Ceritasilat Novel Online

Lodra Si Ular Sanca Beracun 1

Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun Bagian 1


BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG JUDUL Sumber: [sumber_ebook]
EBook: [pembuat]
Dia datang sebagai seorang pendekar. Dia aneh dan
bertindak seperti orang yang linglung. Para ksatria
menyebut dia Si DEWA LINGLUNG. Pendekar sakti
yang digembleng oleh lima orang tokoh aneh.
---ooo0dw0ooo--SATU GUNUNG ARJUNO tegak menjulang megah dan
gagah dikelilingi hutan rimba. Asap tipis mengepul
dari ujung lubang kepundannya yang masih
diselimuti kabut tipis. Awan-awan putih bertebaran
diatasnya. Sementara dari balik mega membersit
cahaya matahari melalui celah awan memantulkan
cahaya yang menyorot kuning kemerahan
mewarnai senja yang mulai tiba.
Pemandangan disekitar puncak gunung Arjuno
memang indah, apalagi disaat senja tiba. Ternyata
dipuncak gunung itu terdapat sebuah pondok kayu
beratap alang-alang. Pondok itu cukup lumayan
besarnya dikelilingi pagar bambu kuning yang
teratur rapi. Halaman pondok itupun bersih,
pertanda si penghuninya orang yang mengutamakan kebersihan dan keindahan.
Tak heran karena penghuninya adalah seorang
wanita tua. Siapakah gerangan wanita tua ini yang
menetap dipuncak gunung Arjuno itu" Dialah
seorang perempuan yang bernama NYAI MERANTI.
Seperti biasa disenja itu Nyai Meranti keluar dari
pondoknya memperhatikan sekitar halamannya.
Ada sedikit saja daun kering yang mengotori
halaman takkan luput dari pandangan matanya
yang tajam. "Hihik ... hik ... hik ... kalau halaman rumah
bersih, pikiran pun jadi terang" berkata sendiri
wanita tua yang agak bungkuk punggungnya ini.
Dia mengenakan baju kembang-kembang yang
sudah agak lusuh dengan kain warna hitam.
"Hm, kemana perginya si LODRA PATI muridku
yang tampan itu" Sudah beberapa hari ini dia
jarang pulang. Apa sudah tak betah tinggal
dipuncak gunung Arjuno ini" Atau mungkin hatinya
sudah ngebet untuk menyatroni perawan desa .."
He" Jangan-jangan selama ini dia diam-diam sudah
sering keluyuran kedesa?" gumamnya dengan
memijit-mijit dagunya yang keriput.
Baru saja selesai bergumam, wanita tua ini
miringkan kepalanya. Hebat pendengaran wanita
tua ini, ternyata dia telah dapat mendengar
gerakan orang yang mendatang puncak gunung
itu. "Satu, dua tiga, empat ... lima ... enam! Heh!"
enam orang semuanya! Siapakah mereka" Ada
maksud apakah menyatroni tempat tinggalku"
Apakah diantara mereka ada si tampan muridku
yang datang bersama kawan-kawannya dari desa"
Atau bersama perawan- perawan desa" Hm, bisa
jadi! Karena pemuda gagah dan tampan seperti
Lodra Pati sudah pasti digandrungi oleh gadis-gadis
cantik!" berkata dalam hati Nyai Menanti dengan
bibir tersenyum.
Akan tetapi dia menyanggah dugaannya sendiri.
"Tak mungkin! Lodra Pati tak secepat itu
mempunyai banyak kawan. Juga seandainya dia
bersama gadis-gadis desa lebih-lebih hal yang
mustahil! Jalan menuju kepuncak gunung ini amat
sulit dan takkan mampu dilakukan oleh seorang
manusia tak berkepandaian tinggi dengan gerakan
secepat itu!"
Belum lagi dia sempat memikirkan lebih lanjut,
enam sosok bayangan telah berkelebatan muncul
dihadapan Nyai Meranti. Wanita tua ini kerutkan
keningnya. Sepasang matanya dipicing-kan untuk
melihat jelas siapa gerangan para pendatang yang
tak diundang itu.
"Hahaha .... Nyai Meranti! Sungguh tak
kusangka selama ini kau berdiam dipuncak gunung
Arjuno ini" Bahkan diam-diam telah memelihara
seorang murid! Akan tetapi sayang, yang kau
pelihara dan kau didik menjadi muridmu itu bukan
seorang manusia, melainkan seekor ULAR SANCA
BERACUN!" Terdengar suara lantang yang
diucapkan seorang laki-laki berjubah kuning
berkepala gundul. Sepasang kumisnya menjuntai
macam ekor tikus.
Tersentak kaget Nyai Meranti melihat siapa
orang yang datang dan barusan bicara.
"Bajul Kuning, tikus busuk! datang dari parit
manakah kau bersama kawan-kawanmu berani
menyatroni tempat kediamanku" Dan apa maksud
kata-katamu?" berkata Nyi Meranti dengan ketus.
Sepasang mata sipitnya menyapu lima orang yang
mengelilingi dihadapannya.
"Hahaha ..! Sejak dulu kau selalu menyebutku
tikus busuk! Apakah kau sendiri tak menyadari
kalau kau sendiri adalah seekor cecurut jelek yang
sudah dekat keliang kubur?" Dihina demikian
wanita tua ini berubah mukanya. Tapi belum
sempat dia balas memaki, si laki-laki jubah kuning
telah menyambung bicara.
"Kelima kawanku ini adalah yang berjulukan si
Lima Harimau Gunung Siantan! Secara kebetulan
mereka berada diwilayah ini! secara kebetulan pula
telah berkenalan denganku, dan menyaksikan
dengan mata kepala sendiri perbuatan bejat
muridmu!" Nyai Meranti terkejut mendengar nama lima
orang tokoh persilatan yang barusan di
perkenalkan itu, karena selama berdiam lebih dari
sepuluh tahun dipuncak gunung Arjuno dia
memang tahu dengan keadaan diluar. Nama Lima
Harimau Gunung Siantan memang pernah
didengarnya sebagai lima tokoh kosen (berkepandaian tinggi) yang berada dipihak
golongan putih.
"Apa yang telah diperbuat muridku?" tanya Nyai
Meranti dengan tersentak. Diam-diam hatinya
mendongkol karena muridnya si tampan dianggap
bukan manusia melainkan seekor ular sanca
beracun. "Hm kupersilahkan sobat Lima Harimau Gunung
Siantan menjawab pertanyaanmu itu!" sambut
Bajul Kuning dengan tersenyum sinis, seraya
berpaling menetap pada kelima orang disebelahnya. Laki-laki kurus bermata tajam dengan sepasang
alis tebal segera maju menindak dua langkah. Lakilaki ini mengenakan baju rompi terbuat dari kulit
harimau juga dengan gelang-gelang tangan dan
kaki. "Terpaksa kami harus menyatroni kemari,
karena kekurang ajaran muridmu membuat onar di
gedung Kadipaten! Tak tahukah anda kalau
muridmu telah beberapa kali melakukan perbuatan
jahat. Kesatu dia telah memperkosa dua orang
gadis kakak-beradik anak seorang saudagar didesa
Tanjungan sekaligus merampok hartabenda
saudagar itu. Kedua dia telah membunuh tiga
orang prajurit Kadipaten. Ketiga ..! hm, inilah yang
terberat! Dia telah main gila dengan istri Adipati
Karang Ampel. Kedatangan kami kemari membawa
perintah Adipati, selain untuk menangkap si Ular
Sanca Beracun muridmu itu hidup-hidup, atau
membawa bangkainya untuk dipersembahkan pada
sinuhun Adipati Karang Ampel, juga menawanmu,
sebagai pertanggung jawaban atas perbuatan gila
muridmu!" Pucat seketika wajah Nyai Meranti. Karena tak
menyangka sudah sejauh itu perbuatan Lodra Pati
si tampan muridnya itu. Akan tetapi sebagai
seorang guru yang amat menyayangi muridnya,
Nyai Meranti tak bisa mentah-mentah muridnya
dituduh begitu saja.
"Hm, apakah sudah kau pikirkan bahwa semua
itu ada sebabnya" Kukira tuduhan itu tak berdasar,
dan kalian berpihak berat sebelah berkata Nyai
Meranti dengan sinis.
"Apa maksod kata-katamu?" tanya Pangkur Wesi
orang tertua dari Lima Harimau Gunung Siantan.
"Hik ... hik ... hik ... bocah laki-laki muridku itu
selain seorang yang gagah, juga berwajah tampan.
Apakah kalian tak fikirkan kalau justru istri Adipati
sendiri yang telah sengaja menggoda muridku"
Demikian juga dengan dua orang gadis kakakberadik anak si saudagar, tentu merek.i yang
memang tergila-gila pada muridku. Kukira semua
itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Mengenai
membunuh tiga orang prajurit Kadipaten, kukira
kalau tak ada persoalan tentu tak segampang itu
muridku menurunkan tangan keji! Biasanya kaum
alat Kerajaan bersikap sombong bahkan banyak
yang bertindak semaunya sementang dia
berkuasa!" sahut Nyai Meranti dengan tandas.
"Hahaha! cecurut tua! Kau cuma bisa menduga
dan menduga! Sudah jelas semua perbuatan itu
adalah suatu kejahatan, mengapa kau masih
membela muridmu yang bejat itu" Gurunya saja
dimasa muda bekas seorang petualang Cinta, tentu
akan mewarisi sifat-sifat itu pada muridnya! Tak
perlulah kau mencari dalih, Nyai Meranti! Sekarang
juga segera serahkan dirimu untuk menjadi
tawanan kami! Setelah meringkusmu bukan mustahil kalau
muridmu akan muncul di Kadipaten untuk
menyerahkan diri kalau dia mengetahui gurunya
ditawan!" berkata lantang Bajul Kuning dengan
tertawa lebar. "Persetan dengan urusan muridku! Mengapa
melibatkan atas diriku" Mengapa tak kalian cari dia
sampai bertemu dan kalian tangkap untuk
mempertanggung jawabkan perbuatan itu jika
benar semua tuduhan itu?";sahut Nyai Meranti
ketus. Matanya semakin rnenyimpit, tapi ini
pertanda hati wanita ini tak senang. Mana mau dia
dijadikan tawanan sedangkan dia merasa tak
berbuat apa-apa.
---ooo0myr0ooo--DUA DISINGGUNG tentang dirinya dimasa muda
bekas seorang petualang Cinta, wajah si wanita tua
semakin memerah. Dia tahu kalau Bajul Kuning
adalah salah seorang yang pernah mengejar
cintanya. Akan tetapi Meranti tak pernah
menggubrisnya. Membuat laki-laki itu membencinya. Kini mereka bertemu lagi dalam
keadaan telah tua dan tubuh Meranti sendiri telah
agak membungkuk.
"Kalau begitu terpaksa kami harus menawanmu
dengan kekerasan!" berkata Lima Harimau Gunung
Siantan. Serentak mereka bersiap mengurung
wanita ini. Lima Harimau Gunung Siantan memang
telah mengetahui dari Bajul Kuning tentang wanita
tua kosen ini yang memiliki ilmu kedigjayaan tinggi.
Terbukti dengan muridnya LODRA PATI mampu
meloloskan diri dari kepungan mereka.
"Hm, kau tikus busuk apakah tak turut serta
mengerubuti aku?" berkata Nyai Meranti tanpa
memandang mata pada kelima orang yang telah
mengurung dirinya.
"Hahaha .... biarlah kuwakilkan pada sahabatsahabatku saja untuk meringkusmu. Aku akan
berjaga-jaga siapa tahu muridmu muncul dengan
tiba-tiba! Akupun perlu memeriksa "istana" mu,
siapa tahu kau menyembunyikan si Ular Sanca
Beracun didalamnya!" sahut Bajul Kuning dengan
tertawa tawar. Saat itu Lima Harimau Gunung Siantan telah
siap melakukan serangan. Mendadak terdengar
bentakan Nyai Meranti. Tongkatnya diketukkan
ketanah. "Kalian datang mencari kematian! Jangan
menyesal kalau terpaksa aku turunkan tangan keji
untuk membunuh manusia-manusia yang mengusik


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketenanganku dipuncak gunung Arjuno!"
"Bagus! Sudah lama kami ingin merasai
kehebatan ilmu tongkatmu yang terkenal itu sobat!
Julukan Iblis Tongkat Bayangan padamu pernah
kudengar sejak sepuluh tahun yang lalu. Apakah
kau sanggup membuktikan ucapanmu?" berkata
Pangkur Wesi. Dan serentak kelima orang itu
membentuk barisan melingkar. Masing-masing
telah mencabut senjatanya yaitu sepasang besi
kuning sepanjang siku berbentuk cakar-cakar
harimau. "Hik ... hik ... hik ... bersiaplah untuk mampus!"
bentak Nyai Meranti. Dan dengan perdengarkan
suara melengking parau Nyai Meranti kibasan
lengan bajunya. Tongkatnya pun diputar hingga
membentuk segulung kabut hitam.
Kibasan lengan baju itu telah membuat kelima
harimau gunung Siantan tersentak kaget karena
segelombang angin panas menyapu kearah
mereka. Namun masing-masing salurkan tenaga
dalam ketelapak tangan dan menangkis sambaran
itu. Angin panas itupun buyar seketika. Ketika
putaran Nyai Meranti membentuk segulung kabut
hitam yang bergulung-gulung menutupi tubuh
wanita tua itu, mereka menebar untuk siap
menghadapi pertarungan maut. Senjata- senjata
mereka siap dipergunakan.
Mendadak tubuh Nyai Meranti terpecah menjadi
beberapa sosok. Membelalaklah mata kelima
Pendekar Gunung Siantan. Sementara gulungan
kabut mendadak menebar pula menjadi lima
bagian. "Ilmu sihir!!" sentak Lima Harimau Gunung
Siantan dengan terkejut. Serentak mereka
berlompatan menerjang. Senjata-senjata mereka
berkelebatan menabas! Lima orang itu kini
bagaikan telah mendapat pasangan lawan lima
sosok tubuh Iblis Tongkat Bayangan. Terperangah
kaget empat orang penerjang ini karena saat itu
juga terdengar jeritan parau salah seorang dari
mereka, disertai terlemparnya sesosok tubuh sang
kawan. Salah seorang dari Lima Harimau Gunung
Siantang jatuh menggabruk ketanah. Laki-laki itu
cuma menggeliat sejenak, lalu terkulai tewas
melepaskan nyawa. Dari dadanya memancur darah
segar tertembus tongkat Nyai Meranti.
"Hah! kita menghadapi manusia berilmu sesat!
Segera gunakan ilmu bathin melalui pandangan
mata!" sentak Pangkur Wesi terperangah. Serentak
mereka berlompatan menebar. Kini mereka
gunakan kekuatan mata bathin untuk melihat sosok
tubuh lawan yang asli.
Akan tetapi terlambat. Karena pada saat itu
gumpalan asap hitam telah menerjang mereka,
hingga mereka tak sempat lagi untuk menggunakan kekuatan mata bathin. Saat itu juga
kilatan-kilatan hitam meluncur kearah si Lima
Harimau Gunung Siantan.
Terdengarlah jeritan-jeritan kematian, yang
diiringi dengan robohnya empat laki-laki itu. Ketika
gumpalan-gumpalan asap itu lenyap, tampak
bertebaran mayat-mayat si Lima Harimau
dihalaman pondok kayu itu. Terperangah Bajul
Kuning melihat kejadian itu. Sejak pertarungan tadi
dia telah melompat kepuncak pohon. Dari tempat
sembunyinya laki-laki itu menyaksikan betapa
dahsyatnya kehebatan ilmu tongkat Nyi Meranti.
Dalam pertarungan yang tak berlangsung lama
ternyata Lima Harimau Gunung Siantan telah
menemui kematiannya.
"Celaka! Bukan saatnya aku menghadapi cecurut
perempuan ini! Ilmu Tongkat Iblisnya semakin
hebat. Ah, bencana besar pasti akan melanda
Dunia Persilatan. Guru dan murid itu pasti akan
banyak membuat keonaran!" berkata dalam hati
Bajul Kuning. Dipercepatnya larinya menuruni
puncak gunung Arjuno dengan keringat dingin
mengguyur sekujur tubuhnya.
Akan tetapi betapa terkejutnya Bajul Kuning
ketika tiba dikaki gunung, sesosok tubuh telah
berdiri menghadang ditengah jalan yang akan
dilaluinya. Seketika pucat-pias wajahnya karena
orang yang menghadang itu tak lain dan tak bukan
adalah Nyai Meranti!
"Hik ... hik ... hik ..! Kau datang tak kuundang,
pergi tanpa permisi. Kau kira semudah itu untuk
angkat kaki dari wilayah kediamanku?" Suara Nyai
Meranti melengking tajam seperti menusuk
jantung. Walau hatinya berdebar dan nyalinya agak
menciut tapi Bajul Kuning tak menunjukkan semua
itu pada wanita yang pernah digandrungi, tapi
kemudian dibencinya setengah mati.
"Hahaha ... siapa yang mau melarikan diri" Aku
enggan turun tangan untuk membunuhmu saat ini.
Kukira sebaiknya aku melaporkan hal kematian si
Lima Harimau Gunung Siantan pada Adipati!"
berkata tawar Bajul Kuning. Akan tetapi diam-diam
dia telah siapkan satu pukulan dahsyat dengan
alirkan tenaga dalam kesebelah lengannya.
"Hihihihik .... kiranya kau telah jadi anjingnya
Adipati?" tertawa mengejak Nyai Meranti.
"Jangan salah mengerti, Nyai Meranti! Sejak
dulu kau telah mengetahui siapa aku! Kalau tak
ada keuntungannya buat aku bekerja padanya?" #
Wanita kosen ini kerutkan keningnya.
"Keuntungan apa yang kau peroleh dengan
bekerja padanya?" tanya Nyai Meranti dengan
suara tetap dingin.
"Hehehe ... kalau kau mau turut bekerja sama
secara diam-diam denganku tentu kaupun akan
memperoleh keuntungan besar!" jawab Bajul
Kuning serius. Kata-kata Bajul Kuning tentu saja
membuat Nyai Meranti agak penasaran.
"Rencana macam apakah dikepalamu itu Bajul
Kuning?" "Rencana yang luar biasa! Akan tetapi saya
mengharapkan pengertianmu. Yaitu kau harus
bersedia kubawa menghadap Adipati, seolah-olah
aku berhasil menawanmu. Kau pasti akan segera
dijebloskan dalam kamar tahanan. Tapi kau tak
usah kuatir, karena aku akan membebaskanmu.
Aku telah mempersiapkan rencana untuk
merampok harta kekayaan Adipati. Dengan h;ut;i
kekayaan Adipati itu dapat kita pergunakan untuk
membangun sebuah istana! Dalam rencana
perampokan itu Jentu saja aku membutuhkan
tenagamu! berkata Bajul Kuning seraya melangkah
dua tindak. "Hihihihik ... kau mau menjadikan aku sebagai
alat kelicikanmu" Siapa percaya omonganmu?"
berkata Nyai Meranti diselingi tertawa dingin.
"Percayalah, Nyai Meranti! Semua itu sudah
kuatur rapi. Aku memang sengaja mengumpan
Lima Harimau Gunung Siantan untuk menemui
kematian ditanganmu, karena mereka bisa jadi
penghalang rencanaku itu! Ketahuilah sejak dulu
sampai kini aku masih mencintaimu. Walau kau kini
sudah tidak cantik seperti dulu. Tapi bekas-bekas
kecantikanmu masih jelas membayang pada raut
mukamu! Apa lagi ilmu kedigjayaanmu kini semakin
bertambah tinggi!"
'Tua bangka edan! Laki-laki semua sama saja!
Sampai saat inipun kau si tikus tua busuk masih
mengobral rayuan!"
"Haih ...! kau masih tak percaya, Nyai Meranti"
Dimasa muda aku tak mendapatkan dirimu. Siapa
tahu dimasa tua kita bisa bersatu"
---ooo0myr0ooo--TIGA sambil berkata lembut Bajul Kuning kembali
mendekati Nyai Meranti. Sementara wanita tua itu
seperti tercenung teringat masa mudanya. Dimasa
mudanya Meranti memang seorang gadis yang
amat cantik rupawan. Dia anak seorang saudagar
kaya yang ternama pada waktu itu. Akan tetapi
kekayaan ayahnya serta kecantikan wajahnya
membuat dia menjadi seorang gadis yang angkuh.
Entah berapa banyak pemuda baik dari golongan
biasa maupun dari golongan ningrat yang
meminangnya. Namun semuanya ditolak, karena
tak sepenuju dengan isi hatinya.
Dia memang mendambakan seorang laki-laki,
seorang pemuda disamping berharta juga
berkepandaian tinggi dalam hal ilmu silat. Bahkan
orang itu harus berada ditingkat atas ilmu
kepandaiannya. Akibatnya dia telah salah memilih
idaman hati. Orang yang dicintainya justru cuma
menginginkan tubuh serta harta ayahnya. Apa mau
saat itu hati Meranti telah kecantol pada
ketampanan wajah sang idaman hati, hingga dia
tak segan-segan menuruti keinginan sang pemuda
itu yang terus menerus menggerogoti harta
kekayaan ayahnya. Bahkan tubuhnya pun rela
diserahkan bulat-bulat pada sang kekasih.
Barulah disadari setelah semuanya terlanjur
terjadi. Sang idaman hati lenyap tak ketahuan
kemana perginya. Betapa dendam dan sakit hati
tiada terperikan Meranti, ketika mengetahui
pemuda itu adalah seorang bajingan. Dalam
keadaan perut semakin membuncit, sumpahserapah serta maki-makian yang ayahpun tiada
pula berhenti. Akibat kemarahannya pada anak
gadisnya membuat laki- laki hartawan yang hampir
bangkrut itu jatuh sakit, yang telah menyeret
nyawanya, keliang kubur.
Meranti menangis pilu. Dari cinta kini berbalik
menjadi dendam kesumat. Kandungan digugurkan.
Rumah dan sisa harta peninggalan ayahnya dijual.
Dia berniat meninggalkan tempat itu untuk pergi
mengembara. Pada saat itulah Bajul Kuning muncul
menawarkan jasa baiknya. Bajul Kuning memang
pernah melamarnya yang mendapat penolak.m
Meranti, karena laki-laki itu bukan laki-laki pilihan
hatinya. Meranti yang sudah terlanjui patah hati,
untuk kedua kalinya menolak cinta Bajul Kuning
Ternyata dalam pengembaraannya pun tak
sedikit laki-laki yang mengincarnya. Bukan saja
menginginkan tubuhnya, tapi juga sisa hartanya.
Akhir dari perjalanannya terpaksa dia harus
menjadi tawanan seorang perampok perkasa.
Seorang laki-laki kekar bercambang bauk lebat.
Laki-laki itu bernama SASONGKO! Seorang kepala
perampok gagah yang telah menundukkan ilmu
kedig-jayaannya.
Ternyata Sasongko seorang laki-laki yang
lemah-lembut walaupun sikapnya dan penampilannya kasar. Untuk kedua kalinya hati
Meranti terpikat oleh kejantanan Sasongko. Dan
untuk kedua kalinya dia serahkan tubuhnya bulatbulat dengan suka-rela. Akan tetapi lagi- lagi dia
harus mengalami nasib yang pahit. Sasongko
mengusirnya setelah puas menikmati kehangatan
tubuhnya. Laki-laki itu merampas seluruh sisa
harta-ben-danya.
Kini hati Meranti benar-benar patah sudah. Tak
akan lagi dia percaya dengan manisnya mulut lakilaki. Hingga kemudian dia mendalami ilmu
tongkatnya dan bergelar Iblis Tongkat Bayangan.
Dengan dendam mengeram dalam dada dia
berniat membunuh orang yang telah menyakiti
hatinya. Ternyata jerih payah Meranti mempelajari
ilmu tongkat itu membawa gelarnya untuk
menduduki tingkat atas didunia Rimba Hijau.
Bahkan dengan ilmu tongkatnya yang dahsyat itu
dia berhasil membunuh Sasongko! Kemudian
berhasil pula bertemu dengan laki-laki pertama
yang telah merusak hidupnya.
Laki-laki itu dibunuhnya! Kemudian dia menetap
dipuncak gunung Arjuno selama belasan tahun.
Dan memungut seorang murid laki-laki bernama
LODRA PATI. "Jangan kau mengumbar rayuan gombal dihadapanku, Bajul Kuning! Iblispun tak akan
percaya pada mulut laki-laki semacammu!" berkata
dingin Nyai Meranti.
"Meranti ..! Aku tahu betul siapa dirimu. Kau
pernah hidup dalam gelimang harta benda dan
kemewahan. Tidakkah kau menginginkan semua
itu terwujud kembali" Mengapa tak kau
pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya"


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan harta yang tidak sedikit itu kita arungi
kehidupan yang tenteram menghabiskan usia tua
kita. Apakah kau tak bosan hidup dipuncak gunung
Arjuno dengan gubuk reot yang sudah mdu roboh
itu" Kesempatan baik ini sungguh amat sukar dicari
..!" berkata Bajul Kuning dengan wajah
mengharap. Kakinya kembali melangkah semakin
dekat. Sesaat Nyai Meranti kembali tercenung. Akan
tetapi tak lama dia menghela napas seraya berkata
dingin. "Heh! harta benda hanya akan menyusahkan
saja! Kukira dengan keadaanku sekarang ini aku
cukup puas. Mengapa kau usik ketentramanku
dipuncak gunung Arjuno ini?"
Karena .... karena aku .." Bajul Kuning tak
meneruskan kata- katanya. Pada saat itu juga
sebelah lengannya bergerak menghantam kearah
dada Nyai Meranti disertai bentakan menggelegak.
"Mampuslah kau iblis tua!" Terperangah kaget
Nyai Meranti. Hawa panas bagaikan bara api
menyambar dadanya. Tak ada kesempatan lagi
baginya untuk mengelak. Namun dengan kertak
gigi tongkatnya masih sempat meluncur disaat
sebelum dia menjerit ngeri. Tubuhnya roboh
terguling-guling. Dan berhenti ketika menghantam
batang pohon. Terdengar suara berderak antara suara tulang
dan batang kayu yang patah. Wanita ini
mengerang. Wajahnya menyeringai menahan sakit
yang luar biasa. Tampak dadanya hangus.
Beberapa tulang dada dan punggungnya patah.
Akan tetapi dia masih mampu tersenyum melihat
Bajul Kuning terhuyung-huyung. Tongkat mautnya
ternyata telah menemui sasaran, menancap dan
menembus lambung laki-laki itu.
"Hihihik ... satu-satu, Bajul Kuning! Pengecut
licik! Kau toh tak akan bisa hidup ..!" berkata Nyai
Meranti. ---ooo0myr0ooo--Bajul Kuning menahan nyeri pada ususnya.
Darah Kental menetes dari benaman tongkat Nyai
Meranti. Wajahnya hitam membesi. Akan tetapi dia
masih mampu berdiri dengan tubuh yang oleng.
Saat itu Bajul Kuning rasakan kematian sudah
diambang pintu. Tiba-tiba Bajul Kuning tertawa
mengekeh. Lengannya mencekal tongkat yang
tertanam dilambungnya erat-erat. Dia mencoba
melangkah mendekati Nyai Meranti.
"Hehehe ... heheh ... kaupun segera akan
berangkat keakhirat, Meranti! Akan tetapi aku
masih penasaran padamu. Apakah sampai detik ini
kau tetap menolak cintaku?"
"Tua bangka edan! Maut sudah hampir tiba
masih bisa bicara soal cinta!" memaki Nyai Meranti.
Akan tetapi mulutnya memaki ternyata hatinya
telah menjadi luluh. Sadarlah dia apa yang
dilakukan Bajul Kuning adalah karena dia begitu
amat mencintai dirinya. Cinta itu berubah menjadi
dendam kesumat karena beberapa kali dia menolak
cinta laki-laki itu.
"Bajul Kuning! apakah kau benar-benar
mencintaiku setulus hatimu?" bertanya Nyai
Meranti dengan suara menggeletar.
"Sejak dulu cintaku tulus dan suci, Meranti!
Mengapa kau masih juga meragukan aku?" jawab
Bajul Kuning dengan suara menggetar. Perasaannya menggebu. Betapa disaat kematian
hampir menjemput nyawanya itu dia ingin sekali
mendengar Nyai Meranti menerima cintanya.
"Ah, kakang Bajul Kuning! semua sudah
terlambat. Aku sadar akan keangkuhan hatiku. Aku
... akupun amat mencintaimu, kakang Bajul Kuning.
Akan tetapi aku kecewa karena saat itu ilmumu tak
setingkatpun berada diatasku! Kesombonganku
telah membuat penderitaan. Ternyata laki-laki yang
kumaui justru membuat aku menderita! Kini
semuanya sudah terlambat. Sesaat lagi nyawaku
akan ... melayang!" berkata Nyai Meranti terputusputus. "Tidak! belum terlambat Meranti. Ah, begitu
bahagia hatiku mendengar pengakuanmu. Sesaat
lagi akupun akan berangkat ke Akherat!" Suara
Bajul Kuning kian menggetar, menahan antara rasa
sakit dan perasaan haru bercampur bahagia.
Dengan terhuyung-huyung
dia melangkah mendekati wanita itu.
"Bangkitlah Meranti! Ce ... pat! jabatlah
tanganku! Kita ... kita akan segera menikah!"
"Menikah..?" tersentak Nyai Meranti dengan
terperangah. Napasnya memburu. Rongga dadanya
serasa penuh dengan kebahagiaan. Ternyata disaat
akhir hayatnya dia masih bisa menemukan cinta
yang tulus dari seorang laki-laki yang pernah
dihinanya karena tingkat ilmu kepandaiannya
berada dibawahnya.
"Ya ... ya! kita akan segera menikah di ...
akhirat ...!" Dengan menggertak gigi menahan sakit
yang amat sangat Nyai Meranti berusaha bangkit
untuk menyambut tangan Ki Bajul Kuning yang
menjulur. Tubuhnya terhuyung, akan tetapi dia
berhasil menyambar tangan Bajul Kuning.
"Kakang ... Ba ... jul ... Ku ... ning ...!" ucapnya
menggeletar penuh perasaan. Perempuan ini
berusaha sekuatnya menahan tubuhnya agar tak
jatuh terguling.
"Dinda ... Meranti, kekasih ... ku ..!" berkata
menggetar laki- laki tua itu. Sesaat keduanya saling
tatap. Terlihat masing-masing dari kedua pelupuk
mata mereka mengalir air bening yang meleleh
kepipi keriput. Akan tetapi cuma sesaat karena
ketika kedua bibir mereka bersama-sama
tersenyum bahagia, pada saat itu pula putuslah
nyawa Bajul Kuning kemudian disusul oleh
lepasnya nyawa Nyai Meranti. Kedua tubuh itu
roboh terguling dan terkapar tak bergerak lagi
dengan lengan saling genggam menyatu. Seolah
sepasang insan ini memang benar-benar akan
melaksanakan pernikahan mereka di Akhirat!
---ooo0myr0ooo--EMPAT 'Aha! dua manusia tua bangka saling cinta di
saat mau mampus! Haiih! benar-benar dunia kini
sudah penuh dengan orang-orang edan! Mana
mungkin manusia dapat melakukan pernikahan di
Akhirat?" Sesosok tubuh keluar dari balik semak, berjalan
mengelilingi kedua mayat itu sambil menggendong
tangan. Sikapnya seperti orang dungu. Sebentarsebentar membungkuk meneliti wajah kedua sosok
mayat yang terkapar itu. Lalu garuk-garuk kepala
dan benarkan celananya yang gombrong kedodoran. Laki-laki ini masih muda, berpakaian putih
gombrong dari bahan kasar. Dipunggungnya tergemblok sebuah buntalan kain berwarna kuning
bertambal. Celana pangsinya warna abu-abu yang
tampak sudah agak kumal.
Ternyata pemuda ini tak lain dan tak bukan
adalah NANJAR alias si Dewa Linglung. Bagaimana
Nanjar bisa berada ditempat ini" Baiklah kita
mengguar kisah dibelakang.
Kejadian di Kadipaten mengenai skandal
hubungan cinta istri Adipati Karang Ampel dengan
seorang pemuda LODRA PATI sudah bukan rahasia
lagi. Dan menurut penuturan beberapa orang
penduduk desa disekitar Kekadipatian bahwa Lodra
Pati yang menamakan dirinya si Ular Sanca
Beracun itu banyak membuat kerusuhan. Selain
merampok juga memperkosa para gadis yang diantaranya terdapat dua orang gadis kakak beradik
anak seorang saudagar tua.
Yang membuat Nanjar penasaran untuk
menangkap hidup-hidup pemuda berandal itu
adalah karena dia menemukan mayat dua orang
gadis kakak beradik itu. Mereka seperti telah
mengalami keputusasaan hingga membunuh diri.
Sial tak dapat ditolak, karena justru Nanjar yang
menemukan kedua mayat tersebut tapi justru
dirinyalah yang dianggap sebagai pembunuh kedua
gadis itu. Hal itulah yang membuat dia mendongkol
setengah mati, dan berniat menangkap hiduphidup Lodra pati.
Dan yang paling sial adalah dia disangka orang
yang bernama Lodra Pati itu. Hal itulah yang
membuat Nanjar jadi mendongkol setengah mati
dan berniat menangkap hidup-hidup pemuda
kurang ajar itu.
Kedatangannya kegunung Arjuno adalah karena
mengejar sesosok bayangan putih yang berkelebat
cepat sekali. Sekilas Nanjar melihat sosok tubuh itu
adalah seorang kakek bungkuk. Dibawah lereng
gunung itulah dia kehilangan jejak, dan secara
kebetulan menjumpai kedua orang tua itu yang
baru saja mengakhiri pertarungan dengan
kematian mereka yang tragis.
Dari mendengar pembicaraan kedua orang itu
sebelum menghembuskan napasnya, Nanjar
mengetahui bahwa perempuan tua itu bernama
Nyai Meranti dan yang laki-laki bernama Bajul
Kuning. Sesaat Nanjar terpaku memandangi kedua
mayat, seperti berfikir apa yang akan dilakukannya.
Pada saat itulah terdengar suara orang
menangis sesambatan diiringi munculnya sesosok
tubuh. "Huhuuu... kematian tak dapat diduga! Diatas
gunung kujumpai mayat-mayat, ternyata dibawah
gunung pun kujumpai mayat! Huuu..huhuuu... aku
benci! benci! Mengapa manusia harus mati"
Mengapa manusia tak dapat hidup seribu tahun"
Huuu..huu..huu..."
Tentu saja kemunculan orang ini membuat
Nanjar terkejut karena sosok tubuh itu tak lain dari
kakek bungkuk berjubah putih yang tengah
dikejarnya. Mendengar sesambat si kakek bungkuk
yang menangis tersedu-sedu menutupi mukanya
itu, mau tak mau Dewa Linglung jadi tersenyum
geli. Akan tetapi diam-diam juga terkejut karena
secepat itu si kakek bungkuk telah tiba di puncak
gunung. Bahkan mengetahui adanya mayat-mayat
dipuncak gunung.
"Eh, kakek bungkuk! kau menangisi siapakah"
Apakah kedua orang ini masih familimu" Dan
mayat-mayat siapakah yang berada di puncak
gunung?" bertanya Nanjar dengan menelan ludah.
Si kakek bungkuk berhenti menangis setelah
mengusap air matanya. Segera terlihat oleh Nanjar
wajah kakek bungkuk itu. Ternyata dia seorang
kakek berwajah pucat. Kulitnya kering berkeriput.
Tapi sungguh diluar dugaan Nanjar, karena si
kakek bungkuk sepatahpun tak menyahut. Bahkan
dia balikkan tubuh dan beranjak melangkah pergi.
Baru saja mulut Nanjar terbuka untuk menahannya, sekali berkelebat tubuh si kakek
bungkuk telah lenyap.
"Kakek bungkuk yang aneh!" sentak Nanjar.
Sekilas dia melihat berkelebatnya bayangan putih
yang melesat cepat sekali. Diam-diam Nanjar
mengagumi kehebatan ilmu kakek misterius yang
aneh itu. Bukan main terkejutnya Nanjar ketika dia tiba
dipuncak gunung Arjuno menyaksikan lima sosok
tubuh terkapar tak bernyawa. Dikenalinya mayatmayat itu adalah si Lima Harimau Gunung Siantan.
"Setahuku Lima Harimau Gunung Siantan adalah
masih ada pertalian saudara dengan Adipati Karang
Ampel. Apakah mereka mendapat perintah Adipati
untuk datang ke gunung ini?" berkata Nanjar dalam
hati. Sesaat dia memandang pada pondok kayu
yang berada ditempat itu.
"Sebaiknya kuperiksa pondok ini, entah siapa


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemiliknya?" desis Dewa Linglung. Pemuda ini
berkelebat kedepan pintu pondok. Sekali lengannya
bergerak pintu pondok menjeblak terbuka. Sesaat
dia menunggu reaksi khawatir ada serangan dari
dalam. Tapi tak ada tanda-tanda si penghuninya.
---ooo0myr0ooo--Nanjar melangkah masuk. Segera dia memeriksa
ruangan dalam pondok itu. Keadaan dalam kamar
pondok itu tampak rapih dan bersih. Akan tetapi
sebuah lemari pakaian terbuka, dan beberapa
potong pakaian terjatuh dilantai papan.
"Hm, beberapa potong pakaian dalam perempuan. Apakah penghuninya seorang perempuan?" desis Dewa Linglung. Sejenak Nanjar
mengamati pakaian yang tercecer itu dan
meraihnya. "Ah, tak salah! tentu si perempuan tua yang
tewas bernama Nyai Meranti itulah penghuninya!
Entah siapa laki-laki tua bernama Bajul Kuning itu"
Mengapa mereka bertarung nyawa, padahal
ternyata mereka sama-sama mencinta?"
Nanjar jadi mondar-mandir diruangan itu sambil
menggendong tangan.
Tak lama dia berkelebat lagi keluar pondok. Dan
diperhatikan lagi kelima mayat Lima Harimau
Gunung Siantan.
"Hm, kini jelaslah sudah. Kematian kelima
Harimau Gunung Siantan ini pasti ditangan Nyai
Meranti!" desis Nanjar ketika memperhatikan luka
bekas tusukan tongkat pada leher kelima mayat itu.
"Jelaslah mereka telah diperintahkan Adipati
Karang Ampel untuk menyatroni puncak gunung
ini! Kalau Adipati punya persoalan mengenai
perbuatan mesum istrinya dengan Lodra Pati,
pastilah Nyai Meranti adalah guru Si Lodra Pati!"
Nanjar manggut-manggut sendiri ketika akhirnya
dia menguatkan dugaannya.
"Mengenai Bajul Kuning, tentu dia juga salah
seorang utusan atau tangan kanan Adipati Karang
Ampel! Tentu tujuan mereka semua adalah untuk
mencari si Lodra Pati yang telah membuat heboh
itu! Entah manusianya berada dimana" sampai
gurunya sendiri menemui kematian dia tak
munculkan diri!" gumam Nanjar.
Secara tak sengaja Nanjar yang mengejar sosok
tubuh si kakek bungkuk, ternyata telah menjumpai
peristiwa di puncak gunung Arjuno. Tujuannya
adalah mencari jejak Lodra Pati. Maka setelah
menyemayamkan jenazah kelima mayat itu secara
sederhana, Nanjar segera meninggalkan puncak
gunung itu.... ---ooo0myr0ooo--Dilereng sebelah bawah Nanjar terpaksa
hentikan larinya untuk mendatangi tempat dimana
dua mayat tergeletak tadi. Tak sampai hatinya
untuk membiarkan dua jasad itu tanpa kuburan.
Akhirnya dengan segera dia membuat sebuah
lubang untuk menanam kedua mayat itu.
Selesai dengan pekerjaannya, Nanjar segera
tinggalkan tempat itu ....
"Huuuuh! hari ini pangkatku turun jadi tukang
gali kuburan!" menggumam Nanjar. Sejenak ketika
teringat dirinya pernah menjadi seorang jongos di
sebuah restoran. Diam-diam dia tersenyum sendiri.
"Entah besok atau lusa mungkin pangkatku naik
menjadi seorang Adipati! hahaha Dengan tertawa
sendiri Nanjar berkelebat pergi dengan cepat.
Sementara cuaca telah berubah menjelang malam.
Cahaya bulan terang benderang, karena malam itu
adalah malam tanggal empat belas.
---ooo0myr0ooo--LIMA EMPAT BULAN BERLALU.... MATAHARI baru
sepenggalah, ketika sesosok tubuh bungkuk
muncul di puncak bukit batu. Ternyata si kakek
aneh berjubahputih bertampang pucat itu kiranya.
Sejenak dia berdiri mematung. Tongkatnya yang
terbuat dari kayu hitam itu diketuk-ketukan kebatu.
Tampaknyadia seperti tengah berfikir. Akan tetapi
sebenarnya dia tengah menggunakan kekuatan
indra pendengarannya, karena segera terdengar
suaranya menggumam.
"Hm, tiga cecunguk itu terus mengejarku.
Mereka cuma cari mampus!" Hebat pendengaran si
kakek bongkok ini karena segera dia telah dapat
mengetahui adanya tiga sosok tubuh yang
berkelebatan mendaki bukit. Bahkan dia telah
mengetahui siapa yang datang.
Tak terlalu lama menunggu, sesaat kemudian
tiga sosok tubuh telah berlompatan mengurungnya.
Ternyata tiga orang pemuda berpakaian biru telah
menghunus senjatanya yang berlainan. Seorang
bersenjatakan sepasang pedang. Seorang lagi
mencekal sebuah golok besar, dan seorang lagi
menghunus sebatang tombak pendek bermata tiga.
Pada wajah-wajah mereka tampak menampilkan
kemarahan dan dendam yang amat luar biasa.
"Manusia terkutuk! Kau kira dengan menyamar
demikian kami tak akan mengenalimu" Hari ini
bertobatlah sebelum kau menghadapi kematian!"
membentak salah seorang. Dialah yang bernama
Yudana. Tombak pendek bermata tiga itu
diacungkaiig kearah si kakek bongkok. Dua orang
lagi masing-masing bernama Sora Paksi dan Sora
Laga. Keduanya kakak beradik. Yudana si pencekal
tombak pendek adalah saudara tua seperguruan
mereka. Peristiwa apakah yang membuat mereka
mendendam dan mengejar si kakek bongkok"
Ketiga pemuda ini adalah murid-murid dari
perguruan Weling Sakti. Murid keempat dari
perguruan mereka yang merupakan murid termuda
adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun
bernama Tari. Pada dua bulan belakangan seorang
kakek bungkuk telah lewat dimuka- pesanggrahan.
Tak ada alasan untuk menolak bagi mereka ketika
si kakek bungkuk meminta izin untuk menumpang
beristirahat. Melihat langkahnya yang terhuyung dan
wajahnya yang pucat. Apalagi waktu itu panas
matahari seperti membakar bumi, mereka
mempersialahkan untuk masuk. Si kakek bungkuk
menolak, dia cuma memilih duduk diteras
pesanggrahan sambil mengipas-ngipas dengan
jubahnya. Pada saat itu guru mereka sedang tak ada.
Melihat keadaan si kakek yang memelaskan hati
itu, Tari muncul membawakan sekendi air dan
sebuah mangkuk berisi makanan berikut gelas
bambu. Dengan ramah Tari menanyakan tujuannya
yang sebenarnya serta dari mana asalnya. Tapi si
kakek bungkuk justru meraih tangan Tari seraya
berkata. "Ah, sayang ...! wajahmu cantik, ayu, tapi dari
guratan tanganmu aku dapat melihat nasibmu tidak
begitu baik! Hari depanmu suram. Mungkin kau
akan menjadi seorang perawan tua, atau setidaktidaknya kau cuma akan jadi permainan laki-laki
saja!" Tentu saja Tari terkejut mendengar katakata si kakek. "Hah!" apakah kakek seorang peramal?" tanya
Tari dengan wajah pucat.
"Begitulah! Itulah kalau kau percaya pada
rainalanku!" sahutnya parau.
"Terima kasih atas hidanganmu, aku tak lapar.
Tapi biarlah kuterima minuman ini saja!" ujarnya
seraya kucurkan air kendi pada gelas bambu. Lalu
meneguk air tawar itu hingga terbatuk- batuk.
Sementara Tari termangu dengan wajah pucat.
Kata-kata si kakek bungkuk jelas mempengaruhi
jiwanya. "Nah! Aku permisi untuk meneruskan perjalanan!" berkata si kakek bungkuk ketika ketiga
saudara seperguruan Tari mendekati.
"Ah, mengapa anda terburu-buru, kek" Hari
masih panas. Bila kau masih ingin beristirahat silahkan saja. Kami tak merasa terganggu!" berkata
Yudana dengan ramah.
"Terima kasih, terima kasih! Lain kali aku akan
mampir lagi dan beristirahat disini...!" sahut si
kakek bungkuk, lalu tergesa- gesa melangkah
dengan tubuh terhuyung-huyung. Tongkat ditangannya digunakan untuk menahan tubuhnya.
Mereka tak dapat mencegah keinginan si kakek.
Dengan pandangan mata keempat murid-murid
perguruan Weling Sakti itu mengantarkan
kepergian si orang tua bongkok hingga lenyap
diujung jalan...
Saat itulah Tari seperti kesima mematung di
depan pintu pesanggrahan. Matanya terus menatap
keujung jalan dimana si kakek bongkok tekili tak
tampak lagi. Namun segera dia tersadar ketika
saudara tua seperguruannya menggamit pundaknya. "Eh, dik Tari! kau terus saja mematung
disini. Apakah yang mengesankan dirimu dari kakek
tua bongkok itu?" tanya Yudana.
"Oh, aku ... aku kasihan padanya. Mengapa dia
tak mau menyebutkan siapa dirinya dan kemana
tujuannya?" tukas Tari cepat-cepat. Dia seperti
gugup. Karena sebenarnya hatinya tak tenteram.
Kata-kata kakek bongkok itu telah membuat dia tak
tenang. "Yah, sudahlah! Kita tak dapat memaksa orang
untuk memberitahukan!" tukas Yudana. Tari
manggut-manggut. Tak lama diapun segera masuk
mengikuti ketiga kakak seperguruannya.
Tak diduga oleh ketiga pemuda itu, ketika Tari
menyatakan ingin beristirahat sejak setengah hari
tadi berlatih, ternyata diam-diam dia meloncat
keluar dari jendela kamar. Kemudian dengan
berindap-indap melompati tembok pesanggrahan.
Gerakannya tak menimbulkan suara. Kemanakah
tujuan Tari" Ternyata dia menyusul si kakek
bongkok! Dengan mempergunakan ilmu lari cepat
Tari mengejar si kakek itu. Hampir putus asa dia
berputar-putar disekitar perbukitan namun tak
dijumpai jejak orang tua bongkok itu.
Tatkala matanya terbentur pada sesosok tubuh
yang duduk ongkang-ongkang kaki diatas ranting
kecil pada dahan pohon yang miring Tari tertegun.
Dibawah kakek itu adalah jurang yang amat dalam.
Bagaimana mungkin dia berani duduk ditempat
yang berbahaya begitu"
"Aku yakin dia sebenarnya seorang yang berilmu
kepandaian tinggi. Dia bukan seorang tua biasa.
Ranting kecil begitu kalau diduduki orang biasa
tentu sudah patah, dan orangnya terjungkal masuk
kedalam jurang. Tapi dia duduk seenaknya saja!"
Ketika dia tengah tertegun itulah tiba-tiba si kakek
bongkok mendadak tertawa terkekeh-kekeh.
Mendadak tubuhnya lenyap, yang terlihat cuma
ranting kecil itu bergoyang-goyang.
Tahu-tahu orangnya sudah berdiri didepan Tari.
"Heheheh ... bocah ayu, ada maksud apakah
kau menyusulku?" bertanya si kakek bongkok yang
membuat gadis itu terkejut.
"Oh, kau ... kau ternyata berilmu tinggi, kek"
Aku ingin menanyakan lebih jelas mengenai
ramalanmu itu. Apakah ... apakah
"Heheheh ... jangan khawatir, cucu ku! nasib
hari depanmu bisa dirubah, asalkan kau dapat
menemui persyaratannya!"
"Ya, yaa, maksudku itu, kek! tolonglah aku kek!
Apakah persyaratan yang harus kulakukan untuk
merubah nasibku yang buruk kelak dikemudian hari
itu?" tanya Tari tak sabar.
"Hehehe .. bisa! bisa! kau ikutlah ketempat
tinggalku!" Tari tak dapat berbuat lain selain
mengangguk menyatakan setuju.
Selanjutnya Tari tampak sering dengan
sembunyi-sembunyi mengunjungi tempat si kakek
bungkuk. Ternyata kakek bongkok itu tinggal disebuah goa dilereng perbukitan. Goa yang tidak
terlalu besar, akan tetapi dapat dipergunakan
untuk meneduh atau tidur cukup untuk dua orang.
---ooo0myr0ooo--Hal tersebut diam-diam membuat ketiga saudara


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperguruannya mulai menyelidiki. Karena sejak
guru mereka meninggalkan pesanggrahan mereka
diharuskan menjaga Tari adik seperguruan mereka
disamping menjaga pesanggrahan.
Perubahan sikap Tari yang sering mengunci diri
dalam kamar membuat mereka curiga. Akhirnya
mereka mencoba mengintai apa yang
dilakukan adik seperguruan mereka dengan
membuka genting. Alangkah terkejutnya mereka
mengetahui sang adik seperguruan tak ada
ditempat tidurnya. Jendela kamar dalam keadaan
tak terkunci. Suatu saat akhirnya mereka berhasil menguntit
Tari. Ternyata Tari menuju kesebuah bukit. Dan
dilereng bukit itu dia menjumpai si kakek bongkok
yang dengan setia selalu menantikan kedatangannya. Ternyata hari itu adalah hari
terakhir bagi Tari untuk berpisah dengan dunia
fana. Karena ketika mereka dengan penasaran
mencoba mendekati, mereka mendengar suara
orang merintih yang tampaknya amat mengkhawatirkan.
Itulah suara Tari! Bukan main terkejutnya
mereka ketika melihat adik seperguruan mereka
dalam keadaan terkapar dirongga batu. Yang
membuat mata mereka membelalak adalah tubuh
Tari dalam keadaan telanjang bulat. Dari mulut,
telinga, mata dan hidungnya mengucurkan darah
kental. Yudana memburu dengan terperanjat. "Tari!
Tari! Cepat katakan, apa yang terjadi" Kakek
bongkok itukah yang melakukan ini" Dia ... dia
mem ..." Tari menggeleng lemah. Matanya redup
memandang sayu pada Yudana.
"Dia ... dia bukan seorang kakek, tapi... tapi...
ah, se .. selamat ting... gal, ka ... kang Yu ... da ..
na..." Suara Tari terputus-putus tak sempat
diteruskan karena saat itu juga jiwanya melayang.
"Tariii...! Tariiii!" berteriak parau Yudana. Diguncang-guncangkannya tubuh gadis itu. Tapi Tari
yang malang telah kembali menghadap Tuhan. Tak
mungkin dia hidup lagi. Hubungannya dengan si
kakek bongkok menjadi rahasia yang tak
terpecahkan! Dengan sedih mereka membawa jenazah gadis
itu kepesanggrahan. Dua laki-laki saudara
seperguruannya tak berhasil melacak jejak si kakek
misterius dan kembali dengan wajah murung.
Demikianlah kejadian yang membuat tiga
pemuda murid perguruan Weling Sakti itu
mendendam pada si kakek bongkok dan
mencarinya untuk menbalaskan sakit hati mereka.
Dugaan mereka kakek itu adalah samaran dari lakilaki yang bernama LODRA PATI. Karena sejak
kejadian yang menggegerkan wilayah Kadipatian
Karang Ampel, Lodra Pati lenyap ditelan bumi!
---ooo0myr0ooo--ENAM Melihat kemunculan ketiga pemuda murid-murid
perguruan Weling Sakti itu si kakek bongkok
tersenyum dingin. Matanya yang tajam menyapu
ketiganya dengan kilatan yang menusuk jantung.
"Heheheh... apa dosaku hingga kalian datangdatang membunuhku"
Dari mana kalian mengetahui aku menyamar?" berkata si kakek
bongkok. "Keparat! LODRA PATI! kau tak usah banyak
lagak dimataku! Kami datang mau menuntut balas
kematian adik perempuan seperguruan kami!"
membentak Yudana.
"Hm, Aku baru mendengar nama yang kau
sebutkan itu! Ada apa dengan adik perempuan
saudara seperguruan itu?" berkata dingin si kakek.
"Masih juga kau jual lagak, manusia busuk! Kau
telah memperkosa dan membunuhnya! Masih
jugakah kau tak mau mengaku?" Menggelagak
kemarahan Yudana tak tertahankan.
Akan tetapi si kakek bongkok bahkan tertawa
terkekeh-keheh.
"Hehehe..heheh..enak saja kau menyamakan
aku dengan pemuda hidung belang itu! Bagaimana
kalau ternyata aku bukan Lodra Pati ?" balik
bertanya si kakek. Wajahnya mendadak seperti
semakin kaku membesi.
"Kau pandai berputar lidah, manusia keparat!"
bentak Yudana. Dengan mengeluarkan teriakan nyaring Yudana
memberi aba-aba untuk menerjang. Pemuda ini
mendahului menyerang dengan tombak trisulanya.
Tapi dengan gerakan gesit si kakek menghindar.
Sora Paksi dan Sora Laga menyerang dari arah kiri
dan kanan. Sambaran golok besar dan sepasang
pedang kedua pemuda kakak beradik itu menderu
memapas batok kepala lawan.
Akan tetapi cuma dengan miringkan tubuhnya
dan gerakkan tongkat untuk menahan serangan,
segera terdengar teriakan kaget kedua pemuda itu.
Benturan dengan senjata tongkat si kakek bongkok
hampir membuat senjata mereka terlepas.
Keduanya melompatmundur karena dirasakan oleh
mereka lengannya kesemutan.
"Heheheh, mengapa mundur" Apakah kalian
yang kini berbalik jadi takut mati?" tertawa
terkekeh si kakek. Menggerung marah Sora Paksi
dan Sora Laga. Serentak mereka menerjang
dengan jurus-jurus yang lebih dahsyat. Sepasang
pedang ditangan Sora Laga menimbulkan hawa
panas yang menyambar-nyambar. Akan tetapi
berbeda dengan golok besar di tangan Sora Paksi
yang justru menimbulkan hawa dingin.
Kali ini si Kakek bongkok tidak main-main lagi
untuk melayani mereka. Tongkat hitamnya diputar
keras menimbulkan angin yang menggebu-gebu.
Akibatnya Sora Paksi dan Sora Laga harus kembali
merobah serangan, karena putaran tongkat si
kakek bongkok bagaikan bentengan baja yang
sukar ditembus.
Sementara itu Yudana kertak gigi karena
geramnya. Dengan lompatan Ular Kobra Mematuk
tubuhnya meletik keudara. Sebelah lengannya
dihantamkan keubun-ubun si kakek bongkok.
Itulah jurus menghantam Batu Karang yang
dahsyat. Sinar biru menderu keras. Bentengan baja
lawan buyar dilabrak angin tenaga dalam yang
dahsyat. Terkejut si kakek bongkok karena tak
menyangka pemuda itu memiliki pukulan tenaga
dalam yang tinggi. Akan tetapi dengan keluarkan
lengkingan nyaring tubuhnya mendadak lenyap.
Bhlarr! Hantaman itu mengenai tempat kosong.
Kecepatan bergerak si kakek bongkok memang
boleh diandalkan. Saat itu tanpa diketahui lawan,
dia telah berada dibelakang Yudana.
---ooo0myr0ooo--Pemuda ini justru tengah mencari-cari kemana
berkelebatnya tubuh sang lawan. Karena dia cuma
melihat debu bekas pululannya saja.
Pada saat itulah sambaran tongkat si kakek
bongkok meluncur...
"Awas belakangmu kakang Yudana!"
Teriakan Sora laga dan Sora Paksi hampir
berbareng memperingati kakak seperguruannya.
Trang! Nyaris batok kepala pemuda itu remuk kalau dia
tak cepat berguling, dan menangkis dengan
tombak trisulanya, akan tetapi benturan hebat itu
telah membuat senjatanya terlepas. Saat itulah si
Kakek bongkok hantamkan lengannya yang telah
terisi tenaga dalam penuh. Agaknya dia telah habis
kesabaran untuk segera melenyapkan lawannya.
Detik itu Sora Laga dan Sora Paksi menerjang
berbareng. "Iblis keparat! Jaga seranganku!" bentak Sora
Laga. Sepasang pedangnya menabas leher kakek
bongkok. Sementara Sora Paksi mengirim bacokan
kilat kearah pungung.
Tak terduga kalau pukulan yang sedianya akan
digunakan unfuk menghabisi nyawa Yudana justru
kini berbalik menghantam mereka.
Sinar hijau menderu, dan....
Buk! buk! Terdengarlah jeritan mengerikan kedua pemuda
itu. Tubuhnya terlempar bergulingan. Pedang dan
golok mereka sama terlempar.
Ketika itu juga kedua pemuda itu terkapar tak
berkutik lagi. Tulang dada mereka remuk berikut isi
dadanya. Menggembor marah Yudana, "Manusia iblis! aku
akan adu jiwa denganmu!" teriak Yudana. Senjata
Trisulanya menderu membelah udara.
Seraya menerjang dengan tombak Trisulanya,
pemuda ini kembali lancarkan serangan dengan
pukulan Menghantam Batu Karang yang dahsyat.
Akan tetapi dengan tertawa dingin si kakek
bongkok berkelebat menghindar.
Trang! Bhlarrr!
Tongkat kakek bongkok beradu keras dengan
senjata Yudana membuat telapak tangan pemuda
itu kesemutan. Sedangkan hantamannya lolos!
Pada saat itulah pandangan matanya menjadi
nanar. Karena dia melihat sosok tubuh kakek
bongkok mendadak berubah menjadi berpuluhpuluh banyaknya.
"Hehehehe... hayo, keluarkan seluruh ilmu
kepandaianmu, bocah bau kencur!" terdengar
suara tertawa mengejek si kakek bongkok.
Suara yang tak diketahui dari arah mana.
Pemuda ini menyurut mundur. Wajahnya berubah
pucat. Pada saat itulah terdengar suara si kakek
bongkok lagi. "Saat kematianmu sudah diambang
pintu, Yudana! Apakah kau tak takut pada
kematian" Hehehc.beberapa saat lagi nyawamu
akan menyusul kedua saudara seperguruanmu!"
Dada pemuda ini yang semula bergetar karena
rasa jerih menyelinap mendadak timbul kembali
keberaniannya. "Siapa takut mati" Ilmu sihir apapun yang kau
lakukan terhadapku akan kuhadapi! Hayo,
keluarkan seluruh ilmu gilamu!" teriak Yudana.
Dan berbareng dengan teriakannya, tubuh
pemuda itu melompat menerjang.
Mengamuklah dia dengan sejadi-jadinya.
Senjata Trisulanya berkelebatan menebas kesana
kemari. Sebelah lengannya tak berhenti menghantam dengan pukulan-pukulan dahsyat.
Yudana benar- benar sudah mata gelap. Dia
menerjang bagaikan kerasukan setan.
Akan tetapi semua itu sia-sia saja. Karena
sosok-sosok tubuh si kakek bongkok yang demikian
banyak itu hanyalah tipuan mata saja. Sesaat
kemudian disaat tubuh pemuda itu sudah menjadi
lemas, satu totokan telah mendarat ditengkuknya
seketika pandangannya menjadi gelap.
Terkaparlah Yudana dalam keadaan lemah
lunglai tak sadarkan diri.
---000omyro000--TUJUH Kemarahan Adipati Karang Ampel tak terperikan!
Dia mengumpulkan jago-jago persilatan untuk
menangkap Lodra Pati si Ular-Sanca Beracun!
Hadiah yang disediakan untuk imbalan bagi siapa
yang membawa mayatnya hidup atau mati tidaklah
sedikit. Namun Lodra Pati memang telah menghilang
bagai ditelan tanah, manusia yang telah
mencemarkan nama baiknya serta telah menghebohkan sekitar wilayah Kadipaten Karang
Ampel itu lenyap entah kemana..!


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang itu cuaca agak redup. Ada awan hitam
mengelilingi Matahari. Pemuda baju putih kumal itu
berjalan lenggang kangkung sambil sebentarsebent.ir membenarkan celananya yang kedodoran.
Sebuah buntalan warna kuning menggemblok
dibelakang punggungnya.
Siapa adanya pemuda yang bertampang bodoh
menggemaskan itu sudah dapat diterka.
"Gentayangan menyusuri bumi, tak tahu sampai
kapan" Mencari jejak setan memang sukar! Tapi mana
mungkin manusia berwatak setan bisa sembunyi"
Cuma menunggu soal waktu!
Kejahatan toh takkan bisa bertahan lama..!"
Suara nyanyian seperti syair terdengar keluar
dari mulutnya. Ternyata memang pemuda ini si
Dewa Linglung. Baru saja habis syair yang didendangkan,
mendadak tiga sosoh tubuh melompat dari kirikanan jalan yang tengah dilalui.
"Kau benar, sobat! Kejahatan toh tak bisa
bertahan lama! Dan hari ini kami telah berhasil
menjumpai manusianya yang berwatak setan itu.
Dan... hahaha... sebentar lagi kami segera akan
meringkusnya bulat-bulat!"
"He" Siapakah yang kalian maksudkan?" sentak
Nanjar terkejut.
Matanya merambah tiga sosok tubuh dihadapannya. Ternyata adalah tiga orang kakek kate
berpakaian berbeda satu sama lain. Yaitu
mengenakan jubah gombrong warna merah, hijau
dan ungu. "Hehehe...siapa lagi kalau bukan kau sendiri
orangnya?" sahut si Kate baju merah.
"Hoho...Lodra Pati! kau mengira dengan
menyamar jadi orang bodoh demikian bisa
mengelabuhi kami" Hari ini kalau kami tak
membawamu ke Kadipatian, bukanlah kami si Tiga
Kate AneWberkata si kakek kate baju hijau.
"Betul! betul!" timpal si kakek kate baju ungu.
"Sialan, dangkalan! Lagi-lagi aku dianggap si
cecunguk keparat itu"
"He" buka matamu kerbau-kerbau kate! apakah
tampangku mirip si Londra Pati?"bentak Nanjar
dengan garuk-garuk pantatnya. Lagi-lagi dia harus
membenarkan celananya yang kedodoran.
Mendengar kata-kata Nanjar yang menyebut
mereka kerbau-kerbau kate, ketiga kakek itu
bukannya marah malah tertawa gelak- gelak.
"Kalau kau bisa menjatuhkan kami dalam
sepuluh jurus, baru kami mengakui kau bukan si
Lodra Pati!" berkata si Kate baju ungu. Yang
lainnya sama membenarkan.
"Baik! baik! Segera kalian majulah!" berkata
Nanjar dengan mendongkol. Selain itu juga dia
merasa aneh dengan sikap si Tiga kakek kate itu.
Bagaimanapun dia harus membuktikan kalau
dirinya bukan si Londra Pati.
"Bagus! bersiaplah!" bentak mereka hampir
berbareng. Serentak ketiga kakek itu mengurung
siap melakukan serangan.
"Hm, kalian tak menggunakan senjata?" tanya
"Saat ini belum kami perlukan!" menyahut si
Kate baju hijau.
Nanjar yang disamping hatinya medongkol,
diam-diam berfikir. "Tiga manusia kate ini tentu
bukan orang sembarangan. Aku tak dapat
mengukur ketinggian ilmunya, tapi akan kucoba
untuk menjajagi kehebatannya!"
Dewa Linglung lemparkan buntalan kain
kuning bututnya ditanah.
"Kalau begitu akupun tak menggunakan
senjata!" berkata nanjar.
Kakek baju Merah tertawa menyeringai. Tapi kali
ini dia tak banyak komentar lagi. Segera lengannya
menjulur untuk mencengkeram dada si Dewa
Linglung. Bukan main terkejutnya Nanjar karena
mengetahui lengan si kakek kate baju merah bisa
mulur memanjang.
Whuk! Whuk! Serangan dengan jurus mencengkram itu lewat
disamping tubuh Nanjar, karena dia cepat
mengelak. Tapi serangan kedua datang menyusul.
Repotlah Nanjar menghindari diri dari seranganserangan si kakek kate baju merah.
Mendadak si kakek kate baju hijau mulai
beraksi. Kalau kawannya yang baju merah
lengannya bisa mulur, berbeda dengan kakek baju
hijau ini. Dia memiliki ilmu melompat bagai katak.
Setiap kali melompat jenggotnya yang panjang
hampir menyentuh tanah itu menyambar kearah
Nanjar. Hebat sambaran jenggot itu karena
mengarah ke jalan darah yang berbahaya.
Terpaksa Nanjar mengeluarkan ilmu silat
Siluman Kera untuk menghindari seranganserangan ganas itu.
"Hehehe... kau pandai ilmu kera, bocah badut"
Awas jaga seranganku!" berkata si kakek kate baju
hijau. Satu lompatan kilat yang dibarengi dengan
menyambarnya ujung jenggotnya telah dibarengi
pula dengan satu pukulan kearah Nanjar.
Sinar hijau meluncur menimbulkan hawa dingin.
'Ahh..!' Nanjar tersentak kaget, hawa dingin itu
membuat urat darahnya seraya beku. Akan tetapi
dengan cepat dia salurkan hawa panas kearah
lengan. Lalu lontarkan pukulannya untuk menangkis. Inilah jurus Kera Sakti membuang
petir. Hebat akibatnya. Sikakek kate baju hijau
melompat menghindar membuang tubuhnya
kesamping. Bhlarr! Tanah menyemburat mengepulkan asap hitam.
Kalau saja dia tak sempat menyelamatkan diri
tentu tubuhnya hangus terpanggang. Karena
tampak sebuah lubang dibelakangnya menghitam
hangus. "Eh" Jurus pukulanmu boleh juga?" teriak si
kakek baju ungu.
Kakek kate ini yang sejak tadi jadi penonton,
kini maju menerjang. Whut! whut! whut!
Serangan beruntun si kakek baju ungu ini
dahsyat sekali. Tiga pukulan dilontarkan sekali gus.
Tapi dengan gerakan Kunyuk mabuk arak serangan
itu luput. Merasa kedua kawannya tak mampu merobohkan pemuda lawannya dengan waktu
singkat, si kakek kate baju ungu keluarkan sebuah
seruling terbuat dari tulang berwarna ungu. Suara
seruling langsung terdengar melengking ketika dia
tempelkan bibirnya pada tepi lubang serulingnya.
Kedua kakek kate ini mengerti akan tanda
peringatan itu. Serentak mereka melompat mun-,
dur. Dan masing-masing cabut keluar senjatanya.
Kakek kate baju merah ternyata juga sebuah
seruling terbuat dari tulang yang berwarna merah.
Sedangkan si kakek kate baju hijau bersenjata
sama. Cuma serulingnya berwarna hijau.
---ooo0myr0ooo--Nada seruling melengking berbareng menimbulkan getaran hebat yang dirasakan
Nanjar. Napasnya terasa sesak. Telinganya
mendenging dan terasa sakit bagai ditusuk-tusuk
ribuan jarum. Akan tetapi Nanjar masih berusaha bertahan
dengan menyatukan ilmu bathinnya. Sayang,
kekuatan serangan tenaga dalam melalui seruling
ketiga kakek kate itu amat luar biasa. Nanjar
terhuyung. Lututnya terasa goyah. Kepalanya
serasa diberati batu ribuan kati. Pandangan
matanya buyar. Nyatalah kalau ketiga kekuatan
bathin si tiga kakek kate itu yang bersatu
menyerang secara berbareng mampu mengungguli
pertahanan pemuda ini.
"Celaka aku..." bisik Nanjar dalam hati. Dalam
saat yang gawat itulah tiba-tiba Nanjar teringat
akan senjata pusakanya pedang Mustika Naga
Merah, sekali lengannya bergerak kebelakang
punggung, sekejap pedang Mustika Naga Merah
telah berada ditangannya.
Tak berayal lagi Nanjar putarkan pedang
mustikanya. Seketika terdengarlah suara mendesing hebat luar biasa yang menimbulkan cahaya
warna merah. Terkejut ketiga kakek kate itu,
karena mendadak suara seruling mereka tumpang
tindih seperti saling serang sendiri. Tiba-tiba...
Krak! Krak! Krak!
Terlonjak ketiga kakek kate saking terkejutnya.
Karena ketiga seruling mereka masing-masing tibatiba pecah berantakan.
Dan bukan main terkejutnya mereka karena kini
merekalah yang merasakan telinganya mendadak
sakit bagai ditusuki ribuan }nrum. Kepala mereka
berdenyutan. Dada terasa sesak sukar bernapas.
Belum lagi mereka sempat berbuat sesuatu...
mendadak ketiga kakek kate itu muntahkan darah
segar masing-masing dari mulutnya.
---ooo0myr0ooo-DELAPAN "Cukup! cukup! hentikan! hentikan!" teriak
ketiga kakek kate seraya melompat mundur Mata
mereka silau oleh gulungan cahaya merah dari
putaran pedang Mustika Naga Merah dihadapannya. Tahu-tahu cahaya merah itu mendadak lenyap,
namun sebagai gantinya tiga kakek itu terkejut
bukan kepalang karena seketika itu juga tubuhtubuh mereka menjadi kaku tak dapat digerakkan.
Mereka cuma melihat bayangan tubuh pemuda itu
yang berkelebat, kejap selanjutnya masing-masing
tersentak karena merasa tengkuknya ditotok.
"Hahaha... untuk sementara biarlah kalian
berdiri disini. Dalam waktu setengah hari totokan
itu akan punah sendiri. Semua itu untuk pelajaran
yang kuberikan padamu, tiga kakek kate! Agar lain
kali jangan menganggap remeh orang!"
Nanjar berdiri diatas batu dihadapan mereka.
Dilengannya masih tercekal pedang berbentuk
Naga melingkar. Dari belahan dadanya menampak
lukisan tatto Naga.
Sadarlah ketiga kakek kate itu siapa pemuda
dihadapannya. "Hah!" jadi kau...kau si., si... Dewa Linglung?"
terperangah kakek kate baju merah.
"Kau...kau si Pendekar Pedang Mustika Naga
Merah?" sentak kakek kate baju hijau hampir tak
percaya. "Hm, sudahlah! aku cuma si bocah linglung yang
bernasib sial! Semoga kalian tidak menganggapku
si Lodra Pati manusia tengik itu lagi!"
Ucap Nanjar seraya masukkan pedang Mustika
Naga Merah kebalik baju di belakang punggung,
kemudian mengambil buntalan kain kuningnya.
'"Eh...!" tunggu dulu!" teriak mereka hampir
berbareng. Akan tetapi Nanjar sudah berkelebat
lenyap dari tempat itu.
"Haiih! nasib sial kini menimpa kita! masih bagus
dia tak turunkan tangan keji membunuh kita!"
keluh si kakek kate baju merah. Terpaksa mereka
harus menerima nasib menunggu setengah hari
sampai totokan ditubuh mereka punah.
"Iblis bongkok keparat! jangan harap kau bisa
lolos dari tanganku!"
Bentakan menggeledek itu terdengar disiang
hari bolong. Tampak seorang laki-laki berjubah
kuning melesat keatas bukit, mengejar bayangan
sesosok tubuh. Siapa lagi kalau bukan si kakek bongkok aneh
yang tengah diburunya.
Whuuuk! Whuuuk! Bhlarr! Dua sinar merah
kuning berkelebat menghantam si kakek bongkok
yang dilepaskan dari hantaman telapak tangan laki

Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laki jubah kuning.
Batu-batu bukit hancur berhamburan. Akan
tetapi si kakek bongkok lenyap tak berbekas.
"Iblis keparat! keluarlah kau! Mari bertarung
dengan si Weling Guna! Kematian murid-muridku
tak dapat kubiarkan begitu saja! Kau benar-benar
telah menghina orang perguruan Weling Sakti!
Tahukah kau apa hukuman bagi manusia yang
berani merusak perguruanku" Heh! kematian tak
akan pernah luput dari tanganku!" teriak laki- laki
jubah kuning itu. Dialah Weling Guna ketua
perguruan Weling Sakti. Laki-laki berusia 40 tahun
yang berilmu tinggi.
"Hehehe... siapa yang mau melarikan diri" Bukit
ini adalah tempat tinggalku. Masakan orang sudah
berani datang kesarangku aku biarkan bertingkah
seenak perutnya?" Suara parau yang diiringi suara
tertawa terkekeh memecah keheningan diatas bukit
itu. Tersentak Weling Guna ketika mendengar suara
dibelakangnya. Ketika dia balikkan tubuh dilihatnya
si kakek bongkok telah berdiri diatas batu runcing
dengan tertawa menyeringai.
"Bagus! bersiaplah untuk menghadapi kematian!" bentak Weling Guna. Sekali dia enjot tubuh
Weling Guna telah berkelebat kearah si kakek.
Selanjutnya dua serangan berturut-turut menghantam kakek bongkok ini.
Kembali terdengar ledakan yang diiringi dengan
meluncurnya sinar kuning merah. Akan tetapi cuma
menemui tempat kosong. Karena detik itu juga
tubuh si kakek bongkok melambung. Tongkatnya
menyambar ganas kearah tenggorokan lawan.
Whuut! Nyaris kulit leher Weling Guna sobek kalau dia
tak cepat berkelit. Marahlah Weling Guna. Sekali
sentak ditangannya telah tergenggam senjata
Clurit. Whut! Whut! Whut! dia mulai menerjang
ganas. Bau santar yang mengandung racun segera
terendus. Kiranya senjata Weling Guna telah
dilumuri racun maut.
Kena sedikit, goresan saja bisa mengakibatkan
orang keracunan hebat. Kalau tak sempat
menemukan obat pemunah racun, dalam waktu
singkat nyawa korbannya takkan tertolong lagi.
Akan tetapi kakek bongkok ternyata punya
gerakan gesit. Selain itu tongkatnya pun bukan
barang murahan. Benda hitam panjang itu
digerakkan berputar bagai baling-baling. Segera
terlihatlah kabut hitam menghalangi pandangan
mata Weling Guna.
"Keparat!" maki Weling Guna. Lengannya
bergerak kebalik jubah.
Wrrrrrtt! Meluncurlah benang sutra kuning dari lengannya
menggubat putaran tongkat itu terhenti.
Detik yang baik itu dipergunakan Weling Guna
untuk mengirim serangan beruntun dari cluritnya,
yang disusul dengan pukulan-pukulan maut
menghantam lawan.
Akan tetapi pada detik kemenangan Weling
Guna, karena saat itu si kakek bongkok
terperangah kaget karena tak menduga lawan
mempunyai senjata benang sutra, dia masih
sempat gulingkan tubuhnya menghindar.
Dan selanjutnya diluar dugaan Weling Guna,
dari bawah lengan jubah si kakek bongkok
menyambar ratusan jarum.
"Terimalah kematianmu, orang sombong!"
bentak kakek bongkok.
Tak akan sempat lagi Weling Guna menghindari
diri lagi. Dia cuma bisa pejamkan mata untuk
menanti kematian.
Akan tetapi didetik yang berbahaya itu
mendadak terdengar suara mendesis diudara
diiringi berkelebatnya sesosok bayangan.
Aneh! ratusan jarum maut itu mendadak
terhenti bagai terkena hisapan yang amat kuat.
Kejap berikutnya ratusan jarum itu meluruk keatas.
Ketika bayangan itu meluncur turun, tampaklah
seorang pemuda berbaju putih kumal berdiri tegak
memegang sebuah pedang berbentuk Naga. Siapa
lagi kalau bukan Nanjar alias si Dewa Linglung!
"Jarum maut begini bisa membunuh puluhan
manusia mengapa digunakan untuk membunuh
lawan yang hanya seorang?" berkata Nanjar.
Takjub mata Weling Guna ketika membuka mata
melihat ratusan jarum maut berwarna hijau itu
menempel diujung pedang Naga seorang pemuda
yang tiba-tiba munculkan diri.
Akan tetapi tersentak Weling Guna ketika dia
sadar bahwa bahaya maut telah lewat.
"Terima kasih atas pertolonganmu anak muda.
Eh!" Iblis bongkok! Mengapa kau melarikan diri?"
tiba-tiba Weling Guna terkejut melihat si kakek
bongkok berkelebat cepat dari tempat itu.
Akan tetapi detik itu juga terdengar bentakan
Nanjar. "Manusia bongkok! Ini kukembalikan jarumjarum mautmu!"
Meluncurlah ratusan jarum beracun dari ujung
pedang Naga Merah kearah si kakek bongkok.
Namun dengan kibaskan lengan jubahnya kakek
aneh ini membuat ratusan jarum maut itu buyar.
Saat itu juga Nanjar berkelebat mengejar.
Tetapi... Bhussss!
Asap hitam mendadak membumbung dihadapannya. "Sialan!" maki Dewa Linglung. Terpaksa dia
menahan langkahnya.
Ketika kabut hitam itu lenyap, kakek bongkok
telah tak kelihatan lagi batang hidungnya.
"Aneh! mengapa dia melarikan diri setelah
melihat kedatanganku?"
Gumam Nanjar. Segera dia teringat ketika
pertama kali dia bertemu dengan kakek itu dikaki
gunung Arjuno. "Kakek aneh!" jangan-jangan dia si Lodra Pati
yang menyamar!" gumamnya.
"Dugaan anda tak salah, sobat muda! Akupun
berpendapat demikian!"
Weling Guna berkelebat menghampiri.
"Kalau tak salah dugaanku, apakah anda yang
bergelar si Dewa Linglung, Pendekar Pedang
Mustika Naga Merah?" tiba-tiba Weling Guna
ajukan pertanyaan.
"Hahaha... aku hanya seorang bocah linglung
tukang mengembara, siapa yang menggelariku
dengan gelar sedemikian rupa?"
"Haih! kaum Rimba Hijau mana yang tak
mengetahui" Pedang Mustika Naga Merah itu
pernah menghebohkan kaum persilatan. Siapapun
mengetahui kalau benda mustika itu telah jatuh
ketangan-. seorang pemuda yang bertampang
bodoh, akan tetapi berilmu tinggi! dan siapapun
mengetahui kalau sejak itu benda mustika itu tak
pernah berpisah lagi dari tangannya!" sahut Weling
Guna dengan tertawa.
"Eh dari mana anda bisa berpendapat bahwa si
kakek bongkok itu samaran dari si Lodra Pati yang
menjuluki dirinya Ular Sanca Beracun?"
Tiba-tiba Nanjar lontarkan pertanyaan untuk
mengalihkan pembicaraan.
Weling Guna mengangguk-angguk,
lalu menghela napas. Kemudian dengan singkat dia
segera menceritakan perihal kejadian yang telah
dialami oleh para muridnya.
"Dugaanku juga dugaan salah seorang muridku
yang masih hidup, kakek aneh itu memang
samaran dari si Lodra Pati!" demikian Weling Sakti
mengakhiri penuturannya.
"Hm, kalau memang demikian adanya, dia tak
boleh lolos lagi! Bukit ini adalah sarangnya, tentu
manusianya takkan berada jauh dari sekitar
perbukitan ini!" tukas Nanjar seraya putar
pandangan kebeberapa arah.
Weling Guna manggut-manggut membenarkan.
"Agaknya aku orang tak berguna, sobat Dewa
Linglung. Ilmuku belum seberapa untuk bisa
membalaskan dendam kematian murid-muridku.
Terima kasih sekali lagi atas pertolongan anda yang
telah menyelamatkan nyawaku.
Budi itu tentu takkan kulupakan seumur
hidupku! Semoga anda akan berhasil meringkus
manusia yang telah banyak membuat bencana itu!"
berkata Weling Guna. Setelah menjura dihadapan
Dewa Linglung, laki-laki itupun berkelebat pergi tak
menoleh lagi. "Terima kasih atas doamu, sobat Weling Guna!"
teriak Nanjar dengan menatap punggung Weling
Guna penuh rasa kasihan.
Weling Guna hentikan langkahnya dan balikkan
tubuh. Sejenak dia menatap Nanjar, kemudian
manggut-manggut dengan tersenyum. Namun tak
lama dia segera berkelebat lenyap menuruni lereng
bukit... ---ooo0myr0ooo--SEMBILAN "Dia pasti masih berada disekitar sini!" desis
Nanjar. Lalu berkelebat dari tempat itu... Nanjar
memeriksa sekitar perbukitan itu dengan pandangan matanya yang tajam. Tiba-tiba terlihat
sebuah liang dibawah batu. Liang yang cukup
untuk dimasuki tubuh manusia atau binatang.
Disamping liang itu tampak sebongkah batu besar.
"Hm. pasti ini sebuah lubang rahasia, dan batu
besar ini adalah penutupnya!" berkata Nanjar
dalam hati seraya melompat mendekati. Dengan
gerakan hati-hati Nanjar membuat gerakan yang
tidak menimbulkan suara.
Timbullah dibenaknya untuk memasuki lubang
itu atau tidak" Bila dia masuk untuk memeriksa dia
khawatir justru lubang itu digunakan untuk
menjebaknya. Tapi bila dia diam diluar untuk
menunggu sampai kakek bongkok itu muncul,
adalah pekerjaan yang membosankan.
Akan tetapi segera dia mendapat akal. Nanjar
mendekati tepi lubang. Diam-diam dia salurkan
hawa kekuatan tenaga dalam Inti Es pada kedua
lengan. Tak lama hawa dingin yang dapat membekukan
aliran darah segera tersalur kedalam lubang, ketika
Nanjar arahkan kedua telapak t;i-ngannya kemulut
liang batu itu.
Menunggu tak terlalu lama tiba-tiba Nanjai
mendengar suara orang menggigil kedinginan
disertai suara rintihan. Yang membuat Nanjar
terkejut adalah suara itu kedengarannya seperti
suara rintihan seorang wanita.
"Heh" Apakah kakek bongkok itu diam-diam
telah menyembunyikan tawanan untuk korbannya
didalam liang ini" Celaka! dia bisa mati beku
kedinginan!" sentak Nanjar terkejut.
Tak berayal dia segera merangkak masuk.
Dengan jurus Ular merayap diatas Mega, Nanjar
meluncur masuk. Inilah jurus sakti;yang diperolehnya dari gurunya Raja Siluman Naga.
Lorong dalam liang itu ternyata semakin besar
dan luas. Alangkah terkejutnya Nanjar ketika melihat
seorang gadis remang- remang terlihat dalam
keadaan terkapar disudut dinding goa.
"Si., siapa., anda" Hu..! dinginnya luar biasa.
Tolonglah aku dari tempat terkutuk ini..!" merintih
si gadis. Nanjar tempelkan ujung jarinya dibibir.
"Ssst! apakah kau tawanan si kakek bongkok?"
tanya Nanjar berbisik.
"Benar! oh segera bawalah aku keluar dari
tempat ini. Kakek keparat itu sedang keluar. Budi
baikmu tak kulupakan tuan pendekar...!" sahut
gadis itu dengan tubuh semakin menggigil.
"Kau tak dapat bergerak?"
"Bangsat tua itu telah menotokku!" sahut si
gadis pelahan, dan kembali dia merintih
kedinginan.

Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nanjar beranjak mendekati. Lalu gerakan
tangannya membuka totokan dengan beberapa kali
mengurut dipangkal leher dan punggung sang
gadis. "Ah, terima kasih!" sahutnya girang.
"Cepatlah keluar!" bisik Nanjar, seraya menyeret
lengan gadis itu untuk mengikutinya. Dengan
membungkuk-bungkuk, lalu merayap seperti ular
keduanya segera keluar dari liang itu.
"Nah, kini kau sudah bebas dari cengkeraman si
kakek bongkok itu! Aku cuma bisa mengantarmu
sampai disini!" berkata Nanjar beberapa saat
setelah mereka berada jauh dibawah bukit.
Gadis itu manggut-manggut. "Terima kasih atas
pertolongamu, kakak pendekar. Hm, boleh aku
mengetahui nama anda" Amat keterlaluan bila
sampai orang yang pernah ditolong tapi tak
mengetahui siapa yang menolongnya!"
"Namaku Nanjar! Orang menjuluki aku si Dewa
Linglung!"
"Nama yang bagus dan julukan yang aneh! Aku
sendiri bernama Nira!" gadis itu perkenalkan diri
tanpa diminta. "Sudah berapa hari kau disekap dilubang diatas
bukit itu?"
"Dua hari!"
"Hm, apakah dia itu benar orang yang bernama
Lodra Pati yang telah menyamar seperti seorang
kakek bongkok?" selidik Nanjar. Dia memang perlu
lebih jelas mengenai kakek bongkok yang aneh itu.
"Aku tak tahu pasti..! Siapakah Lodra Pati itu?"
"Dia seorang manusia bejat yang tengah dicaricari untuk ditangkap oleh pihak Kerajanan!" sahut
Nanjar. "Hm, boleh aku tanya" Apakah selama itu kau
tidak diapa-apakan"
maksudku dia tidak menyentuhmu sama sekali?"
Gadis itu mengeleng. "Nasibku agaknya baik,
karena setelah menyekapku diliang itu manusia itu
pergi dan selama dua hari itu belum kembali.
Beruntunglah aku karena yang datang adalah
anda, kakak Nanjar. Kalau si kakek bongkok itu
yang muncul entah bagaimana nasibku!"
"Dugaanku dialah si Lodra Pati! Manusia bejat
itu banyak melakukan penculikan pada gadis-gadis
cantik. Setelah puas melakukan perbuatan napsu
terkutuknya dia membunuh korbannya!"
"Ahh..! oh, betapa mengerikan!" sentak Nira
terkejut. "Tampaknya kau bukan seorang perempuan
biasa. Setidaknya kau mengerti ilmu silat. Siapakah
gurumu dan dari perguruan manakah?" tanya
Nanjar. "Aku memang mempunyai sedikit ilmu
kepandaian. Tapi aku tak pernah berguru pada
siapa-siapa selain orang tua angkatku!"
"Siapa nama orang tua angkatmu?"
"Suro Mangun! beliau telah tiada lagi. Meninggal
setahun yang lalu!"
"Ah, jadi kau kini hidup sebatang kara?" tanya
Nanjar. "Benar! Aku tak punya tempat untuk
menaungkan diri. Bahkan hampir-hampir aku
menjadi korban si kakek bongkok itu!" sahut si
gadis dengan menunduk.
Tampak wajahnya dijalari rona kesedihan.
"Ah, mengapa harus pikirkan kehidupan" Aku
sendiri hidup sebatang kara. Siapa tahu kelak
dikemudian hari kau mendapat jodoh dan dapat
hidup senang. "Sudahlah, Nira! aku tak dapat berlama-lama
lagi. Aku harus mencari si manusia bongkok itu
untuk dapat kutangkap hidup- hidup!" berkata
Nanjar. "Tunggu, kak Nanjar..!
"Hm, ada apa lagi" kukira sudah cukup
keteranganmu. Kau bebas kemana kau mau pergi.
Tugasku masih banyak! Apakah yang akan kau
tanyakan?"
"Kak Nanjar...! Sejak pertama kali aku
melihatmu dan kau telah pula berjasa menolongku.
Aku... aku merasa..."
"Merasa apa?" potong Nanjar dengan mata
membelalak karena gadis itu menelan ludah seperti
tak mampu meneruskan kata-katanya.
"Aku merasa tak dapat berpisah denganmu..!
Salahkah aku bila aku... aku mencintaimu, kak
Nanjar?" ucap Nira dengan suara agak
menggeletar. Matanya yang bulat dengan bulu mata lentik
menatap Nanjar seperti minta di kasihani.
"Kau..kau mencintaiku" hahaha.-sinting! orang
macam aku mana mungkin bisa menarik hati
perempuan" kau..kau benar-benar aneh, tapi
juga seorang gadis yang berani dan jujur!" berkata
Nanjar dengan tertawa.
"Sudahlah, adik manis! Sebaiknya kau pindah
kewilayah lain Wilayah ini berbahaya, selama
manusia bernama Lodra Pati itu masih
gentayangan!" berkata Nanjar, lalu balikkan tubuh
untuk segera berkelebat...
---ooo0myr0ooo--SEPULUH Nira menatap kepergian Nanjar dengan
pandangan kecewa.
Akan tetapi sesaat wajahnya yang seperti mau
menangis itu berubah menjadi senyum dingin.
Gadis cantik ini meludah ditanah.
"Pemuda sombong! Kuakui seumur hidupku
baru pertama kali aku mencintai seorang laki-laki!
Yaitu kau si Dewa Linglung! Akan tetapi dasar dari
semua itu adalah karena aku menginginkan pedang
Mustika Naga Merah!" menggumam Nira dengan
wajah berubah dingin.
"Hm, tunggulah saatnya aku menundukkanmu,
Dewa Linglung!" desisnya pelahan. Selesai
bergumam Nira berkelebat dari tempat itu. Tapi
bukannya menuju kearah pedesaan melainkan
kembali kearah bukit.
Gerakannya cepat bagaikan burung walet.
Sepasang kakinya boleh dikatakan hampir tak
menginjak tanah. Dia berlari cepat seakan-akan
terbang saja layaknya. Ternyata gadis itu memiliki
ilmu lari yang luar biasa.
Dalam beberapa saat saja dia telah mendaki
bukit itu lagi.
Pada pertengahan bukit mendadak dia
berkelebat kebalik sebongkah batu besar dan
lenyap... Saat itulah sebuah bayangan berkelebat muncul.
Ternyata tak lain dari Dewa Linglung.
"Hm. seperti kulihat ada bayangan sosok tubuh
melesat kesini" Apakah si kakek bongkok itu?"
desis Nanjar dengan celingukan melihat kesanakemari. Diam-diam Nanjar memasang telinga untuk
bisa mendengar gerakan-gerakan
yang mencurigakan. Tiba-tiba terdengar suara orang merintih
kesakitan dari balik bongkah batu. "He" janganjangan korban si Lodra Pati lagi!" sentak Nanjar
dalam hati. Akan tetapi baru saja dia melongok
kebalik batu itu untuk memeriksa, mendadak uap
putih menghambur di kearahnya.
Terlonjak kaget Nanjar, dia sudah akan
melompat lagi untuk menghindar. Akan tetapi
hidungnya mencium bau amis yang amat
memuakkan. Kepalanya mendadak menjadi pening. Tubuhnya
pun terhuyung. "Celaka!" uap racun!" desisnya dalam hati.
Pada detik itu juga sebuah bayangan melesat
kearahnya. Lengannya terjulur, siap untuk menotok
jalan darahnya. Terkesiap Nanjar ketika merasai
sambaran angin kearah tengkuk dan iganya. Dalam
keadaan terhuyung demikian memang sukar untuk
menghindari serangan mendadak itu. Tapi Nanjar
masih sempat untuk hantamkan lengan kiri nya
disertai bentakan.
Namun penyerang ini cukup gesit, seperti dia
telah menduga demikian.
Penyerang ini gagalkan serangannya seraya
membuang tubuh kesamping. Gagal serangan
pertama itu ternyata dilanjutkan dengan serangan
kedua. Sebelah kakinya melayang menghantam
lambung. Nanjar tak sempat mengelak lagi. Tubuhnya
roboh terguling.
Kesempatan itu ternyata tak disia-siakan oleh si
penyerang. Mendadak dia melompat. Lengannya
terjulur, dan...Plas!
Pedang Mustika Naga Merah berhasil dirampasnya! Sungguh kecele penyerang ini, dia mengira akan
dapat menggondol benda mustika itu begitu
gampang. Jatuhnya Nanjar adalah tipuan belaka.
Karena mendadak, ketika pedang mustika Naga
Merah tercabut dari kerangkanya, Nanjar gunakan
kecepatan kilat untuk menotok lawan. Inilah jurus
Biawak Sakti menyambar mangsa!
Serangan itu tak terduga. Tahu-tahu penyerang
itu menjerit kaget,. Pedang rampasannya terlepas.
Sedangkan tubuhnya sendiri roboh terbanting.
Totokan Nanjar dengan jitu telah mengenai
sasaranya. "Hahaha... perbuatan licik, harus dibalas dengan
kelicikan!"
Nanjar tertawa menyeringai. Segera dia telah
melihat siapa manusia yang menyerangnya.
Pedang Mustika Naga Merah telah berada di ta ngannya lagi. "Hm, ternyata kau Nira" apa-apaan kau ini"
Mengapa melakukan perbuatan edan macam
begini?" terkejut Nanjar ketika mengetahui siapa
yang menyerang dan berniat mau merampas
padang. "Aku...aku..." Nira menyahut terputus-putus.
Wajahnya pucat-lesu dan tampak sepasang
matanya berkaca-kaca.
"Aku..aku mau membunuh diri dengan pedang
itu!" "Membunuh diri" sinting! mengapa kau mau
melakukan bunuh diri segala?" sentak Nanjar
dengan terheran.
"Karena., karena kau tak menpedulikan aku!
Aku., aku mencintaimu kak Nanjar..! Aku tak dapat
hidup tanpa kau disampingku!" sahut Nira dengan
berlinang air mata. Mendengar jawaban ini Nanjar
jadi garuk-garuk pantat dan benarkan celananya
yang kedodoran.
"Sinting! apakah didunia ini sudah tak ada lakilaki lain?" berkata Nanjar dengan menelan ludah.
Tapi hatinya membathin lain. "Hm, perempuan ini
baru kukenal beberapa jam yang lalu. Aku belum
mengetahui watak dan tabiatnya. Uap berbau amis
itu jelas mengandung sejenis racun yang
memabukkan. Kalau aku tak cepat menutup
pernapasan tentu siang-siang aku sudah roboh.
Entah apa yang tujuan perempuan ini sebenarnya?"
Memikir demikian Nanjar segera menyambung
kata-katanya. "Aku tengah mempunyai urusan yang lebih
besar, nona Nira. Kuharap kau tak menggangguku.
Kalau kau mau bunuh diri karena aku, itu adalah
perbuatan orang tolol!" ujar Nanjar seraya
masukkan pedangnya kebalik baju dibelakang
punggung. "Nah, untuk sementara beristirahatlah kau disini. Bukan aku kejam membiarkan kau dalam
keadaan tertotok, tapi aku khawatir kau hanya
akan menyulitkan aku saja. Saat ini juga si kakek
bongkok itu harus kuringkus dan membuka
kedoknya untuk mengetahui siapakah dia
sebenarnya?"


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selesai berkata Nanjar balikkan tubuh dan
berkelebat lenyap dari sisi bukit itu.
Senja terus merayap...Bukit itu semakin senyap
membisu dalam keremangan yang menggerogoti
tempat itu. Setelah sekian lama berusaha melepaskan diri
dari pengaruh totokan, akhirnya gadis itupun
berhasil melepaskan diri.
Kalau saja cuaca tidak begitu gelap tentu dapat
terlihat wajah gadis itu berubah begitu merah
padam. Hatinya gusar bukan main, karena gagal
untuk melaksanakan niatnya.
Sepasang matanya kini berubah menjadi
nyalang. Tampak dendam kebenciam dibola
matanya yang bulat.
"Dewa Linglung! aku tak dapat mendustai diriku
sendiri. Aku memang mencintai dirimu, tapi
agaknya kita tidak berjodoh dan aku terpaksa
memilih jalan terbaik, yaitu melenyapkan dirimu!"
berkata gadis ini pelahan.
Ternyata "cinta" telah berubah menjadi dendam
yang membara. Kini dia merasa si Dewa Linglung
adalah musuhnya yang harus dilenyapkan!
Nira bangkit berdiri. Mendadak kakinya
menendang sebuah batu di sisi bukit disebelahnya.
Aneh! tiba-tiba sebuah batu menonjol disebelahnya
bergeser turun, dan terlihatlah sebuah lobang goa.
Gadis inipun melompat masuk.
Tak lama dia telah keluar lagi dengan membawa
sebuah buntalan kain.
"Si keparat itu tentu sudah berlalu meninggalkan
bukit ini, karena tak menjumpai orang yang
dicarinya!" berkata Nira dalam hati.
Dari dalam buntalan itu dikeluarkan seperangkat
pakaian. Selanjutnya dengan cepat dia menukar
pakaiannya. Tak berapa lama Nira telah berganti rupa
menjadi seorang pemuda tampan. Bajunya
berwarna hijau dengan rompi terbuat dari kulit
ular. "Hahaha...si
Dewa Linglung tak akan menyangka kalau aku sendirilah orang yang
bernama Lodra Pati alias si Ular Sanca Beracun!"
Tak lama dia buntal pakaian wanitanya lalu
dilemparkan kedalam lubang goa. Ketika kaki gadis
ini menendang sebongkah batu persegi, mendadak
goa itupun menutup lagi.
"Hm, sesuai dengan petunjuk guru, aku harus
secepatnya menyusul beliau kesana!" berkata gadis
ini dalam hati. Dan tubuhnya pun berkelebat cepat
menuruni lereng bukit.
---ooo0myr0ooo--SEBELAS Membelalak mata Nanjar melihat kejadian yang
berlangsung didepan matanya. Tak salahkah
pendengarannya" Gadis bernama Nira itu
sebenarnya manusia yang bernama Lodra Pati"
pikir Nanjar dengan terperangah.
"Aneh!" dia seorang perempuan, mengapa
mempunyai hawa napsu terhadap sejenisnya?"
berkata dalam hati Nanjar.
"Heh! dia tak boleh kubiarkan kabur begitu saja!
Kejahatannya harus dibikin tuntas! Perempuan
edan macam begitu amat berbahaya!" desis Nanjar
yang secara diam-diam sebenarnya belum pergi
jauh dari tempat itu. Bahkan sekian lama dia
mengintai dari tempat persembunyian untuk
melihat apa yang akan dilakukan Nira setelah
bebas dari pengaruh totokannya.
Detik itu juga tubuh Nanjar berkelebat "terbang"
untuk mengejar. Ilmu lari cepat gadis itu memang
amat mengagumkan. Tapi Nanjar kini telah
mempergunakan ilmu terbangnya. Hingga dari
udara dia dapat melihat kemana arah jejak gadis
itu. Nanjar terus menguntit Nira yang menuju
kearah lembah. Sementara gadis itu tak mengetahui kalau ada
orang yang membuntutinya.
Tiba dimulut lembah, Nira berhenti sejenak
untuk menarik napas panjang.
Matanya menatap kearah hutan yang remangremang disinari cahaya bulan dihadapannya.
"Hm, guru tentu telah tak sabar menunggu.
Malam ini juga saatnya harus pergi meninggalkan
wilayah, ini. Keadaan mulai tidak aman.
Kemunculan orang-orang persilatan yang mencari
jejakku semakin membuat hidup diwilayah ini tak
tenang! Agaknya guru memilih terbaik, yaitu
meninggalkan wilayah ini. Pendekar Linglung itu
tak dapat dianggap enteng. Aku telah gagal
menjebaknya untuk menawannya hidup-hidup!"
bergumam Nira alias Lodra Pati. Lalu terdengar
suara helaan nafasnya. Tampak wajahnya dironai
kekecewaan. Sementara cahaya bulan sepotong
menengahi permukaan lembah.
Sesaat antaranya tubuh Lodra Pati berkelebat
kearah mulut hutan. Tapi baru saja kakinya
menginjak tanah, sesosok bayangan tubuh muncul
di hadapannya. Ternyata tak lain dari si Kakek
Bongkok adanya.
"Guru...! ah, kau tentu lama menungguku!"
berkata Lodra Pati dengan sedikit terkejut.
"Hm, tak mengapa! tapi mulai saat ini kau tidak
memanggil aku guru lagi!" sahut si Kakek Bongkok
dengan suara berubah dingin.
"He" mengapa" Bukankah sejak pertama kali
aku mengenalmu, dan kau mengaku kakak
seperguruan guruku Nyai Meranti, kau telah
meminta aku mengangkat guru padamu. Tetapi
sekarang aku tak diperbolehkan memanggil kau
guru lagi! Aneh!" ada apakah dengan semua ini?"
bertanya Lodra Pati dengan heran.
"Karena kau telah menyelesaikan tugasmu! Aku
memang membutuhkan bantuanmu untuk mencukupi syarat-syarat dari suatu ilmu hitam
yang kupelajari. Syarat itu memerlukan tiga belas
orang gadis untuk diambil darah keperawanannya.
Kecuali isteri Adipati itu, yang aku memang
menginginkannya, selama ini sudah dua belas gadis
yang mencukupkan syarat-syarat itu!" berkata si
kakek bongkok tetap dengan suara dingin.
Dia menatap Lodra Pati alias Nira dengan
pandangan mata berkilat.lalu lanjutkan katakatanya. "Aku tak perlu mencari syarat yang ketiga belas,
karena kaulah orangnya yang akan menjadi korban
terakhirku!" ucap sikakek bongkok dengan suara
sedingin es. Tentu saja membuat Lodra Pati alias Nira jadi
terperanjat. Matanya membelalak karena terkejut
dan gusar. "Bedebah! Jadi kau...kau menipuku" Kau
berjanji akan memberikan ilmu hitam itu padaku.
Tapi nyatanya kau ...kau manusia keparat!" teriak
Lodra Pati. Mendadak dia telah lancarkan serangan
menghantam dengan pukulan racun.
Uap hijau meluruk deras kearah kakek bongkok.
Sementara Lodra Pati membarengi dengan melepas
serangkum jarum maut.
"Hehehe... seranganmu hebat! Tapi sia-sia saja
kau mencoba menolak untuk menjadi korbanku
yang telah kutetapkan!"
Kakek bongkok kibaskan lengan bajunya.
Tongkatnya diputar. Maka berhembuslah angin
santar membuyarkan uap hijau dan jarum-jarum
maut itu. Marah bukan buatan Lodra Pati disamping
terkejut. Tapi dengan berteriak nyaring dia melesat
keudara lima tombak. Ketika menukik segera
hantamkan pukulan tenaga dalam. Itulah jurus
menghancurkan Karang, menghantam Mega.
Berteriak kaget si kakek bongkok. Dia tak
menduga gerakan Nira begitu cepat. Bhlarr!
Ledakan keras terdengar. Tapi kakek bongkok
telah melompat menyelamatkan diri. Baru saja dia
mau jejakkan kaki, Nira telah melancarkan lagi
serangannya berturut-turut.
Namun kali ini kakek bongkok telah waspada.
Dari balik jubahnya dia mengeluarkan sebuah guci
berisi arak. Hebat kakek ini, sambil mengelak dia
sempat meminum arak. Beberapa serangan Nira
berhasil ditangkis dengan tongkatnya.
Ketika pada suatu saat yang baik, tiba-tiba
kakek ini semburkan arak dari mulutnya. Rupanya
hal inilah yang menjadi kelemahan Nira alias Lodra
Pati. Bau arak adalah bau yang sangat dibencinya.
Dengan sebat dia mengelak untuk menghindar.
Namun berkali-kali semburan arak terus mencecarnya. Bau itupun terendus hidung.
Seketika Nira merasakan kepalanya mendadak
pening. Tubuhnya terhuyung, dan pada saat itulah
si kakek bongkok lancarkan totokan kilat yang
tepat mengenai sasaran. Robohlah Lodra Pati
dengan keluarkan suara keluhan.
"Hehehe....untuk merobohkanmu tidak begitu
sukar!" berkata si kakek dengan langkah lebar dia
menghampiri. "Malam ini juga aku harus menyelesaikan syarat
yang terakhir!" gumamnya. Diiringi suara tertawa
terkekeh, lengannya bergerak. Segera terdengar
suara kain yang sobek. Dalam sekejapan saja
tubuh Nira alias Lodra Pati telah tak tertutup
selembar benang.
Akan tetapi mata kakek ini membelalak, karena
Lodra Pati alias Nira bukan seorang perempuan
juga bukan seorang laki-laki.
"Hah!" dia seorang banci?" sentaknya terkejut,
seraya ucak-ucak matanya seperti tak percaya.
"Celaka dua belas! sekian lama kutunggu,
ternyata hasilnya nihil! Sialan! kalau aku tahu kau
banci, sejak semula aku tak mengharapkan kau
menjadi korbanku yang terakhir!" gerutu kakek
bongkok dengan kecewa.
Kakek ini jadi garuk-garuk kepala tidak gatal,
seraya memaki-maki dirinya yang tolol.
---ooo0myr0ooo--DUA BELAS Ditempat persembunyiannya, Nanjar hampir tak
percaya mendengar pembicaraan kakek bongkok
dan Nira. Nyatalah bahwa dalang dari kejadiankejadian yang menggemparkan wilayah Kadipaten
Karang Ampel itu adalah si kakek bongkok itu.
Dewa Linglung memperhatikan tingkah si kakek
bongkok yang menggerutu panjang pendek karena
tak jadi melaksanakan niatnya.
"Setan alas! mengapa Nyai Meranti tidak
memberitahu kalau muridnya seorang banci"
Kukira seorang gadis yang menyamar menjadi
seorang pemuda tampan! Sialan! benar-benar
sialan!" Ditempat sembunyinya Nanjar memikir. "Hm,
jadi Lodra Pati itu seorang banci" Ah, akupun tak
menduga sama sekali...."
"Heh! inilah saatnya untuk bertindak! Dalang
semua kejadian itu adalah si kakek bongkok! Dia
tak boleh lolos lagi! Akan tetapi Lodra Pati harus
menjadi saksi hidup bahwa perbuatannya adalah
atas dasar suruhan si kakek bongkok itu. Keduaduanya harus ditangkap untuk dihadapan pada
Adipati Karang Ampel!" berkata Nanjar dalam hati.
Tapi baru saja dia akan bergerak melompat,
mendadak telah didahului oleh berkelebatnya tiga
sosok tubuh kate. Siapa lagi kalau bukan si Tiga
Kate Aneh. Tiga orang kakek kate yang pernah
dipecundangi Nanjar.
"Manusia bongkok! lepaskan pakaian samaranmu! Hari ini kami telah mengetahui siapa manusia
dajal yang telah bikin keonaran itu!" membentak
salah seorang dari Tiga Kate Aneh, yaitu si kakek
kate baju merah.
Melihat kemunculan tiga manusia kate ini si
kakek bongkok tersentak kaget. Kakinya mundur
dua langkah. Tapi tak lama dia perdengarkan suara
tertawa dingin.
"Hahahehe... hehe... tiga manusia sepotong
muncul cari kematian! Kalian ingin mengetahui
siapa aku, itu tidak aneh! Karena aku memang
sengaja menyamar. Tapi kuharap kalian tak


Dewa Linglung Lodra Si Ular Sanca Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkejut setelah mengetahui siapa diriku! Aku akan
buka kedokku agar kalian tiga manusia sepotong
menjadi puas sebelum tiba saat kematian kalian!"
Seraya berkata kakek bongkok gerakkan
lengannya membuka jubah. Lalu melesat kulit tipis
pada lengan dan kaki. Terakhir mengelupas topeng
kulit tipis dan rambut palsu dari kepala dan
wajahnya. Segera tampaklah dihadapannya mereka
seorang pemuda berusia tiga puluh tahun.
Beralis tebal dengan mata sipit yang bersorot
tajam bagai mata elang. Telinganya lebar. Pada
sebelah kiri pipinya ada tanda luka bekas bacokan
yang memanjang kedagu.
Melihat siapa manusia dihadapannya serentak
Tiga Kate Aneh jadi terbelalak memandang.
"Hah"! kiranya kau si Naga Codet Tali Wongso?"
sentak Tiga Kate Aneh dengan terkejut, akan tetapi
juga dengan gusar. Karena Tali Wongso adalah
seorang wanita bermata buta, bernama Shakila
seorang wanita peranakan India. Wanita berusia 40
tahun itu walaupun sudah berumur 40 tahun tapi
seorang wanita yang pandai merawat tubuh
disamping menguasai ilmu Yoga, disamping
berwajah cantik.
Ternyata Tali Wongso adalah seorang murid
yang brutal dan durhaka! Setelah berhasil
menyerap ilmu wanita buta itu. Suatu perbuatan
terkutuk telah dilakukannya. Dengan cara busuk
dia membius gurunya sendiri lalu memperkosanya.
Setelah puas Tali Wongso merasa tak memerlukan
Shakila lagi karena dia telah cukup memiliki ilmuilmu kedigjayaan. Tali Wongso membunuh wanita
gurunya itu. Tiga Kate Aneh menjumpai Shakila dalam
keadaan sekarat. Namun masih sempat memberitahukan siapa yang telah melakukan
perbuatan iblis itu. Tentu saja Tiga Kate Aneh
menjadi gusar dan berniat mencari Tali Wongso
untuk menghukum manusia brutal yang tak tahu
membalas budi itu.
Justru Tali Wongso tadinya adalah seorang yang
telah ditolong nyawanya oleh Tiga Kate Aneh dari
kematian, karena keluarganya habis dibunuh
perampok. Codet memanjang dipipinya adalah
akibat kena bacokan perampok, karena dia
berusaha melawan penjahat-penjahat itu.
"Manusia dajal! bagus! bertahun-tahun kami
mencarimu untuk melenyapkan nyawa busukmu,
ternyata kau muncul didepan mata! Murid durhaka
tak tahu membalas budi, terimalah kematian-mu!"
membentak kakek kate baju merah. Serentak
ketiganya tanpa tunggu waktu lagi segera
lancarkan serangan!
Terjadilah pertarungan seru! Dengan kemarahan
meluap Tiga Kate Aneh menerjang. Pukulanpukulan dan hantaman mengandung maut
menghujani Tali Wongso dari berbagai penjuru.
Akan tetapi Tali Wongso telah siap untuk
menghadapi ketiganya. Dengan gerakan tongkatnya dia menangkis sambaran-sambaran
pukulan mereka. Jurus- demi jurus terus terlewat.
Kepungan ketat Tiga Kate Aneh semakin rapat. Tak
sedikitpun memberi peluang Tali Wongso untuk
bisa melancarkan pukulannya.
Namun sejauh itu mereka melakukan serangan
gencar, Tali Wongso sukar untuk dirobohkan.
Mendadak Tali Wongso keluarkan suirra mendesis
bagai ular. Tongkatnya seketika berubah jadi
segulung kabut hijau. Dan mendadak tubuh lakilaki itu lenyap.
Disaat ketiga kakek kate itu terperangah, tahutahu mereka perdengarkan jeritan-jeritan menyayat
hati. Tubuh mereka bertumbangan roboh.
Darah segar bersemburan. Berkelojotanlah
ketiganya bagai ayam disembelih. Selang tak lama
tubuh-tubuh Tiga Kate Aneh telah terkapar tak
bernyawa. Itulah ilmu Kabut Iblis yang telah
dipergunakan. Kabut hijau itu dapat membutakan
mata orang. Dengan kehebatan ilmu itulah Tiga
Kate Aneh harus mengalami hari naas. Tewas
dengan leher tertabas badik beracun yang telah
disiapkan dibalik jubahnya.
"Manusia iblis! Sungguh keji dan biadab
perbuatanmu!"
Dewa Linglung melompat keluar dari tempat
persembunyiannya. Kematian Tiga Kate Aneh
sungguh diluar dugaan. Hingga Nanjar tak sempat
berbuat sesuatu lagi.
"Heh! siapa lagi yang coba-coba berurusan
denganku?" bentak Tali Wongso seraya menatap
orang yang muncul.
"Hm, kiranya kau si Dewa Linglung" Kau lodra
pati si ular sanca beracun masih penasaran untuk
menangkapku" Bagus! Sudah lama aku ingin
mencoba kehebatan seorang pendekar tolol yang
linglung! Apakah kau sudah membawa persediaan
empat nyawa untuk berhadapan denganku?"
berkata Tali Wongso dengan suara dingin.
"Aha! begitu sombongnya kau Tali Wongso!
Baik! aku balikkan pertanyaanmu. Apakah kau
sudah membawa 12 nyawa untuk bertarung nyawa
denganku?" sahut Nanjar dengan tertawa tawar.
"Bedebah! untuk mengirim nyawa keliang
Akhirat semudah membalikkan telapak tanganku!
Bersiaplah kau untuk mampus!"bentak Tali Wongso
dengan wajah merah padam.
Whuuk! Dia telah menghantam dengan pukulan tenaga
dalamnya. Hawa panas menyambar. Dewa
Linglung enjot tubuhnya untuk melompat
menghindar. Serangan pertama gagal, segera
disusul dengan serangan kedua dan ketiga. Hantaman-hantaman dahsyat kearah Dewa Linglung
segera dihadapi pemuda itu dengan berkelit lincah,
karena tahu lawannya tak boleh dianggap enteng.
Untuk itu Nanjar segera keluarkan jurus-jurus
Raja Siluman Kera.
Sikap mirip kera yang seperti mengejek itu
membuat Tali Wongso semakin berang. Kini dia
mulai mencabut senjatanya. Badik beracun!
Ternyata Tali Wongso tak cuma memiliki sebuah
badik beracun, akan tetapi jumlahnya belasan buah
banyaknya. Sambil lancarkan serangan-serangannya
badiknya menyambar bagai kilat menebas kearah
leher, dada dan kaki. Tergores sedikit saja bisa
mengakibatkan maut!
Terpaksa Nanjar gunakan jurus Raja Siluman
Ular dan jurus Raja Siluman Bangau untuk
menandingi. Diam-diam Tali Wongso terkejut karena lawan
memiliki bermacam- macam jurus yang aneh-aneh.
Agaknya Tali Wongso sudah tak sabar untuk
segera mengirim nyawa Dewa Linglung ke alam
baka. Tiba-tiba dia keluarkan suara mendesis bagai
ular. Lengannya bergerak mengantam disertai
membaca mantera-mantera.
Bhusssssss! Uap hijau menggebu menggulung kearah
Pendekar Dewa Linglung. Terkejut Nanjar. Itulah
uap yang bisa membutakan mata. Detik itu juga
dia gulingkan tubuhnya ketanah, dan gunakan ilmu
Raja Siluman Biawak untuk merayap menghindar
diri. Sementara dia telah menutup sekujur jalan
darah dan pejamkan mata. Baru saja dia membuka
mata delapan buah badik beracun meluncur deras
kearahnya. Berteriak kaget Nanjar. Namun pada detik itu
juga.... Trrraaang! Sinar merah berkelebat cepat! Berpentalan
badik-badik beracun itu kedelapan penjuru. Ketika
bayangan putih membelah udara. Tampak Nanjar
dalam keadaan "terbang" diudara. Ditangannya
terkecil pedang mustika Naga Merah.
"Hahaha... serangan yang hebat dan biasa!"
Dewa Linglung melayang ketanah beberapa
tombak dari Tali Wongso.
Bukan main gusar dan terkejutnya Tali Wongso
karena si Dewa Linglung masih bisa meloloskan diri
dari serangan barusan.
"Keparat! jangan tertawa kau kunyuk linglung!
Terimalah ini!" Tali Wongso kembali membaca
mantera. Tiba-tiba tubuhnya dilingkari asap warna
kelabu. Mendadak tubuhnya berubah menjadi
beberapa sosok. Nanjar waspada karena lawan
mulai menggunakan ilmu hitam. Dengan segera dia
pusatkan kekuatan ilmu bathin. Sementara
lengannya telah siap menghantamkan jurus petir
Dahana! Itulah jurus warisan Ki Dharma Tungga
yang tak pernah di pergunakan.
Ketika belasan sosok tubuh itu melurus untuk
menerjangnya,Nanjar
hantamkan telapak tangannya kedepan. Menggelegar suara petir
dengan dahsyat. Tujuh kilatan menjilat udara.
Terdengar suara teriakan Tali Wongso. Belasan
tubuh itu lenyap dalam gulungan asap.
Akan tetapi salah satu sosok berkelebat
melarikan diri.
"Iblis Tali Wongso. jangan lari!" bentak Nanjar.
Tubuhnya berkelebat mengejar. Akan tetapi lagilagi Tali Wongso gunakan uap hijau untuk
melindungi dirinya. Terpaksa Nanjar menghindar.
Kesempatan itu membuat Tali Wongso memanfaatkannya. Dalam sekejapan saja dia telah
lenyap tak ketahuan kemana larinya.....
"Kurang ajar!" memaki Dewa Linglung Nanjar
cuma bisa berdiri menatap tanpa tahu harus
mengejar kemana. Sejak dia tercenung "Manusia
itu sewaktu saat kelak akan muncul lagi untuk
membuat keonaran! Haih! agaknya belum saatnya
kejahatan lenyap dari muka bumi ini! Mungkin juga
takkan pernah lenyap. Karena masih banyak
manusia-manusia semacam Tali Wongso yang
hidup cuma untuk menebar bencana saja!"
Ketika Nanjar kembali ketempat pertarungan
tadi, ternyata menjumpai Lodra Pati alias Nira telah
tewas. Dia membunuh diri dengan menggigit putus
lidahnya sendiri.
Termangu-mangu Dewa Linglung menatap
sosok-sosok tubuh yang telah menjadi mayat dihadapannya. Hatinya bergumam. "Haih! Usia semakin
bertambah. Dan entah sampai kapan aku hidup
seperti ini" Dia yang mencintaiku, tapi ternyata
punya jenis kelamin berbeda dengan orang biasa!
Justru orang yang aku cinta, malah aku bertepuk
sebelah tangan...!"
Sekonyong-konyong Nanjar teringat pada Roro
Centil. Betapa dia pernah menggandrungi dara
perkasa Pantai Selatan itu.
Akan tetapi dia tak bisa lama-lama berdiri di-situ
karena malam semakin larut dan hawa dingin mulai
merayap kesekujur tubuh.
Segera digalinya sebuah lubang besar dengan
cepat. Lalu mayat-mayat itu dikuburkannya....
Menjelang shubuh dinihari pekerjaannya selesai.
Ketika cahaya kuning memancar dari balik bukit,
pemuda bertampang dungu alias Dewa Linglung
tampak berlari cepat menuju kearah utara.
SELESAI Pembuat Ebook :
Djvu : Abu Keisel
Convert & Pdf : Myrna KZ
http://kangzusi.com
http://dewikz.byethost22.com
Kuda Binal Kasmaran 1 Rahasia Peti Wasiat Karya Gan K L Kasih Diantara Remaja 2

Cari Blog Ini