Ceritasilat Novel Online

Dewi Mawar Selatan 2

Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan Bagian 2


kuning tak bisa dielakkan lagi Kukunya yang runcing
mendarat tepat di tenggorokkan harimau merah.
Harimau merah penjelmaan Datuk Merah mencoba
berbalik Tetapi kuku-kuku, harimau kuning begitu kuat
menghujam! Crak! Crak! "Auuummm...!"
Robekan pada bagian tenggorokkan disertai robekanrobekan pada bagian lain, membuat harimau merah
terkapar disertai auman yang semakin lemah dengan
tubuh berlumur darah.
Tidak lama, harimau merah kembali ke wujud asalnya.
Sedangkan harimau kuning setelah berjumpalitan
beberapa kali, berubah pula menjadi Datuk Gadang
kembali. "Hari ini, dirimu yang menjadi korbanku. Besok atau
lusa, giliran Datuk Panglima Hitam yang menjadi
sasaran!" desis Datuk Gadang, begitu angkuhnya!
-0o-dwkz-ray-novo-o05 Kabar kematian Datuk Merah telah sampai di telinga
Dewi Mawar Selatan. Dan gadis ini merasa puas.
Sekarang, hanya tinggal melihat apa yang bakal terjadi
antara Datuk Gadang dengan Datuk Panglima Hitam.
Tidak lama lagi, sesuai siasat yang sedang dijalankannya,
tentu mereka akan bertarung hingga salah seorang ada
yang tewas. Jika hal yang diharapkannya benar-benar
telah terjadi, berarti hanya tinggal menghadapi
pemenangnya. Sebenarnya, Dewi Mawar Selatan sendiri
merasa bingung, mana di antara datuk-datuk itu yang
telah membunuh ibunya. Sebab, kedua gurunya tidak
menceritakannya secara terperinci. Walaupun begitu, dia
tidak pernah merasa ragu untuk membunuh para datuk
itu, sebab mereka juga selalu membuat angkara murka di
mana-mana. Kini, gadis cantik berambut panjang itu merebahkan
tubuhnya di atas rumput hijau melepas kepenatan,
setelah sebagian rencananya berjalan mulus. Tapi yang
penting dia harus mencari orang yang sebenarnya telah
membunuh orangtuanya. Tugas ini termasuk berat juga,
karena Dewi Mawar Selatan hanya mempunyai petunjuk
yaitu berupa tusuk konde terbuat dari emas.
Dalam keadaan menelentang seperti itu, di luar
sepengetahuannya ada sepasang mata terus mengawasi
gerak-geriknya. Pemilik mata itu tidak lain dari seorang
pemuda berbaju rompi putih.
"Wajahnya hampir mirip Pandan Wangi! Hanya saja,
dia sedikit lebih cantik Mungkin gadis inilah yang
dimaksudkan Penyair Gila. Tapi, mana aku berani
menjumpainya?" gumam pemuda yang tidak lain
Rangga. Pendekar Rajawali Sakti bermaksud meninggalkan
persembunyiannya. Namun salah satu ranting sempat
terinjak kakinya, sehingga menimbulkan suara gemeretak
Dewi Mawar Selatan langsung melompat berdiri. Dan
dia melihat ke arah datangnya suara.
"Pengintip tengik! Hendaknya kau suka tunjukkan
diri!" bentak gadis berbaju putih itu garang.
Karena kedatangannya bukan membawa maksud
buruk, maka tanpa pikir panjang lagi Pendekar Rajawali
Sakti keluar dari tempat persembunyiannya.
"Kau...!" desis Dewi Mawar Selatan.
Rupanya gadis ini tidak menyangka kalau orang yang
dibentak seorang pemuda berwajah tampan. Lagipula
kelihatannya pemuda ini cukup baik. Sungguhpun
demikian, sikapnya perlu berwaspada.
"Maafkan aku, Nisanak Aku tak bermaksud mengganggu ketenanganmu. Aku hanya ingin bertanya
sesuatu kepadamu," ucap Rangga, setelah menjura
hormat. "HI hi hi! Berjumpa saja baru kali ini. Tapi, tiba-tiba
kau ingin bertanya padaku" Apakah itu tidak lucu?" tukas
Dewi Mawar Selatan disertai senyum mengejek
"Aku ingin bicara
sungguh-sungguh.
Dan ini menyangkut dendammu kepada orang-orang yang telah
membunuh orangtuamu!" jelas Rangga.
Dewi Mawar Selatan terkejut mendengar ucapan
Rangga. Bagaimana pemuda berbaju rompi putih ini
mengetahui masalah yang dihadapinya" Padahal baru
sekali ini mereka bertemu.
"Siapakah kau yang sebenarnya?" cecar Dewi Mawar
Selatan, curiga.
"Aku Rangga, " jawab Pendekar Rajawali Sakti. "Dan
kau pasti Dewi Mawar Selatan..."
"Dari mana kau tahu kalau aku sedang mencari
pembunuh kedua orangtuaku?" desak gadis itu.
Rangga terdiam. Dia tidak tahu, apakah harus
mengatakan yang sebenarnya. Jika terpaksa mengatakan, berarti harus mengatakan Penyair Gila
orangnya. Bagaimana jika gadis itu menertawainya"
Rasanya walau bagaimanapun dia harus berani
mengatakan yang sejujurnya.
"Seseorang telah mengatakannya padaku," jawab
Pendekar Rajawali Sakti.
"Siapa?" desak Dewi Mawar Selatan
"Penyair Gila!" sahut Rangga mantap.
Alis Dewi Mawar Selatan tampak bertaut. Dulu,
gurunya pernah bercerita tentang seorang penyair sinting
yang kabarnya tahu tentang berbagai hal mengenai masa
lalu, dan masa yang akan datang. Mungkin Penyair Gila
itulah yang dimaksudkan kedua gurunya.
"Lalu, apa yang dikatakan Penyair Gila itu?" cecar
Dewi Mawar Selatan lagi.
Rangga menarik napas dalam-dalam, seakan merasa
ragu untuk mengatakan siapa yang telah membunuh
orangtua gadis ini.
"Cepatlah jelaskan padaku. Atau, kau ingin mati di
tanganku!" dengus Dewi Mawar Selatan tidak sabar.
"Apakah kau tidak marah atau malu setelah
mendengar penjelasanku nanti?" Rangga malah bertanya. "Apa pun yang terjadi di masa lalu, aku harus tahu.
Belum puas rasanya hati ini jika belum mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya!" ucap gadis ini
dengan suara melemah kembali.
"Baiklah," desah Rangga. "Kurang lebih dua puluh
tahun yang lalu, seorang gadis cantik bernama Indriati
pernah jatuh cinta pada seorang pemuda tampan
bernama Pati Sena. Cinta mereka berjalan lancar. Namun
di luar sepengetahuan mereka, ada tiga orang pemuda
yang jatuh hati pada Indriati. Ternyata, gadis itu tetap
pada pilihannya. Sementara itu, ternyata ada dua orang
gadis pula yang secara diam-diam mencintai Pati Sena.
Karena runyamnya keadaan pada waktu itu, maka kedua
muda-mudi yang saling jatuh cinta ini memutuskan untuk
mengasingkan diri setelah menikah."
Pendekar Rajawali Sakti diam sebentar untuk
mengingat kembali apa yang dituturkan Penyair Gila
padanya. Dia memang telah bertemu kembali dengan
Penyair Gila untuk yang kedua kalinya.
"Tetapi di luar dugaan, kedua gadis itu terus mencari
Pati Sena. Sedangkan ketiga pemuda tadi, terus mencari
Indriati. Setelah mencari sekian purnama lamanya,
akhirnya ketiga pemuda itu menemukan wanita yang
mereka cintai. Namun pada saat itu, Indriati baru
melahirkan sembilan hari. Ketiga pemuda itu membujuknya agar dia mau ikut. Karena menolak, maka
dua orang di antaranya langsung memperkosa Indriati,
Sedangkan, pemuda ketiga malah membunuhnya. Saat
itu, Pati Sena memang tak ada di rumah karena tengah
ada urusan. Sehari kemudian, dua gadis yang mencari
Pati Sena juga bertemu orang yang dicari. Waktu itu, Pati
Sena sedang menimang bayinya yang baru berumur
sepuluh hari. Melihat kehadiran kedua gadis itu, tentu
saja Pati Sena yang baru ditinggal istrinya menjadi
berang. Langsung keduanya di serang. Tetapi, ilmu olah
kanuragan Pati Sena kalah tinggi, sehingga tewas,"
Rangga mengakhiri ceritanya.
-0o-dwkz-ray-novo-o0Wajah Dewi Mawar Selatan sulit dilukiskan setelah
mendengar penuturan Pendekar Rajawali Sakti. Kemudian wajah cantik yang tertunduk sejak lama kini
mulai terangkat perlahan, Kini, terlihatlah wajahnya
dengan jelas. "Katakan padaku, siapa Indriati itu?" tanya Dewi
Mawar Selatan. Suaranya bergetar hebat. Memang sejak
dipelihara Etek Petako, Dewi Mawar Selatan tak pernah
diberitahu nama kedua orangtuanya. Padahal, gadis ini
selalu mendesaknya. Etek Petako hanya menjelaskan
kalau kedua orangtua gadis ini tewas terbunuh itu saja.
"Dia ibumu!" jawab Rangga pelan.
"Siapa pula ketiga pemuda yang telah memperkosa
dan membunuhnya...?" desak berbaju putih ini tidak
sabar, "Dua orang yang memperkosa adalah yang sekarang
bergelar Datuk Merah dan Datuk Panglima Hitam.
Sedangkan yang membunuh ibumu Datuk Gadang,''
papar Rangga, tanpa melebih-lebihkan,
"Berarti aku mengincar orang yang tepat! Datuk Merah
telah mati. Sekarang, tinggal Datuk Hitam dan Datuk
Gadang. Mungkin dalam waktu tidak lama, mereka
segera bertarung sampai ada yang mati. Setelah itu, aku
akan turun tangan membunuh pemenangnya!" desis
Dewi Mawar Selatan.
"Aku tidak dapat menyalahkan dirimu. Karena berbakti
kepada orangtua adalah kewajiban setiap anak! Tetapi
menurut yang kudengar, ketiga datuk itu memiliki ilmu
'Cindaku'. Dan itu cukup membahayakanmu!" sergah
Rangga, halus. "Aku tidak takut! Atau kau mau membantu" Tapi,
maaf. Aku tidak akan memaksamu....!" ucap Dewi Mawar
Selatan, merasa ketelepasan bicara.
"Aku memang sengaja datang untuk membantumu.
Tentu saja sebatas yang kumampu!" sahut Rangga,
merendah. Dewi Mawar Selatan tampaknya tidak mau percaya
begitu saja dengan niat baik pemuda berbaju rompi putih
ini. "Lalu, siapa yang membunuh ayahku?" tanya Dewi
Mawar Selatan selanjutnya.
"Mengenai hal itu, aku tidak tahu. Sebab Penyair Gila
tidak pernah cerita padaku. Tetapi dia telah berjanji
untuk menjumpaiku kembali di suatu hari nanti!"
"Siapa yang mau percaya" Aku pun belum percaya
padamu!" tegas Dewi Mawar Selatan, berterus terang.
"Mengapa?" tanya Rangga.
''Pertama, kau orang asing! Sedangkan yang kedua,
mengapa kau mau membantuku begitu saja, Rangga...?"
tanya gadis itu pula.
"Aku hanya membawa tujuan baik. Aku bersedia
membantumu, karena kekejaman dan kelicikan ketiga
datuk tanah Andalas ini sudah sangat sering kudengar.
Jauh-jauh aku datang dari tanah Jawa kemari, sematamata ingin menghentikan kejahatan mereka!" jawab
Pendekar Rajawali Sakti, tandas.
"Huh! Siapa mau percaya bualanmu"! Jangan-jangan
kau malah menyimpan maksud-maksud tidak baik
padaku!" tuduh Dewi Mawar Selatan berubah ketus. '
Ucapan Dewi Mawar Selatan yang ceplas-ceplos
membuat wajah Rangga bersemu merah. Sebenarnya
pemuda ini marah pada gadis berambut panjang itu .
Namun dia khawatir, amarahnya hanya akan memperburuk keadaan.
"Baiklah, Dewi jika kau tidak percaya padaku, aku pun
tidak memaksamu untuk percaya. Kalau begitu, aku akan
pergii!" kata Rangga, dingin.
Rangga berbalik Dia bermaksud berlalu dari hadapan
Dewi Mawar Selatan. Namun...
"Enak saja kau datang dan pergi begitu saja, Rangga!


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kau sama sekali tidak memandang mata padaku!" bentak
Dewi Mawar Selatan.
Wuuuutt.... ! Di luar dugaan, kiranya gadis itu telah menyambitkan
setangkai bunga mawar dari rambutnya ke punggung
Rangga. Jika orang biasa yang melemparkan kuntum
bunga mawar itu, tentu tidak akan berakibat apa-apa.
Tetapi di tangan Dewi Mawar Selatan, bunga mawar itu
berubah menjadi senjata rahasia yang dapat mematikan.
Walaupun tidak melihat kapan gadis itu menyambitkan kuntum bunga mawarnya, namun sebagai
orang yang kenyang makan asam garam di dunia
persilatan, Pendekar Rajawali Sakti merasakan ada
desiran halus di belakangnya. Dan tanpa menoleh lagi,
tubuhnya langsung melenting ke udara.
Begitu menjejakkan kakinya kembali di atas tanah
kering, Rangga langsung berbalik.
"Mengapa kau membokongku?" tanya pemuda itu
tidak senang. Dewi Mawar Selatan tertawa mengikik
"Aku hanya ingin tahu, apakah aku bicara dengan
orang yang tepat, atau hanya laki-laki hidung belang"
Aku juga mau lihat, apakah aku. berhadapan dengan
manusia bermulut besar, atau kebisaan?" ejek Dewi
Mawar Selatan disertai senyum menjengkelkan.
"Ucapanmu terlalu menggelitik telingaku!" balas
Rangga, apa adanya.
"Kalau kau tidak merasa seperti yang kukatakan,
mengapa harus sakit hati" Hiyaaa. ..!"
Selesai dengan kata-katanya, Dewi Mawar Selatan
segera menyerang Rangga. Kiranya gadis ini tidak mainmain. Begitu menyerang, langsung dipergunakannya
jurus 'Menepis Kehampaan Di Ujung Nestapa'. Serangan
mendadak ini sudah tentu membuat Pendekar Rajawali
Sakti jadi kerepotan menghindarinya.
-0o-dwkz-ray-novo-o0"Hiyaaa... "
Untuk menghindar, Rangga cepat melenting ke udara.
Tubuhnya berputar beberapa kali. Begitu menjejak tanah
langsung dikerahkannya jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'
untuk menghindari setiap serangan yang kembali
meluncur deras ke beberapa bagian tubuhnya.
Dewi Mawar Selatan semakin memperhebat serangannya. Tubuhnya meluruk deras dengan kepalan
tangan siap dihantamkan.
"Hiyaaaa...!"
Bet! Bet! Dalam keadaan meluncur deras, Dewi Mawar Selatan
mengibaskan tangannya ke bagian tulang siku. Dan
Pendekar Rajawali Sakti sadar betul kalau gadis ini
bermaksud mengujinya. Maka dia tidak mau menangkis.
Cepat badannya diputar. Sementara kaki kanan bergerak
lincah, dengan tubuh terus meliuk-liuk menghindari
serangan. Wuuus! Maka serangan Dewi Mawar Selatan pun melenceng.
Menyadari serangannya gagal, gadis ini menyempatkan
diri untuk melepaskan tendangan. Karena jaraknya yang
begitu dekat, Rangga tidak ingin isi perutnya hancur.
Terpaksa serangan gadis konyol ini disambut dengan
tangannya yang cepat terjulur. Dan...
Plak! Duk! "Heh..."!"
Dewi Mawar Selatan terkejut Tubuhnya terdorong
mundur. Sedangkan kakinya yang menghantam telapak
tangan Rangga seperti membentur batu karang hingga
terasa panas sekali.
"Mengapa kau terus menyerangku?" tanya Rangga.
"Diam! Kau sama ceriwisnya dengan nenek-nenek
yang sudah pikun...!" bentak gadis itu tidak senang.
"Satu hari saja aku bersama gadis konyol ini bisa mati
berdiri!" gumam Rangga dalam hati.
Pendekar Rajawali Sakti memang tidak dapat berpikir
lagi apa yang akan dilakukan Dewi Mawar Selatan. Dan
yang terjadi kemudian, gadis itu kembali melabraknya,
mempergunakan jurus-jurus yang telah dipelajarinya di
Lembah Penyesalan.
"Hiyaaa:..!" teriak Dewi Mawar Selatan disertai jurus
'Menebus Dosa'nya.
Dan gerakan jurus gadis ini pun berubah secara
menyeluruh. Kini dia mengandalkan ilmu meringankan
tubuhnya dalam setiap melakukan serangan. Hebatnya,
setiap kibasan tangan maupun tendangan kakinya selalu
menimbulkan hawa dingin menusuk tulang.
"Jaga kepala dan perutmu!" dengus Dewi Mawar
Selatan. Secepat ucapannya, tangan kanan dan kaki gadis ini
meluncur deras ke arah seperti yang dikatakannya.
Serangan ini tentu tidak sembarangan orang dapat
melakukannya. Rangga sekali ini tidak tinggal diam. Tiba-tiba
tubuhnya menunduk serendah mungkin. Sehingga
serangan gadis itu meleset. Begitu kaki Dewi Mawar
Selatan lewat di samping kepalanya, secepat kilat
tangannya bergerak menyentuh.
Tak! "Heh..."!"
Dewi Mawar Selatan terkejut dibuatnya terkena
sentuhan tangan Rangga. Jika pemuda berbaju rompi
putih itu mau, tentu dia sudah roboh. Atau paling tidak
sudah kena tertotok Kini setelah menjejakkan kaki,
wajahnya bersemu merah.
"Bagaimana" Apakah kita lanjutkan permainan sia-sia
ini?" tanya Pendekar Rajawali Sakti, tanpa bermaksud
menyinggung. Gadis itu menggeleng sambil memandang Rangga
penuh rasa kagum. Sejurus matanya memandang ke lain
arah. "Kalau kau bermaksud buruk, aku tahu sejak tadi.
Pasti kau dapat mencelakaiku, Rangga, Maafkanlah
karena terkadang aku salah dalam menilai maksud
seseorang. Maukah kau memaafkanku?" tanya Dewi
Mawar Selatan seraya menoleh ke arah Pendekar
Rajawali Sakti. Matanya meredup pada pemuda itu.
"Kau gadis yang lugu, Dewi. Tentu kau wajib merasa
curiga kepada siapa pun, mengingat dirimu seorang
wanita. Aku tentu saja dapat memakluminya!" sahut
Rangga, kalem. Dewi Mawar Selatan tersenyum. Manis sekali.
"Baru sekarang aku percaya padamu, kalau kau benar
mau membantuku. Mari ikut bersamaku!" ajak gadis itu.
Rangga tentu tidak dapat menolak Apalagi, yang
mengajaknya memang membutuhkan pertolongannya.
-0o-dwkz-ray-novo-o0Datuk Gadang bagai dikejar-kejar setan menggebah
kudanya, menuju Bukit Siguntang. Tidak sampai
setengah hari, sampailah dia di lereng bukit. Karena
bagian lereng Bukit Siguntang agak curam maka lelaki
berbaju kuning ini melanjutkan perjalanannya dengan
berjalan kaki. Namun baru beberapa tombak saja laki-laki ini
meninggalkan kudanya, dari atas bukit batu-batu besar
menerjang ke arahnya. Datuk Gadang segera melompat
ke samping menghindari luncuran batu-batu.
Datuk Gadang memang dapat menghindari serangan
batu-batu. Namun yang datang berikutnya, jumlahnya
lebih banyak lagi. Sehingga terpaksa dia menguras
tenaga untuk menyelamatkan diri. Dan amarahnya pun
sudah tak terkirakan lagi.
"Aku membenci akal licikmu, Datuk Panglima Hitam!
Aku mau kau menunjukkan diri. Mari kita selesaikan
semua persoalan ini secara jantan!" teriak Datuk Gadang
murka. Suara runtuhnya batu-batu meningkahi teriakkan
Datuk Gadang. Dan laki-laki berbaju kuning ini kembali
dibuat repot, hingga kemudian batu-batu yang meluncur
dari atas lereng bukit berhenti dengan sendirinya.
"Ha ha ha,..!"
Mendadak terdengar tawa yang seakan-akan mengguncang puncak bukit. Sekejap kemudian muncul
sosok bayangan serba hitam menuruni lereng bukit.
"Akhirnya, kau datang juga, Datuk Gadang! Apakah
kedatanganmu ke sini ingin menyatakan pengakuan dosa
dan meminta maaf padaku?" sambut laki-laki berpakaian
serta hitam bertubuh tambun, begitu berdiri lima tombak
di hadapan Datuk Gadang.
Yang ditanya malah melotot. Sekilas diperhatikannya
sosok berpakaian serba hitam yang tak lain Datuk
Panglima Hitam.
"Aku datang kemari malah ingin mengambil nyawa
busukmu! Apakah kau sudah menyadari kesalahan apa
yang kau perbuat, Datuk Panglima Hitam?" balas Datuk
Gadang. "Aku malah tidak dapat menghitung, berapa orang
anak buahku yang mati karena ulahmu!" tukas Datuk
Panglima Hitam.
"Huh! Sejak dulu kau memang selalu memutarbalikkan
kenyataan!" bentak Datuk Gadang.
"Percuma aku berdebat denganmu, Datuk Gadang.
Sejak dulu sebenarnya kita telah ditakdirkan untuk saling
membunuh. Mengapa begitu" Karena, ketamakan dan
kecongkakanmu!" cibir Datuk Panglima Hitam berang.
"Apakah bukan sikapmu yang kau katakan itu?" ejek
Datuk Gadang disertai senyum kecut
"Rasanya memang percuma jika kita hanya bersilat
lidah. Hari ini, rasanya di antara kita harus ada yang
mati. Barulah setelah itu, aku dapat berbuat apa saja."
"Kalaupun harus ada yang mampus kaulah orangnya,
Datuk Panglima Hitam. Bukan aku!" seru Datuk Gadang,
penuh percaya diri.
-0o-dwkz-ray-novo-o06 Datuk Panglima Hitam merasa tidak ada gunanya
berdebat dengan musuh bebuyutannya. Maka diambilnya
keputusan melakukan serangan secepat mungkin. Lakilaki berpakaian serba hitam ini segera memasang kudakuda, membangun serangan awal. Sementara Datuk
Gadang yang penuh rasa percaya diri hanya tersenyum
mengejek. "Hiyaaa...!"
Disertai teriakan keras, Datuk Panglima Hitam
bergerak menerjang. Tangan kirinya langsung menyodok
perut. Sedangkan tangan kanannya menghantam bagian
wajah. Luncuran tangannya benar-benar menimbulkan
desir angin menderu tajam, pertanda mempergunakan
tenaga dalam tingkat tinggi.
Datuk Gadang melompat mundur. Badannya dimiringkan, sedangkan kakinya tiba-tiba saja menyambut. "Heh..."!"
Datuk Gadang terkejut, mendadak saja, Datuk
Panglima Hitam membuat salto di udara dengan tangan
terbuka mengibas. Begitu cepat gerakannya, sehingga...
Plak! "Aaakh...!"
Datuk Gadang mengeluh tertahan ketika wajahnya
kena tampar. Wajahnya terasa panas dan langsung
berubah merah seperti terbakar. Sadarlah dia kalauu
Datuk Panglima Hitam sekarang telah memiliki kemajuan
sangat pesat. Setelah menyeka hidungnya yang mengucurkan darah,
Datuk Gadang segera melakukan serangan balasan.
Jurus yang dipergunakannya sudah tidak asing lagi bagi
lawannya, yaitu jurus 'Harimau Keluarkan Kuku'.
Datuk Panglima Hitam mendengus, saat Datuk Gadang
menerjangnya dengan sebuah tendangan beruntun ke
beberapa bagian tubuhnya.
Secepat kilat laki-laki berpakaian serba hitam itu
melenting ke udara. Saat tubuhnya meluruk deras ke
bawah, kedua tangannya terkembang menghantam
batok kepala Datuk Gadang.
Tampaknya walaupun mengetahui datangnya bahaya,
namun Datuk Gadang sengaja memberi angin pada
Datuk Panglima Hitam. Dan...
Tep! Hujaman kuku-kuku yang tajam itu ternyata tidak
berpengaruh apa-apa bagi Datuk Gadang. Sadarlah
Datuk Panglima Hitam kalau musuh bebuyutannya


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki ilmu kebal
Datuk Panglima Hitam bermaksud menarik balik
tangannya untuk dihantamkan pada bagian tengkuk.
Namun tangan Datuk Gadang telah bergerak mendahului
menghantam dada.
Des! Des! "Aaagkh...!"
Disertai keluhan tertahan, Datuk Panglima Hitam jatuh
terjengkang. Karena kerasnya pukulan tadi, membuat
sudut-sudut bibirnya meneteskan darah.
Melihat kesempatan baik, Datuk Gadang yang merasa
dirinya berada di atas angin segera memanfaatkan,
segera dilepaskannya pukulan.
"Hiyaaa...!" teriak Datuk Gadang seraya mengerahkan
pukulan 'Harimau Murka'nya.
Seketika, dari telapak tangan laki-laki berbaju kuning
ini melesat seleret sinar biru ke arah Datuk Panglima
Hitam disertai menebarnya hawa panas menghanguskan.
Sebisanya Datuk Panglima Hitam berjumpalitan ke
udara sambil menghentakkan kedua tangannya sekaligus. Wuuut..! Segulung angin keras menderu, sekaligus menghadang sinar biru di udara.
Blammm...! Terjadi ledakan sangat keras ketika dua tenaga sakti
beradu di tengah-tengah. Kedua-duanya jatuh terjengkang dan sama-sama mengeluarkan darah.
Namun secepatnya kedua musuh bebuyutan ini bangkit
berdiri, lalu kembali saling serang.
Setelah pertarungan melewati empat puluh lima jurus,
barulah masing-masing mengerahkan ilmu andalan.
Datuk Gadang yang sudah tidak sabar dalam mengakhiri
pertempuran segera mengambil jarak Mulutnya berkomat-kamit, membaca mantra-mantra ilmu 'Cindaku'
untuk merubah wujudnya menjadi harimau siluman.
Inilah saat yang paling dinanti-nantikan Datuk
Panglima Hitam. Dia sendiri tidak mengikuti apa yang
dilakukan musuh bebuyutannya.
"Grauung... !"
Raungan panjang Datuk Gadang disertai gerakan
cepat berguling-guling. Tujuh kali dia melakukan gerakan
seperti itu. Setelah menjejakkan kaki belakangnya, maka
wujudnya telah berubah menjadi seekor harimau
berwarna kuning.
Harimau penjelmaan Datuk Gadang mengaum dahsyat. Dua pasang taringnya yang panjang lagi runcing
terlihat mengerikan. Sementara kuku-kuku pada kaki
depannya mencuat keluar, siap merobek-robek mangsa.
"Auuurnmm...!"
"Hiyaaa...!"
Sementara Datuk Panglima Hitam melompat ke udara
sambil mengerahkan jurus 'Harimau Keluar Kandang'
saat harimau jadi-jadian itu menerkam. Liukan indah
Datuk Panglima Hitam, membuat serangan Datuk
Gadang tidak mengenai sasaran.
"Tubuhmu boleh kebal. Tapi aku telah menemukan
senjata untuk menghancurkan kekuatan ilmu 'Cindaku'
dan ilmu kebal yang kau miliki. Sekarang, saatnya
bagimu minggat ke neraka setelah Datuk Merah tewas di
tanganmu!" kata Datuk Panglima Hitam lantang, begitu
menjejak tanah.
"Sekarang hadapi senjata Cula Kematian..!"
Secara cepat Datuk Panglima Hitam mengeluarkan
sebuah senjata berbentuk tanduk. Senjata berwarna
putih mengkilap seperti perak bernama Cula Kematian
cepat diputarnya begitu rupa, sehingga tampak
memancarkan sinar putih menyilaukan.
Harimau kuning belang-belang hitam penjelmaan
Datuk Gadang menggerung, seakan tidak mempercayai
ucapan Datuk Panglima Hitam. Bahkan binatang itu
kembali menerjang.
Selagi harimau itu mengambang di udara, di saat
itulah sambil merundukkan badannya. Datuk Panglima
Hitam menerobos ke bawah perut langsung dihujamkannya Cula Kematian tepat pada bagian pusar
binatang jejadian itu.
Crep! "Aauwnm...!'-'
Harimau jejadian itu meraung keras. Perutnya
berlubang besar, sehingga ususnya terburai keluar,
Harimau itu kemudian jatuh terkapar. Suara raungannya
melemah. Saat tubuhnya berkelojotan, perubahan ke
wujud asli pun terjadi Tepat saat nyawanya lepas,
harimau itu telah kembali menjadi Datuk Gadang.
"Heh..."! Akhirnya aku dapat juga membalaskan
segala sakit hati dari kekalahanku dulu! Semoga Datuk
Merah di alam sana dapat melihat kehancuran Datuk
Gadang!'" desah Datuk Panglima Hitam, pelan.
-0o-dwkz-ray-novo-o0"Masih jauhkan tempat itu dari sini?" tanya Pendekar
Rajawali Sakti pada Dewi Mawar Selatan
"Cukup jauh juga. Mungkin besok pagi baru sampai ke
tempat tujuan!" sahut gadis itu. "Ada apa rupanya?"
"Sekarang telah senja. Sebentar lagi tentu malam
akan tiba. Bagaimana jika kita mencari tempat istirahat?"
usul Rangga. "Di dalam hutan belantara seperti ini mana ada
rumah" Apakah kita harus bermalam di atas pohon?"
sindir Dewi Mawar Selatan.
"Tidak jauh dari sini, ada sebuah sungai. Kita
membuat api unggun dan menangkap ikan. Apakah kau
tidak lapar, Dewi?" tukas Rangga pelan.
"Sebenarnya aku sudah sangat lapar. Bagaimana kalau
aku yang menangkap ikannya, sedangkan kau mencari
kayu bakar!" saran gadis berbaju putih yang ternyata
secara diam-diam menaruh perhatian khusus pada
pemuda tampan yang menyertainya.
"Baiklah..!" jawab Rangga singkat
Senja ini mereka mulai disibukkan tugas masingmasing. Tidak lama, mereka sudah berkumpul kembali di
pinggiran sungai. Pendekar Rajawali Sakti segera
membuat api unggun, sedangkan Dewi Mawar Selatan
sambil membersihkan beberapa ekor ikan besar, secara
diam-diam sering mencuri pandang pada Rangga.
Tampaknya, Rangga memang tidak menyadari kalau
gadis itu mulai menaruh perhatian pada dirinya. Memang
patut diakui bahwa gadis itu cantik. Namun, pikirannya
selalu. tertuju pada kekasihnya, Pandan Wangi.
"Api sudah siap. Sebaiknya, ikan-ikan itu kita bakar
sekarang!" usul Rangga.
Dewi Mawar Selatan segera menyetujui. Rangga
kagum juga melihat hasil tangkapan Dewi Mawar Selatan
yang besar-besar.
''Bagaimana kau bisa menangkap ikan sebesar besar
ini?" puji Pendekar Rajawali Sakti.
"Ah.. Kau jangan mengolokku, Rangga. Orang bodoh
juga bisa menangkap ikan," sahut Dewi Mawar Selatan
tersipu. "Tapi tidak sebesar ini," sergah Rangga.
Gadis ini tersenyum. Bau wangi ikan bakar yang mulai
masak menggelitik perut mereka.
"Silakan. Kau bisa mencicipi, bagaimana enaknya ikan
jurung ini," ucap Dewi Mawar Selatan sambil
menyerahkan seekor ikan yang telah matang.
Tanpa ragu-ragu, Pendekar Rajawali Sakti menerimanya. Langsung dilahapnya ikan panggang yang
diberikan Dewi Mawar Selatan. Tidak lupa, gadis itu juga
memberikan sekendi tuak wangi pada Rangga. Maka
acara makan di senja ini jadi semakin nikmat.
"Kau masih lapar?" tanya Dewi Mawar Selatan penuh
perhatian. "Kurasa cukup kenyang. Ada apa rupanya?" Rangga
balik bertanya.
"Kalau mau, masih ada satu ekor lagi."
"Biarkan saja untuk besok pagi. Kita harus membuat
tempat beristirahat yang baik," ujar Rangga mengingatkan. Rangga dan Dewi Mawar Selatan selanjutnya
membuat tempat bermalam darurat. Jarak di antara
mereka tidak berjauhan. Namun itu memang keinginan
Dewi Mawar Selatan sendiri agar bisa saling menjaga.
Malam mulai merayap menyelimuti alam sekitarnya.
Bulan malu-malu menampakkan diri di langit. Rangga
merebahkan badannya Sedangkan Dewi Mawar Selatan
tetap duduk menghangatkan diri di sebelah api unggun.
"Kau tidak tidur?" tanya Rangga sambil berusaha
memejamkan matanya.
"Aku belum mengantuk. Malam ini begitu indah.
Tidakkah kau ingin melihat keindahan bulan purnama?"
"Aku sudah mengantuk Besok kita harus berangkat
pagi-pagi sekali," sahut Rangga.
"Yah.! Dan aku selalu ingin cepat-cepat membunuh
musuh orangtuaku. Sebenarnya, aku ingin menanyakan
sesuatu padamu. Tapi..."
Dewi Mawar Selatan tidak melanjutkan kata-katanya.
Kalau Rangga duduk di sampingnya, tentu dapat
melihat betapa wajah Dewi Mawar Selatan bersemu
merah. "Kenapa?"
"Eeeh..., tidak apa-apa. Sebaiknya kau tidurlah.
Sebentar lagi aku juga segera tidur," ujar gadis ini
dengan suara tergagap.
Rangga pun seperti dininabobokan. Tidak sampai
setengah penanakan nasi, dia sudah terlelap dibuai
mimpi. Cukup lama Dewi Mawar Selatan memperhatikan
pemuda itu selagi tidur. Semakin lama memandanginya,
maka hatinya pun bergetar. Kemudian tubuhnya
direbahkan di samping Rangga.
Untuk pertama kalinya dia merasakan sebuah
kedamaian yang begitu abadi..
-0o-dwkz-ray-novo-o0Sinar matahari pagi membias, membuat Rangga
terjaga. Namun Pendekar Rajawali Sakti tidak melihat
Dewi Mawar Selatan ada di sebelahnya. Dicari-carinya
gadis itu. Seketika wajah pemuda itu berubah merah
ketika melihat di atas batu teronggok pakaian Dewi
Mawar Selatan. Sedangkan gadis itu sendiri dalam
keadaan polos tanpa benang sehelai pun tengah
berenang di dalam sungai berair jernih. Begitu jernihnya
air sungai, membuat beberapa bagian terlarang di tubuh
Dewi Mawar Selatan terlihat oleh Rangga. Putih bersih
dan begitu menawan. Namun Rangga buru-buru
mengalihkan perhatiannya ke arah lain,
Setelah puas menyegarkan diri gadis itu segera
berenang ke tepi. Segera pakaiannya dikenakan kembali.
Ketika kepalanya muncul ke belakang batu tampak
Rangga sudah terjaga dari tidurnya.
"Kau tidak membersihkan diri, Rangga?" sapa Dewi
Mawar Selatan. "Tidak merasakah kau, bahwa tempat ini ada yang
mengawasi sejak .tadi?" tukas Rangga.
Dewi Mawar Selatan mengitarkan pandangan ke
sekeliling, namun tidak melihat ada orang lain seperti
yang dikatakan Rangga. Kepalanya menggeleng dan
bermaksud mengatakan sesuatu. Belum sempat katakatanya terucap, tiba-tiba dari arah utara berkelebat
sebuah bayangan hitam ke arah mereka. Sebentar saja di
depan Rangga dan Dewi Mawar Selatan telah berdiri
seorang laki-laki berpakaian serba hitam.
Dewi Mawar Selatan yang memang pernah menyelidiki
musuh-musuhnya, langsung mengenali laki-laki tambun
berpakaian serba hitam ini. Dia tidak lain dari Datuk
Panglima Hitam!
"He he he...! Melihat ciri-cirimu, aku tahu kau adalah


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang suka mengadu domba sesama datuk, hingga
sekarang ini hanya tinggal aku saja yang bercokol di
muka bumi ini. Kau cantik. Tapi setelah kulihat dalam
keadaan polos, ternyata lebih cantik. Aku bersedia
mengampuni kesalahanmu, asal saja kau bersedia
menjadi istriku! " kata Datuk Panglima Hitam, sesumbar.
Ucapan laki-laki tambun yang menjurus pada hal-hal
menyimpang dan terkesan meremehkan Rangga, telah
membuat Dewi Mawar Selatan menjadi berang.
"Bicaramu kotor! Dan kau jangan mimpi dapat
bersikap kurang ajar padaku. Ingatkah kau atas kematian
seorang perempuan bernama Indriati dua puluh tahun
yang lalu?" dengus Dewi Mawar Selatan.
''Heh..."!'' desis Datuk Panglima Hitam. Tampaknya,
datuk ini terkejut mendengar ucapan Dewi Mawar
Selatan. Matanya memandangi gadis di depannya seakan
tidak percaya. Lalu tatapannya beralih pada Pendekar
Rajawali Sakti.
"Kau siapa, Anak Muda?" tanya Datuk Panglima Hitam.
"Aku hanya seorang pengembara yang akan
membantu gadis ini dalam menghadapi orang telengas
sepertimu..." sahut Rangga dingin.
"Ciiihh, manusia busuk! Dulu kau memperkosa Ibuku!
Dan saudaramu yang bernama Datuk Gadang telah
membunuhnya. Kalian berdua memang pantas dirajam
sampai mati!" teriak Dewi Mawar Selatan dengan amarah
membludak. "Datuk Gadang telah mampus di tanganku. Sudah
kukatakan hanya tinggal aku saja orang yang bergelar
datuk. Maka sudilah kau menjadi istriku, untuk
menggantikan ibumu. Sedangkan urusan pemuda ini,
biar menjadi tugas utamaku! " kata Datuk Panglima
Hitam, meremehkan.
"Kau boleh bicara apa
saja. Tapi agaknya,
keinginanmu itu hanya tinggal impian saja!" sambar
Rangga. "Aku tidak bermulut besar. Jika kalian tidak percaya,
rasakanlah sambutanku ini ! Hiyaaa...!" teriak Datuk
Panglima Hitam seraya menghentakkan tangannya ke
dua arah sekaligus.
Rupanya datuk ini bermaksud melakukan dua
serangan jarak jauh. Namun secara hampir bersamaan,
baik Rangga maupun Dewi Mawar Selatan segera
melompat ke atas. Sehingga, serangan itu tak menemui
sasaran. "Biarkan aku yang menghadapi bangsat hitam yang
telah memperkosa ibuku ini, Rangga!" teriak Dewi Mawar
Selatan sambil menerjang Datuk Panglima Hitam.
Dan Rangga pun segera menyingkir secepatnya.
Sementara matanya terus memperhatikan jalannya
pertarungan sambil bersikap waspada. Dia harus segera
membantu, bila gadis itu membutuhkan pertolongan.
-0o-dwkz-ray-novo-o0Tanpa memberi kesempatan barang sedikit pun, Dewi
Mawar Selatan langsung menyerang Datuk Panglima
Hitam mempergunakan jurus 'Saat-Saat Penyesalan
Tiba'. Tentu saja mendapat serangan gencar ini, Datuk
Panglima Hitam tidak tinggal diam. Tubuhnya berkelebat
lenyap, menghindari serangan. sebentar saja, pertarungan telah berlangsung seru dan seimbang.
Apalagi, Datuk Panglima Hitam telah mempergunakan
jurus 'Harimau Kehilangan Anak' suatu jurus dari
rangkaian jurus 'Harimau' ' yang dimilikinya. Di lain
waktu. laki-laki berbaju serba hitam itu membalas
serangan dengan totokan-totokan maut yang berbahaya.
Dewi Mawar Selatan berkelit ke samping, lalu membalas
serangan bila ada kesempatan.
"Ciaaat..!"
"Uts!"
Tendangan kaki Datuk Panglima Hitam mendadak
terjulur ke punggung. Tapi, gadis ini segera memutar
langkah ke samping: Tubuhnya langsung berputar,
sedangkan kedua tangannya menyilang menangkis
tendangan. Benturan keras pun tidak dapat dihindari lagi.
Plak! Dewi Mawar Selatan sempat terhuyung akibat
benturan tenaga dalam tadi, namun cepat menguasai
keseimbangan. Sedangkan Datuk Panglima Hitam hanya
menyeringai, walau patut diakui bagian kakinya tampak
benjol setelah membentur tangan gadis itu.
Tanpa menghiraukan sakit pada bagian tangannya,
Dewi Mawar Selatan segera meraih bumbung tuak. Dan
begitu ada kesempatan diteguknya tuak lalu disemburkan
ke arah Datuk Panglima Hitam.
"Fruhhh...!"
Tuak yang disemburkan Dewi Mawar Selatan langsung
meluncur deras. Namun Datuk Panglima Hitam
mengibaskan bajunya, untuk menghalau semburan tuak
Tetapi... Ces! Ces! Ces! "Heh.,,"!"
Pakaian Datuk Panglima Hitam yang dipergunakan
untuk menangkis hancur terhantam semburan tuak Lakilaki itu terkejut Sungguh tidak pernah disangka tuak itu
sangat berbahaya. Saat itu juga dia melompat mundur.
"Hebat! Rupanya senjata rahasiamu sangat berbahaya, Gadis Cantik" Tapi kau jangan bangga dulu.
Hiyaaa...!"
Dengan teriakan menggelegar, Datuk Panglima Hitam
segera merubah jurusnya. Dan dengan mengandalkan
jurus 'Harimau Mencabik Mangsa', dia siap melepas
serangan. Kedua tangannya telah terpentang lebar. Kuku
tangannya mencuat ke luar
"Hiih..!"
Begitu' tubuh datuk itu melesat, kuku-kukunya
langsung mencabik ke delapan penjuru.
Serangan langkah seperti ini memang sulit dihindari.
Maka Dewi Mawar Selatan pun mengambil jangkar yang
tersampir di punggung. Begitu talinya digerakkan ke
depan, maka mata jangkar yang sebesar lengan bergerak
liar. Menusuk, mematuk, bahkan menderu ke bagianbagian yang cukup berbahaya.
Melihat serangan mata jangkar dan bumbung tuak
yang susul menyusul ini, Datuk Panglima Hitam tak
punya kesempatan untuk menerobos pertahanan Dewi
Mawar Selatan. Apalagi mengingat mata jangkar selalu
mengincar mata, tenggorokkan, serta punggungnya!
-0o-dwkz-ray-novo-o07 Sampai tiga puluh jurus, Datuk Panglima Hitam
merasa masih belum mampu mendesak Dewi Mawar
Selatan. Apalagi, sempat melukainya. Maka dia merasa
perlu melakukan sesuatu. Namun belum sempat
bertindak, mata jangkar gadis itu telah menyambar ke
arah punggungnya.
Wuuk! Cep! Untung Datuk Panglima Hitam sempat memajukan
tubuhnya sedikit, sehingga, mata jangkar sebesar lengan
hanya menembus baju. Namun begitu Dewi Mawar
Selatan cepat menyentakkan ke udara. Bukan main besar
tenaga dalam yang dimilikinya, terbukti tubuh laki-laki
tambun itu terangkat dan ikut berputar-putar sesuai
gerakan tali di tangan Dewi Mawar Selatan.
Diputar begitu rupa, kiranya kepala Datuk Panglima
Hitam menjadi pusing. Untuk itu, dia harus melepaskan
pakaiannya. Set! Set! "HUUP..!"
Datuk Panglima Hitam meluncur ke bawah dalam
keadaan tanpa baju. Begitu marahnya, hingga cepat
mencabut Cula Kematian. senjata berwarna putih
mengkilat ini langsung dihentakkannya ke depan seiring
luncuran tubuhnya ke arah Dewi Mawar Selatan.
Dalam jarak yang cukup dekat itu mustahil Dewi
Mawar Selatan dapat mempergunakan jangkarnya.
Seketika dituangkannya isi bumbung ke mulutnya. Dan....
Gluk! Gluk! Gluuukk!
"Fruhhh...!"
Tuak itu pun meluncur dari mulut Dewi Mawar
Selatan. Sementara, Datuk Panglima Hitam segera
menangkis dengan sabetan senjatanya.
Tes! Tes! Tangkisan itu berhasil mematahkan serangan Dewi
Mawar Selatan, sementara Cula Kematian terus
meluncur. Sedapat mungkin gadis itu segera berkelit
dengan membuang tubuh ke kanan. Namun....
Cresss! "Aukhh!"
Dewi Mawar Selatan menjerit tertahan ketika ujung
Cula Kematian sempat menggores bahunya. Tubuhnya
terhuyung-huyung, kemudian roboh tidak sadarkan diri.
Melihat kejadian ini, Rangga langsung menghampiri
Dewi Mawar Selatan. Segera ditotoknya urat-urat besar
di sekitar luka-luka gadis itu. Kemudian dimasukkannya
beberapa butir obat pulung berwarna hitam, kuning, dan
merah ke mulutnya.
Pendekar Rajawali Sakti tahu senjata cula itu
mengandung racun jahat. Maka dia segera memberikan
obat pemunah racun. Setelah membawa gadis itu ke
tempat yang aman. Rangga menghampiri Datuk
Panglima Hitam yang tetap berdiri tegak di tempat
semula. "Selain senjatamu yang mematikan itu, kudengar kau
mempunyai ilmu 'Cindaku'?" tanya Rangga dingin.
"Banyak mulut! Aku harus mendapatkan gadis itu.
Maka kau harus kubunuh terlebih dulu!" geram Datuk
Panglima Hitam. "Hiaaa...!"
Wuuttt! Datuk Panglima Hitam melompat ke depan sambil
dorongkan tangan kanan. Sementara Rangga cepat
berputar seraya menyambut dengan siku kiri.
Duk! Masing-masing terhuyung mundur sejauh tiga langkah. Namun Datuk Panglima Hitam yang sudah tidak
sabar mengakhiri perlawanan segera menerjang kembali
mempergunakan jurus 'Harimau Merobek Mangsa'.
"Hiyaaa...!"
Diiringi teriakan keras menggelegar, Datuk Panglima
Hitam meluruk deras dengan jemarinya berkuku runcing
siap menerkam "Hup!"
Pendekar Rajawali Sakti telah melenting ke udara.
Saat tubuhnya meluncur deras ke bawah kakinya
mengibas ke bagian kepala dalam jurus 'Rajawali
Menukik Menyambar Mangsa'. Begitu cepat gerakannya,
sehingga.... Duk! Tidak dapat dihindari lagi, tendangan Pendekar
Rajawali Sakti menghantam kepala Datuk Panglima
Hitam. Tapi anehnya, kepala itu tidak hancur dan hanya
membuat Datuk Panglima Hitam terpelanting.
Secepat kilat laki-laki bertubuh tambun ini bangkit
berdiri. Bibirnya yang meneteskan darah tampak komatkamit. Lalu....
"Graung...!"
Dan Datuk Panglima Hitam segera berjumpalitan.
Tujuh kali dia melakukan gerakan seperti itu. Dan begitu
menjejakkan kakinya, tubuhnya telah berubah menjadi
seekor harimau siluman yang berbulu hitam.
"Auummm...!"
Harimau itu mengaum keras sambil menerkam Rangga
dengan satu loncatan cepat yang terarah pada bagian
dada dan tengkuk.
Pendekar Rajawali Sakti terpaksa mengerahkan Jurus
'Sembilan Langkah Ajaib'. Langkahnya menggeser ke
kanan dan ke kiri. Atau, terkadang bergerak ke belakang.
Sedangkan tubuhnya terus meliuk-liuk. Sehingga tak satu
serangan pun yang mengenai sasaran.
Rupanya harimau jejadian itu menjadi marah, karena
serangannya selalu gagal. Dan seketika serangannya
ditingkatkan, membuat Pendekar Rajawali Sakti jadi
terdesak. Merasa tidak punya pilihan lain lagi, Rangga tiba-tiba
meraih gagang pedangnya,
Sring! Bet! Bet! Begitu tercabut, tampak sinar biru berkilau memancar
dari mata pedang. Dan saat itu juga, dikibaskannya ke
arah harimau berwarna hitam.
"Grauung...J"
Harimau jejadian ini langsung melompat mundur.
Agaknya hatinya mulai gentar melihat pamor pedang
yang begitu dahsyat.
"Hiyaaa...!"
Pendekar Rajawali Sakti tak memberi kesempatan lagi.


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu menerjang pedangnya bergerak menebas dengan
kecepatan dahsyat. Sementara makhluk jejadian ini
agaknya tak mampu mengelak lagi. Akibatnya....
Crasss.. .! "Auuummm...!"
Disertai raungan panjang harimau berbulu hitam ini
pun terbanting ke tanah begitu lehernya tertebas Pedang
Pusaka Rajawali Sakti. Begitu kuat kemampuan harimau
itu. Dia tidak langsung mati, melainkan mengerang-erang
sekarat. -0o-dwkz-ray-novo-o0TIba-tiba sebuah, bayangan putih berkelebat, langsung menghantamkan bumbung bambu ke bagian
kepala harimau jelmaan Datuk Panglima Hitam.
Prak! "Aaa...!"
Harimau jejadian yang telah hampir kembali di wujud
asalnya ini menjerit lemah, kemudian diam tidak
bergerak lagi dengan kepala pecah.
"Dewi?" seru Rangga terkejut, begitu melihat sosok
bayangan putih yang baru saja menghantamkan
bumbung tuaknya pada kepala harimau.
"Dendamku padanya sedalam lautan, Rangga. Kini dia
telah mati. Aku hanya tinggal mencari orang yang telah
membunuh ayahku!" desis Dewi Mawar Selatan.
"Kalau begitu kita harus mencari Penyair Gila. Sebab,
hanya dialah yang tahu siapa yang telah membunuh
ayahmu!" ajak Rangga.
Baru saja Rangga berkata demikian...
"Orang-orang yang membuat angkara murka telah
berangkat ke neraka. Kini, seorang anak sedang bingung
karena tidak tahu pada siapa harus bertanya. Orang
membunuh atas nama dendam, sampai kapan darah
tidak akan menetes lagi" Sampai penindasan segera
terhenti. Di sini Penyair Gila hanya dapat sedih
sendiri...!"
Baik Rangga maupun Dewi Mawar Selatan tertegun
saat mendengar lantunan bait-bait syair. Mereka
kemudian memandang ke satu arah tempat asal suara
yang tadi terdengar.
"Siapa dia?" tanya Dewi Mawar Selatan pada Rangga.
"Pasti suara Penyair Gila!" tebak Rangga.
Memang benar. Tidak lama kemudian, tampak
seorang kakek berjubah hitam tambal-tambalan tengah
melangkah menghampiri. Kakek berjuluk Penyair Gila
yang tetap membawa tempurung kelapa ini kelihatan
murung. "Kakek Lebai Panyadi! Aku dan Dewi Mawar Selatan
sebenarnya bermaksud mencarimu. Jadi kami merasa
beruntung, karena kau telah datang kemari" sambut
Rangga, ramah. "Kau ingin menanyakan sesuatu yang ada hubungannya dengan hutang darah" Hik hik hik.. Aku
jadi ikut sedih!" sahut Penyair Gila.
"Benar Kek Dewi Mawar Selatan sudah tidak sabar
ingin mencari pembunuh ayahnya," sahut Rangga.
"Tidak cukupkah setelah kematian datuk-datuk itu?"
tanya Penyair Gila muram.
"Semuanya harus tuntas. Aku tidak mungkin dapat
berdiam diri. Aku harus tahu, siapa yang telah
membunuh ayahku!" tandas gadis itu.
"Hu hu hu...! Aku sedih. Sedih sekali. Lebih sedih lagi,
setelah mengetahui garis hidupmu!" rintih Penyair Gila
sambil menangis tersedu-sedu.
"Tidak, Kek. Apa pun masa lalu dan masa yang akan
datang, jika kau memang mengetahuinya, harap sudi
menceritakan segala sesuatunya padaku!"
Penyair Gila terdiam. Ditatapnya wajah Dewi Mawar
Selatan lekat-lekat
"Bukankah kau menyimpan bukti atas kematian
ayahmu?" tanya Penyair Gila.
''Benar,'' sahut gadis itu, singkat
"Apa?" tanya Kakek Lebai Panyadi
"Sebuah tusuk konde terbuat dari emas," jawab Dewi
Mawar Selatan, singkat
"Aku sedih memikirkan hidupku. Tetapi, aku lebih
sedih lagi mengingat nasibmu. Aku tidak dapat
menjelaskannya. Gurumu yang lebih berhak menjelaskan
padamu, siapa yang telah membunuh ayahmu.
Merekalah kunci segala-galanya," jelas Penyair Gila.
Kemudian matanya melirik Rangga.
"Kau temanilah dia menuju Lembah Penyesalan.
Karena, di sana nanti gadis ini akan memperoleh
jawaban dari apa yang diinginkannya."
"Tapi, Kek.... "
"Tidak ada tapi-tapian. Jawaban yang kuberikan
padamu, telah kuanggap cukup. Dan aku tidak
mempunyai apa-apa lagi untuk menjawab pertanyaanmu!" tegas Penyair Gila.
Rangga memberi isyarat pada Dewi Mawar Selatan
agar tidak bertanya-tanya lagi.
"Terima kasih atas penjelasan yang kau berikan, Kek,"
ucap Rangga bersungguh-sungguh.
"Pergilah, Pendekar Rajawali Sakti! Temani dia sampai
mendapatkan apa yang diinginkannya!"
Dewi Mawar Selatan terkejut ketika mendengar
Penyair Gila menyebut julukan Rangga. Bagaimanapun,
gurunya pernah bercerita tentang kehebatan seorang
pendekar tanah Jawa yang berjuluk Pendekar Rajawali
Sakti. Sepak terjangnya menggemparkan dunia persilatan
dan sampai terdengar di tanah Andalas. Tidak pernah
gadis ini menyangka kalau selama beberapa hari
sebenarnya telah berjalan seiring bersama seorang
pendekar besar!
"Mari kita pergi, Dewi!" ajak Rangga sambil menarik
tangan gadis cantik ini.
Dewi Mawar Selatan tidak bisa menolak.
"Kuucapkan terima kasih atas bantuanmu, Kek," ucap
Dewi Mawar Selatan, sebelum meninggalkan Penyair
Gila. "Hik hik hik...! Kau tidak usah berterima kasih Cuma
nanti setelah bertemu pembunuh orangtuamu, kuharap
tidak akan kecewa..."
Ucapan Penyair Gila memang sulit dimengerti baik
oleh Pendekar Rajawali Sakti maupun Dewi Mawar
Selatan. Namun, mereka tidak ingin menunda-nunda
lebih lama lagi. Maka sebentar kemudian mereka telah
pergi meninggalkan tempat itu.
-0o-dwkz-ray-novo-o0"Berhenti..!"
Rangga dan Dewi Mawar Selatan menghentikan
langkah, ketika tiba-tiba di depan menghadang sesosok
tubuh bercadar hitam. Pakaiannya pun hitam Dia berdiri
di tengah jalan dengan angkuh!
"Siapa kau" Dan, mengapa menghadang perjalanan
kami?" tanya Rangga.
Sementara Dewi Mawar Selatan terus meneliti. Melihat
tubuhnya yang ramping, pastilah orang bercadar ini
perempuan, Tapi, mengapa tadi suaranya besar dan
serak seperti laki-laki"
"Siapa aku, kau tidak perlu tahu. Yang jelas, aku
menghendaki nyawamu dan nyawa gadis itu...!" dengus
orang bercadar kasar.
"Enak saja bicara!" sela Dewi Mawar Selatan. "Daerah
ini sudah termasuk wilayah Lembah Penyesalan. Aku
murid Nenek Sekato dan Etek Petako yang tinggal di
lembah itu. Apa hakmu melarang kami menyambangi
guruku sendiri"!" bentak Dewi Mawar Selatan, tidak
senang. "Ha ha ha...! Lembah Penyesalan sejak dulu dan
sekarang adalah daerah kekuasaan kami. Jika kau tetap
nekat juga ingin memasuki daerah itu, maka harus
menyerahkan nyawa!" tegas orang bercadar hitam itu.
Melihat ulah orang bercadar ini, Dewi Mawar Selatan
menjadi tidak sabar. Saat itu juga dia melompat ke
depan. "Kau harus mengatakan siapa dirimu, baru nanti aku
akan mempertimbangkan
apakah pantas untuk mencegah kami !" sentak gadis itu.
"Kau tidak layak tahu siapa diriku!" dengus orang
bercadar itu, tetap bersikeras.
"Kalau begitu, kau memang ingin mampus!"
Tiba-tiba Dewi Mawar Selatan mengibaskan tangannya. Maka gulungan angin berhawa dingin
langsung meluncur deras ke arah sosok bercadar.
Namun orang itu malah mendengus. Bahkan
menjentikkan jari telunjuknya, sehingga serangan Dewi
Mawar Selatan, berantakan di tengah jalan Bukan itu
saja. Sebagian angin itu malah membalik dan membuat
tubuh Dewi Mawar Selatan bergetar
Gadis ini rupanya menjadi sangat penasaran melihat
orang bercadar bukan saja mampu menangkis pukulan
jarak jauhnya, tapi juga dapat mengembalikannya.
Gluk! Gluk! Glukk!
Dewi Mawar Selatan meneguk tuaknya. Tanpa
memberi kesempatan lagi, tuak di mulutnya langsung
disemburkan. "Fruuhhh...! "
Luncuran tuak yang dapat menghancurkan wajah itu
melesat ke bagian perut. Namun sejengkal lagi tuak itu
menghantam, orang bercadar ini cepat menghembuskan
napasnya kuat-kuat melalui mulut
"Puuhhh.. .!"
Semburan tuak Dewi Mawar Selatan jadi melenceng,
lalu menghantam sebatang pohon di samping mereka
hingga berlubang-lubang. Dapat dibayangkan,. betapa
hebatnya serangan gadis itu.
Hanya saja setelah menghadapi orang bercadar ini
serangan Dewi Mawar Selatan seakan tidak mempunyai
arti apa-apa. "Menyingkirlah, Dewi Mawar Selatan. Biarkan aku yang
akan menghadapi orang ini, " ujar Rangga sambil
melangkah maju ke depan.
Dewi Mawar Selatan dengan patuh segera menuruti
apa yang dikatakan Pendekar Rajawali Sakti. Dan Rangga
sendiri kemudian berhadapan dengan sosok bercadar.
-0o-dwkz-ray-novo-o0"Kau tetap tidak mau mengatakan siapa dirimu?"
tanya Rangga, dingin.
Pertanyaan Pendekar Rajawali Sakti tampaknya tidak
akan pernah terjawab selamanya. Karena, orang
bercadar itu malah menyerangnya.
"Heaaa...!"
Tanpa memberi kesempatan barang sedikit pun, orang
ini terus .menerjang Pendekar Rajawali Sakti dengan
jurus ampuhnya.
Melihat serangan yang begitu ganas, Rangga langsung
mengerahkan jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali
Sakti' yang digabung-gabungkan. Gerakannya pun begitu
cepat Bahkan hampir sering mungkin Rangga merubah
jurus-jurus silatnya. Dalam waktu singkat orang bercadar
hitam ini dibuat pontang-panting.
Akan tetapi rupanya, orang itu cukup cerdik 'juga.
Sambil melompat mundur, kedua tangannya digosokgosokkan. Dan begitu dari sela-sela jemari tangannya
mengeluarkan kabut tipis, seketika dua tangannya diadu
satu sama lainnya.
"Hiyaaa.. .!" teriak orang bercadar ini seraya
mengerahkan jurus aji 'Brajamusti'.
Wuusssu .! Seleret sinar redup yang keluar dari telapak tangan
orang bercadar itu langsung menghantam begitu cepat
tanpa bisa dihindari Pendekar Rajawali Sakti. Hingga..,
Glarr...! Terdengar sebuah ledakan dahsyat, seiring jatuhnya
Rangga ke tanah. Untung saja saat itu Pendekar Rajawali
Sakti mengerahkan tenaga dalam tinggi, sehingga tidak
terluka dalam. Melihat Pendekar Rajawali Sakti jatuh, Dewi Mawar
Selatan segera menyerbu ke depan.
"Gerakan silatmu seperti kukenal. Kau tidak mungkin
dapat mencapai niat busukmu!" desis Dewi Mawar
Selatan. Gadis berambut panjang ini kemudian mengambil
beberapa kuntum bunga mawar dari balik pakaiannya.
Secepat kilat, tiga buah kuntum bunga mawar dikibaskan
ke depan. "Hmm..."
Orang bercadar menggumam tidak Jelas. Tiba-tiba


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya melenting ke udara dengan tangan terjulur
menghalau serangan senjata rahasia gadis itu.
Prasss! Tiga kuntum bunga mawar kontan tersapu hancur.
Tentu saja hal ini membuat Dewi Mawar Selatan
tercengang. Karena, belum pernah ada seorang pun
yang mampu menghancurkan serangan senjata rahasianya hanya sekali gebrak.
Sementara itu, Rangga yang mempunyai kesempatan
cukup banyak segera menghimpun tenaga dalam. Akibat
pukulan yang dilepaskan orang itu tadi, peredaran
darahnya jadi kacau.
-0o-dwkz-ray-novo-o08 Dewi Mawar Selatan sedapatnya berusaha mendesak
orang bercadar. Namun hingga sejauh itu, tampaknya
lawannya memiliki kepandaian dua tingkat di atasnya.
Lagi pula, jurus-jurus yang dipergunakan orang bercadar
sangat mirip dengan jurus-jurus yang dimilikinya! Dan
belum hilang keheranannya. TIba-tiba orang bercadar itu
menerjang. "Hiyaaa...!"
Dewi Mawar Selatan yang sudah sangat geram sedikit
pun tidak gentar. Dalam waktu bersamaan pula, dia
menerjang. Kedua tangannya yang telah teraliri tenaga
dalam dikibaskan ke arah luncuran tangan orang
bercadar. Sedangkan kakinya secara diam-diam menghantam ke perut. Maka...
Duk! Buk! "Hugkh...!"
Benturan keras terjadi baik Dewi Mawar Selatan
maupun orang bercadar sama-sama terjengkang. Ketika
gadis itu hendak bangkit lagi tiba-tiba sesuatu di dalam
perutnya telah mendorong keluar. Lalu...
"Hoegkh...!"
Darah segar mengucur dari mulut Dewi Mawar
Selatan, Rangga yang melihat kejadian ini segera sadar
kalau tenaga dalam yang dimiliki orang bercadar ternyata
tiga tingkat berada di atas gadis itu.
Saat orang bercadar bermaksud menyudahi pertarungan, di saat itulah Rangga menghentakkan
kedua tangannya ke depan.
"Hiyaaan.!" teriak Rangga seraya mengeluarkan jurus
aji 'Guntur Geni'.
Saat itu juga meluruk sinar merah dengan angin panas
ke arah orang bercadar. Begitu cepatnya luncuran
serangan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga lawannya
tidak sempat lagi menghindar. Maka....
Glarr! Orang bercadar kontan terjengkang. Sebagian pakaiannya hangus, namun cadarnya yang terbuat dari
kulit tetap utuh. Rangga sendiri merasa dadanya sesak
bukan main. "Gila! Orang ini ternyata memiliki daya tahan tubuh
luar biasa!" desis Rangga.
"Kau tidak mungkin dapat membunuhku, Pendekar
Rajawali Sakti. Hik hik hik..!" Kata orang bercadar disertai
tawa mengikik Melihat kenyataan ini, Rangga sendiri waspada.
Apalagi orang bercadar itu telah bangkit kembali, seakan
tidak pernah terjadi apa-apa.
"Hiaaat...!"
Disertai teriakan keras, orang bercadar telah
mendahului melakukan serangan. Bahkan telah pula
mencabut sebuah tongkat berwarna hitam yang bagian
ujungnya terdapat sebuah mata pisau berwarna hitam
mengkilat. Trek! Trek! Senjata itu berputar, lalu meluncur deras ke seluruh
penjuru arah mengancam delapan jalan darah di tubuh
Rangga. Pemuda berbaju rompi putih ini cepat mempergunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' untuk
menghindari serangan. Tubuhnya lantas berputar, lalu
meliuk-liuk Sehingga tak satu serangan pun mendarat di
tubuhnya. Namun semakin lama serangan-serangan orang
bercadar semakin cepat dan sangat berbahaya. Bahkan
tanpa terduga-duga....
Bret! "Aaakh...!"
Ujung pisau di tangan orang bercadar membeset kulit
Rangga, menimbulkan luka memanjang dan mengucurkan darah. Untung Rangga sempat melompat
ke belakang. Sekarang bisa disadari, betapa akan
semakin berbahayanya jika dia tidak cepat mengambil
tindakan tegas.
"Sebentar lagi kau pasti mampus di tanganku, Anak
Muda!" teriak orang bercadar.
Kejap berikutnya orang ini memutar tongkat berujung
pisau dengan gerakan sedemikian cepat. Begitu cepatnya
serangannya, sehingga tubuhnya bagai terbungkus
kelebatan senjatanya. Lalu...
"Heaaa...!"
Secepat kilat tubuh orang bercadar menerjang, dan
secepat itu pula senjata di tangannya menyodok ke dada
Pendekar Rajawali Sakti.
"Uts...!"
Rangga membuang tubuhnya ke kiri. Tetapi, senjata
itu mendadak membelok dan terus mengejarnya.
Rangga tidak punya pilihan lagi. Dengan gerakan
cepat tangannya bergerak ke punggung. Begitu Pedang
Pusaka Rajawali Sakti tercabut, sinar biru yang
berkelebat dan menimbulkan suara bergemuruh, langsung memapak senjata tongkat bermata pisau.
Tras! "Heh..."!"
Orang bercadar terkejut sekali. Terlebih-lebih setelah
melihat tongkat hitamnya buntung menjadi tiga bagian.
Belum juga hilang rasa terkejutnya, sinar biru berkilau
dari mata pedang Pendekar Rajawali Sakti menerobos.
Crep! "Aaa...!"
Pedang Pendekar Rajawali Sakti langsung menghujam
perut orang bercadar hingga tembus ke punggung
disertai jerit kesakitan. Darah langsung mengucur deras
dari luka menganga di perutnya.
Tepat ketika Rangga mencabut senjatanya, orang
bercadar langsung roboh sambil mengerang-erang.
Kedua tangannya menggapai lemah.
Dewi Mawar Selatan yang merasa penasaran segera
membuka cadar orang ini.
-0o-dwkz-ray-novo-o0"Nenek Sekato..."!"
Sesuatu yang tidak pernah terduga sebelumnya kini
terlihat nyata oleh Dewi Mawar Selatan. Matanya
melotot, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Bagaimana tidak" Karena orang yang baru saja dibunuh
Rangga tidak lain dari Nenek Sekato, gurunya sendiri.
"Mengapa kau lakukan semua ini, Guru"!" tanya Dewi
Mawar Selatan dengan tubuh terguncang dan suara
bergetar. "Oh..! Ajalku sudah hampir tiba. Aku adalah orang
yang menyimpan kebusukan dalam hidupmu ini. Aku dan
juga Etek Petako malu berhadapan dan bertemu
denganmu," desah Nenek Sekato.
Suaranya tersendat-sendat
"Mengapa?" tanya Dewi Mawar Selatan semakin tidak
mengerti. "Karena akulah yang telah membunuh ayahmu!"
Bagai mendengar petir di tengah hari, Dewi Mawar
Selatan tersentak mendengar semua ini.
Sekarang barulah disadari, mengapa Penyair Gila tidak
mau menceritakan padanya, siapa yang telah membunuh
ayahnya. Karena, ternyata pembunuhnya adalah orang
yang begitu dekat dengannya!
Tetapi mengapa dulu gurunya tidak membunuhnya
sekalian" Paling tidak, agar hatinya tidak hancur. Agar
kesedihan tidak melanda jiwanya"
"Kau tega membunuh ayahku, Guru Mengapa kau
malah mendidik anak dari orang-orang yang sangat kau
benci" Mengapa kau tidak membunuhku sekalian pada
waktu itu?" tanya Dewi Mawar Selatan.
"Sebab ak..., aku...!"
Dan suara Nenek Sekato pun putus ketika nyawanya
lepas dari badan.
"Guru...!" seru Dewi Mawar Selatan, merasa serba
salah. "Dia telah memilih jalan yang dianggap baik untuknya.
Sekarang kita mempunyai kesempatan untuk menjumpai
gurumu yang satu lagi. Barangkali dia dapat memberi
jawaban dari seluruh kejadian di masa lalu. Marilah. Kita
merasa tidak perlu membuang-buang waktu!" ajak
Rangga tidak sabar.
"Tetapi mayatnya?" tanya Dewi Mawar Selatan
bingung. "Seburuk-buruknya gurumu dia masih tetap orang
yang telah banyak berjasa dalam hidupmu. Kalau bisa,
nanti kita akan menguburkannya secara layak!" sahut
Rangga. "Baiklah...!" kata Dewi Mawar Selatan.
Kemudian Rangga memanggul jasad guru gadis itu.
Kini kedua muda-mudi itu segera melanjutkan perjalanan
menuju Lembah Penyesalan yang jaraknya sudah tidak
berapa jauh lagi.
-0o-dwkz-ray-novo-o0Pendekar Rajawali Sakti dan Dewi Mawar Selatan
sampai di Lembah Penyesalan yang terasa lebih sunyi
dari hari-hari sebelumnya. Rangga meletakkan jasad
Nenek Sekato atas permintaan Dewi Mawar Selatan di
atas batu besar yang dulu setiap sore selalu
dipergunakan gadis itu untuk duduk dan bertukar pikiran
dengan gurunya.
"Tunggulah di sini, Rangga! Aku akan menjumpai
guruku Etek Petako di dalam rumah itu," ujar Dewi
Mawar Selatan. Tanpa menunggu jawaban, gadis itu langsung
bergegas menuju sebuah pondok sederhana beratap
daun kirai Ketika mengetuk-ngetuk pintu, ternyata tidak
ada jawaban. "Guru...! Aku kembali...! Cepat bukakan pintu!" teriak
gadis itu tidak sabar.
Setelah menunggu sejenak lamanya, namun tidak
terdengar suara apa-apa. Dewi Mawar Selatan merasa
curiga, maka langsung didorong pintu itu.
Begitu pintu terbuka lebar, mata gadis ini kontan
terbelalak "Rangga...!" pekik Dewi Mawar Selatan keras.
Seketika Rangga segera bergegas menghampiri.
Ketika sampai di sana, pemuda ini pun tidak kalah
kagetnya. Tampak sesosok tubuh tergantung seutas tali
yang mencekik lehernya.
"Rupanya dia merasa malu bertemu denganmu Dewi
Mawar Selatan. Sehingga, dia memilih bunuh diri.
Sungguh menggiriskan nasib guru-gurumu!" gumam
Rangga, ikut merasa prihatin.
Rangga segera bergerak cepat melepaskan tali yang
menjerat leher Etek Petaka, dan diturunkannya secara
perlahan. Dewi Mawar Selatan langsung memeluki jenazah
gurunya sambil menangis tersedu-sedu. Tidak banyak
yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti terkecuali
menghiburnya. Dan tiba-tiba Rangga segera melihat selembar kulit
kambing hutan tergeletak di atas meja. Merasa
penasaran, langsung dihampirinya.
"Ada pesan, Dewi!" ujar Rangga.
Dewi Mawar Selatan yang sedang dilanda duka
langsung menoleh.
"Tolong baca!" ujar gadis ini.


Pendekar Rajawali Sakti 197 Dewi Mawar Selatan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebaiknya kau saja yang membacanya. Karena, ini
menyangkut masalah pribadimu!" saran Rangga, seraya
menyerahkan kulit kambing itu pada Dewi Mawar
Selatan. Dewi Mawar Selatan segera membaca. Dan tulisan itu
tampaknya dibuat tergesa-gesa.
"Dewi muridku,
Jika surat ini sampai di tanganmu, berarti aku telah
berada di dunia lain. Maafkan gurumu yang terkesan
bertindak bodoh. Terus terang, apa yang telah kami
lakukan padamu rasanya masih belum dapat menghapus
dosa-dosa kami di masa lalu. Karena tindakan kami yang
membabi-buta waktu itu, telah membuat ayahmu
meninggal. Kami baru sadar melakukan dosa besar, setelah
mendengar tangismu waktu bayi. Aku dan Nenek Sekato
akhirnya memutuskan untuk menjagamu hingga dewasa.
Tusuk konde itu adalah milikku sendiri. Berarti, akulah
yang paling bertanggung jawab atas kepergian ayahmu.
Setelah kau pergi, aku selalu merasa dikejar-kejar dosa.
Itulah sebabnya, aku merasa malu. Terlebih-lebih, pada
diriku sendiri.
Dulu, aku telah menghancurkan wajahku karena
penyesalan itu. Tetapi itu tidak bisa memupus rasa
bersalah di hati ini. Dewi..., sampai akhir hayatku aku
tetap menyayangimu. Tetapi, aku merasa tidak pantas
bertemu lagi denganmu. Setelah kami semua tiada,
tetaplah tinggal di lembah ini. Kenang-kenanglah
keburukan kami...! Semoga kau sudi memberi maaf
padaku dan juga Nenek Sekato.
Tertanda, Etek Petako"
Dewi Mawar Selatan semakin terisak-isak setelah
membaca surat terakhir yang ditinggalkan gurunya.
Entah bagaimana perasaannya saat ini. Walau bagaimanapun, kedua gurunya telah mendidik dan
membesarkannya. Meskipun, mereka adalah orang-orang
yang telah menyebabkan kematian ayahnya.
Sementara itu di luar sepengetahuan Dewi Mawar
Selatan, Rangga sempat mendengar suara aneh di luar
pondok Segera Pendekar Rajawali Sakti melesat keluar.
Sampai di halaman pondok yang dipenuhi batu-batu,
pemuda ini melihat seorang laki-laki berambut lurus dan
berbadan kurus kering tengah mencabik-cabik mayat
Nenek Sekato. "Hei.."! Apa yang kau lakukan..?" teriak Rangga keras.
Laki-laki tua berbadan kurus kering bertelanjang dada
ini berpaling. Lalu bibirnya mengembangkan senyum
dingin. "Bukankah ini Lembah Penyesalan?" laki-laki itu malah
balik bertanya dengan nada ketus.
"Tidak salah!" jawab Rangga, singkat
"Ha ha ha...! Aku tahu mayat ini adalah mayat guru
Dewi Mawar Selatan. Dia telah mengadu domba sesama
datuk Sehingga, muridku Prabangkara tewas di tangan
Datuk Merah, karena ulah gadis itu. Sekarang, serahkan
bocah baju putih itu! Dia harus menerima hukuman
karena kesalahannya!" tandas laki-laki kurus ini tegas.
"Tidak bisa! Dia sedang berkabung. Kalau ada apaapa, cukup aku yang mewakilinya!" sahut Rangga, tegas
pula. "Ho ho ho...! Terhadap Dura Seta, kau jangan mainmain! Aku bisa mengorek jantungmu dan memakan
otakmu!" ancam laki-laki ini marah.
"Jangan terlalu mengumbar dendam, Kisanak Bisabisa, kau yang malah celaka!" kata Rangga, menantang
secara halus. Mendapat tantangan seperti itu, laki-laki bernama
Dura Seta jelas semakin kalap. Tiba-tiba tangannya
dikibaskan. Seketika serangkum angin panas meluncur
deras ke arah Pendekar Rajawali Sakti
Namun, Rangga segera bergerak menghindar dengan
melompat ke atas.
Blam! Tidak ampun lagi, serangan itu mengenai batu di
belakang Rangga hingga hancur berkeping-keping. Dan
laki-laki berangasan ini pun jadi penasaran dibuatnya.
"Hiyaaah.!" teriak Dura Seta seraya mengerahkan
pukulan 'Segera Wisa'.
Kedua tangan guru dari Prabangkara itu tiba-tiba
mengibas ke depan. Maka seleret sinar berwarna merah,
kuning, dan hitam menderu cepat melabrak Pendekar
Rajawali Sakti disertai bau busuk menyengat
Rangga menyadari, nyawanya dalam keadaan terancam. Maka kedua tangannya langsung menghentak
"Sheaaau.!" teriak Rangga seraya mengerah- kan aji
'Guntur Geni'. Segulung sinar merah berhawa panas langsung
menghadang serangannya. Akibatnya...
Glar! Glarrr...!
"Wuaagkh...!"
Disertai jeritan keras, Rangga terlempar ke belakang.
Sebagian pukulan Dura Seta ternyata masih mampu
menembus papakannya. Dan tanpa ampun lagi,
muntahkan darah kental berwarna hitam.
Rangga segera bangkit seraya menelan obat pulung
berwarna merah dan kuning. Langsung dibuatnya sikap
semadi dikerahkannya hawa murni untuk mengusir luka
dalam yang diderita.
Dura Seta sendiri juga duduk bersila. Rupanya,
benturan tenaga sakti tadi telah membuat bagian dalam
dadanya terguncang. Namun secepat itu pula dia bangkit
berdiri seraya tersenyum dingin.
"Serahkan gadis itu pada ku! Atau, kau hanya akan
membuang nyawa percuma!" dengus laki-laki berangasan ini tidak sabar.
"Jangan kelewat yakin dengan kemampuanmu!" sahut
Rangga enteng. "Gadis itu tidak akan kuserahkan pada
siapa pun."
"Kau benar-benar ingin mencari mati! Hiyaaa...!"
Disertai teriakan keras, Dura Seta menghentakkan
kedua tangannya ke depan. Maka saat itu juga kembali
meluncur sinar kuning keemasan ke arah Pendekar
Rajawali Sakti. Jelas laki-laki ini telah mengerahkan
tenaga dalam paling tinggi Dan berarti, taruhannya
nyawa. Sementara Pendekar Rajawali Sakti yang telah
bangkit, langsung membuat kuda-kuda kokoh. Tangannya membuat beberapa gerakan, dengan tubuh
miring ke kiri dan kanan. Tepat ketika tubuhnya tegak,
telapak tangannya yang sudah diselubungi sinar biru
berkilau sebesar kepala bayi, merangkap di depan dada.
Dan setombak lagi sinar kuning keemasan menghantam tubuhnya, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua tangannya ke depan.
"Heaaa..." teriak Pendekar Rajawali Sakti seraya
mengerahkan aji 'Cakra Buana Sukma'.
Saat itu juga sinar biru berkilau meluncur,
menghadang sinar kuning keemasan. Tidak dapat
dihindari lagi..
Blam! "Aaa...!"
Ledakan dahsyat disertai jeritan keras terdengar. Sinar
biru milik Pendekar Rajawali Sakti langsung menerobos
sinar kuning keemasan, lalu menghantam tubuh Dura
Seta hingga hancur berkeping-keping. Daging dan
tulang-belulangnya berserakan di sekitarnya.
"Sungguh terpaksa aku membuat tubuhmu hancur.
Kau terlalu mendesakku, Kisanak!" kata Rangga
perlahan. Setelah, menghembuskan napas dalam-dalam, Pendekar Rajawali Sakti berbalik Ternyata di depannya
telah berdiri Dewi Mawar Selatan yang memandangi
penuh rasa kagum.
"Kau telah banyak membantuku, Rangga. Aku tidak
tahu, apa yang harus kuberikan sebagai rasa terima
kasih padamu!" ucap Dewi Mawar Selatan dengan suara
bergetar. "Aku hanya membantu sebatas kemampuanku. Aku
merasa senang jika kau telah menemukan dirimu yang
sesungguhnya!" sahut Rangga pelan.
"Maukah kau menemaniku, sampai selesai menguburkan jenazah kedua guruku?" tanya Dewi
Mawar Selatan, penuh harap.
Pendekar Rajawali Sakti mengangguk setuju.
Mereka saling berpandangan sejenak, kemudian samasama berpaling ke arah lain dengan perasaan jengah.
Dalam hati gadis itu berharap, semoga pemuda tampan
berbaju rompi putih ini merasakan seperti apa yang
sedang dirasakannya...
SELESAI Segera terbit: IBLIS PEMENGGAL KEPALA
Kelana Buana 9 Pendekar Mabuk 080 Pusaka Jarum Surga Sejengkal Tanah Sepercik Darah 1

Cari Blog Ini