Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 27
"Baiklah kalau begitu" kata Hee Giok yang kemudian sambil manggut manggut.
"Tapi bagaimana seandainya Yu cianpwee menaruh curiga kepada kita setelah kita bertiga ditemukan sama sekali tidak keracunan?" tanya siau un.
"Soal itu mah bukan masalah penting" kata ci un, "kita kan bisa beralasan bahwa pada setengah bulan berselang si nenek telah menghadiahkan sebiji teratai salju kepada kita bertiga yang katanya bisa menambah kekuatan tubuh kami, siapa tahu berkat kasiat teratai salju itu maka kami bertiga tak sampai keracunan, dengan alasan demikian masa dia akan mencurigai kita lagi?"
Sambil tertawa Giok yang segera manggut manggut:
"Yaa, jimoay memang berotak encer dan lihay sekali, dalam sekilas pikiran saja telah berhasil mengarang alasan setepat ini"
"Nah sekarang kita harus cepat cepat masuk" kata ci un kemudian, "bila kelewat lama disini, orang lain bisa menaruh curiga terhadap kita bertiga"
Ketika mereka kembali ke dalam ruangan semua orang mengira mereka bertiga baru saja menghantar Huan cu im sampai ke tengah jalan, karenanya tak ada yang menaruh perhatian.
oleh karena racun pembuyar tenaga sudah mulai bekerja dalam tubuh masing masing orang, maka semua orang yang berada dalam ruangan sama sama duduk berkumpul sambil merundingkan tindakan selanjutnya sebab mereka tahu mengatur pernafasanpun tak ada gunanya karena tak bakal banyak menolong.
Setelah memperhatikan sekejap sekeliling ruangan, yu Hua liong menghela nafas panjang seraya berkata :
"Bila berbincang dari situasi yang kita hadapi sekarang, rasanya sebelum fajar menyingsing esokpagi, seluruh tenaga dalam yang kita miliki sudah tak dapat dipertahankan lagi, andaikata Huan sauheng gagal memperoleh obat penawar racunnya, bila pihak Tay im kau mengutus seorang atau dua orang jago saja, niscaya kita semua dapat diringkus tanpa mampu melawan"
"Yaa, kesemuanya ini hanya bisa pasrah pada nasib" kata Ban lo hujin dengan suara sedih "dalam pikiranku semula, tindakan kita kali ini pasti akan berhasil dengan sukses, siapa tahu... aaai kenapa mesti ditunggu sampai esok pagi"
Seandainya saat ini ada orang yang datang mencari gara gara, bukankah kita semua akan diringkus secara mudah"
"Aaah, belum tentu begitu" ujar Yo Leng kong sambil tertawa terbahak bahak, "walaupun diantara kita semua, terkecuali mereka yang masih muda muda, orang orang seperti saudara Yu, Ban lo hujin, Lian loko Hoa pangcu, saudara Kui dan siaute berenam paling tidak masih bisa mempertahankan tenaga dalamnya sebesar lima bagian hingga kini, bila pihak mereka berani datang mencari gara gara, kita mampu untuk bertarung mati matian"
"Perkataan Yo ciangbunjin memang betul" sambung Kui Hau nian, "daripada duduk berpeluk tangan menunggu saat kematian, kan lebih baik kita bekerja sama dan beradu jiwa dengan mereka, aku yakin kita masih sanggup untuk menarik kembali modal kita" Sambil tertawa Hoa Tin tin turut berkata
"Perkataan Yo ciangbunjin dan Kui ciangbunjin yang gagah dan penuh bersemangat sangat mengagumkan sekali, tapi setiap masalah ada berat dan ada pula yang enteng andaikata dengan beradu jiwa maka persoalan menjadi selesai, pertaruhan tersebut dinilai cukup berharga, tapi sebaliknya jika kita sudha berkorban namun tidak mendatangkan kerugian apa apa bagi pihak Tay im kau, lantas apa gunanya kita mesti beradu jiwa dengan percuma ?"
"Lantas bagaimana menurut Hoa pangcu?" tanya Yo leng kong kemudian-Setelah tertawa hambar Hoa Tin tin berkata
"Apa posisi kita belum sama sekali terdesak dan putus harapan, lebih baik kita jangan mengorbankan diri secara percuma, kini Huan sauhiap sudah berangkat ke Lou cu san, siapa tahu kalau ia berhasil mendapatkan obat penawar racun buat kita semua?"
"Bagaimana kalau seandainya gagal?" tanya Yu Hua liong.
"Itupun tak menjadi soal" sahut Hoa Tin tin tetap tenang,
"kalau toh Yu locianpwee dan nenek pengemis sudah mencampuri persoalan ini, apa lagi beliau pula yang berperan menolong Yu tayhiap serta membebaskan para ciangbunjin sembilan partai besar dari pengaruh obat pelenyap pikiran, aku yakin beliau berdua pasti mengetahui juga dengan rencana besar kita ini, asal seorang saja diantara mereka hadir disini, bukankah semua ancaman bahaya sudah teratasi?"
Kemudian setelah tertawa, ia berkata lebih jauh.
"Disamping itu, Lam Iee totiang hanya menyambangi sahabatnya di bukit Hong san dan belum pergi jauh, Kui hoa sinnipun masih berada disekitar sini, bukankah hal ini berarti kita masih mempunyai bala bantuan yang bisa diandalkan"
Tipu muslihat Tay im kau yang licik hanya bisa dibilang berhasil untuk sekarang, tapi bukan berarti berhasil secara keseluruhan"
Yu Hua liong menjadi tertegun, menyusul kemudian katanya sambil tertawa terbahak: "Haaahhh... haaahhh...
haaahhh... pendapat Hoa pangcu memang hebat sekali, dalam hal ini, siaute benar benar tak pernah menduga sebelumnya"
"Yu tayhiap terlalu memuji" kembali Hoa Tin tin berkata,
"hanya pada malam ini kita benar benar dihadapkan dengan persoalan pelik, yaitu bagaimana caranya melewati malam ini secara aman dan tenteram..."
"Apakah Hoa pangcu berpendapat bahwa malam nanti mereka pasti akan mengirim orang untuk menyergap kita ?"
tanya Ban lo hujin- "Yaa, hal ini sudah pasti mereka lakukan. Bukankah mereka sudah tahu kalau kita keracunan" Mereka pasti dapat menghitung juga kalau tenaga dalam kita sedang dalam proses memudar dan membuyar, masa mereka tak akan memanfaatkan kesempatan yang begini baik dengan begitu saja serta melepaskannya " Menurut perhitunganku, selewat tengah malam nanti mereka pasti akan muncul disini"
"Bibi Hoa, mengapa mereka baru datang selewat tengah malam ?" tanya Ban Huijin keheranan.
"Sebab mereka tahu kalau sebelum lewat tengah malam tenaga kita masih tersisa lima bagian, tapi selewatnya tengah malam, kekuatan kita tinggal empat bagian, saat seperti ini merupakan saat lemah kita semua, nah bila mereka melancarkan sergapan secara hebat maka tenaga dalam kita pasti akan buyar makin cepat oleh sebab itulah menurut dugaanku mereka pasti akan kemari selewat tengah malam"
"Lantas apa yang mesti kita lakukan?" tanya Ban Huijin dengan perasaan cemas. "Yaa, kita harus menghadapi dengan akal, jangan sekali kali mengandalkan kekuatan"
"Bibi Hoa, apakah kau telah berhasil mendapatkan cara terbaik untuk menanggulangi persoalan ini?"
Hoa Tin tin tersenyum: "Baru sih sudah ada..."
Berkilat sepasang mata Ban Huijin setelah mendengar perkataan itu segera tanyanya : "Bibi Hoa, apakah akalmu"
Hayo cepat utarakan keluar"
"Akalku ini tak boleh diketahui semua orang karena makin sedikit yang tahu makin hebat kasiatnya" ujar Hoa Tin tin tersenyum.
"Lalu berapa orang yang boleh tahu?"
sekali lagi Hoa Tin tin tertawa:
"Pokoknya sampai waktunya nanti, kau tak bakal ketinggalan"
Kemudian sambil berpaling ke arah Ban Lo hujin katanya pula:
"Lo hujin, aku ingin minta bantuan Ban congkoan untuk melaksanakan sUatu tugas"
"Bila Hoa pangcu hendak memerintahkan sesuatu, silahkan saja memberi perintahnya kepada Tiong tat" sahut Ban lo hujin tertawa^
"Ban congkoan" Hoa Tin tin segera berseru.
"cayhe berada disini" sahut Ban Tiong tat cepat cepat.
"Kemarilah" Ban Tiong tat menyahut dan segera menghampirinya, Hoa Tin tin pun membisikkan sesuatu ke Sisi telinganya.
Kemudian tampak Ban Tiong tat mengagguk sambil sahutnya: "Akan hamba laksanakan"
"Nah, pergilah cepat" seru Hoa Tin tin kemudian sambil mengulapkan tangannya.
Setelah mengundurkan diri dari hadapan Hoa Tin tin, Ban Tiong tat segera menggapai ke arah Lian Sam goan sambil serunya: "Lian tuacu, harap turut siaute"
Lian Sam goan menyahut dan berlalu mengikuti dibelakang Ban Tiong tat...
"Bibi Hoa misterius amat gerak gerikmu" seru Ban Huijin tanpa terasa. Hoa Tin tin segera tertawa:
"Aku belajar tipu muslihat dari Khong Beng, pokoknya tanggung sip hasilnya"
Yu Hua liong yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa terbahak bahak, serunya:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... tipu muslihat yang ditiru Hoa pangcu dari Khong Beng sudah pasti tipu muslihat kota kosong... Mana mungkin siasat kota kosong bisa diterapkan disini" kata Hoa Tin tin lembut siasat yang hendak kulaksanakan justru merupakan siasat yang termasuk paling jelek dan biasa"
Ban Huijin segera balik ke sisi Ban lo hujin seraya tanyanya,
"ibu tahukah kau siasat apa yang hendak dilaksanakan bibi Hoa..."
Ban lo hujin tersenyum, "Hoa pangcu tak pernah memberitahukan soal itu kepadaku dari mana aku bisa tahu?"
Ban Tiong tat meninggalkan ruangan hampir seperempat jam lamanya sebelum balik kembali ke dalam ruangan bersama Lian Sam goan,
"Ban congkoan apakah sesuatunya sudah dilaksanakan"
tanya Hoa Tin tin kemudian"Telah hamba laksanakan" sahut Ban Tiong tat sambil memberi hormat.
"Bagus sekali" Sambil tersenyum, Hoa Tin tin segera berkata kepada semua orang "orang yang bakal kupakai kali ini semuanya terdiri dari kaum wanita sekarang harap nona Hee dan kedua orang nona Siang ikuti diriku"
kemudian kepada Hoa hiang Leng Bwee oh Huan Ang tho Siau bi beserta kedua orang dayang Giok yang yaitu ciu kui berenam katanya pula. "Kalian pun turuti aku"
Selesai berkata ia segera beranjak pergi dari situ, kesepuluh orang perempuan itu serentak meng ikuti dibelakangnya.
Sebagaimana diketahui digedung tersebut masing masing terdapat tiga buah ruang tamU disisi kiri dan tiga ruangan lagi disisi kanan setelah semua orang keracunan tadi Ban lo hujin telah memerintahkan kepada Ban Tiong tat untuk meminjam seluruh gedung tersebut dari pihak kuil yang siap dipakai sebagai tempat beristirahat semua orang.
Tiga ruangan disebelah kiri diperuntukkan tamu lelaki, sedangkan tiga ruangan disebelah kanan untuk kaum wanita.
Kini Hoa Tin tin memimipin kesepuluh orang perempuan itu masuk ke dalam kamar dan segera menguncinya, lalu mereka berunding didalam dengan suara lirih.
Tak selang berapa saat kemudian, ia muncul kembali di ruang tengah sambil memimpin kesepuluh orang pasukan perempuan-Kawanan jago lainnya tak ada yang tahu siasat apa yang hendak diatur oleh Hoa Tin tin, apa lagi telah dikatakan tadi kalau siasat tersebut sangat rahasia, karenanya sebelum Hoa Tin tin mengumumkan, tak ada yang berani bertanya.
Namun semua orang dapat melihat bahwa paras muka Hoa Tin tin penuh dengan pancaran sinar cerah, seakan akan dia yakin sekali dengan kesuksesan siasatnya.
Waktupun makin berlarut, kini kentongan kedua pun sudah lewat setengah kentongan lebih.
Waktu itu Ban Tiong tat sudah berdiri didepan ruangan, disampingnya berdiri pula dua orang anggota Kay pang dari tingkat delapan karung kedalam gedung dengan langkah tergesa gesa, lalu bisiknya kepada Ban Tiong tat "Ban congkoan, ada orang datang"
"Berapa orang datang ?" tanya Ban Tiong tat.
"Sebuah tandu dengan empat dayang yang membawa lentera"
Baru saja ia berkata sampai disitu, dari luar pintu gerbang sudah terdengar seseorang berseru dengan lantang :
"Sau buncu khusus datang kemari untuk menyambangi Ban lo hujin dari bukit Hong san "
Ternyata yang datang adalah ketua Sau hoa bun, Hoa Siang siang...
Buru buru Ban Tiong tat maju menyongsong, betul juga sebuah tandu telah berhenti didepan pintu gerbang, empat orang gadis berbaju hijau berdiri dimuka tandu, jadi yang datang hanya lima orang.
Melihat hal ini, dia merasa rada cepat cepat serunya sambil menjura :
"Ban Tiong tat sudah lama menunggu kedatangan kalian, harap Hoa buncu menanti sebentar, agar kulaporkan dulu ke dalam"
"Hayo cepat " Ban Tiong tat segera membalikkan badan dan lari masuk ke dalam ruang gedung, lalu serunya:
"Lapor lo hujin, yang datang adalah Sau hoa buncu bersama keempat dayangnya, ia minta siaute memberi laporan"
"Segala sesuatunya terserah Hoa pangcu" sahut Ban lo hujin cepat.
Ketika Hoa Tin tin mendengar yang datang adalah Hoa Siang siang, tanpa terasa ujarnya sambil tertawa dingin : "Ban congkoan, kata kan dipersilahkan masuk "
Ban Tiong tat mengiakan dan segera mengundurkan diri dari sana. Hoa Tin tin segera mengangkat tangannya memberi tanda rahasia.
Ban Huijin, Hee Giok yang dua bersaudara Siang bersama Leng Bwee oh, Huan Ang tho, Siau bi, ciu gwat dan ciu kui bersembilan serentak menyebarkan diri dengan gerakan cepat mengambil posisi disekeliling gedung.
Hanya Hoa Hiang, congkoan dari perkumpulan Pek hoa pang masih tetap berdiri dibelakang Hoa Tin tin-Tak lama kemudian terdengar sUara langkah kaki manusia dari depan gedung, menyusul tampak congkoan Ban Tiong tat masuk kembali kedalam ruangan diikuti ketua Sau hoa bun Hoa Siang siang.
