Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 23

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 23


teriaknya Kakek tua itu menggelengkan kepalanya.
"Tenang, dia tidak akan mengalami sesuatu apapun juga......!" kata
kakek tua itu. "Dia hanya tidak kuat menerima tekanan hawa murni dariku!"
Kam Lian Cu mengangguk. "Kalau begitu..... kalau begitu dia akan dapat disembuhkan"!"
tanyanya. "Ya.....!" mengangguk kakek tua itu.
2246 Segera juga kakek itu telah mengerahkan tenaga dalamnya lagi,
mengempos hawa murninya. Ko Tie dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri, tapi hawa murni
yang dikirim oleh kakek tua itu telah menorobos masuk ke dalam
tubuhnya lewat telapak tangannya.
Malah hawa murni itu telah menerjang beberapa jalan darah di
dalam tubuh Ko Tie, yang semula telah tersumbat.
Dengan terbukanya beberapa jalan darah yang tadi tersumbat itu,
Ko Tie segera tersadar dari pingsannya.
Tapi begitu dia membuka matanya, dia menjerit lagi, dan jatuh
pingsan pula. Hal ini disebabkan begitu Ko Tie membuka matanya, segera dia
merasakan kesakitan yang hebat pada dada perutnya, seperti juga
di dalam perutnya itu terdapat sesuatu yang telah membuat isi
perutnya diremas-remas. Sedangkan Kam Lian Cu tambah bimbang dan kuatir.
"Apakah..... apakah dia tidak akan celaka oleh perbuatanmu ini"!"
tanya si gadis. 2247 Kam Lian Cu bertanya begitu, karena dia kuatir, kalau-kalau
memang nanti Ko Tie jadi terbiasa karena cara pengobatan si
kakek yang tidak benar. Sedangkan Kakek itu telah menggelengkan kepalanya tanpa
menyahuti, dia mengerahkan terus tenaga dalamnya.
Lewat lagi setengah jam, segera juga tampak dari sekujur tubuh
Ko Tie menitik butir-butir keringat yang deras sekali.
Dan tidak lama lagi, Ko Tie telah tersadar dari pingsannya, dia telah
mengeluarkan suara seruan. Tapi sekarang dia tidak menderita
kesakitan yang hebat seperti tadi.
Dia juga tidak menderita kesakitan yang membuatnya pingsan. Dia
hanya merasakan sekujur tubuhnya lemas, dan panas bukan main,
karena hawa sin-kang yang dikirim oleh si kakek tua.
Kakek tua itu pun memperlihatkan sikap gembira, wajahnya
berseri-seri, karena dia mengetahui usahanya itu telah berhasil.
"Jika dia telah berhasil diselamatkan, selanjutnya cuma memberikan pertolongan agar lweekang yang telah dimilikinya itu
tidak lenyap dan punah! 2248 Kam Lian Cu mengangguk, diam-diam dia girang juga melihat Ko
Tie dapat diobati oleh kakek tua itu.
Ko Tie sendiri merasakan semakin lama hawa panas di dalam
tubuhnya semakin meningkat, dan akhirnya dia merasakan
sesuatu di lehernya. "Uwahhh!" Dia telah memuntahkan gumpalan darah yang telah
menghitam. "Selamat!" berseru kakek tua itu, setelah si pemuda memuntahkan
gumpalan darah itu. Dan kakek itu menyudahi pengiriman sin-kangnya.
Kam Lian Cu mecoleh kepada Ko Tie, katanya dengan suara raguragu berkuatir sekali.
"Apakah keadaanmu, jauh lebih baik"!"
Ko Tie mengangguk lemah. "Ya?" tapi aku merasakan sekujur tubuhku sangat lemas
sekali......!" 2249 Kam Lian Cu memaksakan diri buat tersenyum untuk menghibur si
pemuda. "Dalam seminggu keadaanmu akan pulih sebagaimana biasa?"!" katanya.
Waktu itu si kakek telah berkata kepada Kam Lian Cu: "Dan
sekarang kau! Kau harus ikut aku dulu ke tempatku?" nanti aku
akan melanjutkan pula mengobati pemuda itu.
Kam Lian Cu gugup bukan main.
"Tidak! Aku tidak mau!" katanya sambil menggelengkan kepalanya
beberapa kali. "Tidak mau" Bukankah tadi engkau telah berjanji, jika aku
mengobati pemuda itu, maka kau bersedia menjadi isteri
puteraku"!" tanya si kakek, matanya memandang bengis sekali.
Kam Lian Cu jadi tambah bimbang, dia menyahutinya: "Kau sendiri
yang berjanji bahwa engkau akan mengobati pemuda itu sampai
sembuh...... Sekarang dia belum sembuh, bagaimana mungkin kita
bisa meninggalkannya"
2250 "Kalau memang kita meninggalkannya,
niscaya dia akan mengalami sesuatu yang tidak diinginkan di tempat ini, kalau
memang kita meninggalkannya seorang diri. Jika ada bahaya yang
mengancamnya tentu dia tidak bisa menghadapinya, karena dalam
keadaan terluka parah seperti itu?"!"
"Jadi?"!" bola mata kakek tua itu terbuka lebar-lebar.
"Ya, aku menginginkan kau mengobati pemuda ini sampai benarbenar sembuh, barulah itu akan ikut bersama kau untuk pergi ke
tempatmu buat menikah dengan puteramu!"
Muka kakek tua itu berobah, tapi dia tampak jadi ragu-ragu.
Akhirnya dia mengangguk. "Baiklah mari kita obati dia sampai sembuh, tapi setelah itu engkau
tidak boleh mengajukan alasan-alasan lainnya lagi!" katanya.
Kim Lian Cu cuma mengangguk.
Begitulah, kakek tua tersebut, yang aneh dan tampaknya agak
sinting, berusaha mengobati Ko Tie.
Selama itu Kam Lian Cu selalu gelisah, karena dia tidak
mengetahui bagaimana nasibnya selanjutnya.
2251 Tapi yang nembuat dia terhibur, dia melihat kian lama kesehatan
Ko Tie memang mengalami kemajuan. Ko Tie telah mulai sehat
menjelang pada hari ke tiga.
"Y" Selama kakek tua yang aneh itu mengobati Ko Tie, selalu pula Kam
Lian Cu diganggu oleh kera berbulu kuning itu, yang berusaha
mendekati si gadis dengan mengeluarkan suara yang aneh sekali
seperti suara mendesis, seperti suara mengerang.
Kam Lian Cu setiap kali didekati oleh kera bulu kuning yang
setinggi manusia itu, selalu jadi jijik. Jika memang dia tidak
memikirkan keselamatan Ko Tie dan takut kalau kakek tua itu jadi
marah, tentu Kam Lian Cu sudah menikam mati kera itu.
Terlebih lagi dia teringat betapa kera ini telah berusaha untuk
memperkosanya. Dan jika teringat akan hal itu, maka dia selalu
bermaksud membunuh kera tersebut.
"Tapi jika aku membunuhnya kelak pun masih belum terlambat,"
berpikir Kam Lian Cu akhirnya. "Jika memang aku terpaksa
akhirnya harus menjadi isteri putera kakek tua keparat ini, maka di
waktu itu akan membunuh kera ini pun masih belum lagi terlambat!"
2252 Karena berpikir begitu, hati Kam Lian Cu jadi lebih tenang. Dan
diapun telah berusaha untuk mengendalikan diri. Setiap kali
didekati kera bulu kuning itu, dia selalu menyingkir tidak melakukan
reaksi apa-apa, dia hanya mendekati si kakek tua.
Dan kalau sampai tangan kera bulu kuning itu jail, memegangmegang tubuhnya, dia membentaknya minta kepada kakek tua itu
agar mengusir kera itu dan tidak akan mengganggunya.
Sedangkan kakek tua tersebut hanya tertawa-tawa dan menganggapnya lucu. Tapi selalu juga dia menuruti permintaan
Kam Lian Cu, dia selalu mengusir kera itu.
Kera itu pergi dengan penasaran, sikapnya memperlihatkan bahwa
dia tidak puas. Hal ini disebabkan kera itu memang sangat ingin
sekali dekat selalu dengan Kam Lian Cu.
Dia pun memang begitu bernafsu berahi pada gadis ini, sikapnya
seperti seorang pemuda yang tengah tergila-gila pada seorang
gadis cantik. Pada hari ke enam, tampak Ko Tie jauh lebih sehat. Sekarang dia
telah dapat menggerakkan sepasang tangan dan kakinya dengan
leluasa. 2253 Bukan main girangnya Kam Lian Cu. Dia mengharap Ko Tie
memang benar-benar dapat diselamatkannya.
Ko Tie pada malam hari ke lima telah bersilat. Dia merasakan
gerakannya cukup gesit. Hanya saja, justeru di waktu itu, dia bersilat dengan tenaga yang
terus kosong, karena dia belum bisa menyalurkan kekuatan tenaga
lweekangnya. Segera dia mengetahui, bahwa tenaga lweekangnya terancam
akan musnah. Tapi kakek tua itu yang melihat si pemuda termenung, dia bilang:
"Kau jangan kuatir, setelah seminggu kekuatanmu akan pulih
kembali sebagaimana biasa! Tapi ingat jangan sekali-sekali kau
berusaha untuk menjadi lawanku dan memusuhiku, sehingga aku
terpaksa turun tangan buat memusnahkan lagi kepandaianmu itu!"
Waktu berkata begitu, sikap kakek tua itu sungguh-sungguh,
matanya juga memancarkan sinar yang tajam sekali.
"Ada lagi syaratnya!" kata kakek tua tersebut. "Jika memang telah
sembuh dari lukamu, pada hari ke delapan, di mana lweekangmu
2254 telah pulih kembali, maka harus meninggalkan tempat ini! Aku tidak
mau melihat tampangmu lebih lama lagi!"
Ko Tie tidak menyahuti, dia hanya mengangguk saja. Dan dia
berusaha untuk menyalurkan pernapasannya, dia mengempos sinkangnya.
Tetap saja hawa murninya itu tidak dapat dikendalikannya. Karena itu, dia hanya dapat menghela napas, dia kuatir kalau-kalau
kakek tua itu gagal dengan janjinya, bahwa dia akan pulih dengan
sin-kang yang utuh. Namun pada hari ketujuhnya, justeru setelah seminggu ia diobati
oleh kakek tua tersebut, dia merasakan sin-kangnya mulai dapat
dikendalikan. Pernapasannya telah dapat disalurkan dengan
lancar, sin-kangnya juga sudah dapat dikerahkan kepada Tan-tian.
Dengan dapatnya hawa murni itu dikerahkan kepada Tan-tiannya,
berarti Ko Tie telah sembuh seluruhnya.
Sekarang yang tinggal cumalah beristirahat selama beberapa hari
lagi, untuk memulihkan kesehatannya benar-benar, dan sembuhlah Ko Tie. 2255 Tapi justeru di waktu itu, pada sore harinya, kakek tua itu telah
berkata: "Sekarang kau telah sembuh, karena itu, kuingatkan
kepadamu, mulai besok aku sudah tidak mau melihat tampangmu
lagi! Kau sudah harus angkat kaki meninggalkan tempat ini!"
Ko Tie mengangguk. "Baik, aku memang akan melanjutkan perjalananku! Terima kasih
atas pertolongan yang diberikan oleh kau, Locianpwe!"
"Aku tidak mengharapkan terima kasihmu, aku cuma mengharapkan setelah kau sembuh seperti sekarang, engkau
tidak menimbulkan kesulitan buatku!"
Muka Ko Tie berobah merah.
Di dalam hatinya dia memang tengah memikirkan, Setelah sinkangnya kumpul, dan ia sembuh, maka dia akan menghadapi
kakek tua itu untuk mencegah kakek itu memaksa Kam Lian Cu
menjadi mantunya. Maka dia telah berusaha untuk mempercepat
mengerahkan sin-kangnya. Dan Ko Tie berpikir, setelah lewat satu hari lagi, di waktu itu
tentunya dia telah leluasa untuk mengerahkan sin-kangnya,
2256 sehingga dia dengan leluasa akan dapat mempergunakan
kepandaiannya, buat menghadapi kakek tua itu.
Justeru di saat itu si kakek tua telah berkata dengan suara yang
mengandung nada mengejek dan juga seperti telah mengetahui isi
hatinya, membuat Ko Tie jadi jengah juga.
Sebagai seorang yang selalu tegak pada aliran putih..... yaitu jalan
pek-to, maka dia tentu saja menghormati kebaikan dan membenci
kejahatan. Sekarang dia telah diselamatkan jiwanya oleh kakek tua
itu, karenanya dia sangat berterima kasih sekali pada kakek tua
tersebut. Dan jika memang dia bermaksud hendak menolongi Kam Lian Cu,
maka dia harus menentang kakek tua itu, berarti dia melakukan
kebaikan dibalas dengan kejahatan. Inilah yang membuat hati Ko
Tie jadi bimbang dan tidak bisa segera mengambil keputusan.
Kam Lian Cu pun girang melihat Ko Tie telah sembuh. Waktu si
kakek tua dan kera bulu kuning berada di tempat yang terpisah
cukup jauh, maka si gadis telah berkata: "Malam ini kita akan
berusaha melarikan diri dari mereka!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie mengangguk ragu-ragu.
2257 Waktu itu, tampak kakek tua tersebut telah melangkah menghampiri, dia bilang kepada Kam Lian Cu.
"Mari sekarang kita melakukan perjalanan, untuk dapat tiba di
tempatku lebih cepat lagi! Kukira kawanmu itu telah sembuh, dan
besok dia bisa melakukan perjalanan meninggalkan tempat ini, kau
sudah tidak perlu menguatirkan keadaannya!!"
Hati Kam Lian Cu tercekat.
"Tidak!" katanya. "Aku ingin menantikan sampai kawanku ini pergi
dulu dari tempat ini, sehingga membuktikan bahwa dia benarbenar telah sembuh.......!"
"Hemmm!" mendengus kakek tua itu. "Kau terlalu mencari-cari
alasan saja......!" "Tapi aku telah berjanji padamu, bahwa aku akan menuruti
keinginanmu, asalkan kawanku jadi benar-benar dapat disembuhkannya! Sekarang dia telah sembuh, tapi dia belum lagi
sembuh keseluruhannya. Dan jika dia telah bisa meninggalkan
tempat ini, berarti dia benar-benar telah sembuh!"
2258 Kakek tua itu itu tidak mau membantah dan berdebat dengan si
gadis. Ia mengangguk dan mengajak si kera bulu kuning buat tidur
di atas sebatang pohon, nyenyak sekali tampaknya tidur mereka.
"Hemmm, tampaknya tak mudah kita melarikan diri dari mereka.....
karena kakek tua itu walaupun dia tertidur, tokh dia memiliki ilmu
tinggi dan pendengaran yang sangat tajam sekali! Karena itu, jika
memang kita ingin melarikan diri, maka kita harus menantikan
menjelang tengah malam.....!" bisik Ko Tie kepada Kam Lian Cu,
dengan suara yang perlahan sekali. Kam Lian Cu mengangguk. Sedangkan Ko Tie untuk melihat apakah tenaga dalamnya telah
pulih, ia mengambil sebongkah batu yang dikepalnya dalam
cengkeraman tangan kanannya. Iapun kemudian mengerahkan
tenaga dalamnya. Seketika terdengar suara yang perlahan sekali, ternyata batu
dalam kepalannya itu telah menjadi remuk dan hancur menjadi
bubuk, dengan demikian telah membuat Ko Tie girang bukan main,
karena lweekangnya memang telah pulih sebagaimana biasa dan
dia dapat mempergunakannya dengan sebaik mungkin.
Kam Lian Cu melirik. 2259 "Aku telah berhasil!" bisik Ko Tie kemudian dengan suara yang
perlahan. Kam Lian Cu juga girang. "Jika demikian kita berdua tentu akan dapat menghadapi kakek
keparat itu......!" kata Kam Lian Cu.
Ko Tie mengangguk. "Ya, kukira jika kita maju berdua, kakek tua itu masih dapat kita
hadapi!" "Tapi"."!" Kam Lian Cu tampak ragu-ragu.
Ko Tie jadi heran. "Kenapa"!" tanyanya.
"Kakek tua itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali dan
sukar juga kita menghadapinya, terlebih lagi mengingat kau baru
saja sembuh dari lukamu! Kalau kau mengeluarkan tenaga
berlebihan untuk menghadapinya, niscaya akan menyebabkan
lukamu itu akan kambuh kembali?"!"
2260 Ko Tie juga menyadari apa yang dikatakan oleh Kam Lian Cu
memang benar. Jika kelak ia menghadapi kakek tua yang lihay itu,
dan mempergunakan tenaga yang berlebihan, niscaya akan
membuat dia akan terlalu memaksakan mempergunakan tenaganya itu. Dan ini akan merugikan dirinya, di samping itu
kemungkinan dirinya akan kembali pula terluka di dalam.
Melihat Ko Tie tidak menyahuti, hanya berdiam diri saja, Kam Lian
Cu mengawasinya ia melibat pemuda jadi tampak muram,
tentunya ada sesuatu yang menyusahkan hatinya.
"Kenapa"!" tanya si gadis perlahan.
"Benar juga apa yang kau katakan, nona Kam?"!" kata Ko Tie.
"Memang dilihat demikian, sulit kita menghadapi kakek tua itu
walaupun kita maju serentak berdua?"!"
Kam Lian Cu menghela napas.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin.
"Walaupun kalian melatih diri selama duapuluh tahun lagi, jangan
harap kalian bisa menghadapi diriku!" terdengar suara kakek baju
kuning itu. 2261 Tercekat hati Ko Tie dan Kam Lian Cu.
Rupanya pembicaraan mereka, walaupun hanya bisik-bisik belaka,
telah diketahui oleh kakek tua tersebut. Maka Ko Tie dan Kam Lian
Cu akhirnya hanya berdiam diri sambil saling pandang.
Memang tidak mudah buat mereka berdua menghadapi kakek tua
tersebut. Dan hal ini mereka menyadarinya.
Akan tetapi, juga Ko Tie tidak akan membiarkan Kam Lian Cu
dibawa oleh kakek tua itu, yang katanya ingin mengawinkan gadis
itu dengan puteranya. Demikian juga halnya dengan Kam Lian Cu, tentu si gadis lebih
baik mati dari pada dipaksakan seperti itu oleh si kakek tua, karena
putera si kakek pun ia tidak mengetahui bagaimana rupa dan
bentuknya. Dengan melihat keadaan si kakek seperti itu, maka Kam Lian Cu
telah bisa membayangkannya, bahwa putera dari kakek tersebut
juga bukankah seorang yang tampan.
Di samping itu, yang dikuatirkan oleh Kam Lian Cu dan Ko Tie
kalau-kalau putera si kakek itu yang sempat datang ke tempat ini,
berarti mereka akan menghadapi kesulitan yang lebih besar,
2262 karena memang putera si kakek niscaya memiliki kepandaian yang
tinggi sekali. Sedang Ko Tie dan Kam Lian Cu bengong saling pandang tanpa
berkata apa-apa lagi, karena pendengaran si kakek tua yang
memang sangat tajam itu, maka ia pun rupanya telah memasang
telinga bukannya tidur, membuat Kam Lian Cu dan Ko Tie sempit
sekali memiliki kesempatan untuk dapat melarikan diri.
Di samping itu Kam Lian Cu pun menyadari, bahwa jika kakek tua
itu bermaksud membawanya dengan cara paksa, tentu dia tidak
akan berdaya mengadakan perlawanan.
Bisa saja kakek tua itu menotoknya dan membawanya pergi dalam
keadaan dia tidak berdaya seperti itu.
Sedangkan Ko Tie walaupun berkepandaian tinggi, tetapi dia baru
saja sembuh dari lukanya, jika sampai dia mengerahkan tenaga
dalamnya terlalu berlebihan, niscaya akan membuat dia terancam
bahaya yang tidak kecil. Malah kepandaian kakek tua itu juga setinggi dan selihay Oey Yok
Su. Bagaimana mungkin Ko Tie bisa menghadapinya. Karena itu,
segera juga Kam Lian Cu menangis.
2263 Tampaknya gadis ini memang sangat bingung sekali.
Ko Tie melihat si gadis menangis, segera menghiburnya, katanya:
"Kau jangan bersusah hati, walaupun bagaimana aku akan
membelamu, nona Kam?"!"
"Tapi..... tapi dia terlalu lihay.....!" menangis Kam Lian Cu.
Ko Tie menghela napas. Ia menyadari apa yang dikatakan oleh Kam Lian Cu memang
benar, yaitu kepandaian kakek tua itu sangat lihay, tapi iapun
bersedia buat mengadu jiwa guna melindungi si gadis.
Dalam hal ini, Ko Tie juga tengah memperhitungkan, dengan cara
apa dia bisa melawan dan menghadapi kakek tua itu. Maka sekali
lagi Ko Tie telah mengambil sebungkah batu, dia meremasnya,
sehingga batu itu kembali remuk dan menjadi hancur seperti juga
bubuk. Di saat itulah tampak si kakek melompat turun dari atas pohon,
katanya dingin: keseluruhannya, "Hemm, jika lwekangmu sampai kau belum lagi pulih mengeluarkan dan mempergunakan tenaga yang berlebihan, niscaya akan membuat
kau terluka di dalam yang lebih parah lagi!"
2264 Muka Ko Tie berobah, sedangkan Kam Lian Cu memandang kuatir
sekali. Yang di kuatirkan Kim Lian Cu dari Ko Tie, kakek tua itu merobah
pikiran dan menyerang mereka.
Tapi Ko Tie diam-diam telah memusatkan tenaga dalamnya, dia
telah berwaspada dan bersiap sedia, karena walaupun ia
menyadari kakek tua itu memiliki kepandaian tinggi, tokh buat
belasan jurus dia masih bisa menghadapinya.
Dia ingin berusaha, untuk dapat menghadapi kakek tua itu, di mana
dia akan berusaha mengerahkan seluruh kepandaiannya dan juga
tenaganya. Di waktu dia menghadapi kakek tua tersebut, dia akan
berusaha membujuk si gadis agar melarikan diri.
Jika memang Kam Lian Cu melarikan diri, tentunya kakek tua itu
akan berusaha buat mengejarnya, dia akan meninggalkan Ko Tie.
Tapi Ko Tie akan melibatnya terus, sehingga kakek tua itu tidak
leluasa mengejarnya. Di saat-saat seperti itu, si gadis she Kam tentunya sudah melarikan
diri jauh sekali. 2265 Ko Tie pun akan dapat melarikan diri dengan melepaskan si kakek
mengejar Kam Lian Cu, sedangkan Kam Lian Cu niscaya akan
dapat mengatur sedemikian rupa, agar dia tidak meninggalkan
jejak buat si kakek. Karena berpikir begitu, Ko Tie diam-diam telah memusatkan
tenaga dalamnya pada ke dua tangannya.
Tapi kakek baju kuning itu sama sekali tidak menyerangnya, dia
tertawa terkekeh dan kembali ke tempatnya, tubuhnya melesat dan
rebah di cabang pohon dekat kera bulu kuning itu.
Ko Tie menghela napas lega.
Segera juga Ko Tie pun menceritakan kepada Kam Lian Cu
tentang rencananya agar si gadis melarikan diri dengan segera
begitu dia menghadang si kakek.
Tapi Kam Lian Cu menggeleng.
Dengan suara yang sangat perlahan karena kuatir kakek tua itu
dapat mendengar percakapan mereka seperti tadi, Kam Lian Cu
bilang: "Tidak...... tidak mau aku mengorbankan dirimu demi
keselamatanku?".!"
2266 Ko Tie tersenyum. "Tapi kakek tua itu niscaya akan bertempur setengah hati
denganku. Begitu dia melihat engkau melarikan diri, tentu dia tidak
bisa mencurahkan seluruh perhatinnya kepada pertempuran itu,
dia niscaya akan berusaha mengejarmu.
"Sedangkan engkau dapat melarikan diri jauh sekali, karena aku
akan melibatnya terus, juga aku tidak akan terlalu berat
menghadapi kakek tua itu, karena dia niscaya jadi panik dan akan
segera tergesa-gesa berusaha mengejar dirimu.....!"
Mendengar keterangan yang diberikan Ko Tie, Kam Lian Cu diam
termenung sejenak. Namun akhirnya ia mengangguk mengerti, karena ia pun berpikir
sama seperti Ko Tie "Ya?" baiklah! Sebelumnya aku ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadamu.....!" kata si gadis dengan suara
mengandung perasaan terima kasih sekali kepada si pemuda.
Mereka saling pandang, dan hati mereka saling berbisik lewat sinar
mata mereka. Karena walaupun mereka tidak mengucapkan
2267 sepatah perkataan pun juga, tokh kenyataaanya mereka itu telah
mengetahui akan isi hati masing-masing lewat sinar mata mereka.
Ko Tie malah telah mengulurkan tangannya dia menggenggam
tangan si gadis, menggenggamnya mesra dan lembut sekali,
meremasnya perlahan-lahan.
Memang si gadis cantik sekali. Ia malah lebih cantik dari Giok Hoa.
Ko Tie di waktu itu teringat kepada Giok Hoa, yang lincah dan juga
adatnya menarik sekali. Tapi Kam Lian Cu justeru memiliki sifat
yang berbeda dengan Giok Hoa.
Jika Giok Hoa bagaikan bunga Botan, maka Kam Lian Cu bagaikan
bunga Pek-lian, teratai yang lembut, halus dan juga mesra sekali,
yang masing-masing memiliki perbedaan antara Giok Hoa dengan
Kam Lian Cu, karena satu dengan yang lainnya memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Waktu itu terdengar kakek baju kuning telah mendehem, rupanya
ia mengetahui perasaan muda-mudi itu.
Muka Kam Lian Cu berobah jadi merah, dia segera menarik
tangannya. Ko Tie juga merasakan pipinya panas sekali karena
malu. 2268 Keadaan di tempat itu sunyi sekali.
"Lebih baik-baik kita berusaha sekarang, kau mencoba melarikan
diri, dan aku yang akan menghadangnya?"!" bisik Ko Tie
perlahan. "Jika kera bulu kuning itu mengejar dan merintangiku, bukankah


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku tidak dapat melarikan diri lebih cepat dari apa yang
direncanakan"!" tanya Kam Lian Cu.
Ko Tie diam. Mereka jadi berpikir keras sekali.
Dalam keheningan di malam hari seperti itu, mendadak terdengar
suara pekik yang aneh dari tengah-tengah angkasa. Suara pekik
itu nyaring sekali. Ko Tie jadi girang bukan main. Dia mengenali suara itu, tapi ia tidak
yakin dengan dugaannya. "Apakah benar dia"!" pikir Ko Tie di dalam hatinya. "Tidak
mungkin".. mungkin jupa hanya kebetulan saja suaranya yang
sama.....!" 2269 Kembali terdengar suara pekik dan menggeleparnya sayap yang
sangat kuat, menderu-deru.
Kakek baju kuning itu melompat turun dari cabang pohon karena
dia heran dan terkejut. Dia mengawasi ke atas, untuk melibat
sesuatu yang besar dan tengah terbang melayang-layang di
tengah udara. Ko Tie bersiul nyaring. Dia sengaja bersiul begitu untuk mencoba saja, apakah benar
suara pekik itu berasal dari burung rajawali peliharaan Giok Hoa!
Dia memang kenal dengan burung itu, suaranyapun dikenal baikbaik olehnya.
Selama bersama-sama Giok Hoa dulu di puncak gunung, iapun
selalu bermain dengan burung rajawali yang luar biasa itu. Cuma
saja Ko Tie tidak yakin bahwa burung itu bisa muncul di sini.
Namun apa yang diragukannya itu akhirnya buyar, karena
memang begitu dia bersiul suara pekik itu menyahuti semakin
keras dan suara menggeleparnya sayap yang menimbulkan angin
menderu-deru kuat sekali terdengar.
Ko Tie jadi girang. 2270 "Binatang apa itu"!" tanya Kam Lian Cu dengan sikap yang
berkuatir. "Burung rajawali..... aku kenal baik dengannya, dan ia pun jinak
sekali, bisa di perintah?"!" kata Ko Tie memberitahukannya. "Jika
memang benar Pek-jie, maka kita akan tertolong...... karena dia
akan dapat membantu kita.....!"
Kam Lian Cu memandang heran. Sedangkan Ko Tie bersiul lagi
tiga kali. Dia bersiul dengan meniru suara yang biasa Giok Hoa
siulkan buat memanggil burung rajawali itu.
Sesosok bayangan yang besar telah meluncur turun dari atas
angkasa. Dan hinggap tepat di samping Ko Tie.
Benar saja, itulah burung rajawali peliharaan Giok Hoa. Burung itu
tampak girang bertemu dengan Ko Tie, dia menggesek-gesekkan
kepalanya pada lengan Ko Tie.
Kakek baju kuning itu memandang dengan mata terbeliak lebarlebar. Dia heran melihat burung rajawali yang demikian besar dan
tampak kuat dan gagah. Yang membuat dia lebih heran justeru
burung rajawali itu seperti menurut sekali pada Ko Tie, yang bisa
memanggilnya dengan siulan belaka.
2271 Ko Tie waktu itu tertawa perlahan, dia bilang: "Hemmm, sekarang
kau telah datang buat membantu! Nah nona Kam, kau bisa naik ke
atas punggungnya, Pek-jie akan membawamu pergi terbang ke
tengah udara!" Kakek baju kuning itu kaget, dia melompat menghampiri.
"Kau?" kalian ingin melarikan diri"!" tegurnya dengan suara yang
dingin dan mengandung kemarahan.
Ko Tie baru saja menyahuti, Pek-jie yang melihat sikap
mengancam dari kakek baju kuning itu, telah mengibaskan sayap
kanannya, gerakannya tidak di sangka-sangka dan di luar dugaan.
Juga dari sayapnya itu mengeluarkan suara berkesiuran angin
yang sangat dahsyat menerjang kepada kakek baju kuning itu.
Kakek baju kuning tersebut tengah melompat maju buat mendekati
Ko Tie, tapi mendadak sekali dia merasakan serangkum angin
yang sangat kuat mendorong dirinya.
Kakek itu kaget dan heran. Namun dia cepat sekali telah
merangkapkan ke dua tangannya, dan mendorong.
Kakek tua itu rupanya tidak memandang sebelah mata terhadap
sampokan sayap burung rajawali itu, karena dia yakin, begitu dia
2272 mendorong dengan kekuatan tenaga dalamnya, berapa kuatnya
tenaga burung itu sekalipun, tentunya dia akan terdorong terpental.
Namun burung rajawali itu tetap saja berdiri tepat di tempatnya.
Benturan tenaga yang terjadi membuat kakek baju kuning itu yang
kaget, karena tubuhnya tergetar dan dia hampir saja terhuyung
mundur, kalau saja dia tidak cepat-cepat mengerahkan tenaga
dalamnya pada kakinya. Kemudian si kakek telah mendorongkan
telapak tangannya pula dengan mengerahkan sin-kangnya lebih
kuat. Kali ini sayap burung rajawali tersebut telah terdorong, dan burung
itu terpekik, dia segera membarengi buat terbang ke tengah udara.
Sedangkan kakek baju kuning ini segera mengetahui bahwa
burung rajawali putih yang tubuhnya sangat besar itu bukanlah
burung rajawali sembarangan. Iapun bersikap lebih hati-hati.
Ko Tie waktu itu telah mengambil keputusan yang cepat sekali.
"Nona Kam, cepat kau lari?"!" berseru Ko Tie dengan suara yang
nyaring, tubuhnya segera membarengi melompat ke dekat kakek
baju kuning itu. 2273 Kam Lian Cu bimbang sejenak, dia kemudian memutar tubuhnya,
berlari dengan cepat sekali. Dia pikir, tentunya dengan ada burung
rajawali itu, Ko Tie akan dapat menghadapi kakek tua baju kuning
lebih baik lagi. Malah kemungkinan nanti Ko Tie akan dapat duduk di punggung
rajawali itu, terbang ke tengah udara sehingga dapat meloloskan
diri dari kakek baju kuning itu.
Dengan mengerahkan ginkangnya, ilmu meringankan tubuhnya,
Kam Lian Cu berlari cepat sekali.
Kakek baju kuning itu berjingkrak karena kagetnya melihat si gadis
hendak melarikan diri. "Hei, mau ke mana kau"!" teriak kakek baju kuning itu bengis
sekali. Tubuhnya juga melesat dan ia bermaksud mengejar.
Tapi belum lagi dia bergerak, dari arah belakangnya telah
menyambar serangkum angin yang kuat sekali.
Itulah serangan yang dilakukan oleh Ko Tie.
Waktu si gadis she Kam melesat buat memelarikan diri, Ko Tie
memang telah mengerahkan tenaga dalamnya.
2274 Dan waktu dia melihat kakek itu hendak mengejar Kam Lian Cu,
tanpa membuang-buang waktu lagi segera juga ia melompat dam
menghantam dengan sebagian besar lweekangnya.
Hantamannya itu memang dahsyat, dan kakek ini mengetahuinya
dengan merasakan berkesiuran angin serangan itu. Ia tidak berani
menyambutinya. Segera juga dia berhenti dan membatalkan maksudnya untuk
mengejar Kam Lian Cu. Dengan segera ia menangkisnya.
"Dukk!" Ko Tie merasakan tangannya seperti akan patah oleh
tangkisan yang dilakukan kakek itu.
Namun Ko Tie nekad, mati-matian dia menahan rasa sakit itu dan
menghantam lagi dengan kekuatan sepenuhnya, dia ingin
berusaha mencegah kakek itu mengejar Kam Lian Cu.
Kakek tua itu mendongkol bukan main, karena dia mengerti bahwa
Ko Tie bermaksud hendak membendungnya dan melibatnya agar
dia tidak memiliki kesempatan mengejar si gadis.
Segera juga dia menangkis lagi, sekali ini dengan kekuatan yang
jauh lebih hebat. Dan iapun kemudian membarengi dengan
menyerang pula. 2275 Ko Tie kaget. Waktu tangkisan ke dua saling bentur dengan
serangannya, dia merasakan tenaga kakek tua itu kuat sekali,
tulang pergelangan tangannya semakin sakit. Dia belum lagi bisa
melompat mundur menjauhi diri, dirinya telah dihantam begitu kuat
oleh kakek tua tersebut. Terpaksa Ko Tie mengempos seluruh kekuatannya, karena dia
bermaksud menangkisnya. Cuma saja Ko Tie menyadari, kali ini tentu dia tidak akan berhasil
membendung kekuatan tenaga dalam si kakek.
"Bukkk?"!" tangan mereka saling bentur lagi. Ko Tie menggigit
bibirnya. Dia merasakan tangannya seperti semper tidak dapat
digunakan lagi untuk menyerang, sulit untuk diangkat dan juga
sakitnya luar biasa, bagaikan tidak memiliki tenaga lagi.
Ko Tie bingung, jika memang dia tidak berhasil melibat kakek
tersebut, niscaya akan membuat kakek itu dapat mengejar Kam
Lian Cu. Hanya saja, cepat sekali dia bersiul. Burung rajawali itu
pun rupanya mengerti apa tugasnya.
Dengan disertai pekikannya yang nyaring, burung rajawali itu telah
menerjang kepada si kakek.
2276 Kuat sekali sampokan ke dua sayapnya.
Kakek tua itu kaget dan juga sangat murka sekali. Dia berseru
nyaring dan telah menghantam berulang kali dengan ke dua
tangannya. Dia pun berkelit mengelakkan diri ke sana ke mari. Apa yang
dilakukannya itu benar-benar sangat cepat sekali, namun burung
rajawali itu pun cukup tangguh.
Yang membuat kakek itu bertambah heran, dia melibat burung
rajawali itu bergerak seperti juga dengan mempergunakan jurusjurus ilmu silat, karena tampaknya burung rajawali itu bagaikan
mengerti ilmu silat. Maka untuk sesaat lamanya kakek tua itu dapat dilibat oleh si
burung rajawali. Jika memang menghadapi burung rajawali biasa saja, tentu
dengan cepat dan mudah kakek tua itu akan dapat merubuhkannya. Hanya saja sayangnya, justeru burung rajawali itu memiliki keluar
biasaan dari burung rajawali lainnya. Selain pandai berkelit ke sana
ke mari, setiap sampokan dari sepasang sayapnya seperti juga
2277 serangan tangan seorang ahli silat yang berbahaya, belum lagi
disebabkan tenaga burung rajawali itu yang memang sangat kuat
sekali. Dikala itu terlihat kakek tua itu tambah gusar, berulang kali dia
membentak bengis sambil menyerang dengan tenaga dalam yang
bisa mematikan. Burung rajawali itu memang terdesak, namun dia patuh terhadap
perintah Ko Tie, dia terus juga melibat kakek tua itu, menerjang
dengan segala kehebatannya.
Kera bulu kuning mengeluarkan pekikannya, dia berlari untuk
mengejar Kam Lian Cu. Tapi kera itu tidak bisa berbuat banyak. Dia berlari baru beberapa
tombak, di hadapannya telah menghadang Ko Tie, yang
membarengi tanpa membentak atau juga mengeluarkan suara
lainnya, telah menghantamnya.
Ko Tie memukul dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya
yang tadi saling bentur dengan tangan si kakek menjadi seperti
semper tidak memiliki kekuatan tenaga lagi, tapi tangan kirinya itu
pun tidak kalah hebatnya karena dia menghantam dengan disertai
kekuatan lweekangnya. 2278 Walaupun kera bulu kuning itu memiliki ilmu silat yang rupanya
diajarkan oleh si kakek tua itu, dan juga sangat gesit, tokh dia tidak
bisa menghindarkan diri dari hantaman tangan kiri Ko Tie, yang
mengenai telak sekali dadanya.
Dengan diiringi pekik kesakitan dan kaget, kera itu terjungkal
bergulingan di tanah. Ko Tie tidak memberikan kesempatan kera itu bernapas, ia
melompat ke tempat kera tersebut, sambil menghantam dengan
tangan kirinya pula. Kera itu telah merasakan betapa kuatnya serangan Ko Tie,
sehingga dadanya kena dihantam telak dan dia menderita
kesakitan, begitu bangun, tidak berani menghadapi Ko Tie, dia
telah memutar tubuhnya, berlari ke sana ke mari.
Ko Tie tersenyum puas. Dengan demikian, berarti Kam Lian Cu
akan dapat melarikan diri dengan leluasa.
Di waktu itu, burung rajawali yang menghadapi si kakek
menghadapi kesulitan. Serangan si kakek luar biasa sekali. Ia duduk bersimpuh di tanah.
Ke dua tangannya itu saja yang bergerak ke sana ke mari!
2279 Setiap hantaman tangannya mengandung kekuatan yang dahsyat
sehingga burung rajawali itu tidak berani mendekatinya. Bahkan
akhirnya burung rajawali itu telah terbang berputar-putar di atas si
kakek sekali-kali dia menerjang turun, menukik dengan ke dua
cakarnya siap mencengkeram.
Tapi memang kakek itu hebat, dengan cara bertempurnya seperti
itu dia bisa menghadapi rajawali tersebut, malah suatu kali, waktu
burung rajawali itu menukik turun, kakek tersebut telah menantikan
dengan mata terpentang lebar-lebar.
Dia tidak menyerang dulu, dia menantikan sampai burung rajawali
itu menukik dekat sekali, dan sayap burung itu tengah meluncur
akan mengibas kepadanya. Setelah jaraknya terpisah tidak begitu
jauh, segera juga kakek tua tersebut menghantamkan tangannya
kepada sayap burung rajawali tersebut!
"Bukkk!" telak sekali hantaman itu mengenai burung rajawali itu,
pada sayapnya, sehingga burung rajawali itu memekik kesakitan
dan terbang tinggi sekali. Sayapnya itu ternyata kena di hantam
sangat hebat, sampai beberapa helai bulu sayapnya telah rontok
dan terbang jatuh ke tanah.
2280 Ko Tie kaget tidak terkira melihat burung rajawali sakti yang
biasanya sangat tangguh, menghadapi kakek itu, telah dibuat tak
berdaya. Burung rajawali itu, yang menderita kesakitan karena sayapnya
telah patah, hanya mengeluarkan suara pekik yang nyaring
berulang kali, terbang di udara tanpa berani menukik turun lagi.
Ko Tie segera melompat ke dekat kakek tua itu, dia menghantam
dengan tangan kirinya. Apa yang dilakukan Ko Tie sangat nekad
sekali, karena dia seperti juga sudah tidak memikirkan lagi
keselamatan dirinya, dia menghantam

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sepenuh tenaganya. Kakek tua itu tertawa dingin, tangan kanannya telah menangkis.
"Dukk, dukk.....!" Tubuh Ko Tie terpental dan bergulingan di tanah.
Seketika Ko Tie merasakan dadanya sakit sekali ketika dia
merangkak bangun! Kakek tua itu telah melompat berdiri, dia menggerakkan tangannya
menyentil sebutir batu. 2281 Batu itu menghantam telak sekali jalan darah Hu-hiang-hiat si
pemuda. Seketika Ko Tie merasakan sekujur tubuhnya lemas tidak
hertenaga, mendatangkan rasa sakit yang bukan main, bagaikan
tubuhnya dikoyak-koyak dan juga seluruh isi tubuhnya, perut dan
dadanya, seperti menjadi hancur.
Dengan mengeluarkan suara keluhan, seketika dia pingsan tidak
sadarkan diri..... Dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Tadi memang dia tidak sanggup mengelakkan diri dari lontaran
batu sentilan kakek tua itu, karena memang dia tidak dapat
menggerakkan tubuhnya dengan lincah, dadanya tengah sakit.
Terlebih lagi setelah ia tertotok seperti itu, membuatnya benarbenar jadi tidak berdaya dan pingsan tidak ingat orang.......!
Kakek tua itu segera juga menepuk tangannya. Kera bulu kuning
berlari menghampirinya. Bersama dengan binatang peliharaannya, segera kakek tua itu
melarikan diri..... untuk mengejar Kam Lian Cu, karena dianggapnya bahwa sebelum burung rajawali itu sempat untuk
menyerang nekad kepadanya, lebih baik dia melarikan diri dan
mengejar Kam Lian Cu. Kera bulu kuning berlari-lari di
2282 belakangnya, mengikuti sambil berulang kali mengeluarkan suara
pekiknya yang sangat nyaring.
Burung rajawali itu tidak mengejar si kakek karena dia
menyaksikan bagaimana Ko Tie telah rubuh di tanah dan kemudian
diam tidak bergerak, pingsan. Segera juga burung rajawali itu telah
meluncur turun, hinggap di samping Ko Tie, sambil mengeluarkan
suara pekik yang perlahan, seperti juga tengah merintih sedih.
Burung rajawali itu tidak berdaya untuk menyembuhkan Ko Tie,
juga dia tidak berhasil untuk menyadari Ko Tie dari pingsannya. Dia
hanya diam disamping pemuda itu dengan berulang kali
mengeluarkan suara pekik yang lirih, ikut menyatakan tengah
bersusah hati atas kemalangan pemuda ini.
Tiauw-jie sebetulnya tengah berusaha mencari majikannya, yaitu
Giok Hoa. Setiap kali dia terbang berkeliling di suatu tempat, dia
mengeluarkan suara pekiknya dengan harapan bahwa majikannya
akan mendengarnya. Siapa tahu, justeru dia bertemu dengan Ko
Tie dan justeru mengalami, peristiwa seperti ini?".!"
Ko Tie masih rebah pingsan di tempatnya, dalam keadaan tertotok
dan juga terluka di dalam, karena tadi dia telah mempergunakan
tenaga yang melebihi takaran, juga memang dia baru saja sembuh.
2283 Begitu tenaga dalamnya dikerahkan melewati takaran, membuat
peredaran darahnya bergolak,
pernapasannya jadi seperti
tersumbat, dan akhirnya luka di dalam itu telah bergolak kembali.
Dia terluka yang tidak ringan.
Itulah sebabnya mengapa totokan kakek tua baju kuning itu sempat
telah membuatnya pingsan tidak sadarkan diri akibat penderitaan
sakit yang luar biasa hebatnya yang membuat dia seperti juga
merasakan tubuhnya bagaikan dikoyak-koyak?"
"Y" Siapakah kakek tua baju kuning itu, yang kepandaiannya sangat
lihay dan setingkat dengan kepandaian Oey Yok Su" Dengan
melihat kepandaiannya itu saja, kita sudah menduganya bahwa
kakek baju kuning itu bukanlah orang sembarangan. Dia setingkat
dalam kedudukannya dengan Oey Yok Su dan tokoh sakti dalam
rimba persilatan yang lainnya.
Hanya saja, dulu-dulu mengapa dia tidak pernah muncul
memperlihatkan diri" Mengapa waktu Lima Jago Luar Biasa
memperebutkan gelar jago nomor satu, dia tidak pernah
menampakkan diri, dan tidak pernah tersiar berita tentang dirinya.
2284 Padahal Oey Yok Su memiliki pengalaman sangat luas pun tidak
kenal padanya, hanya kagum buat kepandaiannya yang memang
sangat tinggi dan tidak berada di bawah kepandaiannya.
Sekarang diapun bermaksud untuk mengambil Kam Lian Cu
sebagai mantunya, dia telah bentrok dengan Oey Yok Su, dan
membuat Ko Tie tidak berdaya, padahal kepandaian Ko Tie pun
tidaklah rendah. Lalu membuat burung rajawali itupun tidak
berdaya untuk mencegah keinginannya buat mengejar Kam Lian
Cu. Sesungguhnya, dia seorang jago yang memiliki kepandaian benarbenar sangat hebat. Dia hanya saja, tidak pernah mau
memperlihatkan diri di dalam rimba persilatan.
Perihal perebutan gelar sebagai Jago nomor satu oleh Lima Jago
luar Biasa, memang telah didengarnya. Namun dia tidak tertarik
buat mengambil bagian. Dia hidup sebagai manusia biasa, hanya setiap hari, setiap waktu,
setiap menit, dia lebih mementingkan berlatih diri. Tidak terlalu
mengherankan jika ia bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi.
Karena tidak ada waktu yang luang dan disia-siakan begitu saja.
2285 Diapun kini telah menjadi seorang tokoh rimba persilatan yang sulit
dicari tandingannya. Sedangkan Oey Yok Su yang memiliki kepandaian sudah
mencapai tingkat paling sempurna, telah tidak berdaya buat
merubuhkannya, hanya saja kakek tua itu belaka yang mengakui
bahwa kepandaiannya berada di bawah kepandaian Oey Yok Su,
tapi sesungguhnya, walaupun mereka bertempur beberapa hari
lamanya, belum tentu Oey Yok Su bisa merubuhkannya.
Orang tua itu she Bun dan bernama Siang Cuan. Dia sejak muda
memang senang sekali akan ilmu silat, dan juga telah melatih diri.
Ayahnya seorang hartawan kaya raya. Tapi ketika orang tuanya
mati, dan harta warisan jatuh ke tangannya, ia mempergunakan
uangnya buat mengundang puluhan orang guru silat, yang
melatihnya dengan sepenuh
perhatian. Kemudian dengan uangnya itu ia juga telah berkelana mencari-cari guru yang pandai.
Memang setiap kali ia mempelajari ilmu silat, ia berhasil
mempelajarinya dengan mudah sekali, karena ia selain sangat
cerdas pun memang memiliki bakat yang sangat baik sehingga
setiap ilmu silat yang diajarkan kepadanya selalu dapat
dicernakannya dengan cepat.
2286 Namun sejauh itu Bun Siang Cuan tidak juga puas dengan hasil
yang telah di capainya. Ia terus juga mencari guru-guru pandai,
sampai akhirnya ia mendatangi Siauw-lim-sie.
Tapi ia ditolak karena Hong-thio Siauw-lim-sie beranggapan
seorang seperti Bun Siang Cuan yang begitu besar keinginannya
buat mempelajari ilmu silat, dan juga diwaktu itu telah memiliki
berbagai macam ilmu silat yang campur aduk, merupakan "bahan"
yang tidak baik buat dididik Siauw-lim-sie.
Permintaannya ditolaknya, walaupun Bun Siang Cuan berulang
kali telah datang buat memohon agar dirinya diterima menjadi
murid Siauw-lim-sie. Akhirnya Bun Siang Cuan bersakit hati karena tolakan Siauw-limsie. Iapun bertekad walaupun bagaimana dia harus mempelajari
ilmu silat yang tinggi, guna membuktikan kelak kepada Siauw-limsie, bahwa ia sesungguhnya merupakan murid yang baik sekali
buat dididik. Di waktu itu, ia telah berlatih dengan tekun. Tekadnya semakin kuat
untuk memperoleh kepandaian yang tinggi.
Kemajuan yang dicapai oleh Bun Siang Cuan memang pesat
sekali. Dia telah berhasil untuk memupuk ilmunya, yang dari
2287 berbagai dan campur aduk itu menjadi semacam ilmu yang
berkombinasi, membuat diapun tidak mudah untuk dirubuhkan
oleh lawan yang berkepandaian tanggung-tanggung. Malah cukup
banyak jago-jago rimba persilatan yang punya nama di dalam
kalangan Kang-ouw telah dirubuhkannya.
Hanya saja, disebabkan nafsunya yang begitu besar untuk dapat
merubuhkan orang rimba persilatan sebanyak mungkin, disamping
untuk mempelajari ilmu silat Bun Siang Cuan pun jadi memiliki
musuh yang tidak sedikit, membuatnya sering dikejar-kejar oleh
jago-jago Kang-ouw ternama.
Untuk menghadapi jago-jago ternama itu jelas Bun Siang Cuan
belum lagi memiliki kemampuan, sehingga dia telah melarikan diri
ke berbagai tempat. Di samping itu, tekadnya untuk mempelajari ilmu silat semakin
kuat. Dia baru mengerti, betapa pentingnya ilmu silat, karena
dengan memiliki kepandaian yang sangat tinggi, tentu dia perlu jeri
lagi kepada jago-jago rimba persilatan.
Dikala dia melarikan diri ke perbatasan Sin-kiang, ia bertemu
dengan seorang tua, yang ternyata merupakan seorang tokoh sakti
Tibet. Hanya saja jago tua yang aneh itu tidak mau 2288 memberitahukan namanya, dia cuma menurunkan ilmu silatnya
tanpa bersedia Bun Siang Cuan memanggilnya sebagai guru.
Dengan demikian telah membuat Bun Siang Cuan memperoleh
kepandaian yang beberapa lipat lebih tinggi dari sebelumnya.
Hatinya jadi besar dan dia pun segera juga kembali ke daratan
Tiong-goan. Dia mencari musuh-musuhnya. Dia berhasil merubuhkan beberapa orang di- antara mereka.
Hanya sebagian lagi dari musuh-musuhnya itu bekerja sama dan
melakukan pengejaran padanya. Dikeroyok oleh jago-jago yang
memiliki kepandaian tinggi seperti itu membuat Bun Siang Cuan
tidak berdaya lagi dan dia melarikan diri pula.
Karenanya, dia bermaksud menyingkir dari Tiong-goan, buat pergi
ke Tibet, dengan harapan di sana tentu dia bisa bertemu dengan
orang-orang pandai seperti gurunya.
Sepuluh tahun ia berada di Tibet, memang cukup banyak orang
pandai di sana yang menurunkan kepandaian kepadanya! Tapi
ketika ia kembali ke daratan Tionggoan, ternyata kepandaiannya
itu tidak berarti apa-apa.
2289 Hal ini membuat dia berduka, karena musuh-musuhnya juga
semakin maju dengan kepandaian mereka.
Bun Siang Cuan segera berpikir bahwa ia harus benar-benar
memperoleh semacam ilmu yang hebat, barulah dia bisa memiliki
kepandaian yang tidak tertandingkan.
Waktu ia menyingkirkan diri lagi ke Nepal, ia berkenalan dengan
seorang gadis. Mereka jatuh cinta dan menikah.
Ternyata ayah gadis itu, seorang kakek tua, merupakan seorang
jago terpendam dari Nepal yang sudah siang-siang menyimpan
pedang dan mengasingkan diri. Mengetahui mantunya senang
mempelajari ilmu silat, dia mengajari lagi, membuat kepandaian
Bun Siang Cuan memperoleh kemajuan lagi.
"Tapi ilmu silat tidak ada batasnya, sampai kapanpun kau
mempelajarinya, tidak mungkin hanya engkau seorang diri yang
memiliki kepandaian tinggi, sebab banyak juga orang lain yang
mati-matian mempelajari ilmu silat?"!
"Aku memiliki sejilid kitab ilmu silat kuno yang belum pernah
kupelajari. Jika memang kau menginginkannya, aku akan
menghadiahkannya kepadamu. Usiamu masih muda, kau boleh
mempelajarinya..... 2290 "Tapi ada ancaman pada kitab itu, jika seseorang yang tidak kuat
mempelajari isi kitab itu, jika umpamanya orang itu melatihnya
salah dan tersesat, orang itu akan sinting dan gila..... Karenanya
jika memang engkau merasa belum memiliki kepandaian dan
kesangggupan buat mempelajari isi kitab itu, kau jangan
mempelajarinya dulu?"!"
Begitulah pesan mertua Bun Siang Cuan sebelum meninggal dunia
karena sakitnya yang berat.
Bukan kepalang girangnya Bu Siang Cuan menerima kitab pusaka
tersebut. Diapun segera mulai mempelajari.
Baru mempelajari beberapa jurus saja, kepandaiannya sudah
mengalami kemajuan yang hebat dan menakjubkan, seperti langit
dengan bumi dibandingkan dengan kepandaiannya di waktu yang
lalu. Semangat Bun Siang Cuan terbangun, dia mati-matian mempelajari kitab itu. Kepandaiannya menjadi luar biasa. Cuma saja, dia jadi melupakan
isterinya, yang membuat isterinya jadi berduka dilanda kesepian,
2291 karena Bun Siang Cuan lebih sering mengurung diri buat
mempelajari ilmu silatnya.
Tidak jarang sampai setengah tahun Bun Siang Cuan tidak
menyentuh isterinya. Dengan demikian berangsur-angsur isterinya menjadi merana dan
akhirnya jatuh sakit ketika ia dalam keadaan mengandung muda.
Bukan main berdukanya Bun Siang Cuan. Dia dapat dua pilihan
menyudahi dulu latihannya pada ilmu silat di kitab pusaka itu atau
memang dia kehilangan isteri dan calon anaknya.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi desakan jiwanya yang ingin memperoleh ilmu silat yang tinggi
demikian kuat. Dia hanya sempat lima hari menghentikan
latihannya, setelah itu ia giat lagi berlatih ilmu silatnya.
Isterinya kecewa bukan main, sehingga akhirnya dia menderita
sakit yang semakin parah, yang membuatnya meninggal dunia.
Bukan main kaget dan berdukanya Bun Siang Cuan, dia menangis
menggerung-gerung sampai beberapa hari lamanya. Dan ia
menyesali, sekarang biarpun ia memiliki kepandaian yang sangat
tinggi, tokh percuma saja. Dia telah kehilangan orang yang
disayanginya, juga kehilangan calon anaknya.
2292 Demikian berdukanya, sehingga selama beberapa tahun dia
berkelana dan tidak pernah melatih diri.
Akhirnya, karena terlalu memikirkan calon anaknya yang lenyap
dengan kematian isterinya akibat kurangnya perhatiannya, Bun
Siang Cuan bermaksud mengambil seorang anak. Dia tidak ingin
menikah lagi, cuma saja dia pun tidak tahu anak siapa yang pantas
diambil sebagai anaknya. Pada suatu hari, ketika ia berjalan-jalan di sebuah hutan, dia
melihat kera yang tengah melahirkan. Kera itu agak luar biasa,
berbulu kuning. Dan di lihatnya anak kera itupun bersih sekali.
Maka segera tanpa dipikir panjang, dia menculik anak kera itu,
kemudian dianggap sebagai anaknya!
Sejak saat itu, Bun Siang Cuan dengan "Anaknya" yang diberi
nama Kim Go (Monyet Emas) itu, berdiam di dalam hutan yang
sepi dan terpencil. Dia melatih ilmu silatnya terus dengan giat dan
tidak pernah menampakkan diri di dalam rimba persilatan.
Demikian juga kepada Kim Go telah diturunkan pelajaran ilmu silat.
Sayangnya Kim Go hanya seekor monyet yang tidak bisa
menerima dengan baik dan sempurna akan ilmu silat yang
diajarkan Bun Siang Cuan.
2293 Begitulah, tanpa dirasa puluhan tahun telah lewat. Dan selama itu
Bun Siang Cuan tidak pernah menampakkan diri di dunia
persilatan. Usianya telah lanjut, rambutnya semua telah berobah
putih dan Kim Go pun telah berusia puluhan tahun.
Mengenai monyet berbulu kuning itu, dia memang sejenis monyet
yang memiliki usia panjang dan juga hidup dengan sikap dan
kelakuan seperti manusia. Dia memang merupakan monyet yang
sangat aneh sekali, sehingga biarpun berusia puluhan tahun, dia
masih tampak kuat dan sehat.
Begitulah ayah dan "Anak" telah hidup dengan tenteram di hutan
itu. Sampai akhirnya, timbul juga keinginan di hati Bun Siang Cuan
untuk melihat-lihat keadaan di dunia luar.
Dia mengajak "Anaknya" untuk meninggalkan hutan itu. Dia lalu
mendengar perihal Oey Yok Su berlima dengan Ong Tiong Yang,
Auwyang Hong, It Teng Taysu dan Ang Cit Kong, yang selalu
bertanding untuk memperebutkan gelar siapa yang tertinggi
kepandaiannya. Hati Bun Siang Cuan telah tawar, dia tidak berselera untuk ikut
mencampuri urusan tersebut.
2294 Karena itu, dia telah hidup menyendiri lagi. Puluhan tahun telah
lewat lagi, dia hidup dalam suasana yang sepi dan terasing
bersama Kim Go. Sampai akhirnya siapa sangka, dia bersama Kim Go telah bertemu
dengan Oey Yok Su. Mengetahui orang yang dijumpainya adalah Oey Yok Su, segera
juga kumat lagi penyakit-penyakit lamanya. Ia ingin mencoba
kepandaian yang telah dipelajarinya dari kitab pusaka yang
diterimanya dari mertuanya. Ternyata kepandaiannya memang
tinggi, karena Oey Yok Su tidak mudah buat merubuhkannya.
Dan semua peristiwa yang terjadi telah diikuti oleh anda sekalian
di bagian depan. Sekarang mari kita ikuti Bun Siang Cuan yang tengah mengejar
Kam Lian Cu. Dia berlari begitu pesat, tubuhnya seperti terbang,
dan juga kera bulu kuning itu, telah mengikutinya dengan sama
cepatnya. Kam Lian Cu telah melarikan diri dengan sekuat tenaganya
mengerahkan ginkangnya, dia bermaksud untuk pergi sejauh
mungkin, agar lolos dari tangan Bun Siang Cuan.
2295 Tapi siapa sangka, belum lagi dia berlari terlalu jauh, dia telah
melihat Bun Siang Cuan yang tengah mengejarnya, berlari-lari
bersama si monyet bulu kuning itu.
Bukan main kagetnya Kam Lian Cu.
Semula ia menduga Ko Tie dengan dibantu oleh burung rajawali
itu, tentu akan dapat menghadapi Bun Siang Cuan.
Siapa tahu, justeru kini Bun Siang Cuan tengah berlari-lari
mengejarnya, juga di belakang Bun Siang Cuan tampak si kera
bulu kuning yang dibenci oleh si gadis.
Mati-matian dia berusaha berlari lebih cepat lagi, untuk dapat
menyingkirkan diri. Tapi dia ternyata tidak bisa melepaskan diri dari kejaran Bun Siang
Cuan, karena beberapa saat kemudian Bun Siang Cuan telah
berhasil mengejarnya dan hanya terpisah beberapa tombak lagi.
"Berhenti, atau aku akan turun tangan mencelakai kau?"!"
bentak Bun Siang Cuan. Tapi Kam Lian Cu mana mau berhenti berlari, dia terus juga
mengerahkan gin-kangnya buat berlari semakin cepat.
2296 Bun Siang Cuan rupanya jadi mendongkol, dia menggerakkan
tangan kanannya. Seketika serangkum angin menyerang Kam
Lian Cu, menotok jalan darahnya.
Si gadis yang tengah mati-matian berlari mempergunakan seluruh
tenaganya, jadi kaget waktu merasakan tubuhnya jadi lemas tidak
bertenaga, dan dia terjungkel rubuh bergulingan di tanah.
Waktu Kam Lian Cu menyadari apa yang terjadi, Bun Siang Cuan
bersama Kim Go, kera bulu kuning itu, telah berdiri di sampingnya.
Kera itu menyeringai seperti seorang pemuda yang bernafsu birahi
terhadap seorang gadis cantik jelita.
Dikala itu tampak Bun Siang Cuan tertawa bergelak-gelak.
"Walaupun bagaimana kau tidak mungkin bisa terlepas dari
tanganku?"!" katanya kemudian. "Hemmm, walaupun bagaimana engkau harus menjadi mantuku, harus menikah
dengan puteraku......!"
Si gadis she Kam jadi mengeluh, tapi dia benar-benar tidak
berdaya. "Bebaskan aku, aku akan menuruti semua keinginanmu baik-baik!"
kata Kam Lian Cu kemudian.
2297 Si kakek she Bun menggelengkan kepalanya.
"Tidak!" katanya sambil menyeringai. "Kau tentu akan menimbulkan kesulitan lagi.....!"
Setelah berkata begitu, Bun Siang Cuan membungkukkan
tubuhnya, dia mengepit tubuh si gadis, dan berlari-lari meninggalkan tempat itu. Kera bulu kuning telah mengikuti di belakangnya sampai
mengeluarkan suara pekikan, pekik kegirangan.
Di waktu itu, tampak Bun Siang Cuan telah berlari pesat sekali,
karena dia ingin cepat-cepat tiba di tempat kediamannya, di hutan
yang sepi itu. Tidak lama kemudian tibalah dia di dalam hutan tempat tinggalnya,
di depan sebuah goa yang cukup dalam.
Bun Siang Cuan telah melemparkan tubuh si gadis ke dalam goa
sampai tubuh si gadis terguling-guling.
"Baik-baiklah kau beristirahat di situ, mantuku!" katanya kemudian
dengan suara yang tawar. 2298 "Tunggu dulu!" teriak Kam Lian Cu ketika melihat kakek itu hendak
meninggalkannya..... Dia kuatir nanti "i kera bulu kuning
mengganggunya lagi. "Apa"!" tanya Bun Siang Cuan.
"Bebaskan aku, aku tidak akan melarikan diri! Sebagai calon
mantumu, apakah pantas aku diperlakukan seperti ini"!" kata Kam
Lian Cu. Kakek tua she Bun itu termenung sejenak tampaknya dia tengah
berpikir keras. Namun akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah"..!" katanya. "Jika memang demikian, kau berjanji
memang tidak akan melarikan diri, aku bersedia untuk membebaskan dirimu! Tapi ingat, jika sekali lagi kau mencoba
untuk melarikan diri, niscaya kelak aku sulit mempercayai
perkataanmu lagi dan aku akan menotok terus kau sampai tidak
berdaya!" Si gadis berdiam saja. 2299 Bun Siang Cuan menghampiri dan membebaskan totokannya,
sehingga Kam Lian Cu bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya.
Dia duduk. "Kau tunggu di sini, aku ingin mengambil makanan buat kau!" kata
Bun Siang Cuan. Kam Lian Cu cuma mengangguk saja, karena dia memang tidak
tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Sedangkan Bun Siang Cuan telah meninggalkan tempat itu, kera
bulu kuning telah mengawasi Kam Lian Cu dengan sorot mata
yang tajam berdiri di luar goa.
Kam Lian Cu ngeri kalau saja kera itu menerjang masuk dan
hendak memperkosanya. Namun dia tentu akan dapat memberikan perlawanan karena kera itu tidaklah terlalu lihay
baginya, juga dia tidak dalam keadaan tertotok.
Kera bulu kuning itu, rupanya memang tahu penyakit, karena dia
tidak berusaha memasuki goa itu. Dia menyadarinya, jika memang
dia berusaha menerjang juga memasuki goa itu, niscaya akan
dihajar oleh si gadis. Sedangkan kepandaiannya memang tidak
dapat menandingi gadis itu, di mana selain dia pernah dilukai oleh
2300 Kim Lian Cu, juga dia pernah dihajar oleh gadis itu sampai tidak
berdaya. Kera itu cuma mengawasi Kam Lian Cu dengan sorot mata yang
meagandung nafsu berahi yang kuat sekali?"
Tidak lama kemudian Bun Siang Cuan telah tiba di tempat itu lagi,
dia membawa beberapa macam buah-buahan.
Diberikannya kepada Kam Lian Cu. "Kau makanlah, untuk
menyegarkan dirimu!" katanya kemudian.
Kam Lian Cu mengawasi bimbang, namun akhirnya dia menerima
juga pemberian itu. Dia memakannya perlahan-lahan.
Kim Go juga memakan beberapa buah yang di bawa Bun Siang
Cuan. Dia masih tetap mengawasi si gadis dengan mata yang
memancarkan sinar mengandung berahi.
Waktu itu Kam Lian Cu teringat, segera tanyanya: "Mana
puteramu....."!"
Si kakek tertawa. "Nanti aku akan beritahukan?"!" katanya sambil melirik kepada
Kim Go. 2301 Bun Siang Cuan tiba-tiba saja merasa malu, buat memberitahukan
kepada Kam Lian Cu, bahwa yang disebut puteranya adalah Kim
Go, kera bulu kuning itu.....
Kam Lian Cu heran melihat sikap si kakek tua itu, dia memakan
terus buah-buahan itu. Sampai akhirnya kakek tua itu bilang:
"Sekarang kukira telah tiba waktunya aku memberitahukan
kepadamu, bahwa puteraku itu, sesungguhnya memang buruk
tubuhnya, tapi hatinya memang sangat baik, maka jika telah
kuperkenalkan kalian, kau harus memperlakukannya baik-baik!"
Kam Lian Cu tertawa dingin. Si gadis telah berpikir, jika memang
putera kakek itu kelak telah diperkenalkan dia merupakan seorang
laki-laki yang kasar, dia lebih baik bunuh diri saja.
Sedangkan kakek tua itu telah berkata lagi: "Kau mau
mengetahuinya sekarang" Mau kenal calon suamimu?"
Kam Lian Cu mengangguk saja.
Si kakek tampak ragu-ragu.
"Aku..... aku.......!" katanya penuh kebimbangan.
2302 Kam Lian Cu tambah heran melihat sikap kakek tua itu, segera juga
dia menduga, pasti ada sesuatu yang hebat pada diri puteranya itu.
"Kenapa?" tanya Kam Lian Cu.
Kakek tua itu masih juga ragu-ragu.
"Sebetulnya?" sebetulnya?"!" kata kakek itu kemudian.
"Sebetulnya kenapa"!!"
Kakek tua itu masih ragu-ragu.
"Jika memang aku memperkenalkannya, apakah engkau tidak
akan mencela puteraku itu. Karena kau harus mengerti, jika kau
mengeluarkan kata-kata yang melukai hatiku,

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku akan membunuhmu.....!" kata kakek tua tersebut.
Kam Lian Cu cuma mendengus saja.
Melihat si gadis tidak menyahuti, kakek tua itu bertanya lagi:
"Apakah sekarang saja kau ingin diperkenalkan dengan anakku
itu"!" Kam Lian Cu cuma mengangguk.
2303 "Inilah anakku?" Kim Go!" kata si kakek kemudian sambil
menunjuk kepada kera bulu kuning itu, yang tampaknya jadi malumalu dan menunduk.
Sedangkan Kim Go waktu itu juga terus dengan sikapnya seperti
itu, dan berbeda dengan Kam Lian Cu, yang melihat kakek tua itu
menunjuk kepada Kim Go, seketika dia telah memandang dengan
mata terpentang lebar-lebar. Seakan juga Kam Lian Cu tidak
mempercayai apa yang didengarnya.
"Itu..... itu anakmu"!" kata Kam Lian Cu kemudian setelah
bersadar, suaranya tak lancar!
Si kakek jadi tegang sendirinya, dia mengangguk.
"Ya..... memang dialah puteraku, namanya Kim Go."
Muka Kam Lian Cu berobah merah karena marah bukan main! Dia
hendak dikawinkan dengan seekor monyet" Dianggap apakah dia
sebenarnya oleh kakek tua itu"
Dan akhirnya Kam Lian Cu tertawa bergelak-gelak.
"Kau mungkin telah sinting" Mana mungkin aku hendak
dikawinkan dengan seekor kera?" kata si gadis kemudian dengan
2304 suara yang nyaring, di antara kemarahan dan isak tangis yang
ditahannya, karena Kam Lian Cu merasakan, itulah suatu
penghinaan yang luar biasa hebatnya buat dia.
Muka kakek tua itu berobah.
"Kau?" tampaknya dia marah sekali, "Jangan kau sekali-sekali
menghina Kim Go!" "Hemmm, aku lebih baik mati dari pada harus kawin dengan seekor
kera.....!" kata Kam Lian Cu dengan suara yang nyaring.
Muka Bun Siang Cuan berobah dia mengawasi tajam kapada Kam
Lian Cu. "Kau.....kau mengatakan lebih baik engkau mati dari pada menikah
dengan anakku?" tanya Bun Siang Cuan dengan suara yang
bengis. Kam Lian Cu serasa ingin menjerit menangis sejadi-jadinya,
karena benar-benar dia merasa terhina sekali, di mana dia akan
dinikahkan dengan seekor kera.
Tapi dia mengetahui bahwa dia dalam keadaan tidak berdaya,
karena ia tidak mungkin bisa menghadapi kakek tua itu.
2305 Maka dari itu, Kam Lian Cu sudah tidak berhasil menahan hatinya,
kesedihannya dan kemarahannya, dia menangis sejadi-jadinya.
Diapun berpikir, paling tidak jika memang kakek tua itu marah,
maka dia akan dibunuh. Akhirnya karena terlalu sedih, dia jatuh
pingsan....... "Y" Kini mari kita melihat dulu keadaan Ko Tie, yang rebah dalam
keadaan pingsan tidak sadarkan diri. Di sampingnya tampak
rajawali yang setia itu berdiam dengan sekali-kali memperdengarkan suaranya yang lirih.
Rupanya rajawali tersebut juga sangat prihatin dengan keadaan Ko
Tie, yang diketahuinya merupakan kawan baik dari majikannya,
yaitu Giok Hoa. Di waktu itu Ko Tie masih dalam keadaan pingsan, mukanya pucat
pias. Sedangkan waktu beredar terus, keadaan di tempat itu telah terang
oleh sinar matahari fajar, yang memancarkan sinarnya sehingga
membuat tempat itu jadi hangat.
2306 Ko Tie masih juga belum sadar dari pingsannya, membuat rajawali
itu tambah bingung. Sedangkan sayap kanan dari burung rajawali
itu masih juga patah dan mendatangkan rasa sakit yang tidak
sedikit buat rajawali itu.
Namun karena memikirkan keselamatan Ko Tie, telah membuat
rajawali itu seperti juga sudah tidak merasakan lagi perasaan sakit
pada sayapnya, pada ujung tulang sayapnya itu, yang patah akibat
hantaman tangan Bun Siang Cuan.
Waktu itu perlahan-lahan Ko Tie telah bergerak dan mengeluarkan
suara keluhan. Matanya juga bergerak-gerak pelupuknya, dan
kemudian terbuka. Namun begitu dia membuka matanya dan tersadar, Ko Tie
menggerakkan tubuhnya, segera ia mengeluarkan suara jeritan.
Dia rebah kembali dengan mengeluarkan suara keluhan.
Rupanya waktu Ko Tie hendak berusaha bangun, dadanya
dirasakan sakit bukan main.
Akibat totokan yang dilakukan oleh Bun Siang Cuan, telah
membuat peredaran darahnya tidak lancar. Itu pun karena dia
dapat menggerakkan tubuhnya karena totokan itu telah punah
sendirinya dan lewatnya sang waktu.
2307 Sedangkan burung rajawali tersebut seketika melihat Ko Tie telah
bergerak dan tersadar dari pingsannya, jadi sangat girang. Dia
mengeluarkan pekik yang cukup nyaring.
Mendengar pekik burung rajawali itu, Ko Tie menoleh dan melirik
melihat burung raja wali itu.
Dia tersenyum, karena hatinya terhibur juga bahwa rajawali itu
masih berada di dekatnya. Dan ia segera bersiul, memberitahukan
kepada burung itu, bahwa dia dalam keadaan terluka yang cukup
parah. Burung rajawali itu seperti juga mengerti arti siulan itu, dia
mengeluarkan suara pekik yang lirih dan perlahan sekali,
mengangguk-anggukan kepalanya.
Di waktu itu tampak Ko Tie telah berusaha untuk bangun lagi.
Namun sekali lagi dia mengeluh, karena begitu dia menggerakkan
tubuhnya, seketika ia merasakan tubuhnya pada sakit, serasa
tulang-tulangnya hendak bercopotan, dada dan isi perutnya seperti
terbalik, sehingga dia gagal buat bangun, dan tetap saja rebah di
tempatnya itu. 2308 Burung rajawali itu telah menggesek-gesekkan kepalanya ke dada
Ko Tie, seakan juga memang burung rajawali itu hendak
menghiburnya. Sedangkan Ko Tie berpikir keras.
Dia telah melihat keadaan di tempat itu sepi sekali. Jika memang
ia rebah terus di situ dalam keadaan tidak terdaya, di samping
memang lukanya akan semakin parah, juga akan membuat dia
mati kelaparan. Burung rajawali iapun tidak mungkin dapat
melakukan sesuatu buat menolonginya.
Dikala itu burung rajawali tersebut berusaha menggerak-gerakkan
sayapnya buat terbang. Tapi dirasakan sayap kanannya itu sakit
bukan main setiap kali dia menggerakkannya.
Ko Tie hanya bisa mengawasi saja.
Diam-diam pemuda ini memikirkan dan menguatirkan sekali
keselamatan Kam Lian Cu. Entah bagaimana nasib si gadis, karena dia tidak mengetahui
apakah Kam Lian Cu dapat melarikan diri dari kejaran si kakek Bun
Siang Cuan, atau memang dia gagal dan kena dibekuk oleh kakek
tersebut. Karena itu, hati Ko Tie pun jadi tidak tenang.
2309 Akhirnya dia berpikir sesuatu. Dari berdiam diri saja di situ,
bukankah lebih baik dia meminta burung rajawali tersebut agar
membawa terbang ke sebuah tempat, yang sekiranya ada
manusianya dan di sana nanti bisa dimintai pertolongannya"
Karena berpikir begitu, segera juga Ko Tie bersiul, yang berarti dia
meminta agar burung rajawali itu membawanya terbang di
punggungnya. Burung rajawali itu mengerti maksud siulan tersebut. Akan tetapi
burung rajawali itu pun tengah terluka sayapnya, tulang sayapnya
patah. Dengan demikian tentu saja telah membuat dia bimbang. Dia tidak
mengetahui apakah dia akan sanggup membawa terbang pemuda
itu. Karenanya burung rajawali tersebut telah berdiam diri saja, dengan
mengeluarkan suara pekikan perlahan.
Di waktu itu terlihat Ko Tie bersiul satu kali lagi, karena dia
menduga burung rajawali itu tidak mengerti maksudnya.
2310 Burung rajawali itu telah bimbang sejenak, akhirnya dia
menekukkan ke dua kakinya, dia mengambil sikap siap untuk
membawa Ko Tie terbang pergi meninggalkan tempat itu.
Ko Tie berusaha untuk membalikkan tubuhnya, kemudian
merangkak bangun. Usahanya itu sakit bukan main bagi tubuhnya, karena dadanya
seperti akan pecah, demikian juga halnya dengan isi perutnya,
seperti terbalik. Penderitaan pemuda itu luar biasa hebatnya, akan tetapi dia masih
dapat mempertahankan. Mati-matian dia berusaha merangkak.
Untuk bangun saja, agar dapat merangkak mendekati burung
tersebut, yang tidak terpisah jauh dari dia, sulitnya tak terkira, dan
hanya dapat bergerak sedikit demi sedikit.
Burung rajawali itu tetap mendekam di atas tanah dengan sabar,
sama sekali dia tidak berusaha untuk berdiri. Dia menantikan
sampai Ko Tie berhasil menaiki punggungnya.
Seperti biasanya, untuk naik ke atas punggung rajawali bukanlah
pekerjaan yang sulit buat Ko Tie. Tapi sekarang ini, di mana dia
terluka dengan parah sekali, membuat dia sulit untuk naik ke atas
punggung burung itu. 2311 Akhirnya, dengan mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya, dengan menahan rasa sakit yang sangat pada
tubuhnya. Dia berhasil untuk merangkak naik sampai di punggung
burung rajawali itu. Cuma saja dia dalam keadaan rebah, dengan ke dua tangannya
melingkari leher burung tersebut, kemudian pingsan tidak
sadarkan diri lagi........
Burung rajawali itu, setelah merasakan bahwa Ko Tie berhasil
menempatkan dirinya di punggungnya dengan baik, barulah dia
berdiri di atas ke dua kakinya. Lalu perlahan-lahan dia
menggerakkan sayapnya. Sakit bukan main. Namun burung rajawali itu berusaha melawan rasa sakit itu, dia
terus juga mengibaskan ke dua sayapnya. Dan perlahan-lahan
tubuhnya telah melambung ke angkasa.
Dia terbang perlahan-lahan, seakan juga dia mengetahui bahwa
Ko Tie dalam keadaan pingsan dan jika dia terbang terlalu keras
dan cepat, niscaya akan membuat Ko Tie kemungkinan terjatuh
dari atas punggungnya. 2312 Karena itu, semakin lambat dia terbang, burung rajawali itu
memperoleh kesulitan yang semakin besar. Karena di waktu itu
segera juga dia merasakan bobot berat tubuhnya ditambah dengan
berat bobot tubuh Ko Tie.
Hal ini membuat ia sulit sekali terbang, dan harus mengeluarkan
tenaga yang lebih kuat lagi pada ke dua sayapnya itu, membuat
sayap kanannya yang terluka dan tulangnya patah pada ujungnya
itu mendatangkan rasa sakit yang tidak terkira?"
Tapi burung rajawali itu menahan rasa sakitnya, dia terbang terus
dan di waktu itu, dia telah terbang semakin tinggi di udara.
Tujuannya adalah perkampungan di sebelah barat dari tempat itu.
Tentu saja burung rajawali yang memang jinak dan telah terdidik
itu mengetahui, di dalam kampung itu tentunya Ko Tie akan
memperoleh pertolongan dari penduduk kampung itu.
Hanya saja bagi Ko Tie sendiri, belum berarti dia akan tertolong
dengan dia dibawa ke kampung itu. Sebagai sebuah kampung
yang tidak begitu besar, tentunya perkampungan tersebut tidak
memiliki tabib yang pandai.
2313 Tapi Ko Tie sendiri sudah tidak sadarkan diri, dan semuanya
keputusan itu diambil oleh burung rajawali tersebut, tanpa
diperintah lagi oleh Ko Tie.
Setelah terbang beberapa saat, dengan menahan sakit pada
sayapnya, burung rajawali itu telah terbang cukup jauh.
Dan samar-samar sudah terlihat perkampungan yang ditujunya, di
waktu mana burung rajawali tersebut jadi girang dan terbangun
semangatnya, dia terbang agak lebih cepat dari sebelumnya.
Dikala itu terlihat perkampungan yang tidak begitu besar dan
penduduk tidak begitu padat, karena waktu burung rajawali ini
tengah terbang di atas perkampungan tersebut, hanya terlihat
beberapa orang saja yang berlalu lalang.
Segera juga burung rajawali itu terbang meluncur turun perlahanlahan di tengah-tengah perkampungan itu.
Dia hinggap di tengah jalan raya.
Beberapa orang penduduk kampung yang berada di situ, jadi
mengeluarkan seruan kaget karena melihat seekor burung rajawali
yang begitu besar dan tahu-tahu telah menukik turun dan hinggap
di jalan raya tersebut. 2314 Akan tetapi burung itu tidak memperlihatkan tanda-tanda ganas,
juga sama sekali tidak berusaha untuk menyerang, mereka jadi
agak tenang. Dan di saat itu burung rajawali itu mengeluarkan suara pekik
perlahan yang lirih, seakan memohon pertolongan orang-orang itu.
Waktu orang-orang itu menegasi, segera juga mereka melihat
sesosok tubuh yang rebah di punggung burung rajawali itu.
Malah sosok tubuh itu tidak bergerak, mungkin dalam keadaan
pingsan. Cepat-cepat beberapa orang penduduk kampung itu berlari untuk
menghampirinya, dan setelah mereka melihat jelas seorang
pemuda yang pingsan tidak sadarkan diri berada di punggung
burung rajawali itu, dan burung rajawali itu mendekam di atas
tanah, seakan juga mempersilahkan orang-orang itu menurunkan
Ko Tie, rasa takut penduduk kampung itu berkurang.
Merekapun segera mendekati, selangkah demi selangkah, dalam
keadaan bersiap dan waspada, karena mereka kuatir kalau-kalau


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

burung rajawali itu akan menerjang mereka.
2315 Namun setelah mereka mendekati lebih jauh, burung itu tetap saja
mendekam di tanah tanpa berusaha menyerang mereka,
penduduk kampung itu semakin berani, dan mereka segera
menurunkan Ko Tie dari punggung rajawali itu.
Burung rajawali tersebut segera berdiri dan mengembangkan
sayapnya, kepalanya dianggukkan beberapa kali, seakan juga dia
tengah memberi hormat dan mengucapkan terima kasih, sehingga
membuat beberapa orang penduduk kampung itu jadi merasa lucu
dan tertarik sekali. Bahkan mereka jadi menyukai burung rajawali.
Di kala itu tampak orang-orang kampung itu telah membawa Ko
Tie, yang dalam keadaan tetap pingsan tidak sadarkan diri, ke
sebuah rumah. Burung rajawali itu tidak terbang pula ke tengah udara. Dia hanya
berdiam diri saja di samping dekat rumah itu.
Ko Tie direbahkan di pembaringan, dan telah coba untuk ditolong,
agar dia tersadar dari pingsannya.
Tapi usaha dari beberapa penduduk kampung itu sama sekali tidak
berhasil, sebab Ko Tie tetap saja dalam keadaan pingsan tidak
ingat orang. Mukanya pucat pias, malah pada ujung mulutnya,
2316 tampak bekas-bekas darah yang telah mengering dan berubah
warnanya kehitam-hitaman.
Salah seorang dari penduduk kampung itu telah berlari-lari buat
pergi memanggil tabib. Tidak lama kemudian, datang seorang tabib yang berusia lanjut
sekali. Dialah tabib di kampung itu, yang sangat diandalkan sekali.
Pengetahuannya tentang pengobatan sesungguhnya tidak terlalu
hebat, karena dia hanya mengerti penyakit-penyakit biasa.
Melihat keadaan Ko Tie seperti itu, tabib tua itu telah menghela
napas berulang kali sambil ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Keadaannya terluka parah demikian, sulit buat menyelamatkan
jiwanya?"!" menggumam tabib itu ketika dia mencekal dan
memegang nadi di pergelangan tangan si pemuda.
Tabib itu merasakan betapa ketukan atau denyutan nadi di
pergelangan tangan Ko Tie demikian kacaunya. Sebentar cepat
dan sekejap mata berobah jadi perlahan sekali, lemah.
Juga muka pemuda itu pucat pias. Dengan melihat keadaan si
pemuda seperti itu, segera juga tabib tersebut mengambil
kesimpulan bahwa ia memang sulit menyembuhkan pemuda ini.
2317 Di waktu itu, tampak dua orang penduduk telah menjura kepada
tabib itu. "Tolonglah Sin-se mengobatinya?" tampak dia bukan sebangsa
manusia tidak baik-baik. Dia seorang pemuda yang mungkin telah
mengalami sesuatu di tangan para begal....." kata penduduk itu.
Malah yang seorang pun telah menyambungi: "Diapun dibawa ke
mari oleh rajawali yang besar, yang ada di luar itu, tentunya
pemuda ini bukan sebangsa pemuda sembarangan.
Tabib itu menghela napas beberapa kali, kemudian memeriksa lagi
tubuh Ko Tie. "Baiklah, aku akan berusaha menolongi dengan memberikan obat,
tapi aku tidak bisa memastikan bahwa jiwa pemuda ini akan dapat
ditolong!" Setelah berkata begitu, tabib tersebut meminta peralatan tulis, ia
membuat resep. Seorang penduduk segera berlari-lari pergi ke
rumah obat untuk membeli obat itu.
Sedangkan tabib itu setelah menerima bayaran lima bun dan tiga
cie, dia kemudian pergi. Dia memang melihat bahwa Ko Tie tipis
sekali harapan bisa diselamatkan. Diam-diam tabib itu pun berpikir,
2318 siapakah pemuda ini, yang tampaknya terluka di dalam tubuh
demikian parah dan hebat"
Malah tabib itu segera hendak berpikir, bahwa mungkin juga
pemuda ini adalah sebangsa begal yang memiliki kepandaian
tinggi dan kebetulan telah bertemu dengan lawan yang tangguh,
membuatnya benar-benar jadi terluka begitu parah.
Tapi akhirnya tabib itu tidak mau dipusingkan lagi urusan itu,
karena yang terpenting baginya dia telah menerima bayaran, dan
tadi dia telah membuka resep dengan obat yang benar, untuk
berusaha menolongi pemuda itu.
Walaupun berulang kali dia berusaha meyakinkan penduduk
bahwa pemuda itu tidak mungkin dapat ditolonginya, tapi
penduduk mendesak buat menolonginya. Karena itu dia segera
juga membuka resep obat. Dia tidak tahu apakah obatnya itu akan manjur dan menyembuhkan pemuda itu, karena yang diketahuinya justeru
bahwa pemuda itu tidak akan hidup lebih lama dari tiga hari?"
Ko Tie telah diminumkan obat yang dibuka resepnya oleh tabib itu.
Obat itu dimasak dengan cara digodok, kemudian airnya
diminumkan kepada Ko Tie sesendok demi sesendok.
2319 Ko Tie masih dalam keadaan pingsan, namun dengan sabar
penduduk kampung yang berusia lanjut, pemilik rumah itu, telah
meminumkan obat itu. Dengan sekali memasukan sesendok obat
itu dia memijit rahang Ko Tie, sehingga obat itu dapat mengalir
masuk lewat tenggorokan Ko Tie.
Dan akhirnya satu mangkok obat itu telah habis diminumkan buat
Ko Tie. Tapi Ko Tie masih tetap dalam keadaan pingsan tidak ingat
orang...... Sedangkan di saat itu terlihat, beberapa orang penduduk kampung
tengah berunding. Mereka bermaksud menemui Yang Sin-se, untuk meminta dan
mendesaknya, berusaha menolongi pemuda itu.
"Tapi Yang Sin-se sendiri yang mengatakan bahwa harapan
pemuda itu tertolong jiwanya sangat tipis sekali..... bagaimana kita
bisa mendesaknya lagi" Bukankah akan percuma saja" Dengan
berkata begitu Yang Sin-se juga seakan ingin mengatakan.bahwa
ia sudah tidak memiliki daya buat menolongi pemuda ini, yang
lukanya demikian parah!"
2320 Yang lainnya terdiam, mereka tampaknya memang membenarkan
juga kata-kata kawannya. Waktu itu salah seorang di antara mereka berkata: "Atau kita
mencari tabib lainnya?"
"Tabib lain?" tanya kawannya.
Orang itu mengangguk. "Ya!" sahutnya.
"Tabib mana lagi" Sedangkan Yang Sin-se merupakan tabib yang
paling pandai di kampung ini!"
"Tapi kita bisa mencari tabib lain di tempat lain!"
"Di tempat lain di mana?" tanya kawannya sambil mengawasi
dengan tidak percaya. "Ke kota yang terdekat misalnya"!"
"Hu! Pemuda itu tentu sudah keburu mati!" kata kawannya. "Pergi
ke kota Tiang-an, yang terdekat, yang hanya limapuluh lie, untuk
pulang pergi hampir memakan waktu dua hari. Lalu siapa yang
bersedia untuk pergi"
2321 "Jika memang di kota itu terdapat tabib itu yang pandai, kalau
tidak" Juga kesulitan lainnya, apakah tabib itu mau diundang ke
mari" Berapa biayanya"!"
Mendengar perkataan kawannya seperti itu, orang tersebut jadi
terdiam. Memang benar apa yang dibilang kawannya, banyak kesulitan
yang mereka hadapi jika saja bermaksud mengundang tabib
lainnya dari tempat lain.
Di waktu itu tampak penduduk kampung ini memang berusaha
menolongi Ko Tie sekuat kemampuan mereka. Terlebih lagi
mereka menduganya bahwa Ko Tie tentunya bukanlah sebangsa
pemuda biasa. Setidak-tidaknya tentu merupakan pemuda yang memiliki kepandaian tinggi, juga memang ia pun memiliki rajawali yang
begitu besar dan tampaknya luar biasa sekali.
Tapi penduduk kampung itu tidak berdaya untuk melakukan
sesuatu apa-apa lagi. Ko Tie masih pingsan tidak sadarkan diri
2322 "Y" Burung rajawali di luar rumah itu masih berdiri diam dengan sabar.
Seorang penduduk yang tertarik sekali melihat burung rajawali
yang besar seperti burung raksasa itu, jinak sekali dan tidak ganas,
memberanikan diri. Dia mengawasi burung itu, sampai akhirnya ketika burung itu
merintih perlahan dengan pekikan lirih, dan mengeluarkan sayap
kanannya, maka orang itu melihat sayap burung itu terluka,
tulangnya patah. Burung rajawali itu bersikap demikian karena dia mengharapkan
orang itu dapat mengobati luka pada sayapnya tersebut.
Orang itu memang benar-benar mengobatinya, karena dia telah
mengambil sebatang kayu dan mengikatkan pada sayap burung
rajawali itu. Dia juga mengurutinya dengan arak gosok.
Burung rajawali itu memekik perlahan dan lirih, bagaikan dia
mengucapkan terima kasih atas pengobatan yang diberikan oleh
orang tersebut. 2323 Segera juga tersiar di dalam kampung itu perihal burung rajawali
yang besar seperti burung raksasa, namun tidak ganas dan jinak
sekali, seperti mengerti akan perkataan manusia.
Banyak penduduk yang berdatangan buat melihat burung rajawali
itu, malah ada beberapa orang di antara mereka yang berani, telah
mengulurkan tangannya buat mengusap-usap burung rajawali itu.
Tiauw-jie atau burung rajawali itu berdiam diri saja, dia tampak
begitu jinak. Setiap kali diusap oleh tangan penduduk kampung itu,
ia mengeluarkan suara yang lirih dan tampak sama sekali tidak ada
tanda-tanda bahwa dia ganas.
Penduduk kampung itu segera mengetahui bahwa burung rajawali
ini memang bukan sejenis rajawali yang ganas. Mereka jadi
semakin berani. Malah ada beberapa orang anak laki-laki
penduduk kampung itu yang naiki punggung burung itu.
"Melihat burung rajawali ini, yang tampaknya memang tidak ganas,
rupanya pemuda itu memang seorang pemuda baik-baik?"!"
begitulah menggumam beberapa orang penduduk kampung itu.
"Cuma saja anehnya, mengapa justeru dia bisa terluka begitu
hebat" Dan burung rajawali ini pun sudah membela pemuda itu,
sehingga diapun terluka pada sayapnya itu.....!"
2324 Pandangan penduduk pada burung rajawali itu segera berubah jadi
baik. Merekapun yakin bahwa Ko Tie seorang pemuda yang
memiliki sifat baik bukan sebangsa manusia telur busuk.
"Y" Hari sudah mendekati sore, waktu itu Ko Tie masih juga pingsan
tidak sadarkan diri. Penduduk kampung itu mulai panik, mereka kuatir pemuda itu tidak
tertolong. Orang tua pemilik rumah itupun telah menghela napas berulang
kali. "Tampaknya memang ia terluka berat sekali, bukankah Yang Sinse (tabib Yang) telah mengatakan bahwa ia tidak menjamin bahwa
pemuda ini akan dapat ditolongnya"!"
Sambil berkata begitu, orang tua pemilik rumah tersebut menghela
napas berulang kali, lalu melanjutkan lagi kata-katanya: "Tampaknya nasib pemuda ini buruk sekali, jika sampai dia
meninggal dunia, harus dibuat sayang, karena dia mati muda dan
tentunya diapun bukan pemuda sembarangan, dia pasti memiliki
2325 kepandaian ilmu silat yang tinggi! Diapun sangat tampan
sekali?" Hai, hai, hai?"!"
Rupanya penduduk kampung itu memang menyukai Ko Tie,
mereka menyayangkan sekali bahwa Ko Tie terluka begitu berat
dan juga tampaknya sulit untuk ditolong.
Tapi menjelang tengah malam ia tersadar, dia mengeluh dan
kemudian pingsan lagi. Baru mendekati fajar, Ko Tie tersadar lagi.
Pemilik rumah itu, si orang tua, yang melihat Ko Tie telah tersadar
dari pingsannya, jadi girang bukan main. Dengan siumannya si
pemuda, jelas hal ini memiliki harapan bahwa pemuda itu akan
tertolong jiwanya. Akan tetapi kenyataan yang ada justeru pemuda itu pingsan pula.
Dua kali siuman, tapi dua kali pula ia jatuh pingsan tidak sadarkan
diri. Keadaannya tidak menjadi lebih baik, malah semakin memburuk,
karena ia jadi begitu lemah, dan waktu ia sempat berkata-kata,
suaranya tidak keras, terlalu perlahan, kata-katanya juga tidak
jelas. 2326 Dengan sabar pemilik rumah tersebut telah mengompres kening
Ko Tie dengan air dingin agar pemuda itu berkurang panas pada
tubuhnya. Tapi Ko Tie tetap saja pingsan.
Barulah setelah matahari naik tinggi, Ko Tie tersadar benar-benar.
Ia tidak pingsan lagi. Pertama kali yang dilihatnya adalah orang tua pemilik rumah
tersebut, ia segera berusaha tersenyum.
Orang tua itu juga tersenyum, dia telah satu malaman
menggadangi Ko Tie. "Tenanglah, kau berada di tempat yang cukup baik dan aman,
Kongcu!" kata orang tua itu.
"Di mana".. di mana aku sekarang ini"!" tanya Ko Tie dengan
suata yang serak. Orang tua itu tidak segera menyahuti, dengan perlahan-lahan dan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sabar ia memakai sendok untuk meminumkan pemuda itu.
"Kongcu berada di kampung Pu-an-cung, sebuah kampung yang
kecil tapi aman..... di sini tidak ada orang jahat. Kongcu bisa
beristirahat dengan tenang jangan terlalu banyak bergerak dan
2327 bicara dulu, keadaanmu masih lemah! Obat yang diberikan Yang
Sin-se tampaknya pun membawa kebaikan juga.....!"
"Terima kasih atas pertolongan Lopeh!" kata Ko Tie dengan suara
yang lemah. "Bukan aku yang menolongimu, Kongcu, tapi penduduk kampung
ini, mereka melihat kau dibawa oleh seekor burung rajawali..... !"
kata orang tua itu. Mendengar disebutnya perihal burung rajawali, segera juga Ko Tie
teringat kepada Tiauw-jie,
"Di.....di mana Tiauw-jie"!" tanya Ko Tie kemudian dengan suara
lemah dan serak. "Tiauw-jie" Siapa Tiauw-jie"!" tanya orang tua itu heran dan tidak
mengerti. "Burung?" rajawali itu!" menyahuti Ko Tie dengan suara yang
tetap lemah. Orang tua itu tersenyum, dia baru mengerti, dia pun mengangguk.
"Tenanglah, burung rajawali pun dalam keadaan selamat?" Kau
jangan gelisah, dia berada di luar, diapun memperoleh perawatan
2328 yang baik dari kawan-kawanku?" luka pada sayapnya telah
diobati?"!" Ko Tie mengangguk perlahan. Waktu ia ingin berkata-kata lagi,
orang tua itu telah mengulap-ngulapkan tangannya, mencegah Ko
Tie berkata-kata. Di kala itu, di luar rumah terdengar suara langkah kaki yang cukup
ramai, bukti bahwa beberapa orang tengah mendatangi dan
memasuki rumah tersebut. Orang tua itu menoleh, Ko Tie juga telah ikut melirik ke arah pintu.
Ternyata telah masuk delapan orang penduduk kampung.
"Bagaimana keadaannya, Ang Lotoa"!" tanya salah seorang di
antara mereka kepada pemilik rumah itu.
Orang tua itu telah mengangguk.
"Jangan berisik, Kongcu ini telah siuman, tapi dia perlu istirahat,
tampaknya keadaannya membaik juga?"!" kata Ang Lotoa
kemudian. Penduduk kampung itu segera mendekat ke pembaringan. Mereka
melihat Ko Tie memang telah tersadar.
2329 Mereka segera mengangguk sambil tersenyum.
Ko Tie pun membalas senyum mereka, senyuman yang lemah
sekali, karena ia memang masih dalam keadaan yang lemah bukan
main. Dadanya pun dirasakan sakit sekali.
Ini karena dia telah dipukuli oleh kera bulu kuning dan tenaga
dalamnya yang baru disembuhkan oleh kakek tua Bun Siang Cuan,
telah berbalik kembali menggempur dirinya sendiri ketika dia
mempergunakan tenaganya yang melebihi takaran.
"Terima kasih atas pertolongan kalian!" kata Ko Tie kemudian
dengan suara yang lemah. "Aku..... aku tidak tahu dengan cara apa
membalas kebaikan kalian......!"
"Jangan Kongcu berkata begitu, kami senang jika bisa menolongimu?"!" kata orang-orang kampung itu.
Ko Tie mengucapkan terima kasih satu kali lagi, dan ia kemudian
memejamkan matanya. Sedangkan penduduk kampung itu yang melihat Ko Tie
memejamkan matanya dan mereka menyadari bahwa keadaan Ko
Tie masih lemah sekali, maka merekapun segera meninggalkan
ruangan itu dan keluar. 2330 "Obat yang diberikan Yang Sin-se ternyata memang manjur!" kata
salah seorang di antara mereka setelah berada di ruang luar.
Kawan-kawannya mengangguk.
"Ya?" maka kita tidak perlu tergesa-gesa, karena obat itu bekerja
perlahan. Buktinya saja sekarang, ia telah siuman! Hemmm, jika
kita sembarangan memanggil tabib, bukankah jadi berbalik dari
apa yang kita harapkan, yaitu bisa membahayakan jiwa pemuda
itu" "Memang kita sudah mengetahui Yang Sin-se memang seorang
tabib yang pandai dan obatnya pun sangat manjur. Maka, nanti
sore kita undang lagi Sin-se itu buat mengobati kongcu itu pula"..
Siapa tahu Yang Sin-se berhasil menyembuhkannya dan
menyelamatkan jiwanya?"!"
Yang lainnya mengangguk. Ko Tie terharu mendengar percakapan mereka. Ia sangat
berterima kasih sekali, karena penduduk kampung itu ternyata
memang seorang yang baik dan juga mau menolonginya dengan
bersungguh-sungguh hati. 2331 Dia pun tidak menguatirkan burung rajawalinya, dengan melihat
penduduk kampung itu yang semuanya ramah dan baik hati. Dia
tidak menguatirkan Tiauw-jie akan menerima perlakuan yang tidak
baik. Karena itu, Ko Tie telah memejamkan matanya untuk mengasoh.
Diam-diam dia mengerahkan sin-kangnya, karena dia bermaksud
untuk menyalurkan tenaga dalamnya, menyembuhkan sendiri luka
di dalam tubuhnya. Begitu Ko Tie mengerahkan tenaga dalamnya, dia jadi tercekat,
karena di waktu itu segera juga dia merasakan dadanya sakit,
sampai dia mengeluh. Orang tua pemilik rumah itu, Ang Lotoa, jadi kaget tidak terkira. Dia
memang masih mendampingi Ko Tie dengan sabar. Mendengar
keluhan pemuda itu, tanyanya dengan sabar:
"Apakah ada sesuatu yang Kongcu rasakan"!"
"Dada..... dadaku sangat sakit sekali?"!" kata Ko Tie dengan
suara perlahan dan tubuhnya pun tampak agak merengkat,
mukanya juga meringis seperti menahan sakit.
2332 "Diamlah dulu, beristirahat?"!" kata orang tua itu. "Mungkin tadi
Kongcu terlalu banyak bicara dan bergerak. Kongcu belum boleh
terlalu banyak bergerak..... kau harus beristirahat dulu baikbaik.....!"
Ko Tie cuma mengangguk. Dia tidak bermaksud menjelaskan
sebab-sebabnya kepada Ang Lotoa tersebut, karena dia yakin, jika
tokh dia menjelaskannya, tokh orang tua itu tidak akan mengerti.
Kembali Ko Tie berusaha mencoba sekali lagi menyalurkan tenaga
dalamnya. Dia berhasil mengalirkan pernapasannya dan juga sinkangnya lewat pintu Kong, Cun dan Tan.
Tapi ketika hawa murni di tubuhnya akan melewati pintu Bun,
waktu itulah dia merasakan perutnya seperti mau terbalik-balik dan
seakan juga isi perutnya akan digores-gores oleh pisau yang tajam,
ngilu dan sakit sekali. Dia menahan tenaga dalamnya dan tidak berusaha menyalurkannya menerobos pintu Bun, dia telah berdiam diri.
Keringat dingin mengalir keluar dari sekujur tubuhnya.
Diwaktu itu juga terlihat betapa Ang Lotoa dengan telaten sekali
telah merawatnya. Dia masih mengompres kepala Ko Tie, karena
tubuh pemuda itu masih menguap panas sekali.
2333 Ko Tie memejamkan matanya sejenak lamanya, barulah dia
meneruskan lagi mengerahkan tenaga dalamnya. Kali ini dia
berhasil menembusi jalan darah yang disebut Pintu Bun.
Dia juga telah menyedot udara dalam-dalam, dan ingin menyalurkan tenaga dalamnya itu kepada pintu Sie, dan dia telah
berhasil menembusi. Tapi begitu pintu Sie ditembusi tenaga dalamnya, pandangan mata
Ko Tie berkunang-kunang. Dia merasakan kepalanya seperti
dihantami oleh martil, di samping itu juga dia mengeluh kesakitan.
Orang tua itu jadi kebingungan, terlebih lagi kemudian dia melihat
Ko Tie jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Cepat-cepat Ang Lotoa memanggil beberapa orang penduduk
kampung buat membantuinya.
Juga dua orang di antara mereka berlari-lari pergi ke rumah Yang
Sin-se. Tidak lama kemudian Yang Sin-se telah tiba, dan segera
memeriksa keadaan Ko Tie.
2334 Dia menghela napas, katanya: "Tampaknya pemuda ini semakin
lemah dan parah.....!" kata Sin-se itu.
"Tapi Sin-se, tadi dia telah siuman, namun akhirnya mengeluh dan
kemudian tidak sadarkan diri lagi..... tadi dia malah sempat
bercakap-cakap dengan kami, dia mengutarakan perasaan terima
kasihnya!" kata Ang Lotoa.
Yang Sin-se menghela napas, kemudian katanya: "Sayangnya
lukanya memang benar-benar sangat parah sekali, sehingga sulit
buat menyembuhkannya.....
"Coba, aku ganti saja obat yang kuberikan kepadanya dengan obat
yang lebih keras daya kerjanya. Siapa tahu obat itu baru cocok
buat dia mempertahankan diri dalam beberapa hari!
"Terus terang saja kukatakan kepada kalian, obat yang akan
kuberikan itu tidak mungkin bisa menyembuhkannya, dan hanya
bisa memperpanjang umurnya beberapa hari saja, mencegah sakit
pada tubuhnya. Agar begitu dia siuman, dia tidak terlalu menderita
kesakitan......!" Muka semua penduduk kampung itu jadi muram, mereka menyesal
sekali bahwa Ko Tie tidak bisa ditolong jiwanya.
2335 Dan obat yang diberikan oleh Yang Sin-se hanya merupakan obat
yang memperpanjang umur si pemuda selama beberapa hari saja.
Dengan begitu, mereka jadi putus asa, karena toh akhirnya
pemuda itu akan mati juga......!
Yang Sin-se telah menulis resep obatnya lagi, dan seorang
penduduk cepat-cepat membelinya di rumah obat.
Begitu pulang membawa obat, segera ia memasaknya. Dan
setelah hangat-hangat, diberikan kepada Ko Tie, untuk meminumnya. Cara meminumkannya sama seperti tadi, yaitu mempergunakan
sendok dan setiap sesendok obat itu dimasukkan ke dalam mulut
Ko Tie, rahangnya dipijit, sehingga obat itu tertelan.
Semua penduduk kampung segera juga bisik-bisik, karena mereka
menyayangkan sekali kalau sampai Ko Tie benar-benar tidak
tertolong. Pemuda itu tampak demikian tampan, juga tubuhnya tegap dan
gagah. Dia merupakan seorang pemuda yang jarang sekali terlihat
di kampung ini. 2336 Hanya sayang menurut Yang Sin-se umurnya hanya beberapa hari
lagi. Dengan begitu, penduduk kampung jadi membicarakan perihalnya,
malah beberapa orang gadis kampung itu juga membicarakan
perihal ketampanan pemuda tersebut.
Burung rajawali yang masih berada di luar rumah menerima
perawatan yang baik. Selain sayapnya yang luka itu diobati juga dia selalu diberi makan.
Di waktu itu, burung rajawali itu tampak gelisah sekali, karena telah
dua hari dia tidak melihat Ko Tie.
Justeru dia ingin mengetahui juga, bagaimana keadaan Ko Tie,
sayang tubuhnya sangat besar, sehingga dia tidak bisa masuk ke
dalam rumah penduduk itu.
Hanya penduduk yang mengerti akan perasaan burung rajawali itu,
telah menghiburnya dan burung rajawali seperti juga mengerti
kata-kata manusia itu, dan tampak jauh lebih tenang dari
sebelumnya. 2337 Pada pagi hari ke tiga, kembali Yang Sin-se datang pula ke situ
untuk memeriksa keadaan Ko Tie.
Keadaan Ko Tie sangat payah dan lemah sekali, karena sejak
kemarin di mana dia telah pingsan pula, dia tidak sadarkan diri
terus sampai sekarang, karenanya melihat keadaan demikian.
Yang Sin-se yakin tidak lama lagi tentu pemuda ini akan
menghembuskan napasnya mati, di mana keadaannya memang
semakin lemah itu. Penduduk kampung pun tampak berduka, wajah mereka muram.
Walaupun mereka memang tidak kenal dan tidak mengetahui
siapa adanya Ko Tie, akan tetapi merekapun memang ingin sekali
dapat menyelamatkan dan menolong Ko Tie.
Di waktu itu terlihat betapapun juga, memang Ko Tie dalam
keadaan sekarat. Sejak waktu kemarin dia pingsan terus sampai satu hari satu
malam itu ia tidak sadarkan diri. Namun ketika Yang Sin-se tengah
memeriksa hong-menya, di waktu itulah Ko Tie membuka pelupuk
matanya, dia siuman. 2338 Yang Sin-se mengawasinya sesaat, memeriksa matanya, yang
agak kuning. Yang Sin-se menghela napas, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
Waktu itu Ko Tie bersuara perlahan. "Aku..... aku..... di mana"!"
seakan juga ia mengigau. Yang Sin-se menoleh kepada Ang Lotoa dan para penduduk
kampung lainnya yang telah berkumpul di kamar itu dengan
berkuatir.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia sudah tidak dapat ditolong lagi!" Kata Yang Sin-se kemudian,
sambil memutar tubuhnya, bermaksud hendak berlalu.
Para penduduk kampung itu mengerubungi Sin-se tersebut.
"Apakah Sin-se tidak bisa usahakan agar ia dapat ditolong dan
diselamatkan"!" tanya mereka dengan sikap yang sangat berkuatir
sekali. Yang Sin-se menggeleng. "Sayang sekali keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk
ditolong lagi!" kata Sin-se itu kemudian. Dan katanya lagi penuh
2339 penyesalan. "Maafkanlah..... aku benar-benar tidak dapat mengusahakan lebih dari apa yang sanggup kulakukan!"
Setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya dan berlalu.
Seketika itu juga para penduduk kampung jadi bisik-bisik, karena
mereka benar-benar menguatirkan sekali keselamatan Ko Tie.
Mereka menyesal sekali bahwa Yang Sin-se mengatakan bahwa
ia tidak sanggup menyembuhkan dan menyelamatkan jiwa
pemuda itu. Sedangkan muka Ang Lotoa murung sekali, ia sangat berduka.
Selama tiga hari dia merawat Ko Tie, entah mengapa dia memiliki
perasaan senang padanya. Disaat itu tampak Ang Lotoa telah menghampiri pembaringan,
mengawasi Ko Tie yang dalam keadaan sadar, tengah diam
dengan mata terbuka: "Bagaimana keadaanku......, apakah dapat disembuhkan"!"
Tampak Ang Lotoa tersenyum, senyum yang pahit sekali, diapun
bilang. "Maafkanlah..... kami telah berusaha sekuat tenaga. Tapi
Kongcu tidak perlu kuatir, karena kami akan berusaha mencari
tabib lainnya.....!" menghibur Ang Lotoa.
2340 Dia berkata begitu, karena dia yakin bahwa Ko Tie tentunya telah
mendengar apa yang dikatakan oleh Yang Sin-se.
Penduduk kampung lainnya telah menghampiri juga, mereka telah
mengawasi Ko Tie, yang keadaannya begitu lemah, dengan wajah
yang sangat pucat pias. "Aku..... aku..... memang tampaknya sudah sulit untuk diselamatkan....." kata si pemuda kemudian dengan suara yang
lemah sekali! Ang Lotoa memaksakan dirinya buat tersenyum, dia menghibur
lagi. Tapi Ko Tie mengetahui bahwa dia tentunya memang sulit buat
diselamatkan, karena lukanya yang memang demikian parah.
Dia masih berusaha menyembuhkan luka mengerahkan di dalam sin-kangnya, tubuhnya itu untuk dengan mempergunakan sin-kangnya.
Akan tetapi kenyataannya, dia tidak berhasil juga menembusi pintu
Sie. 2341 Malah ketika dia mengerahkan sin-kangnya ke jalan pintu Sie,
pada jalan darah di tubuhnya, dia merasakan kesakitan yang
bukan main. Dan dia mengeluh, setengah menjerit, lalu pingsan
lagi. Ang Lotoa dan yang lainnya tampak begitu bingung. Mereka tidak
mengetahui, entah apa yang harus mereka lakukan.
Dikala itu, di luar terdengar seara keliningan, yang terdengarnya
begitu nyaring! Menyusul dengan itu terdengar juga suara orang berseru: "Tabib
dari Sorga..... penyakit apapun dapat disembuhkan. Walaupun
orang yang arwahnya hampir meninggalkan tubuhnya akan dapat
disembuhkan?" Siapa yang sakit, boleh berobat, siapa yang
sakit boleh berobat. Teriakan orang itu sangat nyaring sekali.
Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi tertegun. Mereka saling
pandang. Kemudian beramai-ramai mereka berlari keluar.
2342 Ternyata di depan rumah Ang Lotoa lewat seorang laki-laki tua
sekali. Jenggot dan kumisnya telah memutih, memakai baju warna
hijau dengan kopiah warna hijau juga.
Di tangan kanannya memegang tongkat kayu cendana, sedangkan
tangan kirinya memegang pelakat yang besar sekali yang
bertulisan: "Tabib dari Sorga, dapat mengobati berbagai penyakit yang
paling sukar sekalipun! Ada jaminan. Jika tidak sembuh. uang
akan dikembalikan menjadi tiga kali lipat?"!"
Di punggungnya tampak bergemblok sebuah kotak kayu, mungkin
berisikan obat-obatan. Semua orang kampung itu saling pandang. Siapakah tabib dari
Sorga itu" Mereka belum pernah melihatnya, dan mereka memang
tidak mengenalnya. Namun melihat pelakat yang dibawa Tabib itu, dan juga
teriakannya, yang begitu tekebur, bukankah tabib ini merupakan
tabib yang sangat pandai" Dan bukankah sangat kebetulan sekali
Ko Tie dalam keadaan sekarat"
2343 Mereka melihat, tabib itu tampaknya buta karena dia berjalan
dengan mata terpejamkan cuma tongkatnya yang mengetukngetuk jalanan, karena tongkat itu sebagai penunjuk jalannya,
yang menuntunnya. Segera juga Ang Lotoa tanpa membuang-buang waktu lagi telah
menghampiri. "Sin-se.....!" panggilnya.
Tabib itu berhenti melangkah.
"Ada yang memanggilku"!" tanyanya kemudian, matanya masih
tetap terpejam, dan mereka yakin bahwa tabib ini tentunya seorang
tabib yang buta. Seorang tabib yang buta, bagaimana bisa mengobati orang yang
terluka atau sakit" Tapi dari kata-katanya dan pelakat yang dibawanya, tampaknya
tabib ini memang sangat mengandalkan sekali ilmu pengobatannya, sehingga dia berani menjanjikan, jika memang
tidak sembuh uang akan dikembalikan dengan berlipat kali lebih
besar. 2344 "Sin-se! kami ingin meminta pertolongan kepada Sin-se, untuk
mengobati seseorang!" kata Ang Lotoa kemudian.
Tabib itu berdiam diri beberapa saat, kemudian mengangguk.
"Boleh! Siapa yang sakit"!" tanyanya kemudian. "Sakit apa" Atau
sudah lama sakitnya itu" Apa memang masih penyakit baru yang
beberapa hari ini saja"!"
Ang Lotoa segera menyahuti: "Kawan kami tampaknya terluka
pada tubuhnya, sakitnya berat sekali, dia sudah pingsan beberapa
kali dalam tiga hari ini! Itulah luka baru..... harap Sin-se mau
menolonginya!" Tabib itu mengangguk-angguk perlahan.
"Hemmm, dia terluka baru tiga hari" Dan selalu jatuh pingsan tidak
sadarkan diri, sudah tua atau masih mudakah orang itu"!" tanya
tabib tersebut. "Dia mungkin baru berusia duapuluh lima tahun.....!"
"Hemmm, ya, ya, aku akan dapat mengobatinya. Pasti akan dapat
menyembuhkannya. Tapi, sebelumnya aku ingin memberitahukan,
bahwa setiap kali aku menolongi orang, menyembuhkan sakit
2345 seseorang, aku meminta imbalan yang cukup tinggi, untuk sekali
pengobatan sampai sembuh, aku meminta seratus tail.
Mendengar jumlah uang pengobatan itu, Ang Lotoa jadi tertegun.
Itulah jumlah yang sangat besar sekali, dari mana dia bisa memiliki
uang sebanyak itu. "Bagaimana?" tanya tabib itu ketika mengetahui lawan bicaranya
berdiam diri saja dan tidak mendengar penyahutannya. "Apakah
kau sanggupi akan ongkos pengobatan itu?"
Ang Lotoa tampak berdiri tertegun.
Sedangkan orang-orang lainnya telah mendekati.
"Bagaimana Ang Lotoa?" tanya beberapa orang penduduk
kampung tersebut, ketika melihat Ang Lotoa berdiri tertegun begitu
di tempatnya. Ang Lotoa menghela napas.
"Sin-se ini memang menyanggupi untuk menyembuhkan Kongcu
itu, tapi ongkos pengobatan yang dimintanya sangat tinggi dan
mahal sekali"..!"
2346 "Sangat mahal" Berapa yang dimintanya?" tanya dua orang
penduduk kampung serentak.
"Ia meminta seratus tail.....!" kata Ang Lotoa kemudian sambil
menghela napas lagi. Muka orang-orang itu jadi berobah.
"Itulah permintaan yang tidak layak, bagaimana mungkin bisa
meminta biaya pengobatan semahal itu," kata mereka yang jadi
mendongkol kepada tabib buta itu, "Belum lagi pasti bahwa ia akan
dapat mengobati orang itu!"
Tabib itu tampak tersenyum.
"Aku pasti akan dapat menyembuhkannya jika memang kalian
berani menyediakan pembayaran seratus tail. Jika memang aku
gagal, berarti aku harus mengembalikannya kepada kalian tiga
ratus tail.....!" Itulah tantangan yang benar-benar sangat berani dari tabib buta
ini. Atau memang dia memiliki ilmu pengobatan yang sangat mahir
sekali dan pandai, sehingga dia berani bicara tekebur itu.
2347 Bukankah tabib buta itu belum lagi mengetahui bagaimana
keadaan si sakit" Dan juga, bukankah Ko Tie dalam keadaan sakit
yang parah sekali" Tapi tabib buta itu malah telah berkata lagi:
"Bagaimana" Apakah kalian setuju" Jika memang kalian
keberatan buat memberikan biaya pengobatan sebesar yang
kuminta, maka aku tidak bisa membuang waktu di sini terlalu lama."
Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi bingung, mereka saling
pandang beberapa saat lamanya.
"Bagaimana" Baiklah, kalian tampaknya memang keberatan
memberikan biaya pengobatan seperti yang kuminta maka aku pun
tidak akan memaksa!"
Setelah berkata begitu, tabib tersebut segera juga melangkah
meninggalkan tempat itu sambil berseru dengan suara yang
nyaring sekali: "Tabib dari Sorga, dapat menyembuhkan segala macam
penyakit yang sudah payah dan sakitnya berat, pasti dapat
diobati sembuh..... jika tidak berhasil, uang akan dikembalikan
tiga kali lipat"!"
2348 Waktu itu ada salah seorang penduduk kampung itu yang berkata
kepada Ang Lotoa: "Bagaimana jika kita bersama-sama menyediakan biaya itu" Bukankah jika dia tidak berhasil kita tidak
perlu membayarnya" "Dan juga malah dia berjanji akan membayar kembali kepada kita
sebesar tiga kali lipat" Bukankah itu untung" Jika memang dia
berhasil, kita boleh bersenang hati, karena pemuda itu yang
keadaannya sudah begitu sekarat ternyata masih bisa diobati!"
Mendengar perkataan orang tersebut, yang lainnya segera
menyatakan persetujuan mereka.
Ang Lotoa jadi girang bukan main, karena dengan begitu berarti
mereka tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan biaya pengobatan
buat Ko Tie, mereka bisa bersama-sama menanggungnya.
Karena itu, cepat-cepat Ang Lotoa telah mengangguk mengiakan.
"Baiklah!" katanya kemudian kepada tabib itu. "Tolonglah Sin-se
mengobati pemuda itu, kawan kami.!"
Tabib itu yang belum begitu jauh melangkah pergi, telah merandek,
dia menahan langkah kakinya.
2349 "Kalian setuju dengan harga pengobatan yang kuminta"!"
tanyanya. Ang Lotoa mengiakan. "Mari Sin-se ikut dengan kami!" katanya
sambil mengulurkan tangannya buat menuntun tongkat si tabib
buta itu. Tabib itu tersenyum. "Walaupun bagaimana beratnya penyakit kawan kalian, tentu aku
akan dapat mengobatinya!" kata tabib itu.
Tapi Ang Lotoa tidak melayani kata-kata tabib itu, karena dia telah
membawa tabib tersebut ke dalam rumahnya, memberitahukan di
mana Ko Tie berada. "Tunggu dulu!" kata tabib itu kemudian.
"Apalagi"!" tanya Ang Lotoa melihat tabib itu bukannya memeriksa
Ko Tie, malah telah berdiri dengan tegak.
"Bukankah telah kukatakan tadi, bahwa aku meminta pembayaran
sebesar seratus tail?" Kata tabib itu.
Ang Lotoa jadi mendongkol.
2350

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sin-se, apakah Sin-se beranggapan bahwa kami ini terlalu miskin
sehingga tidak memiliki kemampuan buat membayar ongkos
pengobatan itu" Apakah memang Sin-se tidak mempercayai
kami?" tanya Ang Lotoa dalam keadaan gusar dan mendongkol.
Sebab keadaan Ko Tie sudah demikian parah, akan tetapi tabib itu
bukannya segera menolonginya, malah membicarakan soal tetek
bengek. Karena itu, Ang Lotoa sesungguhnya hendak memaki
tabib tersebut. Di waktu itu tampak tabib tersebut mengulap-ulapkan tangannya.
Dia bilang: "Bukan begitu. Kalian jangan marah dulu! Dengarkan
dulu kata-kataku.....! "Sudah menjadi kebiasaanku, bahwa sebelum aku mengobati si
sakit, maka aku harus menerima dulu uangnya! Ini sudah menjadi
peraturanku dan tidak bisa ditawar menawar.
Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi bimbang. Tapi Mereka yakin,
walaupun tabib itu gagal mengobati Ko Tie, tidak mungkin tabib itu
bisa melarikan uang mereka. Bukankah mereka berjumlah
banyak" Maka sibuklah mereka pada pulang ke rumah masingmasing buat mengambil uang.
2351 Setelah uang itu dikumpulkan, dan jumlahnya genap 100 tail, lalu
diberikan kepada si tabib.
Demikian telitinya tabib itu, karena dia segera menghitungnya
dengan baik. Barulah dia memasukkan ke dalam sakunya setelah menghitung
bahwa jumlah yang diterimanya itu seratus tail.
"Baiklah! Kalian telah membayar kepadaku ongkos pengobatan,
dan aku harus berusaha sekuat kemampuanku buat mengobati
kawan kalian itu! Ayo tunjukkan, di mana beradanya kawanmu itu!"
kata tabib tersebut. Ang Lotoa menuntun tabib itu mendekati pembaringan.
Waktu itu Ko Tie masih dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri,
dan tabib itu telah mengulurkan tangannya perlahan-lahan. Dia
merabah-rabah tubuh Ko Tie.
Tapi setelah merabah-rabah sekian lama, tiba-tiba dia berseru
nyaring, seakan juga tabib itu terkejut.
"Ihhh, lukanya begitu berat dan parah sekali"!" kata tabib tersebut
dengan suara yang mengandung kekuatiran.
2352 Ang Lotoa mendongkol bukan main.
"Bukankah Sin-se sendiri yang mengatakan luka dan penyakit
yang berat bagaimana pun juga engkau akan sanggup buat
mengobatinya!" katanya.
Tabib itu telah tersenyum, wajahnya telah pulih sebagaimana
biasa, dia juga mengangguk-anggukkan kepalanya, tenang
kembali sikapnya. "Ya, ya?" memang luka dan penyakit yang bagaimana berat
sekalipun aku pasti akan dapat menyembuhkannya?" kalian
tidak perlu kuatir. Hanya saja tadi aku terkejut sekali setelah
mengetahui bahwa kawan kalian ini terluka demikian parah, karena
jika memang dalam dua hari dia tidak diobati dengan baik dan
benar, niscaya dia akan mati......!"
Ang Lotoa mengangguk-angguk, berkurang perasaan mendongkolnya. Demikian juga halnya dengan para penduduk
kampung lainnya. Jika sebelumnya mereka kurang mempercayai bahwa tabib itu
memiliki ilmu pengobatan yang lihay dan ampuh. Sekarang justeru
mereka mulai mempercayainya bahwa memang tabib itu memiliki
pengetahuan yang sangat luas sekali dalam ilmu pengobatan.
2353 Karena dengan memegang saja dia segera mengetahui bahwa
keadaan Ko Tie sangat parah sekali dan hanya memiliki
kesempatan buat hidup dua hari saja
"Apakah...... apakah pemuda itu dapat ditolong, Sin-se"!" tanya
Ang Lotoa ketika melihat Sin-se itu berdiri termenung lagi, seperti
tengah memikirkan sesuatu.
Tabib itu mengangguk. "Ya..... dia pasti akan dapat tertolong, tapi aku harus mengerahkan
seluruh pengetahuanku buat mengobatinya..... sama sekali tidak
boleh gagal..... dalam satu hari dia sudah harus tersadar!"
Mendengar perkataan tabib itu, Ang Lo-toa dan kawan-kawannya
beranggapan bahwa tabib itu bicara terlalu besar dan terkebur,
karena itu, mereka memandang tidak mempercayainya. Keadaan
Ko Tie demikian parah sekali, bagaimana mungkin dia bisa
membuat si pemuda tersadar hanya dalam satu hari"
Tapi mereka tidak ada yang memberikan komentar, sedangkan
waktu itu si tabib mulai bekerja.
2354 Pertama-tama dia memeriksa sekujur tubuh Ko Tie, dia
memeriksanya dengan teliti sekali. Setelah memeriksa sekian
lama, tiba-tiba ia melakukan penotokan di beberapa tempat.
Semuanya dilakukan begitu sebat dan juga setiap totokannya
mengenai setiap jalan darah dan tepat sekali, dengan begitu telah
membuat orang yang melihatnya akan kagum sekali, kalau saja
orang itu memang memiliki ilmu silat.
Hanya saja penduduk kampung itu dan Ang Lotoa tidak mengerti
ilmu silat, namun mereka tetap saja kagum karena melihat tangan
si tabib yang bergerak begitu lincah dan juga sebat sekali. Keringat
pun telah mengucur deras di sekujur tubuh tabib itu.
Keadaan pada waktu itu sangat tegang sekali, karena semua
penduduk kampung itu mengawasi apa yang dilakukan oleh si
tabib dengan mata terbuka lebar-lebar.
Tampak tabib ini telah menguruti berbagai anggota tubuh Ko Tie.
Dia melakukannya dengan sikap yang bersungguh-sungguh, dan
dia bekerja tanpa mengeluarkan sepatah perkataan pun juga.
Setelah lewat setengah jam, barulah tabib itu berhenti mengurut.
2355 "Selesai tingkat pertama!" kata tabib itu kemudian sambil
mengeluarkan sehelai kain dan menghapus keringatnya.
Di waktu itu juga terlihat dia telah berkata kepada Ang Lotoa, buat
meminta air minum. Ang Lotoa kaget, dia segera juga menyediakan air minum buat
tabib itu. Tabib itu walaupun buta, akan tetapi dia dapat menotok dan
mengurut dengan baik dan tangannya dapat bergerak begitu
sebat. Inilah yang tidak pernah diduga oleh semua orang.
Setelah minum, tabib itu mulai menguruti lagi sekujur tubuh Ko Tie.
Sedangkan Ko Tie masih tetap dalam keadaan pingsan tidak
sadarkan diri, di waktu mana dia memiliki paras yang pucat dan
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 15 Senja Jatuh Di Pajajaran Trilogi Pajajaran Karya Aan Merdeka Pukulan Naga Sakti 17

Cari Blog Ini