Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 7

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 7


maupun saudara seperguruannya......!"
Mendengar keterangan Sasana, Yo Him teringat sesuatu.
"Apakah keponakan Tiat To Hoat-ong itu terdiri dari pendetapendeta muda dari Mongolia"!" tanya Yo Him.
Sasana mengangguk. Yo Him segera menceritakan pengalamannya ke marin malam di
mana dia telah bertempur dengan ke lima pendeta yang datang
menyatroni kamarnya. Kepandaian mereka memang tidak seberapa tinggi tapi tampaknya
mereka memiliki semacam barisan untuk mengepung. Entah
masih berapa banyak lagi anak buah Tiat To Hoat-ong namun
urusan ini kukira harus diselesaikan oleh ayahmu secepat
mungkin, nona. Karena jika menanti sampai Tiat To Hoat-ong
berhasil memasukkan orang-orangnya lebih banyak lagi di istana
ini, jelas ayahmu lebih sulit lagi kedudukannya.....!"
Sasana mengangguk. 430 "Memang Tiat To Hoat-ong pun telah mengatakan kepadaku,
bahwa dia batal pergi ke- kotaraja, karena dia ingin menundanya
sebulan lagi, di mana kukira selama sebulan dia akan berusaha
untuk dapat memupuk kekuatan dan menghimpun jago-jagonya
yang lebih banyak lagi jumlahnya. Namun ayahku waktu
kuberitahukan perihal itu, telah mengeluarkan pengumuman tadi
pagi, tidak perduli siapapun adanya, mulai hari ini dilarang untuk
memasukkan orang luar ke dalam istana!
"Dengan demikian, keinginan Tiat To Hoat-ong yang hendak
menyusupkan orang-orangnya bisa dibendung sebagian. Jika
memang hal itu dilakukan juga secara diam-diam, berarti ayah
memiliki alasan yang kuat untuk menumpasnya!"
Yo Him mengangguk pelahan, namun urusan tingkat atas seperti
ini sesungguhnya tidak menarik perhatian Yo Him, karena yang
lebih menarik hatinya adalah paras si gadis yang ada di
hadapannya yang begitu jelita.
"Lalu, tindakan apa yang nona rencanakan" Dan bantuan-bantuan
apakah yang sekiranya bisa kuberikan"!" tanya Yo Him kemudian
dengan suara yang perlahan, sambil mengawasi si gadis.
"Jika memang Yo kongcu tidak keberatan aku bermaksud untuk
pergi ke tempatnya Tiat To Hoat-ong bersama denganmu!"
menyahuti Sasana. Yo Him tercekat hatinya. "Apakah...... apakah nona telah memperhitungkan baik-baik
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi" Karena kukira, di
431 sana tentu berkumpul banyak sekali kawan-kawan Tiat To Hoatong. Aku memang tidak jeri berurusan dengannya namun dalam
hal ini, walaupun aku bisa menghadapi Tiat To Hoat-ong, tokh nona
terancam oleh anak buahnya yang pasti berjumlah tidak sedikit
itu.......!" Sasana tersenyum. "Semua itu telah kuperhitungkan baik-baik. Dan jika memang
keadaan terpaksa sekali di mana kita terpaksa menghadapi orangorangnya Tiat To Hoat-ong, guruku telah memberikan janjinya
akan membantu!" menyahuti Sasana.
"Guru nona?" tanya Yo Him sambil mengawasi si gadis. "Bolehkah
aku mengetahui siapa guru nona?"
Sasana tersenyum, lalu menyahuti: "Guruku seorang Locianpwe,
yang menurut pengakuannya merupakan sahabat dekat
ayahmu..... nanti kau juga mengetahuinya, Yo kongcu!"
Yo Him masih penasaran, dia telah bertanya: "Siapakah she guru
nona?" Sasana tertawa lagi. "Nanti juga guruku itu akan menyusul......!"
Yo Him mengangguk. "Baiklah, mari kita segera berangkat!"
katanya. "Tunggu dulu Yo kongcu!"kata Sasana. "Aku hendak memakai ini
dulu!" 432 Setelah berkata, Sasana mengeluarkan sehelai kain hitam, yang
kemudian dikenakan untuk menutup mukanya. Lalu mengambil
sehelai lainnya, untuk diberikan kepada Yo Him. "Kaupun lebih baik
memakai topeng ini, Yo kongcu, untuk menghindarkan kerewelan!"
Yo Him menurut, dia telah menutupi mukanya dengan topeng itu.
Kemudian dengan gerakan yang gesit, Yo Him berdua dengan
Sasana telah berlari-lari di atas genting.
Sasana memang mengenal benar keadaan di istana tersebut,
sehingga beberapa pos penjagaan telah mereka lewati dengan
mudah. Ilmu meringankan tubuh gadis itupun tidak rendah,
walaupun masih berada di bawah ginkang Yo Him, namun gadis
itu memiliki ginkang yang bukan sembarangan.
Sambil berlari-lari di atas genting, Yo Him memperhatikan gerakgerik si gadis. Dia melihat cara melompat dan berlari si gadis
mengingatkan Yo Him pada seseorang.
"Akh, tidak mungkin!" pikir Yo Him kemudian. "Orang tua itu tidak
mungkin berada di tempat ini. Tapi ilmu gadis ini memang mirip
dengan ilmunya orang tua itu!"
Dan setelah berpikir begitu, Yo Him juga teringat ketika si gadis
dengan nekad berusaha untuk memisahkan Tiat To Hoat-ong dan
Swat Tocu. Walaupun lweekang si gadis belum sesempurna ke dua tokoh itu,
dan juga walaupun gadis ini masih berada di tingkat bawah
kepandaian ke dua orang itu, namun dengan jurus yang luar biasa,
dia bisa meminjam ke dua tenaga yang hebat itu, sehingga dia
433 tidak terluka dan ke dua orang tokoh persilatan itu, Swat tocu dan
juga Tiat To Hoat-ong telah bisa dipisahkan.
Jurus yang dipergunakan oleh si gadis yang mempergunakan
tolakan ke dua tangannya dengan berbareng, yang satu menolak
tangan Tiat To Hoat-ong, sedangkan yang lainnya tangan si gadis
telah menolak tangan Swat Tocu mengingatkan Yo Him kepada
ilmu Kong-beng-kun atau Kepalan Kosong, yang dimiliki sebagai
ilmu andalan seseorang yang dikenalnya. Namun Yo Him tidak
yakin bahwa Sasana menerima pelajaran ilmu "Kong-beng-kun"
dari orang tersebut. Begitu juga waktu pernah Sasana menyerangnya dengan jari
tunggal yang ingin menotok Yo Him, yang semula Yo Him
menduga sebagai "It-yang-cie" yang kemudian ternyata bukan,
baru sekarang Yo Him teringat lagi, bahwa jurus tersebut
merupakan salah satu jurus dari Kong-beng-kun juga, hanya saja,
yang dirobah ialah dari pukulan dijadikan totokan jari tunggal.
Namun gerakan tersebut memang merupakan salah satu gerakan
Kong-beng-kun yang bernama "Naga Menerobos Matahari."
Sambil mengikuti berlari-lari di belakang Sasana, pikiran Yo Him
bekerja terus. Dia jadi berpikir keras, entah siapa sebenarnya guru
dari puteri pangeran Ghalik ini. Dengan demikian, berarti si gadis
telah memperoleh ilmu yang tinggi sekali, walaupun latihannya
belum lagi sempurna. Cuma, yang membuat Yo Him tidak mengerti, ilmu Kong-beng-kun
itu, dia memang memilikinya juga, yang pernah diterimanya dari
Ciu Pek Thong, selama dia berguru pada Oey Yok Su dan berdiam
434 di pulau Tho-hoa-to. Karena selama itu Ciu Pek Thong, si tua
berandalan itupun menetap di pulau itu, menemani Oey Yok Su
untuk bermain catur. Secara tak resmi, Ciu Pek Thong merupakan
guru Yo Him. "Apakah Ciu Locianpwe yang menjadi guru puteri pangeran ini"!"
berpikir Yo Him dalam hatinya. "Tapi...: akh, tidak mungkin! Tidak
mungkin! Mana mungkin Ciu Locianpwe mau menurunkan
kepandaiannya pada gadis Mongolia ini, terlebih lagi dialah puteri
dari pangeran Ghalik, yang memiliki tngas untuk membasmi para
jago-jago daratan Tiong-goan."
Dengan berpikir seperti itu, Yo Him jadi bingung sendirinya, jadi
tidak mengerti dan menduga-duga. Karena semakin diperhatikan
olehnya, semakin terlihat jelas bahwa memang Sasana memiliki
ilmu yang banyak persamaannya dengan ilmu-ilmu yang pernah
diperolehnya dari Ciu Pek Thong.
Waktu itu Sasana telah berlari sampai di balik batu gunung, di
mana dia telah melompat menyelinap ke balik batu gunung itu.
Tangannya melambai memanggil Yo Him.
Yo Him juga melompat ke balik batu gunung itu, berdiri di dekat si
gadis. Jarak mereka dekat sekali, sehingga Yo Him bisa mencium
bau harum yang menerjang hidungnya. Bau yang membuat tenaga
dan semangat Yo Him tergoncang, di mana tubuhnya dirasakan
jadi lemas dan hatinya berdegupan tidak hentinya.
Itulah bau harum yang benar-benar membuat pikiran Yo Him
melayang-layang. Namun akhirnya pemuda ini cepat-cepat
menetapkan pikirannya, diapun membathin: "Akh, urusan besar
435 ada di depan mata, bagaimana mungkin sekarang ini aku berpikir
yang tidak-tidak.....!"
Waktu Yo Him berpikir begitu, kebetulan si gadis tengah menoleh
dan beberapa helai anak rambutnya yang telah menyentuh
mukanya si pemuda. Kembali membuat jantung pemuda ini
tergoncang karenanya, sebab waktu itu dia mencium harumnya
rambut itu, selain lembut bagaikan sutera.
"Mereka berada di dalam kamar rahasia di balik batu gununggunungan ini!" menjelaskan Sasana. "Kita harus hati-hati, karena
kita tidak boleh diketahui oleh mereka, bisa menimbulkan
kerincuhan dan pekerjaan kita akan gagal karenanya. Sedapat
mungkin kita harus bisa menyelidiki keadaan mereka, di mana
nanti bisa menyusun rencana sebaik mungkin guna menghadapi
mereka.....!" Yo Him mengangguk. "Apakah Tiat To Hoat-ong juga berada di dalam ruangan rahasia
itu?" tanya Yo Him dengan suara yang berbisik.
Sasana mengangguk. "Ya, menurut hasil penyelidikan dari beberapa orang-orang
kepercayaanku yang mengawasi gerak-gerik mereka, Tiat To
Hoat-ong memang sering mengadakan pertemuan dengan orangorangnya di tempat ini. Dan sekarang diapun tengah memimpin
pertemuan di antara anak buahnya itu. Yang terpenting bagi kita,
harus dapat menyelidiki, siapa-siapa saja orang ayah yang telah
436 ditarik ke pihaknya dan pahlawan-pahlawan ayah yang mana saja
telah mengkhianati ayah......!"
Yo Him mengiyakan. Merekapun telah memasang mata. Keadaan
di sekitar tempat itu sunyi sekali, tidak terlihat seorang manusia pun
juga. Namun setelah berdiam sekian lama akhirnya mereka
mendengar samar-samar suara orang yang tengah bercakapcakap.
Yo Him memasang pendengarannya lebih tajam, dia mendengar
beberapa patah perkataan yang tidak jelas, seperti: "Harus
dapat..... dua malam sejak sekarang ini..... kematian pangeran......
kita akan berhasil...... urusan rahasia...... di antara keterangan.....
Kaisar..... para pahlawan......" Dan setelah itu tidak begitu jelas lagi
kata-kata berikutnya, karena suara orang yang berkata-kata itu
semakin perlahan dan semakin tidak jelas.
Yo Him menoleh kepada si gadis dia bilang: "Jika dilihat demikian,
tampaknya mereka benar-benar tengah mengatur suatu rencana
untuk mencelakai ayahmu, nona......! Kaisarpun disebut-sebut oleh
mereka!" Sasana mengangguk. "Karena itu bantuan Yo kongcu kami harapkan sekali! Memang
guruku sangat liehay, dia bisa menghadapi beberapa orang-orang
penting Tiat To Hoat-ong, namun yang perlu kita selidiki, fitnah apa
yang hendak dilontarkan oleh Tiat To Hoat-ong kepada ayah, yang
akan dilaporkan kepada Kaisar!"
437 "Apakah kau tidak mengetahui kunci rahasia dari ruangan itu?"
tanya Yo Him. Si gadis mengangguk. "Aku mengetahui, tetapi jika sekarang kita menggeser batu itu yang
merupakan pintu utama ruangan rahasia tersebut, tentu akan
menimbulkan suara yang cukup keras dan akan diketahui oleh
mereka......" Setelah berkata begitu, Sasana berdiam sejenak, kemudian dia
telah berpikir beberapa waktu lamanya. Sampai akhirnya dia
mengulurkan tangannya mencekal tangan Yo Him, katanya lagi:
"Mari kau ikut aku, ada tempat yang bisa kita pergunakan
mengintai mereka!" Tetapi baru saja mereka ingin meninggalkan tempat tersebut, Yo
Him melihat sesosok tubuh yang berkelebat gesit sekali,
gerakannya begitu ringan dan cepat, sehingga dia seperti juga
bayangan saja. Yo Him menahan tangan si gadis yang ditariknya
agak keras, bisiknya: "Diam dulu...... ada orang!"
Sosok bayangan itu telah bergerak dekat sekali di sebelah kanan
mereka, dan Sasana juga telah melihatnya. Setelah melihat jelas,
ternyata orang itu tidak lain dari Swat Tocu!
"Aneh!" bisik Yo Him dengan suara perlahan sekali di pinggir
telinga si gadis. "Apa maksudnya Swat Tocu datang ke mari"
Apakah..... apakah dia pun telah berkomplot dengan Tiat To Hoatong.
438 Tetapi berkata sampai di situ, Yo Him telah menggeleng
sendirinya. Waktu menggeleng begitu, dia merasakan beberapa
helai anak ramput Sasana bermain di mukanya, menggelitik
perasaannya, karena anak-anak rambut itu diterbangkan oleh
desiran angin malam. Bau harumnya menggelitik perasaan Yo Him
juga. Namun dalam keadaan seperti ini Yo Him harus menindih
perasaannya. Dia pun tidak berani menggeser tubuhnya dari sisi si
gadis, karena sedikit saja mereka menimbulkan suara yang
perlahan, tentu Swat Tocu akan mengetahui kehadiran mereka di
tempat itu, karena Swat Tocu memang merupakan tokoh persilatan
yang jarang tandingannya. Sedangkan Yo Him dan Sasana sendiri
belum mengetahui di pihak mana Swat Tocu berdiri, musuh atau
memang kawan dan juga apa maksud kedatangannya kembali ke
istana pangeran Ghalik ini.
"Tidak mungkin!" akhirnya Yo Him berbisik lagi pada Sasana.
"Tidak mungkin Swat Tocu berhasil dipengaruhi oleh Tiat To Hoatong. Dia seorang tokoh rimba persilatan yang setingkat dengan
Oey Locianpwe, ayahku atau beberapa tokoh persilatan lainnya
dari angkatan tua...... maka tidak mungkin dia mau membiarkan
dirinya diperalat oleh Tiat To Hoat-ong. Namun apa maksudnya
datang ke mari lagi" Apakah dia mengandung maksud buruk
terhadap ayahmu?" Sasana berdiam diri saja, hanya wajahnya memperlihatkan bahwa
gadis ini diliputi perasaan tegang. Matanya juga mengawasi tajam,
tangannya mencekal keras sekali pada pergelangan tangan Yo
439 Him, sehingga Yo Him merasakan telapak tangan yang dingin dan
begitu lembut..... halus sekali.
"Kau tidak usah kuatir, kuyakin bahwa Swat Tocu Locianpwe tidak
akan berdiri di pihak Tiat To Hoat-ong. Kita hanya perlu mengawasi
dulu, apa yang ingin dikerjakannya!"
Waktu itu Swat Tocu telah melompat ke samping batu gunung,
yang berhadapan dengan Yo Him dan Sasana, hanya terpisah
beberapa batang pohon. Rupanya Swat Tocu juga telah
memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, sampai akhirnya
tampak dia menggerakkan tangan kanannya, mempergunakan


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telapak tangannya yang ditempel pada batu gunung di
hadapannya. Luar biasa sekali! Batu itu meluruk menjadi abu tanpa
menimbulkan suara. Beberapa kali Swat Tocu melakukan hal
seperti itu, yaitu menempelkan telapak tangannya pada batu
gunung tersebut, maka batu gunung itu telah hancur sampai cukup
besar. Rupanya Swat Tocu tengah membuat lobang yang cukup besar
pada batu gunung itu, yang akan dipergunakan untuk mengintai ke
dalam yaitu ruangan rahasia di dalam batu gunung itu. Diapun
telah mendekati mukanya ke dekat lobang itu, mengawasi ke
dalam. Lama sekali Swat Tocu dengan sikapnya itu, dia seperti tengah
memperhatikan sesuatu yang menarik hatinya. Sampai akhirnya
setelah puas mengawasi seperti itu, Swat Tocu berdiri tegak sekali,
matanya mengawasi tajam, kemudian tangan kanannya telah
440 digerakan menghantam batu gunung yang telah dilobanginya tadi,
dihantamnya dengan kuat, sehingga berbunyi nyaring sekali:
"Plakkk!" batu gunung itu telah sempal besar sekali menimbulkan
suara yang bergemuruh keras.
"Pendeta gundul Mongolia! Keluar kau, mari kita mengadu
kekuatan lagi!" teriak Swat Tocu dengan suara yang perlahan,
namun tajam. Dia berkata-kata seperti itu dengan mempergunakan
hawa lweekangnya yaitu mempergunakan ilmu mengirim suara.
Terdengar seruan kaget dari beberapa orang di dalam ruangan
rahasia di balik batu gunung itu, malah kemudian disusul dengan
melompatnya sesosok tubuh tinggi besar, diikuti oleh beberapa
sosok tubuh lainnya. Orang yang pertama melompat itu tidak lain
dari Tiat To Hoat-ong, yang dengan muka merah padam karena
murka telah mengawasi kepada Swat Tocu. Sedangkan di
belakangnya tampak beberapa orang pendeta Mongolia lainnya,
yang berdiri dalam keadaan siap sedia untuk menyerang.
"Swat Tocu!" kata Tiat To Hoat-ong dengan suara yang dingin.
"Kau rupanya masih belum puas dan telah datang kembali ke mari
untuk mencari urusan denganku! Baiklah, dengan cara apa kau
ingin mengadu kekuatan?"
Swat Tocu tertawa dingin.
"Pendeta gundul, hari itu karena kau ditolong oleh puteri pangeran
Ghalik, sehingga aku mengampuni jiwamu dan melepaskan kau
dari kematian, karena aku tidak sampai hati untuk membinasakan
gadis secantik itu! Namun sekarang, kita bisa mengukur ilmu
sepuas hati!" 441 Ternyata Swat Tocu setelah dipisahkan oleh Sasana dalam
pertempurannya dengan Tiat To Hoat-ong beberapa hari yang lalu
itu, merasa penasaran sekali. Semakin dipikir, dia jadi semakin
penasaran. Karena dia yakin, bahwa dia akan dapat merubuhkan
Tiat To Hoat-ong. Apa lagi setelah dia menyelidiki dan mengetahui bahwa Tiat To
Hoat-ong adalah Koksu dari Mongolia, di mana Kaisar mereka kini
berkuasa di daratan Tiong-goan. Dengan demikian, penasaran
Swat tocu semakin besar juga. Akhirnya dia memutuskan, untuk
mengadu ilmu lagi dengan Tiat To Hoat-ong, dan dia telah
mendatangi istana pangeran Ghalik.
Karena ginkangnya yang sempurna dan juga kepandaiannya
tinggi, dengan mudah Swat Tocu berkeliaran di istana pangeran
Ghalik, walaupun waktu itu di istana yang menyerupai
perbentengan itu dijaga kuat sekali. Malah Swat Tocu telah
mencekuk seorang pengawal istana, memaksanya keterangan dari
pengawal itu perihal Tiat To Hoat-ong. Dia pun mengetahui dari
pengawal itu di mana pada waktu itu beradanya Koksu negara
tersebut. Karena itu dengan mudah Swat Tocu menemukan tempat
itu. Tiat To Hoat-ong mengetahui bahwa Swat Tocu merupakan
seorang tokoh persilatan yang luar biasa kepandaiannya. Jika
beberapa hari yang lalu dia berhasil menghadapi ilmu dari Swat
Tocu, itulah disebabkan Tiat To Hoat-ong memang telah berhasil
meyakinkan ilmu Soboc nya. Dan juga waktu itu Swat Tocu
memang bukan menyerang, melainkan hanya mempergunakan
442 tenaga Inti Es nya yang hendak menguasai Tiat To Hoat-ong, yang
hendak dibekukan dalam lapisan es.
Jika memang Swat Tocu bertempur bersungguh-sungguh, tentu
Tiat To Hoat-ong akan dapat dirubuhkannya. Juga waktu Tiat To
Hoat-ong akan berhasil dirubuhkannya itu, di saat itulah memang
tampak betapa Swat Tocu masih setengah hati, sehingga ketika
Sasana "memisah" kan mereka. Swat Tocu tidak meneruskan
penyerangannya. Tetapi sebagai seorang yang memiliki kedudukan sebagai Koksu
negara, tentu saja Tiat To Hoat-ong tidak mau memperlihatkan
kelemahannya. "Pendeta gundul, kita pernah main-main beberapa jurus dan
kepandaianmu memang lumayan! Sekarang justeru aku ingin
melihat, sampai berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki.....
mari kita mulai!" Tiat To Hoat-ong tertawa dingin.
"Untuk bertempur mengadu kekuatan memang mudah, tetapi
apakah engkau telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan
bahwa engkau mudah memasuki istana ini namun sulit untuk
angkat kaki?" Swat Tocu tertawa dingin.
"Siapa yang bisa menahanku" Kau?" tanyanya dengan suara yang
dingin. "Ayo maju! Jika memang kau tidak memiliki nyali, kau boleh
perintahkan seluruh anak buahmu maju mengeroyokku, nanti
443 kubinasakan mereka semua terlebih dulu, baru nanti aku
menghantam pecah batok kepalamu yang gundul itu!"
Tiat To Hoat-ong selama itu telah berpikir keras sekali. Dia
mengetahui bahwa dirinya tengah menghadapi dua macam
persoalan yang sulit. Pertama, dia tengah bersiap-siap untuk
menindih pengaruhnya pangeran Ghalik. Sekarang di saat
rencananya untuk mencelakai pangeran Ghalik, muncul Swat Tocu
ini. Tetapi Swat Tocu demikian mendesak, akhirnya Tiat To Hoatong tidak memiliki pilihan lain, dia mengangguk: "Baiklah...! Tetapi
sebelumnya kau jelaskan dulu, apakah engkau memang
melakukan semua ini untuk membela Pangeran Ghalik?"
"Pangeran Ghalik" Hemm! Aku tidak memiliki hubungan apa-apa
dengan dia! Aku tidak bekerja untuk siapapun! Aku tidak dapat
diperintah oleh Kaisarmu sekalipun! Aku hanya ingin melihat
sampai berapa tinggi kepandaian yang kau miliki!"
Waktu Swat Tocu berkata begitu, dari kejauhan terdengar suara
erangan yang panjang sekali, terdengar samar-samar.
Swat Tocu mengetahui bahwa suara erangan itu adalah suara
erangan dari biruang salju yang ditinggal di luar istana. Sepasang
alis Swat Tocu jadi mengkerut. Dia heran, entah apa yang terjadi
pada diri biruang saljunya itu.
Tetapi Tiat To Hoat-ong telah bersiap-siap untuk mulai mengukur
kepandaian. "Mulailah!" kata Swat Tocu kemudian.
444 Tiat To Hoat-ong tidak membuang waktu lagi, telah menggerakkan
tangannya, menyerang dengan hebat, karena begitu menyerang
dia telah mempergunakan delapan bagian dari tenaga dalamnya.
Swat Tocu memperdengarkan suara tertawa dingin, tubuh Tocu
dari pulau salju tersebut berkelebat gesit sekali, gerakannya begitu
ringan. Beruntun Tiat To Hoat-ong telah menyerang lagi, dan beberapa kali
pula Swat Tocu hanya berkelit. Lewat lima jurus, barulah Swat
Tocu menggerak-gerakkan sepasang tangannya, maka
berkesiuran angin serangannya, menyambar-nyambar dingin
melebihi dinginnya es. Begitulah, ke dua orang itu telah bertempur dengan hebat. Ke
duanya memang memiliki kepandaian yang tinggi, maka begitu
bertempur mereka telah mengeluarkan kepandaian andalannya
masing-masing. Yo Him dan Sasana yang bersembunyi di balik batu gunung hanya
mengawasi saja sampai akhirnya. Dikala ke dua orang itu tengah
bertempur dengan seru, Sasana telah menarik Yo Him, bisiknya
perlahan: "Inilah kesempatan baik untuk kita menyelidiki keadaan
di dalam ruangan rahasia itu......!"
Yo Him mengangguk. "Ya, orang-orang Tiat To Hoat-ong yang masih berdiam di dalam
ruangan rahasia itu tentunya terdiri dari para pahlawan ayahmu.
Mereka mendengar ribut-ribut, namun mereka tidak berani
445 memperlihatkan diri dulu, sebab mereka menduga bahwa yang
datang adalah orang-orang ayahmu.....!"
Setelah berkata begitu, Yo Him mengeluarkan pedangnya, dia
mencekal batu gunung-gunungan itu. Tajam sekali pedang itu,
maka dengan mudah dan cepat dia berhasil membuat lobang yang
cukup besar pada batu gunung-gunungan tersebut. Setelah
selesai melobangi batu gunung-gunungan tersebut, mereka
mengintai ke dalam. Rupanya batu gunung-gunungan tersebut, selain dipergunakan
sebagai pintu rahasia, juga merupakan dinding yang berhubungan
langsung dengan ruangan rahasia di dalamnya.
Yo Him dan Sasana melihat bahwa di dalam ruangan itu terdapat
puluhan orang, semuanya ternyata memang merupakan orangorang kepercayaan dari ayahnya si gadis. Dan juga Sasana
melihat diantara mereka itu terdapat Liong Tie Siang, Lengky Lumi,
Gochin Talu dan beberapa pahlawan-pahlawan kepercayaan
ayahnya. "Hmmm," bisik Sasana lagi di pinggir telinga Yo Him. "Pantas selalu
saja apa yang hendak dikerjakan oleh ayah diketahui jelas oleh Tiat
To Hoat-ong. Rupanya mereka memang telah bekerja untuk
Koksu!" "Persoalan ini harus segera diberitahukan kepada ayahmu, agar
segera diadakan penyergapan pada mereka. Jika ayahmu
terlambat mengambil tindakan, memang bisa mencelakai diri
ayahmu sendiri! Seperti yang telah mereka rundingkan tadi,
walaupun tidak bisa kutangkap keseluruhannya dari percakapan
446 mereka, namun dirangkaikan perkataannya itu, tampaknya
memang dalam dua hari ini mereka hendak mencelakai ayahmu
dengan menurunkan tangan jahat......!"
Sasana mengangguk. "Kita tunggu sampai pertempuran antara Swat tocu dan Koksu
selesai...... baru nanti kita menghadap pada ayahku!" kata si gadis.
Yo Him hanya menurut saja.
Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong bertempur seru sekali, tetapi lewat
beberapa belas jurus lagi, mulai tampak Tiat To Hoat-ong terdesak
hebat. Karena setiap kali dia menyerang, selalu pula dia yang
berbalik terkena gempuran hawa dinginnya serangan Swat tocu.
Dengan demikian, telah membuat Tiat To Hoat-ong bertempur
semakin hati-hati, dan tenaga serangan yang dipergunakannya
pun semakin hebat juga, namun selalu dapat diruntuhkan
lawannya yang akhirnya membuat Tiat To Hoat-ong seperti
kehabisan tenaga sendiri. Sedangkan Swat tocu menyerang
semakin lama semakin bersemangat dan gencar, hawa
pukulannya pun semakin dingin membekukan, sampai beberapa
orang pendeta Mongolia yang keluar bersama Koksu tersebut,
telah menggeser kedudukan kaki mereka, berdiri lebih jauh,
menghindari hawa dingin yang menusuk tulang itu......
Tiat To Hoat-ong sendiri mengeluh, dia tak menyangka bahwa
Swat Tocu demikian hebat, beberapa kali punggungnya hampir
membeku dilapisi oleh lapisan es serangannya tocu itu. Jika
sampai punggungnya itu dilapisi oleh lapisan es dan membeku,
447 berarti akan membekukan juga peredaran darahnya, yang akan
membuat tubuhnya tidak leluasa bergerak dan mengurangi
tenaganya. "Baru beberapa hari berpisah, ternyata kepandaiannya jadi
demikian hebat!" diam-diam Tiat To Hoat-ong berpikir dalam
hatinya. Karena biarpun dia telah mengeluarkan ilmu Soboc nya
tokh tidak urung terdesak hebat sekali.
Sesungguhnya, dalam beberapa hari itu bukan kepandaian Swat
Tocu yang semakin hebat atau memang kepandaian dari Tiat To
Hoat-ong yang semakin lemah. Kejadian yang sesungguhnya
adalah Swat Tocu setelah bertempur dengan Tiat To Hoat-ong
beberapa hari yang lalu, telah bisa melihat kelemahan ilmn Tiat To
Hoat-ong. Sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya,
kepandaian Swat Tocu hebat sekali.
Jika beberapa hari yang lalu tampaknya dia agak sulit untuk dapat
merubuhkan Tiat To Hoat-ong, itulah untuk pertama kali dia
bertemu menghadapi ilmu seaneh Soboc. Tetapi selama beberapa
hari, Swat Tocu memutar otak memikirkan kehebatan Soboc nya
Tiat To Hoat-ong, dan mempelajarinya kelemahan dari ilmu
lawannya itu dengan mengingat-ingat lagi cara bertempurnya Tiat
To Hoat-ong. Karena itu, sekarang dia bisa bertempur dengan
menyerang bagian-bagian terlemah dari Tiat To Hoat-ong,
membuat Tiat To Hoat-ong terdesak hebat sekali.
Swat Tocu melihat lawannya telah kewalahan seperti itu, dia
memperhebat serangannya. Dari sepasang tangannya telah
448 menyambar angin serangan yang dingin luar biasa, menerjang
beruntun kepada Tiat To Hoat-ong.
Bahkan Yo Him dan Sasana yang bersembunyi di tempat yang
cukup jauh itu, merasakan sambaran-sambaran hawa dingin yang
menggigilkan tubuh itu. "Tidak seberapa ilmu dan kepandaianmu pendeta gundul!" teriak
Swat Tocu mengejek. "Hmm sungguh terkebur sekali kau pendeta
gundul, dengan memiliki kepandaian sebegini saja engkau berani
menjabat kedudukan Koksu!" dan sambil mengejek, Swat Tocu
telah memperhebat serangan-serangannya, membuat Tiat To
Hoat-ong tadi terdesak mundur berulang kali.
Dan juga tampak Tiat To Hoat-ong telah bermandikan keringat,
yang telah membeku oleh hawa dingin serangan Swat Tocu.
Butiran keringat yang telah membeku itu jatuh ke tanah
menimbulkan suara, "ting, ting, ting...!"
Waktu keadaan Tiat To Hoat-ong terdesak seperti itu, di mana
belakangan ini Tiat To Hoat-ong hanya lebih banyak berkelit dan
mengelakkan diri belaka. Tampak beberapa orang pendeta lainnya
yang sejak tadi hanya menyaksikan saja, telah bersiap-siap
hendak menerjang maju guna membantui Koksu tersebut.
Namun waktu mereka ingin melompat, mereka selalu terkena
sambaran angin pukulan yang dingin menggigilkan tubuh mereka.
Pendeta-pendeta tersebut memiliki lweekang yang jauh di
bawahnya Tiat To Hoat-ong dengan sendirinya daya pertahanan
mereka pun jauh lebih lemah dari Tiat To Hoat-ong.
449 Jangankan terkena serangan langsung dari pukulan Swat Tocu,


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedangkan terkena desiran angin pukulan itu saja setiap kali ingin
menerjang maju, mereka terpaksa selalu harus melompat mundur
lagi karena tidak kuat untuk mempertahankan diri dari hawa yang
dingin itu. Beberapa kali pendeta-pendeta itu gagal melompat maju
untuk membantui Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan Swat Tocu semakin lama semakin hebat melancarkan
serangannya, angin pukulannya semakin dingin. Berbeda dengan
pertempuran beberapa hari yang lalu, di mana Swat Tocu
menyerang dari jarak jauh, yang hanya berusaha membekukan
Tiat To Hoat-ong dengan ilmu Inti es nya. Sekarang justru setiap
kali menyerang dengan hawa mukjijatnya itu, diapun membarengi
dengan uluran tangannya itu, untuk menghantam dan
mencengkeram, maka Tiat To Hoat-ong terdesak hebat sekali.
Dalam keadaan terdesak hebat seperti itu, Tiat To Hoat-ong hanya
bisa mempergunakan ilmu Soboc nya untuk menghalau hawa
dingin, dan selalu berkelit ke sana ke mari menghindari diri dari
cengkeraman, pukulan dan totokan. Dan setiap gerakan itu hanya
merupakan pembelaan diri tanpa bisa melancarkan serangan
balasan. Tapi, dari sebelah selatan istana itu, tiba-tiba sekali tampak cahaya
terang, dan berlari-lari cepat puluhan sosok tubuh. Gerakan
mereka ringan sekali, dan yang berlari di sebelah depan di tangan
kanan masing-masing memegang sebuah tengtoleng, sehingga
ketika mereka tiba di tempat pertempuran itu, segera juga di sekitar
tempat tersebut jadi terang benderang.
450 Malah Tiat To Hoat-ong yang tengah bertempur dan terdesak,
masih sempat melihat, bahwa salah seorang yang berlari paling
depan tidak lain dari pangeran Ghalik!
Namun pangeran Ghalik yang datang bersama belasan orang
pahlawannya itu tidak segera turun tangan, hanya berdiri
menyaksikan jalannya pertempuran itu.
Tiat To Hoat-ong mendongkol bukan main karena di hatinya dia
jadi berpikir: "Hemmm, kau melihat aku dalam keadaan terdesak
seperti ini, tapi engkau tidak cepat turun tangan untuk
membantuku......" Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak bisa berpikir terlalu
lama, sebab berulang kali dia harus menghindarkan diri dari
serangan-serangan Swat Tocu.
Swat Tocu sendiri pun telah melihat kedatangan pangeran Ghalik
bersama para pahlawannya itu. Namun Swat Tocu hanya
mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, tapi ke dua
tangannya tetap bergerak cepat dan hebat sekali mendesak Tiat
To Hoat-ong. Sasana dari tempat persembunyiannya yang melihat kedatangan
ayahnya, jadi girang luar biasa. Karena dalam keadaan seperti ini
di waktu Tiat To Hoat-ong dalam keadaan terdesak oleh Swat
Tocu, dan semangat maupun tenaganya tentu telah lemah, tentu
ayahnya bisa mempergunakan kesempatan ini untuk membongkar
penghianatan dari orang-orang kepercayaannya.
Namun waktu Sasana hendak melompat keluar dari tempat
persembunyiannya, waktu itulah Yo Him telah mencekal
lengannya, bisiknya perlahan: "Tunggu dulu nona, kau lihat itu......!"
451 Yo Him menunjuk ke arah sebelah timur istana tersebut. Segera
tampak beberapa sosok tubuh lain yang berkelebat dengan gesit
dan lincah sekali, di mana sosok-sosok tubuh yang kurang lebih
berjumlah enam orang itu, telah tiba di tempat terjadinya
pertempuran itu dengan cepat sekali. Malah langkah kaki mereka
tidak memperdengarkan suara sedikitpun, menunjukan ginkang ke
enam orang tersebut tinggi sekali!
Semua orang yang melihat kedatangan ke enam orang tersebut,
yang rupanya bukan orang sembarangan, telah mengawasi
dengan sorot mata tajam. Terutama sekali pangeran Ghalik yang
telah menoleh kepada ke dua orang pahlawannya, yaitu yang
seorang bermuka putih bertubuh tinggi jangkung dan yang seorang
lagi, yang berdiri di sebelah kanannya bermuka hitam, berbisik:
"Hek Pek Kiesu, kalian berdua harus berwaspada!"
Sepasang orang yang berdiri di dekat pangeran Ghalik, yang
mukanya yang seorang putih dan yang seorang hitam itu telah
mendengus saja. Mereka telah menoleh ke belakang, bicara
beberapa patah perkataan kepada belasan orang lainnya dari
pahlawan-pahlawan pangeran Ghalik.
Ke enam orang yang baru datang itupun telah berdiri tegak
mengawasi ke sekitar tempat itu. Dan orang yang berada paling
depan telah mengerutkan alisnya ketika menyaksikan pertempuran
yang tengah terjadi antara Tiat To Hoat-ong dangan Swat Tocu.
Dialah seorang yang berpakaian sebagai pengemis dan usianya
cukup lanjut, namun mukanya segar sekali. Pakaiannya itu terbuat
dari potongan kain berwarna yang dijahit menjadi satu. Ke lima
452 orang lainnya yang datang bersama juga berpakaian sebagai
pengemis. Melihat orang yang pertama itu, si pengemis tua yang tengah
mengerutkan alisnya menyaksikan pertempuran yang tengah
berlangsung antara Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu itu, Yo
Him hampir berteriak girang dari tempat persembunyiannya.
Karena segera juga Yo Him mengenal, pengemis tua itu tidak lain
dari Wie Liang Tocu, Wie Tocu yang telah angkat saudara
dengannya, yang menjadi Toakonya. Peristiwa pengangkatan
saudara antara Yo Him dengan Wie Tocu bisa diikuti dalam
Sin-tiauw-thian-lam. Yang membuat Yo Him jadi tidak mengerti, apa maksud Wie Tocu,
sang Toako itu, datang ke istananya pangeran Ghalik di mana
Toako itu telah datang justru bersama ke lima pengemis lainnya
itu" Apakah memang kedatangan Wie Liang Tocu memang ingin
memusuhi pangeran Ghalik juga" Apakah tokoh pengemis itu
memang ingin melakukan sesuatu di istananya pangeran tersebut"
Karena berpikir begitu, Yo Him telah melirik ke arah Sasana yang
berada di sampingnya. Jika memang Wie Liang Tocu bersama ke
lima pengemis lainnya itu memusuhi pangeran Ghalik, berarti
bertambah lagi lawan tangguh buat ayah si gadis.
Sasana sendiri mengerutkan alisnya, dia berbisik heran kepada Yo
Him. "Aneh, apa yang diinginkan ke enam pengemis itu" Siapa
mereka sebenarnya?" 453 "Mereka dari Kay-pang!" menjelaskan Yo Him, berbisik juga di
pinggir telinga si gadis. "Dan pergemis tua yang berada di depan
itu adalah Wie Liang Tocu, dialah toakoku!"
"Apa?" tanya Sasana terkejut, dia juga telah menoleh memandang
tajam pada Yo Him, sorot matanya tajam dan bola matanya tampak
begitu bening. Waktu dia menoleh juga anak-anak rambutnya telah
menyentuh lembut pipi Yo Him, sehingga pemuda inipun
mengendus bau harum semerbak.
"Wie Liang Tocu memang kakak angkatku!" kata Yo Him kemudian,
menjelaskan, "Entah apa maksud kedatangannya ke mari?"
Waktu itu Wie Liang tocu, pengemis yang tadi memandang
pertempuran yang tengah berlangsung antara Tiat To Hoat-ong
dengan Swat Tocu, dengan suara yang perlahan: "Sungguh,
pertempuran yang menarik! Aku tidak menyangka, bahwa si
pengemis miskin seperti kita bisa menyaksikan pertunjukan yang
menarik seperti ini!"
Ke lima pengemis itu memperdengarkan suara tertawa mereka.
Tampaknya mengambil sikap yang tenang dan memperhatikan
keadaan di sekitar tempat itu dengan sikap yang waspada, di mana
ke lima penpemis tersebut berdiri dengan mengambil kedudukan
di sekitar Wie Tocu tersebut.
Rupanya, memang ke lima pengemis ini berkuatir kalau-kalau
mereka mendadak diserang secara membokong oleh orangorangnya pangeran Ghalik. Tetapi Wie Tocu sendiri cuma
memperlihatkan jalannya pertempuran antara Tiat To Hoat-ong
454 dengan Swat Tocu, sama sekali tidak mengacuhkan semua orang
yang berada di tempat tersebut.
Waktu itu, Tiat To Hoat-ong yang melihat kedatangan ke enam
pengemis tersebut, juga jadi terkejut. Dia telah sering mendengar
akan kehebatan Kay-pang, dan dilihat dari cara berpakaian ke
enam pengemis itu, yang walaupun merupakan baju tambalan,
tokh mereka tampaknya merupakan pengemis yang bersih.
Segera ia menyadari ke enam pengemis ini adalah pengemispengemis Kay-pang.
Malah tadi Tiat To Hoat-ong telah menyaksikan cara datangnya ke
enam pengemis itu yang gerakan tubuhnya begitu ringan
menunjukkan ginkang mereka hebat sekali. "Apakah dia orangorang undangan pangeran?" diam-diam Tiat To Hoat-ong juga jadi
berpikir di dalam hatinya.
Koksu ini pun segera berpikir, untuk memanggil keluar orangorangnya yang masih berada di dalam ruangan rahasia, jika
memang terjadi pertempuran, orang-orangnya itu bisa
membantuinya. Namun, justru di tempat tersebut juga ada
pangeran Ghalik, di mana jika Tiat To Hoat-ong memanggil keluar
orang-orangnya yang berada di dalam ruangan rahasia itu, jelas
hal itu sama saja dengan membuka kedoknya sendiri, yang telah
berkomplot untuk merencanakan sesuatu, karena orang-orang itu
adalah pahlawan-pahlawannya pangeran Ghalik juga, yang telah
berpaling muka dan berkhianat pada pangeran tersebut.
Tengah Tiat To Hoat-ong bersangsi seperti itu, justru Swat Tocu
yang tidak memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, telah
455 melancarkan gempuran yang beruntun kepada Tiat To Hoat-ong.
Hawa dingin dari tenaga Inti Es nya semakin hebat, bergulunggulung hendak membungkus Tiat To Hoat-ong dengan lapisan es.
Bukan main sibuknya Tiat To Hoat-ong harus menghindar ke sana
ke mari mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan
oleh Swat Tocu. Akhirnya pendeta Mongolia yang menjabat Koksu
negara itu menyadari bahwa dalam keadaan demikian tidak dapat
dia memecahkan perhatiannya, karena dia tengah menghadapi
maut, dan harus memusatkan seluruh perhatiannya.
Maka segera juga Tiat To Hoat-ong mengempos semangatnya, dia
berusaha untuk dapat menyanggah semua gempuran hawa dingin
itu dengan Soboc nya, sehingga dari tubuh Tiat To Hoat-ong
mengepul uap yang panas sekali, tidak urung keringatnya tetap
membeku keras karena terlalu dinginnya hawa serangan
lawannya. Namun disebabkan Tiat To Hoat-ong mengerahkan
seluruh hawa murninya, untuk sementara itu dia masih bisa
mempertahankan diri. Swat Tocu beberapa kali memperdengarkan suara tertawa dingin,
dia telah merasa yakin dalam beberapa jurus lagi tentu dapat
merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Bukan main girang hatinya,
semangatnyapun terbangun dan menyerang beruntun beberapa
kali lagi. Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran telah sampai ke
tingkat yang menentukan seperti itu, mengawasi dengan penuh
perhatian. Sama sekali tidak disangkanya bahwa kepandaian Swat
Toou demikian hebat. Jika memang Yo Him sendiri yang
456 menghadapinya diapun belum begitu pasti apakah akan sanggup
menerima hawa tenaga Inti Es nya Swat Tocu tersebut.
Wie Liang Tocu yang melihat jalannya pertempuran itu beberapa
saat lamanya, akhirnya menoleh kepada pengemis-pengemis
lainnya, katanya: "Apakah kalian telah melihat! Itulah merupakan
tenaga Inti Es yang sangat terkenal sekali. Dan yang seorang itu,
adalah Koksu negara Mongolia yang ternama dan terkenal akan
kegagahannya. Hahaha! Hebat sekali kepandaiannya, lihatlah
butir-butir keringatnya pun bisa menjadi butir-butir es!"
Jelas bahwa Wie Liang Tocu memang sengaja mengejek Tiat To
Hoat-ong. Waktu itu napas Tiat To Hoat-ong telah memburu keras dan cepat,
mukanya pun sebentar pucat sebentar merah. Dia merasa
terdesak hebat sekali. Namun mendengar ejekan Wie Liang Tocu, dia jadi murka bukan
main. Dan Koksu negara ini jadi nekad. Dengan mengeluarkan
suara bentakan, tahu-tahu dia mementang ke dua tangannya, dia
telah mempergunakan seluruh sisa tenaganya, di mana dia
bermaksud akan mengadu jiwa dengan Swat Tocu.
Di saat itu Swat Tocu telah mengeluarkan bentakan juga, karena
dia telah menyerang dengan hebat sekali, dia pun memang tengah
ingin merubuhkan Tiat To Hoat-ong pada jurus ini.
Hebat benturan dua kekuatan raksasa itu, yang satu mengandung
hawa dingin bagaikan es juga satunya lagi tenaga dengan hawa
457 panas melebihi api. Dan benturan itu menimbulkan suara yang
menggelegar. Semua orang yang menyaksikan itu jadi memandang tertegun,
sebab kesudahannya benar-benar menakjubkan sekali.
Tubuh Tiat To Hoat-ong tidak tergeser dari tempatnya berdiri.
Cuma saja di seluruh tubuhnya telah terlapis oleh lapisan es, yang
lapisannya retak dan pecah, malah beberapa potong es telah
berjatuhan ke lantai menimbulkan suara "ting, ting" yang cukup
nyaring. Swat Tocu sendiri memang masih berdiri di tempatnya. Namun
sama sekali tidak bergerak. Sepasang matanya terpejamkan,
karena waktu itulah dia merasakan dadanya sesak sekali dan hawa
murninya tergoncang sekali sehingga dia menyadari bahwa tenaga
dalamnya tergempur hebat.
Yang parah adalah keadaan Tiat To Hoat-ong. Setelah berdiri diam
beberapa saat dengan tubuh yang diselubungi lapisan es itu,
akhirnya rubuh kejengkang ke belakang dengan mengeluarkan
suara keluhan pendek. Pendeta itu merangkak untuk duduk, lalu
duduk bersemedhi mengatur pernapasannya.
Pendeta-pendeta Mongolia yang sejak tadi menyaksikan jalannya
pertempuran itu dengan hati yang kebat-kebit berkuatir, dan
beberapa kali gagal untuk menerjang maju memberikan
bantuannya pada Tiat To Hoat-ong, telah melompat ke dekat Tiat
To Hoat-ong untuk membantu Koksu itu dengan menempatkan
telapak tangan mereka berlima di punggung Tiat To Hoat-ong.
458 Mereka masing-masing telah mengempos lweekang yang mereka
salurkan ke dalam tubuh Tiat To Hoat-ong.
Waktu itu sesungguhnya Tiat To Hoat-ong tengah tergempur
tenaga dalamnya oleh tenaga inti es yang membuat ratusan jalan
darah di tubuhnya membeku. Jika memang terlambat untuk
membuka seluruh sumbatan dari jalan-jalan darah yang membeku
itu, jika memang tidak menemui kematian tentu Tiat To Hoat-ong
akan jadi bercacad seumur hidupnya. Namun berkat ke lima
pendeta Mongolia yang menyalurkan lweekang mereka kepada
Tiat To Hoat-ong, jalan darah yang membeku itu jadi bisa lancar
kembali karena hawa panas dari gabungan para pendeta Mongolia
itu banyak membantu semedhinya Tiat To Hoat-ong.
Swat Tocu sendiri setelah berdiri diam dengan sepasang mata
terpejamkan itu, telah berhasil mengatur jalan pernapasannya
yang menjadi lurus kembali. Dia membuka matanya dan berkata
perlahan: "Ternyata memang cukup hebat tenagamu, pendeta
gundul!" Tiat To Hoat-ong tidak melayani perkataan Swat Tocu. Dia tetap
duduk diam dengan sepasang mata terpejamkan mengerahkan


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruh sisa tenaganya, untuk mengatur pernapasannya dan
mempergunakan tenaga Soboc nya, untuk menghangatkan
tubuhnya agar jalan darah di sekujur tubuhnya yang telah
membeku itu bisa beredar lancar kembali.
Sedangkan Swat Tocu telah tertawa bergelak-gelak, seakan-akan
keadaan di sekitar tempat itu jadi tergetar oleh suara tertawa Swat
Tocu, yang tertawa dengan disertai tenaga lweekangnya.
459 Sedangkan pangeran Ghalik yang melihat keadaan sudah sampai
seperti itu, mengerling memberi isyarat kepada ke dua orang
pengawalnya itu, yang hitam dan putih itu. Dan juga kepada
belasan orang pahlawannya yang lain sehingga mereka yang
mengetahui akan arti dari isyarat tersebut, telah melompat
mengurung Swat Tocu. Malah, orang yang bermuka hitam seperti pantat kuali itu, telah
berkata dengan dingin: "Kami Hek Pek Siang-sat ingin meminta
pengajaran dari kau, orang pandai!"
"Hmmm, Hek Pek Siang-sat" Dua orang jago dari Persia yang
banyak disebut-sebut oleh sahabat-sahabat rimba persilatan"!
Hem! Hem! Majulah, aku Swat Tocu tentu tidak akan
mengecewakan harapan kalian.....!" Dan Swat Tocu walaupun tadi
telah mempergunakan tenaga yang banyak sekali dan masih letih.
Namun di waktu itu telah bersiap-siap untuk melakukan
pertempuran lagi dengan Hek Pek Siang-sat.
Di kala itu Hek Pek Siang-sat telah saling memandang satu dengan
yang lainnya, lalu Hek Pek Siang-sat telah berkata kepada belasan
pahlawan pangeran Ghalik yang lainnya, "Biarlah kami berdua
yang menghadapinya untuk meminta beberapa petunjuknya!"
Belasan orang pahlawan itu telah mengiyakan dan telah melompat
mundur ke dekat pangeran Ghalik lagi.
Sedangkan Hek Pek Siang-sat telah bersiap-siap untuk bertempur.
Di kala itu tampak Hek Pek Siangsiat mengeluarkan suara
erangan, tubuh ke dua tergetar keras sekali, karena mereka tengah
memusatkan dan mengempos semangat serta hawa murni
460 mereka. Cepat sekali mereka telah menyalurkan hawa murni
kepada telapak tangan masing-masing.
Sesungguhnya semangat Swat Tocu belum lagi terkumpul semua,
karena waktu itu dia boleh dibilang belum berhasil untuk
mengerahkan dan mempersatukan tenaga dalamnya yang tadi
telah tergempur dan dipergunakan untuk merubuhkan Tiat To
Hoat-ong. Namun sebagai tokoh persilatan yang memiliki nama
sangat disegani setiap jago rimba persilatan, dengan sendirinya
Swat Tocu tidak mau memperlihatkan kelemahannya, dia
menerima tantangan Hek Pek Siang-sat.
Ke dua jago hitam dan putih itu memang merupakan jago-jago
yang hebat sekali, memiliki latihan tenaga Yoga yang digabung
dengan ilmu dari Barat, di mana mereka berasal dari Persia. Dan
sudah cukup lama membantu pemerintah Mongolia terutama
mereka bekerja di bawah perintah pangeran Ghalik. Mengenai Hek
Pek Siang-sat ini bisa pembaca jumpai dalam Sin-tiauw-thian-lam.
Tetapi di saat Swat Tocu akan segera bertempur dengan Hek Pek
Siang-sat, waktu itulah terdengar seseorang berseru: "Tahan......!"
Lalu tampak dua sosok bayangan yang melompat keluar dari balik
batu gunung-gunungan yang tidak lain dari Sasana dan Yo Him.
Mereka telah melompat ke dekat pangeran Ghalik.
Semula belasan orang pahlawannya pangeran Ghalik terkejut dan
serentak mencabut senjata untuk melindungi pangeran Ghalik
ketika ke dua sosok tubuh itu melompat ke dekat junjungan
mereka. Namun setelah mengenali ke dua sosok tubuh itu tidak
461 lain dari Sasana dan Yo Him, mereka telah memasukkan senjata
tajam mereka ke dalam kerangkanya masing-masing.
"Ayah!" kata Sasana kepada pangeran Ghalik yang memandangi
puterinya dengan heran. "Perintahkan Hek Pek Siang-sat
Locianpwe agar mundur......!"
"Kenapa?" tanya
tertegunnya. pangeran Ghalik setelah tersadar dari "Swat Tocu secara tidak langsung telah membantu ayah mengapa
harus dipersulit oleh ayah. Cepat perintahkan Hek Pek Siang-sat
Locianpwe agar mundur. Nanti akan kujelaskan semuanya.....!"
Pangeran Ghalik bimbang sejenak namun akhirnya dia telah
perintahkan Hek Pek Siang-sat agar kembali ke dekatnya.
Swat Tocu telah memperdengarkan suara tertawa dingin waktu
Hek Pek Siang-sat menarik diri ke dekat pangeran Ghalik pula.
"Ayah! Koksu telah berserikat dengan beberapa orang pahlawan
ayah yang berkhianat, mereka adalah......!" tetapi baru saja Sasana
berkata sampai di situ telah terdengar seseorang berseru dengan
suara yang nyaring, "Dusta! Dusta!"
Itulah suaranya Tiat To Hoat-ong, yang telah membuka ke dua
matanya dan melompat berdiri, walaupun mukanya masih pucat
namun seluruh jalan darahnya telah terbuka dan darah bisa
beredar kembali dengan lancar. "Semua yag dikatakan itu dusta
pangeran.....! Dan tadi telah menyusup ke mari Tocu keparat itu.
Dia berusaha untuk mencelakai pangeran. Namun telah kepergok
462 denganku, maka niatnya itu jadi gagal, di mana kami jadi
bertempur!" Sasana tertawa dingin. "Semua rencana busukmu telah siang-siang diketahui oleh ayah!!
Mengapa engkau harus pengecut seperti itu. Tak tahu malu,
berusaha untuk memungkirinya?"
Mendengar ejekan Sasana, muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah
merah padam, katanya: "Lalu apa yang diinginkan Kuncu?"
"Tidak banyak, hanya menghendaki pengakuanmu yang jujur,
Koksu! Bukankah kau berusaha untuk menindih pengaruh ayah
dan juga akan melontarkan finah yang keji kepada ayah" Hmm,
tidakkah kau mengakui semua itu?"
Muka Tiat To Hoat-ong tambah merah padam, dan belum lagi dia
sempat menyahut, waktu itu Sasana telah berkata lagi: "Dan di
kamar rahasia itu terdapat Liong Tie Siang, Lengky Lumi dan
Gochin Talu serta beberapa orang pahlawan ayah yang telah
berkhianat itu!" Rupanya Tiat To Hoat-ong terdesak oleh kata-kata Sasana,
akhirnya dia jadi nekad. "Kuncu, di sini aku yang memegang
kekuasaan keamanan pangeran dan seluruh penghuni istana, tak
mungkin aku hendak mencelakai pangeran. Jika memang aku
memiliki niat tidak baik, mengapa aku harus milih bertempur
dengan manusia keparat itu untuk berusaha membekuknya"
Hemm, Kuncu kau telah bicara dengan memutar lidah......
sesungguhnya...... sesungguhnya.....!"
463 "Sesungguhnya, sesungguhnya apa?" bentak Sasana berani
sekali. "Justru waktu Swat Tocu Locianpwe itu tiba di sini, kalian
tengah berunding untuk melakukan sesuatu yang bisa mencelakai
ayahku! Nah sekarang mari kita mendengar keterangan Swat
Tocu. Karena sebelum bertempur dengan kau, kebetulan sekali
Swat Tocu juga telah mendengar perihal rencana jahat kalian!"
Muka Tiat To Hoat-ong sebentar merah. Dia gusar bercampur
penasaran namun, dia juga tidak berdaya dalam keadaannya
seperti itu. Maka dia hanya berdiam diri.
Sasana telah menoleh kepada Swat Tocu, tanyanya dengan suara
nyaring disertai senyumnya, "Swat Tocu Locianpwe. Bukankah
apa yang kukatakan tadi itu memang benar dan tidak ada sepatah
kata yang kutambahi atau kukurangi?"
Swat Tocu mengangguk sambil memperdengarkan tertawa
dinginnya. "Memang benar si gundul itu tengah merencanakan
sesuatu bersama kawan-kawannya untuk mencelakai junjungannya! Tetapi aku tak mau mencampuri urusan ini dan aku
hanya ingin menguji kepandaian si gundul itu saja!"
Muka pangeran Ghalik berobah walaupun tadi dia telah
mendengar segala sesuatunya dari Sasana puterinya tokh
pangeran Ghalik masih bertanya, "Koksu benarkah apa yang
dikatakan oleh puteriku?"
Tiat To Hoat-ong tidak menyahuti hanya matanya memandang
dengan bengis kepada Sasana. Kemudian baru menyahuti
pertanyaan Pangeran Ghalik: "Jika memang benar apa yang
dikatakan puterimu, mengapa aku harus takut mengakuinya"
464 Hmm, terserah kepadamu. Kau ingin mempercayai perkataannya
itu atau tidak terserah kepadamu! Besok aku akan pulang ke kota
raja dan akan kulaporkan segala sesuatunya yang terjadi di sini
dengan sebenarnya......!"
Pangeran Ghalik menghela napas.
"Koksu, ada sesuatu yang tidak dimengerti olehku," kata pangeran
itu. "Mengapa Koksu bermaksud untuk mencelakaiku, malah
menurut laporan-laporan yang masuk padaku menyatakan bahwa
Koksu bermaksud melemparkan fitnah kepadaku yang akan
meruntuhkan kedudukanku ini, yaitu dengan memberikan laporanlaporan yang tidak benar kepada Kaisar!"
Muka Tiat To Hoat-ong berobah semakin tidak enak dipandang,
sampai akhirnya dia berkata, "Jika memang pangeran
mempercayai segala omongan kosong dari puterimu itu dan aku
tidak bisa bilang sesuatu apapun juga! Terserah kepada pangeran!
Jika memang pangeran menuduh aku bermaksud melakukan
sesuatu yang tidak baik untuk kedudukanmu, akupun tidak bisa
membantahnya, karena percuma saja dan akan sia-sia belaka
kalau tokh aku bermaksud untuk membantahnya!"
"Hemm!" mendengus pangeran Ghalik, "Tetapi apa maksud Koksu
dengan selalu sering mengadakan perundingan-perundingan
dengan beberapa orang tertentu, seperti Lengky Lumi, Gochin Talu
dan Liong Tie Siang" Begitu juga dengan beberapa orang
pahlawan lainnya yang telah ikut berunding dengan Koksu dan
kabarnya mereka telah berdiri di pihak Koksu untuk menentangku!
465 Benarkah itu" Coba Koksu jelaskan agar persoalan menjadi
jelas......!" Tiat To Hoat-ong tampak gusar bukan main namun dalam keadaan
seperti itu jelas dia tidak bisa berbuat sesuatu terlebih lagi dengan
pangeran Ghalik ada pahlawan-pahlawan pilihan, seperti Hek Pek
Siang-sat dan di situ juga terdapat Swat Tocu. Maka akhirnya Tiat
To Hoat-ong hanya menyahuti,
"Sesungguhnya aku tengah berunding dengan mereka mengenai
keamanan di istana ini, karena setelah aku berangkat ke kota raja
bukankah tampuk pimpinan di sini akan dipegang oleh Gochin
Talu! Aku tengah memberikan petunjuk-petunjuk pada mereka
sepeninggal aku ke kota raja agar mereka dapat mengadakan
pengawalan yang ketat dan rapi untuk keselamatan pangeran
juga?" Pangeran Ghalik telah menghela napas beberapa kali. Baru saja
dia ingin berkata, saat itu tampak Yo Him telah melompat ke dekat
Wie Liang Tocu. Waktu itu memang Wie Liang Tocu tengah memandang bengong
kepada Yo Him. Sejak Yo Him muncul berdua dengan Sasana dari tempat
persembunyian mereka, pengemis tersebut telah mengawasi
tertegun seperti juga dia kenal dengan Yo Him, sampai akhirnya
Yo Him telah melompat ke dekatnya sambil berseru: "Toako!"
"Ahh benar-benar kau, Yo hiante!" berseru Wie Tocu. Ke duanya
telah saling rangkul dan berpelukan melepaskan rindu.
466 "Telah lama sekali kita berpisah dan tidak bertemu. Ternyata
sekarang engkau telah menjadi pemuda yang gagah dan tampan
sekali!" Kata Wie Liang Tocu dengan senyum lebarnya.
"Bagaimana" Apakah kau telah bertemu dengan ayahmu?"
Yo Him mengangguk. "Ya, Toako!" sahutnya. "Malah aku telah bertemu dengan mereka
berkumpul beberapa lamanya."
"Mengapa kau berada di sini, Yo Hiante?" tanya Wie Liang Tocu
lagi. "Inilah urusan yang panjang sekali ceritanya, Wie Toako! Nanti
setelah persoalan Koksu itu selesai baru kita bicarakan lagi
persoalan tersebut. Dan tentunya Toako pun memiliki urusan yang
penting datang ke mari?"
"Ya, mencari seseorang sahabat kami....., seorang Kay-pang yang
telah lenyap....., kabarnya berada di sini!" menyahuti Toako itu
yang mendadak mukanya jadi guram.
"Siapakah orang yang Toako cari itu?" tanya Yo Him ingin
mengetahui. Wie Liang Tocu tidak segera menyahuti. Hanya matanya telah
mencilak melirik ke arah pangeran Ghalik: "Sejak dulu waktu kau
masih kecil. Orang-orang rimba persilatan di daratan Tiong-goan
telah diacak-acak dan diadu domba oleh dia!" Dan tangan Wie
Liang Tocu telah menunjuk kepada pangeran Ghalik.
467 "Dan sampai sekarang diapun masih tetap dengan usahanya yang
ingin menimbulkan kekacauan. Dan tak segan-segan satu dengan
yang lain juga di daratan Tiong-goan yang tidak berhasil dibujuknya
untuk bekerja di bawah kekuasaan Kaisarnya, telah diadu domba,
agar jago-jago daratan Tiong-goan menjadi lemah dan di waktu
itulah akan ditumpas olehnya......!"
Berkata sampai di situ Wie Liang Tocu telah berhenti sejenak.
Kemudian baru meneruskan perkataannya lagi: "Dan Kay-pang
juga tidak terlepas dari tipu busuknya itu. Di mana dia mengutus
beberapa orang kepercayaan untuk menyusup ke dalam Kaypang. Menjadi anggota kami, dan akan selalu mengadakan
pemberontakan di berbagai Kay-pang cabang daerah, sehingga
selama puluhan tahun ini Kay-pang menjadi kacau balau. Ada yang
berusaha untuk meruntuhkan perkumpulan kami itu.
"Hemm, semula kami tidak mengetahuinya. Namun setelah
menyelidiki dengan seksama, rupanya memang semua itu hasil
perbuatan dari dia itu!" Yang dimaksudkan oleh Wi Liang Tocu
dengan perkataan "dia" itu adalah pangeran Ghalik.
Pangeran Ghalik mendengar perkataan Wie Liang Tocu telah
melirik kepada Hek Pek Siang-sat, maksudnya agar orangorangnya itu berwaspada.
Sedangkan Wie Liang Tocu telah melanjutkan perkataannya:
"Sesungguhnya usiaku telah lanjut, dan akupun tidak lama lagi
tentu akan masuk liang kubur. Tapi dalam hal ini, aku tentu harus
dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi di Kay-pang. Karena
itu walaupun hatiku sesunggguhnya berat sekali harus kembali
468 berkecimpung dalam Kang-ouw, tokh keselamatan Kay-pang lebih
penting. Terlebih lagi akhir-akhir ini kami menerima laporan bahwa


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salah seorang anggota kami berada di tangan pangeran busuk itu
yang ditawannya......!"
"Siapa orang Kay-pang itu, Toako?" tanya Yo Him tidak sabar.
"Dia Liu Ong Kiang bergelar Sin-bok-koay-kay, Pengemis Aneh
Berkayu Sakti!" sahut toako itu.
"Oh, kiranya Liu Ong Kiang Locianpwe!" kata Yo Him Sambil
tertawa. "Memang Liu Locianpwe berada bersama-sama
denganku, Toako! Jangan kuatir kesehatannya baik dan dia tidak
mengalami sesuatu apapun juga!"
Wie Liang Tocu tampak terkejut bercampur girang.
"Benarkah Yo Hiante?" tanyanya kemudian sambil mencekal
tangan Yo Him. "Ahh.....! Di mana sekarang adanya Liu Ong
Kiang?" "Dia berada di tempat yang aman, Toako tidak perlu kuatir tentang
keselamatannya! Sekarang yang terpenting kita lihat penyelesaian
yang bagaimana akan dilakukan pangeran itu terhadap Koksu
yang ingin mengkhianatinya?"
Wie Liang Tocu telah mengangguk saja sambil tersenyum.
Kemudian melirik kepada pangeran Ghalik dan memperdengarkan
suara tertawa dinginnya beberapa kali.
469 "Hmm Hmm!" waktu itu Tiat To Hoat-ong juga telah mendengus
"Bagus! Rupanya pangeran telah mengundang ke istana manusiamanusia berandalan dan pengemis busuk seperti itu!"
"Mereka bukan diundang olehku!" kata pangeran Ghalik cepat.
"Baiklah! Memang bagus juga, dengan berkumpulnya mereka di
sini manusia-manusia yang menjadi musuh kerajaan tentu
pangeran memang mengandung maksud-maksud tertentu! Tetapi
kuharap saja tidak benar dugaanku, bahwa pangeran memiliki
maksud tertentu ingin memberontak terhadap kaisar!" Dan setelah
berkata begitu, Tiat To Hoat-ong mendengus tertawa dingin
beberapa kali lagi. Muka pangeran Ghalik berobah. Dia memandang mendelik pada
Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang tajam lalu katanya:
"Koksu, kau jangan bicara sembarangan! Justru aku datang ke sini
karena mendengar keributan di sini sedangkan dengan mereka
aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun juga."
Namun Tiat To Hoat-ong telah tertawa dingin.
"Lihatlah betapa mesranya hubungan Kuncu dengan pemuda she
Yo itu. Mungkin juga pangeran memang mengandung maksud
untuk berbesan dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko" Syukur jika
memang dugaanku tidak benar!"
Mata pangeran Ghalik jadi bertambah semakin merah padam di
mana dia telah berkata dengan murka: "Koksu, kau terlalu lancang
sekali. Baiklah, perlu kujelaskan di sini bahwa telah lama aku
mengawasi gerak-gerikmu Koksu, terutama sekali dengan rencana
470 jahatmu yang ingin meruntuhkan kedudukanku! Mengenai
maksudmu yang hendak melontarkan fitnah padaku kepada
Kaisar, itupun telah kuketahui......!"
Namun Tiat To Hoat-ong tidak mau kalah bicara, dia telah bilang
dengan suara yang nyaring: "Pangeran! Justru menurut apa yang
kusaksikan di sini, dan juga menurut laporan-laporan dari orangorangmu seperti Lengky Lumi, Gochin Talu dan Liong Tie Siang,
begitu juga dengan beberapa pahlawanmu yang lainnya di mana
mereka bersedia memberikan kesaksian mereka apa yang dilihat
dan juga apa yang dilakukan oleh pangeran selama ini yang
hendak berserikat dengan para jago-jago Tiong-goan, untuk
melakukan sesuatu yang merugikan kedudukan Kaisar......!"
Bukan main gusarnya pangeran Ghalik, karena sudah jelas Tiat To
Hoat-ong yang hendak meruntuhkan kedudukannya dan menindih
pengaruhnya dengan mempengaruhi pahlawan-pahlawannya.
Namun sekarang justru Koksu itu telah melemparkan fitnahnya
yang menyatakan pangeran Ghalik ingin memberontak pada
Kaisar mereka. Inilah tuduhan tidak bisa diterimanya.
Baru saja dia ingin membentaknya, di saat itulah terdengar Tiat To
Hoat-ong telah berteriak dengan suara yang nyaring: "Keluarlah
kalian....., mari kita buka kartu di hadapan pangeran!"
Segera dari balik batu gunung-gunung itu telah melangkah keluar
beberapa orang ternyata mereka adalah Lengky Lumi, Gochin Talu
dan Liong Tie Siang serta beberapa orang pahlawan lainnya.
"Nah, mereka telah berada di sini!" kata Tiat To Hoat-ong dengan
suara yang nyaring. "Dan merekapun bersedia untuk memberikan
471 kesaksian mereka mengenai apa yang mereka ketahui perihal
maksud dan apa yang telah dilakukan oleh pangeran."
Kemudian Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Lengky Lumi,
katanya: "Lengky Lumi, sekarang coba kau katakan apa yang telah
kau laporkan kepadaku!"
Lengky Lumi, Gochin Talu, Liong Tie Siang dan yang lainnya waktu
berdiam di ruangan rahasia itu telah mendengar semua
percakapan Tiat To Hoat-ong dengan pangeran Ghalik, maka
sekarang Lengky Lumi diperintahkan seperti itu oleh Tiat To Hoatong maka segera dia mengerti apa yang diinginkan oleh Koksu
tersebut. Dia dengan lancar telah berkata dengan suara yang
nyaring, "Pangeran Ghalik telah berusaha untuk mengadakan kontak
dengan jago-jago daratan Tiong-goan yang pernah membantu
kerajaan Song melawan raja kita! Dan Pangeran Ghalik juga
merencanakan agar semua jago-jago daratan Tiong-goan, yang
menjadi musuh kerajaan kita itu untuk mengganggu keagungan
dan keangkeran Kaisar kita.....
"Itulah rencana busuk. Kami tidak berani mencegahnya, kamipun
tidak berani memberikan saran, karena jika kami mencegahnya,
tentu pangeran akan turun tangan bengis pada kami, maka jalan
satu-satunya yang ada pada kami karena tidak rela jika pangeran
Ghalik dengan maksudnya untuk mengganggu kewibawaan dan
keangkeran Kaisar kita, kami hanya bisa memberikan laporan
selengkapnya kepada Koksu negara agar bisa disampaikan
kepada Kaisar.....! 472 "Itulah yang telah membuat kamipun meninggalkan pangeran
Ghalik. Jadi kami bukan berkhianat atau coba-coba berontak
padanya, namun demi kewibawaan dan keangkeran Kaisar, untuk
keselamatan Kaisar juga, kami rela dicap sebagai pemberontak
oleh pangeran Ghalik! Namun kami yakin bahwa Kaisar kami
seorang yang biijaksana, tentu Kaisar lebih mengetahui segalanya
dengan baik!" Setelah berkata begitu, Lengky Lumi menoleh kepada Gochin Talu
dan Liong Tie Siang tanyanya, "Bukankah kalian pun mengetahui
hal itu juga?" Gochin Talu, Liong Tie Siang telah mengangguk serentak.
Demikian juga halnya dengan beberapa orang pahlawan lainnya
yang telah menjadi pengikutnya Tiat To Hoat-ong, dengan
serentak telah membenarkan keterangan Lengky Lumi.
Bukan main gusarnya pangeran Ghalik, mukanya sampai merah
padam dan tubuhnya menggigil keras di mana dirasakan dadanya
hendak meledak. Demikian juga Sasana, karena gadis ini diliputi kemarahan yang
sangat. "Ngaco balau!" teriak gadis itu. "Aku sendiri yang telah
mendengarnya kalian telah mengatur rencana busuk yang hendak
mencelakai ayahku!" "Kuncu bisa berkata begitu, karena pangeran Ghalik adalah
ayahmu! Adakah seorang puteri yang hendak memberatkan dosa
dan kesalahan ayahnya" Kuncu berusaha untuk meringankan
dosa ayahmu maka telah melemparkan semua kesalahan ke
punggung kami! Hmm, dengan memutar balik urusan bahwa kami
473 yang ingin memberontak. Kuncu bermaksud melindungi ayahmu
dengan niatnya yang buruk terhadap Kaisar?" Dan setelah berkata
begitu, Tiat To Hoat-ong tertawa bergelak-gelak.
Pangeran Ghalik sudah tidak menahan kemarahan hatinya,
dengan suara bengis dia membentak: "Tangkap penghianat itu!"
Hek Pek Siang-sat merupakan dua orang jago Persia yang
memang telah lama bekerja di bawah kekuasaan pangeran Ghalik,
dengan demikian, mereka telah banyak melakukan pekerjaan
untuk kebaikan pangeran. Tentu saja merekapun bersetia pada
pangeran tersebut. Sekarang mendengar perintah pangeran
dengan sendirinya mereka telah meloncat dengan serentak
kepada Tiat To Hoat-ong, yang ingin dibekuknya.
Waktu itu Tiat To Hoat-ong tengah dalam keadaan lemah sekali,
kerena mukanya selain masih pucat, juga memang seluruh
kekuatan hawa murninya belum lagi pulih semuanya. Karena itu
jika Hek Pek Siang-sat menyerang di waktu itu, tentu Tiat To Hoatong tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan dirinya.
Tapi Lengky Lumi, Gochin Talu maupun Liong Tie Siang tidak
berdiam diri. Dengan gesit sekali ke tiga orang itu telah berdiri di
sekelilingnya Tiat To Hoat-ong.
Waktu Hek Pek Siang-sat ingin melompat menyerang Tiat-to Hoatong, Lengky Lumi telah menggerakkan tangan kanannya, di mana
dia menangkis gempuran yang dilakukan oleh Hek Siang-sat, si
Hitam itu. 474 Benturan terjadi dengan kuat, terdengar suara yang keras sekali.
Tubuh Lengky Lumi terhuyung dua langkah demikian juga dengan
Hek Siang-sat telah melangkah mundur setindak lebih.
Memang selama ini, Lengky Lumi berada di bawah perintah Hek
Pek Siang-sat, dan ini tidak memuaskan hati Lengky Lumi. Sejak
lama karena dia menghendaki, dia hanya berada di bawah perintah
langsung pangeran Ghalik.
Sekarang dia memiliki kesempatan untuk jadi pengikut Tiat To
Hoat-ong yang menjanjikan padanya. Jika berhasil meruntuhkan
pangeran Ghalik sehingga kelak keamanan negara dan seluruh
kekuasaan atas angkatan perang Mongolia berada di tangan
Koksu ini, Lengky Lumi akan diangkat sebagai panglima perang
untuk angkatan darat sedangkan Gochin Talu jadi panglima
angkatan lautnya dan Liong Tie Siang akan diangkat sebagai
panglima keamanan kotaraja.
Dengan janji-janji muluk seperti itulah ketiga orang tersebut yang
semula adalah pahlawannya pangeran Ghalik, akhirnya telah
menjadi pengikutnya Tiat-to Hoat-ong. Lengky Lumi bertiga Gochin
Talu maupun Liong Tie Siang masing-masing memang memiliki
banyak sekali anak buah. Maka dengan berpalingnya mereka
menjadi pengikutnya Tiat To Hoat-ong dengan sendirinya
merekapun telah mengajak semua anak buah mereka untuk
berpihak pada Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan Hek Siang-sat mendongkol bukan main tidak berhasil
serangannya yang dirintangi Lengky Lumi. Beruntun dia
menyerang beberapa kali, namun Lengky Lumi telah
475 menghadapinya dengan gagah sekali, mati-matian berusaha
melindungi Tiat To Hoat-ong. Demikian juga halnya dengan Gochin
Talu dan Liong Tie Siang yang menghadapi Pek Siang-sat si Putih,
di mana mereka telah bertempur dengan seru.
Tiat To Hoat-ong yang melihat perkembangan telah terjadi seperti
itu, segera menyingkir ke pinggiran, ke dekat para pahlawan yang
jadi pengikutnya, yang semuanya telah mencabut senjata mereka
masing-masing untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan dan melindungi keselamatan Tiat To Hoat-ong.
Waktu itu tampak pengeran Ghalik sendiri telah mencabut
senjatanya, goloknya, dengan itu diapun telah melompat ke dekat
Tiat To Hoat-ong karena dia penasaran sekali dituduh hendak
memberontak pada Kaisarnya. Maka pangeran Ghalik bernafsu
sekali untuk membinasakan Tiat To Hoat-ong.
Pangeran Ghalik juga menyadari bahwa kepandaiannya memang
masih berada di bawah kepandainnya Tiat To Hoat-ong. Namun
sekarang lain, Tiat To Hoat-ong tengah terluka dan tenaga
dalamnya belum pulih kembali dan biarpun jalan darah di sekujur
tubuh berjalan lancar, tokh semangatnya itu belum bisa
dikumpulkan buat dipergunakan bertempur.
Golok pangeran Ghalik menyambar cepat sekali dan bertenaga
sangat kuat sekali. Di waktu itu para pahlawan yang melindungi
Tiat To Hoat-ong pun ragu-ragu karena mereka sebelumnya
memang merupakan anak buah pangeran Ghalik walaupun kini
mereka telah berkhianat dan berdiri di pihaknya Tiat To Hoat-ong.
476 Tokh melihat pangeran Ghalik yang berada dalam keadaan murka
seperti itu mereka terpengaruh juga dan memandang ragu-ragu.
Hanya beberapa orang saja yang menggerakkan senjata mereka
berusaha menangkis bacokan pangeran Ghalik.
Pangeran Ghalik menarik kembali goloknya dengan muka merah
padam dan mata mendelik dia membentak: "Kalian mundur
tinggalkan Koksu sendiri!"
Bentakan itu berpengaruh para pahlawan itu ragu-ragu dan senjata
mereka diturunkan sebagian ada yang menundukkan kepalanya.
Namun di saat itulah Tiat To Hoat-ong berkata nyaring: "Kalian
hadapi dia. Jika ada yang bisa menangkapnya tentu jasanya tak
akan dilupakan oleh kaisar dan akan kuberitahukan jasanya pada
Kaisar agar memperoleh imbalan yang setimpal dengan jasanya
itu!" Perkataan Tiat To Hoat-ong memiliki pengaruh yang tidak kecil,
karena waktu itu empat orang pahlawan telah melompat ke depan
Tiat To Hoat-ong untuk melindungi Koksu itu. Mereka menghadapi
pangeran Ghalik dengan sikap menantang dan senjata terhunus!
Bukan main murkanya pageran Ghalik, dia melompat akan
membacok lagi, namun Sasana telah berteriak: "Ayah tahan.....!"
Pangeran Ghalik menahan goloknya yang melayang di tengah
udara melirik pada puterinya. "Kenapa?"
"Biarlah aku yang menghadapi mereka!" kata Sasana dengan
suara yang nyaring. Tubuhnya telah melompat ke dekat ayahnya.
477 Pangeran Ghalik memang pernah melihat kelihayan puterinya, dia
mengangguk. "Mari kita membereskan mereka bersama-sama!"
dan setelah berkata begitu tampak tubuh pangeran Ghalik telah
melompat dengan gesit, goloknya berkelebat membacok seorang
pahlawan yang menghalangi di depannya Tiat To Hoat-ong. Golok
itu bergerak cepat, pun mengandung tenaga yang kuat sekali,
angin bacokan itu menderu-deru.
Pahlawan itu mengangkat goloknya menangkis keras beradu
senjata itu. Namun disertai dengan suara "trang!" golok pahlawan
itu tertebas putus menjadi dua potong dan potongan golok itu jatuh
ke lantai dan menimbulkan suara berkentrongan nyaring sekali.
Pangeran Ghalik tidak membuang-buang kesempatan lagi, dia
menyusul dengan bacokan melintang dari samping kiri menebas
ke kanan, pun bacokan itu cepat sekali.
Pahlawan yang seorang itu tengah terkesiap kaget karena
goloknya tertebas putus dan kini dia diserang lagi dengan bacokan
yang hebat dengan sendirinya telah membuat pahlawan tersebut
jadi mengeluh dan berusaha mengelakkan diri. Walaupun dia
mengetahui terlambat baginya untuk menghindarkan diri dari
bacokan.

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi belum lagi serangan pangeran Ghalik tiba, di waktu itulah
pahlawan yang seorangnya lagi telah menangkis golok pangeran
Ghalik dengan kuat. Kembali golok pahlawan itu telah tertabas
putus, karena golok yang dipergunakan oleh pangeran Ghalik
ternyata merupakan golok mestika. Walaupun begitu tokh
pahlawan yang seorang itu telah tertolong jiwanya dari kematian.
478 Dan di saat seperti ini pula, Sasana telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah mencelat ringan sekali sambil mengulurkan tangan
kanannya untuk menotok Jing-kin-hiat dari pahlawan yang seorang
itu. Pahlawan tersebut berusaha untuk mengelakkan diri dengan
melompat ke samping. tapi dia berlaku kurang cepat dari jari
telunjuk Sasana telah menotok tepat sekali Jing-kin-hiat nya,
sehingga tubuh pahlawan itu seketika terkulai lemas tidak
bertenaga dan tidak bisa bergerak lagi.
Sasana tidak berhenti hanya sampai di situ saja karena dengan
gerakan yang cepat luar biasa tampak dia telah menyerang lagi
dengan bacokannya beberapa kali. Dua kali mengenai sasaran di
mana dua orang pahlawan lain telah dilukai tidak berkutik lagi
karena telah tertotok jalan darahnya, sedangkan dua totokan
lainnya yang dilancarkan Sasana kepada Tiat To Hoat-ong
mengenai tempat kosong. Waktu itu keadaan memang tidak menguntungkan buat Tiat To
Hoat-ong, di mana Koksu tersebut juga menyadari bahwa dia harus
cepat-cepat meloloskan diri dari tempat itu.
Pangeran Ghalik yang tengah diliputi kegusaran yang sangat, telah
meloncat lagi dengan goloknya yang membacok ke arah kepala
Koksu itu. Gerakannya cepat, dia yakin bacokannya kali ini tentu
akan berhasil sebab Koksu telah terluka di dalam, jelas tak
mungkin bisa menghindarkan diri dari bacokannya itu.
Tapi di saat golok tengah meluncur dengan tenaga yang kuat dan
Koksu dalam keadaan terancam maut, dan memang Koksu itu
479 tidak memiliki kesempatan untuk berkelit lagi, tampak sesosok
bayangan yang bergerak cepat dan gesit sekali sambil menangkis
golok pangeran Ghalik dengan pedangnya sehingga berbunyi
nyaring sekali dan golok pangeran Ghalik tersampok ke samping.
Rupanya orang yang menolong Koksu tak lain dari Liong Tie Siang,
di mana Liong Tie Siang yang mencekal sebatang pedang mestika.
Setelah ditangkisnya yang pertama berhasil menyelamatkan Tiat
To Hoat-ong, dia telah membarengi lagi dengan tusukan yang
beruntun sampai tiga kali mengincar tiga tempat yang mematikan
di tubuh pangeran Ghalik.
Tikaman-tikaman maut seperti itu memaksa pangeran Ghalik
harus mengelakkan diri dengan melompat mundur dua tindak ke
belakang. Dia juga memutar goloknya untuk melindungi tubuhnya
dari tikaman selanjutnya dari Liong Tie Siang.
Kemudian dengan suara yang bengis pangeran Ghalik telah
membentak, "Liong Tie Siang apakah engkau benar-benar hendak
memberontak" Tahukah kau hukuman apa yang bisa kau terima
jika semua persoalan di sini kulaporkan pada kaisar?"
Tapi Liong Tie Siang rupanya memang telah nekad. Dia tertawa
dingin, katanya, "Pangeran Ghalik, kau jangan memutar balik
persoalan. Engkau yang ingin memberontak dan bermaksud
hendak mengganggu keselamatan kaisar. Tapi sekarang engkau
menuduh kami yang ingin memberontak! Terimalah tikaman ini!
Nanti di hadapan Kaisar, akupun ingin melihat, apakah kau yang
dapat menuduh kami atau memang Kaisar lebih mempercayai
keterangan Koksu!" 480 Membarengi dengan perkataannya itu, tampak Liong Tie Siang
bergerak cepat sekali pedangnya beruntun telah menikam dan
menusuk dengan cepat dan juga jurus yang dipergunakan begitu
luar biasa. Pedangnya itu berkelebat-kelebat cepat bagaikan
secercah sinar perak yang bergulung-gulung di sekitar pangeran
Ghalik seperti juga seekor Naga putih yang tengah mengamuk.
Pangeran Ghalik sendiri sesungguhnya memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, di mana diapun memiliki ilmu silat yang boleh
diandalkannya. Karena waktu Kaisar Mancu meninggal di tangan
Yo Ko, dan pasukan tentara Mongolia telah ditarik mundur pulang
ke tanah air mereka, waktu itu pangeran Ghalik memang telah
berguru pada seorang aneh yang memiliki kepandaian tinggi.
Namun sejauh itu nama gurunya itu tidak diketahuinya, karena
guru tersebut seorang Han, tidak mau memberi tahukannya.
Namun seluruh kepandaian dan ilmu dari gurunya telah
diwariskannya. Kini di saat dia tengah marah seperti itu maka pangeran Ghalik
telah mengeluarkan ilmu goloknya. Goloknya juga menderu-deru
menyambar dahsyat sekali, mengimbangi pedang Liong Tie Siang
yang bergulung-gulung sangat hebat.
Ke duanya sama-sama mempergunakan senjata mustika, karena
itu mereka dapat bertempur dengan seru, tidak ada salah seorang
di antara mereka yang terdesak. Malah semakin lama tampak
mereka seperti tidak memperdulikan keselamatan jiwa mereka
lagi, telah terkurung oleh gulungan-gulungan sinar pedang dan
golok, tubuh mereka hanya berkelebat seperti bayangan belaka.
481 Sasana yang bertempur dengan tubuhnya yang lincah, telah
menghadapi beberapa orang pahlawan pengikut Tiat To Hoat-ong,
tangan si gadis berkelebat-kelebat cepat dan berbahaya, karena
biarpun dia mempergunakan jari telunjuknya namun setiap totokan
yang dilancarkan bisa melumpuhkan lawannya. Malah jika saja
totokan itu mengenai jalan darah yang mematikan tentu lawannya
itu akan menemui kematian, atau sedikitnya akan bercacad.
Waktu itu Hek Pek Siang-sat juga
lebar-lebar mengawasi jalannya
Ghalik dengan Liong Tie Siang.
terancam bahaya, ke duanya
menolonginya. telah mementang mata mereka
pertempuran antara pangeran
Karena jika junjungan mereka
akan segera turun tangan Gochin Talu yang menyaksikan pertempuran telah dimulai, di
mana keadaan kacau seperti itu, telah melompat ke samping Tiat
To Hiat ong hatinya pun berpikir: "Yang terutama sekali Koksu yang
harus diselamatkan dulu!"
Tangan kanannya juga cepat sekali melingkari pinggang Tiat To
Hoat-ong, dia telah berkata perlahan sekali: "Mari kita menyingkir,
Koksu.....!" di mana Gochin Talu telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya mencelat ringan membawa kabur Tiat To Hoat-ong.
Koksu itu girang bukan main karena dia melihat Gochin Talu
memang tetap berdiri di pihaknya, bahkan sekarang tengah
berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Dia yakin, Gochin Talu
tentu akan dapat membawanya pergi keluar dari istana yang
menyerupai perbentengan itu.
482 Tapi Gochin Talu belum lagi bergerak jauh baru beberapa tombak,
telah berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit bukan
main. Belum lagi tubuhnya berhasil menyandak, Gochin Talu yang
ingin melarikan Tiat To Hoat-ong, di waktu itu telah berkesiuran
angin pukulan yang dingin luar biasa, seperti juga selapis es dingin
membungkus Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong.
Tapi Gochin Talu telah cepat-cepat melompat ke pinggir untuk
menghindarkan diri dari pukulan itu. Namun gerakannya jadi
terhambat oleh pukulan tersebut, dan juga orang yang
menghalanginya telah berada di hadapannya. Orang itu tidak lain
dari Swat Tocu! "Hmm!" mendengus Swat Tocu dengan suara yang dingin.
"Hendak dibawa lari kemana si gundul itu?"
Swat Tocu bukan hanya mengejek melainkan tangan kanannya
telah digerakkan untuk menghantam Gochin Talu. Kemudian
menyusul tangan kirinya menyambar lagi akan menghantam lebih
kuat. Cara menyerang Swat Tocu merupakan serangan yang
mengandung tenaga Inti Es yang dahsyat sekali, karena itu sekujur
tubuh Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong telah diliputi oleh selapis
uap dingin yang luar biasa.
Gochin Talu yang mengetahui bahwa Swat Tocu bukan orang
sembarangan, dan menyadari walaupun dia mengerahkan seluruh
kepandaiannya tidak mungkin bisa menghadapi Swat Tocu, hanya
memikirkan cara untuk meloloskan diri. Karena diserang dahsyat
seperti itu oleh Swat Tocu, dan dalam keadaan terdesak dengan
membawa-bawa Tiat To Hoat-ong yang membuat gerakan Gochin
483 Talu kurang begitu leluasa, dia berusaha untuk menyingkir ke
pinggir kiri kemudian menjejakkan kakinya pula, untuk melarikan
diri lagi. Melihat orang ingin menyingkir, Swat Tocu tertawa dingin, katanya:
"Jangan harap kau bisa angkat kaki seenakmu begitu saja!
Tinggalkan si gundul itu!" dan tangan kanannya telah bergerak
cepat sekali, kembali segumpal uap dingin yang menusuk tulang
menyambar lagi ke arah Gochin Talu.
Tiat To Hoat-ong tengah terluka di dalam walaupun dia telah
berhasil membuka jalan darahnya yang semula membeku itu, tokh
dia tidak bisa mempergunakan Soboc nya lagi, karenanya, begitu
Gochin Talu dis?rang beruntun dengan pukulan tenaga Inti Es dari
Swat Tocu, Tiat To Hoat-ong dalam gendongan Gochin Talu jadi
mengigil keras sekali karena dia merasakan hawa yang dingin
melebihi es itu bagaikan menyusup ke dalam tulang sumsumnya,
membuat tubuhnya menggigil dan giginya berceratukan menahan
hawa dingin yang meliputi sekujur tubuhnya.
Tiat To Hoat-ong juga menyadari, jika keadaan seperti ini
berlangsung terus, niscaya akan menyebabkan dia terluka di
dalam lagi. Berarti dia akan mengalami luka yang tidak ringan dan
kemungkinan besar akan membuat dirinya jadi bercacad.
Tapi Gochin Talu memang tidak berdaya untuk cepat-cepat
menyingkirkan Tiat To Hoat-ong dari tempat tersebut. Terlebih lagi
memang Swat Tocu, tokoh rimba persilatan yang liehay luar biasa
itu tidak mau melepaskannya dan telah melancarkan pukulannya
berulang kali, sehingga hawa dingin itu semakin tebal dan juga
484 semakin mengigilkan tubuh. Gochin Talu sendiri telah menggigil
menahan dingin dan ia masih berusaha untuk bertahan agar
dirinya tidak rubuh karena hawa dingin itu.
Swat Tocu memang tidak ingin membiarkan Tiat To Hoat-ong
dibawa pergi Gochin Talu, karena dia telah menyerang terus
dengan pukulan Inti Esnya itu. "Tinggalkan si gundul. Kau boleh
angkat kaki!" bentak Swat Tocu dengan suara yang dingin.
Waktu itu Gochin Tolu, yang sesungguhnya memiliki kepandaian
yang tinggi, tengah memutar otak untuk mencari jalan meloloskan
diri. Jika menghadapi jago-jago biasa, tentu Gochin Talu tidak
memperoleh kesulitan. Cuma saja, sekarang justru yang
merintanginya adalah Swat Tocu, seorang tokoh rimba persilatan
yang memiliki kepandaian yang luar biasa dan sulit diukur
tingkatannya. Dengan nekad, akhirnya Gochin Talu mempergunakan tangan kiri
untuk menyerang kepada Swat Tocu, dia bermaksud begitu Swat
Tocu mundur menghindarkan pukulannya itu, dia ingin
mempergunakan kesempatan itu untuk berusaha melarikan diri
lagi. Namun yang membuat Gochin Talu jadi kaget bukan main, di saat
itu tampak pukulannya seperti lenyap tidak berbekas dan tidak
memberikan hasil apa-apa. Malah Swat Tocu telah menyerang lagi
dengan tangan kanannya, segumpal hawa sangat dingin
menerjang ke diri Gochin Talu dan Tiat To Hoat-ong.
Gochin Talu mengeluh, dia berusaha membuang diri bergulingan
di tanah bersama Tiat To Hoat-ong.
485 Swat Tocu tertawa tawar, katanya dengan dingin: "Hemmm,
mengapa engkau tetap hendak melarikan si gundul" Tinggalkan
dia dan engkau boleh pergi dari sini!"
Tapi Gochin Talu yang telah bergulingan di lantai, tetap merangkul
Tiat To Hoat-ong, yang dipeluknya kuat sekali, kemudian
mengerahkan tenaga dalamnya pada ke dua tangannya. Tahutahu dia melontarkan tubuh Tiat To Hoat-ong sejauh empat tombak
lebih sambil katanya, "Menyingkirlah lebih dulu Koksu!"
Walaupun tubuh Tiat To Hoat-ong tinggi besar, namun dia telah
berhasil dilontarkan begitu jauh, membuktikan tenaga dalam
Gochin Talu memang tidak lemah. Tiat To Hoat-ong sendiri
walaupun dalam keadaan terluka namun masih bisa turun di tanah
tanpa terbanting. Sebagai seorang yang licik dan cerdik, tentu saja Tiat To Hoat-ong
pun kenal bahaya, begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, segera
dia menjejakkan lagi k?dua kaki?ya tubuhnya telah melompat
sejauh dua tombak lebih, dia berusaha untuk melarikan diri.
Swat Tocu tidak memperdulikan Gochin Talu, tahu-tahu tubuhnya
telah berkelebatan dan berdiri di hadapan Koksu itu, kemudian
katanya. dengan tawar: "Kau hendak menyingkir ke mana"!"
Muka Tiat To Hoat-ong berobah merah padam, dia telah menatap
Swat Tocu dengan bola mata terpentang lebar-lebar mendelik
pada Swat Tocu. "Jika kau ingin membunuhku, bunuhlah! Aku tak
takut! Lakukanlah, jangan menghinaku terlebih jauh!" keras sekali
suara Tiat To Hoat-ong. 486 Swat Tocu tertawa mengejek.
"Hemm, jika memang engkau berani untuk menerima kematian,
tentu sejak tadi tidak ada niatan untuk melarikan diri! Baik! Baik!
Jika memang engkau meminta aku mengirimmu menghadap ke
Giam-lo-ong aku tentu tidak akan mengecewakanmu, aku akan
meluluskan keinginanmu itu. Dan setelah berkata begitu, Swat
Tocu menggerakkan ke dua tangannya, yang siap akan
dihantamkan kepada Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan Tiat To Hoat-ong telah mengawasi dengan hati
mengeluh, karena dia yakin dirinya segera akan terbinasa. Begitu
hawa Inti Es dari Swat Tocu menerjang dirinya, tentu tubuhnya
akan membeku dan dia menemui kematian. Namun dia tidak
memiliki jalan lain untuk meloloskan diri, untuk memberikan
perlawananpun dia sama sekali tidak berdaya, karena tengah
terluka seperti itu. Dengan sendirinya Tiat To Hoat-ong hanya menantikan tibanya
kematian. Cuma yang membuat dia menyesal, dirinya harus
menerima kematian dengan cara yang mengecewakan seperti
ini...... "Tahan Swat Tocu Locianpwe!" tiba-tiba ada suara yang berteriak
nyaring, disusul sesosok tubuh yang melompat ke samping Swat
Tocu. Swat Tocu menahan gerakan tangannya yang telah berada di
tengah udara setengah terangkat itu, dia melirik. Dilihatnya orang
yang mencegahnya itu tidak lain dari Yo Him.
487

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa"!" tanya Swat Tocu dengan suara yang dingin.
"Locianpwe!" kata Yo Him cepat. "Kumohon agar kau jangan
membinasakannya.....!" kata Yo Him itu disusul dengan tubuhnya
yang membungkuk memberi hormat.
Swat Tocu telah mendengus lagi,
"Si gundul itu terlalu bertingkah, jika memang aku hendak
membunuhnya. Siapa yang berani melarangku"!"
Yo Him tersenyum sabar, diapun telah menyahut, "Tapi
Locianpwe, jika memang dia dibinasakan tentu akan menimbulkan
badai yang tidak kecil dalam kalangan Kang-ouw, karena
Kaisarnya jelas akan mengerahkan seluruh pahlawannya untuk
melakukan penangkapan dan membinasakan jago-jago daratan
Tiong-goan, di mana j?las yang akan menjadi korban kelak nanti
orang-orang yang tidak bersalah! Karena bisa saja Kaisarnya
menuduh bahwa yang telah mencelakainya adalah kita orangorang Han!"
Swat Tocu berdiam sejenak, namun akhirnya dia tertawa dingin.
"Aku tidak perduli semua itu!" katanya. "Ada hubungan apa
denganku" Aku hanya berurusan dengan si gundul ini!"
"Tapi Locianpwe! Akibatnya sangat besar sekali buat orang-orang
Han yang lemah. Untuk keselamatan mereka, bebaskan pendeta
itu. Nanti boanpwe akan menjelaskan lagi urusan yang jauh lebih
penting!" 488 Swat Tocu ragu-ragu, tapi akhirnya dia telah mengangguk juga.
"Baiklah!" katanya. "Memandang muka terang ayahmu Sin-tiauwtay-hiap, mau juga aku memenuhi permintaanmu ini!"
Waktu itu Tiat To Hoat-ong tertawa dingin.
"Mengapa kau belum turun tangan juga?" ejeknya. "Jika memang
kau ingin membinasakanku, ayoh turun tangan cepat. Aku ingin
melihat apakah engkau memiliki keberanian untuk membunuhku!"
Muka Swat Tocu jadi berubah merah padam karena gusar. Tadi
telah menyanggupi permintaan Yo Him untuk tidak membunuh Tiat
To Hoat-ong, namun sekarang pendeta ini menantang sedemikian
rupa, maka matanya memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.
Dia bermaksud akan menyerang lagi pada Tiat To Hoat-ong.
"Biarlah Swat Tocu Locianpwe, jangan locianpwe membunuhnya.
Kita akan mengurus suatu urusan yang jauh lebih penting......!"
Kemudian Yo Him berkata kepada Tiat To Hoat-ong katanya
dengan tawar: "Pergilah! Jika memang kelak ternyata engkau
mencelakai orang-orang Han yang tidak bersalah, aku tentu akan
mengajak locianpwe-locianpwe lainnya untuk mencarimu! Waktu
itu biarpun engkau berlutut sambil menangis memohon
pengampunan tidak akan kami layani......!"
Tiat To Hoat-ong tertawa dingin. dia mengebutkan lengan
jubahnya! "Bocah, apakah engkau tidak menyesal?"
489 "Pergilah!" menyahuti Yo Him. Tapi Tiat To Hoat-ong tidak segera
berlalu. Waktu itu Swat Tocu telah melangkah dua tindak ke depan, dia
bilang dengan bengis: "Jika memang aku tidak ingin memberi muka
terang kepada Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, tentu jiwamu itu telah
kukirim pergi menghadap pada Giam-lo-ong! Sekarang kau
bertingkah pura-pura tidak takut mampus dan tidak mau segera
angkat kaki! Hmmm, inilah tanda mata dariku!" Dan tangan kanan
Swat Tocu bergerak menghantam Tiat To Hoat-ong, dan dia
menghantam jalan darah Leng-jin-hiatnya si pendeta, untuk
membuat si pendeta bercacad seumur hidupnya menjadi manusia
lumpuh. Yo Him terkejut, namun dia tidak bisa mencegahnya karena Swat
Tocu melakukan pukulan itu cepat sekali.
Tapi di saat Tiat To Hoat-ong terancam bahaya, terdengar suara
orang tertawa hahaha hihihi, disusul dengan sesosok tubuh yang
berkelebat sangat gesit sekali. Malah telah menghadang di depan
Swat Tocu, mempergunakan tangan kanannya untuk
menyanggahi pukulan tangan Swat Tocu.
"Plakk!" terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, dan di
waktu itulah tampak jelas tubuh Swat Tocu bergoyang-goyang
akan terhuyung ke belakang, namun kuda-kuda ke dua kakinya
masih tetap di tempatnya. Begitu juga orang yang baru datang itu
tubuhnya bergoyang-goyang.
Swat Tocu lalu mementang matanya lebar-lebar dilihatnya yang
berdiri di hadapannya adalah seorang lelaki tua dengan keadaan
490 yang luar biasa. Sebab selain rambutnya yang telah putih itu
tumbuh panjang menutupi bahunya, juga kumis dan jenggotnya
yang telah berwarna putih itupun tumbuh panjang sampai ujungnya
menyentuh tanah. Yo Him pun terkejut, tidak terkecuali Tiat To Hoat-ong. Karena
mereka segera mengenalinya bahwa orang yang keadaannya luar
biasa itu tidak lain dari Ciu Pek Thong!.
"Ciu Locianpwe!" berseru Yo Him girang bukan main.
Si tua berandalan telah tertawa dengan sikapnya yang jenaka, dia
pun membalas sapaan Yo Him: "Yo Hiante! Ai, ai kau menimbulkan
kerusuhan di sini, sehingga aku terpaksa harus memperlihatkan
diri! Ai, engkau telah membuat aku jadi salah tingkah, semua ini
adalah gara-garamu. Berdiam di tempat persembunyian salah,
keluar juga salah harus berhadapan dengan begundal ini!"
Dan sambil berkata begitu Ciu Pek Thong, si tua berandalan itu
telah menunjuk kepada Tiat To Hoat-ong. "Muridku telah
menceritakan segalanya, memang si gundul ini jahat sekali! Dulu,
waktu engkau belum terlahirkan, si gundul inipun telah
mengganggu ayah ibumu sehingga ibumu melahirkan tanpa
didampingi ayahmu!" Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong mementang matanya
lebar-lebar memperlihatkan sikap jenaka, katanya lagi meneruskan
bicaranya tadi, "Dan akhirnya terlahirkan seorang bocah nakal
seperti kau yang sekarang memiliki kepandaian yang tinggi dan
disebut-sebut selalu oleh muridku, hua ha haa haaa!" Ciu Pek
Thung tertawa bergelak dengan suara yang nyaring sekali. Loo491
boan-tong tampaknya tidak memperdulikan bahwa di tempat itu
berkumpul banyak sekali orang, dan juga ada beberapa orang
tengah bertempur hebat sekali mempertaruhkan jiwanya.
Yo Him girang bukan main, dia telah maju untuk memberi hormat
pada Loo-boan-tong kemudian bertanya dengan perasaan heran:
"Mengapa Ciu Locianpwe meninggalkan Tho-hoa-to"!"
"Aku bosan menemani Oey Lo Shia!" sahut Ciu Pek Thong, "Setiap
hari hanya main catur diam seperti patung, akhirnya aku ingin
pesiar. Oey lo Shia juga tidak melarang keinginanku ini, maka aku
telah meninggalkan pulaunya.....!"
"Apakah puteri pangeran Ghalik, nona Sasana, murid Ciu
Locianpwe?" tanya Yo Him.
"Tepat, tidak salah!" mengangguk si tua berandalan itu.
Waktu itu Sasana yang tengah dikepung oleh beberapa orang
pahlawan yang jadi pengikut Tiat To Hoat-ong telah berseru girang:
"Suhu, akhirnya kau mau juga keluar......!"
Ciu Pek Thong mendengar seruan muridnya dia tertawa terbahakbahak kemudian menyahuti: "Muridku, teruskan menghajar kurcaci
itu.....! Aku sendiri akan mengikir kepala gundul Tiat To Hoat-ong
ini jadi lebih licin!"
Swat Tocu waktu itu gusar bukan main karena pukulannya telah
ditangkis oleh Ciu Pek Thong. Walaupun di hatinya dia mengakui
bahwa kepandaian dan tenaga dalam Ciu Pek Thong bukan
sembarangan, kemungkinan juga lweekangnya itu tidak berada di
492 sebelah bawah kepandaiannya. Namun dia penasaran sekali
sebab Ciu Pek Thong telah begitu lancang menghalangi untuk
turun tangan pada Tiat To Hoat-ong, sedangkan Ciu Pek Thong
sendiri tidak memperdulikannya dan berjenaka seenaknya.
"Hai tua bangka jenggotan?" bentak Swat Tocu dengan suara yang
dingin. "Apakah engkau ingin main-main denganku?"
Ciu Pek Thong telah menoleh memandang tajam pada Swat Tocu,
kemudian berkata dengan tertawa jenaka: "Ha, galak benar"!
Mengajak aku main-main kok galak seperti itu" Apakah kau
hendak mengajakku main kelereng atau main catur" Main kelereng
aku mau, tapi kalau memang main catur aku menyerah saja.....!"
Swat Tocu telah memandang bengis sekali pada Ciu Pek Thong.
"Aku bukan tengah bergurau denganmu," katanya dengan suara
yang dingin: "Aku tahu engkau memang memiliki kepandaian yang
lumayan, dan engkaupun tentu Loo-boan-tong, adik seperguruan
dari Ong Tiong Yang bukan?"
Ciu Pek Thong mengangguk sambil tetap tertawa jenaka, dia
bilang: "Ya ya, ya, benar apa yang kau bilang! Tapi, jika mengajak
orang untuk main-main, jangan ajak-ajak seperti itu. Aku Loo-boantong paling tidak enak jika dibentak-bentak seperti itu."
"Jika kau dibentak-bentak apa yang akan kau lakukan?" tanya
Swat Tocu dingin. "Aku tidak sudi menemani kau main-main!" menyahuti Ciu Pek
Thong. 493 "Kalau aku memaksanya apakah kau tetap bisa menolaknya?"
tanya Swat Tocu dengan mendongkol berbareng geli juga melihat
lagak si tua berandalan yang jenaka ini.
"Oh tentu, tentu, jika aku bilang tidak mau, biar kau sampai
terkencing-kencing di situ, tetap aku tidak mau!" menyahuti Ciu Pek
Thong. Muka Swat Tocu jadi merah, dia tambah mendongkol.
"Aku hendak melihat apakah kau bisa menolak ajakanku untuk
main.....?" katanya, yang disusul dengan gerakan tangan
kanannya. Tapi Ciu Pek Thong bersikap acuh, cuma saja dikala tangan Swat
Tocu hampir tiba di saat itulah dia telah mengeluarkan suara
bentakan yang nyaring dan tangan kirinya menolak. Ternyata dia
telah mempergunakan Kong-beng-kun di mana dia memang bisa
memecah ke dua tangannya itu seperti menjadi dua, yang bisa
digerakan setiap tangannya dengan jurusnya masing-masing.
Tolakan Ciu Pek Thong tidak keras, tapi hebat kesudahannya. Ciu
Pek Thong memang telah mencapai kesempurnaan ilmunya.
Coan-cin-kauw merupakan pintu perguruan yang lurus dan bersih
terutama sekali Ong Tiong Yang memang selalu mengutamakan
kelurusan dan kebersihan dalam pintu perguruannya, yang ilmu
silatnya merupakan golongan lurus dan juga kebersihan pikiran,
yang mengutamakan pula kejujuran. Ciu Pek Thong setelah
berhasil memecahkan pelajaran Coan-cin-kauw menembus
sampai puncak kesempurnaan. Kini boleh dibilang jarang ada
494 orang yang bisa menandinginya, hanya beberapa orang saja yang
setanding dengannya, itupun bisa dihitung dengan jari tangan.
Jika memang lawannya terdiri dari jago biasa saja, dengan
menggerakan tangannya yang satu itu, tentu lawannya akan
terpental hebat. Jika memang tidak terbinasa, tentu sedikitnya
terluka parah sekali. Namun justru sekarang yang menjadi
lawannya adalah Swat Tocu, yang juga kepandaiannya tidak
rendah, maka tangkisan Ciu Pek Thong itu cuma dapat
membendung serangan Swat Tocu tidak mampu menggempur
kuda-kuda Swat Tocu. "Ha, rupanya memang aku bertemu teman bermain yang hebat
sekali!" berseru Ciu Pek Thong. "Sungguh menyenangkan sekali!
Sungguh menyenangkan sekali!"
Memang Loo-boan-tong merupakan seorang yang menuruti sifat
berandalan, namun juga jenaka. Iapun memang senang sekali
untuk menekuni pelajaran silat. Semakin aneh dan hebat
kepandaian yang dihadapinya, semakin bersemangat si tua jenaka
ini untuk mempelajarinya.
Namun walaupun demikian, disamping senang mencari urusan
dengan orang, diapun seorang yang jujur dan polos. Karena itu
walaupun dia seorang yang berandalan namun dihormati oleh
orang-orang rimba persilatan. Jika memang bertemu dengan
lawan yang tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi Ciu Pek
Thong semakin tertarik dan semakin bersemangat untuk berkelahi.
Sekarang melihat Swat Tocu memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, walaupun dia tidak kenal entah siapa adanya Swat Tocu,
495 namun Ciu Pek Thong tertarik sekali. Semangatnya terbangun dan
diapun tertawa telah melompat ke sana ke mari dengan gerakan
yang gesit, beruntun dia melakukan totokan, pukulan dan
jambretan. Semua gerakannya itu sangat cepat sekali, tangannya berkelebatkelebat cepat seperti juga kilat. Dan waktu itu Swat Tocu untuk
menghindarkan ke tiga jurus serangan Ciu Pek Thong harus
menyingkir ke samping, guna melewatkan pukulan-pukulan itu.
Ciu Pek Thong jadi heran dan merasa aneh sekali melihat bahwa
ke tiga jurus serangannya itu tidak berhasil mengenai sasarannya.
"Eh, benar-benar engkau memiliki kepandaian yang bolehan!"serunya. Diapun bersiap-siap untuk melancarkan
pukulan-pukulan berikutnya, maka dalam keadaan seperti itu,
diapun telah mengempos semangatnya, karena Ciu Pek Thong
memang semakin girang bertemu dengan lawan tangguh.
Swat Tocu semakin mendongkol. Orang itu telah menyerangnya
tiga kali, maka kini adalah gilirannya untuk membalas menyerang,
tentu Swat Tocu juga tidak mau berdiam diri saja. Dengan serentak
ke dua tangannya digerakkan, "Wuss" angin yang dingin sekali
menyambar ke arah Ciu Pek Thong.
"Ihhh, dingin!" Ciu Pek Thong tiba-tiba berseru sambil menggigil.
Dia tertawa-tawa. "Sungguh dingin! Seperti aku tengah mandi di air
salju!" Tetapi sama sekali Ciu Pek Thong tak terpengaruh lama oleh hawa
dingin itu. Karena tubuhnya sudah tidak menggigil lagi. Dikala si
496 tua berandal yang jenaka itu mengempos lweekangnya untuk
memberikan perlawanan membendung hawa dingin itu.
"Ayo seranglah lagi..... enak....., nyaman. Ayo serang lagi, yang
lebih dingin!" berseru Ciu Pek Thong dengan suara yang nyaring
disertai tertawanya berulang kali.
Swat Tocu berdiri tertegun, karena dia tak menyangka bahwa Ciu
Pek Thong sanggup menghadapi serangannya yang dahsyat itu,
karena tadi dia telah menyerang dengan menggunakan kekuatan
enam bagian. Dengan demikian jika jago biasa tentu tubuhnya
seketika itu juga akan membeku kaku.
Tapi Ciu Pek Thong hanya menggigil sejenak, kemudian malah
minta dipukul lagi. "Baik, coba kau terima ini!" berseru Swat Tocu dengan suara yang
nyaring, diliputi oleh kegusaran dan ke dua tangannya telah
digerakkan. Swat Tocu dalam keadaan penasaran seperti itu kali
ini telah menyerang dengan mempergunakan delapan bagian dari
Inti es. Jelas hawa dingin yang menyambar kepada Ciu Pek Thong
juga semakin hebat dibandingkan dengan yang tadi, di mana jika
memang orang biasa yang menerima serangan seperti itu, selain
akan segera terbungkus lapisan es dan menjadi beku, pun segera
terbinasa karena seluruh darah di tubuhnya akan ikut beku.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Ciu Pek Thong menerima serangan itu dengan tubuh
menggigil sebentar, diapun berseru-seru jenaka: "Nyaman sekali!
Ohhh, sungguh nyaman.....!" dan sebentar kemudian, tubuhnya
sudah tidak menggigil lagi, malah Ciu Pek Thong telah meneruskan
seruannya sambil menggerakkan ke dua tangannya bergantian
497 seperti tengah mengupas: "Ohhh, ayo serang lagi..... mana hawa
dinginmu..... sungguh panas, sungguh hawa udara yang buruk
demikian panas.....! Mana hawa dingin yang nyaman itu?"
Swat Tocu jadi penasaran bukan main, ia mengeluarkan suara
bentakan tanpa memberikan tanggapan suatu apapun juga atas
perkataan Ciu Pek Thong, dia telah menyerang lagi dengan dua
kali pukulan. Cara memukul Swat Tocu kali ini merupakan pukulan
yang benar-benar dahsyat, karena selain ke dua tangannya
digerakkan serentak dan tenaga dalamnya yang dipergunakan
delapan bagian, tubuhnya juga berputar-putar, karena dia hendak
mengincar bagian yang mematikan di tubuh Ciu Pek Thong.
Hebat tenaga serangan dari Swat Tocu membuat Ciu Pek Thong
kali ini tidak bisa main-main. Dia telah melompat ke atas setinggi
empat tombak. Gerakan yang dilakukan oleh Ciu Pek Thong membuat angin
pukulan dari Swat Tocu jatuh di tempat kosong, dan malah
menghantam sebuah patung singa-singaan yang terdapat tak jauh
dari batu gunung-gunungan itu.
Seketika itu juga singa-singaan terbungkus oleh lapisan es, dan
kemudian terdengar suara "kretek," yang perlahan, ketika lapisan
es telah mencair, patung singa-singaan itu telah hancur menjadi
bubur. Di kala itu tampak Swat Tocu yang penasaran bukan main telah
mulai memukul lagi. Cara memukulnya juga lebih hebat dari tadi.
Ciu Pek Thong tiga kali harus menghindarkan diri dan tiga kali pula
pukulan yang dilakukan oleh Swat Tocu menghantam batang
498 pohon dan dinding di tempat itu, yang seketika menjadi hancur
setelah terbungkus oleh lapisan es.
Ciu Pek Thong meleletkan lidahnya, dia berseru berulang kali:
"Hebat! Berbahaya sekali! Hebat bukan main! Hebat!"
Namun pujian yang diberikan Ciu Pek Thong dengan sikap jenaka
seperti itu telah membuat Swat Tocu tambah mendongkol, karena
dia merasakan bahwa pujian itu merupakan ejekan untuknya,
bukankah dia menyerang selalu tanpa berhasil"
Dengan mengeluarkan suara erangan yang nyaring, tampak Swat
Tocu bertubi-tubi telah menyerang lagi kepada Ciu Pek Thong.
Sedangkan Yo Him dan Sasana yang telah berhenti dari
bertempurnya dengan pahlawan, mengawasi dengan hati yang
berkuatir sekali. Begitu juga dengan para pahlawan yang menjadi
anak buah serta kaki tangannya Tiat To Hoat-ong telah berdiri
mematung memandang kehebatan ke dua orang yang tengah
bertempur itu, yang membuat mereka jadi menggidik, karena
setiap kali Swat Tocu gagal menyerang Ciu Pek Thong, barangbarang yang menjadi korban dari pukulan Swat Tocu akan hancur
setelah dilapis es. Itulah pemandangan yang baru pertama kali
disaksikan mereka, karena inilah cara bertempur luar biasa.
Ciu Pek Thong sendiri juga tidak berdiam diri, si tua yang berandal
ini tidak mau kalah, karena diapun telah memperlihatkan
kehebatannya. Setiap kali dia berhasil menghindarkan diri dari
pukulan Swat Tocu, Ciu Pek Thong mengayunkan salah satu
tangannya, dia menghantam.
499 Memang Ciu Pek Thong telah meyakinkan Kiu-im-cin-keng, karena
itu tidak terlalu mengherankan lagi, tokoh persilatan dari Coan-cinkauw yang memiliki kepandaian tinggi, inipun membuat Swat Tocu
jadi kewalahan juga. Mereka seperti berimbang, hanya saja
kepandaian mereka belaka yang berlainan sifat, tapi untuk
kesempurnaan ilmu silat masing-masing, mereka telah mencapai
puncaknya. Beberapa kali Ciu Pek Thong berhasil memukul membuat Swat
Tocu jadi terdesak hebat oleh angin gempurannya yang bagaikan
gunung runtuh itu. Dan Swat Tocu jika memang bukannya memiliki
kuda-kuda kaki yang benar-benar tangguh dan sempurna jelas
siang-siang telah berhasil dirubuhkan oleh Ciu Pek Thong.
Dengan demikian tampak Swat Tocu juga mulai berpikir dua kali
untuk menyerang dengan membabi buta, karena itu dia telah
memperhitungkan tiap serangannya. Sedikit saja dia melakukan
suatu kesalahan dalam melontarkan pukulannya, niscaya dirinya
sendiri yang akan menerima bahaya tak kecil di tangan Ciu Pek
Thong. Karena itu sekarang tampak ke dua orang tua itu telah saling
menerjang bukan dengan cara yang cepat. Mereka menggerakkan
ke dua tangan dan tubuh mereka dengan perlahan dan teratur,
namun tenaga dalam yang mereka salurkan dalam setiap pukulan
mereka mengandung kekuatan yang dahsyat, yang bisa
membinasakan. Itulah pertempuran yang bukan main-main lagi
seperti yang dianggap oleh Ciu Pek Thong pada mulanya.
500 Ciu Pek Thong sendiri walaupun berandalan dan jenaka, namun
otaknya tidak dungu. Ia merupakan seorang yang cerdas juga,
hanya saja terlalu jujur. Sekarang melihat Swat Tocu telah
mendesak dirinya bertubi-tubi seperti itu, dengan setiap serangan
yang bisa mematikan, Ciu Pek Thong telah merobah cara
bertempurnya. Hanya saja mulutnya tidak hentinya mengoceh, "Sungguh
mengagumkan! Sungguh mengejutkan! O, o, bukan main!
Sungguh mengagetkan sekali! Ai, ai, mengapa menyerang seperti
kalap begitu! O, o, menyeramkan sekali!"
Ciu Pek Thong yang mengoceh, namun yang panas hatinya adalah
Swat Tocu, sampai tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
hebat itu mengeluarkan suara erangan penasaran dan gusar
sambil menyerang semakin hebat. Karena penasaran Swat Tocu
bertekad untuk dapat merubuhkan Ciu Pek Thong.
Memang sudah lama ia mendengar akan hebatnya kepandaian Ciu
Pek Thong, yang menurut sebagian dari tokoh-tokoh Rimba
Persilatan bahwa kepandaian yang sekarang dimiliki Ciu Pek
Thong telah berimbang dengan kepandaian Ong Tiong Yang.
Tetapi karena baru mendengar nama dan belum pernah bertemu
muka, dengan sendirinya, baru kali inilah Swat Tocu mengetahui
dan melihat sendiri bahwa kepandaian Ciu Pek Thong, memang
merupakan kepandaian yang luar biasa. Kepandaian dan ilmu dari
si tua berandalan tersebut yang berasal dari kitab Kiu-im-cin-keng
itu benar-benar merupakan kepandaian yang sulit sekali untuk
dihadapinya. 501 Walaupun ilmu Inti Es nya telah mencapai tingkat yang sempurna,
namun Swat Tocu tidak bisa berbuat banyak. Swat Tocu
menyadari juga bahwa pertempuran mereka kali ini bukanlah
pertempuran sembarangan, karena sekali saja salah satu dari
pukulan mereka terkena pada sasarannya, niscaya lawannya akan
segera terbinasa. Begitu juga dengan keadaan dirinya, jika sekali
saja dia berayal untuk mengelakkan diri, niscaya dia akan
menemui bencana yang tidak kecil.
Waktu itu Ciu Pek Thong mengerutkan sepasang alisnya waktu
melihat betapa Swat Tocu telah menyerang semakin hebat dan
Walet Emas Perak 9 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Tapak Tapak Jejak Gajahmada 5

Cari Blog Ini