Ceritasilat Novel Online

Wanita Iblis 2

Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis Bagian 2


legam. Seketika tercium bau hangus seperti daging terbakar.
Melihat salah seorang mati secara mengenaskan, nyali para
anak buah Ki Jebed langsung ciut Mereka tidak berani berbuat
apa-apa lagi. Bahkan ketika Raka Pitu menghampiri peti di
atas kereta kuda, mereka, tidak mengadakan perlawanan.
Namun tidak buat Ki Jebed. Dengan memaksakan diri, dia
meluruk ke arah Leak Hitam dari belakang dengan hujaman
sepasang tombak pendeknya.
Sebagai tokoh berkepandaian tinggi, si Leak Hitam
langsung merasakan desir serangan sebelum serangan itu
sendiri datang. Maka bagaikan kilat kakinya cepat melepaskan
tendangan berputar ke belakang yang tak terduga ke arah
kepala Ki Jebed.
Prak! "Aaakh...!"
Disertai teriakan tertahan Ki Jebed terpelanting tiga
langkah ke samping. Darah kental langsung mengucur dari
kepalanya yang retak.
Sebentar Raka Pitu memandangi mayat Ki Jebed, lalu
melangkah kembali ke arah peti. Dengan gerakan indah, si
Leak Hitam meloncat ke atas kereta kuda. Sebentar
dipandanginya peti berukir indah itu. Lalu...
"Hlh!"
Brak...! Sekali hantam tutup peti berukir indah itu hancur
berantakan. Namun...
"Heh"!"
Betapa terkejutnya si Leak Hitam ketika melihat isi peti itu
ternyata mayat seorang laki-laki berusia kurang lebih empat
puluh tahun. Mayat itu dalam keadaan terpotong dua.
Sedangkan kaki dan tangan mayat patah-patah, seperti
sengaja dipatahkan!
"Bangsat! Siapakah yang mengirimkan mayat ini"!" bentak
si Leak Hitam, begitu turun dari kereta kuda.
"Kami tidak tahu kalau peti itu berisi mayat. Pengirimnya
mengaku seorang hartawan dari Desa Pulungan. Dia memberi
upah cukup besar pada ketua kami untuk mengirimkan peti ini
kepada temannya di Desa Gambir, yang bernama Linggar."
"Bagaimana bentuk dan rupa hartawan muda itu..."!" desak
Raka Pitu. "Dia seorang pemuda tampan berkumis tipis. Namanya
Anjasmara. Dan dia selalu berpakaian serba biru," jelas anak
buah Ki Jebed itu.
"Di manakah letak Desa Gambir..."!" tanya si Leak Hitam
kembali. "Desa Gambir tidak jauh dari Desa Picung. Berarti, sudah
tidak jauh dari tempat ini. Di sanalah letaknya!"
"Kalian antarkan kiriman itu ke sana. Ganti saja tutupnya
yang rusak itu!" ujar Raka Pitu.
Selesa i berkata, si Leak Hitam langsung berkelebat pergi
dari tempat ini.
O0dw0O Mendapat kiriman peti berukir indah sebesar itu, laki-laki
bernama Linggar merasa heran. Karena, dia tidak merasa
kenal dengan si pengirim yang mengaku bernama Anjasmara.
Setelah peti itu dibuka, Linggar terkejut bercampur marah
besar. Karena, mayat yang terpotong dua itu adalah mayat
adik kandungnya sendiri! .
Karena tidak tahan menahan marah, Linggar menjadi lupa
diri. Dengan beberapa kali hantaman saja, kelima sisa anak
buah Ki Jebed berpelantingan dengan jiwa melayang!
Dengan matinya lima orang anak buah Ki Jebed, maka
tamatlah riwayat Perkumpulan Kuda Terbang yang menjual
jasa pengawalan barang.
O0dw0O "Keparat! Siapakah orang yang bernama Anjasmara itu"!
Dia telah membangkitkan penyakit lamaku! Besok akan kucari
dia di Desa Pulungan. Akan kuhirup darah jahanam itu!" maki
Linggar. "Siapa Anjasmara itu, Kakang" Mengapa dia berbuat begitu
pada kita..."!" tanya seorang wanita cantik di sebelah Linggar.
Saat ini mereka berada di beranda rumah besar yang
didiami Linggar. Memang selain bekas tokoh persilatan,
Linggar terkenal sebagai orang paling kaya di Desa Gambir.
Karena kekayaan dan kesaktiannya, tak seorang penduduk
pun yang berani buka suara ketika Linggar membunuh lima
orang anak buah Ki Jebed, kemarin.
"Entahlah... Mungkin orang yang mempunyai dendam pada
kita. Kaupun tahu, dulu aku juga orang persilatan! Jadi tidak
tertutup kemungkinan, kalau masih ada yang menaruh
dendam pada kita!" tukas Linggar pada wanita cantik yang
ternyata istrinya.
"Kau harus berhari-hari, Kakang. Dia pasti memiliki
kepandaian tinggi! Ka lau tidak, tak mungkin dia berani berbuat
nekat seperti itu!" ujar wanita cantik itu memperingatkan.
Belum sempat Linggar menyahuti kembali, mendadak....
"Aaa...!"
"Heh?"
Suami istri itu saling berpandangan sejenak, lalu bersamasama terkejut ketika menyadari suara jeritan berasal dari
kamar putri mereka.
Dengan sigap, Linggar berkelebat ke arah kamar putrinya.
Namun begitu sampai di depan kamar, ternyata pintunya
terkunci. "Hm..., bila terjadi sesuatu pada anak gadisku, akan
kutebas batang lehermu!" teriak Linggar.
"Ha ha ha...! Dahulu, kakak wanitaku yang tidak tahu apaapa telah kau perlakukan tidak sewajarnya! Ayah dan ibuku,
habis kau bunuh. Dan kini aku datang menuntut balas. Kau
masih ingat dengan K i Kuda Amoksa..."! Akulah anaknya yang
bernama Anjasmara!" sahut orang yang di dalam kamar.
Bersamaan dengan hilangnya suara itu, pintu kamar
terbuka. Dan ketika Linggar akan masuk, mendadak satu
sosok tubuh menerjang keluar. Maka secepat kilat, dipukulnya
sosok itu. Prak! Tak ampun lagi, sosok tubuh yang memang baru saja mati
itu terpental sampai membentur dinding. Kepalanya pecah
dengan cairan meleleh keluar dari luka di kepalanya.
Linggar cepat bergerak menegasi sosok tubuh itu .
"Nirmala!" teriak Linggar.
Betapa terkejutnya laki-laki itu, karena sosok tubuh yang
baru saja dipukulnya adalah anak gadisnya sendiri.
Mendapat kenyataan seperti itu, betapa terpukulnya hari
Linggar. Demikian pula istrinya yang sudah berada di tempat
ini. Wanita setengah baya itu kontan menjerit sambil memeluk
putrinya. Ketika Linggar mengalihkan perhatian, tampak seorang
pemuda tampan berkumis tipis sudah berada di depannya.
"Harimu bagai binatang, Anak Muda!" dengus Linggar
geram bukan main.
"Ha ha ha...! Kurasa, kaulah manusia yang terkejam di
dunia ini!" ejek Anjasmara.
"Bangsat kau, Bocah! Kuhirup darahmu sekarang juga!
Heaaat...!"
Disertai teriakan membelah langit, Linggar langsung
mencabut pedangnya dan langsung menyerang.
Namun, pemuda bernama Anjasmara tidak kalah gesit.
Begitu kapaknya tercabut, langsung dipapaknya serangan itu.
Trang! Trang! Berkali-kali kedua senjata mereka bertemu. Tetapi untuk
beberapa saat, keduanya masih tetap berimbang. Sebentar
saja pertarungan sengit berlangsung.
"Sheaaat!"
Tiba-tiba, Anjasmara mengubah gerakannya. Kapaknya
tampak bergerak lambat bagaikan tidak bertenaga. Bahkan
lebih tepat kalau dikatakan sedang menari. Tetapi dari
gerakan yang lambat, keluar angin keras yang menahan gerak
serangan pedang Linggar.
Tentu saja Linggar tidak mau ditekan begitu saja. Dia
berusaha keluar dari kurungan ini. Maka segera dikerahkannya
tenaga dalam yang dimiliki sampai batas kemampuan .
Pada saat itu, tiba-tiba Anjasmara melepaskan tekanannya.
Kemudian kapak bermata duanya dima inkan secara cepat luar
biasa. Tentu saja Linggar jadi kelabakan. Baru saja tenaga
dalamnya dikerahkan, tahu-tahu tenaganya amblas karena
pemuda itu tidak menekannya lagi Akibatnya, tubuhnya jadi
terhuyung-huyung.
Kesempatan itu digunakan Anjasmara sebaik-baiknya.
Cepat kapak bermata duanya berkelebat ke kepala Linggar.
Dan... Cras! Cras! "Aaakh!"
"Kakang...!"
Istri Linggar langsung menjerit menyayat melihat suaminya
ambruk dengan leher buntung. Langsung ditubruknya mayat
bersimbah darah ini disertai tangis yang meraung-raung.
Sementara setelah mendengus sinis, Anjasmara berkelebat
meninggalkan tempat ini.
O0dw0O 5 Anjasmara terus berlari dengan kecepatan sulit diikuti
pandangan mata biasa. Namun kecepatan itu masih terlihat
biasa-biasa saja di depan orang yang baru saja dilewati.
"Berhenti!"
Anjasmara seketika menghentikan larinya, begitu terdengar
bentakan nyaring menggelegar. Begitu pemuda ini berbalik, di
depannya telah berdiri seorang laki-laki setengah baya
bertelanjang dada. Dari dada ke bawah, dia hanya
mengenakan sarung bercorak kotak-kotak. Siapa lagi orang ini
kalau bukan Raka Pitu yang berjuluk si Leak Hitam.
"Siapa kau, Kisanak..?" tanya Anjasmara, menatapi orang di
depannya tajam-tajam.
"Aku Raka Pitu yang berjuluk si Leak Hitam. Dan kau pasti
Anjasmara, bukan;.."!"
"Leak Hitam! Aku pernah mendengar julukan itu. Lantas,
apa maksudmu menghadang jalanku..."!" tanya Anjasmara
dengan suara keras.
"Aku hanya ingin tahu, siapa orang sombong yang telah
begitu berani mengirimkan mayat dalam peti, sampai aku
sendiri sempat terkecoh"!" bentak Raka Pitu.
"Oh, soal itu! Apa hubungaanmu dengan Linggar...?" tanya
Anjasmara. "Tidak ada hubungan apa-apa. Aku hanya ingin tahu,
apakah kepandaian yang kau miliki seimbang dengan
kesombonganmu"!"
"Bangsat! Apa maumu sebenarnya, Leak Hitam"!"
"Menjajalmu. Itu saja. Kau telah mengecewakanku dengan
peti yang kusangka barang berharga. Dan sebagai gantinya,
nyawamulah yang pantas!"
"Baik kalau memang begitu. Terimalah ini! Heaaa!"
Sambil berteriak memberi peringatan, Anjasmara melepaskan satu pukulan berisi tenaga dalam penuh ke dada
Raka Pitu.. Namun dengan gerakan mantap, si Leak Hitam cepat
memapak dengan tangannya pula.
Plak! Baru saja terjadi benturan, Raka Pitu balas menyerang,
melepaskan satu tendangan ke arah selangkangan Anjasmara.
"Hih!"
Dug! Dengan menaikkan lututnya, Anjasmara berhasil membendung serangan dahsyat Raka Pitu. Bahkan dengan
gerakan memutar, kakinya menyapu ke arah lutut si Leak
Hitam. Mendapat serangan tak terduga, Raka Pitu cepat
menjatuhkan diri dan bergulingan. Setelah ada jarak dia
melenting berdiri dan bersiap hendak balas menyerang.
"Hup!"
Begitu berdiri si Leak Hitam segera menggosok-gosokkan
kedua tangannya. Perlahan-lahan, telapak tangannya berubah
warna menjadi kehitaman mengeluarkan asap tips. Kemudian
bagaikan anak panah, tubuhnya meluncur ke arah Anjasmara.
Dengan terkejut, Anjasmara bergerak cepat. Tubuhnya
segera dilempar ke samping. Maka selamatlah dia dari pukulan
'Leak Hitam' yang dahsyat.
Sementara sebuah batu besar yang tepat berada di
belakang pemuda itu, langsung retak-retak dengan gambar
telapak tangan berwarna hitam yang masih mengepulkan asap
hitam. Jelas itu sebuah pukulan beracun yang ganas dan
mematikan! Melihat hal ini wajah Anjasmara sedikit pucat. Sungguh
tidak disangka kalau si Leak Hitam memiliki pukulan beracun
seperti itu. Maka kini dengan cepat pemuda itu
mempersiapkan ajian yang menjadi andalannya 'Gelap
Ngampar'. Seketika terdengar bunyi tulang yang berkeretekan.
Raka Pitu yang sudah berbalik jadi bergerak mundur dua
langkah sambil mempersiapkan diri.
"Ciat!"
"Yeaaa!"
Setelah saling berpandang sejenak, keduanya sama-sama
menerjang dengan tenaga penuh.
Blar...! Seketika terdengar suara ledakan keras, ketika dua pukulan
bertemu. Akibatnya keduanya sama-sama mundur tiga
langkah ke belakang.
Mendapat kesempatan itu, Raka Pitu tak menyianyiakannya. Terutama setelah menyadari kalau orang
bernama Anjasmara sulit untuk ditundukkan Maka begitu


Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya terjajar mundur, dia berbalik dan langsung me lesat
pergi. Anjasmara sendiri tidak mengejarnya. Karena sebenarnya
dia sendiri yakin, belum tentu dapat mengalahkan si Leak
Hitam jika bertarung terus-menerus.
O0dw0O Sepak terjang si Leak Hitam kini makin mewarnai dunia
persilatan yang penuh bergelimang darah. Sayangnya sepak
terjang tokoh itu berada di jalan sesat, yang sering membuat
keresahan di mana-mana. Sehingga dalam waktu s ingkat saja,
si Leak Hitam jadi pembicaraan di mana-mana.
Banyak harta para penduduk yang ludes dirampok tokoh
sesat itu. Bahkan banyak pula para perampok yang hartanya
dirampas si Leak Hitam. Sehingga, tokoh sesat itu dibenci oleh
kalangan hitam maupun putih.
Seperti hari ini, si Leak Hitam sudah mendapat korban,
seorang saudagar kaya yang baru saja pulang berdagang di
kotapraja. Semua pengawalnya sudah binasa di tangan si Leak
Hitam. Sedangkan saudagar itu sendiri sudah terpojok dalam
ketidak berdayaan .
"Ampunilah aku, Kisanak! Kau boleh mengambil semua
barang yang kubawa. Tetapi, ampunilah jiwaku! Aku
mempunyai banyak anak. Bahkan ada yang masih kecil-kecil!"
ratap saudagar bertubuh gemuk dengan tubuh gemetar.
"Kalau begitu, berikanlah buntalan kecil yang ada di
pinggangmu! B ila banyak cerewet, akan kubunuh kau!" ancam
Raka Pitu sambil mengacungkan senjata rampasan yang
penuh bernoda darah itu.
Dengan tangan gemetar, saudagar gemuk itu memberikan
bungkusan dengan tangan kanannya. T etapi dengan gerakan
kilat, golok di tangan si Leak Hitam berkelebat Dan ...
Cras! "Wuaaa!"
Dengan sekali sabet, tangan kanan saudagar gemuk itu
putus sebatas siku. Darah segar langsung menyembur dari
bekas lukanya itu. Saudagar itu menjerit menyayat dengan
mata terpejam, tak kuasa memandang tangannya yang
buntung. Seriangkan bungkusan itu sebelum jatuh ke tanah,
berhasil ditangkap si Leak Hitam.
"Ha ha ha...! Percuma saja kau kubiarkan hidup. Lebih baik
kau berangkat saja ke neraka!" kata Raka Pitu, dingin.
Si Leak Hitam sudah mengangkat golok, hendak
menghabisi saudagar bertubuh gemuk itu. Tetapi, sebelum
maksudnya terlaksana....
Tak! Mendadak saja golok di tangan si Leak Hitam terlempar
ketika sebuah benda sebesar kelereng membenturnya. Bahkan
tangannya terasa kesemutan.
Dengan cepat si Leak Hitam menoleh. Maka tampak
seorang pemuda tampan berbaju rompi putih dengan pedang
bergagang kepala burung di punggungnya. Ya, dia memang
Pendekar Rajawafi Sakti. Dia pulalah yang melemparkan batu
kerikil tadi ke arah golok di tangan Raka Pitu. Sehingga nyawa
saudagar itu terselamatkan.
"Siapakah kau..."! Jangan campuri urusanku, kalau ingin
melihat matahari besok pagi!" dengus si Leak Hitam dengan
mata menyorot tajam.
"Dari pakaian yang kau kenakan, bisa kuterka kalau kau
Raka Pitu yang berjuluk Leak Hitam!" tebak pemuda yang
memang Pendekar Rajawali Sakti. "Dan aku tidak bisa
membiarkan si Leak Hitam berkeliaran menyebar maut di
mana-mana. Hm.... Namamu sudah cukup kotor untuk hidup
di dunia ini."
"Siapa kau sebenarnya, Kisanak"! Apakah kau benar-benar
sudah bosan hidup"! Pergilah sebelum kesabaranku habis!"
"Aku hanya orang biasa. Namaku Rangga! Dan aku tak bisa
pergi begitu saja, sebelum yakin bahwa kau akan
menghentikan sepak terjangmu!"
"Keparat! Rupanya kau sudah tak bisa dikasih hati!
Heaaat...!"
Begitu kata-kata si Leak Hitam selesai, dengan gerakan
kilat telapak tangannya meluncur ke arah dada Rangga.
Dahsyat bukan main serangan itu, membuat Rangga jadi
kelabakan menghindarinya.
"Hup!"
Setelah melompat ke belakang beberapa tombak Pendekar
Rajawali Sakti langsung mempersiapkan diri mengerahkan
jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'.
Si Leak Hitam kembali melancarkan serangan dahsyat
bertubi-tubi. Namun hanya dengan meliuk-liukkan tubuhnya
bagai orang mabuk, semua serangan itu berhasil dihindari
Rangga. Tak satu pukulan pun mendarat di tubuh pemuda itu.
Melihat serangannya selalu gagal, membuat Raka Fitu
meningkatkan serangannya. Jurus-jurus andalan tingkat tinggi
langsung dikeluarkan.
Sebentar Rangga merasa kewalahan, kemudian sudah bisa
membaca setiap gerakan lawannya. Maka cepat dikerahkannya jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali
Sakti' yang cukup diandalkannya.
Pada satu kesempatan si Leak Hitam mencoba membuka
pertahanan dengan melumpuhkan kedua tangan Pendekar
Rajawali Sakti lewat tamparan telapak tangan yang
mengandung racun ganas.
"Heaaat...!"
Cepat sekali telapak tangan si Leak Hitam bergerak ketika
Pendekar Rajawali Sakti baru saja menghindari serangan
dengan memiringkan tubuh ke kiri. Akibatnya....
Plak! Tepat sekali telapak tangan yang berisi racun itu mendarat
di tangan Rangga. Namun sungguh di luar dugaan, ternyata
Pendekar Rajawali Sakti tak mengalami pengaruh apa-apa
dengan racun yang dilepaskan Raka Pitu. Dan sebenarnya,
Pendekar Rajawali Sakti memang kebal racun jenis apa pun,
setelah makan sejenis jamur di Lembah Bangkai.
Belum hilang keterkejutan si Leak Hitam, mendadak
Pendekar Rajawali Sakti me lancarkan serangan dahsyat.
Tubuh pemuda itu sudah meluruk, sambil menghantamkan
tangannya yang berisi tenaga dalam tinggi.
"Heaaa...!"
Karena untuk menghindar sudah tak mungkin, si Leak
Hitam berusaha memapak dengan kedua telapak tangannya
yang juga berisi tenaga dalam tinggi.
Bletar! "Aaakh...!"
Dua pukulan yang berisi tenaga dalam kuat berada
Akibatnya debu dan pasir jadi beterbangan Rangga masih
berdiri di tempatnya. Sedangkan Raka Pitu terdorong mundur
sampai jatuh duduk disertai keluhan kesakitan.
"Bagus! Kuakui, tenaga dalammu memang hebat. Sekarang
cabutlah senjatamu, Kisanak! Mari sekarang kita bermain
senjata!" ujar si Leak Hitam sambil mencabut kerisnya yang
berwarna hitam legam di balik pinggangnya.
"Belum waktunya bagiku untuk mencabut pedang. Aku
masih mampu menghadapimu dengan tangan kosong," sahut
Rangga, dingin.
"Persetan dengan ocehanmu! Heaaat..!"
Disertai teriakan menggelegar, si Leak Hitam memutarmutar kerisnya di atas kepala. Seketika dari keris berkeluk
tujuh itu keluar asap hitam bergulung-gulung. Sebentar saja,
seluruh tubuh Raka Pitu telah terselubungi asap hitam. Inilah
ilmu 'Leak Hitam' milik tokoh sesat itu.
Begitu asap telah benar-benar pekat, si Leak Hitam
meluruk menyerang, bersama gulungan asapnya ke arah
Pendekar Rajawali Sakti. Secara tiba-tiba dari gulungan asap
itu menyeruak sebuah pukulan dahsyat.
Apalagi, walaupun tahan racun, tetap saja asap hitam itu
mengganggu jalan napas Pendekar Rajawali Sakti.
Maka dalam beberapa jurus kemudian, Rangga sudah
terdesak hebat. Ketika baru saja mengelakkan serangan keris,
tahu-tahu tangan kiri Raka Pitu berhasil menggedor
punggungnya. Des!
"Aaakh...!"
Tidak dapat ditahan lagi, tubuh Rangga jatuh mencium
tanah. Namun Pendekar Rajawali Sakti cepat bangkit, setelah
membuat jarak dengan bergulingan.
Menyadari kalau senjata si Leak Hitam amat berbahaya,
cepat tangan Rangga bergerak ke punggung. Dan..
Cring! Saat itu juga Pedang Pusaka Rajawali Sakti yang
memancarkan sinar kebiruan keluar dari sarangnya.
Si Leak Hitam yang melihat perbawa pedang di tangan
Pendekar Rajawali Sakti jadi bergidik. Namun perasaan itu
dihilangkannya.
Bahkan tubuhnya kembali meluruk, membabatkan kerisnya.
Begitu melihat si Leak Hitam menyerang, Rangga segera
memainkan jurus 'Pedang
Pemecah Sukma'! Sambil
mengebutkan pedangnya.
"Heh" Kenapa aku ini" Kenapa pikiranku mendadak kacau"
Bangsat! Ini pasti karena pedang itu."
Raka Pitu mengumpat dalam hati ketika tiba-tiba pikirannya
terpecah. Bahkan mendadak semangat bertarungnya lenyap.
Lebih gila lagi, jiwanya seperti tercacah-cacah setiap melihat
kebutan pedang di tangan pemuda itu.
Mendapati perasaan demikian si Leak Hitam mencoba
membangkitkan semangatnya.
"Heaaat..!"
Disertai teriakan keras membahana, tubuh Raka Pitu yang
terselimut asap hitam meluruk dengan keris berkelebat
mengincar keselamatan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hiaaa...!"
Pada saat yang sama Rangga juga meluruk, berusaha
menahan laju serangan Raka Pitu. Dan..
Tras! "Heh?"
Betapa terkejut si Leak Hitam melihat senjata pusakanya
terpenggal menjadi dua bagian, terbabat pedang Pendekar
Rajawali Sakti.
Dan belum habis keterkejutannya, Pedang Pusaka Rajawali
Sakti sudah kembali berkelebat, mengincar dada tokoh sesat
itu. Demikian cepat gerakan Pendekar Rajawali Sakti,
sehingga.... Crap! "Aaa...!"
Tepat sekali pedang Pendekar Rajawali Sakti menghujam
dada si Leak Hitam hingga menyodok jantung dan menembus
punggung. Tokoh sesat yang selama ini membuat resah itu
hanya melotot, tanpa mampu berbuat apa-apa.
"Hih!"
Brak! Tepat ketika Pendekar Rajawali Sakti mencabut pedangnya,
tubuh s i Leak Hitam ambruk di tanah dengan darah mengucur
deras dari dada.
O0dw0O Anjasmara sejak kematian keluarganya yang dibunuh
Linggar, seorang tokoh sesat berkepandaian tinggi, menjadi
sangat membenci tokoh-tokoh hitam. Dan menurut kabar,
pembunuhan yang dilakukan Linggar, dibantu oleh dua tokoh
sesat yang berwajah kembar. Kedua tokoh sesat itu selalu
berpakaian dari kulit macan, dengan senjata gada berduri
yang dikenal berjuluk Iblis Kembar.
Kini dengan berbekal keterangan dari orang-orang yang
pernah melihat, Anjasmara berupaya mencari Iblis Kembar.
Dan entah kebetulan atau bagaimana, ketika me lintasi sebuah
pinggiran hutan, pemuda itu melihat dua orang berpakaian
kulit macan. "Kisanak berdua, kuharap berhenti!" teriak Anjasmara.
Seketika kedua orang berpakaian kulit macan menghentikan langkahnya, lalu berbalik.
Melihat kedua orang itu berhenti, Anjasmara segera
melangkah menghampiri.
"Hiu... Apakah kisanak berdua yang berjuluk Iblis Kembar?"
tanya Anjasmara, seraya memandang tajam-tajam pada kedua
orang yang memang berwajah kembar.
"Kalau ya, kau mau apa"!" bentak salah satu dari dua
orang kembar yang memang Iblis Kembar.
"Kalau begitu, pencarianku tidak sia-sia. Aku mencari
kalian, hendak menagih hutang nyawa keluargaku yang kau
bantai bersama Linggar!"
"Banyak manusia yang sudah kubantai. Jadi tolong
sebutkan siapa yang kau maksudkan?" ujar Layang Seto,
jumawa. "Kau tentu masih ingat dengan Kudamoksa" Dia dan
keluarganyalah yang kau bantai. Dan aku anak satu-satunya
yang masih hidup, karena saat itu tengah berpergian jauh,"
jelas Anjasmara.
"Hm.... Ya, ya. Aku ingat. Kalau begitu, silakan menagih
hutang di neraka!" timpal Layang Kumitir, tak mau kalah.
"Jahanam! Kalian memang iblis-iblis dari neraka! Heaaat...!"
Diiringi suara keras menggelegar, Anjasmara melancarkan
serangan dengan kapak bermata duanya, sekaligus hendak
membabat Iblis Kembar.
"Uts!"
Dengan gerakan mengagumkan Iblis Kembar cepat
mengelak sambil menepis tangan yang memegang kapak


Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bermata dua. Namun dengan cepat Anjasmara cepat menarik
pula tangannya.
Sementara Layang Kumitir sudah melepaskan tendangan ke
arah pinggang Anjasmara. Namun dengan sigap Anjasmara
menyabetkan sisi telapak tangannya pada tulang kering
Layang Kumitir.
Dig! Sambil meringis kesakitan, Layang Kumitir me lompat
mundur. Jelas, kalau tenaga dalam pemuda itu cukup tinggi.
Melihat lawannya memiliki tenaga dalam kuat, Layang Seto
segera menerjang dengan kekuatan penuh lewat gada
berdurinya. "Chiaaat..!"
Tak ada waktu lagi bagi Anjasmara untuk menghindar.
Satu-satunya cara untuk menyelamatkan selembar nyawanya,
dia harus memapak dengan kapak bermata duanya. Dan....
Trang! "Uhhh...!"
Kali ini Layang Seto terjajar mundur setelah senjatanya
terhantam kapak bermata dua. Tangannya langsung terasa
nyeri. Bahkan senjatanya hampir terlepas dari pegangan.
Dan baru saja Anjasmara hendak melanjutkan serangan .
"Hi hi hi...!"
Mendadak terdengar sebuah suara tawa, yang disusul
berkelebatnya satu sosok berpakaian serba merah. Begitu
cepat kelebatannya, sehingga tahu-tahu di depan Anjasmara
telah berdiri seorang gadis cantik berpakaian serba merah.
"Siapa kau, Nisanak" Apa keperluanmu datang ke tempat
ini?" tanya Anjasmara dingin .
"Aku, Kumala. Aku datang ke tempat ini, karena ini
memang wilayahku...," sahut gadis cantik itu, enteng.
Kemudian gadis yang bernama Kumala itu memandang ke
arah Iblis Kembar.
"Bagaimana Layang Seto" Juga kau, Layang Kumitir"
Apakah kalian sudah mendapat persembahan buatku" Hi hi
hi...!" Mendengar pembicaraan ini, Anjasmara kontan terkesiap.
Saat itu juga, jantungnya berdetak lebih kencang lagi. Bisa
ditebak, apa yang dimaksud gadis bemama Kumala yang
sebenarnya Nenek Ayuning.
O0dw0O "Jika kau berkenan, pemuda ini-bisa jadi milikmu, Nek,"
sahut Layang Kumitir, seraya memandang ke arah Anjasmara.
"Hm. Boleh juga," desah Kumala, alias Nenek Ayuning.
Tanpa ada yang menyadari, saat itu juga Nenek Ayuning
mengerahkan aji 'Rangsang Jiwa' yang ditujukan pada
Anjasmara. Ini dilakukan karena selain Anjasmara cukup
tampan, juga karena pemuda ini berkepandaian tinggi.
Rasanya mustahil bagi gadis yang sebenarnya perempuan
tua itu untuk dapat menaklukkan dengan jurus-jurus silat.
Apalagi, begitu melihat wajah Anjasmara, nafsu iblis wanita ini
langsung berkobar-kobar. Tidak terkecuali pemuda yang
bernama Anjasmara, matanya sampai tidak berkedip
mengawasi wanita itu.
Begitu memandang wanita itu, darah Anjasmara langsung'
berdesir. Aliran darahnya seperti terbalik. Wajah wanita itu
begitu cantik tanpa cacat sedikit pun. Dan secara aneh,
bagaikan tertarik kekuatan yang tidak terlihat, Anjasmara
terus berjalan menghampiri wanita cantik itu.
Sambil berjalan, Anjasmara berusaha melawan pengaruh
gaib ini dengan mengerahkan kekuatan batinnya.
Bagaikan tersadar dari mimpi, pemuda itu berusaha
menahan diri dari tarikan gaib itu. Tetapi dari sisi lain, ada
kekuatan yang memaksanya untuk maju. Maka terjadilah
perang batin yang sengit. Keringat dingin sudah mengucur
dari tubuh Anjasmara.
Ketika hampir berhasil mengatasi kekuatan gaib yang
mengikatnya, wanita cantik itu tampak meliuk-liukkan
tubuhnya dengan gerakan merangsang.
Menghadapi gerakan ini tampak Anjasmara sangat tersiksa.
Pikirannya bercabang dua dan sulit dikendalikan.
"Heaaat!"
Mendadak saja sekuat tenaga, Anjasmara berteriak seraya
membabatkan kapak bermata dua yang telah tergenggam di
tangan. Namun dengan tetap merapalkan ajian itu, Kumala
berusaha meningkatkan kekuatan gaib yang terkandung dalam
ajiannya. Bahkan semakin menggila dengan memperlihatkan
bagian yang terlarang. Sehingga pikiran Anjasmara jadi buyar
dan pecah. Dan tiba-tiba, Anjasmara menghentikan serangannya
dengan pikiran kosong. Dirinya tidak dapat dikuasainya lagi
Dia diam saja dibunuh sekalipun.
Mendapat kesempatan itu, Kumala mendekatinya. Lalu
segera dijejalinya obat pelupa pada Anjasmara. Saat itu juga
pemuda itu hanya bisa menurut pada kemauan dan apa yang
diperintahkannya saja.
O0dw0O Saat ini, Kumala alias Nenek Ayuning memang berusaha
menyusun kekuatan untuk menguasai rimba persilatan,
dengan mengumpulkan orang-orang berkepandaian tinggi
yang berhasil dipengaruhi lewat aji 'Rangsang Jiwa'.
Di samping itu Nenek Ayuning juga menginginkan pemudapemuda untuk dijadikan pemuas nafsu iblisnya.
Setelah puas, pemuda-pemuda itu biasanya dibunuh.
Namun jika ada pemuda yang mempunyai ilmu olah
kanuragan wanita iblis itu tidak membunuhnya, melainkan
akan dijadikan pengawalnya. Seperti apa yang terjadi
terhadap Anjasmara.
Seperti biasanya, saat ini Iblis Kembar ditugaskan Nenek
Ayuning untuk mencari pemuda-pemuda desa. Dengan
langkah mantap, kedua orang itu memasuki mulut Desa
Picung. Sebentar mereka menghentikan langkah, seraya
mengedarkan pandangan ke sekeliling. Setelah berpandangan
sejenak, mereka melanjutkan langkah.
Namun baru beberapa tindak memasuki mulut desa itu....
"Mau ke mana kalian, Iblis Keparat.."! Kali ini, jangan harap
dapat meloloskan diri lagi!"
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring, membuat Iblis
Kembar tersentak kaget Begitu mereka berbalik, tampak tiga
orang berusia cukup tua telah berdiri mantap di depan. Yang
seorang membawa alat pancing. Sedang dua lainnya masingmasing membawa cangkul dan gergaji panjang Ya, mereka Ki
Langser yang berjuluk si Tukang Pancing, Ki Jembawan yang
berjuluk s i Petani, dan K i Katem-bong yang berjuluk s i T ukang
Tebang Pohon. "Keparat! Kiranya kau lagi, Ki Lengser! Walaupun kali ini
kau membawa dua temanmu, jangan harap kami takut!"
hardik Layang Seto.
"Hm.... Kalian sudah besar kepala rupanya, setelah jadi
begundal si Ayuning. Baiklah. Terimalah ini, tikus-tikus busuk.
Hiaaat..!"
Tiga orang tua itu agaknya tidak mau banyak mulut lagi.
Dengan teriakan menggeledek, Ki Lengser menerjang.
Serangannya itu diikuti si Jembawan yang bersenjatakan
cangkul. Sedangkan saat ini, Ki Katembong alias si Tukang
Tebang Pohon belum bertindak apa-apa.
Sementara itu Iblis Kembar kelihatannya tidak mau kalah
gertak. Bahkan Layang Kumitir sudah membabatkan senjata
gada berduri, untuk menahan laju serangan Ki Jembawan.
Trang! Trang! Terjadi benturan keras ketika senjata masing-masing
bertema Kedua orang itu tergetar mundur, namun segera
mempersiapkan serangan berikut.
Sementara itu senjata alat pancing Ki Lengser telah
meluncurkan tali pancingnya yang berujung kail besar tajam
luar biasa.. Layang Seto berusaha berkelit dengan melompat
ke sana kemari. Namun tali pancing itu seperti bermata.
Sehingga.... Crap! "Aaakh...!"
Kali ini ujung mata kail Ki Lengser tepat menancap di
telinga Layang Seto, menimbulkan rasa sakit bukan ma in.
Apalagi, ketika Ki Lengser menarik kailnya, membuat telinga
itu robek. "Bangsat!"
Setelah berteriak keras, Layang Seto menerjang Ki Lengser
dengan senjata gada berdurinya. Namun sebelum serangannya mendekat, dari samping melesat sesosok tubuh
yang langsung menye-lak memapak dengan senjata gergaji.
Ya dia adalah Ki Katembong.
Trang! Kedua senjata mereka berkali-kali bertema Dan setiap kali
itu pula keduanya terdorong mundur. Saat itu pula
pertarungan sengit terjadi .
O0dw0O "Katembong! Jangan biarkan mereka lolos lagi! Kekejaman
mereka berdua melebihi iblis!" teriak Ki Lengser.
Sementara itu sambil melompat ke atas, Layang Kumitir
menghantam gada ke arah kepala si
Petani. Terpaksa Ki Jembawan menjatuhkan diri dan bergulingan di
tanah, guna menghindari serangan. Tetapi, senjata gada
berduri itu terus memburunya.
Si Tukang Pancing melihat Ki Jembawan dalam bahaya,
segera melecutkan tali pancingnya ke arah tenggorokan
Layang Kumitir.
"Hiaaa...!"
"Uts!"
Terpaksa Layang Kumitir mengelakkan serangan dengan
melenting ke samping kiri dan kanan. Namun memang itu
yang diinginkan Ki Lengser. Sekali sentak, tali pancing yang
lentur mencari sasaran.
Wut..! Crap! "Aaakh...!"
Sungguh di luar dugaan, mata kail itu terus mengejar dan
mendapatkan sasaran di bibir Layang Kumitir.
Layang Kumitir ingin berteriak tetapi tidak bisa. Karena baik
bibir atas maupun bawah terkait mata pancing. Dan ketika tali
pancing itu ditarik, terpaksa dia ikut loncat agar bibirnya tidak
sampai sobek. Tentu saja laki-laki itu kini jadi permaian Ki Lengser. Ketika
si Tukang Pancing mengebutkan senjatanya ke sana kemari,
tubuh Layang Kumitir terpaksa mengikutinya. Bisa dibayangkan betapa sakitnya diperma inkan seperti itu.
Karena gerakannya terbatas, Layang Kumitir tidak bisa
mengatur keadaannya. Ketika serangan gergaji milik Ki
Katembong tiba, dia tidak dapat mengelakkannya. Dan....
Bret! "Aaakh...!"
Punggung Layang Kumitir kontan tersabet gergaji.
Akibatnya baju dengan daging turut terbawa. Dan belum
sempat berbuat sesuatu, gergaji itu telah menghantam
dadanya kembali.
Cras! "Aaakh...!"
Dengan menggerung murka, Layang Kumitir menerjang Ki
Katembong. Tetapi sebelum serangannya sampai, Ki Lengser
kembali menarik tali kailnya.
"Heaaat!"
Sambil berteriak keras, Layang Kumitir berontak sekuat
tenaga. Akibatnya sobeklah bibirnya. Namun laki-laki itu tak
peduli, segera diterjangnya Ki Katembong.
Tapi pada saat yang sama gergaji yang bergerigi tajam
telah mengantam lehernya.
Jrasss...! Blug! Tanpa dapat berteriak kembali, Layang Kumitir ambruk
dengan leher putus. Darah kontan menyembur dari bekas
lukanya. Kini, tinggal Layang Seto yang tengah bertanding melawan
Ki Jembawan, petani yang bersenjata cangkul. Pada saat itu,
Ki Lengser dan Ki Katembong ikut pula membantu Ki
Jembawan. Tentu saja hal ini membuat kening Layang Seto
berkerut, karena dia khawatir terhadap keselamatan
saudaranya. Maka secepat kilat matanya melirik ke arah tadi
Layang Kumitir bertarung.
Betapa terkejutnya Layang Seto melihat Layang Kumitir
telah tewas dengan leher buntung. Mendapat kenyataan ini,
hati Layang Seto kontan terkejut. Perhatiannya terpecah.
Dengan demikian, ini sangat merugikan dirinya. Apalagi, kini
dikeroyok tiga. Senjatanya, hanya dapat menangkis dan
membendung serangan yang datangnya bagaikan air bah.
Pada satu kesempatan tali pancing yang ulet dan kuat m ilik
Ki Lengser berhasil me libat tubuh Layang Seto. Semakin dia
bergerak, tali itu jadi semakin kuat mengikatnya. Rupanya Ki
Lengser telah menyalurkan tenaga dalam pada tali pancing itu.
"Sheaaat!"
"Haaat!"
Sementara senjata cangkul milik Ki Jembawan dan gergaji
milik Ki Katembong sudah bergulung-gulung, menerjang ke
arah Layang Seto.
Dengan mati-matian, Layang Seto berusaha menendang
kedua lawannya. Tetapi sekali membalikkan senjata, cangkul
itu berhasil menghantam tulang keringnya. Sedangkan
gergajinya sudah merobek perutnya.
"Aaa...!"
Dengan sekuat tenaga. Layang Seto meronta ke atas.
Tetapi sekali sentak, Ki Lengser berhasil membanting Layang
Seto.

Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bruk! Pada saat itulah, kedua senjata Ki Jembawan dan Ki
Katembong meluncur.
"Hiaaat...!"
"Terimalah kemarianmu, Iblis Keji! Heaaat...!" teriak Ki
Katembong dan Ki Jembawan seraya mengangkat senjatanya.
Grot! Crot! "Wuaaa!"
Tidak ampun lagi, tubuh Layang Seto dirancah senjatasenjata tokoh-tokoh tua itu, hingga tak berbentuk lagi.
Matanya mendelik hampir keluar dari kelopaknya. Dadanya
terkoyak-koyak. Darah segar mengalir dari sekujur tubuhnya.
Setelah berkelejotan sejenak, Layang Seto diam untuk selamalamanya. O0dw0O Baru saja tiga tokoh itu berbalik hendak pergi mendadak...
"Jangan pergi begitu saja, orang tua-orang tua keparat!
Orang-orang yang kalian bunuh itu sahabatku!"
Tiba-tiba terdengar bentakan keras, membuat Ki Lengser,
Ki Jembawan, dan Ki Katembong tersentak kaget. Mereka
langsung berbalik.
Di depan mereka kini berdiri seorang pemuda tampan
berkumis tipis dengan senjata kapak bermata dua di tangan.
Memang, dia tak lain adalah Anjasmara!
"Siapa kau, Bocah"!" bentak Ki Katembong.
"Aku Anjasmara yang akan membalas atas kematian dua
temanku!" sahut Anjasmara, kalem.
Mendapat jawaban itu, Ki Katembong mengerutkan alisnya.
Pandangannya berubah mengeras. Seketika dikirimkannya
serangan pembuka pada Anjasmara.
Sepertinya Anjasmara tidak menggubris serangan itu. Baru
ketika serangan dekat, dua jarinya bergerak hendak menotok
pergelangan tangan Ki Katembong. Cepat bagai kilat orang
tua itu menarik pulang serangannya.
Kemudian Ki Katembong berusaha mencengkeram tangan
pemuda itu. Dan bersamaan dengan itu, kakinya menyapu
bagian bawah. "Haaas!"
Dengan beberapa kali menggeser kaki, serangan itu
berhasil dihindari Anjasmara. Kejadian itu hanya terjadi dalam
sekejapan mata. Kini keduanya telah berhadapan kembali.
Keduanya sama-sama mengagumi kepandaian satu sama lain.
"Hebat kau, Bocah! Pantas kau berani jual lagak.di
hadapanku. Rupanya kau memiliki sedikit kepandaian yang
bisa diandalkan!" kata si Tukang Tebang Pohon, sambil
menatap tajam Anjasmara.
"Hm! Itu baru sebagian kecil saja, Orang Tua! Sekarang,
bersiaplah untuk menerima seranganku yang sesungguhnya!"
"Keparat! Bocah sombong! Heaaat...!"
Disertai bentakan nyaring, Ki Katembong langsung
menyabetkan gergajinya.
Namun dengan berjumpalitan di udara Anjasmara berhasil
mengelakkan serangan. Bahkan balas menyerang dengan
pukulan jarak jauhnya begitu kakinya mendarat. Debu dan
dedaunan, beterbangan ke segala penjuru akibat tenaga
dalam yang luar biasa.
"Aiiit!"
Dengan cepat, si Tukang Tebang Pohon menghentakkan
tangannya yang bebas disertai tenaga dalam penuh.
Blarrr...! Begitu terjadi benturan tenaga dalam, Ki Ka-tembong cepat
mengelebatkan gergajinya.
Pertarungan semakin lama jadi bertambah sengit .
Sementara itu melihat Ki Katembong belum juga berhasil
menjatuhkan pemuda itu, Ki Lengser dan Ki Jembawan mulai
ikut menyerang. Ketika pertarungan telah menginjak beberapa
jurus, pemuda itu belum berhasil didesak. Bahkan, secara
mengejutkan kapak di tangan Anjasmara berhasil melukai Ki
Jembawan. Cras! "Aaakh...!"
Kapak maut pemuda itu benar-benar tangguh dan sulit
diterka, ke mana tujuan serangannya. Mereka sebenarnya
merasa malu mengeroyok seorang pemuda. Tetapi mengingat
kekejaman dan ilmu silat yang dimiliki pemuda itu sangat
tinggi, terpaksa mereka melupakan hal itu.
Ketika Ki Jembawan menghantamkan cangkulnya, Anjasmara menangkis dengan kapaknya.
Trang! Bersamaan dengan itu, tangan kiri pemuda itu
menghantam dada Ki Jembawan dengan telak.
Des! "Aaakh...!"
Kontan orang tua itu terlempar beberapa tengkah disertai
keluhan tertahan.Karena begitu kuat tenaga dalam yang
disalurkan pemuda itu, membuat Ki Jembawan yang
terbanting keras tak bangun-bangun lagi.
"Hiaaat...!"
Ki Lengser segera menyerang dengan alat pancingnya.
Mata kailnya yang tajam berseliweran mencari mangsa.
Namun dengan sigap, pemuda itu mengebut-ngebutkan
kapaknya, menghalau serangan.
"Ciat!"
Trang! Trang! Berkali-kali, senjata mereka bertemu. Setiap kali senjatanya
terpapak, Ki Lengser merasakan tangannya kesemutan.
Segera dia sadar kalau tenaga dalam pemuda itu sangat
tinggi. Maka sebisanya dia berusaha menghindari benturan
senjata. "Heaaat...!"
Tiba-tiba, disertai teriakan menggeledek, Anjasmara
menerjang Ki Katembong. Serangannya dahsyat bukan main,
saling susul tidak ada hentinya.
Menghadapi serangan ini, orang tua itu berjumpalitan
mundur sambil menjauhi Anjasmara yang melancarkan
serangan tipuan, tiba-tiba berbalik dan menerjang ke arah Kl
Lengser dengan sabetan kapaknya. Karena tidak menduga,
akibatnya.... Cras! "Aaa...!"
Tangan orang tua itu kontan terbabat putus. Tetapi pada
saat yang bersamaan, kakinya berhasil menendang pundak
Anjasmara. Memang, itulah yang diharapkan pemuda itu.
Maka dengan cepat ditangkapnya kaki Ki Lengser. Kemudian
kapaknya berkelebat dengan cepat. Dan....
Cras! Cras! "Wuaeyaaa!"
Kedua kaki Ki Lengser langsung terbabat putus sebatas
lutut. Dan tubuhnya ambruk ke tanah dalam keadaan
menyedihkan. Tetapi Anjasmara masih kurang puas. Dengan sekali loncat,
kakinya jatuh di atas perut Ki Lengser.
Krek! "Aaakh...!"
Orang tua itu kontan binasa dengan isi perut hancur. Darah
meleleh dari seluruh panca inderanya. Kejadian ini hanya
berlangsung sekejap. Bahkan Ki Katembong baru menyadarinya tanpa berbuat sesuatu.
"Bangsat! Kubunuh kau, Bocah Siluman!" maki si Tukang
Tebang Pohon sengit.
Saat itu juga Ki Katembong meluruk sambil mengebutkan
gergaji di tangannya. Terdengar suara bersiutan dari gergaji
yang mencari mangsa. Tetapi, semua gerakannya tidak
terkendali lagi. Itu disebabkan, karena dendamnya sudah
meluap. Tentu saja Anjasmara jadi girang. Agaknya, orang tua itu
rupa kalau tindakannya sangat merugikan.
"Ciaaat!"
"Haiiit!"
Lima belas jurus berikutnya, Ki Katembong mulai terdesak.
Jatuhnya orang tua itu tinggal rnenunggu waktu saja. Dan
baru saja serangannya luput, Anjasmara sudah cepat
membabatkan kapaknya ke perut.
Cras! "Aaakh...!"
Ki Katembong menjerit menyayat begitu kapak Anjasmara
membabat perutnya. Tubuhnya kontan membungkuk dengan
tangan kiri membekap lukanya yang mengucurkan darah.
Pada saat yang demikian, Anjasmara cepat melemparkan
kapaknya ke arah kepala Ki Katembong disertai pengerahan
tenaga dalam penuh.
"Chiaaa...!"
Wut! Begitu cepat kapak itu meluncur Dan....
Crap! "Aaakh...!"
Disertai jerit kematian, tubuh Ki Katembong ambruk begitu
kapak Anjasmara mendarat di batok kepalanya.
O0dw0O "Hm. Jadi ketiga laki-laki tua bangka itu sudah kau
binasakan" Bagus! Y ang penting bukan kau yang binasa. Kau
terlalu tampan untuk binasa!" kata seorang perempuan tua
kepada seorang pemuda di depannya.
Mereka tak lain adalah Nenek Ayuning dan Anjasmara.
Setelah berhasil membunuh tiga tokoh tua berjuluk si Tukang
Pancing, si Petani, dan si Tukang Tebang Pohon, Anjasmara
kemudian memang segera menemui Nenek Ayuning di lereng
Gunung Sangga Buana.
"Hm. Kini tugasmu tinggal satu lagi. Cari Pendekar Rajawali
Sakti. Bunuh dia!" ujar Nenek Ayuning, mantap.
Belum juga gema suara perempuan itu lenyap, mendadak...
"Kau tidak perlu mencariku jauh-jauh, Nyi sanak!"
Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang diikuti oleh
berkelebatnya saru bayangan putih ke hadapan Nenek
Ayuning. "Pendekar Rajawali Sakti!"
Betapa terkejutnya Nenek Ayuning ketika di depannya telah
berdiri seorang pemuda tampan berbaju rompi putih dengan
pedang bergagang kepala burung di punggung. Ya, pemuda
itu memang Pendekar Rajawali Sakti.
"Bagaimana kau bisa sampai ke tempat ini, Pendekar
Rajawali Sakti"!" tanya perempuan tua itu, menyelidik.
"Mudah saja. Ketika kulihat pemuda di sampingmu itu
berhasil membunuh Ki Lengser, Ki Jembawan, dan Ki
Katembong, aku berusaha mengikutinya secara diam-diam.
Dan ternyata dugaanku benar, kalau pemuda itu pasti tangan
kananmu. Sayang aku tak sempat menyelamatkan ketiga
orang malang berhati lurus itu," sahut Rangga, penuh
tekanan. "Lantas, apa maumu, Pendekar Rajawali Sakti"!"
"Tak banyak. Aku hanya menginginkan kau bertobat, selagi
masih ada kesempatan!"
"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan, Anak Muda! Aku
masih mampu membungkam mulutmu!"
"Hm.... Agaknya harimu sudah tersaput nafsu iblis."
'Tutup mulutmu! Kau tahu, Anak Muda"! Bila aku
membunuhmu, maka tak ada lagi yang mampu menghalangiku untuk menguasai dunia persilatan. Kecuali, bila
kau ingin bergabung denganku untuk menjadi kekasih
gelapku!" Mendengar kata-kata terakhir Nenek Ayuning, wajah
Rangga berubah merah padam. Seketika gerahamnya
bergemeletuk menahan geram.
"Dunia persilatan akan muak menerima kehadiranmu,
Nyisanak!"
"Huh! Anjasmara! Serang dia. Bunuh sekalian!" ujar Nenek
Ayuning, seraya menoleh ke arah Anjasmara. Sementara jari
telunjuknya menuding ke arah Rangga.
"Heaaat...!"
Disertai jeritan membahana, Anjasmara melompat menyerang dengan pukulan bertubi-tubi ke arah Rangga.
Angin pukulannya terasa bergelombang, menyesakkan dada.
"Uts! Heaaa...!"
Namun dengan meliuk-liukkan tubuhnya, Rangga berhasil
menghindari serangan Anjasmara. Tak satu pukulan pun
mendarat di tubuhnya.
Kenyataan ini membuat Anjasmara geram. Seketika kapak
bermata dua miliknya dicabut, dan langsung diayunkan ke
bagian-bagian tubuh Pendekar Rajawali Sakti yang mematikan. "Anjas! Hati-hati! Dia bukan lawan ringan!" teriak Nenek
Ayuning memperingatkan.
Rangga yang telah menggelar jurus 'Sembilan Langkah
Ajaib' kembali mampu menghindari serangan kapak bermata
dua milik Anjasmara.


Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nenek Ayuning yang mengkhawatirkan keselamatan
pemuda itu, segera ikut menyerang dengan pedangnya.
Walaupun dikeroyok dua, Pendekar Rajawali Sakti masih
dapat mengimbanginya.
Anjasmara yang keadaan tubuhnya masih lemah, menjadi
incaran Rangga. Dan pada saat kapak mautnya membabat
kaki Pendekar Rajawali Sakti, saat itu pula pedang Nenek
Ayuning datang membantu.
Menghadapi serangan berbahaya itu, Rangga cepat
membuang diri bergulingan di tanah.
"Yeaaat!"
Setelah mendapat jarak, Rangga cepat melenting bangkit.
Dan seketika tubuhnya melesat, melakukan tendangan
beruntun ke dada Anjasmara....
Des! Des! "Aaakh...!"
Tidak ampun lagi, Anjasmara jatuh terguling. Sementara
Nenek Ayuning segera memburu, melindungi Anjasmara dari
serangan pedang yang mematikan. Namun dengan sigap,
Pendekar Rajawali Sakti menjulurkan tangan ke arah pedang
yang mengancamnya.
"Hih!"
Tak! Hanya sekali sentil, senjata pedang jadi meleset arahnya.
Mendapat kesempatan itu, Rangga menendang kepala
Anjasmara. Tetapi pada saat yang sama, kapak Anjasmara
menyabet kaki Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup!"
Mendapat serangan itu, terpaksa Rangga menarik kakinya
kembali, sehingga tebasan itu hanya menyambar angin
kosong. "Chiaaat...!"
Sementara Nenek Ayuning menyerang kembali. Tubuhnya
kembali meluruk, membabatkan pedangnya.
Mendengar teriakan serangan, cepat Rangga menoleh
seraya menghentakkan kedua tangannya.
"Aji 'Bayu Bajra'! Heaaa...!"
Seketika dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti
meluncur gelombang angin bagai topan ke arah Nenek
Ayuning. Sebentar tubuh perempuan tua itu terhumbalang,
namun cepat mampu menguasai diri dengan mengerahkan
tenaga dalam sepenuhnya.
Sebelum Nenek Ayuning menyerang kembali, Rangga
sudah berbalik dan melesat ke arah Anjas-mara yang
terlongong bengong melihat kedahsyatan angin topan tadi.
"Heaaa...!"
Belum juga Anjasmara berbuat apa-apa, Pendekar Rajawali
Sakti sudah cepat meloloskan Pedang Pusaka Rajawali Sakti
yang memancarkan sinar biru berkilauan. Dan secepat itu pula
pedangnya dikebutkan ke arah Anjasmara.
Dengan sebisanya, Anjasmara berusaha menahan laju
pedang itu dengan kapaknya. Namun...
Tras! Betapa terkejutnya pemuda itu melihat kapaknya hancur
berkeping-keping terhantam pedang pusaka milik Pendekar
Rajawali Sakti.
Dan belum habis rasa terkejutnya, pedang itu terus
berkelebat tak tertahankan lagi. Sehingga....
Cras! "Aaakh...!"
Anjasmara hanya melenguh pendek dengan mata melotot,
ketika Pedang Pusaka Rajawali Sakti membabat lehernya
hingga putus! Tepat ketika Rangga berbalik menghadapi Nenek Ayuning,
tubuh Anjasmara ambruk di tanah dengan
kepala menggelinding dan menyemburkan darah.
O0dw0O Nenek Ayuning begitu geram, melihat kematian Anjasmara.
Matanya kontan memerah. Maka segera dia mengerahkan aji
'Rangsang Jiwa' sambil menggerak-gerakkan tubuhnya.
Rangga yang sudah bisa menebak maksud perempuan tua
itu, cepat menutup mata nafsunya dengan mengerahkan
kekuatan batinnya. Pada saat itu juga Pendekar Rajawali Sakti
menandinginya dengan jurus 'Pedang Pemecah Sukma'!
Setelah membuat beberapa gerakan, Nenek Ayuning
meluruk sambil membabatkan pedangnya. Pada saat yang
sama, Rangga juga melesat, memapak.
Trang! Trang! Berkali-kali pedang mereka bertemu. Sebanyak itu pula
Nenek Ayuning merasakan tangannya kesemutan. Maka
segera ditingkatkannya tenaga dalamnya. Kemudian kembali
menyerang, mengincar jalan darah yang mematikan di tubuh
Rangga. Rupanya siasat Pendekar Rajawali Sakti berhasil,
ajian Nenek Ayuning tidak berarti apa-apa bila berhadapan
dengan jurus 'Pedang Pemecah Sukma'.
"Yeaaat!"
Pendekar Rajawali Sakti melenting ke udara. Setelah
berputaran beberapa kali,
tubuhnya meluncur turun
menggunakan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'.
Kedua kakinya bergerak begitu cepat mengincar kepala.
Nenek Ayuning terkejut. Dengan cepat pedangnya diputar
di atas kepalanya. Sehingga, pemuda itu cepat menarik
kakinya. Melihat perempuan tua itu berhasil mengelakkan serangan,
Rangga yang sudah mendarat di tanah kembali me luruk
dengan hantaman tangan dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh
Rajawali'. Tangan Rangga yang telah berubah merah
membara meluncur deras ke arah sasaran.
Sementara Nenek Ayuning merasa terdesak, segera
memapak serangan dengan telapak tangannya.
Blar! "Aaarg!"
Nenek Ayuning kontan berteriak tertahan dengan tubuh
terjajar beberapa langkah. Pada saat yang sama, Pendekar
Rajawali Sakti segera mengirim serangan susulan yang tidak
kalah dahsyatnya disertai tenaga dalam penuh.
"Hup!"
Nenek Ayuning terpaksa menjatuhkan diri seraya
bergulingan menghindari serangan Pendekar Rajawali Sakti.
Tetapi, dia kurang memperhitungkan kaki Pendekar Rajawali
Sakti. Sehingga....
Digh! "Ugh!"
Telak sekali sebuah tendangan Rangga berhasil masuk ke
iga. Perempuan tua itu segera bangkit dengan tubuh
terhuyung-huyung.
"Hiaaa...!"
Belum juga Nenek Ayuning berdiri sempurna, Rangga
sudah meluruk kembali me lepaskan kibasan tangan dari jurus
'Sayap Rajawali Membelah Mega' yang mengarah ke dada
Sehingga.... Des! "Aaa...!"
Disertai jeritan, tubuh perempuan itu terpelanting ke tanah.
Namun dasar daya tahannya luar biasa, dia mampu bangkit
kembali! . Dan belum juga Rangga mengirimkan serangan kembali....
"Hieeeh...!"
Mendadak terdengar ringkikan yang diiringi derap langkah
kaki kuda. Rangga dan Nenek Ayuning sama-sama menoleh.
Dan mereka melihat seorang perempuan tua berbaju kuning
sudah menghentikan lari kudanya tak jauh dari mereka.
Setelah turun dari kudanya, perempuan tua berbaju kuning
itu menghampiri Nenek Ayuning seraya menatap tajam
dengan sinar mata menusuk.
"Nenek tidak tahu diri! Perbuatanmu masih saja seperti
dulu! Pantas saja guru mengusirmu!" bentak wanita tua
berbaju kurang itu.
"Sri Murti, Nenek Usil! Guru sudah lama menutup mata.
Mengapa kau masih selalu menggrecoki aku..." Lagi pula, aku
masih terhitung kakak seperguruanmu. Kau jangan salahkan,
bila aku membunuhmu!" bentak Nenek Ayuning.
"Dasar tidak tahu malu! Sudah berambut dua, lagakmu
masih seperti anak muda saja! Biarlah aku yang mewakili guru
untuk menghukummu!" balas perempuan tua yang ternyata
bernama Sri Murti seraya meloloskan selendang kuningnya.
"Hiyaaat!"
Pada saat itu juga Nenek Sri Murti me lecutkan
selendangnya. Jdar! Jdar! "Pendekar Rajawali Sakti, harap minggir dulu! Ini urusan
padepokan kami. Harap kau jangan salah paham!" ujar Nenek
Sri Murti . Mau tidak mau, terpaksa Rangga menepi
O0dw0O Sebenarnya Pendekar Rajawali Sakti
pun mampu menghadapi Nenek Ayuning. Tapi karena dipikir ada orang
yang lebih berhak untuk menghukumnya, Rangga hanya
membiarkan saja sambil menyaksikan pertarungan yang sudah
berlangsung antara Nenek Sri Murti melawan Nenek Ayuning.
Menghadapi sesama kaumnya, nenek berhati iblis itu tidak
dapat menggunakan ajian 'Rangsang Jiwa'nya.
Sedangkan semua jurus ilmu pedangnya, pada dasarnya
telah diketahui saudara seperguruannya itu. Namun, dia terus
juga menyerang dengan sengit.
Sehingga untuk sementara keduanya sulit mencari
kemenangan. Keuntungan Sri Murti adalah, selendangnya
yang begitu lugas dan lentur. Bentuk serangannya juga dapat
dirubah-rubah sesuka harjnya.
"Yeaaat!"
Pedang Nenek Ayuning bergulung-gulung, menusuk ke
arah dada adik seperguruannya. Namun dengan indahnya,
selendang kuning itu melecut melingkar, berusaha melibat
pedang. "Huh!"
Secepat itu pula, Nenek Ayuning menarik pedangnya
kembali Bahkan kakinya berhasil menendang lutut Nenek Sri
Murti. Tuk! Bruk! Nenek Sri Murti jatuh terduduk. Namun, selendangnya yang
dapat berubah lurus dan keras bagaikan besi berhasil juga
menghantam tulang kering Nenek Ayuning.
Tak! "Aaakh!"
Tulang kering Nenek Ayuning jadi retak, menimbulkan rasa
sakit menusuk ulu hati.
"Bangsat! Kubeset kulitmu, Orang Jelek!" teriak nenek
berhati iblis itu.
Nenek Sri Murti tidak mau meladeni. Begitu bangkit
selendang kuningnya cepat dilecutkan, hingga meledak-ledak
suaranya. Namun dengan ilmu pedangnya yang cukup ampuh, Nenek
Ayuning masih dapat bertahan. Sayang nenek berhati iblis ini
tidak tahu kalau adik seperguruannya telah diberi ilmu
tambahan oleh gurunya, sebelum menutup mata.
Ketika melihat Nenek Ayuning sudah bergerak, Nenek Sri
Murti segera melecutkan selendangnya ke arah kaki. Dengan
cepat, nenek iblis itu meloncat ke atas. Tetapi memang itu
yang dikehendaki Nenek Sri Murti, karena serangannya hanya
pancingan belaka.
Secara tiba-tiba, serangan Nenek Sri Murti berubah
menghantam keras ke arah dada. Akibatnya...
Jdar! "Aaayaaa!"
Tidak tertahan lagi, Nenek Ayuning, terhajar selendang
kuning di bagian dadanya hingga jatuh telentang. Dadanya
tampak remuk, darah menyembur dari mulutnya. Dengan
meringis menahan sakit, dia berusaha menggapai adik
seperguruannya.
"Sri..., Murti..., maafkanlah..., akui Aku memang jahat...
Dan pantas untuk mati...," rintih Nenek Ayuning memilukan.
Nenek Sri Murti tak bisa membiarkan perasaannya. Maka
segera dihampirinya Nenek Ayuning dan berusaha memeluknya. "Awas, Nisanak! Berbahaya, jangan dekati dia!" cegah
Rangga memberi peringatan.
Tetapi, terlambat. Karena....
"High!"
Bles! Begitu tubuhnya dipeluk, Nenek Ayuning menusukkan
pedangnya, sampai tembus ke punggung. Tepat saat Nenek
Sri Murti jatuh terkulai menindih, Nenek Ayuning pun tewas.
"Hegk! Tidak..., kusangka! Sampai..., akhir hidupnya, dia
tidak pernah berubah. Semoga Yang Maha Kuasa dapat
memaafkan semua dosa-dosanya," desah Nenek Sri Murti,
terdengar lirih.
Pendekar Rajawali Sakti cepat menghampiri dan berusaha
menolong. "Percuma saja, Pendekar Rajawali Sakti. Lukaku terlalu
parah. Kalau boleh kuminta bantuanmu bila aku telah tiada,
kuburkanlah dekat kakak seperguruanku ini. Kasihan dia...."
Begitu habis ucapannya, Nenek Sri MurH terkulai mari
dalam pelukan Nenek Ayuning.
SELESAI Serial Pendekar Rajawali Sakti selanjutnya:
BAJINGAN GUNUNG MERAPI
Serial Pendekar Rajawali Sakti
dalam episode-episodenya yang menarik :
1. IBLIS LEMBAH TENGKORAK 21. PERMAINAN DI
UJUNG M.

Pendekar Rajawali Sakti 165 Wanita Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2. BIDADARI SUNGAI ULAR 22. MANU$IA
BERACUN 3. SEPASANG WALET MERAH 23. JARI MALAIKAT
4. NAGA MERAH 24. $ERULING
PERAK 5. PRAHARA GADIS TUMBAL 25. PENARI
BERDARAH DINGIN
6. PERTARUNGAN Di B. SETAN 26. SANG PENAKLUK
7. IBLis WAJAH SERIBU 27. DEWA IBLIS
8. PENGANTIN BERDARAH 28. GERHANA K.
KEDATON 9 ASMARA MAUT 29. TUMBAL P.
SAMUDERA 10. API DI KARANG SETRA 30. MUSTINA
KUBURAN TUA 11. RAHASIA MALUNG KERAMAT 31. JARINGAN HITAM
12. DARAH PENDEKAR 32. PEMBALASAN
MINTARSIH 13. PUTRI KERUDUNG HUAU 33. PENJAGAL B.
TENGKORAK I4 PFNYAIR MAUT 34. DARAH
SERATUS BAYI 15 KEMELUT PUSAKA LELUHUR 35. BADAJ DI LEMBAH
TANGKAR 16 BANGKITNYA P. WANGI 36. RATU INTAN
KUMALA 17 HANTU KARANG BOLONG 37. KUCING
SILUMAN 18 MUTIARA DARI SELATAN 38. BIDADARI DASAR
NERAMA 19 WARISAN BERDARAH 39. PENDEKAR
ANEH 20 KAUM PEMUJA SETAN 40. PANGERAN IBLIS
41. PENGHUNI LEMBAH NERAKA 63. BUNUH P. R S.
42. MALAIKAT PENCABUT NYAWA64. TONGKAT SIHIR
DEWA API 43. ASMARA BERNODA DARAH 65. PUTRI RANDU
WALANG 44. PELANGI LEMBAH KAMBANG 66. TEROR MANUSIA
BANGKAI 45. KEMELUT HUTAN DANDAKA 67. ORANG ORANG
ATAS ANGIN 46. RAHASIA DARA IBl.IS 68. KEMELUT CINTA
BERDARAH 47. PEMBUNUH B. DINGIN 69. PENDEKAR P.
BAYANGAN 48. GADIS BERTUDUNG BAMBU 70. ISTANA GOA
DARAH 49. PERAWAN LEMBAH MAUT 71. PEMUAS NAFSU
IBl.IS 50. ISTANA GERBANG NERAKA 72. PANGERAN DARI
KEGELAPAN 51. RAHASIA CANDI TUA 73. MISTERI MAYAT
DARAH 52. MAWAR BERBISA 74. RATU WAJAH
MAYA 53. INTAN SAGA MERAH 75. DENDAM
PENDEKAR P. GILA
54. RAHASIA CINCIN MUSTIKA 76. PASUKAN ALIS
KUNING 55. PULAU KEMATIAN 77. NERAKA
KEMATIAN 56. HANTU PUTIH MATA ELANG 78. KERIS IBLIS
57. MUSTIKA BERNODA DARAH 79. SILUMAN T.
GANTUNG 58. DENDAM GADIS PERTAPA 80. PEDANG NAGA
KUMALA 59. ISTANA RATU SlHIR 81. CAKAR MAUT
60. IBl.IS TANGAN TUJUH 82. ISTANA TULANG
EMAS 61. TELAPAK KEMATIAN 83. WANITA IBl.IS
62. SENGKETA T. POTONG PETA
SELESAI Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Novo
Convert : Dewi KZ
Editor : Lufti & Dewi KZ
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
Pendekar Gunung Bromo 1 Rahasia Kitab Tujuh Tujuh Manusia Harimau (5) Karya Motinggo Busye Rahasia Hiolo Kumala 13

Cari Blog Ini