Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 24

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 24


"Aku sangat tidak ingin membunuh mati sahabatmu yang paling
intim maka itu aku memberi peringatan kepadamu, lebih baik kau
sedikit berhati-hati".
"Terima kasih atas peringatanmu, aku bisa meng-ingat" urusan
dihati". Nada suara dari majikan patung emas kembali berubah jadi amat
halus. "Apakah kau sudah mengambil keputusan untuk tidak
memberitahukan kepadaku apakah hubungannya antara dirimu
dengan dia orang?". "Hubunganku dengan dirinya Wie Ci To ayah beranak pun sudah
tahu, maka aku bermaksud hendak menceritakan rahasia ini
kepadamu". Segera dia menceritakan kisahnya pada dua tahun yang lalu
sewaktu dia menjadi Piauw-su diperusahaan Yong An Piauw-kiok
lalu bagaimana sewaktu melindungi suatu barang sudah kena
dicegat oleh si "Hong Liuw Kiam Khek" Ih Ping Siauw lalu
bagaimana ia dikalahkan dan seterusnya.
Selesai mendengar kisahnya itu majikan patung emas lantas
tertawa. "Tidak aneh kalau kau ingin mencari si kakek pemalas Kay Kong
Beng untuk mengangkatnya sebagai guru, haaa . , haaa . . kiranya
kau ingin belajar ilmu silat kemudian mencari Ih Ping Siauw untuk
membalas dendam". "Sekarang kau sudah tahu rahasia hatiku, tolong tanya
bagaimana kau ingin membantu aku untuk menyelesaikan urusan
ini?" Majikan patung emas termenung sebentar, akhirnya dia
menjawab: "Walaupun didalam urusan ini aku bermaksud untuk membantu
dirimu tetapi tidak akan aku lakukan secepat mungkin, unsan itu
bisa aku kerjakan setelah tujuanku tercapai sukses"
"Menanti setelah tujuanmu tercapai aku bisa pergi mencarinya
sendiri, buat apa membutuhkan bantuanmu lagi?"
"Kau seorang diri mau pergi mencari kemana " bila ada aku yang
memberi bantuan . . ."
"Semoga saja kau tidak tertarik oleh karena intan permata
tersebut " potong Ti Then dengan cepat.
"Itulah pikiran dari seorang manusia rendah " Seru majikan
patung emas dengan nada tidak senang. "Walaupun intan permata
itu nilainya ada diatas ratusan laksa tahii tetapi aku tidak akan
memandangnya barang sebelah matapun"
Ti Then termenung tidak menjawab. Majikan patung emas segrra
menarik kembali patung emasnya keatas.
"Ingat !" ujarnya lagi. "Bilamana kau tidak ingin melihat Yuan Siauw Ko mati dengan sangat mengerikan maka urusanku janganlah
kau bocorkan kepadanya."
XXX Hanya didalam sekejap saja enam hari sudah berlalu.
Jarak dengan hari perkawinanpun tinggal sepuluh hari saja ! Hari
itu mcndekati lohor sipendekar pedang penembas ulu hati Shia Pek
Tha sudah kembali kedalam Benteng.
Setelah menemui Poocu Wie Ci To, sewaktu didengarnya Ti Then
lagi main catur dengan Kiem Cong Loojien di kebun dia lantas
berjalan menuju kesana. XxxdwxxX TI THEN yang lagi bermain catur di dalam gardu kebun, sewaktu
dilihatnya Shia Pek Tha berjalan mendekat, semangatnya mendadak
berkobar. "Shia heng kau sudah kembali?" tanyanya.
"Benar, baru saja pulang "
Ti Then yang melihat adanya Kiem Cong Loojien disana merasa
tidak leluasa untuk menanyakan jejak dari Phoa Loo Tek di
hadapannya, segera sambil manuding kearah bangku batu dia
berseru: "Shia-heng, silahkan duduk disini."
Shia Pek Tha segera memberi normat kepada Kiem Cong Loojien
setelah itu baru duduk disampingnya.
"Bagaimana kesudahan dari permainan semula?" tanyanya
sembari memperhatikan permainan catur itu.
"Seri . . . sudah main dua kali, satu menang satu kalah, sekarang
adalah permainan yang ketiga".
"Agaknya didalam permainan kali ini ciangbunjien sudah ada
diatas angin". Kiem Cong Loojien segera terlawa ter-bahak2.
"Has .... haa kentutnya yang ada di atas angin! pada permainan
yang semula pun loolap selalu memimpin didepan tetapi setelah
sampai pada akhirnya selalu saja menemui kegagalan, permainan
catur dari Ti Kiauw-tauw ini sangat aneh sekali !".
Mendadak Ti Then menggerakkan biji caturnya.
"Biji catur ini harus dihidupkan" serunya keras.
Dengan rasa tegang Kiem Cong Loojien segera memperhatikan
biji catur dari Ti Then tersebut setelah itu berpikir sebentar akhirnya
dengan wajah yang amat girang tanyanya:
"Kau sudah pasti ?".
"Pasti!" jawab Ti Then mengangguk.
"Kau tidak boleh mengulangi kembali biji caturmu lho!"
"Ciangbunjin kapan melihat aku ber main curang?"
"Bagus sekali, permainan caturmu kali ini sudah mati !" sahutnya.
Sambii berkata dia menjalankan sebuah biji caturnya.
Melihat akan hal itu Ti Then segera menjerit keras:
"Aduh . . . celaka ! celaka! kiranya mataku sudah buta."
"Haa ,. . sekarang kau sudah kalah aku lihat . . "
Ti Then segera membubarkan biji2 catur tersebut.
"Boanpwee mengaku kalah!" serunya sambil tertawa pahit.
Agaknya Kiem Cong Loojien merasa amat bangga sekali.
"Bagaimana?" Ujarnya sambii tertawa "Permainan catur dari Loolap tidak jelek bukan?"
"Benar, tidak disangka permainan catur dari ciangbunjien sangat
lihay sekali sungguh mengagumkan!"
Berbicara sampai disini dia lantas bangkit berdiri.
"Tetapi boanpwee masih tidak mau mengaku kalah, besok pagi
kita teruskan lagi dengan dua kali permainan !".
"Selalu menanti petunjuk darimu" jawab Kiem Cong Loojien
sambil tertawa. Dia lantas membereskan catur itu lalu bertiga berjalan keluar dari
kebun. Ti Then serta Shia Pek Tha mengawani Kiem Cong Loojien
kembali kedalam kamarnya terlebih dulu setelah itu baru kembaii
lagi kedalam kebun, Ti Then yang melihat ditempat itu tidak kelihatan ada orang lain
segera tanyanya dengan suara perlahan:
"Bagaimaaa ?" "Dugaan dari Ti Kiauw-tauw sedikitpun tidak salah, Phoa Loo Tek
benar-benar sangat mencurigakan sekali" sahut Shia Pek Tha
dengan air muka yang berubah amat keren.
Mendengar perkataan tersebut Ti Then hanya merasakan hatinya
berdebar amat keras, tanyanya dengan cemas:
"Apa yang dikatakan oleh orang tuanya?"
"Dia sama sekali tidak pulang kerumah, orang tuanya bilang Loo
Tek sudah ada setahun lamanya tidak pernah puiang!".
"Jika demikian adanya, didalam hal ini tentu ada suatu persoalan
yang mencurigakan". "Dia keluar benteng dengan alasan hendak pulang menemui
orang tuanya tetapi dia tidak kembali hal ini jelas sekali
menunjukkan kalau ditempat luaran dia sudah melakukan suatu
pekerjaan yang tidak genah, urusan ini harus cepat2 dilaporkan
kepada Poocu" ujar Shia Pek Tha dengan wajah ssrius.
"Tidak bisa jadi!" bantah Ti Then sambil gelengkan kepalanya.
"Kenapa?" "Apa yang sudah dilakukan oleh Phoa-heng selama ditempat
luaran kita sama sekali tidak tahu, apalagi hari perkawinan dari
siauw-te pun sudah dekat, lebih baik didalam waktu seperti ini
jangan mengganggu diri Poocu",
Agaknya Shia Pek Tha merasa kalau perkataannya ini sedikitpun
tidak salah, dia lantas mengangguk.
"Kalau begitu, Ti Kiauw-tauw rasa kita harus berbuat bagaimana
baiknya?" "Besok pagi Siauw-te akan meminjam kesempatan ini untuk
keluar dari Benteng; setelah itu Shia-heng pura2 teringat kalau
masih ada dua orang kawan yang belum kebagian undangan, maka
kirimlah dia serta Yuan Cia untuk membawa undangan itu, sudah
tentu kedua buah undangan itu harus mempunyai tujuan yang
berbeda, hingga dengan demikian Siauw-te bisa mencegatnya
ditengah jalan dan menanyainya dengan se-jelas2nya."
"Ehm ... ini memang suatu cara yang amat bagus sekali ..."
"Coba Shia-heng pikirkan apakah masih ada sahabat yang belum
kebagian undangan?" Shia Pek Tha termenung berpikir sebentar setelah itu baru
jawabnya : "Diatas gunung Cing Shia masih ada seorang To Pit Toojien yang
ada perkenalan satu kali jumpa, karena sifatnya yang suka
menyendiri dan tidak akur untuk berkumpul dengan orang maka
undangan itu tidak dikirim buatnya, tetapi bilamana membagikan
undangan ini kepadanya pun boleh juga ..."
"Kalau begitu kirimlah dia pergi!"
"Di kota Tiong Lam didaerah Siok Tiong ada seorang hartawan
Cau yang boleh juga dibcri undangkn tetapi kenapa kau ingin
menggunakan cara ini"
"Bilamana di dalam waktu yang bersamaan Shia-heng mengirim
mereka berdua untuk kirim undangan maka dia orang baru tidak
menaruh rasa curiga."
"Baiklah Besok pagi Cayhe akan kirim dia menuju ke gunuug Cing
Shia, sedang mengirim Yuan Cia ke kota Ticng Lam.. Bilamana Ti
Kiauw tauw ingin menanyakan dirinya maka kau boleh mencegatnya
ditengah jalan, biiamana alasan yang dikatakan amat masuk diakal
maka lepaskan dia pergi tetapi jikalau alasannya terlalu dibuat-buat
maka segeralah membawa dia pulang untuk dihadapkan kepada
Poo-cu!" Setelah mengadakan perundingan beberapa saat lamanya
mereka berdua baru berjalan keluar dari kebun itu dan kembali ke
dalam kamarnya masing2. Sekembalinya didalam kamar Ti Tthen segera naik keatas
pembaringannya untuk beristirahat, dengan amat tenang dia mulai
memikirkan satu peristiwa yang sulit dan berada diluar dugannya.
Hal itu adalah: Sewaktu besok pagi dia mencegat diri Phoa Loo
Tek ditengah perjalanan dan akhirnya membuktikan kalau dia
benar2 anak buah dari majikan patung emas, setelah itu dia harus
mengambil tindakan apa untuk memberi hukuman kepadanya "
Sudab tentu dirinya harus memaksa dia untuk mengakui siapakah
nama serta asal usul dari majikan patung emas, setelah itu
memaksa dirinya pula untuk mengaku siasat apa yang sudah
disusun olehnya, tetapi tidak perduli dia mengatakan apa pun
akhirnya dia harus mengambil suatu tindakan terhadap dirinya.
Bunuh matia dia orang"
Tentu Tidak! Bilamana membisakan dirinya dia bisa mengelabuhi diri majikan
patung emas, tetapi bagaimana dia harus bertanggung-jawab
terhadap Wie Cito serta Shia Pek Tha"
Lepaskan dia pergi" Hal ini semakin tidak mungkin lagi.
Bilamana majikan patung emas mengetahui kalau dia berhasil
menawan "Anak buahnya"nya, mana mungkin dia mau berpeluk
tangan. Persoalan ini terus menerus berkelebat di hatinya, akhirnya
saking tidak kuatnya Ti Then mengambil keputusan untuk
menentukan sikapnya setelah situasi berada dihadapan mata.
xxxx Hari kedua, dia minta ijin kepada Wie Ci To dengan alasan
hendak mencari angin di luar benteng, dengan menunggang
kudanya dia lantas meninggalkan benteng Pek Kiam Poo.
Didalam perjalanannya menuju ke kota Go-bie, dia sama sekali
tidak berhenti, setelah melewati kota sebelah utara dia melanjutkan
kembali perjalanannya sejauh beberapa li dan sampailah di suatu
tempat pegunungan yang amat sunyi dengan disampingnya tumbuh
lebat pepohonan yang besar.
Setelah turun dari kudanya dan mengikat tunggangannya baik2,
dengan amat tenangnya Ti Then duduk disamping hutan untuk
menunggu. Jalan raya ini adalah satu jalan yang harus dilalui bilamana
hendak menuju ke gunung Ching Shia, di dalam hati dia
memastikan kaiau Phoa Loo Tek pasti akan melewati tempat ini.
Kurang lebih setelah menunggu satu jam lamanya, akhirnya
terdengarlah olehnya suara derapan kuda yang amat ramai
bergema mendatang. Dengan gesitnya Ti Then meloncat bangun dan berdiri di
samping hutan, ketika menengok kearah sebelah depan terlihatlah
dari arah kota Go-bie berlarilah mendatang seekor kuda dengan
amat cepatnya. Dalam hati dia lantas menduga kalau orang itu pastilah Phoa Loo
Tek adanya, karena itu sengaja dia duduk disamping jalan pura2
lagi beristirahat Hanya didalam sekejap saja kuda itu sudah berada dekat dengan
dirinya. Tetapi ketika dia dapat melihat si penunggang kuda itu, seketika
itu juga dia orang dibuat tertegun.
Kiranya orang yang ada di atas kuda itu bukan Phoa Loo Tek,
melainkan seorang pendekar pedang merah yang lain dari benteng
Pek Kiam Poo. Pendekar pedang merah itu bernama Tong Ceng Boe dan
merupakan salah seorang pendekar pedang merah yang pernah
menerima petunjuk ilmu silat dari diri Ti Then.
Bukankah terang2an orang yang di kirim untuk membagi
undangan itu adalah Phoa Loo Tek, bagaimana secara tiba2 orang
bisa berganti dengan Tong Ceng Boe"
Untuk beberapa saat lamanya Ti Then dibuat kebingungan.
Tong Ceng Boe yang melihat Ti Then ada di samping jalan, air
mukanya pun kelihatan sedikit berubah, dengan gugup dia lantas
menahan tali les kudanya dan meloncat turun ke atas tanah.
-oo0dw0oo- Jilid 37 : Pengakuan Ti Then kepada Yuan Siauw Ko
"Ti Kiauwtauw, kau ada urusan apa datang kemari ?" tanyanya
sambil merangkap tangannya memberi hormat.
"Aku keluar lagi cari angin" sahut Ti Then sambil bangkit berdiri.
"Baru saja beristirahat ditempat ini, Tong-heng hendak pergi
kemana ?". "Cayhe mendapat perintah dari Shia Toako untuk kirim satu
undangan ke gunung Cing Shia"
'Bukankah undangan sudah habis dibagi?"
'Benar ! cuma secara tiba2 Shia Toa-ko sudah teringat dua orang
yang belum mendapat undangan, karenanya lantas perintah cayhe


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta Yuan Cia untuk mengirimnya."
"Mau diberikan buat siapa undangan itu?" tanya Ti Then lagi.
"To Pit Toojien !"
"Lalu bagaimana bisa kirim kau orang?"
"Sebetulnya Shia Toa-ko memerintahkan Phoa Loo Tek yang
kirim surat undangan ini, siapa tahu mendadak Phoa Loo Tek sakit
perut sehingga terpaksa harus diganti cayhe !"
Saat itulah Ti Then baru paham kembali sebab2nya, tidak terasa
lagi diam2 lantas berpikir:
"Hmm! bajingan itu sungguh licik sekali, apakah dia sudah
mengetahui siasatku ini sehingga sengaja ber-pura2 sakit perut?"
Setelah berpikir sampai disitu tidak terasa lagi dia lantas
bertanya: "Bagaimana mendadak perutnya bisa sakit?"
"Siapa yang tahu" ujar Tong Ceng Boe sambil tertawa.
"Ada kemuagkinan sudah salah makan "
Dengan perlahan Ti Then mengangguk.
"Baiklah kau boleh pergi !" ujarnya kemudian.
Tong Ceng Boe lantas merangkap tangannya memberi hormat,
naik keatas kuda tunggangannya dan berlalu dari situ.
Ti Then sendiripun sambil menuntun keluar kuda Ang Shan Kheknya bsrangkat kembali kedalam Benteng.
Perubahan yang terjadi secara tiba2 ini benar2 berada diluar
dugaannya, tetapi dia memahami mengapa Shia Pek Tha ganti
mengirim Tong Ceng Boe untuk kirim surat undangan itu, bilamana
dia sendiri yang menghadapi peristiwa ini diapun akan berbuat
demikian, yang penting jangan sampai karena sakitnya perut Phoa
Loo Tek surat undangan itu tidak jadi dikirim sehingga menimbulkan
kecurigaan dari Phoa Loo Tek.
Pcrsoalannya sekarang, kenapa Phoa Loo Tek pura2 sakit perut"
apa dia sudah menduga kalau dirinya bisa menunggu dia ditengah
jalan dan hendak membongkar rahasianya sehingga tidak berani
kwluar" atau mungkin sebabnya dia sakit perut karena hanya ingin
menghindari tugas yang diberikan"
Bilamana soal ini termasuk hal yang di belakang hal itu masih
tidak mengapa, tetapi bilamana termasuk yang ada didepan maka
urusan ini rada tidak beres.
Bilamana dia tidak membongkar urusan ini sampai terang, dia
pasti akan laporkan urusan ini kepada majikan patung emas,
dengan demikian , . . Berpikir sampai disini Ti Then segera merasakan hatinya gelisah
dia mempercepat larinya kuda untuk cepat2 tiba di-dalam Benteng
Pek Kiam Poo. Satu jam kemudian dia sudah tiba kembali di Benteng Pek Kiam
Poo. Sewaktu dilihatnya didepan Benteng masih kelihatan adanya
pendekar pedang hitam yang lagi ber-jaga2, hatinya merasa rada
lega, dia tahu didalam Benteng tidak terjadi urusan,
Dengan psrlahan dia orang mengambil keluar sapu tangaanya
dan mulai menyeka kering keringat yang mengucur keluar setelah
itu baru menjalankan kudanya masuk ke dalam Benteng, dia tidak
ingin semua orang melihat kalau dia kedalam Benteng dalam
keadaan terburu-buru. Kuda Ang Shan Khek-nya dimasukkan dulu kedalam istal setelah
itu dia baru pargi menjenguk Wie Ci To dalam kamarnya.
Waktu itulah dia melihat Shia Pek Tha berjalan menuju
kearahnya, dia lantas berdiri tidak bergerak,
"Shia-heng !" ujarnya sambil tertawa. "Sudah lama kuda Ang Shan Khek itu melakukan perjalan jauh, ini hari Siauw-te
membawanya jalan2 larinya sungguh bersemangat sekali!"
Shia Pek Tha tertawa dan maju lebih dekat lagi dengan Ti Then,
setelah dirasanya disekeliling tempat itu tidak ada orang dia baru
berbisik : "Ti Kiauw-tauw kau sudah bertemu muka dengan Tong Ceng Boe
?". Dengan perlahan Ti Then mengangguk.
"Hmmm! Bangsat cilik itu sungguh licik sekali" Dengus Shia Pek Tha dengan sengit. "Sewaktu aku kirim dia ber-sama2 Yuan Cia
untuk kirim undangan dia menyahut dengan senang hati, tetapi
sewaktu kembali ke dalam kamar untuk mangadakan persiapan
mendadak dia berjongkok diatas tanah dan teriak2 katanya sakit
perut, oleh karena pada waktu itu banyak saudara-saudara yang
ada disana aku tidak punya akal lain kecuali memerintahkan Tong
Ceng Boe untuk menggantikannya. Hmm" ! Aku lihat sakitnya perut
tentu pura-pura belaka".
"Tidak salah, memang pura2 belaka!"
"Tetapi dia sama sekali tidak tahu Ti Kiauw-ta?w lagi menanti
dirinya ditengah jalan, kenapa dia harus pura2 sakit perut ?".
"Soal ini Siauw-te sendiripun tidak paham" seru Ti Then sambil
gelengkan kepalanya. "Apa mungkin dia mempunyai berbagai macam alasan yang
mengharuskan dia untuk tetap tinggal didalam Benteng ?".
Sekali lagi Ti Then gelengkan kepalanya.
"Dia sekarang ada diraana ?" tanyanya kemudian.
"Sekarang dia lagi berbaring didalam kamarnya."
"Apakah Shia-heng melaporkan urusan ini kepada Poocu ?".
"Benar!" sahut Shia Pek Tha mengangguk. "Cuma aku tidak
melaporkan kecurigaan dari Ti Kiauw-tauw ini, aku cuma bilang
secara mendadak sudah teringat kalau To Pit Toojien serta
hartawan Cau belum mendapat undangan maka sengaja kirim Phoa
serta Yuan dua orang untuk menyampaikannya, siapa tahu tiba2
Phoa Loo Tek sakit perut lalu ganti mengirim Tong Ceng Boe untuk
melaksanakan tugas ini!".
Diam2 Ti Then menghembuskan napas lega.
"Bagus . . bagus sekali !" serunya dengan girang. "Untuk
sementara waktu kita jangan laporkan dulu urusan ini kepada
Poocu", "Tetapi kita harus memikirkan yang buruk2 bilamana secara
diam2 bangsat cilik itu mengadakan hubungannya dengan orang
luar dan bersiap-siap hendak berbuat suatu urusan yang tidak
menguntungkan benteng kami bukankah urusan akan jadi semakin
berat" Karena menurut cayhe lebih baik kita laporkan saja kepada
Wie Poocu." "Tidak!" Potong Ti Then dengan cepat, "Urusan ini jangan sekalikali dilaporkan dulu kepada Poocu!"
"Kenapa?" tanya Shia Pek Tha tidak paham.
"Seperti perkataan yang terdahulu, hari perkawinan siauw-te
sudah hampir tiba sehingga kita menimbulkan banyak urusan
sehingga membuat poocu jadi tidak senang hati apalagi bilamana
kejelekan rumah tangga sendiri sampai tersiar di tempat luarpun
tidak ada baiknya kini Ciangbunjin dari Kun-lun pay serta Tiang-pek
pay juga Yuan Loocianpwee masih ada di dalam Benteng, bilamana
sampai terjadi sesuatu bukankah hanya mendatangkan tertawaan
dari orang2 Bu-lim saja" Maka itu menurut pendapat siauw-te lebih
baik untuk sementara waktu kita jangan bergerak dulu tapi secara
diam2 memperhatikan terus seluruh gerak-geriknya, menanti
setelah perkawinan siauw-te lewat dan semua tetamu pada bubaran
kita baru periksa dirinya lagi."
Shia Pek Tha berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk.
"Demikianpun baik juga ...," sahutnya.
"Sekarang siauw-te mau pergi menemui Poocu serta Yuan
locianpwee sekalian, kita berbicara kembali dikemudian hari."
Dia lantas berjalan masuk kekamar baca Wie Ci To.
Waktu itu Wie Ci To serta Kiem Cong Loojien lagi main catur,
sedang si tangan sakti Yuan Siauw Ko lagi duduk disamping
menonton jalannya pertempuran tersebut, dia lantas maju kedepan
dan memberi hormat kepada mereka semua.
Kiem Cong Loojien memandang sekejap kearahnya, lalu tanyanya
sambil tertawa: "Ti Kiauw-tauw, pagi ini kau sudah pergi kemana ?"
"Achh . . . naik kuda putar2 sebentar digunung, boanpwee
mempunyai seekor kuda jempolan yang suka bergerak sedang pada
waktu mendekat ini jarang sekali menungganginya, sewaktu
boanpwee melihat kuda itu me-ringkik2 tiada hentinya maka
sengaja membawa dia untuk lari berputar2 sebentar."
"Ooooh..." Seru Kiem Cong Loojien setelah itu dia menundukkan
kepalanya berpikir kembali.
Biji catur yang dipegang olehnya adalah hitam dan saat ini ada
dua buah yang digencet mati oleh Wie Ci To tetapi dia tidak mau
mengaku kalah juga, dia masih dengan susah payah meronta.
"Apakah Wie Poocu juga mengalah buat dirimu"
"Mengalah tiga biji, sejak permulaan Loolap sudah menang diatas
angin, siapa tahu sedikit kurang hati2 sudah kena digencet mati dua
biji"coba kau lihat payah tidak?"
"Omong terus terang saja, dengan kekuatan permainan dari
ciangbunjien seharusnya aku orang she Wie mengalah empat biji
catur" ujar Wie Ci To tertawa.
"Lalu kau mengalah berapa biji kalau main dengan menantumu?"
"Tiga biji!" "Bagaimana kesudahannya?" tanya Kiem Cong Loojien lagi.
"Lumayan."' "Kalau bagitu bagus sekali, kemarin sewaktu loolap main catur
tiga kali dengan dia loolap berhasil menangkan dua kali kalah sekali,
dengan mengikuti patokan ini maka bilamana Wie Poocu kalah
empat biji catur buat loolap ada kemungkinan biji-biji caturmu
baka1 habis aku makan."
"Haa ...haa, tetapi dalam permainan kali ini ciangbunjien sudah
kalah amat banyak sekali!" ujar Wie Ci To sambil tertawa ter-bahak2.
"Soal itu kan disebabkan Loolap terlalu berlaku gegabah, kalau
kau tidak percaya mari kita main satu kali lagi!"
Sehabis berkata dia lantas mengacaukan biji2 catur dan siap
untuk sekali lagi main catur dari depan.
Wie Ci To lantas tersenyum.
"Sudah hampir makan, mari kita bersantap dulu baru main lagi."
ajaknya. Selesai bersantap siang Kiem Cong Loojien kembali mengajak
Wie Ci To untuk main catur lagi, Wie Ci To merasa tidak enak untuk
menolak lalu kepada Yuan Siauw Ko ujarnya sambil tertawa.
"Yuan-heng, bilamana merasa menganggur bagaimana kalau
main satu dua babak dengan Ti Then?"
"Tidak! Loohu sudah lama mendengar keindahan alam dari
gunung Go bie, sore ini aku punya rencana untuk bsrpesiar kesana!"
"Kalau begitu suruh Ti Then mengawani!" seru Wie Ci To.
Setelah itu dia menoleh kearah Ti Then dan ujarnya lagi
"Ti Kiauw-tauw, kau temanilah Looianpwee untuk berpesiar!"
"Baik!" sahut Ti Then dengan hormat.
Sekembalinya kedalam kamar dia lantas berganti pakaian.
Loo Cia itu pelayan tua yang membawa air teh tampak berjalan
masuk kedalam kamar sewaktu dilihatnya pemuda itu ada dikamar
dia lantas bsrkata. "Ti Kiauw-tauw, pagi ini nona memerintahkan Cun Lan untuk
mengundang kau pergi kesana, lalu budak tuamu jawab kau tidak
ada ..." "Ada urusan apa ?" potong Ti Then dengan cepat.
"Budakmu tidak tahu, ada kemungkinan dia merasa rindu
mungkin !" "Omong kosong !"
"Ti Kiauw-tauw, kau pergi kemana toch tadi pagi ?" tanya Loo-cia
lagi sambil meletakkan air teh keatas meja.
"Mencari angin diatas gunung".
Si Loo-cia lantas garuk2 kepalanya.
"Aku belum pernah mendengar orang bilang kalau seorang calon
pengantin mendadak mencari angin keatas gunung, apa mungkin
Kiauw-tauw ada urusan dihatimu ?"
"Justru karena hendak jadi pengantin pikiranku jadi kacau!".
"Lhoo sungguh lucu, mau jadi penganten hatinya kok jadi
kacau?" "Kau sudah pernah jadi penganten?"
"Belum!" jawab Loo-cia sambil gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu lain kali bilamana kau punya kesempatan untuk jadi
penganten hatimu akan paham bagaimana kacaunya pikiran pada
waktu itu". "Ach . , . Ti Kiauw-tauw lagi guyon nih!" ujar Loo-cia sambil
tertawa malu-malu, "Dengan usia budakmu yang lanjut mana
mungkin bisa memperoleh kesempatan untuk jadi penganten".
"Siapa yang bilang tidak boleh" sekali pun sudah berusia delapan
puluh tahun pun masih boleh jadi penganten, apalagi tahun ini kau
baru berusia tujuh puluh tahunan."
Berbicara sampai disini pakaian yang dipakai sudah beres
sehingga dia lantas berjalan menuju keluar kamar.
"Ti Kiauw-tauw kau hendak pergi kemana lagi?" tanya Loo-cia
dengan cepat. "Yuan Loocianpwee ingin berpesiar ke gunung Go-bie, lalu Poocu
perintah aku untuk mengawaninya".
"Nona sana, apakah Ti Kiauw-tauw tidak pergi ?"
"Nanti saja sekembalinya dari gunung".
Sewaktu dia tiba di kamar Yuan Siauw Ko saat itu si orang tua
sudah menanti disana. Demikianlah mereka berdua lantas bersamasama berjalan keluar dari Benteng dan menuju ke gunung Go-bie.
Baru saja berjalan beberapa ratus langkah mendadak Ti Then
berhenti bergerak, sambil menoleh memandang jalan yang semula
dia bertanya: "Yuan Loocianpwee, kau bermaksud untuk berpesiar kemana
dulu ?" Maksudnya berhenti dia menoleh ke belakang sudah tentu
sedang memeriksa apakah ada crang yang menguntit atau tidak.
"Sembarang saja!" jawab Yuan Siauw Ko sambil tersenyum,
"Tempat mana yang indah kita pergi saja kesana untuk melihat-lihat
". "Pemandangan indah digunung Ga-bie amat banyak sekali, kalau
cuma saharian saja tidak mungkin bisa melihat hingga selesai.."
"Kalau begitu kita berpesiar saja ke tempat-tempat yang dekat,
ada kesempatan di kemudian hari kita jalan2 lagi ke tempat lain.."
"Pemandangan indah yang ada di dekat tempat ini ada Wang
Siang Thay serta Kiu Loo Tong."
Mendadak Yuan Siauw Ko menemukan pemuda itu sedang
memperhatikan jalan raya semula. Tidak terasa hatinya rada
menaruh curiga. "Kau lagi melihat apa?" tanyanya.
"Ach..tidak mengapa!" jawab Ti Then sambil menoleh dan
melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.
Tetapi baru saja berjalan beberapa langkah mendadak dia
menghentikan langkahnya kembali.
Karena didalam sekejap mata itulah secara mendadak dia sudah
teringat akan satu persoalan, terpikir olehnya bilamana dia
menggunakan kesempatan ini untuk memberitahukan rahasia
tentang dirinya yang diperintahkan majikan patung emas kepada
Yuan Siauw Ko, sekali pun misalnya majikan patung emas
mengetahuinya agaknya dia orang tidak bakal berani turun tangan
membunuh Yuan Siauw Ko. Alasannya : bilamana dia turun tangan membunuh Yuan Siauw
Ko maka Wie Ci To akan mengadakan penyelidikan dengan jelas,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan demikian ada kemungkinan bisa mengakibatkan perkawinan
dirinya dengan Wie Lian In mendapat gangguan, hal ini pasti bukan
satu persoalan yang diingini oleh majikan patung emas.
Atau dengan perkataan lain, hari perkawinan antara dirinya
dengan Wie Lian In sudah dekat sedang siasat yang disusun
olehnya pun sudah hampir jadi kenyataan, di saat seperti ini dia
tidak akan berani membunuh orang untuk mencari kerepotan buat
dirinya sendiri. Ti Then yang teringat akan hal ini hatinya mulai terasa tergetar
amat keras, sehingga tanpa terasa lagi dia sudah menghentikan
tindakannya. Yuan Siauw Ko yang melihat sikapnya amat aneh tidak terasa
dalam hati merasa semangkin tercengang.
"Eeei kau kenapa ?" tanyanya.
Ti Then menoleh kembali sekejap ke belakang, setelah dirasanya
tidak ada orang yang menguntit dia baru kirim suara dengan
menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara;
"Tadi Yuan Loocianpwee menanyai boanpwee lagi melihat apa,
sekarang akan boanpwae jawab yang sebenarnya . . . boanpwee
lagi memeriksa apakah ada orang yang menguntit atau tidak."
Mendengar perkataan tersebut Yuan Siauw Ko jadi melengak.
Tetapi dia yang selama hidupnya bekerja sebagai seorang
Piauwsu otaknya amat tajam sekali, dia tahu Ti Then yang
menjawab pertanyaannya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara sudah tentu sedang menjaga jangan sampai
terjadi satu peristiwa yang tidak terduga.
Karena itu setelah melengak beberapa saat lamanya dia
melanjutkan kembali perjalanannya kedepan, sembari pura2*
menikmati keindahan alam dia menggerakkan bibirnya juga untuk
mengirim suara. "Sebenarnya sudah terjadi urusan apa ?"
Ti Then yang mengikuti dari samping badannya sambil
bergendong tangan lantas menjawab.
"Dengan meminjam kesempatan ini hari boanpwee akan
membuka satu rahasia yang amat mengerikan sekali, setelah
Loocianpwee mendengar kisah ini lebih baik jangan sekali-kali
memperlihatkan rasa kaget atau tercengang, sikapnya harus seperti
biasa saja. Bersama pula sewaktu bercakap-cakap dengan
boanpwee diluarnya pun harus bercerita yang lain2 sehingga tidak
sampai menaruh rasa curiga dari orang yang mengawasi aku secara
diam-diam" "Baiklah, kau boleh mulai bercerita."
Selesai menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara dia lantas
berkata lagi dengan suara yang nyaring.
"Heeei . . . pemandangan di gunung Go-bie sungguh indah
sekali, setiap gunung setiap batu setiap tempat dan setiap kayu
mempunyai keindahan yang tersendiri."
"Benar" sahut Ti Then sambil mengangguk. "Pemandangan yang
indah digunung ini boanpwee sudah berkali-kali melihatnya, tetapi
dalam hati aku merasa tiada bosan-bosannya, setiap kali melihat
pemandangan itu hatiku serasa jadi amat tentram."
Berbicara sampai disini dia segera berganti dengan menggunakan
ilmu untuk menyampaikan suara :
"Urusan akan boanpwee ceritakan sejak boanpwee meninggalkan
perusahaan Yong An Piauw-kiok, tentunya loocianpwee masih ingat
bukan apa yang boanpwee ucapkan sebelum meninggalkan Piauwkiok ?" Sembari memandang keindahan alam Yuan Siauw Ko lantas
menyahut: "Ingat, kau pernah bersumpah hendak mencari kembali barang2
yang dirampas itu dengan sekuat tenaga, sebelum berhasii tidak
akan kembali" "Benar, sehingga boanpwee secara tiba2 saja teringat akan
sesuatu urusan, teringat akan kepandaian ilmu pedang dari Hong
Liuw Kiam Khek yang jauh lebih tinggi dari boanpwee
mengharuskan aku untuk lebih giat berlatih ilmu silat sehingga
setelah bertemu kembali dengan Ih Peng Siauw dapat mengalahkan
juga dirinya dan rebut kembali barang pusaka yang sudah dirampas
itu." Yuan Siauw Ko tidak segera menyahut mendadak dia menuding
kearah sebuah kuil yang ada di punggung gunung.
"Eeei itu kuil apa ?" tanyanya.
"Oooh ,, . kuil Ci Im Tan Yuan, didalamnya tiada yang bisa
dilihat, lebih baik kita menuju ke Wang Siang Thay saja," ujar Ti
Then. Sehabis berkata dia melanjutkan kembali parjalanannya kedepan,
disamping itu dia mengirim suara terus dengan menggunakan ilmu
untuk menyampaikan suara.
"Demikianlah akhirnya boanpwee pergi mencari seorang guru
kenamaaan untuk belajar silat, pertama-tama boanpwee pergi ke
gunung Kiem Teng san untuk mencari si kakek pemalas Kay Kong
Beng, dia adalah satu-satuna jagoan terlihay di kolong langit pada
saat ini, bilamana aku bisa diterima sebagai muridnya maka untuk
mengalahkan Ih Peng Siauw bukanlah satu persoalan yang sukar
lagi.." Dengan amat jelasnya dia lantas menceritakan bagaimana dia
ditolak oleh si kakek pemalas Kay Kong Beng dan lain-lainnya,
akhirnya dia menambah lagi.
"Boanpwee yang melibat dia duduk tidak bergerak sama sekali
terpaksa terpaksa turun gunung, pada saat itulah mendadak
dibawah gunung diatas sebuah batu besar sudah menemui sepucuk
surat, sewaktu boanpwee mendekatinya terlihatlah diatas sampul itu
ditulikan kata2: Baca didaiamnya, agaknya surat itu sengaja diberikan kepada
Boanpwee, karenanya boanpwee lantas mengambil dan membaca
isi suratnya tetapi pada saat itu pula dibalik batu yang menutupi
sampul surat tadi tampak ssbuah tanda telapak tangan yang
membekas ssngat dalam sekali di atas batu yang amat keras itu,
dalamnya kurang lebih ada tiga coen."
"Hmmm.. sungguh dahsyat tenaga pukulannya" puji Yuan Siauw
Ko dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara. "Apa dia
sengaja meninggalkan bekas pukulan itu untuk kau lihat ?"
"Benar, dia 1agi mempamerkan ilmu saktinya yang mengejutkan,
waktu itu boannpeee benar2 dibuat tercengang dan kaget oleh
kedahsyatannya itu karena boanpwae selamanya belum pernah
mendengar ada orang yang berhasil mempelajari ilmunya sehingga
mencapai taraf yang begitu tingginya."
"Lalu yang ditulis didalam surat itu ?"
"Cuma ada dua puluh kata saja: Bilamana ingin belajar ilmu silat
yang mengejutkan pergilah ke puncak gunung Gouw Ong Hoog
digunung Pek Gouw San kurang lebih tiga ratus li sebelah Barat dari
tempat ini" "Ada tanda tangannya?"
"Tidak ada." "Bagus, teruskan."
Mendadak Ti Then menuding kearah depan.
"Coba lihat," serunya. "Itulah yang dinamakan Wang Siang
Thay!" Yuan Siauw Ko ter-buru2 angkat kepalanya.
"Ehhmm . . . . tempat itu kenapa yaa disebut sebagai Waan
Siang Thay..?" "Boaapwee tidak tahu, tetapi menurut orang2 yang sering
berpesiar disini setiap kali mereka sampai di Wang Siang Thay
lantas teringat kembali oleh mereka akan desanya"
"Benar" Ti Then melanjutkan kembali kata-katanya dengan menggunakan
ilmu untuk menyampaikan suara.
"Walaupun boanpwee tidak tahu maksud hati dari orang yang
mengirim surat itu tetapi dalam hati lantas mengambil keputusan
untuk melihatnya sehingga jelas, pada hari ketiga siang boanpwee
sampai juga di atas puncak Gouw Ong Hong di gunung Pek Gouw
san, tetapi disana tidak kelihatan ada seorang manusia pun, setelah
mencari setengah harian lamanya akhirnya diatas batu gunung
kembali menemui secarik kertas putih yang diatasnya tertulis katakata: "Berjalanlah kearah Barat daya dua ratus li dibawah pohon
siong tua diatas gunung Mao Gouw san" beberapa kata , ."
"Ehmm .. . sebenarnya orang itu lagi main apa toh ?"
"Sedang mengetes apakah boanpwee punya guru atau tidak."
"Oooh , , , kiranya begitu."
Demikianlah dengan mengikuti petunjuknya boanpwee berangkat
menuju ke gunung Mao Gouw san dan mendapatkan pohon siong
tersebut, tetapi disanapun tidak kelihatan ada seorang manusiapun
kecuali secarik kertas yang bertuliskan, Berjalan dua ratus li ke
sebelab Selatan, didalam gua Sak Touw Tong digunung Sak Touw
San, beberapa kata."
"Kelihatannya dia benar-benar sedang mencoba keteguhan hati
serta semangatmu untuk berguru"
"Benar, tetapi tidak sampai disitu saja, sesampainya didalam gua
Sak Tauw Tong digunung Sak Tauw san boanpwee mendapatkan
secarik kertas kembali agar boanpwee suka pergi ke puncak Cian
Hong digunung Koan Mau san dua ratus li dari tempat itu, setelah
tiba di puncak Cian Hong dia kembali memerintahkan boanpwee
untuk pergi kegua Ho Lu Tong di gunung Loo Coen san dua ratus li
jauhnya dari temoat puncak Cian Hong itu, akhirnya seluruh
perjalanan sewaktu boanpwee jumlah ada seribu li lebih."
"Apakah dia orang ada didalam gua cupu-cupu digunung Loo
Coen san itu?" "Loocianpwe, coba kau lihat bagaimana
pemandangan dari Wang Siang Thay ini?"
"Sungguh luar biasa dari tempat kejauhan cuma kelihatan tebingtebing gunung yang terjal, kelihatannya sungguh luar biasa sekali,
agaknya tadi kita naik dari sana bukan ?"
"Benar, itulah tebing Sian Ciang dan bawahnya adalah benteng
Pek Kiam Poo." "Ehmm?" "Benar, orang itu ada didalam cupu2 di gunung Loo Coen san,
tetapi boanpwee sama sekali tidak pernah menemui orangnya
kecua1i suaranya saja hal ini dikarenakan dia bersembunyi di balik
sebuah batu diatas dinding gua dan tidak ingin bertemu muka
dengan boanpwee" "Sebabnya ?" "Dia tidak ingin terima boanpwee sebagai muridnya, dia cuma
ingin memberi pelajaran ilmu silat kepadaku dan syaratnya adalah
menjadi patung emasnya selama satu tahun untuk mengerjakan
seluruh pekerjaan yang diperintahkan olehnya.."
"Aahh.." "Setelah lewat tempat ini maka kita akan tiba dikuil Thian Hong
Tan Yan. Kuil Sian Hong si yang bernama pula Kiu Lo Tong, didalam
kuil itu amat indah sekali, mari kita pergi kesana"
"Baik" Tua muda dua orang lantas berangkat menuju ke Wan siang
Thay dengan melalui sebuah jalan usus kambing yang kecil.
Yuan Siauw Ko yang sedang mendengar kisah dari Ti Then
dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara sikapnya
selalu tenang-tenang saja, tetapi setelah mendengar kalau pihak
lawan meminta Ti hen untuk menjadi patung emasnya selama
setahun pada air mukanya tidak kuasa lagi sudah menunjukkan rasa
kagetnya yang tak terhingga.
"Orang itu laki atau perempuan ?" tanyanya.
"Jika didengar dari suaranya jelas dia adalah seorang lelaki,
usianya ada diatas enam puluh tahunan"
"Apa tujuaannya memaksa kau untuk menjadi patung emasnya
?" "Dia tidak menjawab, dia cuma minta boanpwee belajar ilmu
silat yang sakti lalu menyerahkan satu tugas buat boanpwee"
"Kau menyanggupinya?"
"Semula boanpwee menolak karena menurut maksud hatinya lain
kali bilamana dia perintahkan boanpwee untuk berbuat apa maka
aku harus melaksanakannya" , . .
"Benar, bilamana dia suruh kau bunuh orang maka kau harus
membunuhnya, urusan ini tidak boleh jadi."
"Tetapi akhirnya boanpwee mengabulkan juga"
"Aaach . , " "Loocianpwee coba kau lihat itulah puncak Ban Hud Cing,
jaraknya dari sini kelihatannya jelas padahal bila berjalan kaki harus
membutuhkan satu jam perjalanan."
Agakanya saat ini Yuan Siauw Ko sudah tidak bermaksud untuk
melihat pemandangan lagi,setelab menyahut dia lantas kirim suara
lagi dengan menggunakan ilmua untuk menyampaikan suara.
"Kau sungguh amat tolol, bilamana dia perintahkan kau untuk
membunuh orang apa kaupun harus pergi membunuh orang ?"
Dengan pandangan yang sayu Ti Then memandang ke tempat
kejauhan, "Aku berani menjamin aku tidak akan pergi membunuh orang,
sekalipun misalnya dia paksa boanpwee juga tidak akan
melakukannya." "Sekalipun tidak bunuh orang, diapun sama saja bisa
memerintahkan dirimu untuk melakukan pekerjaan yang merugikan
banyak orang." "Benar, tetapi dia pernah bilang misalnya boanpwee merasa
pekerjaan itu tidak benar maka aku boleh menggunakan cara yang
benar untuk menyelesaikan pekejaan itu misalnya saja bilamana dia
ingin seekor ayam maka boanpwee harus memberi seekor ayam
kepadanya, sedang mengenai ayam itu didapatkan dari mencuri
atau membeli dia tidak akan ikut campur."
"Sungguh aneh sekali, akhirnya bagaimana?"
Tua muda dua orang itu sembari menggunakan ilmu
menyampaikan suara untuk bercakap-cakap merekapun bercerita
tentang keindahan alam sehingga sewaktu tiba digua Kiu Loo Tong,
Ti Then baru selesai menceritakan seluruh kisahnya.
Air muka Yuan Siauw Ko berubah jadi amat terharu, makinya
berulang kali. "Sungguh bodoh! Sungguh bodoh! Wie Poocu adalah seorang
jagoan yang punya hati jujur dan adil, bagaimana kau boleh
melakukan pekerjaan yang sama sekali menyalahi mereka ayah
beranak?" Ti Then bungkam tidak menjawab, dia berjalan masuk terlebih
dulu ke dalam gua Kiu Loo Tong itu.
Gua Kiu Loo Tong ini dibagi menjadi gua sebelah dalam dan gua
sebelah luar sedang luar gua itu amat lebar laksana pintu kota.
Gua sebelah luar sudah ditumbuhi rotan dengan amat rapatnya,
disebelah kiri kanannya terdapat dua buah pintu yang masingmasing jaraknya ada beberapa kaki jauhnya, jika dipandang dari
luar gua kelihatannya amat dalam sekali sehingga tak kelihatan
dasarnya, di belakang dinding gua sebelah luar terdapat kembali
sebuah gua kecil, keadaan di sana pun gelap gulita, berpuluh-puluh
ekor burung walet terbang kian kemari dengan tiada hentinya.
Setelah menuruni tangga batu sampailah di sebuah ruang yang
tanahnya datar dan dipenuhi dengan batu-batu cadas, di paling
belakang terdapat sebuah ruangan yang diatas meja sembahyang
masih kelihatan sinar lilin berkedip-kedip, tempat itu biasanya


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

digunakan untuk sembahyang oleh pengunjung-pengunjung yang
datang berpesiar kesana. Saat ini didalam gua itu tidak tampak adanya kaum pelancong
yang datang. Ti Then dengan bungkam diri berlutut di dalam meja
sembahyangan itu, sambil melelehkan air mata diam-diam dia
bersembahyang. Setiap manusia sesudah berada di dalam keadaan kepepet saat
itu teringat olehnya untuk minta bantuan dengan Dewa, demikian
juga dengan diri Ti Then.
Lama sekali Yuan Siauw Ko berdiam diri tidak berkata,
kemudian" "Sekarang kau bermaksud untuk berbuat apa?" tanyanya
kemudian. "Boanpwee sendiri juga tidak tahu bagaimana harus berbuat
sesuatu" "Bilamana kau suka percaya atas perkataan loohu maka segera
pergilah temui Wie Poocu dan ceritakan seluruh kejadian ini
kepadanya." "Tidak bisa jadi!" seru Ti Then sambil gelengkan kepalanya.
"Dia sudah peringatkan kepada boanpwee untuk jangan
membocorkan rahasia ini kepada orang lain, kalau tidak maka dia
akan turun tangan membunuh mati Wie Ci To ayah beranak"
"Loohu tidak percaya kalau dia bisa membunuh mati Wie Poocu"
"Tidak, dia pasti bisa melakukannya, boanpwee yang cuma
belajar ilmu silat selama setengah tahun saja sudah berhasil
memperoleh kepandaian melebihi kepandaian Wie Ci To, bilamana
dia ingin turun tangan membinasakan diri Wie Ci To hal itu adalah
satu pekerjaan yang amat gampang sekali baginya."
"Dia sudah bersembunyi selama tujuh delapan bulan lamany di
dalam Benteng Pek Kiam Poo, adakah kau secara diam-diam tidak
berhasil mencari tahu dirinya?"
000O000 63 "BENAR, boanpwce secara diam-diam sudah memeriksa seluruh
orang yang ada didalam Benteng, tetapi selama ini tidak berhasil
juga untuk menemukan dirinya"
"Setiap kali dia bercakap cakap dengan dirimu apakah selalu saja
menurunkan patung emasnya dari atas genting ?"
"Tidak salah." "Lalu di samping kiri kananmu adakah orang yang mendiaminya."
"Cuma seorang pelayan tua si Loo Cia, Cia Tiang San seorang."
"Apa mungkin Cia Tiang San itulah si majikan patung emas?"
"Seharusnya tidak mungkin, Loocia sudah ikuti Wie Ci To selama
empat puluh tahun lamanya bahkan secara diam-diam boanpwee
sudah ada dua kali menjajal dirinya dan aku temukan walaupun
badannya amat sehat tapi tidak mengerti ilmu silat."
"Kalau begitu cuma ada satu cara saja yang bisa digunakan
untuk mencarinya." "Cara apa?" "Malam ini kau kirim tanda untuk ajak bertamu, loohu akan
secara diam-diam-diam menanti di dekat kamarmu, dengan begitu
bilamana dia muncul diatas kamarmu loohu akan segera mengenali
siapakah dia sebenarnya"
"Tapi cara ini kurang baik"
"Apa maksudmu?"
"Saat ini dia gelap aku terang, kitapun tidak tahu siapakah dia
orang, karena itu bilamana loocianpwee naik keatas atap ada
kemungkinan bisa ditemui olehnya, waktu itu keadaan buat
loocianpwee bisa sangat berbahaya , . ."
"Loohu bisa berjaga2 dengan sangat ber-hati2, bilamana
menemukan hal-hal yang tidak beres ssgera akan menyingkir, aku
percaya dia tidak akan bisa mengapa-apakan diri loohu".
"Dia pernah berulang kali memberi tahu padaku, bilamana dia
merasa ada orang yang ikut mengetahui rahasianya itu maka dia
akan turun tangan membunuh orang itu dengan gerakan cepat,
maka itu cuma mengetahui siapakah dia orang percuma saja, kita
harus sekalian tangkap dirinya."
"Kalau begitu diam2 biar aku laporkan urusan ini kepada Wie
Poocu agar dia suka mengadakan persiapan, sampai waktunya kita
bisa bersama-sama turun tangan mengerubut, waktu itu sekalipun
dia memiliki tiga kepala enam tangan jangan harap bisa meloloskan
diri" "Locianpwee karena tidak mengenal ilmu silat yang dimiliki
sebenarnya ada ada seberapa tinggi sehingga bisa berpikir
demikian, padahal dia sudah berada ditingkat yang paling
sempurna, dia dapat menghancurkan kerubutan dari seluruh
anggota benteng, menurut boanpwee bilamana kita ingin menawan
dirinya hal ini tidak mungkin bisa terjadi".
"Demikian tidak baik, begitupun tidak baik, apa kau benar2 ingin
mendengarkan perintahnya untuk kawin dengan nona Wie?"
"Inilah satu2nya jalan yang bisa melindungi Wie Ci To ayah
beranak dari gangguannya".
"Tidak, bilamana kau kawin dengan Nona Wie maka sama saja
dengan mau mencelakai mereka ayah beranak".
"Majikan patung emas pernah berkata, bilamana boanpwee
sudah kawin dengan nona Wie maka dia akan memberi perintah
yang kedua, maka itu boanpwee kira . . . setelah habis kawin aku
mau tahu dulu apakah perintah dari majikan patung emas yang
kedua itu, bilamana perintahnya itu sama sekali kurang ajar maka
boanpwee bermaksud hendak adu jiwa dengan dirinya".
"Walaupun kau berbuat demikian tetapi setelah kawin dengan
dirinya bukankah nama sucinya akan ternoda ?".
"Tetapi sekarang sama saja sudah terlambat karena undangan
sudah disebarkan". "Seharusnya sebelum undangan itu dibagi kau harus pergi
mengaku kepada Wie Poocu"
"Boanpwee pun punya maksud untuK berbuat demikian tetapi
baru saja tiba di depan kamar baca dari Wie Ci To maksud hatiku
sudah diketahui oleh majikan patung emas, dia mengirim suara
mengancam boanpwee bilamana berani membocorkan rahasia ini
maka dia akan segera turun tangan membinasakan Wie Ci To ayah
beranak, mendengar nada suaranya yang amat tegas aku rasa dia
bukan lagi main gertak"
"Apa kau sungguh2 senang dengan nona Wie?"
"Benar" "Kalau memangnya begitu, seharusnya kau tidak menipu
dirinya". "Persoalannya sekarang justru kalau aku tidak mengerjakan
perintah dari majikan patung emas maka mereka ayah beranak
akan mati di tangan majikan patung emas".
"Bilamana loohu adalah Wie Cji To maka loohu rela mati di
tangan majikan patung emas daripada melihat putrinya sendiri kena
kau tipu ". Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, karena dia merasa psrkataan yang
diucapkan oleh Yuan Siauw Ko ini sedikit pun tidak salah, dia tahu
Wie Ci To adalah termasuk orang yang bersifat demikian dia adalah
seorang yang membenci kejahatan seperti musuh buyutan,
selamanya tidak pernah kompromi dengan orang2 jahat karena ini
bilamana dia meceritakan rahasia ini kepada Wie Ci To maka ada
kemungkinan dia rela mati ditangan majikan patung emas daripada
putrinya ditipu, dan sudah tentu waktu itu dia tidak akan
menyalahkan dirinya. Sebaliknya bilamana dia terus bungkam sehingga pada suatu hari
dia menemukan kalau dirinya sedang menipu mereka maka waktu
itu dia akan membenci dirinya hingga akhir jaman.
Maka itu dia merasa perkataan yang diucapkan oleh Yuan Siauw
Ko ini sedikitpun tidak salah, seharusnya dia menceritakan rahasia
ini kepada Wie Ci To. Dengan perlhan dia lantas mengangguk.
"Baiklah, boanpwee pasti akan mengikuti petunjuk dari Yuan
loocianpwee dan menceritakan seluruh kejadian ini kepada Wie Ci
To," katanya dengan teguh.
Mendengar perkataan itu Yuan Siauw Ko jadi teramat girang
sekali. "Tetapi sebelum memberitahukan urusan ini kepadanya lebih
baik kau mengetahui lebih dulu siapakah majikan patung emas itu."
"Jadi maksud Loocianpwe ..."
"Sebelum mengetahui siapa majikan patung emas itu, kau
hendak secara bagaimana melaporkan hal ini kepada Wie Poocu"
Bilamana dia tidak sabaran dan segera perintahkan seluruh isi
benteng untuk menangkap majikan patung emas, ada kemungkinan
saat ini majikan patung emas segera melarikan diri.
Tetapi bilamana kau sudah tahu siapakah majikan patung emas
maka semua orang bisa melakukan tugasnya secara diam-diam
setelah itu memberi satu penyerangan serentak yang membuat
majikan patung emas jadi kelabakan, dengan begitu kita bisa
berhasil tangkap dia dengan amat mudah."
"Loocianpwee tetap menginginkan agar boanpwee suka kirim
tanda untuk ajak dia berbicara lalu loocianpwee intip dari samping?"
"Benar!" sahut Yuan Siauw Ko mengangguk.
"Tetapi".bilamana jejak dari loocianpwee diketahui, waktu itu"."
"Kau tidak usah merasa kuatir buat loolap." Potong Yuan Siauw
Ko dengan cepat. "Bilamana dia membinasakan loolap maka Wie Ci
To tentu akan menguntungkan gerakannya, Loolap percaya dia
tidak akan berani bertindak sembarangan"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi.
"Apalagi dia tidak tentu bisa menemukan jejak dari loolap, kamar
loolap cuma berada pada jarak dua belas, tiga belas kaki saja
bilamana dari atas atap aku mengintip keluar dia tidak bakal bisa
mengetahui kalau loolap lagi mengawasi gerak-geriknya."
Ti Then termenung berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah, tetapi lebih baik besok malam saja kita baru melakukan
pekerjaan, karena ini hariboanpwee datang berpesiar dia pasti akan
menaruh rasa curiga, bilamana boanpwee ajak dia untuk bertemu
malam ini tentu dia sudah tertipu."
"Baiklah! kalau begitu kita putuskan besok malam baru mulai
bekerja?" "Didalam hal ini Loocianpwee janganlah sekali-kali
memperlihatkan tanda-tanda yang mencurigakan! Sikapnya harus
seperti biasa dan pura-pura tidak pernah terjadi sesuatu urusan,
kalau tidak?" "Kau legakanlah hatimu, di dalam hati loolap sudah punya
pegangan!" ujar Yuan Siauw Ko tertawa.
Ti Then segera merasa mereka telah lama sekali berhenti di gua
Kiu Loo Tong, karenanya dia lantas berkata;
"Di dekat tempat ini ada beberapa kuil yang bagus, mari kita
pergi keluar". Tua muda dua orang segera berjalan keluar dari gua Kiu Loo
Tong itu dan Melihat-lihat di kuil yang ada di sekeliling tempat itu, sesudah
Sang surya condong kearah barat mereka baru balik ke dalam
Benteng. Sekembalinya didalan Benteng malam haripun telah tiba.
Sehabis bersantap malam Ti Then duduk-duduk sebentar di
kamarnya Wie Lian In setelah itu baru kembali ke kamarnya untuk
beristirahat. Semalam tidak terjadi satu peristiwa apa pun.
Keesokan harinya selesai cuci muka Ti Then seperti biasanya
pergi ke kamar Yuan Siauw Ko untuk memberi hormat, sesampainya
di depan pintu kamarnya waktu itu keadaan masih sunyi.
Ti Then lantas mulai mengetuk.
"Yuan loocianpwee, kau orang tua sudah bangun belum?"
teriaknya. Dari dalam kamar suasana tetap sunji senyap.
Sedang pintu kamar itu setelah diketuk beberapa kali pun lantas
membuka sedikit, kiranya pintu itu sama sekali tidak terkunci.
Ti Then segera mendorong pintu dan berjalan masuk, tampaklah
seprei dan selimut sudah diatur amat rajin sedangkan Yuan Siauw
Ko sendiri tidak tampak di kamar.
"Ach . . . tentunya dia lagi berjalan-jalan di tempat luaran!"
Pikirnya di hati. Karena itu dia lantas mengundurkan diri dan menuju ke kamar
dari Kiem Cong Loojien yang ada disebelahnya untuk memberi
hormat, dan terakhir dia baru menuju kekamar baca dari Wie Ci To.
Setiap pagi dia tentu pergi ke kamar baca Wie Ci To untuk
memberi hormat. Sesampainya dipintu sebelah luar dari kamar baca itu kebetulan
Wie Ci To pun lagi mau keluar, dia lantas tanya.
"Gak-hu, apakah kau sudah bertemu dengan Yuan
Loocianpwee?" "Tidak! Apa dia tidak ada di kamar?"
"Benar, aku rasa dia tentu lagi berjalan-jalan di dalam Benteng,
biarlah siauw-say pergi mencarinya."
Dia lantas berputar ke halaman sebelah dalam, tetapi walaupun
sudah dicari kalang kabut tidak ditemukan juga bayangan itu Yuan
Siauw Ko, ketika dia menanyai para pendekar pedang hitam yang
berjaga-jaga di pintu benteng sebelah depan, mereka pun tidak
melihat Yuan Siauw Ko keluar dari sana.
Hatinya mulai merasa berdebar amat keras sekali.
"Celaka! Apa mungkin dia sudah dicelakai oleh majikan patung
emas?" Tidak! Ada kemungkinan dia sudah pergi ke kebun.
Dengan tergesa-gesa dia lari menuju ke kebun di belakang
benteng, sembari mencari teriaknya berulang kali.
"Yuan loocianpwee!!! Yuan Loocianpwee"."
Akhirnya walau pun sudah dicari di seluruh kebun tetapi
bayangan dari Yuan Siauw Ko tidak kelihatan juga.
Kali ini hatinya benar-benar amat kalut.
Setelah dia menceritakan seluruh rahasianya kepada Yuan Siauw
Ko kemarin hari sewaktu ada di gunung selama ini isi hatinya
merasa terus menerus kuatir bilamana urusan ini bisa diketahui oleh
majikan patung emas, dia merasa kuatir Yuan Siauw Ko dicelakai
oleh majikan patung emas sedang kini".peristiwa yang sangat tidak
diinginkan ini sudah terjadi di depan mata.
Dengan termangu-mangu dia berdiri di dalam kebun, hatinya
benar-benar terasa amat kacau.
"Heeiii..semoga saja bukan begitu" gumamnya seorang diri.
"Benteng ini amat luas, ada kemungkinan dia lagi berbicara di
kamar seorang pendekar pedang merah, biarlah aku pergia cari dia
lagi." Akhirnya dia berjalan kembali ke halaman depan, setiap kali
bertemu dengan orang dia tentu menanyakan jejak dari Yuan Siauw
Ko. Tetapi sekali pun satu deretan kamar para pendekar pedang
merah itu sudah diperiksanya dan kali ini tidak kedengaran juga
suara dari Yuan Siauw Ko.
Hatinya mulai merasa semakin cemas lagi.
"Ehm..apa mungkin dia sudah pergi ke kamar kecil?"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kembali dia berjalan menuju ke benteng sebelah kiri dimana
berdiri gubuk-gubuk kecil yang digunakan untuk membuang hajat,
akhirnya hasil yang diperoleh hanya nihil saja.
Ehmm , . . !! ada kemungkinan dia sudah mendatangi kamar
kecil dan sekarang sudah kembali kekamarnya lagi.
Karenanya dia lantas kembali lagi ke kamar Yuan Siauw Ko,
tetapi sekalipun sudah masuk kedalam kamar keadaannya sama
saja, sama sekali tidak kelihatan ada sesosok manusiapun.
Tetapi didalam kamar diatas meja dia menemukan secarik surat.
Isi surat itu berbunyi demikian:
Ditujukan kepada Wie Toa poocu serta Ti Kiauw-tauw.
Sewaktu sadar dart impian tiba2 aku teringat masih ada
perjanjian dengan seorang kawan digunung Cing Shia dua hari
kemudian. Karena waktu mendesak dan takut terlambat dalam perjanjian
maka aku pergi tanpa pamit, harap kalian suka memaafkan dan
semoga ssja aku bisa datang kembali untuk ikut merayakaa hari
perkawinanmu. Loolap Yuan Siauw Ko- Beberapa perkataan itu ditulis dengan tergesa-gesa sekali
sehingga tidak begitu genah tulisannya.
Surat ini didalam pandangan Wie Ci To serta orang2 lainnya
kecuali merasa diluar dugaan dan sayang terhadap Yuan Siauw Ko
yang pergi tanpa pamit tidak akan menimbulkan kecurigaan yang
lain, tetapi dimata Ti Then hal ini segera menimbulkan rasa curiga
yang luar biasa. Karena dia tahu Yuan Siauw Ko bukanlah manusia yang bernyali
kecil, dia tidak akan pergi menemui perjanjian dengan kawannya
secara tiba2 setelah mengadakan perundingan untuk membuka
rahasia dari majikan patung emas, didalam keadaan yang
sesungguhnya hal ini tidak mungkin bisa terjadi.
Tetapi, sekarang Yuan Siauw Ko benar2 sudah pergi tanpa pamit,
apa sebabnya dia berbuat demikian ?""
Tidak ragu2 lagi kepergian Yuan Siauw Ko secara tiba2 ini tentu
ada sangkut pautnya dengan Majikan patung emas!.
Majikan pstung emas pastilah sudah menggunakan satu tindakan
yang amat lihay untuk memaksa Yuan Siauw Ko mau tidak mau
harus meninggalkan Benteng Pek Kiam Poo.
Atau ada kemungkinan surat ini sama sekali bukanlah ditulis oleh
Yuan Siauw Ko sendiri sebaliknya hasil karya dari Majikan Patung
emas. Setelah dia membunuh Yuan Siauw Ko lantas menulis surat ini
untuk pasang jebakan agar perbuatan dosanya ini tidak sampai
diketahui oleh orang lain.
Berpikir sampai disini Ti Ihen merasakan kepalanya pusing
matanya berkunang-kunang, hampir-hampir dia jatuh tidak
sadarkan diri. Seluruh badannya terasa panas dingin, tangan yang memegang
surat itu pun gemetar tiada hentinya.
"Ti Kiauw-tauw, kau kenapa?" tiba-tiba berkumandang dayang
pertanyaan dari seseorang.
Dan orang itu bukan lain adalah Kiem Cong Loojien.
Sewaktu melewati dari depan kamar Yuan Siauw Ko dia bisa
melihat air muka Ti Then rada aneh, karenanya dia lantas berhenti
untuk bertanya. "Yuan loocianpwee sudah pergi," sahutnya sambil tertawa sedih.
Kiem Cong Loojien jadi melengak.
"Kau bilang apa?"
Dengan tangan masih gemetar Ti Then lantas serahkan surat itu
kepadanya. "Inilah surat yang ditinggalkan Yuan Loocianpwee. Ciangbunjien,
kau boleh lihat.." Kiem Cong Loojien segera menerimanya dan membaca hingga
habis. I "Aaach . . sungguh aeeh , . . sungguh aneh , . ." Teriaknya
tercengang, "Sekali pun ada urusan yang bagaimana pentingnya
seharusnya dia bilang dulu dengan Wie Poocu kalau mau pergi."
"Ada kemungkinan Yuan Loocianpwee merasa membangunkan
Wie Poocu di tengah malam buta adalah satu pekerjaan yang
kurang sopan sehingga?"
"Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit bukankah kurang sopan
juga?" Potong Kiem Cong Loojien dengan cepat.
"Ciangbunjien tidur di kamar sebelahnya, apakah kau tidak
mendengar sedikit suara pun?"
Kiem Cong Loojien dongakkan kepalanya termenung sebentar,
dia gelengkan kepalanya. "Tidak, loohu yang menjadi tetamu di dalam Benteng sudah
tentu tidak usah bersiap sedia, karenanya begitu naik ke atas
pembaringan kontan tidur dengan nyenyaknya, mungkin sekalipun
ada suara Loohu juga tidak akan mendengarnya."
"Kalau begitu ayoh cepat kita laporkan urusan ini kepada Poocu."
Karena waktu itu adalah waktu bersantap pagi maka kedua orang
itu langsung menuju ke ruangan bersantap.
Sedikitpun tidak salah, Wie Ci To sudah menanti diruang
bersantap, bagitu melihat munculnya Kiem Cong Loojien dia lantas
bangun menyapa. "Kemarin malam ciangbunijien bisa tidur dengan nyenyak bukan
?" "Sungguh nyenyak sekali sehingga kamar sebelah sudah
kehilangan orangpun tidak merasa" jawab Kiem Cong Loojien sambil
menyengir. "Apa " Sudah kehilangan orang?" Wie Ci To tertegun.
Ti Then segera maju ke depan dan menyeraahkan surat dari
Yuan Siauw Ko kepadanya. "Yuan Loocianpwee kemarin malam sudah meninggalkan benteng
!" lapornya. Air muka Wie Ci To berubah hebat, dia lantas terima surat itu
dan diperiksanya satu kali, jeias wajahnya memperlihatkan rasa
terkejut yang luar biasa.
"Aach . . . ! Sebenarnya sudah terjadi urusan apa?" serunya tak terasa.
"Ada kemungkinan Yuan Loocianpwe tidak suka mengganggu
Gak-hu sehingga dia pergi tanpa pamit . . . "
Wie Ci To termenung berpikir sebentar mendadak dari sepasaag
matanya memancarkaa sinar yang amat tajam dan memandang diri
Ti Then tak berkedip. "Apakah diantara kalian berdua sudah terjadi satu urusan yang
tidak menyenangkan hati ?"
"Tidak !" sahut Ti Then dengan serius, "Kemarin sore siauw-say temani dia orang berpesiar keatas gunung dan kami ber-cakap2
dengan hati yang amat girang, di antara kami berdua sama sekali
tidak terjadi satu peristiwa yang tidak menyenangkan hati".
"Kalau begitu urusan ini sungguh aneh sekali." Seru Wie Ci To
dengan suara yang berat, sinar matanya berkedip-kedip. "Loohu
tidak percaya kalau dikarenakan sungkan mengganggu Loohu
ditengah malam buta Yuan Piauw tauw sudah pergi tanpa pamit,
didalam soal ini pasti ada sebab2nya!"
"Loolap merasa kepergian Yuan Piauw-tauw meninggalkan
benteng adalah satu hal yang mengherankan . . " tukas Kiem Cong
Loojien. Ti Then termenung tidak berbicara, sebelum dia mengadakan
pembicaraan dengan Majikan patung emas, dan sebelum
membuktikan kalau kepergian Yuan Siauw Ko ada hubungannya
dengan Majikan patung emas dia tidak ingin memberi pendapatnya,
dia pun tidak bisa membongkar rahasia dari majikan patung emas
karena bilamana kepergian tanpa pamit dari Yuan Siauw Ko ini
adalah hasil karya dari Majikan Patung emas maka hal ini
membuktikan kalau peringatan yang diucapkan Majikan Patung
Emas bukanlah satu gertakan sambal belaka, dia benar2 berani
turun tangan membunuh orang, apa yang diucapkan tidak akan
dipungkiri kembali. Atau dengan perkataan lain, Ti Then benar2 merasa bilamana
dirinya tanpa memikirkan akibatnya lantas menyiarkan patung emas maka
Majikan Patung emas pun segera turun tangan membereskan Wie Ci
To serta Wie Lian In, hal ini Ti Then tidak akan merasa tega untuk
melihatnya. "Bilamana Loohu adalah Wie Ci To maka Loohu rela mati di
tangan majikan patung emas daripada melihat putriku ditipu
mentah-mentah oleh dirimu."
Walau pun perkataan dari Yuan Siauw Ko ini benar tetapi
bagaimana pun juga dirinya belum betul-betul mencelakai Wie Lian
In, bilamana sampai saat ini dia harus membinasakan nyawa dari
mereka ayah beranak ini benar-benar tidak berharga.
Karena itu pikiran Ti Then pun kini berubah kembali, semangat
serta keberanian yang diperlihatkan kemarin hari kini meruntuh"dia
mulai merasa ragu-ragu. Wie Ci To sendiri agaknya merasa tidak paham juga, alisnya
dikerutkan rapat-rapat, sambil bergendong tangan dia berjalan
mondar-mandir. "Apa mungkin pelayanan dari Benteng kita tidak baik sehingga
dia jadi jemu dan pergi?" terdengar dia kembali bergumam.
"Bilamana membicarakan soal itu seharusnya Loolaplah yang
paling memperhatikan" sela Kiem Cong Loojien sambil tertawa,
"Tetapi setelah menjadi tamu selama beberapa hari didalam
Benteng Loolap merasa pelayanan disini amat bagus sekali"
"Benar" sambung Ti Then, "Terhadap sifat dari Yuan
Loocianpwee siauw-say lah yang paling paham, dia orang tua
bersifat lapang dada dan bukanlah seorang manusia yang berhati
sempit" "Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit sama sekali tidak benar.
Dia bilang secara tiba-tiba sudah teringat kembali ada janji dengan
seorang sahabat karib, bilamana partemuan ini harus pergi kenapa
dia bisa melupakannya?"
"Ada kemungkinan pertemuan ini sudah dijanjikan pada tempo
hari karena tidak pernah diingat-ingat maka sewaktu kemarin
malam teringat kembali dia jadi ribut sendiri"
"Kau lihat partemuan apakah yang sudah dijanjikan dengan
temannya itu ?" tanya Wie Ci To sambil memandang tajam
wajahnya. "Soal ini sulit untuk diketahui, kalau memangnya dia orang tua
menyebut sebgai sahabat karib maka seharusnya pertemuan ini
tidak sampai membahayakan jiwanya" sahut Ti Then.
"Kalau begitu lebih baik kita kirim dia orang untuk lihat-lihat di
gunung Cing Shia, kau lihat bagaimana?"
"Begitu pun bagus sekali."
"Coba kau panggil Shia Pek Tha dan suruh dia kirim seorang
pendekar pedang merah untuk pergi ke gunung Cing Shia"
Ti Then segera menyahut dan mengundurkan diri dari ruangan
bersantap, setelah menemukan Shia Pek Tha dia lantas
menceritakan kepergian dari Yuan Siauw Ko yang tanpa pamit pada
kemarin malam serta perintah dari Poocu untuk kirim seseorang
untuk mengadakan pemeriksaan di gunung Cing Shia, setelah itu dia
baru kembali lagi ke ruang bersantap.
Dia menemani Kiem Cong Loojien serta Wie Ci To untuk
bersantap, tapi hatinya yang lagi murung mana ada napsu untuk
makan" Dia cuma mengharapkan hari cepat malam.
Malam hari pun mulai menjadi kelam.
Dari dalam kamar Wie Lian In dia langsung kembali ke kamarnya,
setelah mengundurkan si Loo Cia pelayan tua itu dia lantas
mengambil lampu dan diketuknya tiga kali di dekat jendela, setelah
itu baru naik ke atas pembaringan.
Saat ini napsu untuk tidur pun berkurang, sepasang matanya
dengan melotot lebar-lebar memandang tajam atas genting".
Kentongan pertama".kentongan kedua"..dengan cepatnya
berlalu, kini kentongan ketiga pun menjelang.
Tidak lama melewati kentongan ketiga dari atas atap terasa
adanya suara tindakan seorang diikuti sepasang tangan yang samarsamar membuka atap kesamping lalu menurunkan patung emas itu
ke bawah. Majikan patung emas sudah tiba.
Dia turunkan patung emasnya itu ke samping pembaringan Ti
Then lalu dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan
suaranya dia lantas kirim perkataan:
"Ti Then, aku terka malam ini kau tidak dapat tidur bukan"
Bukankah kau lagi menunggu aku?"
"Tidak salah" sahut Ti Then dengan suara yang amat dingin
sekali. "Kau sudah bunuh Yuan Piauw-tauw?"
Majikan patung emas tidak menjawab, sebaliknya malah balas
bertanya: "Kenapa kau orang tidak suka mendengarkan perkataanku dan
menceritakan seluruh rahasia ini kepada Yuan Siauw Ko?"
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera merasakan
hatinya tergetar amat keras.
"Siapa yang bilang aku sudah menceritakan seluruh rahasia ini
kepadanya" Apa kau mendengar dengan telinga sendiri?" bantahnya
dengan keras. "Heee . . heee . . . kemarin sore kalian bersama-sama berpesiar
keatas gunung, dengan mengambil kesempatan itu kau ceritakan
seluruh rahasia ini kepadanya. Hmmm urusan sudah nyata, kau
masih ingin mungkir ?" Seru Majikan patung emas sambil tertawa
dingin tiada hentinya. "Hmm, sewaktu Wie Ci To menunjuk aku untuk mengawani dia
berpesiar keatas gunung dalam hati aku sudah tahu kalau kau pasti
akan menaruh curiga. Hmmm, ternyata dugaanku sedikitpun tidak
salah." "Kau tidak mengaku ?" seru Majikan patung emas sambil
mendengus. "Tidak." "Tetapi Yuan Siauw Ko sudah mengaku."
"Heee . . . heee , . . hee , , jangan coba tipu aku. Yuan Piauwtauw sama sekali tidak tahu urusan ini, dia bisa mengaku tentang
soal apa dengan dirimu?" ejek Ti Then tertawa dingin.
Majikan patung emas tidak langsung memberi jawaban, dia
termenung berpikir sebentar kemudian baru sahutnya:
"Dia mengaku kalau kau sudah menceritakan seluruh rahasia ini
kepadanya bahkan sudah menyusun rencana siap-siap hendak
menawan diriku." Ti Then tahu Yuan Sianw Ko bukanlah seorang manusia yang
takut mati, dia tidak akan mau mengakui keseluruhan ini.
"Kau yangan omong kosong!" teriaknya kemudian dengan gusar.
"Kau sendiri yang omong kosong"
"Kau sudah bubuh dirinya?"
"Tidak" "Lalu kau membawa dirinya kemana?" desak Ti Then lebih lanjut.
"Suatu tempat yang sangat rahasia."
"Kalau kau sudah mengambil kesimpulan kalau aku sudah
membocorkan rahasia ini kepadanya, kenapa tidak sekalian
bereskan nyawanya?" Majikan patung emas segera tertawa seram.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu bilamana aku bunuh dirinya maka kau tidak akan
mendengarkan petunjukku lagi, maka itu untuk sementara waktu
aku kurung dia di suatu tempat tertentu, setelah tujuanku tercapai
maka waktu itulah aku baru lepaskan dirinya kembali."
"Lalu surat yang ditinggalkan di kamarnya apa kau yang tulis?"
"Bukan" "Lalu dia yang menulis?"
"Juga bukan" "Kalau begitu surat itu ditulis oleh pemuda yang kau kirim untuk
menyelundup ke dalam Benteng Pek Kiam Poo itu?"
"yangan lupa kau adalah patung emasku, kau dilarang untuk
menyelidiki urusanku."
"Walau pun aku adalah patung emasmu tetapi sama sekali
berbeda dengan patung emas yang ada di depanmu ini, bilamana
aku mengambil keputusan untuk tidak mendengarkan perintahmu
lagi maka kau sedikitpun tidak bisa berbuat apa-apa."
"Benar" sahut majikan patung emas membenarkan, "Tetapi kau
yangan lupa aku masih ada satu cara untuk menghadapi dirimu, aku
bisa pergi membinasakan Wie Ci To ayah beranak, menghancurkan
seluruh pendekar pedang yang ada di dalam Benteng Pek Kiam Poo,
soal ini tentunya bukan satu persoalan yang menyenangkan bukan?"
Mendengar ancaman itu Ti Then segera merasakan hatinya
kurang puas, dia merasa sangat jengkel.
"Bilamana kau ingin aku menyelesaikan rencanamu ini dengan
baik, maka kau harus beritahu padaku apakah Yuan Piauw-tauw
sudah mati atau belum?"
"Soal itu sangat mudah sekali, lewat dua hari kemudian aku bisa
membawa tulisannya untuk kau lihat, bilamana kau bisa melihat
surat yang ditulis dia sendiri maka segera akan kau ketahui kalau
dia masih ada di dalam dunia."
"Cuma sayang aku tidak kenal dengan tulisannya, dulu aku sama
sekali tidak pernah melihat tulisannya"
"Bagaimana kalau aku suruh dia menulis satu urusan yang
diketahui oleh kalian berdua saja?"
"Bagus, kau suruhlah dia menulis nama-nama dari seluruh nama
serta gelar dari Piauwsu yang ada di Yong An Piauwkiok, bilamana
ada satu kata saja yang salah maka aku tidak akan percaya kalau
dia masih hidup." "Baik," sahut majikan patung emas. "Aku pun memberi
peringatan kepadamu, Yuan Siauw Ko adalah satu contoh yang baik
buat dirimu, sejak ini hari bilamana kau berani bocorkan kembali
rahasiaku maka bukan saja aku mau bunuh orang yang mengetahui
rahasiaku itu bahkan Yuan Siauw Ko pun akan aku bunuh"
"Aku tidak mau bicara lagi dengan dirimu, cepat kau pergi!"
teriak Ti Then dengan kasar.
Dengan perlahan majikan patung emas menarik kembali patung
emasnya dan berlalu dari sana.
Dua hari kemudian". Jarak dengan hari perkawinan pun tinggal lima hari.
Para sahabat serta handai taulan yang menerima undangan pun
mulai berdatangan sehingga suasana di dalam Benteng Pek Kiam
Poo semakin lama semakin menjadi ramai.
Pagi hari itu sewaktu Ti Then bangun dari tidurnya dia
menemukan di samping badannya sudah menggeletak secarik
kertas yang di dalamnya tertuliskan kata2 dengan amat rapat sekali.
Majikan patung emas sama sekali tidak mengingkari janji, dia
benar2 sudah membawa tulisan asli dari Yuan Siauw Ko.
Semangat Ti Then jadi berkobar kembali, dia segera mengambil
kertas putih itu dan dibacanya dengan teliti.
Di atas kertas putih itu tertuliskan nama2 orang serta gelarnya,
dan mereka bukan lain adalah nama2 Piauw-su yang dulu pernah
bekerja di perusahaan ekspedisi Yong An Piauwkiok.
Menurut pemikiran Ti Then dahulu Piauwsu yang bekerja di
perusahaan Yong An Paiuwkiok semuanya ada seratus dua puluh
orang banyaknya, sekali pun majikan patung emas memiliki
pengetahuan yang amat luas juga sukar baginya untuk mengetahui
seluruh nama-nama dari piauwsu itu, dan bilamana didalam namanama itu dia tidak menemukan tulisan yang salah maka hal ini
membuktikan kalau tulisan itu benar-benar ditulis oleh Yuan Siauw
Ko dan hal ini membuktikan juga kalau dia masih hidup, kalau tidak
mana jelas Yuan Siauw Ko menemui bencana.
Dengan telitinya dia memeriksa nama-nama serta gelar dari
Piauwsu, tetapi sewaktu melihat nama dari Piauwsu keempat
mendadak hatinya terasa tergetar dengan keras.
Karena dia menemukan nama dari piauwsu keempat itu telah
salah ditulis! Nama yang sebenarnya adalah "Cian Se Jien" tetapi yang ditulis
adalah "Cian Su Wo"
Hm! Bagaimana mungkin Yuan Siauw Ko bisa salah menulis
dengan kata-kata "Jien" jadi "Wo" atau "saya?" jelas nama-nama ini
bukan ditulis sendiri oleh Yuan Siauw Ko, Yuan Siauw Ko pasti
menemui bencana. Berpikir akan hal ini Ti Then segera merasakan darah panas
didalam dadanya bergolak dengan amat kerasnya, hawa amarah
bergolak dihati. "Iblis bajingan, kiranya kau betul2 sudah membinasakan Yuan
Loocianpwee!" makinya dengan gusar.
Tetapi walau pun hatinya merasa sedih bercampur gusar dia
tetap melanjutkan membaca nama2 itu karena dia masih menaruh
harapan kalau nama2 selanjutnya tidak ditwmui kesalahan lagi.
Bilamana diantara nama2 itu Cuma satu tulisan saja yang salah,
hal ini bisa dijelaskan ada kemungkinan Yuan Siauw Ko tidak
sengaja menulis salah. Tetapi sewaktu membaca sampai nama piauwsu yang ketujuh
kembali dia menemukan kesalahan!
Di atas kertas itu tertuliskan nama "Huo Cay Ciang" padahal
seharusnya nama itu salah, kata-kata "Cay" dituliskan jadi "Cay"
yang berarti "berada"!.
"Ehm"! "Cay" dan "Cay" artinya sama, apa mungkin ini pun
kesalahan dari Yuan Siauw Ko?"
Karenanya dia melanjutkan kembali untuk membaca nama-nama
itu. Akhirnya didalam kertas itu samuanya dia sudah menemukan
tujuh tulisan yang salah: Ong Beng ditulis jadi Lui Beng, Cau It Jan
ditulis jadi Cau It Tong, Kang Kuang Peng ditulis jadi Kang Kuang
Ping".. Dengan amat gusarnya dia merobek2 kertas itu hingga hancur,
tetapi sewaktu dia hendak menghancur lumurkan kertas itu, tiba2
satu ingatan berkelebat didalam ingatannya.
Berpikir sampai disitu dengan terburu2 dia menyambung kembali
sobekan kertas itu dan dilihatnja lagi dengan lebih teliti lagi tulisan2
yang salah itu, Dengan cepatnya dia menemukan disetiap tulisan yang ditulis
salah tentu ada satu titik hitam.
Ehmm!! Titik2 hitam ini apa sengaja ditulis oleh Yuan Siauw Ko"
apakah tujuannya agar dia bisa memperhatikan beberapa tulisan
yang ditulis salah itu"
Benar! bagaimana kalau tulisan2 yang salah itu disambung
menjadi satu?" "Aku ada didalam gua karang dibawah gua Lui Tong Ping".
Seketika itu juga Ti Then jadi amat girang sekali sehingga
hampir2 terjingkrak-jingkrak.
Satu harapan kembali muncul dihatinya . . . dia mengharapkan
malam hari cepat menjelang.
XXXXXX Akhirnya, malam haripun menjelang datang, seluruh jagat sudab
menjadi gelap gulita bintangpun tidak tampak.
Keramaian yang mencekam di dalam Benteng Pek Kiam Poo pun
dengan perlahan menjadi sunyi kembali. Ti Then segera kembali ke
kamarnya dan ganti pakaian untuk tidur.
Malam itu dia tidak kirim tanda untuk mengajak Majikan patung
emss untuk bertemu muka, bahkan secara diam2 berdoa agar
majikan patung emas tidak munculkan dirinya tanpa diundang,
karena malam ini dia bersiap sedia untuk pergi ke dalam gua karang
dibawah gua Lui Tong Ping untuk menjenguk Yuan Siauw Ko.
Dengan tenangnya dia berbaring diatas pembaringan untuk
menanti saat kentongan ketiga lewat, dia harus menanti setelah
lewat kentongan ketiga baru pergi karena dia harus menanti pula
apakah majikan patung emas akan munculkan dirinya atau tidak.
"Tok . tok . . tok!"
Akhirnya kentongan ketiga pun tiba.
Dia tetap berbaring diatas pembaringannya tidak bergerak, dia
menanti kembali seperempat jam lamanya setelah benar-benar
mengetahui kalau Majikan patung emas tidak datang dia baru turun
dari pembaringannya dengan perlahan-lahan lalu membuka jendela
dan meloncat ke atas atap.
Setelah itu dengan menggunakan bayangan rumah sebagai
tempat persembunyian dia mengitari satu lingkaran benteng itu
kemudian panjat tembok benteng dan berjalan keluar.
Dia Yang bertindak sebagai kiauw-tauw dari Benteng Pek Kiam
Poo sudah tentu mengetahui dengan amat jelas sekali seluruh
tempat2 penjagaan yang terbesar didalam Bsnteng itu, karenanya
dengan amat mudah sekali dia berhasil menghindarkan diri dari
penjagaan para pendekar pedang.
Hanya didalam sekejap saja dia sudah berhasil mencapai
dibawah tembok benteng. Setelah dilihatnya disekeliling tempat itu tak ada orang dia lantas
mengeluarkan ilmu cecak merayap untuk melewati tembok itu dan
meloncat keluar kemudian dengan gerakan tubuh yang amat cepat
sekali berkelebat menuju ke gunung Go-bie.
Dia sudah ber-kali2 berpesiar keatss gunung ber-sama2 dengan
Wie Lian In, terhadap keadaan pemandangan disekitar tempat itu
pun dia sudah hapal benar.
Dia tahu goa Lui Tong Ping itu letaknya diatas puncak gunung
tidak jauh dari kuil Pek Im Si.
Setelah melewati kuil Toa Jan Si, Auw Ceng Ti, Pek Im Si, dan
jalan gunung yang kecil dan sempit akhirnja dia berhasil tiba diatas
gua Lui Tong Ping. Dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu tebing yang
curam dengan jurang yang dalamnya tak terhingga, dan merupakan
satu tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh kaum pesiar, karena
tempat itu sangat berbahaya dan sukar sekali untuk dilalui.
Saat ini waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga lebih,
suasana didalam gua Lui Tong amat gelap gulita dan secara samar2
membawa rasa seram yang mendirikan bulu roma.
Ti Then dengan sedikitpun tidak ragu2 berjalan menuruni tebing
itu, dengan menggunakan batu2 cadas yang pada tersebar di
seluruh tempat setapak demi setapak dia meloncat turun.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian dia tiba dibawah gua Lui
Tong Ping itu. Walaupun cuaca dimalam hari amat gelap tetapi ia masih bisa
melihat pemandangan disekitar tempat itu dengan jelas.
Dia melihat dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu
lembah yang amat terjal itu, empat penjuru dikelilingi tebing yang
hampir tegak lurus dengan pohon siong yang tumbuh miring
menjulang kearah jurang. Diatas permukaan tanah penuh tersebar batu2 cadas yang besar
dan tajam dengan ditumbubi lumut yang amat banyak, agaknya
sejak pertama kali hingga kini tiada seorangpun yang pernah
mendatangi tempat itu. Setelah berjalan dan memeriksa disekeliling tempat itu beberapa
saat lamanya akhirnya diantara dua buah batu cadas yang amat
besar dia menemukan sebuah gua alam yang tidak begitu besar.
Sambil berjongkok dia memeriksa permukaan tanah itu, ternyata
sedikitpun tidak salah di depan gua itu tampak telapak kaki yang
samar2, didalam hati dia tahu dugaannya tidak salah karenanya
sembari mencabut keluar pedangnya dia menerobos masuk kedalam
gua. Suasana didalam gua itu amat gelap tak tampak lima jarinya
sendiri. Dengan menggunakan pedang Ti Then meraba-raba beberapa
saat lamanya, dia menemukan pedangnya sudah terbentur dengan
sebuah dinding gua yang amat keras, karena dia tidak tahu arah
gua itu berbelok ke arah mana terpaksa dari dalam sakunya
mengambil keluar obor sebagai penerangan.
Dengan menggunakan cahaya sinar obor itulah dia mulai
memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, saat itulah dia baru
melihat walaupun gua itu Cuma satu tapi berbelok-belok, sebentar
melebar sebentar lagi menyempit dan dinding yang saat ini
menghalangi perjalanannya adalah sebuah batu cadas yang
menonjol keluar sedang lorong itu berbelok kearah sebelah kanan.
Dengan mengikuti lorong itu dia berbelok kekanan, setiap kali
bsrjalan beberapa langkab dia menyulut kembali obornya.
Setelah berjalan beberapa saat lamanya akhirnya dia tiba juga
disuatu ruangan yang amat besar sekali.
Gua itu dibatasi dengan dinding batu yang terjal dan tajam,
disekelilingnya tak tampak barang apa pun kecuali batu sehingga
keadaannya amat menyakitkan.
Baru saja Ti Then hendak melakukan pemeriksaan lebih teliti lagi,
mendadak obor yang ada ditangannya padam kembali.
Hatinja rada mendongkol, dia lantas mengambil keluar sebuah
obor kembali siap2 disulut.
Mendadak . . . "Ti Then, kau?" Suara seseorang secara tiba2 saja
berkumandang keluar dari sisi kirinya, jelas dari nada suara itu
menunjukkan hatinya merasa amat kegirangan.
Dan suara itu . , . , bukan lain adalah suara dari si tangan sakti
Yuan Siauw Ko. Mendengar teguran itu Ti Then jadi amat girang sekali, dengan
ter-buru2 dia menyulut obornya untuk memeriksa tempat
disekeliling tempat itu. "Yuan Loocianpwee, kau ada dimana?"
Tetapi sebentar kemudiam dia sudah lihat dimana Yuan Siauw Ko
berada. oooOOOOooo 64 Dari balik sebuah batu cadas yang tingginya ada tiga depa
dengan panjang empat depa tampak si tangan sakti Yuan Siauw Ko
merangkak keluar, kaki kanannya diborgol sedang rantainya diikat
kebawah batu cadas tersebut, cuma tangan tiga hari saja tidak
melihat sinar sang surya keadaannya sudah benar-benar berubah,
wajahnya tidak mirip manusia lagi.
Dengan sekali lompat Ti Then meloncat ke hadapannya dan
berjongkok. "Yuan Loocianpwee, dia"dia mengurung kau di tempat ini?"
tanyanya dengan terperanjat.
Dia bisa mengajukan pertanyaan ini dikarenakan dia melihat batu
cadas yang mengikat rantai itu cuma seribu kati saja beratnya,
sedang dengan tenaga dalam yang dimiliki si tangan sakti Yuan
Siauw Ko untuk mendorong batu cadas itu bukanlah satu pekerjaan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sulit, tetapi kelihatannya dia terkurung rapat dan tak dapat
meloloskan diri. Sambil bersandar pada batu cadas itu Yuan Siauw Ko tertawa
sedih. "Tentunya kau merasa heran bukan, kenapa cuma batu seberat
seribu kati saja bisa mengurung loohu ?" tanyanya.
Sepasang mata dari Ti Then dengan amat tajamnya
memperhatikan rantai yang memborgol kakinya itu lalu memandang
ke arah ujung rantai yang ditindih batu cadas itu.
"Benar !" sahutnya keheranan. "Apakah batu cadas ini ada
permainan lainnya ?".
"Tidak ada!" sahut Yuan Siauw Ko sambil gelengkan kepalanja.
"Dia cuma mendorong batu cadas ini untuk ditindihkan keatas rantai
besar itu . ." "Kalau memangnya demikian, kenapa kau orang tua
tidak mendorongnya ?"
Dengan sedihnya Yuan Siauw Ko menghela napas panjang.
"Dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat dari loohu !"
"Apa" dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat kau orang
tua?" teriak Ti Then terperanjat.
"Kini Loohu seperti juga orang tua biasa, seorang kakek biasa
bilamana ingin mendorong batu cadas bukankah hal ini sama saja
dengan satu impian disiang hari bolong ?"
"Apakah dia memberi makanan serta minuman buat kau orang
tua?" tanya sang pemuda lagi dengan gusarnya.
"Ada, dia membawa sekantong ransum kering serta sekantongan
air bersih, hanya cukup buat Loohu gunakan selama setengah
bulanan." "Mari aku bantu tarikan rantai besi itu"
Dia meletakkan kembali pedangnja lalu dengan menggunakan
sepasang tangannya menarik rantai itu kebelakang.
"Sreeett . . . ! " dengan satu kali sentakan dia berhasil
memutuskan rantai itu menjadi dua bagian.
Tetapi Yuan Siauw Ko masih tetap duduk tidak bergerak
sedikitpun. "Apa kau bisa mencari tempat ini setelah mengertikan
kesembilan nama yang sengaja aku tulis salah itu ?" tanyanya.
"Benar !" sahut Ti Then mengangguk. "Dia bilang kau orang tua
masih hidup, boanpwee tidak percaya dan paksa dia untuk meminta
nama2 dari seluruh Piauw-su yang pernah bekerja di perusahaan
'Yong An Piauw-kiok"
Kemarin dia meletakkan nama2 itu di samping pembaringan
boanpwce, sewaktu boanpwee melihat diatas daftar nama itu
banyak terdapat tulisan yang salah dalam anggapanku pasti bukan
tulisan yang sebenarnya dari kau orang tua, akhirnya setelah
boanpwee baca seluruh kesalahan itu menjadi satu, akhirnya aku
baru tahu kalau kau orang tua sengaja hendak memberi tahu
tempat dimana Loocianpwee dikurung"
"Malam ini kau datang kemari, apakah dia orang tahu ?" Tanya
Yuan Siauw Ko dengan cemas.
"Mungkin dia tidak tahu".
"Apa yang dia katakan kepadamu ?" tanya Yuan Siauw Ko lagi
sambil tertawa pahit. "Dia bilang kau orang tua sudah mengakui pernah mendengar
rahasianya" "Kau percaya ?"
"Tidak percaja !".
"Bagus sekali !" Seru Yuan Siauw Ko dengan amat girang. "Dia sudah mengetahui bagaimanakah sifat dari loohu, loohu sama sekali
tidak mengakui soal apa pun kepadanya"
"Bagaimana dia bisa membawa kau orang tua meninggalkan
Benteng Pek Kiam Poo?" tanya Ti Then ingin tahu.
"Ditengah malam buta dia mengetuk pintu kamar loohu, katanya
kau lagi menunggu diluar benteng dan ada urusan penting yang
hendak dirundingkan dengan loohu, pada waktu itu Loohu tidak
tahu kalau dia lagi main siasat.."
"Kalau begitu kau sudah melihat dia orang?" tanya Ti Then
dengan hati berdebar-debar.
Dia dengan Majikan patung emas sudah mengadakan hubungan
selama tujuh, delapan bulan lamanya tetapi hingga hari ini tidak
tahu sebenarnya Majikan patung emas itu lelaki atau perempuan
dan bagaimana wajahnya. Kini mendengar Majikan patung emas sudah munculkan dirinya
untuk memancing Yuan Siauw Ko keluar benteng hatinya jadi
berdebar ingin cepat-cepat tahu.
"Benar! Bahkan loohu melihatnya dengan amat jelas sekali" sahut
Yuan Siauw Ko sambil tertawa.
Ti Then segera merasa hatinya semakin berdebar keras lagi.
"Siapakah dia orang?" tanyanya cemas.
"Seorang kenalan yang setiap hari dapat kau temui."
Agaknya dia merasa didalam urusan ini amat menarik sekali
sehingga sengaja jual mahal untuk menyebutkan nama orang itu.
"Apakah dia adalah salah seorang pendekar pedang merah dari
Benteng Pek Kiam Poo?" tanya Ti Then ingin tahu.
"Bukan!" jawab Yuan Siauw Ko tertawa, dengan perlahan dia
gelengkan kepalanya. "Apa"apa Wie Ci To?"
Sekali lagi Yuan Siauw Ko gelengkan kepalanya.
"Bukan!" "Lalu siapakah dia orang?"
"Coba kau terka"!"
Ti Then termenung berpikir sebentar tetapi sekali pun sudah
lewat beberapa saat lamanya dia tidak dapat mengetahui juga
siapakah orang itu. "Yuan Loocianpwee, kau jangan jual mahal, sebenarnya siapakah
orang yang sudah menyamar sebagai Majikan patung emas itu?"
"Haa . . . haaa .... buankah tadi aku sudah berkata orang iiu
dapat kau temui setiap hari . . .!"
"Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo bukan, Wie
Ci To bukan lalu . .. lalu siapakah dia orang?"
Dengan pandangan tajam Ti Then memperhatikan Yuan Siauw
Ko tanpa berkedip, dalam hati dia merasa gemas atas ke-jualmahalan dari si orang tua she Yuan itu.
Yuan Siauw Ko yang melihat pemuda itu dibuat gemas dia cuma
tersenyum saja. "Loocianpwee, aku mohon siapakah orang yang sudah menyamar
sebagai Majikan Patung Emas itu?"
"Dia . . . dia . . . adalah?"."
"Siapa " siapa dia ?"" desak Ti Then dengan gemas.
Sekali lagi Yuan Siauw Ko tertawa ter-bahak2.
"Kalau aku beritahu siapakah majikan patung emas itu, kau ingin
beri apa kepadaku?" "Apa yang Loocianpwee inginkan pasti aku kabulkan !" sahut Ti
Then dengan bernapsu. -oo0dw0oo- Jilid 38 : Loo-cia ternyata Majikan Patung Emas"
Mendadak Ti Then membelalakkan matanya lebar-lebar.
"Apa mungkin Loo-cia si pelayan tua itu?" tanyanya gemetar.
Dengan perlahan Yuan Siauw Ko mengangguk.
"Tidak salah, memang dialah orangnya."
Air muka Ti Then seketika itu juga berubah menjadi pucat psi
bagaikan mayat, seluruh tubuhnya terasa jadi dingin dan kaku,
mulutnya melongo-longo sedangkan matanya terbelalak lebar-lebar,
untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun diucapkan
keluar. Kiranya Majikan patung emas adalah penyamaran dari Loo-cia itu
pelayan tua! Cia Tiang Sian!! Seorang pelayan tua yang sudah mengikuti Wie Ci To selama
empat puluh tahun lamanya ternyata bukan lain adalah majikan
patung emas yang sangat misterius itu.
Lama sekali Ti Then berdiri termangu-mangu, setelah itu baru
serunya tertahan: "Ooh"Thian!"
"Orang yang menjalankan tidak bakal tahu sedang yang
menonton dari samping amat jelas, hari itu setelah kau
menceritakan seluruh persoalan kepada Loohu, Loohu segera
teringat kalau si Loo-cia pelayan tua itu adalah seorang manusia
yang patut dicurigai, tapi kau tidak suka mempercayainya."
Ti Then tetap berada didalam keadaan yang amat terkejut,
terdengar dia bergumam seorang diri:
"Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas"
Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas " Dia sudah
ada empat puluh tahun lamanya mengikuti Wie Ci To, sedang
kepandaian silatnya?"
Baru saja berbicara sampai disitu mendadak di dalam ruangan
gua itu terasa adanya kelebatan cahaya terang sebentar kemudian
suasana di tempat itu sudah terang benderang oleh cahaya obor.
Seorang tua dengan membawa lampu lentera berjalan masuk ke
dalam. Dia"..bukan lain adalah Loo-Cia itu pelayan tua!
Sewaktu melayani Ti Then di dalam benteng wajahnya selalu
tersungging satu senyuman ramah, sedang sekarang"..bukan saja
wajahnya tidak diliputi oleh senyuman bahkan kelihatan begitu
dingin kaku, dan menyeramkan sekali, bahkan boleh dikata sudah
nerubah jadi seorang"seorang berdarah dingin!
Terhadap Loo-Cia yang melayani dirinya terus dan dirinya tidak
mengetahui kalau dia adalah Majikan Patung Emas, Ti Then merasa
hatinya amat tergetar keras sehingga wajahnya berubah pucat pasi.
Walau pun dengan memegang pedang erat-erat dia berdiri di
hadapan Majikan patung emas tetapi tak sepatah kata pun bisa dia
ucapkan keluar! Loo-cia meletakkan dahulu lampu lentera itu keatas sebuah batu,
sikapnya amat dingin bagaikan es, setelah memandang sekejap
kearah Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia baru berkata:
"Hmm! Selama ini kau tidak suka menerima perintahku dengan
hati rela dan selama ini pula tidak suka menerima peringatan dari
diriku, kelihatannya kau merasa tidak percaya kalau aku berani
turun tangan membunuh orang."
Nada suaranya amat dingin, seperti perkataan yang diucapkan
oleh Raja Akhirat! Membuat setiap orang yang mendengar segera
merasakan bulu kuduknya pada berdiri.
Ti Then yang untuk pertama kalinya mencium bau kematian
tubuhnya terasa tergetar amat keras, dengan cepat kuda-kudanya
diperkuat, siap-siap menghadapi sesuatu pertempuran yang
menentukan mati hidupnya.
"Loo-cia!" teriaknya dengan keras. "Rupanya kaulah Majikan
Patung Emas!" "Hee"heee..cuma sayang keadaan sudah terlambat, sekali pun
kau tahu juga tiada gunanya."
Ti Then yang melihat dari sinar matanya memancarkan napsu
membunuhnya yang luar biasa, tak kuasa lagi dia menghembuskan
napas dingin. "Bilamana kau sungguh-sungguh mau membinasakan kami, aku
ada satu permintaan."
"Coba kau katakan."
"Aku tidak suka menerima kematian dengan demikian saja, aku
mau mengadu jiwa dengan dirimu!"
"Hee..hee..itu memang menjadi hakmu!" seru Majikan patung
emas sambil tertawa dingin.
"Tetapi aku tahu dengan kepandaian silatku masih bukan
merupakan tandinganmu maka itu aku sangat mengharapkan
sebelum kau membinasakan diriku suka menjelaskan apakah
sebenarnya tujuan yang engkau tuju!"
"Baik!" jawab Loo-cia dengan seram. "Menanti napasmu hampir
putus, aku bisa beritahukan kepadamu! Sekarang kau boleh mulai
turun tangan!" Ti Then segera menoleh kearah Yuan Siauw Ko dan ujarnya
dengan hati menyesal: "Boanpwee sudah menyeret cianpwee ikut terancam jiwanya,
dalam hati aku benar-benar merasa menyesal. Semoga saja pada
penjelmaan di kemudian hari bisa menjadi anjing atau kuda untuk
membalas jasa dari Loocianpwee ini!"
Terhadap soal kematian agaknya Yuan Siauw Ko merasa sangat
tawar, mendengar perkataan dari Ti Then itu dia tertawa.
"Tidak! Soal ini bukanlah kesalahanmu, kau tidak hutang apa-apa
dengan loohu!" Dengan sedihnya Ti Then segera menghela napas panjang,
dengan perlahan dia menoleh ke arah Loo-cia.
"Yuan loocianpwee ini tidak tahu urusan, bilamana kau tidak suka
melepaskan dirinya maka harap kau suka kasih satu pemberesan
yang cepat," katanya.
"Baik!" Nada suaranya amat tegas sedikitpun tidak ragu-ragu, jelas
terhadap diri Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia sudah punya maksud
untuk membereskannya. "Hee"hee..kepandaian silatku aku berhasil pelajari dari dirimu,
entah kali ini bisa tidak menerima dua puluh jurus seranganmu?"
kata Ti Then sambil tertawa.
Sehabis berkata tubuhnya maju ke depan, pedangnya diayun
menotok tubuh Loo-cia. Jurus serangan ini bernama "Sian Jien Ci Lo" atau dewa sakti
menunjuk jalan, yang merupakan satu jurus serangan yang bukan
dipelajari dari pihak lawannya karena dia tahu bagaimana harus
menggunakan ilmu pedang yang dipelajari darinya untuk menyerang
dia orang maka hal ini sama sekali tidak ada gunanya.
Loo-cia tertawa dingin, dia tetap berdiri tidak bergerak.
Menanti ujung pedang dari Ti Then sudah hampir mendekati
badannya, mendadak telapak kanannya baru membalik, dengan
menggunakan tangan kosong dia mencengkeram pedang dari Ti
Then. Melihat serangan tersebut Ti Then jadi terkejut, dengan gugup
dia menarik kembali serangannya, sambil menyingkir kekanan
dengan menggunakan jurus "Jie Lang Tan San" atau Jie Lang
memanggul gunung, membabat pinggang musuhnya.
"Ilmu pedang bagus!" puji Loo-cia dengan keras.
Tubuhnya menyingkir ke samping, dengan amat gesit dan
lincahnya kembali dia berhasil menghindarkan diri dari tusukan Ti
Then, mendadak tubuhnya menyerang ke sebelah kiri, telapaknya
dengan mengubah jadi cengkeraman elang, menghajar jalan darah
"Ciang Bun" pada pinggang Ti Then.
Dengan gugup Ti Then menyingkir kebelakang, pedangnya
dengan memutar satu lingkaran bagaikan burung merak lagi
mementangkan sayap dia menghajar dadanya Loo-cia.
Masing-masing pihak bergebrak dengan kecepatan yang luar
biasa, setiap jurus dipecahkan dengan jurus, didalam berjaga
membawa daya menyerang hanya didalam sekejap saja sudah
puluhan jurus sudah berlalu dengan amat cepatnya.
Tetapi pada saat masing-masing pihak bertempur dengan amat
seru itulah tiba-tiba?"..
"Rubuh!" bentak Loo-cia dengan keras.
Hanya didalam sekejap saja sinar pedang berkelebat memenuhi


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angkasa, bayangan telapak mengacaukan pandangan, masingmasing pihak sudah berhenti bergerak sedang tubuh Ti Then pun
dengan perlahan-lahan rubuh ke atas tanah.
Semuanya ini membuat Yuan Siauw Ko yang menonton di
samping dibuat melongo-longo, dia yang melihat Ti Then dapat
dengan amat sengitnya melawan Majikan Patung emas menurut
anggapannya, walau pun Ti Then tidak dapat memperoleh
kemenangan paling sedikit untuk menerima seratus jurus pun masih
bisa. Siapa sangka cuma sepuluh jurus saja dia sudah menemui
kekalahan secara mendadak, hal ini benar-benar amat
mencengangkan hatinya. Sedang Ti Then sendiri pun merasa kebingungan, dia tidak
mengerti pihak lawan sudah menggunakan cara apa untuk menotok
jalan darahnya, bahkan dia pun merasa jari tangan pihak lawan pun
tidak sampai mengenai tubuhnya tetapi sudah cukup membuat
badannya jadi kaku sehingga tak dapat berdiri lebih lama.
Tetapi pikiran serta kesadarannya masih penuh, keadaannya
mirip dengan orang yang tertotok jalan darah kakunya.
Dengan menggunakan kakinya Loo-cia lantas membalik
badannya sehingga terlentang, air mukanya masih tetap dingin dan
buas kejam. "Kau lihat!" ujarnya, "Walau pun aku sudah menciptakan dirimu
sebagai jago nomor tiga di seluruh Bu-lim, tetapi bilamana ingin
membereskan dirimu aku masih bisa lakukan dengan amat mudah."
"Sekarang tentunya kau sudah boleh menceritakan tujuanmu
bukan?" "Sebentar lagi pasti aku beritahukan kepadamu!"
Dengan perlahan dia bergeser kesamping tubuh Yuan Siauw Ko
dan memasukkan sepasang tangannya kebawah batu cadas, entah
dengan menggunakan cara yang bagaimana tahu-tahu batu cadas
itu sudah terangkat setinggi satu depa kemudian kakinya
menendang rantai besi itu kebawah batu dan menurunkan kembali
batu cadas itu. "Buat apa kau berbuat demikian?" ujar Yuan Siauw Ko sambil
tertawa dingin. "Karena kau cuma tinggal satu jam saja hidup di dunia."
"Seluruh kepandaian silat loohu sudah kau punahkan, apa kau
takut loohu melarikan diri?"
"Benar, untuk sementara waktu aku akan meninggalkan gua ini
satu jam kemudian akan kembali lagi kesini untuk membereskan
kalian berdua!" Sehabis berkata dia lantas berjalan keluar dari gua tersebut.
Melihat tindakan dari Majikan Patung Emas itu Ti Then segera
merasakan hatinya tergetar amat keras.
"Tunggu dulu!" teriaknya dengan cemas.
Majikan Patung Emas segera menghentikan langkahnya dan
menoleh. "Permintaanmu itu bisa aku penuhi satu jam kemudin, sekarang
lebih baik kau berbaring dulu disini!" katanya dingin.
"Kau mau kemana?"
"Pulang ke dalam Benteng."
"Mau apa?" "Urusi pekerjaan!" sahut Majikan Patung Emas singkat.
Sehabis berkata dia melanjutkan kembali langkahnya menuju ke
depan. Ti Then sudah dapat menebak apa yang hendak dikerjakan
olehnya sekembalinya ke dalam Benteng, hatinya merasa semakin
cemas lagi. "Tunggu dulu, apa yang hendak kau lakukan sekembalinya ke
dalam Benteng?" "Teriaknya dengan cemas.
"Sejak semula aku sudah bilang" ujarnya sambil menghentikan
langkahnya kembali, "Bilamana dengan menggunakan cara yang
lunak tidak dapat mencapai tujuan terpaksa aku harus
menggunakan cara kekerasan!"
Mendengar kata-kata itu Ti Then merasakan matanya berkunangkunang. "Tidak! Kau tidak boleh membunuh mereka ayah beranak!"
teriaknya dengan keras. "Satu jam kemudian kau pun bakal mati, buat apa sekarang kau
merasa kuatir buat orang lain?"
Sehabis berkata dia melangkah kembali keluar.
Dalam hati Ti Then tahu didalam keadaan tak siap sedia Wie Ci
To ayah beranak pasti sukar untuk meloloskan diri dari kematian,
tidak terasa lagi dia sudah menghela napas panjang.
"Sudahlah, aku menyerah kepadamu!" katanya lemas.
Majikan Patung Emas pura-pura tidak mendengar, dia
melanjutkan kembali langkahnya menuju ke depan.
"Kau kembalilah, aku suka menurut petunjukmu lagi!" teriak Ti
Then semakin keras. Dengan perlahan Majikan Patung Emas baru menghentikan
langkahnya dan menoleh. "Kau bangsat cilik tidak bisa dipercaya, bagaimana aku dapat
mempercayai kembali kata-katamu?" ujarnya dingin.
"Yuan loocianpwee masih ada di tanganmu, kau takut apa?"
Majikan Patung Emas termenung berpikir sebentar, setelah itu
baru putar badannya berjalan balik.
"Kau sungguh-sungguh tidak akan mengkhianati aku lagi?"
"Tidak!" "Sekarang kau sudah tahu akulah Majikan Patung Emas,
bilamana kau berani memecahkan rahasiaku, maka yang pertamatama aku bunuh adalah Yuang Cong-piauwtauw ini!"
"Kau boleh berbuat demikian."
"Baik, untuk terakhir kalinya aku suka mempercayai dirimu!"
Sehabis berkata dia lantas berjongkok untuk membebaskan jalan
darah kaku dari Ti Then yang tertotok.
Ti Then yang merasa cara menotok jalan darahnya ini sangat
istimewa sekali, tidak tertahan lantas tanyanya:
"Agaknya tadi kau orang tidak membentur badanku bukan?"
"Sudah tentu, karena yang aku gunakan adalah totokan angin!"
jawab Loo-cia sambil tertawa seram.
Jari tangan kanannya segera ditekuk dan disentilkan ke depan.
"Plaaak!" dengan disertai suara angin yang amat nyaring batu
kecil yang ada beberapa depa jauhnya segera tersentil jatuh ke
tengah kejauhan. Waktu itu Ti Then baru bangkit berdiri, melihat kedahsyatan dari
ilmu tersebut dalam hati merasa amat terperanjat.
"Agaknya ilmu silat semacam ini kau orang belum pernah
mengajarinya kepadaku!"
"Seharusnya aku tinggalkan beberapa ilmu untuk aku simpan,
kalau tidak bagaimana aku bisa menguasai dirimu?"
Ti Then segera bangkit berdiri dan menoleh ke arah Yuan Siauw
Ko sambil tertawa pahit. "Loocianpwee! Sebenarnya boanpwee tidak ingin takluk dengan
perbuatan jahat, tetapi saat ini aku mau tidak mau harus tunduk
satu kali!" Sudah tentu Yuan Siauw Ko mengerti akan maksud hatinya,
kesemuanya ini dia lakukan dikarenakan Wie Ci To ayah beranak,
karenanya terhadap keputusan inipun dia mengetahui jelas.
"Loohu tahu, kau pergilah dengan lega hati!" ujarnya sambil
tertawa. "Kau punya rencana hendak mengurung Yuan loocianpwee
sampai kapan baru dilepaskan kembali?" tanya Ti Then kemudian
sambil menoleh kearah Loo-cia.
"Sesudah tujuanku tercapai!"
"Kau orang tidak seharusnya memusnahkan ilmu silatnya" omel
Ti Then. "Caraku untuk memusnahkan ilmu silat orang lain sama sekali
berbeda dengan cara biasanya, sampai waktunya aku lepaskan dia
pergi tentu kepandaian silatnya aku pulihkan kembali."
"Apa sungguh-sungguh perkataanmu itu?" tanya Ti Then dengan
hati girang. "Tidak salah" "Di dalam waktu-waktu ini aku mengharapkan kau jangan
merugikan dirinya" "Asalkan dia tidak melarikan diri, aku pasti tidak akan merugikan
dirinya." "Keadaan dari loohu sekarang ini seperti anjing pun lebih baik,
kau masih bilang tidak merugikan?" cela Yuan Siauw Ko dari
samping. "Aku merasa senang untuk memberi lebih enak sedikit
kepadamu, tetapi dengan keadaan pada saat ini terpaksa aku cuma
bilang bersikap demikian kepadamu."
Berbicara sampai disini dia lantas menoleh kearah Ti Then.
"Sekarang cepat kau kembali ke dalam Benteng!" perintahnya.
"Kau tidak kembali bersama-sama aku?"
"Kau pulanglah terlebih dahulu."
Dengan wajah ragu-ragu Ti Then menoleh sekejap kearah Yuan
Siauw Ko, lama sekali baru ujarnya:
"Kau masih ada disini untuk berbuat apa?"
"Kau boleh lega hati, bilamana aku ingin mencelakai dirinya saat
ini pun aku bisa turun tangan."
Ti Then yang merasa perkataannya ini sedikit pun tidak salah
lantas merangkap tangannya menjura kearah Yuan Siauw Ko,
setelah itu memungut kembali pedangnya dimasukkan kedalam
sarung. Baru saja Ti Then berjalan beberapa langkah mendadak
terdengarlah Loo-cia si majikan patung emas berkata kembali:
"Ooh benar, bilamana jejakmu malam ini diketahui oleh para
pendekar pedang yang berjaga-jaga di benteng, kau hendak
menggunakan cara apa untuk memberi penjelasan?"
Sembari melanjutkan perjalanannya keluar dari gua itu jawab Ti
Then tawar. "Aku bilang baru saja menemukan orang yang melakukan
perjalanan malam melewati benteng, aku lantas melakukan
pengejaran hingga di luar benteng."
"Betul, memang seharusnya kau memberi penjelasan secara
demikian" sahut Loo-cia tertawa.
Dia pun lantas ikut di belakang Ti Then berjalan keluar dari gua,
menanti bayangan tubuh Ti Then sudah lenyap dari pandangan dia
baru kembali lagi kedalam gua dan menarik lepas rantai besi yang
ditindih dibawah batu cadas tersebut.
Kemudian sambil membawa kantongan ransum serta air, ujarnya
kepada Yuan Siauw Ko. "Ayoh, kita pun harus berangkat!"
"Kemana?" "Tempat ini sudah diketahui oleh Ti Then, maka aku harus
membawa dirimu menuju kedalam gua yang lain"
Dengan berdiam diri Yuan Siauw Ko bangkit berdiri dan
mengikuti dari belakang tubuhnya berjalan keluar dari gua tersebut.
Sesampainya diluar gua, dikarenakan kepandaian silat dari Yuan
Siauw Ko sudah musnah sehingga tidak bisa mengerahkan ilmu
meringankan tubuh maka dengan dibimbing oelh Loo-cia mereka
melayang dan menaiki keatas tebing gua Lui Tong Ping tersebut.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju kedalam
gunung yang lebih jauh lagi.
Sewaktu bayangan tubuhnya sudah ada beberapa kaki jauhnya
dari sana, mendadak dari bawah gua Lui Tong Ping itu berkelebat
kembali sesosok bayangan hitam yang secara diam-diam tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun menguntit dari belakang Loo-cia
hingga ke tempat tujuannya.
Adakah bayangan hitam itu adalah Ti Then"
Bukan, saat ini Ti Then sudah kembali ke benteng Pek Kiam Poo.
XXXdwXXX Para tetamu yang sengaja datang membawa selamat sudah
berdatangan, suasana di dalam benteng Pek Kiam Poo mulai jadi
ramai. Saat itu sewaktu Ti Then lagi duduk melamun di dalam kamar
mendadak tampak Loo-cia masuk ke dalam kamar.
"Ti Kiauw-tauw, Poocu mengundang kau ke kamar baca untuk
bercakap-cakap" katanya sambil tertawa.
"Urusan apa?" tanya Ti Then melengak.
"Entahlah!" Dia menoleh dulu memandang sekeliling tempat itu kemudian
sambil memperendah suaranya dia berkata kembali.
"Jarak sekarang dengan hari perkawinanmu tinggal empat hari
saja. Di dalam empat hari ini apa yang dikatakan oleh Wie Ci To
kepadamu harus kau laporkan semua kepadaku, tahu tidak?"
Ti Then segera mengangguk dan putar badan berlalu dari sana.
Setibanya didalam kamar baca Wie Ci To tampaklah Wie Lian In
pun pada sat itu ada didalam kamar baca, karenanya dia lantas
maju memberi hormat kepada Wie Ci To.
"Loo-cia bilang katanya Gak-hu thayjien lagi mencari
menantumu?" "Benar" sahut Wie Ci To tersenyum, "Loohu punya satu urusan
yang hendak dirundingkan dengan dirimu, kau duduklah"
Ti Then segera duduk di samping.
Wie Ci To mendehem beberapa kali, lalu sambil menuding kearah
Wie Lian In ujarnya sambil tertawa.
"Lian In budak ini secara mendadak kemarin hari minta kepada
Loohu untuk mendirikan satu kamar baru?"
Ti Then jadi melengak. "Apa sempat untuk membangun sebuah kamar baru lagi?"
tanyanya. "Maksud dari Lian In bukannya minta dibangunkan satu kamar
yang baru, dia cuma bilang tidak suka menganggap kamarnya
sekarang sebagai kamar yang baru, dia pikir ingin mencari tempat
lain untuk mendirikan kamar baru buatnya."
Dengan tidak paham Ti Then memandang sekejap ke arah Wie
Lian In. "Bukankah kamarmu sekarang ini sangat bagus sekali?"
tanyanya. "Hmm, kamar itu syudah aku diami selama puluhan tahun
lamanya, sejak semula aku sudah merasa bosan" seru Wie Lian In
sambil mencibirkan bibirnya.
"Sudah..sudahlah, kau tidak usah seperti bocah cilik saja!"
"Perkatraannya memang amat betul" timbrung ie Ci To sambil
tersenyum. "Setelah kalian menikah ada seharusnya dimulai dengan
barus segala-galanya"
"lalu kau sudah setuju dengan kamar yang mana di dalam
Benteng ini?" tanya Ti Then sambil tertawa, dengan perlahan dia
menoleh kearah Wie Lian In.
"Aku sudah setuju dengan kamar didalam loteng penyimpan kitab
tersebut." Semula Ti Then agak melengak, tetapi sebentar kemudian dia
sudah tertawa geli. "Lian In, kau jangan berguyon" serunya.
"Tetapi tia sudah setuju"
Sekali lagi Ti Then dibuat kebingungan, dia merasa urusan ini
ada diluar dugaannya.

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sungguh?" tanyanya sambil menoleh kearah Wie Ci To.
"Sungguh?" sahut Wie Ci To mengangguk.
"Tetapi?" "Loteng penyimpan kitab itu tidak mengandung rahasia apa pun"
potong Wie Ci To dengan cepatnya, apalagi setelah Loohu ceritakan
soal lukisan Shu Sia Mey kepada kalian hatiku pun rada baikan,
maka itu Loohu sudah mengabulkan permintaan dari Lian In untuk
serahkan itu loteng penyimpan kitab sebagai kamar baru kalian."
Untuk beberapa saat lamanya Ti Then dibuat kebingungan, dia
tahu didalam loteng penyimpan kitab pasti sudah tersimpan satu
rahasia, sedang barang yang diinginkan oleh Majikan patung emas
itu pun pasti tersimpan di dalam Loteng penyimpan kitab tersebut.
Sekarang mereka ayah beranak menyerahkan loteng tersebut
kepada dirinya untuk dijadikan sebagai kamar baru, bukankah hal ini
sama saja dengan mengundang pencuri ke dalam kamar" Dan
memberi kesempatan buat Majikan Patung emas atau boleh dikata
dirinya sendiri untuk melakukan niatnya"
"Kau tidak suka dengan tempat itu ?" tanya Wie Lian In tibatiba. "Bilamana kau menyuruh aku mengambil keputusan maka aku
rasa kamarmu yang sekarang itu jauh lebih baik."
"Kenapa ?" tanya Wie Lian In kurang senang.
"Loteng penyimpan kitab itu tentu merupakan tempat yang
paling tenang dari ayahmu, kita tidak seharusnya merebut tempat
kesenangan dari ayahmu itu."
"Soal ini kau tidak usah kuatir," sambung Wie Ci To dengan
cepat, "Pada beberapa waktu ini Loohu sudah jarang membaca
buku lagi bahkan loohu rela memberikan loteng penyimpan kitab itu
buat kalian gunakan sebagai kamar baru."
"Apa maksud dari Gak hu ?"
"Loohu masih teringat dengan kata-katamu tempo hari,
dikarenakan Loohu sudah melarang setiap orang memasuki loteng
penyimpan kitab itu maka mudah menimbulkan rasa curiga dari
orang lain kalau di dalam loteng itu benar-benar sudah tersimpan
barang pusaka, demi jelasnya persoalan ini maka Loohu rasa
serahkan ruangan itu buat kalian adalah merupakan satu
penyelesaian yang paling baik."
"Asalkan kau tidak menolak maka aku segera akan suruh orang
untuk membersihkan tempat itu dan memasukkan semua alat2
rumah tangga kedalam ruangan" sambung Wie Lian In dengan
cepat. "Lalu buku-buku itu hendak pindah kemana ?"
"Kamar kosong didalam Benteng masih banyak, buku-buku itu
mudah saja dipindahkan ke tempat lain"
"Sedang alat rahasianya ?"
"Alat rahasia sukar untuk dibongkar, tetapi Loohu bisa jelaskan
semua alat rahasia itu kepada kalian agar kalian pun mengerti cara
menggunakannya." "Sebetulnya menantumu merasa kurang setuju," ujar Ti Then
sambil tertawa. "Tetapi kalau memangnya Gak hu serta Lian In
sudah setuju maka siauw say pun tidak akan menolak lagi"
Mendengar perkataan tersebut Wie Ci To segera bangkit berdiri,
"Loohu akan pergi menutup alat rahasianya, kemudian suruh
orang untuk memindahkan kitab serta lukisan-lukisan itu. Dan
mengadakan pembersihan seperlunya".
Sehabis berkata dia lantas berlalu dari sana.
Menanti bayangan tubuh dnri Wie Ci To sudah lenyap dari
pandangan Ti Then baru menoleh kearah Wie Lian In dan
mengomel. "Kau tidaklah patut untuk mengajukan permintaan ini kepada
ayahmu !". "Kenapa ?" tanya Wie Lian In sambil mencibirkan bibirnya.
"Membaca buku dan memandang lukisan adalah satu-satunya
kesenangan dari ayahmu, tidak seharusnya kau mengganggu
kesenangan beliau itu !".
"Tetapi membaca buku atau melihat lukisan tidak seharusnya
diatas loteng penyimpan kiiab !".
"Tetapi belum tentu juga ruangan loteng penyimpan kitab itu
harus dijadikan kamar baru kita".
"Aku rasa loteng penyimpan kitab itu sangat indah sekali,
dibawah loteng ada ruangan tamunya, diatas loteng adalah kamar
tidur dan bisa digunakan untuk memandang ketempat kejauhan
apalagi bila mana musim panas menjelang tidak merasa terlalu
panas, bukan begitu ?".
Sambil mengerutkan alisnya rapat2 Ti Then tidak mengucapkan
sepatah katapun. "Disamping itu" ujar Wie Lian In lagi tertawa, "Kita bisa pula
melenyapkan pikiran yang bukan2 dari ayahku terhadap Shu Siu
Mey, bukankah itu sangat bagus sekali ?"
Ti Then tertawa tawar dan tidak mengucapkan kata-kata lagi.
"Ayoh jalan, kila pergi melihat-lihat."
Mereka berdua segera berjalan keluar dari kamar baca itu
menuju kebawah loteng penyimpan kitab.
Waktu itu kebetulan Wie Ci To sedang berjalan mendatang,
terdengar sambil tertawa ujarnya :
"Loohu sudah mematikan alat2 rahasianya, sekarang aku mau
suruh pelayan singkirkan buku-buku serta lukisan2 itu."
Tidak lama kemudian dangan diawasi oleh Wie Ci To sendiri
Panji Sakti ( Jit Goat Seng Sim Ki) 9 Setan Harpa Karya Khu Lung Han Bu Kong 10

Cari Blog Ini