Ceritasilat Novel Online

Parit Kematian 1

Dewi Ular Parit Kematian Bagian 1


1 GERIMIS turun rintik-rintik bukan penghalang bagi
Kumala Dewi. Kesunyian malam yang serupa dengar hang
kubur juga tak membuatnya berubah niat. Dengan sedan
mewahnya berwarna hijau giok, Kumala, Dewi tetap
meluncur menuju kawasan Puncak, didampngi sopir
kesayangannya: Sandhi.
Sebuah vil a bergaya arsitektur Eropa menjadi
sasaran kunjungannya malam itu. Villa berlantai dua
dengar balkon menghadap ke arah Jakarta memang bukan
milik Kumala. Ia belum berminat untuk membeli sebuah
vil a, meski pun ia cukup mampu untuk membeli sekaligus
dua buah. "Pakai saja villa itu. Berapa lama kau mau
memakainya, terserah. Yang penting, jangan sampai rubuh
atau hancur akibat kesaktianmu."
"Terima kasih atas bantuanmu, Nik."
"Udahlah, nggak usah basa-basi begitu. selamatkan
dulu cowokmu itu, dan tangani masalah mu sampai
tuntas.?" Begitu kata si pemilik vil a yang sekarang sudah
menjadi selebritis terkenal, pembawa acara termahal
untuk masa kini. Dia sukses besar melalui sebuah acara
tayangan televisi yang bernuansa mistik: Lorong Gaib.
Berkat bantuan Kumala Dewi juga kesuksesan itu
diraihnya hingga sekarang.
Padahal ia dulu mantan pacarnya Kumala.
Tapi hubungan cinta mereka belum terlalu dalam,
dan sudah harus berakhir karena ketulusan hatinya
ternoda oleh bujukan mesum seorang paranormal wanita.
Meski demikian, hingga sekarang ia belum berminat untuk
hidup berumah tangga.
Hubungannya dengan Kumala justru semakin akrab,
hingga seperti saudara sendiri. Cowok muda bergaya
trendy dan sering bertingkah konyol itu tak lain adalah Niko
Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM
KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan
gaibnya sang Dewi Ular alias Kumala Dewi.
Cukup banyak yang diketahui Niko tentang putri
tunggal Dewa P?rrnana dan Dewi Nagadini yang dibuang ke
bumi akibat kasus skandal di Kahyangan sana. Maka,
wajar saja kalau hubungannya dengan Kumala sudah
seperti saudara kandung sendiri, saling curhat dan saling
membantu adalah hal yang sering mereka lakukan. Dulu,
Niko pernah mati, tapi dihidupkan kembali oleh Kumala
Dewi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "PEMBURU
TUMBAL ASMARA").
Tapi tanpa disengaja Niko pun pernah menyelamatkan nyawa Kumala dari ancaman maut Nini
Cupangayu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:. "TEROR
DARI NERAKA"). Jadi, praktis tali persaudaraan mereka
semakin erat semakin dekat, sehingga Kumala dewi taak
segan-segan meminta bantuan Niko untuk meminjamkan
vil anya. "Aku butuh
tempat yang terasing, untuk menyembunyikan Rayo Pasca," begitu awal pembicaraannya dengan Niko.
"Ada apa dengan cowokmu" Kok sampai mau
disembunyikan" Apakah dia terancam bahaya" Apakah
kamu nggak bisa melumpuhkan bahaya itu, Dewi?"
"Ini bukan soal bahaya. Tapi soal harga diri."
Niko menatap dengan heran. "Harga diri"!
Maksudmu...?"
"Pokoknya aku butuh tempat untuk menyembunyikan Rayo dari pandangan siapa saja, Nik.
Kalau nggak begitu, Rayo akan menderita malu sekali dan
harga dirinya sebagai lelaki akan hilang dimata masyarakat
awam, terutama di mata orang-orang yang mengenal siapa
dia sebenarnya."
Waktu itu Niko menarik napas panjang karena
masih bingung dengan penjelasan Kumala.
"Okey, jelasnya bagaimana" Inti masalahnya saja,
apa"!"
Dengan nada berat Kumala pun menjawab pelan.
"Rayo hamil."
"Hahh... ?"!" Niko hampir terlonjak dari duduknya.
Matanya terbelalak, badannya jadi tegak. Luar biasa
kagetnya mendengar jawaban Kumala yang tampak serius.
Wajah cantik jelita itu sedikit murung yang membuat Niko
yakin apa yang dikatakan Kumala bukan sesuatu yang
bersifat main-main.
"Cowokmu" Ganteng dan gagah kayak gitu" Kalem
tapi romantis begitu" Bisa hamil" Hamil, maksudmu
mengandung?"
"Ya. Dan, pertumbuhan janin yang dikandungnya
nggak wajar. Cukup pesat. Cepat menjadi besar. Dalam
waktu relatif singkat dia akan melahirkan."
"O000h, my God .."!" Niko menepak keningnya
sendiri. "Fenomena apa lagi yang kau alami ini, Dewi"!"
"Jangan coba-coba mengexpose kasus ini ... !"tegas
Kumala dengan sorot pandangan mata yang tajam dan
menciutkan nyali siapa pun orang yang dipandangnya.
"Ya, ya... aku paham maksudmu. Aku akan
merahasiakan fenomena ini sekali pun harganya sangat
mahal untuk sebuah infotaiment. Tenang, Dewi. tenang,
aku nggak akan memanfaatkan keadaan kalian untuk
sebuah berita, walau pun itu sebenarnya tugasku. Tapi...
tolong jelaskan agak detil, kenapa cowokmu itu bisa hamil"
Boleh tahu kan?"
Dewi Ular diam agak lama. Menerawang.
"Biar gue nggak mati penasaran, Dewi," desaknya
dengan sangat mengharap. Dewi Ular mulai menatap tak
setajam tadi. "Dewa-dewa pejabat Kahyangan. ingin mengadakan
sidang, dan mereka minta aku datang ke Kahyangan.
Maka, mereka mengirim utusan terhormat untuk
menjemputku, yaitu Dewa Bahakara, seringjuga disebut
Dewa Jenaka..." Sang dewa utusan itu sudah
memprediksikan bahwa Kumala pasti akan menolakUndangan tersebut, mengingat bidadari cantik
jelita itu pernah dikecewakan oleh pihak Kahyangan, yaitu
dibuang ke bumi semasa masih bayi, dan tidak boleh
masuk Kahyangan sebelum menemukan cinta sejatinya.
Dewa Bahakara tahu betul riwayat hidup Dewi Ular,
karena kedua orang tua Kumala adalah sohibnya. Bahkan
yang menjadi comblang percintaan ayah dan ibunya
Kumala adalah ilia sendiri: si Dewa Jenaka itu.
Tetapi dalam mengemban misi dari Kahyangan ini ia
seharusnya tidak boleh mempertimbangkan hal itu.
Dengan cara kasar pun harus ditempuhnya demi tugas
utama, yaitu membawa Dewi Ular dari bumi ke Kahyangan.
Sudah terbayang di benak Dewa Penabur Tawa itu
bahwa pembangkangan Kuamala akan menimbulkan
bentrok fisik atau adu kesaktian dengannya.
Dewa Jenaka tak menghendaki bentrokan itu terjadi,
karena bagaimana pun Kumala Dewi adalah putri tunggal
teman karibnya. Untuk itu ia menggunakan siasat dengan
cara rnemindahkan janin dalam kandungan seseorang ke
dalam perut Rayo Pasca, sang kekasih pujaan Kumala.
Jika pada akhirnya Kumala memilih bentrok fisik
adu kesaktian dan seandainya ia menang, maka ia akan
menanggung persoalan berat, yaitu mengatasi kehamilan
,dalam perut Rayo. Kandungan itu dibuat sedemikian rupa,
sehingga jika Dewa Jenaka dihajar oleh Kumala, maka
semakin sering dihajar semakin mempercepat tumbuhnya
kehamilan dalam perut Rayo.
Dan, kandungan itu tidak akan ada yang bisa
merusak atau menyingkirkan karena telah dibubuhi
mantera sakti. Semakin dirusak dapat mengakibatkan
kematian bagi Rayo, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
("MISTERI. SANTET IBLIS" ).
Singkat cerita , Dewi ular tak akan bisa mengusik
kandungan dalam perut Rayo Pasca. Mau tidak mau ia
harus memenuhi undangan. Pihak Kahyangan, dan
menerima jemputan Dewa Jenaka. Semakin cepat semakin
baik, karena jika misi itu terlalu lama selesainya, maka
Rayo akan melahirkan seorang bayi, entah bagaimana
caranya. Dan, tentu saja hal itu sangat memalukan bagi Rayo
Pasca. Sebagai pria jantan sejati akan hancur predikat
kejantanannya jika sampai ia terbukti melahirkan bayi dari
kandungannya. Tapi dalam perjalanannya menuju
Kahyangan bersama dewa Jenaka, sang bidadari cantik
bertubuh sangat sexy itu justru terpisah dari Dewa Jenaka.
Insiden itu terjadi ketika Kumala membantu Dewa
Jenaka dalam menghadapi keganasan si Penguasa Langit
Gaib. Pertarungan itu membuat-Kumala terpental masuk
ke alam dimensi lain yang disebut-sebut sebagai ruang
hampa gaib. Insiden itulah yang membuat perjalanannya ke
Kahyangan tertunda, karena ketika Kumala bisa lobos dari
alam tersebut, ia punya masalah baru yang tidak bisa
ditinggal pergi begitu saja, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "LORONG TEMBUS KUBUR").
Penjelasan itu membuat Niko Madawi prihatin dan
iba hati kepada mantan pacarnya. Itulah sebabnya ia
merelakan vil anya dipakai untuk menyembunyikan Rayo
Pasca, karena pembengkakan pada perut Rayo Pasca
sudah mulai tampak jelas. Rasa mual, pegal di pinggang,
dan hal-hal lain yang biasa dialami wanita hamil, kali ini
sedang dialami oleh Rayo Pasca.
"Aku nggak bisa menjawab apa-apa kalau pihak
keluargaku menanyakan tentang perutku ini, Lala," keluh
Rayo dalam kebingungannya.
Kumala Dewi sangat sedih dan cemas sekali. Maka,
diputuskan untuk menyembunyikan Rayo di vil anya Niko.
?"Bersabarlah sesaat, ya Sayang...," ujar Kumala
dengan menyembunyikan kesedihan hatinya. "Aku harus
selesaikan dulu urusanku dengan pihak Kahyangan.
Setelah itu akan kudesak Dewa Bahakara untuk
mengembalikan kandungan itu pada pemilik sebenarnya."
"Tapi perutku ini makin bertambah hari semakin
bertambah besar. Cepat sekali prosesnya, Lala."
"Ya, ya... aku tahu," Kumala mengusap-usap kening
sang kekasih sebagai usapan kasih sayang dan berharap
penuh kesabaran. la berkata lagi, "Besok aku akan
berangkat sendiri ke Kahyangan, meski pun tanpa paman
Dewa." "Percuma saja kau selesaikan urusan dengan pihak
Kahyangan kalau kau tak bisa bertemu dengan paman
Dewa. Sebab, dialah kunci persoalan memalukan ini, Lala.
Kau harus bisa cari dia dulu sampai ketemu, baru ke
Kahyangan."
"Hmmm, ya, ya... benar juga perhitunganmu."
"Dan, kalau perlu berangkatlah hari ini juga, supaya
nggak makan waktu lama. Sebab, makin lama waktu yang
kau butuhkan makin besar kandunganku ini, Lala."
"Aku nggak bisa pergi sebelum ada pihak yang mau
merawat Barbie. Kalau aku pergi begitu saja, dan
meninggalkan Barbie di rumah, maka anak itu bisa bikin
ulah yang semakin parah."
Rayo Pasca tarik napas panjang. Memang serba
salah bagi Kumala, dan Rayo menyadari persoalan
dilematis yang dihadapi kekasih nya. Ia tak bisa mendesak
Kumala sekehendak hatinya, mengingat Kumala punya
beban lain. Beban itu adalah masalah kecil tapi sangat
menjengkelkan dan bisa membahayakan pihak lain jika
tidak segera diatasi.
Seperti yang terjadi tadi siang, hampir saja Kumala
marah melihat Buron hidungnya mengucurkan darah segar
tiada hentinya. Buron adalah asistennya Kumala khusus
untuk urusan gaib. Dia adalah jelmaan dari Jin Layon yang
kesaktiannya pernah dilumpuhkan oleh Kumala, sehingga
kini ia mengabdi kepada sang putri tunggal Dewa Permana
itu. Sama halnya dengan Sandhi, Buron pun sudah
dianggap seperti saudara sendiri oleh Kumala. Maka"
ketika Buron muncul dari belakang menghampiri Kumala
yang sedang bicara lewat telepon dengan seseorang emosi
Kumala sempat meletup melihat Buron berlumuran darah.
Dari hidungnya keluar darah yang mengucur pelan
tapi sukar dihentikan.
"Kenapa kamu, Ron" !"
"Uhhk, uuhk... Ueehi, uehi..."
Makin berkerut dahi si cantik Dewi Ular mendengar
Buron bicara dengan kata-kata tak jelas. "Kamu ngomong
apa sih"!"
Dewi Ular buru-buru memegang kening Buron


Dewi Ular Parit Kematian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan telapak kirinya. Hawa sakti disalurkan ke dalam.
kepala Buron. Beberapa saat kemudian kucuran darahnya,
berhenti. "Ueehi, uuhk... hai ik, haik...."
Sandhi yang baru keluar dari kamarnya merasa
heran juga mendengar Buron bicara tak jelas.
"Lu kenapa jadi kayak babi mau disembelih begitu,
Ron" Haik, haik... ngomong apaan sih?"
Kumala menatapnya sambil menurunkan letupan
emosinya. Buron sibuk mengusap sisa kucuran darah dari
hidung memakai tissue gulungan yang baru saja diberikan
oleh Sandhi. "Lu mimisan apa miskram sih?" Sandhi masih bicara
dengan konyol, karena memang ia sulit bersikap serius jika
Buron sedang dalam masalah. Maklum, kesehariannya
Buron juga sering berulah konyol dan usil kepada Sandhi,
sehingga Sandhi pun selalu memanfaatkan kelemahan
Buron untuk membalas kekonyolannya.
."Auhk, ui h, uuhg, uug.. !" kata Buron sambil
tangannya bergerak-gerak menunjuk ke arah ruang
belakang. "Kok jadi kayak orang gagu dia?" ujar Sandhi kepada
Kumala. "Ada yang menotok pita suaranya, sehingga jadi
kusut," kata Kumala dengan suara pelan dan merasa
sangat prihatin.
Tangan kanannya segera memegang leher Buron,
seperti mau mencekik, namun dilakukan dengan lemah
lembut. Leher itu diusapnya tiga kali dari atas ke bawah.
Buron sempat kelojotan seperti orang dicekik.
Namun, pada usapan ketiga ia bisa mengerang dan
menghembuskan napas panjang. Lega sekali. Lalu, is
dapat bicara dengan normal kembali.
"Barbie benar-benar anak celaka! Brengsek banget
tuh anak!"
"Barbie lagi!" geram Kumala. "Mana anak itu
sekarang?" Buron belum sempat menjawab, Sandhi sudah
bertanya. "Memangnya kenapa?"
"Dia nggak mau kubujuk untuk makan. Kata
Kumala, paksain aja kalau tuh anak nggak mau makan.
Eeh, giliran gue paksain, gue dilempar permen karet yang
sedang dikunyahnya. Pluuk... ! Nempel di tulang hidung
gue, sakitnya, seperti dihantam pakai kayu balok.
Tenggorokkan gue juga sakit, seperti disumbat karet busa
dengan paksa. Gue jadi nggak bisa ngomong dan...
mimisan terus."
"Waah, emang gawat tuh anak," ujar Sandhi kepada
Kumala. "Dan sejak kedatangannya selalu bikin ulah,
selalu merepotkan kami, dan... kalau boleh aku usul,
jangan ditaruh sini deh anak temuanmu itu, Kumala. Kami
kewalahan."
"Kusarankan," timpal Buron, "...kalau kamu jadi
berangkat lagi ke Kahyangan, bawalah anak itu. Jangan
bebankan dia kepada kami di sini. Aku nggak sanggup
ngatasin anak itu. Makin lama makin kayak bocah liar!"
Kumala berseru, "Barbie ...!! Baarrbbi ie ..!!!" sambil
melangkah sampai di perbatasan ruangan makan dengan
ruang keluarga. Namun yang didengar Kumala justru suara
Mak Bariah, pelayannya untuk urusan dapur.
"Non Malaaa... ! Tolongin saya ! Tolongii n....!!! "
Sandhi tersentak kaget, "Wah, kenapa tuh Mak
Bariah"!"
"Pasti si bocah setan itu lagi!" geram Buron sambil
melangkah terburu-buru menghampiri suara Mak Bariah,
sementara Sandhi sudah lebih dulu berlari menemui Mak
Bariah. Gadis cilik berwajah mungil cantik bak boneka
Barbie tertawa-tawa kecil kegirangan. Ia berdiri di atas
sehelai daun talas hias yang berbintik-bintik merah kuning.
Ia menertawakan Mak Bariah yang berbadan agak
gemuk itu sedang kebingungan karena tak dapat
mengangkat kakinya. Kedua kaki Mak Bariah seperti
merekat kuat pada batu taman yang datar dan berwarna
hitam itu. Jangankan mengangkat kaki, menggeser telapak
kakinya pun tak bisa. Telapak kakinya seolah-olah telah
menjadi satu dengan batu tersebut.
Setiap kakinya disentakkan agar terangkat lepas
dari batu, Mak Bariah justru jatuh terhempas dalam posisi
duduk. Atau terpelanting miring. Hal itu terjadi setelah Mak
Bariah menegur si Barbie yang tadi membuat hidung Buron
berdarah. Mak Bariah juga memaksa Barbie agar segera
masuk, menemui Kumala dan meminta maaf pada Buron.
Namun, gadis berusia sekitar 6 tahun yang memiliki
rambut panjang halus lembut dengan bagian depan diponi
rata itu menolak ajakan Mak Bariah.
la kesal ketika Mak Bariah menarik lengannya
sedikit kasar. Dengan tatapan mata beningnya yang tajam
si kecil Barbie berkata menyentak galak.
"Aku nggak mau! iihh... !" seraya telunjuknya
menuding ke arah kedua kaki Mak Bariah, dan, sejak saat
itu Mak Bariah tak bisa mengangkat kakinya, bahkan tak
mampu menggeser sedikit pun. Upaya untuk bisa
mengangkat kaki justru membuat Mak Bariah jatuh berkalikali, dan keadaan itu membuat kejengkelan si Barbie
bagaikan sirna. Berganti tawa geli dan kegirangan,
sehingga ia melompat-lompat lalu hinggap di atas sehelai
daun talas hias.
Dewi Ular bertolak pinggang sambil geleng-geleng
kepala. Pandangan matanya tertuju pada Barbie dengan
tajam. Tawa gadis kecil itu perlahan-lahan surut. Namun
bukan berarti anak itu merasa takut. Hanya tampak segan
dan sungkan melihat Kumala menatapnya dengan penuh
wibawa. "Apa yang kamu lakukan, Barbie?"
Gadis kecil itu berlagak tidak mendengar,
memandang ke arah lain seraya tangannya mempermainkan ujung rambut panjangnya.
"Ayo, turun!"
Barbie melompat dari atas daun talas hias. Jatuhnya
kaki ke tanah tak menimbulkan suara sedikit pun, padahal
daun talas hias itu tingginya sekitar 70 centimeter,
bertangkai kecil, basah, mudah patah.
Jika bocah biasa, tak akan mampu berdiri .di atas
daun selunak itu. Jika tak memiliki keistimewaan ia pun tak
mungkin dapat membuat kedua kaki Mak Bariah terpatri di
tempatnya berdiri. Juga, ia tak akan bisa membuat hidung
Buron bercucuran darah dengan lemparan permen karet
seandainya si Barbie tak memiliki kesaktian yang cukup
tinggi. "Buron itu kan jelmaan jin, yang kesaktiannya bukan
kesaktian kelas teri, tapi dia dibuat tak berkutik oleh bocah
setan itu. Bayangkan saja, seberapa tinggi sebenarnya
kesaktian yang dimiliki anak itu"!" kata Sandhi kepada Mak
Bariah, setelah perempuan itu terbebas dari pengaruh
gaibnya Barbie.
Bukan anak itu yang membebaskan. Ia tak mau
membebaskan kaki Mak Bariah. Maka, Kumala Dewi
segera menepuk punggung Mak Bariah. Tepukan tangan
pelan itu membuat kedua kaki Mak Bariah seperti terlepas
dari belenggu yang menjeratnya kuat-kuat itu.
Kumala Dewi memberi isyarat dengan mata agar
Mak Bariah dan yang lain meninggalkan tempat itu.
Lalu,Kumala pun mendekati Barbie yang memetik
bunga-bunga kecil di tepian kolarn bias.
"Barbie,kamu sudah nggak suka ikut kakak lagi,ya?"
"Suka. Aku masih betah tinggal bersama Kak Mala."
"Kalau masih betah kenapa kamu bikin jengkel
kakak terus?"
"Enggak kok, aku cuma bikin jengkel Mak Bariah
dan Bang Buron."
"Itu sama saja memancing kakak untuk marah!"
Barbie menundukkan kepala, bibir indahnya meruncing
lucu. "Kan kakak udah bilang berkali-kali, Barbie nggak
boleh bandel. Harus nurut sama orang yang lebih tua.
Kenapa Barbie nggak mau turuti nasihat kakak sih?"
"Nggg... nggg... habis, mereka bikin kesel aku sih.
Orang aku nggak mau makan dipaksa, nggak mau ke
dalam dipaksa... Aku kan nggak suka dipaksa-paksa
begitu, Kak."
"Kamu bisa jelaskan pada mereka, tapi tidak perlu
harus usil, jahil, dan pamer kesaktian kayak tadi. Nggak
boleh takabur. Orang yang takabur akan jatuh oleh ulahnya
sendiri. Ngerti?"
Barbie mengangguk pendek. Ia tak berani pergi dari
hadapan Kumala Dewi yang dianggap sebagai kakaknya
sendiri. Padahal mereka bukan kakak beradik.
Bahkan Kumala sendiri tidak tahu siapa orang tua
anak itu. Namanya pun tidak tahu, sebab ketika ia
menemukan Barbie di alam lain yang disebut ruang hampa
gaib, keadaan anak itu menyedihkan sekali. la juga
terperosok ke situ dan mengalami amnesia akibat
terbentur-bentur kepalanya, sehingga ia tak ingat jati
dirinya lagi . Anehnya, kesaktian teropong gaibnya Kurnala tidak
dapat untuk menembus kehidupan anak itu sebelumnya.
Kumala juga gagal mengembalikan ingatan anak itu.
Yang dapat dicapai oleh teropong gaibnya Kumala
hanya sebagian batas kesaktian anak tersebut. Hanya
sebagian. Kumala tidak dapat mengukur secara
keseluruhan potensi gaib yang dimiliki Barbie.
Nama Barbie itu sendiri diberikan oleh Kumala
sebagai ganti nama yang sama sekali tak diingatnya. Wajah
anak itu cantik mungil seperti wajah boneka, sehingga
Kumala menamainya Barbie.
Dan, peristiwa terjebak dalam ruang hampa gaib
merupakan kejadian yang menyimpan sejarah sendiri bagi
Kumala, sehingga ia tak dapat melupakan Barbie begitu
saja. Hanya Barbie-lah satu-satunya teman Kumala yang
bisa diajak bicara dan bisa diajak mencari jalan keluar dari
alam tersebut. Di tambah lagi, secara tak sadar mereka
berdua sudah saling jatuh hati, sehingga Kumala merasa
punya kewajiban melindungi dan mengembalikan
kehidupan Barbie yang sebenamya.
Andai saja Kumala. tidak sedang berhadapan
dengan kasus kehamilan Rayo, maka ia akan berusaha
mempertemukan Barbie dengan orang tua kandungnya.
Sebab ia yakin, Barbie akan lebih bahagia jika hidup
bersama kedua keluarganya sendiri.Tetapi persoalannya sekarang menjadi tambah
runyam, karena Barbie selalu bikin ulah menjengkelkan di
depan siapa saja. Tidak ada orang yang ia takuti, selain
Kumala. Tidak ada perintah yang ia patuhi, selain
perintahnya Dewi Ular.
Barbie sering menggunakan kesaktiannya untuk
ngerjain' orang lain, tanpa mempedulikan keselamatan jiwa
orang tersebut. Kenakalan Barbie inilah yang membuat
Kumala pusing tujuh keliling. Ia harus berangkat ke
Kahyangan , Barbie tak mungkin dibawanya.
Tapi jika anak itu ditinggal, siapa yang bersedia
mengasuh dan merawatnya" Tidak ada. Sandhi tidak
sanggup. Buron mengaku akan kewalahan menghadapi
anak misterius itu, begitu pula halnya dengan Mak Bariah.
Semua menyatakan menyerah. Mereka takut celaka
sendiri. "Gue bisa mati nganggur kalau harus mengasuh
dia!" ujar Buron terang-terangan menolak. "Anak itu punya
kesaktian yang nggak jelas sumbernya tapi kayaknya udah
pasti melebihi gue."
Baru sekarang mereka menolak perintah Kumala.
Dan, Kumala sendiri tidak marah, karena sangat
memaklumi keadaan yang memaksa mereka terang-terangan menolak perintahnya.
"Saranku, pulangkan saja ke tempat asalnya"! bisik
Sandhi. "Saran yang bego," ujar Mak Bariah yang ikut dalam
pembicaraan tersebut. "Sudah jelas-jelas Non Mala nggak
tahu darimana asal anak itu, eeh pake lu saranin begitu?"
"Maksudku... kembalikan saja ke alam gaib sana,
tempat is ditemukan."
"Itu nggak mungkin," kata Kumala menarik napas
dalam-dalam, mencoba mencari ketenangan dalam
kebingungannya.
"Tapi kalau kamu menunda-nunda keberangkatanmu ke Kahyangan, nanti perut Rayo keburu
makin besar. Ingat, dia bisa melahirkan dalam hitungan
hari!!" sahut Buron mengingatkan.
"Ya, aku hgerti. Aku juga mempertimbangkan hal
itu,,Ron."
Semua diam. Semua berpikir dengan serius. Kumala
dalam kebimbangan yang menyiksa batinnya.
"Dititipkan pada Bang Pram, bagaimana?" usul
Sandhi dengan menyebutkan nama Pramuda yang
dikenalnya sebagai kakak angkatKumala Dewi sekaligus
boss utama di perusahaan tempat Kumala bekerja.
Maka, dalam benak Kumala terbayang kehidupan


Dewi Ular Parit Kematian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pramuda dengan seorang istri dan seorang anak, di mana
hampir tiada hari tanpa kesibukan bagi mereka.
Kumala Dewi pun menggeleng. "Nggak bisa.Barbie
hanya akan merepotkan atau bahkan mengacaukan
suasana rumah tangganya Pramuda dan Emmafie."
"Titipkan ke yayasan Yatim Piatu saja?" bisik Buron
seperti orang menggerutu.
Setelah termenung sesaat, Kumala menggelengkan
kepala lagi. "Barbie justru semakin liar jika hidup di sana, karena
nggak ada orang yang bisa melarang dan mencegah
kenakalannya."
Beban pikiran Kumala Dewi tanpa disadari telah
membuat rona kecantikannya tak memancarkan keindahan pesona sejati. Mirip sebuah cermin yang keruh
akibat hembusan angin berdebu. Senyumnya tampak
hambar. Tanpa getaran yang biasanya dapat membuat
jantung, berdesir dan hati berbunga-bunga.
Kedatangan Kumala Dewi pada malam itu membuat
Rayo Pasca sering menatap penuh curiga. Kumala sengaja
menyembunyikan beban pikiran yang menyiksa jiwa itu. Ia
tak ingin kekasihnya ikut merasakan siksaan batin
tersebut. Namun, agaknya Rayo segera dapat menerjemahkan makna senyuman hambar Kumala,
sehingga ia berkata dengan tenang dan tetap romantis.
"Sayang, berangkatlah memenuhi undangan itu.
Barbie biar bersamaku di sini."
Wajah cantik berbibir ranum sensual itu mulai
terangkat. Ada sedikit kejutan lembut di hati Kumala begitu
mendengar ucapan Rayo. Ia tak menyangka akan ada
penawaran seperti itu dan sang kekasih. Padahal
sebelumnya Rayo pernah mengatakan bahwa kenakalan
Barbie yang didengarnya dari cerita Sandhi dan Buron,
adalah bukan kenakalan biasa. Tapi kenakalan yang cukup
berbahaya clan mengandung resiko bagi siapa pun
pengasuhnya. " Kenapa kamu tiba-tiba punya ide begitu, Ray?"
Rayo tersenyum kalem. "Kamu mungkin belum tahu,
Barbie sering mainan telepon rumah. Dia sering telepon
kemari, mengajakku main tebak-tebakan, atau memintaku
mendongeng walau sebentar. Sehari bisa sepuluh kali ia
meneleponku meski cuma sekedar ingin menertawakan
kebodohatiku, ketika ikut gagal menjawab tebakannya."
"Tapi hanya sekali dia kepergok sedang mainan
telepon, yaitu ketika ia belum tahu kegunaan telepone
Sejak itu, Sandhi selalu mengunci telepon supaya
nomornya nggak bisa dipencet-pencet lagi oleh Barbie."
"Bukankah kamu ,pernah bilang bahwa Barbie
punya kesaktian yang unik dan cukup tinggi" Apakah
menurutmu ia tidak bisa menelepon tanpa harus
memegang gagang teleponnya, seperti yang sering kamu
lakukan dari kamar tidurmu?"
Dewi Ular menarik napas panjang: Ia mengakui hal
itu bisa saja dilakukan Barbie karena memang pada diri
gadis kecil itu ditemukan sebentuk kesaktian serupa
dengan kesaktian yang ia miliki, yaitu menyentuh sesuatu
dari jarak jauh.
"Jadi menurutku, biarlah dia bersamaku di sini
selama kau menyelesaikan urusan dengan pihak
Kahyangan."
"Kau belum tahu seberapa tinggi kenakalan anak itu
Ray." "Setidaknya aku bisa belajar bagaimana mengatasi
kenakalan seorang bocah. Kita kelak juga akan memiliki
anak ",seusia dia juga, kan" Jadi.... Kenapa tidak, Lala?"
Dewi Ular hanya bisa tertegun memandangi
kekasihnya. Keharuan yang indah melintas di hatinya
manakala is mendengar Rayo Pasca sudah berkhayal
tentang anak-anak mereka kelak. Tetapi persoalan yang
mengganjal di hati Kumala bukan karena khayalan Rayo,
melainkan tawaran Rayo yang masih diragukan itu.
Kenakalan Barbie dapat membuat kondisi kandungan Rayo mengalami gangguan, atau bahkan rusak
dan membahayakan jiwa pemuda bermata teduh itu. Jika
hal itu sampai terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab"
Padahal janin yang dikandung Rayo bukanlah janinnya
sendiri, tapi janin titipan yang diambil entah dari dalam
kandungan wanita mana.
Sampai sepuluh menit lamanya Kumala belum
menyatakan setuju dengan usul dan saran kekasihnya itu.
*** 2 BULAN sabit menerawang di balik mega. Wajah.
malam tak terlalu kelam. Samar-samar terlihat bayangan
pohon jatuh ke tanah kering. Tanda-tanda kehidupan
masih terlihat di beberapa tempat. Termasuk didalam
sebuah rumah bercorak bangunan lama, namun tak terlalu
tua. Masih kelihatan sinar lampu di dalamnya yang
berwama pucat. Bukan dari jenis neon, tapi dari bohlam
biasa. Sederhana. Begitulah kesan penampilan rumah
yang halaman depannya cukup luas itu. Memiliki beberapa
pohon buah yang tumbuh di tempat-tempat tertentu.
Daunnya yang lebat, dahan-dahannya yang mengembang
menyerupai payung, telah membuat rumah itu tampak
teduh, namun jugs misterius. Temaramnya cahaya bulan
sabit seperti malam ini , membuat rumah itu seakan-akan
memancarkan pesona klasik berbau mistik.
Rumah itu memiliki ruang tamu tak terlalu lebar. Di
ruang tamu itu terdapat pintu setinggi 3 meter. Pintu
tersebut menghubungkan ruang tamu dengan ruang
tengah. Lagi-lagi ruang tengahnya juga tidak terlalu lebar.
Ada lemari hitam berukir dengan kaca agak buram. Lemari
itu diletakkan di tengahjalan masuk, sehingga ,keberadaan
ruang tengah tak dapat dilihat dengan bebas dan ruang
tamu. Di balik almari berisi barang pecah belah model
lama itu terdapat meja marmer bundar dengan empat kursi
kayu merigelilinginya. 'Perabot yang ada, itu semuanya
tergolong barang kuno dan antik. Di meja marmer tanpa
taplak itulah terjadi pembicaraan serius yang dilakukan
oleh dua orang.
Masing-masing duduk di kursi berseberangan meja.
"Yang sangat kusayangk?n adalah keterlambatanmu. Kenapa baru tadi siang kamu.dan
istrimu datang meminta bantuanku" Seharusnya saat itu,
atau paling tidak kemarin kalian datang ke mari. Jadi, aku
bisa melacaknya dengan mudah."
"Yaaah, maklum sajalah, Mak... saya dan istri saya
sama-sama panik. Mak Ayu bisa bayangkan sendiri, kayak
apa bingungnya kami setelah tahu keadaan yang
sebenarnya. Ranni, istri saya itu, cuma bisa nangis dan
ketakutan. Saya sendiri, sibuk menenangkan dia. Nggak
ngerti mesti bagaimana."
"Hmmmmmm... ," perempuan yang dipanggil Mak
Ayu itu manggut-manggut dalam gumam panjangnya yang
lirih. Matanya menatap nanap wajah lelaki di depannya.
"Apa ada bedanya datang sekarang dengan kemarin,
Mak?" "O, ya beda sekali dong! Kalau kalian datang
kemarin, berarti belum lewat dari tiga hari. Kalau sekarang
kan sudah lewat dari tiga hari. Peristiwa gaib yang terjadi
lebih dari tiga hari, maka bekas hawa gaibnya sudah hilang
tuntas. Bersih. Tapi kalau sebelum lewat dari tiga hari,
maka bekas hawa gaibnya masih tertinggal dan rnudah,
dilacak siapa pelakunya Mau ke mana perginya."
Kini ganti lelaki berusia 32 tahun itu yang
menggumam dan manggut-manggut. Raut wajahnya
menggambarkan penyesalan hati yang masih terbungkus
kesedihan. Pria berkulit coklat yang masih tampak muda dan
memiliki ciri ketampanan pria Timur Tengah itu kembali
merasa berdebar-debar lagi. Debar-debar kali ini adalah
debar-debar aneh yang ketiga kalinya ia rasakan sejak
bicara empat mata dengan Mak Ayu.
"Kenapa jadi deg-degan lagi sih" Tadi udah nggak,
sekarang deg-degan pikirnya dengan heran. Tak lama
kemudian debar-debar yang ia rasakan itu hilang. Normal
kembali. Bertepatan dengan terdengarnya suara Mak Ayu
berkata padanya.
"Kata Astin, teman istrimu yang tadi siang ikut
mengantar kalian kemari itu, sudah sarankan berkali-kali
agar kalian segera datang kemari. Dia bilang, sejak
peristiwa malang itu menimpa istrimu, dia sudah kasih
tahu tentang keberadaanku dan kemampuanku di dunia
gaib. Tapi kalian nggak tanggapi saran itu, ya" Kalian
meragukan kemampuanku, kan?"
"Jujur saja, bukan kemampuan Mak Ayu yang kami
ragukan, melainkan keseriusan Astin yang kami ragukan.
Soalnya Astin.suka becanda " .
"Fardan...," potong Mak Ayu. "Aku lebih bertoleransi
pada orang yang berani mengakui kesalahan atau
kelemahannya, daripada orang yang berbelit-belit cuma
mau cari alasan buat menutupi kebodohannya."
Pria berambut agak ikal itu akhirnya tersenyum
malu."Maafkan kami, Mak Ayu. kalau toh waktu itu saya
dan Ranni menyangsikan kemampu an Mak Ayu, saya rasa
itu hal yang wajar. Karena saya dan Ranni belum pernah
kenal Mak Ayu dan informasi tentang Mak Ayu hanya kami
dapatkan dari Astin."
"Karena aku pernah .membantu Astin mendapatkan
sesuatu yang di mpikan dalam hidupnya. Tanpa bantuanku,
Astin nggak akan kawin dengan anak pengusaha besar
yang sekarang jadi suaminya itu."
Fardan menggumam dalam hatinya, "O000 rupanya
begitulah rahasia perkawinan Astin dengan anak
pengusaha kaya itu" Jadi... Rangga mengawini Astin bukan
karena cinta, tapi karena dipelet oleh Astin melalui
kemampuannya mak Ayu?" Pikiran itu segera disingkirkan
dari benak Fardan. Ia datang ke rumah itu bukan untuk
mengungkap rahasia perkawinan Astin dengan Rangga,
tapi untuk suatu kepentingan nasib rumah tangganya
dengan Ranni. " Sekali, lagi, saya dan istri saya mohon maaf kalau
sempat meragukan Mak Ayu," ulang Fardan dengan
merendah, dan agaknya hal itu disukai Mak Ayu yang
manggut-manggui lagi sambil melepaskan napasnya.
"Kembali ke masalah saya, Mak Ayu... kata Fardan
lagi. "Jadi, seperti yang Mak Ayu bilang tadi siang, bahwa
kandungan istri saya bukannya hilang tapi memang ada
yang mencurinya, begitu kan?"
"Ya. Dan, kalau kalian datang sebelum tiga hari dari
hilangnya kandungan istrimu, maka aku bisa dengan
mudah melacak di mana sebenarnya janin dalam
kandungan istrimu herada, dan siapa pelakunya pun bisa
kulihat dengan mudah."
"Saya paham, Mak Ayu. Sekarang keadaan sudah
begini, Sudah lebih dari tiga hari kandungan istri saya
hilang. Apakah berarti kami nggak bisa dapatkan kembali
janin keturunan kami itu, Mak Ayu?"
"Sulit, Far..."
"Kalau memang nggak bisa, lalu untuk apa Mak Ayu
tadi siang suruh saya datang lagi pada malam ini" Kenapa
saya harus datang, tanpa membawa istri saya, dan tanpa
diantar oleh Astin?"
Lelaki berkumis tipis dan sedikit bercambang itu
menatap dengan kesan protes. Rasa jengkel mulai tumbuh
dalam hatinya. Tadi siang ia datang bersama istrinya,
diantar oleh Astin. Keluhannya sudah disampaikan, dan
Mak Ayu sudah menjelaskan dengan sangat meyakinkan,
bahwa hilangnya kandungan Ranni adalah akibat
kejahatan gaib, yaitu ada pihak yang mencuri kandungan
itu dengan tujuan yang belum jelas.
Tadi siang Mak Ayu menyatakan akan berusaha
membantu mengembalikan kandungan Ranni, tapi ia minta
Fardan datang lagi pada malam harinya untuk
pembicaraan lebih lanjut. Dan, sekarang Fardan sudah
datang tapi Mak Ayu justru terkesan semakin
menghancurkan harapan Fardan bersama istrinya.
Protes kecil itu ditanggapi Mak Ayu dengan tenang.
"Secara perhitungan waktu, kandungan istrimu yang hilang
itu memang sudah tidak bisa dilacak lagi keberadaannya.
Tetapi masih ada satu cara lagi yang bisa kulakukan untuk
mendapatkan kembali kandungan istrimu itu."
Wajah kesal Fardan mulai mengendur. Lama-lama
wajah itu memancarkan keceriaan. Seolah-olah tunastunas harapan mulai tumbuh lagi di ladang hati Fardan.
Semangatnya untuk merebut kembali calon anak
pertamanya itu terlihat mulai berkobar lagi.
"Terima kasih, Mak... terima kasih sekali kalau Mak
Ayu masih mau membantu saya mendapatkan kembali
kandungan istri saya, rnelalui cara lain yang Mak Ayu
katakan itu. Sampai kapan pun saya tetap penasaran dan
akan berusaha dengan berbagai cara. untuk mendapatkan


Dewi Ular Parit Kematian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali kandungan istri saya. Sebab yang ada dalam
kandungannya itu adalah anak pertama kami, Mak Ayu.
Saya tidak mau kehilangan .anak pertama! Karena saya
masih berpegang pada adat kepercayaan dari leluhur yang
menyebutkan, bahwa.. anak pertama adalah mahkota bagi
keluarga."
Adat kepercayaan itulah yang membuat Fardan
nyaris pingsan ketika mendapat penjelasan dari dokter
yang memeriksa kandungan Ranni, bahwa janin yang
dikandung Ranni hilang tak berbekas. Bahkan hasil
pemeriksaan lebih lanjut menyebutkan, perangkat
kehamilan dalam perut Ranni juga ikut hilang. Ranni tak
ubahnya seperti kaum laki, tanpa perangkat kehamilan di
dalam perutnya.
Secara medis hal itu sulit dijelaskan. Tetapi secara
magis peristiwa itu mudah dijelaskan oleh Mak Ayu.
Menurutnya ada pihak yang punya kepentingan dengan
kandungan Ranni. Ia mencurinya dan menyembunyikan di
suatu tempat yang tidak mudah dilacak oleh siapa pun,
selain oleh mereka yang memiliki kekuatan gaib kelas atas
atau kesaktian tingkat tinggi.
Maka, begitu rnendengar Mak Ayu masih punya satu
caralagi untuk mengembalikan kandungan Ranni, Fardan
mulai berdebar-debar penuh harap. Senyum harapan ceria
mulai membayang diwajah bercambang halus dan tipis.
Ia menunggu Mak Ayu melanjutkan penjelasannya,
tapi yang ditunggu justru tak segera bicara. Mak Ayu
menatap Fardan dengan tatapan mata yang makin lama
dirasakan Fardan semakin aneh.
"Kenapa dia memandangku begitu?" pikir fardan
mulai salah tingkah. Ia coba untuk menenangkan sikapnya.
Namun hati tetap berkecamuk bagaikan berbisik di
telinganya sendiri.
"Sorot pandangan matanya menjadi sayu. Senyum
kecil yang tersungging di sudut bibirnya seperti
mengandung maksud tertentu" Wah, gawat! Kenapa jadi
begini ya?" Fardan tak mungkin memungkiri pendapat
hatinya yang mengatakan, bahwa Mak Ayu memang sosok
perempuan yang ayu. Ia masih muda, sekitar 35 tahun.
Sebenarnya belum pantas dipanggil Mak. Tapi mungkin
panggilan itu punya makna sendiri, sehingga menjadi
pantas apabila ia dipanggil: Mak Ayu.
Dari tadi Fardan terganggu kecantikan Mak Ayu yang
bertubuh sekal, padat berisi, dengan sepasang dada yang
montok. Mengundang selera lelaki untuk melamun jorok.
Dengan alis yang tebal namun tersusun rapi, dan rambut
ikal yang panjang selewat bahu, Mak Ayu sering membuat
jantung Fardan berdetak-detak dan hati berdesir-desir.
Tatapan mata yang agak besar namun melentur. sayu itu
bagaikan pisau asmara yang siap merobek hati lawan
jenisnya dengan rintihan mesra.
"Dan tadi tatapan matanya sering membuatku
merasa melambung dan melayang-layang
dalam keindahan. Jangan-jangan tatapan matanya itu mengandung kekuatan magis" aku harus hati-hati nih.
Jangan sampai kena ilmu peletnya dia," bisik hati Fardan
untuk mengingatkan dirinya sendiri.
Tetapi yang dirasakannya semakin lama semakin
jelas, bahwa hasrat kejantanannya bertambah besar.
Nyaris mengalahkan kesadaran batinnya. Fardan pun
merasakan kegelisahan yang kian menjadi-jadi dalam
hatinya. Apalagi sekarang suara Mak Ayu tidak setegas
tadi, tapi terdengar lebih lembut, lebih mendayu, dan lebih
sering disertai desahan napas tipis.
"Dari sorot matamu, aku menemukan bayangan
'keberhasilan.. Keberhasilan mendapatkan kembali anak
pertamamu."
"Oh, ya" Benarkah?" Fardan semakin berseri-seri.
"Tapi aku harus gunakan cara yang sangat berat.
Maksudku, berat dikerjakannya, dan berat syaratnya.
Mungkin kamu nggak sanggup memenuhi syarat itu.
Padahal syarat itu adalah maharnya. Mahar ini tebusan."Kata-kata yang diucapkan dengan pelan, lirih, dan
bercampur sedikit desah napas itu membuat Fardan
tertegun menatap tak berkedip. Bukan hanya kata-kata
Mak Ayu yang diperhatikan Fardan, tapi gerakan bibirnya
juga sangat diperhatikan. Bibir yang sedikit tebal tapi
sangat sensual itu setiap kali bergerak bagaikan ajakan
mesra menuju ranjang cinta.
"Mau tambah minumanmu?"
Fardan menggeragap. Ia tidak lagi terlena. "Hmm,
eeh... nggak usah, Mak. Ini kan masih ada..."
"Pelayanku tadi ke mana, ya" Udah tidur kali?"
Mak Ayu bangkit dari duduknya. Ia pergi ke
belakang. Mencari pelayannya, tapi agaknya si pelayan
sudah tidur, sehingga ia kembali lagi ke tempat semula.
Namun kali ini is tidak duduk di kursi yang tadi. Ia
berdiri di samping Fardan, agak menyandarkan pinggulnya
di tepian meja. Fardan beiusaha tetap tenang, tapi
sebenarnya darahnya mengalir deras akibat mencium
aroma wangi, parfum yang dipakai Mak Ayu. Wewangian itu
semakin membius jiwa. Sulit dijinakkan. Agar tak ketahuan
salah tingkahnya, Fardan menutupinya dengan sebuah
pertanyaan yang bernada series.
"Apa, syarat yang harus saya penuhi, Mak?"
"Aku sangsi, apa kau sanggup memenuhinya."
"Demi mendapatkan kembali janin anak pertama
saya, seberat apapun syaratnya, saya akan berusaha
memenuhinya, Mak."
Dalam keadaan masih berdiri santai kurang dari
satu jangkauan Fardan, Mak Ayu menyunggingkan
senyuman tipis yang lebih terkesan seperti senyum
pembangkit gairah.
"Benar, kau akan memenuhi syarat itu?"
Fardan menatap sambil mengangguk. "Ya, akan
saya penuhi. Katakan saja, apa syarat atau maharnya?"
Mereka beradu pandang dalam kebisuan selama
lima detik. Kemudian terdengar suara Mak Ayu menjawab
pertanyaan tadi.
"Bercinta."
Seperti tersundut puntung rokok hati Fardan.
Tersentak jantungnya, lalu bergemuruh suara detaknya di
dalam dada. Jawaban itu sebenarnya didengar dengan
jelas, namun Fardan berlagak sangsi dengan pendengarannya sendiri. la kerutkan dahi tanda tak jelas
dengan jawaban Mak Ayu.
"Tak ada mahar lain yang dapat menggantikannya.
Karena, di puncak kepuasan bercintaku itulah kudapatkan
kekuatan untuk menembus lapisan dimensi gaib, dan
mencari kandungan istrimu di sana. Bahkan akan
kutangkap pencurinya dan kuhancurkan dia di depan
matamu. Jadi, kau harus bisa memuaskan hasrat cintaku,
Fardan. Apakah kau keberatan?"
Fardan sungguh sulit melontarkan kata. Kerongkongannya terasa kering. Sekujur tubuhnya terasa
gemetar. Maka, yang dapat is lakukan hanya tersenyumsenyum tak jelas maksudnya.
Mak Ayu sedikit membungkuk agar lebih dekat lagi.
"Atau kau tak mampu memuaskan gairahku?"
"Hmm, eehh . kalau... kalau soal itu sih... hmm saya ragu..
." Karena ia menundukkan wajah, maka Mak Ayu
meraih dagunya, kemudian mengangkatnya hingga saling
beradu pandang. Jarak wajah keduanya sangat dekat. Mak
Ayu tidak perlu bersuara keras. Cukup dengan berbisik
mendesah sudah pasti dapat didengar oleh telinga Fardan.
"Buktikan kalau kau memang mampu memuaskan
hasratku... Terbangkan aku di puncak kepuasanku, maka
akan kucari janin anak pertamamu yang hilang itu..."
"Mak...." Fardan pun bersuara desah.
"Lakukan... Fardan..."
Gemuruh jantung Fardan semakin kuat, setelah ia
tahu bahwa ternyata Mak Ayu hanya mengenakan gaun itu,
tanpa selembar kain lagi di dalamnya. Mungkin kain yang
harusnya ada di balik gaun sudah ia lepaskan ketika ia
berlagak mencari pelayannya tadi. Fardan dapat
merasakan apa yang selama ini ditutupi oleh gaun itu,
sehingga sentuhannya semakin membuat Mak Ayu
mendesah dan mengerang berkali-kali.
Meja bundar tak seberapa besar. Namun
permukaan meja itu masih bisa digunakan Mak Ayu untuk
membaringkan badannya setelah semua pakaian
dibuangnya ke lantai. Rambutnya yang panjang betjuntai
berayun-ayun di tepian meja, akibat gerakan tubuhnya
yang mengamuk di saat Fardan menjelajahinya dengan
mulutnya. Mak Ayu sengaja tak mau membawanya ke ranjang,
karena ia menyukai emosi spontan yang dapat
membangkitkan gairah semakin liar.
Tak ada orang lain di rumah itu kecuali mereka dan
pembantu yang sudah tidur. Maka, Mak Ayu merasa
sebagai penguasa kebebasan, sehingga ia dapat berbuat
apa saja yang ia mau. Dan, anehnya, Fardan tak pernah
bisa menolak .apa saja yang diperintahkan Mak Ayu.
Jari tangan Mak Ayu kini menjentik. Seperti
memanggil seekor burung. Kliik... ! Seketika itu semua
lampu menjadi padam. Termasuk lampu yang ada di dapur.
Dalam kegelapan itulah Mak Ayu memperbudak Fardan
semakin gila lagi. Pria berwajah Timur Tengah itu menjadi
patuh dan setia melayani keinginan sang dukun sexy,
meski pun sebenarnya ia telah letih, namun toh ia tak
mampu menghindari tuntutan mesra Mak Ayu.
Yang terbayang di benak Fardan hanyalah amukan
birahi dan janin anak pertamanya. Rasa sesal akibat telah
mengkhianati sang istri dipendamnya jauh-jauh ke lubuk
hati. Biarlah ia rela melakukan semua ini asalkan ia
dapatkan kembali kandungan istrinya, yang akan
melahirkan anak pertamanya itu.
Namun, benarkah Mak Ayu mampu memenuhi
janjinya" Apakah Mak Ayu bisa mengetahui dimana
kandungan itu berada" dan siapa pencurinya"
Tak seorang pun tahu persis, siapa Mak Ayu ini
sebenarnya " Dilihat dari caranya mematikan semua lampu
hanya dengan menjentikkan jari, maka dalam hati Fardan
mengakui kehebatan MakAyu. Perempuan itu mempunyai
kekuatan gaib yang cukup meyakinkan.
Tapi seandainya Fardan tahu bahwa yang mencuri
kandungan istrinya itu adalah Dewa Jenaka, utusan dari
Kahyangan, apakah ia akan yakin bahwa Mak Ayu dapat
menangkap pencurinya " Apakah Mak Ayu punya kesaktian
yang cukup untuk menandingi kesaktian Dewa Bahakara
alias Dewa Jenaka itu "
Andai benar Mak Ayu bisa menemukan kandungan
istri Fardan berada di perut Rayo Pasca, apakah ia akan
merampas kandungan itu dengan merusak perut Rayo"
Apakah ia juga memiliki kesaktian yang cukup untuk
berhadapan dengan Dewi Ular alias Kumala Dewi itu"
*** 3 HUTAN pinus menghampar luas di kaki bukit. Bukit
itu tak seberapa tinggi. Lebih menyerupai gundukan tanah,
namun panjang dan membentang menyerupai benteng
pertahanan alami. Hutan pinus itu ada di seberang sungai.
Dan seberang sungai dapat dilihat jelas keindahan hutan
pinus itu. Sungguh mengagumkan.
Setiap pohon pinus tumbuh menjulang tinggi,
melebihi ketinggian pohon pinus pada umumnya. Dari
bawah sampai atas daunnya tumbuh rapi berbentuk
prisma. Pucuknya yang paling tinggi meruncing tapi tidak
meliuk turun. Tetap tegak mirip besi penangkal petir.
Keindahan hutan pinus itu terletak pada warnanya.
Setiap pohon mempunyai daun berwarna utuh. Ada
Yang daunnya berwarna biru, ada yang semua daunnya
berwarna merah, ada pula yang berwarna jingga dan
sebagainya. Semua warna ada di hutan pinus itu. Dan,
hebatnya, tidak ada dua pohon yang memiliki warna sama
tumbuh bersebelahan, Selalu berselang--seling, sehingga
komposisi warnanya memiliki tata seni yang tinggi.
Hutan pinus itu memiliki tanah yang tertutup bulu.
Sebenarnya rumput, tetapi saking lernbutnya jadi
menyerupai bulu-bulu halus. Semua rumput bulu tumbuh
rata denganwarna ungu. Ketebalan warna ungunya pun
rata semua. Selain itu di atas permukaan tanah terdapat
kabut tipis, bening, dan memancarkan warna hijau. Mirip
fosfor. Kabut itu hanya melayang-layang setinggi dua
jengkal dari permukaan tanah berumput ungu. Kabut itu
pun merata sampai ke atas perbukitan di seberang sana.
Ketinggiannya stabil. Agaknya kabut itu menyebarkart
keharuman yang lembut dan hangat. Begitu Pula batangbatang pinus yang tumbuh berjarak renggang itu memiliki
wewangian sendiri.
Keharuman batang pinus dan kabut hijau


Dewi Ular Parit Kematian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bercampur menjadi sate, membentuk aroma keharuman
yang tajam tapi menyegarkan. Tidak menyengat, tidak
kasar. Kelembutan aroma wanginya yang elegan dapat
membuai jiwa, bahkan mampu memaksa siapa pun untuk
berkhayal tentang keromantisan, terutama bagi 'yang
belum pernah datang ke hutan pinus itu.
"Berhenti di sini dulu, ah... ," ujar sebuah suara hati
yang baru saja tiba di seberang sungai.
Sungai itu. sangat lebar. Rentang tebingnya
mencapai sekitar 100 meter lebih. Hanya mereka yang
memiliki kemampuan terbang saja yang bisa melompati
rentang sungai untuk mencapai hutan pinus yang indah itu.
Siapa pun yang gagal melompati sungai dan jatuh ke
bawah, maka ia akan menghadapi kesulitan kedua, yaitu
memanjat tebingnya yang memiliki permukaan datar,
halus, dan licin seperti permukaan cermin.
Kedalaman sun-gai itu tidak dapat diperkirakan. Tak
terlihat bagian dasarnya, karena airnya berwarna hitam
kental seperti aspal mendidih. Arusnya cukup deras.
Bergolak seperti lahar panas. Mengeluarkan uap seperti
belerang. Tapi tak berbau. Diperkirakan jarak tepian sungai
sampai ke permukaan air mencapai sekitar 100 meter
juga. Sebenarnya sungai itu lebih tepat dikatakan sebagai
jurang. Hanya saja, sebagian penghuni Kahyangan justru
menyebut tempat itu dengan istilah parit
Mungkin bagi para dewa, melompati sungai lebar itu
semudah melompati parit, sehingga mereka lebih suka
menyebutnya parit. Dan, parit yang mengerikan itu adalah
tapal batas wilayah Kahyangan yang kedua. Jika di bumi
akan disebut Sektor II.
Pada saat itu Dewi Ular sengaja berhenti di tepi
sungai tersebut. Setelah tadi ia berhasil melintasi
perbatasan pertama dengan mudah, tanpa gangguan
apapun dan tanpa dilihat siapa pun, maka kini ia tiba di
perbatasan kedua dalam keraguan. Apakah ia harus
melanjutkan perjalanannya" Berarti la harus melompati
sungai dan memasuki hutan pinus indah itu. Atau diam di
situ saja tak perlu memasuki hutan pinus"
"Kalau aku nekat masuk tanpa Dewa Jenaka,
bagaimana, ya?" pikir dewi Ular. "Ntar jadi ribut kalau aku
masuk tanpa dia" Huuhh, ke mana sih dia" Sepanjang
perjalananku sampai sini nggak kutemukan jejak gaibnya.
Lalu sekarang... , ngapain aku di sini bengong saja" Kok
jadi kayak orang bego sih aku ini?"
Mungkin karena pikiran Kumala sedang kusut,
bingung memikirkan kekasihnya yang hamil, akibatnya ia
merasa serba salah dalam setiap langkah dan
tindakannya. Untuk itu, Kumala segera melakukan terapi
kejiwaan bagi dirinya sendiri. Melalui olah napasnya
Kumala menenangkan pikirannya yang simpang siur, dan
mengembalikan ketenangan batinnya.
Terapi olah napas itu bisa ia lakukan sambil apa
saja, termasuk sambil memperhatikan seekor burung yang
baru saja hinggap di salah satu pohon pinus seberang
sungai. Burung itu berbulu indah, warna-wami dan
berkilauan. Ekornya panjang berjuntai ke bawah, mirip
burung Cendrawasih.
Tapi kepalanya memiliki bulu tegak menyerupai
mahkota yang warnanya merah memancarkan cahaya
berpendar-pendar. Kadang redup, kadang terang. Burung
itu tidak terlalu besar, hanya seukuran burung kakatua.
Tapi karena bulunya lebat, maka kelihatan .gemuk.
"Aiih, bagus sekali burung itu"! Warnanya indah,
bentuknya lucu, bikin gemes aja!" Kumala menggeram
gemas dan senang. Matanya tampak berbinar-binar
memandangi burung aneh yang berpindah-pindah dari
dahan yang satu ke dahan yang lainnya itu.
"Aku ingin membawanya pulang ke rumah. Barbie
pasti suka dengan burung lucu itu!"
Sebagai putri dewa, Kumala punya cara sendiri
untuk menangkap seekor burung. Tidak sulit. Selama niat
utamanya bukan untuk mencelakai hewan itu, maka
sangatlah mudah untuk dapat menangkapnya.
-"Apa benar kau bisa menangkapku?"
Tiba-tiba terdengar suara seperti berbisik di telinga
Kumala. Sempat berpaling ke sana-sini wajah Kumala
mencari pemilik suara itu, namun jelas tak ada yang bicara
dengannya. Mulailah hati Kumala curiga dan radar gaibnya
pun mulai diaktifkan.
"Kalau kau benar-benar bisa menangkapku, coba
lakukan sekarang juga."
Suara seperti bebek itu terdengar lagi. Tidak terlalu
brisik, tapi cukup jelas di telinga Kumala. Ia pun tersenyum
setelah menemukan gelombang suara gaib yang ternyata
berasal dari burung indah itu.
Dengan menggunakan kesaktiannya Kumala pun
mengirimkan suara batinnya kepada burung indah di
seberang sana .
"Kaukah yang bicara padaku, Burung indah?"
"0, kamu bisa mendengar suaraku ya" Wah, hebat
kamu." "Kamu lebih hebat dariku. Apa kamu punya nama,
Kawan?" "Punya Tapi namaku bukan Kawan."
Di seberang sini Kumala tertawa kecil nyaris tanpa
suara. Burung bersuara seperti bebek itu berkata lagi.
"Kau bisamemanggilku: Jelita."
"Jelita" Ooh, nama yang bagus sekali itu. Sesuai
dengan keindahan bulumu."
"Jangan memuji begitu, nanti aku lupa daratan.
Kalau aku lupa daratan nanti aku terbang terus. Capek
kan. 0, ya... kamu juga punya nama?"
"Panggil saja aku: Kumala."
?"Siapa" Kumala" "
"Kau,pernah mendengar nama itu?"
"Hmmun, Kumala... " Waduuh. aku nggak ingat lagi,
pernah apa belum, ya" Kayaknya pernah, tapi kayaknya
belum." "Ya sudahlah... nggak perlu dibahas. Yang jelas,
sekarang aku ingin membawamu pulang ke rumahku.
Apakah kau mau, Jelita?"
"Selama kamu bisa menangkapku, aku akan tunduk
pada perintahmu, Kumala. Datanglah kemari dan
tangkaplah aku, hek, hek, hek, hek... !"
Burung indah itu tertawa bernada menantang.
Kumala jadi semakin geregetan. Ia ingin buktikan
kemampuannya biar si Jelita tak meledeknya lagi.
Tetapi baru saja Kumala ingin bergerak menyeberang, tiba-tiba muncul seekor burung hitam yang
cukup besar, seperti seekor burung rajawali.
Burung hitam itu melayang muncul dari sebatang
pohon tinggi .berdaun lebat, mirip pohon beringin. Tapi
batangnya yang menjulang tinggi mirip batang pohon jati.
Pohon itu tumbuh di sisi kanannya Kumala, berjarak
sekitar 50 meter dari tempat Kumala berada.
Agaknya burung hitam bercakar tajam itu mengincar
sesuatu dari balik kelebatan potion tersebut.
Ketika ia melesat terbang menimbulkan suara
gemuruh. Daun-daun pohon itu seperti diterjang angin
badai. Suara gemuruh itu memancing perhatian Kumala
Dewi. "Burung apa itu" Hemmm, sepertinya burung itu
sangat liar dan ganas" Oooh, dia bukan menuju ke arahku,
tapi... tapi mau menuju ke tempat si Jelita"!"
Burung besar b?rkepala hitam seperti jelaga itu
memiliki sepasang mata yang lebar. Menyeramkan.
Tampang angkernya terlihat jelas ketika ia terbang , pelanpelan mendekati arah sungai besar itu. Bahkan sempat
memutar arah dulu, mengelilingi pohon tempat
persembunyiannya tadi.
Sepertinya ia agak ragu untuk langsung menuju
hutan pinus, seolah-olah ia tahu bahwa dirinya sedang
diperhatikan oleh Kumala.
"Hei, Jelita... pergilah dulu ke lain tempat. Ada
burung angker sedang mengincarmu," kata Kumala.
Si Jelita seperti tak menghiraukan anjuran tersebut.
Ia melompat dari dahan yang satu ke dahan ya: ig lain
dengan lincah, seperti sedang bersenang--senang
sendirian. Tiba-tiba burung angker itu muncul dengan
kecepatan terbang cukup tinggi. Sasarannya jelas-jelas
menuju ke tempat si Jelita. berada. Wuussst .... !! .
"Oh, gawat! " Dewi Ular sedikit kaget melihat burung
itu tahu-tahu sudah melesat menyeberang sungai besar
Jelita terancam. Kumala tak bisa diatn. Ia lepaskan
pukulan sinar hijaunya dari tangan kanan. Tetapi sebelum
tindakan itu dilakukan, lagi-lagi Kumala dibuat tercengang
kaget oleh keadaan burung angker itu.
Zuuuubb, wuuusss... !
"Keakk !!"
Burung angker itu memekik tak bisa keras tak bisa
panjang. Sangatpendek. Karena ketika ia melayang di atas
sungai besar, tiba-tiba tubuhnya terbakar dan terbungkus
api. Api yang membungkusnya sangat cepat; hanya dua
detik, kemudian padam.
Burung itu memang masih melayang tapi sudah tak
punya bulu, tak punya daging dan tak punya apa--apa,
selain tinggal kerangka tulang-tulangnya saja. Berwarna
hitam arang. Kerangka tulang burung itu akhirnya
berantakan dan berjatuhan di kedalaman sungai besar itu.
"Gila... "! Hanya dalam sekejap burung itu berubah
jadi tulang-belulang, dan akhirnya hancur berantakan.
Wah, wah, wah... sungai ini mengandung uap beracun yang
sangat ganas"! Beruntung bukan aku duluan yang
menyeberang ke sana. Coba kalau aku duluan, oooh...
pasti aku sudah menjadi seperti dia"!"
Dewi Ular menarik napas dalam-dalam. Ia merasa
bersyukur dan lega, karena merasa lolos dari jebakan yang
mematikan. Sekarang ia bisa menyimpulkan bahwa sungai
besar itu memang dijadikan parit pertahanan bagi pihak
Kahyangan. Jika ada pihak yang bermaksud jahat ingin
menyelinap ke wilayah Kahyangan, mereka akan mati
hangus saat melintasi parit maut itu.
"Kalau begitu..," pikir Kumala. Untuk sesaat ia
menutup jalur gaibnya supaya kata-kata dalam benak atau
batinnya tidak didengar dari seberang sana.
"Kalau begitu,Jelita tadi sengaja memancingku agar
menyeberang ke sana, ,dan aku akan terbakar seperti
burung tadi dong" Wah, kalau begitu.. jahat sekali hati
burung indah itu?"
Kini jalur gaibnya dibuka lagi. Ia langsung
mendengar suara si Jelita yang tampak masih terbang
pendek berpindah-pindah dahan.
"Hey, Kumala. katanya kau mau tangkap aku" Aku
sudah lama menunggumu. Ayo, tangkap aku! Kalau aku
jenuh menunggu, aku pindah ke tempat lain yang jauh dari
sini. Kau kehilangan kesempatan untuk menangkapku,
Kumala. Ayo, cepat tangkap aku kalau memang kau
mampu, hek, hek, hek, hek... !"
"Jelita, rupanya kau memang bertugas menarik
perhatian pihak lawan agar menyeberangi sungai ini.
Ketika ia menyeberang, maka saat itulah ia mati karena
tipu dayamu. Hmm.... Caramu menghancurkan lawan
sangat halus, Jelita. Tapi cara itu adalah kebusukan bagi pihak yang ingin berteman denganmu."
"Hek, hek, hek, hek... cerdas juga kau rupanya. Tapi
kau belum tahu, Kumala... bahwa bagiku tidak ada teman
yang berada di seberang sana. Semua temanku pasti
berada di seberang sini, bukan di tempatmu berada,
Kumala. Jadi, kalau ada yang berada di tempatmu, berarti
dia adalah lawan yang harus kuhancurkan."
"Kau punya kelicikan. Tapi tidak semua kelicikanmu
selalu berhasil. Aku akan mengalahkan kelicikanmu, Jelita."
Burung itu menertawakan kata-kata Kumala.
"Jangan sesumbar di tepi neraka, Kumala: Dan tadi
kau hanya bisa sesumbar terus, tanpa ada bukti--bukti
kemampuanmu. Untuk apa" Lama-lama Parit Kematian
yang ada di depanmu akan menghisap semua darahmu
hingga kering kerontang. Kalau kau memang punya
kemampuan menangkapku, buktikan sekarang juga!
Jangan hanya bisa koar-koar dari seberang sana ..!! "
"Rupanya kau belum tahu siapa aku, Jelita."
"Belum. Apa kau hebat" Tunjukkan kehebatanmu
padaku! Ayo, tunjukkan.. "
Dewi Ular diam, menggumam dalam hati.
Menganggap hebat si Jelita, karena setiap kata-katanya
menimbulkan rasa penasaran pihak lain, sehingga pihak
lain akan menyeberangi Parit Kematian dan hancur seperti
burung angker tadi. Kumala mengakui kepandaian si Jelita
dalam mempengaruhi.pikiran lawan, dan membuat lawan
tahu-tahu terjerumus daiam kematiannya.
"Heeey, Kumala cantiiik... kalau kau tak punya
kemampuan menangkapku untuk apa kau berdiri di situ
terus" Pulang sajalah Nak. Cuci tangan, cuci kaki, terus
bobo, ya Sayang. Kamu masih anak ingusan. Nggak baik
main sampai ke tempat ini, Nak. hek, hek, hek, hek..."
Dalam hatinya Dewi Ular tersenyum tenang. Jelita
sengaja memancing emosi lawannya lewat penghinaan.
Bisa saja Kumala segera pergi dan tidak terpengaruh
dengan ejekan apapun yang dilontarkan si Jelita. Tapi dia
datang ke situ karena ada tujuan. Bukan sekedar ingin jadi
penyusup murahan. ada si Jelita atau pun tidak, Kumala
tetap harus menyeberangi Parit Kematian.
Maka, kata hatinya pun berseru kepada si Jelita.
"Aku akan datang ke tempatmu, Jelita!"


Dewi Ular Parit Kematian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O,.ya" Omong kosong yang keberapa kalinya ini"
Hek, hek, hek, hek... !"
Si Jelita rupanya memang belum tahu siapa yang
sedang dihadapi di seberang sana. Ia juga tidak tahu
bahwa Kumala Dewi mempunyai kesaktian yang bernama
Aji Cakra Saiju, anti panas dan anti beku. Kesaktian itu is
dapatkan dari Dewa Nathalaga yang kesohor angker dan
disegani di kalangan para dewa. Maka, kali ini Kumala
menggunakan kesaktiannya si Dewa Perang itu, kemudian
melesat cepat menyeberangi Parti Kematian.
Wuuubb, wuuussshh... !
Dewi Ular yang kali ini sengaja tidak merubah diri
dalam bentuk sinar hijau, seperti biasanya, kini tampak
Persekutuan Pedang Sakti 14 Pusaka Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pedang Golok Yang Menggetarkan 6

Cari Blog Ini