Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 25
mempunyai suatu hubungan yang istimewa, hanya hubungan
apakah itu" Dia tak berani menduga apalagi merabanya secara
1672 gegabah, sebab segala sesuatunya masih kabur dan tidak
dipahami olehnya. Lama.... lama sekali... akhirnya orang yang kehilangan
sukma dapat mengendalikan perasaan sedihnya yang
berlebihan itu, katanya kemudian dengan lirih:
"Nak. ada suatu hal hendak kuberitahukan kepadamu, Go
siau bi telah lenyap tak berbekas"
Menyinggung soal Go siau bi, tiba tiba saja Han siong Ki
merasakan jantungnya berdebar keras, perkawinannya
dengan Go siau bi adalah merupakan hasil karya dari orang
yang kehilangan sukma, sungguh tak disangka bencana selalu
tidak berjalan sendirian, peristiwa tragis yang tak terdugapun
kembali terjadi. Teringat akan diri Go siau bi, tanpa terasa si anak muda
itupun terbayang pula diri Buyung Thay, bukankah gadis Go
ada bersama sama perempuan cantik berbaju merah itu" Dia
percaya dengan kepandaian silat yang dimiliki perempuan baju
merah itu, tak nanti bisa terjadi bencana sebesar itu, padahal
Go siau bi mempunyai kesempatan hidup selama tujuh hari
saja, jaraknya dari hari ini tinggal sehari setengah, bila dia
tidak mati lantaran peristiwa yang diluar dugaan, toh sama
saja gadis itu juga akan tewas bila tak diberi obat mustika simia
kim wan. Berpikir sampai disini, ia jadi amat sedih, dengan hati yang
perih ujarnya: "Cianpwe, tahukah engkau adik Bi saat ini
berada dimana?" Orang yang kehilangan sukma termenung sejenak.
kemudian sahutnya dengan lirih:
"Kemungkinan besar dia sudah terjatuh ke tangan orang
orang dari perkumpulan Thian che kau"
1673 "Lagi lagi perbuatan dari orang orang perkumpulan Thian
che kau" teriak pemuda itu sambil menggertak gigi, "Aaai .....
tapi.... diapun tak bisa hidup beberapa hari lagi"
"Tak dapat hidup beberapa hari lagi" Kenapa..?"
Maka Han siong Ki segera mengisahkan bagaimana Go siau
bi terluka dan bagaimana pula jauh jauh dia berangkat ke
bukit Ciong san untuk mencarikan obat mustika Si-aiia-kimwan
untuk menyambung nyawanya.....
Selesai mendengar keteraagan tersebut, dengan suara
gemetar Orang yang kehilangan sukma segera berkata:
"Nak, kalau begitu dia lebih banyak bahayanya daripada
selamat, waah.. bagaimana baiknya sekarang?"
"Aku bersumpah akan menuntut balas atas hutang
berdarah ini seratus kali lebih hebat daripada waktu
kuterima......" "Benar nak, memang sudah tiba saatnya bagimu untuk
membuat segala perhitungan!"
Tiba-tiba Han-siong Kie jatuhkan diri berlutut dihadapan
Orang yang kehilangan sukma, kemudian katanya:
"Locianpwe. aku ingin tahu siapakah musuh besarku yang
sebenarnya" Aku ingin tahu siapakah pembunuh keji yarg
telah membantai dua ratus jiwa keluarga Han dan keluarga
Thio pada lima belas tahun, berselang.... beritahulah
kepadaku cianpwe, aku akan membunuh musuh besarku itu,
akan kucingcarg tubuhnya jadi berkeping-kepng"
"Bangunlah dulu nak, akan kuberitahukan segala
sesuatunya itu kepadamu..........!"
"Tidak! Boanpwe tak akan bangkit sebelum hari ini
locianpwe memberitahukan nama pembunuh terkutuk itu
kepadaku!" 1674 "Bangunlah dahulu nak....Aku telah bersiap sedia
menceritakan segala sesuatunya itu kepadamu"
Setelah memperoleh janji dari Orang yang kehilangan
sukma, Han-siong Kie pun bangkit berdiri, tapi air mata telah
mengucur keluar dengan derasnya membasahi seluruh pipi
dan badannya. Sudah lama ia nantikan saat seperti ini, dan diapun tahu
bahwa Orang yang kehilangan sukma yang merupakan
perempuan misterius itu sangat mengetahui semua persoalan
yang sedang dihadapinya, tapi selama ini selalu mengelak
memberi keterangan, tingkah lakunya selalu serba misterius
dan tak bisa ditangkap ujung pangkalnya, maka ketika saat ini
perempuan tersebut secara sukarela hendak membongkar
rahasia tersebut kepadanya maka tak terkirakan rasa
girangnya menghadapi kenyataan tersebut.
Tiba-tiba Orang yang kehilangan sukma menatap wajah
pemuda itu dengan sinar mata yang tajam, kemudian dengan
wajah serius dan bersungguh-sungguh katanya:
"Nak, serahkan dulu benda yang diberikan anak Kun
kepadamu itu padaku, setelah kuperiksa isi benda itu maka
semuanya akan kubeberkan kepadamu....."
Mendengar permintaan tersebut, Han siong Kie merasa
serba susah, bukannya dia hendak menampik permintaan dari
orang yang kehilangan sukma tapi yang sebenarnya Thio sau
kun telah mengorbankan jiwanya demi bungkusan tersebut, ini
menunjukkan betapa pentingnya benda itu. Dan disaat ia
menjelang kematiannya telah berpesan agar benda itu
diserahkan kepada ibunya bahkan meminta kepadanya untuk
melindungi benda itu walau dengan jiwa ragapun, atau
dengan perkataan lain benda tersebut tak dapat dihilangkan,
tentu saja dia tak ingin melakukan segala macam tindak
perbuatan yang bisa menyebabkan sukmanya dialam baka
menjadi tak tenang .......
1675 Untuk sesaat dia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang
musti diucapkan kepada perempuan itu.
"Nak kenapa kau?" ketika ditunggunya namun pemuda itu
tidak melakukan gerakan apapun, orang yang kehilangan
sukma pun menegur dengan suara keheranan.
"Ooh, tidak apa apa.... tidak apa apa... cuma saja... ehmm,
cuma saja ..." "Cuma saja kenapa?"
"Sebelum kematiannya tiba, adik Kun telah berpesan
kepadaku agar menyerahkan benda ini kepada ibuku sekalipun
boanpwe tidak tahu benda apakah sebenarnya yang
dibungkus ini, tapi ......... boanpwe sendiri pun tak ingin
mengingkari janjiku sendiri yang telah diucapkan didepan
pusaranya, maka dari itu.... maka dari itu harap locianpwe
suka memaklumi keadaanku"
"Oooh.... begitukah" Tapi... aku rasa diperlihatkan sekejap
kepadakupun tak ada salahnya bukan?"
Han siong Kie hanya bisa berdiri dengan wajah minta maaf,
untuk sesaat dia benar benar tak tahu apa yang musti
dilakukan...... "Nak, apakah engkau merasa tidak berlega hati untuk
memperlihatkannya kepadaku?" akhirnya orang yang
kebilangan sukma berkata lagi.
Merah padam selembar wajah Han siong Ki karena jengah,
ia jadi gelagapan dibuatnya.
"Boanpwe percaya seratus persen kepada diri cianpwe,
cuma... cuma dalam hal ini menyangkut satu janji, maka dari
itu.... aku rasa.. aku rasa .."
Orang yang kehilangan sukma segera manggut-manggut.
selanya: "Tindakanmu memang benar nak, kalau begitu
ayohlah sekarang juga mari kita Berangkat!"
1676 "Berangkat.. Berangkat kemana?"
"Kita akan berkunjung kebenteng maut!"
"Ke Benteng maut?" pemuda itu mengulangi.
Orang yang kehilangan sukma hanya mengangguk.
-ooo0dw0ooo- Bab 91 HAN SIONG KIE merasa agak tercengang dan diluar
dugaan setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian
dengan keheranan: "Cianpwe, bukankah engkau telah berjanji kepada boanpwe
untuk memberitahukan segala sesuatunya kepadaku?"
"Benar, aku memang telah berjanji tapi kita harus
berkunjung dahulu ke benteng maut, disanalah akan
kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu!"
"Kenapa?" "Tentu saja dikarenakan ada alasan alasan tertentu!"
"Tapi boanpwe ingin berkunjung lebih dahulu ke tebing Sisingan,....aku pikir....."
Rupanya orang yang kehilangan sukma dapat memahami
perasaan Han-siong-Kie pada saat ini. cepat dia goyangkan
tangannya berulang kali. "Nak. engkau tak usah pergi kesana lagi, sebab tempat itu
sudah berubah jadi puing puing yang berserakan, andaikata
Go siau bi telah mati, tubuhnya juga sudah hancur menjadi
abu, sebaliknya jika ia masih hidup, pergi kesitupun tak ada
gunanya, karena sekalipun engkau pergi kesana juga tak akan
1677 berjumpa dengannya" Dengan sedih Han siong Kie
mengangguk, diapun mengalihkan pembicaraan ke soal lain.
"Cianpwe, benarkah Han siong Hiang adalah adik
perempuan kandungku.?"
"Benar kalian adalah saudara kandung"
"Lalu..... dia.... sebenarnya dia mati ditangan siapa?"
Orang yang kehilangaa sukma mengeluh penuh kesedihan,
ia tidak menjawab sebaliknya malah berkata demikian:
"Jangan kau tanyakan pada saat ini, sesampainya di
benteng maut, semua rahasia ini pasti akan kuberitahukan
kepadmu" Tapi, mengapakah orang yang kehilangan sukma bersikeras
hendak pergi ke benteng maut lebih dahulu sebelum
membongkar semua rahasia dan semua kejadian yang
sebenarnya" Pertanyaan ini sukar dijawab, sebab pada
hakekatnya masih merupakan suatu teka teki, suatu rahasia
besar yang tak terjawab oleh siapapun.
Tiba-tiba Han siong Kie teringat oleh larangan yang
ditetapkan pemilik benteng maut, dia melarang setiap orang
asing memasuki benteng tersebut secara sembarangan, itu
berarti kurang leluasa bila dia membawa serta siluman hitam
dan putih dalam perjalanannya kali ini.
Karenanya, setelah termenung dan berpikir sebentar,
akhirnya dari dalam sakunya dia ambil keluar tanda pengenal
yang diberikan pengemis dari selatan kepadanya itu,
kemudian sambil diserahkan kepada sepasang siluman,
pesannya: "Kalian berdua dengan membawa tanda pengenal ini
berangkatlah ke markas besar kay pang dan temuilah si
pengemis dari selatan, sampaikan kepadanya bahwa aku
minta tolong untuk mencarikan jejak seseorang, orang itu
1678 bernama Ting Hong usianya diantara dua puluh enam, dua
puluh tujuh tahunan, dia adalah seorang perempuan..."
"Engkau hendak minta bantuan pihak kaypang untuk
mencari jejak seseorang?" sela orang yang kehilangan sukma
secara tiba tiba. Pemuda itu mengangguk.
"Benar, anak buah kay pang tersebar luas sampai dimana
mana, mencari orang bukan pekerjaan yang terlampau susah
bagi mereka" "siapakah Ting Hong itu" Perempuan macam apakah dia?"
orang yang kehilangan sukma mendesak lebih jauh.
Maka Han siong Kie pun menceritakan kembali bagaimana
dia minta obat mustika si mia kim-wan dari si nenek jelek dari
sin ciu, dan bagaimana pula dia telah menyanggupi si nenek
jelek tersebut untuk mencarikan jejak putrinya
Setelah mendengar keterangan itu, orang yang kehilangan
sukma baru menganggukkan kepalanya berulang kali tanda
mengerti. Dengan penuh rasa hormat siluman hitam Seng Keh khi
menerima tanda kepercayaan dari tiang lo perkumpulan
kaypang itu, kemudian tanyanya dengan suara lirih: "Apakah
ciangbunjin masih ada petunjuk lain?"
"setelah menyelesaikan tugas yang kubebankan itu, dari
markas Kay pang kalian berdua boleh menunggu
kedatanganku di sekitar benteng maut"
"Terima perintah"
"selain daripada itu, serahkan kitab pusaka Tay boan yokpit
kip tersebut kepadaku"
Dengan sangat hati-hati siluman putih Hong Ing ing
mengeluarkan bungkusan kecil dari sakunya kemudian
diangsurkan kepada anak muda itu dengan hormat.
1679 Setelah menerima kitab itu dan menyimpan pula dengan
hati-hati pemuda itupun berkata lagi:
"Nah, sekarang kalian boleh berangkat lebih dahulu"
"Baik" sepasang siluman itu mengiakan dengan cepat,
setelah memberi hormat berangkatlah mereka tinggalkan
tempat itu. Menanti bayangan punggung dari sepasang siluman hitam
dan putih sudah lenyap dari pandangan, orang yang
kehilangan sukma baru berkata dengan suara serak: "Nak,
sekarang kitapun harus segera berangkat "
"Baiklah" Sebelum meninggalkan tempat itu sadar atau tidak sekali
lagi kedua orang itu mengalihkan pandangan matanya keatas
gundukan tanah baru, setelah memberi hormat untuk terakhir
kalinya, merekapun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan
secepat kilat melakukan perjalanan menembusi jalan raya
yang lenggang. Suatu hari, ketika sang, surya baru memancarkan sinarnya,
benteng maut telah berada didepan mata.
Menyentuh kembali pemandangan lama, tanpa sadar Han
siong Kie alihkan sinar matanya ke atas batu cadas dimana ia
berkenalan dan mengangkat tali bersaudaraan dengan Tong
hong Hui, masih mendingan kalau dia tidak berpaling, begitu
menyaksikan apa yang tertera dihadapannya, hampir saja dia
menjerit kaget. Diatas puncak batu cadas itu telah bertambah dengan
sebuah gundukan tanah berbatu yang sangat mirip dengan
sebuah kuburan, di tepi kuburan tadi berdirilah manusia aneh
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berambut panjang. Han sing Kie merasa tidak terlampau asing dengan manusia
aneh berambut panjang itu, karena dia bukan lain adalah siau
suheng dari Tonghong l-Hui .....
1680 Rupanya orang yang kehilangan sukma juga mempunyai
suatu perasaan yang tidak enak, tiba-tiba ia berpaling sambil
menegur: "Nak, apa yang telah terjadi?"
"orang yang berdiri diatas puncak batu cadas itu tak lain
adalah Siau susiok dari boanpwe" jawab pemuda itu lirih.
Orang yang kehilangan sukma mengalihkan sorot matanya
keatas puncak bukit itu, kemudian dengan tubuh gemetar
keras sahutnya: "Yaaa benar, dia adalah ahli waris paling muda dari
Tengkorak maut, tapi..... mau apa dia berada di situ...?"
"Biar boanpwe kesana untuk memeriksa nya" Tidak
menunggu jawaban dari perempuan misterius itu lagi, dengan
suatu gerakan yang sangat cepat anak muda itu melayang
kedepan mendaki batu cadas tersebut.
Ketika tubuhnya hampir mencapai puncak tiba tiba manusia
aneh berambut panjang itu memutar badannya sambil siap
melancarkan sebuah pukulan.....
"siau susiok tahan Aku yang datang" cepat-cepat anak
muda itu berseru cemas. Manusia aneh berambut panjang itu menurunkan kembali
tangannya, tapi sinar matanya yang bengis dan penuh hawa
napsu membunuh itu menatap diatas wajah Han siong Kie
tanpa berkedip. begitu menggidikkan dan mengerikannya
tatapan tersebut membuat siapapun merasa bahwa tatapan
tadi penuh dengan perasaan dendam, gusar dan benci....
Dengan perasaan tercengang dan tidak habis mengerti,
Han siong Ki mundur satu langkah ke belakang.
Tiba tiba .....yaa begitu tiba tiba rasanya, ketika sinar
matanya terbentur dengan serangkaian tulisan yang tertera
didepan gundukan tanah berbatu itu, hampir saja ia menjerit
lengking. Apa gerangan yang tertera disana"
1681 Didepan gundukan tanah berbatu itu, diatas sebuah batu
nisan terteralah beberapa huruf yang berbunyi demikian:
"Disinilah disemayankan putriku sayang Tong hong Hui"
Keenam huruf tersebut bagaikan enam bilah pisau tajam
yang bersama sama menghujam keatas ulu hatinya, seketika
itu juga ia merasa denyutan nadinya seolah olah telah
berhenti beredar, jantung pun ikut berhenti, sekujur badannya
telah terasa jadi kaku dan membeku, pandangan matanya
berkunang kunang, seluruh jagad terasa berputar kencang
...... "Adik Hui ........"
Hanya dua patah kata itu yang sempat diucapkan, tiba tiba
ia muntah darah kental, tubuhnya jadi sempoyongan dan tahu
tahu dengan lemas ia sudah terpelanting dan roboh tak
sadarkan diri didepan gundukan tanah berbatu itu.
Ketika ia sadar kembali untuk kedua kalinya, ditemuinya dia
sedang berbaring dalam pelukan orang yang kehilangan
sukma, cepat pemuda itu meronta dan bangun berdiri
Dilihatnya manusia aneh berambut panjang itu masih
berdiri disampingnya dengan sepasang mata yang bengis dan
penuh hawa napsu membunuh, seakan akan tubuhnya tak
pernah bergeser dari tempat kedudukannya semula.
Kematian dari Tonghong-Hui telah menghancur lumatkan
perasaan dan hatinya. Semua perasaan cinta, semua perasaan sayang yang
pernah ia limpahkan kepada gadis itu, sekarang ikut terkubur
bersama tubuhnya yang telah tak bernyawa.
"oooh... adik Hui....adik Hui sayang..."demikian gumamnya
seorang diri, "begitu tegakah engkau tinggalkan aku secara
diam diam..." Mengapa tidak kau kabarkan lebih dulu
kepadaku bahwa engkau akan pergi jauh...." Pergi
meninggalkan aku untuk selama lamanya..?"
1682 Air mata bagaikan bendungan yang meluap mengucur
keluar tiada hentinya dengan derasnya.
Ia merasa dirinya telah mencapai ujung dari kehidupan
seorang manusia, dunia kenyataan telah tiada berarti lagi
baginya, dunia nyata sudah tidak mendatangkan kegairahan
apapun bagi dirinya.... Tragedi yang pernah diramalkan orang yang kehilangan
sukma bila hubungan mereka dilanjutkan kini sudah terbukti
nyata, akhirnya peristiwa yang tragis itu tak dapat dihindari, ia
harus menelan semua penderitaan dan siksaan tersebut
dengan begitu saja. "Siau susiok. kenapa dia bisa mati" Apa yang menyebabkan
kematiannya itu .....?" serunya kemudian dengan suara
lantang. Manusia aneh berambut panjang itu tidak menjawab, dia
hanya berdiri dengan mata melotot besar.
"siau susiok" sekali lagi Han siong Kie berteriak "dia .... "
Orang yang kehilangan sukma yang selama ini
mendampingi terus di sampingnya segera berkata dengan
lirih: "Nak. tak ada gunanya engkau bertanya kepadanya, sebab
dia bisu dan tak mungkin bisa menjawab pertanyaanmu itu"
Sekarang Han siong Kie baru teringat bahwa manusia aneh
berambut panjang itu adalah seorang yang bisu, baru saja dia
hendak bertanya dengan menggunakan kode tangan .....
"Plok.... Plok....." tiba tiba manusia aneh berambut panjang
itu ayunkan tangannya dan secara beruntun melepaskan dua
buah tamparan keras yang membuat Han siong Kie mundur
beberapa langkah dengan sempoyongan, darah kental
berhamburan keluar dari ujung bibirnya.
1683 Menyaksikan adegan tersebut, orang yang kehilangan
sukma berseru tertahan karena kaget.
Han siong Kie sendiri berdiri kaku ditempat membiarkan
pipinya digaplok berulang kali oleh manusia berambut panjang
itu, dia tak tahu menghindar, tak mengerti rasa sakit seakan
akan semua tubuh dan perasaannya sudah menjadi kaku dan
kesemutan, seakan akan ia sudah tidak mempunyai reaksi lagi
terhadap semua kejadian yang berada didalam ini.
Apa yang ada dalam hati dan perasaannya sekarang adalah
kesedihan, kepedihan dan perasaan menyesal yang tebal.
"Adik Hui... oooh adik Hui" kembali dia mengeluh, "akulah
yang telah menyebabkan kematianmu, kesemuanya ini akulah
yang bersalah... oooh.... adik Hui"
"Plokk" kembali sebuah tamparan nyaring bersarang diatas
wajahnya membuat tubuh anak muda itu sempoyongan
seperti mau ambruk. darah kental dalam jumlah yang besar
meleleh keluar dari ujung bibirnya yang terkatup rapat.
"siau susiok.... aku... aku harap engkau dapat
membinasakan diriku.... oooh siau susiok. bunuhlah aku...
agar aku dapat menyusul adik Hui dialam baka." pinta Han
siong Ki dengan wajah yang amat mengenaskan.
Manusia aneh berambut panjang itu tidak menunjukkan
reaksi apa apa, dengan sikap yang tetap berang dia
mengambil keluar sepucuk surat dari dalam sakunya,
kemudian dilemparkan ke hadapan Han siong Ki dengan sikap
yang kasar sekali. Serta merta Han siong Ki menyambut surat itu, mula mula
dia pejamkan matanya untuk menenangkan perasaan hatinya
yang bergolak. setelah itu dengan tangan gemetar dia baru
membuka sampul surat tersebut.
Terlihatlah tulisan yang tertera diatas kertas itu ditulis
dengan darah kental yang amat nyata.
1684 "oooh darah Darah Tulisan darah dari adik Hui yaaa,
pastilah surat darah darinya." Pemuda itu sempoyongan,
akhirnya jatuh terduduk diatas tanah.
Tulisan tulisan berdarah itu terasa kian lama kian
mengembang jadi amat luas dalam benaknya, begitu luasnya
sehingga berubah jadi sebuah lautan darah yang sangat luas,
wajah Tonghong Hui yang pucat dan lusuh seolah-olah muncul
dihadapan matanya.. Pemuda itu berusaha menangkapnya,
tapi dia hanya menangkap tempat kosong.
Dengan sekuat tenaga ia menjerit dan memanggil
namanya, tapi bagaikan sebuah patung arca dia tidak
bereaksi, tidak melakukau suatu tindakan balasanpun.
Bayangan semu akhirnya lenyap dari pandangan mata,
lapat lapat diapun mulai mengenali kembali tulisan-tulisan
darah yang tertera diatas kertas tersebut. Terbacalah tulisan
itu berbunyi demikian: "Aku tak tahu harus menyebut kau sebagai engkoh Ki
ataukah sebagai keponakan muridku" Dikala kau membaca
surat berdarah ku ini, aku telah sampai didunia yang lain, aku
tinggalkan dunia yang ramai ini dengan hati serta perasaan
yang kosong, karena aku tidak memiliki apa apa, tidak berhasil
mempunyai apa apa, karena apa yang kumiliki telah
kuserahkan semua kepadamu. Tanpa kau, kehidupanku
dialam ini terasa hambar dan tak ada artinya. tapi......
kenyataan yang keji telah menciptakan suatu jurang pemisah
yang begitu lebar, yang begitu dalam sehingga tak mungkin
bagi kita untuk menyeberanginya, walau sepanjang masapun
hanya kematian merupakan pelepasan bagiku dari kemelut
dan kenyataan yang serba pahit serta getir ini.
Apakah yang masih tersisa dalam hati kita masing masing"
suatu perasaan. cinta yang dosakah"
Atau peristiwa cinta yang terkutuk "
1685 Dengan penuh kepedihan ia merintih, matanya terpenjam
rapat rapat sedang mulutnya bergumam tiada hentinya.
"Cinta yang berdosa" Ataukah cinta yang terkutuk.?"
Tapi mungkin juga semuanya tidak benar, karena cinta
kasih mereka yang suci murni justru terhalang oleh segala
bentuk adat istiadat yang sudah berlaku semenjak dahulu
kala. Pelan pelan orang yang kehilangan sukma menepuk
bahunya, kemudian dengan nada berat dan tertekan ujarnya:
"Nak. tenangkan hatimu. kobarkan kembali semangatmu,
karena segala sesuatunya pasti akan terjadi perobahan, tidak
selalu manusia itu sengsara, setelah gelap tentu terbitlah
terang, ingatlah nak bahwa dunia selalu berputar."
Han siong Kie manggut-mang gut dengan mulut
membungkam, pelan pelan ia membuka mata lagi, kemudian
dibacanya surat itu lebih jauh:
"Impian yang telah hilang, selamanya tak mungkin bisa
didapatkan kembali semasa hidup, kita tak dapat hidup
bersama. setelah mati, kita tak dapat dikubur dalam seliang"
"oooh ..... betapa kejamnya kenyataan yang ada didunia
ini, masih adakah kekejaman dan kebengisan lain yang
terdapat didunia ini "
Aku tahu engkau tak salah, tapi akupUn tak salah, kalau
ingin mencari kambing hitamnya maka kesalahan tersebut
hanya bisa dilimpahkan pada takdir yang telah mengatur
segala galanya. Setelah aku mati, jenasahku telah kutitipkan kepada siau
suko agar dikebumikan di atas batu cadas dimana untuk
pertama kalinya kita bertemu, dimana kita menjalin tali
persaudaraan, dan anggaplah hal ini sebagai suatu akhir dari
permulaanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1686 Bila mati tanpa mengetahui segala sesuatunya maka segala
sesuatunya akan sirna dan lenyap jadi abu, tapi bila setelah
mati aku bisa tahu, maka sukmaku akan mendampingi kau
untuk selamanya, karena setelah pelepasan tiada adat yang
bisa mengikat diriku lagi, tiada peraturan yang bisa merintangi
niatku lagi, tiada kekuatan yang akan mampu untuk
memisahkan aku daru sisimu.
Selamat tinggal sayang, selamat tinggal untuk selamalamanya.
Terimalah salam mesra, salam paling hangat disertai peluk
ciumku yang terakhir hanya untukmu seorang.
"Tulisan terakhir dari Hui"
Tatkala pemuda itu selesai membaca surat itu, dengan
lemas ia melepaskan genggamannya atas surat itu terhembus
oleh angin gunung yang kencang surat itu terhempas di atas
batu kemudian terbang ke bawah dan terjatuh di atas sungai,
lenyap tertelan ombak besar...
"oooh... adik Hui... adik Hui... tunggulah aku, aku segera
akan menyusul dirimu" jerit Han siong Kie dengan suara yang
amat memilukan hati, saking kalut dan sedihnya, tiba-tiba
pemuda itu mengayunkan telapak tangannya dan langsung
dihantamkan ke atas ubun-ubun sendiri..
Akan tetapi, sebelum serangan tersebut mencapai
sasarannya, mendadak ada sebuah tangan lain yang
menangkap gerakan tangannya itu sehingga pemuda tersebut
tak sanggup melanjutkan gerakannya untuk menghabisi
nyawa sendiri "Han siong Kie, benarkah engkau dengan tindakan tololmu
ini" Benarkah engkau harus menghabisi nyawamu pada saat
seperti ini" Ketahuilah nak. tindakanmu ini tak dapat
diampuni, aku ingin bertanya kepadamu, jika engkau mati
konyol lantas siapakah yang akan membalaskan dendam
kesumat yang lebih dalam dari samudra" Apakah engkau
1687 mempunyai muka untuk berjumpa dengan arwah ayahmu
dialam baka" Thio sau kun, Han siong Hiang apakah bisa mati
meram menyaksikan tingkah lakunya yang tolol dan tidak bisa
dipertanggung jawabkan itu?"
Mendengar teguran tersebut, seperti kepalanya dihantam
dengan martil seberat ribuan kati, seketika itu juga Han siong
Kie merasakan hatinya bergetar keras, diapun sadar kembali
dari rasa sedihnya yang melampaui batas itu.
Ketika dilihatnya pemuda itu telah sadar kembali dari
kepedihan hatinya, orang yang kehilangan sukmapun
melepaskan cengkeramannya atas lengan anak muda itu,
kembali ujarnya: "Nak. tidakkah engkau merasa bahwa menghabisi nyawa
sendiri lantaran urusan muda-mudi adalah suatu perbuatan
paling memalukan yang tak bisa dipertanggung jawabkan"
Apalagi dia adalah bibi gurumu sendiri..."
Han siong Kie mundur lagi beberapa langkah dengan
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempoyongan, untuk kesekian kalinya anak muda itu muntah
darah kental. Pelan pelan manusia aneh berambut panjang itu memutar
badannya, dua titik air mata sempat mengucur keluar
membasai pipinya yang telah berkeriput.
Yaa.... peristiwa ini memang merupakan suatu tragedi yang
amat memilukan hati, siapa yang mengharapkan terjadinya
peristiwa semacam ini"
Dari kejadian ini dapat pula dibayangkan bagaimanakah
masa depan Han siong Ki setelah peristiwa ini, kehidupannya
pasti akan kosong, hampa dan sama sekali tak ada artinya,
karena dia telah kehilangan kekasihnya, semua kasih sayang,
semua perasaan cintanya ikut terkubur bersama matinya
Tonghong Hui, dia telah kehilangan pegangan hidupnya yang
paling berarti ...... 1688 Sementara suasana diliputi kesedihan dan kemurungan,
tiba tiba dari dalam benteng maut meluncur keluar bom
udara, kemudian meledak di angkasa dan menimbulkan jilatan
api yang berwarna biru. Menyaksikan hal itu, manusia aneh berambut panjang itu
berkaok kaok aneh, secepat sambaran kilat ia segera
tinggalkan tempat itu dam kabur kembali ke arah benteng
maut. orang yang kehilangan sukma pun menjerit kaget.
"Aduuuh celaka" demikian serunya, "didalam benteng maut
telah terjadi musibah besar"
Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie setelah mendengar
perkataan itu, pikirannya yang semula masih melayang tak
menentu segera terhimpun kembali menjadi satu.
"Apa" Terjadi musibah besar dalam benteng maut?"
teriaknya penuh rasa kaget.
"Benar nak, ayoh kita segera berangkat, jilatan api warna
biru yang meledak diangkasa itu adalah tanda khusus dari
perkumpulan Thian che-kau yang mengartikan bahwa tugas
yang dibebankan kepada mereka telah selesai dikerjakan,
entah peristiwa besar apa yang sudah berlangsung dalam
benteng itu." "Hmmm..... Lagi lagi ulah dari Thian che kau" teriak Han
siong Kie sambil menahan geramnya..
"Nak, kita harus cepat cepat berangkat kesana"
Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memecahkan kesunyian, dari atas dinding
benteng melayang turun dua sosok bayangan manusia dan
mereka menggeletak didepan kaki manusia aneh berambut
panjang itu. Orang yang kehilangan sukma tidak membuang banyak
waktu lagi, dia melejit lebih dahulu meluncur kebawah,
sementara Han siong Ki sendiri untuk sementara harus
1689 mengesampingkan dulu rasa sedihnya diapun menyusul dari
belakang...... Dua orang kakek berbaju hijau menggeletak diatas tanah,
salah seorang diantaranya sudah terhajar oleh manusia aneh
berambut panjang itu sehingga kepalanya hancur dan isi
benaknya berceceran diatas tanah sambil merintih tiada
hentinya. Sepasang mata manusia aneh berambut panjang itu
memancarkan sinar merah yang mengerikan, sayang dia
seorang bisu, ada kesulitanpun sukar diutarakan, tak mungkin
mencari berita dari mulutnya.
Dengan suatu gerakan yang hampir bersamaan, Orang
yang kehilangan sukma dan Han siong Kie mencapai ditempat
tujuan dengan cepatnya. Melihat kemunculan kedua orang itu, manusia aneh
berambut panjang itu segera berkaok kaok sambil menuding
kakek yang terluka dan menggeletak diatas tanah itu,
kemudian menuding mulutnya, dan menuding pula telinga
sendiri, maksudnya dia menyuruh Han siong Kie menanyai
orang itu dan dia akan ikut mendengarkannya dari samping.
Orang yang kehilangan sukma segera memahami maksud
dari manusia aneh itu, kepada kakek yang menggeletak diatas
tanah segera tegurnya: "Kun kang liong (naga dari sungai), besar amat nyalimu
sehingga kalian berdua berani mencari gara gara di benteng
maut. Hmm, rupanya engkau sudah makan nyali beruang
empedu macan tutul" Ketika asal usulnya diketahui orang, kakek itu tampak
sangat terperanjat sehingga sukma serasa melayang
meninggalkan raganya, dengan ketakutan serunya: "sia...
sia... siapakah kau.?"
1690 "Hmmm Kau tak usah bertanya siapakah aku" tukas orang
kehilangan sukma dengan dingin " cukup terangkan saja
kepadaku, kalian telah menjual nyawa bagi siapa sehingga
begitu berani mencari gara gara didalam benteng maut"
Kun kang liong tidak segera menjawab, ia termenung
sebentar lalu baru katanya:
"saudara ku telah mati, akupun enggan untuk hidup
seorang diri, sudah Kau tak usah banyak bertanya, tak nanti
aku akan menjawab pertanyaanmu. Hmm, mau turun tangan
ayolah cepat turun tangan, pokoknya sebentar lagi benteng
maut bakal lenyap dari muka bumi bagaikan asap yang
membuyar diangkasa" Manusia aneh berambut panjang itu memang tak dapat
berbicara, tapi telinganya berfungsi secara normal, ketika
mendengar jawaban tersebut, dia jadi berang, telapak
tangannya segera diayun kebawah siap membinasakan orang
itu. . Dengan cepat orang yang kehilangan sukma menghalangi
niatnya itu, kembali dia berkata:
"Kun kung liong, berhargakah jiwamu kau jual bagi Thian
che kaucu" Tidakkah engkau merasa bahwa perbuatanmu itu
kelewat tolol?" "Aaah .... kamu ini bawel amat, mau bunuh mau cincang
ayolah segera dikerjakan, apa gunanya banyak ngebacot yang
tidak ada gunanya?" "Aku tidak akan membinasakan dirimu, hanya ilmu silatmu
saja yang kupunahkan, setelah itu akan kutotok jalan darah
Im hiat mu, akan kubiarkan engkau hidup tersiksa hingga
akhir jaman nanti" Mendengar ancaman itu, Kun king liong menggigil karena
ketakutan, yaa Pada hakekatnya ancaman itu cukup untuk
menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya...
1691 "sebenarnya engkau bersedia menjawab tidak?" sekali lagi
orang yang kehilangan sukma mengancam.
"Tidak" Kun king lioug tetap melotot dengan gigihnya.
Sementara perdebatan berlangsung makin sengit, tiba tiba
dari arah pintu benteng berkumandang suara gemerincing
yang sangat nyaring, menyusul kemudian pintu gerbang itu
terpentang lebar dan puluhan sosok bayangan manusia
berhamburan keluar dengan cepatnya.
Manusia aneh berambut panjang itu berkaok kaok aneh, dia
segera melayang keudara dan menyambar kebalik dinding
benteng dengan cepatnya. "Aduh celaka...." teriak orang yang kehilangan sukma
dengan hati terperanjat. Belum habis dia menjerit, dari balik semak belukar ditepi
sungai telah bermunculan puluhan sosok bayangan manusia.
Han siong Kle saking kagetnya untuk sementara waktu
berdiri tertegun, ia tidak habis mengerti apa gerangan yang
sebenarnya telah berlangsung disana.
Sementara si anak muda itu masih tertegun, orang yang
kehilangan sukma telah mengayunkan tangannya menghajar
Kun kung liong hingga terjebur kedalam sungai, kepada anak
muda itu teriaknya: "Nak. usahakanlah sekuat tenaga untuk membendung
orang orang itu, jangan lepaskan barang seorangpun
diantaranya mereka, bunuh setiap orang yang kau jumpai"
Dalam keadaan seperti ini, Han siong Kie tak sempat untuk
menanyakan alasannya lagi, dia sendiripun dapat merasakan
betapa serius dan gawatnya situasi yang dihadapinya
sekarang, dengan suatu lompatan yang cepat ia melayang ke
atas jembatan batu dan bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.
1692 Jembatan batu itu separuh diantaranya tenggelam dibalik
air sungai yang sedang pasang naik, dan jembatan itu pula
merupakan satu satunya jalan penghubung dari benteng maut
kedunia luar, oleh karena tempatnya amat sempit dan cuma
bisa dilalui oleh seorang saja, maka dengan hadirnya Han
siong Ki menyumbat jembatan batu itu, maka boleh dibilang
posisinya benar kuat sekali.
Ditengah bentakan nyaring orang yang kehilangan sukma
telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru
melawan orang orang yang baru keluar dari benteng maut itu.
Han siong Kie berpaling dan memandang kebelakang apa
yang kemudian terpampang dihadapan matanya membuat ia
merasa jantungnya berdetak sangat keras saking kagetnya,
seketika itu juga mengertilah sianak muda itu apa gerangan
yang telah terjadi" Dalam pada itu dua sosok bayangan manusia telah
berlarian menuju kehadapannya, dan kedua orang itu tak lain
adalah Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa dingin dan
hawa panas yang pernah ditemuinya. Dengan kemunculan
dua orang ini, maka sudah jelas lagi duduknya persoalan, jelas
semua gembong gembong iblis yang disekap didalam rumah
batu yang berada dalam benteng maut telah terlepas semua.
Padahal sebagaimana diketahui alat rahasia yang
melengkapi benteng maut banyak sukar di hitung, dan lagi
disanapun sudah diatur sebuah barisan sik wu khi tin (barisan
aneh rumah batu) rasanya dalam mengandalkan kepandaian
yang dimiliki dua bersaudara Kun kang liong yang telah
mampus semua itu belum tentu bisa memecahkannya, lalu
siapakah yang telah membebaskan semua tahanan tersebut"
Menurut tuduhan dari orang yang kehilangan sukma, dua
bersaudara Kun kang liong adalah menjual nyawa bagi Thian
che kau dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa semua
rencana dan siasat busuk tersebut adalah basil pemikiran dari
Thian che kaucu, atau dengan perkataan lain gembong iblis itu
1693 besar sekali hasratnya hendak membasmi benteng maut
sehingga ambisinya untuk merajai seluruh dunia persilatan
dapat terwujud ..........Belum habis ingatan tadi melintas
dalam benaknya, dari atas tepi pantai sudah muncul beberapa
sosok bayangan manusia yang menerjang keatas jembatan
batu itu dengan kecepatan luar biasa.
Im yang siang sat berada dipaling depan, pada saat itu
mereka sudah berada kurang lebih dua kaki dihadapan Han
siong Kie. Untuk sesaat suasana disekitar jembatan batu menjadi
tegang dan amat gawat sekali, setiap saat suatu pertarungan
sengit yang mengerikan bisa terjadi.
"Eeeh... manusia berwajah dingin, kenapa kau bisa berada
disini" Mau apa kamu datang mari?"
"Dan apa pula yang sedang kalian berdua lakukan?" Han
siong Ki balik bertanya dengan suara ketus.
Sebelum malaikat perempuan itu memberikan jawabannya,
bayangan-bayangan manusia yang datang dari tepi pantai itu
sudah tiba dihadapan Han siong Kie, maka tak menggubris
tanya jawabnya dengan malaikat hawa dingin lagi dia putar
badan sambil melancarkan sebuah pukulan maha dahsyat
yang mengerikan sekali. Sebelum bertugas disana, ia telah mendapat pesan dari
orang yang kehilangan sukma untuk bertindak keji, maka
dalam serangan serangan yang dia lancarkan sekarang, semua
pukulan dilepaskan dengan kekuatan yang penuh, sama sekali
tidak bersifat sungkan sungkan.
Ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati, tiga orang
yang berjalan dipaling depan segera terhajar oleh serangan
maut itu sehingga tercebur kedalam sungai dengan aliran air
yang amat deras itu, tentu saja nyawa mereka tak ada yang
ketolongan lagi, ini menyebabkan kawanan jago yang berada
dibelakangnya jadi bergidik dan ketakutan setengah mati,
1694 bagaikan sukmanya ikut melayang tinggalkan raganya orang
orang itu hanya berdiri tertegun diatas jembatan batu itu
tanpa melakukan suatu gerakan apapun jua.
Yang sat si malaikat hawa panas Ko su khi yang
menyaksikan semua adegan itu jadi tercengang, segera
tegurnya dengan suara lantang:
"Eeeh.... bocah muda, bagaimana sih anak ini" Bukankah
orang orang itu adalah sobat baik kita dari perkumpulan Thian
che kau" Kenapa kau bunuh mereka dengan cara sekeji itu?"
Hawa napsu membunuh seketika itu juga menyelimuti
seluruh wajah Han siong Kie, ia mendengus dingin.
"Kalau mereka benar benar adalah orang Thian che kau, itu
berarti mereka lebih lebih harus dibunuh lagi"
"Eeeh...eeeh.... lucu amat kau bocah muda, bukankah kau
memusuhi tengkorak maut" Kenapa sekarang kok malahan
membantu pihak Tengkorak maut untuk membantu manusia
manusia macam mereka, sebab Benteng maut tak akan lenyap
dari dunia ini, Benteng maut selamanya akan tetap berdiri
kokoh dalam dunia persilatan"
"Manusia bermuka dingin " dengan suara berat malaikat
hawa dingin Mo siu ing menegur, "mengingat tempo hari kau
pernah membantu kami, tak ingin kami suami istri berdua
memusuhi engkau..." "Aku juga pernah menerima budi pertolongan dari gurumu
Hun si mo ong, kalau ingin membicarakan soal hutang budi
maka kita sudah impas, siapapun tidak berhutang kepada
siapa, jadi kaupun tak usah mempersoalkan lagi tentang
hutang budi atau tidak" tukas Han siong Kie dengan suara
lantang. Mula mula Malaikat hawa dingin Mo siu ing agak
terperanjat sehabis mendengar ucapan tersebut, untuk
selanjutnya dengan suara berang dia membentak.
1695 "Baik, kalau memang begitu maafkanlah bila aku malaikat
hawa dingin terpaksa akan berbuat salah kepadamu"
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ditengah bentakan yang maha dahsyat, pertarungan tak
bisa dihindari lagi, jeritan jeritan kesakitan yang menyayat hati
mencabik kesunyian disekitar tempat itu, benteng maut betul
betul sudah diliputi awan pembantaian yang menggidikan hati.
Pemilik benteng maut maupun manusia aneh berambut
panjang secara beruntun terjun pula ke dalam gelanggang
pertarungan dan bertempur melawan kawanan gembong iblis
yang terlepas dari kurungan itu.
Sebagian besar gembong gembong iblis yang disekap
dalam benteng maut adalah kawanan jago dunia persilatan
yang memiliki ilmu silat sangat lihay, kebanyakan mereka
tertangkap dikala melakukan penyelidikan terhadap benteng
yang serba misterius itu, bila mereka harus bertanding
seorang lawan seorang, tentu saja tak seorangpun yang bisa
menandingi kelihayan dari Tengkorak maut, tapi lantaran
orang orang itu menyerang secara berbareng, maka secara
otomatis keadaannya juga jauh berbeda.
Kawanan jago lihay dari perkumpulan Thian che kau yang
pada mulanya masih berdiri tertegun diatas jembatan batu,
pada saat itu bersama-sama membentak keras, kemudian
bagaikan gulungan air bah mereka menyerbu kedepan ......
"Lihat serangan"
Suatu bentakan keras menggelegar diangkasa, Malaikat
hawa dingin Mo siu ing dengan suatu gerakan yang sangat
cepat menerjang maju kedepan dan melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat kearah badan Han siong Kie.
Si anak muda she Han sendiri telah menyadari bahwa
pertempuran yang berlangsung hari ini besar sekali
pengaruhnya terhadap keadaan dimasa mendatang, apalagi
jumlah musuh jauh lebih besar daripada jumlah jago jago dari
1696 pihaknya, ini berarti mati hidupnya benteng maut juga
tergantung dari hasil pertarungan kali ini.
Mempertimbangkan untung ruginya bertarung secara
kekerasan, akhirnya pemuda ini mengambil keputusan untuk
menyimpan tenaga sebisa mungkin untuk menjaga segala
kemungkinan diakhir pertarungan tersebut.
Karena berpendapat demikian, ketika pukulan-pukulan
musuh yang amat keras itu meluncur keatas tubuhnya,
dengan gerakan cepat dia melejit kesamping, setelah terlepas
dari ancaman dahsyat itu, dia baru membalikkan tubuhnya
sambil melepaskan sebuah serangan balasan.
Angin pukulan yang menggulung ke depan bagaikan
amukan angin puyuh, secara beruntun malaikat hawa dingin
mundur tiga langkah lebar ke arah belakang.
Sementara itu jago jago lihay dari Thian che- kau telah tiba
dibelakang tubuh Han siong Kie, pukulan pukulan yang tak
ampun sudah dilontarkan secara beruntun.
Menghadapi keadaan semacam ini, Han siong Kie
mendengus dingin, dia lepaskan sebuah pukulan untuk
memukul mundur malaikat hawa dingin, kemudian sambil
memutar badan, jari jari tangan saktinya diayunkan secara
beruntun...... Ilmu jari Tong kim ci memang amat dahsyat, dalam radius
lima kaki, emas atau batu cadas yang terkena seranganpun
akan hancur berkeping, apalagi tubuh manusia?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 45 KETIKA desingan angin tajam menyambar ke depan,
serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema susul
1697 menyusul, tujuh orang jago lihay yang maju secara berbareng
itu tak seorangpun yang dapat lolos dalam keadaan selamat,
semuanya mati dengan dada berlubang dan tercebur kedalam
sungai..... Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas jadi naik
pitam, sepasang telapak tangan mereka dilontarkan secara
bersama, arah yang diancampun merupakan tubuh Han siong
Ki. Sejak berhasil meyakinkan ilmu sakti si mi sin kang, boleh
dibilang tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie telah
mencapai puncak kesempurnaan, Hun si mo ong guru dari
sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas yang tersohor
karena kelihaiannya saja masih kalah setingkat, apalagi kedua
orang muridnya " Dalam suatu benturan keras yang kemudian terjadi, dua
malaikat hawa dingin dan panas itu terdorong hingga mundur
bebarapa langkah kebelakang dengan sempoyongan.
Dipihak lain, beberapa orang gembong iblis sudah tewas
ditangan pemilik benteng maut, tapi situasi pertarungan yang
berkobar ditempat itu sudah meningkat makin sengit.
Orang yang kehilangan sukma harus bertarung dengan
satu lawan tiga, tapi ia masih mampu untuk mempertahankan
diri guna mengatasi serangan-serangan musuh.
Lain keadaannya dengan manusia aneh berambut panjang,
untuk menghadapi kerubutan dari empat orang kakek
berambut merah, ia nampak sedikit kewalahan, posisinya
amat terdesak dan berbahaya sekali keadaannya.
Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas
merupakan jago jago lihay yang selalu mengunggulkan
kepandaian sendiri, mula mula mereka berkeyakinan bahwa
benteng maut dapat dikalahkan dengan tenaga gabungan
mereka, siapa tahu meskipun mereka sudah bekerja sama,
1698 untuk mengalahkan seorang pemuda ingusan saja tak becus,
lama kelamaan berkobarlah sifat ganas dalam hati mereka.
Ditengah bentakan nyaring, sepasang malaikat itu maju
bersama sambil melancarkan serangan-serangan dahsyat.
-ooo0dw0ooo- BAB 92 JURUS serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu
betul betul mengerikan sekali, bukan saja tenaganya bagaikan
ambruknya sebuah bukit karang, bahkan kecepatannya jauh
melebihi kecepatan petir ....
Sepuluh gebrakan kemudian, mereka berhasil mengimbangi
kelihayan musuhnya dan memaksa suatu pertarungan jarak
jauh yang seimbang dan sama kuat, rupanya pertempuran itu
tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
Disaat yang amat tegang dan gawat, dari tepi pantai
kembali berkelebat datang sesosok bayangan manusia,
dengan suatu gerakan yang amat cepat ia menampilkan diri
dari tepi pantai dan langsung menyerbu keatas jembatan batu.
Han siong Kie coba melirik sekejap kearah bayangan
manusia itu, akan tetapi bila diketahuinya siapa gerangan
orang itu, tercekatlah hatinya rasa kaget menyebabkan
jantungnya berdetak lebih cepat dari keadaan semula.
Rupanya orang yang baru saja munculkan diri ini tak lain
adalah Hun si Mo ong, guru dari Im yang siang sat sepasang
malaikat hawa dingin dan hawa panas.
Sebagaimana diketahui, Hun si Mo ong telah menjabat
kedudukan komandan pelindung hukum dari perkumpulan
Thian che kau, pada hakekatnya dia bersedia menerima
jabatan itu adalah lantaran dia hendak memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk menghancurkan benteng maut,
1699 tentu saja selain membayar kembali semua penghinaan yang
pernah diterimanya serta berusaha menolong kedua orang
muridnya yakni malaikat hawa dingin dan malaikat hawa
panas dari kurungan. Setelah Hun si Mo ong munculkan diri, secara beruntun
kawanan jago dari Thian che kau munculkan diri pula dari
tempat persembunyiannya, itu berarti besar kemudian Thian
che kaucu pasti akan muncul juga ditempat kejadian.
Sontak Im yang siang sat merasa semangatnya berkobar
kembali ketika menyaksikan kemunculan gurunya disitu,
secara beruntun mereka lancarkan serangkaian pukulan yang
mematikan untuk mendesak musuhnya, membuat Han siong
Kie terdesak mundur sejauh delapan depa dari mulut
jembatan batu itu. Han siong Kie terperanjat, dia tahu andaikata Hun si mo
ong dibiarkan menyeberangi jembatan batu itu, kemungkinan
besar situasi dalam gelanggang pertarungan akan terjadi
perubahan besar. Kuatir kalau keadaan yang tak diinginkan itu sampai terjadi,
cepat cepat dia menghimpun tenaga sakti si mi sinkangnya
mencapai sepuluh bagian, lalu dilancarkannya sebuah pukulan
dahsyat ke muka. Segulung kabut putih yang sangat tebal segera berhembus
keluar menggulung ke atas tubuh Im yang siang sat, suara
gemuruh yang menyertai serangan tersebut amat memekikkan
telinga. Im yang siang sat cukup mengetahui kelihayan musuhnya
itu tapi mereka enggan menghindar dengan begitu saja,
disambutnya ancaman yang menyembur tiba itu dengan keras
"Blang" suatu benturan keras tak bisa dihindari lagi, sambil
mendengus tertahan, kedua orang malaikat hawa panas dan
dingin itu mundur satu kaki jauhnya dari tempat semula
dengan langkah sempoyongan
1700 Sementara itu, Hun si mo ong telah tiba dimulut masuk
jembatan batu itu........
Han siong Ki tidak dapat membiarkan musuhnya
meneruskan perjalanan, dia membentak keras, lalu dengan
melepaskan pukulan dahsyat dengan ilmu Si mi sinkang lagi,
segulung asap putih yang sangat tebal seketika itu juga
menggulung keatas tubuh Hun si mo ong.
Agaknya gembong iblis yang berpredikat Raja iblis
pengacau jagad ini cukup mengetahui kelihayannya tenaga sin
kang tersebut, dia tak berani menyambutnya dengan keras
lawan keras, cepat tubuhnya berkelit kesamping dan mundur
delapan depa dari tempat semula.
Menggunakan kesempatan yang amat baik itulah, Han
siong Ki segera melompat kembali ke tempat kedudukannya
semula, serangan kedua menyusul kemudian dilancarkan
kembali kedepan. Kali ini Hun si mo ong tidak menghindar lagi, sambil
mengikik tertawa seram, telapak tangannya segera disilangkan
didepan dada, kemudian ditangkisnya ancaman itu dengan
keras lawan keras. Han siong Ki mengejek sinis, tenaga serangannya cepat
ditambah dengan dua bagian lagi ......
"Blaaang" suatu benturan dahsyat yang memekikkan
telinga menggelegar diangkasa, air sungai menggulung tinggi
sampai melewati batas batas jembatan batu, saking kerasnya
benturan yang terjadi, tubuh Hun si mo ong mencelat setinggi
beberapa kaki dan terlempar dari batas batas jembatan batu
itu. Untunglah ilmu silat yang dimiliki gembong iblis tua ini
cukup lihay, menggunakan kesempatan itu badannya berputar
satu lingkaran di angkasa, lalu seperti seekor burung raksasa
yang aneh, dia melayang kembali keatas jemhatan batu itu.
1701 Han siong Ki mendengus dingin, dua kali serangannya yang
gagal membuat anak muda ini semakin penasaran, maka
serangan ketiga yang jauh lebih dahsyat pun dilontarkan
kembali kedepan .... Tapi disaat terakhir sebelum Han siong Ki melontarkan
serangannya yang ketiga itu, dua gulung angin pukulan yang
tak kalah dahsyatnya menggulung tiba juga dari belakang
punggungnya . "Blaaang . " ditengah benturan yang memekikkan telinga,
seseorang mendengus tertahan.
Termakan oleh tenaga sakti yang maha dahsyat itu, tubuh
Hun si mo ong terpental sejauh dua kaki lebih dan nyaris
tercebur kedalam sungai, sebaliknya Han siong Ki sendiripun
terhajar telak oleh dua buah pukulan yang menggulung tiba
dari arah belakang. Memang tubuhnya terlindung oleh tenaga sakti, tapi tenaga
serangan yang menyergap tubuhnya itu lebih kuat dan berat
daripada ambruknya sebuah bukit Thay san, dengan
sempoyongan badannya mundur beberapa langkah
kebelakang, tak tahan lagi dia mendengus tertahan, golakan
darah dalam dadanya bergelora keras, hampir saja ia muntah
darah kental. Tentu saja kedua orang penyergapnya tak lain adalah Im
yang siang sat. Sementara itu, sepasang malaikat hawa dingin dan panas
pun diam diam merasakan hatinya bergidik keras,
bagaimanapun juga belum pernah mereka jumpai seorang
manusia yang mampu menerima serangan gabungan mereka
tanpa roboh, tapi sekarang. Han siong Ki mampu untuk
menerima serangan dahsyat tadi dengan gemilang, dari sini
dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya
itu betul betul sudah mencapai puncak kesempurnaan.
1702 Adapun maksud dan tujuan im yang siang sat melepaskan
sergapan kilatnya tadi, adalah agar guru mereka Hun si Mo
ong bisa menyeberangi jembatan batu itu dan menyerbu
kedalam benteng maut, maka gagal dengan serangan yang
pertama, ia susulkan kembali dengan serangan serangan
berikutnya. Hun si mo ong sendiripun merasa penasaran sekali, sambil
berpekik nyaring, tubuhnya berputar seperti ayunan dan sekali
lagi menerkam kedepan. Rasa cemas dan gelisah mulai menyelimuti hati Han siong
Ki, betapa tidak" Dari depan maupun belakang dia harus
menghadapi gempuran demi gempuran dari musuhnya, masih
mendingan kalau mereka cuma jago jago silat biasa, tapi
kenyataan sekarang, orang orang itu adalah kawanan jago
dari golongan hek to yang mempunyai ilmu silat amat lihay,
sudah tentu kejadian ini merupakan suatu tugas yang amat
berat baginya. Padahal sebagaimanapun juga sudah diketahui, orang yang
kehilangan sukma telah berpesan kepadanya agar
mempertahankan mulut masuk di atas jembatan batu itu,
bagaimanapun yang akan terjadi tentu saja dia harus
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk
mempertahankan tempat itu, jangan toh membiarkan mereka
lewat, menginjak dimulut jembatanpun tak akan
diperkenankan olehnya.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka diapun mendengus penuh kegusaran, tubuhnya
berputar secepat kilat sambil menerkam Im yang siang sat
sepasang malaikat yang ada dibelakang tubuhnya, telapak
tangan kanan menyerang dengan ilmu sakti si mi sinkang,
sementara tangan kirinya menyerang dengan ilmu jari Tong
kim ci. Kedua macam kepandaian tersebut sama sama merupakan
ilmu maha sakti yang tiada tandingannya didunia ini, bisa
1703 dibayangkan betapa dahsyatnya bila kedua macam ilmu yang
maha sakti tersebut dilancarkan secara berbareng ......
Ketika hawa serangan yang dilancarkan sepasang malaikat
membentur dengan ilmu sakti si-mi sinkang, terjadilah suatu
ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, tubuh sepasang
malaikat itu sama sama tergetar mundur beberapa langkah
kebelakang dengan sempoyongan, dan hampir bersamaan
waktunya dengan ilmu Tong kim ci yang maha dahsyat
meluncur tiba pula dengan kecepatan luar biasa.
Menghadapi ancaman yang sangat menggetarkan hati itu,
malaikat hawa dingin Mo siu ing miringkan tubuhnya
kesamping kanan, dengan membawa desingan tajam, angin
serangan itu menyambar lewat dari sisi badannya, sebaliknya
Malaikat hawa panas Ko su khi mau menghindar namun tak
sempat lagi, tak ampun lengannya tersambar oleh angin
serangan itu hingga tembus dan berlubang.
Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata,
begitu angin pukulan dan angin jari sudah dilontarkan
kedepan, tanpa menantikan bagaimanakah hasil dari
serangannya itu, Han siong Kie memutar badannya setengah
lingkaran- kemudian dengan menggunakan tenaganya sebesar
dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dibacok
kemuka dengan kecepatan yang luar biasa.
Memang, serangan itu dilakukan satu lebih dahulu dan
yang lain agak belakangan, tapi kerja sama serta
ketepatannya bukan kepalang.
Angin pukulan yang dilancarkan sambil memutar badan itu
dengan tepat sekali menyongsong tubuh Hu si mo ong yang
sedang melangkah naik ke atas jembatan batu itu.
Kabut putih yang tebal dan membawa tenaga tekanan
besar menggulung ke depan dengan hebatnya, untuk kesekian
kalinya Hun si mo ong tergetar mundur ke belakang oleh
benturan tersebut. 1704 Menggunakan kesempatan itu, Han siong Kie memperbaiki
juga posisinya yang sudah makin mendesak itu dengan
demikian ia berhasil merebut kembali tempat kedudukannya
yang jauh lebih menguntungkan.
Dipihak lain... sudah hampir dua puluh sosok lebih mayat
manusia yang berserakan diatas tanah, itu berarti mereka
mereka yang masih bisa mempertahankan diri dan berecmpur
seru adalah kawanan jago persilatan yang memiliki ilmu silat
agak tinggi, itupun jumlahnya masih mencapai tiga puluh
orang lebih, tampak-tampaknya mereka telah bulatkan tekad
untuk menghancurkan benteng maut dari muka bumi.
Pemilik benteng maut masih bertarung terus dengan
sengitnya, tentu saja setelah mengalami pengerubutan yang
berlangsung secara beruntun, tenaga serangannya saat ini
tidak segencar dan sedahsyat pertama kali turun tangan tadi.
Posisi orang yang kehilangan sukma yang sedang
dikerubuti oleh delapan orang jago lihay juga tidak begitu
menyenangkan keadaannya, dari keadaan yang terpampang
didepan mata, dapat diketahui bahwa perempuan misterius itu
hanya bisa mempertahankan diri belaka, itupun tak akan
berlangsung terlampau lama.
Manusia aneh berambut panjang sendiri sudah
bermandikan darah segar, posisinya sangat terdesak dan
gawat sekali, tampaknya setiap saat kemungkinan besar
jiwanya bakal terancam. Tiba tiba sesosok bayangan hijau melayang keluar dari
balik pantai berpasir, dalam beberapa kali lompatan saja ia
sudah tiba dibelakang tubuh Hun si mo ong.
Han siong Kie menengadah, tapi ketika sinar matanya
terbentur dengan wajah orang itu, seketika itu juga peredaran
darah dalam tubuhnya menggelora keras, hawa napsu
membunuh yang sangat tebal seketika menyelimuti seluruh
wajahnya. 1705 Siapakah pendatang itu" Dia tak lain adalah Ketua dari
pekumpulan Thian che kau, Yu Pia-lam adanya.
Thio sau kun Han siong Hiang secara beruntun telah
menemui ajalnya di tangan orang ini, bagaimanapun juga
dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra ini harus
dituntut balas. Sementara itu Hun si mo ong dan Thlan che kaucu telah
berunding sebentar, setelah itu diiringi bentakan nyaring,
kedua orang itu berbareng maju ke depan sambil melancarkan
serangkaian serangan berantai.
Tak terkirakan rasa gusar Han siong Kie melihat terkaman
dari gembong gembong iblis itu, dengan suara lantang dia
segera membentak: "Yu Pia lam, hari ini aku bersumpah akan mencincang
tubuhmu sehingga hancur menjadi berkeping keping"
"Heeehhhh... heehhh... heeehhhh... " Yu Pia-lam ketua dari
perkumpulan Thian che kau itu tertawa seram, " bocah
keparat wahai bocah keparat, lebih baik janganlah bermimpi
indah ditengah hari bolong, tak nanti apa yang kau harapkan
itu bisa tercapai" Dalam sekejap mata, dua orang itu sudah berada dua
kakijauhnya dihadapan si anak muda itu.
Han siong Ki menggigit bibir, dengan menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya, dia lancarkan sebuah pukulan
dahsyat kedepan. Menyaksikan tibanya ancaman yang maha dahsyat itu, Hun
si mo ong dan ketua perkumpulan Thian che kau
menghentikan gerakan tubuh mereka, menyusul kemudian
telapak tangan mereka saling menempel diatas punggung,
diiringi gelak tertawa seram, Hun si mo ong melontarkan
sepasang telapak tangannya pelan pelan kemuka.......
1706 Ketika serangan musuh dilepaskan, Han siong Ki segera
merasakan sesuatu yang tidak beres, tapi sebelum ingatan lain
melintas dalam benaknya, dirasakannya ada gulungan angin
pukulan yang maha dahsyat menyapu kedepan dan
menerjang dadanya dengan kekuatan yang sukar dilukiskan
dengan kata kata....... suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga segera
menggema diangkasa dan menggetarkan jembatan batu itu.
Han siong Ki tak kuat menahan serangan yang tak
terkirakan lihaynya itu, dengan sempoyongan dia mundur satu
kaki lebih dari kedudukannya semula, noda darah meleleh
keluar dan membasahi ujung bibirnya.
Tak menunggu sianak muda itu telah berhasil dipaksa
mundur, Hun si mo ong dari Thian che kau cupun melangkah
naik keatas tepi benteng maut dengan tenangnya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi" Kiranya Thian che
kaucu dan Hun si mo ong telah menggunakan suatu
kepandaian maha sakti yang dinamakan ilmu Tau ti coan kang
(menyalurkan tenaga sakti ketubuh orang) itu berarti mereka
telah menggabungkan dua gulung tenaga yang ada ditubuh
mereka untuk melepaskan sebuah pukulan. Tak heran kalau
Han siong Ki yang bakal menderita kerugian besar didalam
keadaan seperti ini. sekalipun demikian Han siong Ki juga terhitung seorang
jago muda yang luar biasa dahsyatnya, karena didunia dewasa
ini mungkin tak akan ditemui orang kedua yang sanggup
menyambut serangan gabungan yang dilancarkan Hun si mo
ong dan Thian che kaucu secara berbareng.
Han siong Ki merasakan sepasang matanya berubah
menjadi merah membara, otot hijau disekujur badannya pada
menonjol keluar semua, tak terkirakan rasa dendam dan
gusarnya pemuda itu menghadapi kelicikan musuhnya, sambil
1707 membentak keras dia maju kemuka dan menerjang ke tubuh
Thian che kaucu.... Menghadapi tubrukan maut itu, Thian che kaucu tak sudi
melayaninya, dengan suatu gerakan yang enteng dia berkelit
dua kaki dari tempat kedudukannya semula, lalu ujarnya
kepada Hun si mo-ong: "Pelindung hukum, kuserahkan bocah keparat ini kepada
kalian guru dan murid" selesai berkata, dia lantas berkelebat
pergi dan menerjang kearah gelanggang pertarungan yang
lain. sementara Hun si mo ong sendiri, karena kuatir pemuda itu
keburu kabur ketempat lain, serta merta tubuhnya menerjang
kedepan dan menghadang jalan perginya, serangan demi
serangan segera dilancarkan secara berantai......
Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa panas dan
dingin tidak berdiam diri belaka, gurunya menyerang
merekapun ikut menerjang kemuka sambil melancarkan
serangan pula.... Dengan terjadinya perubahan ini, maka penghadangan
dimulut masUk jembatan batupun mengalami perubahan
besar, dengan tersingkirnya Han siong Ki dari situ, kawanan
jago lihay dari perkumpulan Thian che kau menyerbu tiba
dalam jumlah besar. suasana dalam gelanggang seketika itu juga terjadi
perubahan besar, situasi dalam gelanggang pertarunganpun
berubah semakin tegang, gawat dan mengerikan.
Langit dan bumi terasa berbalik, jeritan setan dan teriakan
malaikat seakan akan bermunculan dari empat penjuru.
Han siong Ki sudah menyerupai orang kalap. dibawah
serangan serangan gencar yang kesemuanya tertuju keatas
tubuhnya, dia perlakukan perlahan, secara ketat, bahkan
berhasil merebut posisi diatas angin dan balas mendesak Hun
1708 si mo-ong sehingga tak mampu melepaskan serangan
serangan balasan. sepasang hawa dingin dan panas saling berpandangan
sekejap. kemudian mereka memperketat seranganserangannya
sehingga untuk sesaat anak muda itu berhasil
dipaksa terdesak hebat. Dipihak lain, ketika Thian che kaucu terjun pula kedalam
gelanggang, orang yang kehilangan sukma segera membentak
keras, secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan
berantai yang memaksa mundur delapan orang jago lihay
yang mengerubutinya, kemudian ia tinggalkan musuh
musuhnya itu untuk menyongsong kedatangan Thian che
kaucu. "Yu Pia lam" teriaknya penuh rasa geram "saat kematianmu
sudah berada diambang pintu"
"Perempuan rendah yang tak tahu malu, jika hari ini pun
kaucu tidak berhasil menghancur lumatkan tubuhmu jadi
berkeping keping, aku bersumpah tidak akan hidup sebagai
manusia" Kedua orang itupun segera terlibat dalam suatu
pertarungan yang amat seru, kedua belah pihak sama sama
mengerahkan jurus serangan mautnya untuk merobohkan
lawan, baik Thian che kaucu maupun orang yang kehilangan
sukma sama sama mempunyai niat yang sangat besar untuk
membinasakan lawannya. sementara itu, Han siong Ki yang sedang bertarung sengit
diam diam termenung juga memikirkan keadaan yang
terbentang dihadapan matanya, dia tahu jika Thian che kaucu
terjun kedalam gelanggang maka situasi pihaknya pasti akan
berubah jadi amat berbahaya, atau dengan perkataan lain bila
ia tidak berhasil merobohkan kawanan jago yang hadir dalam
gelanggang dewasa ini, niscaya benteng maut akan terbasmi
dan betul betul akan lenyap dari muka bumi.
1709 Berpikir demikian, hawa sakti si mi sinkang yang maha
dahsyat itu segera disalurkan keseluruh badan, kemudian
dengan dicairkan dalam jurus jurus serangan yang
menggunakan taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo
ciang hoat ditambah pula dengan imbangan gerak badan
lintasan cahaya bayangan kilat, secara beruntun dia lancarkan
serangkaian pukulan berantai yang mendesak musuhnya
secara bertubi tubi. Penggabungan dari beberapa macam ilmu silat yang maha
dahsyat itu otomatis membangkitkan pula tenaga tekanan
yang semakin dahsyat, sekalipun keadaan Han siong Ki sudah
jauh lebih lemah akibat pertarungan pertarungan sebelumnya,
tapi demi selamatkan keadaan benteng maut yang terancam
bahaya maut, terpaksa dia kerahkan segenap kemampuan
yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan adu jiwa
yang benar benar menggidikkan hati.
Taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat
adalah suatu sistim pertarungan dimana dengan
menggunakan tenaga untuk memukul tenaga, dalam
kenyataannya, menggetar balik kekuatan musuh adalah suatu
sistim pertarungan yang sangat menguntungkan, tentu saja
seandainya kekuatan yang dimiliki pihak lawan jauh dibawah
kekuatannya. sebaliknya bila tenaga dalam yang dimiliki
musuhnya jauh lebih dahsyat, atau lebih tinggi beberapa kali
lipat, maka penggunaan taktik tersebut bisa mengakibatkan
hasil yang sebaliknya. Demikian, ketika Han siong Kie merubah taktik
serangannya, Hun si mo ong segera merasakan gelagat yang
tidak menguntungkan mereka bertiga jadi kagetnya bukan
kepalang. sementara suatu taktik baru belum berhasil
ditemukan, mendadak.... "Blaang" suatu benturan keras diiringi jerit kesakitan yang
memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian,
si Malaikat hawa panas Ke su khi terhajar sampai mencelat
1710 sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, untuk sementara
waktu ia terjungkal ditanah dan tak mampu bangkit kembali.
Selang sesaat kemudian, menyusul juga malaikat hawa
dingin Mo siu ing termakan oleh sebuah pukulan, dia muntah
darah dan badannya meucelat sejauh delapan depa.
Dengan hilangnya dua orang jago lihay itu, dengan
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sendirinya Han siong Kie merasa daya tekanan yang
menghimpit dirinya semakin ringan, sekarang anak muda itu
dapat memusatkan semua perhatiannya untuk menghadapi
Hun si mo ong seorang. Tiga gebrakan kemudian, Hun si mo ong termakan juga
oleh sebuah pukulan dahsyat sehingga muntah darah kental,
dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah
kebelakang. Kendati begitu, Keadaaa Han siong Kie sendiripun kurang
begitu menggembirakan, akibat dari serangkaian pertarungan
yang berat dan penuh memakan tenaga, anak muda itu
merasakan hawa darah didalam tubuhnya bergolak keras,
napas nya sedikit tersengkal.
Sementara suasana mencapai puncak ketegangan, tiba-tiba
dari tepi pantai daratan sebarang sana terlihatlah bayangan
manusia bergerak dengan kacau balau, menyusul kemudian
terdengar pula suara beradunya senjata dan deruan angin
pukulan rupanya disanapun sedang berlangsung suatu
pertarungan yang amat seru.
Menyusul kemudian, muncul beberapa sosok bayangan
manusia secepat sambaran kilat berlarian menuju ke arah
gelanggang pertarungan yang sedang berlangsung didepan
benteng. Dalam keadaan yang serba gawat dan serba tidak
menguntungkan ini, Han siong Kie sudah memikirkan
persoalan yang lain lagi, sekarang dia cuma tahu membunuh...
membunuh... dan membunuh, seakan akan pemuda yang
1711 bermuka dingin itu sudah berubah menjadi seorang manusia
yang haus akan darah. Dengan suatu gerakan yang dahsyat seperti banteng
terluka, dia menerjang kesana menyerbu kemari dengan
gagahnya. Serentetan suara jeritan kesakitan berkumandang
memecahkan kesunyian, manusia aneh berambut panjang itu
muntah darah sambil mundur kebelakang dengan
sempoyongan- "siau susiok. menyingkirlah kesamping" teriak Han siong
Kie sambil menahan geramnya.
Diantara suara bentakan yang memekikkan telinga, jeritan
demi jeritan yang menyayatkan hati berkumandang saling
susul menyusul, tiga orang kakek berambut merah yang
mengerubuti manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu
sudah tergelepar diatas tanah dengan kepala pecah dan isi
benak yang bercampur dengan darah tercecer di atas
permukaan tanah.. Han siong Ki sudah semakin kalap. sekarang dia bukan
mirip banteng terluka lagi tapi lebih mirip seekor harimau gila,
selesai membinasakan tiga orang kakek berambut merah itu,
badannya berputar kencang seperti roda kereta, kebetulan
sekali tiga sosok bayangan manusia sedang meluncur datang
dengan cepatnya, tanpa mengenali siapa gerangan raut wajah
para pendatangnya, sentilan jari maut digetarkan secara
berulang kali. Hamburan darah segar bermuncratan kemana mana
sebelum ketiga sosok bayangan manusia itu sempat
melakukan suatu gerak penyerangan, mereka sudah
menggeletak ditanah dalam keadaan tak bernyawa.
Dua kali gebrakan maut yang menghasilkan kematian
kematian yang tak terduga ini seketika menimbulkan
kehebohan dalam gelanggang pertarungan, semua orang
1712 merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin memb asai
tubuhnya karena ngeri. Dalam pada itu posisi orang yang kehilangan sukma sudah
kepayahan sekali, dibawah serangkaian pukulan dan serangan
dari Thian che kaucu yang gencar dan hebat, ia terdesak
mundur berulang kali, makin lama keadaannya tampak
semakin gawat dan berbahaya.
"Yu Pia lam, serahkan nyawamu" bentak Han siong Kie
dengan suara keras bagaikan meledek.
Mengikuti berkumandangnya bentakan tersebut tiga buah
pukulan dahsyat dilancarkan secara beruntun.
Thian che kaucu mendengus dingin, dia cepat-cepat melejit
sambil melompat mundur sejauh satu kaki lebih, tubuhnya
berputar satu lingkaran, setelah berubah posisi, dengan suatu
gerakan yang lincah dan manis ia berhasil menghindari ketiga
buah pukulan dahsyat yang mengerikan hati itu.
Waktu itu keadaan dari orang yang kehilaagan sukma
sudah sangat payah, tubuhnya serasa tak sanggup berdiri
tegak lagi, dengan agak sempoyongan teriaknya nyaring:
"Nak, bangsat ini jangan kau lepaskan, karena dia...."
Tapi sebelum menyelesaikan kata-katanya, segulung angin
pukulan yang sangat aneh dan berwarna putih bening seperti
pualam telah menggulung datang dan mengancam tubuh
orang yang kehilangan sukma.
Menyaksikan pukulan yang sangat dahsyat itu Han siong
Kie merasa amat terperanjat dia kenali ilmu tersebut sebagai
ilmu Hua goan sin khi yang paling diandalkan oleh Thian che
kaucu, tentu saja orang yang kehilangan sukma tak akan
mampu menahan serangan yang amat dahsyat tersebut.
Dalam gugup dan gelisahnya, dia membentak keras,
sepuluh jari tangannya dilontarkan kedepan menyerang
dengan ilmu Tong kim ci yang brutal, tampaklah sepuluh
1713 gulung desingan angin jari yang tajam sekali berbarengan
waktunya meluncur kemuka dan menyerang sekujur badan
Thian che kaucu. Dua kali jeritan kesakitan berkumandang hampir
bersamaan waktunya ......
Orang yang kehilangan sukma terhajar telak oleh pukulan
Hua-goan sin-khi yang dilancarkan Thian che kaucu itu
sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan tak sanggup
untuk bangkit kembali. . Sedangkan Thian che kaucu sendiri terhajar pula oleh
desingan angin jari dari Han siong Ki sehingga tergetar
mundur sejauh dua kaki lebih dari posisinya semula.
Sebagaimana diketahui, ilmu jari Tong kim ci merupakan
suatu ilmu jari yang kuat dan tajamnya luar biasa, tapi
anehnya meski Thian che kaucu termakan oleh serangan
tersebut toh badannya tetap tegap dan tak sampai roboh,
kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang
mengerikan. Dengan satu loncatan secepat kilat Han siong Ki bergerak
kedepan dan menghampiri orang yang kehilangan sukma yang
menggeletak diatas tanah itu.
Terlalu banyak hutang budi yang ia terima dari perempuan
misterius ini, lagipula hubungan mereka sudah lebih akrab
daripada hubungan antara ibu dan anak, tidak heran kalau ia
jadi sangat gelisah ketika dilihatnya perempuan itu terluka.
Sementara pemuda itu masih gelisah, tiba tiba terdengar
seruan nyaring berkumandang disisinya:
"Menghunjuk hormat buat ciangbunjin"
"Saudara cilik engkoh tuamu sudah datang"
Dengan cepat Han siong Ki berpaling, dilihatnya Hek pek
siang yau sepasang siluman hitam dan putih, Lam kay
1714 sipengemis dari selatan diiringi empat orang pengemis tua
yang lain telah berdiri dihadapannya. Buru buru serunya
kepada Hek pek siang yau: "Jangan lepaskan Thian che kaucu
dari sini" Sepasang siluman itu mengiakan, mereka lantas menerjang
kearah Thian che kaucu dengan dahsyatnya.
Setelah gembong iblis itu terhadang, Han siong Kie baru
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan pengemis
dari selatan, sapanya: "Engkoh tua, kenapa engkaupun bisa
muncul ditempat ini?"
"Aku dengar dari sepasang siluman yang mengatakan
engkau lagi berangkat menuju benteng maut". sahut
pengemis dari selatan sambil mengetukkan toyanya ketanah,
"kebetulan sekali seorang muridku melaporkan bahwa pihak
Thian che kau dengan memimpin ratusan orang jago lihaynya
hendak menyerbu benteng maut, maka aku sipengemis tua
dengan memimpin delapan puluh orang muridku siang malam
berangkat kesini untuk memberi bantuan, kau tidak apa apa
bukan?" "Engkoh tua, terimakasih banyak atas perhatianmu ini" seru
Han siong Kie kemudian dengan terharu, "mari kita selesaikan
dahulu persoalan yang ada didepan mata, kemudian baru.."
"saudara cilik, pihak kay pang kami lebih banyak menerima
budi kebaikan darimu daripada apa yang bisa kami lakukan
terhadap kalian, jangan kau ucapkan kata kata seperti itu"
Berbicara sampai disitu, dia lantas memberi tanda kepada
keempat orang pengemis yang lain, kemudian mereka
bersama sama terjun kedalam gelanggang pertarungan.
Setelah pengemis pengemis itu bertarung, orang yang
kehilangan sukma baru berkata dengan suara lirih:
1715 "Nak. Aku.... aku tak akan sampai mati, jangan kau urusi
diriku lebih dulu, bantulah sucoumu dan tolonglah dia dari
ancaman bahaya maut."
Untuk sesaat Han siong Kie berdiri tertegun, akhirnya dia
putar badan dan menerjang kembali kearah kawanan jago
yang mengerubuti pemilik Benteng maut....
Sementara itu sudah ada puluhan orang jago lihay dari
Thian che kau yang telah terjun ke dalam gelanggang
mengerubuti kakek pemilik benteng maut itu ....
Han siong Kiejadi marah sekali, dengan mata merah
membara karena penuh kegusaran, ia turun tangan secara
keji, siapa berani menghalangi perjalannya berarti mati, siapa
berani menyentuhnya berarti mampus.
Dalam waktu singkat jeritan jeritan ngeri diiringi bentakan
bentakan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa.
Gulungan angin pukulan, benturan senjata tajam
menciptakan serangkaian pamandangan yang mengerikan
sekali, suasana jadi kacau untuk sesaat percikan darah dan
bergelimpangan mayat telah bertumpuk bagaikan sebukit
kecil. Entah berapa lama, pertarungan sengit itu berlangsung,
tapi yang pasti sedikit demi sedikit posisi pihak Thian che kau
mulai keteter dan terdesak hebat, banyak sudah anak buah
mereka yang tewas dalam keadaan mengerikan.
Tiba tiba terdengar ledakan keras ditengah udara menyusul
kemudian mengepul asap putih yang amat tebal.
Begitu mendengar suara ledakan, bayangan manusia
bersimpang siur lari dengan kalut, kawanan jago dari
perkumpulan Thian che kau itu berbareng mengundurkan diri
ke arah jembatan batu lalu melarikan diri terbiri birit.
Dalam sekejap mata tujuh delapan bagian dari jago jago
Thian che kau itu sudah kabur tak berbekas, yang tertinggal
1716 hanyalah mayat mayat manusia yang menumpuk semakin
banyak. Angin puyuh hujan badai telah berakhir, suasana disekitar
benteng maut telah menjadi hening kembali, tapi didepan
bangunan angker itu mayat telah menumpuk bagaikan sebuah
bukit, darah mengalir dengan derasnya bagaikan sebuah
sungai kecil. Pemilik benteng maut tidak mengucapkan sepatah katapun,
ketika musuh-musuhnya telah melarikan diri dia cuma
menengadah sambil tertawa seram, kemudian dengan langkah
cepat berjalan masuk kedalam benteng.
Manusia aneh berambut panjang yang terluka, kini bekerja
keras membereskan mayat mayat itu dari depan pelataran
benteng maut dan membuang semua mayat mayat itu ke
dalam sungai. Dipihak lain, Hek pek siang yau sedang menghampiri Han
siong Kie, lalu setelah memberi hormat katanya:
"Tecu tidak dapat menyelesaikan apa yang ciangbunjin
perintahkan, Thian che kaucu berhasil melarikan diri dari sini,
silahkan ciangbunjin menjatuhkan hukuman kepada tecu
berdua" "Itu bukan kesalahan kalian, sana, bantulah membersihkan
pelataran tempat ini dari mayat-mayat tersebut"
"Terima kasih atas kemurahan ciangbunjin"
Sepasang siluman itu segera mengundurkan diri dan
membantu manusia aneh berambut panjang untuk
menyingkirkan mayat mayat dari sekitar tempat itu .........
"Saudara cilik" tiba tiba terdengar pengemis dari selatan
berseru dengan terburu buru "aku ingin mohon diri lebih
dahulu" "Kenapa" Masa engkoh tua akan..."
1717 "Dipantai seberang sana masih terdapat anak murid dari
pihak kay pang kami, aku harus menengok keadaan mereka
lebih dulu, selain daripada itu engkoh tuamu juga tahu akan
larangan dari benteng maut, aku rasa tetap tinggal disini
malahan terasa kurang begitu leluasa"
"Tapi... jauh jauh engkoh tua berangkat kemari untuk
memberi bantuan, bagaimanapun juga aku merasa amat
berterima kasih sekali dengan bantuanmu itu"
"Aaaah... tak usah kau ucapkan kata kata seperti itu, bila
dikemudian hari engkau butuhkan bantuan dari Kay pang,
harap kirim kabar saja kepada kami, tanggung kami akan
sebera datang membantu dirimu"
"Terimakasih banyak atas kebaikan engkoh tua"
"oooh... saudara cilik, bukankah engkau sedang mencari
seorang perempuan yang bernama Ting Hong" Aku telah
menurunkan perintah kepada seluruh anak muridku untuk
mencari jejak orang itu di seluruh pelosok jagad, aku yakin tak
lama kemudian pasti akan datang kabar gembira"
"Terima kasih atas bantuan engkoh tua"
"Aaah, kamu ini sukanya kok berterima kasih melulu..."
Haaaahhh... haaahhh... haaaaaahhhh... selamat tinggal"
"selamat tinggal"
Begitulah, dengan membawa serta empat orang pengemis
tua itu, berangkatlah pengemis dari selatan menuju ke pantai
seberang. Dengan penuh rasa berterima kasih Han siong Kie
memandang hingga bayangan punggung pengemis dari
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selatan lenyap dari pandangan, kemudian ia baru
menghampiri orang yang kehilangan sukma sambil tegurnya
dengan suara gelisah: "Cianpwe, bagaimana keadaan
lukamu..." 1718 "Tidak terlalu membahayakan nak. aku telah menelan obat
luka yang mujarab dari perguruan"
Sembari berkata dengan sempoyongan orang yang
kehilangan sukma bangkit berdiri memandang darah yang
berceceran membasahi per muiaan tanah, perempuan
misterius itu kembal; berkata,
"Aaaaai...... Yu Pia-lam, Yu Pia-Iam...... rencanamu
memang betul-betul keji dan tak berperi kemanusiaan!"
Han-siong Ki mengerutkan dahinya
"Sampai sekarang aku masih tidak habis mengerti, kenapa
manusia-manusia busuk semacam siluman kerbau siluman
kuda itu dapat terlepas semua dan dalam penjara mereka?"
katanya. "Dua bersaudara Kun-kang-liong yang telah mampus itu
adalah dua orang hiangcu dari perkumpulan Thian-che-kau
yang sangat pandai ilmu berenang dalam air" demikian orang
yang kehilangan sukma menerangkan, "rupanya Thian-che
kaucu cukup menguasai semua alat jebakan dan barisan
pertahanan yang berada dalam benteng maut ini. maka dia
siapkan kedua orang itu untuk menyelam kedalam sungai dan
menyelundup masuk kedalam benteng lewat belakang, setelah
berhasil memasuki benteng itu barulah mereka diperintahkan
untuk melepaskan gembong-gembong iblis yang disekap
disana, agar mereka bisa membantu serangan yang yang
datang dari luar untuk menumpas benteng itu dari muka
bumi......." "Tapi....darimana Yu Pia-lam bisa menguasahi semua
perangkap dan barisan yang terdapat dalam benteng maut?"
"Tentang soal ini, aku rasa engkau akan segera
mengetahuinya begitu kau telah berjumpa dengan sucou mu,
nanti!" 1719 Kembali suatu teka-teki, Han-siong Kie memikirnya dengan
perasaan tidak habis mengerti.
Sementara dia masih melamun, Orang yang kehilangan
sukma telah berkata.kembali:
"Nak, perintahkan Hek-pek-siang-yau untuk menunggu kita
diluar benteng ini!"
Han-siong Kie mengangguk dan segera menyampaikan
perintahnya kepada dua orang siluman tersebut.
Hek-pek-siang-yau menerima perintah dan segera
menyeberangi sungai itu dan menunggu ketuanya dipantai
seberang. Sementara itu, manusia aneh berambut panjang telah
masuk kedalam benteng begitu selesai membersihkan
pelataran benteng maut dari gelimpangan mayat-mayat yang
tertumpuk...... Maka setelah Hek-pek-siang-yau mengundurkan diri, Orang
yang kehilangan sukma pun berkata dengan emosi:
"Nak, ada satu persoalan herjdak kutanyakan kepadamu,
aku harap engkau bersedia menjawab sejujurnya!"
"Katakanlah, asal bisa kujawab tentu akan ku katakan
sejujurnya!" "Apakah sampai detik ini engkau masih membenci ibumu?"
"Yaa!" jawab pemuda itu setelah termenung sejenak, "Aku
memang membencinya, dan kenyataan ini tak akan
kusangkal!" "Apakah engkau tak dapat memaafkan semua, kesalahan
yang pernah dilakukannya?"
"Aku rasa dalam soal ini kesalahannya sudah tak bisa
dimaafkan lagi!" 1720 Terbayang kembali pelbagai macam tindakan dan
perbuatan dari ibunya si Siang-go cantik Ong Cui-ing dimasa
lampau, tiba-tiba pemuda itu merasa matanya jadi merah dan
nyaris air mata jatuh bercucuran, rasa sedih, benci dan
pelbagai perasaan lain berkecamuk dalam benaknya.
Mendengar jawaban itu, orang yang kehilangan sukma
menghela napas sedih, kembali ujarnya:
"Nak, seandainya perbuatan ibumu menikah lagi dengan
Thian-che kaucu adalah lantaran dia mempunyai kesulitan
yang mau tak mau harus berbuat demikian, selain itu diapun
tak pernah ternoda kesucian badannya, apakah engkau juga
tetap akan............"
"Jadi..... jadi cianpwe mengetahui semua tentang persoalan
itu?" bisik Han-siong-Kie dengan wajah kaget bercampur
tercengang, "Yaa, aku mengetahui segala sesuatunya dengan teramat
jelas!" "Menurut apa yang boanpwe ketahui, Thian che kaucu
adalah seorang laki-laki impotent yang sudah tak mampu
berfungsi sebagai seorang laki laki sejati, dus berarti ibuku tak
akan ternoda ditangannya, dan aku percaya akan hal ini.
Tapi.........kendatipun demikian, ini bukan berarti bahwa
semua perbuatan sinting, perbuatau biadap dan tidak
mengenal aturannya bisa kuampuni dengan begitu saja,
bagaimanapun ia tega membunuh anaknya sendiri, tega
berbuat keji terhadap putranya sendiri, apakah perbuatan
terkutuk semacam ini juga pantas diampuni?"
"Nak, bagaimanakah seandainya perbuatannya itu
dilakukan oleh karena keadaan yang memaksa."
"Yaa, bagaimanapun bencinya Han-siong Kie terhadap
ibunya, toh diantara mereka masih tersisa sedikit hubungan
batin. Si anak muda itu memang sangat membenci setiap
perbuatan ibunya yapg dia anggap sabagai suatu perbuatan
1721 terkutuk meski demikian diapun selalu berharap agar bisa
terjadi suatu kejadian diluar dugaan, yang dapat merubah
segala sesuatu pandangannya itu.
Siapakah yang tidak mengharapkan mempunyai seorang
ibu yang baik, seorang ibu yang bijaksana. Demikian pula
keadaannya dengan Han siong Ki kendati dia mempunyai
seorang ibu yang berada dalam pandangannya jahat toh dihati
kecilnya dia selalu berharap bahwa apa yang telah terjadi itu
bukan suatu kenyataan, ia selalu berharap bahwa apa yang
diketahuinya sekarang hanya pandangan yang keliru, pada
kenyataannya dia mempunyai seorang ibu yang baik dan
bijaksana. Maka sewaktu mendengar pertanyaan tersebut dengan
agak emosi diapun menjawab:
"Kalau memang semua perbuatan itu dilakukan karena
terpaksa, boanpwe butuh bukti yang nyata, asal bukti itu bisa
kuterima dengan jalan pemikiranku, tentu saja aku dapat
menerimanya ... " "Tentu saja segala sesuatunya akan disertai dengan bukti
yang nyata" jawab orang yang kehilangan sukma.
Seraya berkata pelan pelan dia melepaskan kain kerudung
yang menutupi wajahnya. Apa yang kemudian terlihat, membuat Han siong Ki
menjerit kaget lalu secara beruntun mundur beberapa langkah
dengan sempoyongan sekujur badannya menggigil keras.
-ooo0dw0ooo- BAB 93 HAN SIONG KIE hampir saja tidak percaya dengan apa
yang terpapar didepan matanya, dia mengira dirinya sedang
1722 bermimpi, sebab hanya dalam alam impianlah apa yang
dilihatnya sekarang bisa terjadi.
Tapi sang surya memancarkan sinarnya keseluruh jagad,
gulungan ombak ditepi sungai menggelora dengan derasnya,
semuanya adalah kenyataan semuanya sudah terpapar
dihadapan matanya secara nyata dan tak mungkin bisa
dibantah lagi. Orang yang berdiri tepat dihadapanoya sekarang, bukan
lain adalah ibu kandungnya, si siang go cantik ong cui ing.
Ia pernah membenci perempuan ini hingga merasuk ke
tulang sumsumnya, bahkan hampir saja membinasakan
dirinya, diapun pernah mencaci maki perempuan ini sebagai
seorang perempuan berhati bisa, berhati sejahat kala yang
paling beracun ....... Tapi sekarang, kenyataan telah berbicara lain, orang yang
kehilangan sukma yang selama ini selalu dihormati dan
disegani malahan dianggapnya sebagai pengganti dari orang
tuanya, ternyata bukan lain adalah ibunya yang pernah
dibenci, dimaki dan dikutuk.
Padahal sudah terlalu banyak budi yang dilepaskan orang
yang kehilangan sukma kepadanya.
Ia merasa keadaan semacam ini seharusnya dapat ia
ketahui semenjak dulu, tentu saja seandainya ia mau
memikirkan serta memperhatikannya dengan seksama, sebab
semua perbuatan maupun perkataannya telah menunjukkan
siapakah dia, meski hanya secara lapat lapat.
"oooh.... ibu Anakmu benar benar tidak berbakti..."
Akhirnya pemuda itu menjerit dan lari ke depan kemudian
jatuhkan diri berlutut dihadapan ibunya.
"oooh... ibu, ananda tidak tahu kalau engkau sangat
menderita, bukannya memaklumi keadaanmu, aku malahan..."
1723 Ibu dan anakpun saling berpelukan dan menangis tersedu
sedu. Kejadian seperti ini sungguh mengharukan sekali, jarang
sekali di dunia ini berlangsung adegan sepedih ini, yaa...
siapapun yang berada disana waktu itu tentu akan ikut
mengucurkan air matanya..
Lama... lama sekali, akhirnya si siang go cantik ong cui ing
berhenti menangis, katanya dengan pedih:
"Nak. dapatkah engkau memberi maaf kepada ibumu"
Bersediakah engkau memaafkan semua perbuatan yang
pernah kulakukan selama ini.?"
"oooh ibu" jawab Han siong Ki dengan sesenggukan,
"sudah sepantasnya kalau... engkaulah yang memberi ampun
atas ketidakbaktianku terhadap ibu..." si siang go cantik oong
cui ing kembali menghela napas.
"Aku tahu nak, bahwa engkau mempunyai banyak
perkataan yang hendak dibicarakan dengan ku, ada banyak
persoalan yang mencurigai hatimu yang ingin kau tanyakan
kepadaku, dan sekaranglah saatnya untuk menggali semua
rahasia itu, inilah saatnya untuk menerangkan semua
persoalan kepadamu, hanya saja sebelum itu kita harus
menjumpai sucoumu lebih dahulu"
"Serahkanlah benda yang diberikan anak Kun itu kepadaku
nak" sela perempuan itu cepat.
Buru buru Han siong Kia merogoh sakunya dan mengambil
keluar benda kecil yang diserahkan Thio sau kun menjelang
ajalnya itu, kemudian dengan sangat hati hati diangsurkan
bungkusan misterius itu kepada ibunya. "lbu, benda inilah
yang diberikan adik Kun kepadaku"
Dengan tangan gemetar si siang go cantik ong cui ing
membuka bungkusan itu, setelah memeriksanya sekejap.
benda itu segera dibungkusnya kembali.
1724 "Anak Kun telah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan
besar bagi perguruannya, sekalipun harus mati, dia dapat mati
dengan mata yang meram...." bisiknya dengan pedih.
Han siong Kie memandang ibunya dengan wajah termangu
karena keheranan, tentu saja ia tak mengerti apa gerangan
yang telah terjadi, meski begitu diapun tidak berhasrat untuk
membuka mulutnya menimbrung, sebab dia tahu sebelum
berjumpa dengan sucounya, tak nanti ibunya akan
memberitahukan sesuatu apapun kepadanya.
Tapi... mengapa mereka harus berjumpa dulu dengan
sucou sebelum ibunya bersedia memberi keterangan" Dia
bingung dan benar benar merasa tidak habis mengerti.
Apalagi ketika sorot matanya terbentur dengan lengan
ibunya yang kutung akibat membebaskan jalan darah yang
tertotok. dia merasakan hatinya amat sakit, sedih dan
menyesal. Sekarang, ia baru dapat meresapi apakah arti pengorbanan
seorang ibu terhadap putranya, sekarang ia baru tahu betapa
agungnya pengorbanan seorang ibu bagi anaknya
Padahal beberapa waktu sebelumnya dia masih membenci
bahkan mengutuk ibunya benarkah perbuatannya itu"
seharusnyakah seorang anak bersikap demikian terhadap
ibunya" sementara dia masih termenung, ong cui ing telah
berbisik, "Ayolah nak. ikutilah aku masuk kedalam benteng"
Ibu dan anakpun melanjutkan perjalanannya memasuki
pintu benteng yang gelap dan serba menyeramkan itu.
Belum sampai beberapa langkah mereka berjalan, ketika
bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian
manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah
menghadang dihadapan mereka.
"siau sute" seru ci siang go cantik ong cui ing dengan
perasaan sedih. 1725 Mula mula manusia aneh berambut panjang itu mengawasi
dua orang tamunya dengan sinar mata yang tajam dan
menggidikkan hati, tapi kemudian setelah mundur dua langkah
lebar, titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Siang-go cantik Ong Cui-ing segera angsurkan bungkusan
kertas itu kepada adik seperguruannya, kemudian berkata :
"Sute, tolong engkau suka mengabarkan kepada suhu dia
orang tua, katakanlah bahwa muridnya yang tak becus Cui-ing
mohon bertemu!" Manusia aneh barambut panjang itu menyambut angsuran
bungkusan kertas itu, kemudian putar badan dan berlalu dari
sana........... Selang sesaat kemudian, manusia aneh berambut panjang
itu muncul kembali, ia memberi tanda kode tangan kepada
dua orang rekannya, kemudian pelan-pelan bergeser dari situ
dan berlalu. Han siong-Kie berdua juga tidak banyak berbicara lagi, dia
berjalan mengikuti dibelakang ibunya menuju ke ruangan
belakang dari bangunan benteng tersebut.
Rumah-ramah batu yang pernah digunakan untuk
mengurung kawanan jago silat baik dari golongan putih
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maupun golongan hitam yang datang melakukan penyelidikan,
kini berada dalam keadaan kosong melompong tanpa
penghuni, keadaan ini mendatangkan suatu perasaan yang
aneh dan seram bagi siapapun yang melihatnya.
Apalagi ketika Han-siong Kie membayangkan kembali
pengalamannya ketika berapa kali berkunjung kebenteng
maut, perasaan hatinya semakin murung dan pedih......
Ketika, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke sana,
sebelum masuk ke dalam benteng, tubuhnya sudah terhajar
sehingga mencelat dan tercebur ke dalam sungai, untung
1726 ditolong oleh Go-Siau-bi dan dayangnya sehingga lolos dari
bahaya maut. Ketika berkunjung untuk kedua kalinya, dia datang atas
nama ahli waris dari Mo-tiong-ci-mo dengan nama samaran
Malaikat penyakitan, tapi akhirnya gagal dan tertawan, untung
ditolong o-leh Tong Hong-hui kemudian dibebaskan jalan
darahnya oleh ibunya yang untuk itu harus mengorbankan
pula sebuah lengannya. Ketika berkunjung untuk ketiga kalinya, ia telah berbasil
menguasahi ilmu sakti Si-mi sinkang waktu itu besar sekali
hasratnya untuk membalaskan dendam bagi kematian
keluarganya, tak tahu nya orang yang dikira musuh besarnya
ternyata tak lain adalah guru dari ayah dan ibunya......
Dan sekarang, dia berkunjung untuk ke empat kalinya, dan
saat ini semua teka teki yang membingungkan hatinya akan
segera terang. Tapi keadaannya pada saat ini sudah berbeda jauh,
Tonghong-Hui telah meninggal dunia orang yang ada maksud,
yang ternyata adalah adiknya juga sudah meninggal dunia
sedang Go siau bi, sampai kini masih belum ketahuan
nasibnya......... berpikir kesemuanya itu, tak kuasa lagi dia
mengucurkan air mata kesedihan.
Apa yang dialaminya selama ini dirasakan bagaikan sebuah
impian yang menakutkan dan mengerikan hatinya, tapi impian
tersebut belum juga berakhir, dan ia harus mengalami
selanjutnya....... bagaimanakah akhir ceritanya" Tak
seorangpun yang bisa memecahkan persoalan itu .
Diruang tamu belakang benteng, Pemilik benteng maut
duduk bersandar dikursi kebesarannya dengan mata
terpenjam, manusia yang misterius dan disegani banyak orang
ini tampak jauh lebih layu, tua dan penuh keriput.
"suhu" dengan hormat bercampur terharu si siang go cantik
ong cui ing jatuhkan diri berlutut dihadapannya.
1727 "sucou, cucu murid menghunjuk hormat untukmu" Han
siong Ki ikut berlutut pula sambil memberi hormat.
Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu pemilik
benteng maut mengawasi wajah ibu dan anak itu lekat lekat,
akhirnya sinar mata yang tajam itu berhenti diatas wajah Han
siong Ki. Kerutan wajah yang tua dan penuh keriput itu berkejang
terus seperti sedang mengendalikan emosi dihatinya, lalu
dengan suara dalam ujarnya: "Anak Ki, angkat kepalamu"
Han siong Ki menurut dan mengangkat kepalanya, tapi
menjumpai raut wajah sucounya yang keren dan berwibawa
itu, bergidik juga hatinya sehingga bulu kuduknya pada
bangun berdiri, badannya gemetar dan merinding.
Sementara sianak muda itu masih termenung, Pemilik
benteng maut telah berkata lagi dengan keren:
"Anak Ki, bukanlah engkau dan sukohmu berangkat
barsama meninggalkan benteng ini" Apa sebabnya kalian
berpisah ditengah jalan?"
Mendengar perkataan itu Han siong Ki merasakan sekujur
badannya gemetar keras, seakan akan ada sebilah pisau tajam
yang menusuk diatas mulut lukanya membuat pemuda itu
melongo, gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Dari pertanyaan yang diajukan kakek itu, jelaslah sudah
bahwa pemilik benteng maut masih belum mengetahui
hubungan diantara dia dengan Tonghong Hui, tentu saja tak
mungkin baginya untuk mengakuinya secara terus terang, tapi
untuk berbohong tentu saja ia tak berani, maka pemuda itu
hanya membungkam dalam seribu basa.
"Ayo bicara " kembali pemilik benteng maut membentak.
Han siong Ki merasakan sekujur badannya bergetar keras,
hampir saja air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya,
1728 dia ingin menangis sepuas-puasnya tapi ia tak dapat berbuat
demikian, maka kepalanya ditundukkun rendah rendah, ia tak
berani beradu pandangan lagi dengan sorot mata kakek
gurunya yang tajam itu. Tiba tiba nada suara pemilik benteng maut berubah jauh
lebih lembut lagi kembali ia berkata:
"sejak kecil bibi Hui mu sudah kehilangan ibunya, dia sudah
terlalu biasa hidup dimanja sehingga wataknya agak tinggi
hati dan mau menangnya sendiri, apakah engkau cekcok
dengan bibimu?" "Tidak..." sahut Han siong Kie dengan perasaan seperti
diris-iris dengan pisau. "Lalu apa sebabnya kalian berpisah?"
"Tentang soal ini... "
"Tak usah ragu ragu, katakan saja secara berterus terang"
"Bee.... bee... begini ceritanya, setelah meninggalkan
benteng, sewaktu aku lagi mengejar seseorang kutinggalkan
dia sendirian, tapi ketika aku kembali lagi kesana, sukoh telah
lenyap tak berbekas"
"Benarkah kejadiannya adalah demikian?"
"Benar" Hari siong Kie terpaksa harus mengeraskan hatinya
untuk mengakuinya. Dengan loyo pemilik benteng maut bersandar diatas
kursinya, kemudian dengan sedih ia berkata:
"Tiga hari berselang, ia kembali ke benteng seorang diri.
setelah menangis setengah harian didepan jenasah ibunya,
tiba tiba dia menghantam ubun ubun sendiri dan bunuh
diri........" Berbicara sampai disini, ia sudah sesenggukan menahan
isak tangisnya maka pembicaraanpun segera berhenti.
1729 Han siong Kie menjerit keras, setelah muntah-muntah
darah segar, tubuhnya terjengkang ke belakang dan jatuh tak
sadarkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia sadar kembali
suasana disekitar tempat itu sudah berubah, ia tidak berada
didalam ruangan lagi melainkan menggeletak diatas batu
karang diluar pintu benteng disampingnya duduklah ibunya
yang basah oleh air mata,
Cepat pemuda itu merangkak bangun, serunya,
"Oooh.....,..ibu, ananda tidak becus...?"
"Nak, terangkanlah hatimu, segala sesuatunya telah
berlalu......tenangkanlah hatimu!"
"Dimanakah sucou?"
"Karena kematian bibi Hui mu, sucou merasa amat sedih
sekali, karena sejak kematian nenek gurumu ia telah
melimpahkan segenap kasih sayangnya kepada putrinya, tidak
heran kalau kematian yang menimpa bibi Hui mu dirasakan
olehnya sebagai suatu pukulan batin yang amat besar.,...."
"Ibu, sekalipun aku harus mati seratus kali juga tak dapat
membayar hutang ini...."
"Nak, engkau jangan terlampau emosi, telah kuberitahukan
semua kejadian yang sebenarnya kepada dia orang tua, dan ia
telah memaafkan dirimu.."
"Ibu, sekalipun sucou dapat memaafkan ananda, tapi
ananda tak dapat memaafkan diri sendiri" bisik Han-siong Ki
dengan air mata yang bercucuran semakin deras.
"Sudahlah, engkau tak usah mengucapkan kata kata bodoh
seperti itu, sebab kalau ingin mencari siapa yang salah, maka
akulah orangnya, sudah sepatutnya bila kuberitahukan segala
sesuatunya itu kepadamu sedari dulu, tapi.....aaai, itupun
terbentur oleh peraturan perguruan yang terlalu ketat!"
1730 "Peraturan perguruan?"
"Ya, peraturan perguruan!"
"Ananda tidak paham dengan ucapan ibu!"
Dengan penuh kasih sayang si Siang-go cantik Ong Cui-ing
membelai rambut anaknya lalu berkata dengan lembut:
"Nak, suocumu telah memberi ijin kepada ibu untuk
menceritakan semua kejadian ini kepadamu..."
"Ooooh...ibu, ananda sudah amat lama sekali menunggu
datangnya saat seperti ini!" jawab Han siong Ki penuh emosi,
air matanya berderai membasai pipinya.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, si-Siang-go
cantik Ong Cui-ing pun mulai bercerita: "Nak, peraturan
perguruan dari benteng maut sangat ketat, ilmu silat dari
perguruan kami tidak akan diwariskan kepada siapapun
termasuk kepada anaknya sendiri, sebelum mendapat
persetujuan dari pemilik benteng, selain itu dilarang pula
menyiarkan semua kegiatan dan kejadian yang berlangsung
didalam benteng, barang siapa melanggar peraturan ini maka
dia akan dijatuhi hukuman mati"
"oooh... apakah peraturan itu tidak terlampau kelewat
batas..." bisik Han siong Ki sambil menarik napas dingin.
"Nak, engkau tak boleh memberi penilaian dengan begitu
saja, dengarkan dulu perkataanku. oleh sebab itulah orang
persilatan cuma tahu bahwa didunia ini terdapat sebuah
benteng yang bernama benteng maut, tapi tak seorangpun
yang tahu siapakah pemilik benteng itu dan berapa orang
anak muridnya........"
Meskipun agak bingung dan tidak begitu mengerti, namun
Han siong Ki mengangguk juga. Terdengar si Siang go cantik
melanjutkan kembali kata katanya:
1731 "Setiap anggota benteng maut, bila telah tamat belajar silat
maka mereka akan meninggalkan benteng untuk hidup di
keluarga masing masing, tapi tiap tahun bulan delapan masing
masing anggota benteng akan berkumpul selama satu bulan
didalam benteng sambil memperbincangkan kemajuan yang
berhasil mereka capai disamping mendapat pula tambahan
ilmu ilmu baru dari gurunya. Begitulah, pada bulan delapan
dua puluh tahun berselang kamipun berkumpul semua
didalam benteng maut, waktu itu bibi guru mu belum lahir,
dalam benteng kecuali nenek gurumu hanya siau susiok mu
seorang yang mendampingi. Tapi satu peristiwa yang
mengerikan dan serba misteriuspun berlangsung dalam
pertemuan itu." Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan semangatnya
berkobar kembali, dia segera memusatkan seluruh
perhatiannya untuk mendengarkan cerita ibunya dengan lebih
seksama. setelah tarik napas panjang, ong cui ing melanjutkan
kisahnya lebih jauh: "Pada saat itulah tiba tiba nenek gurumu ditotok jalan
darahnya oleh sejenis ilmu totokan khusus yang sangat aneh
sehingga menyebabkan kejernihan otaknya terganggu."
"siapakah yang melakukan perbuatan itu?" seru Han siong
Kie dengan perasaan kaget, "siapakah yang berilmu selihay itu
sehingga dapat menyusup ke dalam benteng maut..."
"Masih mendingan kalau cuma begitu saja, ma lahan orang
itupun mencuri juga kitab pusaka ilmu silat Kui-kok-cian-su
yang merupakan pusaka dari perguruan kami!"
"Oooh......" pemuda itu berseru tertahan.
"Tak terkirakan rasa gusar kakek gurumu waktu itu, beliau
segera menitahkan toa-supekmu, ayahmu, aku dan Thio
susiokmu berempat untuk menyelidiki peristiwa ini sampai
jelas dalam tiga tahun.............."
"Bagaimana akhir dari pencarian itu?"
1732 "Tiga tahun sudah lewat, tapi empat orang bersaudara
seperguruan tidak bernasil memecahkan teka-teki itu"
"Waaah......peristiwa itu kan jadi suatu teka-teki yang
semakin membingungkan hati?"
"Dengarkan dulu perkataanku, waktu itu kebetulan sekali
nenek gurumu meninggalkan dunia setelah melahirkan, kakek
gurumu merasa sedih sekali, setelah membalsem jenasah
nenek gurumu dengan obat anti pembusukan, beliaupun
menyimpannya didalam sebuah kamar rahasia dalam benteng,
sucou mu bersumpah tak akan meninggalkan benteng sejak
itu, dia akan mendampingi jenasah istrinya sampai akhir tua
disamping merawat bayinya, dan bayi itu tak lain adalah bibi
gurumu Tonghong Hui..........."
Han-siong Ki mengeluh dengan penuh penderitaan, dia
mengerang seperti orang kesakitan.
"Begitulah" kata Ong Cui-ing "karena sedang tertimpa
kesedihan maka dengan suara keras sucou mu
memerintahkan kami empat kakak bsradik seperguruan untuk
melanjutkan penyelidikan itu, jika dalam dua tahun kami
belum berhasil juga menemukan pembunuh yang melakukan
perbuatan keji itu, maka kami tak usah kembali kebenteng,
semua hubungan perguruanpun ikut terputus dengan begitu
saja.. "Dua tahun kemudian, apakah sucou benar-benar telah
turun tangan membinasakan ayah dan susiok sekalian?" Hansiong
Ki bsrtanya deagan suara agak gemetar.
"Tidak, sucoumu sebelum masuk kedalam benteng maut
mempunyai sebuah julukan dalam dunia persilatan, orang
persilatan waktu itu menyebutnya sebagai Hau-thian-it-koay,
dari sini bisa diketahui bahwa wataknya aneh sekali,
Aaaai..........padahal apa yang dikatakan waktu itu cuma katakata
dikala sedang marah, sungguh tak disangka kejadian itu
harus diakhiri dengan malapetaka yang jauh lebih besar... "
1733 Han siong Ki merasakan peredaran darah dalam tubuhnya
mengalir semakin cepat, jantungpun ikut berdebar dengan
kerasnya: Selapis rasa sedih murung, benci dan penasaran
menyelimuti wajah siang go cantik ong Cui ing yang lembut,
sambil menggertak gigi katanya lebih jauh:
"Tak nyana bajingan keparat yang terkutuk itu sudah
menyaru sebagai sucou mu dan turun tangan keji untuk
membantai keluarga Han serta keluarga Thio, aku rasa apa
yang terjadi ketika itu sudah disampaikan Thio susiok
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadamu. Kebetulan hari itu aku ada urusan tak ada
dirumah, ketika aku sampai dirumah, semua anggota
perkampungan telah dibantai orang secara keji dengan
seorang manusiapun tak ada yang dibiarkan hidup sekalipun
Thio sau kun juga sudah senin kemis berbahaya sekali
nyawanya. " "Siapakah pembunuh keji itu?" teriak Han siong Ki dengan
suara gemetar, sinar mata yang menggidikkan hati memancar
keluar dari matanya. Siang go cantik ong cui ing tidak menjawab pertanyaan itu,
dia berkata lebih jauh: "Sungguh kasihan susiokmu si tangan naga beracun Thio
Lin, dia selalu beranggapan bahwa sucoumu yang melakukan
kesemuanya ini, tak sepatah kata menyesalpun yang dia
ucapkan, bahkan akhirnyapun bunuh diri untuk mewujudkan
kata kata gurunya..."
Han siong Ki mundur dengan sempoyongan, hampir saja
dia tak mampu berdiri tegak.sekarang ia baru mengerti
kenapa sesaat menghembuskan napasnya yang penghabisan,
Thio susioknya selalu berkata bahwa apa yang terjadi
merupakan perintah dari gurunya, sekarang diapun baru
mengerti kenapa susioknya melarang mayat mayat mereka
1734 dikubur kedalam tanah, rupanya sampai saat yang terakhirpun
ia masih belum tahu latar belakang dari peristiwa berdarah itu.
Sesaat lamanya, sianak muda itu termangu mangu dan tak
tahu apa yang musti diperbuatnya.
"sangat kebetulan sekali" demikianlah siang go cantik ong
cui ing melanjutkan kembali ceritanya "tiba-tiba toa supekmu
datang kerumah secara tak terduga, dia menasehati aku agar
ikuti dia untuk berdiam sementara waktu di perkampungan
Sim-keh-ceng, oleh karena pada waktu itu aku sedang
mengandung adikmu Han-siong Hiang, disamping Thio Saukun
yang keadaannya senin kemis sangat membahayakan
keselamatannya, maka dalam keadaan sedih, kalut dan tidak
berketentuan kusanggupi keinginan nya itu......."
Ketika berbicara sampai disini, rasa kesal dan gemasnya
semakin tebal menyelimuti wajahnya, ia berhenti untuk
bertukar napas sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh:
"Sejak awal terjadi peristiwa berdarah itu, aku sudah
merasa yakin bahwa semua tindak kekejian tersebut bukan
hasil perbuatan dari sucou mu, sebab pertama meski
wataknya aneh dan tak bisa diraba dengan perasaan kita,
pada hakekatnya dia tidak kejam, tak mungkin ia gunakan
perbuatan yang kejam dan brutal itu untuk menghadapi anak
murid beserta keluarganya, kedua ia sudah bersum pah tak
akan meninggalkan benteng walau satu langkah pun, ketiga
seandainya pembunuhan brutal itu benar-benar dilakukan
olehnya tidak nanti dia akan meninggalkan lambang
tengkorak mautnya diatas dinding ruangan....."
"Lalu siapakah pembunuh keji yang sebetulnya itu....."
Siang-go Cantik Ong-Cui-ing tidak menjawab pertanyaan
itu, tapi dia melanjutkan kembali kata-katanya:
"Tak lama kemudian, toa supekmu meminang aku, dia
mohon agar aku bersedia menikah dengan nya......"
1735 "Apa" Toa supek yang meminang ibu?" Han siong-Kie
tercengang bercampur tidak habis mengerti.
Perempuan itu mengangguk,
"Yaaa, toa supekmu! Dan kusanggupi permintaan itu,
secara lapat lapat aku mempunyai suatu perasaan yang aneh
sekali, seolah-olah aku merasa bahwa aku dapat menemukan
pembunuh brutal yang sebenarnya itu......"
"Tapi......tapi.....bukankah ibu menikah lagi dengan......"
"Nak, kau maksudkan Yu Pia lam....." "tukas Siang-go
cantik Ong Cui ing sambil tertawa pedih.
"Yaa, bukankah ibu kawin lagi dengan Yu Pia lam?"
"Yu Pia- am tak lain adalah toa supekmu itu!"
Han siong Kie terperana, dia mundur selangkah dengan
wajah tercengang dan perasaan tidak habis mengerti.
"oooh... bukankah Toa supek berasal dari marga Sim..."
kembali dia berguman. "Itu cuma nama samarannya belaka, yang benar dia pribadi
tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam, ketika
menggunakan nama samaran belajar silat dalam benteng
maut, sebenarnya tak lain karena ia sedang melaksanakan
suatu rencana busuk yang amat keji dan teramat brutal ....."
"oooh......" "Membunuh ibu guru, mencuri kitab pusaka Kui kok kiam
su, menyaru sebagai suhu melakukan pembantaian keji
terhadap anggota keluarga Han dan Thio bukan lain adalah
perbuatannya semua Dialah pembunuh keji yang terkutuk itu"
Seketika itu juga Han siong Kie merasakan darah yang
beredar dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, matanya
jadi merah membara, otot otot hijau pada menongol keluar
1736 semua, dari sini dapat diketahui betapa gusar dan bencinya
anak muda itu. "Yu Pia lam... wahai Yu Pia lam ... nantikanlah saat
pembalasanku...." teriaknya sambil melepaskan sebuah
pukulan ke udara kosong. "Perkumpulan Thian che kau... haaahhh.... haaahh....
haahh.... tunggu saja kalian semua, jika aku Han siong Kie tak
dapat mencincang tubuhmu sehingga hancur berkepingkeping,
bila aku membiarkan ada manusia yang hidup lagi d
idalam perkumpulan Thian che kau, aku Han siong Kie
bersumpah tak akan menjadi manusia lagi"
Siang go cantik ong cui ing yang berada disisinya buru buru
menghiburnya dengan kata kata lembut:
"Nak. tenangkan dulu hatimu, dengarkan dulu kisahku
sampai selesai..." Setelah pemuda itu bisa menenangkan perasaannya,
perempuan itupun meneruskan kembali penuturannya :
"Sejak kuketahui asal usulnya yang sebenarnya itu, dalam
hati aku merasa semakin yakin bahwa apa yang kupikirkan tak
bakal salah lagi, cuma sayang tidak berhasil kudapatkan bukti
bukti yang nyata, apalagi suhu memerintahkan agar benda
mustika yang dicuri orang harus ditemukan kembali, sebab
itulah selama belasan tahun kemudian aku hidup bagaikan
seseorang yang kehilangan sukma, sambil menahan semua
penghinaan dan penderitaan aku melanjutkan terus hidupku.
selama ini Yu Pia Lam sendiri selalu menganggap Thio sau kun
sebagai dirimu, karena itulah aku tidak ingin bila asal usulmu
yang sebenarnya sampai ketahuan orang, sebab bila rahasia
ini sampai diketahui orang, maka akibatnya benar benar sukar
dilukiskan dengan kata-kata..."
"Oleh karena itu maka ibu tak mau mengakui diriku sebagai
putramu lagi.....?" 1737 "Benar nak. aku kuatir bila rahasia itu ketahuan maka
jiwamu terancam bahaya, maka aku lebih baik tidak
mengakuinya daripada engkau terbunuh ditangannya.
Untunglah akhirnya kau berhasil memiliki kepandaian silat
yang sangat lihay, sehingga pembalasan dendam atas
permusuhan yang dalamnya melebihi samudra ini berhasil
juga kita tuntut" "Ibu....." -ooo0dw0ooo- Jilid 46 "TAHUKAH engkau nak, mengapa Yu Pia Lam menyusup ke
dalam perguruan benteng maut dan belajar silat disana?"
"Tentang persoalan ini, ananda sudah pernah
mendengarnya" "Ooooh.... engkau sudah tahu?"
"Yaa, ananda berhasil mengetahui hal ini dari keterangan
yang diberikan oleh Hun si mo ong, dia bilang gurunya Yu Pia
lam bernama Huan yu it koay Manusia paling aneh diseluruh
jagad ingin merajai dunia ini, tapi dalam suatu pertarungan
oleh sutay sang cou ouyang Beng dia kena dihantam sampai
menjadi cacad, maka dari itu dia hendak membalas dendam
atas sakit hati ini."
"Yaa, memang begitulah kejadiannya nak" selang sesaat
kemudian, si anak muda itu kembali bertanya:
"ibu, kematian dari adik Kun dan adik Hiang"
Menyinggung kembali soal tersebut, siang go cantik ong cui
Seruling Sakti 14 Kasih Diantara Remaja Karya Kho Ping Hoo Tiga Naga Sakti 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama