Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 43
yaitu ilmu mencengkram, memiting, membanting dan
sebagainya dalam perkelahian rapat. Dengan ilmu itu ia tak
perlu menggunakan mata. Sambil menggeram Cia Soen pun melawan ilmu yang
serupa. Dalam kegelapan para hadirin hanya mendengar
suara bentrokan2 tanyan nyaring dahsyat.
Boe Kie mendengari dengan hati berdebar2. ia tidak bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu dan juga tidak bisa melihat jalan perkelahian.
Dengan mendengar teriakan "Thian kauw makan
matahari" Cia Soen tahu apa yang sudah terjadi. Ia sendiri
sudah buta selama dua puluh tahun lebih. Ia sudah biasa
dengan kebutaan itu dan kupingnya sedikit banyak sudah
bisa menggantikan peranan mata. Dilain pihak, Seng Koen
tidak pernah bertempur dengna kegelapan total, dalam
keadaan diaman kedua matanya tidak bisa digunakan. Cia
Soen tahu bahwa selama kegelapan total ia memang diatas
angin. Ia tidak boleh membuang wkatu dan ia segera
menyerang denga sehebatnya, dengan seantero kepandaian
dan tenaganya. Waktu Seng Koen menyerang dengan
Siauw na-chioe iapun segera menggunakan ilmu tersebut.
Sesudah beberapa gebrakan, mendadak, mendadak Cia
Soen mementangkan kedua tangannya dan mencoba
mengacip iga musuhnya. Seng Koen girang "Kena!" ia
berteriak sambil menusuk kedua mata Cia Soen denga dua
jari tangannya. Itulah pukulan Siang Liong Chioe Coe.
Pukulan ini tidak luar biasa, tapi kalai digunakan dalam
Siauw kin na chioe, bahayanya sangat besar. Jika musuh
mengegos, si penyerang bisa mengirim pukulan susulan
dengan tangan kirinya dan kedua pukulan itu pasti akan
menghantam kepala. (Siang liong Chioe coe Sepasang naga
berebut mutiara). Tapi diluar dugaan Ciao Soen tidak berkelit. Ia pun
membentak "Kena!" dan menusuk mata Seng Koen dengan
pukulan Siang liong chioe coe juga. Pada detik kedua
jarinya amblas dimata Cia Soen, hati Seng Koen mencelos
karena tanpa tercegah lagi, kedua matanya pun kena
tusukan jari. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika itu matahari mulai mengintip dan diantara cuaca
remang2, pada hadirin bisa melihat kedua lawan itu
sekarang berdiri seperti patung dengan mata mengucurkan
darah. Seng Koen sudha jadi orang buta, sedang Cia Soen
yang memang sudah buta, hanya mendapat luka biasa.
"Enak jadi orang buta?" tanya Cia Soen dengan suara
dingin dan hampir berbareng, ia menghantam dengan
tinjunya. Pukulan Cit siang koen kena tepat di dada Seng
Koen. Dengan tinju kiri ia mengirim tonjokkan kedua. Seng
Koen terhuyung, tubuhnya membentur batang siong dna
mulutnya memuntahkan darah.
"Segala apa ada pembalasannya! Siancai! Siancai!" seru
Touw Ok. Cia Soen terkejut. Tinjunya yang sudah terangkat
diturunkan lagi, "Sebenarnya aku ingin menghadiahkan kau
dengan tiga belas pukulan Cit Siang Koen," katanya. "Tapi
sebab sekarang kau sudah musnah dan kau sudah menjadi
orang bercacat, maka aku tak bisa turunkan sebelas pukulan
lagi." Melihat Cia Soen mendapat kemenangan para hadirin
bersorak sorai. Mendadak Cia Soen bersila ditanah dan tulang2nya
mengeluarkan suara peratak perotok.
Boe Kie terkesiap. Ia tahu ayah angkatnya sedang
membalik aliran hawanya untuk memusatkan (Red:
"memusnahkan" mungkin harusnya") kepandaiannya sendiri. "Gie hoe, jangan!" teriaknya. Ia memburu tapi baru saja
ia menempelkan telapak tangannya dipunggun sang ayah
angkat untuk mengirim Kioe yang cin khie, Cia Soen sudah
melompat bangun dan memukul dadanya sendiri, sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia lantas saja muntah darah. Buru2 Boe Kie mencekal
tangan orang tua itu. Dengan hati mencelos, ia mendapat
kenyataan, bahwa sang Gie hoe tidak bertenaga lagi. Semua
ilmu silatnya sudah musnah dan sukar dipulihkan lagi.
"Seng Koen," kata Cia Soen. "Kau sudah membinasakan semua keluargaku. Hari ini aku membalas
sakit hati dengan membutakan kedua matamu dan
membinasakan ilmu silat suhu, ilmu silatku diberikan
olehmu. Hari ini aku memusnahkannya dan memulangkannya kepadamu. Mulai saat ini, antara kita
berdua sudah tidak ada sangkutan lagi. Semua budi dan
semua sakit hati sudah dibayar lunas. Kau selamanya tak
akan bisa melihat aku, sedang akupun tak akan bisa melihat
mukamu lagi." Seng Koen menutup mata dengan kedua tangan dan
tidak mengeluarkan sepatah kata.
Para orang gagah saling mengawasi. Mereka tak nyana,
bahwa permusuhan antara guru dan murid itu akan
berakhir secara begitu. Sementar itu Cia Soen sudah bicara dengan suara
nyaring! "Aku Cia Soen berdosa besar dan aku sama sekali
tidak duga, bahwa aku bisa hidup sampai hari ini.
Sekarang, jika diantara para enghiong ada yang sanak
keluarganya dibinasakan olehku, maka ia boleh lantas saja
maju untuk ambil jiwaku. Boe Kie, kau jangan merintangi
dan juga tidak boleh membalas sakit hati, supaya kau tidak
menambah kedosaanku."
Dengan air mata berlinang, si anak mengangguk.
Untuk beberapa saat seluruh lapangan sunyi senyap.
Sesudah melihat apa yang terjadi, banyak orang yang
menganggap, bahwa turun tangan terhadap Cia Soen
diwaktu itu bukan perbuatan seorang ksatria.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 seorang pria maju dan berkata: "Cia Soen, ayahku,
itu Cie Tin Cin Lam Khoe Loo Hiong binasa dalam
tanganmu. Aku ingin membalas sakit hatinya."
"Benar, Koe Heng boleh lantas turun tangan," jawabnya.
Orang she Khoe itu segera menghunus golok.
Bukan main bingungnya Boe Kie. Ia serba salah.
Tubuhnya gemetaran dan tanpa merasa ia maju beberapa
tindak. "Anak Boe Kie!" bentak sang Gie Hoe, "Kalau kau
merintangi, artinya kau anak tidak berbakti. Sesudah aku
mati, kau boleh periksa penjara diddalam tanah dan kau
akan tahu segala apa."
Orang she Khoe itu mengangkat goloknya sampai
dibatas dada. Tiba2 air matanya mengucur. Ia meludahi
muka Cia Soen dan berkata dengan suara parau, "Diwaktu
hidup, Sian hoe (mendiang ayah) seorang gagah. Jika
tokhnya angker, ia tentu tidak setuju
jika aku membinasakan seorang buta yang tidak bisa melawan
lagi?" Goloknya jatuh dan sambil menekap muka dengan
kedua tangannya, ia lari balik ke orang banyak.
Seorang wanita setengah tua maju dan berkata: "Cia
Soen, aku ingin membalas sakit hati kakakku. Im Yang Pan
Koan Cin Peng Hoei." Ia mendekati, meludahi dan berlalu
sambil menangis. Melihat ayah angkatnya dihinakan tanpa bergerak, hati
Boe Kie seperti disayat pisau.
Dalam Rimba Persilatan hidup atau mati di pedang kecil.
Yang dianggap sebagai urusan besar ialah hinaan. Kata
orang. "Orang gagah boleh dibunuh, tak boleh dihina."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meludahi muka adalah salah satu hinaan terhebat, tapi Cia
Soen menelannya dengan segala kerelaan. Ini merupakan
bukti, bahwa ia sungguh2 merasa menyesal akan
perbuatannya yang dulu2. Demikianlah seorang demi seorang maju menghampiri
untuk membalas sakit hati sanak keluarganya. Ada yang
meludahi, ada yang menggelepok, ada pula yang mencaci.
Cia soen menerima itu semua dengan kepala menunduk
dan mulut membungkam. Sesudah tigapuluh orang lebih melampiaskan ganjelannya, majulah seorang imam yang jenggotnya
panjang. "Pinto membuktikan bahwa Cia thay sebenarnya
seorang mulia. Pintu sendiri pernah membinasakan banyak
orang baik, orang2 jalanan putih maupun orang2 jalanan
hitam. Apabila Pinto membalas sakit hati terhadap Cia thay
hiap, lain2 orang juga tentu akan mencari pinto untuk
membalas dendam sakit hati mereka." Sesudah berkata
begitu, ia menghunus pedang, mementil badan pedang yang
lantas patah dua dan melemparkan gagang senjata itu
ditanah. Sesudah memberi hormat dengan membungkuk, ia
berlalu sambil menundukkan kepala.
Para hadirin lantas saja mengutarakan pendapat mereka
dengan bisik2. nama Thay hie coe tidak banyak kenal
orang. Tak dinyana, ia mempunyai kepandaian tinggi. Apa
yang sangat mempengaruhi orang adalah sikapnya dan
dada yang lapang. Sesudah mendengar teguran Thayhie
coe, rasanya tak ada orang lagi yang menghina Cia Soen.
Tapi diluar dugaan, dari rombongan Co bie pay
keluarlah seorang pendeta tua. Ia menghampiri Cia Soen
dan berkata, "Kau sudah membunuh suamiku, tapi
cukuplah jika aku meludahi mukamu," ia lantas saja
menyemburkan ludahnya kemuka Cia Soen. Orang yang
berkuping tajam lantas bisa mendengar bahwa dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semburan ludah itu mengandung sesuatu. Cia Soen bahwa
sebatang paku sedang menyambar. Ia tidak berkilat dan
hanya berkata didalam hati, " Kalau aku mati sekarang, aku
mati agak terlambat."
Pada saat yang sangat penting mendadak tubuh si baju
kuning melesat dan tangan bajunya menggulung senjata
rahasia itu. "Soe thay siapa namanu!" bentaknya.
Niekouw it terkesiap, "Aku Ceng ciauw" jawabnya.
"Hm.. Ceng Ciauw.. Ceng Ciauw! Sebelum kau menjadi
pendeta siapa suamimu" Cara bagaimana Cia Thayhiap
membinasakan dia?" "Perlu apa kau bertanya begitu melit?"
"Cia Thayhiap menyesal akan perbuatannya yang dulu2.
Kalau yang maju adalah orang yg benar2 mau membalas
sakit hati ayah atau sanak lain biarpun di cincang, Cia
Thayhiap akan menerima dengan rela dan orang luar tidak
boleh mencampuri. Tapi mana kala yang turun tangan
merupakan manusia yang mau memancing ikan di air keruh
yang mau membunuh untuk mulut orang, maka siapapun
juga, boleh mencampuri."
"Dengan Cia Thayhiap aku tak punya permusuhan.
Perlu apa aku membunuh orang untuk menutup?" Ceng
Ciauw tidak meneruskan perkataan! Ia tahu bahwa dalam
kaget dan takutnya, ia sudah kesalahan omong. Paras
mukanya pucat pasi dan ia melirik Cioe Cie Jiak.
"Benar!" kata si baju kuning. "Dengan Cia tayhiap kau
tidak mempunyai permusuhan apa kau membunuh orang
untuk menutup mulutnya" Hm.. dua belas pendeta wanita
Go Bie Pay dari tingkatan Ceng hiaom, Ceng hie, ceng
ciauw semuanya menjadi pendeta sedari masih gadis. Dari
mana datangnya suami?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa menjawab Ceng Ciauw balik kerombongannya.
"Mana boleh kau berlaku begitu saja?" bentak si baju
kuning sambil melompat. Dengan beberapa lompatan ia
sudah mencegah nikouw it. Ia menotong pinggang dan
menendang sehingga Ceng Ciauw lantas saja roboh.
Si baju kuning tertawa dingin. "Ciauw Kauw nio, susah
membunuh orang untuk menutup mulutnya!" katanya.
"Jangan omong kosong kau!" kata Cie Jiak dengan suara
dingin. "Ceng ciauw suci memang mau membalas sakit
hatinya." Ia mengibaskan tangannya dan berkata pula. "Banyak
murid partai lurus bersih tak membedakan lagi mana yang
lurus mana pula yang sesat dan sudah rela bersatu padu
dengan kawanan siluman. Go Bie Pay tak boleh turut
masuk diair kotor. Hayo kita pulang!" Semua murid Go Bie
lantas saja bersiap untuk berangkat. Beberapa anara
mengawasi Ceng Ciauw yang rebah ditanah. Mereka tak
tahu apa Ciang beon jin mereka akan menolong atau akan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membiarkan saja saudara seperguruannya yang roboh itu.
Sementara itu terdengar bentakan Kong tie, "Goantin!
Lekas perintahkan kaki tanganmu melepaskan Hong thio!
Jika terjadi sesuatu yang tak diharapkan, kedosaanmu akan
lebih besar lagi." Seng Koen terawa getir. "Sesudah urusan sampai disini
biar kita mati bersama2," katanya.
"Andaikata mau sekarang akupun tak bisa menolong lagi
si hweesio tua Kong boen. Apa kau buta" Apa kau tak lihat
sinar api?" Kong tie tekrjut. Ia mengawasi kebawah bukit dan benar
saja dikuil Siauw Lim sie terlihat berkobar api. "Celaka! Ta
mo tong terbakar," serunya. "Lekas padamkan api!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua pendeta Siauw Lim yang berada disitu lantas
bergerak untuk turun bukit guna memadamkan api. Tiba2
terlihat semburan2 air yang panjang seperti naga putih dan
tak lama kemudian api sudah dapat dikuasai.
Kong tie merangkap kedua tangannya, "Kuil kami
terbebas dari kemusnahan."
Beberapa saat kemudian dua pendeta mendaki bukit
dengan berlari2. "Melaporkan kepada Soesiok couw," kata
yang satu kepada Kong tie "Kaki tangan Goan tin telah
membakar Tot mo tong. Syukur beribu syukur, para
enghiong dari Ang soei kie keburu menolong dan sekarang
sudah dipadamkan." Kong tie menghampiri Boe Kie dan merangkap kedua
tangannya. "Bahwa kuil siauw lim sie terbebas dari
kemusnahan adalah karena pertolongan Thio Kauwcoe
yang sangat besar," katanya. "Semua anggota Siauw Lim
tak akan melupakan budi yang sangat besar itu."
Boe Kie membalas hormat. "Hal ini hanya sepantasnya
saja dan Taysoe tak usah berkata begitu," jawabnya.
"Kong beon suheng dikurung di tat mo ih oleh murid2
itu," kata pula Kong tie. "Walaupun kebakaran sudah
dipadamkan, aku masih belum tahu nasib suheng. Thio
Kauwcoe dan yang lain2 tunggulah sebenaran disini, loolap
ingin pergi menyelidiki."
Seng koen tertawa terbahak2. "Tubuh Kong boen dilabur
minyak kerbau dan minyak babi," katanya. "Begitu api
berkobar, begitu ia tamat riwayatnya. Ang soei kie bisa
menolong Tat mo ih, tapi tak akan mampu menolong
situa." "Kalau Angsioe kie tak bisa, masih ada Houw Touw
kie!" kata seorang yang sedang mendaki puncak bukit.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu adalah Hoan Yauw. Ia muncul bersama Gan
Hoan (Ciang kie see Aouw touw kie) dan seorang pendeta
tua yang dipapah mereka. Orang2 tahu, bahwa pendeta
yang dipapah itu bukan lain dari pada Hong thio seng ceng.
Mereka mendapat luka dan pakaian mereka terbakar disana
sini. Kong tie membuta dan memeluk suhengnya, "Suheng!..." katanya dengan suara parau."Sutemu tak
punya kebecusan dan berdosa besar."
Kong boen tersenyum. "Kalau Hoan Siecoe dan Gan
Siecoe tidak keburu muncul dari terowongan, aku tak akan
bisa bertemu lagi dengan kau masih bernapas," katanya.
"Kepandaian Hauw towu kie dalam membuat terowongan tiada bandingannya didalam dunia," kata Kong
tie dengan suara kagum dan berterima kasih. Ia berpaling
kepada kedua penolong itu dan membungkuk. "Hoan
Siecoe," katanya pula, "loocang pernah berlaku tak pantas
terhadapmu dan aku harap kau sudi memaafkan. Looceng
sekarang membatalkan perjanjian bertemu di Ban hoat sie.
Looceng tidak berani pergi kesitu."
Dalam Rimba Persilatan, tak menempati janji dipandang
sebagai hal yang lebih memalukan daripada kalah
berkelahi. Bahwa Kong tie rela menarik pulang janjinya dan
menyerah kalah. Merupakan bukti, bahwa ia merasa sangat
berhutang budi kepada Hoan Yauw. Kedua tokoh itu
memang saling menghargai. Mulai dari waktu itu mereka
menjadi sahabat karib. o)0o-dw-o0(o Dalam usaha busuknya. Seng Koen sudah membuat
rencana yang diperhitungkan masak2.
Sebelum pembukaan Enghiong Tay hwee ia berhasil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membokong Kong boen dengan totokan dna kemudia
mempenjarakan pemimpin itu di ruangan Tay moin, yang
diisi dengan rumput, kayu kering, tahan2 api. Ruang itu
lalu kemudian dijaga oleh kaki tangannya yg setia. Dengan
Kong boen sebgai tanggungan, ia berhasil menundukkan
Kong tie. Ia mengancam bahwa jiwa Kong tie membantah
perintahnya, Kong boen akan segera dibakar.
Sesudah usahanya gagal, ia memberi isyarat supaya kaki
tangannya segera membakar Tat mo ih. Ia mengharap
selagi para enghiong dan para pendeta berusaha
memadamkan api, kawan2nya akan bisa ditolong dirinya.
Tapi dalam pada itu telah terjadi sesuatu yang tak pernah
diduga olehnya. Begitu tiba dikaki gunung Sauw sit san,
pada sebelum bertemu dengan Boe Kie, Yo Siauw
memerintahkan Houw tauw kie membuat terowongan
kekuil Siauw Lim sie. Tujuannya ialah untuk menolong Cia
Soen. Tapi belakangan ternyata bahwa Cia Soen bukan
dipenjarakan didalam kuil. Penukaran patung Tat mo
Couw soe dalam Tat mo ih dilakukan oleh orang2 Houw
Touw kie. Waktu Seng koen terlocot topengnya. Tio Beng dan Yo
Siauw lantas bisa menduga apa yang akan terjadi. Sesudah
berdamai, mereka minta Hoan Yauw memimpin Ang soei
dan Houw tauw kie untuk memadamkan kan kebakaran
dan menolong Kong boen di Tat mo ih. Tapi karena
rapihnya persiapan, maksud menolong tercapai, Houw
touw kie menderita kerusakan dan ketiga anggotanya
mengorbankan jiwa. Kalau Hoan Yauw dan Gian Hoan
tidak menggunakan terowongan waktu kabur dengan
membawa Kong hoen maka mereka bertiga pun akan
binasa. Kebakaran itu hanya merusak Tat mo ih dan
beberapa bangunan lain. Tay hiong po thian ceng keng dok loohan hion dan lain2
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gedung dapat diselamatkan.
o)0o-dw-o0(o Sesudah berdamai dengan Kong tie, Kong Boen segera
mengeluarkan perintah supaya semua kaki tangan Seng
Koen dipenjarakan dibelakang kuil menunggu keputusan,
Seng Koen sudah berdiam lama di Siauw lim sie dan
konco2nya berjumlah tidak sedikit. Tapi melihat kepala
mereka sudah dirobohkan Hong thio ketolongan, orang2 itu
tidak berani melawan dibawah pimpinan Sioe co lo han
tong mereka digiring turun bukit.
Sesudah itu Boe Kie mendapat kenyataan bahwa dalam
kekalutan, Cie Jiak dan rombongannya sudah berlalu,
dengan meninggalkan Ceng Ciauw yang masih rebah
ditanah. Boe Kie menghampiri si baju kuning dan sambil
menyoja, ia berkata: "Dua kali Thio Boe Kie menerima
pertolongan cie cie. Untuk itu aku hanya menghaturkan
banyak2 terima kasih. Disamping itu, aku mohon tanya she
dan nama cici yang mulia, supaya siang malam aku bisa
mengingatkannya." Si nona tersenyum. Ia menjawab dengan kata yg
merupakan sajak: "Dibelakang gunung Ciong lam san,
terdapat kuburan Mayat Hidup, Burung Rajawali sakti dan
pasangan pendekar tak muncul lagi dalam dunia
Kangouw." Seraya berkata begitu, ia membalas hormat dan
kemudian, ia mengulapkan tangan kearah delapan
pengiringnya. Sesaat kemudian, bersama delapan wanita
baju putih dan hitam itu, ia turun bukit.
Boe Kie memburu, "Cici tahan dulu!" serunya.
Si nona tidak meladeni dan berjalan terus. "Yo Cici! Yo
Cici!" panggil Soe Heng Sek.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Segala urusan kay pang kumohon bantuan kauwcoe,"
kata si baju kuning sambil berjalan terus.
"Boe Kie menerima perintah."
"Terima Kasih!" Perkataan "terima kasih" itu terdengar
jauh sekali karena si nona sudah menggunakan ilmu
mengentengkan tubuh. Sesudah itu, Boe Kie mendekati Cia Soen. "Gie Hoe,"
panggilnya. Air matanya mengucur.
"Anak edan," kata sang Gie hoe sambil tertawa. "Atas
petunjuk Sam wie ko ceng aku sekarang baru mendusin.
Segala hutang2ku telah dibereskan. Kau sebenarnya harus
merasa girang. Mengapa kau berduka" Sebab ilmu silatku
musnah" Apakah kau ingin aku menggunakan lagi ilmu iut
untuk melakukan perbuatan2 berdosa?"
"Giehoe benar," kata si anak dengan suara perlahan.
Cia Soen lalu menghampiri Kong boen dan berlutut.
"Tee coe berdosa besar dan memohon Hong thio sudi
menerima teecu sebagai murid," katanya.
Sebelum Kong boen menjawab, Touw Ok mendahului:
"Mari! Biar looceng saja yang mengambil kau sebagai
murid." "Teecu tidak berani mengharap begitu besar," kata Cia
Soen. Cia Soen berkata begitu sebab jika ia mengangkat Kong
Boen sebagai guru, ia berada ditingkatan "goan" sedang jika
ia mengambil kedudukan tingkatan "Kong" yang
bersamaan tinggi denga Kong boen dan Kongtie.
"Fui!" bentak Touw Ok. "Kong kosong. "Goan" juga
sama kosongnya. Kau sungguh tolol!"
Cia Soen tertegun, tapi ia lantas mendusin. "Guru
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kosong, murid kosong, tak ada dosa, tak ada mulia, tak ada
jasa," katanya. Touw Ok tertawa terbahak2. "Sekarang kau sudah
menjadi anak murid kami," katanya. "Kamu tak usah
mengubah nama. Kau mengerti maksudku?"
"Mengerti," jawabnya. "Segala apa hanya merupakan
bayangan kosong. Jangankan nama sedangkan tubuhpun
pada hakekatnya sesuatu yang tak ada."
Cia Soen seorang yang "boen-boe-coan-cay" (paham
surat dan silat). Sesudah mendapat petunjuk Touw Ok, ia
segera dapat menangkan intisari dari pada pelajaran sang
Budha. Belakangan ia menjadi salah seorang pendeta suci.
Boe Kie menyaksikan dan mendengar itu semua dengan
rasa girang tercampur duka.
"Mari!" kata Touw Ok akhirnya sambil menuntun
tangan Cia Soen dan bersama kedua saudara seperguruannya, ia turun bukti. Kong-boen, Kong-tie, Boe
Kie dan yang lain2 memberi hormat dengan membungkuk.
Tigapuluh tahun yang lalu Kim mo say ong melakukan
perbuatan2 yang menggemparkan dunia Kang Ouw.
Sekarang ia masuk di "pintu kosong". Mengingat itu
semua, banyak orang menghela napas dengan rasa terharu.
Sesudah ketiga pendeta dan Cia Soen berlalu sambil
merangkap kedua tangannya, Kong Boen berkata. "Kami
merasa malu, bahwa berhubung dengan terjdinya pengkhianatan kami tak bisa melayani para enghiongnya
secara pantas. Sekarang kita berkumpul. Entah kapan kita
bisa berkumpul pula. Mengingat itu kami memberanikan
diri untuk mengundang kalian guna mengaso sehari dua
hari dikuil kami." Bersama tuan rumah, para tamu lantas saja kembali ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuil siauw lim sie, dimana sudah disediakan makanan cia
cay. Sesudah itu diadakan sembahyang untuk rohnya
orang2 gagah yang membuang jiwa dalam pertempuran.
Untuk Boe Kie, selesainya Enghiong Tayhwee belum
berarti hilangnya banyak tanda2 didalam hatinya. Masih
banyak hal yang belum terang baginya. Cia Soen sudah
berlalu sebelum memberi keterangan. Boe Kie merasa
bahwa banyak pertanyaan yang belum terjawab, mempunyai sangkut paut dengan Cie Jiak. Ia seorang mulia
dan ia masih belum melupakan kecintaan dahulu. Maka itu
ia menghibur diri sendiri dengan memikir, bahwa soal2 itu
sebaiknya jangan diselidiki terlalu mendalam supaya nama
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cie Jiak jangan jadi lebih rusak.
Sesduah bersantap, ia pergi ketempat Kaypang untuk
membicarakan soal2 partai pengemis denga Soe Hong Sek
dan nama Tingloo. Selagi beruntun, mendengar swee poet.
Tak menerobos masuk dan berkata. "Kaucoe, Boe tong
siehiap datang berkunjung. Ia mengatakan, ada urusan
penting yang mau dibicrakan."
Boe Kie terkejut. "Apa ada sesuatu yg terjadi atas diri
Thay suhu?" tanyanya didalam hati. Buru2 ia keluar
menyambut. Sesudah memberi hormat dengan berlutut,
hatinya baru agak lega sebab lihat paras muka thio Siauw
Koe tenang2 saja. "Apa Thay suhu baik?" tanyanya.
"Tak kurang suatu apa," jawabnya. "Di Butong san aku
mendapat warta bahwa dua laksa tentara Goan sedang
menuju ke Siauw Lim sie dengan maksud yang tidak baik
terhadap eng hiong tayhwee. Maka itu, baru2 aku datang
disini." "Mari kita beritahukan Hong thio," kata Boe Kie.
Mereka segera pergi keruangan bealkang dan menemui
Kong boen. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah berpikir sejenak, Kong Beng berkata, "Soal ini
sangat besar. Kita harus berdamai dengan para orang
gagah." Ia segera memerintahkan dibunyikannya lonceng
dan mengumpulkannya semua orang di Tay hiong Pothan
dan mendengar laporan Thio Siong Kee semua orang
terkejut dan beberapa antaranya lantas saja mengutarakan
pikiran Yang berdarah panas mengusulkan supaya mereka
turun gunung dan melabrak tentara musuh. Yang lebih
tenang mengenakan, bahwa gerakan tentara Goan itu belun
tentu ditujukan kepada Siauw Lim Sie.
"Aku mengerti bahwa Mongol," kata Thio Siong Kee.
"Aku dengar dengan kuping sendiri bahwa pasukan itu
benar2 mau menyerang Siauw Lim sie."
"Menurut pendapatku, tentara kerajaan menyerang
karena mereka menduga bahwa berkumpulnya kita disini
mempunyai tujuan untuk merusakan mereka," kata Kong
Boen. "Kita paham ilmu silat dan kita tak takut kawanan Tai
coe, musuh datang harus disambut. Air datang harus
dibendung. Kita tak usah takut?" Belum habis Kong boen
bicara beberapa orang sudah menepuk2 tangan untuk
menyatakan persetujuannya.
Sesudah sambutan mereda,Kong ben selanjutnya! "Akan
tetapi kita orang2 Rimba Persilatan, biasa bertempur satu
melawan satu. Kita berkelahi dengan tangan kosong atau
dengan senjata rahasia! Berkelahi dengan menunggang
senjata panjang seperti tombak dan sebagainya, kita belum
punya pengalaman. Maka itu menurut pikiran loolap,
sebaiknya para neghiong bubar dan pulang kemasing2
tempatnya." Mendengar saran itu untuk beberapa saat semua orang
membungkam. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sendiri tidak setuju," kata Boe Kie. "Pertama kalau
kita bubar Tat coe akan mengatakan bahwa kita tkut
terhadap mereka. Kedua bagaimana dengan para suhu yang
berdia dikuil ini?" Kong boen tersenyum. "Kalau tentara Goan lihat bahwa
yang berada disini hanya para pendeta2 dan bukan orang2
kangouw, mereka tentu tak akan berbuat apa2," katanya.
Semua orang mengerti bahwa Kong boen berkata begitu
karena tidak mau merembet orang. Para tamu datang atas
undangan Siauw Lim Sie. Kong Boen tak mau mereka
mengorbankan jiwa karea gara2 orang Siauw Lim Sie. Tapi
orang2 yg berada disitu adalah laki2 sejati. Mana bisa
mereka mundur dalam menghadapi musuh"
"Dihadapan Hong thio dan para enghiong aku yang
rendah sebenarnya tidak boleh banyak mulut," kata Yo
Siauw. Pada hakekatnya setiap orang yang berada disini
mempunyai kewajiban untuk melawan musuh menurut
pikiranku kita sebaiknya mencari daya untuk memancing
Tat coe dimana bisa menggempur mereka. Sedapat
mungkin janganlah kuil yang bersejarah ini dijadikan
medang perang." Semua orang lantas saja menyetujui usul itu.
Tiba2 diluar terdengar suara kaki kuda yang dikaburkan
secepat2nya dan kemudian berhenti didepan kuil. Beberapa
saat kemudian masuk dua partai dengan diantara oleh
seorang Tie Kek Ceng. Dari pakaiannya mereka ternyata
anggota Beng Kauw. Sesudah memberi hormat, salah seorang berkata,
"Melaporkan kepada Kauw coe, bahwa pasukan depan Tat
coe yang berjumlah lima ribu orang sedang menerjang ke
Siauw Lim Sie. Mereka mengatakan bahwa para suhu
mengumpulkan orang untuk melakukan pemberontakan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka sesumbar mau injak Siauw Lim sie sampai jadi
bumi rata dan mereka mau membinasakan setiap kepala."
Ia berhenti ditengah jalan.
Kong Boen tersenyum. "Kau mau mengatakan kepada
gundul bukan?" tanyanya. "Tak usah ragu2. Katakanlah
segala perkataan yang harus dikatakan."
Orang itu mengangguk. "Disepanjang jalan kami
mendapat kenyataan bahwa sudah banyak pendeta yang
dibinasakan Tat coe," katanya pula. "Tat coe mengatakan
begini, "kepala gundul bukan orang baik." Siapa yang
membawa senjata harus dibunuh. Itulah pendirian pasukan
latcoe." Semua orang meluap darahnya. Banyak yang lantas
berteriak2 dan mengusulkan turun gunung untuk menggempur musuh. Semenjak orang Mongol berkuasa di
Tiongkok pencinta2 negeri diseluruh Rimba persilatan
memang menganggap penjajah sebagai musuh dan dalam
cara2nya sendiri berusaha untuk mengusir penjajah.
Gerakan Beng Kauw merupakan sebuah usaha mereka.
Melihat besi sedang panas, Boe Kie segera berkata
dengan suara lantang. "Saudara saudara! Hari ini
merupakan kesempatan yang paling baik untuk memperlihatkan bahwa laki2 sejati yang bisa berkurban
demi kepentingan negara. Nama Siauw Lim Eng hiong tay
hwee akan tercatat dalam buku sejarah dan akan diingat
orang untuk selama2nya."
Pidato bersemangat itu disambut dengan sorak sorai
gegap gempita. "Sekarang biarlah kita minta Kong boen Hong thio
memegang pemimpin," kata pula Boe Kie. "Kami dari
Beng Kauw akan mentaati semua perintah."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana bisa begitu?" kata Kong boen seraya merangkap
kedua tangnnya. "Walaupun benar kami pernah belajar dan
mengerti sedikit ilmu sialt, kami sama sekali tidak mengenal
ilmu perang. Semenjak beberapa tahun lalu Beng Kauw
sudah memulai suatu usaha besar diketahui oleh semua
orang. Menurut pendeta loolap, hanya tentara Beng Kauw
yang akan dapat melawan tnetara Tat coe. Maka itu loolap
mengusulkan untuk mengangkat Thio Kauwcoe sebagai
Boe lim beng coe (kepala perserikatan dari Rimba
Persilatan) guna memimpin kita dalam peperangan
melawan Tat coe." Sebelum Boe Kie keburu membuka mulut, para hadirin
sudah menyambut usul itu dengan tepuk tangan dan
sorakan. Biarpun Boe Kie masih muda dan sepang terjangnya
dalam Rimba Persilatan belum cukup untuk menakluki hati
orang, ilmu silatnya yang sangat tinggi sudah disaksikan
segenap orang gagah. Disamping itu, panglima2 tentara
Beng Kauw, seperti Han San Tong. Cie Sioe Hwee, Coe
Coan Ciang dan lain lalu, telah mendapat kemenangan2
dalam peperangan disepanjang sungai Hway ho di Holam,
Ouwpak dan sebagainya. Oleh karena itu para orang gagah
yakin, bahwa selain Beng Kauw, tak ada parti yang lebih
cocok untuk memimpin pertempuran dan memegang
komando sebagai Beng coe.
"Tanggung jawab Beng coe berat luar biasa," kata Boe
Kie dengan suara merendah. "Aku tidak punya
kemampuan dan kuminta kalian suka memilih lain orang yg
lebih pandai." Sekonyong2 terdengar suara ribut yang bergemuruh dan
dilain saat dua anggota Swie kim kie menerobos masuk
keruangan musyawarah. "Tentara Mongol sudah menerjang kegunung ini!" teriak salah seorang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai disitu Boe Kie tidak bisa berlaku sungkan lagi.
"Swie kim kie, Ang Soe kie maju dimuka untuk menyambut
musuh!" katanya dengan suara angker. "Cioe Tian
Sianseng, Tiat koan To tiang, kalian berdua bantu mereka
dengan masing2 membawa saut bendera."
Cioe Tian dan Tiat koen Toojin membungkuk dan segera
berlalu untuk menjalankan tugas.
"Swee Poet Tek suhu," kata pula Boe Kie. "Kuminta kau
pergi ke berbagai tempat yang berdekatan untuk meminta
bala bantuan dengan membawa Seng hwee leng sebagai
tanda kepercayaan." Tanpa menyia2kan waktu Swee Poet
Tek segera berangkat. Para enghiong yg berada disitu rata2 berkepandaian
tinggi, tapi mereka merupakan tenaga yang belum terlatih
dalam peperangan. Sesudah Boe Kie mengeluarkan
beberapa perintah, mereka segera menghunus senjata dan
bergerak untuk menyambut musuh.
"Kauwcoe," bisik Yo Siauw, "Jika mereka tidak
dipimpin, sekali gebrak saja mereka bakal dipukul hancur."
Boe Kie mengangguk. Ia segera keluar lebih dulu dan
pergi ke pendopo di depan kuil untuk mengamat-amati
musuh. Ia menyadari bahwa pasukan Mongol yang di
depan, yang terdiri dari seribu jiwa lebih sudah tiba dilereng
gunung. Tetapi mereka sudah dipukul mundur oleh Swie
kim ie yang menggunakan senjata gendewa dan anak panah
serta tombak di sebelah bawah gunung yang lebih jauh, ia
lihat pasukan demi pasukan merayap naik dengan teratur.
Jaman itu keangkeran tentara Mongol sudah tidak bisa
manyamai jaman Genghis khan. Tapi biar bagaimanapun
juga tentara pilihan Mongol masih merupaka tentara yang
tiada tandingan. Selagi Boe Kie mengasah otak untuk memundurkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentara musuh di sebelah kiri mendadak terdengar teriakanteriakan yang dibarengi dengan munculnya sejumlah
pendeta wanita dan laki-laki muda yang berlari-lari ke atas
gunung. Mereka adalah rombongan Go bie pay. Tak salah
lagi dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan
tentara Mongol yang memukul mereka balik ke atas
gunung. Dilain saat Boe Kie dan kawan-kawannya melihat
Cioe Cie Jiak, Ceng-hoei Ceng Ciauw dan beberapa
pendeta lain berkelahi sambil mundur dengan tubuh
berlumuran darah, tak jauh dari situ belasan pria yang
memikul sebuah tandu sedang dikepung oleh sejumlah
serdadu Mongol. Berulang kali Cie Jiak dan kawankawannya menerjang dan berhasil membinasakan puluhan
serdadu musuh tapi mereka belum juga berhasil menolong
kawan-kawan yang terkepung itu.
"Celaka!" seru Boe Kie. "Yang berada dalam tandu pasti
Song soeko!" Ia berpaling dan berseru pula. "Liat hwee kie
melindungi dari kedua samping, Wie heng Hoan Yo Jiesoe
ikut aku." Seraya memberi perintah ia berlari-lari dan
menerjang musuh. Dua serdadu memapaki, dengan tombak
rampasan ia menerjang pasukan musuh diikuti oleh Yo
Siauw, Hoan Yauw dan Pheng Eng Giok.
Sesudah mengamuk beberapa lama, Hoan Yauw
bertemu dengan seorang Siehoe thio (pangkat perwira
Mongol). Dengan sekali pukul ia menghancurkan perwira
itu dan kemudian sesudah merobohkan beberapa musuh ia
berhasil merampas seorang yang terluka parah dan rebah di
dalam sebuah tandu. Ia lalu menggendongnya, dan kabur
ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu dengan muka penuh darah Cie Jiak
menerjang pula ke arah rombongan musuh.
"Cie Jiak balik! Song Toako sudah tertolong!" teriak Boe
Kie. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cie Jiak tidak meladeni, ia terus menyerang dengan
cambuknya. Tapi, karena jalanan gunung yang sangat
sempit dan penuh dengan manusia, terjangannya tidak
berhasil. Beberapa saat kemudian Boe Kie lihat kedua anggota Go
bie pay, yang memikul sebuah tandu yang lain dikepung
musuh. "Apa Song Soeko berada dalam tandu itu?" tanya Boe
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kie dalam hati. Ia segera menghampiri dengan berlari. Tapi
saat masih terpisah setombak lebih dari tandu itu, kedua
murid Go bie itu sudah kena bacokan golok dan anak
panah bersama-sama tandu yang dipikulnya, mereka
menggelinding ke bawah gunung.
Boe Kie terkejut. Ia melompat dan menggunakan tombak
yang dipegang oleh tangan kirinya untuk menahan
tergelincirnya tandu. Ia menyadari bahwa orang yang
berada di dalam tandu itu dibungkus dengan kain putih dan
hanya kelihatan mukanya. Orang itu memang tidak lain
adalah Song Ceng Soe. Ia segera melemparkan senjatanya dan mendukung Ceng
Soe. Ia merasa heran karenga tubuhnya berat luar biasa dan
sesudah mendukungnya ia menyentuh sesuatu yang keras.
Rupa-rupanya di dalam kain putih yang membungkus
tubuh Ceng Soe terdapat suatu benda yang berat dan keras.
Tapi saat itu ia tidak sempat berpikir panjang lagi. Karena
kuatir menggetarkan tulang-tulang kepala Ceng Soe yang
belum lama disambung, ia tidak berani bertempur dengan
serdadu-serdadu yang mencegatnya dan hanya berkelit sana
sini, sambil berlari-lari dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh. Untung juga tak lama kemudian ia
bertemu dengan Thio Siong Kee dan In Lie Heng yang lalu
melindungi dari serangan musuh.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu pasukan Mongol yang lain dengan
kekuatan beberapa ratus orang sudah mulai merangsek ke
atas. "Liat hwee kie turun tangan," teriak Pheng Eng Giok.
Tentara Liat hwee kie segera menyemprotkan minyak
tanah dan panah api sehingga dua ratus lebih serdadu
Mongol yang berada di depan segera saja terbakar dan yang
lainnya terpaksa mundur. Dilain pihak, Ang soe kie yang menyemburkan air
beracun juga sudah berhasil membinasakan serangan
musuh. Dengan menggunakan kesempatan yang baik itu,
para orang gagah turut menerjang dan membasmi musuh
sepuas hati. Melihat gelagat tidak baik, Ban hon thio yang memimpin
tentara Mongol buru-buru memerintahkan dibunyikannya
gendering untuk menarik mundur pasukan. Dilain saat,
pasukan depan Mongol berubah menjadi pasukan belakang
dibawah perlindungan tentara yang bersenjata anak panah
mereka mundur ke bawah gunung dengan teratur.
Melihat begitu Pheng Giok menghela napas dna berkata,
"Tentara Mongol benar-benar bukan tentara sembarangan.
Mereka kalah tapi tak jadi kalut."
Setibanya di kaki gunung tentara Mongol diatur seperti
kipas dan membuat persiapan untuk beristirahat.
Sesudah musuh menghentikan serangan, Boe Kie segera
mengeluarkan perintah. "Swie Kim, Ang Soei dan Liat hwee, tiga bendera,
menjaga di tempat-tempat yang penting Kie bok dan Hong
touw kie harus menebang pohon dan membuat bentengbenteng untuk menahan terjangan musuh yang selanjutnya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kelima bendera itu segera berpencar untuk melakukan
tugas mereka. Pertempuran itu memberi pelajaran dan membuka mata
para orang-orang gagah dari Rimba Persilatan. Sekarang
mereka mengerti bahwa perang lain dari pertandingan satu
lawan satu atau pertempuran antara beberapa orang yang
biasa terjadi dalam kalangan Kang ouw. Sekarang mereka
mengakui bahwa Lweekang, Gwakan, senjata rahasia dan
ilmu silat tinggi dari seseorang tidak banyak artinya dalam
peperangan, di mana beribu atau puluhan ribu manusia
bertempur secara besar-besaran. Sekarang mereka yakin
bahwa tanpa bantuan Nio heng kie, hari itu mereka semua
terhitung kuil Siauw lim tentu sudah musnah. Tanpa Ngo
heng mereka tak akan bisa melawan dua laksa serdadu
Mongol yang terlatih baik.
Sesudah musuh mundur semua, Boe Kie meletakan Song
Ceng soe di tanah dan meraba dadanya. Pemuda she Song
itu ternyata masih bernapas. Ia menengok untuk memanggil
Cie Jiak, tapi nyonya itu tak kelihatan batang hidungnya.
"Mana Song Heng jie?" tanyanya kepada beberapa murid
Go bie pay yang berada di situ.
Mereka semua menggeleng-gelengkan kepala. Dengan
repotnya melawan musuh, para enghiong pun tidak
memperhatikan nyonya muda itu.
Karena kuatir Song Ceng soe terluka, Boe Kie segera
membuka kain putih yang membungkus tubuh pemuda itu.
Bungkusan itu tak kurang dari tiga lapis. Begitu lapisan
ketiga terbuka, terdengar suara kerontangan dan empat
potong senjata jatuh di tanah. Boe Kie terkesiap, "To liong
to! Ie thian kiam!" teriaknya. Mendengar teriakan itu semua
orang memburu. Di atas tanah menggeletak dua potong Ie thian kiam dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua potong To liong to. Boe Kie mengambil salah sepotong To liong to. Ia berdiri
terpaku dan kedua matanya mengeluarkan sinar kedukaan.
Ia ingat bahwa ayah dan ibunya meninggal karena golok
mustika itu. Ia ingat bahwa selama dua puluh tahun lebih
banyak orang bermusuhan, berkelahi dan hilang jiwa garagara golok itu. Ia ingat pula bahwa perkumpulan para
enghiong di kuil Siauw lim sie juga disebabkan oleh To
liong to. Sekarang golok tersebut muncul dalam keadaan
patah dua dan tidak ada gunanya lagi.
Ia angkat potongan itu dan menyadari bahwa di
tengahnya berlubang. Ie thian kiam pun demikian.
Mungkin sekali di dalam lubang itu telah disembunyikan
sesuatu, tapi isinya sudah diambil orang.
Yo Siauw menghela napas, "Kauw coe!" katanya.
"Sudah lama sekali aku coba memecahkan teka teki sumber
ilmu silat Cioe Kauwnio sekarang aku bisa mengatakan
bahwa ilmu Cioe Kauwnio didapat dari pedang dan golok
itu." Boe Kie bukan orang tolol. Iapun sudah bisa merabaraba kejadian yang sebenarnya. Ia sekarang dapat
membayangkan bahwa malam itu waktu berada di sebuah
pulau kecil. Cie Jiaklah yang sudah mencuri Thian kiam
dan To liong to. Entah dengan jalan bagaimana ia
menyingkirkan Tio Beng, membinasakan In Lee dan lalu
saling membacok kedua senjata itu sehingga Ie thian kiam
dan To liong to yang tersohor patah dua-duanya. Sesudah
itu ia ambil pit kip (kitab ilmu) yang disembunyikan dalam
kedua senjata itu dan melatih diri secara diam-diam.
Makin lama Boe Kie berpikir makin jelas duduk
persoalan. "Benar," katanya di dalam hati. "Di pulau itu
waktu aku mencoba mengusir racun dari tubuhnya dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan Kioe yang Sing kang aku merasakan
munculnya semacam tenaga luar biasa yang melawan Sin
kang. Belakangan tenaga itu jadi lebih kuat. Hai"karena
tergesa-gesa ia tak pelajari dasar-dasar Lweekang yang sejati
tapi melatih diri dalam ilmu luar yang beracun, yang bisa
memberi hasil dalam waktu singkat. Sungguh sayang"."
Selagi ia termenung, Gouw Kia Co Ciang kie soe, Swi
kim kie mendekati dan berkata seraya membungkuk.
"Kauwcoe, aku jadi pandai besi (tukang besi). Aku bisa
membuat macam-macam senjata. Mungkin sekali pedang
dan golok mustika itu masih dapat disambung. Apakah
Kauwcoe setuju kalau aku mencobanya?"
Yo Siauw girang, "Ilmu membuat pedang dari Gouw
Sioe soe tiada tandingannya dikolong langit," katanya.
"Kauwcoe boleh mengijinkannya."
Boe Kie mengangguk. "Baiklah," katanya. "Memang
sangat sayang jika kedua senjata ini tidak bisa digunakan
lagi. Gouw Kioe soe, kau cobalah."
"Heesheng," kata Gouw Kin Co kepada Hee Yam,
Ciang kie soe, "Liat hwee kie, membuat pedang golok
mempunyai kaitan yang erat dengan api. Dalam hal ini, aku
memerlukan bantuanmu. Untuk sementara waktu Tat coe
mungkin tidak berani segera menyerang lagi. Bagaimana
kita mencoba sekarang juga."
Hee Yam tertawa. "Mupakat," jawabnya. "Soal api
memang bidangku." Kedua pemimpin bendera itu segera membuat persiapan.
Mereka membuat sebuah dapur yang sangat tinggi dan pada
dapur itu hanya terbuka sebuah lubang yang panjangnya
belum cukup satu kaki. Dalam Liat hwee kie selalu tersedia
macam-macam bahan bakar, sehingga dalam waktu singkat
api sudah berkobar-kobar di dapur itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan penuh perhatian Gouw Kin Co mengawasi api.
Di atas tanah berjejer belasan golok. Sesudah api berubah
warnanya ia mengambil beberapa batang golok dan
memasukkannya ke dalam dapur untuk menilai "sifat" dari
api yang tengah berkobar-kobar itu. Beberapa lama
kemudian, api yang tadi berwarna hijau berubah menjadi
putih. Ia segera mengambil jepitan baja menjepit dua
potongan To liong to menyambungnya satu degan yang lain
dan kemudian memasakkannya ke dalam dapur.
Dengan rasa kagum semua orang menyaksikan cara
kerja pandai besi itu. Ia tidak memakai baju dan keringat
mengucur terus dari tubuhnya yang berotot. Hawa panas
dari dapur itu hebat luar biasa dan bunga api yang selalu
muncrat keluar jatuh di tubuhnya. Tapi ia seolah-olah tidak
merasakan semua itu. Dengan menumpahkan seluruh
perhatian, ia berdiri bagaikan patung dengan kedua tangan
memegang jepitan baja yang menjepit dua potong To liong
to. Mendadak dua anggota Liat hwee kie yang memompa
hong shia roboh pingsan. Hee Yam dan Ciang kie Hoe soe
(wakil pemimpin) Liat hwee kie melompat menyeret kedua
orang korban itu dan kemudian mereka sendirilah yang
menggantikannya. Mereka adalah orang-orang yang
memiliki Lweekang yang kuat. Begitu lekas hong shia
ditarik mereka, api berkobar makin besar. (Hong shi " Alat
berbentuk kotak untuk memompa angin ke dalam dapur).
Selang beberapa lama tiba-tiba Gouw Kin Co berseru,
"Gagal!" ia melompat mundur dengan paras muka pucat.
Kedua jepitan baja yang dicekalnya sudah mulai melumer
tapi To liong to masih tidak bergeming. "Kauwcoe, anak
buahmu tak punya kebecusan," katanya dengan suara
memohon maaf. "Nama besar To liong to benar-benar
bukan nama kosong." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hee Yam dan Ciang ki Hoe soe Liat hwe kie juga turut
mundur. Pakaian mereka sudah basah dengan keringat.
"Boe Kie koko," kata Tio Beng dengan tiba-tiba,
"Bukankah Seng hwee leng juga logam mustika dan bahkan
tidak dapat diputuskan oleh To liong to?"
"Benar!" kata Boe Kie. "Hampir kulupa." Ia mempunyai
enam Seng hwee leng, tapi yang satu sudah diberikan
kepada Swee Poet Tek untuk memanggil bala bantuan.
Ia segera merogoh saku dan mengeluarkan kelima batang
"leng" yang lalu diserahkan kepada Gouw Kin Co. "Kalau
golok dan pedang itu sukar disambung, Gouw heng tak
usah memaksakan diri," katanya. "Swee heng leng adalah
mustika dari agama kita. Sebisa mungkin jangan sampai
rusak." Gouw Kin Co menyambut dan menelitinya sambil
mengerutkan alis. "Apabila Gouw heng tak punya pegangan sebaiknya
jangan menempuh bahaya," kata Boe Kie.
"Swee heng leng ini terbuat dari emas putih, besi Hian
tiat, pasir Kim Kong dan bahan istimewa lain," terang
Gouw Kin Co. "Benda luar biasa ini tak akan bisa
dilumerkan dengan api. Apa yang aku tak dapat pikirkan
adalah bagaimana Seng hwee leng dulu dibuat."
"Sudahlah, untuk apa Gouw heng memikirkan hal itu,"
kata Hee Yam. "Paling baik kita segera mencoba."
Gouw Kin Co mengangguk, "Kauwcoe tidak usah
kuatir," katanya. "Meskipun api yang dibuat Hee heng
cukup hebat, kulit Seng hwee leng tidak akan rusak."
Sehabis berkata begitu ia menjepit sepotong To liong to
dengan dua "leng" dan potongan yang lain dengan dua
"leng" pula. Kemudian dengan dua jepitan baja yang baru
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia menjepit keempat "leng" itu yang lalu dimasukkan ke
dalam dapur. Seperti tadi, gas memompa angin dilakukan
Hee Yam dan Ciang kie Hoesoe dari Liat hwee kie.
Makin lama api berkobar makin tinggi, selang setengah
jam Gouw Kin Co, Hee Yam dan Ciang kie Hoe soe sudah
kelihatan payah sekali dan hampir tidak bisa mempertahankan diri lagi dari serangan hawa panas.
Melihat itu, Hoan Yauw memberi isyarat kepada Cioe
Tian dengan lirikan mata dan gerakan tangan. Dengan
bersamaan mereka melompat dan menggantikan pekerjaan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hee Yam dan kawannya. Begitu angin dalam hong shia
dipompa oleh dua tenaga baru yang memeiliki Lweekang
sangat tinggi, api yang berwarna putih segera menghembus
ke atas. Mendadak Gouw Kin Co berteriak, "Kouw heng,
sekarang kau boleh turun tangan!"
Kouw Beng Louw, Ciang kie Hoe soe dari Swie kim kie
lari mendekati dapur dan", ia menggores dada Gouw Kin
Co dengan goloknya. Semua orang terkesiap dan menggeluarkan seruan
tertahan. Darah segera mengucur dari dada Gouw Kin Co yang
telanjang dan jatuh di atas To liong to. Jatuhnya darah itu
mengeluarkan suara ces"ces"dibarengi dengan naiknya
uap putih dari badan golok.
"Selesai!" teriak Gouw Kin Co pula. Ia mundur beberapa
langkah dan jatuh duduk di atas tanah.
Semua mata ditujukan ke arah To liong to, dua potongan
golok itu sudah tersambung.
Sekarang semua orang baru sadar bahwa dalam tekadnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menyambung golok mustika itu, Gouw Kin Co sudah
lebih dulu mengadakan persetujuan dengan Kouw Beng
Louw untuk menggunakan darahnya sendiri, apabila cara
yang biasa mendapat kegagalan. Menggunakan darah
manusia dikenal sebagai suatu cara di jaman purba untuk
melumerkan logam yang tidak bisa dilumerkan dengan api
biasa. Sepanjang cerita, dalam usaha membuat sepasang
pedang mustika, dahulu sepasang suami istri Kan Ciang
dan Bok Yo telah mengorbankan jiwa dengan melompat ke
dalam dapur. Dengan rasa haru Boe Kie menubruk bawahannya itu
dan memeriksa lukanya. Luka itu tidak berbahaya, ia segera
mengeluarkan obat dan menaburnya di dada Gouw Kin Co.
"Gouw heng, mengapa kau berbuat begitu?" katanya
dengan suara parau. "Golok itu bisa disambung atau tidak,
sama sekali tak menjadi soal. Untuk apa kau menyakiti diri
sendiri?" Melihat sang pemimpin tidak memperdulikan Seng hwee
leng atau To liong to dan lebih dulu memeriksa lukanya,
Gouw Kin Co merasa berterima kasih. "Luka ini hanya
dikulit," katanya. "Kauwcoe tak usah kuatir." Ia bangun
berdiri dan mengambil To liong to. Ternyata dua potong
golok itu tersambung dengan sempurna dan pada
sambungannya hanya terlihat sehelai tanda bekas darah.
Dengan rasa bangga ia menyerahkan kepada Boe Kie yang
baru saja mengambil kembali keempat "leng" yang tadi
digunakan untuk menjepit potongan golok. Keempat "leng"
itu tidak kurang apapun. Sesudah mengawasi golok mustika itu beberapa saat, Boe
Kie menyabetkannya ke arah sepasang tombak Mongol.
"Tak!" dua tombak itu putus menjadi empat potong.
Para hadirin bersorak sorai. Sementara itu, Gouw Kin
Co memegang dua potong Ie thian kiam dengan mata
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merenung. Di depan matanya terbayang mendiang Cung
ceng Ciang Kie soe Swee kim-kie dan puluhan saudara lain
yang dibinasakan dengan pedang itu.
Perlahan-lahan air matanya mengalir turun, "Kauwcoe,"
katanya dengan suara perlahan. "Pedang ini telah
mengambil jiwa Chung To do dan banyak saudara lain.
Gouw Kin Co membencinya sampai ke tulang-tulang.
Dengan sangat menyesal, aku tak sanggup menyambungnya kembali. Aku bersedia menerima segala
hukuman." Sehabis berkata begitu ia menangis tersenguksenguk. "Gouw heng sama sekali tidak berdosa," kata Boe Kie
dengan suara lemah lembut.
"Itu hanya menunjuk "gie hie" Gouw heng yang sangat
tebal." Ia mengambil dua potong pedang itu dari tangan
Gouw Kin Co dan menghampirinya. "Ceng hoei! Pedang
ini adalah milik Go bie pay," katanya. "Kuminta Soe thay
sudi mengambilnya untuk kemudian diserahkan kepada
Cioe"kepada Song Hoe jin." Ceng hoei mengambilnya
tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Untuk beberapa lama Boe Kie mencekal To liong to
sambil mengerutkan alis. Akhirnya ia ber paling kepada
Kong boen dan berkata, "Hong thio, golok ini didapatkan
oleh Giehoeku. Sekarang Giehoe sudah menjadi seorang
pendeta dan murid Siauw lim. Sudah sepantasnya kalau To
liong to disimpan oleh Siauw lim pay."
Kong boen menggoyang-goyangkan tangannya. "Golok
itu telah menemukan majikannya," katanya. "Dari berlaksa
tentara, Thio Kauwcoe telah merebut kembali To liong to.
Hal ini disaksikan oleh semua orang. Belakangan Gouw
Toako menyambungnya kembali dengan mengucurkan
darah sendiri. Disamping itu, segenap anggota Rimba
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Persilatan telah mengangkat Thio Kauwcoe sebagai Boe lim
Beng coe, baik dilihat dari sudut kepandaian dan
kebijaksanaan, maupun dari sudut kebajikan dan kedudukan yang tinggi, To liong to harus berada dalam
tangan Thio Kauwcoe. Menurut pendapat loolap hal ini
adalah yang paling adil."
Semua orang menyetujui pendapat Kong boen dan
beramai-ramai mendesak supaya Boe Kie sudi menerimanya. Karena tidak bisa menolak lagi, mau tak mau Boe Kie
lalu menggantungkan To liong to dipinggangnya. "Apabila
dengan golok ini aku bisa menguasai enghiong Timba
Persilatan untuk mengusir Tat coe, aku akan merasa girang
sekali," pikirnya. Semua orang merasa girang. Banayk yang lalu
menghafal kata-kata yang dikenal sejak seratus tahun yang
lalu. "Boe lim cie coen, po to to liong, hauw leng, thiat hoe,
boh kam poet ciong!" atau Yang mulia dalam Rimba
Persilatan adalah golok mustika To liong. Memerintah di
kolong langit, tak ada yang berani tidak menurut. Disebelah
bawah masih ada perkataan, "le jian poet coet, swee ie kiam
ceng hiong?" apabila Ie thian kiam tidak keluar, siapakah
yang berani mengadu ketajaman dengan dengannya"
Melihat Ie thian kiam sudah tidak dapat disambung lagi,
orang-orang yang menghafal tidak menyebutkan lagi
delapan perkataan yang terakhir itu. Pihak yang merasa
paling puas karena rusaknya Ie thian kiam adalah anggotaanggota Swie kim kie, sebagaimana diketahui banyak
orang, bendera itu telah dibinasakan dengan pedang
menggunakan pedang mustika tersebut.
Sesudah penyambungan golok selesai, sejumlah anggota
Ang soe kie menggotong keluar sebuah kuali besar dari
dalam kuil dan sesudah mengisi minyak dalam kuali itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera menarihnya di atas dapur. Minyak panas itu akan
digunakan untuk menyemprot tentara Mongol jika mereka
menyerang pula. Sore itu, kecuali tentara Ngo beng kie dan sejumlah
pendeta Siauw lim yang menjaga di luar, semua orang
bersantap di dalam kuali itu. Sehabis makan Boe Kie
memanjat satu pohon besar dan mengamat-amati gerakan
musuh di kaki gunung. Ia lihat tentara Mongol terpencar di
sana sini di seputar gunung dan asap putih mengepul di
berbagai tempat yang merupakan satu tanda bahwa
serdadu-serdadu itu sedang menanak nasi.
Boe Kie melompat turun dari pohon. "Wie heng,"
katanya kepada Wie It siauw. "Saat malam menjelang kau
selidiki keadaan musuh kalau-kalau mereka ingin menyerang di waktu malam."
Wie it Siauw mengiyakan dan segera berlalu.
"Kauwcoe," kata Yo Siauw, "Menurut pendapatku,
sesudah dihajar di depan gunung hari ini, Tatcoe tidak akan
menyerang lagi. Yang kita harus jaga adalah bokongan dari
gunung." "Benar," kata Boe Kie. "Mari kita mengamati dari atas
bukit." Bersama Yo Siauw, Hoan Yauw dan Gan Hoan, ia
segera berangkat ke bukit di belakang gunung di mana Cia
Soen pernah dipenjarakan.
"Aku ikut!" kata Tio Beng.
Dari puncak bukit, mereka mengawasi ke bawah,
keadaan tenang-tenang saja. Sama sekali tak ada petunjuk
dari gerakan tentara. Sambil mengusap-usap tiga batang
siong yang dirubuhkannya, Boe Kie ingat pengalamannya
yang sangat hebat. Tiba-tiba dalam otaknya teringat
peringatan, "Ah, hampir kulupa," katanya di dalam hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gie hoe telah berpesan agar kuperiksa keadaan di dalam
lubang." Batu penutup lubang masih belum dikembalikan ke
tempat asalnya. Ia segera melompat turun. Ternyata dasar
lubang itu merupakan sebuah kamar dengan garis tengah
kira-kira setombak. Cuaca sudah mulai gelap dan keadaan
di lubang itu lebih gelap lagi. Ia mengeluarkan bibit api
untuk menerangi keadaan lubang. Dengan bantuan sinar
api, ia lihat empat gambar di empat penjuru dinding batu.
Gambar-gambar itu dilukis engan menggunakan potongan
batu tajam, sederhana tapi cukup terang.
Gambar di sebelah timur memperlihatkan dua wanita "
yang satu tidur di tanah, yang lain menotok wanita yang
tidur dengan jari tangan kirinya, sedang tangan kanannya
merogoh saku yang sedang tidur itu. Di sisi gambar terdapat
tulisan yang berbunyi "mengambil obat".
Gambar di sebelah selatan menunjuk sebuah gambar
kapal dan seorang wanita yang melemparkan seorang
wanita lain ke kapal itu. Pada gambar itu terdapat tulisan
"mengusir" Boe Kie mengeluarkan keringat dingin. "Benar-benar
begitu kejadiannya!" pikirnya. "Cie Jiak menotok jalan
darah Beng moay dan mencuri Sip hiong Joan kin san
untuk meracuni Giehoe dan aku. Sesudah itu ia
melemparkan Beng moay ke kapal Persia. Tapi mengapa ia
tidak membunuhnya" Hmm"ya! Kalau dibunuh, ia tidak
bisa menimpakan dosa diatas pundak Beng moay. Kalau
begitu piauw moay pun dicelakai olehnya."
Di bawah gambar itu dilukiskan dua orang lelaki. Yang
satu sedang tidur pulas, yang lain yang rambutnya panjang
tengah memasang kuping. Boe Kie kaget. Ia sekarang
menyadari bahwa semua perbuatan Cie Jiak diketahui oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah angkatnya. "Giehoe sungguh bisa menahan sabar dan
di pulau itu ia sama sekali tidak memperlihatkan tandatanda bahwa ia sudah tahu pengkhianatan Cie Jiak,"
katanya dalam hati. "Ia memang harus berlaku begitu. Ketika itu ia dan aku
sudah menelan Sip hiang Joan kin-san dan jiwa kami
berada dalam tangan Cie Jiak. Tak heran kalau Giehoe
menuduh Beng moay dengan sungguh-sungguh. Ia tahu aku
seorang jujur, apabila aku ragu, rahasia bisa bocor."
Pada gambar ketiga, di sebelah barat terlihat Cia Soen
yang sedang duduk dan dibokong dari belakang oleh Cie
Jiak, sedang dari luar menerobos masuk sejumlah anggota
Kay pang. Gambar ini sama dengan apa yang terlihat
dalam arak-arakan di kota raja.
Baru saja Boe Kie mau memeriksa gambar keempat, api
padam. "Beng moay, kemari," serunya. "Kupinjam api."
Tio Beng melompat turun. Gambar keempat memperlihatkan dibawanya Cia Soen
oleh belasan pria, sedang di kejauhan dari belakang pohon
mengintip seorang wanita muda. Lukisan keempat gambar
itu sangat baik muka orangnya kecuali muka Cia Soen yang
tidak menyerupai orang-orang itu. Boe Kie mengerti bahwa
hal itu sudah terjadi karena Cia Soen buta sejak puluhan
tahun berselang dan belum pernah melihat muka orangorang yang dilukisnya. Sambil menuding wanita muda yang bersembunyi di
balik pohon, Boe Kie bertanya, "Siapa wanita itu" Kau atau
Cie Jiak?" "Aku," jawabnya. "Seng Koen merampas Cia Tayhiap
dari tangan Kay pang dan kemudian mengirimnya ke Siauw
lim sie. Tapi ia sendiri membuat tanda-tanda Beng kauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga kau mengubar-ubar tanda-tanda itu dalam sebuah
lingkaran besar. Sering aku ingin merebut Cia Tayhiap tapi
selalu tidak kesampaian. Belakangan aku mencoba juga tapi
gagal dan aku hanya bisa mengambil segenggam rambut
Cia Tayhiap untuk dijadikan barang bukti guna mencegah
pernikahanmu dengna Cie Jiak. Saat melakukan itu aku
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa tak enak hati dan merasa bersalah terhadapmu."
Boe Kie mengawasi si nona dengan mata merenung.
Selama beberapa bulan, nona yang ayu itu kurus banyak,
pipinya menjadi agak pucat dan ia merasa sangat kasihan.
Tiba-tiba ia memeluk erat-erat. "Beng moay"aku yang
bersalah." Karena pelukan itu api segera padam dan gua itu
gelap gulita. "Beng moay," kata Boe Kie pula. "Jika kau
kurang pintar, mungkin sekali aku sudah membunuhmu.
Kalau sampai terjadi begitu"."
Si nona tertawa. "Apa kau tega mengambil jiwaku?"
tanyanya. "Waktu kau bertemu dengan aku di kota raja,
mengapa kau tidak segera membunuh aku?"
Boe Kie menghela napas. "Beng moay, rasa cintaku
terhadapmu telah membuat aku tidak berdaya," katanya.
"Jika piauw moay benar-benar dibinasakan olehmu, aku tak
tahu apa yang harus kulakukan. Sekarang semuanya sudah
menjadi jelas. Disamping rasa menyesal untuk Cie Jiak, aku
harus mengakui bahwa diam-diam aku merasa girang."
Mendengar pengakuan yang setulus hati itu, si nona
girang bukan main hatinya. Dia segera menyusupkan
kepalanya di dada yang lebar. Lama mereka berada dalam
keadaan begitu, tanpa mengucapkan sepatah kata! Akhirnya
Tio Beng menengadah. Ia lihat bulan seperti sisir tergantung
di sebelah timur sedang keadaan di sekitar sunyi bagaikan
kuburan. Ia tahu Yo Siauw, Hoan Yauw dan Gan Hoan
sudah menyingkir ke tempat lain supaya tidak mengganggu
mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boe Kie Koko," kata si nona, "Apa kau masih ingat
pertemuan kita di Lek boe San chung" Kita bersama-sama
jatuh ke dalam penjara di bawah tanah. Bukankah kejadian
itu menyerupai kejadian sekarang ini?"
Boe Kie tertawa. Ia mencekal kaki kiri Tio Beng dan
sepatunya. Tio Beng tertawa geli! "Kau tak tahu malu!" bentaknya,
"Lelaki menghina perempuan!"
"Kau bukan perempuan biasa. Akal bulusmu sangat
banyak. Sepuluh lelaki belum tentu bisa menandingi kau
seorang." "Aku yang rendah tak sanggup menerima pujian begitu
tinggi dari Thio Kauwcoe yang mulia."
Sampai di situ mereka terbahak-bahak. Kata-kata itu
telah diucapkan mereka waktu berada dalam lubang
jebakan di Lek hoe chung. Kalau dulu mereka berhadapan
sebagai musuh sekarang sebagai kekasih.
Mendadak sayup-sayup terdengar bentakan-bentakan,
satu tanda dari terjadinya pertempuran. Mereka memasang
kuping. "Mari kita lihat!" kata Boe Kie sambil memegang tangan
Tio Beng dan dengan sekali menggenjot tubuh, mereka
sudah berada di muka bumi. Di tempat yang jauh mereka
lihat tiga bayangan manusia berlari-lari ke jurusan timur
dengan kecepatan luar biasa. Dari gerakan-gerakannya dan
cara berlarinya, ketiga orang itu adalah ahli-ahli silat kelas
satu. Yo Siauw muncul, ia mendekati Boe Kie dan berkata,
"Mereka bukan orang kita."
"Yo Cosoe," kata Boe Kie. "Bersama Yoesoe kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiam di sini. Aku kuatir musuh menggunakan tipu,
memancing harimau keluar dari gunungnya. Aku mau
mencoba selidiki mereka."
Yo Siauw menerima perintah itu dengan membungkuk.
Boe Kie segera memeluk pinggang Tio Beng dengan
sebelah tangannya dan sambil menjejak bumi ia
mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Tiga bayangan di
depan itu ternyata sedang kejar-kejaran, satu kabur dua
mengudak. Boe Kie menambah tenaga, kakainya bekerja
makin cepat sehingga Tio Beng merasa seperti dibawa
terbang dengan menunggang awan. Sesudah mengejar satu
li lebih dengan bantuan sinar bulan yang reman-remang,
mereka segera mengenali bahwa kedua orang yang
mengejar itu tak lain adalah Lok Thung Kek dan Ho Pit
Ong. Mendadak Pit Ong menimpuk dengan poan kaon pitnya
yang berujung patok burung. Orang yang dikejar melompat
ke samping dan menangkis senjata musuh dengan
pedangnya. Dengan sedikit kelambatan itu, Lok Thung
sudah menyandak dan menikam dengan tongkatnya yang
bercagak seperti tanduk menjangan.
Orang itu menghindar dan membalas dengan pukulan
telapak tangan, Boe Kie dan Tio Beng mengeluarkan seruan
tertahan. Ia adalah Cioe Cie Jiak, mukanya pucat seperti
kertas dan rambutnya terurai. Segera Boe Kie menarik
tangan Tio Beng dan bersembunyi di belakang pohon.
Sesudah menyambut pit-nya yang jatuh, Ho Pit Ong
segera merangsek dan mengepung Cie Jiak bersama kakak
seperguruannya. "Setan tua!" bentak Cie Jiak. "Untuk apa kau mengejar
aku?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hari ini Thio Boe Kie merebut To liong to dan In thian
kiam," kata Lok Thung Kek. "Dengan mata sendiri kami
lihat bahwa ilmu pit kip, ilmu silat yang terdapat dalam
kedua senjata itu sudah tidak ada lagi. Pit kip itu pasti
berada di tangan Song Hoejin."
Boe Kie terkejut. "Pit kip memang ada," jawab Cie Jiak. "Tapi sesudah
selesai dan berhasil latihanku, aku segera membakarnya."
Lok Thung Kek mengeluarkan suara di hidung. "Enak
saja menggoyangkan lidah!" katanya. "To liong to dan Ie
thian kiam dikenal sebagai yang termula dalam Rimba
Persilatan. Semua ahli silat di kolong langit ingin sekali
mendapatkannya. Mana bisa pit kip dalam kedua senjata itu
dapat dipelajari dalam waktu singkat" Biarpun tinggi, ilmu
Song Hoejin belum mencapai puncak tertinggi. Kalau Song
Hoejin sudah selesai dalam latihan semua pelajaran yang
tertera dalam pit k ip itu, maka dalam sekejap mata kau bisa
mengambil jiwa kami berdua. Mengapa kau main kejarkejaran?" "Kalau kau tak percaya, terserah," kata Cie Jiak. "Aku
tak punya waktu untuk bicara lama-lama." Seraya berkata
begitu, ia melompat untuk lari.
"Tahan!" bentak Lok Thung Kek. Dengan bersamaan
kedua kakek itu menyerang dari kiri kanan.
Cie Jiak memutar pedangnya bagaikan titiran dan
menyambut serangan-serangan Hian beng Jieloo. Di siang
hari Boe Kie telah menyaksikan Cie Jiak telah
menggunakan cambuk dan kin dengan rasa kagum ia
menonton silat pedang indah. Sesudah belasan jurus,
biarpun dikerebuti Lweekang yang lebih kuat mungkin
sekali mereka sudah dijatuhkan. "Sungguh sayang," kata
Boe Kie dalam hati. "Jika Cie Jiak bersenjata Ie thian kiam,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hian beng Jieloo tidak akan bisa berbuat banyak, dengan
pedang biasa ia kalah Lweekang dan kalah ulet. Paling
banyak ia bisa pertahankan diri dalam dua ratus jurus."
Sesudah lewat dalam beberapa jurus lagi Cie Jiak
mengeluarkan pukulan-pukulan aneh. Boe Kie tahu bahwa
itulah usaha untuk melarikan diri. Dengan serangan nekatnekatan itu kalau untung bagus, memang Cie Jiak bisa
berhasil. Tapi salah sedikit saja ia bisa celaka. Perlahanlahan Boe Kie keluar dari tempat sembunyinya dan
mendekati gelanggang pertempuran. Kalau perlu, ia mau
menolong. Mendadak seraya membentak keras Cie Jiak mengirim
tiga tikaman berantai kepada Lok Thung Kek. Karena
sedikit terlambat, tikaman ketiga merobek baju dan pundak
si kakek turut tergores pedang, pada waktu itu Ho Pit Ong
mendadak menimpuk punggung Cie Jiak dengan kedua
pitnya. Dalam menghadapi musuh, kalau tidak terpaksa,
Ho Pit Ong belum pernah menggunakan timpukan itu. Tapi
sekarang, karena kuatir datangnya bala bantuan musuh
yang bisa menggagalkan usaha merebut pit kip, ia
menggunakan pukulan yang diberi nama Siang ho Lee kong
(sepasang burung ho berbunyi di angkasa). Begitu kedua
poan-koan pit yang ditimpuk beradu di tengah udara
dengan mengeluarkan suara nyaring dan satu di atas dan
satu di bawah, menyambar kepala dan pinggang Cie Jiak.
Dilain pihak, begitu merasakan sambaran angin di
punggung, Cie Jiak berkelit. Tapi diluar dugaan, sesudah
terbentrok di tengah udara dengan pit itu mengubah arah
serangan. Ketika itu dapat menolong diri dari pit yang
menyerang kepala, tak keburu mengelak pit yang
menyambar pinggang. Pada detik yang sangat berbahaya Boe Kie melompat
dan menjambret pit itu sambil menangkis timpukan Ho Pit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong dengan sebelah tangan yang lain.
Cie Jiak yang menduga bahwa ia bakal mati sudah
pejamkan kedua matanya. Selagi Boe Kie menangkis
serangan Ho Pit Ong, tangan Lok Thung Kek menyambar
dan menjambret di kempungannya. Itulah Hian beng Sin
ciang yang menggetarkan Rimba Persilatan. Begitu kena,
napas Cie Jiak sesak dan ia roboh.
Semua kejadian itu terjadi dalam sekejap mata. Dengan
kagetnya Boe Kie melemparkan poan koan pit Ho Pit Ong,
mendukung pinggang Cie Jiak dan melompat setombak
lebih jauhnya. "Hian beng Jieloo," bentaknya. "Kau
sungguh tak tahu malu!"
Lok Thung Kek tertawa terbahak-bahak.
"Kukira siapa, tak tahunya Thio Toakouw coe," katanya
dengan suara mengejek. "Di mana Koen coe ku" Ke mana
kau bawa Koen coe?" Tio Beng menghampiri dan mengambil Cie Jiak dari
tangan Boe Kie. Ia tertawa dan berkata," Lok Sianseng,
siang malam kau tak bisa melupakan aku. Apa kau tak
takut ayahku marah?"
"Perempuan siluman!" bentak si kakek dengan gusar.
"Huh huh"kau mencoba merenggangkan aku dengan
soeteeku. Dengan ayahmu kami sudah putuskan semua
hubungan. Jie lam ong marah atau tidak, tak ada sangkut
pautnya dengan kami lagi."
Boe Kie menatap wajah kedua kakek itu dengan darah
meluap. Mendengar cacian terhadap Tio Beng dan melihat
pukulan terhadap Cie Jiak, ia segera ingat perbuatan
mereka terhadap dirinya di waktu ia masih kecil, "Beng
moay," katanya. "Kau mundurlah. Hari ini aku akan beri
pelajaran kepada mereka."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Boe Kie bertangan kosong, Lok Thung Kek
segera menyimpan senjatanya.
Boe Kie maju selangkah dan sesudah membentak
"sambutlah!" ia memukul dengan Lok ciak hwee dengan
mendorong kedua telapak tangannya. Pukulan yang dikirim
dengan gerakan perlahan adalah Thay kek Koen hoat, tapi
pada kedua tangannya tersembunyi tenaga Kioe yang Sin
kang. Ia telah mengambil keputusan untuk menggunakan
tenaga Soen yang (panas) yang paling murni untuk
menghadapi tenaga Soen im (dingin) dari Hian beng Sin
ciang. Di jaman sekarang Thay kek koen sudah jadi ilmu silat
yang biasa saja. Tapi pada akhir kerajaan Goan, waktu baru
dirubah oleh Thio Sam Hong di dalam Rimba Persilatan
jarang sekali terlihat ilmu tersebut. Karena kuatir Boe Kie
menyembunyikan sesuatu di balik pukulan yang enteng
lemas itu, Thung Kek tak berani menyambut dan lalu
melompat ke samping. Boe Kie memutar tubuh sambil
mengirim pukulan kedua pada Ho Pit Ong.
Beberapa kali Boe Kie pernah bertempur dengan Hian
beng Jieloo dan ia tahu bahwa kepandaiannya melebihi
kedua kakek itu. Tapi kedua lawan itu bukan orang
sembarangan. Ia tak boleh begitu sembrono atau memandang enteng.
Kesalahan kecil bisa berakibat hebat. Dengan menggunakan
Thay kek Koen hoat, yang mengirimkan pukulan dalam
bentuk lingkaran, ia berada dalam kedudukan tegak dengan
garis pembelaan yang hampir tak bisa ditembus. Pada
hakikatnya Thay kek Koen hoat adalah ilmu silat yang
mengerahkan tenaga. Pada lingkaran-lingkaran Thay kek
itu ia menyelipkan tenaga Kioe yang Sin kang sehingga
hawa panas yang murni menekan hawa dingin dari Hian
beng Sin ciang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin lama gerakan-gerakan Boe Kie jadi makin lancar.
Ia mengerti bahwa kedua kakek itu adalah jago-jago yang
jarang tandingannya dalam dunia. Sesudah merobohkan
mereka, tak mudah ia bisa bertemu lagi dengan lawan yang
setimpal, yang bisa digunakan sebagai kawan berlatih silat.
Maka itu ia tidak tergesa-gesa.
Sesudah bertempur seratus jurus lebih, secara kebetulan
waktu menengok ia melihat tubuh Tio Beng gemetaran dan
hampir tak kuat menyangga tubuh Cie Jiak lagi. "Celaka!"
ia mengeluh. "Cie Jiak kena pukulan Hian beng Sin ciang,
yang ia latih adalah tenaga dingin. Tenaga dingin ditambah
lagi dengan tenaga dingin yang sangat beracun, Beng moay
juga kena akibatnya dan tak tahan lagi."
Buru-buru ia menambah tenaga dengan pukulan-pukulan
hebat, ia mencoba menindih Lok Thung Kek. Si kakek
dapat menangkap maksudnya, sambil berkelit ia berseru,
"Soetee! Berkelahi dengan siasat gerilya. Perempuan she
Cioe itu sudah hampir mampus, jangan biarkan dia
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menolong." "Baik," jawab Ho Pit Ong sambil melompat keluar dari
gelanggang menjemput kedua pitnya dan kemudian
menyerang dengan kedua senjata itu. Boe Kie mendongkol.
Ia merangsek dan mengirim pukulan geledek yang disertai
dengan sepuluh bagian tenaga Kie yang Sin kang sehingga
napas Ho Pit Ong sesak. Tanpa memperdulikan keselamatan soeteenya, Lok Thung Kek mengeluarkan
toyanya dan menikam pinggang Boe Kie dengan senjata itu.
Biarpun menggunakan senjata, Hian beng Jieloo tak bisa
merobohkan Boe Kie tetapi dengan senjata, sedikitnya
untuk sementara waktu mereka dapat mempertahankan
diri. Dilain pihak, dalam menghadapi senjata, Boe Kie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menukar ilmu silat. Ia sekarang menggunakan Liong jiauw
Kin nan chioe yang diturunkan oleh Kong seng Seng ceng
(Liong jiauw Kin nan chioe, Silat cakar naga).
"Sungguh bagus Liong jiauwmu!" seru Lok Thung Kek.
"Sebentar lagi dapat digunakan untuk menggali."
"Menggali lubang?" tanya Ho Pit Ong.
Lok Thung Kek tertawa nyaring, "Ya, menggali lubang
untuk mengubur Cioe Kauwnio," jawabnya. Karena bicara,
pemusatan tenaga si kakek terpecah. Mendadak Boe Kie
menendang lutut kirinya, dia gusar dan lalu menyerang
bagaikan angin dan hujan.
Sambil bertempur, Boe Kie menengok beberapa kali.
Gemetar tubuh Cie Jiak dan Tio Beng makin hebat. "Beng
moay, bagaimana?" tanyanya.
"Dingin luar biasa!" jawabnya.
Boe Kie terkesiap. Sesudah berpikir sejenak, ia mengerti
sebabnya. Tak salah lagi, karena baik hati Tio Beng
mengerahkan Lweekang dan coba membantu Cie Jiak
untuk melawan hawa dingin. Tapi lantaran tenaga
dalamnya masih rendah, sebaliknya dari berhasil ia sendiri
diserang hawa dingin. Boe Kie segera menyerang sehebathebatnya untuk menjatuhkan lawannya secepat mungkin.
Tapi Hian beng Jieloo menukar siasat. Mereka terus
mundur dengan berpencaran dan menyerang balik kalo Boe
Kie mencoba mendekati Cie Jiak dan Tio beng.
Boe Kie bingung. "Beng moay!" teriaknya. "Lepaskan
Cioe Kauwnio!" "Aku"aku"tak bisa!"
"Mengapa?" "Punggungnya menempel keras di telapak tanganku," ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bicara dengan gigi gemeretukan dan tubuh bergoyanggoyang. Boe Kie jadi lebih bingung.
"Thio Kauwcoe," kata Lok Thung Kek. "Cioe Kauwnio
berhati kejam, ia mengirim hawa dingin ke tubuh Cocoe
Nio nio. Cocoe Nio nio menghadapi bahaya, apa tak baik
kita berdamai saja?"
"Berdamai bagaimana?"
"Kita hentikan dulu pertempuran ini. Kami akan
mengambil dua jilid kitab yang berada pada Cioe Kauwnio
sedang kau bebas untuk menolong Koencoe."
Boe Kie mengeluarkan suara di hidung, ia tak dapat
menyetujui usul itu. Ilmu silat Hian beng Jieloo sudah
sangat tinggi. Jika memperoleh kedua kitab itu kepandaian
mereka akan mencapai tingkat yang tak akan bisa
ditaklukkan oleh siapapun juga. Ia menengok dan lihat
muka Tio Beng yang putih berubah menjadi hijau, sedang
parasnya menunjukkan penderitaan hebat. Ia mengerti
bahwa ia tak boleh berpikir lebih lama lagi, tiba-tiba ia
melompat mundur, mencekal telapak kanan si nona dengan
tangan kirinya dan mengirim Kioe yang Cin khie.
"Serang!" teriak Lok Thung Kek. Sebatang tongkat dan
dua poan-koan pit segera menghantam bagaikan hujan dan
angin. Begitu mendapat aliran Kioe yang Cin khie, Tio Beng
yang darahnya sudah hampir membeku segera merasakan
kehangatan yang sangat nyaman. Boe Kie mengerahkan
seluruh tenaganya dan melawan dengan nekat. Tapi dengan
cepat ia merasa tak tahan sebab ia harus menggunakan
sebagian besar tenaga dalamnya untuk menekan hawa
dingin Hian beng Sin ciang dari kedua kakek dan Kioe im
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari Cioe Cie Jiak dan bersamaan itu ia harus menggunakan
Lweekang untuk melayani dua jagao kelas utama. Sesudah
bertempur beberapa lama, kaki celana di bagian lututnya
dirobek dengan poan koan pit dan darah mulai mengucur.
Ia terdesak dan menghadapi bencana. Sekali lagi ia
mengerahkan seluruh Lweekang dan berteriak memanggil
Yo Siauw dan kawan-kawannya. Tapi di lain saat ia
mendengar bentakan-bentakan Yo Siauw dan Hoan Yauw
serta suara beradunya senjata. Ia tahu bahwa mereka pun
dikepung musuh. Karena kuatir datangnya bala bantuan, Hian beng Jieloo
memperhebat serangan mereka. Sambil menggeram Lok
Thung Kek mengirim tiga serangan berantai ke arah mata
Boe Kie. Dengan telapak tangan Boe Kie berhasil
menangkis serangan lawan, mendadak Ho Pit Ong
menggulingkan diri di tanah dan menotok pinggangnya
dengan poan koan pit kiri. Boe Kie tak keburu berkelit lagi,
karena itu ia terpaksa mengerahkan Kian koen Tay lo ie
utnuk memindahkan totokan itu, tapi karena si kakek
menggunakan Lweekang yang sangat dahsyat, ia tidak bisa
memastikan bahwa ia akan berhasil. "Tak!" pinggangnya
tergetar tapi"heran!...ia tidak merasa sakit. Dilain detik ia
mengerti bahwa totokan itu jatuh pada To liong to yang
tergantung di pinggangnya. Dalam pertempuran, Boe Kie
biasanya tidak menggunakan senjata. Paling banter ia
menggunakan Seng hwee leng. Ia tak pernah membawa
senjata sehingga ia sama sekali tak ingat bahwa sebatang
golok mustika tergantung di pinggangnya.
Sekarang ia sadar dan girang, sambil membentak keras ia
menendang dan Ho Pit Ong buru-buru mundur bagaikan
kilat. Ia menghunus To liong to dan membabat tongkat Lok
Thung Kek yang menyambar dada "Sret!" kepala
menjangan tongkat itu putus dan jatuh di tanah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka!" seru si tua.
Dua pit Ho Pit Ong menikam bersamaan dan sekali lagi
Boe Kie membabat dengan To liong to. Hampir bersamaan
dengan dua poan koan pit berubah menjadi empat potong.
Semangat Boe Kie terbangun dan memutar golok mustika
itu seperti titiran sehingga Hian beng Jieloo tidak berani
mendekati lagi. Dibawah perlindungan To liong to, sekarang Boe Kie
bisa menggunakan seluruh Kioe yang Cin khie untuk
menekan hawa dingin. Dalam beberapa saat saja hawa
dingin beracun dari Hian beng Sin ciang yang mengeram
dalam tubuh Tio Beng dan Cioe Cie Jiak sudah terusir
semuanya menjadi bersih. Sesudah racun Hian beng Sin
ciang musnah, tanpa diketahui Boe Kie, terjadi satu
perkembangan baru. Apabila dua hawa "im" (dingin) dan
"yang" (panas) bertempur dalam tubuh manusia, maka
yang lebih kuat selallu memusnahkan yang lebih lemah.
Demikianlah sesudah hawa Hian beng Sin ciang terusir,
Kioe yang Cin khie lalu menekan tenaga Kioe im yang
dimiliki Cie Jiak. Sesudah mendapatkan Kioe im Cin keng yang
disembunyikan dalam Ie thian kiam, Cie Jiak berlatih diamdiam secara tergesa-gesa. Karena kuatir diketahui Cia Soen
dan Boe Kie, ia hanya berani berlatih di waktu malam dan
karena waktu sudah mendesak, ia tak sempat mempelajari
dasar-dasar kitab ilmu silat itu dan terpaksa memilih ilmu
rendah yang lebih mudah dilatih diantaranya Kioe im Pek
koet jiauw. Dulu jilid kedua Kioe im Cin keng dicuri oleh
Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong (keduanya muruid
Oey Yok Soe dari tangan Tong sia Oey Yok Soe). Apa yang
dipelajari oleh kedua murid murtad itu juga Kioe im Pek
koet jiauw. Dapat dimengerti bahwa ilmu yang dilatih
tergesa-gesa tak bisa mempunyai dasar Lweekang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuat, begitu bertemu dengan lawan tangguh tenaga
dalamnya akan segera tertindih. Setelah kena racun Hian
beng Sin ciang, Cie Jiak lalu memasukkan hawa beracun ke
dalam usaha mengusirnya dari tubuhnya. Sesudah Boe Kie
menolong barulah ia merasa nyaman. Tapi baru saja ia mau
melepaskan diri dari telapak tangan Tio Beng, semacam
tenaga yang sangat kuat telah menyedot dan ia tak bisa
melepaskan dirinya lagi. Tadi Tio Beng yang tak bisa
melepaskan diri dari punggungnya tapi sekarang ia sendiri
yang tak bisa memberontak diri telapak tangan Tio Beng.
Ini sudah terjadi karena adanya perbedaan kekuatan tenaga.
Boe Kie terus mengirim Kioe yang Cin khie karena ia
masih merasakan perlawanan hawa dingin yang keluar dari
telapak tangan Tio Beng. Ia hanya menduga bahwa racun
Hian beng Sin ciang belum terusir semuanya. Ia tak tahu
bahwa hawa dingin itu adalah Kioe im Cin khie dari Cie
Jiak. Makin lama Kioe im Cin khie yang didapatkan Cie
Jiak dengan susah payah makin berkurang. Cie Jiak
mengeluh tapi ia tak berani buka suara sebab sekali bicara,
ia akan muntah darah. Untung juga, sesudah keadaan badannya pulih kembali,
Tio Beng tertawa dan berkata, "Boe Kie Koko, aku sudah
sembuh. Sekarang boleh kau layani kedua tua bangka itu!"
"Baiklah!" kata Boe Kie sambil menarik kembali tenaga
dalamnya. Cie Jiak seperti orang yang baru mendapat pengampunan. Sesudah tenaga menyedot hilang, ia merasa
bahwa hawa racun Hian beng Sin ciang sudah terusir dari
tubuhnya tapi tenaga dalamnya sendiri berkurang banyak.
Satu dua detik ia mengawasi Boe Kie yang sedang memutar
golok dan menyerang Hian beng Jieloo dengan hebatnya.
Mendadak ia mementang lima jari tangannya yang lalu
ditancapkan ke batik kepala Tio Beng.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh!" teriak nona Tio.
Totokan dan teriakan itu disertai dengan suara "krek"
dari patahnya tulang. Yang patah adalah tulang-tulang jari
tangan Cie Jiak yang segera kabur secepatnya.
Boe Kie terkesiap. Ia menengok dan berseru, "Beng
moay"." Si nona meraba-raba kepalanya dengan tangan gemetaran. Boe Kie melompat mundur dan dengan tangan kanan
memutar golok, ia meraba kepala Tio Beng dengan tangan
kirinya. Ia merasa lega karena biarpun tangannya
menyentuh darah yang basah lengket, tapi batok kepala
nona Tio tidak mendapat kerusakan. "Beng moay, jangan
takut!" katanya. "Hanya luka di kulit."
Gagalnya serangan Cioe Cie Jiak dan patahnya jari-jari
tangannya adalah karena di dalam tubuh Tio Beng masih
terdapat Kioe yang Cin khie dan tenaga dalam Cie Jiak
sudah berkurang banyak. Sambil bertempur, Boe Kie merasa bahwa dengan
menggunakan golok mustika itu biarpun menang, kemenangan itu bukan kemenangan gemilang. "Yo Cosoe!
Hoan Yoe soe! Bagaimana keadaan kalian?" teriaknya.
"Tiga sudah roboh, masih ada tujuh," jawab Hoan
Yauw. "Kauwcoe tak usah kuatir!"
Mendengar jawaban yang disertai dengan Lweekang
yang kuat. Boe Kie tahu bahwa keadaan mereka memang
tak usah dikuatirkan, ia segera menyerahkan To liong to
kepada Tio Beng dan kemudian memindahkan pukulan Ho
Pit Ong ke arah lain dengan Kian koen Tay lo ie tingkat
ketujuh. Kian koen Tay lo ie tingkat ketujuh adalah ilmu
yang sangat sulit dan tak boleh digunakan secara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sembarangan. Salah sedikit saja ilmu itu bisa membakar diri
yang menggunakannya. Maka itulah, pada waktu mesti
menolong Tio Beng dan Cie Jiak dari hawa dingin, biarpun
keadaannya berbahaya ia tak berani menggunakan ilmu
tersebut. Hian beng Jieloo adalah tokoh-tokoh kelas utama,
Kian koen Tay lo ie tingkat rendah takkan berhasil terhadap
mereka. Sekarang sudah selesai menolong Tio Beng dan Cie Jiak,
barulah ia berani menggunakan ilmu tersebut.
"Plak!" pukulan Ho Pit Ong pindah arah dan
menghantam pundah Lok Thung Kek.
Lok Thung Kek terkejut. "Soetee, mengapa kau begitu?"
tanyanya dengan gusar. Ho Pit Ong orang yang otaknya tumpul dan dalam setiap
urusan ia harus berpikir lama sebelum bisa menangkap
artinya. Dalam kejadian ini ia merasa heran dan bingung
biarpun di dalam hati ia tahu bahwa Boe Kie yang
melakukannya. Ia berpendapat bahwa jalan satu-satunya
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk minta maaf dari soehengnya adalah menyerang
musuh sehebat-hebatnya. Demikianlah ia segera menendang dengan seluruh tenaganya. Boe Kie mengibaskan tangan kirinya dan tendangan itu menyambar
tan tian (di bawah pusar) Lok Thung Kek. Tan tian adalah
pusat penting dalam tubuh manusia untuk mengerahkan
hawa. Lok Thung Kek terkesiap. Secepat kilat ia berkelit
dan membentak, "Soetee, apa kau gila?"
"Benar Ho Sianseng!" seru Tio Beng. "Bekuk soehengmu
yang berdosa dan cabul! Ayahku akan memberi hadiah
besar kepadamu." Boe Kie geli di dalam hati. Semula ia ingin
menggunakan Kian koen Tay lo ie untuk menuntun
serangan Ho Pit Ong ke arah Lok Thung Kek dan Lok
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thung Kek ke arah Ho Pit Ong. Tapi sesudah mendengar
perkataan Tio Beng, ia hanya menuntun pukulan-pukulan
Ho Pit Ong ke arah Lok Thung Kek dan terhadapa Lok
Thung Kek ia tetap melayani dengan Thay kek koen. "Ho
Sianseng, kau tak usah kuatir," katanya. "Kita berdua pasti
bisa menumpas manusia she Lok ini. Jie lam ong akan
mengangkat kau sebagai"sebagai?"
"Ho Sianseng!" Tio Beng menolong. "Pangkatmu sudah
ada di sini. Ia merogoh saku, mengeluarkan segulung kertas
dan mengibas-ngibaskannya. "Dengarlah!" teriaknya pula.
"Kau akan dianugerahkan pangkat Thay goan Hoe kok
Yang Wie Tay ciang koen."
Saat itu pukulan Boe Kie menolak Lok Thung Kek ke
samping kiri. Secara kebetulan selagi terhuyung si tua
dipapaki oleh pukulan Ho Pit Ong yang arahnya dialirkan
dengan Kian koen Tay lo ie sehingga kakek she Lok itu
tergencet di antara dua pukulan yang menyambar dari kiri
dan kanan. Selama puluhan tahun Lok Thung Kek dan Ho Pit Ong
tak pernah berpisah dan mencintai seperti saudara kandung
sendiri. Lok Thung Kek tak percaya bahwa adik
seperguruannya akan menjual dia tapi sesudah lima kali
beruntun diserang dengan pukulan yang membinasakan ia
jadi kalap. "Binatang," teriaknya. "Aku tak sangka karena
pangka kau melupakan giekhie."
Ho Pit Ong kebingungan. "Aku"aku"," katanya
dengan suara terputus-putus.
"Benar," sambung Tio Beng. "Kau berbuat begitu sebab
terpaksa, karena kau akan menjadi Hoe kok Yang Wie Tay
ciang koen." Selagi si nona bicara, Boe Kie mengerahkan sepuluh
bagian tenaganya. Begitu pukulan Ho Pit Ong menyambar,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia mengalihkan dengan Kian koen Tay lo ie dan "plak"
pukulan itu jatuh tepat di pundak Lok Thung Kek. Lok
Thung Kek balas memukul dan beberapa gigi Ho Pit Ong
yang masih tinggal rontok semua. Sebagai seorang tua, Ho
Pit Ong sangat menyayangi beberapa gigi itu sehingga
dapatlah dimengerti kalau darahnya segera meluap. "Soeko!
Kau keterlaluan," bentaknya. "Aku memukul kau tanpa
senjata." "Omong kosong!" teriak Lok Thung Kek.
Biarpun berkepandaian tinggi, Hian beng Jieloo tak
mengenal Kian koen Tay lo ie tingkat ketujuh. Dalam silat
Tionggoan memang terdapat ilmu "meminjam tenaga dan
empat tahil memukul ribuan kati" tapi orang yang
berkepandaian seperti mereka tak gampang-gampang bisa
diserang ilmu begitu. Maka itu, Lok Thung Kek sama sekali
tak pernah menduga bahwa serangan-serangan adik
seperguruannya adalah karena perbuatan Boe Kie.
Di dalam hati Ho Pit Ong tahu bahwa Boe Kie lah yang
main gila. "Setan! Kurang ajar kau!" cacinya.
"Benar, tak usah panggil dia soeko lagi!" menyambung
Tio Beng. "Memang dia setan!"
Sesaat itu Boe Kie menarik pukulan Ho Pit Ong ke pipi
Lok Thung Kek, yang begitu kena lantas saja bengkak.
"Boe Kie Koko, mari kita bantu Yo Co Soe," kata Tio
Beng. Melihat kalapnya Lok Thung Kek, Boe Kie tahu bahwa
siasatnya sudah berhasil. "Ho Sian seng, aku serahkaan
penjahat cabul itu kepadamu," katanya seraya melompat
keluar dari gelanggang pertempuran.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ho Sianseng," kata Tio Beng, "sesudah kau membekuk
soeko mu, kau boleh pinjam pit kip To Liong To selama
sebulan." Sesudah Boe Kie dan Tio Beng berlalu, kedua kakek itu
bertempur terus sampai kedua-duanya terluka. Ho Pit ong
coba membersihkan diri, tapi Lok Thung Kek tak bisa
percaya sehingga akhirnya mereka menjadi musuh.
Dengan mengikuti suara beradunya senjata, Boe Kie dan
Tio Beng pergi ke tempat pertempuran Yo Siauw dan
kawan-kawannya. Di atas tanah menggeletak lima mayat,
Yo Siauw melayani tiga orang, Hoan Yauw dan Gan Hoan
dia bertanding dengan seorang lawan. Antara lima musuh
itu yang paling berat adalah lawannya Hoan Yauw.
Meskipun berkepandaian tinggi, Hoan Yauw tidak bisa
berbuat banyak dan hanya lebih unggul sedikit di dalam
pukulan-pukulan. Boe Kie tidak turun tangan, ia hanya
menonton. Beberapa saat kemudian Yo Siauw merobohkan
seorang, melihat bahaya dua lawan Yo Siauw lantas kabur,
diturut oleh lawannya Gan Hoan. Selagi musuhnya lari,
Gan Hoan melepaskan pasir beracun dan orang itu sambil
berteriak kesakitan lantas saja roboh binasa. Di lain saat
hanyalah lawan Hoan Yauw yang masih berkelahi dengan
mati-matian. "Saudara, kulihat kau seorang gagah," kata Hoan Yauw.
"Lebih baik kau menyerah saja."
"Apakah manusia yang menyerah kepada musuh masih
bisa dinamakan orang gagah!" tanya orang itu dengan
gusar. "Benar," kata Boe Kie seraya maju ke depan dan
menyabet beberapa kali dengan To Liong To. Berbareng
dengan sabetan-sabetan itu, di tengah udara berterbangan
rambut manusia. "Hoan heng, lepaskan dia!" kata Boe Kie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil tersenyum. Sebab merasa dingin, orang itu mengusap kepala dan
mukanya. Mendadak saja ia berdiri terpaku dengan mulut
ternganga. Ternyata sebagian rambut dan jenggotnya telah
terpapas habis. Ia menyoja kepada Boe Kie dan berkata,
"Aku takluk dan rela menerima segala hukuman."
Boe Kie tertawa. "Saudara boleh berlalu," katanya.
Orang itu menghela nafas, memutar tubuh dan
meninggalkan tempat itu. "Apa mereka semua boesoe gedung Jie lam ong?" tanya
Boe Kie kepada Tio Beng. "Siapa dia?"
"Dia pemimpin wie soe (pengawal) dari kakakku,"
jawabnya. "Namanya, Kioejian koen Louw Sian Kek.
Waktu ini dialah jago utama dalam gedung ayahku."
(Kioejian koen " silat si jenggot).
"Si jenggot jadi janggut licin," kata Yo siauw sambil
tertawa. "Rasanya, dia tidak bisa berdiam lebih lama lagi di
gedung Ong hoe." Selagi mereka bicara, sejumlah pendeta Siauw lim dan
anggota Beng kauw memburu ke tempat pertempuran Hian
beng Jieloo. Melihat datangnya banyak orang, kedua kakek
itu lantas berlalu sambil terus bertempur di sepanjang jalan.
Setibanya di kuil Siauw lim sie, Boe Kie memeriksa luka
Tio Beng yang sama sekali tidak berbahaya. Mendadak Boe
Kie ingat dan ia berkata, "Beng moay, secara kebetulan kau
membawa kertas, sehingga Lok Tung Kek tidak bisa tidak
percaya." Si nona tertawa manis. Ia merogoh saku, mengeluarkan
segabung kertas tipis dan mengulap ulapkannya di muka
Boe Kie. "Coba kau tebak kertas apa ini?" katanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie tertawa. "Kalau kau yang suruh, seumur hidup
aku takkan bisa menebak," jawabnya.
Kertas itu terdiri dari dua gabung dan si nona lalu
memecahnya dan menaruh dua gabung itu di kedua telapak
tangannya. Boe Kie mengawasi. Yang dilihat seperti kertas itu
ternyata bukan kertas, tapi sutera setipis sayap tonggeret. Di
atas lembaran lembaran sutera itu terdapat huruf huruf yang
sangat halus. Ia menjemput gabungan yang satu. Pada halaman muka
terdapat tulisan "Boe Bok Ie soe" (kitab peninggalan Gak
Hoei). Dalam kitab itu " lembaran lembaran kitab itu "
lembaran lembaran sutera itu memang bukan lain daripada
kitab " terdapat ilmu perang yang serba lengkap. Ia
mengambil kitab yang lain, yang di atasnya tertulis "Kioe
im cin keng" (kitab ilmu silat Kioe im). Kitab itu berisi
macam-macam ilmu silat yang aneh-aneh dan pada
halaman halaman terakhir terdapat pelajaran Kioe im pek
koei jiauw, Coei sim ciang, dan sebagainya.
Boe Kie meneliti itu semua dengan jantung memukul
keras. "Dari" dari mana" kau dapatkan ini?" tanyanya
dengan suara terputus-putus.
"Selagi dia tidak bisa bergerak, aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang baik," jawabnya. Aku tak sudi belajar
ilmu-ilmu beracun, sebaiknya kitab ini dibakar saja. Perlu
apa ditinggalkan di dalam dunia untuk mencelakai
manusia?" (dengan "dia" Tio Beng maksudkan Cioe Cie
Jiak). Boe Kie membalik-balik beberapa lembaran cinkeng. Ia
mendapat kenyataan bahwa isinya sangat dalam dan tak
bisa lantas dipecahkan olehnya. Di samping itu ia mendapat
bukti bahwa bagian depan bukan terdiri dari ilmu silat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keleas rendah. "Beng moay, kau salah," katanya. "Kioe im
cin keng berisi ilmu ilmu yang sangat tinggi. Kalau
dipelajari dan dilatih menurut aturan, dalam sepuluh atau
dua puluh tahun, orang akan memperoleh hasil menakjubkan. Memang juga, kalau orang tergesa-gesa dan
mempelajari kulit-kulitnya saja yang memberi hasil cepat, ia
akan memperoleh ilmu ilmu yang sifatnya beracun." Ia
terdiam sejenak dan kemudian berkata lagi. "Cie cie yang
mengenakan baju kuning itu mempunyai ilmu silat yang
sejalan dengan Cioe kauwnio. Tapi pukulan dan
gerakannya memperlihatkan suatu ilmu yang lurus bersih.
Tak bisa salah lagi, iapun mendapatkan ilmunya dari Kioe
im cin keng." "Boe Kie koko," kata Tio Beng. "Cie cie itu mengatakan
di belakang gunung Ciong lim san terdapat kuburan mayat
hidup, burung rajawali sakti dan pasangan pendekar tak
muncul lagi dalam dunia Kangouw. Apa artinya ini?"
Boe Kie menggelengkan kepala. "Tak tahu," jawabnya.
"Nanti kita boleh tanya Thay soehoe."
Sesudah beromong-omong lagi beberapa lama, karena
musuh tidak membuat gerakan apa apa lagi, semua orang
lantas pergi tidur. Pada keesokan paginya, Boe Kie memanjat satu pohon
besar untuk menyelidiki keadaan musuh. Ia mendapat
kenyataan, bahwa jumlah musuh bertambah dengan kirakira selaksa orang dan dilihat dari gerakannya, mereka
sedang mempersiapkan gerakan baru. Di antara gerakan
gerakan bendera dan serdadu, sayup sayup terdengar bunyi
terompet yang tak berhenti hentinya. Persiapan tentara
Goan itu telah membuat hati orang gagah jadi merasa
keder. "Beng moay?" kata Boe Kie sesudah turun dari pohon.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hem" ada apa?" tanya si nona.
"Tak apa apa" aku hanya ingin memanggil namamu."
Boe Kie sebenarnya ingin meminta pikiran gadis yang
pintar itu dalam usaha mengundurkan musuh. Tapi di
dalam saat itu ia ingat, bahwa Tio Beng tersebut adalah
seorang puteri Mongol, yang karena cinta sudah
mengkhianati orang tuanya sendiri. Kalau sekarang ia
minta si nona menelurkan siasat untuk membasmi
bangsanya sendiri, ia anggap permintaan itu agak
keterlaluan. Tapi dengan melihat paras muka Boe Kie dan nada
suaranya, Tio Beng sudah bisa membaca isi hati pemuda
itu. "Boe Kie koko, aku merasa terima kasih, bahwa kau
mengerti kesukaranku," katanya. "Dalam hal ini sebaiknya
aku tidak bicara banyak."
Dengan merasa masgul Boe Kie masuk ke kamarnya. Ia
mengasah otak, tapi sesudah beberapa lama, belum juga ia
mendapatkan jalan yang baik. Dalam pekatnya ia membalik
lembaran kedua kitab yang diberikan Tio Beng. Sesudah
Kioe im cin keng, tanpa sengaja ia membaca kalimat
"terkepung di gunung Goe tauw san" dalam Boe bok lesoe.
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia kaget dan membaca terus.
Ternyata di bagian itu Gak Hoei menceritakan
pengalamannya pada waktu ia dan tentaranya dikepung
oleh tentara Kim yang berjumlah besar di gunung Goe tauw
san, cara bagaimana ia menjalankan siasat menggeret
musuh dari dalam dan luar sehingga mereka memperoleh
kemenangan besar. Tiba-tiba Boe Kie menepuk meja. "Langit membantu
aku," serunya. Biarpun keadaan Siauw sit san sekarang
berbeda dari keadaan Goe tauw sasn dahulu, ia merasa ia
masih bisa jalan untuk mendapatkan kemenangan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin lama ia kelihatan makin gembira. "Gak Boe bok
sungguh sungguh manusia luar biasa," katanya seorang diri.
"Dalam keadaan begitu berbahaya, seorang manusia tak
akan berdaya lagi" Memang" memang ilmu perang
seperti ilmu silat. Kita harus ada petunjuk dari orang
pandai?" Ia mencelup telunjuknya di air teh dan membuat
peta bumi di atas meja. Ia tahu, bahwa keadaan sangat
berbahaya, tapi ia yakin bahwa dengan bantuan Tuhan,
Siauw Lim sie masih dapat ditolong. Dalam perang, yang
berjumlah kecil sukar melawan musuh yang berjumlah
besar dan di dalam peperangan ini, ia tidak boleh mengadu
kekuatan, tak boleh mengadakan pertempuran berhadaphadapan. Tak lama kemudian ia sudah mempunyai gambaran
tegas tentang apa yang harus dilakukananya. Tanpa menyia
nyiakan waktu, ia segera pergi ke Tay hiong Po thian dan
minta Kong boen Hong Thio mengumpulkan para orang
gagah. Sesudah semua enghiong berkumpul, Boe Kie berkata
dengan suara nyaring. "Sekarang ini tentara Tat coe
berkumpul di kaki gunung dan mungkin sekali mereka akan
segera menyerang pula. Walaupun kemarin kita mendapat
kemenangan kecil dan sudah menurunkan semangat
musuh, tapi kalau menyerang lagi dengan mati-matian, kita
yang berjumlah lebih kecil sukar melawan mereka yang
berjumlah sangat besar." Ia berdiam sejenak, kedua
matanya yang sangat tajam menyapu seluruh ruangan.
"Aku ini adalah seorang yang tidak punya kemampuan,
tapi atas kecintaan kalian sudah mengangkat aku sebagai
Boe lim Beng boe dan untuk sementara waktu, aku terpaksa
menerima keangkatan itu," katanya pula. "Hari ini kita
harus bersama-sama membasmi musuh. Demi kepentingan
kita beramai-ramai, kuminta kalian suka mentaati segala
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah." Pidato pendek itu disambut dengan sorak sorai gegap
gempita. Semua orang berjanji akan turut segala perintah
Beng coe. Boe Kie girang. "Terima kasih!" katanya. "Nah, marilah
kita mula. Gouw Kin Co!"
Begitu namanya dipanggil, pemimpin Swie kim kie itu
maju dan memberi hormat dengan membungkuk.
"Aku menugaskan kau dan saudara saudara dari
benderamu untuk mempertahankan undang undang
ketentaraan," kata Boe Kie. "Siapapun juga yang tak
mentaati perintah harus dapat hukuman mati dengan
timpukan tombak dan kapak Swie kim kie. Peraturan ini
berlaku untuk semua orang. Tertua dari agama kita, tetua
rimba persilatan tidak terkecuali."
"Baik!" kata Gouw Kin Co seraya merogoh saku dan
mengeluarkan bendera putih kecil.
Dalam rimba persilatan, nama Gouw Kin Co belum
begitu dikenal. Tapi pada waktu diadakan pameran
kekuatan Nio beng kie, semua orang tahu bahwa bendera
putih itu tak dibuat permainan. Orang yang ditimpuk
dengan bendera itu berarti diserang dengan lima ratus anak
panah dan lima ratus kapak pendek. Biarpun mempunyai
kemampuan tinggi, dia tak usah harap bisa terlolos dari
serangan itu. Boe Kie mengeluarkan perintah tersebut sebab pada
halaman pertama dari Boe Ie soe, ia membaca nasehat
seperti berikut. "Dalam memimpin tentara yang terpenting
adalah peraturan yang keras." Ia tahu bawa para Enghiong
dalam rimba persilatan biasanya sangat bangga dengan
kepandaian sendiri dan tak sudi menunduk di bawah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perintah orang. Manakala kebiasaan itu dipraktekkan dalam
menghadap tentara Goan, mereka semua akan termusnah.
Sehabis mengeluarkan titah pertama, sambil menuding
tembok di luar ruangan musyawarah, Boe Kie berkata pula,
"Para enghiong siapa yang mempunyai ilmu ringan tubuh
tinggi dan bisa melompat tembok itu, kuminta supaya
perlihatkan kepandaian."
Banyak orang lantas saja kurang puas, bahkan di antara
para cianpwee ada yang mendongkol karena merasaa
bahwa dengaan mengajukan pertanyaan itu, Boe Kie
menghina mereka. Selagi orang saling mengawasi, Thio Siong Kee maju
dan berkata, "Aku bisa!" Dengan sekali menjejak bumi, ia
sudah melompati tembok yang tinggi itu. Tee in ciong dari
Boe tong pay tersohor di kolong langit. Bagi Thio Siong
Kee, melompati tembok itu sama mudahnya seperti
membalik tangan sendiri. Sesudah Thio Siong Kee, dengan beruntun Jie Lian
Cioe, In Lie Heng, Yo Siauw, Wie It Siauw, In Ya Ong dan
lain-lain memperlihatkan kepandaiannya. Contoh itu segera
diturut oleh orang-orang gagah dari lain partai. Dalam
sekejap empat ratus orang lebih sudah berhasil melompati
tembok itu. Yang lain sebab rupa rupanya tidak ungkulan,
tidak mencoba. Para enghiong yang menghadiri pertemuan itu rata-rata
memiliki kepandaian istimewa. Ilmu mengentengkan tubuh
hanya merupakan salah satu cabang dari ilmu silat yang
banyak coraknya. Sering kejadian, bahwa seorang yang
mempunyai ilmu luar biasa tidak tinggi ilmu ringan
tubuhnya. Dalam dunia persilatan, ada kalanya seorang
tokoh menggunakan seluruh hidupnya untuk melatih jari
tangannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka itulah, tinggi rendah dalam ilmu mengentengkan
tubuh tidak menjadi ukuran dari tinggi rendah kepandaian
orang yang tersangkut, hal ini diketahui oleh semua ahli
silat. Dengan demikian orang orang yang tidak bisa
melompati tembok itu sama sekali tidak merasa malu.
Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa di antara empat
ratus orang itu, pendeta Siauw Lim sie berjumlah kurang
lebih sembilan puluh orang. "Nama besar Siauw Lim sie
memang bukan nama kosong," katanya di dalam hati.
"Dalam ilmu ringan tubuh saja, tokoh-tokoh Siauw Lim sie
berjumlah lebih besar dari lain partai."
"Jie jiepeh, Thio Siepeh, In liok siok, kuminta kalian
bertiga memimpin para enghiong yang sudah melompati
tembok," kata Boe Kie. "Kalian harus memancing musuh
dengan berlagak seperti orang yang melarikan diri dari kuil
ini. Apabila musuh berhasil dipancing dan mereka
menguber kalian, maka hasil itu merupakan pahala nomor
pertama. Sesudah kalian lari, sampa i di belakang gunung
kalian harus?" Petunjuk selanjutnya diberikan dengan bisik bisik saja
dan tidak dapat didengar oleh orang lain.
"Koe koe," kata Boe Kie selanjutnya. "Kau bersama Yo
cosoe, Hoan Yauw soe dan Wie Hok ong, empat orang
kuminta suka membantu aku. Kita mengambil kedudukan
di tengah tengah guna mengawasi jalan pertempuran dan
memberi bantuan kepada pihak yang memerlukannya."
Dengan ringkas dan tegas Boe Kie mengeluarkan
berbagai perintah " siapa yang harus bersembunyi untuk
memotong jalan musuh, siapa yang harus melindungi
bagian belakang pasukan sendiri, bagaimana harus
menyerang dari depan, bagaimana harus menyerang dari
samping dan sebagainya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kepandaian pemimpinnya, Yo Siauw takluk dan
kagum. Ia tak tahu bahwa semua pengaturan itu
berdasarkan siasat dalam Boe bok ie soe.
Akhirnya Boe Kie berkata. "Kong boen Hong thio, Kong
tie Seng ceng, aku minta kalian berdua memimpin para
enghiong dari Go bie pay untuk menolong orang-orang
yang terluka dan mengubur yang mengorbankan jiwa."
Sebagaimana diketahui rombongan Go bie tidak punya
pemimpin sebab Cie Jiak tidak berada di situ. Lantaran ada
ganjalan, Boe Kie merasa tidak enak untuk memerintah
mereka. Sebab itu ia meminta bantuan Kong boen dan
Kong tie, dua orang tua yang mempunyai nama besar dan
kedudukan tinggi. Ia merasa bahwa tindakannya itu akan
tidak ditentang oleh murid murid Go bie, benar saja semua
anggota Go bie pay menerimanya tanpa mengeluarkan
sepatah katapun juga. Di luar dugaan Kong boen dan Kong tie saling
mengawasi dan kemudian saling mengangguk. "Lo ceng
sangat takluk akan kepandaian Beng coe," kata Kong boen
sambil membungkuk. "Sebenarnya looceng tidak boleh
mengeluarkan bantahan terhadap pengaturan Beng coe.
Tapi lantaran terpaksa kami berdua ingin memohon
sesuatu." "Hong thio tak usah berlaku sungkan," kata Boe Kie.
"Katakanlah apa yang dipikirkan Hong thio."
"Kami berdua hanya memohon supaya kami diperbolehkan untuk menjaga kuil ini," kata Kong boen.
Boe Kie mengerutkan alis. Sesudah memikir sejenak, ia
dapat menangkap latar belakang permintaan itu. Tipu yang
sedang dijalankan adalah tipu meninggalkan Siauw Lim sie,
berlagak kabur ke belakang gunung untuk memancing
musuh dan kemudian membasminya. Tapi ini didasarkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siasat Gak Hoe waktu jenderal itu terkepung di Goe tauw
san. Tapi keadaan Goe tauw san berbeda dengan Siauw sit
san. Goe tauw san adalah sebuah gunung yang gundul,
tidak ada sesuatu yang berharga. Dilain pihak, di atas
Siauw sit san berdiri kuil Siauw Lim sie yang berusia ribuan
tahun, sebuah pusat agama Buddha yang suci. Ada
kemungkinan bahwa apabila kuil itu ditinggalkan tanpa
terjaga, tentara musuh akan merusaknya bahkan mungkin
juga akan membakarnya. Lantaran itulah Kong boen dan
Kong tie minta permisi untuk menjaganya. Mereka
bertekad untuk mati hidup bersama sama di kuil Siauw Lim
sie. "Baiklah," kata Boe kie sambil mengangguk. "Aku
merasa sangat kagum akan tekad Jie wie taysoe, kalian
boleh menjaga kuil ini."
Para enghiong merasa heran. Semula mereka menduga
bahwa Boe Kie akan menolak permintaan itu. Melihat
pemimpin mereka diperbolehkan menjaga kuil, sejumlah
murid Siauw Lim lantas saja ingin mengikuti jejak itu.
"Undang-undang ketentaraan keras dan harus dipatuhi!"
teriak Kong boen dengan suara keras. "Murid partai kami
yang berani membantah akan segera dicoret namanya
sebagai murid Siauw lim pay."
"Hari ini dengan bersatu padu saudara saudara wilayah
Tionggoan melayani Tat coe," kata Boe Kie. "Kuminta
para Soehoe yang mengurus tambur dan lonceng yang
membangunkan semangat menggetarkan seluruh kuil."
Dengan darah bergolak para enghiong mengusap usap
senjata mereka. Sebagai tindakan pertama, hampir berbareng dengan
komando Hee Yam, para anggota Liat hwee kie
mengeluarkan kayu bakar dan rumput yang lalu ditumpuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di samping kuil kemudian di bakar. Dalam sekejap api
sudah berkobar kobar. Mendengar suara tambur dan melihat berkobarnya api,
tentara Goan yang berada di kaki gunung lantas saja
menduga bahwa orang-orang di Siauw Lim sie sudah
membakar kuil dan akan segera kabur.
Dengan sekali mengibaskan tangan Jie lian cioe
memimpin seratus lima puluh orang lebih yang berlari lari
ke bawah mencari sebelah kiri Siauw sit san. Sebelum
mereka tiba di lereng, tentara musuh mulai menyerang ke
atas sambil bersorak sorai. Para orang gagah segera lari
berpencaran supaya tentara Goan tidak dapat membasmi
mereka dengan anak panah.
Rombongan kedua yang dipimpin oleh Thio Siong Kee
dan rombongan ketiga di bawah pimpinan In Lie Heng,
dengan beruntun muncul dan lari ke bawah, setiap orang
menggendong sebuah bungkusan besar yang berisi papan
atau seprei, selimut tebal. Dimana serdadu Goan mengira
mereka adalah orang orang yang kabur dengan penuh
ketakutan, dengan membawa sedikit bekal yang masih
keburu dibawa. Padahal bungkusan bungkusan itu adalah
tameng untuk melindungi diri dari anak panah Mongol
yang sangat lihay. Sesudah mengawasi beberapa lama, pemimpin tentara
Goan segera memerintahkan selaksa serdadu untuk
mengejar dan selaksa lainnya tetap menjaga kedudukan
mereka.
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yo Cosoe, pemimpin tentara Tat coe seorang pandai,"
kata Boe Kie. "Dia tidak mengerahkan seluruh tentara."
"Benar," jawab Yo Siauw. "Kewaspadaan itu bisa
membahayakan kita." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba di kaki gunung terdengar suara terompet yang
berulang ulang dan dua ribu tentara berkuda Goan mulai
menerjang ke atas dari kiri dan kanan. Dengan mata tidak
berkedip, Boe Kie mengawasi kemajuan musuh. Jalanan
gunung penuh bahaya dan berliku-liku, tapi kuda-kuda
Mongol yang terlatih bisa maju terus tanpa menemui
banyak kesukaran. Begitu lekas rombongan musuh yang
terdepan mendekati pendopo kuil. Boe Kie memberi isyarat
dengan mengibaskan tangannya. Hampir berbareng
pasukan Liat hwee kie bergerak dan bersembunyi di rumput
rumput tinggi. Pada saat musuh berada dalam jarak kurang
lebih seratus tombak, Hie Yam memberi komando. Minyak
segera menyembur, anak panah api menyambar. Kuda
Pendekar Setia 1 Si Pemanah Gadis Karya Gilang Pedang Pembunuh Naga 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama