Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 4
"Jika demikian, kenapa Raden Panji memerintahkan dengan sungguh-sungguh agar
keduanya harus kami bawa bersama Mas Rara?" bertanya kepala prajurit itu pula.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukankah sepantasnya Raden Panji mengucapkan terima kasih kepada mereka?" jawab
orang setengah baya itu. Kepala prajurit itu menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia kemudian memberanikan
diri bertanya "Kenapa Raden Panji tidak senang pada mereka" Bukankah Raden Panji
belum pernah bertemu dengan kedua anak muda itu?"
Orang setengah baya itu menarik nafas dalam-dalam.
Namun katanya "Aku tidak tahu"
Pemimpin prajurit itu tidak bertanya lagi. Katanya "Kau sajalah yang mengatur.
Kau yang membawa keduanya ke gandok, sementara kakak Mas Rara ke pendapa"
Orang setengah baya itu menarik nafas panjang. Tetapi sambil mengangguk kecil,
ia berkata "Baiklah. Aku akan mempersilahkannya"
Pemimpin prajurit itu kemudian memerintahkan bawahannya menarik diri dari
halaman rumah itu, dan kembali ke barak masing-masing. Mereka yang terluka,
memerlukan perawatan yang sebaik-baiknya. Namun ternyata seorang diantara yang
terluka tidak dapat diselamatkan jiwanya, meski ia sudah mendapat perawatan
sementara. Tetapi pemimpin prajurit memerintahkan pada para prajurit untuk sementara jangan
sampai terdengar keluarga Mas Rara.
Mereka tentu akan merasa sedih mendengar bahwa diantara mereka yang
menjemputnya, ada korban. Apalagi ia sadar bahwa penyebab bencana itu adalah
pamannya sendiri. Orang setengah baya itu kemudian mempersilahkan
Wirantana untuk naik ke pendapa. Tetapi Manggada dan Laksana dipersilahkan naik
ke serambi gandok. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana mulai merasakan sesuatu yang kurang pada tempatnya. Karena itu ia
berkata "Biarlah kedua orang sahabatku itu duduk bersamaku di pendapa"
Tetapi orang setengah baya itu menggeleng. Katanya "Maaf Ki Sanak. Raden Panji
memerintahkan bahwa hanya keluarga Mas Rara saja yang dipersilahkan naik ke
pendapa. Bukan maksudnya untuk membedakan tamu, tapi sekedar untuk mengetahui
mana keluarga Mas Rara, mana yang bukan keluarganya"
"Tetapi keduanya sudah seperti keluarga sendiri. Tanpa keduanya, Mas Rara tidak
akan pernah duduk di pendapa rumah ini" berkata Wirantana. Lalu katanya pula
"Dua kali keduanya menyelamatkan Mas Rara. Karena itu, mereka berhak disebut
keluarga kami" "Maaf Ki Sanak. Aku hanya, menerima perintah dari Raden Panji" jawab orang itu.
"Jika demikian, biarlah aku disini saja" berkata Wirantana.
"Ki Sanak dimohon untuk naik" berkata orang itu"
Tetapi Wirantana tetap tidak mau. Bahkan Manggada dan Laksana telah minta
kepadanya untuk naik. "Biarlah kami menunggu di serambi" berkata Manggada.
"Tidak" jawab Wirantana.
Sementara itu, seorang perempuan yang berada di pendapa telah mendatangi orang
yang mempersilahkan Wirantana itu sambil berkata "Mas Rara memanggil kakaknya"
Orang setengah baya itu berkata "Nah, bukankah Ki Sanak dipersilahkan naik"
"Hanya dengan kedua orang kawanku ini aku akan naik"
jawab Wirantana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi Mas Rara memanggil" desis orang itu,
Tetapi Wirantana tidak beranjak dari tempatnya. Bahkan katanya "Biar Mas Rara
datang kemari" Orang yang sudah separo baya itu mengerutkan keningnya.
Tetapi akhirnya ia tldak dapat berbuat lain. Katanya "Baiklah.
Tetapi aku sudah melakukan sesuai dengan perintah Raden Panji. Padahal di sini
perintah Raden Panji harus dilakukan dengan baik. Jika Raden Panji menjadi
marah, maka aku tidak bertanggung jawab"
"Begitu mudah Raden Panji marah?" bertanya Wirantana.
"Setiap perintahnya yang tidak dilakukan dengan baik, dapat membuatnya marah.
Itu wajar sekali. Bukan hanya Raden Panji. Setiap orang yang dikecewakan orang
lain, akan marah. Hanya ungkapan kemarahannya yang berbeda-beda. Karena Raden Panji memiliki
segala-galanya di sini, ia dapat menjadi marah dan melakukan apa saja yang
dikehendaki atas orang-orang yang tidak melakukan perintahnya" berkata orang
itu. "Menarik sekali" berkata Wirantana.
"Pada saatnya kau akan berkata lain" jawab orang itu.
Wirantana termangu-mangu.
Sementara Manggada dan Laksana telah mempersilahkan Wirantana naik ke pendapa.
Sendiri. "Kami akan menunggu di serambi" desis Manggada beberapa kali.
Tetapi Wirantana berkeras untuk mengajak mereka naik ke pendapa.
Akhirnya ketiga orang itu naik. Mereka duduk agak jauh dari Mas Rara yang
didampingi beberapa orang perempuan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, orang yang separo baya duduk pula diantara mereka. Di pendapa itu
pula, tetapi agak menepi, duduk pula dua orang yang siap melaksanakan perintah
orang separo baya itu. Beberapa saat kemudian, para pelayan telah menghidangkan minuman untuk Mas Rara,
kakaknya serta orang-orang yang menyertainya, termasuk sais dan pembantunya yang
duduk di serambi gandok, ditemani seorang pembantu rumah itu.
Beberapa saat mereka harus menunggu. Mas Rara yang sebenarnya haus, rasa-rasanya
tidak dapat meneguk minuman yang dihidangkan Wedang sere yang manis dengan gula
aren itu rasa-rasanya sulit untuk melintas di tenggorokannya.
Berbeda dengan Mas Rara, maka Wirantana, Manggada dan Laksana telah meneguk
minumannya sehingga mangkuknya kering.
Untuk beberapa saat Mas Rara duduk diantara beberapa orang perempuan. Seorang
perempuan yang tertua diantara mereka berusaha memecahkan kebekuan dengan
sikapnya yang ramah. Beberapa pertanyaan diajukan kepada Mas Rara.
Tetapi Mas Rara nampaknya memang menjadi terlalu tegang, sehingga jawabanjawabannya kadang justru kurang dapat didengar oleh perempuan itu.
Meskipun demikian, perempuan-perempuan itu dapat
mengerti sikap itu. Seorang gadis yang berada di rumah bakal suaminya, memang
dapat menjadi sangat tegang. Apalagi yang dilakukan Mas Rara bukanlah kebiasaan
yang berlaku diantara para gadis. Biasanya calon pengantin laki-lakinya yang
datang ke rumah calon pengantin perempuan. Bahkan ada yang datang sejak selapan
hari sebelum hari perkawinan dilaksanakan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, orang yang telah mempersilahkan Wirantana naik ke pendapa itu
satu-satu yang menanyakan keselamatan perjalanan iring-iringan itu. Tetapi
suasananya ternyata memang kurang menguntungkan. Agaknya orang itu menjadi
kecewa atas sikap Wirantana, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya
tidak lebih sekadar melakukan kewajiban sebagai orang yang ditugaskan untuk
menerima keluarga Mas Rara.
Namun beberapa saat kemudian, telah datang seorang yang mendapat perintah dari
Raden Panji untuk menemui orang yang sudah separo baya itu. Dengan hormat orang
itu menyampaikan pesan Raden Panji kepada orang itu "Para tamu dipersilahkan
untuk beristirahat. Besok pagi-pagi Raden Panji akan datang menemui Mas Rara dan
para tamu dl sini" "Ya, besok" jawab orang yang baru datang itu. Orang separo baya itu menarik
nafas dalam-dalam. Namun tidak ada yang dapat merubah perintah Raden Panji.
"Baiklah" berkata orang separo baya itu "aku akan menyampaikannya pada para
tamu" Ketika hal itu disampaikan pada Wirantana dan Mas Rara, maka tampak kekecewaan
memancar di wajah Wirantana.
Sementara, Mas Rara justru berperasaan lain. Mas Rara seakan-akan mendapat
kesempatan menarik nafas, dan rasa-rasanya seperti seorang pesakitan yang
ditunda vonisnya. Dengan demikian, setelah meneguk minuman dan makan sepotong makanan, orang
separo baya itu mempersilahkan para tamu beristirahat. Mas Rara mendapat tempat
di ruang dalam, sementara Wirantana dipersilahkan tidur di gandok kanan. Tapi
orang itu tidak mempersilahkan Manggada dan Laksana untuk istirahat di gandok
sebelah kiri, karena Wirantana tentu akan mencegahnya. Dengan demikian,
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana akan berada di gandok kanan bersama Wirantana, meski hanya
ada satu amben dalam bilik itu. Tapi cukup besar.
Sebenarnya Mas Rara merasa keberatan ditempatkan di ruang dalam. Ia merasa telah
dipisahkan dengan kakaknya.
Tetapi perempuan-perempuan yang melayaninya telah memberitahukan kepadanya bahwa
kakaknya berada di gandok.
"Jika Mas Rara membutuhkannya, kami akan memanggilnya"
berkata yang tertua diantara perempuan-perempuan itu.
Sementara Wirantana sempat bertanya pada orang yang menerima adiknya itu "Kenapa
Raden Panji baru dapat menemui Mas Rara besok pagi?"
Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada datar, ia berkata "Raden Panji
akhir-akhir ini memang menjadi sangat sibuk"
"Tetapi bukankah kedatangan Mas Rara sudah direncanakan sebelumnya, sehingga
Raden Panji dapat menyiapkan waktunya untuk itu?" bertanya Wirantana.
"Ya. Raden Panji memang telah menyiapkan waktunya.
Tetapi karena sesuatu hal di luar kemampuan kalian, serta para prajurit yang
menjemput Mas Rara, kalian datang terlambat.
Memang bukan salah kalian. Tetapi tampaknya Raden Panji telah mempunyai rencana
lain dalam pengaturan tugasnya"
berkata orang separo baya itu.
"Apakah begitu banyak tugas Raden Panji, sehingga ia sama sekali tidak sempat
untuk datang menemui Mas Rara meski hanya sekejap, dan kemudian ditinggalkannya
lagi" bertanya Wirantana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian, katanya "Akhir-akhir ini Raden
Panji jarang berada di rumah.
Setiap kali Raden Panji harus pergi, mau tidak mau. Jika tidak dipanggil
menghadap ke Pajang, datang pemberitahuan bahwa telah terjadi keributan di suatu
tempat. Tampaknya, saat-saat terakhir ini, kerusuhan menjadi semakin meningkat"
"Kerusuhan?" bertanya Wirantana.
"Ya. Beberapa Kademangan mengalami kesulitan dengan sawah mereka. Panen sering
gagal, hama dan penyakit membunuh ratusam ternak" berkata orangtua itu "sehingga
karena itu, tugas Raden Panji menjadi semakin banyak, kaduag-kadang Raden Panji
Justru tidak sempat mengurusi dirinya sendiri karena tingkah laku orang-orang
yang kelaparan itu. Mereka harus mendapat penanganan khusus. Raden Panji
menganggap bahwu orang-orang yang kelaparan itu tidak dapat disamakan dengan
perampok, penyamun dan penjahat-penjahat lain. Mereka melakukan perbuatan
negatif sekadar untuk mempertahankan diri agar tidak mati kelaparan bersama
keluarga mereka" Wirantana mengangguk-angguk. Keterangan itu telah membuat gambarannya tentang
Raden Panji jadi kabur. Semula ia menyangka bahwa Raden Panji adalah orang yang
sombong, keras dan mementingkan diri sendiri. Ternyata bahwa ia telah
memerintahkan bakal istrinya untuk datang kepadanya.
Kemudian sikapnya yang kurang ramah, dan seakan-akan justru mengabaikan
kedatangan Mas Rara. Namun dari cerita orang separo baya itu, Raden Panji
seakan-akan merupakan seorang pahlawan yang bijaksana, yang tahu menempatkan
dirinya dalam gejolak waktu dan keadaan. Sehingga justru karena itu, Raden Panji
sama sekali bukan orang yang mementingkan diri sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi Wirantana tidak dapat bertanya kepada orang itu tentang kepastian sosok
Raden Panji. Semua orang rasa-rasanya telah membuat tirai batas antara
pengenalannya dengan sosok itu sendiri. Ayahnya, ibunya, dan bahkan adiknya juga
tidak pernah mengatakan sesuatu tentang Raden Panji itu.
Tetapi Mas Rara memang harus menunggu kedatangan
bakal suaminya besok. Mungkin hari itu Raden Panji telah mendapat berita tentang
satu peristiwa yang harus segera ditanganinya.
Manggada dan Laksana yang sempat berbicara berdua saja ketika Wirantana pergi ke
pakiwan, telah menyatakan keheranannya pula atas sikap Raden Panji.
"Betapapun sibuknya, Raden Panji tentu dapat
menyempatkan diri untuk melihat calon istrinya. Apalagi ia telah mendapat
laporan bahwa iring-iringan prajurit yang menjemput calon istrinya telah
mendapat gangguan. Sasarannya justru calon istrinya itu sendiri" berkata
Laksana. "Ya. Tetapi barangkali Raden Panji justru kecewa setelah mendengar sikap paman
Mas Rara itu sendiri" jawab Manggada
"atau karena Raden Panji menganggap bahwa tidak akan terjadi apa-apa lagi,
karena orang yang langsung
merencanakan perbuatan itu telah terbunuh"
"Tetapi bagaimanapun juga, sikapnya kurang dapat
dimengerti" desis Laksana "bahkan aku condong
menganggapnya terlalu sombong karena ia seorang pemimpin yang berpangkat tinggi,
sedang keluarga Mas Rara adalah keluarga orang kecil"
Manggada mengangguk-angguk. Sebenarnyalah ia
berpendapat bahwa Raden Panji Prangpranata memang menganggap bahwa kedudukannya
jauh lebih tinggi dari kedudukan bakal isterinya, sehingga ia dapat berbuat apa
saja http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menurut keinginannya. Ia dapat memerintahkan untuk memanggil bakal isterinya.
Kemudian membiarkannya menunggu sampai ia sempat datang menemuinya.
Ketika Wirantana kemudian selesai, maka bergantianlah Manggada dan Laksana pergi
ke pakiwan. Tetapi ketika ketiga orang anak muda itu kemudian duduk-duduk di serambi,
seorang diantara perempuan-perempuan yang menemani Mas Rara, datang. Dengan nada
rendah ia bertanya "Siapakah diantara anak-anak muda yang bernama Wirantana?"
"Aku" jawab Wirantana.
"Maaf anakmas Mas Rara memanggil anakmas" berkata perempuan itu.
Wirantana mengungguk kecil sambil berkata "Baiklah. Aku akan datang segera"
"Marilah anakmas, aku akan mengantar anakmas menemui Mas Rara di ruang dalam"
berkata perempuan itu. Wirantana berpaling kepada Manggada dan Laksana. Sambil mengangguk kecil
Manggada berkata "Lihatlah. Mungkin adikmu sangat memerlukanmu"
Wirantana kemudian mengikuti perempuan itu pergi ke ruang dalam.
"Silahkan anakmas" perempuan itu mempersilahkan
Wirantana masuk ke bilik adiknya.
Di dalam bilik itu ternyata adiknya ditunggui oleh dua orang perempuan. Namun
ketika Wirantana masuk ke dalam bilik itu, kedua orang perempuan itu keluar.
"Ada yang perlu aku tolong?" bertanya Wirantana setelah menutup pintu bilik itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara tidak menjawab. Kepalanya menunduk dalam-dalam.
"Bukankah kau panggil aku?" bertanya Wirantana pula.
Mas Rara masih tetap berdiam diri. Namun dari kedua matanya mengalir air mata.
"Apa yang terjadi?" bertanya Wirantana gelisah.
Tetapi Mas Rara tidak menjawab.
"Mas Rara" desak Wirantana "kenapa" Ada apa?" Mas Rara masih tetap saja berdiam
diri. "Apakah kau kecewa karena Raden Panji baru akan
menemuimu besok?" bertanya Wirantana.
Mas Rara menggeleng kecil, hampir tidak tertangkap kesannya oleh Wirantana.
"Apa sebenarnya yang telah terjadi?" desak Wirantana yang menjadi bingung oleh
sikap adiknya. Tetapi Mas Rara tetap berdiam diri.
Wirantana jadi tambah bingung. Tetapi akhirnya ia duduk saja di bibir
pembaringan tanpa mengucapkan kata-kata apapun.
Keduanya saling berdiam diri untuk beberapa saat. Tetapi Wirantana menjadi
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pening karena suasana itu. Akhirnya ia berkata "Barangkali kau belum dapat
mengatakannya sekarang Mas Rara. Tetapi aku tidak pantas berada di sini. Di luar
beberapa orang perempuan menunggu. Karena itu, biarlah aku keluar saja dulu.
Nanti jika kau merasa bahwa waktunya sudah datang untuk mengatakan sesuatu,
panggil aku lagi" Mas Rara mengangguk. Namun justru karena itu Wirantana menjadi semakin tidak
mengerti dengan perasaan adiknya yang http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya. Wirantana jadi semakin ragu. Apakah adiknya merasa berbahagia atau
tidak. "Baiklah" berkata Wirantana "aku akan menunggu di gandok"
Mas Rara diam membeku. Tetapi ketika Wirantana bangkit berdiri, Mas Rara tibatiba terisak. "Kenapa kau sebenarnya?" Wirantana menjadi makin
bingung. Apalagi ketika ia kemudian mendengar suara adiknya diantara isak
tangisnya "Aku ingin pulang"
Wirantana duduk kembali di bibir pembaringan adiknya.
Dengan nada rendah ia bertanya "Kenapa" Kenapa?"
Tetapi Mas Rara telah terdiam sama sekali. Tidak ada kata-kata yang terloncat
dari sela-sela bibirnya. Gadis itu menunduk saja, sementara air matanya menitik
satu-satu. Wirantana benar-benar menjadi bingung. Ia mencoba untuk meraba-raba, apakah yang
telah terjadi dengan adiknya.
Mungkin karena tingkah laku pamannya yang membuatnya bukan saja sakit hati,
tetapi juga sangat malu terhadap Raden Panji dan orang-orang di sekitarnya.
Tetapi Mas Rara tetap tidak mau mengatakan sesuatu.
Sehingga akhirnya Wirantana berkata lagi "Baiklah. Aku menunggu di gandok"
Sekali lagi Mas Rara mengangguk.
Ketika Wirantana keluar, beberapa orang perempuan yang ada di depan bilik itu
bangkit berdiri dan mengangguk hormat, sehingga Wirantana menjudi segan
karenanya. Manggada dan Laksana yang berada di gandok ternyata juga bertanya-tanya, untuk
apa Mas Rara memanggil Wirantana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu Wirantana telah berusaha untuk
menenangkan hatinya sendiri "Mas Rara belum pernah berpisah dengan ayah dan ibu"
berkata Wirantana di dalam hatinya
"Karena itu, agaknya ia selalu dibayangi kecemasan tentang dirinya sendiri.
Apalagi karena tingkah paman yang sama sekali tidak terduga"
Ketika kegelisahan Wirantana disampaikan pada Manggada dan Laksana, kedua anak
muda itu ikut-ikutan jadi gelisah.
Meskipun Wirantana berusaha menenangkan perasaannya, tetapi gejolak perasaan
adiknya yang tertutup di bilik, makin membuatnya gelisah.
"Mas Rara tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya"
berkata Wirantana di dalam hatinya. Tetapi ia sadar bahwa hal itu terjadi ketika
mereka masih remaja. Ketika ia pergi berguru dan kemudian kembali, terjadi
banyak perubahan. Adiknya telah tumbuh menjadi gadls dewasa, sebagaimana dirinya
juga telah menjadi dewasa.
Manggada dan Laksana setiap kali hanya mengangguk-angguk saja, la tidak mau
menambah kegelisahan hati anak muda itu. Keduanya berusaha dapat membantu
meringankan beban perasaan Wirantana, meski tidak bisa memberikan jalan
keluarnya. Ketika kemudian malam turun, setelah makan malam yang dihidangkan ke biliknya,
Wirantana bersama Manggada dan Laksana tetap berada di biliknya. Tidak ada minat
dari ketiga anak muda itu melihat-lihat keadaan. Apalagi Manggada dan Laksana
merasa diri mereka seakan-akan berada di tempat yang sangat asing.
Ketiga anak muda itu mendengar beberapa orang berbicara di pendapa. Tetapi
mereka merasa ragu-ragu untuk keluar dari dalam bilik itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi ketika mereka kemudian mendengar percakapan di serambi gandok, Wirantana
membuka pintu bilik gandok itu.
Dua orang duduk di serambi. Seorang diantara mereka berdesis "Kami sangka kalian
sudah tidur. Mungkin lelah karena perjalanan yang panjang. Tetapi mungkin juga
karena merasa tidak ada lagi yang harus kalian kerjakan"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Namun ia kemudian melangkah keluar diikuti
Manggada dan Laksana. "Apakah Ki Sanak juga termasuk prajurit Pajang yang berada di bawah pimpinan
Raden Panji?" bertanya Wirantana.
Kedua orang itu memandang Wirantana dengan tajamnya.
Seorang diantara mereka menjawab "Kami memang pembantu-pembantu terdekat Raden
Panji. Bukankah kau kakak Mas Rara yang akan diperisteri Raden Panji?"
"Ya " jawab Wirantana.
"Sedangkan kedua orang anak muda itu disebut-sebut telah menyelamatkan Mas Rara
dari terkaman harimau yang tersesat itu?" bertanya orang itu pula.
"Ya" jawab Wirantana pula.
"Marilah. Duduklah. Masih belum terlalu malam untuk berbincang-bincang" berkata
orang itu. Wirantana, Manggada dan Laksana pun telah duduk pula bersama kedua orang itu.
Keduanya berganti-ganti bertanya tentang keluarga Wirantana. Tentang perjalanan
yang telah mereka tempuh dan tentang hambatan-hambatan yang terjadi.
"Kenapa pamanmu berlaku kasar terhadap adik
perempuanmu itu?" bertanya orang itu tiba-tiba.
Pertanyaan yang sangat tidak disukai oleh Wirantana.
Namun iapun telah menjawab "Aku tidak tahu. Tidak ada yang http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahu kenapa paman berbuat seperti itu. Aku kira paman pun tidak tahu kenapa ia
berlaku seperti itu"
Kedua orang itu mengerutkan keningnya. Namun seorang diantara keduanya telah
bertanya pula "Pamanmu telah membunuh beberapa orang. Bahkan diantaranya
prajurit Pajang. Meskipun bukan karena tangannya sendiri, tetapi ia adalah
penyebab dari kemiatian itu"
"Ya" jawab Wirantana. Ia menjadi semakin tidak senang dengan pertanyaanpertanyaan kedua orang itu. Namun ia pun tetap menjawab pula "Tetapi paman juga
telah terbunuh" Kedua orang itu tersenyum. Seorang diantaranya justru tertawa sambil berkata
"Tetapi kematiannya adalah karena salahnya sendiri. Berbeda dengan prajurit itu"
"Kenapa dengan prajurit itu?" bertanya Wirantana.
"Ia mati karena melaksanakan tugas. Ia mati sebagai pahlawan" jawab orang itu.
"Apakah itu bukan salahnya sendiri?" justru Wirantanalah yang bertanya.
"Kenapa salahnya sendiri?" orang itu ganti bertanya.
"Jika ia menyesali kematiannya karena mengemban tugas, sebaiknya ia tidak
menjadi prajurit saja. Bukankah ketika ia menyatakan diri menjadi prajurit,
akibat seperti itu sudah diperhitungkan. Justru kematian yang paling berarti
dari seorang prajurit adalah mati di peperangan selagi menjalani pengabdian"
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Seorang diantara mereka berkata
"Jadi itukah pandanganmu tentang seorang prajurit" Dia baru bararti jika mati di
medan perang" Atau katakanlah, tiap prajurit yang masuk dalam arena http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertempuran, untuk melaksanakan pengabdian, sebaiknya mati.
Dengan demikian, ia baru bisa berarti?"
"Tidak" Jawab Wirantana "aku tidak mengatakan demikian.
Aku hanya mengatakan bahwa kematian yang paling berarti bagi seorang prajurit
adalah mati di medan perang, selagi menjalankan pengabdian. Tentu saja dalam
arti luas" Orang itu tertawa. Katanya "Pandai juga kau bermain dengan kata-kata. Tetapi
baiklah. Aku setuju dengan pendapatmu"
"Terima kasih" jawab Wirantana. Ia berharap bahwa tidak ada pertanyaan lagi
tentang pamannya yang telah terbunuh itu.
Tapi Wirantana salah duga. Orang itu masih bertanya lagi
"Apakah sebelumnya tidak ada tanda-tanda tentang sikap pamanmu itu pada adikmu?"
"Tidak" jawab Wirantana singkat.
Kedua orang itu mengerti bahwa Wirantana tidak senang mendengar pertanyaanpertanyaan mereka tentang pamannya.
Tapi seorang diantara mereka justru bertanya "Apakah pamanmu belum beristeri?"
Jantung Wirantana terasa berdenyut makin cepat. Tapi ia masih coba menjawab
"Belum" "Berapa umur pamanmu?" bertanya yang lain. Seperti mimpi, Wirantana menjawab
"Tigapuluh" "Masih begitu muda?" bertanya orang itu pula.
"Ya" jawab Wirantana.
Orang itu tertawa. Dengan nada tinggi ia bertanya "Kau tidak senang mendengar
pertanyaan-pertanyaan tentang
pamanmu?" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tepat" jawab Wirantana.
"Kau tersinggung" Seharusnya kau tidak usah tersinggung.
Peristiwa itu menunjukkan keadaan keluargamu yang rapuh.
Jika tidak, peristiwa semacam itu tidak akan terjadi.
Sebenarnya Raden Panji jadi sangat kecewa. Siapa tahu sebelum kejadian itu
memang sudah ada hubungan antara pamanmu dengan Mas Rara" berkata orang itu.
"Jika demikian, apakah pamanku begitu bodoh sehingga harus menunggu sampai Mas
Rara dijemput" Bukankah sebelumnya mereka dapat dengan mudah melarikan diri?"
justru Wirantanalah yang kemudian bertanya.
"Kenapa tidak mereka lakukan" Tapi jika hal itu mereka lakukan, Mas Rara tentu
tidak akan menerima mas kawin dari Raden Panji" jawab orang itu.
Wajah Wirantana jadi panas. Manggada dan Laksana masih berdiam diri. Tapi
jantung mereka berdetak makin cepat.
Dengan suara bergetar, Wirantana berkata "Jadi kau nilai adikku tidak lebih dari
mas kawinnya?" Kedua orang itu termangu-mangu sejenak. Namun seorang diantara mereka menjawab
"Ya. Mas kawin itu bagi keluargamu merupakan kurnia yang tidak ternilai. Jauh
lebih bernilai dari adikmu"
"Siapa yang menilai seperti itu, kau atau Raden Panji?" tiba-tiba saja Manggada
yang tidak tahan lagi bertanya pula.
Lagi, kedua orang itu termangu-mangu. Wirantana yang tanggap justru mendesak
"Aku, sebagai kakak Mas Rara, merasa perlu untuk mendapat penjelasan dari Raden
Panji" "Kau berani rnenanyakannya?" bertanya salah seorang dari kedua orang itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak" Kami orang-orang padesan, adalah orang-orang yang terbuka. Lebih
baik aku bertanya pada Raden Panji dengan akibat apapun, daripada kegelisahan
ini kubawa pulang dan menyampaikannya pada ayah dan ibu. Mereka tentu akan jadi
gelisah. Bahkan jika Raden Panji memang kecewa, aku akan membawa adikku kembali.
Mas kawin itu masih utuh disimpan ayah di tempat yang paling tersembunyi,
setelah hampir terjadi perampokan" jawab Wirantana.
"Kau tidak perlu bertanya pada Raden Panji" berkata orang itu dengan nada
menurun. "Aku akan bertanya. Raden Panji tentu mengerti bahwa orang-orang padesan seperti
kami tidak banyak mengenal unggah-ungguh. Tapi jika hanya bertanya tentang hal
itu kami harus digantung, akan kami jalani" jawab Wirantana.
" Kau benar-benar akan digantung jika berani
menanyakannya" geram orang itu.
"Apa boleh buat" jawab Wirantana.
"Mas Rara pun akan digantung pula" berkata orang yang lain.
"Jika Raden Panji memang menganggap Mas Rara curang, dalam hubungannya dengan
paman, bertanya atau tidak bertanya, lambat atau cepat, ia juga akan digantung"
jawab Wirantana. "Anak dungu" tiba-tiba seorang diantara mereka membentak
"dengar perintah kami"
Wajah Wirantana jadi merah. Dengan geram ia berkata "Aku tidak akan menuruti
perintahmu. Besok aku akan bertanya pada Raden Panji, apakah ia benar-benar
kecewa terhadap adikku, dan menuduhnya berkhianat sebelum benar-benar jadi istri
Raden Panjl. Jika tuduhan itu benar-benar dilontarkan oleh http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Raden Panji, sebaiknya dia mengambil langkah-langkah yang pantas dari seorang
pemimpin" Kedua orang itu menjadi tegang. Seorang diantara mereka berkata "Jika ada
diantara kalian yang menanyakan hal itu pada Raden Panji, setelah itu kita akan
membuat perhitungan"
"Aku akan menanggung semua akibat dari perbuatanku"
jawab Wirantana "mungkin akibat itu sangat menyakitkan.
Bahkan mungkin kematian. Tapi nilai adikku tidak hanya sebesar mas kawin yang
diberikan Raden Panji, berapapun banyaknya"
"Anak iblis" geram seorang diantara kedua orang itu
"pikirkan dulu segala langkahmu agar kau tidak menyesal. Kau jangan menganggap
aku sedang bermain-main"
"Perjalanan yang kami tempuh juga bukan tamasya yang sejuk segar" jawab
Wirantana "nyawa kami pun hampir tersangkut dalam perjalanan itu"
Kedua orang itu menggeretakkan gigi. Seorang diantara mereka berkata "Marilah.
Memang sulit bicara dengan orang-orang padesan yang dungu. Tapi jika besok ia
benar-benar digantung, itu bukan salah kita"
Dengan tergesa-gesa, kedua orung itu meninggalkan serambi gandok. Keduanya turun
ke halaman dan kemudian keluar dari regol.
Wirantana, Manggada dan Laksana masih duduk di serambi.
Dengan geram Wirantana berkata "Orang itu telah
menghilangkan kantukku"
"Apa maksudnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menyakitkan hati itu" desis Laksana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita memang perlu berhati-hati" desis Manggada. Wirantana menarik nafas dalamdalam. Dengan nada rendah, ia bertanya
"Jika kalian berdua mendapatkan kesempatan untuk
meninggalkan tempat ini, kalian akan meneruskan perjalanan kemana?"
Manggada dan Laksana termangu-mangu. Dengan nada
rendah Manggada berkata "Agaknya kita masih harus jalan bersama-sama"
"Kenapa?" bertanya Wirantana.
"Orang-orang itu telah mengancam. Sebaiknya kau tidak menempuh perjalanan
sendiri" "Jadi kalian akan kembali lagi ke rumah kami?" bertanya Wirantana.
Manggada dan Laksana hanya menarik nafas dalam-dalam.
Sementara itu Wirantana berdesis hampir pada diri sendiri
"Jangan terlalu memikirkan keselamatan kami. Aku tahu, kalian tentu punya
kepentingan sendiri. Biarlah kami coba menyelesaikan persoalan kami sendiri"
"Kami adalah pengembara yang tidak terikat oleh waktu dan keadaan" jawab
Manggada "kami dapat mengubah rencana kami jika keadaan memanggil"
Wirantana tidak menjawab. Dalam keremangan cahaya lampu minyak, ia melihat
seseorang mendekati tempat itu.
Seorang yang abdi tua dari orang yang menerima kedatangan Mas Rara dan para
pengiringnya. Dengan ramah orang itu berdesis "Selamat malam anak-anak muda. Kiranya masih
belum mengantuk" "Belum Kiai" jawab Manggada "udara terlalu panas di dalam"
"Bolehkah aku duduk?" bertanya orangtua itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Silahkan Kiai, silahkan" Wirantana mempersilahkan sambil membimbing orangtua
itu duduk di serambi gandok.
"Aku melihat dua orang tadi datang kemari" berkata orangtua itu.
"Ya. Menurut keterangannya, mereka adalah pembantu dekat Raden Panji" jawab
Wirantana. Orangtua itu tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Katanya "Keduanya memang mengabdi pada Raden Panji.
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keduanya memang termasuk dekat, tapi tidak terlalu dekat"
Ketiga anak muda itu mengangguk-angguk. Sementara, orangtua itu kembali berkata
"Aku tidak begitu mengerti apa yang kalian bicarakan dengan kedua orang itu anak
muda. Tapi tampaknya kalian telah berselisih paham"
"Ya, Kiai" jawab Wirantana "memang terjadi salah paham, tapi tidak terlalu
penting" "Apakah ia menyebut tentang Raden Panji?" bertanya orangtua itu.
Wirantana memang terbuka. Ia mengatakan apa yang telah dibicarakannya dengan
kedua orang tadi. Tanggapan orangtua itu mengejutkan. Katanya "Pantas. Aku sudah mengira bahwa la
akan memperkecil arti Mas Rara bagi keluarganya, bagi Raden Panji dan bagi orang
banyak" "Kenapa?" bertanya Wirantana.
"Istri Raden Panji yang terakhir adalah salah seorang dari saudara mereka" jawab
orangtua itu. "Istri yang terakhir?" bertanya Manggada dengan nada tinggi.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orangtua itu termangu-mangu sejenak. Namun ia kemudian mengangguk-angguk sambil
menjawab "Ya, isteri yang terakhir, yang disingkirkannya beberapa saat lalu"
"Berapa isteri Raden Panji" Maksudku, sudah berapa kali ia kawin?" bertanya
Wirantana. Orangtua itu mengerutkan keningnya. Ia memang menjadi ragu-ragu. Tetapi akhirnya
ia berkata "Yang aku ketahui ngger, Raden Panji telah pernah kawin lima kali.
Dua diantaranya meninggal. Sedangkan tiga orang telah diceraikan. Yang terakhir
dicerai adalah adik dari orang yang datang kemari itu.
Jantung ketiga anak muda itu berdegup keras. Baru saat itu mereka tahu, bahwa
Raden Panji telah pernah kawin lima kali.
Tetapi mereka tidak banyak bertanya lagi. Orang itu kemudian berkata "selain
itu, aku tidak tahu apa-apa tentang Raden Panji Prangpranata"
"Ia seorang prajurit?" bertanya Laksana.
"Ya" jawab orangtua itu singkat.
Laksana mengangguk-angguk. Tetapi ternyata masih
meluncur pertanyaannya "Kenapa ia kawin sampai lima kali?"
Orangtua itu menggeleng. Katanya "Aku tidak tahu apa-apa lagi"
"Berapa putera Raden Panji" bertanya Wirantana.
"Tidak seorangpun" jawab orangtua itu. Wirantana
mengerutkan dahinya. Tetapi ia berdesis "Itulah agaknya yang jadi sebab Raden
Panji masih saja ingin kawin. Lima kali ia kawin, tetapi ternyata ia masih belum
mempunyai anak yang akan menyambung hidupnya, memperpanjang darah
keturunannya" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi bagaimana jika Raden Panji sendiri yang tidak dapat mempunyai anak,
karena mandul atau sebab-sebab lain?"
bertanya Manggada. "Sudahlah" berkata orangtua itu "kita berbicara tentang yang lain. Tidak baik
kita membicarakan kekurangan seseorang.
Apalagi orang itu adalah orang yang selama ini sangat kita hormati"
Wirantana, Manggada dan Laksana mengangguk-angguk.
Mereka memang tidak berbicara lagi tentang kekurangan-kekurangan Raden Panji.
Tetapi orangtua itu berceritera tentang kelebihan Raden Panji Prangpranata.
"Saat Demak kehilangan apinya, maka telah terjadi benturan kekuatan antara para
Adipati keturunan Demak, yang memperebutkan tahta. Kekuasaan Adipati Pajang
memang telah berkembang paling luas diantara mereka yang berebut tahta itu.
Pajang telah memasuki satu masa perang saudara melawan Jipang. Raden Panji
Prangpranata adalah seorang Senopati yang ikut menentukan kemenangan Pajang atas
Jipang. Karena itu maka Raden Panji sekarang telah mendapat kedudukun yang cukup
baik. Raden Panji bertugas untuk mengawasi dan mendapat wewenang mengambil sikap
atas nama Pajang bagi daerah yang luas di sebelah Timur kota Pajang. Agaknya
sampai ke padukuhan anak-anak muda ini"
Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Sementara itu, orangtua itu berceritera
terus tentang kelebihan dan kuasa Raden Panji Prangpranata.
"Karena itu" berkata orangtua itu kemudian "beruntunglah Mas Rara yang akan
menjadi isteri Raden Panji Prangpranata.
Apalagi jika Mas Rara dapat memberi anak kepada Raden Panji.
Maka ia benar-benar akan menjadi seorang perempuan yang http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat beruntung. Terhormat, kaya raya dan memiliki darah keturunan"
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Ia memang berharap adiknya, berbahagia. Ia
sudah merasa sangat kecewa ketika ia mendengar bahwa adiknya akan menjadi isteri
Raden Panji yang keenam. Namun ia sedikit dapat mengerti kenapa hal seperti itu
terjadi, ketika ia mendengar bahwa kelima isteri Raden Panji itu tidak berputera
sama sekali. Namun orangtua itu kemudian telah minta diri, Malam menjadi semakin dalam.
Katanya "Sudahlah. Beristirahatlah.
Besok kalian pagi-pagi harus sudah siap. Bukankah Raden Panji besok akan menemui
bakal isterinya?" "Ya" jawab Wirantana.
"Tidurlah. Raden Panji sangat menghargai waktu. Jika besok ia datang dan kalian
belum siap, maka kalian akan ditinggalkannya" berkata orang itu.
"Ditinggal kemana?" bertanya Wirantana pula.
"Maksudku, kalian tidak akan dihiraukan lagi. Raden Panji sangat membenci orang
yang terlambat" jawab orangtua itu.
"Tetapi Raden Panji tidak mengatakan, kapan ia datang. Saat matahari terbit,
sepenggalah, saat gumatel atau saat pasar temawon" Atau tengah hari?" sahut
Wirantana. "Raden Panji yang menentukan segala-galanya. Bukan orang lain. Karena itu, maka
orang lainlah yang harus menyesuaikan diri. Bangunlah pagi-pagi, lalu mandi.
Kalian harus siap setiap saat Raden Panji memanggil kalian" berkata orangtua itu
pula. "Jadi bagaimana dengan Mas Rara?" bertanya Wirantana"
Apakah ia sudah tahu akan hal itu?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu sudah. Perempuan-perempuan yang merawat dan melayani tentu sudah tahu,
kapan ia harus siap. Diantara perempuan-perempuan itu, terdapat juru riasnya. Ia
akan mulai meriasnya pagi-pagi sekali. Sudah tentu Mas Rara harus mandi sebelum
matahari terbit" berkata orangtua itu pula.
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Gambarannya
tentang Raden Panji menjadi semakin kabur. Ia tidak dapat melihat watak dan
sifat Raden Panji sebagai satu kebulatan.
Setiap keterangan telah memberikan gambaran yang berbeda-beda.
Namun Wirantana memang tidak terlalu banyak bertanya.
Tetapi keterangan orangtua itu telah menahan keinginannya untuk berbicara
langsung dengan Raden Panji.
Demikianlah, sejenak kemudian, maka orangtua itu pun telah meninggalkan gandok.
Tertatih-tatih ia berjalan di kegelapan melintas pendapa dan hilang di balik
regol halaman yang dijaga oleh prajurit bersenjata.
Wirantana tidak dapat mengatakan kepada siapa pun gambarannya tentang Raden
Panji itu. Namun yang penting baginya, apakah Raden Panji itu dapat
membahagiakan adiknya atau tidak.
Tetapi seperti yang dikatakan oleh orangtua itu, agar mereka beristirahat, maka
Wirantana pun kemudian telah mengajak Manggada dan Laksana masuk ke dalam
biliknya. "Sebaiknya sekarang kita tidur saja" berkata Wirantana.
Manggada dan Laksana pun telah mengikuti Wirantana pula.
Laksanalah yang menutup pintu bilik itu, menyelaraknya dan kemudian melangkah ke
pembaringan. Namun ternyata tidak mudah untuk segera dapat tidur.
Apalagi Wirantana. Ia selalu membayangkan sosok Raden Panji http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Prangpranata. Seorang prajurit yang gagah berani, bertubuh tinggi kekar,
berwajah keras. Terlalu yakin akan dirinya sendiri, sombong dan menganggap orang
lain tidak terlalu penting.
Bahkan Manggada dan Laksana pun telah ikut pula
membayangkan Raden Panji itu di dalam angan-angan mereka.
Keduanya merasakan suasana yang aneh di rumah itu. Sejak mereka datang, sudah
terasa suasana yang agak kurang baik bagi keduanya. Suasuna itu terasa sekali
ketika seseorang mempersilahkan Wirantana untuk naik dan menahan Manggada dan
Laksana untuk tidak menyertainya. Namun kedua anak muda itu telah mencoba untuk
menempatkan diri dengan baik, sehingga mereka tidak menunjukkan sikap bahwa
mereka telah tersinggung.
Tetapi kedua anak muda itu tidak berkepentingan langsung sebagaimana Wirantana.
Karena itu, maka keduanya tidak terlalu dicekam oleh angan-angannya tentang
Raden Panji Prangpranata itu. Mereka hanya orang yang terkait karena kebetulan
saja. Seandainya mereka tidak menemukan Mas Rara hampir menjadi korban kuku-kuku
harimau yang ganas, maka mereka tidak akan berada di tempat itu.
Di ruang dalam, di bilik yang telah disediakan khusus bagi Mas Rara, ternyata
bahwa Mas Rara sendiri pun menjadi sangat gelisah. Seperti Wirantana, maka
hampir semalam suntuk gadis itu tidak dapat memejamkan matanya. Hanya karena
badannya yang letih sajalah ia akhirnya lelap sesaat.
Tetapi pagi-pagi sekali perempuan-perempuan yang
menungguinya telah menjadi sibuk. Mereka telah menyiapkan alat-alat untuk merias
Mas Rara. Ternyata seperti yang dikatakan oleh orangtua yang menemui Wirantana
dan Manggada serta Laksana, pagi-pagi sekali Mas Rara harus sudah disiapkan
untuk menerima kedatangan Raden Panji.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Mas Rara terbangun, maka dua orang perempuan sudah merasa gelisah
menunggu. Tetapi keduanya juga merasa segan untuk membangunkan gadis itu, karena
mereka tahu, bahwa Mas Rara belum lama tertidur.
Untunglah bahwa kesibukan di dalam bilik itu telah membangunkannya. Demikian ia
bangkit dan duduk di pembaringan, maka kedua orang perempuan itu sudah
mendekatinya. Seorang diantara mereka berkata "Mas Rara.
Marilah kami bantu Mas Rata mandi dengan air yang sudah kami siapkan"
Mas Rara termangu-mangu. Namun iapun kemudian berkata
"Aku dapat mandi sendiri bibi"
"Kami telah menyiapkan air bunga yang wangi. Mas Rara akan segera menerima
kedatangan Raden Panji Prangpranata.
Karena itu, kami telah siap untuk membantu Mas Rara mempersiapkan diri" berkata
perempuan itu. Mas Rara tidak dapat mengelak ketika kedua orang
perempuan itu kemudian membimbingnya membawa ke
pakiwan. Ternyata dua orang perempuan yang lain telah menunggu di pakiwan. Mereka telah
menyiapkan air bunga di sebuah jambangan khusus. Beberapa macam bunga telah
ditaburkan ke dalam air di jambangan itu.
Selain air bunga, telah disiapkan pula boreh berwarna kuning di dalam sebuah
mangkuk tembaga yang berukir.
Seperti seorang bayi, maka Mas Rara harus membiarkan dirinya dimandikan oleh
kedua orang perempuan itu. Kemudian mengusap seluruh tubuhnya dengan boreh itu.
Di pakiwan yang lain, Wirantana telah mandi pula. Ia tidak mau terlambat
sebagaimana dikatakan oleh orangtua di http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serambi gandok semalam. Setelah Wirantana, maka Manggada dan Laksana pun telah
berbenah diri pula. Namun ternyata, ketiga anak muda yang berusaha untuk berpakaian serapi-rapinya
itu, masih juga menjadi berdebar-debar. Sosok Raden Panji menjadi semakin
membingungkan mereka. Karena itu, mereka jadi ingin berbuat sebaik-baiknya.
Mereka tidak mau memberikan kesan buruk, demikian Raden Panji melihat mereka.
Karenanya, ketiga anak muda itu berbuat apa saja yang dapat mereka lakukan.
Apalagi Wirantana, kakak Rara Wulan.
Beberapa kali ia minta Manggada membetulkan ikat kepalanya.
"Bukankah sudah tidak miring?" bertanya Wirantana.
"Kau tidak akan didudukkan di pelaminan hari ini Wirantana"
Laksana sempat bergurau dalam ketegangan itu.
Wirantana tertawa. Ia dapat juga menjawab "Tetapi aku adalah kakak Rara Wulan,
bakal istri Raden Panji yang besar itu"
Tapi jawaban itu justru merupakan ujung duri yang menyengat jantungnya sendiri.
Tiba-tiba saja ia teringat bahwa Rara Wulan akan menjadi istri Raden Panji yang
keenam. Begitu matahari mulai naik, seorang pelayan menghidangkan makan pagi untuk
ketiga orang muda itu. Bahkan pelayan itu sempat berpesan "Silahkan anak-anak
muda, sebelum Raden Panji datang"
"Kapan Raden Panji datang" bertanya Wirantana.
"Kami tidak tahu anak muda. Pada saatnya, tentu akan datang utusan untuk
memberitahukan kedatangan Raden Panji"
jawab pelayan yang menghidangkan makan pagi itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu iapun berdesis "Terima kasih"
Sepeninggal pelayan itu, Wirantana mengajak Manggada dan Laksana makan.
Betapapun mereka memikirkan Raden Panji dan Mas Rara, namun anak-anak muda itu
ternyata juga mampu menikmati hidangan yang diberikan kepada mereka.
"Jika setiap hari kita sempat makan seperti ini, maka kita akan segera menjadi
gemuk" desis Laksana.
"Tidak baik bagi pengembara" jawab Manggada.
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Katanya " Betapapun banyaknya kita makan,
dan betapapun enaknya makan yang dihidangkan, tetapi jika hidup kita selalu
dipanggang dalam kegelisahan, kita tidak akan dapat menjadi gemuk"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sambil
menyuapi mulutnya, Laksana berkata "Aku sependapat.
Ketenangan dan kedamaian dihati, membuat tubuh kita menjadi segar"
Tetapi pembicaraan mereka terputus. Tiba-tiba saja mereka mendengar suara ribut
di halaman. Demikian mereka selesai makan, maka merekapun telah melangkah ke
pintu, untuk melihat siapa yang baru saja datang.
Ketiga anak muda itu menjadi berdebar-debar. Dua orang prajurit telah berada
dihalaman sambil memberikan beberapa pesan kepada kawan-kawannya yang memang
sudah berada di halaman rumah itu. Kemudian perempuan-perempuan yang melayani
Mas Rara pun telah mendapat pesan pula.
"Tampaknya Raden Panji sudah akan datang" desis
Wirantana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua anak muda yang lain telah mengangguk. Manggada berdesis "Sebentar lagi kau
akan dipanggil naik"
"Bersama kalian" sahut Wirantana.
"Jangan. Segala sesuatunya tergantung kepada perintah Raden Panji. Jangan
membantah, sehingga kesan pertama pertemuanmu dengan Raden Panji tidak terasa
suram. Biarkan kami berada dimana saja. Malahan kami akan bergabung dengan kedua
orang tenaga Ki Jagabaya yang membawa pedati kuda itu" berkata Manggada
selanjutnya. "Tetapi itu tidak adil" jawab Wirantana.
"Jika persoalannya adalah persoalan keluarga, maka itu cukup adil" jawab
Manggada. Wirantana tidak menjawab lagi. Tetapi ia masih
memperhatikan kedua prajurit yang memberikan beberapa pesan itu.
Beberapa orang perempuan yang melayani Mas Rara pun telah kembali pula kedalam
bilik yang diperuntukkan bagi Mas Rara. Sementara itu, seorang yang sudah
berusia agak lanjut, sempat memberikan tuntunan apa yang harus dilakukan oleh
Mas Rara. Bagaimana ia harus menghadap Raden Panji, berlutut di hadapannya, dan
menyembah. "Lakukan dengan sepenuh hati" pesan perempuan itu dengan nada lembut "kau akan
menjadi seorang istri yang baik"
Mas Rara tidak menjawab. Ia menurut saja "ketika
perempuan itu mempersilahkannya. Beberapa kali perempuan itu memperbaiki
sikapnya, sehingga akhirnya perempuan itu berkata "Bagus Mas Rara. Kau sudah
melakukan yang paling baik untuk menyenangkan hati Raden Panji"
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jantung Mas Rara berdegup semakin keras. Ia tidak menjawab. Tetapi hatinya
menjerit. Ia merasa sebagai sesuatu yang sekadar untuk menyenangkan hati Raden
Panji. Tetapi sejak semula Mas Rara memang merasa bahwa ia telah kehilangan dirinya
sendiri. Apa yang dilakukannya untuk kepentingan orang lain. Bukan untuk dan
karena niatnya sendiri. Dalam pada itu, Wirantana dan kedua sahabatnya,
Manggada serta Laksana, sudah duduk di serambi untuk mempersiapkan diri. Kedua
prajurit itu telah melihat ketiga anak muda itu pula. Tetapi mereka seakan-akan
tidak menghiraukannya. "Mungkin mereka tidak tahu bahwa kau adalah kakak Mas Rara" berkata Manggada.
"Aku akan tetap berada disini, jika tidak ada perintah untuk berbuat sesuatu.
Aku tidak mau dipersalahkan, atau bahkan mengetahui perlakuan kurang baik.
Karena itu, lebih baik menunggu saja disini desis Wirantana.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka
sependapat dengan Wirantana. Agaknya, di tempat itu, mereka sama sekali tidak
mengenal kebiasaan yang berlaku.
Ketika prajurit itu merasa sudah cukup menyampaikan pesan-pesannya, keduanya
kemudian meninggalkan halaman itu tanpa berpaling lagi pada anak-anak muda yang
berada di serambi gandok. Sementara itu, orang yang berumur separo baya, yang
kemarin menerima kedatangan Mas Rara,
mengikutinya sampai ke regol.
Sepeninggal kedua orang prajurit itu, rumah itu terasa makin sibuk. Di pendapa,
tikar pandan yang putih, berbunga-bunga http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anyaman berwarna biru, telah terbentang. Sementara para pelayan membenahi
pakaian mereka. Diantara mereka yang sibuk itu, tidak seorangpun berbicara kepada Wirantana
tentang kedatangan Raden Panji. Sedangkan Wirantana sendiri tampaknya tidak mau
menemui orang-orang yang sibuk itu, untuk bertanya pada mereka apa yang harus
dilakukannya. Namun ternyata anak-anak muda itu jadi gelisah dalam sikap menunggunya itu.
Beberapa saat telah lewal. Belum ada tanda-tanda lagi bahwa Raden Panji. akan
segera datang, Sementara, segala sesuatunya sudah siap. Telah dua kali pelayan
di rumah itu membersihkan debu diatas tikar pandan yang terbentang di pendapa.
"Berapa kali tikar itu dibersihkan dari debu?" desis Manggada.
"Sehari dua puluh satu kali" jawab Wirantana. Namun terasa hatinya yang kesal
terungkap pada nada kata-katanya itu.
Ketika seorang pelayan mengambil mangkuk-mangkuk dan sisa makan pagi dibilik
gandok, Wirantana bertanya "Kapan Raden Panji Prangpranata akan datang?"
Pelayan itu termangu-mangu sejenak. Namun ia kemudian menjawab "Sudah tentu
sebentar lagi. Segala sesuatunya telah dipersiapkan. Utusannya sudah datang
mendahuluinya" Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Sementara
pelayan itu berkata "Aku harus menyingkirkan sisa-sisa makanan itu sebelum
rombongan Raden Panji datang"
Demikianlah. Pelayan itu dengan tergesa-gesa telah membawa sisa-sisa makanan itu
kebelakang. Pertanyaan Wirantana seakan-akan telah memperingatkannya bahwa
sebentar lagi rombongan Raden Panji akan datang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun ternyata seisi rumah itu masih menunggu beberapa saat. Wirantana hampir
tidak sabar lagi kelika kemudian datang dua prajurit yang memberitahukan bahwa
Raden Panji Prangpranala sudah siap untuk berangkat.
"Sudah siap untuk berangkat, atau sudah sampai ke rumah ini" desis Wirantana
dengan nada kesal. "Menurut pendengaranku, siap untuk berangkat" jawab Manggada.
"Jadi kita masih harus menunggu Raden Panji beranjak untuk turun dari pendapa,
kemudian melihat-lihat tanaman di halaman rumahnya yang tentu bagus sekali itu.
Lantas memberikan pesan pada orang-orangnya, menerima
penghormatan para prajurit, dan beristirahat di regol" gumam Wirantana.
"Ah, kau" sahut Laksana "kau harus belajar untuk bersabar sedikit"
"Aku tidak telaten. Coba bayangkan, kita harus menunggu Raden Panji itu tertidur
di regol" geramnya. "Sudahlah. Sebentar lagi Raden Panji akan datang" berkata Manggada.
Di ruang dalam, Mas Rara pun telah dipersiapkan. Gadis itu harus kelihatan
sangat cantik. Kulitnya menjadi kekuning-kuningan, setelah diusap dengan boreh
yang berwarna kuning. Sekali lagi pakaian dan riasnya dilihat oleh orang yang usianya sudah agak
lanjut itu.. Mas Rara telah dimintanya untuk berdiri dan berputar-putar untuk
dilihat kembali segala sesuatunya dari segala arah.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita harus siap. Segala sesuatunya tidak boleh
mengecewakan. Sebentar lagi Raden Panji akan datang"
berkata perempuan itu. Sebenarnyalah, sejenak kemudian seorang lagi telah datang dan memberitahukan
bahwa sebuah iring-iringan kecil telah mulai bergerak dari regol rumah Raden
Panji di sebelah. Demikianlah. Seisi rumah itu menjadi tegang. Raden Panji akan segera memasuki
regol halaman rumah itu. Para prajurit yang bertugas telah siap menerima
kehadiran Raden panji Prangpranata.
Sejenak kemudian, dua prajurit memasuki regol, mendahului sebuah iring-iringan
kecil. Bukan hanya sekelompok prajurit, tapi juga beberapa orang yang dituakan
oleh Raden Panji Piangpranata.
Raden Panji sendiri berjalan paling ujung. Sebelah menyebelah, agak
dibelakangnya, berjalan dua orang yang sudah separo baya. Dibelakangnya lagi,
beberapa orang bawahan Raden Panji dan beberapa pengiring yang lain.
Wirantara, Manggada dan Laksana menjadi tegang, seperti kebanyakan orang yang
ada disitu. Anak muda itu sudah ikut turun ke halaman. Berdiri beberapa langkah
disisi pendapa. Sementara itu, dari pintu pringgitan, beberapa orang telah membimbing Mas Rara
keluar dari ruang dalam. Raden Panji dan Mas Rara memang belum memasuki
upacara perkawinan. Tapi saat itu, seakan-akan keduanya sudah akan dipertemukan,
meski pakaian yang mereka kenakan masih belum secerah dan semeriah pakaian
pengantin. Wirantana, Manggada dan Laksana termangu-mangu melihat Mas Rara yang telah
diberi pakaian sangat bagus. Pakaian yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Apalagi dipakai sehari-http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hari. Dan dengan pakaian itu, Mas Rara ternyata tidak memberikan kesan seorang
gadis desa yang setiap hari bekerja di sawah, menumbuk padi dan bekerja didapur.
Mas Rara tampak seperti seorang perempuan yang memang pantas dihormati karena
derajatnya. "Aneh" desis Manggada didalam hatinya "tidak seorangpun akan mengira bahwa gadis
itu adalah dari padukuhan Nguter asalnya. Padukuhan yang berada didekat hutan
lebat, diantara bukit-bukit padas dan padang perdu"
Demikian iring-iringan Raden Panji memasuki regol, dengan Raden Panji yang
berjalan paling depan, anak-anak muda yang berdiri disisi pendapa itu terkejut.
Untuk sesaat, mereka justru bagaikan membeku. Mereka melihat orang yang sama
sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Raden Panji Prangpranata memang seorang yang bertubuh tinggi tegap, sebagaimana
umumnya seorang Senapati terpilih.
Sikapnya mencerminkan sikap seorang prajurit yang tegar lahir dan batinnya. Tapi
yang membuat jantung anak-anak muda itu berdebaran adalah kenyataan tentang
Raden Panji itu. Wajahnya mecerminkan umurnya yang telah mulai condong menurun. Bahkan tidak
lebih muda dari orang-orang separo baya yang menjadi pengapitnya.
Bahkan, jika dipandang wajahnya dengan seksama, akan tampak beberapa goresan
diwajah itu. Goresan senjata yang membuatnya benar-benar tampak sebagai seorang
prajurit yang telah menjelajahi pertempurun demi pertempuran. Namun wajah yang
demikian, dalam umur yang mendekati senja, membuatnya bukan lagi seorang pria
yang diimpi-impikan oleh gadis-gadis yang baru meninggalkan masa remajanya.
Wirantana benar-benar menjadi tegang melihat sosok Raden Panji itu. Ia sama
sekali tidak mengira bahwa ia akan melihat http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bakal iparnya seorang yang sudah terlalu tua buat adiknya.
Berwajah cacad, dan seorang pemimpin yang sangat meyakini akan derajat dan
kedudukannya. Untuk beberapa saat lamanya, Wirantana bagaikan
mematung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Sementara, Manggada dan Laksana pun menjadi bingung.
Mereka tidak segera percaya bahwa orang yang menjadi ujung iring-iringan itu,
dan menjadi pusat segala perhatian, adalah Raden Panji Prangpranata.
Namun ternyata seorang yang mendahului berdiri disebelah tangga pendapa telah
memberitahukan kepada orang-orang yang ada disekitar pendapa itu "Raden Panji
Prangpranata berkenan naik ke pendapa, menemui bakal istrinya yang telah
disiapkan untuk menerimanya"
Demikianlah. Sejenak kemudian, Reden Panji naik ke pendapa dengan para
pengiringnya. Seperti yang sudah diberitahukan oleh perempuan-perempuan yang
harus melayaninya. Mas Rara menyambut kedatangan Raden Panji sambil berjongkok
dihadapannya dan kemudian menyembah.
Wirantana masih berdiri dihalaman. Diluar sadarnya, giginya telah terkatub rupat
"Jadi, inikah kenyataan itu?" Wirantana menggeram dalam hati "ayah dan ibu tidak
pernah berterus terang kepadaku. Mas Rara pun lebih baik menahan diri, sambil
menangis dan membiarkan jantungnya terhimpit oleh perasaannya. Apakah yang
sebenarnya terjadi pada keluargaku" Manggada dan Laksana hanya termangu-mangu saja.
Mereka melihat sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Mas Rara yang
cantik itu ternyata telah dipersiapkun untuk menjadi bakal istri seorang yang
telah terlalu tua baginya, serta berwajah sama sekali tidak menarik.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkin dari belakang Raden Panji masih bisa menggetarkan hati perempuan karena
bentuk tubuhnya. Tetapi ketika kemudian disadari bahwa laki-laki itu mengalami
cacat wajah, dan umurnya sudah mendekati senja, perempuan-perempuan yang semula
tertarik tidak akan dapat menginginkan kenyataan bahwa laki-laki itu sama sekali
tidak menarik hati. Tetapi Mas Rara telah disiapkan untuk menjadi istri laki-laki itu. Istri yang
keenam. Jantung Wirantana bagaikan terguncang. Dadanya terasa lebih sakit lagi ketika ia
sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Sejenak kemudian, Raden Panji Prangpranata telah duduk di pendapa. Mas Rara
duduk beberapa langkah dihadapannya, dikerumuninya oleh beberapa orang
perempuan. Ternyata Mas Rara tidak dapat menahan gejolak hatinya, sehingga titik-titik air
matanya mulai meleleh dipipinya.
Agaknya Raden Panji melihat airmata itu. Bahkan
pertanyaannya yang pertama adalah justru tentang airmata itu.
"Kenapa ia menangis?" bertanya Raden Panji "apakah pelayanan kalian tidak cukup
memadai?" "Ampun Raden Panji" jawab perempuan yang usianya sudah agak lanjut "Mas Rara
merasa sangat terharu, bahwa sebagai seorang gadis desa, ia telah mendapat
kesempatan untuk diangkat pada derajat yang tinggi. Sebab Raden Panji berkenan
memperistrinya" "O" Raden Panji mengangguk-angguk "ia memang cantik.
Aku senang ia datang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"la pasti datang tepat pada waktunya Raden" jawab perempuan itu "kapan saja
Raden memerintahkan, gadis itu tentu akan menghadap"
Tetapi Raden Panji mengerutkan dahinya sambil berkata
"Aku masih tetap mempercayainya meskipun aku sudah mendengar bahwa pamannya
telah berusaha untuk melarikannya. Aku kira, seperti laporan yang aku dengar, gadis ini tidak pernah
mengadakan kesepakatan dengan pamannya untuk melarikan diri"
"Ya Raden" jawab perempuan tua itu "ia adalah seorang gadis yang telah setia,
menurut dan memiliki banyak kepandaian"
"Aku sudah mengerti. Aku sudah mendapat laporan tentang itu "jawab Raden Panji.
lalu katanya "siapa saja yang menyertai gadis itu"
"Kakak kandungnya Raden" jawab perempuan itu.
"O" Raden Panji mengangguk-angguk. Namun dalam pada itu, seseorang yang duduk
beberapa jengkal dibelakang Raden Panji berkata "Kedua anak muda yang menolong
Mas Rara dari taring harimau itu juga ikut menyertai Mas Rara, Raden"
"O" anak-anak sombong itu desis Raden Panji. Tetapi Raden Panji sama sekali
tidak bermaksud untuk menjaga agar kata-katanya tidak didengar oleh orang lain.
Meski tidak terlalu keras, tetapi kata-kata itu jelas didengar oleh orang-orang
bukan saja yang berada di pendapa, tapi juga yang berdiri disekitar pendapa,
termasuk Wirantana, Manggada dan Laksana.
Ketiga orang anak muda itu memang terkejut mendengar tanggapan Raden Panji
terhadap Manggada dan Laksana yang telah menolong Mas Rara dari terkaman harimau
di pinggir http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hutan itu. Namun untuk beberapa saat kedua anak muda itu masih berusaha untuk
menahan diri, sehingga keduanya masih berdiri termangu-magu di tempatnya.
Apalagi mereka menyadari, siapakah yang telah mengatakannya itu.
Meskipun demikian, Manggada dan Laksana bukannya tidak berbuat apa-apa. Mereka
justru telah bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang dapat
terjadi. Dalam ketegangan itu, Raden Panji itupun kemudian berkata
"Aku sudah duduk beberapa saat, tapi gadis itu belum berbicara apa-apa"
"Mas Rara seorang pemalu Raden" sahut perempuan yang sudah agak tua itu "ia
hanya mampu menyampaikan ucapan selamat serta sembah baktinya dengan tingkah
laku" "Ya. Ia sudah berjongkok dan menyembah dihadapanku.
Tetapi ia harus menyapaku dan menyampaikan baktinya langsung dengan kata-kata"
berkata Raden Panji. Perempuan tua itu memang menjadi gelisah. Ia tidak menyangka bahwa Raden Panji
akan memerintahkan gadis itu untuk menyapanya, sehingga ia tidak mengajarinya
lebih dahulu. Namun demikian, perempuan tua itu masih berusaha untuk menghindarkan Mas Rara
dari kebingungan. "Raden, sebaiknya Raden Panjilah yang memberikan
perintah atau pesan atau pertanyaan" berkata perempuan itu.
Tetapi jawaban Raden Panji membuat jantung perempuan Itu akan terlepas, sejak
kapan kau mulai memerintah aku?"
Keringat dingin telah mengalir diseluruh tubuh perempuan tua itu. Tetapi la
mencoba menuntun Mas Rara yang diketahuinya seorang gadis pemalu, dan lebih dari
itu, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gadis itu nampalnya telah memikul beban di hatinya. Dan perempuan tua itupun
mengerti, bahwa sulit bagi seorang gadis untuk menerima satu kenyataan, kawin
dengan seorang laki-laki seperti Raden Panji itu.
Tetapi perempuan tua itu bukan untuk pertama kalinya melayani seorang gadis yang
akan jadi isteri Raden Panji.
Karena itu, meski dengan jantung berdebaran, ia masih mampu menyesuaikan
dirinya. Dengan lembut, perempuan itu berkata kepada Mas Rara
"Cobalah Mas Rara menyapa bakal suami Mas Rara, sekaligus menyampaikan sembah
dan bakti Mas Rara" Mas Rara masih saja menunduk. Rasa-rasanya, seisi dadanya telah bergejolak. la
tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Karena Mas Rara tidak dapat melakukannya sendiri, maka perempuan tua itu
kemudian berkata "Marilah Mas Rara. Aku akan menuntun Mas Rara. Tirukan katakataku" Mas Rara masih tetap menunduk dalam-dalam. Namun
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan tua itu menggamitnya sambil berbicara "Lakukanlah Mas Rara. Sebagai
pernyataan cinta dan kesetiaan seorang calon isteri kepada suaminya.
Kata-kata itu bagaikan ujung duri yang menusuk jantungnya.
Tetapi Mas Rara kemudian sadar bahwa ia memang telah kehilangan hak atas dirinya
sendiri. Karenanya, ia harus menirukan kata-kata orang tua itu meskipun
bertentangan dengan nuraninya.
Ketika orang tua itu mengucapkan beberapa patah kata, Mas Rara menirukannya,
meski hampir tidak terdengar. Menyapa Raden Panji serta menyatakan bakti seorang
calon isteri untuk menunjukkan cinta serta kesetiaannya, apapun yang sebenarnya
bergejolak di dalam hatinya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak puas dengan caramu mengajarinya" berkata Raden Panji kepada perempuan
tua itu. Lalu katanya "Sekarang, biar gadis itu berbicara sendiri. Seharusnya kau mengajarinya tidak
di hadapanku" "Ampun Raden Panji " perempuan tua itu mengangguk hormat.
"Jika gadis itu dapat mengucapkannya sendiri, tanpa kau tuntun lagi, kau aku
maafkan. Tetapi jika tidak, kau akan mendapat hukuman. Kau tahu siapa aku" Kau
tahu bagaimana aku menghukum seseorang?"
"Ampun Raden Panji. Hamba mohon ampun" minta
perempuan itu. "Tergantung kepada gadis itu" jawab Raden Panji.
Perempuan tua itu menjadi semakin berdebar-debar. Segala sesuatunya memang
tergantung kepada Mas Rara.
Di sebelah pendapa, Wirantana menjadi berkeringat. Bahkan kemudian ia berdesis
"Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Raden Panji itu?"
Manggada dan Laksana juga menjadi heran. Mereka tidak mengerti sikap Raden
Panji. Sementara itu, Mas Rara ternyata masih menyadari arti dari perbuatannya bagi
orang lain. Ia sadar bahwa perempuan tua itu akan mengalami kesulitan jika ia
tidak mengucapkan kata-kata sebagaimana diajarkan oleh perempuan itu.
Mas Rara yang telah kehilangan dirinya sendiri itu, ternyata masih sempat
memikirkan orang lain. Perempuan tua yang selalu bersikap baik kepadanya itu,
tampaknya benar-benar dalam kesulitan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena itu, adalah di luar dugaan, tiba-tiba saja, meskipun suara terdengar dan
tidak, Mas Rara telah mengucapkan kata-kata itu kembali sebagaimana perempuan
tua itu menuntunnya. Tiba-tiba saja Raden Panji tertawa. Di sela-sela derai tawanya, Raden Panji
berkata "Bagus. Bagus. Kau memang seorang gadis cantik dan pintar. Kau juga baik
hati. Jika aku tidak mengancam perempuan tua yang bodoh ini, kau tentu tidak
akan mengatakannya. Tetapi agaknya kau tidak mau melihat perempuan tua ini aku
hukum. Dengan demikian, kau memang pantas menjadi isteriku. Karena dengan
demikian, kau akan mendapat kemuliaan yang tinggi"
Mas Rara hanya menundukkan kepalanya saja. Sementara itu, perempuan tua yang
melayani Mas Rara itu, sempat menarik nafas dalam-dalam. Bahkan ia sempat
berdesir perlahan sekali, yang hanya dapat didengarnya sendiri
"Terimakasih Mas Rara. Ternyata kau memang seorang gadis yang baik"
Demikianlah. Raden Panji pun telah mengambil tempat duduk di pendapa itu. Tidak
seorangpun berani mengaturnya.
Raden Panji duduk di depan pintu pringgitan, menghadap ke halaman. Sementara ia
minta Mas Rara duduk di hadapannya.
"Aku belum sempat memandangi gadis itu sampai puas"
berkata Raden Panji. Namun kata-kata itu telah membuat jantung Mas Rara bagaikan
tersentuh api. Tetapi ia tidak dapat mengelak untuk duduk di hadapan Raden
Panji, di samping perempuan tua yang hampir saja mendapat hukuman dari Raden
Panji itu. Namun demikian, mereka duduk, Raden Panji telah bertepuk tiga kali. Dua orang
pelayan khusus segera menghadapnya dengan kepala tunduk.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku haus. Keluarkan hidangan sekarang saja" perintah Raden Panji.
Kedua orang pelayan khusus itupun segera melakukan perintah itu. Dengan tergesagesa, keduanya telah pergi ke dapur untuk menyiapkan hidangan yang harus segera
dibawa ke pendapa. Untunglah perempuan-perempuan yang ada di dapur adalah orangorang yang sudah terbiasa melayani Raden Panji, sehingga mereka pun sudah siap
pula menyediakan hidangan itu.
Sejenak kemudian, hidangan pun telah disajikan. Sementara itu beberapa orang
yang berdiri di sebelah menyebelah pendapa masih saja berdiri. Demikian pula
Wirantana, Manggada dan Laksana.
"Apa kita akan berdiri sehari penuh di sini?" bertanya Wnantana.
Mangada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Namun merekapun mulai menjadi jemu.
Meskipun demikian, keduanya masih bertahan untuk tidak beranjak dari tempatnya.
"Kita menunggu sebentar" berkata Manggada "beberapa orang juga masih berdiri di
halaman" "Tetapi sampai kapan" sahut Wirantana.
Manggada tidak menjawab. Seorang yang tampaknya
melihat kegelisahan anak-anak muda itu mendekati mereka sambil berdesis
"Tunggulah sebentar, sampai Raden Panji mempersilahkan. Biasanya setelah
hidangan disuguhkan, Raden Panji akan mempersilahkan orang-orang yang berdiri di
halaman untuk duduk di serambi gandok atau di mana saja, kecuali yang
dipanggilnya naik ke pendapa"
Ketiga anak muda itu mengangguk-angguk kecil.
Manggadalah yang berbisik "Terimakasih"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu kemudian ternyata berdiri saja di belakang ketiga anak muda itu sambil
menyaksikan hidangan disuguhkan di pendapa.
Sebenarnyalah, ketika hidangan itu sudah dibagikan para tamu yang ada di
pendapa, Raden Panji pun berkata lantang
"Suruh anak-anak muda itu naik. Aku tahu, seorang adalah kakak Mas Rara dan dua
orang adalah anak-anak muda yang merasa dirinya menjadi pahlawan. Aku memang
ingin menghormati mereka dan mengucapkan terimakasih. Mereka merasa bahwa mereka
telah menyelamatkan Mas Rara dari kuku-kuku harimau tua yang sudah tidak
bertenaga sama sekali itu"
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Sementara itu Wirantana berdesis "Kenapa tanggapannya terhadap kalian agak
aneh?" "Entahlah" sahut Manggada "mungkin hanya satu ungkapan saja. Mungkin Raden Panji
memang orang yang baik"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
seseorang telah mempersiapkan ketiga anak muda itu naik ke pendapa, duduk
diantara beberapa orang tamu terhormat.
"Nah" berkata Raden Panji kemudian "aku persilahkan kalian semuanya menikmati
hidangan yang telah disajikan ini"
Hampir serentak para tamu telah mengangkat mangkuknya, menghirup minuman yang
masih panas. Wedang sere. Bahkan ada yang masih merasa terlalu panas, sehingga
bibirnya terasa pedih. Tetapi semuanya telah mengangkat mangkuknya, diletakkan di bibir mereka.
Sementara Raden Panji sendiri tampaknya menghirup minumannya dengan nikmatnya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana yang merasa bahwa mangkuknya masih terlalu panas, akan meletakkan
mangkuk itu. Namun orang yang duduk di sebelahnya berbisik tanpa menyingkirkan
mangkuknya dari mulutnya "Minumlah, meskipun tidak bersungguh-sungguh, karena
minumanmu masih panas"
Wirantana termangu-mangu. Namun iapun kemudian telah mendekatkan mangkuknya di
bibirnya pula. Baru ketika Raden Panji meletakkan mangkuknya, para tamupun telah melakukannya
pula. "Apa artinya ini semua" berkata Wirantana di dalam hatinya.
Tetapi ia masih menahan diri untuk tetap berdiam diri.
Manggada dan Laksana pun merasa heran melihat kebiasaan yang agaknya memang
berlaku diantara orang-orang yang dekat dengan Raden Panji.
Demikian orang-orang yang ada di pendapa itu meletakkan mangkuknya. Raden Panji
tiba-tiba berkata kepada Wirantana
"He, anak muda. Apakah kau memang kakak kandung Mas Rara?"
Wirantana memang agak bingung. Tetapi kemudian iapun menjawab "Ya Raden Panji.
Aku adalah kakak kandungnya"
Raden Panji mengangguk-angguk. Katanya "Aku hampir tidak percaya. Mas Rara
adalah seorang gadis yang cantik.
Tetapi kau tampaknya seperti benar-benar anak pedesaan"
Wirantana benar-benar menjadi bingung, bagaimana harus menjawab. Selain ia
merasa tersinggung, iapun merasa heran bahwa Raden Panji telah mengatakan hal
itu di hadapan banyak orang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Raden Panji berkata selanjutnya "Tetapi ayah dan ibunyapun tidak pantas
menjadi orang tua Mas Rara. Apalagi setelah Mas Rara mengenakan pakaian yang
pantas. Maka rasa-rasanya Mas Rara bukan anak padukuhan Nguter.
Wajah Wirantana terasa panas. Orang itu bukan saja telah merendahkan dirinya,
tapi juga ayah dan ibunya. Diam-diam Wirantana memandang adiknya, yang dirias
dengan baik. Ia memang melihat bahwa adiknya tidak seperti anak-anak pedesaan.
Tidak seperti gadis Nguter kebanyakan. Tetapi bagaimanapun juga sulit baginya
untuk menerima kata-kata Raden Panji itu tentang orang tuanya.
Meskipun demikian, Wirantana masih saja menahan diri. Ia justru telah
menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sebenarnyalah yang merasa tersinggung bukan hanya Wirantana. Tetapi juga Mas
Rara. Tetapi gadis itu sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk berbuat
sesuatu selain menundukkan kepalanya. Namun Mas Rara harus bertahan dengan
sekuat tenaganya agar air mata tidak menitik. Apalagi untuk menangispun Mas Rara
tidak lagi berani melakukannya.
Karena Wirantana hanya menundukkan kepalanya saja, maka Raden Panji mulai
memandang kedua anak muda yang duduk di dekat Wirantana. Sambil menganggukangguk, Raden Panji bertanya "Apakah kau berdua pernah berguru pada seseorang?"
Manggada dan Laksana terkejut. Raden Panji memang memandang pada mereka. Tetapi
pertanyaan itu masih terasa meragukan. Apakah memang ditujukan pada mereka.
Namun dalam pada itu, Raden Panji tiba-tiba saja
membentak " He, kau yang merasa dirimu pahlawan. Siapa namamu, he?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Barulah Manggada dan Laksana yakin bahwa Raden Panji memang berbicara kepada
mereka. Mereka yakin bahwa Raden Panji sudah mengetahui nama mereka. Tetapi
keduanya harus menjawab pertanyaan itu "Namaku Manggada Raden Panji.
Dan ini adalah adik sepupuku. Namanya Laksana"
Raden Panji mengangguk-angguk. Tetapi katanya "Apakah adik sepupumu itu bisu?"
Pertanyaan itu sangat mengejutkannya. Hampir di luar sadarnya, Manggada menjawab
"Tidak, Raden Panji"
"Jika tidak, suruh ia menjawab sendiri. Siapa namanya"
berkata Raden Panji tanpa memandang kedua anak muda itu.
Jantung kedua anak muda itu bagaikan berdentang semakin cepat dan keras. Tapi
keduanya tidak dapat berbuat lain.
Laksana akhirnya menjawab pertanyaan itu "Namaku Laksana, Raden Panji"
"Bagus" jawab Raden Panji "ternyata kalian tahu apa yang harus kalian lakukan"
Raden Panji mengangguk-angguk.
Namun Raden Panji masih bertanya "Kenapa kalian berdua menolong Mas Rara ketika
hampir saja diterkam seekor harimau?"
Pertanyaan itu cukup membingungkan. Manggada dan
Laksana bahkan Wirantana dan orang-orang yang ada di pendapa itu, tidak mengerti
kenapa Raden Panji bertanya seperti itu. Karenanya, untuk beberapa saat Manggada
dan Laksana tidak segera bisa menjawab. Keduanya saling berpandangan dengan
jantung berdebaran. Dalam pada itu, Raden Panji telah bertanya lagi "He, apakah kalian pernah
berguru" Kalian belum menjawab pertanyaanku"
ketiganya jadi semakin bingung. Tetapi Manggada coba menjawab "Tidak Raden
Panji. Kami tidak pernah berguru"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi, kenapa kalian berusaha melawan seekor harimau.
Bukankah itu berarti bahwa kalian akan dapat mati diterkam oleh harimau itu?"
bertanya Raden Panji pula.