Dibelakang Hoa Siang siang mengikuti pula keempat dayang berbaju hijau yakniSau hoa, Bong hoa, cu hoa dan Mi hoa.
Ditangan Sau hoa memegang sebilah pedang panjang bermutiara bunga dan pita merah, itulah cu hoa kiam dari Hoa Siang siang.
Semua yang hadir dalam ruangan serentak bangkit berdiri.
Memang inilah peraturan dunia persilatan, sebab Hoa Siang siang datang dengan kedudukannya sebagai ketua perguruan Sau hoa bun.
Walaupun dunia persilatan sangat luas dengan beratus jenis perguruan besar maupun kecil, tapi seorang ketua perguruan tetap merupakan ketua yang patut dihormati, itulah sebabnya semua orang tak berani melanggar peraturan yang telah berlaku dalam dunia persilatan ini.
Ban lo hujin segera menyapa sambil tertawa :
"oooh, aku tak tahu kalau Hoa buncu akan berkunjung kemari ditengah malam buta, maaf bila kami tak menyambutmu dari kejauhan"
Dengan pandangan mata yang tajam Hoa Siang siang memperhatikan sekejap para hadirin dalam ruangan, kemudian sahutnya:
"Ban lohujin tak usah sungkan sungkan, Hoa Siang siang tak berani menerimanya, Yu tayhiap. tayhiap sekalian, silahkan duduk"
"Siaumoay tidak menyangka kalau yang datang adalah Cici"
sapa Hoa Tintin pula dengan suara dingin"Apakah kau merasa diluar dugaan dengan kehadiranku ini?"
"Yang berada diluar dugaanku adalah kedudukan ketua Sau hoa bun yang kau angkat sendiri itu"
"Apanya yang perlu diherankan " Raja mana sih yang tidak mengangkat dirinya sendiri?" sahut Hoa Siang siang sambil tertawa terkekeh kekeh, kemudian terusnya, "lagi pula perguruan Sau hoa bun yang kudirikan ini khusus akan menyapukan bunga-bunga dari Pek hoa bun kalian, bukankah bunga bunga dari Pek hoa pang telah berguguran semua" Jika dibiarkan bertumpuk dilantai, lama kelamaan tempat itu pasti akan ternoda dan kotor. nah itulah sebabnya Sau hoa bun khusus datang untuk membersihkan sampah sampah bunga yang berguguran itu, terutama untuk mengatur kaum wanita yang suka mencari main lelaki dan melahirkan anak jadah apakah kejadian yang memalukan seperti ini tak pantas diatur?"
pucat pias selembar wajah Hoa Tin tin saking gusarnya, dengan suara gemetar dia berseru
"cici jelek jelek begitu kau adalah tianglo pelindung hukum perkumpulan kita, mengapa kau malah menodai nama baik perguruan?"
Hoa Siang siang segera melengos dan sahutnya dengan suara angkuh :
"Sudah sejak lama aku bukan anggota Pek hoa pang lagi, sebelum sinenek setan itu mampus, aku telah melepaskan diri dari ikatan Pek hoa pang dan kini adalah ketua Sau hoa bun mengenai arti dari Sau hoa atau menapu bunga" Nah, aku memang khusus akan menyapu bersih Pek Hoa pang..."
"cici, kau kelewat tekebur dan jumawa" seru Hoa Tin tin dengan muka hijau membesi, "ketahuilah, aku mengalah terus menerus karena tak tega melukai saudara sendiri, kau anggap peraturan perguruan benar benar tak mampu mengapa apakan dirimu?"
Dengan suara yang tak kalah dinginnya Hoa Siang siang berseru pula dengan keras
"Tin tin, dengarkan baik baik perkataanku ini, seandainya kau bukan adik kandungku, biar ada sepuluh orang Hoa Tin tin dan sepuluh perkumpulan Pek hoa pang pun sudah kutumpas habis semenjak sepuluh tahun berselang, mengerti kau?"
Sebelum Hoa Tin tin sempat menjawab, Ban lo hujin telah mengulapkan tangannya seraya berkata:
"Hoa pangcu bagaimanapun juga kedatangan Hoa buncu pada malam ini adalah sebagai tamu, harap kau jangan berbicara dulu mari kita dengarkan dahulu maksud kedatangan Hoa buncu"
Kemudian sambil mengulapkan tangannya dia menambahkan.
"Hoa buncu bila ingin membicarakan sesuatu harap duduk dulu sebelum berbicara."
Tanpa sungkan sungkan Hoa Siang siang segera mengambil tempat duduk di hadapan Ban lo hujin kemudian katanya sambil tertawa
"Yaa betul aku kan khusus datang kemari untuk menyambangi Ban lo hujin setiap kali kami kakak beradik bertemu muka selalu saja ribut seperti kucing bertemu anjing seakan akan aku yang menjadi kakaknya memang sengaja mencari ribut saja..."
Lalu sambil berpaling ke arah Ban lo hujin kembali ujarnya sambil tertawa.
"Setelah Hee bengcu pulang ke rumah, kami baru tahu kalau Ban lo hujin berada dalam keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan sesuatu apapun, sedang berita kematian yang disiarkan pada sepuluh hari berselang tak lebih hanya isapan jempolan belaka, kejadian ini benar benar patut dibanggakan dan diberi selamat"
"Hoa buncu, kedatangan pada malam ini untuk mewakili suatu perkumpulan tertentu ataukah atas maksud dan kehendak Hoa buncu pribadi...?" tegur Yu Hua liong.
"Kedua dUanya boleh dibilang benar" sahut Hoa siang siang sambil tersenyum, "aku adalah pendiri dari perguruan Sau hoa bun, jadi mewakili diriku sendiri pun bukannya tak bisa, tapi kedatanganku pada malam ini adalah mewakili pelbagai partai besar didunia persilatan dewasa ini"
"Pelbagai perguruan besar?" tanya Ban lo hujin sambil tersenyum, "entah perguruan besar mana saja yang Hoa buncu maksudkan?"
Hoa siang siang segera tertawa terkekeh kekeh:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... tentu saja mewakili Hee bengcu serta sembilan partai besar"
"Apa yang dikatakan Hee Bengcu?"
"Setelah Hee bengcu dan orang orang dari sembilan partai besar mendapat tahu kalau Ban lo hujin beserta Yu tayhiap sekalian menderita keracunan, maka ia minta kepadaku agar berangkat kemari serta menyampaikan undangan kepada kalian, katanya berhubung kesehatan kalian semua agak terganggu daripada menderita ditengah jalan, lebih baik beristirahat saja dibukit Lou cu san- karena disitu sakit kalian dapat pula disembuhkan"
"Tidak usah" tukas Ban lo hujin dengan suara dingin, "aku rasa kedatangan Hoa buncu untuk mewakili perkumpulan Tay im kau bukan...?"
"Kalau lo hujin memaksa berkata begitu anggap saja memang benar." sahut Hoa Siang siang kemudian sambil tertawa angkuh "padahal perkumpulan Tay im kau sendiripun tidak menaruh maksud jahat terhadap kalian semua..."
Ban lo hujin segera mendengus berat berat. "Hmm kalau begitu Hoa buncu sedang bertindak sebagai pembujuk dari Tay im kau?"
Untuk kesekian kalinya Hoa Siang siang tertawa terkekeh kekeh.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau hanya membujuk mah tak perlu aku sendiri yang kemari aku tak lebih hanya ingin memperingatkan kepada Lo hujin bahwa sejak kematian Ban bengcu lima tahun berselang lo hujin sudah cukup lama memikul tanggung jawab berat serta menyumbangkan pikiran dan tenaga demi dunia persilatan. Lagi pula lo hujin sudah cukup lama memikul beban sebagai penyelenggara pertemuan puncak dibukit Hong san, sudah sepantasnya bila kau menggunakan sisa waktu yang ada untuk hidup senang dan gembira, sebab tugasmu hanya tinggal mengawinkan anak anakmu dan hidup gembira, mengapa kau justru memimpin pasukan untuk memusuhi perkumpulan Tay im kau...?"
"Bukan aku yang hendak memusuhi pihak Tay im kau lebih dulu, tapi pihak Tay im kau lah yang memusuhi dunia persilatan lebih dulu"
"Sekalipun perkataan itu benar, tapi bila hujin tidak menggerakkan pasukan, dunia pun pasti aman tenteram dan tak pernah akan terjadi peristiwa apapun, tapi begitu lo hujin bergerak..."
Pelan pelan dia mengalihkan pandangan matanya kearah kawanan jago dalam ruangan, kemudian melanjutkan
"Bukan saja hal tersebut menyebabkan banyak orang terkena racun pembuyar tenaga, bahkan sampai adikku sendiri juga terseret dalam peristiwa ini..."
"Sudah, kau tak usah banyak bicara lagi" tukas Hoa Tin tin penuh amarah "silahkan segera angkat kaki dari sini"
"Heeeh... heeeh... heeh... adikku yang baik" jengek Hoa siang siang sambil tertawa dingin, "malam ini cicimu datang mewakili Hee bengcu, mewakili sembilan partai besar serta mewakili Tay im kau untuk membujuk Ban lo hujin, adikku, bukankah kaupun sudah terkena racun pembuyar tenaga" Kini kekuatan yang kalian miliki tinggal sisa empat bagian saja, tapi begitu fajar menyingsing esok hari, keempat bagian sisa tenaga yang masih ada pun akan lenyap dengan begitu saja.
Karenanya lebih baik jangan salah tafsiran maksud baikku ini..."
"Lantas apa yang dikehendaki Hoa bengcu?" tanya Yu Hua liong kemudian"Aku mendapat perintah dari Hee Bengcu untuk mengundang saudara sekalian berkunjung ke Lou cu san, asal sudah tiba di Lou cu san maka racun yang kalian derita pun otomatis akan punah dengan sendirinya, apakah kalian berniat untuk turut?"
"Andaikata kami menolak?" tanya Ban lo hujin tiba tiba.
"Aaah, hal ini mana boleh jadi?" seru Hoa Siang siang sambil tertawa, kemudian terusnya:
"Aku hanya datang melaksanakan perintah, bila Ban lo hujin dan saudara sekalian menolak untuk ikut kami, bagaimana caraku untuk memberikan pertanggung-jawaban kepada Hee Bengcu nanti?"
"Kalau begitu kaupun tak usah ikut pulang"jawab Hoa Tin tin dengan suara dingin. Hoa Siang siang memandang sekejap ke arahnya, kemudian tertawa terkekeh kekeh:
"Haaah... haaah... haaah... kalau kudengar nada pembicaraan adik, rasanya kau berniat menahanku disini"
"Tepat sekali, aku memang demikian" jawab Hoa Tin tin dengan suara sedingin es.
"Adikku yang manis, kau tak usah keras kepala, bukankah sudah kuterangkan tadi bahwa semua orang yang berada disini sudah keracunan bubuk pembuyar tenaga dan kini tenaga dalamnya tinggal empat bagian saja" Jika kalian melancarkan serangan bersama sama, memang bisa saja aku terbunuh ditangan kamu semua, tapi setelah melancarkan serangan bersama sama nanti, seluruh tenaga murni yang kalian miliki akan punah dengan begitu saja, apakah tindakan seperti itu cukup berarti untuk kalian?"
Rupanya dia telah memperhatikan segala sesuatunya sampai sejauh itu. Dengan nada suara yang sangat tenaga Hoa Tin tin berkata:
"Kami tak usah membuang tenaga dengan percuma, tapi tetap dapat meringkusmu"
"Oya...?" sambil tertawa lebar Hoa Tin tin memandang sekejap kawanan jago yang berada disitu, kemudian melanjutkan
"Waah, kalau soal ini mah belum pernah kuduga sebelumnya"
"Tak lama lagi kau akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri..."
Baru berbicara sampai disitu, tangan kanannya telah diulapkan dengan gerakan perlahan.
Gerakan itu sangat indah dan lembut, seakan akan dilakukan tanpa maksud tertentu, tapi sebagai jago kawakan yang berpengalaman, tentu saja Hoa siang siang tak akan menikmati keindahan gerakan itu, tentu ia mengerti kalau ayunan tangan Hoa Tin tin pasti merupakan semacam tanda rahasia, ini berarti yang mesti diperhatikan adalah orang orang disekeliling ruangan.
oleh sebab itu dengan pandangan mata yang tajam dia mengalihkan perhatiannya untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu
Ternyata apa yang dikatakan Hoa Tin tin memang benar, dia segera akan membuktikan sendiri, dan sekarang dia telah membuktikan dengan mata kepala sendiri.
Dari diantara ayunan tangan dari Hoa Tin tin itulah, Ban Huijin, Hee Giok yang, siang ci un, Siau un, Leng Bwee oh, Huan Ang tho, siau bi, ciu gwat dan ciu kui bersembilan masing masing maju selangkah ke depan dan persis mengurung Hoa Siang siang beserta keempat orang dayangnya di tengah arena.
Waktu itu kesembilan orang tersebut telah mengeluarkan sebuah tabung besi berwarna hitam dari sakunya, dan monodong tabung tertuju ke arah Hoa siang siang Berubah hebat paras muka Sau hoa, Bou hoa, cu hoa, dan Ti hoa berempat sesudah menyaksikan peristiwa ini, mereka segera bersiap siap untuk meloloskan pedang.
Tampaknya Hoa Siang siang sendiripun tidak menyangka kalau Hoa Tin tin bakal melakukan tindakan seperti ini, untuk sesaat dia menjadi tertegun.
Kemudian dengan suara nyaring buru buru dia berseru :
-oo0dw0oo Jilid: 56 "Kalian jangan bergerak dulu "
"cici, kautak pernah menyangka bukan?" kata Hoa Tin tin kemudian dengan lembut "sebetulnya tabung jarum itu dipersiapkan untuk menghadapi pihak Tay Im-kau, tapi kau lah yang mesti menjadi korban pertamanya..."
Kemudian tidak menunggu sampai Hoa Siang siang buka suara dia berkata lebih jauh:
"Sekarang, tak ada salahnya kuperkenalkan dulu kepadamU, dari kesembilan jarum yang ada sekarang, tiga tabung berisi Kiu hoa lian hoa ciam, dua buah tabung berisi Hanpeng sin ciam dari Tiang pekpay dan empat tabung yang lain adalah Hoa say cuat mia ciam dari pek hoa pang kami tentunya kau bisa membayangkan bukan bagaimana hebatnya serangan jarum itu bila dilancarkan bersama sama, sebuah tabung saja sudah cukup untuk memusnahkan sepuluh orang jago lihay dunia persilatan."
Dalam hal ini tentu saja Hoa siang siang mengetahui secara jelas sekali, namun sikapnya acuh tak acuh, katanya sambil tertawa hambar:
"Adikku kau betul betul hebat, cici harus merasa kagum kepadamU, bagaimana rencanamu selanjutnya ?"
Sambil berpaling Hoa Tin tin segera berseru :
"Nona Hee, cepat kau totok jalan darahnya, jika ia berani melawan, bunuh saja sampai mampus."
Hee Giok yang mengiakan dan segera melangkah maju ke muka.
Diam diam Hoa Siang siang merasa girang sekali setelah mendengar perkataan itu, dia melirik sekejap ke arah Hee Giok yang, lalu ujarnya sambil tertawa merdu:
"Kukira pemuda tampan dari manakah yang bergabung disini, rupanya putri kesayangan dari Hee Bengcu"
Baru saja Hee Giok yang berjalan maju sejauh tiga depa ke tengah arena, secepat sambaran petir dia sudah melompat bangun dari tempat duduknya, lalu sambil mementangkan cakarnya dia langsung mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan gadis tersebut.
Dalam perhitungannya, usia Giok yang masih muda, lagi pula tenaga dalamnya tinggal empat bagian, masa dia tak berhasil membekuknya" Tapi sayang, perhitungan kali ini sudah keliru besar sekali
Hee Giok yang segera tertawa dingin, tak sampai tubuhnya kena dicengkeram, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke bawah membacok cakar setan Hoa Siang siang yang mengancam urat nadi dipergelangan tangan kanannya itu.
Kepandaian silat yang dimiliki Hoa siang siang memang terhitung hebat sekali, tentu saja dia tak memikirkan ancaman dari Giok yang itu ke dalam hati, ujarnya sambil tertawa.
"Nona Hee, tenaga dalammu sekarang tinggal empat bagian, mana mungkin kau sanggup menandingiku" "
Tangan kanannya ditarik kembali, kemudian didorong ke depan untuk menyambut datangnya serangan dari Hee Giok yang itu
Kedua belah pihak sama sama melancarakan serangannya dengan kecepatan luar biasa, tahu tahu... "Plaaakkk"
Sepasang tangan mereka telah saling beradu satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara benturan keras, ternyata tenaga dalam yang mereka miliki berimbang akibatnya masing masing mundur satu langkah dari posisi semula.
Diam diam Yu Hua licng merasa terkejut bercampur keheranan juga setelah menyaksikan peristiwa ini, sekilas rasa kaget melintas lewat dari balik pandangan matanya.
Sementara tangan kanannya saling beradu kekerasan dengan serangan musuh, tangan kiri Hee Giok yang sudah tidak berdiam diri dengan begitu saja, mendadak dia melepaskan sebuah totokan ke muka.
Segulung desingan angin serangan segera meluncur ke muka dan menyambar tubuh Hoa Siang siang.
Sebagai jagoan yang berpengalaman, Hoa siang siang cukup mengetahui kehebatan ancaman tersebut, sebab serangan jari dia itu tak lain adalah serangan ilmu can hoa ci andalan Kiu hoa sinnie yang sudah termashur karena kehebatannya dalam dunia persilatan, sudah barang tentu ia segan untuk melakukan bentrokan keras melawan keras Dalam keadaan begini, tubuhnya segera berkelebat kesamping dan mengundurkan diri dari ancaman tersebut, lalu menyelinap ke samping badan Ban lohujin.
Sesungguhnya perhitungan Hoa siang siang memang benar, untuk menumpas kawanan penjahat memang mesti bekuk pentolannya dulu asal Ban lo hujin berhasil dicengkeram pergelangan tangannya, sudah pasti kesembilan buah tabung jarum itu tak banyak faedahnya.
Sayang sekali, baru saja dia bergerak mendekati tiba tiba terdengar seseorang berseru sambil tertawa ringan: "sekarang sudah tiba giliranku"
Tahu tahu punggungnya terasa mengencang dan tubuhnya bagalkan seekor ikan sudah terkail dan ditarik naik ketengah udara.
Tentu saja sipengail adalah Siang Siau Un, terdengar nona itu berseru sambil tertawa cekikikan: "Mau kabur kemana lagi?"
Hoa siang siang sangat terkejut dan buru buru melengkungkan tubuhnya kemudian membalikkan badan ditengah udara dengan cepat tangan kirinya diayunkan kemuka lalu didayung ke belakang, sayang sekali rontaan tersebut tak berhasil membuatnya terlepas dari cengkeraman.
Tapi kepandaian silat yang dimiliki Hoa Siang siang memang sangat mengagumkan, setelah berhasil menyambar beng pengail tersebut, dibetotnya kemudian keras...
"Breeettt..." Pakaian bagian punggungnya tertarik sampai robek, tapi dia sendiripun terlepas dari kaitan dan cepat cepat seperti sambaran petir melarikan diri keluar pintu.
Sayang sekali Hee Giok Yong sudah menduga sampai disitu dan telah berjaga jaga di muka pintu, begitu melihat musuhnya menerjang kearahnya, ia segera mendengus dingin: "Hmmm, enyah kau dari sini"
Sambil menggetarkan jari tangannya, dia lepaskan sebuah totokan ketubuh Hoa siang siang.
Sebagai seorang jagoan yang cukup berpengalaman, Hoa Siang siang mengerti sampai di manakah kehebatan ilmu totokan can hoa ci tersebut, tentu saja diapun tak berani menyambutnya dengan keras melawan keras, cepat cepat badannya miring kesamping lalu melewat lewat dari sampingnya.
Hee Giok yang segera mendesak maju ke depan sambil memutar sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai.
Disaat tubuhnya mendesak kedepan itulah secara beruntun dia telah melepaskan lima buah serangan berantai yang semuanya dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan kedahsyatan yang amat mengagumkan...
Hampir saja Hoa siang siang tidak percaya dengan apa yang terlihat di depan mata seseorang yang sudah terkena racun pembuyar tenaga masih memiliki daya pukulan yang begitu hebat"
begitu ujung kakinya mencapai permukaan tanah, sepasang ujung bajunya dikebaskan kedepan dan menciptakan selapis tenaga pukulan yang kuat untuk membendung ancaman dari Hee Giok yang.
Setelah itu sepasang telapak tangannya yang putih bersih muncul secara tiba tiba dari balik bajunya dengan kelima jari tangan yang direntangkan seperti kuncup bunga anggrek.
Seperti mau mencengkeram, seperti juga mau menapak, dia ancam beberapa buah jalan darah penting ditubuh Hee Giok yang, kecepatan serangannya hampir saja sulit diikuti dengan pandangan mata.
Rupanya dia telah mengeluarkan ilmu Liok hoa ciang hoat (ilmu pukulan bunga berguguran) yang telah dipelajarinya selama banyak tahun, begitu serangannya dilepaskan ibarat daun dan bunga yang berguguran, ancaman datang dari mana mana.
Bukan cuma begitu, malah dibalik ancaman tersebut dia selipkan juga ilmu Lan hoa hud hiat jin hoat (ilmu penolak jalan darah bunga anggrek) semua dilepaskan dengan kecepatan luar biasa.
Hee Giok yang meski terhitung seorang murid Kiu hoa sinni, sesungguhnya dia belum pernah mengikuti rahib tersebut dalam jangka waktu lama oleh sebab itu kepandaian yang dikuasai hanya serangkaian ilmu pedang serta sebuah ilmu totokan can hoa sin ci yang lihay itu
Karenanya setelah menghadapi serangkaian ancaman dari Hoa Siang siang yang menerobos kian kemari seperti kupu kupu yang terbang diantara aneka bunga, kemudian melihat pula serangan jarinya berulang kali menemui kegagalan, dia mulai gugup dan panik sehingga terdesak mundur berulang kali kebelakang.
Masih untung saja Hoa Siang siang rada jeri terhadap kelihayan ilmu jari can hoa Ci nya, hingga tidak berani mendesak kelewat dekat, coba kalau bukan begitu, niscaya ia sudah termakan serangan musuh sedari tadi...
Siang Siau Un segera melihat keadaan yang tidak menguntungkan itu, dengan sUatu gerakan cepat dia mendesak maju kemuka tongkat bambunya langsung dibabat kepinggang Hoa Siang siang kuat kuat.
Perlu diketahui, tongkat bambu yang berada ditangan nona itu sesungguhnya bukan bambu asli, tapi merupakan sebuah toya yang dibuat nenek pengemis bermata buta dari baja asli dicampur dengan batu kemala hijau sepintas lalu saja bentuknya menyerupai bambu, padahal kekuatannya melebihi baja asli, panjangnya tujuh depa dan bila tak terpakai bisa ditekuk menjadi dua bagian, sedang kalau ditekan tombolnya maka akan berubah menyerupai tongkat pancingan.
Waktu Hoa Siang siang sedang gembira dan semangat meneter musuhnya habis habisan setelah melihat wajah Giok yang telah berubah memerah hatinya berdebar dan napasnya terengah engah terutama sekali serangan serangan can hoa ci nya makin meleset dari sasaran dia tahu bila didesak beberapa jurus lagi nisCaya musuhnya berhasil dibekuk hidup hidup, Siapa tahupada saat itulah terasa desingan tajam menyambar lewat tahu tahu sebuah bayangan hijau menyambar pinggangnya.
Sebagai jagoan yang berpengalaman luas ia memiliki ketajaman mata untuk mengawasi keadaan disekitar sana dalam sekilas pandangan saja dia telah melihat kalau benda yang digunakan Siang Siau Un adalah tongkat bambu hijau milik si nenek pengemis bermata buta tak terlukiskan rasa kagetnya.
sebab bila dilihat dari munculnya tongkat bambu hijau milik si nenek pengemis ditangan anak muda itu (Siang Siau Un menyaru sebagai pria) berarti nenek pengemis yang disegani itu berada pula disekitar sana.
Begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, buru buru dia melayang ke belakang untuk menghindarkan diri.
Dengan demikian Hee Giok yang pun mempunyai kesempatan untuk mengatur pernapasan, tentu saja gadis itu amat penasaran, sambil membentak keras, sebuah totokan kilat dilancarkan dari kejauhan.
Hoa siang siang baru saja menghindarkan diri dari serangan tongkat Siang Siau Un ketika melihat serangan totokan Hee Giok yang menyambar tiba, dalam keadaan begini terpaksa dia harus menghindarkan diri.
Perlu diketahui sekalipun Siang Siau Un belum lama mengangkat guru, namun setelah si nenek pengemis bermata buta menghadiahkan sebuah tongkat bambu kepadanya otomatis dia telah mengajarkan juga ilmu Tah kau pang hoat kepadanya.
Ilmu Tah kau pang hoat terdiri dari sembilan kali sembilan delapan puluh satu jurus tapi yang diwariskan kepada Siang Siau Un hanya sembilan jurus saja dari teknis mengikat.
Sewaktu sapuan toya Siang Siau Un berhasil dihindari Hoa Siang siang barusan tangan kanannya segera digetarkan keras kemudian sekali lagi menyapu kaki telanjang Hoa Siang siang.
Sebetulnya ketua dari perguruan Sau hoa bun ini sudah mengira kemenangan berada dipihaknya ia tak menyangka kalau keikut sertaan Siang Siau Un dalam penyerangan menyebabkan Hee Giok yang bukan saja dapat mengatur pernapasan, bahkan dia sendiri kena dipaksa mundur sebanyak dua kali, kontan saja hawa amarahnya berkobar.
Maka ketika melihat toya bamb Siang Siau Un melakukan sapuan lagi dengan menempel permukaan tanah, kali ini dia tidak menghindar ke arah lain, tapi hanya melompat sedikit saja, sapuan lawan telah mengenai Sasaran kosong.
Begitu sapuan mencapai depan mata, dia segera menarik nafas panjang dan tubuhnya melejit lima inci ke tengah udara.
Siapa tahu serangan yang dilancarkan Siang Siau Un barusan justru menggUnakan teknik "mengikat" baru saja tubuhnya melejit ke tengah udara, tahu tahu toya bambu itu bergetar sambil menyambar ke atas, ujung toya itu persis menghantam kakinya.
Seketika itu juga Hoa siang siang merasakan kakinya kesakitan, dengan sempoyongan dia mundur sejauh tiga langkah lebih sebelum berhasil mempertahankan keseimbangan badannya.
Hee Giok yang segera manfaatkan kesempatan itu dengan melancarkan sebuah totokan can hoa ci lagi ke dadanya.
Sedangkan Siang Siau Un yang telah berhasil dengan serangannya telah menggetarkan kembali toyanya sambil melancarkan tusukan maut.
Dibawah kerubutan dua orang nona tersebut, hampir boleh dibilang Hoa Siang siang tak ada kesempatan lagi untuk melancarkan serangan balasan, kejadian ini membuatnya gusar berCampur gelisah.
Sementara itu keempat dayangnya tetap berdiri tegak di tempat semula dan tak seorangpun yang berani bergerak sebelum memperoleh perintah darinya, karena mereka memang sudah terbiasa dididik dalam peraturan yang ketat.
Apalagi sembilan tabung jarum lawan betul betul merupakan sebuah ancaman yang amat menakutkan, apabila ia gagal mengalahkan Hee Giok yang berarti keselamatan keempat dayangnya juga terancam.
Setelah melalui perhitungan yang seksama Hoa Siang siang segera menggerakkan tubuhnya sambil berpekik nyaring Itulah tanda rahasia yang ditujukan kepada dayang dayangnya untuk bertindak. Sau hoa yang membawa pedang cu hoa kiam segera menggetarkan tangan kanannya dan melemparkan senjata tersebut kearah Hoa Siang siang.
Dengan suatu gerakan cepat Hoa Siang siang menerima pedang tadi, lalu... "criiing" ia telah meloloskan senjatanya.
Kemudian diiringi perputaran pinggang dengan jurus
"mengayun golok memotong air" dia lepaskan sebuah bacokan kilat ke atas tongkat bambu Siau Un.
Melihat datangnya bacokan itu Siang Siau Un mendengus dingin, tangan kanannya kembali digetarkan, tiba tiba saja toyanya melepaskan serangkaian serangan berantai. "Sreet, sreet, sreeet..."
Toyanya menyambar ke kiri ke kanan berulang kali, bagaikan amukan gelombang laut sjaa dia meneter Hoa Siang siang habis habisan.
Hee Giok Yong juga tak berani berayal, ia segera meloloskan pedang pelanginya sambil mendesak ke depan dan melepaskan sebuah tusukan kilat.
Sesungguhnya pedang cu hoa kiam miliki Hoa Siang siang termasuk juga sebilah pedang yang tajam sekali, tapi dia adalah seorang jago kawakan yang amat berpengalaman, ketika menyaksikan kilauan Cahaya yang memancar keluar dari pedang pelangi diatangan Hee Giok Yong, ternyata ia menjadi lebih waspada dan enggan melakukan bentrokan kekerasan dengan gadis tersebut.
Perlu diketahui, bagaimanapun juga Hoa Siang siang termasuk seorang jago yang sudah lama termasyur namanya dalam dunia persilatan, baik tenaga dalam maupun ilmu silatnya telah mencapai tingkatan yang sempurna, sudah barang tentu dia tak memandang sebelah matapun terhadap Hee Giok yang maupun Siang Siau Un.
Kilatan cahaya pedangnya yang menyilaukan mata khusus ditunjukkan untuk menghadapi Hee Giok yang, sementara sarung pedang ditangan kirinya bergerak ke atas ke bawah membendung semua ancaman dari Siang Siau Un...
Begitulah dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah terlibat dalam pertarungan yang amat sengit, dua puluh jurus lewat tanpa terasa...
Seperti diketahui Siang Siau Un hanya bisa menggunakan sembilan jurus ilmu Tah kau pang hoa, jadi bolak balik diapun hanya bisa memakai jurus serangan yang sama, lama lama hal ini pun diketahui oleh Hoa siang siang.
Akibatnya Hoa Siang siang dapat bergerak dengan lebih leluasa dan tidak mendatangkan ancaman yang mengerikan dirinya lagi.
Sebaliknya Hee Giok yang sendiripun mempunyai jalan pikiran yang sama dengan Hoa siang siang, ketika melihat cahaya pedang cu kong kiam milik lawannya berkilauan dia tahu kalau senjata lawan tajam sekali.
Sekalipun pedang lawan miliknya dapat memotong besi seperti mengiris tahu, tapi jikalau kedua bilah senjata mestika itu saling beradu, sekalipun tak akan sampai patah namun jika meninggalkan berapa gumpilan dimata pedangnya, bukankah hal itu akan merupakan kerugian yang besar sekali"
Dasar ilmu silatnya memang sudah bukan tandingan Hoa Siang siang, ditambah lagi dia merasa ragu dengan ketajaman senjatanya dengan sendirinya ilmu pedangnya tak dapat berkembang secara baik, serangan serangannya segera berhasil dikendalikan Hoa Siang siang membuatnya tak sanggup maju selangkah lagi.
Dalam suatu pertarungan, bila keadaan berimbang maka kedua belah pihak sama sama saling menyerang atau bertahan, tapi bila disatu pihak lebih lemah, maka pihak kuat akan lebih menyerang, sedang pihak lemah hanya bisa bertahan terus menerus.
Begitulah keadaan arena disaat itu, setelah serangan serangan Hee Giok yang berhasil dikendalikan Hoa Siang siang, maka kini berganti serangan Hoa Siang siang yang makin lama makin bertambah gencar dan dahsyat sebaliknya posisi Hee Giok yang makin lama semakin melemah dan bertambah bahaya.
Ditengah pertarungan sengit, Hoa siang siang merubah kembali taktik pertarungan, hal ini membuat kedua orang lawannya terdesak mundur lagi sejauh berapa langkah.
Sambil tertawa dingin Hoa siang siang makin pergencar serangannya, dalam waktu singkat Hee Giok yang dan Siang Siau Un terjerumus dalam posisi berbahaya sekali.
Siang Ci Un segera menyaksikan keadaan yang tidak menguntungkan itu, laksana kilat dia meloloskan pedangnya sambil menyerbu ke dalam arena untuk memberi pertolongan.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan hal ini, diam diam Hoa siang siang merasa terkejut sekali, segera pikirnya
"Aneh, mengapa sebanyak ini yang tidak keraCunan ?"
Tangan kirinya segera diayunkan ke muda dengan sarung pedangnya dia tangkis datangnya ancaman dari Siang Ci Un itu.
Kepandaian silat yang dipelajari Siang Ci Un boleh dibilang berasal dari ajaran ayahnya, gerak pedangnya sangat ringan dan lincah, jurus serangannya "bunga bwee menyambut musim semi" segera dirubahnya menjadi jurus "rembulan menggeser bayangan bunga", lalu dari sisi kiri berputar kebelakang punggung Hoa Siang siang, sementara tangan kirinya dengan menggunakan ilmu jari penembus awan langsung menotok jalan darah ci yang hiat ditubuh perempuan itu.
Baru saja Hoa siang siang merasa terkejut dan buru buru menghindarkan diri kesamping, sebuah serangan pedang dari Siang Ci Un kembali telah menyambar datang.
Dengan terjunnya Siang Ci Un kedalam arena pertarungan, Hee Giok yang serta Siang Siau Un segera merasakan tekanannya makin mengendor, cepat cepat Hee Giok yang memutar pergelangan tangannya sambil melancarkan sebuah totokan, sementara Siang Siau Un mengayunkan tongkat bambunya mengancam bahu musuh.
Dengan suatu gerakan yang ringan Hoa Siang siang miringkan tubuh bagian atasnya untuk menghindari serangan tongkat bambu itu, tapi sayang gerakan ini kurang cepat sehingga bajunya segera kena disambar dan robek sebagian.
pada saat itulah gelak tertawa keras mendadak bergema dari luar pintu kemudian tampaklah sesosok bayangan manusia menerobos masuk kedalam ruangan seraya berseru
"Hoa buncu masa kau kena dikurung oleh tiga orang budak cilik tanpa bisa berkutik?"
Begitu orang itu melayang turun ke dalam arena Ban Huijin segera mengacungkan tabung jarumnya seraya membentak
"Kalau kau tidak segera menghentikan langkahmu, jangan salahkan kalau aku tak akan bertindak sungkan sungkan."
orang itu mengenakan jubah pendeta berwarna abu abu bermuka hijau seperti kepiting perawakan tubuhnya tidak terlampau tinggi namun bahunya lebar sekali sebilah pedang panjang tersoren dipunggungnya.
Dilihat dari gerakan tubuhnya sewaktu meluncur datang, bisa diketahui kalau kepandaian silat yang dimilikinya memang hebat sekali. Sambil mendengus dingin Lian Sam sin berseru:
"Hmmm, rajawali sakti dari langit selatan cho Lam jiang"
"Betul, memang aku yang datang" sahut cho Lamjiang dingin.
Sekalipun dia berada dibawah ancaman tabung jarum dari Ban Huijin, dalam kenyataannya ia seakan akan tak pandang sebelah matapun terhadap ancaman tersebut, ketika sudah selesai berbicara dengan Lian Samsin pelan pelan dia baru membalikkan badannya serta memandang sekejap ke arah tabung jarum ditangan gadis itu. Tiba tiba jengeknya sambil tertawa dingin
"Hmm, dengan permainan busuk maCam begini, kalian juga ingin bermain gila dihadapan aku orang she cho" Berapa batang bambu yang dicat hitampun mau kalian pakai untuk menggertak aku?"
Berbicara sampai disitu, dia segera menggetarkan tangan kirinya, empat buah tabung jarum segera menggelinding jatuh dari balik sakunya, ternyata semua tabung itu hanya bambu bambu yang dicat warna hitam, sama sekali bukan tabung jarum seperti apa yang digembar gemborkan Berubah hebat paras muka Hoa Tin tin setelah menyaksikan kejadian itu, tentu saja dia tahu kalau keempat tabung jarum itu adalah benda yang diserahkan kepada anggota Kay pang yang menjaga didepan pintu rupanya benda benda itu kena dirampas oleh si Rajawali sakti dari langit selatan sehingga kepalsuannya diketahui.
Setelah rahasia kepalsuan tabung jarumnya ketahuan orang, demi keselamatan jiwa semua orang, Hoa Tin tin pun tak ambil peduli lagi terhadap asal usul dari si Rajawali sakti tersebut.
Dengan cepat tangan kanannya diayunkan ke tengah udara memberi tanda rahasia. "criiing, Criiing..."
Diiringi tanda rahasia tersebut, bunyi gemerincing pun bergema memeCahkan keheningan.
Belum selesai gelak tertawa si rajawali sakti dari langit selatan, mendadak wajahnya yang hijau seperti warta kepiting itu mengejang keras, mulutnya menganga dan tak sempat berbicara lagi tubuhnya segera roboh terjungkal ke atas tanah Rupanya dari sembilan buah tabung jarum yang berada ditangan Ban Hui jin sekalian bersembilan, ketiga tabung yang berada di tangan Leng Bwee oh, Huan Ang tho dan Siau bi adalah tabung jarum hoa say coat mia ciam sedangkan dua tabung yang berada ditangan ciu gwat dan ciu kui benar benar berisi jarum Kiu hoa lian hoa ciam yang sangat hebat.
Ini berarti hanya keempat tabung yang berada ditangan Ban Huijin, Hee Giok yang Siang Ci Un dan Siang Siau Un saja yang merupakan tabung palsu, karena Hoa Tin tin sudah mendapat tahu kalau racun pembuyar tenaga yang mengeram dalam tubuh Hee Giok yang serta dua bersaudara Siang telah berhasil dipunahkan.
Sementara itu keempat tabung yang berada ditangannya keempat anggota Kay pang di depan pintu pun merupakan tabung palsu andaikata ada musuh yang berusaha melarikan diri lewat pintu gerbang, berarti keempat anggota Kay pang itu dapat menghadang jalan perginya.
Mimpipun si rajawali sakti dari langit selatan tidak menyangka kalau gara gara keberhasilannya membongkar kepalsuan tabung jarum itu justru mendatangkan bencana kematian baginya, diapun tak pernah menyangka kalau ilmu silat yang telah dilatihnya dengan susah payah selama banyak tahun ternyata tak sempat digunakan setengah jurus pun karena jiwanya keburu direnggut oleh lima buah tabung jarum.
Sementara semua jago dalam ruangan masih dibuat tertegun karena mendengar perkataan dari rajawali sakti tadi, tahu tahu semua orang mendengar desingan tajam dan menyaksikan musuhnya roboh binasa, kejadian ini mengejutkan sekali hati semua orang.
Berubah hebat paras muka Yu Hua Liong, tapi menyusul kemudian sambil tertawa tergelak:
"Kecerdasan Hoa pangcu benar benar mengagumkan, sungguh tak kusangka kau bisa mengatur siasat seperti ini, tabung jarum yang asli dan gadungan memang cukup membingungkan orang"
Hoa Tin tin tertawa "Sesungguhnya keempat tabung jarum palsu yang berada ditangan anggota Kay pang tadi tak lebih merupakan pancinganku saja, padahal kesembilan tabung jarum disini semuanya asli "
Sementara berbicara, kembali dia mengerdipkan matanya kepada congkoan Hoa hiang serta ketiga orang muridnya Leng Bwee oh, Huan Ang tho serta Siau bi. Lagi lagi dia memberi tanda rahasia.
Keempat orang itu segera mengerti, menggunakan kesempatan disaat semua orang masih merasa ngeri karena kematian sirajawali sakti dari langit selatan, dengan suatu gerakan cepat mereka membalikkan badan dan mengacungkan tabung masing masing ke hadapan dada Sau hoa, cong hoa, cu hoa serta Ti hoa.
Hoa Tin tin juga tidak banyak berbicara, secepat kilat dia melancarkan totokan untuk menotok jalan darah ditubuh mereka semua, dalam waktu singkat keempat dayang dari Hoa Siang siang itu sudah kena ditotok semua jalan darahnya.
Waktu itu Hoa Siang siang sendiripun sudah bersiap siap akan turun tangan ketika mendengar suara desingan angin tajam dan menyaksikan rekannya si rajawali sakti roboh terjungkal keatas tanah.
Dengan perasaan terkejut buru buru dia bertanya:
"cho toheng, mengapa kau ?"
Sambil tertawa Hoa Tin tin segera berseru:
"Si Rajawali sakti telah berubah menjadi bangkai rajawali, tak ada salahnya jika kau periksa badannya, mungkin ada delapan sampai sembilan puluh batang jarum yang telah menancap diatas badannya "
Bergetar keras perasaan Hoa Siang siang tapi segera ujarnya lagi sambil mendengus: "Hmmm ternyata kau benar benar kejam"
Kembali Hoa Tin tin tertawa.
"Kalau kita berbelas kasihan terhadap musuh, bukankah sama artinya bersikap kejam terhadap diri sendiri ?"
Kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, dia berkata lagi seraya tersenyum:
"Nona Hee, nona Siang, kalian boleh menghentikan dulu serangannya, aku hanya ingin membuktikan kepadanya kalau bubuk pembuyar tenaga sama sekali bukan ancaman yang serius buat kami, sudah kuduga kalau dia telah bergabung dengan Tay Im-kau ternyata dugaanku tak salah, malah mereka telah memakai racun untuk menghadapi kami... Hmm, padahal persiapan kamipun cukup kuat"
Hee Giok yang Siang Ci Un dan Siang Siau Un menurut dan segera menghentikan ancamannya
Pelan pelan Hoa Tin tin menggerakkan tenaganya dan meraba sekuntum bunga mutiara yang menghiasi sanggulnya Lagi lagi dia memberi tanda rahasia.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat kembali Ban Huijin bersembilan mengacungkan tabung jarumnya kearah Hoa Siang siang.
Kali ini terkesiap juga hati Hoa Siang siang, apalagi dihadapan matanya sudah terkapar sesosok mayat yang telah menjadi korban keganasan jarum jarum itu.
Berbicara yang sesungguhnya, baik ilmu silat maupun nama besar si Rajawali sakti dari langit selatan cho Lamjiang sama sekali tidak berada dibawahnya, tetapi dalam kenyataannya belum sampai satu gebrakan dia telah tewas oleh sembilan buah tabung jarum (dalam kenyataannya hanya lima batang tabung)
Sekarang, kesembilan tabung jarum itu kembali diarahkan kepadanya, tak heran kalau dia merasa terkejut dan bergetar hatinya
"Apakah kau hendak turun tangan kepadaku ?" tegurnya kemudian dengan suara sedingin salju.
Dengan wajah amat serius dan sungguh sungguh Hoa Tin tin berkata:
"Mengingat kau telah menghianati perkumpulan Pek hoa pang, mendirikan perguruan sendiri dan mengangkat diri menjadi Sau hoa buncu, lalu melihat kenyataan kau telah bergabung dengan pihak Tay Im-kau untuk melakukan pelbagai kejahatan, semestinya malam ini tak bisa mengampuni dirimu, namun memandang atas hubungan kita sebagai sesama saudara sekandung, kuampuni jiwamu untuk kali ini, tapi pengampunanku kali inipun untuk terakhir kalinya, letakkan pedangmu dan segera pergi dari sini, mulai sekarang bertobatlah dari perbuatanmu serta kembali menjadi orang baru, asal kau bersedia untuk berbuat demikian, bukan saja kita masih tetap sebagai saudara sekandung, semua persoalan yang telah lewatpun kita sudahi sampai disini saja, kalau tidak, bila kita sampai bertemu kembali dilain waktu, saat itulah merupakan saat bagi kita untuk menyelesaikan semua persoalan yang telah berlangsung selama ini"
Hoa siang siang benar benar teramat gusar sampai wajahnya berubah menjadi hijau membesi dan giginya saling bergemerutukan keras, serunya keras keras:
"Bagus sekali Tin tin, ingatlah baik baik, bila kita bersua kembali dikemudian hari buktikan saja kau sebagai ketua Pek hoa pang akan membasmi diriku ataukah sau hoa bun kami yang akan menyapu bersih seratus bunga kalian?"
"Banyak berbicara tak ada gunanya, yang jelas letakkan dulu pedangmu dan segera angkat kaki dari sini, mumpung sampai sekarang aku belum berubah pikiran"
Hoa siang siang benar benar tidak banyak berbicara lagi, dia meletakkan pedang cu hoa kiamnya dan berkata:
"Aku rasa keempat dayangku telah kau totok semua jalan darahnya, aku hendak mengajak mereka pergi dari sini"
"Boleh saja" Hoa Tin tin segera berpaling sambil memerintahkan:
"coba kalian geledah senjata tajam yang mereka bawa, dan lepaskan orang orang itu dari sini"
Hoa hiang berempat segera mengiakan, dengan cepat mereka merampas pedang pendek milik Sau hoa sekalian, kemudian menepuk jalan darah yang tertotok.
"Hayo kita pergi" seru Hoa Siang siang kemudian-Tanpa membuang waktu dia segera beranjak lebih dulu meninggalkan tempat tersebut. Sau hoa sekalian berempat mengikuti dibelakangnya dan cepat cepat berlalu dari situ.
Sepeninggal orang orang itu, Hoa Tin tin baru membungkukkan badan dan memungut pedang cu hoa kiam yang segera disarungkan, lalu sambil menyerahkan kepada Hoa hiang, ujarnya sambil menghela napas panjang:
"Perguruan kami sungguh tak beruntung hingga dapat muncul seorang penghianat macam dia, keluarga pun sangat tak beruntung karena kami kakak beradik harus saling gontok gontokan sendiri..."
Ketika berbicara sampai disitu, dua titik air mata tak tertahan lagi jatuh berlinang membasahi pipinya .
ooodwooo Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya Huan Cu Im melakukan perjalanan sangat cepat, enam tujuh puluh li ditempuh dalam waktu setengah jam Tak lama kemudian ia telah tiba dibukit Lou cu san.
Jalanan menuju bukit tersebut sangat dikenal olehnya, karena itu tanpa berpikir panjang dia langsung menyusup kedalam hutan, kemudian sambil menghimpun tenaga melompati pagar pagar pekarangan dan melayang turun keatas tanah dengan ringan-Sejak kemunculannya diatas bukit sampai sekarang, ternyata tiada sesuatu gerakan pun yang terlihat, malah bayangan manusia pun tak nampak sama sekali.
Dengan cepat dia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu kemudian menyelundup masuk kedalam serambi panjang.
Tujuannya sekarang adalah mencari empek Hee atau ayahnya, asal seorang diantara kedua orang tersebut berhasil ditemukan, dia baru akan merundingkan bagaimana caranya memperoleh obat penawar racun.
oleh sebab itu dia langsung menuju ke ruang gedung sebelah timur, sebab disanalah biasanya Hee im hong berdiam.
Kini dia telah berada didepan pintu gwat tong bun, asal melewati pintu tersebut maka dia akan sampai dikamar baca, nampaknya kehadirannya disitu sama sekali tak menarik perhatian orang orang Tay Im-kau...
Setelah memasuki sarang harimau, apalagi perjalanannya kali ini hanya boleh berhasil dan tak boleh gagal sekalipun nyalinya besarpun tak urung pemuda tersebut harus waspada dan bersiap sedia selalu.
Dengan suatu gerakan cepat dia menembusi serambi panjang dan menyelinap masuk ke dalam pintu gwattong bun.
Waktu itu kentongan pertama baru saja lewat sedikit, dari balik kamar baca lamat lamat tampak sinar lentera yang menyorot keluar, tapi tirai jendela disekitar ruangan telah diturunkan, hingga hanya setitik cahaya yang sempat menerobos keluar.
"Tampaknya orang yang berada dalam kamar baca benar benar adalah empek Hee"
Berpikir demikian dia segera menelusuri kebun bunga dan tiba kedepan pelataran ruangan, kemudian dengan cepat menaiki tangga batu dan tiba didepan pintu, sebelum menyelinap masuk. dia sempat menyembunyikan diri untuk memperhatikan sekejap suasana dalam kamar baca itu.
Mendadak pintu ruangan terbuka dan muncullah sesosok bayangan manusia yang tinggi kurus dari balik ruangan Dalam sekilas pandangan saja Huan Cu Im telah mengenali orang itu sebagai si burung berkepala sembilan Soh Han sim.
Tampak langkahnya berat sekali, dia hanya berhenti sejenak didepan pintu lalu menegur dengan suara lirih :
"Apakah yang datang adalah Huan sauhiap" Hayo cepat masuk"
Huan Cu Im segera maju menyongsong kemudian tany any a: "Apakah empek Hee berada didalam?"
soh Han sim manggut manggut dan memberi tanda agar dia segera masuk ke dalam.
Dengan langkah cepat Huan Cu Im menyusup masuk ke dalam ruangan, sementara Soh Han sim segera menutup pintu ruangan kembali.
Setelah memasuki pintu, didepan mata terbentang ruang tamU yang luas, kemudian setelah melewati sebuah pintu lagi yang berbentuk bulat ia baru sampai dikamar baca Tanpa menunggu Soh Han sim membawakan jalan Huan Cu Im langsung melangkah masuk dalam ruangan, ia saksikan empek Hee sedang duduk menghadap kejendela dengan membelakanginya sehingga yang tampak hanya punggung kursi yang tinggi. Tanpa Curiga Huan Cu Im segera berseru
"Empek Hee" "Aku bukan empek Hee "
Jwaban tersebut sangat dingin dan berasal dari mulut seorang wanita, menyusul mana kursi berpunggung tinggi itupUn pelan pelan berputar.
Sekarang dapat terlihat dengan jelas bahwa orang yang duduk dikursi tersebut adalah seorang wanita berbaju hijau yang berdandan aneh sekali. Huan Cu Im merasa terperanjat sekali, serunya tanpa terasa:
"Haaah, rupanya bibi Hee."
Benar, perempuan berbaju hijau itu adalah istri muda Hee Im hong, Sim hujin. Sambil tertawa hambar perempuan itu berkata: "silahkan duduk keponakan Huan"
Berhadapan muka dengan Sim hujin, ternyata untuk berapa saat lamanya Huan Cu Im tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. setelah tertawa lembut, kembali Sin hujin berkata:
"Anak bodoh, mengapa kau termangu Setelah sampai disini, apakah kau tidak merasa seperti pulang ke rumah sendiri" Bila ingin membicarakan sesuatU, silahkan duduk dulu sebelum berbicara"
Huan Cu Im mengundurkan diri kesudut kiri dan duduk disebuah kursi, setelah itu dia baru mengangkat kepala seraya berkata: Keponakan datang kemari untuk mencari empek Hee"
"Aku tahu" Sim hujin manggut manggut, "ada urusan apa kau mencari empek Hee" Apa salahnya kalau disampaikan kepada bibi Hee saja?"
Berbicara sampai disini, tiba tiba dia tertawa dan menambahkan:
"Padahal seandainya kau sedang menjumpai kesulitan, bibi Hee pun bisa membantumu juga "
Tergerak perasaan Huan Cu Im setelah mendengar perkataan itu, segera ujarnya: "Bila bibi Hee bersedia mengabulkan, tentu saja hal ini jauh lebih baik lagi"
Soal meracuni kawan jago persilatan, tentu saja Sim hujin mengetahui secara jelas, oleh sebab itu pemuda kita merasa tak perlu memberi penjelasan lagi.
"bisa saja kukabulkan permintaanmu itu" ucap Sim hujin,
"tapi kau pun mesti menyanggupi juga sebuah permintaan bibi"
"Bila bibi Hee ingin menyampaikan suatu permintaan, silahkan saja disampaikan dengan berterus terang"
Sim hujin tertawa dengan suara dalam, lalu tertawa:
"Bibi Hee memang lebih suka berbicara secara terus terang dan blak blakan, baiklah, akan kusampaikan kepadamu keadaan yang sesungguhnya, ketahuilah aku adalah anggota Tay Im-kau, kedudukan dalam perkumpulan ini tinggi sekali"
"Sampai ditingkatan yang manakah kedudukan bibi Hee dalam perkumpulan itu ?" tanya Huan Cu Im dengan nada menyelidiki.
"Dibawah satu orang dan diatas selaksa orang"
"Wakil ketua" "Hampir mendekati"
Kemudian setelah berhenti sejenak, Sim hujin berkata lebih jauh: "Tahu kau, apa sebabnya kuberitahukan kedudukanku ini kepadamu...?"
"Keponakan tidak tahu"
Pelan pelan Sim hujin berkata lebih jauh:
"Kujelaskan kedudukan bibi kepadamu karena aku hendak mewakili perkumpulan untuk menyampaikan sikap kepadamu"
"Keponakan mengerti, bibi Hee mewakili Tay Im-kau hendak mengajak keponakan untuk merundingkan sesuatu"
"Tidak. Bukan begitu" tukas Sim hujin sambil menggeleng,
"yang hendak kubicarakan dengan keponakan adalah soal yang menyangkut keponakan pribadi"
"Persoalan apa yang menyangkut keponakan pribadi?"
"Keponakan Huan sejak kau tiba diBenteng keluarga Hee entah disengaja ataU tidak ternyata kau selalu memusuhi perkumpulan kami oleh sebab itulah pihak kami telah menentukan dua pilihan untukmu..."
Kata terakhir sengaja diucapkan dengan nada panjang kemudian berhenti dan tidak dilanjutkan kembali.
"ooh.... bolehkah keponakan tahu dua pilihan macam apakah yang telah ditentukan perkumpulan kepadaku?"
"Tentu saja boleh" Sim hujin tersenyum "pertama oleh karena keponakan memiliki ilmu silat yang sangat hebat dan tak malu menjadi tokoh dari generasi penerus dunia persilatan pihak kami sangat berkeinginan untuk menampung dirimu dan berusaha membawa keponakan untuk mencapai tingkat kedudukan yang lebih tinggi dan mulia lagi"
"Waa, tidak nyana kalau perkumpulan anda menaruh perhatian yang begitu serius kepada keponakan, hal mana benar benar merupakan suatu kebanggaan bagi diriku"
"Siapa yang tahu keadaan dialah manusia yang bijaksana"
kata Sim hujin pelan, kemudian sambil mengangkat kepalanya dan memandang sekejap ke arah Huan Cu Im, dia meneruskan:
"Kalau begitu keponakan Huan telah menyetujui?"
"Siautit masih ingin mendengarkan dulu jalan yang kedua"
Sim hujin tersenyum. "Kalau bukan sahabat berarti musuh, kau anggap masih ada jalan lain lagi?"
"Kalau begitu, biar siautit menolak tawaran yang kalian ajukan, maka pihak perkumpulan kalan berniat akan melenyapkan diriku dari muka bumi?"
"Yaa, boleh dibilang begitu"
Kemudian sambil meraba anting anting di telinganya, Sim hujin berkata lebih jauh dengan lembut dan halus:
"Padahal keponakan Huan tak usah terburu napsu menjawab pertanyaanku ini, tak ada salahnya kalau kaupertimbangkan dulu secara masak masak dan baru memberikan jawaban besok"
"Aku..." Huan Cu Im merasa sangat gelisah, kawanan jago yang berada dikuil Say ko bio sudah keracunan bubuk pembuyar tenaga, bila menunggu sampai besok. berarti kemampuan yang dimiliki setiap orang sudah keburu musnah, karena itu setelah mengucapkan kata "aku", dia tak mampu melanjutkan kembali kata katanya.
"Tak usah dikatakan lagi" kata Sim hujin tiba tiba sambil mengulapkan tangannya, "aku dengar kalian ayah dan anak telah berpisah selama empat belas tahun lamanya sebelum berkumpul kembali, peristiwa ini patut disampaikan selamat kepadamu"
Diam diam Huan Cu Im merasa amat terkejut, tanpa terasa pikirnya: "Heran, darimana dia bisa mengetahui tentang soal ini?"
Tentu saja rasa keheranan tersebut tak sampai diutarakan keluar... Setelah tertawa hambar, kembali Sim hujin berkata:
"Tak sebuah persoalan pun yang telah kalian alami diperkampungan Ban siong san ceng yang tidak diketahui, cuma saja aku tak pernah menyangka kalau Ju It koay sesungguhnya adalah Huan ji siok..."
Tidak menanti sampai Huan Cu Im buka mulut dia berkata lebih jauh:
"oleh sebab itu, setelah keponakan Huan sampai disini, sepantasnya bila kau pergi menjenguk Huan ji siok sebagai orang janganlah bekerja menuruti emosi tanpa memikirkan akibatnya, sebab biasanya hal ini merupakan penyakit umum yang diderita setiap orang, alangkah baiknya jika kau menjenguk Huan ji siok lebih dulu, biar ada persoalan pun kau rundingkan dulu dengannya"
Mendengar perkataan itu, Huan Cu Im segera berpikir
"Perkataan ini ada benarnya juga, aku tidak mencari ayah dan mengajaknya berunding lebih dulu?"
Berpikir sampai disitu, diapun segera bangkit berdiri seraya berkata: "Saat ini ayahku berada dimana?"
"Huan ji siok berdiam dihalaman gedung sebelah barat, biar kuantar ke situ" Berbicara sampai disini, diapun berseru keras
: "Kim Peng " Tampak seorang dayang berbaju hijau berjalan masuk ke dalam ruangan dengan langkah tergesa gesa, kemudian sambil hormat katanya:
"Hujin ada perintah apa ?"
Sambil menunjuk ke arah Huan Cu Im, kata Sim hujin:
"Coba ajaklah Huan siang kong untuk menjumpai Huan jisiok di gedung sebelah barat"
Kim Peng segera mengiakan, kemudian setelah mengerling sekejap ke arah Huan Cu Im, katanya:
"Harap Huan siangkong mengikuti budak"
Dengan mengikuti dibelakang dayang tersebut Huan Cu Im berjalan melalui sebuah ruang tamu dan masuk kedalam pelata ran yang lain dalam halaman tadi tumbah dua batang pohon kui hoa yang tinggi besar sederet bangunan yang terdiri dari tiga ruangan berjajar mengitarinya suasana amat tenang dan nyaman.
Dengan memperingan langkah kakinya dayang berbaju hijau itu mendekati depan jendela. Mendadak terdengar suara Huan Tay seng menegur dari balik ruangan
"Siapa disitu?"
Buru buru dayang berbaju hijau itu menjawab "Lapor Huan jiya budak A hoa yang datang"
"Ada urusan apa?"
"Huan siangkong telah datang"
"Huan siangkong?" Huan Tay seng kelihatan tertegun kemudian serunya lagi, "anak im kah yang datang?"
Buru buru Huan Cu Im menyahut: "Benar, ayah, ananda yang datang"
"oooh, aaah..." dengan terkejut bercampur gembira Huan Tay seng segera berseru, "anak im, hayo cepat masuk"
Sementara itu si dayang telah membukakan pintu sambil berkata: "Silahkan masuk Huan siangkong"
Buru buru Huan Cu Im melangkah masuk kedalam ruangan-Bentuk kamar tidur itu persegi panjang, perabotnya amat sederhana tapi semuanya rapi dan bersih.
Ketika Huan Cu Im melangkah masuk ke dalam ruangan, Huan Tay seng baru saja bangkit dari tempat tidurnya sambil tertawa ia segera bertanya: "Anak Im, kenapa kau datang kemari?"
"Rekan rekan yang lain berada di kui Say ko bio," sahut sang pemuda.
"Duduklah lebih dulu, mari kita bicarakan pelan pelan"
Huan Cu Im menurut dan segera duduk di tepi pembaringan, kemudian ia baru berkata:
"Setibanya dikuil say ko bio petang tadi, semua rekan kita telah keracunan, mula mula perut terasa sakit sekali, disusul kemudian mereka mulai berak tiada hentinya, sekarang keadaan menjadi payah karena semua orang jadi lemas dan kehabisan tenaga, baru saat itulah diketahui bahwa kami telah terkena bubuk racun pembuyar tenaga..."
"Bagaimana keadaannya sekarang ?" tanya Huan Tay seng kemudian dengan kening berkerut.
"Tanpa mendapatkan obat penawar racun, buatan sini, racun tersebut susah dipunahkan itulah sebabnya ananda khusus datang kemari untuk mencari empek Hee serta ayah"
"Apakah kauterlah bertemu dengan toako?" tanya Huan Tay seng kemudian-Yang dimaksudkan sebagai toako tentu saja Hee Im hong.
"Belum" pemuda itu menggeleng, "tapi ananda telah bertemu dengan bibi Hee"
"Apa yang dikatakan enso"
Secara ringkas Huan Cu Impun menjelaskan semua pembicaraannya dengan Sim hujin, termasuk juga tawaran yang diajukan kepadanya.
Selesai mendengar keterangan tersebut Huan Tay seng segera manggut manggut seraya bertanya:
"Bagaimana menurut maksudmu?"
"Kalau ananda disuruh bergabung dengan perkumpulan Tay Im-kau rasanya hal ini mustahil bisa kupenuhi"
"Aaaai..." Huan Tay seng menghela napas panjang, "tapi bagaimana dengan nasib rekan rekan lainnya yang masih berada dikuil Say ko bio" Mereka semua telah terkena racun pembuyar tenaga, apakah kau tidak memikirkan nasib dan keselamatan mereka?"
Huan Cu Im jadi tertegun, serunya kemudian-"Maksud ayah, ananda harus menyanggupi tawaran tersebut ?"
Huan Tay seng termenung tanpa menjawab, sampai lama kemudian ia baru berkata:
"Nak. seandainya kau putra orang lain, tentu saja ayah tidak setuju, tapi kau adalah putra ayah, karenanya ayah pun merasa tak enak hati untuk menolak tawaran tersebut"
Huan Cu Im benar benar tertegun dibuatnya, ayahnya tak lain adalah gurunya selama ini, jadi tabiatnya boleh dikata telah dimengerti olehnya dengan jelas, dia tegas, keras hati dan gagah, jujur dan tak sudi tunduk pada paksaan, tapi apa sebabnya jawaban dari ayahnya malam ini justru berubah seratus delapan puluh derajat" Seakan akan berasal dari pembicaraan orang lain saja "
Ditatapnya Huan Tay seng lekat lekat, kemudian serunya dengan perasaan ragu :
"Apalagi pihak Tay Im-kau telah menawarkan dua jalan kepadamu andaikata kau tampik tawaran tersebut, bisa jadi mereka akan mengerahkan segenap kekuatan yang ada untuk menghadapi dirimu lebih dulu, coba bayangkan sendiri apakah aku tidak kuatir?"
Huan Cu Im semakin kebingungan dibuatnya, mengapa ayahnya justru mendesak dan membujuknya agar menyerah kepada pihak Tay Im-kau" Jangan-jangan sekembalinya kebukit Lou cu san, dia telah dipengaruhi oleh obat pelupa diri?"
"Aaah..." mendadak ia seperti mendengar kembali bisikan dari Kim Peng tadi, "janganlah bersikap serius dalam menghadapi setiap persoalan"
Mungkinkah yang dimaksudkan "jangan bersikap serius"
adalah dalam persoalan ini...
Tiba tiba suatu perasaan yang menyeramkan timbul dari dasar hati sanubarinya tanpa terasa dia berpikir lebih jauh.
"Jangan jangan orang berada dihadapanku sekarang, bukan ayahku yang asli?"
Sejak kecil ayah mengajarkan ilmu silatnya kepadaku aku masih ingat ayah mempunyai sepasang tangan yang kasar seperti karung goni tapi telapak tangan orang ini halus dan lembut tampaknya belum pernah melakukan pekerjaan kasar.
Aaah betul Kim Peng memperingatkan kepadaku agar jangan serius dalam menghadapi setiap persoalan mungkinkah dia maksudkan agar aku tidak menanggapi perkataannya ini sebagai perkataan yang serius"
Kurang ajar benar bajinan ini dia berani menyaru sebagai ayahku dan mebujukku agar menyerah... Hmm, baiklah biar kujebak dulu dirinya agar belangnya ketahuan-.."
Huan Tay seng tidak tahu apa yang sedang dipikirkan si anak muda tersebut, melihat ia hanya termenung sambil membungkam diri maka serunya kemudian sambil tersenyum:
"Nak, apa yang sedang kau pikirkan?"
Mendadak Huan Cu Im mengangkat kepalanya dan bertanya:
"Ayah, mengapa kau lupa dengan perkataan yang telah ayah ucapkan pada malam itu"
-ooodwooo- Jilid: 57 "O ya...?" sahut Huan Tay seng kemudian, Cepat Cepat tanyanya lebih jauh: "Malam yang mana sih ?"
"Itu, pada malam sebelum kita hendak berangkat " Huan Tay seng segera tersenyum:
"Ahaaa... pada malam itu, kita berdua sudah berbicara kelewat banyak. perkataan yang mana sih yang kau maksudkan ?"
"Setan nenekmu" umpat Huan Cu Im didalam hati, "malam itu ayah Cuma berkata kalau hari sudah larut malam dan menyuruh aku cepat cepat beristirahat..."
Namun diluarnya dia masih bersikap wajah, katanya kembali:
"Bukankah ayah telah memberitahukan pada ananda bahwa Yu locianpwee telah bilang kalau dia bersama nenek pengemis akan menyusul kebukit Lou cu san ini untuk memberi bantuan, malah ayah suruh ananda berusaha menyelundup kemari lebih dulu, masa kau sudah lupa?"
"oooh... oooh... mereka akan datang?" Huan Tay seng kelihatan tertegun, menyusul kemudian katanya lebih jauh sambil manggut manggut, "yaa, betul, betul, ayah memang pernah berkata begitu, tapi menurut pendapatku, jamannya sembilan partai besar yang berkuasa telah berlalu, sekalipun ada Yu ft man dan nenek pengemis berdua pun belum tentu bisa mengatasi semua persoalan-.."
Sekarang Huan Cu Im sudah dapat memastikan kalau orang yang berada dihadapannya adalah gadungan, karena ayahnya tak pernah membicarakan persoalan semacam itu dengannya.
"Kau anggap tak dapat mengatasi persoalan tapi aku justru berpendapat bahwa hal ini bermanfaat sekali " ucap Huan Cu Im
Ia tetap membierkan tangannya digandeng si manusia yang menyaru sebagai ayahnya namun seCara diam diam justru menyalurkan Hong lui in sin kangnya ke dalam telapak tangan lalu dipancarkan ke dalam tubuh orang itu.
Sebagaimana diketahui, ia sudah dapat mempergunakan tenaga dalamnya sekarang sesuai dengan kehendak hati sendiri, maka begitu tenaga dalamnya dipancarkan, daya getarnya benar benar luar biasa.
Huan Cu Im yang sedang duduk di tepi pembaringan tiba tiba saja berseru tertahan seperti kena aliran listrik yang bertegangan tinggi, tubuhnya melejit sampai ketinggian tiga depa lebih.
"Hey, mengapa dengan kau orang tua?" seru Huan Cu Im kemudian-Buru buru dia mengeluarkan tangan kirinya untuk membimbing, Tapi begitu dibimbing kembali Huan Tay seng berseru tertahan, tubuhnya yang tersentuh dengan tangannya lagi lagi seperti kena aliran listrik bertegangan tinggi, tubuhnya melompat ke atas dan kali ini terjatuh dari atas pembaringan.
Rupanya ia duduk sambil berselimutan karena bermaksud menutupi sepasang kakinya, seperti diketahui kaki kanan Huan Tay seng CaCad, sedangkan kaki kanannya justru tetap utuh dan sempurna.
Huan Cu Im menengok sekejap ke arahnya, lalu sambil tertawa katanya dengan suara rendah:
"Kedudukan yang tertinggi dalam mahluk manusia adalah seorang ayah, rupanya kau tidak mempunyai rejeki untuk menjadi bapakku, maka setelah berapa kali kupanggil ayah kepadamu, kau mulai tak kuasa untuk menahan diri, tapi begini pun ada baiknya juga, sebab aku kuatir jika kupanggil ayah beberapa kali lagi kepadamu bisa jadi kau malah tak tahan."
orang yang menyaru sebagai Huan Tay seng menjadi amat terperanjat setelah melihat penyaruannya ketahuan pemuda itu, matanya berkilat tak menentu, lalu sambil tertawa seram ia bangkit berdiri dan ujarnya dengan suara dingin:
"Huan Cu Im, kuberitahukan kepadamu memang benar aku hanya gadungan, Tapi aku Sengaja berbuat demikian demi kebaikanmu"
"Kalau begitu tidak baik demi dirimu" ucap Huan Cu Im segera.
"Kau berani berbuat apa kepadaku?"
Pemuda itu segera tersenyum :
"Aku hanya minta kepadamu untuk berlutut, menyembah tiga kali kepadaku sambil memanggil tiga kali yaya, kemudian kutungi sebuah kakimu maka akupun akan mengampuni selembar jiwamu. . . "
"Bocah keparat kau sedang bermimpi di siang hari bolong"
seru orang itu sambil tertawa seram.
begitu selesai berkata, tiba tiba saja sepasang telapak tangannya didorong sejajar dengan dada.
Melihat perbuatan orang itu, Huan Cu Im tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau ingin bertarung melawanku" Masih ketinggalan jauh"
tangan kirinya segera dikebaskan kemuka untuk membendung serangan dari kedua belah tangan lawan, lalu telapak tangan kanannya bagaikan sebilah golok langsung dibacokkan ke kaki kiri orang tersebut.
Pada saat itulah, tiba tiba terdengar suara Sim hujin berseru dari luar jendela "Huan siangkong, tahan "
Huan Cu Im amat membenci orang tersebut karena berani menyaru sebagai ayahnya tentu saja teriakan tersebut sama sekali tak digubris olehnya.
Angin pukulan yang disapukan kebawah seketika itu juga mengakibatkan tulang kaki kiri sebatas lututnya patah menjadi dua baglan.
Orang itu menjerit kesakitan dan jatuh terbanting keatas tanah mungkin saking sakitnya dia jatuh pingsan seketika itu juga .
Waktu itulah pintu kamar dibuka orang, dan terlihat Sim hujin muncul didalam ruangan dengan senyum dikulum.
Dibelakangnya mengikuti seorang dayang dia tak lain adalah Kim Peng yang tadi telah memperingatkan kepadanya ada "jangan serius menghadapi setiap persoalan".
Tapi sewaktu Huan Cu Im mengalihkan pandangan matanya kearah dayang tersebut, wajah dayang tadi segera berubah menjadi dingin dan kaku bahkan boleh dibilang tidak memandang sekejappun kearah Huan Cu Im
Paras muka Huan Cu Im saat itu pun berubah menjadi amat tidak sedap dipandang dengan muka gusar dia berseru :
"Bibi Hee, kau adalah angkatan tua keponakan, mengapa perbuatanmu justru mempermainkan diriku" Sebenarnya apa maksudmu menyuruh orang lain menyaru sebagai ayahku?"
Sim hujin tertawa hambar, dia tidak menjawab pertanyaan tersebut, tapi segera perintahnya kepada Kim Peng. "coba kau tengok, apakah Lo Yu cay masih hidup ?"
"Aku cuma membuat cacad kaki sebelahnya dia tak bakal mampus..." ubah Huan Cu Im.
"Kim Peng" pelan pelan Sim hujin berkata lagi, "Lo Yu cay telah melaksanakan tugas, kau suruh dia melakukan apa yang telah ditentukan tadi."
Kim Peng membungkukkan badan sambil menerima perintah, kemudian berjalan kesisi tubuh orang itu dan melakukan tendangan dengan ujung kakinya.
Jangan dilihat dia hanya seorang dayang ternyata gerakan serangannya tidak bodoh cukup berbicara soal gerak tendangan yang dilakukannya, ternyata pengerahan terhadap jalan darah, baik soal ketepatan maupun soal enteng beratnya persis sekali, malah dalam sekali ayunan kaki, dia telah menotok tujuh buah jalan darah penting ditubuh orang tersebut.
Dari ketujuh macam jalan darah tersebut ada yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit, ada yang untuk menghentikan pendarahan, ada pula yang dipakai untuk menyegarkan pikiran, pokoknya dari tendangan yang dilakukan bisa diketahui bahwa dia adalah seorang ahli didalam ilmu menotok jalan darah.
Tak lama kemudian orang itu sudah membuka matanya kembali dan bermaksud untuk melompat bangun, namun berhubung lututnya telah putus maka begitu dia meronta, rasa sakit yang menyerang tubuhnyapun seperti menusuk kedalam hati.
Diiringi jerit kesakitan tak kuasa juga tubuhnya robeh terjerambab kembali keatas tanah.
Dengan suara dingin kim Peng segera berkata:
"Lo Yu cay, setelah kau gagal didalam tugas, hujin suruh kau menyelesaikan dirimu sendiri"
Perkataan tersebut akan diutarakan dengan suara yang lebih dingin daripada es. Lo Yu cay menjadi tertegun, laluserunya dengan perasaan terkesiap: "Hujin menyuruh hamba bunuh diri" Mengapa harus begitu?"
"Aku hanya tahu menyampaikan perintah kepadamu dan tidak tahu mengapa harus begitu, bila kau enggan melaksanakan perintah tersebut, terpaksa aku yang akan melaksanakan untukmu"
"oooh hujin" Lo Yu cay segera merengek. "hamba tak lebih cuma seorang utusan berlencana perak, sekalipun penyaruanku berhasil diketahui becah keparat ini, toh dosa dan kesalahanku ini tak sampai dijatuhi hukuman mati..."
Sekarang Huan Cu Im baru tahu orang ini dijatuhi hukuman mati oleh Sim hujin berhubung penyaruannya telah terbengkar olehnya, tiba tiba saja muncul perasaan tak tega didalam hati kecilnya, baru saja dia hendak membuka suara...
Dengan pandangan yang dingin seperti es Kim Peng memandang sekejap kearah, lalu berkata lagi:
"Kau seharusnya sudah mati sejak dulu, sekarang tak usah banyak berbicara lagi, hayo cepat bunuh diri"
"Benar, aku memang seharusnya sudah mati sejak dulu"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ucap Lo Yu cay sambil manggut manggut, "sudah kelewat banyak perbuatan jahat dan tak berperasaan yang dilakukan buat Tay Im-kau kalian memang inilah hukum karma bagiku, tapi jangan keburu gembira dulu, saat pembalasan bagi perkumpulan Tay Im-kau kalian pun sudah tak jauh lagi..."
"Kim Peng" Sim hujin segera membentak. "mengapa kau biarkan dia ngaco belo terus?"
"Baik" sahut Kim Peng sambil memberi hormat.
Tiba tiba terdengar Lo Yu cay membentak keras:
"Perempuan rendah she Sim biar locu sudah mampus..."
Tiba tiba ia seperti menelan sebuah benda, selanjutnya tak pernah bersuara kembali. Sim hujin pun segera memberi perintah:
"Kim Peng, coba kau periksa, apakah dia sudah mampus belum?"
Baru saja Kim Peng menyahut dan belum sempat maju ke muka, tiba tiba terdengar Lo yu cay membentak keras dan melompat bangun dari atas tanah seperti harimau kelaparan, gumpalan darah hitam menyembur keluar dari mulutnya dan langsung menyembur kewajah Sim hujin, menyusul kemudian tubuhnya ikut menubruk ke muka.
Sim hujin sama sekali tidak menyangka kalau dia bakal berbuat demikian, buru buru dia mengebaskan ujung bajunya sambil bergeser ke samping dengan cepat.
Bersamaan dengan kebutan ujung bajunya ini, seperti lapisan awan yang menyelimuti angkasa, Huan Cu Im dapat melihat dengan jelas bagaimana selapis hawa pukulan menyembur keluar dari ujung bajunya itu sehingga membendung balik terjangan lawan
Namun kendatipun dia bertindak Cukup cepat tak urung ujung bajunya kena disembur juga oleh darah hitam yang mental keluar dari mulut Lo Yu cay sehingga ternoda sebagian.
Sementara itu tubuh Lo Yu cay sendiri terlempar sejauh satu kaki lebih dari posisinya semula, semburan darah hitamnya oleh karena ditolak balik oleh hawa murni yang dilancarkan Sim hujin, akibatnya tercecer diatas tanah.
Apa yang kemudian terjadi" Ternyata permukaan tanah dimana terkena ceceran darah hitam tadi segera mengepulkan asap tebal berwarna kuning...
Terkejut sekali perasaan Huan Cu Im setelah menyaksikan kejadian tersebut, diam diam pikirnya:
"Lihay benar racun tersebut..."
Dalam pada itu, Sim hujin telah memeriksa ujung bajunya yang ternoda darah tadi, sewaktu menemukan beberapa buah lubang yang sudah hangus, dengan penuh kegusaran dia mendengus sambil mengumpat: "Bedebah yang patut dicincang "
Kemudian seraya berpaling, katanya lagi dengan suara dingin:
"Kim Peng, ajak Huan siangkong kegedung sebelah timur, aku hendak berbincang sebaik baiknya dengan dirinya"
Selesai berkata dia segera menggerakkan tubuhnya dan menyelinap keluar, demikian cepat gerakan tubuhnya sampai Huan Cu Im tak sempat mengajukan pertanyaan apapun.
Sambil berpaling Kim Peng segera berkata "Huan siangkong, ikutlah budak"
Huan Cu Im mengikuti dibelakangnya keluar dari gedung barat, ketika merasa disekeliling sana tak ada orang lain, tak tahan lagi ia berbisik: "Nona Kim Peng, terima kasih banyak"
Namun Kim Peng berlagak seolah olah tidak mendengar, malah dia mempercepat langkahnya secara tiba tiba menuju ke depan-Buru buru Huan Cu Im mengikuti dibelakangnya, ketika hampir mendekati gedung timur dekat tikungan, Mendadak...
"cepat diambil" bisik Kim Peng dengan suara rendah.
Ketika membalikkan badan, dengan cepat dia menyusupkan sebuah bungkusan kecil ke tangan pemuda itu, kemudian meneruskan perjalanannya kembali menuju ke depan-Huan Cu Im tidak mengetahui benda apakah yang disodorkan kepadanya tadi, namun diapun merasa kurang leluasa untuk banyak bertanya, karena itu cepat cepat dimasukkan ke dalam saku.
Setelah tiba didalam kamar baca, Kim Peng berkata lagi:
"silahkan duduk Huan siangkong"
Sedang ia sendiri segera mengundurkan diri dari situ.
Terpaksa Huan Cu Im duduk dikursi, tak lama kemudian ia baru mendengar suara langkah kaki manusia berasal dari pintu ruangan.
Rupanya Sim hujin yang bajunya ternoda darah tadi telah kembali ke kamarnya untuk bertukar pakaian, sekarang dia muncul dengan pakaian hijau yang nampak masih baru.
Tampaknya perempuan ini memang gemar dengan warna hijau, buktiya sekalipun sudah tukar pakaian namun warnanya tetap hijau.
Tiba tiba Huan Cu Im merasa pakaian hijau yang dikenakan Sim hujin terdapat sesuatu yang aneh, hanya dia tak bisa mengatakan dimanakah letak keanehan tersebut.
Ketika melangkah masuk ke dalam kamar baca, sekulum senyuman masih tetap menghiasi ujung bibir Sim hujin, segera ujarnya:
"Huan siangkong, apakah kau merasa hatimu tak tenteram?"
"Benar, siautit merasa dibalik perintah bibi Hee yang menyuruh orang she Lo tersebut menyamar sebagai ayahku, tentu terselip alasan tertentu..."
"Duduklah lebih dulu sebelum berbinoang binCang, buat apa sih mesti bersikap sungkan sungkan terhadap bibi Hee?"
Sim hujin tersenyum. "Padahal perbuatan Lo Yu cay dengan menyamar sebagai Huan jisiok memberikan bantuan yang besar bagimu"
"Membantu diriku?" tanya Huan Cu Im dengan wajah tertegun, tapi dia segera menggeleng, "aku tak dapat menemukan dimanakah letak bantuan tersebut"
Kembali Sim hujin tersenyum^.
"coba kau pikirkan lebih jauh"
Huan Cu Im termenung sejenak, kemudian ujarnya:
"Aku hendak bertemu dengan ayah, tapi yang kujumpai hanya seseorang yang menyamar sebagai ayahku..."
"Ehmm, perkataanmu itu sudah hampir mendekati..." kata Sim hujin sambil mendehem
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Huan Cu Im, dengan mata melotot besar ia segera berseru:
"Jangan jangan ayahku sudah kalian sekap disini?"
"Kata menyekap sangat tak sedap untuk didengarkan" kata Sim hujin sambil tertawa hambar, "tapi Huan jisiok memang sudah dikirim ke suatu tempat untuk berdiam sementara waktu disitu, dia tidak berada di tempat ini, jadi pada waktu ini tak mungkin kau dapat bersua dengan ayahmu. Itulah sebabnya aku menyuruh Lo Yu cay menyaru sebagai Huan Jisiok. Tapi aku pun sudah menduga, sandiwara tersebut sudah pasti tak dapat mengelabuhi dirimu"
Mengetahui kalau ayahnya telah dikirim kesuatu tempat, buru buru Huan Cu Im bertanya. "Kau telah mengirim ayahku kemana?"
Sim hujin segera mengangkat tangannya dan berseru sambil tertawa
"coba lihat nak. kaujadi gelisah macam begitu, masa bibi Hee akan menyusahkan Huan Jisiok?"
Kemudian tidak menunggu sampai Huan Cu Im mengajukan pertanyaan, dia telah berkata lebih jauh:
"Kau telah perlu banyak lagi, saat ini masih ada satu persoalan yang perlu diselesaikan dengan secepatnya..."
"Persoalan apa?"
Pelan pelan Sim hujin berkata:
"Ditengah malam buta kau datang ke bukit Lou cu san, sebenarnya apa sih maksud kedatanganmu" "
"Keponakan ingin bertemu dengan paman Hee serta ayah"
"Apakah masih ada persoalan lain?"
"Apakah harus ada persoalan lain sehingga aku datang menjenguk paman Hee?" Sim hujin tersenyum.
"Rupanya kau tidak berbicara jujur didepan bibi Hee masa kedatanganmu kemari bukan disebabkan orang orang yang berada di kuil Say ko bio itu?"
"Kalau toh bibi Hee sudah tahu buat apa mesti ditanyakan kembali..."
"Baik, kalau begitu marilah kita membicarakan persoalan yang pokok..."
"sebenarnya persoalan apakah yang hendak dibicarakan bibi Hee dengan diriku?"
Sim hujin segera memperlihatkan jari tangannya yang putih dan halus serta menghitung lalu katanya.
"Diantara mereka yang berada di kuil Say ko bio sekarang, berbicara menurut urutan kedudukan mereka adalah Sam Siang tayhiap Yu Lua Liong ketua tiang pekpay, Yo Leng kong ketua Hong lui bun, Kui Hau nian, ketua Kay pang yang baru Leng Kang to lo hujin dari keluarga Ban di bukit Hong san serta ketua dari Pek hoa pang Hoa Tin tin mereka semua boleh dibilang merupakan jago-jago yang termashur dan berkedudukan tinggi didalam dunia persilatan."
"Berbicara soal hubungan pribadi, diantara mereka terdapat calon istrimu Hee Giok Yong dan adik seayah lain ibumu Huan Ang tho, mereka semua sudah terkena racun jahat pembuyar tenaga, bila ditunggu sampai esok pagi, maka seluruh kepandaian silat yang mereka miliki akan musnah dan buyar tak karuan..."
"Apakah bibi Hee sedang mengancam diriku?" seru Huan Cu Im penuh amarah.
"Dengar dulu perkataanku ini hingga selesai" tukas Sim hujin cepat. Kemudian setelah berhenti sejenak. diapun berkata lebih jauh:
"Racun pembuyar tenaga memang tidak menakutkan, sekalipUn ilmU silat mereka sampai bUyar oleh kekuatan racun tersebut, bukan berarti ilmu silat mereka benar benar musnah, tapi racun yang bersarang di dalam tubuh mereka terdiri dari berapa jenis diantaranya ada sejenis racun yang justru akan mulai bekerja apa bila ilmu silat mereka sudah mulai buyar, sedang racun itu kebetulan merupakan jenis racun yang paling hebat diantara beberapa jenis racun lainnya"
"Bibi Hee, apakah kau bermaksud menakut nakuti diriku dengan perkataan tersebut"
"Tidak, aku sengaja memberitahukan kesemuanya itu kepadamu agar kau mengerti bahwa keselamatan jiwa beberapa orang itu sudah berada ditanganmu seorang, tanpa bantuan obat pemunah racun dari perkumpulan kami, jangan harap racun mereka dapat dipunahkan-"
"Kalau kuperhatikan nada pembicaraan bibi, rupanya kau hendak menyerahkan obat penawar racun itu kepadaku"
"Benar, aku memang bermaksud menyerahkan obat penawar racun tersebut kepadamu"
"Ada syaratnya ?"
"Ehmm, boleh dibilang begitulah" Sim hujin tersenyum,
"bukankah sudah kusampaikan kepadamu sejak tadi, yang paling dibutuhkan perkumpulan kami adalah dirimu?"
"Kalau begitu akupun perlu memberitahukan kepada bibi Hee, bahwa aku tak bakal ikut serta dalam perkumpulan Tay Im-kau"
"Aku tahu kalau kau amat keras kepala" ujar Sim hujin sambil tertawa, "soal kami, atau tidak, jawabannya beleh kau putuskan setelah kembali lagi kemari nanti..."
"Kembali lagi kemari?" Huan Cu Im keheranan, "aku tidak mengerti dengan perkataanmu itu, apa maksud dan arti yang sebenarnya?"
Sim hujin lagi lagi tertawa.
"Apa yang mesti kujelaskan lagi" Kutunggu kedatanganmu kembali berarti kau beleh menyampaikan dulu obat penawar racun tersebut kepada rekan rekanmu, kemudian baru balik kembali ke Lou cu san"
"Jadi bibi Hee bersedia menyerahkan obat penawar racun itu kepadaku...?"
Pelan pelan Sim hujin berkata:
"Perkumpulan kami tidak mempunyai minat atau tekad untuk meracuni Yu tayhiap dan Ban lo hujin sekalian sampai mati, kali ini kami sengaja meracuni mereka sebagai peringatan agar mereka tidak melakukan aksi yang menentang ataupun memusuhi perkumpulan kami lagi, asal mereka bersedia mematuhi persoalan ini, pihak kami pun bersedia memberi kesempatan lagi kepada mereka untuk melanjutkan hidup didunia ini..."
Huan Cu Im segera menangkap kalau dibalik perkataan itu masih mengandung maksud lain, segera tanyanya:
"Bibi Hee, apa arti kesempatan tersebut?"
"Bagi mereka yang telah menelan obat pemunah racun tersebut, segala sesuatunya akan berjalan normal seperti manusia biasa, tapi mereka menjadi pantang untuk mengendus sejenis bau bauan khas yang dibuat oleh perkumpulan kami, barang siapa mengendus bau tersebut maka dia akan mati kena keracunan oleh sebab itu mereka semua tak dapat memusuhi perkumpulan kami lagi untuk selama lamanya, nah sekarang akan kuserahkan dulu obat pemunah racun itu kepadamu..."
Berbicara sampai disini, ia segera berpaling seraya berseru:
"Kim Peng, ambilkan obat penawar racunnya"
Kim Peng menyahut dari dalam ruangan lalu muncul dengan membawa sebuah baki berwarna merah.
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju kehadapan Huan Cu Im, kemudian meletakkan baki yang berisi sebuah botol keCil terbuat dari porselin hijau serta seCawan air teh berwarna hijau itu ke atas meja kecil, setelah itu dia baru mengundurkan diri dari situ...
Sambil menunjuk kearah air teh didalam Cawan, Sim hujin berkata:
"Huan siangkong, habiskan dulu air teh didalam cawan tersebut sebelum kau beleh membawa pergi botol berisi obat penawar racun itu"
"Apakah air teh itu harus kuminum dulu?"
"Ehmmm..." Sim hujin berkata jujur, "di dalam air teh itu sudah kucampuri dengan sejenis racun, oleh karenanya setelah menghantar obat penawar racun itu kepada mereka, kau harus balik kemari secepatnya, jika selewatnya tengah hari besok kau belum kembali juga, akibatnya kau akan tewas dengan pendarahan dari ketujuh lubang inderamu, atau dengan perkataan lain obat tersebut tidak akan berbahaya sebelum lewat tengah hari besok. tapi jika lewat dari itu, tiada obat lagi yang bisa menolongmu"
"Baik, akan kuteguk isi cawan ini" ujar Huan Cu Im kemudian-Dengan cepat dia mengangkat cawan air teh tersebut dan benar benar meneguknya sampai habis.
Sambil manggut manggut Sim hujin segera berkata:
"Kau memang pemberani, sekarang simpanlah baik baik botol berisi obat pemunah racun itu, akan kusuruh Kim Peng untuk mengajakmu menjumpai Huan Jisiok. setelah itu kau beleh pergi dari sini"
"sekarang tentunya kau tak akan membehongi diriku lagi bukan?"
"Huan Jisiok tinggal bersama empek Hee, setelah bertemu dengan mereka nanti, kau toh akan mengerti dengan sendirinya"
Kemudian dia memerintahkan:
"Kim Peng, ajaklah Huan siangkong ke ruangan dibukit Yang sim san untuk bertemu dengan ayahnya"
"Budak terima perintah" sahut Kim Peng sambil membUngkukkan badannya memberi hormat. Sim hujin segera mengulapkan tangannya kepada Huan Cu Im seraya berseru:
"Pergilah dengan cepat, tapi jangan lupa besok siang kau sudah harus kembali lagi ke bukit Lou cu san ini, bila sampai terlambat, aku tak akan menjamin keselamatan jiwamu lagi"
"Akan kuingat baik baik" sahut pemuda itu Selesai berkata, diapun mengikuti dibelakang Kim Peng beranjak pergi meninggalkan ruanga baca menuju ke belakang gedung.
Sepanjang perjalanan Huan Cu Im memasang matanya baik baik untuk memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu, namun waktu itu sudah larut malam, pesanggrahan keluarga Hee yang terdiri dari empat lima lapis gedung ini dicekam dalam kegelapan yang luar biasa, sehingga sulit baginya untuk melihat sesuatu disitu.
Dalam keadaan demikian, tentu dia pun tak berani banyak bertanya tapi hanya mengikuti terus dibelakang Kim Peng.
Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di halaman belakang.
Sepanjang jalan menelusuri kaki bukit Lou cu san, dari kejauhan masih tampak dengan jelas dinding pekarangan dari gedung pesanggrahan keluarga Hee tersebut, tembek yang tinggi persis seperti tembek besar yang terkenal itu, berdiri mengitari seluruh kaki bukit tersebut.
Dikaki gunung terdapat hutan, terdapat juga jalan setapak yang berliku liku, sekarang mereka sedang menelusuri jalan setapak menuju keatas bukit. Menyaksikan kesemuanya ini diam diam Huan Cu Im berpikir: "Rupanya mereka telah menyekap ayah di antara bukit"
Setelah meneguk habis air teh beracun di hadapan Sim hujin tadi selama perjalanan dia sudah menghimpun hawa murninya untuk membendung sari racun tersebut diatas dada Kini, setelah berada ditempat yang jauh dari keramaian orang, secara diam diam diapun mengatur pernapasan sesuai dengan petunjuk yang pernah diajarkan pengemis sakti berwajah senyum, untuk mendesak sari racun air teh tadi menuju kejalan darah Tiong clong hiat pada nadi Jiujui im keng di jari tengahnya serta pelan pelan membuangnya keluar.
Dipunggung bukit terdapat sebuah hutan, dibalik hutan tampak sebuah bangunan kuil kecil, pintu kuil sudah tertutup rapat sementara papan nama diatas bangunan tersebut tertera tiga hurup besar yang berbunyi: "LOU CU AN"
Diatas bukit Lou cu san memang lumrah kalau terdapat sebuah kuil kecil, sekalipun bukan peninggalan kuno, bangunan kuil kecil akan menambahkan keindahan serta semaraknya suasana dan panorama disekelilingnya...
Kim Peng segera mendekati pintu gerbang serta mengetuk pintu tiga kali.
Pintu gerbang terbuka lebar, kemudian muncul seorang tokoh setengah umur yang segera menegur sambil memberi hormat.
"Sudah begini malam, ada urusan apa nona Kim datang kemari?"
Dari dalam sakunya Kim Peng mengeluarkan sebuah mata uang emas dan diserahkan kepada tokau setengah umur itu sambil katanya: "Uang minyak ini silahkan diterima"
"oooh..." sambil tersenyum takau setengah umur itu segera berseru, "silih masuk nona Kim"
Kim Peng menarik kembali tangannya, tapi dalam gerakan mana tampaknya dia telah mengambil kembali sebuah benda kecil dari genggaman tokou setengah umur itu, kemudian katanya seraya berpaling:
"Huan siangkong silahkan mengikuti budak"
Dengan langkah lebar dia berjalan masuk menuju ke ruangan tengah...
Huan Cu Im mengetahui cukup jelas sekali Lou cu an ini masih berada dalam lingkungan pesanggarahan keluarga Hee tak disangkal lagi kuil tersebut pasti mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pihak perkumpulan Tay Im-kau.
Ketika Kim Peng sedang berbicara dengan Tokou setengah umur tadi sambil menyerahkan sebuah mata uang emas kepadanya bisa mata uang emas tersebut telah dipakai untuk menukar sesuatu benda lain karenanya dengan penuh perhatian diaperiksa kembali keadaan disekeliling tempat tersebut.
Suasana didalam kuil ini tak jauh berbeda dengan suasana dalam Pesanggrahan keluarga Hee sunyi senyap tak nampak seorang manusiapun seakan akan ditempat sama sekali tiada penjagaan.
Kim Peng berjalan cepat sekali, dari ruang tengah dia belok ke kanan memasuki sebuah pintu berbentuk rembulan, diluarnya terbentang serambi panjang, dan dari serambi tadi langsung menuju kehalaman belakang dimana terbentang sebuah tanah berumput
Ditengah tanah lapang terdapat sebuah gardu, lebih kurang berapa kaki didepan gardu berdiri tegak sebuah dinding tebing yang tingginya mencapai puluhan kaki, dinding batu tersebut sangat licin sementara diatas permukaannya tampak sebuah lukisan yang menggambarkan orang tua menunggang kerbau.
Kim Peng langsung berjalan menuju ke depan gambar itu dan sebelum Huan Cu Im sempat melihat jelas, tangan kanannya sudah meraba sesuatu bagian pada kepala kerbau tadi.
Huan Cu Im berjalan mengikuti dibelakannya, ini berarti pandangan matanya terpapang oleh bayangan tubuhnya sehingga apa yang terjadi tak sempat dilihat olehnya dengan jelas.
Tapi menurut dugaannya, bagian yang diraba tangan kanannya adalah bagian kepala kerbau tersebut, bisa jadi benda yang diserahkan tokou setengah umur kepadanya tadi telah dimasukkan ke suatu bagian dari gambar mana, kalau bukan lubang hidung pastilah mulut kerbau tersebut...
Sementara Kim Peng sudah mundur sejauh tiga langkah kebelakang, saat itulah terdengar suara gemerincing dari balik dinding batu tadi, tak lama kemudian tiba tiba muncul sebuah pintu rahasia diatas dinding batu tadi.
Dari dalam pintu rahasia tersebut muncul seorang perempuan berbaju hitam yang segera mengawasi kedua orang itu dengan sinar mata yang tajam, kemudian menegur dingin "Nona Kim Peng, mau apa kau datang kemari?"
Buru buru Kim Peng membungkukkan badannya memberi hormat seraya menjawab: "Budak mendapat perintah dari wakil kaucu untuk mengajak Huan kongcu datang kemari"
"Mana tanda perintahnya?"
Kim Peng segera merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah panji kecil berbentuk segi tiga yang berwarna hitam, di tengahnya terdapat sebuah sulaman rembulan yang setengah bundar.
Dengan cepat benda tadi diangsurkan ke depan-Melihat panji itu, dengan sikap yang hormat pula nenek berbaju hitam itu berkata "Hamba menjumpai wakil kaucu"
Sesudah membungkukkan badannya memberi hormat, dia baru menyambut panji tadi sembari ujarnya:
"Silahkan nona Kim Peng mengajaknya masuk ke dalam"
Kim Peng segera berpaling seraya berkata: "Mari ikuti budak masuk kedalam"
Dengan langkah cepat dia berjalan masuk ke dalam gua rahasia tersebut.
Dengan cepat Huan Cu Im mengikuti di belakangnya, setelah berjalan berapa kaki, keadaan medan kian lama kian bertambah naik lebih kurang setiap jarak tiga langkah selalu terdapat sebuah undak undak batu.
Untung saja setiap jarak tertentu, diatas dinding tertera sebuah lentera yang menyinari sekitar sana, sekalipun cahayanya tidak terlalu terang, namun ditengah kegelapan yang mencekam sekitarnya, hal tersebut sangat membantu dalam menentukan posisi undak undak batu tadi.
Perjalanan semacam ini ditempuh lebih kurang setengah li lebih, pada ujung undak undakan tadi terasalah ada angin yang berhembus masuk. Diam diam Huan Cu Im berpikir.
Mungkin mulut keluar berada didepan sana.
Perjalanan pun ditempuh lagi sejauh dua puluh langkah lebih sebelum pada akhirnya Kim Peng yang membawa jalan berhenti secara tiba tiba.
Huan Cu Im segera bertanya:
"Apakah sudah sampai ditempat tujuan?"
Saat itulah Kim Peng baru membereskan rambutnya sambil berkata dengan lembut. "Tujuan sih belum sampai kita harus naik keranjang dulu untuk menyeberangi sebuah jurang setelah tiba ditebing seberang kita baru benar benar tiba ditempat."
"Apakah kita tak bisa langsung ke situ?"
Kim Peng berpaling seraya tertawa ringan.
"Kalau kau mempunyai sepasang sayap maka kau bisa langsung menyeberang ke sana kalau tak percaya coba periksalah sendiri"
Huan Cu Im memang keheranan dan ingin tahu dia menurut dan segera melangkah maju ke depan
"Berhati hatilah" seru Kim Peng memperingatkan "kalau sampai salah melangkah kau bakal tercebur ke dalam air telaga yang dalamnya seratus kaki."
Dengan langkah yang berhati hati sekali Huan Cu Im maju beberapa langkah ke depan juga ia saksikan sebuah tebing karang yang amat Curam ketika mendongakkan kepalanya tak nampak langit ketika melongok ke bawah tak nampak permukaan tanah yang terdengar hanya suara gemuruh air yang amat memekikkan telinga sedang hal yang terlihat cuma tebing curam yang amat licin...
Lebih kurang tujuh delapan belas kaki diseberang sana terdapat sebuah tebing karang dibawah tebing terdapat pula sebuah gua yang gelap gulita seandainya ia tidak memiliki ketajaman mata yang luar biasa sudah pasti keadaan disitu tak akan terlihat secara jelas. Sambil berpaling Huan Cu Im segera bertanya. "Apakah kita akan menuju ke gua disebelah seberang sana?"
"oooh, tajam benar sepasang mata Huan siangkong" puji Kim Peng kemudian sambil manggut manggut terusnya "benar pocu dan Huan jiya kemudian berdiam didalam gua di seberang sana"
"Jadi empek Hee dan ayahku disekap bibi Hee ditempat tersebut?" serunya Huan Cu Im dengan sendirinya.
"Bagaimana cara kita menyeberang ke sana?"
"Harap Huan siangkong mundur dulu, biar budak menurunkan keranjangnya lebih dulu dengan begitu kita baru dapat meyeberang ke sana."
Huan Cu Im menurut dan segera mengundurkan diri.
Kim Peng segera berjalan menuju kedalam gua dan mengambil seutas tali yang segera ditariknya, tak lama kemudian muncul sebuah keranjang persegi empat, setelah mengikat tali tersebut baik baik dan memasang bagian tengahnya, dia berpalig seraya berkata:
"Budak akan turun lebih dulu, harap Huan siangkong memperhatikan cara budak turun keranjang, kemudian baru menirukan"
Selesai berkata, dia melangkah kan kaki kirinya lebih dulu kedalam keranjang, disusul kemudian kaki kanannya turut melangkah, setelah berdiri tegak baru berseru:
"Nah Huan siangkong, sekarang kau beleh turun, tapi harus memperingan tubuhmu dan turun secara pelan pelan, dengan demikian keranjang tersebut baru tak akan bergerak"
Huan Cu Im menuruti Caranya dengan memegang erat erat tali keranjang tersebut, kemudian baru melangkah turun.
Keranjang ini besarnya seperti sebuah meja dengan empat sudutnya diikat tali,
kemudian keempat tali tadi disimpulkan menjadi satu dibagian tengah yang dihubungkan dengan sebuah roda, asal kita menarik tali itu maka keranjang pun akan meluncur kedepan Kalau dilihat dari luar keranjang rasanya sekaligus bisa menumpang empat orang.
Setelah naik kedalam keranjang, Huan Cu Im baru mengetahui kalau jurang dibagian bawah dalamnya mencapai ratusan kaki, bahkan didasar jurang tersebut nampak ombak air yang besar menggulung gulung menembusi batuan karang, buih yang memeCah ketepian membuat suasana disitu benar benar mengerikan hati.
Kedua tebing disisi kiri dan kanan kebetulan berbentuk menonjol keluar, sehingga dinding tebing sebelah tengah melekuk ke dalam dan membentuk sebuah Celah yang terbentuk seCara alam.
Keranjang rotan tersebut tak lain harus melalui tebing tadi, menyeberangi celah sejauh dua puluh kaki sebelum tiba ditebing batu seberang sana. Diam diam Huan Cu Im berpikir:
"Mungkin air telaga yang berada dibawah sana adalah telaga Ang ci oh yang terkenal itu "
Dalam pada itu Kim Peng telah berseru:
"Huan siangkong, cepat berjongkok, budak akan mulai menarik tali keranjang ini"
Huan Cu Im menurut dan segera berjongkok. Kim Peng pun segera menggerakkan lengannya dan pelan pelan menarik tali tema itu pelan pelan keranjang rotan yang memuat mereka pun bergerak menuju ketengah celah tersebut.
Ketika keranjang tersebut sudah mulai meninggalkan tebing batu terasa angin gunung yang berhembus lewat semakin kencang, hal tersebut membuat keranjang dimana mereka berada bergoncang kian kemari, akibatnya keranjangpun bergerak sangat lambat.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Huan Cu Im, dia teringat kembali dengan peringatan pertama yang diberikan Kim Peng kepadanya "jangan serius dalam menghadapi setiap persoalan". Kemudian nona itupun menyusupkan sebuah bungkusan kertas kepadanya, ditinjau dari gerak geriknya, jelas sudah kalau dia adalah seorang sahabatnya daripada seorang musuh.
Mengingat tempat terpencil letaknya dan jauh dari keramaian manusia timbul keinginan pemuda tersebut untuk menanyai identitas serta asal usulnya yang sebenarnya.
Berpikir sampai disitu, dia pun bersiap siap akan membuka suara... Tiba tiba terdengar Kim Peng berkata dengan suara lirih :
"Huan siangkong, bukankah budak telah menyerahkan sebungkus obat pemunah racun kepadamu tadi" sekarang telanlah dengan segera, bila kau terlambat maka kau akan tak punya waktu lagi"
Sementara berbicara, sepasang tangannya bekerja keras menarik tali, otomatis wajahnya menghadap keluar, sewaktu berbicara pun ternyata dia sama sekali tidak berpaling Melihat gadis itu berbicara lebih dulu, lagi pula yang diberikan kepadanya benar benar adalah sebungkus obat penawar racun ia menjadi kegirangan setengah mati buru buru ujarnya.
"Terima kasih banyak nona, aku telah sembuh kembali"
"Telah sembuh?" tanpa terasa Kim Peng berpaling dan memandang sekejap kearahnya lalu berbisik:
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 21 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Hamukti Palapa 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama