Ceritasilat Novel Online

Tabir Asmara Hitam 3

Joko Sableng Tabir Asmara Hitam Bagian 3


Hanya Ibu sendirilah yang selama ini sembunyikan sesuatu padaku...."
Perempuan berbedak tebal menarik napas panjang.
Dalam hati dia membatin. "Aku tahu Sebenarnya bukan hal itu yang mengganjal di
hatimu. Tapi memang kuakui, selama ini aku tidak berterus terang padamu jika kau
menanyakan tentang siapa ayahmu.... Hem.... Kurasa memang sudah saatnya kau
mengetahuinya!"
"Puspa Ratri... Kini kau sudah dewasa. Sudah saatnya kau mengetahui apa yang
selama ini ibu simpan rapat-rapat...."
"Ibu.... Aku tidak memaksa. Kalau Ibu masih merasa keberatan, jangan Ibu
paksakan diri. Apalagi jika hal itu akan makin menambah beban. Aku sudah pasrah
dengan semua ini. Ini mungkin sudah suratan yang ditulis untukku...."
Perempuan berbedak tebal sunggingkan senyum sambil gelengkan kepala. "Anakku....
Aku tidak me- Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maksakan diri. Hai ini memang harus kau ketahui!"
Habis berkata begitu, perempuan berbedak tebal arahkan pandangannya jauh ke
depan. Sepasang matanya mengerjap beberapa kali, lalu terdengar dia berkata.
"Anakku.... Sewaktu aku sebaya usia denganmu, aku berkenalan dengan seorang
pemuda bernama Panjer Wengi. Entah karena apa, aku tertarik padanya. Dan rupanya
aku tidak bertepuk sebelah tangan. Panjer Wengi ternyata juga tertarik padaku.
Kami berdua akhirnya memadu kasih. Tapi ketentuan rupanya belum berpihak padaku.
Semua itu berawal dari ricuhnya keadaan rimba persilatan. Sebagai orang muda,
Panjer Wengi yang begitu gandrung dengan ilmu persilatan berniat menuntut ilmu.
Tujuannya memang baik. Karena dia bilang rimba persilatan tidak akan pernah
selesai dengan persoalan. Tanpa bekal ilmu, ketenangan hidup tidak akan pernah
dikenyam, karena orang akan diperlakukan dengan sewenang-wenang. Aku
sebenarnya berat melepas kepergiannya, namun karena tekadnya begitu menggebu
lagi pula apa yang menjadi tujuannya adalah demi ketenangan hidup di kelak
kemudian hari, akhirnya dengan berat hati aku merela-kan dia pergi menuntut
ilmu...." Perempuan berbedak tebal hentikan keterangannya sejenak. Sepasang matanya terus
memandang jauh ke depan seolah mengenangkan kembali saat-saat yang telah
terlewati. Tak lama kemudian dia melanjutkan.
"Beberapa tahun berlalu. Aku tetap menunggunya dengan sabar dan tabah. Namun
penantianku ternyata tinggal penantian. Panjer Wengi tidak ada kabar beritanya.
Tapi aku coba menahan diri. Aku tetap bersabar menunggu. Namun kesabaran
ternyata ada batasnya.
Apalagi sebagai seorang perempuan, aku punya firasat tidak baik. Panjer Wengi
telah melupakan janjinya padaku. Firasatku tidak meleset. Dari beberapa orang
yang kutemui aku mendapat berita bahwa Panjer Wengi
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah menjalin hubungan dengan seorang gadis anak gurunya. Aku tidak percaya
begitu saja pada kabar yang sampai sebelum aku melihatnya sendiri. Aku lantas
melakukan perjalanan. Pada satu kesempatan, apa yang selama ini kudengar benarbenar terbukti. Kulihat Panjer Wengi bersama seorang gadis cantik. Betapa hancur
hatiku saat itu. Kesabaran dan penantianku selama ini mendapat balasan yang
tidak kuduga sebelumnya.
Dengan membawa luka hati, akhirnya aku pergi meng-embara. Aku pada akhirnya
tiertemu dengan seorang tokoh sakti di lereng Gunung Arjuna. Beberapa tahun
lamanya aku menimba ilmu sambil melupakan apa yang pernah kualami. Tapi cinta
adalah perasaan. Semakin aku berusaha untuk melupakan semakin deras perasaan itu
menggoda. Dan terus terang, meski Panjer Wengi telah melupakan aku, tapi aku
tidak bisa melupakannya.
Bahkan karena tulusnya rasa kasih sayangku padanya, aku memaafkan apa yang
dilakukannya!"
"Ibu...."
Perempuan berbedak tebal gelengkan kepala memberi isyarat agar Puspa Ratri tidak
memotong keterangannya. Setelah memberi isyarat, si perempuan teruskan
penuturannya. "Setelah beberapa tahun menetap di lereng Gunung Arjuna, akhirnya aku diizinkan
untuk turun gunung.
Tentu saja aku saat itu telah berubah. Selain usiaku bertambah, aku juga
membekal ilmu silat. Kalau ada hal yang tidak berubah, itu adalah rasa kasih
sayangku pada Panjer Wengi! Aku sendiri tak mengerti mengapa itu bisa terjadi.
Padahal aku telah berusaha membencinya!
Anehnya semakin aku berusaha membencinya, makin aku ingin bertemu dengannya.
Hail itulah akhirnya yang mendorongku untuk mencari tahu keberadaan Panjer
Wengi. Ternyata, Panjer Wengi telah menjadi seorang tokoh yang disegani. Malah
kudengar ketika itu dia telah mengambil murid seorang perempuan. Sementara dia
sendiri berbahagia dengan gadis pilihannya dahulu, yaitu
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak gadis dari gurunya. Aku merasa bahagia mengetahui orang yang kukasihi hidup
tenteram bahagia.
Meski kadang-kadang aku merasa kecewa. Dan karena kasih sayangku hanya untuk
Panjer Wengi, hatiku tertutup untuk orang lain. Hingga sampai menginjak usia
yang seharusnya sudah memiliki seorang anak, aku tetap menutup diri dari lakilaki...." "Ibu. Lalu aku ini..."!" sela Puspa Ratri yang rupanya tidak sabar.
"Tahun terus berganti. Panjer Wengi namanya makin menjulang dalam kancah dunia
persilatan. Dan kudengar dia telah pula mengangkat lima anak muda sebagai muridmuridnya! Namun ada satu yang kiranya belum membuat tenteram kehidupan Panjer
Wengi. Dia belum mempunyai seorang anak meski usianya telah menginjak agak tua.
Hal itu kuketahui setelah aku sempat bertemu dengannya. Malah dalam pertemuan
itu, dia mengajakku untuk berbaik-baikan lagi. Dia meminta maaf atas segala yang
telah terjadi. Kukatakan padanya bahwa aku lelah memaafkan sebelum dia minta
maaf! Dan aku menolak ajakannya, karena aku tidak mau dikatakan merebut suami
orang. Aku tidak mau menyakiti hati kaumku. Tapi sejak pertemuan itu, aku jadi
sering mengadakan pertemuan dengannya. Namun aku bina menjaga diri meski dia
selalu memaksa mengajak berbaik-baikan.
Pada satu kesempatan, ia mengatakan padaku bahwa istrinya mengandung. Meski
kebenarnya itu kabar gembira, entah kenapa aku merasakan hal itu sebagai sesuatu
yang menyakitkan! Sejak saat itu pula aku menghindar...."
"Ibu, kau belum jawab pertanyaanku tadi!" kata Puspa Ratri karena ibunya belum
juga sebut-sebut siapa diri dan ayahnya.
"Anakku. Jangan sela ceritaku. Nanti kau akan tahu...," ujar perempuan berbedak
tebal pelan. "Satu setengah tahun kemudian, tanpa sengaja, aku jumpa lagi dengan
Panjer Wengi yang katanya selama ini selalu
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencariku. Dalam kesempatan itu pula, Panjer Wengi menceritakan sebenarnya yang
terjadi. Ternyata perjodohannya dengan istrinya hanya karena balas budi dan juga
karena jebakan istrinya sendiri. Tidak ada setitik pun rasa cinta di dalamnya.
Dia mengatakan masih tetap mencintaiku! Aku begitu gembira mendengar itu. Namun
apalah artinya jika hal itu sudah terlambat. Apalagi dia mengatakan telah
mempunyai seorang anak perempuan! Namun entah karena apa, sejak saat itu aku
selalu merindukannya. Dan aku selalu menerima kehadirannya namun sejauh itu aku
tetap menjaga jarak. Hingga pada suatu hari dia mengatakan jika istrinya pergi
tanpa berita dengan meninggalkan anaknya. Tapi yang membuatku terkejut, ternyata
selama ini istrinya mengetahui jika Panjer Wengi sering mendatangiku! Hal itulah
yang membuat istrinya pergi.
Aku merasa berdosa. Hingga secara diam-diam aku pergi. Tapi ternyata Panjer
Wengi selalu mencariku. Dan pada akhirnya dia mendapatkan diriku. Dia mengajakku
hidup bersama sebagai suami-istri. Karena istrinya tidak ada kabar beritanya.
Aku mula-mula selalu menolak.
Namun pada akhirnya hatiku luluh juga...."
Kembali perempuan berbedak tebal hentikan ceritanya, setelah menarik napas
panjang dia melanjutkan bertutur.
"Akhirnya aku hidup sebagai suami-istri dengan Panjer Wengi. Dan pada beberapa
purnama kemudian aku mengandung. Saat itulah aku merasakan kebahagiaan yang
tiada tara meski hal itu datangnya sangat terlambat. Namun lagi-lagi tampaknya
aku harus menerima takdir. Baru beberapa tahun aku mengalami masa bahagia, tibatiba istri Panjer Wengi yang dahulu datang lagi. Kedatangannya kali ini selain
menyingkirkan aku dari sisi orang yang kukasihi dan telah memberiku seorang buah
hati juga meminta sesuatu pada Panjer Wengi. Baru saat itu aku tahu jika Panjer
Wengi menyimpan satu rahasia besar. Namun tidak satu pun yang
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu, rahasia apa yang ada di tangannya. Aku secara diam-diam pergi. Namun aku
terus pasang telinga.
Hingga sampai pada suatu hari, kudengar Panjer Wengi lenyap tanpa berita!
Bersamaan dengan itu rimba persilatan digemparkan dengan terjadinya pembunuhan
beruntun yang menurut kabar didalangi oleh seorang tokoh misterius yang bermukim
di sebuah istana bekas kerajaan. Karena setiap ada pembunuhan si pembunuh
meninggalkan sebuah tengkorak yang masih berlumuran darah, orang dunia
persilatan menjuluki tokoh misterius itu dengan Tengkorak Berdarah. Tapi dalam
beberapa purnama kemudian, pembunuhan itu terhenti. Namun Panjer Wengi belum
juga ada beritanya. Malah sebagian orang menduga Panjer Wengi telah menjadi
korban Tengkorak Berdarah. Dan hingga sampai saat ini, Panjer Wengi tidak
ketahuan kabar beritanya. Mungkin benar dugaan orang-orang itu, mungkin juga
salah!" "Ibu belum menceritakan anak perempuan Panjer Wengi dari istri pertamanya...,"
kata Puspa Ratri setelah agak lama terdiam.
"Anak perempuan itu lenyap juga bersama Panjer Wengi!"
"Ibu sudah memperkirakan berapa kira-kira usia dia?"
"Dia hanya terpaut kira-kira tiga tahun denganmu!
Namun karena aku pernah mengasuhnya, maka jika saja aku sekarang bertemu
dengannya jelas aku segera dapat mengenalinya! Sebab dia mempunyai ciri
tertentu...."
"Apakah Ibu selama ini tidak berusaha mencari Panjer Wengi?"
"Dia adalah ayahmu, Puspa Ratri. Sebagai seorang istri, apalagi aku telah punya
anak, aku tidak tinggal diam. Tapi hingga saat ini aku belum berhasil
menemukannya! Aku hanya berharap, jika saja memang ayahmu telah meninggal, maka
tunjukkan dimana kuburnya! Aku ingin menunjukkan padamu meski itu hanya tanah
kuburannya!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dia seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab, seharusnya bukan Ibu
yang mencari. Justru dia yang harus mencari kita!"
Perempuan berbedak tebal tersenyum. "Keadaan yang mengharuskan demikian, Anakku.
Aku percaya, ayahmu adalah orang baik dan bertanggung jawab.
Hanya mungkin ada sesuatu yang melebihi dari itu hingga dia seakan melupakan
tanggung jawabnya!"
"Jadi apakah anak dan istri harus dinomorduakan hanya karena keadaan"!"
"Ayahmu adalah seorang tokoh rimba persilatan, Anakku. Dalam arena persilatan,
kedamaian dan ketenteraman orang banyak lebih diutamakan daripada segalanya!
Jadi kau harus mengerti dan tidak salah sangka!"
"Tapi apa buktinya" Hingga kini rimba persilatan tidak pernah tenteram. Apalagi
dengan terjadinya pembunuhan yang akhir-akhir ini merajalela. Dan nyatanya tokoh
yang berjuluk Tengkorak Berdarah masih juga bercokol!"
"Menunggu hasil dibutuhkan waktu yang lama, Anakku! Dan tak jarang dalam masa
penungguan itu dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran!"
"Lalu murid-murid Ayah...?"
"Kelimanya kini telah menjadi tokoh-tokoh rimba persilatan. Hanya murid
perempuan yang pertama yang jarang kudengar beritanya. Tapi...."
"Ibu!" tukas Puspa Ratri. "Dari percakapan nenek berbaju putih tadi dengan
pemuda bertangan buntung rasa-rasanya...."
"Puspa Ratri...." Kini perempuan berbedak tebal yang memotong ucapan Puspa
Ratri. "Bukan rasa-rasanya.
Tapi aku menduga dialah murid ayahmu yang pertama!"
"Dia menaruh dendam pada ayah juga kelima saudara seperguruannya! Apakah
tidak...."
"Urusan itu biarlah menjadi urusannya, Anakku! Kau tidak usah ikut campur
tangan!" sela perempuan berbedak sebelum Puspa Ratri selesaikan ucapannya.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya rahasia apa yang ada di tangan Ayah?"
gumam Puspa Ratri hampir tidak kedengaran.
"Itulah yang sampai saat ini menjadi tanda tanya!
Tapi aku punya dugaan, ayahmu masih ada!"
"Dari mana Ibu bisa mengatakan demikian"!"
"Firasat, Anakku! Dan seringkali firasat seorang istri tidak jauh meleset!"
Puspa Ratri menghela napas panjang. Pandangannya kembali jauh ke depan.
"Masih ada yang mengganjal di hatimu, Anakku"!"
Tanpa berpaling, Puspa Ratri gelengkan kepalanya.
Tapi perempuan berbedak tebal tersenyum dan berujar.
"Kau jangan membohongi ibumu, Anakku! Aku tahu, kau menyimpan sesuatu!
Katakanlah!"
Puspa Ratri tidak buka mulut. Perempuan berbedak tebal batuk-batuk kecil.
"Puspa Ratri.... Kau memikirkan pemuda yang kau tolong itu?"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SEMBILAN PUSPA Ratri berpaling dengan paras berubah. Terlebih ketika dilihatnya perempuan
berbedak tebal sunggingkan senyum. Meski hanya seulas senyum, namun senyum itu
seolah dapat menjawab apa yang kini ada dalam hatinya.
"Cinta datangnya tidak terduga, Anakku! Tapi sebaiknya kau mengaca pada
perjalanan hidup ibumu ini!"
"Maksud Ibu..."!" tanya Puspa Ratri dengan suara agak tersendat.
"Bermodal cinta tulus saja tidak cukup! Dibutuhkan juga keberanian dan keteguhan
hati! Karena persaingan dalam cinta pasti akan ada!"
"Aku tidak mengerti...," ujar Puspa Ratri.
"Pemuda itu kulihat memang seorang yang baik.
Selain juga berkepandaian tinggi. Tak heran jika nantinya banyak gadis yang coba
merebut hatinya! Di sinilah persaingan itu akan muncul! Jika hanya bermodal
cinta tulus, kau hanya akan mengalami nasib sama denganku!
Menunggu dan menunggu! Kalaupun penantian itu berakhir, datangnya sudah sangat
terlambat! Dan hanya datang sekejap! Lebihnya adalah perasaan kecewa!"
Puspa Ratri mengeluh dalam hati. "Ibu tampaknya sudah menduga apa yang kurasakan
pada pemuda itu.
Hem.... Memang sebaiknya aku terus terang...." Memikir begitu, akhirnya gadis
berbaju hijau ini berkata.
"Sekarang apa yang harus kulakukan..."!"
"Aku tanya dahulu. Apakah kau jatuh hati pada nya"!"
perempuan berbedak tebal balik bertanya.
Untuk beberapa saat Puspa Ratri tidak menjawab.
Namun sesaat kemudian ia berkata. "Aku masih belum mengenalnya dengan baik. Aku
juga belum sempat bicara banyak dengannya!"
"Perasaan cinta tidak membutuhkan waktu panjang juga kata-kata, Anakku! Dari
sikap dan tindakan, orang
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah dapat ditebak!"
Wajah Puspa Ratri makin memerah. Dan sebelum gadis ini buka mulut, perempuan
berbedak tebal telah berkata lagi. "Dari sikapmu, Anakku. Aku menduga kau jatuh
hati pada pemuda itu! Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa mencegah. Aku hanya
bisa menyarankan!
Kalau kau benar-benar siap, teruskanlah! Tapi jika kau tidak siap, lupakan dia!"
"Ibu...." Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Puspa Ratri. Dia tidak kuasa
untuk lanjutkan ucapannya.
Perempuan berbedak tebal memandang lekat-lekat.
"Kau sudah dewasa. Dan perasaan cinta adalah hal yang tidak bisa dipisahkan
dengan kodrat anak manusia. Aku tidak akan mencampuri urusan perasaanmu. Hanya
kau ingatlah pesanku tadi!"
Beberapa saat kemudian ibu dan anak ini sama-sama diam. Mereka dibuncah dengan
pikiran masing-masing.
"Ibu.... Boleh aku tanya sesuatu?" kata Puspa Ratri buka pembicaraan lagi.
Perempuan berbedak tebal tersenyum sambil
anggukkan kepala.
"Kau akhir-akhir ini selalu berada di sekitar Istana Hantu. Apa sebenarnya yang
kau cari di sana" Dan mengapa Ibu menolong pemuda itu"!"
Perempuan berbedak tebal kali ini tidak segera menjawab. Dia mendongok. Diamdiam dia berkata sendiri dalam hati. "Ah. Bagaimana ini" Apa harus kukatakan
terus terang" Meski aku hampir pasti, namun hal itu masih membutuhkan
pembuktian...."
"Anakku. Meski aku tidak punya ilmu tinggi, namun setidaknya aku adalah orang


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan. Dan saat ini, rimba persilatan sedang digemparkan lagi dengan
munculnya sang penghuni Istana Hantu. Aku tidak akan tinggal diam jika memang
penghuni Istana Hantu adalah biang terjadinya kegemparan akhir-akhir ini!"
Setelah hentikan ucapannya sejenak, perempuan berbedak tebal menyambung.
"Tentang kenapa aku
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolong pemuda itu, aku sendiri tak tahu mengapa!
Mungkin kasihan, mungkin juga hanya karena sudah menjadi kewajiban saling tolong
antar sesama orang...."
"Hem.... Lalu ke mana dia setelah Ibu obati"!"
"Anakku...," kata perempuan berbedak tebal dalam hati. "Kuharap kau nantinya
mengerti jika untuk urusan misteri Istana Hantu aku masih belum berterus terang
padamu! Aku takut kau akan ikut campur dalam urusan ini. Lagi pula...."
Perempuan berbedak tebal tidak teruskan kata hatinya karena saat itu Puspa Ratri
telah kembali berucap.
"Kudengar Ibu menggumam sendiri...."
Perempuan berbedak tebal tampak terkejut, karena memang tanpa disadari dia
seperti bicara sendiri.
"Puspa Ratri.... Pemuda itu tidak mengatakan kemana dia hendak pergi. Namun
kuharap kau tidak kecewa.
Suatu saat kalau ditentukan, tentu kau akan jumpa dengannya. Hanya saja...."
"Kenapa Ibu tidak teruskan"! Hanya apa..."!"
"Lebih baik kau lupakan dia!"
Puspa Ratri seakan tersentak. Seraya bergerak bangkit dia berkata.
"Ibu. Ada apa ini sebenarnya" Tadi ucapan Ibu sepertinya memberiku kebebasan.
Tapi ujungnya Ibu mengatakan aku harus melupakannya!"
"Puspa Ratri.... Aku khawatir!"
"Khawatir apa..."!"
Perempuan berbedak tebal tidak menjawab.
Sebaliknya dia berpaling ke samping kanan. "Ada orang berlari menuju arah kita!
Kita harus sembunyi!"
"Ibu! Kita belum tahu siapa adanya orang itu!" ujar Puspa Ratri sambil arahkan
pandangannya ke samping kanan. "Untuk apa kita sembunyikan diri"!"
"Saat ini rimba persilatan sedang kacau! Sulit menentukan mana lawan mana kawan!
Jalan terbaik bagi kita adalah mengetahuinya terlebih dahulu!" seraya berkata
tangan kanan perempuan berbedak tebal cepat
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik tangan Puspa Ratri. Hingga mau tak mau Puspa Ratri melangkah ke belakang
ibunya. Keduanya lalu mendekam di balik batu. Sesaat setelah keduanya berada di balik
batu, satu bayangan putih berkelebat. Tiba-tiba bayangan itu hentikan langkah
sepuluh tindak dari tempat Puspa Ratri dan ibunya mendekam.
Puspa Ratri mendadak pentangkan sepasang matanya. Tanpa sadar mulutnya terbuka
hendak bicara. Namun tertahan setelah ibunya buru-buru takupkan tangan kirinya pada mulut
anaknya. Sambil menatap pada sang anak, perempuan berbedak tebal berbisik.
"Kuharap kau bisa menahan diri!"
Sepasang mata gadis berbaju hijau itu menatap tajam ke dalam bola mata ibunya.
Hatinya disamaki dengan berbagai duga dan tanya. Namun dia menuruti juga bisikan
ibunya untuk menahan diri. Hingga akhirnya dia hanya menatap ke depan dengan
hati berdebar-debar.
Di depan sana orang yang tegak sapukan pandangannya berkeliling. Dia adalah
seorang pemuda berpakaian putih-putih. Rambutnya yang panjang sedikit acakacakan dililit dengan ikat kepala berwarna putih pula.
Tiba-tiba pemuda ini angkat tangan kirinya. Lalu jari kelingkingnya dimasukkan
ke dalam lobang telinganya.
Sambil berjingkat dan meringis sendirian, si pemuda melangkah pelan tinggalkan
tempat itu. Begitu sosok si pemuda agak jauh dan hampir saja lenyap di balik rimbun pohon
jauh di depan sana, Puspa Ratri segera bangkit. Dan tanpa hiraukan ibunya, gadis
ini berkelebat ke arah perginya si pemuda.
"Ah. Mudah-mudahan apa yang kutakutkan tidak terjadi...," kata perempuan
berbedak tebal sambil gelengkan kepala. Lalu kejap lain sosoknya berkelebat ke
arah berkelebatnya gadis berbaju hijau.
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heran. Ke mana perginya dia"!" gumam Puspa Ratri tatkala matanya tidak lagi
menangkap sosok orang yang dikejar. Dia tegak dengan kepala berputar dan mata
memandang tak berkesip ke Seantero di mana dia tegak.
"Jangan-jangan dia menuju Istana Hantu...."
Menduga begitu, gadis berbaju hijau ini segera berkelebat kembali. Namun gerakan
tubuhnya tertahan tatkala pada saat bersamaan, terdengar satu deruan.
Kejap lain satu gelombang angin melabrak ke arahnya!
Sambil berseru tegang, Puspa Ratri berkelebat ke samping selamatkan diri. Belum
sempat dia palingkan kepala ke arah sumber serangan gelap, kembali satu
gelombang angin deras melabrak kearahnya!
Untuk kedua kalinya Puspa Ratri harus berkelebat hindarkan diri. Pada saat
itulah satu bayangan berkelebat.
Bukkk! Puspa Ratri berseru tertahan. Sosoknya mencelat mental dan terjengkang di atas
rangasan semak belukar.
Terhuyung-huyung gadis berbaju hijau ini bergerak bangkit. Sepasang matanya
berkilat memandang ke depan.
Sesaat gadis berparas cantik ini terkesiap. Tujuh langkah dari tempatnya
terlihat sesosok tubuh tegak dengan kacak pinggang. Orang ini mengenakan jubah
aneh berwarna abu-abu. Jubah itu dibuat terusan dari kepala sampai kaki hingga
tidak satupun anggota tubuhnya yang kelihatan!
"Orang asing! Siapa kau"! Mengapa tiba-tiba menyerangku"!" Puspa Ratri
berteriak. Orang berjubah abu-abu aneh gerakkan tangan kirinya menunjuk pada gambar
tengkorak di bagian dadanya.
Puspa Ratri membelalakkan sepasang matanya.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tengkorak...," desis Puspa Ratri. Dada gadis ini berdebar. Kuduknya menjadi
dingin. Dia seakan mengeluh karena tidak turuti ucapan ibunya untuk diam menahan
diri. "Aku mengampuni nyawamu!" Tiba-tiba orang berjubah abu-abu aneh yang bukan lain
adalah Tengkorak Berdarah membentak. "Tapi ceritakan apa yang kau dengar dari
percakapan dua orang yang kau intip!"
Puspa Ratri kembali tersentak kaget mendapati orang mengetahui dirinya sempat
mencuri dengar pembicaraan antara Dewa Orok dan Daeng Upas beberapa waktu
berselang. Seperti diketahui, saat Tengkorak Berdarah dan Dewa Orok sama-sama hendak
lepaskan pukulan, tiba-tiba muncul seseorang yang melangkah dari pelataran
Istana Hantu. Orang ini menggendong seseorang yang pakaian bagian bawahnya
sangat panjang hingga sampai menyapu tanah. Tapi orang yang menggendong ini
tiba-tiba lenyap. Dan bersamaan itu juga Tengkorak Berdarah tidak tampak lagi di
tempatnya semula.
Seandainya saat itu Dewa Orok dan Daeng Upas tidak terkesima dengan kemunculan
orang dari pelataran Istana Hantu, niscaya keduanya akan dapat melihat bagaimana
sepasang kaki Tengkorak Berdarah tampak tersurut mundur! Lalu kepalanya bergerak
ke samping kiri kanan. Kejap lain sosoknya berkelebat.
Di saat dia berkelebat itulah, orang ini masih menangkap satu bayangan hijau
berlari lalu mengendap-endap di balik semak belukar. Tengkorak Berdarah sejurus
palingkan kepala ke arah orang yang mengendap-endap. Lalu teruskan kelebatannya.
Pada satu tempat yang dirasa aman, Tengkorak Berdarah hentikan larinya. Dia
tegak di balik pohon besar dengan kepala tengadah. Tak jelas apa yang tengah
dipikirkannya saat itu. Yang jelas dadanya tampak berguncang turun naik. Setelah
lama berdiam diri, dia lantas berkelebat lagi ke tempat di mana Dewa Orok dan
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng Upas berada. Tapi sesampainya di tempat itu, dia tidak menemukan siapasiapa lagi. Juga gadis berbaju hijau yang bukan lain adalah Puspa Ratri.
Tengkorak Berdarah tidak tahu, jika sesaat setelah munculnya gadis berbaju hijau
satu bayangan putih berkelebat lalu ikut mengendap di samping gadis berbaju
hijau dan tidak lain adalah perempuan berbedak tebal.
Rupanya Tengkorak Berdarah tidak segera tinggalkan tempat itu. Entah mengapa
orang ini menduga bahwa orang yang dicarinya masih berada di sekitar tempat itu.
Hingga akhirnya dia hanya mondar-mandir di sekitar tempat itu. Saat itulah tibatiba dia menangkap satu sosok pemuda melangkah perlahan sambil berjingkatjingkat. Namun perhatian Tengkorak Berdarah pada si pemuda segera beralih
tatkala tak lama kemudian muncul gadis berbaju hijau yang tampak mengejar si
pemuda. Si pemuda sendiri tampaknya tahu jika sedang diperhatikan orang. Laksana
terbang, dia segera berkelebat lalu lenyap di balik rumpun semak belukar.
"Jangan bicara tak karuan! Siapa mengintip orang"!"
ujar Puspa Ratri setelah dapat kuasai rasa terkejutnya.
'Gadis setan! Dengar. Kurasa kau tahu sedang berhadapan dengan siapa saat ini.
Jangan coba membohongiku! Mencabut nyawamu semudah aku
membalik telapak tangan!"
Dari apa yang baru saja dialaminya, Puspa Ratri sebenarnya sadar jika ucapan
orang di hadapannya tidak salah. Namun justru dalam keadaan demikian, rasa takut
pada diri gadis ini perlahan-lahan lenyap.
Yang muncul sekarang adalah rasa tekad untuk mempertahankan diri. Maka sambil
menatap tak berkesip, gadis ini balik membentak.
"Aku tak kena! siapa kau! Jangan membuai bermulut besar dan bicara ngaco! Dan
lekas enyah dari sini!"
Tengkorak Berdarah menggereng. "Rupanya nasibmu tidak sebaik parasmu!" ujarnya.
Ucapannya belum
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selesai, tangan kanannya telah bergerak mendorong!
Wuuttt! Terdengar deruan pelan. Namun bersamaan dengan itu satu gelombang luar biasa
dahsyat menggebrak!
Baru saja Puspa Ratri angkat kedua tangannya, tubuhnya telah tersapu lebih
dahulu. Hingga sosoknya terhuyung-huyung. Namun gadis ini teruskan sentakan
kedua tangannya!
Baru setengah jalan kedua tangannya menyentak, dari arah samping melesat
gelombang angin keras. Lalu terdengar suara letupan. Gelombang pukulan Tengkorak
Berdarah melenceng lalu ambyar!
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SEPULUH WALAU sosoknya tidak bergeming sama sekali meski pukulannya dilabrak orang,
namun gerakan kepalanya yang cepat menyentak ke samping menunjukkan bahwa
Tengkorak Berdarah sempat terkejut. Malah kepalanya diam untuk beberapa lama
seolah sepasang mata di balik jubah abu-abu aneh yang juga menutupi kepalanya
itu terpentang besar menatap tak berkesip.
Sementara di seberang depan, Puspa Ratri segera pula berpaling. Gadis ini
sejenak terpaku dengan mulut terbuka namun tak perdengarkan suara. Sepasang
matanya yang bundar menyipit membesar pandangi seorang pemuda berpakaian putihputih yang kini tegak dengan bibir tersenyum-senyum!
"Dia rupanya...," gumam Puspa Ratri mengenali siapa adanya si pemuda. Gadis ini
merasakan detakan dadanya bertambah keras. Namun diam-diam juga merasa lega dan
gembira. Hingga seakan tak meng-hiraukan adanya orang lain, ia segera menghambur
ke arah si pemuda.
Namun gerakan Puspa Ratri tertahan karena pada saat yang sama, Tengkorak
Berdarah angkat tangan kirinya diarahkan pada si gadis. Kejap lain terdengar
bentakan keras.
"Kau tetap di tempatmu! Jangan berani buka mulut dan bergerak!"
Tangan kiri Tengkorak Berdarah terus bergerak ke arah si pemuda. Mendadak si
pemuda buka mulut mendahului sebelum Tengkorak Berdarah bersuara.
"Kita belum pernah jumpa. Tentu kau akan tanya siapa diriku! Betul"!"
Tengkorak Berdarah luruskan tangannya tepat ke arah si pemuda. Terdengar dia
mendengus. Lalu terdengar bentakannya.
"Aku tak butuh nama calon bangkai manusia sepertimu!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si pemuda memperhatikan lekat-lekat pada sosok di hadapannya. Dahinya
mengernyit. Tapi sejenak kemudian dia tersenyum sambil berujar.
"Kalau kau tak butuh namaku, kini aku tanya padamu. Siapa kau"!"
"Aku tak pernah menolak pertanyaan orang, karena itu adalah pertanyaan
terakhirnya!" sahut Tengkorak Berdarah. Kepalanya lalu bergerak tengadah.
"Aku adalah manusia terakhir yang kau lihat. Akulah Tengkorak Berdarah!"
Si pemuda mendelik. Dia seakan hampir saja tak percaya apa yang baru saja
diucapkan orang. Hingga mungkin untuk meyakinkan, si pemuda berpaling ke arah
gadis berbaju hijau yang tegak menatap ke arahnya.
Dipandangi si pemuda, wajah Puspa Ratri jadi bersemu merah. Mulutnya seakan
hendak membuka, tapi terkancing lagi.
Melihat bayangan kebimbangan di wajah si gadis, si pemuda berkelebat dan tahutahu telah tegak dua langkah di samping Puspa Ratri.
"Gadis cantik berlesung pipit!" bisik si pemuda.
"Aku berterima kasih atas pertolonganmu tempo hari.
Aku sekarang butuh keyakinan. Apakah benar
ucapan manusia itu"!"
Mendengar dirinya disebut gadis cantik berlesung pipit, dada Puspa Ratri makin
berdebar. Paras wajahnya bersemu merah. Untuk beberapa saat dia tidak menjawab
pertanyaan orang. Hanya sepasang matanya yang memandang tajam ke dalam bola mata
si pemuda. Hingga untuk sesaat kedua orang ini saling bentrok pandang. Tapi Puspa Ratri
segera alihkan pandangannya. Karena Puspa Ratri tidak juga memberi jawaban, akhirnya si pemuda berbisik lagi.
"Apakah benar dia Tengkorak Berdarah"!"
Puspa Ratri berpaling. Namun kali ini tidak berani
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menatap ke bola mata si pemuda. "Aku tidak mengenalnya. Manusia yang berjuluk
Tengkorak Berdarah pun aku belum pernah melihatnya. Jadi sulit aku menjawab
apakah benar dia Tengkorak Berdarah atau bukan...."
"Lalu ada silang sengketa apa antara kau dengan dia?"
Puspa Ratri menggeleng. "Aku tak tahu. Dia tiba-tiba menyerangku...."
Si pemuda sekali lagi pandangi sosok orang berjubah abu-abu aneh. Diam-diam dia
membatin. "Apakah ini manusianya penghuni Istana Hantu" Mengapa dia menyerang
gadis ini" Hem.... Adakah ini pertanda ucapannya benar?" Tiba-tiba si pemuda
teringat akan ucapan seorang kakek yang pernah ditemuinya juga seorang kakek
yang berada di dalam kuil di sebelah barat Candi Jago.
"Dua orang yang kutemui itu nada ucapannya sama...
Malah orang terakhir yang kutemui mengatakan terus terang aku tidak boleh
membunuh Tengkorak Berdarah!
Hem.... Tapi kemunculannya yang selalu membuat bencana pada setiap orang yang
ditemuinya akan terus berlangsung jika tidak dihentikan! Mendengar ucapannya
tadi, mungkin dugaan Ratu Malam jika lenyapnya saudara-saudaranya akibat ulahnya
ada benarnya! Hem.... Tempo hari aku memang gagal memasuki istananya tapi hari ini...."
Si pemuda tidak meneruskan membatin. Karena di depan sana Tengkorak Berdarah
angkat tangan kanannya. Lalu didorong ke depan.
Wuuuttt! Satu sapuan gelombang angin melabrak ganas ke arah si pemuda. Si pemuda tidak
tinggal diam. Dia segera pula angkat tangannya dan didorong ke depan.
Terdengar letupan. Sapuan gelombang yang datang dari Tengkorak Berdarah ambyar.
Sedang gelombang yang melesat dari tangan si pemuda bertabur kian kemari.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tengkorak Berdarah perdengarkan suara menggereng. Suara gerengannya belum lenyap, sosoknya telah berkelebat ke depan.
Buukkk! Buuukkk!
Dua pasang tangan beradu keras di udara. Sosok si pemuda tersurut satu langkah.
Tengkorak Berdarah mundur dua tindak. Dari bentrokan tadi keduanya segera bisa
maklum jika lawan memiliki tenaga dalam tinggi. Malah si pemuda tampak terkesiap
sendiri dan bergumam heran.
"Aku merasa tenaga dalamku berlipat ganda! Aneh..."


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau si pemuda terkesiap dengan keadaan dirinya sendiri, tidak demikian halnya
dengan Tengkorak Berdarah. Orang ini tampaknya terkejut besar hingga secara tak
sadar dia segera membentak.
"Pemuda setan! Siapa kau sebenarnya"!"
Mendengar pertanyaan orang, si pemuda tersenyum.
"Seperti katamu, aku adalah calon bangkai manusia!"
"Setan!" teriak Tengkorak Berdarah. Kini kedua tangannya diangkat sekaligus.
Lalu disentakkan kuat-kuat.
Gelombang luar biasa hebat melesat laksana cahaya berkiblat!
Si pemuda tak mau bertindak ayal. Dia cepat salurkan tenaga dalam pada kedua
tangannya. Tiba-tiba tangannya berubah menjadi berwarna kekuningan. Udara
berubah panas menyengat. Inilah pertanda bahwa si pemuda hendak lepaskan pukulan
sakti 'Lembur Kuning'!
Pukulan yang dahulu pernah dimiliki oleh seorang tokoh bergelar Pendeta Sinting
yang akhirnya diwariskan pada murid tunggalnya Joko Sableng Pendekar Pedang
Tumpul 131. Begitu kedua tangan si pemuda yang bukan lain adalah Pendekar 131 mendorong,
satu gelombang angin luar biasa dahsyat menghampar dengan membawa hawa panas
menyengat dan menebarkan semburatan warna kuning di udara.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tempat itu mendadak laksana dilanda gempa hebat.
Tanahnya bergetar keras dan bertaburan keudara.
Anehnya sosok Pendekar 131 hanya tersurut tiga langkah, sementara Tengkorak
Berdarah tersapu sampai satu tombak!
"Heran.... Aku mengerahkan tenaga dalam seperti biasa. Tapi kurasa tenaga
dalamku jadi berlipat ganda!
Apa sebenarnya yang terjadi dengan diriku"!" kata Joko dalam hati. Murid Pendeta
Sinting ini tidak tahu, jika di dalam tubuhnya kini mengendap tenaga dalam milik
kakek yang berada di dalam kuil yang tanpa
sepengetahuan Joko telah salurkan seluruh tenaga luar dalamnya hingga dia
sendiri kehabisan tenaga dan menghembuskan napas terakhir.
Tengkorak Berdarah tersentak bukan main. "Baru kali ini aku mendapati orang yang
tenaga dalamnya begitu kuat. Siapa sebenarnya jahanam ini" Jangan-jangan pemuda
ini yang kucari.... Tapi aku harus buktikan dahulu!"
Berpikir begitu Tengkorak Berdarah takupkan kedua tangannya di depan dada.
Terdengar gumaman tak jelas dari mulut di balik jubah abu-abunya yang aneh.
Sikap orang membuat murid Pendeta Sinting segera maklum jika dia sedang siapkan
pukulan andalannya.
Pendekar 131 tak tinggal diam. Dia segera pula kerahkan tenaga dalam siapkan
sekali lagi pukulan sakti
'Lembur Kuning'. Namun tiba-tiba dia ragu-ragu. Di telinganya terngiang ucapan
Raja Tua Segala Dewa dan kakek dalam kuil. Dia juga merasa heran. Saat hendak
memasuki Istana Hantu, pukulan sang penghuni terasa begitu hebat. Namun orang
yang mengaku sebagai Tengkorak Berdarah ini pukulannya bisa dipangkas dengan
mudah! Keragu-raguan Pendekar 131 cepat ditangkap Tengkorak Berdarah. Dia tak menyianyiakan kesempatan.
Dia segera tarik kedua tangannya dan disentak ke depan berulangkali.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wuuuttt! Wuuttt! Wuuuttt! Wuuuttt!
Empat gelombang angin dahsyat susul-menyusul melabrak ke arah murid Pendeta
Sinting. Demikian cepatnya gelombang itu hingga tak ada kesempatan lagi bagi
Joko untuk lepaskan pukulan apalagi kini hatinya digelayuti perasaan ragu-ragu.
Puspa Ratri yang mengetahui hai itu segera bertindak. Gadis ini yang memiliki
gerakan laksana kilat cepat berkelebat. Karena tak mungkin menyambar tubuh Joko,
akhirnya gadis ini hanya tendangkan kaki kanannya ke arah pinggul murid Pendeta
Sinting. Buukkk! Sosok Pendekar 131 tampak mencelat satu tombak ke samping. Hal ini
menyelamatkannya dari gelombang pukulan yang pertama.
Namun bahaya belum selesai. Karena ternyata empat gelombang angin yang melesat
dari kedua tangan Tengkorak Berdarah menebar dan salah satunya kini mengarah
pada Joko yang masih terhuyung akibat tendangan Puspa Ratri!
Meski terhuyung, Pendekar 131 angkat juga tangannya untuk memapak pukulan yang
datang. Namun satu gelombang angin tiba-tiba menyeruak dan mendahului pukulan
Joko memapak gelombang pukulan Tengkorak Berdarah!
Gelombang pukulan yang mengarah pada murid
Pendeta Sinting tersapu keras lalu mengudara menghantam tempat kosong.
Tengkorak Berdarah berseru keras. Dia segera berkelebat ke samping kanan dari
mana angin yang memangkas pukulannya bersumber. Kedua tangannya sudah diangkat
tinggi-tinggi siap lepaskan lagi pukulan.
Namun begitu sepasang mata di balik bungkus jubah anehnya memandang ke depan,
mendadak kedua tangannya terdiam di udara.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SEBELAS TUJUH langkah di hadapan Tengkorak Berdarah tegak, terlihat satu sosok tubuh
perempuan yang wajahnya disaput bedak putih tebal. Rambutnya digelung ke
belakang. Kedua tangannya bergerak menarik ke belakang lalu diluruhkan ke bawah.
Entah kenapa tiba-tiba Tengkorak Berdarah urungkan niat untuk lepaskan pukulan.
Orang ini merasakan dadanya berdebar. Pikirannya gelisah. Namun sesaat kemudian
Tengkorak Berdarah gerakkan lagi kedua tangannya hendak menyentak.
Perempuan berbedak tebal yang bukan lain adalah ibu Puspa Ratri tersenyum. Lalu
kepalanya menggeleng.
Tengkorak Berdarah untuk kedua kalinya urungkan niat.
Namun kedua tangannya masih berada di udara.
Perempuan berbedak tebal melirik ke arah Pendekar 131, lalu beralih ke arah
Puspa Ratri. Sejenak kemudian memandang lekat-lekat pada Tengkorak Berdarah.
"Anak-anak muda itu tidak punya urusan apa-apa!
Jangan turutkan kemarahan dan gejolak hati! Mari kita bicara baik-baik!"
"Siapa kau sebenarnya" Tahu apa kau tentang orang-orang itu. Hah"l"
Perempuan berbedak tebal tersenyum. "Kau mungkin sudah lupa. Pada beberapa tahun
silam kita pernah jumpa!"
Tengkorak Berdarah tengadahkan kepala. "Memang benar. Beberapa tahun lalu aku
pernah jumpa perempuan keparat ini! Dahulu dia juga pernah menghalang-halangiku!
Hem...." "Kita memang pernah jumpa! Tapi dari dulu kau merahasiakan dirimu! Itulah yang
membuatku urungkan niat untuk membunuhmu. Aku ingin kau sebutkan diri dahulu
sebelum kukirim ke neraka!"
"Keinginanmu akan segera terpenuhi. Tapi kurasa bukan di sini tempat yang baik
untuk...."
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tak punya waktu banyak!" potong Tengkorak Berdarah. "Kalau kau tidak mau
katakan tak apa-apa!
Tapi niatku tidak berubah!"
"Hem.... Sebenarnya kau punya banyak waktu. Hanya karena kau terdorong oleh
banyak keinginan, waktumu jadi sempit! Padahal selama ini kau tidak mendapatkan
apa yang kau inginkan!"
Sosok Tengkorak Berdarah tampak bergetar.
"Kau tahu apa tentang diriku?"
Perempuan berbedak tebal menggeleng pelan.
"Aku tak tahu banyak tentang dirimu. Yang kutahu adalah selama ini kau menebar
maut tanpa ujung pangkal jelas!"
Tiba-tiba Tengkorak Berdarah tertawa bergelak.
"Bagus jika kau sudah tahu itu! Dan kau adalah calon korban maut tak jelas itu!"
"Hem.... Itu urusan takdir yang belum tentu.
Sekarang aku tanya padamu.... Apakah dengan menebar maut itu semua keinginanmu
terpenuhi"!"
"Keparat! Dari tadi kau sebut-sebut keinginan! Dengar perempuan! Tanganku
menebar maut bukan tanpa tujuan jelas! Dan selama ini memang keinginanku belum
terpenuhi. Sayang sebentar lagi nyawamu melayang!
Jika tidak tentu kau akan tahu!"
Perempuan berbedak tebal batuk-batuk beberapa kali. "Kau yakin akan hal itu"!"
"Aku tak perlu keyakinan! Aku punya akal dan kekuatan!"
"Itu belum cukup, Sahabat! Buktinya selama ini kau belum mendapatkan apa yang
menjadi keinginanmu!"
"Kau tahu apa tentang keinginanku" He..."!"
"Itu akan kukatakan. Tapi tidak di sini! Besok malam kutunggu kedatanganmu di
dekat pancuran air di sebelah timur Kampung Pandan! Tentu kau masih ingat tempat
itu!" "Kalau urusan sepele untuk apa harus dibicarakan di tempat itu"! Kau takut
didengar mereka"!" tanya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tengkorak Berdarah sambil menunjuk pada Pendekar 131 dan Puspa Ratri yang masih
tegak dengan mendengarkan pembicaraan mereka.
"Ini bukan hanya urusan sepele. Tapi juga urusan di antara kita berdua!"
Tengkorak Berdarah tertawa bergelak. "Urusanmu denganku adalah urusan pembayaran
nyawamu karena menghalangiku! Tidak ada urusan lain!"
"Di antara kita ada urusan lain! Dan itu lebih besar daripada urusan nyawaku!
Usahakan untuk datang ke tempat yang kukatakan tadi!"
"Keparat! Siapa sebenarnya perempuan ini" Dia seakan tahu rencana keinginanku!"
membatin Tengkorak Berdarah sambil memperhatikan perempuan berbedak tebal yang
saat Itu melangkah ke arah tegaknya Pendekar 131 dan Puspa Ratri anaknya.
"Terima kasih atas ucapanmu tempo hari.... Aku memang bertemu...."
"Cukup, Anak muda! Sekarang kuharap kau lekas tinggalkan tempat ini!" tukas
perempuan berbedak tebal, membuat murid Pendeta Sinting tersentak. Di sebelahnya, Puspa Ratri tampak terdiam dengan dada dipenuhi berbagai perasaan.
"Orang ini aneh... Kemarin tampaknya sikapnya halus, tapi kali ini nada
ucapannya ketus... Apa ada yang salah"!" kata Joko dalam hati.
Diam-diam pula Puspa Ratri membatin. "Kenapa Ibu lain dengan biasanya" Apakah
dia benar-benar hendak memaksakan kehendaknya agar aku melupakan pemuda ini"
Tidak! Siapa pun tak berhak melarangku! Termasuk Ibu!"
"Anak muda! Kau mendengar ucapanku. Kenapa masih tegak di situ"!" tegur
perempuan berbedak tebal saat dilihatnya murid Pendeta Sinting masih tidak
beranjak dari tempatnya.
"Harap sudi mengatakan jika aku membuat tindakan keliru!" ujar Joko.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemunculanmu di sini, Anak Muda! Itulah hal yang salah bagimu!" sahut perempuan
berbedak tebal. "Kau masih punya urusan penting! Jadi lekaslah tinggalkan tempat
ini!" "Urusan penting?" ulang Joko. Dia sebenarnya hendak bertanya pada perempuan
berbedak tebal.
Namun si perempuan telah melangkah ke arah Puspa Ratri. Dan terdengar dia
berkata. "Kau ikuti aku!"
Puspa Ratri memandang tajam pada ibunya. Namun sebelum gadis berbaju hijau ini
buka mulut, perempuan berbedak tebal telah berkata.
"Ini demi kebaikanmu! Jadi buanglah salah sangka!"
Sementara perempuan berbedak tebal telah berbicara dengan Pendekar 131 dan Puspa
Ratri, Tengkorak Berdarah arahkan kepalanya pada Pendekar 131.
"Mereka bertiga nampaknya sudah saling kenal.
Hem.... Aku akan mengorek keterangan dari mulut pemuda ini! Perempuan berbedak
tebal itu tampaknya tahu banyak semua urusan orang! Sebetulnya aku tak ingin
turuti ucapannya, tapi...." Tengkorak Berdarah tidak lanjutkan kata hatinya.
Diam-diam dia berkelebat pergi dari tempat itu.
Sebenarnya murid Pendeta Sinting tahu kelebatan perginya Tengkorak Berdarah,
namun karena hatinya masih sangsi juga karena perempuan berbedak tebal sudah
menjanjikan pertemuan, maka dia sengaja pura-pura tak hiraukan perginya si
Tengkorak Berdarah.
"Puspa Ratri! Ikut aku!" kata perempuan berbedak tebal. Lalu tanpa berpaling
pada Pendekar 131, perempuan ini melangkah tinggalkan tempat itu.
Puspa Ratri sesaat pandangi ibunya, lalu menatap pada murid Pendeta Sinting.
Wajahnya tampak murung.
Tiba-tiba gadis berbaju hijau ini melompat ke arah Joko.
"Kau tunggulah di sini! Aku masih perlu bicara!"
Habis berbisik begitu, tanpa menunggu jawaban murid Pendeta Sinting, Puspa Ratri
melangkah mengikuti
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya. Pada satu tempat agak jauh, perempuan berbedak tebal hentikan langkahnya.
Kepalanya berpaling ke belakang. Dia menghela napas melihat anaknya kelihatan
enggan dan murung.
"Kau tak tahu, Anakku! Selama ini kulakukan karena Ibu tidak mau melihatmu
mengalami nasib yang pernah Ibu alami! Aku tak ingin melihatmu merana karena
cinta..., Puspa Ratri...!" kata perempuan berbedak tebai begitu anaknya agak
dekat. "Kuharap kau mengerti akan tindakan Ibu! Ini demi kebaikanmu kelak...."
Puspa Ratri tidak menyahut. Malah memandangpun tidak, membuat perempuan berbedak
tebal gelengkan kepala perlahan. Setelah berpikir agak lama dan dilihatnya Puspa
Ratri hanya tegak dengan mulut terkancing dan pandangan ke jurusan lain,
akhirnya ibunya berujar.
"Seorang Ibu tidak ada yang punya maksud jahat, Anakku! Tapi jika kau masih
menduga yang tidak-tidak, sekarang terserah padamu. Kau boleh mengikutiku atau
pergi ke mana saja kau suka!"
Habis berkata begitu, perempuan berbedak tebal teruskan langkah. Puspa Ratri
untuk beberapa saat masih tegak. Gadis ini gundah. Apakah pergi mengikuti ibunya
atau kembali ke pemuda yang diam-diam dirindukannya. Namun akhirnya gadis
berbaju hijau ini perturutkan kata hatinya untuk menemui Pendekar 131!
Begitu Puspa Ratri berpaling dan terlihat ibunya sudah jauh, gadis ini balikkan
tubuh. Lalu berkelebat cepat ke arah dari mana dia datang.
Sementara itu, Pendekar 131 sendiri untuk beberapa saat lamanya masih tetap di
tempatnya berdiri. Dia coba menduga-duga apa yang diucapkan perempuan
berbedak tebal. Karena begitu tenggelam memikirkan keanehan sikap perempuan
berbedak tebal juga sikap si gadis, murid Pendeta Sinting ini tidak sadar jika
dari sela semak satu sosok tubuh terus memperhatikan gerakDewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
geriknya. "Saatnya aku mengorek keterangan dari mulutnya"
kata orang yang sedari tadi mengawasi Pendekar 131
dan bukan lain adalah Tengkorak Berdarah.
Orang berjubah abu-abu aneh ini segera berkelebat keluar. Tapi gerakannya
tertahan tatkala dari arah depan sana satu bayangan hijau berkelebat cepat dan
tahu-tahu telah tegak lima langkah di hadapan Pendekar 1311
"Jahanam! Gadis setan itu lagi! Akan kulihat dulu apa yang hendak diperbuat
keduanya!" gumam Tengkorak Berdarah mengenali siapa adanya orang yang kini tegak
di depan murid Pendeta Sinting.
"Apa yang hendak dibicarakan gadis cantik ini?" tanya Joko dalam hati seraya
pandangi Puspa Ratri. Yang dipandang balas memandang. Namun hanya itu yang
dilakukan si gadis. Dia tidak buka mulut untuk bicara.
Joko Sableng melangkah mendekat. "Aku lupa pernah mengatakan namaku padamu atau
belum. Tapi tak ada jeleknya bukan jika aku mengatakan saat ini padamu"
Tak enak rasanya bicara tanpa tahu siapa orang yang diajak bicara...."
Kemurungan si gadis mendadak lenyap. Bibirnya bergerak sunggingkan senyum. "Aku
juga lupa apa pernah dengar kau sebutkan diri apa belum. Sementara kau sendiri
tadi tentu sudah mendengar namaku disebut."
"Hem.... Boleh kutahu, apa hubunganmu dangan perempuan memakai bedak tebal tadi"
Lalu kemana dia pergi?"
"Kau sebutkan dulu siapa dirimu...," ujar Puspa Ratri masih dengan bibir
tersenyum. "Ah.... Namaku Joko Sableng!"
"Aku Puspa Ratri...." Gadis berbaju hijau menimpali.
"Hem.... Aku lebih suka memanggilmu Gadis cantik berlesung pipit! Kau tak
keberatan?"
Paras muka Puspa Ratri memerah. Dadanya
berdebar. Dia akhirnya hanya gelengkan kepala sambil
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arahkan kepala sedikit ke samping sembunyikan perubahan raut wajahnya.
"Lalu siapa perempuan tadi"!" tanya murid Pendeta Sinting.
"Dia ibuku!"
Pendekar 131 kernyitkan dahi. Seakan tahu apa yang dipikir murid Pendeta
Sinting, Puspa Ratri sambung ucapannya. "Aku sendiri tak tahu mengapa Ibu


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan penyamaran begitu rupa! Saat kutanya dia selalu jawab saatnya akan
datang untuk membuka
penyamarannya...."
"Ke mana dia pergi" Dan mengapa kau tidak mengikutinya" Bukankah dia menyuruhmu
untuk ikut"!"
"Dia tidak mengatakan hendak ke mana. Aku sudah besar. Aku bebas tentukan
langkah sendiri!" suara Puspa Ratri kali ini agak keras dan bergetar.
"Ah. Mungkin terjadi sesuatu antara gadis ini dengan ibunya! Waktu tiba tadi,
kulihat wajahnya murung....
Hem... jangan-jangan ini karena aku!" duga Joko dalam hati. Lalu berkata.
"Kuharap tidak terjadi sesuatu apa antara kau dan ibumu karena kemunculanku
tadi...." "Ah...," Puspa Ratri mengeluh. "Kau tak tahu, Joko....
Justru karena kaulah semua ini terjadi.... Apakah kau tidak merasa bagaimana
perasaanku padamu" Sejak pertama kali melihatmu, aku tertarik.... Bahkan karena
itu, aku berani tidak menuruti perintah ibgku...."
"Kau tak usah cemaskan itu, Joko!" kata Puspa Ratri pada akhirnya.
"Tapi tampaknya ibumu tidak menyukai kehadiranku!
Dia kelihatan berubah! Tidak seperti pertama kali jumpa tempo hari...."
"Hem.... Itu mungkin hanya perasaanmu saja!" ujar Puspa Ratri masih coba
menutupi. Pendekar 131 gelengkan kepala. "Aku seorang laki-laki. Tidak biasa menilai
dengan perasaan. Aku melihat dari sikap dan ucapannya...."
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Ratri jadi terdiam mendengar ucapan murid Pendeta Sinting.
"Mungkin penilaianku salah," sambung Joko.
"Tapi perubahan wajahmu menguatkan dugaanku....
Mungkin ibumu tidak suka aku bersahabat denganmu!"
Puspa Ratri memandang lekat-lekat pada Pendekar 131. "Kau jangan terlalu jauh
menduga, Joko. Dan ketahuilah.... Siapa pun termasuk ibuku tak berhak untuk
menghalangi persahabatan kita! Aku....Aku...."
Puspa Ratri tak sanggup untuk teruskan ucapannya.
"Ah. Ada apa sebenarnya dengan gadis cantik ini?"
batin Joko. "Mungkin ibumu punya pandangan sendiri padaku.
Atau...." "Joko...." Puspa Ratri tiba-tiba menghambur ke arah Pendekar 131. Kedua
tangannya cepat melingkar di pinggang murid Pendeta Sinting, sementara kepalanya
disandarkan pada dadanya. Sesaat Pendekar 131
tampak terperangah. Namun untuk menenangkan perasaan si gadis akhirnya dia hanya
diam saja, malah tidak lama kemudian kedua tangannya ikut melingkar di pinggang
si gadis. "Joko...," bisik Puspa Ratri. "Apa pun pandangan ibuku padamu, aku percaya kau
adalah pemuda baik!
Dan sejak pertama kali melihatmu, aku suka padamu...."
Ucapan terus terang si gadis membuat murid Pendeta Sinting makin terlengak.
Hingga untuk beberapa lama mulutnya terbuka tapi tak keluarkan suara. Sebaliknya
Puspa Ratri makin mempererat pelukannya.
Beberapa saat berlalu. Entah karena khawatir tak dapat menguasai gejolak yang
mulai timbul, murid Pendeta Sinting berbisik.
"Tak baik kita berpelukan di tempat begini. Apalagi jika ibumu mendadak
muncul...."
Tapi Puspa Ratri seakan tak mendengar ucapan pelan murid Pendeta Sinting. Malah
gadis ini makin rapatkan tubuhnya.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar 131 menarik napas dalam. Dia tidak mengerti kenapa dalam keadaan begini
tiba-tiba muncul bayangan Dewi Seribu Bunga dan Sitoresmi. Hingga tanpa sadar
dia menggumam pelan seakan bicara sendiri.
"Joko.... Kau bicara apa?" tiba-tiba Puspa Ratri menegur sambil tarik wajannya
dari dada murid Pendeta Sinting.
Joko tersentak. Bayangan Dewi Seribu Bunga dan Sitoresmi lenyap. Seraya
tersenyum menutupi keterkejutannya, dia berbisik.
"Aku khawatir ibumu kembali dan tahu kita...."
"Kau takut" Atau di hatimu ada orang lain, Joko?"
"Walah. Jangan-jangan dia tadi mendengar gu-mamanku yang keluar secara tidak
kusengaja...."
"Aku senang mendapat perhatian darimu.... Padahal aku bukanlah pemuda yang
seperti kau duga...," ujar Joko Sableng pada akhirnya
"Kau menjawab bukan pertanyaanku, Joko...."
Karena murid Pendeta Sinting tidak juga menjawab ucapan Puspa Ratri berbisik
lagi. "Jujurlah, Joko. Adakah gadis lain yang telah mendahuluiku" Aku tidak akan
memaksakan kehendak hatiku jika memang di hatimu ada orang lain! Percayalah. Aku
siap mendengar ucapanmu meski sebenarnya aku harus menelan rasa kecewa...."
Sambil berbisik, Puspa Ratri pejamkan sepasang matanya. Dada gadis ini tampak
bergetar. Joko juga merasakan kedua tangan Puspa Ratri yang masih memeluk pinggangnya juga
bergetar. Mungkin hanyut oleh ucapan si gadis, Joko gerakkan wajahnya lalu mencium kening
si gadis. Puspa Ratri menggumam tak jelas. Lalu rebahkan kembali wajahnya ke dada murid
Pendeta Sinting. Dan tak lama kemudian, entah siapa yang memulai, keduanya
terlihat tenggelam dalam pelukan mesra.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Pendekar Pedang Tumpul 131 Joko Sableng tenggelam dalam pelukan mesra
dengan Puspa Ratri, dari arah timur satu sosok tubuh berkelebat lalu diam
mendekam di balik semak belukar tidak jauh dari tempat dua orang itu berpelukan.
Orang ini ternyata adalah pemuda berwajah tampan berkumis tipis mengenakan
pakaian hitam-hitam.
Untuk sesaat sepasang mata pemuda berpakaian hitam-hitam yang bukan lain adalah
Raka Pradesa menyipit menyaksikan pemandangan di depan sana.
Namun begitu mengenali siapa adanya orang yang sedang bermesraan itu, mendadak
matanya mendelik dan memandang tak berkesip seolah tak percaya. Kejap lain
terlihat kedua tangan pemuda berkumis tipis ini mengepal. Dari mulutnya
terdengar gumaman tak jelas.
Ingin rasanya pemuda ini melompat keluar dari tempatnya jika saja pikiran jernih
tidak segera muncul menghadang. Malah diam-diam kepala pemuda ini segera
berpaling ke jurusan lain.
Kalau ada orang lain di tempat itu tentu akan tahu, jika bersamaan dengan
berpalingnya kepala si pemuda, sepasang matanya tampak berkaca-kaca! Dan tak
lama kemudian kedua tangannya terangkat menutupi wajahnya. Namun tiba-tiba Raka
Pradesa tarik kedua tangannya dari wajahnya. Kepalanya tengadah.
"Ucapan perempuan berbedak tebal itu.... Rupanya ada benarnya. Aku harus
melupakan pemuda itu.... Ah, ternyata dia telah punya seorang gadis.... Hem...
makanya gadis itu menolong. Tak tahunya jika dia adalah sepasang kekasih. Tapi
ini juga mungkin karena kesalahanku yang tidak berterus terang. Dia mungkin
memandangku apa adanya! Tidak tahu jika aku adalah...." Raka Pradesa menarik
napas dalam. Kepalanya berpaling lagi. Namun cepat-cepat kepalanya disentakkan lagi begitu
terlihat bagaimana di depan sana Pendekar 131 tampak makin mempererat pelukannya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menciumi wajah gadis berbaju hijau.
Mungkin tak dapat menahan perasaan, Raka
Pradesa saling remaskan kedua tangannya. Dadanya tampak berguncang keras.
Matanya berkaca-kaca namun terpentang besar-besar.
"Apa yang harus kulakukan sekarang" Tak pantas rasanya mengusik keasyikan
mereka. Tapi aku tak bisa melihat mereka terus-terusan begitu! Perbuatan gila
itu harus dihentikan!" gumam Raka Pradesa berapi-api.
Namun sekejap kemudian dia mengeluh. "Tapi ini bukan salah mereka! Akulah yang
salah! Tapi apakah aku juga salah jika mengharapkan?"
Untuk beberapa lama Raka Pradesa diam tak tahu harus berbuat apa. Setelah
menarik napas berulangkali, akhirnya dia bergumam.
"Ah. Mungkin ini suratan nasib yang harus kujalani....
Aku akan mencoba turuti ucapan perempuan berbedak tebal itu untuk melupakan
pemuda itu.... Tapi apakah aku mampu..." Sejak pertama kali jumpa, aku tak bisa
melupakannya...."
Raka Pradesa bergerak bangkit. "Daripada harus melihat hal yang membuat hatiku
tampak kecewa, lebih baik aku tinggalkan tempat celaka ini!' Akhirnya Raka
Pradesa memutuskan.
Meski dia bergumam begitu, namun sebelum
bergerak pergi, dia tak kuasa juga untuk tidak berpling melihat orang di depan
sana. Raka Pradesa terdengar perdengarkan dengusan pelan begitu berpaling. Lalu
sentakkan kepalanya dan berkelebat tinggalkan tempat itu. Namun satu teguran
pelan mendadak terdengar, membuat Raka Pradesa urungkan niat untuk berkelebat.
"Apa kerjamu di sini, Anak Muda?"
Raka Pradesa putar diri. Sejarak lima langkah dari tempatnya, pemuda berkumis
tipis ini melihat satu sosok tubuh!
SELESAI Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
PENDEKAR PEDANG TUMPUL 131
JOK0 SABLENG Segera terbit!!!
Serial Joko Sableng
Pendekar Pedang Tumpul 131
dalam episode: RATU CINTA DARI DASAR BUMI
Kisah Sepasang Rajawali 19 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Istana Kumala Putih 5

Cari Blog Ini