Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 28
berlangsung hampir bersamaan waktunya" selain dari itu
kendatipun aku sipeminta-minta tua sudah bosan hidup tidak..
nanti akan kubawa pula rekan-rekan sekumpulanku untuk
datang kemari cuma untuk menghantar nyawa masing
masing" Haahh.. haaahh... saudara cilik jangan kau anggap
saudara tuamu sudah sinting, dan otaknya miring"
1875 Sekarang Han siong Ki baru memahami duduk perkara
yang sebenarnya, dengan adanya kejadian ini maka rasa
menyesalnya terhadap Buyung Thay juga semakin bertambah
mendalam, mimpipun dia tak menyangka kalau Buyung Thay
adalah seorang perempuan yang baik dengan maksud hati
yang sangat mulia. Maka dengan penuh perasaan cemas
diapun bertanya: "Engkoh tua, saat ini Buyung Thay berada
dimana.?" "oooh... dia..?"
Tapi sebelum pengemis dari selatan sempat menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba perempuan berkerudung itu menyela
dari samping: "kalau ingin bercakap-cakap lebih baik di samping nanti
saja, sekarang lembah Liau huan tan sudah dimusnahkan dan
tujuan kalianpun sudah tercapai, aku rasa lebih baik cepatcepatlah
mengundurkan diri dari tempat ini"
Mendengar ucapan tersebut, serentak semua orang yang
ada dalam arena amat terperanjat.
"Sungguhkah perkataanmu itu?" pengemis dari selatan
segera bertanya dengan mengernyitkan alis matanya.
"Mau percaya atau tidak terserah pada kalian sendiri,
pokoknya aku hanya dapat memperingatkan demikian saja."
Han siong Ki lantas mengalihkan sorot matanya
memandang rekan-rekannya yang berada dalam ruangan
tersebut, lalu katanya: "Lebih baik kalian semua mengundurkan diri terlebih dahulu
dari lembah ini" "Bagaimana dengan engkau?" Go siau bi bertanya dengan
alis matanya berkernyit. "Sebelum menemukan kembali Yu Pia lam aku bersumpah
tak akan meninggalkan lembah ini."
1876 "Heh... heeh... heehh Yu Pia lam sudah berada di luar
lembah sejak tadi, apa yang hendak kau nantikan lagi di
tempat ini?" ejek perempuan berkerudung itu sambil tawa
dingin. "Tapi, tapi lengannya sudah kutung dan luka cukup parah,
mana mungkin dia bisa.."
Tapi sebelum ucapan Han siong Ki itu sempat diselesaikan,
perempuan berkerudung itu sudah berkata lagi:
"Memangnya kau anggap didalam lorong rahasia tersebut
tak ada orang yang siap menolong nyawanya" " .
Seketika itu juga Han siong Ki terbungkam, tapi rasa gusar
dan dendamnya tidak mereda karena itu, ia merasa walaupun
harus terbang ke langit atau masuk kebumi, dia bersumpah
tak akan melepaskan musuh besarnya dengan begitu saja.
"Aaaah... kalau ku analisa perkataan dari perempuan
berkerudung ini, jangan-jangan dia tahu kemana kaburnva
bangsat itu..." ingatan tersebut tiba-tiba saja melintas dalam
benaknya. Berpikir demikian dengan suara dalam diapun bertanya:
"Nona, apakah engkau tahu kemana perginya Yu Pia lam
setelah melarikan diri dari tempat ini?"
Perempuan berkerudung itu segera tertawa dingin.
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh Han siong Ki engkau
sebut aku sebagai nona, apakah kau sudah tahu kalau aku
bukanlah seorang perempuan yang pernah menikah?"
Mendengar sindiran tersebut merah padamlah selembar
wajah anak muda itu saking jengahnya, untuk sesaat dia tak
tahu bagaimana harus menanggapi perkataan tersebut..
Seakan-akan sedang menyindir lawan berbicaranya,
perempuan berkerudung itu kembali berkata..
1877 "Han siong Ki, sebut saja kau dan aku secara langsung,
bukankah sebutan itu jauh lebih enak kedengarannya daripada
sebutan nona atau sebutan lainnya"
Han siong Ki semakin tergagap lagi setelah mendengar
sindiran tersebut, tapi setelah termenung sebentar akhirnya
sambil tebalkan mukanya dia berkata..
"Apakah engkau tahu kemana larinya Thian che kaucu
setelah kabur dari sini ?"
"Tahu" "Bersediakah engkau menerangkan rahasia tersebut
kepadaku?" kembali pemuda itu berkata.
"Tentu saja boleh, cuma kita harus mengundurkan diri lebih
dahulu dari lembah lian huan tau ini?"
Setelah perempuan tersebut berkata demikian maka
dengan perasaan apa boleh buat Han siong Ki mengangguk.
"Baiklah kalau memang begitu" katanya..
Kepada pengemis dari selatan serta kawanan jago lainnya
yang berkumpul disana dia berseru. " Engkoh tua, saudara
sekalian, ayolah kita bersama-sama mengundurkan diri lebih
dulu dari sini." Dibawah komando pengemis dari selatan, maka semua
jago persilatan yang menyerbu masuk ke lembah Liau huan
tau dari pelbagai arah itupun sama-sama berkumpul untuk
kemudian bergerak menuju keluar lembah.
Setelah semua jago berangkat, Han siong Ki berpaling ke
arah Cui hoa siancu seraya ajaknya pula:
"Nona Ting, mari kita melakukan perjalanan bersama-sama,
tidak keberatan bukan?"
"Tentu saja " sahut nona Ting Hong.
1878 Kata-kata "tentu saja" itu kedengarannya agak menyolok.
ini membuat perasaan Han siong Ki sedikit bergerak.
Tapi dia tidak mempersoalkan lebih jauh menyusul
dibelakang pengemis dari selatan beserta rombongan,
berangkatlah mereka menuju ke luar lembah.
Setelah menempuh perjalanan beberapa li, tiba-tiba dengan
kuping berkerut Han siong Ki berpaling kepada Go siau bi
sekalian, ujarnya: "suci, adik bi kalian berangkatlah satu langkah lebih dulu,
nantikan aku diluar lembah"
"sute apa yang hendak kau lakukan lagi ?"
"Kalian berangkat sajalah keluar lembah, aku cuma pergi
sebentar saja, sejenak pasti sudah menyusul kamu semua "
Tidak menanti jawaban lagi dia lantas putar badan dan
balik menuju kearah markas besar perkumpulan besar
perkumpulan Thian che kau, ternyata telah menemukan
bahwa perempuan berkerudung yang misterius itu tidak turut
serta bersama mereka, maka karena rasa tercengang dan
ingin tahunya diapun berangkat kembali menuju ke markas
untuk mengetahui apa gerangan yang sebenarnya telah
terjadi. Belum lagi Han siong Ki berjalan balik menuju ke markas,
tiba-tiba dihadapan matanya nun jauh didepan sana terbiaslah
selapis cahaya api yang berkobar dengan hebatnya hingga
menjulang tinggi ke angkasa, jalan didepan sana telah terjadi
kebakaran hebat. Menyaksikan apa yang terbentang didepan matanya,
pemuda itu lantas teringat dengan ucapan dari perempuan
berkerudung sebelum mereka berlalu tadi, segera pikirnya:
"Jangan-jangan kobaran api yang mengakibatkan
terjadinya kebakaran itu adalah hasil dari perbuatannya "
Tapi.." 1879 Belum habis ingatan tersebut melintas ketika dilihatnya
anak buah perkumpulan Thian che kau sedang melarikan diri
terbirit-birit kesana kemari, rupanya kebakaran yang terjadi
secara tiba-tiba itu telah memaksa kawanan jago dari Thian
che kau yang semula pada menyembunyikan diri terpaksa
harus munculkan diri guna menyelamatkan jiwa masingmasing
. Dengan kilatan mata yang buas Han siong Ki memandang
sekejap suasana kebakaran yang sedang berlangsung
dihadapan matanya itu, kemudian sambil membentak ia
menerkam ke muka, setiap jago musuh yang dijumpainya
segera dibantai secara keji hanya dalam waktu singkat
berpuluh-puluh sosok mayat telah tergelepar di tanah.
Tapi aneh sekali, sepanjang perjalanannya berjalan balik ke
markas, bayangan tubuh dari perempuan berkerudung itu
tetap lenyap tak membekas, jangan ditemukan, malahan
bayangannya pun tidak. Dalam sekejap mata seluruh bangunan markas besar
perkumpulan Thian che kau yang megah dan anggun itu
sudah dimakan jago merah, kebakaran yang kian hebat
menghabiskan semua barang yang berada ditempat itu.
Perkumpulan terbesar dan termegah di kolong langit
dewasa ini, telah musnah oleh kebakaran yang maha besar,
agaknya perkumpulan itu memang sudah ditakdirkan musnah
menjadi abu. Oleh karena Han siong Ki tidak berhasil menemukan apa
yang dicari, terpaksa dia balik keluar lembah dengan
kecepatan kilat.. Hebat sekali kebakaran yang sedang berlangsung waktu
itu, asap hitam sampai membumbung keangkasa dan
menyelimuti semua lembah tersebut hingga suasana jadi
gelap.. 1880 Waktu itu semua jago sedang menantikan kemunculannya
dengan hati yang cemas, ketika akhirnya Han siong Ki
munculkan diri, semua orang menjadi amat gembira,
diantaranya tentu saja Go siau bi yang paling senang melihat
kemunculan anak muda itu.
Mulut lembah Lian huan tau telah berubah menjadi bukit
mayat lautan darah, tak usah diragukan lagi itulah akibat dari
perintah yang diturunkan Han siong Ki kepada sepasang
siluman hitam putih... Cepat si anak muda itu maju menghampiri pengemis dari
selatan dan memberi hormat kepadanya sesampai dia disana,
ujarnya kemudian dengan perlahan.
"Engkoh tua, bukankah tempo hari aku pernah berpesan
kepadamu agar mencarikan jejak seorang perempuan yang
bernama Ting Hong?" "Sekarang kutarik kembali permohonan tersebut"
"Kenapa ?" pengemis tua yang merupakan tianglo dari
perkumpulan kay pang ini bertanya keheranan.
"Sebab gadis yang kucari itu kini telah kutemukan jejaknya.
, . " seraya berkata sorot matanya lantas memandang
sekeliling tempat itu untuk menemukan jejak Ting Hong, tapi
aneh sekali, ternyata jejak Cui hoa siancu Ting Hong juga
tidak berada disana, hal ini membuat hatinya diam-diam
merasa sangat gelisah, andaikata Ting Hong pergi dan tak
kembali lagi, kemana dia harus mencari kembali jejak dara
itu" Dan bagaimana pula pertanggungan jawabnya terhadap
siJelek dari sinciu" sebab bagaimana pun dia telah berjanji
sendiri kepada perempuan itu bagaimanapun yang terjadi
nona itu harus dihantar sampai kehadapan ibunya.
Sementara si anak muda itu masih melamun si dewa yang
berjalan dalam tanah telah tertawa cekikikan sambil menepuk
bahu Han siong Ki ujarnya:
1881 "Siau lote, maafkanlah aku pun tidak bisa menemani
engkau terlalu lama disini, aku hendak pergi duluan yaaa"
"Loko apakah sampai sekarang engkau masih berdiam
dalam gudang arak dibawah tanah itu?" sapa Han siong Ki
juga sambil tertawa tergelak menahan gelinya.
"Heeh heeh heeh betul, aku masih ada disitu Han siau lote,
bila ada urusan mau cari aku, datang saja kerumahku dan
sekali panggil pasti aku akan segera munculkan diri"
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling sambil ulapkan
tangannya kepada si pengemis dari selatan katanya:
"Pengemis tua, bila kau punya kegembiraan untuk
berkunjung kerumah.. jangan lupa membawa beberapa ekor
ayam panggang, kita berpesta pora disana sampai mabok
beberapa hari setuiu bukan?"
Ketika kata-kata yang terakhir itu di ucapkan keluar,
tubuhnya sudah berada beberapa kaki jauhnya dari tempat
semula. Sepeninggal si cebol yang suka berjalan di bawah tanah itu,
dengan alis mata yang berkernyit, pengemis dari selatan baru
menatap pemuda kita katanya:
"Saudara cilik, aku dengar Thian che kaucu berhasil
melarikan diri dari cengkeramanmu" "
"Ya, dia berhasil kabur Maaf, semuanya itu adalah salahku
yang terlalu gegabah sehingga dia berhasil kabur lewat jalan
rahasia, meski demikian..."
"Kenapa?" "Perempuan berkerudung yang misterius itu telah berjanji
akan memberitahukan kemana kaburnya bangsat tua
tersebut" "Apakah engkau perlukan kekuatan dari pihak Kaypang
kami untuk bantu melakukan penggeledahan" "
1882 "Aku rasa hal ini tak perlu dilakukan lagi, terima kasih
banyak atas kesediaanmu?"
"Kalau memang engkau tidak membutuhkan bantuan dari
kami semua lagi, baiklah kalau begitu biar aku si pengemis tua
mempersilahkan rekan-rekan sealiran kita untuk berangkat
dan kembali ke rumahnya masing-masing"
"Memang ada baiknya sahabat sekalian kembali ke
rumahnya masing-masing, sebab perkumpulan Thian Che kau
telah berhasil kita tumpas, markas besarnya yang megah juga
telah terbakar jadi abu, semoga tak lama kemudian partaipartai
dan perkumpulan-perkumpulan yang pernah tertindas
dimasa lalu, sekarang bisa tumbuh dan berdiri kembali"
"saudara cilik", pengemis dari selatan lantas menyela, "aku
rasa aku si pengemis tua juga harus pulang ke markas lebih
dulu, eeeh.... Iya, aku hampir lupa Kapan kau undang aku
semua untuk minum arak kegiranganmu?""
Mendengar pertanyaan tersebut, Go siau bi yang berada
disisinya jadi malu sekali, dengan wajah merah padam dia
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tundukkan kepalanya rendah-rendah. Han siong Ki sendiri
segera tertawa getir. "Engkoh tua" sahutnya "asal dendam kesumat yang siaute
tuntut sudah berhasil mendapat penyelesaian, pasti akan
kukirim orang untuk mengundang kehadiran kalian semua."
"Haah... haah.. haaah... baik-baiklah, kalau begitu sampai
jumpa di lain waktu"
Maka berangkatlah Pengemis dari selatan memimpin
rombongan jago-jago silatnya meninggalkan tempat itu.
Suatu pertarungan yang menggetarkan langit dan bumipun
berakhir sampai disitu, suasana disekeliling mulut lembah pulih
kembali dalam keheningan.
Sekarang, disana hanya tinggal Han siong Ki, sepasang
siluman hitam putih, Ko Goan cun dan Go siau bi lima orang..
1883 Ko Goan cun yang selama ini hanya berdiam diri belaka,
tiba-tiba berkata dengan nada berat hati:
"sute, sekarang adik Bi sudah sehat kembali dan terlepas
dari segala ancaman mara bahaya, itu berarti aku harus
mohon pamit, bila dikemudian hari ada kesempatan, harap
engkau suka berkunjung ke tebing Kiu ci san untuk bermain"
Han siong Ki mengangguk dengan sedih:
"Lantaran persoalan dari adik Bi, aku membuat suci harus
berlarian kesana kemari dengan susah payah, kejadian ini
benar-benar membuat hatiku tak enak. suci, aku tak bisa
mengatakan lain kepadamu kecuali rasa terima kasihku ynng
amat besar atas kebaikanmu. Dikemudian hari bila ada
kesempatan aku pasti akan mengunjungi subo"
Setelah itu Ko Goan cun juga menyampaikan beberapa
pesan kepada Go Siau bi, setelah itu baru berpisah dan
berangkat kembali ke bukit Kiu cu san.
Menanti bayangan punggung dari Ko Goan cun pun ikut
lenyap dari pandangan mata, Go siau bi baru berkata:
"Engkoh Ki, bukankah engkau sedang mencari diri Cui Hoa
siancu Ting Hong?" Mula-mula Han siong Ki agak tertegun, menyusul kemudian
diapun mengangguk. "Yaa benar Bagaimanapun juga, perempuan itu kucari
sampai dapat, sebab ketika aku memohon obat mustika si mia
kim wan dari ibunya tempo hari, aku telah berjanji kepada si
Jelek dari sin ciu untuk menemukan kembali putrinya dan
menghantar kembali ke gua salju di bukit Ciong san"
"Engkoh Ki" katanya kembali. "aku lihat persoalan ini
bukankah suatu persoalan yang sederhana..."
"Heh....apa maksudmu dengan perkataanmu..." pemuda itu
berseru dengan wajah keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1884 "Aku lihat dia sudah jatuh cinta kepadamu dalam
pandangan yang pertama . "
Mendengar jawaban tersebut, Han siong Ki segera
menengadah dan tertawa terbahak-bahak:
"Haaah... haaaah... haaah... adik Bi, engkau memang
pandai sekali bergurau"
"Tidak Aku sama sekali tidak bergurau, dan aku harap
engkau mengakui bahwa seorang gadis sering kali jauh lebih
lihay dalam soal pengamatan terhadap gerak gerik seseorang
daripada seorang pria, mau percaya atau tidak terserah pada
dirimu sendiri, tuh dia berada disana, cepatlah pergi kesana
untuk menemukannya."
Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Go siau bi tersebut, Han
siong Ki segera berpaling. betul juga tak jauh dari hadapannya
terdapat sebatang pohon besar dan dibalik pohon itu secaca
lapat-lapat tampak sesosok bayangan merah berdiri disana,
maka tanpa berpikir panjang lagi dia lantas menghampiri
batang pohon tersebut. Sedikitpun tidak salah, dibelakang pohon benar-benar
berdiri seorang gadis dan gadis itu bukan lain adalah Cui hoa
siancu si dewi Cantik bunga Cui, Ting Hong adanya.
Sekali melompat Han siong Ki telah tiba dihadapannya, tapi
ketika menyaksikan mimik wajahnya pada waktu itu, seketika
itu juga Han siong Ki berdiri tertegun dengan perasaan amat
terkejut. Ternyata wajah gadis ini sudah basah oleh noda air mata,
kiranya ia bersembunyi disitu karena sedang menangis terisak
dengan amat sedihnya... "Nona Ting" diapun menyapa. Ting Hong menyeka air
matanya dan berpaling. 1885 "Aku tahu engkau datang untuk menyeret aku pulang, aku
tahu engkau hendak membawa aku pergi menghadap ayah
dan ibuku.. bukankah begitu.. ?" bisiknya dengan pedih.
Han siong Ki tertawa jengah:
"Nona Ting, apakah kau tega membiarkan ayah dan ibumu
setiap hari merindukan dan memikirkan dirimu. Apakah
engkau tidak kasihan melihat penderitaan mereka berdua.. ?"
"Tentang soal itu aku tahu.."
"Kalau sudah tahu, hal ini jauh lebih baik lagi" tukas Han
siong Ki cepat. Tapi Ting Hong segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Jangan keburu bersenang hati lebih dahulu" katanya "
Wahai manusia bermuka dingin, tentunya kau belum
melupakan tentang sebuah persoalan yang pernah kau
sanggupi bukan" "sebuah persoalan yang pernah ku sanggupi" Persoalan
apakah itu?" Han siong Ki makin tertegun.
"Tentu kau masih ingat bukan, sewaktu hendak masuk
kelembah Lian huan tau, engkau telah berjanji akan
memenuhi sebuah syarat yang kuminta, tentunya kau tidak
berusaha untuk mengingkari janji yang telah kau katakan
sendiri bukan" "ooooh... kiranya soal itu Tentu saja... tentu saja aku tak
akan mengingkari janji yang pernah kuucapkan nona Ting
segera katakanlah apa permintaanmu itu, asal permintaan
tersebut bisa kulakukan pasti akan kupenuhi dengan segera".
"Dan pasti kau akan melaksanakan dengan segera?" Ting
Hong segera menegaskan. "soal ini.. tentu saja"
1886 "Permintaan apapun?", gadis itu sekali lagi menegaskan
kata-katanya.. Suatu firasat melintas dalam benak Han siong Ki, tapi saat
ini keadaan ibaratnya nasi yang telah menjadi bubur, terpaksa
dengan keraskan hatinya dia mengiakan: "Tentu saja.. "
Sekulum senyum yang manis dan hangat seindah bunga
mawar yang mekar di musim semi tersungging diujung
bibirnya, sambil tersenyum malu-malu tiba-tiba gadis itu
bertanya. "Han siong Ki, cintakah engkau kepadaku?"
Ucapan yang blak-blakan dan langsung itu menyinggung ke
tujuan ini seketika itu juga membuat Han siong Ki berdiri
terbelalak dengan mulut melongo, untuk sesaat lamanya dia
tak mampu berkata-kata: Akhirnya setelah gelagapan sendiri setengah harian
lamanya, dia baru mampu bertanya:
"Nona... apa... apakah itulah permintaanmu.. " Apakah
itulah syarat yang kau ajukan?"
"Jangan kau persoalkan tentang masalah ini, katakan saja
kepadaku, cintakah engkau kepadaku ?"
"Tentang soal ini.."
"Tidak cinta " sedikitpun tidak mencintaiku . ?" nona itu
mendesak lebih jauh. Han siong Ki tertawa getir:
"Aku telah dijodohkan ibuku dengan seorang gadis, selain
daripada itu akupun.."
"Kan masih ada seorang gadis yang betul-betul kau cintai
dengan setulus hatimu yang bernama Tonghong Hui. tapi
kemudian ia telah mati bukan.. ?" sambung Ting Hong cepat.
Paras muka Han siong Ki berubah hebat, secara beruntun
dia mundur tiga langkah kebelakang.
1887 Perasaan anak muda itu betul-betul kaget bercampur
tercengang, dia tidak habis mengerti kenapa Cui hoa siancu
Ting Hong bisa mengetahui dengan begitu jelas bahwa
hatinya benar-benar sangat mencintai Tonghong Hui, bahkan
mengetahui pula bahwa Tonghong Hui telah mati, padahal
perkenalannya dengan gadis itu baru berlangsung tidak
sampai setengah harian lamanya.
Sementara dia masih melamun, Ting Hong telah
melanjutkan kembali kata-katanya:
"Meskipun secara resmi Go Siau bi adalah istrimu yang sah,
tapi aku tahu bahwa engkau sama sekali tidak mencintainya
dengan hati yang bersungguh-sungguh"
Han siong Ki semakin kaget bercampur tercengang sehabis
mendengar perkataan itu, sekali lagi dia mundur satu langkah
lebar, kebelakang, teriaknya dengan penasaran: "siapa yang
bilang kalau aku tidak mencintai istrinya ?"
-ooo0dw0ooo- BAB 101 "ENGKAU mencintainya karena berdasarkan peraturan, kau
cinta karena ingin menjadi anak yang berbakti ingin mengikuti,
adat karena dia sudah menjadi calon istrimu lagipula ibumu
yang menjodohkan, maka terpaksa untuk menjaga nama kau
mengawininya, bukankah begitu Hmmm bila kau menyangkal
itu berarti bahwa engkau sedang menipu dirimu sendiri"
Setiap patah kata yang diucapkan Ting Hong, seakan-akan
pukulan martil yang menghajar hati Han siong Ki, tak kuasa
lagi peluh dingin membasahi sekujur badannya.
"Kau.. kau, berdasarkan apa engkau berani mengatakannya
begitu?" serunya kemudian tergagap.
1888 "Apa yang kudasarkan" Tentu saja aku berbicara
berdasarkan kenyataan"
"Nona Ting, katakan saja terus terang, apa maksud dan
tujuanmu yang sebenarnya mengucapkan kata-kata seperti
itu?" "Maksud dan tujuanku.." Tentu saja aku dapat berbicara
demikian karena aku cinta kepadamu."
Keterusterangan dan keberanian gadis itu bicara secara
blak-blakan membuat Han siong Ki jadi tersipu dan menjadi
malu sendiri. Cui hoa siancu Ting Hong, bukannya seorang gadis yang
tidak cantik, potongan badannya juga tidak kalah dengan
potongan badan dari Go siau bi, akan tetapi kecantikan wajah
seseorang bukanlah merupakan faktor terpenting bagi suatu
cinta, apalagi Han siong Ki adalah seorang pemuda yang
angkuh dan tinggi hati, setelah semua perasaan cinta kasihnya
dilimpahkan kepada Tonghong-Hui, ia merasa bahwa
sepanjang hidupnya sekarang tak mungkin akan mencintai
gadis lain- walau gadis itu memiliki kecantikan bak bidadari
dari kahyangan. Buyung Thay, perempuan paling cantik di kolong langit
untuk masa itupun tidak berhasil menundukkan hati anak
muda ini, apalagi hanya seorang gadis muda seperti Ting
Hong, tentu saja pengharapannya itu tak akan menghasilkan
apa-apa. "Engkau cinta kepadaku?" akhirnya sianak muda itu
kembali bertanya dengan lirih:
"Yaa, aku cinta kepadamu"
"Tapi, apakah nona Ting mengetahui bagaimanakah jalan
pikiranmu pada saat ini?"
"Bukankah engkau tak akan mencintaiku?" ucap Ting Hong
sambil mencibirkan bibirnya.
1889 "Tepat sekali perkataan dari nona Ting"
"oooh..kalau cuma perkataan itu sih tak menjadi soal, toh
aku mempunyai hak untuk mengajukan satu permintaan dan
engkau telah menyanggupinya, sekarang Go siau bi sudah
kembali kesisimu dengan aman. aku rasa tentunya engkau
tidak akan mengingkari janji yang telah kau ucapkan sendiri
bukan?" Tercekatlah hati Han siong Ki setelah mendengar perkataan
itu, Ia tahu tak mungkin baginya untuk menghindari kejadian
tersebut, maka dengan sikap apa boleh buat dia berkata:
"Nona Ting, apakah kau menggunakan hal ini sebagai
pertukaran syarat dengans diriku"
"Mungkin juga begitu, mungkin juga tidak. kau harus
mengatakannya lebih dahulu, apakah janji yang pernah kau
ucapkan tempo hari sampai sekarang masih berlaku?"
"setiap patah kata yang diucapkan oleh seorang laki-laki
sejati tak akan diingkari kembali, tentu saja setiap patah kata
yang kuucapkan tetap berlaku"
"Bagus..." seru Ting Hong kemudian, "wahai Han siong Ki,
kau anggap aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu?"
Pertanyaan yang balik diajukan kepada anak muda itu
kontan membuat Han siong Ki tertegun, bagaimanapun juga ia
tak berhasil untuk menebak jitu maksud dan tujuan yang
sebenarnya dari lawannya ini.
Sementara itu Ting Hong masih menengadah sambil
tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya:
"Haaahh... haaahh.. haaahhh... Han siong Ki legakanlah
hatimu, Aku Ting Hong masih belum termasuk seorang
perempuan tak tahu malu yang mengemis cinta kepadamu. "
"Aku tahu cinta antara muda mud Harus berkembang
secara alami harus muncul dari hati yang jujur, cinta tak akan
1890 mungkin diperoleh dari suatu pemaksaan atau suatu
pengemisan yang memalukan."
"Bila seorang mengerti apa anti cinta yang sebenarnya,
maka dia tak akan memilih cara semacam itu untuk
mendapatkan cintanya."
"Cinta semacam itu hanya akan mendatangkan penderitaan
dan siksaan belaka daripada suatu kebahagiaan dan aku rasa
aku tak sudi mendapatkan cinta yang penuh dengan siksaan
dan penderitaan semacam itu.."
"Aaaai.. sungguh tak kusangka nona Ting adalah seorang
gadis yang berpandangan luas, kalau begitupun aku dapat
berlega hati" kata Han siong Ki kemudian sambil
menghembuskan napas panjang
"Aku tidak menerima ucapan semacam itu, terimalah
kembali kata-kata sanjungan itu"
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baik kalau begitu, harap nona Ting segera mengajukan
syaratmu, sebab aku tak dapat menunggu dirimu terlalu lama
lagi" Sementara pembicaraan antara mereka berdua masih
berlangsung, diam-diam tanpa menimbulkan jejak suarapun,
tampak sesosok bayangan manusia menyusup keluar dari
tempat persembunyiannya dan berlalu dari sana. "siapakah
orang itu" Tak seorangpun yang tahu"
Dalam pada itu Ting Hong telah berkata dengan wajah
yang bersungguh-sungguh: "syarat yang hendak kuajukan sebenarnya kurang begitu
menyenangkan bagimu, tapi.. yaaa apa boleh buat?"
"Tak usah berputar-putar lagi, apapun syaratmu itu ayolah
cepat utarakan secara terus terang."
"Aku minta engkau bersedia menghapuskan janjimu
dengan ibuku, sanggup bukan?"
1891 "Kenapa?" Han siong Ki bertanya dengan wajah tercengang
dan perasaan tidak habis mengerti:
"sebab sampai detik ini aku masih belum suka berjumpa
muka dengannya, akupun belum ingin pulang kembali ke
rumahku digunung salju yang sepi dan jauh dari keramaian
dunia" Han siong Ki sebera menolak sambil gelengkan kepalanya.
"Tidak. aku tak bisa penuhi kehendakmu itu"
Paras muka Ting Hong seketika itu juga berubah hebat,
serunya dengan suara yang dingini
"Ingatlah baik-baik manusia she Han, apa yang kuajukan
sekarang merupakan sebuah syarat yang harus kau penuhi,
bukankah telah kau katakan tadi bahwa perkataan yang telah
diucapkan oleh seorang laki-laki sejati untuk selamanya tak
dapat dirubah kemnbali, apakah engkau menyesal dengan
janjimu?" "Justru karena aku tak ingin mengingkari janji, justru
karena aku harus memegang teguh ucapan dari seorang lakilaki,
maka aku tak dapat mengingkari janjiku kepada ibumu"
-ooo0dw0ooo- Jilid 50 "AKU tidak ambil perduli, segala janjimu terhadadap ibuku,
pokoknya kau harus terima syaratku titik"
"Maaf nona Ting, bila permintaan lain yang kau ajukan
kepadaku, tentu akan kulakukan dengan senang hati, tapi
dalam soal ini aku benar-benar tak dapat memenuhi
1892 keinginanmu, aku tetap akan memegang teguh janjiku
terhadap ibumu" . "Jadi engkau bersikeras akan menghantar aku pulang
kegua salju dibukit Ciong-san?"
"Tentu saja" "Andaikata aku bilang tidak mau" Lantas apa yang hepdak
kau lakukan?" "Maaf nona, engkau tak dapat mengajukan pilihan lain,
demi memenuhi janji terhadap ibumu, terpaksa aku harus
menyalahi engkau. bila kau tetap membangkang, maka aku
akan menggunakan kekerasan. "
"Ooooh.... jadi engkau hendak menawan diriku dan
menghantarnya pulang ke rumah?"
"Yaaa" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan
tak sedap didengar, "andaikata nona Ting tetap keras kepala
dam tak mau pulang sendiri ke gua salju, siapa tahu kalau
terpaksa aku harus menggunakan cara tersebut untuk
mencapai tujuanku?" Paras muka Ting Bong berubah hebat,
dengan gusar dia lantas berteriak keras:
"Han siong Ki, kau jangan sok jagoan, ketahuilah
pemaksaan yang berlarut-larut bisa membuat orang jadi
nekad" "Aku tidak sok jagoan nona, akupun tidak memaksa dirimu
terlalu berlebihan, aku hanya herbuat seperti apa yang harus
kulakukan" "sudahlah, kau tak usah mengajukan alasan yang dibuatbuat"
tukas si nona kemudian, " lebih baik masing masing
menempuh jalannya sendiri-sendiri dan anggaplah hal ini
sebagai suatu pertukaran syarat"
"Maaf nona, sebagaimana telah kukatakan tadi permintaan
dari nona tak dapat kupenuhi"
1893 "Hmm". Ditengah dengusan yang amat dingin, tiba tiba Ting Hong
menjejakkan kakinya ke tanah, kemudian melambung ke
udara dan melayang menuju kedalam hutan.
Gerakannya ini boleh dibilang cepat sekali bagaikan
sambaran kilat, sayang meskipun nona itu cepat, ternyata Han
siong Ki bergerak lebih cepat lagi, cukup dalam sekali
kelebatan saja tahu-tahu ia sudah menghadang
dihadapannya. "Han siong Ki engkau sungguh sungguh hendak mengajak
aku bertempur...?" teriak Ting Hong dengan marah.
"Bilamana hal itu merupakan suatu keharusan, maka aku
tak akan membantahnya"
"Kalau memang begitu sekarang juga lakukanlah, tak usah
kau tunggu sampai tiba saat yang kau maksudkan sebagai
suatu keharusan" Ditengah bentakan yang amat nyaring, telapak tangannya
segera diayun kedepan melancarkan sebuah serangan kilat ke
tubuh Han siong Ki. Sepintas lalu serangan tersebut tampaknya amat sederhana
dan sangat biasa, tapi justru dibalik kesederhanaan tersebut
tersimpanlah pelbagai perubahan yang luar biasa sejak ia
melepaskan serangan sampai bayangan telapak tangannya
hampir menyentuh ditubuh lawan, secara beruntun dia telah
mengganti dengan tiga macam jurus serangan yang berbeda.
Ting Hong, gadis cantik itu memang luar biasa, begitu dia
mangatakan hendak menyerang lantas melancarkan serangan,
kejadian semacam ini sungguh berada diluar dugaan orang.
Sedikit banyak Han siong Ki msmpunyai pikiran segan
untuk melangsungkan pertarungan dengan gadis itu, maka
menghadapi serangan yang bertubi tubi itu secara beruntun
dia mundur tiga langkah kebelakang.
1894 Gagal dengan serangannya yang pertama, Ting Hong
segera merubah jurus serangannya, sekali lagi dia menyergap
diri Han siong Ki dengan serangan-serangannya yang cepat
bagaikan sambaran kilat. Han siong Ki mainkan sistim pertahanan dari ilmu pukulan
Mo mo ciang hoat, dia mengunci seluruh bagian tubuhnya
yang penting hingga terhindar dari serangah lawan, dalam
keadaan demikian meskipun jurus serangan dari Ting Hong
termasuk suatu gerak serangan yang aneh dan luar biasa, tapi
semua serangan itu tak satupun yang berhasil mencapai
sasarannya, melihat kenyataab tersebut dara itu baru
terkesiap. buru-buru ia robah kembali serangannya.
Dikala Ting Hong sedang merubah jurus serangannya untuk
memperketat posisi sendiri, tiba-tiba Han siong Ki menerobos
maju ke depan sambil melancarkan serangan denganjurus Moong
kou ciat (raja iblis menyembah loteng istana) jurus ini
merupakan salah satu jurus serangan yang paling ampuh
diantara tiga jurus serangan terampuh dalam ilmu Mo mo
ciang hoat, malahan kalau dihitung-hitung maka jurus
serangan inilah serangan terampuh diantara tiga jurus
serangan lainnya.. "Blaaaang" suatu benturan kekerasan tak dapat dihindari
lagi, ditengah dengusan tertahan tubuh Ting Hong mencelat
sejauh delapan depa lebih dariposisinya semula. "Nona Ting"
dengan dahi berkerut Han siong Ki segera menegur
"kuanjurkan kepadamu lebih baik dengarkan saja semua
nasehatku, mari lah ikut aku dan kita pulang kegua salju
dibukit Ciong-san untuk berkumpul kembali dengan orang
tuan u!" "Tidak!" jawab Ting Hong dengan tegas, jelas sekali
hatinya sedang marah, terbukti dari bibitnya yang digigit
kencang-kencang. 1895 "Baiklah nona Ting" kata Han-siong Ki kembali "kalau toh
engkau tak mau mendengarkan nasehatku, terpaksa aku
harus menggunakan kekerasan untuk menghadapi dirimu!"
Dengan satu gerakan yang amat cepat sianak muda itu
menerkam mangsanya, sepasang jari tangannya yang
dipentangkan lebar seperti kaitan ba ja yang sangat kuat
mengcengkeram pergelangan tangan musuh dengan cepat,
gerak serangan ini mendadak, cepat dan tepat.
Ting Hong sendiri bukanlah seorang manusia sembarangan,
dengan suatu gerakan yang sebat dia tarik pergelangan
tangannya kebelakang, begitu terhindar dari cengkeram
tersebut, telapak tangan' nya berbalik kedepan dan secara
beruntun inelan carkau tiga buah serangan berantai.
Han-siong Ki rnemang memiliki banyak sekali jurus-jurus
serangan mematikan yang luar biasa dahsyatnya, tapi pemuda
itu tak berani mengguna kannya secara gegabah, sebab ia
kuatir kalau serangannya yang teramat dahsyat itu bisa
msngaki batkan musuhnya terluka.
Pada hakekatnya andiikata ia tidak didesak terus sehingga
terpaksa harus turun tangan, pemuda itu merasa segan untuk
turun tangan, tentu saja melukai gadis itu lebih-lebih tak
mungkin akan dilakukan olehnya...
Tapi bila ia tidak mengeluarkan jurus-jurus serangannya
yang mematikan, untuk sesaat gadis itu pun tak mampu
mengapa-apakan musuhnya, keadaan semacam ini membawa
anak muda itu menjadi serba susah...
Demikianlah, ketika Ting Hong secara beruntun
melancarkan tiga buah serangan berantai, Han siong Ki
terdesak hebat sehingga tanpa bisa dicegah lagi dia mundur
bebsrapa langkah untuk menghindarkan diri
Begitu si anak muda itu mundur, Ting Hong segera
manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dia
melompat keudara dan berusaha melarikan diri dari situ.
1896 "Nona Ting, kau tak dapat pergi, percuma usahamu untuk
kabur dari sini" bentak Han siong Ki dengan dingin.
Sekali lagi dia menjejakkan kakinya keatas tanah dan
berkelebat kedepan untuk menghadang jalan perginya.
"Han siong Ki, engkau terlalu mendesak diriku, ketahuilah
binatang yang terpojokpun akan melawan, apalagi manusia."
bentak Ting Hong dengan geramnya.
"Weeeessss" sebuah pukulan yang bertenaga amat besar
segara dilontarkun kedepan untuk menghajar dada Han siong
Ki. Sianak muda itu tahu bahwa gadis itu berusaha untuk
melarikan diri dari cengkeramannya, maka dengan cepat hawa
si mi sikangnya dikerahkan untuk melindungi seluruh badan-..
"Blaaaang" diiringi jeritan kaget, pukulan tersebut
bersarang telak pada sasarannya.
Serangan yang dilancarkan Ting Hong itu dengan tepat
menghantam diatas dada Han siong Ki, walaupun dia
mengandalkan hawa saktinya untuk melindungi badan toh
serangan tersebut cakup membuat hawa darah didalam
dadanya bsrgolak keras, matanya terasa berkunang kunang
dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun
berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan
Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan itu.,
"Lepaskan aku!" teriak nona itu dengan geram bercampur
mendongkol. "Maaf" aku tak dapat memenuhi harapanmu itu Ting Hong
meronta dengan sekuat tenaga, tapi tidak berhasil melepaskan
diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak
tangan kirinya tiba tiba diayunkan ke depan menghajar tubuh
musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja itu. Han siong Ki
menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya
pada pergelangan tangan musuh segera diperketat.
1897 Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus
tertahan, tangannya segera terkulai kembali_ke bawah,
sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci,
marah dan mendendam, demikian mendalamnya rasa benci
nona itu hingga cukup membuat orang yang memandangnya
jadi ikut bergidik. Tampaknya dari kenekatan dan kekerasan kepala nona itu,
ia lebih rela dirinya mati dari pada pulang ke rumah...
Tapi mengapa ia sampai bersikap demikian" Suatu misteri
yang rasanya sukar untuk mendapatkan jawabannya!
Han-siong Ki tak mau pusing-pusing memikirkan persoalan
itu, dengan suatu gerakan cepat dia totok jalan darah gadis
itu, kemudian ia putar badannya herdak memanggil sepasang
siluman hitam putih......
Sebelum sesuatu tindakan dilakukan, tiba-tiba terdengar
serentetan suara yang amat menyeramkan berkumandang
datang: "Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?"
Mengikuti berkumandangnya ucapan tersebut kurang-lebih
dari arah tiga kaki dihadapannya muncullah sesosok bayangan
marusia yang bergerak sangat enteng seperti sukma
gentayangan. Menyaksikan kemunculan bayangan manusia itu
berdebarlah jantung Han-siong Ki saking ngerinya, dia
mengamati orang itu dengan lebih seksama lagi......
Ternyata orang itu adalah seorang laki laki tampan berbaju
putih yang telah berusia tiga puluh-tahunan, meskipun
tampan wajahnya, sayang diantara alis matanya tampak
terlintas suatu sikap yang licik dan bengis, sehingga terasa
kurang sedap dipandang mata.
Setibanya di tengah arena, laki-laki berbaju putih itu
memandang sekejap kearah Ting Hong yang menggeletak
1898 ditanah dengan jalan darah tertotok itu, kemudian dengan
hawa membunuh yang menghiasi wajahnya tebal-tebal, ia
berkata seram: "Lepaskan orang itu!"
"Hmmm! Siapa engkau?" tegur Han-siong Ki tak kalah
ketusnya. Laki-laki itu tidak menjawab, sebaliknya mengulangi
kembali kata-katanya:
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku memerintahkan kepadamu untuk segera melepaskan
dirinya!" "Huuuh......dengan dasar apa engkau memerintah diriku
untuk lepaskan dirinya?"
"Dengan dasar apa." Heehh... heeehhh... heeehhh...
tahukah engkau bahwa dia adalah kekasihku?"
Mendengar pengakuan tersebut Han siong Ki merasakan
hatinya bergetar keras: "Ting Hong adalah kekasihmu?" ia menegaskan.
"Yaa, benar" "sayang seribu kali sayang, ia tak dapat kuserahkan
kepadamu dengan begitu saja"
"Apa yang siap kau lakukan terhadap dirinya.?" teriak laki
laki berbaju putih itu sambil maju tiga langkah lebar kedepan.
"Dia hendak kuserahkan kembali pada ibunya"
Untuk sesaat laki-laki berbaju putih itu terkejut, tapi hanya
sejenak. la segera tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh.... omong kosong, ayoh
sebetulnya dia akan kau lepaskan tidak?"
"Tidak" 1899 "Bangsat, kalau begitu engkau memang sudah bosan
hidup". Diiringi bentakan nyaring, laki-laki berbaju putih itu
menerjang maju kemuka dan serangan tersebut cukup
membuat hawa didalam dadanya bergolak keras, matanya
berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski
demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan
pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk
melancarkan serangan. "Lepaskan aku" teriak nona itu dengan gemas bercampur
mendongkol. "Maaf, aku tak dapat memenuhi harapanmu"
Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, ia tidak berhasil
melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad,
telapak tangannya tiba-tiba diayunkan ke depan menghajar
musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja.
Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan,
cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera
diperketat. Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus
tertahan, tangannya segera tertarik kembali ke bawah,
sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci,
marah, dengan cepatnya bagaikan kilatan cahaya tahu tahu ia
sudah berada dihadapan Han siong Ki dan segera
melancarkan sebuah totokan kilat kemuka.
Waktu itu, Han siong-Ki sedang mencengkeram jalan darah
penting dipergelangan tangan Ting Hong, tentu saja ia tak
dapat berkelit, telapak tangan kirinya segera diputar satu
lingkaran kemudian dengan menggunakan jurus serangan
yang tak kalah ganasnya dia balik membacok pergelangan
tangannya... 1900 Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat dan
berat, laki laki baju putih itu merasa terkesiap. cepat ia
menarik kembali serangannya sambil mundur tiga langkah ke
belakang. Sementara itu, dua sosok bayangan manusia dengan
kecepatan yang luar biasa telah melayang masuk kedalam
arena pertarungan.. Siapakah mereka" Dua orang itu tak lain adalah Hek pek
siang yau sepasang siluman hitam dan putih.
Melihat kehadiran dua orang pembantunya, Han siong Ki
segera merentangkan sepasang tangannya dan melemparkan
tubuh Ting Hong kearah siluman putih Hong-ing ing.
"Jaga dia baik-baik" perintahnya. "lindungi dia jangan
sampai kena direbut lawan"
Siluman putih Hong Ing ing mengiakan, dengan cekatan dia
maju kedepan untuk menyambutnya .
Tampaknya lelaki baju putih itu merasa ada kesempatan
baik untuk merebut kembali pacarnya dari tangan musuh, tiba
tiba ia menerjang kemuka dengan kecepatan yang luar biasa,
tangannya seperti kuku garuda segera menyambar tubuh Ting
Hong yang masih melayang ditengah udara itu....
"Bangsat keparat Kau tak usah mencoba bermain gila
dihadapanku, enyah kamu dari sini" siluman hitam seng Keh ki
membentak keras. Diiringi suatu bentakan yang amat nyaring, dia
melancarkan sebuah cukulan yang sangat hebat dari sisi
arena. "Blaaang" ditengah benturan yang sangat keras, laki laki
berbaju putih itu terpental kembali ketempatnya semula,
sementara siluman putih Hong Ing ing telah menyambar dan
menerima tubuh Ting Hong yang dilontarkan ke arahnya itu.
1901 Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dengan
muka merah membara ia berseru sambil menggigit bibir...
"Han siong Ki, kau manusia keparat Aku bersumpah tak
akan hidup berdampingan denganmu, aku akan menggunakan
segala daya upaya untuk mencabut nyawa anjingmu."
"Heeehhh.... heeehhhh... heeeehhh..." Han siong Ki ketawa
dingin tiada hentinya, dengan wajah yang tetap dingin dan
kaku ia berkata lebih jauh:
"saudara, aku harap engkau bersedia menjawab dengan
sejujurnya, benarkah dia adalah kekasihmu?"
"siapa yang menyangkal kalau dia bukan kekasihku", Tentu
saja dia adalah pacarku yang sebenarnya"
"Kalau toh memang begitu, aku rasa engkau pasti
mempunyai nama bukan" Katakanlah dulu siapa namamu?"
"Hhmmm .Aku merasa tidak mempunyai keharusan untuk
menyebutkan namaku padamu"
"Kalau toh engkau segan untuk menyebutkan namamu, aku
harap engkau tinggalkan tempat ini.. saja"
"Boleh saja kalau menginginkan aku pergi dari sini, tapi dia
harus kau lepaskan lebih dulu"
"Bukankah kau adalah kekasihnya" Kenapa tidak kau cari
dirinya dirumah ibunya" Kalau hendak menemui dirinya lagi,
silahkan saja mendatangi gua salju dibukit Ciong san"
"Tidak Tidak bisa Dia tak dapat pergi dengan begitu saja"
Lama kelamaan Han siong Ki dibuat jengkel juga oleh
keketusan musuhnya, kontan ia mendengus dingin"HHmm saudara, sebenarnya apa yang hendak kau
lakukan" Katakan saja berterus terang"
Laki laki berbaju putih itu tidak langsung menjawab, ia
cabut keluar sebilah pedang pendek yang memancarkan
1902 cahaya berkilat, kemudian ketika senjata itu digetarkan maka
tampaklah kilatan cahaya pedang yang mengembang sampai
sepanjang tiga depa. "Kau tak usah banyak ngebacot lagi, ayoh Kita bereskan
saja persoalan ini dengan kekerasan" demikian teriaknya.
"Huuuh Dengan mengandalkan kepandaianmu itu, kau
hendak menantang aku untuk berduel?"
"Kenapa" Memangnya kau anggap aku tak sanggup untuk
menandingi kepandaianmu?"
"Heeehhh...heeehhh...heeehhh... aku kuatir kalau engkau
masih belum berhak untuk bermain denganku"
Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dia
merasa ucapan tersebut merupakan suatu penghinaan
baginya, sambil membentak nyaring, pedang pendeknya
segera digetarkan semakin kencang, hingga kini cahaya tajam
yang memancar keluar mencapai sejauh lima depa...
Siluman hitam seng Keh ki tak ingin ketuanya menghadapi
sendiri pertarungan itu, dia cepat maju ke muka seraya
berseru: "Ciangbunjin, harap engkau suka mundur kebelakang,
serahkan saja orang ini kepada tecu"
Laki laki berbaju putih itu semakin gusar, ia mendengus
dingin, pedangnya diputar semakin kencang menciptakan
selapis hawa pedang yang tajam dan mengerikan untuk
mengurung sekujur badan siluman hitam itu.
Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri cukup mengetahui
lihaynya ancaman tersebut, cepat badannya mengigos delapan
depa kesamping, begitu terlepas dari ancaman cahaya pedang
musuh........... Sreet! Sreeet! Secara beruntun ia lancarkan tiga buah
serangan berantai. 1903 Laki-laki berbaju putih itu segera menarik kernbali
serangannya, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya kedepan,
pedang pendek itu segera terlepas dari cekatannya
menembusi hawa pukulan siluman hitam yang sangat kuat
dan langsung mengancam kearah dadanya.
Tindakan ini boleh dibilang luar biasa sekali, bukan saja
serangan dilancarkan secara tiba-tiba bahkan kehebatannya
tak terkirakan, dalam keada an demikian, sekalipun ilmu silat
yang dimiliki siluman hitam jauh lebih lihaypun sulit rasanya
untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat yang terduga
ini....... "Criiiing........!" tiba-tiba terdengar suara gemerincingan
nyaring menggema diangkasa.
Cahaya pedang tersebut setelah membentuk gerakan satu
setengah lingkaran busur segera meluncur kembali ke tangan
laki-laki baju putih itu.
Kiranya Han-siong Ki sudah was-was dan
memperhatikannya dengan seksama, begitu ia saksikan
betapa lihaynya ilmu pedang lawan yang disertai dengan
tenaga dalam yang dahsyat itu, maka dikala laki-laki tersebut
melontarkan pedang pendeknya melakukan sergapan maut,
secepat kilat diapun melancarkan sebuah serangan jari tangan
yang tajam. Untung serangan tersebut bersarang telak diujung pedang
itu, sehingga pada detik yang terakhir ia berhasil menyampok
jatuh pedang itu dan menyelamatkan jiwa rekannya.
Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri, kendatipun berhasil
lolos dari ancaman bahaya maut, tak urung peluh dingin
sempat mengucur juga memba sahi seluruh tubuhnya.
Dia ingin maju lagi ke depan, tapi Han-siong Ki segera
ulapkan tangannya seraya berkata:
1904 "Kau mundur saja ke belakang, biar aku yang
membereskan sendiri orang ini" Dengan wajah tersipu sipu,
siluman hitam segera mengundurkan diri dari tempat itu.
Laki laki berbaju putih itu sendiri memandang sekejap
kearah Han siong Ki dengau pandangan terperanjat, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia menerjang ke muka sambil
melepaskan serangkaian serangan yang maha hebat.
Waktu itu, Han siong Ki benar-benar sudah diliputi hawa
amarah yang menyala-nyala, hawa sakti si mi sinkang nya
disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, kemudian
dibabatnya ke tubuh lawan yang kebetulan sedang menerjang
tiba itu. Kabut putih yang amat tebal sebera menggulung-gulung
bagaikan permainan ombak di samudra, seseorang tampak
mendengus tertahan, menyusul kemudian laki-laki berbaju
putih itu terlempar sejauh dua kaki lebih ke belakang.
Pada saat yang bersamaan ketika laki-laki berbaju putih itu
mencelat ke belakang, tampaklah sekilas cahaya putih yang
menyilaukan mata meluncur ke muka dan mengancam dada
Han siong Ki. Kiranya sewaktu laki-laki berbaju putih itu melancarkan
tubrukan kemuka tadi, sekalian diapun melontarkan pula
pedang terbangnya untuk melukai lawan.
Padahal waktu itu Han siong Ki sedang mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melancarkan serangan, tak terkirakan
rasa kagetnya menyaksikan munculnya kilatan cahaya pedang
yang tahu-tahu sudah muncul dihadapan matanya, dalam
keadaan begini, sekuat tenaga ia membuang tububnya
kesamping... Sayang terlambat, tiba-tiba ia merasa kesakitan yang luar
biasa hingga merasuk kedalam tulang, ternyata lengan kirinya
sudah kena ditembusi oleh pedang terbang itu hingga terluka,
darah mengucur keluar dengan derasnya......
1905 Cepat cepat ia totok beberapa buah jalan darahnya untuk
menghentikan aliran darah tersebut.
Pedang terbang itu sendiri, oleh karena pada pangkal
gagangnya terikat oleh seuntai rantai yang kuat, maka begitu
berhasil mengenai sasarannya, cepat pedang tersebut ditarik
kambali kebelakang. Luka dalam yang ditarik laki-laki berbaju putih itu tidak
terlampau parah, terbukti dia lantas melompat bangun dan
berusaha melarikan diri dari situ.
Han siong Ki merasa penasaran sekali, apalagi setelah
terluka, hawa napsu membunuhnya makin menyelimuti
wajahnya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia
menyusup ke depan dan menghadang jalan pergi orang itu
kemudian secara beruntun ia lancarkan lima buah serangan
berantai yang rata rata bertenaga penuh.
Bukan saja serangan tersebut cepatnya luar biasa, bahkan
disertai juga tenaga dalam sebesar dua belas bagian, bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.
Selihay lihaynya laki laki berbaju putih itu, mana mungkin
dia sanggup menghadapi lima buah serangan berantai itu, jerit
kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, sambil
muntah muntah darah kental, tubuhnya terpental kurang lebih
tiga kaki jauhnya dari tempat semula dan tak sanggup bangkit
kembali. Hawa napsu membunuh dari Han siong Ki tidak karena
kejadian itu lantas padam. begitu musuhnya roboh ia
menerjang maju lebih ke depan sskali lagi telapak tangannya
diayun kebawah untuk melancarkan sebuah serangan yang
mematikan. Seandainya serangan tersebut bersarang telak di tubuh
orang itu, tak ampun lagi laki laki berbaju putih itu pasti akan
terhajar sampai hancur dan remuk berkeping-keping......
1906 Untunglah disaat yang amat kritis itulah tiba tiba dari arah
samping muncul segulung angin pukulan maha dahsyat yang
langsung menggulung ke tubuh Han siong-Ki.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Merasakan betapa beratnya ancaman itu, anak muda itu
segera menarik kembali serangannya sambil mundur dengan
hati terkejut. Ketika penyergap itu diamati dengan lebih
seksama lagi, maka terlihatlah bahwa orang yang barusan
melancarkan serangan itu bukan lain adalah, perempuan
berkerudung yang misterius itu.
Kemunculan si perempuan berkerudung yang tepat
menghalangi niatnya untuk melukai pemuda berbaju putih itu,
sungguh jauh diluar dugaan Han siong Ki, untuk sesaat
pemuda itu tertegun. "Eeh sebenarnya apa maksudmu menghalangi niatku untuk
menghajar mampus bangsat itu....?" teriak pemuda itu
kemudian dengan kemarahan yang belum mereda.
"Hmmmm" perempuan berkerudung itu mendengus dingin,
"bukankah engkau pernah menerima kebaikan dari Ting Hong
maupun ibunya" Mengapa kau hendak membinasakan
kekasihnya sekarang" Tidakkah engkau merasa bahwa
tindakanmu itu ibaratnya air susu yarg dibalas dengaa air
tuba..?" Mendengar perkataan itu, Han siong Ki jadi amat terkejut,
tanpa disadari ia mundur satu langkah lebar ke belakang.
Tepat sekali ucapan tersebut Bagaimanapun juga ia
memang tak pantas membinasakan laki laki berbaju putih itu,
sebab diantara mereka tak pernah terikat sengketa atau
perselisihan yang harus diakhiri dengan suatu pertumpahan
darah. Untuk sesaat lamanya anak muda itu termenung dan tak
tahu apa yang harus dilakukan... mendadak ia seperti
merasakan kehilangan sesuatu, dengan mata yang tajam
iapun celingukan kesana kemari seperti mencari seseorang,
1907 agaknya ia tidak temukan diri Go siau bi ada bersama mereka,
maka diapun berseru. "Eeeh.. aneh benar, kemana ia telah pergi" Kenapa tidak
nampak batang hidungnya?"
"siapa yang kau cari...." Go siau-bi maksudmu?" sela
perempuan berkerudung itu
"Yaa, dia... dia ada dimana?".
"Dia telah pergi"
"Apa" Dia telah pergi..?" kata Han siong Ki dengan
perasaan tak karuan, saking kagetnya sampai nada suaranya
juga kedengaran agak gemetar....
"Ya, dia sudah pergi Maafkanlah daku, aku telah berusaha
dengan sepenuh tenaga untuk menghalangi kepergiannya,
tapi sayang... usahaku itu gagal. akhirnya aku tetap tidak
berhasil untuk menahan dirinya agar jangan pergi"
"Kemana ia telah pergi?"
"Siapa yang tahu?"
Han-siong Ki jadi panik sekali, dia segera menjejakkan
kakinya siap meninggalkan tempat itu.....
"Ciangbunjin tunggu sebentar!" tiba tiba siluman hitam
Seng Keh-ki memanggil dengan hormat, dia lantas
menghampiri ketua perguruannya.
"Ada urusan apa?" tanya pemuda itu sambil menghentikan
gerakan tubuhnya. "Tecu telah menemukan surat yang ditinggalkan nona Go,
barap ciangburjin suka memeriksanya lebih dulu!"
Seraya berkata dia lantas mengangsurkan sepucuk surat
ketangan ketuanya. 1908 Tampaknya Han-siong Ki sudah mendapat firasat jelek, ia
tahu ada suatu kejadian yang luar biasa dan tak diinginkan
terjadi, tanpa sadar sekujur badannya menggigil keras,
jantungnyapun ikut berdebar kencarg, peluh sebesar kacang
kedelai membasahi seluruh kening dan tubuhnya........
Dari tangan siluman hitam disambutnya selembar kain
potongan yang penuh dengan tulisan, tampaknya kain itu
sengaja dirobek dari bajunya sebagai pengganti kertas.
Tulisan diatas kain itu ditulis dari arang, ini menunjukkan
betapa kalut dan bingungnya pikiran Go Siau-bi ketika
menyusun kalimat dan menulisnya dikain tersebut.
Memegang kain yang penuh berisikan tulisan itu Han-siong
Ki tak dapat menahan emosinya, tangan yang memegang kain
itu tampak sedikit menggigil.
Untuk sesaat pemuda itu memejamkan matanya ketika
perasaan dan pikirannya telah menjadi tenang kembali, ia
baru membuka matanya dan membaca surat tersebut.....
-ooo0dw0ooo- Bab 102 TERBACALAH surai itu berbunyi demikian;
"Engkoh Ki yang kusayangi; Bila kau sedang membaca
surat ini, maka aku sudah jauh berada disisimu, maafkanlah
kepergianku yang kulakukan secara diam-diam ini aku tak
ingin pergi sepengetahuanmu, maafkanlah aku karena aku
pergi tanpa pamit! Selama hayat masih dikandung badan, aku akan tetap
mencintaimu, semua kasih sayangku padamu akan kusimpan
terus dihati sampai akhirnya kubawa kembali ke liang kubur.
1909 Ketahuilah engkoh Ki, aku amat mencintai dirimu baik
semasa masih hidup maupun setelah aku mati nanti, cintaku
kepadamu tak akan padam tak akan sirna karena alasan
apapun jua. Aku tahu, cinta adalah suatu pengorbanan, cinta yarg suci
dan murni bukanlah membutuhkan suatu pembalasan yang
setimpal, atau dengan perkataan lain, aku tak akan
menggubris apakah engkau mencintai aku atau tidak, tapi
yang pasti aku amat mencintaimu, inilah cintaku yang
pertama, juga cintaku yang terakhir kalinya, semua kasih
sayangku telah kupersembahkan hanya untuk mu seorang.
Sampai sekarang, walaupun antara kau dan aku belum
pernah melakukan hubungan sebagai suami istri, tapi diatas
kertas aku telah menjadi istrimu yang sah, maka sampai
matipun aku tetap akan menjadi setannya keluarga Han.
Perkawinan kita adalah suatu kekeliruan yang besar, aku
rasa dalam hal ini ergkaupun tak akan menyangkal.
Setiap apa yang pernah dikatakan nona Ting, cinta antara
seorang laki-laki terhadap seorang pe rempuan harus tumbuh
secara siam. harus muncul dari dasar hati yang dalam, cinta
tak dapat di peroleh dari suatu penekanan, suatu paksaan
atau mengemis dari orang lain. Aku cukup memahami arti dari
ucapan itu, akupun dapat menarik kesimpulan dari perkataan
itu bahwa cinta yang didapat dari mengemis atau suatu
pernaksaan adalah cinta yang palsu, cinta yang tidak
sungguh-sungguh, bukan kebahagiaan yang akhirnya akan di
peroleh melainkan suatu siksaan, suatu penderitaan sepanjang
hidup. Setelah memahami keadaan yang sebenarnya, ma ka
kuputuskan untuk pergi meninggalkan kau!
Engkoh Ki! Aku tahu engkau akan bersedih hati, kau akan
merasa tertekan jiwanya, sebab engkau adalah seorang yang
berhati panas meski diluafan wajahmu tampak selalu dingin.
1910 Tapi.....yaa, aku minta kau tak usah terlalu menyalahkan
dirimu sendiri, aku pergi karena maksud hatiku sendiri, sebab
dengan demikian pc rasaan kita berdua akan mendapat
ketenteraman dan ketenangan.
Berat rasanya kutinggalkan dirimu, tapi kau tak usah kuatir,
dimanapun aku berada sejak kini, hatiku selalu hanya
untukmu, pikiran dan perasaanku akan selalu mendampingi
dirimu. Semoga kau bahagia selalu.
Salam penuh kerinduan dari, Adik Siau-bi.
Bagaikan seseorang yang tercebur kedaiam gudang es
yang sangat dingin, Han-siong Ki merasakan sekujur badannya
jadi beku dan kaku, mu kanya puoat pias seperti mayat, untuk
sesaat lama mya ia tak tahu api yang musti dilakukan.
Mimpipun ia tak menyangka kalau pembicaraannya dengan
Ting Hong belum lama berselang mengakibatkan kepergian Go
Siau bi tanpa pamit Tiba-tiba pandangan matanya jadi gelap tubuh nya jadi
sempoyongan dan hampir saja roboh ke-tanah, untuk pertama
kalinya ia merasakan suatu kekosongan, untuk pertama
kalinya ia merasa kesepian dan hidup yang tak berarti, semua
siksaan dan penderitaan dalam hatinya membuat pemuda itu
tanpa terasa merintih......
Tonghong Hui, gadis yang disayang dan dicintai dengan
segenap jiwa raganya telah mati!
Go Siau-bi, bakal istrinya yang selalu terbuai diantara
permainan, hidup yang serba menyedihkan kini telah pergi!
Sekuat tenaga ia menarik narik rambut sendiri, darah
mengucur keluar dari sela sela jari tangannya, tampaknya
pemuda itu hendak menggunakan siksaan badan untuk
mengurangi rasa siksaan yang dialami batinnya.
1911 Sepasang siluman hitam putih hanya bisa memandang
tingkah laku ketuanya dengan wajah tertegun, mereka tak
berani memberi komentar, apalagi menghiburnya dengan
kata-kata yang manis. Ting Hong terkapar dengan jalan darah tertotok,
sedangkan laki laki berbaju putih itu berbaring tak sadarkan
diri karena isi perutnya yang terluka parah, terhadap adegan
yang sedang berlangsung didepan matanya tentu saja mereka
tidak merasa apa-apa. Akhirnya perempuan berkerudung itulah yang maju
beberapa langkah ke muka, lalu berkata dengan suara yang
berat dan dalam: "Han siong Ki Ingat baik-baik, perpisahanmu ini hanya
suatu perpisahan untuk sementara waktu saja, bukan suatu
perpisahan karena kematian, kenapa engkau musti berkeluh
kesah seperti seorang manusia yang tak bersemangat"
Memangnya dikemudian hari kau tak bisa mencari dirinya lagi"
Memangnya.. di kemudian hari engkau sudah tak punya
kesempatan untuk bertemu lagi dengannya" Kau harus ingat,
apa yang harus kau lakukan lebih dahulu pada saat ini"
Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong ucapan
tersebut segera menyadarkan kembali si anak muda itu dari
lamunannya. Dengan sekujur badan bergetar keras, Han siong Ki
memandang sekejap kearah perempuan berkerudung itu
dengan pandangan penuh berterima kasih, setelah memberi
hormat kepadanya iapun berkata:
"Bukankaht engkau pernah berjanji kepadaku akan
memberitahukan kemana kaburnya Thian che kaucu?"
"Yaa betul" sahut perempuan berkerudung itu sambil
mengangguk, "tapi sebelum kau pergi mencari gembong iblis
itu ditempat persembunyiannya, terlebih dahulu engkau harus
selesaikan dahulu masalah yang sedang kau hadapi sekarang"
1912 Han siong Ki segera mengalihkan perhatiannya ke atas
wajah siluman hitam seng Keh ki dan siluman putih Hong mg
ing, lalu ujarnya, dengan suara tegas:
"Aku sebagai ciang bun jin bersedia memberi ijin kepada
kalian berdua untuk mengundurkan diri dari perguruan Thian
lam pay" Mendengar perkataan itu, sekujur badan siluman putih
maupun siluman hitam bergetar keras, cepat-cepat mereka
jatuhkan diri berlutut keatas tanah.
"oh.... ciang bunjin" rengek mereka berbareng "dosa dan
kesalahan apakah yang telah tecu lakukan, sehingga engkau
begitu tega mengusir kami berdua dari perguruan?"
"Kalian berdua telah salah artikan maksud hatiku, ayoh
bangunlah lebih dulu"
"Harap ciang bunjin bersedia memberi penjelasan lebih
dulu sebelum tecu berdua bangun berdiri"
Dengan pandangan yang tajam Han siong Ki mengawasi
kedua orang anak buahnya itu, kemudian sepatah demi
sepatah kata dia berkata:
"Kalian berdua adalah sisa anak murid Thian it-bun yang
masih hidup di dunia hingga saat ini, apakah kalian berdua
tiada berniat untuk membangun kembali perguruanmu serta
membalas budi kebaikan yang pernah kalian terima dari
gurumu dimasa lalu?"
Agak kaget kedua orang itu ketika mendengar perkataan
tersebut, dengan suara gemetar siluman hitam lantas berkata:
"Tecu suami istri bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin
sepanjang masa, tecu tak ingin mengingkari sumpah yang
telah tecu ucapkan sendiri"
"Tapi aku kan memberi ijin khusus kepada kalian berdua
untuk meninggalkan perguruan?"
1913 "Tecu berdua tidak berani, tecu berdua tetap ingin
mendampingi diri cianbunjin"
"Bagaimana kalau kataku barusan merupakan suatu
perintah" Apakah kalian berdua juga ingin membangkang
perintahku?" "Tentang soal ini... tentang soal ini..." untuk sesaat siluman
putih maupun siluman hitam jadi tergagap, mereka tak taliu
bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
"Ayoh bangun" sekali lagi Han siong Ki memerintahkan
kedua orang itu untuk bangkit.
Kali ini dua orang siluman tersebut tak berani
membangkang, merekapun bangkit berdiri.
Setelah kedua orang itu berdiri, dengan wajah yang keren
dan bersungguh sungguh Han siong Ki berkata lagi:
"Sekarang dengarkan baik baik perkataanku, bawalah Ting
Hong dan hantar dia ke gua salju dibukit ciong san, serahkan
gadis ini kepada ibunya si Jelek dari Sin Ciu, katakan
kepadanya bahwa aku telah menepati janjinya dengan
menghantar putrinya, katakan juga bahwa perbuatanku ini
sebagai tanda balas budi atas hadiah obat mustikanya. Selesai
melaksanakan tugas tersebut, kalian berdua boleh pergi
sesuka hati kalian dan kalian pun tak usah datang menjumpai
diriku lagi" Sepasang siluman hitam dan putih segera menunjukkan
wajah keberatan, malah siluman putih Hong Ing ing segera
berkata dengan kepala tertunduk:
"ciangbunjin, harap engkau bersedia untuk menarik kembali
perintahmu, tecu bersedia mendampingi ciangbunjin sampai
akhir masa"
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun dihati kecilnya Han siong Ki merasa sangat
terharu, namun diluaran ia tetap bersikap dingin dan hambar..
1914 "Tidak" tampiknya "setiap patah kata yang telah
kuucapkan, selamanya tak akan ku ubah kembali"
Ucapan tersebut membuat sepasang siluman salting
berpandangan beberapa kejap, akhirnya siluman hitampun
berkata pula dengan nada yang sangat menghormat.
"Tecu berdua bersedia turut perintah, namun tecupun
mempunyai satu permintaan, apakah ciangbunjin bersedia
untuk mengabulkannya?"
"Apakah permintaan kalian itu" Coba kalian katakan secara
berterus terang" "Ijinkanlah kami untuk menyebut ciangbunjin sebagai tuan
majikan sebagaimana sebutan kami dahulu, dan sebutan
tersebut rasanya tak mungkin bisa tecu rubah lagi selama tecu
berdua masih hidup didunia ini"
Han siong Ki benar benar merasa sangat terharu dengan
penuh luapan emosi sahutnya:
"Baiklah, aku tahu betapa besarnya cinta kasih kalian
berdua kepadaku, rasanya kurang baik bila kutampik juga
permintaan kalian ini, anggaplah kukabulkan keinginan kalian
itu" "Terima kasih banyak atas kebijaksanaan tuan majikan"
Dua orang siluman itu berseru dengan gembira.
"sudahlah, kalian tak usah membuang banyak waktu lagi,
Nah sekarang berangkatlah"
"Selamat tinggal tuan majikan"
sekali lagi dua orang siluman itu memberi hormat,
kemudian baru bangkit berdiri. siluman putih Hong Ing ing
pun segera menyambar tubuh Cui hoa siancu Ting Hong, dan
kedua orang itu pun berangkat menuju ke gua salju dibukit
Ciong san. 1915 setelah bayangan tubuh mereka hilang dari pandangan,
perempuan berkerudung itu baru menuding kearah laki laki
berbaju putih itu seraya ucapnya: "Engkau tahu siapakah
orang ini?" "Tidak tahu" dengan kebingungan Han siong Ki gelengkan
kepalanya berulang kali. "Dia adalah cucu muridnya Huan yu- it koay (manusia
paling aneh dari seluruh jagad) yang bernama Ciong pin"
"Jadi dia adalah ahli waris dari Thian che kau cu Yu Pia
lam?" seru Han siong Ki kemudian dengan wajah berubah
hebat. "Benar" si anak muda itu segera mendengus dingin, selangkah demi
selangkah ia maju ke depan menghampiri orang itu...
Mimpipun ia tak menyangka kalau laki-laki berbaju putih itu
tak lain adalah muridnya Yu Pia lam.
"Eeh....eehh nanti dulu, apa yang hendak kau lakukan?"
Perempuan berkerudung itu segera meng hadang jalan
perginya . Dengan napsu membunuh yang berkobar kobar sahut Hansiong
Ki dengan nada menyeramkan.
"Aku hendak membinasakan dahulu bangsat ini"
"Tidak.. Tidak bisa.. orang ini tak boleh kau bunuh..."
"Kenapa?". "Pertama, dia adalah pacarnya Ting Hong, engkau tak
boleh merusak masa depan seorang perempuan. Kedua,
meskipun Yu pia lam mempunyai dendam kesumat sedalam
lautan dengan dirimu, tapi tiada ikatan dendam apa apa
dengan dirinya, menurut apa yang kuketahui, ia belum pernah
melakukan sesuatu gerakan dalam perkumpulan Thian che
1916 kau, diapun tak pernah membantu kaum penjahat melakukan
kejahatan, selama ini dia hanya berada disamping Huan yu it
koay, jarang sekali munculkan diri didalam dunia persilatan."
"Dengan pandangan terperanjat Han siong Ki mengawasi
perempuan berkerudung itu, ia benar-benar heran dan
tercengang atas usulnya......
siapakah dia sebenarnya"
Mengapa ia begitu paham dan mengusahi tentang semua
persoalan tersebut" sebenarnya dia adalah seorang kawan atau lawan"
Mengapa ia selalu membantu dirinya"
sekalipun demikian, rasa bencinya terhadap Yu Pia lam
maupun anak buahnya sudah boleh dibilang merasuk ke
tulang sum-sum, dia tak ingin melepaskan setiap orang yang
mempunyai hubungan dengan Yu Pia lam. Maka dengan suara
dingin ia berseru: "Tidak Bagaimanapun juga dia harus
kubunuh" Kedengarannya perempuan berkerudung itupun dibuat
gusar oleh kekerasan hati pemuda itu, serunya pula:
"Han siong Ki, kini perkumpulan Thian che kau sudah
hancur dan porak poranda, yang masih tersisa tinggal
gembong penjahatnya Yu Pia lam seorang, jika engkau
hendak melakukan pembasmian maka sepatutnya iblis itulah
yang kau bunuh. Pepatah kuno pernah berkata begini, dosa
dari guru janganlah dituntut pada sang murid, apakah engkau
sudah lupa bahwa siJelek dari sin ciu telah menghadiahkan
obat mustika kepadamu, sedang Ting Hong telah
menyembuhkan pula luka yang diderita Go siau bi, sekalipun
engkau tidak memberi muka kepada orang she Ciong ini,
sepantasnya kalau kau ingat jasa pacarnya..."
"Baik,...baiklah.... dia kulepaskan" sahut Han siong Ki
kemudian dengan perasaan apa boleh buat.
1917 "sampai detik ini, dia masih belum tahu dengan segala
perubahan yang telah terjadi dalam lembah Lian huan tan, jika
engkau hendak mencari Yu Pia lam maka dialah petunjuk jalan
yang paling tepat bagimu..."
"Dia" Dia bersedia menjadi penunjuk jalan ku untuk
mencari gurunya?" "Tentu saja kalau terang terangan dia akan menolak,
maksudku kuntitlah dia secara diam diam dari belakang, maka
akhirnya engkau akan dibawa kesarang gurunya"
"ooooh... kiranya begitulah maksudmu hm..... sekarang aku
sudah mengerti" "Nah kalau sudah mengerti, bersembunyilah lebih dulu
untuk sementara waktu, akan kubangunkan dia"
Han siong Ki mengangguk. dia lantas melayang pergi
beberapa kaki jauhnya dari tempat semula, dan
menyembunyikan diri. setelah si anak muda itu baik baik menyembunyikan diri,
perempuan berkerudung itu baru menotok beberapa buah
jalan darah penting di tubuh laki laki berbaju putih itu, diiringi
suara rintihan lirih, laki laki berbaju putih itu sadar kembali
dari pingsannya. Perempuan berkerudung itu lantas mengambil keluar dua
butir pil yang segera diserahkan kepadanya seraya berpesan:
"sekarang jangan bergerak lebih dulu, salurkan hawa
murnimu dan sembuhkan lebih dahulu luka yang kau derita"
Dengan pandangan berterima kasih bercampur curiga dan
takut laki laki berbaju putih itu mengerling sekejap kearah
perempuan berkerudung itu, kemudian ia meronta bangun
dan mulai menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan
luka yang dideritanya itu.
1918 Kurang lebih setengah jam kemudian, laki-laki berbaju
putih itu sudah menyembuhkan luka yang dideritanya, sambil
bangkit berdiri dia lantas menjura dalam-dalam. "Terima kasih
banyak atas budi pertolongan anda yang tak terkirakan
besarnya ini" "Tak usah banyak adat" tukas perempuan berkerudung itu
dengan nada yang dingin. "Bolehkah aku tahu siapa namamu?"
"Aku rasa soal nama bukanlah suatu soal yang penting,
lebih baik tak usah kau tanyakan"
Untuk sesaat laki laki berbaju putih itu tertegun, tapi selang
sesaat kemudian diapun berkata lagi: "Tolong tanya..."
"Engkau ingin mengetahui jejak dari Cui hoa siancu Ting
Hong?" tukas perempuan berkerudung itu.
"Yaa, benar" . "Gadis itu dapat kau temukan kembali, digua salju bukit
Ciong san Dan ada satu hal dapat kuberitahukan kepadamu,
sampai kini ia tetap aman dan sehat wal-afiiat tanpa
kekurangan sesuatu apapun"
Dengan gemas dan penuh kebencian laki laki berbaju putih
itu berseru lagi: "Hutang piutang ini pasti akan kutagih kepada manusia
bermuka dingin, walau apapun resikonya" .
"Soal balas membalas adalah urusanmu sendiri, sekarang
engkau boleh pergi" Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi, perempuan
berkerudung itu segera putar badan dan berlalu lebih dulu dari
sana. 1919 Untuk sesaat lamanya laki-laki berbaju putih itu berdiri
termangu, tapi akhirnya diapun menggerakkan tubuhnya dan
berlalu dari sana. Han siong Ki yang sudah bersiap sedia sajak tadi dari
tempat persembunyiannya, diam diam mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan menguntit dibelakang laki laki
berbaju putih itu. Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya, sampailah
mereka didepan sebuah lembah yang amat sunyi, laki laki
berbaju putih itu segera menggerakkan tubuhnya, dalam
beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap
dibalik mulut lembah tersebut.
Menyaksikan hal itu, Han siong Ki lantas berpikir didalam
hati kecilnya "Aaah.... kemungkinan besar disinilah tempat
persembunyian dari Huan-yu it-koay, entah Thian che kaucu
Yu Pia lam juga berada disini atau tidak"."
sementara berpikir sampai disitu, dia lantas melanjutkan
langkahnya masuk kedepan...
Tiba tiba dari arah depan sana berhembus datang bau
busuk mayat yang tajam dan memuakkan bikin siapapun yang
mencium bau tersebut menjadi muak dan ingin muntah.
serta merta sorot matanya dialihkan kearah mana
berasalnya bau busuk itu, tetapi apa yang kemudian terlihat
membuat sekujur badannya menggigil keras, bulu kuduknya
pada bangun berdiri. Dimulut lembah tersebut, tergantunglah sebuah papan
kayu yang dipantekkan diatas sebatang pohon besar, diatas
kayu tersebut terteralah beberapa huruf yang ditulis dengan
huruf yang sangat besar: "BARANG SIAPA BERANI MASUK KE LEMBAH
INI....MAMPUS " 1920 Kalau cuma papan nama mendingan, yang lebih ngeri lagi
ternyata pada batang-batang pohon yang tumbuh disekitar
tempat itu, masing-masing tergantunglah sosok mayat, dan
jumlah mayat tersebut semua ada delapan sosok.
semua mayat tadi sudah membusuk dan hancur hingga
menyiarkan bau busuk yang luar biasa, ditengah lorong
lembah berserakan pula tulang-tulang kerangka manusia yang
tak terhitung jumlahnya .
Bila ditinjau dari dandanan serta pakaian yang dikenakan
mayat mayat yang bergelantungan diatas dahan dahan pohon
itu, dapat diketahui bahwa mereka semua adalah murid murid
Buddha, alias orang yang beribadah....
Tapi.... kenapa para padri itu bisa mati semua dimulut
lembah dalam keadaan mengerikan.
Jika dikatakan HHuan yu it koay manusia paling aneh dari
kolong jagad benar benar bersembunyi dalam lembahi ini,
maka tak bisa diragukan lagi pembunuh keji yang telah
menghabisi nyawa orang-orang itu adalah anak muridnya
gembong iblis tua tersebut.
sementara dia masih termenung, tiba tiba dari arah depan
berkumandang suara ujung baju tersampok angin menyusul
kemudian muncullah belasan sosok bayangan manusia..
Dengan perasaan kaget bercampur tercengang Han siong
Ki berpaling ke samping, ternyata yang datang adalah belasan
orang hwesio yang semuanya bersenjata sekop. tongkat
penggebuk harimau dan sebangsa sian cang yang rata rata
merupakan senjata berat. Begitu sampai ditempat tujuan, para hwesio itu dengan
wajah penuh kegusaran segera menyebarkan diri mengambil
posisi yang menguntungkan dan mengepung Han siong Ki
ditengah arena. 1921 Begitu pengepungan telah siap salah seorang padri tua
bersenjata sian cang yang ada diantara rombongan padri itu
segera mengerakkan senjatanya seraya membentak: "Ayoh
maju dan serang" Belasan senjata berat itu diiringi desingan angin serangan
yang maha dahsyat segera menyapu ke depan dan
mengurung sekujur badan sianak muda itu.
Disergap dan diserang tanpa mengetahui sebab
musababnya ini kontan membangkitkan hawa amarah didada
Han siong Ki, dengan jurus Yan cu coan in (burung walet
menerobos ke awan) secepat sambaran kilat dia menerobos
ke angkasa, setelah bersalto setengah lingkaran busur dia
melayang turun kembali dua kaki jauhnya dari tempat semula
dari situ secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Angin puyuh yang maha dahsyat dengan kekuatan yang
luar biasa segera menggulung ke depan, termakan oleh
serangan yang sangat kuat itu belasan orang padri tersebut
terhajar ampai roboh terjengkang ke sana kemari, senjata
tajam saling berbenturan menimbulkan uara gemerincigan
yang nyaring, malah ada dua senjata sekop yang saling
bentrok satu sama lainnya menyebabkan kedua macam
senjata tersebut terlepas dari cekalannya dan mencelat ke
tengah udara. Cukup dalam sekali bentrokan, kawanan padri itu sudah
kena terhajar sampai mundur dengan sempoyongan, kejadian
ini tentu saja mendatangkan perasaan ngeri dan bergidik bagi
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang orang itu... Han siong Ki merasa mendongkol sekali dengan kejadian
itu, sepasang alis matanya berkernyit dengan penuh
kemarahan dia lantas menegur:
"Eeeeh.... apa-apaan kalian ini" Memang-nya aku salah apa
dengan kalian" Mengapa tanpa menerangkan sebab
1922 musababnya, tanpa membedakan mana yang putih dan mana
yang hitam segera melancarkan serangan dengan begitu saja"
Ayoh kasih jawaban yang sejelas jelasnya"
Padri tua yang rupanya sebagai pemimpin rombongan
segera menghentakkan toya bajanya keras-keras ke tanah,
lalu dengan suara yang tak kalah nyaringnya dia menyahut:
" Karena apa...." Kami datang kemari hendak membalaskan
dendam bagi kematian anak murid perguruan kami yang
mengerikan ini, kenapa kau masih juga berlagak pilon" Kawan
kawan... ayoh maju dan serang bangsat cilik ini"
Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, serentak
kawanan padri itu maju ke muka sambil melancarkan
serangan serangan mautnya.
Kejadian ini semakin membangkitkan hawa awarah dalam
dada Han siong Ki, dia berpikir:
"Sialan hwesio hwesio berangasan ini... memangnya aku
yang bunuh anak murid perguruanmu" Kurang ajar entah
mereka adalah anak murid dari gereja siau lim si atau
bukan....:.?" Berpikir demikian, dia lantas menggunakan jurus Mo gan
Bu tee(api iblis menghanguskan bumi) Yang disertai tenaga si
mi sinkang sebesar delapan bagian untuk melakukan
perlawanan. Angin puyuh yang luar biasa hebatnya seketika itu juga
menggulung ke muka dan menyapu seluruh jagat.
Dengusan tertahan terdengar memecahkan keheningan,
sekali lagi kawanan padri itu terhajar sampai mundur ke
belakang dengan sempoyongan untung tak ada yang terluka.
Melihat kenekatan musuh-musuhnya itu, Han siong Ki
segera membentak dengan suara dingini
1923 "Apakah kalian semua adalah hwesio hwesio dari gereja
siau lim si?" "Benar" "Apakah toa hwesio juga mengatahui siapakah"
"Aku tidak mau ambil tahu siapakah diri sicu, kami hanya
ingin menuntut keadilan darimu, apa salahnya anak murid
perguruan kami, sehingga mereka kau bunuh secara keji
dimulut lembah ini?"
sehabis mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru
merasa serba salah... dalam keadaan demikian mau marah
segan mau tertawa pun tak bisa, ternyata hwesio hwesio itu
sudah menganggap dirinya sebagai anggota dari lembah
tersebut. "Toa hwesio Kalau persoalan itu kau tanyakan kepadaku,
maka aku sendiri harus bertanya pula kepada siapa?" serunya
kemudian agak mendongkol bercampur jengkel. sekarang
gantian para hwesio itulah yang berdiri tertegun tanpa mampu
berkata kata. Hwesio tua itu agak tertegun, tapi selang sesaat
kemudian dia balik bertanya: "Apakah sicu bukan anggota dari
lembah ini?" "Aku toh tak pernah mengakui bahwa aku termasuk salah
satu penghuni dari lembah ini?"
"kalau memang begitu, kenapa sicu datang kemari.."
sebelum Han siong Ki sempat memberikan jawabannya,
tiba tiba terdengarlah suara pujian kepada sang Buddha
berkumandang datang dari tempat kejauhan: "omintohud"
seorang padri tua yang alis matanya telah memutih semua
dengan suatu gerakan yang enteng melayang masuk kedalam
gelanggang. Menyaksikan kemunculan si hwesio tua itu, serentak para
padri lainnya .membungkukkan diri memberi hormat:
1924 Menyusul kemudian datang kembali lima puluhan orang
hwesio hwesio dari gereja siau lim si, serentak mereka
munculkan diri dan mengambil posisi mengurung mulut
lembah tersebut. Ternyata hwesio tua beralis mata putih itu tak lain adalah
Liau sian taysu adanya. sebagaimana diketahui, Liau-siau
taysu pernah bertemu muka dengan Han siong Ki dimasa lalu,
maka sewaktu mereka saling berjumpa muka, padri tua itu
segera berdiri tertegun, menyusul kemudian sambil
merangkap tangannya memberi hormat dia berkata: "Han
sicu, baik baikkah engkau selama berpisah, Terimalah salam
hormat dari lolap" "Tak usah banyak adat taysu, baik baikkah engkau?" cepat
Cepat Han siong Ki balas memberi hormat.
"sicu, ada urusan apa engkau datang mengunjungi lembah
Thian ciat kok ini?" Liau sian taysu bertanya kemudian.
Mendengar sebutan nama lembah itu, si anak muda itupun
segera berpikir dihati: "oooooh... kiranya lembah ini bernama Thian ciat kok. baru
sekarang aku tahu namanya."
Maka diapun menjawab: "Aku ada urusan penting datang kemari untuk berjumpa
dengan pemilik lembah ini"
"oooh... jadi sicu mengetahui siapakah pemilik dari lembah
ini?" hwesio tua itu bertanya lagi
"Jadi taysu sendiri tidak tahu?"
"Lolap tidak tahu"
"kalau memang tidak tahu siapakah pemilik lembah ini,
kenapa taysu membawa begitu banyak anak muridmu datang
kemari " 1925 "Aaai... beberapa waktu berselang, anak murid kami datang
ke sekitar tempat ini untuk mencari beberapa macam bahan
obat yang digunakan untuk membuat sejenis obat tertentu,
rupanya tanpa sengaja mereka telah memasuki lembah ini
yang mengakibatkan mereka semua dibunuh orang secara keji
dan mayat mayat mereka digantung ditempat ini, untunglah
salah seorang anggauta kami berhasil melepaskan diri dari
ancaman maut tersebut, dari laporan yang kami terima itulah
maka kami berangkat kemari untuk..."
"Untuk membuat perhitungan maksud taysu?" tukas Hansiong
Ki dengan cepat. "omitohud Membuat perhitungan tak berani kami lakukan,
adapun kedatangan lolap yang sebenarnya adalah menyelidiki
duduknya perkara ini sampai jelas, kemudian baru mengambil
keputusan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya"
Geli juga Han siong Ki sehabis mendengar penuturan itu,
sudah jelas kedatangan mereka adalah untuk membuat
perhitungan, tapi nyatanya mereka tak mau mengakuinya
secara terus terang. Rupanya demi untuk mempertahankan
nama baik perguruan mereka, terpaksa kawanan padri ini
mengucapkan kata kata yang bohong.
Kalau dibilang kedatangan mereka bukan untuk membuat
perhitungan, lalu apa sebabnya belasan orang padri itu
melancarkan serangan kepadanya tanpa membedakan lebih
dahulu mana yang putih dan mana yang hitam" Bukankah
kesemuanya itu membuktikan bahwa keinginan mereka untuk
membuat perhitungan besar sekali"
Tapi ia tidak membongkar kebohongan orang, sambil
tersenyum dia malah bertanya lagi:
"jadi taysu benar-benar tidak tahu siapakah pemilik yang
sebenarnya dari lembah Thian ciat kok ini?"
"omintohud... sebagai orang yang beribadah lolap tidak
biasa bicara bohong"
1926 "Apakah taysu bersedia untuk mengetahui siapa gerangan
manusia yang menjadi pemilik lembah ini"
"Apakah sicu mengetahuinya?" Liau sian taysu malahan
balik bertanya. "Tentu saja mengetahuinya, kalau tidak tak nanti
kuucapkan kata kata seperti itu"
"kalau memang begitu, harap sicu bersedia untuk
memberitahukan kepada lolap sekalian"
"Pemilik dari lembah ini sebenarnya tidak lain adalah Huan
yu it koay, manusia paling aneh dikolong jagat yang pernah
dihajar sampai cacad oleh pemilik benteng maut dimasa lalu"
"Apa" Kau maksudkan si manusia aneh dari kolong jagad
yang sangat lihay itu?"
"Yaa, benar" Paras muka Liau sian taysu seketika itu juga berubah
hebat, bagaimanapun juga Huan yu it koay termasuk seorang
jago lihay angkatan tua yang berilmu tinggi, dan diapun
terhitung gembong iblis termashur dan terhebat yang pernah
dijumpainya dalam dunia persilatan, tak aneh kalau hatinya
merasa amat terkejut. sementara itu Han siong Ki telah
melanjutkan kembali kata katanya: "Ahli waris dari Huan yu it
koay bukan lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam"
setelah perkataan tersebut diutarakan keluar, semua padri
gereja siau lim si mulai dari Liau-sian taysu sampai anggota
yang terkemuka lainnya sama sama menunjukkan perasaan
yang kaget bercampur ngeri..
Bagaimanapun juga perkumpulan, Thian che kau
merupakan perkumpulan paling besar di dunia persilatan
dewasa ini, bukan saja kekuasaannya jauh melebihi perguruan
dan perkumpulan lainnya, kekuatan merekapun jauh lebih
dahsyat dari gabungan beberapa buah perguruanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1927 Tentu saja para padri ini belum tahu kalau perkumpulan
Thian che kau sudah terbasmi dan musnah dari muka bumi,
sebab kenyataan tersebut belum sampai tersiar luas, kalau
tidak. mungkin mereka akan menunjukkan pula pandangan
yang lain. Dengan perasaan kaget bercampur ngeri Liau sian taysu
mundur dua langkah lebar ke belakang, serunya setengah
percaya setengah tidak: "Sicu, sungguhkah perkataanmu itu?"
"Hmmm Aku rasa aku tidak mempunyai kepentingan untuk
membohongi kalian semua" sahut Han siong Ki ketus.
Paras muka kawanan padri itu betul betul mengalami
perubahan yang teramat hebat, jelas nama besar musuhnya
telah membuat hati mereka jadi keder, sebab ia tahu dengan
mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sekarang, meski
dibantu oleh puluhan orang anak muridnya, namun kekuatan
mereka masih belum sanggup untuk melawan kedahsyatan
perkumpulan Thian che kau.
Tentu saja sebagai seorang pemuda yang cerdik Han siong
Ki dapat meraba perasaan dari padri tua itu, maka diapun
mengalihkan pokok pembicaraannya kesoal lain.
"Kedatangan taysu memang kebetulan sekali, dengan
demikian akupun tak usah repot repot harus berangkat sendiri
kebukit siong san untuk mencari diri taysu"
"Ada urusan apa sicu hendak mencari diri kami?" Liau siau
taysu segera bertanya dengan perasaan bergetar keras.
"Belum lama berselang, aku telah mengadakan janji bahwa
dalam satu tahun mendatang aku pasti akan berkunjung
sendiri kekuil kalian untuk membereskan satu peristiwa..."
"suatu peristiwa?"
"Yaa, soal tercurinya kitab pusaka Tay-boan yopit-kip milik
gereja siau limsi" 1928 "Pinceng siap mendengarkan penjelasan sicu dengan
seksama, silahkan kau utarakan apa yang hendak dibicarakan"
seru Liau sian taysu kemudian dengan wajah yang
dipengaruhi emosi. Paras muka Han siong Ki segera berubah jadi serius sekali,
ujarnya dengan suara dalam:
"Sebagaimana telah taysu ketahui sendiri, dimasa yang lalu
istana Huan mo kiong kami dimana terletak pusat
pemerintahan pergu-ruan Thian lam bun kami dikuasahi oleh
Tee kun Wi Ik beng, bangsat itu bukan saja berani berkhianat
kepada perguruan dan menjadi murid yang durhaka, ternyata
ia pernah mencatut pula nama besar mendiang guru kami Mo
tiong ci mo untuk membunuh penjaga loteng penyimpan kitab
digereja siau lim si serta mencuri lari kitab pusaka Tay boan
yok pit kip. Untunglah Thian maha pengasih. akhirnya
penghianat perguruan wi Ik beng berhasil kami ringkus dan
dijatuhi hukuman mati..."
"omitohud...." "Dan kitab pusaka yang dicuri itu berhasil kami temukan
dalam saku penghianat tersebut, maka sudah selayaknya
kalau kitab itu kami kembalikan kepada gereja siau lim si..."
Seraya berkata pemuda itu lantas merogoh ke dalam
sakunya dan mengambil keluar kitab pusaka Tay boan yokpit
kip itu, kemudian diangsurkan kedepan sambil menambahkan:
"Bagaimanapun juga, penjaga loteng penyimpan kitab telah
dibunuh oleh penghianat perguruan kami, maka dalam
peristiwa ini cayhe menantikan pendapat dari partai taysu"
Liau sian taysu dengan wajah yang terharu dan tangan
agak menggigil menerima kitab pusaka itu lalu di simpannya
dengan hati hati di dalam sakunya.
Ketika dilihatnya padri itu sama sekali tidak memeriksa isi
kitab tersebut, pemuda itu lantas berseru kembali:
1929 "Taysu, sudah selayaknya kalau kitab itu kau periksa lebih
dulu isinya, siapa tahu kalau isinya palsu?"
"omitohud.... sicu sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar tak mungkin akan mengakali orang dengan
permainan busuk. lolap percaya penuh dengan apa yang sicu
katakan" "Lalu bagaimana dengan penyelesaian tentang kisah
pembunuhan atas penjaga kuil kalian?"
"Kalau toh biang keladi dari terjadinya peristiwa ini sudah
dihukum sesuai dengan peraturan perguruan, otomatis
persoalan itu pun kami sudahi sampai disini saja"
Mendengar jawaban itu, Han siong Ki segera menjura
dalam dalam. "Terima kasih banyak ku ucapkan atas
kebesaran hati taysu"
-ooo0dw0ooo- Jilid 51 BAB 103
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"OMINTOHUD, sicu terlampau merendah, lolap tidak berani
menerimanya....." seru Liau sian taysu sambil merangkap
tangannya didepan dada dan memberi hormat..
setelah urusan yang pokok menjadi beres, Han siong Ki
baru mengalihkan sinar matanya memandang tulisan papan
kayu didepan lembah tersebut. "Barang siapa berani masuk
kelembah ini......... mampus"
Mengulangi kembali kata-kata tersebut, pemuda kita
mendengus dingin, kepada rombongan para taysu diapun
bertanya: 1930 "Taysu, apakah kalian semua masih berhasrat untuk
memasuki lembah ini?"
"Tentu saja". sahut Liau sian taysu dengan wajah serius
"dendam berdarah atas kematian beberapa orang anak murid
perguruan kami tak bisa dibiarkan dengan begitu saja".
"Aku ada sepatah kata yang sebenarnya tidak pantas untuk
diutarakan keluar, tapi mau tak mau terpaksa harus kukatakan
juga, harap taysu setelah mendengar perkataanku itu jangan
menjadi marah atau merasa kurang senang hati!"
"Katakan saja! Sekalipun kata-kata yang kurang sedap
didengar, kami tak akan tersinggungf"
"Taysu! Terus terang saja kukatakan kepadamu, meskipun
Taysu membawa anak murid yang cukup banyak dalam usaha
mencari balas atas ke matian anak muridmu, tapi aku kuatir
kemampuan kalian masih belum sanggup antuk mengatasi
kelihayan dari Huan-yu-it-koay beserta anak muridnya , bukan
saja lorten yang berjatuhan akan semakin banyak, aku kuatir
kalau tujuan kalian belum tentu bisa tercapai seperti apa yang
diharapkan semula !"
Pada hakekatnya apa yang diucapkan pemudat itu adalah
suatu kenyataan yang tak terbantahkan sebab dengan
mengandalkan kepandaian yangdimE liki beberapa orang padri
itu, mereka masih belum mampu untuk melakukan
pembalasan dendam terhadap Huan-yu-it-koay yang
merupakan jago lihay nomor wahid diniasa lampau serta
Thian-che kaucu-Yu-Pia-lam yang merupakan manusia paling
kuat masa itu. Walaupun demikian, ucapan tersebut cukup menimbulkan
kehebohan diantara kawanan padri yang hadir ditempat itu,
suara gumaman segera terdengar dimana-mana.
Bagaimana juga, sedikit banyak manusia itu tetap serakah
dan suka akan nama baik, tentu saja tujuan Han siorg-Ki
dengan perkataannya itu adalah menganjurkan kepada pihak
1931 siau-limpay agar sedikit tabu diri dan tidak mencari penyakit
buat diri sendiri. Selain dari pada itu, diapun tak ingin ada orang lain yang
turut serta dalam rencana pembalasan dendamnya sebab
wataknya yang tinggi bati dan keras kepala tak bisa menerima
bantuan orang lain ter hadap segala tindak tanduknya.
Paras muka Liau-sian-taysu pelan-pelan terjadi pula
perubahan yang cukup besar, tampaknya ia sedang
menghadapi suatu pemilihan yang cukup berat dalam masalah
itu. Melihat keraguan orang, Han-siong-Ki segera berkata lagi:
"Aku rasa jalan yang terbaik bagi Taysu sekalian saat ini
adalah membereskan dahulu lelayon dari anak murid
perguruan taysu yang terbunuh agar jenasah tersebut tidak
sampai mengalami penderitaan lebih jauh....."
Liau-sian taysu segera mengangguk berulang kali.
"Ehmm....ucapan dari sicu memang benar sekali baiklah,
akan kulakukan sekarang juga!"
Kepada para padri lainnya dia lantas berseru:
"Kumpulkan mayat-mayat itu dan bakar dengan api........i!"
"Omintohud......!"
Diantara suara pujian kepada Sang Baddha, seorang padri
bermuka keren segera maju ke muka, melewati papan
peringatan itu dan menghampiri sesosok mayat yang
tergantung diatas dahan pohon.
Tapi sebelum ia sempat menghampiri mayat tersebut dan
melepaskannya dari atas dahan, tiba-tiba terdengirlah jeritan
ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan
kesunyian, suara tersebut tinggi melengking dan mengerikan
sekali, membuat semua jago yang hadir disekitar tempat itu
sama-sama tersentak kaget.
1932 Ternyata padri berwajah keren yang maju ke muka tadi
sudah tergelepar di tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Apa yang menyebabkan kematian dari padri itu" Bukan saja
semua orang yang hadir dalam gelang gang tidak
mengetahuinya, bahkan menyaksikanpun tidak.
Semua padri dari gereja Siau-Lim-si itu jadi tertegun saking
kaget dan takutnya, mereka berdiri terbelalak ditempat semula
seperti sebuah patung, bergerakpun tidak.
Liau-sian taysu segera mengebaskan ujung jubah nya!
kemudian menjejakkan kakinya ke tanah dan siap menubruk
kearah mana padri itu tergelepar mati....
"Tunggu sebentar taysu!" seru Han siong Ki se cara tibatiba
dengan suara lantang. Berbareng dengan berkumandangnya seruan tersebut,
segulung desingan angin pukulan yang sangat, kuat segera
meluncur ke depan dan memaksa Liau-sian-taysu terpaksa
harus melayang kemba Ii ke atas tanah dan membatalkan
niatnya untuk melayang maju lebih jauh.
"sicu, mengapa kau halangi niat lolap untuk memeriksa
keadaan muridku itu?" Liau sian taysu sebera menegur
dengan wajah kurang senang hati.
"Apakah taysu tidak melihat bahwa dibalik kejadian ini ada
hal hal yang kurang beres?"
"Apa...." Ada hal hal yang kurang beres dibalik kejadian ini"
Tentang soal ini.." "Ketahuilah taysu, disekitar mulut lembah tersebut jelas
sudah disebar sejenis racun yang sangat kuat dan ganas,
keganasan racun tersebut tak bisa dilawan dengan andalkan
kekuatan tenaga dalam yang dimiliki seseorang, walaupun
tenaga lwekang yang dimiliki sudah mencapai tingkatan yang
paling tinggi" 1933 Mendengar penjelasan tersebut, kawanan padri itu bersama
sama tarik napas panjang, andaikata disekitar mulut lembah
tersebut benar benar sudah disebar racun yang sangat jahat,
maka kendatipun jumlah mereka lebih banyak juga tak ada
gunanya, sebab akhirnya toh tetap akan mati semua.
Air muka Liau sian taysu berubah jadi merah padam seperti
wajah seorang bayi, setelah mengejang sejenak, wajahnya, ia
berseru dengan nada terperanjat: "Apa...." Ada racun di
sekitar mulut lembah ini..?"
"Yaa... benar dan aku yakin seyakin yakinnya kecuali
disekitar mulut lembah memang sudah dipasang racun jahat,
setiap penyergapan yang dilakukan oleh orang lain tak
mungkin dapat mengelabuhi sepasang mataku ini...."
Untuk sesaat Liau sian Taysu jadi terbungkam dalam seribu
bahasa, ia tak tahu apa yang musti dikatakan.
sementara itu, Han siong Ki telah berkata lagi:
"Bagaimana kalau aku saja yang membantu taysu sekalian
untuk mengumpulkan mayat-mayat itu?"
"Apakah sicu tidak takut oleh ganasnya racun jahat yang
tersebar di mulut lembah?" tanya Liau-sian taysu penuh
diliputi perasaan emosi. "Tentang soal ini tak usah taysu risaukan, cayhe yakin
bahwa racun jahat itu masih belum bisa mengapa ngapakan
diriku" "ooooh....betapa berterima kasihnya kami semua atas
bantuan dari sicu ini . "
"Taysu tak perlu berkata demikian lagi, yang penting
sekarang adalah perintahkan semua anak muridmu agar
segera mengundurkan diri dari sekitar tempat itu"
1934 Liau sian taysu pun tidak banyak berbicara lagi, dia segera
turunkan perintah dan kawanan padri itupun serentak
mengundurkan diri sejauh tiga kaki ke belakang.
sekarang sinar mata dan perhatian semua orang telah
tertuju diatas tubuh Han siong Ki, semua orang ingin
menyaksikan dengan cara apakah pemuda itu akan
menurunkan mayat mayat rekan mereka.
sejak mengalami peristiwa ditelaga racun dalam lembah
hitam, boleh dibilang Han siong Ki telah memiliki suatu daya
kemampuan yang luar biasa untuk melawan ganasnya racun
dari jenis apapun juga.. Maka setelah kawanan padri dari gereja siau- lim si itu pada
mengundurkan diri, diapun lantas menyelinap ke arah papan
peringatan itu dan menghampiri mayat yang berada dipaling
depan itu dengan langkah lebar.
sedikitpun tak salah, dia sama sekali tidak merasakan
sesuatu tanda tanda yang aneh, hanya bau busuk karena
rusaknya mayat itu menyebabkan pemuda kita terpaksa harus
tahan napas. Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia telah
menemukan cara yang paling tepat untuk mengumpulkan
mayat mayat tersebut tanpa harus memegang secara
langsung semua mayat yang telah hancur dan membusuk itu.
Dari tangan kirinya segera diayun ke depan melancarkan
sebuah desingan angin jari yang tajam, begitu tali yang
mengikat mayat itu putus, telapak tangan kanannya segera
diayun ke depan, segulung angin pukulan yang sangat kuat
segera menyambar mayat itu dan membawanya melayang
jauh lima kaki keluar mulut lembah, dimana seorang padri
sudah siap menyambut tibanya jenasah tersebut.
"omintohud....." Menyaksikan kelihayan dari anak muda itu,
serentak kawanan padri dari gereja siau lim pay itu sama
sama berseru memuji keagungan Buddha.
1935 Mendadak serentetan suara dingin yang menyeramkan
berkumandang dari samping, menyusul kemudian muncullah
empat sosok bayangan hitam dengan gerakan cepat.
Han siong Ki sama sekali tidak menggubris atas tibanya
keempat sosok bayangan manusia itu. Jari tangan serta
telapak tangannya masih tetap bekerja cepat melepaskan
mayat mayat itu dari tiang penggantungan dan mengirimnya
keluar dari mulut lembah tersebut.
"Berhenti...." Tiba-tiba empat orang manusia berbaju hitam
itu membentak keras, serentak mereka menyebarkan diri ke
empat penjuru dan mengepung Han siong Ki rapat rapat.
sementara peristiwa itu berlangsung, para padri dari gereja
siau lim si yang berada diluar lembah sama sama berdiri
terbelalak dengan mata melotot sebesar kelereng, semua
perhatian mereka sama sama tertuju ke arena untuk
menyaksikan perkembangan lebih jauh.
sekarang, Han siong Ki telah berpaling, ia memandang
sekejap wajah ke empat orang laki laki berbaju hitam itu
dengan sinar mata yang amat buas, kemudian tegurnya
dengan ketus: "Apakah Yu Pia-lam si bangsat tua itu sudah pulang
kembali kedalan lembah ini".."
Mendengar teguran tersebut, mendadak sontak air muka
keempat orang manusia berbaju hitam itu berubah hebat,
dengan ketakutan bercampur perasaan ngeri masing masing
mundur satu langkah lebar ke belakang, kemudian salah
seorang diantaranya segera berseru:
"Jadi.... jadi...... engkau adalah.. Leng binjin si manusia
bermuka dingin?". "Yaa benar" Dari tanya jawab yang barusan berlangsung ini, Han siong
Ki dapat segera membuktikan bahwa apa yang diucapkan
1936 perempuan berkerudung kepadanya bukan kata kata yang
bohong, sudah pasti dalam lembah inilah Huan- yu- it- koay
menyembunyikan diri sementara si anak muda itu masih melamun, serentetan
bentakan nyaring telah menggelegar memecahkan kesunyian.
"Ayoh serbu...."
Empat orang laki-laki berbaju hitam itu serentak bergerak
maju kedepan melancarkan serangkaian serangan berantai
bukan saja serangan mere ka ganas dan hebat, bahkan jurus
serangan yang dipakai merupakan jurus jurus serangan maut
yang jarang ditemui dalam dunia.
Hebat sekali serangan gabungan yang dilancarkan keempat
orang ini, semua jalan keluar bagi Han-siong-Ki bukan saja
tertutup semua, bahkan sama sekali tiada peluang baginya
untuk menghin dar ataupun berkelit ke samping.
Han-siong-Ki mendengus dingin, dengan jurus Mo-hweIiau-goan (api iblis membakar padang rumput) yang disertai
tenaga dalam sebesar sepuluh bagian ia lancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke muka.....
Hembusan angin puyuh yang luar biasa kuatnya
menghambur keempat penjuru, sedemikian kuatnya serangan
tersebut membuat empat orang laki laki berbaju hitam itu
terdesak hingga mundur beberapa langkah ke arah
belakang...... Disaat empat orang laki-laki itu terdesak mundur
kebelakang, Han-siong Ki telah melancarkan serangan untuk
kedua kalinya, dan kali ini yang diserang adalah dua orang
diantaranya. Dalam serangan kali ini, dia telah menggunakan tenaga
sakti Si-mi-sinkangnya sebesar sepuluh bagian.
1937 Jeritan ngeri segara berkumandang memecahkan
keheningan, dua sosok bayangan manusia terpental hingga
keluar dari mulut lembah tersebut.
Melihat kelihayan musuhnya, dua orang manu sia baju
hitam lainnya jadi ketakutan setengah mati, serasa sukma
melayang tinggalkan raganya, mereka putar badan dan
melarikan diri terbirit-birit kedalam lembah tersebut............?
"Bangsat keparat! Memangnya kalian anggap bisa lolos dari
cengkeramanku" Huuh, mau lari kemana?"
Beberapa desingan angin jari yang tajam mengikuti suara
bentakan tersebut segera menyambar kedepan dan
mengancam tubuh dua orang musuhnya...........
Ternyata ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia baju
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hitam itu tidak lemah, ketika mendengar suara desingan angin tajam menyambar
dari sisi telinganya, masing masing lantas menyingkir
kesamping untuk menghindarkan diri dan ternyata ancaman
yang tertuju kebagian dada mereka itu berhasil dihindari...
Akan tetapi justru karena mereka harus melepaskan diri
dari ancaman musuh, kesempatan yang sangat baik itu telah
dimanfaatkan Han siong Ki dengan sebaik baiknya.
Dengan suatu gerakan yang jangat cepat bagaikan
sambaran kilat, dia menerobos maju kedepan dan
menghadang dihadapan kedua orang itu, serangan jari
tangannya sekali lagi melancarkan ancaman kesamping kiri
maupun kesamping kanan. selihay lihaynya ilmu silat yang dimiliki manusia berbaju
hitam itu, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi bagi
mereka untuk menghindarkan diri dari ancaman yang
dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat itu.
Dua kali jeritan ngeri sekali lagi berkumandang
memecahkan kesunyian dengan dada yang hancur dan
1938 berlubang karena tertembus oleh serangan tersebut, mereka
terkapar ditanah dengan darah kental mengucur keluar
bagaikan air ledeng.... Begitu selesai membereskan kedua orang lawannya, Han
siong Ki segera melompat kembali ke tempatnya semula,
sebagaimana cara yang telah di lakukan tadi, dalam waktu
singkat ia telah melepaskan semua mayat padri dari siau- lim
si yang tergantung diatas dahan itu dan mengirimnya keluar
lembah. Akhirnya diapun berseru dengan suara lantang:
"Taysu, selamat tinggal dan sampai jumpa lagi dilain
kesempatan". sekali melompat, ia telah melambung di angkasa, lalu
dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari
busurnya meluncur masuk kedalam lembah.
seperti juga namanya, lembah Thian-ciat kok memang
benar benar sebuah lembah yang teramat gersang, setelah
lima puluh kaki memasuki lembah tersebut, boleh dibilang
tanahnya semakin gersang, bukan saja tak ada pepohonan
atau rerumputan yang tumbuh disitu, kiri kanan lorong lembah
itu merupakan dinding tebih karang yang tingginya mencapai
ribuan kaki, luas lembah tersebut hanya puluhan kaki, tapi
semuanya terdiri dari batu batu karang yang besar, keras dan
tajamnya melebihi tajamnya sebilah golok.
Bagi Han siong Ki yang memiliki ilmu meringankan tubuh
amat sempurna, sedang yang terdiri dari batuan karang yang
tajam itu bukan halangan yang berarti baginya untuk
melanjutkan perjalanan, dengan gerakan yang cepat ia
menerobos terus kedalam lembah tersebut.
sementara perjalanan masih dilanjutkan, tiba-tiba dari arah
depan muncul sesosok bayangan manusia yang sedang
melayang berlawanan arah dan menyongsong kehadapannya.
1939 sekilas pandangan saja, Han siong Ki segera mengenali
orang itu sebagai pacarnya Ting Hong atau laki laki berbaju
putih Ciong pin adanya. Agaknya si laki laki berbaju putih Ciong pin juga sudah
melihat jelas siapa lawannnya, ia berseru kaget dan segera
menghentikan gerakan tubuhnya, kemudian setelah merasa
yakin bahwa orang itu tak lain adalah musuh besarnya, dtngan
hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya dan mata yang
memancarkan sinar kebencian, dia berteriak keras: "Manusia
bermuka dingin, sungguh tak kusangka engkau berani
berkunjung kemari" "Heeehhh....heehhh... heehhh.... seharusnya engkau dapat
menduga akan kehadiranku disini" jawab Han siong Ki dengan
suara yang dingin dan kaku...
"Han-siong-Ki" kembali ciong Pin berteriak dengan geram,
"aku hendak mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping,
bukan saja engkau berani melukai guruku, berani pula
menghancur binas akan perkumpulan Thian Che kau..."
"Tutup mulutmu Bukan itu saja yang hendak kulakukan,
akupun hendak mencuci lembah Thian ciat kok ini dengan
darah-darah panas dari kamu sekalian"
"Manusia bermuka dingin Kau mungkin lagi mengigau,
mungkin kau sedang bermimpi disiang hari bolong....." Jerit
manusia berbaju putih Ciong Pin makin geram
"Hmmin,..! Boleh saja kalau kau tidak percaya, nantikan
saja tanggal mainnya! Huuuh, seandainya aku tidak
memandang diatas wajah Ting Hong. mungkin engkaupun
akan ikut kubunuh, hmm! Bila kau cerdik dan tahu diri....."
"Tutup mulut anjingmu bangsat! Kau tidak membunuh aku,
tapi justru aku hendak membunnuh engkati!"
Begitu selesai berteriak, sepasang telapak tangan nya
segera diayunkan ke depan, yang satu langsung mengancam
1940 keatas wajah, sementara yang la in membacok ke arah dada,
bukan saja serangannya amat dahsyat tak boleh dianggap
enteng, ternyata tenaga serangan yang disertakan dalam
pukulan itupun kuat sekali.
Han siong Ki tertawa sinis, telapak tangan kirinya segera
bergetar membuat satu lingkaran busur untuk memunahkan
serangan lawan, samentara telapak tangan kanannya pada
saat yang bersama an melepaskan sebuah bacokan ke muka.
Dengan cekatan Ciong Pin berkelit tiga depa kesamping,
sskali lagi sepasang telapak tangannya melancarkan serangan
yang jauh lebih dahsyat ke muka.
Seketika itu juga, berkobarlah suatu pertempuran yang
amat sengit diatas batu cadas tersebut, kedua belah pihak
sama-sama menggunakan segenap kepandaian yang
dimilikinya untuk cepat me nyelesaikan pertarungan
tersebut...,..... Sekejap mata kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat
tanpa terasa, namun keadaan masih t e tap seimbang alias
sama kuat. Apa yang dipikirkan dan dituju oleh Han-siong Ki pada saat
ini hanyalah menemukan Yu Pia-lam serta menuntut balas
atas dendam kesumat se dalam lautan yang telah berlangsung
belasan tahun tamasya, tentu saja ia tak sabar untuk melayani
pertarungan itu, tapi iapun tak bisa berbual lain kecuali
melayani terus serangan-serangan mu surinya.
Lain halnya dengan Ciong Pin atau laki-laki berbaju putih
itu, boleh dibilang ia sudah nekad dan berniat adu jiwa,
otomatis serangan-serangan yang dilancarkan rata rata gencar
dan mengerikan. "Ciong Pin" akhirnya habislah kesabaran Han siong Ki, dia
segera membentak nyaring "jadi engkau sungguh sungguh
dingin mampus?" 1941 "Manusia bermuka dingin Kau tak usah banyak bacot lagi,
pokoknya selama kau hidup aku tak sudi hidup berdampingan
barsamamu diatas bumi yang sama"
sesabar sabarnya Han siong Ki akhirnya habis juga semua
kesabaran tersebut, sambil membentak keras secara beruntun
dia lancarkan sembilan buah serangan berantai...
Kesembilan buah serangan tersebut, bukan saja
dilancarkan dalam waktu yang bersamaan, bahkan arah yang
ditujupun merupakan sembilan bagian tubuh yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain, bukan saja secepat
sambaran kilat bahkan kekuatannya ibarat gunung karang
yang tiba tiba longsor kebawah, betul betul mengerikan...
Begitu kesembilan buah serangan berantai itu dilepas,
Ciong pin mendengus tertahan dan tubuh nya mencelat jauh
kebelakang sambil muntah muntah darah segar...
Han siong Ki segera bergerak kemuka dan mencengkeram
tubuhnya erat erat, kemudian sambil dijejalkan diantara celahcelah
dua buah batu karang yang besar teriaknya:
"Ciong pin, gurumu pernah membantai seluruh anggota
perkumpulan kami, aku mempunyai dendam sedalam lautan
dengan dirinya, ketahuilah bahwa apapun yang terjadi,
dendam sakit hati ini pasti akan kubalas. Dan kepadamu,
karena aku masih memandang di atas wajah Ting Hong maka
untuk kesekian kalinya ku ampuni selembar jiwamu, sekarang
aku hanya akan menotok jalan darahmu saja, besok jalan
darah itu akan bebas dengan sendirinya, Nah. saat itu
berangkatlah ke gua salju dibukit Ciong san untuk berjumpa
dengan kekasihmu. Tapi kau harus ingat, jika lain kali engkau
masih juga memusuhi aku yang bersedia melepaskan engkau
dengan begitu saja" Selesai berkata,. secara beruntun dia lancarkan beberapa
buah totokan di udara kosong, lalu melanjutkan perjalanannya
bergerak maju kedepan. Setelah menyeberangi hutan batu
1942 karang yang runcing, didepan situ terbentanglah sebuah jalan
lembab, yang datar dan halus, tapi segera pula ia tiba diujung
lembah tersebut. Pada dasar lembah tersebut, tampaklah sebuah mulut gua
yang gelap gulita ternga-nga diatas karang.
Dengari pandangan mata yang tajam Han-siong Ki
memandang sekejap mulut gua itu, lalu menerjang ke muka
dengan kecepatan luar biasa.......
"Siapa disitu?" bersamaan dengan suara beatak an itu,
tampaklah sesosok bayangan manusia munculkan diri dari
mulut gua. Sambil melambung ketengah 'jJara Han-siong Ki segera
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke atas batok kepala
orang itu. Jeritan ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan
kesunyian, sebelum orang itu -empat melihat jelas raut wajah
si penyerangnya, tahu-tahu serangan tersebut sudah
bersarang telak diatas dadanya yang mengakibatkan selembar
jiwa nya segera melayang tinggalkan raga......
Begitu musuhnya bithasil dibereskan, Han-si-ong-Ki
melanjutkan kembali gerakan tubuhnya menerjang masuk
kedalam gua....... Beberapa sosok bayiagaa min usia kembili ber munculan
dari balik gua tersebut. Seluruh air muka Han-siong-Ki diliputi oleh hawa napsu
membunuh yang sangat hebat, dengan menghimpun tenaga
Si-mi-sinkangnya mencapai dua belas bagian, sepasang
telapak tangannya dilontarkan kedepan menyongsong
kedatangan beberapa orang itu.
Hembusan angin puyuh yang tak terkirakan hebatnya
langsung menerjang kedalaru gua itu, je rit kesakitan segera
berkumandang memecahkan keheningan, beberapa sosok
1943 bayangan manusia yang baru saja munculkan diri dari balik
gua itu terhantam kembali oleh serangan tersebut hingga ter
pental kembali kedalam. Han-siong-Ki tidak membuang waktu lagi, dia langsung
menerobos masuk kedalam gua?
Lorong gua itu lebarnya cuma dua kaki le bih. pada dinding
Rajawali Lembah Huai 9 Bergelut Dalam Kemelut Takhta Dan Angkara Karya Langit Kresna Hariadi Setan Harpa 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama