Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis Bagian 2
membusai. Di tengah-tengah berkiblatnya sinar hitam tersebut tiba-tiba
terdengar pula suara raungan aneh.
Suara raungan kemudian berubah menjadi siulan tidak teratur. Bahkan terus
berubah seperti suara ringkik kuda
jantan. Suara yang tidak teratur dan
sesungguhnya keluar dari empat lubang miring yang terdapat di tengah
cekungan pipih di tengah-tengah mandau ini benar-benar mengacaukan gerakan
silat Dasa Reksa dan salah seorang
anak buahnya. Serangan-serangan yang mereka
lancarkan pun mulai membabi buta.
Namun sampai sejauh itu tetap saja
sangat berbahaya bagi Suro Blondo.
Bahkan satu tendangan menggeledek
berisi tenaga dalam penuh menghantam
punggung Suro Blondo. Untuk yang
kesekian kalinya pemuda itu tersungkur roboh. Namun senjata sakti mandau
jantan masih tergenggam erat di
tangannya. Sekilas Dasa Reksa sempat
melihat Senjata berbentuk aneh ini.
Sungguhpun hatinya berubah kecut. Namun ia tetap mengayunkan cambuknya
untuk merampas mandau sakti di tangan lawan.
Ayunan cambuk mengarah pada
bagian tangan Suro Blondo sempat
dirasakan oleh si pemuda. Sehingga ia menggerakkan senjata ke arah datangnya
cambuk yang menderu ke arahnya.
"Prass!"
"Tees!"
Cambuk baja di tangan lawan
terbabat putus menjadi beberapa
bagian. Kesempatan itu tidak disiasiakan oleh Suro Blondo. Seraya
melompat ke depan sambil menusukkan
senjata di tangannya ke bagian perut
Dasa Reksa. Kepala algojo ini berkelit ke
samping kiri dengan jalan menggeser
langkahnya sebanyak dua tindak. Serangan Suro Blondo luput. Tapi senjata
itu kemudian ia belokkan
dan menghantam tulang iga Dasa Reksa.
Bukan main cepatnya serangan
Pendekar Blo'on, sehingga lawan tidak sempat melihat berkiblatnya senjata si
pemuda. Tahu-tahu saja dadanya kena
dihantam. "Craak! Craaaak...!"
"Wuaaakkk!"
Suara teriakan Dasa Reksa
laksana merobek langit. Tubuhnya
terguling, setelah empat tulang rusuknya terbabat putus senjata milik Suro
Blondo. Laki-laki itu berkelojotan
sebentar untuk kemudian terdiam
selama-lamanya. Mati!
Suro Blondo bersiul nyaring. Ia
memperhatikan algojo yang cuma tinggal satu-satunya ini. Ia menggerakkan
tangannya, seraya memberi isyarat pada algojo yang sudah lumer nyalinya ini
untuk maju menyerangnya. Namun algojo itu malah melangkah mundur bersiap-siap
langkah seribu.
"Kau mau kabur kemana?" desis Suro Blondo. Pemuda ini tampaknya
sengaja membiarkan algojo tersebut
melarikan diri. Namun begitu sang
algojo membalikkan badan dan ambil
langkah dua ribu. Suro Blondo memungut sebuah batu sebesar kepalan tangan.
Batu itu kemudian disambitkannya ke
bagian punggung laki-laki berkepala
botak tepat mengenai sasaran.
"Pluuuk!"
"Wadooow...!"
Sang algojo menjerit tertahan.
Tubuhnya terguling roboh tanpa mampu
bangkit kembali. Sungguhpun ia
berusaha mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya. Namun tetap
saja ia tidak mampu membebaskan diri
dari totokan. "Ternyata kau hanya seorang
pengecut yang takut mati! Tapi hukuman segera kau terima dari para pekerja
itu begitu aku membebaskan rantai baja yang membelenggu tubuh mereka!" kata
pemuda itu, lalu usap-usap keningnya.
"Tunggu, tolong lepaskan aku!
Aku berjanji mengabdi padamu jika kau mau menyelamatkan aku dari amarah
mereka!" kata algojo itu penuh per-mohonan. Suro Blondo malah melangkah pergi
sambil berkata:
"Manusia memang selalu begitu.
Jika nyawa sudah di tenggorokan baru
merengek-rengek minta ampun dan tobat.
Huh... dasar kecoa kudisan!" desis Suro Blondo.
Tidak lama kemudian Pendekar
Blo'on melepaskan rantai yang
membelenggu tangan para pekerja itu.
Setelah dirinya merasa terbebas, maka para pekerja itu beramai-ramai
meninggalkan gua penggalian.
Saat mereka melihat salah satu
algojo masih dalam keadaan tertotok.
Dengan penuh amarah mereka mencincang tubuh algojo malang yang selama ini
menyiksa mereka di lingkungan kerja
paksa. Di kejauhan lamat-lamat Suro
Blondo yang telah meninggalkan Bumi
Ayu mendengar suara jerit kesakitan
dari mulut sang algojo yang sedang
menerima hukuman rimba. Pendekar
Blo'on bergidik seram, lalu golanggolengkan kepalanya berulang-ulang.
7 Sekujur tubuh kedua pemuda itu
telah babak belur. Kulitnya terbesetbeset. Bagian wajahnya terkelupas,
darah menetes-netes bercampur debu
jalanan. Keadaan mereka benar-benar
berada antara sadar dan tiada. Kuda
terus berlari kencang. Penunggangnya
gadis berbaju ungu terus menggebraknya bagai kesetanan. Setelah memasuki kota
Malaya, gadis ini memperlambat
kecepatan kudanya. Bagi Mustika Jajar tidak sulit menemukan tempat kediaman
saudagar Bergola Mungkur yang kaya
raya itu. Ia memiliki rumah yang
paling besar dan yang paling mewah di tengah-tengah kota tersebut.
Mustika Jajar memasuki alunalun, lalu berbelok ke arah halaman
yang cukup luas. Para begundal
saudagar Bergola Mungkur langsung
mengurungnya begitu melihat kehadiran gadis berbaju ungu ini. Sebaliknya
Mustika Jajar dengan angkuh membentak.
"Menyingkir kalian! Aku datang
kemari untuk menyerahkan dua perusuh
pada majikanmu!"
Serentak mereka memandang pada
dua tawanan yang pada bagian tangan
dan kakinya terikat kuat. Sementara
wajah mereka sudah tidak dapat
dikenali karena luka-lukanya yang
cukup parah. "Siapakah mereka?" tanya kepala pengawal merasa curiga.
"Jangan banyak tanya! Panggil
majikanmu, hanya padanya aku dapat
menjelaskan siapa tawanan ini." dengus Mustika Jajar sengit.
"Tidak bisa!" kata pengawal itu kurang senang.
"Kalau begitu kau memang pantas
mati!" Mustika Jajar menggeram. Ia angkat tangannya tinggi-tinggi. Pada
saat itulah ia mendengar suara serak
seseorang. "Tahan...!"
Gadis baju ungu menurunkan
tangannya, ia menoleh ke arah suara
itu. Kini ia melihat seorang laki-laki berpakaian mewah datang menghampiri.
Laki-laki itu berumur kurang lebih
lima puluh tahun. Kumisnya tebal
terpelihara rapi. Sekali lihat saja si gadis sudah dapat melihat inilah
orangnya saudagar yang ingin
ditemuinya itu. Serta merta Mustika
Jajar mengangguk penuh rasa hormat.
Kemudian, senyum genitnya pun
mengembang. "Kalau tidak salah aku sedang
berhadapan dengan saudagar Bergola
Mungkur yang kaya raya."
Laki-laki berbaju hijau bersulam
benang emas ini menganggukkan kepala.
Tenggorokannya turun naik setelah
melihat kecantikan gadis yang duduk di atas punggung kuda tersebut.
"Dugaanmu memang benar!" sahut saudagar. "Ada gerangan apakah kau menemuiku?"
tanya tuan rumah. Matanya yang jalang merayapi sekujur tubuh si gadis yang
terbalut pakaian serba ungu yang ketat dan tembus pandang.
Sebaliknya Mustika Jajar malah
menggerak-gerakkan tubuhnya, hingga
membuat gelora birahi si saudagar
terbangkitkan. "Aku sengaja mencarimu untuk
menyerahkan dua ekor kunyuk yang
hendak menghancurkan ladang emasmu di Bumi Ayu. Kuharap kau suka memberi
upah lelah atas jerih payah ini!" kata gadis itu sambil mengedipkan matanya.
Sementara belasan pengawal yang
sempat mengurung gadis berbaju ungu,
kini telah membubarkan diri dan
kembali berjaga-jaga di tempatnya
masing-masing. Bergola Mungkur telan ludah
basahi bibir. Sungguhpun ia telah
mempunyai tiga orang istri dan anak
yang sudah dewasa. Namun sebagai laki-laki mata keranjang. Tentu saja ia
tidak menyia-nyiakan kesempatan
melihat gadis secantik Mustika Jajar.
Apalagi tampaknya gadis berpakaian
tipis itu memang memberi angin
kepadanya. "Mengenai hadiah kau tidak usah
khawatir! Kau meminta pasti aku akan
memberikannya padamu dalam jumlah yang tidak kau duga. Tapi aku mau tahu
siapa dua pemuda yang kau seret itu?"
"Hik hik hik...! Mereka
menamakan dirinya sebagai Pendekar
dari Kuningan. Beberapa hari yang lalu algojomu menculik pemuda-pemuda daerah
itu. Itu sebabnya mereka sengaja
datang ke Bumi Ayu untuk mengambil
kembali pemuda-pemuda yang diculik
oleh anak buahmu."
"Puah... kepandaian hanya seujung kuku. Mereka benar-benar mencari penyakit bila bermaksud merusak
pencarian orang lain. Jika kau memang berada di pihakku. Kuharap sekarang
juga kau mau membunuhnya!"
Sebagai Iblis Betina Dari
Neraka, tentu saja Mustika Jajar
dengan senang melakukan tugas yang
diberikan oleh saudagar Bergola
Mungkur. "Jika aku telah membawanya
kemari. Membunuh manusia-manusia
seperti kecoa ini bukan merupakan
pekerjaan yang sulit!" Mustika Jajar kemudian melompat dari atas punggung
kudanya. Setelah itu ia mendekati
Sapala dan Panji. Dengan mengandalkan tiga perempat dari seluruh tenaga
dalam yang dimilikinya tangan
Mustika Jajar tiba-tiba menghantam dua kali.
"Praak!"
"Praak!"
Darah bercampur otak muncrat
dari bagian kepala Panji dan Sapala
yang terkena hantaman tangan si gadis.
Tewaslah keduanya seketika tanpa
sempat menyadari apa yang terjadi pada dirinya.
Mustika Jajar bangkit berdiri.
Seraya membalikkan tubuhnya dan
menghadap langsung pada Bergola
Mungkur. "Bagaimana apakah kau puas?"
"Ha ha ha...! Tentu saja aku
merasa senang. Kau memang pantas
menjadi salah seorang tangan kananku
menggantikan dua orang lainnya yang
telah mati!"
"Bukan saja hanya menjadi tangan kanan, aku dapat memberimu kebahagiaan yang
tidak pernah diberikan
oleh orang lain!"
Bergola Mungkur telan ludah.
Matanya belingsatan memandangi Mustika Jajar seakan tidak pernah mengenal
rasa bosan. "Mari... kita rayakan kemenangan dan pertemuan yang tidak disangka-sangka
ini...!" kata laki-laki
berkumis tebal tersebut sambil tersenyum-senyum. Iblis Betina Dari Neraka
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memasuki sebuah ruangan yang cukup
luas. Di dalam ruangan itu telah
terhidang berbagai jenis makanan yang lezat-lezat. Di samping itu tersedia pula
beberapa guci arak yang harum
baunya. "Hmm, rumah ini sangat mewah
sekali!" kata gadis itu sambil
menuangkan kendi arak pada sebuah
cawan yang cukup cantik.
"Kalau kau suka, eeh... siapa
namamu...?"
"Panggil saja Mustika." kata gadis itu, lalu meneguk araknya.
"Ah... namamu secantik dan
seindah orangnya," Bergola Mungkur memuji.
"Kalau kau merasa namaku cocok.
Mudah-mudahan saja kita selalu cocok
dalam banyak hal," Mustika Jajar mengedipkan matanya. Sehingga membuat jantung
si saudagar berdetak keras dan klepek-klepek. Seraya kemudian
berpindah tempat duduk. Begitu dekat
dengan si gadis, ia langsung dapat
merasakan bau harum tubuh Mustika
Jajar. Mustika Jajar meneguk araknya
kembali. Wajahnya yang cantik mulai
berubah kemerah-merahan. Tatapan
matanya juga berubah sayu. Tidak lama kemudian tanpa mengenal malu, gadis
berbaju ungu ini menyandarkan
kepalanya di bahu sang saudagar. Laki-laki itu tentu saja tidak menampik, ia
seperti mendapat durian runtuh.
Tangannya dengan berani bahkan mulai
menggerayangi dada si gadis.
"Untuk sentuhan-sentuhan yang
kau berikan, kau harus membayarnya
dengan sekantung emas" desah gadis tersebut seperti orang mengigau.
"Eeee... jangan khawatir. Aku
bahkan akan memberimu lima kantung
emas bila kau mau memenuhi permintaan-ku...!" ucap Bergola Mungkur dengan suara
bergetar. Mata Mustika Jajar yang setengah terpejam itu terbuka lebar. Namun ia masih belum juga menarik kepalanya
dari bahu sang saudagar.
"Apakah syaratmu" Apakah kau
bermaksud mengajakku bersenang-senang?" tanya Iblis Betina Dari Neraka tersenyum sinis. Baginya lima kantung emas
bukan jumlah yang sedikit.
Namun untuk memberikan kesuciannya
pada laki-laki tua semacam saudagar
Bergola Mungkur, tentu saja ia harus
berpikir seribu kali. Kalau sekedar
pegang-pegang saja tidak apalah.
Batinnya. "Bagiku bersenang-senang jika
kau mau, jika tidak mau tak akan
kumemaksa." ujar laki-laki di
sampingnya. Rupanya saudagar Bergola
sadar, bahwa gadis ini tidak dapat
dibuat main-main. Terlebih-lebih
setelah melihat kehebatannya di
halaman tadi. Namun jika ia dapat
memanfaatkan tenaganya. Tentu kedudukannya sebagai orang kaya tidak akan
terusik oleh orang lain.
"Lalu apa permintanmu yang
lain?" tanya si gadis.
Ia tetap membiarkan dadanya
digerayangi oleh lawan bicaranya.
Hanya sesekali saja rintihannya
terdengar. Terlebih-lebih bila remasan tangan Bergola Mungkur terasa lebih
keras. Karena saudagar itu tidak
kunjung menjawab. Akhirnya ia
menyentakkan tangan si laki-laki dari dadanya yang setengah terbuka.
"Katakan apa permintaanmu, agar aku bisa mendapatkan lima kantung emas darimu?"
desah Iblis Betina Dari Neraka serius.
Sebelum menjawab, Bergola Mungkur meneguk araknya.
"Jika kau dapat mengambil patung marmar yang indah dari tangan Pematung Kelana
dan menyerahkannya padaku. Lima kantung emas siap menunggu sebagai
imbalan...!" kata sang saudagar.
Kemudian dengan singkat ia
menceritakan apa yang pernah terjadi
pada dirinya dan nasib tragis yang
menimpa anak buahnya. Dengan seksama, Iblis Betina Dari Neraka ini
mendengarkannya.
"Dua kantung emas bukan sedikit!
Adalah sangat sombong jika Pematung
Kelana menolak tawaranmu, bahkan malah meminta nyawa dua tangan kananmu!"
timpal si gadis setelah selesai
mendengar penjelasan sang saudagar.
"Memang Pematung Kelana manusia
congkak! Bukan itu saja, ia malah
menghinaku. Jika kau berhasil merampas patung marmar berikut nyawa pematung
tua itu. Maka aku akan menambah satu
kantung emas lagi!"
"Hik hik hik...! Kuterima
tawaranmu. Aku ingin berangkat
secepatnya!" Mustika Jajar bangkit berdiri. Tapi Bergola Mungkur cepat
mencegah. "Tunggu! Sebaiknya kau menginap
dulu di sini barang semalam, kau habis menempuh perjalanan yang sangat jauh.
Tentu kau sangat lelah."
"Tidak usah khawatir. Aku tahu
keinginanmu, mungkin di suatu saat aku dapat memperlihatkan keindahan tubuhku di
depanmu. Tapi kau tidak mungkin
dapat memilikinya di luar batas
memegang dan menyentuh. Terkecuali aku dengan suka rela mau melakukannya!"
kata si gadis sambil tersenyum genit.
Wajah Bergola berubah memerah.
Tapi hanya sebentar saja, dilain saat ia telah berubah seperti biasa
kembali. "Baiklah kalau itu maumu! Hadiah emas untukmu telah menunggu di sini,
jika telah berhasil memboyong patung
mar-mar itu ke sini!" Bergola Mungkur mengingatkan.
Iblis Betina tersenyum. Seraya
melambaikan tangan lalu menghilang
dari pandangan sang saudagar.
Di halaman depan Bergola Mungkur
masih sempat mendengar suara langkah
kuda bergerak menjauhi rumahnya yang
megah. "Andai saja aku dapat memiliki
tubuhnya!" Sang saudagar berangan-angan. "Tentu bukan perlindungan saja yang
kudapat dari gadis itu. Tapi juga kehangatan dari gadis yang masih muda-muda!"
Bergola Mungkur menelan ludah.
Tiba-tiba saja tenggorokannya terasa
pahit. 8 Laki-laki tua bertelanjang dada
dan berambut putih ini berjalan
mondar-mandir mengelilingi patung yang baru selesai diwarnainya. Memang patut
diakui, setelah patung itu diwarnai,
hasilnya semakin bertambah sempurna.
Inilah satu-satunya patung yang paling bagus di antara sekian banyak patung
yang pernah dibuatnya. Memandangi
wajah patung lebih lama, tiba-tiba
saja wajah Pematung Kelana berubah
muram. "Tidak kusangka kau pergi
secepat itu, anakku! Kini aku hanya
sendiri. Hidup bersama bayang-bayang
mimpi yang tidak bertepi. Mimpi buruk selalu datang dan pergi. Hal ini
sangat menyiksaku, menyiksa sangat
dalam." Tanpa disadarinya air mata Pematung Kelana menetes. Suaranya
kemudian berubah serak. "Jika aku pergi, satu rahasia yang sangat besar
terkandung dalam dirimu. Aku selalu
berdoa sepanjang siang dan malam. Jika aku tidak dapat menemanimu lebih lama,
semoga ada orang baik berhati jujur
dapat menyingkap tabir misteri yang
sengaja kupendam dalam dirimu...!"
desis si kakek tua sambil
menengadahkan wajahnya ke langit.
Sedang Pematung Kelana bicara
seorang diri seperti itu, sayup-sayup di kejauhan terdengar suara langkah
kuda. Semakin lama suara derap kaki
kuda semakin bertambah cepat dan
bertambah jelas.
"Inilah pertanda yang paling
tidak baik dalam hidupku!" membatin si kakek tua dalam hati.
Benar saja, tidak lama kemudian
seekor kuda tunggangan berhenti tepat di depan Pematung Kelana. Duduk di
atasnya seorang gadis berbaju ungu
tembus pandang. Gadis ini terbelalak
kaget begitu melihat betapa indahnya
patung dan keperkasaan pada bagian
bawah perutnya. Mustika Jajar sempat
bergetar tubuhnya. Darahnya berdesir,
jantungnya berdetak lebih kencang.
Terus terang ia mengakui bahwa patung itu bentuknya sangat sempurna dari
pribadi seorang laki-laki jantan yang perkasa. Apalagi setelah melihat
tampangnya yang gagah dan ganteng.
Jika semula ia berniat menukar patung itu dengan enam kantung emas murni.
Maka kini setelah melihat patung itu
ia malah berubah ingin memiliki patung itu untuk selama-lamanya.
"Pak Tua. Benarkah anda yang
berjuluk Pematung Kelana?" tanya Mustika Jajar berusaha ramah meskipun suaranya
sempat bergetar menahan
keinginan yang meledak-ledak setelah
melihat keperkasaan patung tersebut.
"Bertanya membawa satu maksud
jahat atau baik?" tanya Pematung Kelana acuh tak acuh.
"Hhh... orang ini benar-benar
sombong sebagaimana yang dikatakan
oleh saudagar mata keranjang itu!"
batin Iblis Betina Dari Neraka.
"Maksudku tergantung bagaimana
penyambutanmu, Pematung Kelana" Hik
hik hik...!" Mustika Jajar terkikik.
Ia mengerling genit pada si kakek.
"Hmmm, setiap orang memang punya maksud-maksud tertentu datang kemari.
Melihat penampilanmu hatiku mengatakan kau membawa maksud yang bukan saja buruk
tapi juga keji! Pergilah! Aku
tidak punya waktu untuk melayanimu."
"Bagaimana kalau kau tukar
patung itu denganku?"
"Maksudmu?"
"Patung bagus itu kau berikan
padaku. Sebagai balas jasa aku
menyerahkan diriku padamu untuk beberapa waktu!" Mustika Jajar tersenyum genit. Ia bahkan sengaja menggaruk
dadanya, sehingga salah satu kancing
bajunya terbuka dan memperlihatkan
buah dadanya yang membusung padat,
putih berkilat-kilat.
Pematung Kelana cepat-cepat
memalingkan wajahnya ke arah lain.
Gelora amarahnya terbangkitkan.
"Perempuan rendah! Aku adalah
manusia renta yang tidak dapat kau
perdaya. Sungguhpun kau telanjang di
depanku, harga patung ini lebih mahal dari kemolekan tubuhmu!"
"Ah... terlanjur aku datang.
Terus terang aku mau meminta patung
itu!" Mustika Jajar tanpa malu-malu berterus terang.
"Hhh... patung ini kubuat bukan
untuk kujual atau kuberikan pada orang lain. Dia adalah tiruan sosok anakku.
Karena dia anakku, maka aku akan
mempertahankannya walaupun nyawa
sebagai taruhannya!"
Mata Iblis Betina Dari Neraka
terbelalak lebar. Jika patungnya saja sedemikian perkasa dan jantan apalagi
orang yang sesungguhnya.
"Di mana anakmu itu, orang tua?"
tanya gadis berbaju ungu.
"Dia sudah tiada!"
"Ah... sayang betul! Kalau
begitu sekarang kau harus menyerahkan patung ukiranmu itu padaku!" tegas si
gadis sambil berkacak pinggang.
"Sudah kubilang aku tidak akan
memberikannya pada siapapun. Apakah
kau tidak mendengar kata-kataku!"
dengus Pematung Kelana dengan perasaan muak.
"Rupanya aku harus merampas
nyawamu baru kau mau menyerahkan
patung itu kepadaku!"
"Demi keselamatan patung ini
dari manusia sepertimu, aku rela
berkorban apa saja!" dengus Pematung Kelana merasa tersinggung.
"Banyak mulut! Hiyaaa...!"
Secara licik Mustika Jajar menghantam punggung si kakek dengan pengerahan
tenaga dalam penuh. Namun Pematung
Kelana begitu merasakan sambaran angin pukulan langsung melompat ke samping
kiri. Lalu kibaskan tangan kirinya.
"Duuuk!"
"Uuuuh...!" Mustika Jajar tersentak. Tangannya terasa seperti menghantam dinding
karang. Tangan itu
berwarna merah dan nyeri pada bagian
jemarinya. Ia terhuyung-huyung sejauh tiga tindak. Sebaliknya Pematung
Kelana juga terkejut. Tangan kirinya
seperti ditusuk-tusuk ribuan batang
jarum. Lebih celaka lagi tangan itu
berubah dingin. Sebagai orang yang
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah berpengalaman dan malang
melintang di sepanjang pesisir pulau
Jawa. Ia sadar betul bahwa lawannya
memiliki tenaga dalam yang mengandung racun keji. Cuma yang membuatnya
terheran-heran adalah mengenai tenaga dalam yang dimiliki oleh gadis itu.
Meski masih berusia muda, tapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat
sempurna. "Sebentar lagi kakek tua! Sebentar lagi Iblis Betina Dari Neraka akan mengirimmu ke Neraka!" dengus Mustika
Jajar. Seraya kemudian mementang kedua
tangannya lebar-lebar. Selanjutnya kedua tangan itu dilintangkannya ke
depan dada. Tangan itu kemudian berubah menghitam. Dengan satu gerakan yang sangat menantang, ia membuka
jurus 'Prahara Bumi', yaitu salah satu jurus iblis langka yang pernah
dipelajarinya dari 'Tua Tengkorak Mata Api'
Dengan mempergunakan jurus yang
sangat berbahaya dan penuh tipu-tipu
ini, Mustika Jajar menyerang lawannya.
Setiap serangan yang dilakukannya
menimbulkan angin bersiuran. Pematung Kelana merasakan pernafasannya menjadi
sesak. Namun sebagai tokoh angkatan
tua yang sangat berpengalaman. Ia
langsung mengetahui siapa pemilik
jurus sesat yang sangat berbahaya itu.
"Ada hubungan apa kau dengan Tua Tengkorak Mata Api!" hardik Pematung Kelana
sambil menghindari tendangan
kilat yang dilancarkan oleh lawannya.
"Kau tidak layak bertanya!"
dengus Mustika Jajar. Diam-diam
hatinya terkejut juga setelah mengetahui ternyata lawannya kenal siapa
gurunya. "Huup! Heaaa...! Jika kau
muridnya Tua Tengkorak Mata Api.
Berarti aku sudah dapat memperkirakan siapa kau yang sebenarnya. Rasanya
tidak salah jika aku turun tangan
kejam kepadamu!" Pematung Kelana menggeram.
"Bagus! Aku sendiri memang
menghendaki nyawamu!" sinis suara Mustika Jajar.
"Shaa...!" Tubuh Pematung Kelana melesat ke depan. Ia mengerahkan jurus
'Bayang-bayang Sukma'. Inilah salah
satu jurus andalan yang dimiliki oleh si kakek tua. Sadar bahwa lawannya
merupakan murid seorang iblis. Tidak
tanggung-tanggung ia mengerahkan
segenap kemampuan yang ada
Sebaliknya walaupun masih muda,
Iblis Betina Dari Neraka ini memang
mewarisi kepandaian tinggi dari
gurunya. Jadi sungguhpun lawan mempunyai pengalaman jauh lebih matang.
Namun ia masih tetap dapat mengimbangi setiap serangan yang datang.
"'Tujuh Angkara Murka'!" jerit Mustika Jajar. Ia kemudian hantamkan
tangannya yang telah berubah hitam itu menyongsong serangan lawannya. Melihat
sinar hitam datang menggebu-gebu ke
arahnya, maka Pematung Kelana
membanting tubuhnya ke samping kiri
Lalu lepaskan pukulan 'Geger Bumi'.
Sinar hitam dan merah datang
bergulung-gulung bagaikan badai topan prahara. Udara di sekitarnya berubah
menjadi dingin dan panas. Lalu dua
pukulan yang dilepaskan oleh masingmasing lawannya ini saling bertemu di udara.
"Buummm...!"
"Braak! Braaak!"
Dua-duanya jatuh terpelanting, Hampir bersamaan mereka bangkit
kembali. Ledakan dahsyat itu membawa
akibat runtuhnya dinding tebing.
Bahkan longsorannya menimbun badan
patung. Pematung Kelana menyeringai.
Wajahnya berubah pucat. Sebaliknya
Mustika Jajar malah tersenyum.
Sekarang ia menyerang lagi dengan
gerakan-gerakan yang lebih cepat dan
gencar. Namun Pematung Kelana yang
telah bergerak lebih awal dapat
menghantam perut gadis itu hingga
membuatnya jatuh terjengkang dan
muntahkan darah segar.
Anehnya gadis itu malah tertawatawa. Rupanya itulah satu-satunya cara untuk menyembuhkan luka dalam yang
dideritanya. Tidak lama kemudian ia
bangkit berdiri.
"Kau telah melukaiku, berarti
semua yang kau lakukan hanya mempercepat kematianmu sendiri!" Mustika Jajar menggeram marah sambil seka
darah yang menetes di sudut-sudut
bibirnya. "Deb!"
"Beet!"
"Heyaaa...!" Jemari tangan si gadis tiba-tiba saja terentang lebar.
Begitu jemari tangan terkembang. Maka terjadilah perubahan warna. Jika
semula jemari tangan itu berwarna
keputihan, maka sekarang telah berubah menjadi merah laksana darah.
Pematung Kelana terkesiap setelah melihat perubahan yang terjadi
pada bagian tangan lawannya. Mulutnya mendesis 'Pukulan Jari Getih'.
Tidak ada kesempatan baginya
untuk berpikir lebih jauh. Pukulan
Jari Getih sebagaimana yang diketahuinya merupakan satu pukulan ampuh
beracun yang sangat mematikan.
Siapapun yang terkena pukulan itu
tidak ada yang dapat menjamin
keselamatan nyawanya!
Merasa tidak ada pilihan lain
lagi. Maka ia mengerahkan tenaga
dalamnya ke bagian telapak tangan.
Tubuhnya tiba-tiba saja bergetar
hebat. Kedua telapak tangannya berubah kuning berpedar-pedar. Inilah salah
satu pukulan simpanan yang bernama
'Geger Bumi'. Sungguhpun laki-laki ini tidak dapat memastikan apakah dia
sanggup mengatasinya, Namun sebelum
segala sesuatunya terjadi. Pematung
Kelana telah menghentakkan tangannya
ke depan. Hanya beberapa saat
setelahnya, lawannya pun melakukan hal yang sama.
"Blaam! Blaaam...!"
Dua letusan dahsyat memporak
porandakan suasana di situ. Satu
bayangan terlempar ke arah jurang,
sedang yang satunya lagi tergontaigontai dan jatuh terhempas tidak jauh dari longsoran tanah yang menimbun
patung ciptaan Pematung Kelana. Dari
arah jurang, sayup-sayup terdengar
suara jerit seseorang. Itulah suara si kakek pematung.
Sementara itu Mustika Jajar
sendiri telah bangkit berdiri. Dari
mulutnya darah semakin banyak yang
keluar. Barulah setelah menelan
beberapa butir pel berwarna hitam dan merah. Darah langsung berhenti.
"Gila betul orang itu. Selain
seorang pematung, ternyata ia
mempunyai kepandaian yang tidak
rendah. Syukur ia terpelanting ke
jurang. Aku tidak tahu apakah ia dalam keadaan hidup atau mati!" desis Iblis
Betina Dari Neraka sambil menyeringai.
Tidak lama kemudian ia sudah
memindahkan longsoran tanah yang
menimbun patung pemuda gagah. Entah
mengapa semakin dekat tubuhnya dengan patung tersebut, jantungnya berdetak
semakin kencang.
"Hhhm, ini dia! Oh sungguh
merupakan patung yang sangat perkasa.
Seandainya saja ia hidup. Ingin
rasanya aku menidurinya sepanjang
malam. Hik hik hik...!"
Dielus-elusnya patung tersebut.
Tidak lama kemudian setelah longsoran tanah yang menimbunnya habis. Mustika
Jajar seperti orang kesurupan langsung memeluk badan patung yang kekar tidak
ubahnya seperti sedang memperlakukan
orang yang sangat disayanginya.
"Aku menyukaimu. Tidak mungkin
rasanya aku menukarmu dengan enam
kantung emas. Aku akan selalu meminta pada para iblis, agar suatu saat kau
dapat hidup sebagai manusia. Manusia
perkasa yang dapat memenuhi setiap
keinginanku...!" Lagi-lagi Mustika Jajar seperti orang kesurupan langsung
memeluk patung itu. Kemudian ia
mendaratkan ciuman bertubi-tubi pada
bibir patung. "Aku mau membawamu ke suatu
tempat! Di sana aku akan minta
petunjuk dari para iblis untuk
membangkitkanmu!"
Gadis berbaju ungu ini kemudian
berusaha mengangkat patung tersebut.
Tapi ternyata patung itu beratnya
bukan main. Sehingga Mustika Jajar
terpaksa mengerahkan tenaga dalam
untuk meletakkan patung itu di
punggung kuda. "Kraaakkk!"
Kuda yang diharapkannya dapat
membawa patung, ternyata tidak kuat
menahan berat patung. Bahkan terdengar suara berderak patah pada bagian
tulang punggungnya.
"Upp... tidak kusangka patung
ini berat sekali. Sebaiknya biar aku
sendiri yang memanggulnya!" Mustika Jajar memutuskan.
Dengan sekuat tenaga patung batu
mar-mar seberat kati itu dipanggulnya.
Bahkan beberapa saat kemudian ia sudah berlari-lari, seakan beban berat yang
dipikulnya tidak dirasakan sama sekali oleh si gadis.
9 Laki-laki itu terus melangkahkan
kakinya yang pincang. Sesekali ia
mendongak ke langit. Lalu berjalan
lagi seperti orang yang sedang dalam
keadaan tergesa-gesa. Lalu ketika
berada di atas dataran bukit tiba-tiba ia hentikan langkahnya. Sekali lagi ia
memandang ke langit.
"Aduh biuuung... panasnya dunia
hanya asap api neraka. Di sana panas
di sini panas. Mati... kematian ada
dimana-mana. Aduh biung... mengapa aku terlahir ke dunia yang sengsara...!"
kata kakek berkumis, berjenggot serta berambut putih itu seperti menyesali
sesuatu. Lalu ia melangkah lagi, tongkat
butut di tangannya ia acungkan ke
depan. Lalu tampak selarik sinar biru melesat dari ujungnya. Sinar biru
tersebut menghantam sulur akar pohon
rambat. "Tes! Tes!"
Sulur-sulur pun putus, dari
putusan sulur menetes air yang sangat bening. Si kakek berkaki kecil sebelah itu
menampung air tersebut dan,
"Gluk! Gluuk!"
"Ah... lega rasanya, kelegaan
yang membuat aku menyesal, menangis
dan... hu hu hu... penyesalanku tidak kunjung berkesudahan. Kulihat kematian
membuat aku menyesal. Kulihat
kemarahan, aku menyesal, kulihat
penderitaan orang kecil aku menyesal.
Kulihat penghuni dunia celaka ini aku menyesal! Hidupku dalam penyesalan
nafasku dalam penyesalan. Lahirnya
Iblis Betina Dari Neraka membuat aku
teramat menyesalkannya!" dengus si kakek. Lalu ketok-ketokkan tongkat di
tangannya di atas batu.
Sehingga terdengarlah suara
berdenting menyakitkan telinga. Si
kakek memakai ikat kepala warna darah ini langkahkan kakinya lagi. Tetapi
secara tiba-tiba ia melihat sosok
bayangan biru berkelebat di depannya.
Tampak bayangan biru tersebut tengah
mengerahkan ilmu lari cepatnya yang
bukan main-main. Tetapi hebatnya lagi begitu si kakek membentak....
"Kembali...!!"
Secara aneh dan benar-benar
sulit dipercaya, bayangan biru tadi
bergerak mundur seperti ditarik. Dan
kekuatan itu terus membetotnya ke
belakang. Dan....
"Buuk!"
Tubuh pemuda itu menabrak si
kakek yang berdiri di belakangnya. Si pemuda bertampang ketolol-tololan
menjadi kaget sendiri. Ia menyadari
ada seseorang yang telah mengerjainya dengan hanya membentak secara aneh.
Tetapi mengapa ia yang sedang berlari bisa tertarik ke belakang"
"Bocah gendeng! Punya mata tapi
tidak melihat, ah...!" Si kakek
hentikan ucapannya begitu melihat
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda berambut hitam kemerah-merahan itu berpaling ke arahnya. "Kulihat
wajahmu aku jadi menyesal. Di dunia
ini ada orang seperti engkau...
sungguh aku menyesal. Tapi aku sungguh menyesalkan
mengapa ibumu melahirkanmu...?"
Pemuda berbaju biru memakai ikat
kepala biru belang-belang kuning ini
garuk-garuk kepala. Satu lagi orang
gila ia temui, bukan gila tapi aneh
dan sangat hebat.
"Orang tua siapa kau! Berani
benar kau mengganggu perjalanan orang lain. Bisa-bisa kukemplang kepalamu!"
dengus Suro Blondo.
"Ha ha ha...! Ada bocah yang
tidak hormat pada orang tuanya. Ada
kakek yang tega berbuat mesum pada
bocah kecil, ada mayat dipotong-potong seperti hewan. Tahukah kau bahwa semua
itu membuat aku menyesal" Oh dunia ini sudah teramat tuanya. Hah... manusia
ini sudah parah bejatnya. Lalu siapa yang masih waras, apakah kau bocah
gila?" tanya si kakek bersikap acuh tak acuh.
Pendekar Blo'on pencongkan
mulutnya. Ia golang-golengkan kepala
seperti orang bingung.
"Orang tua ini sebenarnya
menderita penyakit apa" Gilanya sudah teramat parah. Dia bukan saja sinting,
tapi miring. Namun melihat caranya
menarikku tadi, kurasa dia mempunyai
kepandaian yang sangat tinggi
sekali...!" pikir Suro Blondo.
"Kau bicara apa bocah tolol" Aku bisa melihat pikiranmu, aku dapat
mendengar suara hatimu, sungguh semua ini sangat kusesalkan!" dengus si kakek
sambil ketok-ketokkan tongkatnya di atas batu.
"Kakek penyesal, siapakah engkau yang sesungguhnya. Urusanku dengan
saudagar Bergola Mungkur sudah tidak
dapat ditunda-tunda lagi" tegas si pemuda.
"Ha ha ha...! Aku Datuk Sage
Manyasal Hiduik. Si renta yang selalu menyesali segala sesuatu di dunia ini,
orang yang menyesalkan terjadinya
angkara murka di bumi, sepanjang abad, sepanjang hidup sampai dunia ini
menjelang kiamat pun aku menyesal!"
"Datuk Sage Manyasal Hiduik. Apa yang kau sesalkan, setiap manusia
punya urusan sendiri-sendiri. Biarkan saja...!" kata Suro seenaknya. Datuk Sage
Manyasal Hiduik kedip-kedipkan
matanya yang mulai lamur. Bicara
pemuda tampan bertampang ketololtololan itu memang ceplas-ceplos. Dan ia tahu siapa pemuda itu.
"Kau pemuda tolol, pantas
menyandang gelar Pendekar Blo'on.
Gurumu Penghulu Siluman Kera Putih,
duh menyesalnya aku. Kakekmu Malaikat Berambut Api, manusia sakti
mandraguna, tinggal di Pulau Seribu
Satu Malam, banyak musuh, punya banyak kekasih, tapi tidak pernah kawin-kawin.
Oh... menyesalnya aku...!" kata si kakek.
Kata-kata yang diucapkannya itu
jelas membuat Pendekar Blo'on jadi
terkejut. Ia sama sekali tidak
menyangka bahwa kakek aneh ini
mengenali siapa dirinya dan juga
gurunya. Bahkan sampai masa lalu
gurunya sendiri. Padahal Malaikat
Berambut Api tidak pernah cerita apaapa tentang peribadinya pada Suro
Blondo. "Bagaimana Datuk bisa mengenal
mereka?" "Aku menyesal mengenal kedua
gurumu, aku menyesal mengenal dirimu
dan aku menyesal bakal melihat darah!"
kata Datuk Sage Manyasal Hiduik.
Wajah kakek tua berkaki kecil
ini berubah muram. Lalu ia ketukketukkan tongkat bututnya ke tanah.
Tanah sekeras cadas itu berlubang dan dari lubang akibat tusukan tongkat
menebarkan bau busuk menusuk hidung.
"Darahnya siapa yang kau
sesalkan Datuk" Apakah darahmu sendiri darahku atau darah monyet?" tanya Suro
sambil cengengesan.
"Hidupmu berkubang darah, bukan
kunyuk sepertimu yang akan menjadi
bangkai. Aku menyesal karena bukan
darahku pula yang tercecer. Darah
orang-orang serakah. Aku sedih karena berpantang membunuh, aku menyesal
datang ke tanah Jawa ini."
"Memang engkau dari mana Datuk"
Apakah dari dalam kuburan, dasar bumi atau dikirim dari neraka?"
Wajah sang Datuk berubah kelam
membesi. Matanya berkedip-kedip, lalu ia memandang ke langit.
"Bicaramu sudah keterlaluan,
bocah gendeng. Sayang aku tidak punya urusan denganmu. Seorang anak ingusan
tidak layang tanpa asal-usul. Satu hal yang harus kusesalkan, aku harus tahu
seberapa hebat kekuatan yang kau
punya, seberapa banyak ilmu yang kau
miliki!" kata sang Datuk.
Tiba-tiba saja Datuk Sage
Manyasal Hiduik hentakkan kaki
kanannya yang kecil di atas tanah.
Segulung angin kencang menderu, Suro
Blondo tiba-tiba saja terpelanting
tunggang-langgang. Pendekar Blo'on
terkejut bukan main-main. Seorang Tua renta seperti Datuk Sage Manyasal
Hiduik dapat menjatuhkannya hanya
dengan menjejakkan kaki di atas tanah.
Satu hal yang sangat sulit dipercaya.
Ia bangkit berdiri, dengan
sangat berhati-hati ia segera
mengerahkan tenaga dalam ke bagian
kakinya. "Mengapa kau menyerangku Datuk"
Apakah kau sudah edan?" dengus Suro
sambil garuk-garuk kepala.
"Kusesalkan karena aku tidak
bisa memberikan jawaban kedua. Tetapi untuk lebih jelas sebaik-baiknyalah
kau menjaga diri" Baru selesai bicara Datuk Sage Manyasal Hiduik tampak
gembungkan pipinya. Lalu tiba-tiba
saja ia menghembuskan nafasnya.
"Puuuih...!"
"Wuus!"
Segulung angin topan menderu
menerjang Suro Blondo. Pemuda berambut hitam kemerah-merahan ini tidak
tinggal diam. Ia segera mengerahkan
jurus 'Serigala Melolong Kera Sakti
Kibaskan Ekor'. Pemuda ini kemudian melompat ke samping sejauh satu batang
tombak. Tubuhnya meliuk-liuk sambil
sesekali menggaruk kepala. Lalu
berjongkok dan melompat-lompat,
sedangkan tangannya menghantam ke
depan dan mulut mengeluarkan suara
seperti lolongan serigala kelaparan
yang seakan datang dari seluruh
penjuru arah. "Buumm!"
Hembusan Datuk Sage Manyasal
Hiduik menghantam sebatang pohon yang terdapat di belakang Suro. Pohon
mengeluarkan suara berderak dan roboh.
Jika Pendekar Blo'on tidak cepat-cepat menghindar tentu ia tertimpa pohon-pohon.
"Ha ha ha...! Jurus gila, sudah
kuduga gurumu mempunyai jurus itu.
Menyesal aku harus menyerangmu hingga aku tahu seberapa hebat murid dari dua
orang guru!"! kata Datuk Sage.
"Aku juga menyesal melihat ulah
gilamu Datuk. Tapi aku tidak akan
menyesal kau terus memaksaku bertindak kasar!" dengus Pendekar Blo'on
jengkel. "Heaa...!"
Datuk Sage Manyasal Hiduik sama
sekali tidak menghiraukan ucapan Suro.
Ia menulikan telinga dan kini
menyerang Pendekar Blo'on dengan
tongkat butut di tangannya. Sekali
sang Datuk mengibaskan tongkatnya.
Maka terlihat tongkat tersebut berubah menjadi banyak, tongkat butut meliuk-liuk
bagaikan seekor ular cobra yang sedang memburu mangsanya. Suro dibuat pontangpanting, beberapa kali tongkat lawan menyodok ketiak, dada, ulu hati dan juga
mata si pemuda. Pemuda ini
mencoba menangkis serangan itu dengan telapak tangannya. Maka benturan tidak
dapat dihindari lagi.
"Taaak!"
"Wadow... edan...!" maki si pemuda.
Tangannya tadi seperti lumpuh
dan sakitnya bukan main. Padahal
Pendekar Blo'on telah mengerahkan
tenaga dalam ke bagian telapak tangan.
Kini ia melompat mundur. Lawan
terus mengejarnya, Pendekar bertampang ketolol-tololan ini segera mempergunakan
jurus 'Kacau Balau' untuk
menghalau setiap serangan yang
melabraknya. Gerakan pemuda itu sekarang
benar-benar sudah tidak teratur lagi.
Terkadang tubuhnya terhuyung ke kanan dan ke samping kiri, atau bergerak
seperti menubruk ke depan. Ketika
tongkat lawannya menyambar menusuk
dada ia cepat menarik tubuhnya ke
belakang seperti orang yang terpeleset kulit pisang. Lalu kaki depannya
menendang ke bagian perut sang Datuk.
Lawan menepisnya dengan tangan
kiri Suro menarik kakinya sedangkan
tangan melayang mengemplang kepala
sang Datuk. "Plok!"
"Heh...!"
Sang Datuk memang sempat
terhuyung-huyung terkena pukulan si
pemuda. Namun Pendekar Blo'on sendiri dibuat kaget. Bagaimana tidak, ia
seperti menghantam batu saja.
Tangannya sendiri sakit bukan main.
"Ha ha ha...! Aku sedih karena
tubuhku keras seperti batu. Aku
menyesal lantaran kau kesakitan!"
Suro pencongkan mulutnya,
"Datuk Penyesal, apakah kau tidak menyesal melihat orang lain yang tidak
bersalah kesakitan?" tanya si pemuda.
"Penyesalanku sudah mendarah
daging, berurat berakar seperti pohon kehampaan. Kau kesakitan aku menyesal,
tetapi aku akan lebih menyesal lagi
setelah nanti melihat darah. Darah
orang tamak, orang serakah, para
pejabat kerajaan yang korup, dan juga pembesar yang menyeleweng. Semua itu
kusesalkan!" kata Datuk Sage Manyasal Hiduik.
"Bicaramu semakin ngaco tidak
karuan. Bicara soal penyesalan tapi
kau malah menyerangku seperti orang
mabuk. Kau menyerang maka aku pun
harus balas menyerang supaya adil!"
dengus Pendekar Blo'on.
Tiba-tiba saja pemuda tampan
bertampang ketolol-tololan itu
menerjang Datuk Sage. Namun sang Datuk menyambutnya dengan tusukan tingkat ke
tubuh Pendekar Blo'on. Masih dalam
keadaan mengambang di udara Suro
berjumplitan ke belakang. Begitu ia
menjejakkan kedua kakinya di atas
tanah. Maka pemuda ini lepaskan
pukulan 'Kera Sakti Menolak Petir'
"Huuuh...!"
Pemuda itu secepat kilat
mendorongkan kedua tangannya ke depan.
Seleret sinar putih melesat bagaikan
anak panah melayang dari busurnya.
"Aku menyesal karena engkau
keluarkan pukulan. Aku menyesal karena terpaksa gunakan tongkat bututku!"
kata Datuk Sage Manyasal Hiduik. Tiba-tiba saja....
"Wuut! Wuut!"
"Byar!"
Pukulan yang dilepaskan Pendekar
Blo'on buyar seketika terkena sabetan tongkat lawan yang menimbulkan angin
kencang bagaikan badai. Suro Blondo
terhuyung-huyung, namun secepatnya ia memperbaiki posisinya. Dalam kesempatan
itu Datuk Sage telah membalas
serangan si pemuda dengan mengayunkan tongkat di tangan.
Pemuda itu mengelak, namun gerakannya kalah cepat dengan tongkat lawannya. Maka....
"Buuk!"
"Aduh emaak....! Kakek kaki
kurus ini benar-benar edan." pikir Suro sambil usap-usap dadanya yang
mendengut sakit. Setelah diusap-usap, malah dari bibir si pemuda tampak
meleleh darah segar.
"Kau terluka" Aku sedih
melihatmu terluka, ha ha ha...!" Datuk Sage tertawa sumbang.
"Sekarang aku terluka, sebentar
lagi aku sedih melihatmu mati makan
ulah sendiri!" dengus Suro.
Tiba-tiba saja Pendekar Blo'on
melompat ke udara. Kedua tangannya
dihentakkan ke arah Datuk Sage
Manyasal Hiduik.
"'Ratapan Pembangkit Sukma'!
Hiaaa...!" teriak Pendekar Blo'on.
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Angin kencang bagaikan topan
bergulung-gulung. Tampak adanya kabut putih bagaikan salju menderu ke arah
Datuk Sage Manyasal Hiduik. Gelombang angin kencang itu menebarkan hawa
dingin mencucuk ke sumsum tulang.
Datuk Sage Manyasal Hiduik tersentak
kaget. Sama sekali ia tidak mengira
pemuda tampan berwajah ketolol-tololan ini telah mewarisi pukulan dashyat
'Ratapan Pembangkit Sukma' warisan
manusia sakti Malaikat Berambut Api.
Maka tanpa membuang-buang waktu
lagi ia kibaskan tongkatnya yang telah teraliri tenaga dalam ke arah lawan.
"Wut! Wut!"
Dari ujung tongkat melesat dua
larik sinar biru menebar hawa panas
menyambut gelombang angin topan yang
melesat dari telapak tangan lawannya.
Benturan keras tidak dapat dihindarkan lagi....
"Bum! Buum!"
Ledakan-ledakan keras disertai
dengan memijarnya bunga api.
"Aaaakh... celakanya neraka
dunia jika kau mempergunakan pukulan
itu...!" desis Datuk Sage Manyasal Hiduik.
Tubuh kakek tua ini terhuyunghuyung. Ujung tongkatnya patah, celana sebatas betis terkoyak. Suro Blondo
jatuh terduduk, dadanya sesak bukan
main. Sedangkan kedua kakinya sampai
amblas ke tanah sedalam lutut.
"Bukan main-main. Tidak menyesal aku bertemu denganmu, anak muda. Yang aku
sesalkan celanaku robek. Ah...
rasanya kau pantas menghadapi orang
yang telah membunuh orang penting.
Carilah dia, aku tidak akan menyesal
dia mati di tanganmu!" kata Datuk Sage.
Suro Blondo menarik kakinya yang
sempat terbenam, dalam hati ia dongkol juga melihat kakek aneh ini.
"Setelah membuatku hampir babak
belur, kini kau menyuruhku pergi.
Tidak mengapa. Tapi kuharap kau mau
menyebutkan siapa dirimu yang
sebenarnya. Dan Datuk hendak pergi
kemana?" tanya Suro sambil garuk-garuk kepalanya. Datuk Sage Manyasal Hiduik
mendongak ke langit. Wajahnya yang
selalu muram tampak berubah semakin
bertambah rawan dan menyimpan banyak
kesedihan. "Aku Rana Gingging, punya nama.
Bertanya pada gurumu, mereka akan beri penjelasan. Urusanku sangat besar, di
sebuah kerajaan besar, menghadapi
hutang lama yang sangat besar. Semua
orang mempertaruhkan nyawa di sana.
Hik hik hik! Tapi aku tidak menyesal
anak muda. Nanti bila panjang umur,
panjang nafas, panjang langkah. Kita
bertemu di sebuah tempat besar bernama Bukit Keadilan. Di sana, aku, kau,
mereka dan sebagian tokoh di rimba
persilatan akan bertemu dengan
Malaikat Keadilan. Malaikat Bayangan
yang menjadi penentu besar kecilnya
dosa seseorang. Pada waktu itu setiap wajah tertunduk. Merasa malu pada
dirinya sendiri, iblis pun akan malu, setan malu, hantu malu, perempuan
cantik malu, laki-laki malu,
terkecuali mereka yang tidak punya
kemaluan tidak punya rasa malu." jelas Datuk Sage Manyasal Hiduik.
Pendekar Blo'on tampak kaget
mendengar penjelasan Sang Datuk yang
tidak beda dengan seorang peramal itu.
"Kapankan waktu yang kau katakan itu tiba, Datuk?" tanya Suro ingin tahu. Datuk
Sage Manyasal Hiduik tiba-tiba saja gelengkan kepala sambil
menepuk keningnya.
"Aku menyesal telah membocorkan
rahasia besar ini padamu. Ah...
bagaimana ini?"
"Aku bukan orang jahat, Datuk.
Mengapa kau harus khawatir?" kata Pendekar Blo'on.
"Setiap orang punya bakat jadi
orang jahat. Setiap orang punya dosa
kecil. Terlanjur aku bicara, urusan
besar itu akan datang menjelang
kehancuran dunia, masalah besar akan
menimpa manusia, dimana kemanusiaan
sudah tidak dihargai oleh manusia itu sendiri. Dimana rasa malu hilang,
keadilan tinggal tertulis di daun
lontar. Dan manusia memakan sesamanya sendiri. Itulah neraka dunia di ujung
rimba persilatan. Ah... aku menyesal
telah banyak bicara. Anak muda, padamu kutitipkan pesan tegakkanlah kebenaran.
Semakin berpegang kau pada akar
kebenaran, maka semua orang akan
memusuhimu!"
"Mengapa begitu, Datuk?".
"Aku menyesal tidak dapat
mengatakannya. Tapi carilah jawaban
sendiri. Kau pasti akan menemukannya.
Sudahlah, aku harus pergi...!" kata Datuk Sage Manyasal Hiduik. Sekejap
saja Datuk ini berkelebat, maka
tubuhnya langsung menghilang dari
penglihatan Pendekar Blo'on. Pemuda
itu melongo sambil gelengkan kepala
berulang-ulang.
"Banyak sekali orang aneh di
rimba persilatan ini. Dunia ini
rupanya benar-benar mempunyai banyak
keanehan. Akh... bisa gendeng aku
memikirkannya...!"
pikir Pendekar Blo'on sambil melanjutkan perjalanannya kembali. 10 Mustika Jajar terus memanggul
patung mar-mar di bahunya. Sesekali ia berhenti, beberapa saat lamanya ia
memperhatikan suasana di sekelilingnya. Merasa perjalanan dalam keadaan
aman-aman saja, maka Iblis Betina Dari Neraka ini melanjutkan perjalanannya
kembali. Ketika ia menuruni lereng
bukit tiba-tiba terdengar derap
langkah kuda dari arah depannya.
Gadis cantik berpakaian tembus
pandang ini memandang ke depan sekilas saja. Kemudian meludah dan lanjutkan
perjalanannya kembali.
"Berhenti!" bentak sebuah suara.
Yang membentak barusan adalah
salah seorang dari dua penunggang kuda memakai baju warna kuning. Tampang
mereka tidak ramah, wajahnya ditumbuhi dengan cambang bawuk lebat tidak
terurus. Di bagian pinggang kedua
laki-laki tergantung sebuah pedang
pendek berwarna kuning.
Muatika Jajar turunkan patung
besar dari bahunya. Ketika melihat
kedua laki-laki berbaju kuning itu ia kembali meludah. Sementara kedua laki-laki
penunggang kuda berbulu coklat
tampak leletkan lidah basahi bibir.
Seorang gadis cantik berwajah
jelita ada di pinggir hutan seorang
diri. Pakaiannya yang tembus pandang
menimbulkan gairah yang begitu
menggebu. "Sudah hampir setahun ini kita
tidak pernah bertemu dengan perempuan.
Rupanya hari ini kita mendapat rezeki yang sangat besar. Lihatlah dari
bayangannya saja tampak bukit-bukit
yang indah. Seandainya bisa kuraih,
hemm...!" "Benar Kakang... selama ini yang kita lihat monyet betina, gajah
betina, beruang betina. Dan yang
betul-betul perempuan baru yang ini
saja Kakang.'" kata yang berbadan pendek menyahuti.
"Kalau kau kebagian sisaku apa
mau, Adikku?"
"Ha ha ha....! Sisanya juga enak Kakang. Aku mau saja walau sisamu yang ke
sepuluh kalinya!"
Wajah Mustika Jajar seketika
tampak berubah memerah. Ia tahu benar arah pembicaraan kedua laki-laki
berbaju kuning tersebut. Tetapi di
lain waktu wajah gadis itu tersenyum
memikat. Malah ia usap-usap dadanya
yang tampak membusung. Sehingga
membuat kedua laki-laki ini jadi
belingsatan. "Kalian siapa?" tanya Iblis Betina Dari Neraka.
"Ha ha ha...! Ternyata kau
adalah seorang gadis yang sangat
ramah. Kami berdua adalah Iblis Kuning yang menguasai daerah ini. Tentu kau
tidak keberatan bila kami mengajakmu
bergabung. Jangan khawatir, hidupmu
pasti terjamin, karena kami mempunyai harta yang sangat besar jumlahnya."
kata yang berbadan pendek, lalu
memelintir kumisnya yang tebal.
Mustika Jajar tersenyum, setiap
senyumnya membuat jantung kedua lakilaki itu berdetak kencang.
"Hi hi hi...! Begitu" Apakah aku harus menjadi isteri kalian atau hanya sekedar
sebagai pemuas nafsu?" tantang si gadis,
"Tentu saja menjadi isteri
kami?" sahut yang jangkung
Ia melangkah mendekati si gadis.
"Kalau aku harus memilih, maka
aku hanya bisa menjadi isteri salah
seorang dari kalian. Selain itu kalian juga harus bertarung, siapa yang
keluar sebagai pemenangnya. Maka orang itulah yang berhak mendapatkan
tubuhku!" Kedua Iblis Kuning saling
pandang. Rasanya mustahil mereka
saling serang sesama mereka sendiri.
Sebab mereka masih punya hubungan
darah. "Kami tidak bisa memenuhi
permintaanmu!" sergah yang berbadan pendek.
"Mengapa" Sarat untuk mendapatkan diriku hanyalah dengan bertarung
antara kau dan kawanmu itu. Kalau
tidak siapa sudi" Sebab aku tidak tahu siapa yang paling hebat di antara
kalian jika telah berada di atas
ranjang...!"
"Kami tidak mau."
"Kalau kalian tidak mau bertarung aku pun tidak sudi menjadi
isteri kalian!" dengus Mustika Jajar.
"Kau boleh tidak mau, tapi
patung bagus itu harus kau serahkan
pada kami...!" tegas si jangkung.
"Hik hik hik...! Patung ini
tidak akan kuberikan pada siapa pun.
Saudagar Bergola Mungkur hendak
menukar patung ini dengan tiga kantung emas. Itu pun tidak kuberikan!.
Apalagi cuma kalian yang memintanya.
Tentu kalian hanya akan membuang nyawa secara sia-sia!"
Kedua Iblis Kuning tampak marah
sekali melihat gadis di depan mereka
terlalu memandang rendah. Yang
berbadan pendek tiba-tiba saja
melompat ke depan. Tangannya terpentang meluncur ke arah dada.
Tujuannya adalah meremas bukit kembar milik si gadis yang tegak menantang
itu. Akan tetapi tiba-tiba saja
"Tes!"
"Aaaa...!"
Iblis Pendek menjerit keras.
Tubuhnya terpelanting, ketika ia
melihat ke bagian tangannya. Maka
tangan tersebut telah bengkak membiru.
Mustika Jajar tergelak-gelak.
"Kepandaian baru seujung kuku,
berani lancang main remas milik orang lain. Majulah kalian berdua, aku tidak
punya banyak waktu untuk mengirim
kalian ke neraka."
Yang berbadan jangkung melompat
ke depan, iblis berbadan pendek
bangkit berdiri. Lalu keduanya secara bersamaan melakukan penyerangan ke
arah lawannya. Serangan yang mereka
lakukan tidak main-main lagi, bahkan
di saat itu kedua Iblis Kuning telah
mengerahkan jurus 'Mengusir Kabut
Dalam Badai'. Ini merupakan jurus
andalan yang mereka miliki. Begitu
tubuh dan tangan mereka berkiblat,
maka terasa adanya sambaran angin yang sangat keras menampar wajah sang
gadis. Mustika Jajar cepat menundukkan kepala. Laksana kilat masih dalam
keadaan tertunduk itu ia melepaskan
tendangan berputar.
"Duk! Duk!"
"Hegkh...!"
Kedua Iblis Kuning terhuyung ke
belakang. Dada mereka yang kena
tendangan itu langsung berubah
membiru. "Hek... keparat kau iblis
betina...!" desis salah seorang di antara mereka. Lalu....
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sring! Sring!"
Mereka langsung mencabut pedang
pendek yang tergantung di pinggang.
Setelah itu laksana kesetanan mereka
memutar pedang di tangan dengan
kekuatan berlipat ganda.
"Wut!"
Begitu tubuh mereka menerjang ke
arah si gadis. Maka pedang di tangan
mereka menusuk enam jalan kematian
lawannya. Mustika Jajar tidak menjadi keder dibuatnya. Ia menggeser langkahnya
ke belakang sebanyak dua langkah.
Setelah itu tangannya menghantam ke
arah lawan-lawannya dengan kecepatan
sulit diikuti mata.
"Wusss!"
Dua larik sinar membeset udara.
Merasakan adanya hawa dingin
menderu ke arah mereka. Maka dua Iblis Kuning terpaksa menarik serangan dan
memutar senjata untuk melindungi diri.
Namun pukulan yang dilepaskan
oleh Mustika Jajar tadi seakan tidak
dapat mereka patahkan. Malah tubuh
mereka seperti didorong oleh sebuah
kekuatan yang sangat dashyat. Dua
Iblis Kuning kertakkan rahang, lalu
melipat gandakan tenaga dalam ke arah pedang. Akhirnya....
"Buuummm!"
"Auugkh...!"
Kedua laki-laki tersebut menjerit tertahan. Tubuh mereka terguling-guling. Wajah mereka berubah
pucat seperti mayat. Dengan bersusah
payah kedua iblis ini mencoba bangkit berdiri. Sementara lawan mereka tertawa
mengikik sambil bertolak
pinggang. "Hegkh...!"
Begitu mereka dapat berdiri.
Maka darah langsung menyembur dari
hidung dan mulut mereka. Jelas sudah
mereka menderita keracunan yang sangat parah.
"Racun Naga Biru belum seberapa.
Tapi kalian segera berangkat ke
akherat bila aku melepaskan pukulan
yang ini...!" dengus si gadis.
Begitu tubuhnya berkelebat, maka
Mustika Jajar kerahkan tenaga dalamnya ke bagian tangan. Kedua telapak tangan
sampai ke siku yang berwarna putih
tadi sekarang telah berubah menjadi
merah semerah darah. Kedua Iblis
Kuning segera menyadari apa yang bakal terjadi pada mereka. Mereka bersiap-siap
hendak kabur, namun lawan rupanya melihat gelagat ini. Sehingga dengan
cepat ia mengibaskan kedua tangannya
ke depan. "Wuut..,!"
Sepuluh leret sinar merah
menebar bau bangkai melesat bagaikan
kilat. Dua Iblis Kuning mencoba
menangkis dengan memutar senjata di
tangan. Tetapi tampaknya pertahanan
yang mereka lakukan tidak memiliki
arti sama sekali. Terbukti serangan
Mustika Jajar mampu menerobos
pertahanan lawannya.
"Glaar! Glaar!"
"Aaaaakgh...!"
Ledakan dashyat disertai dengan
terdengarnya suara jeritan yang saling susul menyusul. Dua sosok tubuh
terlempar, ketika Iblis Kuning terbanting ke tanah. Maka tubuh mereka telah
mengeriput hancur dalam waktu yang
sangat cepat sekali.
"Hik hik hik...! Kalian belumlah pantas menyandang gelar iblis.
Kepandaian hanya seupil sudah berani
bertindak usil!" dengus si gadis.
Sambil tersenyum sinis ia
meninggalkan dua korbannya. Lalu ia
mendekati patung perkasa, setelah itu ia memanggulnya kembali dan berjalan
pelan tanpa menoleh-noleh lagi.
11 Halaman luas yang dimasuki Suro
Blondo tampak tenang dan sepi-sepi
saja. Pemuda berbaju biru muda itu
terus melangkahkan kakinya mendekati
pintu utama, hingga kemudian terdengar suara bentakan disertai berkelebatnya
beberapa sosok tubuh mengurung pemuda itu. Tanpa bertanya-tanya lagi, para
pengawal yang jumlahnya tidak kurang
dari delapan orang langsung menyerang dengan pedang terhunus di tangan.
"Walah! Mau bertemu dengan
saudagar kaya, anjing-anjing penjaganya malah mengeroyokku! Baiklah kalian akan kubuat loyo...!" dengus Pendekar
Blo'on. Seraya garuk-garuk punggung
kepala. Lalu menyambut serangan gencar lawan-lawannya dengan mempergunakan
jurus 'Kera Putih Memilah Kutu'.
Inilah salah satu jurus menghindar dan menyerang yang teramat konyol dan
lucu. Mula-mula pemuda ini berjingkrak, kemudian melompat-lompat di lain saat menyerang sambil mengibaskan
tangannya berulang-ulang. Sungguh pun gerakan kilat itu seperti orang
menggaruk. Namun lawan terdepan yang
terkena hantaman tangannya langsung
terpental, berguling-guling disertai
suara jerit kesakitan.
Melihat kawannya dengan dikerjai
oleh pemuda bertampang tolol ini. Maka yang lain-lainnya menjadi sangat marah
sekali. Serangan-serangan yang dilancarkan oleh mereka semakin lama
semakin bertambah hebat. Pedang
menderu-deru menghantam sepuluh jalan kematian. Suro Blondo terpaksa memiringkan tubuhnya atau terkadang
melesat ke udara. Ketika tubuhnya
meluruk deras ke bawah. Maka kaki
kanannya menghantam kepala lawannya
dengan keras. "Praaak...!"
"Akkkhgggk...!" dua pengawal menjerit keras. Tubuh mereka
tersungkur dengan kepala remuk menyembur darah. Kepala pengawal tersentak
kaget, sama sekali ia tidak menyangka
kalau pemuda bertampang tolol itu
memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Lebih mengherankan lagi ketika
menyadari bahwa sampai sejauh itu
pedang di tangannya tidak dapat
menyentuh tubuh si pemuda. Merasa
tidak ada pilihan lain, kepala
pengawal segera mengerahkan jurus
'Menyibak Bukit Menghantam Demit'.
"Hiyaaa...!" Kepala pengawal sambil berteriak melengking tinggi
segera memutar pedang di tangannya. Di lain waktu ia menerjang ke depan, lalu
menusukkan ujung pedang ke lambung
Suro Blondo. Pemuda itu menarik
tubuhnya ke belakang. Namun dari arah belakangnya mata pedang lawannya
membabat pula. "Tep! Weleh... edaaan...!" Si pemuda menggerutu. Selanjutnya meng-hantamkan
tangannya kedua arah
sekaligus. Sinar putih berkilauan
melesat dan menghantam kepala pengawal dan kawannya. Itulah pukulan 'Kera
Sakti Menolak Petir' yang dimilikinya.
Terdengar satu ledakan dahsyat.
Bersamaan dengan itu terdengar pula
suara jerit lawannya. Kepala pengawal dan satu lainnya terkapar di tanah
dengan mulut menyemburkan darah dan
jiwa melayang. "Hhmm... sekarang tinggal
kalian! Cepat pilih, antara mati atau memanggil juraganmu untuk menghadapi
aku!" Empat orang pengawal saling pandang sesamanya. Mereka sama-sama
berpikir jika kepala pengawal saja
tewas di tangan pemuda itu, apalagi
sekarang mereka hanya tinggal berempat saja. Namun sebelum mereka sempat
memutuskan apa-apa. Pintu utama tibatiba saja terbuka. Seorang laki-laki
berpakaian mewah muncul dan melangkah menghampiri pemuda berambut hitam
kemerahan ini. Wajahnya jelas-jelas
tidak dapat menyembunyikan rasa
kejutnya ketika melihat empat orang
pengawalnya tergeletak tanpa nyawa.
Saudagar Bergola Mungkur
memperhatikan pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya ini sejurus lawannya.
"Kau siapa?" tanya sang
saudagar, suaranya bergetar berusaha
menahan amarah.
Suro Blondo tersenyum, lalu
usap-usap keningnya.
"Aku Pendekar Blo'on! Sengaja
datang menemuimu untuk menagih hutang-hutangmu yang bertumpuk!"
"Ha ha ha...! Bicaramu ngaco
belo. Manusia tolol sepertimu telah
menghutangkan apa kepadaku yang kaya
raya, heh...!" hardik Bergola Mungkur, berang.
"Kau memang kaya, tapi hasil
kekayaanmu adalah hasil cucuran
keringat darah orang-orang yang mati
sengsara di Bumi Ayu." dengus
Pendekar Blo'on serius.
Saudagar itu terdiam. Wajahnya
berubah memerah. Ia merasa yakin dapat mengatasi pemuda yang mengaku berjuluk
Pendekar Blo'on ini. Untuk itu ia pun berkata dengan angkuhnya.
"Kau pendekar Gila! Lebih baik
kau angkat kaki dari hadapanku sebelum aku benar-benar memenggal kepalamu!"
"Justru aku jauh-jauh datang
kemari ingin meminta nyawamu. Kalau
kau tidak percaya tanyakan saja pada
semua algojomu yang sudah menunggu di pintu nereka!" kata pemuda itu lalu
tertawa gelak-gelak. Saudagar Bergola Mungkur terkesiap. Sama sekali ia
tidak menyangka kalau pemuda tampan
bertampang tolol itu telah
membinasakan orang-orang
kepercayaannya.
"Keparat! Kau benar-benar
membuatku marah!"
"Sret!"
Laki-laki berkumis tebal ini
kemudian mencabut pedangnya.
"Jika kau sudah marah, mengapa
tidak menyerang?" Suro Blondo
tersenyum mengejek. Tingkah dan ucapan Pendekar Blo'on tentu saja membuat
lawannya semakin mendongkol. Sambil
membentak garang, Bergola Mungkur
tiba-tiba saja mengibaskan pedangnya
membelah dada si pemuda. Dengan gesit pemuda ini langsung menghindar.
Selanjutnya ia memapak serangan
itu dengan gerakan yang serba aneh dan lucu-lucu. Namun dibalik kekonyolan
jurus-jurus yang dimainkannya. Terkandung sebuah kedashyatan yang tidak
dapat diduga-duga. Saudagar Bergola
Mungkur sendiri sempat terkesima.
Berulang kali ia membangun serangan.
Namun hingga sampai sejauh itu, setiap serangannya selalu menemui tempat
kosong. Padahal ia telah mengerahkan
jurus 'Sayap Kupu-Kupu Membelah Kuntum Bunga'.
"Shaa...!"
"Des! Des!"
Satu gerakan tipuan dilakukan
oleh laki-laki setengah baya ini. Suro Blondo berusaha berkelit. Namun dua
pukulan yang tidak diduga-duga
menghantam dada dan punggungnya.
Pemuda berambut hitam kemerahan ini
terhuyung-huyung. Dadanya terasa sesak hingga membuatnya sulit bernafas.
Belum sempat ia memperbaiki
posisinya. Mata pedang lawannya
menderu dan jika tidak cepat ia
menarik badannya ke belakang. Pasti
pedang lawannya telah menjebol
perutnya. "Heh... dia sangat cepat sekali
dalam memainkan jurus-jurus pedangnya.
Sebaiknya aku mengerahkan jurus 'Seribu Kera Putih Mengecoh Harimau'"
batinnya dalam hati.
"Huuup...!"
"Deep!"
"Beet!"
Benar saja dugaan si pemuda
begitu tubuhnya berkelebat cepat.
Pedang di tangan lawan terus memburu.
Suro Blondo tiba-tiba berbalik, lalu hantamkan tangannya ke bagian perge-langan
tangan Bergola Mungkur. Sungguh pun gerakan yang dilakukan oleh pemuda itu
terasa cepat sekali. Namun lawan rupanya berlaku sangat cerdik. Jika
semula ia melakukan tusukan, maka kini berbalik membabat kaki Suro Blondo.
Ia balas menyerang dan....
"Des!"
"Aaakkkh...!"
Pendekar Blo'on menyeringai.
Tubuhnya jatuh terguling-guling.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Bergola Mungkur yang telah dikuasai
oleh nafsu membunuh. Ia memburu sambil menghujamkan pedangnya berturut-turut.
Suro Blondo terus bergulingguling kalang kabut. Satu kesempatan
ia yang telah mengerahkan tenaga
dalamnya segera menghantam ke depan.
Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wuuus!"
Sinar merah hitam menderu dari
telapak tangannya. Itulah pukulan
'Neraka Hari Terakhir'. Salah satu
pukulan pamungkas yang sangat sulit
dicari tandingannya. Bergola Mungkur
sama sekali tidak menyangka akan
mendapat serangan sedemikian rupa.
Dalam jarak yang begitu dekat mustahil ia dapat menghindarinya. Tidak pelak
ia pun memutar pedangnya untuk
melindungi diri. Namun gerakannya
kalah cepat dengan pukulan yang
dilepaskan Suro Blondo. Sehingga tidak pelak lagi pukulan 'Neraka Hari
Terakhir' dengan telak memanggang
tubuhnya. Suara ledakan dahsyat
disertai dengan suara jeritan Bergola Mungkur. Tubuhnya terbanting ke tanah
dalam keadaan hangus seperti arang.
Sedang pedang yang dipergunakan oleh
Bergola Mungkur meleleh dan tergeletak tidak jauh dari mayat pemiliknya.
"Hemm... saudagar ini kaya raya, tapi ia mati tidak membawa hartanya.
Lagipula orang mati mana doyan harta, tidak jajan dan tidak pula membutuhkan
kemewahan dunia. Biarkah rakyat yang
memiliki harta itu." batin Pendekar Blo'on lalu garuk-garuk kepalanya
Hari telah menjelang senja saat
Pendekar Blo'on si bocah ajaib
beranjak pergi meninggalkan mayatmayat yang bergeletakan.
TAMAT Segera menyusul!!!
Serial : PENDEKAR BLO'ON
dalam episode selanjutnya :
IBLIS BETINA DARI
NERAKA Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Fujidenkikagawa
http://duniaabukeisel.blogspot.com
Suling Emas 9 Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Misteri Kapal Layar Pancawarna 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama