Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 3

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


yang berwajah tampan dan bermuka putih, berkata sambil
meraba gagang pedangnya. Yu Tek dan Beng Lian menjadi marah bukan main melibat
sikap mereka terhadap Yap-tuijin.
"Manusia-manusia kurang ajar, jangan menjual lagak di
sini!" bentak Yu Tek dengan kedua mata memandang berapiapi, sedangkan Beng Lian dengan pedang di tangan sudah
siap siaga pula. Tiga orang muda itu bukan lain adalah Kui Eng, Bun Hong,
dan Beng Han Seperti telah dituturkan di bagian depan,
mereka bertiga telah menundukkan camat she Gu di HongTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang, dan dari camat ini mereka mendengar bahwa peraturan
pajak itu ditentukan oleh atasannya, yaitu pembesar she Yap
atau Bupati Yap di An-kian.
Mereka lalu menuju ke An-kian untuk memberi hajaran pula
kepada Bupati Yap, maka pada hari ini, di waktu senja,
mereka sudah menyerbu gedung Bupati Yap, merobohkan
beberapa orang pengawal sampai mereka berhadapan sendiri
dengan Yap-taijin. Kini, mendengar bentakan Yu Tek mereka bertiga cepat
memutar tubuh memandang. Mereka menyangka bahwa tentu
tukang-tukang pukul pembesar ini yang muncul. Akan tetapi
alangkah heran hati mereka ketika melihat bahwa yang
datang adalah seorang pemuda berpakaian seperti seorang
sasterawan yang memegang sebatang tongkat bambu
bersama seorang gadis cantik berpakaian putih sederhana
yang memegang sebatang pedang!.
"Eh, dua orang bocah lancang, jangan kalian ikut
mencampuri urusan orang-orang dewasa!" Kui Eng
membentak dengan suara mengejek.
Merahlah wajah Beng Lian mendengar ini. Usia gadis cantik
itu tidak banyak selisihnya dengan dia, paling banyak satu dua
tahun akan tetapi gadis itu bersikap seolah-olah dia dianggap
masih ingusan! "Kau wanita sombong, apakah kaukira hanya engkau
seorang yang memiliki kepandaian dan keberanian?" teriaknya
dan dia sudah maju menyerang dengan pedangnya.
Kui Eng tertawa mengejek sambil mencabut pedangnya
dan menangkis, balas menyerang, dan segera dua orang dara
ini sudah saling serang dengan sengit dan seru. Bun Hong dan
Beng Han tercengang menyaksikan ilmu pedang gadis
berpakaian putih itu yang luar biasa dan sama sekali tidak
boleh dipandang ringan, maka mereka berduapun segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedang masing-masing karena dari luar telah
datang rombongan pengawal dengan senjata di tangan.
"Kalian mencari penyakit!" bentak Yu Tek dan segera dia
maju menyerang dengan tongkat bambunya kepada Bun Hong
dan Beng Han. Kembali dua orang pemuda ini terkejut sekali
karena tidak mereka sangka bahwa pemuda yang berpakaian
seperti sasterawan lemah ini ternyata memiliki ilmu tongkat
yang demikian hebatnya. Hampir saja pundak Bun Hong
terkena totokan karena ketika Yu Tek menyerang tadi,
tongkatnya menyambar dan menyabet ke arah pinggang
mereka berdoa. Beng Han melompat dan mengelak, akan
tetapi Bun Hong mengangkat pedangnya untuk membacok
tongkat bambu yang menyambar itu.
Akan tetapi, alangkah kagetnya ketika sebelum tongkat itu
bertemu pedang, tiba-tiba tongkat itu membuat gerakan
membalik dan langsung menotok jalan darah di pundaknya.
Nyaris dia dirobohkan dalam gebrakan pertama ini kalau saja
Bun Hong tidak memiliki kegesitan yang luar biasa sehingga
dia dapat mengelak dengan jalan melempar tubuh ke
belakang. Dengan marah Bun Hong lalu membalas dengan
serangkaian serangan dahsyat, akan tetapi semua
serangannya dapat dielakkan dan ditangkis oleh pemuda
sasterawan itu. Bun Hong merasa penasaran sekali.
Dia merasa seolah-olah dipandang rendah karena pemuda
sasterawan itu menghadapi dan melawannya hanya
menggunakan senjata sebatang bambu kuning saja! Dia tidak
tahu bahwa senjata ini memang senjata istimewa dari
lawannya. Mereka segera bertempur dengan seru di ruangan
itu. Melihat ini, Yap-taijin beberapa kali mengangkat tangan ke
atas untuk mencegah sambil berseru, "Tahan! Tahan .......
jangan bertempur........!" akan tetapi orang-orang muda yang
sudah "naik darah" itu mana. mau mendengar seruannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama sekali Kui Eng dan Bun Hong yang merasa
penasaran sekali karena mereka berdua tidak dapat segera
meroboh kan Beng Lian dan Yu Tek.
Sementara itu, rombongan pengawal yang terdiri dari
belasan orang itu. tadinya tidak berani turun tangan karena
mereka merasa gentar menghadapi kelihaian tiga orang muda
yang tadi dengan mudah merobohkan beberapa orang
penjaga, akan tetapi setelah melihat bahwa Yap-Yu Tek dan
Gan Beng Lian turun tangan, mereka menjadi berani, dan
bersemangat lalu maju untuk mengeroyok .
Pertempuran hebat terjadi di ruangan depan gedung
kabupaten itu dan tiga orang muda itu terkurung di tengahtengah. Akan tetapi, pedang mereka bergerak dan
menyambar-nyambar bagaikan tiga ekor naga sakti
mengamuk-sehingga para pengeroyoknya yang terdiri dari
para pengawal itu tidak berani mengepung terlalu dekat. Kalau
hanya menghadapi para pengawal itu saja, Kui Eng, Bun Hong
dan Beng Han sama sekali tidak merasa gentar, akan tetapi
dua orang muda yang menahan serbuan mereka itu benarbenar hebat, sedangkan di antara para penjaga ada pula yang
memiliki kepandaian lumayan dan kini makin banyak pengawal
datang berlarian dari luar.
Kui Eng maklum bahwa untuk mencapai kemenangan, dia
dan dua orang suhengnya harus menurunkan tangan kejam,
maka dia merasa serba salah. Gadis remaja baju putih yang
menghadapinya amat tangguh dan agaknya takkan mudah
baginya untuk mengalahkan dara ini, karena selain ilmu
pedang dara itu cukup lihai, juga dia harus memperhatikan
pengeroyokan para penjaga yang menyerangnya dari
belakang, kanan dan kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan sombong menyerahlah saja sebelum engkau terlukai" kata Beng
Lian dengan suara mengandung ejekan. Kui Eng menjadi marah. "Pengecut. Kalau benar kalian gagah, marilah kita
bertempur seorang lawan seorang, jangan main keroyokan!" " Akan tetapi Beng Lian yang menganggap tiga orang itu pengacaupengacau yang menghina calon ayah mertuanya, hanya
tersenyum mengejek dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak
tiga batang jarum yang mengeluarkan sinar putih menyambar
ke arah dua lengan Kui Eng dan serangan senjata rahasia ini
disusul pula dengan tusukan pedangnya ke arah dada lawan
dengan gerak tipu Dewi Memetik Kembang Teratai.
Kui Eng terkejut sekali melihat. Sambaran jarum-jarum itu
yang amat cepat. Dia tidak mungkin lagi dapat menangkis
dengan pedangnya karena jarum-jarum itu menyambar cepat
ke arah kedua lengannya. Maka dengan mengeluarkan suara
melengking nyaring, tubuh gadis ini mencelat ke atas dan
seperti gerakan seekor burung walet, dia berjungkir balik dan
membuat poksai (salto) beberapa kali di udara sebelum
tubuhnya melayang turun kembali dan langsung dia mengirim
serangan hebat kepada Beng Lian.
Bukan main kagum hati Beng Lian menyaksikan gerakan
ini. Maklumlah dia bahwa dalam hal ilmu ginkang, dia kalah
terhadap gadis cantik itu. Akan tetapi, dia tidak menjadi
gentar dan tetap tabah menghadapi Kui Eng sehingga mereka
segera bertempur lagi dengan seru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Bun Hong juga bertempur dengan ramai
sekali melawan Yu Tek, agak sibuk juga karena Yu Tek
dibantu oleh beberapa orang pengawal yang cukup pandai.
Melihat ini, Beng Han meninggalkan para pengeroyoknya dan
membantu sutenya sehingga mereka berdua dikepung rapat
seperti halnya Kui Eng pula.
Adanya dua orang muda yang muncul dengan tiba-tiba itu
menggagalkan rencana Beng Han dan dua orang adik
seperguruannya; Mereka sama sekali tidak pernah menyangka
bahwa di ruman pembesar itu; terdapat dua orang muda yang
demikian tinggi kepandaiannya. Beng Han maklum bahwa
kalau perempuran dilanjutkan, tentu mereka terpaksa harus
membunuh banyak korban, maka dia lalu berseru keras
kepada Bun Hong dan Kui Eng,
"Sute! Sumoi! Mari kita pergi dulu, jangan sembarangan
membunuh orang!" Biarpun hati mereka belum merasa puas dan masih marah,
namun Bun Hong dan Kui Eng tidak berani menyangkal
perintah suheng mereka yang harus mereka taati itu. Mereka
maklum pula akan berbahayanya keadaan mereka. Maka
mereka lalu memutar senjata mereka dengan cepat sehingga
beberapa batang golok para pengawal terpental, kemudian
mereka mempergunakan kesempatan itu untuk meloncat
keluar dari ruangan itu. "Orang-orang sombong hendak lari kemana?" teriak Beng
Lian sambil melompat mengejar, diikuti oleh Yu Tek. Malam
telah tiba dan di luar sudah mulai gelap.
Kui Eng menjadi marah dan menoleh. "Pengecut yang
hanya berani main keroyok!" dia memaki.
"Siapa takut melawan engkau?" Beng Lian balas
membentak. "Kalau kau belum puas dengan kekalahan ini,
datanglah ke Kuil Kwan im-bio, aku akan menantimu di sana
dan kita boleh bertempur sampai seribu jurus!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
=0o-dwkz-234-o0= Jilid IV "BAGUS" jawab Kui Eng. "Besok pagi-pagi aku datang ke
sana untuk memaksamu berlutut
minta ampun kepadaku !" Kemudian dia melompat ke atas
genteng menyusul dua orang
suhengnya. "Aihh, sumoi, mengapa kau
mencari perkara dan menjanjikan
untuk datang ke kuil memenuhi
tantangan gadis baju putih itu ?"
Beng Han menegur sumoinya. Mereka bertiga duduk di dalam
ruangan sebuah kuil tua yang kosong. Setelah mereka
melakukan penyerbuan ke gedung tihu, tentu saja mereka
tidak berani bermalam di dalam rumah penginapan umum dan
mereka menggunakan kuil tua itu sebapai tempat
persembunyian. Mereka tentu saja tidak tahu bahwa Yap-tihu
diam-diam melarang orang-orangnya untuk melakukan
pengejaran terhadap tiga orang muda yang datang mengacau
itu. Yap-tihu maklum bahwa tiga orang muda itu bukanlah
penjahat-penjahat, melainkan pendekar-pendekar muda yang
kurang pengalaman dan hendak bertindak sebagai patriotpatriot pembela rakyat tanpa penyelidikan terlebih dahulu.
"Hemm, dia sombong sekali!" Kui Eng berkata, bersungutsungut. "Kalau tidak kusambut tantangannya, tentu dia akan
menjadi besar kepala !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebetulnya bukan gadis baju putih itu yang sombong,
melainkan kita sendiri yang terlalu memandang rendah lawan.
Tidak kusangka bahwa gadis itu demikian tinggi ilmu silatnya,
juga pemuda yang bersenjata bambu itu amat lihai," kata Bun
Hong sejujurnya. "Dan kau sudah menerima tantangannya, sumoi, tak dapat
dihindarkan lagi kita akan menghadapi lawan-lawan tangguh
karena tentu fihak mereka telah siap siaga. Baru saja turun
gunung kita sudah menanam bibit permusuhan dengan orangorang gagah," kata pula Beng Han yang amat
mengkhawatirkan keselamatan sumoinya itu.
Ditegur oleh dua orang suhengnya, hati Kui Eng menjadi
panas dan dia bangkit berdiri, memandang kepada dua orang
suhengnya itu di bawah sinar empat batang lilin yang mereka
nyalakan di ruangan kuil tua itu, lalu dia berkata dengan nada
suara marah dan bibir cemberut.
"Twa-suheng dan ji suheng, kalau sekiranya merasa takut
menghadapi gadis baju putih itu, biarlah besok pagi aku
sendiri yang akan datang ke sana memenuhi tantangannya
dan kalian berdua tinggallah saja bersembunyi di sini! ".
Mendengar ucapan ini dan melihat kemarahan sumoi mereka,
Beng Han dan Bun Hong yang duduk di atas lantai itu saling
pandang lalu tertawa. "Ah, sumoi, mengapa kau berkata demikian?" Beng Han
berseru sambil tersenyum. "Kau tentu mengertf bahwa aku
bersedia membelamu dengan taruhan nyawaku !"
"Memang kau tidak adil, sumoi, menyangka kami takut dan
tidak suka membelamu. Aku tidak akan membiarkan kau
menghadapi lawan seorang diri saja!" Bun Hong menyambung
sambil memandang tajam. Kui Eng menatap wajah kedua orang suhengnya itu
berganti-ganti, kemudian tiba-tiba kedua pipinya menjadi
merah dan sambil menundukkan muka dan duduk kembali ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas lantai, dia bertanya dengan lirih, "Kalian baik sekali
kepadaku dan bahkan bersedia membelaku dengan taruhan
nyawa, mengapakah?" Melihat sikap Kui Eng dan mendengar pertanyaan ini, dua
orang pemuda itu tertegun, saling pandang dan seolah olah
mereka dapat membaca isi hati masing-masing, mereka lalu
menundukkan muka pula dan tidak dapat menjawab. Jantung
mereka berdebar kencang dan tanpa mereka sadari, muka
merekapun menjadi merah. Tiga orang saudara seperguruan
itu duduk di lantai ruangan kuil tua, di bawah penerangan
empat batang lilin yang berkelap-kelip tertiup angin yang
masuk dari luar melalui dinding-dinding yang retak, menunduk
dan tidak mengeluarkan kata-kata, masing-masing tenggelam
dalam lamunannya sendiri.
Baru saat itulah terasa dan terpikir oleh mereka apa yang
sebenarnya terkandung di dalam hati sanubari mereka
masing-masing. Tanpa disadarinya sebelum ini, baik Bun Hong
maupun Beng Han mengandung perasaan cinta yang besar
dalam hati mereka terhadap sumoi mereka ini, bukan hanya
cinta kasih sebagai seorang suheng terhadap seorang
sumoinya, melainkan cinta kasih dari seorang pria terhadap
seorang wanita! Kesadaran akan kenyataan yang timbul
sebagai jawaban atas pertanyaan Kui Eng ini membuat Bun
Hong membungkam dan hanya mengangkat muka
memandang kepada Kui Eng dengan sinar mata tajam,
bibirnya bergerak-gerak tanpa suara karena ditahan-tahannya
agar jangan menyalurkan teriakan suara hatinya yang
menyatakan cinta! Adapun Beng Han yang lebih tenang dan
lebih kuat batinnya, sudah dapat menenangkan hatinya
kembali dan dia segera berkata dengan suara tenang dan
mantap untuk membuyarkan suasana yang menekan,
menegangkan dan mencekam hati itu.
"Aih, sumoi! Kita adalah saudara-saudara seperguruan,
kalau kita tidak saling membela, habis siapakah yang akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membela kita" Kalau misalnya engkau melihat aku atau sute
berkelahi dengan orang lain, apakah engkau juga tidak akan
segera membantu tanpa diminta lagi?"
Lega rasa hati Kui Eng dan Bun Hong ketika mendengar
ucapan ini yang seketika melenyapkan canggung, sungkan
dan malu yang tadi menekan hati mereka. Kini barulah mereka
dapat mengangkat muka dan saling memandang tanpa
perasaan ragu-ragu atau malu-malu.
"Ucapan suheng benar sekali !" kata Bun Hong, "betapapun
juga, kita tidak mempunyai permusuhan pribadi dengan gadis
baju putih itu. Maka kalau besok kita pergi ke Kuil Kwan-imbio, kita harus mendasarkan kedatangan kita itu untuk berpibu
(mengadu ilmu silat) saja, tidak ada hubungannya dengan
penyerbuan kita ke gedung tihu."
"Memang sebaiknya begitu," kata Beng Han. "Yang
membuat aku heran adalah mencapa dua orang itu secara
mati matian membela Yap-tihu " Mereka itu nampaknya bukan
seperti pengawal - pengawal atau tukang-tukang pukul
bayaran, lebih patut kalau mereka itu segolongan dengan kita
yang mencontoh sepak terjang para pendekar. Akan tetapi
kalau Yap tihu seorang pembesar jahat yang suka menindas
rakyat demi keuntungan diri sendiri, bagaimana dia dapat
dibela oleh dua orang muda yang demikian lihainya itu ! "
"Siapa tahu kalau pemuda itu adalah putera tihu sendiri.
Kulihat wajahnya mirip sekali dengan wajah Yap-tihu," kata
Kui Eng. "Hal ini harus kita selidiki lebih mendalam," Beng Han
berkata sambil mengerutkan alisnya. "Kita tidak boleh
bertindak sembarangan. Besok setelah kita mengunjungi
Kwan-im-bio, sebaiknya kita menjumpai tihu lagi dan mencari
penjelasan secara baik baik. Kalau memang dia seorang jahat
yang tidak mau menginsyafi kekeliruannya dan hendak
menggunakan kekerasan, baru kita turun tangan dan jangan
memberi ampun kepadanya lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang sebaiknya begitu, suheng. Kita mendengar bahwa
dia menjadi biang keladi kesengsaraan rakyat dengan
peraturan pajak yang mencekik leher, hanya dari mulut Gutaijin. Siapa tahu kalau-kalau dia melakukan fitnah atas diri
Yap-tihu ! Maka besok kta selidiki dulu dengan bertanya-tanya
kepada para penduduk kota ini. Mereka tentu tahu orang
macam apa adanya tihu itu!"
Tiga orang pendekar muda itu saling menyetujui dan
mereka lalu mengaso dan tidur secara bergiliran. Dua orang
tidur dan seorang menjaga agar jangan sampai mereka
diserbu musuh sewaktu ketiganya pulas.
Sementara itu, setelah tiga orang penyerang muda itu
melarikan diri, Yap-tihu memanggil para kepala pengawal dan
melarang mereka melakukan pengejaran. "Mereka bukan
penjahat, maka tidak perlu dikejar. Mereka itu pendekarpendekar gagah, tentu akan dapat membedakan orang setelah
mereka melakukan penyelidikan." Demikian katanya kepada
para kepala pengawal. Kemudian Yap-tihu mengajak Yu Tek dan Beng Lian ke
dalam dan mengadakan perundingan, "Aku merasa heran
sekali terhadap mereka. Siapakah mereka bertiga itu " Aku
merasa yakin bahwa mereka itu bukan datang dengan niat
merampok atau niat buruk lainnya. Akan tetapi kalau mereka
itu pendekar-pendekar gagah seperti yang kuduga, mengapa
mereka memusuhi aku dan memaki aku sebagai pembesar
lalim yang memeras rakyat" Sungguh aneh dan
mengherankan.!" Yap-tihu menggeleng-geleng kepalanya.
"Ayah, mungkin mereka itu adalah anak-anak atau kawankawan dari orang-orang jahat yang merasa sakit hati kepada
ayah yang telah menyuruh tangkap dan menghukum mereka,
dan mereka bertiga itu datang untuk membalas dendam
dengan dalih memburukkan nama ayah," kata Yu Tek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, akan tetapi sikap mereka tidak seperti orangorang jahat, bahkan menurut pendapatku, mereka itu adalah
pendekar pendekar muda yang membela rakyat, karena ketika
gadis itu mengeluarkan kata-kata, dia menegurku yang dia
tuduh memeras rakyat dengan pajak yang berat."
"Betapapun juga, mereka itu telah menjatuhkan fitnah dan
bertindak terlalu sembarangan tanpa menyelidik terlebih
dahulu, seolah-olah mereka hendak menyombongkan ilmu
kepandaian mereka! Mereka telah menghina kita tanpa
menyelidiki lebih dulu. Ayah adalah seorang pejabat yang jujur
dan memegang teguh peraturan serta menjalankan tugas
dengan baik, sedikitpun tidak pernah memeras rakyat untuk
keuntungan pribadi. Mengapa mereka berani berlancang mulut
dan menuduh yang bukan-bukan?" Yu Tek berkata dengan
marah. "Juga mereka itu amat sombong, seolah-olah hanya
mereka saja yang memiliki kepandaian," kata Beng Lian
dengan penasaran. "Sungguh merendahkan orang-orang Ankian. Karena itu saya telah menantang mereka untuk datang
mengadu kepandaian besok pagi di kuil. Kalau benar benar
kita sampai kalah biarlah subo yang turun tangan memberi
hajaran kepada mereka."
"Kita harus hati-hati, moi-moi. Hal ini sebaiknya kita
beritahukan kepada gurumu agar kita jangan sampai salah
tangan dan bermusuhan dengan pendekar-pendekar kangouw."
"Benar sekali pendapat Yu Tek," kata Yap-tihu. "Urusan ini
menyangkut orang-orang kang-ouw, maka sebaiknya kalau
kita minta nasihat dari Pek I Nikouw. Sebaiknya sekarang juga
kalian pergi menghadap orang tua itu mohon nasihatnya agar
kita dapat bersiap-siap uptuk menghadapi mereka besok
pagi." Yu Tek dan Beng Lian lalu pergi ke Kuil Kwan-im-bio dan
menceritakan segala peristiwa yang terjadi itu kepada Pek I
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw. Nenek ini menarik napas panjang dan berkata kepada
mereka, "Semenjak lama hati pinni telah mengkhawatirkan bahwa
sewaktu-waktu akan terjadi hal seperti ini. Hanya kita yang
mempunyai hubungan dekat dengan Yap-tihu sajalah yang
mengetahui bahwa dia adalah seorang pembesar yang jujur
dan baik, akan tetapi orang luar belum tentu akan
menganggapnya demikian. Yu Tek, ayahmu menguasai
seluruh dusun di wilayah ini dan ayahmulah yang memberi
perintah langsung kepada para kepala kampung dalam hal
menjalankan peraturan, termasuk pemungutan pajak dan
penentuan besarnya dan lain-lain. Padahal, kita semua tahu
bahwa perintah yang disampaikan oleh ayahmu tentang
pemungutan pajak tani itu, yang datangnya dari kota raja,
adalah peraturan yang tidak adil dan mencekik leher para
petani. Tentu saja orang-orang gagah akan menyangka bahwa
ayahmulah yang bersalah dalam hal ini."
"Akan tetapi, suthai, semua uang pajak itu tidak ada yang
dimakan oleh ayah, melainkan seluruhnya disetorkan kepada
pemerintah!" "Benar, akan tetapi siapa tahu akan hal itu?" Nikouw tua ini
menarik napas panjang. "Jamannya sudah berubah, para
pejabat pemerintah hampir semua melakukan korupsi dari
yang tingkat paling rendah sampai yang paling tinggi, maka
segelintir dua gelintir pembesar yang jujur dan baik di antara
mereka itu tentu akan nampak buruk pula. Siapa bisa percaya
bahwa di jaman seperti ini ada pembesar seperti ayahmu yang
tidak mau melakukan korupsi demi keuntungan diri pribadi?"
"Betapapun juga, suthai, orang yang disebut pendekar
seharusnya melakukan sesuatu dengan teliti dan menyelidiki
dengan seksama terlebih dahulu sebelum bertindak. Tidak
seperti mereka itu yang bertindak secara sembarangan saja "
kata Yu Tek dengan nada suara jengkel.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw itu menarik napas panjang. "Kalian tadi
menceritakan bahwa mereka adalah orang-orang yang masih
muda sekali, sebaya dengan kalian, karena itu mereka masih
berdarah panas. Bagaimana mereka akan dapat bersikap
sabar dan teliti" Orang-orang muda selalu terdorong oleh
darah panas. Biarlah, kalau besok mereka datang ke sini, pinni
yang akan menyambut mereka dan membereskan kesalah
fahaman ini." "Akan tetapi, subo, sebelum itu biarkanlah teecu mencoba
dulu kepandaian mereka itu!" kata Beng Lian, bibirnya masih
cemberut karena masih panas dan marah hatinya teringat
akan gadis yang menjadi lawannya itu.
Pek I Nikouw tersenyum mendengar ini. "Nah, apa kata
pinni" Orang muda selalu terpengaruh oleh darah panas!" Dia
lalu berkata kepada Yu Tek, "Sebaiknya engkau pulang dulu
dan menjaga ayahmu. Besok pagi-pagi ke sini untuk
menyambut mereka. Dan kau sebaiknya mengaso dan tidur
agar besok pagi badanmu sehat untuk menghadapi pibu yang
kau inginkan itu, Beng Lian."
Yu Tek lalu memberi hormat, berpamit dan pergi.
Sedangkan Beng Lian lalu memasuki kamarnya di mana
ibunya masih duduk membaca doa. Ketika Siok Thian Nikouw
mendengar penuturan anaknya tentang peristiwa itu, hatinya
menjadi gelisah dan dia berkata, "Beng Lian, jangan kau
bersikap angkuh dan terlalu mengandalkan kepandaianmu
untuk berkelahi. Kau harus mentaati kata-kata gurumu dan
menyerahkan hal itu kepada gurumu yang akan bertindak
bijaksana." Semua nikouw dalam Kuil Kuan-im-bio telah mendengar
tentang peristiwa itu dan ramailah mereka membicarakan hal
itu. Mereka merasa tertarik sekali ketika mendengar bahwa
besok pagi akan datang tiga orang gagah untuk mengadu ilmu
silat melawan Beng Lian dan Yu Tek di ruangan kuil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Yu Tek telah
datang ke Kuil Kwan-im-bio bersama ayahnya! Mula-mula Pek
I Nikouw merasa heran melihat kedatangan tihu ini, apa lagi
karena kedatangannya hanya berdua dengan Yu Tek, sama
sekali tanpa pengawal. Akan tetapi hati nikouw tua ini menjadi
kagum dan senang ketiga dia mendengar penjelasan Yap-tihu
bahwa pembesar itu ingin sekali bertemu dengan para
penyerbu itu untuk mengadakan pembicaraan secara
mendalam dan kalau perlu mengadakan perundingan untuk
menghindarkan salah faham.
"Sikap Yap-taijin dalam hal ini amat bijaksana. Kalau semua
pembesar bersikap seperti taijin, tidak mengandalkan
kedudukan untuk bersikap congkak dan bertindak sewenangwenang, maka keadaan negara tentu tidak akan sekacau ini,
rakyat akan hidup tenang dan tenteram, di mana-mana tidak
akan timbul ketidakpuasan dan penasaran."
Yap-tihu menghela napas panjang. "Saya tidak berpamrih
sesuatu, suthai, tidak bermaksud agar dianggap sebagai
pembesar baik. Saya hanya bertindak sebagaimana mestinya
dan menjalankan tugas saya sebaiknya. Hanya itulah."
"Omitohud, semoga Kwan Ini Pouwsat memberkahi niat
hati taijin yang bijaksana."
Mereka semua sudah berkumpul di situ. Yap-tihu dan Pek I
Nikouw duduk di atas bangku dan dua orang muda itupun
duduk di dekat mereka. Siok Thian Nikouw dan beberapa
orang nikouw pimpinan duduk di belakang dan nikouw-nikouw
lain berdiri. Hati mereka tegang dan waktu dirasakan merayap
lambat sekali. Setelah matahari naik cukup tinggi dan keadaan menjadi
terang, datanglah tiga orang muda yang telah ditunggutunggu itu. Mereka datang dari pintu depan, disambut oleh
seorang nikouw penjaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara tenang Kui Eng menyatakan kepada penjaga
ini bahwa dia bersama dua orang suhengnya datang untuk
memenuhi undangan nona baju putih di kuil itu, Nikouw
penjaga yang memang sudah tahu, segera mempersilakan
mereka langsung menuju ke lian-bu-thia yang letaknya di
belakang kuil, sebuah pekarangan terbuka yang luas.
"Silakan, sam-wi telah ditunggu di lian-bu-thia," katanya.
Seorang nikouw lain mengantar mereka memasuki
pekarangan itu. Kui Eng berjalan di depan dengan langkah lebar dan sikap
yang gagah. Dengan pakaiannya yang berwarna hijau, gadis
ini nampak cantik jelita dan gagah perkasa sehingga
menimbulkan rasa kagum dalam hati para nikouw yang berdiri
di kanan kiri jalan masuk kuil itu .
Ketika mereka bertiga memasuki pekarangan dan melihat
banyak nikouw berdiri dan memandang kepada mereka Kui
Eng, Bun Hong, dan Beng Han merasa agak sungkan dan
maju juga karena para pendeta wanita itu mengingatkan
mereka bahwa mereka berada di tempat suci.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka datang ke sebuah kuil dari para pendeta yang
memuja Kwan Im Pouwsat, dewi kebajikan dan belas kasih
bukan untuk bersembahyang atau memuja, melainkan untuk
pibu dan mengadu kepandian silat! .
Beng Han sendiri mulai berdebar jantungnya. Hatinya
terasa tidak enak sekali karena sungguh tidak masuk akal
kalau orang yang hendak mereka lawan itu adalah seorang
jahat. Mungkinkah seorang jahat dapat tinggal di tempat suci
itu" Maka dia lalu mendekati sumoinya dan berbisik,
"Sumoi, harap kau suka menahan kesabaranmu, tidak baik
bersikap kurang pantas kepada orang lain di tempat suci ini."
Kui Eng mengerti akan maksud hati suhengnya, maka dia
mengangguk. Dia sendiripun sudah mulai meragu. Namun tiga
orang pendekar muda yang merasa tidak enak hati ini tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa jerih dan mereka memasuki lian-bu-thia dengan
langkah tetap. Di pintu pekarangan ini, mereka disambut oleh
Beng Lian yan berpakaian serba putih, amat sederhana. Gadis
ini berdiri menyambut bersama Yu Tek. Kedua orang muda ini
menjura ketika menyambu kedatangan Kui Eng bertiga,
kemudian terdengar Beng Lian berkata dengan suara Iantang,
"Sahabat yang gagah ternyata telah menepati janji ! Mari,
silakan masuk ke lian-bu thia di mana kita boleh bermain-main
tanpa khawatir untuk dikeroyok!"
Ucapan Beng Lian yang bersikap hormat ini mengandung
tantangan, maka tanpa banyak cakap lagi Kui Eng
mengangguk dan mengikuti Beng Lian dan Yu Tek memasuki
lian-bu-thia itu bersama dua orang suhengnya.
Ruangan yang merupakan pekarangan terbuka dengan
lantai batu ini amat luas dan ketika tiga orang pendekar muda
itu masuk ke tempat itu, mereka melihat bahwa disitu telah
duduk Yap-tihu, Pek l Nikouw dan Siok Thian Nikouw bersama
nikouw-nikouw pimpinan lainnya. Orang-orang tua ini hanya
duduk dengan diam saja karena memang mereka telah
memberi kesempatan kepada Beng Lian dan Yu Tek untuk
mengadakan penyambutan lebih dulu dan menguji ilmu
kepandaian para tamunya. Tiga orang pendekar itu terkejut sekait melihat hadirnya
Yap-tihu di tempat itu. Akan tetapi karena tidak nampak para
pengawal yang ada hanya beberapa orang nikouw tua yang
tidak mereka kenal, dan karena pembesar itu pun hanya
duduk diam, maka mereka juga diam saja tidak menegurnya.
"Nah, di tempat ini kira bisa main main seorang lawan
seorang dalam mencoba ilmu kepandaian masing-masing
untuk menghilangkan rasa penasaran," kata Beng Lian sambil
tersenyum kepada para tamunya. "Silakan seorang di antara
samwi enghiong maju untuk main-main sebentar!"
Melihat sikap fihak tuan rumah yang sederhana dan gagah,
sama sekali tidak membayangkan kesombongan itu, Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera melangkah maju dan menjawab, "Biarlah aku yang
bodoh memperlihatkan kebodohanku. "
Bun Hong dan Beng Han segera mengundurkan diri dan
berdiri dengan kedua kaki terpentang di sudut lian-bu-thia itu.
"Ah, kalau kau yang maju, biarlah aku yang melayanimu,"
kata Beng Lian dengan masih tersenyum. Seperti mendapat
komando maju kedua orang gadis itu telah mencabut pedang
mereka secara berbareng. Sementara itu, Siok Thian Nikouw memandang ke arah
wajah Beng Han dengan jantung berdebar keras. Kedua
kakinya menggigil dan tubuhnya agak gemetar ketika dia
menatap wajah itu dan tahi lalat di tengah dahinya...
mengingatkan dia kepada puteranya yang dulu tewas dalam
kekacauan ketika terjadi perang pemberontakan. Alangkah
sama wajah pemuda itu dengan wajah mendiang puteranya.
Hampir saja nikouw ini membuka mulut untuk, bertanya, akan
tetapi oleh karena pada saat itu puterinya telah mencabut
pedang dan berhadapan dengan gadis gagah berbaju hijau
yang memegang pedang pula, terpaksa dia mengalihkan
pandangan mata dan perhatiannya kini tertuju kepada Beng
Lian dengan hati cemas. "Anakku, jangan berkelahi sungguh-sungguh!" Dia tidak
dapat menahan hatinya dan mengeluarkan kata-kata ini
kepada Beng Lian. Beng Lian menoleh kepada ibunya dan tersenyum, "Jangan
kuatir, ibu, ini hanya pibu untuk mengukur kepandaian
masing-masing." Kemudian Beng Lian menghadapi Kui Eng dan berkata
dengan sikap tenang. "Nah, silakan, sobat yang manis!"
Setelah kini bertemu dengan gadis baju putih itu di siang
hari dan dapat melihat wajahnya dengan jelas, melihat
suasana di tempat itu dan mendengar ucapan nikouw yang
disebut ibu oleh gadis lawannya itu, kemarahan hati Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semalam kini menjadi buyar. Dia melihat betapa wajah gadis
baju putih itu manis dan sikapnya lemah lembut sehingga
menimbulkan rasa suka di dalam hatinya. Kini dia mengerti
bahwa sikap keras gadis baju putih ini malam tadi adalah
karena keadaan, karena dia dan dua orang suhengnya adalah
penyerbu-penyerbu yang dianggap jahat tentu saja !.
Di lain fihak, melihat kecantikan Kui Eng, sikapnya yang
gagah dan tidak mengenal takut ketika memasuki kuil
bersama dua orang suhengnya untuk memenuhi tantangannya, membuat Beng Lian merasa kagum dan suka.
Ketika mereka berhadapan dengan pedang di tangan masingmasing, mereka berdua mendapat perasaan seolah-olah
mereka sedang menghadapi seorang kawan yang mengajakberlatih silat, bukan menghadapi seorang lawan dalam pibu
yang harus dijatuhkan. Kui Eng tidak berlaku sungkan lagi dan dia segera berseru
"Lihat pedang!" dan mulailah dia menyerang dengan gerakan
indah dan kuat. Beng Lian menangkis dengan baik dan balas menyerang.
Serangan pertama ini menyisihkan keraguan dan kebimbangan
mereka karena mereka maklum bahwa lawan yang dihadapi
dapat menjaga diri dengan baik dan memiliki kepandaian
tinggi, maka mereka segera mempercepat gerakan dan
terjadilah pertandingan adu pedang yang amat seru dan
menarik. Dua orang dara ini memiliki ginkang yang seimbang,
mereka keduanya memiliki kelincahan, maka gerakan mereka
yang cepat itu membuat tubuh mereka sebentar saja lenyap
terbungkus gulungan sinar pedang mereka yang menjadi satu.
Sinar terang bergulung-gulung, saling tekan dan saling desak.
Langkah-langkah kaki mereka hampir tidak terdengar, tertutup
oleh bersiutnya dan berdesingnya suara pedang memecah
hawa dan disusul berdentingnya pedang beradu yang
menimbulkan bunga api berpijar-pijar menyilaukan mata! Para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nikouw, terutama sekali Siok Thian Nikouw, menjadi cemas
juga menyaksikan pertempuran yang seru dan hebat itu. Akan
tetapi Pek I Nikouw, Yap Yu Tek, dan kedua orang suheng dari
Kui Eng yang memiliki kepandaian tinggi menonton dengan
sikap tenang saja. Bahkan Pek I Nikouw nampak tersenyum
karena dia dapat melihat betapa kedua orang dara yang
sedang bertanding dengan hebat dan seru kelihatannya itu
ternyata secara mengherankan sekali telah saling mengalah
dan tidak menyerang dengan sungguh - sungguh! Mereka
tidak mau saling mengeluarkan jurus-jurus yang berbahaya,
melainkan bertanding seperti orang mendemonstrasikan
keindahan dan kelincahan mereka saja! Mereka bahkan seperti
dua orang yang sedang berlatih saja!.
Kui Eng maklum bahwa kalau pertempuran itu dilakukan
dengan sungguh-sungguh, dia tidak perlu merasa khawatir
karena dia masih menang dalam hal ginkang, dan gerakan
pedangnya lebih ganas. Akan tetapi, oleh karena malam tadi
dia melihat betapa gesit dan lihainya gadis baju putih ini
menggunakan jarum-jarum halus sebagai senjata rahasia,
kalau lawannya mempergunakan jarum, jarumnya, dia harus
berlaku hati-hati sekali. Kini melihat lawannya sama sekali
tidak mau mempergunakan jarum-jarumnya, diapun tahu
bahwa gadis itu tidak bermaksud buruk, maka dia sendiripun
tidak terlalu mendesak. Kalau dia mau tentu dia dapat
mendesak lawannya dengan pedangnya yang memang
setingkat lebih tinggi dari pada lawan.
Beng Lian juga maklum akan hal ini, maka setelah
bertempur hampir seratus jurus, dia lalu melompat ke
belakang sambil berseru, " Sobat yang cantik, kepandaianmu
benar amat hebat. aku Gan Beng Lian mengaku kalah "
Tiba-tiba Beng Han mengeluarkan seruan aneh dan
memandang kepada Beng Lian dengan wajah pucat. Tak
terasa lagi dia melompat ke depan, gerakannya demikian
gesitnya sehingga mengejutkan Beng Lian bahkan Yu Tek juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah melompat ke depan untuk melindungi kekasihnya Akan
tetapi pemuda yang bertahi lalat di dahinya itu tidak
menyerang, melainkan menatap waiah Beng Lian seperti
orang melihat setan di tengahari, dan berkata seperti orang
mabuk, "Coba kau sebutkan namamu lagi!"
Beng Lian terbelalak, memandang wajah pemuda itu
dengan tajam seperti orang mengingat-ingat, lalu berkata
gagap, "Aku adalah Gan Beng Lian dan... . dan.... kau
mengingatkan aku akan wajah seorang yang pernah kukenal
......." "Beng Lian, ya Tuhan........! Kalau tidak keliru, dia itu
adalah kakakmu sendiri!" Suara ini gemetar bercampur isak
dan mendengar ini Beng Han cepat menengok. Ketika dia
bertemu pandang dengan Siok Thian Nikouw, tiba-tiba seluruh
tubuhnya menggigil. Sekarang dia mengenal wajah nikouw
yang kepalanya gundul ini ! Selagi dia memandang dengan
bimbang, Nikouw itu sudah bangkit dan terhuyung
menghampirinya. "Bukankah engkau anakku Beng Han.......?"
Bukan main terkejut hati Beng Han mendengar suara ini.
Lenyap segala keraguan hatinya. Beng Lian melangkah
mundur dua tindak sambil memandang dengan mata
terbelalak dan muka pucat. Ketika mereka berpisah dahulu,
Beng Lian baru berusia empat tahun, akan tetapi oleh karena
ibunya sering kali membicarakan tentang kakaknya, kini dia
masih dapat mengingatnya dengan baik. Melihat pemuda itu
memandang kepada ibunya dengan air mata meleleh dan
menitik turun laksana permata terlepas dari untaiannya, Beng
Lian lalu menjerit, "Kau benar-benar Beng Han kakakku..... "
Lalu ditubruknya pemuda itu dan dipeluknya sambil
menangis Beng Han balas memeluk adiknya dan keduanya lalu
berlutut dan merangkul kedua kaki Siok Thian Nikouw yang air
matanya bercucuran, mukanya pucat, bibirnya bergerak-gerak
tanpa mengeluarkan suara dan kedua tangannya diangkat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikembangkan ke atas seolah-olah menghaturkan terima kasih
kepada Thian. "Beng Han........ anakku ....... kau benar-benar masih
hidup.......?" "Ibu.......!" Beng Han mendekap dan menciumi kaki ibunya.
"Terima kasih kepada Kwan Im Hud couw .......! Terima
kasih kepada Thian........!" Siok Thian Nikouw lalu berlutut dan
mendekap kepala puteranya. Ibu dan kedua orang anaknya itu
berpeluk pelukan sambil menangis karena terharu dan girang. Pertemuan yang sama sekali tidak disangka sangka!. "Omitohud....... betapa
maha murah dan maha adilnya Thian yang selalu
memberkahi mereka yang benar" Pek I Nikouw berkemak-kemik membaca doa karena betapapun juga, perasaan hatinya tersentuh keharuan yang membuat dia segera berdoa
dan memejamkan kedua matanya. Melihat peristiwa itu. tak terasa pula Kui Eng ikut
mengucurkan air matanya. Dia teringat akan keluarganya
sendiri, teringat akan ibunya yang dilarikan penjahat, dan
ayahnya yang terbunuh mati. Juga Bun Hong berdiri bagaikan
patung, memandang ke arah tiga orang yang sedang saling
rangkul itu dengan bingung karena iapun teringat akan kedua
orang tuanya yang telah tewas oleh kaum pemberontak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah keharuan hati mereka agak reda, Siok Thian
Nikouw lalu bertanya kepada puteranya, "Beng Han, mengapa
pula kedua orang kawanmu ini " "
"Ibu, mereka adalah adik seperguruanku, sute Bun Hong
dan sumoi Kui Eng," Beng Han memperkenalkan dan kedua
orang muda itu lalu menjura sebagai pemberian hormat
kepada nikouw itu. Beng Lian lalu memegang tangan Kui Eng
dan berkata dengan wajah berseri girang,
"Aihh, cici ! Kiranya engkau adalah sumoi dari kakakku! Aku
sungguh merasa girang dapat berkenalan dengan engkau
yang cantik jelita dan gagah ini !"
Kui Eng tersenyum manis dan berkata "Engkau pandai
sekali dan manis, adik Beng Lian. Kalau saja kuketahui bahwa
engkau adik perempuan suhengku, tentu aku tidak akan
berani berlaku kurang ajar. Maafkan saja kekasaranku tadi
terhadapmu." Beng Lian lalu memperkenalkan subomya kepada ketiga
orang pendekar muda itu. "Ini adalah guruku, Pek I Nikouw
ketua dari Kwan im-bio ini."
Terkejutlah tiga orang muda itu Kui Eng memandang
kepada Pek I Nikouw yang duduk tenang sambil tersenyum
ramah baru Beng lian saja sudah memiliki ilmu pedang
sehebat itu, apa lagi gurunya ! Untunglah bahwa pertempuran


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu tidak menjadi permusuhan hebat karena kalau demikian
halnya, tentu dia dan kedua orang suhengnya akan
menghadapi lawan yang luar biasa tangguhnya.
Kui Eng, Bun Hong dan Beng lan lalu menjura kepada Pek I
Nikouw. Beng Han mewakili dua orang adik seperguruannya,
berkata. "Suthai yang mulia, maafkanlah teecu bertiga yang tidak
tahu diri dan telah bersikap kurang ajar di tempat suthai yang
suci ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw tersenyum. "Omitohud....... ! orang-orang
muda yang gagah perkasa ! Sungguh terbukti betapa Thian
adalah adil dan murah hati. Pinni memang telah menyangka
bahwa kalian tentulah orang-orang gagah pembela rakyat.
Tidak tahunya seorang di antara kalian bahkan masih kakak
dari muridku sendiri."
Siok Thian Nikouvv lalu berkata kepada Beng Han, "Anakku,
biarpun aku merasa girang sekali dan mengucap syukur
kepada Thian Yang Maha Kuasa, akan tetapi terus terang saja
aku merasa tidak puas melihat sepak terjangmu ini. Kau dan
kedua orang adik seperguruanmu ternyata terlampau
menurutkan hati yang terburu nafsu dengan memusuhi Yaptihu !. Tahukah kau siapa adanya pemuda ini" Dia ini adalah
Yap Yutek, putera Yap-tihu dan dia adalah calon adik iparmu
karena dia adalah tunangan dari adikmu Beng Lian. Dan Yaptihu adalah seorang pembesar budiman yang bijaksana dan
adil. Apa sebabnya kalian bertiga memusuhinya?"
Beng Han dan dua orang adik seperguruannya itu
tercengang. Beng Han merasa girang sekali mendengar bahwa
adiknya telah bertunangan dengan seorang pemuda tampan
yang telah dia kenal kelihaiannya itu, maka ketika Yu Tek
menjura dan memberi hormat kepadanya, dia lalu membalas
penghormatan itu dan berkata girang. "Ah, saudaraku yang
baik, harap kau memaafkan aku yang ceroboh!"
"Sebaliknya, twako," kata Yu Tek sambil tersenyum, "aku
merasa kagum sekali melihat twako dan kedua orang gagah
ini." Kui Eng yang keras hati masih merasa penasaran
mendengar teguran ibu Beng Han itu, dan mendengar
pernyataan bahwa pembesar itu adalah bijaksana dan adil, dia
tidak dapat menahan rasa penasaran di hatinya dan tanpa
menujukan kata katanya kepada orang tertentu seperti bicara
kepada diri sendiri, dia berkata, "Kalau memang benar bahwa
Yap-tihu adalah seorang pembesar yang adil dan bijaksana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa dia mengadakan peraturan pemungutan pajak yang
mencekik leher rakyat kecil yang miskin" Sambil berkata
demikian dia memandang ke arah tihu yang telah berdiri dan
orang tua ini tersenyum sedih.
"Sam-wi enghiong." katanya dengan suara halus.
"Memang, dipandang sepintas lalu, aku tidak lain adalah
seorang pembesar yang berlaku sewenang-wenang. Ini sudah
menjadi nasib burukku yang bekerja kepada pemerintah yang
kurang memperhatikan keadaan rakyatnya. Silakan duduk dan
harap suka dengarkan penuturanku yang sebenarnya dan apa
adanya, bukan untuk membela diriku." Pembesar itu lalu
duduk dan tiga orang muda itu pun duduk di atas bangku
yang sudah disediakan oleh para nikouw.
"Orang-orang muda, dengarlah penjelasan pinni," tiba-tiba
Pek I Nikouw berkata. "Kalau Yap-taijin yang memberi
penjelasan, tentu kalian akan menganggap bahwa dia
berbohong atau setidaknya mencari-cari alasan untuk
membersihkan diri. Pinni adalah orang luar yang sama sekali
tidak ada sangkut-pautnya dengan pemerintahan, maka
keterangan pinni kiranya dapat kalian terima dan percaya."
"Teecu bertiga mendengarkan
keterangan suthai," kata Beng Han.
dan akan percaya "Yap-tihu adalah seorang pejabat yang setia dan
memegang peraturan dengan keras. Hal ini tidak boleh
disalahkan, bahkan patut dipuji oleh karena memang
seharusnya demikian sikap seorang pembesar yang bijaksana.
Peraturan-peraturan yang dia perintahkan kepada semua
kepala kampung adalah peraturan yang datangnya dari kota
raja dan sebagai seorang, pejabat, tentu saja Yap-tihu tidak
berani menentangnya. Menentang perintah atasan berarti
membangkang atau bahkan dianggap memberontak. Adapun
mengenai dirinya sendiri, pinni yang cukup tahu dan mengenal
bahwa dia adalah seorang pembesar yang adil dan bijaksana,
yang sama sekali tidak pernah bertindak sewenang-wenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandalkan kekuasaannya, yang sama sekali pantang
untuk bertindak korupsi demi untuk kesenangan diri dan
keluarga sendiri. Peraturan yang dirasakan amat menekan
rakyat petani itu bukanlah peraturan yang dibuat oleh Yap-tihu
ini sendiri, dan dia hanyalah seorang pelaksana yang setia
kepada tugasnya. Hal ini harus kalian mengerti baik-baik."
Mendengar penuturan ini, insaflah tiga orang muda itu.
Mereka merasa tidak enak sekali dan maklumlah kini bahwa
selama ini mereka hanya menegur petuga-petugas yang
menjadi pelaksana belaka. Para petugas itu hanyalah rantingranting dan daun-daun saja.Kalau pohon itu menghasilkan
buah yang buruk, maka membabati ranting ranting dan daundaunnya, mengobati-ranting-ranting dan daun daunnya akan
sia-sia belaka. Penyakit itu letaknya adalah pada si pohon,
yaitu pada pusatnya, pada pemerintahannya atau pejabat
tinggi yang berwewenang menentukan pajak itu. Kalau mau
mengobati, haruslah pohonnya, dan kalau mereka hendak
membela rakyat, mereka harus mendatangi yang menjadi
pusat penyakit itu-Di kota raja!.
Mereka bangkit menjura kepada Yap-tihu dan Beng Han
mewakili mereka berkata, "Ah, kalau demikian halnya, taijin,
harap sudi memaafkan kami bertiga orang-orang muda yang
bodoh dan ceroboh sehingga kami telah mendatangkan
kekacauan, berlaku kurang ajar ke pada taijin dan
mengganggu ketenteraman keluarga taijin."
Pembesar itu menarik napas panjang dan wajahnya
kelihatan sedih sehingga waiah itu nampak lebih tua dari pada
usianya. "Tidak apa, tidak apa....... " jawabnya, "Bahkan aku
merasa malu sekali bahwa kalian orang-orang muda
mempunyai semangat dan pribudi yang jauh lebih tinggi dari
pada aku. Biarlah besok pagi aku akan mengajukan
permohonan berhenti dari jabatanku."
"Ayah........!" Yu Tek berkata lirih dan memandang ayahnya
dengan kaget . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw juga terkejut sekali mendengar ini dan cepat
dia berkata, "Yap-taijin janganlah taijin berkata demikian!
ingatlah kalau orang lain yang menjadi pembesar di kota ini,
tentu keadaan rakyat bahkan menjadi makin tertindas!
Pembesar lain biasanya selain menjalankan peraturan yang
datang dari kota raja, mereka tentu akan melakukan
penindasan-penindasan lain yang timbul dari nafsu ingin
menimbun harta untuk kepentingan diri sendiri. Kasihanilah
rakyat di An-kian dan daerahnya dari penghisapan seperti itu,
taijin. Kalau terjadi taijin mengundurkan diri dan An-kian
dipimpin oleh pembesar lain yang korup dan sewenang
wenang, agaknya pinni sendiri akan mengikuti jejak tiga orang
muda ini dan menentang mereka dengan kekerasan!".
Yap-tihu menghela napas panjang dan berkata, "Suthai
yang baik, memang itulah yang membuat saya sehingga
sekarang masih menguatkan hati untuk memegang jabatan
ini. Ah, ijinkanlah saya pulang dulu karena hal ini benar-benar
mendukakan hati saya dan membingungkan pikiran saya."
Yap-tihu lalu menjura kepada semua orang dan berjalan
pulang, diikuti oleh Yap Yu Tek yang juga merasa berduka
melihat keadaan ayahnya itu. Dia dapat menyelami perasaan
ayahnya dan merasa kasihan sekali karena ayahnya
menghadapi hal yang amat sulit untuk dipilih. Terus menjabat
kedudukan itu berlawanan dengan hati nurani karena
peraturan dari atasan amat menghimpit rakyat. Keluarpun
tidak tepat karena kedudukannya akan diganti oleh pembesar
lain yang lebih menyengsarakan rakyat pula!
Kini terbukalah mata Kui Eng, Bun Hong, dan Beng Han.
Diam-diam mereka merasa menyesal bahwa mereka telah
salah tangan menuduh seorang yang bijaksana sebagai
seorang jahat. Kemarahan mereka kini beralih ke kota raja,
dan diam-diam mereka mengambil keputusan untuk sewaktuwaktu pergi ke kota raja melihat keadaan dan menyelidiki para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembesar tinggi yang menjadi biang keladi kesengsaraan
rakyat jelata. "Sam wi enghiong, sebenarnya siapakah guru kalian"
Permainan pedang nona ini mengingatkan pinni kepada
seorang kenalanku, yaitu Lui Sian Lojin, kata Pek I Nikouw.
"Memang teecu adalah murid Lui Sian Lo-jinl" kata Kui Eni
dengan girang. "Omitohud......! Syukurlah! Kiranya masih orang segolongan sendiri. Ah, suhunya amat lihai, tentu saja murid
muridnya gagah perkasa pula ! ".
Demikianlah, pertemuan yang semula dikhawatirkan akan
berekor menjadi permusuhan ini ternyata berubah menjadi
pertemuan mesra dan menghasilkan persahabutun yang akrab
di antara mereka. Siok Thian Nikouw memaksa puteranya
untuk bermalam di kuil itu agar mereka dapat melepas rindu
dan bercakap-cakap, menceritakan pengalaman masingmasing semenjak mereka berpisah. Pek I Nikouw yang
dimintai perkenan, mengijinkan dengan senang hati karena dia
percaya penuh kepada murid-murid Lui shan Lojin ini. Kalau
bukan putera Siok Thian Nikouw dan murid-murid Lui Sian
Lojin, tidak mungkin dua orang pria hu diperkenankan
bermalam di situ; karena merupakan pantanganlah bagi
seorang pria untuk bermalam di kuil nikouw itu. Pek I Ni-kouw
lalu menyuruh seorang nikouw mempersiapkan sebuah kamar
untuk Beng Han dan Bun Hong, sedangkan Kui Eng mendapat
kamar bersama Beng Lian yang telah menjadi kawan baiknya.
Malam hari itu, Beng Han berada di ruang belakang,
bercakap cakap dengan ibunya, menuturkan semua
pengalamannya sehingga ibunya merasa girang sekali.
"Anakku, tadinya aku telah menganggap bahwa engkau
juga menjadi korban keganasan para pemberontak liar itu,
syukurlah bahwa Thian masih melindungimu dan dapat
mempertemukan kita kembali. Bagiku, kau seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang anak yang baru bangkit kembali dari kuburan......."
ia menyusut air matanya. "Beng Han, karena tadinya menyangka bahwa kau telah
tewas, maka aku tanpa sengaja mendahului, kutunangkan
adikmu dengan putera Yap-tihu........"
Beng Han tersenyum girang. "Aku girang sekali melihat hal
itu. Menurut pandanganku, Yu Tek adalah seorang pemuda
yang amat baik dan pantas sekali menjadi suami adikku. Dan
ayahnya juga seorang pembesar yang bijaksana, hal ini baru
kuketahui sekarang."
"Akan tetapi, Beng Han, menurut kebiasaan dan adatistiadat kita, seorang saudara muda tidak boleh dikawinkan
sebelum kakaknya menikah. Kau sekarang telah berusia
hampir duapuluh tahun, dan semenjak aku masuk menjadi
nikouw, tidak ada kebahagiaan lain yang kuharapkan selain
melihat engkau dan adikmu hidup bahagia dan mendapatkan
jodoh yang cocok. Kausenangkanlah hati ibumu, anakku, dan
janganlah adikmu itu harus menanti terlalu lama Kau harus
menikah dulu sebelum dia dapat menjadi isteri Yu Tek,
anakku." Wajah pemuda itu menjadi merah sekali ketika dia
mendengar kata-kata ibunya itu. Jantungnya berdebar tidak
karuan dan selama hidupnya baru sekali inilah dia memikirkan
bahwa dia adalah seorang pria yang sudah dewasa, dan sudah
tiba saatnya baginya untuk memikirkan tentang perjodoh ini .
"Ibu, aku masih belum mempunyai pikiran tentang hal itu
sama sekali........" jawabnya sambil menundukkan mukanya.
Hening sejenak. Nikouw itu menatap wajah puteranya yang
menunduk, kemudian dia berkata, "Beng Han, kulihat
sumoimu, nona Kui Eng itu adalah seorang gadis yang cantik
dan berilmu tinggi, juga baik sekali. Menurut pandanganku,
dia memiliki wajah yang menunjukkan keluhuran budi dan
kemurnian hati. Kalau saja engkau suka ....... dan kalau saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada harapan, aku akan merasa girang sekali mempunyai
mantu seperti dia......."
Jantung di dalam dada Beng Han berdebar keras
mendengar ini, mukanya makin merah karena dia malu sekali.
Memang dia amat mencinta gadis yang menjadi sumoinya itu
dan dia akan merasa berbahagia kalau dia dapat memperisteri
gadis yang selalu menjadi kenangannya itu, kalau dia dapat
untuk selamanya berdampingan dengan Kui Eng sebagai
suami isteri, melindunginya selama hidupnya dengan taruhan
nyawanya ! Dia telah bergaul dengan Kui Eng semenjak
mereka berdua masih kanak-kanak, dia telah tahu dan
mengenal betul isi hati dan perangai gadis itu. Akan tetapi dia
merasa ragu-ragu apakah gadis itu akan suka menjadi
isterinya ! Hal ini sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya.
"Dan kau cinta padanya, bukan " "
Kembali Beng Han menundukkan mukanya, sama sekali
tidak dapat menjawab, jantungnya berdebar tegang dan
mukanya terasa panas. Kalau dia tidak merasa begitu tegang
dan berdebar-debar sehingga telinganya penuh dengan bunyi
degup jantungnya sendiri, agaknya dia akan dapat mendengar
suara yang tidak wajar di luar ruangan itu karena biasanya
pemuda mi amat waspada dan memiliki pendengaran yang
amat tajam. Akan tetapi, percakapan dengan ibunya tentang
Kui Eng membuat dia kehilangan kewaspadaannya.
"Jawablah. anakku. Engkau mencinta gadis yang menjadi
sumoimu itu, bukan ?" Pertanyaan itu mengandung desakan
karena hati ibu ini ingin sekali melihat puteranya lekas-lekas
mendapatkan jodoh yang tepat.
"Ibu, bagaimana aku berani menyatakan cinta kasihku
kepadanya kalau aku belum mengetahui perasaan hatinya?"
Akhirnya Beng Han menjawab sejujurnya, karena dia tidak
sangsi lagi bahwa dia mencinta sumoinya, hanya apakah
sumoinya juga mencinta dia, itulah yang membuatnya raguragu.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu engkau mencinta dia! Bagus, anakku, aku
akan menyuruh adikmu untuk bertanya tentang hal itu
kepadanya." "Jangan, ibu........I" Beng Han berkata dengan ragu-ragu
karena dia khawatir sekali kalau-kalau Kui Eng akan
menolaknya. Dia merasa ngeri membayangkan penolakan
sumoinya itu dan betapa akan malu dan sedihnya kalau
sumoinya sampai menolak cinta. Dari pada mengalami hal
yang mengerikan itu, lebih baik tidak menyampaikan sama
sekali dan masih terus berhubungan dengan sumoinya seperti
biasa dan sewajarnya saja.
"Beng Han. dengarlah. Dari pada penyimpan rahasia hati
dan menanggung rindu seorang diri yang berarti menyiksa
batin sendiri, lebih baik berterus terang. Berlakulah sebagai
laki-laki yang gagah! Bukankah sejak kecil engkau dilatih
untuk menjadi orang gagah" Mengapa kini engkau merasa
ngeri menghadapi segala kemungkinan ini" Bersiaplah untuk
menerima pukulan yang bagaimana hebatpun dengan gagah,
anakku. Aku tahu bahwa engkau khawatir kalau-kalau
pinanganmu ditolaknya, bukan?"
Beng Han mengangguk tanpa menjawab, alisnya berkerut
dan dia termenung. "Beng Han, kurasa sumoimu tidak akan menolaknya. Pula,
andaikata dia menolakmu, hal itu malah lebih baik bagimu
untuk mengetahui bahwa harapan dan kandungan hatimu ini
tak mendapat balasan dan dengan pengetahuan ini engkau
tidak akan menderita karena mengharap-harapkan hal yang
takkan mungkin terjadi! Lebih baik kau mendengar
penolakannya sehingga engkau dapat melenyapkan kerinduan
dan harapan hatimu dari pada engkau menyimpannya saja
menjadi semacam penyakit yang akan meracuni hatimu."
Setelah hening sejenak, akhirnya Beng Han berkata dengan
suara halus penuh perasaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang sesungguhnyalah, ibu. Aku menyayang dan
mencinta sumoi semenjak kami masih kecil. Ketika aku
pertama kali bertemu dengan suhu dan kami dibawa ke
puncak gunung, kuanggap sumoi sebagai pengganti adikku.
Akan tetapi, setelah kami menjadi dewasa, aku....... aku
mempunyai perasaan lain terhadap dirinya, aku.......aku cinta
padanya, ibu." "Baiklah, anakku, .Besok akan kubicarakan hal ini dengan
dia agar hatiku menjadi puas dan tenteram."
Ucapan Siok Thian Nikouw ini membuat muka Beng Han
menjadi kemerahan dan hatinya merasa girang sekali. Dia
tidak tahu bahwa ucapan itu membuat muka orang lain yang
berdiri mendengarkan percakapan itu di luar ruangan menjadi
pucat sekali. Orang itu adalah Bun Hong ! Pemuda ini keluar
dari kamar hendak mencari Beng Han dan tidak sengaja dia
ikut mendengarkan pengakuan Beng Han akan cintanya
kepada Kui Eng dan janji ibu suhengnya itu untuk meminang
Kui Eng. Bun Hong merasa seperti disambar petir dan cepat dia
memejamkan matanya mengatasi kepeningannya agar dia
jangan sampai terhuyung. Rasa duka menyelinap di dalam
hatinya, rasa duka bercampur penasaran dan juga marah dan
kecewa. Dia menaruh hati cinta kepada sumoinya itu yang
timbul semenjak mereka berdua menjadi dewasa. Dan kini
mendengar pengakuan suhengnya bahwa suhengnya juga
mencinta Kui Eng dan mendengar bahwa suhengnya itu
hendak di jodohkan dengan Kui Eng, dia merasa hatinya
tertikam dan seperti diremas hancur.
Setelah rasa peningnya hilang, dengan hati-hati sekali Bun
Hong meninggalkan tempat itu. cepat kembali ke kamarnya
dengan kedua kaki lemas. Dia segera berkemas dan setelah
menggunakan pena bulu dan kertas yang dicoret-coret
membuat sepucuk surat yang ditinggalkan di atas meja, dia
lalu diam-diam meninggalkan kamar itu sambil membawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua bungkusan pakaiannya, kemudian melompat ke atas
genteng dan menghilang di malam gelap !.
Setelah dia berhasil keluar dari Kuil Kwan-im-bio itu tanpa
ada yang tahu, barulah Bun Hong melepaskan kedukaannya
dan terdengar dia berlari sambil terisak-isak menangis.
Semenjak kehilangan seluruh keluarganya kemudian menjadi
murid suhunya, baru sekali inilah Bun Hong mengalami
kedukaan yang amat hebat, yang membuat dia menangis
seperti anak kecil ! Perasaan cinta yang terkandung dalam hati seorang pria
terhadap seorang wanita atau sebaliknya, memang
merupakan suatu "permainan" yang amat hebat, aneh, dan
berkuasa sekali dalam kehidupan manusia! Semenjak sejarah,
berkembang, persoalan 'cinta" ini telah menjadi bahan
inspirasi dari para sasterawan dan seniman. Betapa banyaknya
cerita-cerita dan sajak-sajak indah tentang cinta ditulis,
dipanggungkan, dan dinyanyikan para seniman.
Kisah-kisah cinta selalu mengandung segi-segi kehidupan
manusia yang penuh dengan romantika, kebahagian dan
kedukaan, suka-duka dan manis pahit yang membumbui
kehidupan manusia. Kisah cinta bisa terjadi sedemikian
bahagianya sampai mengharukan hati dan memancing
keluarnya air mata, akun tetapi sebaliknya juga dapat terjadi
sedemikian menyedihkannya sampai menghancurkan perasaan dan memancing air mata pula. Dapat mengangkat
seseorang ke sorga yang paling tinggi namun dapat pula
menjerumuskan seseorang ke neraka yang paling rendah !
Hampir sebagian banyak dari usia manusia dikuasai oleh apa
yang dinamakan cinta ini, cinta antara pria dan wanita!
Akan tetapi, sungguh menyedihkan betapa jarang ada
manusia yang sungguh-sungguh mengenal cinta! Walaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap mulut pernah menyebut cinta, namun benarkah cinta
yang kita dengung-dengungkan dalam cerita-cerita, dalam
sajak-sajak, dalam nyanyian-nyanyian itu" Ataukah itu
hanyalah namanya saja cinta akau tetapi didalamnya
mengandung pengejaran akan kesenangan" Baik kesenangan
itu berupa ingin menguasai, ingin memiliki, ingin
melampiaskan nafsu berahi, yang pada hakekatnya hanyalah
pengejaran kesenangan untuk diri pribadi"
Betapa indahnya cinta! Indah dan suci! Tanpa cinta,
tanaman takkan berbunga, pohon takkm berbuah, kembang
kehilangan harumnya, kicau burung kehilangan merdunya,
matahari kehilangan sinarnya! Namun, betapa bahayanya
nafsu pengejaran kesenangan, nafsu pementingan diri yang
kita namakan cinta itu! Berbahaya dan kalau sudah
mencengkeram kita, dia mempermainkan kita dan mampu
menyeret kita menjadi permainan antara kesenangan dan
penderitaan! Mampu membangkitkan cemburu dan benci.
Bahkan tidak jarang seorang korban menjadi gila, atau
membunuh diri sebagai korban "cinta" seperti itu. Atau
membunuh saingannya, atau menyeretnya menjadi orang
yang kehilangan kesusilaan, kehilangan pedoman hidup,
kehilangan segala-galanya !
Dengan hati penuh keriangan dan harapan, Beng Han
kembali ke dalam kamarnya setelah mengadakan pembicaraan
dengan ibunya. Dia merasa heran ketika melihat kamar itu
kosong Ke mana perginya Bun Hong" Dia mencari-cari dengan
matanya, akan tetapi di sekitar tempat itu tidak nampak
bayangan sutenya itu, maka dia lalu memasuki kamar dan
tampaklah olehnya sehelai surat yang ditinggalkan oleh Bun
Hong di atas meja tadi. Didekatinya surat itu, diambil lalu
dibacanya. Suheng Gan Beng Han, Maaf, tanpa kusengaja aku telah mendengar tentang
pertunanganmu dengan sumoi. Kionghi (selamat), suheng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kudoakan semoga engkau hidup berbahagia dengan sumoi.
Tidak ada pemuda lain yang lebih berharga untuk menjadi
suami sumoi selain dari pada engkau !.
Aku hendak pergi ke kota raja, membasmi para pembesar
jahat dan kalau perlu kaisarnya sekali demi keselamatan
rakyat kecil yang tertindas !
Sutemu yang sebatangkara,
Tan Bun Hong Beng Han duduk termenung sambil memegangi surat itu
dan membacanya sampai beberapa kali. Seolah olah dia
mendengar kata-kata yang dituliskan itu dari mulut sutenya
sendiri, diucapkan dengan suara sedih dan mengharukan.
Terbayanglah di depan matanya semua sikap Bun Hong
terhadap Kui Eng dan kepedihan hebat mengganggu hatinya.
Tiba-tiba sadarlah dia bahwa sangat boleh jadi bahwa sutenya
itu juga mencinta Kui Engl Dia merasa terharu sekali, karena
kalau memang benar demikian halnya, maka ternyata bahwa
sutenya itu telah bersikap mengalah terhadap dia dan telah
pergi dengan membawa hati yang patah.
Peristiwa ini sekaligus melenyapkan perasaan gembira yang
tadi memenuhi hatinya. Dimasukkannya surat itu ke dalam
saku bajunya dan semalam suntuk dia tidak dapat
memejamkan kedua matanya. Dia membayangkan keadaan
sutenya dan berulang kali dia menarik napas panjang.
Tidurnya gelisah sekali. Terjadi perang dalam batinnya. Sama
sekali tidak disangkanya bahwa mereka bertiga, yang
semenjak kecil tak pernah berpisah kini terpaksa berpisah
dalam keadaan yang amat tidak menyenangkan itu, berpisah
karena sama-sama mencinta Kui Eng! .
Sampai pada keesokan harinya, karena semalam tidak
dapat pulas, Beng Han turun dari tempat tidurnya. Setelah
mencuci muka, dia tidak berani lagi keluar dari kamarnya. Dia
maklum bahwa pagi hari itu ibunya dan adiknya akan bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Kui Eng untuk mengajukan pinangan terhadap gadis
itu. Dia merasa malu untuk bertemu muka dengan Kui Eng,
maka dia berdiam saja di dalam kamarnya dengan jantung
berdebar penuh ketegangan penuh kekhawatiran kalau-kalau
pinangannya ditolak. Kalau sampai ditolak, alangkah akan
sedih dan malunya Akan tetapi seandainya diterima dan Kui
Eng mendengar tentang kepergian Bun Hong, bagaimana
nanti" Apakah sumoinya itu tidak akan mengerti juga akan
duduknya persoalan, tidak akan menduga bahwa Bun Hong
pergi karena ikatan jodoh antara mereka "
Susah senang, puas kecewa, itulah isinya kehidupan
manusia! Baik susah maupun senang, puas maupun kecewa,
adalah akibat dari adanya keinginan! Makin banyak keinginan
seseorang, makin banyak pula dia diombang-ambingkan
antara susah senang, puas kecewa. Kalau tercapai apa yang
diinginkan, tentu puas dan senang. Kalau tidak tercapai apa
yang diinginkan, tentu kecewa dan sedih.
Akan tetapi, baik senang maupun susah, semua hanyalah
sementara saja, selewat saja! Yang tercapai keinginannya dan
senang, hanya sebentar saja senang karena kembali dia akan
dicengkeram oleh keinginan lain yang lebih besar atau
dianggap lebih menarik dan begitu dia dicengkeram oleh
keinginan baru ini berarti dia membuka kemungkinan untuk
mengalami susah atau senang yang baru lagi, puas atau
kecewa yang berikutnya lagi ! Sebaliknya, yang tidak tercapai
keinginannya dan menjadi susah kecewa, itupun hanya
sebentar saja karena diapun dapat menghibur hatinya dengan
harapan baru untuk rnemperoleh senang dari keinginan yang
baru lagi. Tidak ada kesenangan maupun kesusahan yang
abadi, semua itu hanya lewat sekelebatan saja berselangseling, ganti-berganti seperti siang dan malam.
Akan tetapi yang penting, dapat kah kita hidup terbebas
dari cengkeraman nafsu keinginan yang menyeret kita dalam
permainan gelombang susah senang, puas kecewa ini " Kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melihat perubahan setiap saat dari susah senang
sebagai akibat keinginan itu dalam diri kita sendiri setiap hari,
setiap saat ! Tepat seperti dugaan Beng Han yang sedang duduk gelisah
seorang diri di dalam kamarnya, pagi hari itu Siok Thian
Nikouw bersama puterinya, Gan Beng Lian, berhadapan
dengan Kui Eng di kamar dalam itu. Dengan suara yang halus
nikouw itu membuka percakapan setelah secara manis Kui Eng
menghaturkan selamat pagi.
"Nona Kui Eng, sebelum pinni melanjutkan pembicaraan ini
harap suka memaafkan kami ! "
Kui Eng tersenyum dan memandang wajari nikouw itu
dengan lucu. "Aihh !, kenapa suthai berkata demikian" Kalau
ada yang sepatutnya minta maaf, adalah saya yang telah
mengganggu ketenteraman suthai."
"Nona, pinni telah mengadakan pembicaraan yang
sungguh-sungguh dengan puteraku Beng Han dan karenanya
pinni sudah mengetahui sampai jelas hubunganmu yang amat
baik dengan dia sebagai saudara-saudara seperguruan.
Setelah pinni mendengar semua penuturannya itu dan pinni
melihat engkau, nona, timbullah keinginan dalam hati pinni
untuk mempererat hubungan itu menjadi hubungan keluarga.
Terus terang saja, nona Kui Eng, pinni ingin sekali
menjodohkan Beng Han dengan kau, dan apa bila kau tidak
merasa keberatan, pinni akan merasa amat berbahagia dan
bersyukur kepada Thian Yang Maha Agung untuk mempunyai
seorang mantu seperti engkau, nona Kui Eng."
Kui Eng membelalakkan matanya, mulutnya berkali-kali
mengeluaikan suara "ahh....." dan "obh.......", mukanya
kadang kadang menjadi pucat dan kadang kudang merah, lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menundukkan mukanya dan tak terasa lagi air matanya
mengalir turun membasahi kedua pipinya. Melihat ini, Beng
Lian yang duduk di dekatnya lalu memeluknya dengan mesra.
Sampai lama Kui Eng tidak mampu mengeluarkan kata-kata,
dan dia berusaha keras untuk menekan gelora hatinya yang
membuat dadanya naik turun dan napasnya terengah-engah.
"Ahh....... suthai........ ohh........!"
"Tenanglah, enci Kui Eng, tenanglah....." Beng Lian berbisik
di dekat telinganya. Siok Thian Nikouw tersenyum menyaksikan sikap dara itu
dan berkata, "Omitohud....... harap kau tenang, nona. Bukan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maksud pinni untuk membuat kau begitu gugup......."
Ucapan yang halus dari nikouw itu dan sikap yang manis
dari Beng Lian akhirnya dapat menenangkan hati Kui Eng. Dia
menghapus air matanya dengan saputangannya, kemudian
menatap wajah nikouw yang tersenyum penuh kesabaran itu.
"Suthai, mohon dimaafkan sebanyaknya. Saya merasa
terharu sekali dan menghaturkan banyak terima kasih atas
budi kecintaan hati suthai yang telah memberi penghormatan
besar sekali kepada saya yang bodoh dan tidak berharga ini.
Akan tetapi, suthai, pada waktu sekarang ini, selain saya
belum mempunyai pikiran sama sekali tentang persoalan
perjodohan, juga saya harus terlebih dahulu mencari ibu saya
dan kemudian tentang soal perjodohan itu, terserah kepada
orang tua saya itulah."
Biarpun jawaban itu tidak tersangka-sangka olehnya dan
hatinya merasa kecewa, namun Siok Thian Nikouw
mengangguk-angguk sambil tersenyum ramah dan berkata,
"Memang seharusnya demikian, nona. Pinni juga telah
mendengar dari Beng Han tentang peristiwa dan malapetaka
yang menimpa keluargamu, seperti juga yang telah menimpa
keluarga kami. Biarlah kau mencari ibumu lebih dulu,
kemudian pinni hendak mengulangi pinangan ini kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibumu. Pinni menyampaikannya sekarang hanya dengan
maksud agar kau mengetahui isi hati kami ibu dan anak."
Dengan kata-kata ini nikouw itu hendak "mengikat" Kui Eng
sehingga nona ini telah bertunangan dengan Beng Han,
biarpun secara tidak resmi. Dan agaknya Kui Eng mengerti
pula akan hal itu, maka dia segera berkata dengan muka
menunduk. "Maafkan saya, suthai bukan sekali-kali saya menolak
kehendak suthai yang mengandung maksud baik itu, akan
tetapi harap saja hal ini ditunda dan dilupakan dulu. Saya
tidak berani menerima atau mengadakan janji sesuatu oleh
karena sesungguhnya saya belum ingin mengikatkan diri
dengan tali perjodohan. Maaf, suthai........"
Siok Thian Nikouw menarik napas panjang. Kasihan Beng
Han. pikirnya. Dan kasihan hatinya sendiri ! Karena dari
jawaban ini walaupun tidak secara langsung merupakan
penolakan, namun sedikitnya membayangkan perasaah hati
gadis ini yang masih ragu-ragu dan tidak meyakinkan, yang
berarti bahwa pada saat sekarang ini Kui Eng belum
mempunyai perasaan cinta terhadap Beng Han!
"Kalau begitu! nona, harap kau lupakan saja semua ucapan
pinni tadi. Kalau kelak kau telah bertemu kembali dengan
ibumu, barulah kita bicarakan hal ini lebih lanjut."
Kui Eng lalu mengundurkan diri dari hadapan Siok Thian
Nikouw dan dia duduk termenung di dalam kamarnya.
Pikirannya kacau tidak karuan oleh peristiwa tadi. Terasa
pening dan bingung. Dia teringat akan orang tuanya, dan
mulailah dia sadar bahwa dia kini telah menjadi seorang gadis
dewasa dan sudah sewajarnya kalau dia dipinang orangl
Membayangkan ini, tak terasa air matanya bertitik turun
membasahi pipinya. Dipinang orang tanpa ada ibunya ! Dan
yang meminangnya adalah twa suhengnya. Gan Beng Han !
Sungguh tak disangka-sangkanya hal itu akan terjadi. Menjadi
isteri twa- suheng ! Lucu kedengarannya, lucu mengharukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang dia dapat menduga bahwa twa-suhengnya, juga jisuheng nya, menaruh hati kepadanya. Hal ini sungguhpun tak
pernah diucapkan mulut mereka, namun dari pandang mata
mereka, ucapan dan gerak-gerik mereka, terkandung
kemesraan yang menyentuh hati wanitanya dan yang
membuat dara ini merasa dan mengerti bahwa dua orang
suhengnya itu mencintanya. Dan ini seorang di antara mereka
telah mengajukan pinangan!.
Selagi dara itu duduk termenung dan mengusap air
matanya, masuklah Beng Lian ke dalam kamar yang mereka
pakai berdua itu. Begitu masuk, Beng Lian segera duduk di
sampingnya, memeluk pinggang dan memegang lengannya.
"Cici, harap jangan kau menyesal. Maafkan ibuku kalau kau
anggap dia terlalu lancang."
"Ah, sama sekali tidak, adik Lian. Sama sekali tidak! Bahkan
akulah yang merasa menyesal sekali bahwa terpaksa aku
belum dapat memberi keputusan sehingga setidaknya aku
telah membuat ibumu kecewa Kalianlah yang sepatutnya
memaafkan aku, adik Lian."
Betapapun juga, sebagai adik kandung Beng Han yang baru
saja berkumpul dengan kakaknya dan yang tentu saja
mengharapkan kebahagiaan bagi kakaknya itu, hati Beng Lian
sedikit banyak merasa tidak puas dan kecewa yang
mengandung penasaran pula atas penolakan Kui Eng. Biarpun
Kui Eng tidak menjawab secara pasti, menerima atau menolak,
namun kenyataan bahwa dara ini tidak menerima pinangan
ibunya, dapat dianggap sebagai suatu penolakan halus. Maka,
tanpa sengaja untuk menyerang, hanya terdorong oleh rasa
kecewanya. Beng Lian berkata, "Cici Eng, cinta kasih
seseorang memang tidak dapat dipaksakan. Aku tahu bahwa
engkau tidak mencinta.kakakku. Memang kalau dibandingkan,
Han-koko kalah tampan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng terkejut sekali dan merenggutkan lengannya yang
dipegang oleh Beng Lian, lalu bangkit berdiri dan memandang
dengan mata terbelalak. "Apa......., apa maksudmu........?""
Beng Lian merasa bahwa dia telah kesalahan bicara, dan
berusaha hendak memperbaiki kesalahannya, akan tetapi
karena gugupnya, dia bahkan menambahkan, "Maksudku....... eh,dibandingkan dengan saudara Bun Hong,
kakakku itu memang kalah tampan."
Pucatlah wajah Kui Eng mendengar ini, kemudian muka itu
berubah merah sekali, merah karena marah!
"Beng Lian!" katanya dengan ketus. "Kauanggap aku ini
orang apakah" Dengarlah baik-baik, aku tidak mencinta
kakakmu dan juga tidak mencinta ji-suheng! Aku telah
menolak pinangan ibumu, dan habis perkara! Jangan kau
hubung-hubungkan dengan lain hal dan jangan kau
menyangka yang bukan-bukan!"
Melihat kemarahan Kui Eng, Beng Lian merasa terkejut dan
menyesal mengapa dia telah berlancang mulut. Padahal dia
hanya bermaksud untuk membenarkan sikap gadis itu karena
perjodohan haruslah didasari dengan cinta kasih antara kedua
orang yang dijodohkan, seperti dia dengan Yu Tek. Selagi dia
hendak minta maaf, Kui Eng telah menyambar buntalan
pakaiannya dan berlari keluar dari kamar itu dengan mata
merah menahan tangis!. Ketika tiba di ruangan depan, dia bertemu dengan Beng
Han yang sedang menanti berita dari ibunya dengan hati
berdebar. Pertemuan yang tak disangka-sangkanya ini
membuat Beng Han merasa malu sekali dan sungkan, akan
tetapi dia dapat menenangkan hatinya dan bertanya. "Sumoi,
apakah malam tadi kau dapat enak tidur?"
Akan tetapi, terkejutlah Beng Han ketika melihat wajah Kui
Eng yang nampaknya marah itu. Apa lagi Kui Eng membawa
buntalan dan matanyajelas basah !.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, sumoi, kenapakah kau ......?" Hatinya menjadi kecut
dan perasaannya tidak enak sekali.
"Twa-suheng," kata Kui Eng, sambil cepat-cepat
menghapus dua butir air mata yang memaksa turun dari
kedua matanya. "Aku........ aku pergi dulu, hendak mencari
ibuku. Maafkan bahwa terpaksa aku harus memisahkan diri
dari kau dan ji-suheng."
Bukan main terkejut hati Beng Han mendengar ucapan ini.
Kedua matanya terbelalak dan mukanya berubah pucat.
Dengan gagap dia berkata, "Akan tetapi....... sumoi........
kernana kau hendak pergi....... dan apa yang terjadi........?"
"Entahlah, ke mana saja kedua kakiku membawaku.
Pokoknya, aku hendak mencari ibu."
Beng Han adalah seorang pemuda yang berpemandangan
luas. Dia telah dapat menduga bahwa tentu sikap gadis ini ada
hubungannya dengan pinangan ibunya. Pinangan itu telah
gagal ! Bukan hanya gagal, bahkan mengakibatkan sumoinya
merasa tidak enak dan hendak pergi meninggalkannya. Dia
menarik napas panjang. "Sumoi....... ah, kalau keputusanmu memisahkan dirimu ini
karena... karena pinangan ibuku kepadamu, ahh..... kau
maafkanlah aku, sumoi. Kelancanganku mengajukan pinangan
ini telah kutebus mahal sekali. Sute telah meninggalkan aku,
apakah sekarang kaupun hendak meninggalkan aku pula?"
Kui Eng yang tadinya menunduk dan tidak berani
memandang wajah suhengnya, kini mengangkat mukanya. "Jisuheng meninggalkan kau" Kemanakah perginya?" dia
bertanya heran. Beng Han hanya menarik napas panjang dan menyerahkan
surat Bun Hong kepada sumoinya. Merahlah wajah Kui Eng
membaca pemberian selamat Bun Hong kepada Beng Han
atas pertunangannya dengan dia! Timbul rasa kasihan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hatinya terhadap twa suhengnya ini, maka katanya
perlahan sambil menunduk,
"Twa-suheng, percayalah bahwa aku tetap menghormati
dan menganggap suheng sebagai kakakku sendiri. Biarlah kita
bertemu lagi di lain waktu!" Setelah berkata demikian, Kui Eng
lalu mengembalikan surat itu, menjura kepada suhengnya
kemudian berlari cepat meninggalkan Kuil Kwan-im-bio itu.
Beng Han menggerakkan tangan dan bibirnya, namun tidak
ada suara yang keluar dan dia hanya mengikuti kepergian
sumoinya itu dengan pandang mata sayu dan bingung.
Setelah bayangan sumoinya lenyap, Beng Han segera
berlari untuk menjumpai ibunya dengan hati yang tidak enak
rasanya. Karena ibunya menceritakan kepadanya tentang
jawaban sumoinya, pemuda ini hanya menundukkan mukanya
dengan kedukaan yang disembunyikan. Dari jawaban ini dan
juga dari ucapan sumoinya ketika hendak pergi, maklumlah
dia bahwa perasaan cinta kasihnya terhadap sumoinya itu
hanya bertepuk tangan sebelah saja, tidak terbalas!.
Beng Han adalah seorang pemuda yang berbatin kuat.
Biarpun dia mengalami pukulan batin yang hebat secara
berturut-turut, pertama karena kepergian Bun Hong yang
patah hati, ke dua karena kepergian Kui Eng. dan ke tiga
ketika mendengar cerita ibunya tentang penolakan halus gadis
yang dipinangnya itu, namun dia segera dapat mengubur dan
menyembunyikan luka hatinya itu di bawah kemauannya yang
kuat. "Ibu, harap ibu sudi memaafkan sute dan sumoi yang kini
telah pergi meninggalkan kuil tanpa pamit kepada ibu dan
kepada Pek I Suthai guru Beng Lian........"
"Eh?" Mereka pergi........" Sejak kapan?"
"Sumoi baru saja pergi, katanya hendak mencari ibunya.
Karena....... karena urusan pinangan itu, maka aku tidak dapat
banyak bertanya, juga tidak mampu mencegahnya karena aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa dia mempunyai kemauan yang amat keras. Dan
mengingat akan jawabannya,agaknya...... hemm....... sebaiknyalah kalau untuk sementara ini kami saling
berpisah......." "Dan sutemu?" tanya ibu yang masih bingung dan terkejut
mendengar berita kepergian saudara-saudara seperguruan
puteranya secara tiba-tiba itu. "Kapan dia pergi dan mengapa
pula ?" Beng Han tidak berani memperlihatkan surat sutenya. Dia
tidak ingin ibunya tahu akan persoalan cinta kasih antara
mereka, yaitu cinta kasih yang terkandung dalam hati sutenya
terhadap sumoinya. Dia hanya berkata setelah menarik napas
panjang . "Sute Bun Hong memang mempunyai watak yang aneh,
ibu. Aku amat menghawatirkan keadaannya, karena dia
memiliki watak yang amat aneh dan keras, lagi terlalu berani
sehingga kadang-kadang tanpa menggunakan perhitungan
yang masak. Kalau dia dibiarkan seorang diri saja di kota raja,
dia tentu akan menghadapi bahaya. Oleh karena itu, ibu
sekarang juga aku harus menyusulnya, untuk membantu dan
membelanya kalau kalau ada bahaya mengancam dirinya."
Siok Thian Nikouw mengerutkan alisnya.
"Tapi........tapi......kau baru saja datang dan kau baru saja
bertemu kembali dengan ibumu dan adikmu........bagaimana
engkau ukan pergi lagi begini tiba-tiba, anakku " "
Beng Han berlutut di depan ibunya. "Ibu setelah aku
bertemu dengan ibu dan adik Lian, dan mengetahui bahwa ibu
berdua tinggal di kuil ini dalam keadaan selamat, hatiku
merasa amat bahagia dan lega. Setiap waktu anak dapat
saja datang ke sini untuk menjenguk ibu. Akan tetapi saat ini,
anak sedang dalam perjalanan bersama sute dan sumoi. Aku
sendiri telah berhasil menemukan keluargaku, akan tetapi
tidak demikian dengan sute dan sumoi. Maka, sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepatutnya kalau aku mewakili suhu membantu dan
melindungi mereka, ibu. Sumoi harus kubantu mencari orang
tuanya, dan sute....... ah, dia sudah kehilangan semua
keluarganya, maka harus kubantu dan kulindungi dari bahaya.
Ijinkan anak pergi, ibu, dan tidak lama lagi aku pasti akan
datang lagi menjenguk ibu dan adik Lian."
Siok Thian Nikouw meraba-raba kepala puteranya.
"Omitohud...., kehendak Thian tidak dapat dilawan siapapun.
Kalau memang demikian kehendak hati dan tekadmu, anakku,
baiklah. Pergilah engkau memenuhi tugasmu, kau lindungi
sutemu dan kau bantu sumoimu mencari keluarganya. Akan
tetapi pesanku, tentang urusanmu dengan Kui Eng janganlah
kiranya hal ini mematahkan hatimu, nak. Bersabarlah sampai
gadis itu bertemu dengan ibunya, baru aku akan mengajukan
pinangan pula." Demikian pesan Siok Thian Nikouw kepada
putera-nya. Beng Han hanya mengangguk-angguk.
Kemudian dia berkemas, berpamit dari Pek I Nikouw yang
berpesan agar pendekar muda ini dan kedua orang saudara
seperguruannya berlaku hati-hati di kota raja karena di sana


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdapat banyak sekali orang pandai yang menjadi kaki tangan
para pembesar, lalu pergilah Beng Han meninggalkan Kwanim-bio.
Ketika dia tiba di luar kota An-kian, tiba-tiba terdengar
suara orang memanggil dari belakang, dia cepat berpaling dan
ternyata adiknya. Beng Lian, yang menyusulnya dengan
berlari cepat. Setelah tiba disitu, berhadapan dengan
kakaknya, Beng Lian menangis dengan sedih,membuat Beng
Han menjadi terheran-heran. Tadi ketika dia berpamit di
depan ibunya, adiknya ini diam saja biarpun memandang
dengan wajah sayu, akan tetapi mengapa sekarang menyusul
dan tiba-tiba saja menangis sedih" Hatinya menjadi tidak
enak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, Lian-moi, apakah yang terjadi" Apakah terjadi sesuatu
di Kwan-im-bio?" tanyanya, teringat akan ibunya. Adiknya itu
menggeleng kepala dan terus menangis terisak-isak.
"Hemm, kalau begitu apakah kau menangis karena
kepergianku ini " Lian moi yang baik, jangan kau seperti anak
kecil. Engkau juga seorang dara yang gagah perkasa, maka
tidak patutlah kalau menangis karena urusan kecil ini. Hapus
air matamu, adikku!"
Kembali Beng Lian menggeleng-geleng kepalanya sebagai
sangkalan terhadap dugaan kakaknya itu, dan tangisnya
makin menjadi-jadi. Beng Han memegang pundak adiknya, "Lian-moi,
tenanglah, adikku. Sebenarnya, apakah yang terjadi dengan
dirimu" Apakah ada hubungannya dengan Yu Tek"
Katakanlah, dan aku akan membantumu, adikku !"
Kini Beng Lian menggeleng kepala makin keras, lalu
menutupi mukanya dengan kedua tangan, "Han-ko; aku.......
aku telah berdosa kepadamu......."
"Eh" Apa kau mengingau" Dosa apa yang kau lakukan?"
Beng Han tersenyum dan memandang heran.
"Aku........ akulah yang membuat enci Eng marah-marah
dan pergi meninggalkanmu, ko-ko......."
"Hemm, apakah yang telah kaulakukan?"
"Aku....... aku merasa kecewa dan menyesal karena dia
telah menolak pinangan ibu, lalu....... lalu kukatakan
kepadanya bahwa dia tidak mencintaimu dan....... dan........
kubayangkan kepadanya bahwa dia mencinta........ jisuhengnya......." Kemudian dengan suara terputus-putus Beng
Lian menceritakan semua percakapan yang terjadi antara dia
dan Kui Eng, yang mengakibatkan kemarahan Kui Eng
sehingga dara itu pergi meninggalkan kuil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar penuturan itu, Beng Han menggeleng - geleng
kepalanya dan menarik napas panjang. Kemudian dia berkata,
suaranya halus tanpa mengandung kemarahan.
"Adikku, engkau memang telah berlaku keterlaluan dan
lancang. Akan tetapi, semua itu kau lakukan karena terdorong
oleh rasa kecewa dan penasaran, dan aku dapat
memakluminya. Betapapun juga,
dugaanmu bahwa dia tidak mencintaku memang tepat. Akulah yang bodoh dan tidak
tahu diri, sehingga membolehkan
ibu melamarnya. Dugaanmu bahwa dia mencinta Bun Hong
sute juga beralasan, karena aku
sendiripun kini menyangka demikian. Akan tetapi, tentu saja
hal itu tidak semestinya dikatakan kepadanya, karena
tentu akan membuat hatinya
tersinggung. Dia memang berwatak keras. Akan tetapi
sudahlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu, kalau aku dapat
bertemu dengan dia, aku yang akan memintakan maaf
untukmu. Hatinya baik sekali, aku yakin, dia akan suka
memaafkanmu. Dan harap pengalaman ini menjadi pelajaran
bagimu, agar lain kali engkau lebih berhati-hati kalau bicara
tentang hal yang menyangkut diri orang lain, Lian-moi."
Dengan masih terisak, dara itu mengangguk. 'Han-ko,
kau........ mau memaafkan aku, bukan........... !"
Beng Han menyapukan tangan kanannya untuk memegang
dagu adiknya dan mengangkat muka yang manis itu sehingga
mereka saling berpandangan. "Adikku, tentu saja aku
memaafkan engkau ! Senyumlah, kalau tunanganmu melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau bermuram-durja, dia tentu akan ikut bersedih !
Jagalah dia baik-baik."
Beng Han mencium dahi adiknya kemudian membalikkan
dirinya dan melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beng Lian
berdiri memandang dengan air mata berlinang sampai
kakaknya itu lenyap dari pandangan matanya .
Jilid V KEBAJIKAN atau kebaikan tabiat atau kelakuan adalah suatu sifat,
suatu kewajaran yang terjadi atau dilakukan tanpa
unsur kesengajaan oleh si
pelaku. Kalau kebajikan dilakukan dengan sengaja disertai kesadaran dari pelaku bahwa dia melakukan kebajikan, maka
tak dapat disangkal lagi,
perbuatan baik atau kebajikannya itu dilakukan
dengan adanya pamrih tersembunyi di balik perbuatan itu. Bermacam-macam dan bertingkat-tingkat adanya pamrih
yang tersembunyi ini, ada pamrih untuk keuntungan lahiriah,
ada pula pamrih keuntungan batiniah. Akan tetapi tetap saja
sama, karena pamrih yang tersembunyi dalam setiap
perbuatan itu pada hakekatnya hanyalah keinginan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperoleh kesenangan lahir maupun kesenangan batin.
Bahkan ada pamrih tersembunyi dalam perbuatan baik yang
tidak disadari lagi oleh yang berbuat, pamrih yang mengendap
di bawah sadar. Dan setiap perbuatan betapapun baiknya setiap kebajikan,
yang dilakukan dengan kesadaran bahwa hal itu adalah
kebajikan dan dengan demikian mengandung pamrih, adalah
suatu kepalsuan. Bukan baik karena memang pada dasarnya
dan sewajarnya memang baik, melainkan kebaikan yang
dibuat-buat, seperti pemulas untuk menutupi ying buruk.
Kebajikan tidak mungkin dapat dipelajari, dalam arti kata
dilatih, atau ditiru-tiru dari anjuran kitab-kitab atau guru-guru.
Karena kebajikan yang hanya dilakukan untuk meniru-niru
atau menyesuaikan diri dengan suatu pelajaran, adalah
kebajikan pura-pura atau palsu, munapafik adanya. Kalau di
dalam hati masih ada rasa benci, lalu dalam perbuatan, katakata siikap dan lain-lain memperlihatkan keramahan dan
kebaikan budi, bukankah itu palsu namanya "
Kalau begitu, bagaimanakah yang dinamakan kebajikan
atau kebaikan itu: Kalau kelakuan itu adalah suatu sifat, suatu
kewajaran, tidak disadari lagi sebagai suatu kebajikan oleh
yang melakukannya, kalau tidak terdapat kebencian lagi di
dalam hati, maka terdapatlah cinta kasih di dalam perbuatan.
Dan dengan cinta kasih, maka setiap perbuatan adalah bajik !.
Kebaikan yang timbul karena latihan, hanyalah tiru-tiru dan
palsu.Kebaikan seperti ini mudah sekali luntur, mudah goyah
dan mudah berubah, bagaikan pakaian saja kalau tertimpa
panas dan hujan, akan luntur dan lapuk, memperlihatkan apa
yang tersembunyi di baliknya. Terutama sekali dalam keadaan
dikecewaan, maka timbullah dendam, penasaran, yang
meengundang kebencian. Dan kalau sudah di cengkeram oleh
kebencian, maka semua latihan kebaikan itu pun akan
terlupakan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong sejak kecil digembleng oleh gurunya. bukan
hanya digembleng ilmu silat, akan tetapi juga digembleng
pelajaran-pelajaran untuk menjadi seorang pendekar yang
baik budi dan gagah perkasa. Akan tetapi, begitu dia
mengalami kegagalan dalam cintanya, begitu dia mengalami
kekecewaan yang amat hebat yang menekan perasaannya dan
menghancurkan hatinya , dia diserang perasaan iba diri yang
amat besar sehingga dia menjadi tidak perduli lagi akan
pelajaran-pelajaran yang pernah diterima dari gurunya
tentang kebajikan! Apa lagi setelah dia memasuki kota raja,
mulailah terjadi perubahan dalam kehidupan Tan Bun Hong,
pendekar muda ang memiliki kepandaian tinggi itu.
Ketika memasuki kota raja. Bun Hong terpesona. Betapa
jauh bedanya keadaan kota raja dengan keadaan di dusundusun. Kalau di dusun dia melihat segala macam penderitaan
dan kemiskinan, di kota raja penuh dengan kemewahan dan
kesenangan. Rumah-rumah gedung yang besar dan megah
mendatangkan pemandangan vang amat jauh bedanya
dengan pondok-pondok bobrok di dusun-dusun. Pakaian
orang-orang di kota raja indah-indah beraneka warna,
berbeda sekali dengan pakaian para petani yang compangcamping, tambal-tambalan dan lapuk dan kotor terkena
lumpur dan debu . Di dusun, dia telah merupakan seorang pemuda yang
gagah dan berpakaian indah, hingga banyak mata
memandangnya dengan kagum dan iri. Akan tetapi setelah
berada di kota raja , Bun Hong merasa betapa pakaiannya
termasuk buruk dan tidak ada seorang pun yang
memperhatikannya. Bun Hong melihat banyak pemuda yang berpakaian indah
hilir-mudik di sepanjang jalan raya kota raja yang lebar.
Sebagai seorang putera hartawan di waktu kecilnya, Bun Hong
memang suka sekali akan kemewahan dan keindahan pakaian.
Model pakaian yang dipakai oleh para pemuda di kota raja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama pakaian para pelajar yang indah dan mewah
membuat dia mengilar dan timbul keinginannya untuk
mempunyai pakaian seperti itu.
Segalanya dimulai dengan keinginan! Dalam pengejaran
keinginan, manusia sering kali men jadi buta. Demikian pula
dengan Bun Hong .Semenjak kecil dia digembleng gurunya,
dan gurunya telah berpesan kepada semua muridnya bahwa
seorang pendekar harus selalu menentang kejahatan dan
membela mereka yang lemah tertindas, harus selalu menjadi
pembela kebenaran dan keadilan.
Harus hidup sederhana dan tidak menginginkan barangbarang yang bukan menjadi miliknya. Semua ini adalah
pelajaran-pelajaran, contoh-contoh, dan si murid diharuskan
menauladan pelajaran dan contoh ini !. Karenanya, maka
kebaikan yang nampak pada diri si murid bukanlah wajar lagi
! Bukan kebaikan aseli dari si murid, melainkan kebaikan
tiruan belaka dari si contoh. Kebaikan itu bukan menjadi sifat
dan watak lagi, melainkan hanya merupakan kebiasaan,
merupakan pakaian belaka. Maka mudah luntur dan hilang.
Gurunya pernah menasihati murid-muridnya bahwa dalam
keadaan terpaksa, jika memang membutuhkan, muridnya
boleh saja minta dari orang lain atau kalau perlu boleh
mengambil dari orang-orang yang kelebihan.
Memang terdapat "kebiasaan" para petualang di dunia
kang-ouw untuk mengambil milik para hartawan, yaitu
mengambil uang sekedar mencukupi kebutuhannya untuk
biaya perjalanan Orang-orang kang-ouw yang memegang
teguh pelajaran mereka, tidak akan mau mengambil yang
lebih dari pada yang mereka butuhkan, itupun mereka ambil
dari hartawan yang benar-benar mampu dan tidak akan terasa
berat kalau kehilangan sedikit uang yang mereka butuhkan.
Kalau melanggar ketentuan ini. maka hal ini dianggap suatu
penyelewengan dan dianggap menyimpang atau merendahkan
nama para pendekar kang-ouw !.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi pada malam hari pertama kedatangannya di
kota raja itu, ketika seluruh penghuni kota telah tidur, di atas
genteng rumah gedung seorang hartawan besar berkelebat
bayangan hitam yang amat gesit gerakannya. Bayangan itu
memasuki gedung tanpa terlihat oleh seorangpun dan tak
lama kemudian dia keluar lagi sambil membawa sebuah
kantung yang penuh berisi dengan uang emas ! Orang ini
bukan lain adalah Bun Hong yang melakukan pencurian dalam
gedung hartawan itu. Akan tetapi yang diambilnya bukan
sekedar sejumlah uang untuk keperluan biaya perjalanannya,
melainkan jauh lebih banyak lagi. Dia mengambil sekantung
uang emas yang tentu saja jauh melampaui kebutuhannya"
Bun Hong maklum bahwa dia telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan kehidupan seorang pendekar kang-ouw.
Akan tetapi sekali ini dia tidak ambil perduli, Kedukaan dan
rasa penasaran membuat hatinya menjadi nekat, kepahitan
membuat dia menjadi tidak perdulian. Semua ini didorong oleh
hati mudanya yang suka sifat pesolek, membuat dia
melakukan pelanggaran. Dia telah melakukan pencurian atas
keinginannya untuk membeli pakaian-pakaian indah, seindah


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pakaian para muda di kota raja. Dengan mudah saja dia
berhasil mengambil uang emas sekantung dari tumpukan
harta orang kaya itu. Agaknya si kaya itu tidak akan merasa
bahwa uangnya berkurang demikian banyaknya uang emas
berpeti-peti dalam gudang uang di rumah gedung itu.
Pada keesokan harinya, Bun Hong telah berganti rupa. Dia
telah berubah menjadi seorang pemuda sasterawan yang
berpakaian indah, terbuat dari kain sutera berwarna biru yang
bersulamkan benang emas dan renda-renda berwarna kuning
dan merah di lehernya. Wajahnya yang memang tampan itu
bertambah ganteng Dia menyembunyikan pedangnya di
bawah jubah yang lebar dan sebagai pelengkap, tangan
kirinya memegang sebuah kipas bulu yang indah dan mahal! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun hatinya terpikat oleh kemewahan dan kekayaan
yang berlimpahan di kota raja yang besar dan ramai itu,
namun Bun Hong masih belum melupakan maksudnya
semula datang ke kota raja. Dia meninggalkan Beng Han dan
Kui Eng dengan hati hancur dan sedih, karena cinta kasihnya
terpaksa direnggut dari hatinya. Dia mencoba untuk
melupakan Kui Eng karena dia harus mengalah terhadap
suhengnya, dan dia tidak mau menghalangi perjodohan antara
Kui Eng dan Beng Han, dua orang yang paling disayang dan
dicintanya di permukaan bumi ini. Maka, untuk melupakan
kesedihannya, dan agar jangan menghalangi mereka, dia
mengambil keputusan untuk melanjutkan usaha mereka
bertiga semula, yaitu hendak membasmi kekejaman
peraturan pemungutan pajak bagi para rakyat kecil. Dia tidak
melupakan tugas ini, biarpun hatinya tertarik oleh kemewahan
kota raja. Setelah berdandan sebagai seorang kongcu hartawan atau
seorang sasterawan putera seorang bangsawan, pakaian baru
sepatu baru dan kipas baru, mulailah Bun Hong melakukan
penyelidikan. Dia berjalan-jalan dan mencari keterangan
tentang pembesar-pembesar yang berwewenang mengatur
urusan pajak bagi daerah-daerah itu. Akan tetapi, jawaban
yang didapatkan dalam penyelidikannya ini bersimpang-siur.
Ada yang mengatakan bahwa peraturan itu datang dari kaisar
sendiri, ada pula yang mengatakan bahwa yang mengeluarkan
peraturan itu adalah Thio-thai-kham, yaitu pembesar kebiri
yang berkuasa besar di istana. Ada pula yang berkata bahwa
peraturan itu berada dalam wewenang Pangeran Song,
bendahara kerajaan yang berhak menerima semua penyetoran
hasil pajak. Dengan menyamar sebagai seorang sasterawan yang
datang dari luar kota raja dan ingin memasuki ujian bagi
sasterawan untuk mencapai gelar siucai, dengan mudah Bun
Hong dapat mengajak orang-orang bicara tentang itu tanpa
menarik kecurigaan. Sudah sepatutnya kalau seorang calon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siucai yang mengejar kedudukan
mengenal keadaan pemerintahan.
mencari tahu untuk Setelah mendengar keterangan keterangan itu, Bun Hong
tidak berani bertindak ceroboh. Dia telah melihat betapa
penjagaan yang dilakukan di setiap gedung pembesar tinggi d
kota raja amatlah kuatnya. Juga, banyak dia melihat perwiraperwira dan pengawal-pengawal kerajaan yang ditemuinya di
jalan-jalan dan di rumah-rumah makan, dan dari gerak-gerik
mereka tahulah dia bahwa di antara mereka terdapat banyak
yang memiliki kepandaian tinggi. Dia harus sabar, dia harus
mempelajari keadaan dengan baik dan berlaku hati-hati, agar
jangan sampai usahanya gagal sebelum dimulai. Dia merasa
suka dan betah tinggal di kota raja yang ramai dan banyak
pemandangannya itu. Setiap hari pemuda ini keluar dari
kamar rumah penginapan yang disewanya dan pergi berjalanjalan.
Pada suatu hari dia mendengar berita bahwa Pangeran
Song Hai Ling, pembesar yang menjadi bendahara istana,
hendak mengadakan kunjungan ke Kuil Bhok-thian-si yang
besar dan megah. Kunjungan ini adalah dalam rangka
pembayaran kaul dari pangeran itu yang hendak memenuhi
janji. Beberapa bulan yang lalu Pangeran Song pernah jatuh
sakit yang cukup berat. Dalam penderitaannya itu, sang
pangeran berjanji bahwa kalau dia sembuh dari penyakitnya,
dia akan melakukan sembahyangan besar di kuil itu bersama
seluruh keluarganya, dan mengadakan pesta keramaian di kuil
itu. Dan kebetulan sekali penyakitnya sembuh, maka pangeran
ini lalu mengumumkan bahwa dia akan memenuhi janji itu.
Karena yang hendak melakukan sembahyang adalah
seorang pembesar yang berkedudukan tinggi, kaya raya dan
berpengaruh karena pangeran ini adalah keluarga dari kaisar,
maka tentu saja semenjak dua hari sebelumnya, para hwesio
Kuil Bhok-thian-si telah mengadakan persiapan besar-besaran.
Lantai kuil dicuci dan digosok sampai mengkilat, semua tiang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digosok dan yang sudah luntur catnya dicat kembali, dan
semua alat sembahyang diganti dengan yang baru! Semenjak
dua hari sebelum kunjungan itu, kuil ditutup untuk umum
yang hendak datang bersembahyang.
Untuk meramaikan perayaan dan sembahyangan ini,
Pangeran Song Hai Ling mendatangkan serombongan pemain
sandiwara klasik yang memainkan cerita tentang kehidupan Bu
Ong, raja besar yang amat dipuja di seluruh Tiong-kok oleh
karena kebijaksanaannya. Bahkan di alam kuil besar itupun
terdapat arca raja besar ini. Memang Pangeran Song sengaja
mengadakan pertunjukan itu yang maksudnya selain untuk
meramaikan pesta, juga untuk memberi penghormatan
kepada Bu Ong. Karena adanya pertunjukan ini, sandiwara yang dimainkan
oleh perkumpulan sandiwara terbaik di kota raja, maka
semenjak pagi sebelum sembahyang besar dimulai, orangorang telah memenuhi halaman kuil yang luas itu untuk
nonton sandiwara. Dan tentu saja banyak pula di antara
mereka yang datang untuk menonton keluarga pembesar itu,
karena mereka telah mendengar bahwa selain mempunyai
bayak selir yang cantik-cantik, Pangeran Song Hai Ling juga
mempunyai dua orang anak perempuan yang telah remaja
puteri dan kabarnya memiliki kecantikan yang tidak kalah oleh
kecantikan bidadari dari kahyangan!.
Mendengar tentang kunjungan Pangeran Song yang
merupakan seorang di antara mereka yang akan diselidikinya,
Bun Hong segera ikut datang ke kuil itu dan mencampurkan
dirinya dengan para penonton yang berjubelan di luar kuil. Dia
menyelinap di antara para penontor dan dengan sepasang
lengannya yang kuat, dengan mudah saja Bun Hong mencari
jalan dan sebentar saja dia telah berhasil menerobos ke depan
dan berdiri di baris terdepan. Kalau ada yang merasa
penasaran, setelah melihat pakaian dan lagak pemuda ini,
orang itu tidak berani sembarangan menegornya karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyangka bahwa dia adalah seorang putera bangsawan atau
mungkin keluarga Pangeran Song. Kini Bun Hong berdiri dekat
pagar yang mengelilingi ruangan depan kuil itu, di mana telah
dipasang meja sembahyang yang besar dan yang bertilam
sutera bersulamkan benang emas! Di pinggir kanan,
rombongan sandiwara yang sehabis sembahyang nanti akan
mulai dengan pertunjukan mereka, yaitu di atas panggung
yang telah disediakan, kini hanya duduk dengan rapi dan
musik mereka telah berbunyi perlahan-lahan semenjak pagi
tadi sehingga suasana pesta sudah mulai terasa.
Tak lama kemudian terdengarlah bentakan-bentakan dan
beberapa orang penjaga yang memegang cambuk telah
mencari jalan dan mencambuki para penonton yang
menghalangi jalan. "Tar-tarrr ! Minggir, minggir ! Buka jalan antuk rombongan
Song-taijin ! Tar-taarr !"
Cambuk itu meledak-ledak di atas kepala para penonton,
tidak sampai mengenai orang karena hanya dimaksudkan
untuk memaksa mereka membuka jalan saja. Para penonton
terkuak ke kanan kiri dan dengan cepat jalan yang menuju ke
pintu masuk kuil itu telah terbuka. Barisan pengawal dengan
golok telanjang di tangan, terdiri dari belasan orang yang
bertubuh tinggi besar dan kelihatan kuat sekali, dengan
langkah kaki tegap dan gagah mendahului rombongan dan
masuk ke dalam halaman depan, lalu terpecah menjadi dua
kelompok dan mereka berdiri berjajar di kiri kanan jalan
masuk itu. Bunyi roda kereta terdengar dan masuklah sebuah
kereta yang indah, tertutup jendelanya oleh tirai-tirai sutera
hijau, dan kereta itu berhenti di depan kuil. Tirai-rirai
tersingkap dan turunlah rombongan keluarga pembesar itu.
Semua orang segera membungkuk untuk menghormati
seorang laki-laki berusia kurang lebih empatpuluh lima tahun
yang turun dari kereta dan berjalan dengan tenang sambil
mengebut-ngebutkan kipas di tangannya. Laki-laki ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang ke kanan kiri sambil mengangguk-anggukkan
kepala sebagai pembalasan hormat yang diberikan orang
kepadanya. Bun Hong membuka mata lebar-lebar dan dengan penuh
perhatian dia memandang wajah pembesar itu. Wajah
pembesar ini menunjukkan seorang yang peramah dan tidak
kejam, bahkan matanya selalu memandang dengan berseri
gembira dan mulutnya tersenyum, membayangkan kesabaran.
Sinar matanya yang memandang penuh pengertian itu
membayangkan bahwa orang ini telah mempunyai
pengalaman hidup yang mendalam dan dari sinar matanya
yang tajam penuh selidik, orang mendapat perasaan bahwa
pangeran ini memiliki kewibawaan dan pengertian yang lebih
tinggi dari orang lain. Tubuhnya, sedang saja, agak pendek
dan langkah kakinya tenang dan pendek. Timbul keraguan di
dalam hati Bun Hong karena dia tidak melihat sinar kekejaman
di wajah pembesar ini. Agaknya tidak pantas kalau orang
dengan wajah seperti ini dapat menurunkan peraturan kejam
yang| mencekik leher dan kehidupan rakyat jelata, pikirnya
meragu. Suara berisik dari para penonton membuat dia menengok
dan perhatiannya segera berpindah dari wajah pembesar itu.
Serombongan wanita yang cantik-cantik, mengikuti seorang
wanita setengah tua yang juga menerima penghormatan dari
semua orang. Akan tetapi pandang mata para penonton,
terutama sekali para prianya, sebagian besar ditujukan kepada
wanita-wanita muda cantik yang mengikuti nyonya itu. Nyonya
itu adalah Song-hujin, dan para wanita cantik itu adalah selirselir dari sang pangeran. Nyonya Song bersikap lemah lembut
dan jelas memperlihatkan keagungan seorang bangsawan
tinggi, sedangkan para selir yang masih muda-muda dan
berpakaian indah gemerlapan itu bersikap gembira, namun
jelas kegenitan mata mereka ketika sambil lewat mereka
melempar kerling mata yang liar dan tajam ke kanan kiri, di
mana banyak terdapat pemuda-pemuda tampan dan gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka ini seperti sekelompok burung yang sudah terlalu lama
dikurung dalam sangkar dan kini memperoleh sedikit
kebebasan di luar!. Kemudian sekali, muncullah dari sebuah kereta, dua orang
yang dinanti-nanti oleh hampir semua orang muda yang
memerlukan datang hanya untuk dapat memandang kepada
dua orang ini. Mereka ini adalah dua orang gadis remaja yang
berusia paling banyak tujuhbelas tahun. Keduanya sama
cantik jelita, sama manis menarik, melangkah dengan lemah
lembut dan dengan lenggang lemah gemulai. Berbeda dengan
para selir ayah mereka, kedua orang dara remaja ini berjalan
dengan sikap malu-malu ketika mereka merasa betapa banyak
mata kaum pria ditujukan ke arah mereka. Mereka saling
berbisik dan berjalan dengan muka ditundukkan.
Dara yang lebih tua bertubuh tinggi semampai dengan
muka berdagu runcing dan sepasang mata lebar dan tajam
sinarnya bagaikan mata burung Hong. Kulit mukanya halus
putih kemerahan, bedak dan gincu tipis-tipis dan sepasang
alisnya yang melengkung dengan ujung yang runcing dan
berwarna hitam sekali, menambah kemanisan wajahnya. Yang
lebih muda juga cantik jelita, akan tetapi mukanya bundar,
dan sepasang matanya kocak sedangkan bibirnya yang indah
bentuknya itu selalu tersenyum, menandakan bahwa dia
adalah seorang dara yang berwatak riang jenaka.
Setelah semua rombongan memasuki ruangan dalam dari
kuil itu, meja sembahyang lalu di atur oleh para hwesio yang
kelihatan sibuk sekali. Ayam dan bebek yang masih utuh dan
sudih matang, ditaruh di atas piring perak dan diatur di atas
meja sembahyang. Melihat ayam dan bebek yang tak berbulu
lagi dan yang kulitnya nampak kekuningan dan gemuk itu,
membuat para penonton mengilar. Juga ada kepala babi yang
gemuk, yang menyeringai seperti mengejek kepada para
penonton, dan masakan-masakan yang banyak sekali
macamnya, memenuhi meja yang besar itu. Kemudian lilinTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lilinpun dinyalakan oleh para hwesio dengan sikap yang
khidmat. Para hwesio mulai membaca liamkeng, berdoa dan
mengatur upacara sembahyang itu. Mula-mula, pangeran itu
yang maju ke depan untuk bersembahyang. Akan tetapi baru
saja pangeran itu menerima hio-hio yang sudah mengepulkan
asap dan hendak mulai bersembahyang, tiba-tiba terdengar
bentakan nyaring, "Pembesar laknat! Kau hidup mewah dari
perasan keringat kami!"
Dari rombongan penonton, tahu-tahu meloncat keluar
seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar dan berpakaian
seperti seorang petani, tangannya memegang sebatang
cangkul dan dengan gerakan cepat dia telah lari ke depan
meja sembahyang itu. Petani itu berusia kurang lebih
tigapuluh tahun dan dengan nekat dia lalu menyerang
Pangeran Song Hai Ling dengan cangkulnya. Pangeran Song
yang sedang memegang hio dan hendak mulai bersembahyang itu tentu saja menjadi terkejut sekali, sampai
tidak mampu bergerak dan hanya memandang kepada


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penyerangnya dengan mata terbelalak. Sungguh berbahaya
sekali keadaan pangeran itu pada saat itu karena si petani
yang mengamuk itu telah mengayun cangkulnya ke arah
kepala si pangeran. "Heiiiitt !" Tiba-tiba seorang perwira yang memimpin
barisan penjaga, seorang yang tentu saja selalu waspada dan
memiliki kepandaian, cepat menubruk ke depan. Dia tidak
sempat lagi menyerang si petani itu, maka jalan satu-satunya
bagi perwira ini hanyalah mendorong pundak si pangeran ke
kiri sehingga ketika cangkul itu menyambar, tubuh pangeran
itu terhindar dari senjata itu.
"Brakk........ !! " Cangkul menghantam meja dan kepala
babi itu terloncat sambil menyeringai, juga ayam dan bebek
beterbangan seolah-olah hidup kembali. Meja itu ambruk dan
semua masakannya tumpah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gegerlah keadaan di situ, terdengar jerit para selir yang
ketakutan, dan beberapa orang penjaga lalu maju
mengeroyok si petani yang mengamuk seperti seekor kerbau
gila.Paculnya menyambar-nyambar dengan ganas dan dua
orang penjaga berteriak kesakitan karena lengan mereka kena
dihantam cangkul. Akan tetapi pada kesempatan yang baik si
perwira tadi berhasil menendang lutut penyerang yang
mengamuk itu sehingga cangkulnya terlepas dan tubuhnya
terguling roboh! Beberapa batang golok yang berkilauan
saking tajamnya terayun hendak merobek-robek tubuh
pengacau itu, akan tetapi tibatiba berkelebat bayangan biru
dan tahu-tahu Bun Hong sudah berada di tengahtengah para pengawal dan
ketika kaki tangannya bergerak, beberapa batang
golok terlempar ! "Tahan semua, jangan
bunuh dia!" Bun Hong membentak dan segera dia membangunkan petani tadi.
Perwira pengawal yang tadi
menjatuhkan si petani yang
mengamuk, menjadi marah dan dia mengira bahwa Bun Hong
tentulah kawan dari pengacau ini, maka dengan gerakan kilat
dia menusukkan pedangnya ke arah dada Bun Hong dari
samping sehingga terdengar lagi pekik ketakutan dari
beberapa orang wanita yang merasa ngeri.
Akan tetapi, dengan gerakan tenang sekali, Bun Hong
miringkan tubuhnya sehingga pedang itu meluncur lewat di
dekat tubuhnya. Tangannya meluncur dan jari-jari tangannya
menyentil ke arah pergelangan tangan perwira itu. Perwira itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak kaget dan pedangnya terlepas dan tahu-tahu pedang
itu telah berpindah ke tangan Bun Hong!
Tentu saja perwira yang terkejut itu menjadi marah sekali.
"Pemberontak hina! Kau mencari mampus!"
Bun Hong tersenyum. "Sabar, sobat. Siapa yang
memberontak" Aku hanya mencegah terjadinya pembunuhan
di sini." "Tidak kaulihatkah tadi betapa petani yang pemberontak ini
menyerang taijin " Apakah kau hendak membela
pemberontak?" "Orang ini tidak gila, dan tentu ada alasan-alasannya
mengapa dia sampai berani menyerang seorang pembesar.
Penyerangannya gagal, maka tidak perlu dia dibunuh. Kaulah
yang tidak tahu aturan, karena kalau kau membunuh dia di
tempat ini, bukankah itu berarti bahwa engkau mengotori
tempat yang suci ini dan membuat sembahyangan itu tidak
ada gunanya lagi !. Ataukah di tempat ini terdapat kebiasaan
lain sehingga untuk bersembahyang orang harus menggunakan seorang manusia sebagai korban ?"
Perwira itu masih penasaran dan marah. "Kurung, serbu
dan tangkap dia !" Semua anak ahnya sudah bergerak maju.
Akan tetapi tiba-tiba pangeran itu berseru nyaring, "Semua
penjaga mundur! Biarkan petani itu bebas dan pulang, jangan
di ganggu dia !". Para pengawai dan perwira komandannya terbelalak
memandang kepada sang pangeran, seolah-olah tidak
mengerti apa yang diartikan oleh pangeran itu, akan tetapi
tidak ada seorangpun di antara mereka yang berani bergerak.
Petani itu juga memandang kepada Pameran Song dengan
Nona Berbunga Hijau 4 Musuh Dalam Selimut Karya Liang Ie Shen Patung Emas Kaki Tunggal 1

Cari Blog Ini