Ceritasilat Novel Online

Racun Kecantikan 1

Dewi Ular 84 Racun Kecantikan Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Dewi Ular-Tara Zagita
Racun Kecantikan
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daftar Isi : DAFTAR ISI : RACUN KECANTIKAN
SINOPSIS 1 2 3 4 5 6 (Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
RACUN KECANTIKAN
Oleh Tara Zagita
Serial Dewi U lar
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
scbagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sinopsis Kecantikan yang merupakan kebanggaan setiap wanita kini
terancam hancur. Ada racun yang menyerang khusus wanita
cantik dan merusak wajah.
Racun kecantikan itu disebarkan melalui udara, menurut
Kumala .. Entah siapa yang menyebarkan, yang jelas akan
memusnahkan seluruh kecantikan di dunia. Para top model
terancam karirnya, Mereka meminta perlindungan kepada
Dewi Ular, alias Kumala Dewi. Tetapi pada saat yang genting
itu justru Kumala sendiri kehilangan kecantikannya. Pesonanya
sebagai bidadari asli Kahyangan nyaris hilang akibat terkena
racun yang sulit disembuhkan.
Hal yang paling mengherankan adalah turunnya dewa galak
yang sangat ditakuti oleh Buron, si jelmaan Jin Layon itu.
Dewa tersebut adalah Dewa Nathalaga yang dikenal pula
sebagai Dewa Perang. la mencari Kumala yarg kala itu sedang
berlibur. Buron dan Sandhi bertanya-tanya, mengapa Dewa
Perang mencari Kumala "
Mungkinkah si Dewa Perang itu yang menyebarkan racun
kecantikan "
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 SORE ini, putri tunggalnya Dewa Permana dan Dewi
Nagadini yang dikenal dengan nama Kumala Dewi alias Dewi
Ular, sedang mengikuti senam Poco-poco di sebuah kantor.
Kumala sengaja diundang oleh seksi olah raga kantor tersebut
untuk menyemarakkan kegiatan bugar bersama, yaitu senam
Poco-poco. Tentu saja para pesertanya semua wanita, baik
usia muda, separoh baya, maupun yang sudah cukup tua.
Hanya yang berusia 70 tahun ke atas tidak diperkenankan
ikut, dikhawatirkan akan mengalami kerontokan organ
tubuhnya. Tapi bukan itu yang utama. Bukan itu yang terpenting.
Kedatangan seseorang di tempat tersebut itulah yang
paling utama diperhatikan Dewi Ular. Ia mendapat informasi
tentang rencana kehadiran Nyonya Ivone, pengusaha sukses
yang punya hubungan dekat dengan Zus Dibba. Wanita yang
bernama Zus Dibba itu adalah guru senam yang mengajar di
beberapa tempat. Dan, Kumala cukup kenal dengan Zus
Dibba. Kabarnya, kemarin malam Zus Dibba mengalam i m impi
aneh tentang Nyonya Ivone. Mimpi anehnya itu diceritakan
kepada Kumala Dewi, sehingga Kumala merasa perlu
menemui Nyonya Ivone. Bagi Kumala, mimpi itu bukan
sekedar aneh, tapi mengandung bahaya tinggi bagi Nyonya
Ivone Semacam petunjuk gaib telah terjadi dan diterima Zus
Dibba melalui m impinya itu.
"Aneh tapi menyeramkan bagiku, Kumala," kata Zus Dibba
tadi s iang. "Aku seperti melihat jelas Nyonya Ivone mencuci mukanya
dengan cairan emas. Setelah ia cuci muka dengan cairan emas
itu, sekujur tubuhnya berubah menjadi seperti patung emas,
tapi bisa jalan dan bisa bicara biasa. Dia menyuruhku mencuci
muka dengan cairan itu juga "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Zus Dibba mau?"
"Nggak. Aku menolak dan membiarkan dia pergi."
"Bagus. Untung sekali Zus Dibba menolak."
" Apa ada bahayanya kalau seandainya dalam mimpi itu
aku mau disuruh cuci muka dengan cairan emas itu?"
Dewi Ular mengangguk kalem. "Ada makna. yang cukup
mengerikan dari mimpi itu. Untuk lebih jelasnya, biarkan saya
menemui Nyonya Ivone dan bicara sendiri pada beliau. Zus
Dibba bisa ikut menyimak pembicaraan saya nanti."
"Apakah nggak bisa dijelaskan sekarang saja?"
Dengan masih tetap anggun dan penuh keramahan Kumala
menggeleng. "Mimpi seperti itu tergolong mimpi keramat. Hanya kepada
orang yang akan mengalam i sesuatu saya boleh bicara.
Kepada Zus Dibba tidak boleh dikatakan. Tapi jika Zus Dibba
mengetahui dari mencuri dengar, itu tidak berbahaya buat Zus
Dibba sendiri."
'Aku jadi merinding lagi sekarang," Zus Dibba mengusap
tengkuknya. Menyeringai canggung.
"Seandainya aku mendengar langsung darimu, apa yang
akan teijadi sih?"
"Maut."
"Kematian, maksudmu?"
"Semacam itu."
"Aku yang akan mengalami kematian, begitu?"
"Kira-kirabegitu."
"Astaga... "!" la terperangah cemas.
"Karena itulah saya harus bertemu sendiri dengan Nyonya
Ivone." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kamu mau, nanti sore kamu bisa datang ke
tempatku ngajar. Maksudku, di sebuah perkantoran, setiap
hari Jumat begini aku ngajar senam Poco-poco. Kamu bisa
ikutan. Nanti di sana Nyonya Ivone pasti datang, karena
kantor itu milik Nyonya Ivone dan ia senang melihat aktivitas
orang-orang kantornya di luar jam kerja."
Undangan tak resmi itulah yang membuat Kumala berada
di antara mereka, di sebuah ruangan semacam hall, khusus
untuk kegiatan semacam itu. Kumala tidak boleh membawa
ketegangan berhadapan dengan mereka. Ia tetap harus dalam
keceriaan dan keramahan yang bersahabat. Bahkan ketika
Nyonya Ivone datang pun Kumala tetap tenang. Seperti tidak
mengalami kecemasan apapun tentang diri perempuanitu.
Namun pada saat mereka break, Zus Dibba segera
memperkenalkan Kumala kepada Nyonya Ivone. Mereka
bertiga berada di salah satu sudut, jauh dari peserta senam
lainnya. "Aneh. Yang mimpi Zus Dibba kenapa yang akan celaka
saya" Sungguh mustahil sekali itu."
"Dalam dunia gaib tidak ada yang mustahil, Nyonya."
"Anda pikir saya orang yang percaya dengan gaib?"
"Kali ini Anda harus mempercayainya, walau nantinya tidak
mempercayai Iagi, Nyonya. Ini demi koselamatanjiwa Anda
sendiri." "Jiwa saya tidak tergantung oleh m impi. Anda berdua tidak
perlu mencemaskan diri saya. Percayalah, saya lebih bisa
menjaga diri daripada anak kemarin sore, Zus Kumala."
"Nyonya," sahut Zus Dibba."... Nyonya belum tahu bahwa
Kumala Dewi ini seorang paranormal yang..."
"Apa itu paranormal"!" sahutnya ketus. "Seumur hidup saya
belum pernah tahu apa itu yang namanya paranormal.
Paramedis, saya tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zus Dibba menjadi kesal mendengar pernyataan itu.
Wajahnya tidak menunjukkan keramahan lagi. Geram yang
tertahan membuat Zus Dibba menghembuskan napas berat.
Tapi Kumala Dewi masih tetap kalem. Senyumnya tetap
menghias indah, membuat kecantikannya semakin tampak
lebih jelita. "Maaf, Nyonya Ivone... saya cumabisa sampaikan demikian.
Saya juga hanya bisa memohon agar Anda jangan melakukan
kencan asmara dengan siapa pun selama satu minggu. Sebab
jika hal itu Anda lakukan, maka kekhawatiran saya itu akan
benar-benar texjadi dan menimpa diri Anda. Saya akan sangat
sedih jika demikian adanya."
"O, begini ya... soal itu adalah soal pribadi saya, yang
menurut saya, tidak seorang pun berhak mencampurinya.
Apalagi memohon seperti yang anda lakukan itu, Zus Kumala.
Jadi, lupakan saja tentang pertemuan ini. Anggap saja kita
belum pernah bertemu. Okey."
Setelah bicara begitu Nyonya Ivone pergi dengan
menunjukkan sikap tidak senang atas percakapan mereka itu.
Zus Dibba menggeram kesal dengan napas mendengus dan
wajah cemberut. Tapi Dewi Ular menepuk-nepuk pundaknya,
menenangkan emosi kejengkelannya dengan tutur kata yang
masih lemah lembut namun punya nada berkharisma.
"Kita harus mau menerima kenyataan pahit seperti ini. Kita
harus memaklumi, pemahaman gaib memang tidak mudah
diterima oleh setiap orang. Nanti saya akan coba bicara lagi
dengannya, Zus Dibba."
"Apakah setiap orang yang akan celaka menurut cerita itu
tadi, dia harus diimpikan orang lain seperti m impiku itu?"
"Pada dasarnya, kalau ada orang lain mengimpikan
temannya cuci muka dengan air emas, itu berarti temannya
akan mengalami bencana usai me lakukan hubungan cinta di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas ranjang dengan pasangannya. Yang sudah-sudah sih
begitu." "Secara supranatural sendiri kau melihat dia bagaimana"
Seperti orang yang akan sekarat" Apakah ada bayang-bayang
kematian padanya" "
"Bayang-bayang tidak ada. Tapi aku merasakan ada
getaran aneh dalam tiap detak jantungnya Getaran aneh itu
bisa diartikan macam-macam, salah satu di antaranya adalah
tanda-tanda datangnya sang ajal. Tapi bisa juga punya arti
lain, misalnya kebangkrutan, masalah besar dan sebagainya."
"Dapatkah orang itu diselamatkan meski dia tidak
mempercayai ramalanmu itu, Kumala?"
"Kadang bisa, kadang tidak. Jika pantangan itu menyangkut
masalah pribadinya, biasanya harus dilakukan sendiri oleh
yang bersangkutan. Pencegahan hanya bisa saya lakukan
kalau tidak ada pantangan pribadi, seperti hubungan badan
yang tidak boleh dilakukan atau yang lainnya."
Zus Dibba belum begitu lama kenal Kumala Dewi. Dia
belum tahu bahwa Kumala adalah Dewi U lar, bidadari asli dari
Kahyangan yang turun ke bumi untuk mencari cinta sejati. Zus
Dibba belum tahu bahwa Kumala memang anak dewa
yang'memiliki tingkat kesaktian sangat tinggi. Referensi yang
dimiliki Dibba tentang Kumala hanya sebatas seorang
paranormal memiliki kekuatan supranatural, bisa menyembuhkan orang sakit, bisa meramal nasib seseorang
dan bisa berkornunikasi dengan roh halus. Cuma itu yang
diketahui Dibba tentang Kumala. Namun rasa percayanya,
terhadap eksistensi tersebut cukup besar, sehingga ia
menyayangkan sikap Nyonya Ivone yang menyampingkan
saran dan pandangan Kumala.
Nyonya Ivone seorang yang skiptis. Segala sesuatu dicerna
dengan rasio. Yang tidak logika tidak mau dipercayai. Janda
kaya itu memang tidak pernah mau diajak bicara tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuatu yang bersifat magis. Baginya gaib itu tidak ada.
Penyakit datang dari bakteri, kuman, virus dan sebagainya.
Kematian datang dari penyakit dan kurang hati-hatinya
seseorang dalam menjalani hidupnya. Maka, wajar sekali kalau
himbauan Kumala itu tidak dihiraukan sama sekali. Pulang dari
tempat senam ia menuju ke sebuah hotel berbintang, karena
di sana, di salah satu kamar telah menunggu seorang pemuda
berusia 20 tahun lebih muda darinya. Sakom, namanya. Anak
band yang berhasil diperdaya hatinya oleh Nyonya Ivone,
karena segala kebutuhan group band tersebut ditanggung
oleh boss cantik itu.
"Lama menunggunya, Sayang?" sambil sebuah ciuman
diberikan di pipi Sakom. Pemuda berusia 25 tahun itu
membalas dengan kecupan di bibir, karena Nyonya Ivone
menyukai kecupan tersebut
"Cukup lama, tapi nggak apa, yang penting Tante datang
ke sini." "Kalau aku nggak datang ke s ini, apa kamu mau datang ke
perempuan lain, hm?" pancingnya sambil membiarkan
tubuhnya disusuri oleh sentuhan jemari Sakom.
"Mana mungkin saya mau datang ke perempuan lain"
Memangnya mereka punya keistimewaan seperti yang dimiliki
Tante Ivone?"
"O, ya" Jadi, menurutmu aku punya keistimewaan ya,
Kom?" "Ya," jawab Sakom sambil melepas kancing blus sehingga
tangannya bebas menyelusup ke dalamnya. "Tante punya


Dewi Ular 84 Racun Kecantikan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keistimewaan yang tidak dimiliki oleh perempuan lain "
"Apa keistimewaanku sebenarnya?"
"Pandai membangkitkan emosi cinta saya, dan semangatnya masih seperti anak ABG saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, ya?" perempuan berambut pendek itu tersenyum
bangga. Kecupan yang menyerang telinga Nyonya Ivone membuat
perempuan itu makin menggelinjang, semakin membara
hasrat cintanya. Nyonya Ivone yang masih memiliki tubuh
sekal itu justru duduk di atas bufet panjang setinggi satu
meter. Sakom pun mulai menyerang dengan menghunjani
kecupan dan tarian lidah yang membara.
"Ooh. Kom... Kom ooohh, yaaah..." Perempuan yang doyan
makan daun muda itu kian meronta mengikuti irama hasrat
asmaranya. Sakom melayani sebagaimana budak yang penuh
kesetiaan dan kepatuhan terhadap apapun yang diinginkan
rnajikannya. Hujan peluh menggenang di sekujur tubuh mereka.
Ranjang yang menjadi arena pacu asmara telah berantakan.
Kusut, kusam, lusuh, itulah tanda-tanda kepuasan cinta yang
membentang di atas ranjang tersebut. Tetapi agaknya kisah
asmara tidak cukup sampai di puncak saja. Tidak hanya
berhenti sampai di sini petualangan mereka berdua .
"Kom... gatal, Kom."
"Mau.... lagi?"
"Bukan.... aduuh, mukaku kok seperti habis dirayapi ulat
bulu. Gatal di sekitar pipi kiri ini, Kom..."
Sakom mengeringkan peluh dengan handuk. Wajah
perempuan itu diusapnya pelan-pelan. Bagian yang gatal
digaruk pelan-pelan dengan penuh kesetiaan.
"Udah...?"
"He, eh...! Tadi gatal banget," perempuan itu bermanja
kepada Sakom. Kemanjaan itu disambut dengan kecupan
rnesra. Ia senang diperlakukan demikian. Ia tertawa bangga
sambil memeluk Sakom. Tapi beberapa saat kemudian ia
kembali sibuk dengan rasa gatal di wajah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduuul gatal lagi niiih....!"
"Jangan digaruk pake kuku begitu dong, entar lecet. Kalo
lecet entar wajah cantik Tante jadi rusak. Rugi kan?"
Sakom memang pandai mengambil hati, menyenangkan
jiwa, menghibur dan merayu. Kepandaian itulah yang disukai
Nyonya Ivone. Meski usianya sudah hampir setengah abad
namun ia masih dimanjakan oleh Sakom. Diusap dengan
lembut, diciumi, dan dipuaskan gairahnya, adalah keistimewaan Sakom yang diakui oleh Nyonya Ivone. Ia jarang
menemui anak muda yang mau bersikap semesra itu
kepadanya. "Udah kan" Nggak gatal lagi?"
"He,eh. Tapi. . . tapi di bawah dagu terasa gatal nih "
"Coba dongakkan wajah sedikit," lalu Sakom mengusapusap tempat itu hingga rasa gatal hilang. Anehnya, beberapa
saat kemudian muncul lagi rasa gatal yang dirasakan secara
serentak di sekujur wajah.
"Aduh, aduuuh.. kok begini sih"! Kom.. gatal semua ini"!
Aduuh, gimana kok begini, Kom ! "
Mereka berdua mulai tegang.
"Dibasuh di kamar mandi saja, yuk!"
Wajah cantik berhidung bangir itu disiram air T'api
perempuan berkulit putih itu justru menjerit. Air membuatnya
semakin gatal, dan rasa gatal itu makin terasa panas di kulit.
Wajali putih mulus meniadi merah seperti kepiting rebus.
"Antarkan aku ke dokter kulit! Aduuh, aku nggak tahan
gatalnya!"
"Tapi anehnya saya nggak merasakan gatal sedikit pun
Tante."' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Udahlah, bawa aku ke dokter kulit aja Atau. atau... ya,
ampun! Semakin gatal ini, Kom !"
"Hahh... "!" Sakom terperanjat kaget. Matanya membelalak
ketika Nyonya Ivone menggosok wajahnya dengan handuk
tebal, lalu handuk itu dilepaskan. Ternyata wajah itu
mengalami keanehan yang cukup mengerikan. Sakom sampai
terpaku di tempat dengan gemetar.
"Aaaaaauuuww...!!"
Nyonya Ivone menjerit begitu memandang wajahnya melalui pantulan cermin rias.
Mengerikan sekali.
Wajah itu mengelupas. Bahkan mengalami luka seperti
tercabik-cabik. Darah pun keluar dari luka itu. Perih dan sakit
sekali. Lebih sakit lagi ketika tampak beberapa belatung mulai
keluar dari luka. Berjatuhan ke lantai. Berbau busuk yang
makin membuat bulu kuduk meremang merinding. Sakom
semakin panik, sehingga apa yang dilakukan menjadi serba
salah. Semakin wajah itu digosok dengan handuk semakin
rusak keadaannya. Belatung-belatung semakin be"hamburan
keluar dari wajah yang mengalami kebusukan seketika itu.
"Aaaauuuw, tolooong... !"
"Sabar, saab... sabar... tunggu dulu, T ante..."
Perempuan itu hampir saja lari keluar tanpa mengenakan
pakaian. Sakom buru-buru memakaikan baju sekedarnya
untuk menutupi aurat yang tidak seharusnya ditonton orang
lain itu. Namun jeritan Nyonya Ivone semakin histeris, karena
wajahnya benar-benar hancur.
Belatung warna hitam berjatuhan dari daging wajah dan
lehernya. Sungguh mengerikan, sehingga tak ada cara lain
yang harus dilakukan Sakom kecuali menelepon bagian
security hotel. Kejadian itu menurutnya bukan hal yang wajar.
Berkaitan dengan keamanan dan kesehatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pihak keamanan datang, suasana menjadi semakin
tegang dan semuanya menjadi panik. Banyak pegawas hotel
itu yang ikut menangani keanehan tersebut, namun tak ada
yang mampu menyelesaikan. Pada umumnya mereka
berambisi ingin menolong, tapi setelah melihat wajah hancur
begitu mengerikan, mereka mundur ketakutan. Bahkan Sakom
sendiri akhirnya menjauhi Nyonya Ivone dengan wajah pucat
pasi dan kepanikan yang menyiksa batinnya.
"Tolong akuuu... ! Tolong akuu, Kooomm...!!" Nyonya
Ivone menjerit-jerit hingga ia berguling-guling di lantai.
Pukul sepuluh ma lam lewat sedikit, Zus Dibba menelepon
Kumala Dewi . Konon, saat itu ia sudah berada di dalam
sebuah taksi yang meluncur ke rumah Kumala. Zus Dibba
mengabarkan kembali tentang musibah yang dialami Nyonya
Ivone. "Darimana Zus Dibba dapat kabar itu?"
"Sakom. Cowok yang tentunya habis berkencan dengan
Nyonya Ivone. Dia temanku. Akulah yang mengenalkan dia
dengan Nyonya Ivone, walau akhimya ia melupakan diriku."
"Apakah kita harus nienemui mereka di hotel tersebut.
Sepertinya mereka sudah tidak ada di tempat, Zus."
"Terakhir Sakom meneleponku dia masih di hotel. Entah
sekarang,"
"Di rumah sakit," sahut Kumala menunjukkan bahwa ia
mengetahui keadaan Nyonya Ivone saat itu lewat teropong
gaib indera keenamnya.
Setelah Zus Dibba di rumah Kumala, ternyata putri tunggal
Dewa Permana itu sudah siap untuk pergi ke rumah sakit.
Sopir pribadinya, Sandhi, sudah mengeluarkan BMW-nya dari
garasi. Turun dari taksi, Zus Dibba langsung masuk ke BMW
tergebut, kemudian mereka pergi ke rumah sakit. Sempat pula
Zus Dibba bercerita sedikit tentang hubungannya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sakom. Semula ia naksir Sakom. Tapi agaknya cowok
taksirannya itu diserobot Nyonya Ivone. Hanya saja, dalam hal
ini Zus Dibba tak ingin memperpanjang masalah. Ia tak ingin
diperbudak oleh persaingan cinta, sehingga semuanya
dianggap belum pernah ada.
Dewi Ular menyeringai ngeri dan menaruh belas kasihan
yang amat dalam begitu melihat keadaan Nyonya Ivone.
Perempuan itu tidak mati. Napasnya masih ada. Tapi
wajahnya hancur seperti bongkahan tanah kering yang
mengalami keretakan di sana-sini. Belatung-belatung yang
keluar dari setiap goresan wajah telah hilang. Menurut cerita
Sakom, belatung-belatung itu lenyap sendiri sete lah jatuh di
lantai beberapa detik kemudian. Lenyapnya belatung-belatung
itu sempat disaksikan oleh beberapa pegawai-hotel yang serba
salah dalam menangani Nyonya Ivone tadi. Bahkan beberapa
dari mereka ada yang spontan memberi pendapat bahwa
Nyonya Ivone kena santet.
"Aku nggak tega melihatnya lagi," kata Zus Dibba sambil
menyingkir dari jendela kaca, tempat mereka menyaksikan
Nyonya Ivone terbaring dengan suara rintihan kecil ia sudah
tidak mengerang atau meratap lagi sejak luka-luka di
wajahnya mengering. Kata Sakom, sewaktu hendak diangkut
menggunakan ambulance, perempuan itu masih merintih. T api
seteiah dalam perjalanan ke rumah sakit, rintihannya mulai
hilang, karena lukanya mengering dengan sendirinya.
"Seandainya dia mau dengar omongan saya, dia tidak akan
mengalami nasib seperti ini. Mimpi Zus Dibba tentang cuci
muka dengan cairan emas itulah yang merupakan lambang
bahwa ia akan mengalami musibah seperti ini."
"Apakah dia akan sembuh seperti sedia kala ?"
Dewi Ular menarik napas panjang. "Semoga saja .."
jawabnya sangat pelan, seolah-olah kurang optimis terhadap
nasib janda kaya penggemar anak muda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah karena santet?" tanya Sakom kepada Zus Dibba.
Bagi guru senam pertanyaan itu sulit dijawab, sehingga ia
melemparkan pandangan kepada Kumala Dewi, seakan
meminta Kumala menjawabnya.
"Semacam itu, tapi lebih berbahaya dari Santet."
"Lebih berbahaya dari santet"! Ilmu macam apa itu?" kejar
Sakom yang tampak penasaran sekali itu. Hanya saja,
pertanyaan itu tidak mendapatjawaban dari Kumala, karena
Zus Dibba mengajukan pertanyaan juga yang lebih penting
dijawab secepatnya.
"Kamu dapat mengobati wajahnya, Kumala?"
"Akan kucoba. Tapi tampaknya sedikit ada kesulitan untuk
mendekati Nyonya Ivone."
Sandhi yang tadi berada di pintu masuk ruang isolasi
tersebut segera muncul menghampiri Kumala.
"Siapa pun dilarang masuk kecuali dokter dan perawat. Aku
sudah coba memberikan beberapa alasan, tapi tetap dilarang
masuk. Berarti kau pun tidak akan diizinkan masuk, Kumala "
"Hm, gitu?" Diam sesaat, lalu Kumala berkata lagi,
"Coba.:.!" Kemudian ia bergegas meninggalkan samping ruang
isolasi itu menuju depan. Yang lain ikut menyusul langkah
Kumala dan berhenti di pintu masuk yang tertutup dengan
tulisan: "DILARANG MASUK SELAIN DOKTER DAN PERAWAT."
Namun, tepat mereka tiba di sana, seorang dokter kebetulan
keluar dari ruangan itu. Dokter itu menghentikan langkahnya
begitu menatap Kumala Dewi. Pandangan matanya antara
terpesona oleh kecantikan Dewi Ular dan merasa heran
mengapa ada orang berdiri dekat sekali dengan pintu
tersebut. "Selamat malam, Dok," Kumala menyapa dengan lembut,
penuh keramahtamahan.
Dokter itu menjadi kikuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyikapinya. Mungkin hatinya berdebar kuat ditatap gadis
secantik bidadari itu.
"Malam. Hmm, ehh...'
"Saya ingin menengok keadaan Nyonya Ivone, Dok. Boleh
saya masuk" Hanya sendirian. Hanya saya seorang."
"Aduh, maaf sekali. Ruangan ini tidak boleh dimasuki tamu
siapa pun selain para dokter dan perawat yang bertugas "
"Hmmm... hanya dua menit, Dok. Boleh dong."
"Tidak bisa, Nona. Maaf. Sekali lagi, maaf."
Dewi Ular tersenyum manis. Matanya yang seindah berlian
itu memandang dengan lembut sekali. Ia beradu tatapan mata
dengan dokter tersebut. Tiba-tiba dari pihak Zus Dibba, Sakom
dan Sandhi melihat percikan sinar hijau kecil sekali dari mata
indah Kumala. Sinar itu nyaris tak kentara. Melesat dari mata
Kumala menembus mata dokter.
"Hmm, hmmm, eeh... silakan! Kalau begitu, hmm... ya
silakan masuk. Hanya anda seorang kan, Nona?"
"Benar, Dok."
"Silakan. Mari saya antar."
"Terima kasih," sambil Kumala me langkah masuk. Setiap
orang yang ada di ruangan itu menatap kehadiran Kumala.
Dengan gerak mata yang cepat setiap orang ditatap matanya.
Rasa ingin protes mereka lenyap seketika sete lah menerima
tatapan mata Dewi U lar.
"Aneh," gumam Sakom. "Tadi dokter itu ngotot banget,
melarang Kumala masuk. Tapi begitu kulihat tadi ada cahaya
kecil melesat dari mata Kumala, kenapa dokter itu jadi berbaik
hati. Malah memandu Kumala untuk menghampiri ranjangnya
Tante Ivone"! Apakah dia gadis sakti, Zus Dibba?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zus Dibba dan Sandhi saling beradu pandang dengan
senyum tipis. Mereka memaklumi kenaifan Sakom, karena


Dewi Ular 84 Racun Kecantikan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu tadi hanya dikenalkan nama saja dengan Kumala,
tanpa diberitahu s iapa Kumala sebenarnya. Bagi Zus Dibba hal
itu bukan sesuatu yang aneh, karena ia tahu Kumala memliki
kekuatan supranatural. Tapi hati kecil Zus Dibba sempat
merasa aneh karena melihat kilatan cahaya kecil yang keluar
dari mata Kumala. Baru sekarang ia melihat kenyataan yang
sangat mengherankan dari diri seorang paranormal.
"Bukan hal sulit bagi Kumala untuk mempengaruhi orang
satu Senayan agar patuh padanya," kata Sandhi agak
sombong sedikit. Ia tunjukkan pada Sakom bahwa ia sangat
tahu tentang Kumala, sehingga tidak merasa heran sedikit pun
dengan tindakan Kumala kepada dokter tadi. Kini mereka
bertiga kembali ke samping ruangan. Bisa melihat ke dalam
ruangan melalui jendela kaca yang sengaja dibuka gordynnya
guna memberi peluang bagi pihak keluarga pasien yang ingin
melihat dari luar.
Para perawat dan dokter yang menangani Nyonya Ivone
bagaikan terkesima semua kepada Kumala. Tak satu pun
melarang Kumala mendekati Nyonya Ivone.
Mereka memandang heran, seakan ingin tahu apa yang
akan dilakukan gadis muda secantik bidadari dan menyebarkan aroma wangi yang memenuhi ruangan tersebut.
Dokter yang tadi membawa masuk Kumala tetap mendampinginya, seolah-olah siap melayani apapun keperluan
Kumala Dewi . "Gila dia itu"!" gumam Sakom. "Kharismanya begitu besar
sampai dokter dan paramedis lainnya hormat padanya. Nggak
ada yang berani mengusik dirinya sedikit pun"! Lihat...!"
"Itulah Kumala Dewi," ujar Zus Dibba sambil mengangguk
pendek. "Dia dukun, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Konsultan perusahaan kami," jawab Sandhi, mengalihkan
persepsi yang akan timbul berkelanjutan dalam benak Sakom.
"Bisa lepaskan masker oksigennya?"
"Bisa," kata dokter itu tanpa merasa khawatir sedikit pun
terhadap keselamatan pasiennya.
Wajah Nyonya Ivone kering kerontang. Retak-retak dan
terkelupas. Warnanya hitam menyerupai warna arang. Kondisi
memprihatinkan itu berawal dari atas keningnya, mendekati
ubun-ubun sampai leher bagian bawah. Bahkan ada kulit
kepala yang sedikit berambut terkelupas kering, namun helai
rambutnya masih melekat. Kelopak matanya sulit dipakai
untuk berkedip. Bibirnya pun sulit digeraldkan. Suaranya parau
sekali. Sepertinya urat-urat bagian lehernya ikut mengalami
kerusakan hingga pita suaranya tidak berfungsi normal.
"Ku... ala...," ia menyebut nama Kumala dengan susah
payah dan tidak sempurna. Kumala sangat memaklumi. Justru
menaruh iba hati lebih besar lagi.
"Syukurlah kalau Nyonya masih ingat saya. Nyonya tenang
saja. Sebentar lagi akan baik kok," hibur Kumala.
"To... long...," ucapnya lagi, memohon dengan suara cadel.
Agaknya bibir dan lidah sulit dipadukan untuk membentuk
konsonan kata. "Ya, ya... saya akan bantu Nyonya sebisa saya. Sekarang
Nyonya jangan banyak bicara dulu, ya" Tenang saja. Diam.
Kalau bisa pejamkan mata."
Setelah perempuan itu memejamkan mata dengan sangat
lamban, Dewi Ular mengulurkan tangan kanannya. Dua
jengkal di atas wajah Nyonya Ivone. Telapak tangan yang
tengkurap itu memancarkan cahaya hijau samar-samar. Tipis
sekali. Hampir tidak bisa dilihat dengan jelas. Cahaya hijau itu
menyiram sekujur wajah Nyonya Ivone dengan sedikit kabut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang juga nyaris tak terlihat jika tidak dari jarak yang cukup
dekat. Kira-kira sepuluh hitungan kemudian cahaya hijau tipis itu
padam sendiri. Tangan Kumala sedikit tersentak ke atas.
Seperti terpental pelan. Ia menghembuskan napas panjang.
Aroma wangi semakin tajam tercium mereka akibat hembusan
napas dewani itu. Wewangian itulah yang membuat hati
mereka tentram tenang, dan tidak meneruh kecurigaan atau
permusuhan apapun kepada Kumala.
Semua diam. Termasuk Kumala pun diam. Beberapa saat
kemudian wajah yang hitam itu mengeluarkan asap tipis. Putih
warnanya. Asap itu menyebar dan hilang. Ternyata wajah
Nyonya Ivone masih rusak dan belum kembali normal seperti
sediakala. Hanya saja, kali ini sudah tidak sehitam arang.
Warnanya coklat tua. Masih retak, kering, terkelupas dan
sebagainya. Agaknya Dewi Ular gagal memulihkan keadaan
wajah rusak itu menjadi normal. Ia tampak menghembuskan
napas kecewa dan sedih. Sekali lagi dicobanya, masih saja
gagal. Sandhi ikut prihatin melihatnya.
"Dia gagal. Apakah wajah rusak itu sudah tidak dapat
dipulihkan sama sekali" Apa penyebabnya sih?" tanya Sandhi
dalam hatinya. (Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 PRAMUDA, orang pertama yang menemukan Kumala dan
sekarang menjadi kakak angkatnya sekaligus boss di
perusahaan tempat Kumala bekerja sebagai konsultan
eksekutif, kali ini ingin menikmati masa libumya di sebuah
pulau. Ia membawa serta keluarganya, juga Kumala Dewi dan
pelayan setianya; Mak Bariah. Sandhi dan Buron sengaja tidak
diikut sertakan karena mereka sudah sering menikmati liburan
di tempat-tempat indah seperti di salah satu pulau dalam
wilayah Kepulauan Seribu itu.
Setahun yang lalu Pramuda membeli sebuah villa di pulau
tersebut. Villa itu dibangun dengan penuh keindahan alami,
dengan nuansa laut yang sangat mengagumkan serta nyaman
untuk ditempati sebagai peristirahatan eksklusif. Pram
membangun kolamjenang berair tawar di tengah taman yang
dipadati tanaman tropis. Di samping itu juga terdapat sebuah
gazebo yang menghadap ke pantai, sehingga bisa dipakai
untuk bersantai kapan saja sambil menikmati keindahan
ombak lautan nan membiru itu.
"Non, Tuan Pram ingin bicara dengan Non Mala , Non Mala
diminta untuk menemui beliau di serambi depan."
"Ya, sebentar. Nanti aku ke sana, Mak."
"Minumannya sayabawa ke sana dulu, ya Non?"
"Biar aja di s ini dulu."
Mak Bariah belum pergi juga, karena wajah murung Kumala
masih diam di tempatnya duduk, dalam naungan atap gazebo.
"Non, boleh saya bicara sedikit lagi?" Kali ini Kumala Dewi
berpaling menatap pelayan setianya yang berkebaya dan
sudah berusia sekitar 44 tahun itu.
"Bicaralah."
"Saya cuma mau kasih saran kok. Nggak apa-apa, ya Non?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyum kecil Kumala membias walau pun kurang begitu
ceria. ''Sebaiknya Non Mala jangan murung terus-terusan. Nggak
enak sama Tuan Pram. Masa diajak berlibur kemari kok Non
Mala nggak gembira " Nanti Tuan Pram dan istrinya kecewa
lho. Udalah, Non... jangan banyak mikirin masalah dulu.
Tunda saja masalah yang Non pikirin itu. Sekarang waktunya
untuk bergembira kan, Non?"
Senyum itu makin membias cerah. "Terima kasih atas
saranmu, Mak."
Kumala menerima saran itu dengan senang hati. Meski pun
Mak Bariah adalah pelayannya, tapi perempuan itu sering
diperlakukan oleh Kumala seperti orang tuanya sendiri. Keluh
kesahnya sering dicurahkan kepada Mak Bariah. Kini saran
seperti itu telah membuatnya semakin bijak lagi. Ia menyadari
bahwa ada satu kesalahan yang ia lakukan dalam acara
berliburnya ini. Mestinya ia tidak selalu memikirkan
kegagalannya mengobati Nyonya Ivone itu, sehingga wajah
cantiknya yang begitu indah tidak tampak murung. Dan, yang
jelas ia tidak ingin mengecewakan hati Pramuda dan Emafie,
istrinya. Maka, iapun buru-buru mengendalikan emosi dan
menetralisir rasa kecewanya agar wajahnya tampil dengan
cantik ceria kembali.
"Memangnya kenapa sih kok Non Mala kayaknya kali ini
serius banget mikirin masalah" Apa masih ada hubungannya
dengan ceritanya Sandhi itu?"
"Cerita yang mana?"
"Yang itu tuh, Non... yaaang... soal perempuan wajahnya
rusak?" "Ya. Memang itu yang sedang jadi pikiranku saat ini, Mak.
Sangat mengganggu batinku Karena aku gagal menolong
perempuan itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan
itu akhirnya meninggal juga, begitu maksudnya?"
"Nggak meninggal sih. Cuma, wajahnya nggak bisa normal
kembali." "Kenapa, Non" Bukankah biasanya Non Mala bisa
mengobati orang menderita sakit apapun dengan kesaktian
Non Mala sebagai putri tunggal Dewa Permana" Kok kali ini
gagal sih, Non?"
"Karena luka atau penyakit yang diderita Nyonya. Ivone itu
bukan sembarang luka. Bukan sembarang penyakit."
"Kekuatan santet yang melakukannya, begitu?"
"Bukan cuma sekedar santet biasa."
"Oh... "! Jadi santet macam apaitu, Non?"
"Ada unsur racun di dalamnya.'"
"Racun" Maksudnya... perempuan itu keracunan sesuatu?"
"Mungkin begitu. T api aku yakin dia tidak sengaja menelan
racun. Dan, bukan berasal dari jenis makanan atau minuman.
Racun itu sendiri bukan masuk melalui mulutnya"
"Jadi melalui telinganya?"
Kumala tersenyum geli. "Juga bukan, Mak."
"Lalu, racun itu melalui apa?"
"Aku yakin racun itu melalui udara."
"Dihirup lewat hidungnya begitu?"
"Benar. Dan, racun itu bukan berasal dari alam kita."
"Maksudnya?"
"Berasal dari alam gaib. Mungkin juga pelakunya bukan
manusia biasa, Mak."
"Iih... seram! Saya jadi merinding mendengarnya, Non."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan hanya Mak Bariah yang merinding. Sandhi juga
merinding. Tapi ia berada di tempat yang berbeda dengan
Mak Bariah. Ia bersama Buron, jelmaan dari Jin Layon yang
menjadi pengikut setianya Dewi Ular. Buron adalah asisten
Kumala untuk urusan bidang gaib. Pemuda berambut kucai
dengan penampilan seenaknya itu paling hobi nongkrong di
depan teve, terutama jika ada pertandingan sepak bola. Meski
acara itu tidak ada, ia memang gemar nonton acara-acara
teve, termasuk iklannya.
"Ron...! Ssst. Ron..!"
"Apaan sih!" sentak Buron kesal didesak-desak duduknya
dari tadi. "Gue merinding nih, Ron. Ada apa ya?"
"Karena elu punya kulit, maka elu merinding. Coba kalo elu
nggak punya kulit, mana bisa merinding. Pasti bisa perih!"
"Gue serius nih, Ron! Perasaanku malam ini nggak enak,
Ron." "Kayak dukun aja luh "
"Yaah, elu, Ron...," Sandhi bersungut-sungut sedih dan
cemas. "Kayaknya malam ini ada sesuatu yang bakal teijadi dan
cukup mengerikan deh, Ron. Elu ngontrol sekeliling rumah ini
dong." "Enak aja! Memangnya gue petugas ronda?"
"Ron...!"
"Brisik luh! Gue lagi nikmati film itu, tahu"! Bagus tuh film!"
"Tapi elu punya tugas menjaga rumah ini kan" Kumala
kasih tugas kamu menjaga rumah ini dari gangguan gaib
mana pun. Kalau urusan maling, biar gue yang ngurus."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bodo..." Buron masih tak mau peduli dengan kasakkusuknya Sandhi. Cerita film di teve lebih menarik
diperhatikan ketimbang celoteh Sandhi yang dianggap
mengada-ada itu. Akibatnya Sandhi diam dengan mulut
cemberut kesal. Tapi mata sesekali melirik ke sana-sini sambil
sebentar-sebentar mengusap tengkuknya. Bulu kuduknya
merinding setiap merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan
dengan kata-kata. Ia juga melirik jam dinding yang menunjuk
pukul sebelas kurang sedikit. Malam cukup lengang di luaran
sana. Glegaaar...! Sandhi terlonjak kaget. Buron tetap tenang menikmati
tontonannya. "Roh, ada guntur tuh!"
"Hmm...!"
"Budek luh ya"! Ada guntur tuhl"
"Biarin aja! Ada guntur berarti mau turun hujan. Kok gitu
aja mesti dibahas sih?"
"Nggak ada tanda-tanda mau turun hujan, masa' ada
guntur sih" Pasti itu guntur gaib. Bukan guntur biasa. Ron."
"Sok tahu luh! Elu benar-benar kayak dukun kurang
kemenyan, tahu?" Buron cemberut kesal. Ia tidak mau peduli


Dewi Ular 84 Racun Kecantikan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Tapi ketika mendengar suara gaduh di atap: "Gubraak,
praak, barkk, braang praang, guzzrrraaak.. !" ternyata bukan
hanya Sandhi yang menggeragap dan terlonjak kaget. Buron
juga ikut terlonjak dan menjadi tegang.
"Waduuh, apaan tuh?" serunya.
"Gue bilang juga apa"' bentak Sandhi.
Jelmaan dari Jin Layon itu segera melompat ke atas
bagaikan roket diluncurkan Wuusst...! Belum sempat
menyentuh atap ia sudah berubah menjadi sinar kuning
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti biasanya Sinar itu segera menembus atap dengan
mudahnya. Bluuuss. . ! Kemudian lenyap untuk beberapa saat. Sandhi
yang mencekam tegang segera memadamkan teve. Aliran
listriknya dicabut. Ia khawatir terjadi kortsliting listrik yang
bisa saja membuat rumah terbakar.
"Rooon...," serunya. Ia ketakutan berada dalam kesendirian
dan dicekam suasana tegang. "Burooon.. ! Ada apa di atas
sana"! Hoy!"
Tidak ada jawaban dari Buron. Tidak ada suara gaduh
apapun. Semuanya berlangsung dengan sunyi. Detak jantung
Sandhi semakin kuat. Ia menatap nanar ke sana-sini, terutama
ke arah atas. "Brengsek si Buron nih. Kalau dipanggil suka berlagak
budek?" geramnya untuk menghibur hati sendiri. Lalu, ia
berseru tagi. "Buroooon. .!! Budek luh ya"! Hooyy... ada apa di sana"!!"
Tetap tidak ada jawaban. Makin cemas hatinya. Makin
gemetar kedua kakinya. Ia sadar, tak ada Kumala Dewi di
rumah itu. T ak ada Mak Bariah. Seandainya tahu-tahu muncul
sesuatu, mati kakulah ia Kini apa yang dilakukannya serba
salah. Mematikan lampu" Oh, itu lebih menakutkan.
Membiarkan dirinya berada di tempat terang, itu juga
membahayakan, karena dapat saja ia menjadi incaran
sepasang mata jahat yang tahu-tahu akan menerkamnya dari
belakang. Tiba-tiba suara gaduh datang lagi di kala Sandhi bergegas
ingin masuk ke kamamya.
Gubraak, bbrruuuk ...!
"Setan alas luuh ...!" pekiknya spontanitas sambil melompat
ke depan dan menabrak dinding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Druuk...! "Auuuuhh..."
Sandhi mengerang kesakitan seraya memegangi batang hidungnya yang terasa seperti retak akibat
menabrak dinding. Matanya yang nanar segera memandang
ke arah tempat datangnya suara jatuh dari atas Ternyata di
sana sudah ada Buron dalam keadaan terkapar. Suara Buron
jelas mengerang. Pakaiannya seperti habis dicabik-cabik.
Wajahnya memar merah matang. Rambutnya acak-acakan.
Keadaan itu membuat Sandhi menjadi semakin sport jantung.
"Ron...! Ron, kenapa kamu, Setan?"
"Uuhhk, uuuuhhk...!" Buron hanya bisa menggeliat lamban
dan mengerang kesakitan. Sandhi ragu-ragu untuk menghampirinya Lalu, seberkas cahaya turun dari langit
menembus atap rumah. Cahaya itu bergerak pelan dan
berputar-putar dalam keadaan turun.Sandhi makin tersentak
kaget. Tercengang dalam keadaan merapat dinding di dekat
vvashtafel. Matanya terbelalak tak berkedip memandangi
cahaya merah kekuning-kuningan. Cahaya indah itu padam
sebelum menyentuh lantai, kira-kira satu meter dari lantai.
Blaap..! Sesosok wujud tampak nyata di mata Sandhi. Lelaki tua
berjenggot abu-abu. Sebagian kepalanya botak, tapi
pinggirannya berambut panjang selewat bahu warna abu-abu
juga. Kumisnya pun panjang, abu-abu juga. Alisnya lebat,
sampai berjuntai ke bawah, hampir menutupi mata tajamnya.
Ketuaan fisiknya tidak kentara, karena ia masih bisa berdiri
dengan tegak dan gagah.
"Hey, anak Jin... ini hanya buat pelajaran bagi kamu. Bukan
aku yang menghendaki semua ini, tapi kamu sendiri!"
Busyet! Sandhi menggumam gentar dalam hatinya. Suara
kakek itu bergema dan besar, menggetarkan seluruh
bendayang ada di sekelilingnya. Meski Sandhi tahu persis
kata-kata tadi ditujukan kepada Buron, namun dirinya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gentar sekali karena seperti merasa ikut bersalah. Sementara
itu Buron yang nyaris tak berdaya sepenuhnya itu benar-benar
tanpa perlawanan sedikit pun. Takut dan seperti dipenuhi
berbagai macam penyesalan pribadi.
"Apakah kau masih belum jera di depanku, Anak jin"!"
"Sia... siapa sebenarnya dirimu, Pak tua"!"
Kakek berjenggot yang diperkirakan Sandhi sudah berusia
100 tahun lebih itu me lirik sekeliling dengan cepat. Lalu,
lirikannya berhenti dalam posisi menatap Sandhi. Saat itu
Sandhi merasa seluruh urat-uratnya putus dan tulang
belulangnya luluh lantak. Ia jatuh bersimpuh di lantai dengan
semakin gemetaran. Ia tak berani menatap terang-terangan
raut wajah tua yang masih belum berkeriput itu. Ia takut
beradu pandangan mata.
"Kemewahan di rumah ini rupanya yang telah membuat
mata batin menjadi buta. Terutama kau, sebagai anak jin,
mata gaibmu telah tercemari oleh kehidupan mewah
manusiawi sehingga tak dapat mengenali jati diriku!"
"Mendingan aku bertemu setan dari padabertemu kekek
ini," keluh Sandhi dalam hatinya. "Dia sangat berwibawa,
namun juga sangat menakutkan. Keberanian Buron sebagai
anak jin saja bisa dilumpuhkan dengan penampilan
wibawanya, apalagi diriku hanya manusia biasa" Aku yakin,
dia bukan orang sembarang. Punya kesaktian yang tinggi. Ooh
Jantungku seperti ditekan kuat-kuat setiap mendengar
suaranya!"
Kakek beijubah putih seperti salju dengan kain dalamnya
sepanjang mata kaki berwarna orange itu berjalan mendekati
Sandhi. Tiap langkahnya membuat jantung Sandhi seperti
mehdapat hentakan begitu berat. Sandhi pun kian
menundukkan kepala dengan napas makin berat.
"Kau tak perlu merasa takut padaku, karena kau tidak
berbuat salah padaku. Bangunlah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ajaib sekali. Hanya dengan ucapan seperti itu tubuh Sandhi
dapat terangkat naik dengan sendirinya. Melayang di udara.
Sampai kedua kakinya dapat ditegakkan kembali. Ia merasa
seperti memperoleh kekuatan fisik yang tadi lenyap dan
membuatnya tersimpuh. Kini Sandhi bisa berdin dengan kedua
kaki tegak merapat. Detak jantungnya tak seberat tadi.
Namun rasa takutnya masih ada, sehingga ia masih menundukkan kepala dengan keringat dingin membasahi sekujur
tubuh. Ia berusaha untuk tidak beradu pandangan mata
dengan kakek berhidung mancung, mirip hidung orang bule.
"Kau abdi setianya Dewi Ular, bukan?"
Kerongkongan Sandhi begitu kering dan terasa lengket,
sehingga sulit untuk mengeluarkan suara apapun. Ia hanya
bisa mengangguk dengan tetap menundukkan kepala.
"Di mana dia?"
Pertanyaan itu sebenarnya cukup pelan. Tapi gema
suaranya telah membuat dada Sandhi seperti dihujam balok
beruntun hingga timbul getaran yang menghambat pernapasannya lagi. Semakin kelu lidah Sandhi di hadapan
kakek berperawakan tinggi sekitar 175 centimeter itu.
"Mestinya dia ada di sini, karena hawa saktinya kurasakan
datang dari sini. Tapi mengapa dia tidak ada di sini, hm?"
Sandhi ingat, ada kebiasaan Kumala untuk meninggalkan
gelombang hawa saktinya di rumah. Hal itu dilakukan dengan
tujuan melindungi lapisan udara dari gangguan gaib mana
pun, sekaligus untuk mengecohkan pihak yang bermaksud
jahat padanya. Rumah tersebut selain terjaga oleh gelombang
hawa saktinya Dewi Ular, juga selalu dikurung oleh energi
saktinya si jelmaan Jin Layon itu.
Tindakan tersebut dilakukan lantaran Kumala tak ingin
kecolongan lagi. Tidak ingin tempat kediamannya yang
dianggap sebagai istana pribadinya itu diganggu oleh
kekuatan dari pihak lain, yang semua itu dapat merusak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan menghancurkan rumah dan barang-barang yang ada.
Gangguan itu pernah di alami dan nyaris membuat rumah
Kumala hangus terbakar akibat lapisan hawa gaibnya Buron
masih mampu ditembus oleh kekuatan dari alam kegelapan,
seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu, (Baca serial
Dewi Ular dalam episode: "BULAN BERDARAH')
Si kakek berjubah putih-orange itu tampak menarik napas
tipis. Sepertinya ia manahan dirinya agar tetap sabar dan
memaklumi atas kebungkaman mulut Sandhi yang didera
ketakutan besar itu, ia segera berpaling kepada Buron.
"Kemari kau...!" perintahnya
dengan nada tegas,
berwibawa dan memiliki kekuatan yang sungguh menakjubkan
bagi Sandhi. Kata-kata perintah itu telah membuat tubuh
Buron melayang dengan cepat, dan menghampiri dirinya
dalam waktu singkat.
Zeeesst...! Tahu-tahu Buron sudah ada di depan kedua kaki kakek
berjenggot abu-abu itu. Posisinya tetap duduk sedikit
merangkak, karena rupanya selain wajah Buron memar
matang, kakinya pun menjadi lumpuh bagai tak bertulang. Di
depan kaki si kakek Buron mencoba meraih jubah yang
dikenakan. Seet... sseet.. ! Padahal jarak mereka kurang dari satu
jangkauan. Tetapi berkali-kali tangan Buron meraih jubah itu
selalu gagal. Tak pernah bisa menyentuh sehelai benang pun
dari pakaian kakek tersebut. Aneh sekali, menurut Sandhi.
Padahal si kakek tidak berusaha menghindar mundur, dan
jarak itu tetap saja dekat, namun mengapa tangan Burun tak
mampu menggapai pakaian tersebut. Buron hanya bisa
menghiba dengan suara lemahnya.
"Sembuhkan
aku..., tolong, pulihkan kekuatanku. Kumohon, tolong kembalikan diriku seperti semula..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah akibatnya kalau kau arogan dengan kesaktianmu.
Sudah berkali-kali aku tadi merendah di depanmu, memohon
agar jangan menyerangku, mencoba untuk bersahabat
denganmu tanpa permusuhan, tapi kau tetap menyerangku,
bukan" Kau keluarkan kesaktianmu sebagai bangsa jin dari
kelompok jin liar, tanpa mempedulikan kerendahan hatiku.
Dan, sekarang... beginilah akibatnya."
"Aku hanya memenuhi tugas dan kewajiban di bawah
perintah Dewi U lar. Mohon kau mengerti, Pak T ua.. aku harus
menjaga tempat ini dari gangguan pihak lain yang bermaksud
merusak atau mengganggu ketentraman suasana di s ini Siapa
pun dia, jika masuk wilayah sini tanpa permisi, harus kuhajar
dan kulumpuhkan dengan segala daya upaya yang ada
padaku." Sandhi mulai paham dengan duduk perkara sebenarnya.
Buron tadi bertindak gegabah. Merasa ada kekuatan dari pihak
lain ingin menembus benteng pertahanan di sekitar rumah
tersebut, ia langsung menyerang tanpa banyak tanya lebih
dulu Rupanya Buron mencoba bertindak tegas dan cepat,
hingga tidak mempedulikan kerendahan hati dari tamunya
yang bermaksud menjelaskan maksud kedatangannya. Sandhi
hapal betul dengan tabiat Buron yang emosionil dan sering
main hajar terhadap sesuatu yang mencurigakan dan
membahayakan. Barangkali setelah si kakek diserang tanpa
ampun lagi, maka ia terpaksa menggunakan kekuatan
pribadinya untuk memberi pelajaran bagi Buron. Dan, ternyata
Buron tak mampu menandingi kekuatan tersebut, hingga
babak belur serta kehilangan seluruh kekuatannya. T ermasuk
kesaktiannya sebagai Jin Layon. Kini, Buron menyadari
kekeliruannya dengan sangat menyesal.
"Aku memang salah," Buron mengakui secara gentle. "Aku
memang terlalu gegabah dalam bertindak. Semua itu
dikarenakan rasa tanggung jawabku yang berlebihan terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keselamatan Dewi Ular dan segala sesuatu yang menjadi
miliknya, termasuk rumah ini."
"Mestinya kau segera paham ketika pertama-tama kau
menyerangku, dua pancainderamu sudah kututup lebih dulu,
sehingga kau tidak dapat mengenaliku dari penciuman gaibmu
maupun dari getaran batinmu. Mestinya kau segera hentikan
kekurang ajaranmu tadi, jangan menunggu aku memberimu
pelajaran separah ini, Layon!"
Tersentak hati Buron ketika disebutkan namanya. T emyata
kakek bermata tajam itu mengetahui juga nama aslinya.
"Kuterima pelajaran darimu ini, Pak tua. Terima kasih, kau
telah menegurku dengan cara begini. Aku janji tidak akan
mengumbar napsu permusuhanku dengan semudah itu lagi."
"Apa betul kau setia dengan janjimu itu?"
"Aku berani bersumpah untuk..."
"Tidak perlu," potongnya cepat. "Sumpahmu sudah tidak
laku lagi, karena kau sering melanggar sumpahmu sendiri,
baik terhadap manusia maupun terhadap sesama bangsamu."
Buron menundukkan wajahnya. Malu, kesal dan sedih.


Dewi Ular 84 Racun Kecantikan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuakui memang aku banyak kekurangan. Aku memang
sering usil dan nakal. Tapi percayalah, aku akan berusaha
merubah sikapku itu secara sedikit demi sedikit. Kalau aku tak
boleh bersumpah, kuharap kau mau mempercayai kata-kataku
ini, Pak tua."
"Sulit mempercayaimu. Tapi akan kucoba "
"Sekarang, tolong pulihkan keadaanku seperti semula, Pak
tua." "Itu mudah. Menyembuhkan lukamu, menyehatkan dirimu
lagi, itu soal gampang. Tapi aku belum mendengar permintaan
maafmu pada diriku yang sebenamya bukan musuhmu ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buron sedikit mendongak. Kedua kakinya masih terkulai
memanjang ke belakang tanpa bisa bergerak sedikit pun.
"Baiklah. Aku... mohon maaf sedalam-dalamnya, sebesarbesarnya, setulus-tulusnya, dan sejujur-jujurnya. Ampunilah
aku, Pak tua!"
Sandhi melirik takut-takut, memandangi Buron dan s ikap si
kakek berkulit bersih itu. Rupanya kakek itu berusaha
menembus batin sanubari Buron untuk melihat kesungguhan
permintaan maafnya tadi. Pantas ia diam membungkam untuk
sekitar 15 detik, sesudahitu menarik napas agak panjang.
Menenangkan emosi, menyabarkan batinnya. Mungkin. Tapi
masih tetap bersikap tegas, wibawa, dan cenderung galak.
"Baik. Ketulusan hatimu memohon pengampunan dariku
telah membuatmu kembali seperti sediakala! Bangunlah!"
Sandhi sengaja lebih mengangkat wajahnya agar dapat
melihat lebih jelas lagi. Yang dilihatnya adalah suatu keajaiban
baru. Ucapan kakek itu telah membuat sekujur tubuh Buron
bergetar, seperti terkena aliran listrik. Buron dilingkari cahaya
biru seperti tali yang meliliti tubuhnya. Cahaya itu bergerak
bagaikan berlari-larian menjerat tubuh Buron di sana-sini
secara bergantian. Semua terjadi dengan kecepatan tinggi.
Dalam sekejap saja cahaya itu pun padam dan Buron telah
menjadi normal kembali. Tidak ada luka memar matang di
wajahnya. Pakaian yang rusak menjadi rapi kembali. Rambut
yang acak-acakan menjadi tertata seperti saat menyaksikan
acara teve tadi. Dan, kedua kakinya pun dapat digerakkan
kembali. Bukan hanya itu, Sandhi pun yakin kesaktian dan
kekuatan fisik Buron yang tadi lenyap pun pasti sudah berhasil
dimilikinya lagi.
"Ngapain dia"!" Sandhi bertanya heran dalam hatinya
melihat hidung Buron mengendus-endus, seperti sedang
mencari datangnya sebuah aroma yang mencurigakan
batinnya. Mungkin saat itu penciuman batin Buron pun sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibuka kembali, sehingga ia dapat mengenali sebuah bau yang
kini membuatnya sadar serta buru-buru bersujud.
"Ampun...! Ampunilah hamba, Hyang Dewa..."
"Kataku tadi, bangun! Kenapa malah bersujud di kakiku"!"
gertak si kakek dengan menggeram. Tapi Buron tetap
bersujud seakan ingin mencium telapak kaki kakek itu yang
mengenakan alas kaki indah bertali perak hingga menembus
jubah dan pakaian orangenya
"Hamba tidak beranr tegak di hadapan Hyang Dewa.
Ampunilah hamba karena baru sekarang hamba mencium
aroma wangi bunga Cendanagiri yang menjadi ciri khas
wewangian para penghuni Kahyangan."
"Ooo,..," Sandhi manggut-manggut. Ia tahu, Buron sadar
dirinya sedang berhadapan dengan dewa dari Kahyangan
setelah indera pencium lahir maupun batin tidak tersumbat
lagi. Hanya saja, Sandhi masih belum bisa menerka siapa
Dewa yang kali ini datang dengan pembawaan galak, wibawa
dan melumpuhkan keberanian pribadi pihak lain itu.
"Duduklah kalau kau tak mau bangkit di depanku "
tegasnya lagi. Kali ini Buron melakUkan perintahnya. Rasa
hormatnya yang begitu besar telah membuat dirinya tak akan
pernah berani berdiri di depan Dewa mana pun, selain hanya
batas duduk dengan sangat sopan.
"Dengar, Layon. .. terus terang, aku merasa terkecoh oleh
permainannya Kumala Dewi alias Dewi Ular, sampai aku
kecele datang ke sini. Kusangka dia ada di sini sesuai
gelombang hawa saktinya. Ternyata hanya kalian berdua yang
kutemukan di sini."
"Atas nama Junjungan hamba; Kumala Dewi, hamba
mohon maaf dan pengampuan, Hyang Dewa. Bukan maksud
Kumala mempermainkan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah. Aku sudah mengerti sekarang!" potongnya sambil
menjauh tiga langkah. Buron terbungkam seketika. Menunduk
dalam bersilanya.
"Sekarang yang kubutuhkan darimu adalah jawaban jujur
dari jelas. Di mana Dewi Ular saat ini"!"
Buron diam dalam kebimbangan. Haruskah ia sebutkan di
mana Kumala sebenarnya, sementara sebelum Kumala pergi
berlibur ia telah berpesan agar jangan menyebutkan di mana
ia berlibur saat itu kepada orang atau pihak yang baru
dikenalnya. Hanya orang-orang yang sudah lama kenal
dengannya saja yang boleh mengetahui di mana ia pergi
berlibur bersama keluarga kakak angkatnya ltu.
"Layon, kenapa kau diam" Aku ingin dapatkan keterangan
tentang keberadaan Dewi Ular sekarang ini, karena ia telah
menggunakan kesaktiannya untuk menyembunyikan getaran
hawa dewani. Hawa itu seharusnya bisa tertangkap olehku,
sehingga aku mengetahui keberadaannya. Ternyata getaran
hawa dewani telah di sembunyikan untuk menghilangkan jejak
keberadaannya. Kama mengerti maksudku, Layon"!"
"Hamba sangat mengerti, Hyang Dewa."
"Bagus. Jadi, sekarang jelaskan padaku, di mana dia
berada"!"
"Hmm, sesungguhnya Nyai Dewi Ular sedang berlibur,
Hyang Dewa."
"Berlibur"! Apa itu berlibur?"
"Beristirahat, hmm... semacam bersantai atau... atau...,"
Buron bingung menjelaskan definisi berlibur. "Pokoknya,
bersenang-senang membebaskan diri dari segala macam
masalah dan beban pikiran yang..."
"Sudah, sudah!" potongnya tegas. "Aku sudah mengerti
maksudnya. Pikiranmu yang menjelaskan dengan singkat dan
mudah kumengerti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf kalau hamba kurang pandai bertutur kata, Hyang
Dewa." "Ya. Kumaafkan Jelasnya, Dewi Ular sedang pergi, begitu
bukan?" "Benar, Hyang Dewa."
"Di mana" Ke mana arahnya kalau aku harus datang
menemuinya"!"
"Hmmm, hmmm:.. hamba kurang tahu tempat liburnya,
Hyang Dewa Begitu pula dengan Sandhi, yang selama ini
menjadi pelayan perjalanan Nyai Dewi U lar itu, Hyang Dewa."
"Itu bohong!" tegasnya dengan suara sudah tidak
menggema seperti saat beliau marah tadi. "Roh suci kalian
menolak jawaban tadi. Berarti kau bohong. Kau merahasiakan
tempat keberadaan Dewi U lar."
"Maaf, hamba cuma..."
"Menjalankan perintah dan tugas dari Kumala, begitu
kan"!" sahut si kakek yang membuat Buron gelagapan lagi.
Salah tingkah kembali.
"Kuhargai kesetiaan kalian. Kupuji kepatuhan kalian sebagai
pelayan yang tidak mau berkhianat. Tapi, sekarang aku ingin
merasakan kepatuhan muliamu itu, Layon. Cepat atau lambat,
apabila Dewi Ular sudah kembali, katakan padanya agar dia
segera menemuiku tanpa harus ditunda-tunda lagi. Paham"!"
"Hamba sangat paham, Hyang Dewa."
"Kalau dia terlambat menemuiku, ada akibat buruk yang
akan dihadapi oleh kalian semua. Semuanya! Mengerti"!"
"Mengerti, Hyang Dewa," jawab Buron tegas namun penuh
hormat. "Ada yang belum kau mengerti dari semua kata-kataku
tadi"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada, Hyang Dewa. Hamba belum mengerti bagaimana
cara menjelaskannya kepada Nyai Dewi tentang siapa pemilik
pesan tadi?"
"Jelas aku yang berpesan! Kenapa masih belum mengerti
kau ini"!"
"Maksud hamba, apakah hamba harus menyebutkan nama
Hyang Dewa agar Dewi Ular percaya bahwa pesan itu
pentirig?"
"O, itu maksudmu. Hmm, ya... aku memang lupa," si kakek
manggut-manggut seraya berjalan pelan ke tengah ruangan,
dengan kedua tangan dikebelakangkan.
"Bilang sama Dewi Ular, dia ditunggu oleh Nathalaga di..."
"Hahh... ?"!" Buron membelalakkan matanya lebar-lebar. Ia
mengalami kejutan yang luar biasa sejak mendengar nama
Nathalaga disebutkan Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi
lemas dan sangat ketakutan lagi. Bahkan ketika kakek tua itu
pamit pergi, Buron hanya bisa menanggapi dengan serba
panik dan tergagap-gagap. Hanya Sandhi yang mendengar
kelanjutan ucapan dari Nathalaga tadi. Namun Sandhi pun
segera menyampingkan kata-kata itu untuk sementara, karena
fokus perhatiannya tertuju pada Buron sepenuhnya.
Buron terkulai di lantai dengan lemas dan terengah-engah
setelah Nathalaga pergi dengan merubah diri menjadi sinar
orange; merah kekuningan. Lenyap tanpa suara menembus
atap. Hanya guntur aneh yang terdengar di Iuar rumah,
menggelegar bergemuruh panjang. Saat itulah Sandhi segera
menghampiri Buron yang diliputi kecemasan dan, perasaan
heran yang cukup besar.
"Kenapa kau... "! Kenapa lemas dan terengah-engah"!
Mukamu pucat sekali, Ron"! Kamu takut, ya"! Apa yang
membuatmu ketakutan begini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata... dia adalah... Dewa Nathalaga yang... yang
pernah bermusuhan dengan bangsaku; bangsa jin. Kami,
bangsa jin, sampai sekarang sangat takut pada Dewa
Nathalaga. Leluhurku pernah hampir disapu habis olehnya.
Karenanya, generasi iblis seangkatan denganku diwanti-wanti
betul agar jangan bikin masalah dengan Dewa Nathalaga.
Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan 1 Kisah Dua Naga Di Pasundan Karya Arief Sudjana Bentrok Rimba Persilatan 18

Cari Blog Ini