Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 14

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 14


terbahak-bahak. "Kau kira aku siapa" Kekasihmu Ti Then" He..hee?"
Wi Lian In benar-benar merasa malu, gusar bercampur kaget,
segera dia maju satu langkah ke depan, kemudian bentaknya
dengan nyaring: "Siapa kamu orang?"
Orang berkerudung hitam itu tetap tidak bergerak, dia hanya
tertawa dingin tak henti-hentinya.
"Aku datang khusus hendak menyampaikan sebuah kabar buruk,
kekasihmu Ti Then sudah binasa di dalam istana Thian Teh Kong."
Wi Lian In benar-benar merasakan hatinya tergetar sangat keras
sekali, air mukanya berubah menjadi pucat pasi sedang suaranya
pun rada gernetar. "Kau . . . kau orang dari istana Thian Teh Kong?"
"Tidak salah" jawab orang berkerudung hitam itu mengangguk.
-ooo0dw0ooo- Jilid 21.1 : Wi Lian In juga terjebak
Walau pun dalam hati Wi Lian In merasa amat terperanyat,
tetapi dengan perasaan curiga tanyanya pula
" Bilamana kau anak buah dari istana Thian Teh Kong kenapa
mukamu kau tutupi dengan kain kerudung?"
"Hee ". hee .. karena akulah majikan yang baru dari istana Thian
Teh Kong" "Hmmmm" Dengus Wi Lian In dengan amat dingin. "Kecuali Si
rase bumi Bun Jin Cu sudah modar, kalau tidak dari istana Thian
Teh Kong tidak akan muncul pemimpin baru. "
"Ha..ha.. kau bodoh, bodoh amat, sekarang si rase bumi Bun Jin
Cu kan sudah menjadi istriku. "
Mendengar perkataan ini Wi Lian In semakin terperanyat,
pikirnya: " Jikalau si rase bumi Bun Jin Cu itu benar-benar sudah
mendapatkan seorang suami yang baru maka sebagai pemimpin
baru dia mem punyai cara berpikir yang berbeda pula, dia memang
mirip sekali dengan lagak seorang pemimpin. "
"Omong kosong " Teriaknya kemudian sembari berusaha
menenangkan pikirannya. "Bun Jin Cu baru saja kehilangan
suaminya, dia tidak mungkin mau mencari suami yang baru sebelum
suaminya dikubur satu bulan lamanya"
"Tetapi dia mau tidak mau terpaksa harus berbuat demikian "
sahut lelaki berbaju hitam yang berkerudung itu, "Karena dia sangat
memerlukan bantuan dari seorang suami untuk menyelesaikan
pekerjaannya pada esok hari. "
Wi Lian In segera merasa perkataannya ini beralasan juga,
seketika itu juga kepercayaannya terhadap "Kematian" Ti Then pun
menjadi bertambah tebal beberapa bagian hatinya terasa semakin
terkejut lagi. "Kau jangan omong sembarang di sini." Bentaknya dengan
teramat gusar. "Kau tahu bagaimana macam Ti Kiauw tauw kami"
dengan mengandalkan kepandaianmu yang seperti monyet
kepanasan jangan harap bisa melukai dirinya."
"Kau tidak tahu siapakah aku yang sebetulnya, bagaimana bisa
tahu pula kalau aku tidak sanggup untuk melukainya?" Balas seru
lelaki berbaju hitam yang berkerudung itu sembari tertawa dingin.
"Aku tidak mau perduli siapa kau orang" teriak Wi Lian ln dengan
amat gusarnya, "Di dalam Bu lim pada saat ini kecuali si kakek
pemalas seorang jangan harap bisa menemukan orang yang bisa
mencelakai jiwanya. "
"Heee .. . heee .... aku bisa anggap perkataanmu itu sedikit pun
tidak salah tetapi alat-alat rahasia yang dipasang di dalam istana
Thian Teh Kong kami sudah cukup untuk menghancur lumurkan
seluruh isi badannya"
Wi Lian In pun tahu bagaimana hebat serta dahsyatnya a!at-alat
rahasia yang dipasang di dalam istana Thian Teh Kong,
kepercayaannya kali ini semakin bertambah beberapa bagian lagi.
Di dalam keadaan yang amat sedih bercampur gusar dia segera
membentak keras, tubuhnya sambil menubruk maju ke depan
teriaknya "Aku akan adu jiwa dengan kau orang"
Sepasang tangannya dipentangkan di tengah udara, jari-jari
tangannya ditegangkan bagaikan baja lalu melancarkan serangan
dahsyat mencukil kearah sepasang mata pihak lawan.
Lelaki berkerudung itu segera tertawa panjang, telapak
tangannya dengan gaya " Tong Ci Pay Kwan Im" atau bocah cilik
menyembah dewi Kwan Im menyambut datangnya serangan
tersebut, bersamaan pula kaki kanannya diangkat melancarkan
tendangan kilat menghajar lambungnya.
Ketika Wi Llan ln melihat serangan yang dilancarkan pihak lawan
ternyata tidak jelek dia tidak berani berlaku gegabah lagi, tubuhnya
dengan amat cepat miring ke samping sepasang telapak tangannya
dengan amat cepat membabat kearah kaki kanan pihak Jawan yang
menendang dirinya. Telapak kiri lelaki berkerudung itu cepat cepat menyambar ke
samping. "Plaak." dengan keras lawan keras dia tangkis datangnya
serangan dari Wi Lian In itu.
Wi Lian In segera merasakan tangannya seperti terbentur dengan
baja yang amat kuat, telapak tangan kanannya terasa amat sakit
sekali sehingga tak kuasa lagi tubuhnya tergetar mundur dua
langkah ke belakang. Dengan pertempuran ini masing-masing pihak sudah merasa
amat jelas bagaimana kehebatan ilmu silat lawannya, jelas di dalam
hal tenaga dalam lelaki berkerudung itu jauh lebih tinggi beberapa
tingkat dari diri Wi Lian In.
Wi Lian In yang melihat tenaga dalam dirinya tidak sanggup
memenangkan pihak lawan cara bertempurnya segera berubah,
serangan-serangan yang dilancarkan banyak kosong dari pada nyata
dia tidak ingin menyambut datangnya serangan pihak lawan
denganke ras lawan keras kembali.
Dari ayahnya dia pernah belajar sebuah ilmu telapak yang khusus
ditujukan untuk melawan pihak musuh yang memiliki tenaga dalam
jauh Jebih tinggi dari dirinya, ilmu tersebut disebut sebagai ilmu
telapak "Lok Hoa Ciang" atau ilmu bunga berguguran, segera tanpa
berpikir panjang lagi dia mengeluarkan seluruh jurus dari ilmu
telapak bunga berguguran untuk menyambut datangnya serangan
dari pihak musuh. Untuk beberapa saat lamanya lelaki berkerudung itu segera
terdesak mundur terus oleh keampuhan dari ilmu telapak itu, tetapi
semakin lama akhirnya dia berhasil juga mengetahui kunci
kelemahan dari ilmu telapak bunga berguguran itu, di dalam
sepuluh jurus kemudian dia sudah berhasil memunahkan seluruh
serangan pihak lawan di atas angin kembali.
Wi Lian ln yang hatinya bercabang karena memikirkan
keselamatan dari Ti Then membuat perhatiannya pun menjadi tidak
tercurahkan di dalam pertempuran ini, ketika diiihatnya ilmu telapak
bunga berguguran sudah digunakan habis tetapi masih belum juga
berbasil mendapatkan kemenangan hatinya terasa semakin
bertambah kacau, serangan yang dilancarkan menjadi kacau balau
sehingga berturut turut dia terdesak mundur terus oleh serangan
musuh. Lelaki berkerudung itu tidak mau melepaskan barang satu detik
pun, dia terus menerus melancarkan serangan gencar mendesak
mundur Wi Lian In sedangkan mulutnya memperdengarkan suara
tertawanya yang amat menyeramkan.
"Heee ..hee , , budak liar-" ejeknya dingin. "Jikalau kau orang
mau menemukan mayat kekasihmu lebih baik serahkan saja kau
orang tanpa melawan, aku segera akan membawa kau naik ke atas
gunung untuk menemuinya "
Baru saja dia orang habis berkata mendadak wajah Wi Lian In
berubah sangat girang sekali, teriaknya dengan cemas.
" Aaaah.. " Ti Kiauw tauw sudah datang "
" Haaa ,, haa , mayatnya pun sudah mulai dingin" seru lelaki
berkerudung itu sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau jangan ngibul
tidak karuan, dia orang tidak akan bisa muncul kembali di sini hee,,
hee, kau mengharapkan dia orang bisa datang menolong dirimu"
mimpi, hii, hii, kau orang sedang mimpi di siang hari bolong"
Wi Lian In yang melibat dia orang sama sekali tidak dibuat takut
oleh gertakannya ini dalam hati semakin percaya lagi kalau Ti Then
sudah binasa di dalam istana Thian Teh Kong, saking sedih hatinya
permainan siiatnya pun menjadi bertambah kacau balau.
Melihat kesempatan yang amat baik lelaki berkerudung itu
dengan cepat maju melancarkan titiran serangan gencar mendadak
kakinya menyapu kearah kaki Wi Lian In dengan cepatnya sembari
membentak keras " Kau rubuhlah."
Wi Lian ln tidak sempat menghindarkan diri lagi, kakinya terkena
sapuan tersebut dengan amat cepatnya.
"Bruuuk." Tubuhnya dengan amat keras terbanting ke atas tanah
tidak bisa berkutik lagi.
Lelaki berkerudung itu segera tertawa terbahak-bahak, jari
tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat melancarkan serangan
totokan ketubuh Wi Lian In.
Mendadak . . . . "Lian In kau jangan gugup, aku datang" Suara seseorang yang
amat berat secara tiba-tiba berkumandang keluar dari dalam sebuah
hutan yang amat lebat. Jika didengar dari nada suaranya orang itu mirip sekali dengan
diri Ti Then. Seluruh tubuh lelaki berkerudung itu terasa bergetar dengan
amat kerasnya jelas sekali dia benar-benar merasa terperanyat.
Tanpa memperdulikan lagi diri Wi Lian ln yang menggeletak di
atas tanah dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas pohon
kemudian berlalu dengan terbirit-birit.
Wi Lian ln benar-benar dibuat teramat girang, cepat-cepat dia
meloncat bangun lalu berseru dengan keras.
"Then ko, apa betul kau orang yang datang?"
Terdengar suara ujung baju yang tersampok angin berderu
mendatang, mendadak di depan tubuhnya berkelebat datang
sesosok bayangan manusia.Tetapi orang itu bukanlah Ti Then,
melainkan seorang pendekar berusia pertengahan.
Wajah pendekar berusia pertengahan ini cukup tampan,
pakaiannya merupakan sebuah jubah enghiong yang bersulamkan
seekor naga dari emas pada pinggangnya tersoren sebilah pedang,
sedang pada ujung pedang tergantunglah sebuah kain yang
berwarna merah. "Kau, Suma suko" seru Wi Lian In agak tertegun dengan
membelalakkan matanya. Kiranya pendekar berusia pertengahan ini bukan lain adalah salah
satu pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po yang
bergelar "Mo lm Kiam Khek" Suma San Ho adanya.
Begitu tubuh si Mo Im Kiam Khek-Suma Sin Ho. melayang turun
ke atas permukaan tanah dengan cepat dia melintangkan
padangnya di depan dada. matanya menyapu sekejap ke empat
penjuru lalu ujarnya dengan cemas.
"Sumoay- di mana musuhnya" "
Dalam hati Wi Lian In merasa sangat kecewa sekali karena orang
yang datang bukanlah diri Ti Then, tetapi dalam hati dia pun merasa
amat terkejut bercampur heran karena dia sama sekali tidak
menyangka di dalam keadaan yang sangat berbahaya pendekar
pedang merah ini bisa tepat munculkan dirinya di sana, dengan
pandangan termangu mangu dia orang memperhatikan diri Suma
San Ho. "Suma Suko. bagaimana kau orang bisa sampai di sini" "
Bukannya memberi jawaban dia malah balik bertanya.
"Ie heng tahu besok pagi Wi Pocu ada janyi dengan pihak istana
Thian Teh Kong- karenanya aku bermaksud malam ini mengadakan
penyelidikan dulu terhadap situasi pihak musuh karena itu aku
sengaja datang ketempat sini. tadi aku dengar kau berteriak Ti
Kiauw Tauw sudah datang,.... .sebenarnya sudah terjadi urusan
apa?"" Ti Then sudah pergi kemana?"" siapakah orang yang sudah
menyerang dirimu tadi ?"" "
Mendengar pertanyaan itu tak tertahan lagi titik-titik air mata
mengucur keluar dengan derasnya membasahi seluruh wajah Wi
Lian ln. " Ti Kiauw tauw sudah binasa." ujarnya sembari menangis
terisak-isak. "Sungguh?" Teriak Suma San Ho dengan amat terkejut. "Jadi
yang dimaksud sebagai mayat pun sudah mendingin olteh orang itu
adalah diri Ti Kiauw tauw."
" Benar." Sahut Wi Lian In mengangguk, suara tangisannya
semakin lama semakin keras. "Dia bilang Ti Kiauw Tauw sudah
terjebak oleh alat rahasia dan kini sudah meninggal"
"Lalu siapakah orang itu?" Tanya Suma San Ho dengan semakin
cemas lagi. " Seorang lelaki yang berkerudung, dia menyebut dirinya sebagai
suami si rase bumi Bun Jin Cu yang baru, pemimpin baru dari istana
Thian Teh Kong." "Tetapi aku rasa hal ini tidak mungkin" Seru Suma San Ho kaget.
"Aku pun merasa demikian, si rase bumi Bun Jin Cu tidak
mungkin mau kawin lagi dengan begitu cepat, - tetapi perkataan
dari lelaki berkerudung itu sangat beralasan sekali, dia bilang Bun
Jin Cu sangat membutuhkan seorang suami untuk menggantikan
ayahku, perkataan ini ?"
"Perkataan ini tidak dipercaya." Potong Suma San Ho dengan
cepat. Wi Lian In menjadi melengak.
"Kenapa tidak boleh dipercaya" Bun Jin Cu memang seharusnya
membutuhkan seorang yang memiliki kepandaian silat amat tinggi
untuk membantu dia orang menghadapi musuh-musuhnya untuk
memenangkan pertempuran esok pagi dia seharusnya
mengorbankan semuanya demi tercapainya cita-cita ini,"
"Tidak benar, tidak benar" ujar Suma San Ho sambil gelengkan
kepalanya berulang kali. "Berita yang le heng dapatkan sama sekali
tidak ada yang menganggap soal Bun Jin Cu sudah kawin lagi"
"Kau sudah memperoleh berita apa" " tanya Wi Lian In
melengak. " Kemarin sore le heng mendengar banyak orang yang berbicara
katanya orang-orang pihak istana Thian Teh Kong sudah pada
menghianati diri Bun Jin Cu, katanya karena mereka melihat si
anying langit Kong Sun Yau sudah modar dan mengetahui juga
perjanyiannya dengan Wi Po cu esok hari mereka segera merasakan
kalau pemimpin mereka tidak akan sanggup mengalahkan orangorang benteng Pek Kiam Po karenanya bersama sama mereka
sudah berkhianat dan melarikan diri turun gunung sesudah
merampok seluruh kekayaan yang ada di dalam istana , . . apakah
kalian tidak pernah mendengar adanya berita ini?"
"Tidak pernah, apakah sungguh hal ini sudah terjadi?" tanya Wi
Lian ln terkejut. "Kemungkinan besar hal ini sudah terjadi, karena di tengah
perjalanan le-heng sudah menemui beberapa orang anggota istana
Thian Teh Kong ketika mereka melihat diri le-heng ternyata sudah


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada berlarian menyauhi diriku tanpa berani memberikan
perlawanannya " "Jika hal ini benar-benar sudah terjadi maka lelaki berkerudung
tadi pasti bukanlah suami yang baru dari si rase bumi Bun Jin Cu"
seru Wi Lian In mendadak, "karena jika Bun Jin Cu mau kawin dia
tentu mencari seorang yang memiliki kepandaian silat amat lihay,
jikalau dia sudah mem punyai seorang suami yang memiliki
kepandaian silat amat lihay anak buahnya sudah tentu tidak akan
menghianati dirinya lagi, bukan begitu" "
"Kapan kau serta Ti Kiauw-tauw tiba di sini ?"
"Sebelum malam hari sudah tiba di sini, Ti Kiauw-tauw bilang
mau naik ke gunung untuk menyelidiki jejak musuh di dalam istana
Thian Teh Kong dan menyuruhi aku menunggu di sini, aku sudah
menunggu dua jam lamanya mendadak muncul lelaki berkerudung
itu, kepandaian silatnya sangat lihay sekali aku tidak bisa
mengalahkan dia " "Tetapi.. " ujar Suma San Ho kemudian sambil mengerutkan
keningnya setelah berpikir sejenak. "Jika dia orang bukan orang
pihak istana Thian Teh Kong lalu mengapa sudah turun tangan
membokong dirimu " maka , . ."
"Aaaah ... sekarang aku baru tahu" tiba-tiba teriak Wi Lian In
dengan keras. "Dia tentunya pemimpin dari tiga orang berkerudung
yang terdahulu, dia bukan lain tentu yang sudah melakukan jual beli
dengan Hu Pocu kita."
Suma San Ho yang mendengar perkataan ini segera dibuat
menjadi bingung, sambil mengucak-ucak matanya dia bertanya:
"Siapakah ketiga orang berkerudung itu" siapa yang sudah
mengadakan jual beli dengan Hu Pocu kita ?"
Persoalan ini jika diceritakan amat panjang sekali, lebih baik kita
pergi memecahkan teka teki mati hidupnya Ti Kiauw tauw serta
keadaan dari istana Thian Teh Kong dulu, lalu aku baru
menceritakam seluruh persoalan kepadamu"
"Baiklah" jawab Suma San Ho mengangguk. "Tetapi le heng
percaya Ti Kiauw tauw belum menemui bencana, dia pasti masih
hidup " Mendengar perkataan ini Wi Lian In menjadi amat girang,
tanyanya, "Dengan berdasarkan apa kau berani memastikan, kalau Ti Kiauw
tauw belum menemui bencana?"
Suma San Ho segera tersenyum.
"Tadi secara mendadak kau berteriak "Ti Kiauw tauw sudah
datang" apakah sengaja sedang memancing jawaban dari pihak
lawan" " "Benar, tetapi bangsat itu sama sekali tidak dibuat kaget oleh
perkataanku itu, bahkan sebaliknya malah tertawa terbahak bahak,
dia bilang mayat dari Ti Kiauwtauw sudah mendingin maka aku jadi
merasa sangat kuatir terhadap keselamatan Ti Kiauw tauw"
" Ti Kiauw tauw sudah pergi selama dua jam lamanya dan belum
kembali juga, kemungkinan sekali dia memang sudah terjatuh ke
tangan si rase bumi Bun Jin Cu tetapi dia pasti belum menemui
kematiannya alasannya, pertama: Besok pagi Bun Jin Cu akan
mengadakan pertempuran melawan Wi Pocu jikalau malam ini dia
berhasil menawan diri Ti Kiauw tauw maka dia tidak akan cepatcepat penghukum mati dirinya sebaliknya menahan dirinya untuk
menguasahi Wi Po cu pada keesokan harinya. Kedua : tadi aku
sewaktu Ie-heng menirukan nada suara dari Ti Kiauw tauw dengan
berkata "Aku datang" lelaki berkerudung itu cepat-cepat melarikan
diri dari sini, hal ini berarti juga kalau Ti Kiauw tauw belum mati, jika dia sudah mati mengapa lelaki berkerudung itu segera melarikan diri
sesudah mendengar suaranya?"
"Benar, benar sekali" Seru Wi Lian In dengan amat girang. "
Tetapi lebih baik kita menyeiidiki urusan ini sampai jelas terlebih
dulu . " , ayoh jalan"
Wi Lian In dengan cepat berlari menuju ke atas gunung, Suma
San Ho pun mengikuti dari belakangnya sambil berlari tanyanya
dengan suara keras, " Sumoay, apakah Pocu tidak berjalan bersama-sama dengan
kalian ?" "Tidak, Tia berangkat dulu satu hari sebelum kita berangkat,
katanya dia mau menawan diri Hong Mong Ling. Ooooh benar, aku mau
memberitahukan satu hal kepadamu, itu bangsat yang tidak tahu
malu Hong Mong Ling sudah menemui ajalnya."
"Aaaah?"" dia mati di tangan siapa?" tanya Suma San Ho
tertegun. "Dia sudah dibinasakan oleh lelaki berkerudung tadi. aku percaya
orang berkerudung tadi pastilah orang yang sudah melakukan jual
beli dengan Hu Pocu kita."
"Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?"
"Baiklah aku sekarang juga menceritakan urusan ini kepadamu,
sebenarnya urusan adalah begini, setelah aku serta Ti Kiauw tauw
meninggalkan benteng karena waktu itu masih ada dua puluh hari
lamanya dengan waktu perjanyian dengan Bun Jin Cu maka Ti
Kiauw tauw mengajak aku berpesiar kegunung Kim Teng San . . ."
"Kim Teng San?" sela Suma San Ho terperanyat. "Bukankah
gunung Kim Teng San merupakan tempat kediaman dari si kakek
pemalas Kay Kong Beng, kalian sudah bertemu dengan dia orang" "
"Sebenarnya kami tidak bermaksud untuk menemui Kay Kong
Beng itu tetapi sesampainya di atas gunung Kim Teng San karena
tidak ada tempat indah yang bisa dinikmati maka kami mengambil
keputusan untuk pergi ke rumah kediaman Kay Kong Beng.
Siapa sangka sewaktu tiba di depan gua tempat tinggal Kay Kong
Beng di atas puncak gunung Kim Teng San ternyata kami sudah
menemukan itu bangsat cilik Hong Mong Ling sedang berlutut di
depan gua memohon Kay Kong Beng untuk menerimanya sebagai
murid.." Sewaktu dia menyelesaikan ceritanya mereka berdua sudah tiba
di punggung gunung, yaitu tepat di depan kuil yang sudah terbakar
hangus itu. Melihat asap yang masih mengepul di antara tumpukan puingpuing tak terasa lagi Suma San Ho sudah berkata.
"Kelihatannya berita yang tersiar dalam dunia kang ouw adalah
sungguh-sungguh terjadi, istana Thian Teh Kong agaknya memang
benar-benar sudah menemui pengkhianatan"
"Tidak tahu bagaimana dengan keadaan istana Thian Teh Kongnya sendiri?" ujar Wi Lian In sambil memandang ke tempat
kejauhan. "Jikalau di sana pun sudah terbakar musnah hal ini
berarti juga Ti Kiauw-tauw tidak mungkin sudah terjebak di dalam
alat rahasia yang dipasang di dalamnya.
"Benar" jawab Suma San Ho mengiakan. "Kemungkinan sekali
istana Thian Teh Kong belum sampai terbakar musnah, jikalau
sudah hancur lebur mana mungkin Bun Jin Cu tetap berdiam
ditempat ini " Ti Kiauw tauw pun tidak mungkin pergi sedemikian
lamanya." Seketika itu juga Wi Lian ln merasakan hatinya mulai murung
kembali, tanyanya dengan amat cemas :
"Jarak dari sini ke istana Thian Teh Kong masih seberapa jauh?"
"Tidak terlalu jauh lagi, mari ikuti diriku"
Dengan dipimpin oleh Suma San Ho mereka berdua segera
melakukan perjalanan kembali ke depan, setelah melewati sebuah
tebing yang terjal mendadak Suma San Ho menghentikan
langkahnya, ujarnya dengan suara perlahan sambil menuding
kearah sebuah bayangan hitam di atas gunung yang ada
diseberangnya. "Coba kau lihat, itulah istana Thian-Teh Kong"
Saat ini pagi hari sudah mulai mendekat, sinar rembulan telah
lenyap dari udara membuat suasana di sekeliling tempat itu amat
gelap sekali, ditengah kegelapan cuma terlihat sedikit sinar lampu
yang memancarkan keluar dari dalam istana Thian Teh Kong
ditempat kejauhan, keadaan pada saat itu amat menyeramkan
sekali. "Kau lihat bagaimana?" tiba-tiba bisik Wi Lian ln dengan suara
perlahan. " Selama di dalam perjalanan menuju ke tempat ini sama sekali
kita tidak menemukan kaum perampok yang berjaga-jaga di sekitar
tempat ini, jelas sekali istana Thian Teh Kong sudah menemui
bencana tetapi jika ditinyau dari keadaan ini agaknya istana Thian
Teh Kong itu sama sekali tidak menemui cedera, sudah tentu Bun
Jin Cu pun masih ada di sana.."
"Jika demikian tidak salah lagi Ti Kiauw tauw pasti sudah
tertawan olehnya" sambung Wi Lian In dengan hati yang berdebardebar keras. "Ehmmm..coba kau lihat baiknya kita masuk ke dalam istana
sekarang juga atau menanti sesudah terang tanah?"
"Sudah tentu sekarang juga,"
"Tetapi suasana di dalam istana itu amat gelap sekali " seru
Suma San Ho ragu-ragu, " apalagi kita pun tidak tahu bagaimana
keadaan di dalam istana tersebut, jikalau sampai terjebak oleh alat
rahasia mereka . . ."
"Jika kau tidak berani masuk tunggulah di tempat ini saja biar
aku masuk seorang diri" Potong Wi Lian In cepat.
Tubuhnya dengan cepat melayang ke arah istana Thian Teh Kong
itu. Dengan terburu-buru Suma San Ho memburu ke depan.
"Nona Wi kau jangan salah paham" ujarnya dengan suara yang
amat lirih, bukannya nyali le-heng kecil tetapi aku rasa kita harus
bekerja dengan berhati-hati"
Saat ini Wi Lian In cuma ada satu tujuan saja di dalam hatinya
yaitu mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Ti Then terhadap
keselamatan dirinya sendiri sama sekali dia tidak mengambil pikiran
lagi, mendengar perkataan itu dia segera tertawa dingin.
"Setelah kita tiba di istana Thian Teh Kong asal jangan masuk ke
dalam rumah bukankah alat-alat rahasia itu sama sekali tidak bisa
mengapa-apakan diri kita?"
"Sekali pun begitu lebih baik kita sedikit berhati-hati " ujar Suma
San Ho perlahan, "Kemungkinan sekali masih banyak orang yang
tidak menghianati diri Bun Jin Cu."
Wi Lian In tidak berbicara lagi, dengan beberapa kali loncatan dia
melayang turun di depan istana Thian Teh Kong itu.
Ketika dilihatnya terdapat banyak mayat-mayat yang
bergelimpangan di depan istana itu dia menjadi tertegun.
"liih " . orang-orang ini apakah dibunuh mati oleh Ti Kiauw
tauw?" Suma San Ho segera berjongkok memeriksa keadaan dari mayat
mayat tersebut lalu gelengkan kepalanya,
"Bukan, orang-orang ini sudah mati kurang lebih sudah mati satu
hari lamanya " "Lalu siapa yang melakukannya" " tanya Wi Lian In heran.
"Kemungkinan sekali dilakukan oleh Bun Jin Cu sendiri"
"Tidak salah " Seru Wi Lian In menjadi panas kembali, "Dia
melihat orang orang ini pada mengkhianati dirinya sudah tentu
sangat marah sekali, karenanya dalam keadaan marah dia lalu turun
tangan kejam membinasakan mereka semua"
Dia berhenti sebentar untuk menyapu sekejap ke sekeliling
tempat itu, lalu tambahnya lagi.
" Jika dilihat dari keadaan ini di dalam istana masih ada orang
lain tidak?" " Menurut apa yang le heng ketahui di antara anak buah si
anying langit rase bumi cuma ada dua orang saja yang tidak
mungkin mengkhianati diri mereka,"
"Siapa?" Tanya Wi Lian ln sambil memandang kearahnya dengan
tajam. "Si menteri pintu serta Pembesar jendela. dua orang ini paling
setia terhadap si anying langit rase bumi, kini sekali pun si anying
langit sudah modar tetapi mereka tidak mungkin mau mengkhianati
diri Bun Jin Cu" Mendengar disebutnya nama-nama itu Wi Lian ln segera tertawa
dingin. "Jika cuma kedua orang ini saja kita tak perlu terlalu takut lagi,
kepandaian silat mereka aku orang sudah pernah menyajalnya, aku
kira tidak ada yang bisa dibanggakan"
Dia berjalan menuju ke samping sesosok mayat lalu memungut
sebilah pedang panjang. "Ayoh jalan" ujarnya sambil berjalan menuju ke pintu depan,
"Kita lihat-lihat ke dalam"
Setelah mereka berdua keluar memasuki pintu depan, apa yang
dilihat keadaan di sana mirip sekali seperti yang ditemui Ti Then
semula di dalam istana penuh bergelimpangan mayat-mayat yang
kebanyakan kehilangan lengannya, kaki atau kepalanya, darah yang
mulai membeku berceceran di semua tempat membuat keadaannya
sangat mengerikan sekali.
Suma San Ho yang merupakan seorang pendekar yang memiliki
nama terkenal di dalam Bu lim entah sudah menemui berapa
banyak pertempuran yang ngeri tetapi ketika melihat suasana di
dalam istana itu tak terasa lagi dengan membelalakan matanya dia
menghela napas panjang. "Sungguh tidak kusangka istana Thian Teh Kong yang sudah
memimpin kaum Liok-lim selama puluhan tahun lamanya kini sudah
mendapatkan akhir yang demikian mengenaskan"
"Bilamana pada hari biasa si anying langit serta rase bumi bisa
baik-baik menarik anggotanya sudah tentu tidak akan terjadi
pengkhianatan semacam ini "
Mereka berdua dengan melintangkan pedang di depan dada
melakukan pemeriksaan kembali di sekeliling tempat itu, ketika
dirasanya tak tampak sesosok manusia yang masih hidup dan
dengan segera mereka melanjutkan langkahnya masuk ke dalam
istana itu dan tiba di depan ruangan Khie Ie Tong tersebut.
Mendadak dari dalam ruangan Khie Ie Tong berkumandang
keluar suara rintihan yang amat lemah sekali.
Suara itu sepertinya dikeluarkan oleh seorang yang sudah
mendekati ajalnya, kedengarannya amat mengerikan sehingga
mendirikan bulu roma. Wi Lian In serta Suma San Ho yang mendengar suara ini
bersama sama menjadi amat terkejut, cepat-cepat tubuhnya
membungkuk ke bawah dan pusatkan perhatiannya untuk
mendengar. Beberapa saat kemudian terdengar Suma San Ho berbisik dengan
suara yang amat lirih kepada Wi Lian In :
" Agaknya suara itu berasal dari seorang rampok muda"
" Tapi aku rasa suara itu mirip sekali dengan suara Ti Kiauwtauw" bantah Wi Lian In.
Air muka Suma San Ho segera berubah sangat hebat.
" Oooooh . . . benar ?"
Wi Lian In segera pusatkan perhatiannya untuk mendengarkan
kembali suara itu beberapa saat lamanya, akhirnya dengan wajah
berubah amat hebat bisiknya:
" Aaaah .... semakin didengar aku rasa semakin mirip "
" Jika dia orang adalah Ti Kiauw-tauw bagaimana dia orang bisa
terluka di dalam ruangan Khie Ie Tong ini ?"
"Tentu sewaktu dia memasuki ruangan Khie Ie Tong ini untuk
mengadakan pemeriksaan sudah tersenggol alat rahasia dan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhajar semacam senyata rahasia."
"Tidak bisa jadi " seru Suma San Ho mengemukakan kecurigaan
hatinya. "Jikalau Bun Jin Cu melihat dia sudah terluka tentu segera
menawan dia orang untuk disimpan di dafam penyara, dia tidak mungkin
membiarkan dia orang berbaring di sana terus"
" Tetapi jika Bun Jin Cu sudah meninggalkan istana Thian Teh
Kong ini?" Sinar mata Suma San Ho segera berkelebat, akhirnya dia
mengangguk juga. "Ehmmm tidak salah, kemungkinan sekali Bun Jin Cu sudah
meninggalkan tempat ini"coba kau berteriaklah untuk lihat-lihat adakah reaksi
dari dalam ruangan" Wi Lian In segera bangkit berlari dan berteriak ke arah ruangan
Khie Ie Tong itu, "Hey . . di dalam ada orangkah "
Dari tengah ruangan tersebut segera menyahut suara seorang
dengan nada terputus-putus.
"Lian. . In . . kau" kau ..ce . , . pat . . . daaa - ., datang ."
Kecuali Ti Then siapa orang lagi yang bisa memanggil dirinya
dengan sebutan Lian In"
Wi Lian In menjadi sangat girang sekali dia menoleh dan
menggape kearah Suma San Ho lalu bertindak menuju ke ruangan
Khie Ie Tong tersebut "Tunggu dulu" cepat Suma San Ho menarik tangannya.
"Kenapa?" teriak Wi Lian In dengan amat gusar.
Suma San Ho tidak ambil perduli terhadap dirinya yang merasa
kurang senang terhadap tindakannya ini, teriaknya keras :
"Ti Kiauw tauw, di dalam sana adakah alat rahasia ?"
"Kaaau .. . . kau .. kau siapa ?" Suara rintihan dari Ti Then
segera bergema kembali. "Cayhe adalah Suma San Ho dari pendekar pedang merah ".
"Aiaa . . . aaaalat .... alat rahasia di sini - - - di si ni sudah ....
sudah berjalan . . . kaaa .... kalian cepat .. , cepat masuk . tolong . .
tolong . . aaaku . . - aku . - - aaa . "
" Aku datang" Wi Lian In tidak bisa menahan golakan hatinya
dengan cepat dia berkelebat masuk ke dalam ruangan tersebut.
Suma San Ho yang melihat sumoaynya berlari masuk segera
mengikutinya dari belakang mereka berdua dengan cepat
menerjang masuk ke dalam ruangan Khie Ie Tong yang amat gelap
gulita itu. Untuk beberapa saat lamanya mereka tidak bisa melihat Ti Then
sebenarnya sudah terluka diarah sebelah mana, Wi Lian ln jadi
bingung serunya kembali, " Ti Kiauw iauw, kau berada di mana?"
Baru saja ucapannya selesai mendadak permukaan tanah yang
diinyak oleh mereka sudah membalik kearah dalam.
Seperti halnya dengan Ti Then mereka pun tidak punya
kesempatan untuk melarikan diri, bersama-sama tubuhnya meluncur
jatuh ke bawah. Lalu seperti juga dengan Ti Then mereka berduaan terkurung di
dalam kerangkeng besi di bawah tanah itu.
Wi Lian In menjadi sangat terperanyat, teriaknya berulang kali
"Aduh celaka... kita kena tipu, kita kena tipu,"
Suma San Ho lalu mencabut keluar pedangnya dan membacok
kearah kurungan besi tersebut tetapi tidak berguna, besi terali itu
terbuat dari baja murni yang tidak mungkin bisa dihancurkan
dengan menggunakan pedang biasa, dia menjadi menghela napas
panjang. "Sungguh jahanam sekali " makinya dengan gusar. "
"Semuanya adalah kesalahanku" ujar Wi Lian ln dengan wajah
sangat malu, "Aku sama sekali tidak mendengar kalau suaranya
ternyata palsu" " Heee, heee, semuanya dikarenakan kelihayan dari permainanku
untuk menirukan nada suara dari kekasihmu itu "
Dengan diiringi suara tertawanya yang kegirangan si rase bumi
Bun Jin Cu sudah muncul pada ujung kurungan besi itu.
Bersamaan dengan suara terbukanya pintu batu, pada ujung
dinding dengan perlahan-lahan terbuka ke samping, serentetan
sinar yang amat terang memancar masuk dalam ruangan.
Dengan wajah penuh senyuman Bun Jin Cu muncul di depan
pintu, lalu tangannya menekan tombol pada dinding, kurungan besi
itu dengan cepatnya sudah meluncur ke depan tubuhnya.
"Hii.. . . bii . penghasilanku malam ini sungguh bagus sekali "
ujarnya tertawa cekikikan, "Di dalam satu malaman aku sudah
berhasil memperoleh tiga ekor ikan besar "
Wi Lian In benar-benar dibuat sangat gusar sekali, kakinya
dengan cepat melancarkan tendangan dahsyat menghajar besi
kurungan tersebut. f "Nenek bangsat" makinya dengan amat gusar "Kau sudah apakan
Ti Kiauw-tauw kami ?"
"Kau ingin cepat-cepat bertemu dengan dia bukan ?" ejek Bun Jin
Cu tertawa. Sudah tentu Wi Lian ln sangat mengharapkan bisa bertemu
dengan diri Ti Then untuk mengetahui mati hidupnya, tetapi dia
tidak memberikan jawabannya, sepasang matanya dengan amat
gusar melotot ke arahnya dia kepingin sekali menerjang keluar dari
kurungan lalu kirim satu bacokan membinasakan dirinya.
"Nona Wi" ujar Bun Jin Cu kembali sambil tertawa. "Aku tahu kau
sangat suka kepada dirinya, tetapi aku orang mau memberi nasehat
kepadamu lebih baik perasaan cintamu ini kau tarik kembali, karena
untuk hidupmu kali ini tidak mungkin bisa memperoleh jawabannya
lagi" Wi Lian In ketika mendengar perkataan itu menjadi amat
terperanyat. "Kau sudah mencelakai dirinya ?" Bentaknya dengan amat gusar.
"Apakah dia orang tidak seharusnya modar?" Balas tanya Bun Jin
Cu sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding tembok.
Wi Lian In benar-benar dibuat teramat gusar sambil
menggetarkan pedangnya dia menantang.
"Lepaskan aku keluar, aku mau menyagal kau nenek tua yang
jelek." Bun Jin Cu tenang-tenang saja seperti baru melihat harimau
betina yang sedang kalap dia tersenyum-senyum.
"Perkataan kau orang sungguh lucu sekali, mana mungkin aku
mau melepaskan dirimu hanya untuk membunuh diriku?"
"Mari kita adakan pertempuran yang menentukan mati hidup
kita, coba lihat kau yang mati atau aku yang hidup," teriak Wi Lian
In kembali. "Heee . . - hee .. , , aku tidak akan berbuat demikian," ujar Bun
Jin Cu sambil gelengkan kepalanya," Aku sudah berbasil menawan
dirimu, buat apa kau paksa aku untuk membuang tenaga dengan
percuma?" "Perempuan cabul, nenek tua yang jelek, tidak aneh kalau anak
buahmu pada menghianati dirimu, kau.. . , , kau tidak cukup
bersikap sebagai pentolan perampok perempuan"
"Hiii ..- hiii . .,hiii . . . ayo maki, maki terus sepuas hatimu, nanti
aku mau suruh kau menangis terus."
"Bun Jin Cu." Tiba-tiba Suma San Ho menimbrung- "Kau punya
rencana menghukum kita dengan cara apa?"
"Kau tunggu saja nanti,"
"Heee " heee . , .aku mau peringatkan satu hal kepadamu" ujar
Suma San Ho kembali sambil tertawa dingin, "Pendekar pedang
merah dari Benteng Pek Kiam Po sudah pada kumpul di atas gunung
ini, jikalau kau kepingin hidup cepat lepaskan kita dari sini"
Mendengar perkataan tersebut Bun Jin Cu segera angkat
kepalanya tertawa terbahak bahak.
"Pendekar pedang merah dari benteng Pek Kiam Po kalian itu
masing-masing macam apa" kini aku orang sudah berhasil menawan
nona Wi yang terhormat ini, sekali pun datang seratus orang Wi Ci
To aku pun tidak akan takut."
"Tapi bilamana kami mati kau pun jangan harap bisa meloloskan
diri dengan selamat"
Bun Jin Cu tertawa semakin keras lagi.
"Perkataanmu ini kemungkinan sekali tidak salah, tetapi sejak
semula. aku orang sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi, ini hari aku
orang bisa menghukum mati Ti Then serta nona Wi ini sekali pun
pada kemudian hari harus binasa ditangan Wi Ci To sedikit pun aku
tidak merasa menyesal"
"Ti Kiauw-lauw sudah membinasakan suamimu, kalau kau orang
mau membalas dendam ini kami tidak bisa berkata apa-apa lagi,
tetapi Wi Sumoay kami ini tidak punya dendam apa-apa dengan
kau orang, kenapa kau pun ingin membinasakan dirinya?"
Bun Jin Cu segera tertawa, "Sewaktu ada dialas tebing Sian Ciang
dia sudah mengejek diriku, karena itu setelah aku orang membuat
dia merasakan penderitaan yang amat hebat lalu sekalian
membasminya dari muka bumi "
Wi Lian In segera menjerit keras, teriaknya
"Sekarang juga aku mau mengejek dirimu lagi, kau kehilangan
suamimu memang pantas, bagus sekali kematiannya ini namanya
takdir buat kau orang, tahu tidak perempuan cabul ?"
Air muka si rase bumi Bun Jin Cu berubah sangat hebat.
"Menteri pintu, pembesar jendela, kalian masuk kemari"
panggilnya dengan keras. "Baik". JILID 21.2 : Pengkhianatan menteri pintu
Ditengah suara sahutan tampak dua orang berjalan masuk ke
dalam pintu dan muncul di belakang tubuh Bun Jin Cu.
"Bawa mereka ke dalam ruangan siksa" perintahnya kepada
kedua orang itu. Selesai berkata dia berjalan meninggalkan tempat itu.
Ketika si menteri pintu melihat dia berlalu dari sana dari
wajahnya segera terlintas senyumannya yang amat seram, dengaa
perlahan dia ke ujung ruangan dan menekan sebuah tombol di
sana. Dengan disertai suara gesekan yang amat keras kurungan besi
dimana Wi Lian In serta Suma San Ho berada dengan perlahan
mulai menurun ke bawah dan masuk ke dalam kolam air itu.
Atau dengan perkataan lain, mereka pun mendapatkan
penyambutan seperti yang dialami Ti Then.
Kurang lebih seperempat jam kemudian, menteri pintu baru
menekan tombol kembali untuk mengerek naik kurungan besi
tersebut. Saat Wi Lian In serta Suma San Ho yang ada di dalam kurungan
besi itu sudah jatuh tidak sadarkan diri, bagaikan dua ekor ayam
yang tercebur ke dalam air dengan lemasnya mereka menggeletak
di dasar kurungan. Si pembesar jendela segera memandang ke arah Wi Lian In,
wajahnya sudah penuh diliputi oleh napsu jahat, ujarnya dengan
cengar cengir. "Nona yang begitu cantiknya kalau dibinasakan sungguh sayang
sekali . ." "Haa , . haa , , bagaimana, kau sudah mengilar.: " Goda si
menteri pintu tertawa terbahak bahak.
"Cuma aku tidak enak untuk mengusulkan permintaanku ini"
"Bagaimana kalau Lohu yang mewakili dirimu?"
"Apakah Hujin setuju" "
"Jangan kuatir" seru si menteri pintu tersenyum "Menanti setelah
Wi Ci To pun berhasil ditawan aku kira hujin tentu menyetujuinya,
kau menggunakan barang apa untuk mengucapkan terima kasihnya
kepadaku?" Si pembesar jendeia segera tertawa terbahak-bahak.
" Kita menteri pintu pembesar jendeia, kau suka harta aku suka
perempuan sudah tentu aku menggunakan uang untuk
mengucapkan terima kasihku kepadamu"
"Berapa ?" "Bagaimana kalau seratus tahil perak"
"Baik, kita putuskan demikian."
Demikianlah mereka berdua lalu membuka pintu kurungan besi
itu dan menggotong tubuh Wi Lian In serta Suma San Ho keluar.
Setelah diberi pertolongan seperlunya ketika melihat mereka
hendak sadar kembali dari pingsannya kedua orang itu segera
menotok jalan kakunya, setelah itu dengan seorang membopong
sesosok tubuh berjalan keluar dari sana.
Setelah melewati sebuah lorong kecil dan melewati sebuah pintu,
sampailah mereka di dalam sebuah ruangan siksa yang agak lebar.
Di dalam ruangan siksa itu sudah tersedia berbagai macam alat
siksa yang sangat menyeramkan.
Si rase bumi Bun Jin Cu duduk di atas sebuah kursi yang tertutup
dengan sebuah kulit macan, beberapa kaki di hadapannya berdirilah
tiga buah tiang kayu yang pada tiang tengah sudah terikat
seseorang. Orang itu bukan lain adalah Ti Then.
Sepasang tangan serta sepasang kakinya terpentang lebar-lebar
yang masing-masing bagiannya sudah terikat kencang-kencang di
atas tiang kayu tersebut, baju bagian atasnya sudah terbuka
sehingga terlihatlah dadanya yang sudah dipenuhi dengan bekasbekas cambukan, setiap bekas cambukan masih mengalirkan darah
segar. Jelas sekali dia baru saja memperoleh pukulan yang kejam
sehingga jatuh tidak sadarkan diri.
Setelah si menteri pintu dan pembesar jendela menyeret tubuh
Wi Lian In serta Suma San Ho masuk ke dalam ruangan siksa
terdengar Bun Jin Cu sudah berkata.
"Ikat mereka di atas tiang kayu itu lalu bebaskan jalan darahnya"
"Perlukah membuka pakaian mereka" " tanya si pembesar
jendela tiba-tiba sambil lertawa.
"Pakaian dari Suma San Ho boleh di buka, pakaian Wi Lian In
jangan" Air muka si pembesar jendela segera memperlihatkan rasa
kecewanya. "Kenapa tidak ditelanyangi sekalian?" tanyanya tertawa nyengir.
"Lo Ciauw, kau orang semakin tua semakin menjadi" goda Bun
Jin Cu sambil tertawa cekikikan,"Kau sudah mengambil perhatian
khusus dengan budak itu?"
Air muka si pembesar jendela segera berubah memerah, dia
tertawa dengan malu-malu.
"Hamba tidak berani " sahutnya perlahan.
"Ehmmrnm " " kenapa kau orang sudah berlaku sungkan?" Goda
si menteri pintu sembari mengikat tubuh Suma San Ho ke atas tiang
kayu. Dengan mengambil kesempatan itulah si pembesar jendeIa
tertawa cengar cengir tanyanya:
" Hujin, kau bermaksud berbuat apa terhadap budak ini" "
"Nanti sesudah berhasil tawan Wi Ci To sekalian kita baru
menghukum mereka dengan perlahan-lahan, tapi kau jangan kuatir
aku tahu kesukaan dari Lo Ciauw kau orang, sebelum aku
menghukum mati dirinya aku akan kasih kesempatan buat kau


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang untuk menikmati tubuhnya.."
Si pembesar jendela menjadi amat girang.
"Baik . . . baik . . " sahutnya berulang kali. "Terima kasih hujin..
terima kasih hujin,"
" Masih ada kau Lo si, nanti setelah dendam sakit hatiku terbalas
aku orang akan perseni dirimu sebanyak-banyaknya. Hey.. di tengah
tiupan angin taupan kita bisa mengetahui mana yang rumput mana
yang bukan, ditengah kesusahan baru ketahuan siapa yang setia
siapa yang tidak, tidak ku sangka sama sekali diantara ribuan orang
banyaknya cuma kalian berdua saja yang mau setia kepadaku"
"Hujin kau jangan bicara sembarangan lagi " bantah si menteri
pintu dengan cepat. "Hamba sama sekali tidak menaruh minat
terhadap perempuan "
Bun Jin Cu segera tetawa. "Kau tidak suka perempuan apakah
tidak suka pada harta pula?"
"Harta" siapa yang tidak suka padanya?" ujar si menteri pintu
sambil tertawa malu. "Tetapi saat ini seluruh harta kekayaan yang
ada di dalam istana Thian Teh Kong sudah dirampok habis-habisan.
. " "Tidak, terus terang saja aku beritahukan kepada kalian, harta
kekayaanku masih amat anyak sekali"
"Sungguh?" tanya si menteri pintu dengan amat girangnya.
"Kau sudah tertarik?" Goda si rase bumi Bun Jin Cu kembali
sambil melirik sekejap kearahnya.
Dengan gugup si menteri pintu gelengkan kepalanya berulang
kali. "'Tidak tidak . . hamba ikut bergembira buat diri hujin.. ternyata
hujin sudah merasakan hal yang bakal terjadi di kemudian hari
sehingga menyimpan sebagian besar dari harta kekayaannya ke
dalam suatu tempat yang tersembunyi, dengan demikian . . dengan
demikian bisa digunakan oleh Hujin untuk melanjutkan hidup di
kemudian hari " " Heeey . . . harta kekayaan yang tersimpan bernilai di atas
jutaan tahil perak banyaknya, untuk beberapa keturunan pun tidak
akan habis dipakai" "Kalau begitu bagus sekali, untuk beberapa keturunan pun tidak
akan habis dipakai "
"Biarlah menanti setelah aku berhasil membalaskan dendam buat
suamiku aku akan mengambil keluar sebagian untuk
menghadiahkan kepadamu, sedikit-dikitnya aku harus beri seratus
ribu tahil perak buat kau orang."
"Tidak .. . tidak, hamba tidak berani menerimanya" Tolak si
menteri pintu dengan cepat.
"Kenapa ?" "Hamba tidak ikut mengkhianati diri hujin bukanlah dikarenakan
mengharapkan persenan yang begitu banyak dari hujin" jawab si
menteri pintu dengan serius, "Hamba cuma mengharapkan bisa
mengikuti hujin untuk selamanya untuk membalas terima kasihku
atas perhatian yang di berikan hujin kepada kami."
Agaknya Bun Jin Cu dibuat terharu juga oleh kata-katanya ini,
matanya menjadi memerah hamper-hampir butiran air mata
menetes keluar. "Aku tahu kalian berdua sangat setia kepadaku, tetapi sejak
Thian Cu binasa aku sudah merasa berputus asa, nanti biarlah
setelah urusan selesai semua aku mau cari sebuah tempat yang
tidak pernah didatangi manusia untuk melanjutkan hidupku
selanjutnya, karena itu kau tidak usah sungkan-sungkan lagi,
perkataan yang sudah aku katakan selamanya tidak akan berubah
kembali, sampai waktunya aku pasti akan menghadiahkan seratus
ribu tahil perak kepadamu"
"Budi kebaikan dari hujin hamba menerimanya saja di dalam
hati" ujar si menteri pintu serius pula " Tetapi hamba tidak akan
menerima uang barang satu peser pun dari hujin"
Agaknya si pembesar jendela merasa keheranan atas kebaikan
hati dan kesetiaan dari menteri pintu ini, tak tahan lagi dia berseru :
"Lo si selama hidupnya kau orang paling suka dengan uang perak
yang putih berkilauan, kenapa kali ini kau menolak pemberian dari
hujin?" "Tidak salah, lohu selama hidupnya memang paling suka dengan
uang perak" jawab si menteri pintu dengan wajah berubah keren.
"Bahkan boleh di kata saking senangnya sampai tidak bosanbosannya, tetapi uang yang lohu sukai adalah uang orang lain,
bukan uang dari Hujin"
Ketika si pembesar jendela melihat wajahnya yang serius tak
terasa lagi sudah menjulurkan lidahnya.
"Hee . heee, , , tidak kusangka kau Lo si ternyata seorang
manusia yang berbudi "
Bun Jin Cu yang melihat mereka sudah selesai mengikat tubuh
Wi Lian In serta Suma San Ho ke atas tiang lalu ujarnya sambil
tertawa: "Sudah, sudahlah, sekarang kalian boleh keluar berjaga-jaga di
sana, jikalau menemukan Wi Ci To sudah datang cepatlah datang
memberi kabar kepadaku"
Si menteri pintu serta pembesar jendela segera menyahut dan
mengundurkan diri dari dalam ruangan siksa itu.
Bun Jin Cu lalu bangkit berdiri dan mengambil segentong air dan
disiramkan ke atas wajah Ti Then, setelah meletakkan kembali
gentong tersebut dia mengambil sebuah cambuk dan kembali ke
kursinya semula. "Hmmm " dengusnya dingin. "Kali ini aku mau lihat kau bangsat
busuk merasa tidak "
Tidak lama kemudian Ti Then sudah sadar kembali dari
pingsannya. Dia segera memperdengarkan suara tertawanya yang mendirikan
bulu roma, ujarnya: "Hey bangsat cilik, coba kau angkat kepalamu siapa yang sudah
ada dikanan kirimu ?"" ".
Dengan perlahan Ti Then angkat kepalanya, ketika melihat Wi
Lian ln yang ada di sebelah kiri serta Suma San Ho yang ada di
sebelah kanannya dia menjadi sangat terperanyat.
"Bukankah dia adalah " Mo Im Kiam khek " Suma San Ho, kenapa
kau pun tawan dirinya ?"
" Dia datang bersama-sama dengan kekasihmu, aku dengan
tanpa membuang sedikit tenaga pun sudah berhasil menawan
mereka berdua"' "Tentu kau menggunakan papan terbalik yang ada di dalam
ruangan Khie Ie Tong ?" Seru Ti Then tertawa pahit.
"Sedikit pun tidak salah" jawab Bun Jin Cu mengangguk. Walau
pun papan terbalik itu merupakan satu macam alat rahasia yang
paling sederhana tetapi kegunaannya amat besar sekali,
kemungkinan sekali dengan alat itu aku pun berhasil menawan Wi
Ci To tanpa membuang banyak tenaga."
Dengan perlahan Ti Then menghela napas panjang.
"Aku betuI-betul merasa tidak paham, sebetulnya siapakah
musub besar yang sudah membinasakan suamimu?"
Bun Jin Cu segera tertawa dingin tak henti-hentinya.
" Malam itu sewaktu ada di atas tebing Sian Ciang jika bukannya
Wi Ci To datang tepat pada waktunya dan melancarkan pisau
terbang sehingga memutuskan angkinku kau bangsat cilik tidak
akan berhasil membinasakan suamiku, maka itu seluruh orangorang dari Banteng Pek Kiam Po merupakan musuh besarku"
" Hmm, tentu selama ini kau merasa cuma suamimu seorang saja
yang tidak patut untuk menerima kematiannya ?"
"Benar" "Tapi aku rasa cuma orang yang bisa berjaga diri saja yang tidak
seharusnya binasa" Bun Jin Cu mendadak meloncat bangun dan kirimkan satu
pukulan cambuk ke atas badannya, dia tertawa dingin dengan
seramnya. "Kau orang tidak usah banyak bicara dengan aku, aku tidak ingin
berbicara soal apa pun dengan kau "
Berbicara sampai di sini dia menarik rambut Wi Lian ln dan
mendongakkan kepalanya ke atas lalu mendengus dengan amat
dingin. "Kau budak jelek, tidak mau sadar-sadar juga?"
"Cuh . ." mendadak Wi Lian In meludahkan riak ke atas wajahnya
yang dengan tepat menghajar hidung Bun Jin Cu.
Si rase bumi menjadi amat gusar sekali, dia mundur dua langkah
ke belakang lalu mengangkat cambuknya kirim satu cambukan ke
atas tubuhnya. Wi Lian In segera merasakan badannya amat sakit sekali, dengan
menahan sakit dia melototkan matanya memandang dia orang
dengan amat gusar. Ti Then yang melihat kejadian itu segera merasakan hatinya
seperti diiris iris dengan amat gusar dia meronta sekuat tenaga lalu
bentaknya dengan keras. "Tahan, perempuan cabul kenapa kau pukul badannya?"
oooooOooooo Mendengar perkataan itu Bun Jin Cu menghajar tubuh Wi Lian In
makin keras lagi, sembari memukul ujarnya tertawa melengking.
" Aku sengaja akan memukul dia, aku mau lihat kau merasa
sedih tidak ?" Saat ini Suma San Ho pun sudah sadar kembali dari pingsannya,
ketika dilihatnya Wi Lian In mendapatkan hajaran yang begitu
kejam seketika itu juga dia menjadi amat gusar.
"Perempuan sundal. Nenek jelek. kenapa kau tidak memukul aku
saja?" teriaknya dengan mata melotot.
" Kau tunggu saja sebentar lagi akan tiba giliranmu "
Sembari berkata cambuknya bagaikan titiran air hujan dengan
kerasnya dihajarkan ke atas tubuh Wi Lian ln.
Ti Then benar-benar dibuat gusar oleh tindakannya ini, sambil
membentak keras sepasang tangannya mengerahkan seluruh
tenaga untuk meronta. " Kraak , . " tiang kayu yang mengikat tangannya seketika itu
juga terputus menjadi dua bagian.
Kiranya tali yang digunakan untuk mengikat sepasang tangan
serta sepasang kakinya itu merupakan otot kerbau yang sangat
kuat, semula dia pernah mencoba untuk memutuskannya tetapi
tidak berhasil kini melihat Wi Lian In memperoleh hajaran yang
demikian kejam membuat dia orang dalam keadaan amat gusar
segera mengeluarkan suatu tenaga gaib yang amat hebat sekai
membuat tiang kayu tersebut menjadi patah.
Tetapi walau pun kayu itu patah orang masih tidak sanggup
untuk meninggalkan tiang kayu itu karena sepasang kakinya masih
terikat di atas tiang. Ketika Bun Jin Cu melihat dia sudah berhasil meronta sehingga
tiang kayu menjadi putus dengan cepat tubuhnya meloncat ke
belakang lalu melancarkan serangan menotok jalan darah kakinya.
Ti Then tidak bisa menghindar lagi terasa seluruh tubuhnya
menjadi linu seketika itu juga anggota badannya tidak bisa
bergerak. Bun Jin Cu segera berputar ke depan badannya, sambil bertolak
pinggang memperlihatkan sikapnya yang menantang, dia tertawa
genit. "Sejak tadi aku sudah tahu lebih baik aku pukul dia daripada
memukul dirimu sekarang tentu puas bukan?"
"Kubunuh kau bangsat Perempuan." Teriak Ti Then dengan amat
gusarnya. "Bilamana kau bangsat cilik berhasil meloloskan diri dari istana
Thian Teh Kong ini aku akan menantikan kedatanganmu kembali,
tetapi sekarang aku orang tetap mau memukul dia, kau baik-baiklah
berdiri nonton di sana."
Selesai berkata pinggulnya digoyang-goyangkan lalu berjalan ke
hadapan Wi Lian In dan dengan perlahan mulai mengangkat
cambuknya. Suma San Ho yang melihat kejadian ini benar benar tidak kuasa
menahan hawa amarahnya,bentaknya keras
"Perempuan sundal kenapa kau tidak berani pukul aku " Mari kau
ke sini kalau berani pukul aku saja ".
Bun Jin Cu pura-pura tidak mendengar, cambuknya diangkat
tinggi-tinggi lalu dengan sekuat tenaga dihajar ke atas tubuh Wi
Lian In. Pada waktu dia menghajarkan cambuknya yang pertama itulah
mendadak pintu ruangan siksa itu dibuka, tampak si pembesar
jendela dengan wajah gugup berlari masuk.
"Ada urusan apa?" tanya Bun Jin Cu dengan cepat sewaktu
dilihatnya wajah si pembesar jendela amat gugup.
"Lapor kepada hujin, di dalam istana sudah kedatangan seorang
manusia yang sangat misterius" ujar sipembesar jendela dengan
cepat. "Siapa ?" tanya Bun Jin Cu kaget.
"Tidak tahu, dia memakai baju berwarna hitam, wajahnya
berkerudung kepandaian silatnya tidak jelek, sewaktu dia sudah
berada di belakang tubuh hamba, saat itulah hamba baru merasa . .
." "Lalu bagaimana dengan Lo-si " " tanya Bun Jin Cu kaget.
"Lo-si tidak mengapa, manusia misterius itu sama sekati tidak
menyerang hamba sekalian, dia cuma bilang mau bertemu dengan
Hujin untuk membicarakan sebuah juai beli."
" Dia tidak mau menyebutkan namanya" Tanya si rase bumi ini
semakin terperanyat. " Benar, tetapi dia berkali-kali mengutarakan bahwa dia bukan
datang kemari mencari gara-gara melainkan hendak membicarakan
sebuah barang dagangan."
"Barang dagangan apa?"
"Dia biiang setelah bertemu dengan hu jin baru mau
membicarakannya sendiri"
Bun Jin Cu segera tertawa dingin.
"Hmm.. aku kira tentu dialah Wi Ci To itu, da ingin memancing
aku keluar dari sini"
"Tidak. . . bukan, bukan dia." Cepat si pembessr jendela
gelengkan kepalanya. "Dari bentuk tubuhnya sangat mirip dengan
diri. Wi Ci To" "Sebelum aku berhasil menawan diri Wi Ci To aku orang sudah
mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan ruangan di bawah
tanah ini, coba kau keluar tanya padanya mau membicarakan soal
juai belii barang apa, bilamana dia tidak mau bicara terus terang
katakan saja aku tidak ingin membicarakan persoalan ini dengan
dirinya itu" "Baik" sahut si pembesar jendela dan berlalu dari sana.
Sepasang mata dari Bun Jin berputar-putar mendadak dia
melepaskan cambuk dan pergi menutup pintu setelah itu baru
duduk kembali ke kursinya sambil melirik sekejap kearah Ti Then,
Wi Lian ln serta Suma San Ho tiga orang.
"Kalian jangan bergirang dulu " ujarnya sambil tertawa dingin. "
jika orang yang baru saja datang itu hendak menolong kalian maka
jangan harap dia orang bisa melakukannya, saal ini kecuali kami
orang-orang dari istana Thian Teh Kong tidak ada seorang pun
yang bisa menerobos masuk ke dalam ruangan siksaan ini"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu tambahnya,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sedang aku orang pun sudah mengambil keputusan untuk
mempertahankan tempat ini, tidak perduli siapa yang sudah datang
aku sudah memastikan diri untuk tidak keluar "
Wi Lian ln serta Suma San Ho yang mendengar dari mulut si
pembesar jendela itu mengatakan orang yang baru saja datang
adalah "Seorang yang misterius" segera mengetahui orang itu
tentulah lelaki berkerudung tadi, karenanya terhadap " Pendatang?"
itu sama sekali tidak menaruh harapan, dalam hati Ti Then tergerak
juga oleh perkataan ini, walau pun dia juga menduga "Pendatang"
itu kemungkinan sekali kaum komplotan dari orang-orang
berkerudung yang munculkan diri di dusun Thay Peng Cung tetapi
dia pun merasa kemungkinan sekali "Pendatang " itu adalah orang
dari benteng Pek Kiam Po, segera dia pun tertawa dingin.
"Hmmm, sesudah istana Thian Teh Kong rata dengan tanah,
tempat ini pun bisa digali dengan perlahan-lahan, akhirnya liang
rasemu ini bakal terbongkar juga "
Mendadak.. Suara ketukan pintu memecahkan kesunyian kembali.
Dengan amat gesit Bun Jin Cu meloncat ke samping pintu lantas
tanyanya dengan suara keras.
"Siapa" Lo-Ciauw?"
"Benar, hamba adanya" sahut orang itu.
"Apakah orang tersebut sudah berhasil menerjang masuk ke
dalam istana?" "Belum" jawab pembesar jendela dengan sangat hormat, "Dia
masih berdiri di luar ruangan Khie Ie Tong"
Mendengar sampai di sana, Bun Jin Cu baru merasa lega, dia
segera membuka pintu membiarkan si pembesar jendela berjalan
masuk. "Dia berbicara apa lagi?"
"Dia masih tidak mau menjelaskan persoalannya, tapi dia
menjelaskan juga barang apa yang hendak diperjual belikan dengan
diri hujin" Berbicara sampai di sini dia melirik sekejap kearah Ti Then serta
Wi Lian ln lalu tertawa terbahak-bahak.
" Urusan apa yang begitu menggelikan ?" tanya si Bun Jin Cu
keheranan. " Sungguh menggelikan, sungguh menggelikan sekali, haa ....
haaa .... " Melihat dia orang tidak memberikan jawaban juga Bun Jin Cu
segera mengerutkan keningnya.
"Sebenarnya dia mau membicarakan perdagangan apa dengan
aku?" "Dia bilang mau membeli kedua orang itu dari tangan hujin "
sahutnya sambil menuding ke arah Ti Then serta Wi Lian In.
" Ooh ... dia mau membeli kedua orang ini ?"
" Benar, dia bilang mau membayar seratus ribu tahil perak
kepada hujin untuk membeli kedua orang tersebut"
Wajah si rase bumi Bun Jin Cu segera berubah adem, dia tertawa
dingin. "Perkataanku sedikit pun tidak salah bukan " jikalau dia orang
bukan Wi Ci To sendiri tentulah salah satu pendekar pedang merah
dari Benteng Pek Kiam Po."
"Tidak mungkin " Bantah si pembesar jendela gelengkan
kepalanya. "Hamba berani memastikan kalau dia orang bukanlah pendekar
pedang merah dari benteng Pek Kiam Po,"
"Sungguh?" Seru Bun Jin Cu kurang percaya.
"Benar, jikalau orang-orang dari benteng Pek Kiam Po
mendengar kalau ketiga orang ini sudah terjatuh ketangan hujin
mereka pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk
berusaha menolong mereka meloloskan diri, dengan sifat mereka
tidak mungkin pihak sana mau mengeluarkan banyak uang untuk
membeli mereka bertiga karena jikalau mereka sampai membeli
mereka bertiga bukankah nama dari Benteng Pek Kiam Po akan
hancur?" Bun Jin Cu segera merasakan perkataannya ini sediki t pun tidak
salah, tanpa terasa lagi dia sudah mengangguk.
"Hmmm . . . pemikiranmu ini memang sangat beralasan sekali .
." "Apa lagi.." sambung si pembesar jendela itu lagi, "Orang itu
cuma bilang mau membeli Wi Lian In serta Ti Then dua orang dan
sama sekali tidak mengungkat-ungkat Mo Im Kiam Khek, bilamana
orang itu berbasal dari benteng Pek Kiam Po sudah tentu dia pun
akan membeli sekalian diri Mo Im Kiam Khek."
"Benar, sangat beralasan, lalu apakah dia orang juga
mengatakan tujuannya untuk membeli Ti Then serta Wi Lian In?"
"Benar, dia bilang dia orang ada dendam sakit hati dengan Wi Ci
To, dia hendak menggunakan kedua orang ini untuk menguasahi
diri Wi Ci To." " Kalau memang demikian tujuannya sama seperti apa yang aku
orang cita-citakan."
" Bagaimana dengan keputusan hujin?"
"Hmmm?" dengus si rase bumi dengan amat dingin. " Kau pergi
beritahu kepadanya, jangan dikata seratus ribu tahil perak sekali
pun satu juta tahil perak aku juga tidak akan menjual mereka
kepadanya." "Baik," sahut si pembesar jendela lalu berlalu dari sana dengan
terburu-buru. Bun Jin Cu segera menutup pintu kembali, kepada Ti Then
bertiga dia menyengir. "Kalian sudah dengar belum" musuh besar dari We Ci To
sungguh banyak sekali."
Ti Then bungkam tidak berbicara.
"Di antara kalian bertiga adakah yang tahu siapakah orang itu ?"
tanyanya lagi sambil tertawa.
"Bilamana kau orang kepingin kenapa tidak keluar sendiri untuk
melihat-lihat?" Seru Ti Then dengan amat dingin.
"Aku orang sama sekali tidak tertarik dengan dirinya "
" Sebaliknya orang itu sangat tertarik kepadamu" sambung Suma
San Ho dengan cepat. "Dia bilang dialah suamimu yang baru."
" Suma San Ho apakah badanmu benar-benar merasa gatal?"
teriak si rase bumi tertawa keras.
"Hal ini sungguh-sungguh terjadi, tadi sewaktu masih ada di
bawah gunung dia sudah membokong nona Wi dan mengaku
sebagai majikan baru dari istana Thian Teh Kong, dia bilang dialah
suamimu yang baru." " Aaaah sungguh ?"" ".
"Jika kau tidak percaya kenapa tidak keluar untuk bertanya
sendiri " " "Lalu tahukah kau siapakah dia orang?" tanya Bun Jin Cu lagi
sambil tertawa. "Baiklah" "Berapa besar usianya" bagaimana wajahnya?"
"Wajahnya berkerudurg sehingga tidak bisa dilihat, tetapi jika
didengar dari suaranya dia tidaklah terlalu tua, bahkan kepandaian
silatnya tidak rendah aku rasa dia dia orang sangat cocok untuk
dijadikan suamimu yang baru"
Wajah Bun Jin Cu segera berubah memerah, dengan nada malumalu ujarnya. "Bangsat, kau pun merasa kuatir juga terhadap perkawinan aku
orang" " Baru saja Suma San Ho mau memberi jawaban mendadak dari
pintu luar terdengar kembali suara ketukan pintu,
"Lo ciauw?" tanya Bun Jin Cu dengan cepat.
"Bukan, hamba adanya " Suara dari menteri pintu,
Bun Jin Cu segera membuka pintu membiarkan si menteri pintu
berjalan masuk, "Bagaimana dengan Lo ciauw"'- tanyanya cepat.
" Dia tidak mengapa "
" Lalu bagaimana dengan orang itu?""Dia masih ada di sana, dia minta hamba masuk ke dalam untuk
memberi nasehat kepada hujin, dia bilang jikalau hujin tidak ingin
menjual tawanan itu dia sangat mengharapkan hujin mau
mengubah cara dengan bekerja sama dengan dia orang untuk
bersama sama menghadapi Wi Ci To. hamba rasa . . . "
Berbicara sampai di sini dia segera menutup mulutnya rapatrapat. "Kau rasa bagaimana ?"
"Hamba rasa orang itu sangat bernapsu sekali untuk ikut
bersama kita bahkan kepandaian ilmu silatnya amat tinggi, tadi di
depan hamba dia sudah mempamerkan satu tenaga pukulannya
dimana hanya dalam satu kali sambaran saja patung singa di depan
ruangan Khie le Tong sudah berhasiI dihancurkan"
Air muka Bun Jin Cu segera berubah sangat hebat, serunya
"Patung arca singa yang ada di depan ruangan Khie le Tong
dibuat dari bahan yang sangat keras, jikalau dia orang bisa
menghancurkan benda tersebut berarti puIa tenaga dalamnya
mencapai pada tarap kesempurnaan."
"Benar, maka itu hamba rasa jikalau hujin mau bekerja sama
dengan dia orang kemungkinan sekali bisa mendirikan kembali
kewibawaan dari istana Thian Teh Kong kita untuk melanjutkan
menjagoi Bu-lim" Sepasang mata dari Bun Jin Cu segera berkedip-kedip tanyanya:
" Dia tetap tidak mau bicara terus terang soal asal usulnya?"
" Benar, dia bilang jikalau hujin mau bekerja sama dengan dia
maka setelah menjadi orang sendiri sudah tentu dia orang tidak
akan menyembunyikan asal usulnya"
"Jika kau dengar dari suaranya kau kira berapa besar usianya ?"
"Mungkin enam puluh tahun ke atas"
Bun Jin Cu menjadi amat gusar, teriaknya kalap:
"Ooooh , , , , kiranya seorang kakek tua celaka."
Si menteri pintu yang melihat secara mendadak dia menjadi
gusar dalam hati menjadi keheranan.
"Dia . . . dia .. walau pun usianya sudah lanjut tetapi bukan
seorang kakek tua celaka, tubuhnya tinggi kekar perkataannya pun
amat nyaring dan berwibawa membuat orang yang mendengar
merasa amat kagum. "Tidak mau, tidak mau" teriak si rase bumi Bun Jin Cu dengan
amat gusarnya. "Aku tidak mau bekerja sama dengan dia orang, kau
suruh dia orang cepat menggelinding dari sini "
"Hujin kau jangan marah dulu" Ujar si menteri pintu mendadak
dengan memperendah suaranya. "Dia orang benar-benar punya
maksud untuk bekerja sama dengan kita, bahkan dia memberikan
sebuah nota uang sebesar seratus ribu tahil perak, katanya jika
hujin setuju.." "Tidak usah banyak omong lagi" potong si rase bumi Bun Jin Cu
sambil mengulapkan tangannya, "kau sendiri pun tidak usah
banyak komentar suruh dia cepat-cepat menggelinding dari sini."
Si menteri pintu segera tertawa, dari wajahnya terlintas sifat
liciknya. "Hujin tunggu dulu, dia masih mengatakan sesuatu, tapi hujin
jangan marah setelah mendengar perkataan ini "
"Bukankah dia orang bilang mau memperistri diriku?" Sambung
Bun Jin Cu cepat. "Bukan." Bun Jin Cujadi tertegun. "Kalau tidak, dia mengatakan apa?"
Si menteri pintu melirik sekejap ke arah Ti Then bertiga lalu
merendahkan suaranya. "Perkataan ini lebih baik jangan sampai mereka bertiga ikut
mendengar . ." Si rase bumi Bun Jin Cu segera menarik dia orang untuk maju
beberapa langkah ke depan lalu baru ujarnya
"Sekarang kau berbicaralah"
Menteri pintu segera menempelkan bibirnya ke samping telinga
dan berkata dengan suara yang amat lirih,
"Dia bilang jikalau hujin tidak menginginkan uang yang seratus
ribu tahil perak itu maka dia bersedia untuk menghadiahkan uang
seratus ribu tahil perak itu kepada . . . Lohu"
Kata terakhir " Lohu" segaja diperkeras, dan pada saat yang
bersamaan pula jari tangannya melancarkan serangan menotok jalan darah
kaku pada tubuh Bun Jin Cu.
Air muka Bun Jin Cu segera berubah sangat hebat, sepasang
matanya terbelalak, dengan perasaan amat gusar bentaknya:
"Lo si" kau berbuat apa?"
Perkataan terakhir baru selesai diucapkan tubuhnya sudah rubuh
ke atas tanah. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat Bun Jin Cu
sangat terperajat, demikian juga dengan Ti Then bertiga yang
terikat di atas tiang kayu, mereka sama sekali tidak menyangka si
menteri pintu bisa ikut berkhianat juga.
Si menteri pintu segera tertawa seram. Sikapnya sudah berubah
sangat ganas dan kejam sekali, sambi memandang kearah Bun Jin
Cu yang tertotok di atas tanah ujarnya dengan perlahan.
"Mau apa" Hee . , . hee . . , hee ... jika kau orang belum jelas
biarlah lohu mengulangi lagi, dia bilang jikalau hujin tidak mau
menerima uang sebesar seratus ribu tahil perak itu maka dia rela
menghadiahkan uang tersebut kepada diri Lohu. "
Air muka Bun Jin Cu sudah berubah menjadi pucat kehijauhijauan, dia tahu perbuatan apa yang hendak dilakukan si menteri
pintu terhadap dirinya, di samping merasa terkejut bercampur
ketakutan dia pun merasa sangat gusar, bentaknya.
" Budak bangsat nyalimu sungguh besar kau sudah bosan hidup
lebih lama lagi?" "Heee .. . hee . . .Hujin yang baik, kau orang jangan marahmarah dulu" Seru si menteri pintu sambil tertawa seram. "Di dalam
keadaan seperti ini kau jangan menyalahkan tindakan dari Lohu ini"
"Kau pingin berbuat apa?" Teriak si rase bumi dengan penuh
perasaan gusar bercampur kaget.
"Jual mereka berdua untuk mendapatkan uang tambahan yang
tidak terduga," jawab si menteri pintu sambi! menuding ke arah Ti
Then serta Wi Lian In. "Bagus, bagus sekali, tidak kusangka kau pun mengkhianati
diriku" seru Bun Jin Cu sambil meneteskan air mnta saking
mangkelnya. " Tetapi sewaktu aku hendak memberi uang sebesar
seratus ribu tahil perak kepadamu tadi kenapa kau tidak mau terima
" mengapa sekarang hanya Jikarenakan uang sebesar seratus ribu
tahil perak pula kau mengkhianati diriku?"
"Haaaa , haaa , , , kau terlalu memandang rendah keinginanku,
jikalau Lohu cuma menginginkan seratus ribu tahil perakmu buat
apa aku orang menanti sampai hari ini batu berkhianat" terus
terang saja aku beritahu kepadamu, sejak semula Lohu sudah tahu
kalau sebagian besar harta kekayaanmu sudah kau sembunyikan di
suatu tempat karena tidak tahu tempat penyimpannya maka aku
tidak ikut kawan-untuk mengkhianati kau "
"Kau jangan mimpi" Teriak Bun Jin Cu gusar, "Kau jangan harap
bisa memperoleh harta kekayaan tersebut."
Pada wajah menteri pintu segera terlintaslah senyuman yang


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat licik dan kejam. "Tidak, Lohu tahu kau masih tidak ingin mati kau tentu bisa
berikan barang barang itu kepadaku, bukan begitu " "
"Sekali pun aku harus mati aku bersumpah tidak akan
menyerahkan barang-barang itu kepadamu." Teriak Bun Jin Cu
sambil menggigit bibir menahan kemangkelan hatinya yang sudah
memuncak. "Bagus sekali, kalau kau orang memangnya tidak takut mati lohu
pun tidak ingin membinasakan dirimu, tetapi Lohu bisa memotong
sepasang kakimu lalu menghancurkan kecantikan wajahmu
sehingga kau berubah menjadi seorang nenek tua yang sangat jelek
dan cacad" Mendengar ancaman itu air muka Bun Jin Cu segera berubah
menjadi pucas pasi, dengan amat gusar dia melototkan matanya
kearahnya, akhirnya sambil menghela napas panjang dia berkata
dengan nada yang amat sedih
"Lo-si, kau berlaku demikian kepada ku apakah tidak merasa
kalau tindakanmu itu terlalu kejam"'"
"Begitulah." ujar simenteri pintu sambil tertawa serak, "Hujin,
kau tahu aku pun tahu kita semua suka membicarakan persoalan
dengan baik-baik" "Kau terlalu bodoh, orang yang ada di depan itu sekarang
menyanggupi dirimu untuk menyerahkan uang sebesar seratus ribu
tahil perak tetapi setelah kau menyerahkan kedua orang itu
kepadanya maka dia akan turun tangan membunuh dirimu" ujar si
rase bumi memberi peringatan.
Soal ini Lohu sejak tadi sudah memikirkannya" Sela si menteri
pintu sambil angkat bahunya. "Sebelum aku orang mendapatkan
uangnya Lohu tidak akan turun tangan menyerahkan mereka
berdua kepada dirinya, tentang hal ini kau boleh berlega hati "
"Tapi kemungkinan juga uang tersebut adalah palsu . . "
"Tidak akan palsu, Lohu sudah memeriksa nota uang tersebut
dengan teliti, aku kenal dengan tandannya yang ada di atas, Lohu
pun mem punyai simpanan uang di dalam gudang uang itu"
"Lo Ciauw apakah ikut juga mengkhianati diriku?" Akhirnya tanya
Bun Jin Cu dengan sedih "Tidak, dia orang kecuali paling doyan perempuan terhadap hujin
sangat setia" Bun Jin Cu menjadi sangat girang teriaknya.
" Bagus sekali, akhirnya masih ada juga orang yang tidak
mengkhianati diriku"
"Tetapi sungguh amat sayang" Seru menteri pintu menyengir,
"Tidak beruntung dia " dia sudah mati "
-ooo0dw0ooo- Jilid 22 : Barang apa yang diminta lelaki berkerudung"
"Kau sudah membunuh dirinya" "tanyanya Bun Jin Cu tertegun.
"Tidak salah" sahut si menteri pintu mengangguk, "Lohu tahu
kau orang tidak akan mau menjual tawanan itu juga tidak akan mau
bekerja sama dengan dia orang semakin tahu pula dia si Lo Ciauw
tidak bisa menghianati dirimu, karenanya Lohu turun tangan terlebih
dulu membunuh mati dia orang."
"Sungguh tidak kusangka, sungguh tidak kusangka kau Lo si
mem punyai hati yang demikian kejamnya .." Teriak Bun Jin Cu
dengan wajah yang amat sedih bercampur gusar.
"Bukankah kau orang sering berkata dengan suamimu, Tahu
mukanya tahu wajahnya belum tentu tahu isi hatinya beberapa
perkataan ini" "
Bun Jin Cu benar-benar dibuat gemas sumpahnya.
"Kau tidak akan memperoleh cara kematian yang wajar, kau
tidak akan mati dengan sempurna"
Mendengar perkataan itu air muka si menteri pintu segera
berubah hebat, dari atas dinding dia mencabut keluar sebilah golok
baja lalu menjerat badannya berdiri ujarnya sambil melototi dirinya
dengan amat buasnya: "Lohu sudah tidak sabaran untuk banyak bertanya, sekarang kau
harus menyawab pertanyaan lobu, dimanakah harta kekayaanmu itu
kau sembunyikan?" "Jika aku tidak mau menyawab apa kah kau akan merusak
kecantikan wajahku serta memotong kedua belah kakiku?" tanyanya
lagi dengan wajah berubah pucat pasi.
"Sedikit pun tidak salah" jawab menteri pintu ketus.
"Tetapi bilamana aku memberitahukan tempat penyimpanan
harta kekayaan tersebut kau tidak akan membunuh diriku?"
"Benar" sahutnya mengangguk.
"Aku tidak percaya "
"Apa yang sudah lohu katakan selama ini tidak akan berubah
kembali, aku tidak akan berbohong"
"Kau tidak takut kalau aku mencari balas kepadamu pada
kemudian hari?" Si menteri pintu segera tertawa terbahak-bahak.
"Selamanya kau tidak akan bisa mencari lohu untuk membalas
dendam karena lohu cuma menyanggupi untuk tidak membunuh
kau, lohu sama sekali belum pernah menyanggupi untuk tidak
memusnahkan seluruh kepandaian silatmu"
"Apa?" teriak Bun Jin Cu dengan sangat terperanyat. "Aku mau
memberitahukan tempat penyimpanan harta kekayaanku kau orang
masih hendak memusnahkan seluruh ilmu silatku?"
"Yaaa, cuma ada satu jalan ini yang bisa membuat Lohu berlega
hati" Dari sepasang mata si rase bumi Bun Jin Cu segera memancar
keluar sinar kemarahan yang berapi-api, agaknya saking gemasnya
dia kepingin sekali menelan dia orang bulat-bulat. Sambil menggigit
bibir teriaknya sepatab demi sepatah
"Si Im piauw kau binatang buas yang berhati srigala . .. "
Mendadak si menteri pintu menekankan golok bajanya ke atas
batang hidungnya. "Lohu tidak akan bertanya untuk ketiga kalinya, kau mau
memberi tahu tempat penyimpanan harta kekayaanmu tidak?"
bentaknya keras. Seketika itu juga si rase bumi Bun Jin Cu berhenti memaki,
setelah menarik napas panjang sahutnya dengan nada terputusputus. "Har ... harta . . , harta kekayaan ., itu , , di , . . disimpan , - disimpan di dalam . di dalam sebuah ruang rahasia di dalam
ruangan siksa ini " "Pada dinding sebelah mana" "tanya si menteri pintu sambi!
menyapu sekejap di sekeliling ruangan tersebut,
"Dinding yang di belakang itu."
Si menteri pintu segera mengalihkan pandangan matanya kearah
dinding tembok yang ada di belakang ruang siksa tersebut, agaknya
dia merasa berada diluar dugaan.
"Haaa . ... ha. ha .... tidak kusangka harta kekayaanmu itu kau
sembunyikan di dalam dinding ruangan siksa ini ...". seru nya sambil
tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana cara membuka dinding
tersebut?" "Dinding tersebut tidak akan bisa digerakkan."
"Lalu bagaimana caranya untuk masuk ke dalam ?"tanya si
menteri pintu ragu-ragu. "Pada dinding tersebut seluruhnya mem punyai seratus buah
batu besar, kau singkirkan dulu batu yang ketiga puluh enam,
empat puluh enam dan lima puluh enam setelah itu kau akan
menemukan sebuah jalan di bawah tanah yang sempit."
"Di dalam ruangan itu adakah alat rahasianya ?""
"Tidak ada." "Sungguh tidak ada ?" seru si menteri pintu tertawa dingin.
"Jikalau kau orang merasa takut kenapa tidak bawa aku sekalian
kssana?" "Lohu memang mem punyai maksud demikian."
Tangannya dengan cepat mencengkeram tangan kanan dari Bun
Jin Cu lalu menyeretnya ke bawah dinding bata tersebut, lantas
dengan menggunakan tangan kanannya dia memeluk pinggangnya
sehingga membuat badannya bersandar pada tubuhnya sendiri,
tangannya yang lain mulai menggerakkan golok baja untuk
mengorek keluar ketiga buah batu bata yang dimaksud tadi.
"Ketiga buah batu bata ini?" tanyanya.
"Benar, empat buah batu bata ini ada yang di bawah batu nomor
tiga puluh enam, empat batu bata yang ada di bawah nomor empat
puluh enam serta empat batu bata yang ada di bawah batu nomor
lima puluh enam harus dibongkar juga"
"Heee " he hee maaf hujin, sewaktu ini lohu bekerja aku harus
tetap memeluk dirimu seperti ini, karena jika ada suatu peristiwa
yang terjadi secara mendadak kau pun tidak dapat ikut melarikan
diri . . . sekarang sekali lagi aku mau bertanya harta kekayaanmu itu
apa betul kau simpan ditempai ini?"
"Benar" teriak si rase bumi Bun Jin Cu dengan amat sengit.
Si menteri pintu segera tersenyum, golok bajanya diangkat dan
mulai bongkar batu-batu bata yang dimaksudkan, berturut turut dia
menusuk beberapa kali pada batu nomor tiga puluh enam sehingga
menjadi kendur baru menggunakan ujung golok mencukilnya keluar.
Sewaktu dia membongkar sedalam setengah depa mendadak dia
berhenti bekerja dan menggeserkan kakinya setengah langkah ke
samping sehingga badan dari Bun Jin Cu kini berhadap-hadapan
langsung dengan dinding batu tersebut, ujarnya sambil tertawa
seram. "Sewaktu aku melepaskan batu bata ini, jikalau dari dalam
dinding meluncur keluar senyata-senyata rahasia itu akan tepat
menghajar wajahmu terlebih dulu"
"Heee . . . hee . . kau terlalu teliti, aku lihat aku tidak akan
berhasil membokong dirimu" ujar Bun Jin Cu sambil tertawa pahit.
Si menteri pintu segeta tertawa, dia meletakkan golok bajanya ke
atas tanah lalu menggunakan tangannya membongkar batu bata
tersebut. Batu yang seberat tiga puluh kati segera terjatuh ke atas tanah
sehingga mengeluarkan suara yang amat keras sekali.
Sedang dari atas dinding itu sama sekali tidak ada gerakan apa
pun juga, tak ada senyata rahasia yang meluncur keluar.
Di balik batu itu suasana amat gelap sekali tidak tampak barang
apa-apa di sana kecuaii secara samar-samar bisa diduga kalau
tempat itu merupakan sebuah jalan rahasia.
Si menteri pintu yang melihat dari balik dinding itu tidak ada
senyata rahasia yang meluncur keluar dia baru menengok ke dalam
untuk memeriksa. "Berapa panjang jalan rahasia ini?" tanyanya tiba-tiba sambil
tertawa. "Ada tujuh delapan kaki panjangnya "
"Kalian menyimpan harta kekayaan itu pada ujung jalan rahasia
ini ?" "Tidak, pada ujung jalan rahasia itu terdapat sebuah pintu besi,
di balik pintu besi terdapat sebuah ruangan kecil, seluruh harta
kekayaanku ada di dalam ruangan kecil itu."
Si menteri pintu menjadi amat girang sekali, tanpa banyak
bertanya lagi dia segera membongkar keluar batu yang keempat
puluh enam serta ke lima puluh enam, setelah itu dengan mengikuti
ketiga buah batu tadi dia melanjutkan membongkar.
Kurang lebih seperminum teh lamanya seluruh pintu jalan rahasia
sudah muncul di hadapannya.
Ti Then, Wi Lian In serta Suma San Ho yang terikat di atas tiang
kayu dan menghadap ke depan pintu ruangan siksa pula karenanya
tidak bisa melihat bagaimana keadaan di sana, tetapi rasa
terperanyat serta ngeri yang semula meliputi hati mereka bertiga
semakin lama semakin Ienyap karena mereka tahu jika mereka
terjatuh ketangan orang berkerudung itu maka kesempatan untuk
melanjutkan hidup masih ada.
Hal ini jelas sekali, tujuan dari si rase bumi Bun Jin Cu adalah
menawan mereka untuk dibunuh sebagai balas dendam atas
kematian suaminya, sebaliknya tujuan dari lelaki berkerudung itu
hanya bertujuan untuk memaksa Wi Ci To menyerahkan barang
tersebut kepadanya, jikalau Wi Ci To sudah menyerahkan "Barang"
tersebut kepadanya sudah tentu mereka segera akan dilepaskan.
Saat itu terdengar si menteri pintu sedang bertanya.
"Jalan rahasia ini dibangun sudah lama?"
"Sewaktu mendirikan istana Thian Teh Kong jalan rahasia itu
sudah ada" "Bagaimana lohu tidak tahu?"
"Selain kami suami istri berdua tidak ada orang ketiga yang tahu"
"Atau dengan perkataan lain, jalan rahasia ini kalian suami istri
yang menggalinya sendiri?"
"Bukan begitu, orang-orang yang menggali jalan rahasia ini
sudah kami bunuh semua setelah mereka menyelesaikan
pekerjaannya" "Ooooh kiranya begitu" ujar si menteri pintu sambil
tertawa."Harta kekayaan yang disimpan di dalam ruangan tersebut
apa benar-benar bernilai di atas puluhan juta tahil perak?"
"Benar, semua barang merupakan barang-barang berharga yang
tidak ternilai harganya, diantara itu cuma ada sebuah peti emas
yang merupakan barang paling tidak berharga, maukah kau
memberikan batangan emas itu kepadaku?"
"Ada berapa banyak?"
"Cuma tiga puluh kati"
"Heee . . heee , , . tiga puluh kati emas murni merupakan sebuah
harta kekayaan juga kenapa Lohu harus memberikannya
kepadamu?" Bun Jin Cu hanya bisa menghela napas paajaag.
"Jika kau tidak memberikan sedikit kepadaku bukankah aku akan
menjadi ludas dan amat miskin?"
"Baiklah, mengingat hubungan persahabatan kita pada waktuwaktu yang lalu lohu akan berikan satu kati emas buatmu untuk
melanjutkan hidupmu dikemudian hari"
"Cuma satu kati" satu kati emas bisa digunakan untuk apa ?"
"Kau jangan terlalu serakah, satu kati emas murni bukanlah satu
jumlah yang kecil, asalkan sedikit mengirit maka barang itu bisa
memberi makan kepadamu selama satu, dua tahun lamanya."
"Bagaimana untuk selanjutnya?"" "
Si menteri pintu termenung sebentar, lalu tertawa.
"Sudah tentu setelah lohu memusnahkan seluruh ilmu silatmu
kau tidak bisa merampok lagi kemana-mana, maka itu lohu
nasehatkan kepadamu di dalam satu, dua tahun ini kau cepatcepatIah mencari seorang suami yang baru untuk nunut hidup,
dengan wajahmu yang cantik lohu kira untuk mencari pengganti
suami tidaklah terlalu sukar. "
"Hmmmm, terima kasih atas pemikiranmu buatku itu" dengus
Bun Jin Cu dengan amat dinginnya.
"Sudah cukup, ayo kita masuk."
"Kau tidak takut di dalam jalan rahasia itu sudah diatur alat-alat
rahasia yang bisa membinasakan jiwamu?"
Si menteri pintu segera tertawa terbahak bahak.
"Tidak takut, karena lohu akan memeluk badanmu terus, tidak
perduli sudah terjadi urusan apa pun kau harus menemani lohu"
"Heee ..... perkataanmu sedikil pun tidak salah" ujar si rase bumi


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambll menghela napas panjang, " Aku orang memang masih tidak
ingin mati .... sekarang kau dengarlah petunjukku, berjalanlah
masuk dengan melalui pinggiran dinding,"
Dengan menggunakan tangan kirinya si menteri pintu memeluk
pinggangnya erat-erat membuat badannya dengan kencang
menempel pada badannya sendiri, segera dia mengikuti petunjuk itu
untuk berjalan masuk dengan melalui pinggiran dinding sebelah
kanan. Di atas jalan rahasia itu secara samar-samar bisa terlihat
tersusun rapi sebuah demi sebuah batuan hijau yang mengkilap
jelas sekali di dalam jalan rahasia itu sudah dipasang alat rahasia
yang amat lihay sekali. Kurang lebih berjalan lima kaki kemudian sewaktu kaki kanan si
menteri pintu hendak menginyak batu hijau yang kelima mendadak Bun Jin Cu
berteriak: "Berhenti." Dalam hati si menteri pintu merasa amat tegang, mendengar
perkataan tersebut tubuhnya tak kuasa lagi sudah tergetar dengan
amat keras. Dengan cepat dia berhenti di atas batu hijau yang kelima itu
sambil tanyanya : "Ada apa ?" "Sekarang berganti berjalan melalui dinding sebelah kiri"
"Jika berjalan salah akan terjadi peristiwa apa?" tanya si menteri
pintu kemudian sambil memperhatikan batuan hijau yang tersusun
di atas permukaan tanah itu.
"Ada seratus dua puluh batang anak panah akan meluncur dari
empat penjuru jalan rahasia ini "
Dengan perlahan si menteri pintu dongakkan kepalanya ke atas
dinding jalan rahasia itu, tampak suasana amat galap sekali
sehingga tidak terlihat ujung dindingn, dalam hati dia segera tahu di
atas sana tentu sudah dipasang alat rahasia.
Tak terasa lagi sambil menghembuskan napas dingin ujarnya :
"Jalan rahasia ini demikian sempitnya jikalau bersamaan waktu
meluncur keluar seratus dua puluh batang anak panah sekali pun
dia memiliki kepandaian silat yang amat tinggi pun sukar untuk
meloloskan diri .. "
"Karena ini kita tidak boleh salah jalan barang satu tindak pun"
seru Bun Jin Cu sambil tertawa dingin.
Si menteri pintu segera memindahkan badannya ke sebelah
kanan lalu dengan sangat berhati-hati sekali berjalan ke samping
satu langkah besar, dan tanyanya kembali :
"Sekarang maju ke depan berapa langkah ?"
"Kau jalanlah terus, sampai pada tempat yang tidak bisa dilalui
tentu aku bisa memberitahukan kepadamu"
Akhirnya dengan sangat berhati-hati sekali si menteri pintu
berjalan maju melalui tiga buah batu hijau dan berhenti kembali.
"Sekarang bagaimana ?"
"Aku belum suruh kau berhenti buat apa kau merasa begitu
tegang?" "Jawabanmu jangan sembarangan" teriak si menteri pintu
dengan amat gusar. "Maju lagi tiga langkah ke depan "
Si menteri pintu segera maju lagi ke depan.
Siapa tahu baru saja dia berjalan dua langkah ke depan
mendadak terdengar si rase bumi Bun Jin Cu sudah berteriak kaget:
" Aduh . . .. . "
Suara teriakan kagetnya ini hampir-hampir membuat nyali si
menteri pintu copot dari dalam raganya, tububnya tergetar dengan
amat keras sekali lalu dengan ketakuan dia meloncat ke atas udara
dan melayang keluar dari jalan rahasia itu dengan amat cepatnya.
oooX ooo 37 Tetapi sewaktu dia sudah tiba di luar jalan rahasia itu, dari dalam
ruangan sama sekali tidak terjadi sesuatu kejadian apa pun.
Hal ini benar-benar membuat dia menjadi melengak, dengan
amat kheki tanyanya: "Hey sudah terjadi urusan apa?"
"Tidak mengapa" sahut Bun Jin Cu sambi! tertawa genit "Aku ada
sedikit urusan pribadiku yang harus diselesaikan"
"Telur makmu," Teriak si menteri pintu dengan amat gusar. "Kau
sengaja mencari gara-gara dengan lokhu."
"Ouw .... aku kan sungguh-sungguh, karena hatiku merasa amat
cemas kepingin sekali aku orang menyelesaikan sedikit urusan
pribadiku terlebih dulu, biarlah kita baru masuk kembali setelah aku
menyelesaikan urusanku itu"
"Tidak bisa jadi," teriak menteri pintu keras-keras, "Mau pergi
kencing yaah nanti, kau tunggu saja setelah kita berada didalm
ruangan jalan rahasia itu,"
"Tapi aku sudah betul-betul tidak bisa tahan lagi."
"Jangan banyak bicara, jika kau berani cari gara-gara lagi jangan
salahkan lohu akan kasih sedikit hajaran kepada mu"
Sehabis berkata dengan amat gusarnya dia berjalan kembali ke
dalam ruangan rahasia tersebut.
Dengan melalui jalan yang semula dia berjalan lima langkah dari
dinding sebelah kanan lalu berjalan lima langkah lagi dari dinding
yang sebelah kiri dan berdiri pada tempat yang semula.
"Sekarang harus berjalan berapa langkah lagi ?" tanyanya
dengan amat gusar. "Maju satu langkah ke depan."
Dengan mengikuti petunjuk itu si menteri pintu berjalan maju
satu langkah ke depan. laiu tanyanya kembali:
"Selanjutnya?" "Sekarang berjalan melalui batuan hijau yang ada di sebelah
tengah, kau maju lagi tujuh langkah ke depan"
Dengan mengikuti petunjuk itu si menteri pintu segera berjalan
maju melalui batuan hijau yang ada di sebelah tengah, setindak
demi setindak dia berjalan maju ke depan.
Menanti setelah Bun Jin Cu seka lian bertindak pada langkah
yang kelima mendadak dia menghela napas dengan amat sedihnya.
"Si Im Piauw orang-orang berkata manusia binasa karena harta
burung mati karena makanan kenapa kau tidak mau percaya
terhadap pepatah kuno itu ?"
"Kau berbicara apa?" seru menteri pintu melengak.
Baru saja dia berkata sampai di situ kaki kirinya sudah menekan
pada batuan hijau yang keenam, segera dia merasakaa batuan hijau
yang diinyaknya itu menekan turun ke bawah, hatinya segera
merasa tidak beres tetapi baru saja dia bersiap mengundurkan diri
dari sana waktu sudah tidak mengijinkan lagi.
"Sreeet . . sreet . ." suara berdesirnya anak panah yang meluncur
keluar bagaikan air hujan dengan amat cepatnya meluncur keluar
dari empat penjuru ruangan dan berkelebat menuju kearah mereka.
Seketika itu juga ada berpuluh-puluh anak panah yang berhasil
menembusi bagian kepala, lengan, dada serta kaki dari menteri
pintu serta Bun Jin Cu. Segera terdengarlah si menteri pintu memperdengarkan suara
jeritan ngerinya yang penghabisan, tubuhnya berkelejet beberapa
kali lalu rubuh ke atas tanah tidak berkutik kembali.
Tubuh Bun Jin Cu pun ikut rubuh ke atas tanah tetapi dia sama
sekali tidak memperdengarkan suara teriakan yang ngeri sebaliknya
tertawa keras dengan amat seramnya.
Suara tertawanya semakin lama semakin perlahan akhirnya dia
tundukkan kepalanya menemui ajalnya dengan mulut penuh
senyuman. Ti Then, Wi Lian In serta Suma San Ho tidak bisa melihat
kejadian apa yang sudah terjadi di dalam jalan rahasia itu, tetapi
mereka pun sedikitnya mendengar peristiwa apa yang telah
berlangsung, terdengar Ti Then dengan perasaan terkejut
bercampur girang berteriak keras
"Haaaa mereka sudah menggerakkan alat rahasia "
Dengan sekuat tenaga Suma San Ho menoleh ke belakang,
ketika dilihatnya tubuh Bun Jin Cu serta si menteri pintu yang
menggeletak di atas tanah dengan tubuh penuh tertancap oleh
delapan sembilan batang dengan anak panah tak terasa lagi dia
sudah menjerit tertahan. "Tidak salah, mereka sudah binasa terkena sambaran anak
panah." "Bagus - , . bagus sekali." teriak Wi Lian In dengan amat
girangnya sehingga melupakan badannya yang amat sakit.
"Sekarang mereka sudah binasa, itulah yang dinamakan
pembalasan dari Thian"
"Ternyata dia punya keberanian untuk mengadu jiwa dengan
sang pengkhianat, hal ini sungguh berada di luar dugaanku" ujar Ti
Then dengan terharu. "Itulah disebabkan dia terlalu becci terhadap si menteri pintu
yang sudah mengkhianati dirinya sehingga tanpa sayang jiwanya
sendiri dia sudah mengadu jiwa dengan dirinya" timbrung Suma San
Ho dengan amat gembira. "Sekarang aku mau mulai berusaha membebaskan totokan jalan
darahku bagaimana kau" Tempat-tempat yang terpukul terasa sakit
tidak?" "Ada sedikit sakit tetapi tidak mengapa aku rasa perlahan-lahan
akan sembuh dengan sendirinya . . , . Suma suheng, bagaimana
dengan keadaanmu?" "Ie-heng baik-baik saja" sahut Suma San Ho dengan cepat."
Cuma saja tangan serta kakiku terikat kencang-kencang oleh otot
kerbau itu . . . ." "Eeeeh lelaki berkerudung itu sudah berada di dalam istana, kita
harus cepat-cepat berusaha untuk meloloskan diri dari ikatan tiang
kayu ini" tiba-tiba Wi Lian in memperingatkan.
"Tadi si menteri pintu bilang dia orang sudah membinasakan si
pembesar Jendela, entah hal ini benar atau tidak?"
"Aku kira sedikit pun tidak salah" jawab Suma San Ho cepat.
"Karena ingin menelan semua harta kekayaan kemungkinan sekali
dia tidak akan melepaskan diri pembesrJendela"
"Kalau memang demikian adanya, cayhe rasa keselamatan kita
untuk sementara tidak mengapa"
"Tidak salah" jawab Suma San Ho. "Lelaki berkerudung itu tidak
ada yang menunjuk jalan dia tentunya tidak berani menerjang
secara sembarangan ke sini dengan menerjang kedelapan belas
alat-alat rahasia yang sudah dipasang si anying langit rase bumi
disekeliling tempat ini"
"Sekarang persoalannya sekali pun kita berhasil melepaskan diri
dari belenggu ini tapi tidak bia menorobos keluar dari tempat ini"
ujar Ti Then lagi. "Lebih baik kita bicarakan persoalan itu setelah kita lolos dari
tiang kayu ini, kau membutuhkan waktu berapa lama untuk
membebaskan diri dari totokan jalan darahmu itu ?"
"Kurang lebih setengah jam lamanya"
"Kalau begitu cepatlah kau mengerahkan tenagamu, tidak perduli
bagaimana pun kita harus meloloskaa diri dari ikatan tiang kayu ini
sebelum lelaki berkerudung itu berhasil memasuki ruangan siksa
ini." "Baik, aku tidak akan berbicara kembali dengan kalian."
Ti Then segera memejamkan matanya untuk pusatkan seluruh
perhatiannya mengatur pernapasan, dengan mengikuti aliran jalan
darah dia berusaha menggunakan hawa murninya untuk menerjang
jalan darahnya yang tertotok.
Waktu itu lelaki berkerudung yang sedang menanti diluar
ruangan Khie Ie Tong sewaktu melihat si menteri pintu sudah amat
lama sekali tidak keluar-keluar juga hatinya tidak sabaran, sambil
menggendong tangan dia berjalan mondar mandir dan bergumam
seorang diri: "Hmmm, sudah begitu lama kenapa dia tidak balik" tentu di sana
sudah terjadi peristiwa, tetapi jikalau dia tidak berhasil menguasai
Bun Jin Cu sebaliknya dibunuh olehnya kenapa si rase bumi itu tidak
keluar untuk menengok ?" apakah dia sudah bersiap sedia umuk
bertahan di dalam ruangan siksanya itu?"
Mendadak telinganya menangkap suatu gerakan tubuh yang
mencurigakan, tubuhnya dengan cepat berkelebat bersembunyi di
balik sebuah wuwungan rumah,
"Ada orang yang datang?"
Tidak salah, tempat itu sudah kedatangan dua orang.
Kedua orang itu kurang lebih sudah berusia empat puluh
tahunan, tubuhnya memakai baju singsat berwarna hijau dengan
sebuah golok besar tergores pada punggungnya, jika dilihat dari
wajahnya yang bengis kejam jelas sekali mereka bukanlah manusia
baik-baik. Gerakan tubuh mereka sangat mencurigakan sekali, seiampainya
di depa t ruangan Cbi le Tong sewaktu dilihatnya tubuh si pembesar
jendela sudah menggeletak tak bernyawa di atas tanah wajah
mereka segera berubah amat hebat.
Mereka saling berpandangan sekejap lalu terdengarlah salah
seorang yang berbadan tinggi besar berbisik dengan suara yang
amat lirih: "Bukankah dia orang adalah sipembesar jendela ?"
Lelaki kasar yang punya bentuk badan pendek kecil segera
mengangguk, "Tidak salah, dialah si pembesar jendela itu."
"Sungguh heran sekali," terdengar lelaki berbadan tinggi besar
itu berseru dengan pandangan terperanyat.
"Dia sama sekali tidak mengkhianati diri Teh Ho Kenapa dia pun
terbunuh ?" "Entah si menteri pintu masih ada tidak?" tiba-tiba silelaki
berbadan pendek memberi peringatan sedang matanya berputar
memandang ke sekeliling tempat itu.
"Si pembesar jendela sudah mati sudah tentu si menteri pintu
pun tidak akan hidup kemungkinan juga dia sudah meninggalkan
tempat ini." "Tapi Teh Ho kemungkinan juga masih di dalam."
"Tidak mungkin" seru lelaki berbadan besar itu cepat. "Aku berani
bertaruh dengan kau orang, dia pasti sudah meninggalkan istana
Thian Teh Kong ini" "Tapi lebih baik kita sedikit berhati-hati jangan dikarenakan
sedikit harta kita malah kehilangan nyawa"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu sambungnya
kembali: "Omong terus terang saja, Lo Liuw, sebenarnya kau merasa Teh
Ho masih ada seberapa banyak harta kekayaan yang terpendam di
ruang bawah tanahnya " apa barang-barang ini pasti ada ?"
"Pasti, tidak salah lagi" sahut lelaki berbadan besar itu sambil
mengangguk. "Lo cu sudah kerja selama tujuh, delapan tahun
lamanya di dalam ruangan alat-alat rahasia dan sering sekali melihat
Thian Cun serta Teh Ho memasuki ruangan siksa itu, mereka pasti
sudah menyembunyikan sejumlah harta kekayaan di dalam ruangan
itu." "Jikalau di dalam ruangan siksa itu benar-benar sudah tersimpan
sejumlah harta kekayaan bagaimana Teh Kong ini?" Sela si lelaki
berbadan pendek itu. "Aku orang tua bisa mengambil kesimpulan kalau dia orang
sudah meninggalkan tempat itu alasaanya ada dua Pertama, esok


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari merupakan waktu janyinya kepada Wi Ci To untuk mengadakan
pertandingan, dia orang bukanlah tandingan dari Wi Ci To
karenanya dia harus menghindarkan diri dari tempat tersebut,
kedua: menurut anggapannya harta kekayaan yang disimpan di
dalam ruangan siksa tak ada yang mengetahuinya, karena itu dengan berlega hati dia
meninggalkan tempat itu, dia bisa balik kembali ke atas gunung
setelah waktu perjanyian dengan Wi Ci To lewat."
Lelaki kasar berbadan pendek itu segera termenung berpikir
sebentar akhirnya sambil memandang tajam wajahnya dia berkata:
"Lalu apakah ksu sudah merasa yakin bisa melewati kedelapan
belas buah alat rahasia itu ?" "Aku orang tua sudah bekerja selama tujuh, delapan tahun
lamanya di dalam kamar alat-alat rahasia itu, terhadap semua alat
rahasia aku sudah mengenalnya seperti mengenali jariku sendiri,
kau boleh berlega hati tidak perlu melewati kedelapan belas alat
rahasia itu pun masih bisa sampai di dalam ruangan siksa"
Mendengar perkataan teisebut lelaki berbadan pendek itu
menjadi amat girang sekali,
"Kalau memangnya demikian urusan tidak bisa ditunda-tunda
lagi, ajoh mari kita masuk ke dalam"
"Sekali lagi aku orang tua berbicara" tiba-tiba ujar lelaki berbadan
tinggi besar itu dengan serius.
"Setelah kita mendapatkan harta kekajaan itu maka aku orang
tua akan mendapatkan tujuh bagian sedangkan kau orang cuma
tiga bagian." "Tidak ada persoalan. tetap seperti perkataan semula."Jawab
lelaki pendek itu mengangguk berulang kali.
"Kalau begitu ikutilah diri lohu" ujarnya kemudian sambil
melanjutkan langkahnya memasuki ruangan Khie Ie Tong tersebut,
Pada saat mereka berdua berjalan memasuki pintu ruangan Khie
Ie Tong itulah si lelaki berkerudung yang semula bersembunyi di
atas wuwungan rumah mendadak melayang turun ke atas tanah
dan bergerak menuju ke belakang badan kedua orang laki-laki kasar
itu. Kedua orang lelaki kasar itu masih tetap tidak merasakan
sesuatu, mereka melanjutkan perjalanannya terus menaiki tangga.
Tangan kanan dari lelaki berkerudung itu dengan cepat
berkelebat mencengkam leher dari lelaki berbadan pendek itu
kemudian mengangkat seluruh badannya ke atas.
" Aduuh .. " Saking terkejutnya lelaki berbadan pendek itu sudah berteriak
tertahan. Tetapi baru saja suara teriakannya keluar dari mulut tubuhnya
sudah dilemparkan beberapa kaki jauhnya oleh lelaki berkerudung
itu sehingga kepalanya hancur dan darah segar berceceren keluar,
tubuhnya hanya berkelejet beberapa kali lalu rubuh binasa.
Lelaki berbadan tinggi besar itu menjadi amat terperanyat sekali
hamper-hampir membuat sukmanya pun ikut melayang, sambil
menjerit-jerit keras tubuhnya dengan cepat mengundurkan diri ke
belakang. Tubuh lelaki berkerudung itu bagaikan bayangan setan saja
mengikuti terus dari belakang badannya.
"Heee . . hee jangan lari aku tidak akan membinasakan dirimu"
Lelaki berbadan tinggi besar itu tidak mau tahu, pergelangan
tangan kanannya dengan cepat di balik mencabut keluar golok yang
terselip pada pinggangnya lalu dengan dahsyatnya dibacok ke atas
kepala lelaki berkerudung itu.
Tubuh lelaki berkerudung itu dengan cepat berkelebat ke
samping, telapak tangannya di balik mencengkeram pergelangan
tangan lawannya sedang mulutnya membentak keras.
"Lepas" Seketika itu juga lelaki berbadan tinggi besar itu merasakan
pergelangan tangan yang dicengkeram oleh orang berkerudung itu
terasa amat sakit sekali, golok di tangannya tidak dapat dicekal lagi
dengan menimbulksn suara yang amat nyaring goloknya terjatuh ke
atas tanah. Saking-takutnya seluruh tubuh lelaki berbadan tinggi besar itu
gemetar dengan amat kerasnya, sepasang lututnya menjadi lemas,
tak kuasa lagi dia jatuhkan diri berlutut di atas tanah.
"Ooh Thayhiap am puni aku orang" mohonnya dengan suara
gemetar. "Hmm.. aku bilang tidak akan membunuh kau yah tidak bunuh,
apa telingamu sudah tuli?"
Mendengar perkataan tersebut lelaki itu menjadi terkejut
bercampur gembira, serunya berulang kali.
"Baik, baik, kau . . kau siapakah kau orang tua?"
"Lohu adalah Wi Ci To dari benteng Pek Kiam Po" sahut orang
berkerudung itu dingin. "Aaaah?" tak kuasa lagi lelaki itu menjerit tertahan lalu berdiri
melongo tak bisa mengucapkan sepatah kata pun juga.
Sinar mata lelaki berkerudung itu segera berkelebat dengan amat
tajamnya, dia tertawa dingin tak henti-hentinya.
"Siapa namamu?" tanyanya.
"Hamba bernama Liuw Khiet" sahut lelaki tersebut sambil
menelan ludah. "Kau pun anak buah dari istana Thian Teh Kong?"
"Benar" Jawab si Liauw Khiet mengngangguk."Tetapi sekarang
hamba sudah mengkhianati Teh Ho dan bukan anggota dari istana
Thian Teh Kong lagi."
"Tadi kau bilang sudah bekerja selama tujuh delapan tahun
lamanya di dalam ruangan alat rahasia, perkataanmu itu sungguhsungguh atau sedang berbohong?"
"Sungguh . . . sungguh waktu itu hamba benar-benar terdesak
karenanya tidak berani melawan.?"
"Kau benar-benar mem punyai cara untuk memasuki ruangan
siksa itu tanpa melalui kedelapan belas alat rahasia tersebut" "
sambung lelaki berkerudung itu.
Benar. "Seru lelaki tersebut setelah ragu ragu sebentar.
"Bagus sekali, kau bawalah lohu masuk ke dalam,"
"Wi Pocu mau berbuat apa masuk ke dalam ruangan siksa itu?"
tanya Liuw Khiet ragu ragu.
"Mencari Bun Jin Cu"
"Aaaah " Liuw Khiet segera berteriak kaget. "Teh Ho masih . . .
masih ada di dalam istana Thian Teh Kong?"
"Tidak salah" sahutnya mengangguk, "Dia tahu lohu sudah
datang lalu tidak berani keluar bertempur, selama ini dia terus
menerus bersembunyi di dalam ruangan siksanya saja, karena itu
terpaksa lohu harus masuk ke dalam mencarinya."
"Tentang soal ini ...tentang ini.."
Lelaki berkerudung itu segera tertawa dingin.
"Jikalau kau orang tidak mau baik-baik membawa lohu masuk ke
dalam, jangan salahkan lohu akan membinasakan dirimu"
Air muka Liuw Khiet segera berubah pucat pasi, sahutnya
berulang kali: "Baik..baik. hamba akan membawa Wi Pocu masuk ke dalam.
cuma . . ". "Cuma apa ?" "Jikalau Wi Pocn tidak berhasil membinasakan dirinya maka
hamba akan menerima akibat yang mengerikan."
"Ooooh. . . hehe ,, heee .. kau boleh berlega bati," Ujar lelaki
berkerudung itu sambil tertawa seram. "Lohu pasti berhasil
membasmi dirinya" "Setelah Wi Pocu membinasakan dirinya apakah kau orang tua
juga mau melepaskan hamba?"
"Sudah tentu, sudah tentu "Sahut orang berkerudung itu
berulang kali. "Jikalau di dalam ruangan siksa itu benar-benar terdapat harta
kekayaan maka Lohu mau perseni beberapa bagian kepadamu."
Mendengar perkataan tersebut Liuw Khiet menjadi amat girang
sekati, dia segera mengangguk,
"Baik , , . baik , ,, terima kasih Wi Pocu, sejak ini hari hamba
tentu akan berubah sifat dan jadi orang baik-baik"
Lelaki berkerudung itu tidak mau banyak bicara lagi dia segera
menarik tangannya berjalan memasuki ruangan Khie Ie Tong itu
tanyanya. "Kita masuk melalui ruangan Khie Ie Toag ini?"
"Benar, di belakang meja panjang itu."
"Lohu tahu diatss permukaan ruangan ini sudah dipasang papan
terbalik, kita harus berjalan melalui mana sehingga tidak mengenai
alat rahasia tersebut?"
"Papan membalik ini bukan bergerak secara otomatis tetapi harus
digerakkan dengan tenaga manusia, alat untuk menggerakkan
papan itu ada di bawah meja panjang tersebut, kini di balik meja
panjang tidak ada orang yang ada di sana dengan sendirinya alat
rahasia ini tidak akan berjalan"
"Hmm, jika kau berani menipu lohu jangan salahkan aku
membinasakan dulu dirimu" tiba-tiba ancam lelaki berkerudung itu
dengan suara yang amat berat.
"Wi Pocu harap kau berlega hati, hamba sekali pun punya nyali
lebih besar- pun tidak berani menipu kau orang tua"
"Baiklah, mari kita masuk ke dalam"
Dengan menarik tangan Liuw Khiet dia berjalan memasuki
ruangan Khie Ie Tong itu.
Dengan sangat berhati-hati sekali dia berjalan menuju ke
belakang meja panjang itu lalu bungkukan badannya memeriksa,
tetapi di atas meja itu sama sekali tidak terlihat adanya tombol
rahasia segera di dalam anggapannya Liuw Khiet sudah apusi
dirinya, dengan amat gusar sekali dia mengerahkan tenaga
murninya untuk menggencet pergelangan tangan dari Liuw Khiet.
"Hmm, heee .... hee ,, di bawah meja panjang itu sama sekali
tidak ada tombol rahasia," ujarnya sambil tertawa dingin.
Seketika itu juga Liuw Khiet merasa kan pergelangan tangannya
sangat sakit se hir-tga serasa menusuk tulang, dia cepat-cepat
bungkukkan badannya "Ada. ada, hamba akan membukanya buat kau orang tua lihat,"
"Dimana tombol rahasia itu?" Seru lelaki berkerudung itu kembali
sambil tertawa dingin, tetapi lima jarinya yang mencengkeram
pergelangan tangan Liuw Khiet sudah mulai mengendor.
Dengan terburu-buru Liuw Khiet mengulur tangannya menepuk
dan mendorong meja panjang tersebut, segera terlihatlah sebuah
jalan rahasia yang sangat gelap.
Pada tengah pintu ruangan rahasia itu tampaklah empat buah
tomboi yang berwarna merab, kuning, hitam dan putih empat
warna. Dia segera menuding kearah tombol tersebut sambil berkata :
"Coba kau orang tua lihat, bukankah ini merupakan tomboltombol alat rahasia?"
"Ehmm . . kenapa ada empat buah banyaknya"
"Yang merah digunakan untuk membuka papan berputar, yang
hitam untuk turun sedang yang putih untuk naik ke atas dan yang
kuning digunakan untuk menutup papan berputar" sahut Liuw Khiet
menerangkan. "Apa yang dimaksud dengan naik ke atas dan turun ke bawah"
"Jika kita menekan tombol hitam maka papan yang kita inyak
sekarang akan turun ke bawah dan terus meluncur sampai jalan
rahasia di bawah tanah"
"Oooh kiranya begitu, di dalam jalan rahasia dbawah tanah
adakah alat rahasia?"
tanya lelaki berkerudung itu menjadi paham kembali.
"Tidak ada, di sana cuma ada tiga buah pintu besi"
"Setelah melewati ketiga buah pintu besi itu kita akan sampai di
dalam ruangan siksa?"
"Benar " Agaknya lelaki berkerudung itu tidak percaya kalau susunan
ditempai itu bisa begitu sederhananya, nada suaranya segera
berubah menjadi amat keras.
"Tadi kau bilang di dalam ruangan siksa itu si anying langit rase
bumi sudah menyimpan barang-barang berharganya, kalau memang
begitu kenapa di dalam ruangan siksanya dia tidak memasang alat
rahasia apa pun?" "Jaian rahasia ini biasanya cuma digunakaa oleh Thian Cun serta
Teh Ho dua orang saja, untuk keselamatan mereka sendiri sengaja
mereka tidak memasang alat rahasia di sana,"
"Baiklah, sekarang kau boleh pencet tombol itu,"
Liuw Khiet segera menekan tombol berwarna hitam itu, papan
yang seluas tiga depa itu segera tanpa mengeluarkan sedikit suara
pun meluncur ke bawah menuju ke ruangan rahasia yang ada di
bawah tanah. Ruangan bawah tanah itu terbuat dari batu batu cadas yang
amat kuat, luasnya ada empat depa sedang tingginya satu kaki dan
panjangnya lorong tersebut tidak diketahui karena tiga kaki dari
sana sudah terhalang oleh sebuah pintu besi.
Lelaki berkerudung itu segera menarik Liuw Khiet turun ke atas
tanah tanyanya kembali "Di dalam lorong bawah tanah ini apakah tidak ada lampu?"
"Tidak ada" "Kalau begitu" ujar lelaki berkerudung itu lagi sambil menuding
kearah papan yang baru saja meluncur ke bawah itu."jika barang ini
sudah naik ke atas bukankah kita harus meraba-raba ditengah
kegelapan." "Tidak mengapa, pintu besi itu mudah untuk dibukanya."
Agaknya lelaki berkerudung itu merasa hatinya kurang mantap,
dia segera menuding kearah pintu besi ini dulu kemudian baru
menaikkan kembali barang ini.
Liuw Khiet segera menyahut, dia berjalan ke depan pintu besi
yang ada di dalam lorong bawah tanah lalu mencekal gelang pintu
dan menariknya lima kali lalu mendorong ke belakang.
"Kraaak .." dengan menimbulkan suara yang amat nyaring pintu
besi itu segera membuka ke samping.
Saat ini di hadapan mereka terbentanglah sebuah jalan rahasia
yang panjangnya ada tiga kaki, pada ujung jalan rahasia itu muncul
kembali sebuah pintu besi yang bentuknya serupa dengan pintu besi
di hadapan mereka sekarang ini.
"Pintu besi yang kedua itu apa perlu di buka pula?" tanya Liuw
Khiet sambil memandang kearah orang itu,
"Bukankah kau bilang semuanya ada tiga buah pintu?"
"Benar" "Kalau begitu buka semuanya terlebih dahulu kita batu menutup
pintu masuk " Liuw Khiet segera menyahut dan berjalan ke depan pintu besi
yang kedua itu tangannya menarik gelangan pintu empat kali dan
mendorongnya ke belakang, pintu besi itu pun terbuka.
Ketika dia berhasil membuka pintu yang ketiga, tampak jalan
rahasia itu berbelok ke kanan, pada ujungnya terdapatlah sebuah
pintu batu "Itulah ruangan siksa" ujar Liuw Khiet dengan perlahan sambil
menuding kearah pintu batu itu.
Suaranya rada gemetar, karena dia merasa sangat takut dan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ngeri terhadap diri si rase bumi Bun Jin Cu.
"Jika pintu besi itu ditutup mati dari dalam kita harus berbuat
bagaimana untuk membukanya ?" tanya lelaki berkeruduog itu pula
dengan suara perlahan. "Terpaksa kita harus menghancurkan pintu tersebut."
Lelaki berkerudung itu segera termenung berpikir sebentar,
akhirnya jawabnya "Baiklah,lohu akan kembali ke sana untuk menutup pintu, kau
baik-baiklah menunggu di sini"
Sembari berkata tangan kanannya dengan cepat berkelebat
menotok jalan darah kaku dari tubuh Liuw Khiet.
Belum sempat Liuw Khiet menjerit tertahan tubuhnya sudah
jatuh duduk di atas tanah, wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
Lelaki berkerudung itu dengan cepat membalikkan badannya
kembali ke pintu depan lalu menekan tombol berwarna putih itu
untuk menaikkan kembali papan tersebut, setelah itu berjalan
kembali ke depan pintu batu dan mendorong pintu tersebut
dengan sekuat tenaga, tetapi pintu itu sama sekali tidak
gemilang. Dia menjadi gusar, tubuhnya mundur satu langkah ke belakang
lalu membentak keras dan melancarkan satu tendangan dahsyat
kearah pintu tersebut, "Braaak . . ,"suara yang amat nyaring segera bergema memenuhi
seluruh lorong tetapi pintu itu sema sekali tidak tampak cedera,
jelas sekali memperlihatkan kalau pintu tersebut memang amat kuat
sekali. Ti Then, Wi Lian In serta 3uma San Ho yang mendengar dari luar
ruangan siksa itu ada suara orang yang sedang menendang pintu
dalam hati segera tahu kalau lelaki berkerudung itu sudah sampai di
sana, mereka bertiga segera saling bertukar pandangan dengan hati
yang ngeri. "Ti Kiauw tauw" terdengar Wi Lian In berkata dengan suara yang
amat cemas, "Kau sudah berhasil membebaskan jalan darahmu?"
Ti Then gelengkan kepalanya tetapi dia tidak mengucapkan
sepatah kata pun. Sebetulnya pada detik-detik terakhir itu dia sudah akan berhasil
membebaskan jalan darah kaku yang tertotok pada badannya tetapi
suara tendangan pintu yang berkumandang secara tiba-tiba itu
membuat dia merasa terkejut sehingga hawa murni yang sudah
dipersatukan menjadi buyar kembali.
Tetapi dia tidak berani banyak berbicara dia hendak
mengumpulkan kembali hawa murninya untuk menggunakan
kesempatan yang terakhir ini menerjang jalan darahnya yang
tertotok sehingga bisa terbebas sebelum pihak musuh berhasil
mendobrak hancur pintu batu tersebut.
Kirannya kayu yang mengikat tangannya kini sudah terputus oleh
tangannya, asalkan jalan darahnya terbebas maka sepasang
tangannya segera akan bebas bergerak.
"Braaak. Braak. Braak"
Pintu batu itu ditendang kembali sehingga membuat pintu
menjadi tergetar dengan amat kerasnya, jika ditinyau dari keadaan
saat ini kemungkinan sekali sebentar lagi pintu itu akan terpukul
bancur. Wi Lian In menjadi sangat terperanyat, teriaknya dengan hati
cemas. "Cepat . . . ccpat sekali, Ti Kiauw tauw kau cspatlah sedikit,
mereka sudah hampir berhasil menerjang piniu itu"
"Jangan takut." Tiba-tiba Suma San Ho menenangkan suasana
yang mulai menegang itu, "Pintu itu terhalang oleh besi, untuk
beberapa saat lamanya dia tidak mungkin bisa msnjebolkan pintu
itu," "Tidak" bantah Wi Lian In dengan cepat," Dia bisa
menghancurkan pintu itu dengan cepat.
"Braak. Braaak" Braak."
Suara tinjuan yang amat nyaring bergema kembali, ternyata
Rahasia Dewi Purbosari 2 Kisah Para Penggetar Langit Karya Normie Lembah Nirmala 23

Cari Blog Ini