Ceritasilat Novel Online

Pedang Pelangi 24

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 24


Siang... tayhiap... Yu..."
Mendengar nama tersebut, Toa tat Cuncu segera tertawa tergelak, suara amat keras dan memekikkan telinga.
la seperti sudah menduga ke situ, buktinya belum selesai kakek tersebut berbicara, dia telah tertawa tergelak lebih dulu.
ooooDewioooo Jilid: 49 Betul juga , sesaat kemudian hwesio itu berkata :
"Hmm, sejak semula aku telah mengetahui bahwa kedatanganmu dikarenakan manusia yang bernama Sam siang tayhiap tersebut, malam ini sudah datang beberapa orang dengan tujuan yang sama, tapi tak seorangpun yang dapat meloloskan diri, sekarang tinggal kau seorang yang tetap berjaga jaga diluar rupanya karena tak ada kabar berita maka kaupun turut masuk untuk melihat keadaan."
"Dalam gedung timur ini hanya dihuni kami suheng te berdua, apa gunanya tukang kentungan ditempat seperti ini"
Itulah sebabnya sejak membuka suara untuk pertama kali tadi, kau sudah membongkar rahasiamu sendiri, tapi kuakui nyalimu memang besar dan takaran arakmu memang hebat, meskipun kau sudah menghabiskan dua mangkuk besar arak beracun, nyawanya kau masih bertahan hingga sekarang terbukti kalau tenaga dalammu memang sempurna, tapi bila ingin meloloskan diri dari bencana pada malam ini"
"Aduuh.." mendadak pengemis sakti berwajah senyum memegangi perut sendiri sambil berteriak kesakitan, setelah itu sambil manggut manggut katanya lagi:
"Aku... aku tahu... malam ini... nyawaku pas...pasti akan...
melayang... tapi aku... aku benar benar mati... mati tak meram..."
"Bila kau masih ada keinginan terakhir yang hendak disampaikan, tak ada salahnya kalau diutarakan secara blak blakan, mengingat kau telah meneguk dua mangkuk besar arak beracun Hek ya cha milikku dan masih sanggup bertahan sekian waktu sehingga tak malu menjadi seorang jago nomor wahid dari daratan Tionggoan, bisa jadi aku akan memenuhi kehendakmu itu"
Kembali pengemis sakti berwajah senyum terbungkuk bungkuk menahan rasa sakitnya yang luar biasa, sambil merintih tiada hentinya, dia berkata lebih jauh :
"Aku... aku hanya... mempunyai... satu keinginan-..
sebelum menemui ajalku... aku... aku ingin bertemu sekali saja... dengan majikanku... bersediakah kau untuk meme...
memenuhi keinginanku ini... ooh... aduuuh.. aduuuh sakitnya..."
Siang Siau Un yang menyaksikan kejadian tersebut dengan perasaan tak tenang segera bertanya :
"Sebetulnya sukong sedang bermain sandiwara ataukah benar benar menderita kesakitannya?"
"Tentu sedang bermain sandiwara " sahut Siang Ci Un dengan suara lirih.
"Tapi dia kan sudah menghabiskan dua mangkuk arak beracun dari keledai gundul itu..."
"omintohud..." sementara itu kedengaran Toa tat cuncu berseru memuji keagunan sang Buddha sambil manggut manggut, "baik, aku bersedia mengabulkan permintaanmu itu, hanya saja biarpun majikanmu bisa bertemu dengan kau, belum tentu dia dapat mengenalimu kembali..."
Pengemis sakti berwajah senyum hanya merintih kesakitan, lalu menjawab dengan suara yang sangat lemah, sedikitpun tak bertenaga:
"Te... terima kasih baa... banyak aa... atas kesediaan toa...
suhu untuk mengabulkan per... permintaanku..."
Toa tat cuncu segera berpaling seraya berseru:
"Sute, ajaklah dia turun ke bawah untuk bersama dengan manusia she Yu itu, dia tak mungkin bisa bertahan selama seperminum teh lagi..."
Tay tek Sangjin segera bangkit berdiri dan merangkap tangannya didepan dada seraya menyahut
"Slate akan melaksanakan perintah" Lalu seraya berpaling, serunya:
"Hey tua bangka, apakah kau masih sanggup berjalan sendiri?"
"Aku... aku maa... masih sanggup,.." jawab pengemis sakti berwajah senyum sambil manggut manggut.
Tay tek sangjin segera berjalan mendekati dinding ruangan sebelah depan.
Keempat orang jago yang bersembunyi di balik pepohonan segera memasang mata baik baik untuk memperhatikan keadaan dalam ruangan tersebut, setelah mendengar kalau Tay tek sangjin akan mengajak si pengemis sakti berwajah senyum untuk menjumpai yu tayhiap.
Di atas dinding yang dituju tergantung sebuah lukisan pemandangan serta seperangkat "Lian" yang berdasar kertas merah, di depannya terletak sebuah meja panjang dan diatas meja terletak sebuah tempat hio yang sangat antik.
Waktu itu Tay tek sangjin membuka penutup hioloo antik tersebut, tahu tahu saja dari dinding sebelah kanan telah muncul sebuah pintu rahasia tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
Tak disangkal lagi, disitulah terletak mulut masuk menuju keruang bawah tanah.
Tiba tiba pengemis sakti berwajah senyum membalikkan badan dan menghampiri Toa tat cuncu, dengan wajah penuh berterima kasih dia menjura berulang kali sambil berseru:
"Terima kasih banyak toa suhu... terima kasih banyak atas kesediaan toa sUhU untuk memenuhi keinginanku."
Dari balik wajah Toa tat cuncu yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang itu segera terlintaS peraSaan kasihan, namun perasaan tersebut hanya sebentar saja melintas lewat, kemudian sembari mengulapkan tangan kanannya dia berseru : "cepat sana, pergi menjumpai majikanmu itu"
"Baik, baik, terima kasih, terima kasih"
Entah apa yang kemudian dilakukan si pengemis sakti berwajah senyum, tahu tahu dia sudah menggenggam tangan kanan toa tat cuncu dengan tangan sebelah, sementara tangan yang lain secepat kilat telah meloloskan cincin hitam yang berada dijari tengahnya.
Kemudian diiringi suara gelak tertawa yang sangat nyaring, secepat sambaran kilat saja dia telah nyelonong keluar lewat jendela.
Semua orang dapat mengikuti jalannya peristiwa tersebut dengan sangat jelas, ternyata dengan suatu gerakan yang amat santai si pengemis sakti berwajah senyum telah meloloskan cincin milik Toa tat cuncu serta membawanya kabur.
Dalam tertegun dan melongonya, ternyata cincin hitam miliknya telah dilolosi orang dan dibawa kabur tanpa bisa berbuat apa apa
Kalau dilihat memang tampaknya santai sekali, padahal kecepatan gerak tersebut hakekatnya berlangsung dalam sekejap. tahu tahu orangnya telah nyelonong keluar melalui jendela.
Toa tat cuncu segera membentak gusar sambil menjejakkan sepasang kakinya, secepat kilat diapun melakukan pengejaran dengan menerobosi jendela.
Sedemikian cepatnya peristiwa itu berlangsung, ternyata Tay tek sangjin masih belum menyadari apa gerangan yang telah terjadi dengan wajah termangu mangu segera serunya:
"Suheng, kenapa kau?"
Bersamaan dengan saat Toa tat cuncu menerobos keluar melalui jendela, waktu itulah terdengar pengemis sakti berwajah senyum yang berada diluar jendela berseru sambil tertawa tergelak:
"Haaah... haaa... toa suhu, aku kembalikan semua pemberian arakmu tadi..."
Tiba tiba saja terlihat semburan air berwarna kuning memancar keluar dari atap rumah, langsung menyambar kewajah Toa tat cuncu.
Ternyata pengemis sakti itu sudah mendesak keluar arak beracun yang berada dalam perutnya dengan tenaga dalam, kemudian menyemburnya keluar untuk melukai musuh.
Sementara itu tubuh Toa tat cuncu sedang menerobos keluar dari jendela, selama tubuhnya masih berada ditengah udara, tentu saja amat sulit baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman yang tiba.
Berada dalam keadaan begini, terpaksa dia harus melindungi batok kepalanya dengan ujung baju lengannya, semburan arak yang memancar datang itupun segera menyambar diatas ujung baju lengannya bagaikan hujan panah.
Masih untung Toa tat cuncu telah menyalurkan pula tenaga dalamnya keujung lengannya guna membendung sambaran hujan panah arak tersebut sehingga semburan tadi berhamburan ke tanah.
Nyatanya meski sudah menyambar keatas lantai, ternyata kekuatannya belum berkurang, begitu menyambar permukaan tanah lantai beranda itupun sama sama berlubang seperti diberondong oleh panah tajam.
Kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki kedua orang jago tersebut segera membuat keempat orang jago muda yang bersembunyi dibalik pepohonan menjadi bergidik dan sama sama menjulurkan lidahnya tanpa terasa.
Dengan terhadangnya pengejaran pendeta itu untuk berapa saat bayangan tubuh pengemis sakti berwajah senyum telah meluncur lagi sejauh puluhan kaki dari tempat semula.
Terdengar pengemis itu berseru sambil tertawa lengking: "Toa suhu, maaf kalau aku tak akan menemanimu lagi..."
Toa tat cuncu adalah seorang pendeta yang sangat tingi hati, sejak memperoleh undangan untuk datang ke Pesanggrahan tersebut, baik Hee Im hong maupun Sim hujin memandang mereka sebagai tamu agung, hal mana menyebabkan dia tak memandang sebelah matapun terhadap umat persilatan dari daratan Tionggoan pada umumnya.
Tapi kali ini ternyata cincin kesayangannya telah diserobot orang tanpa ia bisa berbuat apa apa, bayangkan saja rasa terhina yang dideritanya mana bisa ditelah dengan begitu saja
" Sambil membentak penuh amarah, ia segera melejit kembali ketengah udara dan melakukan pengejaran dengan sepenuh tenaga.
Tampil sesosok bayangan kuning berkelebat lewat dan langsung menerjang kearah mana pengemis sakti berwajah senyum tadi melarikan diri..
Pada saat itulah Huan Cu Im mendengar seseorang telah berbisik disisi telinganya dengan suara yang lembut :
"Sekarang aku telah berhasil memancing pergi gembong iblis tua tersebut, mengapa kalian tidak segera turun tangan untuk menolong orang" Kesadaran Yu tayhiap agak terganggu sehingga kalian tak usah banyak berbicara lagi dengannya, Cukup menotok jalan darahnya dan dengan Cepat Cepat pergi meninggalkan tempat ini, aku akan menanti kedatangan kalian di kota Liong ong tin-.."
suara bisikan tersebut makin lama semakin jauh dan makin lirih... Buru buru Huan Cu Im berkata kepada ketiga orang rekannya:
"Yu locianpwee menyuruh kita masuk ke dalam untuk menolong orang, sekarang dalam ruangan tersebut masih ada Tay tek sangjin seorang, biarsiaute yang menghadapi pendeta tersebut, sedang kalian segera turun kebawah untuk menolong orang Yu tayhiap berada dalam keadaan tak sadar pikirannya kalian cukup menotok jalan darahnya lalu membawanya keluar dari situ, mengerti?"
Kemudian tanpa menanti jawaban dari ketiga orang itu lagi, dia menginjakkan kakinya keatas tanah dan segera menerobos masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Hee Giok yang segera bangkit berdiri dan berkata:
"Dia seorang diri belum tentu sanggup manahan hwesio kurus itu, biar aku pergi membantunya, jimoay dan sammoay segera turun keruangan bawah tanah untuk menolong orang?"
selesai berkata dia segera menyusul pula ke depan.
Terlihatlah tiga sosok bayangan manysia secara beruntun telah memasuki ruangan tersebut melalui jendela.
Waktu itu Tay tek Sangjin baru saja membuka pintu ruangan rahasia bawah tanah dia belum tahu kalau cincin suhengnya telah diserobot orang, waktu itu dikiranya pengemis sakti berwajah senyum yang sudah keracunan sedang berusaha melarikan diri dari sana. Tampak dia menggelengkan kepalanya dan bergumam seorang diri:
"Suheng memang kebangetan, dia toh sudah minum arak beracun yang direndem dengan cincin Hek ya che, berapa jauh sih yang mampu dia tempuh?"
Baru selesai dia berkata, sesosok bayangan manusia telah menerobos masuk kedalam ruangan melalui jendela. Tay tek Sangjin segera berseru:
"Suheng, apakah kau telah berhasil membereskan nyawa tua bangka itu...?"
Sambil melayang turun dihadapan pendeta tersebut, Huan Cu Im segera berseru dengan suara lantang:
"Aku adalah suhumu, bukan toa suhengmu."
Sambil mengayunkan telapak tangan kanannya, sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan ke depan-Waktu itu Tay tek sangjin belum lagi melihat jelas paras muka bayangan manusia yang menerobos masuk kedalam ruangan, ketika segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah mengancam keselamatan jiwanya .
dalam terkejutnya cepat cepat dia membentak
"Siapa yang berani main gila dihadapan Hud yamu?"
Dengan cepat dia mengayunkan pula tangannya untuk menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Ketika dua gulung angin pukulan saling beradu satu sama lainnya, segera terjadilah suara ledakan keras yang sangat memekikkan telinga, akibatnya kedua orang itu sama sama tergetar mundur sejauh satu langkah dari posisi semula.
Sementara bentrokan kekerasan itu masih berlangsung Hee Giok yang, Siang Siau Un dan Siang Ci Un telah menerjang masuk pula kedalam ruangan-Rupanya mereka telah berunding secara baik, buktinya begitu tiba dalam ruangan tersebut, dua bersaudara Siang langsung menerobos masuk ke dalam ruangan rahasia dibawah tanah.
Tay tek sangjin menjadi tertegun, lalu dengan sinar mata memancarkan Cahaya tajam, ia berseru sambil tertawa aneh:
"Bocah keparat, tampaknya kalian pingin mampus semua?"
Mendadak dia menerjang kedepan meninggalkan Huan Cu Im dan menghadang jalan pergi dua bersaudara Siang.
"Keledai gundul, lihat pedang" seru Hee Giok yang sambil tertawa dingin. "Sreee....."
Segulung cahaya pedang berwarna pelangi melintas di tengah udara dan langsung menyambar pinggang Tay tek sangjin-Cahaya tajam yang menyilaukan mata dari pedang pelangi dan hawa pedang yang menyesakkan napas benar benar merupakan sebuah ancaman yang serius.
Bagaimanapun juga Tay tek sangjin adalah seorang jago silat yang tangguh dan berpengalaman cukup matang, begitu dirasakan cahaya pedang tersebut sangat aneh buru buru dia melompat mundur untuk menghindarkan diri. Huan Cu Im segera berteriak keras:
"Toako, berjaga jagalah kau dimulut keluar, biar siaute yang menghadapi pendeta itu" Sembari berseru sebuah pukulan yang dahsyat kembali dilontarkan ke depan-Mimpipun Tay tek sangjin tidak menyangka kalau kedua orang pemuda yang berada dihadapannya Hee Giok yang mengenakan pakaian pria merupakan musuh begitu tangguh.
baik yang membawa pedang maupun dengan tangan kosong, nyata sekali memiliki kepandaian yang masih berada diatas kemampuannya.
Karena itu sewaktu mendengar Huan Cu Im sesumbar dengan mengatakan kekuatannya seorang dapat menghadapi dirinya, dia menjadi teramat gusar, bentaknya: "Bocah keparat, besar amat baCotmu"
Sepasang tangannya segera direntangkan ke samping, kemudian dengan mempergunakan sepasang telapak tangan yang besar lagi kasar dia melancarkan serangkaian serangan berantai.
Huan Cu Im memang berniat menguasahi gerakan tubuh hwesio kurus tersebut, maka dengan mengeluarkan ilmu pukulan Hwee sin pat ciang tubuhnya berputar kian kemari dan melepaskan serangan demi serangan secara gencar.
Sebagaimana diketahui ilmu pukulan Hwee sin pat ciangnya itu merupakan suatu kepandaian yang berkumandang dari ilmu pukulan Sian hong ciang dari perguruan Hong lui bun di Lam hay.
Ketika dia baru selesai belajar silat dulu, pemuda ini masih sanggup beradU delapan buah pukulan dengan Tay tek sangjin, tapi setelah dia mempelajari ilmu Hong lui ing sekarang, tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Begitu serangan tersebut dikembangkan, dengan sendirinya daya pengaruh yang terpancar keluarpun menjadi semakin hebat.
Dalam waktu singkat angin pukulan telah menderu deru dari delapan penjuru sementara angin pukulan berpusing bagaikan amukan amukan topan.
Walaupun Tay tek sangjin dengan sepasang tangannya melancarkan serangkaian serangan bacokan berantai, namun setiap kali tenaga pukulannya saling membentur dengan kekuatan lawan, maka daya serangan tersebut segera dipunahkan sama sekali oleh kekuatan berpusing yang ditimbulkan lawan-Bukan begitu saja, bahkwan tubuhnya secara mengherankan turut berputar pula mengikuti gerak serangan lawan, kuda kudanya tak sanggup mempertahankan diri, sehingga akibatnya dia harus berputar kian kemari tiada hentinya.
Andai kata tenaga dalam yang dimilikinya tidak sedemikian sempurnanya dan bila berganti orang lain, mungkin tubuhnya sudah terlempar jauh oleh putaran angin berpusing yang ditimbulkan dari serangan pemuda tersebut.
Dalam tujuh delapan gebrakan selanjutnya, secara beruntun Tay tek sangjin harus berputar pula sebanyak tujuh delapan kali sekarang pendeta itu mulai sadar bahwa tenaga pukulan si anak muda tersebut memiliki keanehan yang sangat mengerikan, dia tak mungkin bisa bertahan lebih jauh.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat dengan cepat tubuhnya bergerak mundur beberapa langkah kebelakang, kemudian sambil melotot dengan pendangan benigs, ia menghardik:
"Hay bocak keparat, ilmu dari aliran mana yang telah kau pergunakan?"
"Aku tak punya perguruan, tapi kalau ingin tahu nama ilmu tersebut ilmu pukulan itu bernama delapan pukulan menghajar anjing..." kata Huan Cu Im sambil tertawa Baru saja kedua orang itu menghentikan pertarungan, Siang Ci Un dan Siang Siau Un telah muncul dari balik pintu rahasia sambil membimbing seorang kakek bermuka lebar dan bertelinga besar, tentu saja orang tua tersebut tak lain adalah Sam siang tayhiap Yu Hua liong.
Buru buru Hee Giok yang berseru:
"Kalian berdua berangkatlah lebih dulu meninggalkan tempat ini, biar aku dan samte menghadapi serangan lawan"
Dengan melintangnya pedang pelanginya didepan dada, dia hadang dimuka kedua orang tersebut serta membiarkan Siang Ci Un bersaudara berlalu lebih dulu dari situ.
Melihat ada dua orang lelaki muda berhasil menolong tawanannya dari ruang rahasia bawah tanah, Tay tek sangjin menjadi gelisah berCampur gusar.
la segera membentak keras, sambil menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya dia rentangkan sepasang tangannya ke samping kiri dan kanan...
Pukulan yang diayunkan ke arah kiri menghajar tubuh Huan Cu Im, tentu saja tujuannya mencegah pemuda itu turun tangan, sementara itu serangan tangan kanannya dilontarkan ke tubuh Hee Giok yang.
Serangan yang dilontarkan ke arah Huan Cu Im segera menyambar tiba lebih dulu, dalam waktu singkat pemuda tersebut merasakan datangnya segulung tenaga tekanannya yang menyesakkan napas menghantam tiba kekuatan serangan tersebut dirasakan berbeda sekali dengan daya serangan pukulan biasa.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, buru buru dia berseru keras: "Toako cepat mundur hati hati dengan ilmu pukulan Tayjiu eng..."
Sambil berseru tangan kirinya melakukan gerakan menggapai ke tengah udara sementara tangan kanannya melakukan gerakan menggiring, dengan cepat pemuda itu mengeluarkan ilmu Hong lui ing nya untuk menggiring ancaman tersebut ke arah lain-Kemudian berada ditengah jalan, dia gabungkan kedua gulung kekuatan angin pukulan yang dilancarkan Tay tek sangjin tadi menjadi satu, kemudian setelah sepasang tangannya membuat gerakan melingkar di udara, dia kembali semua kekuatan serangan tersebut ke arah Tay tek sangjin-Bentaknya kemudian : "Mari kita pergi "
Sambil menarik tangan Hee Giok yang, cepat cepat kedua orang mengundurkan diri dari situ dengan menerobosi jendela.
Waktu itu, sesungguhnya Tay tek sangjin telah melancarkan serangan dengan penuh amarah, kedua buah pukulan Tayjiu eng yang dilepaskan benar benar memiliki daya kekuatan yang sangat mengerikan hati.
Akan tetapi mimpipun tak pernah menyangka kalau Huan Cu Im mampU menerima kedua gulung tenaga pukulan tersebut kemudian mengembalikannya secara utuh kepadanya.
Menanti dia sadar akan kekuatan serangan yang berbalik mengancam dirinya, serangan tersebut sudah meluncur datang seperti air bah yang menjebolkan tanggul, sama sekali tak mampU dibendung lagi.
Tak terlukiskan rasa kaget yang dialaminya waktu itu, apa lagi dia cukup mengerti sampai dimanakah kemampuan dan kedahsyatan dari tenaga pukulan Tayjiu eng yang bergabung menjadi satu melanda datang bersama sama itu.
dalam terkejut dan ngerinya, buru buru dia menghindarkan diri dari ancaman itu.
Dinding sebelah kanan yang kemudian terhajar oleh tenaga serangan tersebut segera jebol dan muncul sebuah lubang yang amat besar, hancuran batu bata dan debupun beterbangan dimana mana.
Akibatnya seluruh tubuh Tay tek sangjin menjadi terkena hancuran debu dan pasir itu sampai sepasang matanya tak mampu dibuka kembali.
Cepat cepat dia menyeka wajahnya dari debu, lalu celingukan sekejap kesekitar sana, kemudian setelah menyambar toya penakluk iblis yang diletakkan disudur ruangan dia menjejakkan kakinya ke atas tanah, dan secepat kilat menerobos keluar dari ruangan itu lewat jendela.
Menanti dia tiba diatas atap rumah dan memeriksa keadaan disekitar situ, dikejauhan sana terlihatlah ada tiga sosok bayangan manusia sedang bergerak menjauh.
Dalam keadaan begini, hawa amarah yang berkobar didalam dadanya sUngguh tak dapat dikendalikan lagi, tanpa berpikir panjang lagi dia membentak keras kemudian melakukan pengejaran dari belakang.
Tay tek sangjin dan kakak seperguruannya Toa tat cuncu disebut orang sebagai dua rasul dari Ngo tay san, tenaga dalamnya amat sempurna dan ilmu silatnya amat lihay, kecuali Toa tat cuncu, boleh dibilang jarang sekali ada jago persilatan dari daratan Tionggoan yang mampu menandinginya.
Tapi malam ini dia harus menderita kekalahan secara tragis ditangan seorang pemuda, bisa dibayangkan sampai dimanakah kegusaran yang membara didalam dadanya"
Sambil melejit ke tengah udara dan melakukan pengejaran dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, ia berteriak keras:
"Hey bocah keparat, kalian hendak kabur ke mana?"
Bentakan itu dipancarkan dengan tenaga dalam yang amat sempurna, meskipun suaranya lengking dan kecil, tapi amat tajam dan menusuk pendengaran.
Ketiga sosok bayangan manusia itu sedang berjalan diatas atap rumah ketika secara tiba tiba melihat ada sesosok bayangan manusia meluncur datang dari tengah udara diiringi bentakan yang tinggi melengking dan menusuk pendengaran-Dalam terkejutnya cepat cepat mereka mundur selangkah ke belakang kemudian menyebarkan diri ke dalam posisi segi tiga yang segera mengurung Tay tek sangjin ditengah arena.
Menyusul kemudian salah seorang diantara mereka membentak keras : "Manusia dari mana yang berani mendatangi Lou cu san ?"
Ternyata orang itu adalah tianglo bagian hukum dari Kay pang Song Jin bin, malam ini adalah tugas orang orang Kay pang melakukan perondaan malam, sedang dua orang yang berada dikiri kanannya adalah kedua orang murid delapan karung kebanggaannya.
Kepandaian silat yang paling termashur dari Kay pang adalah ilmu Tah kau pang hoat, sekalian kini tinggal dua puluh delapan jurus saja sehingga banyak inti sari kepandaian tersebut telah lenyap namun setiap anggota Kay pang selalu dibekali dengan sebuah tongkat penggebuk anjing.
Baru saja Song Jin bin bersama kedua orang muridnya berhasil mengurung Tay tek sangjin ditengah arena, Tay tek sangjin dengan sorot mata yang bengis telah menegur ketus.
"Hey, apakah kalian bertiga telah melihat ada tiga orang bocah keparat yang kabur sambil membawa seseorang?"
Tay tek sangjin yang bertubuh gemuk seperti gumpalan daging merupakan ciri khas baginya, oleh sebab itu Song Jin bin segera mengenalinya dalam sekilas pandang saja buru buru dia menjura seraya berseru: "Oooh, kiranya taysu..."
Tay tek sangjin semakin gusar lagi, kembali hardiknya:
"Hey, Hud ya sedang bertanya apakah kau telah melihat ada tiga orang bocah keparat melarikan diri sambil memayang seseorang?"
Karena perkataannya terpotong setengah jalan, Song Jin bin menjadi tertegun, buru buru sahutnya:
"siaute tidak... tidak melihat..."
"Hmmm, semuanya gara gara kau..." umpat Tay tek sang jin penuh amarah. Mendadak dia melepaskan sebuah pukulan Tayjiu eng keatas dada Song Jin bin-Mimpipun Song Jin bin tidak menyangka kalau Tay tek sangjin bakal melampiaskan semua kemarahan keatas dirinya, pukulan Tay jiu eng yang maha dahsyat itu persis menghantam diatas dadanya secara telak.
Tak ampun lagi dia mendengus tertahan, kemudian roboh terjungkal keatas tanah.
Begitu melepaskan pukulannya, tanpa mempedulikan mati hidupnya lagi Tay tek sangjin segera berlalu dari situ dengan kecepatan tinggi.
Namun setelah perjalanannya terhenti sejenak. mana mungkin ia bisa menyusul lawan lawannya lagi"
Dengan Huan Cu Im mendapat tugas membopong tubuh Sam siang tayhiap Yu Hua liong, berangkatlah Hee Giok yang, Siang Ci Un, Siang Siau Un, Ciu Gwat dan Ciu Kui menuju kearah selatan.
Ketika hampir sampai dijembatan Kiu tau kiau, tampak diujung jembatan duduklah seorang kakek bungkuk berbaju hitam.
Ketika orang itu melihat kemunculan Huan Cu Im dengan rombongannya, cepat cepat dia berseru:
"Kalian cepat menyeberangi jembatan dan bersembunyi dibalik semak belukar, disebelah kanan jalan, lalu telusurilah jalan disitu dan menuju kehutan bambu dibelakang situ...
sesudah menembusi hutan bambu,jalanlah kesebelah barat, disitulah terletak liong ong ki, tapi kalian jangan berhenti berjalan, habis lewat Say ko bio beloklah ke timur dan kalian baru berhenti setelah tiba di ciuphu"
Huan Cu Im segera menghentikan perjalanannya seraya bertanya: "Lotiang, siapakah kau" Apakah..."
Kakek bungkuk berbaju hitam itu sama sekali tak berpaling sambil mengeluarkan tangan kanannya kembali ia mendesak:
"Kalian tak usah bertanya siapakah diriku lagi cepat pergi, kalau tidak keadaan bisa terlambat..."
Huan Cu Im ingin bertanya lagi, tapi Siang Ci Un yang mendengar orang itu bisa menyebut nama "liong ong ki"
segera mengetahui bahwa orang ini adalah utusan dari pengemis sakti berwajah senyum maka segera ujarnya
"Samte, kalau toh lotiang ini menyuruh kita bersembunyi disitu, mari kita segera berangkat"
"Yaa betul" kata Hee Giok yang pula, "samte mari kita segera pergi dari sini"
Tergegas gegas keenam orang itu menuju ke sebuah rumah gubuk disisi jalan disitu mereka temukan pintu yang setengah terbuka dan cepat cepat menerobos masuk kedalam.
"Biar aku yang masuk dulu" seru Siang Siau Un-Dengan suatu gerakan cepat dia mendului rekan rekan lainnya menerobos masuk kedalam.
Siang Ci Un, Huan Cu Im, Hee Giok yong, Ciu Gwat dan Ciu Kui segera mengikuti dibelakangnya .
Betul juga dibelakang sana yang terdapat sebuah pintu dan diluar pintu merupakan semak belukar yang lebat, disusul kemudian pada ujung semak belukar merupakan hutan bambu.
Sambil berjalan Hee Giok yang segera berseru: "Entah siapakah kakek bungkuk tadi ?"
"Aku lihat tangan kanannya kosong, bisa jadi lengan tersebut sudah buntung"
Sementara kedua orang itu masih berCakap Cakap. Siang Siau Un telah mengintip dari balik semak belukar untuk memperhatikan situasi diujung jembatan sana.
Jarak dari semak sampai jembatan hanya berapa puluh kaki, waktu itu si kakek bungkuk tersebut sedang menyulut huncwee nya dengan api, kemudian menghisapnya dalam dalam.
Dilihat dari kejauhan, percikan api pada huncwee nya itu nampak seperti kilatan bintang yang bertaburan diangkasa.
Disaat Siang Siau Un mengerdipkan mata inilah, entah sedari kapan tahu tahu diatas jembatan telah bertambah dengan sesosok bayangan manusia yang tinggi besar...
Ternyata orang itu tak lain adalah Toa tat cuncu dari bukit Ngo tay san-Dengan perasaan terkejut buru buru Siang Siau Un menggapai kebelakang.
"Hey, mau apa kau ?" Siang Ci Un segera menegur.
Siang Siau Un segera menempelkan jari tangannya didepan bibir, lalu dengan merendahkan suara nya dia berbisik :
"Ssstt, bajingan gundul itu telah menyusul sampai disini"
Ketika mendengar berita tersebut, serentak semua orang mengalihkan perhatiannya ke atas jembatan tersebut.
Waktu itu si kakek bungkuk masih berada di ujung jembatan sambil menghisap huncwee nya dengan santai dan penuh kenikmatan, walaupun Toa tat cuncu telah melayang turun di atas kehadiran orang tersebut,jangan lagi menyapa, memandang sekejap ke arahnya pun tidak...
Dengan tatapan yang tajam Toa tat cuncu segera mengawasi orang itu sekejap kemudian tegurnya dengan suara lantang.
"Hey si tua, apakah kau melihat ada seorang kakek ceking lewat dari jembatan ini"
Tampaknya kegagalannya untuk menyusul si pengemis sakti berwajah senyum selama ini membuat hawa amarah nya berkobar kobar, teguran tersebut diucapkan dengan suara nyaring bagaikan genta emas, sampai para muda mudi yang sedang bersembunyi di dalam rumah gubuk pun dapat mendengar dengan jelas sekali.
Pelan-pelan kakek bungkuk itu berpaling dan memandang ke arah Toa tat cuncu, kemudian serunya keras keras: "Hay, apa kau bilang?"
"Loolap sedang bertanya, apakah kau melihat ada seorang kakek ceking yang lewat dari jembatan ini?"
Kakek bungkuk itu segera menuding ke arah telinga sendiri, setelah itu katanya lagi
"Aku tak bisa mendengar apa yang sedang kau katakan, coba tempelkanlah bibirmu disisi telingaku dan ucapkan sepatah demi sepatah, dengan begitu aku baru dapat mendengar lebih jelas..."
Walaupun Toa tat cuncu sedang dicekam oleh kegusaran yang meluap waktu itu, namun bagaimana punjua dia tetap merupakan seorang pendeta saleh dari bukit Ngo tay san-Ketika dilihatnya kakek bungkuk itu adalah seorang cacad, sedang apa yang diucapkan tak terdengar pula olehnya, dengan jengkel dia segera mendepakkan kakinya berulang kali ke atas tanah. "Blaaammm Blaaammm..."
Diiringi suara benturan keras, sebuah undak undakan batu diujung jembatan tersebut segera terhentak hancur dan patah menjadi dua bagian.
Baru saja ia bersiap siap akan pergi meninggalkan tempat tersebut, mendadak dari belakang tubuhnya terdengar seseorang mendesis lirih.
Dengan suatu gerakan cepat ia segera membalikkan tubuhnya sambil melakukan pemeriksaan, dengan cepat ia sakslkan ada sesosok bayangan hitam bertubuh ceking sedang kabur dari balik beberapa batang pohon yang liu diseberang sana. Bayangan tersebut kalau bukan si pengemis sakti berwajah senyum, lalu siapa lagi" Dengan penuh amarah Toa tat cuncu segera membentak: "TUa bangka celaka, hendak kabur ke mana kau?"
Sepasang kakinya segera menjejak tanah, sesosok bayangan manusia melejit ketengah udara dan meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Mendadak terdengar Siang Siau Un berseru tertahan:
"Eee... kemana perginya kakek bungkuk itu" Kenapa ia lenyap tak berbekas?"
Dengan disinggungnya persoalan tersebut semua orang turut berpaling, betul juga , kakek bungkuk yang semula masih duduk di ujung jembatan sambil menghisap huncwee tadi, dalam sekejap mata telah hilang lenyap entah ke mana perginya.
Rupanya sewaktu semua orang memperhatikan Toa tat cuncu dan menyaksikan bagaimana dia melejit ditengah udara, slkakek bungkuk yang tidak mendapat perhatian itu telah pergi hingga tak berbekas.
Menyakslkan kesemuanya ini, Siang Ci Un berkata :
"Kalau dilihat bahwa dia berada serombongan dengan Yu loocianpwee, sudah dapat dipastikan dia pun seorang Bu lim cianpwee yang berkedudukan tinggi didalam dunia persilatan"
"Untung saja dia menyuruh kita cepat cepat pergi,"
sambung Hee Giok yang "seandainya sampai bertemu dengan Toa tat cuncu, niscaya sulit bagi kita untuk meloloskan diri dari cengkeraman mautnya..."
"Sukong toh masih berada di sini" timbrung Siau un, "masa kita harus takut dengan keledai gundul itu?"
"Tapi kan lebih baik Yu locianpwee memancingnya pergi seperti saat ini coba kalau benar benar terjadi pertarungan, sudah pasti banyak waktu yang akan terbuang dengan percuma" kata Giok yang lagi.
"Sekarang kita tak usah banyak berbicara dulu" tukas Siang Ci Un cepat, "lebih baik kita tempuh perjalanan secepatnya, tempat ini masih termasuk dalam lingkungan daya pengaruh pihak Lou cu san"
"Kalau masih dalam lingkungan pengaruh Lou cu san lantas kenapa?" Siau un mencibirkan bibirnya, "bukankah kita pun baru saja lolos dari kepungan mereka yang amat kuat?"
Huan Cu Im sendiri tidak banyak berbicara, setelah membopong tubuh Sam siang tayhiap Yu Hua liong, ia beranjak lebih dulu melalui pintu belakang, menembusi hutan bambu dan mengikuti petunjuk dari kakek bungkuk tadi, dia menelusuri jalan keCil yang berada disebelah barat menuju ke selatan.
Waktu itu kentongan keempat sudah lewat, didepan situ nampak segerombolan bayangan hitam yang mirip sekali dengan sebuah dusun. Hee Giok yang segera berkata:
"Mungkin kota yang berada didepan sana adalah liong ong ki, bagaimana kalau kita tunggu kedatangan Yu locianpwee disini ?"
"Aku rasa tidak perlu,"jawab Siang Ci Un, "karena kita kan sudah membuktikan sekarang bahwa kakek bungkuk itu sejalan dengan Yu locianpwee, sebelum berpisah dengan kita di Pesanggrahan keluarga Hee dia memang berpesan agar kita menunggunya di liong ong ki, sebab waktu itu mungkin dia merasa kota tersebut letaknya paling dekat tapi kemudian setelah menganggap tempat kurang aman, dia baru mengutus kakek bungkuk agar menunggu kita di ujung jembatan dan berpesan agar kita jangan menunggu disini, aku pikir sudah sepantasnya kalau kita turuti pesan dari kakek bungkuk tersebut"
Hee Giok yang segera menghela napas panjang:
"Aaai... didalam menghadapi persoalan apa saja, penilaian pandangan jimoay selalu paling jitu, aku benar benar tak pernah menduga sampai kesitu"
"Aaah, toaci kelewat memuji diriku, aku tak lebih hanya seringkali mengikuti ayah berkelana ditempat luaran sehingga pengalamanku didalam dunia persilatan jauh lebih matang dan luas ketimbang kalian semua"
"Yaa, bagi seseorang disamping harus membawa selaksa jilid kitab, diapun harus menempuh perjalanan selaksa li, dengan demikian pengetahuan serta pengalamannya baru akan bertambah, sayang semenjak kecil aku belum pernah keluar dari rumah"
Demikianlah dengan menelusurijalan raya mereka melewati kota liong ong ki dan menempuh perjalanan sejauh tujuh delapan li lagi sebelum tiba disebuah dusun lain-sesuai dengan petunjuk dari kakek bungkuk, mereka segera berbelok kesebelah timur.
Tempat itu merupakan wilayah dusun yang paling sepi disekitar sana, dengan menembusi keheningan mereka menempuh perjalanan lagi sejauh dua puluhan li.
Huan Cu Im yang berjalan dipaling muka tiba tiba mendengar seseorang berkata dengan suara yang amat lirih:
"Hey, hingga sekarang kalian baru datang, sudah lama sekali kunantikan kedatangan kalian, cepat menuju ke hutan sebelah kiri" Ternyata suara tersebut berasal dari kakek bungkuk.
Buru buru Huan Cu Im berseru kepada orang orang yang berada dibelakangnya : "Kalian cepat mengikuti aku"
Dengan suatu langkah yang sangat cepat dia berlarian menuju ke sisi kiri hutan. Siang Siau Un yang berada dibelakang segera menegur :
"Hey samko, kenapa kau meninggalkan jalan raya malah memilih memasuki hutan belukar
"Siau un, kau tak usah ribut dulu" tukas Siang Ci Un cepat,
"samte tentu mempunyai alasan yang kuat untuk berbuat demikian"
Semua orangpun mengikuti dibelakang Huan Cu Im menembusi hutan tersebut.
Namun sepanjang perjalanan ternyata mereka tidak menjumpai seorang manusiapun tapi sebelum pertanyaan tersebut sempat diutarakan keluar, mendadak terdengar lagi suara si kakek bungkuk itu bergema disisi telinganya :
"Telusurilah jalan gunung yang sempit menembusi tebing dan terus kebawah, aku menanti kalian dibawah tebing tersebut"
Diam diam Huan Cu Im merasa terkejut berCampur keheranan, pikirnya segera :
"Kakek bungkuk itu masih berada dibelakang bukit, kenapa suaranya bisa kudengar dengan sejelas ini" Waaah, tenaga dalam yang dimilikinya hebat sekali, dia pasti seorang tokoh persilatan yang berilmu sangat tinggi"
Berpikir sampai disitu, diapun segera melangkah kakinya menelusuri jalan setapak menuju ke atas bukit.
Tebing itu tidak terlalu tinggi, namun mereka sudah menempuh perjalanan semalam suntuk. menanti mereka tiba diatas tebing, air keringat telah membasahi tubuh mereka saking lelahnya.
Waktu itu fajar sudah hampir menyingsing, setitik cahaya merah mulai muncul di ufuk timur, semua orang tak tahu dalam semalaman itu sudah berapa jauh perjalanan yang telah mereka tempuh.
Kini, setelah tiba diatas tebing dan terhembus angin fajar, semangat mereka terasa jauh lebih segar.
Huan Cu Im menghembuskan napas panjang dan memimpin rombongannya menuruni tebing tersebut dan langsung menuju kebelakang bukit.
Benar juga , ia saksikan kakek bungkuk itu sedang berdiri dibawah sebatang pohon sambil menggapai kearahnya, kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ Huan Cu Imsekalian mengikuti dibelakangnya menempuh perjalanan sejauh setengah li lagi, setelah membelok dibukit, didepan mata terbentang sebuah telaga yang sangat luas air telaga amat tenang bagaikan Cermin, empat penjuru merupakan bukit sebagai penyekat, benar benar merupakan sebuah tempat yang tenang dan menarik.
Didepan telaga belakang bukit terdapat sebuah hutan lebat dibalik hutan lamat lamat terlihat sudut dinding pekarangan rumah, ternyata tempat tersebut merupakan sebuah perkampungan kecil yang lebih mirip dengan sebuah pertapaan-Kakek bungkuk itu mengajak semua orang mendekati perkampungan tadi, setelah dekat sekali, semua orang baru dapat melihat bahwa di atas dinding pekarangan terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan empat huruf besar :
"Huan oh san Ceng"
"Tempat apakah ini?" Hee Giok yang segera bertanya.
Tiba tiba kakek bungkuk itu berpaling, lalu jawab:
"Tempat ini adalah rumah abu dari leluhur keluarga Li setiap tahun hanya pada hari ceng beng saja anak keturunan kelaurga Li baru berkunjung kemari, dihari biasa di sini hanya dijaga seorang pengurus rumah tangga."
"Dalam gedung ini terdapat dua puluhan dua kamar tamu dengan perabot yang lengkap. benda benda itu disediakan untuk mereka yang datang berziarah. Yu locianpwee merasa kalian sudah cukup lelah setelah semalaman suntuk tak tidur, maka kalian boleh menggunakan tempat ini sebagai tempat pelepas lelah,jangan kuatir, tempat ini lebih nyaman dari pada rumah penginapan"
waktu itu fajar sudah mulai menyingsing diufuk timur, setelah orang itu berpaling, semua orangpun dapat melihat jelas raut wajah nya.
Ternyata orang ini mempunyai bentuk muka yang sangat aneh, pada jidat mukanya terdapat sebuah lekukan yang cukup dalam batang hidungnya putus setengah, kelopak matanya menonjol keluar dan memelihara jenggot model jenggot kambing.
Lengan kanannya nampak sudah kutung karena ujung lengan bajunya nampak kosong bajunya berwarna hitam dan sangat longgar sehingga mendatangkan kesan misterius bagi siapa pun yang melihatnya.
Ketika selesai berbicara, kakek bungkuk itu segera mengajak semua orang untuk melalui pintu samping kiri, lalu setelah menelusuri sebuah beranda panjang, mereka melewati sebuah taman yang penuh dengan aneka pepohonan dan bunga.
Akhirnya mereka masuk lewat pintu bulat menuju kesebuah ruang tamu yang luas, di sana tersedia dua baris kursi, sedang ditengah terdapat dua buah meja panjang, segala sesuatunya nampak teratur rapi.
Sambil mengulapkan tangannya kakek bungkuk itu berseru
: "Silahkan kalian duduk dulu "
Kemudian kepada Huan Cu Im katanya pula :
"Dibelakang sana terdapat lima buah kamar, aku telah menyuruh sipengurus rumah tangga untuk membenahi pembaringan, sekarang bawalah Yu tayhiap untuk berbaring dulu disana."
Huan Cu Im menurut dan berjalan dibelakang, benar juga disana terdapat lima buah kamar, maka diapun membuka pintu kamar pertama dan membaringkan tubuh Yu Hua liong diatas pembaringan, kemudian baru mengundurkan diri dari sana.
Si pengurus gedung abu itu menyediakan sepoci air untuk mereka semua dan menyiapkan air teh, kalau tadi ia masih ngeri dan ketakutan setelah bertemu dengan si kakek bungkuk yang berwajah menyeramkan, karena disangkanya telah bertemu dengan perampok. maka setelah bertemu dengan beberapa orang Siangkong yang Semuanya berwajah tampan dan berbadan anak Sekolahan, hatinya menjadi lega kembali.
Huan Cu Im menunggu sampai kakek itu mengundurkan diri dari situ, kemudian ia baru menjura kepada kakek bungkuk itu seraya berkata :
"Terima kasih banyak atas petunjuk dari locianpwee, tapi sampai sekarang boanpwee sekalian belum sempat mengetahui nama locianpwee, bersediakah kau untuk memperkenalkan diri?"
Kakek bungkuk itu segera tersenyum.
"Aku adalah sahabat ayahmu selama belasan tahun lebih, apakah ayahmu belum pernah menyinggung tentang diriku?"
Buru buru Huan Cu Im memberi hormat seraya berkata:
"Rupanya empek adalah sahabat karib ayahku. harap dimaafkan bila keponakan bersikap kurang hormat, sesungguhnya ayahku telah meninggalkan rumah semenjak tiga belas tahun berselang dan hingga kini belum muncul kembali, bahkan kabar beritapun belum pernah kedengaran lagi..."


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak sampai perkataanitu selesai diucapkan, kakek bungkuk tersebut telah menukas dengan nada keheranan:
"Sejak meninggalkan rumah pada tiga belas tahun berselang, hingga kini belum ada kabar berita tentang ayahmu" Kalau begitu selama ini kau belum pernah menjumpainya"
"Yaa, sewaktu ayah lenyap dari rumah keponakan masih berusia sangat muda, walaupun sudah cukup lama keponakan berkelana dalam dunia persilatan untuk menelusuri jejak ayahku itu, namun hingga sekarang belum ada kabar beritanya yang berhasil kuperleh"
"Ehmmm... ehmmm..." kakek bungkuk itu manggut manggut berulang kali, "Sebetulnya tujuanku masuk keperbatasan kali ini pun tak lain hendak mencari ayahmu, haah... haaah... tenyata Thian telah mengabulkan keinginanku itu, aku perCaya pada saat pertemuan antara keponakan dengan ayahmu akan berlangsung dalam waktu singkat, nantikan saja saatnya"
Dengan pandangan terharu Huan Cu Im mengawasi kakek bermuka bengis, bungkuk dan berlengan kutung ini lekat lekat, tanyanya kemudian: "Ada urusan apa empek mencari ayahku?"
"ooh, tidak apa apa, aku sengaja datang ke daratan Tionggoan ini, pertama untuk mencari ayahmu, dan selanjutnya ingin menengok pula ayahnya"
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah Hee Giok yang.
"Apakah kau orang tua kenal juga dengan ayahku?" dengan wajah keheranan Giok yong segera bertanya.
Kakek bungkuk itu segera tertawa tergelak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahh... bukan cuma kenal saja, boleh dibilang hubungan kami cukup rapat"
"Tapi locianpwee masih belum menyebutkan namamu?"
"Aku adalah Yo Leng kong, menjabat sebagai ketua Tiang pek pay..."
Tiba tiba dia berpaling dan ujarnya lagi kepada Huan Cu Im:
"Tahukah kau apa sebabnya ayahmu lenyap tak berbekas sejak tiga belas tahun beselang?"
"Jadi empek tahu?" Huan Cu Im balik bertanya dengan tubuh bergetar keras
Yo Leng kong segera mengelus jenggotnya yang berwarna merah dan menjawab : "Tentu saja aku tahu"
Kemudian tidak menunggu sampai Huan Cu Im bertanya lagi, dia menyambung lebih jauh :
"coba lihatlah, jidatku Cekung ke dalam batang hidungku patah bahkan lengan kananku pun kutung, tentu saja tampang muka seperti ini bukan raut wajahku yang sebenarnya"
"Jadi locianpwee pernah menderita luka yang sangat parah?" tanya Siau un"Benar" kembali Yo Leng kong memandang sekejap ke arah Huan Cu Im, kemudian lanjutnya "ayahmu tidak pernah pulang kembali ke rumah semenjak tiga belas tahun berselang, karena dia mengalami nasib sama seperti diriku, menderita luka yang sangat parah..."
"Aaah...." Huan Cu Im menjerit kaget "apakah ayah dan empek telah bertemu dengan musuh tangguh ?"
"Bukan " Yo Leng kong menggeleng, "kami telah terjebak oleh suatu perangkap yang amat licik, sehingga membuat ayahmu dan aku bersama sama terperosok jatuh kedalam jurang yang dalam sekali..."
Ketika mendengar kata kata tersebut terutama mengenai
"terjebak oleh suatu perangkap licik", tiba tiba saja Hee Giok yang merasakan hatinya bergetar keras, segera pikirnya:
"Mungkinkah mereka ditipu oleh ayah ?"
Sementara itu Huan Cu Im telah bertanya:
"Apakah empek dan ayah jatuh bersama sama, tapi waktu itu aku tidak tahu kalau ayahmu pun tidak tewas oleh peristiwa tersebut..."
"Lantas darimana empek bisa tahu kemudian bahwa ayahku belum tewas..." desak Huan Cu Im cepat cepat.
"Harap keponakan tenangkan dulu hatimu tak ada salahnya bila kuberitahukan kepadamu hal yang sebenarnya, tapi kejadian ini pun baru kuketahui setelah aku masuk ke perbatasan dan tiba di daratan Tionggoan ini, karena aku telah berjumpa dengan ayahmu."
"Empek telah bertemu dengan ayahku?" Huan Cu Im menjadi sangat girang sekali cepat cepat tanyanya lagi,
"empek. kau bertemu ayah dimana" Dan sekarang beliau berada dimana?"
"Keponakan tak usah terburu napsu, saat ini ayahmu masih belum ingin menampakkan diri, dia baru bisa tampik kedepan bila saatnya sudah tiba nanti, dan persoalan inilah yang menyebabkan dia tak dapat bersama denganmu selama ini, nah kau sudah mengerti bukan sekarang ?"
Dengan air mata bercucuran membasahi pipinya, Huan Cu Im mengangguk, lalu katanya lagi :
"Apakah ayah yang berkata demikian kepada empek ?"
"Benar menurut perhitunganku saat perjumpaan kalian ayah dan anak seharusnya sudah tak akan terlalu jauh lagi"
"Empek... kau.. kau..." saking girangnya Huan Cu Im tak bisa menahan diri lagi sehingga air matanya jatuh berlinang semakin deras,
"kau mengatakan keponakan akan bertemu lagi dengan ayah dalam waktu singkat ?"
"Tentu saja..." Yo Leng kong tertawa
"Locianpwee, siapa sih orang yang telah mencelakai kalian waktu itu ?" tiba tiba siau un bertanya. Yo Leng kong segera tersenyum.
"soal belum bisa dibicarakan pada saat ini, aaai...
dikemudian hari kalian toh bakal tahu dengan sendirinya"
Selapis bayangan gelap semakin menyelimuti perasaan Hee Giok yang, kembali dia berpikir: "Entah betulkah ayah?"
sementara mereka masih berbincang bincang, tiba tiba Yo Leng kong mendongakkan kepalanya dan berkata sambil tertawa: "Kita ada tamu"
Perkataan tersebut segera membuat Huan Cu Im, Hee Giok yang dan Siang Ci Un sekalian menjadi tertegun.
Sambil tertawa tergelak Yo Leng kong berseru lagi seraya mendongakkan kepalanya:
"Hey sobat, sudah berapa hari ini kau menguntit dibelakang aku she Yo, sebagai teman atau musuh, sekarang bisa kau terangkan dengan sejelas jelasnya"
Menyusul teguran itu, terdengar gelak tertawa nyaring berkumandang memeCahkan keheningan, ditengah gelak tertawa itu tampak sesosok bayangan manusia meluncur masuk kedalam ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Tahu tahu, ditengah ruangan telah bertambah dengan seorang lelaki ceking berjubah panjang dan berwajah penyakitan, hanya saja sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam sekali.
Begitu menampakkan diri, dia segera menjura seraya berkata : "Selamat bersua kembali Yo ciangbunjin, aku adalah Kui Hui nian..."
Setelah bertemu dengan orang ini, Yo Leng kong segera teringat kalau mereka pernah berjumpa ketika masih berada dalam pertemuan puncak di bukit Hong san tempo hari. Maka sambil
membalas hormat dia menegur : "Selama ini Kui loko mengikuti diriku terus menerus, entah persoalan apa yang hendak kau sampaikan ?" "Yo ciangbunjin jangan salah paham, aku adalah anggota perguruan Hong lui bun dari Lam hay, pertemuan puncak dibukit Hong san tempo hari, aku telah ikut bersama Hee bengcu pergi ke benteng keluarga Hee, kemudian karena perasaan ingin tahu, akupun menguntil lagi sampai di Lou cu san, sehingga akibatnya secara kebetulan saja aku sejalan dengan Yo ciangbunjin" Yo Leng kong segera manggut manggut :
-oo0dw0oo Jilid: 50 "Apakah kedatangan loko dikarenakan ilmu pukulan Siang hong ciang serta ilmu jari Lui hwee ci ?"
"Benar, aku adalah satu satunya ahli waris perguruan Hong lui bun di Lam hay dewasa ini, dari mendiang guruku pernah kudengar kalau perguruan kami sebenarnya mempunyai ilmu Sian hong ciang dan Lui hwee ci yang sangat ampuh, tapi sudah lama lenyap dari tangan kami, kemudlan tersiar berita dalam dunia persilatan kalau kedua macam kepandaian sakti telah diperoleh Hee tahyhiap serta pendekar berbaju hijau Huan Tayhiap. itulah sebabnya aku segera memburu ke Hong san untuk menyaksikan keramaian, siapa disangka aku justru telah menyaksikan suatu peristiwa besar yang menggemparkan seluruh dunia persilatan-.."
"Persoalan apakah itu?" tanya Siau un. Kui Huan nian termenung sebentar, kemudian sahutnya:
"Seandainya kemaren kaliain memasuki Lou cu san untuk menyelamatkan Yu tayhiap. sulit rasanya untuk membicarakan persoalan ini."
"begitu seriusnya persoalan tersebut" Giok yong keheranan.
"Mungkin persoalan ini jauh lebih serius daripada apa yang kalian duga sekarang..." jawab Kui Huan nian, kemudian setelah menarik napas panjang panjang, kemudian melanjutkan, "aku telah menyaksikan para ketua dari Siau limpay, Butong pay, Heng san pay Pat kwa bun, Heng gi bun serta segenap tokoh persilatan yang menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san telah dibekuk semua oleh orang orang Lou cu san, bahkan Siang Ciangbunjin dari Hoa sanpay pun ikut..."
"Bagaimana keadaan ayah?" dengan perasaan sangat terperanjat Siang Ci Un dan Siang Siau Un berseru bersama.
Dengan perasaan terCengang karena di luar dugaan Kui Huan nian balik bertanya: "Jadi Siang ciangbunjin adalah ayah kalian berdua?"
"Benar, apakah ayah pun berada di bukit Lou cu san?" ujar Siang Ci Un kemudian"Yaa, Siang ciangbunjin datang kebukit Lou cusan bersama sama Hee Bengcu, tapi bisa jadi ia telah disekap dalam bukit Lou cu san sekarang"
"masa ada kejadian seperti ini?" berubah hebat paras muka IHee Giok yang, "sebetulnya apa maksud dan tujuan ayah?"
"cici" Siang Siau Un segera berseru pula "bagaimana kalau kita datangi Lou cu san lagi untuk selamatkan ayah sekalian?"
"Aku rasa hal ini tidak perlu" ujar Yo Leng kong segera,
"sebab persoalan ini sesungguhnya telah diketahui oleh Yu locianpwee secara jelas sekali"
"Jadi kalian sudah tahu ?" seru Kui Huan nian dengan wajah tercengang.
Sambil mengelus jenggotnya dan tertawa Yo Leng kong mengangguk : "Bukan hanya sudah tahu, malahan kami telah mempersiapkan rencana yang matang"
Kemudian sambil menghadapi kewajah Kui Huan nian, dia berkata lebih jauh seraya tertawa:
"Kui lote, maaf kalau kusebut kau sebagai lote karena usiaku lebih tua dari padamu. lote memang tak malu disebut seorang tokoh berpengalaman, karena kebetulan sekali kami sedang kekurangan tenaga untuk membantu melaksanakan rencana tadi, bersediakah lote untuk menyumbangkan sedikit pikiran dan tenaga demi terwujudnya keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan" Bila kau bersedia kami akan menyambut kedatanganmu dengan penuh kegembiraan. Lagi pula kujamin kedua macam kepandaian sakti dari perguruan kalian yang hilang itu dapat lote bawa kembali ke Lam hay"
"Yo ciangbunjin, sungguhkah perkataanmu itu?" seru Kui Huan nian kegirangan.
Tiba tiba terdengar seseorang menyambung sambil tertawa lengking:
"Perkataan yang telah diucapkan ketua Tiang Pekpay masa kau anggap sebagai gurauan belaka?"
"Horee... sukong datang" Siau un segera bersorak gembira setelah mendengar suara tersebut.
Benar juga dari depan pintu segera muncul seseorang tak lain adalah sipengemis sakti berwajah senyum, ditangannya dia membawa setumpuk bangkai merpati yang diikat menjadi satu dengan rotan paling tidak burung merpati itu mencapai belasan ekor banyaknya. Sambil melompat menyambut kedatangan orang tua itu, Siang Siau Un segera berseru:
"sukong darimana kau dapatkan burung merpati liar sebanyak ini..."
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." sambil tertawa tergelak pengemis sakti berwajah senyum meletakkan tumpukan burung merpati itu ke atas tanah, kemudian ujarnya:
"Kalian anggap hwesio Siang itu mudah dihadapi" Aku mesti mengajaknya beradu lari sejauh ratusan li lebih sebelum berhasil meninggalkannya, sepanjang jalan kembali tadi aku pun menangkap sembilan ekor burung merpati untuk teman minum arak ku nanti" Kemudian sambil menepuk bahu Kui Hua nian, dia berkata pula sambil tertawa:
"Hey anak muda, apa yang diucapkan Yu ciangbunjin memang tepat sekali, nampaknya kau memang seseorang yang mempunyai maksud, soal dua ilmu sakti dari perguruannya Hong lui bun aku pikir tidak ada masalah lagi, bila persoalan kita telah usai, tanggung kau dapat memboyong kedua macam kepandaian tersebut pulang Lam hay"
Sesungguhnya Kui Hua nian telah berusia lima puluh tahunan, tapi nyataya dia dipanggil seorang muda tak heran kalau Kui Hua nian dibuat tertegun dan berdiri melongo.
Sampai lama, kemudian dia baru menegur sambil menjura:
"cianpwee, kau adalah..."
Sambil tertawa Yu Leng kong segera menimbrung:
"Dia adalah pengemis sakit berwajah senyum Yu li man, Yu locianpwee yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan, pernahkah lote mendengar nama tersebut?"
Dengan perasaan gugup Cepat Cepat Kui Hua nian menjatuhkan diri berlutut seraya ujarnya:
"oooh... rupanya Yu locianpwee, mendiang guruku pernah bilang, kau orang tua merupakan seorang cianpwee yang paling dikagumi dan disanjung oleh guru almarhum sungguh tak nyana dalam perjalananku ke daratan Tionggoan kali ini, ternyata aku dapat berkenalan dengan Yu locianpwe, peristiwa ini boleh dibilang benar benar merupakan suatu keberuntungan bagiku"
Tiba tiba terdengar Siang Siau Un berseru tertahan:
"Hey sukong, kenapa merpati ini semua adalah merpati surat?"
"Yaa, siapa yang mengatakan bukan?" sahut pengemis sakti berwajah senyum sambil mengangkat bahu, "burung burung itu dilepaskan dari bukit Lou cu san, mungkin maksudnya untuk memberi kabar kepada komplotannya yang tersebar dimana mana untuk turut menelusuri jejak kita, karena itu akupun segera menangkap burung itu semua, daripada mereka harus capai capai menempuh perjalanan yang cukup jauh"
Semua orang sudah pernah mendengar dari Siang Siau Un kalau sipengemis sakti berwajah senyum tidak suka dengan segala macam adat istiadat, karena siapa pun tidak memberi hormat atau selamat kepadanya. Huan Cu Im kemudian berkata: "Locianpwee, Yu tayhiap..."
Sambil mengulapkan tangannya pengemis sakti berwajah senyum segera menukas:
"Biarkan dia berbaring terus, dalam persoalan ini, bagaimana pun juga kita harus menyuruh dia yang tampil sebagai pimpinan kita semua, oleh karenanya bagaimana pun jua dia mesti kita tolong dari Cengkeraman musuh, tapi sayang dia bukan terbius oleh obat racun biasa, sedang permainan busuk dari Tay imi kau pun sama sekali tidak kupahami, karenanya terpaksa mesti kita mengangkut dia pergi kebukit Hong san..."
Kemudian sambil mendongakkan kepalanya memandang ke arah Hee Giok yong dia berkata lebih jauh:
"Bila suhumu telah datang, dia akan menggunakan ilmu dari Sakyamuni untuk menyembuhkan luka tersebut, dengan begitu aku si orang tua pun tak usah terlalu memikirkannya lagi"
"Apakah suhu ku juga akan datang?" tanya Hee Giok yang kejut bercampur gembira.
"Tentu saja suhumu harus datang, kau anggap huru hara yang diperbuat ayahmu hanya merupakan suatu peristiwa kecil saja?"
Hee Giok yang menjadi sedih sekali, ibunya telah lama meninggal, selama ini dia hanya hidup bersama ayahnya seorang, mungkin saja selama ini ayahnya terlalu menurut dengan perkataan dari perempuan she Sim itu sehingga melakukan banyak persoalan dalam dunia persilatan, apa lagi jika didengar dari perkataan Yu locianpwee barusan, dimana gurunya pun sampai turut campur, jelas persoalannya sudah menanjak dalam keadaan yang sangat serius...
Mendadak terdengar Siang Ci Un berkata "Locianpwee, soal ayahku..."
"Ehmmm, aku sudah tahu" tukas pengemis sakti berwajah senyum sambil mengulapkan tangannya, "kau tak perlu berbicara lagi, segala sesuatunya sudah kupersiapkan secara baik baik" Nah, sudah semalaman kalian tidak tidur, setelah makan bubur, pergilah tidur dengan sepuas puasnya, oya...
pergilah kalian berdua untuk membantu pengurus tua tersebut membuat bubur, dan keluarkan juga guci arak yang disimpan digudang bawah tanah, kalian jangan membuat pengurus tua kerepotan sendiri... ooh... ooh... oya... siapa yang membawa uang" Berilah beberapa tahil untuknya agar dia pun turut merasa bergembira"
"Sukong, aku punya..." seru Siang Siau Un dengan segera.
Kemudian sambil mengangkat setumpuk burung dara tersebut, berlari lebih dulu menuju ke dapur.
Hee Giok yang yang menyaksikan hal tersebut buru buru berseru pula:
"Ciu Gwat, Ciu Kui coba kalian berdua pergilah ke dapur untuk bantu mempersiapkan bubur"
Ciu Gwat dan Ciu Kui segera mengiakan dan menyusul dibelakang Siang Siau Un segera pergi ke dapur.
Tak selang berapa saat kemudian, Ciu Gwat dan Ciu Kui telah muncul kembali dengan membawa sekuali bubur sedang yang lain membopong seguci arak wangi. Ketika Huan Cu Im tidak nampak Siau un muncul kembali, ia segera bertanya:
"Mana Siau un?"
"Su Kongcu segera akan menyusul kemari" jawab Ciu Gwat cepat.
Sementara itu si pengemis sakti berwajah senyum telah membuka guci arak tersebut dan berkata sambil tertawa:
"Mungkin sibudak cilik itu sedang menyiapkan hidangan buat teman minum arakku padahal untuk minum arak kenapa mesti menunggu sayur?"
Dengan cepat dia menyambar sebuah mangkuk dan mengisinya penuh dengan arak kemudian sekali teguk dia menghabiskan isinya, setelah itu dia baru berkata: "Ehmmmm, arak ini bagus sekali, Lengkong mari minum semangkuk." Lalu sambil mendongakkan kepala dia berseru pula: "Dan Kui lote, mari kaupun turut meneguk arak."
Yo Leng kong dan Kui Hau nian segera mengambil sebuah mangkuk dan mengisinya dengan arak
Saat itulah terdengar Siang Siau Un berseru dari luar pintu:
"Sukong, sudah datang, sudah datang, coba kau orang tua rasakan hidangan yang kumasak sendiri ini"
Sambil berkata nona itu muncul dengan membawa sepiring burung dara goreng.
"Hey budak cilik, kau memang hebat " puji pengemis sakit berwajah senyum sambil tertawa.
Sebelum nona itu sempat mendekatinya, sebuah sambaran kilat telah mencomot separuh potong burung dara goreng dan segera dilalapnya dengan rakus. Kemudian bertanya:
"Ehmm... ha rum sekali, betul Ada kalanya aku siorang tua ingin sekali bersantap yang nikmat dengan hidangan yang mewah, tapi ada kalanya justru makan sembarangan, misalnya berhasil menangkap seekor ular, daripada dipanggang atau dimasak kelewat lama dan membuang waktu, sering kutelan begitu saja keperut, padahal setelah masuk keperut, dipanggangkah atau ditelan begitu saja, rasanya juga sama saja."
Beg itulah, dalam dua tiga kali gigitan, separuh potong burung dara itu sudah dimakan habis berikut tulangnya.
waktu itu Huan Cu Im Hee Giok yang dan Siang Ci Un sedang bersantap dengan kepala tertunduk. mendengar cerita tersebut, mereka jadi muak sekali. Kontan saja Siang Ci Un memprotes :
"Locianpwee, kalau sedang makan lebih baik jangan berbicara yang jorok. bisa jadi isi perut kami akan keluar semua"
"Baik, baik, aku siorang tua tak akan berbicara lagi."
Sipengemis sakti berwajah senyum segera mengambil cawan araknya dan meneguk secara lahap. setelah itu baru katanya sambil tertawa:
"Tapi kalau aku ingin minum arak tentunya tak mengganggu bukan ?"
"sukong" seru Siau un, "kenapa tulang belulangnya tidak kau tumpahkan keluar ?"
"Kau tahu, tulang adalah bagian yang paling enak. jika dimakan rasanya lebih gurih dari pada makan kacang goreng, kalian tahu tidak apa sebabnya anjing suka makan tulang "
Padahal mahluk terpandai didunia ini adalah anjing, sebab didalam tulang itulah tersimpan sumsum tulang yang berkhasiat hebat, orang tahunya makan daging dan tak mengerti makan tulang, jadi kalau dihitung hitung sebetulnya orang lebih bodoh daripada anjing."
Banyolan ini kontan saja menggelikan semua orang sehingga tanpa terasa lagi mereka semua tertawa tergelak.
Selanjutnya pengemis sakti berwajah senyum pun tidak banyak berbicara lagi dengan mereka, dia melalah bubur yang tersedia semangkuk demi semangkuk, kemudian dilanjutkan dengan minum arak sampai puas.
Huan Cu Im sekalian juga tidak menggubrisnya lagi, selesai mengisi perut, mereka pun pergi kekamar belakang untuk melepaskan lelah.
Tengah hari itu, sipengurus rumah yang telah diberi persen banyak oleh Siau un telah menyiapkan sekuali penuh nasi dengan ayam goreng yang lezat, bahkan disediakan juga beberapa macam sayur, seperti daging panggang, telur dadar, dan beberapa macam sayuran.
Setelah mendapat waktu beristirahat cukup lama, rasa letih semua orangpun telah hilang, semangat mereka nampak segar kembali... selesai bersantap. tiba tiba pengemis sakti berwajah senyum berkata: "Nah, setelah kenyang, sekarang kita harus naik perahu"
"Sukong, kita hendak pergi ke mana ?" tanya Siang Siau Un keheranan
"Tidak terlalu jauh, asal kalian mau menuruti perkataanku, tanggung tidak bakal salah"
Lalu kepada Huan Cu Im katanya pula:
"Mari anak muda, gendonglah dulu Yu tayhiap naik ke atas perahu..."
"Apakah locianpwee telah menyiapkan perahu?" tanya pemuda tersebut
"Itu dia sudah menanti didepan pintu" ujarnya pengemis sakti berwajah senyum sambil tertawa "perahu itu milik keluarga Li. Aku telah merundingkan persoalan ini dengan pengurus rumah tangga, tapi mereka cuma bisa menghantar kita sampai di Thia ku kiau, dari situ kita harus menyewa perahu lain"
"Sukong, kenapa kita harus naik perahu?" tanya Siau un.
Pengemis sakti berwajah senyum segera melotot "Kau anggap kita hendak pergi ke mana?"
"Jika kau orang tua tidak memberitahu dari mana aku bisa tahu..."
Dengan wajah serius dan bersungguh sungguh si pengemis sakti berwajah senyum segera berkata:
"Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu, dalam perjalanan mendatang kalian hanya boleh bersembunyi didalam ruang perahu, jangan sekali kali mencoba untuk menongolkan kepala untuk menikmati pemandangan alam.
mengerti?" "Kenapa harus demikian?"
"Kenapa?" pengemis itu mendengus, "sebab perjalanan kita ini harus dilakukan dengan sangat rahasia dan tak boleh sampai bocor, sebab bila jejak kita sampai ketahuan, bisa mempengaruhi suatu masalah besar yang penting sekali artinya"
"Haaa... masa begitu serius?"
"Hmmm" kembali pengemis sakti berwajah senyum mendengus, "pokoknya persoalan ini seratus kali lipat lebih serius daripada apa kau bayangkan sekarang"
Kontan saja Siang Siau Un tertawa cekikikan:
"Padahal aku sedang membayangkan langit pasti bakal ambruk. waah... kalau begitu bakal ada seratus langit yang akan ambruk semua..."
"Budak nakal..." umpat pengemis sakti dengan gemas.
Sementara pembicaraan berlangsung, Huan Cu Im telah muncul sambil membopong tubuh Yu Hua liong, maka semua orangpun mengikuti dibelakangnya keluar dari perkampungan Huan oh san ceng.
"Betul juga , ditepi pantai berlabuh sebuah perahu layar berwarna hitam, diatas geladak telah dipasang papan penyebrangan. Pengemis sakti berwajah senyum segera berseru:
"Sekarang kalian masuk ke dalam perahu lebih dulu, sebab aku akan membantu pengurus rumah tangga itu untuk mendayung perahu"
Huan Cu Im langsung melompat naik ke atas perahu dan masuk ke dalam ruangan-Ruang perahu itu terbagi menjadi ruang muka, tengah dan belakang, ruang tengah paling lebar dan bisa digunakan semua orang untuk beristirahat, diruang belakang agak sempit tapi terdapat dua buah pembaringan yang bisa dipakai untuk tidur, disitulah Yu Hua liong dibaringkan.
Menanti semua orang sudah naik ke atas perahu, pengurus rumah tangga itu segera menaikkan tangga penyebrangan, melepaskan tali pengikat dan mulai mendayung perahunya.
Pengemis sakti berwajah senyum meminjam sebuah topi lebar dari kakek itu, dan dikenakan dikepalanya, lalu sambil membawa sebuah guci arak dia menuju ke ujung perahu serta mendayung.
"Yu cianpwee, lebih baik boanpwee saja yang mendayung"
kata Kui Hau nian tiba tiba.
"Kau bisa mendayung perahu?" tanya pengemis sakti berwajah senyum seraya berpaling. Kui Hau nian segera tertawa.
"Sejak kecil boanpwee berdiam di Cu kiang ko bagaimana mungkin tak bisa mendayung?"
"Bagus sekali kalau begitu aku kuatir si Lo koan keh itu sudah tua dan tidak kuat mendayung kalau kau bersedia membantu ini lebih baik lagi."
Lo koan keh atau pengurus rumah tangga itu segera menggoyangkan tangannya berulang kali seraya berseru.
"Aku si tua masih sanggup untuk mendayung sendiri, kek koan silahkan beristirahat didalam ruangan saja, asal kita sudah sampai diselat situ, perahu akan berlayar sendiri ditengah sungai"
"Lo koan keh, kau tak usah sungkan sungkan, aku benar benar dapat mendayung"
Mendadak dia melancarkan sebuah totokan secepat kilat menotok jalan darah lo koan keh itu, kemudian membopong tubuhnya dan diletakkan diruang depan-Pengemis sakti berwajah senyum segera tertawa terbahak bahak:
"Haah... haah... haah... Kui lote, cara kerjamu kali ini benar benar hebat dan luar biasa"
"Aaah, cianpwee terlalu memuji" Kui Hau nian tertawa.
Siang Siau Un yang menyaksikan peristiwa tersebut menjadi sangat keheranan, segera tegurnya:
"sukong, sebetulnya apa yang sedang kalian lakukan?"
"Kau anggap Hu an san ceng adalah tempat abu siapa"
terus terang kukatakan kepadamu, Ang cioh adalah daerah milik keluarga Li, sedangkan si trenggiling Li Biau cay justru merupakan orang kepercayaan dari Hee Im hong, sudah sekian lama kita berdiam disini, jika kita berangkat, tadi kau anggap lo koan keh ini tak akan melaporkan kunjungan kita kepada majikannya?"
oooodwoooo Perahu itu pelan pelan bergerak menuju ketengah telaga lalu keluar dari selat.
Kui Hau nian memang sangat berpengalaman, dia segera menaikkan layar dan memegang kemudi diburitan, perahu pun meluncur tenang diatas permukaan air.
Hee Giok yang, Siang Ci Un maupun Huan Cu Im sekalian tidak mengetahui ke manakah perahu tersebut akan berlayar, tapi merekapun tak berani bertanya, sebab selama si pengemis sakti berwajah senyum masih bercokol disitu, tiada persoalan yang mereka kuatirkan lagi...
Sudah lima, enam hari mereka berlayar di atas sungai, sampai sekarang semua orang belum mengetahui juga dimanakah mereka berada waktu itu, tentu saja perahu tersebut telah melalui beberapa buah kota besar namun berhubung si pengemis sakti berwajah senyum telah berulang kali berpesan agar semua orang itu jangan melongokkan kepala, maka tak seorang pun yang berani mengintip keluar.
Disamping itu setiap kali melalui kota besar, perahu tersebut selalu dijalankan cepat cepat, dalam sekejap mata telah lewat dengan begitu saja.
Bila malam tiba, perahu itu selalu membuah sauh tapi tempat yang dipilih selalu merupakan tepi sungai yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia.
Satu-satunya orang yang boleh naik kedarat cuma Kui Hua nian seorang, karena dia selalu berada diwilayah Leng lam, otomatis tidak banyak yang kenal dengannya.
Berbeda sekali dengan Yo Leng kong, sekalipun dia berasal dari luar perbatasan, namun berhubung tampang mUkanya menyeramkan sehingga gampang memancing perhatian orang, maka ia tak diperkenankan naik ke daratan.
oleh sebab sebab itu selama lima enam hari tersebut, beberapa orang muda mudi yang lincah dan segar itu dibikin masgul dan kesal sekali.
Terutama sekali bagi Siang Siau Un yang sifatnya memang suka bergerak, andaikata sukongnya tidak berulang kali menegurnya, mungkin tak sedetikpun ia bisa tenang.
Untuk melenyapkan suasana kesal dan sepi ini, ternyata nona ini mempunyai cara bagus untuk mengatasinya, karena dia sudah mempunyai alat pancingan maka saban hari dia duduk diruang depan sambil mengail ikan.
Alhasil setiap hari dia selalu berhasil mengail berapa ekor ikan segar yang menambah kesegaran hidangan beberapa orang itu.
Dari antara sekian orang, perasaan Hee Giok yang yang paling tidak tenang.
Sebetulnya dia meninggaikan benteng keluarga Hee untuk mencari pembunuh dari ibunya, siapa tahu setelah terjadinya peristiwa di Lou cu san, bukan saja ia berhasil menemukan pembunuh yang menghabisi nyawa ibunya, bahkan dia malah turut terlibat dalam usaha pertolongan terhadap Yu Huan liong dan memusuhu ayahnya sendiri.
Sekalipun tidak pantas bagi ayahnya untuk melakukan perbuatan yang merugikan umat persilatan, tapi bagaimanapun juga dia adalah putrinya, oleh sebab itu selama beberapa hari dia selalu masgul dan murung.
ooodwooo Senja telah menyelimuti angkasa, dengan cepat langit akan menjadi gelap. asal langit sudah gelap maka dalam waktu singkat akan tiba saat larut malam. Kini larut malam sudah tiba, namun perahu masih berlayar tiada hentinya.
Keadaan tersebut jauh berbeda dengan keadaan pada lima enam hari berselang, diwaktu waktu lalu, begitu langit menjadi gelap mereka pun segera membuang sauh.
"Jangan-jangan sudah hampir tiba ditempat tujuan?"
Setiap orang yang berada diatas perahu tersebut rata rata mempunyai perasaan yang sama, oleh sebab itu semua orang tidak dapat tidur, seakan akan sedang menantikan sesuatu.
Lambat laun perahu itu mulai memasuki selat sempit kemudian dari selat itu berbelok menuju kehulu.
Hal ini bisa diketahui dari suara air yang menerpa perahu, sebab gempuran ombaknya makin bertambah kecil, sedangkan dari permukaan airpun sering dijumpai rerumputan.
Kini selat tersebut makin menyempit,jalannya perahu pun semakin berat dan pelan, dasar perahu yang menggesek sudah bukan rerumputan lagi tapi pasir.
Dalam keadaan begitulah perahu tersebut bergerak lagi sejauh satu dua li, tiba tiba terdengar seseorang bertanya dengan suara rendah: "Apakah yang datang adalah Yu locianpwee?"
Huan Cu Im segera mengenali suara tersebut sebagai suara Ban Sian cing, tanpa terasa dia berpikir:
"Jangan jangan sudah sampai bukit Hong san?"
Sementara itu si pengemis sakti berwajah senyum telah berkata sambil tertawa terkekeh kekeh:
"Hey anak muda, ibumu yang menyuruh kau datang kemari?"
Segera terdengar Ban Siang cing berseru kegirangan:
"Aaah, ternyata benar benar Yu locianpwee, boanpwee Ban Sian cing mendapat perintah dari ibu untuk disini"
"Ehmmm " pengemis sakti berwajah senyum manggut manggut, "kalau begitu ibumu telah menerima surat pemberitahuan yang kukirim dari Bu oh dengan burung merpati?"
Dari atas darat terdengar suara terali besi dinaikkan orang, menyusul kemudian terdengar Ban Sian ceng menjawab dengan hormat : "Benar, silahkan Yu locianpwee menjalankan perahu masuk ke dalam..."
"Baiklah " sipengemis sakti berwajah senyum segera memberi tanda kepada Kui Hua nian yang memegang kemudi sambil serunya, "mari kita terus perjalanan"
Sekarang Huan Cu Im telah yakin kalau mereka benar benar sudah tiba dibukit Hong san, ditinjau dari suara terali besi yang dinaikkan, bisa jadi perahu tersebut telah berlayar masuk ke kebun belakang keluarga Ban-Tak selang berapa saat kemudian perahu itu berhenti, kemudian terdengar pengemis sakti berwajah senyum berseru sambil tertawa :
"Tentunya kalian semua masih sadar bukan" Hayo cepat keluar, kita telah sampai ditempat tujuan."
Menyusul seruan tersebut, dia segera melompat turun keatas daratan...
Kui Hau nian segera menambat perahu dan bersama sama Yo Leng kong naik pula ke darat.
Ban Sian ceng segera menyambut kedatangan mereka seraya berseru :
"Boanpwee akan membawa jalan untuk Yu locianpwee."
"Tunggu sebentar, masih ada serombongan jago jago perempuan yang ikut datang bersamaku"


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara berbicara, Huan Cu Im dengan membopong Yu Hua liong bersama sama Hee Giok yong sekalian telah naik ke darat.
Benar juga , tempat itu merupakan jalan air di kebun belakang keluarga Ban, di sekitar kebun penuh dengan tumbuhan pepohonan, dimana perahu tersebut berlabuh sekarang adalah sebuah dermaga batu, maju lebih kedepan terdapat sebuah pagoda ditengah air.
Malam itu suasana gelap gulita, dilangit tiada cahaya rembulan dan bintang, seharusnya bila Ban Sian ceng mendapat tugas untuk menyambut kedatangan si pengemis sakti berwajah senyum, dia harus memasang berapa lentera tepi pantai.
Tapi menyatakan suasana disitu amat gelap. terpaksa semua orang harus naik kedarat dengan menelusuri kegelapan.
Ditengah kegelapan Ban Sian ceng telah melihat kehadiran Huan Cu Im, terkejut dan gembira ia segera menegur :
"Hey saudara Huan, ehm... sungguh tidak kusangka saudara Huan juga ikut datang."
"Baik baikkah saudara Ban?" Huan Cu Im balas menyapa.
Pengemis sakti berwajah senyum buru buru menyela :
"Jika ingin berbincang bincang, lebih baik didalam saja, hayo kita cepat masuk"
Ban Sian ceng mengiakan, serunya kemudian :
"Harap saudara Huan mengikuti siaute."
Ia segera berjalan lebih dulu menuju ke pagoda air itu.
Huan Cu Im sekalian segera mengikuti di belakangnya melewati jembatan kiu ci kiau masuk kedalam pagoda air, tempat itu merupakan sebuah bangunan yang lebar dan dikelilingi oleh air, ditengah ruangan terdapat sebuah meja perjamuan yang besar.
Ternyata Ban sian ceng tidak mempersilahkan para tamunya duduk diruangan tersebut, melainkan langsung menuju ke belakang penyekat...
Dibelakang penyekatpun merupakan sebuah ruang yang lebar tempat itu merupakan sebuah dapur, karena pagoda semacam ini sering dipakai untuk menjamu orang di musim panas maka ditempat semacam ini selalu tersedia sebuah dapur.
Didalam dapur terlihat beberapa buah tungku dan sederet mangkuk, piring dan aneka macam perabot lainnya. Tapi diantara beberapa tungku tersebut sekarang, telah digeser ke samping separuh bagian.
Ternyata di bawah tungku tadi terdapat sebuah pintu rahasia kecil, sinar lentera nampak memancar keluar dari bawah tanah sehingga setiap orang dapat melihat dengan jelas undak undakan batu dibalik pintu rahasia tersebut. sudah jelas dibawah sana terdapat sebuah ruang rahasia.
Ban sian ceng memimpin semua orang menuruni undak undakan batu itu, menanti semua orang sudah berada diruang bawah, dari mulut pintu rahasia tadi segera terdengar bunyi gemerincingan nyaring, tampaknya tungku diatas tanah telah tergeser kembali keposisinya semula.
Diam diam Huan Cu Im merasa keheranan, segera pikirnya
: "Kalau toh sudah tiba ditempat tujuan, kenapa mereka harus bersikeras begini rahasia?"
Diujung undak undakan adalah sebuah lorong rahasia yang Cukup lebar, kedua belah dindingnya terbuat dari ubin hijau, dua lentera memancarkan sinarnya menerangi sekeliling situ.
Ditengah lorong rahasia itulah berdiri dua orang yang dimuka adalah seorang nenek berambut putih yang berusia lima puluh tahunan, mukanya lembut dan kulitnya putih halus, namun kelihatan keren dan sangat anggun.
Nenek tersebut bukan lain adalah Ban lo hujin dari keluarga Ban di bukit Hong san
Dibelakangnya adalah seorang gadis muda dia tak lain adalah putrinya, nona Ban hui.
Ban Sian cing yang berjalan dipaling depan segera memburu maju ke muka sambil serunya :
"lbu, Yu locianpwee telah datang"
Buru buru Ban Lo hujin maju ke depan sambil memberi hormat, katanya:
"Yu locianpwee, selamat datang disini, sudah sejak tadi boanpwee menantikan kedatangan kau orang tua dengan penuh hormat"
cepat cepat pengemis sakti berwajah senyum berkelit ke sisi Ban Sian ceng, kemudian serunya :
"Ban hujin, apa apaan kamu ini" Hayo cepat bangun, aku si tua bangka paling tak senang dengan cara seperti ini"
"Boanpwee juga tahu kalau kau orang tua tidak senang dengan tata cara seperti ini, tapi kehadiran kau orang tua kali ini adalah demi keselamatan jiwa segenap umat persilatan, biarlah boanpwee mewakili segenap umat persilatan untuk memberi hormat kepadamu"
Menyusul perkataan tersebut, dengan menarik tangan putrinya, ia bangkit bersama.
Pengemis sakti berwajah senyum cepat cepat menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru lagi:
"Soal ini... soal ini... aku si tua bangka tidak berani untuk menerimanya"
Kemudian sambil menunjuk ke arah Yu Hua liong yang berada dalam bopongan Huan Cu Im, kembali dia berkata:
"Yu tayhiap telah dibawa kemari, apakah Kiu hoa lonie telah sampai disini?"
"Sinni sudah datang, tapi Hoa pangCu belum tiba" jawab Ban lo hujin cepat "menurut sinni, dia telah berhasil mendapatkan pil ciat mi wan milik kelUarga Un di Leng lam, sekarang sedang pergi mencari Lam lee totiang"
"Mau apa pergi mencari si hidung kerbau itu?"
"Sinni yang menyuruh, katanya oleh sebab orang yang kita hadapi adalah bekas anggota Tay im kau dimasa lalu, ada beberapa macam ilmu jahatnya yang cuma bisa ditandingi oleh Lam lee to tiang, oleh sebab itu Hoa pangcu dengan membawa tanda pengenal dari sinni telah pergi mengundangnya, menurut perhitunganku, dalam beberapa hari ini mereka akan sampai disini."
"Bagus sekali kalau begitu" sipengemis sakti berwajah senyum segera manggut manggut.
Kemudian dipimpinBan lo hujin, berangkatlah mereka menelusuri lorong rahasia tersebut.
Ban Sian ceng segera mendekati adiknya sambil berbisik:
"Adikku, coba kau lihat siapa yang datang itu,"
Padahal Ban huijin telah mengetahui akan kehadiran Huan Cu Im, hanya saja karena ibunya sedang berbicara dengan pengemis sakti berwajah senyum, maka dia tidak berani bicara sembarangan-Kini setelah diungkap kakaknya, merah padam selembar wajahnya, sengaja dia berseru tertahan, kemudian sambil berpaling serunya "Huan toako, rupanya kaupun telah datang,"
"Saudara Huan," seru Ban sian ceng pula, "serahkan saja Yu tayhiap kepadaku."
Tentu saja dia sengaja berbuat demikian, agar pemuda tersebut berkesempatan untuk berbicara dengan adiknya.
Buru buru Huan Cu Im menyahut :
"Saudara Ban tidak usah sungkan sungkah biar aku yang membopong pun sama saja, oya tentunya kalian semua belum saling mengenal bukan" Biar kuperkenalkan kalian satu persatu setelah membaringkan Yu tayhiap nanti."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba disebuah ruang bawah tanah yang Cukup besar, tempat itu berbentuk seperti sebuah ruang tamu, dikedua belah sisinya terdapat empat buah pintu...
Ban Sian ceng mengajak Huan Cu Im menuju kepintu sebelah kanan, tempat itu merupakan sebuah kamar tidur dengan dua buah pembaringan.
Huan Cu Im segera membaringkan tubuh Yu Hua liong diatas ranjang, kemudian baru bersama Ban Sian ceng mengundurkan diri dari situ.
Semua orang melangkah masuk ke ruang tamu, disisi kiri ruangan tampak duduk seorang nikou dan seorang nenek pengemis bermata satu.
Hee Giok yang serta Siang Siau Un yang bertemu dengan kedua orang itu segera berteriak keras. "suhu "
cepat cepat mereka memburu ke depan memberi hormat pada guru masing masing.
Ternyata kedua orang itu adalah Kiu hoa sinni, gurunya Hee Giok yang dan nenek pengemis bermata buta, gurunya Siang Siau Un. Dengan perasaan terkejut Kiu hoa sinni berseru
: "Muridku, kaupun turut datang" Bagus, bagus sekali, ulah yang dilakukan ayahmu hampir saja membuah dunia persilatan jadi kacau balau tidak karuan, untung masih ada seorang putri seperti kau yang masih mengerti keadaan..."
Sementara itu si nenek pengemis bermata buta juga telah membuka matanya sambil mengungkit dengan menggunakan toyanya, segera umpatnya sambil tertawa :
"Kau si budak cilik makin lama memang semakin tak tahu adat, hayo cepat menyingkir kesamping, aku si nenek toh gurumu, apa salahnya kalau nanti saja baru memberi hormat?"
Atas sentakan yang pelan dengan menggunakan tongkat tersebut, tubuh Siang Siau Un segera terjungkit keatas dan berdiri di samping.
Sambil tertawa terbahak bahak si pengemis sakti berwajah senyum segera berkata seraya menjura:
"selamat bersua Lo suthay, aku situa tak menyangka kalau kau sudah tiba disini."
dia bilang hidangan dikuil pinni tidak sedap dantawar, maka dia usulkan untuk berangkat ke Ban Siong ceng ini lebih awaL.."
"Perkataanmu itu hanya benar setengah" serusi nenek pengemis dengan cepat, "hari itu aku si nenek yang berdiam dikuilmu ketika bangun pagi kujumpai ada seekor anjing di depan kuil, anjing itu gemuk lagi menyenangkan, sebetulnya aku pingin menangkapnya dan dimasak. tapi takut mengotori kuilmu, maka niat tersebut terpaksa kuurungkan akibatnya setiap kali teringat dengan daging anjing, aku jadi tak betah untuk berdiam lebih lama lagi disitu, itulah sebabnya kuajak kau cepat cepat berangkat"
perkataan tersebut segera disambut dengan gelak tertawa keras dari semua orang.
"omintohud" Kiu hoa sinni segera merangkap tangannya didepan dada, "cici tua, karena perkataanmu itu, bisa jadi kau akan dijebloskan ke dalam neraka dikemudian hari, nah sampai waktunya jangan salahkan kalau sinni tak bisa menyelamatkan dirimu"
Sambil tertawa Ban Lo hujin ikut menimbrung:
"Sudah banyak tahun aku kenal dengan sinni, tidak kusangka sinni pun gemar bergurau, haahhh... haaahh... baru pertama kali ini kudengar sinni turut bergurau"
"Kau tahu, hubungan kami kakak beradik paling tidak sudah berjalan selama enam puluh tahunan" kata nenek pengemis kemudian, "sayangnya, berapa pun serius dan kerennya dia jika sudah bertemu dengan enci tua tanggung ia tak bisa menjadi serius lagi"
Pengemis sakti berwajah senyum yang berada disitu cepat cepat berseru kemudian: "sudah cukup, sudah cukup, sekarang tiba giliranku untuk memperkenalkan semua orang"
Mula mula dia perkenalkan dulu si nenek pengemis, Kiu hoa sinni serta Ban lo hujin kepada Yo Leng kong dan Kui Hau nian, kemudian sambil berpaling ke arah Huan Cu Im, katanya lagi sambil mengangkat bahu:
"Hey anak muda, kawanan muda mudi itu seharusnya kau yang memperkenalkan kepada semua orang"
Huan Cu Im segera mengiakan dan memperkenalkan Hee Giok yang kepada semua orang ya hadir.
Sekarang Ban Siang cing bersaudara baru tahu kalau beberapa orang pemuda tampan itu ternyata semuanya adalah kaum wanita.
Tentu saja Ban Hui jin yang paling gembira, sebab dalam waktu singkat dia telah peroleh beberapa orang teman sekaligus. Siang Siau Un segera berseru dengan manja
"Kami semua tidak saling menyebut sebagai cici atau adik, tapi membagi diri menjadi toako,jiko dan samko, samko adalah Huan samko,jika ditambah dengan kalian berdua aaah... urutanku makin lama semakin bertambah kecil, aku menjadi lo Liok (si nomor enam)..."
Dalam waktu itu si pengemis sakti berwajah senyum telah berkata pula dengan suara serius :
"Perahu kita lebih baik di cat baru, sebab kalau tidak begitu, perahu mana gampang dikenali orang lain"
"Ketika hendak masuk kemari tadi, boanpwee telah menyerahkan tugas tersebut kepada hu congkoan" sahut Ban Sian ceng cepat
"Aaah, betul..." kata pengemis sakti berwajah senyum lagi,
"diatas kapal masih terdapat seseorang, dia adalah pengurus rumah abu dari keluarga Li, orang ini penting artinya, untuk sementara waktu harus ditahan secara ketat,jangan sampai memberi kesempatan kepadanya untuk melarikan diri."
"Boanpwee mengerti."
"Waktu sudah semakin larut" kata Ban Lo hujin kemudian,
"terpaksa aku mesti menyiksa kalian untuk sementara waktu dengan berdiam diruang bawah tanah ini"
Lalu kepada Ban Huijin dia berseru
"Huijin, ajaklah ketiga orang nona itu untuk berdiam dikamar samping "
Ternyata ruang bawah tanah itu luas sekali, kecuali ruang tamu, disisi kiri dan kanan masing masing terdapat empat buah kamar, dibagian belakang terdapat pula sederet pintu panjang yang menghubungkan dengan sebuah serambi panjang, dikedua belah sisi serambi masing masing terdapat juga empat buah kamar.
Nenek pengemis bermata buta dan Kiu hoa sinni berdiam didua buah kamar sebelah kiri sedang dua kamar disebelah kanan sebuah untuk pengemis sakti berwajah senyum, sedang Huan Cu Im dan Yu Hua liong menempati sebuah kamar yang lain-oodwoo- Keesokan harinya, matahari sudah bersinar jauh diatas angkasa.
Di kebun belakang dekat pagoda air terdapat empat lima orang tukang kayu sedang merombak sebuah perahu, ada yang memaku kayu, ada yang memasang jendela, ada pula yang sedang mengeCat tubuh perahu tersebut.
Di atas pantai berdiri seorang lelaki berbaju hijau yang gerak geriknya mirip seorang mandor, dia tak lain adalah wakil congkoan dari perkampungan Ban Siong ceng yang barusan diangkat, Ban Kiam sia namanya.
Semenjak peristiwa dipertemuan puncak bukit Hong san tempo hari, Ban lo hujin sudah tidak menaruh kepercayaan lagi terhadap congkoan mereka Ban Tiong tat yang sudah banyak tahun mengikuti Bengcu mereka akibat perbuatan pagar makan tanaman, tapi berhubung dia mempunyai seorang tulang punggung yang sungguh seperti Hee Im hong lagi pula memikul gelar sebagai congkoan dari Kui im san ceng (Kui im sang ceng adalah tempat dimana sembilan partai besar mengadakan pertemuan, atau dengan perkataan lain sebagai markas besar dari Bengcu) maka Ban lo hujin terpaksa hanya bisa menahan sabar saja.
Dalam hal ini tentu saja Ban Tiong tat mengerti dengan jelas sekali, manusia memang selalu mengarah ke atas, sedang air mengalir ke bawah.
Tempo hari dia dapat berpihak kepada Hee Im hong, lantaran Ban lo cengcu sudah wafat dan kedudukan Bengcu tak mungkin dipertahankan lagi, bila berpihak kepada Hee Im hong, itu berarti dia masih dapat menampilkan diri dihadapan umum sebagai orang yang berkedudukan tinggi.
Sungguh tak disangka sejak Hee Im hong diangkat sebagai Bengcu, ternyata dia hanya diberi gelar kosong sebagai congkoan perkampungan Kui Im san ceng, padahal Hee Im hong tidak berdiam dibukit Hong san, sedang perkampungan Kiu im san ceng hanya tempat bertemunya sembilan partai, tentu saja tidak setiap kali diadakan pertemuan puncak ditempat tersebut.
Atau dengan perkataan lain, dalam kenyataan kedudukannya sebagai seorang congkoan sesungguhnya tidak banyak berguna, tidak heran kalau dia meraSa kecewa sekali.
Disatu pihak dia takpuas dengan kedudukan tersebut, dipihak lain diapun malu terhadap Ban lo hujin, oleh sebab itu kendatipun dia masih tetap merupakan congkoan dari keluarga Ban dibukit Hong san, namun didalam kenyataannya dia selalu tinggal di perkampungan Kui im san ceng dan jarang sekali pergi ke perkampungan Ban tiong ceng, otomatis dia jarang sekali mencampuri urusan dari keluarga Ban-Ban Lo hujin yang cerdikpun segera menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk menyingkirkan congkoannya yang berhianat ini, alasannya pun Tiong tat telah menjadi congkoan dari Kui im san ceng, padahal banyak urusan disitu terutama urusan dari Bengcu, karena kuatir tak bisa menanggung semua masalah yang ada, maka diapun mengangkat Ban Kia sia sebagai walinya.
Padahal didalam kenyataannya wakil congkoan tersebut tak lain adalah congkoan keluarga Ban yang baru.
Sementara itu wakil congkoan Ban Kim sia mendapat perintah dari majikan mudanya Ban Sian cing untuk mengawasi sejumlah tukang untuk merombak perahu tersebut jadi sebuah perahu yang baru, saat itu mereka sedang sibuk bekerja.
Tiba tiba dari belakang tubuhnya terdengar seseorang menegur dengan suara dalam:
"Kim sia " Ban Kim sia buru buru berpaling, ketika mengetahui yang datang adalah congkoan buru buru dia menurunkan tangannya kebawah seraya berseru:
"selamat pagi paman Tiong "
Ban Tiong tat mendengus :
"Kim sia, aku sedang mencarimu, apa yang lagi kau perbuat dikebun belakang ini?"
"Ada urusan apa paman mencariku?"
"Sudah setengah bulan lebih aku tak pernah pulang kemari, semalam aku baru pula ng, oleh karena sebentar akan menyambangi Ban Lo hujin, padahal selama setengah bulan ini tidak kuketahui apa saja yang telah terjadi dirumah, dapatkah kau memberi laporan kepadaku, agar bila ditanya Ban lo hujin nanti, aku dapat menjawab dengan sebaik baiknya...?"
Ban Kim sia mengiakan berulang kali, setelah itu baru sahutnya sambil tertawa paksa: "Menjawab pertanyaan paman, dirumah tidak pernah terjadi apa apa"
"Ehmm, lantas dari mana datangnya perahu ini?" desak Ban Tiong tat tiba tiba. Mendadak Ban Kim sia memburu maju ke muka, lalu bisiknya lirih :
"Sau cengcu berpesan kepadaku untuk merombak perahu tersebut baru datang semalam dan buru buru akan diperbaiki"
Berkilat sepasang mata Ban Tiong tat setelah mendengar jawaban tersebut, dia bertanya lebih jauh: "Darimana datangnya perahu ini?"
"Keponakan cuma tahu ada banyak orang datang kemari semalam dengan naik perahu ini, keadaan yang lebih jelas kurang kuketahui secara pasti"
"Kau benar benar tidak tahu?" tanya Ban Tiong tat sambil mengawasi keponakannya itu lekat lekat.
"Keponakan benar benar tidak tahu, buat apa aku mesti membohongi paman" oya..."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, setelah berseru tertahan kata kata tersebut, tidak dilanjutkan kembali. Buru buru Ban Tiong tat bertanya : "Apa yang hendak kau sampaikan?"
sambil merendahkan suaranya Ban Kim sia segera berkata :
"Sekarang keponakan sudah teringat akan suatu persoalan, rasanya diruang muka perahu ini terdapat seorang kakek yang tertotok jalan darahnya, malah pagi tadi keponakan yang menghantarnya menuju kedalam ruang bawah tanah"
Sepasang mata Ban Tiong tat semakin berkilat lagi sesudah mendengar perkataan itu, buru buru dia bertanya: "Tahukah kau siapakah kakek tersebut ?"
"Entahlah"Ban Kim sia menggeleng, "ia tertidur pulas tanpa berbicara ataupun bergerak. darimana keponakan bisa tahu siapa gerangan orang itu ?"
Ban Tiong tat segera mendengus :
"Berhubung urusanku kelewat sibuk, maka atas anjuranku di depan lo hujin lah kau bisa diangkat sebagai wakil congkoan, jika kau begitu bodoh dan berotak bebal, dalam menghadapi persoalan apa saja tidak mengerti, mana mungkin kedudukan wakil congkoanmu itu bisa kau pertahankan terus ?"
"Benar, benar... terima kasih atas nasehat paman"
cepat cepat Ban Kim sia membungkukkan badan sambil memberi hormat. Ban Tiong tat segera bertanya lagi :
"Siapa saja yang telah datang kemari semalam" masa soal inipun tidak kau ketahui?"
"Soal itu mah sudah keponakan ketahui yang datang rasanya adalah Kiu hoa sinni lalu..."
"Kiu hoa sinni?" seru Ban Tiong tat dengan perasaan terkesiap. "masih ada siapa lagi?"
"Lalu sipengemis sakti berwajah senyum..."
"Oooh..." Tiba tiba wajahnya nampak terkejut, kemudian bisiknya: Ban Tiong tat ikut terkejut dan buru buru berpaling.
Betul juga , tampak olehnya majikan mudanya (Ban Sian ceng) dengan mendampingi seorang kakek ceking berbaju biru dan memakai topi rumput yang rongsok sedsang berjalan menelusuri tepi sungai menuju kearah mereka berdua.
Dalam sekilas pandangan saja Ban Sian ceng telah mengenali Ban Tiong tat, dia segera menyapa:
"Paman Tiong, apakah kau baru datang dari perkampungan Kui imsan ceng?"
Terpaksa Ban Tiong tat harus menyambut kedatangan majikan mudanya sambil tersenyum, sahutnya:
"Aku baru pulang semalam, kini bersiap siap akan menjumpai lo hujin, tapi berhubung paman sudah setengah bulan lebih tak pernah pulang kesini, maka aku ingin bertanya dulu kepada Kim sia atas kejadian yang telah menimpa perkampungan kita setelah setengah bulan ini, kalau tidak jika lo hujin sampai menanyakan, bukankah paman bakal gelagapan dan tidak mampu menjawab?"
Pengemis sakti berwajah senyum dengan sepasang biji matanya yangjeli mengawasi wajah Ban Tiong tat tanpa berkedip. kemudian katanya sambil manggut manggut:
"Jadi dia yang bernama Ban congkoan-.. IHmmm...
hmmm... ketika aku siorang tua berkunjung ke Ban Siong ceng kalian pada belasan tahun berselang, dialah yang menghidangkan arak kepadaku, hey anak muda ketajaman mataku tak salah bukan" Dalam sekalian pandangan saja telah kukenali kembali, haaahh... haaahh..."
Buru buru Ban Tiong tat membungkukkan badannya memberi hormat, ucapnya: "Kau adalah Yu locianpwee, hamba memang Ban Tiong tat, terimalah salam hormat hamba"
Sebenarnya si pengemis sakti berwajah senyum masih tertawa cengar cengir tapi tiba tiba saja dia menarik mukanya sambil mendengus serunya:
"Kau si bocah keparat tukang gelinding rupanya sekali menggelinding sudah naik tiga tingkat, sudah puluhan tahun lamanya kau mengikuti Ban bengcu, masa sampai sekarang masih belum memahami watakku" Tahun dulu sewaktu aku datang berkunjung ke Ban Siong ceng, Ban bengcu toh sudah berpesan kepadamu bahwa aku si orang tua paling tidak suka diberi hormat orang lain, jika sekali disembah orang, berarti umurku bakal pendek setahun, yang paling kusukai adalah arak tua, bukankah kau disuruh siapkan seguci arak wangi untukku" Masih ingat tidak dengan peristiwa ini?"
Buru buru Ban Tiong tat merangkak bangun dari atas tanah dan manggut berulang kali: "Yaa, hamba masih ingat"
Sekali lagi si pengemis sakti berwajah senyum tertawa terkekeh kekeh, sambil menepuk bahunya dia memuji:
"Waah, kalau begitu daya ingatanmu hebat juga "
"oya..." mendadak ia berseru tertahan, lalu berkata lebih jauh:
"Kebetulan sekali aku lagi mencarimu, malah tadi aku sempat bertanya kepada sau cengcu kalian, apakah Ban congkoan ada" Sau cengcumu lantas menjawah katanya kau telah diangkat menjadi congkoan di perkampungan Kui im san ceng dan belum datang. Kini kau telah pulang kembali, ini malam kebetulan sekali. Lo hujin kalian telah menyerahkan semua persoalan yang ada disini kepadaku, kebetulan sekali akupun sedang mencari seorang pembantu yang pandai bekerja..."
"Yu locianpwee" buru buru Ban sian cing menimbrung dari samping, "paman Tiong sudah terlalu sibuk di perkampungan Kui im san ceng, jika kau orang tua hendak memerintahkan sesuatu, serahkan saja kepada boanpwee untuk mengerjakannya"
"Aaa, kalian kaum muda mana bisa mengikuti terus dibelakangku serta melaksanakan perintahku?" pengemis sakti berwajah senyum menggelengkan kepalanya berulang kali,
"apalagi Ban congkoan adalah seorang yang pernah bekerja untuk ayahmu, tentu saja dia lebih cocok untuk membantu semua persoalanku"
Ketika Ban Tiong tat mendengar kalau Lo hujin telah menyerahkan semua persoalannya kepada pengemis sakti berwajah senyum, sudah pasti persoalan ini adalah "persoalan besar" kontan saja hatinya tergerak, buru buru dia berkata:
"Bila Yu locianpwee ada persoalan yang hamba kerjakan, hamba pasti akan melaksanakan dengan sebaik baiknya"
Pengemis sakti berwajah senyum segera tertawa bangga.
"Soal urusan mah banyak sekali. Ehmm... anak muda kau boleh pulang dahulu,jika aku ada urusan, pasti akan kuserahkan kepada Ban congkoan untuk mengerjakannya"
setelah mendengar perkataan tersebut, terpaksa Ban Sian ceng berkata: "Kalau begitu boanpwee mohon diri terlebih dulu"
Dia tak berani memberi hormat kepada sipengemis sakti berwajah senyum itu. Sambil mengulapkan tangannya pengemis sakti berwajah senyum segera berseru: "Kalau hendak pergi cepatlah pergi, kenapa mesti banyak berbicara terus ?"
Kemudian sambil menggapai kearah Ban Tiong tat, dia berkata pula: "Ban congkoan, cepat ikuti aku kemari?"
-oo0dw0oo Jilid: 51 Sambil berkata dia segera berjalan melewati jembatan Kiu Ci kiau menuju ke pagoda air.
Terpaksa Ban Tiong tat harus mengikuti dibelakangnya.
Setelah menikung dua tikungan diatas jembatan, pengemis sakti berwajah senyum segera duduk diatas jembatan, lalu sambil berpaling katanya:
"Ban congkoan, tahukah kau ada urusan apa aku si orang tua datang mencarimu ?"
"Hamba akan menuruti semua perintah locianpwee"
"Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu" ujar sipengemis sakti berwajah senyum sambil mengawasi wajah Ban Tiong tat dengan sepasang matanya yang tajam,
"mengingat kau pernah membantu Ban Beng Cu selama banyak tahun, lagi pula tak pernah melakukan kejahatan terhadap umat persilatan, maka aku berniat menolong selembar jiwamu, entah kau sendiri masih pingin hidup atau tidak?"
Ban Tiong tat sangat terkejut, lalu katanya sambil tertawa paksa: "Yu locianpwee, kau bukan sedang menggertak diriku bukan?"
Pengemis sakti berwajah senyum segera mendengus.
"Hmm, buat apa aku menggertakmu" Apa yang telah kau lakukan seharusnya sudah kau pahami sendiri, buat apa aku si orang tua mesti main gertak?"
"Yu looCianpwee..."
"Kau tak usah merahasiakan persoalan ini lagi, aku siorang tua paling tidak suka mendengar kata kata bohong" tukas pengemis sakti berwajah senyum secara tegas, " masalah kau membantu Hee Im hong mencelakai orang orang dari sembilan partai besar telah berlalu, dan kitapun tak usah membicarakannya kembali, aku cuma pingin tahu atas perintah siapakah kau berkunjung kembali keperkampungan Ban sian ceng pada hari ini...?"
Dengan perasaan terkesiap Ban Tiong tat berseru: "Yu locianpwee..."
Si pengemis sakti berwajah senyum segera mengulapkan tangannya memotong kata katanya yang belum selesai itu, kembali ujarnya:
"Kau balik lagi kemari, tak salah lagi pasti sedang menyelidiki masalah Yu Hua liong, tanpa kau mengakuinya sendiri, bukankah aku sudah mengetahui dengan sendirinya"
Nah, jika kau bersedia mengakui atas perintah siapa kau datang kemari, ini berarti kau sedang menolong dirimu sendiri, kau mesti tahu kedudukan Bengcu yang dijabat IHee Im hong saat ini, tak sampai setengah bulan lagi pasti roboh...jika kau meneruskan persekongkolanmu dengannya, berarti kau sedang menggali liang kubur bagi diri sendiri..."
Ban Tiong tat segera menundukkan kepalanya rendah rendah:
"Harap Yu locianpwee maklum, sesungguhnya hamba mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan keluar..."
"Bukankah keempat anggota keluargamu telah keracunan semua?" sela pengemis tersebut.
"Benar!" Ban Tiong tat mengakui dengan penuh penderitaan, "sudah hampir empat puluh tahunan hamba mengikuti majikan tua mana mungkin aku akan melupakan budi dengan membalas air susu dengan air tuba" Akan tetapi semua anggota keluargaku telah keracunan, seandainya racun itu hanya racun biasa, obat mustika penawar racun dari perkampungan Ban Siong san ceng kita masih sanggup untuk menawarkannya kembali hamba telah mencoba berulang kali, namun semuanya gagal, harus menunggu pengirim obat pemunah yang diserahkan pihak lawan setiap bulan satu kali..."
"Ehmmm... aku mengerti" pengemis itu manggut manggut,
"dan sekarang akupun memiliki obat penawar racun itu jika kau tak percaya, tetap pertahankanlah hubunganmu dengan pihak lawan, dan tetap kirimlah berita kepada mereka, soal kau bersedia menyesali perbuatanmu serta bertobat, aku tanggung akan mengatasi semua persoalan tersebut bagimu..."
Berbicara sampai disitu, dia berkata lagi:
"Tapi kau harus menyanggupi dulu dan sekali menyanggupi jangan mencoba coba membohongi diriku lagi. Nah pertimbangkanlah ini masak masak sebelum memberi jawaban kepadaku"
"Bila kau orang tua bersedia membantu hamba untuk menyelesaikan persoalan ini, apa yang mesti kupertimbangkan lagi" Segala sesuatunya terserah kepada keputusan kau orang tua"
"Baik" kata pengemis sakti berwajah senyum kemudian,
"aku bersedia mempercayaimu, kalau begitu sekembalinya dari sini segera sebarkan kabar kalau jejak Yu tayhiap masih menjadi tanda tanya dan sama sekali tidak berkunjung ke bukit Hong san, kedua kabarkan pula kalau Ban Lo hujin sakit parah dan mendekati ajalnya..."
"ini..." Ban Tiong tat menjadi serba salah, "soal jejak Yu tayhiap. hamba dapat mengatakan kalau tidak tahu, tapi Lojin kan masih segar bugar, masa aku mesti mengabarkan kalau dia sakit gawat dan mendekati saat ajalnya?"
"Soal ini tak usah kau tanyakan lagi, pokoknya laksanakan saja perintahku ini siarkan berita tersebut keluar."
Ban Tiong tat segera manggut manggut.
"Baiklah, hamba akan menyiarkan berita tersebut sesuai dengan kehendak kau orang tua apakah masih ada pesan lain lagi ?"
Persoalan ini adalah sebuah masalah besar yang tak boleh sampai gagal dalam pelaksanaannya kau seharusnya mengerti bukan apa akibatnya bila urusan ini terbengkalai?"
"Hamba bersedia menerima hukuman"
"Hukuman sih tidak perlu dilaksanakan" kata pengemis sakti berwajah senyum sambil tertawa terkekeh kekeh, "tapi aku bisa mencabut selembar jiwamu"
Kemudian tak sampai Ban Tiong tatsempat berbicara, dia telah berkata lebih lanjut:
"Asal jalan darahmu tidak kubebaskan, maka didalam dua belas jam kemudian seluruh urat nadimu akan mengejang keras sebelum mampus. sampai saatnya kau jangan menyalahkan diriku lagi"
Ban Tiong tat menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, tiba tiba saja dia merasa kalau dibalik ucapan tersebut mengandung maksud yang tak beres, dengan wajah berubah hebat buru buru serunya terperanjat:
"Apakah kau orang tua telah melakukan sesuatu diatas tubuh hamba...?"
"Tentu saja" sahut pengemis sakti berwajah senyum sambil mengangkat bahu dan tertawa, "aku tak pingin menderita kerugian dengan siapapun, kalau Ban lohujin saja dapat kau hianati, apalagi aku si pengemis tak ada hubungan sanak saudara denganmu, kau hianati maka hendak kutaruh kemanakah selembar wajahku ini " oleh sebab itu mau tak mau terpaksa aku harus meninggaikan suatu tanda dulu diatas tubuhmu..."
Kemudian setelah menelan air liur dia berkata lebih jauh:
"sekarang cobalah mengerahkan tenaga apakah denyutan nadimu terasa rada berat?"
Mendengar perkataan tersebut, Ban Tiong tat segera mencoba untuk mengerahkan tenaga dalamnya, betul juga , disekitar denyutan nadinya ia merasa peredaran hawa murni tidak lancar, seolah olah merasa berat dan sudah sekali untuk menembusinya.
Padahal denyut nadi merupakan bagian yang paling vital dalam kehidupan manusia, sudah jelas bagian tersebut tak boleh dianggap sebagai barang gurauan belaka. Tak heran kalau dia menjadi amat terkesiap dan buru buru berseru penuh belas kasihan:
"Yu Locianpwee, kau orang tua kelewat menaruh curiga, berapa besarkah keberanian yang kumiliki" Mana mungkin aku akan menghianati kau orang tua?"
"Yaa siapa tahu" Pepatah kuno mengatakan: Tidak takut selaksa tapi takut seandainya, andaikata kau benar benar menghianati aku sampai waktunya biar ada kaki untuk laripun percuma, toh lebih baik aku turun tangan lebih dulu, haahhh...
haaahhh..." Setelah menggelengkan kepalanya sambil tertawa, dia berkata lebih jauh:
"Tapi kau tak perlu kuatir, sejak hari ini asal kau bersedia bekerja untukku, maka sekalipun dalam setengah bulan mendatang kau bakal sibuk sekali, asal setiap tengah malam datang menjumpaiku, otomatis aku pun akan membantumu untuk sedikit meringankan penderitaan, tapi aku perlu memperingatkan kepadamu, ilmu Soh sim jiu tersebut merupakan ilmu khas diriku, jika ingin mencoba untuk menembusinya dengan mengerahkan tenaga dalam, atau kau mencoba meminta bantuan orang untuk membebaskan totokan tersebut, sampai waktunya darahmu bisa mengalir terbalik sehingga memutuskan semua nadimu, apabila menjadi bodoh atau cacad seumur hidup, jangan salahkan aku kalau tidak memberi ingatan lebih dulu"
Cucuran air keringat segera membasahi seluruh jidat Ban Tiong tat, dengan ketakutan dia berkata:
"Kau orang tua tak usah kuatir, sudah sejak lama hamba menyesal serta bertobat, asal kau orang tua memberi perintah, hamba pasti akan melaksanakannya tanpa membantah."
"Baiklah, tengah malam nanti kutunggu kedatanganmu ditempat ini"
Ketika selesai mengerjakan persoalan tersebut, Pengemis sakti berwajah senyum merasa kan hatinya lega sekali, sambil tertawa bangga dia segera berkata : "Nah, aku si orang tua akan pergi dulu"
Setelah menghantar kepergian sipengemis sakti berwajah senyum, tergesa gesa dia pun beranjak pergi dari situ, kemudian pun menyiarkan berita tentang sakit parahnya Ban Lo hujin yang sudah mendekati saat ajalnya, setelah itu dia pun bersiap siap memberikan laporan kepada pengemis sakti pada tengah malam itu juga .
ooodwooo Menjelang malam hari itu juga , kembali muncul sebuah perahu yang membuang sauh di kebun belakang perkampungan Ban Siong ceng.
Waktu itu, seluruh kebun belakang telah kuasahi oleh wakil congkoan Ban Kim sia beserta orang orang kepercayaannya, jadi berita disitu tak mungkin bisa tersiar keluar.
Dari perahu tadi muncullah Lam He cinjin, seorang tosu bermuka merah berjenggot panjang,jubah merah, ikat pinggang lebar dan menyoren sebilah pedang besar.
Yang datang bersamanya adalah Pek hoa pangcu Tin tin beserta Leng Bwee oh, Ay Ang tho, congkoan Hoa hiang, Siau bi sekalian berempat.
Oleh Ban Sian ceng dan Huijin, mereka pun dipersilahkan masuk keruang bawah tanah.
ooodwooo Pada hari kedua setelah Ban Tiong tat menyiarkan berita tentang sakit parahnya Ban lo hujin yang sudah mendekati ajalnya, dari perkampungan Ban Siong ceng telah menyiarkan berita duka, dikabarkan Ban lo hujin telah tutup usia pada bulan enam tanggal tiga belas.
Menyusul kemudian dari pihak keluarga Ban membagikan surat pemberitahuan tentang berita duka itu kepada seluruh partai besar serta segenap jago persilatan.
Berhubung per wakil dari sembilan partai besar masih bertamu dibenteng keluarga Hee dan sampai sekarang belum pulang, maka semua warta duka itupun dikirim ke benteng keluarga Hee untuk disampaikan kepada yang bersangkutan.
Padahal didalam kenyataannya yang menerima undangan Hee Kang bengcu untuk berkunjung ke benteng keluarga Hee cuma ketua Hoa san pay Siang Han hui serta ketua Pat kwa bun ci Cing.
Sedangkan para jago lainnya sama sekali tidak memenuhi undangan tersebut, tapi dalam perjalanan pulangnya dari pertemuan puncak dibukit Hong san, mereka telah diculik lawan-Namun pihak partai besar tidak menggubris soal ini, bagi mereka karena orang orang yang menghadiri pertemuan puncak dibukit Hong san belum kembali ke rumah, mereka pun dianggap sedang memenuhi undangan dan berdiam di benteng keluarga Hee. Tentu saja ide tersebut keluar dari benak si pengemis sakti berwajah senyum.
Pedang Penakluk Iblis 4 Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Karya Kho Ping Hoo Pukulan Naga Sakti 24

Cari Blog Ini