Ceritasilat Novel Online

Sumpah Palapa 12

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 12


ujung hutan. Saat itu surya senja memancarkan sinar kwning keemasan.
Dan ketika patih Dipa tiba di tikung jalan tanjakan itu, ia segera
melihat dua sosok tubuh sedang bergerak dengan pesat, saling
merapat, menerjang dan menghindar
"Hai, berhenti" patih Dipa sempat memperhatikan bentuk
tubuh dari salah seorang yang sedang bertempur itu. Ia
mengenalnya. Tetapi untuk meyakinkan bahwa orang itu
memang orang yang di-diduganya, ia harus menghentikan
pertempuran mereka. Sambil berseru memerintahkan mereka berhenti bertempur,
patih Dipa pesatkan langkah, lari menghampiri. Saat itu dia
hanya terpisah beberapa belas langkah dari mereka sehingga
dapat menyaksikan lebih jelas lagi. Hal itu makin meningkatkan
rasa kejutnya. "Raden, berhentilah" serentak diapun berteriak setelah makin
pasti siapa salah seorang yang saat itu sedang menghadapi
serangan gencar dari lawan yang mengenakan pakaian seperti
jubah berwarna hitam. Orang vang diteriaki itupun loncat mundur, berpaling "O,
kakang Dipa...." tetapi belum sempat ia melanjutkan katakatanya, tiba-tiba lawannya telah loncat menerkam. Serangan
yang dilakukan secara tak terduga-duga dan teramat cepat itu
tak memberi kesempatan lagi kepadanya untuk menghindar. Saat
itu pula ia rasakan lehernya tercekik dan dadanya seperti
ditelusuri oleh sebuah tangan.
Walaupun gugup namun orang itu masih memiliki kesadaran.
Dia menyadari bahwa dirinya terancam tangan maut dari seorang
yang amat ganas. Dia harus berjuang sekuat tenaga atau akan
693 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hapuslah segala jerih payahnya selama ini. Ia tahu apa yang
hendak dicari lawannya. Secepat itu pula iapua melintaskan suatu keputusan. Secepat
kilat ia merogoh ke dalam saku celana dan dengan segenap sisa
kekuatan, ia lemparkan benda yang telah diambil dari saku
celananya itu ke arah patih Dipa "Terimalah...."
Dugaannya memang tepat. Serta melihat dia melemparkan
sebuah benda ke arah patih Dipa, orang yang menerkamnya
itupun segera menghempaskannya ke belakang. Akibatnya
diapun harus kehilangan keseimbangan tubuh dan terseok-seok
beberapa puluh langkah. Untung sebatang pohon telah menahan
dirinya dari laju layang yang lebih jauh.
Patih Dipa terkejut. Gerakan orang berpakaian hitam yang
sedemikian tangkas, tak menyempatkan dia untuk menolong
orang orang yang diserang itu. Patih Dipapun siap hendak loncat
menolong tetapi belum lagi langkah sempat diayun, tiba-tiba
orang itu sudah berseru seraya melemparkan sebuah benda
kepadanya. Patih Dipa tak sempat untuk berpikir lebih lanjut. Serentak dia
menyambut benda itu. Dan baru saja benda itu berada dalam
tangannya, lelaki berpakaian hitam itupun sudah loncat
menerjang "Uh" Dipa menghindar tetapi bahunya terlanggar
sentuhan jari o-rang orang itu. Untung hanya mengenai
pakaiannya dan tak sampai mengenai kulit.
Teramat cepat sekali orang itu bergerak. Serangan pertama
gagal, dia sudah berputar tubuh dan maju merangsang patih
Dipa pula. Demikian seterusnya setiap kali patih Dipa
menghindar. "Berhenti" hardiknya seraya berkisar ke samping. Namun
orang berpakaian hitam itu tak menghiraukan. Dia terus
menyerang makin dahsyat dan pesat. Kembali baju patih Dipa
terlanggar sentuhan jari tangan orang itu Diam-diam patih Dipa
694 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut. Dalam m-lakukan gerak penghindaran itu, dia
mengembangkan tata langkah aji lembu Sekilan. Tetapi ternyata
orang berpakaian hitam itu dapat mengatasi aji itu. Walaupun tak
sampai mengenai tepat tetapi setiap kali bajunya tentu
terlanggar jari jemari orang itu.
"Hm, menilik pakaiannya macam jubah, tentulah orang ini
seorang pertapa.... eh" tiba-tiba terlintas sesuatu dalam
benaknya "apakah bukan ini yang dikabarkan orang sebagai Resi
Hitam itu ?" Namun tak sempat ia merenungkan diri orang itu. Dia
diserang lagi bahkan serangan kali ini, teramat dahsyatnya. Patih
Dipa terkejut dan berusaha menghindar, brattt, terdengar bunyi
kain robek. Baju patih Dipa telah disambar tangan orang itu.
Karena patih Dipa menggeliat ke samping maka bajunyapun
koyak. Bahkan terasa juga bahwa dadanya seperti perih, macam
terkena cakar kucing atau anjing.
Patih Dipa tak sempat untuk memeriksa dadanya yang sakit
itu Lawan loncat menerjangnya pula. Rupanya kali ini patih Dipa
tak mau menggunakan aji Lembu Sekilan lagi. Dia membuang
tubuh loncat ke belakang sampai dua tombak jauhnya, lalu cepat
bersiap hendak melancarkan sebuah pukulan dahsyat kepada
lawan. Darrrr.... Terdengar bunyi letupan yang keras disertai layang dari orang
berjubah hitam itu yang terlempar ke belakang.
"Rajah Kaiacakra !" tiba-tiba orang berjubah hitam itu
berteriak penuh getar-getar rasa kejut.
"Ya" sahut patih Dipa "siapa engkau!" Orang itu tak
menjawab. Sekonyong-konyong dia berputar tubuh dan terus
loncat melarikan diri. Dalam beberapa lompatan saja, dia sudah
berada di tepi hutan dan pada laia kcjabpun lenyap masuk ke
dalam hutan itu. 695 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak kita kejar?" seru orang yang dihempaskan ke belakang
oleh lelaki berjubah hitam tadi. Setelah dapat berdiri tegak,
diapun menghampiri ke tempat patih Dipa.
"Tak perlu raden " kata patih Dipa.
"Dadamu berdarah, kakang patih"
"O" patih Dipa menundukkan untuk memeriksa dadanya
"benar berdarah" iapun mengusap darah di dadanya "Ah, luka
yang tak berarti dari jari orang tadi" katanya. Kemudian dia balas
bertanya "Raden, siapakah orang itu " Mengapa dia bertempur
dengan raden ?" Pemuda itu bukan lain adalah Kertawardhana, orang yang
sangat diharap-harap kemunculannya oleh patih Dipa.
"Entahlah kakang patih" sahut Kertawardhana "tiba-tiba saja
dia menghadang di jalan dan terus menyerang aku"
"Ah" desuh patih Dipa "benar-benar aneh. Tetapi apakah
kiranya alasan dia menyerang raden ?"
"Kurasa" kata Kertawardhana "tentulah hendak mencari
sesuatu" "Mencari?" ulang patih Dipa "adakah raden kenal dengan
orang itu ?" "Tidak" "Lalu apakah yang hendak dicarinya dari raden?"
Memandang ke arah patih Dipa, Kertawardhana menyahut
tenang "Tentulah benda yang kulemparkan kepada kakang patih
tadi" "O" patih Dipa gelagapan seperti orang yang dijagakan dari
tidur. Ia segera mengeluarkan benda itu dari saku bajunya "ah,
sebuah kotak" "Benar" 696 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adakah kotak ini yang hendak dicarinya?" patih Dipapun
meneliti kotak itu "sebuah kotak yang tentu amat berharga.
Terbuat daripada batu kumala yang langka terdapat"
"Kurasa demikian kakang patih. Karena tiada su? atu alasan
lain yang lebih kuat daripada maksud itu. Pertama, aku tak kenal
dengan dia. Kedua, tanpa bertanya suatu apa dia terus
menyerangku" Patih Dipa mengangguk. Sekonyong-konyong ia merasakan
suatu nyeri kesakitan yang bertebaran dari dada, tepat pada
luka-luka yang dideritanya tadi. Ia-pun mengusap-usap untuk
mengurangkan kesakitan itu. Beberapa saat kemudian barulah
dia berkata "Raden, dari manakah raden memperoleh kotak ini ?"
Melihat patih Dipa agak menyeringai kesakitan dan mengeluselus dada, hampir Kertawardhana hendak bertanya tetapi
ternyata patih itu sudah tenang kembali. Namun Kertawardhana
masih kuatir lalu mengajak patih Dipa duduk di bawah pohon.
Setelah keduanya duduk maka Kertawardhanapun mulai
menceritakan peristiwa yang dialam i sejak mereka berpisah di
desa Kemlayagyan "Aku melanjutkan perjalanan tanpa tujuan.
Pokok dimana tempat yang kurasa dapat memberi ketenangan,
di situlah aku hendak bersetnedhi. Lalu aku bertemu dengan
seorang lelaki tua yang sedang bertapa di bawah pohon. Karena
kulihat seekor ular hendak menelannya maka kubunuh ular itu.
Dia mengaku bernama ki Tanggung, penunggu makam resi
Jatinindra di lereng gunung Penanggungan...."
"O, siapakah resi Jatinindra itu ?"
"Resi. Jatinindra adalah resi Jentayu, nama abhiseka prabu
Airlangga waktu mensucikan diri sebagai pandita"
"O" patih Dipa tersentak kaget. Mukanya tampak merah
padam seperti orang marah "makam prabu Airlangga?"
697 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana terkejut menyaksikan sikap patih Dipa. Bukan
hanya sehari dua hari dia kenai dengan patih Dipa. Tetapi
perkenalan itu sudah dimulai beberapa tahun yang lalu sejak
patih Dipa masih menjadi patih Kahuripan. S-lama iiu dia
rmnemukan kepe-ribadian yang apik pada diri patih itu. Belum
pernah selama ia bergaul, pernah menyaksikan wajah patih Dipa
sedemikian menyeramkan "Kakang patih, mengapa, mengapa
engkau marah ?" Patih Dipa terbeliak "Marah" Siapakah yang marah ?"
"Wajah kakang patih merah padam"
"O" patih Dipa terkesiap "benarkah" Mengapa aku tak merasa"
Tetapi aku memang tak marah, raden"
Karena tahu bahwa patih itu seorang jujur, Kertawardhanapun
tak mau bertanya lebih lanjut. Namun ia meragukan ada suatu
kelainan dalam sikap patih itu. Kemudian dia melanjutkan
ceritanya "Ki Tanggung mengatakan bahwa dia sedang
melaksanakan tapa brata karena mendapat sasmita gaib dari
Hyang Batara Wisnu yang datang dalam impiannya"
"O" Patih Dipa makin tertarik.
"Dia dititahkan Hyang Batara Wisnu supaya bertapa sampai
nanti ada seorang yang datang menjagakannya"
"Dan radenlah yang datang menjagakan dia"
"Ya" sahut Kertawardhana "kemudian dia mengatakan akan
mengajak aku untuk menghadap Hyang Batara Wisnu"
"O" teriak patih Dipa makin terkejut "lalu apakah raden
meluluskan?" "Karena dia meminta dengan sangat agar aku memberi
pertolongan, maka akupun meluluskan"
Patih Dipa kerutkan kening "Memberi pertolongan" Apakah
maksud ki Tanggung itu ?"
698 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyang B?tara Wisnu dalam mimpi ki Tanggung telah
menjanjikan suatu kebebasan tugas sebagai penjaga makam
apabila ki Tanggung dapat membawa orang yang menjagakannya dari tapa"
Patih Dipa mengangguk-angguk.
"Akupun menuruti anjurannya untuk bersemedhi di hadapan
patung Garuda-mukha yang terdapat di makam itu. Dan apa
yang kualami memang benar-benar tak pernah kuduga, kakang
patih" "Raden berhasil bertemu dengan arwah prabu Airlangga ?"
tanya putih Dipa. "Yang datang di alam hampa cipta semedhiku itu seorang
mahluk yang menunggang seekor garuda raksasa. Garuda itu
lapar dan meminta supaya aku memberikan hatiku untuk
dimakin. Maka kuberikan...."
"O, tetapi tidakkah dengan demikian raden..."
"Itulah suatu kegaiban yang benar-benar sukar dipercaya.
Tetapi kemungkinan hanya terjadi dalam alam impian belaka.
Aku tak mati. Tetapi garuda itu masih belum puas memakan
hatiku. Dia hendak memakan diriku. Aku menolak karena
menganggap bahwa gaiuda itu ingkar janji dan terlalu tamak.
Garuda itu menyerang aku dan pingsanlah aku. Waktu sadar
kudapatkan patung Garuda-mukha itu telah tumbang. Waktu
headak kutegakkan lagi, tanahnya bengkah, terpaksa aku
mencari dahan kayu untuk menggali lubang. Waktu menggali aku
telah menemukan kotak batu ku-mala ini"
"Isinya tentulah lencana pusaka Garuda-mukha" teriak patih
Dipa dengan tegang. "Bagaimana kakang patih tahu hal itu ?" Kertawardhana
terkesiap dan memandang patih itu.
699 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidakkah benar berisi lencana pusaka ?" Kertawardhana
gelengkan kepala "Entah"
"Aneh, mengapa raden tak tahu, apakah raden tak
membukanya?" "Ya, tetapi tak dapat" sahut Kertawardhana "berulang kali
kucobanya membukanya tetapi tak pernah berhasil"
Patih Dipa ikut heran "Lalu bagaimana?"
"Aku melanjutkan lagi penggalian dan berhasil menemukan
sebatang cundrik, inilah" Kertawardhana mengeluarkan sebuah
bungkusan kain dan diserahkan kepada patih Dipa.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Patih Dipa tertegun sejenak lalu menyambutinya. Setelah
lipatan kain itu dibuka ternyata berisi sebilah cunndrik. Patih
Dipapun memegangnya beberapa saat lalu dibungkus dalam
lipatan kain lagi "Sebuah cundrik pusaka yang ampuh, raden" ia
mengembalikan pula kepada Kertawardhana.
"Bagaimana isi kotak itu, sampai sekarang belum diketahui
karena belum dapat dibuka" melihat patih Dipa memeriksa kotak
itu dengan seksama maka Kertawardhanapun
berseru memintanya "Tolonglah kakang patih membuka kotak itu"
Patih Dipa tak menjawab melainkan memandang kotak itu
dengan termenung-menung. Lama sekali ia termenung diam baru
membuka mulut dangan pelahan
"Kotak ini sebuah pusaka yang keramat"
"Dapatkah kakang patih membukanya?"
Sejenak merenung patih Dipa menjawab "Akan kucobanya,
raden. Tetapi entahlah, apa aku dapat membukanya atau tidak"
Kertawardhana mempersilakan patih Dipa untuk mencoba
membuka kotak kumala itu. Segala tenaga, kesaktian aji dan
mantra telah digunakan patih Dipa namun kotak itu tetap tak
mampu dibukanya "Aneh, benar" berulang kali patih Dipa selalu
700 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyatakan keluhan rasa aneh karena tak mampu membuka
kotak itu. Saat itu hari mulai gelap dan patih Dipapun mengajak
Kertawardhana bergegas menuju ke pura Kahuripan "Tetapi
bagaimana dengan kotak itu, kakang patih?" tanya Kertawardhana. "Kita haturkan ke hadapan sang Rani"
"Tetapi kakang patih" Kertawardhana agak terkejut "bukankah
kotak itu tak diketahui isinya karena tak dapat dibuka ?"
"Ya" sahut patih Dipa "tetapi kuyakin kotak itu tentu berisi
sebuah pusaka dari sang prabu Airlangga. Pusaka yang amat
bertuah sekali. Soal bagaimana akan membuka kotak itu, nanti
kita pikirkan lebih lanjut"
Malam sekali keduanya tiba di pura Kahuripan. Patih Dipa
langsung menghadap Rani Kahuripan sementara Kertawardhana
disurul nya tinggal di gedung yang khusus disediakan untuk
tempat patih Dipa selama berada di Kahuripan. Letaknya
dibagian utara dari lingkungan keraton.
Rani Kahuripan terkejut ketika menerima laporan tentang
patih Dipa yang mohon menghadap pada waktu semalam itu.
Namun ia tahu bahwa tak mungkin patih Dipa akan berbuat tak
sewajar itu apabila tidak membawa berita yang amat penting.
Maka Ranipun berkenan untuk menerima.
"Mohon paduka melimpah ampun yang sebesar-besarnya
karena hamba menghadap paduka pada waktu.yang tak layak,
gusti" "Ah, mengapa engkau masih membawa sikap seperti orang
luar, patih Dipa " Bukankah engkau pernah menjaai patih kami di
Kahuripan" Pintu keraton Kahuripan selalu terbuka untukmu,
patih, siang maupun malam. Tentulah engkau hendak
menghaturkan berita yang amat penttng, penting bukan ?"
701 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah, gusti" kata patih Dipa lalu menghaturkan
tentang peristiwa perjumpaannya dengan raden Kertawardhana
yang berhasil menemukan sebuah kotak daripada batu kumala di
makam sang prabu Airlangga di gunung Penanggungan.
Bukan kepalang kejut dan gembira hati Rani mendengar
laporan itu. Namun Rani berusaha membatasi diri untuk tidak
dihanyut luap perasaannya "O, tentulah berisi pusaka"
"Mungkin gusti"
"Mengapa mungkin " Apakah raden Kertawardhana belum
membuka kotak itu ?"
"Sudah, gusti, tetapi tak dapat. Demikian hambapun telah
berusaha untuk membukanya tetapi sia-sia juga"
"O, isi kotak itu belum diketahui?"
"Belum, gusti" Rani terkesiap. Ia tahu akan kesaktian yang dimiliki patih Dipa
maka sungguh suatu peristiwa yang amat mengherankan apabila
patih Dipa sendiri juga tak dapat membuka kotak itu "Bagaimana
bentuk kotak itu, ki patih ?"
"Hamba telah membawanya dan hendak hamba haturkan ke
hadapan paduka" patih Dipa terus menghaturkan kotak kuma la
itu ke hadapan Rani. Rani agak terkejut ketika menerima kotak itu, ia rasakan
tangannya tergetar oleh suatu pancaran hawa aneh. Namun Rani
tak mau mengutarakan hal itu ke pada patih Dipa "Benar-benar
sebuah kotak yang indah buatannya" beberapa saat setelah
meneliti, Rani berkata. "Apabila menilik kotak itu, tentulah benda yang berada di
dalamnya sebuah pusaka yang luar biasa. Hanya sayang tak
dapat di buka" 702 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kakang patih Dipa" ujar Rani "apabila tak dapat dibuka
tentulah sukar untuk mengetahui isinya. Dan hal itu berarti sukar
untuk memutuskan bahwa raden Kertawardhana telah berhasil
menemukan juga lencana pusaka sesuai yang ditentukan dalam
syarat sayembara" "Keluhuran sabda paduka, gusti"
"Lalu bagaimana kehendakmu, patih Dipa?" Sejenak
merenung maka patih Dipapun menghaturkan kata "Kotak itu
jelas sebuah pusaka. Oleh karena itu maka harus sebuah pusaka
pula yang digunakan untuk membukanya. Menurut hemat
hamba, gusti, baiklah kotak itu dibuka dengan pusaka keraton
Kahuripan" "Ya, mungkin demikian" sahut Rani "tetapi di dalam keraton
Kahuripan hanya ada beberapa pusaka saja"
"Rasanya itupun sudah cukup, gusti"
Rani Kahuripan setuju dan lalu menitahkan dayang untuk
memanggil rakryan kanuruhan Pakis. Setelah rakryan kanuruhan
Pakis menghadap maka Rani menitahkan supaya mengambil
pusaka keraton. Kemudian patih Dipa diminta, untuk
mencobakan pusaka-pusaka itu pada kotak. Namun beberapa
macam senjata pusaka telah dicobakan, hasilnya tetap sia-sia.
Rani merasa agak cemas "Kalau tetap tak dapat dibuka,
tidakkah akan sia-sia belaka jerih payah raden Kertawardhana
menemukan kotak itu ?"
Patih Dipa kerutkan dahi. Beberapa saat kemudian dia
menghaturkan sembah "Gusti, titah paduka memang benar.
Kotak itu harus dibuka kalau tidak tentu tak dapat dijadikan
sebagai bukti bahwa raden Kertawardhana telah menemukan
lencana pusaka juga"
"Ya" ujar Rani.
703 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Segala pusaka keraton telah hamba cobakan tetapi tetap tak
berhasil. Terpaksa hamba hendak menggunakan cara yang
terakhir. Namun hal itu mungkin akan menghancurkan kotak.
Maka hamba tak berani lancang bertindak sebelum mendapat
idin paduka, gusti" Rani tertegun "Ya" beberapa saat kemudian ia membuka suara
didahului dengan helaan napas ke-paserahan "kalau memang
demikian, biarlah asal benda di dalamnya dapat kita ambil. Tetapi
adakah engkau hendak menggunakan senjata untuk menghancurkannya " Bukankah semua senjata pusaka di keraton
Kahuripan sudah engkau cobakan semua?"
"Hamba hendak menggunakan senjata pusaka hamba sendiri,
gusti" Rani mengangguk. Tiba-tiba Rani teringat sesuatu "Ki patih,
menurut laporanmu, raden Kertawardhana juga mendapatkan
sebatang cundrik. Sudahkah engkau gunakan cundrik itu untuk
membuka kotak?" "Sudah, gusti" kata patih Dipa "memang cundrik itu sebuah
pusaka yang ampuh tetapi baik raden Kertawardhana maupun
hamba pernah mencobanya menggunakan cundrik itu untuk
membukanya tetapi tetap sia-sia"
"Lalu engkau bermaksud hendak menggunakan gada pusaka
yang engkau miliki itu?"
"Demikian, gusti"
"Engkau yakin gada itu dapat membuka kotak?"
"Gada Intan hanya dibenarkan untuk digunakan apabila
menghadapi musuh yang sakti dan soal-soal yang berbahaya dan
gawat. Maka selama ini jarang sekali atau boleh dikata hampir
tak pernah hamba menggunakannya. Karena gada pusaka itu
kuasa untuk menghancurkan segala benda apa saja baik yang
terlihat maupun yang tidak"
704 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, ki patih, usahakan supaya benda di dalam kotak itu
jangan sampai ikut hancur" akhirnya Rani memberi idin.
Maka patih Dipapun segera menuju ke ruang pusaka keraton,
mengambil kotak batu mustika itu dan kembali menghadap Rani.
Hal itu memang atas titah Rani yang ingin melihat benda apakah
yang berada di dalam kotak itu nanti apabila sudah dapat dibuka
patih Dipa. Patih Dipa duduk bersila menghadapi kotak itu
Dia rnenghening cipta, memohon restu kepada dewata agar
usahanya untuk membuka kotak itu berhasil. Kemudian perahanlahan dia mengeluarkan gada pusaka. Setelah menyatukan
seluruh semangat dan cipta maka diayunkan Gada Intan itu ke
arah kotak. "Uhhhhh" sekonyong-konyong patih Dipa menguak dan
serempak saat itu pula Rani Kahuripai pun berteriak "patih
Dipa...." Mendengar teriak Rani yang cukup keras, maka berhamburanlah prajurit prajurit penjaga keraton lari ke dalam
ruang. Merekapun kesima menyaksikan pemandangan dalam
ruang itu sehingga beberapa saat mereka tak dapat bicara.
"Hai, mengapa kalian diam !" teriak Rani pula kepada prajuritprajurit itu. Prajurit-prajurit keraton itu terbeliak. Mereka gelagapan
mendengar teriak Rani yang bernada murka. Serempak mereka
berebut untuk menghampiri patih Dipa yang menggeletak di
lantai. Kiranya suatu peristiwa yang tak terduga-duga telah terjadi.
Pada saat pat h Dipa mengayunkan Gada Intan, patih Dipa telah
mengalami dua hal yang mengejutkan. Pertama, ia rasakan
dadanya sakit dan tenaga-nyapun seperti merana. Kedua, kotak
itu seperti memancarkan sinar yang berkilau amat keras sekali
705 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga pandang mata patih Dipa kabur. Seketika ia rasakan
sekeliling gelap gulita dan dirinya seperti berputar-putar amat
deras Makin lama makin keras sehingga menghapus kesadaran
pikirannya. Ia tak tahu lagi apa yang terjadi di sekeliling dan
pada dirinya. Ia kehilangan keseimbangan rasa dan kesadaran
lalu rubuh tak kabarkan diri....
"Bagaimana keadaannya?" teriak Rani penuh nada cemas.
"Gusti patih pingsan, gusti" salah seorang prajurit
menghaturkan laporan. "Mengapa" Apakah dia menderita sesuatu?"
"Mohon diampunkan, gusti" sembah prajurit itu "hamba tak
tahu entah apa sebab gusti patih pingsan. Tetapi gusti patih tak
menderita suatu apa gusti, hanya wajah gusti patih tampak
pucat" Rani heran dan cemas. Ia menitahkan prajurit supaya
memanggil rakryan kanuruhan Pakis. Setelah rakryan itu
menghadap maka dititahkan Rani untuk menolong patih Dipa.
Beberapa saat kemudian patih Dipa sadar tetapi tenaganya masih
lemah. Rakryan kanuruhan menghaturkan laporan ke hadapan Rani
bahwa kemungkinan patih Dipa terlalu lelah, kurang beristirahat
"Perkenankanlah hamba merawat ki patih, gusti"
Rani meluluskan "Baik, paman, besok aku minta keterangan
tentang keadaan patih Dipa"
Malam itu patih Dipa bermalam di tempat kediaman rakryan
kanuruhan Pakis. Rakryan kanuruhan sibuk merawatnya,
melayani dengan ramuan obat dan hidangan. Tetapi patih Dipa
menolak. Ia menyatakan hanya ingin beristirahat "Apabila sudah
tidur semalam, esok aku tentu sudah baik kembali" katanya.
Namun malam itu patih Dipa tak dapat tidur. Ia masih
terbayang akan peristiwa di keraton tadi. Ia heran mengapa tiba706 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba saja dadanya terasa sesak sehingga sukar bernapas,
tenagapun lunglai tak kuasa mengangkat Gada Intan. Pun sinar
kemilau yang keras dari kotak itu telah menyerap pandang mata
ke arah kebutaan yang gelap dan lenyapnya kesadaran.
Kemarin ia masih merasa segar bugar. Tetapi mengapa hari ini
tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang tak wajar pada


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernapasannya. Ia merenung dan mengingat-ingat, bila dan
mengapa ia menderita perasaan itu "Ah, benar" akhirnya ia
bersua pada suatu peristiwa "rasanya perasaan itu kualami
setelah bertempur dengan lelaki berjubah hitam yang menyerang
raden Kertawardhana. Dadaku menderita goresan luka dari jari
orang itu" Tetapi ia masih bersangsi untuk menentukan hal itu. Luka
goresan jari itu kini sudah lenyap, masakan masih meninggalkan
hal yang mengakibatkan pernapasannya tidak lancar. Dia lebih
cenderung untuk untuk membenarkan kata-kata rakryan
kanuruhan bahwa ia tentu terlalu lelah "Ya, selama sayembara
berlangsung, aku hampir tak beristirahat. T iap malam aku selalu
keliling pura untuk menjaga keamanan. Dalam suasana kerajaan
sedang berkabung, membanjinya ksatrya-ksatrya ke pura
Kahuripan untuk mengikuti sayembara, memang perlu mendapat
pergawasan" Sampai jauh malam barulah patih Dipa terlena dalim kelelapan
tidur. Dalam tidur diapun bermimpi aneh. Mimpi yang tak
menyenangkan kalau tak dapat dikata buruk.
Seorang mahluk yang seram muncul. Disebut seorang karena
dia mahluk yang mirip dengan manusia. Memiliki sepasang kaki,
sepasang tangan dan tubuh manusia. Tetapi hanya wajahnya
yang tidak menyerupai manusia melainkan berbentuk seperti
burung garuda. Sepasang mata yang berkilat-kilat tajam laksana
bara api, paruhnya yang besar dan tajam, menimbulkan rasa
seram dan ngeri yang menghancurkan nyali seorang yang gagah
707 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani. Dan serasa bergetar-getar keras jantung patih Dipa ketika
mahluk aneh itu berseru kepada patih Dipa.
"Hai, engkau patih. Bukankah engkau patih Dipa yang
termasyhur itu ?" Patih Dipapun terkejut mendengar mahluk manusia garuda itu
dapat berkata kata bahasa manusia. Setelah menenangkan diri
maka menyahutlah ia "Y a, memang aku patih Dipa"
"O, engkau patih Dipa, patih yang dimasyhurkan orang
sebagai patih yang pandai, bijaksana, berani dan setya. Putus
dalam ilmu kesaktian, ilmu agama dan ilmu ajaran !uhur. Tetapi
mengapa lakumu tidak sesuai dengan kemasyhuran namamu ?"
Patih Dipa terbeliak "Apakah kesalahanku, ki sanak?" serunya.
"Engkau belum tahu kesalahanmu" Ah, tiada manusia yang
patut dikasihani dari manusia yang tak tahu akan kesalahannya.
"Katakanlah " seru patih D.pa.
"Mengapa engkau menghantam aku dengan segala macam
senjata pusaka bahkan karena belum puas, engkau hendak
menjatuhkan Gada Intan kepadaku " Adakah engkau
membanggakan dirimu karena telah memperoleh pusaka Gada
Intan itu sehingga engkau merasa dirimu yang paling sakti
sendiri?" "O" desuh patih Dipa makin terkejut "adakah engkau....
engkau ini" "Ya, kurasa sekarang engkau tentu sudah mengetahui siapa
diriku" sahut mahluk aneh itu "dan kurasa pula engkaupun harus
tahu bahwa sekalipun Gada Intan itu engkau jatuhkan pada
diriku, akupun sanggup menerimanya. Karena kuyakin akan
kebenaran dari amanat yang kulaksanakan"
Patih Dipa heran "Siapakah engkau" Dan bagaimanakah aku
harus menyebutmu ?" 708 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu tak penting" jawab mahluk aneh "engkau bebas
menganggap aku ini siapa dan menyebut aku ini bagaimana.
Karena hal itu takkan merobah keadaan yang terbeban pada
diriku" Patih Dipa terkesiap. Ia merasa tak perlu harus tarik urat
untuk mempersoalkan hal yang tak berarti. Yang penting, ia
harus mencari keterangan lebih lanjut apa maksud tujuan dari
kehadiran mahluk aneh itu "Baik" katanya "beban apa yang
sedang engkau lakukan?"
"Aku penjaga pusaka dari sang prabu Airlangga. Empu
Bharadalah yang telah menitahkan aku"
Kali ini kejut patih Dipa makin berlipat "Empu Bharada ?"
"Zat kesaktian dari mantra sang dahyang itulah yang
menciptakan diriku" "O" kembali patih Dipa mendesuh. Tiba-tiba ia teringat
sesuatu, katanya pula "engkau tahu Gada Intan itu ?"
"Itulah pusaka dari dahyang Bharada"
"Gada pusaka itu kuasa untuk menundukkan para jin dedemit
yang tercipta dari zat sakti yang dihimpun empu Bharada di
kuburan Wurare" "Itu jin dedemit tetapi aku bukanlah bangsa itu. Aku adalah
zat sakti dari empu Bharada"
"Apakah Gada Intan tak dapat menundukkan engkau ?"
"Bukan tak dapat tetapi tak dibenarkan. Engkau tahu mengapa
tanganmu lunglai ?" "O" patih Dipa terkesiap "jadi karena Gada Intan itu ?"
"Untuk benda atau pusaka yang telah diberi tuah dengan aji
mantra empu, Gada Intan akan menyingkir dan mengembangkan
daya-tolak kepada pemakainya yang hendak menggunakannya"
709 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu apa kehendakmu ?" tanya patih Dipa.
"Ketahuilah wahai patih yang gelap pikiran" seru mahluk aneh
itu "bahwa dalam amanat Dahyang Bharada, untuk menjaga
pusaka yang berada pada diriku, aku dibenarkan untuk membalas
setiap derita apa saja, baik besar maupun kecil, yang kualam i.
Engkau telah mendera aku dengan menusukkan berjenis-jenis
pusaka, maka engkaupun harus merasakan betapa rasa sakit
yang diderita oleh orang yang engkau tusuk itu"
"Engkau hendak membalas kepadaku ?" patih Dipa terbeliak.
"Engkau takut?" mahluk itu mengejek "jangan kuatir, patih.
Aku takkan berbuat seperti engkau yang menusukku tanpa
berhenti dan tanpa memberi kesempatan untuk aku membela
diri. Tidak, patih, aku akan memberi kesempatan kepadamu
untuk membela diri. Keluarkanlah seluruh ilmu kepandaianmu
untuk melawan aku" Patih Dipa terkejut. Dia hendak menjelaskan duduk
persoalannya bahwa ia sama sekali tak tahu kalau apa yang
dilakukannya untuk membuka kotak batu kumala itu ternyata
memberi derita siksa kepada mahluk itu. Tetapi dia tak sempat
mengatakan hal itu karena mahluk setengah manusia setengah
garuda itupun segera menyerangnya. Dipa terpaksa menghadapi.
Namun dia hanya berusaha untuk menghindar.
"Berhenti" teriak patih Dipa.
"Mau apa, engkau" Minta ampun?"
"Tidak" seru patih Dipa "kalau memang harus begitu
kehendakmu, akupun takkan menolak. Tetapi sebelum
berlangsung lebih, lanjut, aku hendak minta keterangan
kepadamu" "Soal apa?" 710 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau mengatakan bahwa engkau diamanatkan empu
Bharada untuk melindungi benda dalam kotak itu. Apakah
sesungguhnya yang berada dalam kotak itu?"
"Hm, engkau tak berhak bertanya"
"Mengapa?" "Karena benda itu sebuah pusaka dari prabu Airlangga yang
diperuntukkan hanya untuk anak cucu keturunannya ataupun
insan kekasih dewata yang kelak menjadi raja besar di
Jawadwipa ini" "O, karena itukah maka aku tak dapat membukanya ?"
"Engkau bukan calon raja"
Patih Dipa terkejut. Bukan karena merasa kecewa bahwa dia
dikatakan bukan seorang calon raja tetapi karena ia mendapat
suatu pemikiran. Dan pemikiran itupun menimbulkan suatu
harapan yang, menggembirakan "Maksudmu hanya seorang yang
telah direstui Dewata Agung yang mampu dan berhak membuka
kotak pusaka itu" "Kata-kataku sudah jelas, jangan banyak cakap pula" tiba-tiba
manusia loncat menerjang patih Dipa.
Melihat keganasan dan keliaran manusia garuda itu, patih
Dipapun marah. Apapun yang terjadi, dia akan membela diri
sekuat tenaga. Kalau memang harus mati, biarlah dia mati
sebagai seorang ksatrya. Gerakan dan tamparan tangan mahluk itu menimbulkan deru
angin yang menebarkan debu dan pasir, bahkan daun pohonpohonpun berguguran "Uh" sekonyong-konyong mahluk aneh itu
melayang hendak mematuk dada patih Dipa. Patih Dipa masih
sempat loncat menghindar, bum....
Karena tak menemui sasaran, paruh garuda itu menghantam
segunduk batu dan pecahlah batu itu berkeping-keping. Ngeri
711 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patih Dipa melihat kedahsyatan mahluk aneh itu. Ia
membayangkan betapa akibatnya apabila tadi dadanya kena
terpagut paruh garuda itu.
Peristiwa itu serentak membangkitkan semangat keperwiraannya. Membiarkan dirinya dibalas mahluk aneh itu,
berarti dia akan hancur. Dan dengan alasan apapun tampaknya
mahluk aneh itu tak mau mendengarkan. Maka ia memutuskan
untuk melancarkan aji pamungkas yang selama ini jarang sekali
digunakannya. Darrrrr.... Aji pukulan Rajah Ka lacakra telah dilepaskan patih Dipa. Rajah
Kalacakra merupakan aji pamungkas dari pimpinan himpunan
Gajah Kencana. Eyang Wungkuk kemudian brahmana Anuraga
lalu diberikan kepada Dipa sebagai tanda bahwa dialah pewaris
yang akan melanjutkan pimpinan perjuangan para ksatrya
manggala Majapahit. Aji Rajah Kalacakra hanya boleh digunakan apabila
menghadapi musuh yang tangguh dan kalap dimana segala daya
upaya untuk menyelesaikan persoalan secara damai telah ditolak
dan dirinya terancam bahaya maut. Dipa sebagai warga Gajah
Kencana, taat dan patuh akan amanat keramat itu. Kini dalam
menghadapi serangan seorang mahluk aneh yang hendak
membalas dendam kepadanya, patih Dipa telah menggunakan
jalan perundingan tetapi mahluk aneh itu menolak dan
menyerangnya dengan ganas. Tak ada lain pilihan lagi bagi patih
Dipa kecuali harus menggunakan aji pamungkas itu.
Terdengar letusan keras macam petir menyambar, seketika
sekeliling tempat itu gelap terselubung lingkaran debu dan batu
yang berhamburan. Tetapi selekas lingkaran debu itu menipis,
kejut patih Dipa bukan kepalang. Mahluk aneh itupun tampak
masih menyongsongkan kedua tangan ke muka seperti orang
yang menolak pukulan. Dan sebelum patih Dipa tenang kembali,
mahluk aneh itupun loncat menerkam pula. Kali ini gerakannya
712 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan seperti orang loncat tetapi lebih menyerupai seperti
terbang. Sedemikian cepat dan kencang sekali sehingga patih
Dipa mendesuh ketika tubuhnya terjerembab ke belakang. Dan
secepat itu pula mahluk anehpun menerkamnya dan menghujani
dengan patukan paruhnya yang tajam runcing.
"Huh, huh, huh...aduh...aduh..." patih Dipa merintih-rintih. Ia
rasakan tubuhnya seperti ditusuk-tusuk ujung pisau. Narnun ia
masih memiliki kesadaran. Dan kesadaran itu menimbulkan rasa
kejut yang tak kepalang ketika ia merasa tubuhnya telah
diangkat mahluk aneh itu. Serentak dia mengerahkan seluruh
sisa tenaganya untuk meronta sekuat-kuatnya, bluk....
"Hai, ki patih, mengapa engkau" tiba-tiba patih Dipa
dikejutkan oleh suara seseorang yang nadanya tak asing lagi
baginya "ah, ki patih, engkau jatuh...."
Patih Dipa merasa dirinya diangkat oleh orang itu dan
dibaringkan di atas pembaringan "Aku, aku di mana?"
"Ah, ki patih, malam ini engkau tidur di rumah kediamanku"
Patih Dipa terbeliak memandang orang itu. Beberapa saat
kemudian ia berseru kaget "O, engkau rakryan kanuruhan"
"Benar, ki patih" sahut orang itu yang tak lain adalah rakryan
kanuruhan Pakis. "Mengapa rakryan kanuruhan berada di ruang ini?"
"Aku mendengar suara orang merintih-rintih kesakitan dan
kemudian suara bergedobrakan seperti tubuh jatuh ke tanah. Aku
segera bangun. Kuperhatikan suara hiruk itu berasal dari ruang
ini dan ketika aku bergegas masuk ternyata engkau telah
menggeletak di lantai" rakryan kanuruhan menerangkan.
Kemudian bertanya apa yang telah terjadi patih Dipa.
"Aku...." 713 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tunggu" karena melihat napas patih Dipa masih terengah
maka rakryan kanuruhan mengambil cawan air "Minumlah dulu"
katanya. Setelah minum, patih Dipapun agak tenang dan mulailah ia
bercerita "Waktu tidur, aku bermimpi seperti berhadapan dengan
seorang mahluk aneh, manusia tetapi bermuka garuda. Dia
hendak menuntut balas atas tindakanku siang tadi yang telah
menusuknya dengan beberapa senjata pusaka keraton
Kahuripan" "O, kalau begitu dia adalah kotak batu kumala itu"
"Aku kalah dan berulang-ulang diserang dengan paruhnya.
Tubuhku serasa berlumuran darah, sakitnya bukan kepalang
sehingga aku merintih-rintih. Kemudian dia mengangkat tubuhku
hendak dibanting tetapi aku meronta sekeras-kerasnya sehingga
akupun jatuh" "Ah" rakryan kanuruhan mendesah "kiranya engkau bermimpi
buruk, ki patih. Kurasa engkau terlalu memikirkan kotak itu
sehingga engkau sampai bermimpi"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin begitu, rakryan" kata patih Dipa "tetapi mimpi itu
seperti terjadi sungguh-sungguh. Tubuhku masih terasa sakit dan
lunglai" "Jika begitu, akan kuambilkan jamu pelenyap lelah, ki patih"
Patih Dipa menghaturkan terima kasih dan menyatakan bahwa
ia masih dapat bertahan. Asal sudah beristirahat tentu esok
sembuh. Rakryan kanuruhanpun tinggalkan ruang itu. Tetapi
menjelang pagi, dia kembali dikejutkan oleh suara patih Dipa
yang mengingau. "Ah, engkau sakit, ki patih. Tubuhmu panas sekali" kata
rakryan kanuruhan setelah merabah dahi patih itu "esok
janganlah engkau keluar. Beristirahatlah dulu dan minum obat"
"Besok sudah hari kedua"
714 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah sayembara itu akan ditutup tiga hari kemudian
sejak hari ini" Jika begitu engkau masih mempunyai kesempatan
untuk beristirahat barang sehari"
"Ah" patih Dipa mendesuh lunglai.
(Oo-myrnakz-ismo-oO) Dari pertapaan Pucangan, tampak seorang wanita bertubuh
kurus tengah berjalan dengan tenang, menuruni lereng gunung
Penanggungan. Menilik raut wajah-nya yang mulai berhias
keriput, wanita itu seorang yang sudah lanjut usia. Tetapi
wajahnya yang bersih dan sejuk masih meninggalkan gurat-gurat
kecantikan yang gemilang dan cahaya yang agung.
Wanita tua itu mengenakan kain tutup kepala, langkahnya
masih tenang dan ringan. Dia berjalan seorang diri dengan
tujuan yang mantap, ke pura Kahuripan. Pakaiannya amat
bersahaja, lebih menyerupai jubah dari seorang bhiksuni.
Dia berjalan memandang lurus ke muka dan tak
menghiraukan alam sekelilingnya sehingga dia tak tahu bahwa
sebenarnya di alam pegunungan yang sejuk tenang itu, terjadi
sesuatu yang mengherankan.
Angin berhembus lembut. Sedemikian lembut sehingga pohonpohon dan daun daunpun tenang, mengikuti ketenangan para
margasatwa dan burung-burung yang hinggap di batang pohon.
Sunyi tenang. Tiada tampak suatu gerak apapun. Burung-burung
tak tampak beterbangan, tak terdengar berkicau. Margasatwapun
diam di tempat masing-masing. Bahkan serangga macam bangsa
semutpun berhenti bergerak. Hanya bunga-bunga hutan yang
berusaha untuk merekah dan membiaskan bahu yang harum.
Langit cerah tetapi surya bersembunyi dibalik gumpal awan. D
sepanjang jalan bila bertemu orang, orang-pun menyingkir ke
tepi jalan seolah memberi jalan bagi wanita tua itu. Mereka tak
715 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerti mengapa harus menyingkir tetapi memang mereka
merasa senang memberi jalan kepadanya.
Berselang beberapa waktu, setelah wanita itu tiba di kaki
gunung Penanggungan dan melanjutkan perjalanan menuju ke
utara, tampak seorang lelaki agak setengah tua, berpakaian
sebagai seorang brahmana, berjalan di kaki gunung Penanggungan, yang melintas ke utara. Dia membawa sebatang
tongkat dari bambu. Belum berapa lama berjalan, ia berhenti dan kerutkan dahi
lalu berjongkok dan melekatkan telinga ke tanah "Ah, derap
berpuluh ekor kuda tengah mendatangi kemari" serunya seorang
diri. Saat itu dia sedang berada disebuah bulak. Maka iapun
pesatkan langkah untuk menuju ke gerumbul pohon yang tampak
disebelah muka. Rupanya dia hendak bersembunyi untuk
menghindari perhatian orang-orang yang melarikan kudanya itu.
Tetapi terlambat. Sebelum ia berhasil mencapai tempat tujuan
maka beberapa puluh penunggang kuda telah mencongklang
tiba. Brahmana itu terkejut. Penunggang-penunggang kuda itu
ternyata mengenakan pakaian prajurit dengan senjata lengkap"
"Ah, syukurlah" diam2 brahmana setengah tua itu mengucap
dalam hati ketika rombongan penunggang kuda itu me lintas
tanpa menghiraukannya. Tetapi alangkah kejutnya ketika
tamtama yang berada dimuka rombongan acungkan cambuk dan
memberi aba-aba supaya berhenti. Dan tamtama yang bertubuh
tegap perkasa itu segera memutar kuda, menghampiri ke tempat
brahmana. "Ki brahmana" seru tamtama prajurit itu tanpa turun dari
kudanya "adakah sejak tadi engkau berjalan di sepanjang jalan
ini?" Brahmana tertegun "Benar, ki lurah" sahutnya.
"Tahukah engkau akan seorang wanita tua?"
716 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wanita tua?" "Ya, seorang wanita tua yang mengenakan pakaian seorang
bhiksuni" "O, ada beberapa wanita yang kujumpai tetapi tak ada yang
mengenakan pakaian seorang bhiksuni. Apakah ki lurah perlu
mencari wanita tua itu?"
"Ya" "Siapakah wanita itu ?"
Prajurit yang mengenakan busana keprajuritan bekel itupun
tertegun. Ia menganggap tak perlu mernberitahu karena hal itu
suatu rahasia dan pula brahmana itupun tak berjumpa dengan
wanita yang dicari itu "Ah, terima kasih, ki brahmana" katanya
seraya memutar kuda dan meninggalkan brahmana itu dalam
longong yang diliputi keheranan.
Hanya sejenak brahmana itu tertegun kemudian iapun
ayunkan langkah pula. Setitikpun tak memancar rasa kecewa dan
geram atas sikap bekel prajurit yang tak menghiraukan
pertanyaannya itu. Bekel prajurit itu tiba-tiba mempunyai pikiran lain. Antara
brahmana dengan pandita dan bhiksu, tentu sering berjumpa di
candi ataupun di tempat-tempat pemujaan. Siapa tahu brahmana
itupun nanti atau besok akan berjumpa dengan wanita yarg dicari
itu. Serentak dia memutar kuda dan lari menghampiri ke tempat
brahmana itu pula "Ki brahmana, wanita berpakaian seorang
bhiksuni yang hendak kami cari itu adalah gusti ratu Gayatri "
Brahmana terbeliak kaget.
(Oo-myrnakz-ismo-oO) 717 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10 718 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 719 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Dari seri wajahnya yang tenang bagaikan bulan temarang,
terasalah pancaran mata tenang dari kedamaian dalam hati
brahmana setengah baya itu. Rupanya dia sudah berhasil
menguasai sad-indriyani yang menimbulkan getar pertalian rasa
daripada penyerapan akan kegemaran terhadap segala benda
yang melahirkan segala nafsu
keinginan. Namun ketika mendengar keterangan dari bekel prajurit
berkuda bahwa wanita berpakaian bhiksuni yang mereka cari itu tak lain adalah
gusti ratu Gayatri, tersibaklah
ketenangan hati dan pikiran
brahmana itu. Diluar kesadarannya, terjadilah gempa
di bumi bawah alam sadarnya
sehingga terhiaslah getar-getar
yang mendeburkan jantungnya.
"Apa katamu, ki bekel" serunya dalam nada yang penuh getar-getar keterjutan.
Bekel prajurit itu hendak
memutar kuda dan meninggalkan brahmana. Tetapi
demi mendengar pertanyaan brahmana, dia tertegun. Dan entah
bagaimana, ia merasa ada suatu daya pengaruh dalam nada
brahmana itu yang mewajibkan dia menjawab "Ya, benar, gusti
ratu Gayatri" "Ah" desah brahmana dalam gelombang nada yang mulai
agak mereda "adakah engkau berolok-olok, ki bekel?"
720 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bekel prajurit itu tertawa mengkal "Brahmana, engkau
bertanya dan aku memberi keterangan. Engkau percaya atau
tidak, itu terserah saja kepadamu"
"Ah, jangan engkau salah faham, ki bekel" kata brahmana
"tetapi peristiwa ini benar-benar amat gawat"
"Apa maksudmu?"
"Saat ini kerajaan Majapahit sedang mengalami suasana yang
penhaun Dewan keraton belum menurunkan amanat resmi
tentang siapa yang harus menggantikan mendiang seri baginda
Jayanagaia sebagai raja. Tidakkah kehadiran gusti ratu Giyatri
dipura Majapahit itu mutlak diperlukan" Tidakkah suasana akan
lebih gawat pula apabila benar-benar gusti ratu Gayatri telah
meninggalkan pura?" Bekel prajurit itu terkesiap "Eh, brahmana, rupanya bukan
hanya melulu kitab veda dan pitaka serta parita-parita yang
engkau tekuni dalam vihara asrama kediamanmu. Tetapi juga
suasana negara tak lepas dari perhatianmu"
Tenang tenang brahmana itu menjawab "Ki bekel, kami kaum
pandita dan brahmana mempunyai tugas dalam menjalankan
dharma kami. Tugas-tugas keagamaan sebagai sarana pensucian
batin untuk mencapai alam nirwana. Serta tugas-tugas dalam
dharma hidup kami di arcapada ini. Keduanya merupakan tali
temali yang saling mengisi dan saling membentuk. Sebagaimana
jalinan antara Sebab dan Akibat dalam dunia kesunyatan dan
dunia keakhiran kelak"
Bekel prajurit itu termangu-mangu. Dia seolah-olah mendengar keindahan burung-burung berkicau di pagi hari yang
cerah. Walaupun sudah sering dia mendengar wejanganwejangan semacam itu, tetapi diucapkan oleh sang brahmana, ia
meragakan suatu kelainan dari yang lain. Ada suatu daya wibawa
dalam kata-kata brahmana itu.
721 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi rasa keteduhan itu bagaikan hujan tempias atau hujan
sekonyong-konyong turun dan cepat pula lenyap. Hanya sekilas
dan pada lain saat, bekel prajurit itu teringat akan tugasnya. Di
sana anakbuahnya tengah menanti kedatangannya. Dan
kesadaran itu segera menimbulkan kesadaran lebih lanjut akan
tugasnya yang amat penting, mencari jejak gusti ratu Gayatri.
"Baik, ki brahmana" serunya "tetapi tuan-pun harus menyadari
bahwa dalam ajaran agama, bohong itu merupakan dosa. Dosa
itu tak memandang siapa yang melakukan. Dewa sekalipun kalau
bohong juga berdosa. Dan pengertian ini, rasanya bukan hanya


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaum pandita dan brahmana yang menyadari. Kami, prajurit
yang disebut golongan kasar dan gemar berperang, pun
menyadari hal itu. Oleh karena itu, apa yang kukatakan
kepadamu itu, bukanlah suatu kebohongan. Terserah saja
kepadamu untuk mempercayai atau tidak" habis berkata dia terus
mencongklangkan kuda menghampiri rombongan anakbuahnya.
Brahmana tertegun. Sesaat ia merenungkan ucapan bekel
prajurit itu. Dan segera timbullah kesadaran akan sikap yang
kurang layak yang telah dilakukan terhadap bekel itu. Ia
menyesal mengapa bersikap seolah tak mempercayai orang. Dan
memang benar. Ajaran tentang pantangan-pantangan yang
terdapat dalam kitab agama, bukanlah hak milik kaum pandita,
brahmana dan penganut penganutnya. Tetapi setiap insan
manusia, berhak memiliki kesadaran itu "Ah, inilah suatu
Kesunyatan yang besar. Y ang mengerti tidak menjalankan. Yang
tak mengerti bahkan ma lah melaksanakan! Aku seorang
brahmana, mengerti bahwa bersikap mencurigai orang itu tak
dibenarkan. Tetapi aku mencurigainya. Sedang dia seorang
prajurit yang kurang sekali pengetahuannya akan segala ajaran
dalam agama, telah melaksanakan dengan tepat dan dalam
perbuatan yang nyata, bahwa manusia itu berdosa kalau bohong.
Dia adalah seorang Sankhya-yoga, menjalankan kebenaran
bukan dengan renungan dan peresapan tentang ajaran-ajaran
dalam kitab suci, melainkan dalam amal perbuatan yang nyata"
722 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Renungan brahmana itu segera bertebaran memudar ketika
dalam benaknya muncul segumpal awan hitam yang berupa
persoalan ratu Gayatri. Sebagaimana yang diutarakan kepada
beke! prajurit tadi, peristiwa lolosnya ratu Gayatri dari keraton
Tikta-kripala, tentu akan meaggoncangkan seluruh dewan
keraton dan para mentri. "Berbahaya" desuhnya dalam hati "suasana pura Majapahit
yang masih tenang-tenang bergolak laksana api dalam sekam,
dapat menimbulkan setiap kemungkinan yang tiada terduga
luasnya" Ia merenungkan hal itu dan kemudian tiba pada suatu lintasan
kesimpulan "Warga Gajah Kencana tentu siap siaga untuk
menjaga tegaknya kewibawaan kerajaan Majapahit. Dipa tentu
sudah mempersiapkan penjagaan para warga Gajah Kencana
dalam menghadapi suasana pura yang penuh keperihatinan dan
kegawatan ini" Diapun mengungkap isi hatinya sendiri "Sebenarnya aku perlu
bergegas meninjau suasana pura kcrajaan. Tetapi kudengar
bahwa Dipa berada di pura Kahuripan. Kudengar pula bahwa
Kahuripanpun sedang menderita musibah diserang wabah
penyakit. Dan sang Rani Kahuripan berkenan membuka sebuah
sayembara untuk menanggulangi musibah para kawulanya"
Makin jauh pula ia mengungkap isi hatinya "Memang sudah
bertahun-tahun, aku tak berjumpa dengan Dipa. Tetapi
sepanjang keterangan yang dapat kuhimpun selama ini, Dipa
telah berjalan menurut garis perjuangan Gajah Kencana. Ah,
segala puji syukur harus kupersembahkan kepada Batara Agung,
bahwa penilaianku atas diri anak itu ternyata tak salah. Dengan
demikian Gajah Kencana telah mempersembahkan darma-bhakti,
yang berupa seorang Dipa, kebawah persada bumi nusantara"
Demikian renungan brahmana itu dikala sang kaki membawa
tubuhnya yang sudah mulai merayap tua itu, menyusur
sepanjang jalan sepi yang merentang kearah pura Kahuripan.
723 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diapun teringat bahwa selama beberapa hari ini hatinya selalu
tak enak, sering menderita kedut.
Memang sudah lama ia ingin bertemu dengan Dipa yang kini
sudah menjadi patih di Daha tetapi lebih banyak berada di pura
Majapahit karena tenaganya amat dibutuhkan oleh kerajaan.
Tetapi rasa ingin bertemu itu tidaklah terasa sekeras pada waktu
akhir-akhir ini. Sebagai seorang resi yang hampir mencapai
tataran tinggi dalam ilmu rasa dan semedhi, ia menyadari bahwa
getar-getar yang dirasakan itu bukanlah suatu getar biasa
melainkan getar yang timbul akibat pancaran batin dengannya.
Dipa adalah anak didiknya. Walaupun pemekaran bakat dan
kecerdasan serta kesadaran itu timbul dari Upaya Dipa sendiri,
berkat pengalaman-pengalaman yang dideritanya selama ini,
namun watak, peribadi dan jiwa anak itu, adalah brahmana itu
yang membentuknya dengan ajaran-ajaran tentang sifat
keksatryaan, wejangan tentang keluhuran budi dari dharma
hidup seorang manusia. Pertalian batin dan hubungan jiwa itulah
yang mempertemukan kemanunggalan rasa yang dipancarkan
melalui renung dalam cipta semedhi antara kedua o-rang, guru
dan murid itu. Dan segera berangkatlah dia mencari Dipa. Setelah
mendengar bahwa Dipa berada di Kahuripan, diapun ayunkan
langkah ke Kahuripan. Menurut naluri indriya keenam, tentu
terjadi sesuatu pada diri patih Dipa. Namun hal itu bukan tujuan
yang penting. Yang penting sudah lama dia tak berjumpa dengan
anakmuda itu. Dan dia ingin bertemu untuk melepas kerinduan.
Tiba-tiba lamunannya tergetar oleh sesuatu. Bagaikan awan
tertiup angin, suatu suara hiruk terbang dihembus angin. Dan
ketika brahmana itu mempertajam indriya pendengarannya, dia
makin terkejut. Dalam tangkapannya, suara yang dibawa angin
itu, walaupun masih sayup-sayup, tetapi membiaskan suara
kehirukan yang tegang. Brahmana itu segera mempesatkan
langkah dalam gerak aji Sepi angin. Tampaknya brrjalan tetapi
724 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepatnya seperti orang berlari. Namun anehnya, langkah kaki
tiada mengeluarkan debur suara, debu-debu pada jalan tyang
diialuinyapun tidak tersibak. Rumput yang dipijak tiada merebah.
Bukan mustahil apabila ada pejalan yang melihatnya, tentulah
akan berteriak bahkan mungkin akan menjerit karena terkejut
atau mungkin ketakutan melihat seorang manusia yang dapat
berjalan sedemikian aneh. Tetapi untung jalan itu sepi. Dan
memang brahmana itu tahu hal itu. Di jalan yang ramai orang,
dia tak mau mengembangkan aji kesaktiannya.
Hanya dalam beberapa waktu, ketika suara yang dibawa angin
itu makin keras, diapun segera melihat suatu kerumun manusia
yang tengah bergerak kian kemari dalam gaya seperti orang
bertempur. Makin dekat pemandangan itu makin tampak jelas
sesuai dengan yang diduganya. Kerumun orang itu sedang
melangsungkan pertempuran. Dan diapun dapat melihat jelas
bahwa kerumun orang yang bertempur itu terdiri dari kelompok
prajurit-prajurit yang dipimpin bekel tadi di-satu fihak. Sedang
fihak lawan terdiri dari lima lelaki tegap.
Brahmana itupun tiba di tempat pertempuran. Dia berdiri
ditepi jalan, menyaksikan pertempuran yang berlangsung di
tengah jalan. Ternyata fihak yang menjadi lawan kelompok
prajurit dari Majapahit itu berjumlah enam orang. Walaupun
kalah jumlah, sehingga setiap orang dari mereka harus
berhadapan dengan tiga empat prajurit, namun merekalah yang
lebih unggul. Ada pula lain hal yang menarik perhatian sang
brahmana. Bekel prajurit berkuda yang mengadakan tanya jawab
dengan dia tadi, ternyata sedang serang menyerang dengan
seorang pemuda. Bekel prajurit itu naik kuda dan menyerang
dengan tombak, dan pemuda itu berjalan kaki serta tak
menggunakan senjata. Tetapi ternyata bekel itu harus
terpontang-panting. Setiap serangannya selalu menemui sasaran
kosong sehingga dia sibuk memutar kudanya kian kemari untuk
mengarah kepada lawan yang selalu menghindar.
725 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana itu masih diam. Rupanya dia tengah mempertimbangkan langkah apa yang harus diambil.
Ia tak tahu siapa keenam orang yang menyerang kelompok
prajurit Majapahit itu. Dan tak mengerti apa sebab mereka
bertempur. Tetapi ada suatu lintasan pikiran yang mengilat
dalam benak "Prajurit-prajurit Majapahit ini sedang melakukan
suatu tugas yang penting. Jika mereka sampai menderita luka
sehingga tak dapat melanjutkan usaha mereka untuk melacak
jejak gusti ratu Gayatri, tidakkah hal itu akan merupakan suatu
bencana bagi kerajaan Majapahit?"
Bertemu pada titik pemikiran itu, berkembang pula
renungannya akan peristiwa yang berlangsung dihadap-annya. Ia
harus bertindak untuk menyelamatkan kelompok prajurit
Majapahit itu. Mungkin saja terjadi salah fa ha m sehingga
menimbulkan pertempuran itu. Tetapi mungkin juga memang ada
unsur yang telah direncanakan musuh untuk menghancurkan
kelompok prajurit Majapahit sehingga mereka tak dapat
melakukan usaha mencari jejak gusti ratu Gayatri.
"Berhenti, ki sanak sekalian" tiba-tiba terdengar sebuah
teriakan yang tidak begitu keras, bahkan bernada persahabatan.
Namun prajurit-prajurit dan keenam orang yang bertempur itu
seiasa tertusuk tajam anak telinganya sehingga mereka terkejut
dan serempak berhenti semua. Ketika memandang kearah suara
itu ternyata hanya seorang brahmana setengah tua yang tampak
melangkah menghampiri mereka.
Salah seorang dari keenam lelaki itu rupanya marah
"Brahmana gila" dengusnya seraya terus hendak mulai
menyerang prajurit pula. Tetapi brahmana itupun, entah dengan
ilmu apa, tahu-tahu sudah melesat kehadapan prajurit yang
hendak diserang dan dorongkan sebelah tangan kearah lelaki
itu"Kuminta li sanak jangan bertempur dulu"
Sekalipun prajurit yang berada di gelanggang pertempuran,
sama menyaksikan peristiwa itu bahwa brahmana setengah baya
726 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tak dikenal itu hanya dorongkan tangannya pelahan-lahan
ke bahu lelaki tadi. Tetapi lelaki itu telah terhuyung-huyung
beberapa langkah ke belakang, bahkan hampir saja jatuh apabila
tak lekas disanggapi seorang kawannya.
Peristiwa itu membuat salah seorang dari keenam lelaki, yang
bertubuh kekar dan tegap, marah. Langsung dia melangkah ke
hadapan brahmana dan menudingnya "Hai, brahmana yang
kurang tata! Mengapa engkau berani mencelakai kawanku?"
Tidak setitikpun wajah brahmana itu mengunjuk rasa kejut
atau marah pada kerut wajahnya. Tenang-tenang ia menjawab
"Maaf, ki sanak. Aku tak bermaksud mencelakai kawanmu,
melainkan meminta agar menghentikan perkelahian ini"
"Engkau seorang brahmana" seru lelaki tegap itu makin
nyaring "tempatmu di v ihara, candi atau asrama. Mengapa
engkau hendak ikut campur dalam urusan ini?"
"Benar, ki sanak" sahut brahmana "engkau dapat mengetahui
dengan tepat dimana tempat kediamanku. Tetapi adakah engkau
juga mengetahui tentang ajaran-ajaran dharma seorang
brahmana itu?" "Seorang brahmana hanya mementingkan pengarahan pada
kesucian batin yang kelak akan dapat mencapai nirwana. Bukan
mencampuri urusan keduniawian seperti engkau"
"Ya, benar" sahut brahmana "tetapi yang apa engkau ketahui
itu hanya kulitnya, bukan isi atau hakekatnya. Dengarkan. Apa
yang kita terima hari ini adalah buah dari dharma yang kita
lakukan dulu. Dan apa yang akan kita terima kelak adalah hasil
daripada dharma kita sekarang. Untuk mencapai kehidupan kelak
di alam mayapada, ditentukan pula oleh apa dan bagaimana kita
melakukan dharma kita semasa kita hidup di arcapada ini.
Brahmana menjunjung kasih sayang, kesucian dan kebenaran.
Kanh sayang, merupakan dharma hidup. Kesucian, adalah
peningkatan daripada batin kita dalam menjalankan ibadah727 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibadah agama. Dan Kebenaran itu adalah hakekat daripada
segala kehidupan. Kebenaran yang murni dan agung"
"Eh, brahmann, disini bukan di vihara dan aku-pun tak
membutuhkan segala wejanganmu!" hardik lelaki tegap itu.
"Aku tidak memberi wejangan, hanya ingin menyampaikan
keterangan bahwa dalam rangka dharma yang harus kulakukan
sebagai scorarg brahmana, layaklah kalau aku menyebarkan rasa
kasih sayang kepada kalian. Bertempur seperti yang kalian
lakukan itu berarti bunuh membunuh. Jelas berlawanan dengan
rasa kasih sayang diantara segama insan dewata. Oleh karena
itu, marilah kita mencari cara bertempur"
"Brahmana, karena masih menghormati kedudukanmu sebagai
seorang brahmana, maka sekali lagi kuminta engkau menyingkir
dari tempat ini dan jangan mencampuri urusan kami"
"Engkau salah, ki sanak" masih brahmana itu menolak tenangtenang "arti kata daripada campur-tanganku dalam urusan ini,
bukan berarti aku akan membela salah satu fihak melainkan
hendak mendamaikan peristiwa ini"
Sebelum lelaki bertubuh tegap itu sempat membuka mulut,
brahmana sudah berpaling dan berseru kepada bekel prajurit
yang pernah bertegur sapa dengannya tadi "Ki bekel, apakah
yang telah terjadi disini?"
Rupanya bekel prajurit itu terkesan melihat bagaimana dengan
mengulurkan sebelah tangan dan mendorong pelahan lahan saja,
salah seorang dari kawanan lelaki itu telah terlempar sampai
beberapa langkah ke belakang. Dia terkejut tetapi cepat dapat
menyadari bahwa brahmana ini bukan seorang brahmana biasa
melainkan seorang yang berilmu sakti.
"Entah apa sebabnya" kata bekel prajurit itu "ketika
berpapasan di jalan, setelah mengetahui bahwa kami rombongan
prajurit dari Majapahit, mereka terus menyerang"
728 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah itu ki sanak" tegur brahmana kepada lelaki
bertubuh tegap tadi. "Ya" sahut orang itu "lalu engkau mau bertindak bagaimana"
Hendak membela mereka?"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa kalian menyerang prajurit dari Majapahit ini?"
brahmana tak menghiraukan sikap orang yang menantang.
"Engkau tak berhak bertanya soal itu. Itu urusan kami"
Dalam beberapa saat bertukar pembicaraan itu, sempat pula
brahmana meneliti keadaan keenam orang itu. Ada suatu kesan
yang melintas dalam pikiran brahmana itu "Baiklah, jika engkau
tak mau memberitahukan alasanmu Hanya sebuah, pertanyaan
yang akan kuajukan lagi. Jawablah secara jujur"
"Hm" dengus lelaki tegap itu.
"Bukankah kalian ini orang dari Daha?"
Seketika berobah cahaya wajah lelaki bertubuh tegap itu.
Tetapi cepat pula dia menguasai golak hatinya dan menyahut
lantang "Ya, tak perlu tedeng aling-aling lagi, kami memang
orang Daha" Brahmana mengangguk-angguk "Benar, memang kalian
mempunyai alasan tepat untuk menyerang prajurit Majapahit ini.
Pejuang-pejuang Daha yang tergabung dalam himpunan Wukir
Polaman telah dihancurkan oleh patih Dipa tetapi sisa-sisanya
masih tetap bergerak mencari kesempatan untuk mengganggu
kewibawaan Majapahit"
"Siapa engkau!" teriak lelaki tegap itu makin tegang.
"Jika engkau tergolong tokoh-tokoh pimpinan Wukir Polaman,
seharusnya engkau tak mengajukan pertanyaan itu. Tetapi
apabila engkau hanya anakbuah golongan kerucuk, memang
layak kalau engkau tak tahu. Siapa diriku, tanyakanlah kepada
729 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pimpinan Wukir Polaman yang menamakan diri sebagai sang
Manggala itu" Terdengar dering senjata tajam yang dilolos dari kerangkanya.
Lelaki bertubuh tegap itu serentak mencabut pedang diikuti oleh
beberapa kawannya. Namun brahmana itu hanya tersenyum.
"Ki sanak, kalian bukan lawanku. Hanya sang Manggala
pimpinan kalian itu yang layak menjadi lawanku" serunya "namun
apabila kalian menganggap diri kalian sakti mandraguna, aku
mempunyai cara untuk membuktikan"
Marahlah kelima lelaki itu ketika mendengar ucapan sang
brahmana yang bernada merendahkan mereka. Serentak mereka
hendak menyerang tetapi saat itu lelaki yang bertempur melawan
bekel prajurit tadi, tampaknya yang termuda diantara mereka,
segera berseru "Jangan kakang sekalian. Tidak utama untuk
menyerang seorang brahmana. Apalagi mengeroyoknya"
Brahmana itu terkejut. Ia tak menyangka bahwa ternyata
dalam kawanan kelima orang itu terdapat seorang yang mengerti
akan tata kesusilaan dan nalar. Sempat pula diperhatikannya
bahwa kelima lelaki yang lebih tua itu, ternyata mau mendengar
seruan lelaki muda itu "Terima kasih, anakmuda" seru sang
brahmana "memang bukan adu keperwiraan kanuragan yang
kumaksudkan" "O" seru lelaki muda itu "lalu bagaimanakah yang ki brahmana
kehendaki?" "Berkelahi" kata sang brahmana "menang atau kalah tentu
akan menderita kesakitan. Yang kalah terluka parah atau
mungkin binasa. Yang menangpun juga tak terhindar dari luka,
walaupun ringan. Sekarang aku mempunyai cara lain, dimana
kalian dapat membuktikan keperwiraan kalian tanpa kita harus
saling menderita atau mendendam permusuhan"
"Persingkat sajalah kata-katamu" lelaki bertubuh tegap tadi
menyelutuk "bagaimana cara yang engkau kehendaki?"
730 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan kupegang tongkat bambuku ini dengan sebelah tangan
dan kalian beramai-ramai boleh menarik ujungnya. Jika kalian
mampu menarik lepas tongkat ini dari tanganku atau dapat
menarik diriku kemuka, cukup selangkah saja, kalian menang"
"Huh" dengus beberapa kawan lelaki bertubuh tegap tadi
"perlu apa . . . ."
Lelaki bertubuh tegap itu cepat memberi isyarat tangan,
kemudian berseru "Brahmana, apa katamu kalau aku dapat
menarik tongkatmu?" "Aku bersedia tinggalkan tempat ini"
"Baik" "Tetapi jangan engkau sendiri, kalian berlima saja serempak
menarik, agar cepat selesai" kata brahmana.
Merah wajah lelaki tegap itu. Ia benar2 merasa dihina "Hm,
jika aku berhasil menarik tongkat, akan kutarik sekuat-kuatnya
agar dia ikut jatuh menyusur tanah" diam-diam ia meranciing
rencana kaena geram. "Kakang Angun-angun, biar aku yang mencobanya" tiba-tiba
salah seorang kawan lelaki tegap berseru seraya melangkah maju
terus menyambar ujung tongkat sang brahmana "Brahmana,
bersiaplah" Btahmana tersenyum "Baik, silakan engkau menarik. Harus
kerahkan seluruh tenagamu"
"Huh" lelaki itu menarik. Ia terkejut ketika tongkat itu seperti
terjepit keping besi yang kuat. Serentak dia kerahkan pula
segenap tenaganya untuk menarik "Huh" mulutpun menghambur
desuh. Namun tongkat itu tak bergetar sama sekali.
"Silakan pakai kedua tanganmu" seru sang brahmana.
Daripada malu karena tak mampu menarik, lelaki itupun
segera mengulurkan tangan kiri untuk membantu tangan
731 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanannya. Kini setelah menghimpun segenap kekuatan, dia
menggembor keras untuk mengantar suatu tenaga tarikan yang
hebat "Huhhhh" Mulut orang itupun mendesus, bahkan lebih keras dari tadi,
demikianpun cahaya merah yang menebar pada wajah, makin
tampak merah padam. "Ah" disebelah sana, rombongan prajurit Majapahit menghambur napas kejut, heran dan kagum.
Melihat kawannya mendapat malu, seorang kawan yang lain
segera maju dan membantu untuk menarik. Tetapi kedua orang
itupun gagal. Lalu maju orang yang ketiga juga tak mampu.
Empat lalu lima yalah lelaki bertubuh tegap tadipun ikut maju
menarik. Sekarang ujung tongkat itu ditarik oleh lima orang.
Rombongan prajurit Majapahit terkejut. Mereka sudah waswas dan cemas. Kali ini tentu tak sanggup pula brahmana itu
mempertahankan tongkatnya. Ada beberapa prajurit yang
pejamkan mata. Mereka takut melihat kenyataan dari kekuatiran
mereka apabila brahamana itu sampai tertarik dan terjungkal
rubuh. Ada pula yang takut melihat akibat itu karena kasihan.
Lepas dari rasa berpihak kepada brahmana itu karena brahmana
itu membela kepentingan mereka, tetapi rombongan prajurit
Majapahit itu memang mempunyai kesan baik yang mendorong
mereka untuk mendukung brahmana itu. Hati mereka
menginginkan agar brahmana itu yang menang.
"Uh, uh, uh" berhamburan napas mendesah dan mendesuh
dari kelima lelaki itu. Dan karena belum juga terdengar pekik
teriak kegembiraan yang menyatakan kemenangan dari kelima
orang itu maka prajurit-prajurit yang memejamkan mata tadipun
segera membuka mata pula "Ah" serempak mereka mendesah
napas kejut serta menyalangkan mata. Hampir mereka tak
percaya apa yang dilihatnya saat itu. Namun apa yang mereka
saksikan itu memang suatu kenyataan. Bahwa kelima lelaki
bertubuh tegap, kekar dan kuat, ternyata tak mampu menarik
732 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tongkat yang hanya dipegang dengan sebelah tangan sang
brahmana. Bukankah dalam pertempuran tadi, setiap kawanan lelaki tak
dikenal itu mampu menghadapi tiga atau empat orang prajurit.
Betapa cekat, kuat dan trengginas ulah mereka dalam
pertempuran tadi. Tetapi mengapa segala kegagahan dan
kegarangan itu tak tampak lagi dalam menghadapi seorang
brahmana setengah tua yang bertubuh kurus "
Rasa heran prajurit prajurit itu tiba-tiba berganti dengan rasa
kejut yang besar ketika ternyata suatu tindakan tak terduga dari
kelima orang itu. T entulah salah seorang telah memberi aba-aba
secara lirih kepada kawan-kawannya sehingga dalam suatu gerak
yang serempak, kelima lelaki itu lepaskan teriakannya, mencabut
senjata dan berhamburan menyerang brahmana itu.
Tring, tring, tring. Terdengar dering senjata mendengking
ketika brahmana itu memutar tongkat menghalau seranganserangan. Tongkat brahmana itu Jelas sebuah tongkat bambu
tetapi dapat menahan bahkan mampu menyiak pedang, golok,
bindi dan gada kelima orang itu sehingga mereka terpental
kebelakang. Bahwa peristiwa itu sudah harus menyadarkan mereka
tentang kesaktian brahmana itu, layak dimiliki perasaan mereka.
Tetapi mereka rupanya memang lelaki-lelaki yang bermanja pada
sifat hadigang-hadigung, menonjolkan keperwiraan dan kegagahan sendiri. Sifat itulah yang mengaburkan kesadaran
mereka karena terangsang oleh rasa malu dan marah. Serempak
kelima orang itupun hendak melanjutkan serangan pula.
"Berhenti kakang sekalian!" tiba-tiba lelaki termuda yang
menjadi lawan bekel prajurit tadi loncat kehadapan mereka dan
berseru. "Eh, adi Nurwenda" teriak lelaki bertubuh tegap itu "mengapa
adi menghalangi?" 733 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita sudah, kalah dan harus berani mengakui kekalahan itu"
"Hah?" "Apa sabda sang brahmana tadi?" kata lelaki muda itu "apabila
kakang sekalian dapat menarik tongkat yang dipegangnya, sang
brahmana bersedia meninggalkan tempat ini. Dan ternyata
kakang berlima tak berhasil Hal itu berarti kita yang kalah dan
harus menurut apa yang akan dikatakan sang brahmana"
"Nurwenda" salah seorang dari kelima orang itu berseru
"mengapa tidak engkau coba untuk menarik tongkat ki
brahmana" Atau mengapa engkau tak bersedia membantu kami
untuk bersama-sama menarik tongkatnya?"
Pemuda itu gelengkan kepala "Sudah menjadj watakku,
kakang sekalian, bahwa aku tak menyukai setiap tindakan yang
menyimpang dari keutamaan ksatrya. Termasuk cara mengeroyok itu, bukanlah laku orang ksatrya"
"Jika demikian, mengapa tak engkau coba untuk melakukannya sendiri?"
Kiranya rombongan keenam orang itu tak lain adalah Kebo
Angun-angun, Lembu Nindra, Narbada, Kuda Sempalan,
Gendring dan Nurwenda. Setelah menerima berita dari Sambu,
putera adipati Sadeng, bahwa ketentuan tentang sayembara itu
akan dilakukan tiga hari kemudian maka bersepakatlah mereka
dengan raden Sambu. "Bukankah raden sudah berhasil menemukan lencana pusaka
Garudamuka itu?" tanya Kebo Angun angun.
"Ya" "Tidakkah hal itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa
radenlah yang memenangkan sayembara itu?"
"Sebesarnya memang begitu" kata Sambu "tetapi rupanya
patih yang diberi wewenang melaksanakan sayembara itu,
734 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutuskan untuk memperpanjang waktu penutupan sayembara sampai tiga hari lagi"
"Patih Dipa itu?"
"Ya" "Setan dia" Kebo Angun-angun menggeram "apa maksudnya
dia bertindak begitu?"
"Untuk memberi kesempatan kepada lain-lain peserta,
barangkali masih ada yang menemukan pusaka itu"
"Tidik mungkin" seru Kebo Angun-angun pula "pusaka
Garuda-mukha itu tentu hanya sebuah! Patih itu tentu
mempunyai tujuan lain"
Kawan-kawannya menganggap pernyataan Kebo Angunangun itu memang beralasan. Mereka lalu sibuk merangkai
dugaan untuk menyingkap apa yang tersembunyi dibalik
keputusan patih Dipa itu.
"Agaknya patih Dipa itu tidak rela kalau raden yang
memenangkan sayembara" tiba-tiba Kuda Sempalan menyatakan
pendapat tetapi bukan suatu pengungkapan yang diperlukan dari
tujuan patih Dipa. Sambu mengangkat bahu "Apa yang dapat kulakukan,
kakang" Keputusan itu datang dari fihakyang berwewenang,
dapatkah aku menolaknya?"
Suasana hening beberapa jenak.
"Kita tak tahu apa sebenarnya maksud patih Dipa mengambil
keputusan begitu. Penilaian adi Kuda Sempalan itu memang
mendekati kemungkinan" kata Kebo Angun angun"oleh karena itu


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kitapun tak dapat berpeluk tangan menunggu selama tiga hari itu
tanpa berbuat sesuatu"
735 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perhatian kelima kawannya terpikat oleh kata-kata Kebo
Angun-angun. Pandang mata mereka tertumpah menuntut
keterangan kepada Kebo Angun-angun.
"Begini" kata Kebo Angun-angun "dalam tiga hari ini kita harus
berkeliling diseluruh telatah Kahuripan terutama tempat-tempat
dimana terdapat ksatrya-ksatrya yang ikut dalam sayembara.
Apabila kita dapatkan ada seorang dari mereka yang berhasil
menemukan lencana pusaka yang lain, kita rampas saja.
Tindakan ini dem i mengamankan hasil raden Sambu"
Keempat kawannya setuju. Nurwenda sebenarnya tak setuju
tetapi karena hal itu hanya suatu penjagaan yang kemungkinannya sangat langka, maka diapun menyetujui.
Demikian pada hari itu, yalah hari kedua sejak keluarnya
pengumuman dari patih Dipa, ketika mereka menuju ke luar
pura, tiba-tiba mereka melihat sekelompok prajurit berkuda yang
tengah berlari disepanjang jalan menuju ke pura. Mereka
terkejut. "Prajurit berkuda" kata Kuda Sempalan.
"Ya" sahut Kebo Angun-angun yang memperhatikan pasukan
berkuda itu "tetapi bukan prajurit Kahuripan agaknya"
"O, benar" seru Lembu Nindra "kalau tak keliru, prajurit
Majapahit" Kebo Angun-angun terkejut dan serentak mereka-pun
merangkai dugaan, apa gerangan maksud prajurit-prajurit dari
pura kerajaan itu datang ke Kahuripan.
"Tidakkah mereka hendak menjemput patih Dipa?" seru
Gendring. "Mungkin" sahut Kebo Angun-angun.
"Kalau begitu, kita hadang saja" kata Kuda Sempalan"
736 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mengapa kita harus cari perkara, kakang" Nurwenda
mencegah. "Hm" desuh Kuda Sempalan "mereka tentu hendak
menjemput patih Dipa supaya kembali ke pura ke-rajaan. Dan
apabila patih Dipa kembali, tidakkah persoalan sayembara itu
akan terkatung-katung lagi?"
"Ah" desuh Nurwenda "kurasa tidak. Andaikata benar seperti
yang kakang duga itu, tentulah patih Dipa akan menyelesaikan
lebih dulu persoalan sayembara itu"
"Eh, bagaimana engkau begitu percaya kepadanya?" tegur
Kuda Sempalan. "Kakang" kata Nurwenda "bahwa kita berdiri pada lain garis
perjuangan itu, memang suatu kenyataan. Tetapi bahwa dia
seorang ksatrya yang tegas dan perwira, juga suatu kenyataan.
Perjuangan itu suatu cita-cita yang kita anut menurut keyakinan
kita masing-masing. Tetapi kenyataan itu tak boleh menghapus
kenyataan yang lain bahwa dia, patih Dipa, seorang ksatrya yang
setya janji. Lawan sekalipun, kalau dia memang bersifat ksatrya
yang luhur dan perwira, kita harus berani mengakui"
Rupanya Kebo Angun angun kuatir kalau perbantahan kecil itu
akan merekah lebar dan menimbulkan keretakan diantara
sesama kawan. Maka buru-buru pula ia menyeletuk "Sudahlah,
adi. Mari kita tanyakan maksud prajurit-prajurit Majapahit ;tu dan
baru nanti kita putuskan tindakan selanjutnya"
Pada saat itu rombongan prajurit berkuda yang dipimpin bekel
prajurit tadi, sudah tiba. Mereka terkejut ketika ditengah jalan
tampak enam orang lelaki berjajar menghadang. Bekel prajurit
itu segera acungkan tangan memberi isyarat agar anakbuahnya
berhenti. "Hai, mengapa kalian menghadang di tengah jalan?" tegurnya
kepada rombongan Kebo Angun-angun.
737 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami petugas keamanan Kahuripan yang sedang melakukan
tugas meronda" sahut Kebo Angun-angun. Entah bagaimana,
serempak saja tiba-tiba ia mendapat akal untuk merangkai
keterangan begitu. Kawan-kawannya terkejut tetapi cepat
mereka mengetahui maksud Kebo Angun-angun dalam memberi
jawaban itu. "O, kami rombongan prajurit dari Majapahit yang diutus
menghadap gusti Rani Kahuripan" juga bekel prajurit itu tak mau
berterus terang melainkan merangkai jawaban lain. Walaupun ia
percaya akan keterangan Kebo Angun angun tetapi dia harus
melaksanakan pesan dari patih Arya Tadah, bahwa mencari jejak
kepergian ratu Gayatri itu merupakan tugas rahasia yang tak
boleh dikatakan kepada sembarang orang.
Kebo Angun-angun tertegun. Jawaban bekel prajurit itu sukar
untuk diterobos kelemahannya. Namun dia tak kurang akal "Ki
bekel" serunya "dewasa ini keranian Kahuripan tengah diliputi
awan keperihatinan akibat dari suatu wabah penyakit aneh yang
meminta banyak korban kawula Kahuripan. Demi menanggulangi
musibah itu maka gusti Rani berkenan membuka sayembara. Dan
saat ini sayembara itu masih berlangsung. Kami mendapat tugas
untuk meronda keamanan dengan pesan bahwa setiap
pendatang yang hendak berkunjung ke pura Kahuripan, harus
diperiksa keterangannya"
"Tetapi kami prajurit dari pura Majapahit" bekel prajurit
menyanggah. "Tugas yang diberikan kepada kami tidak menyebut siapa
yang dilarang datang dan siapa yang diidinkan datang ke
Kahuripan. Tugas itu hanya menyatakan ringkas dan jelas, setiap
pendatang harus diperiksa. Apalagi kalian hendak menghadap
gusti Rani. Ini harus diperiksa lebih teliti"
"Ki sanak, kami diutus gusti patih kerajaan Majapahit supaya
menghadap gusti Rani Kahuripan"
738 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebo Angun-angun tetap bersitegang "Tak ada pengecualian
untuk setiap pendatang"
"Adakah engkau tak percaya kalau kami ini rombongan
prajurit Majapahit?" bekel prajurit menyalangkan mata
memandang Kebo Angun-angun.
Kebo Angun-angun mengangguk kemudian menggeleng.
"Percaya" sahutnya "tetapi hanya setengah"
"Hah" desah bekel prajurit itu"apa maksudmu?"
"Aku percaya apabila kalian ini prajurit dari pura Majapahit.
Tetapi aku belum percaya apabila kalian ini diutus gusti patih
Arya Tadah untuk menghadap gusti Rani"
Bekel prajurit itu membelalak "Mengapa engkau tak percaya?"
"Kecuali apabila ki bekel dapat menunjukkan surat atau suatu
tanda kepercayaan dari gusti patih"
Bekel prajurit itu terkejut "Haruskah aku memberitahu terus
terang tentang perjalananku ke Kahuripan ini?" tanyanya dalam
hati. Namun pada lain saat ia membantah angan-angannya itu
"Tidak, tugas rahasia ini penting sekali bagi keselamatan gusti
ratu. Dia hanya peronda keamanan, mengapa aku harus takut
menghadapi mereka?" "Eh, tukang ronda" serunya sesaat kemudian "lagakmu hebat
benar, seolah seperti seorang senopati yang berkuasa penuh"
"Terserah" sahut Kebo Angun-angun yang makin tak mau
undur setapak karena mencium suatu gerak gerik yang
mencurigakan dari rombongan prajurit itu "tetapi yang jelas aku
adalah petugas yang diwajibkan menjaga keamanan Kahuripan.
Karena suasana di Kahuripan sedang dirundung keperihatinan,
maka penjagaan harus diperketat. Jika engkau tak dapat
menunjukkan surat atau bukti tentang tugasmu menghadap gusti
739 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani, maka akupun terpaksa menolak untukmengidinkan engkau
masuk ke pura" "Ho, besar benar mulutmu, peronda" teriak bekel prajurit
seraya ajukan kuda hendak menerjang maju tetapi seketika itu
pula Kebo Angun-angun sebera maju hendak menerkam kaki
bekel prajurit, sedianya hendak ditarik turun.
"Setan" bekel prajurit itu kisarkan kuda ke samping seraya
ayunkan cambuk, menghajar Kebo Angun-angun.
Melihat bekel diserang, anak buahnya segera bergerak
menyerang keenam orang itu. Dan segera pecah pertempuran
antara rombongan prajurit dari Majapahit itu dengan Kebo Angun
angun berenam. Rombongan prajurit dari Majapahit itu suatu
kesatuan yang terdiri dari prajurit pilihan. Bekel prajurit itu
bernama Panjar, gagah perkasa bertenaga kuat dan mahir
bertempur diatas kuda. Tanpa mendapat perintah dari bekel
Panjar, rombongan anak prajurit, segera memecah diri untuk
menyerang lawan secara teratur. Jumlah mereka duapuluh orang
dan lawan enam orang. Sedangkan bekel Panjar tetap bertempur
seorang diri melawan Nurwenda.
Rupanya melihat kegagahan bekel itu, Nurwenda agak cemas.
Maka dia segera loncat maju dan meminta Kebo Angun-angun
supaya membantu kawan-kawan yang lain. Nurwenda sendiri
yang akan menghadapi bekel Panjar.
Demikian pada waktu pertempuran sedang berlangsung seru
dan telah meningkat pada pertempuran dengan menggunakan
senjata, muncul sang brahmana setengah tua tadi. Dan karena
dia berusaha untuk menghentikan pertempuran tetapi fihak Kebo
Angun-angun tak menggubris, maka terjad.lah peristiwa adu
kekuatan tenaga yang berakhir Kebo Angun-angun berlima gagal
untuk menarik tongkat dari tangan sang brahmana.
Nurwenda yang berusaha untuk menyadarkan kelima
kawannya, bahkan telah menderita prasangka yang kurang sedap
740 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didengar dari Kuda Sempalan. Untung Kebo Angun angun segera
melerai. Dalam hati, walaupun tahu bahwa yang dihadapinya
bukan sembarang brahmana, namun tertarik juga hati Nurwenda
untuk menjajal keiaktian brahmanna itu.
"Sang brahmana" katanya "kelima kawanku gagal untuk
menarik tongkat andika. Tentulah andika berilmu sakti"
Brahmana itu gelengkan kepala "Tidak benar, anakmuda. Aku
tak merasa memiliki suatu ilmu kesaktian. Apa yang menjadi
milikku hanya suatu pendirian bahwa apa yang kulakukan itu
benar. Dengan ke....... ada kata terliwat di bukunya .....
"Ah, sang brahmana hanya merendah kata" ucap Nurwenda
"tetapi aku masih belum yakin, dimanakah letak kebenaran yang
ki brahmana jadikan pijakan itu. Bukankah masing-masing
mempunyai kebenaran sendiri sesuai dengan kepentingan
mereka?" Brahmana itu agak terkesiap dan menatap Nurwenda,
kemudian menjawab "Benar katamu, anakmuda. Kebenaran itu
memang banyak, menurut selera kepentingan masing-masing.
Tetapi kebenaran yang sedemikian, hanyalah kebenaran semu.
Bukan kebenaran sejati. Karena pada hakekatnya, kebenaran itu
hanya satu. Kebenaran yang murni, kebenaran yang agung,
bebas dari pencemaran rasa kepentingan golongan dan peribadi"
"Dapatkah tuan memberikan uraian kebenaran yang tuan
lakukan dalam peristiwa ini?"
"Bahwa pertempuran itu tentu membawa akibat kerugian jiwa
Bahwa bunuh membunuh diantara sesama insan dewata itu tak
dibenarkan. Bahwa timbulnya pertempuran karena tiada
persesuaian faham diantara kedua belah fihak. Bahwa setiap
persoalan bukan suatu benda mati melainkan persoalan yang
dilahirkan oleh, pikiran manusia sendiri. Oleh karena itu, akupun
berusaha untuk meminta agar pertempuran ini berhenti agar
741 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua fihak saling berunding secara damai. Anakmuda, adakah
landasan yang kujadikan pijakan ini bukan suatu kebenaran?"
"Baik ki brahmana" jawab Nurwenda "tetapi sebelum tuan
datang, kita sudah berunding cukup lama. Persoalannya terletak
karena kita masing-masing menganggap bahwa pendirian kita itu
benar" kemudian Nurwenda menceritakan tentang pembicaraan
antara Kebo Angun-angun dengan bekel prajurit. Kemudian
beritanya "jika tuan ahli dalam soal Kebenaran, siapakah diantara
kedua belah fihak yang benar?"
Setelah mendengar uraian Nurwenda, diam-diam brahmana
itu merangkai kesimpulan "Benar, pendirian bekel prajurit itu
memang benar. Tugas yang dilakukan memang penting dan
harus diamankan kerahasiaannya" lalu dia meninjau pendirian
fihak Kebo Angun-angun. "Ya, memang mereka juga benar. Sebagai petugas keamanan
mereka wajib menjaga setiap kemungkinan yang dipandang akan
mengganggu keamanan" ia menilai. Tetapi secepatku terlintas
suatu ingatan tentang rombongan Kebo Angun-angun. Ia
mengangguk pelahan. "Bagaimana ki brahmana" Nurwenda mengulang tanya.
"Jika demikian fihak kalianlah yang benar" seru brahmana.
"Terima kasih ki brahmana, tuan benar2 bijak" seru Nurwenda
yang didukung oleh sorak gembira dari Kebo Angun-angun
berlima. Bekel prajurit Panjar dan anakbuahnya terkejut. Bekel itu
marah. Tetapi pada saat dia hendak membaka mulut menegur
brahmana, brahmana itu sudah mendahului berkata kepada
Nurwenda "Tetapi anakmuda, engkau ibarat membangun rumah
diatas gurun pasir" Nurwenda terkesiap "Apa maksud tuan?"
742 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Membangun rumah diatas pasir, tiada mempunyai landasan
yang kuat sehingga mudah goyang, bahkan ambruk apabila
dilanda angin" kata brahmana "engkau membangun kebenaran
diatas kebohongan. Sehingga kebenaran yang sesungguhnya


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar itu, rapuh berguguran digetar kebohoi gan itu"
"Apa maksudmu, brahmana?" Kebo Angun-angun tak dapat
menahan kesabaran hatinya. Dan memang dia sudah mempunyai
penciuman tajam tentang arti kata-kata brahmana itu.
"Apabila kalian memang benar-benar petugas peronda
keamanan dari Kahuripan, pendirian kalian itu benar" tenangtenang brahmana berkata "tetapi cobalah kalian tanya pada batin
kalian sendiri. Benarkah kalian ini prajurit Kahuripan yang
beitugas meronda keamanan?"
"Keparat" teriak Kebo Angun-angun reraya maju hendak
menyerang. Tetapi dicegah Nurwenda.
"Ki brahmana, bagaimana engkau dapat membuktikan
ucapanmu itu?" seru Nurwenda.
"Dari busana dan lagak lagu kalian, aku teringat akan
rombongan warga pejuang Daha yang tergabung dalam Wukir
Polaman dahulu. Engkau boleh menyangkal, tetapi kebenaran itu
tak mungkin disangkal. Kecuali kalian memang insan yang
menyangkal pada diri peribadi kalian sendiri"
"Kalau benar kami orang Daha, lalu engkau mau apa,
brahmana " seru Kebo Angun-angun dalam nada menantang.
"Baik, ki sanak" kata brahmana "dengan jawabanmu itu jelas
engkau tak menyangkal siapa dirimu. Dan dari nada kata-katamu
yang hendak menantang aku berkelahi makin memperjelas siapa
dan apa maksud kalian. Telah kukatakan tadi, bahwa aku
pantang berkelahi dengan orang. Oleh karena itu apabila kalian
hendak menyerang aku, akupun takkan membalas. Tetapi
sebelum kalian melaksanakan niat kalian, cobalah kalian
renungkan dulu apa yang akan kulakukan ini"
743 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana itu melangkah ke tepi jalan. Di situ terdapat
segunduk batu sebesar kerbau mendekam. Setelah berdiri tegak,
tiba-tiba ia menghambur suara gemboran keras dan serempak
mengayunkan tangannya, darrrrr ....
Serempak terdengar pekik kejut dari rombongan prajurit dan
kawan-kawan Kebo Angun-angun ketika menyaksikan suatu
pemandangan yang menakjubkan. Gunduk batu karang itu,
hancur berkeping-keping dan bertebaran ke empat penjuru.
"Kawan-kawan, kita pergi" tiba-tiba terdengar suara Kebo
Angun-angun mengajak kawan-kawannya. Dia berputar tubuh
lalu mempelopori lari tinggalkan tempat itu.
Setelah jauh masuk ke dalam hutan, barulah Kebo Angunangun berhenti, menenangkan napasnya yang terengah engah.
Demikian pula kawan2 yang lain.
"Mengapa kita lari, kakang?" tegur Nurwenda.
"Ah, Nurwenda" kata Kebo Angun angun masih tergagap
napasnya "engkau tak tahu. Brahmana itu telah mengeluarkan aji
pukulan Rajah Kalacakra yang sakti"
"Rajah Kalacakra?"
"Ya, itulah aji pamungkas yang menjadi lambang keunggulan
himpunan Gajah Kencana?"
"O, jika demikian adakah brahmana itu seorang warga Gajah
Kencana" "Tentu" sahut Kebo Angun-angun "kami bekas warga Wukir
Polaman tak pernah melupakan aji kesaktian Gajah Kencana itu.
Goba, pikir, batu padat yang besar dan keras dapat dihancurkan
apalagi tubuh manusia"
Nurwenda terkejut. Diam-diam dia memang pernah
mendengar tentang perjuangan sebuah himpunan dari ksatrya
muda yang bertekad hendak menjaga kelestarian kerajaan
744 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Majapahit. Dari gurunya, diapun pernah mendengar pula tentang
sebuah ilmu sakti yang dinamakan aji Rajah Kalacakra. Ternyata
apa yang disaksikan tadi memang sesuai dengan kenyataannya.
Sementara Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya tengah
bercakap-cakap ditengah hutan, maka bekel Panjar dari
rombongan prajurit Majapahit itupun tak kurang kejutnya. Ia
terlongong longong sampai beberapa saat.
Kemudian ia turun dari kuda dan menghaturkan terima kasih
kepada sang brahmana "Terima kasih, atas bantuan ki
brahmana" "Ah, lupakan hal yang tiada artinya itu"
"Ki brahmana" kata brkel Panjar pula "jika tak salah tafsir,
bukankah tuan ini warga dari himpunan Gajah Kencana yang
termasyhur itu?" "Bagaimana ki bekel dapat mengatakan begitu" brahmana
balas bertanya. "Dari beberapa orang yang pernah bercerita kepada hamba,
bahwa sejak rahyang ramuhun Kertarajasa mangkat, maka di
Majapahit telah berdiri sebuah himpunan yang bernama Gajah
Kencana. Tujuannya untuk melindungi, menjaga dan menegakkan kewibawaan Majapahit dari setiap musuh yang
datang dari manapun juga. Dan ciri utama dari warga Gajah
Kencana itu adalah aji pukulan Rajah Kalacakra yang tiada tara
keampuhannya" Tiba-tiba bekel pasukan prajurit Majapahit itu kembali lagi dan
berseru kepada sang brahmana "Wanita yang hendak kami cari
itu adalah gusti ratu Gayatri . . . . !"
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) 745 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II "Ah, jangan percaya apa yang dikatakan orang. Jangan
percaya apa yang menjadi naluri. Jangan percaya apa yang
tertulis dalam kitab. Jangan percaya menurut dugaan saja.
Jangan percaya apa yang dikatakan gurumu. Tetapi harus
engkau selidiki kebenarannya. Kalau engkau yakin bahwa sesuatu
itu tidak berguna, salah dan tidak baik, janganlah engkau lakukan
hal itu. Tetapi kebalikannya kalau engkau yakin bahwa sesuatu
itu berguna dan baik, engkau harus terima dan melakukannya"
seru sang brahmana. Bekel Panjar terlongong. Dia tak tahu mengapa beda benar
jawaban yang diberikan brahmana itu atas pernyataannya tadi
"Sang brahmana, aku bertanya bukankah andika ini warga Gajah
Kencana?" "Bukankah sudah kuberikan jawaban atas pertanyaanmu itu?"
kata brahmana "jangan percaya apa yang dikatakan, orang lain.
Jangan percaya apa yang menurut dugaan saja. Tetapi harus
engkau selidiki kebenarannya. Jika engkau yakin bahwa hal itu
benar, tetapkanlah keyakinanmu"
"Hm, suatu jawaban yang semu" pikir bekel Panjar "dia tidak
mengiakan, pun tidak menyangkal"
Rupanya sang brahmana tahu apa yang terkandung dalam
pikiran bekel itu "K i bekel, apa guna ki bekel hendak mengetahui
hal itu" Dan apakah arti sebuah nama" Gajah Kencana atau
bukan, tidaklah penting. Yang penting adalah amal dan
perbuatannya. Gajah Kencana, suatu himpunan tetapi bukan
himpunan. Ada tetapi tak ada, tak ada tetapi ada"
"Ah, seperti bayangan belaka" kata bekel Panjar dengan nada
agak setengah kesal hati sehingga mengandung irama ejek.
"Tepat sekali, ki bekel" diluar dugaan brahmana malah memuji
"jika engkau menuju ke tempat yang gelap, bayangan itu hilang.
746 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi apabila engkau ketempat yang terang, bayangan itupun
muncul. Demikian pula Gajah Kencana. Jika engkau menganggap
dirimu seorang putera Majapahit yang harus membela
kepentingan negara, maka engkau berjalan ditempat yang terang
dan bayang-bayang atau sifat Gajah Kencana akan tampak pada
dirimu. Tatapi apabila angkati berhianat, mengacau dan
merugikan negara Majapahit engkau berada ditempat gelap dan
bayang-bayang atau sifat Gajah Kencana itu akan lenyap"
Seperti apabila pada waktu-waktu luang dimana dia sempat
melakukan ibadah di vihara atau di candi dan mendengarkan
uraian dari pandita atau guru yang menerangkan tentang ajaranajaran suci dari agama, maka terpukaulah bekel prajurit Panjar
dalam pesona. Bahkan baru pertama kali itu, dia mendengar
tentang suatu uraian dimana falsafah daripada ajaran agama itu
dapat disenyawakan dalam laku keutamaan bhakti kepada
negara. Ketika ia sadar, ia terkejut ketika tak melihat brahmana itu lagi
"Mana sang brahmana tadi?" serunya kepada prajurit
anakbuahnya. "Dia sudah pergi, ki bekel" sahut prajurit yang ditanya. Diamdiam ia heran. Bukankah brahmana itu dengan tenang ayunkan
langkah meninggalkan mereka. Dia tak berani berkata apa-apa
karena mengira bekel Panjar tentu sudah mengetahuinya sendiri.
"Sudah pergi?" ulang bekel Panjar.
"Ya, belum lama, mungkin itu ...." prajurit itu menunjuk
kearah langkah yang dituju sang brahmana tetapi dia segera
hentikan kata-katanya setengah jalan sehingga mulutnya masih
ternganga. "Mana dia?" tegur bekel Panjar.
"Dia .... dia tadi melangkah kearah sana tetapi mengapa tibatiba dia sudah tak tampak?" kata prajurit itu.
747 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan bagaimana sang brahmana mampu menampar
hancur gunduk batu, mendengar uraian kata-katanya yang penuh
mengandung ajaran-ajaran tinggi dan kini mendergar keterangan
prajurit itu, makin yakinlah bekel Panjar bahwa brahmana itu
seorang brahmana sakti. Makin besar dugaannya bahwa
brahmana itu seorang warga penting dari Gajah Kencana. Ia
segera mengajak pasukannya melanjutkan perjalanan.
Tak berapa lama menyusur jalan yang menuju ke pura
Kahuripan, kembali rombongan pasukan berkuda yang dipimpin
bekel Panjar itu bertemu dengan suatu peristiwa yangmengejutkan. Seorang lelaki tua tengah duduk bersila ditepi jalan. Suatu
pandangan yang tak mengherankan orang. Tetapi tidak dem ikian
dengan lelaki tua itu. Dia tampak berulang kali menundukkan
kepala mencium tanah lalu menyembah. Hal itulah yang
menimbulkan keheranan bekel Panjar. Segera dihampirinya orang
tua itu. "Hai, paman" serunya "apa yang sedang engkau lakukan?"
Tetapi lelaki tua itu tak mengacuhkan dan tetap melanjutkan
tindakannya, menunduk, mencium tanah dan lalu menyembah.
"Hai, ki tua" ulang bekel Panjar "apakah engkau tak
mendengar" Mengapa engkau melakukan perbuatan itu?"
Namun tetap orangtua itu tak menghiraukan. Entah
bagaimana, karena didorong oleh rasa ingin tahu dan heran
maka bekel Panjar turun dari kuda dan maju menghampiri
"Paman, apa yang engkau lakukan" ia menepuk bahu lelaki tua
itu. "Enyah." tiba-tiba lelaki tua itu me lonjak bangun dan
mendorong bekel Panjar. Karena tak menduga, bekel Panjar
terdorong undur selangkah "apa engkau tak tahu bahwa aku
Sedang mempersembahkan sembah sujut dan terima kasih
kepada seorang batari?"
748 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bekel Panjar terlongong. Ia tak tahu apa yang diucapkan lelaki
tua itu. Seorang batari" Mimpikah orangtua ini" "Ah, mungkin
pikirannya kurang waras" pikirnya.
"Orangtua, jangan kurang tata kepada bekel kami" tiba-tiba
seorang prajurit maju hendak menerkam orangtua itu. Tetapi
cepat dicegah bekel Panjar "Jangan, dia kurang waras
pikirannya" "Apa katamu" Aku gila?" teriak orangtua itu "mungkin engkau
sendiri yang buta!" Entah bagaimana setelah bertemu dan mendengarkan uraian
sang brahmana tadi, hati bekel Panjar lebih tenang. Biasanya dia
tentu sudah menghajar orang yang berani mendampratnya
begitu. Tetapi kali ini dia berkurang keberangasannya "Pak tua,
aku tak mengandung maksud suatu apa kecuali hendak bertanya,
apa sebab engkau melakukan perbuatan yang seaneh itu?"
"Sudah kukatakan bahwa aku sedang menyembah seorang
batar" yang turun ke bumi"
"Batari?" ulang bekel Panjar seraya kerutkan alis "batari itu
bukan di dunia ini tempatnya tetapi di kahyangan. Mungkin
engkau bermimpi, paman"
Lelaki tua itu nyalangkan mata "Siapa bilang aku bermimpi "
Walaupun rambutku sudah menjunjung uban tetapi mataku
belum rabun. Aku masih sadar dan melihat dengan jelas bahwa
aku telah ditolong oleh seorang dewi yang turun ke bumi"
"Dia mengingau, ki bekel" kata prajurit tadi. Tetapi entah
bagaimana, makin tertarik hati bekel
Panjar mendengar kata-kata lelaki tua itu "O, engkau bertemu
dengan seorang batari?"
"Ya" "Di mana sekarang batari itu?"
749 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah pergi" "Apa yang engkau terima dari batari itu?"
"Lihatlah" tiba tiba lelaki itu melonjak-lonjak, lalu berlari-lari
kian kemari dan terakhir menari-nari "bukankah aku sekarang
sudah menjadi seorang manusia yang utuh lagi?"
Bekel Panjar terlongong "Apakah sebelumnya engkau bukan
seorang manusia utuh?" tanyanya.
"O, engkau tak tahu" seru lelaki tua "sudah berpuluh tahun
aku menderita penyakit lumpuh. Kedua kakiku tak dapat
digerakkan. Tetapi setelah bertemu dengan dewi itu, sembuhlah
penyakitku dengan serentak. Kini aku dapat berjalan lagi"
Bekel Panjar terkejut "Engkau disembuhkan oleh seorang
dewi?" "Ya"

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana cara dia menyembuhkanmu?"
"Mudah, aneh tetapi nyata dan mujijat" kata lelaki tua itu lalu
menceritakan apa yang dialam inya.
Sudah berpuluh tahun dia menderita sakit lumpuh. Banyak
sudah usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit itu
tetapi tak sebuahpun yang berhasil. Kemudian dia datang kepada
seorang pertapa yang termasyhur sakti dan pandai mengobati
penyakit. Orang sakti itu menyuruh supaya setiap pagi, dia
berjemur diri di bawah sinar surya, dengan memandang surya
dan mengucap mantra. Sudah berbulan-bulan ia melakukan hal
iiu namun tiada juga penyakitnya sembuh bahkan bertambah lagi
dengan sebuah penyakit buru. Matanya makin berkurang
ketajamannya. Namun dia teringat akan pesan sang pertapa. Bahwa siapa
yang percaya dan melakukan dengan tekun apa yang dikatakan
750 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, tentulah penyakitnya akan sembuh. Oleh karena itu maka
diapun melanjutkan cara penyembuhan itu.
Pada hari itu ketika dia sedang berjemur diri memandang
surya pagi, muncul seorang wanita yang mengenakan busana
sebagai seorang biksuni. Kepalanya tertutup oleh kain sehingga
hanya wajahnya saja yang tampak bersinar gemilang. Dalam
percakapan, setelah mendengar tentang penyakit yang diderita
lelaki tua itu dan usahanya untuk mencari kesembuhan, rahib itu
mengangguk pelahan. "Kurasa penyakitmu takkan sembuh dengan cara itu, ki sanak"
kata sang biksuni. "O" lelaki tua terkejut "lalu bagaimana aku harus berbuat"
Eagkau mengatakan begitu tentulah engkau tahu bagaimana cara
yang tepat untuk menyembuhkan kelumpuhan kakiku ini"
"Ki sanak, aku tak dapat menyembuhkan tetapi hanya engkau
sendirilah yang dapat menyembuhkan penyakitmu itu"
Lelaki tua terbelalak "Ah, jangan berolok. Bagaimana mungkin
aku dapat menyembuhkannya sendiri" jika memang dapat, tentu
sejak dulu sudah kulakukan"
"Bukan karena tidak dapat melainkan engkau tak tahu cara
itu" Seorang yang haus tentu akan terangsang semangatnya
apabila akan diberi minum. Demikian pula dengan seorang yang
sakit, apalagi penyakit yang sudah menahun. Sesaat mendengar
sesuatu yang memberi harapan akan kesembuhannya, maka
bergeloralah semangat orang itu.
"Tolong engkau berikan penyembuhan kepadaku"
"Baik" kata biksuni itu "tetapi seperti telah kukatakan tadi,
kesemuanya itu hanya tergantung kepadamu. Karena hanya
engkaulah yang dapat menyembuhkan penyakitmu itu. Dan agar
751 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tercapai maksudmu, engkau harus bersikap jujur dan menjawab
dengan terus terang apa yang kutanyakan kepadamu"
Orang tua itu mengiakan. "Apa yang engkau derita saat ini, adalah hasil dari
perbuatanmu yang lampau. Coba ceritakan bagaimana kehidupanmu dimasa muda"
Karena ingin sembuh maka orang tua itu lalu menceritakan
masa mudanya. Dia gemar minum, gemar wanita cantik, gemar
berjudi dan akhirnya terjerumus ke lembah hitam menjadi
seorang penjahat. Menjelang usia setengah tua tiba tiba dia jatuh
sakit, kedua kakinya lumpuh.
"Hukum karma berlaku pada setiap manusia hidup, tanpa
memilih bulu, pangkat dan derajat" kata wanita tak dikenal itu
"dan engkaupun harus mengenyam apa yang telah engkau
tanam. Memang waktu engkau masih muda dan masih gagah,
engkau tak menghiraukan apapun yang engkau lakukan demi
memburu kegemaran dan nafsumu. Engkau tentu membusungkan dada hatimu bahwa tak mungkin semua
kegagahan masa mudamu itu akan hancur dan larut ditelan
masa. Tetapi ingat, setiap akibat itu akan menagihmu disaat
engkau sudah tua, sudah berkurang tenaga seperti saat ini"
Lelaki tua itu mengangguk "Aku memang mengaku salah dan
ingin mati daripada harus hidup menderita begini"
"Itu laku seorang manusia licik. Berani mengenyam
kenikmatannya, takut menerima akibatnya. Ketahuilah, hidup itu
tak mudah tetapi matipun juga suatu perjalanan yang sukar.
Engkau kira dengan kematianmu itu engkau akan terlepas dari
tuntutan karma?" Lelaki tua itu tertegun. "Mati bukan suatu pemecahan yang sempurna. Matipun bukan
jalan yang terakhir. Selama engkau masih berlumuran dengan
752 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
klesa atau nafsu-nafsu jahat, karmamu akan tumbuh pula
sebagaimana dengan biji-biji tanaman yang akan tumbuh,
membesar, berkembang, berbuah dan akhirnya lapuk. Tetapi biji
buah itu akan tumbuh pula untuk menghidupkan karmamu
walaupun bentuk batang pohonnya berbeda dengan induk pohon
yang dahulu. Selama biji-biji itu masih mengandung karma,
batang pohon tubuhmu akan hidup pula"
Lelaki itu mengangguk penuh kenalangsaan "Tunjukkan
kepadaku wahai wanita suci, bagaimana aku dapat sembuh dari
penyakit lumpuhku ini"
"Obatnya tak lain adalah kesadaran, ki sanak"
"Kesadaran?" lelaki tua itu terkejut "kesadaran apa dan
bagaimanakah yang harus kumiliki?"
"Pertama, kesadaran akan perbuatanmu dahulu itu, adalah
sumber daripada penderitaanmu sekarang. Kedua, kesadaran
akan kebesaran dan keagungan Hyang Batara Agurg, yang
memberi hidup dan menghidupi engkau. Ketiga, kesadaran
tentang dirimu peribadi, yang menerima hidup dan menjalankan
hidup, Keempat, kesadaran akan arti hidup dari kehidupanmu,
dulu, sekarang dan kelak. Dan yang terakhir, kesadaran akan
kemurnian dan hakekat daripada kesadaran itu"
"Baik, sang biksuni" kata lelaki tua "tetapi adakah aku akan
sembuh karena menerima apa yang engkau uraikan itu?"
"Apakah engkau percaya?"
"Percaya" "Belum cukup" seru sang biksuni "kepercayaanmu itu mungkin
terdorong oleh perasaan dan pikiranmu. Mungkin engkau takkan
sembuh. Cobalah engkau gerakkan kakimu"
"Auh" lelaki tua itu memekik kesakitan ketika ia melakukan
perintah. Kakinya tetap tak dapat digerakkan "lalu bagaimana
aku harus berbuat" 753 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Percaya itu terdorong oleh pikiran yang mempengaruhi
perasaan. Maka kukatakan belum cukup. Tetapi engkau harus
yakin. Karena keyakinan itu timbul dari kesadaran yang murni"
"Baik, aku yakin"
"Jika engkau benar-benar memiliki keyakinan itu maka cobalah
engkau pejamkan mata dan lepaskan diri ke alam kepasrahan"
Lelaki tua itu menurut. Pada saat dia pejamkan mata ia
rasakan sebuah tangan yang halus telah me lekat di pinggang
belakang tepat di belakang pusar. Dan pada lain saat ia
merasakan pula suatu aliran hawa hangat memancar dari tangan
itu, mengalir ke jalur-jalur uratnadi di perut, naik ke dada, terus
ke ubun-ubun kepala lalu mengalir pelahan-lahan ke bawah.
Setiap kali hawa hangat itu hanya berhenti di perutnya. Dia diam
saja karena aliran hawa hangat itu menimbulkan rasa segar pada
semangatnya dan rasa nyaman pada tubuhnya.
Entah berlangsung sampai berapa lama, hanya ia rasakan
hawa dalam perutnya makin lama makin panas sehingga pada
suatu ketika, panas itu memuncak sedemikian rupa. Seolah
seperti gunung me letus maka panas itupun terasa meletup keras,
menimbulkan getaran yang sedemikian hebat sehingga dia
pingsan. "Ketika aku sadar" kata lelaki tua itu kepada bekel Panjar yang
selama itu mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian"aku
terkejut karena aku dapat menggeliat duduk. Kurasakan kedua
kakiku seperti bergerak-gerak dan timbullah keinginanku untuk
menggerakkannya. Ah, ternyata dapat bergerak. Lalu aku
berbangku dan berjalan, oh, aku sembuh. Lihatlah, bukankah tadi
aku sudah dapat berlari dan menari" Itulah sebabnya maka aku
menyembah dan mencium tanah bekas tempat dia berdiri tadi"
Sesaat bekel Panjar tertegun tetapi pada lain saat dia teringat
sesuatu "Paman, engkau mengatakan wanita yang menyembuhkan engkau itu seorang biksuni. Benarkah itu?"
754 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, dia bukan biksuni tetapi dewi yang turun ke arcapada"
"Bukankah wajahnya berseri gemilang?"
"Sudah tentu karena dia seorang batari"
"Dia mengenakan pakaian seperti seorang biksuni dan kain
penutup kepala?" "Ah, itu hanya pakaiannya saja, agar tidak menarik perhatian
orang. Tetapi jelas dia seorang dewi"
"Dimana dia sekarang?"
"Mana aku tahu" Aku pingsan dan ketika tersadar sang batari
sudah lenyap" "Dia tadi datang dari mana?"
"Dari arah selatan!"
"Dan menuju kearah sana?" bekel Panjar menunjuk kearah
jalan besar yang menuju ke pura Kahuripan.
"Mungkin" sahut lelaki tua itu "tetapi aku tak pasti dan jangan
engkau memaksa sesuatu yang aku tak yakin akan
kebenarannya" Lelaki tua itu terbeliak ketika bekel prajurit berputar tubuh, lari
menghampiri kuda, loncat keatas pelana dan terus melarikan
kudanya, diikuti oleh rombongan prajurit.
"Aneh" gumam lelaki tua itu "apa maksudnya menanyakan diri
sang dewi" Apakah dia hendak mengejarnya" O, lucu. Dewi itu
tentu sudah kembali ke kahyangan, bagaimana mungkin dia
hendak menyusul?" Lelaki tua itu tak menghiraukan tingkah bekel Panjar yang
dianggapnya aneh dan lucu. Ia melanjutkan lagi duduk bersila,
mencium tanah dan menyembah berulang-ulang.
755 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara dalam perjalanan, prajurit yang rupanya menjadi
pembantu kepercayaan bekel Panjar melajukan kuda, menjajari
bekel Panjar "Ki bekel, mengapa andika tampak tegang dan
bergopoh-gopoh mencongklangkan kuda?"
"Apa engkau tak mendengarkan cerita pak tua tadi?" balas
bekel Panjar. "Ya" sahut prajurit "lalu?"
"Engkau tak tahu siapa yang dimaksudkan sebagai dewi
penolongnya?" "Siapa?" prajurit itu balas mengembalikan pertanyaan.
"Tolol benar engkau" damprat bekel Panjar "itulah gusti ratu
Gayatri" "Hah?" prajurit itu terbelalak kaget "bagaimana ki bekel dapat
menduga begitu?" "Sudah jelas" kata bekel Panjar "seorang wanita yang berseri
gemilang wajahnya dan mengenakan pakaian seorang biksuni,
siapa lagi kalau bukan gusti ratu Gayatri"
"Tetapi bagaimana gusti ratu dapat menyembuhkan seorang
lumpuh?" "Eh, engkau memang buta pengalaman, tuli pendengaran"
kata bekel Panjar "gusti ratu yang telah mengundurkan diri
urusan kerajaan dan soal-soal keduniawian untuk mensucikan diri
menjadi seorang biksuni, telah mencapai ilmu kesempurnaan
yang menakjubkan. Engkau tahu Jangga, seorang yang telah
mencapai ilmu samadhi sampai pada suatu tataran yang tinggi,
dapat memiliki daya kesaktian yang di luar daya kepercayaan
Pendekar Kelana 11 Bu Kek Kang Sinkang Karya Kkabeh Pendekar Sakti 3

Cari Blog Ini