Ceritasilat Novel Online

Tengkorak Maut 20

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 20


Ucapan itu munculnya sangat mendadak dan diluar dugaan
ini menyebabkan keempat orang jago itu merasa sangat
terkejut. secepat kilat Han Siong Kie memutar tubuhnya, ia lihat
kurang lebih tiga kaki di belakang sana berdiri seorang kakek
cebol yang berbadan gemuk dan dandanannya persis seperti
"Tee heng sian-" Dewa yang suka berjalan dalam tanah, cuma
orang ini berkepala separuh dari ukuran normal, batok kepala
manusia, rambut dan janggotnya berwarna putih, matanya
setengah melek setengah meram, kocak dan lucu sekali
tampangnya. 1331 Dalam hati Han Siong Kie sangat mengagumi akan
kelihayan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kakek cebol
berkepala kecil ini, sebab ditinjau dari kemampuannya untuk
mendekati sampai tiga kaki dibelakang tubuhnya tanpa
diketahui olehnya, itu menunjukan kalau ilmu silatnya
memang tinggi. setelah mengetahui kehebatan musuhnya, Han Siong Kie
semakin tak berani memandang enteng dirinya, dengan suara
berat ia menegur: "Sobat jago lihay dari manakah" sebutkan
namamu" Kakek cebol berkepala kecil itu melototkan sepasang
matanya bulat-bulat, sinar matanya sangat tajam bukan
menjawab pertanyaan itu dia malah marah-marah dan
teriaknya: "Bocah keparat engkau berani menghina dan
mencemooh diriku?" "Mencemooh" Eeh ..apa maksudmu" Kapan aku telah
menghina dirimu?" sahut Han Siong Kie tertegun.
"Terang terangan kau toh sudah mengetahui bahwa tinggi
badanku tak sampai empat depa, kenapa kau menegur aku
dengan kata orang tinggi dari manakah diriku ini" Kalau bukan
bermaksud menghina aku, kenapa kan mengatakannya
begitu?" Perlu diterangkan disini, kata Ko-jin atau orang berilmu,
bisa diartikan pula sebagai orang tinggi.
Tentu saja Han song Kie jadi gelagapan dan melongo
setelah mengetahui apa yang dimaksudkan, ia jadi tertawa
getir, betapa tidak"
"Aku bisa konyol sendiri kalau melayani manusia macam
begini, lebih baik tidak memperdulikan saja orang itu begitu"
ia berpikir. Tapi ketika teringat kembali akan peringatan yang diberikan
orang itu, ia merasa tak dapat meninggalkan orang tersebut
1332 dengan begitu saja, apalagi kemuculannya yang sangat
mendadak itu, harus diselidiki akan maksud serta tujuannya.
Maka sambil menahan sabar ia berkata lagi:
"Aku tak bermaksud menghinamu, maksudku aku ingin
tahu siapakah nama saudara ?"
"Nah, begitu baru sedap didengar" omel si manusia aneh
itu sambil gelengkan kepalanya yang kecil. "aku tidak bernama
tapi punya sebuah julukan, semua orang menyebut aku
sebagai Tee heng sian Dewa yang suka berjalan didalam
tanah" "Apa " Engkau juga bernama Tee heng sian?" seru Han
Siong Kie dengan hati terperanjat.
"Kenapa" Adakah sesuatu yang tak beres ?"
"Aku mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Tee
heng sian pula, apakah kalian..."
"Heeeh heeh heehh andaikata bukan Tee heng sian si tua
bangka itu bermain politik, tak nanti aku Heng tee sian sudi
melakukan perjalanan sejauh ribuan li dan payah-payah
mendatangi wilayah Thian lam yang gersang ini "
"Oooh jadi locianpwee. . . "
"Eeeh. tunggu sebentar " kembali kakek cebol itu menukas
"Katakan dulu apa sebutanmu dengan Tee heng sian si tua
bangka tersebut?""
"Kami adalah saudara angkat "
"Aku dengan situa bangka itu-juga saudara, itulah
sebabnya tidak pantas kalau kau sebut aku sebagai locianpwe,
sebab hakekatnya kita adalah saudara angkat juga"
"Tentang soal ini ..tentang soal ini. . . "
"Kenapa" Kau tidak sudi ?"
1333 Tiga orang tianglo yang berada disamping hampir saja
tertawa terbahak-bahak menyaksikan adegan yang kocak itu.
Han Siong Kie sendiripun hampir saja tertawa keras, ia
benar-benar merasa telah bertemu dengan kejadian paling
aneh didunia ini, tidak disangka olehnya bukan saja ada Tee
heng sian yang kukoay, sekarang muncul pula Heng tee sian
yang berwatak sama, bertampang sama serta berbody sama
pula, cepat dia menjura seraya menjawab: "Baiklah, biar siau
te menurut saja atas permintaanmu itu."
"Nah, begitu baru enak dihati."
"Locian-.. eeh engkoh tua Apakah engkau bersedia untuk
menerangkan maksud kedatangan mu"
"Aku dengan Tee heng sian si tua bangka itu adalah
sesama saudara seperguruan-." Heng tee sian menerangkan.
Hampir saja Han Siong Kie ingin tertawa lagi, untung dia
cepat menggigit bibirnya menahan diri, betapa tidak" sesama
saudara seperguruan bukannya saling membahasai sebagai
suheng-te, kedua orang itu malahan membasahi situa bangka
kepada rekannya, manusia aneh memang mempunyai tingkah
laku yang aneh pula. Terdengar Heng tee sian melanjutkan
kembali keterangannya: "si tua bangka suteku itu entah dari mana berhasil
mendapatkan beberapa guci arak wangi yang sudah berusia
tiga ratus tahun, bila aku bersedia berangkat ke Thian lam
membantu dirimu katanya ia bersedia menghadiahkan
beberapa guci diantaranya kepadaku, apa mau dikata" Demi
arak hampir saja selembar jiwa tuaku ikut berkorban."
Keterangan tersebut semakin mengherankan Han Siong
Kie, dari mana Tee heng sian bisa tahu kalau dia hendak
berangkat ke wilayah Thian lam untuk membersihkan
perguruannya" Apalagi kalau dihitung dari waktunya,
kendatipun Tee heng sian memiliki kepandaian yang lihaypun
1334 belum tentu bisa tiba diwilayah Thian lam mendahului
kedatangannya. Untuk menempuh jarak sejauh itu dia sendiripun
membutuhkan waktu selama tujuh hari tujuh malam tapi dari
keterangan Hong te sian jelas menunjukkan bahwa dia sudah
mengetahui keadaan dari istana Huan mo kiong itu, berarti ia
sudah tiba ditempat tujuan mendahuluinya, suatu kejadian
yang tak masuk diakal"
Karena keheranan dan tidak habis mengerti maka pemuda
itupun lantas bertanya: " Engkoh tua sudah berapa lama
engkau tiba disini?"
"sudah dua hari"
"Dua hari?" "Benar, ada apa" "
"Masa dalam sehari semalam engkoh tua bisa menempuh
perjalanan dari daratan Tionggoan kewilayah Thian lam?"
"Eeeh, omongan apakah itu" Lima hari berselang si tua
bangka suteku itu suruh aku berangkat, dan akupun lantas
berangkat cuma sayang terpaut satu hari, maka terpaksa aku
harus tinggalkan rombonganmu untuk berangkat lebih duluanoooh
iya, bukankah kalian membawa rombongan yang besar"
Kenapa tinggal empat orang?"
Tahulah Han Siong Kie sekarang, kiranya Hong tee sian
telah mengangap Thia Wi wan utusan khusus perkumpulan
Thian che kau yang menyaru dirinya sebagai dia sendiri.
Untung mereka tak sampai berjumpa muka akibatnya tentu
luar biasa sekali, tapi tentang soal ini ia tidak segera memberi
penjelasan. " Kenapa Tee heng sian engkoh tuako itu tidak datang
sendiri, melainkan malahan merepotkan engkoh tua?" ia
bertanya. 1335 "Hoeehhh . . heeehhh . . heeehhh soalnya ilmu berjalan
dalam tanahnya masih kurang mahir kalau dibandingkan aku"
sahut Hong tee sian sambil tertawa terkekeh.
" Kepandaiannya tidak mahir" maksud engkoh tua."
"Apa lagi" Tentu saja kepandaiannya berjalan dalam tanah
tak bisa menangkan kepandaianku, berbicara dalam soal ilmu
kepandaian yang lain pun dia tak mampu melebihi
kepandaianku maka dia menyerah dan suruh aku yang datang
kemari. Ditambah pula dia memang ada urusan lain yang
harus diurusi tapi sama-saja toh siapa yang datang" Dia juga
engkoh tuamu dan aku sekarang juga engkoh tuamu"
"oooh tentu saja Tentu saja" jawab Han Siong Kie cepat
setelah berhenti sejenak ia berpaling memandang pintu
gerbang yang terpentang lebar serta mayat yang berjejer
dibawah kaki benteng lalu bertanya:
" Engkoh tua, tadi kau mengatakan bahwa kami akan
mampus bila masuk kedalam benteng itu, sebenarnya apa
maksudmu?" "sejak dua hari berselang aku sudah berada disini, karena
gagal mencari jejak kalian maka seorang diri kumasuk istana
tersebut. aduh mak, karena tindakanku ini hampir saja
selembar jiwaku kabur terkena jebakan alat rahasia mereka
yang hebat, untunglah arwah sucou masih melindungi aku
sehingga dengan ilmu berjalan dalam tanah aku berhasil kabur
dari situ. Dan selama dua hari belakangan aku selalu berdiam
diruang bawah tanah dari istana Huan mo kiong ini."
Mendengar keterangan tersebut Han Siong Kie menjerit
kaget, begitu pula dengan ketiga orang tiang lo lainnya, ratarata
mereka tunjukkan wajah kaget dan tercekat. sementara
itu Hong tee sian telah melanjutkan kembali kata-katanya:
"Kemarin malam secara kebetulan aku berhasil mencuri
dengar orang-orang dalam istana itu sedang menyusun
rencana busuk untuk mencelakai kau, setelah rahasia itu
1336 kuketahui maka malam itu juga aku bekerja keras, semua
kunci rahasia yang mengatur alat rahasia dalam istana itu
kuhancurkan sehingga tak dapat berfungsi lagi".
Keterangan ini semakin mengejutkan mereka berempat,
dengan emosi To It hui lantas berseru:
"Justru yang paling kami kuatirkan selama ini adalah alat
jebakan mereka yang berlapis-lapis dan banyak ragamnya itu,
sekarang kita tak usah merisaukan soal itu lagi"
Hong tee sian tertawa terbahak-bahak dengan bangga ia
mengelus jenggotnya seraya berkata lagi:
"Kalau cuma alat rahasianya saja masih belum terhitung
apa-apa, justru mereka sudah mengatur suatu siasat yang
jauh lebih keji. Kalian tahu lima puluh kaki disekeliling pintu
gerbang benteng ini telah mereka tanam obat peledak yang
berjumlah sangat banyak, bila kalian berani menginjaknya
niscaya tubuh kalian akan meledak dan hancur menjadi
berkeping- keping " Kali ini keempat orang jago itu tak dapat menahan rasa
kagetnya lagi bukan saja hati mereka tercekat, bulu kudukpun
sampai bangun berdiri, untung Heng tee sian memberi
peringatan, kalau tidak bukankah pada saat ini tubuh mereka
sudah hancur menjadi kepingan-kepingan kecil"
"Wi It beng bangsat tua itu benar-benar keji" teriak Han
Siong Kie dengan marah, "dia harus diganjar hukuman yang
paling berat." sah Jin ho menimbrung pula dari samping:
"Apakab Wi It beng telah memperhitungkan dengan tepat
bahwa kami akan masuk kedalam benteng dengan melewati
pintu gerbang?" "Tentu saja " sahut Heng tee sian setelah melirik sekejap
kearah tianglo nomor lima ini.
1337 "Tapi lingkungan istana Huan mo kiong toh bukan melulu
disini saja masa kita tak dapat memasuki istana melewati jalan
lain" "sekalipun ada jalan lain, tapi perhitungannya ini pasti tak
akan meleset, dan seratus persen pasti tepat"
"Apa alasannya sehingga demikian?"
"sederhana sekali jawabannya, Han Siong Kie lote adalah
bakal seorang ketua dari suatu perguruan, untuk menjaga
gengsi dan nama baiknya tentu saja ia harus menantang
secara terang-terangan dan tak bakal main sembunyi seperti
cucu kura-kura, selain itu merekapun sengaja telah
membunuh anak murid lain yang setia kemudian menjajarkan
jenasah mereka didepan pintu gerbang, tujuannya tak lain
adalah untuk memancing kalian agar berjalan melewati pintu
depan, apalagi setelah mereka membukakan pintu gerbang
dan mengirim orang untuk menyampaikan undangan,
masakah kalian bakal memasuki benteng ini dengan memutar
lewat jalan samping?"
Penjelasan ini memang sangat masuk diakal dan benar,
maka ke empat orang itu menganggukkan kepalanya tanda
mengerti. Dengan wajah serius dan kening berkerut Han Siong Kie
lantas berkata: "Waah, kalau begitu persoalan ini adalah suatu persoalan
yang amat sulit untuk dipecahkan, masakah kita harus benarbenar
memasuki benteng tersebut dengan melewati tembok
pekarangan" " Melihat kepanikan si anak muda itu, Hong tee sian lantas
tertawa cekikikan karena geli.
"Hiiihhh . . hiiihhh. . hiiihhh tak usah panik, tak usah panik,
kalian tak usah melewati jalan samping lagi. sekarang kalian
boleh masuk lewat pintu gerbang dengan hati lega"
1338 Jawaban ini kembali membuat keempat orang jago tersebut
tertegun, bukankah pertama kali tadi ia melarang mereka
untuk melewati jalan depan" Kenapa sekarang malah
menganjurkan mereka melewati jalan yang berbahaya itu"
Bukankah ucapannya jadi bertolak belakang"
Han Siong Kie merasa amat gelisah, ia lantas berseru
dengan tak sabar: " Engkoh tua, sekarang waktu sudah mendesak sekali, aku
minta engkoh tua jangan bergurau terus, bersediakah engkau
memberi penjelasan kepada kami?" Kembali Hong tee sian
tertawa cekikikan-

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hiiih. . hiiih. . hiiihh sumbu yang menghubungkan alat
peledak itu sudah kuputus secara diam-diam dan sekarang
hiih... hiiih siasat busuk mereka kembali akan gagal total."
"Aah, jadi engkoh tua telah merusak siasat busuk mereka
dan apakah engkau juga sudah berhasil membuat jalan
tembus yang menghubungkan tempat ini dengan ruang bawah
tanah". "Benar, justru karena jalan tembusnya sudah selesai maka
aku bisa masuk keluar dengan leluasa"
"Apakah ada orang yang disekap didalam ruangan rahasia
itu ?" "ooh banyak sekali selain lima orang tiang lo, masih ada
lagi hampir dua ratus orang anak murid perguruanmu "
"Aaaah. apakah engkoh Tua punya akal untuk melepaskan
mereka semua dari kamar rahasianya ?"
Hong tee sian kerutkan dahinya sebentar kemudian
menjawab: "Waah susah.. susah penjagaan mereka disekitar tempat
itu terlalu ketat." "Jadi tak ada akal lagi?"
1339 "Akalnya sih ada dan caranya juga ada hanya agak sulit
sedikitlah untuk mengerjakannya "
"Bagaimana kalau aku minta tolong kepada engkoh tua
untuk melaksanakan tugas yang amat sulit itu?"
"Melepaskan semua orang yang mereka sekap?"
"Benar sebab anak murid perguruan kami yang disekap itu
justru adalah murid-murid kami yang masih setia pada
kebenaran." "Baiklah, kalau memang begitu, aku akan berusaha dengan
sekuat tenaga, semoga saja berhasil"
Cepat-cepat Han Siong Kie menjura dan memberi hormat
kepada jago tua yang bertubuh cebol dan berkepala kecil ini.
" Untuk bantuan dari engkoh tua sebelumnya siaute
ucapkan banyak-banyak terima kasih, aai, untung ada engkoh
tua yang membantu, kalau tidak tentu usahaku untuk
membersihkan perguruan dari kaum pemberontak akan
menemui kegagalan total"
"Aaah. jangan membicarakan soal itu, hayo kalian boleh
segera masuk kedalam benteng"
Tidak menanti jawaban lagi, tubuhnya yang cebol itu lantas
menyelinap. dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah
lenyap dari pandangansepeninggal
jago tua itu, Han Siong Kie menghela napas
panjang, lalu bisiknya dengan lirih:
"Aaai, agaknya arwah dari cousu-cousu kita telah
melindungi usaha pembersihan yang akan kita lakukan ini.
kalau tidak mungkin nyawa kita semua telah melayang
tinggalkan raga, mari kita masuk kedalam benteng"
Begitulah dengan dipimpin oleh Han Siong Kie,
berangkatlah keempat orang itu memasuki cintu gerbang
istana Huan mo kiong yang besar dan angker itu.
1340 suasana disekitar pintu benteng sunyi dan tak tampak
sesosok manusiapun, yang terlihat hanya dua baris mayat
yang berlepotan darah, mayat-mayat itu berada dalam
keadaan yang mengenaskan sehingga mendatangkan suasana
yang menggidikkan. Dalam sekejap mata mereka sudah tiba didepan pintu
gerbang, Han Siong Kie menengadah dan memandang
sekejap ke arah papan nama yang tergantung di atas benteng,
membaca ketujuh huruf emas yang menyatakan tentang
kantor cabang dari perkumpulan Thian che kau itu, hawa
amarah lantas berkobar kembali didada pemuda itu, ia
mendengus dingin kemudian ayunkan telapak tangannya
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah papan nama
tadi. -000d0w000- BAB 74 SERANGAN yang dilancarkan seenaknya itu sepintas lalu
tidak nampak sesuatu yang aneh, tapi justru dibalik
kesederhanaan itulah terkandung hawa sakti si mi sin kang
sebesar sepuluh bagian. "Blaaang.. diiringi suara ledakan yang keras dan
memekikkan telinga, tampaklah hancuran kayu berhamburan
keempat penjuru, seketika itu juga ketujuh huruf tadi lenyap
tak berbekas. Menyaksikan demontrasi tenaga dalam dari ciangbun
suhengnya yang masih muda tapi lihaynya bukan kepalang itu,
ketiga orang tiang lo tersebut menjulurkan lidahnya, mereka
merasa ngeri bercampur kagum.
Dengan hancurnya papan nama yang bertuliskan: Kantor
cabang perkumpulan Thian che kau untuk wilayah Thian lam
tadi, maka sekarang terbacalah tiga huruf emas yang tertera
1341 nyata diatas bangunan benteng itu. "HUAN MO KIONG". tiga
huruf yang terbuat dari emas.
Han Siong Kie menengadah dan membaca sekejap nama
dari istana perguruan tersebut, kemudian melanjutkan
langkahnya memasuki pintu gerbang.
sesudah melewati sebuah lorong pintu yang gelap. didepan
mata terbentanglah sebuah tanah lapang yang lebar, empat
penjuru sekelilingnya adalah bangunan loteng yang tinggi
besar dengan ukiran-ukiran indah, semua bangunan tersebut
megah, mewah dan mentereng.
Beratus-ratus orang jago lihay, ada yang tua ada pula yang
muda berdiri berjejer di kedua belah sisi halaman tersebut,
namun suasananya hening, sepi dan tak kedengaran sedikit
suarapun- Ditengah-tengah halaman terdapat sebuah panggung,
diatas panggung berderet kursi kebesaran yang bersandaran
tinggi, seorang kakek berjubah abu-abu dengan sulaman
matahari, rembulan dam bintang duduk pada kursi kebesaran
tersebut, dibelakang kakek itu berdiri dua belas orang
pengawal berjubah hijau dan kuning.
Kakek berjubah abu-abu itu bukan lain adalah pejabat lama
dari perguruan Thian lam bun yang kini telah menjadi ketua
cabang dari perkumpulan Thian che kau, dialah Wi It beng
yang sedang dicari-cari. Han Siong Kie menghentikan langkahnya ditengah
halaman, hawa napsu membunuh yang tebal menyelimuti
seluruh wajahnya, setajam sembilu dia menatap wajah Wi It
beng tanpa berkedip. sementara To It hui dan dua orang rekannya berdiri tiga
kaki dibelakang si anak muda itu dengan wajah gusar dan
muka menyeringai. 1342 suasana amat tegang dengan munculnya Han Siong Kie
beserta ketiga orang tianglonya, hawa pembunuhan yang
tebalpun ikut menyelimuti suasana disekitar arena.
Paras muka Wi It beng hijau membesi, sinar matanya
memancarkan sinar kelicikan, dengan muka yang buas dan
mengerikan perlahan-lahan dia bangkit berdiri, tampaknya
kalau bisa dia ingin membunuh musuhnya itu dengan satu kali
terkaman. Han Siong Kie mendengus dingin setibanya di tengah
halaman ia ambil keluar lencana mustika ok kui cupay itu
kemudian di angkat tinggi-tinggi ke udara.
Dengan diperlihatkannya lencana itu serta merta ketiga
orang tiang lo yang berada di belakang pemuda itu
bungkukkan badan memberi hormat.
Akan tetapi kawanan jago yang hadir di arena tersebut tak
ada yang memberi hormat, meski wajah mereka pucat pias
seperti mayat, namun semuanya masih berdiri tegak tak
seorangpun yang menunjukkan tanda-tanda akan
menghormati munculnya lencana itu.
Wi Ik beng maju beberapa langkah dengan wajah berubah,
akhirnya dengan muka yang bengis menyeramkan ia
membentak: "Manusia bermuka dingin, apa maksudmu datang kemari"
Apa pula maksudmu memperlihatkan benda mustika
perguruan kami yang berhasil kau curi itu.." Hmm. kau
anggap kami akan tunduk kepadamu?"
Han Siong Kie semakin naik pitam, ia tak menduga kalau
musuhnya selicik itu, sebelum ia sendiri mengucapkan
sesuatu, ia malahan memutar balikkan duduknya persoalan
lebih dulu. Terdengar Wi It beng berteriak kembali:
1343 "Hey kalian tiga orang tianglo dari ruang Goal lo wan,
tahukah kau bahwa kalian telah melakukan penghianatan
terhadap perguruan" Dosa kalian tak akan diampuni lagi,
kalian akan mampus dicincang"
Han Siong Kie menggertak gigi dan mendengus dingin- ia
balas berteriak keras: "Anak murid perguruan Thian lam bun, dengarkan baik2
Aku mendapat perintah dari mendiang ciangbunjin Tee kun
untuk membersihkan perguruan kita ini dari manusia-manusia
bejad, hanya pentolannya saja yang akan dihukum berat
sedang pengikutnya bisa diampusi, bila mereka segera
menyadari akan kesalahannya sendiri, Tapi bila ada orang
yang melakukan penghianatan terus dan berani
membangkang perintah dari lencana ini jangan salahkan kalau
kami akan bertindak tegas dengan membunuh mereka secara
keji" selesai mengutarakan pengumuman itu ia menyapu
pandang sekejap seluruh gelanggang kemudian menyimpan
kembali lencana mutiara itu. Wi It beng tertawa terkekehkekeh
dengan suaranya yang mengerikan"Manusia bermuka dingin- ejeknya "kau tak usah
mengancam dengan kata-kata bualanmu yang menggelikan
hati itu. Hoeh heehhh...heeehh .mendiang ciangbun Teekun
sudah wafat semenjak empat puluh tahun berselang, dari
mana ia bisa serahkan lencana mutiara itu kepadamu" Hmm
Akui saja bahwa kau memperoleh lencana itu dari hasil curian." "Tutup mulut anjingmu" bentak Han Siong Kie dengan
marah. Bentakan itu sangat keras dan tajam, membuat semua
orang yang hadir disitu merasakan telinganya jadi amat sakit
dan hawa darah dalam rongga dada serasa bergolak keras.
1344 "Wi It beng, tak ada gunanya kau menyangkal terus" seru
pemuda itu lagi "sekarang bukti kejahatanmu sudah berada
ditangan kami, lebih baik mengakulah segala sesuatunya
demgan terang, daripada memaksa aku harus turun tangan
sendiri untuk menggantung dirimu dihadapan umum"
-ooo0dw0ooo- Jilid 36 WI IK BENG menjengek sinis, bukannya maju ke depan dia
malahan kembali ke kursi kebesarannya dan duduk disitu,
serunya sambil mengulapkan tangannya.
"Ringkus bangsat yang tekebur itu!"
Dua belas orang pengawal yaag berada di belakangnya
segera mengiakan dan terjun ke dalam gelanggang, namun
sikap mereka tidak setenang tadi lagi, sekarang orang-orang
itu maju ke depan dengan wajah ngeri kaget dan perasaan tak
tenang Setibanya ditengah arena mereka lantas meloloskan
senjatanya dari dalam sarung, enam orang pengawal yang
berbaju kuning memakai pedang sedangkan enam orang
pengawal yang berbaju hijau, tiga menggunakan ruyung dan
tiga lainnya memainkan senjata garden.
"Kalian berani membangkang perintah dengan membantu
pengkhianat melakukan kejahatan?" bentak Han Siong Kie
dengan gusar. Dua belas orang pengawal itu segera menghentikan gerak
tubuh mereka, tapi hanya sebentar saja sebab mereka
melanjutkan kembali gerakannya menyerbu ke gelanggang.
Han Siong Kie mendengus marah, ia tahu percuma saja
menggertak dengan ucapan, sebelum dipakainya kekerasan
1345 tak mungkin pemberontakan tersebut dapat dipadamkan,
maka dia berpaling lalu perintahnya kepada tiga orang tianglo
itu. "Hadapi mereka, barang siapa berani menentang perintah
bunuh saja tanpa ampun!"
To It hui, Ang Pat siu serta Sah Jia ho segera mengiakan,
mereka segera mempersiapkan senjata toya kepala setan,
kemudian menyerbu kedalam arena dengan garang.
Setelah tiga oracg tianglo-nya bertempur, Han Siong Kie
lantas melejit ke udara dan melayang turun di hadapan Wi Ik
beng. Menyaksikan tibanya terkaman itu serentak Wi Ik beng
meloncat bangun kemudian melepaskan sebuah tendangan
keras yang mengakibatkan kursi kebesarannya memcelat ke
depan. Sementara itu tiga orang tianglo dan dua belas pengawal
sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang seru benturan
senjata bentakan nyaring serasa mengguncangkan seluruh
istana Huan mo kiong. Tiba-tiba dari samping gelanggang muncul empat orang
kakek tua dengan suatu gerakan yang sangat cepat mereka
menerobos dari samping dan langsung menyerang Han Siong
Kie. Si anak muda itu mengejek dingin ia menunggu sampai
serangan musuh hampir bersarang di tubuhnya mendadak
sepasang telapak tangannya dilontarkan kemuka,
Jerit kesakitan yang keraa dan memekikkan telinga segera
berkumandang memecahkan kesunyian, tidak jelas apa yang
terjadi hanya tahu-tahu empat orang kakek tua yang baru saja
menerkam kedepan telah mencelat kembali dengan tubuh
berlumuran darah. 1346 Han Sing Kie sendiri sehabis menghajar mundur empat jago
yang menyeraag datang mengalihkan kembali sorot matanya
ke atas wajah Wi Ik beng mukanya nampak semakin keren
kewibawaan yang terpancar keluar dari wajah pun membuat
orang tak berani pandang enteng dirinya.
Wi Ik beng juga tak gentar menghadapi lawannnya ia


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyeringai seram lalu mengejek :
"Bocah keparat, tempo hari beruntung kau bisa lolos dari
kematian, tapi ini hari heeh heeeh heeeeh...tak nanti bisa
muncul Hun-si mo-Ong lagi yang akan selamatkan jiwamu dari
ancaman bahaya maut!"
Han Siong Kie tidak melayani ejekan itn. dia malahan
berkata dengan nada dingin.
"Wi Ik beng ! Sudah terlampau banyak kejahatan yang kau
lakukan. hampir saja perguruan Thian lam bun musnah di
tanganmu.. hehh heeehh kuanjurkan kepadamu lebih baik
segeralah menyerah dan menanti hukuman yang akan
dijatuhkan kepadamu!"
"Bajingan cilik, tak usah banyak bacot ! Justru
perbuatanmu ini sama ibaratnya dengan kunang-kunang yang
menerkam api, mencari mampus buat diri sendiri, sambut dulu
seranganku ini!" Berbareng dengan selesainya ucapan itu sepasang telapak
tangannya segera didoroog kemuka melancarkan sebuah
pukulan dahsyat. Han Siong Kie mendengus dingin ia tak sudi tunjukkan
kelemahan dihadapan masuhnya, dengan keras lawan keras
dia sambut datangnya ancaman yang sangat keras itu.
Di satu pihak Wi Ik beng menggunakan ilmu tay boan yo
sinkang sedang dipihak lain Han Siong Kie mempraktekkan
ilmu Si mi sinking, keduanya sama-sama merupakan ilmu
pukulan sakti yang mengerikan.
1347 "Blaang!" tatkala dua gulung tenaga pukulan itu saling
berbenturan satu sama lain-nya, pancaran hawa berpusingpun
ikut memancar keempat penjuru.
Kedua belah pihak masih tetap berdiri tetap di tempat
semula, hanya saja di antara wajah Wi Ik beng yang
menyeringai seram terlintas warna putih kepucat- pucatan,
jelas ia sudah menderita sedikit kerugian di-dalam benturan
barusan. Masih baru ingatan Wi Ik beng ketika ia berhasil menghajar
luka manusia bermuka dingin dengan ilmu boan yo sinkangnya
yang lihay waktu itu seandainya Hun-si-mo ong tidak muncul
tepat pada saatnya mungkin si anak muda itu sudah mampus
di tangannya. Tapi sekarang baru beberapa bulan tidak bertemu ternyata
pihak lawan seakan-akan telah berubah menjadi seorang
manusia yang lain, bukan saja kemampuannya lebih hebat
berkali lipat bahkan mampu untuk menghadapi serangannya
dengan kekerasan, kenyataan ini membuat hatinya tercekat
dan bergidik.. Diapun merasa keheranan apa sebabnya bahan peledak
yang telah dipasang dipintu istana tidak meledak seperti yang
direncanakan, tidak meledaknya bahan mesiu itu hampir saja
membuat ia tak percaya dengan kemampuan diri sendiri.
Dalam pada itu, pertempuran yang sedang berlangsung
ditengah gelanggang telah memasuki babak baru, dari dua
belas orang pengawal yang terlibat dalam pertempuran, ada
tiga orang sudah menderita luka parah ditangan ketiga orang
tiang lo tersebut. suasana pertarungan bertambah seru dan
tegang, bentakan dan benturan senjata semakin kerap
menggelegar diangkasa. Han Siong Kie sendiripun tak ingin terlalu banyak memberi
waktu kepada musuhnya untuk mengatur pernapasan. setelah
mendengus dingin, secara beruntun ia lancarkan tiga buah
1348 pukulan berantai, ketiga buah pukulan itu semuanya disertai
dengan sepuluh bagian hawa sakti si mi sinkang, bukan saja
kecepatannya seakan-akan sebuah pukulan saja bahkan hawa
tekanan yang di hasilkan sangat mengerikan.
Tiga bentutan keras menggelegar saling menyusul, kali ini
wi It beng kena dihajar sampai mundur dua langkah lebar.
Tiba-tiba dari samping gelanggang kembali muncul
bentakan nyaring, tiga orang kakek berjubah abu-abu pada
saat yang bersamaan dengan membawa tiga gulung hawa
pukulan yang dahsyat serentak menghantam tubuh Han Siong
Kie. Merasa dirinya disergap. Han Siong Kie sangat marah,
kegusarannya memuncak dan napsu membunuh semakin
berkobar dalam dadanya, ia tarik telapak tangannya
kebelakang kemudian menyumbat datangnya ancaman dari
tiga orang kakek itu dengan serangan gencar pula.
Hampir bersamaan waktunya ketika si anak muda itu
menarik kembali sepasang telapak tangan, wi It beng
membentak keras lalu melancarkan pula sebuah pukulan
dengan sekuat tenaga. Padahal ketika itu Han Siong Kie baru saja melepaskan
pukulan keras yang menghajar tiga orang kakek tadi sehingga
mundur sempoyongan sebelum ia sempat berbuat sesuatu
angin cukulan dari Wi It beng tadi sudah menggulung datang.
Dalam keadaan seperti ini tiada jalan lain bagi Han Siong
Kie kecuali menangkis ancaman itu dengan tenaga seadanya.
"Blaaang" benturan keras kembali terjadi karena tak
sempat mempergunakan tenaganya Han Siong Kie merasakan
hawa darah didalam dadanya bergolak keras, ia kena dipaksa
untuk mundur sejauh delapan depa dengan sempoyongan.
Di pihak lain ketika tiga orang pengawal kena dilukai segera
muncullah dua orang kakek dan tiga orang laki-laki kekar yang
1349 membantu delapan orang pengawal untuk mengerubuti To It
hui bertiga karena bertambahnya lima orang musuh yang
cukup tangguh ilmu silatnya ini. To It hui bertiga mulai
terdesak hebat dan tak kuasa mempertahankan diri lagi
mereka lebih banyak memainkan toya kepala setannya untuk
mempertahankan diri daripada melancarkan serangan balasan.
Wi It beng sendiri setelah berhasil dengan serangan
mautnya secepat kilat menerjang kedepan, telapak tangan nya
membacok batok kepala musuh, sementara kelima jari tangan
kirinya dipentangkan lebar-lebar seperti cakar setan dan
mencengkeram dada anak muda itu.
satu jurus dengan dua gerakan, semuanya dilancarkan
dengan tenaga serta kecepatan yang hebat.
Han Siong Kie tak mau kalah, dia tangkis bacokan
musuhnya itu dengan telapak tangan kiri, sedangkan tangan
kanannya berputar balik ke atas dan balas mencengkeram
urat nadi di pergelangan tangan musuh.
Wi It beng menjengek dingin, telapak tangan kanannya
yang semula akan membacok batok kepala, tiba-tiba berubah
dan malahan membacok bahu pemuda itu, sedangkan tangan
kirinya yang melancarkan cengkeraman dirubah menjadi
serangan bacokan dan membabat ke arah pinggang.
Han Siong Kie putar tangan dan segera berganti jurus pula.
"Blang Blang " sepasang telapak tangan akhirnya saling
bertemu satu sama lainnya, bayangan tubuh kedua belah
pihakpun saling berpisah satu sama lainnya.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik inilah tiga
orang kakek berbaju abu-abu yang kena dipukul mundur tadi
menyergap lagi kemuka tanpa menimbulkn suara mereka
lancarkan serangan dahsyat dan mengancam punggung Han
Siong Kie. 1350 Pemuda itu tidak menggubris tibanya ancaman malah
berlagak seolah-olah tidak mengetahui akan datangnya
ancaman tersebut padahal secara diam-diam ia telah
mengerahkan hawa sakti Si mi sinkangnya yang lihay untuk
melindungi seluruh badan.
"Dukk.. duuk!" ketiga serangan yang dilancarkan oleh tiga
orang kakek berjubah abu-abu itu menghajar punggung Han
Siong Kie bukannya si anak muda itu yang terpental olehnya
malahan justru mereka bertiga lah yang kena dihantam
sampai mencelat mundur beberapa langkah.
Kejadian ini segera menggemparkan seluruh jago yang
hadir disana hinggga tak dapat dikuasai lagi mereka berteriak
kaget. Han Siong Kie tak mau membuang waktu sesudah tiga
orang kekek itu dihajar mundur sepasang telapak tangannya
segera berputar satu 1ingkaran didepaa dada lalu dengan
disertai hawa sakti sebesar dua belas bagian dia menyerang
kembali diri Wi Ik beog. Pada waktu itu Wi Ik beng sudah mengetahui bahwa
tenaga dalam yang dimiliki Han Siong Kie jauh lebih tinggi dari
kepandaian sendiri, ilmu Boan yo sinkang yang sangat
diadalkan ketika gagal untuk menghajar musuhnya ia jadi
bergidik, maka sewaktu musuh melepaskan serangan maut
lagi ia tak berani menyambut dengan kekerasan tapi dengan
mengandalkan kelincahan tubuhnya barkelit kesamping.
Mendadak dari tengah arena pertarungan berkumandang
suara jerit kcsakitan yang keras.
Han Siong Kie capat menarik kembali serangannya sambil
berpaling, ia saksikan tianglo-nya yang kelima Sah Jin ho
sedang muntah darah dan mundur dengan sempoyongan
sedangkan dua bilah pedang dan sebuah ruyung telah
menyambar dari belakarg menyongsong tubuhnya yang
sedang sempoyongan itu. 1351 "Bangsat!" maki pamuda itu amat gusar, "Kalian harus
dihajar sampai mampus"
diiringi bentakan keras bagaikan burung garuda dia
melayang di angkasa sebelum tubuhnya mencapai sasaran,
ilmu jari Tong kim ci yang sadis itu telah dilepaskan lebih
dahulu. "Criit.. criiit. criit.." tiga desingan angin tajam menyambar
kemuka, menyusul kemudian tiga kali jerit lengking yang
memekikkan hati bergema dari mulut ketiga orang jago itu,
darah segar memercik ke empat penjuru sambil mendekap
dadanya yang berlubang dan membuang senjata andalan
mereka, orang-orang itu roboh terkapar di atas tanah dan tak
lama kemudian menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Sepanjang masa hidupnya belum pernah anak murid istana
Huan mo kiong menyaksikan ilmu sesakti itu, apa yang
barusan terpapar didepan mata seketika membuat hati
mereka bergidik, muka jadi pucat mata terbelalak. keringat
dingin membasahi tubuhnya dan bulu kuduk pada bangun
berdiri, belum apa-apa mereka sudah merasa keder lebih
dahulu oleh kelihayan pemuda itu.
Bukan kawanan jago yang berada ditepi arena saja yang
tercekat dibuatnya bahkan pengawal lihay yang sedang
terlibat dalam pertempuran seru melawan tiga orang tiang lo
pun dibuat ketakutan setengah mati sehingga serasa sukma
melayang tinggalkan raganya.
Tapi sebelum ingatan kedua sempat terlintas didalam
benak mereka, dengan gerakan secepat sambaran kilat Han
Siong Kie sudah terjun pula kedalam arena pertarunganBisa dibayangkan apa yang terjadi dengan ikut sertanya
Han Siong Kie dalam pertarungan yang tak seimbang itu,
keadaan si anak muda itu ibaratnya harimau diantara kawanan
domba, dalam waktu singkat bayangan manusia menyambar
kian kemari dengan dahsyatnya.
1352 Jeritan-jeritan kesakitan yang memilukan hati serta
membuat hati orang bergidik menggelegar tiada hentinya,
percikan darah memancar keempat penjuru, kutungan
anggota badan, mayat yang bergelimpang memenuhi suasana
dalam gelanggang pertarungan itu.
Hanya sekejap mata tak sampai seperminuman teh, sekian
banyak jago lihay yang terlibat dalam pertarungan itu telah
membungkam untuk selamanya, mereka telah berubah
menjadi mayat-mayat kaku yang penuh berlepotan darah,
mereka mampus dalam keadaan yang mengerikan.
Serasa mau meledak dada Wi Ik beng menyaksikan
kematian dari jago-jago lihaynya disamping rasa takut makin
mencekam perasaannya, tiba-tiba ia membentak keras: "Maju
semua" Tapi perintahnya kali ini tidak peroleh tanggapan, sekian
banyak anak muridnya yang berkumpul disekitar arena tak
ada yang menggeserkan tubuhnya lagi, agaknya orang-orang
itu dibikin keder oleh kelihayan musuh dan mengetahui bahwa
kemajuan mereka ke arena tak lebih hanya menghantar
kematian bagi diri sendiri Wi It bong naik pitam sekali, dia
menghardik: "Hayo maju. semua Barang siapa berani membangkang
perintah, kuhajar sampai mampus"
Meski disertai ancaman dan bentakan itu diutarakan
dengan wajah menyeringai seram, kawanan jago itu masih
tetap membungkam dan berdiri ditempat tak seorangpun yang
sudi mengorbankan nyawanya lagi dengan percuma.
Posisi yang semula menguntungkan Wi Ik beng sekarang
telah berubah menjadi keuntungan Han Siong Kie anak muda
itu segera manfaatkan kesempatan yang sangat baik itu, dia
maju tiga langkah kedepan lalu sambil menuding kearah
lawannya ia berkata: 1353 "Penghianat. Bajingan murtad. Rasain sekarang
pembalasan dari kami, hayo cepat menyerah dan menerima
hukuman" Sekarang sinar mata semua orang ditujukan keatas wajah
Han Siong Kie, dibalik tatapan tersebut penuh mengandung
rasa kaget, ngeri, seram sangsi dan tak tenang serta merta
susana dalam gelanggangpun ikut berubah menjadi sepi tapi
menyesakkan napas. Wi Ik beng menyeringai seram dengan sinar matanya yang
licik dan bengis dia memandang sekejap kawanan jago yang
semula setia padanya tapi sekarang tak sudi menjual nyawa
baginya lagi itu, ia sadar bahwa masa jayanya sudah lewat
dan sekaranglah masa keruntuhan bagi kekuasaannya.
Meski demikian, sebagai manusia licik keji dan banysk tipu
muslihatnya itu dia tak sudi menyerah kalah dengan begitu
saja, ia masih selalu mencari kesempatan untuk
mengembalikan situasi tidak menguntungkan itu menjadi
menguntungkan baginya. Han Siong Kie telah maju lagi beberapa langkah. ia telah
bersiap sedia menghukum pengkhianat perguruannya itu.
Tiba tiba pada saat itulah dari kedua belah sisi pintu
samping berkamandang suara teriakan yang gaduh,
menyusuul muncullah beberapa puluh sosok bayangan


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manusia, di paling depan adalah lima orang kakek berjubah
sutera halus sedangkan lainnya tua muda beraneka ragam,
meski coraknya berbeda-beda namun ada satu yang sama
yakni wajah mereka penuh diliputi perasaan guaar dan
mendendam. Paras muka Wi Ik beng berubah hebat, bergidik hatinya
menyaksikan kemunculan orang-orang itu sebab ia cukup
mengenali orang-orang itu sebagai kawaenan jago yang
selama ini disekap dalam penjara bawah tanah.
1354 Aneh kenapa mereka bisa terlepas dari sekapan bawah
tanah" Siapa yang melepaskan mereka" demikian ia berpikir
dengan rasa keheranan. Kalau Wi Ik beng terkejut, maka Han Siong Kie kegirangan,
wajahnya lantas berseri sebab ia tahu bahwa Heng tee sian
y"ng diserahi tugas untuk membebaskan para tahanan telah
berhasil dengan sukses. Sementara itu para tahanan yang terlepae itu sudab
menyebarkan diri dan membentuk barisan pengepungan yang
mengepung seluruh arena ditanah lapang itu.
Sekarang Wi Ik beng semakin menyadari bahwa semua
harapannya telah punah, apa yang dibayangkan semula tak
mungkin terwujud lagi, raaa putua asa, kecewa dan takut
bercampur aduk menjadi satu, akhirnya dia menjadi kalap,
sambil tertawa seram tubuhnya bergerak kedepan dan
menerkam Han Sioag Kie bagaikan kerbau gila. Serangan yang
dahsyat dibarengi dengan auara tertawa yang seram dan
mendirikan bulu kuduk membuat tampang gembong iblis itu
kelihatan menakutkan. Han Siong Kie mendengus dingin, begitu musuh bergerak
maju serentak diapun mengayunkan jari tangannya kedepan,
serentetan desingan angin tajam segera memancar ke tubuh
musuh. Wi Ik beng tak menyangka kalau si anak muda itu akan
menyerang dengan serangan jari tangan, ia terkena dan
menjerit kesakitan, tubuhnya yang sedang menerjang kemuka
segera terhenti ditengah jalan, kemudian mundur dengan
sempoyongan, darah segar muncrat keluar membasahi
separuh tubuhnya yang kekar.
Untung Han Siong Kie ada niat untuk menghukum
penghianat perguruan ini menurut peraturan perguruan, maka
dalam melancarkan serangan dia masih mengira-ngira, meski
sampai melukai namun tidak sampai mencabut nyawanya,
1355 andaikata bukan begitu dengan kedahsyatan dari ilmu jari
Tong kim ci, niscaya sedari tadi dada gembong iblis itu sudah
berlubang. Kelihayan dari pemuda itu makin menakutkan hati orangorang
yang berada dalam lingkaran kepungan, keringat dingin
membasahi tubuh mereka, bahkan ada pula yang ketakutan
sampai terkencing-kencing.
Menggunakan kesempatan itu, lima orang kakek berjubah
sutera memburu maju ketengah gelanggang dan memberi
hormat kepada Han Siong Kie seraya berkata: "Tecu berlima
memberi hormat dan salam bagi kesehatan ciangbUnjin"
"Tianglo berlima tak usah banyak adat" tegur Han Siong Kie
sambil memutar separuh badannya.
Disaat si anak muda itu sedang putar badan, wi It beng
telah menggunakan kesempatan itu untuk kabur, tiba-tiba ia
melompat ke belakang dan kabur ke dalam ruang tengah.
Sudah tentu Han Siong Kie tak sudi melepaskan musuhnya
dengan begitu saja, ia menjejak kakinya dan mengejar ke
dalam. Ketika ia berhasil mengejar sampai kedalam ruangan itu, wi
It beng berhasil mencapai tepi meja sembahyangan dan jari
tangannya telah menempel diatas sebuah ukiran bunga botan
yang berada diatas dinding, katanya sambil menyeringai
seram: "Heeehhh . .heeehhh . . heeehhh bocah keparat, kau tak
usah keburu merasa bangga, sekaranglah saat kematianmu
sudah tiba" Baru saja menyelesaikan kata-katanya, delapan orang
tianglo yang berada diarena telah menyerbu pula ke dalam
ruangan itu. Wi Ik beng tertawa semakin seram, ia sampai terkekeh
kekeh karena girang, kembali jengeknya:
1356 "Bagus... bagus sekali Memang lebih pantas kalau kalian
mampus menjadi satu, hingga dalam perjalanan menuju
keakherat nanti kamu semua tak usah merasa kesepian"
Mula-mula Han Siong Kie agak tertegun, sebab ia tak
mengerti apa yang dimaksudkan, tapi sebagai seorang
pemuda yang cerdik, dengan cepat dapat diketahui olehnya
akan apa yang dimaksudkan lawan, anak muda itu segera
tertawa pula terbahak-bahak.
"Haahh haaah haaah Wi Ik beng sayang apa yang kau
harapkan kembali akan sia-sia belaka, kau harus menghadapi
kembali kenyataan yang akan mengecewakan dirimu, Tidak
percaya" Silahkan saja untuk mencobanya sendiri"
Paras muka Wi Ik beng berobah hebat, ia memencet
tombol rahasia itu kuat-kuat namun tiada sesuatu apapun
yang tejadi, ruangan tersebut masih utuh seperti sedia kala.
Sekarang dia baru percaya bahwa alat rahasianya sudah
tak berfungsi lagi, kenyataan ini membuat wajahnya semakin
pucat, otot-otot hijaunya pada menongol keluar, keringat
sebesar kacang kedelai membasahi seluruh jidat dan
badannya, dalam keadaan seperti ini dia hanya bisa
memandang musuhnya dengan mata terbelalak.
"Engkau merasa tercengang bukan, apa sebabnya alat-alat
rahasiamu mendadak jadi barang rongsokan yang tidak
berfungsi lagi?" jengek Han Siong Kle sinis.
Wi Ik beng tertawa seram tiba-tiba dia mengundurkan diri
dari ruangan itu lalu mengambil sebuah benda bulat merah
sebesar kepalan dari sakunya, lalu sambil tertawa seram
katanya. "Heeehhh . . heeehhh . . heeehhh alat rahasia itu boleh tak
berfungsi juga tak mengapa. aku toh masih bisa
mengandalkan keampuhan dari peluru sakti Hong thian pek
lek tan, (bahan peledak penghancur langit) Hemm hemm jika
peluru ini sudah kulemparkan kemuka, sekalipun malaikat
1357 yang sedang kuhadapi juga jangan harap bisa lolos dalam
keadaan hidup haahh haahhh."
Kali ini baik Han Siong Kie maupun ke delapan orang
tianglo itu tak berani bergerak secara gegabah, mereka
tertegun dan berdiri di tempat, sebab mereka cukup mengenal
apa yang dinamaksn peluru sakti tersebut, jika sampai
diledakkan niscaya tak seorangpun diantara mereka dapat
lolos dari situ dengaa selamat.
Kejadian ini memang cukup keji dan di luar dagaan mereka,
siapa yang menduga kalau gembong iblis itu telah
mempersiapkan benda peledak yang bisa digunakan untuk
menyelamatkan jiwanya itu"
Wi Ik beng telah bersikap jumawa lagi aeperti semula,
sebab ia cukup mengetahui keampuhan benda yang berada
ditangannya itu ia coba menggertak dengan pura-pura akan
melemparkan benda itu ke depan, betul juga! Han Siong Kie
serta ke delapan orang tianglo itu serta merta ikut mundur
selangkah ke belakang. Pelbagai ingatan lantas berkecamuk dalam benak Han
Siong Kie, dia berusaha untuk menemukan selusin akal yang
bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan itu, tapi usahanya
itu tidak mendatangkan apa-apa.
Ia cukup mengetahui tentang kemampuan yang dimilikinya
sekarang tapi secepatnya ia bertindak tak mungkia bisa
mencegah lawannya untuk tidak melemparkan benda peledak
Hong thian pek-lek tan tarsebut apa lagi ia cukup mengenali
kedahsyatan dari peluru itu sedikit saja tersentuh benda keras
segera akan meledak dahsyat.
Dengan kapandaian yang dimiliki Han Siong Kie sekarang
kemungkinan besar ia dapat menyelamatkan diri dengan
selamat tapi bagaimana dangan kedelapaa orang tianglo-nya"
Apakah mereka harus dikorbankan begitu saja dengan sia-sia"
1358 Suasana jadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suara
pun tapi justru dibalik keheningan itu terasalah hawa
pembunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh ruangan.
Kini kaselamatan mereka bersembilan telah berada di
cengkeraman Wi Ik beng asal orang itu melemparkan benda
peledaknya maka berarti pula habis sudah riwayat mereka.
Delapan orang tianglo itu hanya bisa menggeram menahan
amarah yang berkobar namun mereka tak dapat berbuat apaapa
lagi kecuali menghela napas panjang.
Wi Ik beng kembali tertawa seram katanya:
"Manusia bermuka dingin bila engkau bersedia untuk
menyerahkan lencana mustika Ok kiu cu pay tersebut
kepadaku, maka aku pun barsedia pula untuk mengampuni
jiwamu!" "Jangan mimpi!" tukas Han Siong Kie tanpa berpikir
panjang. "Hehhh heeehhh heeehhh jadi kau lebih suka mampus
menjadi abu..?" kembali gembong iblis itu mengejek.
"Kami mati adalah gugur demi perguruan, sedang kau
sepanjang masa kau akan dikenal orang sebagai manusia
yang paling berdosa!"
"Haaaahhh haaahhh haaah, kau tak usah mencoba untuk
menakut-nakuti aku dengan ancaman semacam itu" kata Wi Ik
beng sambil tertawa seram, "aku tak akan perduli mau
bernama busuk atau dicaci maki orang, pokoknya sekarang
mati hidup ada ditanganmu sendiri"
"Murid pengkhianat!" bentak Han Sion Kie dengan marah,
sekali lagi kuberitahukan kepadamu, tak nanti kami akan
penuhi permintaanmu itu"
Sepasang mata elang Wi Ik beng berputar kesana kemari,
akhirnya ia tertawa seram, "Baiklah kalau toh keputusan kalian
1359 adalah demikian akan kuberi kematian yang mengerikan
kepada kalian semua" katanya, "tapi sebelum kematian
menyelesaikan riwayat hidupua, akan kupertunjukkan lebih
dahulu suatu atraksi yang menarik hati"
Ia berhenti sebentar lalu berseru keras"
"Pelindung hukum kiri dan kanan, cepat kemari!"
Dua sosok bayangan manusia munculkan diri dari belakang
ruangan itu dan kemudian berdiri di kedua belah sisi Wi Ik
beng, dia adalah dua orang manusia aneh yang berkerudung
yang satu berbadan hitam dan yang lain berbadan putih.
Agak tercengang delapan orang tianglo itu menyaksikan
kemunculan dari sepasang manusia aneh itu sebab sepanjang
pengetahuan mereka belum pernah dalam perguruan mereka
punya sepasang pelindung hukum yang berbentuk seaneh itu,
Berbeda dengan Han Siong Kie, dia kenal siapakah
sepasang manusia berkerudung hitam dan putih itu maka
ketika menyaksikan kemunculan kedua orang itu darahnya
langsung mendidih, sinar matanya memancarkan cahaya yang
menggidikkan hati tak tahan lagi ia mendengus dingin.
Kiranya dua orang manusia aneh ini tak lain adalah Hek pek
siang yau sepasang siluman hitam dan putih yang tiba-tiba
lenyap jejaknya sewaktu berada dibukit Tay huang sanTentu saja tak pernah terduga olehnya bahwa Hek pek
siang yau yang sangat lihay itu telah bersedia menjadi
pelindung hukum kiri dan kanan dari Wi It beng.
Sementara itu dengan suara yang amat bangga gembong
iblis she Wi itu sudah berkata:
"Tentunya kalian semua sudah pernah mendengar tentang
Hek pek siang yau sepasang siluman putih hitam yang
tersohor namanya itu bukan" Heehh... heehh.. heehh.. kedua
orang inilah orangnya"
1360 Meskipun sudah sekianpuluh tahun ke delapan orang
tianglo itu berdiam diwilayah Thian lam mereka cukup
mengenal siapakah Hek pek siang yau yang pernah menyapu
dataran Tionggoan pada lima puluh tahun berselang itu, bisa
dibayangkan betapa terperanjatnya mereka setelah
mengetahui bahwa sepasang pelindung hukumnya adalah
gembong iblis tersebut. Dan sekarang Wi It beng ternyata dapat menundukkan dua
orang iblis itu serta menjadikannya sebagai pelindung hukum,
kejadian ini boleh dibilang sulit untuk dipercaya, bila
kenyataan tidak terpapar di depan mata.
Napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah Han
Siong Kie, pada saat ini dia hanya menginginkan sesuatu yakni
menyerang dua orang siluman itu serta membacoknya sampai
mampus. Waktu itu Wi Ik beng masih mengangkat tinggi-tinggi
bahan peledak Hong thian pek lek tan itu, sementara
sepasang matanya mengawasi setiap orang yang berada
dalam ruangan itu tanpa berkedip. kewaspadaannya
sedikitpun tidak mengendor karena kehadiran dua orang
pelindung hukumnya. "Harap pelindung hukum berdua segera menghukum mati
semua penghianat perguruan yang berhasil kabur dari penjara
bawah tanah dan kini berada diluar lapangan itu" demikian ia
memerintahkan. Ssepasang mata Han Siong Kie memancarkan sinar berapiapi,
hampir saja biji matanya melotot keluar karena marah, dia
telah bersiap sedia untuk mengorbankan jiwanya sendiri untuk
beradu jiwa dengan orang-orang itu.
Sebab ia cukup memahami betapa lihaynya sepasang
siluman hitam dan putih, dengan kelihayan mereka bukan
suatu pekerjaan yang terlampau sulit baginya untuk
membantai seratus dua ratus orang jago-jago berilmu biasa.
1361 atau lebih mendekati sebagai pekerjaan yang terlampau
sepele. "Terima perintah" sementara itu Hek pek siang yau telah
menyahut, menyusul kemudian terdengar jeritan kaget
menggema memecahkan kesunyian dalam ruangan itu
Apa yang terjadi" Terlihatlah Hek pek siang yau dengan
seorang dari kiri yang lain dari sebelah kanan dengan suatu
gerakan secepat kilat mencengkeram lengan Wi It beng


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian entah dengan cara apa tahu-tahu bahan peledak
Hong thian pek lek tan itu sudah kena dirampas oleh siluman
hitam. Kejadian itu sama sekali diluar dugaan dan tak pernah
terduga lebih dahulu, bukan Han Siong Kle saja yang dibuat
kaget dan tak habis mengerti, delapan orang tianglo itupun
dibikin termangu-mangu sampai tak mampu mengucapkan
sepatah katapun. Paras muka Wi It beng telah berubah jadi pucat seperti
mayat, dengan suara agak gemetar ia membentak:
"Eeh..apa maksud kalian berdua dengan perbuatan ini?"
Siluman putih segera menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haaah haaah haaahh Wi Ik beng, kau ini terhitung
manusia macam apa" Berani benar menjadikan kami berdua
sebagai pelindung hukummu" Haaah haaah haaahh tahukah
engkau, mengapa kami berdua datang kesini?"
Wi It beng berusaha untuk meronta dan melepaskan diri
dari cengkeraman kedua orang itu, tapi tak berhasil, akhirnya
ia menyerah kalah, tanyanya dengan lirih: "Apa maksud kalian
berdua datang kemari?"
"Membersihkan perguruan dari unsur-unsur manusia
penghianat semacam dirimu ini"
1362 seperti kena disambar geledek disiang hari belong, wi It
beng berdiri terbelalak dengan mulut melongo dan keringat
dingin membasahi jidatnya, untuk sesaat dia tidak mampu
berkata apa- apa. Delapan orang tianglo itupun terkejut bercampur
keheranan, mereka tak memahami dengan apa yang telah di
katakan Hek pek siang yau, membersihkan perguruan" Sedari
kapan dua orang siluman yang bernama besar ini menjadi
anak murid Thian lam bun"
Hanya Han Siong Kle seorang yang memahami kejadian itu,
mesti demikian dia sendiripun merasa kaget bercampur
tercengang sebab dia hanya tahu bahwa Hek pek siang yau
tiba-tiba lenyap tak berbekas kemudian mereka muncul di
istana Huan mo kiong sebagai pelindung hukum tapi secara
tiba-tiba mereka bertindak sebaliknya lagi apa gerangan yang
terselip dibalik segala sesUatunya ini"
Dalam pada itu siluman hitam telah berkata kepada diri
anak muda itu. "Ciangbunjin silahkan memberi perintah kepada kami apa
yang harus kami lakukan terhadap penghianat ini?"
Han Siong Kie agak ragu-ragu sejenak, tapi akhirnya ia
berkata: "Totok lebih dahulu jalan darahnya"
Wi It beng betul- betul mati kutunya, sekarang ia baru
gemetar keras seperti orang yang sakit demam keringat
mengucur keluar seperti hujan, matanya melotot besar dan
darah kental sempat mengucur keluar dari kelopak matanya,
wajah yang menyeringai mengerikan dapat menunjukkan
bagaimanakah perasaan hatinya pada saat ini.
Delapan orang tianglo hanya dapat berdiri pula disisi
ruangan dengan mata terbelalak dan tubuh kaku seperti
patung, mereka benar-benar tak dapat menyelami
kemisteriusan dari ciangbUn siau suhengnya ini.
1363 Sementara semua orang masih termenung, sepasang
siluman hitam dan putih telah berkata:
"Kami akan melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya"
Dengan suatu totokan kilat, kedua orang itu lantas
menghajar beberapa buah hiat-to penting disekujur badan Wi
Ik beng, bekas ketua cabang perkumpulan Thian che kau
untuk wilayah Thian lam ini segera menjerit tertahan dan
roboh terkulai diatas tanah.
"Untuk sementara waktu letakkan saja tubuhnya disana"
perintah Han Siong Kie sambil menunjuk kebawah sebuah
meja sembahyangan yang berada dihadapannya.
Siluman hitam segera mengangkat tubuh Wi Ik beng yang
sudah tak dapat berkutik akibat pengaruh totokan itu kedalam
ruangan dan meletakkannya diatas lantai, setelah itu barulah
bersama siluman putih jatuhkan diri berlutut didepan Han
Siong Kie, katanya: "Ciangbunjin, ampunilah kesalahan kami berdua yang telah
berlalu tanpa memberi kabar"
"Bangun" tukas Han Siong Kie sambil ulapkan tangannya,
"apa yang sebetulnya telah terjadi?"
Setelah memberi hormat, sepasang siluman hitam putih itu
baru bangkit berdiri, kata siluman putih:
"Waktu itu, ketika tecu berdua mendapat perintah untuk
menanti dibawah bukit Tay huang san, secara tiba-tiba telah
menemukan jejak dari seorang musuh besar kami yang tempo
hari berhasil melepaskan diri dari jaringan kami berdua."
"Maksudmu, musuh besar yang lolos dari jaringan kalian
pada lima puluh tahun berselang?"
"Benar" siluman putih mengangguk tanda membenarkan
"Siapakah orang itu?""
1364 "Hun si Mo ong, Raja iblis pengacau jagad"
Han Siong Kie agak terkejut, ia cukup mengenal siapakah
Hun si Mo ong itu, sebab dia tak lain adalah gurunya Im yang
siang sat (sepasang malaikat hawa dingin dan panas) bukan
saja ilmu silatnya sangat tinggi sehingga di segani baik oleh
jago-jago dari golongan putih maupun golongan hitam,
bahkan ia pernah berhutang budi juga kepadanya, sebab
tanpa bantuan dari orang itu, niscaya ia sudah mampus
ditangan wi it beng. Yang satu malaikat hawa panas Kho su khi sampai kini
sudah delapan belas tahun lamanya tersekap dalam benteng
maut, sudah pasti Hun si Mo ong dan malaikat hawa dingin
akan berdaya upaya untuk menyerbu ke benteng maut serta
menyelamatkan jiwa malaikat hawa panas.
Itu berarti pula kemungkinan besar setiap saat Hun si mo
ong bakal munculkan diri disekitar benteng maut itu.
Namun ia tidak memberi komentar apa-apa terhadap dua
orang siluman itu, hanya tanyanya:
"Bagaimana selanjutnya?"
"Karena besar sekali hasrat kami berdua untuk membalas
dendam maka tanpa meninggalkan pesan kami segera
melakukan pengejaran, dalam pertempuran yang kemudian
terjadi kedudukan kami seimbang meski sudah bergebrak
ratusan jurus belum juga bisa ditentukan siapa yang menang,
siapa kalah, akhirnya Hun si Mo ong tidak sabaran lagi untuk
melayani kami lebih lama, tiba-tiba ia tinggalkan kami berdua
dan kabur dari sana. sudah tentu kami berdua tak bisa
melepaskan dirinya dengan begitu saja, tiga hari sudah kami
saling kejar mengejar akhirnya bukan saja gagal untuk
membalas dendam, jejak dari ciangbunjinpun tidak berhasil
kami temukan lagi..."
Han Siong Kie anggukkan kepalanya berulang kali.
"Selanjutnya?" ia bertanya lebih jauh.
1365 Siluman putih Iantas menyambung kata-katanya lebih jauh:
"Kemudian secara tiba-tiba kami telah berjumpa dengan
perempuan berkerudung yang pernah memberi peringatan
kepada kita sewaktu berada dimulut lembah kematian"
Agak terkejut pemuda itu setelah mendengar cerita itu, dia
tahu perempuan berkerudung yang dimaksudkan siluman
putih itu pastilah orarg yang kehilangan sukma, perempuan
misterius itu. setelah berhenti sejenak siluman putih telah berkata
kembali: "Perempuan berkerudung itu memerintahkan tecu berdua
untuk berangkat ke wilayah Thian lam, serta berusaha
memasuki istana Huan mo kiong dan menjadi musuh dalam
selimut di situ, katanya dengan berbuat demikian
kemungkinan besar bencana yang menimpa perguruan kami
bisa terhindari, selain daripada itu diapun berpesan kepada
tecu berdua agar memperhatikan mana ciangbunjin yang
sesungguhnya dan mana yang gadungan.."
"Berdasarkan apa kalian bisa mengetahui kalau aku adalah
ciangbunjinmu yang asli?""
"Dari ilmu sinkang serta logat berbicara ciangbunjin,
setelah itu meski ada orang pandai menyaru dan ilmu
kepandaian menyarunya sudah mencapai tingkatan yang
tinggi, pastilah diantara kesempurnaan terdapat pula titik
kelemahan, asal diperhatikan dengan seksama tak sulit untuk
mengetahuinya." "Yang paling penting lagi, mereka yang mengenakan
topeng kulit manusia niscaya wajahnya akan kaku dan
sedikitpun tak berperasaan"
"Ehmm, masuk akal" kata Han Siong Kie sambil
menganggukkan kepalanya berulang kali.
1366 "Sebab itulah tecu berdua mohon pengampunan dari
Ciangbunjin." "Kalian berdua sangat berjasa dalam peristiwa ini, dan
apalagi yang harus dihukum"
"Kalau begitu tecu berdua mengucapkan banyak terima
kasih atas kemurahan hati ciangbunjin" seru dua orang
siluman itu cepat. Han Siong Kie lantas memperkenalkan ke delapan
tianglonya kepada dua orang siluman itu, kemudian secara
ringkas ia menceritakan pula bagaimana kisahnya sehingga
Hek pek siang yau masuk menjadi anggota perguruan Thian
lam bun. Pada saat itulah seorang kakek gemuk. cebol dan berkepala
kecil munculkan diri dari ruang belakang.
Cepat-cepat Han Siong Kie menjura seraya berkata:
"Engkoh tua, banyak terima kasih atas bantuanmu"
-000dw000- BAB 75 "TAK USAH... TAK USAH" seru Hong tee sian sambil
goyangkan tangannya berulang kali, "andaikata Hek pek siang
yau tidak turun tangan memusnahkan para penjaga yang
meronda diistana bawah tanah, aku si tua bangka juga belum
tentu bisa turun tangan, untunglah urusan dapat terselesaikan
dengan baik dan akupun harus buru-buru berangkat
tinggalkan tempat ini"
"Engkoh tua, kenapa kau musti terburu-buru untuk
berangkat pulang"Beberapa hari lagi siaute juga akan
berangkat kembali ke daratan Tionggoan, apa salahnya kalau
kita melakukan perjalanan bersama?"
1367 "Kau masih ada banyak persoalan yang musti diselesaikan
lebih dulu, aku bisa tak betah untuk menunggu terlampau
lama, biaer aku berangkat saja lebih dulu"
"Tapi paling sedikit engkoh tua harus minum secawan arak
lebih dulu sebelum berangkat, tidak keberatan bukan?"
"Tak usah..tak usah! Di perkampungan Oh-bau san ceng
sudah tersedia segudang arak wangi. Tee heng sian si tua
bangka itu masih menunggu kehadiranku disitu. biar ku
minum sampai puas disana saja, selamat tinggal !"
Tidak menunggu jawaban lagi, dia lantas ngeloyor keluar
dari ruangan itu dan tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah
lenyap tak berbekas, Han Siong Kie serta ke delapan orang tianglonya ingin
menghantar keberangkatannya tapi ketika mereka tiba diluar
ruangan, bayangan sicebol itu sudah tak kelihatan lagi.
Demikianlah setelah suasana menjadi reda kembali, dalam
istana Huan mo kiong diselenggarakan pertemuan besar para
pemuka partai, dalam pertemuan inilah diputuskan hukuman
pancung kepala bagi Wi Ik beng yang telah mengkhianati
perguruan serta melakukan tindak kekejian terhadap sesama
anggota perguruan, selain daripada itu para pengikutnya juga
dijatuhi hukuman setimpal dengan enteng beratnya perbuatan
mereka bagi yang berat kesalahannya diusir dari perguruan,
sementara yang enteng kesalahannya diwajibkan membuat
pahala untuk menebus dosa-dosanya.
Maka setelah hukuman dilaksanakan suasana di istana
Huan mo kiong pun pulih menjadi tenang kembali.
Hari ketiga secara resmi Han Siong Kie dilantik menjadi
ketua perguruan Thian lam bun, dia menghapus gelarnya
sebagai Tee kun atau kaisar itu dan mewajibkan anak
muridnya menyebut ciangbunjin saja;
1368 Selain daripada itu julukan seperti ciangkun atau jendral
serta pengawal istana juga dihapus, nama Goan lo wan tetap
dipertahankan sedangkan nama-nama untuk istana Sing si
tian, Wi gi tian, Bu si tian dan Sian ci tian masih tetap
dipertahankan hanya penjabat penjabat saja yang diganti.
Hek pek siang yau pun secara resmi diangkat menjadi
pelindung hukum kiri dan kanan.
Untuk memeriahkan peritiwa ini dalam istana Huan mo
kiong diselenggarakan pesta besar besaran selama tiga hari
tiga malam. Ketika pesta ditntup pada malam yang ketiga Han Siong Kie
lantas mengajak To It hui pimpinan dari para tianglo itu untuk
menjabat ketua selama dirinya tak berada disitu selain
daripada itu memerintahkan pula para ahli alat rahasia untuk
membetulkan kembali semua alat rahasia yang telah rusak.
Menantikan sianak muda itu meresmikan semua
rencananya maka To It huipun berkata:
"Ciangbunjin, apakah kedua orang pelindung hukum akan
turut serta didalam perjalanan ini?"
Tentu saja Han Siong Kie mengetahui apa yang sedang
dipikirkan oleh kepala tianglonya ini, dia lantas tersenyum.
"Apakah tianglo kuatir bila pihak Thian che kau tak puas
dengan peristiwa ini serta melakukan penyerangan kembati?"
ia bertanya. "Begitulah yang tecu kuatirkan"
"Kedua orang pelindung hukum akan turut serta dengan
diriku untuk mengunjungi bukit Tay teng san dalam tiga
sampai lima hari tentu akan balik lagi kemari"
"Dan apakah ciangbunjin harus kembali juga kedaratan
Tionggoan" 1369 "Benar, sebab aku masih ada dendam sakit hati yang belum
terbalas, budi dan dendan harus kuperhatikan dulu sampai
jelas sebelum dapat kembali lagi kesini"
"Jika demikian adanya, kedua orang pelindung hukum tak


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlu kembali lagi, ditengah jalan lebih penting lagi kalau
mereka melindungi keselamatan ciangbunjin dalam usaha
pembalasan dendam ini"
Han Siong Kie tersenyum dan gelengkan kepalanya
berulang kali. "Tak usah" katanya, "keselamatan istana kita jauh lebih
penting daripada soal-soal yang lain."
"Bila ciangbunjin membutuhkan bantuan kami, kirim saja
perintahnya kemari, serentak kami akan.."
Han Siong Kie berpikir sebentar lalu menukas:
"Jika aku membutuhkan bantuan kalian, akan kuminta
pertolongan dari pihak Kay pang untuk mengirim berita lewat
merpati pos, dan perintah itu akan datang dari kantor cabang
perkumpulan Kay pang dikota Niu kan.."
selesai mengatur segala sesuatunya, dibawah hantaran dari
segenap anak murid perguruan Thian lam bun, berangkatlah
Han Siong Kie dan Hek pek siang yau tinggalkan istana Huan
mo kiong -000dw000- Bukit Tay keng san. Luasnya mencapai beratus-ratus li pepohonan tumbuh
sangat lebat, tanah perbukitan berlapis-lapis bukan saja
banyak tebing yang curam serta jurang yang dalamnya
beratus-ratus kaki, batuan disitupun terdiri dari batu-batu
karang yang tajam dan licin, tak nampak bayangan
manusiapun yang berlalu lalang disitu.
1370 Pagi itu ketika fajar baru menyingsing dan sang surya
memancarkan sinarnya keempat penjuru, tiba-tiba nampaklah
tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dimulut tanah
perbukitan tersebut. Mereka bukan lain adalah Han Siong Kie ketua dari
perguruan Thian lam bun yang diiringi oleh kedua pelindung
hukumnya siluman hitam dan siluman putih.
Ketika tiba disebuah lembah Han Siong Kie lantas
menunjuk kearah depan seraya berkata:
"Menurut keterangan dari penduduk pribumi katanya
disinilah letak mulut masuk menuju kebukit Tay keng san,
Bagaimana pendapat kalian berdua?"
"Tecu berpendapat demikian pula" jawab siluman hitam
dengan hormat. siluman putih yang berada disisinya lantas
bertanya: "Ciangbunjin bolehkah kami bertanya apa maksud serta
tujuan ciangbunjin berkunjung ke tempat segersang dan
sesunyi ini?" Han Siong Kie tersenyum misterius:
"Pokoknya kedatanganku kemari adalah demi kebaikan
kalian berdua, bukankah sudah puluhan tahun lamanya kalian
berharap agar apa yang selama ini dicita-citakan bisa
tercapai?" katanya. Sepasang siluman hitam dan putih saling berpandangan
sekejap, mereka tampak termangu dan tidak mengerti apa
yang sedang di maksudkan ketuanya.
Melihat kedua orang pelindung hukumnya masih tidak
mengerti, Han Siong Kie berkata lagi:
"Bukankah kalian berdua pernah berkata bila wajah kalian
dapat pulih kembali menjadi wujud yang sebenarnya maka
kalian berdua akan segera menikah dan menjadi suami istri?"
1371 "Benar" sahut siluman hitam "tetapi ..."
"Coba jawab dahulu, siapakah didunia ini yang dapat
memunahkan daya racun "Gi beng tok ko" yang bersarang di
tubuh kalian berdua itu?" kembali pemuda itu menukas.
"Ban tok cousu!"
"Nah itulah dia, kalau begitu tak sia-sia perjalanan kita kali
ini !" Jawaban tersebut segera mendebarkan hati Hek pek siang
yau, dengan setengah ber-emosi mereka berteriak:
"Jadi Ban tok cousu masih hidup di dunia ini?"
"Masihkah hidup sampai detik ini belum dapat kupastikan,
tapi semoga saja dia masih hidup!"
Perasaan yang semula jadi gembira sekarang terpadam lagi
ibarat terguyur air dingin, dengan masgul siluman hitam
berbisik: "Apakah ciangbunjin berhasil menemukan suatu titik terang
maka membawa kami berdua berkunjung kemari?"
"Benar, aku dengar meski Ban tok cousu tak mempunyai
ahli waris yang berkelana dalam dunia persilatan akan tetapi
kemungkinan besar dia masih hidup dalam telaga racun yang
berada di lembah hitam bukit Tay keng san!"
"Telaga racun dilembah hitam?"
"Benar! Telaga racun dilembah hitam!"
"Menurut apa yang kami dengar katanya telaga racun
adalah suatu telaga yang berisi air racun baik manusia
maupun binatang yang terkena air telaga itu seketika akan
mati dalam keadaan mengerikao, apakah.."
"Bagaimanakah keadaan yan sesungguhnya tak usah kita
bicarakan dulu, mari kita cari tempat itu! Setelah tiba disana
persoalan lain baru kita bicarakan lagi!"
1372 Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh
berangkatlah ketiga orang itu melanjutkan perjalanannya
menyelusuri tanah liar yang masih lebat dengan pepohonan
serta semak belukar dan agaknya belum pernah dijamah oleh
manusia. Sudah tiga hari mereka menjelajahi setiap jengkal tanah
yang berada disekitar sana namun lembah hitam yang dicaricari
belum juga ditemukan. Telaga racun terletak didalam lembah hitam bila lembah
hitam itu tidak berhasil ditemukan tentu saja telaga racunnva
tak dapat ditemukan pula sekalipun akhirnya telaga racun bisa
ditemukan belum tentu Ban tok Cou-su itu masih hidup
disana, maka pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak ke
tiga orang itu. Han Siong Kie tentu saja menyadari pula bahwa harapan
untuk berhasil dengan perjalanan kali ini tidak besar tapi
untuk mewujudkan janjinya ia tak mau berpikir panjang,
baginya sampai dulu di tempat tujuan kemudian baru
membicarakan soal-soal lain.
Sepasang siluman hitam putih jauh lebih gelisah lagi, sebab
berhasil atau tidaknya mereka menemukan Ban tok cousu
sangat mempengaruhi pula kehidupan serta kebahagiaan
mereka dihari kemudian. Waktu itu mereka berhenti diatas sebuah tanah perbukitan
yang berbatu cadas yang bertumbuhan sangat jarang.
Tiba-tiba serentetan suara jeritan yang memilukan hati dan
bersuara dalam secara lapat-lapat berkumandang dari bawah
tebing sana, bahkan berasal tak jauh dari sekitar situ.
Tiga orang itu merasa sangat terperanjat, Han Siong Kie
segera menggerakkan tubuhnya menuruni tebing itu dengan
gerakan yang cepat, kurang lebih lima puluh kaki kemudian
muncullah sebuah tebing yang menjorok kedalam hingga
membentuk sebuah celah selebar puluhan kaki, karena adanya
1373 celah itu maka tebing karang itupun terbagi menjadi dua
bagian hingga mencapai kaki tebing tersebut.
Oleh sebab disepanjang celahan tebing itu tumbuh
pepohonan yang lebat, sulitlah bagi orang untuk mengetahui
keadaan itu sebelum mereka berada dekat sekali dengan
celah- celah tadi. Han Siong Kie coba melongok ke bawah, tapi dalamnya
celah itu sukar diukur dan lagi yang tertampakpun hanya
kegelapan yang pekat, meski ketajaman anak muda itu luar
biasa diapun hanya dapat melihat sedikit pepohonan secara
lapat-lapat. sementara itu sepasang siluman hitam dan putih telah tiba
pula disini, mereka ikut melongok kebawah tapi apa yang
kemudian tertampak membuat hati merasa jadi bergidik,
"Ciangbunjin, apa yang berhasil kau temukah?" siluman
hitam segera bertanya. Han Siong Kie tidak menjawab pertanyaan itu, agaknya ia
sedang memikirkan suatu persoalan yang pelik.
"Mungkinkah jerit kesakitan yang memilukan hati itu
berasal dari dasar lembah di balik celah tebing karang itu" "
terdengar siluman putih bergumam seorang diri.
Ketika mendengar ucapan tentang lembah didasar celah
tebing, tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benak Han Siong
Kie, serta merta ia berteriak kegirangan: "Horeee, disinilah
letak lembah hitam itu"
Sepasang siluman hitam dan putih tertegun, tapi dengan
cepat mereka memahami pula teriakan dari ketuanya.
Sebagaimana namanya Hek kok atau lembah hitam,
lembah tersebut tentulah bukan lembah biasa seperti lembahlembah
lainnya dan sekarang dibawah celah tebing karang itu
terdapat sebuah lembah yang gelap gulita, karena letaknya
yang terjepit diantara tebing-tebing karang dikedua belah
1374 sisinya, keadaan tersebut memang mirip sekali dengan nama
lembah hitam itu, maka setelah memahami keadaan yang
dihadapinya, semangat mereka tanpa terasa berkobar
kembali. Bila segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar,
mereka berdua dapat memulihkan kembali raut wajah mereka
yang sebenarnya sehingga apa yang sudah dicita-citakan
selama puluhan tahun terwujud, bukan saja mereka berdua
akan terlepas dari penderitaannya sebagai siluman aneh,
kebahagian sudah berada diambang pintu. Terdengar Han
Siong Kie berkata lagi: "Bukan saja tempat ini adalah Lembah Hek kok yang
sedang kita cari-cari, bahkan ada orang persilatan telah
menyerbu ke tempat itu, dengarkan jeritan tadi, bukankah
suara itu tampak berkumandang dari dekat tapi
kedengarannya jauh, berat dan lirih" Pastilah suara itu berasal
dari lembah Hek kok, hayo kita berangkat kesana dan coba
memastikan apa yang sebenarnya sudah terjadi "
Ia lantas berangkat lebih dahulu menuruni tebing batu
karang itu Dengan gerakan cepat tiga orang itu berlarian menelusuri
celah tebing itu hingga tiba dikaki tebing tersebut.
Dalam waktu singkat mereka sudah berada didasar tebing
yang dimaksudkan, benar juga mereka temukan sebuah mulut
lembah yang luasnya tak sampai sepuluh kaki.
Ketika mereka mencoba melongok kedalam, udara disitu
sangat lembab dan gelap. pemandangan pada jarak lima
puluh kaki sulit untuk dilihat dengan nyata.
Han Siong Kle menuding kearah bekas-bekas telapak kaki
yang tertera nyata disekitar mulut lembah itu, lalu katanya:
"Coba, lihat Ada orang yang telah datang kemari
mendahului kita, bahkan jumlahnya diatas sepuluh orang"
1375 "Menurut orang persilatan Lembah hitam telaga racun
adalah daerah terlarang bagi setiap umat persilatan" ujar
siluman putih dengan perasaan heran "aneh kenapa orangorang
itu berdatangan kemari" Masa mereka memcunyai
hubungan dengan Ban tok cousu?"
"Keadaan pada saat ini kurang begitu jelas, lebih baik kita
masuk dulu kedalam lembah" tukas Han Siong Kie sambil
melarang siluman itu melanjutkan kata- katanya.
Seperti sukma-sukma gentayangan, tiga orang itu
melanjutkan perjalanannya menelusuri lembah itu dengan
cepat, enteng dan tidak menimbulkan suara.
Beberapa puluh tombak baru saja mereka lewati, tiba-tiba
terdengar suara bentakan keras memecahkan kesunyian.
"siapa disitu" Harap segera berhenti"
Berbareng dengan menggemanya bentakan itu, dua sosok
bayangan manusia telah munculkan diri menghadang jalan
pergi mereka. Karena perjalanannya terhadang, tiga orang itupun
menghentikan gerakan tubuhnya sambil mengawasi
penghadang mereka itu Dua orang itu adalah laki-laki berusia setengab baya yang
bertubuh kekar, seorang bersenjata golok kepala setan ang
besar sedangkan yang lain bersenjata ruyung sembilan
Ketika dua orang itu menyaksikan tamu yang munculkan
diri adalah manusia aneh bertubuh putih dan hitam, mereka
lantas menjerit kaget dan mundur beberapa langkah dengan
hati berdebar. Lama sekali mereka tertegun, akhirnya laki-laki bersenjata
ruyung itu berkata setengah membentak.
"Dalam lembah ini sedang ada urusan, lebih baik kalian
jangan melanjutkan perjalanan dan mundur saja dari tempat
ini" 1376 Hek pek siang yau mendengus dingin tanpa mengucapkan
sepatah katapun mereka menerjang kemuka dengan
kecepatan kilat menyusul kemudian terdengar dua jeritan
ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan kesunyian,
tahu-tahu dua orang laki-laki itu sudah mati konyol.
Han Siong Kie tak senang hati melihat kejadian anak
buahnya, dengan dani berkerut ia lantas menegur:
"Mengapa kalian bunuh kedua orang itu sebelum
menanyakan apa yang terjadi?"
Hek pek siang yau tak berani menjawab, mereka hanya
tundukkan kepalanya rendah-rendah:
"Padahal kalau mereka tidak dibunuh, siapa tahu kalau
sedikit keterangan berhasil kita korek dari mulutuya?" kembali
Han Siong Kie berkata "coba lihat kesempatan yang baik telah
kalian buang dengan begitu saja"
"Tecu berdua tahu salah, harap ciangbunjin suka
mengampuni kesalahan kami ini" kata dua orang siluman itu
segera. "Hayo berangkat" seru anak mudaitu kemudian, maka
merekapun melanjutkan perjalanan lagi.
Lembah itu panjang sekali, empat penjuru yang terlihat
hanya dinding karang yang menjulang tinggi ke angkasa, apa
yang tertampak dari bawah hanyalah setitik celah kecil belaka,
dengan sendirinya tak ada sinar matahari yang bisa memancar
kedasar lembah itu. Udara disana jadi sangat lembab, banyak lumut hijau dan
jamur yang tumbuh disana, bukan saja gelap menyeramkan,


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahkan mendatangkan pula suasana yang menggidikkan hati.
Luas lembah itu yang terlebar hanya empat puluh kaki,
sedangkan tempat yang tersempit mencapai tiga puluh kaki
lebih. 1377 Dalam waktu singkat mereka sudah memasuki lembah itu
sejauh tigali lebih, namun suasana masih tetap hening, tak
sesosok manusiapun yang mereka jumpai. suatu ketika tibatiba
Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya, lalu
berbisik: "Kita sudah tiba ditelaga racun, coba lihatlah
kedepan sana! Agaknya banyak orang bekumpul disana, kita
harus bergerak dengan lebih berhati-hati lagi, sebelum
melakukan sesuatu tindakan selidiki dahulu gerak-gerik
beberapa orang itu!"
Hek pek siang yau tak berani membangkang, mereka pun
memperlambat gerak majunya dan coba memperhatikan
keadaan di depaan sana dengan seksama.
Benar juga, beberapa puluh kaki didepan sana, diantara
kilapan cahaya yang terpantul dari permukaan air tampak
bayangan manusia bergerak kian kemari. bahkan secara lapatlapat
terdengar pula suara pembicaraan manusia yang ramai.
Tanpa menimbulkan sedikit suara pun, dua orang itu
mengikuti dibelakang Han Siong Kie menyusup kemuka serta
mendekati tepi telaga itu.
Yang dimaksudkan telaga racun tak begitu luas lebarnya
cuma mencapai setengah hektar, airnya berwarna hitam
kebiru-biruan, ditengah telaga terpapar sebuah garis sinar
yang berasal dari celah bukit nun diatas sana air yang
berwarna hitam itu ber-riak kecil dan kelihatan mengerikan
sekali. Ditepi telaga berkumpal belasan sosok bayangan
manusia, mereka semua mengenakan jubah berwarna hitam,
dari kejauhan tampak samar lukisan warna putih yang
tersulamkan diatas dada. Diam-diam Han Siong Kie merasa amat terperanjat sebab
dandanan jubah hitam dengan sulaman putih diatas dadanya
itu sangat dikenal olehnya itulah dandanan dari utusan
khusus perkumpulan Thian che kau.
1378 "Kurangajar, kembali berjumpa dengan orang orang Thian
che kau ditempat ini" pikirnya kenbali dalam hati "aneh benar
orang-orang itu, Mau apa mereka kirim orang ustuk
mendatangi telaga racun yang berada di lembah hitam ini"
Salah seoreng diantara manusia-manusia berjubah hitam
itu mempunyai sulaman matahari rembulan dan bintang diatas
dadanya potongan badan orang itu sangat dikenal oleh Han
Siong Kie sementara ia masih berpikir untuk mengingat
kembali siapa gerangan orang ini kebetulan kakek itu
berpaling kearahnya maka terlihatlab raut wajahnya yang
pucat pias itu. "Aaah.. Rupanya Tok kun Si dewa racun Yu Hua. Tak aneh
kalau aku merasa kenal sekali dengan potongan tubuhnya"
Dewa racun Yu Hua sangat terkenal namanya dalam dunia
persilatan karena pandai menggunakan pelbagai obat racun,
ditinjau dari kehadirannya ditempat ini, bukanlah karena
urusan biasa. Tepat dibawah kaki Dewa racun Yu Hua menggeletak
sesosok mayat yang separoh badannya telah menghitam
karena hangus. Kesunyian yang mencekam sekitar telaga racun itu segera
dipecahkan oleh utusan khusus perkumpulan Thian che kau
itu, terdengar ia berkata sambil menuding kearah mayat yang
menghangus tadi. "Yu tongcu, tampaknya obat mujarabmu tidak manjur, coba
lihat kita sudah mengorbankan selembar jiwa lagi dengan
percuma, aku lihat tugas kita kali ini. . ."
"Mana boleh kita tinggalkan tugas setengah jalan?" tukas
Dewa racun Yu Hua dengan gelisah "Kaucu toh sudah
menitahkan kepada kita agar berusaha dengan upaya apa pun
untuk mendapatkan kitab beracun milik Bantok Coucu sebab
hanya dengan memiliki kitab pusaka Tok keng itulah kita
dapat menjagoi seluruh kolong langit tanpa tandingan"
1379 "Tapi benarkah Ban tok Cousu berdiam di dalam telaga
racun ini" sekalipun ia benar-benar bermangkal disini,
andaikata dia masih hidup bukankah kita. . ."
"Aaah, saudara It terlalu merisaukan hal yang bukanbukan,
andaikata Ban tok cousu benar-benar masih hidup
dikolong langit, masa ia membiarkan kita merondai daerah
kekuasaannya ini selama sehari semalam tanpa menunjukkan
reaksi apapun?" seorang tauto (hwesio yang pelihara rambut) yang berada
disisinya tertawa seram, lalu katanya pula:
"Yu Tongcu, kau mendapat julukan sebagai Dewa racun,
masakah masih belum berhasil kau temukan sifat racun yang
terkandung dalam telaga racun ini?"
Utusan untuk perkumpulan Thian che kau dari marga It itu
menyambung pula dari samping:
"Kalau toh obat pemunah yang dibuat Yu tongcu tidak
menunjukkan kemanjurannya lagi..."
"Harap tenang, harap tenang lebih dulu Kalian jangan ribut
sebelum waktunya" tukas Dewa racun Yu hua dengan cepat,
dalam perjalanan kali ini siaute telah secara khusus membuat
dua jenis obat anti racun kalau toh jenis pertama tidak manjur
nah! Saudara itu harap maju kemari untuk mencobanya!"
Sambil berkata lantas menuding seorang pria berbaju
berenang yang berdiri di samping.
Ketika dirinya ditunjuk laki-laki itu tak berani membantah
sekali pun paras mukanya telah berubah jadi pucat seperti
mayat dengan hati berdebar kerena ketakutan dia maju
kedepan dan menghampiri dewa racun.
Dari sakunya Dewa racun Yu Hua ambil keluar sebuah botol
porselen lalu mengeluarkan sejenis cairan berwarna merah
dan dipoleskan keseluruh tubuh laki-laki itu.
1380 "Nah sekaraog engkau boleh segera terjun kedalam telaga"
petintah Dewa racun Yu Hua kepada laki laki itu, "setibanya
dalam telaga ergkau harud memperhatikan keadaan di
sekitarmu adakah gua atau pintu besi jikalau audah
menemukan sesuatu jangan langsung masuk kedalam tapi
cepatlah keluar dari permukaan dan laporkan apa yang dilihat
setelah itu baru kita atur kembali rencana berikutnya"
Lelaki itu mengangguk dan perlahan-lahan mendekati tepi
telaga sesudeb ragu-ragu sebentar akhirnya ia menjatuhkan
kakinya coba dicelupkan kedalam air.
Semua perhatian dan sorot mata orang-orang itu dengan
tegang dialihkan keatas wajah laki-laki itu suasana jadi hening
dan sepi tampaknya semua gerak-gerik orang itu sudah
menghisap perhatian mereka.
Han Siong Kie yang bersembunyi di tempat kegelapan pun
merasa tegang sekarang ia baru tahu bahwa kedatangan
rombongan tersebut adalah atas perintah Thian che kaucu
dengan tujuan mengincar kitab racun peninggalan dari Ban
tok cousu. Padahal ilmu silat yang dimiliki Thian che kaucu sangat
liehay dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang pun
telah cukup baginya untuk memimpin dunia persilatan
andaikata kitab racun itu benar-benar berhasil ditemukan
olehnya itu berarti dalam jagad saat itu tak seorang pun dapat
menandingi kehebatannya lagi.
Tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan kesunyian suara itu
menyeramkan bagi siapa saja yang mendengar sehingga bulu
kuduk mereka tanpa terasa jadi bangun berdiri.
Laki-laki itu sudah terkapar ditepi telaga, sebelah kakinya
sebatas lutut masih terbenam dalam air, tapi tubuhnya telah
mengejang keras dan selembar jiwanya sudah melayang
tinggalkan raganya. 1381 Peristiwa ini makin membuat suasana disana jadi
menyeramkan, semua jago yang berada ditepi telaga cuma
dapat saling berpandangan belaka, siapapun tak mampu
bersuara. Han Siong Kie sendiripun merasa bergidik sambil
menjulurkan lidahnya ia berpikir dalam hati:
"Sungguh mengerikan.. tak nyana air telaga yang
tampaknya tenang dan berwarna hitam itu sebetulnya
mengandung racun dengan kadar yang sangat tinggi"
Utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang
tampaknya adalah pemimpin dari rombongan itu tiba-tiba
buka suara serta bertanya dengan suara berat: "Yu Tongcu,
apakah engkau masih mempunyai cara lain untuk dicoba?"
Dewa racun Yu Hua termenung lalu tundukkan kepalanya
dan membungkam dalam seribu bahasa.
Tauto berambut panjang itu ikut menimbrung dengan
wajah serius: "It beng, apakah kaucu mempunyai petunjuk
lain?" "Ada" Utusan khusus she It itu membenarkanAgaknya Dewa racun Yu Hua juga sudah kehabisan akal,
mendengar pertanyaan itu ia lantas bertanya:
"Apa pesan dari kaucu?".
"Meledakkan lembah Hek kok dan menimbun telaga racun"
"Menimbun telaga racun ?"
Beberapa orang jago itu termasuk pula dewa racun Yu Hua
menjerit tertahan, agaknya mereka kurang percaya dengan
apa yang didengar. "Benar Meledakkan lembah ini dan menimbun telaga racun
dengan tanah" "Apa ...apakah.. cara ini tidak..."
1382 "Kenapa ?" "Apakah tidak lebih baik kita tunda dulu pelaksanaan cara
itu dan mencoba untuk mencari jalan lain?""
"Maksud kaucu, barang yang tak berhasil didapatkan lebih
baik dimusnahkan dari muka bumi, daripada terjatuh ke
tangan orang lain" "Aaah, apakah pandangan itu tidak terlampau sempit"
sudah puluhan tahun tempat ini lewat dalam keadaan sepi, tak
seorang manusiapun berani mencari gara-gara dengan telaga
racun. Menurut pendapatku dikolong langit dewasa ini
mungkin tak seorang manusiapun dapat melawan
kedahsyatan dari racun itu"
"Yu tongcu, apakah engkau tidak merasa bahwa ucapanmu
itu terlampau yakin akan sesuatu tanpa memikirkan yang
lain?" "Maksudmu?" "Menurut apa yang aku It Tiong khi ketahui, dikolong langit
dewasa ini masih ada seorang manusia yang tidak takut
menghadapi pelbagai macam racun, kendatipun racun yang
bagaimana kejipun" "Aaah, masa iya" siapakah orang itu?" tanya Dewa racun
Yu Hua dengan hati terperanjat.
"Aaah, Yu Tongcu ini benar-benar sudah lupa ataukah
pura-pura menjadi seorang pelupa?" jengek It tiong khi.
utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu sambil
tertawa dingin. -000dw000- Jilid 37 1383 "AKU benar-benar tak dapat menemukan siapa gerangan
dikolong langit dewasa ini yang menguasai ilmu beracun
tingkat tinggi." "Dia tak pandai menggunakan racun, tapi dia tak takut
menghadapi racun dalam jenis apapun"
Dewa racun Yu Hua tundukkan kepalanya seperti sedang
memikirkan sesuatu, akhirnya ia mengerti siapa yang
dimaksudkan, selanjutnya serunya:
"Saudara It, apakah engkau maksudkan ahli waris dari Mo
tiong ci mo pewaris kedudukan ciangbunjin dari perguruan
Thian lam bun dewasa ini, Manusia bermuka dingin Han Siong
Kie?"" "Benar, dialah yang kumaksudkan seandainya kitab
tersebut sampai terjatuh ketangannya, coba bayangkan
bagaimanakah akibatnya?""
Dewa racun Yu Hua segera terbungkam dalam seribu
bahasa, tanpa terasa iapun teringat kembali kejadian masa
lalu ketika Manusia muka dingin Han Siong Kie dijebak dalam
Lian huan tan, ketika itu dia telah mengunci semua jalan
lembah dengan kabut wangi si kut hiang wu (dupa wangi
pelepas tulang) tapi kenyataannya Manusia bermuka dingin
masih tetap sehat walafiat seperti tidak terpengaruh sesuatu
apapun. Dalam pada itu, Han Siong Kie yang bersembunyi dibalik
pepohonan sedang memutar otak serta mencari akal
bagaimana caranya untuk mencegah orang Thian che kau
meledakkan lembah hitam serta telaga racun. ia cukup
memahami mereka dapat bertindak sewenang-wenang
meledakkan telaga racun sehingga sampai tertimbun, apabila
hal ini sampai terjadi maka selama hidup Hek pek siang yau
tak dapat memulihkan kembali raut wajahnya seperti sedia
kala. 1384 Diantara sekian banyak orang Hek pek siang you berdua
yang paling tidak sabaran, andaikata Han Siong Kie tidak hadir
disana, niscaya semenjak tadi mereka telah menampilkan diri
untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran.
Tauto berambut panjang yang berdiri disamping Dewa
racun, tiba-tiba buka suara tapi kepada It tiong Khi katanya:
"Kalau toh Kaucu sudah ada perintah untuk berbuat
demikian, lebih baik sekarang juga kita laksanakan, tolong
tanya bagaimana caranya kita meledakkan lembah ini ?"
Tampaknya It tiong Khi si utusan khusus dari perkumpulan
Thian che kau itu sudah mempunyai susunan rencana yang
matang, sahutnya: "Akan kita tanam bahan-bahan peledak pada tebing dan
sepanjang lereng lembah hitam ini, lalu kita ledakkan".
-000dw000- BAB 71 "KALAU memang begitu, urusan tak boleh ditunda-tunda
lagi, hayo kita tinggalkan tempat ini" ajak Tauto si padri
pemelihara rambut itu.

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek pek siang yau sudah habis kesabarannya, tapi sebelum
mendapat perintah dari ketuanya mereka tak berani melakuka
sesuatu tindakan secara gegabah, saking gelisahnya nafas
besarpun sampai dibuang berulang kali. saat itulah Han Siong
Kie berbisik lirih: "Kita harus menahan rombongan orang-orang ini tetap
dalam lembah, jangan biarkan seorangpun berlalu dari sini
dalam keadaan hidup, terutama sekali kakek berjubah hitam
yang bermuka pucat tanpa warna darah itu, dia bernama
Dewa racun Yu Hoa, seluruh badannya mengandung racun,
serahkan orang itu kepadaku, biar kulayani sendiri dirinya"
1385 Seperti mendapat perintah untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan, Hek pek siang yau segera melompat bangun
dan siap menyebarkan mautnya.
Pada saat itulah sebelum mereka berdua sempat
melakukan pembantaian secara besar-besaran mendadak dari
permukaan telaga beracun itu timbul buih-buih besar yang
disusul dengan munculnya gelombang besar.
"Jangan berisik, cepat bersembunyi" seru Han Siong Kie
sambil ulapkan tangannya.
pada saat itu rombongan dari Dewa racun Yu Hoa sudah
hampir meninggalkan tempat itu, ketika secara tiba-tiba
mendengar suara gulungan ombak besar muncul dari
permukaan telaga yang tenang dengan hati terkesiap mereka
berpaling, apa yang kemudian mereka saksikan segera
mencopot sukma rasanya, bulu kuduk pada bangun berdiri.
Kiranya diantara gulungan gelombang besar dan percikan
buih-buih air yang amat santar perlahan-lahan muncul
seorang kakek berambut putih, kakek itu berperawakan tinggi
besar dan bermuka merah, meskipun baru muncul dari
permukaan air beracun, ia tak nampak cedera atau mengalami
sesuatu yang aneh. "Aaah Dialah Ban tok Cousu" tiba-tiba Tauto sipadri
memelihara rambut itu menjerit kaget.
Jeritan tersebut menambah panik dan seramnya suasana,
serentak dua belas orang yang hadir ditepi telaga mundur
selangkah dengan ketakutan, tampaksya mereka jeri sekali
menghadapi kakek moyangnya ilmu berbisa ini.
Entah dengan gerakan tubuh apakah, tahu-tahu semua
orang hanya merasa pandangan matanya jadi kabur dan
kakek berambut putih itu sudah melayang naik ke tepi telaga.
1386 setelah urusan terlanjur menjadi begini, Dewa racun Yu
Hoa tak dapat berdiam diri belaka, terpaksa ia keraskan hati
dan maju ke depan, sapanya sambil memberi hormat.
"Tolong tanya benarkah locianpwe adalah Ban tok Cousu
yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan?"
"Benar" sahut kakek berambut putih itu dengan suara
nyaring, senyaring guntur yang membelah bumi, "ada urusan
apa kalian datang kemari?"
"Boanpwe... boanpwe sekalian hanya... hanya terdorong
oleh perasaan ingin tahu saja" jawab Dewa racun dengan
suara terbata-bata, panik juga ia menghadapi kejadian
semacam itu. "Karena perasaan ingin tahu" Hahah haaahh haahh" tibatiba
Ban tok Cousu menengadah dan tertawa terbahak-bahak,
setelah puas tertawa dia lantas ulapkan tangannya "enyah
kamu semua dari tempat ini"
Bersama dengan kibasan telapak tangan itu dua belas
orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau itu segera
merasakan segulung desingan angin tajam menyambar lewat
diatas badannya, tak tahan lagi mereka bergidik serta bersin
beberapa kali. Tapi saat ini mereka tak berani berdiam terlelu lama lagi
disana, seperti ikan-ikan yang terlepas dari jaring cepat-cepat
kedua belas orang itu sipat telinga dan kabar terbirit-birit.
"Berhenti" mendadak terdengar bentakan lagi menggelegar
diangkasa, seorang pemuda tampan yang berwajah dingin
telah tampil kedepan dan menghadang jalan pergi beberapa
orang itu. Menyaksikan jalan perginya terhadang dengan rasa kaget
dan terkesiap Dewa racun Yu Hua sekalian segera berhenti
berlari. 1387 It Tiong khi si utusan khusus dari perkumpulan Thian che
kau itu agak tertegun tapi ia segera membentak.
"Bocah keparat, kau jangan berlagak jumawa ditempat ini,
sudah kau letakkan dimana sepasang matamu."
"Haa" Manusia bermuka dingin!" teriak Dewa racun Yu Hua
dengan kaget setelah ia dapat mengenali kembali siapa
gerangan si anak muda yang menghadaog jalan perginya itu.
"Manusia bermuka dingin" ketiga huruf nama itu cukup
mendatangkan perasaan seram bsgi pendengarnya, sebelas
orang jago dari perkumpulan Thian che kau itu tergetar
mundur selangkah kebelakang, tsnpa sadar mereka telah
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.
"Bocah keparat! Kalau ingin mencari gara-gara hayo kita
bereskan urusan itu di luar lembah sana!" tantang It Tiong khi
dengan wajah serius. Tiba-tiba Ban tok Cousu yang membungkam disamping ikut
berkata pula dengan nada dingin:
"Selama berada di dalam lembah hitam dilarang
menggunakan kekerasan untuk berkelahi atau baku bantam,
silahkan keluar dulu dari sini!"
"Tapi Locianpwe, kau tak boleh me1epaskan mereka pergi!"
teriak Han Siong Kie dengan cemas.
"Kenapa?" "Sebab mereka akan ledakkan puncak tebing karang itu
dan menyumbat telaga beracun!"
"Apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu" Hayo cepat
enyah dari sini!" hardik Ban tok Cousu tanpa sungkansungkan.
Han Siong Kie terbungkam, tak disangka olehnya bahwa
maksud baiknya untuk memberi peringatan kepada kakek itu
malahan mendapat imbalan semprotan yang cukup pedas.
1388 It Tiong khi jadi lebih kheki lagi terutama karena rencana
busuknya dibongkar secara blak-blakan, mukanya jadi
menyeramkan, sambil menggertak gigi tsriaknya:
"Bajingan cilik, hayo keluar! Kita bereskan urusan diantara
kita berdua diluar lembah sana"
Setelah memberi tanda kepada anak buahnya dia lantas
putar badan dan berlalu lebih dulu dari sana diikuti ke sebelas
orang anak buahnya. Sepeninggal orang-orang itu mendadak Ban tok cousu
berkata lagi dengan suara ketus:
"Bocah muda, mengingat maksud baikmu untuk memberi
peringatan maka kuampuni selembar jiwamu, ajaklah dua
orang rekanmu itu dan segera enyah dari tempat ini"
Ucapan tersebut amat mengejutkan Han Siong Kie, ia tak
menyangka kalau cukup dalam sekali tatapan mata Ban tok
cousu telah mengetahui tempat persembunyian Hek pek siang
yau, apalagi mengetahui pula bahwa kedua orang itu berasal
dari satu rombongan dengannya.
Dari sini dapatlah diketahui bahwa semenjak
kemunculannya dari dalam telaga ia sudah menemukan jejak
dari mereka bertiga, itu berarti bahwa ketajaman mata serta
pendengarannya sudah mencapai tingkatan yang sangat
hebat. Rupanya Hek pek siang yau juga sudah tahu bahwa tak ada
gunanya mereka bersembunyi terus, serta merta dua orang
itupun menampilkan dirinya kedepan.
Dalam keadaan seperti ini, Han Siong Kie merasa tak ada
gunanya untuk merahasiakan maksud kedatangannya lagi, ia
maju kedepan lalu memberi hormat katanya:
"Terus terang boanpwe katakan bahwa sesungguhnya
kedatangan kami kesini adalah ingin memohon sesuatu
bantuan dari locian pwe."
1389 "Sudah lama aku tak pernah mencampuri urusan dunia luar
lagi, tak dapat kupenuhi permohonan dalam bentuk apapun"
"Locianpwe harap untuk kali ini kau bersedia untuk
memenuhinya, walau apapun syaratnya" pinta Han Siong Kie
lebih jauh. Ban tok cousu menengadah dan menatap sekejap wajah
sianak muda itu dengan pandangan dingin, kemudian
sahutnya: "Boleh saja kalau begitu, asal engkau mampu untuk
memasuki telaga beracun ini maka akupun akan bersedia
untuk mengabulkan pula sebuah permintaanmu" Tanpa
menanti jawaban lagi dia putar badan dan berlalu dari sana.
Han Siong Kie jadi panik kembali teriaknya. "Locianpwe harap
tunggu sebentar" "Ada urusan apa lagi" " tanya Ban tok Cousu sambil
berhenti, meski begitu ia sama sekali tak berpaling.
"Apakah locianpwe tidak kuatir terhadap ancaman mara
bahaya yang sedang mengincar jiwamu" Rombongan tadi
betul-betul punya niat untuk meledakkan lembah hitam ini
serta menimbun telaga racun"
"Heeeh heeeeh heeeehh, sejak awal aku toh sudah
berkata, apa sangkut pautnya antara persoalan tadi dengan
dirimu " Buat apa kau musti merisaukannya ?"
Untuk kedua kalinya Han Siong Kie terbentur pada batunya,
ia membungkam tidak mampu berbicara, walaupun hatinya
jadi panas seperti mau meledak rasanya.
"Bocah muda" kembali Bantok Cousu berkata "kau berani
memasuki telaga beracun atau tidak" Jika masih ingin hidup
lebih lama lagi, cepat-cepatlah enyah dari sini"
Ucapan itu membakar hati Han Siong Kie, ia merasa
seakan-akan dirinya sedang ditantang, malu untuk menolak
tentu saja ia menerima tantangan tersebut dengan emosi.
1390 "Setelah berani datang kemari, mengapa tak berani terjun
kedalam telagamu ini ?" sahutnya dengan angkuh.
"Bagus, jadi kau berani memasuki telaga ini seorang diri?"
"Tentu saja, Sebagai seorang laki-laki sejati, setelah aku
berani mengucapkan keluar, tentusaja akan kulaksanakan
pula." Mendengar ucapan dari ketuanya ini, cepat-cepat Hekpeksiang
yau maju kemuka dan jatuhkan diri berlutut
dihadapannya dengan rasa terharu dan penuh rasa terima
kasih siluman hitam berkata.
"Ciangbunjin harap engkau bersedia untuk menarik kembali
perkataanmu itu" "Kenapa?" seru sang pemuda.
"Tecu rela selamanya berwujud demikian, dari pada harus
mengorbankan selembar jiwa ciangbunjin"
"Kenapa" Toh aku belum tentu mampus dalam air telaga
itu" "Jangan Ciangbunjin, tak ada gunanya mempertaruhkan
nyawa dengan percuma"
"sudahlah, kalian tak usah banyak berbicara lagi, apa yang
telah kuputuskan selamanya tak akan dirubah kembali"
Sementara itu Ban tok Cousu sudah tertawa dingin tiada
hentinya, sekali melompat tahu-tahu ia sudah lenyap dibalik
air telaga. "Kalian berdua segera bangkit" bentak Han Siong Kie
kemudian dengan wajah gusar.
"Asal Cianbunjin menarik kembali niat tersebut, tecu berdua
akan segera bangkit"
"Tidak.. Apa yang telah kukatakan selamanya tak akan
dirubah lagi" 1391 "Tapi... Ciangbunjin, air dalam telaga beracun ini sangat
berbahaya, kena dibadanpun bisa mengakibatkan kematian
yang sangat mengerikan, coba lihatlah keatas sosok mayat
yang menghangus ditepi telaga itu."
Tanpa disengaja Han Siong Kie mengalihkan perhatiannya
kearah kedua sosok mayat itu, timbul juga perasaan bergidik
dalam hatinya, tapi sebagai seorang pemuda yang tinggi hati,
sudah tentu ia tak sudi membatalkan niatnya, apalagi
memulihkan kembali wujud kedua orang siluman itu sudah
merupakan salah satu tujuan hidupnya sekarang. Maka
dengam suara dingin dia berkata:
"Masih ingatkah kalian dengan kata-kata yang pernah kamu
berdua ucapkan sewaktu aku hendak membawa kalian keluar
dari lembah kematian" Masih ingatkah bahwa kalian bersedia
menuruti semua perintahku tanpa membantah?""
"Tapi ciangbunjin, air telaga itu sangat beracun.."
"Tutup mulut dan segera bangkit, sekarang juga
kuperintahkan kamu berdua untuk keluar dari lembah ini.
berjaga-jagalah kalian terhadap tingkah laku dari anjing-anjing
geladak itu, cegah setiap usaha mereka untuk meledakkan
lembah ini" Hek pek-siang yau, sepasang siluman hitam putih itu tak
berani membangkang lagi, mereka bangkit berdiri tapi merasa
keberatan untuk meninggalkn tempat itu.
"Cepat keluar dan awasi gerak gerik anjing-anjing geladak
itu" sekali lagi Han Siong Kie membentak.
"Ciangbunjin. . ." teriak siluman putih cemas.
Sebelum orang itu menyelesaikan kata-katanya, kembali
pemuda itu sudah menukas dengan suara dalam:
"Apa yang kuacapkan adalah perintah, apakah kalian
berdua hendak menbangkang perintahku?""
1392 "Tecu tak berani" buru-buru kedua orang siluman hitam
putih itu menyahut dengan kepala tertunduk.
"Kalau kalian masih bersedia untuk mendengar perintahku,
segera laksanakan apa yang telah kuucapkan"
"Seandainya tecu telah menyelesaikan tugas tersebut apa
yang harus kami kerjakan lagi"
"Nantikan kedatanganku diluar lembah sana"
"Seandainya... seandainya..." tiba-tiba kedua orang siluman
itu tidak jadi meneruskan kata-katanya sebab mereka merasa
bahwa tidak pantas untuk diutarakan oleh mereka.
Tentu saja Han Siong Kie mengetahui apa yang ingin
mereka katakan, maka sahutnya: "Tunggu aku selama satu
hari" "Andaikata sehari sudah lewat namun ciangbunjin belum
juga munculkan diri dari lembah ini"


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalian berdua harus segera kembali ke wilayah Thian lam
dan meneruskan jabatanku"
"Tidak" teriak dua orang siluman itu cepat "tecu berdua
pernah bersumpah akan mengikuti ciangbunjin selama hidup,
andaikata ciangbunjin tertimpa suatu musibah maka tecu
berduapun tak ingin hidup lagi."
Dalam hati Han Siong Kie merasa sangat terharu oleh sikap
setia dari dua orang pembantunya ini, tapi perasaan tersebut
tidak diperlihatkan diatas wajahnya, ia malahan membentak:
"Hmm. Ucapan apa itu" Kalian berdua toh sudah menjadi
anggota perguruan Thian lam bun" sebagai murid yang
berbakti maka kalian harus mementingkan tugas perguruan
dari pada kepentingan pribadi. sudah.... sudahlah perkara
semacam itu tak ada gunanya untuk dibicarakan terus
menerus, sekarang kalian segera keluar dari lembah ini,
1393 jangan sampai mengakibatkan terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan" Setelah dipaksa terus menerus, hek pek siang yau tak
dapat membangkang perintah ketuanya lagi, setelah memberi
hormat mereka baru berlalu dari situ dengan perasaan yang
berat. Demikianlah sepeninggal kedua orang siluman itu Han
Siong Kie berjalan ketepi telaga beracun itu, ketika sinar
matanya terbentur dengan air telaga yang berwarna kehitamhitaman
serta mayat-mayat menghangus yang terkapar ditepi
telaga, tanpa terasa hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada
bangun berdiri, ia tidak merasa terlalu yakin dengan
kemampuannya untuk melawan racun dari air telaga itu, tapi
sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, ia tak ingin
menjadi seorang manusia pengecut, apa yang telah dikatakan
bagaimanapun juga harus dilaksanakan sekalipun selembar
jiwanya sebagai taruhan- Tapi sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam telaga,
ingatan lain kembali melintas dalam benaknya, dan ingatan
tersebut membuat sekujur badannya gemetar keras, ia
teringat akan dendam sakit hatinya yang belum terbalas,
andaikata apa yang dilakukan sekarang mengakibatkan dirinya
mati, bukankah dia bakal mati dengan mata tak meram.
Semestinya perbuatan semacam ini harus dilakukan setelah
ia selesai membalas dendam, tapi kenyataan yang terpapar
didepan mata sudah tidak mengijinkan dia untuk berbuat lain
lagi, apapun yang terjadi dia harus melaksanakan perbuatan
itu menurut rencana. Dengan termangu-mangu ia memandang air telaga yang
berwarna hitam itu, akhirnya sambil menggertak gigi dia
menceburkan kaki kirinya kedalam air, betul juga begitu
kakinya diceburkan segera terasalah suatu perasaan gatalgatal
yang aneh merambat naik keatas kakinya.
1394 Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, cepat ia tarik
kembali kakinya keatas daratan tapi setelah ditunggu lama
sekali tidak nampak reaksi apapun, perasaan yang semula
menegang sekarang jauh lebih lega.
Maka hawa sakti si mi sinkang disalurkan sepenuhnya
untuk melindungi badan dengan pelindungan hawa khikang
yang dahsyat sewaktu ia ceburkan kembali kakinya secara
otomatis telaga itu menyibak sendiri ke samping dan yang
aneh ternyata kakinya kali ini tidak basah.
Apa yang berhasil dicapai olehnya sekarang sangat
menggirangkan hatinya, sebab apa kenyataan yang
terpancang didepan mata persis seperti apa yang diduganya,
dengan hawa khikang pelindung badan yang dihasilkan oleh
tenaga sakti si mi sinkang ditambah pula dengan kekuatan
penolak racun yang terkandung dalam tubuhnya untuk
memasuki telaga beracun itu tanpa cedera ternyata adalah
suatu pekerjaan sangat gampang.
"Aaah!" tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang
berseru kaget. Han Siong Kie sendiri pun terkesiap, ia batalkan niatnya
untuk terjun kedalam telaga dan segera berpaling.
Ban tok Cousu memang sangat lihay, entah semenjak
kapan tahu-tahu ia berdiri hanya tiga kaki dibelakang
tubuhnya, bukan saja pemuda itu tak tahu sejak kapan ia
sudah berada disitu, bahkan kehadirannya sama sekali tak
tertangkap oleh pandangarannya.
"Eeeh bocah muda, engkau jugo mengerti tentang racun?"
kakek berambut putih itu lantas menegur.
"Tidak! Aku sama sekali tidek mengetahui tentang soal
racun" Han Siong Kie segera menyahut sambil gelengkan
kepalanya. 1395 "Kalau tidak mengerti tentang ilmu beracun, kenapa kau
tidak takut untuk menceburkan diri dalam air telaga yang
beracun jahat ini?" Han Siong Kie tidak ingin berbohong maka dia mengaku
terus terang: "Boanpwe pernah mendapatkan penemuan aneh di suatu
sumber nata air kerak bumi yang disebut Tee mee-leng cwan,
sempat membenamkan tubuhnya sampai beberapa hari itulah
sebabnya aku memiliki daya tahan untuk melawan segala
macam racun!" "Oooh! Benarkah itu" Sejak hidup sampai sekarang baru
pertama kali ini kudengar tentang kejadian semacam itu, aku
dengar engkau adalah seorang ciangbunjin boleh ku ketahui
engkau adalah ciangbunjin dari perguruan mana?"
"Perguruan Thian lam bun"
"Kau maksudkan ketua dari istana Huan mo kiong yang
berada di wilayah Thian lam?" Ban tok Cousu menegaskan.
"Benar!" si anak muda itu mengangguk.
Sepasang biji mata Ban tok Cousu yang berwarna kehijauhijauan
tiba-tiba memancarkan sinar aneh setelah mengawasi
si anak muda itu dari atas sampai ke bawah beberapa kali ia
baru bergumam seorang diri:
"Ehmm bakat alam yang luar biasa, susah ditemukan dalam
seratus tahun, hebat mengagumkan!"
Sehabis bergumam dengan alis mata berkenyit ia berkata:
"Semangat serta kebesaran jiwamu yang rela berkorban
demi kepentingan orang lain sangat mengagumkan diriku,
baiklah! Untuk kali ini aku akan melanggar kebiasaan dengan
memenuhi permintaanmu, undanglah kembali kedua orang
anak muridmu tadi" 1396 "Apakah Lccianpwe sudah tahu apa yang hendak boanpwe
pinta?" seru Han Siong Kie.
"Bukankah kedua orang anak muridmu sudah terkena
racun dari Gi hong tok-ko yang hebat" Dan sekarang kau
mohonkan pengobatan bagi mereka sehingga wajahnya dapat
pulih kembali seperti sedia kala?"
"Darimana locianpwe bisa tahu?" seru si-anak muda itu
keheranan. "Haaah haaah haaaah tiada jenis racun didunia ini yang
bisa mengelabuhi sepasang mataku, cukup sekali memandang
aku lantas bisa menduga sifat racun tersebut!"
Sekarang Han Siong Kie benar-benar merasa kagum sekali,
sebab kenyataannya Ban tok Cousu memang liehay seperti
pula dengan julukannya, dia memang tak malu mendapat
julukan sebagai Cousu, tapi teringat kembali olehnya akan
perbuatan Dewa racun Yu Hua sekalian yang hendak
meledakkan lembah hitam, ia tetap merasa tidak berlega
hati, maka serunya lagi dengan perasaan kuatir.
"Locianpwe, orang-orang persilatan yang bertempur disini
tadi adalah anak buah dari perkumpulan Thian che kau,
mereka telah menyusun rencana hendak meledakkan lembah
hitam ini, cianpwe! Aku kuatir.."
"Tentang maksud busuk mereka itu aku sudah tahu!"
"Kalau toh locianpwe telah mengetahui akan maksud
mereka, mengapa kau melepaskan mereka pergi dengan
begitu saja." "Siapa yang bilang kalau aku telah melepaskan mereka
pergi?" Ban tok Cousu balik bertanya.
Ucapan ini membuat Han Siong Kie jadi tertegun, tapi
dengan cepat ia dapat menangkap maksud dari ucapan itu
kontan saja jantungnya berdebar keras dan peluh dingin
sempat membasahi tubuhnya.
1397 "Jadi locianpwe tidak melepaskan mereka pergi dengan
begitu saja?" katanya kemudian.
Ban tok cousu tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeeh... heeeh... heeeh Bukan saja mereka berani
memasuki daerah terlarang tanpa ijinku, bahkan berani pula
menaruh maksud dan tujuan yangjahat kepadaku, terhadap
manusia semacam ini, apakah aku harus melepaskan mereka
dengan begitu saja" Hmm Dosa seperti itu, belum cukup
untuk ditebus dengan kematian belaka "
Kali ini Han Siong Kie benar-benar tidak bisa menahas rasa
ngerinya lagi, dari perkataan orang itu, ia dapat menarik
kesimpulan bahwa orang-orang dari perkumpulan Thian che
kau yang telah dilepaskan tadi, kebanyakan sudah menemui
ajalnya secara mengerikan.
Maka diapun tidak membicarakan tentang soal lain lagi,
setelah menjura ujarnya: "Kalau memang demikian, boanpwe mohon diri lebih dulu
untuk mengundang datang kedua orang anak muridku itu "
Habis berkata dia lantas putar badan dan berkelebat
menuju kemulut lembah. Beberapa saat kemudian ia sudah tiba di mulut lembah,
waktu itu Hek pek siang yau sedang berdiri termangu-mangu,
sementara dihadapan mukanya terdengar suara orang
kesakitan yang mengerikan dan memilukan hati
berkumandang tiada hentinnya:
satu ingatan melintas dalam benak Han Siong Kie, ia
percepat gerakan tubuhnya dan melayang turun didepan
mulut lembah itu. Rupanya Hek pek siang yau juga merasakan
tibanya sesosok manusia dari dalam lembah, ketika mereka
kenali bahwa orang itu tak lain adalah ketuanya, tak bisa
dibendung lagi dua orang siluman itu berteriak dengan penuh
Pusaka Negeri Tayli 7 Kasih Diantara Remaja Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam 8

Cari Blog Ini