Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 16

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 16


"Mengapa tidak ?" sahut Ong thancu. "nanti akan kuberikan
keterangan tentang orang itu."
"Kalau begitu, maulah aku," kata Blo'on.
Kedua orang itu segera melanjutkan perjalan lagi.
Sedangkan Sian-li tetap tak mau unjuk diri melainkan
mengikuti secara diam2. Dara itupun diam2 mendongkol
mengapa Blo'on seperti tak ingat lagi kepadanya.
Rumah kediaman Ong thancu itu terletak di ujung kota,
sedikit di luar pintu kota. Dari luar gedung tampak seperti
sebuah kuil tetapi dibagian dalam merupakan sebuah gedung
yang luas. Tempat itu menjadi markas dari partai Kay-pang
cabang kotaraja. Pengemis tua Ong itu menjabat sebagai
thancu atau ketua cabang dari Kaypang.
Blo'on dibawa masuk kesebuah ruangan yang bersih dan
sedap dipandang. "Aneh, mengapa kaum pengemis memiliki rumah yang
begini bagus ?" Blo'on heran.
Ong thancu tertawa: "Rumah ini diperuntukkan markas dari
partai Pengemis cabang kotaraja.
"O kaum pengemis juga mempunyai partai.
"Ya, itulah sebabnya maka tadi kukatakan tidak mudah
menjadi pengemis. Anggauta pengemis harus tunduk pada
peraturan partai Kaypang. Tidak sembarang orang dapat
diterima masuk menjadi anggauta"
Seorang pengemis muda muncul dengan membawa
hidangan minuman dan makanan, thancu mempersilahkan
Blo"on makan. "Wah, enak juga jadt pengemis. Masakan makanannya
begini enak" kata Blo"on pula sambil menyuap hidangan.
Memang sejak pagi dia belum makan. Sungguh kebetulan
sekali seperti mendapat durian runtuh atau rejeki yang tak
terduga-duga. Ong thancupun menemani makan. Tetapi enak2 melahap
kuah ikan kakap, tiba2 B!o"on menjerit, tinggalkan meja dan
terus berlari keluar. Sudah tentu Ong thancu terkejut. "Hai, kongcu hendak
kemana ?" Cepat ketua cabang partai Kay-pang itu loncat
menghadang. "Sumoayku. eh. su ... teku !" Blo'on tanggap seraya
menunjuk keluar, "dia tentu sibuk cari aku."
"Dimana "* tanya Ong thancu.
"Di dalam kota !"
"Ah ... " baru Ong thancu menghela napas. Tiba2 Blo'on
sudah menyiaknya supaya minggir. Karena tak menduga,
tubuh Ong thancu kena terdorong.
Ong thancu terlongong-longong. Ia tak mengira bahwa
pemuda yang tampaknya blo'on itu ternyata memiliki tenaga
dalam yang sakti. Untuk mendorong seorang ketua cabang Kay pang sampai
dua langkah kesamping, bukanlah suatu hal yang mudah
dilakukan oleh sembarang tokoh silat.
Adalah karena Ong thancu atau lengkapnya bernama Ong
Cun, memiliki kepandaian silat yang tinggi maka dia diangkat
sebagal thancu. Pada saat Ong thiocu terlongong-longong itu-Blo"on segera
menyelinap keluar. Ketika Ong thiocu sadar. Blo"onpun sudah
berlari-lari sepanjang jalan yang menuju kepintu kota.
Tiba2 Ong Cun bersuit nyaring dan seketika dari tepi jalan,
muncullah empat orang pengemis menghadang Blo'on.
"Hai, minggirlah" teriak Blo'on.
Tetapi keempat orang itu tak menyahut melainkan berjajarjajar
menghadang di tengah jalan.
"Ho, pengemis2. mau apa engkau ?" tanya Blo"on terpaksa
berhenti, "mau minta uang ". Sayang aku tak punya uang".
Tetap keempat pengemis itu diam saja. "Eh, mengapa diam
saja" Jangan kecewa, besok pagi aku tentu kembali kesini dan
membawakan uang untuk kalian", seru Blo'on
Tetapi karena keempat pengemis itu terdiam, Blo'on
menyuruh mereka menyingkir : "Ayo, beri jalan kepadaku ..."
Tetap tiada penyahutan apa2.
Karena mengkal, Blo'on melangkah maju hendak
memegang bahu salah seorang pengemis. Tetapi cepat
mereka menghindar ke samping dan merapat lagi memenuhi
jalan. "Eh, kalian memang pengemis bandel. Kalau tidak mau
menyingkir, aku terpaksa akan bertindak!" Blo'on mengancam.
Tetapi ancaman itu tetap tak digubris.
"Baik, rupanya kalian memang minta bogem mentahku. Nih,
terimalah ... " habis berkata Blo"on terus menjotos pengemis
yang berdiri ditengah. "Uh ... " Blo'on hampir menyusur kemuka karena tinjunya luput. Dan
ketika ia berdiri tegak, keempat pengemis itu menghadang
jalan. "Kurang ajar, kalian memang sengaja hendak mempersulit
aku !" dengan sebuah loncatan, Blo"on menerkam pengemis di
tengah. Tetapi kembali ia mengeluh kaget karena hanya menubruk
angin kosong. Dan tahu2 keempat pengemis itu masih
mengepungnya rapat2. Blo'on tertegun. Pikirnya, percuma berkaok-kaok menyuruh
mereka menyingkir. Percuma pula ia ngotot menyerbu
mereka. Lebih baik ia berjalan terus dan biarkan mereka akan
berbuat apa saja.' Kini giliran keempat pengemis itu yang bingung ketika
melihat Blo'on berjalan seenaknya menghampiri kearah
mereka. "Berhenti!" salah seorang pengemis songsongkan kedua
telapak tangannya kemuka. Dan songsongan tangan itu
disaluri dengan tenaga dalam yang kuat.
"Uh ... " bukan saja Blo'on tetap berjalan maju bahkan
tenaga dorongan pengemis itu mental kembali sehingga
pengemis itu tergetar kedua tangannya.
"Serempak !" seru pengemis itu seraya mengajak ketiga
temannya untuk mendorong Blo'on.
Blo'on seperti dilanda setiup angin dahsyat hingga tubuhnya
tersurut mundur sampai tiga empat langkah. Untuk menjaga
jangan sampai ia jatuh maka ia segera kencangkan kaki
tangan untuk bertahan. "Uh, uh, uh ... " terdengar keempat pengemis menjerit
tertahan ketika tubuh mereka terlempar setombak jauhnya
dan terbanting ke tanah .......
Karena mengerahkan tenaga untuk bertahan jangan sampai
jatuh, tenaga sakti Ji-ih-cin-kan dalam tubuh Blo'onpun
memancar. Akibatnya empat pengemis harus menelan tenagadalamnya
yang didorongkan kepada Blo'on, ditambah pula
dengan tenaga sakti Ji-ih-cin-kang,
"Hai, kenapa kalian tidur ?" seru Blo"on seraya menghampiri
keempat pengemis yang tak dapat baugun itu.
"Kongcu ... " tiba2 terdengar orang berseru tertahan. Dan
ketika Blo'on berpaling, ternyata Ong thancu tegak berdiri
terlongong-longong. "Apakah kongcu yang merubuhkan mereka?" seru kepala
cabang Kay-pang itu dengan penuh keheranan.
"Tidak" bantah Blo'on. "entah mereka'itu kenapa mereka
serempak mendorong aku dan tiba2 mencelat jatuh sendiri."
Memang Ong Cun menyaksikan hal itu dengan mata kepala
sendiri. Ia hendak berseru cegah keempat anak buahnya
supaya jangan lukai Blo'on tetapi terlambat. Dan apa yang
dilihatnya benar2 hampir ia tak percaya sendiri.
"Engkau menggunakan tenaga apa untuk rubuhkan mereka
?" tanya Ong thancu pula.
"Entah" Blo"on gelengkan kepala, "tanyai sendiri kepada
mereka" "Kongcu" kata Ong thancu pula. "tahukah engkau siapa
keempat pengemis itu "'
"Mana aku tahu " Kenalpun tidak dan baru sekarang saja
melihat mereka." "Mereka adalah keempat wakil thancu dari Kay pang kota
Pak-khia ini. Bukankah mereka mengenakan ikat pinggan
sutera kuning " Nah itulah tanda kedudukan mereka dalam
partai Kay-pang. "O " desuh Blo"on, "mengapa mereka menghadang
perjalananku ?" "Memang aku yang menyuruh dengan tanda suitan tadi"
kata Ong thancu, "maksudku bukan hendak mengganggu
kongcu melainkan hendak cegah kongcu kembali masuk
kedalam kota. "Nanti sute kongcu itu, akan kuperintahkan anak buah
Kaypang untuk menjemputnya"
"Apa mereka tahu bagaimana tampang muka suteku?".
"Justeru itulah yang hendak kutanyakan. Apa kongcu suka
memberi gambaran tentang wajah dan perawakannya tentu
akan dapat diketemukan. Pengaruh Kay-pang di kotaraja ini
besar dan asal saja sute kongcu itu tidak menuju ke arah
utara kota". "Kenapa ?" "Kami telah membagi daerah kotaraja menjadi dua, yang
sebelah barat dan selatan daerah anakbuah Kay-pang. Sedang
daerah utara dan timur kekuasaan partai Jembel.
"Partai Jembel " Apakah itu "
"Sebenarnya juga partai Kay pang, tetapi telah terjadi
perpecahan antara Kay pang selatan dan Kay pang utara maka
Kay-pang utara menamakan diri sebagai partai Jiong-pang."
"Aku tak peduli Kay-pang atau Jiong-pang pokoknya aku
hendak masuk kedalam kota mencari suteku" kata Blo'on terus
akan ayunkan Iangkah lagi".
"Kongcu, kuminta janganlah kongcu lanjutkan niat kongcu
itu." . "Apa " Engkau hendak melarang " Aku bebas mau pergi
kemana saja" "Ah," Ong thancu menghela napas, "apakah kongcu tetap
hendak ke dalam kota ?"
"Apakah engkau tetap akan merintangi?" Blo'on balas
bertanya. "Apa boleh buat" kata Ong thancu. "aku bermaksud baik
kepada kongcu, karena kongcu tak mau mendengar kataku,
terpaksa aku rintangi"
"Bagus," seru Blo'on. "hayo, pukullah aku". Blo"on
busungkan dadanya, lalu berjalan.
"Maaf, kongcu," tiba2 Ong thancu songsongkan sebelah
tangannya untuk menahan. Blo'on tersurut dua tiga langkah lalu maju lagi.
Sampai dua tiga kali Ong Cun mendorongkan tangannya
tetapi Blo'on membandel. Setiap tersurut mundur, dia maju
lagi. Lama kelamaan habislah kesabaran Ong Cun. Terakhir dia
dorongkan kedua tangannya dengan tenaga delapan bagian.
Dan Blo'on terpental sampai tiga empat langkah kebelakang.
"Coba sekali lagi" seru Blo"on seraya kerahkan tenaga untuk
bertahan. Dan ketika Ong Cun mendorong, ia segera berteriak kaget
karena tubuhnya mencelat sampai beberapa langkah. Setelah
terhuyung lagi beberapa langkah barulah dia dapat berdiri
tegak. "Aneh ... " ketua cabang Kay pang itu bergumam diri.
"mengapa tubuhnya dapat memancarkan tenaga yang luar
biasa sehingga tenaga doronganku terpental balik mendorong
tubuhku ?" Belum sempat ia menimang-nimang, tampak Blo'on
melangkah maju lagi. "Kongcu ... " Ong thancu berseru keras seraya mengangkat
tangannya keatas. Terpaksa ia hendak menghantam pemuda
itu. "Hi, hi, hi ... " tiba2 terdengar suara orang tawa mengikik.
Blo'on terkejut dan berpaling. "Engkau sute !" teriak Blo'on
ketika melibat Sian-li muncul dari balik gerumbul pohon.
"Ah," Ong thancu menghela napas longgar dan menurunkan
pula tangannya. "Adakah kongcu ini sute dari kongcu ini ?" tanya Ong
thancu seraya menunjuk Blo'on.
"Ya". Sian-li mengangguk.
"Su ... te, kemana saja engkau ini " tanya Blo'on agak
mengkal. "Kemana " Aku selalu mengikuti engkau ko".
"Mengikuti ?" "Ya, teiapi secara diam2. Kutahu engkau masuk kedalam
kuil tetapi tak lama kemudian engkau berlari-lari keluar ..."
"Karena hendak mencari engkau!" tukas Blo"on.
Sian li tertawa. "Memang karena curiga engkau dibawa orang jahat maka
aku tak mau menampakkan diri. Apabila terjadi sesuatu pada
dirimu, sudah tentu segera turun tangan"
"Engkau tahu aku dicegat empat pengemis itu?"
"Tahu". "Engkau tahu aku didorong oleh Ong thoncu ini?"
"Tahu." "Kurang ajar, mengapa engkau tak muncul. Bukankah aku
tak usah ribut2 dengan keempat pengemis itu ?"
"Hi, hi. hi" Sian-li tertawa, "aku senang kalau melihat
engkau berkelahi dengan orang.'
"Celaka !" Blo'on mengeluh "bukankah kau tahu kalau aku
tak mengerti ilmusilat, kalau berhadapan dengan jago silat,
aku tentu babak belur !"
"Agar engkau mau belajar' silat".
"Tidak mau," teriak Blo'on, "aku tak mau belajar silat".
"Selama engkau berkata begitu, tentu engkau akan
menderita kemungkinan babak belur"
''Kalau begitu, orang2 yang belajar silat itu jahat. Mengapa
mereka belajar silat untuk membuat orang babak belur"
'Telah kukatakan" kata Sian-li "kalau mereka tahu engkau
mengerti ilmusilat mereka tentu takkan mengganggumu lagi".
"Ah, sudahlah." kata Blo'on lalu berpaling pada Ong thancu,
melirik sejenak lalu tiba2 ia kembali ke arah kuil.
"Hai. hendak kemana engkau kongcu ?" teriak Ong thancu
yang tak mengerti akan tingkah laku Blo'on.
"Menghabiskan makananku yang kutinggal. Jangan2 sudah
dilalap oleh anak buahmu"
Ong thancu terlongong tetapi sesaat kemudian ia geleng2


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepala dan tertawa, Terpaksa ia ajak Sian-li untuk menuju
kemarkas Kay-pang. Ketika masuk ke dalam ruangan tampak Blo"on sudah
duduk menghadapi meja dan tengah melahap hidangan.
Sian-li diajak makan oleh Ong thancu. Dalam kesempatan
sambil makan sambil bercakap-cakap, Ong thancu
mengajukan pertanyaan tentang diri kedua pemuda itu.
"Sukoku bernama Blo'on ... " baru Sian-li menerangkan
nama sukonya, Ong thancu berteriak kaget.
"Blo'on " Apakah sejak kecil begitu namanya?" tanyanya.
Sian li hanya mengangguk. "Aku dan suko berkelana
kemana-mana untuk cari pengalaman. Dan pengalaman kami
memang aneh. Mungkin orang tentu tak percaya"
"Biarkan saja orang tak percaya, pokoknya memang
sungguh2 mengalami" tukas Blo'on.
Ketika menceiitakan tentang pertemuan dengan orangtua
penungu keraton di bawah laut Sian-li mengatakan :
"Kedatangan kami dikota ini mempunyai tiga tujuan. Pertama,
ingin melihat keindahan kotaraja yang termasyhur ini. Kedua
melaksanakan pesan kakek penunggu keraraton bawah laut,
mencari kitab pusaka peninggalan raja Beng yang katanya
diangkut oleh kaisar dan disimpan dikota raja ini. Dan ketiga
hendak menyelidiki tentang seseorang."
"O, siapakah orang yang kongcu hendak selidiki itu ?"
tanya Ong thancu. "Cian-hin-long-kun Buyung Kiong."
"Oa" Ong thancu mendesuh kejut, hendak menyelidiki
orang itu ?" Sian-li menuturkan pengalamannya di pulau karang.
"Oh, Algojo-hati-dingin Hun Tiongmo telah mati di tangan
kongcu ?" teriak Ong Cun.
"Mengapa ?" tanya Blo'on.
"Dia adalah tokoh yang paling ditakuti penduduk kota raja.
Dia pembantu Cian-bin-long-kun Buyung-Kiong yang paling
diandalkan. Jika Bu-yung Kiong mendengar berita itu, dia-pasti
marah," kata Ong Cun.
"Bagus!" tiba2 Blo'on berseru gembira.
Thancu dari cabang Kay-pang itu terlongong. "Mengapa
kongcu gembira sekali ?"
"Betapa tidak ?" jawab Blo"on, "bukankah Buyung Kiong
akan marah " Dia tentu akan muncul, dengan begitu
mudahlah aku mendapatkannya"
"Lalu apa maksud kongcu hendak menemuinya?".
"Akan kutanya dari mana dia memperoleh harta kekayaan
sebanyak itu. Kalau dengan cara halal, akan kutunjukkan
tempat penyimpan hartanya. Tetapi kalau dia mendapatkan
dengan cara tidak halal, tentu semua harta benda di
rumahnya akan kuambil".
Ong Cun melongo. "Ah, janganlah kongcu bergurau." Katanya kemudian.
"Buyung Kiong seorang yang kaya raya. Pengaruhnya besar,
mempunyai anakbuah banyak jumlahnya. Bahkan mentri2
kerajaan sungkan kepadanya".
"Biarlah." kata Blo'on. "tetapi aku tetap mencari dan
menanyainya". Ong Cun geleng2 kepala dan menghela napas panjang. Ia
tahu Blo"on itu keras kepala sekali disamping memang aneh
tingkah lakunya. "Ong thancu" tiba2 Sian li menyela, "Bagaimana mungkin
Buyung Kiong tahu akan peristiwa terbunuhnya Hun Tiong-mo
dan rombongannya itu?".
"Tentu saja akan tahu" jawab Ong thancu, "lambat atau
cepat dia tentu heran menyusul rombongan Hun Tong-mo
yang disuruhnya itu tak kunjung pulang. Kemungkinan dia
tentu akan suruh orang lagi untuk meninjau ke pulau itu"
"Ya, benar" Sian-li mengangguk. "tetapi Buyung Kiong tentu
hanya tahu kalau Hun Tong mo dan rombongannya terbunuh.
Dan siapa yang membunuhnya dia tentu tak tahu."
"Jangan lupa" kata Ong Cun, "bahwa Budha tangan seribu
Kam Hok si gemuk itu kemungkinan masih hidup dan dapat
menceritakan peristiwa yang telah dialaminya".
Kembali Sian-li membenarkan. "Sudahlah, sute, jangan
ribut2 soal itu," tukas Blo'on. "bukankah engkau mengemban
dari kakek kerajaan Beng dibawah laut itu untuk membasmi
orang jahat" "Apa?" teriak Ong Cun seperti mendengar halilintar
berbunyi disiang hari. "kongcu juga pernah mengunjungi
sebuah kerajaan dibawah laut?"
"Sudah tentu," tahut Blo'on bangga, "tapi jangan coba2
engkau kesana. Kerajaan Beng itu mempunyai lima jenderal
perang yang hebat sekali. Engkau tahu siapakah jenderal2
perang mereka?". Lagi2 thancu Kay pang itu melongo.
"Jenderal Buaya. Jenderal Ular, Jenderal Kura2. Jenderal
Gurita dan Jenderal Ikan. Uh, seram benar ... " kata Blo"on
pula tanpa menghiraukan orang terlongong-longong heran.
Setelah mendengar pembicaraan dan tingkah laku Blo'on
diam2 ketua Kay pang cabang kotaraja itu mempunyai kesan
bahwa Blo"on itu tidak seperti orang yang waras pikirannya.
Benar2 seorang anak Blo"on.
"Liok Kongcu." kata Ong Can kepada Sian li yang dikiranya
seorang pemuda, "benarkah kenangan dan kongcu itu ?"
Sian-li terpaksa mengiakan. Atas permintaan tuan rumah.
Sian-lipun menceritakan pengalaman-selama kesasar masuk
ke dasar laut. "Kongcu, engkau benar2 mempunyai rejeki yang luar
biasa", seru Ong Cun setelah mendengar cerita Sian li.
"Didunia rasanya tiada seorang pun yang pernah mengalami
pengalaman yang begitu luar biasa seperti engkau."
"Aku sendiri juga heran", kata Blo'on tak suka mendapat
kesulitan tetapi malah dikejar kesulitan. Aku tak senang
mengalami peristiwa aneh, malah diburu oleh peristiwa yang
aneh. Aku tak suka bergaul dengan manusia jahat, tapi
dikejar-kejar manusia jahat.
Ong Cun menghela napas. "Ya, memang demikianlah jalan kehidupan itu. Kesukaran,
penderitaan, kesakitan dan yang tak kita senangi itu, bagaikan
bayangan. Kalau kita lari, dia mengejar. Tetapi kalau kita
kejar, dia akan lari. Oleh karena itu janganlah kongcu lari
untuk menghindari kenyataan. Kalau kongcu menghindari,
kenyataan itu akan mengejar tapi kalau kongcu berani
menghadapinya, dia lari".
"Bagus, bagus, paman pengemis," teriak Blo"on gembira
sekali, "justeru karena itu aku menurut petunjukmu. Kalau aku
lari, Buyung Kiong si manusia berwajah seribu itu tentu akan
mengejar. Tetapi kalau aku mengejarnya, dia akan lari terbiritbirit
! Ya, aku akan mencari supaya dia lari".
Ong Cun melongo. Apa yang dikatakan sebenarnya
merupakan suatu falsafah hidup bernilai agar manusia jangan
lari dari tanggung-jawab hidupnya dan dari kenyataan yang
ada dalam kehidupan itu. Siapa tahu telah diartikan Blo'on
sebagai anjuran mencari Buyung Kiong, Ah, runyam ...
"Ong thancu" tiba2 Sian-li membuka suara, "ada sesuatu
yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Silahkan, kongcu" sahut Ong Cun.
"Mengapa Ong thancu tiba2 saja menaruh perhatian besar
kepada sukoku " Dan mengapa pula Ong thancu memanggil
sukoku dengan sebutan kongcu ?" tanya dara itu.
"Ah. engkau cerdik benar, kongcu" seru Ong Cun. "ya,
memang ada sebabnya mengapa aku berlaku demikian".
"Kay-pang cabang kota Pakkhia telah menerima perintah
dan ketua Kaypang pusat yakni Hek ci-sin-kay Hoa Sin, agar
apabila bertemu dengan seorang pemuda yang sikapnya aneh
dan kelana, supaya diajak kemarkas besar. Pemuda itu baru
berumur 16 -17 tahun, berwajah cakap, nakal dan agak blo"on
... "O, engkau anggap aku ini pemuda itu?" Blo'on menegur.
"Maaf kongcu" kata Ong Cun "memang kongcu mirip
dengan ciri2 pemuda yang ditunjuk ketua Hoa itu. Namun aku
tak berani memastikan sebelum mendapat keterangan yang
pasti mengenai di kongcu"
"Keterangan apakah itu. Ong thancu ?" tanya Sian-li.
"Menurut keterangan yang kami terima dari Hoa pangcu,
pemuda itu adalah putera dari Thian cong bengcu. Kim bengcu
telah meninggal dunia tetapi puteranya menghilang entah
kemana. Menurut persepakatan para ketua partai persilatan
maka diputuskan untuk mencari putera Kim bengcu itu".
Sian li hanya mengangguk-angguk saja." Karena iapun
sudah mempunyai dugaan begitu.
"Kongcu, apakah engkau ini benar putra Kim bengcu ?" Ong
Cun beralih tanya kepada Blo'on.
"Entah" Blo'on gelengkan kepala, "aku tahu2 merasa sudah
begini" Ong Cun melongo. "Tetapi bukankah kongcu tahu ayah kongcu?", tanyanya.
"Siapa bilang aku tahu ?" Blo'on balas tanya, "aku merata
tak pernah melihat wajah ayah bundaku".
"Aneh" Ong Cun terpaksa garuk2 kepala "masakan sejak
dulu. kongcu tak pernah melihat orangtua kongcu ?"
"Aku tak ingat lagi !"
Rupanya Ong Cun sudah mempunyai pengalaman
berhadapan dengan Blo"on. Cepat ia alihkan pertanyaan
kepada Sian li. "Liok-kongcu " katanya, "engkau adala sute dari Blo'on
kongcu, dengan demikian engkau tahu siapakah ayah dari
Blo'on kongcu itu" Slan-li pun sudah menduga akan menerima bertanyaan itu,
Maka sebelumnya ia sudah bersiap "Memang aku adalah muiid
dari Kim Thian cong suhu. Demikian pula suhengku itu. Tetapi
siapa ayahnya, aku tak tahu" kata Sian-li.
Sian li cukup berhati-hati untuk tidak segera
memberitahukan diri Blo"on, Ia tahu bahwa murid2 suhunya
itu banyak sekali dan masih menendam untuk melakukan
pembalasan sakit hati. Karena suhunya sudah
meninggal,tentulah musuh2 nya akan mencari balas kepada
puteranya atau Blo"on.
Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 Blo'on jerit : "Engkau
bohong, sute . , ! Bukankah kau mengatakan bahwa ayahku
itu bernama Thian cong " Mengapa sekarang engkau
mengatakan tidak tahu ?"
Sian-li melongo. Untunglah pada lain saat ia mendapat
pikiran. Cepat ia berpaling ke arah Ong cun dan memberi
kedipan mata. "Ong thancu, akupun mempunyai tugas yang sama dengan
engkau. Aku masih harus terus menerus menyelidiki supaya
aku yakin bahwa dugaan kepadanya itu benar" kata Sian-li,
Kedipan mata Sian-li ditafsirkan oleh Ong sebagai isyarat agar
thancu itu tak usah memikirkan omongan Blo'on.
"Ong thancu" kata Sian-li pula, "kurasa tiadalah beda murid
Kim Thian cong dengan putra Kim Thian-cong. Lalu apakah
maksud thancu sekarang?".
"Aku akan mengirim orang ke markas Kay pang pusat
membeiitahukan tentang penemuan ini. Akan kuminta supaya
Hoa pangcu datang sendiri untuk mengenalnya" kata Ong
Cun. "Tidak mau !" Blo'on menjerit "aku ini manusia, bukan
benda yang akan diteliti palsu atau tulen. Masakan ada
manusia palsu" Mau tak mau Ong Cun tertawa juga.
"Ong thancu, lalu bagaimana dengan kita berdua '!" tanya
Sian-li. "Apabila kongcu berdua tak menampik kalau kongcu tinggal
disini. Semua anakbuah Kay-pang telah kuperintahkan untuk
melayani kalian berdua sebaik baiknya. Kongcu hendak ingin
apa bilang dan suruh mereka saja"
"Minta makanan yang enak juga sanggup menyediakan ?"
tanya Blo"on "Kongcu" kata Ong Cun, "walaupun kaum pengemis tetapi
kami dapat menyediakan segala apa yang kongcu inginkan".
"O, bagus, bagus" seru Blo'on. "tetapi aku ingin jalan2
melihat keadaan kota"
"Silahkan kongcu" kata Ong Cun dengan ramah "bahkan
apabila kongcu membutuhkan, kusuruh salah seorang
anggauta Kay-pang akan menjadi penunjuk jalan.
Sian-li menyatakan terima kasih. Malam itu mereka
menginap di markas Kay-pang cabang Pakhia.
Keesokan harinya Blo'on dan Sian-li telah disediakan
seperangkat pakaian baru. Setelah makan-pagi maka keluarlah
Blo'on dan Sian-li untuk jalan-jalan melihat keindahan kota
raja. Seorang pengemis bernama To Jin-sik dan bergelar si
Wajah tertawa diperintah Ong Cun untuk menjadi penunjuk
jalan. "Aku ingin melihat genta raksasa itu" kata Blo"on.
To Jin-sik terkejut, serunya : "Lebih baik jangan kongcu".
"Mengapa ?" "Karena Menara Gendang dan Menara Genta terletak
dibagian utara kotaraja. Thancu telah memberi pesan agar kita
jangan masuk kesana"
"Kenapa ?" masih Blo'on bertanya. Rupanya ia lupa akan
keterangan Ong thancu semalam.
"Ah, apakah Ong thancu tak menceritakan itu kepada
kongcu ?"* "Kalau menceritakan masakan aku harus bertanya lagi ?"
Blo'on menggeram. Pada hal dia sendiri yang lupa.
"Kotaraja ini terbagi menjadi dua. Yang bagian yakni
selatan dan barat menjadi daerah Kay pang. Bagian utara dan
timur, bagian orang-orang Jiong pang. Masing2 tak boleh
melanggar daerah yang telah ditetapkan itu"
"Kalau sampai melanggar ?"
"Berarti orang itu telah melanggar perjanjian. Dia dianggap
merampas daerah pencaharian nafkah lain orang. Orang yang
melanggar itu akan ditangkap dan dihukum potong kaki"
"Kejam " teriak Blo"on, "mengapa sekeji itu mereka
membuat perjanjian ?"
"Kecuali golongan dari orang itu berani memberi tebusan
uang yang banyak, barulah akan dibebaskan" kata To Jin-sik.
"Kalau begitu, engkau tak perlu ikut"! Blo'on.
"Tidak bisa. kongcu" teriak To Jin-sik gugup, "Ong thancu
telah memberi perintah kepadaku supaya menunjukkan
tempat2 yang indah, dan menjaga keselamatan kongcu


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdua. Kalau Ong thancu tahu kongcu berdua pergi sendiri,
aku akan mendapat hukuman"
"Tetapi ... " "Begini kongcu , mari kutunjukkan pasar yang ramai.
Engkau tentu senang melihat rupa2 barang yang indah2.
Kemungkinan disana juga ada sandiwara rakyat. " cepat To
Jin-sik mengerat kata2 Blo'on.
"Apakah sandiwara itu ?" tanya Blo'on.
"Sandiwara adalah sebuah pertunjukan kissah raja2
pahlawan2 dan orang2 ternama jaman dahulu."
"O, lalu apakah dalam sandiwara itu akan terdapat raja?"
tanya Blo'on. "Ya, tetapi hanya para pemain sandiwara yang menyaru
jadi raja" "Bagus." seru Blo'on, "mari kita lihat ke sana. Aku ingin
tahu bagaimana sebenarnya wajah raja itu".
Mereka tiba di pasar bagian barat kota. Ramai benar orang
berjual beli. Segala jenis dagangan, dari alat2 rumah,
perhiasan, keramik dan barang kebutuhan sehari-hari dijual
dalam pasar itu. "Mana sandiwara itu ?" tanya Blo'on.
"Mari kita ke ujung jalan sana, Biasanya sandiwara itu
membuka pertunjukan disitu. Mudah-dahan hari ini juga main"
Setelah meloloskan diri dari kerumunan manusia yang
berjejal-jejal datang pergi ke pasar akhirnya mereka tiba di
ujung jalan disamping pasar.
"Hola, hari ini sandiwaranya main" teriak Jim-sik seraya
memimpin tangan Blo'on diajak menuju ke sebuah bangunan
perlengkapan. Sebuah panggung, kanan kiri panggung ditutup dengan
kain merah yang bertuliskan huruf2 indah. Di muka panggung,
dijajar rapi kursi dan dingklik panjang untuk tempat penonton.
Setelah membeli karcis, ketiga orang itu duduk. Tak lama
kemudian karsi dan dingklik panjang itupun penuh dengan
penonton. Suara harpa dan khim segera mengalun nyaring
dan suasana panggung itupun mulai tampak meriah.
Layar terbuka dan tampak seorang lelaki tegak diatas
panggung. Orang itu membungkukkan tubuh memberi hormat
kepada seluruh penonton lalu mengumumkan lakon sandiwara
yang akan mainkan hari itu. Bidadari yang bernasib malang
Demikian judul lakonnya. "O. Ong Ciau-kun ... " seru To Jin-sik.
"Apakah Ong Cian-kun itu ?" tanya Blo'on.
"Ong Cian-kun itu seorang puteri yang amat cantik sekali.
Tetapi nasibnya malang sekali. Nanti kongcu tentu akan tahu
setelah pertunjukan berlangsung".
Genderang berbunyi riuh. Genderang berhenti, maka
muncullah seorang pemain yang berpakaian indah dari pintu
kanan. Ia seorang prajurit. Dua batang bulu burung menghias
kopiahnya. Ia diiring oleh beberapa prajurit yang membawa
bendera2. "Sst, pertunjukan sudah dimulai, kongcu", bisik To Jin-sik
kepada Blo'on. Blo"onpun memandang keatas panggung.
Orang berpakaian indah tadi maju ke depan dan
memperkenalkan diri kepada penonton: Ia bernama Han Sinyu,
penduduk tua dari gunung pasir. Pekerjaan saya memburu
binatang liar dan berperang mengalahkan musuh. Aku
keturunan aseli dari kerajaan Han sebab dulu raja Han telah
memberikan seorang puterinya kepada nenek moyangku
untuk menjadi permaisuri. Dan sekarang aku datang kemari
untuk meminta seorang Menteri dari kaisar untuk permaisuriku
" Habis berkata orang itu masuk dan dari pintu kanan keluar
pula seorang pemain yang berperan sebagai seorang menteri.
Memakai topi bundar, janggut palsu dan mukanya dipupuri
tebal. "Aku bernama Mo Gin-siu. Aku seorang menteri kaisar Han.
Aku telah menipu, membujuk dan menyanjung-nyanjung
kaisar, pandai menjilat karena itu kaisar amat percaya
kepadaku. Semua orang di istana takut kepadaku. Pekerjaanku
yang utama ialah menjauhkan kaisar dari mentri2 yang
bijaksana dan memabukkan kaisar dengan segala macam
kesenangan ".."
Habis berkata ia mundur dan berlutut. Seorang pemain
yang mengenakan pakaian indah dan disulam dengan gambar
naga. Mengenakan mahkota yang tinggi.
"Aku adalah raja Goan Te, keturunan bangsa Han ?"
Baru pemain itu memperkenalkan diri sekoyong-konyong
seorang penonton yang duduk di deretan tengah, berdiri dan
berteriak : "Astaga ! begitukah wujutnya raja ?"
Sekalian penonton terkejut dan berpaling memandang
Blo"on. Bahkan orang yang memerankan sebagai raja itu juga
memandang kebawab. Ah ... seorang pemuda yang potongannya aneh. Kepalanya
gundul tetapi pada sebelah kann kepalanya tumbuh seikat
rambut. Siapa lagi kalau bukan Blo"on.
"Hai, raja, mana keratonmu ?" seru Blo"on pula tanpa
mengacuhkan mata sekalian orang memandangnya dengan
penuh keheranan. "Kongcu" seru To Jin-sik terkejut "itu bukan raja
sesungguhnya melainkan hanya pemain sandiwara".
"Aku bukan raja sesungguhnya. Aku hanya sedang
menjalankan peranan sebagai raja Goan Te" seru pemain
sandiwara itu, "Tak peduli engkau raja sungguh atau bukan, tetapi engkau
harus punya istana ... "
"lstana ?" pemain sandiwara itu melongo.
Tiba2 pecahlah gelak tertawa sekalian penonton. Mereka
segera tahu bahwa pemuda ini memang tak normal.
"Diam !" tiba2 Blo'on membentak keras.
Sekalian penonton terkejut sekali. Bentakan pemuda itu
teramat dahsyat, sama dengan harimau mengaum.
Rupanya pemain sandwara itu juga cerdas. Ia cepat dapat
mengetahui bahwa pemuda yang ber-kaok2 itu agak blo'on.
Maka cepat ia menjawab: "Istanaku berada di kota Terlarang. Aku sekarang sedang
bermain-main disini" serunya.
"Sudahlah, suko, jangan mengganggu orang main
sandiwara" akhirnya Sian-li menarik tangan Blo'on suruh
duduk. Setelah suasana tenang kembali, maka pemain peran raja
itu melanjutkan pula kata2nya ; "Selama sepuluh ketuiunan,
kakek moyangku memerintah di Tiong-goan dan kerajaan Han
makmur-jaya. Tetapi ketika aku jadi raja sampai saat ini
istanaku masih kosong. Aku belum mempunyai permaisuri. Ho,
bagaimana baiknya ?"
Pemain yang jadi mentri tadi segera tampil berkata :
"Mohon baginda suka memerintahkan supaya semua gadis2
cantik berumur limabelas sampai duapuluh tahun menghadap
ke istana". Raja menyetujui usul mentri itu.
Pemain mentri masuk dan tak lama ke luar lagi menyatakan
kepada sidang penonton bahwa ia telah mencari keseluruh
kerajaan dan telah membawa sembilanpuluh sembilan gadis2
yang cantik untuk dipilih raja. Yang disetujui akan dijadi
permaisuri, yang lain2 akan tinggal di istana sebagai selir dan
dayang. "Kurang ajar, masakan seorang begitu tamak mempunyai
sembilar puluh sembilan isteri" Blo"on bersungut-sungut
seorang diri. To Jin-sik kuatir kalau pemuda itu akan mengganggu
pertunjukan tapi untunglah hanya mengomel saja.
Pemain mentri itu berkata lebih lanjut : "Diantaranya adalah
seorang gadis yang sungguh2 sempurna kecantikannya. Aku
mengatakan kepadanya bahwa ia tentu akan dipilih sebagai
permaisuri asal dia mau membayar uang sogok kepadaku.
Sayang orangtuanya miskin dan tidak dapat memberi uang
kepadaku. Hm, kalau begitu lebih baik gambarnya kubikin
buruk saja supaya baginda tidak tertarik"
"Mentri jahat engkau!" teriak Blo'on seraya berdiri dan
acungkan tinjunya. Tetapi pemain itu tak menghiraukan dan terus masuk ke
dalam. Para penontonpun tak mengacuhkan Blo'on. Mereka
anggap Blo"on seorang pemuda sinting.
Sesaat kemudian di atas panggung muncul seorang pemain
baru, seorang gadis yang cantik tampil kemuka dan berseru
kepada penonton: "Namaku Ciau-kun aku dilahirkan di desa
Seng-to, ayahku seorarg petani ". "
Lalu ia menceritakan tentang kejahatan mentri Mo Gin-siu
tadi yang telah memfitnahnya. Kemudian ia menangis lalu
mengambil harpa dan menyanyi menumpahkan kesedihan
hatinya. Seorang pekerja panggung muncul dengan membawa
lentera, maksudnya saat itu suasana pada malam hari.
Lalu raja tadi muncul lagi. Melihat gadis itu, rajapun tertarik
akan kecantikannya. Gadis itu segera diambil sebagai
permaisuri dan raja memerintahkan supaya mentri jahat tadi
dihukum. Tetapi menteri itu dapat melarikan diri dan kemudian
menuju ketempat raja orang Tartar yang ternama Han Sin-yu
tadi. Mentri jahat itu segera memperlihatkan gambar Ciau Kun
yang sebenarnya. Melihat itu, raja Tartar segera jatuh cinta.
Segera ia mengirim utusan untuk meminta permaisuri baginda
raja Han. Apabila tidak diberikan maka kerajaan Han akan
diratakan dengan bumi. Raja Han terkejut menerima permintaan itu. Namun ia tak
berdaya karena negerinya lemah. Puteri Ciau-kun menawarkan
diri untuk membalas budi raja. Ia rela diperisteri raja Tartar.
Perpisahan antara raja Han dan Ong Ciau-kun amat
memilukan. Kemudian para pemain itu masuk. Tak lama
kemudian Ciau Kun keluar diiring oleh prajurit2 Tartar.
Dalam menjalankan peranan itu para pemain-pun berjalan
berputar-putar di atas panggung. Tiba2 seorang pekerja
panggung itu muncul dan membawa sebuah bendera
bergambar ikan. Pemain puteri Ong Ciau-kun segera bertanya, "sampai
dimanakah kita sekarang ?"
Jawab para prajurit Tartar itu : "Ini adalah sungai Naga
Hitam, tapal batas daerah Tartar".
Pemain Ong Ciau-kun berdiri menghadap ke arah penonton
sembari mengangkat sebuah gelas anggur. Tampak ia amat
cantik sekali dalam pakaian seorang mempelai agung.
"O, raja agung, anggur ini kutuang sebagai korbanku
kepada para dewa selatan. Inilah hormat Ong Ciau-kun yang
terakhir kepada rajaku kaisar kerajaan Han yang kupuja
dengan seluruh jiwaku. Baginda, hamba akan menanti paduka
di alam baka ... " Ia terus loncat ke bawah panggung. Beberapa pekerja
sandiwara sudah siap disitu untuk menyambuti tubuh gadis
itu. Dengan begitu berani Ong Ciau-kun terjun ke dalam
sungai, bunuh diri. Raja Tartar lari menuju ke tepi panggung melongok ke
tempat Ong Ciau-kun buang diri.
"Aduhai, Ong Ciau-kun yang cantik telah membunuh diri ...
" baru pemain raja Tartar mengucapkan kata2 penyesalan,
sekonyong- konyong Blo'on menyelinap dari tempat duduk
para pononton terus lari menghampiri ke tepi panggung.
Sekali loncat, ia naik ke atas panggung lalu menjambak
rambut raja Tartar itu. "Raja jahat" teriaknya, "engkaulah yang menyebabkan
gadis cantik tadi sampai bunuh diri."
"Aduh ... " karena kesakitan, pemain yang memerankan
sebagai raja Tartar itu menjerit-jerit kesakitan, "ampun " aku
tak bersalah." "Kurang ajar, engkau masih bilang tak bersalah, "plak ... "
Blo"on menampar pipi raja itu sehingga sampai mulutnya
berdarah. Melihat itu gemparlah sekalian pemain sandiwara.
Beberapa pemain yang menjadi peran raja Tartar tadi, keluar
untuk melerai tetapi malah dihajar Blo'on.
"Hai, engkau menteri jahat, engkau juga harus dihukum!"
Blo'on menjambak pula pemain yang menjalankan peranan
sebagai menteri Mo Gan siu tadi.
"Aduh ... aduh . , aku hanya bermain sandiwara, bukan
sungguh2 ... " orang itu menjerit kesakitan.
"Tidak !" bentak Blo'on, "engkau memang manusia jahat
sehingga puteri cantik tadi sampai bunuh diri. Hutang jiwa,
bayar jiwa. Engkau harus mengganti jiwa puteri itu atau
jiwamu yang kuambil."
"Aduh ... " karena sambil berkata Blo'on cengkeram lebih
keras, orang itupun mengaduh kesakitan. "ya, aku sanggup ...
" "Sanggup apa ?"
"Sanggup mengganti jiwa puteri itu ... "
"Benar ?" "Ya." "Kalau berani membohong, lehermu tentu kupatahkan" "Ya, ya. jangan ... kuatir
... " Rupanya orang itu
sudah tahu akan tingkah laku si Blo'on. Percuma saja
ia berkeras mengatakan bahwa apa yang terjadi itu
hanya sebuah sandiwara, bukan sesungguhnya. Lebih
baik ia cari akal untuk memuaskan hati Blo'on. Setelah dilepas, orang itupun segera berseru kepada salah
seorang kawannya supaya memanggil Sin Ay.
Sin Ay adalah gadis yang memerankan sebagai Ong Ciaukun.
Dalam pakaian dan hiasan masih sebagai Ong Ciau-kun.
Sin Ay pun keluar. "Nah. itu dia hidup kembali" seru orang tadi pada Blo'on
"lepaskanlah kawanku yang masih kau cengkeram rambutnya
itu" Blo'on lepas si raja panggung tadi lalu menghampiri Sin Ay.
"Mengapa engkau hidup lagi?" tanya Blo'on.
"Siapa bilang aku mati " Aku memang mati hanya dalam


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lakon sandiwara saja. Tidak sesungguhnya".
"Kalau begitu, sandiwara ini bohong-bohongan" teriak
Blo'on. Pecahlah gelak tawa para pemain dan penonton yang masih
berada disitu. Mereka anggap itu seorang pemuda sinting.
Blo'onpun ikut tertawa. Sian-li dan Tio Bn-eik cepat menghampiri panggung dan
mengajak Blo'on lanjutkan perjalanan. Sian-li diarn2 malu
karena sukonya dianggap sinting oleh orang banyak. Sedang
Tio Jin-sik kutir kalau Blo'on akan membuat onar di tempat
pertunjukan itu. Sekeluarnya dari tempat pertunjukan sandiwara, mereka
lalu berjalan sepanjang jalan yang amat ramai.
Ada sesuatu yang luar biasa. Diantara sekian banyak orang,
tampak berpuluh orang berpakaian indah dan membawa doos
atau bungkusan bergegas-gegas jalan.
Karena tak sengaja, Blo"on telah menabrak seorang lelaki
setengah tua yang membawa sebuah buntalan besar. Orang
itu jatuh dan buntalannya pun jatuh.
Karena merasa salah, Blo on hendak menolong tetapi orang
itupun sudah cepat meloncat bangun. Tidak sempat menolong
orang, Blo'on bermaksud hendak mengambilkan bungkusan
yang jatuh di tanah. Tetapi tepat dikala tangan Blo"on hendak menyentuh
bungkusan itu, tiba2 orang setengah tua dengan gerak yang
tangkas loncat lalu menendang tangan Blo'on" "plak ..."
"Bangsat, engkau berani merampas barangku!" bentak
orang itu dengan bengis. Karena tak menduga akan menerima tendangan, tangan
Blo'on termakan kaki orang itu dan Blo"on sendiri juga
terdorong jatuh. Belum sempat Blo"on bangun, orang itupun sundah ayunkan
tangannya untuk memukul kepala Blo"on, dukkkk. aduh ...
gundul Blo'on terlimpah tinju tetapi orang itupun menjerit
kesakitan seraya menarik pulang tangannya. Bukan gundul
manusia melainkan sebuah bola besi yang dipukulnya itu. Hal
itu dikarenakan rasa kejut yang diderita Blo"on menyebabkan
tenaga-sakti Ji ih-cin-kang dalam tubuhnya memancar dan
berobahlah gundul kepalanya sekeras baja."
"Kurang ajar, mengapa engkau memukul kepalaku ?" Blo'on
mendamprat orang itu, "Bangsat, engkau hendak merampas bingkisan yaog hendak
kupersembahkan kepada Cian-bing-kun Buyung Kiong ?"
"Apa katamu ?" Blo'on deliki mata "aku tidak merampas
barangmu " Jangan sembarang omong! Karena merasa telah
membentur engkau sampai jatuh aku hendak menolong
engkau ambilkan barangmu itu"
To Jin-sik tampil menghampiri orang itu. "Tuan Sim
kenalkah tuan kepadaku?" tanyanya.
"O, engkau Siau-bin-git-kay To Jin-sik! Mana berani aku
lupa" seru orang itu,
"Kongcu ini." To Jin-sik menunjuk kepada Blo'on "adalah
tetamu kami, Harap Tan sian-sel maafkan kesalahannya".
"Ah, tak apa hanya urusan kecil. Masakan aku tak
memandang muka kepada saudara" kata orang yang disebut
tuan Tan itu. "Terimakasih, Tan sianseng" kata To Jin-sik, "tampaknya
tuan amat bergegas-gegas sekali. Hendak kemanakah tuan ini
?" "O, apakah engkau tak tahu bahwa hari ini Cian-bun-longkun
Buyung Kiong sedang mengadakan perjamuan besar
untuk merayakan hari-ulang tahunnya yang ke lima puluh ?"
"Aku sendiri tak dengar, mungkin Ong thocu kami
mendengar berita itu"
"Tentu" sahut orang she Tan itu, "Cian long-kun Buyung
Kiong amat luas pergaulan dan besar pengaruhnya.
Dikalangan pembesar, mentri kerajaan dia kenal baik. Pun di
kalangan persilatan, dia mempunyai banyak kenalan, tak
heran kalau perayaan ulang-tabunnya itu pasti akan ramai
dikunjungi tetamu-tetamu."
"O, bingkisan itu hendak Tan sianseng sumbangkan sebagai
tanda-mata kepada Cian-bin-kun?" tanya To Jm-si.
Orang itu mengiakan. Dia bernama Tan bergelar Kipas-besi.
Seorang tokoh persilatan yang tinggal di luar kota.
Hari itu ia perlukan datang ke kotaraja
"O, jika demikian, akupun akan berkunjung untuk
menghaturkan selamat kepada tuan Buyung- ih" kata To Jin
sik. Setelah Tan Gun melanjutkan perjalanan, berkatalah Blo'on
: "Bagus, kita akan bertemu dengan Cian-bin-long kun Buyung
Kiong." To Jin sik cepat dapat menyadari apa yang terkandung
dalam hati Blo'on, pikirnya : "Celaka, bisa dia membuat gara2
di rumah Cian bin-long , tentu akan menimbulkan peristiwa
besar". To Jin-sik mencari akal bagaimana dapat menghindarkan
diri dari kesulitan dengan Blo'on.
"Hayo, kita ke rumah Cian-bin-long-kun" tiba2 Blo'on
berseru. "Ah, kita jalan2 dulu" kata To Jin-sik. "mengingat tuan
Buyung Kiong seorang yang bernama maka banyak sekali
tetamunya yang berkunjung datang. Kita agak malam saja
agar suasana sudah sepi. Tak usah menyiksa diri menunggu
giliran orang banyak memberi selamat"
"Dan kita harus membeli barang bingkisan seru Sian-li,
"Mengapa harus memberi barang bingkisan segala?" kata
Blo'on. To Jin-sik menghela napas. "Itu memang sudah naluri adat
kebiasaan masyarakat kita. Setiap menerima undangan baik
perjamuan pernikahan, ulangtahun, melahirkan atau kematian,
kita harus memberi sesuatu sebagai tanda menghargai tuan
rumah." "Kalau tak membawa apa2, apakah tidak akan diterima tuan
rumah ?" tanya Blo'on.
"Sudah tentu diterima" sahut To Jin-sik, "hanya kita sendiri
yang tak enak hati alias malu".
"O. dengan begitu hidup kira ini hanya diperbudak oleh rasa
malu terhadap orang"
"Bukan begitu" jawab To Jin si k "tetapi adat hidup
masyarakat kita memang begitu."
"Siapakah yang mengajari adat hidup itu pada kita ?"
"Orangtua kita tentunya."
"Siapa yang mengajari orangtuamu ?"
"Kakek, nenek dan moyang".
"Kalau begitu kita ini hanya menerima warisan saja. Hidup
kita ini sudah diisi dengan bermacam warisan ajaran orangtua,
ajaran kakek moyang."
"Sudahlah, suko, kalau engkau tak mau memberi bingkisan,
ya sudahlah. Tiada seorang pun akan menghina engkau
terserah pada hatimu sendiri" sela Sian-li,
"Memang benar, sute" sahut Blo'on, "aku memang tak mau
memberi bingkisan apa2 kepada an-bin-long kun itu. Jika lain
orang mungkin akan sih pikir2. Tetapi terhadap manusia
seperti Cian-bin-Iong kun, aku tak sudi memberi apa2. Dialah
yang harus memberikan harta bendanya bagi menolong orang
miskin." "Kongcu, harap jangan keras2 kalau membicarakan diri
Cian-bin long-kun. Dia mempunyai kenalan, kawan baik dan
kaki tangan" buru2 To-Jin sik mencegah.
"Tidak peduli !" seru Blo'on. "namanya saja Cian- bin-longkun
si muka seribu, orangnya tentu licin."
Tiba di sebuah tempat sepi To Jin-sik menyatakan hendak
buang air kecil. Dia menuju ke sebuah gerumbul. Tak lama
kemudian ia kembali lagi.
"Hai, mengapa engkau berganti pakaian ?", tegur Blo'on.
"Ya, kupikir kalau mengenakan pakaian anakbuah Kaypang.
tentu mudah dikenal orang, lebih nyaman kalau
berpakaian seperti orang biasa begini.
Sepanjang jalan mereka masih melihat tak hentinya orang
menuju ke arah barat. Arah menjadi tempat tinggal Cian-binlongkun. Hari itu sudah siang dan To Jin sik mengajak Blo'on
berdua untuk minum di sebuah rumah makan.
Rumah makan itu walaupun kecil tetapi penuh dengan para
pengunjung. To Jin-sik pesan makanan dan minuman.
"Wah, menilik gelagat, ulang tahun Cian-bin long-kun tentu
akan berlangsung sangat meriah. Sejak beberapa hari yang
lalu, sudah banyak tokoh2 persilatan yang datang ke kota
raja." kata seorang tetamu yang duduk di sebelah kanan rneja
Blo'on. "Sudah jamak" sahut kawannya. "dimana terdapat gula
tentu semut2 akan merubungnya. Orang ternama, kaya dan
berpengaruh seperti Cian-long kun tentu akan dikerumuni oleh
para tetamu." "Ah jangan ewah, bung," kata orang yang pertama tadi.
"Siapa ewah" bantah orang yang kedua, "Bukankah para
tetamu itu juga takkan datang dengan sia2 ?"
"Apa maksudmu ?"
"Apalagi kalau bukan keinginan" jawab orang itu, "dengan
datang memberi selamat menghaturkan bingkisan, mereka
tentu mengharap akan mendapat perhatian Cian bin-longkun"
"Apa gunanya perhatian saja ?"
"Banyak" sahut orang itu pula. "pokoknya mereka tentu
mengharap bantuan dari Cian bin kun apabila mereka
membutuhkan. Misalnya bila mereka tersangkut perkara
hukum, untuk minta bantuan Cian-bin-long-kun. Atau mereka
hendak menginginkan kedudukan pemerintahan, Cian-binTiraikasih
website http://kangzusi.com.
long-kun tentu dapat bantu. Kalau mereka itu orang dagang,
mengharapkan perlindungan dari Cian-bin kun apabila
sewaktu-waktu mereka mendapat kesukaran. Dan lain2
menurut kepentingan masing2.
"Wah, wah, kalau tetamu2 itu mendengar omonganmu,
mereka bisa marah, " kata orang pertama.
"Memang benar" sahut orang kedua seenaknya saja
"karena malu orang memang bisa marah"
Saat itu Blo"on merasa haus. Dan pelayan sudah muncul
dengan membawa hidangan dan minuman yang dipesan To
Jin-sik. Blo'on pun sudah tertawa-tawa dan menggosok-gosok
kedua telapak tangannya. Tiba2 dari luar masuklah tiga orang tetamu, rang berwajah
putih halus, berumur lebih kurang duapuluh lima tahun.
Mengenakan pakaian biru muda dan kopiah hitam. Yang
seorang bertubuh tinggi besar, gagah perkasa. Dan ketiga
seorang bertubuh padat, muka brewok dan lengannya penuh
ditumbuhi bulu rambut, lebat.
Begitu masuk, si brewok terus menyambar si pelayan tadi
dan ditarik ke sebuah meja kosong.
"Letakkan disini" katanya seraya mengambil guci arak lalu
semua basi yang berisi masakan.
"Tetapi loya ... hidangan ini pesanan dari tamu di meja
ujung sana ... " "Jangan banyak mulut " bentak si brewok.
"Tetapi "."
"Setan engkau !* si brewok serentak bangkit lalu
mencengkeram leher baju pelayanl. "Pilih yang mana,
kepalamu pecah, matamu buta, hidungmu penyek atau gigimu
rompal ?" seru brewok seraya mengangkat tinjunya.
"Ampun, loya ... " pelayan itu merintih minta ampun.
Beberapa tetamu segera melerai untuk menyabarkan si
brewok. Tiba2 muncul pemilik rumah makan.
"Ai, kiranya Shin loya. ai, Kho kengcu, maaf, karena berlaku
tak menghormat," pemilik rumah makan itu segera memberi
hormat kepada laki2 yang berpakaian biru muda tadi.
Lelaki berwajah putih baju biru muda seorang tinggi besar
segera berbangkit dan balas memberi hormat. Keduanya
bahkan tinggalkan tempat duduk untuk melerai kawannya, si
brewok. "Sudahlah, Shin lote, lepaskan jongos itu," seru orang
tinggi besar. "Ya, mengapakah Shin loya marah kepada pelayan ini ?"
tanya pemilik rumah makan.
"Kusuruh dia menaruh hidangan di meja sini terus
mengomel saja" kata si brewok yang bernama Shin Kong-tat
seraya lepaskan pelayan itu.
"Mengapa engkau sekurang ajar itu ", pemilik rumah makan
mendamprat pelayannya. "Hidangan itu telah dipesan lain tetamu."
"Sudahlah, jangan ribut, lekas ganti hidangan yang dipesan
tetamu itu!" bentak pemilik rumah makan demi melihat Shin
Kong- tat sudah deliki mata.
Pelayan itu ter-sipu2 masuk.
"Ai. Kho kongcu. mengapa kongcu duduk diruang ini, mari
silahkan masuk kedalam." Dengan ramah sekali pemilik rumah
makan itu mempersilahkan ketiga orang itu.
"Ah, tak usahlah saudara Giam." kata Kho pangcu, "kami
hanya singgah sebentar saja, terus hendak menuju kegedung
kediaman Buyung-heng".
"O, kalau begitu silahkan Kho kongcu menikmati minuman
arak wangi saja" kata pemilik rumah makan lalu memberi
perintah kepada pelayan supaya mengambilkan arak wangi
yang paling enak dan jangan sekali-kali menerima pembayaran
Kho kongcu. Setelah memberi pesan, pemilik rumah makanpun masuk
lagi ke dalam. Kho kongcu dan si brewok serta orang tinggi
besar kembali ke mejanya.
"Astaga ... !" si brewok Shin Kong-tat menjadi kaget,
"kemanakah hidangan di meja ini"."
Beberapa tetamu yang duduk di dekat situ diam saja.
Mereka tak berani memberi keterangan karena kuatir akan
terlibat dalam urusan. Shin Kong-tat celingukan memandang kian kemari, mencari
siapakah yang berani mengambil makanan dan minuman di
mejanya tadi. Tiba2 matanya berkilat-kilat ketika tertumbuk pada tiga
orang tetamu yang duduk di meja paling ujung. Teringat
seketika bahwa pelayan tadi mengatakan kalau hidangan itu
memang pesanan meja diujung itu. Karena sudah ditaruh di
atas meja Shin Kong- tat, tentu mereka belum terima
pesanannya. Tetapi mengapa saat itu mereka tengah melahap
hidangan yang tersedi mejanya "


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurang ajar, tentu dia yang mengambil hidanganku."
serentak Shin Kong-tat ayunkan langkah. Giginya
berkemerutukan karena menahan marah. Tangannya
mengepal-ngepal tinju. Meja yang hendak dihampiri si brewok adalah tempat
Blo"on, Sian-li dan To Jim-sik.
Blo'on enak2 menggerogoti paha ayam.
-ooo0dw0ooo- Jilid 24 Pesta yang heboh. Siau-bin-git-kay atau pengemis wajah tertawa Jin sik
terkejut ketika melihat si brewok Shin Kong-tat menghampiri
mejanya dengan mengepal tinju.
Demikian pula Sian li. Ia menyadari bahwa terjadi
perkelahian di rumah makan itu. Memang yang mengambil
hidangan dari meja ketiga pendatang itu. yakni Kho Sun-ho
yang disebut Kho kongcu. Mo Gay liok siorang tinggi besar dan
Kong-tok si brewok, adalah Blo'on.
Blo'on jengkel karena makanan yang dipesan telah
dirampas oleh si brewok. Ketika ketiga orang itu tengah
bercakap-cakap dengan pemilik rumah makan, Blo'on terus
menghampiri meja makan mereka dan mengambil hidangan
itu. "Hai, bocah gundul, apakah engkau yang mengambil
makananku ?" teriak Shin Kong-tat ketika muka meja.
To Jin sik dan Sian li memandang Blo"on tetapi anak itu
tetap enak2 menghabiskan ayam.
Karena tidak dihiraukan, Shin Kong tat marah. Ia
menyambar paha ajam dari tangan Bio"on.
Blo'on memandang si brewok, tiba2 tertawa. "Ho, pengemis
ki cia (temaha makan), tingga tulang saja masih mau dimakan
... habis begitu Bloon mengambil ayam panggang bagian yang
masih penuh dagingnya. Tetapi baru saja digigit sekali, Shin tat sudah merebutnya.
"Eh, engkau gemar ikan ayam"' seru Bloon, lalu tak
menghiraukan dan mengambil seeko kakap goreng,
Belum sempat kakap itu sampai padanya, Shin Kong-tat
sudah merebutnya lagi, anehnya Blo'on hanya tertawa dan
mengambil ikan. Tetapi begitu hendak ditelan selalu diambil
Shin Kong-tat. Bukan saja To Jin-sik dan Sian-li menjadikan peristiwa itu
dengan terlongong-longong, sekalian tetamu juga heran.
Serempak seluruh tamu berhenti makan dan minum. Mereka
memandang ke arah meja Blo'on.
Karena setiap hidangan yang diambil Blo"on selalu direbut
Shiu Kong-tat lama kelamaan habislah ikan di meja. Bahkan
ketika Blo'on mau ambil cap-jay, pun basi berikut masakan
capcay telah dirampas. Semua dirampas sampaipun bakso
yang disupit Blo'on juga dirampas.
Masakan di meja telah habis berpindah ketangan Shin
Kong-tat sehingga tangan orang brewok itupun penuh dengan
bermacam-macam masakan. Sebenarnya, ia dapat saja
membuang makanan2 itu tetapi dia memang sengaja hendak
melihat Blo'on akan bertindak bagaimana. Maka sekalipun
tangannya penuh dengan makanan, ia tak mau
meletakkannya. "Ha, ha, pengemis ki-cia, semua-mau", kata Blo'on tertawa
seorang diri lalu mengambil basi yang berisi kuah bakso. Kuah
itu masih panas sedang baksokya sudah dirampas oleh Kongtat.
"Nih, kalau mau kuah, ambil sekali," seru Blo'on. Sebelum
Shin Kong-tat sempat mengulurkan tangan, sekonyongkonyong
Blo'on berdiri dan menyiramkan kuah panas itu ke
muka si brewok. "Auuhhhh?"".!"
Karena kedua tangannya memegang beberapa macam
masakan, dan karena tak menduga-duga, maka Shin Kong tat
tersiram air panas. Sebelum ia tahu apa2 mukanya pun
ditutup rapat2 dengan basi. Dan supaya jangan meronta
Blo"on pun menjambak kencang2 rambut si brewok.
Bayangkan rambut dijambak dan muka ditutup dengan basi
berisi kuah panas. Betapa Shin Kong-tat itu seorang jago yang
tinggi kepandaiannya tetapi ia tetap menjerit-jerit. Tetapi
celakanya menjeritpun tidak dapat karena mulutnya tertutup
basi. Melihat kawannya disiksa begitu rupa, orang tinggi besar
yang bernama Mo Gayliok marah. Sekali loncat ia hendak
memukul Blo"on. Tetapi sebelum Mo Gay-hok tiba. Blo"on
sudah mendorong tubuh Shin Kong tat untuk menyongsong.
Mo Gay liok terkejut. Untung ia masih sempat berkisar ke
samping. Brak ... terdengar suara bergerodakan keras ketika
meja dan kursi dilanda oleh dua sosok tubuh.
Luput membentur Mo Gay-liok. tubuh Shin Kong-tat melaju
ke belakang dan membentur Liang-ho. Keduanya jatuh
kebelakang melanda meja dan kursi.
"Bangsat, engkau bosan hidup !" teriak Gay-liong lalu loncat
menerkam Blo'on. Cepat sekali gerakan orang she Mo itu
sehingga Blo"on tak sempat menghindar.
'Uh ... " Blo'on menjerit kaget ketika lehernya dicekik oleh
Mo Gay-liok. Hampir pemuda itu tak dapat bernapas. Tangan
Gay liok tak ubah seperti jepitan baja.
Karena tak dapat bernapas. Blo'on meronta sekuat-kuatnya.
Ia menendang perut Mo Gay liok.
"Duk ......" Seperti layang2 putus tali maka tubuh si tinggi besar Mo
Gay liok melayang beberapa meter jauhnya dan brak ... jatuh
menimpah sebuah meja. Meja hancur, tetapi yang duduk di
meja itu ikut menderita jatuh terlimpah masakan.
Keadaan dalam rumah makan tampak kacau pemilik rumah
makan segera keluar. Melihat kekacauan itu. ia segera
menghampiri ketempat Kho kongcu. Ia perintahkan beberapa
pelayan untuk benggotong Kho kongcu ke dalam, begitu juga
si Brewok Shin Kong-tat dan si tinggi besar Mo I ty liok.
Mereka bertiga pingsan. "Mengapa engkau membuat gaduh di sini ?" tegur pemilik
rumah makan setelah menghampiri tempat Blo'on,
"Maaf ciangkui." Buru2 To Jin sik berkata: "tapi . , "
"Paman To, tak perlu minta maaf. " tiba2 Blo"on
menyelutuk. "yang membikin gaduh bukan kami tetapi
mereka" "Tetapi engkau memukul mereka" seru pemilik rumah
makan. Tiba2 Blo'on tertawa: "Apakah engkau melihat peristiwa
tadi ?" "Pembantuku memberi laporan" sabut pemilik rumah
makan. "Kalau tidak melihat sendiri jangan suka percaya omongan
orang. Tanya saja pada sekalian tamu2 disini siapakah yang
cari gara2 lebih dulu."
"Tetapi; mengapa engkau melayani mereka?"
Blo'on .deliki mata. "Eh. kalau engkau diganggu seperti aku, hidangan yang
terang kupesan lalu dirampasnya, apakah engkau diam saja ?"
tanya Blo'on. "Ah. itu urusan kecil" sahut pemilik rumah makan,
"bukankah sudah kusuruh pelayan nanti membuatkan lagi
untukmu ?" "Kalau orang sedang makan lalu makanan itu direbut orang
lain, apakah engkau diam saja?"'
"Tetapi lebh baik engkau jangan cari perkara."
"Kalau engkau dicekik orang sampai tak dapat bernapas,
apakah engkau diam saja?", Blo"on melanjutkan
pertanyaannya. "Tetapi sebaiknya jangan cari perkara", berulang kali
pemilik rumah makan itu hanya dapat menjawab begitu.
"Eh, apakah rumah makan ini milik mereka?", tanya bto'on.
"Bukan" "Apakah engkau ini budak mereka ?"
"Bukan " teriak pemilik rumah makan.
"Mengapa engkan takut dan selalu berpihak kepada mereka
?" "Ah, engkau tak tahu"
"Tahu apa ?" "Kho kongcu itu adalah putera dari Kho tay haksu hakim
yang tertinggi di kota raja. Pengaruhnya amat besar sekali.
Setiap orang takut kepadanya"
"Apa itu hakim ?" tanya Blo on.
"Hakim yalah orang yang mengadili dan menjatuhkan
hukuman" "O, siapa yang diadili ?"
"Orang yang bersalah"
"Kalau tidak salah ?"
"Sudah tentu tidak diadili" kata pemilik rumah makan
seraya diam2 memaki Blo'on seorang pemuda goblok.
"Jika demikian perlu apa takut " Aku tak salah, yang salah
orang brewok dan orang tinggi besar itu, biar mereka diadili"
kata Blo'on. Pemilik rumah makan itu mendengus. "Hm, enak saja
engkau bicara. Engkau telah pukul pengawal putera Kho
haksu, engkau tentu ditangkap dan dihukum"
"Gila" tetiak Bjo'on, "aku tak bersalah"
"Hakim dapat mengatakan engkau bersalah. Apalagi
puteranya menderita, tentu Kho haksu marah dan
menghukum engkau seberat-beratnya"
"Lalu bagaimana maksudmu 7"
"'Mana yang lebih baik ?" tanya Blo'on.
"Engkau suka yang mana ?" pemilik rumah makan balas
bertanya. "Tidak pilih ke-dua2nya"
Pemilik rumah makan tercengang. Dalam pada itu karena
takut terlibat maka para tetamu dalam rumah makan itupun
samua pergi. "Ciangkui" tiba2 To Jin-sik berkata, "tentang kerusakan
alat2 dan hidangan disini aku sanggup mengganti. Tetapi
bagaimana dengan urusan Kho kongcu ?"
"Ya. memang repot" pemilik rumah makan itu garuk2
kepalanya. la bingung. Kalau Bio"on menyerah, itu memang
mudah. Tetapi rasanya pemuda itu tentu tak mau. Untuk
menggunakan kekerasan ia kuatir tak dapat menandingi. Kan
Shin Kong tat dan Mo Gay liok yang termasuk sakti, dapat
dirubuhkan Bloon. Namun kalau suruh Blo'on melarikan diri, ia
kuatir akan dipersalahkan oleh Kho haktu.
"Maksudku begini saja" sesaat kemudian pemilik rumah
makan itu mendapat akal "lebih baik kalian melarikan diri"
"Terima kasih, ciangkui." kata To Jim sik, "tetapi bagaimana
dengan diri ciangkui nanti."
"Aku mempunyai akal" kata pemilik rumah makan "kita
harus pura2 berkelahi dan kalian harus memukul aku sampai
pingsan. Satelah itu kalian boleh pergi"
Pikir2 saran pemilik rurrah makan Itu baik juga. Kuatir kalau
Blo'on menolak. To Jin sik segera menyetujui,
Demikian To Jtn-sik pura2 berkelahi dengan pemilik rumah
makan dan berakhir dengan rubuhnya pemilik makan itu tak
sadarkan diri. To Jin-sik segera ajak Blo'on dan Sian li pergi.
"Kemana kita harus pergi "* tanya To Jin-Iik Saat itu sudah
menjelang sore. "Kita datang ke pesta ulangtahun Cian-bin-long-kun, saja"
seru Blo'on. To Jin sik terkejut. Ia tahu bahwa pergi ke pesta
ulangtahun Cian bin-long kun berarti akan ngundang gara2
"Ah. baiklah kita pesiar ke seluruh kota sambil menikmati
peninggalan2 kerajaan yang indah. Bukankah kongcu hendak
melihat genta raksasa ?" katanya.
Blo'on merenung, katanya : "Tetapi bagaimana kita dapat
mencari orang itu kalau tak pergi ke rumahnya ?"
"Tetapi hari ini dia sedang mengadakan ulang tahun. Tentu
banyak tetamu. Dan tetamunya tentu terdiri dan pembesar2,
tokoh2 persilatan, dan orang2 ternama. Kalau mencarinya
pada saat ini rasanya tidak tepat" kata To Jin sik.
"Ya, benar", Sin-Li ikut bicara.
"Ah. tidak" bantah Blo'on "kalau tak kesana, bagaimana kita
dapat menanyainya ?"
"Lebih baik jangan, kongcu"
"Apa engkau takut ?"
"Bukan takut" jawab To Jin-sik. "tetapi lebih baik kita
menghindari kesulitan daripada ..."
"Tanpa menghadapi kesulitan bagaimana kita akan
mendapat hasil ?" tukas Bloon.
Sian-li terkejut. Diam2 ia heran mengapa makin jauh
perubahan dalam alam pikiran Blo'on saat itu. Setiap
keinginannya tentu diingat ingati terus dan belum sudah kalau
belum selesai. Apakah otaknya benar2 sudah sembuh " Diam2
nona Sian-li berpikir. "Begini sajalah" akhirnya ia menengahi, "kita pergi ke
rumah Cian bin long-kun tetapi tak masuk. Hanya cukup tahu
saja. Besok kita kesana lagi menemuinya "
Usul nona itu diterima, Mereka lalu menuju ke rumah
kediaman Cian-bin-long-kun.
Cin bin-long kun Buyung Kiong seorang hartawan di
kotaraja yang terkenal. Orang tak tahu dari mana sumber
harta kekayaannya itu. Dia hanya mengusahakan toko obat
saja. Tetapi usaha dibelakang layar memang hebat sekali. Dia
punyai rumah2 madat, menguasai gerombolan hitam di kota
raja. Dia bekerja sama denga Wi-hian, thaykam atau orang
kebiri dalam kerajaan yang besar pengaruhnya. Pembesar2
kerajaan banyak dikenalnya. Mereka melindungi perdagangan
madat gelap dari Cian bn long kun. Sebagai imbalan Cian bin
long kun memberikan jatah madat kepada mereka.
Hari itu kotaraja benar2 ramai sekali. Bukan saja Cian-binlongkun sedang merayakan hari ulang tahunnya, pun malam
itu tepat jatuh tanggal limabelas bulan delapan. Menurut
kepercayaan, pada tanggal dan bulan delapan itu, para
malaekat mengadakan rapat, maka kelenteng, biara, kuil dan
rumah2 pemujaan penuh sesak dengan para pengunjung yang
datang untuk mohon doa restu. Menurut naluri adat istiadat,
pada malam.itu para gadis2 pingitan berkunjung ke kelenteng,
bersembahyang agar cepat dapat jodoh yang baik.
Dengan diselenggarakannya pesta ulangtahun Cian-binlongkun maka penduduk kotaraja hampir semua keluar
rumah. Yang tua berkunjung ke rumah Cian-bin-long-kun,
yang muda berkunjung ke kelenteng dan rumah2 biara.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pesta berlangsung dengan meriah sekali. Tamu2 bagaikan
iring-iringan semut yang tak kunjung putus. Setiap tetamu
tentu membawa barang bingkisan untuk tuan rumah. Dan
Cian-bin long-kun dengan wajah berseri-seri menyambut dan
mempersilahkan tetamu2 itu duduk.
Hidangan yang disuguhkan pun terdiri dari makanan yang
mahal. Cian bin long-kun sengaja mengundang seorang
tukang masak termasyhur dari Hang ciu,
Tengah ramai para tetamu menikmati hidangan, tiba2
penjaga pintu masuk dengan membawa sebuah bungkusan
besar. Penjaga menyerahkan bungkusan dari kain sutera
kuning emas itu kepada Cian bin-long-kun.
"Loya" kata penjaga pintu, "seorang lelaki menyerahkan
bungkusan ini untuk loya"
"Dari siapa "' tanya Cian- bin-long-kun. "Orang itu hanya
disuruh mengantarkan. lalu pergi. Katanya, didalam
bungkusan terdapat nama pengirimnya. Loya sudah kenal baik
sekali dengan orang itu"
Cian bin-long-kun kerutkan dahi. "Aneh" gumamnya
"apakah isinya?"
"Hamba tak tahu. loya. Tetapi orang pesuruh itu
mengatakan bahwa isinya Hiong som."
"Apa ?" Cian-bin-long-kun menegas, "apakah hiong som itu
?" "Hiong-som yalah kolesom beruarg. Atau kolesom yang
bentuknya mirip dengan beruang. Asalnya jauh di daerah
kutub utara. Di negeri Tiong-goan sini. lak ada som semacam
itu" "Oi" Cian bin long kun mendesuh kejut "Aku sendiripun tak
pernah melihat hiong-som".
Biasanya setiap bingkisan tentu segera diserah terimakan
pada seorang yang mengurus penerimaan hadiah. Tetapi
entah bagaimana, Cian bin-long kun memerintahkan supaya
bungkusan ini ditaruh di mejanya.
"Saudara2" sesaat kemudian Cian-bin-long-kun berseru
lantang "sungguh suatu peristiwa yang tak pernah kuduga
bahwa dalam pesta ulang tahunku malam ini, akan terjadi
sesuatu yang mengejutkan"
Sekalian tetamu terkejut dan mencurahkan perhatian.
"Oleh seorang yang tak mau disebut namanya, aku telah
menerima kiriman bingkisan yang luar biasa. Sebuah benda
yang tak terdapat di negeri Tiong-goan."
Perhatian sekalian tetamu makin tercurah.
"Pernah saudara2 mendengar tentang sebuah tanaman
yang disebut hong-som ?" seru Cian-long-kun.
Beberapa tetamu mengatakan belum pernah.
"Nah, dalam bingkisan ini terisi hiong-som hanya terdapat
di daerah kutub utara. Demi hormat dan menghaturkan terima
kasih kepada tetamu dan sanabat2 yang telah memerlukan
datang mengunjungi dan memberi selamat atas ulangtahunku
hari ini maka aku, Cian-bin long Buyung Kiong akan membuka
bungkusan ini. Maka kuperlihatkan kepada para tetamu
sekalian apakah bentuk dari hiong-som itu. Kemudian akan
kupotong-potong dan kupersembahkan kepada tamu2
sekalian" Tepuk tangan bergemuruh dari para tetamu menyambut
pernyataan tuan rumah. Mereka gembira karena akan
menerima pemberian hiong-som yang belum pernah
diketahuinya. Maka mulailah Buyung Kiong membuka bungkusan. Setelah
bungkusan kain dibuka maka didalamnya terdapat sebuah
kotak kayu. Di atas kotak kayu tercantum sepucuk sampul.
Cian-bin-long-kun segera mengambil sampul lalu
membukanya dan membaca. "Ah. kawan ini memang suka bergurau", katanya dengan
tertawa "dia memakai nama Li-ing-ti yang berarti Engkau-tahu
sendiri, ha" ha" "Bagus, bagus" seru Cian-bin-lono-kun
dengan gembira, "dalam surat ini dikatakan bahwa hiong-som
itu berkhasiat menambah panjang umur. Merupakan benda
yang jarang terdapat di dunia.
Terdengar suara gemuruh dari para tetamu yang amat
gembira. "Ai, kawan Li ing-ti ini memang suka gurau. Dia
mengatakan bahwa sehabis makan hiong-som orang tak boleh
tidur sampai sepuluh hari sepuluh malam ". "
"Ah ... " terdengar suara desah dari tetamu. Bagaimana
mungkin orang tak tidur selama sepuluh hari sepuluh malam.
"Ah. rupanya dia memang bersungguh-sungguh"seru Cian
bin long kun pula setelah menyelesaikan membaca surat itu,
"dia mengatakan barang siapa ingin panjang umur, harus kuat
tidak tidur. Tidak tidur sehari semalam, tambah umur dua
tahun. Dua hari dua malam, tambah empat tahun. Tiga hari
tiga malam tambah enam tahun. Kalau sepuluh hari sepuluh
malam, akan tambah duapuluh tahun. Kuat sebulan, tambah
umur enampuluh tahun ... "
Kembali terdengar suara gemuruh dari para tetamu.
Bermacam-macam tangkapan mereka atas keterangan itu.
Diam2 mereka berjanji daIam hati untuk berusaha tidak tidur
selama mungkin. Demikian bunyi surat itu dan mulailah Cian in long kun
mengambil pisau untuk membuka kotak.
Beratus-ratus pasang mata para tetamu mengikuti gerakgerik
tuan rumah dengan penuh perhatian. Walaupun diantara
mereka terdapat beberapa pembesar dan pejabat yang
berpangkat tinggi tapi mereka memang belum pernah melihat
apakah hiong-som itu. "Ai, rapat benar" kata Cian-bin-long kun setelah kotak
terbuka dan melihat sebuah bungkusan kertas lilin.
Ia lalu membuka kertas lilin itu dan ...
Bagaikan halilintar meledak, seketika memecah Cian bin
long-kun dan beratus-ratus tetamu ketika melihat isi
bungkusan kertas lilin itu. Ruang gedung yang luas seakan2
tergetar hendak rubuh karena pekik teriakan yang meledak
saat itu. Ternyata bungkusan kertas lilin itu bukan berisi hiong som
sebagaimana dikatakan dalam surat oleh orang yang
menamakan dirinya Li ing ti atau Engkau-tahu-sendiri,
melainkan sebutir kepala ... manusia !
Sesaat Cian-bin-long-kun tegak seperti patung. Wajahnya
pucat silih berganti merah. Suasana ruang perjamuan itu
hening lelap. "Batang kepala orang itu bukan lain adalah kepala Tanganseribu
Buddha Kim Hok, si gemuk yang bersama Algojo
berdarah-dingin Hun Tiong mo, telah diperintahkan untuk
memendam peti harta karun dipulau karang.
Itulah sebabnya maka Cian-bin-long-kun Buyung Kiong
terkejut seperti disambar petir.
"Panggil penjaga pintu " sesaat menyadari bahwa dirinya
telah menderita hinaan besar seorang yang tak diketahui
segera Cian- bin-long- kun berseru memberi perintah.
"Lihat isi bungkusan itu " teriak Cian-bin long-kun setelah
penjaga pintu datang. Penjaga pintu memandang ke meja dan seketika pucatlah
wajahnya : "Hamba ... tak tahu kalau isinya ... "
"Kerahkan kawan-kawanmu mencari orang itu segera seret
kemari " teriak Cian bin Iong-kun dengan bengis.
Penjaga pintu itu pucat wajahnya. Orang yang
menerimakan bungkusan itu sudah pergi, kemanakah ia harus
mencarinya. Namun perintah Cian-bin long kun
tak dapat dibantah. Terpaksa dengan gemetar ia mengiakan dan terus mengundurkan diri. Beberapa belas jago2 yang dipelihara Cian binIong kun segera dikerahkan
untuk mencari orang yang mengantarkan bingkisan itu.
Walaupun tak mudah untuk mencari orang dalam kota yang begitu besar dan ramai, namun mereka tetap
berusaha juga. Beberapa orang yang tingkah lakunya mencurigakan segera
ditahan dan ditanyai. Tetapi terpaksa harus dilepas lagi karena
tiada bukti. Saat itu penjaga pintupun sedang berjalan sepanjang jalan
yang agak sepi. Tiba2 ia melihat tiga orang sedang berjalan
mendatangi. Diperhatikannya ketiga orang itu dan seketika ia
heran melihat salah seorang diantaranya, agak aneh. Seorang
pemuda yang gundul tidak, berambut pun tidak. Walaupun
gundul tetapi pada kepala bagian kanan tumbuh seikat
rambut panjang yang mirip sebuah kuncir. Memang cakap
juga wajah pemuda itu tetapi sikapnya seperti tolol.
Tiba2 salah satu diantara ketiga orang menghampiri dan
meregur: "Saudara, dimanakah kediaman Cian-bin-long-kun
Buyung Kiong?" Penjaga pintu yang berkawan dua orang jago silat itu
terkejut mendapat pertanyaan itu.
"Siapa engkau ?" tegur penjaga pintu.
"Kami datang dari lain daerah hendak melihat-lihat
keindahan kotaraja. Kudengar Cian-bin long-kun Buyung Kiong
sedang mengadakan pesta ulangtahun"
"Apa keperluanmu menanyakan kediaman Cian bin-longkun
?" tanya si penjaga pula.
"Ei. mengapa lagakmu begitu tengik ?" tiba2 Blo'on
menyelutak, Rupanya ia tak puas melihat lagak bicara si
penjaga pintu yang angkuh.
"Kurang ajar, engkau berani memaki aku"' teriak penjaga
pintu. "Mengapa tak berani ?"
"Kalau tak salah engkau ini mirip dengan orang yang
mengantar bingkisan istimewa itu," tiba2 penjaga pintu
berseru. "Apa maksudmu ?" tegur pemuda itu.
"Bukankah engkau yang mengantar bungkusan besar
kepada tuan Buyung Kiong ?" seru penjaga pintu.
"Hah ?" pemuda itu ternganga.
"Ho. jangan menyangkal" teriak penjaga pintu pula,
"engkau harus ikut kami menghadap Buyung loya"
"Mengapa ?" tanya si pemuda tak mengerti.
"Buyung loya hendak bertemu dengan engkau" penjaga
pintu tak mau menerangkan maksud undangannya itu.
Kedua kawan pemuda itu terkejut. Tetapi belum tempat
mereka menilai maksud orang, tiba2 Blo'on sudah berseru.
"Bagus, aku memang hendak mencari Buyung Kiong"
katanya. "Ikut aku" seru penjaga pintu seraya mendahului
melangkah. "Saudara, tunggu sebentar" kata salah satu dari ketiga
orang itu. "Mengapa ?" seru penjaga pintu.
"Harap saudara jelaskan apa keperluan tuan Buyung Kiong
hendak bertemu dengan kami"
"Aku tak tahu" sahut penjaga pintu, "nanti bila berhadapan
dengan Buyung loya. engkau boleh tanya sendiri".
"Paman, biarlah kita ikut saja" kata si pemuda yang bukan
lain adalah Blo'on. Blo'on bertiga sedang menuju ke tempat kediaman Buyung
Kiong. Walaupun tinggal di kota raja tetapi tak pernah To Jinsik
tahu letak kediaman Buyung Kiong. Maka ketika
berpapasan dengan penjaga pintu dan kedua jago silat
keluarga Buyung, To Jin sik bertanya.
Jika tak bertanya mungkin takkan terjadi sesuatu, Tetapi
karena bertanya itu maka timbul seketika pikiran penjaga
pintu. Ia merasa bebas untuk mencari orang yang mengantar
bingkisan istimewa tadi, tentu sukar sekali. Maka ia
mempunyai rencana untuk menjadikan Blo"on kambing
hitamnya. Dan secara kebetulan pula ternyata Blo'on memang
hendak mencari Buyung Kiong.
Pencaharian orang yang mengantar bingkisan kepala orang
tadi, cukup memakan waktu lama. Dan karena peristiwa itu
maka hilanglah selera para tetamu. Beberapa waktu
kemudian, para tamu itupun pulang.
Juga Buyung Kiong sendiri seperti orang yang kehilangan
semangat. la merasa menderita hinaan besar. Disamping itu
iapun gelisah juga memikirkan peti2 harta karun yang
disuruhnya menyembunyikan di pulau kosong.
"Kemanakah Tangan seribu buddha Hun liong mo dan
anakbuahnya itu?" sambil mondar mandir di ruang perjamuan
yang sudah kosong dari tetamu itu, ia memikirkan peristiwa
itu. "Kalau Kam Hok dibunuh orang, tentu kemungkinan besar,
orang2 yang kusuruh itu mengalami nasib yang malang,
pikirnya lebih lanjut, ia kucurkan keringat dingin dikala
memikirkan kemungkinan hilangnya peti berisi harta yang tak
ternilai harganya itu. "Loya....." tiba2 Buyung Kiong dikejutkan oleh suara dari
luar yang memanggil dirinya. Ketika berpaIing tampak penjaga
pintu dengan kedua jago silat sedang membawa tiga orang
yang belum dikenalnya. "Inilah orang yang mengantar bungkusan itu," kata penjaga
pintu seraya menunjuk Blo'on.
Berapi-apilah mata Buyung Kiong memandang Blo'on.
Tetapi ketika memperhatikan wajah dan gerak-gerik pemuda
itu, api pembunuhan yang memancar pada mata Buyung
Kiong agak reda. Sebagai seorang tokoh yang licin dan kaya
pengalaman, cepat ia dapat menilai bahwa Blo'on ini seorang
pemuda yang tak normal dan tak mengerti ilmusilat.
"Siapa engkau ?" tegurnya.
"Aneh?" sahut Blo'on balas tuan rumah.
Cian-bin-long-kun Buyung Kiong terbeliak
"Mengapa aneh ?" serunya.
"Mengapa tidak aneh ?" balas Blo'on.
"Apanya yang aneh ?"
"Engkau !" seru Blo'on.
"Aku ?" Cian-bin long-kun Buyung Kiong nyalangkan mata
lebar2, "mengapa?"
'Engkau mengundang aku datang, mengapa tak tahu siapa


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diriku?" kata Blo'on.
"Siapa yang mengundang engkau ?" Buyung Kiong makin
heran. "aku tak kenal padamu. Aku perintahkan orangku
untuk mencari orang yang mengantar bingkisan aneh
kepadaku. Apakah kau yang mengantar ?"
Kini makin jelas bagi Buyung Kiong bahwa dia sedang
berhadapan dengan seorang pemuda tak normal. Maka cepat
ia membentaknya: "Jangan banyak mulut! Engkau yang
menghantar bungkusan itu atau bukan "
"Kalau ya ?" "Engkau harus mati !"
"Kalau tidak?" "Lekas enyah, aku muak melihatmu !"
"Aku sebenarnya hendak mencarimu maka baiklah
kukatakan, aku yang mengantar bungkusan .... eh, nanti dulu,
apakah isinya ?" "Kepala manusia!" seru Buyung Kiong.
Blo"on, To Jin sik dan Sian li terkejut sekali. Kini barulah To
Jin-sik dan Siau li mengerti mengapa Buyung Kiong
perintahkan orang untuk mencari orang yang mengantar,
bungkusan istimewa itu. Dan saat itu pula To Jin sik serta Sian-li menginsafi bahwa
urusan memang amat gawat sekali. Salah bicara, Blo'on tentu
akan terlibat perrkara besar.
Tetapi sebelum kedua orang itu sempat membuka mulut,
Bloon pun sudah mendahului.
"Kepata manusia " Kepala siapa"'* tanya Blo"on seperti tak
menyadari bara kemarahan tuan rumah yang sewaktu waktu
akan meletuskan pemenuhan.
"Jawab dulu, engkau yang mengantarkan bukan !' bentak
Cian-bin-lo-kun. "Ya" To Jin- tik dan Sian li seperti dipagut ular kejutnya.
"Bukan Buyung loya," seru To Jin-sik, "bukan kami yang
mengantar. Kami sarna sekali tidak tahu menahu tentang
bungkusan itu." Cian-bin long-kun cepat memandang Blo"on.
"Ya, memang aku yang mengantar," sahut Blo'on "tetapi
bolehkah aku melihat apa isinya?"
"Dengar tidak, engkau !" Buyung Kiong beralih memandang
To Jin-sik, "kawanmu sudi mengaku. Dia lebih jujur dari
engkau. Hukumannya lebih ringan."
"Tetapi memang kami tak mengantar bungkusan itu. Dia
mengaku sekenanya saja," seru Jin-sik,
"Clan-bin-long-kun, mana kepala manusia itu ?" seru Blo'on.
Buyung Kiong terkejut karena pemuda berani menjebut
dirinya dengan perkataan Cian bin-long kun saja.
Buyung Kiong segera suruh orangnya bawa keluar
bungkusan tadi. "Ha ....!" Blo'on berteriak kaget melihat kepala manusia itu.
"Mengapa "' tanya Buyung Kiong.
'Itu kan kepala dari si babi gemuk berada di pulau kosong !"
tanpa disadari Blo"on berseru.
Buyung Kiong melonjak kaget: * Engkau kenal dia ?"
"Dia si babi gemuk yang bersama beberapa kawannya
membawa peti harta ke pulau kosong."
"Hm, benar" geram Buyung Kiong. Kini ia makin menaruh
perhatian kepada pemuda itu, Walaupun semula ia ingin
mengusir pergi tetapi setelah mendengar kata2 pemuda itu, ini
ia akan menahannya. "Bukankah peti harta itu milikmu ?" tanya Blo'on pula.
"Nanti dulu" seru Buyung Kiong. "bagaimana engkau dapat
bertemu dengan orang2 itu ?"
"Itu aku tak begitu ingat" kata Blo"on "hanya tahu2 aku
merasa berada di sebuah pulau kosong lalu datanglah
rombongan orang yang membawa peti besar".
"Dimana peti itu sekarang 7" tanya Buyung Kiong gopoh.
"Carilah sendiri" seru Blo"on. "aku tak sudi mengambil
barang yang bukan milikku".
"Bagus" Buyung Kiong berseru girang, "jika demikian peti
itu tentu masih berada dipulau itu" "Itu bukan urusanku.."'
dengus Blo'on "yang penting aku hendak bertanya kepadamu.
Benarkah itu milikmu " "
Buyung K;ong mengiakan. "Mengapa engkau taruh di pulau
kosong ?" "Itu urusanku sendiri, tak perlu engkau ikut campur."
Blo'on menyeringai : "Darimana engkau memperoleh harta
kekayaan sebanyak itu ?"
"Hukan urusanmu I"
"Tetapi aku berhak mengurus !" seru Blo'on
Buyung Kiong nyalangkan mata : "Eh. siapah engkau ini "
Hak apa engkau berani mengurusi harta bendaku ?"
"Jika harta itu engkau peroleh dengan cara halal, aku
memang tak berhak mengurus. Tetapi kalau dengan cara tidak
halal, aku berhak mengurus" kata Blo'on.
"Uh jangan bicara seenakmu. Tahukah engkau, siapa aku
ini ?" "Cian bin long-kun Manusia-berwajah-seribu", sahut Blo on
"kukira engkau benar2 berwajah-seribu tetapi ternyata tidak".
Bukan main marah Buyung Kiong saat itu. Tetapi karena
perlu untuk menyelidiki lebih lanjut terpaksa ia menahan
kesabaran. "Coba ceritakan pengalamanmu di pulau kosong itu."
katanya dengan tenang. "Sebenarnya aku tak peduli si gemuk ini membawa peti.
Tetapi ternyata dia dan kawannya manusia2 yang kejam. Coba
pikirlah begitu selesai menyimpan peti, si gemuk terus hendak
membunuh orang yang disuruhnya menggotong peti itu."
"Oh", desuh Cian bin-long-kun.
"Satelah disuruh menanam peti, mereka terus kendak
dibunuh. Bukankah kejam sekali si babi gemuk dan kawankawannya
itu ?" "Lalu ?" "Kami bertiga membantu orang2 yang tak bersalah dan
bertempur melawan si gemuk dan kawan-kawannya. Mereka
menggeletak semua kecuali babi gemuk yang masih hidup dan
kami ikat pada pohon. Aneh, mengapa tahu2 kepalanya
pulang sendiri ?" "O, engkau tak tahu siapa yang membunuh orang gemuk
ini ?" tanya Buyung Kiong.
"Tidak." sahut Blo'on.
"Tetapi mengatakan tadi engkau mengaku membunuhnya
?" "Supaya aku bisa masuk dan bertemu dengan engkau
disini " "Apa keperluanmu"'
"Dia menanyaimu tentang harta itu. Hayo bilang dari mana
engkau memperolehnya?"
"Tikus buduk, engkau berani bertingkah liar disini!" teriak
Buyung Kiong lalu berpaling dan memberi perintah kepada
orang orangnya ?" tangkap budak gila ini !"
Seorang lelaki setengah tua segera tampil. Tetapi secepat
itu pula seorang lelaki pendek, loncat ke depan.
"Sun toako, potong ayam mengapa memakai alat pemotong
kerbau" Silahkan mundur dan biarlah aku yang meringkus
budak liar itu !" Kini Blo'on berhadapan dengan seorang lelaki pendek yang
bermata segitiga. Sepintas pandang menyerupai seekor
kunyuk. Dia bernama Kau Hwat-siang gelar Monyet sakti, seorang
jago silat yang termasyhur dengan ilmu silat Kau-kun atau
ilmusilat kera. Memang Cian bin-long-kun Buyung Kiong memelihara
banyak sekali jago2 silat. Mereka dijadikan tukang pukul
apabila Buyung Kiong mengalami kesulitan dalam usahanya
membuka rumah madat. Tanpa banyak bicara Kau Hwat-siang loncat menerkam.
Sekali gerak, berhasillah ia cengkeram leher baju Blo"on lalu
ditariknya kuat2. Karena tak dapat bernapas. Blo'on kerahkan tenaga untuk
meronta. Saat itu Kau Hwat-siang pun sudah menyusuli
dengan hantaman tangan kiri ke dada Bloon.
Dak .... Tangan Kau Hwat-sian tepat sekali bersarang di dada
Blo"on, tetapi seketika itu ia menjerit dan lepaskan
cengkeramannya seraya mundur empat lima langkah.
Karena mengerahkan tenaga, tanpa disadari tenaga dalam
Jih cin kang dalam tubuh Blo"on memancar keluar. Pukulan
Kau Hwat siang seperti membentur keping baja yang luar
biasa kerasnya, sehingga ia menjerit kaget. Ia terhuyunghuyung
ke belakang menahan kesakitan.
Cian bin-long-kun Buyung Kiong dan beberapa tukang
pukulnya terkejut. Jelas dilihatnya anak itu tak balas memukul,
mengapa Kau Hwat siang kesakitan sendiri.
Bong Sit seorang jago dari aliran Hitam yang bergelar
Tangan-besi, segera meju dan terus memukul Blo'on. Duk "
Blo'on tergetar selangkah ke belakang tetapi Bong Sit
terpental sampai tiga langkah. Wajahnya meringis karena
menahan sakit. Rupanya Kam Leng, adik dari si gemuk Kam Hok yang mati,
tidak percaya kalau Blio"on dapat mengalahkan Kau Hwatsiang
dan Bong-sit. Ia maju dan menyerang dengan jurus
Hek-hou-ciau-sim atau Macan hitam menerkam uluhati.
Apabila menghindar, hendak ia susuli dengan sebuah Lianloantui atau tendangan berantai.
Tetapi ternyata B'o'on diam saja. Ia terkejut ketika tahu2
tinju orang sudah tiba di dadanya. Dan begitu menyentuh
dada, tangan Kam Leng terus ditebarkan berobah menjadi
sebuah tutukan ke ulu hati.
Crek .... Blo'on menjerit kaget dan tersurut selangkah kebelakang.
Tatapi Kim Leng menjerit kesakitan karena tulang jarinya
patah. Peristiwa itu benar2 mengejutkan sekalian jago2 termasuk
Cian-bin-long-kun sendiri.
Seorang jago silat lain yang bernama Giam Beng-sin cepat
mencabut pedang dan loncat ke muka Bloon, Rubuhnya tiga
orang kawannya memberi kesan kepadanya bahwa anakmuda
itu tentui memiliki Thiat poh-san atau ilmu kebal. Ia hendak
mengujinya dengan pedang.
Tetapi belum lagi ia tegak berdiri, Blo'on yang menderita
pukulan dari tiga orang, mulai marah.
"Kurang ajar, mengapa engkau menyerang aku" serentak
iapun maju menyongsong pendatang itu dengan sebuah
pukulan. Giam Beng sin terkejut. Cepat ia loncat mundur lagi. Tetapi
alangkah kejutnya ketika tubuhnya tak mampu
dikendalikannya lagi. Rencananya hanya loncat mundur
selangkah lalu hendak maju lagi tetapi angin pukulan Blo"on
telah mendorongnya sampai lima enam langkah ke belakang.
Melihat itu Sian-li tak mau memberi kesempatan pada Giam
Beng sin. Sekali ayun tubuhnya sudah berada di samping
orang dan sebuah gerakan tutukan pada punggung telah
menyebabkan Giam Beng-sin lepaskan pedangnya dan tegak
tak dapat berkutik. Tak kurang dari sepuluh jago2 tukang pukul yang
mendampingi Cian bin-long-kun. Empat orang telah menderita
kekalahan dan kini hanya tinggal enam orang.
Serempak keenam jago itu mencabut senjata masing2.
Melihat itu Sian-lipun segera mencabut Pek-liong-kiam atau
pedang Naga-putih pemberian si orangtua penunggu istana di
bawah laut tempo hari. Melihat itu To Jin-sik terkejut. Ia menyadari bahwa keadaan
sangat berbahaya. Jika fihaknya kalah, tentu akan dibunuh.
Tetapi kalau menang, tentu akan menimbulkan akibat yang
luas sekali. Cian-bin-long-kun mempunyai pengaruh yang
besar di kotaraja. Kematian tokoh Itu tentu akan menimbulkan
kegemparan besar. Kemungkinan partai Kay pang cabang
kotaraja tentu akan dibasmi oleh kerajaan.
"Berhenti !" teriaknya dengan nyaring. Kemudian ia
berpaling kearah Cian-bin-long-kun.
"Buyung loya; kesalahan apakah yang telah kami lakukan ?"
serunya. "Kalian telah membunuh orangku yang kutugaskan ke pulau
karang!" sahut Cian-bin-long-kun dengan marah.
"Dapatkah loya memberikan bukti bahwa pembunuhan itu
kami yang melakukan ?"
"Bukti sudah jelas " kata Cian-bin-long-kun, anak itu telah
mengaku dia yang mengirim bungkusan berisi kepala Kam Hok
kemari. Apakah engkau masih menyangkal ?"
To Jin-sik tertawa. "Buyung loya," katanya, "memang demikian lah perangi
sahabatku itu. Karena didesak, ia terus mengakui saja apa
yang bukan dilakukannya. Jelas, bukan kami yang mengirim
bungkusan kepala manusia itu ....."
"Jangan putar lidah tak keruan!" betak Cian-bin-long kun,
"kawanmu sudah mengaku dengan jelas, engkau masih berani
mati menyangkal! " "Ah, Buyung loya harus percaya kepada perkataanku.
Memang sahabatku itu mempunyai perangai yang aneh dan
agak linglung......"
"Tidak!" teriak Blo'on. "aku tidak linglung," aku memang
perlu menanyai Cian bin kun, dari mana dia memperoleh harta
kekayaan itu." "Jahanam!. Jangan bertingkah liar," dirumahku teriak Cian
bin long-kun, "engkau tak berhak mengurus kekayaanku."
"Dengan begitu hartamu itu akan hilang selama-lamanya,"
seru Blo'on. "Belum tentu," dengus Cian-bin-long.
"Siapa yang akan memberitahu tempat simpanannya
kepadamu " Bukankah anak-buahmu sudah mati semua ?"
"Engkau!" "Aku?", teriak Blo"on, "tidak mau."
"Mau atau tidak mau engkau harus memberitahu, kalau
tidak, jangan harap engkau dapat keluar dari rumah ini
dengan masih bernyawa."
"Siapa bilang!" teriak Blo"on, "sebelum pergi, jawablah lebih
dahulu pertanyaanku tadi. Dari mana engkau memperoleh
harta kekayaan itu?".
"Aku seorang pedagang besar, sudah tentu hasil


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keuntungan yang kuperoleh dalam perdagangan itu cukup
banyak." "Bohong!" seru Blo"on, "tak mungkin engkau memperoleh
keuntungan sebesar itu. Apa yang engkau perdagangkan?"
"Loya, lebih baik selesaikan manusia2 ini, daripada loya
harus mengadu lidah, tiba2 berkata seorang jago silat yang
bertubuh tinggi besar, dan bersenjata sepasang gembolan
berduri. Orang itu bernama Ki Hen-tik bergelar Duplikat Thio Hwa.
Thio Hwa adalah seorang tokoh dalam Samkok yang
bertenaga besar.Dan memang wajah Ki Hun-tik itu penuh
ditumbuhi brewok lebat. "Ya." Cian bin long kun mengangguk.
"Silahkan loya beristirahat di dalam. Sebentar nanti tentu
kubawa ketiga manusia liar itu ke hadapan loya," kata Ki Huntik
pula. "Hai, hendak kemana engkau!" teriak Blo"on ketika Cian bin
long kun masuk ke dalam. Habis berseru ia terus loncat hendak mengejar tetapi Ki
Hian-tik cepat ayunkan gembolan besinya untut menghantam.
Melihat itu Sian-li pun cepat loncat menusuk punggung Ki
Hian-tik. Apabila Blo'on harus menderita pukulan gembol besi.
Ki Hian-tikpun tentu tembus punggungnya dengan ujung
pedang. Ternyata Ki Hian-tik masih sayang punggungnya. Cepat ia
menarik gembolan besinya seraya menghindar kesamping, lalu
secepat kilat menghantam Sian-li.
Sepasang gembolan besi yang berduri itu beratnya tak
kurang dari limapuluh kati. Selain beratpun masih dihias
dengan duri2 baja yang tajam. Jangan lagi tubuh manusia,
bahkan batupun tentu hancur lebur apabila terkena hantaman
senjata itu. Dengan sepasang gembolan berduri itu Ki Hun tik telah
menjagoi sepanjang daerah Kanglam sebagai seorang
penyamun yang paling ditakuti oleh kantor2 pengangkutan
atau piau-kiok. Oleh Cian-bin-long-kun, dia ditarik ke kotaraja menjadi
pengawalnya. Oleh karena dibebaskan dari tuntutan hukum
selama menjadi begal itu, Hua-tik mau menerima jabatan itu.
Cian-bin-long-kun mempunyai dua belas pengawal pribadi
yang tinggi ilmu silatnya. Kebanyakan mereka itu adalah jago2
dari golongan Hitam. Disamping itu entah berapa puluh anak
buah lagi yang dipeliharanya sebagai tukang pukul.
Sian-lipun keluarkan ilmu pedang Giok-li-ki-im untuk
menghadapi sepasang gembolan dari Ki Hun tik.
"Mampus !" teriak Ki Hun-tik seraya menghunjamkan
gembolan besi di tangan kanannya kearah kepala Sian-li.
Dalam menghadapi jago yang bertenaga besar itu,
sebenarnya Sian-li menggunakan ilmu gin-kang, berlincahan
menghindar kian kemari sambil mencuri peluang untuk balas
menusuk. Tetapi saat ia benar2 terdesak oleh gembolan besi
di tangan kiri lawan yang membayangi dari samping.
Dalam keadaan yang berbahaya, Sian-li songsongkan
pedang Pek-liong-kiam menangkis. Tetapi ia mengarah untuk
membabat tangkai gembolan lawan.
"Tringngng , . ,"
Terdengar dering yang amat nyaring sehingga pekakkan
telinga, dan alangkah kejut Ki Hun-tik ketika gembolannya itu
terpapai kutung. Secara tak diduga-duga, gembolan besi
berduri itu melayang tepat jatuh keatas kepala Cian-bin-long
kun. "Loya, awas gembolan.....!" teriak Ki Hun tik.
Karena kejutnya itu ia sampai tertegun dan hentikan
gerakannya. Tahu ujung pedang Sian li sudah menyentuh
dadanya. Dalam gugupnya ia masih berusaha untuk
mengempiskan dada lalu menelentangkan tubuhnya ke
belakang. Ia hendak gunakan jurus Thiat-pian ki atau
Jembatan besi, tubuh melengkung ke belakang, sehingga
mencapai tanah, bentuknya menyerupai sebuah jembatan.
Tetapi jarak dengan lawannya, keliwat dekat sekali.
Sebuah tendangan yang dituju ke perut dari kaki Sian-li,
membuat Ki Hun-tik tak berkutik lagi.
Kelima jago silat yang menyaksikan peristiwa itu serempak
berseru hendak menolong Ki Hun-tik. Mereka berhamburan
menyerang Sian li. Tetapi dara itu dengan gagah memutar
pedang untuk menghalau mereka.
"Berhenti atau majikanmu akan kubenturkan tembok !"
tiba2 terdengar suara mengancam.
Sekalian jago itu berhenti dan berpaling. Alangkah
terkejutnya mereka ketika melihat Blo'on sedang menyikap
tubuh Cian-bing long kun sedemikian rupa sehingga Cian-binglonkun tak berkutik sama sekali.
Kiranya sewaktu Ki Hun-tik berteriak memberi peringatan
kepada Cian-bin-long-kun tadi, diapun memang sudah
mendengar sambaran benda dari udara. Cepat dia menyurut
mundur dua tiga langkah. Tetapi alangkah kejutnya ketika
tiba2 tubuhnya dipeluk orang sedemikian keras sehingga ia
hampir tak dapat bernapas,
Cian bin-long-kun Buyung Kiong sesungguhnya memiliki
ilmu silat yang tinggi juga. Dia bekas murid dari Kun-lun-pay
yang kemudian minggat lalu mendapat guru seorang paderi
lhama dari Tibet. Dalam ilmu Iwekang atau tenaga-dalam, ia telah mencapai
tataran yang tinggi. Tetapi karena terlalu mengumbar nafsu
dalam minum arak dan wanita, ilmu lwekangnyapun merosot.
"Engkau mau mengaku atau tidak !" bentak suara yang
dikenalnya sebagai suara Blo'on sipemuda tak normal tadi.
Rasa penasaran segera meluap dalam pikirannya. Masakan dia
tak mampu melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.
Dengan kerahkan tenaga-dalam. Cian-bin-long kun segera
meronta keras. Ia rentangkan kedua tangannya untuk
membuka lipatan tangan Blo'on yang mendekapnya.
Tetapi alangkah kejutnya ketika ia merasakan suatu
gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar dari lengan
pemuda itu. Sedemikian kuatnya lengan pemuda itu sehingga
menyerupai baja menjepit keras.
Masih Cian-bin-iong-kun penasaran sekali. Ia meronta-ronta
sekuat tenaganya. Dan berhasilah ia membawa Blo'on
berputar-putar kian kemari tetapi pelukan anak itu tetap
meringkus tubuhnya. Bahkan makin mengencang.
Cian-bin-long-kun benar2 heran dan tak bisa mengerti.
Mengapa anakmuda yang tampaknya tolol dan tak mengerti
llmusilat, ternyata miliki tenaga yang amat aneh. Semakin ia
meronta, semakin pula tenaga-dalam dari anak itu memancar
keras. Sebagai seorang yang pengalaman, cepat dapat menduga
bahwa anak itu tentu seorang anak ajaib. Atau tentu telah
mendapat suatu rejeki yang luar biasa, memakan suatu buah
atau binatang yang ajaib.
Maka ia tak mau meronta lagi dan membiarkan dirinya
dipeluk, la akan menanti suatu kesempatan yang
memungkinkan untuk melepas diri.
Terkejutlah kelima jago silat yang sedang menyerang Sianlt
itu demi mendengar teriakan Blo'on. Dan lebih terkejut pula
ketika melihat Cian- bin-long kun telah diringkus Blo'on.
Diam2 mereka gentar nyalinya. Mereka tahu bahwa Cianbinlong-kun itu memiliki ilmu yang tinggi. Kepandaiannya
dapat digolongkan sebagai jago silat kelas satu. Apabila Blo'on
mampu membuatnya tak berkutik, Jelas pemuda itu tentu
sakti. "Paman," seru Blo'on kepada To Jin sik, "rampaslah senjata
mereka!" To Jin-sik meragu karena dilihatnya kelima jago silat itu
mengambil sikap menentang.
"Hai, dengarkan!" teriak Blo'on. "kalau kalian membangkang
perintahku supaya menyerahkan senjata, Cian-bin-long-kun ini
tentu akan kubenturkan kepalanya pada dinding."
Kelima jago silat itu tercengang. Sesaat mereka tak dapat
mengambil keputusan. menyerahkan senjata atau menolak.
Apabila menyerahkan senjata, kemungkinan Blo'on akan
menyuruh kawannya untuk membunuh.
"Aku mau menyerahkan senjata tetapi dengan syarat !"
seru Poa Ngo, salah seorang dari lima jago silat itu.
Poa Ngo murid dari Bu-tong-pay tetapi dialah tersesat
kedalam golongan kaum Hitam.
"Apa syaratnya ?" seru Blo'on.
"Asal Buyung loya, engkau lepaskan!"
"Baik," sahut Blo'on. "akupun mempunyai syarat juga."
"Katakan!" seru Poa Ngo yang bergelar Pedang pengejarnyawa.
"Buyung Kiong harus memberitahu dengan jujur darimana
dia memperoleh harta kekayaan. Kalau tidak, takkan
kulepaskan selama-lamanya.
Buyung Kiong tenang2 saja. Diam2 ia tertawa mendengar
kata2 pemuda yang kurang sehat pikirannya itu.
"Buyung loya sudah memberitahu tentang asal usul
kekayaannya itu. Dia mengusahakan berbagai-bagai
perdagangan," seru Poa Ngo.
"Tidak percaya !" seru Blo"on, "kalau harta kekayaannya itu
diperoleh secara halal, mengapa menyuruh orang untuk
menyembunyikan di pulau kosong " Apa maksudnya ?"
Poa Ngo mengerling pandang ke arah Buyung Kiong.
Buyung Kiong pejamkan mata dan Poa Ngopun dapat
menangkap isyarat itu. "Suasana negara mulai tak aman. Sejak baginda Ing Lok
gering sudah tampak tanda2 timbul kekeruhan. Maka lebih
dahulu loya menyangkut hartanya ke suatu pulau yang ini
sudah wajar. Dalam suasana kacau, setiap orang tentu
berusaha untuk menyelamatkan kekayaannya" kata Poa Ngo.
Poa Ngo dan keempat kawannya memang berdaya
menghadapi ancaman Blo'on. Pada saat itu Sian-li sudah
berada di samping Blo'on. Ia lekatkan ujung pedang ke leher
Cian-bin iong-kun. Apabila kelima jago silat itu berani
menyerang, Cian bin-long kun tentu akan dibunuh.
Satu-satunya jalan bagi Poa Ngo dan kawan kawannya
hanyalah mengulur waktu. Mudah-mudahan akan terjadi suatu
perobahan yang menolong jiwa Buyung Kiong.
"Cara menyelamatkan harta benda, bukanlah seperti yang
dilakukan majikanmu ini" seru Bloon "itu menandakan bahwa
harta kekayaannya itu tentu diperoleh secara tak halal."
"Lalu dengan cara bagaimana ?"
"Bagi-bagikan kepada kaum miskin dan usaha2 yang
bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Apa majikanmu seorang
dermawan, rakyat tentu akan berterima kasih. Walaupun
dalam keadaan kacau mereka tentu tak mau mengganggu
majikanmu. Bahkan mereka tentu akan melindungi seorang
yang telah berjasa kepada rakyat"
Sian-li terkesiap mendengar uraian Blo'on. Tak pernah
disangkanya bahwa sukonya yang tampak Blo'on itu ternyata
mempunyai pandangan hidup yang mulia.
"Percaya atau tidak, itu terserah kepadamu, tapi loya telah
memberi keterangan sejujurnya, seharusnya engkau harus
pegang janjimu melepaskannya" seru Poa Ngo.
Blo"on merenung. "Baiklah," katanya kemudian, "akan kulepas tuanmu ini
tetapi dengan syarat lagi".
"Apa ?" "Akan kuselidiki lebih lanjut. Apabila kudapatkan bukti
bahwa harta itu tidak halal, jangan harap Cian-bin long kun
mendapkan harta yang disimpannya itu."
"Kalau harta halal "*
"Akan kutunjukkan tempat penyimpanan peti harta itu,"
seru Blo'on. Poa Ngo tak berani mengambil keputusan. Ia melirik pula
ke arah Cian bin long kun. Kembali Cian bin long kun memberi
isyarat dengan pejamkan mata.
"Baik, kami setuju," sahul Poa Ngo.
Sian-li hendak mencegah. Ia hendak menambah syarat lain,
agar Cian bin-loag kun jangan mengganggu apabila mereka
tinggalkan tempat itu. Tetapi terlambat. Blo'on sudah melepaskan Cin-bin-Iong
kun, lalu mengajak kedua temannya pergi.
Ketika melangkah keluar pintu, ternyata didepan pintu telah
berjajar beberapa orang berwajah bengis.
To Jin sik terkejut. Ia berpaling ke belakang hendak
bertanya kepada Cian-bin tong kun, tapi alangkah kejutnya
ketika di dalam rumah telah berjajar kelima jago silat tadi
bersama beberapa orang lagi.
"Hai, apakah artinya ini ?" seru Blo"on.
"Kita dikepung," sahut To Jin sik.
Blo"on terbeliak. Ia masuk kembali dan menegur Poa Ngo:
"Ha, mengapa engkau mengganggu kami?"
Poa Ngo tertawa mengejek: "Siapa yang mengganggu?"
"Bukankah kawan-kawanmu hendak menghadang jalan?"
"Apakah tadi aku berjanji takkan menghadang?" Poa Ngo
balas bertanya. "Huh ?" 'Silahkan pergi, kalian bebas keluar dari rumah ini," Poa
Ngo tertawa. "Manusia licik," damprat Blo'on, "hm, apalah engkau kira
aku tak mampu keluar dari rumah ini?"
"Silahkan saja."
Sepuluh jago silat telah menghadang di luar pintu dengan
menghunus senjata masing2. Sedang didalam ruang juga
telah bersiap Poa Ngo berlima ditambah beberapa orang lagi.
To Jin-sik mengeluh. Ia tahu bahwa jago2 silat yang
bekerja pada Cian-bin-long-kun itu terdiri dari tokoh2 berbagai
persilatan. Walaupun mereka tergolong murid2 yang tak
menurut peraturan partainya, tetapi yang jelas mereka
memang lihay ilmusilatnya.
Rupanya waktu Cian-bin-liong-kun diringkus Blo'on, jago2
sebawahannya cepat mengetahui. Tetapi mereka tak berani
bergerak karena kuatir akan keselamatan jiwa Cian-bin-longkun.
Begitu Cian-bin long kun dilepas, merekapun segera
menghadang Blo"on. Blo'on marah dan terus hendak melangkah keluar tetapi
cepat dicegah Sian-li. "Suko, jangan bertindak gegabah. Kita hanya bertiga dan
mereka berpuluh-puluh jumlahnya. Dan mereka bukan jago2
sembarangan," Kata gadis yang sedang menyamar sebagai
seorang pria itu.

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kita menyerah ?" tanya Blo'on.
"Jangan terburu nafsu" kata Sian-li, "kita cari akal untuk
meloloskan diri". "Hm, baiklah" kata Blo'on. "tetapi kurasa tiada jalan lagi
kecuali harus menerjang kepungan mereka"
Beberapa saat kemudian tetap Sian-li dan To Jin-sik tak
berhasil mencari daya untuk meloloskan diri.
Dalam pada itu, jago2 yang mengepung diluar pintu itupun
mulai bergerak menghampiri tempat Blo"on. Demikian pula
rombongan yang berada dalam ruang. Makin lama makin
dekat. "Bagaimana, sumoay" tanya Blo'on. "apakah sudah
mendapat daya?" Sian-li gelengkan kepala : "Belum, Apa boleh buat, kita
terpaksa harus bertempur membela diri"
"Wah, aku tak punya senjata....." kata Blo"on sambil
merabah-rabah pakaianya, "hai, ada ?".
Ia cepat mengambil bungkusan kain yang terselip pada
pinggangnya dan ketika dibuka ternyata sebilah pedang.
"Aneh," Blo'on berseru heran, "dari mana pedang ini ?"
Sian-li dan To Jin-sik terbeliak. Kalau Blo'on sendiri tak
tahu, bagaimana lain orang dapat mengetahui.
Sebenarnya pedang itu adalah pusaka Ceng-liong-kiam milik
ketua Kay-pang yang lama yalah Han-jiat-sin-kay. Pedang itu
pernah menjadi rebutan ketika diadakan panggung pemilihan
ketua utara Kay-pang cabang selatan dengan Kay-pang
cabang utara yang kemudian berganti nama degan Jiong
pang. Tetapi Blo'on lupa sama sekali.
"Paman To, engkau memakai senjata apa ?" tanya Sian-li."
"Aku tak membawa apa2."
"Kalau begitu pakalah pedangku ini." Kata Blo'on."
"Tak usah," kata Pengemis-wajah-riang To-jin -sik seraya
membuka baju, "aku akan menggunakan baju ini saja."
Sian li dan Blo'on heran dan hendak bertanya tetapi saat itu
jago2 silat yang berada dimuka sudah tiba di hadapan mereka
dan terus langsung menyerang.
Liok Sian li adalah murid dari Kim Thian song, jago nomor
satu dalam dunia persilatan pada masa hidupnya. Sudah tentu
dara itu memiliki kepandaian yang tinggi. Kim Thian-cong tahu
bahwa dalam hal tenaga, murid perempuannya itu kalah
dengan para suhengnya. Oleh karena itu, ia memberi
pelajaran khusus dalam ilmu pedang kepada Sian li.
Ciok li kiam atau ilmu pedang Bidadari, diciptakan oleh Kim
Thian cong setelah ia tinggal di puncak Giok li nia digunung
Lou hu san. Ilmu pedang itu khusus diciptakan agar sesuai
bagi seorang anak perempuan. Diambilkan dari jurus2
istimewa segala macam ilmu pedang, digabung dalam suatu
gerak permainan pedang yang gayanya lemah gemulai seperti
seorang bidadari Dan Kim Thian cong menilik dengan keras
setiap muridnya berlatih. Maka dalam ilmupedang, Sian li
mempunyai sebuah pegangan yang istimewa.
Jago2 yang bekerja pada Cian bin-long kun telah dipilih
dengan teliti dan telah diuji kepandaiannya. Mereka terdiri dari
jago2 aliran hitam yang terkenal.
"Hai. apakah kalian tak malu hendak mengerubut " teriak
Bloon. Tetapi jago2 silat itu tak ambil pusing. Mereka tahu Blo'on
itu seorang pemuda yang tak waras pikirannja. Serempak
mereka menyerang dengan ganas.
Segera terjadilah pertempuran yang seru Sian-li mainkan
pedang Pek-liong-kiam dalam ilmu pedang Giok li-kiam.
Segulung sinar putih berhamburan mengiringkan gerak
tubuhnya yang menari-nari bagai seekor kupu2 diderai hujan.
"Tring, tring ....."
Terdengar dering yang amat nyaring diiring teriakan kaget
dari dua orang jago silat ketika pedang mereka terbabat
kutung oleh pedang Pek-liong-kiam.
Sekalian jago silat itu terkesiap. Saat itu baru mereka
mengetahui bahwa pedang pemuda cakap itu sebatang
pedang pusaka yang amat tajam.
Mereka merobah gaya serangannya. Tak berani mereka
mengadu pedang dengan pemuda itu melainkan melancarkan
serangan yang cepat mengarah bagian2 yang berbahaya dari
tubuh pemuda cakap itu, Kini sebagian besar, mereka tumpahkan serangan pada To
Jin-sik karena pengemis itu hanya bersenjata baju.
Tetapi merekapun kecele. Walaupun hanya dengan
sepotong baju, To Jin tik mampu memberi perlawanan yang
hebat. Setiap tamparan bajunya, menimbulkan angin tenaga yang
hebat sehingga mampu menahan libasan senjata lawan. To Jin
sik, pengemis Berwajah-riang, ternyata seorang jago silat yang
tinggi ilmu Iwekangnya. Untuk sementara, baik Sian-li maupun To-Jin-sik masih
mampu untuk menjaga diri. Yang repot adalah Blo'on. Dia
terpaksa tak dapat ikut menghadapi jago2 silat yang
menyerang dari luar pintu karena saat itu Pan Ngo dan kawankawannya
sudah maju menyerang. Blo'on bingung. la membolang-balingkan pedarg Cengliongkiam sedemikian rupa. Walau pun tidak menurut garis2
permainan ilmu pedang tetapi entah bagaimana, ia dapat
memutar pedangnya sedemikian hebat hingga dirinya seperti
dibungkus segulung sinar hijau.
Poa Ngo dan kawan-lawannya bingung mereka tak
mengerti ilmupedang apakah yang sedang dimainkan Blo'on
itu. Belum pernah mereka Iihat ilmupedang semacam itu.
"Tring....." Seorang kawan Poa Ngo nekad menyusupkan pedangnya
untuk menusuk. Ia ingin merubuh pemuda itu agar
memperoleh pujian dari Cian-bin-long kun. Tatapi alangkah
kejutnya ketika pedangnya terbabat kutung.....
Sebenarnya seorang yang tak mengerti ilmu silat, tak
mungkin mampu menghadapi serangan beberapa jago silat
yang lihay. Betapapun hendak memainkan pedangnya
akhirnya tentu akan letih dan kehabisan tenaga. Tetapi tidak
demikian dengan Blo'on. Makin memainkan pedang, tenagadalam
Ji-ih cin-kang makin memancar, sehingga walau-pun
gerakannya tak menyerupai tata ilmupedang, tapi kecepatan
dan kedahsyatan pedang yang dimainkan itu memang
menyerupai gerakan seorang jago pedang yang sakti. Dan
yang istimewa, tenaga sakti Ji-ih cia-kang itu makin lama
makin dahsyat tak kenal berhenti .....
Poa Njo yang terkenal sebagai jago yang bergelar Pedangpenyambarnyawa. mau tak mau heran juga. Ia tahu bahwa
gerakan Blo"on memainkan pedang itu, jelas tak menurut ilmu
pedang dari partai persilatan yang manapun juga. Tetapi
mengapa anakmuda itu dapat memainkan pedangnya sederas
hujan mencurah. Memang tak mengherankan kalau Poa Ngo merasa aneh
karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah mengalami peristiwa
aneh dan mendapat rejeki yang luar biasa. Karena makan hati
ular naga, buah som laut yang berumur seribu tahun, juga
jalan darah Seng si-hian-kwan dalam tubuhnya telah terbuka
dan ia memiliki tenagadalam yang disebut Ji-ih cin-kang atau
tenaga-sakti yarg dapat disalurkan keseluruh tubuh menurut
sekehendak hati. Blo"on telah memiliki tenaga-dalam yang hanya dicapai oleh
beberapa tokoh sakti dalam dunia peralatan. Tetapi pemuda
itu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus
menggunakan. Hanya setiap kali ia menderita pukulan orang
ataupun kalau sedang marah, ia dapat memancarkan tenagasakti
itu. Demikian halnya pada saat itu. Karena hendak dikeroyok
oleh beberapa jago kelas satu dari gedung Cian bin-long kun,
ia mainkan pedangnya. Walaupun asal menggerakkan saja,
tetapi ternyata ia mampu memutar pedang itu sehingga
berobah menjadi lingkaran sinar hijau yang menyelubungi
tubuhnya. Mengetahui pedang yang dipakai Blo'on itu juga sebuah
pusaka yang luar biasa tajamnya, Poa Ngo dan kawankawannya
tak berani gegabah adu senjata. Mereka tetap
mengepung Blo'on dengan lingkaran senjata, begitu anak itu
sudah lelah, tentu mudah untuk membunuh. Tetapi apa yang
diharap itu tak kunjung tiba. Makin lama Blo'on malah makin
bersemangat. 'Uh "tiba2 terdengar suara jerit melengking ketika salah
seorang jago silat tertampar mukanya oleh baju To Jin-sik.
Tetapi pengemis itu juga menderita sebuah tusukan pedang
pada bahunya. Darah membasahi lengan baju dan tubuh pengemis itu
agak gemetar. Melihat itu Sian-li marah. Dengan sebuah jurus
Giok-lt-te-hoa atau bidadari memetik-bunga, tubuh dara itu
meluncur dan menyabat pedang jago yang melukai To Jin-sik.
Tring .... Orang itu belum sempat menarik pulang pedang, tahu2
pedangnya telah terbabat kutung. Cepat ia enjot tubuhnya
melayang mundur tetapi sekalipun sudah loncat membayangi
dan belum sempat ia berdiri tegak, pedang Pek-liong-kiam pun
sudah melayang kearah kepalanya.
"Tring...." Dalam detik2 maut hendak merenggut orang tiba2 Siano-li
mendesuh kaget ketika batang pedangnya tertimpah sebuah
benda kecil tetapi mengandung tenaga yang luar biasa
kuatnya, seketika pedang tersiuk ke samping. Sian-li rasakan
tangannya kesemutan, hampir saja pedang Pek-liong Kiam
terlepas dari tangannya. Untung dia meloncat mundur.
"Ho, masakan seorang budak perempuan selihay itu," tiba2
terdengar suara parau tetapi mengumandang kuat sehingga
jantung Sian li sampai mendebar keras.
Nona itu tahu bahwa seorang sakti yang memiliki tenaga
dalam sempurna, telah muncul di tempat itu.
Dan ketika berpaling, memang ia melihat seorang paderi
berpakaian aneh telah tegak berdiri di depan pintu. Paderi itu
bertubuh kurus, memelihara jenggot panjang, mengenakan
jubah warna kuning. Yang luar biasa adalah matanya.
Tampaknya bersinar tajam seperti memancarkan api.
"Anak perempuan, tak baik engkau berkelahi apalagi
membunuh orang" seru paderi tua itu. Habis berkata iapun
berseru ke dalam ruang: "Hai berhentilah kamu bertempur !."
Suara paderi tua itu memang luar biasa kuatnya.
Mengandung suatu pengaruh yang mengharuskan orang
tunduk pada perintahnya. Maka kalian jago2 silat gedung
Cian-bin long-kun berhenti. To jin-sik juga tak mau lanjutkan
serangannya. Tetapi Blo'on tetap bergerak memutar
pedangnya terus menerus. Padahal Poa Ngo dan kawankawannya
sudah loncat mundur dan hentikan serangannya.
"Hai siapa yang tak mau mendengar perkataanku itu ?" seru
paderi tua pula. Tetapi Blo'on tak peduli dan tetap mainkan pedangnya..
"Ho, apakah engkau benar2 tak mau nurut perintahku ?"
paderi tua mulai tak sabar. Ia melayang ke muka Blo'on dan
hendak memaki. Tetapi alangkah kejutnya ketika putaran pedang Blo'on itu
menghamburkan angin dingin yang menusuk tulang2. Jelas
pedang anak itu tentu sebuah pusaka.
la segera mengeluarkan tongkatnya, Mirip dengan sebatang
bambu kuning. "Karena engkau keras kepala, jangan sesalkan aku akan
bertindak " serunya seraya tusukkan tongkatnya kepada
Kesatria Berandalan 4 Pedang Naga Kemala Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 15

Cari Blog Ini