Dewi Ular Lorong Tembus Kubur Bagian 2
lidah api sebesar kepala bayi sedang meluncur cepat ke arahnya.
Seketika itu tangan Kumala berkelebat sambil tubuhnya
melayang ke atas.
Wuuusst...! Tangan itu mengeluarkan semburan asap putih berbintik-bintik hijau, lalu
rnenghantam batu terbungkus api.
Jegaaaarrr...! Ledakan itu membiaskan sinar orange. Menyebar cepat,
menghantam tubuh Dewi Ular. Maka, tubuh itu pun terhempas ke belakang, lalu
jatuh ke tanah berumput dengan cukup kuat.
Bluuugh...! , Dewi Ular langsung menyeringai. "Aauulthkk...!!"
Tulang punggungnya terasa seperti patah. Sementara itu pakaian hijaunya membekas
warna hitam hangus. Membentuk garis
melintang dari dada kiri ke perut kanan. Ia juga merasakan luka bakar yang cukup
serius di bagian perut dan dadanya.
"Uuuhhkk...! Sakit -sekali ... ! Dada dan. perutku pasti robek dan, oohhhkk...!
Urat-uratku seperti putus semua! Celaka. Aku sulit bergerak, aahk,..aahk,
aaahhk..!"
Ia berhasil, duduk. Terengah-engah. Mata tetap waspada.
Dilihat dari luka pada bagian dada sampai perut, Kumala Dewi yakin lawannya
pasti punya kesaktian cukup tinggi. Sinar yang membias tadi memang melukai
tubuhnya, tapi tidak membuat rusak pakaiannya, kecuali hanya bergaris hitam.
pakaiannya tetap utuh, Dan, itu berarti jenis kesaktian yang digunakan bukan
kesaktian tingkat sedang. Pasti tingkat tinggi.
"Haaagghh ... !" Dewi Ular mengerahkan hawa salju dari dalam tubuhnya. Hawa
salju itu dialirkan ke sekujur tubuh, sehingga lukanya tidak terasa, sakit. Ia
dapat bangkit kembali.Hawa murni mengalir deras, sehingga membuat luka koyak di
dada dan perut itu segera bergerak menutup dan akhirnya lenyap tanpa bekas.
Sayang, tak seorang pun, boleh melihat bagian bekas luka itu.
Kena sensor. "Ke mana dia?" bisik hati Kumala. "Atau mungkin dia memang hanya sekedar ingin
berkenalan dan mengujiku?"
Aji Mata Dewa segera digunakan. Setiap sudut tempat
diperhatikan. Akhirnya ia menemukan sesuatu yang mencurigakan di antara dua
pohon berdahan rimbun bagaikan sepasang payung.
Kekuatan aji Mata Dewa membuatnya mampu melihat pada
lapisan udara. di antara kedua pohon. Ada energi panas yang sedang aktif. Maka
dengan cepat jari tangannya dikibaskan seperti melempar pisau belati, dan ujung
jari itu mengeluarkan sinar hijau berbentuk runcing, mirip mata tombak.
Claaap... ! Sinar itu luar biasa cepatnya, sehingga dalam sekejap sudah menerjang lapisan
udara di antara dua pohon.
Bleeegaarr...! "Aahkk ...............!!!!"
Ada suara pekikan pendek. Suara itu bersamaan dengan
pecahnya lapisan udara dan terlemparnya sesosok tubuh dari sana.
Wuuut, bruuuss ... !
Srossssoooooott ....... !!!
Tubuh.yang terlempar.dari persembunyiannya itu meluncur
seperti kereta salju di atas rerumputan. Kumala Dewi segera mengejarnya. Bukan
untuk menghajarnya kembali. Namun hanya mengikuti sampai tubuh itu berhenti dari
meluncurnya. "Hahh... ?"!" tersentak suara kaget Kumala setelah mengetahui bahwa musuh yang
dihantamnya tadi ternyata gadis kecil berusia sekitar 6 tahun. Tubuhnya agak
kurus, tapi berkulit kuning bersih.
Wajahnya mungil, matanya bundar indah, rambutnya panjang berponi di bagian
depan. "Ya,. ampuuun...! Ooh, maafkan aku:, maafkan aku, Dik... !"
Kumala Dewi sangat menyesali tindakannya tadi. la segera berlutut menolong
lawannya, karena anak tersebut menyeringai kesakitan dan mengalami sukar
bernapas. Dewi Ular segera menyalurkan hawa suci untuk pengobatan.
Dalam waktu singkat anak itu pun mulai bisa bernapas longgar dan tidak
menyeringai kesakitan lagi.
"Maafkan -aku, ya Dik" Kalau tahu kau masih anak-anak, aku tidak akan
menyerangmu! Maaf, ya?"
"He,eh ... Nggak apa-apa kok, Kak. Tadi aku juga nakal, coba-coba gangguin
Kakak." "Oo., jadi benar, tadi yang menyerangku kamu?"
Gadis cantik nan mungil itu menganggukkan kepala dengan
sangat lugu. Polos sekali sikapnya.
"Tadi aku coba-coba mainkan tanganku maju-mundur, eeh tahu-tahu keluar apinya.
Api itu nyerang Kakak... terus... terus, mele-dak,keras sekali. Aku.takut. Maka,
aku sembunyi. Maapin aku juga, ya Kak."
"Iya, iya... Kakak nggak marah kok,"' Kumala Dewi memberikan senyum keramahannya
, supaya anak itu yakin betul kalau sang kakak benar-benar tidak marah.
Sebab, saat menuturkan pengakuannya tadi, wajah mungil
secantik boneka itu tampak ketakutan. Rona penyesalannya kelihatan jelas. Maka,
Kumala harus segera menetralkan perasaan bersalah anak tersebut.
"Kamu bisa panggil aku Kak Mala, ya" Nama kakak Kumala Dewi.
Nama kamu siapa?"
"Hmmm, hmmm... nggak tahu, Kak."
"Lho, kok sama namanya sendiri nggak tahu?"
"Habis, aku lupa, Kak. Waktu aku jatuh kejeblos lubang, kepalaku, terbenturbentur. Saki iit, sekali. Terus, aku nggak tahu bagaimana, eeh... tahutahu,,.aku udah di sini."
"Sendirian ...!"
"He,eh. Sendirian. Aku takut. Terus aku nangis. Lamaaaa... sekali aku nangis.
Habis, aku lapar, hauuus banget.. Mau minum air danau., tapi takut mati.
Habisnya, aku lempar kayu di danau, eeh...
kayunya langsung terbakar. Jadi, aku nangis .terus. Sampai ada
bayangan orang kasih minuman, ada teh, ada kopi, ada air putih..., terus, aku
minum bayangan itu. Uuh, lega deh. Hausku jadi ilang..."
Kumala dewi menggumam haru. "Kasihan anak ini..."
Lalu, ia bertanya, "Jadi kamu bukan tinggal di sini?"
"Bukan," ia menggeleng dengan lugu. "Kamu tinggal di mana?"
"Ngggg... nggak tahu. Aku lupa."
"Orang tuamu siapa?"
"Naah, itu juga aku lupa, Kak. Aku udah berusaha ingetin.
lamaaa... sekali, eeh nggak inget-inget juga. Kalau aku paksain inget-inget
terus, kepalaku jadi sakit. Eeh, tapi sekarang rasa ngilu di kepalaku kok udah
nggak ada" ,Udah sembuh, ya Kak?".
"'Mudah-mudahan," jawab Kumala sambil tersenyum lembut.
Sebenarnya ia ingin katakan, bahwa hawa suci yang disalurkan darinya tadi dapat
untuk menyembuhkan semua penyakit yang diderita anak itu.
Tapi agaknya keterangan tersebut belum diberikan, mengingat si gadis kecil tidak
membutuhkan penjelasan seperti itu.
Kumala hanya berkata dalam, hatinya, "Anak ini jatuh, terperosok lubang, mungkin
sama dengan keadaanku tadi. Bedanya, kepala dia terbentur-bentur, sedangkan aku
nggak sampai begitu. Mungkin benturan di kepala itulah yang membuatnya lupa jati
diri. Kalau bahasa ilmiahnya... amnesia."
Gadis mungil secantik boneka Barbie itu memang tampak lugu dan polos. Tapi
sebenarnya ia memiliki kesaktian yang cukup lumayan. Barangkali kesaktian itu
adalah kesaktian turun temurun, yang didapatkan, tanpa melalui berlatih dan
bertapa. Namun dari mana ia berasal sebenarnya, sulit dipastikan. Mungkin anak
manusia bumi hasil perkawinan silang dengan dewa, atau mungkin anak dari
penghuni planet lain-yang jauh dari bumi.
"Dilihat dari pakaiannya yang serba ketat, warna merah, kainnya halus dan bagus,
berhias manik-manik intan, aah... aku yakin dia
bukan anak biasa. Setidaknya anak raja atau penguasa yang punya status
terhormat. Hmm, tapi badannya berbau wangi" Apakah dia anak dewa juga" Cuma...
aroma. wanginya kok nggak kayak aroma dari badanku, ya?"
Anak itu berkata, "Kakak, kamu jangan mandi di danau itu. Nanti bisa kebakar
lho." "Apa iya?"
"Danau itu ada racunnya."
"Dari mana kamu tahu?"
"Kan aku pernah. lemparkarr kayu, terus kayunya kebakar. Kalau kakak kebakar,
nanti kakak item Iho. Nggak cantik lagi kayak aku..."
sambil ia tersenyum malu.
Lucu dan membuat Kumala tertawa geli. la cubit pipi si bocah dengan gemas, lalu
Kumala pun berkata padanya.
"Kamu kuberi nama Barbie aja,,ya" Buat sementara aja."
"Barbie itu apa binatang yang katanya suka dipotong dan dimakan manusia bumi ."
"Itu... babi!",Kumala tertawa. "Kecil kecil kok udah main plesetan kata kamu
ini. Barbie itu Hanya boneka. Lucu, cantik, dan mungil kayak kamu. Bagaimana,
mau kan kuberi nama Barbie?"
"Nanti aku jadi boneka?"
"Ya, nggak. Cuma pinjem nama aja. Daripada ,ingat-ingat namamu .susah. Biarkalau
ada apa-apa kakak bisa manggil kamu."
"O000... jadi kakak mau manggil aku" . Manggil aja sekarang."
Kumala.semakin geli mendengar kepolosan Barbie. Kepala anak itu dipeluk di
perutnya sambil tertawa gembira. Anak itu pun ikut tertawa walau pun mungkin tak
tahu apa yang harus ditertawakan.
"Kak Mala mau bobo" Yuk, aku kasih tahu tempat yang fenak buat bobo..."
"'Kok bobo" Kita harus cari jalan keluar dari tempat ini, Barbie.
Ngapain buang-buang waktu buat bobo?"
"cari jalan keluar" Aaah, percuma-lah. Nggak akan nemu."
"Maksudmu?"
"Aku udah coba ke sana-sini cari jalan keluar, tapi nggak pernah bisa, Kak.
Nggak ada jalan keluar dari tempat ini."
"Nggak ada?"
"Iya. Aku udah lompat masuk ke lorong-lorong di langit itu, tapi ternyata itu
bukan, jalan keluar. Itu cuma lorong buntu. Isinya cuma kabut."
"Kamu .bisa lompat masuk ke lorong udara itu"! Setinggi itu kamu bisa jangkau
dengan, lompatan"!"
"Bisa," sambil mengangguk polos lagi. "Kak Mala bisa nggak"
Mau aku ajarin supaya bisa"!"
Tertegun bengong Kumala mendengarnya. Masih sekecil itu, Barbie sudah bisa
melompat ke tempat yang cukup tinggi dan berjarak cukup jauh. Luar biasa sekali
anak ini, pikir Kumala.
Dan, dia bilang... dia sudah menjelajahi tempat ini untuk mencari jalan keluar"
Hmm, tentu saja,,ia menjelajahi bukan dengan jalan kaki biasa. Pasti dengan
kesaktiannya yang membuatnya bisa bergerak sangat cepat.
Tapi... tapi apa benar nggak ada jalan keluar dari sini" Gawat dong kalau benar
begitu. Duuh... gimana caranya, ya" Masa sisa umurku harus ku habiskan' di sini
hanya bersama si mungil Barbie ini?"
Kumala Dewi tertegun lama memikirkan sebuah cars untuk bisa keluar dari.alam
sunyi tak berpenghuni itu .
oooOdOwOooo 4 Wanita Penghilang Tangis misterius ...
SIANG mulai merayap meninggalkan pagi. Samon sengaja
singgah dulu ke rumah Kumala sebelum sampai kantor.
Selain ingin minta maaf kepada Buron, karena tak bisa menepati janjinya semalam,
Sam juga ingin membicarakan masalah Ajeng kepada Buron.
Memang lebih tepatnya kepada Kumala, namun agaknya hari itu ia belum bisa
bertemu dengan bidadari penguasa ular itu.
"Buron masih tidur tuh, Sam," ujar Sandhi. "Mungkin karena dia tidur pukul
empat, nungguin kamu nggak datang-datang, jadi ya begitulah... kebluk!
Dibangunin susah."
"Aku cuma. mau klarifikasi tentang janjiku semalam dan minta maaf
sebesarbesarnya pada dia. Tapi aku juga punya kabar aneh yang perlu kusampaikan.
pada Kumala, atau dia. Karena kabar ini berkaitan dengan masalah gaib..."
Dering telepon rumah terdengar nyaring. "Bentar, Sam... siapa tahu itu telepon
dari si dongo Buron,' Sandhi bergegas masuk untuk nienyambut telepon.
Semeatara.tamu ganteng itu tertegun sendirian di teras. Hanyut dalam lamunan.
Larut dalam kecamuk batinnya sendiri.
"Gila! Badanku seperti habis digebukin orang sekampung" Sakit semua, terutama di
persendian," Sam bicara sendiri ,dalam hatinya.
"Kasihan Buron nungguin aku. Seandainya aku nggak kehabisan bensin, seandainya
nggak ketemu Ajeng, mungkin badanku nggak kayak gini rasanya.. Dan, aku nggak
ngecewain Buron. Kalau dia ngadu sama Kumala, aku jadi nggak enak hati. Makanya,
perlu di-klarifikasi sekarang juga.Eeh,ternyata dia belum pulang .. "
Sam paling tidak bisa.mengecewakan orang dengan sengaja., la selalu berusaha
menepati janji pada siapapun.Kalau toh terlanjur tak
bisa menepati, karena suatu halangan, maka. ia akan segera menemui orang itu,
mengklarifikasi, dan meminta maaf. Sebelum hal itu ia lakukan, maka sepanjang
hari ia akan gelisah. Kegelisahan seperti itu jelas akan mengganggu konsentrasi
kerjanya. Sam tidak mau berlama-lama menanggung kegelisahan.
Sandhi agak lama menerima.telepon. Rupanya telepon itu dari Pramuda,
kakak angkatnya Kumala,
orang pertama yang
menemukan Kumala ketika bidadari itu turun ke bumi, dan yang sekarang menjadi
pemilik perusahaan tempat di mana, Kumala duduk sebagai konsultannya, (Baca
serial Dewi Ular dalam episode :
"Roh Pemburu Cinta").
Karena Sandhi cukup lama melayani teleponnya Pramuda, maka semakin banyak
kesempatan bagi, Samon untuk. merenungi kejadian tadi malam. Sejak dalam
perjalanan tadi Sam selalu bertanya dalam hatinya. dengan pertanyaan yang sama.
"Kenapa aka bisa jadi begini, ya?"
Masih kental dalam ingatannya ketika ia pulang dengan
membawa Mbak Ajeng, sebagai orang yang dipercaya mampu
menghentikan suara tangis misterius di kompleknya.
Pada dasarnya memang upaya tersebut tidak sia-sia.,Mbak Ajeng memang punya
kemampuan di bidang gaib.
Kemampuan itu sungguh sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Sam, karna sama
sekali tak menyangka kalau penjual roti bakar di waung tenda itu ternyata
memiliki kekuatan supranatural .... Bukan kemampuan yang pas-pasan..
Tapi cukup profesional. Padahal penampilan Mbak Ajeng biasa-biasa saja. Tidak
selayaknya penampilan seorang dukun atau paranormal yang sering mempromosikan
diri dalam iklan-iklan media cetak.
Tanpa harus bertukar pakaian lebih dulu, Mbak Ajeng langsung saja dibawa Samon
dari warungnya yang sedang dikemasi Barno, pelayannya.
Ketika memasuki komplek perumahan tempat tinggal Sam,
perempuan itu menurunkan kaca pintu mobil. Dan, suara tangis wanita yang
misterius itu masih ada.
"Berhenti sebentar, Sam," pintanya.
Samon pun menuruti, menghentikan mobilnya dalam posisi masih tetap di tengah
jalan. Mbak Ajeng menelengkan kepala, menyimak suara tangis itu.
Kemudian ia menyuruh Samon menjalankan mobilnya kembali.
".Aku butuh tempat untuk melakukan upacara ritual kecil-kecilan.
Apa ada tempat untuk itu ?"
"Hmm, tempat untuk itu Yaaah... paling bisa di rumahku, Mbak.
Kalau di rumah ketua Rwmalah ntar diprotes atau ada kesalah pahaman."
"Di rumahmu, boleh juga.. Tapi, apa nggak mengganggu anggota keluarga lainnya
yang mungkin.sedang..."
"Aku cuma tinggal sama Bi Inun, pelayan.",
"Nggak ada yang lain?"
"Nggak ada. Biasanya sama,adikku; Johan. Tapi dia lagi ada tugas dari kantornya
ke Medan. Sudah tiga hari ini aku cuma tinggal sendirian."
Mbak Ajeng.diam sebentar. Menyimak suara tangis yang masih saja terdengar,
padahal mereka sudah jauh dari tempat mobil berhenti tadi.
"Suara tangis ini bukan berasal dari sekitar sini."
"0, ya" Jadi, dari mana?"
"Dari alam lain."
"Dari... dari alam gaib, maksudnya?"
Ajeng mengangguk kalem. Setelah diam sesaat, ia bicara lagi dengan sesekati
Dewi Ular Lorong Tembus Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperhatikan tempat-tempat tertentu yang dianggap rawan.
Akhirnya ketika hendak melintasi jembatan sungai kecil berair sangat dangkal,
Ajeng meminta Samon menghentikan mobilnya lagi.
Samon pun menuruti permintaan itu.,
Lalu, perempuan itu melongokkan kepalanya sampai keluar
mobil. "Naah, itu sumbernya," seraya menunjuk ke suatu arah, di mana terdapat serumpun
bambu hias pelengkap taman. Bambu hias yang kecil-kecil dengan daunnya yang
indah itu tumbuh merimbun di sepanjang sungai, hingga tikungan jalan.
"Di dekat tanaman bambu itu terdapat lorong tembus kubur. Tak kelihatan oleh
mata awam sih, tapi yang jelas di situ ada semacam rongga panjang yang
menghubungkan dimensi kita dengan dimensi alam sana. Suara tangis itu adanya di
alam kubur. Kenapa suaranya bisa sampai, sini" Karena suara itu keluar melatui
lorong tembus kubur yang di bambu-bambu itu."
"Tapi kenapa terdengar seluruh komplek" Padahal komplek ini luas sekali."
"Suara gaib dengan suara biasa jangan disamakan dong. Suara gaib bisa memenuhi.
sebuah kota, tergantung kekuatan gelombang suara tersebut. Kalau kekuatan suara
gaib itu mempunyai frekuensi tinggi, maka satu kota pun bisa mendengar suara
itu. Tapi kalau frekuensinya rendah, yaah... hanya radius tertentu yang dapat
mendengarnya."
"Tapi, dulunya nggak begini kok. Baru malam ini aja ada suara aneh kayak gitu."
"Lorong tembus kubur dapat terbuka apabila mengalami getaran hebat, semacam
gempa alam gaib.yang membuat tanah kubur
merekah. Begitu Pula kalau di sana terjadi lagi guncangan semacam
gempat cukup hebat, maka lorong tembus kubur akan. tertutup dengan sendirinya."
Sam menggumam sambil manggutmanggut.Mobil berjalan pelan diarahkan ke rumahnva.
"Jadi bagaimana mengatasinya" Menyumbat lorong itu?"'
"Kalau sumbatannya eggak kuat bisa jebol dan semakin lebar ruang pantulnya. Ntar
semua suara kubur bisa terdengar di seluruh perumahan ini. Termasuk jeritan roh
yang tersiksa di alam kuburnya, bisa kedengaran lho."'
"lih, menyeramkan sekali kalau sampai terjadi begitu."
"Nah., jadi lebih baik membujuk yang bersangkutan agar berhenti menangis. Atau
menjauh dari lorong tembus kubur itu kalau dia masih ingin menangis. Caranya,
dengan melakukan ritual kecil. Maksudnya ritual yang tidak membutuhkan tumbal,
darah, bayi,atau sejenisnya."
"Jadi, apa yang harus kita persiapkan dalam ritual nanti?"
"Air putih, kopi pahit, dan teh pahit. Ada kan"'
"Ada. Biar nanti pelayanku yang siapkan."'
"0, oh... nggak Usah. Biar aku sendiri yang membuatnya, karna aku tahu ukuran
pahitnya kopi yang disukai roh-roh penasaran macam itu."
"O, jadi... Mbak Ajeng sendiri yang mau bikin minumannya"
Boleh., Nanti saya bantu menyiapkan segala sesuatunva.",
"Satu lagi... aku butuh, kamar khusus."
"'Kamar khusus" Hmmm, paling ada j uga kamar tidurku."
"Ya, nggak apa. Asal tidak buat mondar mandir orang. Terkunci rapat. Jangan
sampai ada yang melihat ritualku, kecuali... kamu nggak apa-apa. Karena, kamu
kan pemilik kamarnya."
"Aku di luar saja nanti supaya..."
"Oo, nggak, nggak, nggak....!" sergah Ajeng. "Kamu harus ada dalam kamar itu.
Sebab, aku takut kalau ada barang yang hilang, lalu hati kecilmu mencurigaiku.
Demi, keamanan bersama, kamu harus ada di kamar itu. Mau tiduran kek., mau
duduk, atau mau apa saja terserah."
Nada bicaranya sudah mulai tegas-tegas, sulit disangkal atau dibantah oleh Sam.
Yang bisa dilakukan Sam adalah menuruti apa yang menjadi perintah Ajeng.
Sam sendiri punya rasa heran dalam hatinya, mengapa.ia
menjadi sangat patuh pada perempuan itu" Bahkan ia sadar dirinya jadi seperti
robot yang tidak pernah bisa menolak perintah apapun.
Wajah cantik itu memang sudah mulai tampak berwibawa,sejak menjelaskan tentang
lorong kubur tadi.
Setibanya di rumah Sam, persiapan tadi segera dilakukan.
Mereka juga masih mendengar suara tangis tersebut seperti berasal dari belakang
rumah. Jelas sekali.
Tapi Ajeng sarankan agar Sam jangan menghiraukan suara itu lagi, karena suara
tersebut mengandung gelombang mistik yang dapat merusak sistem kerja otak, emosi
dan khususnya kejiwaan orang yang mendengarnya.
"Perempuan ini benar-benar pintar,': ujar Sam membatin. "Dia bukan dukun
kampungan. Dia memiliki pola pikir akademis,bisa menghubungkan hal gaib dengan
logika..Hebat betul dia. Sudah hebat pengetahuannya hebat pula daya pikatnya.
Dari tadi belum reda jantung berdebar-debar membayangkan berada dalam
pelukannya. Biasanya aku nggak semudah ini membayangkan hal-hal seperti itu. Aku
jadi benar-benar tertarik padanya."
Setelah minuman selesai dibuat, Sam disuruh membawanya ke kamar. Sam menurut
saja tanpa keluh kesah atau gerutuan batin.
Mbak Ajeng pergi ke kamar. Mandi sebentar, kemudian keluar-dari kamar mandi.
sambil menyuruh Sam menutup dan mengunci pintu kamar. Sam mematuhi perintah itu.
Jantungnya, makin
berdetak-detak, karna sadar. dirinya sekarang berada dalam kamar hanya berdua
dengan Ajeng. "Matikan lampunya, buka sedikit pintu kamar mandi, biar ada penerangan samarsamar," katanya sambil ia melepaskan sweater.
Suasana kamar jadi remang-remang, karena hanya mendapat
penyinaran dari bias cahaya lampu kamar mandi. Suasananya cenderung romantis.
bagi Simon. Ajeng meletakkan minuman tadi di lantai bersama nampannya.
"Nah, sekarang kamu mau tiduran di ranjang, mau menghadap ke arah mana saja, ya,
terserah.'.. tapi, yang jelas aku harus melepas pakaianku."
"Hahh "! "
"Ya, aku harus telanjang bulat supaya auraku sampai ke alam sana. Okey?"
"Tap... tapi kalau... hmm..."
"Kamu mau ngintip". Nggak usah ngintip. Lihat langsung juga boleh kok," seraya
dia melirik penuh makna.
Ajeng benar-benar melepas semua pakaiannya. Samon berusaha untuk buang muka.
Namun has-rat yang semakin. menggelora memaksa matanya untuk sesekali melirik
sebentar, lalu memandang ke arah lain lagi. Hal itu ia lakukan berulang-ulang
sambil duduk dikursi komputer.
Namun karna tak boleh menyalakan lampu, tentunya, juga
komputer, maka yang dialami Sam adalah siksaan dari keresahan bertubi-tubi.
Keringat dingin pun mulai membasah di sekitar leher dan pelipisnya.
Sekitar 5 menit lamanya. Ajeng duduk bersila di lantai seperti orang sedang
meditasi., Kursi komputer berada menyamping dari posisi duduknya Ajeng, sehingga
mata Samon berkali-kali tertuju pada gumpalan dada yang tampak besar, kencang
dan menjorok ke depan. Meski ia sudah buang muka, namun tanpa disadari mukanya
kembali berpaling dan menatap keindahan tubuh Ajeng dalam keremangan cahaya
sensual itu. Tiba-tiba, terdengar suara seperti. benda, jatuh di permukaan air, cpluung ... !
Samon memperhatikan 3 minuman di depan Ajeng. la mulai terperangah, karena
melihat dengan mata kepalanya sendiri, minuman teh pahit menyusut dengan
sendirinya. Seperti ada yang menghisapnya memakai pipet sedotan.
Suuuuutt...! Minuman teh itu pun akhirnya tinggal bagian ampas.
"Gila.."!Bisa begitu, ya"! Siapa yang minum tuh" Eeh, eeh...
kopinya juga"!"
Samon melebarkan matanya, maka tampak jelas olehnya air kopi yang masih panas
itu menyusut dengan cepat, sampai tinggal bagian ampasnya saja.
Minuman air putih juga demikian. Kurang dari setengah menit setelah penyusutan
minuman itu, suara tangis, perempuan itu berhenti. Hilang.
Sekarang yang ada hanya keheningan malam. Sam mencoba
mempertajam pendengarannya, namun hasilnya tetap sama. Suara tangis misterius
itu telah berhenti total. Ajeng berhasil membuat tangis itu berhenti.
"Hebat ... Hebat sekali dia ! " sanjung Samon dalam hatinya.
Ajeng mengusap, wajahnya dengan telapak tangan, pertanda acaranya sudah selesai.
Samon buru-buru buang.muka, biar tak ketahuan habis melakukan kenakalan dengan
mata. Namun, ternyata perempuan itu justru memanggilnya dengan suara lirih.
"Sam...! Hey, Sam...!"
"Ya, Mbak ... ?" Sam tak menengok.
"Sam sebentar, kuberitahu hasilnya..."
Lagi-lagi Sam patuh dengan perintah itu. la menghampiri dan, jongkok di damping
Ajeng. Perempuan itu sedikit memutar badan agar berhadapan. Dan, Samon menjadi salah
tingkah dalam melemparkan pandangan
matanya. "Kau tadi lihat minuman itu, susut sendiri?"
?"Ya, lihat, Mbak."
"Suara tangis itu juga sudah berhenti, bukan?"
"Ya, sudah berhenti."
"Sekarang tinggal kau memenuhi syarat-nya, seperti yang kubilang di warung
tadi.". "Sya.... syaratnya apa..."
"Mendekatlah... dekat lagi..."
Sam mendekatkan telinganya, menyangka akan dapat bisikan.
Tapi tangan Ajeng meraih dagu Sam dan memalingkan wajah
Sam pelan-pelan hingga beradu wajah dengannya. Bibir Ajeng merekah dengan mata
sayu dan suara mendesah.
"Saamm, eehhmm.,."
"Mmmm:.. mmbak..."
(jisokam : halaman ini gurem gak jelas , hanya saja ianya tidak keluar dari
pakem ) Paginya , ketika ia harus berangkat ke tempat kerja, maka sekujur tubuh Sam
merasakan pegal dan sakit-sakit semua, terutama pada setiap persendian tulang
dan urat-urat tertentu. la juga merasakan lemah, tak bertenaga, dan pandangan
matanya sering kabur.
Kondisi seperti itu berusaha disembunyikan. Sam yang harus mengantar pulang
Ajeng sebelum ia menuju kantornya,masih bisa
tampak tenang dan sehat-sehat saja. Bahkan sempat bercanda dengan Ajeng dalam
mobil yang sedang berjalan.
"Kamu nggak jera kan, Sam?"
"Jera kalau cuma sekali ini," jawabnya berseloroh.
"Maunya tiap hari, ya" Hmmm,. itu berarti kamu harus memiliki aku. Dan untuk
memiliki aku ada, syaratnya."
"Syarat melulu," Sam tertawa. "Okey, apa syaratnya" Coba sebutkan, siapa tahu
aku bisa memenuhi Syarat itu."
"Aah, kayaknya nggak mungkin kamu bisa memenuhi syarat itu, karena... syarat itu
jauh dari jangkauanmu. Bukan bidangmu."
"Sebutkan saja, siapa tahu aku bisa."
Ajeng berpaling menatap ke arah kanannya. Pria handsome itu dipandangi beberapa
saat, setelah itu baru bicara lagi.
"Syaratnya, kau harus bisa mencari kelemahan seseorang yang menjadi saingan
profesiku. Kalau kau bisa menemukan kelemahan orang tersebut, maka kau bisa
memiliki seluruh tubuhku, dan kau bisa menikmatinya kapan saja kau mau."
"Saingan" Siapa orang yang menjadi sainganmu itu, Mbak?"
"Kau pasti mengenalnya."
Samon berpaling menatapnya, Ajeng bersuara tegas dan jelas.
"Kumala Dewi!"
Jantung Samon seperti tersundut api.
Andai saja saat itu ia tidak sedang memegang stir mobil, maka tubuhnya pasti
akan tersentak kaget mendengar nama itu
disebutkan Mbak Ajeng-nya. Samon buru-buru berlagak bingung, seolah-olah merasa
asing dengan nama tersebut.
"Kumala Dewi..." Orang mana . itu?"
Ajeng tersenyum tipis bernada sinis. Memandang lurus ke depan dengan rona
keangkuhan mulai membayang di wajahnya.
"Aku tahu kau sudah, mengenalnya. Semalam pun kau ingin pergi ke rumahnya,
bukan" Aku. membaca pikiranmu dan
mendengar suara hatimu, Sam."
"Gawat...!" gumam hati Sam mulai kikuk. Ia seperti berada di lorong yang sempit.
Tak ada jalan untuk mengelak lagi.
"Kalau kau bisa mendapatkan kelemahan Kumala Dewi, maka kau akan memiliki
kehangatanku selamanya."
Kerongkongan terasa kering. Napas menjadi sesak. Sam merasa sulit melontarkan
sepatah kata pun dari mulutnya. Bahkan nenelan ludahnya sendiri saja sulit
sekali. Yang bisa bicara, hanya hatinya."
Siapa perempuan ini sebenarnya"
oooOdwOooo 5 SEBENARNYA hanya Kumala Dewi yang tahu bahwa suara tangis misterius yang
didengar di komplek perumahan Jatiwangi itu ternyata adalah suara tangisnya si
Barbie. Bukan tangis dari alam kubur seperti yang dikatakan Mbak Ajeng kepada Samon.
Hanya saja, agaknya Ajeng memang punya kemampuan
supranatural yang tinggi, sehingga ia mampu memberikan minuman kepada Barbie
melalui lapisan alam gaib.
"Masih jauh lagi perjalanan kita, ya Kak?" tanya Barbie yang tampaknya sudah
mulai lelah mengikuti langkah kaki Kumala.
"Kakak nggak tahu, apa masih jauh atau sudah dekat, Barbie.
Yang jelas kita harus terus berusaha mencari jalan keluar. Jangan menyerah.
Setiap usaha yang gigih pasti ada hasilnya, Sayang !"
Rambut anak itu diusap-usap , seperti diacak-acak.
Kumala suka memperlakukan demikian. Barbie pun tidak merasa jengkel. Yang
membuat ia jengkel adalah perjalanan itu sendiri.
Kumala membawanya berjalan melintasi padang rumput orange, tanpa bekal makanan
dan minuman. Barbie merasa lelah, dan ingin istirahat. Tapi Kumala tak memahami hal itu,
sehingga Barbie pun terpaksa bicara dengan cemberut.
"Kalau jalan terus begini, nanti kakiku jadi buntung, Kak."
"Kenapa buntung"."
"Kan capek jalan terus...! "
Dewi Ular tertawa kecil. "Ooo, ya, ya... kalau begitu, kita istirahat, di bawah
pohon sana, ya" disana rindang, dan kalau terjadi apa-apa kita bisa berlindung.
okey?" Dari tadi Kumala mencoba melakukan komunikasi gaib, tapi tidak berhasil Hubungan
gaib di situ tidak mendapat sinyal.
Ia baru mengetahuinya, dan semakin merasa harus lebih
tangguh lagi dalam upaya menemukan jalan ke luar. Sebab kini ia yakin betul
dirinya sudah terasing dari alam mana pun.
"Kak, lihat ke atas deh... Pohon ini ada buahnya, Kak."
"Hmm, ooh... iya, ada buahnya. Buah apa ini, ya" Mangga blukan, jeruk bukan...?"
"Aku lapar, Kak,". rengek si kecil Barbie..
"Tapi buah pohon ini belum tentu bisa dimakan, Sayang. siapa tahu mengandung
racun mematikan."
Barbie mengeraskan jari telunjuknya. jari itu dijulurkan ke batang pohon yang
menyerupai,pohon beringin.
Jruub....! Dengan mudahnya jari itu bisa masuk ke batang pohon yang keras itu. Kumala Dewi
terperanjat melihat apa yang dilakukan Barbie.
Benar-benar hebat anak ini. Jarinya bisa berubah menjadi seperti mata pisau
dengan mudahnya dia mencolokkan jarinya pada batang pohon sekeras ini .
Sebenarnya Kumala sendiri bisa melakukan hal itu. Tapi yang membuatnya kagum
adalah kondisi Barbie yang masih kecil. Sangat muda sekali. Tapi sudah mampu
melakukan hal seperti itu.
Dibandingkan yang sudah dewasa, maka Barbie Akan mendapat nilai plus, karena
kecil-kecil sudah memiliki kesaktian seperti itu.
"Kayaknya nggak mengandung racun, Kak," kata Barbie.
"Darimana kau bisa tahu?"
"Lihat aja...," is menunjukkan jari tangannya yang basah, "getah pohon ini tidak
langsung kering di jariku. Berarti tidak mengandung racun, Kak."
"Oo, begitu ya caramu mendeteksi, racun?" pikir Kumala.
"Aku mau makan buah ini, ya Kak,"
"Baik kalau kau yakin tidak beracun , Kakak akan ambilkan."
Dewi Ular tidak
memanjat pohon itu.
Dewi Ular Lorong Tembus Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cukup dengan menghentakkan telapak tangannya ke batang pohon satu kali..
maka buah-buah berwarna merah itu pun berjatuhan.
Duug ... ! Duuur ... !
Pohon bergetar dan buahnya berjatuhan. Barbie bersorak girang sambil memunguti.
buah yang bentuknya mirip mangga, tapi kulithya mirip kulit jeruk. Warnanya ungu
seperti terong.
"Ini sejenis apel barangkali" gumam Kumala sambil memeriksa salah satu dari buah
tersebut. Mengandung air dan mudah digigit.
Tanga dikupas. lebih dulu,. Barbie langsung menggeragotnya seperti ia makan buah
apel . "Bawalah beberapa sebagai bekal perjalanan kita, Barbie."
"Kakak nggak mau" Nggak lapar, ya Kak?"
"Belum. Tapi mungkin nanti kakak akan memakannya kalau sudah benar-benar lapar."
Mereka mulai melangkah lagi. Sambil berjalan ke arah mana saja, Dewi Ular
sebentar-sebentar melepaskan sentilan dari jari tangannya ke udara, sekeliling
mereka. Sentilan itu mengandung tenaga inti yang dapat untuk menengarai adanya
ruang kosong, rongga, sekat dan sebagainya, yang diharapkan dapat menjadi jalan
keluar dari alam aneh itu.
Ketika mereka berada di tanah sedikit tinggi, salah satu buah yang dibawa Barbie
jatuh menggelinding. " Yaah ,jatuuuh .....!"
Barbie tak mau kehilangan salah satu bekalnya. Ia buru-buru mengejar-buah itu
dan memungutnya.
Pada saat itulah Kumala Dewi melihat sekelebat bayangan hitam yang segera
menyambar Barbie.
Wuuust..! "Kakaaaaak ..... "
"Heyyy...! Lepaskan dia!" seruan itu di ringi gerakan melayang cepat, seperti
terbang. Zlaaap...! Bayangan hitam itu menenteng Berbie dengan satu tangan, Anak mungil bak boneka
itu berteriak-teriak sambil meronta. Agaknya ia tak berhasil melepaskan tangan
yang menentengnya karena tangan bayangan itu tak dapat dipegangnya.
"Kakak..,. kakaaak... kakak .. !!! "
Zwwwubs...! Dewi Ular menerjang bayang hitam tanpa raga. Usahanya itu sia-sia. Seperti
menerobos gugusan asap hitam. Ia terpaksa kembali mengejar dengan gerakan
melayang terbang. Berkali-kali ia berhasil
menerjang lawannya, namun lawannya selalu. lolos karena tak dapat dipegang.
"Celaka! Dia nggak bisa disentuh"! ,Hmmm, kalau begitu aku harus gunakan Aji
Tapak Serap..."
Dewi Ular sengaja hinggap di salah satu gugusan batu kuning.
Kedua telapak tangannya segera saling gosok, kemudian dijulurkan ke depan dalam
satu sentakan. Huup ... ! Energi penghisap dikerahkan.
Maka, bayangan hitam yang sudah lari menjauh itu dapat tertarik mundur. Terhisap
oleh kedua telapak tangan Kumala. Bahkan rambut panjang Barbie pun ikut meriapriap terhisap, tangan tersebut
Bruuussb...! "Aaaaaaa !!"
Barbie menjerit karena tubuhnya melayang tersedot tangan Kumala. la sudah
berhasil lepas dari tangan si bayangan hitam.
Dalam sekejap. sudah tubuh anak itu sudah tertangkap dalam pelukan Dewi Ular.
Zzuuub...! "Ooh, Kaaak...! "
"Tenang, tenang... Kau sudah dalam pelukanku, Barbie!"
Kumala Dewi memeluk Barbie dalam gendongannya. Tapi si
bayangan hitam tak mau tinggal diam begitu saja. Ia masih penasaran ingin
merampas Barbie dari tangan Kumala.
Seberkas sinar perak melesat dari tangan bayangan .itu- Dewi Ular
menyentakkan,kakinya dan, tubuh pun melesat ke atas dengan cepat sambil
menggendong Barbie.
Wuuuut ... ! Sinar perak itu berhasil dihindari,dan menghantam salah satu pohon.di kejauhan
sana Blegaaarrrr...!.
Dentuman itu besar dan keras sekali. Alam aneh itu seperti akan tenggelam ke
dasarnya. Terguncang hebat. Hal itu membuat Kumala dapat mengukur kekuatan
lawannya yang tidak bisa
dianggap enteng.. Kini ia bergerak menuju salah satu pohon yang tumbuh di,
dataran tinggi.
"Kak, bayangan itu mengejar kita!" seru Barbie.
"Turunlah dulu. Diam di balik pohon, ya"!"
Melihat bayangan itu, melayang cepat, Dewi Ular segera
menyambutnya dengan gerakan meluncur, cepat pula.
Zlaaaap ... ! Sebelum saling bertabrakan di udara, Kumala Dewi berubah menjadi sinar hijau
berbentuk seperti naga kecil. Sinar itu menerjang bayangan hitam yang tampak
kehilangan konsentrasi sekejap.
Woouuwwb...! Blegaaaaarrr...!
Benturan sinar hijau dengan bayangan hitam menghasilkan
ledakan dahsyaf dengan semburan cahaya api berukuran besar.
Ketika cahaya api itu padam,
asapnya bergumpal-gumpal
membentuk seperti sebongkah batu raksasa berwarna hitam pekat dan melambung ke
atas dengan cepat.
Wooouuww bbbss....!
Di atas sana gumpalan asap hitam pekat itu berangsur-angsur pudar. Dewi Ular
kembali menghampiri Barbie setelah yakin bahwa lawannya telah musnah bersama
gumpalan asap hitam pekat tadi.
"Kamu nggak apa-apa kan?"
Barbie menggeleng ,tiga buah tadi masih dipeluknya dengan dua tangan, seakan
takut, terjatuh lagi.
"Syukurlah kalau kamu nggak apa-apa. Udah, tenang aja. Jangan takut, Kakak akan
selalu melindungimu, Barbie."
"Aku nggak takut kok," kata anak itu. "Aku cuma jijik dijepit tangan yang nggak
bisa kuraba. Baunya amis, Kak."
"Kenapa tadi kamu nggak gunakan kesaktianmu " "
"Aku lupa cara menggunakannya."
Dewi Ular tarik napas panjang. Memaklumi keadaan Barbie.
"Itu tadi bayangannya siapa, Kak?"
"Entahlah. Tapi mungkin itu tadi bangsa siluman penghuni alam ini. Atau
sejenisnya."..
"Siluman itu apa?"
"Kakak jelaskan sambil jalan, yuk."
"Aku capek. Kakak gendong. aku kayak tadi, ya?"
"Barbie, kamu...."
"Nanti gantian, aku gendong Kakak."
Kumala tersenyum geli. "Cerdik juga anak ini. Pinter merayu."
Karena bujukan itu lucu, menyenangkan, maka Kumala Dewi tak keberatan menuruti
keinginan Barbie. Pikirnya, dengan menggendong Barbie gerakannya bisa lebih
cepat lagi, sehingga seluruh alam ini bisa dijelajahi dalam waktu lebih cepat
dibandingkan harus jalan kaki seperti tadi.
Namun rencana, tetaplah rencana. Langkah sang dewi jelita terhalang lima sosok
bayangan hitam tanpa raga. Tak jelas bentuk rupanya. Tak jelas bentuk
pakaiannya. Atau mungkin malah tidak berpakaian. Lelaki atau perempuan juga, tak
jelas. Sulit dibedakan.
Lima bayangan itu berukuran lebih tinggi dari yang tadi.
"Woow... kereeen ... !"
"'Husy! Diam kau,Barbie. Keren, keren... apanya, yang keren?"
"Mereka lebih besar dari yang tadi, Kak. Mereka juga termasuk si Lukman kan?"
"si Lukman. Siluman!" bisik Kumala sambil tetap menggendong Barbie.
Lalu, tiba-tiba ia mendengar suara serak sedikit menggema.
"Kami bukan siluman!"
Barbie yang berada di gendongan belakang Kumala berbisik,
"Ayo, tebak... yang mana yang bicara, Kak?"
Kumala tak menghiraukan bisikan itu, karena memang sulit membedakan yang mana
yang, bicara mulut mereka tak jelas ada di sebelah mana, begitu pula mata dan
telinganya. Bentuk kepala mereka hanya oval polos hitam.
Dewi Ular bersikap tenang dengan gerakan. mata lincah penuh waspada. Kelima
bayangan itu mendekat. Kakinya tidak melangkah, melainkan melayang di atas
permukaan tanah. Mereka berhenti, dalam jarak sekitar sepuluh langkah dari
tempat Kumala, berdiri.
"Mau apa kalian menghadangku?"
"Anak itu milik kami."
Sekarang siapa, yang bicara ketahuan.yang paling tengah. Sebab ada gerakan dari
tangannya saat meminta anak itu.
"Lupakan keinginan kalian. Anak ini tidak-akan kulepaskan apapun yang kalian
lakukan terhadap kami."
"Kau boleh pergi, tapi tinggalkan anak itu "
"Kenapa kalian menginginkan anak ini?"
"Dia telah memakan buah kejantanan kami.,"
"Apa ..."!" Dewi Ular terkejut, bahkan merasa ragu. Dengan pengertiannya sendiri
tentang maksud mereka.
"Kami tidak akan mengganggu. siapa pun, yang datang ke alam ini, selama mereka
tidak mengusik kehidupan kami. Tetapi anak itu
telah memakan buah kejantanan kami, sehingga ia harus kami makan untuk
mengembalikan buah kejantanan kami itu "
"Buah kejantanan bagaimana maksud kalian?"
"Di alam ini, kaum jantan meletakkan buah kejantanannya di pohom-pohon, supaya
tetap segar dan subur. Kami mengambilnya apabila sudah waktunya bagi kaum jantan
membuahi ladang
kenikmatan kaum betina kami."
Yang paling ujung kiri menimpali.
"Jika salah satu dari kami kehilangan buah kejantanan, maka yang bersangkutan
akan dikucilkan oleh kaum betina, karna dianggap masih anak-anak. Dikucilkan
oleh kaum betina merupakan siksaan paling berat dan sangat memalukan bagi harga
diri kaum jantan."
"Wah, wah, wah...," Kumala mendesis pelan setelah mengerti betul maksud mereka.
Ia segera berbisik kepada Babrie.
"Hey, buang buah-buah itu."
"Katanya buat bekal perjalanan kita Kak."
"Sudahlah, turuti saja. perintah. kakak. Buang buah-buah itu.
Kau belum pantas memakannya, Barbie. Itu untuk wanita dewasa."
"Maksudnya bagaimana sih, Kak?"
"Aaduuuh, ini anak cari penyakit aja. Udah, buruan lemparkan semua.buah itu ke
mereka." Barbie yang masih belum paham itu terpaksa menuruti perintah sang kakak. Tiga
buah yang sedianya untuk bekal di perjalanan terpaksa dilemparkan ke arah lima
bayangan. tersebut .
"Ambillah itu. Dan, maafkan anak ini. Anak ini tidak tahu apa-apa tentang yang
kalian bicarakan tadi."
Tiga bayangan memungut buah yang dilemparkan Barbie. Tapi yang paling tengah
masih menuntut diserahkannya Barbie kepada mereka.
"'Kami harus memakan anak itu! Karena dia sudah memakan dua buah kejantanan kami
.. !" "Kalau begitu kalian harus berhadapan denganku.;,"
"Apa boleh buat...!"
Wuuut... ! Tiba-tiba bayangan yang tengah melepaskan pukulan tanpa maju sedikit pun.
Gelombang pukulan itu berupa gumpalan asap biru yang meluncur.deras ke arah Dewi
Ular. Namun hal itu sudah diwaspadai oleh Dewi Ular. Maka, dengan cepat is pun
melepaskan sinar hijau dari kedua matanya. Sinar hijau lurus itu menghantam
gumpalan kabur biru.
Jgaaarrr...! Ledakan itu menimbulkan gelombang hawa panas yang
menyentak kuat. Kelima bayangan terpental, Dewi Ular sendiri. juga terpental.
Barbie hampir saja jatuh dari gendongannya kalau saja anak itu tidak berpegangan
rambut Kumala kuat-kuat. Kumala menyeringai bukan karena hentakan gelombang
panas tadi, melainkan karena rambutnya ditarik Barbie kuat-kuat.
"Auuh, lepaskan rambutku, Barbie...!"
Barbie melepaskan pegangan pada rambut Kumala. Kini dewi jelita itu berdiri
dengan tegak-kembali, dan tetap menggendong Barbie di punggungnya. Namun kini ia
sadar bahwa ternyata dirinya sudah dikepung oleh beberapa bayangan hitam yang
berukuran tinggi-besar, seperti yang lima tadi. Mereka mengurung Kumala dalam
jarak sekitar 30 meter.
Salah satu dari kelima bayangan yang tadi terpental berkelebat masuk dalam
kepungan, berhadapan dengan Kumala.
"Kau telah terkepung! Serahkan anak itu, dan kami akan tunjukkan padamu jalan
keluar dari alam ini. "
"Kalian boleh ambil anak ini kalau sudah bisa lumpuhkan kekuatan Dewi Ular!"'
"Hahh "!"
Bayangan yang berhadapan dengan Kumala tersentak kaget.
Di ringi gerakan mundur antara dua meter. Ternyata yang
tercengang kaget bukan hanya dia, tapi hampir semua bayangan hitam yang
mengepungnya. Bahkan suara mereka mulai terdengar gemuruh dengan masing-masing menyebut nama
Dewi Ular. "Dewi Ular... ooh, celaka... Ya, Dewi Ular... Dia rupanya... "!"
Dalam hati.Kumala. bertanya, "Ada apa mereka" Kenapa ada yang mundur sampai jauh
" " Lalu, bayangan yang di depan Kumala itu bersuara lagi. Kali ini suaranya lemah
dan terkesan gemetar.
"Benarkah... benarkah kau adalah Dewi Ular..." ! "
"Ya. Kenapa?"
"Putri sang Nagadini?"
"Betul."
Lalu, bayangan itu berseru kepada yang lain dalam-bahasa mereka.
"Mahazoka, boozunnaaaa...!!" Wuuuuuuuuuuuuuuuuurrkkk Sebegitu banyaknya bayangan
hitam yang- mengurung Kumala Dewi, tiba-tiba berlutut , dengan kepala tertunduk,
membungkuk, nyaris menyentuh tanah.
Beberapa saat kemudian mereka tegak kembali, namun tetap berlutut.
Tak ada yang berani berdiri. Termasuk bayangan hitam yang berhadapan dengan
Kumala. "Atas nama rakyatku, aku mohon ampun padamu, karena kami tak tahu kalau kamu
adalah. putri Hyang Dewi Nagadini yang kesohor itu."
"Kalian kenal sama ibuku" "
"Kami adalah sekelompok roh tanpa raga yang pernah
diselamatkan oleh ibundamu dari ancaman kepunahan Dewa
Perang. Jika tidak ada pembelaan dari Hyang Dewi Nagadini, maka alam ini sudah
dihan-curkan oleh Dewa Nathalaga, karena dianggap sebagai tempat persembunyian
para jin. Karena pembelaan. dari Hyang Dewi Nagadini, maka kami bersumpah akan
mengabdi pada beliau dan anak cucunya kelak."
"O0000...", Kumala nianggut-manggut. Selama ini ia belum pernah mendengar ibunya
bercerita tentang alam roh tanpa raga.
"Dewi Nagadini itu siapa; Kak?" bisik Barbie.
"'Mamaku..."
"Mama itu apa?"
"Ntar aja penjelasannya, ah!"
Kumala Dewi menurunkan Barbie, karena ia yakin, tempat itu sudah aman. baginya.
Dan, pimpinan roh tanpa raga itu
menyatakan. mencabut tuntutannya, Yang berarti Barbie sudah tidak lagi menjadi
incaran mereka.
Setelah menceritakan dirinya jatuh dan tersesat di alam itu, maka pimpinan roh
tanpa raga membawa Kumala ke salah satu bukit yang tidak terlalu tinggi dan
mudah didatangi. Di atas bukit itu Kumala melihat lubang besar di udara. Lubang,
besar itu memiliki tepian bercahaya biru uranium.
"Itu tempatnyai Nyai Dewi!"
Dewi Ular Lorong Tembus Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tempat apa itu?"
"Itu yang dinamakan Lorong Tembus Kubur."
"Ooo, menyeramkan juga namanya."
'Masuklah ke lorong itu. Karna hanya itulah satu-satunya jalan keluar dari alam
ini, Hyang Dewi Ular."
"Baiklah. Terima kasih atas bantuann itu. Boleh aku tahu namamu?"
"Janggapala, Nyai Dewi..."
"Janggapala,, hmmm... baik. Damai sejahtera bersama rakyatmu, Janggapala..."
"Selamat jalan, Nyai Dewi, Ular...!" Janggapala membungkuk, memberi hormat penuh
khitmad. Dia belum bergerak dari posisi bungkuknya,,sebelum Dewi Ular dan Barbie melompat
masuk kelorong bercahaya.
Wuuussst... ! Kemudian hilang dari pandangan Janggapala.
Dewi Ular meluncur deras bagaikan terhisap kuat oleh energi yang ada dalam
Lorong Tembus Kubur itu. Tak lupa sikecil boneka Barbie itu, dipeluknya kuatkuat agar jangan sampai terpisah darinya.
Perjalanan melayang cepat itu.melewati lautan mayat berbau busuk. Tapi tak satu
pun mayat yang hidup secara gaib di sana ada yang berani mengganggu perjalanan
Dewi Ular. Sebab, mereka tahu, siapa pun yang muncul dari Lorong Tembus Kubur berarti
berasal dari alam Roh Tanpa Raga. Para mayat hidup di situ tak ada yang berani
melawan kesaktian para penghuni alam Roh Tanpa Raga.
Zlaaap, zlaaap, Zzuuuuuunuzzb... Brruuk...!
Dewi Ular dan Barbie jatuh terhempas ditempat yang berudara hangat.
Ada cahaya sinar matahari., namun sudah redup. Ternyata
mereka berdua sudah berada di alam kehidupan manusia.
Dewi Ular segera membawa pergi Barbie keluar dari rumpun bambu yang ada di
pinggir sungai kecil.
"Kita di mana ini, Kak?"
"Di alam manusia. Tapi entah di mana ini?"
Kumala dan Barbie sudah berada di tepi jalan beraspal. la masih bingung kemana
arah, yang harus dituju.
Pada saat itu sebuah mobil hitam melintas di depannya.Tiba-tiba mobil itu
berhenti mendadak sampai suara remnya seperti perawan menjerit. Ci it...!! Lalu,
dari dalam mobil itu nongol kepala seorang pemuda tampan yang segera berseru
keras-keras. "Kumalaaa !!"
"Hah ! Samon " gumam Kumala yang belum sadar bahwa ia sebenarnya berada: di
komplek perumahan Jatiwangi Estate, Tempat itu adalah tempat yang pernah
ditunjukkan Ajeng kepada Samon tentang adanya sebuah lorong gaib yang disebut
Lorong Tembus Kubur.
Ajeng benar. Tapi siapa Ajeng sebenarnya " Mengapa ia merasa bersaing berat
dengan Kumala Dewi " Hal itu akan dibahas oleh Samon dan Kumala dalam kisah
berikutnya ........
PARIT KEMATIA N
SELESAI .. Harimau Kemala Putih 15 Kampung Setan Karya Khulung Darah Dan Cinta Di Kota Medang 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama