Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 29
Ketika selesai berkata pengemis sakti berwajah senyum pun tidak berkata lagi, dia sibuk mengangkat guci araknya dan meneguk berulang kali isinya dengan lahap.
Benar benar hebat cara minum pengemis itu, seperti ikan paus yang menghirup air tanpa bertukar napas sama sekali dia telah meneguk arak tersebut sampai setengah guci lebih, kemudian sambil menyeka ujung bibirnya, dia baru berkata lagi sambil tertawa
"Sungguh memuaskan, benar benar memuaskan, hey...
arak yang kalian buat betul betul hebat rasanya "
Lagi lagi perkataan tersebut entah ditujukan kepada siapa.
Pada saat dia baru selesai berkata itulah, diluar pintu terasa ada segulung angin berhembus lewat, kali ini semua jago dalam ruangan dapat merasa kalau disitu telah kedatangan seseorang.
Tampaklah kemudian seorang nenek berbaju hijau yang rambutnya telah berubah semua melangkah masuk kedalam ruangan, kepada pengemis sakti itu dia memberi hormat seraya berkata:
"Sebenarnya boanpwee berniat akan menyambangi cianpwee esok pagi saja."
"Bukankah kau merasa kuatir dengan keselamatan setengah guci arak tersebut sehingga sepanjang jalan melindungi kedua orang budak tersebut?" ucap pengemis sakti berwajah senyum sambil tertawa, "tapi setelah kau muncul didepan pintu, sudah sepantasnya kalau masuk dulu untuk bersua dengan semua orang"
Dari pembicaraan mana, semua orang baru tahu kalau nenek berambut putih ini tak lain adalah nenek Thia, pemilik arak yang telah dicuri oleh dua bersaudara Siang itu.
Hanya saja semua orang belum mengetahui asal usul arak tenaga dalam tersebut sehingga diam diam semua orang merasa keheranan kenapa nenek Thia menguatirkan keselamatan setengah guci arak sehingga diam diam melindunginya sampai ditempat tujuan" Sementara itu si nenek telah menyahut sambil tertawa:
"Berhubung boanpwee anggap tempat ini dekat sekali letaknya dengan Lou cu san, aku takut dijalanan nanti kedua nona ini bertemu dengan..."
"Ehmm..." pengemis sakti berwajah senyum segera menepuk dadanya sambil tertawa, "selama aku si orang tua berada disini, jalanan sepanjang berapa li sekitar tempat ini masih bisa kuawasi dengan baik, kalau kemampuan seperti itu saja tak mampu, lebih baik aku membeli sepotong tahu untuk bunuh diri "
Berbicara sampai disitu, dia segera berpaling ke arah semua orang dan katanya lagi sambil tertawa :
"Setelah kepergian kedua orang budak tadi, bukankah aku si orang tua meluruskan tengkukku terus tanpa berbicara sepatah kata pun " Bukan aku sengaja mengibul, sebetulnya roh ku sudah keluar dari dalam jasad kasar untuk berjaga jaga dimulut dusun tersebut, asal mereka bertemu dengan penjahat dari Lou cu san, aku si orang tua pasti akan mengetahui dengan segera."
Mendengar perkataan ini, semua orang pun membayangkan kembali keadaan waktu itu, memang benar, sepeninggalan Siang Ci Un bersaudara tadi, Yu locianpwee memang duduk terus didepan pintu tanpa mengucapkan sepatah kata pun
Kalau dibilang rohnya bisa keluar masuk dari jasad kasarnya, tentu saja hal semacam itu hanya bualan belaka, tapi yang pasti dia telah mengerahkan ilmu "melihat langit mendengar bumi"nya untuk memperhatikan keadaan disekitar sana.
Kalau pada umumnya dengan ilmu "melihat langit mendengar bumi" seseorang paling banter hanya bisa memperhatikan daerah seluas dua puluh kaki, ternyata pengemis sakti ini mampu mencapai satu li lebih, dari sini dapatlah disimpulkan bahwa kesempurnaan tenaga dalamnya benar benar telah mencapai tingkatan yang luar biasa.
Sementara itu Ban lo hujin telah bangkit berdiri dan berkata sambil tersenyum :
"Locianpwee, cici tua ini jauh jauh datang sebagai tamu, mengapa kau tidak memperkenaikan kepada kami semua ?"
"oooh... ooya... coba lihatlah, setelah minum berapa teguk arak. aku si orang tua jadi pikun"
Hal setelah memukul benar benar sendiri, katanya lebih jauh sambil tertawa.
"Mari, mari, kuperkenalkan dia adalah istri dari siau lote ku sedang Siau lote ku itu disebut orang sebagai Kakek pemabuk dari bukit Tiong lam "
-ooo0dw0ooo- Jilid: 60 Setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Sedang istri saudaraku ini bukan sembarangan orang juga, pada empat puluh tahun berselang, dia sudah termashur sebagai Iblis perempuan yang disegani banyak orang dalam dunia persilatan, semua orang memanggilnya Toh miama koh (bibi pencabut nyawa) Thia Lo nio, haaahh... haaahh...
sekarang kalian telah tahu bukan"
"Boanpwee sudah siap menerima perintah dari Yu locianpwee" kata nenek Thia kemudian, "bukankah besok hendak berangkat untuk menumpas perkumpulan Tay Imkau"
Sudah sepuluh tahun yang lalu memang sudah kurencanakan untuk menyerang perkumpulan Tay Im-kau.
Dan aku harus bisa untuk menumpasnya sampai habis habisan kata Boanpwee."
"Semua itu memang kurasa hanya kau saja yang mampu untuk menghadapinya..."
"Kau orang tua jangan bergurau" sela nenek Thia segera
"kalau sampai kau orang tua pun sempat dibuat pusing kepala, mana mungkin boanpwee mampu menghadapinya?"
"Aku tidak bergurau, perkataanku itu benar benar merupakan kenyataan" tiba tiba pengemis sakti berwajah senyum berkata dengan wajah serius "kami telah memperhitungkan kekuatan yang ada untuk menghadapi pihak mereka, tapi setelah kuhitung pulang pergi, ternyata hanya si tua bangka ini yang belum mendapat lawan yang cocok"
"Siapakah orang itu?" tanya nenek Thia kemudian.
"Oooh... ooh..." setelah ragu sejenak, pengemis sakti berwajah senyum baru berseru:
"Rahasia tersebut tak boleh sampai kedengaran telinga keenam, rahasia langit mesti dijaga baik baik"
Berbicara sampai disini, mulutnya segera berkemak kemik, agaknya dia telah berbicara dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara. Nenek Thia segera mengangguk berulang kali, lalu serunya: "Boanpwee turut perintah"
Yu Hua Liong yang menyaksikan kesemuanya ini segera memancarkan sinar tajam dari balik matanya, entah apa yang sedang dia pikirkan"
Kemudian tampak pengemis sakti berwajah senyum mengulapkan tangannya seraya berkata: "Nah sudah cukup, sekarang kau boleh pergi"
Kembali nenek Thia mengiakan, kemudian setelah mohon diri kepada semua orang ia baru membalikkan badan dan beranjak pergi dari ruangan tersebut.
"Nah, sudah, sudahlah..." kata pengemis sakti kemudian sambil bangkit berdiri "sekarang kita semua harus minum secawan arak..."
Kemudian sambil membopong guci arak kecil yang penuh berlumpur itu, ia berkata lagi
"Arak ini merupakan arak wangi yang sudah dipendam istri saudaraku itu selama hampir dua puluh tahunan didalam tanah, dan merupakan arak mestika nomor wahid dikolong langit, siapa tidak turut minum pasti akan kecewa Sepanjang jaman, mari, mari, semua orang antri kemari sambil membawa cawan sendiri, setiap orang pun hanya mendapat bagian secawan saja, nah aku yang akan membagikan buat kalian"
"Sukong" Siang Siau Un segera berseru, "bila ada tugas biar tecu yang melaksanakan mari aku saja yang bertugas membagi arak itu"
"Tidak bisa, kau si budak kecil nakal lagi jahil, tahukah betapa berharganya setengah guci arak ini" Kalau sampai tercecer setetes saja, waah... sungguh amat amat sayang biar aku siorang tua saja yang turun tangan sendiri"
Mendengar perkataan tersebut, Ban lo hujin segera bertanya dengan keheranan: "Locianpwee, sampai dimana sih berharganya arak tersebut ?"
"Tentunya kau pernah mendengar dari Bengcu lote bukan bahwa kakek pemabuk dari Tiong lam pernah membuat arak tenaga dalam yang berkasiat dapat memulihkan kembali tenaga dalam seseorang" Nah, disini terdapat banyak orang yang sudah terkena racun pembuyar tenaga, sekalipun sudah memperoleh obat pemunah racun, namun tenaga dalam yang sudah terlanjur buyar paling tidak akan pulih kembali bila sudah beristirahat selama dua tiga hari, padahal besok pagi kita sudah akan melangsungkan pertarungan mati matian melawan musuh, jikalau tenaga dalam kalian belum pulih kembali seperti sedia kala, bagaimana mungkin dapat bertarung dengan mereka" oleh sebab itulah arak ini sudah menjadi dewa penolong untuk kalian semua"
Habis berkata, kembali dia mengeluarkan sebuah botol kecil porselen hijau dari sakunya sembari berkata lebih jauh:
"Isi botol ini adalah obat penawar racun dari bubuk tujuh bisa pihak Tay Im-kau, sekarang antrilah seorang demi seorang, akan kubagikan obat ini seorang sebutir ditambah arak secawan"
Dalam pada itu Siang Ci Un telah mempersiapkan beberapa Cawan teh yang diletakkan diatas meja.
Dengan suatu pukulan keras pengemis sakti berwajah senyum meremukkan penutup guci arak tadi, dalam waktu singkat semua orang dapat mengendus bau harum semerbak yang tebal dan amat menusuk penciuman.
"Benar benar arak bagus" puji Yo Leng kong tanpa terasa.
"Hmm, biarpun kau ingin meneguk lebih banyak pun tak mungkin bisa..." sahut pengemis sakti sambil mendengus.
Habis berkata dia mengangkat guci arak itu dan memenuhi beberapa cawan cawan tersebut dengan arak lalu serunya.
"Mari lebih baik Yu tayhiap saja yang duluan"
Sembari berkata dia menyerahkan botol berisi obat pemunah racun itu kepada Siang Ci Un sambil menitahkan kepadanya agar membagi seorang sebutir.
"Kalau begitu biar aku orang she Yu mendahului" terdengar Yu Hua Liong berseru.
Ia berjalan menuju ke depan meja Siang Ci Un segera menyodorkan sebutir pil kepadanya.
Yu Hua Liong menyambutnya dan ditelan dengan Cepat maka Siang Siau Un pun menyodorkan secawan arak kepadanya.
Dengan sekali tegukan Yu Hua Liong menghabiskan isi cawan tadi mendadak pengemis sakti berwajah senyum mengayunkan telapak tangannya dan menghantam jalan darah leng tau giat dipunggungnya keras keras...
Yu Hua Liong kelihatan terkejut sekali dengan wajah berubah hebat tegurnya
"Yu locianpwee apa apaan kamu ini?"
Pengemis sakti berwajah senyum segera tersenyum, "harap Yu tayhiap jangan gugup bukankah kau sudah terkena racun pembuyar tenaga. Nah pukulanku tadi tak lain bermaksud untuk menggetarkan nadi nadi dalam tubuhmu agar terbuka dengan demikian daya kerja obat dan arak pun dapat menyebar dengan lebih cepat serta beredar sebagaimana mestinya sekarang kau boleh duduk untuk mengatur pernapasan"
Setelah mendengar penjelasan tersebut Yu Hua Liong baru tertawa katanya lagi.
"oooh... rupanya begitu, mengapa tidak kau jelaskan semenjak tadi " Hampir saja membuat aku orang she Yu merasa amat terperanjat"
Pengemis sakti berwajah senyum tertawa terkekeh:
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... kalau seseorang tak pernah melakukan kesalahan, biar ada orang mengetuk pintu ditengah malam buta pun tak akan gugup, hayo cepat atur pernapasanmu "
Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak Yu Hua Liong memandang sekejap ke arahnya, kemudian baru mengundurkan diri kebelakang dan duduk bersila dilantai.
namun dia tetap merasa kuatir sekali, buktinya secara diam diam ia mengintip keadaan dari rekan rekan lainnya.
Sementara itu Yo Leng kong Kui Hau nian, Leng Kang to dan lain lainnya telah meneguk arak dan menelan pil pemunah, si pengemis sakti pun sebagaimana tadi, masing masing ditepuk punggungnya satu kali.
Sesudah melihat hal inilah, Yu Hua Liong baru merasakan hatinya lega.
Disusul kemudian Ban lo hujin, Hoa Tin tin dan sekalian pasukan wanita mendapat giliran menelan pil pemunah serta meneguk secawan arak mestika.
Kemudian pengemis sakti berwajah senyum berkata juga kepada Hee Giok yang dan dua bersaudara Siang Ci Un :
"Kalian bertiga telah menelan tiga butir teratai salju pemberian si lo tay nio, mari kalian teguk pula secawan arak agar tenaga dalam yang dimiliki memperoleh kemajuan pesat, kesempatan sebaik ini jarang terjadi hayo jangan dilewatkan dengan begitu saja"
Ketiga orang itu menurut dan masing masing meneguk secawan arak...
Selanjutnya pengemis sakti berwajah senyum pun menutup kembali guci arak tersebut, lalu serunya: "Ban Tiong tat "
"Hamba disini" buru buru Ban Tiong tat menyahut.
"Kemarilah" Ban Tiong tat mengiakan dan segera berjalan menuju ke hadapannya...
Sambil menunjuk ke arah guci arak yang berisi arak tenaga dalam itu, pengemis sakti berkata:
"Didalam guci ini masih terdapat sisa arak. mulai sekarang, tugasmu adalah membopong guci arak ini, mengerti?"
"Bukankah esok pagi semua orang hendak naik ke bukit Lou cu san" Apakah hamba harus turut kesana dengan membopong guci arak tersebut...?"
"Bukankah sudah kukatakan tadi, mulai sekarang hingga perkumpulan Tay Im-kau berhasil dihancurkan, kau tak usah mengurusi persoalan yang lain, tugasmu hanya membopong guci arak tersebut ke mana pun pergi tapi ingat kau tak boleh mencuri minum isinya"
"Hamba turut perintah"
"Bagus sekali, sekarang kau boleh membopongnya sambil mengatur pernafasan"
Ban Tiong tat mengiakan dan mengundurkan diri sambil membopong guci arak tersebut
Sementara itu semua orang telah minum obat pemunah racun sama duduk bersila diatas tanah sambil mengatur pernafasan-Diantaranya hanya Hee Giok yang, Siang Ci Un dan Siang Siau Un bertiga yang tetap berjaga jaga didepan pintu melindungi keselamatan semua orang.
Sebaliknya pengemis sakti berwajah senyum sedang asyik meneguk isi araknya, tiba tiba ia berseru:
"Hey, bukankah kalian bertiga pun sudah minum secawan arak tenaga dalam tadi" Hayo cepat duduk untuk beristirahat, disini kan ada aku siorang tua, tak mungkin pihak lawan berani menyerbu masuk kemari, sudahlah, kalian tak usah bersiaga terus"
Setelah mendengar perkataan ini, ketiga orang nona itupun berjalan mendekati Ban Lo hujin sekalian dan duduk mengatur pernapasan disampingnya.
Dalam waktu singkat suasana didalam ruangan ini menjadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Kalau dibilang bersuara, maka suara yang kedengaran hanya suara pengemis sakti berwajah senyum yang sedang meneguk araknya dengan lahap sekali.
Lambat laun suara tegukan arak pun ikut tak kedengaran.
Ternyata pengemis sakti berwajah senyum yang semula masih duduk dalam ruangan sambil minum arak tadi, kini pun sudah lenyap tak berbekas.
ooodwooo Kini sudah mendekati kentongan keempat, tak lama lagi fajar pun akan menyingsing.
Biarpun yang disebut malam itu langit sangat gelap. tapi kalau dibilang saat kapankah yang paling gelap. maka waktunya adalah menjelang fajar akan menyingsing, yaitu sekitar kentongan keempat.
Waktu itu sinar rembulan telah redup, bintang telah berpindah, seluruh jagad terasa gelap gulita tak nampak setitik cahaya pun.
Kuil Say ko bio berada dalam kegelapan yang luar biasa, sedemikian gelapnya, sampai orang yang berdiri didepan kuil pun tak akan dapat melihat keadaan disitu dengan jelas.
pada saat itulah, tiba tiba muncul dua sosok bayangan hitam yang meluncur turun dari tengah udara.
Mereka adalah dua orang manusia berjubah hitam.
Namun ketika kedua orang itu melayang turun ke atas tanah, tiba tiba orang yang disebelah kanan itu kelihatan seperti tersandung sehingga akibatnya ia terjerambab ke depan dan hampir saja roboh terjungkal ke atas tanah.
Dalam keadaan begini, buru buru dia menjejakkan kembali kakinya keatas tanah sekali lagi tubuhnya melejit ke tengah udara sebelum melayang turun kembali ke atas tanah.
Tapi orang yang sebelah kiri pun sama sama merasakan badannya seperti didorong orang keras keras sewaktu melayang turun ke atas tanah tadi hingga badannya miring dan nyaris terguling ke sebelah kiri.
Buru buru orang itupun menjejakkan kaki kirinya serta melompat kembali keudara sebelum melayang turun keatas tanah.
Kejadian itu boleh dibilang berlangsung pada saat yang hampir bersamaan.
begitu melayang turun keatas tanah, manusia berjubah hitam yang berada disebelah kanan itu segera berpaling kearah rekannya dengan sinar tajam memancar keluar balik matanya, kemudian ia menegur dingin. "Giam loko, apakah kau hendak berebut pahala denganku?"
Manusia berjubah hitam yang berada di sebelah kiri segera berpaling sambil menjawab ketus:
"Saudara Kiong, apa maksudmu?"
Manusia berbaju hitam yang berada disebelah kanan segera tertawa dingin:
"Apa lagi yang mesti kukatakan bukankah loko hendak berebut pahala denganku sehingga sewaktu melayang turun ke atas tanah tadi loko tak segan segan menggaet kakiku agar siaute terjerembab bukan" Apakah loko baru senang bila melihat aku jatuh cinta?"
Manusia berbaju hitam yang ada disebelah kiri segera mendengus penuh amarah:
"Kau jangan ngomong seenaknya, sudah jelas kaulah yang mendorong siaute ketika aku hendak meluncur tadi, belum lagi aku menegurmu, kau malah menegurku duluan, sebetulnya apa maksudmu?"
Mendengar perkataan itu, manusia berjubah hitam yang ada disebelah kanan itu makin mendongkol, tiba tiba dia membentak keras:
"Giam cu khi, kau sendiri yang berbicara seenaknya, sudah jelas kaki kananmu yang menggaet kakiku, kapan sih aku telah mendorongmu?"
"Di tempat ini hanya ada kita berdua" kata manusia berjubah hitam disebelah kiri itu dengan marah, "kalau bukan tangan kirimu yang mendorong tubuhku, apa sebabnya aku bisa jatuh tanpa alasan tertentu" Memangnya kau anggap aku lagi mabuk?"
"Benar, disini hanya kita berdua, kalau bukan kakimu yang menggaet kakiku, mengapa pula aku tak dapat berdiri tegak"
IHmm, sudah jelas kau yang menggaetku, sekarang ingin melimpahkan kesalahan kepada diriku?"
Manusia berjubah hitam yang ada disebelah kiri itu makin naik darah.
"Kiong San bin, terus terang saja aku katakan, orang lain mungkin takut dengan ilmu Heng kwanjin mu, tapi Giam cu khi tak akan memandang sebelah mata pun"
Manusia berbaju hitam yang ada disebelah kanan menjadi semakin penasaran, tiba tiba ia perdengarkan suara tertawa panjangnya yang amat tinggi melengking lalu bentaknya.
"Hmm, mungkin saja julukanmU si penggaris sakti pengejut langit dapat menggetarkan hati kawanan jago persilatan, tapi tak akan membuat aku si Kiong losam menjadi takut"
Ternyata kedua orang ini adalah dua orang pelindung hukum dari perkumpulan Tay Im-kau, manusia berjubah hitam yang disebelah kiri bernama Giam cu khi, berasal dari Shoa say dan disebut orang Penggaris sakti pengejut langit.
Sedangkan manusia berjubah hitam yang berada disebelah kanan bernama Kiong San bin, berasal dari San say dengan julukan Tangan sakti penghancur kepala, keduanya merupakan jago-jago golongan hitam yang amat termashur namanya.
Setelah kekalahan yang diderita ketua Sau hoa bun Hoa Siang siang malam ini, kedua orang tersebut segera berusaha membuat jasa dihadapan kaucunya dengan menawarkan diri untuk berangkat kekuil Say ko bio...
Siapa tahu, baru saja dia akan melayang turun keatas tanah sudah terjadi keributan dengan saling tuduh menuduh.
Waktu itu langit memang sangat gelap apa lagi ditempat kosong tersebut tidak nampak orang ketiga, padahal ketika Kiong san bin meluncur turun tadi, kakinya kena digaet orang, sebaliknya Giam cu khi merasa badannya didorong orang, jika hal ini bukan sengaja dilakukan lawan, lalu siapa pula yang melakukannya "
Giam cu khi menjadi semakin membara hawa amarahnya setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan seram :
"Hmmm, coba kalau aku tidak lagi mengemban tugas pada malam ini, siaute benar benar pingin mencoba sampai dimanakah kehebatan ilmu Heng bwan jiu-mu itu, ingin kulihat sampai dimanakah kehebatan ilmu silat yang kau miliki ?"
"Bagus... bagus sekali..." Kiong san bin pun semakin berkobar kegusarannya dia tertawa lengking lalu katanya lebih jauh:
"Berbicara soal tugas aku rasa loko tak usah kuatir jangan lagi orang orang yang berada di kuil Say ko bio sudah keracunan semua dan kini sudah kehilangan tenaga dalamnya meski sisa berapa orang budak cilik yang tidak keracunan dengan kemampuan kita berdua rasanya masih gampang untuk menghadapinya. Bagaimana kalau kita langsungkan dulu permainan diantara kita berdua?"
"Maksud loko kau hendak menantang aku untuk beradu kepandaian lebih dulu?" seru Giam cu khi dingin.
"Betul" kata kata Kiong San bin, "sewaktu siaute minta tugas dari kaucu tadi loko pun cepat cepat berusaha berebut pahala denganku di muka kaucu karenanya siaute rasa rasa cara yang terbaik buat kita adalah beradu kepandaian dulu coba kita buktikan kepandaian siapa yang lebih tangguh diantara kita berdua"
"oooh... rupanya kau benar benar berebut pahala denganmu" seru Giam cu khi sangat murka "tak heran kalau kau telah menyergapku tadi. bagus... bagus sekali bila siaute tidak mendemonstrasikan kehebatan permainan penggarisku yang pengejut langit kau pasti akan mengira aku berjiwa sempit"
Dengan suatu gerakan cepat dia merogoh ke sakunya dan mencabut keluar sebatang senjata penggaris tembaga yang berwarna merah kemudian katanya lagi dengan suara dalam:
"Kiong lo san siaute persilahkan kau turun tangan lebih dulu."
Kiong San bin tertawa melengking.
"Hmm... belum tentu sebatang penggaris tembaga bisa mengungguli sepasang tangan telanjang siaute. kenapa Giam loko mesti sungkan sungkan-.."Jika merasa mempunyai jurus ampuh, silahkan digunakan semua dengan begitu siaute dapat menyaksikan sampai dimanakah kehebatan permainan penggarismu sehingga dibilang pengejut langit?"
"Bagus sekali" semakin didengar Giam cu khi semakin murka, tiba tiba ia membentak nyaring "Kiong losam, sambutlah serangan yang kau nantikan ini "
Senjata penggaris tembaga ditangan kanannya segera digetarkan keras keras, lalu... "Weeesss" langsung menyambar pinggang Kiong San bin.
Sebagaimana diketahui julukannya adalah Penggaris sakti pengejut langit, cukup didengar dari angin sambaran senjatanya dapat diketahui bahwa orang ini memiliki tenaga sakti yang mengejutkan hati, diantara ayunan penggaris tembaganya itu, kekuatan yang ditimbulkan benar benar sangat dahsyat.
Selisih jarak Kiong San bin dengan dirinya tak lebih cuma dua depa, ditunggunya sampai sambaran senjata itu mencapai satu depa ketika secara tiba tiba dia memutar badannya dengan cepat, tangan kanannya bergetar kemuka, diantara perputaran tubuhnya inilah dia manfaatkan kesempatan yang ada untuk mencengkeram senjata musuh.
(Ia bukan mencengkeram senjata tersebut dengan menyambut kedatangannya, tapi membalikkan tangan dan mencengkeram dari belakang senjata tersebut). Giam cu khi makin mendendam, pikirnya: "Bangsat, ternyata ia berani memandang rendah diriku ?"
Senjata penggaris tembaga yang telah menyapu kedepan itu mendadak diputar balik kemudian balik mengancam telapak tangan Kiong San bin...
Perubahan jurus serangan yang digunakan kali ini sangat cepat dan persis menghantam diatas telapak tangan Kiong san bin.
Kiong San bin sendiri disebut orang sebagai Tangan sakti penghancur kepala, dapat diketahui bahwa kepandaian tangan kosongnya sangat hebat, semula dia memang berniat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencengkeram senjata musuh.
Begitulah, ketika senjata penggaris cu khi menghajar diatas telapak tangan lawan, ia merasa serangan tersebut seakan akan menghantam diatas tumpukan kapas yang empuk sekali.
Merasakan hal tersebut, ia segera sadar kalau keadaan tidak menguntungkan, buru buru senjatanya ditarik kembali.
Siapa tahu saat itulah kelima jari tangan Kiong San bin telah menyambar ke muka serta mencengkeram senjata penggarisnya.
Menyadari kalau senjatanya kena dicengkeram lawan, sekuat tenaga Giam cu khi membetotnya kebelakang, sementara tangan kirinya disokok ke depan menghantam dada lawan-Melihat datangnya pukulan lawan bersamaan waktu dengan keberhasilannya mencengkeram senjata tersebut, Kiong San bin segera menjengek dingin, telapak tangan kirinya yang mirip bacokan golok langsung diayukan kedepan untuk menyambut ancaman tersebut. "Blaaammm. . . "
Benturan keras bergema memecahkan keheningan ketika dua gulung tenaga pukulan itu bentrokan satu dengan lainnya, alhasil keadaan mereka berimbang dan siapa pun tak berhasil mencari keuntungan dari bentrokan tadi.
Tubuh mereka berdua pun sama sama tergetar mundur selangkah kebelakang, tapi senjata penggaris yang dicengkeram tangan kanan masing masing tetap tergenggam erat erat
Pada saat itulah, mendadak Giam cu khi merasakan dagunya sakit sekali ternyata disaat dia menggetar mundur lawannya tadi, jenggot panjangnya yang dipakai untuk mengebut ke muka telah terbetot putus beberapa lembar.
Tapi pada saat yang bersamaan Kiong San bin mendengar suara orang meludah, tahu tahu gumpalan riak kental yang disemburkan musuhnya telah menghantam batang hidungnya sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Dengan terjadinya peristiwa itu, otomatis api kegusaran yang dalam dada kedua orang itu makin menjadi.
Suatu ketika mereka berdua sama sama menubruk kedepan dan saling mendesak musuhnya dengan rangkaian serangan jarak dekat.
Oleh karena tangan kanannya masing masing menggenggam ujung senjata tanpa berniat melepaskannya, maka serangan yang dilancarkan mereka hanya andalkan tangan kiri, kalau bisa mereka hendak menghajar jalan darah kematian ditubuh lawan agar secepatnya membereskan jiwa lawannya itu.
Baik pukulan, totokan, cengkeraman maupun tabokan pokoknya semua gerakan yang dapat dipakai untuk melukai musuh segera dikeluarkan sekuat mungkin.
Dalam suasana gelap gulita pada kentongan keempat ini pertarungan kedua orang tersebut hanya menghasilkan dua gumpal bayangan hitam yang saling sodok menyodok. pukul, suasana berlangsung amat sengit.
Sayang waktu itu tak bersinar, juga tak tampak kehadiran pihak ketiga dalam arena tersebut, andaikata disitu ada penonton dan langit diterangi sinar rembulan dan bintang maka orang dapat melihat bahwa selain kedua sosok bayangan manusia yang sedang bergumul sengit itu, ternyata masih ada sesosok bayangan manusia lain yang ceking dan kecil.
Orang itu entah sedang membantu siapa kadangkala dia ikut terjun menghantam kesana menyepak kemari, yang pasti keduanya kena dihantam oleh bogem mentahnya itu.
Sayang sekali kedua orang itu sedang berada dalam keadaan gusar hingga tak seorang pun yang memperhatikan, siapa pun tidak merasa kehadiran orang tersebut.
Kedua orang itu hanya merasa bahu, punggung iga perut kaki maupun pinggangnya sering dihantam orang keras keras atau ditendang dengan sepenuh tenaga, malah sering kali bajunya disambar orang sampai robek atau juga pinggangnya dicakar orang keras keras.
Pokoknya pertarungan seorang ahli lagi semua gerakan yang digunakan sudah lebih pergumulan dua berandal kota yang berebut uang.
Mereka saling beradu tinju, saling beradu tendangan, bahkan kalau pukulannya meleset menarik baju lawan sampai robek pun bolehlah, malah akhirnya mereka saling menjambak saling membetot jenggot...
Tak selang berapa saat kemudian, jubah hitam yang mereka kenakan telah robek dan hancur berantakan, sampai pakaian dalampun turut robek dan nampak tubuh bagian atasnya yang telanjang.
Cakar-cakar yang panjang kini mulai menyayat kulit serta meninggalkan bekas Cakaran yang memanjang serta berdarah.
Jangan dibilang lagi keadaan mukanya, rambut mereka sudah awut awutan tak teratur jenggot dan rambut banyak yang rontok. muka menjadi bengkak dan hijau membesar, luka kulit memenuhi seluruh badan, untung saja tak ada yang mengenai tempat mematikan
Semakin begitu keadaannya, kedua orang tersebut semakin tak terima, senjata penggaris tembaga yang dicengkeram pada tangan kanannya semakin enggan dilepas, sedang tangan kirinya yang dipakai untuk memukul makin gencar pula digunakan-Jarak dari kentongan keempat sampai fajar bukanlah jangka waktu yang cukup panjang tak selang berapa saat kemudian fajar telah mulai menyingsing di ufuk timur.
Pada waktu itulah dari jalan raya sebelah utara muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan tinggi. Dia adalah seorang kakek berperawakan sedang dengan memakai baju panjang berwarna kuning alis matanya jarang dan pipi kiri kanannya dipenuhi belang berwarna merah dan putih.
Gerakan tubuh kakek tersebut cepat sekali ketika menempuh perjalanan sepasang kakinya seolah olah tidak menempel diatas tanah.
Ketika ia hampir tiba didepan kuil tersebut, mendadak dari tepi jalan muncul seorang kakek ceking bertopi bulu yang dikenakan rendah rendah dengan langkah tergopoh gopoh, sepasang tangannya membopong sebuah guci arak.
Begitu bertemu dengan kakek berbaju kuning itu, dia segera maju menyongsong sambil serunya :
"Liong tua, kebetulan sekali kedatanganmu, cepat kau bujuk mereka agar jangan berkelahi, coba lihatlah, dua orang tua yang berada disitu sedang gontok gontokan dengan sengitnya?"
"Dimana ?" tanya kakek berbaju kuning itu tertawa.
"Itu dia, didepan pintu kuil" seru kakek ceking itu sambil menuding kearah kuil.
Mengikuti arah yang ditunjuk kakek berbaju kuning itu segera berpaling, benar juga disebuah tanah lapang tak jauh dari pintu kuil memang terlihat ada dua orang sedang berkelahi dengan sengitnya, pergumulan mereka berjalan seru dan seimbang.
Waktu itu fajar telah menyingsing, apa lagi dengan ketajaman matanya yang luar biasa, dalam sekilas pandangan saja ia sudah melihat dengan jelas bahwa kedua orang yang sedang berkelahi itu bukan lain adalah kedua utusan yang dikirim kaucunya, yaitu si Penggaris sakti pengejut langit Giam cu khi serta si tangan sakti penghancur kepala Kiong san bin-Persoalan apakah yang menyebabkan mereka saling gontok gontokan sendiri tanpa melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya"
Mendadak ia jadi curiga, kenapa kakek ceking bertopi bulu itu bisa tahu kalau dia dari marga Liong serta menyebutnya Liong tua"
Terdorong rasa curiga yang membara, dengan cepat dia berpaling lagi kebelakang
Tapi pada saat itulah dia sudah kehilangan bayangan tubuh dari si kakek ceking bertopi bulu itu.
Dia mencoba untuk celingukan serta memperhatikan keadaan diseputar sana, namun selain kuil Say ko bio yang berada dua tiga puluh kaki dihadapannya, sekitar sana tdiak ada rumah penduduk. selain beberapa batang pohon yang liu tumbuh disisi jalan, pada hakekatnya disana tak nampak sesosok bayangan manusia pun. Peristiwa ini kontan saja mengejutkan hati kakek berjubah kuning itu segera pikirnya:
"cepat benar gerakan tubuh orang ini, tak nyana dia sanggup ngeloyor pergi dari hadapan hidungku tanpa menimbulkan sedikit suara pun, Tapi siapa kah dia ?"
Tak sempat untuk berpikir lebih jauh dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah lalu menerjang maju kemuka dengan kecepatan tinggi, bentaknya:
"Mengapa kalian masih belum juga berhenti bertarung ?"
Sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa menerobos dari antara kedua orang tersebut.
Dua orang yang sedang bertarung sengit ditengah arena menjadi amat terperanjat setelah mendengar bentakan tersebut, mereka tahu wakil ketua pelindung hukum perkumpulan mereka telah tiba.
Karenanya masing masing orang telah melepaskan genggaman dan melompat mundur kebelakang.
Ternyata kakek berjubah kuning ini adalah wakil ketua pelindung hukum perkampungan Tay Im-kau bernama Liong To Seng.
Berbicara soal Liong To Seng, sebenarnya diapun terhitung seorang tokoh silat yang luar biasa.
Dulu dia adalah seorang anak yatim yang berdiam di keresidenan Pong in nian diwilayah Kam su, semasa kecilnya menjadi penggembala dari suatu keluarga kaya.
Suatu hari tanpa sengaja dia telah menemukan sebiji buah yang tak diketahui namanya ditepi jalan, sekembalinya kerumah tiba tiba ia terserang demam yang hebat hingga tak sadarkan diri, bahkan mukanya penuh belang putih dan merah yang mencar sampai ke seluruh badannya.
Ketika majikannya melihat bocah itu sudah menderita sakit parah, maka diapun memerintahkan orangnya untuk membuang bocah tadi kebawah kaki gunung.
Dasar nasibnya masih mujur, saat itulah dia ditemukan seorang tokoh silat yang berilmu tinggi, agaknya dalam sekilas pandangan saja ia telah mengetahui kalau bocah tersebut telah makan buah yang sebetulnya merupakan buah langka yang tak ternilai harganya serta merupakan bahan penambah tenaga yang luar biasa.
Sebagai bocah cilik, bagaimana mungkin dia bisa mengendalikan hawa panas yang ditimbulkan oleh kasiat buah tersebut "
Maka bocah itupun diajak kembali ke Khong tong san, sambil diberi obat diapun menggunakan tenaga dalamnya untuk menguruti seluruh badannya, keadaan seperti ini berlangsung sampai tiga hari lamanya sebelum selembar jiwa kecilnya berhasil diselamatkan-Semenjak saat itulah diapun menjadi muridnya tokoh silat tersebut, Tapi belang putih ditubuh dan wajahnya tak pernah hilang lagi dari badannya, karena melihat belang tersebut mirip bintang dilangit, akhirnya bocah itupun diberi nama To seng. saban hari dia diajar bagaimana duduk bersemadi serta mengatur pernapasan.
Sepuluh tahun kemudian, dia pun tumbuh menjadi dewasa, tentu saja sebagai seorang pemuda dia tak kerasan hidup menyendiri diatas pegunungan yang sepi maka secara diam diam diluar sepengetahuan gurunya dia minggat turun gunung.
Walaupun dia belum pernah belajar silat secara baik, namun berhubung pernah makan buah langka dan sepuluh tahun melatih tenaga dalam, maka hawa murni yang dimilikinya benar benar luar biasa sekali.
Tak lama kemudian dia pun berhasil mendapat nama di dalam dunia persilatan.
Dalam berapa tahun saja, sudah banyak jago silat kenamaan yang dirobohkan olehnya, tapi berhubung waktunya sangat maka orang orang menyebut sebagai hakim mati hidup,
Setelah itu ternyata dia pun memiliki kecerdasan serta bakat yang bagus sekali, saban kali bertarung melawan orang secara diam diam dia selalu mengingat baik baik jurus serangan yang pernah dilihatnya.
Tahun berganti tahun akhirnya tak sedikitjurus silat dari pelbagai perguruan dan aliran berhasil dikuasai olehnya atas dasar pengetahuan yang diperoleh itu ternyata diapun berhasil menciptakan serangkai ilmu pukulan lembek hebat sekali.
Diujung oleh tenaga dalamnya yang sempurna, saban kali bertarung dengan orang tak pernah musuhnya mampu bertahan sampai dua gebrakan, oleh sebab itu nama besarnya pun makin lama semakin termashur.
Sudah beberapa kali Liong To Seng mendatangi Siau limpay dan Butong pay untuk menantang kedua pemimpin perguruan besar itu untuk beradu kepandaian-Tapi sebagai partai lurus yang mempunyai reputasi besar, pihak Siau limpay maupun Bu tong pay tak pernah mau melayani tantangannya itu tantangannya selalu ditampik secara halus.
Akibatnya semakin sering pihak Siau limpay menampik tantangannya, kalangan hitam semakin menyanjung tinggi dirinya begitulah diapun semakin jauh meninggalkan golongan lurus dan makin terjerumus kedalam golongan sesat.
Tapi dia masih mempunyai sedikit kebalkan, sampai saat itu dia tak pernah melupakan nasehat gurunya agar tidak mendekati perempuan dan tidak sembarangan membunuh.
Oleh sebab itu orang persilatan memandangnya seorang tokoh silat yang setengah lurus setengah Sesat.
Kini dia telah ditarik pihak Tay Im-kau untuk memangku jabatan sebagai wakil ketua pelindung hukum.
Sementara itu ketika si hakim mati hidup Liong To Seng melayang turun ke tengah arena, Kiong San bin dan Giam cu khi buru buru membungkukkan badannya memberi hormat seraya berseru: "Wakil ketua..."
Dengan pandangan yang tajam Liong To Seng memperhatikan sekejap kedua orang itu lalu sambil mendengus katanya:
"Apa kalian sudah melupakan tugas yang dibebankan diatas bahu kamu berdua?"
Dengan nada emosi Kiong San bin segera berseru:
"Kedatangan wakil ketua memang kebetulan sekali, ketika hamba mendapat tugas untuk datang kemari, ternyata Giam loko telah berusaha merebut jasa denganku, menggunakan kesempatan sewaktu hamba meluncur kebawah, dia telah menggaet kakiku..."
"Wakil ketua, hamba sama sekali tidak menggaet kakinya, justru saudara Kiong yang telah menghajar hamba dengan sebuah pukulan"
"omong kosong" teriak Kiong San bin lagi, "hamba sama sekali tidak mendorong apa lagi memukuinya, sudah jelas dia yang menggaet kakiku sehingga nyaris jatuh terjerembab"
"Hamba berani bersumpah kepada Thian kalau diriku tak pernah menggaetnya, adalah dia yang telah mendorong hamba hingga hampir saja jatuh terjungkal"
Liong To Seng yang mendengar perkataan tersebut segera berkata:
"Bagaimanapun juga kalian berdua adalah orang orang yang sudah lama termashur dalam dunia persilatan, mengapa sewaktu bertarung justru tak berbeda seperti kaum berandal kota saja, saling mencakar saling membetot tanpa peraturan sama sekali, jlka hal ini sampai tersiar dalam dunia persilatan, apakah orang tidak akan mentertawakan diri kalian berdua"
coba lihat saja keadaanmu berdua, masa sebagai seorang pelindung hukum dari perkumpulan kita, keadaannya justru begitu mengenaskan?"
"Menjawab pertanyaan wakil ketua, tangan kanan hamba dipakai untuk merampas senjata penggarisnya, sedang tangan kirinya bertarung dengan tangan kirinya, mana mungkin aku punya kesempatan untuk merobek pakaiannya?"
"Wakil ketua" Giam cu khi berseru pula "kalau bukan dia yang merobek pakaianku, siapa pula yang berbuat demikian?"
Liong To Seng segera berpaling ke arah Giam cu khi, kemudian tegurnya: "Bagaimana denganmu" Apakah kau tidak merobek pakaiannya?"
"Tangan kanan hamba memegang senjata yang kena dicengkeram olehnya sehingga tak pernah lepas tangan, sedangkan tangan kirinya melancarkan serangan kepadaku sehingga hamba harus menggunakan tangan kiri juga, untuk memunahkan serangannya, bayangkan, mana mungkin aku punya kesempatan untuk merobek pakaiannya?"
Mendengar sampai disini, Liong To Seng segera teringat kembali dengan keanehan dari si kakek ceking yang membawa guci arak tadi, dalam waktu singkat dia sudah mengerti duduknya persoalan, maka segera tanyanya.
"Waktu itu, apakah kalian telah menyaksikan kehadiran pihak ketiga...?"
"Sama sekali tidak" jawab Kiong San bin "hanya kami berdua yang melayang turun bersama sama"
Liong To Seng segera berpaling ke arah Giam cu khi dan tanyanya pula : "Apakah kau juga tidak melihat pihak ketiga?"
Giam cu khi menggeleng: "Tidak"
"Baiklah, coba kalian Ceritakan kembali dengan sejelasnya kisah yang kamu berdua alami sehingga terjadinya pertarungan"
Kedua orang itupun segera berebut untuk menceritakan kembali apa yang telah dialaminya.
Selesai mendengar kisah tersebut, Liong To Seng tak bisa menahan diri lagi dan segera mendengus:
"Hmmm, kalian berdua toh sudah setengah abad lamanya berkelana didalam dunia persilatan, apakah kalian tidak sadar kalau kamu berdua telah dipermainkan orang?"
"Apakah wakil ketua berpendapat ada pihak ketiga yang sengaja berbuat jahil kepada kami berdua serta mengadu domba kami" Aaah... hal seperti ini tak mungkin terjadi" seru Kiong San bin.
"Yaa, waktu itu memang tidak nampak kehadiran pihak ketiga" Giam cu khi menimpali. Kembali Liong To Seng mendengus dingin.
"Hmmm... menurut penilaianku, jelas orang yang telah menggaet kaki Keng huhoat dan mendorong Giam huhoat adalah orang lain, kemudian kalian berdua saling bertarung, kedua belah tangan sama sama dipakai untuk membetot senjata dan memunahkan serangan, meski dengan tangan sebelah kalian dapat saling menyerang dan menangkis apakah mungkin bisa dipakai menarik pakaian lawan hingga robek"
"Sebab bila ada kesempatan untuk merobek pakaian lawan, mengapa dia tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghantam saja tubuh lawannya keras keras " Hal ini membuktikan kalau ada orang lain yang telah menggaet kakimu dan mendorong kau sewaktu kamu berdua melayang turun ke atas tanah tadi"
Baik Kiong San bin maupun Giam cu khi keduanya menjadi tertegun dengan wajah keheranan
"Siapakah orang ini ?" tanyanya kemudian"Haaahhh... haaahh... haaahh..." mendadak terdengar seseorang tertawa tergelak, "ternyata engkoh tua ini dapat juga membujuk mereka agar berhenti berkelahi, tapi memang lebih baik demikian, sebagai sahabat tidaklah perlu saling gontok gontokan sendiri apa lagi sampai saling bunuh membunuh macam mempunyai dendam sakit hati sedalam lautan saja, kau tahu, kau tahu aku si orang tua paling takut kalau melihat orang berkelahi, sebetulnya sih aku ingin membujuk, tapi berhubung tulang belulangku sudah pada tua dan rapuh, aku takut tulang tulang itu jadi remuk bila terpukul kalian, maka akupun urungkan niat tersebut."
"Untung sekali ditengah jalan tadi aku telah bertemu dengan engkoh tua ini, maka kuminta bantuannya untuk melerai kalian berdua, tapi sekarang urusan kan sudah beres dan tak ada persoalan lagi, lebih baik kalian cepat cepat pulang saja untuk mencuci muka dan bertukar pakaian, bagaimana pun juga teman tetap teman, setelah berkelahi tadi, sekarang harus berteman lagi"
Orang yang mengucapkan perkataan tersebut ternyata berdiri dikejauhan sana.
Dengan cepat Liong To Seng berpaling, lebih kurang tujuh delapan kaki dihadapannya persis dibawah sebatang pohon besar tampak seorang kakek ceking sedang berjongkok di situ, kakek itu memakai topi bulu dan membawa sebuah guci arak.
ternyata dia tak lain adalah kakek ceking yang minta kepadanya agar membujuk perkelahian kemudian dalam sekejap mata lenyap tak berbekas itu.
Dengan cepat dia menyadari apa yang terjadi, maka sambil berpaling serunya:
"Sekarang kalian berdua boleh kembali dulu, biar aku yang membereskan persoalan di sini"
Waktu fajar telah menyingsing, Kong San bin dan Giam cu khi sebagai pelindung hukum perkumpulan Tay Im-kau merasa malu juga setelah berada dalam keadaan yang mengenaskan, dimana hidungnya bocor, matanya bengkak mukanya sembab dan pakaiannya compang camping mengenaskan.
Karena itu mereka segera mengiakan setelah mendengar perkataan tadi, kemudian bersama sama beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sepeninggal kedua orang anak buahnya dengan langkah berat selangkah demi selangkah Liong To Seng mendekati kakek ceking itu kemudian tegurnya dingin : "Apakah loko adalah orang yang minta kepadaku untuk membujuk perkelahian tadi?"
"Benar " jawab kakek ceking itu sambil memicingkan matanya serta tertawa.
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya :
"Aku siorang tua paling takut melihat orang berkelahi, bila melihat orang bertarung maka aku tak akan berani mendekati, untung sekali bertemu dengan dirimu, itulah sebabnya aku segera minta bantuanmu agar membujuk mereka..."
"Darimana kau bisa tahu kalau aku she Liong?" tanya Liong To Seng lebih lanjut
"Engkoh tua she Liong?" kakek ceking itu mengerdipkan matanya lagi sambil tertawa, "darimana aku bisa tahu ?"
"Tapi dengan jelas kudengar kau menyebut Liong tua kepadaku tadi, masa kau lupa" Aku dapat mendengarnya dengan jelas sekali"
"Liong tua " Kapan sih aku menyebut Liong tua kepadamu?".
Kakek ceking itu miringkan kepalanya seakan akan sedang mengingat kembali kejadian yang telah lewat, kemudian sambil berseru tertahan katanya lagi seraya tersenyum:
"Aaah, loko mungkin salah mendengar, kau tahu akukan berasal dari So ciu mungkin saking gelisahnya tadi aku telah menyebut Liong kepadamu, kalau menurut dialek So ciu maka Liong berarti kau, Liong tua berarti pula kau siorang tua...
Haaahhh... haaahhh..."
"Benarkah demikian ?" jengek Liong To Seng sambil diam diam menghimpun tenaga dalamnya kedalam tangan kanan,
"sewaktu mereka melayang turun tadi, kalau bukan kau yang sengaja mengadu domba dengan menggaet kaki Kiong San bin serta mendorong Giam cu khi, mana mungkin kedua orang itu bisa saling gontok gontokan sendiri ?"
Si kakek ceking yang semula berjongkok tiba tiba bangkit berdiri, lalu dengan mata mendelik besar teriaknya :
"Loko, apa kau bilang " Kapan sih aku telah menggaet kaki mereka dan mendorong tubuh mereka " Kau... kau jangan menuduh orang semaunya sendiri"
"Dalam kelopakan mata yang sehat tak akan kemasukan pasir, sebetulnya siapakah loko?"
"Mata yang sehat?" agaknya kakek ceking itu merasa gusar sekali setelah mendengar perkataan itu, matanya melotot semakin besar lalu serunya dengan emosi...
"Kau anggap aku bermata penyakitan" Kau anggap mataku ini tidak sehat hingga diasingkan" Hmmm terus terang saja aku bilang istriku masih mencintai aku di rumah pun aku punya anak cucu segudang aku punya tujuh putra, delapan putri,tiga belas cucU yang mencintaiku setengah mati mereka selalu mengharapkan kedatanganku. hmmm... kenapa kau bilang mataku penyakitan hingga diasingkan keluarga..."
Aaah... aku mengerti sekarang... sudah pasti kau sendiri yang tak punya keluarga maka menyumpahi orang tak berkeluarga..."
Liong To Seng tahu dengan pasti bahwa kakek ceking itu sengaja sedang mempermainkan dirinya, jelas dia adalah seorang tokoh sakti yang berilmu tinggi.
Maka setelah tertawa dingin didalam hatinya, mendadak ia menarik muka dan membentak keras:
"Aku tak ambil pusing siapakah kau, pokoknya setelah kau membuat anak buahku lari dengan keadaan yang mengenaskan, berarti saat kematianmu telah tiba"
Agaknya kakek ceking itu paling pantang mendengar kata
"mati", begitu mendengar dia dikatai "saat kematianmu telah tiba", api amarahnya kontan saja berkobar kobar. sambil bertolak pinggang segera teriaknya pula keras keras :
"Kau anggap aku siorang tua bisa dipermainkan semaunya"
Terus terang saja aku bilang, putraku sudah lebih tua darimu, kau berani menyumpahi saat kematianku telah tiba "
Pokoknya aku tak akan menyudahi persoalan ini sampai disini saja, akan kulihat kau yang mampus duluan atau aku si orang tua yang mati duluan"
Dengan cepat dia menggulung ujung bajunya dan bersiap siap hendak berkelahi.
Menyaksikan gerak gerik lawannya itu, diam diam Liong To Seng tertawa dingin, pikirnya:
"Hmm aku memang berniat mencoba kemampuanmu"
Tangan kanannya segera diulurkan ke depan, lalu serunya sambil tertawa seram:
"Hey tua bangka, kau berani berbicara seenaknya denganku, hmm kubacok dirimu sampai mampus"
"Kau berani membacokku?" kakek ceking itu segera membusungkan dadanya sambil berteriak keras, "Selama sembilan puluh delapan tahun hidup didunia ini, belum pernah ada orang berani berbicara kurang ajar kepadaku, tapi kau...
hmmm, kau itu manusia macam apa" Berani amat hendak membacokku" Baik, kalau ingin membacok. hayo bacoklah..."
Menyusul perkataan itu ternyata dia segera maju kedepan sambil membusungkan dadanya dan menyongsong telapak tangan Liong To Seng.
Hingga sekarang, Liong To Seng masih belum tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki lawannya, otomatis dia menghimpun hawa murninya sampai delapan bagian-Ketika dilihatnya kakek itu menerjang ke hadapannya sambil membusungkan dada, disangkanya pihak lawan hendak mengandalkan hawa khikangnya untuk melindungi badandan siap siap menyerang dikala dia tak siap, oleh sebab itu diam diam dia menambah lagi kekuatannya dengan dua bagian...
Siapa tahu setelah dada si kakek ceking itu menyentuh disisi telapak tangannya, ia baru menyadari kalau kakek ceking ini ternyata adalah seorang manusia biasa sama sekali tak berkepandaian apa apa.
Perlu diketahui, dalam telapak tangannya saat itu telah terhimpun tenaga pukulan sebesar sepuluh bagian, sekalipun kakek itu menempelkan dadanya sendiri keatas telapak tangan lawan, tapi sentuhan tersebut sehingga menyebabkan ancaman tenaga pukulan yang terhimpun disana. Bayangkan saja, bagaimana mungkin ia sanggup menahan diri"
Menanti Liong To Seng sadar kalau pihak lawan tak pandai bersilat, kakek ceking itu sudah keburu berseru tertahan dan tubuhnya mencelat ketengah udara seperti anak panah yang dibidikkan.
Dengan cepat tubuh itu mencelat sejauh satu kaki lebih dan-.. "Braaakkk" punggungnya menghantam tanah yang mengakibatkan kakek itu berkelejitan sebentar sama sekali tak bergerak lagi...
Mimpi pun Liong To Seng tidak menyangka kalau kakek ceking tersebut ternyata tidak pandai berdasar, menanti dia sadar akan hal tersebut dan siap menarik kembali serangannya, keadaan sudah terlambat.
Sekarang dia baru teringat bahwa kakek itu hanya minta kepadanya untuk melerai pertarungan, ketika ia tak nampak secara tiba tiba bisa jadi hal ini disebabkan dia takut melihat perkelahian, dengan tubuhnya yang ceking, seandainya dia bersembunyi dibelakang pohonpun niscaya badannya tak akan kelihatan lagi.
Apa mau dikata ternyata dia menganggapnya sebagai seorang jago lihay, tanpa terasa timbul perasaan menyesal dalam hatinya.
Dengan langkah pelan dihampirinya kakek itu, kemudian tangannya merogoh ke dalam saku niatnya hendak mengambil berapa butir obat penyembuh luka untuk dicekokkan ke mulutnya.
Siapa tahu apa yang terlihat membuatnya makin menyesal, ternyata biji mata kakek ceking itu sudah melotot keluar, mukanya pucat pasi, tampaknya dia telah menemui ajalnya oleh pukulannya barusan.
Cepat cepat dia berjongkok untuk memeriksa napasnya, betul juga , ternyata napasnya sudah putus, hal ini makin membuatnya tak percaya, diam diam dia berpikir:
"Padahal tenaga pukulanku belum sempat kuhamburkan keluar, adalah dia sendiri yang melanggar sisi tanganku, biarpun terpental, paling banter cuma menyebabkan isi perutnya terluka parah, kenapa bisa putus napas?"
Tak tahan dia segera meraba dada kakek ceking itu, ternyata dada tersebut sudah menjadi lunak sekali, jelas tulang dadanya sudah remuk semua tak tahan ia segera menghela napas panjang :
"(terpotong)" belum pernah kubunuh seorang manusia pun, aaai... kenapa loko begitu keras kepala " Kalau toh tak pernah berlatih silat, kenapa kau mesti menumbukkan dadamu diatas telapak tanganku ?"
Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar suara bisikan yang lembut sekali seperti suara nyamuk bergema disisi telinganya:
"Kaulah yang telah membunuhku, mengapa tak berani mengaku " Akan kuadukan kejadian ini Sesampainya di istana Giam ong nanti"
Liong To Seng menjadi terperanjat sekali. buru buru dia membalikkan badan, tapi di situ tak nampak sesosok manusia pun.
Ia mencoba untuk memperhatikan atas tanah, kakek ceking tadi masih nampak membujur kaku diatas tanah, jelas ia sudah putus napas semenjak tadi.
"(terpotong)" bicara apalagi kakek ceking itu terbaring dihadapannya mana mungkin suara pembicaraannya bisa muncul dari belakang tubuhnya" Peristiwa ini segera dinilai sangat aneh apalagi waktu itu sudah terang tanah matahari pagi memancarkan sinar keemas emasannya menyinari seluruh tanah lapang.
Selama hidup si Hakim mati hidup Liong To Seng tak pernah percaya dengan segala macam tahayul tapi kalau ditinjau dari suara yang terdengar tadi sudah jelas adalah suara si kakek ceking itu kejadian inilah yang membuat hatinya bergetar keras sekali.
Tapi orang yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali, dengan pandangan penuh rasa minta maaf dan menyesal diawasinya mayat kakek itu sekejap lalu sambil menggelengkan kepalanya dia membalikkan tubuh dan segera beranjak pergi dari situ.
Kalau dibilang kabur tentu saja kurang cocok, tapi kakinya memang segera dijejakkan ketanah dan melesat kearah utara dengan kecepatan tinggi.
Disaat tubuhnya sedang melesat ke depan inilah, mendadak dari sisi telinganya terdengar lagi jeritan lembut yang menggema cukup jelas: "Hey, hey... Liong To Seng, cepat bayar kembali nyawaku"
Liong To Seng telah meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa, dia memang bermaksud akan menjauhi tempat kejadian tersebut.
-ooo0dw0ooo- Jilid: 61 Namun betapapun hebatnya dia berlari, ternyata sepanjang jalan ia selalu mendengar suara sepatu yang bergema tiada hentinya persis dibelakang tubuhnya, langkah tersebut tidak pelan tidak pula cepat tapi selalu menguntil dirinya kemana pun ia pergi.
Liong To seng jadi keheranan setengah mati sehingga tak tahan lagi dia menghentikan langkahnya sambil membalik badan
Namun tak seorang manusia pun yang nampak disitu, malah suara langkah sepatu yang semula terdengarpun kini jadi hilang dan sepi.
Tentu saja ia tak percaya dengan segala macam tahayul, karenanya dengan suatu gerakan cepat perjalanan kembali dilanjutkan
Siapa tahu begitu dia beranjak pergi, suara langkah kaki dibelakang tubuhnya pun turut bergema, tapi ia tak menggubris, perjalanan tetap dilanjutkan dengan cepatnya.
Mendadak terdengar suara lembut itu bergema lagi disisi telinganya:
"Hey Liong To seng, kalau lari agak pelan sedikit, aku kan sudah tua dan tak mungkin bisa melampauimu, kalau aku sampai ketinggalan kan usahaku untuk menuntut ganti rugi darimu jadi gagal ?"
Hampir saja Liong To seng mengira kalau suara tersebut hanya muncul dari suara hati sendiri, tapi dengan jelas perkataan itu terdengar disisi telinganya... tanpa terasa dia menghentikan lagi perjalanannya .
Ketika berpaling kembali, nyata kalau disitu tak nampak sesosok bayangan manusiapun apalagi dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang meski ada orang yang menguntitnya tak nanti orang tersebut dapat lolos dari pengawasannya.
Apalagi begitu ia berhenti suara langkah kaki yang bergema dibelakang tubuhnya juga ikut berhenti hal tersebut segera menimbukan rasa kaget dan tercengang dalam hati kecilnya Diam diam diapun berpikir: Sebetulnya dia manusia atau setan" Baru saja ingatan tersebut melintas dalam benaknya mendadak di bawah sebatang pohon besar tak jauh dihadapannya sana tampak seorang kakek ceking yang memakai topi bulu sedang berjongkok disana sebuah guci arak terletak disisinya.
Bukankah kakek itu adalah kakek ceking yang terhajar dadanya tewas tadi"
Dan apa yang terlihat sekarang, bukankah persis seperti pemandangan yang terlihat olehnya dibawah pohon depan kuil tadi"
Mula mula Liong To seng mengira matanya telah melamur atau salah melihat sehingga dia mengucak ucak matanya sebelum mengamati kembali dengan seksama.
Sinar matahari langsung menyinari sisi pohon, nyata kalau kakek ceking itu memang sedang berjongkok dibawah pohon, malah sambil memicingkan matanya dan tertawa ia berkata:
"Aku si orang tua paling takut kalau ada orang berkelahi, bila melihat orang berkelahi, aku jadi takut untuk menghampirinya, untung bertemu denganmu, karenanya kumohon kau saja yang melerai pertarungan itu..."
Apa yang diucapkan sekarang, persis seperti apa yang pernah dikatakan kakek ceking tersebut tadi.
Hampir saja Liong To seng curiga dengan ketidak beresan pendengarannya, curiga kalau matanya melantur, dengan suatu gerakan cepat dia segera meluncur ke muka dan melayang turun satu kaki dihadapan kakek ceking itu.
Pelan-pelan kakek ceking itu mendongakkan kepalanya sambil mengerdipkan mata berulang kali, lalu serunya sambil tertawa terkekeh kekeh :
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh, apakah kau ingin bertanya lagi kepadaku, darimana aku bisa tahu kalau kau dari marga Liong ?"
Sekarang terbukti sudah kalau kakek ceking itu memang belum tewas akibat getaran pukulannya tadi.
Liong To seng segera sadar kalau telah bertemu dengan jago tangguh, berkilat sepasang matanya, dengan langkah berat dan menatap selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati kakek tersebut.
Setiap langkah kakinya dengan cepat meninggalkan bekas telapak kaki sedalam berapa inci diatas tanah yang kering, jelas sudah kalau dia telah mengerahkan tenaga dalamnya hingga mencapai dua belas bagian...
Begitulah, dengan tangan kiri menempel dipinggang, tangan kanan disembunyikan di balik baju, Liong To seng mendesak maju terus hingga tiba hanya tiga langkah dari hadapan kakek ceking itu, kemudian ia baru menegur :
"Anda benar benar seorang manusia yang tak mau menonjolkan diri, nyata sekali bahwa kau adalah seorang jago lihay"
Terhadap sikap lawan yang semakin mendekati tubuhnya itu ternyata kakek ceking tersebut bersikap acuh tak acuh dan tetap berdiri mantap diposisi semula.
Setelah mendengar perkataan itu, dia baru mengangkat kepalanya dan berkata sambil tertawa terkekeh kekeh.
"Heeehh... heeehh... heeehh... sudah barang tentu aku si orang tua bukan setan tapi sungguh sungguh manusia asli, barusan aku cuma mengajak gurau dirimu saja... heeehh...
heeehh... soal aku hebat atau tidak, itu mah urusan sepele dan lagi pula aku bukan orang yang tingginya amat hebat kau percaya tidak" Bila aku berdiri paling banter tinggiku hanya sebahumu, tentu saja kau yang lebih hebat daripada diriku"
Kemudian tidak menunggu Liong To seng buka suara, sambil mengerdipkan matanya berulang kali, dia berkata lebih jauh
"Setelah berlarian sekian waktu, tentunya kau merasa lelah bukan" Bagaimana kalau duduk sebentar dan minum arak seteguk" Arakku masih baru dan harum, baru saja membeli dari toko, ehmmm... coba cicipilah, tanggung lezat, nikmat dan memuaskan"
Sementara itu jubah panjang yang dikenakan Liong To seng telah menggelembung besar sekali, katanya sambil tertawa rendah:
"Apakah hingga sekarang anda masih mencoba untuk bermain gila dihadapanku?"
"oooh... gilanya sih sudah tidak gila tapi aku rasa belakangan nanti bisa bertambah gila" sahut kakek ceking itu sembari manggut manggut.
Menyaksikan kakek tersebut masih saja berbicara melantur, Liong To seng tak bisa menahan hawa amarahnya lagi, ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, lalu bentaknya:
"Rasakan dulu pukulanku ini, tanggung kau akan bertambah gila nanti..."
Begitu selesai berkata, tangan kanannya segera digetarkan keras keras, sebuah telapak tangan raksasa meluncur keluar dari balik bajunya dan secepat kilat membacok tubuh kakek ceking itu.
Sebagaimana diketahui, selisih jarak antara kedua orang tersebut dekat sekali oleh karena si kakek sedang berjongkok sementara perawakan Liong To seng tinggi besar, maka dalam sekali ayunan tangan saja tangannya hampir mencapai atas kepala kakek ceking tersebut.
Serangannya ini benar benar dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir gulungan angin pukuian yang meluncur ke muka menyambar lewat dengan membawa suara gemuruh yang sangat memkikkan telinga...
Tampaknya kakek ceking itu tak sempat untuk menghindar, ia nampak terkejut dan diawasinya tangan yang sedang menyambar datang itu sambil berteriak. "Hey, mau apa kau?"
Sementara dia masih berseru, telapak tangan raksasa dari Liong To seng telah menghantam batok kepalanya dan tinggal berapa inci saja dari sasaran.
Tampaknya kakek ceking itu merasa berat hati untuk meninggalkan guci araknya, buru buru dia memeluk guci araknya itu dan menghindarkan diri kesisi kanan. "Weeess..."
suara angin berhembus. Disaat ia masih tertegun itulah, angin berhembus lewat dan debupun pelan-pelan membuyar ternyata sikakek dengan membopong guci araknya telah berdiri tiga langkah disisi kanannya sambil memandang kearahnya dengan wajah tak senang, bahkan menegurnya pula:
"Aku toh bermaksud baik dengan menawari arak kepadamu lantaran kulihat kau sudah lelah berlarian, mengapa kau justru mengajakku berkelahi" Untung saja serangan tak mengena, coba kalau sampai kena digebuk, kau anggap berapa berat tulang rongsokanku ini tidak rontok semua" Kalau ada persoalan toh bisa dibicarakan, mengapa sih mesti mempergunakan kekerasan ?"
Dari sikap serta gerak geriknya, Liong To seng mengerti bahwa lawannya memang bermaksud mempermainkan dirinya, ia semakin mendongkol bercampur marah, dengan sinar mata yang bengis, ia berseru sambil tertawa seram: "Tua bangka celaka, coba sambut lagi sebuah pukulan ku ini"
Kali ini dia mengincar musuhnya secara bersungguh sungguh, kaki kanannya melangkah maju sementara tangan kanannya yang dipentangkan lebar lebar mencengkeram dada kakek ceking itu dengan jurus "Naga sakti mementang cakar".
Sambil tertawa terkekeh kekeh kakek ceking itu menarik bahunya kebelakang sambil ejeknya lagi:
"Kalau jurus Bukit Thay san memindahkan kepala yang kau pergunakan tadi berasal dari Thay sanpay, maka jurus naga sakti mementang cakar yang kau pakai sekarang hasil curian dari Hoa san pay, waah... waahh... gawat rupanya kau hanya bisa mencuri belajar ilmu orang... eh mm... tapi tenaga kasarmu memang mengagumkan juga ..."
Kali ini dia tidak mencoba berkelit menyusul perkataan tersebut guci araknya didorong ke depan untuk menyambut datangnya cengkeraman maut dari Liong To seng.
Rupanya ia lupa untuk menghindarkan diri saking asyiknya berbicara tadi, sampai cengkeraman maut Liong To seng telah berada didepan mata ia baru gelisah dan buru buru menahan ancaman tersebut dengan mempergunakan guci araknya.
Liong To seng sebagai seorang jagoan lihay yang merupakan orang pilihan didalam dunia persilatan tentu saja memiliki kemampuan yang luar biasa kekuatan cengkeramannya itu mampu menghancur remukkan sebuah batu cadas apalagi sebuah guci arak yang begitu tipis aneh rasanya bila guci tersebut mampu untuk membendung serangannya.
Tapi keanehan justru terletak disitu, dalam melancarkan serangannya kali ini Liong To seng justru telah melipat gandakan kecepatannya ketimbang ancaman pertama tadi padahal kakek itu asyik berbicara sebelum akhirnya mendorong guci arak tersebut secara tergesa gesa.
Seharusnya bila diperhitungkan dari kecepatan gerak serangannya, ancaman tadi harus sudah mengenai sasaran terlebih dulu sebelum tangkisan dari guci arak tadi sempat meluncur ke depan-Siapa tahu, disaat kelima jari tangannya yang kuat bagaikan jepitan baja itu berhasil mencengkeram diatas guci arak tersebut bukan saja guci itu tak hancur, malahan guci tadi seolah olah terbuat dari baja asli yang amat keras, kelima jari tangannya sendiri yang tergetar sambil lamat lamat terasa sakit.
Bagaimana pun juga Liong To seng bukan manusia sembarangan, begitu cakar kanannya meluncur ke depan, tangan kirinya ikut melepaskan sebuah bacokan lagi kearah pinggang si kakek.
"Heeehh... heeehh... heeehh..." kakek ceking itu tertawa terkekeh kekeh, "apa kubilang, dasar tak becus buktinya toh tetap tak becus, lagi lagi jurus pedang terbang diluar langit yang dipergunakan merupakan hasil curian dari Go bipay...
he,jurus macam apa sih yang merupakan jurus serangan asli milikmu sendiri ?"
Sewaktu Liong To seng melepaskan pukuian dengan tangan kirinya tadi, kebetulan tangan kanannya baru menghantam guci arak tersebut, saat itulah tiba tiba guci arak tersebut menggeser ke kiri, kemudian... "Blaaammm"
Lagi lagi tangan kirinya menghantam guci arak tersebut.
Kali ini dia merasa guci arak tersebut seakan akan sedang dibakar diatas api yang membara, panasnya bukan kepalang, tatkala telapak tangannya menempel pada permukaan guci, kulit tangannya seolah olah terbakar hangus, sakitnya sampai merasuk ke tulang sumsum.
Tentu saja kejadian ini membuat hatinya amat terkejut cepat cepat ia membuyarkan serangannya sambil melompat mundur.
Kemudian dengan perasaan setengah percaya setengah tidak ia berpikir.
"Kendatipun kau memiliki ilmu Sam ya singkang dan mampu menyalurkan hawa murni Sam wi ciu hwee untuk memanaskan guci arak tersebut, bukan berarti hal tersebut dapat dilakukan dalam waktu singkat Sungguh aneh, padahal sewaktu tangan kananku menghantam guci arak tadi, guci tersebut masih terasa dingin, mengapa disaat guci itu bergeser ke kiri, tiba tiba saja guci itu menjadi panas menyengat" Ilmu sesat dari perguruan manakah ini?"
Sementara itu sikakek ceking masih tetap memeluk guci araknya sambil tertawa terkekeh kekeh, seakan akan tak pernah terjadi sesuatu kejadian, malah katanya:
"Locu benar.. kali ini apa sih salahnya guci ku ini mengapa kau malah memusuhinya" Tadi kusuruh kau minum, kau enggan, sebaliknya malah menggebuki guci ku ini berulang kali, masih untung kau tidak memakai tenaga, andaikata guci ini sampai remuk, waah... bukankah berabe, sayang kan kalau sampai setengah guci arak tertumpah keluar"
Setelah peristiwa barusan, si Hakim mati hidup Liong To seng telah sadar bahwa musuh yang dihadapi adalah tokoh sakti yang berilmu tinggi, untuk sesaat semangatnya jadi kempes.
Sambil mengawasi wajah kakek itu, katanya kemudian ragu ragu:
"Aku manusia she Liong tahu kalau bukan tandinganmu boleh kutahu siapakah anda yang sebenarnya?"
Kakek ceking itu memandang sekejap ke arahnya, kemudian setelah tertawa terkekeh kekeh ia baru berkata:
"Kau pingin tahu siapakah aku" Baiklah ada sebuah kisah cerita yang ingin kusampaikan apakah kau berminat untuk mendengarkan?"
"Aku manusia she Liong siap mendengarkan dengan seksama"
"Bagus sekali... Setelah termakan dua buah pukulan beratmu tadi, banyak tenagaku mesti terbuang dengan percuma hingga badanku menjadi lemas sekarang, biar kuteguk arak lebih dulu untuk menambah semangat"
Berbicara sampai disini, ia lantas mengambil guci arak dan diteguknya dengan lahap. kemudian sambil menyeka bibirnya dengan ujung baju, ia berkata sambil tertawa.
"Sudah kelewat lama aku mesti berdiri terus, kakiku rasanya kaku, mari kita berjongkok sebelum bercerita"
Liong To seng tahu, kakek itu sengaja beralasan demikian, karenanya iapun tak banyak berbicara.
Kakek ceking itu benar benar jongkok, lalu baru katanya sambil tertawa: "Lebih kurang..."
Ia menghitung sebentar dengan jari tangannya, kemudian baru manggut manggut sambil melanjutkan"Ehmmm, cerita ini sudah berlangsung lima puluhan tahun berselang, waktu itu aku mempunyai seorang engkoh tua yang menjadi tosu dan berdiam disuatu gua terpencil, sepanjang hidupnya kakakku ini tidak mempunyai kesukaan lain selain minum arak. didepan pintu guanya bertumpukan guci guci arak dalam jumlah banyak..."
Agak tergerak hati Liong To seng ketika mendengar kisah tersebut, namun ia tidak berbicara
Kakek ceking itupun tidak menggubrisnya, ia bercerita lebih jauh.
"Aku pernah bilang kepadanya, kalau ingin menjadi dewa tak boleh minum arak kalau minum arak hanya bisa menjadi dewa arak tak bisa menjadi dewa sungguhan. kakekku yang menjadi tosu lantas berkata Siapa bilang menjadi dewa tak boleh minum arak bukankah Hau Tong Thi koay Li dan Lu Tong peng minum arak semua" Bukankah mereka menjadi dewa" Sebab itulah ia meneruskan kegemarannya minum arak".
Setelah tertawa dan berganti napas ia meneruskan.
"Aku sengaja bercerita demikian dengan maksud untuk menjelaskan asal usul dari begitu banyak guci arak yang tertumpuk didepan pintu gua kakak tosu ku itu"
Liong To seng tetap membungkam. Kakek ceking itupun melanjutkan.
"Suatu musim semi pada lima puluh enam tahun berselang, aku naik gunung untuk menjenguknya "
Setelah berhenti sebentar, ia segera menerangkan:
"oya, perlu kujelaskan, dengan kakak tosu ku ini aku sudah dua tiga belas tahun tak pernah bersua, karena ingin menjenguknya lagi pula aku tahu kalau dia gemar minum arak, maka aku sengaja pergi ke Hong siang untuk membeli dua guci arak Say hong ciu yang paling baik..."
Kembali dia mengangkat guci araknya dan minum dua tegukan sebelum melanjutkan
"Ternyata dalam jangka waktu dua tiga belasan tahun ini, kakak tosu ku itu telah menerima seorang murid, bocah itu baru berumur empat lima belas tahunan, tapi bandel dan mempunyai watak bajingan cilik, sewaktu melihat aku naik gunung dengan membopong dua guci arak seberat lima puluh kati dan merangkak dengan nafas tersengkal2"
Berbicara sampai disini, tiba tiba ia menengok kearah Liong To seng dan tertawa nyengir, kemudian bertanya:
"Saudara tua, tahukah kau betapa nakalnya bocah itu"
Rupanya dia baru saja belajar ilmu membidik burung gereja, sewaktu melihat aku si orang tua naik gunung sambil membopong guci arak, ternyata ia pergunakan guci arakku sebagai pengganti burung gereja, untung saja batu itu kecil sehingga guci arakku tak sampai pecah, dalam mendongkolnya aku si orang tua lantas berteriak: Hey bocah nakal, bagus sekali perbuatanmu, awas kau, setibanya dibukit nanti akan kulaporkan perbuatanmu ini kepada gurumu.."
Tiba tiba paras muka Liong To seng berubah hebat setelah mendengar cerita tersebut. Kakek ceking itu masih juga belum menggubris, ia bercerita lebih lanjut.
"Jangan dilihat bocah itu masih muda namun binalnya tak karuan, ketika mendengar ancaman ku tadi ternyata perbuatannya malah tidak malang tanggung, ia segera menerjang kehadapanku dan langsung meninju dadaku keras keras. Heeehhh... heeehh... persis seperti kejadian tadi, aku sama sekali tak bergerak, hanya guci arakku kudorong ke sana kemari, tahu tahu kepalannya sudah meninju diatas arak, tentu saja ia kesakitan sehingga menangis tersedu sedu...
coba bayangkan, menggelikan tidak ?"
Gemeetar keras sekujur badan Liong To seng, serunya tertahan : "Kau..."
"Jangan menukas dulu" sela si kakek sambil tertawa, "
ceritaku toh belum habis. Sejak kunjunganku waktu itu, dalam waktu singkat delapan sembilan tahun sudah lewat, tatkala aku datang berkunjung lagi ternyata bocah binal itu sudah tak ada disana."
"Menurut penjelasan kakak tosu ku, rupanya ia minggat dari gunung secara diam diam, aku menjadi marah sekali dan mengumpat bocah itu sebagai manusia tak kenal budi dan bertekad hendak turun gunung untuk mencarinya sampai ketemu"
"Siapa tahu kakak ku itu tak tega, apalagi sudah belasan tahun bocah itu hidup bersamanya, bagaimana pun masih terjalin hubungan batin diantara mereka berdua. Waktu itu ia berkata kepadaku. Mungkin ia tak kerasan tinggal disini, biarkan saja dia pergi toh ia sudah makin dewasa dan mampu menghidupi diri sendiri rasanya aku tak perlu menguatirkan dirinya lagi"
"Pada akhirnya kakak ku itu berulang kali berpesan kepadaku, agar aku sudi memandang pada hubungan dengannya selama puluhan tahun secara diam diam menjaga serta melindungi keselamatannya. Aaai... kalau dihitung hitung semestinya bocah itu sudah berusia enam puluh empat lima tahunan sekarang..."
Liong To seng menatap wajak kakek itu lekat lekat, lalu serunya dengan perasaan terkejut bercampur heran"Se... sebenarnya siapakah kau?"
Kakek ceking itu menarik topi bulunya ke bawah, tapi kemudian seperti merasa tak benar, akhirnya ia melepaskan topi itu sehingga kelihatan kepalanya yang botak, lalu sambil tertawa nyengir katanya:
"Masa kau sudah lupa" Bukankah tampangku masih seperti sedia kala" Apa sudah tak mirip?"
Liong To seng memandang kakek itu sekejap mendadak ia berlutut secara tergopoh gopoh sambil serunya:
"Ternyata kau orang tua adalah paman guru Yu, sedikitpun tak berubah, masih seperti sedia kala, tecu benar benar punya mata tak berbiji, ternyata tak dapat mengenali kau orang tua, harap Yu susiok..."
Siapa tahu ketika dia mengangkat kepalanya kembali bayangan tubuh kakek ceking itu sudah lenyap hal ini membuatnya tertegun. Saat itulah terdengar suara dari si kakek bergema dari belakang tubuhnya.
"Aku si orang tua paling benci kalau melihat orang menjadi ulat penyembahan bocah kalau kau tidak cepat cepat bangun aku bisa pergi meninggalkan dirimu."
Tak salah lagi kakek ceking itu memang tak lain adalah Pengemis sakti berwajah senyum Yu It man-Buru buru Liong To seng bangkit berdiri seraya berkata "Yu susiok, suhu.. dia orang tua... Sudah mati mabok"
Tapi kemudian sambil gelengkan kepalanya dia menambahkan
"Meski jalan menuju ke surga masih jauh, namun kakak ku itu benar benar telah menjadi dewa arak "
Mendadak wajahnya berubah menjadi keren, lalu terusnya:
"saat ajalnya menjelang tiba tiba, kebetulan aku si orang tua berada disampingnya, dia minta aku menyampalkan kepadamu, bahwa partai Khong tong selanjutnya diserahkan kepemimpinannya kepadamu..."
Dengan air mata bercucuran Liong To seng menggelengkan kepalanya berulang kali katanya:
"Aku tidak pantas aku tak punya muka bertemu lagi dengan suhu, sekalipun suhu telah berpulang kealam baka, namun aku tak pantas menjadi penerus dia orang tua"
"Kau pantas dan berhak" seru pengemis sakti dengan suara dalam dan berat, "kalau aku siorang tua mengatakan kau pantas, berarti kau memang pantas"
Sekuat tenaga Liong To seng menjambak rambut sendiri dan berseru dengan penuh penderitaan"Tidak, aku tak pantas, aku sungguh sungguh tak pantas"
Mendadak ia membalikkan badan dan kabur meninggalkan tempat tersebut.
"Berhenti kau " Pengemis sakti membentak dengan suara menggeledek.
Menyusul bentakan tersebut, tubuhnya meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi, setelah melewati diatas kepala Liong To seng, ia melayang turun persis dihadapannya.
"Lepaskan tanganmu itu" kembali serunya dengan suara dalam.
Liong To seng keder oleh wibawanya, ia menurut dan segera menurunkan sepasang tangannya yang menutup muka sendiri. Pengemis sakti segera berkata lagi:
"Tahukah kau, apa sebabnya aku si orang tua mengatakan kau pantas untuk menerima jabatan itu ?"
"Tecu tidak tahu"
Sesudah mendehem dingin siengemis sakti berkata lebih jauh :
"Mangkanya jangan cepat cepat menyela pembicaraan orang lain, kalau toh merasa tidak tahu, sepantasnya bila kau menanyakan alasannya, memangnya kau kira aku si orang tua cuma pandai bicara tanpa dasar ?"
Kemudian tidak menunggu Liong To seng menjawab, dia telah melanjutkan kembali kata katanya:
"Biarpun gurumu Kong tong sangjin termasuk seorang yang disiplin dan saleh, akan tetapi Khong tong pay tidak tercantum dalam urutan partai partai besar, bahkan tenaga dalam yang dilatih pun bukan terhitung ilmu tenaga dalam dari aliran yang murni, itulah sebabnya gurumu gagal menjadi dewa, heee...
heeehhh padahal sekalipun berhasil mempelajari ilmu murni, siapa pula yang berhasil menjadi dewa ?"
Karena si kakek belum menyelesaikan perkataannya, sudah barang tentu Liong To seng tak berani menimbrung.
"Aaah, rasanya kita sudah berbicara kelewat jauh" kakek pengemis sakti selanjutnya sambil angkat bahu, "maksudku membicarakan persoalan tersebut kepadamu tak lain bermaksud bahwa Khong tong pay sesungguhnya bukan termasuk suatu perguruan yang murni, tapi tidak termasuk pula sebagai aliran sesat, atau dengan perkataan lain, aku tak perlu menganggap tingkah lakumu selama ini kurang murni dan lurus sehingga merasa rendah diri dan enggan meneruskan kedudukan gurumu, coba bayangkan sendiri, seandainya bukan kau yang mewarisi kedudukan gurumu itu, lantas siapa yang pantas untuk mewarisinya ?"
Liong To seng tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Pengemis sakti berkata lagi :
"Lagipula, meski kau sudah lima puluhan tahun turun gunung, kau anggap gurumu sama sekali tidak menggubris dirimu lagi " Justru dikarenakan sikapmu, meski angkuh dan tinggi hati namun tak pernah melupakan ajaran guru, tak pernah membunuh secara semena mena, maka gurumu baru merasa lega."
"Hmmm, coba kalau bukan begitu, dengan sedikit kemampuan yang kau miliki itu, asalkan melakukan suatu perbuatan yang melanggar peraturan dunia persilatan, apakah gurumu tak akan menuntut kembali ilmu silatmu serta melenyapkan kau dari muka bumi ini..."
Mendengar kesemuanya itu, Liong To seng menjadi bergidik sendiri sehingga mengucurkan keringat dingin.
Pengemis sakti berkata lebih jauh:
"Sejak gurumu wafat, hampir selama tiga tahun terakhir ini aku si orang tua melaksanakan titipan gurumu dengan secara diam diam mengawasi semua tindak tandukmu selama ini, andaikata aku si orang tua merasa tak senang dengan perbuatanmu, kau anggap aku bisa mengatakan dirimu pantas menjadi pewaris gurumu?"
"Setelah mendengar keterangan dari Yu susiok, tecu baru menyadari akan kehilafan yang telah tecu lakukan selama ini"
kata Liong To seng kemudian, "dengan susah payah suhu telah mendidik serta memelihara diriku namun secara diam diam aku telah minggat dari gunung, aaai... tecu merasa berdosa sekali, tecu tak berani lagi menerima budi kebaikan dari suhu dia orang tua... Yu susiok tecu telah sadar kini saat ini juga tecu akan pulang gunung dan duduk menghadap dinding untuk menebus dosa dosaku itu..."
"Tak usah terburu nafsu... tak usah terburu nafsu" buru buru pengemis sakti menggoyangkan tangannya berulang kali,
"kau anggap dengan duduk menghadap dinding selama belasan tahun maka semua dosa dan kesalahan besar yang telah kau lakukan selama ini akan tertebus semua?"
Liong To seng menjadi tertegun selang sesaat kemudian ia bertanya keheranan: "Jadi maksud kau orang tua..."
Pengemis sakti segera mengulumkan senyuman diujung bibirnya ia berkata.
"Di depan mata saat ini sudah terbuka suatu kesempatan besar bagimu untuk membuat pahala dan pahala itu jauh lebih bermanfaat dari pada kau duduk menghadap dinding selama seratus bahkan seribu tahun sekalipun."
Buru buru Liong To seng memberi hormat sambil berseru.
"Yu susiok mohon kau orang tua sudi memberi petunjuk."
Pengemis sakti segera menghampirinya lalu mengucapkan sesuatu dengan suara yang rendah.
Kemudian tampak Liong To seng manggut manggut dengan sikap hormat seraya jawabnya. "Tecu mengerti"
"Nah, kalau begitu pergilah cepat" kata pengemis sakti kemudian sambil tertawa terkekeh kekeh
Liong To seng mengiakan, cepat ia menjejakkan kakinya keatas tanah dan meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi.
ooodwooo Sang surya telah memancarkan sinar keemas emasannya menyinari ruang timur kuil Sa ko bio.
Suara lonceng yang dibunyikan bertalu talu mengalun merdu diangkasa dan membelah keheningan yang semula mencekam suasana disekeliling tempat tersebut.
Ketika suara itu mengalun tiba, kawanan jago yang semula duduk bersila sambil mengatur pernapasan itu serentak membuka mata masing masing.
Setelah melalui semedi yang serius selama hampir satu kentongan lamanya, racun jahat yang mengeram dalam tubuh mereka telah punah sama sekali, ditambah pula dengan kasiat arak tenaga dalam yang menambah hawa murni, saat ini semua orang merasakan tenaga mereka amat segar dan penuh, bahkan semangat mereka jauh lebih segar daripada keadaan sebelum keracunan.
Ban Tiong tat yang bertugas memeluk setengah guci kecil arak "tenaga dalam" pertama tama yang melompat bangun lebih dulu. Menyusul kemudian terdengar Yu Hua Liong berseru memuji.
"Kasiat dari arak tenaga dalam memang luar biasa sekali, arak tersebut pantas disebut arak paling aneh diseluruh kolong langit"
"Benar, sambung Yo Leng kong sambil tertawa, bila persoalan disini telah usai, siautepun akan mengarungi semua bukit termashur untuk mengumpulkan bahan obat obatan dan membuat seguci arak semacam ini"
"Yo ciangbunjin" kata Lian Sam sin segera, "padahal kau tak perlu bersusah payah mencari bahan obat obatan lain, asal kau dapat memperoleh sebiji raja jinsom berusia seribu tahun dan merendamnya dalam arak. tanggung kasiatnya tak akan kalah dengan arak tenaga dalam "
"Raja jinsom berusia seribu tahun adalah benda langka yang tak ternilai harganya, benda semacam itu hanya bisa diperoleh secara kebetulan dan susah ditemukan bila sengaja dicari. Namun kalau cuma jinsom liar berusia dua tiga ratus tahun mah tak susah untuk mendapatkannya "
Tiba tiba Ban lo hujin berkata :
"Sekarang hari sudah terang, semacam tenaga dalam yang kalian miliki pun telah pulih kembali seperti sedia kala mari kita melanjutkan perundingan kita tentang bagaimana caranya menghancurkan Lo Cu san"
"Perkataan hujin memang tepat sekali" seru Hoa Tin tin,
"hey... kemana perginya Yu cianpwee ?"
Dengan seruan tersebut maka semua orang pun turut berpaling, betul juga mereka tak berhasil menemukan bayangan tubuh dari si pengemis sakti berwajah senyum.
Yu Hua Liong segera berkata :
"Yu cianpwee memang seorang pendekar sejati yang suka akan kebebasan, jejaknya tak ubah seperti naga sakti yang nampak kepala tak nampak ekornya, kalau toh ia sudah pergi, enso tua, sepantasnya bila enso yang memimpin operasi kita selanjutnya untuk menghancurkan sarang Tay im kau"
"Aaah, aku tak lebih hanya kaum wanita lemah, tak berani kupikul tanggung jawab seberat ini, menurut pendapatku, lebih baik Yu tayhiap saja yang memimpin operasi kita kali ini, sebab hanya Yu tayhiap yang pantas menjadi pemimpin kita semua"
"Perkataan Ban lo hujin memang tepat sekali" sambung Kui Hou nian pula,
"Nah Yu tayhiap. kau tak usah menampik lagi"
Sambil mengelus jenggotnya yang panjang Yu Hua Liong memandang sekejap ke arah kawanan jago yang berada dihadapannya, kemudian setelah mendehem pelan ujarnya :
"Melenyapkan Tay im kau dari muka bumi telah menjadi keinginan dari segenap perguruan besar dari ribuan rekan persilatan di dunia ini, apalagi membasmi kaum iblis dan menegakkan keadilan memang merupakan suatu perbuatan mulia, siaute sebagai seorang anggota persilatan sudah sepantasnya bila ikut memikul tanggung jawab tersebut, sehingga tidak pantas kutampik tawaran ini..."
"Suatu ucapan yang amat bagus "
Semua orang segera mengenali suara yang muncul secara mendadak itu sebagai suara si pengemis sakti berwajah senyum, cepat cepat mereka berpaling ke arah mana berasal suara tersebut.
Tampaklah si pengemis sakti telah duduk ditempat semula dimana semalam ia berada disisinya terletak sebuah guni arak seakan akan benda tersebut tak pernah bergeser dari posisinya semula.
Biarpun dalam ruangan hadir begitu banyak jaGoan lihay kenyataannya tak seorang pun diantara mereka yang mengetahui sejak kapan pengemis sakti ini balik ke tempatnya Dengan perasaan gembira Siang Siau Un segera berseru:
"sukong, rupanya kau telah pulang"
Sambil memicingkan matanya karena mabuk air kata kata pengemis sakti menguap keras keras lalu jawabnya:
"Siapa bilang aku telah pergi" Sejak tadi aku toh tetap duduk disini..."
"Aaah, kau orang tua jangan berbohong, kalau tidak pergi, masa kami sekian banyak orang tak melihat dirimu?"
Pengemis sakti segera tertawa terkekeh kekeh:
"Heeehhh... heeehhh... heeeh tentu saja, bukankah kalian sedang bersemedi untuk mengatur pernapasan dan aku si orang tua telah bertindak sebagai pelindung kalian" Sebagai seorang pelindung, maka kewajibanku adalah mencegah agar musuh jangan sampai menyusup kemari dan melukai kalian semua itulah sebabnya aku si orang tua segera menggoyangkan badan dan mengeluarkan ilmu menghilang diri agar orang lain tak bisa melihatku, dengan cara begitulah aku baru dapat mengawasi gerak gerik kaum laknat, dia memang tak dapat melihatku, tapi aku dapat melihatnya dengan jelas, bukankah cara ini bagus sekali?"
Bersinar sinar sepasang mata Siang Siau Un mendengar perkataan itu segera tanyanya: "Sukong, benarkah kau orang tua bisa menggunakan ilmu menghilang diri...?"
"Buat apa aku si orang tua membohongi dirimu?"
"Aaah... sukong, bersediakah kau mewariskan ilmu itu kepadaku?" pinta Siau Un dengan wajah berseri.
"Ilmu semacam ini mah susah untuk dipelajari dalam waktu singkat. begini saja, sebentar bila kita telah tiba di Lo Cu san, biar kulukiskan sebuah Hu untuk melenyapkan diri diatas jidatmu, dengan begitu kau dapat melihat orang lain, tapi orang lain tak dapat melihatmu, dengan begitu kau bisa masuk kamar semau sendiri, bahkan sekalipun kau tonjok atau menendang mereka, tak ada yang tahu siapa yang telah memukul mereka, bagaimana pendapatmu?"
"Bagus, bagus sekali" dengan kegirangan Siau Un bertepuk tangan keras keras, "itu menarik namanya... sukong, bagaimana kalau kau buatkan Hu itu sekarang juga?"
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"oooh, tak bisa kalau sekarang, sebab hu itu tak boleh diketahui orang lain, apalagi sekarang begitu banyak orang yang sedang memperhatikanmu, bisa tak manjur nanti"
"Lantas sampai kapan sukong baru akan membuatkan untukku?"
"Sekarang mah masih terlalu awal" kata pengemis sakti,
"dan lagi rahasia tersebut tak boleh diketahui orang lain, sekarang menyingkirlah dulu kesamping kita harus merundingkan persoalan pokok lebih dulu. . . "
Siang Siau Un mengira sungguhan, ia betul betul menyingkir ke samping dan berdiri disitu.
Pengemis sakti kembali mengangkat gucinya dan meneguk araknya dengan lahap kemudian setelah menjilat sisi bibir dengan lidahnya, ia melompat banyak dan melompat naik keatas kursi ditengah ruangan, katanya kemudian seraya menggoyangkan sepasang tangannya.
"Sekarang silahkan kalian duduk semua dengarkan dulu perkataanku. Nah... kalian mesti tahu, pertempuran yang bakal berkobar hari ini merupakan suatu pertarungan yang luar biasa, bukan saja merupakan saatpenentuan bagi mati hidupnya kaum seluruh sesat, pun menyangka mati hidup dari setiap orang yang menghadirinya, entah siapa pun orangnya, bila bertindak ceroboh dan kurang berhati hati maka bukan saja rusak namanya, rusak pula badannya serta nyawanya, berarti pula namanya bakal tercantum dalam buku besar raja akhirat"
Setiap orang tahu perkataan yang diucapkan pengemis tersebut sering kali berbicara seenaknya, tapi sering kali mengandung maksud yang mendalam dibalik kata katanya itu maka siapa pun tak bersuara dan mereka semua mendengarkan dengan tenang dan seksama. Pengemis sakti berkata lebih jauh:
"Barusan yang dibicarakan cuma kata kata pembukaan, dan sekarang akan tiba pada masalah pokoknya, dalam penyerbuan kita kebukit Lo cusan hari ini, kita semua harus mempunyai seorang pemimpin, bila tak ada bukankah keadaan tersebut ibarat naga tanpa kepala..."
"Yu locianpwee" Ban lo hujin segera berseru, "kami semua akan menuruti petunjuk kau orang tua adalah pemimpin kami semua"
"Tidak bisa, tidak bisa" buru buru pengemis sakti menggoyangkan tangannya berulang kali, "aku siorang tua bisa berpisah dari guci arak, dan biasanya orang yang suka minum arak paling gampang melakukan kesalahan dan kecerobohan, andaikata aku yang memimpin kalian dalam penyerbuan kebukit Lo Cu san kali ini, mendadak aku mabuk ditengah jalan, nah apa jadinya" oleh sebab itu janganlah sekali kali..." Setelah menggelengkan kepalanya, dia menambahkan"Aaai, sudahlah kalian jangan ikut menimbrung lagi coba dengarkan perkataanku selanjutnya"
Sambil menuding ke arah Yu Hua Liong dia segera berseru lantang: "Yu Hua Liong, dengarkan perintah"
Cepat cepat Yu Hua Liong bangkit berdiri seraya menjura, sahutnya: "Aku yang rendah siap menerima perintah dari kau orang tua..."
"Eeei... aaai... kalau begitu sih keliru besar" omel pengemis sakti, "bila aku berseru kepadamu untuk menerima perintah, maka kau mesti menjawab: "Pasukan perang siap menerima perintah." begitu baru mirip seorang militer... mari, kita ulangi lagi"
Ia benar benar duduk kembali dikursinya sambil bergaya seperti seorang jenderal, kemudian sambil menunjuk Yu Hua Liong kembali berseru: "Yu Hua Liong, dengarkan perintah"
Melihat tingkah lakunya itu semua orang merasa geli, namun tak seorangpun yang berani bersuara.
Dihari hari biasa Yu Hua Liong termasuk seorang yang amat beraturan dalam tingkah laku, namun kedudukan pengemis sakti memang amat tinggi, sehingga mau tak mau dia menurut dan menyahut sambil memberi hormat: Dengan setengah jongkok setengah duduk pengemis sakti segera berseru lantang:
"Kuangkat dirimu menjadi jenderal yang memimpin segenap pasukan untuk menyerbu Lo Cu san dan menindas perkumpulan Tay im kau, jangan sekali kali kau berpikiran cabang, karena pada akhirnya nama besarmu akan turut tercantum dalam daftar orang orang yang berjasa..."
Mendadak ia berseru tertahan-"Aaah... aahhh... aduh celaka..."
Rupanya saking asyiknya dia berbicara tadi pengemis sakti jadi kurang berhati hati hingga jatuh terjungkel keatas tanah.
Buru buru Siang Siau Un bertanya:
"sukong kau tidak apa apa bukan?"
Dengan cepat pengemis sakti telah merangkak bangun, sahutnya:
"Tidak apa apa kalau cuma jatuh terjungkal macam begitu mah tak bakal melukai diriku"
Lalu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dia menambahkan-"Huuuh, tidak menarik permainan seperti ini, aku segan jadinya"
Beberapa patah kata tersebut segera membuat air muka Yu Hua Liong berubah hebat tapi lantaran pengemis sakti jatuh terjungkal dari kursi sehingga perhatian semua orang tertuju kearah pengemis tersebut maka tak ada yang memperhatikan perubahan itu.
Sementara itu Yu Hua Liong telah berkata lagi dengan wajah serius dan nada bersungguh sungguh:
"Yu locianpwee, operasi yang akan kita lakukan mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap keamanan dunia persilatan selanjutnya, sudah sepantasnya bila kita rundingkan persoalan ini dengan sebaik baiknya apa lagi jika dianggap sebagai permainan kanak kanak saja..."
Perkataan yang diutarakan dengan nada keras ini jelas menandakan ketidak puasannya terhadap perbuatannya serta niat si pengemis sakti barusan sehingga jelas kedengaran nada tegurannya yang tajam.
Semua orang pun tahu akan sifat pengemis sakti yang suka bergurau, tapi ia takkan berbicara secara sembarangan walaupun apa yang diucapkan kepada Yu Hua Liong tadi mirip bergurau, namun sedikit banyak perbuatan semacam itu memang tak heran kalau Yu Hua Liong segera memperlihatkan wajah tak senang.
Cepat cepat Ban lo hujin menimbrung:
"Yu locianpwee, waktu sudah siang, bagaimana kita mesti membagi tugas harap kau orang tua melakukannya segera sebab kita pun harus segera berangkat"
"Heeehh... heeehh... heeehh..." sambil tertawa terkekeh kekeh pengemis sakti mengangkat bahunya, "bukankah aku siorang tua telah selesai membagi tugas Yu tayhiap adalah pemimpin kalian semua, dialah yang akan memimpin seluruh pasukan otomatis tindakan selanjutnya harus diatur sendiri oleh Yu tayhiap. sedang kau Ban lo hujin merupakan wakil pemimpin yang akan memimpin pasukan perempuan, dengan berbagi diri dua arah yang berlawanan, niscaya Tay im kau dapat ditumpas sampai keakar akarnya"
"Bagaimana dengan Yu locianpwee sendiri?" tanya Yu Hua Liong, "apakah kau tidak menempuh perjalanan kami?"
Pengemis sakti segera tertawa.
"Tentu saja aku si orang tua akan turut ke situ, cuma saja kalau kau masuk melalui pintu gerbang secara terang terangan, maka aku si orang tua akan menyelundup masuk secara diam diam, dengan begitu kita baru bisa menggencet mereka dari luar dalam" Lalu sambil menjura kepada Ban lo hujin katanya lagi:
"Tapi si orang tua ingin meminjam satu orang dari hujin untuk menjadi pembantuku"
"Siapa yang hendak diajak kau orang tua?"
Sambil menuding ke arah Ban Tiong tat pengemis sakti berkata: "Tentu saja Ban congkoan, sebab ia harus membawakan guci arak ku..."
"Tiong tat" Ban lo hujin segera berpaling "kau boleh ikut bersama Yu locianpwee"
Dengan wajah bersemu karena kegirangan Ban Tiong tat menyahut:
"Hamba bisa mengikuti Yu locianpwee berarti merupakan kebanggaan untuk diri hamba."
Semua tertawa pengemis sakti berseru,
"Kebanggaan sih tiada kebanggaan apa apa, cuma bila kau mengikuti diriku maka asal kubuatkan sebuah gambar hu diatas jidatmu, tanggung tiada orang yang bisa melihat dirimu"
"Sukong" Siang Siau Un segera berteriak. "bukankah kau orang tua telah berjanji pula kepadaku, masa kau lupa?"
"Tak usah terburu nafsu..." cepat cepat pengemis sakti mengulapkan tangannya, "bukankah kau ingin menonton keramaian dan mencoba kemampuan yang kau miliki" Nah inilah kesempatan terbaikmu. Selewatnya hari ini, sekalipun kau mempelajari ilmu silat yang lebih hebat pun tak ada gunanya apalagi jika kau mesti mengikuti diriku dan menggunakan ilmu melenyapkan diri, bukan saja tak boleh berbicara, kau pun tak bisa bertarung dengan orang. Nah, silahkan kau memilih sendiri"
Siang Siau Un berpikir sebentar, kemudian jawabnya
"Kalau begitu lebih baik aku mengikuti bibi Ban saja, dengan begitu aku bisa turut bertarung sepuas puasnya, daripada mesti turut kau orang tua, mana tak boleh bersuara tak bisa berkelahi lagi, tentu sebal.."
"Nah, makanya itu lebih baik kau tetap tinggal disini saja"
kata pengemis sakti sambil tertawa.
Kemudian iapun berpaling sambil serunya "Ban congkoan"
"Hamba siap " buru buru Ban Tiong tat menyahut. "Hayo kita berangkat"
Dengan membopong guci araknya, pengemis sakti beranjak lebih dulu menuju keluar ruangan-Ban Tiong tat sambil membopong setengah guci arak tenaga dalam segera mengikuti dibelakangnya .
Menanti kedua orang itu telah berlalu, Yu Hua Liong baru menjura kepada semua orang sambil ujarnya:
"Enso dan saudara saudara sekalian, dalam perjalanan kita menuju kebukit Lo Cu san kali ini mesti dilakukan bersama sama namun paling tidak rombongan harus kita pecah menjadi rombongan muka, belakang kiri dan kanan, dengan ebgitu kita baru bisa saling bantu membantu bila terjadi sesuatu oleh karenanya siaute merasa kita harus membagi diri menjadi empat kelompok agar perjalanan dan gerak gerik kita dapat lebih lincah, entah bagaimana pendapat kalian semua ?"
Yo Leng kong manggut manggut:
"Perkataan Yu tayhiap sangat cepat, dalam suatu penyerbuan memang layak bila dibagi menjadi rombongan ujung tombak, rombongan pelindung dan pasukan sayap kiri kanan, dengan begitu setiap rombongan baru dapat saling lindung melindungi"
"Tapi bagaimana cara membaginya ?" tanya Ban lo hujin-Sambil mengelus jenggotnya Yu Hua Liong memperhatikan sekejap kawanan jago yang berada dihadapannya, kemudian setelah termenung sejenak dia baru berkata:
"Biar siaute bersama saudara Yo (Yo Leng kong), saudara Kui (Kui Hou nian) dan keponakanBan berempat menjadi pasukan ujung tombak. Kemudian Leng pangcu (Leng Kang to), Lian loko (Lian Samsin) beserta segenap anggota Kay pang menjadi pasukan sayap kiri.
Enso dengan memimpin putrimu (Ban Huijin) nona Hee (Hee Giok yang) serta orang nona Siang (Siang Ci Un dan Siau Un) menjadi pasukan sayap kanan. Sedang Hoa pangcu (Hoa Tin tin) dengan seluruh anggota perkumpulan Pek hoa pang menjadi belakang. Masing masing pasukan boleh melangsungkan pertarungan secara menunggal tapi bisa pula bergabung untuk saling bantu membantu dengan cara begini maka gerak gerik pasukan besar kita menjadi lebih lincah dan hidup entah bagaimana menurut pendapat kalian semua?"
Ban lo hujin segera manggut manggut.
Pembagian yang Yu tayhiap lakukan memang tepat sekali bagus sekali. Lian Sam sin berkata pula sambil tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaaahhh... haaahhhh tampaknya Yu tayhiap ahli sekali dalam mengatur pasukan dan siasat militer."
Yu Hua Liong turut tertawa tergelak. "Engkoh Lian kelewat memuji"
Lalu setelah memandang sekejap kepada semua orang ia berkata lebih jauh.
"Pembagian kita lakukan hanya disebabkan untuk mencari keleluasaan didalam gerakan nanti setibanya dibukit Lo cusan dan telah saling berhadapan dengan pasukan musuh nanti kita wajib untuk bergabung kembali"
"Nah, bila pertempuran sudah pecah kita baru bertarung menurut rombongan masing masing dengan begitu kita tak menjadi kalut bila terkepung pasukan musuh tentunya kalian sudah jelas bukan?"
Semua orang manggut manggut.
"Bagus sekali" kembali Yu Hua Liong berkata, "kalau begitu kita boleh segera berangkat."
Selesai berkata ia lantas berpaling sambil katanya.
"Saudara Yo, saudara Kui, keponakan Ban, mari kita berangkat lebih dulu"
Dengan mengikuti dibelakangnya, berangkatlah ketiga orang itu meninggalkan ruangan.
Rombongan jago lainnya turut meninggalkan kuil say ko bio dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing masing berangkatlah mereka semua menuju ke utara.
Jarak antara kuil Say ko bio dengan bukit Lo Cu san hanya lima puluhan li, meski perjalanan yang ditempuh tidak melalui jalan pemerintah yang lebar namun jalanan tersebut rata dan mendatar.
Dengan kecepatan gerak semua orang, tidak sampai setengah jam kemudian mereka telah tiba di bukit Lo Cu san, persis di muka pesanggrahan keluarga Hee.
Sepanjang perjalanan mereka tidak menjumpai penghadangan apapun bahkan setibanya didepan pesanggrahanpun tidak nampak suatu gerak gerikpun dari dalam gedung.
Yu Hua Liong segera menghentikan langkahnya sambil memberi tanda kepada semua orang agar berhenti kemudian bisiknya kepada Ban Sian ceng dengan suara lirih.
"Keponakan Ban coba tampillah ke depan untuk mohon bertemu."
Ban Sian cing mengiakan dan maju seorang diri ke depan-Baru saja ia menaiki undakan batu pintu gerbang gedung telah terbuka lebar lalu muncul seorang lelaki berbaju hijau.
Setelah memperhatikan sekejap kawanan jago yang berada dibelakang Ban Sian ceng ia berkata:
"Sudah sejak tadi cubo kami menantikan kedatangan kalian dalam ruangan silahkan saudara sekalian masuk kedalam untuk minum teh."
Ban Sian ceng yang menghadapi keadaan tersebut menjadi tertegun untuk berapa saat lamanya ia tak tahu bagaimana mesti menjawab perkataan tersebut. Sambil tertawa terbahak bahak Yu Hua Liong segera berkata:
"Haaahh... haaah... haah... aku Yu Hua Liong bersama Ban lo hujin dari Hong san sengaja datang kemari untuk menjumpai ketua Tay im kau."
Sambil menjura lelaki berbaju hijau itu berkata:
"Yu tayhiap. tempat kami adalah Pesanggrahan dari Hee bengcu, sedang majlkan kami adalah istri Hee bengcu, apakah Yu tayhiap tidak salah alamat" Masa Pesanggrahan dari keluarga Hee dianggap sebagai markas perkumpulan Tay im kau " Tapi barusan cubo telah mendapat laporan dan mengetahui akan kunjungan Yu tayhiap sekalian, oleh sebab itu hamba diutus untuk mengundang kalian semua. Yu tayhiap. bila ada persoalan rasanya belum terlambat bila dibicarakan sendiri dengan majlkanku, maaf bila hamba tak bisa memberi jawaban"
Yu Hua Liong manggut manggut, ujarnya sambil tersenyum.
"Dibawah pimpinan seorang pengurus rumah tangga dari Pesanggrahan keluarga Hee pun memiliki ketajaman lidah yang mengagumkan, hal ini betul betul membuat aku salut "
"Yu tayhiap kelewat memuji" kata lelaki berbaju hijau itu dingin.
"Kalau toh IHee hujin telah mengundang kami, silahkan anda memimpin jalan"
"Hamba akan bertindak sebagai petunjuk jalan-Dia mengajak semua orang memasuki pintu gerbang, ketika semuanya sudah lewat mendadak terdengar benturan yang keras, ternyata kedua belah pintu gerbang telah menutup kembali.
Hoa Tin tin yang memimpin pasukannya dipaling belakang, diam diam tertawa dingin setelah melihat hal ini, pikirnya :
"Setelah kami berani datang kemari,jangan lagi pintu gerbang yang macam begitu, sarang naga gua harimaupun akan kami terjang"
Sementara itu lelaki berbaju hijau itu telah mengajak semua orang memasuki pintu gerbang lapis kedua pintu gerbang yang tebal dan berat itupun segera menutup kembali begitu rombongan terakhir telah lewat.
Menghadapi keadaan seperti itu, semua jago tidak ambil perhatian, selewatnya pelataran luas, tampaklah diatas undak undakan batu tiga tingkat berdiri seorang perempuan berbaju hijau yang berambut sanggulan penuh mutu manikam, dia adalah Sim hujin.
Disisi kiri kanan perempuan itu, masing masing berdiri dua orang dayang berbaju hijau.
Ketika Sim hujin melihat kehadiran para jago, ia segera menuruni undak undakan untuk menyambut, katanya sambil tersenyum.
"Setelah mendapat laporan dari, aku mendapat tahu kalau Yu tayhiap dan Ban hujin sekalian telah datang berkunjung ke Lo Cu san, sayang Hee Beng Cu tak hadir disini sehingga tak bisa menyambut dari jauh harap Yu tayhiap dan Ban hujin sekalian sudi memaafkan, silahkan, silahkan masuk ke dalam ruangan untuk minum teh"
Sejak awal sampai jauh memasuki gedung pesanggrahan keluarga Hee, semua orang boleh dibilang tak berhasil menemukan sesuatu gerak gerikpun, hal semacam ini segera menimbulkan kecurigaan dalam hati mereka.
Semua jago mengerti, pihak Tay im kau sudah termashur karena kelicikan dan banyak akalnya, rencana keji apa pula yang mereka siapkan dibalik siasat benteng kosong ini"
Sambil tertawa terbahak Yu Hua Liong segera menjura seraya berkata :
"Hee hujin kelewat merendah, sesungguhnya kedatangan kami semua memang ada persoalan yang hendak dibicarakan dengan hujin sim hujin tertawa hambar.
"Kalau tidak urusan tak bakal memasuki ruang sam-po-tian, tentu saja kedatangan saudara sekalian dari tempat yang jauh bukannya tanpa persoalan, tapi sebelum membicarakan masalah tersebut, bagaimana kalau kita minum teh dulu diruang dalam."
Kemudian sinar matanya dialihkan kewajah Hee Giok yang dan katanya pula sambil manggut manggut seraya berkata:
-oo0dw0oo Jilid: 62 "Oooh, rupanya Giok yongpun ikut datang, coba kalau pedang pelangimu tidak tersoren dipinggang, penyaruanmu sebagai lelaki pasti tak akan dikenali oleh bibi"
Sebagaimana diketahui, Hee Giok yang, dua bersaudara Siang maupun Ciu Gwat dan Ciu Kui memang berdandan sebagai pria sepanjang jalan.
Hee Giok yang mendengus dingin, ia tidak menjawab perkataan tersebut, bahkan bersikap acuh tak acuh. Sambil tertawa Sim hujin berkata lagi:
"coba lihat bocah itu, kalau toh ikut datang bersama rombongan, sepantasnya kalau membantu bibi untuk menerima tamu" Kemudian dia mengulapkan tangannya sambil berkata: "Yu tayhiap. Ban hujin silakan masuk Setelah semua orang memasuki ruangan kembali Sim hujin berkata: "Silahkan duduk"
Yu Hua Liong, Ban lo hujin dan Yo Leng kong sekalian duduk menurut urutan, sementara anak buah masing masing berdiri dibelakangnya.
Tak lama kemudian muncul empat orang dayang berbaju hijau yang mempersembahkan air teh.
"silahkan minum teh " kata Sim hujin kemudian sambil tersenyum.
Mendadak Yu Hua Liong bangkit berdiri kemudian ujarnya sambil memberi hormat: "Hee hujin, tahukah kau akan maksud kedatangan kami?"
Dalam kata pembukaan, rupanya dia telah menyinggung langsung ke masalah pokok.
"Kebetulan sekali aku memang ingin minta petunjuk"
"Bagus sekali kalau begitu" seru Yu Hua Liong sambil mengelus jenggotnya dan tertawa nyaring, "lebih baik aku berbicara secara terang terangan saja Sesungguhnya kehadiranku bersama enso Ban, ketua Tiang pek pay, ketua Kui dari perguruan Hong lui bun di Lam hay, ketua Leng dari Kay pang dan ketua Hoa dari Pek hoa pang sekalian dibukit Lo Cu san ini tak lain adalah untuk mengunjungi ketua Tay im kau, semoga Hee hujin suka menjadi perantara kami untuk bertemu dengannya"
Sementara pembicaraan itu berlangsung Ban lo hujin, Yo Leng kong, Kui Hou nian Leng Kang to dan Tin tin sekalian telah bangkit berdiri bersama sama.
Sekulum senyuman masih tetap menghiasi wajah Sim hujin, ia tak bergerak dari posisi semula dan tetap duduk dengan tenang.
Setelah memandang sekejap wajah kawanan jago tersebut, ia berkata sambil tertawa bahwa :
"Rupanya diantara rombongan masih terdapat dua orang ciangbunjin dan dua orang pangcu maaf kalau begitu... dari Hee Beng cu, seringkali kudengar ia membicarakan sembilan partai besar, tapi rasanya berapa orang ciangbunjin ini bukan termasuk darlam daftar sembilan partai besar...
Kalau bukan termasuk dalam sembilan partai besar berarti perguruan tersebut hanya suatu perguruan kecil.
Tidak menunggu semua orang sempat berbicara, dia telah mengalihkan pandangan matanya ke wajah Ban Lo hujin sambil katanya lagi:
"Akupun pernah mendengar dari Hee Bengcu bahwa setelah Ban Sian hong, itu Bengcu yang lalu meninggal dunia, istri Ban hujin telah mewakili suaminya menjadi Bengcu untuk memimpin sembilan partai besar, dan kudengar jabatan tersebut kebetulan telah berakhir hari Toan yang tahun ini.
"Ban hujin, setelah menyelesaikan jabatan Bengcumu tahun berselang, mengapa pula kau mulai memimpin kembali dua perguruan yang tidak tercantum dalam daftar partai TiongGoan serta dua perkumpulan yang bukan termasuk dalam sembilan partai besar dewasa ini" Bila kau merasa kurang puas dengan jabatan ini, apa salahnya jika kau memimpin pula berapa perkumpulan dan partai kecil lainnya"
Dan mengapa pula kau telah memimpin anak buahmu itu mencari keonaran dipesanggrahan Hee Bengcu yang kini memimpin umat persilatan didaratan TiongGoan?"
Ucapan semacam ini benar benar tajam dan amat beracun.
Berubah hebat paras muka Ban hujin, segera serunya:
"Benarkah tempat ini merupakan Pesanggrahan dari Hee Bengcu ?"
"Siapa bilang tidak?" jengek Sim hujin dingin "aku adalah istri Hee Beng cu, akulah yang mengurusi pesanggrahannya dibukit Lou cusan, aku rasa setiap umat persilatan mengetahui hal ini, siapa bilang tidak?"
"Benar atau tidak tempat ini sebagai pesanggrahan keluarga Hee, asal kau undang kemari Hee bengcu, maka semuanya akan terbukti jelas" kata Hoa Tin tin"Sayang sekali Hee bengcu telah pulang ke benteng keluarga Hee, kata Sim hujin "maaf aku suka akan ketenangan maka aku tinggal bertahun tahun disini, bila kalian ingin mencari Hee bengcu seharusnya pergi mencarinya dibenteng keluarga Hee" Kata katanya tajam sekali, membuatpara jago tak menjawab untuk berapa saat lamanya. Dengan suara dingin, Hee Giok yang segera berkata:
"Yang hendak kami cari adalah dirimu bukankah kau adalah anggota Tay im kau?"
Sim hujin memandang sekejap ke arahnya lalu sambil menarik muka dan tertawa dingin katanya
"Nona besar mengapa kau bersikap begitu kurang ajar kepada ibu tirimu" Kita orang beradab lebih mengutamakan sopan santun dan kebebasaan, dalam agama pun kita bebas untuk mempercayai agama apa saja, apa salahnya kalau aku menganut suatu aliran tertentu" Ini toh merupakan hak kebebasanku sendiri. Memang tak kupungkiri diriku sebagai penganut aliran Tay im kau tapi apa urusannya dengan orang lain" Toh hukum negara tidak ada peraturan yang mengatakan bahwa barang siapa menganut aliran Tay im kau maka dia bakal dijatuhi hukuman pancung?"
Badai Awan Angin 31 Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Si Racun Dari Barat 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama