Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 14
"Sudahlah! Mari kita masuk!" kata Kang Wei dengan suara
mengandung penasaran. Dia pun telah melompat masuk ke dalam
kamar, diikuti oleh Cing Kiang Wie.
Daun jendela telah ditutup lagi, dan Cing Kiang Wie bersama Kang
Wei telah merundingkan, bagaimana dan langkah-langkah apa
yang akan mereka lakukan, dalam memancing musuh-musuh
mereka agar keluar memperlihatkan diri.
1301 "Aku yakin Cing Toako, dalam beberapa hari mereka akan muncul
memperlihatkan diri..... Kita tidak perlu terlalu untuk memusingi
mereka, karena tokh mereka yang akan menyatroni kita!"
Cing Kiang Wie mengangguk mengiyakan, dan kemudian
merebahkan tubuhnya lagi. Kang Wei sebelum rebah di
pembaringan, telah mengibaskan tangannya memadamkan api
penerangan di dalamkamarnya. Sebentar saja di dalam kamar itu,
yang gelap gulita, terdengar suara dengkur yang saling bersambut.
"Hemmm, babi-babi busuk, mengapa harus tidur terus menerus!
Bangunlah, keluar buat menghadapi kami!" Tiba-tiba terdengar
suara orang yang menantang dengan nada yang dingin,
mengandung ejekan. Ke dua orang perwira tinggi itu mengerti, bahwa mereka ditantang
oleh orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Sesungguhnya
Cing Kiang Wie maupun Kang Wei memang pura-pura tidur,
mereka sengaja memperdengarkan dengkur mereka. Dan juga,
mereka telah memadamkan api penerangan di kamar, agar lebih
mudah buat memergoki musuh.
Dan ternyata dugaan mereka tidak meleset, di mana musuh
memang datang menyatroni mereka. Tanpa membuang waktu lagi,
1302 Kang Wei yang bulat gemuk itu, dengan lincah dan ringan sekali,
tahu-tahu melesat ke jendela, dia tidak membuka daun jendela
melainkan tangannya bergerak begitu sebat, menghantam kuat
sekali jendela tersebut sampai menjeblak.
Menyusuli terbukanya daun jendela, tubuh Kang Wei juga telah
melompat keluar, sebelumnya dia melontarkan beberapa senjata
rahasia. Dengan demikian dia berhasil mencegah jangan sampai
dibokong oleh lawan. Begitu hinggap di tanah, segera Kang Wei melihat bahwa di tempat
itu telah ada belasan orang, yang semuanya bertubuh tinggi tegap.
Dan juga terlihat, mereka semuanya membekal senjata tajam,
terdiri dari berbagai senjata tajam, ada golok, pedang, joan-pian,
poan-koan-pit dan lain-lainnya. Mereka semuanya merupakan
orang-orang yang memiliki paras angker dan juga memancarkan
sikap yang keras. Dikala itu tampak Cing Kiang Wie pun telah melompat keluar, dia
berdiri di samping Kang Wei dengan sikap yang agung dan angker.
Matanya menyapu sekelilingnya, dia telah melihat bahwa semua
orang mengambil sikap mengurung.
Segera juga Cing Kiang Wie tertawa bergelak.
1303 "Bagus! Bagus! Memang telah kami duga, tikus-tikus keparat tentu
akan menampakkan diri?" untuk kami gusur ke kota raja! Ayo
siapa di antara kalian yang ingin merasakan tanganku!"
Tiba-tiba dari rombongan orang yang mengurung ke dua perwira
kerajaan tersebut, telah maju seorang lelaki tua berusia hampir
limapuluh lima tahun. Jenggot dan kumisnya telah memutih,
sebagian terbesar rambutnya juga sudah putih keperak-perakan.
Rambutnya itu digelung dan dikonde terikat oleh sehelai ang-kin
berwarna kuning gading. Berbeda dengan perintah dari kerajaan Boan, bahwa seluruh
lapisan rakyat, bagi kaum laki-lakinya, harus mentoa-cang
rambutnya. Rupanya orang tua ini tidak mau mematuhi perintah
kerajaan penjajah itu tetap dengan cara berpakaian seorang Han,
sikapnya gagah sekali. Di tangannya tercekal sebatang golok
besar yang berkilauan putih keperak-perakan, tampaknya tajam
sekali. Dengan suara yang gagah ia bilang: "Anjing-anjing keparat, kalian
menyerah buat kami ringkus, sehingga tidak perlu kami
membuang-buang tenaga percuma! Dan juga, dengan menyerah
secara baik-baik, kami akan memperlakukan engkau selayaknya!
Tetapi jika kalian berdua memberikan perlawanan dan 1304 membandel, hemmm, hemmm, hemmmm, kalian berdua akan
mengalami nasib yang lebih buruk dari seekor anjing kudis!"
Dan setelah berkata begitu, orang tua itu mengibaskan golok
besarnya sehingga berkelebat sinar putih keperak-perakan,
menyilaukan mata yang melihatnya.
Cing Kiang Wie dan Kang Wei berdua tertawa bergelak-gelak.
Walaupun lawan yang mengurung mereka berjumlah sangat
banyak, namun mereka tidak gentar, sebab mereka tidak
memandang sebelah mata terhadap lawan-lawan mereka itu. Dan
juga memang mereka yakin, bahwa kepandaian mereka lihay dan
mahir, dengan mudah mereka akan dapat menghadapi dan
merubuhkan semua lawan mereka.
Waktu itu tampak ke duanya tertawa bergelak sangat lama, baru
saja orang tua yang rupanya menjadi pemimpin dari rombongan
orang tersebut ingin berkata lagi, Kang Wei telah bilang dengan
suara yang nyaring: "Baik! Kami akan menyerahkan diri, nah, silahkan, siapa di antara
kalian yang ingin meringkus kami?"
Orang tua itu melengak sejenak, mendengar ke dua perwira tinggi
itu malah mengatakan mereka bersedia buat diringkus. Tapi tidak
1305 lama, segera dia bilang: "Bagus! Jika memang kalian sungguhsungguh mau menyerahkan diri secara baik-baik, kami pun tidak
akan terlalu mempersulit diri kalian!"
Setelah berkata begitu, dia mengisyaratkan kepada dua orang
anak buahnya, dua orang laki-laki setengah baya, yang memiliki
tubuh sangat tinggi dan tegap, dengan otot-otot yang kuat. Mereka
menyimpan golok masing-masing dan melangkah maju sambil
mengeluarkan seutas tali yang dipergunakan mengikat dan
meringkus kedua perwira tinggi itu.
Ke dua orang komandan dari pihak istana Kaisar sama sekali tidak
memperlihatkan sikap untuk memberikan perlawanan, mereka ber
diri tenang-tenang di tempat mereka, seperti juga mereka memang
ingin menyerahkan diri buat ditawan oleh rombongan orang
tersebut. Ke dua orang anak buah si kakek tua itu semula ragu-ragu, dan
menduga begitu mereka mendatangi dekat, ke dua orang perwira
itu akan menyerang mereka, karenanya ke dua orang tersebut
telah bersiap siaga. Tetapi ke dua perwira dari istana Kaisar itu
hanya diam saja, mereka sama sekali tidak memperlihatkan tandatanda akan menyerang.
1306 Karenanya ke dua orang anak buah si kakek tua itu tambah berani.
Mereka telah dekat dan akan mengikat tangan ke dua perwira
tersebut. Waktu itulah, dengan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan
mata, tahu-tahu Cing Kiang Wie dan Kang Wei telah mengayunkan
tangan mereka. Cepat sekali mereka telah menghantam masingmasing dada seorang anak buah dari kakek tua itu.
Ke dua orang anak buah si kakek terkejut, namun mereka sudah
tidak keburu berkelit, karena memang waktu itu jarak mereka
terlalu dekat. Maka segera juga terdengar suara,
"Bukkkkk! Bukkk!" yang nyaring disusul dengan suara jerit ke dua
orang itu yang terpental dengan dada melesak dan jiwanya telah
melayang. Mereka menggeletak tidak bergerak lagi di tanah, di
mana mereka sudah menjadi korban telengas dari ke dua orang
perwira kerajaan tersebut.
Kawan-kawan si kakek jadi terkejut, mereka mengeluarkan seruan
marah. Berbeda dengan ke dua perwira kerajaan, yang tertawa
bergelak, tampaknya mereka puas sekali.
"Ayo, siapa lagi yang ingin meringkus kami, ayo silahkan maju,
kami akan membiarkan diri kami diringkus kalian!" Itulah ejekan
1307 belaka, karena ke dua perwira tersebut ternyata memang hendak
memberikan perlawanan. Orang tua dengan jenggot dan kumis telah memutih itu murka
bukan main, dengan diiringi bentakannya yang bengis mengandung kemarahan, dia melompat maju membacok dengan
goloknya. "Anjing-anjing laknat keji! Akan aku adu jiwa dengan kalian!"
teriaknya dan goloknya itu berkelebat dalam bentuk sinar putih
perak menyambar ke batok kepala Cing Kiang Wie.
Tapi Cing Kiang Wie tersenyum mengejek, dia sama sekali tidak
memandang sebelah mata terhadap kepandaian si kakek. Cepat
sekali dia telah bergerak lincah buat menghantam dengan telapak
tangan kosong, dia tidak mencabut keluar senjatanya.
Angin serangan itu menerjang dada si kakek. Tenaga lweekang
Cing Kiang Wie memang hebat. Tadi saja telah terbukti, betapa ke
dua orang anak buah dari kakek tua itu telah dapat dibinasakan
dengan dada melesak hanya satu kali hantam saja.
Kakek tua itu telah menahan meluncur goloknya. Karena
menyadari akan hebatnya hantaman tangan lawannya, dia
berkelebat. Namun waktu dia tengah melompat mengelak, justeru
1308 tangan Kang Wei telah melesat menyambar pinggangnya. Dengan
demikian dia jelas dikurung dari dua jurusan.
Jika dia menghindari serangan Cing Kiang Wie, berarti pinggangnya yang akan kena dicengkeram Kang Wei, dan
cengkeraman itu tidak kalah hebatnya. Jika sampai pinggangnya
kena dicengkeram, berarti buah pinggangnya akan kena diremas
hancur. Karena dari itu ke dua serangan dari ke dua lawannya
sama berbahayanya. Dalam keadaan terancam seperti itu rupanya kakek tua yang
memiliki kepandaian lie-hay tersebut, tidak kehabisan akal, dia
tidak menjadi bingung karenanya. Sebab cepat sekali dia telah
menggerakkan goloknya berputar ke seluruh penjurunya.
Jika memang ke dua lawannya meneruskan serangan mereka,
niscaya akan menyebabkan mereka terkena tabasan golok itu.
Sambil memutar goloknya, dia juga telah melompat mundur buat
menjauhi diri. Cing Kiang Wie maupun Kang Wei melihat ancaman golok kakek
tua tersebut, segera menarik pulang tangan mereka. Waktu
mereka akan menyusuli dengan pukulan berikutnya, kakek tua itu
telah melompat mundur menjauhi mereka.
1309 Malah kakek tua itu telah berseru, "Sekarang?"!!" menganjurkan
anak buahnya agar maju mengeroyok, untuk membinasakan ke
dua perwira tinggi kerajaan Boan tersebut!
Seketika semua anak buah si kakek tua tersebut yang jumlahnya
belasan orang, telah menyerbu dengan berbagai senjata tajam
mereka karena mereka mempergunakan seluruh kekuatan mereka
buat menyerang, maka angin sambaran senjata tajam itu
berkesiuran menderu-deru.
Belasan orang anak buah kakek tua itupun semuanya memang
bukan orang lemah. Mereka memiliki kepandaian tinggi, terlebih
lagi mereka tengah dalam keadaan murka melihat ke dua orang
kawan mereka telah terbunuh dengan tangan begitu telengas oleh
ke dua perwira kerajaan tersebut, membuat mereka menyerang
dengan jurus yang ganas untuk membalas sakit hati ke dua orang
kawan, agar dapat membunuh ke dua perwira tersebut.
Kakek tua itupun membentak nyaring: "Aku Wang Sun akan
membalas sakit hati ke dua orang kawan kami!"
Dan sambil membentak begitu, goloknya yang sangat besar telah
menyambar-nyambar ke bagian yang mematikan pada tubuh ke
dua perwira tersebut. Dengan demikian membuat ke dua perwira
1310 itu menghadapi keroyokan yang tidak ringan, sebab semua senjata
tajam itu dengan serentak telah menyerang mereka.
Dalam keadaan seperti itu Cing Kiang Wie maupun Kang Wei
sama sekali tidak merasa jeri, mereka malah memperdengarkan
suara tertawa bergelak-gelak. Karena mereka yakin bahwa mereka
memiliki kepandaian yang tinggi dan liehay, maka tentu mereka
tidak akan dapat dirubuhkan oleh belasan orang itu.
Sambil tertawa bergelak seperti itu, ke duanya telah bergerak
lincah sekali, tubuhnya telah berkelebat ke sana ke mari
mengelakkan diri dari semua serangan senjata lawan. Dan dalam
waktu singkat, dua orang anak buah Wang Sun telah dapat
dihantam binasa oleh mereka.
Kemudian menyusul lagi seorang lawan yang mereka rubuhkan
dengan kepala yang hancur berantakan, sehingga otak dan darah
yang bercampur menjadi satu telah mengalir keluar di tanah!
Keadaan waktu itu sangat mengerikan sekali. Ramai oleh suara
bentakan belasan orang tersebut dan caci maki Wang Sun, juga
suara tertawa ke dua perwira yang sangat menyeramkan itu. Ke
dua perwira itu telah mengeluarkan kepandaian andalan mereka,
sehingga mereka berhasil merubuhkan dua orang lawan lagi.
1311 Dengan demikian mereka berhasil mengurangi jumlah lawan
mereka. Tapi belasan orang Wang Sun tetap mengeroyoknya
seperti nekad, mereka gusar sekali melihat kawan mereka telah
rubuh seorang demi seorang, membuat mereka semakin marah
dan penuh dendam hendak mengeroyok mati ke dua perwira
tersebut. Tamu-tamu rumah penginapan dan juga beberapa orang pelayan
dan rumah penginapan itu, semuanya mendengar suara ribut-ribut
itu, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang berani keluar
memperlihatkan diri. Sebab mereka kuatir yang datang menyerbu
ke rumah penginapan adalah para penjahat yang ingin merampok.
Jika mereka keluar akan menjadi korban dari para penjahat itu.
Mereka telah bersembunyi dan para tamu berdiam di dalam kamar
dengan tubuh menggigil ketakutan. Dan mereka cuma mendengar
betapa suara jerit dan teriakan membentak bengis dicampur
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan suara tertawa bergelak-gelak dari kedua perwira kerajaan
tersebut. Cing Kiang Wie dan Kang Wei benar-benar merupakan dua orang
perwira kerajaan yang tangguh dengan ilmu silat yang lihay.
Mereka sama sekali tidak terdesak dan malahan telah berhasil
mendesak lawan-lawan mereka yang berjumlah banyak itu.
1312 Disaat itulah, terlihat Cing Kiang Wie telah mengeluarkan
senjatanya, yaitu sebatang pedang panjang. Dia telah memutar
pedangnya cepat sekali, sehingga menyerupai sinar putih keperakperakan menyambar ke sana ke mari. Segera terdengar dua kali
suara jerit kematian, karena dua orang lawannya telah berhasil
ditikam binasa! Dan juga Kang Wei telah mengeluarkan senjatanya, yaitu joanpiannya. Dengan joan-pian yang berukuran panjang itu, dia telah
menyerang ke sana ke mari, sehingga membuat lawan-lawannya
tidak bisa mendekatinya. Begitulah pertempuran tersebut berlangsung terus, dengan jumlah
korban di pihak kakek tua itu semakin banyak. Wang Sun pada
waktu itu telah murka bukan main, wajahnya merah padam, dia
nekad sekali buat mendesak kepada ke dua perwira itu. Goloknya
telah digerakkan dengan bacokan-bacokan mengandung maut!
Namun keadaan ke dua perwira itu telah menang di atas angin,
mereka berhasil membuat para pengepungnya itu tidak berdaya
buat mendesak mereka. Sedangkan ke dua perwira itu malah telah berhasil buat
merubuhkan lawan mereka seorang demi seorang. Dalam
1313 keadaan seperti itulah terlihat, bahwa ke dua perwira kerajaan
tersebut telah berusaha merubuhkan lawannya lebih banyak.
Kakek Wang Sun melihat keadaan yang tidak menguntungkan
pihaknya, maka dia berseru nyaring: "Angin keras! Biar aku yang
menghadapi mereka!" Dan sambil berseru begitu, dia memutar golok besarnya itu,
menghadapi Cing Kiang Wie dan Kang Wei, karena dia ingin
memberi kesempatan pada kawan-kawannya melarikan diri.
Anak buahnya sendiri telah menyadari bahwa mereka biarpun
berjumlah beberapa kali lipat lebih banyak dari ke dua perwira itu,
keadaan mereka sama sekali tidak menguntungkan. Ke dua
perwira tersebut sangat tangguh sekali, di mana mereka telah
bertempur dengan pembelaan diri yang ketat, sedangkan korban
kian bertambah juga. Maka anak buah Wang Sun tidak membantah ketika Wang Sun
perintahkan mereka melarikan diri, dan menyingkir dari tempat itu.
Sedangkan beberapa orang di antara mereka juga membawa pergi
kawan-kawan mereka yang telah terbunuh dalam pertempuran
tersebut. 1314 Mereka pergi dengan cepat, dan tinggal Wang Sun yang matimatian sekarang ini menghadapi ke dua orang lawannya yang lihay
itu. Di mana terlihat betapa Wang Sun biarpun terdesak hebat
sekali, namun dia terus juga memberikan perlawanan yang gigih,
dia memutar golok besarnya itu dengan cepat dan kuat.
Dia hanya bisa membela diri belaka, tanpa sempat membalas
menyerang. Walaupun demikian, Wang Sun tampaknya puas, dia
telah bisa merintangi ke dua perwira itu, sehingga kawankawannya dapat melarikan diri meninggalkan tempat tersebut.
"Tua bangka yang tidak tahu diri, engkau akan mampus di tangan
kami!" berseru Cing Kiang Wie gusar bukan main dan penasaran,
pedangnya telah berkelebat-kelebat menikam dan menabas
kepada Wang Sun selama beberapa jurus dengan gerakan yang
sebat sekali. Sedangkan Kang Wei tidak ketinggalan, pecutnya telah menyambar ke sana ke mari, dia terus merangsek, berusaha agar
ujung cambuknya itu melibat leher Wang Sun.
Tetapi Wang Sun benar-benar dapat mengadakan pembelaan diri
yang rapat, dia masih bisa bertahan. Malah Wang Sun juga telah
beberapa kali berusaha meloloskan diri dari kepungan ke dua
1315 perwira tersebut, karena dilihatnya semua anak buahnya telah
sempat melarikan diri. Waktu itu, dia juga telah memutar goloknya, sambil tubuhnya
melesat ke arah tembok. Tetapi Cing Kiang Wie yang mengerti
maksud si kakek,telah berseru: "Jangan harap engkau bisa
meloloskan diri dari kami!"
Baru saja dia berkata begitu, tangan Wangsun yang kiri bergerak
dan menimpukkan belasan senjata rahasia ke arah ke dua
lawannya. Cing Kiang Wie dan Kang Wei jadi terkejut, mereka tidak
menyangka kakek itu ahli melepas senjata rahasia, sebab di saat
dia tengah memutar goloknya mengadakan pembelaan diri dengan
rapat, namun kenyataanya dia masih sanggup melepaskan senjata
rahasia yang jumlahnya tidak sedikit. Karena dari itu, cepat sekali
ke duanya memutar senjata mereka buat menghalau senjata
rahasia itu. Namun gerakan mereka jadi terlambat dan telah membuat Wang
Sun dapat mempergunakan kesempatan itu buat melompat ke atas
tembok dan hilang di kegelapan malam.
1316 Cing Kiang Wie dan Kang Wei bermaksud mengejar, namun waktu
mereka telah berada di atas tembok, segera Kang Wei teringat
sesuatu. "Tidak! Kita tidak boleh terpancing mereka! Mungkin mereka
hendak mempergunakan tipu memancing harimau keluar dari
kandang! Biarlah mereka pergi, tokh beberapa waktu lagi mereka
akan muncul menyatroni kita pula?"!" Setelah berkata begitu,
segera Kang Wei mengajak Cing Kiang Wie kembali ke kamar
mereka. Wang Sun yang waktu itu melarikan diri keluar kota telah
memasuki sebuah hutan. Rumah penginapan itu segera ramai oleh suara bisik-bisik ketika
para tamu dan pega- wai rumah penginapan itu tidak mendengar
suara ribut-ribut lagi, dan mereka telah melihat pertempuran itu
selesai, di mana keadaan menjadi sunyi sekali. Tidak seorangpun
yang berani segera keluar buat melihat apa yang telah terjadi.
Setelah lewat beberapa saat lagi dan keadaan tetap sepi, maka
dua orang pelayan dengan takut-takut telah pergi keluar
melihatnya. Mereka tidak melihat seorang manusia pun juga,
hanya darah dan juga pakaian yang banyak tercecer di tempat itu,
1317 bersama beberapa senjata tajam, yang rupanya tidak keburu
dibawa pergi oleh anak buah Wang Sun.
Di waktu itu Kang Wei dan juga Cing Kiang Wie telah rebah di
pembaringan mereka, buat beristirahat, sambil berwaspada kalaukalau musuh kembali lagi. Cuma saja, Kang Wei yakin bahwa
lawan malam ini tidak akan muncul lagi, sebab mereka telah
mengalami kerusakan yang cukup berat, dan dalam satu dua hari
barulah mereka akan muncul lagi!
Cing Kiang Wie dan Kang Wei merasa girang, karena tanpa sulitsulit menyelidiki, orang-orang yang hendak diselidiki jejaknya
malah menampakkan diri. Walaupun mereka belum dapat
menangkap buat mengorek keterangan, tokh sedikitnya mereka
telah melihatnya, bahwa mereka akan sanggup melaksanakan
tugas yang diberikan raja mereka.
Sesungguhnya, memang Cing Kiang Wie dan Kang Wei tengah
menerima tugas yang cukup berat dari Kaisarnya. Mereka
diharuskan memberantas dan membasmi orang-orang Han yang
masih bersetia kepada kerajaan Song yang telah dihancurkan.
Karena dari itu, ke dua komandan dari Kim-ie-wie dan Gie-lim-kun
tersebut diperintahkan agar pergi menyelidiki, siapa-siapa saja
1318 yang bergerak untuk mengadakan pemberontakan dan membasmi
mereka. Memang laporan yang terakhir masuk ke tangan Kaisar
menyatakan, banyak sekali orang-orang Han yang berkumpul di
Lam-yang, karena suatu waktu mereka akan mengadakan gerakan
pemberontakan melawan kerajaan.
Maka Kaisar telah perintahkan kepada ke dua orang kepercayaannya itu, yang diketahuinya memiliki kepandaian yang
tinggi, buat pergi membasmi orang-orang yang bermaksud
bergabung dan mengadakan pemberontakan melawan kerajaan.
Tugas itu sebetulnya hendak diserahi kepada Panglima Perang
yang khusus menangani persoalan tersebut, guna mengerahkan
pasukan menindas pemberontak itu.
Tapi jika hal itu dilakukan, tentu akan membuat rakyat berkuatir
menimbulkan kekacauan dan juga akan membuat rakyat cemas,
sehingga keamanan agak terganggu. Juga akan ada pihak lain
yang memanfaatkan kesempatan tersebut.
Karena dari itu, akhirnya Kaisar telah memutuskan, buat
perintahkan Kiang Wie dan Kang Wei melaksanakan tugasnya itu,
1319 guna secara diam-diam memberantas orang-orang hendak
memberontak. Dan Kiang Wie serta Kang Wei memang yakin, bahwa mereka
berdua memiliki kepandaian yang tinggi, mereka pasti akan dapat
menghadapi lawan-lawan mereka. Memang tugas ini merupakan
tugas yang tidak ringan dan akan memakan waktu yang cukup
lama. Sehingga sementara ini pimpinan Gie-lim-kun dan Kim-iewie mereka serahkan kepada wakil masing-masing.
Keterangan yang telah masuk ke dalam tangan mereka
menyatakan, kurang lebih duaribu pemberontak telah berhimpun
di Lam-yang, semuanya terdiri dari kaum rimba persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi. Itulah sebabnya mengapa ke dua
Komandan dari Gie-lim-kun maupun Kim-ie-wie sengaja berpakaian seragam agar menarik perhatian dan memancing
orang-orang itu memperlihatkan diri.
Dan rencana mereka memang berjalan sangat baik sekali. Karena
belasan orang pemberontak itu, di bawah pimpinan Wang Sun,
sudah menyatroni mereka! Inilah yang memang diinginkan oleh ke
dua perwira tinggi kerajaan tersebut!
"Y" 1320 Sekarang mari kita melihat keadaan Wang Sun, di mana kakek tua
itu telah masuk ke dalam sebuah hutan yang liar dan lebat sekali,
berada di luar kota Lam-yang. Semua kawan-kawannya memang
telah berkumpul di dalam hutan tersebut.
Ketika Wang Sun tiba, mereka menyambut dengan gembira,
semula mereka menduga Wang Sun bercelaka di tangan ke dua
perwira tersebut. Karena dari itu, ketika melihat Wang Sun muncul,
mereka semuanya bersorak dengan gembira.
Dikala itu, Wang Sun segera perintahkan anak buahnya agar
bersiap-siap. Dia kuatir ke dua perwira itu mengejarnya dan
mengerahkan tentara kerajaan melakukan penggerebekan ke
tempat ini, yaitu hutan lebat tersebut. Segera juga tampak
kesibukan di antara orang-orang Wang Sun yang mengadakan
penjagaan dengan ketat sekali.
Wang Sun letih bukan main, napasnya agak memburu, tadi dia
telah mengeluarkan seluruh kemampuan dan tenaganya, sehingga
dia sangat letih sekali. Sekarang mereka duduk di bawah sebatang
pohon, beristirahat mengatur pernapasan, sampai akhirnya diapun
telah melihat kesibukan di antara anak buahnya, barulah dia
melompat bangun, sambil katanya:
1321 "Aku akan pergi menghubungi kawan-kawan kita, dengan jumlah
kecil mengenakan penjagaan di garis depan, tentu akan
membahayakan sekali, jika saja ke dua perwira itu sempat
mengerahkan pasukan mereka melakukan penyerangan ke mari!"
Anak-anak buahnya, yang sebagian waktu itu tengah mengubur
mayat dari beberapa orang kawan mereka, mengiyakan segera.
"Tetapi kalian harus mengadakan penjagaan yang ketat, jika
memang terbukti bahwa ke dua perwira itu mengerahkan
pasukannya, dua orang di antara kalian tanpa membuang waktu
harus segera memberitahukan kepada kami?" karena jika
terlambat, tentu akan membahayakan kedudukan kita!"
Yang lainnya telah mengiakan lagi.
Wang Sun memasukkan goloknya, di mana dia telah menyorenkannya dan menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya
melesat sangat cepat dan ringan memasuki hutan lebat itu.
Setelah berlari-lari belasan lie menerobos hutan itu dia telah
sampai di luar hutan tersebut, dan segera mengambil jalan ke arah
barat. Dia telah sampai di depan sebuah bangunan yang besar tapi
terpencil. 1322 Bangunan itu mirip sebuah kuil yang tua yang telah dirombak,
sangat luas sekali, dan juga bertingkat dua. Cepat-cepat Wang Sun
menghampiri pintu mengetuknya tiga kali, disusul dengan ketukan
sebanyak dua kali. Dan pintu terbuka, Wang Sun menyelinap masuk, dan dia
kemudian diantar oleh seorang pemuda menuju ke ruangan dalam.
Di ruangan dalam tampak belasan orang yang tengah duduk
bercakap-cakap. Semuanya memakai baju singsat dan ketat, karena mereka
tampak setiap waktu bersiap-siap untuk bertempur. Melihat Wang
Sun, semuanya melompat berdiri, mereka telah menegur sambil
tersenyum. Wang Sun memberi hormat, menyambut teguran mereka, dan
kemudian katanya: "Aku ingin memberitahukan kepada pimpinan
bahwa kita baru saja menyatroni dua orang perwira kerajaan, yang
kabarnya datang dari kotaraja. Kami telah kehilangan beberapa
orang kawan yang terbinasa di tangan ke dua perwira itu?".!"
Muka belasan orang tersebut berobah menjadi merah padam
karena gusar, mereka telah berseru sengit sekali. Dan waktu Wang
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1323 Sun memasuki ruangan itu lebih jauh, semuanya telah mengikuti
di belakang Wang Sun. Pemuda yang mengantar Wang Sun telah sampai di depan sebuah
kamar, meminta Wang Sun dan yang lainnya agar menanti dulu,
dia sendiri masuk ke dalam. Tidak lama kemudian dia telah muncul
lagi, katanya: "Tang Lo-ya mempersilahkan tuan-tuan masuk!"
Wang Sun mengiyakan, dan ia melangkah masuk ke dalam kamar.
Di antara belasan orang lainnya, ada tiga orang yang telah turut
masuk. Ternyata di dalam kamar itu terdapat seorang tua berpakaian
sebagai pelajar, dia berusia hampir enampuluh tahun, tengah
duduk dengan wajah murung
Wang Sun segera memberi hormat, demikian juga dengan ke tiga
orang kawannya itu. Orang tua itu mengangguk sambil tersenyum, malah katanya:
"Wang Sun, kudengar kau telah kehilangan beberapa orang
kawan......., benarkah itu?"
Terkejut juga Wang Sun melihat bahwa pimpinannya ini memiliki
pendengaran yang tajam sekali, karena dalam waktu yang begitu
1324 singkat, apa yang telah dialami anak buahnya telah diketahuinya.
Tapi Wang Sun mengangguk juga.
"Benar?" dan kami justeru ingin memberitahukan apa yang telah
kami alami?"!" menyahuti Wang Sun.
"Duduklah!" kata Tang Lo-ya itu dengan suara yang sabar,
kemudian setelah Wang Sun dan ke tiga orang kawannya duduk,
dia baru meneruskan perkataannya:
"Sesungguhnya, memang tidak ada baiknya jika ke dua perwira
kerajaan yang datang dari kotaraja itu diserang kalian, mereka
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Karena dari itu, jika
mengerahkan orang-orang yang memiliki kepandaian setengahsetengah, niscaya kita yang akan menderita kerugian, akan jatuh
korban yang tidak sedikit di pihak kita!"
Wang Sun menunduk, katanya: "Semua ini karena terdorong oleh
perasaan penasaran, mereka bersikap begitu congkak dan juga
tampaknya memiliki pangkat tidak rendah. Mereka baru saja
datang dari kotaraja. Dengan demikian, kalau saja mereka berhasil
ditangkap, tentu kita akan bisa memperoleh keterangan yang lebih
lengkap tentang kekuatan kerajaan.....!"
1325 Tang Lo-ya mengangguk-angguk beberapa kali, kemudian
katanya: "Ya, kamipun memang mengerti akan maksud baik kalian,
yang hendak mendirikan pahala buat kita semua, di mana buat
menangkap ke dua perwira itu. Tapi tahukah engkau, siapakah
adanya ke dua perwira itu"!"
Waktu bertanya begitu, mata Tang Lo-ya bersinar tajam sekali
memandang Wang Sun. Wang Sun tertegun sejenak, namun akhirnya dia menggeleng.
"Dilihat dari kepandaian mereka, tentu di istana Kaisar dia bukan
orang sembarangan..........!" menyahuti Wang Sun.
Tang Lo-ya mengangguk. "Benar?" memang mereka orang-orang penting di istana Kaisar,
karena mereka itu adalah Komandan Gie-lim-kun dan Komandan
Kim-ie-wie. Mereka masing-masing bernama Cing Kiang Wie dan
Kang Wei!" Mendengar penjelasan itu, Wang Sun mengangguk-angguk
beberapa kali. "Pantas kepandaian mereka tinggi sekali...........!" katanya kemudian. 1326 "Karena dari itu aku sendiri sesungguhnya hendak perintahkan
orang kita agar pergi memberitahukan kepadamu, buat membatasi
diri dalam menghadapi ke dua perwira dari kerajaan itu, agar
berhati-hati. Ternyata kalian telah berangkat menyatroni mereka,
malah dengan berakhir kalian mengalami kerusakan yang tidak
kecil." Muka Wang Sun berobah memerah, tampaknya dia merasa malu,
sampai akhirnya dia bilang: "Semua ini adalah kesalahan Wang
Sun yang sangat ceroboh, harap Lo-ya mau mengampuni?"!"
Tang Lo-ya tersenyum. "Engkau tidak bersalah...... dan juga engkau tidak perlu minta
diampuni. Semua ini hanya disebabkan karena kurang cepatnya
keterangan yang sampai padamu. Jika memang orang yang
kukirim itu tiba pada waktunya, sehingga engkau mengetahui siapa
adanya ke dua perwira tersebut, niscaya engkau tidak akan
bertindak salah seperti itu?"!" Setelah berkata begitu, Tang Loya menghela napas beberapa kali.
Wang Sun kemudian bangun dari duduknya, katanya dengan
bersemangat sekali, "Tang Lo-ya, karena ini atas perbuatan Wang
Sun yang menyebabkan beberapa orang kita terbinasa, maka
1327 biarlah malam ini juga Wang Sun pergi mencari ke dua perwira itu,
buat bertempur mengadu jiwa dengan mereka membalas sakit hati
kita dan sebagai penebus dosa Wang Sun!" kata-kata itu
diucapkannya dengan bersemangat sekali.
Di waktu itu tampak jelas sekali, Tang Lo-ya tengah berduka. Dia
menggeleng. "Ingatlah Wang Sun, tindakan yang ceroboh membawa kerugian
yang tidak kecil buat pihak kita! Seperti yang baru saja engkau
alami, dimana kau telah mengalami kerusakan dengan terbinasanya beberapa orang-orangmu!
"Hemmmmm, sekarang jika memang engkau pergi ke sana
seorang diri, buat mencari ke dua perwira itu, engkau akan
mengalami bencana. Berarti jika engkau dicelakai oleh ke dua
perwira kerajaan itu, niscaya anak buahmu akan kehilangan
engkau. "Sebagian dari pertahanan kita akan kacau-balau seluruhnya!
Segala sesuatu harus di pikirkan masak-masak dan penuh
perhitungan yang baik, tidak dapat engkau bertindak sekehendak
hati menuruti hati kecilmu, Wang Sun!"
1328 Mendengar perkataan Tang Lo-ya, seketika Wang Sun seperti
baru tersadar. Dan segera menunduk dengan wajah bersusah hati,
katanya penuh penyesalan:
"Baiklah Tang Lo-ya, karena aku telah memberitahukan apa yang
telah terjadi, aku akan minta diri untuk kembali di tengah kawankawan! Semua nasehat yang diberikan Tang Lo-ya akan kuingat
baik-baik dan Wang Sun berjanji akan bertindak lebih hati-hati di
masa mendatang.....!" Sambil berkata begitu, Wang Sun menjura
memberi hormat. "Tunggu dulu?"!" panggil Tang Lo-ya mencegah Wang Sun
berlalu. "Ada yang ingin kukatakan kepadamu, Wang Sun!"
Wang Sun menahan langkahnya, dia memutar tubuhnya sambil
katanya: "Katakanlah Tang Lo-ya...... apakah yang hendak Lo-ya
perintahkan, akan segera Wang Sun laksanakan."
Tang Lo-ya tidak segera berkata, dia memandang kepada ke tiga
orang kawan-kawan lainnya yang duduk di tempat mereka,
tangannya memberi isyarat, maka ke tiga orang itu keluar
meninggalkan ruangan tersebut. Rupanya memang mereka
menyadari Tang Lo-ya ada kata-kata yang hanya disampaikan
kepada Wang Sun di bawah empat mata.
1329 Wang Sun sendiri diliputi tanda tanya, entah apa yang ingin
dikatakan Tang Lo-ya. "Duduklah!" kata Tang Lo-ya sambil tersenyum dan menunjuk
kepada kursi yang tadi diduduki Wang Sun, "Urusan yang ingin
kusampaikan kepadamu, menyangkut keselamatan gerakan kita
juga!" Wang Sun duduk di kursi itu sambil memasang telinganya baikbaik penuh perhatian, dan menyadari bahwa tentunya urusan yang
hendak disampaikan kepadanya merupakan urusan yang sangat
penting sekali. "Wang Sun?"!" panggil Tang Lo-ya setelah mendehem beberapa
kali. "Tahukah engkau, sekarang ini sudah beberapa banyak
orang-orang gagah yang terhimpun bersama kita"!"
Wang Sun seperti berpikir, kemudian katanya: "Sayangnya Wang
Sun tidak mengetahui dengan jelas angka-angka itu...... dapatkah
Tang Lo-ya memberitahukan berapa banyak para orang gagah
yang telah tergabung dalam gerakan kita?"
Tang Lo-ya tersenyum katanya: "Seperti engkau ketahui, dua
bulan yang lalu jumlah para orang gagah yang tergabung dengan
1330 kita baru berjumlah duaribu tigaratus orang! Tetapi sekarang
jumlah itu meningkat pesat sekali hampir meliputi limaribu orang!"
Wang Sun memperlihatkan sikap girang.
"Inilah kemajuan yang pesat sekali. Berarti gerakan kita didukung
oleh para orang gagah. Dengan demikian jelas kita juga akan
memperoleh dukungan yang jauh lebih besar lagi di waktu-waktu
berikutnya. Tang Lo-ya mengangguk. "Itupun memang sudah menurut rencana kita, karena biar
bagaimana kitapun harus lebih hati-hati dalam menentukan
tindakan! Dengan bertambahnya anggota perhimpunan kita, jelas
kitapun harus dapat lebih memperketat rahasia di dalam
perhimpunan ini, yang tidak boleh sembarangan disiarkan.
"Sebab tidak jarang pula terjadi di dalam tubuh perhimpunan kita
telah masuk menyelusup orang-orang kerajaan! Karena dari itu,
jika memang kita kurang hati-hati, kukuatirkan jika kelak kits sendiri
yang akan tertimpah bencana kareaa semua rahasia perhimpunan
kita akan sampai pada Kaisar yang sekarang?""
1331 Wang Sun mengangguk mengerti, dia bilang: "Jika demikian ada
perintah apakah yang ingin disampaikan Tang Lo-ya?"
Tang Lo-ya menghela napas dulu sebelum menjawab pertanyaan
Wang Sun, sampai akhirnya dia bilang:
"Di dalam persoalan ini sesungguhnya merupakan urusan yang
sangat penting sekali, di mana bulan mendatang aku bermaksud
untuk membentuk tujuh dewan penasehat, yang mengepalai setiap
bagian dari angkatan kita. Karena dengan demikian, dapat kita atur
semua rahasia-rahasia penting tidak sembarangan jatuh dan
diketahui oleh para anggota biasa!
"Dan engkau telah kupilih sebagai salah seorang di antara ke tujuh
anggota dewan tersebut! Karenanya Wang Sun, engkau harus
lebih berhati-hati dan waspada dalam menghadapi kerajaan
penjajah di mana engkau tidak boleh terlalu menuruti suara hati
kecilmu dan bertindak kalap. Sesuatunya harus dilakukan dengan
penuh perhitungan, walau bagaimana kau akan menjadi salah
seorang pemimpin di antara kita.....!"
Wang Sun cepat-cepat hangun dari duduknya, merangkapkan
sepasang tangannya. Dia mengucapkan terima kasih kepada Tang
Lo-ya dengan membungkukkan tubuhnya tiga kali.
1332 "Duduklah Wang Sun......!" kata Tang Lo-ya. "Dan ada lagi yang
hendak kukatakan ke padamu!"
"Silahkan Tang Lo-ya perintahkan!" kata Wang Sun.
"Untuk urusan ke dua perwira itu, engkau tidak perlu turun tangan,
karena sesungguhnya sejak aku menerima laporan tentang
kedatangan mereka di Lam-yang, akupun telah mempersiapkan
orang-orang yang lebih pantas menghadapi mereka. Aku telah
mengutus tiga orang kita buat membereskan mereka......! Maka
engkau sendiri, lebih baik-baik mencurahkan waktumu buat
memberikan pengertian dan semangat berjuang kepada anak
buahmu!" "Baik Tang Lo-ya, Wang Sun akan melaksanakan perintah dengan
sebaik-baiknya!" kata Wang Sun kemudian.
Tang Lo-ya mengangguk-angguk beberapa kali, dan dia kemudian
membiarkan Wang Sun berlalu, buat kembali ke tengah hutan di
antara kawan-kawannya. Siapakah Tang Lo-ya ini, yang tampaknya demikian berpengaruh
sekali di dalam perhimpunan para orang gagah itu"
1333 Ternyata Tang Lo-ya tidak lain dari Tang Bun, dia seorang pelajar
yang bun-bu-coan-cay seorang yang mengerti ilmu silat dan ilmu
surat secara baik sekali. Dia seorang pahlawan yang mementingkan tanah air dari segala-segalanya. Waktu para orang
gagah berjuang melawan tentara penjajah Mongolia, dia ikut
berjuang, maka dari itu, ia memiliki banyak sekali kawan-kawan di
antara para pejuang itu. Dia sesungguhnya seorang yang kaya raya, namun Tang Bun
mengorbankan seluruh hartanya. Dia membagi-bagikan di antara
para pejuang, agar mereka bisa memberikan kepada anak isteri
mereka. Dengan demikian para pejuang dapat berjuang tanpa bimbang
lagi. Mereka bisa mengerahkan seluruh kemampuan dan
keterampilan mereka buat menghadapi tentara penjajah.
Akan tetapi justeru tentara perang Mongalia memiliki kekuatan
yang besar dengan perlengkapan senjata yang jauh lebih lengkap.
Dan di samping itu, memang mereka telah menyerbu secara besarbesaran, sehingga Siang-yang dapat direbut. Tang Bun yang
merasa sedih melihat Siang-yang berhasil jatuh di tangan musuh,
membuatnya tidak rela dan menghimpun sahabat-sahabatnya,
1334 semua para orang gagah, buat suatu waktu nanti mengadakan
gerakan memberontak mengusir penjajah.
Semula yang bersedia ikut dengannya hanya sedikit sekali,
jumlahnya hanya ratusan orang. Hal ini disebabkan tentara
kerajaan Boan-ciu tengah giat-giatnya mengadakan pembersihan
dengan ketat. Tetapi semakin lama jumlah anggota perhimpunan Tang Bun
meningkat. Sebagai pemimpin yang baik, dia tidak mementingkan
pribadinya dan kepentingan diri sendiri. Dia malah telah
menyerahkan jabatan serta kedudukan ketua kepada seorang
yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi bernama Siangkoan
Lu Cie. Siangkoan Lu Cie seorang gagah perkasa dengan kepandaian
silatnya yang luar biasa, dan dia memang memiliki perhitungan
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
militer. Karenanya kedudukan ketua diserahkan Tang Bun
kepadanya. Namun semua anggota perhimpunannya tetap menganggap Tang
Lo-ya sebagai ketua mereka. Dan Siangkoan Lu Cie cuma sebagai
wakilnya. Karena dari itu, Tang Bun tidak bisa menolak desakan
1335 dari anggota perhimpunannya, dia tetap turun tangan memimpin
sendiri segalanya. Waktu itu kerajaan Boan tengah makmur dan sedang kuatkuatnya, juga tengah mengadakan pembersihan yang ketat sekali.
Karenanya Tang Bun mengambil taktik lain, yaitu semua anggota
perhimpunan itu tidak boleh berkumpul di sebuah tempat.
Mereka terpecah menjadi sepuluh bagian. Dengan demikian,
sewaktu-waktu kerajaan hendak menumpas mereka, tentu tidak
akan semuanya berhasil ditumpas.
Dan juga jika mereka telah semakin kuat, jelas mereka sekaligus
dapat mengepung dan menyerang kerajaan, akan membuat
kekuatan mereka tampaknya jauh lebih besar, terbagi sepuluh
kelompok. Peraturan seperti itu masih tetap dijalankan sampai anggota
perhimpunan tersebut hampir mencapai limaribu orang. Dan
mereka telah semakin kuat.
Tang Bun telah merencanakan, jika anggota perhimpunannya
mencapai sepuluhribu, barulah ia akan mengadakan serangan
terbuka kepada kerajaan. 1336 Yang membesarkan hati Tang Bun justeru semua anggota
perhimpunannya itu terdiri dari orang-orang rimba persilatan yang
memiliki ilmu silat lihay. Maka dari itu, walaupun jumlah mereka
sedikit, apa yang mereka lakukan pasti bisa berhasil jauh lebih
besar dibandingkan dengan apa yang dilakukan tentara biasa.
Itulah yang membuat semangat berjuang dari para orang gagah itu
semakin memuncak dan mereka bertekad hendak mengusir
tentara penjajah tersebut.
Tang Bun sendiri telah bekerja keras siang dan malam. Walaupun
usianya sebetulnya baru limapuluh lima tahun, namun wajahnya
tampak sudah demikian tua, sehingga ia terlihat jauh lebih tua dari
usia sebenarnya. Perihal kedatangan Cing Kiang Wie dan juga Kang Wei, ke dua
komandan dari Gie-lim-kun dan Kim-ie-wie itu memang telah
diketahui oleh Tang Bun, yang menerima laporan dari anak
buahnya. Segera juga ia menyusun suatu kekuatan buat menghadapi ke dua
perwira itu. Menurut perhitungannya maka kedatangan ke dua perwira itu,
pasti di belakangannya akan muncul puluhan ribu tentara kerajaan,
1337 yang akan menyapu bersih pemberontak tersebut. Karena dari itu,
Tang Bun telah mempersiapkan pasukannya di berbagai tempat,
yang sekiranya dapat dijadikan pertahanan yang kuat.
Dia pun telah perintahkan tiga orang ahli silat kelas utama buat
pergi menyatroni Cing Kiang Wie dan Kang Wei, guna
membinasakan mereka, atau juga jika tidak bisa membunuh,
membuat mereka bercacad. Dia menghubungi Wang Sun agar Wang Sun tidak melakukan
gerakan apa-apa, mengingat dia memang berada di garis depan
dekat dengan Lam-yang. Tapi orang yang dikirim menemui Wang
Sun datang terlambat. Wang Sun telah pergi menyatroni Cing
Kiang Wie dan Kang Wei dengan mengajak kawan-kawannya,
berakhir dengan kerusakan cukup parah buat kelompok Wang
Sun. Semua itu dilaporkan orang Wang Sun, membuat Tang Lo-ya ini
bersedih hati. Kematian beberapa orang anggota perhimpunannya
bukan saja akan mengurangi jumlah anggota, juga akan dapat
mempengaruhi semangat berjuang anggota-anggota lainnya, di
mana mereka tentu akan tergoncang hatinya, semangat berjuangnya akan menurun.
1338 Itulah sebabnya Tang Lo-ya juga memberikan wejangan kepada
Wang Sun, agar dia jangan bertindak terlalu ceroboh, dan
menjelaskan juga bahwa Tang Bun telah perintahkan tiga orang
ahli silat kelas satu buat menghadapi Cing Kiang Wie dan Kang
Wei. Tang Lo-ya menghela napas, dia membuka sepucuk surat laporan
dari barisan kelompok ke enam, yang berada dalam posisi sebelah
Selatan. Pimpinan rombongan tersebut adalah seorang ahli silat
ternama di bilangan daerah Kang-say, dan telah ikut menggabungkan diri. Ilmu silatnya lihay.
Dia melaporkan bahwa di sekitar daerah dia berada bersama
kawan-kawannya, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Juga tidak
terlihat tanda-tanda bahwa pihak kerajaan mengerahkan pasukannya. "Hemmm.... memang kali ini kedatangan Cing Kiang Wie dan Kang
Wei merupakan tanda tanya yang cukup mengherankan. Tidak
mungkin dia datang ke Lam-yang hanya berdua saja..... tanpa
membawa pasukan!" Menggumam Tang Bun perlahan sambil mengerutkan alisnya,
kemudian perlahan-lahan dia menggulung surat itu, dia 1339 memasukkan ke dalam bajunya, menghela napas lagi panjangpanjang, sambil memikirkan dengan cara bagaimana dia harus
dapat mengetahui rahasia kerajaan lebih banyak dari apa yang
telah diketahuinya. Dan yang pasti tentu saja sepak terjang Kiang
Wie selama berada di Lam-yang, harus diawasi dengan lebih ketat
lagi! "Y" Pagi itu Cing Kiang Wie dan Kang Wei tengah bersantap pagi,
dengan tertawa-tawa. Para pelayan melayani mereka lebih telaten dan hormat, karena
selain pangkat perwira tinggi ini tampaknya tidak rendah, juga
kepandaian mereka sangat hebat sekali. Bukankah semalam di
penginapan ini telah datang belasan orang perampok, yang dapat
diusir oleh mereka berdua dengan mudah"
Sedangkan Cing Kiang Wie tengah berkata kepada Kang Wei
diiringi senyum dan wajah berseri-seri: "Jika Hong-siang mendengar hasil kerja kita, tentu Hong-siang akan cepat-cepat
akan mempersiapkan hadiah menarik hati buat kita.....!"
Kang Wei tersenyum juga, namun dia menggeleng perlahan.
1340 "Engkau jangan mengharapkan yang tidak-tidak dulu, karena
sekarang ini tugas kita tidak ringan! Semalam yang datang
bukanlah manusia-manusia berarti di mata kita, karena pihak
merekapun hanya ingin melihat sampai berapa tinggi kepandaian
kita, maka mereka sengaja mengorbankan orang-orangnya itu,
sehingga jika kita melihat kemenangan yang telah kita capai
semalam, niscaya kita akan congkak dan sombong, lenyap
kewaspadaan kita. Di waktu itulah mereka akan bertindak dengan
mengirim orang-orangnya yang memiliki kepandaian lebih lihay!"
Cing Kiang Wie tersenyum, kemudian setelah meneguk araknya
dia bilang: "Kang Laote, engkau tampaknya terlalu berhati-hati
sekali. Malah menurutku, engkau keterlaluan lagi dalam berwaspada, karena engkau terlalu memandang tinggi para
pemberontak itu! "Sesungguhnya, menurut hematku, para pemberontak itu tidak
memiliki kepandaian apa-apa. Mereka semuanya merupakan
gentong-gentong nasi tidak punya guna!
"Hemmm, jelas untuk pertama kali mereka mengutus orangorangnya, pasti orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, yang
mereka segani. Dan jika mereka itu telah dapat kita obrak-abrik,
1341 hemm, nyali mereka akan ciut?" Selanjutnya jelas mereka tidak
berani sembarangan mengirim orang!"
Setelah berkata begitu, Cing Kiang Wie tertawa bergelak-gelak.
Sedangkan Kang Wei mengangguk-angguk beberapa kali.
"Mudah-mudahan saja begitu?" karena walaupun bagaimana
memang akupun mengharapkan tugas ini dapat kita selesaikan
secepatnya, agar kita bisa kembali ke istana, buat melanjutkan
tugas kita di sana?".!"
Ke duanya tertawa bergelak-gelak tampaknya riang sekali. Selesai
sarapan pagi, mereka meninggalkan rumah penginapan itu, buat
jalan-jalan berputaran di dalam kota Lam-yang.
Banyak orang-orang yang mengawasi mereka, tetapi ke dua
perwira kerajaan ini justeru mengambil sikap acuh tak acuh.
Mereka sengaja tidak menyamar, karena mereka hendak
memancing para orang gagah yang tergabung dalam perhimpunan
yang diadakan Tang Bun. Sambil berputaran di kota itu, Cing Kiang Wie dan Kang Wei pun
menyerap-nyerapi menyelidiki tentang kekuatan kaum 1342 pemberontak itu. Tetapi jarang sekali penduduk yang mau bicara,
mereka takut kerembet-rembet.
Setelah menjelang lohor, barulah ke dua orang perwira ini kembali
ke rumah penginapan buat mengasoh.
Sore harinya, mereka berkeliling di kota Lam-yang lagi, malah
mereka telah datangi daerah-daerah di luar kota tersebut, untuk
melihat-lihat keadaan di sekitar tempat itu.
Di waktu itulah mereka memperoleh kenyataan, penduduk kota
tersebut seperti juga tidak menyukai kehadiran mereka. Namun ke
dua perwira kerajaan ini tidak memperdulikannya. Dan setiap
tentara kerajaan Boan yang bertemu dengan mereka, tentu akan
memperlihatkan sikap yang sangat menghormat sekali.
Demikian juga para pembesar kota itu, yang mereka temui,
semuanya jadi sibuk mempersiapkan jamuan dan memperlakukan
ke dua perwira tersebut dengan hormat sekali.
Puas hati Cing Kiang Wie dan Kang Wei melihat penyambutan
para pembesar yang ada di Lam-yang, karena diam-diam
merekapun perintahkan para pembesar itu buat setiap saat
mempersiapkan tentara kerajaan, jika memang dibutuhkan. Ke dua
1343 perwira tinggi ini akan meminta bantuan untuk membasmi para
pemberontak itu. Jumlah tentara yang ada di Lam-yang, karena letaknya berdekatan
dengan Siang-yang dan merupakan kota yang sangat penting,
hampir meliputi sepuluhribu orang. Karenanya Kiang Wie dan
Kang Wei yakin jika sewaktu-waktu mereka memerlukannya tentu
mereka bisa mengerahkan tenaga tentara kerajaan yang cukup
besar. Menjelang malam, Cing Kiang Wie dan Kang Wei bersiap-siap
untuk memulai kerja mereka. Dimana mereka telah menyalin
pakaian dengan pakaian Ya-heng-ie, yang selalu dikenakan oleh
orang-orang yang berjalan malam.
Waktu mereka tengah salin pakaian, Cing Kiang Wie bilang,
"Malam ini kita mulai bekerja. Menurut laporan yang telah ada pada
kita, pemimpin dari para pemberontak itu berdiam di luar kota, di
sebuah rumah yang sangat besar. Tetapi anggota perkumpulan
tersebut tidak berkumpul di sana semuanya, karena mereka telah
dipecah menjadi sepuluh bagian, yang kekuatannya terpencarpencar.
1344 "Jika memang kita satroni mereka, niscaya mereka tidak akan
dapat memberikan perlawanan yang berarti. Yang terpenting kita
harus menangkap atau membinasakan pemimpin pemberontak itu
yang kabarnya bernama Tang Bun!"
Kang Wei mengangguk mengiyakan. Dan mereka telah siap buat
berangkat pergi menyelidiki keadaan pemberontak.
Memang sejak pagi sampai sore seharian mereka mengelilingi
kota tersebut. Tidak banyak memperoleh keterangan yang berhasil
mereka kumpulkan, karena memang penduduk jarang ada yang
mau bicara banyak dengan mereka.
Dan merekapun tidak marah, karena mereka berkeliling kota
seperti itu dengan sengaja mengenakan pakaian keperwiraan
mereka cuma buat pancingan belaka, menarik perhatian dari kaum
pemberontak agar mengetahui dua orang tokoh kerajaan berada
di kota Lam-yang, dan mereka menjadi panik!
Begitu kentongan ke dua dipalu, segera Cing Kiang Wie dan Kang
Wei meninggalkan kamar rumah penginapan. Mereka telah
mengambil jalan di atas genting rumah penduduk. Mereka memiliki
gin-kang yang sangat tinggi.
1345 Dengan demikian mereka dengan mudah bisa melewati ratusan
rumah penduduk tanpa rintangan suatu apapun juga. Malah di
waktu itu mereka telah berada di luar pintu kota.
Keadaan di sekitar tempat itu sepi sekali, ke duanya saling
pandang sambil tersenyum.
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita mulai memasuki kandang macan, kita harus waspada!" pesan
Kang Wei, yang selalu hati-hati.
Cing Kiang Wie tersenyum congkak, tapi dia mengangguk.
Begitulah, ke duanya berlari-lari lagi.
Tetapi tengah mereka melesat ringan dan lincah, dari depan
mereka tampak mendatangi seorang lelaki tua berusia limapuluh
tahun, dengan tubuh bungkuk, tengah memikul dua bakul padi.
Tampaknya orang tua itu lemah dan kelelahan sekali. Keringat
memenuhi wajah dan tubuhnya, diapun terbungkuk-bungkuk
seperti itu, karena dia memang telah berusia lanjut sekali.
Cing Kiang Wie dan Kang Wei ketika melihat jelas orang tersebut
merupakan seorang tua yang tidak punya guna, mereka ingin
melanjutkan perjalanan mereka. Namun orang tua itu memikul
padinya di tengah jalan, dan ketika mereka hendak melewati. tahu1346
tahu orang tua itu seperti hendak menurunkan pikulannya,
sehingga melintang. Untung Cing Kiang Wie dan Kang Wei memiliki mata yang awas
dan cepat sekali mereka dapat menahan lari mereka sehingga
tidak sampai menubruk ujung pikulan itu, yang ternyata dibuat dari
besi! Cing Kiang Wie yang memang berdarah panas, segera
membentak bengis: "Tua bangka yang mau mampus, mengapa
melintang di tengah jalan"!"
Orang tua itu menghapus keringatnya, dia bilang, "Maaf..... lohu
(aku orang tua) sangat lelah dan ingin istirahat! Apa salahnya lohu,
sehingga tampaknya tuan-tuan begitu marah"!"
Cing Kiang Wie mendongkol sekali. Dia mengulurkan tangan
kanannya mendorong tubuh orang tua itu.
Seketika tubuh orang tua tersebut bergulingan di tanah, terkena
dorongan tersebut. "Tua bangka kerbau tidak punya guna!" menggumam Cing Kiang
Wie kemudian kepada kawannya, karena tadi dia mendorong tidak
disertai tenaga dalamnya, telah membuat orang tua itu jungkir1347
balik. Dia menduga tentunya orang tua itu benar-benar seorang tua
yang tidak punya guna dan sangat lemah.
Kang Wei mengangguk, katanya: "Mengapa harus melayani dia"
Mari kita pergi!" Tetapi baru saja Cing Kiang Wie ingin menyahuti, di waktu itu orang
tua tersebut berteriak nyaring mengandung kemarahan.
"Manusia-manusia jahat...... aku tidak bersalah apa-apa, kalian
telah menurunkan tangan keji padaku seorang tua yang tidak
berdaya! Thian tentu mengutuk kalian!"
Cing Kiang Wie jadi mendongkol lagi, dia menghampiri, dan
mengayunkan kaki kanannya, menendang dengan kuat ke dada
orang tua itu. Orang tua itu seperti ketakutan, dia memasang ke dua tangannya,
mendorong ke depan. "Ihhhh!" Cing Kiang Wie berseru kaget. Sebab di waktu itu dia
merasakan kakinya yang tengah meluncur itu seperti didorong oleh
suatu kekuatan yang sangat hebat sekali, dan tubuhnya terdorong
kuat. 1348 Beruntung memang Cing Kiang Wie lihay. Biarpun begitu
mendadak dia terdorong hebat, namun segera dia bisa mengerahkan tenaga dalamnya. Kakinya yang satu menjejak
tanah, maka tubuhnya melesat cepat sekali melambung empat
tombak lebih! "Bekuk dia!" teriak Cing Kiang Wie kepada Kang Wei. "Dia hanya
pura-pura tidak mengerti ilmu silat!"
Kang Wei juga kaget melihat kuatnya dorongan ke dua tangan
kakek tua itu, karena kawannya, yang diketahuinya memiliki
kepandaian yang tangguh, telah terdorong begitu jauh. Tanpa
berkata apa-apa dia telah melompat sambil menghantam dengan
telapak tangannya. Namun orang tua itu berbeda dengan tadi, tampaknya lemah dan
tengah keletihan, justeru sekarang telah melompat berdiri sambil
mengelak dari pukulan tangan Kang Wei kemudian teriaknya:
"Ohhh, kalian perampok-perampok tidak kenal malu! Orang setua
aku masih juga ingin dirampok oleh kalian!"
Bukan main mendongkolnya Cing Kiang Wie dan Kang Wei.
Mereka membentak bengis dan serentak menghantam kakek itu.
1349 Tetapi justeru kakek tua tersebut tahu-tahu telah memutar
pikulannya, yang menderu-deru kuat sekali!
Cin Kiang Wie dan Kang Wei terkejut, mereka cepat-cepat
melompat mundur menjauhi diri. Tangan mereka sebat sekali
mencabut keluar senjata masing-masing.
Setelah saling pandang satu dengan lain, ke dua perwira tentara
kerajaan ini menerjang kepada si kakek. Pedang Cing Kiang Wie
meluncur sangat hebat sekali menikam ke arah tenggorokan kakek
tua itu, sedangkan pecut Kang Wei juga meluncur mengandung
kekuatan lweekang yang dahsyat, karena mereka menyerang tidak
tanggung-tanggung. Akan tetapi rupanya kakek tua itu bukan seorang sembarangan.
Sikapnya telah berobah sama sekali dibandingkan dengan tadi, di
mana dia memang tadi begitu lemah seperti seorang kakek yang
sudah tidak punya guna. Namun sekarang berdiri tegap tidak
bungkuk dan ke dua tangannya memegang tongkat besinya, yang
diputarnya menyampok senjata lawannya yang menyambar
dengan beruntun. "Trangggg?" tranggggg".. taaarrrr!" terdengar berulang kali
suara itu karena benturan senjata Cing Kiang Wie dan Kang Wei.
1350 Seketika ke dua perwira itu kaget, karena disaat senjata mereka
saling bentur, tangan mereka tergetar. Walaupun tidak menyebabkan telapak tangan mereka sakit, tokh setidak-tidaknya
telah membuktikan bahwa kekuatan tenaga dalam kakek tua itu
tidak rendah. Ke dua perwira tinggi kerajaan tersebut juga menyadari, bahwa
kakek tua ini hanyalah menipu mereka menyamar sebagai kakek
tua penjual padi belaka. Padahal sesungguhnya kakek tua tersebut
seorang yang tangguh! Seketika mereka menduga jika memang bukan seorang begal,
tentunya kakek tua tersebut adalah salah seorang anggota
pemberontak. "Hemm, jangan engkau mencari-cari alasan, karena kami telah
mengetahui siapa engkau sebenarnya!"
Sambil berkata begitu, cepat sekali dia telah menghantam dengan
pecutnya, di mana Kang Wei menyerang dengan kekuatan
delapan bagian, sehingga pecut itu mendesing mengeluarkan
suara yang menderu sangat dahsyat sekali ujung pecutnya itu
menyambar berkelit seperti juga ancaman seekor ular.
1351 Kakek tua itu benar-benar lihay, dia sama sekali tidak gentar
menghadapi pecut lawannya, dia malah memutar tongkatnya itu.
Ujung pecut lawannya telah melibat tongkatnya, dan Kang Wei
hendak menariknya dengan gerakan yang sangat kuat.
Namun tongkat atau pikulan besi kakek tua itu tidak bergeming,
karena si kakek telah mengerahkan tenaga dalamnya. Mereka jadi
saling mengerahkan kekuatan sin-kang, saling menarik dan
menahan. Jika Kang Wei menarik dengan kekuatan yang luar
biasa, justeru kakek tua itu bertahan dengan kuda-kuda ke dua kaki
yang kokoh sekali. Kang Wei jadi mendongkol dan marah sekali. Dia juga penasaran,
karena sebelumnya dia meremehkan kakek tua itu, siapa tahu
justru tenaga dalam kakek tua itu sangat kuat sekali tidak berada
di sebelah bawah kekuatan tenaga dalamnya!
Sedangkan Cing Kiang Wie tidak mau membuang-buang waktu.
Ketika melihat Kang Wei tidak dapat mengatasi lawan mereka yang
tua itu, segera juga dia mencelat dengan pedangnya buat
menyerang membantui Kang Wei. Pedangnya itu berkelebat
seperti juga seekor naga putih, yang mengincar bagian berbahaya
di pundak kakek tua tersebut.
1352 Kakek tua itu tengah mengerahkan tenaga dalamnya buat
melawan daya tarik Kang Wei, dan sekarang dia diserang oleh
Cing Kiang Wie, jika memang dia tidak menghindar atau
menangkis, tentu dirinya akan terancam bahaya yang tidak kecil.
Dalam keadaan seperti itu, segera juga dia berseru nyaring, dan
tahu-tahu pikulan besinya telah dimiringkan. Dia melepaskan
cekalannya pada gagang pikulan yang satu, kemudian tubuhnya
itu bergerak menarik pikulannya, dengan demikian lilitan cambuk
lawannya dapat dilepaskan.
Dikala itu serangan pedang Cing Kiang Wie tiba, dia menyampok
dengan pikulannya. "Tranggg?"!" pedang dan pikulan tersebut membentur kuat
sekali, lelatu api terlihat berpijar terang.
Cing Kiang Wie merasakan tangannya tergetar keras, namun dia
tidak mau memberikan waktu sedikitpun kepada kakek itu buat
bernapas memperbaiki diri dan kedudukannya. Pedangnya
menyambar lagi bertubi-tubi sampai empat kali tikaman.
"Tranggg..... tranggg?" tranggg..... tranggg..........!" Empat kali
terdengar suara benturan yang sangat kuat, karena empat kali
kakek tua itu dapat menangkis pedang lawannya. Cing Kiang Wie
1353 melompat mundur, dia berdiri di sisi Kang Wei, yang waktu itu
memang sudah tidak menyerang lagi.
"Tua bangka yang tidak kenal mampus, perkenalkan namamu,
karena kami paling anti untuk membunuh manusia tidak bernama!"
bentak Cing Kiang Wie kemudian.
Kakek tua itu tertawa terkekeh, kemudian dia bilang dengan suara
yang tawar: "Hemm..... kalian ingin mengetahui siapa aku" Baik!
Dengarkanlah baik-baik, karena aku kuatir kalian kaget mendengar
siapa adanya aku, kalian berdua tidak bisa pulang ke istana buat
melaporkan kepada Kaisar kalian?"!"
Tetapi biarpun kakek tua itu mengatakan bahwa dia akan
memberitahukan namanya, namun dia tidak menyebutkan siapa
adanya dia. Cing Kiang Wie dan Kang Wei merasakan dirinya dipermainkan,
segera Kang Wei membentak dengan suara bengis: "Katakanlah,
siapa kau sebenarnya!"
"Aku she Liang dan bernama Tie," kata orang tua itu sambil
memperdengarkan tertawa dingin, sikapnya gagah sekali, dia telah
mencekal tongkatnya kuat-kuat menantikan serangan dari ke dua
lawannya. 1354 "Liang Tie" Oho, kiranya Kiu-cie-tung-hiap (Pandekar Tongkat
Sembilan Jari)!" berseru Kang Wei dengan diiringi suara
bergelaknya. "Tidak kami sangka, hari ini kami memiliki nasib baik
bisa bertemu dengan Kiu-cie-tung-hiap yang menjagoi daerah
selatan!" Apa yang dikatakan Kang Wei memang tidak salah, sebab Kiu-cietung-hiap Liang Tie merupakan seorang jago yang malang
melintang disegani di daerah Selatan. Sejauh itu dia jarang sekali
memperlihatkan diri. Siapa tahu, justeru malam ini ke dua perwira tinggi kerajaan telah
dihadangnya. Tidak terlihat perasaan jeri sedikitpun juga pada
wajah ke dua perwira itu, walaupun mereka memang telah
mengetahui siapa lawan mereka, seorang tokoh rimba persilatan
yang memiliki nama tidak kecil di dalam kalangan Kang-ouw dan
terkenal dengan ilmu tongkatnya.
Di waktu itu Kiu-cie-tung-hiap Liang Tie tertawa bergelak,
kemudian katanya dengan suara yang dingin: "Benar! Benar!
Justeru hari ini memang aku telah memutuskan, bahwa sekarang
aku akan mempertaruhkan jiwaku dengan kalian berdua!"
1355 Sambil berkata begitu, Liang Tie tidak membuang-buang waktu,
tubuhnya telah melesat sangat cepat luar biasa, tongkatnya itu,
yang menyerupai pikulan, menderu-deru sangat dahsyat sekali,
ujungnya menyambar kepada Kang Wei.
Kang Wei mendengus, dia mempergunakan cambuknya buat
balas menyerang. Namun belum lagi ujung tongkat Liang Tie
mengenai Kang Wei, justeru di lain saat dia telah menarik pulang
serangannya itu, batal menyerang Kang Wei.
Kemudian dia menggerakkan tongkatnya dengan ujungnya yang
lain menyambar kepada Cing Kiang Wei kuat dan mendatangkan
derunya angin. Seperti gelombang yang datang menerjang,
membuat Cing Kiang Wie tergetar oleh angin serangan ujung
tongkat lawannya. Namun dia seorang pendekar ahli pedang yang sangat liehay
sekali, dengan segera dia memutar pedangnya, sama sekali dia
tidak menjadi gugup, pedangnya itu bagaikan telah berobah
menjadi satu dengan tubuhnya, bergulung-gulung sinar putih
keperak-perakan, sehingga jangankan senjata lawan, sedangkan
jika waktu itu ada siraman air, tentu tidak setetes air pun yang akan
dapat menerobos masuk ke dalam pertahanannya itu.
1356 "Trangggg, trangggg.......!" terdengar beberapa kali terbentunya
pedang dan tongkat Kakek tua itu. Namun tetap saja Cing Kiang
Wie memutar pedangnya. Dalam waktu yang singkat, telah lebih limapuluh jurus mereka
bertiga bertempur. Kakek tua itu boleh tangguh, tetapi menghadapi ke dua orang
lawannya yang kepandaiannya tidak berada di sebelah bawah
kepandaiannya, membuat dia terdesak juga. Dan perlahan-lahan
kakek Liang Tie telah berada di bawah angin, dia hanya dapat main
kelit saja sebab beberapa kali dia terdesak hebat.
Liang Tie sendiri memaklumi, jika memang bertempur terus
dengan cara seperti itu, akhirnya dengan dikeroyok ke dua perwira
tinggi tersebut, jelas dia akan dapat di rubuhkan. Karena dari itu,
dia telah mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, suara
seruannya itu bergema di sekitar tempat itu.
Bersamaan dengan seruan kakek tua itu, tampak mendatangi
pesat sekali dari tempat yang gelap dua sosok tubuh yang
gerakannya sangat gesit. Di tangan ke dua sosok tubuh itu masingmasing mencekal sebatang pedang, dan mereka tidak bicara,
1357 begitu datang, segera menerjang dan menyerang Cing Kiang Wie
dan Kang Wei. Liang Tie sendiri telah berteriak: "Bunuh saja ke dua anjing ini!"
Dengan bersemangat tongkatnya telah menyerang bertubi-tubi
dengan jurus hebat dan bisa mematikan kalau mengenai
sasarannya. Sedangkan Kiang Wie dan Kang Wei, jadi terkejut. Melihat
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepandaian Liang Tie dan ke dua orang yang baru datang itu,
mereka yakin, tentunya ketiga orang-orang ini tidak bisa dihadapi
begitu saja, jumlah mereka belum tentu bertiga, bisa saja di tempat
lain tengah bersembunyi kawan-kawan Liang Tie yang lainnya.
Karena berpikir begitu, Cing Kiang Wie dan Kang Wei telah
memperhebat serangan mereka secara bergantian sebentar
kepada Liang Tie, lalu kepada ke dua kawan kakek tersebut.
Pertempuran terus berlangsung dengan seru, mereka bergerak
sangat lincah dan cepat sekali sehingga tubuh mereka seperti juga
bayangan. "Manusia-manusia tidak malu!" bentak Liang Tie. "Hari ini adalah
hari kematian kalian! Lebih baik-baik kalian berdoa kepada Thian,
untuk memohon dosa kalian diringankan."
1358 Sambil mengejek seperti itu, tampak Liang Tie telah menyerang
tambah hebat, tongkatnya seperti juga berobah menjadi sepuluh
batang, menyambar-nyambar dengan hebat dan gencar sekali.
"Jangan sombong, hari ini justeru kami datang ke Lam-yang buat
memberantas kalian! Tentunya kalian bertiga adalah anjing-anjing
pemberontak yang hari ini akan kami kirim ke neraka! Terimalah
serangan.....!" Sambil memaki begitu,Cing Kiang Wie yang memang berdarah
panas, telah menyerang dengan hebat. Pedangnya itu berkelebatkelebat sangat cepat disamping juga disertai oleh tenaga lweekang
yang tinggi sekali. Sedangkan Kang Wei yang jarang bicara, dia cuma mengerahkan
seluruh kepandaiannya berusaha untuk merubuhkan salah
seorang lawannya. Walaupun dia telah mengeluarkan ilmu cambuknya, tokh tetap saja
dia tidak berhasil untuk merubuhkan salah seorang lawannya. Hal
ini membuatnya jadi penasaran sekali, dan dia telah menggerakkan cambuknya semakin cepat dan kuat, seperti juga
sambaran gelombang yang saling susul.
1359 Dalam keadaan seperti itu, ke lima orang ini, dua lawan tiga,
tengah mengerahkan seluruh ilmu simpanan mereka, karena
mereka mengetahui, jika mereka tidak berusaha merubuhkan
lawan mereka lebih dulu, keselamatan mereka yang bisa
terancam. Karena dari itu, cepat sekali mereka telah memusatkan
seluruh perhatian mereka, berusaha merubuhkan lawan mereka
dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Dikala itu Cing Kiang Wie rupanya sudah tidak bisa menahan
kemarahannya. Waktu dia melihat kesempatan, di mana Liang Tie
tengah menyerang dengan tongkatnya kepada Kang Wei, tanpa
membuang-buang waktu lagi, segera pedangnya itu menikam ke
pundak lawannya. Liang Tie juga terkejut, dia memang tengah memusatkan seluruh
perhatiannya kepada Kang Wei, tahu-tahu pedang lawannya telah
begitu dekat. Dia mengeluarkan suara seruan tertahan, dan
berusaha menyampok dengan tongkatnya.
Tapi gagal. Tongkatnya hanya dapat membuat tubuh Cing Kiang
Wie bergoyang-goyang, dan di saat itu mata pedang Cing Kiang
Wie menikam merobek baju di lengannya. Dengan demikian
membuat Liang Tie jadi terhuyung mundur dengan muka yang
pucat. 1360 Ke dua kawan Liang Tie ikut terkejut dan tidak berayal lagi segera
menyerang Cing Kiang Wie. Mereka kuatir kalau saja Liang Tie
disusul dengan serangan lainnya.
Begitulah, dengan menahan sakit pada lengan kanannya. Liang
Tie tetap memutar tongkatnya, dia telah berusaha merubuhkan
salah seorang lawannya. Dalam keadaan seperti ini, tubuh mereka bergerak-gerak seperti
juga bayangan belaka. Kalau saja kebetulan di waktu itu ada orang
yang lewat di tempat tersebut, niscaya akan menduga bahwa
sosok-sosok tubuh yang tengah berkelebat-kelebat itu adalah
hantu penunggu tempat tersebut!
Liang Tie semakin lama semakin lemas karena itu, ketika suatu kali
Cing Kiang Wie menikam lagi kepadanya, dengan tikaman lurus ke
arah dadanya. Dia terlambat menyampok dengan tongkatnya,
maka seketika pundaknya terluka tertikam cukup dalam oleh
pedang lawannya. Dia terhuyung mundur dan rubuh terduduk.
Tongkatnya terlepas dari tangannya jatuh di sisinya. Muka Liang
Tie pucat pias. 1361 Salah seorang kawan Liang Tie mengeluarkan seruan nyaring,
tubuhnya melesat ke tengah udara, pedangnya dipakai menikam
punggung Cing Kiang Wie. Waktu itu Cing Kiang Wie tengah gembira, sebab melihat si kakek
Liang Tie telah berhasil dirubuhkannya. Dia bermaksud akan
menyusuli dengan tikaman berikutnya. Namun tiba-tiba dia
merasakan di punggungnya, telah menyambar angin tajam, tanpa
menoleh lagi dia menangkis ke arah belakangnya, pedangnya
segera dapat menyampok pedang lawannya, terdengar suara
"tranggg" yang nyaring sekali.
Tangan Cing Kiang Wie tergetar, dan dia merasakan telapak
tangannya pedih. Demikian juga lawannya, telah melompat
mundur dengan cepat sekali.
Lawan Cing Kiang Wie tadi, karena menguatirkan keselamatan
Liang Tie. telah menikam dengan sepenuh tenaganya. Itulah
sebabnya mengapa Cing Kiang Wie telah merasakan telapak
tangannya sakit sedangkan dia sendiri tubuhnya jadi terhuyung
mundur waktu pedangnya kena ditangkis oleh Cing Kiang Wie.
Kang Wei tengah dilibat oleh lawannya yang seorang lainnya. Ilmu
silat orang tersebut juga tidak lemah, karena dia tampaknya
1362 mempergunakan ilmu pedang dari Kun-lun-kiam-hoat. Tentunya
dia salah seorang murid Kun-lun-pay.
Beberapa kali orang itu merangsek dengan menempuh jarak dekat
sekali. Dia main rapat seperti itu karena mengetahui jika mereka
terpisah cukup jauh, berarti Kang Wei yang meraih keuntungan
tidak kecil. Cambuknya memang panjang, tentu saja dia malah
lebih leluasa jika mereka bertempur terpisah dalam jarak yang
cukup jauh. Lawannya yang cerdik justeru tidak mau bertempur dengan jarak
jauh, dia telah merangsek terus makin dekat, sehingga Kang Wei
tidak leluasa buat menyerang dia dengan cambuknya, malah dia
menyerang hebat mempergunakan pedangnya, membuat Kang
Wei berulang kali harus mengelak ke sana ke mari menghindarkan
diri dari serangan lawannya.
Tapi Kang Wei juga bukannya seorang yang tolol, dia berusaha
agar lawannya itu tidak bisa main dekat terus. Dalam suatu
kesempatan, setelah dia mengancam lawannya dengan totokan
kepada pundaknya, dengan ringan sekali dia menjejakkan kakinya,
tubuhnya melompat ke tengah udara dan berjumpalitan, begitu ke
dua kakinya hingga di tanah, segera dia menjejak lagi, sehingga
tubuhnya melompat mundur lebih jauh.
1363 Setelah hinggap di tanah, dia terpisah cukup jauh dengan
lawannya, maka dia membarengi dengan cambuknya yang
menyambar kepada lawannya dengan gencar dan beruntun.
Dengan demikian dia tidak memberikan kesempatan kepada
lawannya buat merangsek main dekat lagi. Dia telah menyerang
beruntun seperti itu, membuat lawannya yang sekarang sibuk
sekali berkelit ke sana ke mari tanpa bisa membalas menyerang,
karena ukuran pedangnya yang tidak begitu panjang seperti
cambuk lawannya, tidak bisa menikam dari jarak yang jauh.
Liang Tie yang melihat keadaan seperti itu segera merogoh
sakunya, tahu-tahu dia telah menimpukkan sebuah benda hitam ke
arah Cing Kiang Wie. Cing Kiang Wie menduga senjata rahasia, dia berkelit. Benda
hitam bulat itu terbanting di tanah di dekat sampingnya. Terdengar
suara ledakan dan di sekitar tempat itu diselubungi asap yang
tebal. "Kang Laote, hati-hati!" teriak Cing Kiang Wie, yang kuatir lawanlawannya mempergunakan senjata rahasia buat menyerang
membokong pada mereka. 1364 Kang Wei sendiri terkejut karena tahu-tahu tempat itu tertutup
gelap oleh asap. Dia jadi kelabakan dibuatnya, dan buat
melindungi dirinya dari bokongan lawannya, dia memutar
cambuknya dengan cepat. Dan setelah memutar cambuknya
beberapa waktu, di kala asap semakin tipis, dia hanya melihat Cing
Kiang Wie yang berdiri dengan penuh kewaspadaan.
Sedangkan ke tiga orang lawan mereka sudah tidak terlihat lagi
mata hidungnya. Diwaktu itu Liang Tie dan ke dua kawannya entah
telah pergi ke mana. Liang Tie rupanya mempergunakan kesempatan di saat alat
peledaknya itu menaburkan asap, telah melarikan diri dengan ke
dua orang kawannya itu. Maka begitu asap itu menipis, di waktu
Cing Kiang Wie dan Kang Wei bisa melihat lebih jelas, maka
mereka sudah tidak melihat ke tiga orang lawan mereka.
Di waktu itu Kang Wei segera melompat ke dekat Cing Kiang Wie.
"Cing Toako...... mereka cukup tinggi kepandaiannya?" kita
selanjutnya harus lebih hati-hati, boleh jadi akan banyak orangorang setangguh mereka akan mengeroyok kita!"
1365 Cing Kiang Wie yang masih penasaran mendengus, dia bilang:
"Hemmmmm, biarlah semuanya muncul. Nanti akan kuberesi
semuanya!" Baru saja dia berkata begitu, dari tempat gelap terdengar suara
tertawa dingin. "Hemmm, bicara sih memang enak, cuma menggoyangkan lidah!"
kata orang itu dengan suara yang dingin mengandung ejekan.
"Tetapi justeru aku telah melihat dan menyaksikan dengan mataku
sendiri, bahwa kalian merupakan anjing-anjing tidak punya guna!"
Cing Kiang Wie dan Kang Wei bersiap-siap dengan senjata
mereka, karena mengetahui bahwa di tempat gelap itu telah
bersembunyi lawan baru. Tentunya lawan itu memiliki gin-kang dan
kepandaian yang tinggi, entah seorang diri atau berkumpul dengan
kawan-kawannya dalam jumlah yang banyak.
"Siapa kau, mengapa menyembunyikan ekor, terus tidak mau
memperlihatkan diri"!" bentak Kang Wie dengan suara yang
menyeramkan dan bengis. "Hemmmm, sejak tadi aku telah memperlihatkan diri, kalian berdua
yang merupakan anjing-anjing kudis buta, mana bisa melihat"
Sungguh kasihan! 1366 "Cing dan Kang Ciangkun, rupanya kalian telah melupakan
asalmu, merupakan kacang yang lupa pada kulit, sehingga kalian
benar-benar memang ingin berkhianat dan telah bekerja di bawah
tindasan dari kaum penjajah itu!
"Hahahaha, yang seorang adalah komandan dari Gie-lim-kun,
sedangkan yang seorang adalah Komandan Kim-ie-wie sekarang
telah diutus buat membasmi kawan-kawannya sendiri, buat
menumpas orang-orang sebangsanya....... Hahaha! Sungguh
perbuatan yang sangat bagus!"
Waktu orang itu mengejek seperti itu, Kiang Wie dan Kang Wei
kaget bukan main, karena orang itu mengetahui bahwa mereka
adalah komandan dari Gie-lim-kun dan Kim-ie-wie.
"Siapa kau, cepat perlihatkan dirimu! Jangan bersikap pengecut
seperti itu hanya menyembunyikan ekor.....!" bentak Cing Kiang
Wie yang habis sabar. "Aku di sini?"!" menyahuti orang itu, yang segera melangkah
keluar dari tempat gelap itu. Segera terlihat seorang kakek tua
dengan pakaian penuh tambalan.
"Hemmm, engkau pengemis busuk"!" bentak Cing Kiang Wie
setelah melihat kakek pengemis tersebut yang tampaknya
1367 dikenalnya. "Thio Kim Beng! Mengapa engkau demikian usil
mencampuri urusan Kami" Atau memang engkau sudah bosan
hidup! Lebih baik engkau meninggalkan pekerjaan hina yang
setiap hari buat makan saja harus mengemis ke sana ke mari
meminta belas kasihan orang!
"Jika memang engkau mengetahui selatan, maka kami akan
memperkenalkan kau kepada Hong-siang. Akan kami pujikan
engkau sehingga bisa memperoleh pangkat dan harta! Kau
memiliki kepandaian yang tinggi tetapi menjadi pengemis yang
hina, apakah engkau tidak merasa harus dibuat sayang dan
merasa hina?" Pengemis tua yang baru muncul itu ternyata memang tidak lain dari
Thio Kim Beng, tertawa mendengus ketika mendengar ejekan Cing
Kiang Wie yang menyerupai juga bujukan buatnya!
"Justeru aku tidak mau menjadi manusia hina dina seperti kalian!
Aku lebih baik mengemis dari pada harus mengkhianati bangsa
sendiri!" "Setan manusia tidak tahu diuntung!" bentak Cing Kiang Wie tidak
bisa mempertahankan kemarahannya, tubuhnya dengan gesit
1368 sekali telah menerjang dan menikam dengan pedangnya kepada
pengemis tua itu. Cing Kiang Wie mengetahui bahwa Thio Kim Beng merupakan
tokoh Kay-pang yang memiliki kepandaian tinggi, karena telah
cukup lama dia mendengar ketenaran nama pengemis tua itu, yang
liehay ilmunya. Karena dari itu, dia menikamnya dengan hati-hati
dan penuh perhitungan. Dalam keadaan seperti itu, si pengemis tua Thio Kim Beng sama
sekali tidak berusaha mengelak, dia berdiri tenang, cuma tongkat
bambu hijaunya belaka yang digerakkan perlahan menyampok
pedang lawannya. Memang tongkat di tangan pengemis tua itu terbuat dari bambu
hijau, akan tetapi di tangan Tnio Kim Beng, tongkat bambu hijau
tersebut menjadi kuat sekali, sehingga waktu saling bentur dengan
pedang lawannya, bambu hijau itu seperti juga baja kuatnya,
segera tergetar tangan dari lawannya.
Cing Kiang Wie cepat-cepat menarik pulang pedangnya, beruntun
tiga kali dia menyerang. Hebat tikamannya dan dia juga
mempergunakan jurus-jurus simpanan dari ilmu pedangnya.
1369 Thio Kim Beng sekarang tidak bisa berdiri diam di tempatnya
seperti tadi dengan lincah dia menghiadarkan diri berulang kali.
Tapi sejauh itu dia belum balas menyerang.
Kang Wei juga tidak mau membuang-buang waktu, tubuhnya
melesat cepat sekali, di mana dia telah menyerang dengan hebat,
cambuknya itu membelatar tidak hentinya, menimbulkan suara
yang seperti juga hendak merobek-robek keheningan malam.
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio Kim Beng sama sekali tidak jeri biarpun dikeroyok dua orang
lawan tangguh. Tubuhnya dengan lincah telah bergerak ke sana
ke mari, malah tongkat bambu hijaunya itu bergerak sangat hebat,
mengancam ke dua lawannya secara bergantian.
Setiap kali bambu hijau di tangan si kakek pengemis tersebut
meluncur menyerang, maka yang diincar sebagai sasarannya
adalah bagian-bagian yang bisa mematikan di tubuh lawannya
Cing Kiang Wie dan Kang Wei yang memang telah mengetahui
Thio Kim Beng merupakan tokoh Kay-pang yang memiliki ilmu
lihay, menyerang dengan penuh perhitungan. Dalam waktu yang
singkat, ke tiga orang itu, satu lawan dua, telah melewati
enampuluh jurus lebih. 1370 Dan di waktu itu juga, Thio Kim Beng merobah cara bertempurnya.
Jika sebelumnya dia lebih banyak berkelit dan hanya membalas
menyerang sekali-kali saja, justeru belakangan ini, tongkat bambu
hijaunya itu beruntun telah menyerang, dengan cara menotok,
menabas dan mengemplang. Tentu saja semua serangannya itu
bukan serangan sembarangan, karena disertai dengan lweekang
yang sangat kuat! Hebat bukan main pengemis ini, karena walaupun ke dua orang
lawannya yang mengeroyok itu merupakan lawan-lawan yang
tangguh memiliki kepandaian tinggi, dia sama sekali tidak
terdesak, dia bisa memberikan perlawanan dengan baik-baik.
Bambu hijau di tangannya berobah menjadi senjata yang ampuh
dan hebat sekali mendesak ke dua lawannya.
Diam-diam Cing Kiang Wie berpikir di dalam hatinya: "Jika
memang pengemis ini termasuk salah seorang anggota pemberontak itu, niscaya akan merepotkan sekali, tentu masih
banyak jago-jago lainnya yang berada di belakang pengemis ini!
Hemmm, jika demikian, tentu dengan hanya berdua Kang Wei,
tidak mungkin kami berdua bisa meneruskan tugas ini?""
1371 Karena berpikir begitu, semangat bertempur dari Cing Kiang Wie
menurun, menyebabkan dia semakin terdesak.
Sedangkan Kang Wei semakin ganas dengan cambuknya, karena
dia berusaha menyerang Thio Kim Beng dengan cambuknya
bertambah hebat. Setiap kali cambuknya itu bergerak, angin tajam menyambar Thio
Kim Beng, tapi selalu cambuk itu bisa dielakkan atau dihalau oleh
tongkat bambu hijau si pengemis tua tersebut.
Ketika suatu kali Thio Kim Beng tengah menyampok dengan
tongkat bambu hijaunya, tiba-tiba cambuk Kang Wei telah
melibatnya, kemudian Kang Wei telah menggentaknya dengan
kuat. Si pengemis tua telah mengerahkan tenaga lweekangnya, dia
mencekal kuat sekali, dengan demikian tongkatnya tidak sampai
kena dirampas. Di saat itu, mereka telah berusaha mengerahkan tenaga dalam
masing-masing. Si pengemis tua juga berusaha untuk mempertahankan tongkatnya, sedangkan Kang Wei berusaha
menariknya terus. Ke dua orang ini jadi mengadu kekuatan sin1372
kang masing-masing dan mereka telah berusaha untuk dapat
menindih kekuatan lawannya.
Di antara dua kekuatan tersebut, yang saling menarik satu dengan
yang lainnya, tampak Cing Kiang Wie bermaksud hendak menarik
keuntungan dari keadaan seperti itu. Dia telah melompat dengan
cepat sekali, menikam ke punggung si pengemis.
Tikamannya itu juga merupakan tikaman yang sangat dahsyat
sekali. Pedangnya itu tergeletar, sehingga tampaknya pedang
tersebut seperti juga telah berobah menjadi puluhan batang.
Thio Kim Beng memperdengarkan dengusan, dia tidak jeri. Dia
masih tetap mencekal tongkat bambu hijaunya, dan waktu mata
pedang Cing Kiang Wie hampir mengenai pundaknya, segera dia
membungkukan tubuhnya sedikit, kaki kanannya bergerak
menendang. Sebat sekali tendangannya, mengincar ketiak lawannya. Jika
memang Cing Kiang Wie tidak menarik tikamannya, niscaya dia
akan terluka di dalam yang tidak ringan.
Karena dari itu Cing Kiang Wie yang rupanya mengenal bahaya
tengah mengancam dirinya, segera juga dia telah menarik pulang
pedangnya. 1373 Kang Wei mempergunakan kesempatan itu telah menggentak
dengan mengerahkan tenaga sepenuhnya.
Thio Kim Beng sendiri melakukan gerakannya tadi dengan penuh
perhitungan, di mana dia mengetahui, kalau saja dia berusaha
menahan terus tongkatnya, niscaya kuda-kuda ke dua kakinya
tergempur, karena tadi dia mempergunakan kaki kanannya buat
menendang, sehingga kekuatan ke dua kakinya tidak sepenuhnya
lagi. Dan di waktu dia merasakan tarikan yang kuat sekali dari Kang
Wei, dia juga tidak membuang-buang waktu, segera menjejakkan
ke dua kakinya, tubuhnya melesat dengan cepat sekali meluncur
di tengah udara, dan ujung tongkatnya dipakai buat menotok biji
mata lawannya! Bukan main kagetnya Kang Wei, karena dia tidak menyangka
bahwa lawannya bisa berlaku senekad seperti itu.
Dia sendiri bersenjata cambuk, karena dia menarik kuat sekali, dan
lawannya tidak memberikan tenaga melawan, juga di waktu itu dia
telah meluncur mendatangi, maka cambuk itu jadi kendor dan tidak
bisa dipergunakan menahan meluncurnya tongkat lawannya.
1374 Sedangkan mata tongkat itu, ujung yang tajam dan runcing sekali,
tengah mengancam ke arah matanya.
Tampak Kang Wei berusaha menghindar dengan membuang diri
ke samping kanannya, tapi dia tidak sampai perlu bergulingan di
tanah, dia hanya terhuyung dengan tubuh terbungkuk, kemudian
dengan mengempos semangatnya, dia menggentak tangannya,
maka cambuknya telah membeletar menghantam ke punggung si
pengemis. Thio Kim Beng sendiri juga tidak menyangka bahwa serangannya
yang begitu tiba-tiba masih bisa gagal dan dia sekarang diserang
lawannya. Dia sudah tidak bisa menghindar dari cambuk
lawannya, karena di waktu itu tubuhnya sendiri tengah melambung
di tengah udara. "Tarrr!" punggungnya kena dihantam oleh cambuk Kang Wei.
Memang pedih dan sakit bukan main, namun dia masih bisa
hinggap di tanah dengan ke dua kakinya. Dia memutar tongkatnya,
untuk melindungi tubuhnya menjaga kalau-kalau ke dua lawannya
itu akan menyusuli dengan serangan lainnya.
Dikala itu memang Cing Kiang Wie yang penasaran, tengah
menubruk dan menyerang lagi dengan pedangnya, tapi semua
1375 serangannya itu kena ditangkis dan dihalau oleh ujung tongkat si
pengemis. Kang Wei yang juga tengah diliputi perasaan marah sebab
matanya tadi hampir saja kena ditotok buta oleh ujung tongkat si
pengemis. Maka begitu dia berhasil menghantam punggung si
pengemis dengan cambuknya, dia jadi girang bukan main,
semangatnya terbangun. Cambuknya itu menyambar-nyambar
tidak hentinya menyerang Thio Kim Beng.
Sedangkan Thio Kim Beng terus memutar tongkatnya, sehingga
senjata lawan-lawannya, tidak ada yang bisa menerobos
pertahanannya itu. Malam semakin larut, ramainya suara benturan senjata mereka
telah terdengar berulang kali. Sedangkan Kang Wei waktu itu
sudah memaki: "Jika kami tidak dapat membunuhmu, tua bangka mesum, hemmm,
hemmm, selanjutnya kami akan meletakkan jabatan dan mengundurkan diri buat hidup mengasingkan diri duapuluh tahun
meyakinkan ilmu silat kami!"
1376 Setelah berteriak begitu, cepat sekali cambuknya seperti hujan
gencarnya, menyerang tidak hentinya ke bagian-bagian yang
mematikan di tubuh Thio Kim Beng.
Kepandaian Kang Wei memang telah mencapai tingkat yang tinggi.
Dengan demikian dia dapat membuat cambuknya itu lemas, juga
dengan mempergunakan sin-kangnya dapat menjadikan cambuk
itu keras, tegak dan lurus yang bisa dipakai menotok. Karena dari
itu, betapa berbahayanya senjata tesebut.
Jika di waktu lemas, dia bisa mempergunakannya buat membelit
merampas senjata lawan atau juga melibat leher lawannya. Kalau
sampai berhasil demikian, selain senjata lawan kemungkinan
besar bisa dirampas, juga akan membuat leher lawan menjadi
putus, kena tercekik oleh cambuknya yang luar biasa. Dan dikala
diluruskan karena pengerahan tenaga lweekangnya, membuat
cambuk itu sepertt pentungan yang dapat dipakai buat menotok
jalan darah yang mematikan.
Di waktu itu Thio Kim Beng mengempos semangatnya. Dia telah
mengadakan pembelaan diri yang rapat.
Di dalam hatinya si pengemis berpikir juga: "Hemm, ternyata tidak
percuma nama besar mereka yang cukup menggetarkan rimba
1377 persilatan kepandaian mereka ternyata memang benar-benar
tangguh..... aku harus menghadapi mereka lebih hati-hati!"
Thio Kim Beng berpikir seperti itu, karena dia telah merasakan,
walaupun dia telah mempergunakan seluruh kepandaiannya tokh
dia masih tidak bisa mendesak ke dua lawannya.
Malah sebaliknya, tampaknya dia yang terdesak. Karena dari itu,
dia telah mengerahkan seluruh tenaga lweekangnya dan ilmu
tongkatnya. Sementara itu Thio Kim Beng telah membatasi diri buat tidak
menyerang ke dua lawannya, dia hanya berkelit dan mengelak ke
sana ke mari. Gerakannya begitu cepat dan ringan sekali, tenaga
lweekang yang dipergunakannya juga sangat kuat luar biasa.
Begitulah, dalam waktu yang singkat, ke tiga orang itu telah
bertempur ratusan jurus. Sedangkan Thio Kim Beng suatu kali berseru nyaring, dia memutar
tongkatnya itu dalam bentuk garis tengah yang cukup lebar,
memaksa ke dua lawannya berhenti menyerangnya karena
mereka harus melompat mundur menjauhi diri dari tongkat si
pengemis yang lihay. 1378 "Berhenti, ada yang ingin kukatakan!" teriak si pengemis dengan
suara yang nyaring. Cing Kiang Wie dan Kang Wei memang tidak menyerang lagi,
mereka masing-masing menahan senjata mereka.
Cing Kiang Wie dengan suara menghina berkata mengejek.
"Hemmmm, sekarang engkau baru mengetahui akan kelihayan
kami, sehingga engkau ingin mengatakan memohon ampun dari
kami agar membiarkan engkau pergi! Bukankah begitu!"
Diejek seperti itu, Thio Kim Beng tidak memperlihatkan sikap
marah. Dia hanya mendengus memperdengarkan suara tertawa
dingin. Lalu katanya dengan sikap yang sangat menghina:
"Sesungguhnya, jika memang aku jeri pada kalian, tentu aku tidak
akan menghadang mencari urusan dengan kalian. Dan jika
memang kalian berdua merasa kepandaian kalian telah tangguh,
memiliki nama besar di dalam kalangan Kang-ouw, apakah dengan
cara mengeroyok seperti ini tidak menurunkan pamor kalian"
"Hemmm, memang kalian bicara enak saja.......... Bagaimana jika
kalian maju satu-satu, kita bertempur buat menentukan siapa di
antara kita yang benar-benar memiliki kepandaian sejati"!"
1379 Sambil berkata begitu, segera si pengemis mengibas-ngibas
tongkat bambu hijaunya, seperti juga dia tengah menantang
dengan sikap menghina. Bukan kepalang gusarnya Cing Kiang Wie dan Kang Wei, karena
mereka berdua dianggap sebagai manusia-manusia pengecut oleh
pengemis tersebut. Maka Cing Kiang Wie telah membentak:
"Baik! Baik! Mari kita bertempur sampai ada penentuannya!"
Dan dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan
cepat sekali. Dia menghampiri si pengemis dan bersikap
menyerang dengan pedangnya.
"Cing Toako, tunggu!" panggil Kang Wie
Cing Kiang Wie yang baru saja hendak merangsek, mendengar
panggilan rekannya, segera menahan pedangnya, dia menoleh.
Kang Wie melambaikan tangannya. "Ke marilah Cing Toako?"
Aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu!"
Cing Kiang Wie waktu itu tengah gusar bukan main, namun
terhadap rekannya ini, walaupun memang lebih muda usianya, tapi
dia menaruh rasa segannya dan menghormati. Karena dari itu, dia
1380 tidak menerjang terus, dia telah membatalkan maksud hendak
menyerang si pengemis. Melainkan dia menjejakkan kakinya
mencelat mundur kembali ke sisi Kang Wei.
Sedangkan Kang Wei telah menarik tangannya, membawa Cing
Kiang Wie mundur jauh dari si pengemis, kemudian mereka berdua
tampak bisik-bisik. Cing Kiang Wie tampak ragu, namun tidak lama kemudian
mengangguk-angguk beberapa.
Kang Wei tersenyum puas dan menepuk-nepuk pundaknya.
Thio Kim Beng hanya memperhatikan sambil memperdengarkan
tertawa mengejek, sampai akhirnya ketika dia melihat ke dua
perwira tinggi kerajaan itu mash kasak-kusuk saja, hilang
kesabarannya. Dia mengejek:
"Mengapa kasuk-kusuk seperti wanita saja" Ayo?" mari kita
main-main buat menentukan siapa di antara kita yang lebih kosen!
Hemmm, atau memang kalian jeri dan bermaksud hendak angkat
kaki!" 1381 Bukan Cing Kiang Wie yang melayani ejekan si pengemis,
melainkan Kang Wei yang telah melangkah maju mendekati
pengemis itu. Dia bilang dengan suara yang lantang dan nyaring:
"Dengarlah Thio Kim Beng! Memang kami akui kepandaianmu
tidak rendah! Sayang sekali engkau mensia-siakan kesempatan
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baik, di mana engkau lebih mau hidup sebagai manusia hina,
karena jika saja engkau bisa mengetahui, betapa nikmatnya hidup
sebagai seorang pembesar tinggi, tentu engkau akan berlutut
memohon-mohon kepada kami, agar kami memujikan engkau
kepada Hong-siang! Hemmm, tapi kami selalu ingin berbuat baik
terhadap siapa saja! "Terhadap engkau juga, Thio Kim Beng! Jika memang engkau
bersedia menerima uluran tangan kami, di mana engkau bersedia
menerima pertolongan kami, maka kami bisa mengangkat
derajatmu?" Engkau tidak akan menjadi rendah lagi, tidak akan
menjadi manusia hina, di mana setiap hari hanya kerjanya
memohon belas kasihan orang lain! Sedangkan engkau sendiri
memiliki kepandaian yang cukup tinggi.
"Sekali saja kami pujikan engkau di hadapan Hong-siang, tentu
engkau akan menerima pangkat yang tinggi?" Dengan demikian
1382 selanjutnya engkau bisa hidup senang! Bagaimana, engkau mau
kami pujikan kepada Hong-siang?"
Mendengar perkataan Kang Wei, Thio Kim Beng tertawa bergelakgelak.
"Sungguh suatu penawaran yang menarik!" katanya kemudian, lalu
tertawa bergelak-gelak lagi.
Kang Wei tersenyum, karena dia menduga hati si pengemis telah
tergerak. "Bagaimana, apakah engkau setuju agar kami memujikan engkau
di hadapan Hong-siang. Jangan kuatir, kami tidak akan menuntut
budi kepadamu, karena bukankah engkaupun akan menjadi rekan
kami yang baik?" kata Kang Wei kemudian dengan tersenyumsenyum dan mengawasi si pengemis tua Thio Kim Beng dengan
sorot mata yang tajam. Thio Kim Beng tertawa bergelak-gelak, sedangkan Kang Wei dan
Cing Kiang Wie menantikan jawabannya sambil mengawasi
dengan sorot mata yang tajam. Mereka yakin pengemis tua Kaypang ini akan dapat dipengaruhi oleh mereka.
1383 Bukankah sekarang ia merupakan pengemis melarat yang tidak
memiliki apa-apa, yang hidupnya bersengsara dan selalu harus
mengemis dan menghiba memohon akan belas kasihan orang"
Jelas di dalam perkumpulan Kay-pang walaupun bagaimana
enaknya dan tinggi derajatnya, tetap saja dia harus hidup sebagai
pengemis yang melarat, yang tidak mungkin dapat menikmati
keasyikan dunia ini. Sedangkan jika ia bekerja kepada kerajaan,
memperoleh pangkat dan kedudukan serta harta yang berlimpah,
niscaya setiap hari, setiap detik, ia akan hidup bahagia dan
senang, di mana sekelilingnya dilimpahi oleh kemewahan.
Namun dugaan ke dua orang perwira tinggi kerajaan tersebut
ternyata meleset sama sekali, di mana setelah tertawa bergelakgelak tampak betapa Thio Kim Beng telah menjejakkan ke dua
kakinya, tubuhnya melesat sangat cepat di mana tongkat bambu
hijaunya telah digerakkan buat menotok dahsyat kepada Kang Wei
yang berdiri paling dekat dengannya.
"Aku justeru menginginkan jiwa kalian berdua!" berseru pengemis
tua Kay-pang itu. Kang Wei tidak menyangka Thio Kim Beng akan menyerangnya
mendadak begitu. Dia pun berdiri dalam jarak dekat sekali,
1384 membuatnya kaget dan cepat-cepat berkelit, cuma saja, karena dia
diserang begitu cepat, juga Thio Kim Beng mempergunakan jurus
ilmu tongkatnya yang paling liehay, biarpun Kang Wei telah
mengelak secepat-cepatnya, tetap saja pundaknya kena tergores
oleh ujung tongkat Thio Kim Beng.
Dengan muka merah padam memandang gusar, Kang Wei berkata
bengis: "Pengemis tidak tahu diuntung. Kami bermaksud buat
mengajak engkau ke dunia kesenangan, tapi engkau tetap memilih
kemelaratan. Baiklah, kami akan melayani keinginanmu buat pergi
ke neraka. Kami akan berusaha tidak mengecewakan harapan
engkau!" Sambil herkara begitu cambuknya bergerak menggeletar sangat
nyaring menyambar kepada Thio Kim Beng, demikian juga pedang
Cing Kiang Wie. Mereka bertiga bertempur lagi dengan seru, sedangkan Thio Kim
Beng berulangkali memperdengarkan suara tertawa bergelak
mengejek. "Hemmm, walaupun kami menempuh kehidupan ini dengan cara
mengemis, tetapi kami jauh lebih berharga dari pada kalian anjing1385 anjing pengkhianat bangsa! Kami lebih mulia, kami lebih luhur dari
jiwa kalian yang kotor?"!"
Kang Wei dan Kiang Wie tidak memperdulikan ejekan si pengemis,
mereka berusaha menyerang semakin hebat buat mendesak
pengemis itu, namun disebabkan kepandaian Thio Kim Beng
memang hebat dan tinggi sekali sulit mereka mendesak pengemis
itu apa lagi untuk merubuhkannya. Dalam waktu yang sangat
singkat tigapuluh jurus lebih telah dilewatkan.
Thio Kim Beng memang sesungguhnya merupakan pengemis
yang berhati luhur dan setiap tindakannya juga sangat mulia. Itulah
sebabnya mengapa Yeh-lu Chi, pangcu Kay-pang telah mengangkatnya sebagai salah seorang Tiang-lo, untuk berkelana
dan memeriksa cabang-cabang Kay-pang, guna meneliti apakah
di antara anggota-anggota Kay-pang ada yang menyeleweng dan
melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Thio Kim Beng selain duduk sebagai salah seorang Tiang-lo
pengemis, di dalam rimba persilatan iapun sangat dihargai sekali
oleh jago-jago rimba persilatan. Dengan kepandaiannya yang
tinggi, sulit sekali orang menandinginya.
1386 Karena dari itu, diapun boleh dibilang hampir sama sekali jarang
bertempur bersungguh-sungguh. Di dalam perkumpulan Kay-pang
ia memiliki kekuasaan yang sangat besar sekali, kekuasaan buat
menghukum berat kepada anggota Kay-pang yang diketahuinya
menyeleweng, tanpa perlu meminta pertimbangan dari Pangcu.
Waktu di Heng-san bertemu dengan Swat Tocu sebagai seorang
tokoh Kay-pang, walaupun ia mengetahui Swat Tocu seorang
tokoh sakti dalam rimba persilatan, namun si pengemis tua ini
masih memiliki harga diri sehingga dia tidak mau terlalu
menyembah-nyembah bersikap bermuka kepada Swat Tocu.
Ia mengambil sikap yang wajar saja. Siapa tahu justeru Swat Tocu
tengah uring-uringan, sehingga ia kena diperlakukan kurang baik
dari Swat Tocu. Seumur hidupnya, barulah kali itu, Thio Kim Beng memperoleh
perlakuan seperti itu. Jika menuruti hati kecilnya, dia akan
bertempur sampai mati menyerang Swat Tocu, buat menebus
perlakuan Swat Tocu yang dianggapnya sangat menghinanya.
Akan tetapi pertimbangan ratio atau pemikiran yang sehat, telah
menyebabkan dia akhirnya surut sendirinya meninggalkan tempat
itu. Walaupun di dalam hatinya dia masih menaruh perasaaan
1387 penasaran dan tekad, kelak suatu saat dia akan mengadu ilmu
dengan Swat Tocu. Memang di dalam hati kecilnya juga si pengemis mengakui dan
mengagumi kepandaian Swat Tocu. Dia jika bertempur dengan
Swat Tocu, sehingga terluka atau terbinasa, pasti akan menanam
permusuhan di kalangan Kay-pang. Semua anggota Kay-pang
pasti akan memusuhi Swat Tocu dan akan berusaha membalas
sakit hati Thio Kim Beng.
Hal itulah yang tidak diinginkan oleh Thio Kim Beng, karena akan
membuat Kay-pang akan mengalami kerusakan tidak kecil.
Bukankah Swat Tocu memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan
lihay sekali" Juga pertimbangan lainnya bahwa Swat Tocu merupakan seorang
tokoh sakti rimba persilatan yang memiliki hubungan dekat dengan
Sin-tiauw-tay-hiap, salah seorang tokoh sakti yang memiliki
hubungan sangat dekat dengan Pangcu Kay-pang.
Itulah, dengan menelan penasaran dan kemendongkolan hatinya,
Thio Kim Beng meninggalkan Heng-san. Dia berkelana dari tempat
yang satu ke tempat yang lainnya.
1388 Sampai akhirnya dia mendengar perihal perjuangan orang-orang
gagah di Lam-yang, maka dia menuju ke kota itu. Dia menyaksikan
persiapan-persiapan yang tengah dilakukan oleh orang-orang
gagah pecinta negeri, yang bercita-cita ingin berjuang mengusir
penjajah. Hati Thio Kim Beng gembira karena senang sekali dia mengetahui
masih cukup banyak para Ho-han pencinta negeri yang ingin
berjuang buat mengusir penjajah! Dan diam?-diam dia mengikuti
perkembangan yang ada pada perhimpunan itu.
Hati Thio Kim Beng tambah gembira setelah mengetahui bahwa
para pemimpin orang-orang gagah itu, yang hendak melakukan
perjuangan tersebut, adalah seorang yang benar-benar berjiwa
patriot. Karena dari itu, dia bertekad, jika saja sudah tiba waktunya,
tentu ia akan membantu perjuangan orang-orang gagah itu.
Jika memang diperlukan, diapun akan meminta ijin dari pangcunya
dan semua Tiang-lo Kay-pang buat mengerahkan anggotaanggota Kay-pang, guna mengadakan, perlawanan kepada
kerajaan penjajah, membantu perjuangan pada Ho-han itu, agar
perjuangan para pencinta negeri tersebut berhasil dengan baik.
Terlebih lagi memang mengingat Kay-pang sangat dimusuhi Kublai
1389 Khan, kaisar Mongolia yang telah berhasil menguasai daratan
Tiong-goan sebagai penjajah.
Tapi, pada suatu malam, ketika pengemis tua yang gagah ini
tengah tidur di dahan sebatang pohon dalam hutan itu, dia sempat
menyaksikan pertempuran Liang Tie bertiga dengan Cing Kiang
Wie dan Kang Wei, membuatnya jadi gusar sekali, karena
mengetahui Cing Kiang Wie dan Kang Wei adalah orang-orang
kerajaan, bangsa Han yang bekerja kepada kerajaan Mongolia
sebagai Komandan Gie-lim-kun dan Kim-ie-wie.
Setelah Liang Tie bertiga mengundurkan diri, buat mencegah Cing
Kiang Wie mengejar, Thio Kim Beng muncul memperlihatkan diri
dan bertempur dengan ke dua perwira kerajaan tersebut.
Cing Kiang Wie semakin lama semakin penasaran, dia berdua
dengan rekannya, Kang Wei, yang memiliki kepandaian setingkat
dengannya, namun masih tidak bisa merubuhkan pengemis itu.
Jagankan buat merubuhkan atau membinasakannya, sedangkan
mendesak saja mereka pun masih belum sanggup, dimana mereka
bertempur sama berimbang.
Akhirnya Kang Wei berseru: "Baiklah, karena kami masih memiliki
urusan penting, kami tidak bisa menemani engkau terlalu lama!
1390 Jika memang engkau mau, merobah pikiran menerima tawaran
kami buat kami pujikan engkau kepada Hong-siang, kau boleh
datang ke kota raja menemui, nanti kami membantu kau?"
Sambil berkata begitu, tampak Kang Wei telah memutar
cambuknya cepat sekali seperti titiran, dan dia melompat ke
belakang menjauhi diri dari Thio Kim Beng.
Sedangkan Cing Kiang Wie juga telah membarengi melompat
menjauhi diri dari lawannya.
Si pengemis tua Thio Kim Beng sama sekali tidak mengejar, dia
berdiri tegak dengan tongkat bambu hijaunya yang digerakgerakkan dan tertawa bergelak: "Manusia-manusia hina dina
bangsa pengecut tidak kenal malu!" Mencaci pengemis tersebut.
Kang Wei dan Cing Kiang Wie tidak memperdulikan makian si
pengemis, mereka telah berlari-lari pesat buat kembali ke dalam
kota. Mereka batal buat menyatroni sarang dari kaum pemberontak. Dan mereka kembali ke rumah penginapan.
Thio Kim Beng melihat ketiga lawannya melarikan diri, dia tertawa
bergelak-gelak senang karena merasa telah dapat mempermainkan ke dua perwira kerajaan tersebut. Tapi setelah
puas tertawa dia menghela napas dalam-dalam.
1391 "Tampaknya Kublai Khan memang tidak bermaksud main-main
menumpas semua orang-orang gagah di daratan Tiong-goan,
karena ke dua orang itu saja telah memiliki kepandaian yang tinggi,
dan terus di istana Kublai Khan masih terdapat para pahlawannya
yang memiliki kepandaian lebih liehay, baik dari orang Han bangsa
hina dina yang berkhianat menganggap Kublai Khan sebagai
majikannya, atau juga jago-jago Mongolia yang dibawanya.
Tampaknya memang tidak mudah buat para orang-orang gagah itu
melakukan perjuangan, sebab mereka akan menghadapi kesulitan
yang tidak kecil. Menghadapi ke dua orang perwira itu tadi saja jika
memang bukan kepandaianku benar-benar tinggi, tentu sulit aku
menghadapi keroyokan mereka berdua!
Kembali Thio Kim Beng menghela napas dalam-dalam setelah
menggumam seperti dia menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya
melompat ke atas cabang pohon, dan merebahkan tubuhnya di situ
buat tidur. Malam semakin larut dan keadaan di dalam hutan itu sepi sekali,
hanya terdengar suara binatang malam belaka yang berdiam di
dalam hutan, di mana binatang hutan yang tengah berkeliaran
mencari mangsa atau burung-burung yang terbang pindah tempat.
1392 Namun pengemis tua itu yakin, ke dua perwira tersebut tidak akan
muncul lagi?"! "Y" Apa yang diduga oleh Thio Kim Beng memang benar, karena Cing
Kiang Wie dan Kang Wei langsung pulang ke rumah penginapan
mereka, di mana ke dua perwira tersebut telah merundingkannya,
langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan.
Ke duanya merupakan komandan pasukan khusus dari istana
Kaisar, dengan demikian, mereka sangat cerdik dan licik. Melihat
apa yang baru ini mereka alami, telah memperlihatkan di antara
para pemberontak itu memang banyak yang memiliki kepandaian
tinggi. Si pengemis tua Thio Kim Beng justeru mereka duga
sebagai salah seorang anggota pemberontak itu.
"Memang benar apa yang diduga oleh Hong-siang sebelumnya,
Kay-pang merupakan perkumpulan yang cukup membahayakan.
Karena jika Kay-pang dibiarkan terus hidup, berarti sama saja
dengan duri di dalam daging?" Tidak terlalu mengherankan jika
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum lama yang lalu Hong-siang telah perintahkan agar semua
orang-orang Kay-pang disapu bersih!
1393 "Seperti kita telah alami tadi, si pengemis tua itu pasti tokoh Kaypang. Dia bekerja buat pemberontak-pemberontak itu! Karenanya,
kita pun harus melaporkan semuanya ini kepada Hong-siang, agar
Hong-siang lebih memperkeras lagi perintahnya dalam membasmi
Kay-pang! Hemmm?" hemmm!"
Tampaknya Kang Wei bukan main kecewa dan marahnya. Karena
dia penasaran sekali tadi bersama-sama dengan Cing Kiang Wie,
di mana mereka di istana Kaisar merupakan jago-jago yang sangat
disegani dan kepandaian mereka tinggi sekali, ternyata tidak
sanggup buat merubuhkan si pengemis tua Kay-pang itu,
sedangkan buat mendesak Thio Kim Beng saja mereka pun tidak
dapat. Cing Kiang Wie pun sangat penasaran. Dia sampai memukul meja
berulang kali, buat melampiaskan kemendongkolannya itu. Dia
bilang dengan hati diliputi perasaan gusar dan penasaran:
"Kita harus berusaha menangkapnya! Agar kita bisa menggusurnya kehadapan Kaisar. Jika memang kita pulang tanpa
menggusur orang-orang dari kaum pemberontak tersebut, niscaya
kepercayaan Hong-siang pada kita akan berkurang.........!"
1394 "Tapi mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian
tinggi! Di luar dugaan kita sebelumnya, bahwa kita berdua akan
dapat mengacaukan kesanggupan ke mereka arah ternyata itu...... kita Karenanya, tidak kita memiliki harus mempergunakan taktik lain yaitu kita harus dapat mengerahkan
pasukan yang cukup besar, guna menumpas kaum pemberontak!"
Cing Kiang Wie menghela napas dalam-dalam, wajahnya murung
sekali. "Hemm, sebelum berangkat kita telah berjanji pada Hong-siang,
bahwa kita berdua akan sanggup mengobrak-abrik kaum
pemberontak itu, namun kenyataan yang ada sekarang ini justeru
memperlihatkan, kita tidak memiliki kesanggupan ke arah itu.....!"
katanya kecewa. Kang Wei tersenyum, bilangnya:
"Bukan tidak ada kesanggupan buat mengobrak-abrik mereka.
Tapi jika memang kita harus mempertaruhkan jiwa menempuh
bahaya yang terlalu besar, buat apa" Jika kita gugur, paling tidak
hanya dapat penghargaan dari Hong-siang, lalu kedudukan kita
akan diganti oleh orang lain!
1395 "Dengan demikian masih tidak apa-apa, tapi jika kita dapat lolos
dari pada kematian, kemudian kira bercacad. Bukankah seumur
hidup kita akan menyesal!
"Kekuatan tentara kerajaan sangat besar, kita minta pada Hongsiang agar mengerahkan pasukan perang dalam jumlah besar.
Niscaya kaum pemberontak itu dapat ditumpas. Mustahil kekuatan
angkatan perang Kaisar tidak dapat menumpas mereka, yang
jumlahnya hanya sekian ribu orang" Sedangkan Tiong-goan saja
telah dapat direbut oleh Hong-siang.....!"
Cing Kiang Wie beranggapan kata-kata kawannya itu ada
benarnya juga, karenanya dia mengangguk beberapa kali. Dia
bilang kemudian: "Hanya saja justeru Hong-siang tidak menginginkan penumpasan
secara besar-besaran, sehingga menimbulkan kekuatiran dan
kekacauan di kalangan rakyat! Sekarang Hong-siang tengah
memupuk simpati rakyat, agar rakyat menyukai kerajaan yang
diperintahnya, dan rakyat tidak memiliki perasaan kurang senang
pada Hong-siang! "Secara politiknya, memang kita dapat menerima apa yang
digariskan dalam kebijaksanaan Hong-siang. Biar bagaimana Kay1396
pang harus dilenyapkan, ditumpas habis, karena hanya merupakan manusia-manusia melarat yang merongrong belaka!"
Begitulah, ke dua Komandan dari Gie-lim-kun dan Kim-ie-wie telah
berunding. Akhirnya mereka sepakat buat coba-coba menghimpun pasukan
tentara kerajaan yang berada di Lam-yang, guna dikerahkan
menumpas kaum pemberontak.
Memang dari Kaisar, merekapun telah menerima kuasa sepenuhnya, dimana mereka dapat mempergunakan tentara
kerajaan yang ada di Lam-yang jika mereka membutuhkan dalam
menumpas kaum pemberontak. Tadinya hanya disebabkan harga
diri belaka menyebabkan mereka yakin dengan berdua saja dapat
mengacaukan kaum pemberontak dan menangkap pemimpinnya,
karena mereka yakin kepandaian mereka yang tinggi.
Namun apa jadinya" Belum lagi mereka tiba di sarang
pemberontak itu mereka telah menghadapi banyak kesukaran dan
ke dua perwira kerajaan itu baru memaklumi bawa mereka tidak
mungkin berhasil jika memang hanya bekerja berdua belaka.
Disebabkan itu pula akhirnya mereka memutuskan buat memakai
1397 tentara kerajaan di Lam-yang, yang jumlahnya lebih dari
sepuluhribu orang, untuk menumpas kaum pemberontak.
Jika memang usaha itu gagal, maka mereka baru akan kembali
kekota raja, buat melaporkan kepada Hong-siang, dan meminta
Kaisar bertindak lebih tegas dengan perintahkan Menteri Angkatan
Perangnya yaitu Peng-po-siang-sie, buat mengerahkan pasukan
perang dalam jumlah yang besar dan kuat, buat menumpas kaum
pemberontak itu! "Y" Pagi itu cerah sekali dengan matahari memancarkan sinarnya
yang cemerlang. Dalam kota Lam-yang tampak tenang seperti
biasa tidak terlihat sesuatu yang menarik perhatian rakyat.
Namun di balik tembok-tembok yang tinggi dari beberapa gedung
dan markas pembesar kerajaan, terlihat kesibukan yang sangat.
Karena semuanya tengah mengadakan pertemuan, buat merundingkan permintaan dari Cing Kiang Wie dan Kang Wei, agar
mengerahkan pasukan tentara kerajaan menumpas kaum pemberontak. Para pembesar di kota Lam-yang, umumnya memang hendak
bermuka-muka, mereka bermaksud buat mendirikan pahala, agar
1398 memperoleh pujian dari Kaisar dan memperoleh kenaikan pangkat,
sehingga kedudukan mereka lebih tinggi.
Itulah sebabnya, mengapa setelah mereka diperlihatkan firman
Kaisar, agar mereka membantu Cing Kiang Wie dan Kang Wei
dalam hal mengerahkan pasukan angkatan perang di Lam-yang,
mereka bekerja sibuk sekali mengatur segala sesuatunya.
Para tentara kerajaan yang sebelumnya menganggur, di mana
mereka sebelumnya hanya mondar-mandir di kota Lam-yang
tanpa memiliki pekerjaan apapun juga, sekarang tampak mulai
sibuk, mengatur diri dalam kesatuan-kesatuan mereka masingmasing, karena tidak lama lagi mereka akan dikerahkan buat
menumpas pasukan para pemberontak yang diduga berjumlah
limaribu orang itu! Memang Cing Kiang Wie dan Kang Wei telah berpesan, agar
semua persiapan itu dilakukan dengan cermat sekali dan rahasia,
karena jangan sampai kaum pemberontak itu mengendus dan
mengetahui mereka akan diserang buat ditumpas dengan
kekerasan. Sekali saja rencana akan penyerbuan tersebut bocor, niscaya akan
membuat kaum pemberontak itu mengadakan persiapan. Berarti
1399 tentara kerajaan itu akan menghadapi kesukaran tidak sedikit, juga
perlawanan yang lebih berat.
Cing Kiang Wie dan Kang Wei memang bermaksud membuka
serangan secara mendadak dan tiba-tiba sekali, agar kaum
pemberontak itu, tidak memiliki persiapan lagi, hingga mereka pun
akan dapat ditumpas dengan mudah.
Semuanya dilakukan dengan tertutup, sampai penduduk Lamyang sendiri tidak menyadari dan tidak mengetahui. Tentara
kerajaan di kota tersebut tengah dipersiapkan buat perang!
Dalam keadaan seperti itulah Cing Kiang Wie dan Kang Wei
memperlihatkan keterampilan mereka. Ke dua orang ini memang
merupakan komandan dari pasukan khusus di istana yang
menjamin keselamatan Kaisar, karena dari itu, segala macam
taktik dan cara mereka banyak sekali.
Dalam rencana penumpasan pemberontak, mereka juga telah
mentrapkan cara-cara mereka, pasukan dibagi menjadi delapan
bagian. Setiap bagian terdiri dari seribu orang. Dengan demikian,
Rajawali Hitam 4 Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Pedang Keadilan 29
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama