Ceritasilat Novel Online

Mas Rara 3

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 3


terpandang" "Tetapi rasa-rasanya ada sesuatu yang tersembunyi dari peristiwa ini. Ayah dan
ibu nampaknya tidak terbuka" berkata Wirantana "Sejak aku kembali dari berguru,
aku merasakan sesuatu yang tidak wajar. Juga pada paman Resa. Entahlah, aku
merasa menjadi orang asing di rumah ini. Tidak seperti waktu aku belum
meninggalkan rumah ini. Semuanya akrab http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan saling terbuka. Tidak ada rahasia yang menyelubungi rumah ini. Apalagi
penghuninya" "Tidurlah" berkata Manggada kau harus beristirahat"
"Esok aku akan ikut. Boleh tidak boleh. Paman Resa juga akan ikut. Ada sesuatu
yang mendesakku untuk ikut. Mungkin bahaya sedang mengancam Mas Rara, sehingga
paman dan aku didorong oleh naluri untuk menyelamatkan Mas Rara"
"Perasaanmu terlalu peka. Mungkin karena kau terlalu sayang pada adikmu,
sebagairnana Ki Resa sayang pada kemenakannya" berkata Laksana sambil berbaring.
Ia sudah menutupi kedua matanya dengan lengan agar dapat tidur.
Tetapi pembicaraan antara Wirantana dan Manggada semakin membuatnya gelisah dan
tidak dapat tidur. "Mungkin. Tapi aku tidak dapat menyingkirkannya" berkata Wirantana "Bukankah
besok paman ikut pula. Sais kereta kudu Ki Jagabaya juga akan ikut serta. Bukankah dengan demikian aku mempunyai kawan dalam perjalanan pulang ke padukuhan
ini" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
Laksana masih juga berkata "Sekarang tidurlah. Besok kita akan bangun pagi-pagi"
Wirantana mengangguk. Iapun kemudian telah berbaring pula diamben yang cukup
besar untuk mereka bertiga. Gandok sebelah menyebelah telah diperuntukkan bagi
para tamu sehingga Manggada dan Laksana harus berada pula di bilik Wirantana.
Yang tidak nampak di rumah itu kemudian adalah Ki Resa.
Seperti malam-malam sebelumnya, ia bagaikan telah hilang.
Telapi sebelum fajar ia telah berada di rumah itu kembali.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di dini hari, maka semua orang telah terbangun. Mereka segera bersiap-siap, agar
sebelum matahari terbit, mereka dapat mulai dengan perjalanan menuju ke rumah
Raden Panji Prangpranata.
Menjelang fajar semuanya telah bersiap di pendapa.
Hidanganpun telah disuguhkan pula. Mas Rara juga sudah berbenah diri dan
berpakaian rapi meskipun tidak berpakaian pengantin.
Ki Partija terkejut ketika ia melihat Wirantana pun teluh bersiap. Karena itu,
maka Ki Partija telah memanggilnya dan bertanya. "Kau akan pergi kemana?"
"Aku akan menyertai perjalanan Mas Rara" Jawab Wirantana.
"Untuk apa" Sudah banyak pengawal yang
mengantarkannya. Pamanmu, bahkan akan ikut pula" berkata ayahnya.
Sementara Ki Resa yang ada disebelahnya telah berkata
"Kau tidak usah berbuat aneh-aneh Wirantana. Kau tidak perlu ikut mengantar Mas
Rara. Kau dapat menyinggung perasaan para utusan itu, karena kita seakan-akan
tidak mempercayainya. Bahkan aku akan ikut serta itupun telah aku pertimbangkan
berulang kali. Tetapi rasa-rasanya ada sesuatu yang telah mendesak, sehingga aku
merasa berkewajiban untuk ikut serta"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia berkata "Aku tidak ingin
melepas kedua anak muda yang telah menolong Mas Rara, sebagai pernyataan terima
kasih. Bukankah keduanya telah dipanggil oleh Raden Panji Prangpranata"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa kau harus melepas mereka sampai ke rumah Raden Panji" Bukankah kau dapat
melepas mereka di halaman ini saja" bertanya Ki Resa.
Tetapi jawab Wirantana "Aku akan mengawani paman
pulang. Mengawani sais pedati kuda itu"
Ki Partija menjadi bingung. Soal perjalanan Mas Rara sudah teratasi, Ki Jagabaya
telah mengirimkan kereta kuda yang dijanjikannya. Namun tiba-tiba saja Wirantana
berniat untuk ikut. Ketika hal itu diketahui utusan Raden Panji, ia berkata "Tidak ada keberatannya.
Jika kakak Mas Rara ingin ikut, ada baiknya.
Biar Raden Panji bisa mengenal kakak iparnya, di samping Ki Resa yang akan
mewakili Ki Partija menyerahkan Mas Rara"
Ki Resa termangu-mangu sejenak. Tapi Ki Partija kemudian berkata "Jika demikian,
baiklah. Biar Wirantana ikut mengantarkan Mas Rara, serta melepas kedua anak
muda yang telah menyelamatkan nyawa adiknya"
Ki Resa ternyata masih juga bergumam "Kau masih seperti kanak-kanak saja
Wirantana. Ingin ikut-ikutan apapun yang dilakukan oleh orang lain"
Wirantana tidak menjawab. Ia memang agak takut dan menghormati pamannya. Namun
rasa-rasanya ada dorongan kuat yang memaksanya ikut dalam iring-iringan itu.
Demikianlah. Saat langit makin cerah, iring-iringan siap.
Begitu matahari tarbit. mereka berangkat meninggalkan halaman rumah itu.
Nyai Partija tidak dapat menahan tangisnya ketika ia melepas Mas Rara dan
membantunya naik ke atas pedati.
Diciuminya anak gadis itu beberapa kali, sehingga wajahnya http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
basah airmata. Apalagi ketika ia melihat bahwa Mas Rara tidak lagi menangis
seperti dirinya. Meskipun matanya basah, tapi wajah gadis itu seakan kosong. Mas Rara sudah
kehilangan perasaannya, sehingga ia tidak dapat lagi merasakan perpisahan itu.
"Mas Rara" desis ibunya.
Mas Rara hanya berkata lirih "Tubuhku bukan milikku lagi ibu. Aku tidak perlu
menangisinya" "Tidak anakku, tidak" Nyi Partija hampir menjerit sehingga semua orang berpaling
padanya. "Jangan menangis ibu" bisik Mas Rara yang berkaca-kaca
"bukankah aku akan kawin dengan orang berkedudukan tinggi, kaya raya dan
berkuasa" Ibunya justru memeluk anaknya semakin erat. Namun Ki Partija mendekatinya sambil
berkata "Sudahlah Nyi. Semuanya sudah siap berangkat"
Ki Partija kemudian menggandeng istrinya mundur.
Sementura itu, pemimpin utusan Raden Panji telah sekali lagi minta diri.
Sejenak kemudian, iring-iringan itu berangkat meninggalkan halaman rumah Ki
Partija. Nyi Partija menjerit, seakan-akan melepas mayat anaknya untuk dibawa ke
kubur. Sebaliknya, Ki Bekel dan beberapa bebahu desa yang ikut melepas keberangkatan
Mas Rara, yang didampingi Ki Resi, Wirantana, Manggada dan Laksana, nampak cerah
wajahnya. Seolah-olah mereka bisa merasakan kebahagiaan yang nantinya bakal diperoleh Mas
Rara beserta orangtua dan saudaranya. Oleh karenanya mereka tidak terlalu
memperhatikan apa yang dilakukan Nyi Partija Wirasentana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kebahagiaan Mas Rara dan Ki Partija, berarti pula kebahagiaan seluruh penduduk
pedukuhan Nguter. Kenapa Nyi Partija jadi histeris dan nelangsa, mereka sama
sekali tak tahu dan tak habis pikir. Tapi mereka memupusnya dengan anggapan
bahwa apa yang diperbuat Nyi Partija adalah luapan rasa seorang ibu yang akan
ditinggal anak tercintanya. Bukan apa-apa, sehingga tak perlu dikhawatirkan.
Ki Bekelpun tetap tersenyum melihat iring-iringan yang sudah keluar dari halaman
rumah Ki Partija. Tangannya masih tetap melambai-lambai. Seakan-akan dialah Ki
Partija yang berbahagia. Tak lama kemudian. iring-iringan itu sudah menyusuri jalan-jalan padukuhan
Nguter. Berjejal orang yang ingin melihat keberangkatan Mas Rara dengan pedati
yang ditarik seekor kuda besar milik Ki Jagabaya. Sebuah kereta kuda yang sangat
menyenangkan. "Satu perjalanan yang sangat menarik" seorang perempuan separo baya berdesis
"sebentar lagi, Mas Rara akan membuat kedua orangtuanya jadi orang sangat
dihormati. Selama ini Ki Partija adalah orang yang baik. Anak-anaknya juga baik
dan cukup ramah. Mudah-mudahan kelak mereka tidak berubah"
Tetapi di halaman rumah Ki Partija, beberapa orang jadi heran melihat sikap Nyi
Partija. Namun mereka hanya menduga perempuan itu sangat mengasihi anaknya
sehingga merasa segan melepaskannya, meski untuk menjalani masa yang harus
dijalani setiap orang. Perkawinan.
Demikianlah, iring-iringan itu berjalan agak lebih cepat.
Meski tak dapat berpacu dengan kuda-kuda lepas, tapi karena itu tidak merambat
sebagaimana pedati yang ditarik seekor lembu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika matahari naik, mereka sudah berada di bulak panjang.
Orang-orang yang kebetulan ada di sawah, berlari-lari melintasi pematang menuju
jalan untuk melihat apa yang sebenarnya lewat. Beberapa diantara mereka memang
tahu bahwa hari itu Mas Rara telah dijemput oleh utusan bakal suaminya. Raden
Panji Prangpranata, seorang berkedudukan tinggi.
Iring-iringan itu berjalan terus. Wirantana, Manggada dan Laksana berada tepat
di belakang kereta kuda yang ditumpangi Mas Rara, yang duduk di dalam kereta
sambil menunduk. Seakan-akan tidak lagi tertarik pada apapun di sekitarnya.
Mas Rara tidak lagi ingin melihat sawah yang menghijau, atau perbukitan yang
kemerah-merahan yang disirami sinar matahari pagi.
Di bagian depan kereta, duduk dua orang yang saling berdiam diri. Keduanya
adalah sais dan pembantunya. Di sisi pedati itu, terikat seekor kuda cadangan
jika kuda penarik pedati letih.
Ki Resa berada paling depan bersama pemimpin utusan Raden Panji yang memimpin
utusan Raden Panji yang menjemput Mas Rara. Sebab Ki Resa adalah wakil Ki
Partija menyerahkan Mas Rara pada keluarga, Raden Panji
Prangpranata. Iring-iringan itu memang sangat menarik perhatian. Tiap melewati padukuhan,
selain ada yang bertanya siapakah yang sebenarnya lewat, dan mereka berjejal di
sepanjang jalan. Menjelang matahari menggapai puncak langit, panasnya mulai menyengat kulit.
Untunglah pedati Ki Jagabaya dilengkapi atap dari anyaman bambu sehingga Mas
Rara tidak mengalami cubitan matahari. Namun demikian, keringat membasahi
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seluruh tubuhnya. Bukan saja karena udara yang panas, tapi juga karena
kegelisahan yang mencengkam.
Beberapa saat kemudian, iring-iringan itu telah mendekati jalan yang menyusup di
celah-celah bukit kecil di sebelah kanan dan kiri jalan. Hutan kecil menyelimuti
kedua bukit itu, sehingga rasa-rasanya iring-iringan itu akan memasuki satu
daerah yang jarang dilalui orang meskipun jalan itu merupakan satu-satunya jalan
menuju ke rumah Raden Panji.
Yang tidak diduga oleh iring-iringan itu adalah bahwa di bukit sebelah kiri
sekelompok orang telah menunggu.
Bahkan beberapa diantara mereka rasa-rasanya sudah tidak sabar lagi, sehingga
dipanasnya matahari siang mereka berdiri mengamati jalan.
Namun orang-orang itu sempat mengumpat-umpat. Matahari semakin panas, tapi
iring-iringan itu belum nampak. Kawan-kawannya yang berlindung di bawah
rimbunnya pepohonan sempat menertawakannya. Seorang yang bertubuh gemuk dengan
perut besar berkata "Sudahlah. Mereka tidak akan lolos dari tangan kita.
Tunggulah dengan tenang di sini"
"Setan kau" geram seorang yang bertubuh tinggi berkumis lebat "Bagamiana jika
mereka merubah rencana mereka"
"Tidak. Mereka tidak akan merubah rencana" jawab orang yang bermata seperti matu
burung hantu. Mereka pun terdiam. Sementara matahari menjadi semakin tinggi. Tapi tiba-tiba
saja orang yang berdiri di atas sebongkah batu padas berkata lantang "Itulah.
Iring-iringan itu mulai nampak"
Yang bertubuh gemuk tertawa "Nah, kau yakin sekarang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tutup mulutmu" geram yang berkumis lebat. Orang-orang itu segera menempatkan
dirinya sesuai perintah sambil menunggu iring-iringan sampai. Namun pemimpin
dari kelompok itu bertanya "Berapa orang bersama kita sekarang"
"Duapuluh orang" sahut orang yang bertubuh tinggi berkumis lebat itu.
"Sudah jauh dari cukup" sahut orang yang bertubuh gemuk
"menurut perhitunganku, sepuluh orang saja sudah cukup"
"Mereka semuanya berjumlah sekitar limabelas orang"
berkata pemimpin kelompok itu.
"Tetapi mereka adalah tikus-tikus kecil yang tidak mampu berbuat banyak. Mereka
memang prajurit-prajurit. Tetapi mereka prajurit kehormatan yang tugasnya hanya
berjaga-jaga di regol bangsawan. Sesekali berbaris memberikan
penghormatan. Kemudian kembali ke gardu minum-minuman panas dengan gula kelapa.
Sagon yang hangat dan hawug-hawug manis. Itu saja"
"Jangan merendahkan kemampuan mereka" berkata
pemimpin kelompok itu "kita harus dapat membawa Mas Rara hidup-hidup. Jika ia
berniat membunuh diri, kita harus mencegahnya. Sementara itu, harta kekayaan,
emas dan perhiasan yang ada dan dipakai oleh Mas Rara atau dibawa iring-iringan
itu menjadi milik kita selain upah yang di terima"
"Kita tidak akan gagal. Kita dengan dua puluh orang adalah kekuatan yang selama
ini belum pernah kita himpun. Sekarang kita berkesempatan untuk mencoba, apakah
kekuatan ini bukan berarti banjir bandang yang tidak akan dapat dibendung oleh
siapapun" sahut orang yang bertubuh tinggi berkumis lebat itu.
Pemimpin kelompok itu mengangguk-angguk. Ia yakin akan kekuatannya. Apalagi
jumlah mereka ternyata lebih banyak dari http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
iring-iringan itu. Menurut ukuran mereka, seorang lawan seorang pun mereka akan
menang. Apalagi menurut perkiraan, prajurit kehormutan itu bukan prajurit yang
mampu bermain senjata. Mereka hanya bisa berbaris dan memberi hormat para
pemimpin dan Senapati yang lewat dihadapan mereka.
Makin lama, iring-iringan itu makin dekat. Duapuluh orang yang menunggu itu
telah bersembunyi dibalik bebatuan, gumpalan-gumpalan padas, rimbunnya gerumbulgerumbul perdu di lereng bukit dan semak-semak.
Di sepanjang perjalanan, Ki Resa lebih banyak bicara pada pemimpin utusan Raden
Panji. Dengan ramah, diceriterakannya lingkungan yang mereka lewati. Nama-nama
padukuhan, perbukitan dan sungai-sungai yang mengalir ditengah-tengah
persawahan. Bahkan sungai-sungai yang kecil sekalipun juga diceriterakannya.
Termasuk kebiasaan sungai-sungai itu pada musim basah maupun kering.
Pemimpin pasukan utusan Raden Panji itu tidak ingin mengecewakan Ki Resa yang
begitu ramah. Sesekali terdengar suara tawanya. Namun dengan demikian, pimpinan
utusan itu tidak sempat memperhatikan jalan dihadapannya.
Tapi Manggada dan Laksana yang pernah mendapat
pengalaman berat di daerah perbukitan, diluar kehendak mereka, telah
memperhatikan pepohonan dilereng bukit kecil yang dikiri-kanan jalan yang mereka
lewati itu. Naluri mereka sebagai pengembara, telah memperingatkan mereka bahwa
celah-celah bukit itu adalah lingkungan yang berbahaya.
Keduanya ternyata telah melihat sesuatu. Mereka melihat ujung batang ilalang
bergerak-bergerak. Bukan oleh angin, karena geruknya tidak merata. Demikian pula
pada gerumbul perdu liar.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Manggada menggamit Laksana, sebelum mengatakan sesuatu. Laksanalah yang
justru berdesis "Angin yang aneh itu"
"Ya" sahut Manggada.
"Apa yang kalian katakan" bertanya Wirantana.
"Ada, yang kurang wajar dibalik semak-semak dilereng bukit kecil itu" desis
Manggada. Wirantana coba memperhatikannya. Tapi ketajaman
penglihatan dan penggraitanya tidak setajam Manggada dan Laksana. Hanya dengan
memusatkan segenap perhatiannya, akhirnya Wirantana melihat juga keanehan itu.
"Aku akan memberitahu paman" berkata Wirantana.
Tetapi Manggada menggeleng. Katanya "Jangan. Aku akan berbicara dengan pimpinan
prajurit yang menjemput adikmu"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Tapi ia kemudian mengangguk dan berkata
"Terserah padamu"


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Manggada kemudian mempercepat kudanya, melintasi kereta kuda dan kemudian
berderap disebelah pemimpin prajurit utusan itu.
Ternyata sikap Manggada bukan lagi sikap anak-anak muda yang kerjanya hanya
berkelakar dan sesekali bergurau dengan para peronda digardu jika tidak sedang
berada di sanggar. Dengan sikap seorang yang memiliki ketajaman penglihatan, ia berkata "Aku
melihat sesuatu yang tidak wajar dibalik gerumbul-gerumbul perdu dan batang
ilalang liar itu" Pemimpin utusan yang lebih banyak mendengarkan cerita Ki Resa itu tersentak. Ia
sadar bahwa iring-iringan itu akan memasuki daerah berbahaya. Bukit kecil yang
lerengnya ditumbuhi pohon-pohon perdu rimbun serta batu-batu padas.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Ki Resa yang juga terkejut mendengar laporan Manggada itu memotong hampir
diluar sadarnya "Kau jangan mengigau anak iblis"
"Aku minta kalian memperhatikannya" sahut Manggada.
"Setiap hari aku melewati daerah ini. Aku tidak pernah mendapat kesulitan apaapa" jawab Ki Resa. Tetapi perhatian pemimpin utusan itu telah tertuju pada lereng bukit kecil
sebelah-menyebelah jalan yang mereka lalui itu. Jaraknya sudah menjadi makin
dekat, sehingga pemimpin utusan itu tiba-tiba menghentikan iring-iringan.
Ketika ia mengangkat tangannya untuk memberi isyarat, Ki Resa justru bertanya
Kenapa kita harus berhenti disini" Apakah igauan anak itu pantas diperhatikan?"
Pemimpin prajurit itu tidak menjawab. Ia mulai melihat gerakan dedaunan yang
tidak wajar. Apalagi orang-orang yang bersembunyi dibalik dedaunan itu telah
mengumpat-umpat karena iring-iringan itu berhenti. Dengan demikian, guncangan
tubuhnya telah menggerakkan dedaunan tempat mereka berlindung.
"Ki Resa" berkata pemimpin utusan itu "aku minta Ki Resa memperhatikan dengan
sungguh-sungguh" Ki Resa termangu-mangu sejenak. Ia kemudian melihat juga getar dedaunan. Bukan
karena angin. Tetapi Ki Resa kemudian bertanya "Tetapi bukankah kemarin iringiringan ini juga melewati jalan itu"
"Ya. Tapi ketika kami datang, kami tidak membawa barang-barang berharga, karena
barang-barang itu telah lebih dulu sampai dan kemudian sekelompok orang telah
berusaha merampoknya. Agaknya orang-orang itu terlambat
mengetahuinya. Saat ini, mereka tentu menyangka barang-http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
barang itu dipakai oleh Mas Rara, sehingga mereka berusaha untuk merampasnya"
berkata pemimpin prajurit itu.
Ki Resa termangu-mangu. Wajahnya menjadi tegang,
sehingga tidak sesadarnya ia menggeram.
Pemimpin prajurit itu melihat betapa jantung Ki Resa bergejolak. Karena itu ia
berkata "Sebaiknya kita jangan kehilangan pegangan. Kita hadapi segalanya dengan
kekuatan dan penalaran jernih. Jika kita mata gelap, kita akan kehilangan
beberapa kemungkinan terbaik yang dapat kita lakukan"
"Setan itu harus dihancurkan sampai lumat" geram Ki Resa.
"Kita belum tahu kekuatan mereka. Karena itu kita harus hati-hati" kata pemimpin
utusan itu. Beberapa saat iring-iringan itu tidak bergerak. Sementara Wirantana mendekati
adiknya yang mulai ketakutan. Tapi Mas Rara masih saja menunduk dalam-dalam.
Laksana kemudian berdesis pada Wirantana "Jaga adikmu baik-baik. Mungkin akan
ada usaha menculiknya. Dengan menguasai adikmu, orang-orang itu akan dapat minta
tebusan sebanyak-banyaknya pada Raden Panji.
Wirantana mengangguk. Tiba-tiba giginya jadi gemeretak.
Katanya "Inilah agaknya yang menggelitik aku untuk ikut dalam iring-iringan ini"
Sementara itu, kedua orang yang duduk di pedati itu telah memutar pedangnya dan
meletakkannya di pangkuan mereka.
Sementara itu, seorang diantaranya telah meraih cambuk yang besar, yang
sebelumnya hanya merupakan hiasan saja di bagian depan keretanya.
Seluruh kekuatan yang mengawal Mas Rara telah
mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemimpin utusan itu telah menepuk pundak Manggada sambil berkata "Terimakasih
anak muda. Ternyata kelebihanmu tidak hanya sekadar membunuh seekor harimau.
Tetapi kau memiliki ketajaman penglihatan melampaui seorang prajurit, karena
kaulah yang pertama kali sempat melihatnya, meskipun aku membawa sekelompok
prajurit" Manggada tidak menjawab. Tetapi tatapan matanya tidak lepas dari lereng bukit
kecil yang sudah terlalu dekat didepannya.
Sebenarnyalah, bahwa beberapa orang prajurit telah mempersiapkan senjata jarak
jauh mereka. Beberapa orang dengan tangkasnya telah menarik busur yang semula
terselip dalam endong yang tergantung pada ikat pinggang para prajurit itu, siap
untuk dipasang di busurnya.
Wajah Ki Resa yang menjadi tegang dan kemerah-merahan itu bagaikan tersentuh
lidah api. Giginya gemeretak dan sesekali terdengar geramnya yang garang.
"Kita akan menyerang mereka" berkata Ki Resa.
"Jangan tergesa-gesa" berkata pemimpin prajurit itu "mereka mempunyai landasan
yang jauh lebih baik dari kita. Kita membawa perempuan yang harus mendapat
perlindungan khusus. Perempuan itu adalah Mas Rara, bakal isteri Raden Panji"
"Jadi kita akan menunggu disini" bertanya Ki Resa.
"Kita akan melakukan satu gerakan yang pantas bagi gerakan prajurit. berkata
pemimpin utusan itu. Prajurit itu kemudian berdesis kepada Manggada "Kau dan adikmu serta Wirantana
sebaiknya menjaga Mas Rara. Kami akan bergerak maju"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada mengangguk-angguk. Ia sadar bahwa tugas itu adalah tugas yang sangat
berat. Tetapi nampaknya pemimpin prajurit itu memiliki kepercayaan penuh
kepadanya. "Ki Resa" berkata pemimpin utusan itu "kita akan bergerak maju"
Tetapi jawab Ki Resa "Aku tidak sampai hati meninggalkan anakku dalam keadaan
seperti ini. Sebaiknya kita bergerak bersama-sama dan tidak meninggalkan Mas
Rara disini" "Itu berbahaya sekali" berkata pemimpin prajurit itu. Kita percayakan Mas Rara
kepada beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk menjaganya. Sementara itu,
kita akan melihat suasana. Jika kita harus bergerak mundur, maka kita akan
bertempur disini. Tidak dicelah-celah itu"
Ki Resa menjadi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Jika kalian akan
menyongsong mereka, biarlah aku membantu menjaga Mas Rara di sini. Aku tidak
sampai hati meninggalkannya hanya ditunggui anak-anak"
Pemimpin pasukan itu menjadi ragu-ragu. Tapi kemudian katanya "Baiklah. Memang
tugas kami menghadapi orang-orang yang mencegat itu. Jika Ki Resa ingin tetap di
sini untuk ikut menjaga Mas Rara, silahkan. Kami mengucapkan terima kasih"
Dengan demikian, pemimpin prajurit yang mengawal Mas Rara, termasuk dua utusan
yang lebih dulu datang ke rumah Ki Partija, bersiap menyongsong lawan. Mereka
turun dari kuda dan mengikatkannya pada batang-batang pohon atau perdu yang
tumbuh di pinggir jalan. Dengan isyarat, pemimpin prajurit itu memerintahkan para prajurit bergerak.
Beberapa orang bahkan telah menyiapkan busur, lengkap dengan anak panah yang
siap diluncurkan. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi pemimpin prajurit itu memberi isyarat bahwa mereka tidak maju lewat jalan
yang menembus celah-celah bukit kecil itu. Pemimpin prajurit itu mengisyaratkan
agar para prajurit berpencar.
Dengan demikian, mereka bisa mengecoh para pencegat, sambil memecahkan
konsentrasi mereka. Tanpa perbuatan semacam itu, mereka bisa terdesak dalam
waktu singkat. Sebab mereka belum mengetahui kekuatan para pencegat tersebut.
Untuk memberi semangat kepada para bawahannya,
pimpinan prajurit tersebut juga ikut terjun ke gelanggang, sehingga dia bisa
langsung mengawasi dan mengkomando bawahannya bila nanti terdesak.
Manggada, Laksana dan Wirantana, tetap di tempat sambil mengamati pembagian
tugas berdasar siasat dari pemimpin prajurit. Kendati ada perasaan untuk ikut
bersama prajurit itu mendahului menyerbu para pencegat, namun mereka sadar bahwa
sasaran utama gerombolan yang akan mencegat iring-iringan itu adalah Mas Rara.
Oleh karenanya, mereka menahan keinginan tersebut. Calon istri Raden Panji
Prangpranata lebih penting dijaga keselamatannya.
Namun sebelum meninggalkan kereta Mas Rara, pemimpin prajurit itu sempat
berbisik di telinga Manggada, tanpa terdengar orang lain "Hati-hati. Dalam
keadaan seperti ini, kita pantas mencurigai siapa saja"
Manggada tidak begitu mengerti pesan itu. Tapi ia mencoba untuk memahaminya.
Ketika para prajurit mendekati bukit, Manggada telah berada di sebelah kereta
Mas Rara. Laksana dan Wirantana pun telah siap menghadapi segala kemungkinan.
Sedang di depan kereta http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, Ki Resa teluh turun dari kudanya dan mengamati para prajurit dengan
seksama. Kedua orang yang dikirim Ki Jagabaya mula-mula tetap duduk di atas kereta, meski
senjata sudah mereka siapkan.
Namun akhirnya, kedua orang itu turun juga. Tapi tidak beranjak lebih dua
langkah dari kereta mereka.
Seorang diantara mereka justru menggenggam sebuah cambuk besar, yang semula
hanya jadi hiasan kereta. Cambuk itu bisa jadi senjata cukup berbahaya. Meski
demikian, di lambungnya tetap terselip sebilah pedang. Sedang yang satunya hanya
menggeser pedangnya agar siap dicabut jika lawan datang mendekat.
Orang-orang yang bersembunyi di belakang gerumbul-gerumbul liar mengumpat habishabisan melihat sikap para prajurit. Mereka akhirnya menyadari bahwa prajuritprajurit itu ternyata bukan sekadar prajurit kehormatan yang hanya bisa berdiri
di sebelah regol jika ada tamu terhormat datang ke rumah Raden Panji. Mereka
benar-benar prajurit yang siap bertempur.
Apalagi ketika prajurit-prajurit itu kemudian menebar dan siap memanjat bukit.
Separo dari mereka di sebelah kiri jalan, sebagian lagi di sebelah kanan.
Pemimpin penghadang Mas Rara itu kemudian meneriakkan aba-aba untuk menyerang
para prajurit yang mulai memanjat.
Tapi para prajurit sudah siap.
Untuk menahan arus serangan, para prajurit yang membawa busur dan anak panah
telah menyerang mereka, sehingga orang-orang liar itu terpaksa berhenti untuk
menghindar atau menangkis anak-anak panah yang melesat bagai angin itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan demikian, pemimpin prajurit sempat menilai lawan-lawannya. Ternyata
mereka orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman bermain senjata. Anak
panah yang dilontarkan para prajurit tidak ada yang langsung dapat menghentikan
seorangpun diantara mereka. Dua orang memang terluka lengannya, tapi sama sekali
tidak berarti. Darah yang menitik satu-satu, tidak dihiraukannya.
Tapi para prajurit itu benar-benar telah siap. Mereka jadi makin berhati-hati
setelah mereka menyadari keadaan lawan.
Ketika orang-orang itu menyerang makin dekat, dan busur serta anak panah tak
menguntungkan lagi, mereka mencabut senjatanya masing-masing. Ada yang pakai
pedang, ada yang pakai tombak pendek. Sementara senjata lawan-lawan mereka
ujudnya cukup mengerikan dan mendirikan bulu tengkuk.
Ada yang membawa bindi, tombak bertaji di sebelah mata tombaknya, atau canggah
bertangkai pendek. Ada pula yang membawa kapak bertangkai panjang, atau jenisjenis senjata lainnya. Para prajurit memang harus benar-benar mengerahkan segenap kemampuannya untuk
melawan orang-orang itu, yang menurut pengamatan para prajurit, merupakan
gerombolan perampok yang sudah berpengalaman.
Dalam pada itu, dengan isyarat, pemimpin perampok memerintahkan sebagian orangorangnya untuk langsung menyerang orang-orang yang berjaga-jaga di sekitar
kereta yang membawa Mas Rara.
Pemimpin prajurit tidak dapat berbuat banyak. Dalam waktu yang pendek, mereka
sudah telah digempur oleh perampok-perampok itu. Meskipun demikian, pemimpin
prajurit itu sempat memerintahkan dua orang diantara mereka untuk ikut
melindungi Mas Rara. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Di sana ada Manggada, Laksana. Wirantana dan Ki Resa.
Mudah-mudahan kalian akan dapat melindunginya " berkata pemimpin prajurit itu.
la tidak dapat pergi ke kereta Mas Rara meski sebenarnya ia ingin melakukannya.
Sebab ia harus mengatur prajurit-prajuritnya lebih dulu menghadapi kelompok
orang kasar dan liar itu.
Demikianlah. Pertempuranpun berlangsung. Pemimpin prajurit beberapa kali
meneriakkan aba-aba. Selain untuk membesarkan hati bawahannya, ia juga mulai
melihat beberapa kelemahan pada pertahanan orang-orangnya.
"Kalian adalah prajurit prajurit yang memiliki kemampuan bertempur dalam
kesatuan. Jangan terpancing untuk melepaskan kesatuan itu sampai kelompok yang
sekecil sekalipun" teriak pemimpin prajurit itu.
Perintah itu ternyata berarti sekali bagi para prajurit. Mereka yang biasa
bertempur dalam kerjasama, kemudian
mengetrapkannya untuk menghadapi lawan-lawan kasar dan bertempur secara keras
itu. Tapi secara pribadi, prajurit-prajurit itu memiliki kemampuan yang memadai
karena latihan-latihan cukup berat.
Sementara itu. beberapa orang penghadang iring-iringan itu telah berlari-lari
menuju ke kereta Mas Rara. Namun Manggada. Laksana, Wirantana dan kedua sais
kereta itu, serta Ki Resa, sudah siap menghadapi mereka. Sementara dua orang
prajurit yang diperintahkan pimpinan pasukan, juga telah menyusul orang-orang
itu. Namun orang-orang yang akan menyerang kereta Mas Rara itu cukup cerdik. Mereka
coba mengurangi lawan mereka, sehingga seorang diantara mereka kemudian
berteriak "Kita http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bantai dulu dua orang itu. Mereka tentu akan mengganggu tugas kita mengambil Mas
Rara" Tapi ketika orang-orang itu berhenti, Manggada dan Laksana tanggap akan keadaan.
Tanpa menunggu, Manggada berteriak ke arah Wirantana "Bantu Ki Resa jika ada
yang datang. Aku akan membantu kedua prajurit itu sambil menghentikan mereka
agar tidak mencapai kereta ini"
Sebenarnya kedua prajurit itu terkejut melihat orang-orang yang diikutinya
berhenti. Apalagi ketika mereka bersiap menyerangnya. Berdua mereka tentu tidak
akan mampu melawan pecahan kelompok perampok itu. Karenanya kedua prajurit itu
sudah bersiap untuk melarikan diri, berputar dan kemudian bergabung dengan
orang-orang yang menjaga Mas Rara.
Bersama mereka, kedua prajurit itu tentu akan dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Tidak harus melawan orang yang jumlahnya terlalu banyak dibanding
jumlah mereka yang hanya berdua.
Tetapi niat itu diurungkan ketika kedua prajurit itu melihat dua anak muda
berlari-lari menyongsong mereka "Anak-anak muda itu" desis seorang diantara
kedua prajurit itu. "Mereka bukan anak-anak muda kebanyakan" desis yang lain
"mereka adalah anak-anak muda yang aneh"
"Kita harus bertahan" desis prajurit pertama. Keduanya terdiam. Namun masingmasing telah mempersiapkan
senjatanya untuk menghadapi orang-orang yang berbalik menyerangnya. Namun
sejenak kemudian, orang-orang yang mengetahui kalau anak muda telah berlari ke
arah mereka. Karena itu, sebagian dari mereka bersiap kedua prajurit di belakang mereka,
sebagian lagi menghadapi kedua anak muda itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kebetulan sekali" desis seorang diantara perampok-peranpok itu "kita akan
membantai empat orang sekaligus"
Sejenak kemudian, Manggada dan Laksana telah mendekati sekelompok diantara
orang-orang yang mencegat perjalanan mereka itu. Sebagian dari mereka telah
menyerang dua orang prajurit yang telah bersiap sebelumnya.
Dengan demikian, pertempuran terjadi dengan sengitnya.
Empat orang melawan hampir separo dari dua puluh orang yang menghentikan
perjalanan Mas Rara itu. Sekitar tujuh orang bertempur dengan garangnya, dan


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha secepatnya menghabisi nyawa keempat orang yang telah berani
menghadapi mereka itu. Tetapi kedua orang prajurit itu mampu bertempur dengan tangkas. Sementara itu,
Manggada dan Laksana pun memiliki ketangkasan melampaui prajurit.
Dengan demikian, Manggada dan Laksana telah
mengejutkan lawan-lawan mereka. Justru setiap sentuhan senjata serta benturan
kekuatan, lawan-lawan anak muda itu harus berdesah menahun gejolak di dalam
jantung mereka. Kemarahan yang menjadi semakin membara, namun juga pengakuan bahwa keduanya
tidak mudah untuk ditundukkan.
Pertempuran semakin lama menjadi semakin sengit. Ketujuh orang itu telah
mengerahkan segenap kemampuan mereka.
Mereka memung berniat untuk dengan cepat menyelesaikan pertempuran itu.
Di dekat pedati, Ki Resa menyaksikan dengan wajah yang tegang. Dentang senjata
serta teriakan orang-orang yang sedang bertempur itu, seolah-olah dentang genta
sebesar bukit di telinganya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keringat mulai membasahi keningnya. Jantungnya
berdentang semakin cepat, sementara tangannya menjadi gemetar.
Wirantana yang juga berada di dekat kereta Mas Rara, menjadi tegang sebagaimana
Ki Resa. Ia melihat pertempuran di bukit itu menjadi semakin garang. Namun jarak
yang agak jauh, telah menghalangi penglihatannya, sehingga ia tidak dapat
melihat, apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi Wirantana sempat melihat
pertempuran yang lebih dekat dari mereka. Dua orang prajurit bersama Manggada
dan Laksana, bertempur melawan sekitar tujuh orang.
Dalam pada itu, ternyata salah seorang dari ketujuh orang yang bertempur melawan
dua orang prajurit serta Manggada dan Laksana, telah memberikan isyarat. Isyarat
yang tidak diketahui oleh keempat orang lawan mereka.
Namun tiba-tiba dua orang diantara mereka telah meloncat keluar dari arena
pertempuran dan berlari ke arah Mas Rara yang ditunggui oleh Ki Resa, Wirantana
dan dua orang yang dikirim oleh Ki Jagabaya bersama pedati kudanya.
Kedua orang prajurit dan kedua anak muda itu termangu-mangu sejenak. Namun
mereka kemudian tidak banyak menghiraukan lagi. Di dekat kereta Mas Rara ada Ki
Resa serta Wirantana. Masih ada sais dan pembantunya, sehingga menurut
perhitungan mereka, kedua orang itu tidak akan mampu berbuat banyak.
Bahkan dengan kepergian dua orang itu, tugas kedua prajurit serta kedua anak
muda itu menjadi semakin ringan.
Ki Resa yang melihat dua orang berlari-lari ke arahnya segera bersiap. Ki Resa
dan Wirantana telah menambatkan kuda mereka pula. Sementara sais dan pembantunya
telah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua orang itu ternyata telah memilih lawan. Seorang langsung menyerang Ki Resa,
sedangkan seorang lagi menyerang Wirantana. Pertempuran segera terjadi. Sais dan
pembantunya telah bersiap di sebelah menyebelah kereta.
Merekalah yang kemudian menjaga Mas Rara dengan
mempersiapkan senjata mereka sebaik-baiknya.
Tetapi adalah di luar dugaan setiap orang. Ki Resa yang digelari pembunuh
harimau, serta ditakuti oleh banyak orang itu, ternyata tidak mampu bertahan
sepenginang. Hanya beberapa saat saja ia bertahan, kemudian terdengar teriakan
kesakitan. Sejenak kemudian, Ki Resa telah berguling jatuh.
Sementara itu, Wirantana masih bertahan sekuat tenaganya.
Tanpa mengenal gentar, ia bertempur dengan mengerahkan segenap kemampuannya. Ia
memang mampu mendesak lawannya yang justru semakin lama menjadi semakin jauh dari kereta kuda itu.
Namun Wirantana menjadi sangat gelisah ketika ia melihat pamannya jatuh
terguling dan tidak bergerak lagi. Sementara itu, ia tidak dapat berbuat apaapa, karena ia masih terikat dalam pertempuran melawan seorang lawannya.
Tetapi Wirantana masih herpengharapan. Kedua orang sais dan pembantunya itu
dengan serta merta telah menyerang orang yang telah menjatuhkan Ki Resa.
Ledakan cambuk mulai terdengar memekakkan telinga.
Ternyata bahwa ujung cambuk yang menggeliat dan
menghentak-hentak itu telah mendesak orang yang berusaha untuk dapat menggapai
kereta kuda yang didalamnya terdapat Mas Rara itu.
Wirantana menjadi sedikit berpengharapan ketika ia melihat sais dan pembantunya
itu mampu mendesak lawannya
menjauhi kereta kuda itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun yang tidak terduga-duga itupun telah terjadi. Dalam ketakutan itu, tibatiba saja Ki Resa yang terbaring itu telah meloncat bangkit. Dengan cepat ia
berlari ke arah pedati yang berhenti di pinggir jalan itu. Sekali loncat, Ki
Resa telah duduk di tempat sais. Satu hentakan telah mengejutkan kuda sang
menarik pedati itu, sehingga kuda itu segera berlari. Tetapi Ki Resa telah
membawa keretanya justru berbalik ke arah padukuhan Nguter. Namun ada lebih dari
sepuluh simpangan yang akan dapat dilaluinya. sebelum jalan itu memasuki
padukuhan Nguter. Tidak seorang pun menduga bahwa hal itu akan terjadi. Mas Rara yang ada di dalam
pedati menjerit. Tetapi pedati yang ditarik seekor kuda itu terus berlari.
Wirantana pun berteriak keras-keras dengan suara parau
"Paman, paman. Ki Resa berpalingpun tidak. Bahkan ia telah berdiri ditempat sais kereta itu
biasanya duduk. Wirantana tidak ingin membiarkan hal itu terjadi tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Ia yang menganggap sikap pamannya agak kurang dimengerti, menjadi semakin
membingungkannya. Karena itu, Wirantana segera berlari meninggalkan lawannya
kearah kudanya. Untunglah bahwa pembantu sais itu tanggap akan keadaan.
Ketika lawan Wirantana mengejarnya, pembantu sais dengan cambuk di tangannya
telah menyerang orang itu, sehingga orang itu tidak dapat mencegah Wirantana
yang dengan kecepatan yang tinggi telah meloncat ke punggung kudanya.
Sejenak kemudian, kuda itu telah berlari seperti angin mengejar Ki Resa yang
telah melarikan Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata Ki Resa menyadari, apa yang terjadi. Sambil mengumpat ia menghentikan
kereta kudanya yang tidak dapat berpacu secepat kuda Wirantana. Dengan sigap, Ki
Resa meloncat turun. Pedangnya ternyata telah berayun di tangannya.
Wirantana yang melihat pamannya meloncat turun. telah menarik kekang kudanya
pula. Iapun telah meloncat turun pula.
"Apa artinya ini paman" teriak Wirantana.
"Aku peringatkan, jangan mencampuri persoalan ini.
Sebaiknya kau tidak mengikuti aku dan Mas Rara" geram Ki Resa.
"Aku minta paman membawa Mas Rara kembali, Mas Rara akan dibawa menghadap Raden
Panji Prangpranata sebagaimana direncanakan" minta Wirantana.
"Sekali lagi aku peringatkan. Kau tidak mempunyai kesempatan berbuat apa-apa.
Aku akan membunuhmu jika kau keras kepala. Karena itu, pergilah" suara Ki Resa
gemetar. "Aku akan mencegahnya sampai aku mendapat penjelasan yang dapat meyakinkan aku"
berkata Wirantana. "Kau jangan terlalu sombong menghadapi aku" berkata Ki Resa "sementara itu,
orang-orang yang mencegat Mas Rara akan membunuh semua prajurit dan orang-orang
yang bersama mereka"
"Jadi paman bekerjasama dengan mereka" Paman berpura-pura jatuh dan tidak
bangkit lagi. Paman ternyata telah melakukan hal yang serupa sampai dua kali.
Ketika rumah ayah dirampok orang, paman begitu cepat menjadi pingsan. Agaknya
paman telah bekerjasama dengan mereka. Sekarang paman bekerjasama dengan orangorang untuk mencegat Mas Rara, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menculiknya dan mempergunakannya untuk memeras Raden Panji" berkata Wirantana.
Ki Resa tertawa. Suara tertawanya bergetar memenuhi udara. Bagi Wirantana,
pamannya itu tiba-tiba saja telah berubah menjadi iblis yang garang.
Tetapi Wirantana sama sekali tidak menjadi ketakutan.
Bahkan kemarahannya justru telah meggelegak. "Paman"
berkata Wirantana "aku hormati paman sebagai orangtuaku sendiri. Tetapi dalam
keadaan seperti ini, aku terpaksa melawan paman"
"Bagaimana jika orang-orang yang mencegat iring-iringan ini kemudian datang
kemari, sedangkan semua prajurit dan orang-orang yang menyertai Mas Rara telah
terbunuh" bertanya Ki Resa.
"Aku akan mempertaruhkan nyawaku demi kehormatan
adikku. Adikku tidak akan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memeras Raden
Panji Prangpranata" geram Wirantana.
Ki Resa tidak menjawab lagi. Tetapi senjatanya mulai terjulur.
Tetapi Wirantana telah mengangkat pedangnya pula.
Dengan nada rendah ia berkata "Maaf paman. Aku terpaksa berani melawan paman
dalam keadaan seperti ini"
Ki Resa masih juga tidak menjawab. Tetapi ia sudah meloncat menyerang dengan
garangnya. Anak itu harus segera diselesaikan agar ia dengan cepat dapat
menyingkirkan Mas Rara. Keduanya segera bertempur dengan sengitnya. Ternyata Ki Resa harus mengakui,
bahwa Wirantana yang baru pulang dari berguru itu memiliki bekal yang semakin
mapan untuk menghadapinya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, sais dan pembantunya segera mengalami kesulitan menghadapi dua
orang yang garang. Sais yang telah kehilangan kudanya itu memberi isyarat kepada
kawannya untuk bertempur sambil berlari-lari.
Beberapa saat kemudian, keduanya telah bergeser semakin dekat dengan arena
pertempuran yang lain. Sambil bertempur, tiba-tiba saja Manggada berteriak kepada salah seorang
prajurit yang bertempur bersamanya "Bantu kedua orang sais itu"
Seorang prajurit yang sedang bertempur itupun tanggap. Ia pun segera melompat
meninggalkan arena untuk membantu kedua orang sais yang mengalami kesulitan,
sehingga harus bertempur sambil berlari-lari mendekati arena pertempuran itu.
Ketika seorang diantara lawan-lawannya berusaha
mencegahnya, Laksana telah meloncat menyerang sehingga prajurit itu sempat
meninggalkan lawannya. Sementara Manggada telah berloncatan dengan garangnya.
Kedua sais mengucap sukur didalam hati ketika seorang prajurit datang mendekati mereka. Seorang diantara kedua lawan
mereka harus menghadapi prajurit yang datang membantu itu, sehingga mereka
berdua tinggal melawan seorang saja. Dengan demikian, mereka menjadi semakin
berpengharapan untuk tetap hidup.
Manggada dan Laksana pun kemudian masing-masing harus melawan dua orang. Tetapi
Manggada dan Laksana sama sekali tidak menjadi goyah. Keduanya mampu bertempur
mengatasi kedua orang lawan masing-masing.
Bahkan ketika pertempuran itu masih juga belum ada tanda-tanda segera selesai,
sementara keduanya terguncang oleh http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sikap Ki Resa yang sulit diketahui, Manggada dan Laksana telah menghentakkan
segala kemampuannya. Tetapi adalah diluar dugaan mereka. Kedua orang anak muda yang marah dan gelisah
itu, seakan-akan telah menumpahkan segala-galanya yang dimilikinya dalam ilmu
kanuragan. Gelora di dalam dada mereka, serta darah muda mereka yang mendidih,
bagaikan telah mematangkan
kekuatan, kemampuan dan ilmu yang tersimpan di dalam diri mereka.
Adalah mengejutkan bahwa tiba-tiba saja kekuatan mereka bagaikan berlipat.
Sesuatu rasa-rasanya telah menggelegak, bergelora dan muncul dari dasar ke
permukaan. Bahkan kedua anak muda itu untuk sesaat bagaikan dituntun oleh
pedangnya. Namun barulah mereka sadar bahwa kemampuan ilmu
pedangnyalah yang telah bergetar menggerakkan pedang itu.
Keduanya dalam saat yang gawat itu ingat apa yang pernah terjadi atas diri
mereka. Mereka teringat, bagaimana seorang Ajar yang tinggal di tempat terpencil
bersama seorang yang punggungnya bongkok namun berilmu sangat tinggi,
memberikan bekal kepada mereka. Ki Ajar yang seakan-akan telah meningkatkan alas
kemampuan ilmu mereka, sehingga dengan demikian ilmu mereka pun terangkat dalam
keutuhannya dan semakin tinggi.
Ketika kedua anak muda itu berada dalam gegolak
kemarahan yang memuncak, kekuatan itu telah muncul dari dasarnya, yang tersimpan
didalam diri mereka, sehingga baik Manggada maupun Laksana telah menjadi semakin
garang. Karena itulah, kedua lawan masing-masing menjadi sangat terkejut ketika tibatiba saja senjata mereka bersentuhan.
Kekuatan kedua anak muda itu benar-benar bagaikan berlipat.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua orang yang bertempur melawan Manggada telah
bergeser menebar untuk mengambil tempat yang lapang.
Mereka berusaha untuk meyakinkan diri bahwa mereka adalah orang-orang yang
ditakuti, serta memang memiliki kekuatan dan kemampuan yang bisa mendukung
kegarangan mereka. Tetapi Manggada yang marah, yang menghentakkan
segenap kemampuan didalam diri mereka, justru bagaikan mendapat kesempatan untuk
menguji ilmunya. Dalam pertempuran yang berkembang selanjutnya, kedua lawan Manggada benar-benar
menjadi heran. Dua orang anak yang masih terhitung muda itu, ternyata telah
memiliki ilmu yang tidak dapat mereka jangkau sama sekali. Perlahan-lahan tetapi
pasti, kedua orang itu telah terdesak. Bahkan ketika seorang diantara keduanya
menjadi marah pula, dan mencoba menghantam Manggada dengan pedangnya yang
dilambari segenap kekuatannya, orang itu akhirnya menyesal. Benturan yang sangat
keras telah terjadi. Manggada tidak berusaha untuk menghindar. Namun ia telah
menangkis serangan itu. Rasa-rasanya Manggada ingin menjajagi kemampuan sendiri yang masih baru saja
dikenalinya dengan baik. Lawannya benar-benar terkejut. Benturan itu telah menggetarkan pedangnya.
Telapak tangannya terasa menjadi sangat panas. Bahkan rasa-asanya kulitnya akan
terkelupas. Sebelum ia sempat memperbaiki keadaan tangannya, terasa pedang Manggada
berputar. Pedangnya sendiri tiba-tiba bagaikan telah hanyut dihisap oleh putaran
pedang anak muda itu. Satu hentakkan telah melemparkan pedang orang itu sehingga
jatuh beberapa langkah dari padanya.
Dalam keadaan yang gawat itu, kawannya telah meloncat menyerang Manggada dengan
garangnya. Sabetan pedang yang terayun deras langsung mengarah ke leher anak
muda itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi Manggada sempat melihat serangan itu. Dengan tangkas ia telah merendahkan
dirinya. Begitu ayunan pedang itu meluncur diatas kepalanya, pedang Manggada pun
telah terjulur langsung menusuk dada lawannya.
Terdengar erang kesakitan. Namun ketika kemudian
Manggada menarik pedangnya, orang itu terhuyung-huyung roboh. Ternyata sentuhan
ujung pedang Manggada telah menggapai jantungnya, sehingga orang itu tidak
sempat berbuat sesuatu. Tarikan nafas yang panjang, telah mengakhiri hidupnya.
Sementara itu, kawannya yang telah kehilangan senjatanya tidak sempat berbuat
banyak. Ketika ia melihat kawannya tertusuk pedang dadanya, ia berusaha
melarikan diri. Tetapi sebelum ia sempat meloncat menjauh, Manggada dengan cepat
telah bangkit. Ternyata kemarahannya yang memuncak telah membuat darahnya
bagaikan menggelegak. Dengan derasnya, Manggada telah mehgayunkan pedangnya
dengan satu tebasan mendatar.
Ujung pedang Manggada ternyata telah mengoyak dada lawannya itu menyilang.
Dengan demikian, lawannya itupun telah terdorong dan bahkan kemudian terlempar
jatuh terlentang. Darah bagaikan memancar dari luka itu demikian derasnya,
sehingga orang itu tidak lagi mempunyai kesempatan untuk bangkit kembali.
Pada saat yang demikian, Laksana pun telah mendesak lawan-lawannya. Seorang
diantara kedua lawannya ternyata mampu bergerak cepat sekali, sehingga sesekali
Laksana harus bergeser mundur.
Sementara itu, Manggada meloncat meninggalkan arena menuju ke tempat kedua orang
sais yang juga tengah bertempur sambil berteriak pada Laksana yang masih
http://ebook-dewikz.com/

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertempur dengan sengitnya "Selesaikan lawan-lawanmu.
Bantu para prajurit di bukit. Aku akan mengurus Ki Resa yang aneh itu"
Laksana tidak menjawab. Sementara Manggada berlari dengan cepat. Ketika ia
sempat mendekati sais dan pembantunya yang sedang bertempur, ia mengayunkan
pedangnya. Segores luka telah menyilang di punggung orang yang bertempur melawan
kedua orang sais dan pembantunya yang kurang memiliki kemampuan itu. Untunglah
bahwa seorang diantaranya pandai bermain cambuk, sehingga sempat menyulitkan
lawannya. Tetapi lawannya itu kemudian tidak berdaya lagi, terbaring diatas
rerumputan kering. Ketika Manggada kemudian meloncat kepunggung kudanya, sais dan pembantunya
segera membantu prajurit yang tadi membantunya.
Seorang yang harus bertempur melawan tiga orang itupun tidak mampu berlahan
terlalu lama. Iapun segera terdesak.
Sementara itu, Manggada telah berpacu menyusul Wirantana yang masih bertempur
melawan Ki Resa. Meskipun kemampuan Wirantana sudah meningkat jauh setelah ia
pergi berguru, tetapi Ki Resa yang disebut pembunuh harimau itu ternyata tidak
mudah dikalahkannya. Bahkan perlahan-lahan Ki Resa telah mampu mendesak
Wirantana. Meskipun dasar ilmu Wirantana cukup tinggi, tetapi anak muda itu
masih belum cukup berpengalaman untuk menghadapi pamannya yang garang dan keras
itu. Bahkan Ki Resa masih sekali lagi memperingatkannya
"Wirantana. Jika kau tidak mau pergi, aku benar-benar akan membunuhmu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana menggeram. Katanya "Paman jangan bermimpi buruk seperti itu.
Seharusnya paman cepat bangun dan menyadari apa yang telah paman lakukan"
Ki Resa menggeram. Dengan garang ia berkata "Jika demikian, kau akan mati. Aku
akan membawa Mas Rara sejauh-jauhnya tanpa dapat diketahui oleh siapapun"
Wirantana tidak menjawab. Ia telah menyerang dengan cepatnya. Namun Ki Resa
memang memiliki kemampuan yang tinggi.
Pada saat yang demikian, Mas Rara sudah turun dari pedatinya. Ia memang menjadi
ketakutan melihat pertempuran itu. Iapun tidak mampu berbuat sesuatu selain
menjadi gemetar. Ketika Mas Rara berniat untuk melarikan diri dari pertempuran antara kakaknya
dan pamannya, kakinya rasa-rasanya menjadi sangat berat. Ia tidak sampai hati
meninggalkan kakaknya dalam kesulitan. Tetapi iapun tidak mau jatuh ketangan
pamannya yang kasar dan garang itu.
Pada saat yang demikian, seekor kuda dengan
penunggangnya telah berlari mendekat. Mas Rara pun segera melihat bahwa
penunggang kuda itu adalah anak muda yang telah menolongnya ketika ia hampir
saja diterkam oleh seekor harimau.
Karena itu, harapannya telah berkembang. Kuda itu berpacu sangat cepat, sehingga
sejenak kemudian Manggada telah meloncat turun dan langsung berlari ke arena.
"Setan kau" geram Ki Resa yang serba sedikit mengetahui kemampuan anak muda itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada tidak menyahut sama sekali. Ia segera
menempatkan diri di sebelah Wirantana yang meloncat surut mengambil jarak dari
pamannya yang kehilangan akal itu.
"Ki Resa" tiba-tiba Manggada berdesis "kami ingin Ki Resa mempertanggungjawabkan langkah-langkah yang kami ambil"
Tetapi Ki Resa menggeram "Kalian akan mati bersama-sama"
Tidak ada lagi pembicaraan. Manggada dan Wirantana telah bersiap untuk bertempur
melawan Ki Resa yang garang itu.
Tetapi Ki Resa sudah berada ditengah arus. Apakah ia akan kembali atau
berlanjut, tidak akan banyak bedanya.
Ia harus menempuh tekanan yang sangat berat. Kedua orang anak muda itu memiliki
bekal yang cukup untuk mengatasinya.
Namun Ki Resa harus menghadapinya. Sementara Mas Rara telah menjadi semakin jauh
daripadanya. Ketika Ki Resa sekali menengok kearah Mas Rara, maka Wirantana segera tanggap
akan niatnya. Iapun telah meloncat dan berdiri diantara Ki Resa dengan adiknya
itu. Ki Resa mengumpat kasar. Sementara itu Manggada sempat juga bertanya "Apakah sebenarnya maksud Ki Resa
terhadap Mas Rara?" "Persetan, apa pedulimu" geram Ki Resa.
"Jangan sampai terjadi salah paham. Tetapi agaknya Ki Resa berniat buruk
terhadap Mas Rara. Justru karena Ki Resa telah berpura-pura pingsan" berkata
Manggada pula. "Tutup mulutmu. Bersiaplah untuk mati" suara Ki Resa bergetar oleh kemarahan
yang menggelegak di dadanya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada tidak bertanya lagi. Dari arah yang berbeda, Manggada dan Wirantana
kemudian telah mendekati Ki Resa.
Sejenak kemudian, merekapun telah terlibat lagi dalam pertempuran yang sengit.
Tetapi Wirantana tidak sendiri. Ia bertempur bersama Manggada yang justru telah
mampu mengangkat kekuatan yang semula masih tersembunyi di bawah permukaan.
Sementara itu, Laksanapun menjadi semakin garang. Dua orang lawannya telah tidak
berdaya. Keduanya telah terluka di tubuh mereka. Seorang terluka di lambung,
sedangkan yang lain dilsisi bagian dadanya. Namun luka mereka cukup dalam,
sehingga mereka tidak mampu lagi meneruskan pertempuran.
Seorang lagi yang bertempur melawan prajurit yang mengawal Mas Rara yang dikirim
oleh Raden Panji Prangpranata itupun telah kehilangan keberanian, sehingga dengan serta merta
telah melarikan diri ke bukit. Ia berharap bahwa kawan-kawannya yang bertempur
di bukit akan dapat menguasai keadaan.
Sebenarnya pertempuran di bukit masih berlangsung dengan sengitnya. Ternyata
kekuatan mereka justru seim-bang.
Pemimpin prajurit yang mengawal Mas Rara tidak dapat meninggalkan prajuritprajuritnya yang mengalami
pertempuran yang sengit, sehingga ia benar-benar
mempercayakan Mas Rara kepada Ki Resa serta kakak gadis itu, Wirantana.
Demikian sengitnya pertempuran itu, sehingga pemimpin prajurit itu tidak tahu
apa yang telah terjadi dengan Mas Rara.
Namun Laksana dan seorang prajurit yang kehilangan lawannya itu telah menuju ke
bukit pula. Prajurit itu telah mengejar lawannya yang justru juga telah berlari
ke bukit itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika orang yang dikejar oleh prajurit itu mampu mencapai bukit, maka kawankawannya telah menyambutnya dengan harapan. Meskipun hanya seorang, tetapi
mereka berharap bahwa yang seorang itu akan dapat mempengaruhi keadaan yang
seimbang itu. Namun kemudian seorang prajurit ternyata telah menyusul.
Bahkan kemudian seorang anak muda. Kehadiran Laksana tidak banyak mendapat
perhatian. Orang-orang yang bertempur di bukit memang tidak begitu
memperhatikannya. Bahkan ketika Laksana berhasil mengalahkan lawan-lawannya.
Namun orang yang baru saja melarikan diri dari pertempuran di ngarai itu
berteriak "Hati-hati. Anak itu sangat berbahaya"
Pemimpin prajurit yang bertempur dengan segenap
kemampuannya itupun melihat kehadiran Laksana. la memang heran, kenapa Laksana
tidak datang bersama Manggada.
Biasanya keduanya tidak pernah berpisah. Karena itu, ketika Laksana berada tidak
jauh daripadanya, iapun bertanya
"Dimana saudaramu"
"Ia berada bersama Mas Rara" jawab Laksana.
Pemimpin prajurit itu menarik nafas dalam-dalam. Ternyata saudara anak muda itu
tidak berada dalam keadaan yang gawat.
Di bukit, Laksana langsung melibatkan diri kedalam pertempuran. Ia memang tidak
terbiasa bertempur dalam satu kesatuan sebagaimana para prajurit yang meskipun
dalam kelompok yang paling kecil yang terdiri dari dua atau tiga orang, mereka
mampu menunjukkan kerjasama yang baik.
Saling mengisi dan yang satu tanggap atas sikap yang lain.
Karena itu, untuk melawan yang jumlahnya lebih banyak, para prajurit itu tidak
membebani satu atau dua orang yang harus http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertempur melawan lawan yang rangkap. Mereka seakan-akan bergantian menghadapi
kelebihan jumlah lawan itu.
Tetapi Laksana tidak merasa perlu berbuat demikian. Ia bertempur melawan orang
yang terdekat dengannya Bahkan jika dua orang sekaligus, maka ia akan
menghadapinya sendiri. Para prajurit yang menyadari cara anak muda itu bertempur, sama sekali tidak
langsung mengganggunya. Namun prajurit yang ada didekatnya, selalu mengawasinya.
Jika anak muda itu berada dalam kesulitan, maka prajurit yang terdekat harus
berusaha mempengaruhi medan.
Dalam waktu yang pendek, Laksana ternyata telah mendapat dua orang lawan, justru
karena seorang yang berteriak tentang kemampuannya itu. Namun Laksana sama
sekali tidak gentar. Meskipun sebelumnya ia telah mengerahkan tenaganya, namun kedua orang lawannya
itupun sudah bertempur pula
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, maka Laksana telah bertempur dengan garangnya. Kedua
orang lawannya segera mengakui, bahwa anak muda itu benar-benar memiliki ilmu
yang tinggi. Sementara itu Laksana yang menghentakkan
segenap kekuatan yang ada didalam dirinya, telah
mengungkit pula landasan kekuatan yang pernah diwarisinya dari Ki Ajar.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ternyata kedua lawan Laksana itu sudah
mulai bergeser surut. Mereka merasa betapa senjata anak muda itu sangat
berbahaya bagi mereka. Beberapa kali desing senjata ibu bagaikan telah menyentuh telinga mereka.
Pemimpin orang-orang yang mencegat iring-iringan Mas Rara itu memang menjadi
tidak telaten. Dengan marah ia http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berteriak "Cepat, selesaikan mereka. Kita tidak mempunyai waktu banyak. Kita
harus segera meninggalkan tempat ini.
Lihat, waktu telah berjalan terlalu cepat. Bunga itu tentu sudah dipetik
sekarang. Mas Rara tentu sudah dikuasainya"
Kata-kata itu benar-benar mengejutkan semua prajurit yang mendengarnya. Terutama
pemimpinnya. Karena itu, maka ia menjadi sangat marah. Sejalan dengan itu, ia
merasa sangat menyesal, bahwa ia tidak berada didekat Mas Rara.
"Tetapi aku percaya kepada pamannya, kakaknya dan kedua orang anak muda itu"
berkata pemimpin prajurit itu didalam hatinya.
Namun dalam pada itu, iapun telah meneriakkan aba-aba yang garang "Hancurkan
para perampok sampai orang yang terakhir. Sisakan satu dua orang saja akan kita
peras sampai darahnya kering jika Mas Rara benar-benar hilang"
"Cepat, bunuh semua orang" pemimpin perampok itu
berteriak. la masih ingin mempengaruhi agar para prajurit menjadi gelisah.
Katanya "Sebenarnya sasaran kita sudah tercapai sampai disini. Seandainya kita
tinggalkan tempat ini, kita sudah tidak akan dirugikan apapun lagi"
"Jangan seorangpun lolos dari tempat ini" teriak pemimpin prajurit itu.
Tetapi pemimpin perampok itu tertawa. Katanya "Kalian tidak akan dapat berbuat
apa-apa. Jika Mas Rara sudah kami kuasai, maka kalian harus meletakkan senjata,
membungkuk dihadapan kami dan membiarkan leher kalian ditebas hingga kepala
kalian terlepas" "Tidak benar" teriak Laksana "kakang Manggada dan Wirantana tetap menguasai Mas
Rara" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemimpin perampok itu termangu-mangu. Tetapi iapun segera berteriak "Ki Resa
akan menyelesaikan segala-galanya"
Sekali lagi para prajurit itu terkejut.
Sementara itu, pemimpin perampok itu tertawa sambil berkata lantang "Kalian
telah dipermainkan oleh Ki Resa.
Sekarang Mas Rara tentu sudah dikuasai Ki Resa. Jika kalian tidak menyerah, maka
Mas Rara tidak akan pernah kalian ketemukan. Tetapi jika kalian menyerah dan
memberikan leher kalian, maka kami masih berpikir untuk mengembalikan Mas Rara
kepada satu dua orang diantara kalian"
Kata-kata itu telah menimbulkan ketegangan dihati para prajurit yang mendapat
tugas untuk mengambil Mas Rara.
Mereka sama sekali tidak mengira, bahwa pamannya sendiri telah berniat buruk.
Dengan nada kebingungan pemimpin prajurit itu bertanya
"Apakah Ki Resa menginginkan tebusan"
"Ketahuilah, Ki Resa sudah beberapa lama menaruh hati kepada gadis itu. Karena
itu, maka ia berusaha menggagalkan usaha kalian membawa Mas Rara kepada Raden
Panji" berkata pemimpin perampok itu Namun katanya kemudian "Tetapi jika Raden
Panji bersedia memberi tebusan jauh lebih besar dari upah yang kami terima dari
Ki Resa, maka kami akan mengambil gadis itu dari tangan Ki Resa dengan
perjanjian tersendiri. Kamilah yang akan membunuh Ki Resa"
"Kalian memang iblis" geram pemimpin prajurit yang menjadi bingung karena katakata pemimpin perampok yang simpang siur itu. Namun Laksana tiba-tiba telah
menjelaskan "Jangan hiraukan mereka. Mas Rara dan Ki Resa, kedua-duanya telah
dikuasai oleh kakang Manggada, Wirantana, seorang prajurit yang masih ada disana
dan sais pedati serta pembantunya. Ki http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Resa sudah tidak berdaya, sementara Mas Rara dalam keadaan baik"
"Omong kosong" teriak pemimpin perampok itu.
Laksana yang marah itu memang memperhitungkan, bahwa orang itu adalah pemimpin
perampok yang telah mencegat perjalanan para prajurit yang menjemput Mas Rara.
Karena itu, maka Laksana telah melepaskan lawannya dan langsung berlari menuju
ke pemimpin perampok yang berteriak-teriak itu.
Sambil berlari Laksana berkata "Aku sudah tahu segala-galanya tentang Ki Resa
dan tentang kalian. Tetapi ternyata kalian lebih rakus dari Ki Resa yang berbuat
bagi kepentingan satu keinginan yang menurut keyakinannya akan baik baginya.
Tetapi kalian adalah ular berkepala rangkap sehingga kalian berusaha menggigit
kesana kemari. Karena itu, maka hukuman bagi kalian adalah dengan memenggal
semua kepala yang melekat ditubuh"
Pemimpin prajurit yang menjemput Mas Rara itu masih termangu-mangu sejenak. Ia
memang belum yakin terhadap apa yang dikatakan baik oleh pemimpin perampok itu
maupun yang dikatakan oleh Laksana.
Tetapi sejenak kemudian Laksana benar-benar telah menyerang pemimpin perampok
itu sambil berteriak "Jangan seorangpun dibiarkan lolos"
Pertempuranpun telah menjadi semakin sengit. Dilereng bukit kecil itu, dentang
senjata beradu mengumandang diantara teriakan-teriakan marah orang-orang yang
sedang bertempur. Tetapi sekali-sekali terdengar juga jerit ngeri dari orang
yang tertusuk senjata dilambungnya dan jatuh terguling dari bibir batu padas ke
batu dibawahnya. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Para perampok itu memang menjadi semakin garang bahkan menjadi liar. Namun
Laksana dan para prajurit yang telah basah oleh keringat itupun bertempur
semakin cepat dan keras pula.
Laksana yang telah mengerahkan segenap kekuatan dan kemampuannya dengan landasan
kekuatan yang mendasari ilmunya, telah mengejutkan pemimpin perampok itu.
Pedangnya berputaran semakin cepat. Sekali-sekali menebas mendatar, kemudiun
terayun menyilang. Ketika pemimpin perampok itu bergeser surut, maka ujung
pedang itu mematuk seperti kepala seekor ular bandotan.
Semakin lama pemimpin perampok itu menjadi semakin bingung menghadapi anak muda
itu, sehingga akhirnya iapun memberi isyarat kepada seorang pengikutnya. Dengan
serta merta pengikutnya itupun telah meloncat mendekatinya dan langsung
melibatkan diri melawan Laksana yang bagaikan banteng ketaton.
Laksana memang terdesak surut beberapa langkah. Tetapi ia sekedar mengambil
ancang-ancang serta untuk mengamati lawannya yang baru. Namun kemudian
serangannyapun telah membadai pula.
Demikian pula para prajurit yang marah. Pemimpin prajurit itu sekali lagi
berteriak "Jangan biarkan seorangpun lolos"
Pemimpin perampok itu masih juga berteriak "Mas Rara akan mati ditangan kami"


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Omong kosong" Laksanalah yang menjawab "jangan
hiraukan. Aku bertanggung jawab atas keteranganku. Mas Rara selamat"
Benturan senjatapun menjadi semakin garang. Para prajurit memang telah menebar,
seakan-akan mengepung arena http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertempuran itu. Perlahan-lahan jumlah para prajurit menjadi semakin lebih
banyak dari para perampok yang satu-satu kehilangan kesempatan untuk melawan.
Sementara itu, Manggada dan Wirantana masih bertempur melawan Ki Resa yang
jantungnya bagaikan terbakar oleh kemarahannya. Ternyata rencananya tidak
berjalan selancar yang diinginkannya.
Tetapi memang tidak ada jalan kembali bagi Ki Resa. Dengan demikian maka ia
harus bertempur dengan mengerahkan segenap kemampuan yang ada padanya.
Namun kedua orang anak muda itu benar-benar telah mendesak Ki Resa sehingga
beberapa langkah ia terdorong surut. Senjata kedua anak muda itu bagaikan
mengelilingi tubuhnya dan sekali-sekali menyentuh bajunya. Anak-anak muda itu
mampu bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga Ki Resa itu menjadi
semakin kesulitan menghindari serangan-serangan senjata mereka.
"Paman" geram Wirantana kemudian "menyerahlah. Kita akan berbicara.
"Iblis kau" teriak Ki Resa sambil menyerang dengan garang.
Tetapi Wirantana sempat meloncat surut. Sementara Manggada justru menjulurkan
senjatanya menggapai kearah punggung.
Ki Resa menggeliat. Namun Manggada yang telah berhasil mengangkat landasan
kemampuannya itu benar-benar
merupakan kekuatan yang sulit untuk dilawan.
Ki Resa memang berhasil menggeliat menghindari ujung pedang Manggada. Tetapi
ujung pedang itupun telah berputar pula langsung menebas kesamping.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Resa harus meloncat surut menghindari kejaran ujung pedang Manggada. Namun
tiba-tiba saja Ki Resa berteriak sambil mengumpat kasar. Dengan serta merta Ki
Resa melenting tinggi berputar diudara dan berdiri tegak beberapa langkah dari
Manggada dan Wirantana. Tetapi lengan Ki Resa telah tergores ujung senjata Wirantana meskipun tidak
begitu dalam. Ternyata ketika ujung pedang Wirantana hampir mengoyak lengan pamannya, dengan
kekuatan naluriah, Wirantana justru menahan ayunan pedangnya sehingga yang
terjadi hanyalah satu goresan yang tidak dalam di lengan pamannya.
Meskipun demikian, darah mulai menitik dari tubuh Ki Resa yang dijuluki Pembunuh
Harimau itu. "Paman" desis Wirantana sambil berdiri termangu-mangu.
"Kau sudah melukai lenganku anak iblis" geram Ki Resa.
"Kita dapat berbicara dengan baik" sahut Manggada.
Tetapi Ki Resa tidak menghiraukannya. Tiba-tiba saja ia sudah meloncat menyerang
lagi dengan garangnya. Pertempuran telah berlangsung lagi semakin sengit. Ki Resa benar-benar telah
sampai kepuncak kemampuannya. Namun setiap kali ia membentur kekuatan dan
kemampuan Manggada yang harus diakuinya sebagai satu kenyataan berada diatas
kekuatan dan kemampuannya. Sementara itu Wirantana yang baru saja meninggalkan
perguruannya telah memiliki bekal yang tinggi pula.
Dalam keadaan yang kalut, maka Ki Resa seakan-akan menjadi tidak menghiraukan
lagi apa yang akan terjadi atas dirinya. Dengan sisa tenaga dan puncak
kemampuannya ia telah mengamuk sejadi-jadinya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara yang menyaksikan pertempuran itu dengan
jantung yang berdentangan. Memang sudah agak lama ia merasakan keanehan sikap
pamannya kepadanya. Tetapi ia tidak mengerti arti dari keanehan sikap itu.
Bahkan sampai saatnya ia menyaksikan pertempuran yang membuatnya hampir
kehilangan akal itu, ia tidak tahu pasti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh
pamannya itu. Tetapi bagi Wirantana dan Manggada, sikap Ki Resa tentu sikap yang tidak
sewajarnya. Bahkan tentu berniat buruk, apalagi dengan bekerja sama dengan para
perampok yang telah mencegat perjalanan Mas Rara ke rumah bakal suaminya, Raden
Panji Prangpranata. Namun bagaimanapun juga, Mas Rara benar-benar telah terguncang hatinya
menyaksikan pertempuran antara pamannya dan kakaknya itu. Pamannya yang
dihormatinya sebagaimana orang tuanya sendiri. Apalagi ketika ia melihat bahwa
darah telah membasahi pakaian pamannya itu.
Namun ternyata bahwa Ki Resa sama sekali sudah tidak terkendali lagi. Ketika
dengan garangnya ia meloncat menyerang Manggada, maka Manggada sempat bergeser
kesamping. Tetapi Ki Resa tidak melepaskannya, ia justru telah berputar dan
menyerang sekali lagi. Tetapi seperti Wirantana, ternyata Manggada masih merasa ragu. Ketika terasa
ujung pedangnya menyentuh lambung Ki Resa, maka Manggada justru telah menarik
pedangnya. Meskipun demikian, ujung pedangnya memang telah melukai lambung Ki Resa.
Kulitnya telah tergores pula dan darahpun telah mengalir dari luka itu.
Ketika Ki Resa bergeser mundur, Manggada sempat pula berkata "Ki Resa, bangunlah
dari mimpi burukmu. Masih ada kesempatan untuk berbicara"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi Manggada terkejut. Justru saat ia berbicara, Ki Resa meloncat
menyerangnya. Manggada masih sempat mengelak. Namun Ki Resa telah memburunya seperti orang
yang benar-benar telah kehilangan akal. Beberapa langkah Manggada masih juga
bergeser surut sambil berusaha menangkis setiap serangan.
Sementara itu Wirantanalah yang telah menyerang Ki Resa yang sedang membabi buta
itu. Ki Resa seakan-akan tidak menghiraukan serangan itu.
Ujung pedang Wirantana memang telah menempel ke pundak Ki Resa, tetapi Ki Resa
sama sekali tidak menghiraukannya.
Baru ketika Manggada meloncat mengambil iarak, Ki Resa telah berpaling dan
memburu Wirantana. Satu serangan yang keras telah memaksa Wirantana juga berloncatan surut. Namun
ketika Wirantana benar-benar terdesak, bukan karena kemampuan Ki Resa, tetapi
pengaruh hubungan keluarga yang masih sulit disingkirkan oleh Wirantana. maka
Manggada tidak menunggu lebih lama lagi.
Iapun telah menyerang Ki Resa dengan uluran pedangnya.
Ki Resa yang berusaha mengelak, justru masuk ke garis ayunan pedang Wirantana.
Karena itu, maka sebuah goresan telah menyilang dipunggung pamannya itu.
Ki Resa menggeram. Ia tidak dapat lagi menahan perasaan pedih dari luka-luka
ditubuhnya. Luka dilengannya, dilambungnya dan kemudian di punggungnya, terasa
bagaikan disengat api. Apalagi ketika keringatnya mengalir membasahi lukalukanya. Wirantana masih juga sekali lagi berusaha menyadarkan pamannya itu. Katanya
betapapun terdengar nada keraguan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Paman. Apakah paman benar-benar tidak mau melihat kenyataan ini"
"Tutup mulutmu tikus kecil" bentak Ki Resa yang justru meloncat menyerang.
Wirantana benar-benar kehilangan kesadarannya. Sambil mengelak, iapun telah
berputar sambil mengayunkan pedangnya. Ki Resa tidak berusaha untuk menghindar.
Tetapi ia berusaha menangkis serangan itu dengan sekuat tenaganya.
Namun Ki Resa memang sudah mulai letih. Tangannya terasa menjadi pedih.
Sementara itu, Manggada telah mengacukan senjatanya pula. Satu lagi goresan
telah melukai pundaknya. Namun Ki Resa benar-benar telah menjadi gila. Darah telah membasahi seluruh
tubuhnya. Namun ia sama sekali tidak berniat untuk menghentikan perlawanannya.
Mas Rara pun telah berpaling. Bagaimanapun juga, ia tidak sampai hati melihat
seluruh pakaian pamannya basah oleh darahnya.
Beberapa saat kemudian, Mas Rara justru mendengar kakaknya memanggil-manggil
"Paman. Paman" Diluar sadarnya, Mas Rara berpaling kembali kearah pamannya. Namun ia terkejut.
Dilihatnya pamannya terbaring diam, sementara Wirantana dan Manggada berjongkok
di sebelahnya. "Paman. Paman" Wirantana mengguncang tubuh pamannya.
Ki Resa membuka matanya. Tetapi darah sudah terlalu banyak mengalir dari
lukanya. Dalam keadaan yang gawat itu Ki Resa berdesis "Dimana Mas Rara"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada disini paman" desis Wirantana.
Mas Rara memang sudah berdiri di belakang kakaknya. Ia masih agak ketakutan
menghadapi sikap pamannya yang tidak dimengertinya.
"Wirantana" berkata Ki Resa dengan suara yang dalam
"sudah lama aku menginginkannya. Diam-diam aku
mencintainya" "Tetapi tidak mungkin paman. Mas Rara adalah kemanakan paman sendiri. Bukankah
paman adik ayah" bertanya Wirantana.
Ki Resa tidak menjawab. Nafasnya semakin memburu.
"Sudahlah" berkata Wirantana "kita bawa paman ke
padukuhan terdekat. Mungkin ada seorang tabib yang dapat mengobatinya"
Ki Resa menjadi semakin lemah. Disela-sela bibirnya terdengar desis perlahan
"Ayahmu, ayahmu"
"Aku mohon maaf" suara Ki Resa bagaikan tersumbat dikerongkongan.
"Kita angkat paman ke dalam pedati" berkata Wirantana.
Tetapi ternyata semuanya tiduk berarti lagi. Darah yang mengalir terlalu banyak
itu telah membuatnya terlalu lemah dan tidak mampu lagi bertahan untuk tetap
hidup. Karena itu, ketika Wirantana akan mengangkatnya bersama Manggada, maka
Wirantanapun menarik nafas sambil berdesis "Kita terlambat Manggada"
Tubuh itu tidak jadi diangkat. Wirantanapun kemudian berdiri dengan kepala
tunduk. "Kita telah membunuhnya" desis anak muda itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mohon maaf Wirantana" desis Manggada.
"Kau tidak bersalah Manggada. Paman memang bersalah"
jawab Wirantana. Namun merekapun berpaling ketika mereka mendengar isak tangis Mas Rara.
Wirantana mendekati adiknya sambil berdesis "Sudahlah Mas Rara. Kita tidak
berniat melakukannya. Beberapa kali aku sudah memberikan peringatan. Tetapi
paman benar-benar sudah kehilangan penalarannya. Mungkin paman merasa bahwa
kematian adalah jalan yang paling baik untuk menghindari pertanggung-jawaban
dari langkah yang telah diambilnya. Ia tidak sekedar main-main. Ia telah
mengerahkan sekelompok orang untuk mencegat iring-iringan ini. Tentu ada korban
diantara para prajurit"
Mas Rara menutup wajahnya. Sementara Wirantanapun kemudian membimbingnya kembali
ke pedatinya. "Naiklah. Kita akan kembali ketempat kita berhenti" berkata Wirantana.
"Bagaimana dengan paman" bertanya Mas Rara.
"Aku akan membawanya, Paman akan aku tompangkan
diatas punggung kuda" jawab Wirantana.
Sejenak kemudian, maka Manggada telah mengendalikan kereta kuda itu. Diikatnya
kudanya dibelakang kereta.
Sementara itu Wirantana duduk diatas punggung kudanya sambil membawa tubuh
pamannya. Sementara itu pertempuran di bukitpun telah menjadi semakin reda. Perlawanan
para perampok sudah tidak banyak berarti lagi. Mereka memang tidak sempat
melarikan diri, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena para prajurit telah berusaha mengepungnya. Sehingga beberapa saat
kemudian maka pertempuran pun telah berakhir.
Pemimpin prajurit yang mengawal Mas Rara segera
mengatur orang-orangnya. Kemarahan masih memancar di wajahnya. Apalagi ternyata
sogores luka telah menyilang dipunggungnya. Untunglah bahwa luka itu tidak
dalam. sehingga obat yang dibawanya dapat membuatnya untuk sementara memampatkan lukalukanya. Pemimpin perampok itupun kemudian harus melihat
kenyataan. Dibawah bukit kecil itu, semuanya telah berkumpul.
Para perampok yang bekerja bagi kepentingan Ki Resa itu akan menjadi tawanan dan
dibawa menghadap Raden Panji
Prangpranata. Namun orang yang bertanggung jawab atas peristiwa itu telah
terbunuh, Ki Resa. Ternyata beberapa orang prajurit memang telah terluka. Dua orang diantaranya
parah. Sementara itu, tiga orang perampok telah terbunuh. Sedangkan beberapa
orang yang lain telah terluka pula.
"Perjalanan masih cukup jauh" berkata pemimpin prajurit itu
"Mereka membuat kepalaku menjadi bagaikan pecah.
Sebenarnya aku ingin membunuh mereka semua, sehingga tidak akan menjadi beban
diperjalanan" Tetapi pemimpin prajurit itu tidak dapat melakukannya. Ia tidak dapat membunuh
orang-orang yang sudah tidak berdaya betapapun darahnya bagaikan mendidih.
Ternyata perjalanan Mas Rara benar-benar terlambat. Bukan saja karena
pertempuran itu, tetapi mereka harus menunggu para perampok itu menguburkan
kawan-kawannya. Sementara itu Wirantana dan Manggadapun tengah berbicara dengan
Laksana dan Mas Rara. Apa yang harus mereka lakukan dengan Ki Resa.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah kita akan menguburkannya bersama-sama dengan para penjahat" desis Mas
Rara "kita bawa paman pulang. Kita serahkan kepada ayah dan ibu"
"Tetapi perjalanan kita sudah cukup jauh. Apakah kita harus kembali" bertanya
Manggada. Tetapi paman tidak dapat dikubur bersama para penjahat itu" Mas Rara mulai
menangis lagi. "Tetapi apakah kita dapat kembali" bertanya Wirantana.
Ketika mereka berpaling kepada pemimpin prajurit yang sedang sibuk sambil
membentak-bentak marah, maka mereka menjadi ragu untuk menyampaikan kepadanya,
bahwa mereka ingin membawa Ki Resa kembali"
Tetapi Manggada kemudian mengusulkan "Aku dan Laksana akan membawanya pulang.
Kalian akan meneruskan perjalanan menghadap Raden Panji Prangpranata"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Tetapi kemudian ia berkata "Aku merasa ragu.
Apakah ayah dan ibu akan dapat mengerti. Atau bahkan mungkin akan dapat timbul
salah paham" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara Wirantana berkata "Aku akan
membawa paman kembali"
"Jangan" potong Mas Rara "aku takut berjalan sendiri"
"Manggada dan Laksana akan menemanimu" berkata
Wirantana. "Aku tidak mau" jawab Mas Rara.
Wirantana memang menjadi bingung. Sementara itu
pemimpin prajurit itupun telah berteriak "He, kenapa kau belum berbuat apa-apa"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa yang kau maksud" bertanya Wirantana.
"Korban yang lain telah dikuburkan" bentak pemimpin prajurit itu. Lalu katanya
"Kau jangan membuat perjalanan ini semakin lambat"
"Kami sedang membicarakan tentang penguburan paman"
jawab Wirantana berteriak pula.
"Cepat lakukan. Apalagi yang harus dipikirkan" Pemimpin prajurit itu menjadi
semakin keras. Jilid 3 TETAPI Wirantanapun menjadi marah. Katanya " Ini adalah pamanku. Kau kira ia
akan dapat disejajarkan dengan para perampok itu?"
"Justru pamanmu otak dari peristiwa ini" pemimpin prajurit itupun menjadi
semakin marah. Wirantana menggeretakkan giginya. Katanya "Pamanku yang mengupah mereka. Pamanku
tidak sama dengan mereka"
"Tetapi akibat dari tingkah pamanmu maka tugasku telah terhambat. Orang-orangku
terluka dan bahkan akupun telah terluka" berkata pemimpin prajurit itu.
"Kau kira kami hanya duduk saja bertopang dagu" Siapa yang telah menyelamatkan


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mas Rara" Tanpa kami, kalian telah kehilangan Mas Rara. Dan kalian akan mendapat
hukuman dari Raden Panji" geram Wirantana.
"Sudahlah" desis Manggada "jangan timbulkan persoalan baru"
Pemimpin prajurit itupun termangu-mangu sejenak. Tanpa anak-anak muda itu, maka
agaknya persoalannya memang http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan menjadi semakin rumit. Namun demikian ia masih juga berkata "Apapun yang
akan kau lakukan atas pamanmu. Aku tidak mau dihambat lebih lama lagi"
"Jika kau akan pergi dahulu, pergilah. Tetapi Mas Rara tidak akan mau beranjak
dari tempat ini sebelum pamannya dikuburkan dengan baik" jawab Wirantana.
Pemimpin prajurit itu tidak dapat mengatasi lagi jika itu merupakan keputusan
Mas Rara. Saat itu Mas Rara adalah segala-galanya. Karena itu, maka pemimpin
prajaurit itupun telah menampakkan kemurahannya kepada para tawanannya.
Dengan ketus pemimpin prajurit itu membentak-bentak, agar para tawanannya itu
dengan cepat menguburkan kawan-kawannya yang terbunuh.
Dalam pada itu, Wirantanapun kemudian telah memutuskan untuk menguguburkan Ki
Resa ditempat itu, tetapi terpisah dari para perampok. Memberinya pertanda yang
jelas, sehingga pada suatu saat akan dapat dilakukan upacara pemindahan
kuburnya. Dibantu oleh sais kereta kuda itu, bersama Manggada dan Laksana, mereka telah
menggali lubang kubur, dibawah sebatang pohon cangkring agak jauh dari jalan.
Beberapa orang prajurit telah membantunya pula, agar segalu sesuatunya dapat
berlangsung lebih cepat. Namun bagaimanapun juga, perjalanan mereka tentu akan menjadi semakin lambat
karena mereka akan membawa tawanan yang hanya berjalan kaki, sambil membawa
kawan-kawan mereka yang terluka.
Demikianlah Akhrnya mereka selesai dengan tugas terakhir mereka di bawah bukit
kecil itu. Semua korban telah dlkuburkan. Ki Resi pun telah dikuburkan pula.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, iring-iringan yang menjadi semakin besar itu mulal bergerak
kembali. Beberapa orang prajurit yang lerluka dan tidak mampu berkuda sendiri,
telah didampingi oleh temannya. Numun para tawanan terpaksa harus berjalan
diantara orang-orang berkuda itu, dengan tangan terikat.
Hanya mereka yang membantu kawan-kawannya yang terluka saja yang dlbebaskan dari
ikatan. Perjalanan menuju rumah Raden Panji Prangpranata
terpaksa jadi makin lambat, para tawanan yang terluka ada yang tidak mampu lagi
berjalan Karena itu, kawan-kawannya harus membuat usungan dari bambu, yang
mereka potong dari pinggir-pinggir jalan atau dipategalan-pategalan.
Setiap kali, pemimpin prajurit yang menjemput Mas Rara itu membentak-bentak
marah. Bahkan kadang-kadang prajurit-prajuritnya sendiri ikut dibentak-bentak.
Mas Rara duduk di kereta kudanya yang berjalan lambat.
Namun bagi Mas Rara, perjalanan yang lebih lambat itu terasa lebih baik, karena
tubuhnya tidak terguncang-guncang.
Wirantana berkuda tidak lebih dari dua langkah di sebelah kereta itu. Setiap
kali Mas Rara tidak melihat kakaknya, ia memanggil-manggil. Manggada dan Laksana
berkuda di belakang kereta itu.
Kedua anak muda itu telah memberikan ketenangan di hati Mas Rara. Meski kedua
anak muda itu belum lama dikenalnya, namun Mas Rara rasa-rasanya telah menaruh
kepercayaan yang sangat besar pada mereka.
Demikianlah. Iring-iringan itu merambat seperti siput sakit.
Pemimpin prajurit hampir kehilangan akal, dan berniat membunuh orang-orang yang
terluka parah. Untunglah pada saat-saat terakhir penalarannya masih mampu
menahan, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga di luar sadarnya pemimpin prajurit itu menekan dadanya dengan telapak
tangan, seakan-akan ingin
mengendapkan gejolak yang hampir tak tertahankan.
Dengan hambatan yang sangat menyakitkan hati, justru bersumber dari orang yang
dianggap akan sangat membantunya itu, pemimpin prajurit utusan Raden Panji memutuskan untuk bermalam
di perjalanan. Ketika mereka memasuki sebuah padukuhan besar, pemimpin prajurit
itu telah menemui Ki Bekel, dan menyatakan maksudnya untuk
bermalam di padukuhan itu.
Ketika Ki Bekel mengetahui bahwa iring-iringan itu adalah utusan Raden Panji
Prangpranata, yang menjemput bakal istri Raden Panji, Ki Bekel mempersilahkan
mereka bermalam di banjar.
"Tetapi sebagian terpaksa bermalam di rumah-rumah sekitar banjar" berkata Ki
Bekel "banjar itu terlalu sempit untuk bermalam sekian banyak orang"
"Tidak perlu Ki Bekel" berkata pemimpin prajurit itu "banjar itu cukup luas"
Ki Bekel sendiri berada di banjar ketika para prajurit mengatur diri untuk
bermalam. Para tawanan ditempatkan di pendapa, diawasi beberapa orang prajurit
bersenjata karena mereka terikat, sulit bagi mereka untuk melakukan gerakan
apapun. Apalagi pemimpin prajurit setiap kali membentak-bentak mereka. Bahkan
seorang diantara mereka, yang mencoba membantah, telah dipukul mulutnya hingga
sebuah giginya patah. Ki Bekel yang baik itu telah memerintahkan orang-orangnya untuk menyediakan
makan dan minum bagi iring-iringan itu. Ki Bekel juga mengerahkan orang-orang
yang dianggap mampu http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberikan pengobatan pada para prajurit dan para tawanan yang terluka.
Yang agak sulit bagi Ki Bekel, menyediakan makanan buat kuda-kuda para prajurit.
Tetapi hal itu akhirnya teratasi juga.
Mas Rara sendiri ditempatkan di sebuah bilik yang ada di banjar. Yang ada di
pintu bilik itu adalah kakaknya dan kedua anak muda yang telah menolongnya dari
kuku-kuku tajam seekor harimau, serta melepaskannya dari tangan pamannya yang
ternyala lebih garang dari seekor harimau tua.
Ketiga anak muda itupun telah berbaring di atas sehelai tikar pandan yang
dibentangkan hampir menyilang pintu bilik itu.
Bahkan setiap kali Mas Rara memanggil nama kakaknya.
"Aku di sini" Jawab Wlrantana.
"Jangan pergi kakang" desis Mas Rara.
"Aku tldak akan pergi. Jika aku pergi, ke pakiwan misalnya, maka MANGGADA dan
Laksana akan ada ada di sini " jawab Wirantana.
Pemimpin prajurit itupun tidak mengganggu ketiga anak muda itu. Mereka mengerti
bahwa ada ketergantungan dari Mas Rara kepada kakaknya dan dua orang anak muda
itu. Mas Rara nampaknya lebih percaya kepada anak-anak muda itu dari pada kepada
para prajurit. Dua orang sais dan pembantunya telah berada di serambi itu pula. Tetapl mereka
Justru berada di ujung. Dua orang prajurit telah menemanl mereka dan kemudian
beristirahat bersama-sama di atas tlkar yang panjang.
Para prajurit memang tampak letih, sebagaimana Manggada, Laksana dan Wirantana.
Mas Rarapun merasa dirinya seperti di perjalanan menuju ke neraka. Bahkan
kadang- kadang Mas http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rara tidak tahu lagi, apakah ia masih seorang yang bebas dan memiliki dirinya
sendiri atau tidak. Tetapi tubuhnya memang terasa sangat lelah.
Beberapa orang prajurit telah mendapat tugas untuk berjaga-jaga. Dua orang di
regol banjar, dan empat orang mengawani para tawanan. Mereka akan melakukan
tugas itu berganti-ganti. Sementara yang tidak sedang bertugas dapat
beristirahat sepenuhnya. Ketika orang-orang yang ditugaskan Ki Bekel untuk menyiapkan makan dan minum
telah siap, maka Ki Bekel mempersilahkan mereka untuk makan dan minum.
"Seadanya, selagi masih hangat" berkata Ki Bekel kepada pemimpin prajurit.
"Terima kasih Ki Bekel" jawab pemimpin prajurit itu "atas nama Raden Panji
Prangpranata" "Ah bukan apa-apa" desls Ki Bekel "hanya sekadarnya"
Ternyata suguhan itu menjadi sangat berarti bagi para prajurit dan juga para
tawanan. Mereka memang merasa sangat lapar. Tenaga mereka yang seakan-akan telah
terkuras habis itu memerlukan dukungan baru agar tubuh mereka terasa tetap
segar. Tetapi beberapa orang diantara mereka, setelah perutnya menjadi kenyang, justru
telah tertidur mendekur di sembarang tempat.
Pemimpin prajurit itupun tidak mengganggu mereka asal bukan yang sedang
bertugas. Pemimpin prajurit itupun merasa betapa tubuhnya menjadi letih.
Wirantana sendiri hampir tidak dapat beristirahat. Setiap kali adiknya selalu
memanggll-manggilnya dari dalam bilik. Namun http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana menyadarl, bahwa Mas Rara sedang dalam keadaan yang kurang menentu.
Ketakutan, kecemasan dan berbagai macam perasaan berbaur di dalam hatinya.
Namun kemudian ternyata bahwa akhirnya Mas Rarapun sempat beristirahat barang
sejenak di dalam biliknya. Tetapi makan yang di suguhkan kepadanya hanya
dimakannya sedikit sekali.
Malam itu, tidak terjadi sesuatu di banjar yang dipergunakan oleh para prajurit
utusan Raden Panji itu beristirahat. Para prajuritpun sempat beristirahat dengan
baik. Semantara pagi-pagi benar, demikian mereka selesai berbenah diri, Ki Bekel
telah berada di banjar itu pula dan mempersilahkan para prajurit untuk makan dan
minum. Demikian pula para tawanan.
"Kami di padukuhan ini tahu, bahwa para prajurit akan berangkat pagi-pagi"
berkata Ki Bekel. Pemimpin prajurit itu hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ki Bekel, yang telah membantu dengan sungguh-sungguh kesulitan yang
dialami oleh para prajurit yang mengemban tugas dari Raden Panji Prangpranata
itu. Demikianlah, ketika matahari mulai melontarkan sinarnya yang kekuning-kuningan,
maka iring-iringan itu telah mulai bergerak lagi. Mas Rara telah berada di dalam
keretanya pula. Namun seperti di hari sebelumnya, iring-iringan itu merambat sangat lamban.
Tetapi pemimpin prajurit itu tidak dapat mengatasinya. Ia tidak mampu berbuat
lebih jauh dari yang dapat dilakukannya itu. la tidak dapat melepaskan orangorang yang telah berusaha merampok iring-iringan itu, tetapi la juga tidak dapat
memerintahkan untuk membunuh mereka semuanya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mataharipun kemudian memanjat langit semakin tinggi.
Bahkan kemudian telah mencapai puncak langit. Namun iring-iringan itu masih
belum sampai ketujuan. Ketika panas matahari bagaikan membakar punggung, maka pemimpin prajurit itupun
telah memerintahkan iring-iringan itu untuk beristirahat. Ia melihat, terutama
para prajurit yang terluka, telah menjadi sangat letih. Kuda-kuda merekapun
menjadi haus. Sementara itu, pemimpin prajurit itu juga memikirkan keadaan Mas
Rara yang berada di dalam kereta.
Meski ia hanya duduk, namun ia tentu merasa letih juga.
Namun setelah menempuh perjalanan yang berat dan
lamban, akhirnya iring-iringan itu telah mendekati tujuan.
Sebuah padukuhan yang besar di luar dindlng kota Pajang, justru agak di Utara.
Itu adalah padukuhan khusus. Disekelilingnya terdapat dinding yang lebih tinggi
dari rata-rata dinding yang terdapat pada padukuhan-padukuhan lain. Di samping
beberapa pintu gerbang yang lebih kecil, terdapat sebuah pintu gerbang induk
yang besar, dengan pintu yang kokoh. Padukuhan itu adalah padukuhan Banyuanyar.
Sebelum iring-iringan itu memasuki pintu gerbang
padukuhan, pemimpin prajurit memberitahukan pada
Wirantana bahwa yang ada dihadapan mereka adalah
padukuhan yang akan mereka masuki.
"Di padukuhan itu Raden Panji Prangpranata tinggal" berkata pimpinan prajurit
itu. Wirantana mengangguk-angguk. Ia merasa sedikit lega, bahwa perjalanan yang
panjang, melelahkan dan lamban itu, akan segera berakhir. Menurut pendapat
Wirantana, sebelum mereka sampai tujuan, bahaya masih mengancam adik
perempuannya. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Makin dekat mereka dengan pintu gerbang padukuhan Banyuanyar, ketegangan menjadi
semakin menurun. Tetapi jantung serasa berdebar pula oleh sebab yang lain.
Wirantana tidak lagi mencemaskan adik perempuannya, tetapi ia mulai membayangkan
seseorang yang bernama Raden Panji
Prangpranata. Ketika ia berada di sebelah Manggada, di sisi kereta Mas Rara, tiba-tiba saja ia
berdesis "Rasa-rasanya aku ingin segera bertemu dengan Raden Panji"
"Apakah kau pernah bertemu sebelumnya?" bertanya
Manggada. Wirantana menggeleng. Katanya "Aku belum pernah
bertemu dengan Raden Panji"
Manggada mengangguk-angguk. Sementara Laksana
bertanya pula "Di mana Raden Panji pernah bertemu dengan adikmu?"
"Aku tidak begitu jelas. Tetapi menurut keterangan ayah dan ibu, Raden Panji
ketika sedang dalam perjalanan keliling untuk melihat-lihat daerah yang menjadi
tanggung-jawabnya diluar kota Pajang, telah singgah di banjar padukuhan Nguter.
Pada saat itu, persiapan dilakukan dengan sangat hati-hati. Beberapa orang gadis
ditunjuk untuk menghidangkan hidangan bagi Raden Panji Prangpranata. Termasuk
Mas Rara" jawab Wirantana.
"Kau berada dimana pada waktu itu?" bertanya Manggada.
"Aku masih berada di sebuah perguruan" jawab Wirantana.
Manggada mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak bertanya lagi. Ujung iring-iringan
itu sudah berada di mulut pintu gerbang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang prajurit menyongsong keluar pintu gerbang. Ketika ia berbicara dengan
pemimpin prajurit yang datang itu, tampak terjadi ketegangan.
"Kau di sini" berkata Wirantana kepada Manggada dan Laksana. Sebelum Manggada
dan Laksana menyahut, Wirantana telah mendekati pemimpin prajurit itu.
Baru kemudian ia tahu, bahwa ternyata Raden Panji Prangpranata sangat cemas
karena kedatangan Mas Rara terlambat.
"Raden Panji telah menyiapkan sekelompok prajurit untuk menyusul kalian" berkata
prajurit itu. "Hal ini adalah di luar kemampuan kami untuk mengatasi"
jawab pemimpin prajurit yang membawa Mas Rara itu
"sebagaimana kau lihat, aku membawa kawan-kawan kita yang terluka. Tetapi juga
tawanan. Orang-orang yang telah mencegat perjalanan kami"
Prajurit yang menyongsong itu mengangguk-angguk. Lalu katanya "Baiklah. Mari,
Mas Rara akan ditempatkan di rumah Raden Panji yang sebelah Timur, sebelum Raden
Panji sendiri akan menerimanya"
Pemimpin prajurit itu mengangguk sambil menjawab "Baik.
Tapi bagaimana dengan tawanan yang kami bawa?"
Prajurit yang menerima kedatangan iring-iringan itu termangu-mangu sejenak.
Katanya kemudian "Kami akan membawa mereka"
la kemudian memerintahkan beberapa prajurit yang ada di regol untuk mengambilalih para tawanan. Meski demikian, karena hal itu diluar perhltungan, ia masih
minta pertimbangan beberapa orang prajurit lain, sehingga akhirnya ia berkata
"Biarlah mereka membawa para tawanan itu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemimpin prajurit yang baru datang menyerahkan para tawanan pada pemimpin
kelompok yang akan membawa para tawanan itu ke barak.
Beberapa saat kemudian, para tawanan diterima oleh sekelompok prajurit yang
kemudian membawanya pergi, Yang tinggal kemudian adalah para prajurit yang akan
membawa Mas Rara ke tempat yang telah disediakan.
Ketika iring-iringan itu kemudian memasuki regol padukuhan.
Wirantana, Manggada dan Laksana segera mengetahui bahwa padukuhan itu sudah
dibenahi, dan dalam keadaan siap menerima calon istri Raden Panji Prangpranata.
Wirantana mengangguk-angguk. Bagaimanapun juga, ia merasa berbangga bahwa
adiknya mendapat kehormatan besar. selain karena ia akan jadi istri seorang yang
berpengaruh dan berkuasa, ternyata ia juga dianggap seorang yang harus
dihormati. Beberapa saat kemudian, mereka telah menyusuri jalan induk padukuhan Banyuanyar.
Penduduk yang tahu kedatangan Mas Rara, telah keluar dari regol-regol halaman
rumah mereka untuk melihat wajah gadis yang akan jadi istri pemimpin mereka.
Beberapa orang memang sempat melihat wajah Mas Rara, meski sekilas. Namun wajah


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu selalu menunduk dalam-dalam.
Sedangkan yang lain, sama sekali tak melihatnya.
Di tengah-tengah padukuhan itu, iring-iringan memasuki sebuah halaman rumah yang
tidak terlalu luas, tapi sangat bagus. Pendapanya yang sedang-sedang saja,
memberikan kesan ramping. Demikian pula gandok kiri dan kanan, juga bukan gandok
besar dan panjang. Tapi cukup memberikan kelengkapan bentuk sebuah rumah yang
utuh. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika kereta kuda Mas Rara berhenti di halaman, pemimpin prajurit kemudian
mempersilahkan Wirantana membantu Mas Rara turun dari keretanya, dan membawanya
ke pendapa. Beberapa orang perempuan telah siap menyambutnya.
Demikian Mas Rara mendekati pendapa, perempuanperempuan itu bergegas menyongsong dan membimbingnya.
Mas Rara jadi bingung. Tapi ia tidak dapat berbuat lain kecuali mengikuti saja
kemana perempuan-perempuan itu membawanya.
Sejenak kemudian, Mas Rara telah duduk di pendapa.
Seorang laki-laki setengah baya kemudian berbicara pada pemimpin prajurit yang
membawa Mas Rara itu. "Biarlah kakaknya ikut naik ke pendapa" berkata orang setengah baya itu.
"Kedua anak muda itu adalah sahabatnya. Keduanya adalah yang telah menoiong Mas
Rara dari keganasan seekor harimau.
Bukankah Raden Panji memerintahkan agar kedua-nya kami bawa serta?" berkata
pemimpin prajurit itu. "Ya. Tapi biarlah keduanya berada di gandok saja" berkata orang setengah baya
itu. "Kenapa?" bertanya pemimpin prajurit itu.
"Mereka bukan keluarga Mas Rara. Kedudukan mereka lain dari kakak Mas Rara"
berkata orang setengah baya itu. Lalu katanya perlahan-lahan "Raden Panji tidak
begitu senang terhadap kedua anak muda itu?"
Mutiara Hitam 9 Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Kitab Mudjidjad 1

Cari Blog Ini