Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 2
Tiba-tiba si pengemis kecil itu tertawa terbahak bahak,
ujarnya. "Ha ha ha . kalau begitu engkau melanggar hukum yang
serupa dengan diriku, kau sudah merupakan kawan sejalan
aku kira kita lebih baik bekerja sama terus kalau sudah keluar
dari penjara ini," "Aku tidak mencuri," Teriak Liem Tou dengan keras,
"Mereka yang secara seenaknya menuduh aku yang mencuri."
Si pengemis kecil itu masih tertawa terus tak hentihentinya,
mendadak dia bangktt berdiri, ujarnya,
"Perduli kau mencuri atau tidak pokoknya kini kau sudah
ditangkap oleh mereka sekalipun tidak mencuri yah sudah
mencuri, kau tunggu sebentar, aku akan pergi beli sedikit arak
serta sayuran untuk menyambut kedatanganmu."
Liem Tou yang mendengar perkataannya ini merasa sangat
bingung, didalam penjara seperti ini darimana datangnya
sayur serta arak" baru saja akan buka mulut untuk bertanya si
pengemis kecil itu sudah berlari kesamping tubuh Sipir bui itu,
dengan perlahan dia mulai mendorong tubuhnya sambil
ujarnya. "Toako kepala penjara, aku akan keluar sebentar."
Menanti Sipir bui mendusin dan membuka matanya dia
telah lari, keluar dari pintu penjara dan lari terus keluar.
Dalam hati Liem Tou menduga tentunya Sipir bui itu akan
merasa terkejut bercampur gugup, siapa tahu dia hanya
membuka mulutnya dengan suara yang sangat serak
barteriak. "Hei pengemis bangsat. Tetapi pulang kembali, gentong
araknya diangkut sekalian kesini."
Sehabis berteriak gumamnya seorang diri.
"Neneknya, beberapa hari ini perutku terus menerus
kosong, sikap dari Loo ya terhadap dirikupun sedikit berubah."
Mendadak dia memutarkan tubuhnya dengan matanya
yang mendelik besar itu mendatangi kearah Liem Tou, ketika
Liem Tou melihat kedatangannya amat galak dan seram
segera tahu tentu dia akan turun tangan jahat, hatinya terasa
berdebar dengan kerasnya sedang matanya tak terasa lagi
memandang tajam kearahnya, pikirnya: Apa mungkin mau
menggunakan pecut kulitnya untuk memukul tubuhnya.
Berpikir sampai disini segera dia menyusupkan seluruh
tubuhnya menjadi satu sampai bernapas keraspun tidak
berani. Sebenarnya Liem Tou merupakan seorang yang tidak takut
dipukul, oleh karena saat ini seluruh tubuhnya telah terluka
hingga pecah pecah bila dipukul serangan apa pun juga tentu
sukar untuk ditahan Iagi, disamping itu setelah dirinya
dijebloskan kedalam bui dan bilamana mengadakan
perrlawanan maka waktu bagi dirinya keluar dari bui tentu
akan sangat lama sekali. Sipir bui itu baru saja berjalan tidak jauh dari tubuhnya
terlihatlah tangannya membalik melancarkan pecutannya
memukul keras keatas sedang hidungnya tak henti-hentinya
mendengus dengan sangat dinginnya.
Penjara itu sebenarnya sudah sangat gelap sekali, lagi pula
lembab menyeramkan pula kini ditambah dengan wajahnya
yang meringis menakutkan bayangan pecut serta aungan
keras membuat suasana semakin mengerikan, tak tertahan
lagi seluruh tubuh Liem Tou menggigil dengan kerasnya,
sedang dalam hatinya merasa takut kalau pecut itu melayang
menghajar tubuhnya. Pada waktu itulah dari samping tubuhnya mendadak
terdengar suara sahutnya.
"Aku tidak akan barbicara, sekalipun kalian menyiksa aku
sampai mati aku juga tidak akan memberi tahukan kepada
kalian." Sipir bui itu mendengus dingin lagi, sambil berjalan dua
langkah kedepan tangannya menyambar menjinjing tubuh
tawanan tua itu dan dibanting ketengah ruangan bentaknya:
"Neneknya" Kakekmu tidak perduli kau mau bicara apa
dengan Loo ya aku hanya terima perintah untuk setiap hari
hajar kau sehingga setengah mati, hee tua bangkotan she
Kan. Aku sungguh sangat sial, karena kau seorang membuat
aku pun ikut serta tersiksa salama tiga tahun lamanya, cepat
kau tahan hajaranku ini."
Sehabis berkata dia mulai melucuti seluruh baju kakek tua
itu, ketika Liem Tou memandang tubuhnya terlihatlah bekas
bekas luka yang memenuhi seluruh tubuhnya bahkan
warnanya telah berubah menjadi matang biru, saking
terkejutnya dengan cepat dia memejamkan matanya diam
diam teriaknya. "Ooh Thian, kau berada dimana?"
Disebelah sini dia sedang ketakutan setengah mati sedang
disebelah sana sipir bui itu sudah mulai melancarkan
pecutannya menghajar seluruh tubuh kakek tua itu, setiap kali
pecutnya menyambar segera terdengar suara dengusan
kesakitan dari mulut kakek tua itu. Hanya saja suara kesakitan
itu kini didengar dalam telinga Liem Tou mirip sekali dengan
teriakan ngeri yang mendirikan bulu roma. bahkan jauh lebih
tidak enak dari tubuhnya sendiri, tak tertahan lagi seluruh
tubuhnya gemetar tak henti-hentinya.
Sejenak kemudian seluruh tubuh sipir bui itu sudah penuh
dibasahi oleh keringat yang mengucur keluar dengan
derasnya, tetapi hajarannya masih terus berlangsung tak
hentinya. Sekalipun Liem Tou sejak kecil selalu dianiaya oleh
orang lain tetapi belum pernah dia merasakan hajaran yang
demikian kejam serta mengerikan. Baru saja dia hendak
mencegah perbuatan itu mendadak terdengar sipengemis kecil
itu telah berteriak keras dari depan pintu penjara.
"Toako kepala bui, cepat hentikan hajaranmu, kenapa kau
pukul dirinya lagi?".
Begitu sipir bui itu mendengar pengemis cilik kembali,
segera dia menyimpan kembali pecut kulitnya, dengan sangat
dingin dia memandang sekejap kearah kakek tua yang aneh
itu, dengan kasar makinya.
"Neneknya kenapa kau tidak cepat cepat mati saja ?".
Sehabis berkata kakinya melayang menendang tubuh kakek
aneh itu kemudian lari kearah pintu penjara menyambut
datangnya sayur arak yang dibawa oleh pengemis cilik itu.
Liem Tou melihat sipir bui itu sudah pergi segera membawa
kakek aneh itu bersandar ditempatnya semula bahkan
memakaikan pakaian yang tadi dilucuti oleh sipir bui tersebut
kemudian barulah tanyanya dengan perlahan.
"Orang tua, kau masih bertahan tidak, Kenapa mereka
memukuli dirimu demikian kejamnya?"
Siapa tahu kakek aneh itu tidak memperdulikan dirinya,
bahkan seperti tidak mendengar pertanyaan Liem Tou, hanya
tangannya merogoh kedalam pinggangnya mengambil keluar
sebuah benda, tetapi sampai ditengah jalan berhenti lagi
agaknya dia merasa ada Liem Tou disampingnya sehingga
tidak mengambil keluar, sepasang matanya dengan sangat
tajam memandang kearahnya.
Ketika sinar mata Liem Tou bertemu dengan sinar matanya
dengan tak terasa menjadi sangat terkejut sekali dan tak
tertahan bersin beberapa kali. Kiranya sepasang matanya
memancarkan sinar yang sangat keren, buas serta benci,
membuat setiap orang merasa pada berdiri bulu kuduknya.
Pada ketika itulah waktu kakek tua itu melihat Liem Tou
agaknva tidak punya maksud berbuat jahat terhadap dirinya
segera mengambil keluar sebuah benda dari dalam
pinggangnya, waktu Liem Tou melihat benda itu ternyata
adalah sebuah tali dari celananya segera pikirnya dalam hati.
"Apa mungkin kakek aneh itu mau bergerak" Didalam
sebuan ruangan penjara ini bila dia mau buang kotoran
bukankah akan berabe?"
Berpikir sampai disini dia bermaksud hendak memberitahu
pada sipir bui itu, tetapi ketika dia menoleh melihat lagi tak
terasa dia menjadi tertegun dibuatnya, kiranya kakek aneh itu
telah menelan tali celana tersebut, tanyanya dengan cepat,
'Kau orang tua sedang makan apa" Bagaimana bisa
dimakan benda seperti itu?"
Begitu kakek aneh itu mendengar pertanyaan dari Liem Tou
itu seperti takut kalau dia merebut bendanya dengan cepat tali
celana itu disimpan dan disembunyikan kedalam pinggangnya
sedang mulutnya tak henti hentinya mulai merintih kembali,
sama sekali dia tidak mau perduli terhadap sikap dari Liem
Tou itu. Liem Tou terpaksa hanya bisa menggelengkan kepalanya
saja tanpa bisa berbuat apa apa lagi, tiba-tiba terdengar
sipengemis kecil itu berteriak:
"Toako kepala bui agaknya masih sangat banyak cepat kau
teguk segentong ini aku sipengarnis kecil tentu akan
mengiringi kau untuk menghabiskan arak ini"
Ketika Liem Tou menoleh memandang kesana terlihatlah
tubuh sipir bui itu sudah bergoyang tak hentinya agaknya dia
sudah dibuat mabuk oleh pengemis cilik itu, bahkan mulutnya
berbicara tak karuan. "Baiklah, mari minum, kau sunggah baik sekali, Loo-ya
agaknya telah berubah sikap terhadap diriku."
Si pengemis itu segera mengangkat sebuab gentong arak
lagi dan diloloh kedalam mulut sipir bui itu, ujarnya.
"Toako kepala bui mari teguk lagi".
Tidak disangka perkataannya baru selesai diucapkan tubuh
sipir bui itu telah rubuh tak sadarkan diri diatas tanah, saat
itulah dengan perlahan lahan sipengemis cilik itu baru bangkit
berdiri, tangannya dengan perlahan mengangkat tubuh lelaki
itu dan dilemparkan kedepan, dengan mengeluarkan suara
yang amat keras tubuh Sipir bui itu sudah terjatuh keatas
sebuah pembaringan sehingga hampir hampir rubuh kembali
keatas tanah. Diam-diam Liem Ton yang melihat kejadian itu merasa
sangat heran pikirnya: "Jika dilihat usianya yang tidak begitu berbeda dengan
usiaku, darimana datangnya tenaga yang begitu besarnya?"
Pada waktu itulah sipengemis cilik itu sudah menggape
kearahnya sambil parggilnya.
"Hee . Pencuri kerbau. kau demikian sungkannya?" Sayur
serta arak ini sengaja aku buatkan untuk menyambut
kedatanganmu, cepat kemari"
Liem Tou yang mendengar begitu dia pentang mulutnya
ternyata memanggil dirinya sebagai sipencuri kerbau dalam
hati sudah merasa kekhie tetapi diapun merasa berterima
kasih atas bantuannya untuk menghapuskan dirinya dari
hajaran pecut kulit itu segera dia maju kedepan, dengan
dingin ujarnya. "Kita selamanya tidak saling mengenal dan bukan
merupakan kawan senasib pula, buat apa kau mengadakan
perjamuan ini untuk menjamu diriku ?"
Ternyata si pengemis cilik itu tertawa merdu sahutnya.
"Hee .. siapa yang menyuruh kau memiliki ilmu surat yang
begitu sempurna?" Aku sipengemis cilik tidak akan paham
akan hal tersebut, sudahlah, mari cepat makan."
Liem Tou yang mendengar nada suara tertawanya ternyata
telah bcrubah bahkan hampir mirip dengan suara tertawa dari
Ie cicinya tak terasa menjadi tertegun dibuatnya, urusan ini
rungguh sangat aneh.Tak terasa lagi dia melotot matanya
dengan tajam memandang kearahnya.
Si pengemis cilik itu begitu melihat sikapnya sangat aneh
sepasang matanya segera berputar, sambil tertawa ujarnya
lagi. "Bagaimana" Kau takut makan apa karena jeri dengan
setan itu" Kuberitahukan kepadamu. Hei si pencuri kerbau,
didalam arak yang diminum telah kucampuri dengan obat
tidur, tidak sampai besok pagi jangan harap dia bisa mendusin
kembaii." Mendengar perkataan itu Liem Tou merasa sangat terkejut
sekali, dahulu dia pernah mendengar cerita ayahnya yang
mengatakan bahwa obat bius itu biasanya digunakan oleh
kedai-kedai gelap didalam membius tamu tamunya. Kini si
pengemis cilik itu ternyata menggunakan benda itu membuat
Liem Tou benar benar merasa sangat curiga sekali.
Agaknya si pengemis cilik itu tahu apa yang sedang dipikir
dalam hatinya, mendadak tertawa semakin merdu ujarnya.
"Hee si pencuri kerbau, kau berlega hatilah, kita merupakan
kawan dari satu jalan tidak mungkin kita bisa menggunakan
obat bius membius dirimu, apalagi sampai namamupun aku
masih tidak tahu buat apa aku membius kau" Heee. Cepat
makanlah. Aku dengan setulus hati hendak berkawan
denganmu." Sehabis berkata dia mengambil poci itu dan diisi penuh
dengan arak wangi kemudian diteguknya hingga habis,
ujarnya. "Aku si pengemis cilik menghormati kau si pencuri kerbau
agar sukses selalu, Hee. sipencuri kerbau, sebenarnya siapa
namamu?" Liem Tou yang dibegitukan oleh si pengemis cilik membuat
ia tertawa tak dapat menangispun susah, terpaksa dia
meneguk habis secawan arak kemudian sahutnya.
"Aku bernarna Liem Tou."
Mendadak teringat olehnya kalau si pengemis cilik itu
memanggil dirinya sebagai si pencuri kerbau, tak terasa
teriaknya dengan keras. "Aku beritahu padamu, aku tidak pernah mencuri kerbau
jangan panggil aku sebagai pencuri kerbau."
"Sungguh gagah sekali namamu," ujar si pengemis cilik
sambil tertawa lagi, "Kau mencuri atau tidak mencuri apa
bedanya" Aduh. Aku sungguh tolol kurang sedikit saja telah
melupakan iblis tua itu."
Sehabis berkata dia menyobek sekeras paha ayam dan di
lemparkan kearah sudut penjara itu sambil teriaknya.
"Hee - - - Loo toa apa benar benar kau tidak mau
memberitahukan kepadaku, ayahku pernah beritahu pada kau
katanya pada puluhan tahun yang lalu Siok To Siang Mo
pernah malang melintang di daratan maupun lautan bahkan
pernah berbuat kejahatan yang tak terhingga banyaknya
sehingga anak kecil pun tahu kejahatan kalian, tetapi pada
tiga tahun yang lalu mendadak Siang Mo telah melenyapkan
diri tanpa bekas, baru kini barulah didalam dunia kangouw
tersiar berita katanya Siang Mo telah mendapatkan sebuah
kitab pusaka To Kong Pit Liok peninggalan Thio sucouw
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian menyembunyikan diri untuk berlatih, sejak semula
berita itu telah menggemparkan seluruh dunia kangouw,
berbagai jago dari berbagai aliran mulai mencari jejak orang
tersebut sampai dimana untuk merebut buku pusaka tersebut,
akupun setelah melakukan pengejaran yang jauh serta tenaga
yang amat besar akhirnya baru menemukan dirimu di tempat
ini bahkan mengetahui kalau urat nadi kakimu telah diputus.
Sekalipun kepandaian silatmu tidak sampai hilang tetapi juga
tidak dapat digunakan, maka itu coba kau pikirlah secara
masak-masak. Bilamana kau mau menyerahkan kitab rahasia
itu aku akan segera menolong kau keluar hingga dapat hidup
ja?uh lebih bahagia, kalau tidak coba kau rasakanlah siksaan
atau pecutan dari Loo Jiemu yang sangat kejam itu."
Sehabis berkata dia menoleh memandang kearah Liem Tou
dan ujarnya lagi. "Aku heran didalam dunia ini ternyata masih ada juga
manusia setolol dia, mau menolong malah ditolak bahkan mau
menerima siksaan serta penderitaan didalam penjara. Hee si
pencuri kerbau..Oooh..tidak, Tou loote mari kita makan punya
kita sendiri, jangan urusi dia lagi"
Perkataan dari pengemis cilik tentang kakek aneh itu telah
menarik perhatian diri Liem Tou, teringat kembali olehnya
perkataan dari si siucay buntung serta pembesar buta sewaktu
mereka bertempur dengan sengitnya itu kemudian teringat
pula perkataan antara si siucay buntung serta Thiat Sie poa,
apa mungkin orang yang sedang mereka cari itu adatah kakek
aneh ini" Baru saja dia berpikir sampai disitu kakek tua yang aneh itu
telah menggumam sendiri. "Aku tidak akan memberi tahu pada kalian, siapa yang akan
mendesak djriku, aku juga tidak akan membuka mulut."
Mendadak dengan suara yang amat keras bentak kakek
aneh itu lagi. "Apa kau kira penderitaan siksaan serta cambukan selama
tiga tahun ini telah membuat aku jeri?"
Liem Tou sagera menoleh memandang kearahnya,
terlihatlah sepasang mata kakek aneh itu memancarkan sinar
yang amat tajam tetapi sangat dingin, air mukanya yang pucat
pasi segera berubah menjadi kehijau-hijauan, pada saat itulah
si pengernia cilik sambil tertawa telah berkata.
"Aku bilang Loo toa tentang hal ini kau salah menduga,
menurut apa yang kuketahui sekarang ini, para jago dari
golongan Pek to maupun dari golongan Hek to sekarang ini
telah pada berkumpul didalam kerisidenan Ciong ling ini
sedang Loo jie mu yang kejam serta berhati binatang itu
sekalipun sifatnya sangat licik dan banyak aka! telah
menyembunyikan dirimu di dalam penjara yang sangat gelap
tanpa menimbulkan suara apapun, orang lain aku tidak berani
bilang tetapi Tionggoan Ngo Koay terutama sie poa itu apa
kau kira bisa berhasil mengelabui dirinya?"
"Dia datang mencari diriku bilamana tidak mau bilang, dia
bisa berbuat apa lagi" sahut kakek itu sambil tertawa serak.
"Kitab pusaka To Kong pit Liok itu apabila terjatuh
ketangan orang jahat bukankah akan menimbulkan
gelombang yang dahsyat didalam Bu-lim, coba kau pikir sekali
lagi kini dia sudah tahu kalau kau berada disini apa mungkin
dia mau melepaskan dirimu begitu saja " Sekalipun sekarang
kau punya perasaan menyesal atas perbuatanmu yang dahulu
dahulu dan bertaruh dengan nyawa juga tidak mau
menyerahkan kitab rahasia Tok Kong pit Liong itu kepada Loo
jie mu itu tetapi Thiat Sie Sie sianseng yang mempunyai
sepasang mata yang tajam apa dia mau mempercayainya"
Pada saat itu kau boleh merasakan tindakan yang diambil dari
tangannya." Omongan dari sipengemis cilik itu ternyata membuat kakek
aneh itu termenung berpikir keras.
Liem Tou yang mendengar seluruh perkataan yang
diucapkan oleh si pengemis cilik itu sangat beralasan bahkan
dia dengan mata kepala sendiri melihat kalau si siucay
buntung serta sipembesar buta telah datang ditambah simayat
hidup serta pengemis pemabok pun te?lah tiba segera
timbrungannya. "Aee orang tua. Sekalipun aku tidak tahu ia menghendaki
benda berharga apa dari tanganmu tetapi ketika aku
mendengar perkataannya segera ia tahu kalau benda itu
bukan merupakan benda yang berharga, lebih baik kau
berikan kepadanya." "Kiranya kaupun sekomplotan dengan pengemis cilik itu"
maki kakek aneh itu dengan sangat gusar. "Hm . . . hm . . .
kalau kalian punya kepandaian gunakanIah terhadap diriku,
saya mau lihat seberapa lihay kepandaian kalian itu."
"Orang tua?" bantah Liem Tou dengan cemas, "Harap kau
jangan salah paham, aku berkata demikian sebenarnya punya
maksud baik terhadap dirimu sedang saudara ini sama sekali
tidak percaya padanya, mana mungkin aku bisa sekomplotan
dengan dirinya?" Liem Tou baru saja habis berkata segera terlihatlah kakek
tua yang aneh itu sudah memalingkan kepalanya tidak mau
bicara lagi, sebaliknya terlihatlah si pengemis cilik itu sambil
tersenyum manis menepuk nepuk pundaknya, ujarnya.
"Tou Loo te kau sungguh merupakan kawan karibku yang
sangat baik, marl kita teguk arak ini."
Liem Tou yang dikatai seperti ini mana mau menerima
araknya, dengan sangat serius sahutnya.
"Apa maksudmu yang sebenarnya " Apa kau neminta aku
menampar mulutku sendiri " Aku Liem Ton bukanlah orang
semacam itu." Si pengemis cilik itu melihat sikapnya berubah sccara
mendadak juga ujarnya dengan keras.
"Ini apa-apaan" Hemm kau bicara apa " Bukankah kau
sedang menasehati iblis tua itu untuk menyerahkan kitab
pusaka To Kong Pit Liok kepadaku, bagaimana kini malah
mungkir " Demikianpun juga boleh, aku lihat kau bukanlah
orang dari kalangan dunia kangouw lebih baik janganlah
terlalu mencampuri urusan ini, kalau tidak aku bukannya
orang yang terlalu baik. bila waktu aku sampai dibikin marah,
he he he hati-hati dengan batok kepalamu."
Liem Tou yang melihat sipengemis cilik itu ternyata hendak
menakuti dirinya menjadi sangat gusar, apalagi dirinya sejak
kecil dianiaya terus orang lain kemudian tak ada hujan tak ada
angin dirinya dianggap sebagai sipencuri kerbau, dalam
dadanya sudah amat mangkel, sekarang dibegitukan lagi oleh
pengemis cilik kegusarannya tak dapat ditahan lagi, dengan
gemas dia berdiri dan bentaknya.
"Sekarang aku akan membuat kau merasa tak senang. kau
mau berbuat apa "' Sebaliknya bukannya marah si pengemis cilik itu tertawa
terbahak-bahak, dengan halus sahutnya.
"He ... he . . coba kau lihat sikapmu amat kasar sehingga
kelihatan ketololannya, kau punya kepandaian apa silahkan
keluarkan semua, ini hari aku tidak ingin menyusahkan
dirimu." Liem Tou yang melihat dia sama sekali tidak menggubris
dirinya bahkan memandangpun tidak, semakin merasa gusar,
diam diam pikirnya. "Ini hari aku harus menghilangkan kemangkalanku ini, aku
melihat dia bisa berbuat apa terhadap diriku?"
Berpikir sampai disini segera dia mengangkat cawannya
dan menyedot isi cawan itu sekeras-kerasnya kemudian
dengan dibarengi dengan hawa murninya disemprotkan
kedepan Si pengemis itu sama sekali tidak mengadakan
persiapan disemprot seperti itu segera seluruh
wajahma basah oleh arak dari mulut Liem Tou,
Tak terasa lagi dia menjadi sangat gusar, dengan cepat dia
bangkit berdiri dan bentaknya dengan keras.
"Bangsat cilik, 'kau bosan hidup lebih lama lagi yah ?"
Tengannya diulur kedepan, jari tengah serta telunjuknya
dengan bentuk seperti gunting mencukil kearah mata Liem
Tou serangannya pertama saja sudah amat kejam, sedikitpun
tidak memperlihatkan belas kasihannya.
Tak disangka begitu dia mengeluarkan jurus itu, kakek
aneh yang berada disamping itu segera menjerit tertahan,
ujarnya. "Hee - - Yan wie tui hun ci atau ilmu jari pengejar ayawa,
kiranya kau adalah anak buah dari partai Kiem Tian pay dari
telaga Auh Lay, hee . bocah cilik pencuri kerbau kau haruslah
berhati hati untuk menghadapi dirinya,"
Liem Tou yang melihat serangan jari dari si pengemis cilik
itu digerakkan demikian cepatnya dan tahu-tahu telah sampai
dihadapannya segera miringkan kepalanya menyingkir sedepa,
langkah kakinya secara tidak sadar telah mengeluarkan suatu
langkah-langkah yang sangat aneh yang dipelajari kemarin
malam ditengah hutan menurut lukisan lingkaran sebanyak
tiga puluh enam buah itu, sedang diriya entah secara
bagaimana dan entah dengan cara apa namanya ternyata
hanya cukup dua langkah saja telah berhasil bergeser
kebelakang tubuh sipengemis cilik itu.
Melihat hal itu dia manjadi amat girang sambil mencubit
keras keleher sipengemis itu ujarnya."Kau boleh galak, sekarang galaklah kepadaku"
Kakek tua aneh yang berada disamping begitu melihat
langkah ajaibnva segera teriaknya.
"Ha . . . bocah pencuri kerbau tak ku sangka kalau kaupun
merupakan jago dari dunia kangouw ilmu Iangkah ajaib Sah
cap lak Thian Kang Hwie Sian Poh atau tiga puluh enam
langkah badai memutar ternyata kau telah memahaminya,
tentunya kau ahli waris dari Lie Loo jie Tun si pay, kalau tidak
tentu murid dari pedagang terkutuk itu."
Sipengemis cilik itu setelah dicubit sekali oleh Liem Tou dari
belakang tubuhnya semakin gusar sekali, tapi baru saja dia
hendak memutar tubuhnya sejak tadi Liem Tou telah memutar
lagi kebelakang tubuhnya.
llmu silat dari partai Kiem Tian Pay dari telaga Auh Hay
selamanya mengandalkan ilmu jari serta ilmu meringankan
tubuhnya sehingga bisa menjagoi selururuh Bu-lim, bahkan si
pengemis itu mempunyai kedudukan yang sangat terhorrmat
di dalam partai Kim Tian Pay sehingga bolehh dikata dia telah
mewarisi seluruh kepandaian dari partai itu, siapa tahu ini hari
ternyata telah terpedaya dibawah tangan seorang pencuri
kerbau seperti Liem Tou itu, mana mungkin dia tidak gusar
benar-benar" Didalam headaan yang sangat cemas itu memandang
sipengemis cilik itu mendapat akal, segera dia mengerahkan
ilmu meringankan tubuhnya dan meloncat keatas tonggak
diatas penjara itu, kelihatannya dia siap hendak menubruk
kebawah. Terdengar kakek aneh itu mendadak mengeluarkan suara
tertahan lagi, agaknya secara tak sadar terus rnemperingatkan
keadaan yaug sangat bahaya bagi keselamatan Liem Tou.
Sebenarnya Liem Tou sendiri memangnya tak memiliki
kepandaian silat sedang jurus-jurus yang dilancarkan juga
merupakan ketepatan saja kini ketika telah menjerumus
kedalam keadaan yang sangat kritis itu barulah sadar kembali
dan memandang tajam keatas tiang tonggak diatas ruangan
itu sedang dalam hatinya merasa amat cemas.
Terpaksa dia hanya dapat berlari secara ngawur didalam
ruangan penjara itu agar sipengemis itu tIdak dapat turun
kembali. Pada air mukanya sekalipun Liem Tou kelihatan ketololtoiolan
padahal seperti perkataan dari si siucay buntung itu dia
merupakan seorang yang amat cerdik dan memiliki bakat yang
sa?ngat bagus sekali. Sambil berdiri mengitari ruangan penjara itu dia terus
menerus berpikir mencari daya untuk meloloskan diri,
mendadak pikiraanya berkelebat suatu cara yang bagus
teringat olehnya akan perkataan dari kakek tua yang aneh itu,
mendadak bentaknya dengan keras.
"Aku ahli waris dari Thiat sie poa takkan takut padamu,
sekalipun kau merupakan orang partai dari Kiem Tian Pay
paling banyak aku akan bertempur mati-matian melawan kau."
Sehabis berkata ternyata dangan mengarah tepat dibawah
sipengemis cilik itu dia membaringkan dirinya, sedang hawa
murninya segera dipusatkan pada perutnya hingga
mengembung besar ujarnya lagi.
"Marilah kalau kau benar-benar punya kepandaian turunlah
untuk coba-coba kelihayanku,"
Perbuatan dari Liem Tou kali ini ternyata mendatangkan
hasil, sipengemis itu tak dapat meraba apa yang hendak
diperbuat olehnya ternyata tak berani menggunakan
nyawanya sebagai taruhan untuk menerjang turun kebawah
terpaksa dengan sangat mangkal mendelik memandang
kearah Liem Tou dari atas tiang penjara itu.
Bersamaan pula kakek aneh itu juga tidak berteriak lagi,
terdengar dia seorang diri gumamnya.
"Bagaimara ini bisa jadi ?" Jika dilihat cara mengerah
tenaga barusan ini terbukti sangat jelas sekali kalau
merupakan ilmu pernapasan dari perguruanku, apa mungkin
Lao jie yang mewarisi padanya ?" Tidak benar, Tidak benar.
Kalau memangnya Loo jie yang mewarisi dia dalam ilmu
pernapasan itu dia tak mungkin akan mengangkat pedagang
terkutuk itu menjadi gurunya. Kalau demikian adanya tentu
dia merupakan ahli waris Lie Loo jie dari partai Tun Si Pay,
hanya dari kitab pusakanya saja barulah termuat berbagai
macam ilmu silat dari setiap partai. Tapi .. tapi, kenapa dia
mengaku sebagai anak murid dari pedagang terkutuk itu.
Mendadak tanyanya dengan keras.
"Hee.. bocah cilik pencuri kerbau, aku mau tanya padamu,
sebenarnya kau punya hubungan apa dengan Lie Loo jie dari
partai Tun Si pay itu Mendengar pertanyaan itu diam-diam pikiran Liem Tou
mulai bekerja, "urusan telah menjadi begini, aku seharusnya
mengatakan kalau kepandaianku semakin tinggi semakin baik
bilamana kakek aneh ini menyebut Lie Loo jie dari partai Tun
Si Pay itu tentunya dia merupakan seorang yang memiliki
kepandaian sangat tinggi aku tak dapat melepaskan
kesempatan ini" Berpikir sampai disini segera sahutnya dengan cepat.
"Dia adalah paman Lie Ku."
"Ooooh kiranya begitu."
Si pengemis cilik yang mendengar perkataan itu diatas
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tonggak kayu segera memejamkan matanva tak membuka
mulut lagi ketika memandang lagi kearah Liem Tou terlihatlah
perutnya masih tetap mengembang besar dan berbaring
diatas tanah, keadaannya mirip sekali dengan mayat yang
ditemukan tenggelam dalam laut.
Sekarang dia tak ingin bergebrak mati-matian melawan
Llem Tou lagi, mendadak sambil tersenyum ujarnya.
"Sudahlah Tou Loo te. Kau jangan membuat aku tertawa
sampai mati, cepat bangun, aku takkan memukul kau lagi "
Liem Tou yang berbaring diatas tanah, mana mau percaya
terhadap perkataaanya sahutnya dengan cepat,
"Kau turunlah terlebih dulu."
Terpaksa sipengemis cilik itu meloncat terlebih dulu dari
samping sedang pada saat itu dalam hati pikir Liem Tou.
"Hm. . . aku harus memperlihatkan sediklt kelihayanku
dihadapan sipengemis busuk itu agar dia tak berani terlalu
memandang rendah diriku lagi."
Mendadak hawa murni yang dikumpulkan perutnya itu
dikerahkan keatas. "Braaaak..." genting ruangan penjara itu segera dipukul
oleh hawa murninya hingga menimbulkan sebuah lubang yang
sangat besar, debu beterbangan mengotori empat penjuru
sedang orang orang yang berada disanapun sangat terkejut
akan kelihayannya itu. Setelah itu baru Liem Tou dengan
perlahan bangkit berdiri.
Melihat kejadian itu dalam hati si pengemis cilik itu merasa
sangat terperanjat, pikirnya.
"Untung saja aku tak sampai bergebrak melawan dia, kalau
tidak susah juga. . ."
Tidak selang lama, matahari sudah terbenam diarah barat
sedang malampun telah tiba.
Dengan melototkan matanya kakek aneh itu tiba2
memanggil diri Liem Tou sambil ujarnya:
"Dua buah kitab pusaka didalam dunia ini kini yang satu
telah didapatkan oleh Lie Loo jie, apa mungkin kau datang
kedalam penjara ini bertujuan meminta kitab pusaka yang
satunya lagi?" Pada saat ini Liem Tou telah amat terkejut serta kagum
terhadap kakek aneh itu kini mendengar perkataan itu itu
dengan gugup sahutnya: "Mana aku berani, aku benar benar dikarenakan orang lain
menganggap aku telah mencuri kerbaunya hingga ditangkap
dan dimasukkan kedalam penjara, mana aku berani punya niat
serakah terhadap barang dari cianpwee?"
"Ehm. . sahut kakek aneh itu perlahan kemudian ujarnya
lagi. "Kalau begitu kau kemarilah "
Liem Tou tahu kalau kakek aneh itu sekalipun memiliki
kepandaian silat yang sangat tinggi tapi tak dapat digunakan
lagi, dengan membesarkan nyalinya dia berjalan
mendekat.Tidak disangka baru saja dia menggerakkan kakinya
untuk bergerak maju dari depan penjara itu berkumandang
suara gemerisik yang sangat nyaring kemudian disusul dengan
suara tertawa tergelak yang sangat keras, ujarnya.
"Hek Lootoa.. kiranya selama puluhan tahun ini kau telah
menyembunyikan diri ditempat ini tak dapat disalahkan iagi
kalau aku tak berhasil mendapatkan dirimu. Kawan karibmu
dari gunung Im San datang menyambangi."
Mendengar perkataan itu kakek aneh itu merasa amat
terkejut, air mukanya berubah hebat sedang rambutnya pada
berdiri menahan kegusarannya. Mendadak bagaikan orang gila
tubuhnya meloncat keatas beberapa depa tingginya, belum
saja tubuhnya mencapai tanah tiba-tiba dengan mengeluarkan
suara kesakitan tubuhnya rubuh keatas tanah katanya dengan
gusar makinya: "Kalian enyahlah dari sini, tempat ini tidak ada yang
bernama Hek Lootoa, Hek Lootoa sudah mati"
Sipengemis cilik yang setelah meloncat turun dari atas
tonggak sebenarnya sedang menyulut lampu pada saat itu
dengan cepat meniup padam lampu itu sambil ujarnya dengan
perlahan. "Aku bilang Loo toa, lebih baik cepat-cepat ambil keputusan
didalam hatimu dan serahkan kittab pusaka To Kong Pit Liok
itu kepadaku. 0rang yang berada diatas genting saat ini
adalah Kioe Long dari gunung Im san didaerah Mo Pak. Bila
benar-benar dia yang datang mungkin juga si Wan Kouw juga
ikut datang, aku dengar kedua orang itu sangat jarang
memasuki daerah Tiouggoan, kali ini mereka datang juga
tentu ada urusan yang penting. He "tindakan dari Kioe Liong
Wan Kouw sangat kejam dan gusar, lebih baik kau pikir lebih
masak !agi." Kakek aneh itu hanya mendengus dingin saja sedikitpun
tidak memberikan jawabannya.
"Saat ini !" ujar sipengemis cilik itu lagi. "bilamana kau mau
menyerahkan kitab pusaka itu aku masih bisa menolong kau
untuk keluar dari penjara ini, tetapi sejenak lagi kemungkinan
sekalipun aku sanggup juga belum tentu punya tenaga yang
besar untuk menolong kau kini cepatlah ambil keputusan"
Mendengar perkataan itu kakek aneh tersebut semakin
gusar, bentaknya dengan keras.
"Cepat kau menggelinding dari sini."
Tiba-tiba orang yang berada diluar penjara itu telah
melanjutkan lagi ucapannya.
"Hek Loo toa, cara bekerja serta sifat dari aku Kioe Long
dari gunung Im San tentu kau telah sangat jelas sekali ini hari
aku telah berhasil menemukan dirimu bilamana kau ingin
mengenyahkan diriku dengan gampang sebenarnya bukan
sebuah urusan yang amat susah asalkan kau mau
memperlihatkan sekejap kitab pusaka yang kau dapatkan itu,
aku akan segera pergi dari sini dan tidak akan menyusahkan
dirimu lagi." Saat itu tiba-tiba terdengar suara dari seorang wanita
menyambung ucapan itu. "Benar, Hek Loo toa - - - sekalipun boleh dikata kita tidak
punya hubungan persahabatan yang sangat erat tetapi juga
pernah bertemu beberapa kali, ini kali kami banya ingin
meminjam sebentar apa kau merasa keberatan?"
"Loo toa kau dengar dengan jalas bukan?" ujar sipengemis
kecil itu dengan suara yang perlahan sambil melirik sekejap
kearahnya. "Bukankah perkataanku sedikitpun tidak salah"
Kioe Long Wan Kouw selamanya tidak pernah melakukan
gerakan dan pekerjaan dengan seorang diri, sekarang coba
kau akan menggunakan cara apa untuk menghadapi mereka
berdua"." Kakek aneh itu masih tetap tidak memperdulikan diri
sipengemis cilik itu, sedang pada saat itu Kioe Long yang
berada diatas genting ruangan penjara itu sudah tidak sabar
lagi, dengan berat ujarnya.
"Hek Loo toa, kau sebenarnya hendak berbuat bagaimana"
Aku Kioe Long merupakan seorang berangasan yang sudah
terkenal, he he he .. aku tidak akan sabar untuk menanti lebih
lama lagi." Entah kenapa tiba-tiba kakek aneh itu memandang dengan
tajam kearah sipengemis cilik itu agaknya pikirannya telah
berubah tanyanya. "Apa benar kau menginginkan kitab pusaka To Kong Pit
Liok itu" Aku akan memberitahukan padamu, benda aneh
yang terdapat didalam dunia ini pasti terdapat pemilik yang
sebenarrya, bilamana bukannya pemilik yang sesungguhnya
maka mendapatkan benda itu sama saja dengan
mendatangkan . . . bencana untuk diri sendiri, kau apa sudah
pikir masak-masak menghadapi bencana-bencana tersebut",
Hmm.. " Si pengemis cilik itu begitu mendengar ucapan dari kakek
aneh segera tahu kalau dia punya niat untuk menyerahkan
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu kepadanya, tak terasa lagi
menjadi sangat girang, cepat sahutnya.
"Loo cianpwee punya perintah apa, boanpwee tentu akan
melaksanakannya tanpa membantah."
"Sebelum kita membicarakan kitab pusaka itu terlebih
dahulu aku hendak memberitahukan padamu dengan jelas.
Bilamana kau berhasil mendapatkan batok kepala dari Kioe
Long serta Wan Kouw sehingga dapat membasmi dua orang
penjahat dari dunia ini maka Loolap akan segera menyerahkan
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu kepadamu tanpa
membantah, bagaimana kau sanggup?"
Mendengar perkataan itu air muka sipenge?mis cilik itu
sedikit berubah, ujarnya.
"Ini , .ini... ?"
Dengan keras barkata kakek aneh itu lagi.
"Kalau kau tidak sanggup untuk melaksanakan tugas ini
lebih baik sekarang juga menghilangkan pikiran itu dan cepat
pergi dari sini" Saking khekinya air muka si pengemis cilik itu telah
berubah menjadi merah padam, sambil mendepak kakinya
keatas tanah sahutnya: "Baiklah." Dangan cepat dia membuka pintu penjara dan meloncat
kaluar. Tidak selang lama diatas atap penjara itu agaknya
terdengar orang yang bergerak disertai dengan suara
bentakan yang tidak henti-hentinya. Sejenak kemudian
terdergar suara terbentaknya senjata tajam sehingga suasana
amat ramai. Saat itulah kakek aneh itu tertawa terbahak-bahak ujarnya
terhadap Liem Tou. 'Cepat tutup penjara itu, kau masih tunggu apa lagi?"
"Hanya demikian saja bisa menahan serangan mereka?"
diam-diam pikiran Liem Tou terus berputar.
Tetapi dia tidak mengucapkan apapun dengan mengikuti
permintaannya mengunci pintu penjara tersebut. Siapa tahu
pada saat itu juga mendadak terdengar suara tertawa
terbahak dari si siucay buntung serta Thiat Sie sianseng, ujar
si Thiat Sie poa itu dengan keras.
"Hee siucay buntung Loo te, aku bilang disini telah ada
yang mendahului kita tidak salah bukan". Haa . . , kiranya
sepasang binatang itu , bagaimanapun juga bangsa binatang
jauh lebih tajam penciumannya dari manusia."
Tidak disangka baru saja dia mengucapkan perkataan itu,
Liem Tou telah mendengar lagi seorang yang memiliki suara
yang serak tapi keras melanjutkan lagi.
"Si siucay bunting Loo te, tidak disangka aku yang
merupakan seorang yang cerdik kini telah menjadi demikian
tololnya. Sie poa dari pedagang terkutuk itu selamanya hanya
menghitung yang masuk dan tidak akan menghitung yang
keluar, apa kau tidak tahu bilamana jalan bersama dengan dia
selamanya tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun?"
"Heee, kamu pengemis pemabok yang tldak mati-mati,
bukannya pergi menangkap cacing, laba-laba serta kodok
untuk teman arakmu, kini lari kemari mau apa?" balas si
siucay buntung itu. Mendengar suara itu Liem Tou segera tahu kalau
sipengemis pemabokpun telah tiba, diam-diam pikirnya.
"Malam ini selain Koen Long Wan Kouw yang datang
terlebih dahulu, Tionggoan Ngo Koay telah hadir tiga orang,
aku kira didalam sekejap lagi kaum jago dari dunia kangouw
tentu akan bertambah banyak yang sampai didini.
Pertempuran sengit ini tentu segera menarik sekali."
Saat dia sedang melamun itulah tiba tiba terdengar suara
panggilan dari kakek aneh itu:
"Bocah cilik cepat kemari"
"Cian pwee mau member perintah apa lagi?" tanya Liem
Tou dengan kaheranan tetapi kakinya tetap berjalan
mendekati kaarahnya. Agaknya kakek aneh itu mau mengucapkan sesuatu tetapi
dibatalkan kembali, hanya sepasang matanya dengan sangat
tajam memandang kearah Liem Tou, mendadak dia menunjuk
kedepan tubuhnya sambil ujarnya dengan perlahan:
"Kau duduklah disini, dan cobalah mengerahkan tenaga
murnimu untuk aku lihat."
Liem Tou ketika melihat air muka kakek aneh itu sangat
serius dan kerena sekali dia tidak berani membangkang,
dengan mengikuti perintahnya dia duduk didepan tubuhnya
kemudian mulai memusatkan selurah hawa murni dalam
pusat. Dengan perlahan kakek aneh itu meletakkan tangannya
diatas perutnya kemudian ujarnya lagi:
"Bagus, sekarang mulailah."
Liem Tou segera mengikuti cara mengerahkan tenaga
murni yang dipelajarinya dari kitab peninggalan ayahnya itu,
dengan cepat dia menarik napas panjang panjang sehingga
membuat perutnya membesar seperti bola setelah itu ditarik
kembali seperti biasa. Tidak disangka kakek aneh itu tertawa
terbahak ujarnya. "Aku kira kitab pusaka"Tou Loo Cin Keng" benar benar
memuat berbagai jurus silat dari semua aliran, tidak disangka
ternyata hanya begini saja, boleh dikata aku orang tua tidak
sia sia mengetahui rahasia ini sehingga matipun tidak sayang"
Liem Tou yang melihat sikapnya itu menjadi bingung dan
tidak tahu sedang berbuat apa dia itu, kakek aneh itu setelah
tertawa keras beberapa saat lamanya barulah berhenti dan
tanyanya lagi. "Lie Loo Jie dari partai Tun Si Pay apa benar merupakan
pamanmu" Aku dengar sipedagang terkutuk itupun kini telah
tiba disini apa dia benar benar suhumu?"
Tadi Liem Tau secara ngawur mengaku sebenarnya hanya
bertujuan menipu sipengemis cilik itu saat ini urusan telah
berlalu sehingga untuk berbohong baginya tidak berguna lagi,
akhirnya dengan terpaksa dia menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. 'Oooh..begitulah agaknya" sahut dari kakek yang aneh itu
setelah dia mendengar kisah yang sesungguhnya dari Liem
Tou ini, kali ini dia tidak berani tertawa lagi. Setelah
termenung berpikir keras beberapa saat lamanya barulah
ujarnya dengan perlahan. "Apa kau mau meminjamkan kitab pusaka peninggalan
ayahmu itu untuk aku lihat sebentar?"
Begitu perkataan ini keluar dari mulutnya, Liem Tou segera
merasakan serba susah, oleh karena pesan terakhir dari
ayahnya meninggalkan wanti-wanti pesan baginya untuk tidak
secara sembarangan memperlihatkan kitab pusaka itu kepada
siapapun juga.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek aneh itu begitu melihat sikapnya yang serba salah
segera mengira kalau mungkin dia merasa kuatir terhadap
dirinya, dan ujarnya. "Kau tidak usah merasa kuatir, Loo lap jadi orang
selamanya pegang janji apa lagi seluruh jalan darah
terpenting ditubuh Loolap telah di totok oleh orang lain
sedang urat nadi kakipun telah dipotong bagaimana Loolap
berani punya niat serakah?"
"Cianpwee telah salah menduga" sahut Liem Tou.
Bukannya aku punya maksud demikian hal ini tidak dapat
dilakukan karena menurut pesan yang ditinggalkan ayahku
almarhum tidak memperkenankan aku untuk meminjamkan
kitab ini kepada orang lain secara sembarangan.
Mendengar perkataan ini diam-diam pikir kakek aneh itu.
"Ternyata bocah cilik ini benar-benar jujur dan menurut
perkataan, orang ini patut dipuji"
Berpikir sampai disitu segera ujarnya.
"Sebenarnya Loolap tidak punya maksud untuk memaksa
orang lain, tetapi jika didengar dari perkataanmu agaknya kau
sama sekali tidak paham terhadap isi dari kitab pusaka Toe
Loo Cin keng itu kini kau perlihatkan kepadaku bila buku itu
benar benar asli kemungkinan sekali kepandaian yang
terdapat didalamnya aku pernah melatihnya dengan
meminjam kesempatan ini aku akan menurunkannya padamu,
perkataan dari Loolap ini surgguh sungguh dan tidak akan
membohongi dirimu." Pada saat itu orang orang yang berada diatas atap penjara
itu agaknya telah mencapai pada sengit sengitnya bertempur,
bahkan kedengarannya telah bertambah lagi dengan beberapa
jago, suara bantakannya disertai dengan suara angin pukulan
semakin santar, membuat suasana semakin kacau.
Diam diam Liem Tou memikirkan perkataan dari kakek
aneh itu dan merasakan kalau perkataannya sedikitpun tidak
salah, segera dia tidak kukuh lagi dengan pendiriannya, dan
mengambil keluar kitab pusaka itu untuk diperlihatkan pada
sikakek aneh. Setelah dia menerima kitab itu segera terlihatlah perasaan
yang sangat bergolak, sepasang tangannya terlihat sedikit
gemetar, sedang dari sepasang matanya memancarkan sinar
yang sangat tajam, didalam kegelapan itulah selembar dami
selembar dibukanya, semakin dia melihat isi dari kitab itu
gemetarnya semakin keras hingga akhirnya giginyapun
gemerutuk dengan kerasnya, tiba tiba bentaknya dengan
keras: "He ... aku Hek Loo- toa sekalipun harus mati juga akan
mati dengan meramkan sepasang mataku ."
Sehabis berkata, buku itu segera diangsurkan ditangan
Liem Tou sambil ujarnya. "Keuntunganmu tidak kecil, mulai saat ini aku akan
memberitahukan rahasia dari ilmu pernapasan yang termuat
didalam kitab pusaka itu, tetapi yang kuketahui juga tidak
lebih hanya sebagian dari "Ilmu pernapasan" tersebut oleh
karena ilmu tersebut merupakan ilmu dari perguruanku
sehingga aku baru dapat mewariskannya padamu, tetapi
sisanya harus melihat kau punya kepandaian serta kecerdikan
untuk mempelajarinya".
Liem Tou berdiam diri mendengarkan saluruh uraiannya.
Sekonyong konyong dari luar penjara itu terdengar suara
teriakan orang yang sangat ramai kemudian disusal dari luar
jendela itu bermunculan sinar api yang menerangi tempat itu,
bahkan ada yang berteriak teriak.
"Tangkap penjahat, tangkap penjahat, ada penjahat berani
mengacau pengadilan."
Mendengar teriakan itu Liem Tou segera tahu kalau orang
orang yang sedang bertempur diatas genting itu telah
mengejutkan pengawal dari pengadilan itu sehingga mereka
terjaga dan mengadakan pengepungan disekeliling tempat itu.
Kakek aneh yang mendengar suara itu segera terlihatlah air
mukanya berubah menjadi kehijau-hijauan, dengan cepat
ujarnya pada Liem Tou. "Loo jie bila tahu jejak Loolap telah diketahui oleh orang
lain, tentu tidak akan melepaskan diriku lagi, kini waktunya
tidak banyak lagi cepat pusatkan seluruh perhatianmu untuk
mendengarkan penjelasan dari diriku."
Dengan tergesa gesa Liem Tou metnusatkan seluruh
perhatiannya untuk mendengarkan penjelasan dari ilmu
pernapasan itu urusan yang semula diketabui hanya setengah
saja kini setelah mendapatkan penjelasan dari kakek aneh itu
menjadi bertambah paham. Tidak lama kemudian kakek aneh itu telah selesai
menjelaskan inti sari semua rahasia dari ilmu pernapasan
sedang Liem Tou sendiripun semakin paham terhadap ilmu
itu, tak terasa lagi pada wajahnya menampilkan perasaan
yang amat girang. Tidak disangka kakek aneh itu mendadak melototkan
sepasang matanya, dengan gusar bentaknya pada diri Liem
Tou. "Bocah yang tak tahu diri kau jangan merasa bangga
terlebih dahulu, ilmu yang tersebut di dalam kitab pusaka Toa
Loo Cin Keng ini sangat luas sekali sehingga laksana samudra
luas. Apa yang aku Hek Loo toa turunkan pada mu tak lebih
hanya merupakan ilmu dari aliran hitam terhadap dirimu
sebenarnya hanya akan membawa celaka saja hanya
dikarenakan waktu yang amat mendesak untuk sementara
waktu masih bisa digunakan untuk melindungi diri sendiri
bilamana kau menginginkan nama yang cemerlang didalam
Bu-lim dan menjadi seorang jago yang tanpa tandingan
sebenarnya harus melihat kejodohanmu sendiri, kau sekarang
tidak perlu girang dulu."
Dengan cepat Liem Tou menarik kembali perasaan
girangnya, dengan serius sahutnya.
"Silahkan cianpwee memberikan petunjuk."
Sikap dari kakek aneh itu semakin bertambah serius dan
keren, lama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun juga.
Diam-diam dalam hati Liem Tou berpikir: "Kenapa dia harus
berbuat demikian?" Tiba-tiba terdengar kakek aneh itu bergumam sendiri:
"Mo Ku Tiauw Cong Ci cien Tong.."
Sejak kecil Liem Tou telah belajar ilmu surat dari ayahnya
Liem Han San oleh sebab itulah terhadap segala syair maupun
pantun dia paham benar-benar, begitu mendengar perkataan
itu dengan cepat perasaan herannya memenuhi seluruh
otaknya, pikirnya: "Kenapa tidak ada angin tidak ada hujan dia membaca syair
dari Tong Po Ci Su?"
Karena perasaan keheranan itulah tak terasa olehnya telah
menyambung syair selanjutnya. "Pit Hun Kong Cen Tui Jan
Kang . . " Kakek aneh itu ketika mendengar syair selanjutnya ini
mendadak sepasang matanya melotot keluar, dengan cepat
lanjutnya lagi: "Pek Hwie Sian Po Tong Ang Hwie"
"Wu Ting Siauw Soat Ta Cuang.."
Tidak disangka baru saja dia selesai mengucapkan syair itu,
mendadak kakek aneh itu dengan cepat meloncat bangun
sambil bentaknya dengan keras:
"Siapa kau?" Didalam keadaan yang terkejut itulah tidak terasa lagi Liem
Tou mengundurkan diri dua langkah kebelakang dan dengan
tertegun memandang kearah air muka kakek aneh telah
berubah menjadi sangat menyeramkan itu, mana dapat
memberikan jawabannya. Ketika kakek aneh itu melihat Liem Tou sama sekali tidak
memperlihatkan sikap permusuhannya mendadak dia tertawa
sedih kemudian duduk kambali ditempat semula dan
memejamkan sepasang matanya.
Pada ketika itulah diluar penjara terdengar suara yang
sangat berat berkumundang datang.
"Loo toa . . Loo-toa .tiga tahun siksaan pecut ternyata
belum juga membuat kau benar-benar takluk kepadaku,
janganlah kau menyalahkan aku Loo Jie akan turun tangan
lebih kejam dan ganas lagi. Sebenarnya kau mau
menyerahkan kitab pusaka To Kong pit Liok itu atau tidak?"
Ketika mendengar perkataan dari orang itu segera
terlihatlah orang aneh itu membuka matanya lebar lebar,
tetapi Liem Tou yang berdiri disampingnya dapat melihat
seluruh tubuhnya gemetar tak henti hentinya sedang giginya
gemerutuk dengan kerasnya, dengan cepat Liem Tou
mendekati tubuhnya sambil tanyanya, "Siapakah dia?"
Siapa tahu kakek aneh itu ternyata telah mendorong tubuh
Liem Tou dengan kerasnya sambiI ujarnya.
"Pergi ". pergi .!"
Liem Tou tidak tahu akan sebabnya tetapi dia tahu tentu
telah terjadi sesuatu peristiwa. Diam diam dia mulai
menggeserkan dirinya ke sudut penjara itu pada ketika itulah
dari atas genting telah terdengar suara pembicaraan dari Kioe
Long yang sedang berteriak:
"Hee .. . Hek Loo Jie, kau jangan ikut campur."
"Didalam daerah Ciong ling ini aku tidak akan membiarkan
Im San Siang Koay membikin huru hara, cepat kau
bergelinding dari tempat ini" bentak orang itu dengan
gusarnya. Dibentak seperti itu Kioe long itu segera tertawa dingin
yang tidak enak didengar membuat seluruh bulu kuduk Liem
Tou pada berdiri, terdengar dengan sangat dingin ujarnya.
"Hek loo Jie, tidak disangka hanya berpisah selama
beberapa tahun saja kini kami harus memandang dengan cara
lain kapadamu." Tiba tiba dengan gusar tambahnya lagi.
"Hek Loo Jie apa kau dapat melakukannya" Kau bangsat
cilik yang tidak tahu budi, semua orang didalam dunia ini
boleh kau basmi tetapi tak akan seorangpun yang mau
memandang wajahmu lagi."
Agaknya Si Hek Loo Jie itupun telah dibuat gusar oleh
perkataannya sambil membentak keras dia melancarkan
serangan dahsyat. Serunya.
"Hee - - he - - lihat pukulan."
Suara perkataan baru saja berhenti sagera terdengar suara
bentrokan yang amat dahsyat membuat atap pada rontok
kebawah. Kioe Long itu tertawa aneh lagi, kemudian diikuti dengan
suara suitan nyaring yang memekikkan telinga memecahkan
kesunyian, menembus awan, dengan gusar bentaknya lagi.
"Hek Loo jie, kami lm San Siong Kioe Long selamanya
selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan perkataan. Ini hari
kami telah turun tangan sebelum mencapai hasil tidak akan
mengundurkan diri. Hmm sampai waktu itu janganlah kau
manyalahkan aku Kioe Long turun tangan terlalu kejam
sehingga membasmi habis pengawal pengawal kerocomu itu."
Ternyata suara ucapan itu baru saja selesai dari tempat
kejauhan berkumandang datang suara suitan panjang yang
amat nyaring, diikuti dengan suara suitan pertama yang makin
lama makin jauh. Liem Tou yang sedang mendengarkan dengan penuh
perhatian itu tiba-tiba dibuat kaget oleh perkataan kakek aneh
itu ujarnya. "Loo Jie telah dipancing pergi oleh Kioe long, bocah cilik itu
cepat kemari, aku akan menurunkan beberapa macam ilmu
pukulan kepadamu, asalkan kau bisa belajar rajin pada
kemudian hari sekalipun dikejar oleh Loo Jie pasti bisa
mempertahankan jiwamu"
Mendengar perkataan itu dengan cepat Liem Tou bangkit
berdiri tetapi baru saja berjalan satu langkah terdengar suara
jeritan ngeri dari pengawal yang berada diluaran, kemudian
disusul dengan suara sipengemis cilik itu yang sedang
membentak. "He .. Nenek kera ! turun tangan kejam ter?hadap
gentong-gentong nasi itu apa gunanya" Coba kau terima
pukulanku ini." Sejak sipengemis cilik itu keluar dari penjara mulai saat
itulah bagaikan batu yang tenggelam dalam lautan bebas,
sedikitpua tidak mengeluarkan suara, kini secara tiba-tiba
terdengar suaranya tak tarasa lagi ujar Liem Tou dengan
cepat. "Locianpwee coba kau dengar, dia benar-benar telah
bergebrak melawan orang orang itu."
Tetapi teringat pula akan Si siucay buntung, Thiat Sie
Sianseng serta pengemis pemabokan yang datang terakhir,
entah dimana mereka-mereka ini"
Baru berpikir sampai disitu langkah kaki pun tidak
terasakan telah menjadi lambat lagi, dengan sangat gusar
bentak kakek aneh itu. "Hei bocah cilik kau tidak bersungguh-sungguh hati,
jodohmu hanya sampai disini"
Mendengar ancaman itu dengan cepat Liem Tou lari
menghampiri kakek itu, siapa tahu sepasang matanya telah
dipejamkan rapat rapat, sekalipun Liem Tou telah berulang
kali memanggil Locianpwee tetapi kakek aneh itu masih tetap
berdiam diri tidak menjawab.
Saat itulah Liem Tou baru menyesal karena telah
menghilangkan kesempatan yang baik, terpaksa dia kemball
ketempat semula dan mulai bersemedi sesuai dengan
petunjuk dari kakek aneh itu.
Ternyata tidak salah, kali ini dia merasa jauh berbeda
dengan waktu semula, hawa murninya tidak mengumpul
didalam pusar lagi sebaliknya telah mulai menyebar keseluruh
tubuh sehingga terasa olehnya tubuhnya menjadi sangat
nyaman. Semula ketika Liem Tou mulai melakukan semedinya dia
masih dapat mendengar suara bentrokan senjata yang berada
diluar, tetapi lama-kelamaan akhirnya terasa seluruh tubuhnya
menjadi kosong, sehingga membuat lupa akan segala-galanya.
Keesokan harinya ketika dia mendusin kembali,
terdengarlah suara kokokan ayam yang memecahkan
kesunyian, sinar matahari dengan perlahan-lahan
memancarkan sinarnya menembus jendela penjara itu tetap
keadaan diluar penjara sangat sunyi, ketika dia mengalihkan
pandangannya terlihatlah kakek aneh itu masih tetap duduk
ditempat semula agaknya dia belum sadar dari pulasnya,
Jilid 4: Hek Loo toa meninggal...
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat dia merangkak bangun, terasa olehnya
seluruh tubuhnya merasa sangat nyaman, ketika melirik
kearah sipir bui itu terlihatlah dia masih mendengkur dengan
enaknya, dengan perlahan dia mulai berjalan keluar terlihatlah
diatas tanah darah segar berceceran memenuhi seluruh
ruangan, teringat kembali olehnya pengalaman kemarin
malam tak terasa bulu kuduknya pada berdiri.
Baru saja dia hendak melangkah keluar lagi tiba tiba
terdengar suara peringatan dari si pengemis cilik itu .
"Hei, pencuri kerbau cepat bersembunyi, Hek Loo jie mau
datang memeriksa tempat ini"
Mendengar perkataan itu dengan tergesa gesa Liem Tou
memeriksa sekeliling tempat itu tapi tetap tak melihat
bayangan dari sipengemis cilik itu, baru saja mau menyusup
mengundurkan dirinya kebelakang terdengar sipengemis cilik
itu berteriak lagi. "Keadaan disekeliling tempat itu sekarang sangat bahaya,
baik jago dari kalangan Hek to maupun dari kalangan Pek To
pada bersembunyi disekeliling tempat ini siap munculkan
dirinya, cepat kau balik bilang sama itu Hek Loo toa bilamana
nanti Loo jie datang memeriksa bui dia harus sedikit berhatihati
karena dia secara diam-diam mau turun tangan jahat
terhadap dirinya." Setelah mendengar perkataan itu tak tertahan lagi seluruh
tubuh Liem Tou gemetar dengan keras dia sama sekaIi tak
menyangka kalau di tempat yang semakin sunyi suasananya
keadaannya makin bahaya dan semakin mengerikan.
Dia tahu saat ini telah sangat mendesak sekali, dengan
tergesa gesa dia putar tubuhnya lari kesamping tubuh kakek
tua yang aneh itu sambil dorong tubuhnya serunya.
"Locianpwee cepat bangun, Locianpwee cepat bangun."
Pada saat yang bersamaan itu pula mendadak dari luar
penjara terdengar suara digetarkannya pecut kulit sehingga
mengeluarkan suara yang nyaring kemudian disusul dengan
teriakan seorang dengan suara yang amat keras.
"Pembesar kota datang mengunjungi penjaga bui harap
keluar menyambut" Dalam hati Liem Tou tahu dengan jelas yang dimaksud
sebagai pembesar kota itu tentunya bangsat Hek Loo jie itu,
hatinya semakin cemas tapi justru kakek aneh itu sudah di
dorong beberapa kali tetap saja tak mau sadar dari pulasnya
didalam keadaan yang sangat cemas dan terdesak itu dengan
tak memperdulikan peraturan serta adat istiadat lagi sepasang
tangannya mencekal batok kepala kakek aneh itu dan
menggoyang-goyangkan beberapa kali sedang mulutnya
teriaknya dengan keras. "Loocianpwee cepat bangun, apa kau tak ingin nyawamu."
Saat itulah dengan perlahan kakek aneh itu baru sadar
kembali dari pulasnya, sambil me-mandang kearah LiemTou
yang berdiri disampingnya dengan amat dingin ujarnya.
"Siauwcu kau tak bersungguh sungguh hati pikiranmu pun
tak menentu sekarang datang kesini mau apa ?"
Segera Liem Tou menyampaikan apa yang dikatakan
sipengemis cilik itu kepadanya, dalam hatinya dia mengira
setelah kakek aneh itu mendengar perkataan itu air mukanya
tentu akan berubah menjadi tegang.
Siapa tahu sesudah mendengar perkataan tersebut
keadaannya masih tetap saja seperti semula, sahutnya sambil
tertawa tawar. -Oooh. . . loo jie mau datang " Itulah sangat bagus sekali.
Aku Hek Loo toa sudah dapat melihat kedua buah kitab
rahasia didalam dunia ini sekalipun binasa juga rela."
Perkataan ini diucapkan dengan nada yang demikian
menyedihkan mcmbuat hati Liem Tou yang mendengar
disampingnya tak tertahan Iagi bergidik, tiba tiba sepasang
matanya yang sangat tajam itu dengan tak berkedip kedipnya
memandang sekejap kearah Liem Tou, tanyanya.
"Heei bocah cilik, kenapa kau demikian cemasnya?"
"Selama tiga tahun lamanya Loocianpwee merasakan
siksaan didalam penjara gelap serta merasakan penderitaan
pecut yang setiap hari menghajar tubuh cianpwee semuanya
ini tidak lebih hanya dikarenakan sejilid ilmu kitab silat yang
tak mau diserahkan kepada orang jahat, hal ini memang
membuat hati satiap orang merasa kagum juga merasa sedih
kini situasi telah demikian mendesak serta bahayanya kenapa
boanpwee tak ikut cemas melihatnya?"
Atas perkataannya ini rnenbuat air muka kakek aneh itu
segera berubah jadi sangat serius agaknya hatinya sangat
berterima kasih sekali atas ucapannya, sepasang matanya
bersinar dengan sangat tajam memandang muka Liem,
tanyanya kemudian: "Hei bocah cilik, perkataanmu ini apa sungguh-sungguh
keluar dari dasar hatimu " Hek Loo toa pada masa yang lalu
merupakan seorang iblis yang paling ditakuti didaerah Siok lo,
tapi benar-benar aku merupakan seorang yang patut dipuji
patut dikasihani?" Seseorang yang berhasil melepaskan dirinya dari kejahatan
dan kemhali kejalan yang benar bahkan telah melalui
penderitaan serta siksaan yang maha berat maka orang itu
secara tidak sadar akan, merasakan suatu pergolakan yang
hebat, begitu mendengar perkataan yang menghibur dirinya,
demikian juga halnya dengan Hek Iootoa ini sesudah dia
menderita siksaan selama tiga tahun lamanya achirnya dari
jalan yang sesat dia telah berhasil kemball kejalan yang benar,
dan kini setelah mendengar perkataan dari Liem Tou ini sudah
tentu hatinya segera bergolak dengan kerasnya.
Liem Tou yang melihat sikap dri kakek aneh itu tidak terasa
lagi menganggukkan kepalanya, sahutnya:
"Tidak salah, bukan saja boanpwee seorang diri yang
merasa kagum terhadap loocianpwee, aku kira sekalipun para
jago dalam dunia persiiatan pun seharusya menaruh rasa
kagum terhadap diri loocianpwee."
Semakin mendengar perkataan dari Liem Tou ini air muka
dari kakek aneh itu berubah semakin cepat, sebentar terlihat
perasaan girangnya sebentar lagi timbul perasaan ragu ragu
tetapi sepasang matanya dengan sangat tajam tetap
memperhatikan wajah Liem Tou.
Tiba tiba . , tangannya yang kurus kering itu diulur kedepan
mencekal kencang-kencang pundak dari Liem Tou, dari
kelopak matanya yang teJah menekuk kedalam itu secara
mendadak menetes keluar titik-titik air mata dengan derasnya,
sambil tertawa girang ujarnya.
"Hei bocah cilik, Hei bocah cilik apa sungguh sungguh
perkataanmu ini " Maukah kau ulang sekali lagi perkataanmu
itu ?" Ha ... ha . .Hek Loo toa tidak sia-sia menerima siksaan
selama tiga tahun ini,"
"Perbuatan dari cianpwee sedikitpun tidak salah,
bagaimana bisa bilang siksaan ini tidak sia-sia?".
Kakek anek itu dengan cepat melepaskan cekalannya dan
bangkit berdiri, mulutnya tetap tertawa ternahak bahak denga
kerasnya tetapi suara tertawa ini jika didengar didalam telinga
Liem Tou penuh mengandung perasaan sedih serta dukanya
yang amat sangat. Suara tertawa dari kakek aneh itu bukannya tambah
berhenti sebaliknya semakin lama suaranya semakin keras
pada saat itulah suara sambatan pecut diluar panjara berbunyi
kembali, Liem Tou menjadi sangat terkejut, teriaknya.
"Loocianpwee hati hati!, dia sudah hampir datang."
"Ha ha ha ha . . - Loo jie mau datang ?"" biar dia datang
aku tidak takut padanya lagi, aku tidak akan takut padanya
lagi." Sehabis herkata terlihatlah tubuhnya mendadak merendak
kebawah, sepasang tangannya dipentangkan keluar sedang air
mukanya berubah kembali menjadi amat seram, serius keren
serta menakutkan, sikapnya mirip sekali dengan seorang dari
angkatan yang lebih tua. Liem Tou yang melihat perubahan wajahnya menjadi
tertegun untuk beberapa saat lamanya sedang dalam hati
diapun semakin menghormat dan kagum lagi terhadap kakek
ini. Kakek aneh itu sesudah merentangkan tangannya terhadap
Liem Tou tiba tiba ujarnya.
"Kau perhatikanlah dengan teliti, inilah tiga jurus terakhir
yang merupakan jurus paling lahay dari ilmu Sam In Chiat
Cuang Cing atau ilmu telapak dingin penjebol hati yang telah
mengangkat namaku atau ilmu didalam Bu lim pada waktu
yang lalu, pada masa yang lampau suhuku hanya menurunkan
ilmu ini pada aku seorang saja Loo jie sama sekali tidak
mendapatkan, didalam kitab silat Toa Lo Cin keng sekalipun
terdapat juga ilmu ini tetapi tidak lebih juga garis besarnya
saja sadang perubahan yang penting justru tidak terdapat.
Sabenarnya aku tidak ingin menurunkan ilmu ini kepadamu
tetapi saat ini entah apa sebabnya aku sendiri juga tak tahu
mendadak telah berubah pendapat, sekarau kau lihatlah
dengan teliti." Tiba tiba telapak tangan kirinya didorong setengah
lingkaran kedepan kemudian sambil menebas ditarik
kebelakang kembali sedang tangannya, mendadak bagaikan
kilat cepatnya mambabat dari atas turun kebawah dengan
kerasnya, teriaknya dengan keras.
"Jurus pertama In Hun Put San atau sukma halus tidak
buyar" Diikuti tubuhnya berputar setengab lingkaran ditengah
udara, kedua buah pundaknya diangkat secara mendadak men
jatuhkan diri kebawah dan bersalto. Liem Tou yang melihat
disamping merasa sangat heran, diam diam pikirnya.
"Ilmu telapak macam apa ini?"
Pada saat ini pundak dari kakek aneh itu belum sempat
mencapai pada permukaan tanah tiba tiba pinggangnya
memutar ternyata bagaikan seekor ular menggeliat keatas dan
mumbul keatas dengan cepatnya, bersamaan pula sekarang
telapaknya didorong kedepan, teriaknya.
"Jurus kedua Ooh Koei Ciat Hun atau setan lapar menubruk
sukma." Sesudah itu dia berdiri tegak tak bergerak sedang napasnya
terengah engah, ujarnya lagi kepada Liem Tou.
"Jurus ketiga Chie Mey Hang atau siluman iblis bergoyang
baru dilakukan bilamana memiliki IImu meringankan tubuh
yang agak lumavan, kini otot-otot kakiku sudah diputar oleh
Loo Jie sekalipun dalam hati punya kemauan apa daya
kekuatan tidak memadainva, apa boleh buat.?"
"Hanya cukup sampai disini saja budi yang loocianpwee
sedikit kalau memangnya demikian biarlah boanpwee pada
kemudian hari belajar sendiri dari atas kitab silat Toa Loo Cin
Keng itu saja ." "Hmm " " sahut kakek aneh itu sambil mengangguk,
memang terpaksa harus berbuat begini.
Sehabis berbicara menundukkan kepalanya termenung
berpikir sebentar mendadak kepalanya diangkat memandang
wajah Liem Tou ujarnya dengan terengah engah.
"Sedang mengenai . .. mengenai tempat penyimpanan
kitab silat To Kong pit Liok .. "
Liem Tou begitu mendengar kalau kakek aneh itu ternyata
mau memberi tahu padanya tempat penyimpanan kitab
rahasia To Kong pit L,ok itu mcnjadi sengat girang sekalt dia
samna sekali tak pernah menyangka kalau dirinya bisa
kejatuhan untung yang demikian besar, tak tahan lagi
wajahnya memperlihatkan sikap yang sangat dan berubah
dengan hebatnya, sikap yang ketololan muncul kembali pada
wajahnya disaat amat tegang ini.
Baru saja kakek aneh itu mau mengucapkan sesuatu ketika
melihat sikap dari Liem Tou yang ketolol tololan itu mendadak
matanya dipejamkan kembali, sambil menggelengkan
kepalanya sahutnya, "Aku tidak akan bicara, siapa tahu kalau kau bocah cilik
mau juga dengan sipengemis busuk itu sesgaja datang
dengan bertujuan benda itu."
Liem Tou juga tidak dapat berbuat apa spa, sebenarnya dia
memang tidak punya minat un tuk mendapatkan kitab rahasia
ilmu silat ini, hanya saja karena secara kebetulan menemuinya
saja membuat hatinya merasa tertarik, kini dia tidak mau
bicara tentu dia juga tidak mau terlalu mendesak.
Pada saat ini suara gendereng berbunyi untuk ketiga
kalinya kemudian dari luar pen jara disusul dengan suara
bentakan keras, segera terlihat petugas penjara sebagai
petunjuk jalan membentang pintu penjara dan berjalan
masuk. Begitu kakek aneh itu melihat masuknya penjaga penjara
itu segera terlihatlah alisnya dikerutkan dalam dalam,
mendadak tangannya dengan keras mencengkeram tubuh
Liem Tou dan dilemparkan kearah pojokan yang gelap,
ujarnya. "Bocah cilik, disini tidak ada urusanmu lagi cepat pejamkan
matamu pura pura tidur."
Liem Tou yang didorong dengan tenaga besar oleh kakek
aneh itu segera terhuyung beberapa tindak kedepan baru
berhasil menegakkan tubuhnya kembali tetapi saat itu kakek
aneh tersebut memalingkan kepalanya memandang kearah
pintu luar penjara yang berjeruji besi itu sejak tadi telah
terlihat beberapa orang petugas penjara memasuki penjara
dan berdiri didepan dengan tegapnya.
Terpaksa Liem Tou mengikuti ucapannya duduk bersandar
dipojok dinding penjara tetapi hatinya tetap berdebar dengan
kerasnya, dia tahu kini tempat persembunyiannya dari Hek
Loo Toa telah diketahui orang lain kemungkinan sekali setiap
saat dia akan diculik untuk dibawa ketempat lain, kali ini Hek
Too Jie sendiri yang menjenguk kedalam penjara sudah tentu
dia tidak akan melepaskan dia dengan demikian mudahnya,
bahkan diluar penjara secara diam diam sudah ada beberapa
orang yang siap turun tangan, dengan demikian agaknya Hek
Loo-toa sukar untuk meloloskan diri dari bencana itu.
Berpikir sampai disai tidak tertahan lagi teriaknya.
"Cianpwe kau baik2 jaga diri" Didalam nada ucapan itu
agaknya masih mengandung maksud yang rnerdalam, kakek
aneh itu mendengar per kataannya segera menoleh tanyanya.
"Bocah cilik, kau bicara apa"."
Tidak disangka baru saja perkataannya selesai diucapkan
dua orang petugas penjara telah menggotong sebuah anggun
api yang sangat panas berjalan masuk kedalam penjara, api
yang bergolak didalam angun itu berkobar dengan sangat
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besarnya ditangan petugas penjara lainnya terlihatlah sebuah
japitan besi yang besar diangkat masuk pula, begitu melihat
melihat besar tersebut tat tertahan lagi Liem Tou serta kakek
aneh itu merasa bergidik sedang hatinya te rasa berdesir.
000O000 3 Pada saat itu sipir bui yang diberi obat tidur oleh pengemis
cilik mendadak dicekal oleh penjaga penjara itu kemudian
pipinya diga?plok dengan kerasnya terdengar suara yang
amat nyaring berkumanding datang tetapi dia masih tetap
belum sadarkan diri dari tidurnya yang sangat nyenyak .
Terdengar dari luar penjara seseorang telah berteriak
dengan keras. "Thay ya tiba."
Liem Tou segera menoleh memandang kearah sana
terllihatlah seorang lelaki berusia kurang lebih tiga puluh
tahunan dengan memakai kopiah pembesar serta jubah
pembesar dengan senyuman berjalan masuk kedalam penjara,
tubuhnya tak begitu besar sedang wajahya licin, diam diam
dalam hati Liem Tou berpikir.
"Jika dilihat dari sikapnya yang halus bagaikan seorang
siucai ini sedikitpun tidak mirip dengan penjahat yang suka
main bunuh tanpa pilih bulu"
Sebaliknya kakek aneh itu begitu melihat dia beralan masuk
sepasang matanya dengan sangat tajam memandang dirinya
tanpa berkedip, bahkan sepasang tangannya disiapkan
sehingga terlihatlab sepuluh jarinya yang runcing bagaikan
cakar garuda. Dengan langkah yang sangat perlahan sekali pembesar
kota itu setindak demi setindak berjalan mendekati arahnya
tetapi sepasang matanya tak memandang sekejappun
kearahnya, sebaliknya sepasang mata kakek itu tetap
memandang tak berkedip. Pembesar kota itu berjalan maju dua langkah lagi,
mendadak sambil balikkan tubuhnya dia membentak dengan
keras. "Kau mau brabuat apa?"
Jubahnya dikebitkan kemudian dibabat kebawah dalam
sekejap saja dia berhasil mencekal urat nadi dari tangan kiri
kakek aneh itu, serangan yang dilakukan didalam keadaaan
yang tidak terduga ini membuat Liem Tou yang hendak
disampingpun saking terkejutnya tak terasa Iagi keringat
dingin mengucur keluar dengan derasnya.
Kakek aneh itu mana mau menyerah dengans begitu saja
terdengar sambil membentak yang sangat mengerikan dengan
seluruh kekuatannya dia berusaha membebaskan urat nadinya
yang dicekal oleh pihak musuh ini, diam-diam Liem Tou
merasa amat cemas melihat keadaannya ini.
Tiba tiba tangan kanannya membalik dengan cepat salah
satu jurus serangan dahsyat dari ilmu telapak dingin penjebol
hati yakni jurus lh Hun Put San atau sukma halus tak buyar
dilancarkan kedepan, serangan ini dilakukan demikian
cepatnya sehingga sukar untuk dilihat dengan pandangan
mata biasa. terdengar pembesar kota itu menjerit kesakitan
tanpa bisa menghindarkan diri lagi dadanya kena hajar
serangannya yang dahsyat ini, sedang kakek aneh itu pun
dengan mengambil kesempatan ini melarikan diri kesamping.
Tetapi langkah kakinya kelihatan sedikit terhuyung huyung
sehingga sukar untuk berdiri tegak. Liem Tou yang
memandang wajahnya terlihatlah menjadi pucat kehijauhijauan
sungguh menakutkan sekali, dia tahu seluruh jalan
darah penting didalam tubuhnya telah tertotok ditambah lagi
serangan dilancarkan dengan sepenuh tenaga membuat dia
menjadi kehilangan keseimbangan.
Ketika memandang lagi kearah pembesar kota itu
terlihatlah sepasang tangannya mencekal kencang-kencang
dadanya, tetapi dari atas wajahnya yang putih halus itu
memancarkan sepasang sinar mata yang amat buas, melihat
hal itu diam diam pikir Liem Tou didalam hati.
"Hm . . bukannya saat ini Koay Loo tauw tak punya tenaga,
mana mungkin kau bisa hidup lebih lama lagi."
Pcmbesar kota atau si Hek Loo jie itu sesudah berdiri
beberapa saat lamanya saling berhadapan dengan kakek aneh
itu selangkah demi selangkah dia maju kembali dengan dingin
bentaknya. "Loo toa, aku memandang diatas hubungan persaudaraan
diantara kita memberikan kesempatan sekali lagi bagimu
untuk berpikir kau mau menyerahkan itu kitab atau tidak "
Sebentar lagi aku akan mengambil keputusan."
"Kau binatang yang tak tahu malu, enyahlah dari sini."
Hek Loo jie hanya tertawa dingin saja sama sekali tak ambil
perduii atas makiannya, sambungnya lagi.
"Siok To Siang Mo sudah terkenal sabagai penjahat gemar
bunuh orang, sekalipun kau tidak mau menyerahkan kitab silat
orang-orang dari dunia kangouw juga tidak akan mengampuni
dosa- dosamu ?" Sambil berkata setindak demi setindak Hek Loo jie mulai
mendekati tubuh kakek aneh itu lagi.
Liem Tou yang menyembunyikan dipojokan penjara,
dengan sangat jelas sekali melihat seluruh peristiwa yang
terjadi sejak dia melancarkan cengkeraman mencekai urat
nadi Loo-toa sampai saat ini dalam hatinya segera dia sadar
kalau dia merupakan seorang manusia yang berhati kejam,
licik serta banyak akal, saat ini sekali lagi dia melangkahkan
kakinya mendekati tubuh Loo toa, kebanyakan dalam hatinya
sudah mengandung maksud jahat.
Siapa tahu ketika Hek Loo jie itu melihat sipir bui masih
tidur terlentang dengan nyenyaknya itu, mendadak dia
barjalan kearahnya, sesudah memandang beberapa saat
kearahnya barulah dia mengulurkan tangan memeriksa
dadanya, bentaknya. "Seret dia keluar dari sini."
Sejak Hek Loo jie masuk kedalam ruangan penjara tak
seorangpun diantara penjaga bui itu yang angkat bicara,
agaknya mereka amat jeri terhadapnya,
Saat ini seorang diantara para penjaga itu menyahut dan
mulai berjalan keluar sambil menyeret sipir bui yang kekar
besar itu. Siapa duga begitu dia menyeret turun dari sipir bui itu Liem
Tou yang berada disamping hamper-hampir saja menjerit
keras saking kagetnya. Kiranya tubuh dari sipir itu begitu
digerakkan dari mulutnya mendadak menyemburkan darah
segar membuat penjara yang menyeret tubuhnya itu saking
terkejutnya hampir saja melemparkan tubuhnya.
Tetapi begitu dilihatnya Hek Lok Jie dengan mata yang
melotot sedang memandang kearahnya sekalipun mau
dilepaskan juga tidak berbuat demikian.
Dengan perlahan Hek Loo jie memutar tubuhnya kembali
kearah Loo-toa, bentaknya sambil tertawa dingin.
"Loo toa, bagaimana", aku lihat lebih baik kau serahkan
padaku saja." Kakek aneh itu tetap tidak mau menggubris dirinya dengan
tenangnya dia berdiri mematung ditempat.
Tiba-tiba sinar mata yang amat tajam dari Hek Loo-jie
dengan perlahan lahan mulai bergeseser kearah tubuh Liem
Tou yang bersembunyi dipojokan ruangan. Liem Tou yang
dipandang seperti itu tidak terasa lagi jadi meringkik saking
takutnya seluruh tubuhnya gemetar dengan sangat keras,
sedang dalam hatinya diam diam berteriak.
"Dia turun tangan padamu seperti juga pada saat turun
tangan pada sipir bui itu, aku harus menggunakan cara apa
untuk meladeni dirinya."
Tidak salah dengan langkah yang perlahan tapi mantap,
setindak demi setindak Hek Loo?jie mulai mendekati
tubuhnya, hati Liem Tou semakin bardesir bibirnya digigit
kencang kencang sedang dalam hatinya secara mendadak
teringat akan Lie Siauw Ie, doanya.
"Ie cici, kau dimana, aku adik Tou sekarang sedang
menemui bahaya! mungkin selama hidup kita tidak akan dapat
berjumpa kembali" Bersamaan waktunya pula sepasang kakinya yang lurus
kedepan ditarik kembali, sikapnya menjadi duduk bersila
sedang hawa murninya pun secara diam diam dipusatkan
pada pusarnuya siap menghadapi musuh, sehingga setiap saat
dapat melancarkan serangan untuk melindungi dirinya sendiri.
Saat itu Hek Loo jie semakin berjalan satu tindak
mendekat, hatinya semakin tegang satu kali lipat, tidak lama
kemudian jarak dariHek Loo jie dengan tubuhnya tidak lebih
tinggal tiga lima langkah lagi, seluruh bulu kuduknya menjadi
berdiri peluh dingin mengucur dengan derasnya sedang
sepasang matanya dengan melotot memandang tak berkedip
atas wajahnya, mana berani berlaku ayal didalam saat seperti
itu, teriaknya didalam hati.
"Jangan dekati aku .jangan dekati aku lagi.."
Waktu itu sekalipun jumlah orang yang berada didalam
penjara itu tidak sedikit tetapi suasananya sunyi senyap tak
terdengar suara sedikitpun juga, siapapun tidak berani
mengeluarkan suara sehingga keadaan pada saat itu ngeri
menyeramkan. Pada saat yang kritis itulah tiba tiba terdengar teriakan dari
kakek aneh itu dengan keras.
"Hei kau binatang, kau kira dengan bunuh babi jagal
kambing bisa membuat aku ketakutan", jangan mimpi!"
Suara makiannya makin lama makin keras, bentaknya lagi
dengan semakin keras. "Aka beri tahu hei binatang, sekalipun kitab silat To Kong
Pit Liok" aku beri padamu kau kira bisa dengan aman lolos
dari daerah Cong Ling ini?"
Mendengar perkataan itu, Hek Loo jie segera menghentikan
langkahnya dan membalik tubuhnya kembali, waktu itulah
Liem Tou baru bisa menghembuskan napas lega.
"He .. hei ..! bentak Hek Loo jie, apa maksud ucapan itu"
Apa mungkin sudah berubah maksud untuk menyerahkan
kitab silat itu padaku?"
Kakek aneh itu tertawa serak, dengan perlahan lahan
jarinya yang kurus kering ditudingkan keluar penjara sambil
ujarnya. "Sekalipun akal dan sifat diri Hek Loo jie sangat keji dan
kejam, dengan tersenyum bisa membunuh orang tetapi
selamanya terhadap kecerdikan serta akal dari Loo toa sangat
jeri sekali oleh karena itulah begitu Loo toa bicara demikian
diapun terpaksa secara diam diam mengambil kewaspadaan
lagi." Saat ini air muka Hek Loo jie berubah pucat kehijau
hijauan, hatinya setengah percaya setengah tidak terhadap
perkataan dari Lao toanya itu, sebentar sebentar dia
memandang keluar penjara sebentar lagi beralih memandang
terpesona keatas wajah Loo toa.
Air muka kakek aneh itu mendadak berubah menjadi amat
keren, bentaknya. "Kau mau coba coba ?"
Sesaat sesudah Hek Loo jie mendengar perkataan dari Loo
toanya itu sebenarnya didalam hatinya sudah timbul perasaan
curiga kini melihat sengaja dia memperbesar omongannya tak
terasa lagi tertawa dingin tak henti hentinya, sahutnya.
"He .. he .. he . agaknya kau tidak mau padam hatimu
sebelum melihat sungai Hoang Hoo, tidak akan melelehkan air
mata, sebelum melihat peti mati, sudah sampai keadaan
seperti ini masih ingin menggunakan perkataan apa lagi?"
"Hmm..hmm baiklah," sahut kakek aneh itu sambil
mengangauk." Bagus sekali, kau tunggu saja."
Sekonyong konyong . . terdengarlah kakek aneh itu dengan
suara yang keras berteriak ke arah luar penjara, serunya.
"Kitab silat To Kong Pit Liok merupakan salah satu kitab
rahasia pada saat ini seharusnya dimiliki oleh orang yang
budiman dan berhati luhur, Loo jie kau binatang bilamana kau
terus menerus mendesak jangan salahkan aku kalau segera
akan merobek robek kitab ini, siapa saja jangan harap bisa
memilikinya kembali."
Liem Tou sesudah mendengar perkataan itu tidak terasa
lagi menjadi sangat heran dengan sangat jelas diketahui
olehnya kalau kitab silat "To Kong pit Lok " tidak berada
didalam tubuhnya bagaimana dia kini bisa bicara demikian ?""
Tidak disangka baru saja pikiran ini berkelebat didalam
benak Liem Tou dari luar penjara terlihatlah melayang datang
bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa, tahu tahu
didepan pintu penjara telah berdiri dua orang menghadang
jalan perginya, bersama sama mereka membentak dengan
keras. "Hek Loo toa, tahan.",
Liem Tou yang bersembunyi ditempat gelap dipojokan
ruangan penjara dengan sangat jelas sekali segera dapat
mengenal salah seorang diantaranya merupakan pembesar
buta yang memakai baju kebesaran serta kopiah kebesaran itu
sedang orang yang satunya lagi mempunyai bentuk tubuh
kurus kering tetapi sangat tinggi, air mukanya pucat pasi
kehijau hijauan wajahnya kurus lancip sedang pada tangan
kirinya membawa tasbeh melihat hal itu tak terasa hatinya
menjadi tergerak diam diam pikirnya,
"Apa mungkin orang ini adalah hweesio yang disebut
sebagai mayat hidup oleh Thiat Sie sianseng?"
Begitu kedua orang itu munculkan dirinya didepan pintu
penjara sesudah merandek segera berjalan masuk kelalam
ruangan penajara. Liem Tou yang memperhatikan hweesio itu secara diam
diam segera dapat melihat sewaktu dia berjalan tubuhnya
memang sangat kaku bagaikan mayat hidup, setiap
langkahnya tentu kedua kakinya bersama sama meninggalkan
permukaan tanah, boleh dikata dia sedang meloncat, melihat
hal ini Liem Tou segera sadar kalau dugaannya ternyata tidak
meleset, orang ini tentu adalah hweesio mayat hidup.
Perasaan terkejut yang mencekam hati Hek Loa jie jauh
lebih hebat lagi, mimpipun dia tidak pernah mengira kalau
ditengah hari siang bolong seperti ini masih terdapat juga
orang-orang yang menyatroni dirinya.
Jangan dikata hweesio mayat hidup serta pembesar buta
itu turun tangan bersama-sama sekalipun salah seorang turun
tangan sendiripun dia tidak akan sanggup melayaninya,
didalam keadaan terkejut bercampur cemas tangan diulapkan
memberi tanda para penjaga penjara, sambil teriaknya.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian gentong nasi, cepat tangkap mereka!"
Para penjaga penjara itu mana tahu kelihayan dari kedua
orang, ditengah suara bentakan yang keras bersama sama
mereka menerjang maju. Si hweesio mayat hidup dengan pembesar buta itu sama
sekali tidak bergerak, kakinya tidak bergeser, sampai
kepalanyapun tidak diputar sedikitpun. Terdengar sihwcesio
mayat hidup itu dengan perlahan berdoa.
"Omintohud." Tasbeh yang berada ditangannya diayunkan, Liem Tou
hanya melihat suatu bayangan hitam berkelebat dengan
sangat cepat, penjaga yang berada dipaling depan segera
menjerit ngeri, kepalanya hancur luluh, sedangkan tubuhnya
rubuh keatas tanah binasa seketika itu juga.
Begitu dia memperlihatkan kepandaiannya bagaikan anjing
yang kena kemplangan, penjaga penjaga lainnya saking
ketakutan air mukanva berubah menjadi pucat pasi, kaki
tangannya berubah menjadi lemas mana berani maju
setengah tindak lagi. Dalam hati Hek Loo jie tahu kalau keadaan tidak
mengijinkan, baru saja hendak meminjam kesempatan ini
untuk melarikan diri siapa tahu begitu matanya melirik keluar
penjara hatirya menjadi sangat terkejut sekali.
Kiranya entah mulai kapan, si Siucay buntung, pengemis
pemabok dan Thiat Sie Sian?sang sekalian dengan tidak
manimbulkan suara sedikitpun telah berdiri diluar penjara,
hanya dalam sekejap saja tempat itu telah dihadiri oleh
Tionggoan Ngo Koay coba kau pikir dia merasa terkejut tidak
akan kejadian ini " Si pembesar buta yang memiliki telinga yang sangat tajam
saat ini agaknya juga merasakan sesuatu, dengan cepat dia
putar tubuhna sambil bertanya.
'Siapa ?" Mendengar suara bentakan itu si hweesio mayat hidup
dengan cepat putar tubuhnya berpaling saat itulah terdengar
suara tertawa tergelak yang sangat nyaring dari sisiucay
buntung, pengemis pemabok dan Thiat Sie Sianseng, sambil
mengayunkan Tha Kauw Pang-nya maki pengemis pemabok
itu. "Hei mayat hidup, pembesar picek, kemarin malam kita
belum puas bertanding mari hari ini kita lanjutkan
pertandingan ini" Si hweesio mayat hidup yang diejek dengan perkataan ini
tetap tidak ambil perduli, air mukanya yang pucat pasi
sedikitpun tidak menampilkan perubahan sabaIiknya saking
kekhira si pembesar buta itu membentak keras tongkat,
tongkat besi ditangannya dengan cepat diayunkan ke depan
secara mendadak sekali mengancam tenggorokan sipengemis
pemabok itu serangannya amat ganas, bertenaga dan
dilakukan bagaikan kilat cepatnya.
Tetapi sekalipun dia cepat, orang Iain lebih cepat dari
dirinya baru saja tongkat penggebuk anjing dari pengemis
pemabok hendak memunahkan serangannya itu, sie poa
ditangan Thiat Sie Sianseng dengan cepat telah dibalik
menahan serargannya, ujarnya dengan kalem.
"Kau pembesar picek, tunggu sebentar, dengar dulu
omonganku." Kepada si Siucay buntung dan Thiat Sie Sianseng Liem Tou
memangnya pernah bertemu sekali dan terhadap mereka
berdua pun didalam hatinya telah timbul rasa simpatiknya, kini
melihat mereka berdua munculkan dirinya ditempat ini bahkan
saat ini mendengar Thiat Sie Sianseng hendak berbicara tanpa
terasa lagi semangatnya menjadi terbangun kembali sedang
seluruh perhatannyapun dipusatkan padanya, perhatiannya
terhadap kakek aneh serta Hek Loo jie pun tidak terasa
menjadi semakin kendor. Kedengaran Thiat Sie Sianseng dengan perlahan telah
berkata kembali. "Selama berpuluh tahun lamanya Tionggoan Ngo Koay
mengasingkan dirinya masing-masing, ini hari bisa berkumpul
kambali ditempat ini tidak lebih karena sejilid kitab silat To
Kong pit Liok, kini kali bukannya memusatkan seluruh
perhatian untuk mendapatkan kitab silat bahkan sebaiiknya
berebut kembali soal dendam sakit hati pada masa yang lalu,
bukannya ini sangat aneh sekali, kemarin malam kalianpun
sudah melihat sendiri orang orang yang menghendaki kitab
silat ini bukan kami Tionggoan Ngo Koay saja, bahkan para
jago dari partai-partai lain pun sudah pada berdatangan
disamping itu menurut apa yang aku ketahui Partai Kiem Tian
pay dari Telaga Auh Hay serta partai Tun Sin pay yang tidak
pernah mencampuri urusan dunia luarpun telah mengirim
orang datang" Sipembesar buta yang melihat dia berbicara tidak hentihentinya
sejak tadi sudah merasa tidak sabaran, kini
potongnya dengan nada yang sangat keras.
"Persetan mereka mau mengirim berapa banyak orang,
kitab silat To Kong pit Liok ini bila kalau bukannya milikku
maka kau peda?gang licik jangan harap bisa
mendapatkannya, dengan mengandalkan Siepoa bututmu
tidak usah banyak omong. "Ha ha ha - - . " ujar Thiat Sie Sianseng sambil tertawa
terbahak-bahak, "Kau sudah buta sepasang matamu sekalipun
mendapat kitab silat To Kong pit Liok, apa gunanya" Tidak
perlu terlalu berangasan dengar dulu omonganku. Sekalipun
jago dari Bu lim maupun dari lain perkumpulan disini juga
tidak akan membuat kita jeri hanya saja tali hubungan yang
paling penting sekarang ini terletak diatas tubuh Hek Loo Jie,
sejak dahulu dia sudah punya maksud membunuh dan
mencelakai Hek Loo toa, bilamana dia sampai binasa lalu siapa
lagi yang tahu kitab silat To Kong pit Liok, disimpan dimana?"
Begitu dia mengucaplan kata kata ini diam-diam Liem Tou
merasa sangat kagum atas kecerdikannya, dengan cepat sinar
matanya digeser keatas wajah Hek Loo Jie, dalam hati dia
mengira tentunya air mukanya telah berubah pucat kehijauan,
siapa tahu air muka dari Hek Loo Jie saat ini masih seperti
semula memasuki penjara, senyumannya menghiasi seluruh
wajahnya sedang sikapnyapun tenang-tenag saja tidak terasa
lagi hatinya menjadi sangat heran.
Pada saat itulah terdengar Thian Sie Sianseng membentak
dengan keras. "Hati hati tangkap dia!"
Perkataan dari Thiat Sie Sianseng belum diucapkan selesai
sejak semula Hek LooJie membentak keras, tubuhnya berputar
ditengah udara kemudian dengan meminjam kesempatan
tersebut dia melancarkan suatu serangan yang dahsyat kearah
dada dari Hek Loo toa membuat dia saking tak tertahan
tubuhnya terjengkang kebelakang, darah segar memancar
keluar dengan derasnya dari mulut, sedang tubuhnya
bergelinding hingga kesamping tubuh Liem Tou.
Setelah itu dengan tidak membuang kesempatan lagi
tubuhnya bagaikan kilat cepatnya mererobos keatas membuat
genting pada rontok kebawah sedang tubuh dari Hek Loo jie
itu dengan cepat keluar dari atas genting dan melarikan diri.
Keadaan yang berubah dengan demikian cepatnya inilah
mem buat Tionggoan Ngo Koay dibuat bingung secara
mendadak, dengan tidak memperdulikan lagi pada diri Hek
Loo toa dengan cepat mereka mangejar kearah Hek Loo Jie
yang melarikan diri itu, inipun termasuk perhitungan bintang
atau takdir mengharuskan Liem Tou yang mendapatkan kitab
silat ini secara tidak disengaja.
Kita balik lagi pada tubuh Hek loo toa yang terkena pukulan
dahsyat dari Hek Loo Jie hingga terpental jatuh kesamping
tubuh Liam Tou. Dengan tergesa gesa Liem Tou mentangkan
tubuhnya, sehingga untuk sementara masih bisa
mempertahankan tubuhnya untuk sekejap hanya saja saat ini
darah segar mengucur keluar dengan derasnya, dia telah
terluka dalam parah sekali, sekalipun dewa turun dari
kahyangan pun tidak mungkin bisa menolong jiwanya lagi.
Dengan sangat berhati-hati Liem Tou meletakan tubuh Loo
toa keatas tanah, memandang keadaan yang sangat
mengenaskan itu dia dibuat men jadi bingung, tanyanya
dengan gugup. "Loocianpwee, aku Liem Tou, lukamu sangat parah masih
bisa disembuhkan tidak?"
Saat itu mendadak terlihat dua orang penjaga penjara
berjalan mendekat kearah mereka Liem Tou yang melihat hal
itu saking gusarnya seluruh wajahnya berubah menjadi merah
padam bentaknya dengan keras.
"Kalian cepat menggelinding dari sini kalau tidak hemm , ..
hem . . . jangan menyalahkan aku turun tangan kejam."
Begitu selesai berbicara tangannya diajukan melancarkan
serangan, angin pukulan yang dikerahkan keluar sekalipun
tidak begitu dahsyat tapi kedua orang penjaga penjara itu
tidak sanggup untuk menerimanya dengan cepat dan tergesa
gesa mereka mengundurkan dirinya kebelakang.
Dengan cemas ujar Liem Tou lagi sambil menggoyanggoyangkan
tubuh dari Hek Lao toa, "Loocianpwee, kau bicaralah dengan cara apa aku harus
menolong untuk menyembuhkan luka mu ini ?"
Dia tidak tahu saat ini Hek Loa toa sudah amat susah untuk
barbicara terlihatlah dengan paksakan dirinya dia
menggelengkan kepalanya tak terasa lagi Liem Tou menjadi
amat sedih ujarnya. "Kalau begitu Loocianpwee memang sungguh tak ada
harapan lagi?" Loo cianpwee, aku adalah Liem Tou bilamana
Loo cianpwee punya urusan yang penting sampaikanlah
kepadaku , aku pasti akan melaksanakan harapan Loo
cianpwee hingga berhasil."
Tidak disangka begitu Liem Ton mengucapkan kata-kata itu
sepasang mata dari Hek loo toa yang tadinya dipejamkan
rapat rapat itu secara mendadak dipentangkan lebar lebar
sesudah me?mandang beberapa saat lamanya kearah Liem
Tou barulah dengan perlahan dia mengangguk sedang dari
kelopak matanya tak tertahan lagi melelehkan titik air mata.
Liem Tou yang melihat dia me!elehkan air mata semakin
dibuat bingung baru saja hendak buka mulut untuk bicara
mendadak terlihatlah tangan kanan dari Hek Lao toa dengan
perlahan menggeser pada pinggangnya.
Hati Liem Tou segera bergerak teringat lagi ketika kemarin
hari sesudah dia dihajar dengan pecut dan makan tali
pinggangaya maka lukanya segera sembuh hatinya menjadi
girang de?ngan cepat tanyanya.
"Loo cianpwee apa mau cari tali pinggang itu?"
Hek Loo toa mengangguk kembali dengan cepat Liem Tou
melepaskan tali pinggang itu dan menghantarkan kepinggir
mulutnya, dengan tak menunggu nunggu lagi kira-kira dua
coen dari tali pinggang itu telah ditelan kedalam perutnya.
Tak lama lagi Hek Loo ton sudah tidak muntah darah,
sedang suara rintihannyapun mulai terdengar, Liem Tou
menjadi sangat girang sambil berlutut disampingnya serunya.
"Loocianpwee, kau merasa baikan bukan?"
Hek Loo toa hanya menggelengkan kepalanya sambil
memejamkan matanya dengan perlahan gumamnya.
"Mo Ku Tiauw Cong Ci Cie Tong."
Liem Tou yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
sangat bingung pikirnya dalam hati.
"Ehm- - kematiannya sudah diambang pintu ternyata dia
masih punya niat untuk membaca syair ini Aaaai sungguh
kasiban sekali." Siapa tahu begitu Hek Loo toa selesai mambaca kalimat
pertama tetap tak mendengar sahutan dari Liem Tou
mendadak sepasang matanya melotot keluar memandang
kearah Liem Tou, sedang air mukanyapun telah terjadi
perubahan besar. Liem Tou menjadi tertegun secara tiba-tiba dia sadar
kembali, dengan cepat lanjutnya dengan suara perlahan.
"Pit Bun Kong Can Tui Jan Kang."
Saat itu barulah terlihat pada bibir Hek loo toa tersungging
suatu senyuman, lanjutnya lagi.
"Pak Hwie Sian Po Tong Ang Hwee."
"Wu Ting Stauw Liauw Soat Ta Cuang."
Seperti juga pada semula menanti Liem Tou selesai
membaca syair ini tanyanya dengan -cepat, "Siapa kau?"
"Boanpwee Liem Tau" sahut Liem Tou tanpa ragu-ragu.
"Cianpwee punya perintah apa lagi terhadap diriku?"
"Bukan . . bukan" ujar Hek Loo toa sambil gelengkan
kepalanya, "Bukan bukan Liem Tou ingat kau bukan Liem Tou,
kau adalah"." Agaknya secara mendadak Liern Toupun telah merasa
kalau perkataan ini masih mengandung mak sud yang sangat
mandalam dengan cemas tanyanya.
"Locianpwee, slapa kau?"
Bukannya menjawab tiba-tiba pada mulut Hek- Loo toa
tersungging suatu senyuman yang amat dingin, ujarnya
dengan tawar. "Sanggupi aku untuk bunuh binatang itu, maka aku akan
segera beri tahu padamu."
"Hek Loo jie jadi orang licik menganiaya saudara sendiri
siapapun yang tahu tentu akan berusaha membasmi dirinya."
"Aku minta kau bunuh dia" bentak Hek loo toa sambil
melototkan matanya. "Asalkan boanpwee berbasil melatih ilmu silat tentu akan
membantu cianpwee membalaskan dendam ini."
Setelah rnendengar perkataan itu Hek Loo toa barulah
menjadi puas sambil mengangguk sahutnya:
"Siapa kau " Makan tanpa ikan, pergi tanpa kereta, manamana
tiada rumah tinggal, hamba bukan manusia."
Diam diam Liem Tou mengingat ingat perkataan ini didalam
hatinya, terdengar dengan paksakan diri ujar Hek Loo toa lagi.
"Akt sudah tak bisa bertahan lebih lama lagi untuk
mendapatkan kitab rahasia To Kong Pit Liok" itu kau harus
ingat perkataan tadi, kitab itu disembunyikan di . .."
Parkataan selanjutnya belum sempat diucapkan tiba tiba
terlihatlah sipengemis cilik itu dengan cepat lari masuk
kedalam penjara, tangannya dengan cepat mencengkeram
tubuh Hek Lo toa sambil bentaknya dengan keras.
"Hek Lao toa, kau tak bisa binasa dengan demikian saja,
kitab silat "To Kong Pit Liok" kau semunyikan dimana" Cepat
bicara. Karena perbuatan jahatrnu selama puluhan tahun
lamanya ditambah lagi dengan dosamu yang sudah tumpuk
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tumpuk sekalipun harus binasa juga tidak sayang, tapi
bilamana kitab silat "To Kong Pit Liok" itu sampai musnah
dikarenakan kematianmu maka dosa ini sangat besar sekali,
kau harus binasa dengan keadaan yang mengerikan."
Liem Tou yang mendengar ucapannya yang kasar itu tak
terasa menjadi sangat gemas, dengan gusar bentaknya.
"Kini Loo cianpwee sedang mederita luka parah bagaimana
kau berani bertindak demikian kasarnya " Cepat lepaskan."
Sejak Hek Loo toa menelan tali pinggang itu sebenarnya
dengan paksakan diri dia masih sanggup untuk
mempertahankan dirinya, saat ini begitu dicengkeram oleh
sipengemis cilik dadanya terasa sangat sesak dan kesakitan
tak kuasa lagi darah segar menyembur keluar dari mulutnya
dengan sangat deras sedang dia sendiri jatuh tak sadarkan diri
. Baru saja Hek Loo toa mau memberitahukan tempat
penyimpanan kitab silat "To Kong Pit Liok" kepadanya secara
mendadak telah terjadi perubahan demikian besarnya,
membuat hawa amarah didalam tubuh Liem Tou tak kuasa
lagi memuncak, tangannya menyambar , Plaaak.. . dengan
tidak dapat dihindar lagi pipi dari pengemis cilik itu telah
terkena gaplokannya yang sangat keras ini dengan gusar
bentaknya. "Bangsat tak tahu malu terjun sumur mengangkat batu,
menyiram minyak menyulut api cepat menggelinding dari sini."
Sipengemis cilik yang merupakan jago yang memiliki
kedudukan sangat tinggi didalam partai Kiem Tian Pay ditelaga
Auh Hay ditambah lagi disekitar daerah telaga Auh Hay kecuali
Auh Hay Ong sendiri siapapun jeri tiga bagian terhadapnya
siapa sangka ini hari merasakan gaplokan dari Liem Tou
membuat wajahnya segera berubah menjadi hijau seperti besi
saking gusarnya dengan suara yang melengking tinggi
bentaknya. 'Bangsat anjing busuk, kau berani pukul aku"
Tangannya diangkat melancarkan ilmu yang paling lihay,
Yan Wie Cui Hun Cie atau ilmu dari burung walet mengejar
nyawa menotok wajah Liem Tou, sedang pada saat yang
bersamaan pula Liem Tou yang melihat tubuh Hek Loo toa
bergoyang sedang membungkukkan tubuhnya sehingga
dengan tepat terhindar dari serangan jari dari pengemis cilik
itu, tanyanya. "Loocianpwee, kau kenapa " Kau belum sempat berbicara
dengan ku." Dari tenggorokan Hek Lootoa hanya terdengar suara serak
yeng tidak enak didengar sedang sepatah katapun tidak
sanggup untuk dibicarakan lagi.
Si pengemis cilik yang berdiri disamping begitu mendergar
perkataan Liem Tou ini segera berhenti menyerang,
bentaknya. He .. . he .bagus sekali, kiranya sejak tadi sudah beritahu
padamu " Liem Tou tidak mau perduli terhadap dirinya tetap saja dia
melanjutkan bertanya pada Hek Loo toa, tapi keadaan dari
Hek Lootoa sudah parah benar-benar, terIihatlah tubuhnya
mendadak berkerut, sepasang kakinya diluruskan kedepan
napasnya putus dan demikianlah dia menemui kematiannya
dengan sangat mengenaskan.
Hubungan antara Liem Tou dengan Hek Lao toa selama
dua hari ini sekalipun tidak dapat dikatakan sangat rapat
tetapi bagaimnapun juga budi menurunkan kepandaian silat
serta pemberitahuan untuk menemukan kitab silat To- Kong
Pit Liok membuat hatinya tak terasa lagi timbul perasaan
simpatiknya, apalagi terhadap kematian dari Hek Lootoa yang
kembali ke jalan yang lurus membuat hatinya sangat kagum.
Sekarang sudah tentu merasa amat sedih sekali, tanpa sadar
dengan periahan dia menjatuhkan diri berlutut disamping
tubuhnya, untuk beberapa saat lamanya tidak mengucapkan
sepatah katapun juga. Si pengemis cilik yang menunggu disampingnya mana bisa
bersabar lebih lama lagi teriak nya:
"Hei bangsat cilik, tamparanmu tadi untuk sementara aku
tidak mau menraih, aku mau tanya padamu tempat
penyimpanan kitab silat To Kong Pit Liok apa Hek Lootoa
benar benar sudah beritahukan pada dirimu?"
Saat ini Liem Tou yang berlutut disamp;ng jenazah Hek Loo
toa secara tiba- tiba menemukan tangan kanan dari mayat
Hek Loo toa masih tergetar dengan keras, dengan tidak
memperdulikan lagi perkataan dari si pengennis cilik itu
seluruh perhatiannya dipusatkan.
Kiranya entah pada saat kapan tangan kanan Hek Lootoa
telah menuliskan sebuah kata "Wu" pada tanah dengan
menggunakan darah segar yang dimuntahkan itu.
Liem Tou yang melihat tulisan itu dalam hatinya segera
berputar, pikirnya. "Wu" Bukankah yang dimaksud gunung Wu San" Hek Loo
toa merupakan saIah satu iblis dari Siok To Siang Mo, pada
masa yang lampau seluruh kejahatan yang dilakukan juga
hanya terbatas pada daerah Siok To ini saja, sudah tentu
tulisan Wu yang dimaksudkan sesaat menjelang kematiannya
adalah gunug Wu San"
Liem Tou yang berpikir sampai disini segera menjadi paham
semuanya dengan cepat dan sa?ngat hormat dia
menganggukkan-kepalanva didepan jenasah Hek Loo toa
sambil ujarnya. "Terima kasih atas petunjuk Loocianpwee, boanpwce sudah
benar benar paham,."
Dengan perkataan dari Liem Tou ini semakin mcmbuat
kecurigaan didalam hati si pengemis cilik bertambah tebal,
dengan cemas tanyanya. "He bangsat cilik, dia sungguh-sungguh sudah beri tahu
padamu tempat penyimpanan kitab silat To Kong Pit Liok itu?"
Saat ini Liem Tou sudah benar-benar benci terhadap
sipengemis cilik ini, dengan periahan-lahan dia bangkit berdiri
dan siap berjalan keluar dari penjara itu, bagaimananun juga
saat ini sudah tidak ada orang lagi yang bisa mengurusi
dirinya bilamana tidak pergi maka akan tunggu kapan lagi?"
Baru saja dia berjaIan dua langkah tiba-tiba teringat
kembali akan ikat pinggang dari Hek Lao toa itu, dalam hati
pikirnya. "Ehm .. tali ikat pingaarg itu tentu merupakan obat yang
sangat mujarab sekali, lebih baik aku simpan untuk digunakan
dikemudian hari. Berpikir sampai disitu segera dia putar tubuhnya memungut
kembali ikat pinggang itu yang ditalikan pada tubuh sendiri.
Si-pengemis cilik ying sudah tahu kalau Liem Tou telah
mengetahui tempat penyimpanan kitab silat "To Kong Pit
Liok", mana mau malepaskan dia dengan demikian mudahnya,
tubuhnya berkelebat dengan cepatnya menghalangi jalan
pergi Liem Tou bentaknya lagi.
"Bangsat cilik, bilamana kau tidak mau beritahu tempat
penyimpanan kitab silat "To Kong pit Liok" ini hari jangan
harap bisa lolos dari tempat ini dengan selamat."
"Hmm.. pengemis busuk, siapa yang bilang aku tahu
tentang kitab silat itu, engkau jangan edan."
Dalam hati Liem Tou tahu urusan ini menyangkut
perebutan benda didalam dunia kang ouw, bilamana dia
sampai mengakuinya secara terus terang maka pasti akan
menemui bencana kematian, oleh karena itu bagaimanapun
juga ia tidak berani mengakuinya secara terus terang, tetapi
pengemis cilik yang mendengar dari Liem Tou dengan mata
telinga sendiri mana mau mempercayainya dengan begitu
saja, sudah tentu tidak akan melepaskan dirinya dengan
demkian mudahnya. Hal ini membuat hawa amarah Liem Tou sekali lagi
memuncak, sambil mendelik ujarnya.
"Kau mau paksa aku?"
Tetapi didalam hati Liem Tou tahu dengan jelas bilamana
dia benar benar bergebrak melawan pengemis cilik, sudah
tentu bukanlah tandingannya, oleh sebab itulah sekalipun
pada mulutnya dia bicara membuat amat gusar, tetapi tetap
saja tidak mau turun tangan.
Dalam hati sipengemis cilik sendiri juga ragu-ragu, jika
dilihat dari sikapnya yang ketolol-tololan serta langkah kakinya
yang berat slapapun tidak akan percaya kalau kepandaian
silatnya lumayan, tetapi dia sendiri sudah dua kali mengalami
kerugian ditangannya, oleh karena itu diapun tak berani turun
tangan dengan segera. Demikianlah kedua orang itu saling berdiri berhadaphadapan,
sepasang mata dari masing masing pihak melotot
saling memperhatikan gerak gerik musuhnya, sipengemis cilik
yang memandang wajah Liem Tou itu semakin dipandang dia
semakin merasa wajahnya yang tampan, kulitnya yang putih
bersih serta pengetahuannya yang luas, sekalipun lagaknya
seperti orang ketolol-tololan tetapi juga tidak kehi?langan sifat
jantan dari seorang lelaki sejati, sebaliknya Liem Tou yang
memandang wajah pengemis cilik itu semakin dilihat terasa
olehnya semakin mangkal terasa olehnya sekalipun wajahnya
kotor pakaiannya yang dipakai sangat dekil tetapi
pancainderanya sangat indah, giginya yang rata putih bersih
serta kulitnya yang halus lembut sungguh sangat indah dan
menarik sekali. Tiba tiba bayangan dari Lie Siauw Ie berkelebat didalam
hatinya pikirnya. "Bagaimana aku bisa membuang waktu dengan percuma
ditempat ini". le cici setiap hari tentu sedang menanti
kedatanganku di perkampungan Ie Hee Cung, bilamana aku
harus menyia-nyiakan kesempatan menyerang gunung pada
dua tahun mendatang maka aku harus mananti tiga tahun
lagi, bukankah membuat Ie cici semakin sedih?"
Berpikir sampai disini tidak tertahan lagi hatinya berdebar
dengan sangat kerasnya, saat ini dia tidak ingin membuang
waktu lagi, didalam ruangan penjara itu sambil
mementangkan sepasang matanya yang jeli bentaknya
dengan amat gusar. "Minggir, bilamana kau tetap menghadang jangan salahkan
aku akan berbuat kesalahan?
Sambil berkata dengan Iangkah yang lebar dia berjalan
keluar penjara, si pengemis cilik yang diterjang dengan cepat
mementangkan tangannya menghalau, melihat hal ini Liem
Tou semakin gusar, bentaknya lagi:
"Minggir." Tangan kirinya diulur kedepan mencengkeram tangan dari
si pengemis cilik itu sedang tubuhnya maju lagi kedepan.
Pengemis cilik itu tertawa dingin, ejeknya.
"Hmmm .. dengan kepandaianmu apa kau kira dengan
mudah bisa keluar dari sini ?"
Tangannya yang hendak dicengkeram itu mendadak dibalik
mencekal urat nadi tangan kiri Liem Tou, siapa tahu jurus
yang dilancarkan oleh Liem Tou ini merupakan salah satu
jurus dari ilmu telapak Sam In Ciat Cuang Ciang yaitu jurus In
Hum Put Sam atau sukma halus tidak buyar, tangan kiriaya
hanya dikembangkan sedikit kemudian secara tiba-tiba ditarik
kembali, telapak kanannya dengan tenaga murni yang amat
dahsyat secara mendadak menyambar dari bawah keatas,
kekuatannya ternyata tidak lemah.
Sebenarnya seluruh perhatian dari pengemis cilik itu
sedang dipusatkan pada urat nadinya, siapa tahu serangan ini
datangnya amat ganas dan aneh ketika dia merasakan
datangnya serangan telapak tangan dari Liem Tou sudah
berada didepan dadanya, tidak terasa lagi dia menjerit kaget
dengan kerasnya dan dengan tergesa gesa meloncat mundur,
tetapi sekalipun serangan dari Liem Ton ini tidak sampai
menyebabkan dia teriuka parah tetapi dadanya sudah ditekan
dengan keras. Berturut turut pengemis cilik itu mundur beberapa langkah
kebelakang seluruh tubuhnya gemetar saking gusarnya, tetapi
air mukanya telah berubah menjadi merah padam sampai
pada lehernya dengan termangu-mangu dia berdiri mamatung
beberapa saat lamanya memandang diri Liem Tou, tiba-tiba
perasaan sedihnya mencekam seluruh hatinya tidak tertahan
lagi menangis tersedu-sedu dengan sedihnya, sedang
tubuhnya bagaikan seekor burung walet dengan cepat
melayang keluar. Liem Tou yang melihat kepergian dari pengemis cilik itu
begitu cepatnya menjadi sedikit tertegun, tetapi sebentar saja
dia merasa geli sekali dengan perlahan diamenoleh
memandang sekali lagi ke jenazah Hek Loo toa yang
terlentang ditengah darah yang berceceran membasahi lantai,
ujarnya dengan sedih. "Loocianpwee beristirahatlah dengan tenang, Liem Tou
minta diri" Sehabis barkata dengan langkah tenang dia berjalan keluar
dari penjara terus kejalan raya, dalam hatinya diam diam dia
merasa sangat heran ruangan pengadilan yang menjadi satu
dengan penjara itu sekalipun sangat luas tetapi tak nampak
sesosok bayangan manusiapun, agaknya pertempuran
kemarin malam membuat para penjaga dibikin kalang kabut
oleh para jago yang datang menyerang sehingga sekarang
pada melarikan dirinya. Liem Tou juga tidak mau menggubris hal ini, dengan
langkah perlahan dia berjalan keluar jalan raya terlihat orarg
yang sedang lalu Ialang ditengah jalan hampir sebagian besar
merupa kan jago-jago Bu lim yang membawa senjata ta jam
sekali, sedang saja sudah tahu kalau mereka merupakan jago
pasaran yang tidak boleh disalahi, tidak aneh lagi kalau kaum
pengemis serta hwesio banyak yang muncul disitu.
Liem Tou yang kini sudah mengetahui tempat penyimpanan
kitab silat To Kong Pit Liok, malah membuat dia merasa tidak
tentram, hatinya berdebar terus dengan kerasnya.
Begitu dia bertemu dengan orang orang itu tidak dia sadari
lagi kepalanya ditundukan rendah-rendah sinar matanya
memandang kebawah dan jalannyapun semakin tergesa gesa.
Sambil berjalan hatinya terus berputar sesudah ini dia
harus pergi kemana" langsung ke gunung Wu san atau pergi
kelain tempat terlebih dahulu " Sebagai pengangon sapi untuk
menabung uang guna berangkat ke gunung, Wu san mencari
itu kitab silat To Kong Pit Liok pada waktu-waktu yang
senggang dalam mengangon sapi itu mungkin juga dia bisa
memperdalam ilmu silatnya dari kitab To Loo Cin Keng,
mungkin juga dengan demikian kepandaiannya mendapatkan
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemajuan. Sambil berpikir sambil berjalan tidak terasa lagi dia sudah
berada jauh diluar kota, sawah yang luas terbentaag
disekelilingnya, dia tidak mau ambil perduli terus saja dia
melanjutkan perjaIanannya kedepan.
Tidak lama kemudian di tempat kejauhan terlihatlah
olehnya seorang petani yang sedang mencangkuli sawahnya,
dengan cepat berjalan mendekat sambil ujarnya.
"Tolong tanya, disekitar dusun ini apa terdapat orang yang
sedang butuhkan seorang pengangon sapi ?"
Petani itu ketika mendengar ada orang sedang mengajak
dia bicara dengan perlahan menoleh memandang tapi segera
ia jadi tertegun sesaat lamanya, kiranya petani itu tak Iain
adalah pemimpin para petani yang pada dua hari yang lalu
membawa Liem Tou masuk kedalam penjara.
Pada saat dia melihat Liem Tou yang sedang bicara dengan
dirinya tak tertahan lagi mendadak mementangkan mulutnya
sambil menjerit keras. "Tolong.. , tangkap maling sapi"
Jilid 5: Liem Tou di uber jago jago Bulim
LIEM TOU yang melihat itu menjadi amat terperanjat,
didalam keadaan yang cemas serta bingung itu air mukanya
berubab menjadi amat keren, dengan amat gusar bentaknya.
"Tutup mulutmu" Bersamaan pula tubuhnya maju satu tindak
ke depan dan mencengkeram pakaian dari kakek petani itu
sambil ujarnya lagi. "Persetan dengan maling atau bukan
maling, kau jangau coba coba memfitnah orang baik2, pada
waktu kemarin aku masih belum buat perhitungan dengan
kau, ini hari kau tidak sopan lagi..Hmm..Hmm.. jangan
salahkan aku kalau bertindak tidak sopan kepadamu"
Saat ini Liem Tou merupakan seorang yang sangat besar
oleh sebab itulah begitu dia mencengkram pakaian kakek itu
kemudian diangkatnya membuat wajah dari petani itu segera
berubah menjadi merah padam sedang napasnya tersengkal
sengkal Dengan perlahan Liem Tau melepaskan cekalannya, petani
itu berubah menjadi bisa menghembus nafaf lega dengan
perasaan terkejut bercapur gusar, bentaknya: "Hai maling
kerbau kau ingin bagaimana"
"Siapa yang mencuri kerbaumu" Kau melihat sendiri aku
mencuri kerbaumu?" Kakek tua yang dibentak seperti itu
menjadi tertegu, dengan sinar mata yang cermat dia
memandang sekejap seluruh tubuh Liem Tou, melihat
wajahnya yang tampan serta bersih memang tidak mirip
sebagai pencuri. Hanya saja sampai saat ini dia masih tak mau
Suling Emas Dan Naga Siluman 7 Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Pangeran Anggadipati 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama