Ceritasilat Novel Online

Susuk Ratu Setan 2

Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan Bagian 2


Karena..., kau menggagalkan keinginanku untuk mendapatkan tubuh Ratu Setan
selama-lamanya.
Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu ini, Pendekar Slebor."
"Brengsek! Begitu kuatkah pengaruh susuk-susuk Ratu Setan, sehingga lelaki itu
masih terpengaruh"
Padahal, sudah kubuang semua susuk di tubuhnya?"
pikir Andika. "Ataukah, masih ada susuk lainnya yang tak bisa kutemukan?"
Tiba-tiba Andika melihat tubuh Setan Gelang Duri mengejang. Dari pori-pori di
bagian dadanya mengalirkan darah. Memang, masih ada sebuah susuk yang ditanamkan
Ratu Setan di tubuh Setan Gelang Duri. Susuk itu terletak di antara kedua paruparunya. Susuk itu pun sangat sulit diketahui, karena selain paru-paru, jantung dari
orang yang dimasukkan susuk itu selalu bekerja dan mengeluarkan hawa panas.
Darah yang keluar dari pori-pori tubuh lelaki hitam itu semakin banyak. Tak
lama, terdengar teriakan maut, lalu perlahan-lahan melemah.
Sesaat kemudian, lepaslah nyawa Setan Gelang Duri.
Andika menggeleng-geleng.
"Aku harus secepatnya mencari Ratu Setan!"
*** 8 Andika terus berlari tanpa menghiraukan kelelahan di tubuhnya. Dia merasa harus
berlomba dengan waktu.
Ketika matahari sudah muncul kembali Pendekar Slebor tiba-tiba menghentikan
larinya. Keningnya berkerut melihat seorang dara berbaju kuning sedang tidur
pulas di samping seorang lelaki tua bertubuh kuntet.
"Hmm, Tapak Darah. Apa yang telah terjadi padanya" Bila melihatnya terbaring,
dia bukan sedang tidur. Tapi, pingsan. Lalu, siapakah gadis di sebelah-nya"
Kalau dia, jelas tertidur karena desahan napasnya begitu lembut dan teratur,"
gumam Andika. Perlahan-lahan Andika mendekati keduanya. Sial-nya, kakinya menginjak sebatang
ranting hingga menimbulkan suara.
Bersamaan dengan itu, gadis berbaju kuning itu terbangun. Si gadis sampai
tercekat dan melompat begitu melihat seorang pemuda berambut gondrong yang
tampan di dekatnya.
"Siapa kau?" bentak gadis yang tak lain Juwita dengan siaga, berdiri di depan
tubuh Tapak Dara yang masih pingsan.
"Tahan, Nona! Namaku Andika. Apa yang telah terjadi?" tanya Pendekar Slebor.
"Aku tidak mengenalmu. Bila kau suruhan Ratu Setan, aku akan bertarung denganmu
sampai mati!"
sahut gadis itu, ketus.
Andika mendesah pelan. Secara tak langsung, dia sudah diberitahu oleh gadis itu,
kalau pingsannya
Tapak Darah karena perbuatan Ratu Setan.
"Tidak usah tegang. Aku sahabat Tapak Darah,"
ujar Andika sambil berlutut.
Si pemuda segera memeriksa tubuh Tapak Darah yang hangat. Rupanya, udara dingin
semalam tak mengusik keadaan tubuh Tapak Darah.
"Nona, apakah kau yang mengobati Tapak Darah"
Karena, di tubuhnya telah mengalir kehangatan yang mampu melindunginya dari
udara dingin?" tanya Andika.
Juwita yang melihat kalau pemuda itu menunjukkan sikap bersahabat menggelengkan
kepalanya. Sikapnya tidak setegang tadi. Di saat seperti ini, dia memang harus waspada.
Karena tak mustahil Ratu Setan telah mengirimkan orang-orang suruhannya.
Juwita tahu, lelaki mana pun yang terkena susuk, akan menuruti perintah Ratu
Setan. "Bukan.... Tetapi, seorang gadis yang bernama Prawitri."
"Apa" Prawitri" Oh! Di mana dia sekarang?"
Dengan kening berkerut Juwita menceritakan apa yang terjadi.
"Dia sudah pergi sejak kemarin, mengejar Ratu Setan."
"Kacau! Aku tidak boleh terlambat. Berbahaya sekali bila Prawitri berhasil
tertangkap Ratu Setan.
Dan semakin kuat keyakinanku, kalau gadis mesum itu memiliki ilmu sangat tinggi.
Mengalahkan Tapak Darah bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi, dia berhasil
mengalahkannya," gumam Andika.
Lalu Pendekar Slebor mengobati lagi Tapak Darah yang sampai saat ini masih
pingsan. "Bila melihat derita yang mulai membaik ini, aku yakin Prawitri mengerti ilmu
obat-obatan. Mungkin dia
mendapatkan banyak pelajaran obat-obatan dari gurunya," jelas Pendekar Slebor
sambil menatap si Tapak Darah.
Andika lalu menoleh pada Juwita.
"Juwita.... Sebaiknya, kau bawa tubuh Tapak Darah ke tempat aman. Di ujung masuk
hutan ini, aku melihat sebuah gua. Dalam waktu kurang lebih lima penanakan nasi,
Tapak Darah akan siuman.
Berbahaya bila berada di sini."
"Kau sendiri hendak ke mana?" tanya Juwita merasa cepat akrab dengan Andika.
Sejenak tadi perasaannya tak menentu ketika sorot mata si pemuda menghujam sifat
kewanitaannya. Dia merasa seolah relung hatinya dibelai-belai tangan lembut.
"Aku akan menyusul Prawitri untuk mencari Ratu Setan. Hhh! Sebenarnya gadis
mesum itu hanya menginginkan aku. Dia menghendaki kain pusakaku ini! Tetapi, dia
tak segan-segan menurunkan tangan telengasnya dan membuat rimba persilatan
menjadi muram."
"Andika.... Di tanganmu aku berharap kau bisa membunuh Ratu Setan. Karena, nyawa
kakakku hilang gara-gara dia."
"Berdoalah semoga aku berhasil. Sekarang, bawa-lah tubuh Tapak Darah. Sampaikan
salamku bila dia sudah siuman."
Juwita pun mengangguk, lalu membopong tubuh Tapak Darah yang masih pingsan.
Ditatapnya Andika sejenak. Sementara si pemuda melihat kerjapan gelisah di mata
gadis itu. "Terima kasih atas bantuanmu. Mudah-mudahan kita bertemu lagi."
Wuuuttt! Tanpa kelihatan letih atau kesusahan, Juwita
membawa tubuh Tapak Darah ke tempat aman.
"Hebat! Aku yakin gadis itu bukan gadis
sembarangan. Dari gerakannya saja terbukti kepandaiannya cukup hebat. Kalau saja
aku tidak hendak mencari Ratu Setan, aku ingin berlama-lama dengannya. Hmmm....
Lebih baik aku segera mencarinya saja."
Ketika Andika hendak mengempos tubuhnya, mendadak saja kedua kakinya terasa
sangat sulit diangkat. Tenaga dalamnya segera dikerahkan, namun kedua kakinya
bagai dipantek di tanah.
"Kutu monyet! Siapa yang jahil lagi ini"!" makinya sambil mengerahkan seluruh
tenaga dalam. Plas! Tubuh Andika terbebas. Dan pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu
segera menoleh, ketika terdengar tawa bernada dingin di belakangnya.
*** Andika melihat satu sosok tubuh dengan wajah mengerikan. Sejenak kening pemuda
tampan itu mengerut melihat lelaki hanya bercawat itu terbahak-bahak.
"Tak perlu jauh-jauh melangkah! Rupanya yang dicari ada di sini." kata orang tua
aneh itu, terbahak-bahak.
"Hei"! Kalau mau pamer aurat kenapa harus dihadapanku"!" bentak Andika, sewot.
Orang itu tiba-tiba menghentikan tawanya.
"Pendekar Slebor! Serahkan kain pusaka itu kepadaku!"
"Sinting! Kok ada tengkorak hidup yang rambutnya bau busuk seperti kau ini, ya"
Apakah kau orang
suruhan Ratu Setan yang menginginkan kain pusaka ini?"
Sekarang lelaki tua bercawat itu terbahak-bahak.
"Memang hebat muridku itu. Julukan dan
perbuatannya sudah menggegerkan dunia persilatan.
Ah! Aku rindu padanya hingga akhirnya aku muncul di sini. Sudah lama aku tak
menikmati tubuhnya yang indah."
Diam-diam kening Pendekar Slebor berkerut.
Kalau begitu, apakah manusia ini guru dari Ratu Setan"
"Mana mungkin Ratu Setan muridmu" Dia cantik sekali. Dan kau seperti gembel
kumal yang tak pernah tercuci...."
"Keparat! Kau menghinaku, berarti berani menantangku! Iblis Jagat Raya memang
tak akan pernah membiarkan kau hidup! Pendekar Slebor!
Berikan kain pusaka itu kepadaku"!"
Kali ini Andika mulai yakin, kalau yang berdiri di hadapannya adalah guru Ratu
Setan. Hm.... Kalau begini caranya dia harus berhati-hati dan mempergunakan
otaknya. Karena sudah pasti Iblis Jagat Raya memiliki ilmu sangat tinggi.
Teka-teki yang ada di benak Andika selama ini berarti mulai terpecahkan. Rupanya
sepak terjang Ratu Setan yang menggemparkan, didalangi Iblis Jagat Raya.
"Menyerahkan kain pusakaku ini sangat mudah.
Tetapi, sayangnya aku tak akan pernah menyerah-kannya."
"Keparat!"
Wuuusss! Angin besar bergulung-gulung. Dan Pendekar Slebor memang sudah siap
menghindarinya. Dengan
ringan sekali tubuhnya dibuang ke samping.
Blammm...! Tanah yang dipijak Andika tadi menjadi sebuah lubang mengeluarkan asap, setelah
didahului ledakan keras.
"Benar-benar hebat!" desisnya dalam hati. Tetapi bukan Andika kalau tidak
mengejek. "Serangan seperti kentut orang yang kebanyakan makan ubi saja
dipamerkan! Lebih baik panggil muridmu! Keroyok aku! Hmm.... Aku khawatir kau
tak akan mampu menandingi kehebatanku!"
"Pemuda sialan! Mampuslah kau!"
Andika tercekat begitu tahu-tahu dua buah bayangan tangan mendesir keras.
Rupanya sambil meluruk kedua tangan Iblis Jagat Raya yang menjelma menjadi
semacam bayangan tangan raksasa telah mengibas, menimbulkan gemuruh luar biasa.
Andika bukannya tak menyadari bahaya. Dia sudah berusaha melompat jauh-jauh,
namun tak urung tersampok keras pula hingga tubuhnya terpental ke belakang.
Tampaknya Pendekar Slebor demikian tersiksa akibat serangan ini. Bahkan belum
lagi berdiri tegak sambaran kedua bayangan tangan raksasa itu kembali
berkelebat, menimbulkan desingan menggidikkan. Hanya keteguhan hati yang membuat
Pendekar SIebor masih berusaha bertahan.
"Gila! Benar-benar ilmu iblis yang dimilikinya!"
makinya. "Bagaimana caranya agar aku bisa menghentikan serangan aneh ini?"
Dengan kelincahannya yang dipelajarinya di Lembah Kutukan dalam menghindari
sambaran sambaran petir, Andika melompat ke sana kemari.
Kendati demikian, Pendekar Slebor terus memeras
otaknya. Dicobanya menghantamkan bayangan tangan yang besar itu dengan tenaga
'inti petir' tingkat ke sepuluh. Namun tak membawa hasil apa-apa. Pukulannya bagai ceplos,
menebas angin. Dan hal yang ditakutkan akhirnya terjadi juga.
Untuk yang kedua kalinya, tangan raksasa itu kembali menghantam Pendekar Slebor
hingga terpental Iagi ke belakang.
Andika sempat memekik kecil. Tulang iganya terasa seperti patah. Dan dari
hidungnya mengalirkan darah. Namun dengan ketegarannya yang patut diberi acungan
jempol, dia harus kembali menghindari serangan-serangan maut itu.
"Persetujuan yang kutawarkan padamu telah kau tolak. Kebodohan telah ada di
dirimu. Kini, mampuslah!"
Setelah Iblis Jagat Raya membentak, kedua tangan raksasanya mengibas keras ke
arah Andika yang makin blingsatan. Wajahnya kali ini benar-benar pias.
Tenaga 'inti petir' yang dilancarkannya tadi tak ada gunanya!
Tidak! Dia tidak boleh pasrah dan mengalah seperti itu. Maka dikawal teriakan
keras, Andika menyongsong serangan maut itu dengan ajian 'Guntur Selaksa'.
Serangan ini memang mengandalkan keberanian luar biasa. Nyatanya, justru
akibatnya bertambah parah. Karena serangan yang dilancarkan, lagi-lagi nyeplos
begitu saja. Dan....
Wusss! Buk! Untuk ketiga kalinya Andika terpental ke belakang.
Tubuhnya terpelanting lima tombak. Kali ini darah bukan hanya mengalir dari
hidungnya melainkan juga dari mulutnya.
*** Kesehatan Tapak Darah kini sudah bertambah pulih. Malah telah siuman dari
pingsannya. Begitu sadar dia terkekeh-kekeh, melihat seorang gadis manis duduk
bersimpuh di sisinya. Wajah gadis ini kelihatan sangat gembira begitu melihat
Tapak Darah sadar.
"Nah, nah.... Apakah aku sudah berada di surga dan ditemani seorang bidadari?"
Juwita memasang senyum.
"Kau masih ada di dunia, Kek. Kau masih hidup.
Dan aku bukan bidadari," sahut Juwita.
"Aku tahu, aku tahu. Kau pasti gadis yang kutolong dari maut ketika Ratu Setan
hendak menghajarmu, bukan" Ah! Aku jadi tidak enak mengatakan kalau aku telah
menolongmu. Hei" Apakah kau telah menolongku?"
Juwita menggeleng. Diceritakannya siapa yang telah menolong Tapak Darah.
"Brengsek! Aku jadi berhutang budi pada Pendekar Slebor! Kau tahu, di mana dia?"
cerocos lelaki kerdil ini.
"Dia mencari Ratu Setan, Kek."
"Berbahaya! Ilmu Ratu Setan sangat tinggi, meskipun aku yakin kalau Pendekar
Slebor akan mampu menandinginya. Ihh! Gadis setan itu ternyata sangat cantik.
Sayang hatinya terlalu kejam. Kalau tidak, aku mau mengawininya...."
Juwita menekap tangannya ke mulut agar tidak tertawa.
"Lucu sekali kakek kuntet ini," pikirnya.
Tapak Darah kini merasa kesehatannya benar-benar pulih. Apalagi setelah
bersemadi. "Sebaiknya, aku segera menyusul Pendekar Slebor. Aku ingin membalas perlakuan
Ratu Setan. Kurang ajar sekali! Sampai-sampai membuatku pingsan. Memalukan. Uhh! Aku juga
gagal memukul bokongnya yang montok itu...."
"Kalau kau hendak mencari Ratu Setan, aku ikut, Kek."
"Tidak usah."
"Kek! Aku pun punya kepentingan yang sama denganmu untuk membunuh Ratu Setan.
Kakak kandungku meninggal gara-gara dia."
"Huh! Perempuan memang merepotkan!" gerutu Tapak Darah.
Lelaki kerdil ini melangkah. Tetapi sesaat terguling, karena kakinya menginjak
pakaiannya yang panjang.
Dan ini membuat Juwita terpingkal.
"Brengsek! Hei" Kenapa tertawa" Lucu ya" Lucu?"
Juwita semakin keras terawa. Dia tidak malu atau curiga lagi dengan manusia
kuntet itu. Karena dia tahu, sesungguhnya manusia kuntet berjuluk Tapak Darah
sangat baik. "Bukan maksudku untuk menertawakanmu, Kek,"
kilah Juwita. "Tetapi kau sudah tertawa," terabas Tapak Darah.
"Apakah aku harus menarik tawaku kembali?"
"Pintar omong! Kau pantasnya menjadi istri Pendekar Slebor yang bisa ngomong
itu!" Kali ini Juwita mendadak saja terdiam. Tiba-tiba saja di benaknya membayangkan
wajah tampan Pendekar Slebor. Ah! Dalam sekali jumpa yang hanya beberapa saat
saja, sesungguhnya dia sudah tertarik pada pemuda tampan itu.
"Nah, nah.... Wajahmu memerah" Berarti kau memang mencintainya, kan?" ledek
Tapak Darah. "Kau ini ada-ada saja, Kek."
"Hmm.... Kalau kau tidak mau dengannya, aku yang tampan ini bersedia
mengawinimu" Tetapi, tidak usah ya" Aku masih terlalu ganteng untuk menjadi
suamimu. Jangan-jangan kau malah makan hati kalau banyak gadis cantik berdekatan
denganku. Apa kau sudah siap untuk cemburu?"
Kali ini Juwita tertawa lepas.
"Brengsek! Dia tertawa lagi?" dengus Tapak Darah dalam hati. "Apakah dia bilang
aku ini jelek, tidak tampan dan gagah" Kurang ajar!"
Lalu Tapak Darah melotot garang pada Juwita.
"Biarpun kepentingan kita sama, kita jalan saja sendiri-sendiri. Kalau kita
berdua, bila berjumpa gadis cantik, pasti tidak akan mau berdekatan denganku.
Karena dia, menyangka kau adalah kekasih atau istriku."


Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Juwita kembali tergelak-gelak. Lalu dengan tak acuhnya diikutinya langkah Tapak
Darah. Sementara si lelaki kerdil tiba-tiba berhenti melangkah.
"Ampun, nih gadis! Tadi sudah kukatakan alasan-ku tak ingin berjalan bersamamu,
bukan" Kepalamu keras benar, sih" Apa kau memang sudah siap menanggung cemburu?"
Juwita hanya terdiam saja, memasang wajah memelas. Tak dipedulikannya ketika
Tapak Darah marah-marah dan menghentikan langkahnya lagi.
"Kau ini kenapa sih" Kok, masih nekat juga ingin bersama-samaku yang ganteng
ini?" ? Juwita tetap terdiam dengan wajah memelas. Biar bagaimanapun juga, dia merasa
hidup seorang diri di dunia ini. Meskipun sifatnya aneh, namun Juwita yakin
kalau sesungguhnya manusia kuntet itu memiliki hati mulia. Lebih baik, dia
selalu bersama Tapak Darah yang ucapan-ucapannya selalu memancing tawa.
"Perempuan! Bisanya cuma merajuk!" bentak Tapak Darah. "Iya, iya! Aku tahu, kau
akan diam dan memasang wajah merajuk! Tetapi, ingat! Jangan cemburu bila ada
gadis cantik yang berdekatan denganku?"
Juwita cepat-cepat mengangguk. Dia benar-benar merasa senang dengan Tapak Darah.
Lalu, diikutinya langkah lelaki itu yang sesekali terguling karena menginjak
ujung baju birunya yang panjang.
Dan mendadak, terdengar suara bentakan keras dan angin menderu kencang.
Dada Tapak Darah bergetar.
"Kali ini jangan keras kepala! Kau tunggu aku di sini. Ada sesuatu yang tak
beres di sana," ujar lelaki kerdil ini.
Meskipun ingin mengetahui apa yang tengah terjadi, Juwita hanya mengangguk. Dan
dia melihat bagaimana cepatnya Tapak Darah berkelebat.
"Sejak aku turun gunung bersama Kang Prasetyo, baru kali ini aku melihat tokoh
yang sangat aneh.
Kalau berjalan, dia selalu terguling. Tetapi tadi..., dia bisa berkelebat
laksana kilat. Mungkin, masih banyak lagi tokoh aneh yang sakti di tanah Jawa
ini." Sementara itu Tapak Darah sudah tiba di tempat asal suara yang tadi didengarnya.
Keningnya berkerut tajam melihat pertarungan antara Pendekar Slebor dengan
lelaki bercawat yang didengarnya menjuluki dirinya Iblis Jagat Raya. Sejenak
laki-laki kuntet itu berpikir keras untuk mengetahui, siapa Iblis Jagat Raya.
Serangan-serangan yang dilancarkan lelaki bercawat itu pada Andika bagaikan
membuat tanah yang
dipijak bergetar hebat.
"Gila, ilmunya sangat hebat sekali," desis Tapak Darah. "Aku harus cepat
menolongnya bila pemuda konyol itu sudah benar-benar terdesak. Yah..., sekalian
nonton pertunjukan gratis.... He he he...."
*** 9 "Nyawamu sudah berada di ujung tanduk! Kain bercorak catur akan menjadi
milikku!" dengus Iblis Jagat Raya.
Tubuh Andika semakin limbung. Matanya memancarkan sinar amarah yang tinggi.
"Biar kau rencah tubuhku, tak akan pernah aku memberikan kain pusaka ini!" tekad
Andika. "Anak setan! Mampuslah kau!"
Kali ini serangan Iblis Jagat Raya lebih dahsyat dari semula. Kedua bayangan
tangan raksasa yang melesat itu menderu-deru mencari sasarannya. Kali ini,
dengan hanya sekali kepruk saja bisa dipastikan pemuda sakti ini akan menemui
ajal. Akan tetapi, di saat yang sangat gawat, mendadak saja Andika bergulingan ke
kanan dan kiri. Tangannya bergerak cepat.
Ctar! Blarrr! Bayangan tangan raksasa itu mendadak saja sirna.
Lalu tahu-tahu menjelma menjadi asap. Wajah Iblis Jagat Raya memerah dalam
dengan mata kelabu seperti melompat keluar.
"Kain bercorak catur!" teriaknya.
Andika mendesah lega. Buru-buru pernapasannya diatur. Tadi, dengan gerakan yang
sangat cepat pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan telah menyambar kain
pusaka bercorak catur yang tersampir di lehernya, dan langsung dikibaskan
disertai aliran seluruh tenaga dalamnya.
Hasilnya sungguh luar biasa. Karena bayangan tangan raksasa yang menderu-deru ke
arahnya tersampok dan menjadi asap.
"Bukankah ini yang kau inginkan?" desis Andika mencibir. Lalu digerakkangerakkannya kain bercorak catur itu dengan sikap penuh ejekan. "Memang hebat
kain pusakaku ini. Sayangnya, tak pantas berada di tangan manusia jelek
sepertimu. Kalau kau tampan sedikit saja, aku pasti akan memberikannya. Tetapi
bila kau memang menghendakinya, boleh saja merasakan kehebatan kain pusakaku
ini!" "Pemuda setan!" geram Iblis Jagat Raya sampai kedua kakinya amblas ke tanah.
Andika tercekat melihatnya.
"Busyet! Apakah dia sedang menahan marah, atau sedang menahan buang air sih?"
gumam Andika. Lalu matanya tajam menusuk ke arah Iblis Jagat Raya.
"Kau lihat kain pusaka ini" Di dunia ini, hanya seorang saja yang memilikinya.
Dan orang itu sangat tampan tak ada duanya."
"Keparat!"
Wusss! Seketika tangan Iblis Jagat Raya mengibas. Pada saat yang sama, Andika pun
menggerakkan tangannya yang menggenggam erat kain pusaka warisan Ki Saptacakra.
Blarrr! Tenaga dalam itu beradu di udara. Kali ini, serpihan angin deras menderu ke arah
Iblis Jagat Raya. Tokoh jelek itu merunduk, namun tak urung rambutnya sedikit
terpapas. "Bagus sekali!" desis Andika tertawa. Dan kesempatan itu dipergunakan untuk
mengatur napasnya lagi. "Kau tak perlu mencari tukang cukur di
kotapraja, Jelek. Tetapi ya, mana ada yang mau men-cukuri rambutmu" Baunya saja,
lebih anyir daripada selokan mampet! Eh, kau masih mau memiliki kain pusakaku
ini tidak" Kalau begitu, ambillah!"
Sehabis berkata begitu, Andika mendahului menyerang. Dan memang inilah
kesempatan satu-satunya di saat mempergunakan kain bercorak catur yang sangat
ampuh itu. Dengungan keras disertai gemuruh angin menderu meluruk ke arah Iblis
Jagat Raya. Dan sungguh di luar dugaan, Iblis Jagat Raya tak berani memapaki. Justru lelaki
tua bercawat itu kini menghindarinya.
Namun bukan berarti tokoh berwajah buruk ini tak mampu menandingi Andika. Karena
di saat melompat itu, tangannya bergerak kembali.
Wuusss! Serangkum angin deras menerpa ke arah Andika.
Dan sambil membentak keras, Pendekar Slebor mengibaskan kain pusakanya.
Blarrr! Kembali ledakan terdengar. Andika sampai memejamkan matanya, karena ledakan itu
menimbulkan desing angin tajam yang mengarah kepadanya. Tak sempat lagi desingan
itu dihindari. Dan lagi-lagi tubuhnya terpental ke belakang.
Sementara lelaki tua bercawat itu hanya tertawa tergelak keras.
"Kini nyawamu tak akan kuampuni, Pendekar Slebor!"
Sehabis berkata begitu, tubuh Iblis Jagat Raya melesat. Kedua tangannya
membentuk cakar, siap mencengkeram leher dan mencabik-cabik tubuh Andika.
Akan tetapi, tiba-tiba saja satu sosok tubuh telah melesat menyambar tubuh
Andika. Dibuatnya lompatan dua kali tindak, lalu menghilang secepat angin.
Tangan Iblis Jagat Raya hanya berhasil mencengkeram sebatang pohon yang langsung
hangus. Betapa murkanya dia. Kedua tangannya langsung mengibas ke sana kemari,
menghancurkan pepohonan yang ada di sana hingga seketika menjadi debu.
"Ke mana pun pergi kau harus mampus, Pendekar Slebor!" desis Iblis Jagat Raya
lalu melesat pergi.
Andika benar-benar tidak menyangka dengan kemunculan Tapak Darah yang
menyelamatkannya.
Meskipun tadi sebenarnya dia sudah siap untuk mengibaskan kain pusakanya.
"Kau harus berterima kasih kepadaku," tuntut Tapak Darah sambil membanting tubuh
Andika ke tanah.
Andika hanya nyengir saja. Lalu dengan gaya ber-canda, dia berlutut. Agak
membuhgkuk sedikit, hingga tubuhnya lebih rendah dari Tapak Darah.
"Hamba berterima kasih pada Paduka yang Mulia."
Justru Juwita yang tergelak-gelak mendengarnya.
Sementara Tapak Darah mengangkat dagunya jumawa. Lalu tangannya diselipkan ke
balik pakaian gombrongnya.
"Kalau tadi kau yang menolongku, sekarang giliran aku. Nih! Telan bulatan tahi
kambing ini."
Andika hanya nyengir saja mendengar kata-kata itu. Lalu ditelannya tiga buah
obat pulung yang mirip tahi kambing.
"Kesaktian Iblis Jagat Raya sangat luar biasa,"
katanya setelah mengatur napas. "Begitu pula yang
dimiliki Ratu Setan. Untuk mengalahkan mereka, hanya ada satu cara."
"Kalau ngomong memang enteng! Apa rencana-mu?"
Andika mengangkat bahunya.
"Aku tidak tahu, apakah punya rencana atau tidak," sahut Pendekar Slebor enteng.
"Iya, apa rencanamu?"
"Kalau kuberitahu, jangan-jangan kau bisa mengacaukannya."
"Brengsek! Hei, Juwita! Kau buktikan sendiri kata-kataku, kan?" sentak Tapak
Darah. Juwita menjadi tergagap. Betapa tidak. Dia hampir saja dipergoki sedang menatap
Andika! "Buktikan apa, Kek?" tanya Juwita setelah berhasil menguasai hatinya.
"Kau pandai omong. Dan pemuda gemblung ini juga. Kan tadi kubilang, kau
pantasnya menjadi istri dia. Dia juga pantasnya menjadi suamimu. Nah, cocok
'kan" Kalau kalian bertengkar, pasti tak ada yang menang dan kalah."
Lalu bagai lucu dengan kata-katanya sendiri, Tapak Darah tertawa tergelak.
Juwita memerah wajahnya. Sementara Andika tertawa.
"Kalau aku sih mau saja. Tetapi, apa dia mau?"
seloroh Pendekar Slebor.
"Siapa bilang dia mau, hah"! Untuk apa menjadi istrimu yang slebor begini?"
Andika kembali tertawa keras. Kesehatannya benar-benar sudah pulih sekarang ini.
Rupanya, obat yang diberikan Tapak Darah sangat manjur.
"Kalau begitu, kita berpisah di sini. Aku akan tetap mencari Ratu Setan dan
Iblis Jagat Raya. Terutama,
mencari Prawitri. Biarpun kedua guru dan murid itu memiliki kesaktian maha
tinggi, aku akan tetap menghalangi sepak terjangnya. Terutama, Susuk Ratu Setan
yang mampu membuat lelaki mana pun juga berada di bawah pengaruhnya."
"Jangan pergi dulu!" bentak Tapak Darah. "Bagaimana dengan Juwita?"
"Wah! Kek..., aku tahu kau sebenarnya tengah mengolok-olok aku untuk menutupi
keinginanmu yang sebenarnya, kan?"
"Lho" Apa maksudmu, Bor?"
"Kau sendiri yang mau dengannya, kan?"
"Sialan!"
Tapak Darah menggerakkan tangannya pada
Andika. Wusss! Tetapi, Andika sudah menghilang begitu saja.
Sementara Juwita menunduk saja.
"Hei" Kau tidak usah bersedih. Dia hanya pura-pura saja. Masa' sih, dia tidak
mau denganmu yang cantik ini?" ledek Tapak Darah yang justru membuat wajah
Juwita menjadi merah dadu. "Sudah, sudah....
Lebih baik kita susul si Slebor itu. Kalau dia tidak mau, akan kukemplang
kepalanya."
"Kek! Mengapa tahu-tahu kau jadi sibuk men-jodohkan aku dengannya?" tanya
Juwita, menutupi rasa malunya.
"Jadi, kau tidak mau dengannya" Kalau begitu, ya tidak apa-apa. Tetapi, ingat!
Jangan cemburu kalau berjalan bersamaku, ya?"
Juwita cuma tersenyum saja.
*** 10 Prawitri mendadak menghentikan larinya. Di hadapannya telah berdiri menghadang
dua sosok tubuh. Sebentar lagi, malam akan datang. Tempat gadis ini berada,
ditumbuhi pepohonan yang tinggi besar.
"Hmm.... Siapa dua pemuda ini" Bila melihat sikapnya, sudah jelas keduanya tak
bersahabat sama sekali," gumam Prawitri dalam hati.
Sementara kedua pemuda itu melangkah dengan sikap siap menerkam. Wajah mereka
yang tampan, berbinar-binar berbalur birahi menggelegak. Keduanya tak lain dari
Suro Gandring dan Argomulyo, yang kini benar-benar berada di bawah pengaruh Ratu
Setan. "Siapa kalian?" bentak Prawitri.
Tak ada yang bersuara. Namun tiba-tiba saja Suro Gandring sudah bergerak cepat,
seperti menyergap.
"Manusia yang ingin melakukan perbuatan hina!"
dengus Prawitri dalam hati. "Perjalanan untuk mencari Ratu Setan ternyata tidak
mudah. Dengan munculnya kedua pemuda ini, bisa-bisa hanya meng-hambatku saja."
Ketika setengah tombak lagi serangan sampai, dengan sigap gadis itu menghindar
dengan melompat ke samping. Namun belum lagi mendarat, Argomulyo telah melesat
mengejar. "Sial!" maki Prawitri. Masih melayang di atas, si gadis memutar tubuhnya.
Seketika, kakinya bergerak cepat sekali.
Buk! Tubuh Argomulyo terpelanting jatuh. Namun dengan gerengan keras, pemuda itu
segera melompat kembali. Bersamaan.dengan itu, Suro Gandring pun sudah meluruk
ke arah Prawitri.
Sambil membentak-bentak keras, Prawitri menghindar dengan sesekali membalas. Tak
terasa, lima jurus sudah berlangsung. Namun, belum ada tanda-tanda yang kalah.
Namun pada jurus berikutnya, Prawitri terkejut ketika melihat kedua pemuda itu
kini menyerang dengan kibasan kaki.
"Gila! Apakah mereka murid kakek" Meskipun aku tak mempelajari jurus 'Buaya
Kibaskan Ekor', tapi aku tahu kalau jurus itulah yang dipergunakan mereka.
Hm.... Jadi inikah yang bernama Argomulyo dan Suro Gandring" Menurut Juwita,
kedua pemuda ini berada di bawah pengaruh Ratu Setan" Kalau tidak kukalahkan,
justru aku yang akan mampus!"
Jurus 'Buaya Kibaskan Ekor' benar benar sangat dahsyat. Beberapa kali Prawitri
harus berusaha mengeluarkan segenap kemampuan untuk menghindari sambaran kaki
yang penuh tenaga dan angin menderu keras.
Sulit bagi Prawitri untuk menghentikan serangan keduanya. Namun, dia mencoba
cara lain. "Kakang Suro Gandring dan Kakang Argomulyo!
Hentikan semua ini! Aku Prawitri!"
Seketika, serangan kedua pemuda ini terhenti.
Lalu bagaikan keheranan, keduanya menatap Prawitri. Kesempatan itu segera
dipergunakan cucu si Manusia Buaya untuk menyadarkan.
"Kakang berdua! Aku Prawitri, cucu guru kalian si Manusia Buaya. Kita
bersaudara, Kakang. Tak perlu
kita bersilangsengketa sekarang ini. Sadarlah! Aku tahu, kalian berada di bawah
pengaruh Ratu Setan.
Justru Ratu Setan yang harus kita bunuh! Karena, dia telah membunuh guru
kalian!" Kedua pemuda itu jelas sekali kebingungan, dengan kening berkerut. Sementara
Prawitri masih mencoba menyadarkan. Namun tiba-tiba....
"Untuk apa kalian bermurah hati pada gadis itu"
Siapa yang berhasil membunuhnya, kalian akan mendapatkan tubuhku."
Terdengar tawa mengikik dingin.
*** "Ratu Setan!" sebut Prawitri, keras.
"Rupanya cucu si Manusia Buaya yang muncul. Ah!
Tak kusangka kalau si Manusia Buaya memiliki cucu rupawan seperti ini."
"Perempuan hina! Kau harus membayar nyawa kakekku!"
"Sayang sekali, justru nyawamu yang hilang hari ini!" sahut Ratu Setan, sambil
tergelak-gelak.
Merahlah wajah Prawitri. Tiba-tiba saja, tangannya berkelebat cepat.
Sing! Sebuah benda mirip kelereng menderu ke arah Ratu Setan.
"Cih! Ilmu yang hanya dipunyai anak-anak kecil!"
dengus Ratu Setan.


Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berkata demikian, wanita berhati telengas ini mengibaskan tangannya. Maka
selarik sinar warna merah menderu memapas mutiara yang memancarkan sinar warna
keperakan. Blarrr! Satu ledakan keras terdengar.
Namun saat Ratu Setan mengibaskan tangannya tadi, Prawitri sudah menggerakkan
tangannya kembali sambil melompat ke samping. Kali ini, tiga buah mutiara
menderu-deru mengeluarkan sinar yang menggidikkan.
Ratu Setan menggeram sambil berjumpalitan.
Serangan senjata rahasia Prawitri tak mengenai sasarannya. Dua butir mutiara
tadi hanya menghantam tanah yang dipijak Ratu Setan hingga ber-lubang. Dan
seketika, butiran pasir mengepul keras setelah didahului ledakan keras.
Sementara butiran mutiara lainnya menghantam sebuah pohon hingga langsung hangus
seketika. "Rupanya kau memang mempunyai sedikit ilmu lumayan!" dengus Ratu Setan, menatap
sengit. "Kau akan tahu, siapa diriku ini!"
Srrrt! Prawitri meioloskan selendang perak dari pinggangnya.
"Aku ingin tahu, sampai di mana kehebatanmu!"
Seketika, gadis ini berkelebat menderu kencang sambil menggerakkan tangan
kirinya. Tiga butir mutiara kembali menderu ke arah Ratu Setan.
Ratu Setan terkikik keras. Tubuhnya segera berjumpalitan, menghindari tiga butir
mutiara yang lebih dulu menderu ke arahnya. Saat itu juga, ledakan tiga kali
berturut-turut terdengar.
"Suro Gandring dan Argomulyo, untuk apa kalian berdiam diri" Bunuh perempuan
itu!" Begitu mendengar perintah Ratu Setan, bagai kerbau dicocok hidungnya kedua
pemuda itu menyerang Prawitri dengan jurus 'Buaya Kibaskan Ekor'.
Gadis cucu si Manusia Buaya sejenak mendengus.
Dia benar-benar tak ingin bertarung dengan kedua murid kakeknya. Namun keadaan
semacam ini memang sangat sulit dielakkan lagi. Terutama, mengingat seranganserangan maut yang dilakukan kedua pemuda itu.
Mau tak mau Prawitri pun membalas serangan.
Sementara Ratu Setan terkikikan keras sambil menyaksikan jalannya pertarungan.
Jalan satu-satunya, Prawitri memang harus melumpuhkan dua pemuda itu. Paling
tidak, mencoba mencari sela untuk menyerang Ratu Setan.
Ctar! Buk! Buk! Selendang perak Prawitri yang gemulai itu mulai menyambar tubuh kedua pemuda ini
hingga bergulingan ke belakang. Dan masih melenting di udara, Prawitri meluruk
masuk ke arah Ratu Setan.
"Sialan!" maki Ratu Setan. Dan....
Tubuh wanita berhati mesum itu bergetar laksana setan. Tahu-tahu sudah
disongsongnya serangan Prawitri. Tubuhnya tahu-tahu telah berada di bawah tubuh
Prawitri. Dua jotosannya mengandung tenaga dalam hebat langsung dilepaskan.
Des! Des! Dua hantaman mendarat didada Prawitri hingga terjajar ke belakang. Bila saja
tidak memiliki keseimbangan tinggi, bisa dipastikan gadis itu sudah tersungkur.
"Keparat!" makinya sambil mengusap darah yang keluar dari mulut.
"Hhhh! Pekerjaan yang membuang waktu saja!"
maki Ratu Setan. "Yang kubutuhkan bukanlah nyawamu. Tapi, nyawa Pendekar
Slebor!" "Peduli setan apa maumu! Mengapa kau membunuh kakekku, hah?"
"Karena aku membutuhkan kedua muridnya untuk kujadikan pemuas nafsuku!"
"Kurang ajar! Jaga lehermu!"
Prawitri sudah menderu cepat laksana kilat.
Selendangnya yang dialiri tenaga dalam dikibaskan, hingga menimbulkan ledakan
berkali-kali. Tetapi orang yang menjadi sasaran selalu berhasil menghindar.
Bahkan melakukan gerakan tak kalah mengerikan penuh hawa kematian.
Prawitri menggeram meskipun tahu kalau tak akan mampu menandingi kehebatan Ratu
Setan. Namun biar bagaimanapun juga, hatinya tak pernah gentar.
Kini gadis cucu si Manusia Buaya tahu kalau sesungguhnya Ratu Setan membuat
kekacauan hanya untuk memancing Pendekar Slebor. Dan dia berusaha keras untuk
melumpuhkan wanita telengas itu dengan serangan-serangan penuh gerak tipu,
berkecepatan tinggi.
Namun tiba-tiba Ratu Setan membuat satu
putaran tubuh di udara, tepat ketika Prawitri baru saja melepas serangan. Lalu
mendadak saja tubuh Ratu Setan meluruk, melepas satu jotosan keras.
Des! Kali ini tubuh Prawiti benar-benar tersungkur. Dan gadis itu benar-benar sudah
tak kuasa untuk bangkit.
Sementara, Suro Gandring dan Argomulyo berdiri tegak, tinggal menunggu aba-aba.
Keduanya telah dibaluri lagi oleh birahi yang sangat menyesakkan.
Mereka semula menginginkan tubuh Prawitri. Namun dengan munculnya Ratu Setan di
sisinya, mereka kembali menginginkan tubuh junjungannya.
"Kini, mampuslah kau!"
Tanpa bergerak dari berdirinya, Ratu Setan menggerakkan tangannya.
Wusss! Serangkum angin berhawa merah menderu keras ke arah Prawitri. Namun sebelum
serangan itu sampai, dari tempat lain melesat serangkum angin pula menghalangi
serangannya. Blammm...! Terdengar ledakan keras, membuat Ratu Setan tersentak. Kepalanya langsung
menoleh ke arah datangnya angin keras tadi.
"Kau?" seru Ratu Setan dengan gembira.
Prawitri juga melihat satu sosok tubuh yang baru datang. Bertubuh kerempeng
dengan rambut panjang. menebarkan bau busuk dan hanya menge-nakan cawat.
"Telah lama aku mencarimu, Manis...."
Ratu Setan bagai anak kecil yang mendapatkan gula-gula menghampiri sosok
bercawat yang tak lain Iblis Jagat Raya.
"Oh... Aku sudah merindukanmu sekali...," desah wanita telengas ini penuh birahi
yang mendadak bergejolak. Lalu tanpa malu-malu, diciuminya wajah tirus
mengerikan itu.
"Sabar, sabar, Manis.... Aku pun sudah tak tahan.
Hmm.... Siapakah gadis itu" Dan, siapa pula dua pemuda yang menatapku dengan
sinar cemburu?"
"Gadis itu adalah Prawitri, cucu si Manusia Buaya yang telah kubunuh. Sementara,
dua pemuda itu telah menjadi budakku," jelas Ratu Setan dengan tatapan memerah.
"Rupanya kau telah memasukkan susukmu,
bukan?" Ratu Setan mengangguk-anggukkan kepalanya,
"Sebentar, aku akan membunuh gadis keparat itu."
"Tahan dulu. Apakah kau sudah bertemu Pendekar Slebor?"
Kali ini Ratu Setan menundukkan kepalanya.
"Mengapa kau menunduk, hah" Apakah kau tidak berhasil mengalahkannya?" bentak
Iblis Jagat Raya.
"Maaf, maafkan aku. Aku belum bertemu dengannya, Guru," sahut Ratu Setan
tergagap. "Bodoh! Bodoh sekali!" bentak Iblis Jagat Raya lagi dengan suara menggelegar.
Tetapi sesaat kemudian dirangkulnya Ratu Setan. "Maafkan aku, Manis.... Aku
telah membuatmu takut. Tidak apa-apa kalau kau belum bertemu dengannya. Toh, aku
sudah tidak lagi membutuhkan kain pusaka itu."
"Oh! Mengapa?" tanya Ratu Setan, langsung menatap lelaki kerempeng itu.
"Kau tidak perlu banyak tanya! Aku menyuruhmu untuk mendapatkan kain pusaka
milik Pendekar Slebor, hanyalah untuk menguji kesetiaanmu!" tegas Iblis Jagat
Raya. "Oh! Aku akan selalu setia kepadamu, Guru."
"Aku tahu, aku tahu.... Sekarang kita kembali saja."
"Guru, aku ingin sekali.... Aku membutuhkanmu...,"
rintih Ratu Setan.
"Ha ha ha.... Aku pun telah lama menginginkannya."
"Manusia hina keparat! Lepaskan Ratu junjungan kami itu!"
Mendadak terdengar bentakan keras. Suro
Gandring dan Argomulyo sudah berdiri sigap dengan tatapan nyalang.
Sementara Prawitri yang tengah mempergunakan kesempatan itu untuk memulihkan
tubuhnya, menghela napas panjang. Rupanya kedua murid kakeknya benar-benar sudah berada di
bawah pengaruh Ratu Setan. Terbukti, sikap mereka tampak garang dan menginginkan
Ratu Setan. Keadaan sekarang benar-benar sangat mengerikan. Untuk mengalahkan Ratu Setan
saja, sudah tidak mudah. Apalagi sekarang bersama lelaki bercawat yang
mengerikan itu.
Ratu Setan melepaskan rangkulannya pada Iblis Jagat Raya.
"Jangan gegabah! Yang ada di sampingku ini guruku, junjungan kalian!" bentak
Ratu Setan. "Kami tidak peduli! Tak seorang pun yang kami perkenankan untuk menyentuh
tubuhmu! Kau milik kami!" bantah Suro Gandring.
"Keparat! Hentikan ocehan busuk itu!"
"Tidak! Sebelum kami bunuh manusia jelek itu kami tak akan pernah diam!"
Wusss! Ratu Setan menggerakkan tangannya. Seketika serangkum angin merah langsung
menderu kencang, menghantam Suro Gandring dan Argomulyo secara bersamaan.
Akibatnya. tubuh keduanya pun terpental lima tombak, dan jatuh pingsan.
"Memalukan!" maki Ratu Setan. Lalu kepalanya berpaling pada Iblis Jagat Raya.
"Maafkan aku.
Guru.... Mereka memang bodoh."
Iblis Jagat Raya hanya terbahak-bahak saja.
Sementara Prawitn menggeram hebat.
"Gadis mesum keparat! Kau harus mampus!"
bentak Prawitri.
Mendengar kata-kata itu, Ratu Setan siap menggerakkan tangannya kembali. Namun,
tindakannya dihalangi Iblis Jagat Raya.
"Mengapa, Guru?" tanya wanita itu tak mengerti.
"Apakah kau cemburu bila kukatakan aku menginginkan gadis itu?"
Ratu Setan tersenyum. Tubuhnya direbahkan di dada Iblis Jagat Raya.
"Sudah tentu tidak. Asalkan, kau memenuhi dulu keinginanku ini."
"Bagus, bagus.... Tak akan pernah kulupakan itu, kalau aku pun menginginkanmu."
Prawitri sudah menggigil hebat menahan marah melihat sikap kedua manusia itu.
Apalagi mendengar kata-kata yang diucapkan Iblis Jagat Raya. Amarahnya tak mampu
ditahan. Tubuhnya seketika sudah melesat cepat ke arah keduanya.
Namun tanpa melepaskan rangkulannya dari tubuh Iblis Jagat Raya, Ratu Setan
menggerakkan tangannya.
Des! Tubuh Prawitri terpental deras ke belakang dan pingsan seketika.
Iblis Jagat Raya hanya tersenyum saja.
"Kita tak perlu membunuh mereka. Juga
tindakanmu selama ini sudah cukup. Karena, aku tahu kau tetap setia padaku, Ratu
Setan. Biarlah Pendekar Slebor akan mampus diganyang tokoh-tokoh aneh lainnya."
"Guru.... Bukan aku hendak membantah kata-katamu," kilah Ratu Setan dengan
kening berkerut.
"Tetapi, aku telah bersumpah untuk membunuh Pendekar Slebor. Bahkan merebut kain
pusaka bercorak catur yang kau inginkan."
"Aku tahu soal itu. Tetapi, sudah kukatakan tadi.
Aku hanya ingin menguji kesetiaanmu saja. Lagi pula, kain pusaka itu tak sehebat
dan sesakti yang pernah
kudengar. Lebih baik, kita kembali saja sekarang,"
sergah Iblis Jagat Raya.
"Tetapi, Guru...."
Iblis Jagat Raya melotot, membuat hati Ratu Setan menjadi ciut.
"Kau sudah berani membantahku sekarang,
hah"!"
Kali ini Ratu Setan menunduk.
"Maafkan aku, Guru."
"Ha ha ha.... Itu bagus.... Bagus sekali. Sekarang ayo kita cari tempat sepi."
Kali ini wajah Ratu Setan tersenyum penuh harap.
*** 11 Iblis Jagat Raya dan Ratu Setan berkelebat cepat.
Setelah lima puluh tombak dari tempat tadi, mereka masuk ke balik semak. Ratu
Setan langsung merebahkan tubuhnya. Pakaiannya yang tipis menerawang, tersingkap
memperlihatkan bagian tubuhnya yang indah menggairahkan. Matanya meredup dengan
pancaran penuh birahi.
"Guru, aku sudah tidak tahan...," desah Ratu Setan, merintih lirih.
"Tidak perlu terburu-buru. Aku mau kencing dulu,"
sahut Iblis Jagat Raya.
Ratu Setan mengerutkan keningnya. Dia merasa heran, mengapa gurunya seperti
kelihatan menolak"
Padahal, biasanya tak pernah membuang waktu lagi meskipun ada hal mendesak.
Tetapi tak dipedulikannya lagi soal itu.
"Jangan lama-lama, Guru," kata Ratu Setan.
Iblis Jagat Raya tersenyum.
"Kau selalu tak sabaran," desisnya. Setelah itu, tubuhnya pun berkelebat
menerobos malam yang sudah datang.
Iblis Jagat Raya yang hendak membuang air kecil tadi kini sudah muncul di tempat
Prawitri dan kedua murid si Manusia Buaya pingsan. Lalu dengan cepat tubuhnya
berkelebat, membawa mereka dengan sekali sentak. Di sebuah tempat aman yang
ditumbuhi semak setinggi dada manusia, ketiga orang yang pingsan itu diletakkan.
Diperiksanya tubuh Suro Gandring dan Argomulyo.
"Sialan, di mana letak susuk Ratu Setan itu?"
*** "Ha ha ha.... Kau sudah tahu saja kalau aku akan datang, Ratu Setan. Lama sudah
aku menunggumu untuk menikmati saat-saat mengasyikkan ini...."
Terdengar suara keras menggelegar, membuat Ratu Setan menoleh dengan wajah
gembira. Wanita yang tengah diamuk birahi segera merangkul sosok bercawat yang
baru datang ini.
"Hampir satu tahun aku menunggu saat-saat indah ini, Ratu Setan...," desah sosok
yang tak lain Iblis Jagat Raya, sambil menciumi leher jenjang Ratu Setan.
"Aku pun demikian. Guru," desah Ratu Setan sambil merangkul tubuh Iblis Jagat
Raya. "Kalau begitu, kita kembali saja sekarang. Di tempat tinggal kita, rasanya
aku lebih leluasa mengumbar gairahku!"
Kening Ratu Setan berkerut melihat Iblis Jagat Raya tiba-tiba menghentikan
ciumannya dan memandang dengan sorot tajam.
"Kembali" Apa maksudmu?" Iblis Jagat Raya benar-benar tidak mengerti. Kapan dia
pernah menyuruh muridnya kembali"
"Maksudku..., bukankah tadi Guru menginginkan kita kembali saja?"
"Gila!" bentak Iblis Jagat Raya, menggelegar.
"Siapa yang menginginkannya, hah"! Ratu Setan!
Apakah kau sudah mendapatkan kain bercorak catur milik Pendekar Slebor?"
Kali ini Ratu Setan mengerjapkan matanya takut-takut.
"Be-belum, Guru," sahut Ratu Setan tergagap.
"Dasar bodoh!" "
"Tetapi, bukankah Guru sudah tidak menginginkannya lagi?" tukas wanita itu
terbata. Sungguh tidak dimengerti keinginan gurunya yang berubah-ubah.
Atau, mungkinkah yang menimpanya sebelum ini bukan gurunya sendiri" Masa'kah dia
sampai salah melihat! Sebab jika tadi gurunya yang sudah mengurungkan niat untuk
merebut kain bercorak catur milik Pendekar Slebor.
"Anak keparat! Siapa yang berkata begitu, hah"!
Aku baru saja bentrok dengan Pendekar Slebor! Kalau tak ada yang menolongnya,
pendekar urakan itu pasti sudah mampus!"
"Tapi...," Ratu Setan hendak membantah.
"Apalagi yang hendak kau katakan, hah"!" potong Iblis Jagat Raya dengan bentakan
sampai meng-gugurkan dedaunan. Lelaki tua itu benar-benar gusar melihat tingkah
muridnya yang dianggap ber-tentangan dengan perintahnya semula.
"Bukankah Guru...."
Plak! Tangan Iblis Jagat Raya melayang keras dan mendarat di pipi Ratu Setan hingga
memerah. "Guru!" pekik Ratu Setan sambil memegangi pipinya dengan tangan kanan.
"Murid sundal! Apakah kau terlalu banyak tidur dengan lelaki lain, hingga


Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melupakan perintahku, hah"! Cari Pendekar Slebor sampai dapat!"
Perasaan yang tak menentu terjadi di hati Ratu Setan. Sungguh tidak disangka
kalau gurunya akan semarah ini. Namun yang membingungkannya, mengapa gurunya
menjadi marah-marah tak karuan.
Dia benar-benar tak mengerti.
Tadi, bukankah Iblis Jagat Raya mengatakan kalau
sudah tidak lagi membutuhkan kain bercorak catur yang dimiliki Pendekar Slebor"
Lalu, mengapa tahu-tahu meralat kata-katanya lagi" Apakah ini semacam uji coba
untuk menguji kesetiaan seperti yang dikatakannya tadi"
"Baiklah, Guru. Aku akan tetap mencari Pendekar Slebor."
"Dasar bodoh! Rupanya kau memang telah
melupakanku, hah"! Ingat! Dalam waktu tiga hari tak mendapatkan kain bercorak
catur itu, maka kau akan mampus! Pergi sana!"
*** Masih membawa terheran dan rasa jengkel yang mulai tertimbun di hatinya, Ratu
Setan berkelebat meninggalkan Iblis Jagat Raya. Dia benar-benar tak mengerti,
mengapa jadi seperti ini"
Di saat tubuh wanita itu masih berkelebat terdengar panggilan dari arah depan.
Ratu Setan menghentikan larinya dan melihat satu sosok kurus bercawat yang
sedang terkekeh-kekeh mendekatinya.
"Oh! Apa..., apa lagi, Guru?" tanya Ratu Setan dengan wajah pias. Dia sangat
heran tiba-tiba gurunya bisa berada jauh di depannya. Namun di satu segi,
meskipun rasa heran dan jengkelnya mulai muncul, namun hatinya sangat mengasihi
gurunya. Karena, selain menurunkan ilmu-ilmu tinggi dan dahsyat, Iblis Jagat Raya juga
menjadi peneman tidurnya.
"Hei" Mengapa kau jadi mengkeret seperti itu?"
tanya Iblis Jagat Raya yang baru muncul sambil tersenyum. "Sudahlah.... Kau
tidak usah tegang. Aku
memang agak tidak enak hari ini."
"Tetapi..., bukankah Guru sekarang memerintah-kanku untuk mencari Pendekar
Slebor?" Iblis Jagat Raya menyeringai. Sementara Ratu Setan tak berani menatap wajahnya.
"Jangan mengambil sikap ketakutan seperti itu.
Biar bagaimanapun juga, seperti yang kukatakan kepadamu, aku sedang menguji
kesetiaanmu, Ratu Setan...."
Ratu Setan perlahan-lahan mengangkat wajahnya.
Sebenarnya dia merasa aneh melihat sikap gurunya yang rada plin-plan.
"Guru..., maafkan atas semua kesalahanku," ucap Ratu Setan, mendesis.
"Hei" Tak ada yang perlu dimaafkan."
"Jadi..., Guru tetap menginginkan kain pusaka milik Pendekar Slebor?"
"Bukankah sudah kukatakan, aku tidak menginginkannya lagi?"
"Tetapi, tadi Guru menamparku. Guru marah, karena aku belum mendapatkan kain
pusaka itu. Dan Guru memintaku untuk mencarinya lagi?"
Iblis Jagat Raya terbahak-bahak keras.
"Kekejaman dan kesaktianmu hampir sama
denganku, Ratu Setan. Tetapi, kau masih memiliki rasa takut juga."
"Hanya kepadamu aku takut."
"Bagus! Sekarang, dengarkan baik-baik! Aku ingin memeriksa susuk yang ada di
tubuhmu." "Mengapa Guru?"
"Akan kumasukkan lagi susuk penghilang rasa takut. Aku ingin dianggap sebagai
seorang sahabat olehmu. Dan yang terpenting..., aku ingin dianggap sebagai teman
tidur yang sangat hebat."
"Oh, Guru...."
Ratu Setan yang kini seakan menjelma menjadi jinak di hadapan Iblis Jagat Raya
merangkul tubuh kerempeng bercawat itu.
"Ulurkan kedua tanganmu."
Dengan patuhnya, Ratu Setan mengulurkan kedua tangannya. Tangan Iblis Jagat Raya
merayap di atas kedua tangan itu.
"Tahan, aku akan mengeluarkannya."
Ratu Setan mengangguk. Lalu dilihatnya gurunya berusaha mengeluarkan susuk yang
ada di tubuhnya.
Perlahan-lahan dirasakannya sesuatu bergerak dari tangannya. Rasa sakitnya
sangat luar biasa. Namun, ditahannya agar tidak berteriak. Di hadapan gurunya
hal itu adalah sesuatu yang memalukan!
Tiga buah susuk mencelat dari jari tengahnya, mengeluarkan darah. Dua buah susuk
keluar dari telapak dan pangkal tangannya. Darah semakin banyak keluar.
Tiba-tiba tangan Iblis Jagat Raya menotok tubuh Ratu Setan.
Tuk! "Aaakh...!"
Ratu Setan mengeluarkan keluhan kecil. Darah yang keluar seketika terhenti. Lalu
perlahan-lahan dibaringkannya tubuh montok itu di tanah.
Tangan Iblis Jagat Raya merayap dari jari kaki hingga ke pangkal paha Ratu
Setan. Lalu, dikeluar-kannya lagi susuk-susuk yang ada di sana. Kembali darah
keluar. Dan segera Iblis Jagat Raya meng-hentikannya dengan jalan menotok. Lalu
tangannya merayap dari pangkal paha gadis mesum itu, hingga ke ubun-ubun kepala.
Dari belahan buah dada wanita ini keluar sebuah
susuk yang disertai aliran darah. Begitu pula dari lubang pusarnya. Keringat
semakin banyak mem-basahi sekujur tubuh Ratu Setan. Rasa sakitnya bukan alang
kepalang. Namun rasa sakit yang menyiksa tubuhnya selalu ditahannya.
Pusing menyiksa kepala Ratu Setan. Perutnya bagaikan diaduk-aduk tangan kasar,
dan membuatnya ingin muntah. Dia hanya tersedak saja, tanpa ada cairan apa pun
yang keluar. "Ratu Setan.... Masih adakah susuk yang
kumasukkan ke tubuhmu?" tanya Iblis Jagat Raya tiba-tiba.
"Oh..., mengapa Guru lupa?" tanya Ratu Setan dengan kepala berpendar-pendar
pusing. Matanya setengah menutup, setengah membuka. "Bukankah waktu itu Guru
memasukkannya sebuah di pangkal pahaku?"
Kali ini kelihatan Iblis Jagat Raya tersentak.
Sesaat, dia tak melakukan apa-apa. Hanya duduk terdiam.
"Guru.... Kalau kau ingin mengganti seluruh susuk yang ada di tubuhku, mengapa
tidak mengeluarkanya juga?"
Iblis Jagat Raya mengangguk.
"Baiklah. Aku akan melakukannya."
Lalu perlahan-lahan, Iblis Jagat Raya membuka penutup daerah terlarang yang ada
di pangkal paha Ratu Setan.
*** Setelah susuk di pangkal paha berhasil
dikeluarkan, Ratu Setan pingsan. Sementara sosok bercawat itu dengan segera
menutup kembali aurat
gadis berpakaian merah menerawang dan merapi-kannya.
Setelah darah yang keluar benar-benar terhenti.
Iblis Jagat Raya melepas totokannya pada seluruh tubuh Ratu Setan. Dan satu
totokan di leher, membuat Ratu Setan terbangun.
"Oh! Siapakah kau?" desis Ratu Setan, terkejut.
"Dia sudah terbebas dari susuk-susuk mengerikan itu...," desah Iblis Jagat Raya,
mendesah. *** 12 "Apakah kau tidak mengenaliku?" tanya Iblis Jagat Raya.
Ratu Setan menggeleng-geleng sambil beringsut ketakutan. Tiba-tiba wajahnya
celingukan dengan seketika.
"Oh! Ke manakah para anak buah Rase Terbang yang ingin memperkosaku" Apa...,
apakah mereka sudah mati?"
Aneh bin ajaib. Peristiwa lima tahun yang lalu, bagaikan mimpi saja bagi si
gadis. Begitu susuk-susuk ditanggalkan dari tubuhnya, dia seperti baru saja
terbangun dari mimpi.
"Kau tak usah takut. Kini kau sudah terbebas dari susuk-susuk kejam yang
dimiliki Iblis Jagat Raya."
"Tetapi, kau sendiri mengatakan kalau kau adalah Iblis Jagat Raya?" tukas Ratu
Setan, ketakutan.
Iblis Jagat Raya perlahan-lahan menggeleng.
"Tidak.... Aku adalah orang yang hendak menolongmu," sergah sosok bercawat itu.
Perlahan-lahan sosok ini menarik rambut panjang yang mengeluarkan bau busuk.
Rambut itu copot seketika, dan berubah menjadi rambut gondrong sebahu. Perlahanlahan pula, tangannya mengupas kulit wajah yang ternyata terbuat dari semacam
getah pohon. Kini, di balik wajah mengerikan itu terlihat seraut wajah tampan
dengan alis seperti kepakan sayap elang. Wajah Pendekar Slebor!
"Namaku Andika. Semula, aku memang bermaksud untuk membunuhmu. Tetapi, setelah tahu
kau berada di bawah pengaruh Iblis Jagat Raya, aku berusaha untuk membebaskanmu.
Karena, yang menjadi dalangnya adalah Iblis Jagat Raya," jelas Pendekar Slebor.
"Tetapi, siapa dia?" tanya Ratu Setan benar-benar kebingungan.
Andika yang menyamar sebagai Iblis Jagat Raya mendesah lagi.
"Dia benar-benar sudah terbebas sekarang. Dan yang diingatnya hanyalah para
penunggang kuda anak buah si Rase Terbang yang hendak mem-perkosanya. Aku harus
berusaha meyakinkannya.
Karena, ilmu yang dimilikinya ini bisa menjadi tandingan dari Iblis Jagat Raya."
Memang, Andika-lah yang menyamar menjadi Iblis Jagat Raya. Setelah mengatakan
kalau dia punya rencana jitu untuk mengelabui Iblis Jagat Raya dan Ratu Setan
pada Tapak Darah dan Juwita, Pendekar Slebor pun segera melesat meninggalkan
mereka. Di satu tempat, Andika yang berotak encer coba mengingat-ingat sosok dan wajah
Iblis Jagat Raya.
Dan dia berhasil. Dengan keahlian yang didapatnya dari Raja Penyamar, bukanlah
sesuatu yang menyulitkan bila Andika lantas menyamar sebagai Iblis Jagat Raya.
Pakaian hijau pupus dan kain bercorak caturnya dibuntal, dan disembunyikan di
sebuah pohon. Andika pula yang datang ketika Ratu Setan yang masih berada di bawah pengaruh
susuk Iblis Jagat Raya, hendak membunuh Prawitri dalam
penyamarannya sebagai Iblis Jagat Raya. Dia pula yang muncul untuk menyelamatkan
Prawitri, Suro Gandring dan Argomulyo yang pingsan. Dan bersamaan waktunya
ketika Ratu Setan ditinggalkan
sendirian, rupanya Iblis Jagat Raya yang asli benar-benar muncul.
Dan apa yang dilakukan Pendekar Slebor memang berhasil, meskipun sempat terkejut
juga ketika Ratu Setan sangat ketakutan menghadapinya. Otaknya yang cerdik
segera menyimpulkan, kalau Iblis Jagat Raya yang asli sudah tiba pula di tempat
ini. Juga, ketika dia mengetahui letak susuk terakhir yang ditanamkan Iblis
Jagat Raya. "Nona..., siapakah namamu yang sebenarnya?"
"Oh! Aku..., aku Anjar..., Anjar Pitaloka. Ya, ya....
Sekarang aku ingat. Ketika enam orang anak buah si Rase Terbang hendak melakukan
tindakan kotor terhadapku, tiba-tiba muncul seorang kakek berwajah mengerikan.
Dia mengaku berjuluk Iblis Jagat Raya, yang memang tengah dicari keenam anak
buah si Rase Terbang. Selebihnya..., oh! Aku..., aku tak tahu lagi...."
Perlahan-lahan Andika merangkul gadis itu.
Malang benar nasib si gadis bila mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya.
Semua itu memang dilakukan tanpa disadari. Dan yang terpenting sekarang, Andika
bersyukur karena Anjar Pitaloka telah terbebas dari pengaruh kejam Iblis Jagat
Raya. Lalu dengan hati-hati Pendekar Slebor menceritakan apa yang telah dialami Anjar
Pitaloka. Gadis kejam yang kini telah kembali pada sifat asalnya tergugu
menyadari semua itu.
"Akan kubunuh manusia busuk itu!" dengus si gadis setengah terisak.
"Anjar.... Aku pun ingin melenyapkannya pula. Dan kau bisa membunuhnya dengan
kesaktian yang telah kau miliki yang kuyakini masih ada padamu. Rupanya susuk
yang dimasukkan Iblis Jagat Raya kepadamu,
tidak ada hubungannya dengan kesaktian yang telah kau dapatkan darinya. Susuk
itu hanya untuk membuatmu patuh, ingin membunuh, dan selalu melakukan tindakan
mesum." "Di mana manusia keparat itu, Andika"!" dengus Anjar Pitaloka alias Ratu Setan
langsung bangkit.
"Oh...!"
Sesaat terdengar pekikan gadis ini ketika melihat pakaian yang dikenakannya.
"Kau memang tak sadar apa yang telah terjadi.
Kau tunggu di sini. Aku hendak mengambil pakaianku dulu!"
Setelah gadis ini menganggukkan kepala,
Pendekar Slebor pun berkelebat.
Tak lama kemudian, ketika Pendekar Slebor kembali ke tempat semula, telah
berpakaian hijau pupus. Dan di lehernya, tersampir kain pusaka bercorak catur
yang diinginkan Iblis Jagat Raya.
Namun begitu sampai si pemuda sakti ini jadi terperanjat. Di depan matanya
terlihat Ratu Setan tengah bertarung hebat melawan Iblis Jagat Raya.
Apa yang disaksikan Andika benar-benar di luar dugaan. Suatu pertarungan yang
mengerikan, mengundang maut.
Tubuh murid dan guru itu tak ubahnya burung walet yang saling patuk dengan
gencar. Sesekali terdengar suara bagai ledakan, ketika terjadi benturan tenaga
dalam. Juga, diselingi makian Ratu Setan yang kini telah sadar dari pengaruh
keji Iblis Jagat Raya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi"
Sepeninggal Andika, tiba-tiba saja Iblis Jagat Raya muncul di hadapan Ratu
Setan. Dia menggeram murka, karena Ratu Setan belum juga menjalankan
perintahnya. Ketika hendak menurunkan tangan, Ratu Setan yang sudah tersadar dari
kesesatannya langsung menyerang. Tentu saja hal ini membuat Iblis Jagat Raya
surut ke belakang dengan wajah terkejut.
Blarrr...! Kembali satu ledakan terdengar disertai pijaran bunga api. Ratu Setan benarbenar murka, dan menginginkan kematian Iblis Jagat Raya. Dia terus menerjang
hebat, membuat lelaki bekas gurunya menjadi tercekat. Sungguh tak diduga kalau
muridnya menyerang penuh nafsu membunuh. Padahal, bila bertemu akan selalu
menunduk dan minta pelukan-nya.
Sesaat, lelaki ini pun sadar kalau susuk yang dimasukkan ke dalam tubuh Ratu
Setan sudah menghilang. Entah, siapa yang menghilangkannya.
Dia tidak tahu....
"Kurang ajar! Bagaimana bisa membuang susuk-susuk itu" Tak mungkin dia bisa
membuangnya begitu saja! Tetapi, siapa yang bisa mengalahkannya"
Mustahil ada yang sanggup mengalahkannya bila sudah kumasukkan susuk-susuk itu!
Dia tak akan pernah mau mengalah, karena salah satu susuk yang kutanamkan di
tubuhnya akan selalu menjadikannya nekat dan berani! Pasti ada yang telah
menolongnya"
Tapi, siapa?"
Iblis Jagat Raya benar-benar merasa heran dan bertanya-tanya dalam hati. Namun
dia tak bisa lagi untuk memikirkannya lebih lanjut, karena serangan-serangan
Ratu Setan benar-benar berbahaya.
Kini terlihatlah bagaimana Iblis Jagat Raya seperti tengah menghadapi
bayangannya sendiri. Karena, seluruh ilmu yang dimilikinya telah diturunkan pada
Ratu Setan. Dan ilmu-ilmu itu kini menderu-deru ke arahnya.
"Kau harus mampus, Manusia Keparat!"
"Ratu Setan! Aku adalah gurumu! Tak seharusnya kau melakukan seperti ini?"
dengus Iblis Jagat Raya sambil merunduk. Namun tak urung rambutnya di bagian
atas terpapas angin pukulan Ratu Setan. Kini kepalanya di bagian ubun-ubunnya
botak! "Tak ada guruku di hadapanku! Yang ada manusia laknat yang telah memperlakukanku
untuk kepentingan kebejatanmu!"
"Katakan! Siapa yang telah melepaskan susuk-susuk itu?" bentak Iblis Jagat Raya
sambil bergulingan dan sesekali menyerang.
Memang sangat sulit menghadapi gempurangempuran ilmunya sendiri. Iblis Jagat Raya mendengus begitu menyadari kalau
seluruh susuk yang dimilikinya telah diberikannya kepada Ratu Setan. Ini
berbahaya. Susuk-susuk itu harus secepatnya direbut.
Akan tetapi, jangankan untuk mendekati Ratu Setan menghindari serangannya saja
lelaki itu sudah kewalahan. Iblis Jagat Raya sendiri pun mencoba masuk mendekat
dengan ajian-ajiannya yang sakti.
Namun, ajian-ajiannya pun dimiliki Ratu Setan. Tak heran kalau berkali-kali
berhasil dimentahkan.
"Keparat! Kau harus mampus!"
Tiba-tiba saja Iblis Jagat Raya bertepuk tiga kali.


Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu, bayangan tangan raksasa tiba-tiba saja menderu-deru ke arah Ratu Setan.
Rupanya, dia tak menurunkan ajian 'Bayangan Tangan Raksasa'
kepada Ratu Setan. Dan kali ini Ratu Setan nampak kewalahan.
Pendekar Slebor yang melihat hal itu segera melenting ke depan sambil
mengerahkan ajian
'Guntur Selaksa'. Seperti yang pernah dialaminya, Andika tak bermaksud
menggempur bayangan tangan raksasa yang mengerikan itu. Karena, anginnya saja
sudah mampu menerbangkan pepohonan yang ada di sana.
Justru kini Pendekar Slebor mencoba menyerang Iblis Jagat Raya dari belakang.
Namun, tindakannya bukanlah sesuatu yang mudah. Karena tiba-tiba saja, salah
satu bayangan tangan raksasa Iblis Jagat Raya menderu ke belakang. Lalu....
Des! Tubuh Andika tersampok, kontan terlempar deras ke belakang. Seketika tulangbelulangnya terasa seperti patah. Dan melihat kemunculannya, Iblis Jagat Raya
menggeram murka.
"Pendekar Slebor keparat! Pasti kau yang telah membuang susuk-susuk di tubuh
Ratu Setan"!"
bentak lelaki berwajah mengerikan itu.
Seketika tangan raksasanya mengibas ke arah Pendekar Slebor. Secepat kilat,
Pendekar Slebor mencelat kalau tidak ingin tersambar untuk kedua kalinya.
"Kalau sudah tahu, mengapa kau tidak bunuh diri saja?" ledek Pendekar Slebor.
"Bagaimana kau melakukannya?"
"Itu rahasiaku! Pakai saja otakmu untuk memecah-kannya!" jawab Andika, sambil
bergulingan. Iblis Jagat Raya semakin kuat mengalirkan tenaga dalam pada ajian 'Bayangan
Tangan Raksasa'nya yang hebat. Yang sebelah kiri terus menyapu Ratu Setan, dan
yang sebelah kanan siap menghancurkan Pendekar Slebor. Sambil menyerang hatinya
tetap bertanya-tanya. Dia benar-benar tak mengerti, mengapa Pendekar Slebor
sampai berhasil membuang susuk di tubuh Ratu Setan.
"Andika... Kau minggir! Biar kuhajar manusia keparat itu"' seru Ratu Setan, sambil
mengibaskan tangannya.
Serangkum angin merah dengan kekuatan dahsyat melesat ke arah tangan kiri Iblis
Jagat Raya. Namun pukulan itu seolah ceplos begitu saja. Dan bersamaan dengan itu, tubuh
Iblis Jagat Raya melenting ke atas.
Wrrr! Akibatnya pukulan keras yang dilancarkan Ratu Setan terus meluncur ke arah
Andika. Wajah Andika kontan pias. Untung dia masih sempat menjatuhkan diri di
tanah, meskipun tubuhnya masih merasakan bagai diterapas. Namun bahaya lain
sudah siap menyambutnya. Karena, tangan kanan raksasa Iblis Jagat Raya sudah
siap mengepruk kepalanya!
Bummm! Untungnya, Andika berhasil menggulingkan tubuhnya dengan cepat. Siku dan
tangannya sampai lecet akibat gesekan kerikil yang berserakan di tanah.
Malah tanah tempat dia tadi rebah kini berbentuk lubang seperti lima buah jari
raksaa dengan dalam tiga hasta.
"Busyet! Tubuhku bisa ringsek kalau begini!"
dengus Andika, begitu bangkit.
Pendekar Slebor mencoba menyerang kembali.
Kali ini di tangannya sudah tergenggam kain pusaka bercorak catur.
Melihat kain pusaka yang diinginkannya sudah dipergunakan pemiliknya, Iblis
Jagat Raya semakin panas saja. Seketika kekuatan sampokan kedua tangan
raksasanya ditambah. Pada saat yang sama, Pendekar Slebor juga telah mengibaskan
kain caturnya. Saat itu juga terasa ada angin bak topan prahara dan air bah yang
tumpah, menghantam tangan raksasa Iblis Jagat Raya.
Bum! Ledakan keras terdengar Andika sampai bergetar tangannya. Begitu pula bumi yang
dipijaknya. Sementara, Iblis Jagat Raya menggeram dengan kemarahan luar biasa, karena ajian
kebanggaannya lenyap tiba-tiba.
Dan mendadak saja tubuh lelaki berwajah jelek ini berputar cepat, seperti
pusaran air yang siap menghancurkan kapal yang sedang berlayar. Desingan sangat
dahsyat menderu ke arah Andika. Sementara, Pendekar Slebor berusaha melindungi
diri dengan kibasan-kibasan kain pusaka di tangannya.
Serangan yang dilancarkan Iblis Jagat Raya benar-benar membuat Andika kewalahan.
Untung di saat itu pula Ratu Setan kembali meluruk dengan tangan memancarkan
sinar warna merah.
Namun di luar dugaan, sambil terus mencecar Andika, kaki Iblis Jagat Raya
bergerak laksana kilat.
Buk! Kaki itu tepat menghantam dada gadis vang terbebas dari pengaruh susuk jahat
Iblis Jagat Raya hingga terpental ke belakang dan bergulingan. Begitu bangkit,
dia muntah darah.
Sementara serangan Iblis Jagat Raya yang mengarah pada Andika semakin bertubitubi. Dan ini membuat pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan harus
tunggang-langgang.
"Ratu Setan! Bunuh dia dengan susuk-susuk yang diberikannya kepadamu!" teriak
Andika. Entah dapat dari mana, Pendekar Slebor bisa menyuruh Anjar Pitaloka untuk
membunuh Iblis Jagat
Raya dengan susuk-susuk pemberiannya. Dan Andika sebenarnya memang sekadar cobacoba. Yah..., barangkali nasib baik berada di tangannya.
Mendengar kata-kata itu, wajah Iblis Jagat Raya menjadi pias. Serangannya pada
Andika dihentikan.
Dan kepalanya menoleh ke arah Ratu Setan yang siap melemparkan susuk-susuk
mautnya. Andika tersenyum penuh kemenangan, melihat lelaki bercawat itu menggereng keras
sambil berkelebat ke arah Ratu Setan. Hampir-hampir dia nandak sendiri, bagai
orang tak waras menemukan permainan yang mengasyikkan. Betapa tidak"
Ternyata dari dengusan Iblis Jagat Raya bisa terbaca kalau susuk-susuk itu
justru merupakan kelemahan bila menghujam tubuhnya.
Iblis Jagat Raya tak boleh membuang waktu. Dia harus segera menutup setiap
serangan Ratu Setan.
Apalagi gadis berbaju merah menerawang itu kini siap melemparkan susuk-susuk
mautnya. "Mampuslah kau, Gadis Pengkhianat!" maki lelaki itu dengan tubuh meluruk,
menggidikkan. Namun sebelum tubuh Iblis Jagat Raya sampai ke arah Ratu Setan, Andika sudah
meluruk dengan menyentakkan kakinya ke kaki Iblis Jagat Raya.
Duk! Brak! Tubuh lelaki bercawat itu ambruk seketika. Namun dia segera bangkit sambil
mengibaskan tangan kanannya.
Wuusss! Andika cepat melompat, seraya melemparkan kain pusaka yang telah dialiri tenaga
dalam. Bluk! Kain itu tepat menutupi wajah Iblis Jagat Raya.
Seketika, lelaki ini menjadi gelagapan. Kain pusaka
itu bukan hanya menghalangi pandangannya, namun juga sempat menyesakkan
napasnya. "Sekarang, Anjar!" seru Andika.
Siiingg! Crap! Crap! Lima belas buah susuk telah dilemparkan Ratu Setan dengan kecepatan tinggi, dan
menancap di seluruh bagian tubuh Iblis Jagat Raya.
"Aaakh...!"
Tokoh sakti aliran sesat ini menjerit setinggi langit, dengan tubuh tersentak
laksana disengat ribuan kalajengking. Kedua tangannya bergerak ke segala penjuru
melepaskan pukulan jarak jauhnya yang mengeluarkan sinar warna merah.
"Gila! Dia masih mampu melepaskan serangan-serangan berbahaya." dengus Andika
sambil berjumpalitan menghindar. Begitu pula yang dilakukan Ratu Setan.
Andika sendiri tak mau membuang kesempatan yang sudah ada di depan mata. Dengan
memutar tubuh setengah lingkaran, kakinya menyampok kaki Iblis Jagat Raya.
Duk! Bruk! Lelaki kerempeng itu terpelanting. Di saat tubuhnya hampir rebah di tanah,
dengan cepat Pendekar Slebor menarik kain pusaka yang menutupi wajah Iblis Jagat
Raya. Bersamaan dengan itu pula, tangannya yang telah terangkum ajian 'Guntur
Selaksa', menghantam batok kepala lelaki bercawat.
Prat! "Aaa...!"
Iblis Jagat Raya meraung-raung setinggi langit.
Batu kerikil berpentalan, debu berterbangan, daun-daun berguguran saat lelaki
bercawat itu menghadapi
maut. Dari kepalanya telah bersimbah darah dan cairan berwarna putih. Kejap
berikutnya, rontaan dan jeritan Iblis Jagat Raya pun terhenti. Tubuhnya tak
berkutik lagi dengan keadaan setengah hancur!
Andika menghela napas panjang. Dan dia tercekat, ketika melihat Ratu Setan
tergeletak di tanah.
"Anjar...!" serunya, langsung mendekat.
Saat ini, matahari sudah mulai membiaskan cahayanya di ufuk timur.
*** 13 Ratu Setan tersenyum sambil menahan rasa sakit.
Rupanya, pukulan sinar merah yang dilepaskan Iblis Jagat Raya sempat menghantam
sebelah kakinya.
"Aku tidak apa-apa, meskipun akan pincang seumur hidup," kata Anjar Pitaloka
perlahan, ketika Pendekar Slebor memeriksa kakinya.
"Biar kucoba untuk mengobati. Barangkali saja kau tak akan mengalami cacat...."
Ratu Setan menutup mulut Andika dengan tangannya. Bibirnya kembali tersenyum.
"Tidak usah. Biarlah ini kujadikan hukuman. Aku sendiri sudah mengalirkan tenaga
dalam dan hawa murni untuk mencegah racun yang akan mengalir lebih jauh.
Andika.... Aku berterima kasih atas bantuanmu. Kalau tidak, aku tanpa sadar akan
terus berada di bawah pengaruh Iblis Jagat Raya. Sekarang, izinkanlah aku untuk
kembali ke desaku...."
Andika tidak berkata apa-apa. Dia bisa sedih juga memikirkan nasib yang dialami
Anjar Pitaloka. Dan itu terjadi karena kebusukan Iblis Jagat Raya!
"Apakah tidak sebaiknya kau beristirahat dulu?"
tukas Andika. "Itu akan membuang waktu. Lima tahun aku telah meninggalkan desaku. Mungkin
orang-orang di desaku sudah tak ada yang mencariku. Mungkin pula mereka telah
menganggap aku mati. Dan yang kucemaskan adalah keadaan ibuku yang tentunya
sangat merana, karena tak ada aku di sisinya."
Andika hanya mengangguk. Lalu, digenggamnya
tangan Ratu Setan perlahan-lahan.
"Kudoakan, semoga kau selamat sampai di
desamu." Anjar Pitaloka alias Ratu Setan tersenyum, lalu bangkit perlahan-lahan.
Ditatapnya Andika dengan sinar lembut.
"Andika...., bila saja tak pernah ada kejadian memuakkan itu, dan kita
dipertemukan oleh Yang Maha Kuasa, aku bersedia selalu menemanimu."
Andika kembali tersenyum.
"Semoga kita berjumpa lagi, Andika."
Wuuttt! Tubuh Ratu Setan sudah berkelebat cepat
meninggalkan tempat itu. Andika mendesah panjang.
Si pemuda sakti ini bangkit perlahan dan menengadah. Yang terlihat langit mulai
cerah meskipun terhalang oleh rimbunnya pepohonan.
"Satu lagi keangkaramurkaan telah berakhir. Dan aku yakin, masih banyak yang
akan terjadi lagi..."
"Kau benar, Pemuda Urakan!"
Tiba-tiba terdengar satu suara dari belakang diiringi kekehan.
*** Andika menoleh. Dan bibirnya tersenyum melihat Tapak Darah terguling, karena
kakinya menginjak pakaiannya yang kepanjangan. Di sisinya Juwita tegak
berdiri. . "Sialan! Lama-lama aku buang saja pakaian sial ini!" rutuk Tapak Darah. Tetapi,
kemudian dia terkekeh-kekeh. "Tetapi kalau aku telanjang, nanti ada yang
terangsang lagi."
Andika terbahak-bahak mendengar selorohan
Tapak Darah yang diucapkan seperti sungguh-sungguh. Ketegangannya agak
menghilang. "Kambing saja belum tentu mau denganmu."
Tapak Darah melotot.
"Urakan! Sembarangan ngomong! Kau mau kukemplang" Nah, nah..., mayat siapa itu
lagi?" Andika menceritakan apa yang telah terjadi.
Sementara, kedua orang di depannya mendengarkan penuh perhatian.
"Jadi..., Ratu Setan sudah sadar?" tanya Juwita terharu setelah mendengar cerita
Andika tentang Ratu Setan.
"Ya, kini dia sedang menuju tempat asalnya.
Ngomong-ngomong, apakah kau akan mengikuti terus Tapak Darah ini, Juwita?"
Juwita terdiam. Dia memang tak tahu harus menjawab apa.
"Mana bisa begitu" Aku tidak mau dia nanti cemburu terus kepadaku bila ada gadis
cantik melirikku. Lebih baik dia bersamamu saja, Bor!" sahut Tapak Darah.
"Wah, Kek.... Justru aku ingin menitipkan dia kepadamu. Karena, aku merasa aman
bila Juwita ada di sisimu. Soalnya, dia tak akan pernah mau denganmu."
"Sialan! Hei"! Kau mau ke mana?" tanya Tapak Darah, melihat Pendekar Slebor
langsung berkelebat.
"Aku hendak menjumpai Prawitri dan dua pemuda yang pingsan. Menurut perkiraanku,
mereka sudah sadar sekarang!" sahut Andika sambil terus berkelebat.
Tapak Darah memaki-maki tak karuan.
"Hei"! Seharusnya kau bersama dia! Ayo, sana!
Susul dia! Jangan mengikuti aku!" bentak lelaki kerdil
ini pada Juwita.
Ketika melihat Juwita terdiam dan merajuk, Tapak Darah mendengus. kepalanya
mengangguk dengan gerakan menyentak.
"Iya, iya.... Aku tahu. Kalau kau sudah bersikap begitu, aku tak bisa
menyalahkanmu. Kalau kau mau ikut denganku, ayo! Asal, ingat! Jangan cemburuan,
ya?" Juwita tertawa geli. Lucu sekali kakek kuntet ini.
Tetapi, dia merasa lebih tenang dan terhibur bila bersamanya. Apalagi Kang
Prasetyo telah tiada. Dan Kang Andika..., ah! Bisakah dia mengharapkan suatu
saat Andika ada di sisinya"
"Hei"! Kenapa bengong" Ayo berangkat!"
SELESAI Segera terbit: PUTRI SAMUDERA Created ebook by
Sean & Conyert to pdf (syauqy_arr)
Edit Teks (paulustjing)
Weblog, http://hanaoki.wordpress.com
Thread Kaskus: http://www.kaskus.us/showthread.php"t=1397228
Pendekar Satu Jurus 14 Han Bu Kong Karya Tak Diketahui Rahasia Hiolo Kumala 9

Cari Blog Ini