Ceritasilat Novel Online

Kaki Tiga Menjangan 48

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 48


sehingga suara sedikit pun terdengar jelas.
"Tengah malam seperti ini dari mana datangnya pasukan berkuda?" kata Oey Li Ciu.
"Mungkinkah prajurit yang sedang meronda?" tanya Li Liu Liang.
Tidak mungkin prajurit peronda biasanya mondar-mandir dengan santai, mana
mungkin mereka melarikan kuda secepat itu" Mungkinkah teman-teman pendekar dari
dunia kangouw?" tanya Ca sian-sing pula.
Selama pembicaraan berlangsung, dari arah timur datang lagi serombongan orangorang
berkuda, tanah daratan di sisi sungai tidak seberapa lebar, karena itu suara derap
kaki kuda dapat terdengar jelas sampai di atas perahu.
Kapal yang mengikuti di belakang perahu yang ditumpangi Siau Po diperintahkan
untuk mendekat Su Cuan dan Song ji melompat ke atas perahu.
"Siangkong, orang-orang yang baru datang itu kemungkinan mempunyai niat jahat.
sebaiknya kita berkumpul bersama-sama saja," kata Su Cuan.
"Baiklah. Ku siansing dan kawan-kawannya sudah tua. Tampaknya mereka juga
tidak mirip laki-laki hidung belang. Kalian semua masuk saja ke mari. dilihat oleh
mereka juga tidak apa-apa," sahut Siau Po.
- Ngaco - Maki Ku Yan Bu dan lainnya dalam hatiMereka merasa tidak pantas bertemu dengan istri-istri Siau Po karena itu mereka
segera menuju kabin belakang, sedangkan A Ko, Kian Leng kongcu dan yang lainnya
naik ke atas perahu Siau PoTerdengar suara siulan dari arah barat dan timur. Rupanya para penunggang kuda
itu menggunakan semacam sandi untuk berhubungan dengan kawan-kawannya, Siau
Po gembira sekali mendengar suara itu.
"Suara siulan para anggota Thian Te hwee" serunya.
Penunggang-penunggang kuda dari sisi daratan mendekati perahu-perahu kerajaan
yang sedang berlabuh Terdengar seseorang berteriak dengan suara lantang.
"Wi Siau Po, keluar"
"Maknya Kurang ajar benar Panggil Wi Hiocu saja segan" makinya dengan suara
lirih. Baru saja dia berniat ke luar dari kabin perahu, tangannya sudah ditarik oleh Su
Cuan. "Tunggu dulu, biar aku menanyakan mereka sampai jelas," kata wanita itu- Dia
berjalan ke luar lalu berseru dengan suara keras, "Entah sahabat dari kalangan mana
yang ingin bertemu dengan wi siang-kong?"
Matanya memandang ke tepi sungai, tampak rombongan orang-orang itu
menggunakan kain hijau untuk menutupi bagian kepalanya, tangan mereka masingmasing
menggenggam sebatang golok.
Dari daratan sebelah barat terdengar seseorang menyahut,
"Kami dari perkumpulan Thian Te hwee"
"Kata sandi apa yang digunakan untuk bertemu dengan sesama anggota Thian Te
hwee?" tanya Su Cuan kepada Siau PoSiau Po berjalan ke luar lalu berseru,
"Lima orang berbagi pantun, diri sendiri pendekar tidak ada orang yang tahu"
Terdengar orang yang nongkrong di atas kuda itu menyahut,
"ltu sih kata sandi lama perkumpulan Thian Te hwee, sejak Wi Siau Po berkhianat
terhadap perkumpulan kami sudah menggantinya dengan kata sandi yang baru."
Siau Po terkejut mendengarnya,
"Siapa kau" Mengapa berkata demikian?"
"Apakah kau yang bernama Wi Siau Po?" orang itu balas bertanya, Siau Po merasa
tidak mungkin mungkir lagi. Maka dia menyahut.
"Akulah Wi Siau Po."
"Kalau begitu boleh kukatakan kepadamu. Aku bawahan dari Hung Hua Tong,
margaku Su" kata orang itu.
"Oh, Rupanya Su Toako, Di balik ini terdapat kesalah pahaman yang besar sekali.
Apakah Li Hiocu dari bagian kalian ikut hadir di sini?" tanya Siau Po"Dosamu sudah tidak terkatakan lagi, Li Hiocu kami justru mati kesal karena mu"
teriak seseorang dari tepi sungai.
"Wi Siau Po berkhianat terhadap perkumpulan dan menyerah pada pihak musuh.
Demi kekuasaan dia sampai hati membunuh gurunya sendiri, su Toako tidak perlu
banyak cakap dengannya, Hari ini kita tangkap orang itu dan hancurkan seluruh
tubuhnya untuk membalaskan dendam kematian Tan Congtocu serta Li Hiocu kita"
sahut seseorang yang lain.
Tiba-tiba terdengar suara desiran angin, rupanya ada seseorang yang melemparkan
batu ke atas perahu, Siau Po mengeluh dalam hati, dia cepat cepat menyurutkan
kepalanya. - Rupanya Li Hiocu sudah mati. saudara-saudara ini tidak memberi kesempatan
kepada kami untuk menjelaskan persoalannya. Apa yang harus kulakukan sekarang" "
tanyanya dalam hati. Terdengar suara Tik Tak Tik Tak dari tepi sungai, Rupanya rombongan orang-orang
itu mulai menyambitkan senjata rahasia ke arah perahu, untung saja jarak perahu itu
dengan daratan agak jauh sehingga senjata-senjata rahasia yang disambitkan
kebanyakan jatuh ke dalam sungai, walaupun ada beberapa yang sempat mencapai
perahu namun tenaga sambitannya sudah lemah sekali sehingga tidak membuat orang
terluka. Inilah yang dinamakan 'Perahu rumput meminjam panah', aku adalah Lu siau,
bagianku hanya ketakutan.
"Adakah seseorang yang bisa menyamai Cu Kek Liang di sini" cepat cari akal" kata
Siau PoKu Yan Bu dan yang lainnya ada di kabin belakang. Melihat pihak lawan
menyambitkan senjata rahasia, mereka segera merunduk rendah-rendah untuk
menyembunyikan diri. Tiba-tiba tampak berkilas-kilas cahaya terang. Rupanya ada orang yang
membidikkan panah api- Dua diantaranya sempat mengenai perahu sehingga anjungan
perahu itu terbakar seketika,
"Aduh, minta ampun Api membakar Wi Siau Po" teriak si anak muda yang konyol itu.
"Ku Yan Bu siansing dan yang lain-lainnya ada di sini, kalian tidak boleh kurang ajar"
seru Su Cuan sekeras-kerasnya.
Dia merasa nama Ku Yan Bu di dunia kangouw sudah terkenal sekali. Para anggota
Thian Te hwee pasti pernah mendengar namanya dan menaruh hormat kepada orang
ini. Maka dia berteriak keras-keras, sayangnya keadaan di tepi sungai kacau sekali,
teriakan orang-orang berkuda itu lebih kuat lagi sehingga suaranya kalah" Istri- istriku, sebaiknya kita berteriak bersama-sama, mungkin mereka dapat
mendengarnya, satu, dua tiga" ajak Siau Po"Ku Yan Bu siansing ada di sini" teriak mereka serentakSetelah mereka berteriak sampai tiga kali, suara gaduh di seberang sungai mulai
mereda, orang marga Su yang memperkenalkan diri tadi segera bertanya dengan suara
lantang. "Apakah Ku Yan Bu siansing ada di atas perahu?"
Ku Yan Bu segera melangkah keluar kemudian sambil menjura dia menjawab.
"Aku Ku Yan Bu ada di sini"
Orang marga su itu mendesah terkejut, lalu cepat-cepat dia memberikan perintah.
"Saudara-saudara yang ahli menyelam cepat terjun ke dalam sungai, dorong perahu
itu ke tepi" Terdengar suara deburan air, ternyata belasan anggota Thian Te hwee yang pandai
berenang sudah terjun ke dalam sungai, sebagian dari mereka memutar ke belakang
untuk mendorong perahu, sebagian lagi menarik tali yang mengikat bagian depannyaDalam waktu yang tidak berapa lama perahu itu sudah hampir mencapai tepi sungai.
Pada saat itu bagian tengah perahu mulai terbakar Api berkobar-kobar, Songji
menarik tangan Siau Po lalu diajaknya melompat ke daratan, yang lainnya segera
menyusul Para anggota Thian Te hwee yang ada di tepi sungai segera menyebar untuk
mengepung Siau Po dan lain-lainnyaOrang marga Su itu langsung membungkukkan tubuhnya dan menjura kepada Ku
Yan Bu. "Aku yang rendah Su Hua Liong dari bagian Hung Hua Tong perkumpulan Thian Te
hwee menjumpai Tuan Ku Yan Bu" katanya.
Ku Yan Bu merangkapkan kedua tangannya membalas penghormatan itu. seorang
anggota Thian Te hwee yang sudah tua melangkah ke depan dan menjura"Ketika diadakan rapat besar membunuh kura-kura tempo hari, aku yang rendah juga
hadir Di sana Cayhe pernah melihat Ku siansing satu kali- Kami telah bersikap kasar
hari ini, harap Ku siansing sudi memaafkan" katanyaSiau Po tertawa"Kalian kalau melakukan apa-apa memang suka tanpa aturan" tukasnya"Aku sedang berbicara dengan Tuan Ku, siapa yang sudi berbicara dengan seorang
pengkhianat kecil seperti kau?" bentak orang tua itu dengan suara tajam- Tahu-tahu dia
mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dada Siau PoTiraikasih
website http://cerita-silat.co.cc/
Su Cuan melesat ke depan. Dalam sekali gerak dia sudah berhasil mencekal tangan
orang tua itu. Kemudian ia mengerahkan tenaga untuk mendorong, orang tua itu tidak
dapat mempertahankan diri, sehingga tubuhnya terhempas ke belakang, untung ada
dua anggota Thian Te hwee segera menangkap tubuhnya sehingga dia tidak sampai
terjatuh. "Ada apa-apa kita bicarakan baik-baik jangan menggunakan kekerasan" teriak Ku
Yan Bu. Pada saat itu perahu sudah hampir musnah terbakar, cahaya api yang merah
menerangi seluruh tempat itu. Su Cuan berpikir bahwa ilmunya dan ilmu Songji cukup
tinggi, untuk melindungi sang suami saja pasti bukan persoalan sedangkan yang
diinginkan pihak Thian Te hwee hanya Siau Po seorang, mereka tidak akan menyulitkan
orang perempuan. Karena itu keduanya segera berpencarkan diri dan melindungi Siau Po- Mereka
memperhatikan tiga ekor kuda yang tampaknya gagah sekali, Bila kesempatan datang,
mereka akan merebutnya untuk membawa kabur Siau PoSementara itu Ku Yan Bu menarik tangan Su Hua Liong lalu diajaknya menjauh dari
kerumunan orang-orang itu.
"Saudara su, bolehkah kita bicara di sana sebentar?"
Su Hua Liong mengiakan Di tempat yang agak jauh tampak mereka saling berbisik
beberapa kata, lalu Su Hua Liong menyuruh beberapa orang lainnya menghampiri
merekaTampaknya orang yang dipanggil itu merupakan pimpinan dari kelompok tertentu,
termasuk si orang tua yang didorong Su Cuan tadi"Harta benda diperahuku itu cukup banyak, sekarang perahunya sudah terbakar
Kalau Hung Hua Tong kalian yang harus menggantinya, bisa-bisa kalian jadi bangkrut,"
kata Siau PoBeberapa anggota Thian Te hwee membuka mulut memakinya, ada pula yang diam
saja, Siau Po tenang-tenang saja, sebab dia yakin Ku Yan Bu pasti sanggup memberi
penjelasan kepada su Hua Liong dan yang lainnya.
Benar, sesaat kemudian tampak su Hua Liong berjalan menghampiri Siau Po- Ku
Yan Bu menjelaskan peristiwa yang dialami Siau Po selama ini. Para anggota Thian Te
hwee mungkin tidak bisa mengerti mengapa Siau Po harus bekerja pada Kerajaan
Ceng, tapi setidaknya sekarang mereka tahu bukan Siau Po tidak membunuh Tan Kin
Lam. Dengan demikian kebencian mereka pun berangsur-angsur hilang.
Ciu Hu Liong menjura kepada Siau Po"Wi Hiocu, kejadian tadi merupakan kesalah pahaman kami terhadapmu Kalau bukan
Tuan Ku yang memberikan penjelasan, kemungkinan saat ini kami sudah melakukan
kesalahan fatal," katanya, Siau Po tertawa.
"Bila kalian benar-benar ingin menangkapku, rasanya juga tidak begitu mudah"
sahutnya sambil menghambur ke depan. Dia mengerahkan ilmu langkah ajaibnya untuk
menyusup ke sana ke mari. Dalam sekejap mata dia sudah mencelat ke atas seekor
kuda dan nongkrong di atasnya.
Su Hua Liong terkejut setengah mati. Dia tidak menyangka ilmu peringan tubuh Siau
Po sudah mencapai taraf setinggi itu. Tidak heran dalam usianya yang masih kecil dulu
dia sudah menjabat Hiocu dari Ceng Bok Tong.
Memang benar pepatah yang mengatakan "Guru yang pandai akan membuahkan
murid yang pandai pula". Semua orang tahu ilmu silat Tan Kin Lam sangat tinggi, Hanya
nasibnya yang sial sehingga dibokong oleh putra majikannya sendiri, sedangkan orang
tua dari Hung Hua Tong juga memiliki ilmu yang cukup tinggi, tapi dia toh tidak bisa
menahan diri dari dorongan Su Cuan yang asal-asalan.
Tampaknya ke tujuh istri Siau Po juga mempunyai ilmu yang tinggi-tinggi. Kalau
mereka tadi sampai bergebrak, meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak, belum tentu
mereka akan menang. "Maaf, aku akan pergi sekarang" seru Siau Po dan langsung menarik tali laso
tunggangannya lalu melakukan gerakan seperti sebelumnya, Kudanya mengikuti
gerakan tangan Siau Po dengan menerjang ke sana ke mari. Tahu-tahu dia sudah
berada di samping Su Cuan dan Songji lagi.
Para anggota Thian Te hwee bersorak memujinya.
"Ilmu Wi Hiocu tinggi sekali, sungguh membuat kami kagum"
Siau Po merangkapkan kedua tangannya.
"Harus memamerkan sedikit kejelekan," sahutnya.
"Tadi Tuan Ku mengatakan bahwa tubuh Wi Hiocu memang ada di Kerajaan Ceng
tapi hatinya berpihak pada bangsa Han, Beliau juga mengatakan bahwa Wi Hiocu akan
melakukan sebuah tugas yang maha besar sehingga orang-orang nanti akan tahu
bahwa Wi Hiocu sama sekali tidak bersalah. Apabila Wi Hiocu sudah mantap
keputusannya, harap hubungi kami. Meskipun pihak Hung Hua Tong kami tidak
mempunyai kebisaan apa-apa, tapi kami tidak akan menolak meskipun harus terjun ke
dalam, lautan api," kata su Hua Liong.
Siau Po hanya menganggukkan kepalanya.
"Baik, baik" Su Hua Liong dapat melihat sikapnya yang tawar. Tiba-tiba dia mengulurkan
tangannya untuk mencolok mata kirinya. Darah langsung membasahi seluruh wajahnya,
orang-orang yang hadir di tempat itu langsung menjerit melihat keadaan itu. Siau Po, Ku
Yan Bu dan yang lainnya juga terkejut setengah mati"Su Toako, mengapa kau" melakukan hal ini?" tanya mereka serentak. Dengan
tenang Su Hua Liong menyahut.
" Aku telah melanggar peraturan perkumpulan, seharusnya aku membutakan
sepasang mataku ini, karena walaupun ada sepasang mata ternyata aku tidak melihat
apa-apa. Tapi aku hanya membutakan sebuah mataku saja. sebab aku membiarkan
mataku yang satu lagi melihat tugas besar yang akan dilakukan Wi Hiocu kelak"
"Seandainya Tuan Ku dan kita semua telah ditipu, ternyata Wi Hiocu mengingkari
janjinya sendiri dan tetap menjadi pembesar Boan ciu, bagaimana?" tanya si orang tua
seolah menyesalkan tindakan tergesa-gesa Su Hua Liong.
"Kalau begitu aku minta Wi Hiocu mengorek biji matanya sendiri untuk menggantikan
mataku ini," kata Su Hua Liong tegas, Lalu dia menoleh kepada Ku Yan Bu serta Siau
Po-sekali lagi dia menjura.
"Wi Hiocu, kami menunggu kabar darimu."
Tangan kirinya dikibaskan, anak buahnya segera berpencar, kemudian naik ke atas
kuda masing-masing untuk meninggalkan tempat itu. si orang tua tadi menolehkan
kepalanya dan berseru. "Wi Hiocu, kalau kau pulang nanti, tanyakan kepada ibumu, bapakmu orang Han
atau orang Boan Manusia tidak boleh melupakan leluhurnya sendiri"
Dalam sekejap mata orang-orang yang memenuhi tempat itu sudah pergi semuanya,
suasana jadi lenggang kembali Namun api yang berkobar di atas perahu masih belum
padam juga. Ku Yan Bu menarik nafas panjang.
"Tampaknya saudara-saudara tadi masih menaruh kecurigaan terhadap Wi Hiocu.
Mereka rata-rata keturunan orang persilatan. Baik bicara maupun tindakan memang
agak kasar, tapi kesetiaan mereka terhadap negara patut kita hargai Wi Hiocu, apa
yang ingin kami katakan telah kami sampaikan jangan lupa bahwa kau juga keturunan
Bangsa Han. Kita berpisah saja di sini. sampai jumpa"
Selesai bicara dia menjura kepada Siau Po dan isteri nya. setelah itu dia mengajak
rekan-rekannya meninggalkan tempat itu.
Siau Po berdiri tertegun di tepi sungai. Angin berhembus sepoi-sepoi Api yang
berkobar hanya tinggal sisanya. Kadang-kadang terdengar suara peletekan dari kayu
yang termakan api, kemudian api yang sempat menyala sebentar tampak mengecil
kembali, Siau Po menggumam seorang diri
"Apa yang harus kulakukan" ,Apa yang harus kulakukan?"
"Untung masih ada satu kapal lagi. Kita kembali dulu ke sai yang Ki, di sana kita baru
berunding lagi" kata Su Cuan
"Orang tua tadi menyuruhku pulang untuk bertanya kepada ibuku, apakah bapakku
orang Han atau bukan, He he he, tampaknya saran ini ada benarnya juga." gumam Siau
Po kembali, Su Cuan segera memberikan nasehat kepadanya.
"Siau Po, kata-kata orang kasar itu tidak perlu kau simpan dalam hati. Mari kita naik
ke atas kapal" Siau Po masih terpaku di tempatnya. Ketika dia menundukkan kepala, tampak di atas
tanah tertetes noda darah, pasti darah yang keluar dari mata Su Hua Liong tadi-Tibatiba
dia berseru. "Aku tidak akan melakukan apa-apa lagi Aku akan pensiun"
Ketujuh istrinya terkejut sekali Wi Song Song tadinya sudah tertidur nyenyak dalam
pelukan ibunya. Mendengar suara teriakan bapaknya, dia langsung terjaga dan
menangis keras-keras. "Sri Baginda memaksaku membunuh saudara-saudara dari Thian Te hwee,
sedangkan orang-orang memintaku membunuh Sri Baginda, sepasang kakiku
menginjak dua perahu, aku jadi serba salah, sebelah sini ingin memenggal batok
kepalaku, yang satunya ingin mengorek biji mataku. Memangnya kepalaku ini ada
beberapa buah" Memangnya mataku ini ada beberapa pasang, dan apakah kalau
hilang masih ada serepnya" pokoknya aku tidak akan menuruti pihak mana pun, aku
akan berhenti" teriak Siau Po sekali lagi.
Su Cuan dapat melihat jiwa suaminya sedang terguncang, dia segera menasehati
dengan suara lembut. "Jadi pembesar setiap hari hatimu dilanda kecemasan, jadi Hiocunya perkumpulan
Thian Te hwee juga tidak ada yang menyenangkan. Kalau kau memang bertekad
melepaskan diri dari semua ini, aku bisa mengatakan bahwa inilah hal yang terbaik
bagimu" Siau Po gembira sekali.
"Jadi kalian setuju kalau aku melepaskan diri dari semua ini?" tanyanya
menegaskan. Su Cuan, A Ko, Pui Ie, Bhok Kiam Peng, Cinju dan Songji langsung menyatakan
setuju, hanya Kian Leng kongcu sendiri yang tampak kurang senang.
"Pangkatmu masih bisa naik terus, mengapa kau harus berhenti" Tunggu kalau kau
sudah menjadi ongya, barulah kau pensiun Lagi pula, kalau kau minta berhenti
sekarang, aku yakin Hongte kokojuga tidak akan mengijinkan" kata si Tuan puteri-Siau
Po menjadi marah.

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau aku tidak menjadi pembesar lagi, tentu tidak perlu menuruti apa yang
dikatakan sri Baginda, Dia cuma kakak iparku, maknya siapa yang masih berani
mengoceh, biar aku memutuskan hubungan dengan iparku itu sekalian" teriaknya kalap
Kalau dia tidak mengaku Sri Baginda sebagai iparnya lagi, sama saja artinya dia juga
tidak mengakui Tuan puteri sebagai istrinya. Kian Leng kongcu terkejut setengah mati,
namun tidak berani berbicara apa-apa lagi
Melihat ketujuh istrinya tidak ada yang mengatakan apa-apa lagi, hati Siau Po
menjadi lega seketika"Kebetulan orang-orang dari Hung Hua Tong itu membakar habis perahukusementara
kita bisa bersembunyi di tempat yang terpencil Kalau berita ini sudah
tersebar, Sri Baginda pasti menduga kita semua juga mati dalam kebakaran itu- Dengan
demikian dia tidak akan mengutus orang mencari kita lagi," katanyaDelapan orang itu segera mengadakan perundingan Akhirnya Siau Po memutuskan,
Songji dan Kian Leng kongcu mengganti dandanan untuk berangkat terlebih dahulu ke
Kota Cun Ing dan menunggu yang lainnya di penginapan, sedangkan Su Cuan, A Ko,
Pui Ie, Cinju dan Bhok Kiam Peng mengumpulkan harta benda yang terdapat di dalam kapal kemudian
membakar habis kapal itu.
Setelah itu mereka akan menyebarkan berita bahwa Wi Tayjin telah tertimpa
musibah-Dalam perjalanannya ke kota Yang-ciu, malam-malam ada penjahat yang
merampok kapalnya dan membunuh seluruh keluarga.
Tapi masih ada beberapa pengawal serta tukang perahu yang mengetahui jalannya
kejadian Mereka mungkin akan memberikan laporan kepada pembesar setempat, Su
Cuan menyarankan agar mereka itu dibunuh saja, untuk mendukung cerita yang
disebar luaskan. Tapi Bhok Kiam Peng merasa tidak tega. Dia mengatakan sebaiknya mereka jangan
membunuh orang yang tidak berdosa.
"Baiklah, Hati adik Kiam Peng memang sangat mulia, semoga Thian memberkatimu
sehingga dalam waktu dekat kau bisa melahirkan beberapa putra yang montok- SiauPo,
aku akan menusukmu dengan pedang, kau berlarilah sambil berkaok-kaok. seakanakan
kau terbunuh di tanganku," kata Su Cuan Siau Po tertawa"Oh, rupanya kau ingin menjadi istri yang sadis sehingga tega membunuh suami
sendiri?" Lalu dia berteriak sekeras-kerasnya.
"Tolong.. Tolong Ada orang yang ingin membunuhku"
Dia mengerahkan langkah ajaibnya untuk berlari sekencang-kencangnya. Su Cuan
menghunus pedangnya tinggi-tinggi lalu mengejar dari belakang.
Padahal Bhok Kiam Peng tahu bahwa semua ini merupakan sandiwara yang telah
diatur bersama, tapi mendengar bentakan Siau Po yang demikian menyayat, hatinya
berdebar-debar juga. "Adik Songji, ini pasti bohong-bohongan kan?" tanyanya.
"Jangan takut, tentu saja bohongan," sahut Songji. Meskipun ia berkata demikian,
tapi hatinya sendiri agak khawatir juga. Tidak lama kemudian, tampak Su Cuan berlari
ke luar dari hutan sambil mengacung kan pedangnya.
"Bunuh tukang perahu dan yang lain-lainnya" teriak wanita itu.
Sejak tadi tukang-tukang perahu dan beberapa pengawal tetap berdiri di tepi sungai.
Mereka ketakutan ketika orang-orang Thian Te hwee membidikkan panah api ke arah
perahu mereka. Hati mereka agak tenang melihat akhirnya urusan dapat diselesaikan
Tapi entah kenapa istri-istri Wi Tayjin mendadak jadi gila" Tampak salah satu
diantaranya menghunus pedang dan mengejar Wi Tayjin yang berlari ke arah hutan
Apalagi kemudian mereka mendengar suara teriakan Su Cuan. Mereka yakin Wi Tayjin
telah terbunuh, sekarang giliran mereka dibungkam. Maka mereka langsung lari
terbiritbirit. Songji menunggu sekian lama, tidak tampak Siau Po berlari kembali. Hatinya jadi
khawatir Cepat-cepat dia menghambur ke dalam hutan untuk melihat apa yang
terjadiTiraikasih website http://cerita-silat.co.cc/
Tampak Siau Po tergeletak di tanah tanpa bergerak sedikit pun. Songji terkejut
sekali. Dia cepat-cepat menghampirinya lalu membalikkan tubuhnya. Mata Siau Po
terpejam rapat, keadaannya seperti orang yang tidak sadarkan diriSongji menjadi panik,
"Siangkong siangkong" teriaknya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi atas diri
suaminya, sementara dia masih terpana, tiba-tiba Siau Po membuka matanya dan
tangan kanannya meraih pinggang Songji.
"Rencana kita berhasil cium dong" goda Siau Po.
Keenam istri Siau Po yang lain pun menyusul tiba. Mereka terpaksa mengubah
rencana. Karena harta benda sudah terkumpul mereka segera berangkat ke kota Yangciu.
Mereka menjemput ibu Siau Po lalu diajaknya ke Hun Lam dan menetap di kota
Tali. Kadang-kadang Siau Po merasa kesepian. Di tempat itu tidak ada hiburan yang
menarik. Harta bendanya memang tidak sebanyak dulu lagi. Namun kalau dia
mengingat harta karun yang terpendam di kaki gunung Lu Ting san, hatinya merasa
puas, untuk seumur hidup dia tidak perlu khawatir kekurangan, namun mengingat
hubungannya dengan Kaisar Kong Hi, dia tidak sampai hati merusak urat nadi Bangsa
Boan. -OOO) PENUTUP (OOOKaisar Kong Hi tahu Siau Po sangat licik dan banyak akalnya. Meskipun tidak
mengenyam pendidikan tapi kecerdasannya tidak kalah dengan orang-orang yang
berpendidikan tinggi. Tidak mungkin dia begitu mudah dicelakai oleh orang jahat.
Apalagi sampai sekian lama mayatnya tidak berhasil ditemukan Maka tidak hentinya
dia mengutus orang untuk melakukan pencarian. Namun tidak pernah mendapatkan
hasil yang memuaskan. Berkali-kali Kaisar Kong Hi menyamar sebagai orang biasa pergi ke Kang Lam yang
terdapat di wilayah selatan. Mengapa dulu-dulunya dia tidak pernah mendatangi daerah
itu, sedangkan sejak menghilangnya Siau Po dia sering mengunjungi daerah itu dengan
alasan meninjau pembuatan tanggul sungai Huang Ho"
Selama menyamar Kaisar Kong Hijuga memasuki tempat-tempat perjudian, rumahrumah
pelacuran dan sebagainya. Di sana dia selalu menanyakan Siau Po, namun
selama itu pula tidak pernah ada orang yang mengaku kenal dengannya, apalagi
mengetahui di mana dia berada, sebenarnya di mana tempat persembunyian Siau Po
sehingga jejaknya begitu sulit dilacak"
Rupanya tempo hari Siau Po membawa seluruh keluarganya ke Kota Yang-ciu untuk
menemui ibunya, setelah sekian lama berpisah, ibu dan anak itu dapat berkumpul
kembali, sudah tentu hati keduanya terharu sekali sehingga mereka langsung
berpelukan dengan mesra. Melihat ke tujuh menantunya, semuanya cantik, Wi Cun Fang (Ibu Siau Po) berkata
dalam hati. " Si Maling kecil Siau Po ini mempunyai pandangan mata yang bagus. Kalau dia
membuka usaha pelacuran, perempuan-perempuan yang dipeliharanya pasti terdiri dari
perempuan-perempuan pilihan, uang tentu mengalir masuk seperti air. "
Sesudah berbasa-basi, Siau Po menarik ibunya ke dalam kamar.
"Mak, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
Ibunya jadi heran, tapi dia mengangukkan kepalanya juga.
"Tanyakan saja"
"Siapakah bapakku sebenarnya?" tanya Siau Po. Mata Wi Cun Fang langsung
mendelik. "Mana aku tahu?" sahutnya, Siau Po mengerutkan keningnya.
"Sebelum mengandung aku, tamu-tamu dari golongan mana saja yang pernah kau
temani?" " Waktu itu ibumu sedang laris-larisnya, satu hari bisa menerima beberapa tamu,
mana aku ingat tamu-tamu dari golongan apa?" jawab Cun Fang.
"Apakah tamu-tamu itu semuanya orang Bangsa Han?" tanya Siau Po penasaran.
"Tentu saja ada yang orang Han. namun kadang-kadang kami menerima tamu orang
Boan juga, selain itu masih ada Bangsa Mongol."
"Apakah ada tamu bangsa asing?" tanya Siau Po"Kau pikir ibumu ini pelacur murahan" Masa aku sudi menerima tamu bangsa asing
pokoknya setiap orang bule, baik Bangsa Losat maupun setan Berambut Merah ada
yang berani masuk ke Li Cun Wan ini, ibumu akan mengusir mereka dengan sapu"
sahut Cun Fang kesal. Hati Siau Po menjadi lega seketika.
"Bagus" katanya.
Cun Fang mendongakkan kepalanya sedikit seakan sedang mengenangkan masa
lalunya. "Tempo hari ada seorang laki-laki yang tampan sekali. Dia sering mengunjungi aku,
setiap kali teringat kepadanya, aku selalu berkata dalam hati. Anak kesayanganku si
Siau Po mempunyai bentuk hidung yang bagus, mirip dengan orang itu."
"Orang cina, orang Mongol, orang Boan semuanya ada. Entah apakah ada tamu dari
Tibet?" tanya Siau Po ingin tahu.
Wi Cun Fang sepertinya bangga sekali ketika mudanya banyak melayani laki-laki dari
berbagai suku. "Tentu saja ada Ada seorang pendeta dari Tibet, sikapnya lucu sekali, sebelum naik
ke atas tempat tidur dia selalu membaca doa. sembari membaca doa matanya
memandang lekat-lekat kepadaku, Eh, kalau membayangkan kembali matanya yang
bersinar terang, berkilau-kilauan seperti mutiara, rasa-rasanya persis deh dengan
matamu itu" Siau Po hampir semaput mendengar keterangan terakhir ibunya, ya ampun
-- T A M A T -- Peristiwa Merah Salju 3 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Cinta Bernoda Darah 3

Cari Blog Ini