Ceritasilat Novel Online

Manusia Harimau Marah 3

Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra Bagian 3


pun tidak pernah menyinggung keinginan yang demikian, pertanda keimanan dan
kesopanan yang sekarang tidak semua laki-laki atau pemuda memilikinya. Keduanya
telah mencita-citakan atau mengkhayalkan kehidupan yang lebih indah kelak dengan
mempraktekkan keluarga berencana. Cukup dengan dua anak laki-laki dan seorang
perempuan. Tiada lagi rintangan, tinggal menunggu saatnya.
Tetapi apa mau dikata. Bagi Sabrina pun kiranya berlaku apa yang selalu terjadi
pada manusia. Kejadian yang tidak pernah dimimpikan. Diangan-angankan pun tidak.
Sabrina merasakan benar perbedaan Fadli. Pada hari yang getir dan terlupakan
olehnya itu. Hari j umat yang naas. Senaas jumat delapan tahun yang lalu tatkala ayahnya
dikeroyok dan dibunuh oleh orang-orang sekampung. Pada hari itu, tatkala ia
bertemu dengan Fadli sesuai dengan perjanjian untuk kesekian puluh kalinya,
laki-laki itu kelihatan agak gugup. Barangkali ia berusaha menyembunyikannya,
karena ia selalu punya perasaan halus, tetapi jika demikian halnya maka ia tidak
sepenuhnya berhasil. "Kau agak lain Fad," kata Sabrina. "Ada apa?"
"Uh tidak apa-apa. Tidak apa-apa," Fadli dua kali mengulangi kalimat yang sama,
satu dari sekian pertanda kegugupan seseorang.
"Kau menyembunyikan sesuatu padaku Fad," desak Sabrina. "Suatu rahasia yang tak
boleh kuketahui?" "Tidak Ina, tidak ada rahasia. Apa pula yang mau kurahasiakan !"
"Aku sudah terlalu mengenal dirimu Fad. Ada sesuatu yang tak beres. Katakanlah!"
desak Sabrina lagi. Kini Fadli diam. Tidak menjawab, tidak membantah. Sabrina sudah tidak ragu-ragu,
memang ada sesuatu yang mengganggu kekasihnya itu.
Kemudian Fadli memandang lalu seperti meneliti wajah Sabrina. Seolah-olah baru
kali itu ia melihatnya dan seperti ada sesuatu yang dicarinya. Lalu ia
memperhatikan bibir serta hidung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sabrina. Wajahnya pucat, ia benar-benar melihatnya kini. Parit di bawah hidung
tidak ada. Benarlah seperti kata pamannya. Sabrina itu anak si Maulana Sutan Rimbogadang,
yang cindaku, harimau jadi-jadian yang dibunuh orang kampung delapan tahun yang
silam. Itu buktinya. Parit itu tidak ada. Selama hari ini Fadli tidak pernah
melihatnya padahal ia telah ratusan kali menikmati wajah yang licin cantik itu.
"Apa yang kau perhatikan Fad?" tanya Sabrina heran bercampur ingin tahu.
Fadli menggeleng. "Katakan!" pinta Sabrina.
"Aku tak percaya Ina, tetapi rupanya benar," kata Fadli. Akhirnya ia toh harus
mengatakannya. "Apa yang kau tak percaya, tetapi benar?" tanya Sabrina.
"Kau pun mengetahuinya Ina."
"Apa yang aku pun tahu?"
"Di bawah hidungmu. Tidak ada parit."
Sabrina terkejut. Dia raba bawah hidungnya, ada. Parit itu ada. Jelas terasa
olehnya. Dan memang benar parit itu ada. Mata Fadli telah tertipu oleh cerita
paman yang begitu sungguh-sungguh. Dan memang pamannya itu mengatakan yang
sebenarnya. Bahwa Sabrina anak Maulana gelar Sutan Rimbogadang.
Sabrina segera mengerti apa maksud Fadli. Ia hendak mengatakan bahwa Sabrina
cindaku, harimau jadijadian betina. Sebab ayahnya harimau jadi-jadian.
Sabrina menerima nasib tanpa protes. Sangat menyakitkan hati. Tetapi itulah
suatu nasib yang benar-enar sudah jadi suratan badan. Cinta kasih yang begitu
indah bisa putus mendadak. Secara sepihak tanpa ada kesempatan bagi pihak lain
untuk pantas mengatakan bahwa yang demikian tidak adil. Di dunia memang tidak
selalu ada keadilan. Bahkan hakim yang diharapkan adil pun selalu menjatuhkan
vonis yang tidak adil. Sengaja tak mau adil dan tidak perlu takut pada siapapun
di dunia ini. Atau tanpa sengaja telah menjatuhkan hukuman yang tidak adil.
Keadilan sejati hanya ada kelak. Di dunia yang lain, di mana bukan hanya
manusia-manusia semacam apa yang ada di permukaan bumi ini yang menjadi hakim.
Di sana manusia yang jadi hakim itu sendiri akan diadili oleh Hakim yang tidak
bisa keliru dan tidak bisa dibeli. TUHAN, hanya Dia Hakim yang benar-benar maha
adil. Terhadap keputusanNya tidak ada tertuduh yang bisa naik banding. Tidak
seperti di dunia ini. Hakim lain yang dinamakan hakim Pengadilan Tinggi bisa
mengubah keputusan Pengadilan biasa. Lalu Mahkamah Agung bisa mengubah keputusan
Pengadilan Tinggi. Sedih hati Sabrina tak mudah dilukiskan dengan katakata. Bukan terutama karena
kehilangan seorang manusia bernama Fadli! Dia bukan wanita lemah yang mau minta
dikasihani. Bukan macam dia orangnya yang mau mengemis kasih. Dia sedih karena
dia ditakdirkan menjadi anak cindaku. Tidak cukup kematian ayahnya membuat dia
berurai air mata tatkala ia baru berusia sebelas tahun. Kini ia merasa dihina
oleh manusia yang pernah memeluk menciuminya sambil melagukan senandung cinta
yang maha indah. Sejak itu Sabrina menjauhkan diri dari laki-laki. Padahal tak sedikit yang
berdaya upaya dengan segala macam cara mendekati dia. Yang tampan, yang
berkedudukan baik, yang kaya, semua ads.
Kalau mau dikata Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sabrina tinggal pilih sebenarnya tidak berlebih-lebihan. Beberapa orang muda
mengadu untung dengan berkirim surat. Ada yang sekedar ingin berkenalan sebagai
awal dari kisah yang diharapkan akan panjang. Ada yang cukup konyol untuk sertamerta menyatakan cinta dan mau berbuat apa raja demi cintanya pada pandangan
pertama itu. Kalau dikaji-kaji cara orang menyatakan cinta, entah cinta monyet
entah pun cinta gombal, kita akan merasa geli. Dan kadang-kadang juga kasihan.
Semua itu tidak bisa lagi menggugah hati Sabrina yang telah dijauhi oleh Fadli
karena ia anak cindaku. Ia bahkan benci! Mereka itu menyatakan ingin berkenalan
atau ingin bersahabat intim, semata-mata karena ia cantik. Bilamana kelak mereka
telah mengetahui atau mendengar raja, bahwa is anak harimau jadi-jadian, maka
mereka akan serta-merta menjauhkan diri. Karena merasa takut atau merasa malu.
Siapa pula yang mau bercintaan dengan anak cindaku. Kalau si cantik mendadak
jadi harimau, yang lazimnya ganas dan pemakan daging apa raja, pacar atau suami
pun pasti akan dikoyak dan disantapnya.
Tetapi beberapa hari setelah ia bertemu dengan Erwin di pesawat dari
Ujungpandang ke Jakarta, perasaan yang tak disukainya itu timbul di dalam
dirinya. Ia teringat-ingat pada pemuda itu, yang pada pertemuan kedua ternyata
telah menjadi duda dengan cara yang amat tragis.
Kemudian, tanpa dapat dilawan ia begitu ngin membunuh babi hutan yang berasal
dari manusia itu. Ia ingin menunjukkan kepada Erwin bahwa dia benar-benar
sahabat yang setia. Semua keinginan itu karena perasaan yang pernah padam sama
sekali setelah ia dijauhi Fadli.
Bab 8 APA yang disaksikan Erwin bukan mimpi. Sabrina telah berubah rupa. Walaupun
tidak atau belum seluruhnya jadi harimau, tetapi ia bukan lagi Sabrina yang
cantik tadi. Kemudian hidungnya berubah jadi hidung harimau.
Mukanya berbulu. Tetapi matanya tetap mata manusia. Mata Sabrina yang indah.
Rambutnya pun masih rambut Sabrina yang ikal sampai ke bahu. Perubahan itu
berlangsung terus. Tidak seperti Erwin dari manusia erubah ke harimau. Prosesnya
lain. Kini tangan dan kakinya berbulu.
Serupa harimau. Erwin memperhatikan dengan perasaan tegang. Yang disaksikannya
adalah perubahan manusia ke ujud harimau. Inikah yang menyebabkan Sabrina tidak
takut tatkala ia di pesawat melihat tangan Erwin pelan-pelan ditumbuhi bulu
harimau" Sebangsakah dia dengan Sabrina" Ada hubungan keluargakah" Kenalkah ia
pada orang tua Erwin, Dja Lubuk dan Saodah"
"Percayakah kau kini, mengapa aku minta diberi kesempatan untuk menghadapi
manusia babi yang telah menimbulkan bencana atas dirimu Erwin?" tanya Sabrina.
"Kau Sabrina, kau," kata Erwin tanpa sanggup meneruskan.
"Benar, aku manusia harimau atau katakanlah wanita harimau! Ayahku cindaku!"
"Adduuuh Sabrina . . ." lagi-lagi Erwin terhenti dengan kalimatnya.
"Apanya yang aduh. Kau kasihan padaku" Tak usah Er, aku bukan orang yang suka
dikasihani. Sudah begini penentuan. Kuterima apa adanya," Sabrina terdiam dan pada wajahnya
membayang suatu perasaan duka yang tak tersembunyikan. Kemudian air mata itu!
Yang tak pernah kering manakala ia teringat akan peristiwa ang menimpa ayahnya
dan mereka sekeluarga, pada hari Jumat naas yang membuat mereka jadi buah bibir
orang sekampung. "Kalau ada yang kusedihkan Er, maka ia hanya malapetaka yang menimpa diri
ayahku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di mana beliau sekarang" Di Jakarta ini?"
"Ia telah tiada. Dikeroyok dan dibunuh orang. Padahal ayahku itu tak pernah
menyakiti siapapun. Itulah yang tak dapat kulupakan!"
"Tetapi mengapa?" tanya Erwin.
Meskipun dalam keadaan masygul oleh kenangan, Sabrina menceritakan juga secara
singkat bagaimana peristiwa itu terjadi. Erwin dapat merasakan betapa besar
dukacita keluarga Sabrina.
Tentu tak kalah getirnya dari bencana yang menimpa dirinya.
"Siapa kepala pengeroyok itu Ina?" tanya Erwin.
"Mengapa" Itu sudah lama berlalu."
"Tiap orang ramai mengeroyok mesti ada yang jadi biang keladinya!"
"Memang ada. Sutan Mandiangin, jago silat di masa itu. Semua orang takut
padanya. Mengapa kau tanya" Kau takkan kenal padanya!"
"Ah tidak apa-apa. Sekedar tanya saja," sahut Erwin. Dan nama itu diingatnya
baik-baik di dalam benaknya. Sutan Mandiangin, jago silat di daerah Sungai
Penuh. "Kita kini lebih bersahabat, bukan?" tanya Sabrina. Erwin hanya memandang. Tanpa
kata, tetapi cukup jelas bagi Sabrina. Dan ia senang. Banyak alasan untuk merasa
senang, walaupun ia harimau jadi-jadian betina.
Sabrina bertanya, apakah Erwin kini mau memperkenankannya turut serta mencari
babi manusia itu. Tetapi Erwin tetap menolak dengan halus. Bukan urusan gadis itu, walaupun mereka
bersahabat. "Persahabatan tak usah diikat dengan mempertaruhkan nyawa Ina," kata Erwin.
"Tetapi aku ingin membunuhnya karena ia membunuh istri dan anakmu. Orang semacam
itu harus dibinasakan. Aku ingin ia merasakan bagaimana seorang wanita tak
sempurna semacam aku ini bisa merupakan lawan yang tak terkalahkan olehnya. Kau
beri aku peluang ini sahabat baikku yang malang," kata Sabrina. Ia berkata
seperti merayu, tetapi sebenarnya Sabrina hanya menyampaikan apa yang benarbenar terasa di dalam hatinya. Dan Erwin pun dapat merasakan bahwa wanita itu
hanya berkata seadanya saja. Bukan hendak mengambil muka dan sama sekali bukan
bermaksud takbur terhadap manusia babi yang amat ganas itu.
"Aku dulu mencobanya Ina, kalau aku gagal, kau turun tangan. Binasakan dia
sesuai dengan keinginanku dan setimpal dengan kebuasannya yang tak kenal batas."
"Kalau begitu kehendakmu apa boleh buat. Tetapi aku masih ingin mengatakan bahwa
kau mengecewakan harapanku Erwin."
"Mengecewakan untuk kebaikan masih jauh lebih baik daripada mengizinkan untuk
kebinasaan. Apakah tidak begitu pendapatmu?"
"Cara berpikirmu itu baik sekali. Tetapi aku tidak akan binasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah kalau begitu, pada lain kesempatan!"
"Lain kesempatan katamu" Apakah kau masih punya musuh-musuh lain?"
"Musuh tidak selalu kita ketahui dan tidak selalu kelihatan Ina."
"Kau amat bijaksana!"
"Entahlah. Aku tidak merasakannya. Aku dapat dikatakan bijaksana kalau aku
tadinya membawa serta anak dan istriku ke Ujungpandang."
"Erwin, aku ingin bertanya. Kau tidak akan marah" Kita sudah bersahabat bukan" Aku begitu ingin mengetahui
lebih banyak tentang dirimu!"
"Kau sudah mengetahui apa yang kau perlu tahu. Bahwa aku manusia harimau yang
saban waktu bisa berubah ujud."
"Aku tidak iebih beruntung dari kau Erwin. Kau telah melihatnya," kemudian
Sabrina secara berangsur-anggsur menjadi manusia biasa kembali. Seorang gadis
cantik dengan mata jelita. Baru Erwin seorang melihat bahwa ia bisa berubah
rupa. Baru kali itu pula Sabrina mengalami perubahan. Ketika akan berubah tadi
ia seperti melihat ayahnya yang telah meninggal delapan tahun yang silam. Dan
inilah untuk pertama kali Sabrina mengetahui bahwa ia pun seorang cindaku. Pada
umur sembilan belas tahun baru kecindakuan itu menjelma ke dalam dirinya.
Anehnya ia tidak merasa takut dan tidak menyesal. Mungkin karena sahabatnya itu
juga seorang manusia harimau. Mungkin karena keadaan dirinya menyebabkan ia
merasa lebih dekat dengan Erwin. Sebenarnya ia heran mengapa ia menyukai Erwin
setelah diketahuinya orang muda itu bukan manusia wajar. Padahal pada saat itu
ia belum tahu bahwa ia pun cindaku seperti ayahnya.
"Kapan kau berangkat mencari babi itu?" tanya Sabrina.
"Besok. Sesuai dengan nasehat kakekku!" jawab Erwin.
Sabrina ingin bertanya bagaimana kakek Erwin memberi nasehat, tetapi ia menahan
diri. Timbul dugaan dalam hatinya bahwa Erwin masih punya hubungan dengan kakeknya
yang mungkin manusia harimau juga di masa hayatnya. Ia memandang Erwin dengan
mata indahnya dan manusia harimau itu tunduk bagaikan tak kuat menghadapinya.
Ada daya penakluk tersendiri dalam pandangan gadis itu. Setelah mengucapkan
selamat jalan dan agar hati-hati, Sabrina pergi, diikuti oleh mata Erwin yang
menaruh simpati besar terhadap dirinya.
Setelah sekitar dua puluh meter jauhnya. Sabrina menoleh dan pandangan mereka
bertemu lagi. Sabrina merasa malu, begitu juga Erwin. Dalam pertemuan pandang
itu seolah-olah keduanya berbicara. Setidak-tidaknya dengan hati. Sepeninggal
Sabrina, gadis harimau jadi-jadian itu menjadi pikiran Erwin. Begitu pula
sepanjang jalan manusia harimau dari Tapanuli itu tak lepas dari ingatan
Sabrina. *** KEMATIAN istri dan anaknya harus dan mesti dibalas. Ki Ampuh si babi manusia
harus membayar dengan nyawa untuk itu. Begitulah tekad Erwin. Tetapi ia juga
menyadari bahwa tekad manusia masih harus dibuktikan oleh kenyataan. Tercapai
atau tidak. Malam itu Erwin tak dapat tidur nyenyak walaupun hatinya tidak bergoncang.
Beberapa kali babi manusia itu membayang di hadapannya, bahkan terdengar ia
berkata seolaholah mengejek.
"Kau tak akan mampu melawan aku. Kau hanya manusia harimau. Aku adalah
penjelmaan dari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia. Sama dengan ayah dan kakekmu. Penjelmaan dari manusia yang pernah
hidup. Kau Erwin belum pernah mati. Tak tahu bagaimana rasanya mati. Orang yang
belum pernah mati tak akan dapat menundukkan makhluk yang hidup kembali setelah
mati. Tanamkan itu dalam benakmu yang bodoh, yang mau coba-coba melawan aku.
Baru seminggu istri dan anakmu mati, kau sudah jatuh cinta pada wanita lain.
Betapa hinanya kau!"
Panas hati Erwin bukan buatan. Tetapi, malu juga! la dikatakan Ki Ampuh sudah
jatuh cinta pada wanita lain. Tentu maksudnya Sabrina. la tidak tahu apakah
tuduhan babi manusia itu benar atau sama sekali tidak beralasan. Apakah ia jatuh
hati pada gadis cindaku itu" Entah! Pukul tiga pagi Erwin meninggalkan rumahnya.
Begitu pesan Raja Tigor, harus setelah lepas tengah malam menjelang subuh.
Begitu keluar pekarangan ia mendengar tawa Ki Ampuh. Terbahak-bahak, kemudian
mendengkur. Dengkur babi. la melihat ke sekitarnya, tiada babi.
Tiada siapapun. Kemudian terdengar suara tawa dan dengkur itu dari tempat lain,
begitu dekat dengan dirinya, tetapi toh tak kelihatan suatu apa pun: Setelah itu
dari tempat lain lagi. Tentu musuhnya itu ada di sekitarnya dan berpinclahpinclah tempat, tetapi tak tampak oleh Erwin.
Suatu pertanda dari ketinggian ilmu menghilangkan diri atau mengaburkan mata
lawan. "Dulu kau pernah mempermainkan aku, ingat! Kau dapat menghilang, aku tak sanggup
melihatmu. Kini sudah lain, Erwin."
Erwin merasakan kebenaran kata-kata Ki Ampuh. Dia memang sudah lebih hebat.
Mungkin dia masuk kota tanpa terlihat oleh siapapun. itulah makanya ia begitu
bebas melaksanakan keganasannya. Erwin tidak menjawab. la berjalan terus
mengikutkan- kehendak kakinya. Ki Ampuh tentu melihat dia. Bukan hanya dia.
Erwin tidak tahu bahwa sepasang mata lain juga memperhatikan gerak jalannya
sejak ia keluar rumah. Dan makhluk yang empunya mata ini juga mendengar tawa,
dengkur dan kata-kata Ki Ampuh.
"Hai Erwin, kini aku pergi. Kau carilah aku. Nanti kita bersua, kalau kau dapat
menemukan diriku," kata Ki Ampuh. Ucapan ini didengar pula oleh makhluk yang
mengintai. la terus mengikuti Erwin, sehingga ia melihat manusia itu berubah


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi harimau yang dengan langkahlangkah lebar meneruskan perjalanannya.
Mata itu merasa takjub. Cindaku dapat berubah menjadi harimau, sebagaimana
harimau di rimba. Tetapi lakilaki yang diamatinya ini tidak demikian. Kepalanya
tetap kepala manusia dengan rupa yang tidak berubah.
Mulai leher dan bagian badan lainnya ia harimau. ia pernah mendengar tentang
adanya keajaiban begitu di daerah Mandailing. Kini ia menyaksikan dengan mata
kepala sendiri. Kiranya manusia harimau benar-benar harimau dengan kepala
manusia. Tiba-tiba makhluk itu berhenti sejenak, lalu mengambil jalan lain. la
punya rencana sendiri yang diharapnya akan dapat terlaksana. Erwin tak tahu ke
mana ia akan mencari Ki Ampuh yang tadi berkata akan pergi dan kemudian tidak
memperdengarkan tawa dan suara lagi. Mengapa babi jahanam itu tadi tidak
menyerang dia padahal ia dapat melakukannya dengan mudah" Rencana apa yang
mengulat di dalam otak kotornya" Akan memasang jebakankah ia, agar ia dapat
menangkap hidup musuhnya itu untuk kemudian ia memperlihatkan diri dan tertawa
sepuas hatinya melihat manusia harimau itu dilumpuhkan"
Bagaimanapun yakin akan kehebatan kemampuannya, kini Erwin bimbang dan cemas.
Ayah dan kakeknya telah mengakui bahwa mereka hanyalah makhluk-makhluk yang
mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Tentu ia sendiri pun mempunyai
kekurangan dan kelemahan itu. Ia bukan takut mati, karena mati adalah tunangan
bagi semua makhluk yang hidup di bumi. Tuhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini. Tetapi betapa akan sakitnya mati dikalahkan Ki Ampuh tanpa dapat menebus
dosanya atas kematian anak dan istrinya. Kalau bersama mati dengan musuhnya itu
masih lumayan. Khawatir dendam tak terbalas maka dalam hati Erwin mohon agar
ayah dan ompungnya sudi datang membantu manakala ia terjepit atau tak berdaya
menghadapi manusia babi itu.
Erwin berjalan terus, tetap tanpa tujuan. Hanya mengikuti ke mana dibawa
kakinya. Liwat Ciputat ia masuk ke pekarangan rumah orang, terus ke belakang,
akhirnya berada di sebuah kebun karet yang tak terpelihara. Mungkin karena harga
getah dirasakan terlalu rendah, tak sesuai dengan tenaga atau biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyadap serta menyianginya. Manusia harimau itu berhenti
sejenak. Kebun karet yang penuh semak-semak di Sumatera memang jadi kesenangan
harimau. Kalau perut lapar dan ada manusia sedang menyadap getah, maka ia akan
mendapat santapan. Cukup sekali lompat dan terkam dari belakang. Si penyadap
getah akan berhenti hidup, sementara sang raja hutan akan kenyang. Lepas dahaga
oleh darah segar dan hilang lapar oleh daging yang manis. Mana pula Ki Ampuh
akan ke mari. Kebun karet bukan tempat kesenangan babi hutan. Tetapi Erwin
sampai di sana pun karena bawaan kakinya, bukan karena tujuan hati.
Kini ia sadar, bahwa kakinya telah membawanya ke tempat yang salah, ia berpikir,
ke mana akan mencari manusia babi itu. Kalau ia pun suka makan ubi atau singkong
seperti babi hutan lainnya, maka Erwin harus mencarinya di kebun singkong. la
telah mengambil keputusan untuk memutar langkah, tetapi terhenti kembali.
la mendengar suara tawa dan dengkur lagi. Ki Ampuh, tentu tidak keliru.
Tetapi apa yang dikatakannya" Erwin memasang telinga. Bukan terhadap dirinya.
Apakah manusia babi itu sedang menghadapi mangsa lain yang akan dibunuhnya
sebagaimana ia membunuh anak dan istrinya.
Apakah Ki Ampuh telah menjadi sadis yang harus selalu membunuh untuk memuaskan
nafsu iblisnya" Boleh jadi. la telah begitu marah pada dunia ini! Orang bisa
bersenang-senang dengan istri atau kekasih masing-masing, sedangkan dia sebagai
babi tidak dapat melakukannya. Padahal ia pun punya keinginan dan nafsu.
Bukan nafsu terhadap babi biasa! Ia masih saja ingin tidur dan bercumbu dengan
manusia. Dan harus wanita yang cantik!
Erwin menuju ke tempat suara Ki Ampuh. Kini ia dapat mendengarnya.
"Bodoh kau! Semuda dan secantik ini mencintai harimau!" Ki Ampuh berkata tenang
dengan nada mempengaruhi orang yang dilawan bicara. Siapakah orang itu" Dan
perempuan apa yang dikatakan Ki Ampuh mencintai harimau" Mustahil ada manusia
cinta pada binatang buas. Mustahil.
Sama sekali tidak bisa masuk akal. Tetapi mendadak Erwin terkejut dan tak
percaya akan penglihatan matanya.
Di sebelah sana berdiri seorang perempuan. Muka ganas yang bertelinga harimau
dan cilaka. Perempuan itu adalah Sabrina yang sedang mengalami perubahan menjadi harimau,
sebagaimana pernah dilihat Erwin kemarin, ketika ia minta diberi kesempatan
untuk mencari dan membunuh manusia babi yang amat ganas itu.
Sepuluh meter di hadapan wanita itu tampak babi hutan, berbadan besar dengan
taring-taring panjang. Kedua makhluk itu saling berhadapan. Pohon karet di
antara dan di sekitar mereka.
Berbeda dengan kemarinnya, kini mata Sabrina tidak lagi memandang lembut dan
kelihatan indah. Ia kelihatan ganas dan bernafsu sekali untuk menaklukkan
lawannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harimau masih jauh lebih baik dari babi hina seperti kau," kata Sabrina.
"Menjadi hakku untuk menyukai siapa atau apa pun yang kupilih. Tidak peduli
apakah itu singa atau gajah. Asalkan jangan babi.
Apalagi babi hutan yang bangkit dari orang yang sudah mati."
Ki Ampuh merasa dihina. Kini ia bukan lagi hanya ingin membunuh si perempuan
yang ternyata bukan pula wanita wajar, tetapi ia hendak melampiaskan nafsunya
dulu. Apalagi Sabrina hanya mengalami perubahan pada wajah. Pun belum serupa
harimau seluruhnya. Badannya masih tetap manusia. Badan Sabrina yang berpotongan
indah. Dan tadi, ketika ia mula-mula menghadapi perempuan itu, jelas tampak
olehnya betapa cantiknya perempuan itu. Ia sudah cukup lama berpuasa. Maka
kesempatan ini tidak akan dilewatkan.
"Hanya sekiankah perubahanmu wanita muda dan ayu?" tanya Ki Ampuh mengejek. Ia
tidak perlu merayunya. Dengan cara bagaimanapun ia akan menguasai perempuan itu
dan memuaskan nafsu atas dirinya.
Dan memang perubahan Sabrina hanya sebegitu. Dalam hati ia meminta agar ia
dijadikan cindaku. Sebenarnya ia kesal mengapa di waktu perlu begini ia tidak jadi harimau seperti
ayahnya. Agar dapat membunuh sebagaimana ayahnya itu dapat membunuh ketika orang
banyak hendak menghabiskan nyawanya.
Erwin mengikuti adegan-adegan itu dengan hati tegang, tetapi dengan segala
kekuatan menahan dirinya. Kini ia mau memberi kesempatan kepada sahabatnya yang
tidak bisa dicegah itu. Biar ia puas, pikir Erwin di dalam hati. Tetapi kemudian
ia pun jadi gelisah. Sabrina tidak menjadi harimau.
"Kesaktianku membuatmu tidak bisa berubah lebih daripada itu. Kau masih tetap
wanita muda dan cantik. Terus terang, aku ini lapar. Bukan lapar perut. Kau tahu
maksudku bukan" Aku Ki Ampuh yang kau hina sebagai babi hutan mengucapkan terima
kasih atas kehadiranmu di sini. Kau tentu menyenangkan sekali, tak kalah dari
kesenangan yang biasa diberikan istri-istriku!" lalu babi itu bergerak ke arah
Sabrina yang telah membuat nafsunya bergelora.
"Tunggu," kata Sabrina membentak. Ia mengaum seperti harimau untuk membuat takut
babi yang hendak memperkosanya itu. Dan Ki Ampuh yang sedang diamuk nafsu memang
terhenti, karena agak terkejut. Tetapi hanya sesaat karena perempuan itu tetap
saja tidak mengalami perubahan lebih lanjut. Ki Ampuh tertawa.
Melihat babi hutan itu melangkah pelan-pelan dengan keyakinan penuh akan
kemenangannya, harimau cindaku betina itu menjadi tegang. Ia punya keberanian
besar dan tekad bulat, tetapi mengetahui sepenuhnya bahwa ia tidak punya senjata
yang akan dapat diandalkan. Kuku kaki dan tangannya tidak mengalami perubahan.
Kalau saja berubah menjadi kuku harimau yang panjang dan kuat, maka dengan mudah
ia akan mencabik-cabik tubuh babi itu. Setidak-tidaknya begitulah pikiran
Sabrina. "Jangan takut cantik," ujar babi hutan itu seperti laki-laki menenteramkan
seorang wanita. "Aku tidak akan mencederai dirimu. Kalau kau menyerah baik-baik,
kau akan merasakan kesenangan sebagaimana biasa kuberikan kepada istri-istriku."
"Jangan mendekat lagi!" bentak Sabrina.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau berani dan angkuh," kata babi itu. "Aku gemar akan wanita yang begitu."
"Tetapi aku tidak suka pada babi."
"Tak mengapa. Kesukaanmu tidak menjadi syarat mutlak bagiku."
"Akan kubunuh kau!"
Babi itu tertawa membuat sakit hati Sabrina. Si manusia harimau mengikuti
adegan-adegan itu dengan perasaan tegang. Ia kagum akan kenekatan perempuan itu
tetapi ia pun melihat bahwa ia bukan cindaku yang sempurna. Ia akan dimakan oleh
nafsu Ki Ampuh. Tiba-tiba Erwin mengaum. Lebih keras daripada biasa. Ki Ampuh terkejut dan
menoleh ke arah datangnya suara. Sialan benar, hajatnya dihalangi oleh bajingan
yang tak tahu diri itu, pikirnya di dalam hati.
Lebih dari sial malah. Selalu saja musuh yang sebiji ini menghalangi maksudnya.
Babi itu mendengkus keras kemudian berkata lantang: "Kedatanganmu memang
kunantikan. Walaupun saatnya tidak tepat," katanya berterus terang. Erwin tidak
menanggapi. Sabrina merasa akan tertolong dari kebinasaan. Betapa akan getirnya
kalau ia yang masih dara sampai diperkosa oleh manusia terkutuk yang jadi babi
hutan itu. "Menghindar kau Sabrina," perintah Erwin. Dan wanita yang sudah setengah harimau
itu mematuhi bagaikan anak kecil menurut perintah ibunya.
Manusia harimau itu melangkah maju dan kini berhadap-hadapan dengan si babi yang
kecewa dan amat marah itu. Mata kedua makhluk itu saling pandang bagaikan
memancarkan api, walaupun babi itu hanya bermata ukuran kecil.
"Tak jemu-jemunya kau melakukan kejahatan bedebah," kata si harimau.
"Kepalang mandi, biarlah benar-benar basah," sahut babi hutan.
"Kau pengecut, membunuh anak dan istriku yang tak berdosa."
Ki Ampuh tertawa mengejek. "Kau harus merasakan kepedihan sebagaimana yang
kurasa. Walaupun sebabnya berlainan."
"Kau jadi babi karena melanggar sumpahmu!"
"Tidak peduli karena apa. Aku tuntut jadi manusia kembali, kau dan ayah serta
kakekmu tak mau menolong. Maka kau harus merasakan balasanku!"
"Kenapa kau pilih anak dan istriku."
"Aku bebas memilih cara yang kusukai, bukankah begitu?"
Erwin menjadi sangat panas. Ki Ampuh bukan menyesal, bahkan merasa bangga atas
apa yang telah dilakukannya.
"Kau tidak bisa dibikin baik lagi babi!"
"Siapa yang minta dibikin baik," jawab Ki Ampuh sombong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hari ini kau akan menerima kematianmu!"
"Mati untuk kedua kalinya" Kau memang jantan Erwin, tetapi kau juga makhluk
cacad. Kau mengerti bukan" Manusia bukan, harimau benar juga bukan! Apa yang mau
kau banggakan?" Erwin marah tetapi apa yang dikatakan Ki Ampuh memang benar. Dia pun tahu bahwa
babi itu mau menggoyahkan mentalnya dengan penghinaan ini. Kemudian Ki Ampuh
berkata lagi: "Pandai juga kau cari pasangan. Perempuan yang harimau jadijadian. Rahasiamu sudah diketahui masyarakat hah. Kau tidak laku lagi buat
wanita biasa!" Hati Erwin bertambah panas. Sabrina yang mengikuti perang kata
itu dengan tegang juga merasa sangat tersinggung. Tetapi dia tahu, bahwa cindaku
dengan kuku manusia tidak akan bisa menghadapi babi hutan bertaring panjang dan
kuat. "He, kau kata kau mau menamatkan riwayatku pagi ini! Apa lagi, lakukanlah!"
tantang Ki Ampuh. "Kau akan mati Ki Ampuh!" kata Erwin menahan amarah.
"Kau juga sombong sekarang. Aku mau katakan ini sebagai nasehat: Sukar mematikan
aku yang sudah pernah mati!"
Erwin menyerang, Ki Ampuh mengelak. Kemudian babi itu membalik dan menyeruduk
manusia harimau. Tapi anak Dja Lubuk yang pandai silat itu juga sempat
menepiskan pukulan itu. Kalau taring-taring Ki Ampuh yang kuat dan tajam
mengena, pastilah akan menimbulkan luka parah.
Pertarungan antara babi dengan harimau memang seperti tak seimbang. Tetapi yang
terjadi sekarang adalah antara dua makhluk yang sama-sama punya kebolehan dan
kesaktian. Si babi punya tenaga besar dan bergerak cepat.. Sang manusia harimau
juga begitu. Kedua-duanya punya tekad yang sama. Membinasakan sampai mati
lawannya supaya dendam terbalas dan permusuhan selesai. Sekali, manusia harimau
mengambil ancang-ancang untuk menerkam. Tetapi ketika ia melompat untuk
menerkam, babi itu pun melompat dan keduanya bertemu di udara. Babi dengan
taring-taringnya yang dahsyat sementara si harimau dengan kuku-kuku yang amat
kuat dan tajam. Kedua-duanya menderita luka. Manusia harimau tertembus lehernya
sementara kepala babi itu mendapat luka-luka dalam oleh kuku lawannya. Ki Ampuh
mendengkur-dengkur, Erwin mendengus-dengus. Sama-sama merasa sakit dan menahan
amarah. Dan sama-sama pula ingin menyelesaikan pertarungan itu. Tapi keduaduanya masih mempunyai tenaga yang mungkin meningkat oleh rasa dendam.
"Kau lihat sendiri Erwin," kata Ki Ampuh melancarkan perang syarafnya, "Tidak
mudah menaklukkan aku. Kesaktianku kini lebih daripada dulu!" Erwin tidak
menanggapi, tetapi dalam hati ia mengakui, bahwa memang tidak mudah menundukkan
manusia babi itu. Bahwa ia punya kesaktian, tidak diragukannya.
Kalau hanya babi hutan biasa, sudah sejak tadi punah oleh tamparan dan guratan
kuku-kukunya. "Kau tak mau minta bantuan ayah dan ompungmu?" tanya Ki Ampuh
menyindir. Erwin merasa malu, tetapi tidak menanggapi. Ia menerkam lagi dan keduanya
terlibat dalam suatu pergumulan. Babi itu ternyata punya kekuatan luar biasa.
Dalam pergumulan itu keduaduanya mempergunakan senjata masing-masing, sehingga
jumlah luka-luka bertambah. Napas mereka terdengar mendengus-dengus tanda mulai
letih. Tetapi juga oleh ketegangan dalam diri masingmasing. Ternyata babi itu
juga mempunyai daya tampar yang kuat dengan kaki depan dan dapat menendang
dengan kaki belakang. Setelah beberapa menit bergelut, keduanya saling berhadapan dengan darah
mencucur dari tubuh masing-masing. Sabrina menyaksikan dengan jantung berdebar
dan kasihan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercampur dengan kesedihan. Kalau tidak ada Erwin, dan dia coba menghadapi babi
itu, pasti ia sudah bukan dara lagi. la tidak berani membayangkan bagaimana
dirinya diperkosa oleh babi hutan yang seganas itu. Tiba-tiba datang suatu
pikiran lain dalam benak Ki Ampuh. Kalau akhirnya Erwin dapat dikalahkannya,
maka wanita itu dengan sendirinya jatuh ke tangannya dan ia dapat
memperlakukannya semau hati.
Tetapi andaikata Erwin dapat mengalahkannya maka musuhnya itulah yang akan
beruntung. Ia tidak rela. Seiring dengan pikiran itu ia melompat dan membuat
Sabrina jadi tameng. Ia berdiri atas dua kaki sedang kaki depannya memegang
kedua bahu Sabrina yang sementara itu telah menjadi wanita biasa kembali. Cantik
menggiurkan. Erwin terkejut dan menyadari bahaya besar yang mengancam. Sabrina
sendiri takut setengah mati. Ia mengetahui dirinya telah menjadi manusia biasa
kembali. Bau tubuh wanita itu membangkitkan nafsu sang babi lebih hebat lagi.
Betapa akan puas dia, kalau tidak ada rintangan dari manusia harimau bajingan
itu. "Kau pengecut," kata Erwin. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana menyerang
musuh tanpa mempertaruhkan keselamatan Sabrina.
"Ngocehlah sesuka hatimu," kata Ki Ampuh. Kepada Sabrina ia berkata: "Kau tidak
usah bingung. Aku dan dia sama saja. Aku babi, dia harimau. Tidak ada yang lebih
bail~ atau lebih buruk bukan!"
Sabrina tidak berkutik. Baginya, babi itu begitu menjijikkan, tetapi mau berbuat
apa" Adegan menakutkan itu berlangsung agak lama juga. Erwin benar-benar tidak
tahu akan melakukan apa untuk menyelamatkan Sabrina. Babi itu begitu bernafsu
pada wanita yang mulai besar artinya bagi dirinya. la begitu ingin
memperlihatkan persahabatan dan kemampuannya sehingga ia diam-diam telah
mengikuti jejak Erwin sejak ia berangkat meninggalkan rumah.
Tiba-tiba terjadilah hal yang tidak diduga oleh siapapun di antara mereka
bertiga. Babi itu mendadak berada di gelanggang kembali. Ia bagai dilemparkan.
Dan sebenarnyalah ia dilemparkan oleh Dja Lubuk yang mendadak muncul karena
kecurangan Ki Ampuh. "Aku terpaksa melemparkan kau Ki Ampuh, karena kau melibatkan wanita ke dalam
pertarungan ini. Kau pengecut," kata Dja Lubuk, lalu ia menghilang kembali.
Sabrina belum sempat melihat wajahnya yang hanya bicara di belakang Sabrina
kemudian menghilang. "Sialan kau Dja Lubuk," kata Ki Ampuh. Setelah itu babi itu pun menghilang tanpa
bekas. Entah karena malu meneruskan pertarungan entah karena merasa lebih baik
menunggu kesempatan lain. Bagaimanapun lemparan yang mendadak itu telah amat
mengejutkan dirinya. "Erwin," kata Sabrina berlari mendapatkan manusia harimau itu.
"Mengapa kau begitu bandel Ina. Sudah kukatakan tadi," kata Erwin. Sabrina
meneruskan kalimat yang tak selesai itu. "Bahwa aku tak boleh turut campur."
"Aku amat menghargai pendirian kuatmu, tetapi aku tak mau kau cedera karena
aku." Sabrina tidak menjawab.
"Kau benar Er, apakah kau marah?" tanyanya sesaat setelah berdiam diri.


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku khawatir akan keselamatanmu."
"Aku juga takut terjadi sesuatu yang tak diingini atas dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia pasti akan mengatur pembalasan, karena pagi ini ia tidak berhasil. Kau
telah melihatnya, hebat sekali bukan?"
"Ya, memang kuat dia. Aku heran, mengapa kukukukuku tidak berubah tadi," ujar
Sabrina. "Mujurlah ada engkau."
"Bagaimana makanya kau tahu ke mana aku pergi?"
"Aku menunggu sejak malam sampai pagi. Aku telah mengikutimu dari belakang."
"Aku tak mendengar."
"Aku dapat berjalan tanpa suara. Khas harimau."
"Mari kita pulang," ajak Erwin. Ia telah berubah jadi manusia biasa kembali.
Kedua sahabat itu pulang. Hanya sesekali bercakap-cakap. Lebih banyak masingmasing dengan pikiran sendiri. Dan keduanya sama bertanya pada diri sendiri,
bagaimana kenyataan seperti ini sampai bisa terjadi.
Yang begini harusnya hanya ada dalam cerita khayalan, tetapi mereka
mengalaminya. Memang mengherankan karena kejadian itu jarang sekali terdengar.
Harimau manusia laki-laki bersahabat dengan harimau jadi-jadian atau cindaku
betina. Dan diam-diam saling menaruh hati.
"Ayahmu cinta sekali padamu ya. Sayang aku tak sempat melihat wajahnya."
"Ya, tanpa bantuannya aku sebenarnya sudah kehilangan akal, bagaimana
menyelamatkanmu. Babi itu benar benar telah kalap. Kalap pikiran dan kalap nafsu."
"Mengapa babi bisa begitu?" tanya Sabrina.
"Karena ia tadinya manusia. Sifat dan selera manusianya masih hidup terus dalam
dirinya yang berujud babi."
"Benarkah orang yang sudah mati kemudian hidup kembali dalam ujud lain tak dapat
dibunuh rnati?" "Tiap yang hidup, pada saatnya mesti mati. Itu sudah ketentuan
Tuhan." "Tetapi dia sudah pernah mati. Apakah orang bisa mati dua kali?"
Erwin diam. Sukar untuk dijawab. Ki Ampuh sudah pernah mati, kemudian hidup
kembali. Apakah ia rnasih akan mati pula sekali lagi"
Keluara Sabrina yang kehilangan merasa lega ketika melihat gadis itu diantar
pulang oleh Erwin. Namun merupakan tanda tanya bagi mereka pukul berapa Sabrina
pergi, karena ia tidak kelihatan mandi dan tak ikut sarapan pagi. Erwin
menasehati sahabatnya agar berhati-hati. Jangan pergi sendirian. Manusia babi
yang berdendam itu pasti akan mencari kesempatan untuk menyampaikan maksud
hatinya. KI AMPUH kembali ke sebuah lobang tempat ia berlindung terhadap hujan. Lukalukanya yang cukup parah diobati dengan semacam daun yang amat mujarab. Erwin
juga mengobati luka-lukanya yang tertutup baju ketika ia sudah kembali di
rumahnya. Dengan minyak gosok yang dibawanya dari Mandailing. Luka akan segera
kering, tidak akan bisa infeksi dan tidak akan meninggalkan bekas. Ia tidak
berhasil menewaskan musuhnya yang setelah jadi babi bisa menghilang. Padahal ia
telah bersumpah untuk membalaskan kematian anak dan istrinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun kecewa oleh ketidak-berhasilannya membunuh Ki Ampuh dan pikirannya
masih teramat sedih oleh kehilangan anak dan istri tersayang, namun sebagian
dari hati Erwin yang kacau balau itu masih sempat diambil Sabrina. Rentetan
peristiwa yang seperti diatur itu begitu membekas dalam dirinya. Kesal oleh
kehilangan, dendam tak berbalas dan Sabrina yang cantik dan hampir sejenis
dengan dirinya semua membuat pikirannya tak menentu.
Senyampang ia merasa berdosa. Baru kehilangan, hatinya telah mulai dimasuki oleh
wanita lain. Memang benar ejekan Ki Ampuh, ia juga merasa malu oleh kelemahan
hatinya itu. Tetapi semua kejadian yang bagai dirangkai itu bukan buatannya.
Semua itu suratan takdir. Benar-benar takdir yang tak dapat dielakkan atau
ditolak. Rasanya tak ada insan lain di dunia ini yang punya nasib seaneh Erwin.
Pada waktu merasa dirinya kecil oleh kekurangan iman dan timbunan dosa, ia
mendengar suara ayahnya lagi. Dja Lubuk yang menyelamatkan Sabrina dari
kekuasaan Ki Ampuh. Mengapa ayahnya tahu akan keselamatan Sabrina yang terancam,
sementara ia sama sekali tidak tahu tentang bahaya maut yang akhirnya
mematikan istri dan anaknya. Mengapa harus begitu" Tetapi ia ingat lagi akan
kata-kata ayahnya bahwa ia pun hanya makhluk yang punya banyak kelemahan. Tidak
bisa mengetahui segala-galanya sebagaimana manusia yang sepintar apa pun tidak
mungkin mengetahui semua-muanya yang akan terjadi.
"Jangan menyesali nasib, Erwin, ia akan membuat kau merana. Lawan kelemahan
hatimu dengan segala daya dan ketawakalan. Manusia-manusia hebat dan kuat akan
binasa oleh kelemahan hati. Yang menentukan kalah menangnya makhluk Tuhan dalam
bertarung dan menempuh hidup bukan besar tegap badan atau ilmu yang menggunung,
melainkan hati yang keras bagaikan baja dan keyakinan yang tak tergoyahkan oleh
musibah apa pun. Tuhan mencoba keimanan hambaNya justeru untuk membuat si hamba
jadi lebih kuat. Orang yang tak beriman akan dimakan oleh ujian Tuhan," kata Dja
Lubuk yang belum memperlihatkan diri.
Erwin tidak menjawab, tetapi dalam hati ia mengakui betapa hebat falsafah hidup
ayahnya. Mampukah ia menjalankan ajaran-ajaran dan pedoman hidup itu"
"Jarang orang mempunyai iman dan tahan uji di dunia ini. Tetapi semua orang
dengan tangan terbuka menadah segala rahmat dan keberuntungan yang diberikan
Tuhan. Manusia hanya mau yang enaknya. Selalu marah kalau terjadi sesuatu yang
menyedihkan atas dirinya. Yang jahat dan tak tahu diri malah berani mengatakan
atau bertanya tentang keadilan Tuhan. Hanya si murtad yang sanggup mengatakan
bahwa Tuhan tidak adil. Mengapa si jahat dibiarkan selamat dan si pencari nafkah
dengan cucuran keringat kadangkala ditimpa bencana yang mematikan! Mereka tidak
tahu atau tidak mau percaya bahwa dalam setiap pemberian Tuhan selalu terkandung
hikmah-hikmah yang sebenarnya amat menentukan bagi nasib abadi tiap hamba Allah
di hari kelak, di dunia lain yang kekal sifatnya," kata ayah Erwin lagi. Erwin
kian merasa betapa tinggi ilmu dunia dan akhirat ayahnya. Apakah ia mampu
mengikuti cara berpikir dan keyakinan itu"
"Ayah, aku merasa berdosa," kata Erwin tanpa meneruskan kalimat yang tidak
sempurna itu, sehingga ayahnya bertanya, dosa apa gerangan yang dimaksudnya.
"Aku rasa aku sayang pada Sabrina yang ayah tolong tadi," ujar Erwin.
"Menyayang seorang sahabat sudah suatu keharusan," kata Dja Lubuk. "Kau tidak
perlu merasa berdosa karena memang sama sekali bukan merupakan dosa."
"Tetapi perasaan ini lain. Sedangkan Indah baru saja pergi."
"Maksudmu kau jatuh cinta?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah itu suatu dosa ayah?"
"Husy, cinta apa" Baru beberapa kali bertemu saja jatuh cinta. Cinta monyet?"
tanya Dja Lubuk yang masih saja suka berkelakar seperti di masa hidupnya.
"Tidak ayah, cinta betul. Itulah yang kukatakan dosa."
"Mana ada cinta yang tumbuh dalam waktu sekian singkat. Kalau apa yang kau
rasakan itu sebenarnya cinta dalam makna yang sebenarnya."
"Tetapi aku merasakannya ayah. Benar-benar merasakannya!"
Dja Lubuk diam sejenak. Dia tak mau lagi membantah, walaupun dia tidak yakin
akan kebenarannya. "Aneh juga. Tapi sudahlah, sebenarnya kau sudah dewasa dan aku tidak usah
mencampuri urusan-urusan cintamu!"
Kini Erwin yang merasa tidak enak. Apakah ayahnya marah" Dia tanya pada orang
tuanya itu apakah ia marah.
"Tidak, aku cuma tidak mengerti!"
"Dia juga semacam kita ayah. Kadang-kadang jadi harimau!"
Setelah diam sebentar, Dja Lubuk bertanya apakah wanita itu juga punya ayah
manusia harimau dan dirinya manusia harimau pula. Erwin menerangkan, bahwa
ayahnya cindaku dan kecindakuannya itu menurun ke Sabrina.
"Bagaimana, kau percaya?" tanya Dja Lubuk.
"Aku sudah melihatnya. Dan tadi pun dia mulai jadi harimaul Ayah tidak
melihatnya?" "Tak jelas. Ada kelainan padanya. Tetapi kulihat tidak seperti cindaku yang
sebenarnya. Cindaku yang sebenarnya akan seluruhnya jadi harimau kalau sedang ditimpa saat
perubahan. Kalau ayahnya cindaku, maka padanya hanya ada kecenderungan untuk jadi cindaku.
Bukan cindaku seperti ayahnya!"
Erwin merasa agak malu karena alasan yang dikemukakannya tidak seluruhnya
diterima, bahkan dibantah oleh ayahnya.
"Ayah tidak setuju?" tanya Erwin.
"Ayah setuju saja. Sebab itu urusanmu. Aku hanya mengatakan bahwa ia bukan
cindaku yang sempurna dan bahwa kau baru beberapa hari mengenalnya. Tetapi
mungkin kau tergolong orang yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sudahlah, tak usah kita perdebatkan hal itu. Aku hanya minta agar kau jangan
mengatakan cinta hatimu padanya, sebelum empat puluh hari istri dan anakmu.
Ingat itu baik-baik!"
"Akan kuingat ayah," kata Erwin dan bersamaan dengan itu ayahnya yang tak
memperlihatkan diri itu melangkah pergi. Suara kepergiannya terdengar oleh
Erwin. Sebenarnya ia ingin ayahnya tadi berbicara bermuka-muka dengannya, entah
apa yang jadi sebab Dja Lubuk hanya memperdengarkan suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
AKAN lainlah nasib Sabrina kalau di saat kritis hari itu ia tidak diselamatkan
oleh Dja Lubuk. Dengan peristiwa itu ia mengetahui bahwa ayah Erwin selalu hadir kalau anaknya
perlu bantuan dan dengan penyelamatan itu ia mendapat keyakinan bahwa Dja Lubuk
menyukainya dan tentu akan senang pula kalau anaknya hidup
berdampingan dengannya. Dia berharap agar hari-hari bahagia itu segera menjadi
kenyataan. Pada suatu malam, ketika Sabrina mengangan-angankan Erwin, ia jadi terkejut
mendengar suara dengkur yang sudah dikenalnya. Suara Ki Ampuh yang jadi babi.
Jelas benar suara itu ada di dalam kamar tidurnya.
"Kau merindukan si harimau keparat itu ya! Dan kau telah menghina diriku, wanita
cantik!" kata babi itu.
Sabrina ketakutan dan menjerit sekuat hatinya. Babi itu menyesal, karena ia lupa
membacakan mantera penutup mulut perempuan itu. Mendengar jerit melengking, maka
paman dan makcik Sabrina yang masih duduk-duduk di ruang tengah segera bangkit
dan masuk ke kamar kemenakan mereka yang belum dikunci.
Sabrina memang belum bermaksud untuk tidur. Ia hanya mau bertenang-tenang
mengkhayalkan Erwin yang telah memasuki lubuk hatinya.
Sutan Mandiangin dan istri mendapatkan Sabrina yang terbaring di tempat tidur
dengan napas terengah-engah seperti orang dikejar setan. Dadanya turun naik
dengan kencang. "Ada apa Ina?" tanya pamannya.
"Babi itu ... Ia tadi ke mari!" jawab Sabrina dengan suara tidak normal.
"Babi mana" Kau mimpi dikejar babi?"
"Tidak. Babi itu ke mari tadi."
Mandiangin memandang istrinya yang juga memandang dia dan keduanya berpikir
bahwa kemenakan mereka bermimpi buruk atau kena kiriman orang. Sutan Mandiangin,
walaupun punya pendidikan cukup, tergolong orang yang percaya akan kekuatan
guna-guna atau ilmu hitam. Gadis secantik Sabrina yang selalu menolak lamaran
peminat bisa saja dibalas laki-laki yang sakit hati dengan jalan menggunagunainya. "Kau benar-benar tidak bermimpi Ina?" tanya makciknya.
"Tidak! Babi itu datang ke mari. Aku tidak keliru."
"Mana pula ada babi masuk kamar."
"Tetapi babi ini tadi datang tante. Ina telah pernah melihatnya!"
Sutan Mandiangin dan istrinya jadi tambah heran.
"Babi apa yang kau lihat?"
"Babi hutan penjelmaan manusia yang sudah mati. Dia ganas. Sudah membunuh
seorang wanita dengan anaknya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini ketidakpercayaan Sutan Mandiangin dan istrinya kian besar tetapi
di samping itu mereka juga merasa heran, apakah sebenarnya yang sedang atau
telah terjadi. "Babi ini benar-benar ada Paman," kata Sabrina yang sejak dulu memanggilnya
dengan paman sementara makciknya sudah terbiasa disebutnya dengan Tante.
"Di mana kau melihatnya?"
"Entah di mana. Pendeknya di waktu menjelang subuh."
"Kau tak tahu di mana kau melihatnya" Bukankah itu aneh!"
"Aku tak tahu nama tempatnya. Tetapi aku jelas melihatnya. Bahkan aku sudah mau
diterkam untuk ..." Sabrina tidak meneruskan, sehingga menimbulkan tanda tanya pula di samping
keheranan kedua suami istri itu.
"Untuk apa Ina, mengapa kau tidak menyudahi kalimatmu?" tanya Sutan Mandiangin.
"Dia mau memperkosa Ina. Terang-terang dikatakannya. Dimintanya supaya Ina
menyerah saja!" Tentu saja Sutan Mandiangin dan istrinya kian heran. Kini keheranan lebih besar
dari rasa tidak percaya. Mau percaya juga sukar, karena Sabrina bertemu dengan babi itu menjelang subuh
tanpa tahu di mana bertemunya. Tidak masuk akal, tetapi Ina menceritakannya
begitu terperinci dan sungguh-sungguh.
"Kau tidak berkhayal Ina?" tanya Sutan Mandiangin sekali lagi untuk meyakinkan
dirinya. "Tidak paman. Sumpah, aku mengatakan yang sebenarnya!"
"Jangan bersumpah. Terlalu banyak orang mengucapkan sumpah di negara kita ini."
"Sumpahku bukan sumpah main-main. Biar terkutuk kalau Ina bohong."
Jikalau begitu, tentu Sabrina berkata benar, pikir paman dan tantenya. Tetapi
mengapa dia tidak tahu di mana ia bertemu dengan babi itu. Dan mengapa ia
bertemu di waktu menjelang subuh" Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam hati suami istri itu.
"Ina mengerti, paman dan tante tentu heran sekali. Pada suatu hari kelak akan
kuceritakan atau akan terbuka juga!"
"Apanya yang terbuka. Kau bicara penuh misteri." "Memang semua ini rentetan dari
peristiwa-peristiwa yang amat misterius. Penuh kabut rahasia. Sukar masuk akal,
tetapi toh sesungguhnya benar-benar terjadi."
"Kau melihat babi itu tadi di sini?"
"Tidak. Tetapi dia ada di dalam kamar ini tadi.
Kudengar dengkur dan kemudian kata-katanya dengan amat jelas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa katanya?" "Katanya Ina menghina dia dan menyukai orang lain!"
"Benarkah itu?"
"Benar. Setidak-tidaknya ia menganggap Ina menghina karena tak sudi mengikuti
ajakannya!" "Babi itu bicara dan mengajakmu?"
"Ya. Tadi kuterangkan bahwa ia berasal dari manusia yang setelah mati menjadi
babi hutan karena dikutuk oleh sumpahnya."
"Siapa namanya tatkala masih hidup?"
"Ki Ampuh!" "Apa, Ki Ampuh" Kau tidak keliru Ina. Dia seorang dukun dan ahli onistik yang
sangat terkenal!" kata Sutan Mandiangin. Nama Ki Ampuh memang sampai juga ke telinga Sutan
Mandiangin. Begitu juga ketenarannya. Tetapi ia tidak mengetahui kapan dia meninggal, pun
tidak mengetahui petualangannya ke Banten dan ke Sumatera. Juga tidak
diketahuinya permusuhan antara Ki Ampuh dengan manusia harimau.
Hal itu memang tidak banyak orang yang mengetahuinya.
"Mungkin, lna tidak tahu apa kerjanya dulu. Tetapi ia sudah mati dan jadi babi.
Dan dialah yang hendak menyerang dan memperkosa diriku!"
"Tetapi bagaimana maka kau sampai bertemu dengannya?" tanya istri Sutan
Mandiangin. la dan suaminya jadi sangat tertarik dengan kisah penuh rahasia itu.
"Itulah yang belum saatnya kuceritakan sekarang!"
"Mengapa dia hendak menyerang dan memperkosa dirimu Ina?"
"Belum dapat kuceritakan paman."
"Kau berahasia terhadap paman dan tantemu?" Sabrina tidak menyahut. Ia merasa
bahwa paman dan tantenya merasa tersinggung karena ia tidak mau menceritakan
kejadian itu dengan selengkapnya.
Tiba-tiba terdengar suara lantang di dalam kamar itu: "Pada suatu saat kau akan
menurutkan keinginanku perempuan sombong!"
Rasa heran Sutan Mandiangin dan istrinya mendadak sontak berubah menjadi rasa
takut. Tante Sabrina bukan hanya menjadi pucat, tetapi seluruh tubuhnya gemetar.
Suara itu begitu dekat.

Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pasti di dalam kamar itu juga. Tetapi yang punya suara tidak kelihatan. Paman
gadis itu membaca beberapa mantera untuk menolak apa yang dianggapnya hantu atau
setan. Tetapi ia pun jadi takut dan malu, karena suara tadi kini dengan lantang
berkata: Bab 9 "Tak usahlah bersusah payah membaca-baca. Aku tidak dapat kau tolak dengan
segala manteramu itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu hari kau akan jadi mertuaku. Kau sudah tahu aku siapa. Dulu kau pun
pernah mengagumi kehebatanku. Aku Ki Ampuh, yang oleh keponakanmu dihina sebagai
babi hutan!" Suara itu diiringi oleh tawa panjang bernada mengejek.
Sabrina memandang pamannya. Begitu pula istri Sutan Mandiangin. Kini suami istri
itu tidak bisa lain dari percaya, meskipun mereka belum melihat adanya babi
hutan di dalam kamar itu.
"Apa yang harus kita perbuat Rini?" tanya Sutan Mandiangin kepada istrinya yuang
bernama Marini dan berasal dari kota Cianjur yang konon banyak melahirkan gadisgadis cantik. Meskipun sudah setengah baya, wanita yang tante Sabrina ini memang
kelihatan masih cantik. Umurnya sekitar empat puluh tetapi bagaikan baru 28
saja. Semuanya rapi, ya padat ya montok, padahal sudah melahirkan enam orang
anak. Yang tertua sudah berusia 21 tahun.
Marini tidak tahu harus menjawab bagaimana. Dalam kegugupan dan takut, orang
selalu tak tahu apa yang harus diperbuat. Bahkan kadang-kadang menghindar pun
tak kuasa. Seperti menyerah saja pada kekuatan dan kekuasaan yang menyebabkan
rasa takut itu. "Apa yang sebaiknya kita lakukan Ina?" tanya Sutan Mandiangin kepada
kemenakannya. "Menanti saat ia menampakkan diri!" kata Sabrina.
"Lalu?" tanya Sutan Mandiangin yang sudah seperti jadi bodoh. Sutan Mandiangin
yang tadi begitu tidak percaya pada cerita Sabrina.
"Lalu kita lawan," kata Sabrina meskipun ia sudah mengetahui betapa hebat
manusia babi hutan itu. Mungkin ia lantas saja menjawab begitu karena mengandalkan bantuan ayah Erwin
yang nampaknya amat sakti itu.
"Ina, jangan berkata begitu," kata Sutan Mandiangin takut. "Orang halus sangat
marah pada orang yang takbur! Maafkan kami Pak Ki Ampuh," katanya pula.
"Bagus," jawab suara yang tak mau menampakkan diri itu. "Itu namanya tahu diri.
Aku ini tak terlawan oleh kalian. Bahkan oleh semua manusia yang ada di sekitar
sini. He, Sutan Mandiangin aku mau keponakanmu yang geulis ini, kau tidak
keberatan bukan?" Sutan Mandiangin tidak menjawab. Meskipun ia takut pada suara
itu, tetapi ia masih merasa malu pada istri dan kemenakannya untuk mengatakan
"setuju". "Oo, dia masih punya rasa malu. Lumayan juga orang ini" Jawab Sutan Mandiangin!"
perintah suara tadi kini menghardik.Sutan Mandiangin tetap tidak menjawab. Dia
takut memang, tetapi tidak mau menyerah pada kesombongan. Bagaimanapun orang
dari Kerinci ini masih punya harga diri ia bukan cindaku seperti saudaranya
Sutan Rimbogadang dan ia tidak punya ilmu tinggi untuk menghadapi makhluk yang
menjelma dari manusia yang telah mati. Harga diri, modal utama dari manusia yang
sebenarnya manusia itulah yang membuat ia membangkang terhadap perintah Ki
Ampuh. "Kau memaksa aku menjawab, iblis! Aku tidak akan menyerahhkan anakku kepada
iblis. Sudah jelas bagimu?" kata Sutan Mandiangin dengan suara gemetar menahan
geram. Bilamana terdesak dan amat tertekan orang paling penakut pun akan menjadi
marah dan bersedia menerima apa saja resikonya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, begini kau, manusia tak tahu diri. Kau akan celaka nanti. Tapi aku yang baik
hati memberi kau kesempatan untuk memikirkannya sekali lagi!" kata suara Ki
Ampuh yang masih saja tak mau memperlihatkan dirinya.
"Tak ada yang perlu kupikirkan iblis keparat. Tunjukkan rupamu, kalau kau benarbenar jantan!" bentak Sutan Mandiangin.
"Hahha, kau benar-benar ingin melihat aku?" tanya Ki Ampuh.
"Jangan Pa," pinta istri sutan Mandiangin.
"O, kau takut ya," tanya Ki Ampuh pada Perempuan setengah baya itu.
"Ya, saya mohon pergi dari sini. Kami orang-orang tak berdosa," kata istri orang
yang telah kalap itu. "Bagaimana Sutan Mandiangin" Aku beri kau suatu pilihan. Kalau kau merasa sayang
pada keponakanmu, berilah aku istrimu sebagai penukar. Ia juga masih cukup baik.
Kau tentu selalu mengetahuinya, bukan?" Dan babi hutan itu tertawa-tawa.
Hati Sutan Mandiangin kian panas dan kini istrinya pun jadi marah. Babi hutan
yang iblis meminta dirinya. Huh, ini benar-benar keterlaluan!"
"Pergi kau!" bentak Sutan Mandiangin.
"Kau tak melihat aku, bagaimana kau suruh pergi! Hebat aku hah, melihat kalian
tapi tak dilihat oleh kalian. Itu namanya sakti. Dan itu baru satu dari sekian
banyak ilmuku yang tak terlawan oleh kalian manusia biasa yang penuh kelemahan!"
"Tapi kau pengecut! Kau rupanya terlalu buruk dan hina untuk menampakkan
dirimu!" kata Sutan Mandiangin yang jadi semakin berani oleh kekalapannya. Rasa
takut sudah hilang ditelan oleh rasa amarah dan benci.
"Pandai kau memanaskan hatiku. Aku bukan pengecut seperti yang kau katakan. Aku
pendendam, kalau kalian mau tahu. Dan hari ini aku dendam pada kalian. Ini kalau
kalian begitu ingin melihat diriku!"
Ketiga manusia yang serasa terejebak di rumah sendiri itu memundang ke arah
bunyi suara. Tidak ada apa-apa, sehingga mereka menanti dengan perasaan tegang.
"Pandang ke mari!" kata suara itu pula dari lain tempat di dalam kamar itu.
Mereka yang seperti dipermainkan memandang ke sana. Dan benarlah di sana berdiri
seekor babi hutan dengan taring-taring panjangnya. Dia mendengkur. Kini
pandangan dan dengkur itu mengembalikan rasa takut ke dalam diri ketiga orang
itu. "Aku akan membalas! Tidak sekarang. Terlalu enak bagi kalian kalau aku membalas
sekarang juga. Mulai detik ini kalian tidak akan pernah tenang. Setidak tenang
hidupku yang kalian hina dan nista. Untuk itu kalian semua harus membayar. Aku
akan menemui atau mendatangi kalian untuk menagih!" lalu manusia babi yang
kelihatan amat ganas itu menghilang lagi.
"Mari kita keluar dari sini," kata Sutan Mandiangin.
"Ke mana Pa?" tanya istrinya yang gemetaran kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entah, tetapi sekarang kita keluar!"
"Dia bisa mendatangi kita di mana saja," ujar perempuan yang ketakutan itu.
"Kita bisa lapor pada Polisi," jawab Sutan Mandiangin.
"Tapi dia akan menghadang di tengah jalan!"
"Dengan telpon saja!" saran Sabrina. Dia juga terkejut, tetapi setidak-tidaknya
penampilan manusia babi itu telah membersihkan dirinya dari dugaan bohong atau
berkhayal. Sutan Mandiangin segera menelpon Polisi, sementara anggota keluarga
lain dan pembantu di rumah itu dipanggil dan berkumpul di ruang tengah.
"Ceritakanlah Tante," kata Sabrina kepada makciknya.
"Kau sajalah yang mengatakannya."
"Nanti mereka kira aku berdusta atau berkhayal."
"Tidak, bukankah aku dan pamanmu juga melihat." Sabrina lalu menceritakan
peristiwa di dalam kamar tidurnya. Sejak ia mendengar suara dengkur, ancaman
suara tak ada rupanya, sampai babi hutan yang menampakkan diri. Yang mendengar
semua jadi takut walaupun cerita itu sukar masuk akal bagi orang yang tidak
melihat atau tak percaya pada keajaiban-keajaiban di dunia ini.
"Aku juga melihatnya," kata Sutan Mandiangin yang sudah selesai memberitahu
Polisi melalui telpon. Meskipun jumlah mereka semua tak kurang dari sepuluh orang termasuk pembantu
rumah tangga, namun mereka merasa takut. Kalau babi itu babi biasa, tentu mereka
tak setakut itu. Tetapi babi yang bisa menghilangkan diri dan bisa berkata-kata sebagai manusia
tentulah jadijadian atau mayat yang bangkit dari kuburnya berupa babi, karena
bumi tak mau menerimanya.
Tiba-tiba suara dengkur yang amat keras terdengar di ruang tengah yang cukup
luas itu. Tiga kali berturut-turut. Ki Ampuh memberitahu kehadirannya di sana.
Semuanya jadi ketakutan dan saling mendekatkan diri. Seolah-olah berkumpul
begitu bisa menyelamatkan mereka dari suara yang menegakkan bulu roma itu.
"Aku senang melihat kalian semua dalam ketakutan," kata suara Ki Ampuh. Rasa
takut mereka kian menjadi. Ada dua orang terkencing-kencing, tetapi tetap
berkumpul di sana. "Rasakan oleh kalian," kata Ki Ampuh sambil tertawa-tawa mengejek.
Beberapa orang membacakan mantera, tetapi tawa Ki Ampuh selalu terdengar, bahkan
sebagaimana ia mengejek mantera Sutan Mandiangin, kini pun ia berkata:
"Simpanlah mantera-mantera kalian itu. Aku terlalu hebat untuk dapat disuruh
pergi dengan bacaan-bacaan saja! Aku lebih dari iblis, di atas dari jin dan
setan," katanya dengan suara keras dan nada mengancam. Dua orang anak perempuan
Sutan Mandiangin jatuh pingsan. Keadaan jadi lebih panik.
"Berilah salah satu saja dari wanita-wanitamu yang sekian banyak. Aku tidak akan
mengganggu lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau aku diterima sebagai keluarga aku akan melindungi kalian terhadap bahaya
apa pun," kata Ki Ampuh. Tidak ada jawaban dari Sutan Mandiangin.
Akhirnya Polisi yang amat dinanti-nantikan itu tiba di sana. Mereka heran
melihat sekian banyak orang berkumpul jadi satu dengan wajah ketakutan dan
kemudian lebih heran lagi setelah mengetahui ada dua gadis yang pingsan. Kapten
Kamaludin dengan tiga pembantunya bersenjata lengkap bertanya apakah sebenarnya
yang telah terjadi. Sutan Mandiangin menerangkan bahwa mereka semua dalam
bahaya. Sewaktu-waktu dapat dibunuh oleh babi hutan yang kini ada di rumah itu.
"Mana babinya?" tanya Kapten Polisi Kamaludin sementara ketiga bawahan telah
siap untuk bertindak bilamana babi hutan yang diceritakan itu datang menyerbu
atau memperlihatkan diri.
"Aneh, bagaimana di dalam rumah ada babi hutan!" Tetapi tiba-tiba Kapten Polisi
itu pun jadi lebih waspada. Ia teringat akan peristiwa sepuluh hari yang lalu,
tatkala seorang wanita dengan anaknya mati dibunuh oleh makhluk yang
meninggalkan jejak-jejak babi. Mungkin dia tidak akan takut menghadapi bandit
bersenjata yang bisa dilihat dengan mata. Tetapi babi yang pernah didengarnya
masuk kota tanpa dilihat orang dan membunuh dengan cara yang begitu ganas
menyebabkan Kamaludin merasa ngeri juga. Kalau benar ini babi jadi-jadian
seperti didesas-desuskan, dia pun bisa diseruduk dari belakang, depan atau
samping tanpa melihat makhluk yang menyeruduknya. Tentu saja sebagai manusia,
perwira setinggi apa pun bisa menjadi takut, tetapi sebagai seorang petugas yang
sedang menjalankan kewajiban melindungi masyarakat ia harus menyembunyikan
kelemahan pribadi yang ada pada hampir semua insan.
"Kapten, kau teringat pada peristiwa pembunuhan istri dan anak si jahanam Erwin
itu ya. Dan kau menjadi takut, walaupun tidak terlalu, hah," kata suara yang tak
mau memperlihatkan diri itu.
"Itu suara manusia, bukan babi," kata Kapten Polisi Kamaludin.
"Tapi dia babi hutan," kata Sabrina. Kejelitaan gadis yang menanggapi ini
membuat Kapten Polisi itu harus lebih mampu menyembunyikan kegelisahan hatinya.
Malu dong kalau seorang gadis cantik sampai metagetahui bahwa dia pun merasa
takut. "Dia babi hutan, panjang kisahnya. Dan dialah yang membunuh ibu dan anak sepuluh
hari yang lalu. Dia tadi ke kamarku, bersuara dan kemudian memperlihatkan diri.
Meninggalkan kami dengan ancaman. Bahwa ia akan kembali atau menemui kami di
mana saja untuk membalas dendam!"
kata Sabrina. "Nona yakin, bahwa semua itu suatu kenyataan!"
"Kalau tiga orang mendengar dan melihat, barangkali tidak perlu diragukan lagi
Kapten," kata Sutan Mandiangin, "Mereka tidak bohong. Memang aku tadi datang dan
kini pun ada di sini. Jadi kalian tahu kelemahan kalian dan kelebihanku. Aku
melihat kalian, tetapi kalian tidak bisa melihat aku. Kalau aku mau, aku dapat
membunuh kalian semua tanpa kalian dapat membalas!" kata Ki Ampuh.
"Jangan," kata salah seorang keluarga Sutan Mandiangin. "Kami tidak bersalah."
"Tak usah khawatir. Aku bukan sadis yang suka melakukan pembunuhan masal. Tetapi
aku tidak pernah membebaskan orang yang menghina diriku dari pembalasan yang tak
terlupakan seumur hidup. Kalau kubiarkan dia hidup!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak turut menghina Datok yang sakti," kata orang yang mengatakan mereka
tidak bersalah itu. "Baiklah, aku akan membiarkan kau selamat," kata Ki Ampuh dan orang yang amat
ketakutan tetapi sanggup bicara demi kelanjutan hidupnya merasa lega. Dia tidak
akan dibunuh. Kenapa mesti malu minta nyawa, pikirnya di dalam hati. Kalau turut
dibunuh dalam keadaan tidak berdosa kan namanya mati konyol.
Ketiga anak buah Kapten Polisi. Kamaludin juga merasa takut walaupun masingmasing memegang senjata siap tembak. Bagaimana tak takut. Hanya ada suara yang
mengancam tetapi makhluknya tidak kelihatan. Dan mereka tak habis pikir,
bagaimana makhluk yang dikatakan babi hutan ini bisa bicara dan tahu jalan
pikiran atasan mereka. "Aku di sini, tembaklah! Peluru kalian akan berbalik menembus dada kalian karena
aku kebal. Tak bisa dimakan senjata apa pun!" kata Ki Ampuh menantang.
Dua orang bawahan Kapten Polisi Kamaludin dengan gugup melepaskan tembakan ke
tempat asalnya suara. Terdengar tawa dan kedua peluru membalik, mengenai tembok
di belakang kedua orang anggota Polisi itu. Jadi persis seperti kata babi hutan
itu. Ia tidak ditembus peluru dan sebaliknya peluru akan berbalik mengenai yang
menembakkan. Masih nasib baik peluru itu melewati kedua petugas dan tertanam di
dinding ruang tengah yang luas itu.
Kapten Kamaludin terkejut, lebih-lebih lagi ketiga bawahannya. Hal itu benarbenar membuktikan bahwa ia kebal.
"Mau mencoba lagi?" tanya Ki Ampuh menyindir. "Silakan, semoga kali ini ia
berbalik mengenai kalian!"
Ketiga petugas memandang atasan mereka menunggu perintah.
"Tak usah tembak lagi, percuma. Sasaran tidak kelihatan," kata si Kapten.
"Apakah tidak mau meminta bantuan tambahan Kapten?" tanya suara itu. Dan penegak
keamanan itu jadi semakin takut walaupun ia dapat menyembunyikannya. Nada itu
mengejek dirinya dan tentu iblis itu kini memandangnya sebagai musuh, padahal ia
datang hanya karena menjalankan tugas. Semua penghuni rumah memandang pada
Kamaludin mau mendengar apa jawabnya.
"Mengapa Anda mengganggu ke mari?" tanya Kamaludin yang berharap akan mengetahui
duduk persoalan dari makhluk yang dihebohkan amat sakti dan sangat pandai ilmu
mistik itu. "Sebenarnya aku tidak suka mengganggu siapapun. Kecuali kalau aku disakiti lebih
dulu. Perempuan dan anaknya yang kubunuh di belakang rumah mereka tempo hari adalah
untuk membalas sakit hatiku pada suami wanita itu. Ia telah amat menyaingi usaha
kehidupanku dan bahkan membuat aku jadi begini. Istri dan anaknya yang kudapat,
pada merekalah dendam kuhempaskan," jawab babi hutan itu. Lalu diam. Beberapa
saat kemudian Kapten Kamaludin mengatakan, mengapa ia datang ke rumah Sutan
Mandiangin yang sama sekali tidak bersalah. Ki Ampuh menceritakan, bahwa ia
semula hanya menghendaki wanita yang bernama Sabrina, tetapi wanita ini menolak,
bahkan menghina dia. Kemudian pamannya pun menghina dirinya pula.
Untuk itu, kata babi itu, kedua manusia itu harus menerima balasan.
"Aneh, mengapa kau menghendaki manusia yang wanita?" tanya Kamaludin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena aku pun tadinya manusia seperti anda. Kini pun aku berasa diriku
manusia, tetapi bentukku diubah oleh penjahat-penjahat dari seberang sehingga
aku merupakan babi. Apakah semua ini tidak patut kubalas?"
"Dia bohong," tukas Sabrina.
"Bagaimana nona tahu dia bohong?" tanya Kapten Kamaludin.
"Dia mengkhianati sahabatnya dan perbuatan itu berarti melanggar sumpahnya
sendiri. Dia sendiri pernah bersumpah agar mati jadi babi kalau ia sampai
mengkhianati sahabat-sahabatnya yang banyak berjasa pada dia!" sahut Sabrina.
"Wah, anda banyak tahu mengenai misteri ini!" ujar Kamaludin.
"Mendengar dari orang yang langsung bersangkutan dan dari apa yang telah kualami
sendiri dalam pertemuan dengan babi hutan yang asal manusia ini!" kata Sabrina
menjelaskan. "Perempuan itu pendusta," kata Ki Ampuh dengan suara keras membela diri. "Dia
jatuh cinta pada makhluk yang lebih buruk dari aku. Dia mencintai manusia
harimau!" Kapten Polri, ketiga bawahannya dan semua orang yang ada di sana jadi sebagai
rnendengar cerita dongeng. Kisah seribu satu malam pun tidak sehebat ini. Sebab
apa yang terjadi sekarang benar-benar kenyataan di dunia yang sudah begini


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

modern dan maju. Ada babi inginkan wanita yang manusia. Ada wanita yang jatuh
hati pada makhluk yang manusia harimau.
Kapten Polisi itu memandang pada wanita yang oleh suara itu dituduh telah
berbohong. Sabrina tidak segera menjawab. Artinya dia tidak segera membantah.
Dia tidak sanggup mengatakan tidak cinta pada manusia harimau yang dikenalnya
sebagai Erwin. Ia takut Erwin yang berilmu tinggi itu mendengar, membencinya!
Kalau sampai terjadi begitu, maka dunia ini lebih baik kiamat saja.
Karena ia tidak membutuhkan dunia dengan seorang Erwin membenci seorang Sabrina.
Pada waktu Kamaludin menanti reaksi Sabrina dan Ki Ampuh merasa dirinya menang
itulah terdengar suara auman harimau yang amat keras. Di dalam ruangan itu juga.
Kini hampir semua manusia di situ menggigil. Hanya Sabrina yang besar hati,
karena ia yakin bahwa bantuan bagi dirinya telah datang. Suara itu sudah pernah
didengarnya. Suara harimau yang oleh Erwin dikatakan ayahnya, Dja Lubuk yang
selalu membantu dirinya manakala ia amat terdesak. Suara Ki Ampuh tidak
terdengar lagi. Takutkah dia akan suara raja rimba yang selalu membinasakan
babi-babi hutan" "Kau keterlaluan Ki Ampuh," kata suara pendatang baru itu.
"Kau yang keterlaluan," kata suara pertama tiba-tiba menjawab.
Berbeda dengan babi hutan, Dja Lubuk memperBihatkan diri dalam bentuknya sebagai
manusia. Gagah dan kekar dengan misai putih melintang mempertinggi wibawanya.
Semua orang duduk di lantai bagaikan ada yang memerintah, padahal Dja Lubuk sama
sekali tidak menyuruh mereka menghormati dia. Beberapa orang yang coba
memandangnya segera tunduk kembali, karena tak tahan oleh sinar matanya yang
bagaikan mengandung tenaga penakluk.
"Maafkan kedatanganku yang barangkali mengejutkan dan menakutkan kalian," kata
Dja Lubuk. Tenang dan jelas.
"Siapakah kakek yang sakti kalau cucu boleh ber" tanya?" tanya Kapten Kamaludin
yang banyak membaca buku tentang orang-orang sakti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tadinya manusia biasa seperti kalian. Tetapi tidak semulia kalian karena
aku punya nasib buruk. Kadang-kadang jadi harimau. Aku dijuluki manusia harimau dan aku menerima nasib
itu dengan penuh kesabaran sampai aku tutup usia. Aku kadang-kadang bangkit dari
tempatku beristirahat kalau ada tugas untuk menyelamatkan anakku atau orangorang yang baik hati terhadap anak yang amat kusayang itu!" cerita Dja Lubuk.
Kata-kata Dja Lubuk meresap ke dalam hati semua orang yang ada di ruang tengah
itu. Betapa banyaknya kegaiban dan keajaiban dalam dunia ini. Baru tadi mereka
ketakutan oleh ancaman suara manusia tanpa manusianya yang dikatakan suara babi
hutan yang asal usulnya juga manusia biasa. Kini mereka didatangi seorang tua
yang telah tiada tetapi kemudian bangkit lagi dari kuburnya. Kakek ini
mengatakan secara terbuka bahwa ia dinamakan orang manusia harimau dan ia
menerima nasib yang katanya amat buruk itu.
"Ki Ampuh, tunjukkan dirimu pada orang-orang yang kau takut-takuti ini," kata
Dja Lubuk. Tetapi yang terdengar hanya sebuah dengkur yang amat keras kemudian kata-kata
mengejek: "Kau mau berlagak jadi orang baik di hadapan mereka ini hah! Kau penipu yang
telah membinasakan begitu banyak manusia tak berdosa.
Kau telah mengaku sendiri bahwa kau harimau. Dan orang tahu, bahwa harimau
adalah binatang buas dan ganas yang selalu haus darah dan ingin daging manusia!"
kata Ki Ampuh menghasut. Orang banyak itu jadi bingung. Dua keterangan yang bertentangan. Yang baru
datang mengatakan bahwa babi , hutan itu telah banyak membinasakan orang. Punya
hati dan niat jahat selalu. Sebaliknya suara pertama mengatakan, bahwa yang baru
datang itu adalah manusia harimau yang selalu haus darah. Manakah yang benar"
Yang pasti hanya ancaman yang pertama dan pengakuan yang kedua bahwa ia dijuluki
manusia harimau karena ia kadangkala menjadi harimau.
"Ki Ampuh, keluarlah kau jahanam tukang fitnah. Kalau engkau berkata benar,
keluarlah sekarang juga. Kita tentukan di hadapan mereka siapa di antara kita
yang benar. Taruhannya mudah saja. Kalau aku kau kalahkan berarti kau yang baik
dan akulah yang jahat dan haus darah itu. Tetapi kalau aku mengalahkan engkau,
kau yang selalu ganas. Suka menipu selama hidupmu dan haus nyawa serta masih
mencari-cari wanita untuk kau perkosa setelah engkau jadi babi karena kutukan
sumpahmu. Keluarlah!" kata Dja Lubuk. Tidak disangka bahwa orang yang kelihatan
lembut tetapi penuh wibawa itu dapat berkata begitu.
"Lagi-lagi kau menggertak aku Dja Lubuk yang tak kenal budi!" jawab Ki Ampuh.
"Di hadapan mereka kau menantang aku bagaikan pahlawan yang teramat garang. Kau
lupa berapa kali kau minta ampun padaku ketika aku masih manusia dan kau telah
jadi mayat yang berkeliaran dalam ujud harimau berkepala manusia.
Lupakah kau akan kemurahan hatiku yang selalu memberi nyawa kepadamu" Sungguh
kau tak kenal malu. Kini kau hendak menutupi kelemahanmu dengan lagak menantang
aku bertarung di hadapan mereka. Aku kasihan pada caramu yang amat tengik itu.
Kalau kau masih belum kapok dengan pengalamanmu di masa lalu, baiklah kita
bertemu nanti di padang rumput dekat kuburan Tanah. Kusir. Ataukah kau lebih
suka di lapangan Monas setelah semua manusia tidur agar tidak ada satu insan pun
dapat mengetahui dan memberi pertolongan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bangkai yang mati tentu akan tinggal di sana dan diketahui pada esok pagi. Dan
koran tentu akan ramai dengan berita yang amat besar ini. Harimau berkepala
manusia akhirnya tewas di lapangan Monas. Cukup menarik bukan?" kata Ki Ampuh
menantang musuh lamanya. Dja Lubuk geleng-geleng kepala. la tak kuasa lagi marah, sebab marah kepada
iblis yang sinting seperti itu akan membuat diri sendiri turut-turut sinting dan
yang demikian sama sekali tidak menguntungkan. Si terkutuk itu sanggup memutar
balik seluruh kisah dan fakta, begitulah pikir manusia harimau itu. Ia memandang
orang-orang yang kebingungan dan ketakutan serta penuh ketegangan itu.
Berbagai tanda Tanya di dalam hati masing-masing. Mengapa makhluk yang dikatakan
babi hutan menantang tetapi tidak mau menampakkan diri di sana" Mengapa ia
mengajak bertarung di lain tempat yang sunyi, sementara si kakek bersedia
menguji tenaga dan kesaktian di sana juga.
Mengapa kakek itu tidak menjawab mau bertempur di Tanah Kusir atau di lapangan
Monas" Tetapi akhirnya manusia harimau itu menjawab juga:
"Baiklah. Kutunggu kau di lapangan Monas pukul dua selepas tengah malam! Kau
cukup berani untuk datang, bukan" Ataukah kau akan menghilang masuk kebun
mencari singkong penduduk untuk kau bongkar dan makan sebagai pencuri!" Dja
Lubuk rupanya ingin juga membalas walaupun hanya sedikit.
"Aku akan datang makhluk tak tahu diri!" kata Ki Ampuh. "Kalau kau yang tak
datang akan kucari kau sampai dapat. Walaupun aku harus berjalan kaki
menyeberangi Selat Sunda mencari kau di Mandailing!"
Sutan Mandiangin dan keluarga serta pembantu-pembantunya jadi tahu bahwa kakek
ini rupanya berasal dari Mandailing, Sumatera.
Kapten Polisi Kamaludin teringat pada peristiwa hampir setahun yang lalu, ketika
terjadi banyak kehebohan tentang manusia harimau yang selalu mengganas. Tetapi
tidak terhadap siapa saja. Ia ingat manusia harimau pernah masuk kantor Polisi
dan hanya memilih orang yang menyiksa dirinya ketika ia ditahan sebagai manusia
dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar. Ia pun ingat bagaimana seorang
anggota Polisi yang sedang naik sepeda motor di Slipi dihadang oleh manusia
harimau dan perutnya dikoyak-koyak di sana. Tanpa dapat dicegah, berdiri seluruh
bulu romanya. Kakek ini terus terang mengaku dirinya manusia harimau, tetapi
bentuknya manusia biasa. Benarkah pengakuannya" Yang dulu adalah harimau dengan
kepala manusia dan masih muda usia. Ia ingat semuanya itu.
"Memang benar ingatanmu itu Kapten," kata Dja Lubuk tiba-tiba. "Yang dulu itu
anakku. Dia marah karena ada di antara kalian yang menyiksa dia. Sampal sekarang
pun masih ada di antara kawan atau bawahan Kapten yang suka menyiksa tahanan
yang belum tentu salah atau tidak.
Padahal atasan kalian sudah melarang penyiksaan terhadap para tahanan." Kapten
Kamaludin jadi pucat sekali. Jalan pikirannya dibaca oleh kakek itu.
"Kau sangsi apakah benar aku ini manusia harimau. Aku bukan ingin memamerkan
diri karena menjadi makhluk aneh semacam aku ini merupakan musibah seumur hidup.
Tidak ada yang mau dibanggakan. Tetapi keadaan diriku yang kadang-kadang menjadi
harimau adalah nasib yang tak dapat ditolak! Mengertikah Anda Kapten?" Oleh rasa
takut yang memuncak, Kapten itu menjawab bahwa ia tidak ragu-ragu dan mengerti
akan keterangan kakek itu.
"Namaku Dja Lubuk, kuburanku di Mandailing. Yang dibunuh Ki Ampuh yang sudah
terkutuk jadi babi hutan itu adalah menantu dan cucuku!" dan kakek itu berubah
ujud secara bertahap di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hadapan sang Kapten, Sutan Mandiangin, Sabrina dan yang lainnya. Semuanya
memperhatikan penuh rasa takut tetapi tak dapat melarikan diri. Kaki saja pun
rasanya tak dapat diangkat.
Bagaimana pula mau lari dari sana.
Dalam tempo beberapa menit Dja Lubuk menjadi harimau besar yang hampir sempurna.
Hampir sempurna, karena kepalanya tetap kepala manusia. Keringat dingin
membasahi baju orang-orang yang ketakutan itu. Tidak terkecuali Kapten Kamaludin
dan anak buahnya. Ia tak berlama-lama lagi di sana. Ia mengucapkan selamat
tinggal kepada Sabrina yang pernah diselamatkannya, lalu hilang bagaikan lenyap
ke dalam lantai tempat ia berpijak tadi.
Setelah beberapa lama tak terdengar lagi lanjutan dari detik-detik yang mencekam
itu, Kapten Kamaludin mengatakan, bahwa semuanya sudah berlalu dengan baik dan
ia akan kembali ke kantornya untuk melaporkan semua kejadian itu.
"Tetapi keamanan kami bagaimana?" tanya Sutan Mandaiangin.
"Sudah Bapak lihat sendiri tadi. Yang dinamakan babi hutan tidak memperlihatkan
diri. Tetapi ia benar ada dan kebal. Sudah pula kita lihat bersama tadi suatu
keajaiban yang tidak pernah termimpikan atau terkhayalkan. Hadirnya seorang tua
secara tiba-tiba di ruangan ini, kemudian jadi harimau kecuali wajahnya.
Dan menghilang tanpa dapat kita ketahui ke mana hilangnya. Apa yang dapat kami
perbuat. Kalau yang bapak takuti itu bandit-bandit, kami mudah meringkusnya. Tetapi yang
kita hadapi adalah kenyataan yang ajaib dan gaib!" jawab Kapten itu. Sutan
Mandiangin kini hilang akal, karena babi iblis itu berjanji akan membalas sakit
hatinya. LAPORAN Kapten Polisi Kamaludin mulanya tak dipercaya oleh atasan dan rekanrekannya. Tak heran, siapapun sukar perca-ya pada kisah yang tak masuk akal.
Kamaludin mengingatkan kawan-kawannya pada peristiwa hampir sepuluh bulan yang
lalu ketika seorang laki-laki bernama Erwin ditangkap, disiksa dan kemudian
melakukan pembalasan. Mereka ingat bagaimana manusia harimau yang menggemparkan
saat itu dapat masuk melalui petugaspetugas yang jaga malam tanpa dilihat oleh
siapapun. Setelah mendengar itu beberapa orang di antara sesama anggota Polisi teringat
akan peristiwa yang membawa beberapa korban jiwa itu. Dan keadaan kini lebih
gawat oleh karena yang mengganggu keamanan bukan lagi makhluk aneh yang dikenal
dengan manusia harimau, tetapi juga mayat yang bangkit dari kuburnya dan
berkeliaran dengan ganas sebagai babi hutan.
Bagaimana orang tak merasa takut pada babi dan harimau yang kedua-duanya berasal
dari manusia dan dapat berkata-kata sebagai manusia biasa. Mempunyai keberanian
dan kecerdasan lebih dari manusia yang bukan merangkap fungsi babi atau harimau.
"Babi hutan yang tak mau memperlihatkan diri itu mengancam akan kembali membalas
dendam pada Sutan Mandiangin dan akan memperkosa gadis bernama Sabrina yang
kemenakan dari orang yang termasuk kaya itu, Kolonel," kata Kapten Kamaludin.
"Apa saranmu untuk melindungi keluarga itu?" tanya Kolonel Sugondo.
"Saya menunggu saran dan instruksi Kolonel!"
"Tetapi Kapten yang mengalami dan melihat sendiri manusia harimau itu!"
"Oleh karena itulah makanya saya tidak punya saran. Saya sungguh tak tahu harus
berbuat apa menghadapi makhluk-makhluk semacam itu. Lebih baik saya ditugaskan
menghadapi penjahat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdarah dingin yang rajin mencabut nyawa. Sekurang-kurangnya merupakan manusia
lawan manusia!" "Aku sendiri belum pernah melihat bagaimana rupa manusia yang jadi babi hutan
dan tidak tahu bagaimana rupa manusia harimau. Aku hanya mengenal senjata api
untuk merobohkan mereka!"
"Sudah saya terangkan tadi. Sang babi sudah ditembak. Sebagaimana katanya, ia
memang kebal. Dua butir peluru yang ditembakkan, kembali lagi. Masih untung
tidak mengenai kedua petugas kita yang melepaskan tembakan itu."
"Heran. Babinya tidak kelihatan tetapi pelurunya kembali! Anda percaya pada
setan atau jin, Kapten?"
"Saya tidak pernali ketemu setan atau jin, tetapi saya sudah dengar suara tanpa
makhluk yang mengeluarkan suara itu. Saya dengar dengkur babi tanpa melihat
babinya. Kemudian saya dengar suara auman harimau, disusul oleh kehadiran
seorang kakek yang berubah jadi harimau besar berkepala manusia!" kata Kapten
Kamaludin. Ketiga bawahan menguatkan keterangan sang perwira. Kalau sampai empat
pasang mata melihat tentu tak mungkin khayalan atau mimpi!"
"Kalian berani menjaga rumah Sutan Mandiangin?" tanya Kolonel kepada tiga
pembantu Kapten Kamaludin yang turut serta ke rumah Sutan Mandiangin tadi.
Ketiganya menyatakan tidak berani tanpa malu-malu.
Beri saja tugas yang lebih berat. Menghadapi bandit-bandit Senen atau para
penodong penikam di sekitar Monas. Mereka tak ingat bahwa manusia harimau akan
menantikan kedatangan sang babi hutan di Monas. Kalau mereka teringat akan itu,
mungkin tidak akan minta bertugas di sana, karena dua di antara mereka tadi
menembak babi hutan ajaib itu. Sudah pasti makhluk itu melihat dan menandai
mereka. Hampirpasti pula bahwa ia akan melakukan pembalasan.
Tetapi Kolonel Sugondo banyak bertimbang rasa. Keempat bawahannya yang baru
mengalami shock itu disuruhnya istirahat untuk mengembalikan ketenangan mereka
yang normal. Ketiga orang anak buah Kapten Kamaludin merasa lega, sebaliknya
sang perwira meminta agar ia boleh terus mengikuti perkembangan. la,
yang tadinya takut akhirnya ingin mengetahui bagaimana kisah misteri itu
selanjutnya. Akan terjadikah pertarungan di lapangan Monas antara sang babi dan
harimau manusia" Betapa akan serunya. Dan ia yakin bahwa salah satu akan mati. Dia akan mengintip
dan kemudian menjadi orang pertama yang membawa laporan ke kantor. Namanya akan
menjadi buah bibir di kalangan kepolisian dan keesokan harinya di antara
masyarakat, karena koran-koran tentu akan membuat berita tentang pertarungan dan
dirinya yang mempersaksikan perkelahian hidup mati yang teramat aneh dan baru
pertama kali akan terjadi di ibukota.
Gambarnya pasti akan dimuat. Dia akan terkenal dan besar kemungkinan naik
pangkat. Ia akan jadi Mayor Polisi Kamaludin. Keinginannya diluluskan oleh
Kolonel Sugondo. Kapten itu mengatakan bahwa ia akan mengamati rumah Sutan
Mandiangin yang malam itu mungkin akan mengalami sesuatu yang luar biasa kalau
babi hutan yang penasaran itu kembali untuk membalas dendam. Tetapi sebenarnya
ia tidak bermaksud mau ke sana.
Ia lebih ingin melihat pertarungan antara babi hutan dengan manusia harimau yang
bernama Dja Lubuk. Dia akan berpakaian preman akan berlagak sebagai salah
seorang penghadang di daerah yang selalu membawa naas itu. Pistol akan
dibawanya, walaupun telah diketahuinya bahwa sang babi tidak bisa ditembus
peluru. Bagaimanapun, senjata itu akan memberi keberanian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Padahal orang yang sedang terkejut dan takut biasanya lupa atau
gemetar mempergunakan senjata.
*** Yang belum mengetahui apa yang telah terjadi di rumah Sutan Mandiangin malam itu
tidak bisa tenang. La teringat pada wanita yang mulai merebut hatinya dan takut
akan keselamatannya. la khawatir kalau-kalau Sabrina mengalami nasib seperti
istrinya. Ki Ampuh pasti tidak akan mengalah begitu saja. Sejak masih manusia
dan berprofesi sebagai dukun ia selalu lemah menghadapi wanita cantik dan mau
berbuat apa saja untuk memperolehnya.
Kini, setelah sekian lama tak dapat menyalurkan hasrat hatinya dan dihina oleh
Sabrina, pasti ia akan berbuat apa yang mungkin untuk mencicipi gadis itu. Ia
ingin untuk berkata kelak, bahwa Sabrina yang sombong dan jatuh cinta pada Erwin
akhirnya toh didapatnya. Dengan itu ia bukan saja memuaskan nafsu manusia dalam
dirinya yang jadi babi, tetapi sekaligus menyakitkan hati Erwin yang musuh
besarnya. Malam itu ia berniat untuk ke rumah Sabrina pada keesokan harinya. Karena rindu
dan ingin tahu apakah tidak ada gangguan atas diri wanita itu, ia pun, walau
manusia harimau, tidak mengetahui, bahwa tidak mendapat firasat tentang kejadian
di rumah gadis itu. Kalaulah ia tahu bahwa antara ayahnya dan Ki Ampuh telah
terjadi sengketa dan musuhnya itu menghina dan memfitnah ayahnya pasti ia akan
berlari ke sana untuk membuat perhitungan dengan si terkutuk itu.
Malam itu, ketika ayahnya menantikan waktu untuk pergi ke lapangan Monas, Erwin
akhirnya dapat juga tidur, walaupun selalu gelisah.


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Rabu itu tiada bulan. Bintang pun tak memperlihatkan diri. Tertutup oleh awan
tebal yang menggantung bahana akan menjadi hujan amat lebat untuk membuat
beberapa bagian ibukota menjadi lautan berair tawar.
Huh, Jakarta yang kota metropolitan ini sampai sekarang tidak dapat mengalahkan
banjir walaupun milyar-milyar sudah dipindahkan ke tangan sekian kontraktor
penanggulangan banjir, yang kata orang, telah berbaik hati untuk menyalurkan
sebagian dari padanya ke manusia-manusia berbudi yang telah memberi pekerjaan
kepada mereka. Kisah menjemukan yang tidak jemu-jemunya dilaksanakan oleh para
"sutradara" dan "artis-artis".
Tepat pada jam 02.22 awan berat yang tidak disanggah oleh sebuah tiang itu pun
roboh menimpa bumi Jakarta dan sekitarnya.
Orang-orang yang dilahirkan untuk jadi penjahat dan makhluk-makhluk bernama
manusia yang jadi jahat karena dipaksa oleh perut yang tak kenal kompromi, telah
meninggalkan daerah operasi mereka di sekitar Monas yang amat terkenal itu.
Telah pergi berteduh. Ke kaki lima, ke kolong jembatan atau ke gubug-gubug reyot
dari kertas dan plastik yang biasanya dibangun menjelang malam untuk dirobohkan
petugas-petugas pemeliharaan keindahan kota pada pagi harinya. Ada yang tertidur
dengan baju basah kuyup karena tak punya pengganti, ada pula yang membaringkan
diri di atas tanah dalam keadaan telanjang karena takut tidur dengan pakaian
basah. Sebagian amat kecil dari mereka yang harus begini akan menemui ajal
karena tidak kuat lagi menahan derita. Tetapi sebagian besar sudah jadi kebal
terhadap segala penyakit, dan binatang merayap.
Lipan, kalajengking, tikus dan ular pun takut mendekati mereka. Tapi boleh jadi
juga tidak sampai hati! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di bawah sebatang pohon yang rindang daunnya, salah satu dari sekian banyak
pohon penghias di sekitar patung Pangeran Diponegoro di seberang tugu ada
seorang hamba Allah menahan curahan hujan yang lama kelamaan membuatnya
menggigil kedinginan. Orang itu Kapten Polisi Kamaludin yang kepada atasannya
mengatakan hendak mengawasi dan melindungi rumah Sutan Mandiangin. Matanya
selalu mencoba menembus pandangan di sekitar tempatnya berteduh, karerfa ia
tidak tahu dimana tepatnya pertarungan itu akan berlangsung. la mau menahan
dingin dalam keadaan basah kuyup karena ia yakin akan mendapat imbalan yang
lebih daripada setimpal. Keharuman nama dan kenaikan pangkat.
Hanya 67 menit air bagai dicurah dari langit. Hampir secara mendadak ia berhenti
dan tak lama antaranya sejumlah bintang mulai gemerlapan. Tetapi beberapa bagian
ibukota telah terendam dan penduduk di tepi-tepi sungai telah mengungsi ke
tempat yang agak tinggi. Begitulah besarnya kekuasaan hujan atas beberapa bagian
bandar raya Indonesia ini.
Kini kapten yang ingin melihat pertarungan itu agak mudah melihat ke sekitarnya.
Apalagi di sana selalu menyala banyak lampu. Untuk menerangi rumput, bunga dan
pohon-pohon itu. Lampu-lampu itu memang sangat perlu demi keindahan. Supaya orang tahu bahwa
Jakarta ini sudah sangat maju dan tidak suka gelap-gelapan.
Tiba-tiba jantung Kamaludin berdebar dan ia tingkatkan daya lihat matanya.
Benar, yang bergerak itu binatang atau makhluk berkaki empat. Jalannya bagaikan
harimau, kepalanya tak jelas. la menuju lapangan di depan tugu. la berjalan
tenang, setenang harimau berjalan di rimba raya yang dirajainya. Takkan keliru,
makhluk itu tentulah kakek yang menamakan dirinya Dja Lubuk. Manusia harimau
dari Mandailing di Tapanuli Selatan. la menepati janji. Untuk bertemu dengan
manusia babi hutan yang menantangnya untuk bertanding. Apakah benar makhluk ini
akan mati nanti sehingga tubuhnya dilihat orang pada keesokan paginya
sebagaimana dikatakan oleh si babi hutan yang berilmu tinggi" Yang pasti, ia
akan memberi laporan pandangan mata kepada atasannya. Bukan masyarakat, tetapi
atasan dan rekan-rekannya yang lebih dulu akan melihat tubuh manusia harimau
itu, kalau benar ia mati dibunuh musuhnya.
Setelah melihat ke sekitarnya, makhluk itu berhenti, kemudian duduk. Mungkin
agar mudah dilihat Ki Ampuh yang belum datang, ataupun bersembunyi untuk
melakukan serangan dari belakang secara mendadak.
Babi hutan itu sejak masih manusia sudah mempunyai banyak akal licik. Dja Lubuk
cukup tahu akan hal itu. Kadang-kadang makhluk itu bangkit dan berjalan mundar mandir seperti yang biasa
dilakukan oleh harimau tawanan di kandangnya di kebun binatang. Kapten Kamaludin
yang melihat jam ketika harimau itu datang dari mempunyai perasaan amat tegang
kini mulai jemu menunggu, karena babi hutan yang belum pernah dilihatnya tidak
juga datang. Sudah lebih setengah jam Dja Lubuk menanti.
Dalam hati ia mulai bertanya apakah musuh yang menantang ini akan datang atau
tidak. Satu jam lagi akan tiba waktu subuh dan setelah itu fajar akan
menyingsing. Apakah Ki Ampuh sudah ada dan memperhatikan kegelisahannya menunggu
dengan perasaan geli sambil mentertawakannya. Boleh jadi. Bilamana ia sudah
benar-benar kesal dan semangat tempurnya merosot barulah babi hutan terkutuk itu
menyerang. Muslihat yang begitu bukan tak mungkin dilakukan oleh Ki Ampuh.
Akhirnya Dja Lubuk berseru keras:
"Hee Ki Ampuh, keluarlah kalau kau ada di sini. Kalau kau takut, katakanlah.
Sebentar lagi akan fajar dan orang akan mulai ramai!" Memang di taman rekreasi
yang berair mancur pandai menyanyi menjelang subuh orang mulai ramai. Laki-laki,
perempuan segala umur. Mulai orang tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berolahraga gerak jalan guna memelihara jantung sampai anak-anak yang
beramai-ramai bersenam atau menghirup udara nyaman. Di waktu-waktu begitu saja
Jakarta mempunyai udara yang dapat dikatakan baik. Bila orang dan kendaraan
bermotor, terutama bis-bis yang memakai mesin berminyak solar mulai operasi maka
udara akan kotor oleh polusi. Itu nasib semua kota besar.
Panggilan Dja Lubuk tidak mendapat sahutan. la ulangi, tidak juga ada jawaban.
la mulai berpikir bahwa Ki Ampuh hanya mempermainkannya. Bukan karena takut.
Memang ia besar omong dan selalu takbur, tetapi kenyataan sudah selalu
membuktikan, bahwa Ki Ampuh punya cukup nyali untuk menghadapi musuh-musuhnya.
Setelah jadi amat kesal dan merasa ditipu, makhluk berupa harimau itu hendak
pergi dari sana. Tetapi baru saja ia bergerak beberapa langkah, terdengar suara makhluk yang
dinantikannya. Suara Ki Ampuh. "Dja Lubuk, mau ke mana" Kau takut?" kata suara yang masih belum mau
memperlihatkan rupa. "Kau babi keparat. Sudah lebih satu jam aku menunggu. Keluarlah. Masih ada waktu
untuk menentukan siapa di antara kita yang berhak hidup!" kata Dja Lubuk.
"Kau akan mati di sini Dja Lubuk. Kasihan, jauh dari kampung halamanmu. Mana
anakmu yang selalu tahu apa yang akan terjadi" Ia akan ditimpa musibah baru Dja
Lubuk. Besok pagi ia akan membaca atau mendengar bahwa ayahnya datang jauh-jauh
kemari untuk mengantarkan nyawa!"
"Kau banyak omong dan tidak tahu diri."
"Sombong kau Dja Lubuk!" hardik Ki Ampuh. "Mari kita mulai!"
Mendengar Ki Ampuh menjawab, walaupun belum kelihatan. Kapten itu tidak raguragu lagi, bahwa ia akan menyaksikan suatu pertandingan mati-matian yang tak
satu di antara seribu orang lain akan pernah melihatnya dengan mata sendiri. Dua
makhluk sakti, yang keduaduanya berupa hewan asal manusia akan saling bunuh.
Mungkinkah sang babi akan mati, sebagaimana biasanya babi hutan sukar bisa
mengalahkan harimau"
Tetapi ia babi sakti yang bisa melihat tanpa dapat dilihat. Ataukah babi itu
akan tewas oleh karena harimau ini mempunyai ilmu yang tidak atau jarang sekali
dimiliki oleh harimau lain. Oleh karena pada umumnya harimau hanyalah binatang
buas pemakan daging sedangkan yang satu ini sudah terang mempunyai berbagai
macam kepandaian. Kamaludin telah melihatnya sebagai manusia tua yang kekar dan gagah mengaku
bernama Dja Lubuk. "Terima ini," teriak si babi, tetapi tak juga memperlihatkan diri.
Dengan amat mengherankan Kapten Polisi itu, Dja Lubuk terlempar beberapa meter.
la menggeram, marah bukan buatan.
"Pengecut!" bentak Dja Lubuk, "Kau hanya seekor pengecut yang belagak gagah.
Orang atau hewan gagah akan memperlihatkan dirinya dalam bertarung! Tapi
baiklah, kalau itu maumu!"
Entah apa yang dibaca manusia harimau itu, tetapi tiba-tiba babi itu kelihatan
jelas di sana. la tidak mampu lagi menyembunyikan diri terhadap lawannya. Oleh
kenyataan yang tidak disangkanya ini, Ki Ampuh jadi kaget bukan kepalang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha, ha, coba hilangkan lagi dirimu orang tersakti sejagat," kata Dja Lubuk
menyindir. Ki Ampuh merasa sangat dihina, tetapi kenyataan membuktikan, bahwa
rupanya menjadi kebiasaan orang dari Mandailing itu untuk tidak sekaligus
menunjukkan segala kebolehannya. Merasa terpojok oleh hal tersebut, tiada lain
jalan bagi Ki Ampuh daripada melawan dengan segenap tenaga atau melarikan diri
dengan perasaan malu yang amat sangat. Dia telah memfitnah Dja Lubuk di hadapan
keluarga Sutan Mandiangin dan beberapa anggota Polri, dia pun telah
menyombongkan diri. Tentu amat memalukan kalau sampai terpaksa melarikan diri.
"Coba ulangi serudukanmu tadi! Aku tadi sampai terpental!" tantang manusia
harimau itu. Ki Ampuh menyerang dengan segala kekuatan dengan taring-taring
tajam laksana pisau yang dihunuskan, tetapi Dja Lubuk mengelak sedikit sambil
menampar kepala lawannya sebelah kanan.
la kebal peluru, tetapi rupanya tidak kebal terhadap kuku. Dari muka yang
tergores lumayan dalam itu mengalir darah segar, memerahkan aspal tempat mereka
mengadu nyawa. Pada detik berikut mereka telah berhadapan muka lagi.
Keduanya dengan mata yang seperti memancarkan api, walaupun bentuknya berlainan.
Mata Dja Lubuk besar hampir bundar, mata Ki Ampuh sebagai lobang celengan. Dja
Lubuk berdiri atas dua kaki belakang dengan maksud menimpakan tubuh sambil
menanamkan kuku-kukunya ke tubuh lawannya. Tetapi Ki Ampuh tak mau kalah, ia
juga berdiri atas kedua kaki belakangnya.
Kekurangannya pada kuku, karena ia tidak mempunyai kuku yang tajam dan kuat
seperti Dja Lubuk, walaupun kuku babi biasa digunakan untuk menggali singkong,
membantu taring-taringnya.
Tahu akan letak kekurangannya, maka ketika serang menyerang atas dua kaki itu Ki
Ampuh lebih banyak mengelak. Dia menunggu peluang untuk menyeruduk perut Dja
Lubuk dengan kedua taringnya yang tajam, kalau saja terbuka untuk ditikam dengan
sekuat tenaga. Tetapi rupanya Dja Lubuk juga mengetahui apa yang diintai oleh
lawannya. Maka ia tidak memberi kesempatan yang dinantikan Ki Ampuh.
Sedang mereka saling mencari kelemahan lawan itulah terdengar suara kendaraan
tak jauh dari sana dan tak lama kemudian dua buah lampu menyorot persis ke arah
kedua makhluk yang sedang bertarung itu.
Pengemudi, seorang pembantu letnan terkejut sehingga setirnya terbanting ke
kiri, untung segera ditolong oleh rekan yang duduk di sampingnya.
Pengemudi itu tidak dapat berkata apa pun. Dia terlalu terkejut dan tidak bisa
atau sempat memikirkan apa yang dilihat atau terlihat olehnya. Badannya gemetar.
Ketika lampu telah terarah kembali ke tempat pertarungan dan semua orang di
mobil patroli itu memandang apa yang sebenarnya terjadi atau terlihat, semua
anggota ABRI itu terkejut. Dua makhluk yang tak mungkin rasanya ada di Jakarta.
Harimau dan babi. Jelas belang si raja hutan dan jelas pula moncong si babi.
Tetapi bukan hanya manusia-manusia di mobil itu saja yang terkejut. Yang sedang
berkelahi juga kaget. Tiba-tiba diterangi oleh lampu yang begitu benderang.
Letnan yang jadi komandan dalam rombongan kecil itu segera memberondong kedua
makhluk aneh itu dengan Karl Gustav. la yakin pelurupeluru itu ada yang mengenai
sasaran, tetapi tak ada di antara keduanya yang roboh atau menunjukkan
tandatanda sakit kena tembakan. Yang lain dalam mobil juga segera meniru
tindakan sang komandan, sehingga dini hari yang amat sepi itu dimeriahkan oleh
rentetan letusan yang suaranya menggema ke sekitar. Kapten Kamaludin menjadi
tegang. Ia merasa terganggu, tetapi ia juga khawatir terkena peluru yang nyasar.
Terganggu karena ia sedang asyik mengikuti perkelahian yang, aneh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mufakat, kedua makhluk yang ingin mencari ketentuan itu memutar diri dan
lenyap ke jurusan yang berlawanan.
Atas perintah komandan Djumario, semua anggota pasukan turun dan mengawasi
daerah sekitar. Tidak kelihatan babi atau harimau.
"Ke mana lenyapnya?" tanya si komandan.
"Entah Pak, mendadak saja hilang. Heran, kenapa di sini ada babi dan harimau!"
"Barangkali babi yang tempo hari membunuh istri dan anak Erwin!" jawab seorang
sersan. "Ya, barangkali juga," kata yang lain. "Tetapi harimau itu dari mana?"
"Siluman barangkali," kata sersan tadi. "Dulu pernah ada harimau siluman yang
dikatakan manusia harimau."
Bab 10 Tiba-tiba terdengar suara tak jauh dari mereka: "Ya, akulah si manusia harimau.
Kalian sudah melihat cukuplah itu. Jangan beritakan ke luar. Aku tak suka diriku dihebohkan." Semua
mereka, walaupun masing-masing punya senjata api, terkejut. Kata-kata makhluk
yang tak memperlihatkan diri itu semua jelas. la tidak suka dihebohkan. Hanya
permintaan, tetapi kalau diperhatikan nada suaranya, itu suatu perintah yang
sedikit-dikitnya mengandung peringatan. Dengan lampu mobil yang dihidupkan
mereka melihat bekas darah yang membasahi aspal.
"Ada yang luka?" kata komandan, "Rupanya sudah lama mereka bertarung!"
"Perkelahian aneh di dalam kota. Kalau terjadinya di dalam atau pinggir hutan
masih tidak mengherankan. Kalau babi itu yang membunuh wanita dan anaknya
beberapa hari yang lalu, apakah mungkin perkelahian dengan harimau itu ada
kaitannya dengan kejadian tersebut?" tanya si sersan.
Tak ada yang menanggapi. Karena tidak tahu atau takut. Mereka jelas berhadapan
dengan keajaiban dari dunia gaib.
Sersan itu yang meneruskan: "Apakah harimau itu punya hubungan keluarga dengan
wanita dan anak kecil yang dibunuh si babi?"
"Mengapa kau berpikir begitu?" tanya komandan Djumario.
"Karena harimau itu bukan harimau biasa. la manusia harimau, sudah diakuinya
tadi. Jangan-jangan pembicaraan kita ini pun didengarnya."
Tiba-tiba kalimat sersan itu berjawab. "Memang aku mendengarkan."
"Kami hanya membicarakannya nenek," kata sersan, yang rupanya sedikit banyak
tahu atau pernah mendengar bagaimana bicara dengan harimau atau bagaimana
menutur raja hutan. "Kami tidak akan mencampurinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, aku minta janganlah kalian campuri. Ini masalah pribadi yang sangat
pelik. Tak dapat diselesaikan menurut hukum yang berlaku bagi manusia biasa,"
kata suara Dja Lubuk. Kini semuanya kaget lagi. Mereka merasakan hidup dalam
suatu dunia yang lain walaupun mereka masih di dunia yang sama.
Atas mufakat bersama, walaupun dalam hal biasa si komandan cukup memberi
perintah, mereka kembali ke markas untuk melapor bahwa semua keadaan aman. Tidak
akan menceritakan perkelahian yang mereka lihat atau darah yang masih memerahi
aspal. Jam 6 pagi itu semua penjaga keamanan yang berdinas malam kembali ke rumah atau
asrama masing-masing. Sekali ini mereka merasa lain daripada biasa. Sebenarnya semuanya ingin
bercerita tentang pengalaman yang begitu menarik dan luar biasa tetapi mereka
ingat pesan si manusia harimau.
Kamaludin juga pulang tanpa melaporkan kehadirannya kepada patroli keamanan
tadi. Tetapi ia pun mendengar apa yang dipesankan oleh si manusia harimau yang
sudah diketahuinya bernama Dja Lubuk dan sudah pula dilihatnya bagaimana ia
sebagai manusia dan bagaimana pula sebagai manusia harimau. la juga tahu di mana
rumah wanita dan anak kecil yang dibunuh sang babi hutan. Kini ia dengan mudah
dapat rnengadakan kontak dengan suami serta ayah yang jadi korban si babi. la
berniat akan melakukannya siang nanti. Bukan akan memanggilnya ke kantor Polisi
tetapi akan mengunjunginya sebagai seorang yang ingin bersahabat.
Tiba-tiba saja datang keinginan Kamaludin yang mengalami keajaiban itu untuk
berkenalan dan bersahabat dengan laki-laki yang baru ditimpa musibah. Setibatiba itu pula ia ingin belajar bagaimana hidup dalam dunia mistik yang penuh
rahasia dan misteri. *** penumpang-penumpang mobil melihat darah di dekat Monas pagi itu mereka menduga
tentu ada orang yang ditabrak mobil dan sebagai biasa, barangkali yang menabrak
terus melarikan diri. Meninggalkan korban menerima nasib. Berlama-lama menanggung sakit atau mati di
tempat itu. Pengemudi mobil kian banyak yang tidak punya kemanusiaan. Ada yang sudah sebagai
algojo saja. Pengemudi merupakan pembunuh yang tak dapat dituntut sebagai
pembunuh. Lain pula halnya dengan Kopral Mahadi yang turut dalam mobil patroli di sekitar
Monas pada dinihari itu. Sebagaimana yang lainnya otaknya dipenuhi oleh keanehan
yang disaksikan dan didengar sendiri. Tetapi berbeda dengan yang lain, ia merasa


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didorong oleh keinginan untuk menceritakan juga penglihatannya kepada istrinya.
Apalagi kepada kawan-kawannya. Mereka akan kagum dan ia akan dianggap sebagai
seorang hebat, kalau pun tidak dapat dikatakan pahlawan.
Semula Mahadi dapat menahan diri karena ingat pesan sang harimau manusia. Tetapi
istrinya bertanya mengapa ia kelihatan gugup. Kentara sekali bahwa pagi itu ia
berlainan daripada biasa.
Ketika ia sudah mandi, ada kawannya bertanya kenapa dia yang berdinas malam,
mandi sepagi itu. Biasanya ia langsung tidur untuk bangun nanti pukul 11 atau
12. "Aku tak boleh menceritakannya. Dan kalian pun tidak akan percaya," kata Mahadi,
tetapi akhirnya ia bercerita juga tentang segala apa yang dialaminya. Kawankawan dan istrinya mendengarkan dengan asyik, kebetulan semua percaya pada apa
yang diceritakan Mahadi. Bahkan mereka bertanya. "Ia menamakan dirinya manusia harimau," kata Mahadi atas sebuah pertanyaan
rekannya. Di situlah tiba-tiba semua orang yang berkumpul itu jadi pucat karena
terkejut mendengar suara mengaum disertai kata-kata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau melanggar pesan, Mahadi. Kau akan mendapat hukuman untuk itu!" Semua orang
saling pandang. Siapakah yang bersuara setelah mengaum kalau bukan si manusia harimau. Dan tibatiba Mahadi menggeletar lalu menggelugur bagai orang diserang penyakit ayan.
Mulutnya berbuih-buih dan napasnya turun naik dengan kencang seperti orang baru
berlari jarak jauh. Dokter segera dipanggil. Ia periksa si sakit, tetapi ketika
ia akan menerangkan penyakit itu dan membuat resep, terdengar lagi suara Dja
Lubuk. "Tak usahlah bersusah payah dokter yang pandai dan baik hati. Ini bukan penyakit
untukmu. Kau pintar, aku tahu. Namamu Dokter Nizar, bukan" Dan kau seorang ahli penyakit
dalam. Tetapi kau tidak akan sanggup mengobati penyakit si Mahadi yang nakal
ini. Kau akan buang tempo percuma. Ini penyakit untuk diobati dukun yang pandai.
Itu suatu keadilan dalam bidang pengobatan! Ada penyakit untuk dokter, ada
khusus untuk dukun. Sama-sama dapat hasil, sama-sama bisa makan.
Walaupun tidak sempurna, tetapi keadilan sosial terlaksana sekedarnya dalam
bidang pengobatan penyakit!"
Dokter itu tidak meneruskan pembuatan resep. Walaupun ia seorang sarjana, ia
turut belajar ilmu gaib dan kebatinan. Dan dia tahu, bahwa suara ini datangnya
dari seseorang yang punya ilmu gaib, sukar diterangkan berdasar hukum akal.
"Anda juga orang baik Dokter! Aku akan ingat kebaikan itu," kata suara Dja
Lubuk. lstri dan kawan-kawan Mahadi jadi panik. Siapa dukunnya yang akan dapat
mengobati Mahadi" Dukun mana saja" Maka dukun pun dipanggil. Tetapi tak ada di
antara kawan-kawan Mahadi yang berani menceritakan apa yang mereka dengar
melalui suara dari alam gaib tadi. Mereka takut akan terserang penyakit seperti
Mahadi. Tak terobati oleh dokter kawakan manapun.
Akhirnya seorang kopral bernama Hidayat terkenang pada seorang muda yang dulu
pernah diceritakan sebagai dukun yang hebat, tetapi tidak pernah memperkenalkan
diri untuk dikenal orang ramai. Karena ia bukan dukun komersil yang mengandalkan
kebolehannya untuk hidup.
Tetapi apakah orang ini ada di Jakarta.
Sudah lama namanya tidak terdengar.
Penyakit Mahadi tidak kian payah. Bukan karena ada dukun yang dapat membendung.
Tetapi karena Dja Lubuk yang marah memang tidak memperhebat serangan halusnya
terhadap manusia yang panjang dan banyak mulut itu, mengingkari janjinya.
Sebelum kopral Hidayat mencari dukun yang pernah tenar namanya, ia menghadap
atasannya dula, Kapten Kamaludin. Diceritakannya maksudnya. Ia pun mengatakan,
bahwa sepanjang ingatannya dukun muda itu bernama Erwin.
Ada beberapa orang berpenyakit berat dan aneh telah dapat disembuhkan oleh
Erwin. Kamaludin ingat bahwa orang yang kehilangan istri dan anak karena dibunuh
oleh babi hutan juga bernama Erwin. Suatu kebetulankah atau memang manusianya
sama" Atas persetujuan sang Kapten, kedua petugas penegak hukum dan pemeiihara
keamanan masyarakat itu pergi ke rumah Erwin. Pada pagi hari setelah dua hari
berlangsungnya pertarungan antara babi manusia dan manusia harimau di dekat tugu
Monas. Karena keduanya berpakaian seragam, walaupun tidak punya maksud tertentu
tetapi juga tidak menduga akan membawa akibat lain, Erwin kaget. Ada apa pula
polisi mendatangi dia. Belum lama yang lalu, ketika di Ujungpandang ia juga
sudah berurusan dengan Polisi. Apakah kedatangan kedua petugas negara ini ada
kaitannya dengan segala peristiwa yang menyebabkan kematian di Sulawesi Selatan
sana, Erwin jadi curiga. Dan ia bersiapsiap menghadapi kemungkinan. Apa saja!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Erwin?" tanya Kapten Kamaludin.
"Ya, mengapa?" Pada wajah dan suaranya kentara ia curiga.
"Kami ingin bertamu."
"O, silakan," jawab Erwin. Memang tidak ada jawaban lain yang lebih tepat.
"Boleh kami masuk?"
"Tentu saja. Tapi rumah saya ini jelek!"
"Kami ingin menemui orangnya, bukan rumah," kata Kapten Kamaludin.
"Orangnya hanya rakyat kecil!"
"Sama kecilnya dengan kami," kata Kamaludin. Erwin jadi menaruh simpati. Perwira
Polri yang seorang ini lain. Andi Basso dan Daeng Lollo di Ujungpandang juga
baik hati, tetapi lain pula dengan yang seorang ini. Ia memperkenalkan diri
sebagai Kamaludin, tidak menyebut pangkatnya.
Dia juga memperkenalkan bawahannya, katanya: "Ini rekan saya Hidayat!" Erwin
jadi lebih simpati lagi. Orang yang berpangkat lumayan ini rendah hati. Tentunya
juga baik budi dan disukai oleh orangorang lingkungannya.
"Kami mau menyampaikan turut berdukacita atas musibah yang menimpa Saudara,"
kata Kamaludin. Air muka Erwin berubah karena peristiwa menyedihkan itu
terbayang kembali, tetapi ia masih cukup ingat untuk mengucapkan terima kasih
atas perhatian kedua petugas keamanan itu.
"Kami datang ingin memohon pertolongan," kata Kopral Hidayat.
"Dengan segala senang hati kalau ada yang dapat saya tolong," jawab Erwin.
"Ada rekan kami sakit payah," kata Hidayat menyambung. "Dokter tak dapat
menolong itulah yang akhirnya membawa kami kemari!" Erwin lantas mengerti apa
keinginan kedua tamunya itu.
"Maukah Bapak menolong?" tanya Hidayat karena Erwin tidak memberi jawaban.
"Saya bukan orang berilmu tinggi. Dan sudilah menyebut saya dengan Saudara saja.
Saya tidak merasa pantas untuk diper-Bapak," kata Erwin yang menyebabkan
bertambahnya rasa hormat Kapten Kamaludin padanya. Musim orang menyebut "Bapak"
ini membuat perkataan tersebut telah terlalu banyak salah tempat.
"Tolonglah rekan kami itu," kata Kamaludin menguatkan.
"Apa sakitnya" Saya benar-benar ragu apakah saya dapat membantu. Saya tak banyak
tahu ilmu pedukunan. Sudahkah mencoba pertolongan dukun?"
"Sudah beberapa dukun mencoba, tetapi tiada yang berhasil," ujar Hidayat.
"Dan saya ada permohonan lain," kata Kapten Kamaludin, khawatir tidak selalu ada
peluang untuk bicara dengan Erwin. la lalu menceritakan bahwa selain
mengharapkan bantuan untuk Mahadi yang sedang sekarat, ia juga ingin menuntut
ilmu kebatinan dari Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pak Kapten salah alamat," jawab Erwin. "Saya bukan guru ilmu kebatinan. Yang
bapak maksud mungkin pak Darwin yang tinggal di ujung jalan ini. Beliau memang
terkenal." Darwin memang seorang tua yang punya kepandaian mengobati dan beberapa banyak
ilmu kuno. Sudah banyak juga orang ditolongnya. Ia berbeda jauh dengan Ki Ampuh.
Selalu merendahkan diri dan tidak mengutamakan mated dalam pertolongan yang
diberikannya. "Tidak, saya tidak keliru. Yang saya cari adalah Saudara Erwin sendiri," kata
Kapten Kamaludin menegaskan. "Saudara terlalu merendahkan diri. Apakah dilarang
mengajarkan yang baik kepada orang lain?"
Erwin tidak bisa menjawab lain daripada mengatakan, bahwa tidak ada larangan
menyebarluaskan ajaran yang baik, tetapi ilmu kebatinan ia tidak punya. Kalau
pun ia mengetahui hanya kulit-kulitnya saja.
"Biarlah, saya sudah akan merasa sangat bahagia kalau Saudara Erwin mau memberi
pelajaran, kata Kamaludin.
"Janganlah dinamakan pelajaran. Sebab pelajaran hanya diterima dari guru. Saya
bukan guru dan ticlak akan pernah jadi guru."
"Terima kasih. Itu sudah lebih dari cukup buat saya," Kapten Kamaludin semakin
yakin bahwa anak muda ini tentulah salah seorang dari terlalu amat sedikit
manusia yang benar-benar berilmu.
Semakin rendah tutur bahasa seseorang biasanya semakin tinggi ilmunya. Hanya
orang yang picik pengetahuan yang suka menyombongkan diri dan kadang-kadang
malah menepuk dada. *** ERWIN mendapatkan Mahadi sudah dalam keadaan amat payah. la sudah tidak mengenal
orang. Katanya pandangannya kabur.
"Ini hanya suatu pelajaran baginya," kata suatu suara yang cukup jelas tetapi
hanya didengar oleh Erwin sendiri. Kata-kata itu hanya diperuntukkan baginya.
Dan yang berkata itu tak lain daripada ayahnya, Dja Lubuk. "Ia menceritakan apa
yang tak perlu diceritakannya, sebab aku tak mau peristiwa itu menjadi
pembicaraan ramai. Kapten dan beberapa anak buahnya itu pun sebetulnya
mengetahui, tetapi mereka tidak berani menceritakannya kepadamu." Erwin
berpikir, apakah yang tak boleh diceritakan kepada orang lain itu.
"Pada suatu hari nanti aku datang menceritakannya kepadamu. Obatilah si Mahadi
itu," kata Dja Lubuk hanya untuk diketahui anaknya.
Sebagai kebanyakan dukun, Erwin pun meminta air. Cukup segelas katanya.
Beberapa keluarga Mahadi yang ada di sana mulai curiga, sedikitnya tidak menaruh
harapan. Dukun ini sama juga dengan yang lain-lain itu. Minta air, lalu nanti jarum atau
pisau, jeruk purut, bunga tiga atau tujuh macam, kemenyan atau setanggi.
Tetapi dugaan mereka meleset. Erwin tidak meminta lain daripada segelas air. Dan
ia pun mulai menjampi air itu. Persis lagi seperti kebanyakan dukun. Tetapi
manteranya lain. Bukan mantera malah! Ia berkata dalam hati: "Ayah, maafkan
kesalahan si Mahadi ini. Kata ayah hanya pelajaran, cukuplah itu. Tarik kembali
penyakitnya Ayah!" Setelah itu Erwin meniup air dalam gelas itu.
"Saya hanya berusaha, penentuan tidak pada saya," ular Erwin. Coba teteskan air
ini ke kedua belah mata Pak Mahadi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan daun sirih?" tanya istri Mahadi. Biasanya penetesan air yang dijampi
dukun dilakukan dengan mempergunakan daun sirih.
"Tidak usah. Dengan apa saja. Kalau ada pompa penetes obat mata, boleh. Dengan
sendok pun boleh juga!" jawab Erwin.
Wah lain dukun ini, pikir mereka yang hadir. Pakai pompa atau sendok segala. Ini
sih bukan dukun beneran, pikir beberapa orang di antara mereka. Masa iya
meneteskan air jampian ke mata dengan sendok atau pompa. Kalau mau begitu lebih
baik beli saja obat tetes mata. Tetapi karena begitu perintah dukun, maka istri
Mahadi menurut. Dengan sendok kecil air jampian itu diteteskan.
Setetes saja tiap mata. Dan yang menakjubkan, mereka termasuk si sakit tak usah
menunggu sampai sore atau keesokan harinya untuk mengetahui hasilnya.
"Aku melihat lagi. Telah sembuh mataku. Tidak rabun lagi. Ya Tuhan, ampuni
dosaku. Engkau amat pemurah dan pengasih," kata Mahadi yang saat itu lantas
teringat pada kebesaran Tuhan yang dapat berbuat sekehendakNya.
Beberapa lama kemudian baru ia bertanya, obat apakah yang dipergunakan.
Semua hadirin memandang pada Erwin yang duduk di samping pembaringan Mahadi
dengan perasaan gembira yang tidak dinyatakannya dengan kata-kata. Mahadi pun
memandang pada Erwin. "Bapakkah" Bapak yang mengobati saya?" tanya Mahadi. Suaranya masih lemah karena
yang sembuh baru pandangan mata. Tubuhnya masih lunglai tak berdaya.
"Saya hanya perantara. Semua pun karena kemurahan Illahi," kata Erwin. Semua
orang tunduk terharu. Dukun muda ini, dengan kepintarannya yang begitu hebat,
Rahasia Kampung Garuda 6 Kehidupan Para Pendekar Karya Nein Arimasen Sang Penerus 1

Cari Blog Ini