Kedua anak muda itu tidak tahu apakah Raden Panji sedang menguji mereka, atau
sedang bergurau, atau tengah menyelidiki mereka.
"He, sekarang kalian berdua jadi bisu" bentak Raden Panji.
Manggada yang kebingunganpun tidak dapat berbuat lain kecuali menjawab apa saja
yang dapat dikatakannya "Raden Panji. Agaknya memang sudah menjadi kewajiban
kita untuk saling menolong"
"Apakah kau benar-benar berusaha menolong tanpa pamrih"
Atau kalian mau mempertaruhkan nyawa kalian karena ada yang ingin kalian
dapatkan dari pertolongan yang mahal itu?"
desak Raden Panji. Manggada memang jadi makin bingung. Tapi ia masih berusaha menjawab "Tidak ada
pamrih apapun Raden Panji.
Tiba-tiba saja, ketika kami melihat seekor harimau merunduk siap menerkam Mas
Rara, kami dengan serta merta berusaha menolongnya"
Tetapi Raden Panji justru tertawa. Katanya dengan nada tinggi "Apakah kau tidak
tahu bahwa taring harimau itu sangat tajam" Apakah kau tidak pernah mendengar
bahwa kuku-kuku harimau lebih runcing dari ujung duri?"
Kedua anak muda itu jadi makin bingung. Keduanya hanya dapat menundukkan
kepalanya. Sementara Raden Panji berkata selanjutnya "Aku tahu bahwa kau berdua
tidak jujur. Kalian tentu punya pamrih. Tapi tidak apa-apa. Itu wajar sekali
dilakukan anak-anak padesan. Apalagi untuk satu kerja yang harus mempertaruhkan
nyawa. Sedang untuk kerja-kerja kecil, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan tidak berarti, seseorang tentu menginginkan upah sebanyak-banyaknya. Apalagi
untuk membunuh seekor harimau. Karena itu, aku berpesan agar kalian ikut dibawa
kemari bersama Mas Rara, sebab aku ingin memberi kalian upah sepantasnya"
Tetapi Raden Panji terkejut ketika Manggada menjawab
"Ampun Raden Panji. Kami sama sekali tidak menginginkan upah apapun. Kami
melakukannya karena kami merasa berkewajiban"
Beberapa orang berpuling pada Manggada. Bahkan orang yang duduk di dekatnya
langsung berdesis "Jangan menolak.
Jangan pernah menolak pemberian Raden Panji. Apalagi itu disebutyya sebagai satu
hadiah" Manggada memang mendengarnya. Tapi ia sudah terlanjur menolak. Karenanya ia jadi
makin bingung. Sementara itu, wajah Raden Panji menjadi merah. Anak muda itu
telah berani menolak pemberiannya. Dengan marah, Raden Panji pun membentak "Jadi
kau menolak hadiahku?"
Untuk sesaat Manggada termangu-mangu. Laksana pun tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Demikian pula Wirantana. Sementara, Mas Rara yang selalu gelisah,
jadi makin gelisah. "Jika kalian tidak menginginkan hadiah, lalu apa?" suara Raden Panji menjadi
gemetar "apakah kau berdua, atau salah seorang dari kalian, tertarik pada
kecantikan Mas Rara" Begitu kalian melihat, kalian telah jatuh cinta, sehingga
kalian ingin memilikinya dan bersedia mempertaruhkan nyawa untuk
menyelamatkannya" Beruntunglah kalian berhasil mengalahkan harimau itu yang
sudah tidak bertenaga itu. Tapi bukan berarti kalian adalah pahlawan yang mampu
menyelamatkan Mas Rara karena kemampuan dan ilmu kalian"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana hampir kehabisan akal. Tapi mereka sekali lagi mendengar
orang di sebelahnya berdesis "Jangan kau tolak"
"Terlanjur" kata Manggada berbisik.
"Katakan, itu basa-basi" bisik orang itu kembali.
Manggada mengerti maksud kata-kata pendek itu.
Karenanya dia langsung menjawab "Ampun Raden Panji. Bukan maksud kami menolak
kurnia yang akan diberikan pada kami.
Apalagi hadiah sebagai penghargaan atas usaha kami menyelamatkan Mas Rara. Tadi
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hanya basa-basi. Bukan maksud kami yang sebenarnya. Sudah barang tentu kami akan
menerima dengan sepenuh hati hadiah yang akan diberikan Raden Pimpinan kami"
Raden Panji mengerutkan keningnya. Numun tiba-tiba saja ia tertawa. Katanya "Kau
memang seorang yang tidak waras. Kau membuat jantungku hampir pecah. Tapi
kemudian kau membuatku tertawa"
"Ampun Raden Panji" desis Manggada.
"Baik" berkata Raden Panji kemudian" kalian akan mendapat upah secukupnya. Aku
akan memberi kalian masing-masing pakaian sepengadeg. Pakaian yang pantas untuk
kalian, kecuali itu, aku juga akan memberi uang pada kalian. Tetapi kalian hanya
boleh bermalam di rumah ini terakhir semalam nanti.
Besok kalian harus sudah meninggalkan rumah ini"
Manggada dan Laksana jadi makin tidak mengerti akan sifat dan kebiasaan Raden
Panji. Karena itu, keduanya hanya mangangguk-angguk dalam.
"Nah" berkata Raden Panjl "sekarang kalian boleh ikut makan bersama kami,
hidangan berikutnya akan segera dihidangkan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Para petugas khusus telah mengerti isyarat itu. Mereka harus segera
menghidangkan makan bagi para tamu, sesudah makanan dan minuman tadi. Namun
Raden Panji kemudian berkata "Aku persilahkan kalian makan di pendapa. Aku akan
berbicara sendiri dengan bakal isteriku"
Orang-orang yang ada di pendapa itu menjadi gelisah.
Hampir saja mereka menduga harus meninggalkan pendapa itu.
Tapi ternyata Raden Panji berkata selanjutnya "Aku akan membawa bakal isteriku
masuk. Kalian aku persilahkan untuk makan di sini"
Wajah Mas Rara tiba-tiba saja jadi pucat. Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa
ketika tiba-tiba Raden Panji menarik tangannya dan berkata "Berdirilah"
Mas Rara menjadi ragu-ragu. Tapi sebelum ia berdiri tegak, Raden Panji sudah
menariknya memasuki pintu pringgitan.
Tubuh Mas Rara nampak gemetar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi atas dirinya.
Rasa-rasanya ia telah ditarik dalam satu dunia yang gelap dan tidak diketahui
apa yang ada di dalamnya.
Beberapa orang saling berpandangan di pendapa, dan beberapa perempuan jadi
bingung. Dalam pada itu, jantung Wirantana menjadi berdebaran. Ia tahu bahwa Raden Panji
adalah orang yang berkuasa, Bahkan kuasanya telah disahkan oleh Pajang. Tetapi
apakah wajar jika mempergunakan kuasanya tanpa menghiraukan perasaan orang lain
dan tanpa menghiraukan tatanan kehidupan" Mas Rara belum menjadi isterinya.
Tetapi gejolak perasaan Wirantana mereda ketika ia mendengar Raden Panji itu
memanggil seseorang. Ternyata perempuan yang sudah berusia agak lanjut itu
bangkit dan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tergesa-gesa masuk ke ruang dalam. Ia tidak mau dimarahi lagi oleh Raden
Panji. Apalagi mendapatkan hukuman daripadanya.
Ketika ia masuk ia melihat Raden Rara berlutut dihadapan Raden Panji yang
berdiri dibelakang pintu. Bahkan orang-orang yang duduk dipendapa pun sehingga
dapat melihatnya sekilas karena pintu itu segera dituyup. Demikian pula
Wirantana, Manggada dan Lukssna.
Demikian pintu itu tertutup, maka ketiga orang anak muda itu saling
berpandangan. Rasa-rasanya mereka mengalami satu peristiwa yang tidak dapat
mereka mengerti. Bahkan perasaan anak-anak muda itu bergejolak sebagaimana
mereka menghadapi paman Wirantana sendiri yang telah terbunuh diperjalanan.
Ketika perempuan tua itu berlutut pula dibelakang Mas Rara, Raden Panji pun
berkata "Aku tidak mau Mas Rara terlalu lama diluar. Aku tidak mau biji mata
laki-laki yang bagaikan terloncat keluar memandanginya terus-menerus. Apalagi
kedua orang anak muda itu. Anak muda yang merasa diri mereka pahlawan hanya
karena mereka dapat membunuh seekor harimau tua yang sakit-sakitan" kata-kata
Raden Panji terputus. Namun tiba-tiba ia menggeram "Tetapi jika mereka juga
menganggap aku seekor harimau tua, maka mereka akan menyesal. Mereka akan aku
bunuh dan mayatnya akan dilemparkan kesungai"
Perempuan tua dibelakang Mas Rara itu termangu-mangu.
Namun ia sama sekali tidak berani berkata sesuatu.
"Kawani Mas Rara didalam biliknya" berkata Raden Panji dengan wajah tegang.
"Baik Raden" jawab perempuan tua itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah" berkata Raden Panji kemudian kepada Mas Rara "kau akan aman di dalam.
Cantikmu tidak akan berkurang oleh tatapun mata liar orang-orang di pendapa. Kau
akan menjadi isteriku. Bukan isteri mereka"
Mas Rara hanya menunduk saja dalam-dalam. Tubuhnya masih gemetar.
"Kenapa kau diam saja?" bertanya Raden Panji "jawablah.
Katakan bahwa kau Berterima kasih akan sikapku ini"
Keringat Mas Rara mengulir semakin deras. Nunum ia menyadari bahwa ia memang
hurus mengatakannya. Sehingga karena itu tanpa kesadaran akan arti kata-katanya
justru karena kesadarannya bahwa ia harus menjawab, maka dari sela-sela bibirnya
terucapkan t"erima kasih Raden Panji"
Raden Panji tertawa. Katanya "Nah. Kau menjadi semakin pintar. Kau akan menjadi
seorang isteri yang baik. Yang lembut dan penuh pengertian. Siapa yang
mengajarimu he" Tentu bukan dirimu, orang padesan itu"
Mas Rara benar-benar menjadi bingung. Tetapi hampir diluar kehendaknya sendiri
ia berkata "Bibi ini Raden"
"Bagus, bagus" Raden Panji terawa semakin keras. Suaranya terdengar sampai ke
pendapa. Orang-orang yang ada di pendapa memang menjadi berdebar-debar. Mereka
tidak tahu apa yang ditertawakan oleh Raden Panji.
Sementara itu, Raden Panji pun kemudian berkata kepada perempuan tua itu "Kau
akan mendapat hadiah pakaian sepengadeg, uang dan kedudukan"
Perempuan tua itu justru terkejut. Namun ia berkata juga
"Terima kasih Raden Panji"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah. Bawa Mas Rara masuk kedalam biliknya. Peliharalah riasnya dan bahkan kau
harus memperbaikinya jika ada yang cacat" berkata Raden Panji "aku belum puas
memandanginya. Setelah pertemuan ini selesai, maka aku akan memandanginya sepuas-puasnya
didalam biliknya, sehingga orang lain tidak akan ikut memandanginya pula"
Perempuan tua itu hanya dapat menunduk. Ia sudah
beberapa kali melayani perempuan-perempuan muda yang akan diperisteri oleh Raden
Panji. Namun diantara mereka memang tidak ada yang secantik Mas Rara.
"Baiklah" berkata Raden Panji kemudian "aku akan kembali menemui orang-orang
yang ada di pendapa. Aku akan makan.
Perutku sudah lapar. Aku sengaja tidak makan, karena aku ingin makan bersamasama dengan sahabat-sahabatku"
"Silahkan Raden" desis perempuan tua itu. Tetapi diluar dugaan Raden Panji
membentuk "Bukan kau yang harus mempersilahkan aku. Tetapi calon isteriku"
"O" perempuan tua itu justru beringsut surut. Hatinya yang mulai kembang itupun
segera berkerut kembali. Mas Rara yang tidak lagi berbuat sesuatu atas landasan hatinya sendiri itu, lalu
apa yang sebaiknya ia lakukan. Dari sela-sela bibirnya tiba-tiba terdengar katakata "Aku persilahkan Raden Panji"
Raden Panji tertawa membentak sehingga kedua orang perempuan yang sedang
berlutut itu terkejut. Ketika Mas Rara kemudian menunduk, ia terkejut sehingga wajahnya menengadah. Ia
melihat wajah Raden Panji menunduk. Suara tertawanya masih mendengar, sehingga
Mas Rara hampir saja beringsut surut.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi ia sempat menahan diri untuk tetap berlutut ditempatnya. Ketika Raden
Panji itu menyentuh bahunya, maka terasa tangan itu sangat kasar. Ketika Raden
Panji memegang tangannya dan menariknya masuk ke ruang dalam, jantungnya yang
berdetak semakin cepat agaknya telah membuatnya tidak sempat memperhatikan
telapak tangan Raden Panji. Tetapi ketika ia sempat merasakan sentuhan telapak
tangan itu dibahunya, maka rasa-rasanya di telapak tangan Raden Panji itu tumbuh
duri. Namun ia tidak menunjukkan perasaannya. Bahkan ia tidak sempat menghiraukannya
lebih lama, karena Raden Panji itupun berkata "Nah, sekarang tersenyumlah. Aku
akan kembali ke pendapa"
Mas Rara tahu, bahwa ia harus melakukan apa yang
diperintahkan oleh Raden Panji. Karena itu, maka Mas Rara pun kemudian telah
lersenyum sambil memandang Raden Panji yang sedang membungkuk itu, meskipun
hatinya pedih. "Mati aku" desis Raden Panji. Sekali lagi ia menepuk bahu Mas Rara. Namun
kemudian iapun telah bergeser dan berkata kepada perempuan tua itu "Bawa Mas
Rara ke biliknya. Jaga agar tetap cantik, sehingga orang tidak akan menyangkanya
bahwa aku telah mengambilnya dari padukuhan yang jauh dari kota"
"Baik Raden" jawab perempuan tua itu.
"Jika perlu panggil pembantu-pembantumu" berkata Raden Panji pula.
"Baik Raden" jawab perempuan itu dengan nada yang merendah.
Raden Panjipun kemudian telah kembali ke pendapa.
Sementara makanpun telah terhidang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dernikian Wirantana, Manggada dan Laksana melihat Raden Panji itu keluar, maka
jantungnya mulai mengendor. Ia melihat Raden Panji itu tersenyum-senyum sambil
memandang orang-orang yang ada di pendapa.
"Kita akan makan bersama" berkata Raden Panji kepada orang-orang yang ada di
pendapa. Meskipun sebelum Raden Panji masuk keruang dalam sambil menarik Mas
Rara sudah mempersilahkan tamu-tamunya untuk makan, namun orang-orang yang ada
di pendapa itu tetap menunggunya.
Karena itu, maka ketika Raden Panji kemudian duduk menghadapi mangkuk dan mulai
menyendok nasi, maka yang lainpun telah melakukannya.
Beberapa saat lamanya, orang-orang di pendapa itu menikmati hidangan.
Sebagaimana derajad dan kedudukari Raden Panji, maka hidangan yang disediakan di
pendapa itupun merupakan hidangan yang baik.
Wirantana, Manggada dan Laksana telah makan pula
bersama orang-orang lain yang ada di pendapa itu. Namun agaknya Raden Panji
telah memperhatikan mereka secara khusus. Bahkan tiba-tiba saja Raden Panji itu
berkata sambil tertawa "Ha, makanlah sebanyak-banyaknya. Kalian tentu jarang
sekali menjumpai makan sebaik ini. Biasanya kalian hanya makan kuluban dedaunan.
Atau barangkali sekali-sekali ikan jika kalian mendapatkannya ketika kalian
mengail. Atau barangkali sesobek daging ayam jika tetangga-tetangga kalian
mengadakan peralatan"
Wajah anak-anak muda itu terasa menjadi panas. Tetapi mereka masih saja dibebani
oleh berbagai macam pertimbangan sehingga mereka berusaha sejauh mungkin untuk menahan diri meskipun
mereka semakin menjadi muak melihat sikap dan tingkah laku Raden Panji. Namun
merekapun http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat para prajurit yang ada di halaman. Nampaknya kekuasaan Raden Panji
memang terlalu besar sehingga tidak seorangpun dapat mengendalikannya lagi.
Sementara orang-orang di pendapa sedang makan, maka didalam biliknya Mas Rara
tidak dapat menahan diri lagi. Tiba-tiba saja ia telah memeluk orang tua itu
sambil menahan tangannya. Namun justru karena itu, maka Mas Rara itupun telah
terisak-isak. Dadanya serasa tersumbat oleh mata air yang ditahannya sekuatkuatnya. "Jangan menangis Mas Rara" berkata orang tua itu dengan nada lembut "nanti rias
wajahmu rusak. Bukankah Raden Panji berpesan, agar rias wajahmu dan pakaianmu
tidak boleh rusak" Nanti, setelah pertemuan itu selesai, Raden Panji masih akan memandangimu sampai
puas. Tetapi tangis Mas Rara justru menjadi semakin meledak.
Hampir saja ia menjerit. Namun beruntunglah bahwa ia masih dapat menahannya.
"Cup, ngger. Jangan menangis. Nanti Raden Panji menjadi salah paham. Kau harus
mampu menempatkan dirimu sebagai calon isteri seorang besar, meskipun jika aku
jujur, aku seharusnya mengerti, kenapa kau menangis?" berkata orang tua itu.
Mas Rara ternyata dapat mengerti kata-kata itu. Ia mencoba untuk menenangkan
hatinya yang bergejolak, sehingga isaknya pun menjadi reda.
Ketika di luar orang-orang sibuk makan dan minum, wanita tua yang ada di dalam
bilik Mas Rara telah memperbaiki rias wajahnya yang hampir rusak karena airmata.
Tapi wanita tua itu dengan cepat telah membuat rias wajah Mas Rara jadi seperti
sebelumnya. Demikian pula pakaian dan kelengkapan lain pada Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, kau memang cantik. Meskipun ada sedikit bekas tangis di matamu, tapi jika
kau tersenyum Raden Panji tidak akan mengetahuinya" berkata wanita tua itu.
Mas Rara mengangguk. Namun hampir di luar sadarnya ia berkata "Apakah isteriisteri Raden Panji sebelumnya juga tersiksa seperti aku?"
"Pada umumnya begitu" orangtua itu menarik nafas dalam-dalam, tapi justru karena
itu mereka sempat bertahan untuk menjadi isteri Raden Panji barang satu dua
tahun. Sementara itu, ada juga yang tidak peduli dengan keadaan Raden Panji. Ia
merasa akan mendapat derajat dan uang yang dapat mereka pergunakan untuk mencari
kepuasan jika ia sudah jadi isteri Raden Panji. Tapi ternyata perempuan tamak
itu menjadi isteri Raden Panji tidak lebih dari tiga bulan"
Wajah Mas Rara tiba-tiba tampak berbinaar. Dengan nada rendah ia berkata "Aku
akan menempuh cara itu"
Perempuan tua itu terkejut. Dengan cemas ia berkata
"Jangan Mas Rara. Jangan"
"Bukankah orang seperti itu tidak akan mengalami siksaan terlalu lama disini?"
desis Mas Rara. "Benar Mas Rara. Tetapi beberapa hari setelah ia keluar dari rumah Raden Panji,
ia diketemukan mati. Tubuhnya terbaring di halaman belakang rumahnya" berkata
perempuan tua itu. "O" wajah Mas Rara menjadi pucat.
Sementara perempuan tua itu berkata lebih lanjut "Seorang lagi juga ditemukan
meninggal. Justru di rumah Raden Panji.
Perempuan itu dikembalikan ke rumahnya dalam keadaan tidak bernyawa lagi"
"Baiklah" desis Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sst" tiba-tiba saja jari perempuan tua itu telah melekat di bibir Mas Rara.
Katanya kemudian "Di sini dinding dan pintu punya telinga yang dapat mendengar
dan punya mulut untuk mengadu. Denting uang, kepingan uang membuat orang-orang
di sekitar Raden Panji menjadi gila"
Mas Rara menarik nafas dalam-dalam. Tetapi kemudian ia bertanya "Kenapa
perempuan itu dibunuh?"
"Tidak ada yang berani menyebut perempuan itu dibunuh.
Tetapi perempuan itu mati" jawab perempuan tua itu.
"Kenapa perempuan itu harus mati?" bertanya Mas Rara.
"Dibawanya laki-laki yang memang menanganinya ke dalam rumah Raden Panji, di
saat Raden Panji bertugas. Laki-laki itu dengan diam-diam datang pada perempuan
yang sudah menjadi isteri Raden Panji itu" desis perempuan tua itu "namun
ternyata laki-laki itu kemudian ditemukan mati di kedung di luar padukuhan ini,
seakan-akan tenggelam. Padahal laki-laki itu terbiasa mandi di kedung tersebut,
mencari ikan dan memandikan binatang peliharaannya. Beberapa hari kemudian,
perempuan yang sudah jadi isteri Raden Panji itupun telah meninggal pula di
rumah Raden Panji" "Apakah tidak ada bekas-bekasnya" Mungkin ia dicekik atau ditusuk atau apapun"
bertanya Mas Rara. Perempuan itu tiba-tiba menunduk sambil berdesis "Tidak"
"Racun?" Mas Rara menebak.
Perempuan tua itu mengusap matanya. Katanya "Tetapi perempuan itu memang
bersalah. Ia adalah perempuan yang bersuami. Ia tidak pantas berhubungan dengan
laki-laki lain meskipun ada sebab-sebab yang menjadikannya berbuat gila seperti
itu" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara menarik nafas dalam-dalam. Ia justru tidak menangis lagi. Ia sadar,
bahwa ia benar-benar telah terjebak ke dalam neraka yang mengerikan.
Sesaat ia memang menyesali nasibnya, karena secara kebetulan Raden Panji
melihatnya dan membawanya ke dalam jebakan yang akan dapat menyiksanya.
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun tiba-tiba saja gejolak yang kurang dimengertinya telah membuat darahnya
bagaikan mendidih. Ia memang tidak dapat sekedar menyesali nasibnya, tapi ia
berniat untuk berdoa dengan sepenuh hatinya agar ia dibebaskan dari perasaannya
yang sedih. Ia ingin mendapat terang di hatinya, apakah ia memang ditakdirkan
untuk menjadi budak nafsu Raden Panji, yang ternyata tidak lagi memiliki sifat
sebagaimana orang kebanyakan.
Sementara itu, di luar, orang-orang masih sibuk menyuapi mulutnya. Beberapa
orangtua tidak lagi mampu menampung makanan ke dalam perutnya, tapi mereka masih
juga mengepal-ngepal nasi di mangkuknya karena Raden Panji belum selesai makan.
Wirantana, Manggada dan Laksana mendengar orang di sebelahnya berbisik "Makanlah
sampai Raden Panji selesai.
Makan atau pura-pura makan"
"Satu permainan yang gila" geram Wirantana di dalam hatinya. Namun dengan
demikian, ia jadi cemas bahwa adiknya akan mengalami kesulitan besar dalam
hidupnya nanti. Ia harus melakukan sebagaimana Raden Panji melakukannya dan
tidak akan berhenti sebelum Raden Panji sendiri berhenti.
Ketika Raden Panji selesai makan, dan mencuci tangannya pada mangkuk khusus,
yang lain ikut pula berhenti. Beberapa orang menengadah sambil menarik nafas
dalam-dalam. Rasa-rasanya mereka telah terbebas dari tugas yang sangat berat.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, para petugas dapur mulai
mengangkat mangkuk-mangkuk dan sisa makanan dari
pendapa. Sedang Raden Panji mengusap tangannya dengan selembar kain berwarna
biru tua. "Makanan yang merisaukan" bisik Wirantana.
Manggada dan Laksana mengerti maksud Wirantana, tapi mereka sama sekali tidak
menyahut. Sementara itu, telah dihidangkan beberapa sisir pisang bagi orang-orang yang ada
di pendapa itu. Baru kemudian Ruden Panji berkata "Kita sudah makan dan minum secukupnya. Nah,
nanti sebentar lagi aku akan segera kembali. Tapi silahkan kalian duduk dulu,
sementara aku akan menemui bakal isteriku. Aku mempunyai rencana untuk mengubah
hari perkawinanku. Sepekan lagi aku akan meresmikannya. Aku tidak mau menunggu
lebih lama lagi. Tampaknya aku akan mendapat tugas-tugas penting dari Pajang, sehingga persoalan
pribadiku harus aku selesaikan lebih dahulu.
Wirantana mengerutkan keningnya. Seharusnya Raden Panji memberitahukan hal itu
pada ayah dan ibunya. Bagaimanapun, ayah dan ibunya adalah orang yang paling
bertanggung-jawab atas Mas Rara.
Tetapi Wirantana tidak dapat mengatakannya saat itu. Ia merasa bahwa ia tidak
lebih dari seorang pengantar. Tidak ubahnya dengan kedua pembantu Ki Jagabaya
yang membawa pedati kuda ke tempat itu.
Dalam pada itu, Raden Panji berkata lagi "Silahkan duduk dulu. Aku akan
berbicara dengan Mas Rara di dalam" namun tiba-tiba ia berpaling pada Manggada
dan Laksana sambil berkata "Kalian berdua akan segera menerima hadiah. Tapi
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingat, besok pagi-pagi benar kalian harus sudah meninggalkan tempat ini"
Manggada dan Laksana mengangguk hormat sambil berkata
"Baiklah Raden Panji. Besok pagi-pagi kami mohon diri"
"Ya. Hari ini kalian akan menerima hadiah, meskipun apa yang kalian lakukan
tidak lebih dari permainan anak-anak"
berkata Raden Panji. Manggada dan Laksana mengatup gigi mereka rapat-rapat.
Tapi mereka tidak bisa berbuat upa-apa.
Sejenak kemudian, Raden Panji telah bangkit berdiri sambil berkata "Tunggu aku
di situ" Ketika Raden Panji masuk, beberapa orang menarik nafas dalam-dalam. Tapi tidak
seorangpun berani bangkit dan meninggalkan tempatnya.
Orang yang duduk di sebelah Wirantana, Manggada dan Laksana tiba-tiba berkata
"Jika kita duduk di pendapa bersama Raden Panji, kita harus mengenal beberapa
sifat yang dimilikinya. Sebenarnya Raden Panji tidak perlu berbuat seperti itu.
Naga Dari Selatan 8 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Jala Pedang Jaring Sutra 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama