Ceritasilat Novel Online

Gadis Penyelamat Bumi 2

Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Bagian 2


"Kaau.... kau benar-benar bisa bicara"!"
"Ya, aku memang bisa bicara seperti dirimu. Apakah kamu
tak suka dengan suaraku" Kalau kamu tak suka, biarlah aku
pergi saja dari sini. "
Kucing itu melompat turun dari ranjang. Melangkah menuju
ke pintu yang tetap tertutup dan terkunci. Hujan deras masih
bergemuruh di luar sana. Hati Alvan tak tega seandainya
kucing itu keluar dan terguyur curah air hujan yang dingin itu.
"Ayu; tunggu ... !"
Kucing itu menghentikan langkahnya. Menengok ke
belakang. Prilakunya seperti manusia biasa. Alvah buru-buru
menghampiri , kemudian berlutut sambil mengusap-usap
punggung kucing dengan agak gcmetar ketakutan.
"Maafkan aku kalau kau merasa tersinggung. Aku... aku
memang takut karena tak sewajamya seekor kucing sepertimu
bisa bicara dengan bahasa manusia. Maafkan aku, ya Ayu?"
"Aku boleh tinggal di s ini bersamaniu?"
"Hmm, ya... ya tentu saja bo... leh. T api... tapi bagaimana
seharusnya aku bersikap dan memperlakukan dirimu, Ayu?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perlakukan aku seperti sahabatmu, maka akan kubantu
segala kesulitanmu. Rahasiakan persahabatan kita ini, supaya
tidak semua orang ingin memiliki diriku."
Claap...! Alvan menarik kepala dalam sentakan kecil.
Matanya terpejam ccpat ketika dilihatnya ada sekilas cahaya
biru kecil yang kejuar dari kedua mata kucing tersebut.
Cahaya itu menembus ke dalam bola mata Alvan. Tak terasa
perih, namun sejak itu sekujur tubuh Alvan seperti ditaburi
busa lembut. Hatinya menjadi berbunga-bunga indah Rasa
takutnya hilang semua. Tak ada keraguan untuk memeluk
kucing itu dalam dekapannya.
"Aku suka sekali bersahabat denganmu, Ayu "
"Meeoong ... !" tiba-tiba kucing itu melompat turun dari
dekapan Alvan saat pemuda itu ingin membawanya ke
ranjang. Binatang tersebut seperti ketakutan dan berusaha menjauhi
Alvan, sebab waktu itu Alvan ingin mencium tengkuknya.
Alvan pun terkejut dan menjadi kecewa melihat sikap Ayu
seperti ketakutan.
"Ayu. kenapa kau sekarang ketakutan padaku" Aku tidak
menyakitmu, bukan?"
Dari bawah kolong meja belajar kucing itu menjawab. "Ya,
kau memang tidak menyakitiku. Tapi kau ingin menciumku,
bukan?" "Itu pertanda aku sayang pada sahabat baruku."
Alvan berjongkok mendekati kolong meja. Kucing itu
berusaha mundur, merapat pada dinding.
"Jangan. Aku tidak ingin kau menciumku."
"Baiklah, baiklah... aku tidak akan menciummu. Kemarilah,
Ayu. Kemarilah... sayangku ..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhimya binatang aneh itu membiarkan tangan Alvan
memegangnya. Ia menurut ketika dibawa keluar dari kolong
meja. Alvan membawanya ke ranjang dengan tawa kecil
menunjukkan keceriaan hatinya saat itu.
"Sembunyikan aku di almari pakaianmu jika besok siang
gadis itu datang. Dia benci dengan mahluk seperti diriku. Dia
bisa membunuhku, atau bahkan bertengkar denganmu."
"Gadis vang mana maksudmu?"
"Thisa, teman kuliahmu itu."
"Hah ... " Kau tahu tentang si T hisa. rupanya?"
"Dia naksir kamu, bukan"Dia ingin menjadi kekasihmu. Tapi
sebenarnya dia bukan gadis baik-baik. Dia cuma ingin
menguras habis uangmu, sebab dia tahu kamu anak orang
kaya. Maukah kau menjauhinya dan melupakan rayuannya
selama ini?"
Alvan nyaris tak bisa menjawab. Apa yang dikatakan si Ayu
itu memang benar. T hisa. teman kuliahnya, memang tampak
berusaha merebut perhatiannya. Ketika di pesta ultah tadi pun
Thisa meluncurkan kata-kata manis yang dapat dikategorikan
sebagai rayuan maut. Bahkan Thisa secara diplomatis
memancing keberanian Alvan untuk membavvanya bermalam
ke sebuah hotel. Tapi Alvan dalam kebimbangan dan sempat
membuat Thisa menjadi kesal. Waktu meninggalkan tempat
pesta, Alvan tidak berpamitan kepada Thisa yang masih asyik
berdisko ria dengan teman-teman lainnya.
"Maukah kau menjauhi gadis yang akan menghancurkan
masa depanmu itu, Alvan?" si Ayu mendesak untuk dapatkan
kepastian. "Hmmm, yaah... mau saja aku meninggalkannya kalau
memang kata-katamu nanti terbukti."
"Lihat saja besok siang, dia pasti akan datang kemari dan
membujukmu agar ikut ke sebuah penginapan di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dingin. T olaklah ajakan itu apa pun alasannya. Karena jika kau
bersedia ikut dengannya, maka kau akan menjadi salah satu
dari mereka yang mengalami bencana."
"Bencana ..."
"Jangan bertanya bencana apa, tapi buktikan saja
kebenaran kata-kataku ini. Lebih baik, gunakan hari liburmu
besok untuk menengok saudara sepupumu yang akan
melahirkan anak pertamanya setelah lewat tengah hari."
"Saudara sepupuku "! Maksudmu... Diana akan melahirkan
besok siang" Apa betul begitu."
"Bawalah aku jika kau menengok sepupumu itu."
Diam-diam hati kecil Alvan menyangsikan kata-kata kucing
tersebut. sebab ia tahu sepupunya yang bernama Diana baru
hamil tujuh bulan. Belum waktunya melahirkan. sehingga tipis
sekali hati Alvan mempercayai penjelasan si Ayu, kucing
siluman itu. Tapi ketika esok harinya sekitar pukul sebelas gadis yang
bernama Thisa itu benar-benar datang, debar-debar kecil
terjadi dalam hati Alvan. Ternyata gadis itu benar-benar
datang dan Alvan sudah lebih dulu menyembunyikan si kucing
siluman ke dalam almari pakaiannya. Lebih mengherankan lagi
ternyata Thisa datang bersama Puput. Mereka berdua
membujuk Alvan untuk ikut ke v illa-nya Puput yang ada di
kawasan Puncak.
Dalam hati Alvan sempat terperangah bersama kata-kata
keheranannya. "Villa ... " Mungkin itulah yang dimaksud Ayu
sebagai sebuah penginapan. Dan kawasan Puncak itulah yang
disebut 'Ayu sebagai tempat dingin. Hmmm. apa yang
dikatakan Ayu ternyata benar juga. Aku harus menolak. Ya.
harus menolak ajakan Thisa seperti pesan Ayu."
Kucing cantik yang sempat dianggap sebagai kucing
siluman itu agaknya memang ingin bersahabat dengan Alvan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang dikatakan merupakan ramalan yang benar-benar
terjadi. Terbukti, sekitar pukul satu siang Alvan mendapat
telepon dari saudaranya bahwa Diana telah me lahirkan
bayinya di rumah bersalin.
"Seperti kata si Ayu, levvat tengah hari Diana melahirkan
bayi pertamanya. Ya, ampuun... semua ramalannya menjadi
nyata"!"
Alvan meluangkan waktu untuk menengok Diana dan
bayinya. Kucing siluman itu dibawanya, tapi tak diizinkan
masuk oleh Satpam. Terpaksa Alvan meninggalkannya di
teras. Ketika ia masuk ke ruangan Diana, tahu-tahu kucing itu
sudah ada di bawah kolong ranjang. Diam di sana dengan
damai. Seakan ia senang sekali memandangi kebahagian
Alvan dan sanak saudaranya dalam menyambut kelahiran bayi
pertamanya Diana.
Pulang dari rumah bersalin, Alvan mendapat telepon di
tempat kostnya. Telepon itu datang dari Budi, teman
kampusnya juga. Ternyata kabar yang disampaikan Budi sore
itu sangat mengejutkan hati Alvan.
"Thisa kecelakaan di daerah Cipanas. Mobil mereka
terpelanting karena jalanan licin dan hujan deras. Tapi untung
tak ada yang tewas lho, Al. Ccpat kau ke rumah sakit
Bhatiyasa deh. Mereka berlima dirawat di sana. Thisa lukalukanya tergolong berat juga Al. Puput kakinya patah dan
sampai sekarang belum siuman, seperti T hisa!''
"Astagaaa ... "!!" keluh hati Alvan. "Rupanya kecelakaan itu
yang dimaksud Ayu sebagai bencana yang dialam i mereka.
Untung aku mengikuti sarannya. kalau tidak mungkin aku ikut
jadi korban juga seperti mereka berlima"!"
Rasa percaya Alvan terhadap kata-kata ramalan si kucing
siluman itu semakin besar setelah mengalami berbagai
pembukaan. Simpatinya pun bertambah tinggi. Ia merasa
lebih sayang lagi kepada si kucing siluman itu, karcna kucing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut dianggap telah menyelamatkan dirinya dari hal-hal
buruk yang akan terjadi dalam waktu mendatang.
Dari petang hingga malam tiba Alvan mengurung diri di
kamarnya. Biasanya ia ikut nimbrung bersama teman-teman
kost yang ngobrol di ruang tamu bersama. Tapi malam itu
Alvan merasa lebih suka ngobrol pelan-pelan dengan si kucing
siluman itu. Canda dan tawa riang Alvan nyaris tak pernah
lupa di sela-sela percakapan misterius itu. Tawaran Albert
untuk menikmati sate ayam traktiran Rustam itu ditolaknya
dengan seruan dari kamar. Padahal biasanya, Alvan tak
pcrnah mau ketinggalan jika ada acara seperti itu.
"Keluarlah sana, temui dulu teman-temanmu supaya
mereka senang hatinya," kata si Ayu saat duduk mendekam di
atas tumpukan bantal, sementara Alvan menggodanya dengan
sebatang lidi yang digantungi benang dan jepitan kertas
seperti pancingan. Sesekali kucing itu meraih jepitan kertas
yang selalu berusaha ditarik kembali oleh Alvan.
"Mereka akan kesal kalau kamu tidak mau bergabung
dengan mereka seperti biasanya, Al.'"
"Biarin saja mereka kesal Aku lebih suka buatmu bahagia
dengan canda kita ini kok Katamu. canda kita ini sangat
membahagiakan hatimu"!"
"Iva. memang benar. Tapi aku tak ingin kamu akhirnya
kamu dikucilkan oleh teman-temanmu."
"Biar saja aku dikucilkan nicrcka. asal tidak dikucilkan oleh
kelucuanmu, Kucing Ayu!'
"Ah, kata-katamu selalu bikin aku salah tingkah Alvan. Aku
jadi malu sendiri mendengamya."
'"Biarin!" geram Alvan dengan menggigit bibir dan
menyambar kucing manis itu dalam dekapannya.
"Habis aku gemas sih sama kamu! Hmmmmhh. .!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alvan menunjukkan rasa gcmasnya dengan mendekap eraterat. Mengguncang-guncangnya dengan tawa bergumam. Lalu
kucing itu diciumnya. Tapi serta merta binatang tersebut
meronta sambil mengerang dan akhirnya melompat ke
samping almari pakaian.
"Ngggeeeeeooong,!.!!" Binatang itu menyeringai, seperti
memberi teguran dengan menampakkan kemarahannya.
"Sorry, sony....aku lupa! Swear, aku lupa kalau kamu nggak
mau dicium, Ayu Jangan marah dong, Sayang.... Jangan
marah dong."
Alvan membujuk dengan sikap menyesal yang dicampur
senyum tersipu-sipu. Kaki depan kucing itu menepis tangan
Alvan, seakan tak mau disentuh. Tapi setelah menunjukkan
rasa sesalnya yang cukup serius, akhirnya si Ayu mau
diraihnya dalam pelukan dan dibawanya kembali ke ranjang.
"Jangan lakukan hal itu, Alvan! Ingat-ingat betul
laranganku itu, ya?" kali ini kucing itu bernada tegas, punya
wibawa tersendiri dalam getaran suaranya. Alvan jadi
menyesal dan sedih. Mulailah tampak kesungguhan rasanya
yang ingin mencium kucing itu dalam kegemasan atau
curahan kasih sayang.
"Aku cuma ingin mengungkapkan kasih sayangku padamu.
Ayu. Kenapa kau tetap melarangku sih" Katanya kita adalah
sahabat yang baik dan saling menyenangkan?"
"lya, tapi...," kucing itu seperti kebingungan melanjutkan
alasannya. Kepalanya berpaling ke sana-sini, balikan ia
bergerak naik ke tumpukan bantal lagi."
"Tapi kenapa, Ayu" Kenapa kau tak mau kubagi ungkapan
kasih sayang seorang sahabat"!"
"Karena... karena kalau kau menciumku, sama saja kau
menyiksa hatiku, Alvan."
"Menyiksa hatimu"! Mana mungkin bisa begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Alvan, terus terang saja... jika ada manusia menciumku,
maka gairah asmaraku akan terbakar dan berkobar-kobar.
Hasrat bercintaku akan menuntut jiwaku terus-menerus
sampai mendapatkan pelampiasannya. Padahal..kau tak
mungkin akan memenuhi keinginanku itu, bukan" Kau tak
akan mau... tak akan mau memenuhi tuntutan birahiku,
bukan" Maka, saat itulah aku akan merasakan siksaan yang
paling menyakitkan, Alvan."
'"Benarkah begitu?" sangsi Alvan. Ia mendekati s i Ayu, dan
mengusap-usap kepala berbulu putih lembut itu.
"Aku berkata sejujurnya padamu, Alvan. Karenanya, jangan
coba-coba menciumku walau sekali saja, Al. Bisa-bisa aku
akan benci padamu jika kau tidak memenuhi tuntutan
gairahku."
"Kalau ternyata aku.. aku mau memenuhi tuntutanmu,
bagaimana?"
Binatang manis itu mendongakkan kepala. Matanya yang
hijau uranium itu menatap Alvan dengan keredupan bernada
romantis. Ia sengaja tak menjawab, seakan sedang
mempelajari kesungguhan hati pemuda yang tampan yang
terkesan masih ingusan itu melalui perpaduan tatapan mata
mereka. Alvan justru semakin penasaran menerima kebisuan
tersebut. Terbayang dalam benaknya jika memang ia harus
memenuhi keinginan seekor kucing untuk bercinta. kira-kira
bagaimana dan apa saja yang harus ia lakukan. Niat usilnya
pun timbul. Hasrat untuk coba-coba pun makin menggoda
hati. "Bagaimana kalau ternyata aku sanggup memenuhi
keinginanmu itu, Ayu" Masihkah kau me larang diriku untuk
menciummu?"
"Apakah.... apakah kau benar-benar bersedia?"
"Aku bersedia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau... kau mau bersumpah dalam janjimu?"
Diam sesaat, kemudian Alvan menganggukkan kepala.
"Aku bersumpah. .. Bersumpah akan melayani gairah
cintamu selama hal itu tidak membahayakan dan tidak
menyakitkan diriku. Aku bersumpah demi apa saja, Ayu."
"Jika kau ingkar, bagaimana?"
"Terserah dirimu."
"Sanggup menerima kutukanku"!"
"Baik. Aku sanggup kau kutuk apapun jika aku ingkar,"
tegas Alvan, karena hatinya semakin didorong rasa ingin tahu
tentang kejanggalan bercinta yang mungkin belum pernah
dialam i oleh orang lain itu.
"Kalau memang begitu kesanggupanmu, Alvan... baiklah,
Ciumlah aku...," kucing itu menunduk, tapi menyambung
ucapannya. "Ciumlah kapan saja kau mau...."
Suara lirih itu membuat Alvan tersenyum kecil. Ia sengaja
tidak segera mencium si Ayu. Kucing itu menunduk seperti
seorang gadis yang tersipu malu menunggu dicium pemuda
tampan. Tapi setelah puas menggoda rasa tersipunya si Ayu,
akhirnya Alvan benar-benar mencium dengan lembut. Ciuman
itu jatuh di kepala si Ayu yang sejak tadi di elus-elusnya penuh
kelembutan. Ciuman itu pun juga penuh kelembutan kasih
sayang, seperti halnya seorang gadis menerima ciuman
pertama dari kekasihnya.
Apa yang terjadi sete lah itu" Bulu-bulu kucing tersebut
meremang, menjadi tegak semua. Alvan terpesona melihatnya
setelah menarik diri agak menjauhi hewan tersebut. Tegaknya
semua bulu di tubuh si Ayu membuat hewan itu tampak aneh.
Cantik, indah, tapi tidak seperti seekor kucing. Lebih
mengagumkan lagi, dari serat-serat bulunya itu tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semburan asap tipis berwarna-warni. Alvan makin terperangah
hingga turun dari ranjang-karena mengagumi keindahan asap
wama-warni tersebut.
"Wooow, ... ?"!" suaranya mendesah bersama debar-debar
indah dalam hatinya. Matanya terbuka lebar-lebar ketika asap
itu kian menebal, bergulung-gulung membungkus sosok si
kucing cantik itu. Rasa kagumnya bercampur kecemasan yang
menakutkan, sehingga Alvan pun buru-buru mendekati pintu,
bersiap-siap membukanya dan lari keluar kamar.
Tapi keindahan warna-vvarni asap itu makin berkerilap.
seperti berbaur dengan serpihan sinar aneka wama. Makin
lama cahaya itu semakin terang. Asap hilang berganti biasbias-cahaya wama-warni yang bergerak berputar-putar,
seakan turun dari atas bantal.Kemudian cahaya itu padam
seketika. Duuubs...! Kejutan itu membuat mata Alvan terpejam
seketika. Tapi segera terbuka lagi, dan menjadi lebar dalam
satu sentakan rasa kaget yang memaksa mulutnya terbuka
agak lebar lagi.
"Hahhh..."!"
Alvan nyaris tak bisa bernapas akibat sentakan jantung
yang terkejut tadi. Apa yang dilihatnya pada saat itu bukan
lagi seekor kucing besar, atau gumpalan asap, atau pun
cahaya warna-warni, tapi sesuatu yang sangat tak disangkasangka sebelumnya. Kucing siluman putih itu ternyata jika
mendapat ciuman dari seorang lelaki akan berubah wujudnya
menjadi sesosok wanita cantik sekali dengan tubuh yang sexy
terbungkus jubah transparan warna putih bersih. Jubah
berlengan panjang dan belahan dadanya rendah serta lebar
itu sangat kontras dengan warna rambutnya yang hitam
berkilauan, lembut dan halus sekali, tergerai lepas sepanjang
punggung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita cantik itu bermata sayu, menandakan sedang
menahan gairah cinta yang berkobar-kobar. Ia. melepaskan
perhiasan kecil yang dikenakannya, termasuk rantai emas
berhias butiran berlian yang melilit di kepalanya. Gelang,
giwang dan kalungma dijadikan satu dengan penghias kepala.
Diletakkan di meja samping ranjang. Saat melepasi semua
perhiasannya ia tetap memandangi Alvan yang di tempatnya.
Tiap pandangan mata seakan membangkitkan gairah asmara
pemuda itu. sehingga deru jantungnya menyerupai genderang
perang. Aroma harum menyebar memenuhi kamar tersebut.
Keharuman yang tercium Alvan membangkitkan keromantisan
seorang lelaki. sehingga ketika wanita cantik itu mendekatinya
dan menarik pelan-pelan tangan Alvan. tak ada kata dan sikap
yang bersifat menolak sedikit pun Alvan seperti robot yang
dituntun ke ranjang dengan napas terputus-putus dan keringat
dingin bercucuran di mana-mana. Sampai wanita itu duduk di
tepian ranjang. Alvan masih berdiri di depannya. tanpa
mengerti harus berbuat apa terhadap wanita itu.
Wanita yang seperti berusia 26 tahun itu menyunggingkan
senyum kaku. semakin jelas desakan hasrat birahinya lewat
senyuman tersebut. Tangannya yang berjari lentik dan terasa
halus itu menyelusup masuk ke balik kaus longgarnya Alvan.
Meraba sebagai tanda menahan hasratnya. Suara lembut
terdengar bercampur desah napas membisik setelah ia meniup
nakal wajah Alvan dan ternyata tiupan itu menyadarkan
keterpakuan pemuda tersebut.
"Kau tak ingin mengingkari janjimu, bukan" "
Suara gagap Alvan terkesan dipaksakan sekali.
"Ti... tidak Tap... tapi... tapi kau sia... siapa?"'
Wajah cantik berhidung mancung dan berbibir sensual itu
mendekat, sehingga hembusan napasnya terasa menghangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di wajah Alvan. Seolah-olah sengaja kian membakar keinginan
Alvan untuk segera bercumbu mesra.
"Aku si Ayu-mu. Seperti inilah akibatnya jika kau
menciumku, Apakah kau kecewa melihat perubahanku. Al?"
"Hmm. eehh... tentu saja... tidak. Ja... jadi aku harus. "
Wajah cantik itu kian mendekati pipi Alvan. Suara paraunya
memotong kata-kata Alvan yang tersengal-sengal akibat
berpacu dengan napas kemesraannya. Sebab, ketika itu
tangan si Ayu yang menjamah di balik kaus longgar itu telah
semakin menggelitik hangat hingga ke punggung.
"Penuhilah janjimu, Alvan. Oohh, aku sudah tak tahan lagi
menunggu sentuhan asmaramu, Sayang ... Lakukan sesuatu
untukku, lakukan sekarang juga, Al. Oouuhh. . hmmm... !"
Ciurnan hangat menempel di pipi Alvan. Tetapi nalurinya
sebagai seorang lelaki sudah lebih dulu beraksi. Dengan
sedikit gerakan wajah, maka ciurnan yang ditujukan ke pipinya
itu bergeser cepat hingga tertangkap oleh bibimya.
Cuup ...! Alvan mulai memagut bibir Ayu, tetapi lidah
wanita itu melawan dengan lincah. Ia ganti memagut,
akhirnya melumat bibir Alvan dengan penuh gairah!.
Tangan pemuda itu pun bergerak secara naluriah juga.
Kedua tangan tersebut menyelusuri ke balik kerimbunan
rambut gemulai berbau wangi itu. Maka, dengan kedua
tangannya Alvan menjamah permukaan punggung wanita
cantik tersebut. Akhirnya tangan itu meremas anak rambut di
tengkuk Alvan seraya semakin lincah membalas lumatan bibir
wanita tersebut.
"Auuhk ..!" Ayu mengerang sedikit galak. Kaus yang
dikenakan Alvan disentakkan naik lepas dari tubuh pemuda
itu. Bibirnya segera menyambar dada Alvan. kemudian
berubah menjadi kecupan nakal yang merayap di permulaan
dada pemuda itu. Indah sekali sapuan lidah Ayu bagi Alvan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sebagai pemuda yang belum pernah kencan dengan
wanita mana pun tapi pernah mimpi bercumbu. maka ia pun
ingin menunjukkan kebolehannya dalam bercinta.
Wanita cantik itu didorong pelan. Dircbahkan di ranjang,
Alvan segera mencium lutut yang berbetis indah itu, dan
ciuman tersebut segera bergerak naik. Menyusuri kelembutan
kulit yang luar biasa nikmatnya jika disentuh dengan pelanpelan. penuh perasaan .
Wanita itu mengerang parau. Ia biarkan Alvan mempraktekkan apa yang pemah diimpikannya selama ini.
Ternyata ia sangat pandai memberikan sentuhan nikmat yang
dibutuhkan si jelmaan kucing siluman itu. Alvan sepertinya
tahu persis titik-titik peka yang menghadirkan sejuta
keindahan bagi wanita tersebut.
Akhirnya, bahtera cinta pun terbuka seluruhnya. Alvan
segera membenamkan dayung, lalu mengayuhnya mengarungi
lautan cinta yang begitu dahsyat menggelora. Keindahan yang
luar biasa nikmatnya didapatkan oleh Alvan, sementara itu
jelmaan kucing siluman itu juga merasa dimanjakan oleh
berjuta-juta kebahagiaan asmara Alvan.
Sebagai seorang pemula dalam mengarungi lautan cinta,
Alvan tak menyadari bahwa saat itu dirinya telah mengalami
keajaiban. Berkali-kali ia mencapai puncak keindahannya. Tapi
yang jelas, selama wanita cantik itu masih menghendaki,
selama itu pula kemampuan Alvan masih dapat memenuhinya.
Anehnya, tak ada rasa lelah dalam diri Alvan. Tak ada pula
kelesuan pada dayung cintanya. Ia tetap tegar dan gagah
menghadapi gelombang asmara wanita itu yang mengamuk
penuh kemesraan. Ia baru turun dari bahtera c intanya setelah
si wanita merasa puas mereguk sejuta kebahagiaan. Dan,
ketika itulah ia terkulai di samping si wanita dengan tubuh
lemas. Mulai letih dan pegal-pegal pada bagian pinggang dan
tempat-tempat tertentu lainnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooh, indah sekali asmara kehangatanmu, Alvan," sanjung
si wanita dengan suara membisik, di sela helaan napas yang
sedang mereda itu. "Aku sangat menyukaimu, Al. Kau ternyata
mampu memenuhi keinginan asmaraku. Kau telah membuatku
puas menikmati kebahagiaan cinta yang tadi membakar
hasratku."
"Aku ... aku juga bahagia sekali," balas Alvan sambil
membiarkan peluhnya diusap oleh jubah putih yang tadi
terpuruk di samping bantal.
"Kalau kau ingin mendapatkannya lagi, ciumlah aku saat
aku berubah menjadi seekor kucing, seperti tadi. Karena satu
kali ciurnan mesra seorang Ielaki, akan membuat jati diriku
muncul seperti sekarang ini. Tapi ciuman itu sendiri akan
langsung membakar gairahku. Jika tak kau penuhi gairah itu,
aku lama-lama akan menjadi busuk dan mengutukmu.
Kutukan itu tak akan dapat ditangkal oleh siapa pun, yaitu
kutukan Raga Bangkai. Tapi selama kau memenuhi kebutuhan
seleraku, maka selamanya aku tak akan bisa meninggalkan
dirimu, Alvan."
"Yaa, tap....tapi. .. siapa kau sebenarnya, aku masih belum
mengerti, Ayu. Aku yakin namamu bukan Ayu, dan kau pasti
bukan seekor kucing berbulu putih."
"Memang bukan. Karena kau telah menuang sebegitu
banyak darah kemesraan dalam diriku, dan aku menyukainya,
maka kau pantas mengetahui siapa diriku ini sebenarnya."
Sambil masih terbaring Alvan memandangi wanita cantik itu
dengan kepolosannya. Wanita jelmaan kucing putih tadi dalam
posisi duduk dengan kedua kaki menyamping. Senyumnya
masih menghiasi bibir yang ranum menyegarkan, jari
tangannya masih bermain iseng di dada Alvan. Tapi tatapan
matanya begitu lembut mengagumkan. tertuju sepenuhnya ke
wajah Alvan. "Al... sebenarnya... aku adalah Dewi Angora."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dewi Angora ... "!"
"Aku sedang diutus oleh ayahandaku untuk mencari sebutir
intan biru. Permata itu milik ayahandaku yang selalu berada di
ujung tongkatnya. Intan biru tersebut jatuh dari ujung tongkat
dan diperkirakan berada di sekitar sini. Jika aku sudah
menemukan intan tersebut, aku harus segera kembali ke
tempat asalku."
"Dari manakah tempat asalmu sebenarnya, Ayu... eh, Dewi
Angora?" Alvan agak bingung menyebutkan nama Si cantik
berdada sekal dan indah sekali itu. Ujungnya tampak ranum
menggemaskan. "Tempat asalku,.. jauh sekali, Alvan. Sulit kujelaskan
padamu, karena kau masih lugu dan terbatas pemahamannya
dalam wawasan kehidupanmu. Tapi suatu saat, pasti akan
kujelaskan semua itu."
"Apakah kau putri seorang raja?"
"Bisa ya, bisa juga tidak Yang jelas, ayahandaku punya
kekuatan dan kekuasaan tersendiri. Kalau memang persahabatan kita tak ternoda, suata saat kau akan
kuperkenalkan dengan ayahandaku, juga keluargaku yang
lain." "Apakah menurutmu persahabatan kita akan ternodai " Kau
pikir aku akan berbuat seperti tadi dengan wanita lain" Oh.
Angora... rasa-rasanya itu tak mungkin kulakukan, Angora."
'"Entahlah. Yang pasti, kau harus bisa menyelamatkan diri
dari ancaman bencana besar yang akan melanda alam
semesta ini."
'"Bencana besar apa maksudmu, Angora?"
'"Tak berapa lama lagi akan terjadi bencana besar yang
sangat mengerikan. Bencana itu sulit diduga kedatangannya
oleh manusia biasa. Bahkan tidak cukup ditembus oleh
kekuatan indera keenam saja, Alvan. Setidaknya, mereka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki indra ketujuh baru bisa merasakan tanda-tanda
awalnya saja, narnun tak dapat memastikan jelas-jelas
tentang jenis bencana itu sendiri."
'"Kau membuatku takut, Angora," desis Alvan sambil
menggenggam tangan berkulit lebih halus dari kulit bayi itu,
Dewi Angora tersenyum, lalu segera memeluknya: Pelukan itu
terasa memberi kedamaian dan perlindungan bagi Alvan.


Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lupakan dulu semua kata-kataku tadi, Al. Lebih baik
pikirkanlah caramu menolak permintaan seorang teman yang
berpura-pura ingin meminjamkan motormu, tapi sebenarnya
dia akan membawa lari motor itu. Jangan sampai kau tertipu
oleh kelicikannya."
Terkejut Alvan mendengarnya. la segera melepaskan diri
pelukan Dewi Angora.
"Benarkah ada yang ingin membawa kabur motorku"!"
"Seorang teman yang pernah dekat denganmu dan kau
berhutang jasa padanya. Kau sangat baik padanya. Kali ini dia
akan memanfaatkan kebaikanmu itu untuk menjual motormu,
sebab dia butuh sejumlah uang
untuk melakukan
perdagangan terlarang."
"Siapa orang itu maksudmu"!"
"Jordy, namanya."
"Hah, Jordy ...?"!
Alangkah kagetnya Alvan mendengan nama Jordy, bekas
teman akrabnya di SMU. Hampir saja Alvan tak percaya jika
Jordy punya rencana jahat padanya. Tapi sernua itu terbukti
dengan jelas. Jordy memang datang rnenemui Alvan dan ingin
meminjam motornya dengan alasan yang sulit ditolak oleh
Alvan. Tapi karena ia ingat. pesan Dewi Angora yang setiap
ada matahari berubah menjadi seekor kucing putih itu, maka
ia berhasil mempertahankan motornya. Jordy kecewa sekali,
dan bermaksud tak ingin bersahabat lagi dengan Alvan. Sehari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian terdengar kabar bahwa Jordy berhasil membawa
kabur mobilnya Evas, bekas pacarnya. Entah dibawa kabur ke
mana dan di jual kepada siapa yang jelas dari mulut ke mulut
Alvan akhirnya mendengar kabar bahwa Jordy sekarang sudah
terlibat perdagangan obat terlarang. Ia sempat jadi buronan
pihak yang berwajib karena terdaftar sebagai bandar narkoba
kelas berat. Sejak itulah semua yang dikatakan Dewi Angora selalu
menjadi kenyataan Tidak satu pun ramalannya yang meleset.
Karenanya, ketika Dewi Angora akhirnya mengetahui jenis
bencana besar yang akan menghancurkan alam semesta itu.
ia segera menceritakannya kepada Alvan termasuk menyuruh
Alvan mencari Kumala Dewi.
Sayang sekali ada beberapa keterangan yang belum
didapatkan oleh Alvan dari Dewi Angora, Sehingga ia tak bisa
menjawab beberapa pertanyaan dari pihaknya Kumala Dewi.
Misalnya, pertanyaan dari Sandhi yang sejak tadi antusias
sekali mendengarkan cerita keajaiban hewan temuan yang
semula diduga kucing siluman. Sandhi menanyakan penyebab
terjadinya badai halilintar.
"Dewi Angora memang belum menjelaskan pada saya, tapi
seandainya malam ini dia ada di sini, saya bisa
menanyakannya, Bang. Dia pasti tahu."
Sandhi manggut-manggut merenung sesaat. Setelah itu
terdengar kembali suaranya yang mulai parau karma menahan
kantuk sejak tadi.
"Seharusnya tadi sewaktu berhadapan dengan Kumala, kau
sebutkan saja nama Dewi Angora itu. Siapa rahu Kumala
mengenalnya. Jadi, dia bisa menghubungi kucing silumanmu
itu menggunakan kekuatan supanaturalnya."
"Tadi saya bingung. Bang. Saya juga ragu-ragu untuk
menyebutkan nama Angora. Tapi baru saja saya ingat, bahwa
Angora pernah berpesan pada saya agar nama Dewi Angora
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak disebutkan di depan orang lain, kecuali di depan seorang
paranormal muda yang berkesaktian tinggi. atau di depan
orang-orang kepercayaan si paranomal muda itu. Saya pikirpikir paranorma l muda yang dimaksud itu pasti Kak Mala. Jadi,
saya tidak ragu-ragu menyebutkannya di depan Bang Sandhi.
Sebab Abang kan orang kepercayaan Kak Kumala dewi."
Lirikan mata Sandhi diarahkan kepada jam dinding, Ia
menguap sesaat. lalu meraup rnukanya sendiri biar tak larut
dalam ketakutan.
"Sudah hampir subuh. tapi kenapa Kumala belum pulang.
ya?" gumamnya pelan. seakan bicara pada diri sendiri.
"Jangan-jangan terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya di
tempat kemunculan si kelabang merah itu?"
"Bang... saya punya ide. Bagaimana kalau Abang antar
saya pulang untuk membawa kemari s i Ayu. Mungkin kita bisa
mengetahui lebih banyak lagi tentang kelabang merah itu,
Bang. Sebab. si Ayu sepertinya tahu banyak tentang kelabang
merah tersebut "
"Katanya kamu takut keluar malam?"
"Selama jantung saya nggak berdetak ccpat. saya nggak
melihat bayangan roh halus, Bang. Saya sarankan kita pergi
pakai mobil saja deh. Jadi di dalam mobil saya bisa
memejamkan mata buat menghindari rasa takut."
"Hmm boleh juga idemu itu sih. Mungkin kita malah bisa
langsung ke tempat kemunculan kelabang merah sambil
menjemput Kumala. Tapi.. berbahaya nggak. ya"!"
Sandhi tertegun. Mempertimbangkan rencana tersebut.
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
4 DENTUMAN mengerikan masih sesekali menggelegar di
langit hitam. seakan menyebarkan gelombang maut ke
seluruh permukaan bumi. Guncangan yang ditimbulkan
semakin kuat. Menyiksa batin tiap manusia yang dicekam
kengerian. Banyak yang bersiap-siap menghadapi maut
dengan membentuk kelompok doa sendiri-sendiri. Sebab, di
hati mereka telah tertanam suatu keyakinan, bahwa sebentar
lagi kiamat akan datang.
Lebih-lebih ketika guncangan bumi hadir tanpa dentuman
dahsyat, mereka semakin beranggapan bahwa permukaan
bumi mulai rapuh. Sebentar lagi akan terbenam ke dasar
lautan, sebagai proses terjadinya kiamat di hari akhir. Makin
banyak manusia yang menangis karena ketakutan akan dosadosanya, menangis karena sedih akan mengalami kehancuran,
atau menangis karena membayangkan hukuman yang akan
dijalaninya di neraka nanti.
Padahal gempa kecil yang terjadi tanpa dentuman halilintar
itu terjadi akibat gcrakan yang ditimbulkan oleh seekor
kelabang merah raksasa yang sebagian orang ada yang
menyebutkan kalajengking raksasa. Hewan aneh yang
menyeramkan masyarakat itu masih melintang di jalan tol,
seolah-olah menunggu sesuatu yang akan dimangsanya.
Sedikit saja kelabang itu bergerak atau menggoyangkan
capitnya, maka tanah di sekitarnya akan mengalami getaran,
bangunan yang ada dalam radius lima kilometer akan
terguncang secara mencemaskan. Mereka yang tinggal di
sekitar tempat itu saling berduyun-duyun mengungsi.
Menjauhi tempat itu sejauh-jauhnya.
Namun manusia-manusia nekat ternyata masih ada juga.
Mereka ada yang memperhatikan dari kejauhan Ada yang
berjaga-jaga dari jarak lebih dekat lagi terutama para petugas
keamanan yang berupaya semaksimal mungkin mengamankan
daerah tersebut Tapi hanya beberapa gelintir manusia yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punya keberanian berada dalam radius satu kilometer dari
tempat kelabang itu berada. Umumnya mereka para jurnalis,
wartawan, foto, kameraman dan beberapa orang yang
berkepentingan mengabadikan mahluk aneh itu secara
sembunyi- sembunyi.
Orang-orang seperti itu memang mementingkan karir dan
karya ketimbang nyawanya sendiri. Berbeda dengan seorang
gadis yang kala itu turun dari sebuah sedan mewah Toyota
warna green. Agaknya wanita muda yang kala itu
mengenakan celana ketat sebatas betis itu mendekati lokasi
berbahaya dengan penuh perhitungan. Langkahnya pelan tapi
pasti. Para wartawan yang sempat melihatnya merasa tak
asing lagi dengan gadis berjaket blue jeans itu. Mereka dan
para aparat keamanan cukup kenal dengan gadis cantik yang
tak lain adalah Kumala Dewi itu Namun di hati mereka
masing-masing saling bertanya. apakah kali ini Kumala Dewi
juga akan berhasil menjinakkan mahluk mengerikan itu"
"Dewi tunggu! Aku ikut denganmu!" seru Niko Madawi
sambil berlari-lari menyusulnya. Pemuda tampan mantan
peragawan itu masih sempat menenteng kamera handycam
untuk kepentingaiinya sendiri dalam mengambil gambar dan
jarak dekat nanti.
"Nik, kembalilah ke mobil. Jangan mengikutiku. Mahluk itu
sangat berbahaya untukmu, Nik."
"Persetan dengan bahaya!" bantah Niko. "Aku harus
mendampingimu, Dewi."
Langkah si cantik Jelita itu terhenti. "Nik, turutilah saranku.
Please, Niko ... !" bujuknya dengan kesabaran, tapi penuh
ketegasan. Rupanya pemuda itu tetap ngotot, bahkan ingin
berjalan menduluinya. Dengan cepat tangannya disambar
Kumala Dewi. "Nik, kau tak mau dengar saranku lagi, ya"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Buat apa aku membawamu kemari kalau hanya
menyurulunu hancur di sini sendirian, Dewi. Aku yakin,
bersamamu aku pasti akan aman!"
"Belum tentu, Nik. Yang akan kuhadapi adalah penjaga
istana iblis. Dia sangat berbahaya. Punya kesaktian tmggi,
menurut cerita ibuku dulu. Kau bisa mati kalau sampai terkena
kibasan ekornya, Nik!"
"Aku toh sebenarnya sudah mati. Cuma gara-gara ulahmu
saja aku jadi masih hidup sampai sekarang. Jadi, bagiku sama
saja. Mati bukan menjadikan sesuatu yang harus kuhindari lagi
sekarang. Dan ingat, kau pernah bilang, sebenarnya usiaku
sesuai kodrat akan lebih dari batas 50 tahun, bukan " Jadi,
kalau toh aku maju mendekati mahluk itu, pasti aku tak akan
mati. Karena sekarang usiaku belum ada 35 tahun, bukan" He,
he, he... ayolah. biarkan aku mendampingimu, Dewi!"
Gadis itu merasa sia-sia membujuk lagi. ia menghembuskan
napas, membuang kejengkelan dalam hati, kemudian
melangkah kembali tanpa menghiraukan Niko yang berjalan di
sampingnya. Mereka melewati bangkai mobil yang hancur
akibat tabrakan beruntun tadi. Para korbannya sudah
disingkirkan dari tempat tersebut Namun pemandangan masih
terkesan mengerikan. Jalanan retak di beberapa tempat,
seperti ingin terbelah-belah. Beberapa bangunan tampak
runtuh separuh, atau rusak sebagian. Entah masih ada
korbankah di sana yang belum sempat disingkirkan dari
reruntuhannya" Yang jelas
suasananya sangat sepi,
mencekam Lampu-lampu dipadamkan. Supaya tidak terjadi
kortsluiting listrik, karena banyaknya tiang listrik pinggiran
jalan yang tumbang tak beraturan.
Setiap terjadi dentuman halilintar kelabang merah itu
mendongak dengan menyemburkan kobaran api dari
mulutnya. Gerakan itulah yang menimbulkan kerusakan fisik
terhadap bangunan-bangunan di sekitamya. Apalagi jika
ekornya yang memiliki capit besar seperti tanduk kerbau itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelebat, maka benda apapun yang terkena akan hancur,
besi akan menjadi hangus, sementara angin kibasan ekor itu
sendiri mengakibatkan hembusan angin kuat yang dapat
menumbangkan pohon atau apapun yang dilanda hembusan
angin tersebut. Sebab di kedua ujung capitnya itu terdapat
percikan sinar biru seperti sinar bermuatan arus listrik
tegangan tinggi.
Seandainya kelabang merah itu tidak memiliki fisik yang
mengandung nyala bara api, maka tempat itu akan menjadi
gelap sekali. Tapi karena hewan tersebut mengandung bara
api dengan warna merahnya yang berpendar-pendar, maka
sekeliling tempat itu justru menjadi terang, walaupun tak
mencapai radius 500 meter. Cahaya merah bara itu ternyata
juga menyebarkan hawa panas ke berbagai penjuru. Tak ada
tanaman yang hidup sejak munculnya kelabang merah
tersebut. Semuanya layu dan menjadi kering.
"Wow ... ! Makin panas saja hawanya"!" desis Niko di
samping Kumala. Sebentar-sebentar
ia membidikkan kameranya walaupun masih berjarak cukup jauh dari tempat
kelabang itu berada. Tapi ketika langkah mereka semakin
dekat, sekitar 600 meter lagi, temyata langkah Niko justru
terhenti. la tampak menyeringai di dalam kegelapan. Kumala
berpaling memandanginya.
"Kenapa?"
''Panas sekali. Dari sini saja panasnya sudah menyengat
kulit. Rasa-rasanya aku tak sanggup untuk lebih dekat lagi,
Dewi!" Dewi Ular menyunggingkan senyum kalem. Sayang tak
terlihat jelas oleh Niko. Saat itu, Kumala sendiri masih ikut
berhenti sambil mempertimbangkan langkah selanjutnya.
"Kameraku bisa meleleh sendiri kalau berada lebih dekat
lagi dengan mahluk itu, Dewi. Rasa-rasanya... terpaksa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus berhenti sampai di sini saja deh. Aku tak bisa
mendampingimu sampai lebih dekat lagi darinya,. Dewi."
Kata-kata itu terdengar bernada sedih dan kecewa. Keluhan
tersebut membuat hati Kumala Dewi tak tega terhadap
kegagalan Niko yang sebenarnya ingin mendampinginya
sampai ke depan sana. Padahal saat itu Niko punya maksud
ingin menunjukkan kesetiakawanannya sebagai seorang
sahabat, sekaligus ingin menunjukkan rasa balas budinya,
akibat telah dibangkitkan oleh Kumala dari kematiannya tempo
hari. Pertimbangan cepat itulah vang membuat Kumala Dewi
akhirnya mengambil s ikap di luar dugaan Niko atau siapa pun.
Gadis itu menggosokkan kedua telapak tangannya beberapa
saat. Tiba-tiba tangan yang kanan disentakkan ke atas.
Claaap. Wuuubbb ..!
Seberkas cahaya hijau melesat dari telapak tangan itu.
Bentuk dan ukurannya sebesar telur cicak, lama-lama menjadi
sebesar telur ayam. Makin tinggi makin besar dan makin
terang. Sampai akhirnya cahaya itu berhenti tepat di atas


Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelabang merah dalam ketinggian tertentu. Cahaya hijau itu
meletup, menyebarkan awan hijau bergumpal-gumpal. Awan
hijau itu menyala terang, dan menjadi sangat lebar.
Membentuk lingkaran dengan diameter sekitar hampir satu
kilometer panjangnya.
Bukan hanya Niko yang terperangah kagum. Tapi orangorang yang bersembunyi, yang berada dari kejauhan, mereka
semua juga terperangah kagum melihat awan bercahaya
hijau. Cahaya tersebut membuat alam sekelilingnya menjadi
terang, walaupun dalam konteks remang-remang. Tapi benda
sekecil batu kerikil masih bisa terlihat dalam penerangan
tersebut. Dan yang lebih mengagumkan lagi, ternyata cahaya hijau
itu juga menyebarkan hawa salju, udara panas yang semula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timbul karena pengaruh kulit kelabang merah membara itu,
kini menjadi berkurang. Bahkan makin lama semakin terasa
kesejukan nya. Panas dari kelabang merah itu ternyata dapat dikalahkan
oleh kesejukan awan hijaunya si Dewi U lar. Sebenarnya hal itu
sudah merupakan satu kemenangan tersendiri bagi Kumala,
yaitu mampu mengalahkan hawa panasnya si kelabang merah.
Tak heran jika Niko pun berani melanjutkan langkahnya
mendampingi Kumala lebih mendekati mahluk yang tetap
berwarna merah seperti simbol zodiak Seorpio itu .
Gluuurrrr...! Jalanan tol tempat mereka melangkah itu bergetar kuat.
Rupanya kelabang merah mulai beraksi. Ia merasa dikalahkan
oleh awan hijau yang seperti jamur raksasa di angkasa itu.
Gerakan mahluk itu makin mengguncangkan tanah dan
sekitarnya. Suara gemuruh akibat guncangan itu terdengar
sampai jarak sekitar 5 kilometer jauhnya. Menyeramkan dan
menakutkan sekali. Tetapi gadis cantik itu tetap cuek,
melangkah terus agar lebih dekat lagi dengan si penjaga
istana lblis itu.
Kraaaaakkk... !
Terdengar suara berderak menggema. Ternyata besi
pembatas jalan tol itu terjungkit ke atas akibat ayunan ekor
kelabang yang naik. Besi pembatas itu bagaikan dijebol
sepanjang hampir satu kilometer. Ukuran fisik kelabang itu
pun menjadi cepat bertambah besar. Kepalanya mulai
menghadap ke arah kedatangan si Dewi U lar. Dan kedua capit
depannya itu menyembur kan uap busuk ke arah Kumala.
Wooosss...! Uap busuk itu berbentuk asap hitam bergulung-gulung
menerjang Dewi Ular. Tapi sebelum hal itu terjadi gadis itu
berangkat kedua tangannya dengan sedikit direntangkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata dari gerakan itu muncul hembusan angin kencang ke
arah kelabang merah tersebut.
Wuuuss ...! Uap busuk itu berbalik arah, menerpa kepala
kelabang merah sendiri.
"Krrraaaahhkkk...!" kelabang itu mengeluarkan suara serak.
Matanya mulai berbinar-binar. Mulutnya terbuka dan
tersemburlah kobaran api ke arah Dewi Ular.
Wooosss...! "Awaaas ... !" seru Niko spontan sambil merunduk, hampir
tiarap. Kameranya tetap on dan diarahkan pada datangnya
gumpalan api. Tapi Kumala Dewi tidak berlutut separah Niko.
Gadis itu mengeluarkan kesaktiannya dari telapak kaki yang
dihentakkan ke bumi.
Duuhg ... ! Hentakan pelan itu menghasilkan getaran kuat. Disusul
muncul uap salju yang menyembur deras dari kedalaman
tanah, menembus jalanan beraspal yang ada pada jarak 50
meter di depannya.
Jrosss...! Deras sekali semburan uap salju itu. menycrupai air mancur
yang panjangnya melintang jalan tol tersebut. Ketika
gumpalan api menghantam uap salju itu. padamlah api
tersebut dengan menimbulkan suara gemuruh mengerikan.
Hwuuurrsss...! Angin pun berhembus ke berbagai penjuru Kuat sekali.
Dewi Ular terlempar ke belakang. Jatuh tepat menimpa
punggung Niko yang tersungkur lebih dulu karena
kepanikannya. Bruukk.! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Niko memekik, namun tak sanggup. Tubuh Kumala waktu
itu seperti dua almari pakaian beratnya. Untung saja gadis itu
segera bangkit dan menyingkir dari punggang Niko Dengan
begitu Niko dapat bernapas lagi secepatnya, walau dada tetap
terasa nyeri sekali.
"Sorry, Nik ... !" kata Kumala sambil membantu tangan
Niko untuk ditarik berdiri kembali. "Bagaimana tulangmu?"
"Lu... mayan...!"
"Mundurlah agak jauh. Dia akan semakin ganas, Nik!"
Belum nendapat jawaban dari Niko, gadis itu sudah
bergegas maju lagi dengan tanpa rasa takut sedikit pun
Semburan uap salju sudah berhenti. Jalanan menjadi putih.
Api dan mulut kelabang itu juga telah padgm. Kini Kumala
berhadapan langsung dengan kelabang tersebut dalam jarak
kurang dari seratus meter. la melepas jaket blu- jeans-nya.
Ditenteng dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya
bertolak pinggang.
"Kau mengenali diriku. Kalasaga"!" seru Kumala. Suaranya
menggema hingga terdengar di kejauhan sana. Sudah pasti ia
tidak sekadar bersuara, tapi menggunakan kekuatan
gelombang gaibnya, sehingga si kelabang merah pun
mendengarnya dengan jelas.
"Kraaaahkkk ... !" kelabang merah itu mengerang. dengan
suara menggema pula. Perpaduan gema itu menimbulkan
getaran yang mencemaskan orang-orang di sekitar tempat
tersebut . "Kembalilah ke tempatmu. Kalasaga! Alam ini bukan tempat
yang layak bagi persembunyianmu. Kehadiranmu di s ini hanya
semakin mengacaukan kehidupan manusia! Berlindunglah
kepada tuanmu jika kau takut menghadapi badai halilintar!"
Penjaga istana iblis itu ternyata bernama Kalasaga. Ia
mengerti maksud ucapan Kumala, namun tak mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantah dengan kata-kata yang sama.
Kalasaga menyatakan penolakannya dengan menyemburkan serpihan
besi panas yang menyerupai bunga api dari kedua capit
depanhya. Wuuursss ...! Tapi lagi-lagi Kumala Dewi telah siaga menghadapinya,
sehirigga dengan cepat jaket di tangan kanan Kumala
dikibaskan satu kali, dan angin badai berhawa sejuk pun
berhembus dengan sangat kuat. Semburan bunga api itu
berbalik dalam keadaan sudah padam. Menjadi serpihan hitam
yang menerjang wajah kelabang merah.
Kekuatan angin badai dan kibasan jaket itu bukan saja
dapat memadamkan bunga api, namun juga mempunyai
tekanan sangat besar, sehingga Kalasaga sempat terdorong
mundur kepalanya. Nyaris terjungkir balik ke belakang.
Erangan mautnya makin keras dan menggetarkan awan hijau
yang masih menggantung di angkasa. Kesempatan itu
digunakan oleh Kumala untuk menggunakan kesaktian
lainnya. Gadis itu melompat dan berubah menjadi cahaya hijau kecil
berbentuk kelabang. Kecepatan melesatnya cahaya itu tak
sempat membuat kepala Kalasaga tegak kembali. Tahu-tahu
bagian bawah kepalanya diterjang cahaya hijau kecil yang
menyerupai seekor kelabang sepanjang 30 cm.
Zlaaap ... ! Blegaaarr...!
Kali ini benturan cahaya hijau menimbulkan suara
menggelegar seperti dentumam halilintar tadi. Kalasaga
meraung panjang dengan terbungkus asap bergumpalgumpal. Asap itu terasa lama-lama menipis. Di seberang sana
sudah tampak Kumala Dewi dalam wujud gadis cantik seperti
tadi, sementara Kalasaga menyusut. Makin cepat makin
menyusut dan akhirnya menjadi seekor kelabang merah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecil. Raungannya pun menjadi kecil, seperti jeritan anak
ayam yang tak menyeramkan lagi.
"Sudah kuperingatkan kau tak mau tunduk padaku,
Kalasaga. Maka jangan salahkan diriku kalau sampai akhirnya
kau menderita seperti itu."
"Ciaaaakk...!" suara jeritan itu pun menjauh ketika Kalasaga
yang kecil melesat pergi. Melayang cepat melintasi atas kepala
Dewi Ular. Wesss ...! Dan, ketika mahluk kecil itu lenyap, barulah
suara asli Kalasaga terdengar menggema ke mana-mana.
"Dari dulu aku memang kalah dengan leluhurmu, Dewi
Ular! Tapi ingat, jika kutemukan darah titisan Artemis, dan
kekuatanku bersatu dengan kekuatannya, maka kau akan
kuhancurkan lebih dulu sebelum badai halilintar itu datang,
Dewi Ular!"
Gadis cantik itu hanya tersenyum kecil. Napasnya
dihembuskan lepas. Lega. T api ia sempat menggumam pelan
tanpa ada yang mendengarnya.
"Titisan Artemis. Hmmm, mudah-mudahan dia tidak
berhasil menemukan Zus Morry sebelum wanita itu
kubersihkan dari darah titisannya si Dewi Mumi. Tapi lebih
baik kutangkal dulu kehadiran badai halilintar itu untuk
menyelamatkan alam semesta ini."
Sambil melangkah menghampiri langkah Niko yang berlarilari kecil ke arahnya, Dewi Ular masih melanjutkan ucapannya
melalui kecamuk hati.
"Siapa yang tahu caranya menangkal badai halilintar" Oh,
ya... mungkin si Ayu, kucing putih temuan Alvan itu bisa
kudesak untuk mengatakan rahasia menghindari datangnya
badai halilintar. Tapi apakah kucing itu juga mengetahui apa
yang menyebabkan datangnya badai halilintar itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum disalami Niko dengan tawa kemenangan, Dewi
Ular lebih dulu mengulurkan tangannya lurus ke atas. Telapak
tangan itu sedikit terbuka. Lalu, awan hijau yang memayungi
tanah di sekitar tempat itu bergerak cepat ke bawah. Tersedot
masuk ke dalam telapak tangan itu.
Zzssssuuut ... ! Sleeeb ... ! Habis sudah awan hijau
tersebut. Udara sejuk pun hilang.
Suasana menjadi lebih gelap lagi. Tak seorang pun dapat
melihat uluran jabat tangan Niko saat mengucapkan selamat
atas kemenangan Kumala dalam melawan si kelabang merah
tadi. ''Ancaman maut belum selesai, Niko. Badai halilintar masih
mengintai kita, s iap menghancurkan seluruh alam semesta ini!
Jangan merasa lega dulu, sebab aku sendiri masih bingung
bagaimana caranya menolak kehadiran badai halilintar itu."
"Lho, jadi. .. jadi kita semua masih dalam ancaman rriaut"!"
Belum sempat Dewi Ular menjawab, dentuman dahsyat dari
langit hitam pun menggelegar kembali. Permukaan bumi
menjadi terguncang. Di beberapa tempat terjadi gempa dan
tanah longsor. Manusia masih tetap terancam punah.
Dewi Ular bergegas pulang, karena ia ingin segera
mendesak Alvan agar mempertemukan dirinya dengan si
kucing siluman itu. Namun hati Kumala menjadi kecewa dan
kesal, karena setelah sampai di rumah, temyata Alvan dan
Sandhi tidak ada di tempat.
"Ke mana mereka" Benarkah pulang ke rumah Alvan"
Jangan-jangan mereka melakukan tindakan yang bodoh
terhadap kucing siluman itu?" tanya Niko kepada Kumala yang
telah menceritakan kehadiran Alvan bersama kasus kucing
silumannya. Kumala Dewi sengaja diam tanpa jawaban.
Tapi teropong gaibnya dicobanya untuk menyusuri
gclombang gaib yang dimiliki Alvan. Ia masih ingat jenis dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciri-ciri gelombang gaib pada diri Alvan. Tapi anehnya,
teropong gaib tersebut tak berhasil menemukan gelombang
getaran gaib milik Alvan.
Timbul pertanyaan di hati Dewi Ular, apakah A gelombang
gaib itu telah hilang dari diri Alvan, atau tertutup sesuatu yang
tak bisa diterobos olch kekuatan teropong gaibnya siapa pun"
(Oo-dwkz-234-oO)
5 SEKITAR pukul tujuh pagi Sandhi baru sampai di rumah.
Cuaca pagi bukan hanya buruk, tapi sangat buruk. Keganjilan
alam semakin tampak jelas. Langit bukan mencerminkan
kecerahan, tapi semakin merah parah. Dentuman halilintar
masih terjadi setiap 45 menit sekali. Jalanan sepi. Lengang.
Wajah bumi mulai tampak porak poranda. Hanya orang-orang
tertentu yang berani keluar rumah atau meluncur di jalanan.
Mencekam sekali.
Dewi Ular memang belum tidur sejak semalam. Tapi
wajahnya masih tampak cantik, segar dan bersemangat.
Sebenarnya pagi itu ia ditemani Niko. Tapi mantan kekasihnya
itu tak sanggup menahan kantuk, sehingga sejak pukul 6 tadi
sudah terkapar nyenyak di kamar tidur tamu. Untung si
Jelmaan Jin Layon segera muncul. Melaporkan hasil informasi
yang diperoleh dari alam kegelapan, alam kematian, tanah
siluman dan dunia lain yang tak bisa ditembus oleh manusia.
"Rata-rata mereka berpendapat tidak tahu penyebab
datangnya tanda-tanda badai guntur itu. Bangsa jin sendiri
sedang mengadakan meeting untuk membahas dari mana
datangnya gelombang-gelombang halilintar itu. Karena tak
menemukan kejelasan dan kepastian, maka aku pun merasa
lebih baik segera pulang. Siapa tahu kau sudah mendapat
informasi yang lebih positif mengenai badai halilintar ".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laporan tersebut membuat Dewi Ular menarik napas
dalam-dalam. Rasa kecewanya terbuang bersama hembusan
napas panjang. Ia tak menyalahkan Buron, namun merasa
jengkel terhadap Sandhi. Maka ketika Sandhi datang pemuda
itu segera dipanggilnya. Sambil meracik sarapan pagiuya
sepotong roti tawar plus ini itunya, Kumala menegur Sandhi
yang tampak salah tingkah karena merasa bersalah. Sikap
gadis itu tetap tenang, tak menunjukkan kejengkelan atau


Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemarahannya, namun justru membuat Sandhi merasa sangat
menyesali tindakannya. Apalagi ia pulang tanpa Alvan,
sementara motor Alvan masih dititipkan di garasi mereka,
tentu saja hal itu membutuhkan penjelasan dan alasan yang
kuat. "Sebenarnya semua ini karena gagasan Alvan sendiri," tutur
Sandhi sambil berlagak cemberut kesal. Kumala jadi merasa
geli sendiri dalam hatinya, karena ia tahu sikap berlagak
cemberut kesal adalah kebiasaan Sandhi jika melakukan
kesalahan. "Dia bermaksud mengambil kucing silumannya itu, supaya
bisa berkomunikasi langsung denganmu. Aku membantunya.
mengantarkannya pulang. Tapi setibanya di tempat kost,
Alvan kebingungan mencari kucingnya yang tak ada di kamar.
Sampai pukul lima tadi kami masih mencari kucing itu. Tapi
nggak ketemu juga. Alvan bilang, dia mau mencari ke
pekarangan rumah tetangga yang bertolak belakang dengan
tempat kostnya. Sampai lama aku menunggunya, ternyata tak
kembali juga. Karena kesal, kuhampiri rumah itu, kutanyakan
kepada penghuni rumah tersebut. Ternyata tak ada yang
melihat Alvan masuk ke halaman rumah itu. Dan.... dan
entahlah ke mana anak bego itu sekarang. Aku nggak
sanggup mencarinya karena nggak tahu harus mencari ke
mana." "Mungkin dia dikunyah pelayan rumah itu?" sela Buron
dengan cengar-cengir konyol. Sandhi menyentaknya, keqi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam luh! Gue lagi Serius nih. bukan lagi bercanda, tau?"
"Serius ya serius, tapi bibirmu jangan sampai monyong
sepanjang lima meter begitu dong!" gerutu Buron bersungutsungut sambil ikut-ikutan meracik sarapan paginya seperti
Kumala. Ruang rnakan itu menjadi hening beberapa saat. Kumala
masih tetap diam. Kalem, tapi justru membuat Sandhi semakin
tak tenang. Teguran seperti itu menurutnya lebih telak
mengganjal ulu hatinya ketimbang tamparan keras-keras di
pipi. "Terus.. bagaimana nih, Mala?" pancing Sandhi kikuk sekali.
"Apanya yang bagaimana?" balas Kumala dengan nada
lembut. "Urusan si Alvan yang hilang itu bagaimana."
"Itu tanggung jawabmu. Tanyakanlah pada dirimu sendiri."
"Maksudku... maksudku tadi... aah brengsek juga tuh anak!
Kalau begini jadinya. aku sendiri kelabakan! Sial!"
"Makanya," kata Kumala kalem sekali. "... lain kali kalau diberi tanggung jawab
jangan seenaknya. Mengapa aku
menyuruhmu menemani sekaligus menjaga anak itu agar tidak
keluar rumah" Itu karena dalam hatiku ada kekhawatiran
tentang anak itu. Yah. semacam kejadian inilah yang
kukhawatirkan saat itu. Kalau sudah begini, kita bisa
kehilangan jejak atau kehilangan kesempatan untuk mengorek
keterangan penting dari s i kucing putih itu.''
Dengan nada pelan dan wajah tertunduk penuh sesal,
Sandhi menunjukkan sportifitasnya kepada Kumala.
"Ya, aku memang salah Sorry deh. Lain kali nggak begini."
Gadis itu sebenarnya gadis pemurah, termasuk murah
memberikan maaf kepada seseorang yang mengakui
kesalahannya dengan gentle. Cukup dengan sikap seperti itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan Sandhi sudah terampuni. Kumala tidak mempermasalahkan lagi. Yang dibahas adalah solusi
berikutnya. Handphone berdering lebih dulu sebelum mereka bicarakan
solusi selanjutnya. Telepon berasal dan Tante Riza yang masih
berada di apartemennya Zus Morry.
"Dia sudah bangun, Kumala."
"Syukurlah. Bagaimana dengan keadaan fisiknya. Tante?"
"Kayaknya sih,:. sehat-sehat saja. Pinggangnya agak
pegal," katanya.
"Itu karena tidur terlalu lama. Nggak apa-apa."
"Dia belum bisa meneleponmu, habis suaranya serak
sekali." "Nggak apa-apa, Saya tahu kok."
"Tapi waktu meiihat cuaca di luar tampak aneh begini. dia
jadi merasa takut. Apalagi waktu mendengar suara dentuman
tadi, dia jadi agak panik. Seperti mengalami trauma, gitu! "
"Tapi nggak ada yang sakit kan" Hidung atau telinganya
nggak mengeluapkan darah lagi, bukan?"
"Memang nggak. Cuma ketakutan saja."
"Kasih tahu Zus Morry deh, dia sudah aman dari dentuman
seperti itu. Sudah saya lapisi penangkal di seluruh raganya,
jadi nggak perlu khawatir lagi."
'Tadi dia bilang, katanya sebelum ia terbangun samarsamar ia merasa sedang bermimpi menggendong bayi. Setelah
diperhatikan, ternyata bayi itu berubah menjadi seekor
kelabang bersisik merah membara. Apa artinya tuh, mala?"
"Oh...?" Kumala Dewi tertegun cemas. Tapi kecemasam itu
tak begitu kentara. Hanya mereka yang memandang
ekspresinya saja yang mengetahui ada kecemasan di balik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketenangan dan kebisuannya saat itu. Sandhi dan Buron
sempat mengenahnya.
"Tante... hmmm, nanti sebentar lagi saya akan ke situ.eh.
Ada sesuatu yang harus saya lakukan buat Zus Morry. Jangan
pergi kemana-mana, ya?"
Selesa i meletakkan handphone, Kumala Dewi sempat diam
mematung selama tiga helaan napas. Ia buru-buru
menetralkan sikapnya kembali dan Sandhi cepat-cepat
bersuara. "Ada yang gawat di apartemen itu?"
"Nggak" jawabnya dengan lembut meski agak terlambat;
"setelah nanti Pramuda menelepon ke mari, kita berangkat ke
apatemen, San. Aku harus membersihkan darah Zus Morry
supaya tidak mengandung energi gaib titisan dari artemis."
"Kenapa harus begitu?" tanya Burun cukup serius.
"Jika si kelabang merah alias
Kalasaga berhasil
menemukannya, lalu kekuatannya menyatu dengan darah
titisan Dewi Artemis itu, maka ia akan menjadi tangguh dan
sulit dikalahkan. Kalasaga akan menjadi satu-satunya mahluk
yang selamat dari badai halilintar dan sejenisnya. Berbahaya
sekali kalau dia begitu!"
Kumala menambahkan keterangannya dengan kisah
pcrtarungan tadi malam saat melawan Kalasaga Mendengar
kelabang merah belum hancur dan masih mencari mangsa,
Sandhi dan Buron sama-sama memiliki perasaan was-was.
Bukan hanya terhadap jiwa Zus Morry saja, tapi juga terhadap
keselamatan manusia lainnya. Menurut pendapat Buron yang
sudah mengenal Ka lasaga sejak hidup di kalangan bangsa jin,
makhluk itu bisa menjadi lebih besar lagi bentuk dan
ukurannya apabila mau bertapa lagi. Buron sendiri tak suka
kepada Kalasaga, tapi ia pun tak berani melawannya.
Kesaktiannya sebagai Jin Layon masih kalah tinggi
dibandingkan kesaktian Kalasaga, si penjaga istana lblis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau memang sampai nanti sore. Alvan dan kucing
putihnya belum kita temukan," kata Kumala. "Mau tak mau
aku harus memanggil ayahanda atau lbunda, atau pergi
sendiri ke sana untuk meminta bantuan beliau."
Sambil tertegun sandhi berkata pelan, "Jangan-jangan
mereka kencan di suatu tempat, ya?"
"Kencan"!" sahut Kumala agak heran. "Maksudmu, Alvan
bercinta dengan kucing putihnya itu?"
"Ya, sebab... menurut cerita Alvan semalam, kucing itu
ternyata bisa menjelma menjadi wanita cantik jika mendapat
ciuman oleh lawan jenisnya. Alvan sudah berkali-kali
membuktikan dan sepertinya pemuda itu benar-benar jatuh
cinta kepada penjelmaan kucing putihnya bernama Dewi
Angora...."
"Siapa.,.?" Kumala tersentak kaget. "Dewi Angora?"
"Benar. Kau mengenalnya?" tanya Sandhi.
"Dewi Angora... setahuku dia anaknya paman Dewa
Wanandra, penguasa hutan, sedangkan ibunya adalah bibi
Dewi Gabrani, penguasa rahim dan kesuburan kaum wanita."
"O, benar juga dugaanku. Jadi, kucing putih itu jelmaan
dari penghuni Kahyangan juga, kan?"
"Ya; Seingatku... Dewi Angora itu dewinya para kucing dan
hewan sebengsanya."
"Pantas kucing Angora itu terkenal bagus dan mahal
harganya," gumam Sandhi sambil manggut-manggut.
"Pantas pula kalau dia tahu tentang diriku," kata Kumala.
"Menurut cerita ibundaku, Dewi Angora berusia lebih tua
dariku. Keluarganya bersahabat dengan keluargaku. Kurasa,
kalau aku meminta bantuannya dalam mencegah terjadinya
badai halilintar ini, dia tidak keberatan melakukannya. Hnun,
kalau begitu... kita bagi tugas deh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum-belum Buron sudah menyahut, "Aku mencari kucing
putih itu dan kau pergi membersihkan darah titisan Dewi
Mumi, begitu kan?"
"Ya, begitu!" tegas Kumala Dewi, sikapnya tampak lebih
bersemangat lagi. "Tapi ingat, jangan tampakkan dirimu di
depan Alvan. Anak itu dapat memandang tembus lapisan
gaibmu. Dia bisa ketakutan. Gunakan cara lain supaya Alvan
tak mengetahui kehadiran sosok Jin Layon-mu!"
"Bikin susah saja anak itu. Kurasa gara-gara dia bercinta
dengan Dewi Angora maka ketajaman indera penglihatannya
menjadi seperti itu!"gerutu Buron sambil bersungut-sungut.
Secara diam-diam pernyataan Buron itu dibenarkan oleh
Kumala dalam hatinya. Energi gaib kedewaan pada diri Dewi
Angora memang bisa saja mengalir sebagian apabila dalam
bercinta Dewi Angora tak menggunakan selaput dewadini,
atau terlalu melepas emosi gairah cinta tanpa tali kekang
kamasutra. Kumala yakin, jika Dewi Angora secara terus
menerus bersikap begitu, maka seluruh kesaktiannya dapat
memenuhi jiwa Alvan, terkuras habis akibat perbedaan aura
dewa dengan manusia. Alvan sendiri pada akhirnya akan mati
membusuk akibat auranya tak mampu menampung energi
kesaktian tersebut.
"Agaknya aku harus mengingatkan Angora secara hatihati," pikir Kumala Dewi, ketika meluncur ke apartemennya
Zus Morry bersama Sadhi. "Atau... barangkali saranku bisa
diterimanya, supaya Angora menarik kembali energinya,
sehingga Alvan tak tersiksa oleh penglihatan gaibnya yang
selalu menakutkan itu."
Perjalanan lengang yang sesekali diselingi dentuman
mengkhawatirkan itu banyak terisi oleh cerita sandhi tentang
kisah Alvan menemukan kucing putih tersebut. Kumala sempat
berpikir serius ketika mengetahui baliwa Dewi Angora datang
ke bumi untuk mencari permata pusaka ayahnya, yaitu intan
biru. Agaknya, melalui kasus hilangnya intan biru itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala akan punya kesempatan membantu Angora sebagai
balas jasanya nanti jika Angora juga bersedia membantunya.
"Kurasa dugaanmu di rumah tadi memang benar, San.
Alvan sedang bersama Dewi Angora. Sebab getaran gaib pada
Alvan sejak tadi tak berhasil kulacak. Berarti dia berada dalam
pengaruh perisai gaibnya saat ini. Tapi belum tentu saling
cumbu mesra. Dengan hanya menggendong kucing putih itu
saja gelombang gaibnya, Alvan sudali bisa tertutupi dan sulit
dilacak." "Kalau begitu Buron akan sia-sia mencari mereka dong?" .
"Buron bisa mencarinya dengan mata jin-nya yang dapat
menembus ke mana-mana. Bukan lewat gelombang gaibnya
mereka berdua. Mudah-mudahan saja mereka bisa segera
ditemukan Buron."
Kumala Dewi berkata begitu dengan penuh harap, karena
sejak tadi ia sering memperhatikan langit yang semakin merah
Misteri Kapal Layar Pancawarna 18 Pendekar Misterius Karya Gan K L Sepasang Pedang Iblis 2

Cari Blog Ini