Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 7
608 kegembiraan: "Baiklah! Terima kasih Kongcu, aku akan berusaha
menjelaskan kepada majikanku itu, agar dia mau mengerti!"
Dan setelah berkata begitu, cepat-cepat Ho Sin-se kembali ke
tempat di depan Bun Kie Lin, kemudian katanya: "Sin-se, aku telah
melaksanakan perintah!"
Bola mata Bun Kie Lin mencilak-cilak memandang tidak senang
pada Ho Sin-se. "Hemmm, apa yang kau lakukan" Bukankah ke dua orang itu
masih tidak pergi dari tempat ini" Mereka masih berada di situ"!"
Ho Sin-se nyengir dan katanya:
"Jangan marah Sin-se,
sesungguhnya mereka akan pergi meninggalkan tempat ini tanpa
mengganggu ketenangan Sin-se. Tetapi justeru mereka tengah
menguatirkan kawan mereka yang masih belum sadarkan diri.
Janji mereka, begitu kawan mereka siuman, segera mereka akan
meninggalkan tempat ini.....!"
"Hemmm!" mendengus Bun Kie Lin tanpa mengatakan suatu
apapun juga. Ho Sin-se jadi salah tingkah.
609 "Sin-se, dengarlah dulu.....!"
Tetapi belum lagi Ho Sin-se berkata selesai, justeru Bun Kie Lin
telah memotongnya, katanya: "Jika memang engkau tidak bisa
melaksanakan perintahku, engkau akan kuhukum! Dan, apa
bunyinya perintahku tadi"!"
Ho Sin-se jadi tambah salah tingkah, namun akhirnya dia berkata
juga ragu-ragu. "Sesungguhnya Sin-se, mereka memang mau
pergi sekarang juga..... tetapi mereka meminta kebijaksanaan Sinse, menanti sampai kawan mereka itu sembuh dan tersadar.....!"
"Hemm, aku tidak mau tahu! Tetapi apa bunyinya perintahku tadi"
Jawab!" "Sin-se perintahkan agar aku mengusir ke dua orang itu!"
menyahuti Ho Sin-se dengan kepala tertunduk dalam-dalam.
"Lalu, apa kau telah melaksanakan perintahku itu?" tanya Bun Kie
Lin dengan suara yang meninggi.
"Sudah!" menyahuti Ho Sin-se dengan kepala mengangguk raguragu. "Tetapi..... tetapi....." Dan berkata sampai di situ dia berdiam
sejenak, dan kemudian berkata dengan suara tambah ragu:
"Mereka pasti pergi..... tetapi memohon kebijaksanaan Sin-se.....!"
610 "Hemm, tidak bisa aku memberi pengampunan kepadamu, aku
akan segera menghukummu!" kata Bun Kie Lio sambil memperlihatkan sikap akan segera menggerakkan tangannya.
Ho Sin-se jadi gugup. "Tunggu dulu Sin-se..... tunggu dulu.....!" gugup bukan main
tampaknya Ho Sin-se. "Kalau..... kalau begitu aku batal saja
menjadi pelayanmu.....!"
"Kau batal menjadi pelayanku"!" tanya Bun Kin Lin sambil
mendelik. Ho Sin-se mengangguk ragu katanya: "Ya, ya, aku batal menjadi
pelayan Sin-se, karena jika tokh aku menjadi pelayanmu, aku akan
memperoleh kesulitan oleh sikap Sin-se yang luar biasa ini.
Biarlah, aku tidak jadi untuk menghamba kepadamu, biarlah aku
tidak bisa memperoleh kepandaian yang kukehendaki, yaitu ilmu
pengobatan. Tetapi yang terpenting aku batal untuk menjadi
pelayanmu, dari pada menjadi pelayanmu, tetapi membawa
kecelakan buat diriku!"
Bola mata Bun Kie Lin memain lagi tidak henti, dan kemudian
katanya: "Baiklah, jika memang engkau menarik diri tidak menjadi
611 pelayanku, akupun tidak akan menghukummu lagi!" Dan tampak
Bun Kie Lin mengibaskan tangannya.
Ho Sin-se menoleh kepada Yo Him, kemudian tanpa berkata suatu
apapun juga dia telah memutar tubuhnya, cepat-cepat angkat kaki
dari tempat itu. Waktu berlari-lari meninggalkan tempat itu, hati Ho Sin-se
herdebar-debar, karena dia kuatir kalau-kalau Yo Him tidak
mengijinkan dia pergi. Tetapi nyatanya Yo Him membiarkan saja dia pergi, dan tidak
mencegahnya. Dengan begitu, dia bisa berlari terus meninggalkan
tempat itu. Yo Him memang tidak bermaksud mencegah kepergian Ho Sin-se,
dan membiarkan saja Ho Sin-se berlalu, karena dia pikir tokh Ho
Sin-se berada di situ sudah tidak ada gunanya lagi. Bukankah dia
telah mengantarkan mereka bertemu dengan Bun Kie Lin dan
sekarang malah Hok An telah berangsur sembuh.
Sebagai seorang yang mengerti sedikit pengobatan, maka Yo Him
mengerti bahwa Hok An tidak lama lagi, paling tidak satu atau dua
hari, tentu akan sembuh. 612 Tampak Bun Kie Lin telah memandang kepada Yo Him dengan
sorot mata yang tajam sekali, bentaknya: "Apakah engkau hendak
main-main sekarang ini denganku"!"
Yo Him mendengar bentakan Bun Kie Lin itu, segera menghampiri.
Sambil melangkah ia telah menggeleng, katanya dengan suara
yang tawar: "Nanti, itu urusan nanti. Sekarang yang terpenting ingin
membuktikan dulu, apakah perkataanmu itu dapat dipercaya
bahwa engkau dapat menyembuhkan luka dari kawanku itu,
karena aku masih ragu-ragu, di mana sekarang ini kawanku masih
belum tersadar.....!"
Setelah berkata begitu, Yo Him mempergunakan kesempatan itu
buat memeriksa keadaan Hok An.
Dan hati Yo Him jadi tambah girang, karena dilihatnya pipi Hok An
telah berobah merah sehat dan juga tampaknya dia tertidur
nyenyak sekali tidak menderita kesakitan lagi. Malah diapun sudah
tidak mengigau, yang menggembirakan bengkak-bengkak di
tubuhnya telah lenyap sama sekali, tidak terlihat tanda-tandanya
lagi. 613 Dalam keadaan seperti inilah Yo Him sesungguhnya hendak
memuji akan kehebatan Bun Kie Lin, namun dia berhasil menahan
diri untuk tidak memujinya. Karena Yo Him segera teringat bahwa
sikap dan tabiat dari Bun Kie Lin sangat aneh sekali dan luar biasa
ia kuatir jika memujinya akan membuat Bun Kie Lin berobah pikiran
pula, dia bisa-bisa nanti mencelakai Hok An, dengan memberikan
obat yang tidak tepat. Setelah memeriksa keadaan Hok An, Yo Him berdiri. Diapun
bilang: "Hemmm, mana engkau mengatakan bahwa engkau dapat
mengobati luka kawanku itu dengan segera" Sedangkan sekarang
saja dia belum tersadar. Bukan main mendongkol dan penasarannya Bun Kie Lin, sampai
dia berseru nyaring: "Siapa yang mengatakan aku tidak bisa
mengobatinya dengan segera" Sekarang dia telah sembuh. Dia
hanya perlu beristirahat saja. Jika memang engkau hendak
membangunkan sekarang, itupun tidak menjadi persoalan, karena
dia akan segera segar kembali!"
Dan berkata begitu, Bun Kie Lin telah menotol tanah, tubuhnya
melesat ke dekat Hok An, kemudian dia bermaksud menggerakkan
tangannya guna membangunkan Hok An.
614 Menyaksikan itu, Yo Him segera mencegahnya: "Jangan engkau
hendak membangunkannya berarti engkau ingin memperlihatkan
telah berhasil mengobatinya, bukan" Tetapi dengan cara seperti
itu aku tidak bisa menerimanya."
"Kenapa?" Bun Kie Lin masih penasaran sekali.
"Karena dia dipaksa bangun, dan belum tentu dia telah sembuh!
Aku justeru hendak melihatnya dia tersadar sendirinya, itu
membuktikan bahwa kawanku itu memang benar-benar telah
sembuh..... "Tetapi terus terang saja kukatakan, bahwa aku tidak percaya
bahwa dia telah sembuh! Maka kita tunggu satu hari lagi, sampai
dia telah tersadar benar. Di saat itulah baru kita akan berbicara
pula.....!" Keinginan Bun Kie Lin buat membangunkan Hok An dapat dicegah,
dia batal membangunkan Hok An, melainkan dia telah menoleh
kepada Yo Him, lalu katanya: "Apakah engkau benar-benar putera
Sin-tiauw-tay-hiap"!"
"Tidak perlu aku mendustai engkau. Karena sebagai seorang
pendekar besar seperti ayahku itu, jelas aku tidak dapat berdusta
walaupun hanya untuk sepatah perkataan sekalipun! Tetapi
615 engkau....., engkau justeru kuragukan tetah mendustai aku dengan
mengatakan bahwa engkau berhasil mengobati kawanku ini!"
Bola mata Bun Kie Lin mencilak semakin cepat, dengan gusar dia
bilang: "Aku tidak mendustaimu! Hemmm, apakah engkau seorang
saja yang tidak berdusta" Baik! Baik! Kita tunggu saja sampai
kawanmu itu tersadar....."
Setelah berkata begitu, Bun Kie Lin terdiam sejenak lamanya, dia
tidak mengatakan sepatah perkataanpun juga.
Tangan Yo Him bermaksud akan menghampiri Sasana, diwaktu
itulah terdengar orang bertanya: "Siapa puteranya Sin-tiauw-tayhiap Yo Ko?"
Suara itu terdengar sangat menyeramkan sekali. Jika suara itu
terdengarnya sumbang sekali, sengau, membuat telinga yang
mendengarnya jadi sakit. Dalam keadaan seperti itu, Yo Him telah menoleh ke arah
datangnya suara pertanyaan tersebut, tidak dilihatnya seorang
manusiapun juga. "Aku!" menyahuti Yo Him segera. "Akulah putera dari Sin-tiauw-tayhiap Yo Ko!"
616 "Hemmm, inilah kebetulan yang sangat membawa keberuntungan
buatku!" kata suara sengau yang mengerikan. Memang aku
mengharapkan dapat suatu saat menemui detik-detik sebaik ini."
Menyusul dengan perkataan tersebut, tiba-tiba terdengar suara
ledakan, yang terjadi tidak begitu jauh dari Yo Him, di mana dia
merasakan itu demikian kuat dan panas menggetarkan tempat
berpijaknya. Ringan sekali Yo Him telah melesat ke samping, dengan demikian
dia tidak perlu sampai terkena tanah yang telah berhamburan itu.
Sedangkan Sasana menyaksikan itu kaget tidak terkira, dia sampai
berseru nyaring, dan Giok Hoa yang tengah tertidur jadi bangun.
Tubuh Yo Him telah melesat cepat sekali ke arah dari mana
menyambarnya benda hitam yang tadi bisa meledak, di mana dia
ingin mencekuk orang yang telah menyerangnya secara membokong dan pengecut seperti itu. Akan tetapi dia telah tiba di
tempat yang sepi sekali, tidak ada seorang manusiapun juga.
Yo Him sesungguhnya memiliki mata yang awas dan juga
pendengaran yang sangat tajam, dia telah melihat memang
keadaan di sekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada seorang
manusiapun juga. Jangan kata manusia, seekor burung yang
617 terbang sekalipun dia masih sanggup untuk melihat dan juga
mendengar suara berkereseknya.
Diam-diam Yo Him jadi menduga, tentunya orang yang tengah
menyerangnya secara menggelap itu memiliki kepandaian yang
tinggi. Maka dari itu dia berwaspada.
Sewaktu Yo Him bermaksud untuk memasuki tempat itu lebih jauh,
tiba-tiba telah terdengar pertanyaan Bun Kie Lin: "Hemm, engkau
rupanya ingin ikut berkecimpung dalam urusanku ini, bukan?"
Segera juga secepat terbang Yo Him telah melasat ke arah
tempatnya semula. Dilihatnya Bun Kie Lin masih duduk bersila di
tempatnya, di mana dia tengah bertanya kepada salah seorang
yang bentuk tubuhnya tinggi kurus, yang di dekatnya itu.
Seketika itu Yo Him menduga bahwa orang itulah yang tadi telah
melemparkan padanya bahan peledak itu. Maka segera juga dia
bilang: "Hmmmm, tidak tahunya engkau di sini!"
Orang bertubuh tinggi kurus itu memiliki muka yang runcing
dengan sepasang alis yang hitam gompiok, dia menoleh sedikit
mendengarkan perkataan Yo Him, dam dia tertawa bergelak,
kemudian katanya: "Kau mengaku sebagai putera Sin-tiauw-tay618
hiap Yo Ko, tetapi mana kepandaianmu yang tertinggi. Apakah
putera dari Sin-tiauw-tay-hiap hanya sebegini saja"!"
Mendongkol Yo Him mendengar ejekan dari orang tersebut,
segera juga dia berkata dengan suara yang mengandung
kegusaran: "Hemmm, siapa engkau sebenarnya" Ada hubungan
apa kau dengan ayahku, sampai engkau berani mengeluarkan
kata-kata kurang ajar seperti itu ditujukan kepada ayahku"!"
Mendengar pertanyaan tersebut, orang bertubuh tinggi kurus itu
tertawa dingin. "Jika aku memberitahukan siapa adanya diriku, mungkin engkau
akan kaget dan semaput tidak sadarkan diri.....!" kata orang
tersebut. "Kukira, cukup aku memberitahukan saja bahwa ayahmu
sendiri tidak berani berlaku kurang ajar seperti itu kepadaku, maka
engkau lagi. Jika engkau berani bersikap lancang dan kurangajar
kepadaku, hemmm, hemmm, tentu akan kupatahkan batang
lehermu, sekali hantam tentu batok kepalamu itu akan hancur.....!"
Belum lagi orang itu menyelesaikan perkataannya, Yo Him
menjejakkan kakinya. Dia telah berseru: "Justeru aku ingin melihat
dengan cara bagaimana engkau hendak menghantam hancur
619 batok kepalaku.....?" Dan sambil berkata begitu tangan Yo Him
bergerak cepat sekali. Orang bertubuh tinggi kurus itu mengejek dengan senyuman sinis.
Melihat tangan Yo Him yang menyambar ke arahnya begitu cepat,
dia juga tidak berayal, segera dia menangkisnya.
"Duk, duk, dukk!" beberapa kali tangan mereka saling bentur.
Dan orang bertubuh tinggi itu jadi kaget juga karena setiap kali
tangannya tertangkis oleh benturan tangan Yo Him, setiap kali dia
membalas menyerang maka dia merasakan tangannya panas
tergetar. Begitu juga setiap kali dia menangkis tangan Yo Him, dia
merasakan tulang pergelangan tangannya sakit.
Dalam keadaan seperti itu Yo Him telah mendesak lebih gencar.
Dia sendiri tidak kurang kagetnya, padahal tadi Yo Him telah
mempergunakan tujuh bagian dari tenaga dalamnya, namun begitu
tangannya saling membentur tertangkis oleh pergelangan tangan
orang bertubuh tinggi kurus tersebut, dia merasakan tangannya
panas sakit, tubuhnya tergetar. Maka dia semakin kuat lagi dalam
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerahkan tenaga dalamnya.
Begitulah, ke dua orang itu terlibat dalam pertempuran selama
puluhan jurus. 620 Namun setelah terjadi bentrokan tangan beberapa kali itu, orang
bertubuh kurus tinggi tersebut merobah cara bertempurnya, karena
dia menghadapi Yo Him dengan mengandalkan kegesitannya.
Tubuhnya telah bergerak lincah ke sana ke mari dengan kecepatan
seperti angin saja, di mana tubuhnya berkelebat-kelebat tidak
hentinya, membuat Yo Him terpaksa harus mengawasinya dengan
mata yang tajam dan cermat.
Karena sekali saja dia lengah, niscaya dia akan menjadi korban
dari tangan orang bertubuh tinggi kurus itu. Karenanya, Yo Him
juga terbangun semangatnya, dia mengempos tenaga lweekangnya dan balas menyerang dengan beruntun,
Bun Kie Lin yang melihat pertempuran yang tengah berlangsung,
jadi memandang dengan mata yang terpentang lebar-lebar.
Dilihatnya Yo Him memang memiliki kepandaian yang tinggi.
Juga orang bertubuh tinggi kurus itu memiliki kepandaian yang
cukup tinggi. Jika Bun Kie Lin yang harus menghadapinya, tentu
dia tidak mungkin dapat menghadapinya, karena kepandaiannya
masih kalah setingkat dari kepandaian ke dua orang itu.
621 Diam-diam Bu Kie Lin pun menyadari, telah belasan tahun ia
berlatih diri dengan giat. Di samping memperdalam ilmu
pengobatannya iapun melatih lweekang dan ilmu silatnya.
Namun ternyata latihannya yang selama belasan tahun itu belum
memberikan hasil yang terlalu banyak buatnya. Di samping
lweekangnya yang belum dapat menandingi lweekang Yo Him dan
orang bertubuh tinggi kurus itu, juga belum pasti bahwa ia akan
dapat menghadapi ilmu silat dan ilmu pukulan mereka.
Sebelumnya Bun Kie Lin yakin bahwa ia telah mempelajari ilmu
silat tingkat tinggi dan lweekang yang sempurna. Karena itu diamdiam dia yakin bahwa jarang ada orang yang bisa menandingi
kepandaiannya. Disebabkan itu pula, maka ia selalu bersikap
angkuh terhadap siapapun juga.
Namun sesungguhnya di hati kecilnya Bun Kie Lin itu sekarang
terdapat perasaan kagum tidak terhingga kepada Yo Him. Hal ini
disebabkan dia memang mengetahui Yo Him sebagai putera dari
Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, juga melihat usianya yang masih begitu
muda, tetapi telah berhasil memiliki kepandaian yang begitu tinggi,
disamping lweekangnya pun cukup kuat, melebihi lweekangnya,
maupun lweekang dari orang bertubuh tinggi kurus itu.
622 Sasana sendiri yang menyaksikan cara bertempur Yo Him, diamdiam merasa heran, mengapa Yo Him selama itu masih juga belum
bisa merubuhkan lawannya, dan yang membuat Sasana jadi
heran, tampaknya kepandaian Yo Him tidak menang banyak
dibandingkan orang bertubuh tinggi kurus itu. Diam-diam, Sasana
menduga-duga entah siapa adanya orang bertubuh tinggi kurus itu
dan diapun telah memperhatikan cara bertempurnya orang
bertubuh tinggi kurus tersebut, jurus demi jurus.
Semakin memperhatikan cara bertempur dari orang bertubuh
tinggi kurus itu. Sasana semakin heran, karena dilihatnya bahwa
orang bertubuh tinggi kurus itu mempergunakan semacam ilmu
silat yang tidak dikenalnya. Dengan begitu, Sasana mengawasi
dengan tertegun. Giok Hoa berbeda dari Sasana. Jika hatinya memang tertarik
menyaksikan jalannya pertempuran seru itu, tokh ia tetap saja
menguatirkan keselamatan jiwa paman Hok nya, karena dari itu
perhatiannya lebih banyak dicurahkan kepada Hok An.
Dilihatnya pelupuk mata Hok An mulai bergerak, juga telah
mengeluarkan suara keluhan yang perlahan sekali, kemudian
matanya terbuka, perlahan-lahan.
623 Bukan main gembiranya hati Giok Hoa melihat Hok An telah
tersadar. "Paman Hok.....!" panggilnya dengan suara yang agak sember, dan
air matanya telah menitik turun. "Kau telah sadar paman Hok.....!"
Hok An telah melirik kepada gadis cilik itu, menggerakkan tangan
kanannya, dia telah menggenggam tangan Giok Hoa.
"Ya, ya..... sekarang kita berada di mana?" tanya Hok An.
"Kita berada di tempat yang cukup aman paman Hok.... Kau telah
menerima pengobatan yang sangat baik dari Bun Sin-se, karena
itu tenanglah paman Hok. Tidak lama lagi tentu kau akan segera
sembuh dan kesehatanmu pulih sebagaimana sedia kala!"
menghibur Giok Hoa. "Siapakah Bun Sin-se itu"!" tanya Hok An sambil bola matanya
bergerak-gerak berusaha memandang sekitarnya, sehingga dia
melihat Bun Kie Lin duduk tidak jauh dari tempatnya berada,
tengah mengawasi ke arahnya.
"Aku yang telah mengobatimu......!" kata Bun Kie Lin dengan suara
yang tawar. 624 "Ohhh, terima kasih..... terima kasih atas budi kebaikan Sin-se......!"
kata Hok An. "Maafkanlah, aku belum bisa bangun buat
menyatakan rasa terima kasih......!"
Bun Kie Lin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga di
wajahnya. Dia telah memandang tawar kepada Hok An, katanya:
"Di antara kita tidak terdapat perkataan budi dan kebaikan. Aku
bukan bermaksud menolongimu, karena merasa kasihan melihat
keadaanmu, tetapi aku tengah bertaruh dengan kawanmu yang
tidak mempercayai bahwa aku bisa menyembuhkan luka-lukamu,
dan sekarang telah terbukti bahwa aku tidak mendustainya, serta
sanggup mengobati luka-lukamu, sampai sembuh!
"Engkau telah dapat bicara. Engkau mulai berangsur sembuh dan
sehat lagi, maka dari itu kawanmu tidak mungkin dapat
mengatakan bahwa aku ini mendustainya.....!"
Hok An tidak mengerti apa yang dikatakan Bun Kie Lin, sehingga
dia hanya mengawasi saja, sampai akhirnya dia bilang:
"Jika demikian, baiklah.... Kalau memang terlihat kawanku itu tidak
mempercayai akan keteranganmu, biarlah nanti aku yang
memberitahukan kepadanya, bahwa aku benar-benar telah
625 sembuh. Tentu kawanku itu akan meminta maaf kepadamu dan
juga akan menyatakan terima kasihnya....."
Tetapi Bun Kie Lin hanya tertawa tawar saja, dia seperti tidak
mengacuhkan perkataan Hok An.
Giok Hoa yang melihat keadaan Bun Kie Lie seperti itu, segera
maju ke depan. Dia telah menjatuhkan diri berlutut di hadapan Bun
Kie Lin, sambil mengangguk-anggukan kepalanya, dia telah
berkata: "Terima kasih atas bantuan dan pertolongan dari Bun Sin-se, tidak
dapat kami lupakan budi kebaikan Bun Sin-se..... Dengan ini aku
mewakili paman Hok buat menyatakan terima kasih yang sebesarbesarnya......"
Tetapi Bun Kie Lin mengibaskan tangannya, dia telah bilang:
"Tidak perlu engkau mengucapkan terima kasih, akupun tidak
membutuhkan terima kasihmu.....!"
Karena dia mengibas dengan tenaga yang cukup kuat pada
pergelangan tangannya, maka tubuh Giok Hoa telah terpental dan
terguling di tanah. 626 Menyaksikan itu, segera juga Hok An hendak memaksakan diri
buat melompat guna menolongi Giok Hoa. Hanya saja, tubuhnya
masih lemah, sehingga dia tidak bisa bangun.
Dengan perasaan kaget dan tidak senang, ia telah membentak:
"Kau..... kau mengapa kau menganiaya Giok Hoa"!"
Bun Kie Lin tertawa tawar, katanya: "Sudah kukatakan, bahwa aku
tidak membutuhkan terima kasih kalian! Yang terpenting aku telah
memenangkan pertaruhan kami, di mana aku dapat menyembuhkan luka-lukamu itu!
"Hemmmm, apa gunanya ucapan terima kasih kalian" Sekarang
kalian menyatakan terima kasih kepadaku, tetapi setelah kita
berpisah, tentu kalian akan melupakannya begitu saja! Tetapi,
yang terpenting sekali, memang aku sesungguhnya bukan hendak
menolongi engkau, maka engkau tidak perlu berterima kasih
kepadaku, karena aku hanya tengah bertaruh belaka dengan
kawanmu itu......!" Sambil berkata begitu, tampak Bun Kie Lin telah menoleh
menyaksikan lagi jalan pertempuran antara Yo Him dengan orang
bertubuh tinggi kurus itu.
627 Giok Hoa merangkak bangun mukanya agak merah, karena
membengkak. Semua itu akibat mukanya tadi telah menubruk
tanah, sehingga terbentur cukup keras. Dengan begitu telah
membuat Giok Hoa menderita kesakitan.
Namun walaupun hatinya mendongkol, tokh Giok Hoa tidak
memperlihatkan kemendongkolannya itu, dia telah merangkak
bangun dan berdiam di samping Hok An tanpa mengucapkan
sepatah perkataan pun juga.
"Engkau..... kau terluka, Giok Hoa?" tanya Hok An sambil melirik
terharu kepada gadis kecil itu.
Hok An memang sangat sayang dan memanjakan sekali Giok Hoa,
sedang di depan matanya dia melihat Giok Hoa dikibas seperti itu,
sehingga tubuhnya terguling dan pipinya memerah membengkak,
membuatnya jadi merasa gusar pada Bun Kie Lin.
Hanya saja disebabkan memang dia tidak berdaya dan tidak bisa
menggerakkan tubuhnya, maka walaupun mendongkol dia tidak
bisa menghadapi Bun Kie Lin untuk mengumbar kemendongkolannya itu. Giok Hoa menggeleng sedikit, katanya sambil memaksakan diri
tersenyum: "Tidak paman Hok..... luka seperti ini tidak ada
628 artinya..... lebih baik jika paman Hok beristirahat lebih tenang, agar
luka-Iuka di tubuh paman Hok dapat sembuh benar-benar......!"
Kesehatan Hok An telah berangsur sembuh. Memang ilmu
pengobatan yang dimiliki Bun Kie Lin sangat luar biasa, di mana
dia bisa mengobati Hok An dengan sebaik mungkin. Dalam waktu
begitu singkat, dia telah dapat menyembuhkan luka Hok An yang
sesungguhnya sangat parah sekali.
Di waktu itu, tampak betapapun juga, Hok An masih mendongkol
dan hanya mengawasi kepada Bun Kie Lin.
Jika saja Hok An di waktu itu bisa melompat bangun, tentu dia akan
menerjang kepada Bun Kie Lin untuk menyerangnya dengan
pukulan yang sekuat tenaga, sebab dia tidak bisa menerima Giok
Hoa dibuat terpelanting seperti itu oleh Bun Kie Lin.
Walaupun sekarang ini Hok An melihat bahwa dirinya memang
telah ditolong dan disembuhkan oleh Bun Kie Lin, tokh dia tidak
bisa merasakan berterima kasih lagi, malah dia selalu teringat
betapa kasihannya Giok Hoa yang telah dibuat terpelanting seperti
itu, membuat pipi gadis itu memerah karena te1ah terkena
benturan pada bumi, sehingga membengkak.
629 Giok Hoa berusaha menghiburnya, ia menyatakan kepada Hok An,
memang Bun Kie Lin memiliki perangai yang sangat ku-koay. Itu
pula sebabnya Yo Him telah mengajak Bun Kie Lin bertaruh dalam
hal mengobati luka Hok An, hanya untuk memancing perasaan
gusar Bun Kie Lin, karena jika tidak, tentu dia tidak akan mau
mengobati Hok An. Karena itu setelah Yo Him berhasil memancing
kegusaran Bun Kie Lin, ia baru bersedia buat mengobati Hok An.
Dengan demikian telah membuat Hok An sedikit menurun
perasaan mendongkolnya dan mulai mengerti bahwa Bun Kie Lin
seorang yang memiliki perangai sangat aneh. Sedangkan waktu itu
Bun Kie Lin sudah tidak memperhatikan lagi keadaan Hok An, dia
telah melihatnya bahwa Hok An dan Giok Hoa saling bisik-bisik,
namun dia sudah tidak memperhatikannya. Dia lebih banyak
mencurahkan seluruh perhatiannya kepada jalannya pertempuran
antara Yo Him dengan orang bertubuh tinggi kurus itu.
Dengan begitu, telah membuat Sasana juga ikut mengawasi
dengan tegang, karena dilihatnya Yo Him waktu itu tengah
mempergunakan beberapa macam ilmu simpanannya. Setiap
jurus yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang bisa
menghancurkan dan membinasakan.
630 Hanya saja disebabkan lawannya itu, memiliki kepandaian yang
tinggi, maka dia bisa menghadapi Yo Him sampai begitu lama.
Mereka berdua bertempur terus dengan seru.
Diam-diam orang bertubuh tinggi kurus itu telah berpikir di dalam
hatinya: "Dalam hal ini memang tidak salah, Sin-tiauw-tay-hiap Yo
Ko benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa hebat, karena
puteranya saja telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
Menghadapi puteranya saja sekarang ini, aku masih belum dapat
merubuhkannya, sedangkan mendesaknya pun tidak bisa. Apa lagi
jika aku menghadapi Sin-tiauw-tay-hiap, niscaya dalam beberapa
jurus aku sudah dapat dirubuhkan....."
Karena berpikir seperti itu, segera juga orang bertubuh tinggi kurus
itu mencari kesempatan buat melompat mundur menjauhi diri dari
Yo Him. Pada suatu kali, waktu Yo Him kembali gagal dengan
hantamannya, maka tampak orang bertubuh tinggi kurus itu telah
melompat ke samping kanan dengan gerakan yang sangat gesit.
Begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, kembali tubuhnya
melesat pula tiga tombak lebih ke arah samping kanannya.
631 Dengan caranya seperti itu, orang bertubuh tinggi kurus itu hendak
mencegah serangan susulan dari Yo Him.
Benar saja, semula Yo Him ketika melihat orang bertubuh tinggi
kurus itu melompat ke samping mengelakkan serangannya, ia
bermaksud untuk menyusuli dengan hantamannya lagi. Namun
belum sempat dia menghantam, justeru orang itu telah menyingkir
lagi, mereka terpisah agak jauh.
Dan waktu Yo Him hendak menyusul buat menyerangnya pula,
tampak orang bertubuh tinggi kurus itu telah berseru nyaring:
"Tahan, aku hendak bicara denganmu.....!"
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berbareng dengan seruannya tersebut, segera terlihat orang
bertubuh tinggi kurus itu bersiap-siap, karena ia kuatir kalau-kalau
Yo Him tidak mau menghentikan pertempuran itu dan tetap
menerjangnya. Tetapi Yo Him telah menahan gerakan tangannya, dia berdiri tegak
menghadapi orang bertubuh tinggi kurus itu: "Apa yang ingin kau
katakan"!" Orang bertubuh tinggi kurus itu telah memandang ragu, kemudian
katanya: "Aku bermaksud bertemu dengan ayahmu!
Kau sebutkanlah, di mana aku bisa bertemu dengan ayahmu itu"!"
632 Yo Him tidak segera menyahuti, dia hanya mengawasi orang
bertubuh tinggi kurus itu,
kemudian dengan sikap yang memandang ringan ia berkata: "Engkau hendak mencari ayahku
guna mengajaknya mengadu kepandaian"!"
Orang itu ragu-ragu tetapi kemudian mengangguk.
"Ada sesuatu yang hendak aku bereskan bersamanya!" katanya.
"Kau hendak membereskan sesuatu dengan ayahku" Atau
memang engkau hendak membalas dendam"!" tanya Yo Him
dengan sikap, yang mengejek. "Hemmm, dengan kepandaian
seperti ini, mana mungkin engkau bisa berurusan dengan ayahku"
Sedangkan untuk bertempur denganku saja, engkau tidak bisa
merubuhkan aku, malah dalam beberapa jurus lagi engkau akan
dapat kurubuhkan!" Muka orang bertubuh tinggi kurus itu tampak jadi berobah
memerah. Akan tetapi kemudian dia berkata:
"Jika memang engkau keberatan menyebutkan di mana ayahmu,
sehingga aku dapat mencari jejaknya, akupun tidak akan
memaksanya! Tetapi mengenai urusan kita ini, dapat kita lanjutkan
nanti, setelah kita bertemu lagi di dalam kesempatan lain.
633 "Sekarang ini aku masih memiliki banyak sekali pekerjaan yang
harus kuselesaikan..... Aku tidak bisa main-main terlebih lama lagi
dengan kau?" Setelah berkata begitu, tanpa memberi hormat, dan dengan sikap
seenaknya dia hendak memutar tubuh, guna berlalu.
Yo Him sebetulnya hendak menahannya, tetapi dia melihat isyarat
dari Sasana. Walaupun tidak mengerti apa maksud isyarat dari
isterinya, tetapi ia mematuhi tidak mengejar dan menahan
kepergian orang itu. Dilihatnya juga Sasana telah melompat ke samping Giok Hoa, di
mana isterinya telah membisikkan sesuatu kepada Giok Hoa, dan
Giok Hoa mengangguk beberapa kali. Kemudian terdengar siulnya
yang cukup nyaring. Suara siulan itu disambut dengan suara pekik yang nyaring di
tengah udara. Orang bertubuh tinggi kurus itu sesungguhnya hendak mempergunakan ginkangnya untuk berlalu dengan cepat, namun
waktu itulah dia telah melihat ada bayangan besar yang
menyelubungi dirinya, dan bayangan besar itu semakin besar juga,
malah dia merasakan kibasan yang sangat kuat pada dirinya.
634 Ketika orang bertubuh tinggi kurus menoleh ke atas, ia terkejut
juga, hatinya terkesiap. Seekor burung rajawali putih yang sangat
besar sekali, tengah meluncur turun menyambar ke arahnya,
dengan sepasang cakarnya siap untuk mencengkeramnya. Sikap
burung rajawali putih itu seperti juga hendak menerkam
mangsanya, seekor kelinci atau sejenis lainnya.
Cepat-cepat orang bertubuh tinggi kurus itu telah mengelak ke
samping. Akan tetapi, burung rajawali putih itu seperti juga dapat
mengatur penyerangnya dengan sepasang cakarnya, dia menyambar lagi kepada orang bertubuh tinggi kurus itu,
membuatnya harus berkelit berulang kali ke sana ke mari.
Orang itu jadi agak gugup, karena setiap kali berkelit, sepasang
kakinya tidak bisa berdiri dengan tetap. Hal ini disebabkan sayap
dari burung rajawali putih itu telah menyambar-nyambar ke
arahnya, dengan gerakan yang begitu kuat, menimbulkan kibasan
angin yang sangat dahsyat sekali.
Orang bertubuh tinggi kurus tersebut berusaha mempertahankan
kedudukannya dengan kuda-kuda yang kokoh. Tokh tidak urung
dia merasakan terjangan yang sangat kuat jika dia bersikeras
berusaha mempertahankan diri terus, niscaya dia akan terjungkel.
635 Hal inilah yang tidak diinginkan olehnya, dia telah melompat ke
sana ke mari dengan lincah. Dengan demikian bisa memperkecil
daya desak dan terjang dari lawannya yang luar biasa ini, yaitu
burung rajawali yang berukuran sangat besar tersebut.
Burung rajawali putih itu, yang telah menerima perintah dari
majikannya,Giok Hoa, rupanya mengetahui apa yang harus
dilakukannya. Ia telah diperintah oleh Giok Hoa lewat suara
siulannya, agar dia mempermainkan orang bertubuh tinggi kurus
itu, Karenanya, dengan sepasang sayapnya, yang selalu
dikibaskan ke sana ke mari, diapun selalu mengancam dengan
cakarnya yang tampak runcing dan berbahaya itu.
Orang bertubuh tinggi kurus itupun bukannya hanya selalu berkelit
ke sana ke mari saja, setiap ada kesempatan tentu dia akan
menghantam burung rajawali putih itu dengan pukulan telapak
tangannya, yang mengandung tenaga, lweekang tingkat tinggi.
Namun, setiap pukulan dari orang bertubuh tinggi kurus itu,
walaupun selalu tepat mengenai tubuh rajawali putih itu, tetapi
tidak berhasil untuk memukul mundur rajawali putih itu. Pertama
kali ia diserang oleh rajawali ini, ia menduga tentunya dengan
hanya beberapa kali hantaman, burung rajawali putih itu akan
kesakitan dan..... juga akan segera terbang pergi.
636 Namun dugaannya itu telah meleset, karena burung rajawali
tersebut seperti juga memiliki tubuh yang kedot sekali.
Setiap pukulan yang dilakukan oleh orang bertubuh tinggi tersebut
seperti juga tidak mempunyai arti apa-apa pada tubuhnya. Malah
yang membuat orang bertubuh tinggi kurus itu tambah terancam
keselamatannya, karena waktu itu setiap kali dia menyerang, maka
burung rajawali putih itu akan menghantam dengan salah satu
sayapnya. Setiap kali sayapnya itu dikibaskan, maka akan menimbulkan
serangkum angin yang keras dan kuat sekali, seperti juga
sambaran topan saja, karena itu, telah membuat orang bertubuh
tinggi kurus itu, selain harus berusaha menjaga diri dari sambaran
cakar burung rajawali putih, juga dia harus dapat mempertahankan
kuda-kuda ke dua kakinya itu kuat-kuat. Hal ini agar dia tidak
terjungkel akibat terjangan tenaga kibasan sayap rajawali tersebut.
Sedangkan burung rajawali putih itu tetap tidak mau melepaskan
orang bertubuh tinggi kurus itu. Dilihatnya, sampai membalas
menghantam dengan ke dua telapak tangannya, orang bertubuh
tinggi kurus itu selalu berusaha agar dia dapat mencelat ke
samping meloloskan diri. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh
burung rajawali tersebut, yang selalu mengepungnya dengan
637 kibasan-kibasan sayapnya, membuat orang bertubuh tinggi kurus
itu memang tidak mempunyai kesempatan lagi buat meloloskan
diri. Maka suatu kali, burung rajawali tersebut telah berhasil
menggertak orang bertubuh tinggi kurus itu dengan kibasan ke dua
sayapnya yang dilakukan dengan serentak, sehingga angin yang
menyambar lawannya itu bergemuruh sangat hebat. Batu-batu
kecil beterbangan menggelinding dan debu naik mengepul tinggi,
batang-batang pohon jadi bergoyang-goyang, demikian juga
halnya dengan bungkahan batu-batu besar yang jadi ikut
tergoncang. Hal itu memperlihatkan, betapa kuat dan dahsyatnya tenaga
kibasan dari sepasang sayap burung rajawali putih itu, membuat
hati orang bertubuh tinggi kurus itu tercekat. Ia mati-matian
berusaha mempertahankan diri, agar tidak terpelanting.
Namun di saat dia tengah berusaha mempertahankan diri seperti
itu, tiba-tiba dia merasakan punggungnya sakit bukan main, karena
kuku-kuku dari burung rajawali tersebut, telah mencengkeram baju
di bagian punggungnya dengan kuat. Kemudian serentak
mengangkat tubuhnya terbang ke tengah udara.
638 Bukan main kagetnya orang bertubuh kurus tinggi itu. Mati-matian
dia telah berusaha menghantam dengan sepasang tangannya, di
mana pada ke dua telapak tangannya telah dikerahkan seluruh
kekuatan lweekang yang dimilikinya. Dengan demikian membuat
tenaga pukulannya itu sangat dahsyat sekali.
Dalam keadaan seperti ini, burung rajawali itu berpekik nyaring.
Sebab iapun merasakan bahwa tenaga pukulan dari orang
bertubuh tinggi kurus itu sangat menyakitkan sekali, tubuhnya
tergetar. Coba jika bukan burung rajawali putih yang menerima pukulan itu,
yang memang memiliki semacam kekebalan dan juga latihan yang
kuat sekali pada dirinya, tentu serangan itu akan dapat
membinasakan seorang yang bagaimana kuatnya pun tubuhnya.
Hal itu disebabkan orang bertubuh tinggi kurus itu dalam keadaan
dirinya terancam, ia telah menghantam dengan sekuat tenaganya.
Seluruh sin-kangnya telah dipergunakannya.
Melihat burung rajawali putih itu berpekik kesakitan ketika
dihantam olehnya, dia mengulangi lagi hantamannya, sehingga
burung rajawali putih itu memekik pula.
639 Namun, ketika orang bertubuh tinggi kurus itu menoleh ke bawah,
hatinya terkesiap. Sebab dirinya telah dibawa terbang sangat tinggi
sekali, sehingga jika saja burung rajawali putih itu kesakitan, dan
melepaskan cengkeraman cakarnya, tubuhnya tersebut terlepas
dan jatuh meluncur ke bawah. Dia pasti akan terbanting dengan
keras di tanah. Disebabkan itulah, telah membuat orang bertubuh tinggi kurus itu
harus berpikir dua kali buat menghantam lagi tubuh burung rajawali
putih tersebut. Memang jika dia menghantam dengan gencar, pasti
akhirnya burung rajawali putih itu akan melepaskan cengkeramannya, namun tubuhnya pun akan terlepas dengan
meluncur ke bawah, hal ini membuatnya akan menemui ajal
dengan tubuh yang hancur remuk!
Sedangkan burung rajawali putih itu telah terbang semakin tinggi,
dia terbang ke sana ke mari, sehingga tubuh orang berbadan tinggi
kurus itu jadi ikut berputar-putar dibawa terbang oleh burung
rajawali putih itu, ia merasakan kepalanya jadi pusing dan matanya
menjadi nanar. Dengan demikian telah membuat orang bertubuh
tinggi kurus itu memejamkan matanya rapat-rapat, dia membiarkan
dirinya dibawa terbang terus oleh burung rajawali putih itu.
640 Sama sekali dia tidak berusaha untuk meronta, karena dalam
keadaan seperti itu, di mana tubuhnya telah dibawa terbang
berputar-putar di tengah udara, dalam ketinggian yang sangat
menakutkan, membuat orang bertubuh tinggi kurus tersebut malah
kuatir cengkeraman cakar dari burung rajawali itu akan terlepas
sehingga dirinya terjatuh meluncur ke bawah, terbanting remuk.
Itulah sebabnya, orang bertubuh tinggi kurus tersebut membiarkan
dirinya dibawa terbang oleh burung rajawali putih itu......!
Sedangkan rajawali putih itu telah membawa orang bertubuh tinggi
kurus itu berputar-putar tanpa hentinya. Dengan demikian,
semakin lama orang tersebut merasakan kepalanya bertambah
pusing. Dia telah memejamkan matanya, tidak berani melihat
keadaan sekitarnya, sebab semakin dia memperhatikan keadaan
sekelilingnya, maka dia merasakan kepalanya semakin pusing,
hatinya berdebar keras. Begitulah, terlihat burung rajawali putih itu telah membawa terbang
terus orang bertubuh tinggi kurus tersebut. Setiap kali burung
rajawali itu mengeluarkan pekiknya, maka telah membuat
lawannya yang kena dicengkeram itu bertambah pusing, karena
semakin cepat pula ia membawa terbang orang tersebut.
641 Dan juga dia terbang berputaran semakin tinggi, sehingga jika
pada waktu itu cengkeramannya itu terlepas, niscaya tubuh orang
itu akan meluncur turun dan terbanting di tanah dengan tubuh yang
remuk. Disebabkan itu pula, membuat orang itu jadi memejamkan
matanya dengan hati yang berdebar keras, sebab ia kuatir kalaukalau dia dilepas dan tubuhnya terbanting jatuh, akan membuat dia
terbinasa dengan tubuh yang hancur.
Giok Hoa merasa telah cukup mempermainkan orang bertubuh
kurus tinggi itu. Dia bertanya kepada Sasana, apakah dia boleh
perintahkan burung rajawalinya tersebut turun.
Sasana mengangguk. Segera juga Giok Hoa bersiul nyaring, ia telah perintahkan burung
rajawali itu turun kembali.
Burung rajawali itu telah meluncur turun membawa terbang
korbannya yang masih berada dalam cengkeramannya dengan
pesat sekali, membuat orang tinggi kurus yang berada dalam
cengkeramannya bertambah ngeri, karena menduga bahwa dia
tengah meluncur turun dilepas cengkeraman burung tersebut.
642 Dalam keadaan seperti itu, tanpa disadarinya, orang bertubuh
tinggi kurus tersebut telah mengeluarkan seruan nyaring, dan dia
merasakan tubuhnya masih meluncur turun terus.
Hanya terpisah setengah tombak dari bumi, barulah burung
rajawali putih itu melepaskan cengkeramannya, dan tubuh dari
orang bertubuh tinggi kurus itu telah terbanting di tanah.
Bantingan itu perlahan sekali, tetapi sentuhan tubuhnya dengan
tanah membuat orang tersebut benar-benar kaget, sampai dia
mengeluarkan seruannya, dan seketika itu juga dia menjerit cukup
nyaring.
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu mengetahui dia menggeletak di tanah tanpa terbinasa, ia
bermaksud hendak melompat berdiri.
Hanya saja, begitu dia berdiri, seketika tubuhnya terhuyunghuyung, terjungkal rubuh lagi. Hal ini disebabkan dia masih pusing
bukan main sehingga begitu dia berdiri, seketika dia merasakan
tubuhnya bagaikan berputar.
Walaupun dia telah mengerahkan
tenaga dalamnya buat memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya, tokh dia masih gagal juga.
Dua kali beruntun dia mencoba berdiri, tubuhnya telah terjungkal
rubuh. 643 Rajawali putih itu setelah melepaskan cengkeramannya, segera
terbang tinggi pula, sambil mengeluarkan suara pekikannya, dan
orang bertubuh tinggi kurus itu masih berusaha merangkak untuk
berdiri. Untuk ke tiga kalinya, dia gagal, karena di waktu itu ia telah
terjungkal, terus rubuh lagi. Kepalanya masih juga pusing.
Mengetahui bahwa dirinya tidak mungkin dapat berdiri lebih lama
lagi, maka dia telah merangkak bukan untuk berdiri, melainkan
duduk, buat bersemedhi, mengatur jalan pernapasannya.
Waktu dia duduk bersemedhi, dia merasakan kepalanya masih
pusing juga, tubuhnya dirasakan berputar-putar tidak hentinya.
Dalam hatinya, diapun heran bertanya-tanya entah burung rajawali
putih itu dipelihara siapa" Tetapi besar dugaannya, apakah burung
rajawali putih itu dipelihara oleh Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko"
Dan sekarang dengan munculnya burung rajawali putih itu apakah
Sin-tiauw-tay-hiap telah muncul kembali" Karena berpikir begitu,
batinya semakin tergetar. Dan dia berkuatir kalau-kalau dalam
keadaan demikian Sin-tiauw-tay-hiap itu muncul buat menghinanya. 644 Dan yang lebih membingungkannya, kalau saja nanti Sin-tiauwtay-hiap itu perintahkan burungnya buat menangkapnya lagi
seperti tadi, kemudian membawa terbang tinggi sekali, ratusan kaki
jauhnya, lalu melepaskannya di tengah udara, bukankah dia akan
mati konyol, dimana dia akan terbanting binasa di waktu itu juga"
Karena berpikir begitu, cepat-cepat dia telah mengempos seluruh
kekuatannya, dia telah berusaha menyalurkan lweekangnya, guna
memulihkan ketenangannya. Dan dia cukup berhasil setelah
kepalanya tidak begitu pusing, dia melompat berdiri.
Hanya saja tubuhnya itu masih bergoyang-goyang tidak bisa
berdiri tetap, buat sementara waktu dia belum berani buat
melangkah berjalan, hanya berdiri tetap di tempatnya. Sekali saja
dia melangkah berjalan, niscaya akan menyebabkan dia terguling,
karena tubuhnya masih sering terhuyung-huyung.
Dalam keadaan seperti inilah Yo Him telah berkata dengan suara
yang mengejek: "Apakah kau tidak mau cepat-cepat angkat kaki,
sampai engkau merasakan tubuhmu itu terbanting dari atas
udara"!" Mendengar ejekan Yo Him, orang bertubuh tinggi kurus itu, yang
sesungguhnya merupakan seorang yang memiliki kepandaian
645 tinggi dan tidak pernah jeri terhadap siapapun juga, sekarang jadi
ciut juga nyalinya. Dia kuatir bahwa Yo Him akan membuktikan
perkataannya itu, sehingga burung rajawali putih yang berukuran
besar sekali, seperti burung rajawali raksasa itu, akan mencengkeram lagi, dan membawanya terbang ke udara serta
melepaskan cengkeramannya, sehingga dirinya akan menemui
ajalnya dengan konyol sekali.
Tanpa memperdulikan kepalanya masih agak pusing, diapun telah
memutar tubuhnya, buat berlalu.
Tubuhnya masih bergoyang-goyang terhuyung, namun dia sudah
tidak memperdulikannya, dia telah melangkah terus dengan
tindakan kaki yang terhuyung, dan hampir saja dia menubruk
sebatang pohon. Untung saja dia bisa menahan langkahnya,
sehingga dia bisa berjalan terus, seperti juga seorang yang tengah
mabok arak. Pada waktu itu, Giok Hoa telah bersiul pula, burung rajawali putih
itu memekik nyaring dari tengah udara.
Mendengar suara pekik burung rajawali putih itu, orang bertubuh
tinggi kurus itu menahan langkah kakinya, dia telah mengangkat
kepalanya menoleh ke tengah udara dengan hati terkesiap. Dia
646 menduga bahwa burung rajawali putih itu hendak menyerang
dirinya lagi. Namun diwaktu itu burung rajawali putih itu hanya berputar-putar
di tengah udara, mengambil sikap seperti hendak mengiringi
kepergian orang bertubuh tinggi kurus itu.
Bun Kie Lin yang menyaksikan semua itu jadi menghela napas. Dia
segera menyadari bahwa pertunjukan yang tadi diperlihatkan di
hadapannya, di mana burung rajawali itu telah membuat orang
bertubuh tinggi kurus itu tidak berdaya, tentu merupakan ancaman
buatnya. Jika memang Bun Kie Lin menimbulkan kesulitan, iapun
bisa menghadapi peristiwa yang sama pasti dialami oleh orang
bertubuh tinggi kurus itu.
Waktu itu Yo Him telah menoleh kepada Bun Kie Lin, tanyanya:
"Apakah engkau berhasil mengobati luka kawanku itu dan
memenangkan pertaruhan yang kita adakan"!"
Bun Kie Lin tertawa dingin.
"Seperti engkau lihat sendiri, kawanmu itu telah sembuh, dan telah
dapat bicara.....!" kata Bun Kie Lin. "Hemmm, apakah engkau
beranggapan bahwa aku ini mendustai engkau dan tidak sanggup
647 mengobati luka kawanmu itu!! Nah, kau saksikan sendiri, aku telah
menyembuhkannya.....!"
Yo Him tersenyum lebar, dia merangkapkan sepasang tangannya
menjurah dalam-dalam, kemudian katanya: "Ya, memang Locianpwee telah menyembuhkan Hok Lopeh, untuk itu kami
mengucapkan syukur dan terima kasih yang tidak terhingga.....!"
Dan setelah berkata begitu, sambil tetap tersenyum, Yo Him telah
menjurah tiga kali. Mata Bun Kie Lin terbuka lebar-lebar. Dia mengawasi Yo Him tajam
sekali, kemudian dia telah bilang dengan bola mata yang berputarputar itu:
"Untuk ini..... ini.....!" Tampaknya dia seperti orang kesima. Namun
akhirnya dia tertawa bergelak, dia telah bilang: "Kau begitu licik.....
engkau telah menipuku!"
Yo Him melihat bahwa Bun Kie Lin baru tersadar dirinya
dipermainkan dan ditipu olehnya, membuat Yo Him jadi geli
sendirinya. Namun dia tidak berani bersikap kurang ajar lagi, dia
tersenyum saja dan katanya:
648 "Ya, tadi memang Boanpwee sengaja bersikap agak kurang ajar,
harap Locianpwe mau memaafkan..... Dengan ini Boanpwee
menyatakan maaf yang sebesar-besarnya, harap Locianpwee
jangan gusar.....!" Setelah berkata begitu, segera Yo Him menjurah lagi memberi
hormat, dan menyatakan penyesalannya yang telah "mempermainkan" Bun Kie Lin.
Sedangkan Bun Kie Lin mendengus tidak senang, katanya:
"Maafkan" Enak saja engkau bicara! Hemmm, apakah engkau
mengira bahwa aku ini mudah buat dipermainkan"!"
"Oh, tentu saja tidak!" menyahuti Yo Him segera. "Mana berani
boanpwe mempunyai pikiran seperti itu. Jelas Boanpwe tidak
berani berlaku kurang ajar dan mempermainkan Locianpwe,
tetapi..... memang dalam hal ini Boanpwe terpaksa sekali harus
menolongi jiwa sahabat Boanpwe, yaitu Hok Lopeh itu.....
"Dan kini jiwanya telah tertolong oleh pengobatan Locianpwe,
maka sekali lagi Boanpwee mewakili Hok Lopeh menyatakan
terima kasih yang tidak terhingga kepada locianpwe.....!"
Benar-benar Yo Him telah merangkapkan tangannya lagi. Dia
menjura memberi hormat dalam-dalam.
649 Bun Kie Lin mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, kemudian
memandang kepada Hok An yang waktu itu tengah menggenggam
tangan Giok Hoa, seakan juga Hok An gembira sekali, sebab
sekarang dia sudah tidak menderita kesakitan seperti sebelumnya.
Anakrawali 11.053. Dalam keadaan seperti itu, Bun Kie Lin telah bilang: "Jika memang
engkau mau meminta secara baik, aku tidak penasaran seperti
sekarang, di mana aku telah ditipu mentah-mentah!" Tetapi Yo Him telah berkata memotong perkataan Bun Kie Lin:
"Jika memang kami memintanya dengan baik-baik, seperti yang
kami lakukan sebelumnya, bukankah Locianpwe tidak bersedia
menolong, dan sekarang setelah kami bersikap agak kurang ajar,
ternyata malah Locianpwe memaksa hendak menolong paman
Hok itu untuk memperlihatkan keliehayan Locianpwe dalam bidang
ilmu pengobatan! "Dan memang Boanpwe juga mengakuinya, Locianpwe sangat
hebat sekali, memiliki kepandaian dalam ilmu pengobatan yang
sangat mengagumkan! Seperti bunyinya pertaruhan kita, maka
dengan ini Boanpwe menyatakan rasa kagum tidak terhingga
650 kepada Locianpwe dan juga mengucapkan terima kasih serta
syukur yang tidak terhingga terhadap pertolongan ini.....!"
Setelah begitu, Yo Him memberi hormat pula.
Bun Kie Lin mengibaskan lengan bajunya, katanya dengan sikap
tidak senang, karena ia tetap merasa seperti diingusi: "Pergilah!
Aku tidak mau melihat kalian terlalu lama! Pergilah!"
Yo Him jadi tersenyum melihat sikap Bun Kie Lin, katanya.
"Bukankah sahabat kami itu memerlukan satu-dua hari buat
beristirahat..... tentunya Locianpwe tidak akan mengusir kami
sebelum Hok Lopeh benar-benar sembuh.....!"
"Hemmm, untuk ini aku tidak mengijinkan! Kalian telah menipu
diriku, sekarang malah ingin berdiam di tempatku selama beberapa
hari disini, itulah tidak mungkin! Ayo pergi..... pergi......!"
Yo Him jadi berpikir keras, sampai akhirnya dia teringat sesuatu.
"Locianpwe, ada sesuatu yang hendak boanpwe tanyakan, entah
Locianpwe mau menjawabnya atau tidak"!" tanya Yo Him
kemudian sambil mengawasi Bun Kie Lin.
651 "Apa yang ingin engkau tanyakan"!" tanya Bun Kie Lin sambil balas
menatap dengan tajam, karena dia tengah mendongkol dan
penasaran merasa telah diingusi oleh Yo Him.
"Mengenai wanita setengah baya itu!" menyahuti Yo Him.
Muka Bun Kie Lin berobah.
"Ada apa dengan wanita setengah baya itu"!" tanyanya kemudian
dan sikapnya tambah tidak senang.
"Menurut apa yang dilihat oleh Boanpwe tampaknya dia memusuhi
Locianpwe! Apakah di antara Locianpwe dengan wanita setengah
baya itu memang terdapat ganjalan atau perasaan bermusuhan"!"
Muka Bun Kie Lin berobah sejenak lamanya, akhirnya baru dia
menyahuti setelah raga-ragu sejenak: "Hemmm, dia datang ke
tempatku ini, memaksaku harus mengobati luka-luka dari cucucucunya itu! Aku sendiri heran, usianya masih begitu muda, dan
aku tidak mempercayai bahwa wanita-wanita yang dikatakannya
sebagai cucunya itu benar-benar adalah cucunya.....!"
"Dan Locianpwe telah menolak permintaannya buat mengobati
cucu-cucunya itu"!" tanya Yo Him.
652 Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, buat apa aku mengobati mereka" Aku tidak kenal mereka, dan
juga cara mereka meminta pertolongan kasar sekali, mereka
memaksa. Katanya cucu-cucu dari wanita setengah baya itu, yang
semuanya berjumlah delapan orang, telah terluka oleh sejenis
racun yang berkerjanya sangat lambat. Jika dalam satu tahun
mereka tidak diobati, maka seluruh tenaga dari wanita-wanita
muda itu akan musnah, disusul kemudian, selama dalam satu
tahun pula perlahan-lahan mereka akan sampai pada ajalnya!
"Aku sebetulnya mengetahui, mereka terkena racun yang diberi
nama Bau-tok-ban-hun, sejenis racun yang hebat sekali, yang
bekerja sangat lambat sekali. Seorang korbannya, tidak merasakan perobahan pada dirinya, karena mereka tidak akan
mengetahui bahwa sesungguhnya jiwa mereka tengah terancam.
Dan aku memang dapat mengobatinya, namun, hemmm, hemmm,
mereka mengancam.....!"
"Mengancam" Apa yang diancamkan wanita setengah baya itu
pada Locianpwe.....?" tanya Yo Him.
"Ia mengancam, jika aku menolak buat mengobati cucu-cucunya,
ia akan membunuhku! Aku tidak takut. Aku dapat menghadapinya.
653 Setiap kali ia bersama, semua cucunya hendak menerjang
memasuki goaku, maka aku memukul mundur mereka. Hemm,
hemm, mereka memang tidak berdaya buat memaksa untuk
menerobos masuk ke dalam goa! Namun mereka terlalu licik,
mereka tahu tidak mungkin dapat mendesak aku lebih jauh dengan
kekerasan, dan memaksaku..... Namun mereka mengancam akan
membunuh empat orang pelayanku.....!"
"Ohhh, tentunya empat orang laki-laki yang kami temui telah
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbinasa dengan leher masing-masing hampir seperti tersayat
oleh pisau.....!" kata Yo Him.
"Benar! Merekalah yang harus dikasihani. Walaupun ke empat
orang pelayanku itu mengerti ilmu silat, namun kepandaian mereka
masih lemah sekali. Karenanya dengan mudah mereka dijadikan
korban dari kemarahan wanita setengah baya itu,
yang membuktikan ancamannya, di mana ia bersama cucu-cucunya
telah membunuh ke empat orang pelayanku itu!
"Hai, hai, sesungguhnya ke empat orang pelayan itu merupakan
pelayan-pelayan yang sangat baik sekali, di samping mereka
sangat setia. Mereka harus binasa dengan cara begitu mengecewakan!" 654 "Lalu mengapa Locianpwe tidak bermaksud membalas sakit hati
kepada wanita setengah baya itu?" tanya Yo Him ingin memancing
reaksi dari Bun Kie Lin. Bun Kie Lin tidak segera menyahuti, ia menghela napas dalamdalam,
kemudian dia telah berkata dengan suara yang mengandung kesusahan hati: "Sayangnya, aku memang tidak
dapat keluar meninggalkan goaku ini! Aku telah bertekad,
walaupun bagaimana aku harus menghadapi wanita setengah
baya itu bersama cucu-cucunya itu di dalam goa ini!
"Kau tentu mengetahui, aku tidak jeri berurusan dengan wanita
setengah baya itu, dan juga cucunya itu. Namun, jumlah mereka
banyak sekali. "Biarpun kepandaian cucu-cucu dari wanita setengah baya itu
belum begitu tinggi, tokh mereka bisa bertempur dengan cara
bergiliran. Dengan demikian akan membuat aku selalu terkepung.
Jika hal itu terjadi, tentu aku menghadapi kesulitan. Terutama
sekali, kepandaian wanita setengah baya itu sendiri memangnya
tidak rendah.....!" 655 Setelah berkata begitu, Bun Kie Lin menghela napas beberapa kali,
tampaknya dia bersusah hati, baru kemudian meneruskan
perkataannya: "Dan aku telah memutuskan, memang cara terbaik dengan
mempertahankan diri di dalam goa ini, sehingga perhatianku tidak
terpecah, dan hanya perlu mengawasi bagian sebelah depan,
untuk memperhatikan apabila ada yang menerobos masuk, maka
aku bisa menyambuti dengan hantaman telapak tangan dari jarak
jauh atau juga menyambuti dengan lontaran senjata rahasia.
Karena dari itulah, aku telah berdiam terus di dalam goa itu......!"
"Tetapi sekarang ini justeru Locianpwe telah menyalahi tekad
Locianpwe, di mana Lo- cianpwe justeru telah keluar dari goamu
itu buat mengobati luka kawanku itu!" kata Yo Him sambil
tersenyum. Bun Kie Lin tersenyum, namun senyuman pahit.
"Aku memang mengetahui, bahwa kedatanganmu sama seperti
wanita setengah baya itu, yaitu membutuhkan pertolonganku buat
mengobati luka kawanmu itu! Aku juga mengetahui belakangan
engkau mempergunakan taktik membangkitkan perasaan penasaranku! 656 "Hemm, namun aku memiliki kelemahan, yaitu aku tidak boleh
dibuat penasaran, sekali saja aku penasaran, apa saja aku bisa
melakukannya. Karena itu, aku segera bertaruh dengan kau!
Malah, karena terlalu penasaran, aku telah keluar dari goaku itu.....
memang inilah kelemahanku..... aku mengakuinya, itulah sifat
burukku.....!" Yo Him tersenyum. "Namun Locianpwe berhasil menyelamatkan sebuah jiwa, berarti
Locianpwe telah melakukan suatu kebaikan. Jadi Boanpwe kira,
tidak perlu Locianpwe terlalu bersusah hati!" kata Yo Him.
Namun Bun Kie Lin menggelengkan kepalanya berulang kali,
sambil menghela napas ia telah menunjuk kepada ke dua kakinya:
"Kaulihat ke dua kakiku ini"!"
Yo Him memandangi kaki Bun Kie Lin yang terlipat bersemedhi itu.
"Ya..... Boanpwe memang melihat kaki Locianpwe..... ada apakah
dengan ke dua kaki Locianpwe"!" tanya Yo Him tidak mengerti, dan
dalam hati kecilnya dia hanya menduganya, tentunya pada
sepasang kaki dari Bun Kie Lin terdapat sesuatu yang agak luar
biasa dan tidak wajar. 657 "Aku..... aku telah mengalami kelumpuhan, sepasang kakiku ini
sudah tidak bisa dipergunakan untuk berjalan lagi!" menjelaskan
Bun Kie Lin. Seketika Yo Him tersadar. Pantas orang tua she Bun ini tidak
pernah bangun berdiri hanya duduk bersila. Dan jika hendak
melompat ke suatu tempat cukup dia menotol tanah dengan jari
tangannya. Dengan mengandalkan tenaga totolannya itu, tubuhnya melesat ke tempat tujuannya, dalam sikap dan keadaan
tetap bersemedhi. Di saat itu, Yo Him telah dapat menenangkan hatinya, dia
menjurah, katanya: "Maaf..... maaf, Boanpwe telah banyak
menyusahkan Locianpwe.....!" Dan Yo Him meminta maaf dengan
hati setulusnya. Bun Kie Lin tidak menanggapi permintaan maafnya itu. Dia
berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia telah berkata
dengan suara yang agak sengau:
"Sekarang ke empat orang pelayanku itn telah terbunuh, kini aku
sudah tidak memiliki orang-orang yang bisa melayani aku lagi.....!"
dan berulang kali Bun Kie Lin menghela napas.
Yo Him teringat kepada Ho Sin-se.
658 "Tadi Ho Sin-se bersedia untuk menjadi pelayan Locianpwe, tetapi
mengapa locianpwe mengajukan syarat begitu berat"!" tanya Yo
Him tidak mengerti. Bun Kie Lin mengangkat kepalanya memandang kepada Yo Him,
kemudian katanya: "Sebetulnya, untuk bisa mencari pelayan
memang mudah. Aku bisa saja mengambilnya dari penduduk
kampung yang berdekatan dengan tempatku ini, lalu membawa
mereka ke mari. "Selanjutnya mereka dapat menjadi pelayanku dan melayani
seluruh kebutuhanku. Namun, untuk memperoleh pelayan yang
setia dan baik, yang bekerja melayaniku dengan segala kesetiaan
dan kesungguhan hati, inilah yang sulit!
"Seperti Ho Sin-se yang kau katakan tadi. Aku telah melihatnya,
dia seorang yang licik. Dia bersedia menjadi pelayanku dengan
mengandung maksud, ia ingin mempelajari ilmu pengobatanku!
Tanpa adanya maksud tersebut, tentu dia tidak akan bersedia
menjadi pelayanku! "Dan kelicikan yang dimiliki Ho Sin-se bisa kulihat dibalik wajahnya
itu, aku telah mengetahuinya. Jika perlu Ho Sin-se tentu akan
659 mencari kesempatan buat membunuh atau mencelakai aku, asal
dapat menguasai dan memiliki kepandaian ilmu pengobatanku.
"Hanya itu saja tujuannya. Maka aku sengaja mengajukan syarat
yang tegas dan keras, untuk melihat watak yang sebenarnya dari
Ho Sin-se itu. Dan apa yang diperlihatkan Ho Sin-se, telah kalian
saksikan sendiri.....!"
Yo Him mengangguk-angguk. Ia baru mengerti, dibalik dari watak
dan tabiatnya yang ku-koay, sesungguhnya memang Bun Kie Lin
pun memiliki perangai yang cukup teliti dalam melakukan dan
memilih sesuatu, sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian, telah membuat Yo Him jadi mengaguminya juga, dan
timbal sedikit perasaan menyesal, karena telah mempermainkan
orang tua she Bun ini. Walaupun benar, Bun Kie Lin telah mengobati Hok An dan berhasil
menyembuhkan Hok An dari luka-lukanya itu, tokh tetap saja Yo
Him merasa jadi bersyukur kalau saja Bun Kie Lin tokh telah
berhasil dipancingnya untuk mengobati Hok An, sehingga kini
hanya tinggal cara untuk meminta maaf saja kepada Bun Kie Lin,
agar hati orang tua she Bun tersebut tidak penasaran lebih jauh.
660 Karena dari itu, untuk mengalihkan perasaan tidak senang orang
tua she Bun tersebut, Yo Him telah bertanya lagi: "Lalu, siapakah
sebenarnya wanita setengah baya itu, apakah Locianpwe kenal
dengannya"!" Bun Kie Lin tidak segera menyahuti, namun setelah tertegun
beberapa saat, barulah dia bilang: "Jika ingin bicara mengenai diri
wanita setengah baya itu, sesungguhnya dia merupakan iblis
wanita yang berhati bercabang dan tidak boleh diajak bersahabat.....!" "Mengapa begitu, Locianpwe"!" tanya Yo Him, semakin ingin
mengetahui. Sedangkan Sasana yang waktu itu telah menanyakan keadaan
Hok An, dan Hok An memberitahukan bahwa ia sudah tidak
menderita kesakitan lagi, dengan gembira telah menghampiri Yo
Him dan berdiri di samping suaminya.
"Wanita setengah baya itu bernama Tang Lan Cie, seorang wanita
berhati beracun sekali!" menjelaskan Bun Kie Lin. "Dia adalah wakil
utama dari Kauw-cu Kim-coa-kauw, perkumpulan Ular Emas!"
"Kim-coa-kauw"!" tanya Yo Him.
661 Orang tua she Bun tersebut mengangguk.
"Ya, Kim-coa-kauw..... kau tampaknya heran"!" tanya Bun Kie Lin
sambil mengawasi Yo Him, kemudian pada Sasana.
Yo Him mengangguk. "Nama perkumpulan itu baru pertama kali Boanpwe dengar!" kata
Yo Him. "Hemmm, sesungguhnya perkumpulan itu jarang sekali diketahui
orang..... Itulah merupakan sebuah perkumpulan yang seluruh
anggotanya terdiri dari wanita. Dan juga, kauw-cunya.
"Hanya saja, apa yang kudengar belakangan, Kauw-cu yang lama
telah meninggal dunia karena suatu kecelakaan di tangan para
pendekar, yang tidak menginginkan orang-orang Kim-coa-kauw
menimbulkan kerusuhan. Dan akhirnya Kauw-cu tersebut sebelum
meninggal sempat berpesan, begitu ia menghembuskan napasnya, maka putera tunggalnya, yang baru berusia dua tahun,
agar diangkat menjadi kauw-cu Kim-coa-kauw......
"Pesan terakhir dari Kauw-cu itu, yang tidak lama kemudian telah
meninggal dunia, dipatuhi oleh seluruh anggota perkumpulan
tersebut, dan diangkatnya Kauw-cu baru, yaitu putera dari Kauw662
cu lama itu, yang baru berusia dua tahun. Dan karena usia anak itu
masih terlalu kecil, maka kekuasaan di Kim-coa-kauw di tangani
oleh Tang Lan Cie, dan itu pula sebabnya ia dipanggil dengan
sebutan nenek oleh semua murid dan anggota dari Kim-coa-kauw,
sebagai panggilan menghormat belaka, padahal semua wanitawanita muda yang datang bersamanya itu bukanlah cucu-cucunya
yang sebenarnya!" Yo Him mengangguk-angguk mengerti, demikian juga Sasana,
tanpa diinginkan telah mengangguk, sambil mengawasi Bun Kie
Lin untuk mendengarkan cerita yang cukup menarik itu.
Di waktu itulah, Bun Kie Lin telah menoleh kepada Sasana,
kemudian tanyanya: "Tampaknya isterimu ini bukan orang Han.....
tepatkah dugaanku itu"!"
Yo Him mengangguk. "Ya..... memang isteriku ini seorang Boan-ciu..... tetapi, dia sangat
membenci sekali kepada orang-orang Boan-ciu, bangsanya,
karena dilihatnya betapa orang-orang Mongolia telah melakukan
penindasan yang kejam sekali di daratan Tiong-goan ini, maka
Locianpwe tidak perlu sungkan-sungkan padanya.....!" menjelaskan Yo Him segera.
663 Memang sebelumnya, Bun Kie Lin memperlihatkan sikap tidak
senang pada Sasana. Ia melihat Sasana mengingatkan padanya
tentang Tiat To Hoat-ong, di mana ia pernah menghamba diri pada
Tiat To Hoat-ong. Tetapi setelah mendengar penjelasan Yo Him, Bun Kie Lin
menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya: "Jika demikian,
kau bisa dipercaya!"
Sasana mengangguk sambil tersenyum.
"Jangan kuatir Locianpwee, walaupun bagaimana Boaopwe tidak
akan membocorkan apa yang diceritakan Locianpwee..... dan jika
memang ada rahasia penting yang hendak dikatakan Locianpwee
kepada suamiku ini, maka aku pun tidak keberatan tidak
mendengarnya, aku akan menyingkir dulu.....!"
Setelah berkata begitu Sasana memperlihatkan sikap seperti
hendak bangkit untuk pergi meninggalkan tempat itu, menyingkir
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari hadapan Bun Kie Lin.
Namun Bun Kie Lin telah mengulap-ulapkan tangannya, katanya:
"Tidak usah, kau tidak perlu menyingkir..... Duduklah, dengarlah
ceritaku......!" 664 Waktu berkata begitu, sikap Bun Kie Lin sudah tidak seku-koay
seperti sebelumnya, malah tampak ia bersikap cukup bersahabat.
Menyaksikan perobahan itu, diam-diam Sasana jadi girang juga.
Dia telah mengiyakan dan mengucapkan terima kasih, tetap duduk
di samping Yo Him, mengawasi Bun Kie Lin yang bersiap-siap
untuk meneruskan ceritanya.
Bun Kie Lin menghela napas dalam-dalam, kemudia melanjutkan
ceritanya. "Memang dalam usia dua tahun, tidak banyak yang bisa dilakukan
oleh Kauw-cu baru itu, dan semua itu ditangani oleh Tang Lan
Cie..... dan sejauh itu, Tang Lan Cie banyak sekali mengumbar
muridnya itu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang
kurang terpuji.....! Sekarang ini mungkin Kauw-cu dari perkumpulan Kim-coa-kauw tersebut telah berusia sepuluh tahun,
mungkin lebih sedikit..... aku kurang begitu jelas!"
"Siapa nama Kauw-cu dari Kim-coa-kauw itu, Locianpwe"!" tanya
Yo Him. "Mengenai namanya maupun keadaannya, tidak begitu jelas,
karena tidak banyak yang didengar olehku! Namun ada satu yang
pernah kudengar belakangan ini, Tang Lan Cie telah menghimpun
665 orang-orang yang berpihak padanya, dan bermaksud akan
merebut kekuasaan dari tangan kauw-cu Kim-coa-kauw itu, karena
memang Tang Lan Cie tidak bermaksud untuk mengalihkan
kekuasaan itu ke tangan Kauw-cu yang sebenarnya, karena Tang
Lan Cie selama ini hanya memperlakukannya sebagai boneka
belaka.....!" "Sungguh jahat Tang Lin Cie!" menggumam Sasana.
Bun Kie Lin menggeleng perlahan sambil tersenyum kecut,
katanya: "Tidak bisa dibilang seperti itu. Jika kauw-cu yang
sebenarnya itu kelak telah dewasa dan berkuasa, tentu iapun akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, di mana iapun
akan tidak banyak bedanya dengan Tang Lan Cie......
"Karena dari itu, tidak bisa kita menangkan Kauw-cu itu ataupun
Tang Lan Cie. Tokh kekuasaan Kim-coa-kauw berada di tangan
siapa di antara ke dua orang itu akan sama saja, baik di tangan
Tang Lan Cie maupun di tangan Kauw-cu kecil itu.....!"
Yo Him mengerti apa yang dimaksudkan oleh Bun Kie Lin, ia telah
mengangguk beberapa kali. Cuma saja, yang membuat Yo Him
jadi heran, dia tidak mengerti, siapakah sebenarnya orang-orang
Kim-coa-kauw itu. Sebelumnya jarang sekali dia mendengar
666 perihal orang-orang Kim-coa-kauw tersebut, sebuah perkumpulan
yang jarang sekali dibicarakan orang di dalam rimba persilatan.
Waktu itu Bun Kie Lin telah menghela napas dalam-dalam,
katanya: "Sahabat kalian besok akan sembuh benar, dia sudah
dapat berdiri dan berjalan! Nanti, kurang lebih mendekati fajar,
kalian berikan obat ini kepadanya lagi, buat menyembuhkan
seluruh sisa penyakit dan lukanya, di samping menambah
kekuatannya." Sambil berkata begitu Bun Kie Lin telah memberikan semacam
obat pil yang berwarna merah kecoklat-coklatan, dan Yo Him
menyambuti sambil mengucapkan terima kasih!"
Sedangkan Sasana juga telah berkata dengan gembira: "Jadi
Locianpwe sudah tidak marah lagi kepada kami"!"
Bun Kie Lin tersenyum kecut.
"Sebetulnya aku masih mendongkol karena kalian telah mempermainkan aku! Tetapi setelah kupikir-pikir, memang tidak
perlu aku merasa dirugikan, karena justeru yang mempermainkan
diriku tidak lain dari puteranya Sin-tiauw-tay-hiap, orang yang
sangat kukagumi.....!" Dan setelah berkata begitu, tampak Bun Kie
Lin tersenyum lebar. 667 Yo Him waktu itu teringat sesuatu, lalu tanyanya kepada Bun Kie
Lin: "Locianpwe, ada sedikit yang perlu kutanyakan lagi. Apakah
Locianpwe kenal dengan orang bertubuh tinggi kurus yang tadi
itu"!" Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, aku memang kenal dengannya..... dia adalah muridnya Hekpek-siang-sat....."
"Ohh.....!" Yo Him terkejut, sampai mengeluarkan seruan tertahan.
"Waktu orang itu muncul, sesungguhnya aku menduga bahwa aku
akan bercelaka di tangannya, karena ia terkenal sangat
berangasan dan kejam.....! Tetapi siapa tahu, justeru kau telah
dapat menghadapinya, bahkan rajawali putih kalian telah
mempermainkannya.....!"
"Siapakah dia sebenarnya"!" tanya Yo Him menegasi.
"Mengenai riwayatnya aku tidak mengetahui jelas, tetapi memang
seperti apa yang kuketahui dia telah lima atau enam tahun terakhir
ini menjadi murid Hek-pek-siang-sat. Dan menurut cerita-cerita
yang ada, dia she Bong dan sebelumnya dia sebagai penjahat
668 yang menempuh jalan hitam. Namun suatu waktu dia telah
bernasib beruntung, karena bertemu dengan Hek-pek-siang-sat.
"Sebetulnya orang she Bong itu bermaksud membegal Hek-peksiang-sat, namun siapa tahu dengan mudah Hek-pek-siang-sat
menghajarnya babak belur. Itulah sebabnya mengapa akhirnya
Hek-pek-siang-sat mengambilnya menjadi murid mereka, dan
mewarisi kepandaian yang liehay. Sejauh itu tidak diketahui
dengan cara bagaimana orang she Bong tersebut membujuk Hekpek-siang-sat sehingga ke dua orang tokoh yang memiliki
kepandaian sangat tinggi itu, bersedia menjadi gurunya orang she
Bong. "Yang pasti, kini orang she Bong itu telah menjadi seorang yang
memiliki kepandaian aneh dan tinggi. Mungkin berada di atas
kepandaianku. Hanya saja yang mengherankan sekali, mengapa
orang she Bong tersebut bisa muncul di tempat ini"!"
Sambil berkata begitu, seperti juga bertanya kepada dirinya sendiri
tampak, Bun Kie Lin telah termenung sejenak, dia berdiam diri.
Sedangkan Yo Him dan Sasana masih diliputi perasaan terkejut,
karena mereka lama sekali tidak menyangka bahwa orang she
Bong itu adalah murid dari Hek-pek-siang-sat. Yo Him maupun
669 Sasana mengetahui siapa adanya Hek-pek-siang-sat tersebut, dan
merekapun mengetahui keliehayan ke dua orang itu, si hitam dan
si putih. Terlebih lagi Sasana, karena memang Sasana mengetahui benar
Hek-pek-siang-sat sebelumnya menjadi orang-orang kepercayaan
dari Tiat To Hoat-ong, yang bekerja di bawah perintah dari
pangeran Ghalik. Ke dua manusia yang memiliki perangai sangat
aneh tersebut, yang diketahuinya sering angin-anginan, sebentar
menempuh jalan lurus, sejenak kemudian menempuh jalan sesat,
membuat Sasana pun sekarang tidak mengetahui, apakah jika
Hek-pek-siang-sat bertemu dengannya, ke dua manusia luar biasa
itu masih menghormatinya seperti dulu.
"Kalian pernah bertemu dengan Hek-pek-siang-sat"!" tanya Bun
Kie Lin ketika melihat sepasang suami isteri muda itu berdiam diri
saja termenung bagaikan terkejut mendengar perihal Hek-peksiang-sat.
Yo Him menganggukkan kepalanya.
"Ya, kami memang pernah bertemu, kepandaiannya cukup
menggetarkan, karena mereka merupakan dua orang tokoh yang
memiliki kepandaian tinggi! Hanya saja, mereka menempuh jalan
670 yang tidak menentu, bisa menempuh jalan yang sesat, akan tetapi
juga mereka bisa mengambil jalan yang lurus..... Itulah sebabnya,
kamipun tidak mengetahui apakah mereka itu dari golongan putih
atau hitam, kami tidak tahu pasti!"
Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, kuketahui memang begitu! Aku bisa mengetahui perihal
mereka, karena seperti kalian telah kuberitahukan bahwa aku ini
adalah orang bekas bawahan Tiat To Hoat-ong yang setiap kali
bercampur gaul dengan mereka."
"Tetapi..... mengapa dulu kita tidak pernah bertemu, Locianpwee"!"
tanya Sasana, karena dia merasa heran, sampai terlepasan bicara.
"Tidak pernah bertemu"!" tanya Bun Kie Lin yang jadi heran bukan
main. "Apakah..... apakah kau mempunyai hubungan dengan Tiat
To Hoat-ong"!" Sasana merasa ia telah terlanjur bertanya, hanya melirik sejenak
kepada Yo Him, kemudian sahutnya: "Ya, karena memang
Boanpwe adalah puteri pangeran Ghalik.....!"
"Ohhh"!" berseru Bun Kie Lin terkejut. "Memang telah kudengar
soal kehebatan Kuncu (tuan puteri).....!"
671 Dan Bun Kie Lin menghormatinya, bukan masih hanya melekat kaget, dalam rupanya sekali sikap didirinya. Mengetahui bahwa Sasana adalah puteri pangeran Ghalik, berarti
puteri dari atasannya, dia bermaksud akan memberi hormat
walaupun masih duduk dengan sepasang kaki bersemedhi.
"Jangan banyak peradatan, Locianpwe. Sekarang aku bukan apaapa lagi, akupun telah menjadi isteri Yo Koko..... sedangkan
ayahku telah..... menghabisi jiwanya dengan cara kecewa sekali!"
"Kalau begitu..... begitu Kuncu tentunya murid dari Loo-boan-tong
Ciu Pek Thong, bukan"!"
Sasana mengangguk membenarkan.
Setelah mengetahui bahwa Sasana adalah puteri pangeran Ghalik
yang diketahui akan kehebatannya dan juga murid dari Ciu Pek
Thong, dengan demikian sikap Bun Kie Lin jadi lebih terbuka. Juga
terlihat ia sangat menghormati Sasana.
Ia telah berkata: "Memang kita tidak pernah bertemu, Kuncu.....
waktu itu aku hanya seringkali mendengar akan hebatnya
kepandaian Kuncu sebagai murid dari Ciu Locianpwe..... . juga
akan kecantikanmu! 672 "Maka sejak tadi pertama kali kita bertemu, aku telah melihatnya,
bahwa engkau pasti bukan seorang wanita Boan yang sembarangan, itulah sebabnya aku telah menanyakan kepada Yo
Kongcu, siapa adanya Kuncu, yang menjadi isterinya!
"Kita memang tidak pernah saling bertemu, karena justeru aku
ditempatkan pada pasukan istimewa Tiat To Hoat-ong, yang
dipersiapkan untuk mengadakan pembersihan di istana terhadap
orang-orang yang menentangnya! Memang dulu ayahmu dicurigai
oleh Tiat To Hoat-ong, dan ayah Kuncu termasuk salah satu dalam
daftar merah......!"
Sasana mengangguk mengerti.
"Kalau begitu, Locianpwe tentunya ditempatkan dalam pasukan
yang khusus, tidak pernah berhubungan dengan ayahku maupun
para pahlawan lainnya"!" tanya Sasana.
Bun Kie Lin mengangguk membenarkan dan iapun menceritakan,
betapa waktu ia menjadi kaki tangan Tiat To Hoat-ong, setiap hari
ia hanya dikhususkan untuk melatih diri agar kepandaiannya
memperoleh kemajuan yang pesat. Di samping itu, semua urusan
yang menyangkut dengan masalah para pahlawan pangeran
673 Ghalik, tidak dicampurinya dan ia dipisahkan dalam bentuk barisan
khusus Tiat To Hoat-ong. Itulah sebabnya, walaupun Bun Kie Lin bekerja di bawah perintah
Tiat To Hoat-ong, tokh ia tidak pernah bertemu muka dengan
Sasana. Yo Him menghela napas dalam-dalam setelah selesai mendengar
cerita Bun Kie Lin. "Tidak mengherankan jika sekarang Locianpwe
memililiki kepandaian yang tinggi.....!" pujinya.
Bun Kie Lin berobah muram, wajahnya guram sekali, ia menghela
napas beberapa kali, katanya: "Memiliki kepandaian yang tinggi,
tetapi dengan sepasang kaki yang bercacad seperti ini, sungguh
menjengkelkan sekali!"
"Locianpwe, harap Locianpwe jangan marah. Jika boleh Boanpwe
mengetahui, apa sebabnya kaki Locianpwe bisa bercacad seperti
itu"!" Bun Kie Lin tidak segera menjelaskan. Ia mengawasi Yo Him
sejenak, barulah ia berkata:
674 "Sebetulnya, urusan ini sungguh mendukakan sekali! Waktu itu,
sebagaimana diketahui bahwa aku bekerja buat Tiat To Hoat-ong,
yang ditempatkan pada pasukan khususnya.
"Aku bicara dari hal yang sebenarnya, bahwa aku tengah berusaha
untuk mempelajari ilmu Soboc yang dimiliki Tiat To Hoat-ong.
Namun, sayangnya, aku tidak memperoleh petunjuk yang
terperinci darinya, sehingga aku salah dalam melatih lweekangku,
yang akhirnya membuat sepasang kakiku menjadi lumpuh!
Anakrawali 11.055. "Beruntung aku belum mempelajari begitu mendalam, sehingga
aku segera bisa membuang seluruh jurus yang pernah kupelajari
itu, dengan demikian, aku bisa, memelihara jiwaku ini yang hanya
sepotong belaka. Kalau tidak, tentu aku telah terbinasa oleh latihan
celaka tersebut! "Tiat To Hoat-ong sendiri memiliki maksud tertentu dengan
memberikan latihan ilmu Sobocnya itu, di mana ia bermaksud agar
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pasukan khususnya memang memiliki kepandaian yang bisa
diandalkan. Tetapi sayangnya ia tidak mau membuka seluruh
rahasia ilmunya tersebut, sehingga terjadi malapetaka ini.....
675 "Dan bukan hanya aku seorang diri yang bercacad seperti ini,
masih ada beberapa orang rekanku yang lainnya, yang juga
bercacad seperti aku. Malah ada yang lebih berat lagi, mereka
tidak keburu mencegah dan menghentikan latihan tersebut.
"Mereka menyadari kesesatan mereka setelah terlanjur, sehingga
bukan saja sepasang kaki mereka saja yang lumpuh, malah
sepasang tangan mereka juga lumpuh. Malah, ada beberapa
orang di antara mereka telah terbinasa karena latihan ilmu Soboc
ini.....!" Setelah bercerita sampai di situ, Bun Kie Lin menghela napas
beberapa kali. Tampaknya pengalamannya yang pernah mempelajari ilmu Soboc dan sampai membuat dia bercacat benarbenar merupakan hal yang sangat mendukakannya.
Yo Him juga telah mengangguk-angguk beberapa kali.
"Sempat beberapa kali Boanpwe menyaksikan ilmu Soboc itu,
memang merupakan ilmu yang cukup mengerikan akan kehebatannya, dan ilmu itu agak sesat.....!" kata Yo Him.
Karena dia teringat betapa Tiat To Hoat-ong pernah saling
mengadu ilmu dengan Swat Tocu, di mana Swat Tocu
mempergunakan ilmu Inti Esnya, sedangkan Tiat To Hoat-ong
676 mempergunakan ilmu Sobocnya. Tetapi kesudahannya Swat Tocu
memang masih menang satu tingkat dibandingkan dengan Tiat To
Hoat-ong. Sasana sendiri telah berkata: "Memang Tiat To Hoat-ong memiliki
ilmu Soboc yang cukup mengejutkan. Ayahku sendiri dulu
seringkali memuji-muji bahwa ilmu Soboc yang dimiliki Tiat To
Hoat-ong merupakan ilmu yang hebat, dan ayah memang sempat
semasa hidupnya berusaha mencarikan ilmu tandingannya,
karena almarhum ayahku pernah jnga mengetahui akan maksudmaksud tidak baik dari Tiat To Hoat-ong.
Hanya saja, ayahku tidak menyangka bahwa Tiat To Hoat-ong
ternyata memiliki maksud yang lebih jahat dari apa yang
diduganya, di mana Tiat To Hoat-ong berusaha mempengaruhi
Kaisar dan memfitnah ayahku. Dengan begitu, terakhir ayah
menemui kematian dengan cara yang sangat menyedihkan dan
penasaran sekali.....!"
Bun Kie Lin mengangguk-angguk.
"Mengenai nasib malang yang dialami pangeran Ghalik memang
pernah juga kudengar.....!" kata Bun Kie Lin kemudian. "Sayangnya
pangeran Ghalik tidak mau mengambil tindakan tegas, buat
677 menumpas Tiat To Hoat-ong dan kemudian membersihkan diri
dihadapan Kaisar. Dengan mempergunakan kesempatan itulah
telah membuat Tiat To Hoat-ong semakin leluasa memfitnah
ayahmu, kuncu.....!"
Yo Him cepat-cepat memotong, katanya: "Urusan yang telah lalu
tidak perlu kita bicarakan terlalu berlarut-larut lagi, karena jika tokh
kita membicarakannya sampai mendetail, tokh tidak ada gunanya
lagi.....!" Bun Kie Lin mengangguk membenarkan, dan dia telah bicara pada
Sasana, katanya: "Dan sekarang Kuncu telah hidup bahagia
dengan Yo Kongcu, apakah kalian telah memperoleh anak"!"
Sasana menggeleng. "Belum.....!" sahutnya. "Sesungguhnya..... sesungguhnya, kami
ingin merindukan sekali anak.....!"
Yo Him telah berkata dengan suara yang bergurau: "Sesungguhnya, kami seharusnya telah memiliki beberapa orang
anak. Hanya saja sayangnya justeru bahwa Sasana belum
bermaksud ingin punya anak. Ia kuatir dirinya cepat menjadi
tua.....!" 678 Sambil berkata begitu, Yo Him telah melirik kepada isterinya sambil
tersenyum. Tetapi Sasana, yang pipinya berobah memerah, telah
mengulurkan tangan kanannya mencubit lengan Yo Him cukup
keras, sambil katanya pura-pura marah: "Kau bergurau keterlaluan.....!" Yo Him menjerit kesakitan, namun masih tetap tertawa-tawa. Dan
diwaktu itu juga dia telah mengundurkan diri beberapa tapak
menjauhi dari Sasana, karena kuatir isterinya itu mencubit lagi.
Tetapi Sasana tidak mengejarnya dan tidak mencubitnya, hanya
mendelik saja pada Yo Him, pura-pura marah, padahal hatinya
sangat bahagia sekali. Sedangkan Bun Kie Lin tersenyum, katanya: "Aku mendoakan,
semoga saja kalian cepat-cepat memperoleh anak! Dengan
diperolehnya anak, sehingga Sin-tiauw-tay-hiap memiliki cucu,
tentu anak kalian itu, tidak perduli lelaki atau perempuan, niscaya
akan menjadi seorang yang tangguh sekali, yang luar biasa dan
memiliki kepandaian sangat tinggi sekali..... karena kakek dan
neneknya akan turun tangan sendiri mendidik cucunya!"
Yo Him mengangguk sambil tersenyum, dengan pipi agak
memerah. 679 "Benar apa yang dikatakan Locianpwe, memang ayah dan ibu
selalu menanyakan kapan kami bisa menghadiahkan mereka
seorang atau dua orang cucu...... hanya saja sungguh kami tidak
memperoleh keberuntungan untuk cepat-cepat meraih kebahagiaan memperoleh keturunan......!"
"Kau jangan berkata begitu, karena ini yang disebut belum
waktunya! Jika memang telah tiba waktunya, tentu kalian akan
memperoleh anak. Bahkan, jika kalian telah dikurniakan seorang
anak, selanjutnya setiap tahun akan subur sekali, beruntun datang
lagi seorang anak, lalu muncul pula yang lainnya! Telah berapa
lama kalian menikah"!"
"Lebih dari lima tahun, Locianpwe.....!" menjawab Yo Him.
"Maukah aku menolong kalian agar kalian cepat-cepat memperoleh arak"!" tanya Bun Kie Lin.
Waktu itulah Sasana teringat sesuatu, cepat-cepat dia berlutut di
hadapan Bun Kie Lin, katanya: "Bun Locianpwe, alangkah
bahagianya kami jika saja Locianpwe bisa menolong kami untuk
mempercepat waktu kami untuk menggendong anak..... kami tentu
tidak akan melupakan budi kebaikan!"
680 Sikap Bun Kie Lin sekarang sudah berbeda dibandingkan
beberapa waktu yang lalu. Jika sekarang dia telah mengetahui Yo
Him adalah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Sedangkan
Sasana adalah puteri dari pangeran Ghalik yang sangat terkenal
sebagai panglima besar semasa hidupnya, dan juga Sasana
merupakan murid tunggal dari Ciu Pek Thong. Maka dia sekarang
memperlakukan pasangan suami isteri tersebut tidak seketus tadi.
Ketika melihat Sasana berlutut di hadapannya meminta pertolongannya agar dia dapat membantu pasangan suami isteri
ini cepat-cepat punya anak, dia tersenyum lebar.
"Bangunlah..... bangunlah!" kata Bun Kie Lin kemudian. "Bangunlah Kuncu..... aku tentu akan menolongmu......!"
"Tetapi Locianpwe......, tentunya Locianpwee akan memberikan
kami obat agar....." berkata sampai di situ, muka Sasana berobah
merah. "Ya, ya, aku akan memberikan semacam obat agar kandungan
Kuncu menjadi subur, dan dengan demikian, mudah-mudahan
dalam tahun ini engkau dapat hamil......"
Sambil berkata begitu, Bun Kie Lin telah merogoh sakunya,
mengeluarkan sejenis obat yang berwarna-warni berjumlah
681 puluhan butir. Diberikan obat-obat itu kepada Sasana dan juga ia
telah memberitahukan, obat-obat yang mana harus dimakan
terlebih dahulu. Ternyata obat itu harus dimakan oleh Sasana selama satu bulan,
karena memang obat tersebut berjumlah tigapuluh butir. Dengan
demikian setiap harinya Sasana harus menelannya satu butir, dan
menurut Bun Kie Lin jika Sasana mematuhi petunjuknya, niscaya
ia akan lebih cepat hamil, karena obat-obat itu akan bekerja
menyuburkan peranakannya.
Yo Him dan Sasana mengucapkan terima kasihnya yang tidak
terhingga. Mereka juga yakin, tidak lama lagi Sasana tentu akan
hamil, bukankah Bun Kie Lin ini memang seorang yang pandai
sekali dalam hal ilmu pengobatan.
Sebelumnya Sasana memang seringkali mengeluh pada mertua
perempuannya, yaitu Siauw Liong Lie. Sasana selalu mengeluh
bahwa sampai saat itu ia masih belum juga bisa menghadiahkan
mertuanya seorang cucu. Siauw Liong Lie menghiburnya agar Sasana bersabar. Bahkan
Siauw Liong Lie telah mempergunakan lweekangnya, buat
membantunya, agar peranakan Sasana menjadi subur dengan
682 cara telapak tangan Siauw Liong Lie diletakkan di pinggang
Sasana, dan itu dilakukan beruntun selama dua minggu, di mana
setiap hari Sasana mengerahkan lweekangnya.
Memang cara pengobatan dilakukan Siauw Liong Lie merupakan
pengobatan yang umumnya memperoleh hasil cukup baik. Sebab
dengan cara demikian berarti peranakan atau kandungan Sasana
dihangati dan juga dipanasi oleh lweekangnya, di mana peranakan
yang dingin dapat dipanaskan.
Tetapi kenyataan yang ada, setelah lewat setahun, masih juga
belum terlihat tanda-tanda akan kehamilan pada diri Sasana. Maka
akhirnya, baik mantu maupun mertua itu, menjadi berputus asa.
Mereka berpikir hendak mencari seorang tabib yang pandai untuk
menolong Sasana dan Yo Him, agar mereka dapat segera memiliki
anak. Menikah telah sekian tahun tanpa memperoleh anak
memang merupakan hal yang tidak menggembirakan dan tidak
membahagiakan! Telapi siapa tahu, sekarang mereka bertemu Bun Kie Lin, seorang
tabib yang benar benar ahli dalam hal pengobatan. Bukankah Hok
An yang telah dalam keadaan begitu parah, masih dapat diobati
683 sembuh dengan mudah sekali oleh Bun Kie Lin, hanya dalam
waktu beberapa hari saja"
Dan sekarang, Bun Kie Lin bersedia menolong mereka, agar cepatcepat memperoleh anak, bahkan Bun Kie Lin telah memberikan pil
obat kepada mereka, yang akan dapat menyuburkan peranakan
Sasana. Bukan main gembiranya Sasana maupun Yo Him, sehingga
mereka tidak berkesudahannya menyampaikan terima kasih
mereka. Kepada Yo Him telah diberikan oleh Bun Kie Lin beberapa macam
pil juga, yang diperintahkannya agar Yo Him menelannya
sekaligus. "Untuk memperkuat bibitmu.....!" kata Bun Kie Lin sambil
tersenyum lebar. Sasana pura-pura tidak mendengar perkataan Bun Kie Lin, dia
melengos ke arah lain dengan pipi yang berobah memerah dan
muka yang dirasakannya sangat panas.
Sedangkan Yo Him hanya tersenyum lebar dengan hati merasa
jengah dan likat. 684 Setelah bercakap-cakap sejenak lagi, Bun Kie Lin menyatakan
ingin memeriksa keadaan Hok An. Dengan jari tangannya dia
menotol tanah maka tubuhnya melesat ringan sekali ke samping
Hok An, dia telah memeriksa keadaan Hok An, ternyata memang
kesehatan Hok An banyak kemajuan.
Dalam keadaau seperti ini telah membuat Yo Him dan Sasana jadi
gembira sekali. Terutama Giok Hoa, yang sekarang telah dapat
tersenyum simpul menyaksikan kesembuhan dari paman Hok nya
itu, dia tidak menangis lagi.
Bun Kie Lin menghela napas dalam-dalam, katanya: "Besok dia
sudah boleh bangun dan bergerak perlahan-lahan, untuk
menggerak-gerakkan otot-otot di sekujur tubuhnya pula..... tetapi
tentu saja dia tidak boleh bergerak terlalu melelahkan, karena dia
masih memerlukan satu-dua hari lagi beristirahat dan tidak boleh
terlalu banyak mengeluarkan tenaga.....
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetapi sekarang keadaannya sudah tidak berbahaya.....!"
Hok An pun tidak sudahnya menyatakan terima kasihnya, karena
ia pun mengetahuinya kalau saja tidak ada Bun Kie Lin, dia tentu
telah binasa dengan lukanya yang parah itu.
685 Waktu Bun Kie Lin hendak berkata-kata lagi, di tengah udara
terdengar suara pekik burung rajawali putih.
Bun Kie Lin mengangkat kepalanya, dilihatnya buruag rajawali
putih itu tengah beterbangan memutari keadaan di sekitar tempat
itu, sekali-kali memperdengarkan suara pekikan-pekikan yang
perlahan. Rupanya burung rajawali putih itu, yang memiliki
perasaan halus pun telah mengetahui majikannya mulai berangsur
sembuh, karena itu, tidak hentinya dia memekik sambil berputaran
di atas udara. Bun Kie Lin menunjuk kepada burung rajawali putih itu, katanya:
"Tadi aku sempat menyaksikan burung rajawali itu mempermainkan orang she Bong itu..... betapa gagah perkasanya
burung rajawali tersebut..... tentunya dia terlatih dengan baik
sekali.....!" Giok Hoa mengiyakan, dia telah bilang: "Benar Locianpwe,
memang Pek-jie telah memperoleh didikan dari paman Hok,
sehingga dia bisa menghadapi orang-orang yang memiliki
kepandaian silat yang tinggi sekalipun, dengan cara yang baik! Di
samping itu, Pek-jie juga sangat kebal terhadap serangan yang
tanggung-tanggung, dia sangat cerdik!"
686 Segera juga Giok Hoa menceritakan riwayat dari burung rajawali
putih itu, yang diceritakannya demikian menariknya, terutama
sekali waktu Giok Hoa menjelaskan burung rajawali itu dapat
bergerak-gerak dengan gerakan seperti seekor ular, membuat
semua orang merasa kagum. Dan mereka takjub mendengar
burung rajawali putih itu pernah dirawat dan dipelihara serta
dibesarkan seekor ular yang sangat besar.
"Tentunya rajawali putih ini seekor burung rajawali yang mujijat
sekali, yang pasti memiliki kelainan dibandingkan dengan burungburung rajawali putih sebangsanya..... karena jarang sekali ada
seekor ular yang bisa menetaskan telur burung rajawali dan
kemudian memelihara anak rajawali itu menjadi besar.....!" memuji
Yo Him. Dan dia teringat kepada cerita-cerita ayahnya, mengenai Sin
Tiauw, rajawali sakti, yang pernah menjadi kawan karib ayahnya di
masa lalu. Dan kini Sin-tiauw telah mati. Dan mungkin rajawali putih yang
dipelihara Giok Hoa, kalau memang dididik dengan sebaikbaiknya, burung rajawali putih ini akan sama tangguhnya dengan
Sin-tiauw yang pernah menjadi sahabat karib Sin-tiauw-tay-hiap
Yo Ko. 687 Sasana sendiri telah memuji akan keindahan bulu burung rajawali
putih itu, yang begitu mulus dan juga gerakan sayapnya yang
begitu kuat, setiap kali mengibas menimbulkan angin yang sangat
dahsyat sekali. Dan juga tenaga yang dimiliki burung rajawali putih
itu sangat kuat sekali, berbeda dengan burung-burung rajawali
biasa. Dengan demikian telah membuat Sasana pun merasa kagum
bukan main. Dan ia menyatakan kepada Giok Hoa, kalau saja
iapun bisa memperoleh seekor saja dari anak rajawali putih, seperti
yang dimiliki Giok Hoa. Tetapi Giok Hoa menceritakan, umumnya burung burung rajawali
putih bermusuhan dengan burung rajawali hitam, di mana ia selalu
bertempur. Padahal, jika memang Sasana ingin sekali memiliki dan
memelihara seekor anak rajawali putih, dia tentu dapat saja pergi
ke tempat di mana Giok Hoa dulu memperoleh anak burung
rajawali putih itu. Di sana memang banyak sekali terdapat burung rajawali putih dan
rajawali hitam. Hanya saja, untuk mencari seekor anak rajawali
putih tentunya tidak terlalu mudah, sebab induknya tidak akan
sembarangan membiarkan orang mengambil anak mereka.
688 Sasana tersenyum. "Ya, jika kelak kami mempunyai waktu tentu kami akan pergi ke
sana. Siapa tahu kami pun akan bertemu dan memperoleh seekor
anak rajawali putih, sama halnya seperti yang kau alami itu, Giok
Hoa?" Giok Hoa mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Tetapi Cie-cie harus ingat, hahwa dalam urusan ini sebetulnya
merupakan urusan yang tidak terlalu sulit buat Cie-cie dan Koko
berdua karena kalian memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Kalian bisa mencari sarang burung rajawali putih.
"Harus Cie-cie dan Koko ketahui, bahwa burung-burung rajawali
putih umumnya merupakan burung-burung yang sangat baik,
mereka tidak akan menyerang mangsanya dengan ganas.
Berbeda dengan burung-burung rajawali hitam, yang selalu
menyerang mangsanya dengan ganas. Dengan begitu, jelas akan
membuat siapa yang berani mendekati sarang dan tempat mereka,
akan diserang hebat oleh puluhan ekor burung rajawali hitam, hal
inilah yang berbahaya.....!"
Sasana dan Yo Him menggangguk mengerti. Tetapi di dalam hati
mereka sendiri berpikir, jelas mereka tidak akan jeri berurusan
689 dengan rajawali hitam, namun hal dan perasaan itu tidak
diutarakannya" Bun Kie Lin tersenyum. "Jika memang kalian menginginkan seekor anak rajawali, maka
akupun menghendakinya..... Siapa tahu anak rajawali yang
kupelihara itu kelak dapat juga untuk diperintah-perintah untuk
melayaniku"! Bukankah aku tidak memiliki seorang pelayan pun
juga"!" Yo Him, Sasana dan Giok Hoa telah tertawa, karena beranggapan
bahwa perkataan dari Bun Kie Lin sangat lucu.
Hok An yang mendengar perkataan Bun Kie Lin, telah ikut
tersenyum. Begitulah, Hok An diijinkan oleh Bun Kie Lin untuk berdiam di
tempatnya sampai sembuh benar. Hal ini menggembirakan Yo Him
maupun Sasana, karena dengan beradanya di tempat itu, mereka
bertambah tenang. Jelas hal ini menyebabkan mereka tidak perlu berkuatir, kalau
suatu saat Hok An kumat kembali luka-lukanya itu. Karena di situ
terdapat Bun Kie Lin yang dapat memberikan pertolongannya.
690 Keesokan harinya, Hok An benar-benar telah sehat. Dia telah
dapat duduk, malah telah meminta makan.
Sedangkan Bun Kie Lin rajin memeriksa keadaaannya. Melihat
kemajuan dalam perkembangan kesehatan Hok An membuat Bun
Kie Lin merasa gembira. Malah tidak jarang Bun Kie Lin telah bilang:
"Apa yang kukatakan, bahwa aku akan dapat menyembuhkan
lukanya itu bukan suatu dusta belaka, bukan" Sekarang Hok Hengtay telah sembuh..... besok dia telah boleh jalan-jalan ke mana dia
suka." Yo Him mengangguk-angguk sambil tidak hentinya memuji akan
keliehayan tabib itu. Sedangkan Giok Hoa pun tidak jarang mengucapkan syukur dan
terima kasihnya kepada Bun Kie Lin.
Waktu itulah Sasana telah melihat bahwa pada bekas-bekas luka
di tubuh Hok An, terutama sekali pada ujung-ujung jari tangannya,
telah merapat. Dan ini memperlihatkan kemajuan yang pesat
sekali. Jarang ada seseorang yang menjadi korban penyiksaan
yang begitu hebat, bisa sembuh dalam waktu sesingkat ini.
691 Hal ini menunjukkan ilmu pengobatan Bun Kie Lin memang sangat
hebat dan bisa diandalkan. Dan keyakinan Sasana, bahwa setelah
kelak dia menelan pil-pil yang diberikan Bun Kie Lin padanya
niscaya akan membuat dia dapat hamil bertambah tebal......!
Begitulah, setelah lewat satu hari lagi, Hok An benar-benar dapat
berdiri, kini boleh dibilang dia telah sembuh keseluruhannya.
Hanya saja yang terasa sekarang adalah perasaan lemasnya.
Tinggal melatih otot-ototnya lagi. Dia sembuh tanpa perlu
mengalami cacad pada tubuhnya, inilah yang menggembirakan
Hok An, terutama sekali lweekang yang dimilikinya itu tidak juga
menjadi berkurang. Hok An memang telah dapat berjalan, dia melangkah perlahanlahan. Lewat dua hari lagi, dia bisa berlari walaupun tidak terlalu
cepat. Setelah lewat satu minggu, Hok An benar-benar telah sembuh dan
tidak memerlukan lagi perawatan dari Bun Kie Lin.
Sedangkan Sasana dan Yo Him telah melihat Hok An sembuh
benar, segera juga menyatakan bahwa mereka ingin melanjutkan
perjalanan mereka dan akan berpisah.
692 Walaupun Giok Hoa menyatakan keberatannya, karena berat
harus berpisah dengan Yo Him dan Sasana, yang sudah
dianggapnya seperti kakaknya sendiri. Namun Sasana memberikan pengertian kepadanya bahwa mereka tokh akhirnya
harus berpisah, karena Yo Him masih mempunyai urusan lainnya,
yang harus diselesaikan bersama dengan isterinya.
Akhirnya, setelah dibujuk, barulah Giok Hoa mau berpisah
melepaskan kepergian Yo Him dan Sasana dengan linangan air
mata. Sedangkan Hok An merasa terharu sekali. Dia mengucapkan
terima kasih yang tidak hentinya kepada Yo Him dan Sasana. Juga
kepada Bun Kie Lin. Setelah Yo Him dan Sasana berlalu, Hok An pun akan menyatakan
kepada Bun Kie Lin bahwa ia akan mengajak Giok Hoa buat
melanjutkan perjalanan pula, juga ia tidak lupa mengucapkan
syukur dan terima kasih tidak terhingga kepada Bun Kie Lin, karena
Bun Kie Lin lah yang telah menyelamatkan jiwanya dari kematian.
Sedangkan Giok Hoa menjanjikan, kelak jika memang ia lewat di
sekitar tempat ini, akan sering-sering menjenguk Bun Kie Lin.
693 Bun Kie Lin sendiri telah melepaskan kepergian Hok An dan Giok
Hoa dengan hati yang berat. Namun orang tua she Bun ini tidak
memperlihatkan perasaan sedihnya, dia telah melepaskan dengan
tersenyum lebar dan melambai-lambaikan tangannya.
Hok An dan Giok Hoa telah menuruni gunung tersebut, dan ia
sampai di rumah Ho Sin-se.
Tabib kampung itu segera banyak bertanya mengenai keadaan
Bun Kie Lin. "Jika memang kau bermaksud menjadi pelayannya, cepat kau
pergi menemuinya, mungkin permintaanmu akan dipenuhinya,
karena memang Bun Locianpwee tengah membutuhkan seseorang yang bisa membantuinya. Tetapi ingat, engkau harus
memiliki hati dan jiwa yang bersih. Engkau harus bersetia, karena
sekali saja engkau mempunyai hati yang bengkok, begitu Bun
Locianpwe mengetahui, tentu engkau akan dibuatnya bercacad....." Ho Sin-se tampak ragu-ragu dan Giok Hoa telah menyambungi
perkataan Hok An: "Jika memang kau mengandung maksud buruk
pada Bun Locianpwe, maka kemungkinan kau melarikan diri ke
ujung langit sekalipun, Yo Him Koko bersama Sasana Cie-cie,
694 tentu tidak akan melepaskan engkau. Mereka akan mengejar dan
membinasakan kau!!" Ho Sin-se berdiam diri termenung, kebingungannya jadi bertambah
besar. Dia berpikir di dalam hatinya, memang dia bermaksud
mencari jalan guna memperoleh ilmu pengobatan dari Bun Kie Lin.
Karena itu, jika perlu, ia pun akan mencari jalan tertentu buat
membinasakannya. Namun jika gagal, tentu dia sendiri yang akan bercelaka. Terlebih
lagi sekarang mendengar ancaman dari Giok Hoa seperti itu,
membuat Ho Sin-se bertambah ragu-ragu.
Tampak Giok Hoa telah bertanya pula: "Apakah engkau tidak jadi
pergi kepada Bun Locianpwee"!"
Ho Sin-se tidak segera menyahuti, waktu itu dia telah berpikir lagi:
"Jika memang aku bekerja dengan hati yang jujur, tidak
mungkinaku dicelakai olehnya..... aku tentu akan diwarisi juga ilmu
pengobatannya..... Aku sesungguhnya tidak mengharapkan yang
terlalu banyak. Ia menurunkan sepersepuluh saja dari ilmu
pengobatannya itu, tentu aku sudah boleh bersyukur....."
Setelahberpikir begitu, Ho Sin-se mengangguk.
695 "Ya, aku akan segera pergi ke tempat Bun Locianpwe, untuk
bekerja melayaninya.....!" kata Ho Sin-se kemudian. "Tentu saja
aku akan bekerja dengan baik yang jujur dan sebaik-baiknya,
karena aku tidak akan memperdayakan Bun Locianpwe, dan juga
tidak memiliki pikiran yang kotor.....!" kata Ho Sin-se dengan sikap
yang bersemangat sekali. "Dan juga, aku akan melayani Bun
Loncianpwe selain sebagai majikan juga sebagai guru......!"
Hok An tersenyum tawar, "Soal engkau bermaksud untuk bekerja dengan setia dan jujur,
atau juga bersikap curang, itu juga terserah kepadamu sendiri,
karena akibat buruknya engkau sendiri juga yang akan merasakannya. Kami hanya menasehati kau agar engkau bersikap
baik-baik terhadap Bun Locianpwe, karena sekali saja engkau
memiliki maksud jahat dan juga hati yang kurang baik niscaya
engkau sendiri yang akan mengalami nasib yang buruk sekali......!"
Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ho Sin-se mengetahui! mengangguk, Oya, katanya: sekarang "Ya..... engkau memang telah aku sembuh keseluruhannya, engkau telah dapat melakukan perjalanan lagi
dengan tubuh yang telah sehat karena luka-lukamu itu telah
sembuh dan kembalinya tenagamu....."
696 Hok An berkata. "Semua ini berkat pertolongan yang diberikan Bun Locianpwe.
Memang Bun Locianpwe seorang tabib yang pandai. Jika bukan
dia, belum tentu segera sembuh dalam waktu sesingkat ini, yaitu
kurang dari setengah bulan!"
Ho Sin-se menjawab. "Justeru aku bermaksud melayani Bun Locianpwe itu adalah untuk
mempelajari ilmu pengobatannya itu, agar aku bisa memperoleh
ilmu pengobatan yang lebih mendalam lagi. Bukankah jika aku bisa
memperoleh ilmu pengobatan yang berarti, aku akan dapat
menolong orang-orang yang tengah kesulitan dan terluka berat.
Dengan demikian aku bisa melakukan banyak perbuatan
kebaikan." Hok An tersenyum sinis. "Tetapi kukira engkau berbeda dengan Bun Locianpwe. Jika kau
tentu dipentingkan adalah masalah uang.....!" kata Hok An terbuka.
"Jika seseorang membutuhkan pertolonganmu, tetapi tidak
memiliki uang, tentu engkau tidak akan menolongnya, bukankah
begitu?" 697 Ho Sin-se berobah mukanya menjadi memerah, sama sekali dia
tidak menyangka bahwa Hok An akan bicara terus terang seperti
itu. Namun, memang dasar watak Sin-se seorang yang tebal muka,
walaupun dia merasa malu, tokh dia tersenyum juga sambil
mengangguk: "Benar! Di dalam dunia ini uang yang memegang peranan. Tanpa
uang apakah engkau dapat makan" Tanpa uang apakah engkau
dapat membeli pakaianmu, tanpa uang apakah akan ada tabib
yang mau mengobati luka-lukamu! Hemmm, tanpa uang jangan
harap engkau akan dapat hidup sebagai manusia yang layak di
duniaini!" Mendengar perkataan rendah tidak tahu malu dari Ho Sin-se,
membuat Hok An tidak berselera untuk bercakap-cakap lebih lama
dengan Ho Sin-se, dia telah mengajak Giok Hoa buat melanjutkan
perjalanannya. Begitulah, Giok Hoa dengan Hok An telahmeninggalkan tempat
tersebut, diawasi oleh Ho Sin-se, yang rupanya masihragu-ragu
apakah dia akan pergi menghadap Bun Kie Linatau memang tidak.
Sedangkan Hok An mengajak Giok Hoa mengambil arah ke
jurusan barat, di mana mereka melakukan perjalanan dengan di
698 atas mereka selalu terdengar suara pekik dari burung rajawali putih
itu. Dengan demikian mereka mengetahui, burung rajawali putih
yang jinak dan penurut itu, tetap mengikuti mereka terbang di
tengah udara. Setelah berjalan belasan lie, tampak Hok An memburu napasnya,
juga keringat memenuhi mukanya. Maka Giok Hoa mengajaknya
buat beristirahat. Ho An pun tidak membantah, karena iapun merasakan tenaganya
belum pulih keseluruhannya. Jika dalam keadaan seperti itu
melakukan perjalanan terus, memaksakan diri, mungkin akan
menyebabkan kesehatannya terganggu. Dia duduk beristirahat di
bawah sebatang pohon. Giok Hoa telah berkata kepadanya: "Paman Hok, aku akan pergi
mencarikan buah-buahan segar buatmu......!"
Hok An hanya tersenyum saja, entah mengapa dia sangat sayang
sekali pada gadis cilik ini, puteri dari wanita yang sangat dicintanya.
Dulu, karena dia telah pergi berpisah dari calon isterinya, sehingga
calon isterinya itu menjadi isteri orang lain. Dan selama bertahuntahun Hok An bersengsara mencari jejak calon isterinya.
699 Waktu dapat ditemuinya, telah menjadi isteri orang lain, dan telah
berputeri seorang, yaitu Giok Hoa. Di saat ke dua orang tua Giok
Hoa terbunuh dan mati, maka Giok Hoa hidup sebatangkara.
Dan kini Hok An telah menganggap Giok Hoa sebagai anaknya
sendiri, dia memanjakannya dan sangat sayang sekali. Karena itu,
hatinya terharu sekali melihat Giok Hoa begitu memperhatikan
keadaan dan kesehatannya. Dan Hok An pun mengetahui, entah
berapa banyak air mata yang telah ditumpahkan Giok Hoa waktu
menguatirkan kesehatannya sebelum sembuh.
Tiba-tiba Giok Hoa telah bersiul nyaring sekali, dan burung rajawali
putih itu telah memekik nyaring dan terbang meluncur turun,
hinggap tepat di sisi si gadis cilik.
"Pek-jie, antarkan aku ke tempat yang banyak terdapat buahbuahan segar....." kata Giok Hoa.
Burung rajawali putih itu seperti mengerti apa yang dikatakan Giok
Hoa. Ia telah menekuk ke dua kakinya, tubuhnya jadi merunduk
rendah. Giok Hoa segera melompat duduk diatas punggung
burung rajawali itu. 700 Setelah duduk benar di atas punggung rajawali itu, barulah Giok
Hoa menepuk leher burung rajawali tersebut. Dan burung rajawali
itu telah mengibaskan sayapnya, mulai terbang ke angkasa.
Giok Hoa memandang sekelilingnya, ke arah bawah. Segala apa
mulai tampak mengecil. Demikian juga halnya dengan Hok An yang tengah duduk
beristirahat di bawah sebatang pohon, di mana tampak kecil sekali.
Di waktu itulah tampak, betapa hutan-hutan di kejauhan, yang
sangat lebat sekali. Sedangkan Pek-jie, burung rajawali putih itu
telah terbang ke arah hutan-hutan belukar tersebut.
Terbang di tengah udara sesungguhnya merupakan hal yang
sangat mengasyikkan sekali buat Giok Hoa. Namun karena Giok
Hoa tahu Hok An sangat haus dan letih, maka dia tidak berani
berlambat-lambat dan berayal. Segera dia membisiki Pek-jie,
katanya: "Pek-jie, cepat pergi ke hutan-hutan itu. Tentu di hutan itu kita bisa
memperoleh buah-buahan segar yang kita inginkan..... paman Hok
sangat haus dan letih sekali!"
Burung rajawali itu seperti mengerti juga apa yang diinginkan oleh
Giok Hoa, segera mengibaskan sayapnya lebih kuat, tubuhnya
701 meluncur jauh lebih cepat. Dengan demikian, tidak lama kemudian
burung rajawali yang membawa Giok Hoa terbang di punggungnya
telah berputar-putar di sana.
Sebelum meluncur turun, burung rajawali itu telah memekik
nyaring gembira karena dilihatnya hutan itu benar-benar lebat dan
rimbun, juga di hutan itu terdapat banyak sekali buah-buahan.
Karena itu, burung rajawali putih tersebut tidak hentinya memekik.
Giok Hoa pun telah melihat buah-buahan yang ranum dan matangmatang itu. Dia girang bukan main, sambil menepuk-nepuk leher
burung itu, katanya: "Pek-jie, ayo kita turun......!"
Burung rajawali itu telah menukik turun dan hinggap di tanah
dengan sigap. Dan Giok Hoa pun telah melompat turun. Dilihatnya
di sekelilingnya terdapat banyak sekali pohon buah-buah, segera
Giok Hoa sambil bernyanyi-nyanyi kecil karena riang, telah
memetik buah-buah itu, di mana dia telah mengumpulkan buahbuah yang masak, dan salah satu telah dimakannya.
Kemudian Giok Hoa pun telah memetik sebuah yang masak,
dilontarkan kepada burung rajawali putih itu. Burung rajawali itu
menyambuti dengan patuknya, sehingga buah itu menancap di
paruhnya, dan burung rajawali putih itu memakannya dengan
702 nikmat. Waktu buah itu telah termakan habis, tinggal hati buah
tersebut yang dibuangnya, burung rajawali itu memekik perlahan,
seakan juga merengek meminta lagi.
Giok Hoa mengerti apa yang diinginkan burung rajawali putih itu.
Segera dilemparkannya sebuah lagi, yang disambar burung
rajawali putih tersebut dengan cepat sekali, sehingga dia bisa
memakannya dengan nikmat.
Giok Hoa masih memetiki buah-buah yang terdapat di tempat itu.
Setelah merasa cukup, dia pun segera menghampiri burung
rajawalinya. Namun, disaat Giok Hoa tengah melangkah, terdengar seseorang
yang berkata dengan suara yang agak bengis:
"Kebetulan sekali, memang aku tengah mencari jejakmu! Siapa
tahu bisa bertemu denganmu di sini.....!" Dan menyusul dengan
perkataan itu, tampak sesosok bayangan yang berkelebat cepat
sekali, dan tahu-tahu telah menghadang di depan Giok Hoa.
Giok Hoa mementang matanya lebar-lebar, namun belum lagi dia
melihat jelas, diwaktu itu telah dirasakannya berkesiuran angin
yang sangat kuat sekali. Tahu-tahu tubuhnya telah melayang
ringan dan buah-buah yang dipetiknya tadi telah berjatuhan.
703 Karena kagetnya, Giok Hoa sampai mengeluarkan jerit tertahan.
Suara jerit tertahan Giok Hoa menyadari burung rajawali itu, yang
seketika telah memekik dan segera memburu akan mengejar
orang yang telah mengempit Giok Hoa dan melarikan gadis cilik
tersebut. Dengan sebat burung rajawali itu telah mementang sayapnya dan
tubuhnya melesat sangat cepat sekali menerjang kepada orang
yang hendak menculik Giok Hoa. Namun orang yang menculik
Giok Hoa sama sekali tidak memiliki keinginan buat melayani
burung rajawali itu. Dia berlari-lari cepat seperti bayangan belaka, dengan menikung
ke kanan kiri di antara batang-batang pohon. Dengan sikap seperti
itu, tentu saja orang tersebut bermaksud hendak mempersulit
burung rajawali itu mengejar dirinya.
Dan memang burung rajawali putih itu sulit buat mengejar orang
yang telah menculik Giok Hoa, karena dia tidak bisa menerjang
dengan cepat. Dia harus melewati batang pohon yang tumbuh
berjarak tidak terlalu berjauhan. Untuk terbang pun dia tidak dapat,
hanya sambil terus mengejar, burung rajawali itu telah mengeluarkan suara pekik yang berisik sekali.
704 Giok Hoa yang berada dalam kempitan orang itu merasakan
tubuhnya seperti melayang-layang terbang di angkasa, karena dia
dibawa lari cepat sekali oleh orang itu, dirasakannya tangan orang
yang menculiknya itu mengempitnya dengan kuat dan kencang
sekali. Segera juga Giok Hoa berusaha meronta, gagal. Tenaganya tidak
bisa menandingi kekuatan tenaga orang tersebut. Seketika itu juga
dia merasakan kempitan tangan orang itu sangat kuat dan keras
membuatnya jadi merasa sakit pada pinggangnya.
Waktu itu Giok Hoa berusaha mengangkat kepalanya buat
melihatnya, dan dia jadi kaget waktu melihat muka orang itu,
karena orang yang telah menculiknya itu tidak lain dari orang
berbadan kurus tinggi itu, yang disebut oleh Bun Kie Lin sebagai
orang she Bong dan murid dari Hek-pek-siang-sat.
Giok Hoa jadi mengeluh. Orang ini rupanya memang telah
mengikuti jejaknya dan berusaha menantikan kesempatan yang
baik untuk membalas sakit hatinya. Dan melihat Giok Hoa berada
seorang diri, dia segera turun tangan.
Hanya saja disebabkan di tempat itu terdapat burung rajawalinya,
dengan sendirinya orang bertubuh tinggi kurus itu yang pernah
705 merasakan hebatnya burung rajawali putih tersebut, tidak mau
melayani burung rajawali itu. Dia telah membawa lari Giok Hoa
secepatnya, untuk menyingkirkan diri.
Sedangkan burung rajawali putih itu semakin lama mengejar
semakin cepat juga, dengan suara pekikannya yang semakin
ramai, karena dia menguatirkan sekali keselamatan Giok Hoa.
Giok Hoa masih terus meronta, malah dia menundukkan
kepalanya, berusaha menggigit lengan orang bertubuh tinggi kurus
itu, dia juga menggigitnya dengan keras sekali. Dengan begitu, dia
bermaksud agar orang itu melepaskan cekalannya sehingga
burung rajawali putih itu akan dapat mengejarnya dengan cepat
dan mempermainkan diri orang bertubuh tinggi kurus itu.
Akan tetapi orang she Bong itu hanya merasa kesakitan sedikit,
malah kemudian dia mengempit semakin kuat, dan tangan yang
lainnya dipergunakan buat menghantam punggung Giok Hoa,
sehingga gadis cilik tersebut merasakan kepalanya pusing dengan
mata berkunang-kunang. Diwaktu itulah tampak tubuh orang she
Bong itu melesat semakin cepat.
706 Setelah berlari-lari sekian lama, dia memasuki hutan semakin
dalam, sehingga pohon-pohon yang tumbuh di situ semakin lebat
juga. Burung rajawali itu tidak bisa mengejar lebih jauh.
Dengan mengibas-ngibaskan sayapnya dan mengeluarkan suara
memekik yang berisik sekali, burung rajawali putih itu seperti
mengamuk. Setiap kali sayapnya menghantam batang pohon,
maka seketika batang pohon itu tergoncang sangat keras sekali,
dan daun kering yang berterbaran di tanah telah beterbangan
karena angin yang ditimbulkan oleh gerakan sepasang sayap dari
burung rajawali putih tersebut sangat kuat sekali.
Orang she Bong itu telah berlari semakin cepat juga, dan akhirnya
dia telah menghentikan larinya, mengangkat kepalanya memandang ke atas pohon. "Suhu..... tecu telah menangkap orang yang telah menghina tecu,
pemilik dari burung rajawali putih yang tecu ceritakan itu.....!" kata
Bukit Pemakan Manusia 14 Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Hati Budha Tangan Berbisa 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama