Ceritasilat Novel Online

Misteri Surat Setan 2

Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan Bagian 2


ngamuk, cuma menangis dan menjerit histeris sewaktu
suratnya direbut Pak Maman."
Kumala Dewi tampil dengan kalem dan tampak tenang
sekali. Ia menghampiri kamar mandi, tanpa mempedulikan
teriakan dan gedoran yang terdengar semakin mengerikan.
Yang lain berhenti dalam jarak sekitar lima langkah dari kamar
mandi. "Oom Nikooo...!! Keluarkan aku dari siniii....! Ooooomm...
keluarkan aku sekarang juga, dengaaar". Kalau nggak mau
bantu aku, akan kubunuh juga kamu, Oom...!! Cepat
keluarkan akuuu...!!"
Braak, braak, braak, gubraak, gubraaak, daaarr .!
"Ochi.., ini saya... Kak Kumala, temannya Oom Niko."
Kumala menempelkan tangannya di pintu kamar mandi,
lalu berseru demikian. Suaranya tidak terlalu keras, namun
sepertinya bisa didengar dari dalam kamar mandi. Telapak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan yang ditempelkan di pintu cukup menarik perhatian
mereka, karena dari sela-sela jari terlihat ada asap hijau tipis
yang mengepul perlahan-lahan. Asap itu sangat tipis, sehingga
untuk melihatnya perlu ditatap dengan penuh konsentrasi.
"Saya akan keluarkan kamu dari dalam situ, Ochi.
Tcnanglah duju. 0,ya... mana tadi kuncinya ya" Oom Niko,
tolong ambilkan kuncinya, biar Ochi bisa keluar. Kasihan. Anak
manis kok dikurung di kamar mandi sih..."
Hening. Sepi. Tak ada suara amukan yang mengerikan. Tak
ada kegaduhan apapun sejak telapak tangan Kumala
ditempelkan di pintu. Erson dan keluarganya merasa heran
melihat Kumala mampu menenangkan suara Ochi dengan
mudah, seperti bicara pada anak kecil.
Hal seperti itu tidak terlalu mengherankan bagi Niko dan
Sandhi yang sudah lama mengenal Kumala Dewi. Mereka
yakin, bahwa Kumala telah menggunakan kesaktiannya
melalui telapak tangan dan getaran gelombang suaranya.
Energi yang dipancarkan dari telapak tangannya mampu
menembus pintu setebal apapun, dan langsung berpengaruh
pada kejiwaan Ochi.
Demikian pula getaran gelombang suaranya, pasti memiliki
energi sakti yang dapat melumpuhkan emosi Ochi dalam
waktu relatif singkat.
Niko menyerahkan kunci, lalu Kumala membuka kamar
mandi tersebut. Tampak wajah cantik Ochi sedang berdiri
mematung di depan pintu. Punggungnya bersandar pada
dinding. Ia memandang dengan pandangan kosong.
Ekspresinya datar. Sepertinya nyaris tanpa tenaga lagi.
Kumala Dewi segera menuntunnya keluar. Ochi menurut tanpa
reaksi keras sedikit pun. Ia bahkan seperti orang linglung yang
tidak mengerti mengapa ada banyak orang di depan kamar
mandi, mengapa ia bisa berada di dalam kamar mandi, dan
mengapa ia disambut dengan keharuan oleh keluarganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah didudukkan di sebuah sofa, Kumala mengusapkan
telapak tangannya satu kali di wajah Ochi.
"Beri dia minum, biarkan istirahat dulu," katanya
kepadaNiko. "Tapi dia..."
"Nggak. Dia udah nggak berbahaya. Pengaruh iblis yang
membuatnya seperti tadi udah kulumpuhkan. Yang penting,
jauhkan dia dari surat itu. Kalo dia melihat atau berada dalam
jarak cukup dekat dari surat itu, maka pengaruh iblis akan
merasukinya kembali."
"Maksudmu, surat itu jelas dari iblis"!" bisik Niko.
Dewi Ular yang cantik jelita itu tersenyum kecil sambil
menuruni tangga menuju lantai bawah. Meski pertanyaan Niko
tidak dijawab, tapi seulas senyum manis Kumala sudah
mewakili jawaban, bahwa kesimpulan Niko itu memang benar.
Sepertinya ada yang lebih penting dibahas lebih dulu oleh
Kumala ketimbang kesimpulan Niko, terbukti saat menuruni
tangga yang ditanyakan Kumala adalah mamanya Ochi.
Perempuan agak gemuk yang menjadi istri Erson itu tadi tidak
ikut naik ke lantai atas karcna memang demikianlah
permintaan Kumala. Dan, Niko sangat paham kenapa
mamanya Ochi tidak diizinkan ikut naik, karena dialah yang
saat ini memegang surat aneh itu.
"Kak Ros...! Kaaak...!" seru Niko memanggil-manggil
mamanya Ochi. "Mama di teras, Oom," kata Denny, adik bungsu Ochi yang
baru kelas II SD. Anak itu tadi tidak ikut naik ke atas, karena
takut pada amukan kakak sulungnya. Niko lebih dulu tiba di
teras menemui Rossa, istri Erson.
"Kak Ros, si Ochi sudah tenang. Dewi sudah berhasi 1
melumpuhkan pengaruh iblis yang tadi merasuki jiwanya.?"Oooh, syukurlah kalau begitu...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang, mana suratnya" Mau diperiksa Kumala Dewi."
"Itu dia, Nik...."
"Itu dia bagaimana"!"
"Surat itu nggak ada di saku dasterku. Padahal dari tadi
nggak kukeluarkan, bahkan aku pegang terus dari luar saku.
Tapi sekarang... kok nggak ada, ya?"
"Nggak ada" Kok bisa nggak ada sih?"
"Mungkin jatuh di sekitar teras ini. Seingatku tadi waktu
Kumala Dewi datang, surat itu masih di saku dasterku dan
mau kuberikan padanya tapi malah dia suruh simpan dulu kan.
Terus kalian masuk ke lantai atas. Aku mondar-mandir sekitar
ruang tamu dan teras. T api, sekarang surat itu nggak ada di
saku dasterku ini. Apa... jatuh di sekitar teras sini kali, ya?"
Niko jadi ikut-ikutan berjalan kesana kemari dengan kepala
menunduk, mencari benda yang diduga jatuh di sekitar teras.
Beberapa tetangga yang tadi ikut membantu menenangkan
amukan Ochi, kini ikut mencari surat bersampul putih dengan
tepian garis-garis merah biru.
Surat itu hilang.
"Ya, sudahlah... nggak usah dicari-cari lagi. Bikin capek
aja," kata Kumala dengari tetap kalem, tetap ramah dan
mengesankan bagi siapa saja.
"Tapi tadi waktu kalian berdua datang, surat itu masih ada
di saku saya. Malahan mau saya berikan tapi kamu tolak, kan.
Nanti saja, katamu."
"Bukan saya tolak, tapi saya tangguhkan dulu, Kak," ralat
Kumala. "Tapi seingat saya tadi tangan Kak Ros belum sempat
masuk ke dalam saku daster kan" Baru mau memasukkan
tangan ke dalam saku, tapi sudah saya tahan. Ingat nggak?"
"Hmmm, eeehh, iya... kayaknya sih begitu. Tangan saya
belum sempat masuk. Lalu, kenapa" Apa ada hubungannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan hilangnya surat itu?" tanya Kak Ros dcngaruJahi makin
berkerut tajam.
Sandhi menyahut, "Surat itu sudah hilang sejak kami tiba di
sini. Begitu maksudmu, Kumala?"
"Sudahlah nggak usah dibahas lagi. Yang periting, Ochi
sudah kembali dalam kesadaran jati dirinya."
"Aku jadi ingat dengan Pak Maman," bisik Sandhi kepada
Niko ketika mereka berdua agak jauh dari yang lainnya,
"Pak Maman itu siapa?"
Sandhi menceritakan peristiwa datangnya seorang tamu
yang berprofesi sebagai penjaga sekolah, dan akrab dipanggil:
Pak Maman. "Surat yang dibawa Pak Maman tadi juga hilang setelah dia
kuterima di teras. T api waktu dia turun dari biskota, surat itu
masih ada di sakunya "
"Kok bisa begitu,ya San?"
"Jadi, kayaknya aurat itu akan lenyap atau hancur jika
berada dalam wilayah energi gaibnya Kumala. Mungkin begitu
Pak Maman masuk halaman rumah kami, surat itu langsung
lenyap. Begitu pula tadi, saat Kumala datang bersamaku, surat
itu langsung lenyap akibat terjangkau oleh getaran energi
saktinya Kumala"
"Kekuatan gaib yang ada dalam surat itu melarikan diri
begitu didekati energi saktinya Dewi, begitu maksudmu?"
"Semacam itulah."
"Nanti kalau Kumala Dewi pergi bagaimana" Apakah surat
itu muncul lagi, atau tetap hilang selamanya?"
"Nah, itu yang belum jelas,"jawab Sandhi cepat.
Sandhi dan Niko ingin menanyakan hal itu kepada Kumala
Dewi. Namun niat mereka tertahan lantaran Kumala sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bicara serius kepada Erson dan istrinya sebelum berpamitan.
Kumala mencabut sehelai rambutnya, kemudian diserahkan
kepada istri Erson.
"Kalau nanti setelah saya pergi surat itu muncul lagi, entah
di saku daster Kak Ros, atau di meja, atau di mana saja,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah... jangan
sampai ketahuan Ochi, langkah kedua adalah... ikatlah surat
itu dengan sehelai rambut saya ini, setelah itu bawa surat
tersebut kepada saya. Jelas kan?"
"Hmm, ya jelas sih. Tapi... kenapa harus diikat dengan
sehelai rambutmu?"
"Supaya dia nggak melarikan diri lagi kalau berdekatan
dengan saya."
"Berarti surat setan itu akan muncul lagi"!" bisik Erson
cemas sekali. "Belum tahu, Bang. Yang jelas, jejak gaibnya sudah nggak
ada di sekitar sini, sehingga sulit saya lacak. Kemungkinan
buruknya adalah, surat itu muncul lagi setelah dia tahu saya
tidak ada di sini. Makanya, saya sarankan seperti tadi. Ikat
dengan sehelai rambut saya, lalu bawa surat itu pada saya.
Biar saya yang buka dan baca isi surat itu."
Di dalam mobil Sandhi bertanya pada Kumala, "Kenapa
kamu mau baca isi surat itu" Apa nggak berbahaya?"
"Aku ingin tahu seberapa besar kekuatan gaib yang ada
dalam surat tersebut. Mudah-mudahan pengirimnya juga bisa
dikenali dari jenis energi yang terpancar dari kata-kata di
dalamnya."
"Apakah ada hubungannya dengan barisan cahaya merah
yang lewat di depan rumah kita semalam?" tiba-tiba Sandhi
teringat pemandangan aneh yang saat itu dilihatnya bersama
Pak Maman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Energi gaib yang tadi merasuki jiwa Ochi memiliki getaran
seperti arus listrik. Bersifat menghisap dan menyengat.
Sedangkan, energi gaib yang kurasakan Tadi malam agak
berbeda, meskipun ada sedikit kesamaannya. Energi yang
kurasakan tadi malam mempunyai daya hisap, tapi hawa
panasnya tidak terlalu menyengat. Hanya saja, hawa panas itu
seperti mengandung serpihan kaca. Udaranya jadi tajam."
"Dapat merobek kulit, maksudmu begitu?"
"Hmmm, yaah... kira-kira begitu gambarannya. Tapi
tentunya bukan kulit luar seperti lengan kita ini. Yang dapat
dirobek adalah kulit lapisan indera keenam, kulit batin
seseorang yang memiliki kekuatan gaib,dan bersifat menyedot
energi gaib yang bersumber pada inti batin seseorang."
"Semacam yang dimiliki seorang paranormal pada
umumnya, begitu?"
Kumala Dewi tidak menjawab. Duduknya yang semula
bersandar sedikir merebah kini tersentak tegak. Dahinya
sedikit berkerut.
"Ada apa?" tanya Sandhiclengan nada euriga.
"Buron.. ,," jawabnya lirih sekali. "Semalam aku menyuruh
Buron mengikuti barisan cahaya merah itu, lalu... lalu sampai
sekarang dia belum pulang. Harusnya dia sudah kembali."
Sandhi ikut terbungkam. Hatinya mulai berdebar cemas.
Sesaat kemudian ia bertanya dengan nada serius.
"Apakah barisan cahaya mcrah itu bisa menyedot seluruh
kesaktian yang dimiliki Buron?"
Lagi-lagi gadis cantik yang tubuhnya menyebarkan aroma
wangi itu tak menjawab pertanyaan Sandhi. Sepertinya ia
sibuk dengan analisa batinnya yang tak terucap lewat kata.
Sandhi sengaja tidak mendesak dengan pertanyaan yang
sama. Ia bersikap menunggu sampai ada reaksi berikutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan, tak lama kemudian suara Kumala Dewi pun terdengar
bernada tegas. "Sekarang sudah hampir pukul sembilan. Kamu langsung
aja ke kantor. Bilang sama Venny, suruh dia mewakiliku dalam
rapat program pagi ini. Mungkin aku baru bisa tiba di kantor
menjelang makan siang."
Sandhi menyempatkan berpaling menatap Kumala dengan
ekspresi wajah heran. Ekspresi itu mewakili sebuah
pertanyaan yang segera dijawab oleh Kumala dengan nada
rendah. "Aku akan mencari Buron di alam sana."
"Apakah dia dalam bahaya?"
"Nggak tahu-lah; tapi yang jelas... sinyal gaibnya nggak
bisa tertangkap oleh radar gaibku."
"Sinyal gaibnya hilang?"
"Mudah-mudahan aku bisa melacaknya di sana. Siapa tahu
dengan menemukan sinyal gaibnya, aku bisa menemukan
pelaku teror maut itu. Aku ingin segera hentikan aksi teror
surat setan itu, San. Kasihan umat manusia kalau harus mati
dalam keadaan setragis itu."
Sandhi dapat memahami kecemasan Dewi Ular saat itu.
Selama getaran energi kesaktian Buron masih bisa tertangkap
oleh radar gaibnya, Kumala tidak akan merasa was-was atau
curiga. Tapi jika radar gaibnya tak dapat menangkap
gelombang energi saktinya Buron, Kumala akan selalu gelisah
dan harus segera bertindak. Gadis itu tidak ingin 'orangnya'
dalam bahaya tanpa terdeteksi jejak gaibnya.
Maka, setelah menyampaikan pesan untuk urusan kantor,
Kumala Dewi tahu-tahu berubah menjadi seberkas cahaya
hijau. Claaap...! Cahaya hijau itu berbentuk seperti seekor
naga kecil. Dalam sekejap saja cahaya itu lenyap. Menembus
atap mobil tanpa getaran dan suara.


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sandhi yakin, dalam hitungan kurang dari 10 detik, Dewi
Ular pasti sudah berada di alam lain. Yaitu, alam yang bukan
dihuni oleh manusia, dan yang lazimnya disebut alam gaib.
Apa yang dialami Kumala di sana, dan ada apa dengan Buron
sebenarnya, itu adalah sesuatu yang sulit diduga-duga oleh
logikanya. 0o-dwkz-234-o0 5 Gumpalan kabut hitam membentang di permukaan tanah
berlumut basah. Lumut yang menutupi hampir seluruh tanah
di situ berwarna kuning. Bukan berwarna hijau selayaknya
lumut yang ada di alam kehidupan manusia. Selain berwarna
kuning juga mengandung lendir yang cukup licin udara yang
terhirup saat itu berbau amis, mirip bau kepala udang.
Dewi Ular tiba di alam yang sunyi dan beraroma tak sedap
itu. Ia sudah bukan berbentuk cahaya hijau lagi, namun
berwujud seperti gadis penghuni bumi. Pakaiannya sama
dengan yang ia kenakan se waktu pergi ke rumah Erson, yaitu
celana kulot ketat berwarna hijau tua, dan blus ketat berwarna
hijau daun muda dengan hiasan renda di tepian lehemya.
"Aku merasakan getaran aneh di sekitar sini," pikir Kumala
sambil menggulung rambutnya yang panjang.
Kumala Dewi berdiri dengan kaki mengambang di udara.
Tidak menyentuh permukaan tanah berlumut kuning itu. Ia
menggunakan kesaktiannya untuk dapat berjalan dan berdiri
di udara. Kini, kedua tangannya direntangkan ke depan.
Telapak tangan sengaja ditegakkan. Kemudian hati kecilnya
berkata penuh keyakinan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada sesuatu di balik gumpalan kabut hitam itu. Hmmm,
energi gaib yang cukup besar. Tapi sepertinya bukan energi
dari kesaktiannya Buron"!"
Meski pun kedua kakinya melayang, namun Kumala tetap
bcrgerak seperti berjalan di atas permukaan yang padat. Ia
mendekati gumpalan kabut hitam yang memanjang bagaikan
pagar pembatas wilayah.
Tiba-tiba dari kedalaman kabut hitam itu berhembus angin
kencang. Wuuuussss.. ! Angin itu me luncur deras ke arah
Dewi Ular. Begitu cepatnya hembusan angin sampai tubuh
Dewi Ular terdorong ke belakang beberapa meter. Kedua
tangannya segera merapat di dada dalam posisi bersilang.
Dan, seketika itu gerakannya terhenti. Ia menahan dorongan
angin dengan kekuatan hawa saktinya.
Gulungan rambutnya terlepas, dan rambut panjangnya
yang hitam kemilau itu kini terurai beterbangan ke belakang.
Suara angin semakin bergemuruh. Kumala memejamkan mata
untuk mengerahkan kekuatan maha saktinya. Ia berhasil
bertahan meski bebatuan di sekitarnya terlempar akibat
hembusan angin dahsyat itu. Anehnya, tidak satu batu pun
yang terlempar dapat mengenai tubuhnya. Beberapa batu
yang tertuju tepat ke arah dadanya menjadi hancur atau
melesat naik, sep"rti takmampu menembus lapisan hawa sakti
yang menjadi perisai tubuhnya.
Haaap...! Tiba-tiba kedua tangan Dewi Ular rrienyentak ke samping.
Dentuman besar menggema.
Bleegaaaaar.. !
Hembusan angin dahsyat berhenti seketika. Gema
dentuman itupun lenyap dalam sekejap. Kumala Dewi
memandang sekelilingnya. Oh, ternyata gumpalan kabut hitam
itu masih ada. Tapi sekarang bukan dalam posisi memanjang
seperti tadi, melainkan dalam posisi membentuk lingkaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar. Kumala terkurung oleh gumpalan kabut hitam itu dalam
jarak sekitar 50 meter.
"Rupanya ada pihak yang sengaja menghadang langkahku?" gumam hati kecil sang Dewi Ular.
"Aku jadi ingin tahu siapa sebenarnya yang ada di
balikgumpalan kabut hitam itu."
Lalu, kedua jari tangan kanannya dikibaskan, seperti
melempar sebilah pisau. Maka, dari ujung kedua jari itu
melesat sinar hijau berbentuk seperti mata tombak.
Claaap...! Weessst...!
Sinar hijau itu menghalntam kabut hitam yang ada di
depannya. Jegaaarrr...!! B lllooouumm...!!
Gumpalan kabut hitam menyala merah serentak. Termasuk
yang mengelilingi Kumala. Hanya sekejap, kemudian wama
merah lenyap dan kabut itu pun hilang semua. Namun,
hilangnya kabut membuat rahasia di baliknya terlihat,
sehingga Kumala pun menjadi semakin siaga dan penuh
waspada. Matanya tak berkedip sedikit pun memandang
sekelilingnya hingga badan ikut berputar pelan-pelan.
Kini yang mengurungnya dalam jarak 50 meter bukan
gumpalan kabut hitam, melainkan wajah-wajah pucat
berjumlah ratusan wajah. Roh-roh wanita dari berbagai
bangsa tampak sedang menggeram dan mendesis-desis,
bagaikan sekumpulan ular kobra yang kelaparan.
"Hmm, mereka pasti roh-roh yang baru tiba di tempat ini,"
pikir Kumala. "Barangkali mereka korban surat iblis itu. Tapi,
kenapa mereka tidak segera bergerak menyerangku "
Sepertinya mereka menunggu perintah menyerang dari
majikan mereka. Hmm, di mana majikan mereka"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roh-roh itu ternyata tidak memiliki raga. Hanya sebatas
bayangan putih yang meliuk-liuk berjubel di atas permukaan
tanah berlumut kuning. Namun, meski mereka tak memiliki
jasad fisik, Kumala yakin mereka dapat menyentuh benda,
dapat memegang, menendang, memukul dan hal-hal lainnya
yang biasanya dilakukan oleh rohpemilik raga.
Tiba-tiba terdengar suara meraung seperti tangis kematian.
"Aaaaaooooowww...!!
Aaaauuu uuuuung... nguuuuuuuuung...!!!"
Suara itu menggema memenuhi alam tersebut. Dalam
sekejap berubah menjadi suara lengkingan tinggi yang
menyakitkan gendang telinga. Rasa sakitnya membuat Kumala
sempat menggeragap. Terhuyung- huyung. Memegangi kepala
yang berdenyut kuat dan menyakitkan.
"Aauhh, suara apa ini"! Ya, ampuuun... semua yang ada
dalam kepalaku seperti dihujam dengan ratusan pisau belati"!"
Kedua mata terpejam kuat-kuat. Kumala terpaksa
mengerahkan kekuatannya dari dalam untuk menutupi
gendang telinganya. Sesuatu yang sejuk mengalir ke sekujur.
tubuhnya. Memenuhi bagian kepala. Rasa sakitnyapun hilang.
Ia membuka matanya kembali. Sedikit heran. Bingung.
Clingak-clinguk sebentar, sarnbil menggumam dalam hatinya.
"Dimana aku ini?"
Sekejap kemudian ia menghembuskan napas lega.
"Oo, ya,.. aku ingat...!"
Lalu, perhatiannya tertuju pada wajah-wajah tadi yang
mengurung dirinya, karena saat itu segera terdengar suara
roh-roh putih itu serempak meraung dengan tangan mereka
terangkat ke atas.
"Haaaaauuuwwgggrrr...'.!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roh-roh itu bergerak maju secara serempak dari berbagai
penjuru. Suaranya yang meraung gaduh makin membuat
telinga Kumala pengang. Namun suara itu diabaikan, karena
serangan berbagai penjuru tampak lebih berbahaya. Gerakan
serempak itu menghadirkan angin kencang. Angin itu seperti
bendapadat yang makin menekan tubuh Kumala: Wwuuugggss...!!
Kumala memutar badannya dengan capat.
Wuuut...! Putaran kencang itu memancarkan cahaya hijau kebirubiruan. Zlaaaap...! Cahaya tersebut memancar ke berbagai penjuru, seakan
Dewi Ular berada di tengah piringan cahaya. Dan, ketika
cahaya itu menghantam semua musuhnya, maka terdengarlah
jeritan histeris bersahutan yang amat memilukan.
Blaar, blaar, blaar, jegaaaarr...!!
"Aaaaaaaaaakkhh ....!!!
Hancur sudah roh-roh itu dalam bentuk serpihan asap
putih. Menyebar ke berbagai penjuru. Membuat tempat itu
menjadi semakin amis dan bercampur aroma busuk
menyengat. Lalu, muncul seberkas cahaya dari arah depan Dewi Ular.
Cahaya itu berwarna merah seperti meteor berukuranbesar,
Dewi U lar diam sesaat menunggu jarak cahaya itu lebih dekat
lagi. Begitu dalam jarak yang relatif dekat, Dewi Ular
melepaskan pukulan saktinya berbentuk bola api warna hijau
terang. Wuuussst...! Dua cahaya itu bertabrakan. Wuuubb...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah..."!" tersentak hati Dewi U lar me lihat cahaya hijaunya
lolos bagaikan tak membentur sinar apapun. Tak ada ledakan,
tak ada getaran. Pukulannya seperti mengenai tempat kosong.
Tapi cahaya merah itu semakin dekat ke arahnya. Sekali lagi ia
melepaskan pukulan saktinya.
Wuuust...! Kedua cahaya bertabrakan lagi.
Wuubb...! Tetap seperti tadi. Tak teijadi dentuman apapun.
Tiba-tiba cahaya merah itu lenyap. Zaab..,! Kumala bingung
sesaat Tapi tiba-tiba punggungnya terasa didekati hawa
panas. Kumala segera berbalik, namun terlambat. Ternyata
cahaya merah itu datang dari arah belakangnya dan kini
menghantam punggungnya.
Bluuummm...!! "Aaahkk...!!" Dewi Ular terpekik dengan suara tertahan.
Tubuhnya terlempar sangat jauh. Terbanting bertubi-tubi
seperti bola karet dilempar dari tempat yang tinggi. Berikutnya
tubuh itu meluncur di tanah yang licin olch lumut kuning,
sruuusssuuut...! Beeegh...! Berhenti membentur batu.
"Aahkkkk.. !!" Dewi Ular berusaha untuk bangkit.Namun,
tak semudah yang diduga.
Sekujur tulangnya seperti remuk semua. Kulitnya pun
terasa sangat perih. Daging bagian dalam tubuhnya seperti
terbakar semua, dari kepala sampai kaki. Rasa sakit yang luar
biasa ia derita pada saat ia berhasil memaksakan diri untuk
bangkit, dan hanya bisa sampai pada posisi duduk bersimpuh.
Napasnya pun tersengal- sengal, karena jalur napasnya seperti
tersumbat sesuatu yang menggumpal.
"Uuuhk...! Aku terkeeoh. Bodohnya aku ini," keluh hati
Dewi Ular sambil menahan sakit. "Rupanya bukan hanya satu
lawan yang kuhadapi. Yang satu mengecohku dengan
serangan dari depan, tapi yang satu lagi menyerangku telakTiraikasih Website http://kangzusi.com/
telak dari belakang. Ouuhhg...! Kekuatannya sungguh besar.
Sangat berbahaya jika kuhadapi dengan separoh kesaktianku."
Dewi Ular berusaha bangkit dengan kewaspadaan lebih
tinggi lagi. Ketika ia berdiri, kaki kirinya seperti tidak
bertenaga lagi. Ia terkulai dan jatuh terduduk dalam
hempasan yang menyedihkan.
Bluuk...! "Celaka ini...!" geram hatinya dengan cemas. Ia segera
menahan napasnya. Tangannya melakukan gerakan kecil di
depan dada. Gerakan itu merupakan gerakan penghimpun energi
kesaktian yang tersisa. Semua energi dikerahkan agar dapat
mengalir dengan cepat ke sekujur tubuh. Dengan begitu titiktitik kerapuhannya terobati dalam sekejap. Kekuatannya pulih
dengan cepat, meskipun tidak maksimal. Tidak sekuat
sebelumnya. Namun hal itu sudah cukup untuk bisa
membuatnyasegera berdiri dalam satu hentakan tenaga inti.
Wuuut...! Jlegg...! Kedua kakinya tegak berdiri, kokoh
berpijak di tanah berlumut kuningyang licin.
Suubbt...! Hawa lain disalurkan di kaki, membuat kedua
kakinya naik satu jengkal dari permukaan tanah. Udara yang
dipijaknya bagaikan sepadat batu, sehingga ia dapat bergcrak
dengan leluasa.
"Di mana lawanku sebenamya"!" pikir sang Dewi Ular. Ia
tak berhasil mendeteksi getarart gelombang gaib milik
lawannya. Belum sempat Dewi Ular mencoba kembali melakukan
pelacakan posisi lawan, tiba-tiba dari arah samping kirinya
muncul s inar merah seperti tadi. Sinar itu bergerak lebih cepat
dan lebih besar. Dewi Ular segera kerahkan kesakitan
pukulannya berupa cahaya hijau seperti gumpalan kabut yang
keluar dari-telapak tangan kanannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wuussst...! "Kali ini aku tak akan meleset!" tegasnya dalam hati.
Tapi temyata pukulan saktinya itu seperti menerjang udara
kosong, padahal tampak jelas bertabrakan dengan cahaya
merah. Melihat kenyataan itu, Kumala ingat kembali pada
peristiwa yang baru saja terjadi. Cahaya merah itu lenyap
seketika. Maka, secepatnya Kumala berbalik ke belakang. Ia
yakin ada serangan dari arah belakangnya, karena tadi pun
demikian. Wuuut...! Oh, sayang sekali dia terlambat. Cahaya merah besar saat
itu sedang bergerak cepat ke arah punggungnya. Ketika ia
berbalik, cahaya itu sudah berada kurang dari satu jangkauan.
Kumala terkejut, menyilangkan kedua tangan di depan
wajahnya. Cahaya merah itu menerjangnya tanpa ampun lagi.
Zlaaaap, bleeegarr...!


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Uugghh...!"
Dewi Ular mengalam i hal serupa tadi. Terhempas,
terbanting, dan terpuruk dengan sekujur badannya terasa
seperti remuk. Lebih remuk dari keadaan yang dideritanya
tadi. Untuk mengerang pun sulit. Tak sempat keluar suara dari
mulutnya. Ia merayap dan bersandar di bawah batu besar.
Seluruh kekuatannya seperti telah dilumpuhkan dalam
waktu sekejap. Pandangan matanya sempat buram sesaat.
Namun, sebentar kemudian ia berhasil menetralisir kelemahan
pandangnya. Hanya kelemahan lainnya yang belum dapat
dinetralisir dengan cepat.
"Oohh, Dewaaa...," keluhnya dalam hati. "Rupanya kali ini
aku berhadapan dengan lawan yang cukup tangguh. Nggak
bisa kuanggap enteng mereka itu. Serangannya menggunakan
energi pelumpuh gaib yang sangat berbahaya. Aku bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehabisan kekuatan hawa saktiku jika berkali-kali terkena
serangannya. Ouhhk...!! Sakit sekali punggung dan rusukku..."
Jari-jari lentik mulai merayap diperut berkulit putih halus.
Namun, saat ini kulit perut Kumala berwama biru legam. Ia
tak melihatnya karena tak sempat melirik ke arah perut. Jarijari itu mulai mendekati pusar di perutnya. Ibu jari yang kanan
merapat di puser dan menekannya sedikit.
Dewi Ular terpaksa mengambil kekuatan energi saktinya
yang tersimpan di pusar. Kesaktian itu adalah kesaktian
cadangan, yang digunakan hanya dalam keadaan sangat kritis,
seperti saat ini.
Zzzzzzztt...! Getaran lcmbut mengalir ke sekujur tubuh
Kumala: Getaran itu adalah hawasakti cadangan yang
disalurkan melalui pembuluh darali untuk mengobati bagianbagian yang terluka, sekaligus untuk mengjsi pos- pos
penyimpanan hawa saktinya yang terkuras habis akibat
serangan lawan.
"Ya, ampuun... kenapa aku jadi sebodoh ini sih?" keluh
batin Kumala. "Mestinya tadi kulawan dengan Aji W isnu
Guntur, atau mengerahkan Aji Cakra Salju, atau... ooh, benarbenar bodoh aku. Kenapa aku nggak gunakan Pedang
Equador"! Y a, pedang itu dapat untuk melumpuhkan kekuatan
mereka. Duuuh, kenapa aku jadi sebodoh ini sih"!
Adaapadengan diriku"! Ooh.. sungguh memalukan! Menyebalkan sekali diriku kali ini!"
Pedang Equador adalah pusaka tua yang dikenal sebagai
pusaka mahasakti. Dewi Ular berhasilmendapatkan pusaka
dahsyat itu dari alam gaib yang adadi dasar samudera.
Dengan menepuk dadanya satu kali, pedang itu akan muncul
dari dalam dada dan dapat dicabut dengan mudah tanpa rasa
sakit. Kisah pedang mahasakti itu sendiri telah membawa Dewi
Ular ke tingkat kesaktian yang lebih tinggi, (Baca serial Dewi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ular dalam episode; "TUMBAL PUSAKA TUA"). Tetapi entah
mengapa hal itu sampai tak terpikirkan oleh Dewi Ular. Entah
mengapa gagasan tersebut datangnya terlambat, yaitu di saat
kekuatannya nyaris tersita habis.
Penyesalan dan kekecewaan hati telah membuat Kumala
tertegun lesu. Sedih dan malu pada diri sendiri.
Inisiatifnya jadi semakin lamban. Mestinya sekarang juga
Kumala harus mcngambil tindakan tegas; cabut pusaka
Pedang Equador, atau cukup mcngerahkan kesaktian
cadangannya"
"Ya, sebaiknya...."
Ketuputusan yang mau diambilnya itu kalah cepat dengan
datangnya cahaya merah seperti meteor besar.
Craaallpp...! Kecepatan cahaya merah itu menyamai kecepatan petir.
Dewi Ular menggeragap bingung, seperti anak kemarin sore
yang panik menghadapi bahaya. Semua gerakkan dan
refleksnya serba terlambat.
Hanya satu yang tidak terlambat pada saat kritis seperti itu,
yakni munculnya sinar ungu berbintik-bintik kuning keemasan.
Sinar ungu itu datang dari arah sisi kanannya Kumala Dewi.
Zlaaaap...! Langsung menghantam lengan Kumala.
Debbs.. .zlaaab...!
Lenyap sudah Dewi U lar dari tempatnya dalam waktu yang
sangat cepat. Rupanya sinar ungu itu bukan menghantam
Dewi U lar, melainkan menyambar dan membawanya pergi dari
tempat berbahaya itu. Dentuman besar menggema mengguncangkan alam inistis beraroma amis. Dapat
dipastikan, dentuman itu disebabkan oleh hantaman cahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merah pada sebongkah batu besar yang tadi digunakan
bersandar Dewi U lar.
Andai tak ada sinar ungu berbintik keemasan menyambar
Dewi Ular, rnaka pada saat ini putri tunggal Dewa Permana
dan Dewi Nagadini itu sudah hancur tak tersisa debu lagi.
Beruntung sekali saat itu sang pcnyelamat datang tepat pada
waktunya, schingga ketika dentuman besar itu menggelegar
rnenggetarkan alam sekitarnya, sang Dewi Ular sudah berada
jauli dari jangkauan maut lawannya.
Gadis cantik jelita itu berbaring di rerumputan kuning,
namun tidak berlendir dan tidak beraroma amis. Ia seperti
bayi tak berdaya. Hanya berkedip-kedip matanya tanpa
mampu bcrbuat apapun. Rupanya Kumala Dewi mengalami
masa shock setelah menyadari, bahwa dirinya berhasil lolos
dari ancamart maut yang tadi sangat tidak mungkin untuk
dihindari. "Ooh, aku selamat. Yaa, masih selamat. Padahal aku tadi
sudah tidak punya harapan lagi untuk dapat lolos dari cahaya
merah itu. Ternyata... aku masih bisa lolos, dan... ooh, siapa
penolongku tadi" Mana dia..." Mana. "!"
Ia bergegas bangun dari posisi baringnya. Matanya
memandang ke arah depan, lalu samping, dan berhenti di
sana dengan dahi sedikit berkerut serta mata mengecil. Ada
sesuatu yang memancing benaknya untuk mengingat. Ada
sesuatu yang membuat ingatannya mencoba mengenali
kembali sosok pemuda berbaju tak berlengan wania ungu
dengan sabuk lempengan emas berukir.
"Kau...." Kauuu... siapa, ya?".gumamnya dengan suara
sangat lirih. Tak didengar oleh pemuda gagah bercambang
tipis dan berambut panjang sebahu. Rambut hitamnya itu
diikat menggunakan ikat kepala dari logam emas yang
dililitkan. Ikat kepala tersebut memiliki hiasan berbentuk mata
yang terbuat dari batu warna ungu, dan lelaknya tepat di
tengah kening. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
? "Salam honnatku untukmu, Dewi Jelita..." Pemuda itu
bcrlutut dan membungkuk penuh hormat.
"Aku seperti pernah mengenali suaramu yang enak
didengar itu."
"Kita memang pemah bertemu, Dewi Jelita."
"Ya, pernah kan" Tapi kapan ya" Duuh, aku lupa..."
"Aku sangat memaklumi kalau kau lupa padaku, Dewi
Jelita. Mungkin juga kau akan lupa banyak hal. Ingatanmu
pasti telah dirusak oleh suara jeritan iblis yang tadi kudengar
dari kejauhan sana."
"Jeritan iblis..."! Apakah tadi aku mendengamya"! Jeritan
yang mana maksudmu"! Eh, tapi ntar dulu , ntar dulu...,"
Kumala mendekat dalam keadaan keduanya sama-sama masih
berlutut di rumput.
"Jangan dulu bertanya tentang yang lain. Aku harus
mengenali dirimu lebih dulu. Hmmm, siapa kamu ini,ya?"
Kumala Dewi menatapnya dengan cermat. Dari kepala ke
bawah, kembali ke kepala, semua dipandangi dengan dahi
masih berkerut tajam. Ingatannya belum bisa kembali
mengenali pemuda tampan berwajah damai itu. Ia mendesah
jengkel. Sementara yang, dipandangi jadi salah tingkah.
"Maaf, apa boleh aku membantumu lagi untuk pulihkan
ingatanmu, Dewi Jelita?"
"Hmmmm... boleh, boleh...! Caranya bagaimana" Sebutkan
namamu" Ceritakan masa perkenalan kita" Atau..."
"Itu tidak cukup, Dewi Jelita. Karena,... ingatanmu,
kecerdasanmu, daya pikirmu dan hawa sakti dalam otakmu,
tadi telah dirusak oleh suara jeritan iblis yang kau dengar
dalam jarak cukup dekat. Getaran gelombang suara itu
bertujuan mengacaukan ingatanmu dan melemahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecerdasan otakmu, Dewi Jelita. Cara memulihkannya tidak
cukup dengan menceritakan masa lalu kita atau menyebutkan
sejuta nama:"
"Jadi, bagaimana dong cara memulihkan ingatanku" Kamu
bisa?" Pemuda yang memiliki senyum selalu ramah dan penuh
persahabatan itu mengangguk kalem. Tak ada kesan sombong
sedikit pun. "Mudah-mudahan aku bisa membantumu, Dewi Jelita. T api,
sekali lagi aku mohon maaf sebelumnya, karena aku harus
memegang kepalamu untuk melumpuhkan racun gelombang
suara yang sekarang sedang menggerogoti otakmu, Dewi
Jelita. Kedua tanganku harus menempel di kepalamu. Jika kau
mengizinkan akan kulakukan, jika tidak kau izinkan aku tak
akan memaksa."
"Kepalaku... dipegang kedua tanganmu...?"
"Maaf, aku tidak bermaksud tak sopan padamu, Dewi
Jelita." "Kenapa harus minta maaf terus sih" Kalau mau pegang
kepalaku, ya pegang sajalah. Cuma memegang aja kan "
Nggak dijedot-jedotin kan"!"
Sang penolong tersenyum geli seraya menggeleng dengan
pasti. Kumala tampak lucu. Kharisma dan wibawanya
berkurang drastis akibat gangguan pada otak dan daya
ingatnya. Rupanya suara lengkingan tinggi yang didengarnya
sebelum ia diserang roh-roh yang mengepungnya tadi, adalah
suara yang mengandung racun perusak saraf, terutama saraf
pada otak dan saraf pada organ vital lainnya.
Racun dalam jeritan iblis itu, konon, bukan hanya akan
membuat lupa ingatan serta lamban berpikir, tapi juga akan
membuat mangsanya bodoh, linglung, dan akhirnya gila.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan seperti itu, siapa pun akan mudah
dihancurkan oleh si pemilik racun jeritan iblis.
Agaknya pemuda berpenampilan macho namun penuh
kesopanan itu tahu persis bagainiana cara melumpuhkan
racun jeritan iblis. Tidak semua hawa murni dapat untuk
melumpuhkan racun tersebut. Selain menyalurkan hawa
murninya lewat telapak tangan yang meremas kepala Dewi
Ular, pemuda itu juga mengerahkan energi lain yang diambil
dari gelombang suaranya sendiri. Oleh sebab itu, ia melakukan
terapi penyembuhan dengan diiringi suaranya yang bersenandung, pelan khidmat dan mendayu-dayu.
"Merdu sekali suaramu," kata Kumala pelan.
Tersenyum geli karena belum menyadari apa yang
sesungguhnya terjadi atas dirinya. Pemuda itu tidak
menghiraukan kata-kata Kumala, namun tetap melakukan
terapi dengan sebagaimana mestinya.
"Waah,. suaramu benar-benar empuk dan enak diderigar.
Kamu ikut AFI aja, pasti menang. Atau nanti kalau aku
mengadakan Kahyangan Idol, kamu ikut, ya" Kamu pasti
nggak akan sampai tereliminasi deh. Bener!"
Seandainya pemuda itu sering nonton teve tayangan dari
Jakarta, mungkin dia akan tertawa geli mendengar kata-kata
Kumala itu. Tapi karena pemuda itu tak pernah sempat
menyaksikan acara teve, maka ia sama sekali tidak tertawa,
namun juga tidak ada kesan dongkol sedikit pun dari raut
wajahnya. Wajah itu tetap memancarkan keramahan dan
persahabatan, meskipun kedua matanya dalam keadaan
terpejam. Kepalanya melenggak-lenggok dengan mulut
ternganga sedikit mengeluarkan suara senandurtg yang
memang tergolong merdu itu.
Setelah beberapa saat kemudian, terapi pengobatan aneh
itu pun selesai. Perubahan pertama-tama yang dialami Dewi
Ular adalah berhenti berceloteh, berhenti bercanda dan ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyalurkan hawa murninya dari pusar agar mengalir ke
seluruh tubuh secara teratur. Tindakan itu membuat tubuhnya
yang tadi belum benar-benar sehat, kini mulai terasa segar
dengan kekuatan mulai pulih kembali. Bahkan rasa nyeri dari
sisa memar dan luka dalamnya ikut hilang sama sekali.
"Kurasa sudah cukup. Racun itu sudah kulumpuhkan, Dewi
Jelita." Pada saat itu Kumala Dewi segera berpaling dan menatap
sang penolongnya. Masih ada sisa ingatannya tentang
pertarungan tadi dan mengenai tindakan sang penolong yang
di luar dugaan.
"Hey, sekarang aku ingat, kamu Scorpio, kan"!"
Senyum menawan dari seorang pemuda tersungging lebar
dan memancarkan keindahan yang berkesan.
"Syukurlah kalau kau sudah ingat siapa diriku, Dewi Jelita"
"Ya, ya... tadi sulit sekali aku mengingat siapa dirimu. Tapi
sekarang aku ingat semua tentang dirimu, Scorpio."
Kumala Dewi tertawa kecil, namun tidak terkesan genit.
Justru mulai terpancar kembali kharisma dari kecantikannya


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai putri tunggal Dewa Permana yang anggun dan
mempesona. "Aku ingat kok, namamu sebenarnya bukan Scorpio,
melainkan... Zudhan Saka. Iya kan" Karena dulu kamu pernah
terkena ilmu sihirnya Panglima Peri sehingga menjadi
kalajengking, dan saat itulah kau. bertemu denganku, maka
sampai sekarang aku masih suka memanggilmu Scorpio."
Zudhan Saka tersipu malu di sela tawa kecilnya. Ia masih
ingat ketika bertemu dengan Dewi Ular ia masih berwujud
seekor kalajengking. Dengan kesaktiannya Kumala Dewi
membebaskan Zudhan Saka dari pengaruh sihir, sehingga
dapat kembali dalam rupa aslinya, yaitu sebagai pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampan yang bertugas sebagai mata-mata Kahyangan, (Baca
serial Dewi U lar dalam episode: "MISTERI RONA ASMARA").
"Zudhan, aku mengucapkan banyak terima kasih atas..."
"Cukup, Dewi Jelita," potong Zudhan. "Jangan lanjutkan
ucapanmu. Kau tidak perlu berterima kasih padaku, karena
yang kulakukan ini belum ada sekuku hitamnya dibandingkan
apa yang telah kau lakukan pada diriku dan pada ibuku."
"Tapi, kau telah menyelamatkan nyawaku dari..."
'Hanya satu saran yang ingin kusmpaikan padamu, Dewi
Jelita," potongnya lagi dengan cepat, dan kata-kata Dewi Ular
terhenti seketika. Mereka saling beradu pandang. Jaraknya
hanya setengah jangkauan.
"Saran apa?" tanya Kumala lirih dan lembut.
"Hindari pertarungan dengannya."
Kumala menatap makin lekat. Dahinya berkerut sedikit. Ia
ingin bcrtanya, tapi sudali lebih dulu Zudhan yang bicara.
"llmu kesaktiannya sangat tinggi. Contohnya, racun jeritan
iblis yang tadi ia gunakan untuk mengacaukan pikiranmu.
Juga, pukulan Aji Cermin Neraka, yang tadi hampir saja
menghancurkan dirimu. Pukulan itu sulit ditandingi atau
dihindari, karena gerakannya menggunakan siasat cermin.
Sepertinya pukulan itu datang dari arah depanmu, tapi
sebenarnya dari arah belakang. Yang terlihat di depanmu
adalah pantulan dari. cahaya yang ada di belakangmu. Ia
mampu merubah udara dan kelembabannya menjadi sebuah
cermin untuk menipu pandangan lawannya. Dan lagi..."
"Jadi, lawanku tadi hanya sendirian?""
"Ya.. Sekarang ini dia sedang mengumpulkan sejumlah roh
dan raga manusia, khususnya gadis-gadis yang terlahir
sebagai anak sulung..."
"Kenapa harus gadis anak sulung?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebab gadis yang ditakdirkan sebagai anak sulung
memiliki kekuatan mistis tersendiri yang dapat dimanfaatkan
olehnva, yaitu untuk dijadikan barisan pembantai bumi yang
akan diberinya nama laskar tanpa darah." "
"Tanpa darah.. ."!" gumam lirih Kumala, seperti ada
sesuatu yang meneurigakan dan penting digaris bawahi dari
kata-kata Zudhan itu.
"Tugas berburu roh dan raga tanpa darah itu, diserahkan
pada bibinya yang bernama Dayang Mantra. Padahal si
Dayang Mantra itu iblis betina yang memiliki kesaktian cukup
tinggi. Tapi ia tunduk pada perintah keponakannya karena
kalah sakti dengan sang keponakan. Jadi menurut..."
"Tunggu, tunggu...!" kali ini Dewi Ular yang menyambar
dan memotong kata-kata Zudhan. Lalu, Kumala bicara dengan
nada tegas. "Aku kesini mencari asistenku. Buron. Kamu tahu kan,
Buron adalah jelmaandari Jin Layon " Nah, aku kehilangan
jejak gaibnya. Aku khawatir dia dalam bahaya. Maka, aku
segera mencarinya."
"Ya, aku paham. Sekarang..."
"Paham tentang apa maksudmu, Scorpio"!"
"Buron kusembunyikan di Goa Guntur."
"O, ya.. ." " Kumala sedikit tegang.
"Aku tahu dia pengikut setiamu. Ketika kulihat dia dihajar
habis-habisan oleh Dayang Mantra, aku segera- mengalihkan
perhatian Dayang Mantra dengan menyerukan tantangan dan
penghinaan padanya. Dayang Mantra lari ke arah suara
tantanganku, yang sebenarnya suara palsu itu, dan pada saat
itu kubawa kabur Buron dalam keadaan sekarat."
"Sekarat..."! Kalau begitu... hmmm..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zudhan diam menunggu kata-kata Kumala, sementara itu
Kumala ingin mengatakan sesuatu namun dibatalkan. Ia
merasa kurang arif jika tak memberi kesempatan Zudhan
untuk menuntaskan keterangannya.
"Teruskan dulu penjelasanmu. Silakan."
"Yaah, selanjutnya Buron kusembunyikan ke dalam Goa
Guntur supaya hawa gaibnya tidak terlacak oleh Dayang
Mantra. Karena, siapa pun yang masuk kedalam Goa Guntur
maka seluruh kesaktiannya terbungkus rapat dan tak dapat
dilacak dari luar goa.
"Jadi, tempat itu kurasakan sebagai tempat yang aman
buat menyembunyikan Buron."
"Ooo, pantas radar gaibku nggak bisa melacak gelombang
gaibnya. Hmm, terus...?"
"Rencanaku tadi, ingin menemui ibu dan memohon
bantuan ibuku untuk mengobati luka parahnya Buron. Tapi
dalam perjalananku ke Sendang Bunga untuk menemui ibu,
tiba-tiba kudengar suara jeritan iblis tadi Aku ingin tahu, siapa
yang sedang berurusan dengannya, maka kudekati sumber
suara jeritan iblis itu, eeeh.... temyata kau yang bertarung
melawannya."
"Sebentar jadi..."
"Terus terang, jika aku ikut terjun dalam pertarunganmu
tadi, maka aku tidak akan mampu membantumu mengalahkan
dia, Dewi Jelita. Pertama, karena dia bukan tandinganku."
"Ya, ya, sebentar... jadi..."
"Kedua, karena dia juga bukan tandinganmu. Menurutku
langkah yang paling tepat untuk..."
"Scorpio...!"
Penuturan Zudhan terhenti seketika, karena nada Kumala
agak tinggi. Zudhan takut Kumala jengkel atau bahkan marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padanya karena tak diberi kesempatan bicara. Oleh karena.itu,
meskipun merasa terganjal lagi keasyikan bicaranya, Zudhan
tetap harus menerima kenyataan itu.
"Dari tadi kau belum jelaskan siapa sebenarnya dia" Siapa
tadi yang nyaris menghancurkan diriku" Siapa sih yang kau
sebut keponakan Dayang Mantra, si pemilik Aji Cermin Neraka,
pemilik jeritan iblis dan sebagainya" Siapa, siapa, siapa dia itu
sebenarnya"!"
Terbengong Zudhan selama empat helaan napas. Lalu,
bertanya dengan pelan, sangat hati-hati sekali.
"Jadi, kau belum tahu"!"
"Katakan, siapa dia"!"
"Dia adalah... Athila"
"Athila..."!"
"Ya, Athila Darapura. Anteknya si Dewa Kegelapan yang
terlahir dari selir emasnya, yaitu Auro. Yang berada dalam
kandungan ibunya selama sembilan tahun. Bukan sembilan
bulan. Anak itulah nanti yang akan turun ke bumi untuk
menguasai alam kehidupan manusia, karena ia memiliki
kesaktian istimewa. Lebih tinggi dari kesaktian ayahnya
sendiri; si Dewa Kegelapan, alias Lokapura. Karena itulah, ia
dihormati dan ditakuti oleh para penghuni alam kegelapan.
Bahkan bibinya sendiri, si Dayang Mantra, tunduk pada
perintahnya..."
Zudhan Saka masih terus bicara. Namun perhatian Kumala
sudah tidak tertuju pada perkataan Zudhan lagi.
Perhatian itu sudah berpindah pada serangkaian kecamuk
batinnya yang mengatakan, bahwa cepat atau lambat ia akan
berhadapan dengan Athila secara face to face. Musuh
utamanya sekarang bukan lagi Dewa Kegelapan, tapi bocah
kemarin sore yang ditakuti oleh para penghuni alam
kegelapan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tadi dia sudah berhasil menghajarku, bahkan hampir saja
berhasil membuatku hancur tanpa debu," gumam hati Kumala.
"Haruskah aku tetap maju menghadapi kesaktiannya
sekarangjuga" Atau mundur sesaat untuk mengatur siasat " "
0o-dw-kz-234-o0
6 Bel tamu berbunyi setelah suara adzan maghrib dari
pesawat teve selesai dikumandangkan. Mak Bariah bergegas
menuju ke teras. Ketika melintasi ruang tengah ia melihat
pintu kamar Buron dam Sandhi terbuka. Wajah si jelmaan Jin
Layon tampak ingin keluar dari kamar itu.
"Mau ke mana lu?" tegur Mak Bariah.
"Ada tamu tuh."
"Iya, gue juga denger. Udah lu nggak usah ke mana-mana.
Biar gue aja yang nemuin tuh tamu. Kan lu udah dipesan Non
Mala supaya seharian ini istirahal penuh dikasur lu."
"Tapi gue udah merasa lebih sehat lagi kok. Kepala gue
udah nggak pusing, pandangan mata gue juga udah jelas.
Normal kayak biasanya."
"Iya, pandangan mata lu mungkin emang udah jelas, tapi
muka lu tuh belum jelas," lalu pelayan bagian dapur itu pun
bergegas melanjutkan langkah. Buron terpaksa duduk di sofa
panjang yang ada di ruang tengah itu. Ia tak jadi ikut ke teras.
Sejak dihawa pulang Kumala dari Goa Guntur, ia memang
tidakdi izin kan turun dari tempat tidumya. Luka parah yang di
alami Buron membuat ia lumpuh total, tanpa tenaga fisik
tanpa tenaga gaib. Pengobatan yang dilakukan Zuldhan Saka
di sana hanya bersifat sementara. Tapi dengan kekuatan hawa
saktinya Dewi Ular kondisi kritis itu dapat terselamatkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa sakti sang bidadari itu dapat memulihkan tenaga fisik
dan inti gaib Buron asalkan diendapkan untuk beberapa saat
lebih dulu. Artinya, Buron dilarang menggunakan tenaganya
sebelum hawa sakti itu benar-benar bcrfungsi sebagai tenaga
fisik dan inti gaib.
Pemulihan energi inti gaib itu dapat dilihat dari rona wajah
Buron. Apabila wajah Buron masih pucat, berarti energi
tersebut belum pulih total. Tapi jika wajah Buron sudah mulai
tampak kemerah-merahan, itu tandanya pemulihan tenaga inti
gaib telah sempuma.
Mak Bariah mendengar penjelasan tersebut dari Kumala.
Maka, ia berani menyuruh Buron untuk tetap beristirahat,
karena ia melihat wajah Buron belum kemerah-merahan.
Masih pucat sedikit.
"Met malem..," sapa sang tamu dengan senyum ramah
dipaksakan. Mak Bariah membalas dengan senyum keramahan tak
dipaksakan. Tapi dalam hatinya ia merasa seperti pernah
melihat lelaki berpeci hitam itu.
"Kayaknva dia pernah kesini deh," gumam Mak Bariah
dalam hati, setelah ia membalas sapaan tadi dengan suara
pelan. "Saya Pak Maman, yang tempo hari kemari."
"Ooo, saya Mak Bariah, yang udah lama ada di mari."
Pintu gerbangdari besi beroda dibuka sedikit. Pak Maman
membantu mendorongnva. Cukup jalan buat masuk Pak
Maman. "Silakan masuk, Pak."
Pak Maman melangkah masuk, namun berhenti setelah
hitungan langkah yang ketiga, karena Mak Bariah bertanya
padanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapak mau ketemu Non Kumala, majikan saya?"
"Iya. Beliau ada, kan?"
"Nggak ada tuh. Pergi dari tadi s iang."
"Waduh..,?" Pak Maman mulai kelihatan cemas. Kecemasan
itu dari tadi ia sembunyikan cli balik senyum ramahnya.
"Kira-kira pulangnya jam berapa, ya Mak?"
"Lha kagak tahu saya, Pak. Kalau dia pulang saya kagak
pernah nengok jam" kata Mak Bariah dengan logat Betawinya,
karena ia sangka Pak Maman orang Betawi asli. Padahal
bukan. "Duduk dulu, Pak. Yuk..."
"Hmm, begini aja deh, Mak... saya mau titip surat. Surat
yang tempo hari ditujukan untuk anak saya, tapi waktu saya
bawa kemari ilang. Nah, tadi sore tahu-tahu surat itu saya
temukan di saku ce laha saya. Maka, saya segera bawa kemari
untuk...., untuk anuu..., eehmm.,."
Pak Maman merogoh semua sakunya, baik saku celana
samping kanan-kiri, saku celana belakang, dan saku
kemejanya yang berpotongan Safari itu. Tapi ternyata surat
itu tidak ada. Surat itu hilang lagi. Pak Maman sempat
mencarinya di luar pagar, di jalanan depan rumah Kumala,
tetap ia tidak menemukan surat itu.
"Benar-benar hilang surat itu.. " ujarnya sedih dan bingung.
Mak Bariah hanya bisa terbengong. Pak Maman gelenggeleng kepala. Heran pada nasibnya. Mengalami keanehan
seperti itu sampai dua kali. Mak Bariah segera membawanya
ke dalam. Pak Maman dipertemukan dengan Buron yang
sedang berbaring di sofa ruang fengah.
Mula-mula Pak Maman takut dan merinding melihat Buron.
Ia pernah melihat jelas-jelas Buron berubah menjadi sinar
kuning di depan matanya Setidaknya hati Pak Maman dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyimpulkan bahwa Buron bukan manusia biasa. Oleh
karena itu sekujur tubuhnya merinding sewaktu Mak Bariah
membawanya bertemu dengan Buron untuk dimintai
pendapatnya berkenaan dengan hilangnya surat teisebut.
Dengan tenang, tanpa ekspresi berarti, Buron kasih
pendapat. "Pulang aja"
"Kok pulang"!" sentak Mak Bariah. "Kalau cuma pendapat
begitu sih gue juga bisa dari tadi."
"Yaah, habis mau diapain lagi" Bapak ini datang kan mau
ketemu Kumala untuk nunjukin surat itu. Kalau suratnya ilang,
masa bapak ini harus ikut ilang juga" Yang bener, ya pulang.
Udah." Pak Maman menarik napas dalam-dalam.
"Kayaknya sih... bener juga saran Mas ini, Mak..."


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maapin dia deh, Pak. Dia lagi sakit. Jadi ya gitulah... agak
bego." "Eh, Mak...," kata Buron. "Gue kasih tahu, ya Mak... surat
setan itu mengandung kekuatan gaib hitam. Gaib iblis. Tapi
kekuatan gaib itu nggak bisa nyentuh hawa saktinya Kumala
Dewi." "Akan terpental, gitu?"
"Pasti terpental. Pengirim surat itu sebenarnya memiliki
ilmu yang tinggi. Kalau nggak tinggi, nggak mungkin aku
sampai dibuatnya hampir OD, begin!," lanjut Buron dengan
kata-kata seenak pcrutnya sendiri. "Tapi kekuatan gaib yang
dia taruh di dalam surat setan itu tergolong kecil, sebab hanya
ditujukan untuk manusia biasa, seperti kalian!"
Pak Maman membatin, "Wah, bener kataku, berarti dia
bukan manusia dong. Siluman atau hantu, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, rumah kita ini kan sudah diberi pagar gaib
menggunakan hawa saktinya Kumala, jadi surat itu akan
mental entah ke mana kalau dibawa mendekat ke mari.
Jangankan sampai masuk ke sini, mendekati pagar depan aja
sudah kabur!"
"Oooo..." Pak Maman menggumam pelan dan manggutmanggut. Lalu, suara Pak Maman terdengar berkata pelan
pada Mak Bariah.
"Surat itu memang kabur, Mak. Tapi dia pasti akan muncul
lagi dan mengincar anak saya, si Rimma itu. Seperti yang
terjadi tadi sore. Untung surat itu saya temukan sebelum anak
saya pulang dari les. Nah, supaya surat setan itu nggak
muncul lagi, gimana ya?"
"Itu urusan Kumala," sahut Buron scmakin berlagak cuek.
Matanya tertuju ke layar teve. Tangannya memainkan tombol
remote control.
Ya, itu memang urusan kumala. Buron berkata begitu
bukan karena dia tidak mau peduli lagi dengan PR-nya
Kumala, tapi karena ia sudah dilarang keras oleh sang dewi
untuk tidak melibatkan diri dengan urusan-urusan mistik.
Kumala telah memberikan hak cuti gaib pada Buron. Meski
pun Buron agak dongkol, namun ia bisa menerima ketentuan
itu, mengingat kesehatan gaibnya belum pulih betul.
Oleh karenanya, petang itu Kumala hanya membawa
Sandhi sewaktu harus segera menuju ke rumah Erson,
kakaknya Niko alias papanya Ochi. Saat itu, malam sudah
menunjukkan pukul delapan lewat. Hampir pukul sembilan.
Kumala mendapat kabar melalui HP-nya bahwa mamanya
Ochi baru saja menemukan surat setan yang waktu itu hilang
dari saku dasternya. Konon, surat setan itu tahu-tahu sudah
berada di dalam saku daster itu juga pada saat daster tersebut
mau dikenakan mamanya Ochi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"'Jauhkan surat dari Ochi, dan ikat surat dengan sehelai
rambut pemberian saya kemarin itu, Bang," pesan Kumala
Dewi kepada Erson.
"Mengapa harus diikat dengan rambutmu?" tanya Sandhi
setelah mendengar pembicaraan via telepon itu.
Katanya lagi, "Apa nggak malah kabur surat itu. Bukankah
surat itu akan lenyap kalau merasakan ada getaran hawa
saktimu?" "Rambutku memang memiliki energi gaib. Tapi energi itu
bersifat menjerat.Tipis, tak terasa kehadirannya, tahu-tahu
menjerat energi lawan."
"Ooo, gitu...?" Sandhi manggut-manggut kecil.
"Mudah-mudahan saja dengan menjerat surat setan itu kita
dapat melumpuhkan kekuatan gaibnya lewat surat tersebut."
"Apakah bisa terlumpuhkan sampai ke pusatnya?"
"Akan kucoba nanti. Paling nggak bisa memancing pemilik
gaib iblis itu muncul menemuiku."
"Pemilik gaib itu sudah pasti si pengirim surat, ya?"
"Ya. Dayang Mantra namanya."
"Lho, seingatku papanya Ochi pemah bilang kalau
pengirimnya atas nama Lexian" Bukan... siapa tadi...?"
"Informasi yang kudapat dari Zudhan Saka, Dayang Mantra
dulunya adalah makhluk seperti manusia yang tinggal di suatu
planet, entah apa namanya, aku lupa. Y ang jelas bukan bumi.
Di sana tingkat peradaban dan intelegensinya lebih tinggi
dibandingkan di bumi ini."
Sandhi menggumam pelan. Menyimak betul tiap kata yang
diucapkan Kumala. Lalu, Kumala pun berkata lagi.
"Tetapi, planet itu ternyata dikuasai oleh kekuatan hitam.
Ketika tingkat peradaban dan intelegensi berkembang pesat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan semakin tinggi, mereka menentang kekuatan hitam.
Kemudian seluruh penghuni planet itu terkena kutukan gaib
dan jadilah mereka keluarga iblis berilmu tinggi. Sebelum
kutukan hitam itu menimpanya, Dayang Mantra bernama
Lexian." "Zudhan Saka memang mata-mata yang hebat. Semua
informasi ia miliki. Gila! Nggak rugi Kahyangan punya matamata rnacam dia."
Dewi Ular diam. Sengaja tidak memberi komentar. Ada
sesuatu yang lebih penting ia pikirkan secara serius pada saat
itu. Bungkamnya rnulut Kumala membuat Sandhi melirik
dengan curiga. "Ada apa?"
"Belok kiri."
Sandhi ikuti perintah itu. T api ia semakin terheran- herari.
"Ini bukan jalan menuju rumah Bang Erson." Kumala diam
saja. Sandhi sendiri menjalankan mobil sebagaimana
mestinya. Sebelum ada perintah belok ia tetap mengarahkan
mobil lurus terus sesuai jalur jalan. Ia biarkan Kumala
memandu arah perjalanan mereka, karena ia yakin pasti ada
sesuatu yang ingin dicapai Kumala Dewi. "Ambil arah kiri."
"Pelabuhan?"
"Ya, aku merasakan energi gaib besar sedang bergolak.
Aku curiga energi itu milik penghuni alam sana. Panas dan
tajam seperti silet,"
Tak lama setelah Kumala berkata begitu, terdengar suara
dentuman samar-samar. Bleeeeng...! Dentuman itu tak jelas di
telinga Sandhi karena semua kaca mobil dalam keadaan
tertutup rapat.
Tapi di telinga Dewi Ular suara itu sangat jelas dan cukup
mengejutkan. Ia segera perintahkan Sandhi untuk melacak
suara dentuman itu sesuai dengan indera keenamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tiba di sebuah gudang tua, tak jauh dari pelabuhan:
Di sana sudah banyak orang berkerumun, tapi tak berani
mendekati gudang besar yang atapnya sudah rusak dan
berkarat. Mereka hanya bisa menyaksikan adegan mengerikan. Seorang wanita muda sedang dihajar oleh sosok
hitam berambut panjang dan bermata merah seperti api.
Adegan itu terjadi di samping gudang, karena tempat tersebut
bertanah kosong tak berumput.
Sandhi dan Kumala turun dari mobil. Seseorang berceloteh
tak jauh dari Sandhi dan Kumala. Orang tersebut berceloteh
kepada temannya, sesama perempuan juga.
"... pokoknya yang dapat surat aneh itu anaknya Bu Amin,
si W iwin. Nah, jadi yang mati tanpa raga lagi cuma darah
doang di kamarnya, ya si Wiwin itu. Terus, gadis cantik yang
dihajar di sana itu datang. Denger-denger dia paranormal atau
dukun, gak jelas. Pokoknya, gadis itu punya ilmu yang bisa
mengundang si pengirim surat. Nah, waktu si pcngirim surat
itu datang, tampangnya menyeramkan. Semua orang bubar.
Gadis itu dihajar, dilempar-lemparkan, sampai akhimya
terpental di gudang itu...!"
"Aku mengenali dia, San," bisik Kumala dengan mata
memandang ke arah pertarungan tak seimbang itu.
"Ya, aku juga kayaknya kenal... Audy, kan?"
"Ya. Kurasa sosok hitam lawannya itu adalah si Dayang
Mantra. Aku harus segera turun tangan. Audy nggak dapat
menandingi kesaktian Dayang Mantra. Kau tunggu sini!"
Zlaaap...! Kumala Dewi menerobos kerumunan massa.
Gerakkannya seperti kabut. Menembus sctiap badan orang
yang diterjangnya. Dalam waktu singkat ia sudah berada di
samping gudang tua.
Pada waktu itu Audy ingin mengerahkan kesaktiannya
dengan mcndatangkan ribuan kupu-kupu beracun. Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telapak tangannya lebih dulu terkena hantaman cahaya merah
api yang keluar dari mata Dayang Mantra.
Zuuub...! "Aaahhk...!!" Audy terpekik, terpental, jatuh terkapar
kembali. Telapak tangannya bolong dan hangus. Semestinya
ia dapat merubah diri menjadi sosok yang sebenarnya, tinggi,
besar dan menyeramkan. Tapi karena di sekitar penonton ada
Afen, maka niatnya dibatalkan. Ia tak ingin Afen melihat sosok
dirinya yang asli.
"Sudah waktunya kubinasakan dirimu, Kembangdara!!"
geram Dayang Mantra yang agaknya sudah lama mengenali
diri Audy sebagai mantan pengawal Istana Hitam yang
bernama Nyimas Kembangdara.
Dalam keadaan babak belur dan nyaris tak berdaya lagi,
Audy harus menghadapi cahaya orange yang berbentuk
pedang besar. Cahaya itu meluncur lepas dari tangan Dayang
Mantra. Tampak seperti pedang yang akan memenggal kepala
Audy dari arah kiri.
Wuuusst...! Dewi U lar segera melepaskan pukulan hijaunya dari telapak
tangan kirinya. Claap...! Cahaya hijau itu membentur cahaya
orange, deebb...!
"Oooh"! Sinar orange itu tertahan"! Berhenti di udara"!"
seru seseorang yang menyaksikan pertarungan tersebut.
Dayang Mantra pun terkejut melihat cahaya orange-nya
bisa tertahan sinar hijau dan berhenti di udara. Dayang
Mantra segera berpaling ke arah si pemilik s inar hijau itu. Lalu,
menggeram dengan penuh kemarahan.
"Bangsat...!! Kau rupanya, Dewi Ular..."!"
"Kumala..., untung kau datang... huuggh...!!"
"Menjauhlah, Audy!''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dayang Mantra menarik sinar orange-nya, sinar itu masuk
kembali ke telapak tangannya. Dewi Ular pun demikian. Tapi
Dayang Mantra segera melepaskannya kembali ke arah Dewi
Ular dalam bentuk sinar merah menyerupai paku raksasa.
Woouusss...! Dengan tenang Dewi U lar melepaskan sinar hijau
kccil dari ujungjari telunjuknya. Claap...!
Sinar hijau itu menembus gumpalan sinar merah hingga
membelah menjadi dua bagian kemudian menghantam dada
Dayang Mantra. Blegaarrr...!! Sinar orange itu padam. Tapi dada Dayang Mantra
terbakar. Tubuh tinggi besar itu pun terpental ke belakang
hingga membentur dinding gudang yang terbuat dari seng
berkarat. Gubraaang...!! Bangunan tua itu langsung miring
dan mau rubuh. Padahal tiang-tiangnya terbuat dari besi.
"Ggrrrrrrhh:..!!" Dayang Mantra semakin berang.
Ia bangkit secepatnya setelah mampu memadamkan
kobaran api di dadanya. Kemudian dengan suara menggema
ia melontarkan sebaris mantera andalannya.
"Azzomafara mehabhona mahabhozuna ammauda ham..."
Zluubb! Belum habis ia mengucapkan manteranya, Dewi U lar sudah
melepaskan sinar hijau mirip kelereng yang langsung masuk
ke mulutnya. Bluuub...! Dayang Mantra langsung mendelik. Matanya yang
berkobar-kobar itu menjadi besar. Mengerikan sekali. Dan,
sinar hijaunya Dewi Ular yang tertelan olehnya itu meledak di
dalam tenggorokan.
Bleeegaaarrr...!!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika itu juga tubuh besar itu pecah menjadi serpihan
asap merah. Tapi asap putih menyerupai roh muncul dari
ledakan itu. Asap putih tersebut melayang di udara dalam
bentuk sosok Dayang Mantra yang memekik keras,
membangunkan bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya.
"Aaaaaaahhhkkkkrrr...!!"
Asap putih itu makin lama makin melambung tinggi.
"Biadab kau, Dewi Ular...! Kutunggu kau di alamku, aku
akan bikin perhitungan denganmu, Keparaaat...!!"
"Tidak ada kompromi buat pembantai rnanusia macam kau,
Dayang Mantra!" seru Kumala, kemudian me lepaskan pukulan
bersinar hijau bening menyerupai anak panah yang melesat
cepat. Zlaaap...! Sinar itu menembus bayangan putih yang melayang tinggi.
Jegaaarrr...! Ledakan dahsyat mengguncangkan alam sekitarnya. Asap
putih itu lenyap seketika. Tak terdengar lagi suara Dayang
Mantra, yang berarti habis sudah riwayat Dayang Mantra di
tangan Dewi U lar.
Masyarakat yang menyaksikan kejadian itu bertepuk
tangan, seakan mereka merasa lega dan senang sekali melihat
iblis betina itu bcrhasil dihancurkan. Mereka berharap tidak
akan ada lagi surat setan yang sangat ditakuti oleh para gadis,
terutama yang statusnya sebagai anak sulung.
Dewi Ular segera mengobati luka parahnya Audy. Selesa i
itu mereka segera kerumah Eros. Ternyata di sana ada
kejadian aneh yang segera dilaporkan oleh Eros kepada
Kumala. "Surat itu terbakar dengan sendirinya! Daster istriku juga
ikut terbakar, karena surat itu ada di dalamnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala Dewi tersenyum. "Tapi istri Abang nggak ikut
terbakarkan?"
"Ya nggak-lah... dasternya kan nggak lagi dipake..."
Dewi Ular mengajak mereka tersenyum, berwajah ceria,
terutama setelah meyakinkan mereka bahwa surat setan itu


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak akan datang lagi kepada siapa pun, karena pengirirnnya
sudah berhasil dilumpuhkan.
Di balik suka cita mereka, diam-diam Kumala Dewi
menyimpan suatu masalah yang cukup menegangkan, yaitu ia
harus berhadapan dengan lawan yang lebih tangguh, yaitu
Athila Darapura. Tentunya Athila marah besar setelah tahu
bibinya dihancurkan oleh Dewi U lar.
Kini tinggal menunggu waktu saja, kapan Kumala harus
berhadapan langsung dengan Athila Darapura.
SELESAI Memanah Burung Rajawali 8 Lembah Merpati Karya Chung Sin Seruling Sakti 23

Cari Blog Ini