Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 24
"Dan cinta .... " " Gin San menyambung.
"Hal itu .... ah, bagaimana aku berani ......, akan tetapi .....
" Cin Han merasa bingung dan tersudut.
"Akan tetapi engkau tentu akan menerima dengan girang
kalau dapat terikat perjodohanmu dengan sumoi, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja! Demi Thian, aku akan berbohong kalau
menyangkal itu! Akan tetapi....... sungguh aku tidak berani
selancang itu........ karena tidak mungkin kiranya dia......
dia..... mau kepada seorang bodoh seperti aku......."
Cin San mengangguk-angguk. Benar ucapan suhengnya.
Memang pemuda ini baik sekali dan agaknya tidak akan keliru
pilihan sumoinya, tentu saja kalau benar dugaan dia dan
suhengnya bahwa sumoi mereka itu mencinta pemuda Siauwlim-pai ini.
"Louw twako, terus terang saja, aku dan suheng melihat
keakraban hubungan antara kalian, oleh karena itu aku
ditugaskan untuk menemuimu dan melakukan pendekatan dan
bicara secara terbuka denganmu. Pada saat ini juga, suheng
sedang bertanya kepada sumoi, dan kalau memang benar
seperti yang kami duga, dan sumoi juga jatuh cinta
kepadamu, kami berdualah yang akan berusaha untuk
mengikatkan jodoh itu, tentu saja lewat saluran kekeluargaan
yang wajar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXXIV BERMACAM perasaan teraduk
dalam hati Cin Han, dia terheran,
terkejut,, terharu dan juga berterima kasih sekali. Maka dia
cepat bangkit dari duduknya dan
menjura dengan penuh rasa
hormat dan terima kasih. Ah,
kiranya ji-wi (kalian) adalah
orang-orang budiman di samping
pendekar-pendekar sakti!. Aku
berterima kasih sekali dan semoga
Thian yang akan membalas segala
budi kebaikan ji-wi."
Gin San teraenyum. "Ahh, kami
berbuat ini demi kebahagiaan sumoi, twako. Sama sekali
bukan kebaikan namanya! Nah, sekarang aku pamit, akan
kutunggu keputusan suheng setelah bicara dengan sumoi, dan
besok pagi kami memberi kabar kepadamu." Gin San lalu
bangkit, mengangguk dan keluar dari kamar itu meninggalkan
Cin Han yang setelah menutupkan kembali pintu kamar, lalu
duduk lerlongong di atas pembaringannya. Tentu saja
peristiwa ini akan membuat dia tak mungkin dapat tidur
semalam suntuk ! Sementara itu, di dalam kamar Ling Ling, Sian Lun juga
mengajukan pertanyaan yang sama kepada sumoimya, Ling
Ling duduk dengan kepala ditundukkan, kedua pipinya
kemerahan dan sampai beberapa lamanya dia tidak mampu
menjawab. Tiba tiba dia mengangkat mukanya, memandang
wajah suhengnya dan berkata, "Twa-suheng, kenapa suheng
mengajukan pertanyaan semacam ini kepadaku" Pantaskah
itu" Dan patut pulakah kalau aku menjawabnya" Engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar benar mendesakku dan membuat aku menjadi kikuk
dan bingung, tidak tahu bagaimana harus menjawab, suheng
!" Sian Lun menarik napas panjang. "Maafkanlah aku sumoi,
dan aku tidak menyalahkanmu kalau engkau merasa
penasaran dan marah atas kelancanganku. Akan tetapi,
ketahuilah, sumoi, bahwa engkau telah dewasa dan kami
berdua. Gin San sute dan aku, merasa bertanggung jawab dan
berkewajiban untuk memperhatikan keadaanmu. Kami akan
merasa berdosa dan malu terhadap mendiang ayah bundamu
kalau kami tidak mengurus dirimu. Kami berdua telah melihat
sikap kalian berdua dan kalau kami tidak salah sangka, di
antara engkau dan saudara Louw Cin Han pasti terdapat
perasaan cinta kasih. Nah, itulah sebabnya aku bertanya
kepadamu, sumoi. Jawablah terua terang agar kami berdua
dapat mengambil tindakan yang tepat demi kebahagiaanmu.
Akulah yang akan menyampaikan kepada bibi Gan Beng Lian,
dan sekarangpun sute sedang bicara dengan hati terbuka
dengan saudara Louw Cin Han,"
Mendengar ucapan yang begitu panjang lebar dan terus
terang dari Sian Lun, tiba-tiba Ling Ling menangis, menutupi
muka dengan kedua tangannya dan sesenggukan. Teringatlah
dia akan ayah bundanya dan keharuan mendengar betapa dua
orang suhengnya demikian memperhatikan dirinya membuat
dia tidak dapat menahan runtuhnya air matanya.
Sian Lun membiarkan saja sumoinya menangis karena
diapun mengerti bahwa sumoinya dilanda keharuan dan tentu
teringat kepada orang tuanya. Setelah tangis sumoinya
mereda, dia berkata halus, "Sumoi, kalau memang sudah ada
kecocokan antara kalian berdua, percayalah aku dan sute
yang akan berusaha agar kalian dapat berjodoh......, oleh
karena itu, jawablah sumoi, apakah engkau setuju ?"
Sambil menahan isaknya, Ling Ling mengangkat mukanya,
sejenak memandang kepada suhengnya yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggapnya sebagai kakak sendiri itu, kemudian dia
menunduk lagi dan menganggukkan kepalanya. Anggukan
yang tidak bersuara, namun cukup jelas, lebih jelas dari pada
kalau dia membuka suara, karena tentu dia akan tergagap dan
malu-malu. "Bagus ! Aku girang sekali, sumoi, karena akupun yakin
bahwa pilihan hatimu itu sama sekali tidak keliru." Sian l.un
lalu keluar dari kamar sumoinya. Tak lama kemudian
munculkah Gin San dan sutenya ini menceritakan tentang
jawaban Cin Han. Keduanya tertawa dengan gembira,
kemudian mengaso setelah mengambil keputusan untuk
merayakan ikatan jodoh sumoi mereka itu pada keesokan
harinya ! *** Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali. Ling Ling keluar
dari dalam kamarnya. Semalam suntuk dia tidak dapat tidur
barang sekejap karena hatinya penuh dengan urusan yang di
bicarakan oleh Sian Lun kepadanya semalam. Biarpun dia
tidak tidur semalam, namun air sejuk membuat tubuhnya
terasa segar, atau mungkin perasaan gembira yang aneh yang
membuat tubuhnya senyaman itu rasanya. Dia langsung pergi
ke taman ketika dia mendengar bunyi kokok ayam jantan dan
kicau banyak burung dari taman itu, yang menambah ke
riangan hatinya. Akan tetapi ketika dia hendak pergi ke bangku di dekat
kolam ikan di tengah taman itu, tiba-tiba dia menghentikan
langkah kakinya! Jantungnya berdebar dan mukanya berobah
merah sekali. Dia sudah membalikkan kaki dan badan hendak
pergi, akan tetapi suara Cin Han memanggilnya, "Lingmoi......."
Kiranya pemuda yang dilihatnya duduk di atas bangku itu
telah mendengar dan melihatnya! Ling Ling makin merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malu, akan tetapi dia memaksa diri membalik dan memandang
pemuda itu, lalu bertanya, "Kau.... sepagi ini sudah di sini"
Bagaimana dengan lukamu!" Dia merasa malu, bingung dan
juga gembira sekali mendengar pemuda itu menyebutnya
Ling-moi (dinda Ling), tidak seperti kemarin menyebut nona
kemudian menyebut lihiap.
Cin Han bangkit dan menghampiri dara itu sambil
tersenyum "Aku sudah sembuh, berkat pertolonganmu, Linmoi. Aku semalam tidak tidur sekejap matapun, maka sepagi
ini sudah berada di sini, akan tetapi engkau sendiri...... pagi
benar engkau sudah bangun....... "
"Akupun tidak dapat tidur sama sekali.... " Ling Ling
menjawab, tersenyum dan menunduk, tidak berani lama-lama
menentang pandang mata pemuda itu.
Hening sejenak. Keduanya berdiri saling berhadapan. Ling
Ling menunduk dan Cin Han memandang wajah yang
menunduk itu, jantungnya berdebar tegang. Yang terdengar
hanya kicau burung pagi memenuhi taman menyambut
cahaya kemerahan sang matahari yang belum menampakkan
diri. Taman itu sunyi, tidak ada orang lain kecuali mereka
berdua. "Ling-moi........!" Akhirnya suara lembut Cin Han memecah
kesunyian. Ling Ling hanya menjawab panggilan itu dengan
mengangkat muka dan memandang wajah pemuda itu. Dua
pasang sinar mata bertemu ?dan melekat.
"Ling-moi....... semalam...... semalam Coa-te...... bicara
denganku dan katanya Tan-te juga membicarakan urusan itu
denganmu....... " Berat bagi Cin Han untuk menyebutkan urusan perjodohan
itu dengan terang terangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Ling Ling tentu saja sudah dapat menangkap
artinya dan dia mengangguk, masih tanpa jawaban dengan
suaranya, hanya pandang matanya nampak mesra sekali.
"Lalu....... lalu bagaimana jawabanmu, Ling-moi" Bagaimana pendapatmu tentang ...... tentang ikatan jodoh
itu?" Cin Han mulai semakin berani melihat sikap Ling Ling
yang diam itu. Dengan sinar mata tajam penuh selidik Ling Ling balas
bertanya, "Bagaimana denganmu " "
"Aku " Ah, tentu saja aku setuju sekali, Ling-moi. Aku
merasa seperti kejatuhan bintang dan bulan kalau sampai hal
itu dapat terlaksana, aku
masih hampir tidak percaya
kalau hal itu dapat terlaksana,
kalau........kalau kau sudi dan
mau menjadi calon jodohku..... " Kedua pipi yang halus itu
menjadi merah kembali, sepasang mata yang indah itu
berseri dan menjadi agak basah, bibir yang manis itu
tersenyum, lalu muka itu menunduk. "Aku...... akupun
........ telah setuju, Han
koko......." "Ling-moi........!" Cin Han
menahan seruannya dan kedua tangannya memegang tangan
Ling Ling. Mereka saling berpegang tangan, dari jari-jari
tangan mereka yang semua berjumlah duapuluh itu keluar
getaran-getaran kasih sayang yang amat mendalam dan jelas
terasa oleh mereka berdua. Jantung dalam dada mereka
berdebar keras, jari-jari tangan itu agak gemetar dan
keduanya tidak mampu lagi berkata-kata, hanya berdiri saling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpegang tangan, Ling Ling menundukkan mukanya dan Cin
Han memandang mesra. Entah berapa lamanya mereka saling berpegang tangan
seperti itu dan tiba-tiba terdengar suara ketawa disusul
munculnya Sian Lun dan Gin San! Ling Ling terkejut dan
merasa malu sekali, akan tetapi karena Cin Han
menggenggam kedua tangannya, dia tidak tega untuk
meronta dan melepaskan diri.
"Ah, kiranya kalian berdua sudah berada di sini dan
agaknya sudah saling bicara!" kata Sian Lun dengan sikap
gembira. "Aihhh........ini namanya meninggalkan kami yang menjadi
comblang! Harus dihukum dengan tiga cawan arak!" Gin San
tertawa dan Ling Ling menjadi semakin malu. Cin Han
tersenyum dan melepaskan kedua tangan kekasihnya, lalu ia
menjura ke arah kedua orang muda itu tanpa kata " kata.
Sian Lun yang merasa kasihan kepada sumoinya, tidak mau
menggoda terus dan berkata, "Kita harus merayakan peristiwa
ini dan marilah kita bicara di di dalam" Mereka berempat lalu
memasuki rumah dan Gin San memerintahkan kepada Kwan
Liok untuk mempersiapkan hidangan dan arak untuk pesta
kecil di antara mereka berempat itu.
Tak lama kemudian mereka berempat sudah menghadapi
hidangan panas dan arak di atas meja. Mereka menyuruh
pergi semua anggauta Beng-kauw yang hendak melayani
mereka, kemudian setelah mengisi cawan masing-masing
dengan arak, Sian Lun berkata, "Dalam urusan antara Louwtwako dan sumoi, yang terpenting adalah persetujuan kalian
berdua. fihak keluarga atau wali hanya tinggal mengesahkannya saja, Maka, terimalah ucapan selamat kami
atas persetujuan kalian berdua untuk saling terikat dalam
perjodohan ini !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiong-hi, sumoi dan Louw-twako!"
mengangkat cawan araknya.
Gin San juga Biarpun keduanya merasa malu-malu, akan tetapi Ling Ling
dan Cin Han terpaksa mengangkat cawan arak mereka dan
mereka berempat minum arak dari cawan masing-masing.
"Sekarang aku hendak bertanya kepadamu Louw-twako.
Apakah yang hendak kaulakukan untuk mengesahkan ikatan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jodoh ini, mengingat bahwa kedua orang tuamu sudah tidak
ada lagi?" Sian Lun bertanya dengan suara sungguh sungguh.
Cin Han menarik napas panjang. "Keadaanku sama dengan
Ling - moi, bahkan kalau Ling moi masih mempunyai kalian
berdua sebagai suheng-suheng yang amat baik, aku hidup
sebatangkara di dunia ini. Akan tetapi, ada guruku, seorang
hwesio di Kuil Siauw-lim-si, dan aku dapat mohon pertolongan
beliau untuk menjadi waliku dan mengajukan pinangan
dengan sah. Akan tetapi, kepada siapakah suhu harus
mengajukan pinangan atas diri Ling-moi?"
Sian Lun memandang kepada sumoinya. "Sumoi,
bagaimana pendapatmu" Kita harus menjawab pertanyaan
Louw - twako dan menentukan siapa walimu."
Ling Ling adalah seorang dara yang gagah perkasa dan
tidak pernah mengenal takut Akan tetapi, betapapun juga dia
adalah seorang wanita yang pada masa itu terikat ketat oleh
peraturan tata susila, maka ditanya tentang perjodohan, dia
merasa malu sekali, menunduk dan suaranya hanya terdengar
lirih, "Aku ........menyerahkan kepada suheng saja......."
Sian Lun mengangguk, lalu berkata, "Kalau menurut
pendapatku, satu-satunya keluargamu sekarang adalah bibi
Gan Beng Lian, oleh karena itu biarlah aku yang akan
membicarakan dengan keluarga bibi Gan Beng Lian dan
sebaiknya suhu dari Louw twako mengajukan pinangan ke
sana saja, yaitu keluarga paman Yap Yu Tek di An - kian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha ha, suheng. Katakan saja keluargamu juga, karena
bukankah paman Yap Yu Tek adalah calon ayah mertuamu?"
Gin San menggoda. "Dan sebaiknya nanti kalau suheng
melaksanakan pernikahan, mengundang Louw twako dan
suhunya dan saat itu dipergunakan bagi suhu Louw twako
untuk mengajukan pinangan. Bukankah itu baik sekali?"
Biarpun pemuda ini bicara sambil berkelakar, akan tetapi
usulnya itu baik sekali dan diterima oleh mereka bertiga
dengan girang. Setelah menentukan rencana ini, mereka lalu
makan minum dan bercakap-cakap dengan gembira, diseling
sendau-gurau. Gin San yang merasa bahagia sekali bahwa
sumoinya telah mendapatkan jodoh, demikian pula
suhengnya. Dia sendiri diam-diam membayangkan wajah tiga
orang wanita, yaitu Liang Hwi Nio yang telah menyerahkan diri
kepadanya dengan sukarela, kemudian Yo Giok Hong si janda
cantik jelita dan puterinya, Tio Bi Cin dara remaja yang manis
itu ! Pada hari itu juga mereka saling berpisah. Sian Lun
bersama Ling Ling menuju ke kota raja, karena Sian Lun
hendak pulang dulu melapor sebagai seorang panglima, dan
kemudian baru dia akan mengantar sumoinya ke An-kian, ke
rumah bibi sumoinya atau rumah keluarga calon isterinya. Gin
San tidak ikut ke kota raja, dia hendak melakukan
pembangunan kembali Beng-kauw yang menjadi rusak oleh
gangguan Ouw Sek, dan juga untuk sementara dia akan
berada di Beng-kauw pusat di tepi Telaga Po-yang ini, untuk
melindungi Beng-kauw kalau kalau Ouw Sek masih akan
melanjutkan gangguannya. Sedangkan Louw Cin Han setelah
dengan berat hati berpamit, lalu kembali ke Sin-yang di Hopeh, untuk menghadap suhunya, yaitu Bi Lam Hwesio,
seorang tokoh besar tingkat dua di perguruan Siauw-lim pai di
Kuil Siauw-lim-si. *** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa bulan kemudian, di rumah gedung milik Panglima
Muda Tan Sian Lun diadakan pesta yang meriah, yang
dikunjungi oleh banyak tamu dari bermacam tingkat, ada para
panglima kota raja yang berpakaian gemerlapan, banyak pula
tokoh-tokoh kang-ouw yang berkedudukan tinggi, dan
suasana amatlah gembira karena pada hari itu Panglima Muda
Tan Sian Lun telah melangsungkan pernikahannya dengan Yap
Wan Cu, puteri tunggal dari suami isteri pendekar Yap Yu Tek
dan Gan Beng Lian di An-kian.
Sepasang mempelai melakukan upacara sembahyang dan semua tamu
menonton dengan wajah berseri gembira. Yang menarik
perhatian, kecuali sepasang
mempelai, adalah seorang wanita muda cantik jelita yang
melayani kedua orang mempelai itu dengan penuh
keramahan dan perhatian, juga
dari sepasang mata yang indah
itu tersinar kasih sayang yang
amat mesra. Wanita cantik ini
bukan lain adalah Ci Siang
Bwee, selir terkasih dari Sian
Lun ! Wajahnya berseri-seri, dan hatinya luar biasa girang dan
bangganya melihat wajah kekasihnya yang demikian tampan
berseri, bersanding dengan mempelai wanita yang demikian
cantik! Dia merasa bangga, bersyukur dan bergembira mejihat
waiah kekasihnya nampak demikian bahagia. Dengan penuh
perhatian dia melayani mereka, bahkan kadang-kadang
membantu sendiri para dayang untuk mengipaskan kipasnya
yang harum kepada kedua mempelai agar mereka tidak terlalu
gerah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee melayani sepasang mempelai sampai semua
tamu bubaran, kemudian dia sendiri yang mengantar
mempelai menuju ke kamar pengantin. Setibanya di pintu
kamar itu, sebelum menutupkan kamar pengantin, Sian Lun
menoleh dan beberapa detik lamanya dua pasang mata, yaitu
mata Sian Lun dan Siang Bwee bertemu dan melekat. Siang
Bwee tersenyum dan menjura dengan hormat, kemudian
membantu menutupkan daun pintu itu sehingga bayangan
kekasihnya dan pengantin wanita lenyap dari pandang
matanya. Dia menarik napas panjang, kemudian membalikkan
tubuh untuk pergi ke kamarnya sendiri, di jalan dia
menggunakan saputangan menghapus dua tetes air mata
yang turun ke atas kedua pipinya. Bukan air mata kesedihan,
bukan air mata cemburu. Tidak! Cintanya terhadap Sian Lun
sama sekali tidak mengundung cemburu. Dia hanya ingin
melihat kekasihnya itu berbahagia! Dan dia terharu dan juga
gembira menyaksikan kekasihnya menjadi pengantin. Itulah
yang mendorong keluar dua tetes air mata tadi! Dia tidak
cemburu karena dia tahu bahwa Sian Lun mencintanya! Dan
sudah sepatutnya kalau kekasihnya itu menjadi suami seorang
dara yang demikian cantik dan gagah seperti Yap Wan Cu,
seorang gadis keturunan baik-baik puteri tunggal suami isteri
pendekar dan cucu seorang bupati yang terkenal sebagai
pembesar yang budiman dan adil. Sedangkan dia, dia hanya
keturunan biasa, dan dia hanyalah seorang bekas dayang
pembesar pengkhianat Thio-taikam, kemudian dijadikan
dayang istana, dan akhirnya diserahkan kepada Tan Sian Lun
sebagai selirnya. Dia hanya seorang selir, akan tetapi dia
mempunyai cinta kasih yang amat mendalam terhadap Tan
Sian Lun! Dan dia tahu, pria itupun amat mencintanya! Siang
Bwee memasuki kamarnya, tanpa melepaskan pakaian indah
yang dipakai dalam pesta itu, dia menjatuhkan diri di atas
pembaringannya, memejamkan mata dan membayangkan
semua kemesraan yang telah dialaminya bersama kekasihnya
itu. Diam-diam dia tersenyum dan merasa berbahagia sekali.
Dialah wanita pertama dalam hidup Sian Lun, seperti juga Sian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lun adalah pria pertama dalam hatinya, sungguhpun tubuhnya
telah diberikanja secara terpaksa kepada An Hun Kiong.
Dengan jari tangan gemetar Siang Bwee meraba-raba dan
mengelus perutnya, bibirnya bergerak-gerak seolah-olah dia
berdoa, dan memang sesungguhnyalah dia berdoa kepada
Kwan Im Pouwsat, dewi yang selalu dipujanya.
Sementara itu, di antara para tamu, terdapat Louw Cin Han
bersama suhunya, yaitu Bi Lam Hwesio, tokoh Siauw-lim-pai
dari Sin-yang itu. Setelah selesai menghadiri perayaan
pernikahan Sian Lun dan Wan Cu, Cin Han bersama suhunya
lalu pergi mengunjungi keluarga Yap Yu Tek di An-kian.
Kedatangan mereka disambut dengan gembira oleh keluarga
ini, yang sebelumnya telah mendengar berita tentang ikatan
jodoh itu dari Sian Lun. Ling Ling yang tinggal di rumah
bibinya, juga menyambut dengan muka merah akan tetapi dia
lalu lari ke dalam karena tidak dapat menahan rasa malu di
hatinya, perasaan malu yang bercampur bahagia.
Karena memang sudah diketahui dan disetujui sebelumnya,
maka pinangan yang diajukan oleh Bi Lam Hwesio untuk
muridnya, meminang Ling Ling, diterima dengan baik oleh Yap
Yu Tek dan isterinya. Bulan dan hari baikpun dipilihlah oleh
kedua fihak, dan resmilah pertunangan mereka.
Tak lama kemudian, kembali di rumah keluarga Yap ini
diadakan perayaan pernikahan, yaitu pernikahan dari Ling Ling
dengan Cin Han. Dan tentu saja dalam kesempatan ini, Sian
Lun bersama isterinya, dan Gin San hadir dan menjadi orangorang pertama yang menerima penghormatan sepasang
mempelai sebagai suheng-suheng dari mempelai puteri, juga
menjadi orang-orang pertama yang memberi selamat kepada
mempelai. Bahkan sepasang mempelai mengajak Sian Lun,
Wan Cu, dan Gin San untuk makan semeja, di mana mereka
ber senda-gurau dengan bebas.
"Ha-ha, tinggal sute sekarang yang masih membujang.!
Hayo, sute, kapan nih kami akan menerima undanganmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun yang mukanya merah karena agak banyak minum
arak itu menegur. "Benar, kapan ji-suheng memilih jodohnya" Sebetulnya aku
harus minta maaf sebanyaknya telah melanggar ji-suheng,!"
kata pula Ling Ling yang telah timbul kembali kejenakaannya
setelah hawa arak membuat rasa jengah dan malunya
berkurang. "Ha-ha, memang sumoi harus minta ampun dan menurut
patut paikwi (berlutut) kepadaku!" Gin San berkata sambil
tertawa. "Kau kira aku takut paikwi untuk minta maaf" Aku takut
kualat" Dan Ling Ling benar-benar hendak paikwi sehingga Gin
San menjadi repot mencegahnya.
Cin Han yang tersenyum melihat semua ini lalu berkata.
"Biarlah aku mewakili isteriku untuk dihukum !"
"Ha-ha, inilah suami yang setia dan mencintai" Gin San
tertawa. "Memang aku ingin mendenda sumoi yang
melanggarku, mendahuluiku dalam pernikahan dengan minum
tiga cawan arak!" "Biarlah aku.yang mewakilinya !" Cin Han berkata dan dia
lalu minum tiga cawan arak, diikuti oleh suara ketawa mereka.
Suasana menjadi makin meriah, akan tetapi Sian Lun
mendesak lagi. "Hayo katakan, sute, kapan kiranya kau memperkenalkan
calonmu" Apakah engkau ingin membujang selama hidup?"
"Jaga saja tanggal mainnya, suheng !" Gin San tertawa.
"Terlalu banyak calonku sehingga aku sendiri bingung
memilih, yang mana yang paling baik !"
Kembali mereka tertawa, dan malam itu dilewati dalam
suasana gembira dan berbahagia, terutama sekali oleh
sepasang mempelai setelah mereka akhirnya dapat memasuki
kamar pengantin berdua saja. Kebahagiaan yang tak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diceritakan di sini, yang tak dapat dituturkan dengan kata-kata
dan hanya mungkin dapat dirasakan oleh mereka yang pernah
mengalami menjadi sepasang pengantin di malam pertama itu
saja. Sementara itu, kelakar yang terjadi di meja makan ketika
Ling Ling menjadi pengantin itu mendatangkan kesan
mendalam di hati Gin San. Dia mulai berpikir-pikir tentang
dirinya sendiri. Betapa kehidupan ini berobah-robah, sama
sekali tidak seperti yang dikehendakinya semula! Dahulu, di
waktu dia masih kecil, ketika dia menggembala kerbau
bersama Sian Lun, dia sering kali mimpi indah berenang dalam
lautan kemewahan, memiliki kedudukan tinggi di kota raja.
Akan tetapi ternyata sekarang yang menjadi panglima adalah
Sian Lun, yang dulu sama sekali tidak pernah mimpi seperti
itu, bahkan sebaliknya bercita cita menjadi seorang pendekar.
Memang, mereka bertiga, dia, Sian Lun, dan Ling Ling telah
bertindak sebagai pendekar-pendekar yang menentang
kejahatan dan pemberontakan. Akan tetapi kini dia malah
menjadi seorang tokoh perkumpulan Agama Beng kauw.
Sedangkan sumoinya dan suhengnya telah berumah tangga,
Sian Lun tinggal di kota raja bersama isterinya, sedangkan
Ling Ling ikut bersama suaminya ke selatan, tinggal di kota
Sin-yang di Hu peh. Dan dia sendiri" Apakah dia akan terus
menjadi tokoh Beng-kauw, dan setelah menjadi tokoh
perkumpulan agama ini lalu hidupnya membujang terus
seperti seorang pendeta atau pertapa" Ah, tidak mungkin dia
sanggup hidup seperti itu. Dia mendambakan kasih sayang
wanita, bahkan kadang-kadang dia merasa hampir tidak kuat
lagi mengekang nafsu berahinya kalau dia teringat akan
pengalaman pengalamannya bersama Bu Siauw Kim,
kemudian bersama Liang Hwi Nio !
Hwi Nio telah menyerahkan diri kepadanya, menyerahkan
kehormatanya sebagai seorang perawan. Apakah dia harus
mengawini Hwi Nio" Ah, gadis Im-yang-kauw itu menganggap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernikahan sebagai hal yang sia-sia belaka, meremehkan
pernikahan sehingga kalau menjadi isterinya, siapa tahu kelak
tidak menghormati ikatan perjodohan mereka. Juga Hwi Nio
tidak menuntut kepadanya agar mereka menjadi suami isteri.
Lalu dia teringat kepada Tio Bi Cin. Dara yang manis itu,
dengan sepasang matanya yang seperti sepasang bintang
kejora! Teringat akan Bi Cin, Gin San mengeluarkan robekan pita
rambut dara yang pernah diambilnya sebagai tanda mata itu,
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan diciumnya pita rambut itu sambil tersenyum. Benar ! Dara
itulah pilihannya! Akan tetapi ibunya" Bukankah Yo Giok Hong,
ibu Bi Cin, janda muda yang masih cantik jelita itu juga jatuh
cinta kepadanya" Dia mengeluarkan cincin emas pemberian
Giok Hong, dan dia tersenyum.
"Perduli apa dengan ibunya ! Kalau dia mencintaku, dan
mencinta puterinya, dia harus menyetujui pernikahanku
dengan Bi Cin !" Setelah mengambil keputusan ini, berangkatlah Gin San
menuju ke tempat tinggal ibu dan anak itu, yaitu di lereng
pegunungan kecil di dekat Cin an.
Ketika tiba di tempat itu, Gin San melihat ibu dan anak
yang cantik dan manis itu sedang menjemur akar-akar obat.
Mereka memang mengumpulkan obat obat untuk dijemur dan
dijual ke kota, dan dengan pengetahuan mereka tentang obat
obatan, perusahaan ini cukup mendatangkan hasil yang baik.
Melihat kedua orang itu, Gin San kagum karena mereka
masih sama saja seperti ketika dia tinggalkan dahulu, bahkan
janda itu tidak nampak makin tua, dan puterinya malah kini
makin manis, bagaikan bunga sedang mekarnya, tubuhnya
makin padat dan hilang sifat kekanak kanakannya. Ibu dan
anak itu agaknya mendengar kedatangan Gin San, mereka
menoleh dan Bi Cin melemparkan keranjang yang
dipegangnya sehingga akar-akar obat itu berhamburan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"San-ko...... ! Ah, San ko......... akhirnya kau datang
juga.......!" Bi Cin berteriak, berlari-larian dan langsung
menubruk dan merangkul Gin San, menangis mengguguk di
atas dada pemuda itu yang juga merangkulnya.
"Gin San.......!" Yo Giok Hong juga berseru akan tetapi
mukanya menjadi pucat dan matanya terbelalak melihat
betapa puterinya merangkul Gin San sambil menangis.
"Apa.......! apa artinya ini....... " Bi Cin, sungguh tak tahu malu
engkau ! Lepaskan dia, engkau bukan anak-anak lagi "
Akan tetapi Bi Cin yang teringat betapa pria yang dicintanya
ini pernah juga bermain gila dengan ibunya, mendekap makin
ketat dan juga Gin San tidak melepaskan rangkulannya karena
kini dia merasa yakin akan pilihannya, bahwa dara ini memang
mencintanya. Dengan kedua tangan masih merangkul Gin San, Bi Cin
menoleh dan berkata kepada ibunya, "Ibu, aku cinta kepada
San-ko, kami berdua saling mencinta !"
Mendengar pengakuan puterinya ini. Giok Hong menjadi
kaget bukan main. Sepasang matanya terbelalak dan sejenak
hidungnya yang berbentuk mancung indah itu berkembangkempis, tanda bahwa hatinya dilanda kemarahan. Lalu dia
memandang kepada Gin San, dan bertanya dengan suara
lantang, "Gin San, apa artinya ini?""
"Ucapan Cin-moi benar, bibi, kami saling mencinta dan
kedatanganku ini adalah untuk meminangnya.......... "
"San-ko......!!" Bi Cin setengah menjerit saking girangnya
dan pelukannya menjadi semakin ketat.
Seketika wajah janda itu menjadi pucat, sepasang matanya
terbelalak menatap wajah Gin San dan terdapat sinar mata
kemarahan yang hebat dari kedua matanya.
"Akan tetapi....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi," Gin San memotong cepat. "Dahulu bibi mengatakan
bahwa bibi sayang, kepadaku karena aku adalah murid
mendiang suhu Gan Beng Han, dan kalau bibi sayang kepada
puteri tunggal bibi, seperti yang kupercaya. tentu bibi tidak
akan menghalangi kami berdua yang saling mencinta untuk
berjodoh menjadi suami isteri."
Bi Cin melepaskan rangkulannya dari leher Gin San, lalu dia
berlari menghampiri ibunya, menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki ibunya sambil sesenggukan berkata, "Ibu....... ibu
....... luluskanlah permintaan ini........ "
Sejenak Yo Giok Hong bingung, terjadi perang dalam
batinnya antara cinta berahinya terhadap pemuda yang
diharapkan menjadi pengganti kekasihnya itu, dan sayangnya
terhadap puterinya. Akhirnya dia mengangguk, mengusap dua
butir air matanya dan mengelus kepala puterinya, kemudian
mengangkat muka memandang Gin San dan berkata, "Baiklah,
mari kita masuk dan membicarakan soal itu."
Dengan girang Bi Cin dan Gin San mengikuti janda itu
memasuki rumah, dan Bi Cin dengan sikap manja
menggandeng tangan Gin San yang merangkul pinggangnya
yang kecil ramping itu. Setibanya di dalam, Giok Hong lalu
duduk dan minta kepada Gin San untuk duduk di atas kursi di
depannya, terhalang meja.
"Bi Cin, kau masaklah air dan buatkan minuman untuk Gin
San, biarkan aku bicara dengan dia," perintah Giok Hong.
Bi Cin memandang wajah kekasihnya dengan mesra. "Sanko, aku pergi ke dapur dulu ya?"
Gin San tersenyum dan mengangguk sambil mengedipkan
mata. Dara itu lari ke dapur sambil tersenyum gembira. Sudah
berbulan-bulan lamanya dia merindukan kekasihnya itu, dan
sekarang Gin San datang lalu langsung mengajukan pinangan.
Hati siapa takkan merasa gembira" Sambil bersenandung kecil
dia mempersiapkan air teh untuk disuguhkan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihnya itu sementara kekasihnya bicara dengan ibunya
tentang pelaksanaan perjodohannya dengan pendekar itu!
Sementara itu, setelah puterinya pergi, Giok Hong
memandang Gin San dengan sinar mata tajam, lalu dia
bertanya. "Coa Gin San! Benarkah engkau datang untuk meminang
puteriku?" Gin San mengangguk. "Kami saling mencinta, semenjak
dahulu aku berada di sini."
"Tapi......... tapi......... bagaimana dengan aku........" Gin
San, apakah engkau akan melupakan aku begitu saja?"
Pertanyaan ini keluar dengan suara lirih dan pilu, sepasang
matanya ditujukan kepada wajah pemuda itu dengan
memelas, penuh permohonan.
Gin San menarik napas panjang, mengerling ke arah pintu
yang menembus ke dalam kemudian berkata lirih, "Bibi Giok
Hong. aku tidak akan melupakanmu, tidak akan melupakan
segala kebaikanmu. Apa lagi, sekarang engkau telah menjadi
calon ibu mertuaku, bibi..."
Giok Hong memejamkan mata, seolah-olah sebutan ibu
mertua itu menusuk perasaannya.
"Benarkah engkau tidak akan melupakan aku" Engkau mau
menerima cintaku?" dengan berani janda ini yang haus akan
kasih sayang pria bertanya.
Tentu saja Gin San terkejut bukan main.
"Ini....... ini......." katanya gagap karena dia tidak mengerti
bagaimana harus menjawab. Mana pantas dia harus menerima
cinta ibu mertuanya "
"Dengar baik-baik Gin San. engkau mengajukan pinangan
terhadap puteri tunggalku dan aku akan menerimamu dengan
satu syarat yaitu bahwa engkau akan mau menerima cintaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ingat, sebelum engkau jatuh cinta kepada puteriku, lebih dulu
kita telah saling tertarik, engkau tidak akan mampu
menyangkal hal ini. Aku masih menyimpan potongan rantai
perak darimu...... dan..... dan cincinku itu.... !
Wanita itu menunjuk ke arah jari-jari tangan Gin San.
"Kenapa engkau membuangnya?"
"Tidak kubuang, ada kusimpan di sini......." cepat Gin San
menjawab dan mengeluarkan cincin yang diberi tali dan
digantungkan di lehernya itu. Wajah Giok Hong yang masih
cantik itu berseri dan bibirnya tersenyum.
"Bagaimana, kau menerima syaratku itu?"
Terpaksa Gin San mengangguk. Syarat itu baginya tidaklah
berat, sama sekali tidak, bahkan terlalu ringan, terlalu mudah
dan enak baginya! "Baiklah, bibi. Aku menerima syarat itu."
Giranglah hati Giok Hong dan dia lalu menentukan bulan
dan tanggal hari pernikahan antara Bi Cin dan Gin San. Ketika
Bi Cin keluar membawa air teh dan hidangan, dia melihat
betapa wajah ibunya berseri-seri, dan bahkan dengan gembira
ibunya menyambutnya dengan rangkulan.
"Anakku, dia telah meminangmu dan ibumu telah
menerimanya. Mulai saat ini engkau adalah tunangan Coa Gin
San dan kami telah menentukan bulan dan tanggal hari
pernikahanmu!" Bi Cin merasa girang sekali, memandang kepada Gin San
dengan mata bersinar-sinar akan tetapi diapun tidak dapat
menahan rasa malunya dan menundukkan muka sambil
tersenyum simpul ! Karena Gin San merupakan tokoh besar Beng-kauw, maka
pernikahannya dirayakan secara meriah oleh Beng-kauw, dan
sejumlah besar tokoh- tokoh dari kalangan bu-lim (rimba
persilatan) hadir dalam pesta itu. Tentu saja tidak ketinggalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun berdua isterinya, juga Louw Cin Han dan Ling Ling
datang menghadiri perayaan pernikahan itu!. Sian Lun dan
Ling Ling memberi selamat dan memuji kecantikan pengantin
wanita pilihan Gin San, menggoda sute dan suheng ini
sehingga suasana menjadi gembira sekali.
Berkat sepak terjang tiga orang muda ini ketika mereka
membantu pemerintah mengusir penjajah dan pemberontak,
maka nama tiga orang muda ini menjadi terkenal sekali di
dunia persilatan dan mereka dijuluki Tiga Naga Sakti, julukan
yang pernah dimiliki pula oleh orang tua dan guru mereka,
yaitu mendiang Gan Beng Han, Kui Eng, dan Tan Bun Hong.
Akan tetapi dibandingkan dengan tingkat kepandaian orangorang tua itu tentu saja tiga orang muda ini menang jauh !
Maka seluruh dunia kang-ouw menghormati mereka, apa lagi
setelah seorang di antara mereka, yaitu Gan Ai Ling. menjadi
mantu dari tokoh Siauw-lim-pai, atau lebih tepat lagi, menjadi
isteri murid tokoh Siauw-lim-pai.
Tidak perlu diceritakan secara terperinci kegembiraan yang
terdapat dalam pesta pernikahan tokoh Beng-kauw yang amat
terkenal itu, dan setelah semua tamu berpamit dan di antar
ucapan terima kasih oleh sepasang mempelai, akhirnya Gin
San tinggal berdua saja dengan pengantin wanita. Mereka
diantar memasuki kamar pengantin yang dirias indah dan
berbau harum dupa pengantin, dan akhirnya mereka hanya
berdua saja di kamar itu. Sempurnalah kebahagiaan sepasang
mempelai itu di malam yang dingin dan sunyi itu, di mana,
mereka berdua saling menumpahkan rasa cinta mereka tanpa
ada yang mengganggu. Sampai jauh lewat tengah malam
kamar itu benar-benar sunyi karena Bi Cin telah tidur nyenyak
dalam pelukan suaminya. Akan tetapi, pendengaran telinga Gin San yang amat peka
dan tajam berkat ilmunya yang tinggi, dapat menangkap
ketukan perlahan pada daun jendela kamar itu. Dia merasa
curiga sekali. Terbayanglah ancaman bahaya. Bukankah di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia ini masih ada Ouw Sek, musuh besarnya, dan orangorang jahat berilmu tinggi seperti Lam-ong" Dengan hati-hati
karena tidak ingin mengagetkan isterinya yang tidur pulas
dengan senyum kelegaan di bibirnya, Gin San menarik
lengannya yang tertindih leher isterinya, kemudian cepat dia
mengenakan pakaiannya lalu mengenakan sepatu dan
meloncat turun dari pembaringan tanpa menimbulkan suara
sedikitpun. Bagaikan seekor kucing dia berindap-indap
menghampiri jendela. Kembali jendela itu diketuk perlahan
dari luar, tiga kali. Karena curiga, Gin San melangkah mundur. kemudian dari
jarak jauh dia menggunakan tenaga sinkangnya mendorong
ke arah daun jendela. Daun jendela itu terbuka seketika dan
Gin San memandang terbelalak ke luar jendela, di mana
nampak wajah Giok Hong! Janda ini memandang kepadanya
penuh kemesraan dan melambaikan tangannya menyuruh dia
keluar! Ya ampun! Demikian hati Gin San mengeluh, akan tetapi dia tidak berani membantah. Dia menoleh kepada isterinya. Bi Cin, yang
masih tidur pulas, dan perlahan lahan dia menghampiri jendela dan meloncat keluar, diterima oleh
Giok Hong yang segera merangkul dan menciumnya dengan mesra! Wanita itu lalu
menutupkan daun jendela kamar puterinya, kemudian
tanpa berkata apa-apa menarik lengan Gin San, dibawanya masuk ke dalam
kamarnya lewat belakang! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San tak mampu menolak, terpaksa dia melayani hasrat
cinta berahi janda itu, dan memang semenjak nafsu berahinya
dibangkitkan oleh mendiang Bu Siauw Kim, pemuda ini
bergairah sekali, maka "gangguan" ini disambutnya dengan
gembira pula ! Dalam malam pertamanya menjadi pengantin.
Gin San harus melayani dua orang wanita!
Baru menjelang pagi Giok Hong melepaskan dia dan
membolehkan dia kembali ke kamarnya. Dengan berjingkatjingkat seperti maling pengantin pria ini memasuki kamarnya
melalui jendela, lalu diam-diam merebahkan tubuhnya yang
lemas dan lelah itu di samping isterinya yang masih pulas,
diam-diam dia mengeluh dan mencela diri sendiri juga yang
pada malam pertama itu telah membohongi atau
mengkhianati isterinya dengan wanita lain, bahkan wanita lain
itu adalah ibu mempelai wanita sendiri! Akan tetapi di balik
keluhan ini. Gin San tersenyum puas membayangkan apa yang
telah dialaminya tadi. membayangkan betapa ibu mertuanya,
Janda yang masih cantik itu, jauh lebih ganas dan memuaskan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari pada Bi Cin yang tentu saja sama sekali belum
berpengalaman seperti ibunya ! Dan diam-diam dia memuji
"nasib baiknya" itu sendiri.
Mungkin pria lain juga akan merasa iri hati melibat "nasib"
Gin San ini. Akan tetapi, orang-orang lain tentu saja hanya
mengingat dan memperhitungkan segi untung dan enaknya
belaka, sama sekali tidak melihat adanya kenyataan bahwa di
samping kesenangan sudah pasti terdapat segi-segi buruknya.
Memang tidak dapat disangkal bahwa pengalaman itu
menyenangkan hati Gin San, akan tetapi di samping itu juga
menimbulkan kegelisahan Kalau-kalau isterinya akan
mengetahui hubungannya dengan ibu mertuanya, dan dia
selalu merasa was-was, apa lagi kalau Giok Hong terlalu
berani memperlihatkan cintanya, dengan ucapan-ucapan atau
perbuatan yang membayangkan "kegemasan" terhadap
dirinya di depan Bi Cin. Dia tahu bahwa sekali waktu tentu
akan diketahuinya juga oleh Bi Cin, apa lagi isterinva itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahulu sudah tahu bahwa ada apa apa di antara suaminya
dan ibunya ! Dan agaknya sekali waktu tentu akan meledak
pertentangan antara ibu dan anak itu, yang keduanya
berlumba memperebutkan cintanya!
Memang kita manusia di dunia ini selalu mengejar
kesenangan. Kita hanya memandang ke depan, meraih
kesenangan sebanyak mungkin. Dan pengejaran kesenangan
ini sering kali. dan sudah pasti, menimbulkan perbuatanperbuatan yang keras dan kejam, tidak memperdulikan orang
lain, bahkan kadang-kadang tidak segan mencelakakan orang
lain demi tercapainya kesenangan yang dikejar-kejarnya.
Semua tanaman tentu berkembang dan berbuah dan semua
perbuatan kita sudah pasti mendatangkan akibat. Tanaman
yang baik pasti mengeluarkan kembang dan buah yang baik
pula, sebaliknya perbuatan buruk sudah tentu akan
menghasilkan atau mengakibatkan hal bal yang buruk pula. Ini
adalah suatu kenyataan yang wajar. Namun, kita tidak pernah
mengihgat atau memikirkan hal itu, karena mata kita telah
dibutakan oleh sinar kesenangan yang menyilaukan, sehingga
kita tidak dapat melihat kesengsaraan yang bersembunyi di
balik sinar kesenangan yang kita kejar-kejar itu. Biasanya,
setelah kesengsaraan yang bersembunyi di balik sinar
kesenangan dan menanti saat baik itu menerjang dan
mencengkeram kita, barulah kita sadar, namun apakah artinya
kesadaran yang sudah terlambat ! Adalah jauh lebih baik kalau
kita selalu waspada setiap saat, sehingga mata kita tidak
dibutakan oleh sinar kesenangan dan kita dapat melihat segala
yang tersembunyi di balik semua itu. Ini bukan beiarti bahwa
kita harus menolak atau memantang semua kesenangan,
sama sekali bukan. Bukan suatu anjuran untuk kita hidup
sebagai pertapa di puncak gunung, karena bertapa itupun
suaru pengejaran kesenangan, sungguhpun kesenangannya
telah bersalin rupa menjadi agung dan disebut ketenangan,
kedamaian, kesucian dan sebagainya. Tidak, bukan
memantang apapun, melainkan waspada dan memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh perhatian sehingga kita memasuki segala
sesuatu dengan mata terbuka, bukan degan membuta !
Biasanya, kita makan atau minum sesuatu tanpa melihat
apakah makanan atau minuman itu tidak merusak kesehatan
kita, karena mata kita hanya mengejar keenakan atau
kesenangan yang didapat dari makanan atau minuman itu.
Seperti seorang pemabok, dia hanya ingat akan kesenangan
yang didapat dari minuman kerasnya, sama sekali tidak ingat
lagi akan bahayanya bagi kesehatan. Dengan membuka mata
penuh kewaspadaan, maka bahaya itu akan nampak jelas, dan
kalau sudah nampak jelas, apakah kita mau lagi makan atau
minum benda yang merusak kesehatan itu. Demikian pula
dengan kesenangan-kesenangan lainnya. Kita silau oleh sinar
kesenangan yang kita nikmati, sehingga kita tidak lagi melihat
bahaya yang tersembunyi di balik kesenangan itu. Tidak
demikiankah kenyataan dalam kehidupan kita sehari-hari, di
mana kita selalu membuta karena mengejar kesenangan dan
kenikmatan sehingga timbullah bermacam-macam penderitaan
dan kesengsaraan" Ada orang bilang itulah romantika
kehidupan! Sesungguhnya romantika yang kita buat sendiri!
Dan di dalam romantika itu, celakanya, lebih banyak susahnya
dari pada senangnya! Ada bermacam-macam pengertian. Ada orang yang
mengerti bahwa mabok-mabokan itu tidak baik, namun tetap
saja dia minum-minum sampai mabok. Hal ini terjadi karena
dia telah terbiasa, tubuhnya telah ketagihan dan mencandu,
dan pengertian yang dimilikinya hanyalah pengertian arti
kata.kata belaka. Pengertian teori belaka. Pengertian
semacam ini hanya menjadi pengetahuan mati yang biasanya
dipergunakan untuk berdebat, akan tetapi tanpa ada
penghayatan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula
pengertian yang hanya ditumpuk, membuat dia menjadi orang
yang pintar dan serba tahu, namun ini juga hanya merupakan
pengetahuan belaka yang kadang-kadang dijadikan kebanggaan diri, tanpa ada penghayatan dalam hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengertian yang sesungguhnya bukan hanya teidapat dalam
sel-sel otak belaka, melainkan bersatu dalam tindakan karena
sudah menjadi kecerdasan Pengertian dapat dibangkitkan
melalui pengamatan dengan penuh kewaspadaan, penuh
perhatian, terhadap diri sendiri dan keadaan sekeliling, tanpa
penilaian baik buruk, benar salah. Biasanya, jarang sekali kita
sadar akan diri sendiri, biasanya kita bergerak dalam hidup
seperti robot. Selagi makan, pikiran melayang entah ke mana,
demikian pula selagi kita mandi, menggosok gigi, dan
sebagainya. Dapatkah kita hidup saat demi saat, menghayati
apa yang sedang kita, lakukan, sedang kita ucapkan, sedang
kita pikirkan, mengamatinya dengan penuh perhatian dan
kewaspadaan" Gin San menjadi korban dari nafsunya sendiri. Pengalamannya yang pertama kali dengan mendiang Bu Siauw Kim dijadikan pedoman hidupnya untuk mengejar kesenangan! Maka kesenangan yang timbul dari nafsu berahi itu amat
dipentingkan, menjadi yang
terutama dalam kehidupannya. Maka dia menerima dengan membuta saja syarat dari ibu mertuanya, tanpa melihat lagi apakah perbuatannya itu tidak akan menyusahkan diri sendiri dan orang lain! Yang
penting baginya hanyalah kesenangan dan kenikmatan dari
kesenangan itu. Mulailah dia hidup penuh kepalsuan, membohongi isterinya,
menjaga agar jangan sampai isterinya tahu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungannya dengan Giok Hong, ibu mertuanya. Dan tentu
saja, asap tak dapat dibungkus, bau busuk tak dapat
disembunyikan. Sebelum isterinya sendiri tahu, banyak orang
Beng-kauw sudah tahu akan hubungan yang menggelikan,
memalukan dan juga mengherankan itu.
Pada suatu pagi, ketika Gin San berjalan-jalan di belakang
rumahnya, di tepi Telaga Po - yang, ketika hari masih pagi
sekali dan suasana masih amat sunyi, tiba-tiba dia melihat
sesosok bayangan manusia berlari menghampirinya. Karena
kabut yang naik dari telaga masih agak tebal, maka
pemandangan menjadi suram dan dia tidak segera mengenal
orang yang berlari-lari itu. Namun dia cukup waspada dan siap
siaga, karena siapa tahu bahwa yang datang itu adalah
seorang musuh. Ouw Sek umpamanya. Akan tetapi setelah
agak dekat, dia melihat bahwa bayangan ini berbentuk tubuh
seorang wanita yang ramping, dan wanita itu datang
kepadanya sambil memondong sesuatu dengan kedua
tangannya. Kini wanita itu tiba di depannya dan mereka dapat saling
pandang dengan jelas. "Hwi Nio.......!" Gin Sin berseru dan matanya terbelalak
memandang wanita muda yang memondong seorang bayi itu.
Liang Hwi Nio, wanita yang cantik itu, tersenyum sehingga
nampak deretan giginya, dan muncul lesung pipit di tepi
bibirnya yang berbentuk indah
"Aihh, Gin San koko...... betapa aku menantikan saat ini
sejak kemarin. Aku menanti-nantimu, akan tetapi engkau tidak
pernah nampak sendirian.......!"
"Hwi Nio....... kau........ kau ke sini mau apa.......?" Gin San
bertanya gagap karena pertemuan ini sungguh sama sekali tak
pernah disangkanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau apa" Ah, koko, perlukah engkau bertanya lagi"
Pertama-tama, tentu saja karena aku rindu padamu, dan
kedua kalinya, aku ingin mintakan nama untuk puteramu ini."
"Pu..... te ..... ra...... ku......" Wajah Gin San berobah pucat
dan dia menoleh ke kanan kiri, lalu ke arah rumah yang masih
sunyi itu. "Dapatkah....... kita....... bicara di tempat lain........?"
sambungnya khawatir. Hwi Nio tersenyum manis, "Tentu saja, mari ikut aku !"
Gin San mengikuti wanita itu yang menuju ke sebuah
perahu yang dilabuhkan tak jauh dari situ. Tanpa bicara
mereka memasuki perahu itu dan Gin San lalu mendayung
perahu itu ke tengah telaga, lenyap di dalam selimutan kabut.
Setelah mereka tak melihat lagi daratan. Gin San lalu
bertanya, "Hwi Nio, apa artinya ini" Anak siapa itu ?"
"Anak kita, koko, Setelah pertemuan kita dahulu itu, aku
mengandung dan........ tiga bulan yang lalu terlahirlah anak
ini. Aku masih belum memberi nama, karena aku ingin minta
nama darimu," "Anakku........?" Gin San memandang anak itu dengan
jantung berdebar. "Tentu saja anakmu, anak siapa lagi" Lihat mulutnya,
hidungnya, persis mulut dan hidungmu, koko, hi-hik !" Hwi Nio
tertawa dan memberikan anak itu kepada Gin San.
Gin San menerimanya dan memondong, memangku anak
ttu sedangkan Hwi Nio lalu melepas jangkar agar perahu itu
tidak bergerak. Seorang anak laki-laki yang baru berusia tiga
bulan, bertubuh montok sehat dan berwajah tampan. Akan
tetapi tiba tiba anak itu menangis dan Gin San cepat-cepat
menyerahkannya kepada Hwi Nio. Ibu muda ini menerima
puteranya, lalu tanpa malu-malu lagi dia membuka baju
mengeluarkan buah dada sebelah kiri dan meneteki anaknya
yang minum air susu dengan lahapnya. Melihat buah dada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah kiri dan meneteki anaknya yang minum air susu
dengan lahapnya. Melihat buah dada yang padat penuh dan
berkulit putih bersih itu, dan melihat anak itu menetek dengan
lahapnya, tak terasa lagi Gin San menelan ludah. Kebetulan
Hwi Nio sedang memandang kepadanya dan ibu muda ini
tertawa kecil. "Tunggulah sampai dia tidur, koko, aku.....aku rindu
padamu....... " Gin San tidak menjawab, pikirannya bingung sekali, teringat
dia akan isterinya, dan ibu mertuanya. Apakah sekarang harus
ditambah seorang lagi" Dia benar-benar bingung karena tanpa
disangkanya, tahu-tahu dia sudah mempunyai seorang anak!
Tak lama kemudian anak itu tidur pulas, lalu ditidurkan di
sudut oleh ibunya. Kemudian Hwi Nio menghampiri Gin San
dan merangkulnya dengan mesra,
"Koko, engkau sungguh kejam, sampai setahun lamanya
engkau tak pernah datang mengunjungiku !" katanya sambil
memeluk dan mencium. Gin San yang sudah timbul gairah nya melihat Hwi Nio
menyusui anaknya tadi, membalas rangkulannya dan mereka
berdua melepaskan rindu masing-masing di atas perahu itu.
Gin San terpaksa harus memenuhi tuntutan Hwi Nio yang
telah merasa amat rindu itu, sungguhpun dia sudah merasa
lelah karena semalam dia harus melayani isterinya dan ibu
mertuanya ! Ketika anak itu terbangun dan menangis, baru mereka
mengakhiri permainan cinta mereka. "Koko, kauberikanlah
nama untuk anak kita ini."
Gin San memang sudah berpikir tentang itu tadi. "Namakan
dia Bu Siang," jawabnya pendek
"Bu Siang " Coa Bu Siang........ nama yang gagah," kata
Hwi Nio dengan girang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa she Coa..........?"
"Bukankah engkau juga she Coa, koko " "
"Tapi........ kita tidak kawin........"
"Hemm, upacara pernikahan apa sih artinya" Yang penting,
kita berdua tahu anak siapa dia ini "
"Hwi Nio, ketahuilah bahwa aku telah menikah........"
"Ya, dengan Tio Bi Cin, dan engkau melahap sekalian
ibunya, bukan" Kaukira aku tidak tahu" Huh, dasar laki-laki
mata keranjang kau !"
Gin San terkejut bukan main, mukanya menjadi merah
sekali. Akan tetapi dia segera memutar otak, membela diri
dengan menggunakan kepercayaan agama yang dianut oleh
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wanita ini. "Siapa bilang mata keranjang" Kami suka sama suka, kalau
wanita dan pria sudah suka sama suka, apa salahnya, seperti
juga kita berdua ?" Hwi Nio menjebikan bibirnya yang mungil dan merah. "Huh,
bisa saja kau!" Dan telunjuknya menuding dahi Gin San yang
tertawa dan Hwi Nio juga tertawa. "Terserah kalau ada seribu
orang wanita mencintamu, akan tetapi engkau tidak boleh
melupakan aku dan anak kita! "
"Mana bisa aku lupa kepadamu yang cantik manis ini ?" Gin
San mendekat, merangkul dan mencium bibir Hwi Nio dengan
mesra. Anak kecil yang dipondong oleh ibunya itu terjepit dan
menangis. "Ihh, dasar engkau perayu !" Hwi Nio mendorong Gin San
yang jatuh terjengkang di lantai perahu. Keduanya kembali
tertawa tawa. Mereka berdiam di atas telaga, dalam perahu
itu sampai sehari penuh. Mereka makan bekal makanan yang
dibawa Hwi Nio dan beberapa kali Gin San hendak pulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi dilarang dan ditahan oleh Hwi Nio sehingga
terpaksa Gin San harus melayani wanita itu sampai sore.
Setelah merasa puas dan terobati rindunya, barulah Hwi
Nio mengantar Gin San ke darat, kemudian setelah mereka
kembali saling berciuman dengan mesra, Hwi Nio menjalankan
perahu meninggalkan Gin San yang terdiri bengong
memandang sampai perahu itu lenyap. Terngiang kata-kata
Hwi Nio sebagal pesanan terakhir tadi. "Kalau sampai terlalu
lama engkau tidak mencariku, aku akan datang mencarimu !"
Gin San menarik napas panjang. Semua "main-main" yang
dulu itu kini menjadi sungguhan! Hwi Nio melahirkan anak
keturunannya. Hwi Nio biarpun tidak minta dinikahinya,
menuntut dilanjutkan hubungan di antara mereka. Dan di
rumah masih ada Bi Cin, dan Giok Hong! Dia mulai menjadi
bingung dan khawatir. Bagaimana kalau ibu dan anak itu tahu
akan hubungannya dengan Hwi Nio" Padahal, di antara
mereka berdua itu sendiri sudah ada semacam persaingan
yang dilakukan secara diam-diam.
"San-ko, ke mana saja engkau sehari ini?" Tiba-tiba
terdengar bentakan halus. Dia terkejut, menoleh, dan melihat
Bi Cin berdiri dengan alis berkerut tanda kesal hatinya.
"Aku " Ah....., aku...... aku sedang berjalan-jalan, berjumpa
teman lama dan kami bercakap-cakap sambil berperahu,
sampai lupa waktui" "Teman lama" Hemm, mana dia ?"
"Dia sudah pergi........ "
Bi Cin menggandeng tangannya dan mengajaknya pulang.
Gin San merasa lega, akan tetapi kekhawatiran tetap
menyelubungi hatinya. Sampai berapa lama dia dapat
bertahan dalam keadaan yang selalu menegangkan dan
mengkhawatirkan hati ini" Namun, dasar dia seorang pria
muda yang sedang besar semangatnya dan besar gairahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap wanita, dia merangkul Bi Cin dan menciumi pipi
isterinya itu. "Ihh, ceriwis engkau! Masa di jalan mencium orang! Kalau
kelihatan orang bagaimana ?" Bi Cin membentak akan tetapi
sambil tersenyum. Melihat senyum ini, Gin San lalu menambahi ciumannya
bukan di pipi, melainkan di mulutnya. Dia tidak tahu betapa di
balik sebatang pohon besar, ada sepasang mata memandang
dengan sinar berapi penuh cemburu.
Baru setelah dia melepaskan ciumannya dan sambil
bergandeng tangan dia mengajak Bi Cin pulang, dia melihat
berkelebatnya bayangan Giok Hong dari balik pohon.
Jantungnya kembali berdebar dan ada perasaan tidak enak:
menusuk hatinya. Sialan, pikirnya. Apakah dia selalu harus
bersembunyi kalau bermain cinta dengan Bi Cin, dengan Giok
Hok, atau dengan Hwi Nio" Namun, dasar mata keranjang,
kegelisahan itupun segera diusirnya dan sambil bersenandung
kecil dia menarik tangan isterinya, diajak memasuki kamarnya!
Kita hidup dikelilingi seribu satu macam kesenangan, Hanya
batin yang cerdas dan sehat sajalah yang mampu untuk
melihat kesenangan apa yang tidak merusak, baik merusak
diri sendiri atau orang lain, lahir dan batin. Menuruti hati
mengejar kesenangan dengan membuta berarti momasuki
lembah yang akan menuntun ke arah kekecewaan, kebosanan
dan akhirnya penderitaan. Tidak ada kesenangan yang abadi
di dunia ini, semua kesenangan berakhir dengan kebosanan,
kekecewaan, dan rasa takut akan kehilangan kesenangan itu.
Memang, dipandang sepintas 1alu, hidup berkecimpung
dalam buaian nafsu berahi dilayani oleh tiga orang wanita
cantik seperti Gin San itu amatlah menyenangkan. Akan tetapi
itu hanyalah pandangan orang lain belaka, atau pandangan
mereka yang belum memiliki kesenangan itu! Kalau kita sudah
memilikinya, seperti Gin San, maka di samping kesenangan
itu, terdapat pula kegelisahan, kebingungan, dan ketakutan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, sampai di sini berakhirlah cerita Kisah Tiga
Naga Sakti ini, dan seperti biasa, harapan pengarang adalah
mudah-mudahan di samping merupakan bacaan hiburan yang
mengasyikkan, cerita ini juga mengandung manfaat sebagai
pembuka mata dan kesadaran akan keadaan kehidupan kita.
Sampai jumpa di lain karangan!
TAMAT. Solo, medio Mei 1976 Misteri Rumah Berdarah 3 Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Pengelana Rimba Persilatan 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama