang batu besar itu,
Hian Ceng Totiang menundukkan kepala berpikir Ketika
diangkatnya kepalanya kembali diperintahkannya Bee Kun Bu
mencari rotan yang besar dan kuat Setelah rotan itu dibawa
dan diberikan kepadanya, Hian Ceng Totiang berkata: "Batu
besar ini rupanya dapat memberikan kita kunci dari usaha kita,
Aku ingin menyelam dan menyelidiki apa yang terletak di
bawah batu besar itu, Kamu menanti aku di tepi sungai ini!"
Lalu diikatnya pinggangnya dengan rotan yang telah
disambung-sambung itu dan diperintahkannya Bee Kun Bu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
memegang ujung rotan yang telah disambung-sambung itu,
sebelumnya Hian Ceng Totiang menyelam, Bee Kun Bu
berkata: "Suhu, biarlah teecu yang menyelam...." Tapi Hian
Ceng Totiang tersenyum dan menyahut: "Dalamnya sungai ini
tak terduga, Apakah di bawahnya ada makhluk-makhluk yang
beracun, kita pun belum mengetahui Aku merasa lega jika aku
sendiri yang melakukannya."
Giok Cin Cu juga berkata: "Toa-Suheng, biarlah aku yang
lakukan." Hian Ceng Totiang menggelengkan kepalanya dan
menyahut ." Tidak! Kau harus membantu Jie-Suheng
memimpin partai Kun Lun. Jika aku tewas, kau harus menjaga
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan yang telah kuserahkan
kepadamu, dan ajari betul ilmu silat pedang Cui Hun Cap Jie
Kiam!" Merembes masuk ke dalam goa dan memperoleh
mustika. Kemudian Hian Ceng Totiang terjun ke dalam air dan
menyelam sedangkan Bee Kun Bu mengulur rotan yang
disambung-sambung itu, Telah lebih dua ratus depa rotan
yang diulur kemudian terasa isyarat dari dalam air, barulah
penguluran itu dihentikan Mereka mengetahui bahwa Hian
Ceng Totiang telah tiba di dasar sungai, Mereka menunggu
Sejam... dua jam, tapi mereka belum juga memperoleh isyarat
dari Hian Ceng Totiang, Mereka menjadi cemas, tapi tak
berdaya! Bee Kun Bu tak dapat menahan kegelisahannya. "Susiok,
aku harus menyelam untuk menyelidiki keadaan Suhu!" ia
memaksa, Giok Cin Cu mengetahui ia tak dapat mencegah ia
menganggukkan kepalanya dan memperingat "Kau harus hatihati. Jika tidak melihat Suhu, kau harus lekas-lekas naik ke
atas!" Lalu Bee Kun Bu mengikat pinggangnya dengan rotan
yang telah disambung-sambung.
Setelah ia menyelam sepuluh depa lebih, ia merasa dingin
sekali. Dengan menggunakan ilmu tenaga dalam
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dihangatkannya tubuhnya, ia memperhatikan juga bahwa
makin dalam ia menyelam, makin terus dasar sungai itu,
Setelah ia menyelam sampai dua ratus depa lebih barulah ia
tiba di dasarnya. Rupanya batu besar itu menutupi sebuah
goa di dasar sungai yang luasnya hanya sedepa persegi. Dari
situ air mengalir dengan sangat deras ke dalam goa. Goa itu
sangat gelap, tapi agak tinggi.
Air yang mengalir deras hanya setinggi lima kaki dan Bee
Kun Bu dapat berdiri di dalam air yang mengalir deras itu
dengan kepalanya bebas, ia melihat bahwa ia dapat naik ke
atas tebing-tebing di kedua pinggir goa itu. ia segera meloncat
naik ke atas tebing itu dan jalan dengan hati-hati menuju ke
ujung goa yang agak terang tampaknya. Betul saja makin jauh
ia berjalan, makin terang suasana di dalam goa itu, karena
sinar fajar menyorot ke dalam dari mulut atau ujung goa itu, ia
berjalan cepat-cepat dan ketika ia sampai di luar, ia menjadi
terpesona. ia berseru "Wahai! Luas betul dunia ini! ajaib betul
dunia ini! siapakah yang akan menduga bahwa dari dasar
sungai orang dapat menemui tempat yang seindah ini dengan
melalui gua yang dapat dikatakan terletak di dasar sungai!"
Lalu ia berjalan terus sambil mengawasi apa saja yang ada
di sekitarnya, Dalam keadaan yang sunyi senyap itu, suara
apapun juga dapat terdengar ia mendengar suara orang
sedang menarik napas panjang, ia tahu bahwa suara itu
adalah suara tarikan napas gurunya, ia lari menuju ke arah
suara itu, Di suatu lapangan rumput di antara pohon-pohon
bunga tampak olehnya gurunya Hian Ceng Totiang sedang
duduk sambil menengadah ke langit, Meskipun hanya dua
depa jarak antar mereka, tapi tampaknya gurunya seakanakan tak mengetahui kehadirannya di sana,
Bee Kun Bu merasa heran, ia ingin maju, tapi ia berpikir
"Mengapa Suhu duduk terpaku seakan-akan seorang yang
hilang ingatan" Apakah Suhu terkurung oleh pohon-pohon
bunga ajaib itu sehingga tak dapat bergerak?" Baru saja ia
ingin bertindak maju, tiba-tiba Hian Ceng Totiang berdiri dan
menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, Lalu ia
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
melangkah sambil menghitung jumlah langkah-langkah
tersebut ia melangkah ke kiri dan ke kanan, tapi tidak melewati
batas sebuah lingkaran yang garis menengahnya tidak lebih
dari lima depa. Pada suatu ketika ia rupanya dapat keluar dari semak
pohon-pohon bunga, tapi kemudian ia balik lagi ke tempat
asalnya, Bee Kun Bu berteriak: "Suhu! Melangkah dua
langkah lagi, dan Suhu dapat keluar dari semak pohon-pohon
bunga itu!" jeritan yang keras itu seakan-akan tidak terdengar
oleh Suhunya, karena suhunya tetap kembali ke tempat asal
dan duduk sebagaimana pertama kali sambil menarik napas
panjang yang terdengar nyata oleh Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu menjadi sangat cemas, Suhunya dengan ilmu
Pat Kwa Jie Li Ngo Heng atau lima langkah melampaui
rintangan dari delapan jurusan tidak mampu keluar dari
belenggu pohon-pohon bunga yang ajaib itu! Dan... ia sendiri
tak mampu menolong gurunya! Apakah yang harus
dilakukannya" ia mengasah otaknya mencari akal untuk
menolong gurunya. Dihitungnya jumlah pohon-pohon bunga yang mengurung
gurunya, dan ternyata ada sembilan kali sembilan sama
dengan delapan puluh satu, jika ditebangnya sebuah pohon,
mungkin khasiat pohon-pohon bunga ajaib yang mengurung
gurunya dapat dipunahkan Dengan tekad yang demikian
dicabutnya pedangnya dan dipancungnya sebuah pohon
bunga, ia menunggu sebentar, tapi tidak tampak perubahan
Dipancungnya sebuah lagi, juga tak tampak perubahan. ia
menjadi marah. Dipancungnya terus sampai tiga kali tiga kali
tiga sama dengan dua puluh tujuh buah pohon, "Sing....
sing.... sing!!!" bunyi suara yang nyaring dan bising entah dari
mana. Dan... kedua mata Hian Ceng Totiang bersinar! ia
menengok ke arah Bee Kun Bu sambil bangun berdiri
Lalu dengan tenang ia melangkah keluar dari tengahtengah pohon-pohon bunga itu, dan berkata: "Ai! Aku telah
menggunakan ilmu Pat Kwa Ji Li Ngo Heng untuk keluar dari
perangkap pohon-pohon bunga yang ajaib ini, tapi tak berhasil
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Untung sekali kau datang menoIong, Tapi... bagaimanakah
caranya kau datang ke sini?" Bee Kun Bu merasa girang
karena telah dapat menolong gurunya, Lalu diceritakan nya
bahwa karena ia khawatir akan keselamatan gurunya, ia pun
menyelami sungai, Tentang bagaimana caranya Teecu
menolong Suhu," ia melanjutkan Teecu pun tidak mengetahui
Teecu hanya menolong menurut pendapat sendiri untuk
melepaskan orang dari jaring, kita harus memotong putus
talinya, bukan" Rupanya pohon-pohon bunga itu telah
merintangi jalan keluar untuk Suhu, maka Teecu tebaslah
mereka itu." Sambil menggoyang-goyang kepalanya, Hian Ceng
Totiang berkata: "Ai! Aku dengan membabi buta telah masuk
ke dalam semak pohon-pohon bunga itu, dan tidak
menghiraukan akibatnya, Kini dua puluh tujuh pohon-pohon
telah kau tumbangkan, aku kira mereka tak berbahaya lagi!
Mari kita masuk lagi dan menyelidiki hal-hal yang lain-lainnya!
Bee Kun Bu masih juga khawatir Dicabutnya pedangnya,
dan dengan pedang terhunus diikutinya guru-nya. Dengan
mata kepalanya sendiri disaksikannya kerangka-kerangka
manusia di bawah pohon-pohon itu, ada yang berbaring, ada
yang duduk, dan ada pula yang berlutut dengan kepala di atas
tanah, ia terkejut dan bertanya. "Suhu! Apakah rangka-rangka
ini korban dari perangkap pohon-pohon bunga itu?"
Hian Ceng Totiang tak segera menyahut ditariknya napas
panjang-panjang, lalu berkatai "Hai.,.! Kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek telah banyak mengambil korban. orang-orang ini telah
berusaha mencarinya, dan telah masuk ke dalam perangkap
pohon-pohon bunga ajaib ini. Mereka tak dapat keluar Mereka
tewas karena kelaparan dan kedinginan Aku pun bisa seperti
mereka, meninggalkan rangka di sini, jika kau tak datang
menolong! Hai...." Setelah melalui semak pohon-pohon bunga ajaib itu,
mereka menghadapi sebuah dinding jurang gunung yang
curam. Di kaki jurang itu ada dua buah batu gunung yang
besar yang merupakan pintu dari sebuah gua. Dengan tenaga
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dalamnya, Hian Ceng Totiang mengirim pukulan ke arah batubatu itu, dan sekarang terbukalah pintu tersebut Mereka
menjenguk ke dalam dan tampaklah sebuah batu gunung
yang besar sekali dan dua batu hijau yang lebih kecil di kedua
sampingnya, Di atas kedua batu yang lebih kecil itu ada dua
buah patung: sebuah merupakan pendeta laki-laki dan yang
lain merupakan rahib perempuan
Di atas batu yang besar terletak sebuah kotak dari batu
Giok yang berukuran satu kaki kali satu kaki kali lima dim
(atau tiga puluh sentimeter kali tiga puluh sentimeter kali lima
belas sentimeter). Di depan batu yang besar terdapat sebuah
pedupaan dari batu yang berwarna putih, dan di dalam
pedupaan itu masih terdapat abu hio (semacam menyan
wangi) yang sangat harum baunya, Bau harum ini
berhamburan di udara dan menusuk hidung ketika pintu batu
terbuka. Hian Ceng Totiang lalu menjelaskan: "Pendeta laki-laki itu
adalah Hian Kie Cin Jin, dan rahib perempuan itu adalah San
Im Shin Nie. Keduanya telah menulis ilmu-ilmu silat yang
maha dahsyat dan membuat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kita
harus berlutut memberi hormati Mereka segera berlutut di
hadapan patung-patung itu. Kemudian dengan ilmu
meringankan tubuh, Hian Ceng Totiang meloncat ke atas batu
yang besar tadi dan melihat kotak dari batu Giok itu,
Diperiksanya dengan teliti, dan di atas kotak tersebut tertulis
delapan huruf yang berbunyi: Pit Cek Cung Po, Cin Si Mok
Sen (Kitab-kitab ini sangat berharga, Harus dijaga baik-baik).
Kitab-kitab itu adalah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang
dicari oleh para jago silat selama beratus-ratus tahun, Kini
Hian Ceng Totiang yang menemuinya. ia terharu, bereampur
gembira, seluruh tubuhnya gemetar Dengan kedua tangannya
yang gemetar, dicobanya membuka kotak itu, dan di dalamnya
ada tiga buah kitab yang tidak terlampau tebal Disampul kitab
yang paling atas tertulis dalam huruf merah Kui Goan Pit Cek.
Hian Ceng Totiang merasa seolah-olah jantungnya hendak
putus, bahna kegirangan Buru-buru ditutupnya kotak itu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
kembali Dari kantong di dadanya, dikeluarkannya sehelai kain
tebal, dan dengan itu dibungkus nya kotak tersebut dengan
hati-hati. Kemudian ia turun dari batu itu, memberi hormat
kembali kepada kedua patung-patung itu, dan akhirnya
diajaknya muridnya lekas-lekas keluar dari gua itu, Setelah
keluar, Hian Ceng Totiang menjerit keras, suaranya seperti
seekor naga meraung dan bising sekali
Suara jeritan itu dikeluarkan dengan tenaga dalam dan
terdengar oleh Ngo Kong Toa-su dan Giok Cin Cu yang
sedang menanti di tepi sungai dengan perasaan khawatir yang
amat sangat sebetulnya untuk pergi ke gua di mana terletak
kitab Kui Goan Pit Cek itu, orang harus menyelam ke dalam
sungai Kemudian melalui gua di dasar sungai menerobos
keluar ke lembah di mana tumbuh pohon-pohon bunga ajalb,
sebelumnya semak pohon-pohon bunga itu dapat dilewati
orang tak dapat mendekati dinding jurang yang sangat curam
itu untuk membuka pintu batu yang menutupi gua di mana
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tersimpan.
Hian Ceng Totiang dan Bee Kun Bu dengan ilmu tenaga
dalam dan meringankan tubuhnya telah berhasil menyelam,
menerobos masuk gua di dasar sungai, bahkan melewati
semak pohon-pohon bunga yang ajaib, Lalu sebagaimana
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah diceritakan telah membuka pintu batu dan mengambil
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Lembah dimana mereka berada
tak dapat dicapai dengan jalan menuruni jurang yang amat
curam itu, dan senantiasa disetubungi kabut yang tebal sekali
Kini setelah memperoleh kitab-kitab mujizat itu, dengan ilmu
Cit Tiang Sin Kong atau terbang melonjak menembusi langit,
mereka menotok tanah dengan kedua ujung jari kakinya, lalu
tubuhnya melonjak ke atas secepat kilat dan tiba di atas
jurang, kemudian dengan ilmu meringankan tubuh mereka lari
dengan pesat melalui batu-batu, semak-semak dan segala
rintangan-rintangan, dan berkumpul kembali dengan kawankawannya!
Semuanya dapat berlega hati kembali Giok Cin Cu adalah
orang yang pertama bertanya pada Hian Ceng Totiang: ToaKANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Suheng, mengapa lama sekali kau di dasar sungai itu"
Apakah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah diperoIeh?" Sambil
tersenyum Hian Ceng Totiang menyahut "Aku telah masuk
perangkap semak pohon-pohon bunga, dan hampir tewas,
Tapl., ya, sudahlah, akhirnya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek
telah kuperoleh Berkat pertolongan Bee Kun Bu, aku telah
beruntung memperoleh kitab-kitab mujizat ini" Lalu
diceritakannyalah pengalaman-pengalamannya menyelam ke
dasar sungai, cara muridnya menolongnya dari perangkap,
dan cara mereka keluar dari lembah yang terpencil tadi
Giok Cin Cu mengawasi Bee Kun Bu dengan perasaan
kagum, lalu berkata: "Bukan saja ia cerdik dan cerdas, tapi
juga seorang yang budiman, Toa-Suheng beruntung sekali
mempunyai murid seperti dia yang dapat menjunjung tinggi
kemasyhuran partai Kun Lun kita."
Dengan pujian itu Bee Kun Bu merasa canggung, Hian
Ceng Totiang mengawasi muridnya dan berpikir "Kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek telah diperoleh, dan aku harus mencari
suatu tempat yang terpencil dan tentram untuk mempelajari
ilmu silat dari kitab-kitab ini yang mungkin memakan tempo
setahun atau dua tahun, karena kitab-kitab ini, kalangan Bu
Lim menjadi bergolak, dan gelombangnya mungkin dapat
menyapu anggota-anggota dari partai Kun Lun. Ya... karena
perebutan kitab-kitab ini, para partai silat akan bertarung matimatian, Betul kitab-kitab ini sangat berharga, akan tetapi
mereka pun merupakan sumber dari segala malapetaka!" ia
menarik napas panjang memikirkan akibat-akibatnya.
Giok Cin Cu juga merasa heran mengapa Toa-Suhengnya
setelah memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu masih
juga merenung, ia bertanya: Toa-Suheng, kitab-kitab Kui Goan
Pit Cek sudah di tangan, seharusnya Toa-Suheng bergembira,
Tetapi mengapa sekarang masih duduk terpekur?" Lalu
dikeluarkannya kulit ular hitam dan diperlihatkannya sambil
berkata: "Aku datang ke pegunungan Koat Cong San ada juga
memperoleh hasil Cobalah lihat kulit ular ini! Bukankah kulit ini
mujizat?" Hian Ceng Totiang mengambil kulit ular itu dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
melihat dengan teliti sisik- sisiknya, lalu sambil tersenyum ia
berkata: "Kulit ini betut-betul berharga, dan sukar dicari Dari
mana kau peroleh?" "Kulit ular ini aku peroleh tanpa kesukaran, Jika aku
sengaja mencarinya pasti tidak akan berhasil Partai Kun Lun
kita dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dan kulit ular ini pasti
akan menjagoi di kalangan Bu Lim..." sahut Giok Cin Cu.
Belum habis Giok Cin Cu bicara, tiba-tiba terdengar suara
tertawa, Hian Ceng Totiang terkejut ia bangun dan membuka
kedua matanya dan mengawasi keadaan di sekitarnya.
Suara tertawa itu kedengarannya dekat sekali, tetapi entah
dari mana asaInya. Dengan ilmu tenaga dalamnya ia dapat
mengetahui daun pohon jatuh lejauh lima depa, Tapi suara
tertawa yang kedengarannya sangat dekat itu, tak dapat
diketahuinya dari mana datangnya. Giok Cin Cu dan Ngo
Kong Toa-su juga mendengar suara tertawa itu akan tetapi
sedikit pun tak tampak tanda-tanda dari mana datangnya,
Sekonyong-konyong Lie Ceng Loan menjerit: "O! Bangau
putih datang kembali!" Semuanya menoleh ke atas, Bangau
itu datang dan menyambar Hian Ceng Totiang secepat kilat
dengan sayapnya dan sekaligus merebut kulit ular dari
tangannya, Giok Cin Cu yang berdiri dekat Toa-Suhengnya
melihat bangau putih itu merampas kulit ularnya dari tangan
Toa-Suhengnya. Sambil menjerit dikibaskannya lengan bajunya dan ia
terbang ke atas untuk mengirim jotosan dengan tinju
kanannya ke arah bangau putih itu. jotosan yang dikirim
dengan tenaga dalam itu luar biasa hebatnya, hembusan
anginnya menerjang bangau putih sehingga bangau itu
bergoyang-goyang di udara, Lalu dengan suara mengeluh
yang panjang ia terbang lebih tinggi melewati awan-awan dan
tak kelihatan lagi! Sakit sekali hati Giok Cin Cu karena kulit
ularnya dirampas. ia merentak-rentak karena masygulnya.
Tinju yang dikirimnya sebetulnya dapat menghancurkan
batu tapi mengapa ia tak berhasil membunuh bangau putih
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
itu" ia heran bereampur masyguI. Hian Ceng Totiang
menghampirinya dan menghibur: "Bangau putih itu, yang
dapat membunuh mati ular hitam yang berbisa dan
panjangnya dua depa lebih, bukan bangau sembarangan ia
telah merampas kulit ular tetapi tidak melukai kita, kita sudah
seharusnya bersyukur Bangau itu pasti ada majikannya,
Jotosanmu paling sedikit dikirim dengan tenaga enam ratus
kati. Dengan tenaga itu segala binatang buas tentu binasa
kalau kena. Tapi bangau putih itu seakan-akan tidak
menderita apa-apa. Orang yang memelihara bangau demikian
pasti seorang yang luar biasa saktinya, Suara tertawa yang
baru saja kita dengar, mungkin juga suara tertawa majikan
bangau itu, Rupanya ia hanya menghendaki kulit ular
Bukankah bangau itu bertarung melawan ular" sedangkan kau
mengambilnya tanpa jerih payah, Kau telah merampas hasil
pertarungan bangau itu, Marilah kita jalan. Lama-lama
berdiam disini tak ada juga gunanya !"
Giok Cin Cu menganggukkan kepala nya, lalu mengikuti
Toa-Suhengnya jalan bersama-sama lain-lainnya. Setelah
mereka tiba di tempat di mana Bee Kun Bu menemui pemuda
berbaju hijau, mereka berhenti untuk beristirahat dan makan,
Mereka makan sambil duduk di atas rumput saja, Lie Ceng
Loan bertanya pada Liong Giok Pin: "Cici, apakah di
pegunungan Kun Lun ada bangau putih" Jika ada, aku ingin
memeliharanya seekor Jika bangau itu besar, akan kusuruh ia
merebut kembali kulit ular Susiok dari bangau putih tadi."
Ucapan itu diperhatikan oleh mereka semua, tapi
semuanya tidak menyahut, karena pada saat itu dari salah
sebuah lembah terdengar suatu suara orang tertawa yang
keras sekali seakan-akan menggetarkan jurang-jurang!
Mereka semua menoleh ke arah datangnya suara tertawa
yang ganjil itu, Giok Cin Culah yang pertama bangun, Dari
jauh dilihatnya empat orang yang sangat jelek wajahnya
sedang mengawal seorang tua yang berambut dan berjenggot
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
putih, bertubuh kurus dan berbaju kurung, berjalan dengan
memegang tongkat, Dengan sekejap saja rombongan itu
sudah berada dekat mereka. Orang tua itu sangat bersih
wajah nya, hanya jenggotnya luar biasa panjangnya, dan
kedua alisnya yang putih hampir menutupi kedua matanya
karena terlampau panjang.
Tongkat yang dipegangnya mempunyai gagang yang
berbentuk seperti kepala seekor naga, Empat orang yang
mengawal berbaju buntung semuanya, dan muka mereka
bukan main buruknya, penuh dengan bekas-bekas bacokan
atau tusukan senjata tajam, Sambil berdiri lebih kurang
sedepa jauhnya, orang tua itu mengangkat kedua tangannya
memberi hormat, dan berkata sambil tersenyum: Tiga
pemimpin partai silat Kun Lun sangat termasyhur namanya di
kalangan Bu Lim, Aku si tua bangka ini merasa beruntung
dapat menjumpai mereka." Lalu ia tertawa terbahak-bahak,
suaranya keras menggetarkan suasana di sekitar mereka.
Sekali melihat wajahnya, Hian Ceng Totiang segera
mengenali bahwa ia itu adalah pemimpin partai silat Tian
Liong, Souw Peng Hai. Empat pengawalnya yang sangat jelek
wajahnya adalah empat iblis dari propinsi Su-coan. Hian Ceng
Totiang segera membalas memberi hormat dengan
mengangkat kedua tangannya ke dada seraya berkataj "Souw
Cong Piauw (pemimpin Souw) adalah seorang yang lihay
silatnya di kalangan Kang-ouw, Partai Tian Liong sangat
termasyhur di bawah pimpinannya, Kami dari partai Kun Lun
tak dapat disetarafkan dengan-nya."
"Saudara terlampau merendah, Partai Kun Lun adalah
partai silat yang lihay dan merupakan salah satu partai besar,
dan partai Tian Liong tak dapat disamakan dengan partai Kun
Lun," sahut Souw Peng Hai sambil tersenyum. Lalu matanya
mengawasi bungkusan kain kuning yang diikat di belakang
Hian Ceng Totiang, ia berkata lagi: Tersiar kabar bahwa peta
Cong Cin To telah berada di tangan saudara, betulkah
begitu?" pertanyaan itu tak mudah dijawab Di kalangan Kangouw, jago-jago silat yang budiman enggan berdusta, Oleh
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sebab itu Hian Ceng Totiang terpaksa berpikir sejenak,
kemudian menjawab "Betul Peta tersebut telah kuperoleh!"
"Jika sudah dapat, mengapa tidak saudara cari kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek" Apakah bungkusan kain kuning di belakang
saudara itu berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" tanya Souw
Peng Hai. Pertanyaan tersebut seolah-olah tusukan pisau, Hian Ceng
Totiang menyahut sambil mengejek: "BetuI! Souw Cong Piauw
menanyakan soal itu, apakah maksud saudara sebenarnya ?"
Souw Peng Hai tertawa terbahak-bahak dan berkatai
"Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah barang-barang berharga
di kalangan Bu Lim. Aku Souw Peng Hai tidak hendak
merampas sehingga menerbitkan pertarungan yang tak
diingini, Aku ada jalan yang adiL Kitab-kitab tersebut dapat
saudara pegangj tapi saudara jangan sendiri saja
membacanya. Atas nama saudara dan aku, kita mengundang
pemimpin-pemimpin dari sembilan partai silat dan jago-jago
silat lainnya untuk menyaksikan pertandingan silat pedang
antara kita berdua, Dengan de-mikian, jika dapat
menyelesaikan persaingan kedua partai kita yang telah
berlaru-larut selama beberapa ratus tahun, dan juga dapat
menentukan di tangan siapa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu
harus jatuh, Bagaimanakah pendapat saudara atas usulku
ini?" Giok Cin Cu tidak sabar lagi. ia menjawab: "Kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek tentu menjadi milik kami, karena kami
memperoIehnya dengan susah payah, Tentang bertanding
ilmu silat pedang, Souw Cong Piauw dapat mengirim
undangan Kami partai Kun Lun pasti setuju dan siap
bertanding di mana dan bila saja!" Souw Peng Hai mengawasi
jago silat wanita itu dan sambil mengejek berkata: "lni tentulah
Giok Cin Cu Liehiap yang termasyhur dari partai Kun Lun. Aku
sedang bicara dengan saudara tuamu, Aku harap yang muda
tidak turut campur!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sahutan itu menyebabkan muka Giok Cin Cu menjadi
merah, tapi ia tak dapat lantas menjawab ia hanya mengawasi
Souw Peng Hai, dan kemudian Suhengnya. Dengan suara
yang agak gusar, Hian Ceng Totiang berkata "Souw Cong
Piauw berhasrat hendak mengundang para jago silat
bertanding silat pedang, kami dari partai Kun Lun pasti tidak
akan mundur Tapi pertandingan tersebut tidak ada sangkut pautnya
dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan tak dapat dibawa
serta, Kami ada urusan yang lebih penting dan harus lekaslekas kembali ke pegunungan Kun Lun, dan tak ada waktu lagi
untuk berunding, Kami menunggu undangan untuk bertempur
di kuil San Goan Kong di pegunungan Kun Lun. Bila telah
dapat undangan, partai Kun Lun pasti datangi" Lalu diajaknya
orang-orangnya berlalu, Tapi Souw Peng Hai menghalangi mereka dengan
longkatnya, dan berkata sambil tertawa: "Jika kamu berjalan
terus, orang lain juga akan mencegatmu, dan kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek itu pasti tak dapat kau pertahankan."
Dengan mengejek Hian Ceng Totiang menyahut "Kami dari
partai Kun Lun belum pernah dihina, Kami hanya ingin melihat
apakah yang hendak dilakukan Souw Cong Piauw pada kami!"
Tapi jika orang yang merampas kitab-kitab itu, bukankah
kami dari partai Tian Liong juga dapat turut merampas?" kata
Souw Peng Hai. "BetuI! Jika Souw Cong Piauw gembira melakukan
perampasan, boleh coba saja!" sahut Hian Ceng Totiang,
Souw Peng Hai lalu menurunkan tongkatnya dan
membiarkan mereka jalan, ia berkata: "Baiklan, Jika orang lain
tidak merampas, kita pun tak akan merampas.
Tapi jika orang lain merampas, kita pun datang
merampas!" Hian Ceng Totiang tak bicara lagi, hanya orang-orangnya
saja yang diajaknya jalan terus, Di sepanjang jalan ia berkata
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
kepada Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, "Nanti jika ada orang
merampas atau mencegat, kamu tak boleh turun tangan, Yang
akan mencegat kita bukannya anak kemarin, Mereka
semuanya jago jago silat yang luar biasa lihaynya, Jika kamu
tak turun tangan, mereka pun tak akan menyerang kamu."
Peringatan gurunya itu diperhatikan betul, dan mereka pun
insyaf bahwa gurunya akan berkorban untuk membela kitabkitab Kui Goan Pit Cek itu. Mereka merasa masygul karena
tidak diberi kesempatan untuk membantu bila ada pencegatan
atau perampasan, Mereka jalan terus dan dengan cepat telah dua puluh lie
jarak yang mereka tempuh, Angin gunung berhembus sepoisepoi basah membawa bau bunga-bunga yang ha-rum, tetapi
mereka semuanya merasakan ketegangan dan kegentingan
suasana, Ketika mereka lewat di sebuah lembah yang agak
sempit, terdengarlah bunyi tertawa dari lereng gunung yang
ditumbuhi oleh pohon-pohon cemara, Lalu dari lereng gunung
yang tingginya beberapa puluh depa itu meloncat lah turun
seorang yang berbaju kurung, berambut putih seperti perak,
dan tangannya memegang tongkat bambu, ia mencegat
mereka. Dengan menghadapi Hian Ceng Totiang ia berkata:
"Pemimpin kuil San Ceng Koan, sudah lama kita tidak
berjumpa, Apakah masih kenal dengan Tu Wee Seng?" Giok
Cin Cu menjawabi "Ai! Pemimpin partai silat Hua San dapat
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dipereayai perkataannya, Kau betuI-betul datang ke
pegunungan Koat Cong San?" Tu Wee Seng menyahut sambil
tersenyum: "Yang datang ke sini bukan saja aku si tua
bangka, Masih ada dua belibis dari partai Tiam Cong dan
beberapa belas jago-jago silat lainnya, Tiga kepala cabang
partai Tian Liong juga telah datang, semenjak pertandingan
silat di atas puncak Sao Sit Hong tiga ratus tahun yang telah
lalu, pertemuan yang sekarang ini benar-benar dapat
dikatakan pertemuan yang agak besar. Mungkin juga
pertarungan yang akan dilakukan merupakan pertarungan
yang ramai sekali!" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"O,., saudara Tu juga datang untuk turut serta dalam
pertarungan?" kata Hian Ceng Totiang dengan mengejek
"Aku hanya ingin membantu meramaikan saja," sahut Tu
Wee Seng dengan berlagak merendahkan diri.
Hian Ceng Totiang tidak dapat lagi menahan kesabarannya, ia membentak: "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ada
di belakangku jika saudara Tu ingin mengambil ayo coba
ambil!" Tu Wee Seng berubah wajah, Dengan gusar ia
membentak kembali: ilmu pedang Hun Kong Kiam Sut dan
ilmu tinju Tian Kong Cong belum tentu yang nomor satu di
kalangan Bu Lim, Aku yakin aku dapat melayani ilmu-ilmu
demikian sebetulnya partaiku Hua San dan partaimu Kun Lun
tidak bermusuhan Jika kau sudi memberikan kita kesempatan
untuk mempelajari ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek
itu, kedua partai kita dapat bergabung dan bersama-sama
mempertahankan kitab-kitab itu terhadap serangan-serangan
pihak ketiga, Mengapa kau demikian marahnya?"
Hian Ceng Totiang menyahut: "Aku tak dapat menerima
maksud baik itu." Dengan mengangkat tongkat bambunya Tu
Wee Seng berkata: "Jika demikian, aku harus minta pelajaran
ilmu silat beberapa jurus dari saudara!" Hian Ceng Totiang
juga segera mencabut pedangnya dan berkata: "Jika aku
dapat menerima pelajaran silat dari saudara Tu, aku akan
merasa puas bila mati di pegunungan Koat Cong San ini."
Lalu dengan ilmu Siauw Cit Tian Lam atau sambil tertawa
menyodok ke selatan Tu Wee Seng menyerang dengan
tongkat bambunya. Dengan ilmu Pat Pui Hong Ie atau
menjaga hujan dan angin dari delapan jurusan Hian Ceng
Totiang secepat kilat merembetkan pedangnya ke tongkat
bambu lawannya dari bawah ke atas untuk menyodok ke dada
lawannya kembalL Tu Wee Seng mengelakkan tusukan itu
sambil berseru: "Ai! Lihay betul ilmu silat pedang itu!"
Dipukulnya pedang lawannya, dan sambil meloncat ke atas
dipukulnya kepala Hian Ceng Totiang dari udara.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tiba-tiba di sekitar tempat bertempur itu terdapat suatu
bayangan yang berkilau-kilauan, karena Hian Ceng Totiang
sambil menjerit keras melakukan jurus Hun Kong Kiam
Hoatnya (melepaskan sinar menyerang lawan) dengan
memutar-mutar pedangnya sehingga tak ada sedikitpun juga
lowongan untuk dapat dipergunakan si penyerang, bahkan ia
harus menyingkir jauh-jauh untuk menghindarkan sabetan
pedang yang diputar dengan demikian pesatnya!
Tiba-tiba sabetan disertai dengan tenaga dalam yang
maha dahsyat Tu Wee Seng harus menyingkir dari sabetansabetan maut itu, sambil menanti lowongan untuk menyerang,
pertempuran dahsyat telah berjalan enam belas atau tujuh
belas jurus, Tu Wee Seng telah menjadi beringas Dengan ilmu
Shin Liong San Hian atau naga sakti muncul dari tiga tempat
dilancarkannya serangan-serangan dengan tongkat bambunya
untuk mendobrak tembok baja yang dibuat oleh putaranputaran pedang lawannya, Pada suatu ketika lowongan itu
pun tibalah, ia pun mundur sedepa, dengan tongkat bambu di
tangan kanan dipukulnya pedang lawan, sedangkan tangan
kirinya datang mencakar Hian Ceng Totiang mengetahui
bahwa Tu Wee Seng melakukan serangan itu dengan semua
tenaga dalamnya, karena kedua mata memancarkan sinar
terang. Dengan pedangnya ditebasnya tangan yang datang
mencakar itu, dan kedua matanya mengawasi mata lawan
nya. Giok Cin Cu yang menyaksikan pertempuran itu
mengetahui bahwa mereka berdua sedang menggunakan
seluruh tenaga dalamnya, dan jika kedua tenaga dalam yang
maha dahsyat itu beradu, segera dapat dipastikan siapa yang
akan menang dengan luka parah dan siapa yang kalah dan
tewas! ia terkejut dan cemas sekali justru pada saat yang
menentukan itu, terdengarlah suara orang tertawa dengan
keras sekali Kedua orang yang bertempur itu berhenti
"Hai! Kedua saudara jangan bertempur mati-matian!
Apakah kita berdua juga boleh turut serta?" Yang tertawa dan
berkata itu adalah kedua belibis dari partai Tiam Cong, Tu
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Wee Seng ketika melihat mereka datang menjadi masgul
sebetulnya Tu Wee Seng berniat sungguh-sunggun untuk
merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Untuk
membinasakan lawannya ia akan menggunakan bo!a kecil
dari emas yang dapat dijentik dengan jari tangan dengan gaya
hendak mencakar karena ia tak dapat melawan dengan
tongkat bambunya, sebegitu jauh senjata khasnya yang
sangat ampuh itu belum pernah mengecewakannya, dan tak
ada taranya di kalangan Kang-ouw.
Lalu setelah ia dapat membunuh lawan nya, ia akan
merampas kitab-kitab itu dari belakang Tetapi., usahanya
digagalkan oleh kedatangan Tiam Cong dan Tan Piauw,
kedua belibis dari partai Tiam Cong itu, Lagi pula, jika ia
berhasil merampas kitab-kitab itu, belum tentu ia akan dapat
mengatasi kedua belibis itu, dan juga Giok Cin Cu dan Ngo
Kong Toa-su pasti tidak akan berdiam diri saja. ia yakin tak
dapat mengatasi rintangan-rintangan dari keempat jago-jago
silat itu, Bukan main gusarnya atas kedatangan Tiam Cong
dan Tan Piauw, ia menjadi muak terhadap kedua belibis itu,
dan ia bertekad hendak membasmi mereka lebih dulu, karena
ia menduga orang-orang Hian Ceng Totiang pasti tak akan
membantu kedua belibis itu. Dengan tekad hendak
membasmi, di hadapi nya kedua belibis itu dengan wajah yang
gusar. Tapi Tiam Cong dan Tan Piauw bukannya lawan yang
enteng. Tiam Cong yang berjubah, berewok dan Jie-ko dari
partai Tiam Cong, terkenal sebagai belibis angkasa, Tan
Piauw yang mukanya putih kelimis dan berbaju biru terkenal
sebagai belibis angin taufan, Mereka bersama-sama dengan
Sia Yun Hong sebagai Toako yang terkenal sebagai belibis
penggempur gunung, membentuk partai silat Tiam Cong, Silat
Sia Yun Hong yang menjadi Toa-ko paling Hhay, dan ia jarang
turun dari gunungnya, Tiam Cong dan Tan Piauw yang sering
berkelana, telah mendengar bahwa Hian Ceng Totiang telah
mendapatkan peta Cong Cin To, dan mereka ini pun ingin juga
mendapatkan kitab-kitab tersebut untuk dibawa ke gunung
kepada Toa-ko mereka. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Diceritakan bahwa ketika kedua belibis itu melihat wajah
Tu Wee Seng yang sangat gusar, terasalah oleh mereka
bahwa mereka akan diserang, Mereka menjadi waspada
menanti segala kemungkinan Dengan berdiri berdampingdampingan, mereka mengumpulkan semua tenaga dalamnya
untuk menyerang Tu Wee Seng dengan ilmu Pai San To Hay
atau menumbangkan gunung dan membalikkan laut bersamasama, Melihat kedua belibis berdiri dengan khidmadnya
seperti dua "buah gunung, Tu Wee Seng tidak segera
menyerang, pikirannya tiba-tiba berubah, Dengan tersenyum
ia berkata: "Kesempatan kita berjumpa masih banyak. Aku menunggu
untuk dapat bertempur melawan kamu bertiga, berikut Toakomu!" Tiam Cong dan Tan Piauw mengerti maksud Tu Wee
Seng yang hanya ingin merampas kitab-kitab itu seperti
mereka juga, jika mereka segera menyerang mungkin kedua
belah pihak menderita luka parah. Oleh karena itu mereka pun
juga bersabar saja. Baru saja suasana menjadi reda, tiba-tiba Tan Piauw
loncat ke belakang Hian Ceng Totiang dengan maksud
merampas bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek. perbuatan ini dilihat oleh Giok Cin Cu.
Dengan toyanya ia memukul, menyabet dan menyodok
Giok Cin Cu dengan nekad. Giok Cin Cu melayani lawannya
dengan ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatnya, dan semua
serangan-serangan dengan mudah saja dapat dielakkannya,
Setelah pertempuran berjalan delapan puluh jurus masih juga
belum dapat diketahui siapa yang menang atau kalah.
Lalu Giok Cin Cu mengeluarkan ilmu Cui Hun Cap Jie
Kiam-nya, dan dalam sekejap saja pedangnya berkilau-kilauan
di segala jurusan, ilmu pedang Cui Hun Cap Jie Kiam itu
adalah jurus yang ampuh dari partai Kun Lun, dan tentu saja
Tan Piauw tak dapat menahan, ia terdesak mundur sampai ke
pinggir jurang. Dengan sebuah ^sodokan saja, Tan Piauw
pasti binasa atau jatuh dari jurang yang sangat tinggi itu. Tapi
Giok Cin Cu tidak kejam. Ditariknya kembali pedangnya dan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
berkata: "Jurus-jurus dari ilmu toyamu lihay juga, tapi belum
cukup untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"
Tan Piauw malu sekali dikalahkan oleh seorang wanita, Tu
Wee Seng mengejek "Kau sudah dipecundangi oleh seorang
wanita, Apakah kau masih ada muka berdiri di hadapan kita"!"
ejekan itu menusuk sekali, dan dengan diam-diam Tan Piauw
mengeluarkan suatu benda yang panjangnya lebih kurang
setengah meter. Sambil memandang kepada Giok Cin Cu ia
berkata: "Liehiap, aku berterima kasih, karena kau tidak
membunuh aku tadi, Tapi... aku ingin melawan lagi dengan
senjata ini!" Giok Cin Cu menjadi marah sekali melihat bahwa ia tidak
mengaku kalah, ia membentak: "Hai! Kau tidak mengenal budi
orang! Apakah kau masih tidak mengaku kalah"
"Liehiap, aku memperingati kau. Kali ini kau harus lebih
hati-hati bertempur melawanku," kata Tan Piauw. Giok Cin Cu
tidak menunggu lagi, ia menyerang dengan jurus-jurus Kie
Hong Teng Kauw (garuda mencakar naga), Shin Liong Wen
Hian (naga sakti datang me-nyambar) dan Ciok Po Tian Keng
(kilat menyambar batu gunung), dan Tan Piauw harus berlarilari untuk menghindarkan serangan-serangan maut itu!
Hian Ceng Totiang curiga melihat Tan Piauw tidak
menggunakan toya, tapi hanya menggunakan sebuah benda
yang berbentuk pisau panjang, Sambil memegang pedangnya,
ia mengawasi mereka yang sedang bertempur dan
mengawasi juga Tu Wee Seng. Tiba-tiba terdengar Giok Cin
Cu menjerit keras, dan dengan pedangnya ia hendak
menusuk mati lawannya. Dengan dua mata terbelalak Tan Piauw berteriak: "Liehiap!
Jaga serangan ini!" Secepat kilat senjata yang dipegangnya
dilontarkannya ke muka Giok Cin Cu, yang lekas-lekas
menangkis dengan pedangnya, Tapi ia segera menjerit,
pedangnya terlepas dari pegangannya dan jatuh di tanah! ia
terkejut! ia meloncat mundur beberapa depa, dan melihat
seekor ular sedang menggigit pergelangan tangannya yang
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
memegang pedang tadi, Ular itu panjangnya lebih kurang dua
puluh sentimeter. ia merasa lengannya sakit dan tak
bertenaga, lalu kepalanya menjadi pusing, Ketika itu Hian
Ceng Totiang, Ngo Kong Toa-su, Lie Ceng Loan dan Bee Kun
Bu sudah berdiri dengan wajah beringas menanti segala
kemungkinan! Baru saja Hian Ceng Totiang hendak menebas ular itu,
Tan piauw berseru: Tahan! Apakah kau tidak ingin ia hidup!"
Tan Piauw menghampiri dan berkata: "Ular berbisa ini luar
biasa sekali jika kau tebas mati, racunnya akan mengalir di
seluruh tubuh Liehiap, dan paling lama dalam waktu sejam ia
akan mati," Lalu ia berkata kepada Giok Cin Cu: "Kau harus
menggunakan tenaga dalam untuk menahan supaya racunnya
tidak menjalar ke seluruh tubuhmu."
Sambil tersenyum Giok Cin Cu berkata kepada Hian Ceng
Totiang, "Toa-Suheng aku puas jika aku sekarang mati,
karena aku tewas dalam menunaikan tugas untuk ToaSuheng." Lalu ia duduk dan menggunakan tenaga dalam
untuk menahan menjalarnya racun ular di tubuhnya. Hian
Ceng Totiang sangat terharu terhadap pengorbanan
Sumoynya yang sangat setia dan mencintainya itu. Dengan
wajah yang khidmat ia berkata kepada Tan Piauw: "Jika kau
dapat menolong jiwanya, kitab-kitab suci Kui Goan Pit Cek
yang kau idam-idamkan, aku serahkan kepadamu!"
Semua orang terharu mendengar ucapan yang sungguhsungguh itu. Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mengucurkan
air mata melihat keadaan gurunya yang kritis itu, Tan Piauw
juga terharu, dan setelah menarik napas yang panjang,
seakan-akan ia menyesal atas perbuatan kejinya ia berkata:
"Sebetulnya aku datang untuk merampas kitab-kitab Kui Goan
Pit Cek itu, sesungguhnyalah aku ini sangat keji, karena telah
menggunakan ular beracun terhadap Liehiap yang telah
menolong jiwaku, Tapi aku tak tahan diejek."
Lalu dikeluarkannya dari kantong di dadanya sebuah botol
kecil yang berisi beberapa pil merah, dan melanjutkan " Pil ini
dapat menahan menjalarnya atau meluasnya racun ular ini.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Liehiap harus memakannya dua butir dan harus secepat
mungkin dibawa ke kota untuk dioperasi bagian yang kena
gigitan agar racunnya dapat dikeluarkan Kita tak dapat
melakukan operasi di sini, karena tak ada obat yang dapat
menyembuhkan luka dari pembedahan." Kemudian dengan
jempol dan telunjuknya dipijitnya leher ular itu untuk
dimasukkan ke dalam pipa besi yang bentuknya seperti pisau
panjang dan yang telah digunakannya untuk menghadapi
lawannya tadi. Disuruhnya Giok Cin Cu menelan dua buah pil
dan kemudian diserahkannya botol yang berisi pil itu kepada
Hian Ceng Totiang, Hian Ceng Totiang mengerutkan keningnya, dan dengan
suara gusar ia berkata: "Seorang ksatria tak akan menarik
kembali omongannya, Aku telah berjanji menyerahkan kitabkitab ini kepadamu jika kau dapat menolong jiwa Sumoyku,
Nah, terimalah ini!" Lalu ia berkata kepada Ngo Kong Toa-su
dan lain-lainnya: "Marilah kita berangkat ke kota yang terdekat
untuk melakukan operasi Pada saat itu terdengar Tu Wee Seng membentak dan
dengan tongkat bambunya di tangan kanan diserang-nya Tan
Piauw, dan dengan tangan kirinya dicobanya merampas
bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek. Untuk menghindarkan serangan tongkat bambu dari Tu
Wee Seng itu, Tan Piauw lekas-!ekas mundur tujuh atau
delapan tindak, Tiam Cong tidak lengah, ia meloncat
merampas bungkusan itu, dan dengan ilmu meringankan
tubuh ia lari dan mendaki jurang yang curam dengan ilmu Pik
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Houw Pan Pik atau cecak merayap di atas tembok, diikuti oleh
kawannya. Rampasan itu dilakukan dengan cepat sekali, Tidak salah
jika mereka telah memperoleh julukan belibis angkasa dan
belibis angin taufan, karena cara mereka melarikan diri tak
ubahnya dengan burung-burung belibis! Semua yang
menyaksikan menjadi terpesona, Hian Ceng Totiang yang
hanya memikiri keselamatan Sumoynya hanya dapat menarik
napas, Tapi Tu Wee Senglah yang paling penasaran ia
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mengejar Rupanya Tu Wee Seng juga sangat lihay ilmu
meringankan tubuhnya, ia dapat mengejar kedua belibis itu,
Tan Piauw harus melawan dengan maksud memberikan
kesempatan Tiam Cong lari, Tu Wee Seng yang bertempur
dengan nekad telah berhasil mendesak lawannya ke pinggir
jurang, ia hanya menghiraukan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek,
dan ia tak ingin membunuh Tan Piauw, ia mengejar terus.
Lalu dari jarak lebih kurang tiga puluh depa dengan ilmu
Tong Cong Ngo Yok atau satu jotosan merubuhkan lima
gunung dikirimnya sebuah jotosan ke arah Tiam Cong yang
sedang lari membawa kitab-kitab dalam bungkusan kain
kuning. Embusan angin jotosan itu telah mengenai punggung
Tiam Cong, ia merasa mulutnya panas dan tenaganya lenyap,
ia terkejut dan berpikir "Ai! Tu Wee Seng si lengan delapan itu
betul-betul lihay!" ia lekas-lekas mengumpulkan tenaga
dalamnya kembali, dan dengan ilmu Bong Tao Hui Teng atau
gelombang besar melonjak ke langit dicobanya melompat ke
jurang yang tidak jauh dari tempatnya itu, tetapi Tu Wee Seng
dengan ilmu meringankan tubuhnya yang lihay sekali sudah
berada di belakangnya! Di sepanjang jalan, Hian Ceng Totiang yang hanya
memikirkan keselamatan Sumoynya, berkata kepada Ngo
Kong Toa-su: "Ai, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya
membawa malapetaka, Cobalah lihat Sumoyku...." ia tak tahan
lagi perkataannya tersangkut di tenggorokannya, ia
mengucurkan air mata, Ketika Giok Cin Cu sadar, ia melihat Hian Ceng Totiang
tidak lagi menggendong bungkusan kain kuning, ia bertanya:
"Kemana kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?"
Dengan tersenyum Hian Ceng Totiang menjawab: "Kitabkitab itu hanya membawa malapetaka, Tak usah kita hiraukan
lagi." "Jika Toa-Suheng menukar jiwaku dengan kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek itu, Toa-Suheng salah, karena jiwaku tak akan
tertolong," kata Giok Cin Cu.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Kau keliru, Kau telah menelan pil untuk mencegah racun
itu meluas, Bekas gigitan ular berbisa tadi hanya perlu
dioperasi Kau tentu akan sembuh dan sehat sebagaimana
sediakala, Kau tak usah khawatir," menghibur Hian Ceng
Totiang, Pada saat itu di depan mereka terdengar suara orang
sedang bertarung Tiam Cong yang membawa kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek sedang dikejar oleh Tu Wee Seng dan Tan
Piauw juga sedang lari untuk membantu kawannya,
Ketika Giok Cin Cu melihat bungkusan kain kuning itu, ia
berseru: Toa-Suheng, kita dapat merampas kembali
bungkusan itu!" Tapi Hian Ceng Totiang menyahut: "Aku telah
mengatakan bahwa kitab-kitab itu hanya membawa
malapetaka saja, Lagi pula aku telah menyerahkan kitab-kitab
itu kepada Tan Piauw. Yang penting ialah: kau lekas-lekas
sembuh." Di depan mereka pertempuran terus berlangsung, Tu Wee
Seng dengan tongkat bambunya kini sedang melawan TiamCong dan Tan Piauw, Tiba-tiba terdengar lagi suara siulan
yang panjang, sekonyong-konyong meloncatlah lima orang ke
dalam lembah itu, dan sejenak kemudian tiga orang lagi. Hian
Ceng Totiang mengenali semua orang itui ialah Souw Peng
Hai dengan empat pengawalnya, dan yang tiga adalah Ouw
Lam Peng, kepala cabang bendera merah, Yap Eng Ceng,
kepala cabang bendera putih, dan Kiok Goan Hoat, kepala
cabang bendera hitam. Lalu Souw Peng Hai dengan toyanya
meloncat di tengah-tengah mereka yang sedang bertarung
dan menghentikan pertarungan Sambil tertawa ia berkata:
"Kalian berhenti bertempur! Aku ingin berbicara!" Melihat
Souw Peng Hai telah datang dengan sekian banyak orangorangnya, Tu Wee Seng dan kedua belibis itu segera
bertanya-, "Souw Cong Piauw, apa yang hendak dibicarakan"
Cobalah katakan!" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Di pegunungan Koat Cong San kedua belibis
bertempur melawan Souw Peng Hai
Ketika itu Souw Peng Hai telah melihat bungkusan kain
kuning berada di punggung Tiam Cong, ia menoleh ke arah
Hian Ceng Totiang dan berkata: "Totiang, rupanya kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek sudah jatuh di tangan orang lain. Jika aku
rampas kembali kitab-kitab itu, bagaimanakah pendapat
Totiang?" Hati Tiam Cong menjadi panas, Ketika ia lari, serasa ada
sesuatu hawa yang selalu menariknya, ia menduga bahwa
hawa tarikan itu berasal dari Souw Peng Hai yang
menggunakan ilmu Sip To Jip Tong atau menarik ombak ke
dalam gua dan oleh sebab itu ia tak dapat lari dengan pesat ia
pun memperhatikan bahwa Tu Wee Seng tak dapat mengejar
sebagaimana yang dikehendakinya, dan kini mereka
berhadapan lagi dengan rombongannya Hian Ceng Totiang,
"Semua ini pasti perbuatan Souw Peng Hai," pikirnya,
Dengan mengangkat kedua tangan memberi hormat, Hian
Ceng Totiang menyahut. "Kitab-kitab itu telah kuserahkan
kepada saudara Tan Piauw, dan aku tak berhak mengatakan
apa-apa." Souw Peng Hai tertawa dan berkata. "Totiang betulbetul murah hati. Aku Souw Peng Hai sangat kagum." Lalu ia
memandang ke arah Tan Piauw, dan berkata dengan suara
keras: "Jika demikian halnya, kita semua boleh merampas
kitab-kitab itu!" Tu Wee Seng mengangkat tangannya dan berkata: "Untuk
merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, siapapun boleh. Tapi
apakah tidak baik kita urus menurut peraturan yang layak"
Souw Cong Piauw telah datang dan tiga kepala cabang dari
lima cabang partai Tian Liong juga sudah datang, Souw Cong
Piauw kini mempunyai delapan jago-jago silat Aku kira Souw
Cong Piauw akan mengatur dengan cara yang seadil-adilnya
siapa yang berhak mengambil kitab-kitab itu!"
"Perkataan saudara Tu itu betul," sahut Souw Peng Hai,
"Partai Tian Liong telah datang dengan banyak orang, Tapi
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
jangan khawatir bahwa semuanya akan turun tangan...."
Belum lagi habis ia berbicara, ia segera meloncat menerkam
Tiam Cong untuk merampas bungkusan kain kuningnya, Tu
Wee Seng mencoba mencegah, tapi sebuah jotosan dari
Souw Peng Hai telah menyebabkan Tiam Cong terpental ke
udara. Tan Piauw buru-buru menolong ketika Tiam Cong jatuh
kembali ke tanah, Darah keluar dari mulutnya, Dengan marah
Tan Piauw membentak: "Souw Cong Piauw, tinju itu betulbetul lihay, Kami ketiga belibis tak akan lupa." Lalu dari
kantong di dadanya dikeluarkan sebuah botol pil obat
berwarna emas, dan berkata kepada Tiam Cong: "Kau telan
pil obat ini. Tentang pukulan dahsyat itu akan kita adakan
perhitungan setelah kita kembali menemui Toa-ko kita." Dalam
keadaan luka itu Tiam Cong membuka bungkusan yang
diikatnya di punggungnya, lalu oleh Tan Piauw dibukanya
bungkusan itu, kemudian dibacoknya kotak yang dibuat dari
batu Giok sampai hancur, dan dengan kedua tangan
diangkatnya ketiga kitab Kui Goan Pit Cek itu. Lalu ia tertawa
terbahak-bahak. Souw Peng Hai, Tu Wee Seng dan lain lainnya melihat
bahwa ia hendak merusakkan kitab-kitab itu. Mereka terkejut
Dengan berbareng Souw Peng Hai dan Tu Wee Seng datang
menyerang, Tan Piauw merampas kitab-kitab itu, dan dengan
tangan kirinya dicoba nya menahan lawan-lawannya, Tinju kiri
itu dilepas dengan sekuat tenaga, dan Tu Wee Seng
menangkis jotosan itu dengan tongkat bambunya, ia merasa
tangannya tergetar, dan cepat-cepat meloncat mundur Souw
Peng Hai ketika itu sedang mencoba merampas kitab-kitab itu,
tapi di-cobanya juga menahan Tu Wee Seng.
Setelah itu secepat kilat ia berhasil mencekal tangan Tan
Piauw, Dengan satu pijitan yang dahsyat kitab-kitab itu jatuh
dari tangannya, dan satu tendangan akan mengenai lambung
Tan Piauw kalau ia tidak lekas-lekas melompat mundur Kitabkitab itu telah dirampas oleh Souw Peng Hai, Tan Piauw buruKANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
buru datang menolong Tiam Cong yang sudah pingsan,
karena darah terlampau banyak keluar dari mulutnya.
Tu Wee Seng menjadi masyguI dan murka setelah melihat
Souw Peng Hai telah merampas kitab-kitab itu, Dari kantong di
dadanya, dikeluarkannya sebuah pelor emas, ia ingin
menggunakan senjata rahasianya yang ampuh itu. Tiba-tiba
dari belakang terdengar orang membentaknya: "Hai! Apa
gunanya kau menggunakan pelor emas itu! Cobalah lawan
aku dengan arit terbangku!" Tu Wee Seng menoleh, dan
melihat Ouw Lam Peng menegurnya sambil memegang arit
tembaganya. Ketika itu Yap Eng Ceng juga telah siap dengan sepasang
belati Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng dengan senjatasenjata rahasianya yang ampuh adalah jago-jago silat yang
lihay dan terkenal di kalangan Bu Lim. Tu Wee Seng berpikir
bahwa ia tak akan dapat melawan mereka berdua, apalagi
ditambah pula dengan Kiok Goan Hoat dan empat orang
pengawal Souw Peng Hai, tentu ia tak akan menang.
Menyerang terus pada waktu itu sama juga halnya dengan
menggunakan telur memukul batu, atau mencari sendiri jalan
maut ia tersenyum, lalu memasukkan kembali pelor emasnya,
dengan tekad menanti ketika yang baik untuk merampas kitabkitab Kui Goan Pit Cek itu.
Baru saja ia menyimpan pelor emasnya, terdengarlah
Souw Peng Hai tertawa keras, dan melemparkan kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek kepada nya. Souw Peng Hai menghampiri
Hian Ceng Totiang dan berkata sambil mengejek: "Tidak
heran mengapa kau telah menyerahkan kitab-kitab itu kepada
orang lain. Kau sendiri berdiri dengan tenang menonton
orang-orang lain bertarung merebut benda yang tak berharga!"
Hian Ceng Totiang menyahut dengan marah: "Setelah
kudapati kitab-kitab itu, belum pernah kubuka dan kubaca,
Kau jangan sembarang memfitnah orang saja!" Souw Peng
Hai mengejek lagi: "Kalian saksikaniah perkataanku yang
dapat dibuktikan Aku tak akan memfitnah orang lain tanpa
bukti!" Belum lagi Hian Ceng Totiang menyahut, Ngo Kong
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Toa-su turut berbicara: "Hian Ceng Totiang belum pernah
berdusta, ia betul-betul belum membuka dan membaca isi
kitab-kitab itu!" "O, jadinya kau anggap aku sengaja memfitnah orang
lain"! Bawa kemari kitab-kitab itu, dan semuanya dapat
menyaksikan!" Tu Wee Seng lalu membawa
Pendekar Kidal 4 Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya S H Mintardja Pukulan Naga Sakti 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama