Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 14

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 14


Pikiran Lim Tiang Hong sedang kusut. Kini setelah dipepatkan lagi dengan kata2 tentangan sudah tentu tidak dapat dikendalikan lagi. Begitulah, Lim Tiang Hong Yang sudah timbul marahnya, kerutkan jidatnya, dengan suara ketus berkata: "Kalau benar2 kau mau paksa aku adu kepandaian, silahkan turun tangan! Aku si orang she Lim masih banyak urusan yang perlu dibereskan"
Sehabis berkata, dengan cepat dihampirinya guru murid itu.
Tepat pada saat itu tiba2 sesosok bayangan orang meluncur dan berdiri di depan dua orang itu.
Orang ini tidak menyapa si Garuda Kepala Botak, pun tiada menegur Lim Tiang Hong. Kedatangannya
.kesitu seolah2 seperti yang ingin menonton keramaian saja.
Lim Tiang Hong mengira orang itu adalah kawan si Garuda Kepala Botak, tidak diperhatikannya sama sekali.
Sebaliknya bagi si Garuda Kepala Botak, yang pun sama mengira bahwa orang itu pembantu buat pihak lawan. Dengan diam2 sudah berkeputusan buat turun tangan cepat membereskan Lim Tiang Hong.
Begitulah dengan suara keras si Garuda Kepala Botak berteriak: "Awas sambut!"
Perkataannya itu dibarengi dengan serangan tangan kosong. Lengan bajunya yang gedombrongan lantas menimbulkan angin keras yang menyampok muka Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong hanya nampak kerkisar sedikit badannya, serangan dengan mudah dihindarkannya.
Tetapi serangan si Garuda Kepala Botak itu ternyata cuma tipu kosong, sebab setelah mana badannya kelihatan maju merangsak dari kiri, beruntun dia melancarkan serangannya sampai tujuh kali, sedang dari kanan kakinya menendang secara beruntun sampai delapan kali. Maka untuk sesaat lamanya sambaran2 angin yang keluar dari tenaga dalam orang tua itu telah mengurung badan Lim Tiang Hong dan dalam waktu sekejapan sudah melakukan serangannya secara beruntun sampai delapan belas kali.
Setiap gerak tipu serangan orang itu begitu aneh, tidak menuruti aturan2 yang berlaku bagi orang2 rimba persitatan, namun kekuatannya hebat luar biasa.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong yang dihujani serangan gencar demikan rupa, telah mundur sampai delapan kaki jauhaja. Pemuda ini kemudian dapatkan kenyataan betapa hebat dan licin tipu2 si Garuda Kepala Botak. Nyata orang tua itu mempunyai kekuatan hebat sekali, kepandaian bersilatnyapun lain daripada yang lain.
Dalam keadaan demikian, Lim Tiang lalu mencoba keluarkan ilmunya gerak silat yang dinamakan Sam-sam Po-hoat hingga dengan sangat gesit dan amat lincah sekali dapat dihindarkannya setiap serangan yang datang dari pihak orang tua itu.
Si Garuda Kepala Botak yang lama telah mengasingkan diri di daerah Biauw-ciang, telah menganggap ilmunya tinggi, kepandaiannya sudah tidak ada yang bisa menandingi. Siapa nyana, baru pertama kali keluar pintu sudah ketemu batu. Kesempatan baik yang dikiranya dapat mengharumkan kembali namanya yang lama ternyata tidak sebagai yang di-harap2kannya.
Setelah melihat Lim Tiang Hong selalu rnengutamakan kegesitan tubuhnya saja mengelit tanpa adakan penyerangan balasan, lantas mengira bahwa anak muda itu jeri kepadanya, lalu mengirim serangan2 yang bagai bergelombang makin lama makin hebat. Seolah2 begitu kuat sudah keyakinannya dapat merobohkan seorang kuat nomor satu dari tingkatan muda.
Tetapi nyatanya kemudian, betapa hebat sekalipun serangannya, Lim Tiang Hong selalu dapat mengelit atau menghindar secara manis sekali, sampai2 ujung bajunya saja tidak pernah sekalipun tersenggol.
Garuda Kepala Botak itu rupanya sudah amat gusar sekali. Dengan mata melotot karena hatinya panas dia membentak dengan suara kuat2: "Kepandaian To-liong Kongcu nyatanya cuma sebegini! Kalau kau berani, bertempurlah secara jantan cuma kelit saja! Itu bukan perbuatan satu Eng-hiong namanya!"
Lim Tiang Hong yang mempunyai kepandaian sangat tinggi, dalam waktu sekejapan saja sudah dapat memahami dengan baik tipu2 aneh si Garuda Kepala Botak.
Sewaktu dia tadi berseru, Lim Tiang Hong terus menyambuti dengan ketawa besar: "Apa benar2 kau mau aku turun tangan" Ini sambutlah!"
Dengan mendadak To-liong Kongcu menyodorkan tangan kanannya, bagai angin puyuh dalam waktu sekejapan dia telah mengeluarkan 18 kali serangannya. Tiap kali tangannya disodorkan begitu hebat kekuatannya, hingga anginnya yang menimbulkan suara menderu2 itu se-olah2 angin puyuh yang menyapu bersih gelombang air laut.
Garuda Kepala Botak kaget sekali. Dia yang semula mengangap kepandaian paling banter pemuda yang dihadapinya ini cuma punya gerakan gesit dan lincah, sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalamnyapun ada demikian tingginya.
Dalam waktu sekejapan itu dia merasa kerepotan sangat sampai mundur punya mundur tahu2 telah terdesak satu tombak lebih jauhnya.
Garuda Kepala Botak itu sungguh tinggi kepandaiannya, pengalamannya juga banyak. Meski baru segebrakan saja sudah dilihatnya bahwa lawanaya yang masih terlalu muda itu ternyata lawan yang paling kuat yang pernah dihadapi, maka sekarang dia tidak berani berlaku semberono lagi. Dia lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya, dengan laku yang hati2 sekali dihadapinya lawan yang masih sangat muda itu.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, begitu dia melancarkan serangan pembukaannya, benar2 laksana mengalirnya gelombang air bah yang sukar dapat dibendung lagi.
Si Garuda Kepala Botak yang nampak terdesak, meskipun telah berusaha sekuat tenaga, masih belum berhasil memperbaiki posisinya.
Giok-bin Long-kun melihat juga betapa suhunya terdesak demikian hebat, maka tak berapa lama kemudian dia menghunus pedangnya, maksudnya buat berikan bantuannya, itu diketahui oleh suhunya yang segera mencegahnya: "Mundur! Siapa suruh kau ikut campur!"
Dengan wajah ketakutan sekali Giok-bin Long-kun buru2 tarik mundur dirinya. Pada saat itulah si Garuda
.1285 Kepala Botak rupanya sudah murka benar2, keadaannya tidak beda bagaikan orang gila. Dengan laku nekad dia keluarkan serangan2 simpanannya menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan demikian, pertempuran disitu jalannya menjadi semakin seru, masing2 dengan kepandaian tunggalnya buat merebut kemenangan dari musuh.
Dalam pertempuran sengit demikian, yang kelihatan hanya berkelebatnya bayangan2 orang yang sebentar saling menyerang dan berputaran, dan sebentar lagi meloncat tinggi ke atas.
Sambaran angin yang keluar asal dari kekuatan tenaga dalam, menerbangkan pasir2 dan tanah ditempat sekitar tiga tombak lari kalangan pertempuran itu.
Si Garuda Kepala Botak yang sudah kerahkan seluruh kemahirannya, bertempur dengan lawannya yang masih terlalu muda baginya itu, sudah lebih dari 120 jurus, ternyata masih belum berhasil merebut kemenangan
Lim Tiang Hong agaknya merasa tidak sabaran lagi, merasa harus lekas mengakhiri pertempurannya supaya bisa terus mencari Yan-jie.
.Begitulah sekali tempo nampak pemuda ini tarik dirinya sampai lima kaki, tapi kemudian berseru: "Tahan! Bagaimana kalau kita anggap seri saja pertempuran Ini" Aku masih perlu mengurus lain urusan penting"
Garuda Kepala Botak yang saat itu masih kelihatan gusar, sudah menjadikan dia mata gelap. Seperti sudah ditetapkan olehnya buat menang saja, tentu saja sewaktu mendengar Lim Tiang Hong menyerukan demikian, lantas mengira kalau anak muda ini tentu kehabisan tenaga. Maka segera juga dia tertawa bergelak2 dan katanya: "enak saja kau berkata. Malam ini kalau belum ada yang menang, aku tidak mau sudah!"
Lim Tiang Hong mendongkol, tetapi juga tertawa besar dan berkata "Aku masih mau beri muka terang kepadamu, tapi ternyata kau menampik, ini sama artinya dengan cari susah sendiri!"
Dengan cepat badannya nampak terbang menjaub, untuk kemudian balik lagi dengan mengirim serangan ber-tubi2. Kali itu sudah ditetapkan akan mengakhiri pertempuran se-cepat2nya. Maka serangan itu juga dilakukan secara sengit dan tidak kena! kasihan. Setelah terdengar beberapa kali suara benturan dimana2, si Garuda Kepala Botak nampak sempoyongan seperti orang mabuk sampai 10 tombak lebih. Dari ujung bibirnya nampak mengalir darah matang.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara lagi, melihat lawannya sudah terluka parah, lalu ketawa besar dan segera ayun langkah, maksudnya mau tinggalkan pecundangnya.
Waktu itulah mendadak dilihatnya bayangan seseorang, dan itu orang yang tadi dilihatnya dan dikira sebagai pembantu musuh sudah menghadang di depannya dan berkata "Harap tuan tunggu sebentar! Aku si orang she Peng ingin bicara dengan tuan!"
Lim Tiang Hong terkejut, berhenti bertindak dan katanya: "Aku tidak pernah kenal kau, perlu apa lagi untuk dibicarakan?"
Sementara itu matanya terus mengawasi orang tersebut, yang ternyata adalah seorang anak muda berusia kira2 tigapuluh tahun.
Pada saat itu si Garuda Kepala Botak bersama muridnya, dengan diam2 sudah ngeloyor pergi. Orang yang mengaku she Peng itu dengan sikap menghina mengawasi berlalunya guru-murid tersebut, kemudian dengan sikap yang sangat mesterius berkata lagi: "Tuan, apa kau pernah merasa kehilangan seseorang yang hubungannya paling dekat dengan tuan?"
Tergerak hati Lim Tiang Hong mendengar pertanyaan orang itu, lalu tanyanya: "Siapa adanya tuan ini dari mana mengetahui soal itu?"
Orang itu lantas perdengarkan suara tertawanya, lalu katanya: "Aku yang yang rendah Peng It Kie, orang2 biasa memanggil gelaranku Pecut Ekor Kalajengking. Aku yang rendah memang sengaja datang kemari untuk memberikan sedikit kabar kepada tuan. Jikalau tuan sekiranya suka mencari itu nona yang tuan anggap hilang, dalam waktu 10 hari ini bolehlah tuan berangkat ke puncak gunung Lok-yan-hong. Jangan se-kali2 kelambatan, sebab bisa merugikan tuan sendiri. Selain daripada itu, boleh jugalah sekalian kuberitahukan kepada tuan tempat di atas gunung itu berbahaya sekali, boleh juga dibilang tempat naga sarang macan. Siapa saja pernah kesana tidak bisa pulang dengan salamat! Maka boleh pikirkah masak2 dulu apabila tuan bermaksud mau berkunjung ke sana"
Sehabis berkata, orang misterius itu ayun kakinya, laksana anak panah lepas dari busurnya lompat melesat ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong masih ingin menanyakan apa2, tetapi orang itu ternyata sudah menghilang entah kemana.
Dia kemudian cuma bisa berpikir dalam hatinya, siapa gerangan orang she Peng itu dan puncak gunung Lak-yan-hong itu didiami oleh siapa" Apakah perkataan2 orang tadi boleh dipercaya"
Sesaat itu berbagai pertanyaan melintasi otaknya, kemudian diputuskan melalui dugaannya, begitu besar dia pernah menerima budi Hong-lim Cun-loan dan kematian orang tua itu sebagian besar masih tetap dianggapnya karena gara2 kedatangannya. Itulah pula yang tidak mengijinkan dia tinggal peluk tangan membiarkan putri orang tua tersebut dalam bahaya. Maka tanpa pikir betul atau tidak perkataan orang aneh tadi, memutuskan akan menerjang puncak gunung Lokyan-hong. Sekalipun tempat itu benar2 merupakan sarang naga gua macan seperti dikatakan orang she Peng tadi.
Tetapi kemudian mendadak pemuda ini mengingat lagi kepada janji yang pernah diberikan kepada Cu Giok Im buat tantangan Tiang lim-Pay. Soal dengan partai tersebut erat sekali hubungannya dengan rusak tidaknya nama perguruannya. Sebab Cu Giok Im adalah murid Tiang-lim-pay, menantang dia sebagai murid Bu-ceng Kiam-khek, tentu tak boleh diingkari janjinya itu.
Di-hitung2 harinya, untuk pergi ke Tiang-lim kalau tidak menjumpai rintangan apa2, dalam waktu 10 hari masih keburu sampai ke puncak gunung Lok-yan-hong.
Begitulah kemudian ditetapkan buat dahulukan perjanjiannya dengan Tiang-lim-pay. Setelah menetapkan urusan disitu baru maksudnya ingin naik ke puncak Lok-yan-hong buat menolong Yan-jie.
(dw-kz) Bab 32 .HARI sudah mulai terang. Dibawah penerangan sinar matahari pagi itu, tertampak sesosok bayangan manusia bergerak dengan 1291 amat lincahnya seperti peluru ber-lompat2an, dalam waktu sekejapan sudah sampai ke tempat sejauh seratus tombak lebih. Dialah Lim Tiang Hong sendiri yang tergesa2 lari.
Mendadak disuatu tanah datar yang luas, Lim Tiang
Hong yang sedang lari kencang melihat beberapa bayangan orang berkelebatan yang diselingi oleh sinar2 senjata tajam kena sinar matahari.
Dalam kabut pagi yang tipis, kelihatan semacam ada beberapa orang di sana. Orang2 itu sedang mengepung satu orang yang juga keluarkan teriakan2.
Lim Tiang Hong yang sedang merasakan hatinya gelisah sekali, sebetulnya tidak ingin mencampuri segala urusan kecil, akan tetapi keadaan yang pincang yang terlihat didepan matanya itu, agaknya mendorong serta mengisiki hati kecilnya supaya turut campur.
Baru saja kakinya bergerak menghampiri tempat tersebut, dari jauh sudah terdengar suara bentakan orang "Di depan sana, ada sahabat dari mana lekas berhenti! Tuan boleh ambil tindakan memutar supaya jangan menyesal kemudian kalau kita tidak pandang persahabatan".
Lim Tiang Hong yang mendengar teguran orang2 itu, dalam hati merasa sangat mendongkol. Pikirnya "siapa rombongan orang2 ini dan kenapa sikapnya begitu jumawa"
Tidak, diperdulikan peringatan orang yang menegurnya tadi, terus lari ke depan bahkan selekas itu ia sudah menyahuti peringatan berupa ancaman tadl "Suatu jalan besar boleh dilewati siapapun. Kalian tidak ada hak buat melarang orang lain jalan di sini"
Sebagai sahutan perkataan2 Lim Tiang Hong, dari dalam rimba waktu itu kelihatan empat laki2 berpakaian ringkas yang tadi menegur lagi dengan suara keras. "Sahabat kau tidak dengar peringatan. Rupanya kau sengaja cari mampus. Kalau kau berhenti dan tidak menerjang barangkali kau tidak akan merasakan tangan2 orang Thian-cu-kauw. Tindakan kami tidak boleh seorangpun mengetahui, tahu?".
Empat orang begitu menyebut nama Thian-cukauw, mengira kalau orang didepan itu akan lantas ngiprlt balik. Siapa tahu itu malah mendatangkan kemalangan buat mereka, sebab Lim Tiang Hong begitu mengetahui mereka itu adalah orang2 Thian-cu-kauw, tanpa berayal lagi terus turun tangan.
Dilabraknya orang2 itu, sebentar terdengar suara beledak beleduk dan keempat orang itu yang masih belum tahu duduknya perkara atau berhadapan dengan siapa, semua sudah dapatkan hajaran sedemikian rupa membuat mereka harus ber-guling2an di pinggir jalan besar itu dengan mulut berlumuran darah.
Lim Tiang Hong setelah melewati berbagai rintangan kecil, se-olah2 melesatnya peluru, telah menerjang ke dalam rombongan orang yang sedang mengeroyok orang itu.
Begitu sampai dia di medan pertempuran, apa yang disaksikan ternyata jauh diluar dugaannya.
Itulah, disitu dilihatnya ada Hong-gwat Kongcu yang sedang berdiri ber-hadap2an dengan Kaucu muda Thian-cu-kauw, Im Thay Seng. Sedang di sekeliling dua orang2 Thian-cu-kauw itu mengepung bagai tidak mamperbolehkan dua jago itu lolos dari situ.
Semua orang2 itu dengan sorot mata beringas dan sikap gusar mengawasi Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong terus menerjang kedalam kalangan, membuat semua orang2 Thian-cu-kauw kaget sekati, Mereka umumnya rata2 telah mengetahui dan mengenal balwa kedua Kongcu muda mereka adalah Hong-gwat Kongcu dan To-liong Kongcu, sudah lantas berkelahi dengan bahu membahu menghadapi orang2 Thian-cukauw. Terang sekali mereka berdua adalah sahabat2 erat. Maka dengan kedatangan Lim Tiang Hong kesitu, mereka lantas memastikan pemuda itu pasti akan turut camput tangan dalam urusan Hong-gwat Kongcu. Sesaat itu banyak sudah diantara mereka yang alihkan dan pecahkan perhatian yang semula hanya ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong tidak menggubris orang2 itu, hanya menegur Hong-gwat Kongcu "Saudara berurusan dengan mereka dari urusan apa?"
Hong-gwat Kongcu hanya tertawa menyeringai, tidak menjawab. Tetapi Im Thay Seng, si Kauwcu muda Thian-cu-kauw, lantas meneriakkan suaranya yang keras: "Lim Tiang Hong! Aku peringatkan padamu yang urusan disini sekarang jangan kau campuri! Urusanmu dengan aku biarlah belakangan kita bicarakan lagi setelah kubereskan maling cabul ini! kau dengar tidak"!"
"Maling cabul", ini membuat duga2 dalam pikiran Lim Tiang Hong. "Siapa yang kau maksud dengan "maling cabul" itu?" demikian tanyanya dalam kegeramannya.
Im Thay Seng tidak menjawab pertanyaan Lim Tiang Hong, dengan paras gusar sampai otot2nya diwajahnya pada menonjol keluar, ia berpaling dan menggeram: "Maling cabul! Sungguh besar nyalimu! Hari ini kalau tidak ikut Kauwcu mudamu dengan baik2 masuk kemarkas Thian-cu-kauw buat dengar keputusan Kauwcu, lebih dulu aku akan bikin putus tangan2mu!"
Hong-gwat Kongcu dongakkan kepala dan tertawa ter-bahak2. "Kau selalu katakan Kongcumu ini maling cabul! Tapi kau tidak merasa dirimu sendiri. Orang macam apa kau ini" Terus terang kuberitahukan padamu. Kau sudah memperkosa encie angkat ku, kalau aku permainkan adikmu yang manis itu, bukankah sudah semestinya" Jikalau aku tidak ingat nasib encie angkatku dihari kemudiannya, juga supaya kau bisa dapatkan kesempatan buat perbaiki sifatmu, niscaya siang2 kau suduh mampus dalam tusukan pedangku!"
Mendengar ucapan itu Im Tay Seng mengerti bahwa yang disebut dengan "encie angkat" itu pasti adalah Henghay Kouw-loan. Maka wajahnya segera berubah pucat, hatinya ciut berdebaran. Pitam sebab sedikit banyak dia masih merasa tidak enak hati atas perbuatannya atas diri Henghay Kouw-loan, dilain sebab ia merasa bahwa dua anak muda yang sedang dihadapinya ini sebetulnya sukar sekali dilayani.
Jangan kira dia mempunyai pembantu begitu banyak. Tapi jika kedua anak muda itu benar2 turun tangan, belum tentu dia dengan orang2nya sekalian itu bisa lolos. Maka seketika diliriknya Lim Tiang Hong, dan berteriak pada Hong-gwat Kongcu: "Kau jangan sembarang tuduh orang! Kauwcu mudamu masa, sudi berbuat semacam itu?"
Lim Tiang Hong yang mendengarkan percakapan mereka, hatinya tergoncang hebat. Pikirnya, Henghay Kouw-loan adalah kakak seperguruannya sendiri, sedangkan Im-san Mo lie, pun masih terhitung sebagai encie sekandung ibu. Kedua gadis itu diluar kehendak mereka telah tercemar kesuciannya, entah bagaimana dikemudian hari urusan seperti itu bisa dibereskan"
Maksud Im Tay Seng menodai kesucian Henghay Kouw-loan, adalah antuk mencelakakan Lim Tiang Hong. Sedang tindakan Hong-gwat Kongcu, tentu sebagai pembalasannya yang terlalu radikal. Apakah perbuatan semacam itu patut dihargai" Ataukah mesti dibuat penyesalan"
Akan tetapi biar bagaimana semua sudah kejadian, dan biangnya adalah Im Tay Seng sendiri. Kalau perlu, tentu Im Tang Seng yang mesti didesak dulu supaya ketua muda Thian-cu-kauw itu suka pikul tanggung jawab atas perbuatannja, barulah bereskan urusan Imsan Mo-lie.
Demikianlah dengan gesit dan secara kilat disambarnya pergelangan tangan Im Tay Seng.
Begitu gesit adanya gerakan Lim Tiang Hong sampai semua orang2 Thian-cu-kauw yang sudah berjaga2 itu tidak lagi keburu memberi pertolongan pada Kauwcu muda mereka.
Im Thay Seng yang juga bukan seorang lemah, coba berusaha melepaskan pegangan Lim Tiang Hong ditangannya. Tetapi mendadak pargelangan tangan itu
.1298 dirasakannya separti terjepit tang besar hingga dia tidak berdaya lagi.
Selanjutnya hanya terdengar suara Lim Tiang Hong yang menegur Im Thay Seng: "Aku cuma mau tegur kau. Mengenai perbuatan dengan Henghay Kouw-loan, mau kau pertanggung jawabkan atau tidak"!"
Pada saat itu Im Thay Seng telah merasakan separuh badannya kesemutan, sedikit juga barangkali tak ada tenaganya buat adakan perlawanan Dia hanya tundukkan kepala dan menghela napas panjang.
Helaan napas ketua muda Thian-cu-kauw itu terang menyatakan kebenciannya yang tak dapat dilampiaskan, bersamaan dengan keluarnya rasa menyesal dari hatinya.
Lim Tiang Hong yang mendengar pemuda itu mengeluh, menyangka dia sudah akan mengaku, lalu kendurkan pegangannya, berkata: "Melihat sikapmu, rasanya liangsim-mu masih belum hilang musnah. Dengarkan nasehatku: Kalau dihari-hari kemudian kau bisa merubah kelakuanmu, rasanya masih tidak susah. Aku juga bisa bantu dengan sekuat tenagaku buat berikan keterangan kepada Heng-thian Cianpwee dan encie Kouw-loan, barangkali mereka bisa memberi maaf padamu hingga tidak sampai jiwamu melayang dalam kemenyesalan. Tapi kalau kau tidak mau menurut, tidak mau berlaku baik, pedang To-liong-kiam tidak punya mata dan tidak pernah kena! apa artinya kasihan".
(dw-kz) Jilid Ke 14 IM TAY SENG adalah Kauwcu mudanya perkumpulan Thian-cu-kauw, pun adalah putera satu2nya dari Kauwcu perkumpulan itu, Pek-tok Hui-mo Biasanya putera Pek-tok Hui-mo ini bisa berbuat gagah2an menurut adat dan kemauannya. Tetapi setelah diperingatkan sedemikian rupa oleh Lim Tiang Hong didepan anak buah dalam pimpinannya yang begitu banyak, dia hanya menunduk. Akan tetapi, sedikit banyak pemuda ini masih mewarisi sifat ayahnya. Sekalipun dalam hati dia merasa panas, tetapi diluar seperti tenang2 saja. Saat itu dia masih tidak mau kebentrok langsung dengan Lim Tiang Hong. Dia agaknya tahu apa yang akan terjadi sebagai akibatnya, bagaimana kalau Hong-gwat Kongcu bahu-membahu dengan adik lain bapak itu menghadapinya"
Selain daripada itu agaknya Kauwcu muda inipun masih memikir kepada pengaruh serta kekuatan dekingan buat To-liong Kongcu, begitu kuat dan berpengaruh besar dekingan itu, telah diberitahukan dari pengalamannnya yang menjadikan kenyataan. Dibelakangnya Lim Tiang Hong atau To-liong Kongcu selalu dibayangi oleh orang kuat dari pihak Hong-hongtie.
Maka sewaktu didengarnya perkataannya Lim liang Hong berupa pemberitahuan atau nasehat-nasehat itu, wajahnya entah berapa kali memperlihatkan perubahan.
Mendadak dia mendongak, dan tertawa ter-bahak2. "Lim Tiang Hong! Kau tidak perlu desak aku terus2an. Dalam urusan itu aku sendiri bisa atur se-baik2nya. Kau tidak usah banyak pikiran dalam urusan ini! Disamping itu aku perlu peringatkan kau sekali lagi, urusan hari ini adalah urusan rumah tanggaku, sebaiknya kau jangan ikut2an!"
"Baik! Aku cuma mau lihat dengan cara bagaimana soal ini bisa kau bereskan" demikian Lim Tiang Hong berkata sambil ketawa dingin, dan setelah mana dia mengesot kaki, mundur sejauh setombak diluar kalangan. Dengan tenang matanya mengawasi dua orang dalam kalangan, memperhatikan perkembangan selanjutnya.
Im Tay Seng yang tahu benar Lim Tiang Hong dengan suka rela mengundurkan diri, merasa lega juga dalam hati. Setelah keluarkan dahan napas panjang, kakinya menindak ke depan dua langkah, dengan sorot mata buaja ditatapnya Hong-gwat Kongcu dan katanya: "Maling cabul! Sekarang apa mau kau kata?"
Hong-gwat Kongsu berdiri tegak di dalam kurungan orang2 Thian-cu-kauw itu. Dengan sikap tenang juga menjawab pertanyaan Kauwcu muda itu.
"Perbuatan Kongcumu selamanya tidak pernah tidak adil. Apa yang kulakukan kepada adikmu, serupa juga dengan apa yang pernah kau perbuat kepada orang perempuan lain. Supaya kau sebagai saudara tua, adikmu yang manis itu diperbuat tidak pantas, juga merasakan perbuatan semacam itu patut atau tidak. Aku baru berbuat begitu. Umpama kata kau sendiri mengotori tubuh encie angkatku, akupun bisa memperkosa adikmu. Balas membalas, sudah merupakan perbuatan yang wajar. Sekarang kau tanya padaku aku harus berbuat. Bagaimana misalnya, ha, ha.... tanya dulu kepada dirimu sendiri!"
Sangat gusar sekali tentunya Im Tay Seng mendengar kata-kata Hong-gwat Kongcu tadi. Badannya nampak gemetaran menahan amarah. "Jahanam!" bentaknya "Hari ini kalau aku tidak mampu bunuh kau si hidung belang aku sumpah tidak mau jadi orang!"
"Sombong sekali kau berkata begitu tidak punya malu, kepada siapa kau ucapkan" Dengan terus terang kuberitahukan: Selembar jiwamu, kau si orang she Im, sudah kucatat dalam buku matiku. Cepat atau lambat kau bisa jadi setan gorokan pedang Kongcumu!"
Im Tay Seng menggeram kuat, lakunya bagai orang kalap waktu dia lompat menerjang Hong-gwat Kongcu.
Begitu Im Tay Seng bergerak, dikalangan itu lalu terdengar suara geraman atau bentakan ber-sahut2an. Orang2 Thian-cu-kauw yang sudah sejak tadi mengepung dua orang di dalam kurungan mereka, juga sudah lantas turun tangan mengeroyok Hong-gwat Kongcu, hingga buat sesaat nampak Kongcu itu seperti berada dalam gulungan angin puyuh.
.Namun Hong-gwat Kongcu yang meski dikeroyok orang banyak, tidak merasa kecil hati, malah menantang Im Tay Seng sambi ketawa ber-gelak2: "Bagus! Im Tay Seng sekalian, inilah baru yang dinamakan pertempuran yang cukup berarti"
Dan ia segera melakukan serangan sekali, hingga sebentar kemudian diantara bergeraknya bayangan orang2 itu, terlihat sesosok bayangan yang beterbangan naik dan turun. Pakaian Hong-gwat Kongcu yang sangat mewah dan menterang, dibawah sinar matahari merupakan suatu pemandangan yang indah.
Perhubungan antara Lim Tiang Hong dan Honggwat Kongcu sesungguhnya ganjil sekali. Mereka boleh dikata kawan, tapi boleh juga dibilang dua anak muda itu lawannya tetapi Lim Tiang Hong yang melihat begitu banyak orang mengepung seseorang, alisnya mengkerut. Dia gusar.
Namun karena memikir bahwa itu adalah urusan pribadi rumah tangga orang lain, ia tidak lekas berani turun tangan. Apapula orang2 kang-ouw umumnya membenci maling2 cabul yang suka mencemarkan kesucian wanita dari orang baik2.
Tindakan Hong-gwat Kongcu sendiri, meskipun sebagai tindakan pembalasan, namun tindakan demikian itu agaknya dikatakan keterlaluan.
Telah beberapa kali dikerahkannya tenaga dalamnya, ingin memberikan tenaganya, tetapi akhirnya tidak jadi dan tidak jadi juga.
Pada saat itulah keadaan pertempuran makin seru. Kepandaian dan kekuatan Hong-gwat Kongcu yang masih kalah setingkat dari Lim Tiang Hong, setelah dikepung dan diserang, dengan cara demikian, rupa2nya sudah mulai keteter. Dalam gelisahnya Kongcu ini lalu menghunus pedangnya. Dengan pedang itu, beruntun beberapa kali dia melancarkan serangan mematikan, hingga orang2 yang tadi begitu mendesak kelihatan sudah balik terdesak mundur.
Menggunakan kesempatan itu, Hong-gwat Kongcu mendadak tarik kembali serangannya dan berkata sambil ketawa ber-gelak2 "Apa kalian mau lakukan pertempuran secara berar2an". Bagus sekali"
Selanjutnya lantas terdengar siulan panjang.
Siulan itu dikeluarkan oleh si Kongcu dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam, sehingga berkumandang lama disekitar rimba.
Selang tak lama orang2 Thian-cu-kauw itu nampak menghunus senjata mereka masing2 dan sudah maju menyerang lagi, sedang Im Tay Seng lantas berkata sambil ketawa dingin: "Hari ini sekalipun Tho-hoa-Tocu datang sendiri kemari, Kaucu mudamu juga tidak akan melepaskan kau begitu saja!"
"Iparku yang baik, apa kau mampu berbuat begitu?" demikian Hong-gwat Kongcu mengejek dan tertawa.
Tiba2 dari jauh terdengar suara mengaung yang amat nyaring. Suara itu berkumandang lama diudara, sampai tempat itu seperti tergetar.
Orang Thian-cu-kauw mengeroyok Hong-gwat Kongcu, pada terperanjat. Dan tepat saat itulah dari jauh terdengar suara orang berkata: "Sahabat! Kalian seharusnya juga mencari tahu lebih dulu apa orang2 dari Tho-hoa-to boleh dihina dengan gampang?"
Suara itu terdengar tidak lama, lalu muncul seorang gemuk dengan membawa perutnya yang gendut dan kepalanya botak dan berewok disekitar mulut bagian bawah yang begitu lebat.
Dibelakang orang gemuk itu ada delapan laki2 yang sama berpakaian perlente, sehingga kedatangan orang itu se-olah2 sembilan batang anak panah yang melayang turun dari udara. Dalam waktu sakejapan sudah turun ke tengah2 kalangan. Si gemuk kepala botak yang berewokan itu, dengan sinar mata yang tajam menyapu wajah orang2 Thian-cu-kauw sejenak, kemudian ketawa dan bertanya kepada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit! Darimana segala kawanan kurcaci ini?"
"Mereka ada orang orangnya Thian-cu-kauw"
Si gemuk itu sambil kedua tangannya mendekap perutnya yang gendut telah ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Sudah lama kudengar d daerah Tiong-goan ada satu perkumpulan yang bernama Thiancu-kauw yang kabarnya niat ingin menyagoi dunia kangouw. Aku si Phoan-sian (Dewa Gemuk) Oey Kauw hari ini sungguh kenyang mataku melibat orang orang Thian-cukauw. Tapi entahlah kepandaian Thian-cu-kauw itu sampai berani berani malang melintang begitu rupa?"
Im Tay Seng meskipun sudah lama berkelana didunia kang-ouw, tetapi biar bagaimana usianya masih terlalu muda. Banyak hal yang tidak diketahui dengan jelas. Tidak demikian halnya dengan Bin-hoan-siu dan Hek-sa Tancu Bun Hiong serta Tee-im Tancu, U-bun Som, ketika mendengar nama itu bukan kepalang kaget mereka.
Orang orang tersebut yang merupakan jago jago kang-ouw kawakan sudah lama mendengar nama Dewa Gemuk Oey Kauw itu.
Dialah salah seorang terkuat dari empat pahlawannya Tho-hoa Tocu yang masing mendapat gelar Dewa.
Tinggi kepandaian silatnya hanya berada di bawahan sang tocu.
Siapa tahu hari itu mendadak Dewa Gemuk ini bisa munculkan diri didaerah Tiong-goan. Mungkin persoalan disitu tidak mudah2 dapat dibereskan.
Im Tay Seng tidak mengetahui tinggi gunung dalam laut, lantas menjawab dengan suara tawar: "Apanya Tho hoa-to yang perlu dibanggakan" Hmm! Tidak lain cuma orang2 cabul yang gemar pipi licin melulu!"
Mendengar pernyataan2 Im Tay Seng, tentu saja si Dewa Gemuk gusar sekali, urat2 di pipinya tampak menonjol. Dengan suara keras berteriak: "Berani kau menghina nama baik Tho hoa-to"! Sekarang biar kubekap bacotmu"
Tangannya lalu dikebaskan, dengan tangan yang lainnya dikeluarkan serangannya.
Dewa Gemuk itu sudah lama terkenal karena kekuatan tenaga dalamnya. Dan kali ini dia turun tangan, justru sedang murkanya. Sudah dengan sendirinya tenaga yang dikeluarkan lebih dari biasa.
Im Tay Seng dikejutkan sangat, cepat2 lompat menyingkirkan diri berseru sambil menu ding Hong-gwat Kongcu. "Dia sudah mengotorkan badan adikku Im-san Mo-lie! Apa perbuatan seperti itu boleh dibiarkan begitu saja" Hari ini jikalau Tho-hoa-to tidak berikan kepada Thian-cu-kauw akan tumplekkan semua kekuatannya buat adu nyawa sampai pada tetesan darah terakhir dengan kalian orang2 Tho-hoa-to!"
Si Dewa Gemuk itu merasa ter-heran2 mendengar perkataan ketua muda Thian-cu-kauw itu. Ia tahu benar yang Hong-gwat Kongcu. Meski adatnya begitu ugal2an dengan sikapnya yang romantik selaiu, tapi belum pernah didengarnya Kongcunya itu melakukan perbuatan sebagai pemuda2 pemogoran. Maka ia jadi bingung sendiri, lalu berpaling dan menanya ke pada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit, apa benar katanya?".
Hong-gwat Kongcu menengadahkan kepalanya, dengan suara dingin berkata: "Katanya sedikitpun tidak salah! Karena dia telah merusak kesucian enci angkatku, sudah tentu aku balaskan itu kepada adik perempuannya, bahkan akan sekalian minta bunganya!"
Sengit sekali kedengaran kata2 Hong-gwat Kongcu, membuat Dewa Gemuk sebagai orang jujur, tidak membenarkan tindakan Kongcu merangkap keponakan muridnya itu. Maka lantas berkata padanya: "Hiantit, kau seharusnya tidak mesti berbuat begitu"
Tetapi Hong-gwat Kongcu yang keras adatnya malah tertawa gelak2 dan katanya: "Aku kan sudah berbuat" Perlu apa diributkan" Maksudku supaya dia bisa rasakan sendiri bagaimana kalau keluarga perempuannya dipermainkan orang luar!"
.Im Thay Seng saat itu dalam hati merasa cemas bercampur gusar. Diam diam dia melihat keadaan dari dua pihak, pihaknya dan pihak Tho-hoa-to.
Dia merasa, pihak Thian-cuk-kauw belum cukup kuat. Seandainya nanti terjadi pertumpahan darah benar2 tentu pihak sendiri tidak akan merebut kemenangan. Begitulah dengan diam2 pula diberikannya isyarat mata kepada Hek-sa Tancu. Sedang buat ulur waktunya tadi dia pura2 bertanya: "Kau begitu tidak punya malu! Tidak nanti Thian-cu-kauw akan lepaskan kau begitu saja"
Hong-gwat Kongcu lalu putar2 pedangnya hingga berbunyi mengaung, berkata sambil ketawa lebar:"Omong banyak tak berguna! Kau mau cara tempur satu lawan satu atau secara keroyokan seperti tadi" Kalau laki2 sejati, lawanlah aku satu lawan satu!"
Lim Tiang Hong sementara itu terus berdiam diri sebagai penonton. Terhadap urusan yang sedang mereka perbincangkan, baginya dirasakan sulit buat bertindak, se-akan2 merasa pula tiada punya kemampuhan guna jadi penengah. Kalau didengar dari perkataan Hong-gwat Kongcu yang terlalu sombong, terang hatinya sekeras itu tidak mengasih. Tetapi kalau mengingat kepada Im-san Mo-lie, yang pernah mengikat sumpah angkat saudara dengannya, sekalipun encie angkat itulah pembunuh Hong-lim Cun-loan dan juga ingin membunuh perempuan itu, tetapi mengingat bahwa gadis tersebut dihilangkan perawannya oleh pemuda lain, dalam hati merasa malu sendiri.
Perasaan gusar segera timbul dalam hatinya. Waktu itulah dia ikut campur mulut, berkata kepada Hong-gwat Kongcu: "Hong-gwat Kongcu, dalam hal ini kaulah yang berbuat salah. Aku sekarang ingin minta padamu pertanggungan-jawab perbuatanmu itu"
Penyataan Lim Tiang Hong itu diluar dugaan siapapun. Pemuda yang sedari tadi nampak tenang2 saja, dengan tiba2 menyalahkan dirinya, menjadikan Hong-gwat Kongcu terkejut. "Saudara Lim, apa maksud ucapanmu?"
"Dalam hal ini kaulah yang bersalah, maka aku minta kau bertanggung jawab dan kawinilah Im-san Molie".
Hong-gwat Kongcu berulah mengerti akan maksud Lim Tiang Hong, tiba2 ia tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Saudara Lim, pikiranmu terlalu cetek dalam peristiwa seperti ini! Apa main2 dongan seorang perempuan semacam dia itu juga harus perlu bertanggung jawab segala" Lagi pun perbuatanku itu se-mata2 buat balaskan sakit hati encie angkatku!"
Tetapi Lim Tiang Hong seperti tidak mau mengerti, berkata dengan suara tandas: "Im-san Mo-lie betul sudah menempuh jalan sesat, tapi dia sama sekali tidak melakukan dosa terhadapmu! Lagipun dia bukan perempuan pelacur. Sekarang sudah kau rusak kehormatannya, aku sebagai adik angkatnya minta kau bertanggung jawab sepenuhnya!"
"Jikalau sekiranya aku kata tidak mau?" demikian Hong-gwat Kongcu, berkata demikin sambil tertawa tergelak2.
"To-liong Kongcu tidak akan kenal dia sahabat bagiku!"
"Kalau begitu kau ingin bantu pihak Thian-cukauw?"
"Aku Lim Tiang Hong melulu bicarakan soal keadilan dengan kebenaran, pihak manapun dia yang salah tetap salah!"
."Kau harus tahu pertandingan antara kita sama kita, masih akan berlangsung satu tahun lagi!"
Hong-gwat Kongcu kelihatannya makin jeri terhadap Lim Tiang Hong, seperti tidak suka menghadapi pemuda she Lim itu waktu itu. Tetapi Lim Tiang Kong malah mendesak terus: "Urusan hari ini ada kecualian" Hari ini kalau tidak dibereskan secara baik2, aku si orang she Lim tidak akan lepas tangan!"
Desakan ini membuat Hong-gwat Kongcu merengut, wajahnya berubah. Sambil menengadah dia berkata: "Begitupun baik! Hari ini kita bertempur sampai salah satu mati...."
Pada saat itu tiba2 terdengar perkataan si Dewa Gemuk yang seperti geledek: "Kau siapa" Berani2 mencampuri urusan orang lain" Lekas enyah dari sini!"
Kata2nya itu dibarengi dengan serangan tangannya.
Sambaran angin hebat menggulung seputar tempat Lim Tiang Hong berdiri.
Lim Tiang Hong tidak terlalu kaget, tapi tidak urung alisnya berjengit. "Tidak perlu kau ikut campur!" katanya.
Dia seperti tidak perdulikan siapa yang bicara itu, hanya targannya yang mengebut ke belakang buat singkirkan serangan si Dewa Gemuk tadi.
Setelah terdengar suara benturan nyaring, si Dewa Pemuk nampak mundur tiga langkah, sambil memegangi perutnya yung gendut itu, sedang Lim Tiang Hong sendiri meski melangkah dua tindak kebelakang kalau masih bisa terus pertahankan dirinya dapat terus menginjak tanah.
Si Dewa Gemuk itu biasanya jarang sekali mendapat kekalahan. Sungguh tak akan disangkanya hari itu dipecundangi seorang anak muda yang masih belum lagi diketahui namanya. Tentu saja berewoknya yang lebat menutupi hidung berdiri semua, kepalanya yang botak kelimis kelihatan seperti keluar uap. Sambil menggeram hebat dia akan menerjang Lim Tiang Hong, tetapi sudah keburu dicegah Hong-gwat Kongcu, dikatakan oleh Kongcu ini "Phoan-siok, kau boleh mundur dulu. Dalam hal ini cuma kita berdua yang bisa bereskan, tidak perlu kau turut campur"
Perkataan Hong-gwat Kongcu itu meskipun diucapkan dengan sikap merendah, tetapi tetap adalah perintah. Si Dewa Gemuk rupanya tidak berani berbantahan dengan dia, lalu mundur.
Lim Tiang Hong melihat si Dewa Gemuk mundur, tetapi tidak hilang gusarnya. Dengan cepat dia menerjang ke depan, dipentangnya kelima jari tangannya, menyekal pergelangan tangan Hong-gwat Kongcu!
Hong-gwat Kongcu yang masih malayani si Dewa Gemuk bicara, matanya tetap waspada. Begitu melihat Lim Tiang Hong telah gerakkan pundak, diapun sudah lekas geser kakinya dengan cepat lompat ke samping.
Gerak tipu Khim-liong Pat-jiauw yang dilancarkan Lim Tiang Hong tadi, baru kali inilah menemui kegagalan. Dia tidak berhasil menjambret pergelangan tangan Kongcu perlente itu, tentu saja semakin gusar. Dikeluarkan lagi serangan2 susulan, begitu cepat hingga dalam waktu sekejap itu telah sebelas kali serangan beruntun dilontarkan kedepan! Benar2 hebat luar biasa!
Hong-gwat Kongcu sesungguhnya tidak akan menyangka kalau kesudahan percecokan tadi harus diakhiri dengan pertempuran melawan Lim Tiang Hong yang diseganinya.
Melihat betapa hebat setiap serangan yang dikeluarkan Lim Tiang Hong, hatinya merasa giris, tetapi mau tidak mau bukankah dia sedang berhadapan dengan orang yang ditantangnya"
Ilmu silat Lim Tiang Hong dasarnya lebih tinggi, apalagi tadi dia mengadakan penyarangan lebih dulu, maka Hong-gwat Kongcu tidak mempunyai kesempatan buat balas menyerang, terus mundur dan mundur saja. Benar bahaya keadaan Kongcu perlente ini.
Dewa Gemuk sudah pelembungkan perut gendutnya, dan kelihatan se-akan2 hendak menerjang karena ia sudah pada meloloskan pedang mereka dan menghampiri Lim Tiang Hong.
Pada saat itulah mendadak Im Tay Seng menghunus pedangnya dan merintangi Dewa Gemuk yang hendak maju. Dengan suara hambar katanya: "Bagaimana" Kalian niat bertempur dalam kelompok2?"
Melihat Im Tay Seng bergerak, sudah barang tentu anak buah Kauwcu muda terus menghunus senjata masing2 hingga suasana tegang seketika meliputi tempat tersebut.
.Dibawah teriknya matahari siang itu, terlihat lebih menyolok gemerlapannya pantulan senjata tajam.
Orang2 dari dua pihak itu, jaraknya makin lama makin dekat rupanya pertempuran mati2an secara berkelompok sudah tak dapat dielakkan lagi.
Diluar rimba mendadak terdengar suara orang berkata yang nyaring suaranya dan gugup lagi dia mengucapkan "Jangan berkelahi! Semua orang berhenti!"
Seorang perempuan muda yang rambutnya riap2an dengan keringat mengucur deras nampak ber-lari2 menuju ke tempat dimana Lim Tiang Hong dan Honggwat Kongcu yang sudah bertempur sedang mencapai tingkatnya yang tertegang.
Kedatangan perempuan muda itu yang se-akan2 bagai tidak menghiraukan jiwa sendiri, barang tentu mengejutkan Lim Tiang Hong. Pemuda ini baru tarik kembali serangannya dan secepat kilat melompat muudur.
Hong-gwat Kongcu pun demikian pula segera kendorkan gerakannya. Dan tatkala dibentangkan matanya buat melihat, perempuan muda itu ternyata bukan lain dari pada Im-san Mo-lie sendiri!
.Dia bagaimana tidak terkejut, disambutnya kedatangan perempuan itu dengan angkat muka sebagai dia tidak mengetahui atau tidak mau tahu ada orang lain datang.
Im-san Mo-lie nampaknya sangat letih sekali. Sesampainya dia ditengah kalangan, napasnya sudah memburu keras. Oleh karenanya, bagai tidak terlihat sikap Hong-gwat Kongcu itu. Hanya menghampiri Lim Siang Hong terus, seraya katanya: "Engko Seng mari kuperkenalkan kau kepada...."
Mendadak dia seperti dapatkan keganjilan apa apa, pemuda yang sedang dihadapinya itu bukanlah Im Tay Seng seperti apa yang disangkanya semula, maka wajahnya sagera berubah ketakutan, katanya: "Kau....!?"
Sikapnya yang menandakan bahwa dta kaget sekali, takut bukan main dan gugup sedemikian rupa, membuat Lim Tiang Hong mau tidak mau merasa kasihan juga terhadapnya. Sebetulnyalah serta dilihatnya wajah Imsan Mo-lie kali itu, bagai berbayang bayang kembali paras ibunya Lok-hee Hujin. Betapa benci sekalipun Lim Tiang Hong kepada Im-san Mo-lie, namun dalam keadaan serupa itu perasaan bencinya meluap2 mendadak hilang sama sekali.
"Benar... ini aku sendiri!... Kau sudah ber-kali membunuh, sudah sepatutnya kalau orang yang berdosa begitu besar mati. Tapi kali ini aku si orang she Lim sebaliknya bermaksud ingin membela kepentinganmu dan menuntut kepada Hong-gwat Kongcu atas perbuatannya itu kepadamu!"
Im-san Mo-lie nampak kebingungan, nampak mulutnya berkemak kemik, seolah-olah berkata: "Dia akan membela aku...?"
Dia lalu menarik ujung baju Hong-gwat Kongcu, dengan suara perlahan katanya: "Mengapa kalian mau berantam disini?"
Hong-gwat Kongcu kebaskan bajunya yang dipegang. Dengan suara tawar berkata: "Menyingkir, kau budak hina tak bermalu! Siapa sudi mengenal kau"!"
Perubahan sikap yang tidak sewajarnya yang dipertunjukkan Kongcu perlente itu kepadanya, betul2 mengejutkan Im-san Mo-lie ini. Dia seperti ingat baik, yang selang belum lama dalam perkenalannya yang tidak disengaja dengan Kongcu yang cakap tampan serta romantis itu dalam rupa sebagai sepasang merpati berkelana dikalangan kang-ouw dan satu sama lain telah memutuskan hari perkawinannya....
Im-san Mo-lie merasa hatinya benar2 runtuh dibawah pengaruh ketampanan dan kecerdasan Honggwat Kongcu. Boleh dikatalah apa yang diingininya sudah berada dalam diri pemuda perlente itu, maka tanpa ragu2 lagi lalu pasrahkan dirinya buat diapakanpun oleh itu Kongcu perlente yang berada dihadapannya itu. Sampai2 keperawanannya yang paling amat dihargakan oleh kaum Hawa, telah diberikan sekalian. Tapi sungguh tidak dinyana sikap Hong-gwat Kongcu kali itu. Hampir dia mengira matanya kesalahan lihat orang. Tetapi manakala di-amat2inya sekali lagi, tiada salahlah dia Hong-gwat Kongcu!
Seketika itu perempuran muda ini jadi gusar. Badannya yang sementara itu membuat suaranya yang keluar juga tergetar: "Kau.... Kau.....!" Dan menangislah dia ter-sedu2.
Hong-gwat Kongcu bagai tak tergerak hatinya sedikitpun. Sambil tertawa ber-gelak2 katanya: "Dari kau, manis, aku sudah dapatkan madunya. Aku sebagai kumbangnya, akan terbang se-jauh2nya ke bunga lain! Kumbang ini tidak akan mencari bunga yang sudah layu. Kalau kau mau tanya kenapa aku berbuat begitu, tanyalah kepada engkomu yang manis itu!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap demikian mengharukan perempuan muda itu, yang telah menjadi korban cintanya sendiri yang buta, menimbulkan perasaan kasihannya. Dari rasa terharunya demikian, lantas timbul rasa gusarnya. "Kau pengecut!" serunya. "Hari ini aku mau ambil jiwamu!"
Dan dia lompat, diterjangnya Hong-gwat Kongcu.
Mendadak terdengar seruan Im-san Mo-lie yang masih mengembang air mala: "Jangan!"
Dengan cepat perempuran muda ini sudah berada dihadapan Hong-gwat Kongcu. Dia hanya ingin melindungi pemuda idam2annya itu hingga terlupa sama sekali bahwa dengan begitu bahaya jadi mengancam badannya. Karena Lim Tiang Hong yang bagai telah kalap menyerang, sekalipun sepuluh Im-san Mo-lie menghadang didepan Hong-gwat Kongcu pasti akan binasa semua.
.Untunglah Lim Tiang Hong lekas juga dapat kendurkan tangannya. Begitu lekas dilihatnya Im-san Molie menghadang-menghalangi, buru2 ditariknya serangannya.
Tetapi sebagian angin tenaganya yang telah meluncur keluar, membuat tempat sejarak kira2 tujuh kaki disamping kiri dimana Im-san Mo-lie masih berdiri bengong, telah terjadi lubang yang dalam!
Sementara itu Hong-gwat Kongcu masih terlihat berdiri dengan sikap dingin, sikapnya sedikitpun tiada berubah. Dan Im-san Mo-lie sendiri, se-olah2 juga sudah menganggap tidak pernah ada kejadian hebat apapun, lantas menubruk ke pelukan Hong-gwat Kongcu sambil menangis meng-gerung": "Karena urusan apa, kau jadi begini kejam kepadaku" Katakanlan, katakan!"
Hong-gwat Kongcu mendorong Im-san Mo-lie dari pelukannya dengan sikap kasar sekali katanya: "Minggir! Sedikitpun tidak bisa berubah pikiranku! Cuma kau yang bodoh! Tolol! Kau mau tahu" Engkomu sudah menodai badan encie angkatku seperti juga aku merusak kehormatanmu!"
Im-san Mo-lie pada saat itu seperti baru mengerti dengan persoalan disekitar dirinya, mendadak mendekap mukanya dan berseru: "Oh ibu!"
Dengan cepat dia lari ke dalam rimba se-olah2 sudah kalap benar2 dia kala itu.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian itu, tergerak pikirannya. Sebetulnya niatnya akan mengadakan perhitungan tegas kepada Hong-gwat Kongcu. Akan tetapi, demi dilihatnya sikap serta perbuatan Im-san Mo-lie tadi yang begitu ber-sungguh2 membela keselamatan Hong-gwat Kongcu, lalu anggapnya tidak perlulah turut campur tangan lagi, cuma bisa mengawasi perempuan muda itu berlalu sambil mengelah napas panjang.
Sewaktu Im-san Mo-lie tepat baru masuk ke dalam rimba, dari rimba situ pula tiba2 muncul seseorang tua yang memperlihatkan roman gusar. Dengan suara keras membentak: "Bocah! Berani kau mempermainkan keponakan perempuanku"! Jikalau aku Bi-ma Thian-kauw tidak becus memberi hajaran kepadamu itu boleh dianggap tidak ada keadilan lagi!"
Wakil ketua perkumpulan Thian-cu-kauw itu terang sudah tidak dapat mengendalikan perasaan hatinya lagi. Dari dalam rimba dia lompat melesat cepat sekali, terus menyerbu ke arah Hong-gwat Kongcu. Belum lagi orangnya tiba sambaran angin tangannya sudah meluncur ke depan lebih dulu.
Sambaran tangan yang mengandung hawa dingin itu se-olah2 angin puyuh menggulung disekitar Honggwat Kongcu.
Mendadak di dalam kalangan terdengar suara bentakan, lalu timbul kabut warna kuning yang menyambungi angin serangan Bi-ma Thian-kauw tadi.
Sebentar kemudian Bi-ma Thian-kauw dan kabut warna kuning itu ke-dua2nya nampak melayang turun kebawah, hingga yang seperti kabut kuning itu, yang ternyata adalah badan si Dewa Gemuk, turun terus kebawah.
Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu hari itu agaknya sudah terlampau amat gusarnya. Wajahnya memperlihatkan napsunya yang besar ingin membunuh, dengan suara keras bentaknya: "Kau berani!! Siapa menghalang dia harus lebih dulu mampus!!"
Badannya nampak melompat ke atas lagi, tangannya melancarkan serangan sampai delapan kali beruntun.
Si Dewa Gemuk yang tadi sudah dipukul mundur oleh Lim Tiang Hong, dalam hatinya sebenarnya masih merasa penasaran yang belum dapat dilampiaskan semuanya. Tentu saja menemukan sasaran baru, lantas ingin mengumbar habis nafsunya itu. Sambil tepuk perut gendutnya, Dewa Gemuk ini berkata: "Kau ingin berkelahi" Itulah yang kuharapkan sekali".
Sepasang tangannya lalu digerakkan cepat laksana angin, disambutnya serangan2 beruntun Beng Sie Kiu tadi.
Dan selanjutnya dia sudah balas menyerang sampai tiga kali.
Si Dewa Gemuk ini karena badannya terlalu terokmok, pada setiap kali gerakannya selalu dikeluarkan cara keras buat lawan keras. Dia tidak dapat menggunakan kelincahan meloncat kesana kemari.
Beng Sie Kiu sebagai orang Kangouw kawakan yang ulung sekali, lantas mengetahui bahwa kekuatan sendiri masih belum dapat menempil kekerasan Dewa Gemuk itu. Maka dari pertempuran keras lawan keras, ia lantas robah siasat, menggunakan kelincahan badannya, dia bermaksud akan mengimbangi kekurangan tenaganya.
Dengan demikian jadi lebih seru kelihatan kedua orang itu bertempur, seperti dua lawanan yang mempunyai kelihatan berimbang,
Hong-gwat Kongcu yang sudah diserang ber-ulang2 oleh Lim Tiang Hong, ditambah pula mendapat maki2an dari Beng Sie Kiu, jadi lebih gusar. Dihunusnya kembali pedangnya ditudingkan kehidung Im Tay Seng seraya katanya: "Kongcumu sebetulnya masih ingin supaya kau hidup berapa hari lagi. Tapi sekarang ternyata tidak ada jalan yang akan membuka kesempatan buat hidup!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan pedangnya yang membabat ketubuh Im Tay Seng
Orang2 Thian-cu-kauw yang saat itu kelihatan bersemangat dengan roman mereka yang buas2, sewaktu melihat Hong-gwat Kongcu bergerak, segera turun tangan membantui Im Tay Seng
Delapan laki2 perlente sudah tentu tidak mau peluk tangan terus melihat kejadian demikian, juga terus menyerbu ke dalam kalangan, menyambuti orang2 Thian-cu-kauw.
Sebentar kemudian dalam kalangan terjadi suatu pemandangan yang tegang, sengit sekali orang2 itu saling tarung.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan dua pihak itu sudah mulai bergerak, lalu geser kakinya buat mundur sampai sejauh dua tombak lebih. Dia hanya berdiri sebagai penonton, tidak mau lagi terlibat dalam kancah pertempuran itu. Hakekatnya dia merasa tidak perlulah turut campur tangan. Sebabnya, Meskipun Thian-cukauw adalah satu perkumpulan yang dibentuk oleh orang2 dari golongan sesat, biar dengan mereka dia merasa bermusuh keras, akan tetapi dalam urusan yang masih hangat itu tidak salahlah kiranya pihak Thian-cukauw itu. Sebaliknya apabila Tho-hoa-to dibantunya bukankah sama artinya dengan dia membiarkan perbuatan cabul dari orang2 rusak yang mencemarkan orang baik2"
.Mari kita tengok Hong-gwat Kongcu.
Kongcu perlente ini sebetulnya bukanlah pemuda gadungan yang sebenarnya. Sebab maksudnya dalam hal itu, semata buat penuntutan balas sakit hati encie angkatnya yang pun dirusak kehormatannya oleh Im Tay Sang.
Sementara itu pertempuran kedua pihak nampak kian lama kian sengit, suara jeritan ngeri sebentar2 terdengar menusuk telinga darah merah nampak berceceran d tanah.
Orang2 Thian-cu-kauw meskipun berjumlah banyak, tetapi korban dari mereka juga banyak.
Bi-ma Thian-kauw Beng Sie Kiu yang melayani Dewa Gemuk, sudah bertarung seratus jurus lebih, tetapi kelihatan bagai masih berimbang. Sedang pedang Honggwat Kongcu Kongcu masih tetap bagai melibat pinggang Im Tay Seng si ketua muda. Hingga jikalau tidak ada Hok-sa Tancu dan Tee-im Tancu di situ, yang membantu pada Kauwcu muda mereka, terang dia sudah siang2 mati dalam ancaman ujung pedang Hong-gwat Kongcu yang demikian gencar dan hebat.
Delapan pengawal Hong-gwat Kongcu, kini tinggal lima orang lagi yang masih memberi perlawanan. Tetapi dipihak Thian-cu kauw, yang terluka maupun yang gugur, sedikitnya sudah adalah kalau dibilang duapuluh.
.1329 Namun demikian, kedua pihak kelihatan bagai telah sama kalapnya, sama sengitnya sehingga satu dengan lainnya tidak ada yang kelihatan mau mengalah atau mundur.
Hong-gwat Kongcu yang kelihatan begitu bagus memainkan gerak pedangnya, lama belum kelihatan menjatuhkan tiga orang lawannya. Dalam hati sebetulnya dia telah cemas sekali, sebab apabila pertempuran dilangsungkan terus secara demikian, yang rugi pasti adalah pihaknya sendiri. Dia mencari akal.
Mendadak dirubahnya gerak2 tipu permainan senjatanya. Pedang diputar iaksana angin, ujung pedang berkelebatan kesana kemari.
Dan tak lama kemudian, terdengar satu suara jeritan....
Tangan kanan Hek-sa Tancu berikut goloknya yang tebal terpapas dan terbang ketengah udara.
Im Tay Seng gugup, gerakannya sedikit lambat. Sedang sementara pedang Hong-gwat Kongcu yang masih bagai bianglah ber-kibar2 sudah akan mampir dipinggang ketua muda Thian cu-kauw itu. Nampaknya Kauwcu muda ini sudah akan gugur dalam tikaman pedang Hong-gwat Kongcu....
Dalam keadaan amat kritis itu mendadak terlihat sesosok bayangan meluncur turun dari tengah udara....
Hong-gwat Kongcu terkejut melihat kecepatan meluncur orang itu, buru2 lompat ke belakang sampai delapan kaki. Juga ditariknya serangannya sekalian.
Dan orang itu berdiri tegak ditengah kalangan, dialah bukan lain melainkan Lim Tiang Hong alias Toliong Kongcu sendiri.
Hong twat Kongcu dengan suara aseran berseru: "Saudara Lim, apa kau kembali ingin memihak Thian-cukauw?"
Lim Tiang Kong tidak menjawab, hanya sedikit mesem2 kecut.
Mendadak dia maju dua langkah dan menyerukan orang2 yang sedang bertempur: "Tahan semua!"
Orang2 dari dua pihak yang masih sengit bertarung, sewaktu dengar suara bagai geledek ini, terang terkejut semua. Dalam kagetnya mereka semua telah hentikan gerakan masing-masing
Sementara itu Lim Tiang Hong berteriak pula kuat kuat "Semua dari dua pihak berhenti! Aku ingin bicara!"
Orang2 dalam kalangan itu, sebagian besar mengetahui yang pemuda tersebut terlalu tinggi sekali kepandaiannya bagi mereka. Sampai2 sekalipun si Dewa Gemuk yang baru untuk pertama kalinya kebentur dengannya, adu kekuatan tadi, pun seperti telah maklum bahwa pemuda tersebut bukanlah lawan yang mudah digulingkan. Waktu itu, ketika melihat kembali si pemuda perlihatkan diri dan hentikan pertempuran, lalu memandang tajam, agaknya ingin lekas mengetahui apa yang akan diucapkan oleh Lim Tiang Hong.
Pemuda kosen kita melihat orang orang yang bertempur berhenti semua, lalu berkata dengan suaranya yang nyaring: "Mengenai urusan hari ini siapa yang benar serta siapa pula yang salah belum dapat diputuskan olehku. Tetapi aku si orang she Lim tiada menginginkan pertempuran dilanjutkan terus! Karena aku sudah melihat akhir pertempuran pasti akan membawa korban besar buat kedua pihak. Maka aku rasa tidak perlu sampai mati-matian, berhenti sajalah!"
Pada saat itu, jikalau pertempuran dapat berhenti tiba-tiba buat pihak Thian-cu-kauw sudah tentu merupakan kesempatan terbaik Tetapi bagi pihak Tho
.1332 hoa-to tidak menyukai keputusan itu mengetahui kemenangan sudah akan didapat oleh mereka lalu dihentikan secara tiba2 oleh Lim Tiang Hong, maka hampir semua memperlihatkan parasaan tidak puas.
Si Dewa Gemuk lantas pelembungkan perutnya yang gendut itu, serta katanya "Enak sekali kedengaran bicaramu! Eh! Di dalam dunia dimana ada urusan besar yang begitu gampang dibereskan" Buat kami orang orang Tho-hoa-to, jikalau sudah inginkan pertempuran, pertempuran itu harus diputuskan dulu dengan kemenangan atau kekalahan mutlak! Lebih2 lagi bicakok2 Thian-cu-kauw begitu berani menantang Thohoa-to, lebih tidak bisa dibiarkan satu orang Thian-cukauw kembali dalam keadaan masih bernyawa!"
Lim Tiang Hong melirik ke tempat orang gemuk itu berdiri, lalu katanya setelah tersenyum ewah: "Menurut pikiranmu, tuan gemuk yang mulia, bukankah kau menolak usulku jangan diteruskan pertempuran ini?"
"Begitu memang, tidak kurang tidak lebih!" Begitulah si Dewa Gemuk menjawab, matanya dipentang lebar2.
.Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala dan tertawa ber-gelak2. Kemudian ia berkata pula: "Aku si orang she Lim jikalau mengerjakan sesuatu selamanya tidak pernah membutuhkan terima kasih dan juga akan berobah. Siapapun yang tidak mau hentikan pertempuran, biarlah cobakan saja kepandaian dia di hadapanku" Itu juga berarti, selama aku Lim Tiang Hong masih ada disini, tidak akan membiarkan kalian kedua pihak melanjutkan pertempuran ini lagi!"
Perkataan Lim Tiang Hong yang jelas berbau tantangan yang amat mencolok tentu jelas maksudnya bagi setiap orang. Begitu berwibawa hingga mau tidak mau orang tidak bisa membiarkan atau meneruskan kemauannya sendiri.
Dewa Gemuk memang beradat aseran, maka begitu mendengar kata kata tantangan Lim Tiang Hong, lalu maju setindak dan katanya: "Bocah! Kau berdiri diatas gunung besar mana sampai begitu berani menantang kami!"
Berbareng dengan itu, tangannya sudah diayun menyerang kearah dada Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong ganda ketawa dingin, dikerahkannya kekuatannya kekedua telapak tangannya dan disambutnya sekali serangan si gemuk itu.
Begitulah sebentar kemudian terdengar suara gemuruh yang menggetarkan tempat diantara berdirinya Lim Tiang Hong dan Dewa Gemuk!
Dewa Gemuk kelihatan mundur sampai dua tindak. Tetapi Lim Tiang Hong, sedikitpun kakinya tiada kelihatan bekas tergetar menandakan tertancap kuat kuat sekali kakinya di bumi.
Dewa Gemuk sebagai salah satu orang kuat dari Tho-hoa-to, sudah tentu penasaran sekali. Maju lagi dia, maksudnya akan melancarkan serangannya, tetapi Honggwat Kongcu lantas lompat didepannya dan berkata: "Phoan siok, mundurlah kau sedikit! Biarkan aku yang bertanya kepadanya"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kongcu perlente ini lalu berpaling, bertanya kepada Lim Tiang Hong dengan nadanya yang ketus: "Saudara Lim tidak inginkan kami bertempur teius, apa barangkali ada maksud dengan diam2 ingin membantu dengan pihak Im Tay Seng?"
Lim Tiang Hong unjuk senyum lebar. "Saudara jangan salah paham!" katanya membantah. "Aku si orang she Lim hanya inginkan kalian dari dua pihak tidak kucurkan darah terlalu banyak buat urusan ini. Sementara mengenai persoalanmu yang sebenarnya dengan mereka, bagaimana saja cara penyelesaiannya dan dihari kemudian akan diteruskan atau tidak, aku tidak ambil perduli lagi. Tapi hari ini, biar bagaimana aku harap sukalah kalian pandang muka Lim Tiang Hong sedikit!"
Houg-gwat Kongcu mendadak ketawa ber-ge!ak2 dan katanya: "Baiklah! Rekening ini biarlah sementara kucatat dalam buku notes ku. Dan kiranya tidak lupa kau dengan perjanjian kita tahun depan, bukan?".
Sehabis berkata demikian, Kongcu perlente ini berteriak dengan suara nyaring berwibawa: "Mundur!"
Dengan didahului oleh badannya sendiri yang bergerak duluan, seolah2 anak panah lepas dari busurnya, seketika itu juga menghilang dirimba situ.
Lima orang laki2 perlente Tho-hoa-to kala itu sedang berusaha mengangkati tiga kawan mereka yang terluka, sedang si Dewa Gemuk dengan hati mendongkol setelah pelototi Lim Tiang Hong sejenak, juga berlalu.
Lim Tiang Hong melihat terus sampai semua orang2 Hong-gwat Kongcu berlalu, waktu itulah dia menoleh kepada orang orang Thian-cu-kauw yang terlihat olehnya sedang menolongi kawan sendiri, sedang Bi-ma Thiankauw Beng Sie Kiu seakan-akan patung hidup nampak berdiri diam. Terang kalau saat itu dia sedang mengatur pernapasannya buat memulihkan kekuatannya.
Bagaimana dengan Im Tay Seng"
Kauwcu muda ini kelihatan amat sedih, murung wajahnya. Matanya mendelong, mulutnya menganga mengawasi orang2nya yang begitu banyak terluka.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara dengan orang-orang Thian-cu-kauw itu, hanya kepada Im Tay Seng katanya: "Hari ini kau boleh merasa bersyukur yang kau tidak sampai kehilangan nyawamu! Mengenai urusanmu yang tadi sudah kau terima baik, ingat! Jangan sekali kali kau lupakan itu! Lihat, kalau lain kali kau putar lidah lagi, Hmmm. Aku si orang she Lim tidak akan bisa beri pengampunan lagi".
Setelah berkata demikian, kakinya menotol tanah, badannya melayang tinggi setombak lebih, tiba2 menghilang di dalam rimba.
Waktu itulah dari dalam rimba mendadak melayang sesosok bayangan orang yang menyongsongnya seraya katanya demikian: "Im Tay Seng, jangan pergi dulu!". 0-0dw-kz0-0
Bab 33 LIM TIANG HONG mendadak dapat lihat berkelebatnya sinar perak, rnenyambar dihadapan matanya Segera dongakan kepalanya dan tangannya menyambar kebawah, sedangkan tubuhnya lantas lompat melesat setinggi 7-8 kaki tingginya. Setelah berputaran ditengah udara, lalu melayang turun kebawah. Selagi hendak menegur, sesosok bayangan orang sudah menerjang kehadapannya dan ujung pedangnya kembali menyambar pinggangnya.
Daya pandangan mata Lim Tiang Hong sangat tajam sekali. Biarpun sinar perak berkilauan tadi membikin kabur matanya, tapi ia masih dapat lihat
.1338 dengan tegas bahwa orang yang berada didepannya dan menyerang padanya itu adalah Henghay Kouw-loan.
Kembali melesat tinggi 5 kali, sedang, mulutnya lantas berseru: "Ada apa-apa kita boleh bicarakan secara baik2, apakah artinya dengan perbuatanmu ini?"
Dari nada suaranya itu, terang dalam hatinya anak muda itu sudah merasa agak tidak senang.
Orang yang datang dan menyerang secara mendadak itu memang benar adalah Henghay Kouwloan. Setelah mendengar teguran demikian, ia lalu tarik kembali serangan pedangnya dan lompat kesamping. Ia menghela napas panjang sambil tundukkan kepala, mulutnya membisu, tidak bisa berkata apa2.
Kini ia sudah tahu persoalannya yang menimpah atas dirinya, bahwa yang mencemarkan dirinya malam itu, menang benar adalah Im Tay Seng, maka ia mencari padanya dan hendak mengadu jiwa dengannya. Siapa nyana bahwa pemuda yang disangka Im Tay Seng itu ternyata adalah Lim Tiang Hong.
Ketika ia melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang agaknya merasa tidak senang dengan perbuatannya yang sembrono, dalam hatinya merasa tidak enak sendiri.
Lim Tiang Hong juga tahu penderitaan batin sucinya itu, barusan karena hatinya merasa mendongkol, maka menegur padanya dengan perkataan yang agak kasar, tapi kini setelah melihat keadaannya yang menyedihkan, dalam hatinya juga merasa menyesal. Cepat ia maju 2 tindak, dengan suara lemah lembut ia berkata: "Enci Kouw-loan, Urusan malam itu, aku sudah selidiki dengan jelas, benar2 adalah...."
Henghay Kouw-loan buru2 memotong: "Perkara yang sudah2, tidak perlu diungkat lagi. Ini adalah nasibku yang sudah ditakdirkan demikian. Jikalau kau masih mempunyai sedikit perasaan welas asih terhadap encimu yang bernasib malang ini, aku mengharap kau sudi menyanggupi sesuatu hal untuk aku"
"Antara kau dengan aku, hubungannya seperti saudara kandung sendiri. Asal saja aku mampu melakukan, jangan kata cuma satu hal, sekalipun 10 hal, sudah selayaknya aku sanggup bantu melakukan. Kau katakanlah saja dengan terus terang!"
Parasnya Henghay Kouw-loan segera terlintas suatu perasaan duka yang tidak terhingga, kemudian dengan paras berubah kemerah merahan menghampiri Lim Tiang Hong, dengan suara tidak lampias ia berkata: "Adik Hong, barusan kau kata, asal kau mampu, pasti menyanggupi permintaanku, bukan?"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala. Ia kira Henghay Kouw-loan minta padanya mencari jejaknya Im Tay Seng untuk diajak berhitungan.
Tidak nyana, Henghay Kouw-loan mendadak jatuhkan dirinya dalam pelukannya Lim Tiang Hong dan berkata dengan suara meratap: "Aku minta kau supaya suka mengaku terus terang dihadapan suhu, bahwa perbuatan malam itu, benar2 adalah kau yang melakukan"
Lim Tiang Hong terperanjat. "Mana boleh.....?" demikian ia menjawab.
"Kenapa tidak boleh" Jika bukan kau, apa kau kira aku mandah begitu saja" Adik Hong, aku minta tolong padamu, terimalah permintaan encimu ini!"
"Ini adalah satu hal yang tidak mungkin! Aku berani bersumpah terhadap langit dan bumi, bahwa perbuatan malam itu bukanlah aku yang melakukan"
Sebetulnya, Henghay Kouw-loan juga sudah tahu adalah Im Tay Seng yang menyaru, namun ia masih mengharap, agar Lim Tiang Hong mau mengakui. Dengan demikian baru ia tidak kehilangan muka terhadap suhunya dan orang2 dunia kang-ouw. Tapi diuar dugaan, Lim Tiang Hong tidak mau terima baik permintaannya.
"Bukankah kau tadi sudah menyatakan sendiri, asal kau mampu, kau akan sanggupi permintaanku?"
"Dalam perkara lainnya, aku boleh bantu kau sepenuh tenaga. Tapi jika kau suruh aku Lim Tiang Hong mengakui itu perbuatan terkutuk yang membikin noda nama baik leluhur ku, aku tidak sanggup"
"Apakah kau tega hati sampai encimu tidak bisa jadi orang untuk selama-lamanya?"
Lim Tiang Hong mengusap-usap rambutnya yang panjang, sambil menghela napas ia menjawab: "Soalnya bukan begitu. Segala sesuatu, yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah. Aku tidak berbuat, tapi kau paksa aku suruh mengakui, ini benar2 tidak bisa. Apalagi buat kau sendiri dalam hal itu juga bukan kemauanmu sendiri. Orang lain pasti bisa memaafkan kau, mengapa kau tidak bisa pikir panjang?"
Henghay Kouw-loan tidak bisa berkata apa2 lagi, tapi kepalanya disesapkan didadanya Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Suara tangisannya itu ada begitu menyayatkan hati, Ia telah menumplakkan semua kedukaan dan penderitaan yang selama beberapa hari ini merundung hatinya. Airmata mengucur deras, sehingga membikin basah bajunya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong gelagapan. Dengan hati cemas ia goyang2kan pundaknya Henghay Kouw-loan seraya berkata: "Enci Kouw-loan, kau jangan menangis, kita boleh berunding dengan tenang!"
Henghay Kouw-loan angkat kepalanya dan membuka matanya yang penuh air, kemudian menanya: "Kau terima baik permintaanku?"
"Tidak! bukan itu yang aku artikan, maksudku, kita harus mencari daya upaya sebaik-baiknya"
"Kau sekarang harus berkata terus terang, sebetulnya apa sebabnya kau tidak terima baik permintaanku" Apakah cela parasku yang jelek atau disebabkan kau sudah mempunyai Siauw-yan mu itu, sehingga membuang encimu?"
"Enci jangan kata sembarangan, kecantikan enci yang laksana bidadari dari kahyangan, masih sudi memandang diriku yang serendah ini. Apa yang membuat aku kurang puas" Cuma, pertama karena kau ada kau adalah suciku. Jika aku telah mencemarkan diri suci selagi suci dalam keadaan bahaya, bukankah itu berarti seperti perbuatannya seekor binatang" Dikemudian hari apa masih ada muka untuk menemui suhu dari kawan2 didunia kang-ouw" Kedua, aku sudah mempunyai tunangan, hakekatnya juga tidak dapat menerima permintaanmu itu"
Henghay Kouw-loan mendadak melepaskan diri dari pelukannya Lim Tiang Hong dan mendorongnya, lalu balikkan badannya dan berlalu, sedang mulutnya mengoceh sendirian: "Habis! Habislah semuanya! Oh! bagaimana kau nanti ada muka bertemu orang" Siapakah ayahmu....?"
Meski perkataannya itu diucapkan dengan suara demikian perlahan, sehingga hampir tidak kedengaran, tapi bagi Lim Tiang Hong yang mempunyai daya pendengaran sangat tajam, segera dapat menangkap dengan jelas semua apa yang diucapkan.
Dengan cepat ia mengejar, sambil menyambar pundaknya ia menanya dengan wajah terheran: "Apa"! Kau sudah mengandung....?"
Henghay Kouw-loan per-lahan2 hentikan tindakannya lalu anggukkan kepalanya tapi di parasnya pada saat itu, tidak mengunjukkan duka atau kesengsaraannya. Ia hanya berdiri menjublak laksana patung, sedang jawabannya juga seperti orang mengigau.
"Jika bukan karena bibit durhaka ini, di dalam dunia ini barangkali sudah tidak ada Henghay Kouw-loan lagi"
Lim Tiang Hong juga merasa sedih terharu mengenai nasib malang yang menimpa atas diri sucinya itu, tapi itu hanya merupakan suatu perasaan simpatik saja, biar bagaimana toh ia tidak bisa mengakui perbuatan dosa itu atas dirinya.
.Melihat sikapnya Henghay Kouw-loan itu, pikiran takut segera terlintas dalam otaknya. Ia tahu bahwa pada saat itu ia tidak boleh mengganggu pikirannya sang suci itu lagi, maka ia lantas menarik tangannya dan mencari, tempat yang bersih untuk berduduk, kemudian berkata padanya dengan suara lemah lembut "Enci Kouw-loan, aku merasa simpatik terhadap dirimu dan aku juga percaya bahwa Heng-thian Locianpwee bisa mengampuni kau. Kau tidak usah terlalu susah hati, anak dalam kandunganmu itu adalah anaknya Im Tay Seng sudah tentu aku bisa mendesak padanya supaya mau mengakui"
Henghay Kouw-loan mendadak ketawa ber-gelak2 seperti orang gila, ia peluk kencang2 tubuhnya Lim Tiang Hong, dongakan kepala, ia ciumin pemuda itu seperti orang kalap, lalu dengan suara gemetar ia berkata: "Adik Hong! benarkah kau tidak mau mengakui bahwa anak dalam kandunganku ini bukan anakmu" Malam itu tidak peduli siapa yang berbuat, tapi dalam mata hatiku, cuma ingat kau seorang....!"
Pukulan batin yang sangat hebat, membuat ia kehilangan pikiran waras saat itu ia se-olah2 sudah lupa segala2nya. Sifat agungnya telah berubah seperti perempuan hina.
Lim Tiang Hong semula tidak menduga sama sekali. Ketika dipeluk, ia merasa berat untuk menolak dan sekarang sudah tidak keburu lepaskan dirinya lagi, kecuali menggunakan kekerasan.
Sudah tentu, itu juga disebabkan pula karena ia mengetahui benar perasaan dahulu terhadap dirinya, disamping itu, manusia juga bukan patung, bagaimana tidak mempunyai perasaan" Tidak nanti ia begitu tega hati pada waktu demiian melukai pikiran sucinya yang sudah kalut itu.
Henghay Kouw-loan saat itu menggunakan seluruh tenaganya memeluk erat2 dirinya Lim Tiang Hong sambil menjumpai seperti kalap.
Lim Tiang Hong tetap tenang ia membiarkan dirinya diciumi sampai se-puas2nya, baru membuka mulutnya dan berkata dengan suara perlahan: "Encie Kouw-loan, teranglah, dengan demikian cuma menambah penderitaan batinmu"
Henghay Kouw-loan mendadak mendorong dirinya dan ketawa ber-gelak2: "Penderitaan". Hahaha. Apa kau kira penderitaanku masih belum cukup" Dengan terus terang, aku sekarang benci kau, coba kau pikir, jika tidak ada kau, bagaimana sekarang aku bisa menjadi begini rupa?"
Sambil masih ketawa ber-gelak2 mendadak ia lari kabur.
Lim Tiang Hong tahu sang suci itu terlalu hebat penderitaan batinnya. Karena ia kuatir akan terjadi apa2 atas dirinya, maka ia buru2 lompat menghadang didepannya seraya berkata: "Encie Kow-loan, sekarang kau hendak pergi kemana" Bolehkan kita berunding lagi sebentar untuk mencari jalan pemecahannya?"
Henghay Kouw-loan tiba2 hentikan ketawanya. Dengan nada suara dingin ia berkata: "Anak toh tidak boleh tidak ada ayahnya. Aku hendak mencari ayahnya bocah dalam kandunganku ini! Terus terang kuberitahukan padamu, bocah ini meski bukan darah dagingmu, tapi masih ada rohmu di dalamnya. Hm! Sekalipun kau tidak mau mengakui, tapi nanti aku akan didik padanya menjadi seorang yang lebih buas daripada Pek-tok Hui-mo. Kau tunggu dan lihat saja haa..haa"
Sehabis berkata, ia lantas melejit pergi.
Lim Tiang Hong hanya bisa geleng2kan kepalanya.
Bayangan Henghay Kouw-loan sudah lenyap dari depan matanya. Sekarang dalam hati anak muda itu seperti kehilangan apa2. Ia tahu benar bahwa sang enci itu terangnya mencintai sangat padanya. Dan perbuatannya saja yang mendesak ingin minta dikawini oleh Lim Tiang Hong dapat diketahui hati sang suci itu, tapi mana akan mungkin dapat terlaksana. Karena itu tadi terpaksa ia cuma memberi hiburan sebanyak mungkin, tetapi untuk itu, ia juga tidak berdaya untuk mencapai maksudnya. Ketika melihat Henghay Kow-loan sudah berada jauh, Lim Tiang Hong masih berdiri ditempatnya, diam-diam mendoakan supaya dapat terangkap jodoh wanita itu dengan Im Tay Seng. Meskipun Im Tay Seng tidak dapat menjadi kawan hidup yang ideal baginya, tetapi ibarat nasi telah menjadi bubur, apa yang akan di perbuatnya lain dari berharap demikian"
Menurut pikirannya, timbul suatu lamunan yang aneh dipikiran: Meskipun ia tidak dapat terima baik permintaan encinya, tapi akan menjajakan supaya wanita itu dapat hidup bahagia selamanya. Adapun kebahagian
.1349 itu dapat dicapai dengan satu satunya jalan yakni, turun tangan dan memperbaiki martabat Im Tay Seng!
Oleh karena itu, maka ia lalu mengambil keputusan semenjak hari itu akan mengusahakan se-bisa2nya agar supaya Im Tay Seng dapat merubah kelakuannya menjadi orang baik2.
Tetapi mendadak ia ingat bahwa sang waktu baginya sendiri sangat penting artinya. Jikalau dalam waktu sepuluh hari tiada dapat sampai digunung Hoanceng-san atau sampai Yan-jie tercelaka, itu akan menjadi kemenyesalan seumur hidup baginya Terlebih2 bagi Ceng-lim Cun-loan yang sudah bersemayan di alam baka.
Memikir sampai disitu, ia sudah tidak berani berlaku ayal lagi lantas gerakan budannya dan lantas lari ke Tiang-lam.
0-0dw-kz0-0 Bab 34 CABANG PERSILArAN Tiang-lim pay yang terkenal dalam kalangan Bu lim dengan ilmu pedang dan ilmu meringankan tubuh! Namun semua jago2nya terdiri
.kaum wanita. Terutama Tiang-lam It-hong merupakan orang terkuat dengan jabatannya disitu sebagai pemimpin atau Ciangbunjin semenjak berdirinya partay mana. Dahulu, namanya pernah menjagoi dunia kangouw serendeng dengan nama Bu-ceng. Kiam-khek dan Thian-lam Ngo-liong. Tetapi dalam masanya orang2 persilatan semua pada menganggap Bu-ceng Kiam-khek sebagai manusia terkuat. Oleh sebab itu maka Ngo-liong It-houw mulai merasa tidak puas, begitupun Thian-lam It-hong. Mereka janjikan akan adakan pertandingan digunung Thay-san untuk menentukan siapa terkuat. Pada kala itu Bu-ceng Kiam-khek masih sedang jaya2nya. Terutama dengan ilmu pedangnya yang sudah sangat mahir dimilikinya, To-liong Keng-hong yang merupakan ilmu pedang yang sudah tak ada taranya pada kala itu. Tatkala pertandingan jago2 dilangsungkan, benar saja dalam seharian itu Bu-ceng Kiam-khek ber-turut2 menjatuhkan "Ngo-liong" (lima naga) dan It-hong (seekor burung Hong). Semua pecundang ini, setelah dikalahkan masih tidak merasa puas dan menganggap penghinaan besar buat mereka. Mereka bertekad ingin menuntut balas untuk cuci bersih kehinaan yang mereka derita hari itu.
.1351 Akan tetapi kedua partai tadi tidak mempunyai murid yang berbakat baik. Selama beberapa tahun tidak seorang muridpun dapat diserahi tugas membangkitkan partai2 tersebut. Berbareng dengan itu, tersiar kabar Buceng Kiam-khek telah mengasingkan diri dari dunia kangouw. Maka usaha mereka dengan sendirinya lantas tertunda
Setelah Tiang-lam It-Hong meninggal dunia, tampak pimpinan partai diserahkan kepada "Thian-san Lo-lo. Tetapi dibawah pimpinan Thian-san Lo-lo yang keras adat dan berangasan dan tidak begitu sempurna memiliki ilmu silat, ditambah kala itu usianya sudah lanjut, dan tahu bahwa kepandaiannya sendiri tak dapat diusahakan mencapai taraf lebih tinggi lagi, maka jabatan Ciang-bunjin lalu diserahkan kepada adik perguruan perempuannya yang bernama Cin-nia Cie-hong. Sedang kemudian terdengar kabar, Thian-san Lo-lo mengasingkan diri ke gunung Thian-san (gunung seribu), tidak mau campur urusan partai lagi.
Cin-nia Cie-hong, orangnya cerdik dan mempunyai pikiran tajam. Ia tahu bahwa bagi kaum segolongannya, keadaan fisiknya tak dapat melawan kaum pria dan itu memang pembawaan kodrat alam. Maka semenjak menjabat sebagai ketua partai, pernah sekali tempo dipanggil semua anak murid Tiang-lim-pay, lalu diperiksa satu persatu serta dipilih yang berbakat baik dan lurus. Kemudian dengan bertekun masing diwajibkan melatih dan mempertinggi mutu kepandaian mereka itu. Jikalau belum yakin benar bahwa kekuatan mereka itu belum dapat dipergunakan didunia kang-ouw, semua murid itu dilarang keras berkelana didunia persilatan. Maka selama beberapa tahun belakangan ini, kecuali Thian-san Lo-lo dan muridnya, orang2 Thiang-lim-pay umumnya jarang yang terjunkan diri kekalangan masyarakat ramai.
Belum lama berselang si Burung Hong putih Cu Giok Im pulang kegunungnya menjumpai Susioknya. Ia telah membicarakan tentang munculnya murid Bu-ceng Kiamkhek ke dunia kang-ouw. Bahkan menurut keterangan nona itu, kepandaian dan kekuatan murid Bu-ceng Kiamkhek itu tidak dibawahnya Bu-ceng Kiam-khek dimasa silam. Cin-nia Cie-hong yang mendengar keterangan itu menganggap sudah tiba waktunya untuk mengeluarkan jago2nya dan diadu dengan Lim Tiang Hong guna mencuci bersih nama Thian-lim-pay yang sudah jatuh pamor. Maka itu juga telah diutusnya Cu Giok Im mengundang Lim Tiang Hong, diam2 juga mewartakan kepada Thian-lim pay, Ngo-hay-pay, dan partai2 golongan Hian-bun lainnya supaya turut menyaksikan pertandingan itu.
Bagi, orang2 rimba persilatan, menguji atau mengadu kepandaian (pie-bu) merupakan saatu kebiasaan yang wajar. Siapapun suka turut menyaksikan.
Namun dalam hal ini, Cin-nia Cie-hong telah membesarkan perkaranya itu dengan mengundang partay besar persilatan, juga merupakan hal yang sangat langka. Juga menunjukkan, bahwa tentu sipemimpin ini ingin memperlihatkan kekuatan partaynya.
Dalam mengundang orang kuat dunia kang-ouw, tidak diketahui oleh Cu Giok Im, ter-lebih2 lagi bagi Lim Tiang Hong. Dia hanya tahu terus berjalan siang hari malam agar dapat sampai tepat pada waktunya.
Disepanjang jalan diapun sudah mengetahui banyaknya orang2 kang-ouw pada ber-duyun2 menuju ke Thian-lam. Ini menyebabkan timbul ke-ragu2annya. Pada batinnya dia mengatakan bahwa Tiang-lim pay mengundangnya kesitu, hanya untuk mengadu kepandaian dua partai, partainya dan partai Tiang-limpay. Mengapa datang lagi begitu banyak orang dan berbagai partai lain" Ini yang membuat dia heran tak habis pkir. Apakah itu hanya suatu kejadian yang kebetulan saja"
Dengan adanya dugaannya yang terakhir, dia jadi tidak seberapa taruh perhatian, dan terus melanjutkan perjalanannya.
Tiba2 terlihat seorang penunggang kuda mengaburkan binatangnya dengan cepat. Dari dandanan dan simbol burung Hong putih di atas dadanya penunggang kuda itu, segera dapat diketahuinya siapa orangnya itu. Dalam hatinya segera berpikir: Ia nampaknya begitu tergesa2, entah apa sebabnya! Apakah ada terjadi perubahan apa-apa.
Tidak antara lama, si burung Hong putih Cu Giok Im sudah berada di hadapannya, dengan suara cemas si nona itu berkata kepadanya: "Celaka, bagaimana baiknya urusan ini?"
Im Tiang Hong tidak tahu entah ada kejadian apa yang mambuat si nona demikian gelisah, seketika itu
.1355 malah, dibikin terperanjat, maka lantas menanya: "Ada urusan apa sehingga membuat nona demikian gelisah?"
"Dengan terus terang, partay kita undang kau kemari untuk menguji kepandaian, maksudnya ialah hendak mencuci kehinaan Sucow yang dahulu kalah ditangannya Bu-ceng Kiam-khek. Siauw-moay mengira dalam pertandingan ini hanya antara kau dengan susiok yang hendak menguji kepandaian masing2. Siapa kalah siapa menang tidak merupakan soal penting, biar bagaimana toh tidak akan tersiar keluar kedunia kangouw. Tidak nyana, Ciangbun susiokku itu telah meniup2 soal ini begitu besar, bahkan mengundang orang2 pelbagai partay persilatan untuk menyaksikan pertandingan tersebut. Ini berarti bahwa susiok hendak pertaruhkan nama baik partay kita dalam pertandingan ini. Dengan demikian, maka persolannya menjadi besar".
"Siauwmoy sebagai salah satu anggota Tiang-limpay, disamping itu ada mempunyai hubungan baik dengan Lim heng. Maka aku merasa dipihak mana saja yang kalah semua tidak baik. Maka hatiku merasa cemas sekali hingga dengan ter-gesa2 aku mencarimu lebih dulu buat rundingkan dan cari daya, bagaimana baiknya untuk kebaikan kedua pihak"
Lim Tiang Hong menjawab sambil kerutkan alisnya. "Soal ini benar2 rumit! Partaimu tidak benar sebab sudah bermaksud membuat kemenangan. Aku seorang she Lim demi kepentingan nama baik suhu sudah tentu akan melayani dengan se-sungguh2nya. Siapa yang kalah dan siapa yang menang juga masih tergantung atas kepandaian masing2 yang ditentukan belakangan"
Si Burung Putih Cu Giok Im tahu benar kepandaian si anak muda itu. Pada dewasa ini buat dunia kang-ouw mungkin sulit buat mencari tandingannya dan barangkali masih lebih kuat dari pada Bu-ceng Kiam-khek di masa jayanya. Sedang dipihak Susioknya sendiri juga merupakan seorang kuat yang jarang ada didalam rimba persilatan. Sekian tahun lamanya dia mangasingkan diri entah sampai dimana kemajuan kepandaian silatnya. Disamping itu dia juga merupakan seorang yang cerdik dan tidak mau mengagulkan kepandaiannya dimata orang lain. Sekalipun Cen-san Lo-lo sendiri juga tidak tahu sampai dimana kepandaian sang sumoay itu. Kali ia membesar-besarkan soalnya dengan maksud agar gerakannya itu mengejutkan dunia kang-ouw. Sudah tentu sudah yakin penuh dia dengan kepandaian sendiri maka Cu Giok Im merasa bahwa pertandingan kali ini susah sekali untuk didapat perbaikannya guna kedua pihak. Betul ia sendiri cuma merupakan seorang anggota, tapi dari tingkat muda. Sudah tentu tidak berdaya dapat merintangi maksud Ciang-bun-jinnya. Setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, lalu berkata sambil menghela napas: "Kedatangan Siauw-moay ini tidak lain daripada untuk mengajukan suatu permintaan kepada Lim heng. Jika Lim-heng berhasil merebut kemenangan, mengharap sangat janganlah sampai keterlaluan sudah cukup. Sebaliknya apabila Cian-bun Susiok yang menang, Siauw moaypun akan usahakan agar tidak sampai terlalu merugikan nama baik Lim-heng"
Lim Tiang Hong menjawab sambil ketawa bergelak gelak: "Soal ini tidak perlu sampai menjadikan pikiran yang bukan bukan. Apabila aku tidak mampu menghadapi Susiokmu dan sampai mengalami kekalahan, saat itu aku yakin masih mempunyai kekuatan untuk menjamin kekeselamatan jiwaku sendiri, tidak memerlukan bantuan dari orang lain"
Pada kata2 ini seperti menyadarkan Cu Giok Im pada kata katanya sendiri tadi yang kurang tepat. Memang benar, andaikata ia berdiri dipartainya yang menang, tidak ubahnya seperti minta dikasihani orang. Sebaliknya andaikata dia berdiri dipihak lawan, itu berarti merendahkan kehormatan lawan tersebut. Maka setelah disahuti demikian oleh Lim Tiang Hong, ia lalu merenung sekian lama baru kemudian berkata pula: "Urusan tadi sebetulnya memang karena Siauwmoay terlalu menguatirkan kedua pihak, harap jangan Lim-hong berkecil hati. Sekarang waktunya makin mendesak, Siauw-moay rasa sudah waktunya Siauw-moay kembali. Sampai ketemu di Pek-cin-nia!"
Sehabis berkata, lalu melompat si Burung Hong Putih ke atas kudanya, menghilang dari depan mata Lim Tiang Jong.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya si Burung Hong Putih, kembali tertawa bergelak gelak. Perbuatan Cin-nia Cie-hong kali itu benar benar membangkitkan kegusarannya. Juga membangkitkan hatinya untuk merebut kemenangan yang selama itu sudah tidak begitu dihiraukan. Pikirnya menyangka bahwa partai Tiang-limpay memandangnya sebagai orang yang terkenal dikalangan kang-ouw yang gampang bisa dipermainkan orang. Ia lalu timbui niatnya ingin menjajai sampai dimana tingginya kepandaian Cin-nia Cie-hong.
Selagi ia tertawa ber-gelak2, kembali di sampingnya berlalu serombongan orang. Yang jalan di muka adalah seseorang berewokan lebat dengan jubahnya yang gedombrongan.
Dari jauh dia sudah berkaok2 "Lim Siauw-hiap! Kenapa kau tertawa seorang diri disini?"
Lim Tiang Hong berpaling. Orang yang datang itu ternyata adalah satu2nya orang yang masih hidup dari Thian-lam Ngo-liong yakni Ho-siu Ciat-liong. Orang mana dengan membawa beberapa anak2 muda, diduga adalah anak muridnya, maju menghampiri kedekat Lim Tiang Hong.
Adapun mengenai Liong satu2nya ini, semenjak mendapat pertolongan Lim Tiang Hong, mendapat kesan baik yang amat dalam sekali terhadap murid Bu-ceng Kiam-khek ini. Begitupun dengan Lim Tiang Hong, terhadap orang tua yang dahulu namanya pernah serendeng dengan gurunya, iapun menaruh hormat.
Maka buru2 ia maju dan memberi hormat. "Locianpwee kiranya datang ke Tiang-lim-san ini karena ingin menyaksikan pertandingan?"
Ho-siu Ciat-liong menyahut sambil ketawa bergelak2 "Benar! Aku kepingin lihat bocah perempuan itu sudah dapat kemajuan sampai dimana selama beberapa tahun ini, sampai begitu berani membesarkan urusan ini!"
Menurut taksiran Lim Tiang Hong, Cin-nia Cin-hong sedikitnya pasti sudah diatasan enam puluh tahun usianya. Tidak disangkanya Ho-siu Ciat-liong menyebutnyebut dalam perkataannya, bocah perempuan, hingga dalam hati diam2 merasa geli sendiri.
Ho-siu Ciat-liong mendadak bertanya: "Barusan si budak Pek-hong (burung Putih) itu apa perlunya mencari kau?"
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, lalu menuturkan dari mulai kedatangan Si Burung Hong Putih kepadanya, kemudian menutup dengan kata2nya: "Demi kepentingan nama baik perguruan, dalam urusan ini boanpwee sebetulnya tidak mempunyai pikiran apapun juga untuk kebaikan kedua pihak. Kita cuma bisa lihat sampai berapa jurus nanti pertandingan diadakan"
Ho-siu Ciat-liong angguk2an kepalanya, berkata pula: "Kaum perempuan selamanya sempit dalam berpikir. Segala urusan yang lalu yang sudah kulupakan lama sekali, masih diingat oleh mereka! Malah terlaluan sekali sampai mendendam demikian rupa kepadamu. Menurut pandanganku, perbuatannya kali ini yang maksudnya ingin mengangkat naik namanya barangkali akan hasil kebalikannya. Siauw hiap yang sudah ada maksud hati begitu, kalau sudah sampai waktunya Lohupun akan ikut campur buat membereskan soalnya. Kau tidak perlu terlalu memikir banyak, berlakulah murah sebisa2nya"
Lim Tiang Hong tidak tahu apa yang dimaksud campur tangan orang tua itu, apa yang dapat diperbuatnya hanya mengangguk saja.
Ho-siu Ciat-liong naik ke punggung kudanya, berkata: "Jangan biarkan orang tunggu terlam lama, lekas jalan".
"Silahkan Locianpwee jalan duluan, boanpwee menyusul"
.Sebentar kumudian tampak lebih ramai manusia2 ber-bondong2 menuju kearah situ.
Ho-siu Ciat-liong pernah menaiki bukit itu, maka sudah tidak asing lagi jalan2 disitu baginya. Tidak antara lama runah2 penduduk Tiang-lim-san sudah berada didepan matanya.
Tiba2 dari dalam rimba muncul serombongan barisan wanita yang memakai pakaian ringkas warna hijau. Diatas pundak masing rnasing wanita itu tergemblok sebilah pedang yang terbungkus oleh serangka kult ikan Hiu warna biru.
Wanita2 tersebut begitu dekat kejalan raya, lalu memisah dikedua sisi jalan raya. Setiap barisnya terdiri dari 6 orang, dengan rapi berbaris dikedua sisi jalan sedang di-tengah2 tampak berdiri agak membungkuk seorang wanita yang kira2 berumur 31 tahun wanita itu mungkin kepala rombongan tersebut.
Ho-siu Ciat-liong lalu tahan les kudanya, lalu berpaling dan berkata pada Lim Tiang Hong: "Majulah kau ke depan orang sudah lama menjemput kedatanganmu!"
"Mana bisa" Sebaliknya Locianpwee tetap jalan dimuka. Mana boanpwee berani melangkahi yang tua?" Lim Tiang Hong menyahuti permintaan Ho-siu Ciat-liong, menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa.
Selagi kedua orang itu yang satu meminta yang lain menolak, dari barisan wanita di depan terdengar suara nyaring: "Adakah yang didepan rombongan To-liong Kongcu Lim Siauw-hiap" Kami telah mendapat titah Ciang bunjin guna mengadakan penyambutan sebaik2nya atas kedatangan Siauw-hiap!"
Ho-siu Cin liong lantas berkata sambi tertawa besar: "Bagaimana sekarang...."
Lim Tiang Hong terpaksa maju ke depan dan membuka mulutnya sambil menyura: "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong!"
Kemudian diperkenalkan juga Ho-siu Ciat-liong kepada mereka "Dan ini adalah Ho-siu Cianpwee dari Thian-lam Ngo-liong"
Nama Thian-lam Ngo-liong lama sudah menggetarkan kalangan persilatan. Hampir setiap kelangan ahli2 silat mengetahui nama itu. Begitu juga dengan rombongan wanita itu, setelah mendengar nama tersebut terlihat perubahan paras muka mereka, kemudian serentak mereka maju kemuka, dengan laku sangat hormat sekali berebutan menyoja, kemudian memberi jalan pula bagi para tetamunya.
Hoa-siu Ciat-liong kelihatan tidak sungkan2 lagi, terus menggandeng tangan Lim Tiang Hong, mengajaknya jalan terus kemuka.
Dari jalan di dalam rimba itu sampai ke rangon Tiang-lim-kok, yakni tempat berkumpulnya orang-orang, Thian-lim-pay, tidak terlalu jauh jaraknya. Begitulah tidak antara lama mereka sudah tiba didepan pintu. Rombongan wanita yang mengantar jalan tadi berpaling dan berkata kepada dua tetamunya itu seraya memberi hormat: "Harap jie wie suka menunggu sebentar, biar boanpwee masuk dulu memberitahukan kepada suhu supaya beliau sendiri keluar menyambut".
Ho-siu Ciat-liong berkata sambil ulap2kan tangannya. "Tidak usah! Tidak usah! Kita masuk sama2!"
Mendadak dari dalam terdengar suara seseorang yang berkata dergan suara amat nyaring. "Kedatangan tamu agung seharusnya mendapat perlakuan baik dan penyambutan yang hormat".
.1365 Orang yang baru datang itu ternyata adalah seorang wanita pertengahan umur, berhidung mancung dengan dihiasi oleh alis yang lentik bagus. Sikapnya yang agung menandakan bahwa dia seseorang yang harus dimalui, hingga tidak berani memandangnya secara langsung. Di belakang wanita pertengahan umur itu ada mengikuti empat wanita lain yang dipunggungnya menggantung pedang panjang. Si Burung Hong Putih juga sebagai salah satu pengikut itu.
Wanita pertengahan umur itu melihat Lim Tiang Hong datang bergandengan tangan dengan ketua dari Thian-lam-pay, agaknya merasa heran dan takut. Tapi sebentar kemudian, sudah berani tertawa, berkata kepada Ho-siu Ciat-liong seraya merangkapkan kedua tangannya. "Tidak tahu kalau locianpwee juga sudah datang hingga Cie-hong tidak keburu menyambut dari jauh2. Harap lo-cianpwee suka maafkan kelalaian Ciehong ini"
Kemudian ia mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata: "Tuan inikah kiranya yang disebut Lim Siauw hiap?"
.Ho-siu Ciat-hong berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Lohu sebetulnya tidak tertarik dengan segala urusan dunia lagi. Tapi justru adanya urusan Lim Siauwhiap ini yang pernah berkenalan dengan Lohu, maka terpaksa turut campur tangan dan tidak mau melepaskan kesempatan baik untuk menonton keramaian kali ini"
Saat itu Lim Tiang Hong sudah menyaksikan dengan tegas sikap wajah Cin-nia Cie-hong. Jikalau usianya belum ditaksirnya lebih dahulu, pasti akan menganggap wanita itu baru berusia tiga puluh tahunan. Selain dari itu iapun merasa bahwa wanita yang dihadapinya itu tindak tanduknya agung berwibawa, tidak sebagai kaum wanita lain suka ke malu2an.
Melihat orang itu berkata dengan sikap yang ramah tamah, ia buru2 menyoja dan berkata. "Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong yang datang guna memenuhi undangan utusan Ciang-bunjin. Apakah aku sedang berhadapan dengan Ciang-bunjin Cin-nia Cie-hong yang namanya sudah tersohor itu?"
Cin-nia Cie-hong tersenyum dan mengangguk, lalu memberikan jalan kepada tetamunya. Ho-siu Ciat-liong sebagai orang dari tingkatan tua sudah tentu tidak berlaku sungkan2 lagi. Dengan tindakan lebar ia berjalan lebih dulu
Lim Tiang Hong meski masih muda belia dalam umur, tetapi tingkatannya sama dengan Cin-nia Ciehong. Disampng itu, diapun merupakan tamu agung yang diundang hari itu. Maka ia juga segera mengikuti Ho-siu Ciat-liong, berjalan masuk ke dalam.
Sebaliknya dengan para anak murid2 Thian-lam-pay bawaan Ho-siu Ciat-liong, mereka mesti menunggu sampai Cin-nia Cie-hong berjalan masuk, baru berani mengintil dari belakang.
Lim Tiang Hong mengikuti Ho-siu Ciat-liong menuju kesuatu ruang besar.
Ketika tiba diruangan yang luas itu, ternyata disitu tampak sudah penuh dengan orang2 dari berbagai partai undangan tuan rumah. Sampaipun Hui-hui Taysu yang biasa2nya tidak gampang keluar pintu, saat itu tampak hadir pula, begitupun Pek-ho Totiang dari Bu-tong-pay dan Khe-tek Taysu dari Ngo-thay-pay juga kelihatan berada ber-sama2 mereka.
Orang2 kuat hadir disitu, banyak yang telah mengenal Lim Tiang Hong, bahkan agaknya mempunyai hubungan erat dengan anak muda itu. Ketika Lim Tiang Hong masuk ke dalam, sebagian terbesar tamu itu berdiri dan dengan suara riuh menegur, campur baur dengan suara tertawa.
Lim Tiang Hong kerepotan melayani memberi hormat kepada orang2 seputarnya, kemudian masuk dibarisan Hui-hui Taysu.
Cin-nia Cie-hong dengan jalan menyebarkan surat undangannya kepada tetamunya, tidak mengharap ciang-bunjin2 partai2 itu datang semuanya. Ia mengira semula, tiap partai akan mengirim paling banyak dua murid sebagai wakil perkumpulan, itu sudah cukup menghormat untuknya. Tetapi kenyataan sungguh diluar dugaannya, orang2 yang datang memenuhi undangannya itu ternyata sebagian besar adalah orang yang memegang tampuk pimpinan dalam kepartaian besar, hal ini sesungguhnya ia nendapat muka terang yang tidak sedikit. Sebab dengan nama dan pamor Cinnia Cie-hong pribadi di dalam kalangan kang-ouw umumnya, sebetulnya tidaklah mungkin dapat mengumpulkan begitu banyak pimpinan2 partai besar. Tetapi kenyataannya semua orang besar itu sudah berkunjung semua ke Tiang-lim, hingga mau tidak mau membuat dia merasa heran sendiri. Pada pikirnya, mungkin pemimpin2 partai besar itu terlalu pandang Lim Tiang Hong tinggi. Sebab ketika ia menyaksikan keadaan tetamunya tatkala Lim Tiang Hong dapat sambutan demikian hangat, baru betul2 sadar apa sebabnya. Kiranya para pemimpin partai itu datang kesitu karena memandang Lim Tiang Hong. Dari sinipun dapat terpikir bahwa nama To-liong Kongcu dikalangan kang-ouw sesungguhnya besar dan harum.
Selain itu, telah membuat keinginannya hendak menggulingkan Lim Tiang Hong semakin ber-kobar2. Dalam pikirannya, asalkan itu ia dapat menjatuhkan Lim Tiang Hong, terang nama Tiang-lim-pay naik pamor setinggi langit.
Karena itu Lim Tiang Hong dan Ciat-liong sudah memberi hormat kepada para tamu yang datang duluan. Hingga ruangan yang luas itu suasananya menjadi tenang kembali.
.Sementara itu Cin-nia Cie-hong sebagai pengundang telah duduk dibagian kursi tuan rumah lalu mengangkat cawannya, mengajak Lim Tiang Hong minum sama se-olah2 tidak akan terjadi pertandingan yang sebenarnya.
Lim Tiang Hong tidak bisa minum arak, tetapi dalam keadaan mendesak demikian dikeringkannya dua cawan.
Tetamu yang datang ingin menonton keramaian hari itu paling sedikit berjumlah seratus orang, Para tetamu itu ada yang mendapat undangan tetapi diantaranya ada juga yang datang sendiri ingin menyaksikan keramaian hari itu. Akan tetapi Tiang-limpay anggap sama rata semua tetamunya itu dengan penyambutan dan pelayanan yang sama.
Setelah Lim Tiang Hong tiba, semua orang pada kasak kusuk hingga menerbitkan suara gaduh. Orang yang pernah mengenal nama Lim Tiang Hong sebagian besar menganggap To-liong Kongcu ini akan menang. Sebaliknya orang yang belum mengenal lawan Cin-nia Cie-hong itu, mengira bocah yang berbau pupuk bawang itu tidak akan menggondol kemenangannya. Sebabnya mudah, sebab mereka telah mendengar, bahwa Cin-nia Cie-hong pernah menutup diri melatih silat selama tiga puluh tahun, hari itu menantang murid Bu-ceng Kiamkhek bahkan mengundang demikian banyak orang persilatan, jika tidak yakin benar dia kepada keunggulannya sendiri, niscaya tidak sampailah dia berbuat demikian gila2an.
Setelah semua tamu juga minum arak cukup puas. Cin-nia Cie-hong dengan tangan tetap membawa cawan berjalan ke tengah2 kalangan, lalu berkata dengan suara nyarirg: "Partay Tiang-lim-pay sesudah wafatnya suhu Tiang-lim It hong jarang sekali mencampuri urusan dunia luar. Sebagian saudara2 yang hadir disini, mungkin ada yang sudah melupakan adanya partai kami. Cie-hong merasa bahwa tidak mudah sekali sewaktu Couwsu kami mendirikan partai Tiang-lim ini maka hari ini dengan menggunakan kesempatan ingin menguji kepandaian murid Bu-ceng Kiam-khek tuan Lim ini, mengundang tuan2 yang terhormat untuk datang memberi petunjuk2 yang berguna agar supaya para saudara2 dunia kangouw lain mengetahui bahwa Tiang-lim-pay masih belum lenyap dari muka bumi sekalipun suhu sebagai pendiri sudah tiada..."
Berhenti dia sejenak, lalu melanjutkan demikian: "Atas budi kecintaan saudara2 dan para tetua sekalian yang telah korbankan waktu berharga mengunjungi gubuk kami ini, kami sebagai wakil anak murid Tiang-limpay mengucapkan banyak2 terima kasih. Hanya ditempat gunung yang sepi ini tidak ada hidangan yang enak, maka hanya berharap saudara2 sekalian dengan sekalian tetua sudilah mengicipi hidangan ala kadarnya"
Sehabis berkata, ia sendri menghirup arak dalam cawannya, kemudian mempersiiahkan semua hadirin makan ber-sama2.
Sebentar kemudian diruang yang luas itu terdengar suara cawan dan mangkuk sumpit yang saling beradu.
Dan setelah jamuan ditutup, Cie-hong berdiri dan berkata pula: "Antara partay Tiang-lim-pay dengan Buceng Kiam-khek sebetulnya tidak ada ganjalan apapun. Kali ini mengundang tuan Lim datang kemari se-mata2 sebagai undangan kehormatan, buat saling towel dalam pertandingan nanti. Harap tuan Lim serta sekalian yang hadir tidak kesalahan paham. Disamping ini, kami sebagai tuan rumah ingin minta petunjuk dari sekalian pengunyung yang mulia, kapan dimulainya pertandingan dan bagaimana cara2nya, sebaiknya adalah tuan Lim sendiri yang menetapkan. Bagaimana?".
Lim Tiang Hong sendiri yang saat itu meski sudah berada di ruangan besar gedung kebesaran partay Tianglim-pay dan makan minum bersama orang banyak, akan tetapi hatinya sudah melayang jauh ke gunung Hoanceng-san. Ingin rasa hatinya membawa tubuhnya melayang kegunung tersebut supaya dapat ditolongnya Yan-jie dari bahaya. Sewaktu mendengar kata2 Cie-hong yang menanyakan kapan pertandingan dimulai, ia segera bangkit dari kursinya dan menjawab dengan suara nyaring. "Kita semua telah kenyang makan dan minum rasanya pertandingan boleh segera dimulai. Bukan karena aku yang rendah ingin menonjolkan kepandaian diri sendiri tetapi dalam soal ini waktu sangat penting bagiku hingga tidak mengijinkan banyak waktu terbuang"
Sebentar nampak alis Cin-nia Cie-hong berdiri, tetapi cepat pula berubah biasa kembali keadaannya, berkata sambil bersenyum: "Tuan Lim benar2 seorang polos dan menyenangkan! Kalau begitu, baiklah sekarang kita mulai!"
Adapun jago2 yang akan bertanding hari itu, satu adalah jago anggota angkatan muda yang baru muncul To-liong Kongcu, sedang sebagai lawan murid Bu-ceng Kiam-khek adalah jago betina bersemangat jantan yang pernah menutup diri melatih ilmu selama 30 tahun. Maka dapatlah dibayangkan bagaimana akan serunya pertandingan yang akan segera terlihat. Tidaklah mengherankan pula, semua orang yang hadir disitu mengharap sangat pertandingan segera dimulai. Tentu saja, dengan keluarnya pernyataan ketua Tiang-lim-pay itu segera disambut spontan oleh orang yang ditantang, tidak menunggu Cin-nia Cie-hong berdiri duluan semua sudah bangkit.
Cin-nia Cie-hong bangkit lambat2, mempersilahkan sekalian tetamu keluar dari ruangan. Empat wanita muda berpakaian ringkas serba hijau segera memimpin sekalian tetamunya ber-bondong2 keluar dari ruangan jamuan dan terus menuju banyak dengan khusus telah dbuat guna diadakan pertandingan.
Di atas gelanggang pertandingan yang dibuat cukup mewah ternyata sudah diperlengkapi sempurna buat sekalian tetamu duduk.
.1375 Setelah semua orang duduk mengambil tampat masing2 Cin-nia Cie-hong lantas bergerak melayang dengan gaya yang manis. Diatas panggung ia membereskan rambutnya yang kusut, lalu sambil tersenyum mempersilahkan Lim Tiang Hong naik ke atas panggung.
Lim Tiang Hong sedang duduk berendeng dengan Ho-siu Ciat-liong, tatkala mendengar panggilan atas namanya, lalu berpaling dan mengucapkan apa2 kepadanya, kemudian dengan tidak tahu bagaimana dia bergerak, tahu-tahu sudah diatas panggung!
Setelah itu berkata: "Aku yang rendah dalam rimba persilatan belum mempunyai pengalaman sama sekali, juga tidak punya nama. Mendapat undangan dan sambutan begini baik, merasa malu hati kalau terus menampik kemauan tuan rumah. Disamping ucapan terima kasih yang lebih dahulu, aku yang rendah ingin memperlihatkan kejelekanku jika Ciang-bunjin mengingini, silahkan sebutkanlah caranya!"
Cin-nia Cie-hong sebagai orang cerdik, sudah tentu dapat menduga arah yang dimaksud dalam perkataan Lim Tiang Hong. Terang anak muda itu sedang sesalkan perbuatannya yang membesarkan perkara. Maka sesaat nampak dia agak tidak senang, tapi sebentar kemudian bersenyum wajar lalu berkata: "To-liong Kongcu sudah sohor sekali di empat penjuru lautan, siapa yang tidak tahu dan siapa pula yang tidak mengenal" Perkataan tuan sesungguhnya terlalu amat merendah! Cie-hong sebagai tuan rumah, mohon petunjuk tuan guna menyempurnakan keramaian ini!"
Lim Tiang Hong yang makin cemas, tidak mau banyak bcara lagi, Maka sambil menghunus pedangnya lalu berkata: "Aku yang rendah sudah lama sudah mendengar kebesaran nama Ciang-bunjin karena ilmu pedangnya yang terkenal lihay. Bagaimana baikkah kalau dimulai dulu dengan mengadu pedang?"
"Begitupun baik, silahkan mulai" Cie-heng sekali lagi berkata, lalu menghunus senjatanya.
Lim Tiang Hong tidak banyak bicara lagi. Ia mengulur tangannya, ujung pedang sudah mengarah muka Cin-nia Cie-hong. Serangannya ini kelihatan sembarangan tidak memperlihatkan suatu serangan indah yang hebat atau mengandung variasi yang beraneka macam. Akan tetapi Cin-nia Cie-hong merasakan hebat sekali serangan itu. Sebelum ujung pedang tiba, hawa dinginnya sudah terasa se-akan2 menusuk tulang2nya. Karena ia tidak tahu gerak tipu lawan itu nama apa, ia tidak berani menyambuti secara sembarangan pula. Ia hanya menyingkir sedikit dan balas menyerang pedang panjangnya berkeredep menyilaukan, kelihatan bagai telah membabat pingang Lim Tiang Hong.
Pertempuran itu meskipun namanya untuk persahabatan, tetapi sebetulnya ada hubungan rapat dengan nama baik masing2 penguruannya. Perebutan nama semacam itu sebetulnya lebih penting dan lebih hebat daripada pertempuran yang berdasar atas permusuhan yang dalam.
Lim Tiang Hong betul memiliki kekuatan dan kelincahan tubuh luar biasa, sukar untuk orang menjajaki kepandaiannya, tetapi pada pertandingan dihadapan banyak penonton itu yang menyangkut nama baik gurunya, sedikit pun ia tidak berani memandang ringan lawannya, tidak lengah. Pada serangan pembukaannya tadi, yang namanya Tan-hong Tiauw yang, adalah buah ciptaannya sendiri didapat dari gerak silat seruling emas Sin-hong Tek-hoat yang dijadikan gerak silat pedang, hingga kekuatannya dahsyat luar biasa. Juga sebagai serangan pembukaan yang paling diandalkannya. Gerak pedang selanjutnya disertai hawa dingin yang menyebar jauh membuat pakaian Cin-nia Cie-hong ber-kibar2 diseluruh panggung.
Cin-nia Cie-hong mulai kuncup hatinya. Dengan cepat dikeluarkannya seluruh ilmu pedang simpanan partainya yang telah dilatih selama 30 tahun lebih. Dan setelah tiba saatnya untuk menggunakan ilmu pedang itu guna memperbaiki nama baiknya,maka ia menghadapi lawannya yang masih sangat muda itu dengan sangat hati2 sekali.
Pusaka Rimba Hijau 2 Si Kumbang Merah Ang Hong Cu Karya Kho Ping Hoo Kesatria Berandalan 5

Cari Blog Ini