Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Naga Langit 11

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 11


"Justru sebaliknya locianpwee, siauwte sangat mengenal Suhu, tetapi entah mengapa selama 15 tahun terakhir ini suhu menjadi sangat berubah dan sangat dengar-dengaran dengan Suma Suheng. Kutegaskan sekali lagi, Suhu sendiri tidak akan setuju dengan pengacauan yang dilakukan suheng, apalagi samai membunuh. Tetapi, meskipun demikian, bisa kupastikan suhu tidak akan menghukumnya karena perbuatannya itu, entah karena alasan apa, yang jelas tak mampu kupahami. Sejak kecil Suhu selalu menekankan rasa hormat dan rasa bangga terhadap Hoa San Pay dan mendidikku agar mencintai dan kelak menjadi bagian Hoa San Pay ".. tetapi, kusadari itu hal yang nyaris mustahil. Jika kukatakan hal tadi locianpwee, semata karena tidak ingin melihat bentrokan yang tidak perlu antara Hoa San Pay dengan Suhu yang pasti kalap jika terjadi sesuatu dengan Suheng. Tidak ada maksud apa-apa, hanya itu saja yang ingin siauwte sampaikan dan kemukakan ".."
"Hmmmmm, sayang sekali dia sudah mengaduk-aduk dan malahan mengakibatkan tewasnya beberapa murid Hoa San Pay. Bahkan beberapa keponakan muridnya. Bukan hanya membunuh beberapa murid, malahan juga menahan dan memenjarakan saudara-saudara seperguruannya sendiri. Sungguh kelewatan dan menjengkelkan. Tetapi, bagaimanapun juga, keputusan terakhir berada di tangan Tio sumoy dan bukanlah aku yang harus dan mesti memutuskannya ?"." Bun Thian Pah berkata sambil melirik Tio Lian Cu
Dan jelas Tio Lian Cu mengerti maksud Bun Thian Pah. Karena itu, diapun kemudian berkata dengan suara tegas:
"Nasib Sum Cong Beng akan kutetapkan berdasarkan pertemuanku dengannya kelak. Yang pasti, tidak akan ada dan tidak boleh ada kesalahan seberat itu dan kemudian dibiarkan tanpa ada hukumannya. Namun demikian, untuk saat ini, dengan melihat apa yang dilakukannya dan juga menilik kemampuannya, biarlah urusan menghukumnya secara langsung akan kulakukan dengan prinsip dan aturan Hoa San Pay ?". terima kasih atas peringatanmu akan kuingat dengan baik Lui toako ?""
"Hmmmm, engkau sungguh bijak ?" kelihatannya masa depan Hoa San Pay akan kembali ke puncak kecemerlangannya kelak di tangan Tio Kouwnio. Kalau memang demikian, bairlah aku yang rendah mohon diri. Mohon maaf Bun Locianpwee, semua saudara-saudara Hoa San Pay ".. siauwte mohon diri ?"."
Belum lagi Bun Thian Pah melarang Lui Beng Wan berlalu, dengan cepat Tio Lian Cu yang melihat tidak ada hawa sesat di tindak-tanduk Lui Beng Wan sudah berkata dengan suara lunak namun terdengar banyak orang:
"Silahkan Lui toako, terima kasih atas simpatimu bagi Hoa San Pay ".."
Dengan gerakan yang sangat cepat, Lui Beng Wan meninggalkan halaman Hoa San Pay dan tak kelihatan lagi bayangannya:
"Sesungguhnya kepandaian Lui Beng Wan itu sangatlah hebat. Bahkan, belum tentu kemampuannya itu berada dibawah kemampuanku ".." berkata Bun Thian Pah dengan suara lirih dan dapat didengar banyak orang.
"Tetapi, kepandaiannya adalah semua yang sudah kita saksikan, dan memang masih sangat erat dengan Ilmu kepandaian Hoa San Pay kita ?" Kheng Seng Taysu berkata untuk menenangkan toa suhengnya ".
"Acchhhhh, Ji Sute, cobalah tanya siauw sumoy, anak muda itu belum mengeluarkan seluruh kepandaian dan kemampuannya ?""
"Aku tahu toa suheng, tetapi aku kurang yakin jika dia mampu menandingi toa suheng dengan kepandaiannya tersebut. Dalam hal tenaga iweekang dia kelihatannya masih belum mencapai tingkat tertinggi, tetapi memang, variasi ilmu dan jurus serangannya sangatlah kaya dan berbahaya ?""
"Hahahahahahaha, engkau kurang tahu secara jelas Ji sute, karena bahkan tingkat kemampuanku saat ini dalam melawan Tio sumoy saja sudah tidak memadainya. Tidak kecewa toa supek melatih dan mengajarnya siang dan malam demi masa depan Hoa San Pay kita ini ?"" dan tingkat kemampuan anak muda tadi, menurut penglihatanku nyaris setingkat dengan sumoy ".."
Kheng Seng Taysu terkejut, matanya dengan cepat memandang Tio Lian Cu sambil bertanya dengan nada suara kurang percaya:
"Benarkah demikian adanya Cu Ji ".?"
"Memang benar demikian Suhu ".. sesungguhnya dia masih menyimpan banyak kemampuan lain dalam dirinya. Dan belum sepenuhnya menggunakannya ketika melawan Cu Ji tadi. Tetapi, Cu Ji memiliki keyakinan memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk mengendalikannya dan menudukkannya jika suatu saat berjalan di jalan yang sesat. Meskipun, sejujurnya, melakukan hal tersebut akan sangat sangat susah payah. Tingkat kemampuannya memang sudah amat tinggi ?""
Penjelasan Tio Lian Cu inilah yang akhirnya membuat Kheng Seng Taysu menjadi percaya dengan apa yang dikatakan Bun Thian Pah sebelumnya. Dia memandang toa suhengnya dengan pandangan ragu. Namun melihat sinar mata Bun Thian Pah yang menerawang dengan cahaya pandang misterius, membuatnya membatalkan sejumlah pertanyaan yang ingin diajukannya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Bun Thian Pah sadar kembali dan sambil memandang Tio Lian Cu dan Kheng Seng Taysu dia berkata:
"Tidak ada cara lain, bahaya besar masih mengintai kita semua. Kita harus kembali berlatih keras, tetapi Tio sumoy dan Ek Ji harus segera turun gunung agar kawan-kawan Kang Ouw mendengar berita mengenai keberadaan Hoa San Pay. Selain itu, Ceng Ji dan Loan Ji harus menutup diri selama sebulan di Hoa san Pay baru dapat kemudian turun gunung ?" itu yang kuusulkan untuk segera kita putuskan dan juga lakukan ".." Bun Thian Pah berkata sambil memandang Kheng Seng Taysu dan juga Tio Lian Cu yang sedang memperhatikannya dengan pandang mata serius ". Dan belum lagi mereka mengeluarkan suara, dia sudah berkata kembali:
"Oh ya ".. Tio Sumoy, apapun dan bagaimanapun, ketika berkelana engkau harus mengaku diri sebagai Ciangbudjin Hoa San Pay ?". karena untuk saat ini, dengan memegang Toa Hong Kiam dan penguasaanmu yang sangat dalam dengan ilmu Hoa San Pay, maka mau tidak mau engkau harus mengembannya. Dan hal itu akan sangat membantu Hoa San Pay dalam menegakkan kakinya di dunia persilatan ?""
Tio Lian Cu terkejut setengah mati mendengarnya. Dengan sangat cepat dan segera dia berkata kepada Bun Thian Pah:
"Toa Suheng, tetapi sesungguhnya aku memiliki pengalaman yang nihil mengenai bagaimana memimpin Hoa San Pay dengan baik dan tepat ". Karena itu, biarlah Pedang ini kuserahkan kepada "."
"Siauw Sumoy ?".. jangan pernah memandang remeh Pedang Pusaka kita. Pedang itu adalah symbol keramat Hoa San Pay kita. Dan menurut legenda para pendiri Hoa San Pay, Pedang itu biasanya menemukan tuannya sendiri. Karenanya, tidaklah dapat pedang itu dialihkan dan dipegang oleh sembarang tangan yang tidak menguasai Ilmu Pusaka yang engkau pelajari seorang diri ".. dan tanpa itu, Pedang Pusaka kita tidak punya arti yang banyak. Dan jika pedang itu tercuri orang lain, maka habislah Hoa San Pay kita ini ". Karena itu, meski berat engkau mesti memikul tanggung jawab ini sampai semua persoalan dapat kita atasi secara baik ?"."
"Hmmmm, ada baiknya kita membicarakan persoalan ini secara lebih serius dan berhati hati. Cu Ji, engkau bubarkan pertemuan ini dan setelah itu, setelah itu kita semua akan memasuki ruangan rapat Partai kita dan memutuskannya secara lebih baik ?"" Kheng Seng Taysu yang melihat gelagat yang kurang baik segera cepat memutuskan.
Dan begitulah, sepeninggal Lui Beng Wan, tokoh-tokoh Hoa San Pay akhirnya sibuk untuk menata kembali perguruan mereka, dalam arahan Bun Thian Pah, Kheng Seng Taysu dan saudara seperguruan mereka yang lainnya. Tentu, juga Tio Lian Cu, yang kini menjadi bintang baru Hoa San Pay. Tokoh yang menyelamatkan Hoa San Pay. Dan dipundaknya banyak tokoh utama yang berharap Hoa San Pay akan bangkit kembali menyongsong masa jayanya.
Pertemuan tertutup tokoh-tokoh utama Hoa San Pay, pada akhirnya sepakat secara bulat untuk meminta dan mendesak TIO LIAN CU menjadi CIANGBUDJIN HOA SAN PAY. Setidkanya keputusan itu berlaku sampai pergolakan Dunia Persilatan Tionggoan berlalu. Baru setelah itu Tio LIan Cu diberi kebebasan untuk memutuskan masa depannya dan masa depan Hoa San Pay. Dan Tio Lian Cu sebagai pewaris TOA HONG KIAM, pada akhirnya tidak dapat menolaknya lagi.
Setelah Tio Lian Cu menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay, beberapa hari kemudian dia turun gunung bersama dengan Bok Hong Ek untuk mengejar para pengkhianat Partai Hoa San Pay. Tetapi itu dia lakukan setelah menurunkan beberapa kunci rahasia ilmu andalan Hoa San Pay kepada Bun Thian Pah dan Kheng Seng Taysu. Dan untuk sementara, kita tinggalkan dulu Hoa San Pay dan perjalanan Tio Lian Cu dan Bok Hong Ek. Kita menengok tempat lain.
================== Kisah di Gunung Kauw It San "!!! Terkait dengan perkumpulan Kaypang, satu pang atau Perkumpulan terbesar Kaum Pengemis di Tionggoan. Atau setidkanya salah satu Perkumpulan Silat terbesar. DImana saat itu, mereka baru saja melaksanakan sebuah acara yang dihadiri oleh Kawcu Kaypang Wan Kiam Ciu. Kaypang baru saja mengalami beberapa guncangan besar ketika Dinasti Boan guncang dan jatuh hingga dimulailah dinasti yang baru, yakni Dinasti Yuan. Dalam prosesnya, Kaypang ikut mendukung pergerakan rakyat dan karenanya banyak tokohnya yang ikut menjadi korban. Setelah itu, dalam waktu yang berdekatan Kaypang juga ikut dalam pergolakan rimba persilatan yang diaduk-aduk oleh tokoh bernama Pek Kut Lodjin. Dua pergolakan besar itu banyak meminta korban tokoh-tokoh Kaypang dan bahkan banyak juga anggota mereka yang menjadi korban oleh kedua pergolakan besar tersebut.
Beberapa tahun belakangan, Kaypang mulai mampu membangun kembali PANG yang sangat terkenal memiliki banyak anggota. Setelah banyak tercerai berai, Kaypang sudah menunjukkan geliatnya untuk kembali menjadi salah satu perkumpulan yang terpandang. Anggota mereka mulai kembali semakin banyak, meski belum sebanyak sebelum pergolakan menumbangkan dinasti boan. Tetapi, setidaknya, sudah kembali sampai sekitar 75% kekuatan sebelumnya. Hal ini tentu saja amat menggembirakan, karenanya Kawcu Kaypang dan beberapa tokoh mereka, sering melakukan perjalanan untuk memberi penguatan dan juga menjaga agar Kaypang tetap solid. Sekaligus juga agar kebanggaan kaum pengemis atas Kaypang tetap terjaga dengan kuat. Termasuk juga dengan ikatan erat sesama kaum pengemis serta mereka yang tergabung dalam perkumpulan kaum pengemis tersebut.
Pangcu Kaypang, Wan Kiam Ciu adalah tokoh yang sudah berusia sekitar 60 tahunan, sedikit lagi tepat berusia 60 tahun. Sudah hampir 20 tahun dia memimpin Kaypang dan banyak usaha keras dilakukannya untuk menyatukan seluruh kekuatan Kaypang. Dan prosesnya, persis sama dengan kedatangannya ke gunung Kauw It San, yakni untuk menegaskan dan meresmikan markas Kaypang terbesar setelah markas utama di Heng San. Markas besar di Kauw It San ini akan menjadi markas kedua terbesar bagi Kaypang untuk kembali menegakkan dan membesarkan kewibawaan Kaypang. Karena pentingnya acara ini, maka bersama Kaypang Pangcu, juga turut serta Hu Pangcu Pek I Sinkay dan juga KAYPANG CHIT TI SAT (7 Algojo Akhirat dari Kaypang). Ke-7 Algojo Akhirat dari Kaypang ini sesungguhnya bukanlah tokoh-tokoh utama mereka, melainkan tokoh kedua. Tetapi, siapapun yang mendampingi Kaypang Pangcu, maka mereka akan mempergunakan nama Kaypang Chit Ti Sat.
Adalah kebiasaan dan memanng tugas Hu Pangcu Tek Ui Sinkay untuk mendampingi Pangcu dalam melayani acara-acara ke luar, termasuk urusan ke Kauw It San kali ini. Tetapi sangat kebetulan baru sehari sebelumnya Tek Ui Sinkay kembali dari bertugas di luaran, sehingga akhirnya Hu Pangcu Pek I Sinkay yang diputuskan menemani Pangcu Kaypang ke Kauw It San. Dengan demikian, untuk sementara tugas-tugas di markas utama di Pegunungan Heng San akan ditangani dan diurus oleh Tek Ui Sinkay sampai saat kembalinya Pangcu dari Kauw It San nantinya. Sebetulnya Tek Ui Sinkay sudah melaporkan bahwa gerakan-gerakan di dunia persilatan terasa semakin berbahaya. Dia mencoba untuk menahan Pangcu agar tidak bepergian terlampau jauh; Tetapi sayang sekali, karena jadwal sudah sejak lama diputuskan di Kauw It San, maka Pangcu tetap berkeras untuk berangkat.
Acara peresmian Markas Besar di Kauw It San sudah 2 hari berlalu. Keramaian sudah lewat tentu saja, dan bahkan para tamu atau undangan dari luar kalangan Kaypang pun sudah meninggalkan Kauw It San. Sementara Pangcu Kaypang Wan Kiam Ciu, pada saat itu sebenarnya sudah memutuskan untuk segera pulang keesokan harinya, untuk kembali ke Pegunungan Heng San, markas Utama Kaypang. Tetapi, malam sebelum kepulangannya, masih tetap banyak anak murid Kaypang yang terkumpul di Kauw It San dan berasal dari sekitar gunung itu. Masih ada sekitar 200an anggota Kaypang yang tetap setia berada di Kauw It San.Mereka menunggu Pangcu pulang ke Heng San baru kembali ketempat mereka masing-masing. Di Kauw It San sendiri, ada sekitar 60an murid Kaypang yang memiliki kemampuan bersilat, dan sisanya hampir 40 orang adalah kaum pengemis yang papa dan tak berilmu. Memang, meski beranggota banyak, tetapi anak buah Kaypang tidaklah semua adalah tokoh silat, sebagian besar memang belajar silat, tetapi tidak semua.
Malam sebelum kepulangannya, Kaypang Pangcu Wan Kiam Ciu memanfaatkan untuk bercakap-cakap bersama dengan para tokoh Kaypang Kauw It San denggan ditemani Hu poangcu Pek I Sinkay. Lawan bicaranya adalah mereka yang menjadi tokoh dan pemimpin di Kauw It San, dan tentu agendanya adalah bagaimana memperkuat basis Kaypang di sekitar Kauw It San sebagai markas kedua terbesar bagi Kaypang. Pada saat itu, yang terpilih sebagai pemimpin dengan jabatan Tancu Utama (Kepala Cabang Utama) adalah Thi Bok Sia Kiam (Pedang Sakti Kayu Baja) Cu Pok. Tokoh ini sudah berusia 47 tahun, berilmu tinggi dengan kemampuan utamanya adalah dalam Ilmu pedang. Selain itu, kemampuannya sebagai pencari jejak dan sebagai mata-mata serta penyampai berita, sungguh sangat mengagumkan. Karena potensinya, Jabatan Tancu Utama Kauw It San, sedang dipikirkan dijabat setingkat Hu PANGCU, dan kelak akan diputuskan di Pegunungan Heng San. Artinya, jika diterima, maka jabatan Cu Pok kelak akan menjadi Hu Pangcu dengan tugas-tugas khusus, menata serta mengatur markas alternatif di Kauw It San dan menata khusus alur informasi Kaypang.
Sementara percakapan serius dilakukan di dalam ruangan khusus, sebagian besar anak murid Kaypang masih bercakap-cakap. Tetapi, sebagaimana biasanya, ruangan pertemuan dijaga secara ketat oleh ke tujuh algojo akhirat asal Kaypang Pusat. Karena memang seperti itulah aturan di lingkungan Kaypang. Selain menjaga agar orang yang berkepentingan tidak dapat masuk mendadak dan merusak suasana rapat, tetapi juga bertugas menjaga keamanan ruangan dan isinya. Malam itu, percakapan ternyata berlangsung cukup alot, apalagi diselingi dengan makan malam. Hingga menjelang tengah malam, saat suasana di luar mulai sepi, percakapan dalam ruangan masih tetap terus berlangsung. Bahkan hingga sudah sepi sekalipun, percakapan di dalam ruangan masih tetap terus berlangsung dengan seru.
Dalam ruangan sendiri, terlihat Wan Kiam Ciu Pangcu dengan didampingi oleh Pek I Sinkay berhadapan dengan tiga orang yang mewakili Kaypang di Kauw It San. Masing-masing adalah (Thi bok sia kiam pedang sakti kayu baja) Cu Pok, sebagai Tancu Utama mengepalai Kaypang di Kauw It San. Kemudian samping kirinya adalah tokoh bernama Cia Cing Wan, yang sudah berusia 44 tahun dan Oey Hoan Ciang yang berusia 43 tahun. Keduanya adalah tokoh-tokoh lama dan menjadi sahabat kekal dari Cu Pok, mereka bertiga memang sejak mudanya sudah menjadi sahabat kekal dan juga menjadi murid dari seorang tokoh Kaypang yang sudah mundurkan diri. Mereka semua sedang terlibat percakapan yang terlihat serius mengenai masalah Kaypang, terutama persoalan Kaypang dan dunia Kang Ouw yang sedang bergolak.
Sebetulnya percakapan itu sudah pada ujungnya, bahkan Wan Kiam Ciu, Kaypang Pangcu sudah berkata-kata untuk menutup pertemuan:
"Kesepakatan mengenai jabatan Tancu Utama kelak menjadi Hu Pangcu yang khusus menata semua urusan Kaypang Kauw It San akan diputuskan segera. Secara prinsip lohu setuju dengan usulan tersebut, tetapi biarlah dipercakapkan dan juga diterima bersama oleh semua tokoh Kaypang. Lohu berharap Cu Tancu bersama kawan-kawan di Kauw It San sini akan berkembang semakin besar dan membawa pengaruh yang hebat bagi Kaypang kita. Lohu pikir, pertemuan kita malam hari ini sudah lebih dari cukup, kita sudah boleh beristirahat ?".."
Baru saja Wan Kiam Ciu mengatakan kata "beristirahat", tiba-tiba terdengar suara yang mencurigakan di luar. Suara-suara tersebut kemudian senyap namun terdengar kembali beberapa saat kemudian dan kemudian kembali senyap. Wan Pangcu terlihat tidak terlampau memperdulikan karena memang dia sangat percaya dan mengandalkan ke tujuh orang hebatnya yang berada dan menjaga di luar. Karena itu dia melirik kearah Cu Pok dan kemudian berkata:
"Tidak apa-apa ?" ada Kaypang Cit Ti Sat (7 Algojo Akhirat dari Kaypang), jika terjadi apa-apa pasti mereka akan mengirim kabar ?""
"Hahahahaha benar Pangcu, hampir kami lupa hal itu. Baiklah, memang sudah saatnya kita beristirahat, terutama karena Pangcu bersama rombongan harus berangkat pagi-pagi benar kembali ke Pegunungan Heng San ?".."
Selesai Cu Pok menyelesaikan perkataannya, secara tiba-tiba pintu masuk ke ruangan tersebut terbuka dengan sendirinya. Dan tak perlu ditunggu lama, perlahan-lahan masuk ke dalam ruangan seorang tokoh yang sangat misterius. Masuk mengenakan jubah hitam pekat dan mengenakapn pula tutup kepala yang menyembunyikan wajah dan identitasnya. Ciri aneh lainnya, tutup kepalanya berbentuk aneh dan tidak biasa, yakni wajah malaikat yang sedang menatap tajam, tetapi bukanlah malaikat yang ramah, melainkan malaikat yang sedang menyeringai mengekspresikan kekejamannya. Menyusul kemudian di belakangnya, berjalan masuk tiga orang dengan sikap yang sama misterius karena masing-masing mengenakan jubah hitam kerudung berwarna emas, hitam dan putih. Berturut-turut mereka masuk dan berdiri di belakang manusia bertopeng malaikat dengan sikap takzim dan dalam diam. Ketika ketiganya berjalan masuk, terdengar suara yang seperti melayang dan memasuki telinga semua yang berada dalam ruangan dengan jelas:
"Mengapa kalian belum memberi hormat menyambut kedatangan BU TEK SENG ONG (Raja Malaikat Tanpa Tanding)?"
Tetapi, jelas saja tak ada yang menyambut dan apalagi memberi hormat kepada keempat tamu tak diundang yang jelas mengganggu pertemuan mereka. Tetapi, sekilas pintas, wajah Kaypang Pangcu Wan Pangcu terlihat memerah menahan amarah, meski juga sekaligus heran karena para tamu tak diundang ini mampu memasuki ruangan itu. Kepalanya sekilas melongok ke luar, dan dia menjadi kaget dan maklum, anak buahnya ternyata sudah jatuh pecundang.
"Siapa kalian ?"..?" tegurnya dengan suara berwibawa meski dalam hati merasa mulai ngeri dan terkejut dengan kedatangan keempat manusia misterius itu. Jika ada yang mampu menghabisi ke-tujuh algojo Kaypang, maka tokoh itu tentulah bukan tokoh sembarangan, mestilah tokoh yang hebat.
"Jika sampai hitungan kelima kalian semua tidak memberi hormat menyambut BU TEK SENG ONG, maka akan segera bertambah 5 korban lainnya setelah 7 korban di luar yang terbunuh dengan keadaan yang sangat mengerikan ?"" tawar dan dingin suara yang masuk serta menusuk telinga dan pendengaran mereka. Cu Pok memandang Wan Kiam Ciu dan kagum, karena sang Pangcu masih tetap tenang. Atau lebih tepat sudah mampu menenangkan diri menghadapi situasi seram itu.
Melihat keadaan itu, Wan Pangcu memang dengan cepat sadar. Bahwa musuh sudah meluruk datang ke Kaypang. Tetapi, sebagai Pangcu perkumpulan yang sangat besar dan termasyhur, sudah tentu dia tidaklah menjadi takut dan tawar hati. Dengan berani dia menegur lawan-lawannya:
"Sungguh berani mati kalian mengganggu Kaypang kami tepat di markas Kauw It San kami ini pula ,,,,, hebat ". hebat ?"."
"Satu ?".. dua ?".. tiga ?". empat ".." jawaban atas teguran Pangcu Kaypang adalah hitungan yang entah siapa yang melepasnya dari keempat orang yang dalam sikap dan pakaian mereka begitu misterius itu. Karena sesungguhnya tidak terlihat ada yang bergerak dan mengeluarkan suara hitungan.
Melihat sikap keempat pendatang yang begitu memandang enteng dan bahkan dengan perlahan menghitung dan seakan memberi waktu terbatas buat mereka, Wan Pangcu menjadi marah dan kemudian berkata:
"Hmmmmm, benar-benar orang-orang tak bermalu, tidak punya tata karma dan tidak punya liangsim. Baik, jika memang begitu, lihat bagaimana lohu nanti membuat kalian semua lari terbirit-birit dari tempat ini ?" sambil berkata demikian, Wan Kiam Ciu yang sudah murka, segera maju selangkah kemudian bergerak menyerang dengan angin pukulan yang menyambar menderu.
Tetapi, betapa terkejutnya semua orang ketika tokoh terdepan yang mengenakan topeng malaikat langsung terkena pukulan Wan Pangcu. Tetapi, begitu pukulan sang Pangcu mengenai dadanya, dengan bergerak sedikit, seakan menerima pukulan itu dan kemudian mendorongnya kesamping, bahayapun sudah berlalu. Bahkan, terdengar bunyi yang sukup keras:
"Brakkkkkkkkk ?"" ternyata, pukulan hebat Wan Kiam Ciu dengan mudah dialihkan ke meja pertemuan yang sudah dengan segera pecah bberkeping-keping. Sungguh satu pameran kekuatan yang luar biasa dan membuat Wan Kiam Ciu melongo saking kaget dan ngerinya dengan kehebatan lawan.
"Astaga, lima bagian kekuatan iweekangku dengan demikian mudah diterima dadanya dan bahkan dapat pula dengan begitu mudahnya dialihkan untuk menghancurkan meja pertemuan ".." siapa sebenarnya tokoh yang hebat ini ?"." Hanya ada sedikit tokoh yang mampu melakukannya, menerima pukulanku tanpa terluka, bahkan mampu mengalihkannya menghancurkan benda lain ".." mau tak mau Kaypang Pangcu Wan Kiam Ciu berusaha menebak nebak dan menduga duga siapa gerangan tokoh atau orang misterius dihadapannya.
"Engkau hebat sobat ".. tetapi, siapa sebenarnya engkau ?".?"
Jawaban yang terdengar adalah hitungan terakhir " LIMA. Tapi, entah siapa yang bersuara diantara ke-empat manusia misterius itu, karena semuanya mengenakan tutup muka seakan tidak ingin dikenali lawannya. Setelah hitungan kelima selesai, suasana kembali berubah seram. Beberapa detik, baru terdengar kembali suara yang aneh, namun cukup lirih terdengar di telinga para pendengarnya. Kelima tokoh Kaypang yang tadinya sedang mengadakan pertemuan itu jelas mendengar suara yang memang ditujukan kepada mereka itu:
"Bersiaplah segera untuk menghadap Giam Lo Ong, waktu kalian sudah habis. Kecuali seorang di antara kalian, maka yang lainnya, termasuk engkau Wan Pangcu, harus pergi bertanya kepada Giam Lo Ong siapa kami yang sebenarnya ?"?" sambil berkata demikian, si orang berkepala malaikat terlihat bergerak. Gerakannya tidak cepat, malahan terlihat lambat belaka, tapi anehnya, dengan sangat cepat dia sudah berada di hadapan Pek I Sinkay dengan lengan terulur. Dan dengan segera menyerang bagian kepala Hu Pangcu Kaypang itu.
Tetapi sesungguhnya Pek I Sinkay sendiri bukan seorang tokoh lemah. Apalagi, sebagai Hu Pangcu Kaypang, tentu saja dia memiliki bekal kepandaian yang tinggi dan berbeda dengan anggota Kaypang biasa. Pangcu sendiri menyadarinya meski paham bahwa Hu Pangcu masih belum sehebat kemampuannya. Tetapi, mereka semua terkejut ketika melihat Pek I Sinkay menangkis serangan mudah dari Bu tek Seng Ong, namun segera disusul terdengar teriakan menyayat hati:
"Aaaaacchhhhhhhh ?"" diiringi dengan tubuh Pek I Sinkay yang jatuh terlontar ke bekalang dan terlentang dan mulut sudah mengeluarkan darah. Cukup sekali terpukul oleh satu hentakan pukulan si manusia misterius belaka. Bahkan Wan Kiam Ciu tak mampu memahami pukulan apakah gerangan yang dilepaskan lawan sehingga hanya dalam satu pukulan saja mampu menewaskan wakilnya itu" Tetapi, Pek I Sinkay yang terluka parah terlihat berusaha mengatakan sesuatu:
"Pek ?". Kut ?" Lo ".." tetapi sayang belum selesai kalimatnya nyawanya sudah melayang pergi meninggalkan raganya.
Jelas Wan Kiam Ciu kaget mendengar desisan sebelum meninggal dari Pek I Sinkay. Sama kagetnya dengan melihat kenyataan wakilnya itu terbunuh mati oleh satu saja pukulan lawan. Tetapi, dia dipaksa untuk tidak berpikir panjang, karena keadaan dengan cepat berubah, ketika Bu Tek Seng Ong kembali bergerak dan kali ini tidaklah terdengar teriakan ngeri. Hanya bunyi seperti yang didengarkan Wan Kiam Ciu tadi sebelum keempat manusia misterius ini masuk. Kelihatannya, cara itu pula yang digunakan lawan membunuh ke tujuh algojo akhirat di luar ruangan. Dan memang, kembali dua tubuh yang tadinya mendampingi Cu Pok sudah tewas terlentang tanpa mengeluarkan jeritan sedikitpun. Benar-benar hebat akiibat pukulan lawan misterius yang kini berdiri dihadapan Pangcu Kaypang dan Cu Pok. Teramat mudah baginya menghabisi tokoh-tokoh yang sebenarnya memiliki kemampuan hebat. Setidaknya, tingkat tokoh-tokoh itu sudah cukup tinggi di lingkungan Kaypang. Sampai-sampai Pangcu Kaypang dan Cu Pok tak sanggup berkata-kata lagi karena merasa seram dengan kemampuan lawan.
Tapi, Wan Kiam Ciu betapapun adalah seorang Pangcu dari Pang terkenal dan bahkan terbesar di Tionggoan. Dan diapun sudah mengalami begitu banyak kejadian serta pengalaman yang bahkan lebih mengerikan dibandingkan dengan apa yang sedang tersaji di hadapannya saat ini. Karena itu, dengan cepat dia menenangkan diri dan kemudian berkata dengan suara bergetar:
"Siapa engkau dan apa keinginanmu sebenarnya ".?"
"Bu Tek Seng Ong ?"?" sudah waktunya menguasai dunia. Jika Kaypang tunduk, maka mereka selamat, jika tidak, mereka musnah"
"Hmmmm, apakah semudah itu engkau menganggap kami akan tunduk nantinya ?"" suara Wan Kiam Ciu menjadi marah
"Kalau begitu, engkau pergilah ?"."
Hanya itu yang terdengar, dan kembali manusia yang menamakan dirinya Bu Tek Seng Ong bergerak dan mencecar Wan Kiam Ciu. Tetapi, sekali ini Pangcu Kaypang itu sudah siap, dengan cepat dia bergerak menghindar sambil balas memukul. Tetapi, seperti tadi, lawan misterius itu tidaklah mengelak dan membiarkan dirinya terpukul. Akibatnya, bukan saja pukulan Wan Kiam Ciu berefek, tetapi pukulan hebat Pangcu Kaypang itu kembali digiring kearah lain. Dan sekejap kemudian, dia malah kembali dicecar lawan, seperti tadi, tidak cepat, lambat saja. Tetapi kekuatan pukulan itu sudah menutup semua jalan keluar Wan Kiam Ciu dan sedetik kemudian terdengar:
"Dukkkkkkkkk ?".." hebat bukan main, Pangcu Kaypang memang bukan manusia sembarangan. Dia tahu bahwa lawannya hebat luar biasa, karena itu dia mengatur kekuatan pukulannya hingga mampu menahan pukulan lawan misterius itu. Tetapi dia tetap saja masih kalah kuat. Karena benturan itu, dia sampai terdorong mundur sampai tiga langkah. Keadaan yang membuatnya terkejut setengah mati.
"Siapa engkau sebenarnya ?"" jeritnya kaget, karena sesungguhnya dia tidak mampu mengenali jenis pukulan dan ilmu yang digunakan lawannya. Tetapi, samar-samar dia seperti mengetahui dan memahami berdasarkan apa yang didengar dan disampaikan kepadanya oleh tokoh-tokoh tua.
"Kesempatan untukmu sudah lewat ?" terimalah ".." kembali si manusia misterius bergerak, tetapi berbeda dengan tadi, dia kini menambah kekuatan pukulannya. Dan melihat Pangcu Kaypang itu sudah terdesak sedemikian rupa, Cu Pok berteriak keras ikut membantu Wan Kiam Ciu:
"Awas serangan ?".."
Tapi entah bagaimana, gerakan mujijat Bu Tek Seng Ong dengan tiga langkah ringan sudah terlepas dari jerat pukulan Cu Pok dan kembali mengancam Wan Kiam Ciu. Pangcu Kaypang segera sadar bahaya, dengan cepat dia mengerahkan segenap kekuatannya dan menangkis pukulan lawan. Dengan segenap kekuatan dia berharap akan berhasil. Benarkah ?" Hasilnya segera terlihat:
"Acccchhhhhhhh ?".." tubuh Wan Kiam Ciu terdorong ke belakang dan sekali ini tidak dapat bangun lagi. Sekali lihat Cu Pok sadar bahwa junjungannya, Pangcu Kaypang sudah terluka parah atau mungkin bahkan sudah tewas oleh pukulan maut lawan yang masih berada didepannya itu. Tetapi, bukannya takut, dia justru menjadi nekat dan bersiap untuk adu jiwa.
"Bangsat ".. engkau membunuh Pangcu "..?" tetapi, belum lagi dia menyerang, dia mendengar desisan Kaypang Pangcu yang memang terlontar dekatnya
"Dia ". Dia Pek Kut Lodjin ?"." dan setelah itu nafasnyapun berhenti. Seorang tokoh hebat, pemimpin kaum pengemis melayang jiwanya.
Hal ini menambah kalap CU Pok, dan segera dia bangkit dan kemudian menyerang si manusia misterius. Tetapi semua pukulannya dengan mudah saja dipunahkan lawan. Dia tidak bergerak mundur atau maju, hanya menggerak-gerakkan badan saja dan semua pukulan Cu Pok lewat tanpa mengganggunya. Setelah menyerang selama 10 jurus, tiba-tiba kembali terdengar suara mujijat seperti tadi:
"Cukup ". engkau kubiarkan hidup untuk mengabarkan kepada Kaypang agar bersiap tunduk kepada BU TEK SENG ONG. Dalam waktu dekat, Bu Eng Seng Ong akan mulai bergerak dan mengeluarkan perintah menundukkan semua partai persilatan. Naccchhh, engkau beruntung, tapi pergilah, sampaikan pesanku kepada Kaypang kalian di Pegunungan Heng San sana ?"."
Bersamaan dengan kalimat itu, sebelah tangan si manusia misterius bergerak cepat dan memukul Cu Pok hingga terpental ke belakang dan kemudian pingsan. Selanjutnya dia tidak tahu apa-apa lagi. Dia juga tidak tahu bahwa hari itu, Kauw It San terjadi banjir darah karena semua penghuni Kaypang di Kauw It San terbunuh kecuali dirinya sendiri. Dan teringatlah dia akan pesan si manusia misterius. Dalam ruangan dimana dia tadi pingsan selama setengah harian, masih terbujur kaku Pangcu dan Hu Pangcu Kaypang yang sudah menjadi mayat. Juga mayat kedua saudara angkatnya yang terbunuh lebih dahulu oleh lawan yang luar biasa hebatnya itu.
Kisah dan cerita itu disampaikan dengan jelas oleh Cu Pok ketika akhirnya tiba di Pegunungan Heng San dan melaporkannya kepada Tek Ui Sinkay yang kaget bukan main mendengar kabar tersebut. Kematian nyaris 200 orang anggota Kaypang dan bahkan Pangcu serta Hu Pangcu Kaypang sungguh kabar yang terlampau besar. Tek Ui Sinkay sendiri sampai gagap beberapa saat setelah Cu Pok menyampaikan berita besar atau bencana besar bagi Kaypang. Dan yang membuatnya menjadi semakin tidak mengerti adalah desisan Pek I Sinkay dan Wan Kiam Ciu, mendiang Pangcu Kaypang yang tewas di Kauw It San. Keduanya menggumamkan hal yang sama, yaitu menyebutkan kata PEK KUT LODJIN ?". Tetapi, bukankah tokoh mujijat yang sangat berbahaya itu sudah bunuh diri nyaris 30 tahun silam" Tetapi untuk tidka membuat semua orang bertanya-tanya dalam kegelapan, apalagi karena keadaan harus ditenangkan dan diatasi, beberapa saat diapun berkata:
"Sudah kuingatkan ".. sudah kuingatkan ?"" beberapa kali dia berkata seperti itu. Karena memang, Tek Ui Sinkay sudah memperingatkan Pangcu Kaypang agar jangan dulu bepergian karena keadaan rimba persilatan yang sedang tidak menentu. Dan kedatangan kabar bencana itu membuat Tek Ui Sinkay sempat gamang sebentar dan kesulitan berpikir jernih beberapa waktu. Tetapi, betapapun dia seorang tokoh besar, kemampuan Ilmu silatnya bahkan masih melebihi Pangcu Kaypang. Karena itu, diapun berusaha keras menekan perasaannya dan bersikap gagah untuk memikirkan apa yang harus dikerjakan sesegera mungkin. Yang jelas, dia kini adalah satu-satunya pemimpin atau tokoh utama Kaypang yang masih hidup. Karena itu, dia harus segera bersikap dan harus segera memikirkan apa yang perlu dilakukan:
"Panggil seluruh tokoh Kaypang. SEGERA, kita harus segera memutuskan apa yang mesti dikerjakan ke depan dan bersiap menyambut masalah besar yang menentukan mati hidupnya Kaypang kita "." jelas dan tegas perintahnya.
Hari itu juga pihak Kaypang memutuskan jabatan Pangcu Kaypang akan dijabat Tek Ui Sinkay sampai pelaksanaan Pertemuan Besar anggota Kaypang. Dan diapun memilih Cu Pok menjadi salah satu Hu Pangcu. Juga seorang tokoh tua lainnya, yakni Giok-bin-sin-ang (kakek sakti berwajah pualam) Ouw Hok untuk mengurusi masalah Kaypang secara kedalam. Ouw Hok malah berusia lebih tinggi dari Tek Ui Sinkay dan menguasai banyak sekali aturan Kaypang, itulah sebabnya dia dipilih dan diminta bantuan oleh Te Ui SInkay mendampinginya. Perubahan besar tersebut membuat Kaypang tidak guncang berlebihan, tetapi tetap saja menjadi kabar besar bagi rimba persilatan Tionggoan. Kaypang diserang ?"..
Beberapa hari kemudian, Tek Ui Sinkay meninggalkan Kaypang bersama dengan Cu Pok. Bukan hanya itu, bersama dengan mereka, atau tepatnya mendahului mereka, Tek Ui Sinkay melepas beberapa orang dengan tugas khusus. Dan tugas khusus itu akan ditangani Cu Pok, yaitu tugas sebagai mata-mata dan pembawa kabar atau berita ke semua perguruan sahabat. Baik ke Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay, Thian San Pay, Kun Lun Pay dan semua perguruan silat lainnya untuk menjelaskan apa yang terjadi di Kauw It San. Selain itu, mengutus tokoh-tokoh Kaypang yang memiliki kemampuan menyelidiki, guna mengawasi tokoh yang mengaku bernama BU TEK SENG ONG dan apa hubungannya dengan PEK KUT LODJIN. Pekerjaan seperti itu memang adalah keahlian Cu Pok yang kini menjabat sebagai Hu Pangcu.
Bahwa pergerakan musuh sudah sedang dimulai. Dan bahwa persiapan mereka terhitung lamban, atau terlalu lamban. Setelah menugaskan banyak anak muridnya itu, Tek Ui Sinkay sendiri kemudian berlalu bersama dengan Cu Pok, namun berpisah untuk kepentingan berbeda. Dan mereka mengadakan perjanjian untuk kelak akan berjumpa di acara Hu Pocu dalam waktu yang tidak lama.
=============== Sebuah kejadian lain di tempat yang terpisah jauh, melibatkan tokoh-tokoh dewa atau yang terkait mereka, terjadi dalam waktu yang nyaris bersamaan dengan peristiwa di Kauw It San. Kita melihat apa yang terjadi disana ?"
Puncak Ciu Lok San, tidak jauh dari kota Han Im. Perjalanan seharian sudah dapat tiba di Ciu Lok San, ditambah beberapa jam untuk mencari atau menemukan Puncak Awan Melayang. Di tempat itu pulalah terakhir kali Lam Hay Sinni, Bu Te Hwesio dan Thian Hoat Tosu terakhir kali bertemu dan mendiskusikan ilmu silat masing-masing untuk kemudian membuat janji pertemuan anak murid mereka masing-masing. Dan hari ini, adalah perwujudan dari janji pertemuan ketiga tokoh dewa itu, tetapi pertemuan anak murid mereka. Anak murid yang mereka persiapkan untuk melanjutkan tradisi pertemuan mereka bertiga. Dan pertemuan itu, jelas dirahasiakan. Karena itu, nyaris tidak ada tokoh silat yang hadir untuk menyaksikan pertemuan rahasia itu.
Puncak Awan Melayang adalah salah satu puncak di Gunung Ciu Lok San, terdapat di sisi barat gunung dan salah satu tempat misterius yang sulit dicari orang biasa. Karena pemandangan di tempat itu biasanya adalah awan melulu dan teramat jarang mampu memandang ke bawah tanpa halangan awan. Itu sebabnya ketiga tokoh dewa itu memberi nama Puncak Awan Melayang bagi tempat yang mereka temukan secara tidak sengaja tersebut.
Hari itu, puncak awan melayang berbeda dengan hari-hari sebelumnya dikunjungi orang. Saat itu, sudah ada dua orang yang tiba disana, keduanya adalah gadis muda yang cantik, namun dengan kecantikan yang rada berbeda. Gadis pertama terlihat lembut dalam gerak-geriknya, tetapi tatap matanya cukup dingin. Sikapnya terlihat agung untuk gadis seusianya, dan dia mengenakan jubah ringkas berwarna kebiruan. Jangan ditanya kecantikannya. Secara fisik gadis muda ini memang cantik dan anggun, ditambah dengan sikapnya yang jarang berbicara, maka semakin menonjol sifat ini dalam dirinya. Dia adalah Sie Lan In, murid bungsu dan murid kesayangan Lam Hay Sinnni, tokoh besar dari Lam Hay, Laut Selatan.
Gadis muda kedua adalah Tio Lian Cu, murid terkahir Thian Hoat Tosu. Gadis ini lebih lincah dan lebih riang jika dibandingkan dengan Sie Lan In. Tetapi belakangan setelah menjadi tokoh utama Hoa San Pay, bahkan menjadi Ciangbudjin Hoa San Pay, dia terpaksa harus banyak menahan diri. Tetapi, sifat dasarnya yang periang tidak bisa begitu saja dia tinggalkan, tetap terbawa menjadi bagian kehidupannya. Kecantikannya tidak kalah dengan murid Lam Hay Sinni yang terlihat cantik dan agung, sementara Tio Lian Cu terlihat cantik dan menarik. Dengan jubah berwarna kehijauan menambah cantik dan manisnya Tio Lian Cu.
Tetapi, sejak kedatangan mereka berdua, tidak ada sama sekali kontak ataupun saling bicara antara keduanya. Sekali tatap mereka sudah tahu jika lawannya memiliki ilmu yang tidak rendah, dan tentu rasa ingin menang perlahan tumbuh dalam hati keduanya. Cuma, tidak dapat mereka katakan ataupun ungkapkan. Keduanya bersikap menunggu, menunggu kedatangan satu orang lagi, sesuai amanat dan pesan Guru mereka masing masing. Yakni, bahwa akan datang 3 orang mewakili 3 tokoh Dewa Tionggoan untuk memenuhi janji pibu dan diskusi tentang kepandaian masing-masing Tokoh Dewa setelah sekian tahun tidak pernah bertemu kembali.
Karena masih menunggu, maka mereka membiarkan keadaan tetap senyap dan saat itu mereka menikmati kesenyapan dengan deru tiupan angin yang seperti melantunkan lagu alam. Deru angina memang menyeramkan saat itu. Dan memang seperti itu tiap hari di Puncak Awan Melayang. Jika dikatakan senyap, juga tidak, karena lantunan irama alam yang tidak biasa di keramaian manusia. Jika dibilang ramai, maka juga tidak, karena hanya ada mereka berdua di puncak itu. Tetapi, yang pasti, bagi manusia biasa, suasana di Puncak Awan melayang sangatlah menyeramkan.
Cukup lama keduanya saling diam dan tidak saling sapa. Keduanya tenggelam dalam samadhi masing-masing sambil menunggu kedatangan orang terakhir. Dan penantian mereka kelihatannya berakhir ketika mereka menangkap desir angin yang mendekati tempat mereka. Tidak salah, kelihatannya orang terakhir yang mereka sedang nantikan, datang mendekati tempat mereka bertemu. Desir angin itu tiba-tiba berhenti dan tak lama kemudian, sesosok bayangan yang mengenakan jubah berwarna kecoklatan sudah berdiri di tengah-tengah, diantara Tio Lian Cu dan Sie Lan In. Melihat adanya dua orang nona disana, dengan tersipu dia berkata:
"Mohon maaf jiwi kouwnio, mewakili Suhu Bu Te Hwesio, saya Khong Yan menjumpai dan memberi salam kepada jiwi kouwnio ?""
Ucapan permintaan maaf Khong Yan yang baru tiba, memperjelas siapa mewakili siapa diantara ketiga orang itu. Meski tentu saja Khong Yang belum mengetahui pasti siapa mewakili siapa diantara kedua Nona manis yang berada di samping kiri dan kanannya dalam jarak masing-masing sekitar 7,8 meter. Tetapi, Tio Lian Cu dan Sie Lan In sudah mengetahui siapa mewakili siapa, meski nama belum diketahui dengan pasti. Tetapi, ada yang lebih terkejut lagi melihat kedatangan Khong Yan dan menyebutkan siapa yang diwakilinya. Orang itu berjarak cukup jauh dan aman dari tempat ketiga orang muda yang hadir memenuhi janji pertemuan. Dan kemampuannya menyembunyikan jejak dari ketiga tokoh muda cemerlang ini, jelas menunjukkan kemampuan tokoh itu yang tentunya tidak rendah. Orang itu terkejut karena dia mengenal Khong Yan, dan mudah ditebak orang itu adalah Koay Ji yang mengenakan dandanan Thian Liong Koay Hiap untuk mengintai pertemuan rahasia yang dia ketahui melalui Sie Lan In.
"Pantaslah Khong Yan lenyap dari Thian Cong San, ternyata dia diambil murid oleh tokoh mujijat itu ". accchhh, aku bangga dan terharu dengan kemajuan dan nasib baikmu Khong Yan ".." Koay Ji berkata dalam hatinya, sangat senang menyaksikan kawan masa kecilnya muncul dan telah menjadi tokoh yang hebat, tokoh muda yang punya kedudukan tinggi di dunia persilatan. Bagaimana tiba-tiba Koay Ji munculkan diri di puncak Ciu Lok San" kisahnya akan diketahui kelak. (Kisah Khong Yan menjadi murid Bu Te Hwesio kelak akan dikisahkan di belakang).
Sementara itu, kedatangan Khong Yan sudah membuat Sie Lan In dan Tio Lian Cu berdiri. Mereka tahu siapa yang datang, meski sebenarnya mereka sama sekali belum mengenalnya. Atau tepatnya belum saling mengenal. Hal itu dikarenakan, mereka bertiga mendapat pesan serta wanti-wanti dari Guru masing-masing untuk menjaga dengan sangat persahabatan diantara mereka sebagaimana guru-guru mereka. Dan, mereka bertiga, sebagai murid tokoh tokoh dewa, harus mengikat tali persahabatan dan saling membantu untuk mengatasi masalah dan persoalan di dunia persilatan. Dan sebagai tokoh terakhir yang datang, Khong Yan yang ternyata tumbuh gagah bahkan sedikit lebih tinggi disbanding Koay Ji, terlihat sudah menjadi pendekar yang hebat dan memiliki rasa percaya diri yang jelas. Saat itu, adalah Nona Sie Lan In yang kemudian berkata dengan suara jernih:
"Selamat berjumpa saudara Khong Yan, perkenalkan namaku Sie Lan In, murid dari Subo Lam Hay Sinni di Laut Selatan ?"."
"Acccchhhhh, senang bertemu dengan Sie Kouwnio ?"".. semoga Lam Hay Sinni locianpwee selalu dalam keadaan sehat ".
"Terima kasih saudara Khong Yan, Subo baik-baik saja" balas dan jawab Sie Lan In singkat namun jelas.
"Selamat berjumpa saudara Khong Yan dan juga Sie Lan In, aku mewakili Thian Hoat Suhu, berasal dari Hoa San Pay ".. senang bertemu jiwi dan semoga pesan Guru kita masing-masing dapat kita lakukan sepenuh hati ?"."
"Accchhhh, Tio Kouwnio rupanya ?" senang sekali dengan harapan yang baik itu. Akupun berharap sesuai pesan Suhu, agar selalu dengan sekuat tenaga dan hati untuk menjaga hubungan baik antara perguruan kita semua ".."
Entah mengapa, percakapan langsung antara Tio Lian Cu dan Sie Lan In harus menunggu jembatan yang dibangun oleh Khong Yan di tengah-tengah mereka. Maka diapun berkata dengan suara lebar:
"Apakah jiwi kouwnio sudah bertemu dan saling sebelumnya ?""
"Kamipun baru berjumpa disini Saudara Khong Yan "." jawab Tio Lian Cu sementara Sie Lan In menggeleng tanda belum pernah berkenalan.
"Jika memang demikian, apakah bisa sesuai pesan Guru kita masing-masing, kita dapat lebih saling mengenal satu dengan yang lainnya" Maksudku, karena adalah kita bertiga yang menyatukan ketiga perguruan ini, mewakili guru masing-masing, biarlah kita saling menyapa sebagai saudara-saudara seperguruan. Tetapi, untuk maksud tersebut, kita semua harus mengetahui usia masing-masing, sehingga urut-urutannya dapat saja kita tetapkan dengan cara demikian. Tetapi, tentu tanpa maksud dapat saling memberi perintah satu dengan yang lainnya, atau yang satu berkuasa atas yang lain. Hanya untuk persaudaraan antara kita. Bagaimana menurut jiwi kouwnio ?"?"
Baik Sie Lan In maupun Tio Lian Cu terkejut dengan usul Khong Yan, tetapi keduanya masih berdiam diri berpikir. Kelihatannya usul itu memang sangat baik, dan keduanya tidak terlihat keberatan. Bukankah memang Guru mereka masing-masing memang menegaskan untuk menjaga persaudaraan 3 perguruan itu" hanya, masalahnya siapa nantinya yang menjadi tertua agak sulit ditentukan, dan belum tentu juga cara serta hasil dari penentuannya akan menyenangkan dan diterima semuanya. Ketika Tio Lian Cu dan Sie Lan In saling pandang, dan kelihatannya keduanya setuju dengan usul itu, tetapi sorot mata keduanya memancarkan kepenasaran yang mudah ditebak. Khong Yan dapat menangkap suasana itu.
"Boleh juga, tetapi, usulku, urut-urutannya kelak akan kita tentukan melalui hasil pibu antara kita nantinya "." Adalah Tio Lian Cu yang akhirnya berbicara terlebih dahulu. Atas usul Lian Cu itu, Nona Sie Lan In terlihat mengangguk-anggukkan kepala tanda menyetujui usulan tersebut. Khong Yan menjadi cepat tanggap dan juga merasa setuju dengan usul itu, tetapi akalnya melayang kedepan. "Bagaimana kalau hasilnya tidak ada yang menang ?"" karena itu diapun berkata:
"Baik ?"" baik, kita sepakati demikian saja. Tetapi, sebelum kita melakukan pibu, adalah baik urut-urutan usia menjadi patokan bagi kita untuk saling menyapa. Bolehlah dimulai dariku saja. Saat ini, namaku Khong Yang burid Suhu Bu Te Hwesio, baru saja berusia 20 tahun, baru sebulan lalu genap berusia 20 tahunan. Bagaimana dengan engkau Tio Kouwnio "..?"
"Usiaku belum genap 20 tahun, baru berusia 19 tahunan ?"" jawab Tio Lian Cu yang berarti menjadi adik dari Khong Yan.
"Kalau demikian, artinya aku akan menjadi yang tertua diantara kita, karena usiaku sudah 20 tahun lewat beberapa bulan ".."
"Baik, begitulah kita tetapkan. Toa Suci, terimalah salamku ?". engkau juga, Sam Sumoy, aku memberimu selamat atas persaudaraan kita bertiga ?""
Tanpa sungkan mereka bertiga yang memang memiliki hubungan yang baik, terutama di tingkat Guru mereka, saling memberi hormat dan tandanya setuju dengan urut-urutan sesuai dengan usia masing-masing. Tetapi, urut-urutan itu dapat berubah berdasarkan hasil pibu mereka nantinya. Dan mereka bertiga sudah menyepakatinya. Setelah saling memberi hormat sebagai "satu keluarga perguruan", ketiganya kini sepakat untuk menyerahkan kepada Sie Lan In yang tertua untuk mengatur percakapan mereka bertiga. Terutama menyepakati mekanisme dan cara pibu:
"Baiklah, Khong Sute dan Tio Sumoy, apakah kita akan mengikuti cara para Guru kita ketika melakukan pibu atau akan menciptakan cara kita sendiri ?"" demikian Sie Lan In membuka percakapan
"Menurutku, mekanisme dan cara para guru kita menarik untuk kita tiru. Tetapi, jika bisa kita perluas hingga jurus ke 250, baru kemudian kita melakukan diskusi untuk bertukar pendalaman atas ilmu kita masing-masing ?" berkata Tio Lian Cu yang memang agak setuju jika pibu diperpanjang dan bukannya hanya 100 jurus seperti pengalaman guru guru mereka ketika terakhir kali pibu.
"Bagaimana menurutmu Khong sute ".?"
"Sie suci dan Tio sumoy, Suhu berpesan agar bukan terutama menentukan kalah atau menang yang terutama, tetapi bagaimana kita saling memperkuat untuk kelak melawan kekisruhan di Tionggoan. Karena itu, cara para guru kita sudah tepat, tetapi jika Tio sumoy ingin memperpanjangnya, rasanya juga baik ?" terutama karena tingkat kepandaian kita mungkin masih belum setinggi para Guru kita. Karena itu, usulan Tio sumoy kudukung untuk kita laksanakan ".."
"Hmmmm, baiklah. Jika melihat kecenderungannya, kita akan berpibu satu lawan satu dalam 250 jurus. Kemudian beristirahat sejenak baru lanjut kembali dengan lawan yang lain. Pada babak pertama kita melakukan pibu selama 250 jurus dan saling berlawanan, dan selanjutnya kita akan memberi masukan dan petunjuk dari sisi kita mengenai cara meningkatkan kemampuan masing-masing. Bagaimana menurut jiwi ?"" tawar Sie Lan In mengajukan cara pibu
"Baik begitu suci, aku sepakat ".." sambut Tio Lian Cu
"Akupun sepakat Suci ?""
"Bagus jika demikian. Peraturannya adalah, sebagaimana para Guru kita, adalah bebas untuk menggunakan senjata, bahkanpun senjata rahasia ataupun jenis ilmu lain yang kita kuasai. Tetapi, harus dicatat, itu dilakukan dengan memberi peringatan terlebih dahulu kepada lawan kita. Dan penentuan kalah dan menang, cukup jika sudah kalah setengah jurus akan dinyatakan kalah pibu ?" atau jika mampu menyentuh baju lawan juga dinyatakan menang, kecuali jika ada pertimbangan lain, kita dapat berusaha merembukkannya secara bersama ".."
"Baik ".." serentak Tio Lian Cu dan Khong Yan menjawab.
"Baiklah ".. karena kita sudah sepakat, maka mari kita menentukan urut-urutan pibu, siapa yang akan maju lebiuh dahulu dan siapa yang maju pada ronde kedua "."
Pada akhirnya adalah Khong Yan yang akan melawan Sie Lan In, karena mereka yang mendapatkan undian melakukan pibu terlebih dahulu. Pada babak kedua baru Sie Lan In melawan Tio Lian Cu dan partai terakhir adalah Tio Lian Cu melawan Khong Yan. Undian yang cukup adil karena mereka lakukan secara terbuka dan diketahui bersama prosesnya. Setelah undian ditetapkan, Sie Lan In kemudian berkata:
"Khong Sute, mari, kita beroleh undian untuk maju pibu terlebih dahulu ".."
"Baik Sie Suci, mari, aku sudah siap ".."
Tak lama kemudian Tio Lian Cu sudah mundurkan diri dan tertinggal di tengah adalah Sie Lan In yang akan bertanding melawan Khong Yan. Murid Lam Hay Sinni melawan murid Bu Te Hwesio, kedua tokoh dewa Tionggoan yang sudah jarang sekali muncul dan berkelana di rimba persilatan. Tanpa terasa Koay Ji yang juga memperhatikan keadaan di arena pibu menjadi tegang. Karena bagaimanapun dia mengenal kedua orang yang akan melakukan pibu, bahkan keduanya pernah memperoleh masukan dan petunjuk darinya. Siapa yang akan dibelanya" Entahlah. Sejujurnya Koay Ji menjadi bingung siapa yang akan dipilihnya untuk menang.
"Khong sute, silahkan ?"."
"Baik, Sie Suci ". maafkan aku ".." sambil berkata demikian Khong Yan bergerak mengejar dan mencecar Sie Lan In dengan ilmu dasar yang dikuasainya. Tetapi, Koay Ji menjadi kaget karena melihat betapa Khong Yan mempergunakan ilmu ciptaan mereka pada masa kecil, Ilmu Cakar Ayam Sakti. Diam-diam dia menjadi geli sekaligus kagum melihat betapa ilmu itu di tangan Khong Yan sebagaimana dirinya, sudah jauh berubah menjadi ilmu yang sangat berbahaya. Apalagi ketika Koay Ji melihat betapa Khong Yan menggunakan ilmu iweekang yang sangat dikenalinya: Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang. "Apakah Suhu Khong Yan yang mengajariku iweekang mujijat itu ?"" penasaran Koay Ji dalam hati.
Dan melihat Sie Lan In sudah melawan dengan ilmunya yang mujijat dan mirip dengan ilmu Koay Ji, yakni ilmu-ilmu Budha yang bersumber dari Kuil Siauw Lim Sie. Sie Lan In bersilat dengan Ilmu Liu Yun Ciang Hoat (llmu pukulan Awan Terbang) dan dengan dorongan Ilmu iweekang Hut Men Sian Thian Khi Kang (Tenaga Dalam Mujijat). Jika Bu In Hwesio (belakangan Bu In Sin Liong) menggubah Toa Pan Yo Hian Kang alirang hawa YANG, maka Lam Hay Sinni menggubah Iweekang Hut Men Sian Thian Khi Kang yang lebih bersifat lemas. Memang kedalaman Toa Pan Yo Hian Kang masih tipis diatas pelajaran Hut Men Sian Thian Khi Kang, tetapi dalam menopang gerakan cepat dan lemas, justru lebih tepat ilmu kedua. Dan itu sebabnya Lam Hay Sinni dapat menciptakan ilmu gerak cepat yang mujijat.
Berbeda lagi dengan Iweekang Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang yang juga mampu mendorong, menghisap, menggabungkan tenaga yang menyerang dan pada tingkatnya yang sempurna bahkan mampu membalikkan tenaga serangan lawan. Ilmu Budha ini berkembang di Thian Tok dan dikuasai dengan sangat baik oleh Bu Te Hwesio dan kini diwariskannya kepada Khong Yan (dan juga Koay Ji). Karena dasar iweekang yang berbeda ini, maka gerakan-gerakan kedua tokoh muda dari garis perguruan Budha, menjadi seru dan menarik. Gaya yang berbeda dan cara serta usaha menang dengan menggunakan ilmu-ilmu yang berbeda, namun dari akar yang nyaris sama, yakni ilmu-ilmu gerak perguruan yang berdasarkan ajaran agama Budha. Namun meski demikian, mereka berdua mampu sama-sama bergerak dengan sangat cepat dan mendatangkan bahaya bagi lawan mereka.
Sie Lan In sebagaimana tipe dan latihannya sangat mengandalkan gerakan cepat dan kemudian kelemasannya untuk berusaha memenangkan pibu. Sementara Khong Yan mengandalkan kekokohan dan kekuatan iweekangnya yang memang menjadi ciri kekuatannya. Itu sebabnya Sie Lan In bergerak cepat dan seperti terlihat mendominasi pertarungan dengan jurus-jurus serangan yang cepat, membahana dan seakan tidak memberi waktu bagi Khong Yan untuk bernafas. Tetapi, sebaliknya Khong Yan dalam kekokohannya mampu menangkis dan menghalau semua serangan Sie Lan In dan terus menjaga keseimbangan pertarungan. Dua sampai tiga serangan Sie Lan In dibalas dengan satu pukulan balik Khong Yan, tetapi begitupun, tidak berarti Khong Yan jatuh dibawah angin dan terdesak.
Tak terasa 50 jurus awal sudah dilalui tanpa dapat disimpulkan apakah Khong Yan yang unggul ataukah Sie Lan In. Yang jelas pertarungan selanjutnya menjadi semakin menegangkan karena Sie Lan In semakin cepat bergerak dan kini mulai memainkan Ilmu Kim Kong Ciang Hoat (Ilmu Pukulan Cahaya Emas) dan sesekali Ilmu To Im Cih Yang (Menyambut Dengan Keras Mendorong Dengan Lunak). Dengan kedua ilmu itu yang dimainkan dengan kecepatan tinggi membuat Khong Yan terkejut. Kedua ilmu itu memang dirancang untuk maksud bergerak cepat dan tidak memberi lawan peluang menyerang balik. Khong Yan terpaksa harus memunahkannya dengan Ilmu Tan Ci Sin Thong. Tiba-tiba Sie Lan In membentak dengan suara keras:
"Awas ?"."
Sambil membentak lengannya mencecar Khong Yan dengan jurus Thui Poh Pang Lan (Mendorong Gelombang) yang menyasar jalan darah Tay Me Hiat di pinggang. Kemudian dengan cepat lengan kirinya bergerak menyusul dengan serangan telak ke jalan darah Hian-ki-hiat di tubuh Khong Yan dengan menggunakan jurus Liu Ing Uh Khong (Air Mengalir Tarian Kosong). Kedua gerakan tersebut dilakukan dengan kecepatan tinggi dan susul menyusul, bahkan masih dengan serangan susulan yang bisa sangat merepotkan Khong Yan. Tetapi, patut dipuji karena Khong Yan tidak kaget dan gugup menghadapi serangan berbahaya yang dilancarkan Sie Lan In dengan kecepatan tinggi. Dengan tenang dia menggerakkan kedua lengannya dalam jurus Tok Hu Tang Koan (Menjaga Pintu seorang Diri), dia mencegat pukulan di pinggang dan sekaligus mendorong balik lengan Lan In sehingga menggagalkan serangan kedua. Gerakan yang tepat dan efisien dilakukan Khong Yan.
Tetapi Lan In seperti sudah menduga gerakan lawan, karena itu dengan menggeser kakinya, dia kembali masuk menyerang Khong Yan dengan jurus Cian Kun Ban Ma (Ribuan prajurit Laksaan Kuda). Sekali ini dia menyerang dan menyasar ke thian toh hiat, hoan bun hiat dan siang-ki hiat, tiga Hiat-to besar di tubuh Khong Yan. Dan serangan ini susul menyusul dengan target ketiga hiat to tersebut, satu di tangkis datang serangan yang lain. Khong Yan mengenal bahaya, karena itu diapun sadar dan menggerakkan lengannya dengan jurus Lang Cien Liu Sah (Ombak Menderu Pasir Mengalir). Gerakan kedua lengannya mengarah ke semua kemungkinan serangan Lan In, kemanapun arah lengannya sudah tertutup dan diantisipasi dengan baik oleh Khong Yang, dank arena itu kembali serangan Lan In gagal. Bahkan sekali ini, Khong Yan mengambil inisiatif untuk balik menyerang lawan,
Dengan jurus Tau Tho Pau Li (Memetik Buah Persik) tiba-tiba dari bergerak untuk bertahan dan memunahkan serangan lawan, Khong Yan justru balik menyerang. Target atau sasarannya adalah jalan darah "Tjian-cing-hiat" pada bahu dengan menggunakan lengan yang sejak tadi memainkan totokan Tan Ci Sin Thong. Sie Lan In dengan manis menarik badan dan kemudian bergerak dengan Jurus Kim Sih Jauw Wua (Benang Emas Melilit pergelangan Tangan) yang mengantisipasi serangan lanjutan Khong Yang. Tetapi, sekali menyerang Khong Yan menyiapkannya dengan baik, dengan jurus Hong Cien Loh Yap (Angin Berhembus Dedaun Ron-tok) dia kembali mendesak Sie Lan In. Lengannya bergerak mengarah jalan darah sin ciang-hiat, dan kemudian kakinya bergerak lincah dan menyusulkan serangan dengan jurus lain, yakni jurus Hoan Kang Toh Hai (Membalikkan Sungai Menggali Laut).
Luar biasa, serangan-serangan berantai Khong Yan ini ibarat serangan angin badai yang datang susul-menyusul dan hanya dapat dielakkan dan ditangkis Lan In karena dia memiliki gerakan yang luar biasa cepatnya. Tetapi, akibat serangan-serangan itu adalah berkibar-kibarnya pakaiannya dan juga rambutnya. Beberapa kali terserang secara hebat membuat Lan In kembali bergerak sangat cepat dengan ginkangnya yang memang istimewa Sian-Ing Tun-Sin-Hoat (Ilmu Bayangan Dewa Menghilang). Ilmu inilah yang banyak membantunya dalam bergerak hingga posisi yang terasa sulitpun masih dapat dihindarinya dengan manis. Setelah itu, dia kembali memukul dengan Pukulan Wan To Bian Chiu (Tangan Kapas Meraup Selendang). Sampai dua kali mereka adu pukulan:
"Dukkk ".. dukkkkk ?""
Tetapi tidak ada yang memenangkan adu pukulan itu, karena dengan daya lemas dan kekuatan kapasnya Lan In mampu menghadapi kekuatan pukulan Khong Yan yang lantas lenyap kekuatannya. Sampai akhirnya mereka bertarung 150 jurus lebih, posisi mereka tetap seperti itu. Saling serang dengan porsi serangan lebih besar Lan In, tetapi diapun tak mampu menembus basis pertahanan Khong Yan yang bergerak secara kokoh dan dengan kekuatan yang hebat. Bahkan sesekali mereka adu kekuatan dengan sedikit keunggulan dipihak Khong Yan, karena meski kekuatan lemas Lan In mampu mendukungnya, tetapi jika terus-terusan dia kerepotan juga menahan efeknya bagi dirinya. Karena itu, memanfaatkan kecepatan, Sie Lan Ini lebih banyak mendesak Khong Yan yang bertahan dan menyerang balik untuk menyelamatkan posisinya dari desakan hebat Sie Lan In.
Sie Lan In melihat, jika menggunakan ilmu-ilmu tangan kosong yang juga dia tahu dikuasai dengan baik oleh Khong Yan, dia akan keteteran. Karena dalam ilmu tangan kosong kelihatannya Khong Yang masih lebih unggul dibandingkan dengan dirinya. Karena itu, dia mulai memikirkan jalan mundur guna menyerang lawan dengan ilmunya yang lain, yakni Ilmu Pedang. Di Ilmu yang satu ini dia memiliki keyakinan yang lebih karena tingkatannya sudah sangat tinggi. Berpikir demikian, setelah bergerak dengan cepat, tiba-tiba dia membentak:
"Khong Yang ".. awas pedang ?"."
Sambil membentak demikian dia sudah mengembangkan Ilmu Thian Kan Hong Lee Kiam Hoat (Ilmu Silat Pedang Taufan Mujizat). Hebatnya bukan kepalang. Bahkan Khong Yan sendiri takjub dengan tusukan, tebasan dan serangan pedang lawan yang mendatangkan perasaan seram karena bagaikan masuk ke pusaran badai yang selalu mengancamnya. Mau tidak mau dia akhirnya harus mengandalkan Ilmu Hud meh ciang (pukulan menyambar nadi), sebuah ilmu yang memang dirancang khusus guna menghadapi lawan bersenjata. Ilmu ini adalah ilmu pukulan jarak jauh, sentilan-sentilan tajam sejenis Tan Ci Sin Thong, tetapi digunakan untuk jarak jauh dan selalu mengarah ke titik-titik jalan darah di sepanjang lengan dan bahu lawan. Tetapi sayangnya, Lan In memiliki pemunahnya karena diapun menguasai Tan Ci Sin Thong yang mampu menghalau totokan jarak jauh Khong Yan.
Begitu bebas, maka dia akan kembali menerjang Khong Yan. Setelah kembali lewat 20 jurus, sementara kedudukan mereka masih tetap saling serang dan tiada yang mampu mendesak dan mengalahkan lawan, tiba-tiba Sie Lan In kembali membuka serangan. Susul menyusul dia mencecar Khong Yan dengan jurus-jurus maut yakni jurus Pit Yun Cian Cang (Gumpalan Awan Merintang), Phang Hoa Soh Liu (Bunga-bunga Bertaburan) dan jurus Ku Hoa Cun Ih (Bunga Ku Dimusim Semi). Serangan susul menyusul ini bermaksud mendesak mundur Khong Yan dan kemudian dengan mudah akan menjadi sasaran serangan susul-menyusul dari rangkaian ilmu silat Pedang Taufan Mujijat. Tetapi, Khong Yan paham, sekali dia mundur menghindar, maka Lan In akan mencecar dia habis-habisan dan akan kesulitan mengembalikan posisinya.
Berpikir demikian, bukannya mundur, dia justru maju dengan Ilmu Hud Keng Ciang (Pukulan Tenaga Budha). Secara bersamaan dia memainkan jurus Yun Liong Phun Uh (Naga menyemburkan Kabut) dan jurus Ciak Ciu Poh Liong (Tangan Kosong Menangkap Naga). Keadaan ini membuat Lan In menjadi kagum, sadarlah dia jika lawan sudah siap menghadapi jurus-jurus ilmu pedangnya sekalipun. Karena jurus-jurus tadi memang dengan cepat dan tepat memasuki area yang mengharuskan Lan In untuk menjaga diri dan tidak memforsir serangan. Jurus Naga Menyemburkan Kabut membuatnya menghadapi bayangan palsu Khong Yan dan ketika dia belum pada posisi sepenuhnya memahami dimana Khong Yan, kedua jurus terakhirnya sudah dipunahkan lawan secara berani. Dengan lengan kosong Khong Yan menotok badan pedang hingga serangan pedangnya menyamping. Keadaan itu membuatnya justru jadi dalam posisi mudah diserang lawan.
Dan memang demikian adanya. Memperoleh sedikit lowongan, Khong Yan segera menyerang balik dengan jurus Hui Pa Cong Ceng (Gembreng Terbang Menubruk Lonceng), dan membuat Lan In harus kembali mencelat mundur mencari jalan untuk menyerang balik. Khong Yan memang tidak mengejar, tetapi menggerakkan kedua lengannya dengan melakukan totokan jarak jauh dalam ilmu Ilmu Hud meh ciang (pukulan menyambar nadi) dan menyasar ki bun hiat dan bit kian hiat di tubuh Lan In. Dan tentu saja Lan In dengan mudah mengelakkannya sambil kembali merancang serangan baru ke tubuh Khong Yang yang tidak bergerak mengejarnya tetapi mencecar dengan serangan totokan jarak jauh.
Sampai disini Koay Ji semakin kagum dengan kemampuan Sie Lan In. Haruslah dia akui bahwa Khong Yan sudah maju demikian jauh dan mampu menandingi Sie Lan In tanpa terdesak. Memang sesekali dia terlihat kerepotan menerima serangan Sie Lan In, tetapi dia tidak terlampau susah untuk menetralisasi serbuan Sie Lan In itu. Karena itu, hingga mencapai jurus ke-200, mereka berdua boleh dibilang masih tetap seimbang. Belum ada pihak yang akan dapat dikatakan mendominasi atau menang atau sedikit menang dibandingkan lawannya. Terutama karena keduanya memiliki sisi beda dalam keunggulan masing-masing. Sementara Sie Lan In mengandalkan tenaga lemas dan juga kecepatannya, dan di lain pihak Khong Yan mengandalkan kekuatan tenaga dan juga sisi kekokohannya dalam bertahan dan menyerang. Karena itu, keduanya sulit untuk menentukan kemenangan. Bahkan, Koay Ji sudah menyimpulkan sendiri, bahwa keduanya setanding dan tidak ada yang akan keluar sebagai pemenang.
"Khong Yan, awas dengan ilmuku ini, Ilmu Hui-Sian-Hui-Kiam (Pedang Terbang Memutar)" sambil berseru demikian Sie Lan In melontarkan pedang ke udara yang kemudian dengan cepat terbang memutar dengan meninggalkan suara desingan yang menyeramkan telinga. Apalagi Khong yan yang menjadi sasaran langsung. Bahkan diapun sudah berseru kagum:
"Accchhhh, Ilmu Pedang Terbang ........ bagus ..... bagus ....."
Sambil berseru demikian, Khong Yan segera membuka ilmu baru. Sebuah Ilmu Pusaka perguruannya, yakni Ilmu Pek-in-hoat-sut (Ilmu Sihir Awan Putih). Perlahan lahan kedua lengannya mulai terbungkus awan putih yang cukup pekat dan kemudian dengan perlahan dia menggerakkan kedua lengannya itu. Tetapi awan putih pekat itu tetaplah menempel di kedua lengannya, dan kini lengannya berubah menjadi lengan awan putih yang mujijat. Sie Lan In kagum melihat bagaimana Khong Yan menggunakan ilmunya untuk melawan serangan dan tebasan pedangnya. Cepat dia menggerakkan atau lebih tepat mengendalikan pedang yang kemudian terbang berputar di sekeliling tubuh Khong Yan. Hebatnya, Khong Yan tidak berputar-putar untuk mengikuti kearah mana pedang akan menyerangnya. Tetapi tetap dengan kokoh dan tenang menghadapi serangan ataupun tebasan dan tikaman pedang terbang itu.
Awalnya Sie Lan In menggunakan jurus ampuh yang disebut jurus Sin Hoan Put Le (Berputar-putar tidak berhenti) dalam mana pedang terbangnya berputar-putar dan mendesing di sekeliling tubuh Khong Yan. Tetapi, melihat betapa Khong Yan tidaklah terpancing untuk bergerak mengejar kemana pedang itu pergi, maka tiba-tiba dia menggerakkan lengannya, dan pedang itupun menerjang Khong Yan dalam jurus Ban Li In San (Awan Gunung Tampak Selaksa Li) dan masih dipadu dengan jurus Ceng Kou Cih Meng (Lonceng Dan Genta Berbunyi Serentak). Dengan kedua jurus tersebut, desingan pedang Sie Lan In bagai berubah menjadi sumber bunyi-bunyian yang ikut menyerang pusat konsentrasi Khong Yan.
Tetapi meskipun demikian, tidaklah serta merta Khong Yan goyah dan terganggu. Apalagi karena dia sudah tiba pada konsentrasi tertinggi dan menggunakan ilmu mujijat perguruannya untuk menahan serangan pedang terbang yang luar biasa hebat itu. Sesungguhnya, dewasa ini teramat jarang ditemukan tokoh yang memiliki kemampuan menahan serangan pedang terbang. Tetapi hebat karena Khong Yan justru mampu menerimanya dengan baik. Bahkan ketika pedang itu kemudian mulai meluncur menikam, membabat dan menebasnya, dengan tenang dia menangkis dan menghalau pedang itu dengan lengan kosongnya yang terbungkus awan putih. Luar biasa, lengannya tidak cedera dan pedang terbang terhalau pergi atau berbelok arah dan tidak melukai Khong Yan sedikitpun.
Kembali Sie Lan In menggerakkan lengan dan menyerang dengan jurus Cian Li Peng Swat (Seribu Li Semua Es). Sekali ini hawa dingin membeku mengiringi desingan pedang yang mengurung tubuh Khong Yan, dan hebatnya terus menerus mencari celah dan lowongan untuk menusuk atau menebas. Tetapi pertahanan Khong Yan cukup hebat dan kuat. Dan bertahan seperti itu terus hingga 20 jurus Khong Yan diserang, namun tidak mendatangkan sedikitpun manfaat bagi Sie Lan In. Memang Khong Yan bertahan kokoh dan seperti tak mampu menyerang lawan, tetapi sebetulnya, setiap tangkisan dan setiap benturan pedang terbang dengan lengan, adalah cara Khong Yan memukul balik tenaga Lan In. Dan Sie Lan In tentu saja mengerti dengan kenyataan tersebut, sehingga tidak dapat disebut Khong Yan bertahan semata.
Apakah hanya sampai disitu kehebatan Sie Lan In" jika ya, maka mana bisa Lam Hay Sinni membiarkannya mengembara di Tionggoan" Saat ini Sie Lan In sudah mencapai tingkat Sen Hap Kiam (Badan Menyatu Dengan Pedang). Tingkat yang juga dicapai hanya oleh Toa Sucinya yang menghilang cukup lama. Tetapi kelebihannya adalah, dia mulai mampu menyerang dengan ilmu lain sambil memainkan Ilmu pedang terbang. Inilah kelebihannya yang dipelajarinya, meskipun dia masih belum sanggup menembus jurus terakhir yang baru subonya yang mampu memainkannya. Tetapi, untuk seorang Sie Lan In, tingkatnya dalam Ilmu Pedang sudah teramat tinggi dan hanya satu atau dua orang yang mampu mencapainya selain subonya.
"Khong Yan ". berhati-hatilah ".." bisiknya lirih memberi peringatan. Padahal, saat itu tidak perlu lagi, karena selain dia, Khong Yan sendiri sudah dalam konsentrasi yang nyaris total. Tidak lagi memperhatikan sekelilingnya.
Dan mulailah Sie Lan In kembali mengurung Khong Yan dengan pedang terbangnya yang mendesing mengganggu pendengaran. Tetapi, bukan cuma itu, sekali ini Sie Lan In ikut menyerang menggunakan sebelah tangannya dengan memainkan ilmu-ilmu andalan subonya. Ilmu-ilmu dari Siauw Lim Sie, dan dia menggunakan totokan-totokan Kim Kong Cie untuk menambah daya serangnya. Akibatnya cukup hebat totokan totokannya sama berbahayanya dengan pedang, padahal serbuan pedang itu sendiri sudah cukup merepotkan Khong Yan. Karena itu, apa boleh buat, diapun harus membagi perhatiannya untuk terjangan pedang dan serangan-serangan totokan yang dilancarkan Sie Lan In. Dan keadaan tersebut sungguh mendebarkan, bukan hanya bagi Khong Yan tetapi juga bagi Sie Lan In. Karena pertempuran mereka sekali ini benar-benar menguras tenaga, semangat dan keteguhan.
Kembali 10 jurus berlalu, mereka bahkan saling cecar dengan totokan mencari sasaran menyerang dan bertahan. Tetapi, keadaan Khong Yan mulai repot. Hal ini membuat Sie Lan In mulai tersenyum dan terus mencecar Khong Yan karena dia berpendapat saat itu adalah tepat untuk emmastikan kemenangannya. Tetapi, tiba-tiba dia terkejut bukan main ketika dalam keadaan yang sangat berbahaya dengan manis Khong Yan bergerak dengan sebat dan sangat mujijat. Entah bagaimana, tiba-tiba kini dia yang diserang Khong Yan, untung saja desingan pedang membuat Khong Yan tidak mampu mencecar dan mendesaknya lebih jauh. Tetapi, keheranan dan keterkejutan Sie Lan In terus berlanjut. Karena ada tiga atau empat kali dia menyaksikan bagaimana gerakan mujijat Khong Yan membuatnya menghindar dan selamat dari posisi yang dipikirkannya sudah akan membuatnya menang. Tetapi ternyata, beberapa saat kemudian, dia kembali balik diserang dan didesak Khong Yan.
Begitulah, sampai akhirnya genap jurus ke 250, tetap saja tak ada salah seorangpun dari mereka yang mampu keluar sebagai pemenang. Alias kedudukan mereka seri, tak ada yang mampu menang untuk setengah jurus sekalipun. Tetapi, begitu mereka selesai dan masih berkeringat karena menggunakan banyak tenaga pada jurus-jurus terakhir, terlihat Sie Lan In yang penasaran sudah bertanya kepada Khong Yan:
"Khong sute ".. ada satu yang ingin kutanyakan kepadamu ?""
"Ada apa gerangan Sie Suci ". ?" Khong Yan bertanya balik ketika melihat nada penasaran di mata Sie Lan In.
"Siapakah gerangan yang mengajari engkau gerakan-gerakan mujijat yang membuatmu mampu menyerangku balik pada saat justru engkau sedang terjepit "..?"
"Accccchhhh, engkau mengenali jurus-jurusku tersebut Sie Suci "..?" Khong Yan kaget ketika itu yang ditanyakan Sie Lan In.
"Benar, aku pernah melawan seorang tokoh yang menggunakan ilmu tersebut, meski lebih lengkap dan mujijat dibandingkan engkau ?""
"Haaaa ".. apakah, apakah engkau sudah bertemu adik angkatku yang juga sekaligus adalah suhengku yang bernama Koay Ji itu "..?" kini malah Khong Yan yang balik bertanya dengan wajah berbinar-binar.
"Acccch tidak mungkin Khong Sute, lawanku itu bernama Thian Liong Koay Hiap dan sudah berusia lebih 45 tahun ?". dan kuakui, dia memang sangat hebat. Apakah dia adalah suhengmu ataukah Susiokmu "..?" jawab Sie Lan In sambil memandang Khong Yan penuh perhatian.
Kini berbalik Khong Yan yang kebingungan. Jelas sekali menurut Koay Ji dan juga dibenarkan oleh suhunya, bahwa hanya dia seorang dan Koay Ji yang menguasai gerak mujijat yang bernama THIAN LIONG PAT PIAN itu. Karena itu, diapun berkata dengan suara datar:
"Sie Suci, sejujurnya hanya ada dua orang yang menguasai Ilmu yang kumainkan tadi, namanya Ilmu Thian Liong Pat Pian. Yang mengajariku adalah adikku, adik angkatku Koay Ji, seorang bocah aneh tak bernama yang kemudian diangkat Suhu menjadi murid mendahuluiku. Tetapi, sejak kurang lebih 10 tahun silam kami sudah berpisah dan belum pernah bertemu kembali sampai hari ini ?". acchhhh, sungguh sempat kukira bahwa aku sudah menemukan jejak suhengku itu. Tetapi ternyata sampai sekarang, akupun masih berusaha mencarinya ?""
Melihat keadaa Khong Yan, Sie Lan In tertegun. Tentu saja dia percaya dengan apa yang dijelaskan Khong Yan, tetapi jelas sekali jika ilmu yang dimainkan Khong Yan tadi sama atau malahan mirip benar dengan ilmu yang dimainkan Thian Liong Koay Hiap, tokoh yang sangat menggemaskan dan mengesalkannya itu. Dia masih ingin bertanya tetapi tiba-tiba terdengar suara yang lain, Tio Lian Cu:
"Khong Suheng, aku pernah bertemu Koay Ji kurang lebih 7 tahun silam, dan bahkan kami pernah bermain bersama selama 10 hari di puncak Thian Cong San. Tetapi, menurut pegetahuanku Koay Ji adalah murid seorang Pertapa Sakti yang menyendiri dan bukanlah suhengmu ?"?"
"Accchhh, engkau belum sepenuhnya mengerti Tio Sumoy ".. sebelum menjadi murid dari kakek guruku, suhengku itu atau Koay Jie sudah terlebih dahulu menjadi murid suhuku. Tetapi, untuk kesembuhannya, mau tidak mau Koay Ji atau suhengku itu harus belajar terlebih dahulu Ilmu Toa Pan Yo Hian Kang dari kakek guruku ?" begitu kisah yang sesungguhnya sumoy ?".."
"Acccchhhh, baru aku mengerti ".." bergumam Tio Lian Cu mengenangkan sahabat masa kecilnya yang berlaku sangat baik dan sangat menyenangkan itu. Bahkan yang juga mengajarnya berbicara dalam bahasa monyet.
"Sudahlah ".. biarlah kita selidiki perlahan lahan nanti, apakah benar Thian Liong Koay Hiap itu adalah suhengmu atau bukan Khong Sute, tetapi yang jelas dan pasti, dia mampu memainkan ilmu gerak mujijatmu tadi secara lengkap dan sempurna. Jujur, aku tak sanggup mengejarnya dan memukulnya ketika dia bergerak mengikuti gerakan gerakan mujijatnya yang luar biasa itu ?"" berkata Sie Lan In setelah hilang rasa kaget dan terkejutnya mendengar penjelasan Khong Yan dan Tio Lian Cu.
"Benar Suci ?" lebih baik kalian beristirahat terlebih dahulu sebelum kita memasuki babak kedua dari pibu kita hari ini ?"" Tio Lian Cu memberi usul yang dengan segera diiyakan dan disetujui oleh Khong Yan dan Sie Lan In. Dan bagi mereka yang berlatih Ilmu Silat, terutama yang tingkat kepandaian dan kemampuannya sudah setinggi ketiga anak muda itu, mengembalikan kesegaran, semangat dan konsnetrasi tidaklah satu pekerjaan berat. Tidak lebih satu jam kemudian, baik Khong Yan maupun Sie Lan In sudah kembali bersemangat dan pulih seperti sedia kala. Dan, menilik kemampuan mengembalikan kesegaran, maka Khong Yan masih sedikit dan tipis di atas Sie Lan In, karena dia siuman kurang lebih 2, 3 menit mendahului Nona dari Lam Hay itu. Dan Sie Lan In tahu dan dengan tulus dia berkata:
"Iweekangmu sungguh hebat sute ?""
"Mana ".. mana, tetap saja kerepotan menghadapimu suci ?""
Tetapi Sie Lan In tidak lagi memperhatikan jawaban Khong Yan, karena dengan segera diapun berkata dengan suara lirih:
"Sam sumoy, mari, sekarang adalah giliran kita berdua untuk melakukan pibu di babak kedua ini. Mari kita mencoba saling menaklukkan sumoy ".."
"Baik suci ".. aku sudah siap ".."
Tio Lian Cu paham betul jika Sie Lan In baru saja menghamburkan banyak tenaga menghadapi Khong Yan sebelumnya. Tetapi, jiwa besarnya membuatnya tidak mau memanfaatkan kelebihan itu untuk kemudian mendesak adu pukulan dengan Sie Lan In. Tetapi, dia juga paham bahwa kelebihan Sie Lan In ada dalam ginkangnya yang sangat luar biasa, terlampau sulit baginya untuk menandingi Lan In dalam gerak cepat. Dan Lian Cu paham betul bahwa mengandalkan kecepatan hanya akan membuatnya kehabisan daya dan tak akan mampu menandingi Lan In.
Pibu kali ini memiliki makna sangat penting bagi Tio Lian Cu. Karena sebetulnya ada sesuatu yang sangat ingin dibuktikannya, dan sekarang dia akan mencobanya. Menurut Thian Hoat Tosu Gurunya, sebelum menemukan rahasia inti ilmu Sakti Tiang Kun Sip Toan Kim dan Ilmu Tian To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat, gurunya selalu kalah tipis ketika bertarung baik dengan Bu Te Hwesio maupun dengan Lam Hay Sinni. Meski di luar orang tahu bahwa mereka masih setanding dan tidak saling mengalahkan. Tetapi, setelah menemukan rahasia kedua ilmu sakti itu, Thian Hoat Tosu yakin jika mereka sudah mampu mengejar ketinggalan dan tidak akan kalah lagi sebagaimana pibu-pibu yang sebelumnya. Dan untuk maksud itulah Lian Cu bertarung, ingin membuktikan bahwa dia tidak akan kalah bahkan jika memungkinkan, akan berusaha memenangkan pertarungan lewat cara jujur dan terbuka.
Sesungguhnya Sie Lan In adalah gadis yang tenang dan sudah mampu mengendalikan perasaannya. Karena itu, meski tidak mampu menang melawan Khong Yan tetapi juga tidak kalah, tidak ada yang disesalkannya. Dan dia sama sekali tidak kecewa karena dia sudah diwanti-wanti Subonya, bahwa lawan beratnya adalah murid Bu Te Hwesio. Bahkan Subonya berpesan, dalam tingkat kemampuan Ilmu Iweekang, adalah Bu Te Hwesio yang paling tinggi meski selisihnya sangat tipis. Sementara dalam ilmu ginkang, adalah Lam Hay Sinni subonya yang mampu mengatasi kedua tokoh yang lainnya. Sementara Thian Hoat Tosu seperti kehilangan satu bagian dari kematangan ilmunya, dan karena itu sering kalah sejurus. Tetapi, jika mereka mampu menemukan penggalan yang hilang itu, niscaya akan sulit mengalahkan wakil dari Thian Hoat Tosu. Itu yang membuat Lan In tidak terlampau gegabah untuk langsung menyerang Lian Cu, tetapi bersikap sabar seperti pertempuran sebelumnya.
Dan untung memang itulah yang terjadi. Dalam benturan pertama saja, Lan In sudah tahu jika kekuatan iweekang keduanya setanding dan tidak ada yang lebih kuat dari yang lain. Karena itu, dia berlaku sabar dan mengajak adu pukulan dengan kecepatan tinggi, karena kecepatan adalah keistimewaannya. Tetapi, meskipun Sie Lan In sudah menggunakan menggunakan Ilmu Liu Yun Ciang Hoat (llmu pukulan Awan Terbang) dan bahkan kemudian diganti lagi dengan lmu To Im Cih Yang (Menyambut Dengan Keras Mendorong Dengan Lunak), tetap saja dengan santai dan kokoh Lian Cu menandinginya. Sebat dan cepat dia menyambut dengan Ilmu Pa Hiat Sin Kong atau ilmu sakti menotok jalan darah. Sejak awal Tio Lian Cu sudah memutuskan untuk langsung menerapkan Ilmu Sakti Tiang Kun Sip Toan Kim yang sudah sangat dikuasainya dan diandalkannya. Hal ini karena dia masih belum yakin benar dan takut terkalahkan oleh Sie Lan In terlampau awal.
Pertarungan ini awalnya memang menunjukkan betapa Tio Lian Cu masih agak sedikit kurang percaya diri. Tetapi, setelah memasuki jurus kedua puluh dan dia merasa tidak kalah tenaga dan mampu mengisi kekosongan kelemahannya dalam hal ginkang dengan Ilmu Liap In Sut warisan Bu In Sin Liong atau dengan mengerahkan Ilmu Mujijat Tiang kun Sip Toan Kim, mulailah dia percaya diri dan lebih berani untuk balas keluar menyerang lawannya. Jika awalnya dia hanya berani menotok lawan dengan jarak aman, kini dia mulai berani mengerahkan Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan Cengkeraman Angin dan Mega) dan mengejar Sie Lan In hingga jarak yang kebih dekat. Dan sejak itu, meski frekwensi dalam menyerang masih tetap dipegang Sie Lan In yang memiliki gerak yang sangat cepat, tapi Tio Lian Cu sudah mulai mampu memberikan perlawanan hebat.
Tidak lama kemudian keduanya sudah memasuki jurus ke-100 tanpa ada tanda-tanda satu pihak akan mengalami kekalahan. Seperti tarung sebelumnya, Sie Lan In memang menang dalam gerakan cepatnya, tetapi segera nyata bahwa kelihatannya Tio Lian Cu sudah memiliki obat antinya dan membuatnya tetap kokoh melawan dan bahkan berani menyerang balik. Sampai jurus ke 100 mereka masih tetap serang menyerang dengan Ilmu-Ilmu tangan kosong, bahkan Sie Lan In mencoba semua Ilmu Siauw Lim Sie yang dikuasainya dengan sempurna. Baik Ilmu Kim Kong Ci, Tan Ci Sin Thong maupun Tay Lo Kim Kong Ciang yang mujijat dihamburkannya berganti-ganti untuk menyerang dan mendesak posisi Tio Lian Cu. Tetapi dengan tenang dan mengandalkan berganti-ganti Ilmu Pukulan Jit Gwat It Sian Kun (Pukulan Matahari dan Rembulan Satu Garis) hinggga Ilmu Pukulan Sam Im Ciang warisan Bu In Sin Liong, dia mampu menahan dan meladeni serangan-serangan Sie Lan In. Bahkan hingga mereka berdua saling serang memasuki jurus ke 175. Keadaan masih tetap seperti sebelumnya, saling serang dan saling desak, namun susah untuk meraih kemenangan.
Meski sudah mengerahkan ilmu andalan masing-masing, tetap saja keduanya tidak mampu saling melukai dan saling mendesak sangat jauh. Karena selalu saja keduanya mampu menyeimbangkan keadaan dengan cepat dan tidak menunggu sampai terdesak hebat. Sampai akhirnya adalah Tio Lian Cu yang memutuskan untuk menyerang dan sekali ini dengan Ilmu pedang:
"Suci, awas pedang ?""
Sekejap saja di tangan Tio Lian Cu kini sudah tergenggam sebatang pedang. Tetapi, Sie Lan In masih sempat bertanya dengan nada kurang percaya:
"Sumoy, benarkah engkau ingin bertanding pedang denganku ?".?"
"Suci, aku sungguh ingin mencobanya ?"."
"Baiklah ?".. mari kita coba ".."
Inilah babak yang sangat menarik dan menegangkan karena kedua gadis muda itu kini saling serang dan saling bertahan dengan menggunakan senjata tajam. Sesungguhnya Lam Hay Sinni pernah berpesan kepada muridnya, untuk tidak mencari kemenangan dengan Ilmu pedang ketika menghadapi murid dari Thian Hoat Tosu. Bukan apa-apa, karena untuk waktu yang lama Rahib Sakti itu paham, bahwa Hoa San Pay kehilangan banyak ilmu mujijatnya sejak puluhan tahun silam. Terutama kehilangan Ilmu Pedang mujijat yang pernah mengangkat nama dan kebesaran Hoa San Pay. Karena itu, Thian Hoat Tosu selalu kalah ketika berhadapan dengan menggunakan ilmu pedang. Anehnya, sekarang ini justru Tio Lian Cu yang menantang adu ilmu pedang. "Apa tidak salah?" pikir Sie Lan In.
Tapi, ketika mereka saling serang dengan dua jenis Ilmu Pedang yang sama hebatnya, yakni Tio Lian Cu menggunakan Hoan Ki Bun Kiam Hoat (Ilmu Pedang Sungsang Balik) dan Sie Lan In menggunakan Ilmu Pedang Thian Kan Hong Lee Kiam Hoat (Ilmu Silat Pedang Taufan Mujizat), keadaan berubah tegang. Sungguh hebat luar biasa bisa menyaksikan kedua gadis muda usia ini dalam memainkan pedang di tangan mereka dengan sedemikian mahirnya. Saling serang dan kemudian saling bertahan dengan menggunakan pedang tajam dan dalam pibu yang sungguhan, benar-benar sangat menegangkan. Tetapi, sekali ini adalah Sie Lan In yang menjadi kaget dan kemudian kagum karena ternyata tetap saja Tio Lian Cu dapat menjejerinya. Bukan hanya gesit dan mampu menahan serangannya, tetapi bahkan mampu menyerangnya balik dengan serangan yang kuat dan berbahaya.
Pertarungan yang kini memasuki babakan menggunakan senjata tajam, pedang, kini membuat Khong Yan yang menyaksikan pertarungan tersebut dari samping menjadi gelisah. Terutama karena dia melihat bagaimana kedua nona itu saling libas demikian hebat dan dahsyatnya dengan ancaman terluka yang demikian tinggi pada masing-masing posisi kedua nona itu.
"Suci, awas ?"jurus Sing Kua Thian Kai (Bintang Bergantung Di Langit) ..." teriak Tio Lian Cu dengan bersemangat.
"Hmmmmm, Sumoy, aku bisa mengatasinya dengan jurus Hong Pah Soh Liu (Angin Menggoyangkan Ranting Liu) ....." balas Sie Lan In merdu
Dalam waktu singkat mereka bergerak cepat dengan Tio Lian Cu menggerakkan pergelangan tangannya dan pedangnya berubah menjadi cahaya menusuk tajam dari atas kepala dan mengejar Sie Lan In. Tetapi, Sie Lan In tidak kalah pamor, dengan cepat pedangnya bergerak cepat dan membendung semua serangan di atas kepalanya dengan pedang yang seperti membentuk payung dan kemudian bergerak menyambut serbuan pedang Tio Lian Cu. Sedetik kemudian, mereka kembali saling tebas, saling tikam dengan gaya yang manis, namun selalu terlihat menyeramkan jika pedang tajam itu mengenai salah satu dari kedua gadis manis itu. Dan Khong Yan yang menyaksikan dari dekat dan detail paham jika salah sedikit akan timbul korban yang tidak diiinginkan. Bukan hanya kekalahan yang akan sangat menyakitkan, tetapi akibat dari kekalahan itu adalah fisik yang terluka, dan bahkan bisa mematikan. Karena kalah sudah sakit atau menyakitkan, apalagi jika kalah karena tertusuk atau terkena tebasan pedang tajam yang digerakkan dengan kekuatan iweekang.
Pada dasarnya, gerak dan prinsip bertarung Tio Lian Cu sebenarnya memadukan kedua kekuatan yang berlawanan, yakni keras dengan lemas, im dan yang. Karena Sinkangnya sebenarnya adalah aliran keras, yakni Siauw Thian Sinkang, tetapi prinsip ilmunya justru memadukan melawan keras dengan lembut dan melawan cepat dengan gesit, melawan lambat dengan cepat. Pendeknya, prinsip ilmu yang ditemukan intinya oleh Tio Lian Cu adalah, selalu siap menyesuaikan dengan ilmu lawan dan kemudian mencari antinya. Itulah salah satu kepingan penting yang membuat kemampuan Tio Lian Cu mampu menahan kemampuan Sie Lan In dan tidak membuatnya terdesak meski sudah memasuki jurus keduaratus. Dan kepingan inilah yang lenyap sekian lama dari Hoa San Pay, hanya karena keuletan dan kecerdikan serta ketekunan Thian Hoat Tosu sajalah hingga dia mampu mensejajarkan diri dengan tokoh-tokoh hebat dunia persilatan Tionggoan saat ini. Dan kini, pengetahuan itu dicurahkan kepada Tio Lian Cu, bahkan masih dengan ditemukannya inti rahasia ilmu pusaka mereka.
Tiba-tiba, kini Sie Lan In yang bergerak cepat dan menaburkan pedangnya hingga menghasilkan serangan berantai dalam jurus Huan Yun Hok Ih (Awan Berbalik Hujan Turun). Sungguh hebat menyaksikannya, tetapi dengan cermat Tio Lian Cu membuka jurus Hong Cien Sah Cing (Angin Berhembus Pasir Jadi Bersih). Dia menemukan dalam prinsip melawan kecepatan adalah kekokohan dan menangkis serangan lawan yang berisi dan bukannya yang kosong. Dengan cara tersebut, dia menghemat gerakan dan mampu mengikuti semua terjangan Lan In yang bergerak dengan cara yang susah untuk dijelaskan. Dan sekali lagi, dia memang tepat memilih strategi perlawanan terhadap Sie Lan In yang memiliki kecepatan bergerak dan gaya gerak yang berbeda dengannya.
Ketika serangannya dapat digagalkan lawan, dengan teramat cepat kembali Sie Lan In mengejar Tio Lian Cu dengan jurus Cai Tiap Siang Hui (Sepasang Kupu Kupu Beterbangan). Jurus ini membuatnya seperti terbang mengelilingi Tio Lian Cu dan sesukanya menyerang, menabas, menikam ataupun menusuk dari semua sudut. Sedetik Tio Lian Cu terkejut dengan intensitas serangan Sie Lan In yang meningkat, baik kecepatannya maupun variasinya. Tetapi, teringat dengan prinsip utama ilmunya, nyaris secara otomatis Lian Cu menggunakan jurus Heng Pu Sien Khong (Air Terjun Mengalir). Pilihan yang menarik, karena gerakannya jadi seperti paduan yang mengisi sela-sela serangan Sie Lan In dan keduanya seperti sedang menari sambil mengisi celah kosong antara keduanya.
Sejak tahap ini, maka yang paling tertarik dan paling penasaran adalah Koay ji yang meski menyaksikan dari kejauhan tetapi cukup jelas menangkap gerakan-gerakan kedua gadis itu. Dia terlihat merenung dan memahami sesuatu yang bahkan tak mampu dilihat Khong Yan, apalagi Sie Lan In dan Tio Lian Cu yang terus menerus berkonsentrasi menyerang dan bertahan. Ketertarikan Koay Ji adalah melihat kedua gadis muda itu seperti sedang menari, namun demikian justru sengatan dari saling isi dan saling serang antara keduanya, lebih berbahaya jika ada pihak ketiga. Ada celah menarik yang membuat Koay Ji terpikat. Dan kelak Koay Ji akan menemukan dan memadukan gerakan-gerakan saling serang mereka berdua menjadi sebuah rangkaian yang sangat berbahaya dan mematikan. Tentu saja pada saat itu kedua gadis itu tidak menyadari apa yang disaksikan Koay Ji dan membuatnya setengah mati tertarik, tertarik dan semakin tertarik. Matanya sampai tak menutup sekian lama untuk dapat melihat dan menganalisa gerakan-gerakan kedua gadis itu.
Sementara itu, setelah menimbang-nimbang sekian lama, Sie Lan In akhirnya sampai juga pada keputusan untuk menyerang dengan ilmu andalannya, ilmu Hui-Sian-Hui-Kiam (Pedang Terbang Memutar). Tetapi, pada saat melihat Sie Lan In tiba pada ilmu ini yang sudah disaksikannya tadi, Tio Lian Cu kemudian menggerakkan pedangnya secara berbeda. Dan itulah pembukaan ilmu mujijat Hoa San Pay yang bernama Ilmu Pedang Tian To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat. Keduanya kurang sadar dan belum saling tahu, jika lawan sudah menguasai pedang hingga ke tingkat Tingkat Sen Hap Kiam (Badan Menyatu Dengan Pedang). Karena itu, ketika Sie Lan In bergerak atau tepatnya menggerakkan pedang menyerang Tio Lian Cu, pada saat bersamaan Tio Lian Cu juga menggerakkan pedang yang kini seperti dikendalikan oleh pikirannya. Secepat dia berpikir, secepat itu pedang bergerak kearah yang dikehendakinya.
Dan tiba-tiba menyerbulah pedang Sie Lan In ke udara dan kemudian mengejar Tio Lian Cu. Tetapi, menyambut serangan maut tersebut, Tio Lian Cu tiba-tiba melompat dengan Liap In Sut ginkang khas Bu In Sin Liong yang justru membantu Ilmu Hoa San Pay ini menjadi lebih sempurna. Ketika melompat, Tio Lian Cu menggerakkan pedang ditangannya dan kemudian tubuhnya meluncur mengikuti arah pedang yang bergerak menangkis, mendorong dan memotong alur pedang terbang. Ini sungguh hebat, karena sasaran pedang terbang kini seperti bersembunyi dibalik pedang yang juga terbang bersama pemiliknya. Akibatnya pemandangan menjadi aneh dan benar-benar jarang terlihat dipertontonkan di dunia persilatan Tionggoan. Posisi Sie Lan In yang saat itu sedang menggerakkan dan mengontrol pedang dari kejauhan, berhadapan dengan Tio Lian Cu yang seperti "terbang" bersama pedangnya. Dalam posisi itu sepertinya terlihat jika Tio Lian Cu sekedar mengantisipasi serangan Sie Lan In. Dan memang seperti itu maksud dan strategi tempur Tio Lian Cu sebagaimana Ilmu Mujijat Hoa San Pay yang didalaminya. Tetapi, jangan salah, dia sama sekali tidak terdesak dan Sie Lan In sangat maklum dengan keadaan tersebut. Karena itu, wajah Sie Lan In terlihat sama serius dan sama tegang dengan keadaan dan wajah Tio Lian Cu.
Sie Lan Cu kaget bukan kepalang. Kaget melihat bagaimana cara Lian Cu mematahkan pedang terbangnya yang jauh berbeda dengan gaya dan cara yang dipilih Khong Yan tadi. Yang mengagetkannya adalah, subonya memberi tahunya sesaat sebelum menuju Tionggoan, bahwa Hoa San Pay kehilangan ilmu pedang andalan mereka puluhan atau ratusan tahun silam. Tetapi, mengapa kini muncul ilmu pedang baru yang mampu menahan dan bertahan dari Ilmu pedang terbangnya" Kekagetan itu membuatnya menyesal belum mampu memainkan jurus maut dari ilmu pamungkasnya ini. Dia tidak tahu bahwa hal yang sama dialami Tio Lian Cu yang kesal karena belum mampu melepas ilmu rahasia dari ilmu mujijat yang baru ditemukannya pada 7 tahun silam itu. Karena itu, ketika akhirnya mereka mengerahkan kekuatan pada jurus ke 250, yang terdengar adalah suara benturan pedang dan "."trak ".. trak ".", disusul dengan jatuhnya kedua batang pedang ke tanah yang sudah patah-patah. Keduanya kemudian saling pandang dalam senyum karena maklum, pertarungan terakhir sungguh sangatlah mendebarkan dan menegangkan. Bahwa mereka berhasil keluar dari pertarungan yang amat berbahaya itu dalam keadaan utuh dan selamat, sungguh sangat mengagumkan. Tetapi, yang lebih melegakan keduanya adalah kenyataan bahwa mereka berdua dapat atau berhasil melaluinya dengan tidak terkalahkan meski juga sangat sadar bahwa mereka tidak mampu mengalahkan lawan.
"Sumoy ".. kionghi, kelihatannya engkau dan suhumu sudah menemukan kepingan yang hilang dari ilmu Hoa San Pay ". sekali lagi kionghi ".." dengan tulus Sie Lan In menyampaikan pujiannya atas kemampuan Tio Lian Cu.
"Terima kasih Suci ".. engkau benar, memang 7 tahun silam dengan bantuan Koay Ji, di Thian Cong San sumoymu ini berhasil menemukan warisan yang puluhan tahun lenyap dari gunung Hoa San Pay ?" tetapi terima kasih atas pengajaran Suci, Suhu sendiri sudah mengingatkan bahwa menahan seri sudah sangat hebat setelah sekian lama Suhu selalu tertinggal tipis ?"" nada penasaran muncul dalam suara Tio Lian Cu meski dia sadar capaiannya sudah cukup hebat.
"Hikhikhik ?".. kali ini, keluarga 3 Dewa sudah tidak mampu saling mengalahkan. Kutanggung, engkaupun tidak akan dikalahkan namun tak akan mampu mengalahkan Khong Sute ".. tetapi, kalian boleh coba nanti. Engkau beristirahatlah terlebih dahulu sumoy, biar engkau menghadapinya secara adil ?""
Pertarungan keduapun ternyata berakhir dengan hasil yang sama belaka dengan ronde sebelumnya antara Khong Yan melawan Sie Lan In. Yakni tidak ada diantara Sie Lan In dan Tio Lian Cu yang dapat saling mengalahkan. Sie Lan In tak mampu mengalahkan Tio Lian Cu, sehingga benarlah ramalan Thian Hoat Tosu. Bahwa temuan Tio Lian Cu di Thian Cong San akan melengkapi Ilmu Hoa San Pay yang seperti kehilangan satu keping yang sangat penting dan menentukan. Dan keping yang hilang itulah yang membuatnya selalu tertinggal dan kalah tipis dari Lam Hay Sinni dan Bu te Hwesio. Dan kini, benarlah, melalui Tio Lian Cu terbukti, mereka, Hoa San Pay, kini sudah mampu mengejar ketertinggalannya dari Lam Hay Sinni dan Bu Te Hwesio. Tentu saja Tio Lian Cu cukup bangga dengan capaian yang luar biasa itu.
Seusai pertempuran kedua, Koay Ji terlihat sedang termenung di tempatnya mengintai. Bibirnya komat-kamit, matanya menerawang dan seperti sednag berpikir panjang. Dia sedang menimbang satu hal, entah apa itu. Tetapi yang pasti, dia tidak lagi melihat atau memandang ke arena yang saat itu sedang "istirahat", memberi waktu bagi Tio Lian Cu untuk memulihkan diri sebelum melawan Khong Yan. Dan satu jam kembali berlalu, tapi Koay Ji masih tetap menerawang dan berpikir, sementara Tio Lian Cu sudah selesai dengan pemulihan semangat dan fisiknya. Bahkan dia sudah melompat berdiri dan kemudian menghadap Sie Lan In sambil berkata:
"Suci ".. aku sudah siap ?""
"Hahahahaha, sekarang, bersiaplah menghadapi Khong Yan dan berlatihlah melalui pibu itu lebih tekun. Sesuai perkataanku sebelumny, kuramalkan pibu kalian akan berakhir sama, kurang lebih sama dengan pibu pada dua ronde yang sebelumnya. Terutama karena engkau telah menemukan keping yang hilang itu sumoy, maka pibu kalian akan seperti latihan belaka. Tidak beda dengan pibu kita barusan ?" nach, Khong Sute, silahkan dimulai ".."
"Baik ".. Tio Sumoy, mari silahkan ?"." Ujar Khong Yan yang kini sudah berdiri menanti Tio Lian Cu untuk memulai pibu antara mereka berdua.
Tio Lian Cu sudah menyaksikan sebelumnya ketangguhan Khong Yan, karena itu dia tidak merasa risih untuk langsung menyerang. Bahkan berbeda dengan ketika melawan Sie Lan In, sekali ini dia langsung menyerang dengan kekuatan Siauw Thian Sin Kang sebanyak 5 bagian danmenggunakan Ilmu Pa Hiat Sin Kong (Ilmu Sakti Menotok Jalan Darah). Tentu saja Khong Yan juga maklum dan sadar, bahwa lawannya meski adalah seorang gadis, tetapi berpotensi besar untuk mengalahkannya dan mencederainya jika dia kurang awas dan lalai. Karena itu, dia tidak mengambil resiko, tetapi langsung saja meladeni Tio Lian Cu dengan menggabungkan sekaligus Tan Ci Sin Thong dan juga Ilmu Pukulan Cakar Ayam Sakti. Kombinasi yang dianggapnya lebih dari cukup untuk meladeni gempuran hebat yang dilepaskan oleh Tio Lian Cu.
Pada dasarnya, berbeda dengan pertarungan pertama dan kedua, baik Tio Lian Cu dan juga Khong Yan, sudah sempat menyaksikan bagaimana lawan mereka dalam pertempuran sebelumnya. Artinya, keduanya tidak lagi dapat menyimpan terlalu banyak rahasia karena sudah sempat dipertunjukkan dalam pertarungan melawan Sie Lan In yang dua-duanya berakhir sama kuat. Oleh karenanya, keduanya tidak lagi berusaha mencari tahu, tetapi langsung berusaha untuk menyerang serta berusaha membaca dan mencari titik lemah lawan. Sebuah pekerjaan yang sulit untuk mereka lakukan karena dalam banyak hal keduanya memang masih setanding. Keduanya, baik dalam hal iweekang maupun ginkang benar-benar standing sehingga hanya soal ketenangan, kematangan dan juga kejelian dan kecerdikan yang menentukan siapa yang mampu bertahan dan menang. Juga dalam hal pengalaman, keduanya boleh dikata adalah tokoh-tokoh baru yang masih miskin pengalaman, termasuk pengalaman dalam upaya menganalisis kekuatan dan kelemahan lawan.
Sekejap saja keduanya sudah mendekati jurus ke-100 tanpa ada dari mereka yang mampu terus menerus mendesak yang lain. Pada saat itu jugalah Koay Ji sadar dari "lamunannya" dan kembali, mengikuti pertempuran seru antara Khong Yan melawan Tio Lian Cu. Kembali dia kesulitan memilih pihak yang akan dibelanya, karena kedua orang itu, Khong Yan maupun Tio Lian Cu adalah kenalan-kenalan lama yang punya kisah dan kaitan dengan masa lalunya. Keduanya adalah sahabat dekat yang tidak menganggap dia dengan keanehannya menjadi sesuatu yang harus dihindari. Mereka justru dengan senang hati menjadi sahabat baiknya dan mengukir kenangan yang dalam dan tak mudah dilupakannya. Karena itu Koay Ji mengikuti pibu tersebut dengan santai. Apalagi, karena dia melihat ujung-ujunnya pibu ketiga ini akan berakhir kurang lebih sama dengan pibu ronde pertama maupun ronde kedua yang sudah lewat. Alias keduanya cenderung tidak ada yang dapat memenangkan pertarungan.
Setelah melalui jurus ke-100, Tio Lian Cu kembali menggunakan Ilmu Sakti Tiang Kun Sip Toan Kim menghadapi serbuan Ilmu Hud Keng Ciang (Pukulan Tenaga Budha). Menghadapi rangkaian serangan susul-menyusul dari Khong Yan yang menyerang dengan jurus Ciong liong ji hay (naga sakti masuk samudera) dan disusul dengan gerakan Kian hou in liang (harimau muncul naga ber- sembunyi), dihadapi Tio LIan Cu dengan cerdik. Dia paham, jika diladeni dengan kekerasan, meski belum tentu dia kalah, tetapi akan kerepotan untuk menjaga kekuatan tenaga iweekangnya. Karena itu, dia kemudian kembali memilih untuk menyesuaikan dengan gerakan Khong Yan, saat mana kut dan kokoh dan saat mana lemas dan gesit. Dia menghadapinya dengan Gerakan Thian ho ta sia (sungai langit tumpah kebawah) yang lebih mengutamakan gerakan seperti air yang terbentuk sesuai dengan wadahnya. Atau ketika Khong Yan mencecar dengan jurus-jurus selanjutnya, dia memilih satu jurus To yu cian hui (membalikkan sayap terbang ke depan). Dengan taktik seperti itu, Tio Lian Cu jadi mampu untuk mengimbangi gerakan-gerakan dan serangan Khong Yan dan tidaklah jatuh dibawah tekanan Khong Yan.
Prinsip menyerang dan bertahan dengan menyesuaikan jurus-jurus serangan lawan, semakin kuat semakin gesit dan lemas, semakin cepat semakin lincah melawan. Cara itu terbukti ampuh untuk menanggulangi menghadapi serbuan Khong Yan dan hasilnya memang benar tidak membuat Tio Lian Cu terdesak. Meski lebih banyak terserang baru merespons tetapi tetap saja Tio Lian Cu mampu menghadapi serangan-serangan Khong Yan yang berbahaya. Pertarungan mereka terus berlangsung seperti itu, dan berubah ketika kemudian akhirnya Tio Lian Cu menggunakan Ilmu Pedangnya. Gaya yang sedikit mirip namun diperankan secara berbeda atau secara terbalik terjadi ketika Tio Lian Cu berinisiatif menyerang mulai memasuki jurus ke-200. Tetapi sekali ini dia sudah dalam posisi menyerang dengan menggunakan Ilmu pedangnya.
Koay Ji tersenyum menyaksikan bagaimana Khong Yan bertarung menggunakan Ilmu yang diwariskannya kepada Khong Yan, yakni Ilmu Gerak Thian Liong Pat Pian bagian pertahanan. Memang, sewaktu melatih Khong Yan, Koay Ji belum begitu memahami perbedaan bagian menyerang dan bertahan dari Ilmu tersebut. Bagian menyerang baru dipahaminya pada saat-saat terakhir ketika mendalami sekali lagi Ilmu Thian Liong Pat Pian tersebut. Karena itu, bagian tersebut hanya sebagian kecil belaka yang diketahui dan diwariskannya kepada Khong Yan. Tetapi, toch tetap saja Ilmu tersebut sangat ampuh dipergunakan dalam pertarungan sebagaimana pibu kali ini. Seperti ketika Khong Yan menggunakannya menghadapi Ilmu Pedang Sungsang Balik dari Hoa San Pay kali ini. Bukan hanya Koay Ji, tetapi Sie Lan In juga tertarik melihat bagaimana Khong Yang bersilat dengan banyak bertahan, namun semua serangan pedang Tio Lian Cu mampet dan tidak berguna banyak. Kadang terlihat ampuh, tetapi hanya dengan dua atau tiga gerakan Khong Yan, serangan yang terlihat ampuh itu tiba-tiba berubah menjadi kosong dan tak berguna.
Karena meski namanya jurus pertahanan, tetapi dalam beberapa kesempatan, langkah kaki itu memberi peluang yang cukup bagi Khong Yan untuk melakukan serangan balasan. Dan ketika menyerang balik, Khong Yan menggunakan Tan Ci Sin Thong, ilmu yang bermanfaat bukan hanya menyerang, tetapi juga mengantisipasi serangan yang berbahaya dari Tio Lian Cu sejak sangat awal. Memasuki jurus-jurus ke 225, keadaan kembali berubah karena Khong Yan melakukan perlawanan dengan kombinasi Pek In Hoat Sut dan Thian Liong Pat Pian. Terutama karena Tio Lian Cu memutuskan untuk memainkan Ilmu Pusakanya, Tian-To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat. Sudah diduga Tio Lian Cu bahwa Khong Yan akan mengeluarkan Ilmu Mujijat ini melawannya, karena itu dia sama sekali tidak terkejut dan sangat siap menghadapinya. Dia sendiri masih memiliki sebuah ilmu lain yang sengaja disimpan untuk digunakan dalam pibu ronde keduanya, yakni sebuah ilmu tongkat yang sudah digubah menjadi ilmu pedang oleh suhunya, yaitu Ilmu Thian Lo Sin Kuay Hoat Ilmu Silat Tongkat Sakti Jatuh dari Langit). Ilmu ini termasuk yang ditemukan kembali "isi" dan "rahasia utama" untuk menggunakannya dalam pertarungan. Karena itu, efeknya sungguh hebat.
Tetapi yang tidak diduga Tio Lian Cu jika Khong Yan sendiri menyiapkan kombinasi Pek In Hoat Sut dengan langkah-langkah menyerang dan langkah bertahan dari Ilmu Gerak mujijat Thian Liong Pat Pian. Karena itu, pertarungan mereka menuju jurus-jurus akhir terjadi secara sangat menarik dan sangat seru. Diawali dengan jurus Lip pei thay san (Mencabut Keluar Bukit Thay San) dan juga jurus Tiang Hong Koan Jit (Bianglala Menutupi Matahari) dimana Tio Lian Cu menerjang sambil menyerang semua penghalang di depannya. Serangannya mengkombinasikan dua ilmu sekaligus, karena itu ada unsur memukul dan menikam serta unsur menebas yang sekaligus menerjang Khong Yan. Tetapi, Khong Yan maklum bahwa Tio Lian Cu memang menunggu momen ini untuk mengerahkan kekuatan dan ilmu andalannya guna memperoleh kemenangan. Karena itu, diapun sudah sangat siap.
Berpikir demikian, maka Khong Yan kemudian bergerak dengan ilmu gerak andalan dan yang sejak masa kecil sudah dikuasainya, Ilmu Gerak Thian Liong Pat Pian. Bukan mundur atau bergerak ke samping, dia justru memapak serangan Tio Lian Cu dengan mengandalkan lengan mujijatnya dan kemudian menandingi serangan Tio Lian Cu dengan dua jurus, yakni Tipu silat Cian Liong Seng Thian (Naga Melompat ke langit) dan juga jurus Hang Liong Lohan San (Arhal Menaklukkan Naga). Dia sama sekali tidak takut lengannya membentur sisi tajam pedang Tio Lian Cu dan kemudian mendorong pedang yang memukulnya sambil menyernag balik. Hebat, karena saat itu Tio Lian Cu sendiri konsentrasi menyerang, karena itu begitu pedangnya "terusir" pergi secepat kilat dia mengembangkan jurus Thui Coan Mong Goat (Mendorong Daun Jendela Memandang Rembulan). Dia harus melakukannya bukan hanya dengan menangkis tetapi sekaligus memunahkan jurus Menaklukkan Arhat guna kembali masuk menyerang Khong Yan.
Amanat Marga 2 Anak Berandalan Karya Khu Lung Pendekar Latah 27

Cari Blog Ini