Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 10
Tanpa disadari keduanya, kebersamaan semenjak di Pesanggrahan Keluarga Nyo justru semakin mendekatkan mereka berdua. Bu San semakin memperhatikan detail keadaan diri Sie Lan In, bahkan juga mengatur kebutuhan-kebutuhannya ketika sedang berlatih. Sementara Sie Lan In, sadar atau tidak sering mengatur dan merapihkan pakaian Bu San jika mereka sedang berdua saja. Tetapi itu semua berlangsung secara alami dan sama sekali tanpa mereka sadar jika mereka masing-masing menerima perlakuan "berbeda" dari kawannya itu tanpa protes. Malah merasa sangat manis dan sangat senang menerima perlakuan itu. Apalagi karena pada dasarnya, terutama Bu San, memang hidup dengan perhatian dan kasih sayang yang sangat terbatas dan nyaris minimal. Beroleh perhatian seorang perempuan, jelas membuatnya merasa amat gembira dan sangat senang.
Tetapi, bukan hanya Sie Lan In, belakangan Kwan Kim Ceng juga meminta waktu Bu San untuk berlatih, dan bahkan kemudian juga Nona Nyo Bwee. Dan karena begitu, tanpa mereka sadari selama 10 hari terakhir, bukannya berpesiaran dan bersenang senang, justru keempat anak muda itu giat sekali menggembleng. Hanya disaat senggang, setelah makan siang atau menjelang sore hari mereka menyelingi aktifitas mereka dengan bersenang-senang di sungai. Hampir setiap hari Nyo To dan anaknya yang sulung Nyo Kun datang mengunjungi mereka, dan senang melihat perkembangan anak muda yang bergaul rukun itu. Anehnya, sejak hari keenam, Nadina, juga akhirnya bisa bersahabat semakin erat dengan Nyo Bwee dan akhirnya juga dengan Kwan Kim Ceng, Bu San dan juga Sie Lan In. Tetapi, meskipun demikian, totokan khas Koay Ji tidak dipunahkan, dan selalu dia berkilah bahwa suatu saat Thian Liong Koay Hiap akan membebaskan nona Nadina yang cantik itu.
"Enci, apakah engkau akan kembali lagi kelak ?"?" tanya Bu San yang entah bagaimana merasa sangat berat untuk berpisah dengan Sie Lan. Sesaat setelah Sie Lan In menjelaskan bahwa besok dia sudah harus segera berangkat menuju tempat yang disepakati bersama menurut Subonya. Dia hanya tidak tahu, bahwa hal yang sama entah bagaimana juga dirasakan oleh Lan In, tetapi dia berusaha keras untuk mengabaikan dan menganggapnya tidak soal.
"Adik Bu San ?" Pibu itu adalah sebab encimu bertualang di Tionggoan, tentu saja harus dipenuhi. Tetapi, setelah pibu, encimu harus pulang terlebih dahulu ke Lam Hay dan setidaknya selama sebulan harus berada di sana. Subo perlu mengetahui hasil dari Pibu tersebut. Tetapi, enci berjanji akan bertemu kembali di pesta ulang tahun Hu Pocu lebih dua bulan kedepan ".."
"Tapi bukankah menurut enci perjalanan menuju Lam Hay membutuhkan waktu lebih sebulan saking jauhnya" Bagaimana mungkin pada dua bulan kedepan engkau sudah berada di acara Hu Pocu ".?"
Sie Lan In memandang Bu San terharu. Dia sendiri sangat sadar, sama seperti Bu San dia merasa enggan segera berpisah. Tetapi, tugas perguruan sudah menantinya. Dan atas pertanyaan Bu San, dengan tersenyum dia berkata:
"Engkau akan mengetahuinya nanti Bu San ?" Subo memiliki tunggangan mujijat yang jarang orang di Tionggoan mengetahuinya ?".."
"Acccch, benar demikian enci ?"?"
"Engkau akan melihatnya kelak ?""
=================== Meski siang hari, tetapi Puncak Hoa San Pay terasa sangat dingin menusuk. Dan kita menuju sebuah tempat, di salah satu tempat rahasia atau malah paling rahasia dari Hoa San Pay berada. Tempat itu berada dan terletak di salah satu dari Puncak Hoa San Pay yang terkenal dengan nama Sian Jin Hong, tepatnya berada di daerah sebelah timur; Tempat terlarang dan paling rahasia itu hanya diketahui secara sangat terbatas di kalangan tokoh-tokoh Hoa San Pay semata. Nama tempat tersebut adalah Im Tay Hong, sebuah tempat yang tidak terpisah jauh dari Kun Cu Hong, yang juga adalah tempat terlarang bagi siapapun, termasuk anak murid Hoa San Pay. Jika Kun Cu Hong masih diketahui beberapa murid utama, tetapi rahasia utamanya hanya diketahui tidak lebih 4 orang belaka, maka Im Tay Hong hanya diketahui dua orang belaka. Memang tempat khusus yang sangat terlarang bagi anak murid Hoa San Pay, termasuk terlarang bagi termasuk bagi Ciangbudjin sendiri untuk mengunjungi ataupun mendatanginya. Karena dibutuhkan kondisi khusus untuk dapat mendatangi Im Tay Hong dengan terlebih dahulu melewati Kun Cu Hong.
Tempat keramat yang pertama, yakni Kun Cu Hong, saat ini didiami atau ditinggali oleh tokoh besar Hoa San Pay yang sudah berusia sangat lanjut. Sudah melampaui angka 70 tahun. Namanya sangat dikagumi dan diindahkan orang, dialah Boh-Hun-Jiu (si tangan pembelah langit), Bun Thian Pah yang merupakan toa suheng Kheng Seng Taysu, bekas Ciangbudjin Hoa San Pay yang terusir oleh sutitnya sendiri. Dewasa ini, Boh Hun Jiu sedang menggodok salah seorang muridid dari Kheng Seng Taysu dan sudah dijadikan murid sendiri, murid penutupnya. Namanya adalah Bok Hong Ek yang sudah mendekati usia 25 tahun. Tetapi, sejak konflik lebih 5 tahun silam, Kheng Seng Taysu dan semua adik seperguruannya, yakni Le Goan Kay, Gan Tiong Ciang In Tiong Han dan Tan Goan Keng sudah dikurung di Kun Cu Hong. Tinggal Suma Cong Beng yang masih bebas di Hoa San Pay, karena menghianati perguruan dan mencaploknya dari tangan Kheng Seng Taysu dan kemudian mengangkat keponakan muridnya yang sudah lama menjadi murid rahasianya, Ciok Ciam Liong menjadi Ciangbudjin. Tentunya Ciangbudjin yang berada di bawah cengkeramannya. Karena adalah Suma Cong Beng yang menjadi otak pengkhianatan Hoa San Pay dan sudah lama mendidik Ciok Ciam Liong dan berapa sutenya untuk persiapan pengkhianatannya.
Sementara di Im Tay Hong, terdapat tokoh-tokoh dari angkatan tertua, merupakan Tianglo Hoa San Pay dan sudah berusia sangat tinggi. Sudah mendekati dan melampaui usia 90 tahunan. Dan mereka yang masih hidup meskipun tidak pernah menunjukkan diri mereka lagi, adalah tokoh-tokoh yang masih seangkatan Thian Hoat Tosu. Itupun hanya tinggal 2 (dua) orang belaka, mereka masing-masing bernama Ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi Halus) Gouw Tie beserta sutenya yang bernama Pi-san-khek (tamu pembelah gunung ) Liu Siang Kwe. Mereka bertapa disitu tanpa diketahui orang lagi apakah mereka masih hidup ataukah tidak, bahkan Kheng Seng Taysu sendiri tidak tahu lagi apakah mereka masih hidup ataukah sudah meninggal. Tetapi tokoh lain yang berada di Im Tay Hong dan yang justru paling terkenal adalah tokoh cemerlang dari Hoa San Pay, dia adalah Thian Hoat Tosu. Tokoh yang sudah berusia sangat tinggi, dipastikan di atas 90 tahunan dan masih lebih tua dibandingkan kedua sutenya di atas. Tokoh tua itu sedang melatih murid terakhirnya, yang awalnya adalah anak temuan yang kemudian diasuk dan dididik Kheng Seng Taysu, anak itu bernama Tio Lian Cu. Seorang anak gadis.
Sebagai tokoh tertua, Thian Hoat Tosu tentu mengetahui jejak dan nasib dua saudara seperguruannya yang juga berada dan bertapa di Im Tay Hong. Tetapi, belakangan dia kaget, karena mereka berdua sudah maju cukup jauh dalam ilmu kebatinan. Pertemuan terakhir mereka, justru ketika dia membawa Tio Lian Cu ke Im Tay Hong dan setelah itu, Thian Hoat Tosu tidak lagi pernah bertemu dengan mereka berdua, kecuali Tio Lian Cu yang beberapa kali dikunjungi secara bergantian oleh kedua tokoh sepuh itu. Belakangan Thian Hoat Tosu gembira, karena ternyata kedua sutenya yang juga sudah berusia lanjut itu, turut memberi pelajaran kepada Tio Lian Cu. Dan itu pulalah yang membuat Tio Lian Cu lebih lengkap, karena dibimbing dalam ilmu kekuatan batin oleh kedua sute Thian Hoat Tosu yang hebat itu.
Begitulah kesibukan dan aktifitas di tempat paling rahasia dan paling terlarang di Hoa San Pay. Kesibukan, yang bahkan hampir semua anak murid Hoa San Pay sendiri tidak menyadarinya ataupun mengetahuinya. Bahkan Kheng seng Taysu tidak tahu jika Thian Hoat Tosu mendidik Tio Lian Cu di daerah terlarang itu. Tidak heran, karena memang keberadaan tempat terlarang itu lebih banyak rahasia dan nyaris jadi dongeng bagi kebanyakan anak murid Hoa San Pay. Kisah sesungguhnya justru tidak mereka ketahui secara pasti. Tetapi dapatlah dimaklumi, karena disanalah tinggal tokoh-tokoh Hoa San Pay yang sudah memutuskan hubungan dengan dunia luar.
Hari itu, Tio Lian Cu yang sudah bertumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik dan menarik, terlihat sedang berlatih dengan diawasi oleh tiga orang sekaligus. Yang pasti adalah Suhunya, Thian Hoat Tosu, sementara yang dua lagi tidak terlihat berada di sekitar arena. Tetapi baik Tio Lian Cu maupun Thian Hoat Tosu tahu mereka sedang mengikuti latihan itu dari tempat kegelapan. Maklum, hari itu sudah mereka tetapkan bersama sebagai hari terakhir bagi Tio Lian Cu berada di Im Tay Hong, dan setelah hari itu, Tio Lian Cu diutus untuk segera keluar. Tugasnya gadis itu selanjutnya bukan lagi di Im Tay Hong, tetapi mengamalkan ilmu yang sudah dilatihnya secara intensif selama beberapa tahun belakangan dibawah tilikan Thian Hoat Tosu bersama kedua sutenya yang sudah mengasingkan diri.
Tio Lian Cu memainkan semua ilmu-ilmu dasar Hoa San Pay, mulai dari Hoa San Kun Hoat yang dilandasi dengan tenaga Iweekang Siauw Thian Sin Kang (Tenaga Sakti Pembakar Langit). Dilanjutkan dengan Ilmu Leng Wan Sip Pat Pian (18 Jurus Kera Sakti) dan terus menerus meningkat ke ilmu yang semakin berat Hong In Pat Jiauw (Delapan cengkeraman Awan dan Angin). Dan lanjut lagi dengan Ilmu Pa Hiat Sin Kong (Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah) dan pada puncaknya adalah Ilmu Pukulan Jit Gwat It Sian Kun (Pukulan Matahari dan Rembulan Satu garis) yang sangat legendaris dan sangat berbahaya. Tetapi hebatnya, semua ilmu dasar hingga ilmu rahasia Hoa San Pay, dapat dimainkan Tio Lian Cu dengan sangat sempurna dan dengan kekuatan yang mencukupi.
Sampai disini Thian Hoat Tosu mengangguk-angguk tanda sangat puas puas, semakin puas ketika dia menyaksikan bagaimana Tio Lian Cu mampu memainkan Ilmu Sam Im Ciang (Tiga Pukulan Sakti) dan gerakan ginkang Liap In Sut (Ginkang Mengejar Awan) andalan Bu In Sin Liong secara luar biasa. Memang, pelajaran Liap In Sut seakan melengkapi kekurangan Tio Lian Cu, karena Hoa San Pay kurang memiliki Ilmu Ginkang yang istimewa. Karena itu, permainan Tio Lian Cu sungguh sungguh sangat memuaskan Thian Hoat Tosu dan tak ada lagi yang dapat dicela tokoh tua itu ketika menyaksikan muridnya beraksi secara demikian hebat. "Hmmmmmm, anak ini memang sungguh-sungguh berbakat, dan sungguh-sungguh beruntung karena Bu In Sin Liong (Bu In Hwesio) berkenan menyempurnakannya ?".. luar biasa?".". Semestinya kejayaan Hoa San Pay akan banyak bergantung kepada anak ini ".. !!!
Tiba-tiba Tio Lian Cu bergerak dengan sangat aneh, langkah-langkah yang tidak cepat namun tidak lambat dan mengganti ilmu-ilmu tangan kosong dengan ilmu pedang. Tiba-tiba di lengannya sudah tergenggam sebatang pedang mujijat yang berwarna putih kebiru biruan. Dan ".. itulah Pedang Pusaka Hoa San Pay yang dikenal dengan nama Pedang Toa Hong Kiam (Pedang Angin Badai), Pedang Pusaka yang juga sekaligus menjadi simbol agung Perguruan Hoa San Pai dimasa lalu. Ada peraturan yang masih tetap tertulis dan belum digugurkan, yakni barang siapa yang memegang dan memiliki Pedang Pusaka Hoa San Pay yang bernama Toa Hong Kiam, maka dia berhak untuk memberi perintah kepada siapapun di Hoa San Pay. Dengan kata lain, siapapun yang memegang Pedang Pusaka itu dan menguasai Ilmu Pedang Pusaka perguruan, maka dia berhak menjadi pemimpin tertinggi di Hoa San Pay. Dan sekarang, Pedang Pusaka itu, justru muncul kembali ditangan Tio Lian Cu dan sekarang sedang memainkannya dalam ilmu-ilmu khas Hoa San Pay.
Awalnya Tio Lian Cu memainkannya dengan Ilmu Pedang Hoa San Kiam Hoat yang kemudian disusul dengan Ilmu Pedang Hoan Ki Bun Kiam Hoat (Ilmu Pedang Sungsang Balik). Kedua ilmu pedang itu dimainkan dengan sangat cepat, indah tapi cukup tajam dan membahayakan lawan. Selesai memainkan kedua ilmu tersebut, tiba-tiba Tio Lian Cu bersilat dengan gaya yang berbeda, sekali ini dia memainkan Ilmu khas Hoa San Pay yang aslinya bukan Ilmu Pedang. Aslinya adalah Ilmu Silat Thian Lo Sin Kuay Hoat (Tongkat Sakti Jatuh Dari Langit), tetapi sudah digubah sedemikian rupa oleh Thian Hoat Tosu menjadi Ilmu Pedang. Tetapi, gubahannya ternyata cukup hebat dan mampu dimainkan dengan sangat baik dan bahkan jauh menjadi terlihat cuku membahayakan lawan dibandingkan kedua ilmu pedang sebelumnya. Melihat itu, Thian Hoat Tosu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum puas. Jelas dia puas, karena intisari ilmu tersebut sudah ditemukannya kembali dalam ulasan Kitab Pusaka yang ditemukan Tio Lian Cu di dekat gua pertapaan Bu In Sin Liong. Dan dengan mengikuti ulasan disana, Thian Hoat Tosu mampu menyempurnakan Ilmu tersebut, bahkan kemudian menggubahnya menjadi Ilmu Pedang.
Tetapi yang membuat Thian Hoat Tosu gembira adalah ketika Tio Lian Cu memainkan secara hebat ilmu rahasia yang tiba-tiba muncul kembali, Ilmu Tian To Im Ngo Heng Kiam Hoat (Ilmu Pedang Mujijat Berdasarkan Lima Unsur). Apalagi karena pada saat memainkannya, Tio Lian Cu juga memainkan Ilmu Pusaka Hoa San Pay lainnya, yakni Ilmu Sakti Tiang Kun Sip Toan Kiam. Kedua Ilmu ini, sejatinya sudah hilang intisarinya dan punah dari Hoa San Pay, dan tidak diduga oleh Tio Lian Cu jika dia pada akhirnya dapat menemukan pelajaran tersebut yang juga dimuat di Kitab Pusaka temuannya. Kedua Ilmu Sakti ini memiliki nasib berbeda. Ilmu pertama sudah lenyap lama dari Hoa San Pay, bersama dengan pedang Toa Hong Kiam. Ilmu kedua, meski memang masih tetap ada jejaknya di Hoa San Pay, tetapi intisarinya sudah lenyap dan tak bisa dibanggakan lagi. Tetapi, berkat temuan Tio Lian Cu yang kemudian diserap oleh Thian Hoat Tosu, mampu mengembalikannya menjadi Ilmu Mujijat lagi yang ternyata jadi hebat dan luar biasa.
Ilmu itu sejatinya bukanlah ilmu menyerang, tetapi sejenis Ilmu mujijat yang mengikuti prinsip, semakin lawan cepat semakin engkau gesit dan bergerak seadanya, semakin lawan kuat, semakin engkau licin dan lemas. Melawan dengan prinsip ilmu sakti ini adalah melawan tanpa batas, melawan dengan cara yang tepat dan effisien. Lawan boleh cepat atau kuat, tetapi engkau dapat mengalahkannya dengan gaya dan cara yang tepat tanpa harus secepat lawan atau sekuat lawan. Ilmu inipun memampukan tokoh Hoa San Pay masa lalu, melawan tokoh-tokoh lain yang berkepandaian lebih hebat sekalipun tanpa terkalahkan. Prinsipnya adalah menyesuaikan diri dengan ilmu dan kemampuan lawan dalam pertempuran.
Ilmu-Ilmu Mujijat Hoa San Pay yang baru ditemukan kembali inilah yang kemudian disebut sebagai "kepingan yang hilang" dari khasannah Ilmu Hoa San Pay oleh Thian Hoat Tosu. Sebagaimana yang pernah dikisahkan Thian Hoat Tosu kepada Bu In Sin Liong beberapa waktu yang lalu. Dan dengan kombinasi Ilmu Pedang dan Ilmu Sakti itu, maka gerak-gerik Tio Lian Cu menjadi sangat effisien dan jauh lebih sederhana namun selalu dengan tujuan yang jelas dan pasti. Dia memainkan semua jurus Ilmu Silat Tian To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat dnegan cepat, lincah tanpa banyak kembangan, tetapi justru dipuji oleh Thian Hoat Tosu. Memainkan ilmu tersebut dengan Ilmu mujijat Tiang Kun Sip Toan Kim harus berusaha untuk "melupakan" rangkaian jurus, tetapi menyesuaikan dengan lawan. Dan Tio Lian Cu memainkannya dengan kombinasi, kadang menggunakan rangkaian jurusnya dan kadang seperti tanpa pola. Tetapi, semua terasa luar biasa dan sangat berbahaya.
Pada bagian terakhir, tiba-tiba Tio Lian Cu membentuk gaya dan posisi tubuh yang sangat aneh dengan pedang yang justru seperti tidak mengarah ke lawan. Dan tiba-tiba Tio Lian Cu membentak dan menggerakkan pedangnya dengan cepat dan ringan, hingga menghadirkan ledakan dan angin rebut bagai prahara. Ketika semua kondisi tersebut menjadi sangat mengerikan, tiba-tiba Tio Lian Cu berteriak hebat, tetapi beberapa saat kemudian, tidak ada akibat yang luar biasa yang tersaji. Bahkan sesaat kemudian Tio Lian Cu mendesis dan berkata:
"Suhu, maafkan tecu ". Jurus pamungkas Po Kong Kiam Eng (Gelombang Sinar Pedang Bayangan), masih belum sanggup kulepaskan. Rasanya semua yang diminta sucouw sudah kulakukan, pengerahan kekuatan sudah, tetapi ketika akan memasuki babakan terakhir, entah mengapa semua kekuatanku membuyar dan tak sanggup kulepaskan secara sempurna. Dorongan tenagaku perlahan membuyar, entah kenapa. Sungguh tecu belum paham sepenuhnya ?".."
"Cu ji ?". engkau tidak perlu menyesal dan kecewa, karena dapat kupastikan Ilmu Hoa San Pay generasi sesudah Suhumu dan para Susiokmu, tidak ada yang akan dapat menandingimu. Sudah lama kujelaskan, engkau harus belajar menahan emosi, memperkuat pengalaman dan terutama memperkuat kekuatan batinmu. Karena jurus terakhir sebetulnya adalah puncak pengerahan kekuatan emosi, kekuatan iweekang, kekuatan batin yang tidak lagi dipengaruhi oleh kalah atau menang. Bukan lagi untuk melukai atau membunuh lawan, tetapi sebagaimana prinsip Ilmu Mujijat kita, dengan gerakan sederhana, engkau membentuk bayangan pedang yang mudah saja dalam menangkis, menyerang ataupun memunahkan serangan lawan. Semakin engkau dalam menguasai kekuatan emosi, kekuatan batin dan kekuatan iweekangmu, akan semakin engkau mampu memainkannya ?"?"
"Suhu ?" tapi, apakah Suhu mampu memainkannya ?"?"
"Justru karena mampu maka Suhumu memberitahumu hal itu Cu Ji. Dalam kekuatan iweekang, engkau sudah melampaui tahap untuk mampu memainkannya. Dalam hal menguasai emosi, engkau sudah semakin mendekati kemampuan melepaskan ilmu atau jurus mujijat tersebut, tetapi kekuatan batin adalah aspek mitis yang hanya dapat engkau pelajari seiring dengan pertumbuhan emosi dan pertambahan umurmu. Cu Ji, percayalah, engkau tidak akan menunggu sampai seusia Suhumu ini untuk kelak suatu saat dapat memainkannya secara sempurna. Setelah engkau mempelajari ilmu Sihir dan Ilmu Kebatinan melalui kedua Susiokmu, maka engkau akan memiliki kemampuan menguasainya secara lebih baik sesuai pengalamanmu kelak. Tetapi, Suhumu dapat memastikan jika dalam waktu kurang dari 10 tahun engkau akan dapat menguasainya secara sempurna ?" engkau tak perlu buru-buru Cu Ji ".."
"Apakah memang benar demikian Suhu "..?"
"Sesungguhnya, selain jurus pamungkas itu, tidak ada lagi yang dapat engkau pelajari dari Suhumu dan kedua susiokmu ?" karena itu, engkau beristirahatlah. Setelah itu, datanglah menghadap keruangan pertapaan Suhumu ?"."
Sambil berkata demikian, Thian Hoat Tosu berlalu tanpa berkata-kata lagi. Dan Tio Lian Cu tidak berani mendesak Suhunya lebih jauh. Dia paham betul sifat Suhunya ini, jika sudah berlalu, lebih baik jangan lagi diganggu. Maka secepat kilat, dia kemudian membenahi dirinya, membersihkan diri dan kurang lebih dua jam kemudian, dia sudah siap dan sekarang memasuki ruangan khusus dimana dia biasanya menghadap Suhunya, Thian Hoat Tosu.
Tetapi berbeda dengan hari-hari sebelumnya, sekali ini wajah Thian Hoat Tosu rada berbeda. Bukan hanya itu, dalam ruangan tersebut, juga hadir kedua susioknya yang sudah berusia sangat tinggi, nyaris menyentuh angka 90 tahunan. Mereka bertiga inilah tokoh-tokoh tertua di Hoa San Pay yang bahkan sebagian besar anak murid Hoa San Pay tidak tahu, apakah mereka masih bertapa atau sudah wafat. Sejauh ini, hanya Tio Lian Cu dan Kheng Seng Taysu atau seorang dua orang lain yang tahu jika mereka masih hidup dan terus bertapa di Im Tay Hong. Melihat keadaan yang sangat serius, Tio Lian Cu tidak berayal, dia langsung masuk dan kemudian memberi hormat dengan sangat khusyuknya kepada ketiga orang tua itu:
"Tecu Tio Lian Cu menjumpai Suhu dan Jiwi Susiok ?".."
"Duduklah muridku ?".." adalah Thian Hoat Tosu yang menyambutnya, sementara Ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi Halus) Gouw Tie dan Pi-san-khek (tamu pembelah gunung ) Liu Siang Kwe nampak diam saja mengamati. Keadaan yang berbeda dan agak luar biasa ini membuat Tio Lian Cu menjadi keder dan bertanya tanya dalam jatinya, ada apa gerangan. Menunggu Tio Lian Cu duduk menghadap mereka bertiga, kembali Thian Hoat Tosu membuka suara:
"Cu Ji ?". hari ini, sengaja kedua susiokmu mendampingi Suhumu untuk berbicara dengan engkau. Karena sama seperti Suhumu, kedua susiokmu dan juga bahkan dirimu sampai sekarang ini, menghabiskan hampir seluruh masa kehidupan di Hoa San Pay yang kita cintai ini. Suhumu diangkat sebagai murid oleh khong chouwmu pada usia 4 tahun, demikian juga dengan kedua susiokmu, juga sama saja. Pada usia yang masih sangat muda sudah tinggal dan berlatih di Hoa San Pay kita ini. Itulah sebabnya, kedua Susiokmu ingin melihat dan melepas engkau. Selain itu, juga jiwi susiokmu itu ingin ikut menyatakan dan menyampaikan harapan-harapan mereka untuk engkau. Baik melepasmu untuk segera membersihkan perguruan kita dari anasir-anasir sesat yang sedang membuat Hoa San Pay menjadi gelap dan kelam; Dan juga untuk upaya mengangkat kembali nama dan perguruan Hoa San Pay ?"?"
Suasana dengan cepat berubah menjadi sendu bagi Tio Lian Cu. Sang gadis yang kini sudah berubah menjadi demikian cantik menarik ini seperti merasa bahwa dalam waktu yang sangat dekat, dia akan berpisah dengan ketiga orang tua yang selama ini secara ketat dan disiplin mengajarnya. Bahkan juga mendidiknya, memberi petuah serta menyayanginya seperti juga cucu mereka sendiri. Apalagi karena Thian Hoat Tosu, suhunya memberi waktu untuk merenung dan membuat suasana terasa demikian tenang, diam dan mengaduk emosi. Tetapi, tidak lama kemudian Thian Hoat Tosu yang tahu bahwa emosi muridnya sedang seperti diaduk-aduk melanjutkan perkataannya dengan suara lembut dan halus:
"Cu Ji, kedua Susiokmu ini sudah bersumpah untuk tidak akan lagi mencampuri urusan kedalam Hoa San Pay dengan alasan apapun sejak 10 tahun silam. Bahkan kedua Susiokmu ini sudah tidak memiliki keinginan meninggalkan Im Tay Hong di kisaran Hoa San ini saking cintanya dengan Hoa San Pay kita. Suhumu, sesungguhnya juga punya keinginan yang demikian. Hanya karena urusanmu belaka dan perjanjian dengan Lam Hay Sinni serta Bu Te Hwesio yang masih mengikat sehingga sesekali masih harus meninggalkan tempat ini ?"."
Kembali Thian Hoat Tosu berhenti sejenak, memberi kesempatan kepada semua untuk merenung. Tetapi tidak lama, sambil juga memandangi kedua adik seperguruannya, diapun kemudian berkata kembali:
"Waktumu berlatih sudah selesai hari ini. Meski engkau tidak melihat kehadiran mereka tadi, tetapi ketika tadi engkau berlatih untuk terakhir kalinya, saat itu kedua susiokmu mengamati secara sangat teliti. Dan kami bertiga sudah sama percaya dan yakin, bahwa kami bertiga melepasmu hari ini sebagai tokoh muda terhebat yang pernah kami lahirkan. Bahkan masih melampaui Toa Suhengmu sendiri yang pada 30 tahun silam kami lepaskan bersama, tetapi sayang kemudian jejaknya menghilang begitu saja. Karenanya, mencari jejak seorang suhengmu yang bernama KONG TANG LUNG, yang usianya sudah sekitar 57 tahun atau malah lebih, adalah salah satu tugasmu. Suhengmu ini bolehlah dikatakan adalah murid dari kami bertiga, persis sama seperti keadaanmu saat ini. Diapun berbakat baik, berkepribadian yang membanggakan, tidak pernah mempermalukan perguruannya. Tetapi setelah kami mengutusnya untuk ikut membantu perjuangan memberantas ronrongan Pek Kut Lodjin, entah mengapa dan bagaimana suhengmu menghilang. Dan bersama dengan menghilangnya dirinya, ikut juga lenyap tak berbekas murid kepala Lam Hay Sinni, KWEE LAN HOA yang berjuluk Thian Li Lam Koay (Bidadari Langit Sesat dari Selatan) dan murid kepala Bu Te Hwesio yang baru datang dari Thian Tok yang bernama Nagi. Mereka bertiga pernah bertarung dengan hebat dan sangat ketat namun tak ada seorangpun yang sanggup mengalahkan lawan lainnya. Karena itu, pada akhirnya kami mengutus mereka untuk menempur Pek Kut Lodjin, karena kemampuan yang tinggi mereka bertiga. Hilangnya mereka bertiga, akhirnya memancing kami, Lam Hay Sinni dan Bu Te Hwesio untuk turun tangan menempur barisan Pek Kut Lodjin. Tetapi, tetap saja sampai puluhan tahun, suhengmu belum munculkan dirinya lagi.."
"Accccccch, Suhu, jadi Tecu masih memiliki seorang Suheng yang lain lagi dan harus mencarinya ?"." tetapi, bagaimana kira-kira potongan dan tanda pengenalnya fisik yang jelas dan mudah kukenali Suhu ".?"
Thian Hoat Tosu sekilas menjadi sedih diingatkan akan murid kepala mereka bertiga ini. Memang, sebagaimana Tio Lian Cu sekarang ini, dia sangat mengasihi dan bahkan mengasuh langsung pendidikan dan perawatan anak itu. Bersama kedua sutenya, mereka turun tangan langsung dan mengagumi kecerdasan dan bakat yang menonjol dari murid mereka tersebut.
"Cu Ji ?" suhengmu itu memiliki ciri khas sangat senang berpakaian hijau. Tetapi, apakah sampai sekarang masih seperti itu, entahlah ?"."
"Cu Ji, dia memiliki tanda lahir di pundak kanannya yang berwarna hitam pekat sebesar telur ayam. Wajahnya seperti Toa Suheng ini, selalu terlihat berwibawa, posturnya tinggi besar gerak-geriknya selalu sabar, lembut dan sangat santun seperti Ji Susiokmu itu ?"".." terdengar tambahan informasi dari Pi San Khek (Tamu Pembelah Gunung) Liu Siang Kwe yang duduk tepat di sebelah kanan Thian Hoat Tosu sambil menunjuk tokoh ketiga yang berada di sebelah kiri Thian Hoat Tosu.
"Dan ketika meninggalkan Hoa San Pay, dia membekal senjata andalanku yakni Pedang Lui Cu Kiam (Pedang Mutiara Geledek). Pedang itu berwarna kecoklatan, tetapi bercahaya gemilang dengan gagangnya berwarna kecoklatan seperti warna batang pohon ?"." demikian Ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi Halus) Gouw Tie ikut berbicara memberi informasi lebih rinci. Gambaran yang semakin jelas mengenai toa suhengnya membuat Tio Lian Cu terpekur, jelas bahwa ketiga Suhunya ini sangat menginginkannya untuk melacak jejaknya.
"Baiklah, para Suhu tecu sudah dapat mencatat serta mengingat-ingat semua ciri dan pengenal suheng Kong Tang Lun. Mohon doa restu agar Tecu dapat menemukan serta membawa pulang kembali Suheng "."
"Bagus Cu Ji ?". apapun kelak yang akan engkau putuskan terhadap suhengmu itu, maka putuskan secara bijaksana. Apalagi, karena engkau memang berhak membuat keputusan apapun terkait anak murid Hoa San Pay, termasuk toa suhengmu itu. Sebagaimana sudah Suhumu ini jelaskan, bahwa siapapun yang menjadi pemegang Pedang Pusaka Toa Hong Kiam, pusaka Hoa San Pay kita, maka dia berhak menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay. Atau membuat keputusan tertinggi yang bahkan melampaui keputusan Ciangbudjin Hoa San Pay saat ini. Karena Ciangbudjin saat ini, selain melanggar aturan Partai, dia juga tidak memegang lambang pusaka symbol Partay kita. Harap engkau mencatat baik-baik, apalagi karena selain memegang Pedang Pusaka dan Simbol Perguruan, engkaupun menjadi penguasa Ilmu-Ilmu Pusaka Perguruan yang sudah lama raib itu ?""
"Tapi Suhu ".. bagaimana mungkin tecu menjadi Ciangbudjin Partai Hoa San Pay. Bukankah masih banyak para Suheng yang ?"."
"Takdir sudah menentukan jalannya Cu Ji, engkau jelas-jelas telah dipilih Sucouw untuk menyelamatkan Partay kita. Mau atau tidak engkau harus mengemban tugas berat yang diembankan leluhurmu ?" karena itu, tugas selanjutnya yang ingin kutegaskan kepadamu adalah, menjadi CIANGBUDJIN HOA SAN PAY ?"."
"Haaaaa, Suhu ?"."
"TIO LIAN CU, entah mengapa Sucouw membawamu menemukan TOA HONG KIAM, bahkan menghadiahimu Pit Kip yang memuat rahasia Ilmu-Ilmu pusaka kita. Jika bukan jodoh dan takdir, apa pula namanya itu" Karena itu, sesungguhnya saat ini, engkau adalah satu satunya orang yang dapat menyelamatkan pertumpahan darah di Hoa San Pay ini. Suhumu sudah menunggu lebih 7 tahun untuk saat seperti sekarang. Untung saja, meski saudara seperguruanmu yang lain berkhianat, tetapi mereka tidak membuat basis dan landasan mengaduk dunia persilatan di Hoa San Pay. Untung saja mereka membangun basis di puncak selatan Hoa San, yakni puncak Lok Eng Hong dan tidak mengganggu anak murid kita. Tetapi, reputasi Hoa San Pay selama beberapa tahun terakhir nyaris rusak. Karena Suma Cong Beng dan Ciangbudjin sekarang Ciok Ciam Liong yang sangat tidak punya etika dan tata krama bergaul dengan sesama kaum persilatan Tionggoan. Ini adalah tugasmu, yaitu untuk mengembalikan nama besar dan kewibawaan Hoa San Pay ".."
Thian Hoat Tosu berhenti sebentar karena sekejap dia sempat terpengaruh emosinya. Maklum, baginya dan kedua sutenya itu, Hoa San Pay adalah RUMAH. Hoa San Pay adalah Partay sekaligus rumah mereka, kebanggaan dan jati diri yang tidak bisa tidak harus mereka jaga dan junjung tinggi. Membicarakan Hoa San Pay selalu mengaduk emosi mereka bertiga. Apalagi ketika Hoa San Pay terpuruk, benar-benar melukai perasaan mereka, meski mereka sudah menyepi dan bertapa. Terlihat jelas jika tokoh tokoh tua itu sempat sangat emosional dan karena itu mereka berusaha keras untuk menetralisasi suasana hati dan emosi. Baru setelah kemudian Thian Hoat Tosu menarik nafas dalam sebentar, diapun kemudian dapat berkata dengan suara perlahan dan lebih tenang seperti sebelumnya:
"Cu Ji, dengan membawa Pedang Pusaka ini, engkau pergilah menyeberang ke Kun Cu Hong, disana ada beberapa suhengmu yang dipenjarakan oleh Ciangbudjin yang berkhianat itu. Engkau minta terlebih dahulu agar Boh-Hun-Jiu (si tangan pembelah langit), Bun Thian Pah, Toa Suhengmu yang sedang mendidik seorang sutitnya Bok Hong Ek untuk ikut turun tangan. Tiada orang lain yang dapat menemukannya kecuali Suhumu ini dan para susiokmu ?" katakan kepadanya dengan menunjukkan Toa Hong Kiam, bahwa waktu penebusan Hoa San Pay sudah tiba. Kemudian, bersama Toa Suhengmu itu, pergilah membebaskan Kheng Seng Taysu dan para suhengmu yang lain yang dikurung di ruangan lain di Kun Cu Hong. Bagaimana selanjutnya engkau bertindak, tanyakan kepada Bun Thian Pah karena dia sudah mengatur dan merencanakan tindakan ini sejak lama ".. bahkan sudah mengundang beberapa tokoh Hoa San Pay lainnya untuk bersiap-siap. Selanjutnya apa dan bagaimana Hoa San Pay, engkau dengarkan nasehat dan petunjuk toa suhengmu itu ?" hanya, saranku buatmu muridku, jika engkau merasa kurang cocok dengan menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay, janganlah engkau melepaskan hak itu sekarang. Engkau harus membereskan dan membebaskan terlebih dahulu persoalan Hoa San Pay, benahi selama setahun atau dua tahun, angkat kembali namanya baru engkau melepaskannya kepada tokoh atau anak murid yang tepat ?"?" kata-kata Thian Hoat Tosu ini didengarkan dan direspons dengan anggukkan kepala oleh kedua tokoh sepuh lainnya yang duduk di sebelah kiri dan kanannya.
Sementara itu, mendengar bahwa dia dapat melepaskan jabatan Ciangbudjin Hoa San Pan setelah setahun atau dua tahun, Tio Lian Cu menjadi lega. Bagaimanapun, dia tidaklah bermimpi menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay selamanya.
"Mengapa engkau harus menyelamatkan Hoa San Pay dengan memegang Toa Hong Kiam sebagai Ciangbudjin Hoa San Pay, akan dapat engkau pahami kelak. Karena, untuk maksud itu pula Suhumu mendidikmu. Lawan beratmu adalah salah seorang suhengmu yang bernama SUMA CONG BENG, yang kepandaiannya kemungkinan besar tidak berada di sebelah bawah kemampuanmu saat ini. Bahkan toa suhengmu masih belum mampu menaklukkannya, hanya engkau yang kami andalkan untuk dapat menaklukkannya. Harus engkau catat, semua perintahmu harus berlandaskan atas perintah Pedang TOA HONG KIAM, Pusaka yang diindahkan semua murid Hoa san Pay. Kehadiran pusaka itu akan membuat wibawa dan keabsahan Ciangbudjin Hoa San Pay sekarang ini akan berkurang banyak, dan dengan bantuan Kheng Seng Taysu, maka persoalan Hoa San Pay dapat diselesaikan secara baik. Selanjutnya, engkau tanyakan kepada para suhengmu itu ?"" Thian Hoat Tosu menutup penjelasannya sambil sekali lagi menarik nafas panjang.
"Baiklah Suhu ".. tecu mengerti ?""
"Dan satu hal lagi setelah urusan di Hoa San Pay dapat diselesaikan, kelak tepat pada pertengahan bulan ketujuh, pergilah ke Puncak Ciu Lok San dekat kota Han Im. Disana engkau akan bertemu dengan masing-masing murid Lam Hay Sinni dan Bu Te Hwesio. Mereka mestinya sudah paham apa yang akan dilakukan ". Yakni melanjutkan adu kepandaian antara murid-murid Lam Hay Sinni, Thian Hoat Tosu dan Bu Te Hwesio. Dengan kemampuanmu sekarang, mestinya engkau tidak akan kalah lagi sebagaimana Suhumu ini selalu kalah setengah jurus. Tetapi haruslah engkau ingat, ini adalah PIBU persahabatan. Kalian bersatulah sebagai satu keluarga perguruan TIGA DEWA. Kemenangan bukan yang terutama, tetapi adu kemampuan, kematangan, pengalaman untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan tegas tingkat kemampuan masing-masing. Karena itu, hadirilah perjanjian antara kami bertiga itu dan cukup dengan jangan mempermalukan nama Suhumu ?"
Percakapan masih dilanjutkan sampai beberapa waktu, memberi kesempatan kedua orang tua lainnya untuk meninggalkan pesan-pesan untuk Tio Lin Cu. Saat itu, Thian Hoat Tosu lebih banyak berdiam diri dan memberi kesempatan kedua orang sutenya untuk memberi petuah dan nasehat kepada muridnya. Entah berapa lama percakapan itu berlangsung, yang pasti menjelang sore baru Tio Lian Cu kelihatan keluar dari ruangan khusus Thian Hoat Tosu. Dan kurang dari sejam baru kemudian Tio Lian Cu terlihat keluar dengan bungkusan yang tidak besar dan membekal sebatang pedang. Pedang Pusaka Toa Hong Kiam, lambang kepemimpinan Hoa San Pay yang dengan bangga dipegangnya dan melangkahlah dia menuju Kun Cu Hong sebagaimana petunjuk Suhunya untuk memulai tugasnya.
=================== Tidak ada yang menghalangi ketika seorang gadis cantik memasuki halaman utama Hoa San Pay. Baru menjadi perhatian banyak orang ketia gadis cantik itu mengajukan sebuah permohonan, yaitu untuk bertemu dengan tokoh utama Hoa San Pay saat ini, Ciangbudjin Ciok Ciam Liong sendiri. Sudah tentu kedatangan dan juga permintaannya mengagetkan, dan mulai menyita perhatian banyak orang. Bahkan para penjaga yang sebelumnya membiarkannya kini mendekati dan membentak:
"Siapa engkau ?" ada maksud apa bertemu dengan Ciangbudjin ?"" tanya seorang anak murid Hoa San Pay dengan nada bengis.
"Apakah sekarang ini setiap anak murid Hoa San Pay tidak lagi diajari sopan santun untuk bertanya kepada setiap tamu yang berkunjung secara baik-baik guna mencari tahu maksud kedatangannya ..?" sesal si gadis cantik yang tenang saja dibentak oleh seorang murid yang menerima kedatangannya. Mendengar teguran Tio Lian Cu, anak murid Hoa San Pay itu berbalik menjadi kurang enak hati. Dan karena itu, dengan suara lebih ramah dia kembali bertanya ".
"Mohon dimaafkan jika memang demikian Nona ?" tetapi, adalah tugas kami untuk mencari tahu setiap tamu yang ingin bertemu CIangbudjin, karena itu, siapa gerangan Nona, berasal dari mana dan apa pula yang menjadi maksud dan tujuan Nona untuk mohon bertemu dengan Ciangbudjin kami ".?"
"Nacccch, begitu baru benar. Sopan santun seperti itu pastilah tidak membuat malu leluhur partay Hoa San Pay kita ?".. sekarang, sampaikan kepada Ciangbudjin Hoa San Pay, bahwa aku datang untuk memberinya kabar terbaru tentang Pedang Pusaka Toa Hong Kiam. Waktuku sangatlah terbatas, jika dia tidak segera datang sendiri, maka aku akan segera berlalu dari tempat ini ?"" demikian jawab Tio Lian Cu dengan tetap merahasiakan namanya sendiri.
"Apa ?" Toa Hong Po Kiam, pusaka Hoa San Pay yang sudah hilang selama puluhan atau bahkan ratusan tahun itu "..?"
"Benar ,,,,, memang Pedang Pusaka itu. Nach, apakah sekarang engkau mau pergi dan dan memberitahu Ciangbudjin Hoa San bahwa aku menunggunya disini dan membawa berita penting buat Hoa San Pay ?"" Tio Lian Cu berkata sambil tersenyum misterius tetapi yang membuat penjaga itu semakin tersentak kaget. Tetapi, tentu saja berita itu penting, karenanya dia segera berlalu kedalam.
Tetapi sambil berlalu setelah, dia menyempatkan diri untuk memberitahukan teman-temannya agar mengawasi Tio Lian Cu. Mengawasi seorang gadis cantik tentu saja menyenangkan, kawan-kawannya dengan senang hati menggantikannya dan kini mengawasi Tio Lian Cu yang terlihat santai dan tidak terlihat takut-takut. Dan sambil menunggu kedatangan orang yang dimaksud, Tio Lian Cu yang kali ini mengenakan pakaian ringkas berwarna ungu, terlihat bersikap biasa saja seperti tidak ada yang dikhwatirkannya. Justru murid-murid Hoa San Pay yang mengawasinya yang menjadi tidak mengerti dengan tingkah Tio Lian Cu.
Dan sebagaimana dugaan Tio Lian Cu, dalam waktu yang tidak lama, tokoh yang ditunggunya sudah mendatanginya. Tokoh yang kini menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay yaitu Ciok Ciam Liong. Pakaiannya sekarang lebih mewah, bahkan terlampau mewah nampaknya, dan wajahnya jauh lebih bersih meski kini sudah berusia hampir 50 tahun. Dan ketika berhadapan dan menghadapi Tio Lian Cu, Ciok Ciam Liong yang datang diiringi oleh beberapa orang yang tak begitu dikenal oleh Tio Lian Cu kecuali Cia Nam, terlihat melengak kaget. Dia seperti kenal tapi tidak kenal, seperti tidak kenal tapi juga mengenalnya. Diam-diam dia terkejut dan kemudian menyapa dengan suara berat namun berisi sedikit rasa curiga:
"Hmmmm, jadi engkau yang mengaku membawa kabar mengenai Toa Hong Po Kiam Nona ?" Tetapi, sesungguhnya siapa erangan engkau ini ".. " Mengapa wajah dan tingkahmu seperti tidak asing bagiku ?"?"
Melihat kedatangan Ciok Ciam Liong, nafsu dan amarah Tio Lian Cu sebenarnya sudah naik hingga ke kepala. Rasanya ingin dia dengan segera menelanjangi kebusukannya dan kemudian menerkam dan menghukum manusia durhaka itu dengan hukuman yang berat. Tetapi, sebagai orang yang berlatih Ilmu Dalam dan bahkan Ilmu Batin, dengan cepat dia menindas kemarahannya. Dia harus bertindak hati-hati dan mengukur hati dan keberpihakan anak murid Hoa San Pay. Karena itu dia berusaha keras untuk bertindak dengan tenang dan tidak terburu-buru. Setelah menenangkan diri, pada akhirnya secara perlahan-lahan dia memandang Ciok Ciam Liong dan bertanya:
"Benarkah siauwte sedang berhadapan dengan Ciangbudjin Hoa San Pay, yang mulia Ciok Ciam Liong Locianpwee "..?"
"Benar sekali Nona ?".. untuk saat sekarang ini engkau memang sedang berhadapan dengan lohu yang secara kebetulan mengemban kepercayaan untuk menjabat sebagai Ciangbudjin Hoa san Pay. Apakah tidak engkau keberatan jika lohu mengetahui nama nona yang sebenarnya ".?"
"Acccccchhh, jika memang demikian, perkenankan siauwte memberi salam dan ucapan terima kasih karena Ciam Locianpwee. Terutama karena dengan rela hati memimpin Hoa San Pay sudah selama 7 tahun terakhir ini, meskipun sebetulnya bukan karena diberi kepercayaan. Tetapi merebutnya dengan cara yang sangat tidak layak dan malah dengan cara yang sangat memalukan. Berlaku curang, membunuh sesame saudara seperguruan dan membokong Kheng Seng Taysu. Tetapi bagaimanapun, kesedianmu untuk tidak menghancurkan serta tidak melacurkan Perguruan Hoa San Pay dengan para penjahat di Lok Eng Hong sana, haruslah kuhargai. Tetapi, sekarang ini, sudah cukup semua apa yang engkau lakukan terhadap Hoa San Pay ?"?"
Bukan main marah dan murkanya Ciok Ciam Liong mendengar kata-kata dan kalimat Tio Lian Cu yang diucapkan nyaris tanpa emosi. Dan disampaikan seorang gadis muda kepadanya seperti seorang tua yang menyesalkan kecerobohan dan juga kekeliruannya beberapa waktu lalu. Wajahnya memerah, rambutnya bergerak dan dengan cepat dia berkata dengan suara keras dan angker:
"Kurang ajar ?" siapakah engkau yang demikian berani dan lancing berkata seperti itu di hadapan lohu ?"?" potong Ciok Ciam Liong dengan wajah murka bukan alang kepalang. Matanya menatap nyalang.
"Soal siapakah aku bukan masalah utama Ciok Ciam Liong. Kita sama-sama orang Hoa San Pay, hanya bedanya, aku bukan orang yang tega untuk melakukan pengkhianatan seperti engkau. Mengingat kerelaanmu memimpin selama 7 tahun, maka aku akan memberimu jalan mundur yang baik jika engkau ingin berlalu secara baik-baik. Karena bagaimanapun engkau tidak memasukkan para penjahat di luar sana untuk bercampur dengan perguruan kita ini. Tetapi, jika engkau melakukan perlawanan, maka biarlah aku menegaskan kepadamu saat ini, bahwa engkau akan dihukum seberat-beratnya karena perbuatanmu yang khianat dan memalukan itu ?"?"
Sungguh tegas, tidak main-main dan bagi Ciok Ciam Liong, bagaikan geledek di siang hari mengikuti kata demi kata, kalimat demi kalimat yang tersusun demikian rapih yang dilontarkan Tio Lian Cu. Ada sedikit penghargaan dan tawaran mundur baik-baik namun juga ada nada-nada ancaman yang membuatnya tersentak. Tetapi, bagaimana bisa dia menyerahkan jabatan Ciangbudjin yang sudah dia peroleh dengan cara membokong dan mengkhianati kaum tuanya di Hoa San Pay" sungguh satu hal yang sangat tidak masuk akal. Maka, dengan murka diapun berkata:
"Setan betina yang tidak tahu utara dan selatan, engkau sungguh sungguh tidak tahu sopan santun. Setelah menghina Hoa San Pay dan menghina lohu selaku Ciangbudjin, jangan engkau berharap untuk masih dapat melangkah pergi dari sini dalam keadaan selamat. Penjaga ?"" teriak Ciok Ciam Liong sambil memandang berkeliling dan melihat betapa semakin lama semakin banyak anak murid Hoa San Pay yang mengitari tempat mereka berada dan memandang heran.
Tetapi Ciok Ciam Liong dan rombongannya yang berjumlah 6 (enam) orang, termasuk Cia Nam yang juga khianat, tersentak kaget. Terutama ketika perlahan-lahan dari balik tembok meloncat masuk Kheng Seng Taysu, Le Goan Kay, Tan Goan Keng bersama dengan Bok Hong Ek. Tidak salah lagi, inilah tokoh-tokoh utama pada 7,8 tahun silam yang sebenarnya dijebloskan kedalam penjara rahasia di ruangan rahasia Kun Cu Hong. Bagaimana mereka bisa tiba-tiba munculkan diri secara bersama disitu" sungguh kagetnya Ciok Ciam Liong bukan alang kepalang. Mimpipun dia tidak atau belum membayangkan jika hari yang sangat cerah ini dia menghadapi kenyataan yang sangat mengejutkan. Betapa posisinya jadi terancam karena tokoh-tokoh yang tadinya dipenjarakannya dan tidak pernah menunjukkan gelagat untuk melawan ataupun juga melakukan pemberontakan, kini tiba-tiba muncul kembali.
"Ciok Ciam Liong, betapapun engkau bukanlah orang yang terlampau busuk hatinya. Tidak bekerja merusak perguruan kita Hoa San Pay dan tidak membunuh kami semua para tetua perguruan Hoa San Pay ".. karena itu, kuminta kepada Cu Ji untuk memberikan penawaran jalan keluar bagimu secara baik-baik. Tetapi, itupun terserah kepadamu. Setidaknya kami melihat jalan keluar yang tidak membuat kita harus saling membunuh setelah melalui banyak persoalan panjang ?"." berkata Kheng Seng Taysu, tokoh yang sebelumnya menjadi Ciangbudjin sebelum direbut oleh Ciok Ciam Liong dengan cara licik dan membokong.
"Hahahahahahaha, jangankan engkau tokoh yang menjadi bekas Ciangbudjin Hoa San Pay dan para bekas susiok " toa supek sendiripun tidak lagi kami takuti sekarang ini. Karena itu, Cia Nam sute dengan baik-baik bergabung dan kukeluarkan dari penjara agar mau ikut membantuku menjadi tokoh utama Hoa San Pay sambil mempelajari ilmu ilmu rahasia Hoa San Pay yang lain .?" tawa Ciok Ciam Liong bergema dan sepertinya memang sengaja memamerkan kekuatan iweekangnya yang sekarang memang maju secara sangat luar biasa dan mengagetkan Kheng Seng Taysu. Kheng Seng Taysu jadi menarik nafas panjang dan berkata:
"Omitohud ?" hebat ". hebat, engkau memang maju sangat jauh, bahkan sudah dapat nyaris melampaui kemampuanku sendiri sebagai supekmu. Tapi, sayang sekali, sungguh sangatlah disayangkan karena engkau tersesat ". dan setiap yang tersesat jika tidak cepat menyadari kesesatannya akan beroleh hukuman yang setimpal. Dan itu akan berlaku atas dirimu ".. Hmmmm, Cu Ji lakukan tugasmu"
"Baik Suhu ?"" jawab Tio Lian Cu yang memandangi sekeliling dan paham bahwa Suhunya masih didukung banyak anak murid Hoa San Pay.
Pada saat itu, memang secara perlahan-lahan, halaman yang memang sangat luas itu mulai dipenuhi oleh anak murid Hoa San Pay. Dan melihat hal tersebut, Ciok Ciam Liong menjadi semakins enang dan gembira. Dia sangat yakin bahwa posisinya sangat kuat dan sudah didukung oleh seluruh murid Hoa San Pay. Itulah sebabnya dia menjadi sangat gembira, dan kemudian dia berkata dengan suara yang keras dan dibuat terdengar sangat berwibawa:
"Hahahahahaha, apakah engkau yang akan menghukumku bersama dengan beberapa orang yang engkau bawa itu Kheng Seng Taysu "..?"
"Ciok Ciam Liong, sekali lagi kuingatkan. Engkau mengambil alih Hoa San Pay dengan membunuh beberapa orang sutemu dan kemudian membokongku sebagai Ciangbudjin pada saat itu. Mengamcamku untuk menjadikanmu CIANGBUDJIN dengan taruhan berapa nyawa susiokmu dan sute dan sumoymu. Bahkan karena perbuatan khianatmu, Suhumu Gan Tiong Ciang kini menderita sakit parah dan malu menghadapi para leluhur Hoa San Pay ".. apa engkau kira posisi dan kedudukanmu saat ini sudah terlampau kokoh" Kutawarkan sekali lagi jalan mundur yang baik bagimu. Karena bagaimanapun, engkau dapat menahan diri dan tidaklah sampai membuat Hoa San Pay menjadi perguruan aliran hitam dan menjadi anasir penjahat bagi kang ouw dengan tokoh-tokoh tidak genah di Lok Eng Hong sana ?"."
"Kheng Seng Taysu ".. sebagai Ciangbudjin Hoa San Pay, dihadapan sekian banyak anak murid Hoa San Pay kuminta dengan sangat berlutut. Dan menunggu hukuman perguruan yang layak dan pantas atas kalimat-kalimatmu yang sangat memalukan dan tidak menghargai Ciangbudjin Hoa San Pay ?"."
Pada saat itu Ciok Ciam Liong sudah sangat yakin dan percaya diri. Karena betapapun juga, setelah 7 tahun memimpin, meski bukan pemimpin yang sangat cakap, tetapi dia tahu bahwa dia diterima sebagian besar anak murid Hoa San Pay. Apalagi, diapun dikukuhkan oleh Kheng Seng Taysu secara resmi. Meski memang, tidak memegang lambang utama Hoa San Pay yang tertulis dalam aturan Hoa San Pay, bahwa pemegang TOA HONG KIAM adalah pemberi perintah teratas dan bahkan mengatasi CIANGBUDJIN HOA SAN PAY sekalipun. Karena keyakinan itu, maka Ciok Ciam Liong menjadi berani menghadapi para leluhurnya, bahkan kemudian tak segan-segan untuk kembali memberi perintah:
"Kheng Seng Taysu, kuberi waktu sampai hitungan kelima ". Jika engkau tidak berlutut untuk menerima hukuman, maka segenap anak murid Hoa San Pay akan kuperintah untuk mengerubutimu dan rombonganmu dan kemudian menghukum kalian dengan hukuman mati sebagai pemberontak ?"?""
"Ciok Ciam Liong, apakah engkau masih tidak paham dengan maksud baikku untuk memberimu jalan mundur dari Hoa San Pay ?"?"
"Satu ?"" Dua ?".. Tiga ?".. Empat ?"."
Belum lagi hitungan kelima dikeluarkan, tiba-tiba terdengar bunyi pedang dikeluarkan dari sarungnya dalam kecepatan tinggi dan diikuti oleh aungan seperti badai menderu ketika dibolang-balingkan pemegangnya ?""
"Tahan ?"" Ciok Ciam Liong, sekarang engkau perhatian baik-baik apa yang berada dilenganku saat ini" bentak Tio Lian Cu dengan pengerahan kekuatan iweekang yang luar biasa besar. Bentakan itu sekaligus menutup dan membuat suara tawa Ciok Ciam Liong yang sebelumnya keras menjadi seperti suara nyamuk dihadapan aungan seekor singa jantan perkasa. Bersamaan dengan teriakan yang sangat nyaring melengking dan mengguncang suara dan semangat banyak orang itu, kini banyak orang yang sudah mengalihkan perhatian kepada seorang gadis muda, yakni Tio Lian Cu yang selama beberapa waktu dilupakan dan tidak diperhatikan orang. Dan banyak orang yang terheran-heran melihat Pedang Pusaka yang demikian aneh warnanya dan memiliki perbawa yang sangat hebat dan luar biasa itu.
Ciok Ciam Liong juga sama terkejutnya. Jelas saja dia tahu aturan tertulis yang selalu diwariskan turun temurun. Yakni, bahwa pemegang Pedang Toa Hong Kiam adalah pemegang kedaulatan tertinggi, bahkan mengatasi Ciangbudjin sekalipun. Karena itu, Pedang itu menjadi symbol dan tanda pemimpin tertinggi Hoa San Pay. Kini, melihat munculnya pedang itu, Ciok Ciam Liong mulai berkeringat dingin dan mulailah matanya terbuka. Bahwa kehadiran Kheng Seng Taysu, mestinya karena ada sandaran yang sangat kuat, dan karena itu mereka berani untuk tampilkan diri. Tetapi, Ciok Ciam Liong cerdik dan cepat berpikir, belum lagi banyak orang sadar, dia sudah bergerak dalam kecepatan tinggi sambil mendesis:
"Hmmmm, kemarikan pusaka perguruanku ?"."
Mulanya Ciok Ciam Liong tidak begitu memandang tinggi kemampuan gadis yang memegang Toa Hong Po Kiam itu. Dia hanya tidak tahu saja jika si pemegang Pedang Pusaka justru adalah anak didik yang paling hebat yang dihasilkan oleh para sesepuh Partai Hoa San Pay. Karena itu, tepat ketika lengannya mendekati gagang pedang Toa Hong Kiam, tiba-tiba dengan sebuah hentakan yang berdasarkan Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan CengkeramanAangin dan Mega) Tio Lian Cu memegat pergi lengannya. Bahkan bukan cuma itu, dengan gerakan sederhana jurus Mong coa to sim (ular sawah mengeluarkan lidah), dia mendorong pergi Ciok CIam Liong. Akibat dorongannya sungguh telak dan membuat Ciok Ciam Liong harus menderita malu yang bukan buatan. Dirinya terdorong, terhuyung-huyung sampai 5,6 langkah ke belakang belakang dan baru dapat tegak berdiri kembali. Itupun dengan wajah yang memerah akibat menahan malu. Dan serentak, kemarahan berkobar dan membakar hatinya, dia lupa bahwa tadi dia dengan mudah dijatuhkan lawan.
"Hmmmmmm, sungguh sangat memalukan. Mana ada dalam sejarah Hoa San Pay kita ini seorang Ciangbudjin Hoa San Pay berani mati untuk bertindak culas dan curang seperti engkau" Memalukan perguruan dan memalukan para leluhurmu ".." tajam dan pedas teguran Tio Lian Cu.
Sementara itu, Ciok Ciam Liong yang sedang murka tiba-tiba berteriak dan memberi perintah kepada seluruh anak murid Hoa San Pay:
"Serang para pengkhianat dan rebut kembali pusaka kita ?"."
"Tahan " Siapa yang bergerak berarti memberontak terhadap aturan Hoa San Pay"
Kheng Seng Taysu balas membentak dan membuat gerakan dari anak murid Hoa San Pay jadi tertahan. Bagaimanapun mereka masih mengenali bekas Ciangbudjin Hoa San Pay yang mereka hormati dan kasihi. Berbeda dengan Ciok Ciam Liong yang sibuk mengejar nama besar tetapi sering tidak memperhatikan kemajuan dan kebutuhan anak murid Hoa San Pay. Apalagi, nyaris semua anak murid Hoa San Pay justru paham dengan aturan mengenai Pedang Pusaka Toa Hong Kiam. Dan bentakan Kheng Seng Taysu sungguh-sungguh manjur. Anak murid Hoa San Pay saling pandang satu dengan lainnya dan semua pada akhirnya menjadi ragu-ragu dan tak ada satupun yang maju untuk menyerang Tio Lian Cu.
"Kurang ajar ".. maju dan rebut Pedang itu ". Ini perintah Ciangbudjin ".. yang tidak maju akan mendapatkan hukuman berat" kembali Ciok Ciam Liong berteriak-teriak dan bahkan mulai mengancam anak muridnya.
"Seluruh anak murid Hoa San Pay, dengarkan perintah pemegang Toa Hong Po Kiam, pemegang perintah tertinggi dalam aturan Hoa San Pay ". kosongkan lapangan dan berjaga di semua sudut. Biarkan ke-enam pengkhianat perguruan berada di tengah dan saksikan bagaimana Toa Hong Po Kiam berusaha untuk membersihkan Hoa San Pay dari para pengkhianat. Bagi yang masih ragu, kutunjukkan kim pay dari Ciangbudjin Angkatan Keempat, Sucouw To-Pi Sin-kiam In Kiam (Si Pedang Sakti Berlengan Banyak) yang menganugerahkan Pedang dan Pit Kip Rahasia Ilmu Hoa San Pay kepadaku .." sambil berkata demikian, tiba-tiba di ujung pedang Toa Hong Po Kiam sudah terlihat sebuah kimpay atau tanda pengenal Ciangbudjin Hoa San Pay. Dan To Pi Sin Kiam In Kiam adalah Ciangbudjin terakhir yang diketahui memegang Pedang Pusaka itu. Dan keadaan ini membuat suasana semakin kaget dan tidak ada yang berani memihak Ciok Ciam Liong lagi. Sudah jelas, semua terpengaruh dengan Pedang Pusaka dan kimpay serta kata-kata Kheng Seng Taysu dan Tio Lian Cu. Selain mereka juga kaget karena ternyata Ciangbudjin itu sudha memberontak dan memenjarakan tokoh tokoh Hoa San Pay yang selama ini dekat dengan mereka.
Benar saja, dalam waktu beberapa detik, para murid Hoa San Pay membuka ruang yang lebar di tengah lapangan dan meninggalkan Ciok Ciam Liong dan para begundal pengkhianat itu di tengah lapangan. Sikap mereka sudah jelas ". menghormati Pedang Pusaka. Karena itu, nasib Hoa San Pay dan Ciok Ciam Liong kini dipertaruhkan atas dasar apa yang akan diputuskan oleh Tio Lian Cu. Dan keputusan itu segera turun dengan perkataan gadis itu:
"Tecu TIO LIAN CU, murid Kheng Seng Suhu dan pewaris para Tianglo Hoa San Pay, Thian Hoat Suhu, Ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi Halus) Gouw Tie Suhu, Pi-san-khek (Tamu Pembelah Gunung) Liu Siang Kwe Suhu dan atas berkah Pedang Pusaka Toa Hong Kiam akan membersihkan perguruan. Para suheng, Bun Thian Pah, Kheng Seng Taysu, Le Goan Kay, periksa seluruh murid Hoa San Pay yang terlibat dalam pengkhianatan membunuh sesama saudara seperguruan dan yang telah mengangkangi jabatan Ciangbudjin ?". segera laksanakan ?"."
"Menerima perintah ?"." Kheng Seng Taysu dan Le Goan Kay segera bergerak dan kemudian meninggalkan lapangan. Sementara Bun Thian Pah masih belum terlihat berada di lapangan tersebut, juga muridnya Bok Hong Ek.
"Ciok Ciam Liong, engkau mengkhianati perguruan kita, membunuh beberapa saudara seperguruanmu dan memaksa Kheng Seng taysu menjadikan engkau Ciangbudjin Hoa San Pay ?". hari ini, bersama-sama kelima temanmu, silahkan mencari jalan selamat dengan mengalahkanku. Jika kalian berenam mampu mengalahkanku, maka kalian boleh berlalu tanpa hukuman, tetapi jika tidak mampu, maka terserah dalam keadaan seperti apa kalian keluar dari kepungan ini ?". jika beruntung selamat, maka kalian akan menjadi tahanan seumur hidup di Hoa San Pay ". kalian berenam boleh maju bersama mencari jalan selamat itu ?""
Bukan main keputusan Tio Lian Cu ini. Sampai-sampai Tan Goan Keng yang masih saudara seperguruan Kheng Seng Taysu dan Thian Lui Sianseng Yap Eng Ceng dan istrinya Kiang Cui Loan mengernyitkan kening. Saat itu terlihat, memang keempat orang yang ikut menemani Ciok Ciam Liong seperti tidaklah terlampau hebat kemampuan mereka. Tetapi masih ada seorang Cia Nam yang memiliki kesaktian tidak berbeda jauh dengan Ciok Ciam Liong sendiri. Mengapa pula Tio Lian Cu begitu gegabah menangani mereka berenam sekaligus "..?"
"Hmmmmm, engkau sungguh sombong Nona ?". tetapi, baiklah lohu akan berusaha bukan untuk keluar dari lingkaran ini, tetapi untuk merampas Pedang Pusaka Hoa San Pay yang entah engkau temukan dimana ?"" sambil berkata demikian Ciok Ciam Liong tanpa malu-malu memandang Cia Nam dan kemudian merekapun maju mendekati Tio Lian Cu. Sementara 3 orang lainnya tidak beranjak dari tempatnya. Anehnya yang seorang lagi terus-terusan berdiam diri dan sikapnya sangatlah tenang, tidak terlihat takut atau khawatir. Sikapnya ini mengundang kecurigaan Tan Goan Keng. "Hmmmm, sikapnya sungguh tenang, sangat mencurigakan " apakah dia memang sengaja menyembunyikan kepandaiannya ?" Siapa gerangan dia" sepertinya bukan anak murid Hoa San Pay ?" tapi apa maksudnya"
Padahal, pandangan Tan Goan Keng dan Yap Eng Ceng memang tidak meleset. Ada satu orang diantara keenam orang itu yang justru memiliki kepandaian lebih hebat dan sejak awal terlihat sangat tenang. Tokoh ini memang bukan murid Hoa San Pay, tetapi seseorang yang datang ke Hoa San Pay untuk maksud yang lain. Sepertinya urusan yang berbeda. Tapi, ketenangannya memang patut diacungi jempol. Dan sebenarnya Tio Lian Cu juga memperhatikan keadaannya.
Sementara itu, Ciok Ciam Liong yang sudah sempat membentur Tio Lian Cu sadar jika nona ini memiliki kemampuan hebat. Karena itu dia berhati-hati dan sudah membisiki Cia Nam untuk ikut membantunya. Bagaimanapun posisi mereka sangat berbahaya saat ini. Apalagi karena Suma Cong Beng dan ketiga saudara seperguruan mereka yang ikut berkhianat masih belum kembali dari puncak Lok Eng Hong. Sementara tokoh yang berkunjung kepadanya dan masih tidak diketahuinya kehebatannya, justru datang untuk bertanya tentang dimana dan apa yang dikerjakan Suma Cong Beng.Jika lengkap berada di Hoa San Pay dengan susioknya atau mereka keburu tiba, Ciok Ciam Liong percaya posisi mereka akan berbalik lebih mendominasi. Tapi sekarang, keadaan agak berbahaya buat dirinya dan pihak yang mendukungnya. Mereka harus mengandalkan diri sendiri dan bantuan Cia Nam. Sementara bantuan tokoh satu lagi yang mereka tahu sangat hebat tapi sampai dimana kehebatannya itu mereka masih belum tahu dan yakin benar, tidaklah dapat mereka pastikan.
Kini Ciok Ciam Liong berusaha menenangkan hatinya yang gelisah. Sesungguhnya nafsu amarah sudah sangat menggerogoti hatinya, matanya nyalang memerah tanda murka, tatap matanyapun menyala bagai ingin menelan orang. Jika mampu, dia ingin menelan Tio Lian Cu bulat-bulat. Tetapi karena amat sadar jika dia sedang menghadapi saat yang sangat menentukan, dia berusaha keras mengendalikan dirinya. Dan setelah beberapa saat, akhirnya diapun memutuskan untuk keluar menyerang itupun saat dia merasa sudah cukup dapat mengontrol dirinya. Hanya, sekali ini dia dia sangat berhati-hati setelah pengalaman pahit dipukul mundur dalam sekali serangan oleh Tio Lian Cu beberapa saat sebelumnya.
"Hmmmm, bersiaplah Nona ?""
Begitu maju Ciok Ciam Liong langsung memainkan ilmu Hoa San Kun Hoat. Tetapi, berbeda dengan Hoa San Kun Hoat yang dikuasai oleh Tio Lian Cu, serangan serta gerakan Ciok Ciam Liong terlihat mengalami beberapa perubahan. Dan hebatnya, perubahan tersebut membuat Ilmu tersebut menjadi lebih indah dan lebih berbahaya. Tetapi, tentu saja Tio Lian Cu tidak kagok dengan perubahan itu, bagaimanapun dia sudah menyelami kedalaman ilmu dasar Hoa San Pay. Karena itu, diapun bersilat dengan ilmu yang sama, namun dengan kekuatan dan kecepatan yang melebihi Ciok Ciam Liong. Akibatnya, terlihat jelas jika Ciok Ciam Liong meski lebih bervariasi tetapi tak mampu mendesak Tio Lian Cu. Malahan, dalam lima gebrakan kemudian, dia kembali terdorong ke belakang.
"Hmmmmm, baru menguasai Ilmu Hoa San Pay sebegitu sudah berani dan lancang mengangkat diri menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay ?" engkau sungguh memalukan perguruan dan seluruh leluhur Hoa San Pay "."
Teguran Tio Lian Cu sungguh-sungguh menyakitkan bagi Ciok Ciam Liong. Dengan cepat dia kembali menyerang, bahkan sekali ini menggunakan Ilmu Pa Hiat Sin Kong atau Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah. Memang hebat bukan main karena dengan cepat dia mengurung tubuh Tio Lian Cu dengan totokan-totokan hebat yang mengarah bagian bagian tubuh yang berbahaya. Tetapi, seperti tadi, Tio Lian Cu yang sudah mendalami selama bertahun-tahun, bahkan berlatih dengan 3 tokoh tertua Hoa San Pay, dengan sangat mudah saja memunahkan semua serangannya. Bukan hanya memunahkan, beberapa kali bahkan langsung menyerang balik dan mengundurkan Ciok Ciam Liong yang semakin penasaran dalam menyerang.
Pada gerakan jurus kelima, kembali Ciok Ciam Liong terdorong mundur, sekali ini bahkan sampai 5,6 langkah ke belakang, satu tanda kekuatan saktinya memang masih terpaut jauh dari lawannya. Karena ketika dia menghujani Tio Lian Cu dengan totokan-totokan di pundak, lengan dan pinggang, tiba-tiba Tio Lian Cu bergerak menggeser satu langkah kekanan. Kemudian langsung maju selangkah dan tepat berada di tengah kedua lengan lawan yang sedang mengincarnya. Dan dengan kecepatan bagai kilat, dia memukul dada lawan yang meski masih mampu ditangkis Ciok Ciam Liong, tetapi jelas kalah jauh tenaganya.
"Dukkkkkk ?"."
Kembali Ciok Ciam Liong terdorong. Dan sekali ini, dia mulai khawatir, karena teramat mudah bagi Tio Lian Cu mematahkan semua serangannya. Padahal, dia sudah yakin menguasai dengan benar dan sempurna seluruh ajaran Suma Cong Beng kepadanya. Dan mereka semua sangat percaya jika perbaikan-perbaikan atas semua Ilmu Hoa San Pay pasti akan membuat anak murid Hoa San Pay terkejut. Tetapi, Tio Lian Cu yang jelas bergerak dengan Ilmu Hoa San Pay sama dengan dirinya, justru dengan mudah mengalahkan, mematahkan dan mengembalikan semua serangannya. Bahkan berkali-kali mempermalukannya di hadapan banyak anak murid Hoa San Pay. Tetapi, Ciok Ciam Liong masih ingin mencoba dan menyerang kembali. Tiba-tiba dia membentak marah dengan suara menggelegar:
"Awas kau ".."
Sekali ini dia menyerang dengan Salah satu Ilmu Pusaka ilmu pukulan Jit gwat it sian kun (pukulan matahari dan rembulan satu garis). Ilmu ini sebenarnya sudah tidak dikenali lagi oleh banyak tokoh Hoa San Pay sampai pada 7,8 tahun silam. Sampai tahu-tahu ilmu ini memakan korban dan membunuh sampai 3 anak murid Hoa San Pay yang dinominasikan sebagai Calon Ciangbudjin. Dan melihat Ciok Ciam Liong sudah membuka serangan dengan ilmu itu, Tio Lian Cu mengernyitkan keningnya. Tetapi, dia sama sekali tidak ayal karena dia mengenal dan sangat menguasai Ilmu Pukulan yang memang hebat dan mujijat itu.
"Hmmmm, boleh juga engkau menguasai Jit Gwat It Sian Kun ". sayang engkau tersesat dan memalukan perguruan. Engkau lihat bagaimana kutaklukkan Ilmu yang banyak makan korban anak murid perguruan kita itu ".." sambil berkata demikian, Tio Lian Cu kemudian mengikuti gerak dan gaya Ciok Ciam Liong dan ikut menggunakan Ilmu itu dalam menyerang dan bertahan.
Akibatnya hebat dan luar biasa. Tetapi sekali ini terlihat agak lain. Tio Lian Cu bergerak lebih lambat namun jelas lebih kokoh baik dalam menyerang maupun menghadapi semua pukulan Ciok CIam Liong. Sementara meski Ciok Ciam Liong lebih cepat dan lebih bervariasi, namun terlihat jelas jika memang ilmu itu sudah banyak berubah dari aslinya. Ataupun sudah cukup banyak modifikasi dan perubahan dilakukan atas ilmu itu. Melihat semua itu, Tio Lian Cu yang sangat memahami ilmu itu karena mempelajari inti sarinya segera kembali berkata:
"Engkau rupanya sudah menerima ajaran yang tidak murni lagi ".. sayang sekali, padahal engkau mengaku sebagai Ciangbudjin Hoa San Pay. Sekarang mari engkau lihat dan saksikan bagaimana Ilmu simpanan Hoa San Pay itu seharusnya dimainkan dan digunakan, lihat manfaatnya "."
"Ini jurus Cuan-im-teh gwat (menembusi awan memetik rembulan), hati-hati dengan pundak kanan dan bagian dada sebelah kirimu ?"." Sambil berkata dmeikian Tio Lian Cu menggerakkan kaki dan tangannya secara lambat. Tetapi meskipun demikian, entah bagaimana dia tetap dapat mendahului gerakan kaki Ciok Ciam Liong dan memapas persis pada saat yang tepat dan membuat lawannya repot menangkis lengannya yang mengarah bagian pundak dan dada sebelah kanan. Kendati sebenarnya Tio Lian Cu sudah memberi peringatan terlebih dahulu.
"Dan yang ini namanya adalah jurus Thian-li-hui-ko (perempuan langit menangkis tombak), hati-hati dalam menjaga bagian perut dan paha kirimu, jangan sampai engkau alpa ?"" demikian Tio Lian Cu yang sudah memegang kendali sepenuhnya. Memang aneh untuk dijelaskan, dia bergerak lebih lambat dibandingkan lawannya, tetapi ketika menyerang, dia menduduki posisi yang sangat pas dan tepat sehingga pukulannya lebih dahulu mengancam lawan. Dan sekali lagi Ciok Ciam Liong tergetar dan kembali dalam posisi terserang dari yang tadinya bergerak dengan jurus yang sama dengan yang diteriakkan Tio Lian Cu.
Sampai jurus ke 11 Ciok Ciam Cong lebih banyak dan lebih sering terserang balik entah bagaimana ceritanya. Dia sendiri masih belum paham sepenuhnya mengapa. Padahal, setiap kali Tio Lian Cu berteriak serta memberitahu jurus serangannya, dia mendahului menyerang dengan ilmu itu. Untung saja, saat itu Tio Lian Cu memang seperti secara sengaja memberitahu banyak orang, bahwa diapun memahami ilmu pusaka Hoa San Pay itu. Bahkan mampu memahami dan menguasainya jauh lebih sempurna. Dan setelah cukup, kembali dia berteriak dengan suara nyaring:
"Dan sekarang, jagalah baik-baik Siau ci thian lam (matahari tenggelam bianglala menyelimuti angkasa) ". engkau harus menjaga agar bagian kepala, pundak dan lehermu tidak terserembet seranganku. Sebaiknya berkonsentrasi disana, karena intisari jurus ini adalah menyerang bagian atas ". hati-hati, karena sekali ini engkau harus menerima akibat yang lebih keras ?""
Dan benar saja, Tio Lian Cu bergerak cepat setelah memunahkan serangan lawan dan mencelat keatas mengancam dari sana. Ciok Ciam Liong tahu bagaimana menghadapi jurus berbahaya itu, tetapi entah mengapa setelah 3 kali menangkis, dia sadar bahwa benar memang ada lowongan yang benar-benar terbuka di bagian pundak sebelah kirinya. Dengan amat cepat kaki kanannya bergeser selangkah, tetapi saat bersamaan dengan pergeserannya, lengan mungil Tio Lian Cu sudah nyeleweng masuk tanpa dapat diantisipasinya lagi:
"Bukkkkkkk ?"" acccchhhhhhhh ?"
Kembali Ciok Ciam Liong terdorong mundur, hanya sekali ini mulutnya meneteskan darah tanda jika dia sudah terluka.
"Sudah kukatakan, majulah kalian berbareng ".. supaya lebih cepat hukuman dapat kujatuhkan bagi mereka yang berjiwa khianat ".."
Sementara itu, kekalahan Ciok Ciam Liong yang demikian mudah dan sepertinya dipermainkan Tio Lian Cu sangat mengagetkan Cia Nam. Maka ketika Ciok Ciam Liong memandang kearahnya, keduanya saling mengangguk. Itulah sebuah isyarat. Dan manakala keduanya kemudian maju berbareng, maka isyarat itu sudah jelas makna dan artinya. Tetapi, Tio Lian Cu gembira:
"Hihihihi, sudah kukatakan sejak tadi, majulah berbareng biar lebih mudah dan lebih cepat bagiku untuk menuntaskan hukuman buat kalian gembong pengkhianat di Hoa San Pay. Biar menghemat waktuku ?" apakah kalian juga tidak sebaiknya turun tangan bersama mereka berdua ?"" Tio Lian Cu memandang keempat orang lainnya dengan tatapan tajam. Tetapi, tiga orang lain mundur-mundur ketakutan, sementara yang seorang lagi tetap berdiam ditempat dengan tenangnya. Diam-diam Tio Lian Cu mencatat bahwa inilah lawan yang sebenarnya.
Sementara itu Cia Nam sudah maju membantu Ciok Ciam Liong yang sedikit terluka oleh serangan Tio Lian Cu tadi. Kini melihat mereka berdua maju bersama, meski masih tetap kurang yakin, tetapi Ciok Ciam Liong merasa lebih tenang dibanding bertarung sendirian. Saat itu suara serius Tio Lian Cu terdengar:
"Kutegaskan kepada kalian berdua sekali lagi, dengan memberi pilihan. Dan ini adalah penegasanku yang terakhir kalianya bagi kalian berdua: "segeralah bertobat maka hukuman kalian lebih ringan. Tetapi jika tidak, maka hukuman yang akan kujatuhkan akan lebih menyakitkan bagi kalian berdua ".."
Tetapi jawaban atas tawaran Tio Lian Cu adalah serangan bersama Cia Nam dan juga Ciok Ciam Liong. Bukan serangan biasa, karena keduanya menyerang dengan jurus dan gaya berbeda dan dari kedua jenis ilmu yang terhitung hebat dan luar biasa di kalangan anak murid Hoa San Pay. Jika Ciok Ciam Liong tetap menggunakan Ilmu Jit Gwat It Sian Kun, maka Cia Nam menggunakan sebatang tongkat pendek dalam Ilmu Thian Lo Sin Kuay Hhoat (Ilmu Silat Tongkat Sakti Jatuh Dari Langit). Ilmu ini juga dikenal oleh anak murid Hoa San Pay, tetapi permainan Cia Nam berbeda jauh dan lebih berisi dibanding dengan yang diketahui banyak orang. Melihat hal itu, Tio Lian Cu tersenyum dan berkata dengan suara keren:
"Hmmmmm, boleh juga engkau memainkannya, meski sudah berubah tetapi cukup hebat dan baik, setidaknya melebihi yang dilatih kebanyakan murid Hoa San Pay. Hanya sayang, terlampau banyak variasi dan bunga-bunga kembangannya yang tidak berguna. Nach, baik-baik dan jagalah agar engkau tidak kena hukumanku ".."
Serangan Ciok Ciam Liong dan Cia Nam dengan segera mengejar Tio Lian Cu. Tapi sekali ini, Lian Cu memainkan salah satu ilmu pusaka Hoa San Pay, yakni ilmu sakti Tiang-kun Sip-toan kim. Intisari Ilmu ini sudah lama lenyap dari Hoa San Pay meski masih tetap diajarkan kepada anak murid mereka. Padahal, Ilmu ini terhitung pelajaran mujijat yang membuat orang yang menggunakannya, meski kalah tinggi ilmunya tapi mampi memberi perlawanan hebat tanpa takut terkalahkan. Dan dengan Ilmu ini Tio Lian Cu menjajaki pergerakan jurus serangan lawan. Lawan bergerak cepat dia jadi gesit namun kokoh, lawan menguat dia jadi licin dan lemas. Dan dengan cara tersebut dia dapat mengukur jika tingkat Ciok Ciam Liong dan Cia Nam, memang sudah cukup hebat dan akan mampu melawan dan menandingi Kheng seng Taysu, suhunya yang mula mula. Tetapi, jelas masih belum akan mampu untuk melawan atau mengimbangi seorang Bun Thian Pah.
Setelah melihat permainan kedua orang itu, Tio Lian Cu merasa sudah cukup main main dengan kedua pengkhianat itu. Apalagi mengingat mereka enggan untuk tobat dan minta maaf atau menyesali perbuatannya. Setelah berpikir demikian, Tio Lian Cu tiba-tiba bergerak cepat dengan menggunakan Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan Cengkeraman Angin dan Mega). Dan bahkan dengan memadukannnya dengan Ilmu Pa Hiat Sin Kong (Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah). Dia dengan cepat mendesak lawan-lawannya dan tiba-tiba dia melihat lowongan yang pas untuk segera menjatuhkan salah seorang lawannya. Segera dia mengerahkan tenaga dan mengatur kecepatannya dan kemudian membentak hebat:
"Jatuh ?".. "
Seiring dengan itu tubuh Ciok Ciam Liong terdorong atau tepatnya terlontar jauh ke belakang dan ketika melayang sudah dalam keadaan pingsan. Sementara itu, Cia Nam masih sempat menangkis dengan tongkatnya, tetapi Tio Lian Cu yang merasa sudah cukup, segera menggerakkan lengannya dan menotok Cia Nam roboh dan jatuh tertotok. Dalam waktu yang tidak lama, Tio Lian Cu menjatuhkan kedua lawannya dan sangat bisa dipastikan keduanya terluka berat oleh pukulan Tio Lian Cu.
Seiring dengan jatuhnya Ciok Ciam Liong dan Cia Nam, terdengar teriakan dan sorakan menggema di banyak sudut lapangan tersebut. Hal itu menandakan bahwa memang banyak murid Hoa San Pay yang senang dan menunggu runtuhnya kepemimpinan para pemberontak itu. Melihat keadaan yang sangat tidak menguntungkan, ketiga tokoh Hoa San Pay lainnya yang tadi datang menemui Tio Lian Cu dengan sikap garang, segera maju kehadapan Lian Cu sambil berkata dengan nada penuh penyesalan:
"Kami mengaku bersalah dan siap menerima hukuman ?"."
Tio Lian Cu mengangkat tangannya untuk menghentikan teriakan dan sorakan yang menyambut kemenangannya. Setelah itu dia memandang kearah Ciok Ciam Liong dan Cia Nam untuk kemudian berkata dengan suara tegas dan keras:
"Aku menghukum engkau yang merebut kedudukan Ciangbudjin dengan memunahkan Ilmu Silatmu ?" selanjutnya engkau akan hidup di penjara perguruan Hoa San Pay. Dan engkau, karena bukan tokoh utama tetapi terbujuk untuk berkhianat, maka aku melukaimu secara berat. Jangan pernah berani mengerahkan tenaga iweekangmu selama setahun ini, sebab jika engkau lakukan, maka tenaga murnimu akan perlahan membuyar dengan sendirinya dan tidak dapat engkau latih kembali. Setelah setahun, akan dilihat, apakah kelakuanmu berobah atau tidak ?".."
Mendengar perkataan Tio Lian Cu, bukan main sedihnya Cia Nam. Tetapi, dia masih bersyukur karena tidak dihukum mati atau dipunahkan kepandaiannya. Tetapi, waktu setahun terhitung lama juga baginya. Hanya, mengingat bahwa dia masih diberikan kesempatan untuk bertobat, terasa menyenangkan juga dalam hatinya meski harus hidup dalam tahanan selama setahun. Keadaan Cia Nam memang masih lebih baik jika dibandingkan dengan Ciok Ciam Liong yang langsung pingsan tidak sadarkan dirinya setelah terkena pukulan Lian Cu.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba terlihat memasuki lapangan Bun Thian Pah dan segera bergabung bersama dengan Kheng Seng Taysu, Le Goan Kay, Tan Goak Keng dan juga seluruh anak murid dan tokoh Hoa San Pay lainnya. Terlihat Bok Hong Ek yang selama sepuluh tahun terakhir berada dalam pendidikan hebat seorang Bun Thian Pah. Dan begitu mereka semua menyatu, Kheng Seng Taysu segera menghadap Tio Lian Cu dan berkata dengan suara yang dapat didengarkan banyak orang di lapangan tersebut, bahkan di sudut-sudut lapangan:
"Menemui Pemegang Po Kiam Hoa San Pay ?".."
"Accch, Suhu ?"."
"Tidak berani ?" tidak berani ?"" Kheng Seng Taysu mengerti dengan kedudukan Tio Lian Cu. Memang dia adalah Suhu gadis itu, bahkan ornag yang memelihara dan mengurusnya sejak masih berusia sangat muda, masih dibawah 5 tahun. Tetapi, itu semua sebelum Tio Lian Cu dipilih dan diangkat menjadi pewaris Thian Hoat Tosu. Tetapi siapa sangka, dia juga adalah pemegang Toa Hong Po Kiam yang membuat kedudukannya bahkan kini sudah mengatasi Suhunya sendiri, Thian Hoat Tosu" Benar-benar kejadian yang sangat mencengangkan tapi menggembirakan.
"Baiklah, jika demikian, bagaimana kabar berita dari para murid Hoa San Pay yang berkhianat Toa Suheng ?"?" pada akhirnya Tio Lian Cu bertanya kepada Bun Thian Pah, tokoh tua yang selama beberapa waktu tidak menemani Tio Lian Cu, tetapi sudah langsung melakukan pembersihan di Hoa San Pay.
"Lapor kepada Pemegang Hoa San Po Kiam, Sute Suma Cong Beng dan para murid pengkhianat lainnya dilaporkan sedang berada bersama kelompok penjahat di Lok Eng Hong. Tetapi, ketika mengejar ke puncak itu, ternyata markas itu sudah dibiarkan kosong dan konon sudah beberapa hari lalu mereka bersama hampir 200an orang sudah menuju ke tempat lain yang dirahasiakan. Kelihatannya mereka sudah menerima perintah untuk segera bergerak ?"."
Mendengar laporan Bun Thian Pah, bukan hanya Tio Lian Cu yang kaget, tetapi juga orang aneh yang masih belum menyerah dan tetap berdiri tenang di tempatnya, juga terlihat terkejut. Kelihatan jelas dia mendengar dengan sangat terejut, tetapi hebat, karena dengan cepat dia menguasai diri. Sementara Tio Lian Cu segera berkata:
"Baiklah, jika memang demikian, kita dapat mengejarnya dan menghukum anak murid kita yang ikut ambil bagian dalam kegiatan yang meresahkan itu. Bahkan, sejak hari ini kutetapkan mereka semua bukan lagi anak murid Hoa San Pay, dan kita semua wajib memberi hukuman kepada para pengkhianat itu. Tetapi sebelum keluar mengejar mereka, bagaimana pula nasib dan hukuman mereka-mereka yang sudah berkomplot dengan mereka dan berkhianat di Hoa San Pay ?"?"
"Anak murid Hoa San Pay yang ikut berkhianat hampir semua sudah meninggalkan Perguruan dan bergabung ke puncak Lok Eng Hong. Tetapi, sayangnya mereka semuapun sudah pergi bersama rombongan rombongan besar entah kemana. Yang tertinggal di perguruan kita tinggal lebih kurang 15 orang, dan yang sepuluh lainnya sudah dibekuk tinggal 5 orang yang sudah menyerah yang berada di hadapan kita semua ?"" lapor Bun Thian Pah.
"Baiklah, jika memang demikian mohon Toa Suheng untuk menghukum mereka semua para pengkhianat itu dan tempatkan di penjara partai kita. Kecuali Ciok Ciam Liong, kepandaiannya sudah kupunahkan ?""
"Baik ?". melaksanakan perintah ?"."
Tidak lama kemudian Bun Thian Pah terlihat bercakap-cakap dengan Kheng Seng Taysu seperti merundingkan sesuatu. Bersama mereka berdua juga bergabung Le Goan Kay dan Tan Goan Keng dan merekapun berbisik-bisik seorang dengan yang lain. Sementara itu Tio Lian Cu sudah menghadapi si orang asing yang masih tetap tenang berada disitu seperti tidak takut jika dirinya nantinya dikerubuti anak murid Hoa San Pay. Melihat keadaannya, Tio Lian Cu terkejut juga, karena tokoh itu ternyata masih cukup muda, paling banyak berusia 30 tahunan. Tetapi perawakannya yang tinggi besar, ketenangannya yang menonjol dan tatap matanya yang tidak menyiratkan sedikitpun rasa cemas dan takut sudah membuat Lian Cu waspada. Karena itu, dia dengan perlahan menatap tokoh itu dan kemudian bertanya:
"Siapa gerangan anda ?" apakah juga anak murid Hoa San Pay ataukah tamu undangan dari Ciok Ciam Liong si murid durhakan "..?"
"Mau dibilang anak murid Hoa San Pay, boleh juga ".. tetapi, dihitung bukan anak murid Hoa San Pay, tepat juga ?".. aku memang datang mengunjungi Ciok Ciam Liong untuk menanyakan satu urusan ". tetapi sayang nampaknya dia tidak mungkin lagi dapat menjelaskan sesuatu apapun kepadaku ?""
"Hmmmmm, apa maksudmu dengan kalimat mau dibilang murid Hoa San Pay bukan mau dibilang bukan murid Hoa San Pay juga bukan, sebaiknya engkau jelaskan secara rinci dan tidak berputar putar "..?"
"Karena Suhuku adalah Liok Kong Djie, dan menurut penutusan Suhu, dia orang tua sudah diusir keluar dari perguruan Hoa San Pay ini, jadi statusku sudah cukup jelas kiranya bagi kalian semua ?"."
Kalimat itu diucapkan dengan santai saja, tidak keras tidak perlahan. Tetapi akibatnya sungguh mengejutkan semua orang. Terutama Bun Thian Pah, Kheng Seng Taysu dan semua adik seperguruan mereka ?""
"Apakah engkau mencari jejak Suma Cong Beng ?"?" terdengar Kheng Seng Taysu bertanya dengan nada menyelidik.
"Locianpwee, tepat sekali, aku memang ditugaskan untuk mencari jejak suhengku itu. Dapatkah Locianpwee kiranya menerangkan kemana gerangan Suheng pergi agar aku dapat menyusul dia orang ?"?" jawab orang muda itu tetap tenang dan tidak terlihat sedikitpun bersikap ketakutan.
"Siapa sesungguhnya engkau anak muda ".?"?" tanya Kheng Seng Taysu masih dengan sikap terkejut.
"Namaku adalah Lui beng Wan, kebetulan orang-orang memanggil dan juga menjuluki aku dengan nama kosong Si Hun Koay Sat Jiu (Tangan Aneh Pembetot Sukma), murid terakhir Liok Kong Djie Suhu ?"."
"Apakah niatmu datang adalah untuk mengacaukan perguruan Suhumu, Hoa San Pay kami ini, anak muda "..?"
"Sama sekali bukan. Meksipun Suhu sudah lama dikeluarkan, tetapi dia tidak pernah ingin Hoa San Pay dicederai. Meski dia ingin anak muridnya menguasai Hoa San Pay dengan cara apapun, tetapi dia tidak menginginkan Hoa San Pay dibawa mengubah aliran dan tradisinya ?" hal itu aku tahu dengan jelas ?""
"Aaaaaaaccchhhhh, syukurlah ". tetapi sayang sekali, Suhengmu itu sudah secara kelewatan turun tangan membunuh 3 orang sutitnya sendiri dan kemudian bersekutu dengan komplotan yang tidak ketahuan identitas dan tujuannya. Semoga saja tidak membawa kerusuhan di dunia Kang Ouw ?"
"Sayang sekali, Suhu memang pernah merestui dan memberinya ijin untuk menguasai Hoa San Pay. Bahkan dengan cara apapun yang memungkinkan. Karena itu, aku tak dapat menyalahkan Suma Suheng ?""
"Hmmmm, jika demikian, apa yang akan engkau lakukan terhadap Hoa San Pay saat ini setelah menyaksikan akibat dari perbuatan suhengmu ".?"
"Aku tidak akan melakukan apapun juga, karena ternyata orang yang diangkat Suheng menjadi Ciangbudjin terlampau lemah dan tidak punya guna. Tetapi, aku akan mencoba kepandaian orang yang memegang Toa Hong Kiam ?" hanya ingin mengetahui apakah Perguruan kebanggaan Suhu dipegang tokoh yang tepat ataukah tidak ?" kalimat itu diucapkan dengan nada datar, nyaris tanpa emosi. Padahal, kalimat tadi jelas-jelas adalah tantangan terhadap Tio Lian Cu.
Mendengar namanya terbawa-bawa dalam percakapan antara Kheng Seng Taysu dengan si anak muda yang mengaku bernama Lui Beng Wan, Tio Lian Cu tertarik. Terlebih ketika tantangan itu diajukan kepadanya secara langsung dihadapan semua anak murid Hoa San Pay yang nyaris semua kini berada di lapangan tersebut. Jelas dia tidak akan mundur dan akan menghadapi penantangnya itu, meski dia paham lawannya jauh lebih hebat dibandingkan Ciok Ciam Liong dan Cia Nam ?"
"Hmmmmm, jadi engkau murid dari Liok Kong Djie, murid usiran dari Hoa San Pay. Baik, kalau engkau ingin menantangku, aku akan menerimanya dengan senang hati dan akan kubuktikan jika masa depan Hoa San Pay akan sangat cerah kedepannya" berkata Tio Lian Cu dengan nada tawar, berusaha tidak terbawa emosi oleh tantangan yang diajukan Lui beng Wan tadi.
"Nona Tio, aku tahu engkau sangat hebat. Meskipun begitu, aku memiliki keyakinan akan mampu untuk menghadapimu. Dan sesungguhnya, adalah karena amanat untuk mencobai kehebatan Ciangbudjin atau tokoh terhebat Hoa San Pay dari Suhu yang membuatku harus mengajukan tantangan ini. Melihat kemampuan Ciok Ciangbudjin tadi, sesungguhnya aku sudah tidak berminat mencobanya, tetapi mengetahui bahwa tokoh tertinggi adalah pemegang Toa Hong Kiam, maka akupun memberanikan diri untuk menantangmu berpibu. Kelak, setelah pibu ini, aku akan pulang guna menghadap Suhu dan melaporkan hasilnya ?"."
Bukan main kagetnya semua orang. Bun Thian Pah sudah kaget mendengar Lui Beng Wan adalah murid bungsu Liok Kong Djie, bahkan dia tahu jika anak muda itu malah mungkin masih lebih hebat ketimbang Suma Cong Beng. Gerak-gerik, kepercayaan diri, ketenangan dan kata-kata pemuda itu sungguh membayangkan kehebatan tersembunyi dari anak muda itu. Apalagi mengingat bahwa anak muda itu kelihatannya adalah gemblengan Liok Kong Djie dan dipersiapkan secara khusus. Diam-diam Buan Thian Pah mengkhawatirkan siauw sumoynya yang meski dia tahu sangat lihay, tetapi masih kurang pengalaman. "Apakah siauw sumoy mampu menghadapinya ?"" Tanpa terasa dia berkata dengan nada tergetar:
"Siauw sumoy, apakah engkau ". apakah engkau ".."
"Toa Suheng, tenang saja ".. saat ini aku ingin mengirim pesan kepada Liok Kong Dji Susiok untuk tidak khawatir dengan Hoa san Pay kita ?" jangan takut, sumoymu akan berusaha sekuat tenaga dan yakin akan mampu membuat mata mereka lebih terbuka dan sadar kalau Hoa San Pay tak perlu dikhawatirkan perkembangannya ".."
"Hmmmm, sungguh bersemangat ". akupun akan berusaha menunjukkan bahwa aku mampu menandingimu nona ?" mari kita mulai ".."
"Apakah kita akan bersenjata atau bertangan kosong Lui toako "..?" tanya Tio Lian Cu melihat Lui Beng Wan tidak memegang senjata.
"Bukankah Hoa San Pay memiliki keistimewaan baik dengan tangan kosong maupun dengan senjata" Adalah baik jika kita bisa merasa bebas, baik menggunakan senjata atau dengan tangan kosong ?""
"Baik ?". akupun sepakat ?""
"Silahkan Nona Tio ". Engkau boleh memulai "."
Tanpa diperintah lebar dan luas lapangan dengan sendirinya kembali memanjang dan melebar ketika para murid dengan sendirinya mundur dan memberi ruang yang lebih kepada kedua orang di tengah lapangan melakukan pibu. Bahkan Bun Thian Pah juga meminta para sute dan sutitnya untuk menjauh dan memberi tempat yang luang bagi Tio Lian Cu dan Lui Beng Wan.
"Nampaknya kita akan menyaksikan pameran ilmu-ilmu rahasia Hoa San Pay yang selama ini tersimpan oleh Liok Kong Dji dan Thian Hoat Tosu ".." bisik Bun Thian Pah kepada para sute, muridnya dan juga keponakan muridnya. Dan semua mengangguk dengan rasa tegang yang mulai mencekam ?"..
Sementara itu, Lui Beng Wan dan Tio Lian Cu sendiri sudah siap di tengah lapangan. Diam-diam Lui Beng Wan membatin: "kelihatannya Nona Tio ini memang bukanlah tokoh sembarangan, apakah aku mampu mengalahkannya atau tidak, masih sulit untuk diramalkan. Hmmmm, lihat saja nanti?".". Padahal, di pihak Tio Lian Cu sendiri sebenarnya juga memiliki pikiran yang sama ".. hal ini terutama lahir setelah adu pandang mata yang tentunya didorong oleh kekuatan dalam yang tak nampak oleh orang luar atau penonton yang berada di sekeliling mereka. Babak itu sebetulnya sudah meninggalkan kesan bagi keduanya, bahwa sekali ini mereka menghadapi atau sedang berhadapan dengan lawan yang tidak lemah.
"Lui toako, awas ?"" diiringi dengan desisan lirih Tio Lian Cu menerjang maju dengan kecepatan luar biasa. Kedua lengannya bergerak-gerak hebat dengan memainkan kedua jurus silih berganti, yakni Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan Cengkeraman angin dan Mega) dan Ilmu Pa Hiat Sin Kong (Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah). Kali ini jelas berbeda dengan ketika Tio Lian Cu menghadapi Ciok Ciam Liong tadi, bahkan juga ketika menghadapi keroyokan Cia Nam dan Ciok Ciam Liong. Dia memang sudah mengerahkan iweekang Siauw Thian Sian Kang sampai 5 bagian hingga baik totokan maupun pukulan cengkeramannya membawa bahaya yang luar biasa. Dan Lui Beng Wan kelihatannya mengerti dengan keadaan ini.
Hebatnya, Lui Beng Wan kemudian juga bersilat dengan ilmu yang sama. Tetapi, dapat dilihat semua orang jika kedua orang yang sedang bersilat itu memiliki keistimewaan yang berbeda. Lui Beng Wan terlihat lebih mantap dan lebih matang serta variasinya masih jauh lebih banyak, sementara di pihak Tio Lian Cu memiliki kematangan iweekang dan mampu mengatasi kecepatan Lui beng Wan. Tio Lian Cu masih menang gesit dan cepat dalam melakukan pergerakan, baik lewat penyerangan maupun ketika sedang bertahan. Selain itu, Tio Lian Cu terlihat lebih murni dan kokoh, sehingga sering dia bergerak dengan lebih sedikit gerakan sementara Lui Beng Wan bergerak lebih sering dan lebih banyak.
Perbedaan itu langsung kelihatan begitu mereka bergebrak dan menjadi semakin jelas bagi semua penonton manakala semakin lama mereka bertarung. Karena toch mereka bertarung dengan sama-sama menggunakan ilmu-ilmu dan juga jurus-jurus yang sama dan serupa. Sesuai minat Liok Kong Djie, maka ilmu-ilmu Hoa San Pay menjadi lebih banyak variasinya, banyak penyimpangannya yang kelihatannya disengaja. Sebaliknya, jelas sekali jika Tio Lian Cu mewarisi kemurnian gerakan serta jurus-jurus ilmu Hoa San Pay yang asli. Hal ini dikarenakan dia mampu menemukan Kitab Pusaka yang banyak membuka perspektif dan wawasannya atas ilmu-ilmu rahasia Hoa San Pay tersebut. Kelebihannya dalam kemurnian Ilmu Hoa San Pay sangat jelas dimata para ahli ilmu silat Hoa San Pay, dan ini menjadi nilai tambah keberpihakannya mereka.
Fakta yang tersaji itu membuat Bun Thian Pah akhirnya mulai berkurang kekhawatiran dan kecemasannya. Sebaliknya, dia malahan sudah mulai mengamati secara lebih serius dan mendalam setiap gerakan dan setiap tipu serta strategi yang dikembangkan baik Tio Lian Cu berdasarkan Ilmu-Ilmu andalan Hoa San Pay. Dia memang kurang tertarik memperhatikan Lui Beng Wan karena tahu sekali bahwa gerakan-gerakannya sudah banyak kembangan dan variasi dan sudah tidak murni lagi. Berbeda jauh dengan Tio Lian Cu yang dia tahu betul latar belakang dan siapa tokoh yang mengasuh dan melatihnya. Tapi, meskipun demikian, pertarungan antar saudara seperguruan ini terus berlangsung menarik, dan keduanya berusaha untuk sedapatnya menaklukkan lawan. Tetapi, setelah berlangsung beberapa jurus, kedua tokoh yang bertarung sudah segera sadar, bahwa pibu tersebut bakalan berlangsung panjang dan lama. Karena dalam tipu, ginkang dan sinkang, mereka terpaut tidak terlampau jauh.
Bagi banyak orang, terutama tokoh-tokoh Hoa San Pay kelas utama, pertarungan hebat itu sungguh-sungguh penuh pelajaran. Mereka seperti disuguhi pertempuran dengan praktek yang tepat tentang bagaimana jurus-jurus dari Ilmu Pusaka Hoa San Pay dimainkan secara demikian hebatnya. Baik Tio Lian Cu yang bersilat dengan gerakan-gerakan yang asli dan mengandung demikian banyak rahasia yang belum mereka tahu, maupun Lui Beng Wan yang demikian bervariasi. Tetapi, keduanya, Tio Lian Cu dan Lui Beng Wan, lengkap dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, memainkan Ilmu-ilmu Hoa San Pay dengan sangat baiknya. Mereka berdua saling serang dan juga saling bertahan dengan ilmu-ilmu murni dan asli dari Hoa San Pay dan memainkannya dalan tingkat penguasaan yang sangat tinggi.
Setelah memainkan kombinasi Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan Cengkeraman angin dan Mega) dan Ilmu Pa Hiat Sin Kong (Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah), keduanya sudah meninggalkan jejak dan ingatan mendalam bagi banyak orang. Terutama penonton yang adalah tokoh-tokoh utama Hoa San Pay. Bahkan Bun Thian Pah sendiri sampai bergumam: "tingkat keduanya bahkan tidak berada di sebelah bawah kemampuanku, atau bahkan mungkin lebih ?" sungguh-sungguh Thian Hoat Supek dan Liok Kong Djie Supek adalah manusia-manusia luar biasa bagi Hoa San Pay kita ?"" memang benar, dalam penggunaan kedua Ilmu hebat Hoa San Pay tadi, baik Tio Lian Cu maupun Lui Beng Wan mampu memainkannya nyaris tanpa cela. Dan selain itu, keduanya mampu melakukannya dengan kemampuan Iweekang yang hebat dan membuat semua orang terkejut serta kagum. Yang membuat mereka semakin kagum adalah Tio Lian Cu yang masih demikian muda namun kekuatan iweekangnya tidak tertinggal Lui Beng Wan. Mana mereka tahu jika untuk itu Thian Hoat Tosu harus sampai meminta jauh-jauh mengunjungi Thian Cong San untuk memintakan bantuan sahabatnya yang mujijat di sana"
Bahkan ketika mereka berdua kembali beradu dalam ilmu yang lain lagi, yakni Ilmu Leng Wan Sip-pat Pian (Delapan Belas Jurus Ilmu Silat Kera Sakti) ciri khas dan keunggulan masing-masing dengan segera kembali tersaji dengan nyata. Dalam jurus ini Lui Beng Wan lebih terlihat menguasai karena memang kemungkinan pergerakan seekor kera lebih sulit diantisipasi. Karena itu, variasi yang ditambahkan olehnya membuatnya mampu meningkatkan peluang dan kemungkinan gerak dan jurus baru. Sementara Tio Lian Cu benar-benar berpegang pada ajaran Suhunya, selain memang, juga masih kurang pengalaman dibandingkan dengan lawannya yang berusia lebih. Tetapi, meski sedikit didesak, tidaklah berarti Tio Lian Cu kehilangan pegangan. Tetap saja dia mampu memberi perlawanan dan bahkan dalam waktu tak lama kembali menyeimbangkan keadaan dan tidak jatuh dibawa angin. Bahkan anehnya, perlahan-lahan dia mampu membalikkan keadaan dengan mendesak balik Lui Beng Wan. Bukan apa-apa, pelajarannya dalam Ilmu ini justru menanjak jauh lebih hebat begitu digunakan dalam pertarungan yang sesungguhnya. Sesungguhnya Tio Lian Cu, lebih memahami "kera" jika dibandingkan dengan Lui Beng Wan. Karena melalui Koay Ji, dia belajar bagaimana berbicara dan berkomunikasi dengan seekor kera. Dan kemampuan hebat itu bahkan semakin terasah baik ketika balik ke Hoa San Pay serta membuatnya lebih mengenali bagaimana keadaan dan gerak istimewa seekor kera. Di Hoa San Pay dia menjumpai banyak kera yang dari mereka dia belajar banyak dank arena itu, gaya dan "penjiwaannya" justru lebih unik dan tepat.
Tetapi begitupun, setelah seluruh ilmu dikerahkan, Tio Lian Cu tetap saja tak mampu mengalahkan lawannya dengan segala keunggulannya itu, dia hanya mampu sedikit mengungguli Lui Beng Wan. Apalagi karena dalam ilmu terakhir keduanya memahami dengan jelas dasar-dasar ilmu itu dan tahu dimana kehebatan setiap jurus yang sedang dikerahkan. Adalah Lui Beng Wan yang kemudian memulai lagi dengan Ilmu Pukulan terhebat yang dimiliki Hoa San Pay. Dan apalagi jika bukan ilmu mujijat yang dikenal dengan nama Ilmu Pukulan Jit Gwat It Sian Kun (Pukulan Matahari dan Rembulan Satu Garis). Ilmu ini sesungguhnya hanya dikuasai segelintir tokoh utama Hoa San Pay, termasuk Liok Kong Djie. Hanya tokoh-tokoh berbakat bagus sajalah yang diberi pelajaran penuh atas ilmu ini. Dan tidak banyak tokoh Hoa San Pay yang memiliki bakat istimewa untuk menguasai sepenuhnya ilmu ini.
Mengapa demikian istimewa ilmu itu dan terbatas mereka yang mewarisinya" Karena sebenarnya, Ilmu ini sangat banyak menggunakan kedalaman dan kekuatan Iweekang. Sementara iweekang pendorongnya, Siauw Thian Sian Kang, hanya dapat diwarisi oleh mereka yang bertulang baik karena berbeda dengan iweekang aliran perguruan lain seperti Siauw Lim Sie maupun bu Tong. Itulah sebabnya ketika Lui Beng Wan memulai, banyak yang menarik nafas terkejut. Sangat terkejut malah. Mereka berpikir, akankah Tio Lian Cu mampu mengimbangi dan menahan serangan-serangan dengan ilmu mujijat itu" Apalagi saat melihat Tio Lian Cu juga sama memainkan ilmu tersebut dan dengan tingkat kemampuan yang nyaris sama hebatnya. Maka keduanya kembali terlihat seperti sedang berlatih, tetapi dengan tingkat resiko yang jauh lebih mengerikan. Karena sekali tersentuh, jangankan langsung terkena, tersentuh saja sudah merupakan maut dan bahaya besar bagi lawan.
Tetapi begitupun, beberapa kali mereka melakukan adu pukulan, terlihat jika kedua orang itu sudah mencapai tingkatan penguasaan yang boleh dikatakan dalam atas Ilmu itu. Bahkan Bun Thian Pah seornag yang paham bahwa keduanya menahan diri untuk tidak saling melukai lawan dan membatasi penggunaan iweekang masing-masing. Keduanya terlihat sudah mampu mengendalikan diri dan tidak sampai saling melukai, sebab jika itu terjadi dengan kemampuan yang setingkat, keduanya akan jatuh terluka sama parahnya dan sama beratnya. Bun Thian Pah diam-diam mengagumi keduanya, terlebih mengagumi Tio Lian Cu yang dipandangnya meski masih muda, tetapi dapat menjadi solusi yang sempurna untuk membenahi Hoa San Pay. Sampai pada tingkatan mampu menahan diri dan menyimpan tenaga, ternyata keduanya tetap bermampuan memperlihatkan keunggulan mereka jika dibanding tokoh Hoa San Pay lainnya. Mungkin hanya Bun Thian Pah yang mampu memadai dengan mereka, terutama karena memang kekutan iweekangnya yang sudah demikian tinggi. Dan setelah melihat kenyataan itu, Lui Beng Wan kemudian berkata:
"Tio Kouwnio ?" hati-hati ,,,,,,, aku akan memainkan ilmu-ilmu yang lain ".."
Sambil berkata demikian, Lui Beng Wan tiba-tiba bergerak dengan sebuah Ilmu Sakti, yakni Ilmu Mie Tjong Sin Poh (Ilmu langkah sakti penghilang jejak). Ilmu ini bukan Ilmu Hoa San Pay, tetapi ciptaan Liok Kong Djie dengan pendalamannya atas beberapa tehnik ilmu dari luar dengan beberapa gerakan khas Hoa San Pay. Dan sungguh hebat, apalagi karena dia mengkombinasikan gerak itu dengan ilmu lain, yakni Ilmu Tiat Pi Peh Chiu (Pukulan Tangan Besi). Ilmu ini juga merupakan ciptaan Liok Kong Djie dengan upaya menggabungkan antara Ilmu Thiat Sat Ciung (Pukulan Pasir Besi) dengan Ilmu Eng Jiaw Kong (Cengkeraman Kuku Garuda). Penggabungan kedua ilmu tersebut menjadi sangat berbahaya, jauh lebih berbahaya dibanding kedua ilmu aslinya. Karena baik dengan cengkeraman maupun dengan hembusan pukulan saja, Lui Beng Wan menjadi sangat berbahaya. Tetapi, Tio Lian Cu segera saja tahu dimana kehebatan ilmu lawan, dan dia tetap memilih ilmu Hoa San Pay untuk meladeninya. Inilah Imu Tiang Kun Sip Toan Kim.
Sebenarnya Tio Lian Cu sempat berpikir akan menggunakan Ilmu Pukulan Sam Im Ciang yang hebat, warisan Bu In Sin Liong kepadanya. Tetapi ketika berpikir bahwa dia sedang bertindak atas nama PEMBERI perintah tertinggi Hoa San Pay, dia mengurungkan niatnya. Sebagai gantinya, dia segera mengerahkan Ilmu Mujijat Hoa San Pay, tetapi yang berbeda jauh dengan yang jejak yang masih tersisa di Hoa San Pay saat itu. Ilmu Tiang Kun Sip Toan Kim saat itu, hanyalah kulitnya belaka dan digunakan dengan prinsip yang kabur dan tidak lagi jelas. Berbeda manakala Tio Lian Cu memainkannya melawan Lui Beng Wan. Semua mata terbelalak, karena dengan sangat lincah, ringan dan tidak kesulitan sama sekali, Tio Lian Cu menghadapi Lui Beng Wan. Bukan hanya berlari dan menghindar, tetapi memukul dan mendorong Lui Beng Wan dengan jenis pukulan yang berbeda-beda. Kadang bersilat dan menggunakan Hoa San Kun Hoat, namun kadang dia menggunakan cengkeraman angin dan mega, tetapi saat lain dia kadang menggunakan jurus yang tak dikenali siapapun. Seperti tanpa pola, tapi itulah polanya.
"Acccccch, tak disangka ternyata Ilmu Pusaka Tiang Kun Sip Toan Kim dapat dimainkan sedemikian hebat dan mujijatnya ".." diam-diam Bun Thian Pah membatin. Jelas dia kaget melihat bagaimana caranya Tio Lian Cu melawan Lui Beng Wan dan kini bahkan berada di atas angin dan membuat lawannya sedikit kerepotan. Semakin kuat pukulan Lui Beng Wan, semakin cepat dan gesit Tio Lian Cu bergerak, tetapi ketika dia mencoba bergerak cepat mengimbangi Tio Lian Cu, gadis itu malah menjadi lemas, licin dan bergerak tanpa pola. Setiap pergerakan Lui Beng Wan, dilawan secara tepat oleh gerakan Lian Cu dan dan membuatnya seperti bertanding tanpa pola ilmu yang pakem. Semua terserah bagaimana Lui Beng Wan dalam bergerak menyerang, dan Tio Lian Cu memainkan gaya dan ilmunya secara konsisten. Bahkan matanya bersinar tajam dan bibirnya tersenyum, sepertinya Tio Lian Cu semakin lama semakin mahir dan mulai lebih menjiwai teori dari ilmu mujijatnya itu. Hal yang sangat menggembirakannya.
Berkali-kali Lui Beng Wan menyerang, tetapi dengan cara sederhana dan mudah saja, Lian Cu memunahkannya. Bukan hanya itu, beberapa kali dengan cepat menyerang balik tanpa ambisi menjatuhkannya dengan segera. Semakin hebat lawan menyerang, semakin hebat pula daya serang baliknya. Lui Beng Wan sadar:
"Astaga, engkau malah sudah menemukan titik kesempurnaan Imu Tiang Kun Sip Toan Kim, engkau hebat Tio Kouwnio ?" tetapi, awas, aku mempunyai ilmu yang lain. Hati-hati karena ilmu ini dapat menjadi tandingan ilmumu itu ?"." sambil berkata demikian, tiba-tiba Lui Beng Wan membentak:
"Wu Sin Si Hun Thay Hoat (Ilmu Pembingung Sukma) "."." sambil membentak dengan suara berwibawa dia bergerak dengan jurus sederhana. Teramat sederhana malah dan telrihat banyak orang.
Tetapi, jurus sederhana itu dengan cepat diantisipasi Tio Lian Cu dan bahkan dengan cepat mendesak Lui Beng Wan. Lui beng Wan kaget karena bentakannya dengan ilmu mujijat tidak membawa pengaruh terhadap Tio Lian Cu. Harus dipahami, setelah menggunakan Ilmu Mujijat yang sebenarnya Ilmu Sihir melalui suara, biasanya Lui Beng Wan dengan menggunakan jurus sederhana akan dapat dengan mudah memukul atau menjatuhkan lawannya. Karena bentakannya memang ditujukan untuk menyerang dan mempengaruhi semangat lawan, bahkan memukul semangat lawan dengan telak agar kehilangan keberanian dan semangat. Tetapi, tidak menghadapi Tio Lian Cu yang sebenarnya, juga menguasai ilmu sejenis. Sebaliknya, gadis itu malah sambil senyum berkata kepada Lui Beng Wan:
"Lui toako, Ilmu sihirmu tidak akan mempan menghadapiku ?".."
"Hahahahahahaha, sudahlah Tio Kouwnio ?"". kita sudahi sampai disini ".." sambil berkata demikian, Lui Beng Wan meloncat mundur ke belakang sambil memandang kagum ke arah Tio Lian Cu. Dan kemudian berkata kembali setelah melihat Tio Lian Cu yang tidak mengejarnya dan membiarkannya melompat mundur menjauhi arena:
"Tio Kouwnio .. dan semua saudara-saudara di Hoa San Pay, betapa inginku mengaku sebagai murid Hoa San Pay, tetapi sayang Suhuku sudah diusir dari sini. Tetapi, aku ingin mengatakan sesuatu kepada Tio Kouwnio ".. entah mengapa Suhuku sangat mendengar semua bujukan Suheng Suma Cong Beng. Bahkan Suhu begitu sayang dan memanjakannya selama ini. Karena itu, janganlah sampai membunuh Suheng, jika memang suatu saat memutuskan untuk menghukumnya. Tio Kouwnio bisa memikirkan cara yang lain ?" sebab, jika sampai terjadi demikian, kupastikan Suhu akan kalap dan mengamuk hingga kemari. Untuk saat ini, terus terang saja teramat sedikit tokoh yang mampu menandinginya ".. bahkan Tio Kouwnio juga belum akan sanggup menahan Suhu. Kekuatannya sudah termaat sulit untuk dibayangkan. Hanya memang untungnya, Suhu teramat sangat menghormati dan mencintai Perguruan Hoa San Pay ini. Entah mengapa dan bagaimana atau entah apa yang menjadi alasannya, susah kubayangkan ". Yang jelas, jika sampai terjadi apa-apa dengan Suma Suheng, Suhu pasti akan bertindak di luar nalar normal kita semua. Hanya itu saja yang ingin kusampaikan kepada Nona Tio dan cuwi locianpwee ?"."
"Hmmmmm, Anak muda ". apakah engkau sengaja berkata demikian agar suhengmu kelak tidak diapa-apakah setelah mengaduk-aduk Hoa San Pay kami ".?" tiba-tiba Bun Thian Pah maju selangkah dan langsung bertanya kepada Lui Beng Wan dengan nada suara yang tajam.
"Siapakah gerangan locianpwee "..?" tanya Lui Beng Wan terkejut dan kaget melihat seorang tua mendekati sambil menegurnya dengan suara tajam. Padahal, bukanlah maksudnya untuk menakut-nakuti, hanya sekedar menyarankan.
"Boh-Hun-Jiu (si tangan pembelah langit), Bun Thian Pah "." berkata Bun Thian Pah dengan suara tegas
"Acccchhhh, kiranya Bun Locianpwee ..". maaf ?" maaf jika siauwte sampai tidak terlampau mampu mengenali locianpwee. Tetapi Suhu pernah menceritakan kepadaku bahwa tokoh terhebat dewasa ini di Hoa San Pay setelah angkatan Suhu justru adalah Bun locianpwee ".."
"Tidak berani ".. tidak berani. Tetapi, sekali lagi aku bertanya kepadamu anak muda, apakah engkau sedang mengancam kami dan melindungi suhengmu yang melakukan pengacauan di Hoa San Pay ".?"
Memburu Iblis 15 Gelang Kemala Karya Kho Ping Hoo Kampung Setan 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama