Sebuah Kota Banyak Cerita Karya Menyingsing90 Bagian 9
Putri : Udah lama ya men& kita gak jalan-jalan naik motor kayak gini& Gue : Iya put&
Kemudian terasa dia menyandarkan wajahnya di punggung gue. Kayaknya dia menikmati banget naik motor malam-malam gini, semoga aja. Sebenarnya gue masih pengen untuk lebih lama dijalanan sama si putri, namun apa boleh buat, kosannya udah deket. Beberapa menit kemudian sampailah kita berdua didepan gerbang kos nya. Dia langsung turun dan membuka helm.
Putri : Makasih ya men& udah dianterin hehehe& gue jadi gak enak nih sama wulan, udah nyulik cowoknya malam-malam gini&
Gue : Hahaha nyantai aja kali put& Putri : Mau mampir dulu gak" Gue : Emang boleh...."
Putri : ya boleh aja sih& lagian yang jaga kos gue orangnya lagi pulang kampung& Gue : Kapan-kapan aja deh put& kalo gue kangen sama ciuman persahabatan elo hehehe& Putri : Dasar lo& ya udah, anterin gue sampai ke depan kamar yak hehehe& Gue : Iyo dindo&
Gue langsung naik ke kamar putri yang ada dilantai dua, sebenarnya agak gak enak juga sih masuk ke kos cewek menjelang subuh gini, tapi apa boleh buat mumpung gak ada yang liat. Putri langsung membuka kamarnya dan menyalakan lampu. Dia berdiri didepan pintu sambil ngeliatin gue.
Gue : Udah kan?" Udah gue anter sampe depan pintu& Putri : Iyo bang& makasih ya&
Gue : Ya udah kalo gitu gue pulang dulu put&
Putri : yakin mau langsung pulang tampa ciuman persahabatan dari gue" Hehehe& Gue : Oke deh&
Biasanya si putri yang selalu ngasih gue ciuman kalau nganterin dia, kali ini gue beranikan untuk lebih dulu nyium pipi kanannya dan keningnya. Awalnya dia keliatan agak kaget, namun dia Cuma diam aja dan kemudian tersenyum manis.
Putri : Tumben nih& berani nyosor duluan hahaha& Gue : Bodo amat&
Putri : Ya udah pulang sana& kasian si wulan, kalo tau cowoknya nyium cewek lain malam-malam gini& Gue : Udah ah& jangan bawa-bawa wulan& Ya udah gue balik dulu ya&
Putri : Iya bang& hati-hati, jangan ngebut&
Gue : iyo put& Kemudian gue langsung turun ke lantai bawah, pas sebelum pintu keluar gue lihat sebentar ke arah kamarnya, dia masih berdiri didepan pintu kemudian tersenyum sambil melambaikan tangannya. Langsung gue nyalakan motor dan pulang kerumah. Jam setengah lima subuh gue baru sampai didepan gerbang komplek, gue lihat ada mas dibyo yang lagi asik nonton bola. Ngeliat gue datang, dia langsung bergegas bukain gerbang. Dan gue kasih beberapa bungkus kopi dan gula yang sempat gue beli dijalan pulang dari kos putri.
Mas dibyo : Wah& makasih banget mas emen& dibeliin kopi terus& Gue : Hahaha nyantai aja mas&
Mas dibyo : Aku kalo ngeliat mas emen pulang subuh kayak gini sambil bawa cemilan jadi inget sama alm mbak siska mas& dulu kalo mas berdua pulang malem pasti selalu dibawain kayak gini& sampai-sampai capek ngabisinnya hahaha&
Gue : Hahaha iya mas& anggap aja ini dapat salam dari siska& Mas dibyo : Iya mas& makasih banyak yo, buat mbak siska juga& Gue : Iya mas& ya udah aku masuk dulu ya&
Mas dibyo : Monggo mas&
Azan subuh berkumandang saat gue masukin motor ke rumah. Langsung masuk ke kamar mandi wudhu dan sholat subuh. Selesai sholat didalam kamar gue buka lemari dan ambil diarynya siska. Mungkin gara-gara mas dibyo tadi langsung bikin gue ingat sama diary siska yang belum sempat gue baca. Gue duduk di meja belajar sambil membuka satu per satu lembar diarynya. Jadi senyum-senyum sendiri disana ada foto kita berdua lagi narsis gak jelas didepan kamera dan ada juga foto gue lagi pake baju sama celananya siska yang diambil waktu dia nginep di rumah, ada juga foto-foto waktu bakar jagung sama anak-anak kos waktu adik gue icha main ke jogja, sekalin menjadi momen pertama siska main ke rumah gue dan kenal sama anak-anak kos dan icha.
Isinya seperti diary pada umumnya, curahan hati sang penulis. Berawal dari tulisannya yang bercerita tentang awal perkenalan kita berdua yang gak sengaja gara-gara gue kalah main kartu, tentang kemiripan gue dengan abangnya dan juga tentang hari-hari yang kita lalui, sampai ada kata-kata panggilan yang dia buat untuk gue, yaitu mas-mas kaleng bir . Dan dilanjutkan dengan kepergian dia ke Kalimantan, dan menceritakan kisahnya selama disana, alasan mengapa dia sengaja gak ada komunikasi sama gue sampai saat dia memutuskan untuk kembali merajah tubuh mulusnya dengan tinta tatto.
Secara keseluruhan dia lebih banyak cerita tentang hal-hal seru yang kita lewatin berdua, seperti waktu jalanjalan ke jember waktu nikahannya si indra. Namun memasuki halaman terakhir ada sebuah tulisan yang cukup panjang yang ditulis dengan warna tinta yang berbeda. Mungkin rangkuman dari isi diary ini.
*Diary tak bertuan Aku sempat terkejut ketika pertama kali melihatnya, dia sangat mirip dengan mas bastian. Senyumnya, tawanya, cara bicaranya. Meskipun saat itu aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, melihat dan mendengar suara indahnya ketika memainkan gitar, membawakan sebuah lagu.
Akhirnya tuhan mendengar doaku. Aku diberi kesempatan untuk berkenalan dengannya, bahkan dengan cara yang tak terduga. Dia mendatangiku sambil tersenyum manis, meskipun aku tahu ini hanya bentuk kesialan yang dialaminya karena kalah taruhan dia mengajakku berkenalan, namun aku tak peduli, aku senang.
Aku menjadi semakin dekat dengannya. Aku merasa berarti ketika dia mengenalkanku dengan temantemannya. Ada banyak hal yang membuatku jatuh cinta kepadanya, meskipun dia tidak pernah secara langsung mengungkapkan rasa sayang kepadaku, namun dari cara dia memperlakukanku itu sudah cukup membuatku merasa berarti.
Awan gelap menghampiri kisahku dengannya. Sebuah kenyataan pahit harus aku terima, aku harus pergi jauh dari kehidupannya, dari kehidupan seorang yang sangat aku cintai. Aku tidak tega melihat mimpi indahnya hancur hanya karena masalah seperti ini, aku harus pergi. Entah sampai kapan. Berat rasanya harus terpisah dengan orang yang sangat berarti bagi diriku. Mata teduhnya tampak sayu ketika melepaskan kepergianku. Maafkan aku sayang.
Setelah hampir satu tahun, akhirnya aku kembali ke kota yang mempertemukan kita berdua. Awalnya aku sempat berpikir dia pasti sudah melupakanku. Setelah selama ini aku tidak pernah berkomunikasi dengannya. Hanya sebuah jaket yang tersisa, yang dia berikan ketika melepas kepergianku. "Sayang... aku sudah kembali, aku masih mengingat jalan untuk kembali kesini...."
Aku berdiri dihadapannya, terdiam tampa kata, bibirku kelu sekedar untuk menyebut namanya. Dia masih seperti dulu, tatapan wajahnya masih sama ketika dia melepasku pergi. Aku hanya bisa menangis didalam pelukannya. Ada sedikit rasa tenang saat berada didalam pelukannya, awan hitam yang selama ini menghantuiku sedikit demi sedikit mulai hilang.
Awalnya aku sempat ragu untuk menceritakan apa yang sebenarnya menjadi alasanku meninggalkannya selama ini. Namun aku terlalu jahat jika tidak jujur kepadanya, dia berhak untuk tau apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak pernah menyalahkannya dengan apa yang yang sudah menimpaku. Aku melihat air matanya jatuh setelah menceritakan semuanya, namun dia berusaha sekuat tenaga supaya terlihat tegar dihadapanku. Maafkan aku sayang.
Dia memelukku erat dan mencium tatto mungil yang ada dilenganku, kemudian tersenyum. Dia meminta maaf atas apa yang telah menimpaku selama ini. Awalnya aku sempat berpikir dia akan marah besar setelah mendengar semuanya, meskipun aku tahu ini semua adalah kesalahanku. Malam ini aku tertidur didalam pelukannya. Malam terindah didalam hidupku. Karena dia tidak melepaskan dekapannya sampai aku terbangun kembali melihat senyumannya.
Sayang, aku berjanji tidak akan pergi lagi, tidak akan pernah lagi jauh dari sisimu. Semua tingkah laku mu, senyuman mu, pelukanmu, caramu memperlakukan diriku sudah cukup membuatku merasa sebagai manusia paling bahagia saat ini. Tingkah kecilmu yang selalu bisa membuatku tersenyum, meskipun kadang aku tahu dirimu terlihat lelah, namun semangatmu untuk selalu membuatku tersenyum selalu ada. Jangan pernah tinggalkan aku sayang...
Jangan katakan "Pisah" meskipun nanti akan datang suatu saat dimana kita tak mungkin bertemu lagi... Jangan ada kata "Benci" jika suatu saat kita akan saling menyakiti satu sama lain... Jangan ada kata "Lupa" meskipun kenangan indah kita perlahan mulai terhapus oleh waktu...
Tetaplah selalu ada untuk diriku jika suatu saat aku mengabaikanmu... Tetaplah tersenyum jika suatu saat aku menyakitimu... Tetaplah sabar jika waktu memisahkan kita...
Tetaplah hibur diriku dengan tingkahmu meskipun kadang aku mengacuhkanmu... Tetaplah bersinar terang jika aku menjadi kegelapan didalam hidupmu... Tetaplah melangkah bersamaku meskipun kita jauh berbeda...
Ini semua karena aku sangat mencintaimu dan berharap kita akan selalu bersama, sampai mati.... Aku mencintaimu sampai mati....
Jika suatu saat kita masih bersama, aku akan sangat senang kita berdua membaca tulisan ini... ini sengaja aku tulis untuk sekedar mengabadikan semua kenangan kita dalam sebuah tulisan.
Udah dulu ah, gak sabar ntar siang bakal ketemu kamu... semangat kuliahnya ya mas-mas kaleng bir. PS : Ngebirnya dikurangin ya sayang, rokoknya juga...
Part 111 Memiliki kehilangan
Perlahan gue tutup lembaran terakhir diarynya. Sambil memandangi sebentar sebuah foto sang pemilik diary ini yang sedang tersenyum manis seakan sedang tersenyum indah kearah gue. Kemudian gue letakkan dairy tersebut didalam lipatan jaket yang sempat dipakai siska waktu pergi ke Kalimantan. Dan akhirnya gue ketiduran di meja belajar sambil meluk lipatan jaket yang didalamnya ada sebuah diary yang kehilangan penulisnya. Di satu sisi agak miris juga, dairy ini berakhir persis dengan sang pemilik. Selamat tidur sayang.
Gue terbangun saat gue rasakan usapan lembut dirambut gue. Dalam kondisi setengah sadar karena masih ngantuk banget gue sempat berpikir, jangan-jangan mimpi siska lagi. Namun pas gue buka mata, ternyata si dimas. Aih, jijay. Ngerti kalau tadi yang ngusap kepala gue adalah dimas, sontak gue langsung bangun dan berdiri.
Dimas : Bwahahaha& .
Gue : Sial lo& main raba-raba aja&
Dimas : Habis elo tidur kayak orang mati sih& . Dari tadi udah dibagunin tika sama wulan gak sadar-sadar& makanya gue turun tangan&
Gue baru sadar, ternyata ada wulan dan tika juga disini. Mereka berdua Cuma ketawa ngeliat gue yang kaget dan langsung bangun gara-gara diraba sama dimas. Setelah seratus persen seger gue baru sadar ternyata dari tadi gue masih meluk jaket jeans yang ada diary siska didalamnya. Dan seperti biasa, si tika dan wulan jadi penasaran sama jaket yang gue pegang.
Tika : Elo kok tidur sambil meluk jaket men"& Wulan : Iya nih& jaket siapa sih"
Kemudian si wulan langsung narik jaket yang ada ditangan gue, dan raut wajahnya langsung berubah setelah merasakan ada sebuah buku didalam lipatan jaket. Sesaat matanya menatap gue tajam dan kemudian melepaskan tangannya perlahan dari jaket, kayaknya dia ngerti yang ada didalam jaket ini adalah diary siska. Dia Cuma tersenyum masem, sambil ngangguk-ngangguk, sementara gue Cuma bisa garuk-garuk kepala. Dimas dan tika yang kayaknya masih bingung berusaha menarik jaket dari tangan gue dan akhirnya lipatan jaket lepas kemudian diarynya siska pun jatuh ke lantai. Secepat kilat langsung gue ambil lagi itu diary dan gue sembunyiin di belakang punggung gue.
Tika : Itu apaan bang?" Dimas : Diary men?"
Gue : Enggak kok& Cuma buku biasa& udah yuk, duduk diluar aja&
Kemudian mereka bertiga langsung keluar dari kamar gue, setelah mereka keluar gue masukkan diarynya siska
ke dalam lemari dan langsung keluar kamar. Gue lihat tika dan dimas keliatan masih penasaran, sementara wulan wajahnya biasa aja, karena gue yakin dia tau kalau tadi itu adalah diarynya siska dan gue sempat janji sama dia buat gak baca dulu diarynya siska, tapi apa boleh buat, udah ketangkap basah sama dia.
Gue : Tumben nih, personel lengkap kesini" Tika : Emang kenapa bang?" Gak boleh ya" Wulan : Kita ganggu tidur elo ya men?"
Dimas : Noh& sampe bini lo jadi gak enak kayak gini men hahaha& Gue : Bukan gitu& ya kaget aja, kalian datang bertiga langsung masuk kamar& Tika : Ya maaf men& abis dipanggil-panggil gak nongol sih& kita masuk paksa, lagian pintu depan gak dikunci&
Dimas : Oh iya& itu tadi buku apaan men" Tika : Lo nulis diary ya bang" Hahaha&
Gue : Hahhaa enggak kok& tadi itu Cuma buku tulis biasa& Wulan : Tapi yang punya luar biasa ya men?"
Denger si kuncir ngomong gitu tika sama dimas jadi makin bingung. Jujur, agak kaget juga kuncir ngomong gitu, apa dia gak suka gue baca diarynya siska, atau mungkin, cemburu". Ah, sudahlah.
Gue : Wes..wes& jangan dibahas itu dulu& mending kita bahas yang lain aja& Tika : Hmmnnn oke&
Dimas : Eh iya men& kita bertiga udah mau maju sidang nih, kalau lancer bulan depan wisudanya& Gue : Wah& serius?"
Tika : Iyaaappp& Gue : Wah& selamat lah ya& gue doain lancer semua sidangnya& Dimas : Aminnn& ..
Wulan : Tinggal elo doang nih& kita bertiga udah, kapan mau diselesain skripsinya" Gue : Hehehe& gue masih sibuk ngulang ini& mungkin kalau udah mood, baru deh bimbingan& Dimas : Yang penting kita udah ngingatin lho men& semua tergantung elo& Gue : Iye gue tau& gue ikut senang kalian sebentar lagi lulus&
Tika : Makasih bang& tapi dari dulu gue pengennya kita itu lulus berempat, trus wisuda bareng, makanmakan bareng, cari kerja bareng& gue pengen sampai kapan pun, kalau perlu sampai tua sekalian kita berempat selalu kayak gini&
Gue : Iya tik& ini kan Cuma wisuda doang, bukan akhir dunia hahaha& geu juga berharap kedepannya kita tetap kayak gini, kalo bisa elo nikah ama dimas dan gue kimpoi ama wulan hahaha& Wulan : Emang berani ngelamar gue?"" Ingat syaratnya harus sarjana lho hahaha& Gue : Gue sekarang udah sarjana kok&
Dimas : Mengkhayal lu&
Gue : Eh& sekarang gini, rata-rata orang ngejar gelar sarjana itu menghabiskan waktu 4-5 tahun, dan kita sekarang udah kuliah hampir lima tahun& kalian bentar lagi bakal dapat ijazah, apa yang kalian lewatin udah gue lewatin juga, kuliah, bolos, presentasi, bikin tugas, baca buku, nulis karya ilmiah, penelitian, KKN& . Secara gak langsung dari segi menganalisa sesuatu dan pola berpikir kita itu satu kasta, karena gue juga kuliah, bedanya Cuma di ijazah dan wisuda doang karena paradigma yang berkembang dimasyarakat kita orang yang punya gelar itu selalu dianggap luar biasa& selain itu gue mungkin terlalu malas untuk sekedar mengerjakan penelitian akhir untuk bikin skripsi yang semakin hari semakin bisa dipertanyakan originalitasnya& apakah itu benar-benar hasil pola pikir sang penulis atau hanya mencomot karya orang lain, yang dianalisa dengan kerangka pikiran yang sedemikian rupa supaya terlihat berbeda& Bahkan mungkin data yang diambil sama semua dan hanya dibedakan tahunnya aja& tapi entahlah& ini semua balik ke pribadi kita masing-masing& oke dah, abaikan yang gue omongin barusan& hahahaha&
Wulan : Buset& ceramah ampe segini panjang lebarnya& tapi ujung-ujungnya gak jelas hahaha& Dimas : Tapi kan seenggaknya dengan ijazah itu menandakan kita orang yang berpendidikan men& Gue : Berpendidikan mungkin benar& intelektualitas yang tinggi juga benar& tapi belum tentu dengan perilaku, cara berpikir dalam ruang lingkup social&
Tika : Tapi kan didalam agama dijelaskan orang yang berilmu itu derajatnya tinggi bang& Gue : Hahaha wes& wes& dari pada debat gini, mending kita duduk dibelakang& Wulan : yuk& capek jug ague denger emen ngomong gak jelas dari tadi&
Akhirnya kita Cuma bisa ngakak gara-gara barusan debat gak jelas. Dan kita berempat pun langsung duduk di halaman belakang sambil ngemil, ngopi, ngeteh (tiwul dan dimas), ngebir (gue). Agak bahagia juga rasanya berempat ngumpul kayak gini sambil menunggu sore hari datang, terlihat jelas senyum ceria diwajah mereka bertiga, karena sebentar lagi bakal lulus. Meskipun gue masih lama bakal ada diposisi sama kayak mereka tapi kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan gue juga, senyum mereka adalah senyum gue juga. Gue duduk disamping wulan sambil megang kaleng bir, dan dia pun mulai ngelirik ke arah kaleng bir gue, kayaknya ini anak jadi doyan ngebir gara-gara gue. Agak ngerasa berdosa juga sih.
Gue : Pengen nyicip sayang?" Wulan : *ngangguk-ngangguk*
Sesaat gue berpikir sejenak, barusan gue ngomong pake kata-kata sayang ke wulan. Gue lihat dimas dan tika senyum-senyum penuh arti. Emang sih sebelumnya gue juga pernah manggil wulan dengan kata-kata sayang didepan mereka berdua tapi pas lagi dalam keadaan becanda, dan kali ini lagi gak ada yang becanda. Dan akhirnya tika sama dimas ketawa-ketawa riang.
Tika : Cie& cie& lupa ya bang kalo disini juga lagi ada gue sama dimas" Hahaha Dimas : Hahaha emang lah, kalo lagi jatuh cinta dunia itu jadi milik berdua, yang lainnya dilupain& mentang-mentang baru jadian&
Tika : Tuh si kuncir mukanya jadi merah gitu hahaha& Gue : Makanya& kalian berdua cepat nyusul hahaha& Dimas : Yoh& secepatnya men&
Tika : Ogah gue kalau jadian ama dimas& Gue : Ogah tapi mau& atau ogah beneran gak mau" Tika : Hehehe mau tau aja lo men&
Akhirnya jam setengah lima sore mereka bertiga pamit pulang, wulan yang sempat gue tahan bentar supaya gak balik tetep balik juga karena ada kerjaan dirumah, atau mungkin ini anak ngambek karena gue ketahuan baca diarynya siska, tapi entah lah, raut wajahnya gak menunjukkan tanda-tanda marah sama gue. Tak lama kemudian gue langsung mandi sebentar dan bersiap-siap buat keluar. Selesai mandi gue ambil kunci motor, jaket dan sepatu dan langsung meluncur ke jalanan, gue sempet mampir sebentar di tempat jual Bunga. Selesai beli bung ague nyalakan kembali motor gue ke pemakaman siska.
Angin sore yang berhembus pelan, langit cerah dan rindang pohon menemani gue melangkah di sekitaran nisan-nisan yang terbaring damai. Sampai didepan pusaranya siska gue letakkan setangkai bunga yang gue beli tadi. Ka& mas-mas kaleng bir lo datang& .
Gue bersihkan ranting-ranting pohon dan dedaunan yang jatuh diatas nisannya. Ka& gue udah baca diarynya& jujur, agak berat bagi gue baca tulisan elo tampa ada kehadiran elo disamping gue& elo pernah bilang, elo akan senang banget kalo suatu saat kita berdua baca diary ini bareng-bareng, tapi tenang aja ka, gue tetap merasakan kahadiran elo& bahkan mungkin selalu& . Maaf ya ka, gue udah lama gak ke sini&
tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
hatimu tetap merasa masih memilikinya&
rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah memilikinya&
pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa rasa kehilangan hanya akan ada
jika kau pernah memilikiny
Letto Memiliki Kehilangan
Part 112 Curhatan lelaki malam
Dari makamnya siska gue langsung pulang ke rumah.Sampai disana gue lihat ada dinda yang lagi asik duduk didepan teras rumahnya sambil main laptop.Kemudian gue masuk kekamar sebentar buat ngambilin diarynya siska.Alangkah baiknya kalau diary ini dinda aja yang simpan. Sebanarnya agak ngerasa bersalah juga sama papa mamanya siska karena mereka udah ngasih diary ini ke gue dan gue kasih lagi ke orang lain. Tapi kalau diary ini terus gue simpan, gue gak tau kedepannya gue bakal kayak apa. Lagian dinda sepertinya orang yang tepat buat nyimpan diary ini karena dia adalah sahabat siska dari SMP hingga SMA. Maaf ka& ini bukan berarti gue bakal ngelupain elo&
Gue langsung keluar rumah, namun pas mau melangkah ke rumahnya dinda gue lihat disana udah ada bokap sama nyokapnya, jadi gak enak juga. Akhirnya gue ambil hape sms dinda supaya dia masuk ke rumah gue sebentar.Dan tak lama kemudian dia nongol didepan pintu.
Dinda : Kenapa men?" Ada yang bisa gue bantu?" Gue : Hahaha duduk disini bentar&
Kemudian gue sama dinda langsung duduk berdua dimeja makan. Langsung gue kasih diarynya siska ke dinda.Dia langsung membalik-balik halaman diary tersebut, raut wajahnya sedikit berubah setelah tau kalau itu diarynya siska, dan menatap gue cukup lama.
Dinda : Elo pengen ini gue yang simpen?" Gue : Iya din& elo kan sahabatnya& bisa kan"
Dinda : Ya bisa sih& tapi bukannya lebih cocok elo yang simpen& elo kan cowoknya men& Gue : Berat buat gue din&
Dinda : Iya men& gue ngerti, ya udah biar gue aja yang simpan& tapi elo jangan sedih lagi lah& Gue : Iya din& ini juga bukan berarti gue bakal ngelupain dia kok, Cuma berat aja rasanya kalau gue ngeliat diary itu terus&
Dinda : Iya men& gue ngerti kok, ini biar gue yang simpan& Gue : Makasih din&
Selesai ngasih diary siska ke dinda, gue langsung mandi kemudian sholat maghrib sebentar. Selesai sholat gue duduk didepan tv sambil ngemil. Namun tak lama kemudian gue denger hape gue bunyi, ada sms dari amel. Buset, gue hampir lupa sama ini anak, udah lama gak ketemu.
Sms from amel : Men& lagi sibuk gak?" Kalo gak sibuk, main ketempat gue sekarang bisa" Sms to amel : Enggak mel& emang ada apa"
Sms from amel : gak ada apa-apa sih& Cuma udah jarang aja liat elo kemari hehehe& Sms to amel : ya udah deh& bentar lagi gue kesana&
Akhirnya gue putuskan untuk pergi ke tempatnya si amel. Lagian udah lama juga gak ketemu sama dia, hutang budi gue sama dia banyak, dan jug ague pernah bikin rusuh ditempatnya. Setelah dandan ala kadarnya langsung gue pacu motor meluncur ke tempatnya amel. Sampai disana terlihat suasana caf" lumayan rame.Tak lama kemudian langsung muncul si amel, gue langsung diajak duduk di salah satu meja.
Amel : mau minum apa men"
Gue : Kopi aja mel& eh, tumben elo nyuruh gue kemari, emang ada apa"
Amel : Hahaha gapapa men& elo lagian udah lama gak kemari, emang lagi sibuk apa toh sekarang" Gue : Ya gak sibuk apa-apa mel&
Amel : Kuliah elo gimana" Dimas, tika, wulan bentar lagi wisuda lho& elo kapan" Gue : Hehehe& kapan-kapan deh mel&
Amel : Btw, elo sekarang jadian sama wulan ya" Gue : Iya& kok tau"
Amel : Dimas yang ngasih tau gue& Gue : Oooo&
Amel : Eh& gini men& kan yang bisa ngeband disini lagi libur nih.. elo bisa isi akustikan gak" Hehehe&
Gue : Nah.. bener dugaan gue& elo nyuruh gue kesini pasti karena buat ngisi akustikan& Amel : Hehehe mau ya men& mumpung lagi rame, kasian gak ada yang ngisi& Gue : Justru karena lagi rame mel gue gak mau ngisi&
Amel : Men& plisss& gue yang nyanyi kok, lagian gue pengen sekali-sekali nampil men& mumpung di meja pengunjung ada cowok yang gue suka dari SMA men& pliss men&
Gue : Gue kaga percaya hahaha&
Amel : Aduh men& ayolah, kali ini aja& ya.. Gue : Haduh& ya udah deh, tapi elo yang nyanyi ya& Amel : Nyanyi bareng&
Akhirnya permintaan si amel gue iyain. Lagian gak enak juga, dia selama ini udah baik banget sama gue dan gue juga pernah bikin kacau tempatnya waktu insiden sama miko. Dan kita berdua pun pindah kebelakang buat latihan singkat. Dan setelah selesai nentuin lagu apa yang bakal dibawa kita pun langsung naik ke atas panggung, sejenak amel negliat ke arah gue, kelihatan dari raut wajahnya dia sedikit gugup, ampun dah owner caf" gugup manggung di cafenya sendiri. Setelah bisa menguasai suasana amel pun mulai nyanyi.Kita sepakat buat bawain lagunya evanescene yang berjudul my immortal. Entah karena dalamnya lirik yang dinyanyikan amel atau entah ada angin apa, mata gue tertuju ke meja pojok tempat dimana pertama kali gue bertemu dengan siska. Sampai-sampai cewek-cowok yang sedang duduk disana ngeliatin gue dengan tatapan aneh. Sampai akhirnya gue disenggol sama amel biar fokus lagi, kayaknya dia ngerti gue lagi ngeliatin meja tempat favorit gue sama siska.
Selesai manggung bareng si amel gue langsung balik ke meja tempat gue tadi duduk. Ada banyak senyum yang gue dapet malam ini dan juga tepuk tangan dari pengunjung cafe, entah karena terpaksa atau karena mereka benar-benar menikmati lagu-lagu yang gue bawa bareng amel. Seharusnya gue senang dengan keadaan kayak gini ada banyak senyum ramah dan apresiasi dari orang lain , namun suasana hati gue berbeda dengan tampak luarnya. Gue masih terlalu meresapi lirik lagu yang tadi dinyanyikan amel, seakan-akan ini membawa gue kembali merasakan kenangan masa lalu yang gue lewati dengan siska. Kenangan yang gak pernah bisa gue lepaskan dan selalu membayangi setiap detik yang gue lewati. Ah, kacau.
Sesaat kemudian amel kembali duduk didepan gue sambil memebawakan sekaleng bir. Bisa aja ini anak nyogoknya.
Gue : Buat gue nih"
Amel : Iyap... makasih ya men udah mau akustikan bareng gue.... Gue : Hahaha iya mel.... gapapa kok, lagian gue juga lagi gak ada kerjaan... Amel : Elo kenapa men?"
Gue : Hah... kenapa apanya"
Amel : Udahlah... nyantai aja sama gue... lagi kangan siska ya" Gue : Hahaha kayaknya sih gitu mel...
Amel : apa karena lirik lagu yang gue nyanyiin tadi ya?" Gue : Mungkin mel hahaha...
Akhirnya gue cerita tentang diarynya siska setelah dipaksa terus sama dia. Dan ketika gue cerita berkali-kali amel mukul pundak gue supaya fokus gara-gara entah kenapa selama cerita tentang diarynya siska gue selalu curi-curi pandang ke kursi tempat biasa dia duduk kalau kesini.
Amel : Coba dikhlasin lah men... sekarang kan elo udah ada wulan... Gue : Iya mel... kadang gue ngerasa bersalah juga sama dia...
Amel : Tapi gue yakin si wulan pasti ngerti lah men... tapi ingat jangan bikin dia merasa dibandingbandingkan sama siska...
Gue : Iya mel... gue ngerti... tapi ada satu lagi sih yang bikin gue kepikiran terus... Amel : Apaan men?"
Gue : Lo tau sendiri kan... mereka bertiga sebentar lagi lulus, termasuk wulan dan elo tau sendiri, cewek biasanya kalau udah masuk dunia kerja pasti mikirnya udah jauh kedepan... mereka gak bakal mikir-mikir cinta-cintaan ala anak kuliah lagi... pasti bakal mikirin hubungan yang serius dan masa depan yang jelas... Nah ini mel, lo tau sendiri gue kayak apa...
Amel : Iya sih... cewek pasti bakal milih orang yang bisa ngejamin masa depannya men... tapi lo punya peran penting dalam kehidupannya wulan men... lo udah nyelametin dia sekali... lagian dia dari dulu juga udah rela nungguin elo... pasti untuk saat ini gue yakin dia bakal setia nungguin elo buat nyusul lulus dan cari kerja, dan gue rasa ini gak masalah buat wulan, doi aja nungguin elo bertahun-tahun kuat apalagi nunggu elo lulus doang... pasti setia dia men...
Gue : Iya juga sih... gue jadi parno sendiri mel kalau mikir kayak gini... gue belum punya masa depan yang jelas...
Amel : Men... jangan ngeremehin diri sendiri...
Gue : Iya mel... tapi gue gak mau aja suatu saat hubungan gue sama dia kandas Cuma gara-gara gue gak bisa ngasih dia masa depan yang jelas...
Amel : Buset dah... udah mikir masa depan ini anak... Gue : Iya mel... ingat mel, kitra udah gak muda lagi dan udah pantes mikirin masalah-masalah kedepan kayak pernikahan, hubungan yang jelas dan masa depan yang pasti...
Amel : Hehehe... iya sih... tapi santai lah men... kita hidup Cuma sekali...
Gue : Justru karena hidup Cuma sekali mel... gue gak mau dua kali kehilangan orang yang gue cinta...
Amel : Wedaannnn.... mantep nih kata-kata lo, pas banget hahaha... ini anak kayaknya kekurangan bir sampe ngomong ngelantur gini... ya udah gue ambil lagi...
Gue : Nah... dari tadi kek hahahaha....
Part 113 Dia Setelah cerita panjang lebar sama si amel tentang siska dan hubungan gue sama wulan akhirnya jam setengah satu malam barulah gue pulang ke rumah. Dan sialnya di jalanan gue kehujanan, mau neduh jalanan udah sepi banget, dan dengan terpaksa gue lanjut basah-basahan dijalanan. Sampai dirumah langsung gue rebus air hangat dan kemudian mandi. Selesai mandi gue langsung masuk kekamar buat tidur, namun tak lama kemudian hape gue berbunyi ada karena ada sms, setelah gue cek ternyata dari laras, temen kelompok diskusi gue di mata kuliah yang gue ulang.
Sms from laras : Mas emen... jangan lupa besok masuk kelas ya, kita persentasi... Sms to laras : Iyo ras... besok gue masuk kok...
Setelah balas sms dari laras gue langsung merebahkan badan diatas kasur, dan pas mau nutup mata hape gue berbunyi lagi. Setelah gue ambil ternyata dari laras lagi. Buset dah, ini juga belum tidur.
Sms from laras : Lho... mas, lo belum tidur juga?" Hahaha Sms to laras : Ini baru aja mau tidur ras...
Sms from laras : Hehehe ya udah mas... besok jangan telat ya, gue juga mau tidur... Sms from laras : Iyo laras panjang... siap..
Sms from laras : Asem -___Paginya gue langsung bangun dan mandi kemudian bersiap-siap ke kampus, gini nih malasnya jadi angkatan tua, temen-temen udah sibuk sidang kita malah sibuk ke kampus buat ngulang mata kuliah meskipun Cuma satu doang. Nanggung banget ke kampus Cuma buat duduk satu setengah jam didalam kelas, kalau hari bukan hari persentasi kelompok gue, gak bakal gue berangkat ke kampus. Tapi apa boleh buat, udah ngulang, tugas dibikinin tapi masih tetap dicantumin namanya sama ilham dkk. Jadi gak enak juga rasanya kalau gue gak masuk.
Sampai dikampus gue langsung masuk kekelas, setelah lima belas menit kuliah dimulai akhirnya kelompok gue persentasi didepan kelas. Ilham yang jadi moderator pun sibuk melayani pertanyaan dari dosen dan anakanak yang lain. Sebenarnya pertanyaan lebih banyak dilontarkan anak-anak ke laras, dina dan ayu. Dan karena gue yang dari tadi Cuma duduk doang akhirnya ada beberapa mahasiswa yang bertanya langsung ke gue, mungkin mereka penasaran dengan jawaban dan penjelasan ala mahasiswa ngulang. Terlihat pandangan meremehkan dari mereka, mungkin mereka berpikir kalau ada mahasiswa ngulang itu adalah karena tidak mengerti dengan mata kuliah tersebut, dan sori-sori aja perntanyaan dari mereka berhasil gue jawab dengan lancar, malah hasil jawaban dari gue, gue pakai balik untuk menyerang mereka yang akhirnya bisa plangah plongoh doang. Kebetulan dosen yang ngajar adalah dosen yang dulu pernah nengahin debat seru gue dengan tengil waktu semester-semester awal dulu. Dia Cuma tersenyum mendengar jawaban yang persis gue lontarkan ke tengil dulu tentang pengaplikasian teori yang didapat dikampus digunakan di kehidupan diluar kampus. Dan jawaban gue tersebut gue tutup dengan kata-kata favorit gue. Tidak peduli bukan berarti tidak mengerti .
Akhirnya setelah satu jam setengah didalam kelas, mata kuliah pagi ini pun selesai. Gue langsung duduk dikantin di ikuti dengan ilham dkk. Dikantin gue pesan segelas kopi panas, mumpung cuaca jogja dihari ini terlihat mendung. Dan bener aja, tak lama kemudian turun hujan yang lumayan deras. Gue, ilham, ayu, laras dan dina Cuma bisa duduk menikmati hujan dan pesanan masing-masing.
Ilham : Bang emen... mantep nih tadi pas persentasi hahaha... itu yang nanya dibikin gak berkutik... Laras : Iya mas... gue kira elo gak ngerti sama sekali hehehe...
Gue : Hahaha biasa lah ras, namanya juga persentasi, tadi Cuma lagi bejo aja bisa jawab hehehe... Ayu : Bejo nya datang diwaktu yang tepat ya mas hahaha ...
Gue : Iyap... Dina : Denger-denger kabar kak tika, wulan dan mas dimas bentar lagi mau wisuda ya mas" Gue : Iya din... mereka bentar lagi maju sidang...
Ayu : Elo kapan maju bang"
Gue : Hehehe masih lama yu...
*** Aku dan dia. (diwaktu yang berbeda)
Siang ini gue sedang tidur-tiduran sambil menikmati hujan diluar yang turun lumayan deras dari tadi pagi. Gue asik merebahkan kepala gue diatas bantal, namun sesaat kemudian dia masuk sambil membawakan segelas kopi hangat kesukaan gue, aduh cantiknya. Dia memakai jersey basket gue, jersey salah satu tim NBA favorit gue, yaitu chicago bulls. Setelah meletakkan gelas kopi disamping kasur dia kembali tiduran sambil menyandarkan kepalanya diatas dada gue.
Dia : Dilanjut lagi ceritanya sayang...
Gue : Iya sayang... sebentar ya, kopinya aku minum dulu...
Kemudian gue duduk dipinggiran kasur sambil menikmati kopi yang dia buat, ah nikmat sekali. Sesaat kemudian dia bangun dan duduk dilantai yang dilapisi karpet sambil menyandarkan badannya dipaha gue.
Dia : Ayo dilanjut lagi...
Gue : Cium dulu dong... biar semangat ceritanya hehehe...
Kemudian dia sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah gue, dan sebuah kecupan manis pun mendarat sempurna di bibir gue. Tak lama kemudian gue kembali melanjutkan cerita yang sebenarnya ada dia juga didalamnya.
*** Setelah hujan reda, gue langsung pamit pulang sama ilham dkk. Sebenarnya agak malas pulang ke rumah sih, pengen ajak wulan keluar kayaknya dia juga masih sibuk nyiapin materi sidang, gak enak juga kalau mau ganggu dia, gitu juga dengan dimas sama tika. Akhirnya gue putuskan untuk main ke rumah mas anang, sekalian ngeliatin anaknya si dhirgam. Sampai disana gue langsung disambut sama mas anang yang lagi asik gendong si bayi yang terlihat lucu banget. Kombinasi yang pas antara mbak uus yang putih manis dan mas anang yang agak arab-arab gitu.
Mas anang : Tumben nih kesini gak ngabarin dulu...
Gue : Gue kesini bukan nyari elo mas... gue pengen liat si dhirgam hehehe... Mas anang : Nih mau coba gendong gak" Hehehe...
Gue : Wah jangan mas... takut gue, ntar jatoh... Mbak uus : Yo sekalian latihan men...
Akhirnya gue diajarin gendong bayi sama mbak uus dengan posisi yang nyaman bagi si bayi. Jujur awalnya gue sempat gugup, tapi setelah agak lama mulai terbiasa. Cukup lama si dhirgam ada di gendongan gue, gue lihat dia Cuma bingung ngeliatin gue mungkin karena wajah gue masih asing bagi dia. Tak lama kemudian dia mulai sedikit begerak-gerak dan gue rasakan ada cairan hangat nempelk dibaju gue. Sial gue dikencingin sama dhirgam. Mas anang yang ngeliat pun langsung ketawa ngakak.
Mas anang : Hehehe... gapapalah men, dia nyobain kencing digendongan om nya hahaha... Gue : hahaahasem... tapi gak papalah...mungkin itu bentuk perkenalan dia ke gue, sekalian nandain kalo gue om nya, makanya gue dikencingin hahaaha...
Mas anang : Sial, disamain ama binatang...
Tak lama kemudian setelah ganti popok bayinya, mbak uus langsung masuk kekamar buat nyusuin si dhirgam. Gue lihat mas anang sambil senyum-senyum ke arah dia.
Gue : Sekarang posisi lo dibajak sama dhirgam mas hahaha...
Mas anang : Iya nih men... biasanya kalo lagi gituan sama uus gak ada airnya sekarang malah banyak banget... hahaha...
Gue : Bwahahahaha... celeng koe... diperes gitu langsung keluar ya mas... Mas anang : Iya men... pencet dikit langsung nyemprot... Tak lama kemudian mbak uus yang lagi nyusuin dhirgam dikamar pun nyaut omongan gue sama mas anang, ternyata dia denger, kalau dispensernya diomongin.
Mbak : Emmeennnn.... jangan ngomong gak jelas gitu... Gue : Hehehe maaf mbak...
Jam empat setelah sholat ashar baru lah gue pamit pulang sama mbak uus dan mas anang. Puas juga rasanya lama-lama main sama bayi yang masih kecil. Jadi pengen punya. Sebenarnya juga udah sering bikin sih, tapi gak jadi-jadi, oke abaikan. Dijalan pulang gue mampir bentar ke salah satu mall yang cukup besar di jogja. Rencananya mau beli kao daleman dan celana dalam yang stoknya udah mulai menipis dan banyak yang belum dicuci. Cukup lama gue muter-muter di departement store akhirnya dapat juga kolor dan baju dalam yang dicari-cari. Selesai bayar dikasir gue langkahkan kaki ke lantai bawah buat beli alat mandi dan cemilan yang stoknya juga udah menipis. Disana gue lihat ada si laras dan dina yang lagi belanja juga.
Laras : Hey mas emen... lo ngapain ditempat kayak gini sendirian?" Gue : Biasa ras... belanja.. oh iya, ayu sama ilham mana" Gak ikut" Dina : Mereka masih dikampus mas... ada rapat organisasi katanya... Gue : kalian berdua gak ikut oraginisasi juag"
Laras : Hehehe... males mas...
Dina : Lo belanja apaan mas"
Gue : Ini, biasa... sempak, baju daleman, sabun, sama minuman-minuman... Laras : Wasem tuku sempak hahaha... emang stok dirumah udah habis mas" Hahaha Gue : Iya ras... udah pada melar, keseringan ditarik ama cewek hahaha... Dina : Dasar mesum hahaha...
Selesai belanja gue langsung pulang ke rumah dan mandi. Dan sempak yang tadi gue beli langsung gue test drive, ah nikmat sekali, masih bau toko sih kalo kata orang. Dan kemudian tertidur sempakan doang.
*** Part 114 Wisuda tiwul dan dimas
Tak terasa sebulan berlalu, akhirnya tika, wulan dan dimas pun wisuda. Pagi ini gue dandan sedikit rapi, dengan memakai batik, meskipun bawahannya tetap celana jeans dan sepatu boot. Tak lama kemudian dinda nongol didepan pintu. Gue lihat dia juga udah siap. Kita berdua emang janjian pergi berdua ke wisudanya tiwul dan dimas, lagian gak enak juga kalau pergi sendirian, bisa-bisa mati gaya kalau sendirian ke wisuda orang.
Dinda : Udah siap men?" Gue : Udah dari tadi din?"
Dinda : Udah siap juga ketemu calon mertua" Hahaha... Gue : Nah... kalau itu belum...
Dan kita berdua pun langsung meluncur ke kampus dengan menggunakan mobilnya dinda, sebenarnya udah gue ajakin naik motor tapi kayaknya anak ini takut dandanannya rusak. Agak senang juga rasanya datang ke wisuda tiga orang sahabat gue dari awal kuliah, tapi ada satu hal sedikit membuat gue was-was, orang biasanya kalau udah wisuda pasti sibuk cari kerja, gue nantinya pasti bakal jarang banget ketemu mereka bertiga, udah gak bisa kayak dulu lagi. Lagi asik melamun tiba-tiba dinda yang lagi nyetir nyenggol pundak gue.
Dinda : Kenapa men" Ngelamun aja"
Gue : Gapapa kok din... gue Cuma berandai-andai, wisuda bareng mereka hehehe... Dinda : Makanya skripsi diselesain men...
Gue : iya sih din, tapi gue males... elo bentar lagi juga wisuda kan" Dinda : Iyap... tinggal sidang doang...
Gue : Wah... bagus lah kalau gitu din...
Kemudian gue sandarkan kepala gue di kursi mobilnya dinda sambil melihat keatas.
Dinda : Elo takut gak bisa kayak dulu lagi ya men" Kalau mereka wisuda...
Gue : Iya din... nanti pasti mereka bakal sibuk buat cari kerja, dan udah gak bakal mikir lagi buat main-main...
Dinda : Jangan mikir gitu lah men... mereka juga pasti mikirin elo kok, gue yakin itu... Gue : Iya din... tapi seenngaknya gue sekarang senang lah, tiga orang sahabat gue wisuda, ini pasti hari spesial banget bagi mereka...
Dinda : Nah gitu dong.. semangat, biar mereka senang juga... Gue : nggih din...
Lima belas menit kemudian sampailah kita dikampus, dinda langsung memarkirkan mobilnya. Kemudian kita berdua turun, dan melangkahkan kaki ke depan gedung yang dipakai buat wisuda. Terlihat banyak sekali orang tua dan kerabat-kerabat dekat dari mahasiswa ngumpul didepan gedung ini sambil menunggu wisudawan dan wisudawati keluar dari gedung tersebut. Gue sama dinda langsung duduk di bawah pohon yang ada didepan gedung tersebut, ada banyak yang menawarkan karangan bunga untuk diberikan ke mahasiswa yang wisuda namun gak gue gubris. Baru aja gue mau nyalain rokok tiba-tiba dinda nyenggol bahu gue ngasih tau kalau acara wisuda udah kelar. Terlihat para mahasiswa yang di wisuda pun satu per satu keluar dan berkumpul dengan keluarganya. Terlihat ada banyak senyum bahagia disini. Dari bawah pohon mata gue langsung mencari dimana tiga sahabat gue yang sekarang udah berstatus sebagai sarjana ini. Tak lama kemudian pandangan gue langsung tertuju ke dimas, dia sedang berpelukan dengan keluarganya, terlihat senang banget ini anak pake toga. Dan gue sama dinda pun langsung nyamperin dia. Gue tepok pundaknya dari belakang.
Gue : Woy sob... selamat ya...
Dimas : Woeeyyy... men... makasih sob...
Dimas yang terlihat girang langsung memeluk gue yang masih rada-rada janggal dipeluk sama cowok, tapi gapapa lah, sahabat gue ini. Dimas meluk gue kenacang banget, mungkin karena terlalu semangat kali ya. Dimas langsung mengenalkan gue sama dinda ke keluarganya.
Dimas : Pak, buk... ini lho salman, temennya dimas yang sering tak ceritain...
Kemudian gue menyalamai kedua orang tuanya dimas.
Bapaknya dimas : Wah ini to nak salman... yang dari sumatera itu ya, dimas sering banget cerita ke bapak.. Gue : Iya pak... saya salman...
Ibunya dimas : Nak salman sendirian kesini?" Gue : Enggak bu... saya bareng temen... *nunjuk dinda*
Dinda pun langsung menyalami kedua oang tuanya dimas.
Dimas : Men... si tiwul mana ya"
Gue : Ya mana gue tau sob... orang mereka wisudanya bareng elo, gue dari tadi diluar... Dimas : Iya sih... tapi tadi pas keluar mereka berdua langsung misah...
Dan gue, dinda, dan dimas beserta keluarganya pun langsung cari tempat duduk yang cukup teduh, kita semua duduk sambil nungguin si tiwul yang dari tadi belum kelihatan.
Gue : Pie le... rasane jadi sarjana...
Dimas : Biasa wae men... orak ono beda-bedane... Gue : hahaah tapi selamat lah ya
Dimas : Iyo le, makasih... elo kapan nih nyusul, biar cari kerja bareng awak hehehe... Gue : Hahaha selow dim, lo duluan aja cari kerja, gue mah gampang hahaha.... Dimas : Ngeles terus lo dari dulu...
Tak lama kemudian kemudian dimas nepuk pundak gue dan nunjuk ke arah dua orang cewek cakep yang sedang melangkah tergesa-gesa ke arah kita. Yap, tika dan wulan. Mereka terlihat sangat cantik hari ini, dari kejauhan mereka berdua manggil nama gue, kalau aja ini ada backsound lagu india, ini udah mirip anak yang lama hilang dan ketemu lagi dengan emaknya. Mereka berdua sempat berhenti sebentar dihadapan gue, tersenyum dan kemudian langsung memeluk gue, langung gue balas pelukan tika dan wulan, entah apa yang mereka berdua omongin karena mereka berdua gue dekap erat didada gue, banyak sih orang-orang yang ngeliat aneh ke arah gue yang lagi meluk dua cewek cakep, tapi masa bodoh. Cukup lama tiwul meluk gue, hingga akhirnya lepas. Gak banyak kata-kata yang mereka berdua ucapkan setelah melepas pelukan gue, namun terlihat jelas dimata mereka, hari ini mereka bahagia. Mereka berdua kemudian menyalami orang tuanya dimas dan dinda juga. Kemudian wulan kembali berdiri didepan gue, di memasangkan toga yang dipakainya ke kepala gue, gue Cuma bisa tersenyum. Kemudian dia kembali memeluk gue dan tangisnya pun pecah, entah tangisan kebahagiaan atau malah tangisan kesedihan karena melihat cowoknya yang belum wisuda. Ah, entahlah.
Gue : Selamat ya sayang... sekarang udah resmi jadi sarjana...
Kemudian dia melepaskan pelukannya, gue pasangkan kembali toga keatas kepalanya. Dia terlihat cantik. Gue lap sedikit air mata yang masih ada dipipinya, kemudian dia tersenyum manis. Tak lama kemudian dinda nyuruh gue, dimas, tika dan wulan buat baris berempat, dinda langsung motoin kita berempat. Dan wulan pun langsung menarik tangan gue supaya ikut dengannya.
Gue : Kita mau kemana ncir"
Wulan : Yuk, salaman sama orang tua gue sama orang tuanya tika dulu... mereka nungguin elo dari tadi... Tika : Iya men... yuk... dim, din, kita tinggal dulu ya...
Dinda : Siap tik... Dimas : hahaha mampus lu sob... diajakin ketemu calon mertua hahaha...
Gue : Sial lo... wah gue jadi gak enak nih ncir, tik... ketemu sama orang tua kalian, malu, masih belum sarjana hahaha..
Tika : Udah tenang aja, mereka Cuma pengen liat elo doang kok... Gue : pengen liat gue doang?"
Wulan : Iya men... kan gue sama tika cerita banyak ke mereka tentang elo... Gue : Ini nih... yang gue gak suka dari kalian... seenaknya cerita tentang gue ke orang lain... Tika : Bukan orang lain kok bang... Cuma calon mertua aja kok hahaha... iya gak lan" Wulan : iyap hehehe...
Gue : Sial... Setelah sampai didekat orang tuanya wulan dan tika gue langsung kaku, gak tau harus ngapain. Mungkin selain faktor gugup ada faktor belum wisudanya gue kayaknya juga ngaruh banget, karena gue udah berani macarin anak gadis salah satu dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang mandangin gue dengan tatapan penasaran ini. Karena memang mungkin gue sebelumnya belum pernah ketemu bokap nyokapnya tika dan wulan, gue Cuma pernah liat di foto doang. Dan orang tuanya wulan meskipun mereka di jogja gue belum pernah ketemu secara langsung, soalnya setiap ke rumah wulan gue gak pernah ketemu mereka.
Tika : Ma, pa... kenalin ini salman temen tika dari awal kuliah...
Gue langsung menyalami bokap nyokapnya tika, begitu juga dengan nyokap bokapnya wulan, double kill gue.
Mamanya tika : Ohhh ini yang namanya salman... tika sering cerita ke tante.. Gue : Iya tante...
Bokapnya wulan : Mas salman kapan nyusul wulan sama tika" Gue : Secepatnya om... masih skripsi sekarang... Wulan : Gimana ma... salman, serem kan orangnya" Hehehe...
Mamanya wulan : Gak serem ko, rapi gini... ganteng pula... maaf nak salman, si wulan itu selalu ngomong sama tante kalau kamu itu serem banget, dan setelah tante liat gak serem ko, gagah malah... Gue : Makasih tante... Wulannya juga manis tante...
Buset, gue keceplosan gara-gara terlalu girang dipuji mamanya wulan. Gue malah gombalin anaknya tepat didepan bokap nyokapnya. Hadeh. Wulan yang liat gue keceplosan Cuma bisa senyum-senyum malu, aduh nduk, senyummu wuaapiikk tenan. Tak lama kemudian bokapnya tika mendekat ke gue dan memegang lengan atas gue dan kemudian berkata.
Bokapnya tika : Kamu kalau dilihat dari luar kayak anggota polisi nak salman, rambut cepak, badan tegap... pernah ikut tes masuk polisi"
Gue : Belum pernah om...
Bokapnya tika : nanti kalau lulus S1 dicoba aja, siapa tau diterima... untuk fisik sih udah mendukung... Gue : Hehehe makasih om...
Mak, idung gue makin lebar karena dipuji sama orang tua dua cewek cantik yang katanya pernah ngerebutin gue hahaha. Damn i m good . Setelah cukup lama gue Cuma bisa diam sambil sesekali menjawab pertanyaan dari orang tuanya wulan dan tika seperti, kapan lulus" Di jogja tinggal dimana" Dulu SMA dimana" Kenal anak mereka dimana". Dan pertanyaan-pertanyaan tersebut gue jawab sesingkat mungkin untuk menghindari pertanyaan lebih jauh seperti, anak saya udah kamu apain aja". Bisa mampus awak.
Part 115 Run Setelah cerita-cerita dengan orang tuanya wulan dan tika akhirnya kita putuskan untuk langsung makan siang bareng, bareng keluarganya dimas juga. Dan gue pun langsung ke tempat dimas yang disana masih ada si dinda yang sibuk motoin dimas dan orang tuanya. Melihat gue datang dimas tersenyum lebar.
Dimas : Pie lee?" Rasane ketemu calon mertua, penak rak" Hahaha Gue : Mati gaya gue dim...
Dimas : Bwahahaha... makanya cepet lulus biar gak mati gaya... Gue : Sial lo...
Dimas : "Ya udah kalo gitu kita langsung makan siang aja yuk... kemaren gue sama tiwul udah pesen tempat... "
Gue : "Ya udah kalo gitu... gue juga udah laper... "
Kemudian gue sama dinda langsung menuju parkiran, begitu juga dengan dimas yang langsung bawa keluarganya keluar dari kampus. Dimobil dijalan keluar dari kampus gue liat banyak banget yang lagi asik foto-foto bareng temen, kerabat dan keluarga, jujur bikin iri. Kemudian gue buka sedikit kacanya mobil dinda, dan menyalakan sebatang rokok.
Dinda : "Gimana men ketemu sama bokap nyokapnya tika dan wulan?" Gue : "Mati gaya gue din..."
Dinda : "Hahaha ditanya yang enggak-enggak ya?"
Gue : "Ya gak juga sih... cuma ditanya kapan lulus, kenal anak mereka dimana, tinggal dimana... untungnya mereka gak nanya itu anak mereka udah gue apain aja hahaha... "
Dinda : "Hahaha sial lo, emang mereka berdua udah lo apain aja?"
Gue : "Banyak din... pernah gue bikin nangis, ketawa, marah... pokoknya banyak lah... " Dinda : "Yang penting elo tetap berarti buat mereka men... "
Gue : "Gue harap sih gitu din... semoga aja... "
Tak lama kemudian sampailah gue sama dinda ditempat makan yang cukup besar yang udah dipesan sama tiwul dan dimas. Disana udah ngumpul tiga keluarga besar dan kerabat-kerabat dekat dari keluarga tiwul dan dimas. Gue sama dinda yang masih asing dimata mereka sedikit ragu untuk gabung bareng mereka semua, namun setelah ditarik sama tika dan wulan kita duduk ditengah keluarga besar yang sedang terlihat bahagia tersebut. Akhirnya gue cuma bisa ikut ambil bagian disekeliling orang-orang yang sedang berbahagia ini. Mereka ketawa gue ikut ketawa, mereka makan gue ikut makan, dan pas bokapnya wulan dan tika ngerokok, pengen sih ngikut juga, tapi tangan gue langsung ditepis sama wulan.
Wulan : "Ntar aja ngerokoknya sayang... " *berbisik* Gue : "Ya udah cium dulu... hehehe"
Wulan : "Gila lu... lo mau dihajar sama bokap gue?" Gue : "hehehe becanda sayang... "
Akhirnya selesai juga acara makan-makan wisudanya dimas, tika dan wulan. setelah cukup lama sehabis makan tadi semua yang ada disini asik cerita-cerita. Gue lihat jam tangan udah nunjukin jam tiga sore. Gue sama dinda pun langsung pamit sama keluarga-keluarga yang ada disini. Ke parkiran pun gue dianter sama wulan yang kelihatan masih sedikit risih berjalan dengan gaun dandan ribet yang dipakainya. Gue sendiri cuma bisa senyum sekali-sekali narik rambutnya yang kali ini gak dikuncir. Cewek yang biasa gue kenal males dandan dan masa bodoh dengan penampilan kali ini terlihat dandan rapi. Sampai diparkiran gue suruh dinda masuk ke mobil terlebih dahulu. Setelah jauh dari pandangan keluarganya yang masih ada ditempat makan, gue beranikan cium pipi kanannya.
Wulan : "Tumben berani nyium ditempat umum?" Gue : "Biarin... kan gak ada yang liat... "
Wulan : "Hehehe... makasih ya udah datang sayang, udah sempatin makan-makan bareng juga..." Gue : "Aihhh... udah seharusnya gue datang lan, masa pacar gue wisuda gue gak datang... jangan ngomong gitu nah, kayak mau pergi jauh aja... "
Wulan : "Hehehe... jadi gue udah dianggap pacar nih?"" Gue : "Udah dari dulu.. "
Wulan : "Kok gue gak ngerasain ya?" Gue : "Mbuh... "
Wulan : "Ya udah... mau langsung pulang ke rumah?" Gue : "Iya... kasian dinda, dari tadi kayaknya udah pengen pulang... "
Kemudian gue langsung masuk ke dalam mobilnya dinda, dan wulan pun nongol sejenak lewat jendela.
Wulan : "Din... makasih ya udah datang... " Dinda : "Iya lan... selamet ya udah jadi sarjana... " Wulan : "Iya din... gue sekalian titip emen ya.. " Dinda : "Siap... ya udah kita cabut dulu lan... " Wulan : "Hati-hati... "
Di jalan pulang gue coba hidupkan radio yang ada di mobilnya dinda. Dan kebetulan lagu yang diputar adalah lagunya snow patrol yang berjudul "run". Suasana sore yang gak cerah dan gak juga mendung, mobil dan motor yang berlalu lalang dijalanan seakan membuat lagu yang gue denger ada video klip live dengan pemandangan jalanan dan hembusan angin sore yang terasa lewat jendela mobil. Tak terasa tampa gue sadari bibir gue yang awalnya nempel sebatang rokok sekarang ikut menyanyikan bait lirik dari lagu yang diputar. Dan pas masuk reff, dinda yang asik nyetir pun ikutan nyanyi.
Sebuah Kota Banyak Cerita Karya Menyingsing90 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Light up, light up As if you have a choice
Even if you cannot hear my voice I'll be right beside you dear... Louder louder
And we'll run for our lives I can hardly speak I understand Why you can't raise your voice to say..."
Snow patrol Run Dinda : "Ini lagu kalau didengerin sore-sore enak banget ya men... " Gue : "Iya din.. pas banget, lirik sama tempo musiknya... " Dinda : "Lagian elo kayaknya tadi menghayati banget liriknya hahaha... "
Gue : "Iya din... kayaknya gue ngerasa bakal ngerasain lirik demi lirik lagu ini dikehidupan gue... " Dinda : "Yaelah... melow mulu lo... kenapa sih" sedih ya liat wulan wisuda?"
Gue : "Ya gitu lah din... gue takut aja, sebenarnya gue senang liat dia wisuda... tapi dengan wisudanya dia kayaknya hubungan gue sama dia gak bakal sama lagi... "
Dinda : "Kok elo bisa mikir gitu?"
Gue : "Gak tau... "
Dinda : "Ya udah kalo gitu... gue ganti lagunya... "
Kemudian dinda mengganti saluran radio yang muterin lagu dangdut. Dan akhirnya kita cuma bisa ketawaketawa sambil sekali-kali ikutan ngikutin lirik lagunya. Setelah cukup lama dijalan karena agak macet, gue sama dinda pun sampai dirumah. Dan didepan rumahnya dinda udah ada cowoknya nungguin, jujur gue gak enak banget sama cowoknya yang belum begitu gue kenal. Tapi dinda nyuruh gue bersikap santai aja. Dan akhirnya gue lihat cowoknya senyum ke arah gue. Pyuhhhhh, untungnya dia gak marah setelah ceweknya seharian gue culik.
Dan gue pun masuk ke rumah. Agak aneh juga rasanya, ini rumah gak bakal rame lagi kayak dulu, wkatu kita berempat masih sering ngumpul bareng. Tapi seenggaknya masigh ada si angga yang tiba-tiba masuk dan langsung menyalakan komputer gue. Udah jadi pelanggan tetap, lagian dia juga jadi penghuni setiap rumah ini kalau gue lagi keluar.
Angga : "Gimana bang... udah selesai acaranya?" Gue : "Udah ngga..."
Angga : "Elo kapan nyusul bang?"
Gue : "Nunggu bokap gue jadi presiden ngga... " Angga : "Buset dah... "
Gue : "Hahaha... eh, elo gak malam mingguan nih?"" Angga : "Pengen sih bang... tapi bingung mau kemana..." Gue : "Ajak cewek elo dong keluar, atau ngamar gitu hahaha... " Angga : "Hahaha belum berani gue bang... "
Gue : "Ya bagus lah kalau gitu... "
Angga yang sepertinya sedikit semangat kalau diajak ngomongin masalah kayak gini kali ini pindah tempat
duduk disamping gue yang sedang asik nonton tivi.
Angga : "Eh bang... kalau gue boleh tau, elo lepas perjaka kapan sih?"" Gue : "Kenapa emang?"
Angga : "Ya pengen tau aja bang... sama siapa?"
Gue : "Ya pas baru-baru tamat SMA kayak elo gini, sama mantan gue... " Angga : "Awalnya itu gimana bang?" ada ritual-ritual gitu gak?"
Gue : "Ya gak ada lah ngga.. kalau kayak gitu ngalir aja ngga... kalau elo rasa dia orang tepat ya udah langsung lepas dah tu jangkar, tapi kalau ragu-ragu mending jangan... lagian elo ngapain ngomongin kayak gini sama gue, gue laporin bokap lo baru tau rasa... "
Angga : "Hehehe jangan lah bang... gue cuma penasaran aja... pliss, jangan cerita tenatng ini ke siapa-siapa ya, apalagi kak dinda... "
Gue : "Hahaha emang kenapa sama dinda?"
Angga : "Bisa di gampar gue bang... gue pernah nanya kayak gitu ke dia sekali, dia langsung marah-marah gitu sama gue... "
Gue : "Ya iyalah... lo nanya kayak gituan sama cewek...
Akhirnya setiap angga mau bahas hal yang menjurus ke sana langsung gue alihkan omongannya. Gak enak juga gue sama dia, udah terlalu banyak otaknya gue kasih racun dalam bentuk omongan ke dia. Setelah cukup bosan ngobrol bareng angga gue masuk ke kamar mandi buat bersihin badan yang dari tadi siang yang udah lengket gara-gara keringat. Selesai mandi, jam udah menujukkan pukul tujuh malam dan maghrib pun lewat. Tak lama kemudian didepan pintu nongol si dimas. Sendirian, gak ada tika sama wulan.
Gue : "Wah... tumben sendirian dim?""
Dimas : "Tika sama wulan kayaknya lagi sibuk men... " Gue : "Lo gak sama bokap nyokap elo?"
Dimas : "Mereka udah tidur di hotel men... kecapean kayaknya... "
Kemudian dimas duduk disamping gue sambil menyalakan sebatang rokok.
Gue : "Pie le?" penak wes dadi sarjana" hahaha... " Dimas : "Yo biasa wae men... orak ono bedane... " Gue : "Trus elo sama tika gimana nih?"
Dimas : "Nah... pas banget, maka dari itu daku datang kemari sob... " Gue : "Gue udah nebak... "
Dimas : "Hehehe... gimana ya men, gue jadi ragu sendiri.." Gue : "Ragu gimana" "
Dimas : "Lo liat sendiri tadi... keluarga-keluarganya tika, orang berada semua men... sedangkan gue, cuma anak petani dari pinggiran kota solo... "
Gue : "Jadi elo ragu cuma gara-gara status kayak gitu doang.. "
Dimas : "Ya habis mau gimana lagi men... gue takutnya ntar kalau untuk hubungan yang lebih serius gue gak dianggap men... "
Gue : "Jangan mikir yang enggak-enggak lo... elo kenal tika udah lama kan" kita juga berempat udah temenan dari awal kuliah, lo tau sendiri tika, dia gak pernah ngeliat orang berdasarkan status dim... jangan terlalu meremehin diri sendiri lah... lo secara gak langsung tadi udah ngerendahin derajat keluarga elo sendiri dengan ngomong, "gue cuma anak petani"... semua manusia itu derajatnya sama dim, selagi masih punya akal... jadi jangan mikir gitu sob, gue yakin tika gak bakal peduli elo mau dari keluarga kayak apa... " Dimas : "Iya men... sorry kalo tadi gue sempet mikir gitu... "
Part 116 Run 2 Tak lama kemudian dari pintu depan udah ada tika sama wulan yang lagi asik berdiri sambil senyum-senyum ngeliatin gue sama dimas. Sejak kapan mereka disana".
Tika : "Hey... pada lagi asik ngomongin gue ya" hehehe.. " Gue : "Eh, sejak kapan kalian berdua disana?"
Wulan : "Hehehe dari tadi kok... kita berdua ngikutin dimas dari belakang... hayo dim, elo lagi curhat sama expert nih kayaknya... hahaha.... "
Tika : "Tauk nih.. curhat sama emen... bakal dikasih saran absurd terus tuh... emang si dimas ngomongin apa aja men... "
Gue : "Tauk tuh... lo tanya aja sendiri hahaha... "
Kemudian gue langsung bangkit dari duduk gue dan mendekat ke wulan, sementara dimas yang keliatan masih kaku jadi makin gugup karena orang yang baru aja dia omongin sekarang duduk tepat disampingnya. Langsung gue tarik tangan wulan buat duduk di teras rumah supaya tika sama dimas bisa berduaan.
Wulan : "Emang dimas barusan cerita apaan men?"" Gue : "Rahasia dong.. hahaha.. "
Wulan : "Ihhh... nyebai.. "
Gue : "Hehehe... udah selesai acara bareng keluarga?"" Wulan : "Udah kok... "
Gue : "Orangtuanya tika?"
Wulan : "Lagi istirahat di hotel... "
Tak lama kemudian gue sama wulan coba ngintip dimas dan tika dari jendela, terlihat mereka berdua bicara serius. Cukup lama gue sama wulan berdiri didekat jendela dan akhirnya sebuah kecupan lembut dari tika mendarat di kening dimas. Kemudian mereka berdua berpelukan. Gue sama wulan pun langsung buru-buru masuk ke rumah dan mereka yang sadar gue sama wulan yang tiba-tiba masuk langsung melepaskan pelukan. Terlihat ada sedikit raut wajah malu-malu dari tika dan dimas.
Gue : "Ohh yeahh... my first kiss went a little like this hahaha... pie lee" berarti sekarang udah resmi nih?"
Wulan : "Asik.. pas banget nih momennya, pas sama-sama wisuda, trus jadian hahaha... " Tika : "Apaan sih kalian berdua... emang cuma kalian doang yang boleh mesra-mesraan?" Gue : "Cie... galak nih, gara-gara pelukannya diganggu atau karena malu-malu nih" hahaha" Tika : "Hehehe... santai, santai... men, lan, kenalin ini cowok gue... "
Gue : "Asiikkk... resmi beneran nih?" hahahaha..."
Tika : "Iyap... "
Kemudian gue ulurkan tangan gue ke dimas.
Gue : "Mas, kenalin gue emen... pacar barunya tika ya?" Dimas : "Wes to... biasa wae... "
Wulan : "Akhirnya... setelah dari awal kuliah ternyata jadian juga... "
Jujur gue senang liat temen-temen deket gue kayak gini, akhirnya tika sama dimas jadian, dan gue sama wulan pun udah bisa mesra-mesraan tampa harus canggung lagi. Langsung gue peluk mereka bertiga, orang-orang yang udah berjasa banyak untuk gue selama ini. Namun ada satu hal yang sedikit mengganjal di pikiran gue, diantara kita berempat gue doang yang belum wisuda. Ah, biarin lah.
Cukup lama tika, wulan dan dimas di rumah gue, sampai akhirnya udah jam sembilan malam tika dan dimas pun pamit pulang. Sementara wulan yang maksa untuk tinggal bentar dan minta dianterin sama gue pulang ke rumahnya. Setelah tika dan dimas pulang, gue sama wulan masih asik duduk didepan tivi, dia duduk manja sambil memeluk leher gue dan menyadarkan kepalanya didada gue. Gue yang sedang pegang gitar pun langsung memetik senar gitar dan menyanyikan sebuah lagu.
I'll sing it one last time for you Then we really have to go
You've been the only thing that's right In all I've done
And I can barely look at you But every single time I do I know we'll make it anywhere Away from here
Light up, light up As if you have a choice Even if you cannot hear my voice I'll be right beside you dear
Louder louder And we'll run for our lives I can hardly speak I understand Why you can't raise your voice to say
To think I might not see those eyes Makes it so hard not to cry And as we say our long goodbye I nearly do
Snow patrol Run Gue : "Nah... gue udah kelar nyanyinya... ayok pulang..." Wulan : "Masih males pulang nah... jalan-jalan aja yuk.. " Gue : "Kemana?"
Wulan : "Kemana aja... " Gue : "Ngamar mau" hehehe.. " Wulan : *jitak gue*
Gue : "Ya udah yuk... jalan aja dulu... " Wulan : "Siap pak bos.. "
Gue sama wulan pun menyusuri jalanan jogja, cukup ramai malam ini, karena malam minggu kali ya. Banyak cewek-cowok yang berpasangan naik motor bareng seakan jalanan berasa jadi milik berdua dan sering bikin pengendara lain ngelus dada. Termasuk gue, yang hampir aja nabrak dua orang cewek-cowok yang asik cerita diatas motor dan lupa ngeliat spion, untung aja gak jatoh. Wulan yang ngeliat gue sedikit emosi pun langsung neglus dan sedikit menampar pipi kanan gue supaya reda. Saraf juga ini anak, nenangin orang pake tamparan, gak sakit sih tapi lumayan berasa. Setelah cukup lama muter akhirnya gue arahkan motor ke salah satu cafe yang belum pernah gue kunjungi sebelumnya, random pick sih, capek juga kelamaan diatas motor terus. Setelah memarkirkan motor diparkiran gue sam a wulan langsung melangkah masuk ke cafe tersebut, wulan agak sedikit senyum ngeliat mata gue yang merah banget kena angin, jadi mirip kayak orang habis mabok. Sampai dimeja langsung gue buka jaket jeans kesayangan, jaket yang pernah dipake siska ke kalimantan dan sempat gue pake buat ngebungkus diarynya juga.
Wulan : "Ini jaket yang kemaren ya?" Gue : "Iyap..."
Wulan : "Udah dibaca semua isi diarynya?" Gue : "Udah... elo gak marah kan?"
Wulan : "Gak lah sayang... itu kan hak elo, lagian gue tau elo kalo semakin dilarang malah semakin jadi... makanya gue biarin aja... "
Gue : "Hehehe... oh iya sayang, gue boleh nanya sesuatu gak?" Wulan : "Boleh kok.. "
Gue : "Elo masih yakin gak sih sama hubungan kita?" Wulan : "Maksudnya?""
Gue : "Elo kan sekarang udah wisuda lan... dan bentar lagi bakal masuk dunia kerja, dan gue yakin pasti elo bakal mikir jauh kedepan di banding gue yang masih mahasiswa... dan juga umur itu gak bisa di bohongin, apalagi cewek, yang umur-umur kayak gini pasti udah bakal mikir hubungan yang serius, yang jelas, dan menjanjikan masa depan... sementara gue sekarang belum ada apa-apanya lan... "
Wulan : "Iya sih... yang elo omongin bener, tapi gue masih nyaman sama elo... elo baik, peduli, tulus dan spontan... "
Gue : "Iya lan... tapi untuk hubungan yang lebih serius kan itu semua gak cukup, kita harus mikir materi juga, kerjaan yang mapan, masa depan yang jelas... lo tau sendiri gue masih kayak gini... Gue ngomong kayak gini bukan berarti gue gak sayang sama elo, justru karena gue pengen elo bisa dapat yang terbaik..."
Wulan : *diam* Gue : "Jujur lan... gue kepikiran terus... gue gak mau ntar kalau kita udah terlalu larut sama hubungan kita, ntar sadarnya telat... jujur gue takut banget kehilangan elo disaat rasa sayang gue ke elo makin besar.. " Wulan : "jangan ngomong gitu sayang... gue seneng kok meskipun elo masih kayak gini, jujur aja gue belum pernah sesenang ini menjalani hubungan dengan orang lain selama gue hidup... " Gue : "baguslah kalau gitu... "
Selesai menghabiskan pesanan gak banyak yangt bisa gue omongin sama wulan. Selesai makan gue sama wulan langsung keluar cafe, rencananya mau langsung nganterin wulan pulang, namun langkah gue terhenti ketika salah seorang pelayan cafe manggil gue dan menunjukkan kalau tas wulan ketinggalan, gue pun langsung setengah berlari balik ke cafe ngambil tas tersebut, tas tersebut masih dalam keadaan kancing yang terbuka lebar, gue bisa lihat isinya dan pandangan gue langsung tertuju ke sebuah amplop yang bertuliskan salah satu universitas yang masih asing bagi gue. Pas gue mau ambil itu amplop wulan tiba-tiba langsung ngambil tas nya dari tangan gue. Ngerti kalau gue curiga dengan amplop tersebut dia langsung melanjutkan langkahnya ke parkiran.
Dijalan ke rumahnya wulan gak banyak yang bisa gue omongin sama dia, yang jelas gue masih penasaran dengan isi amplop tersebut. Apa mungkin dia bakal nyambung s2, dan itu berarti gue sama dia bakal jarang banget ketemu. ah, namun pikiran tersebut langsung gue tepis jauh-jauh. Sampai didepan rumahnya dia membuka helm yang dia pakai. Kemudian tersenyum.
Gue : Kita bakal baik-baik aja kan"
Wulan : Iya sayang... selama kita masih bareng.. Gue : Ada sesuatu yang harus gue tau gak"
Wulan : Gak ada kok... makasih ya udah diaterin pulang... Gue : Aiihh.. masih aja kayak orang baru kenal, pake makasih segala... Wulan : Hehehe... ya udah kamu langsung pulang ya, jangan keluyuran lagi... Gue : Iya sayang..
Sebelum pulang gue cium lembut keningnya. Dan langsung gue arahkan motor ke jalan pulang. Dijalan pulang gue mampir sebentar di salah satu minimarket 24 jam, beli minuman dan sebungkus rokok. Dan tempat duduk yang biasanya rame buat nongkrong kalau malam minggu kali ini terlihat cukup sepi, gue duduk dipojok sambil menikmati minuman yang gue beli ditemani iringan vermillion part 2 nya slipknot lewat headset yang kebetulan gue bawa. Mungkin bagi sebgaian orang aneh duduk sendirian malam-malam di minimarket 24 jam sambil dengerin musik lewat headset yang nempel ditelinga tapi bagi gue ini adalah satu cara terbaik menikmati malam. Seolah-olah kita tenggelam dalam pikiran sendiri sambil diiringi musik namun di tempat umum. Jujur juga gue agak masih kepikiran hubungan gue sama wulan yang kayaknya akhir-akhir ini makin sering ada dikepala gue. Apa karena gue belum wisuda gue jadi ngerasa kayak gini". Belum punya sesuatu yang bisa dibanggakan, mungkin sebagian orang risih dan malu dengan kuliah lama-lama, tapi bagi gue ini konsekuensi yang mau gak mau harus dihadapi. Karena ini semua juga salah gue sendiri yang mulai kehilangan semangat kuliah di tahun kedua dan ketiga di jogja. Atau mungkin dulunya ketika SMP dan SMA gue terlalu penurut jadinya sekarang mulai berani menjadi pemberontak dalam pikiran sendiri, agak absurd ini kata-kata tapi memang ini yang sedang gue rasakan, mimpi dan cita-cita yang dulunya tergambar jelas didalam pikiran sekarang mulai memudar.
Apakah ini yang dinamakan, dipecundangi masa lalu, ditertawakan masa depan, dan dipermainkan waktu
yang berjalan... Sehingga bayangan gelap diujung jalan pun mulai menjadi sahabat dekat... Ah, entahlah, mungkin kita terlalu berbeda...
Part 117 Akhir untuk awal yang baru"
Cukup lama gue melamun sampai-sampai gue kaget dengan tepukan dipundak gue ketika seorang bapak-bapak meminjam korek gue. Tak lama kemudian gue langsung pulang ke rumah, kalau lama-lama duduk sendirian malam-malam gini bisa-bisa gue disapa sama bayangan hitam yang saat ini sedikit-sedikit mulai merasuki pikiran gue. Ini gue bingung jelasinnya gimana, kalau bahasa keren orang sekarang sih ngomong alter ego gitu lah. Gue juga sampai bingung sendiri kenapa ini bisa gue tulis, mungkin karena terlalu banyak pikiran kali ya hahaha. Oke abaikan.
*** Sebulan berlalu akhirnya teori mata kuliah gue hampir selesai semua, tinggal skripsi dan sidang setelah itu gue mungkin bakal angkat kaki dari jogja, artinya gue bakal meninggalkan kota yang sudah cukup memberikan banyak cerita, kenangan, pengalaman, pelajaran hidup, bahkan cinta. Nanum semakin dekatnya gue dengan tujuan akhir menjadi mahasiswa hasrat gue untuk menyelesaikan kuliah menjadi semakin berkurang, mungkin ini yang dinamakan early life crisis, semoga aja enggak. Mungkin banyak yang berpikir ngeliat gue telat nyelesain kuliah malah Cuma nyantai-nyantai doang, orang lain mungkin berpikir ini anak gak bakal punya masa depan dan gak kasian sama orang tuanya yang udah ngebiayain kuliah dan hidup selama di jogja. Gue hampir selalu kepikiran tentang itu, namun apa daya kesadarannya yang memang belum ada. Dan orang tua gue pun juga mungkin udah pasrah, gue pernah bilang ke mereka untuk lebih konsentrasi ke adik gue aja yang masih sibuk dengan kuliahnya, sementara gue sendiri mungkin bisa untuk sekedar cari duit kecil-kecilan di jogja, skedar buat meringankan beban dari orang tua, namun justru gue dimarahin sama bokap nyokap, mereka gak peduli gue mau baik atau buruk yang jelas mereka selalu suport gue. Dan ini yang cukup bikin gue susah tidur, kepikiran terus, dengan sifat gue yang kayak gini orang tua masih bisa senyum melihat anaknya pulang ke rumah, apalagi nanti gue pulang dengan gelar sarjana, atau bahkan cuma pulang namanya. Entahlah, mungkin kita terlalu berbeda. Oke abaikan. *lagi*
Udah hampir seminggu ini sibuk bantuin mas koko jadi personal trainer di gym, gue diajak sama dia buat ngisi waktu luang, meskipun bayarannya dikit banget tapi gak ada salahnya sambil nunggu semangat buat skripsi timbul lagi. Dan gue juga sempat bantu-bantu om gue di pekalongan jualan batik, bahkan dalam satu bulan ini gue bolak balik jogja-pekalongan tiga kali, jadi trainer amatiran di gym plus jualan batik. Ternyata cari duit itu emang susah. Dan berkat kesibukan yang cukup banyak akhir-akhir ini gue jadi jarang ketemu tika, dimas dan wulan, bahkan gue pun udah gak terlalu mikirin hubungan gue dengan wulan, ampuh memang, kesibukan bisa bikin galau ilang.
Dan siang ini gue sedang asik-asik duduk di alun-alun kota temanggung, dua hari yang lalu gue ke pekalongan buat bantuin om gue, bikin, ngepakin, pembukuan buat batik yang bakal di kirim ke sumatera dan alhamdulillah kecipratan untungnya, meskipun gak banyak. Tadi pagi gue pamit dari pekalongan buat balik lagi ke jogja, dan di jogja pun udah nunggu job dari mas koko yang nyuruh gue buat PT-in (personal trainer) member gym yang baru-baru. Sekali lagi, cari duit emang susah ternyata. Baru kali ini gue benar-benar ngerasain cari uang, mengorbankan waktu dan tenaga. Sampai-sampai gue lupa sendiri kalau gue punya pacar yang mungkin nungguin gue dijogja atau malah lupa sama gue karena semakin jarang ketemu. Setelah batang rokok terakhir habis gue langsung meluncur pulang ke jogja, meskipun udara siang ini sedikit panas, tapi kalau nunggu sore bisa-bisa kejebak macet di daerah secang.
Jam 2 akhirnya sampai di rumah, gue langsung mandi kemudian tidur siang sebentar karena sore ini gue udah janji sama mas koko buat bantuin dia di gym. Jam lima sore gue kebangun dan langsung berangkat ke gym, disana gue bantuin mas koko sampai jam setengah sembilan malam, pulang ke rumah, mandi sebentar dan ada sms dari wulan yang ngabarin kalau malam ini ngumpul di tempatnya amel, buat acara perpisahannya tika yang bakal ninggalin jogja. Karena memang seminggu yang lalu tika udah bicara sama gue, dimas dan wulan kalau dia bakal kerja di jakarta biar bisa dekat sama orang tuanya. Sementara dimas yang sempat gelisah pas tau tika mau ninggalin jogja Cuma bisa pasrah karena dia udah keterima kerja di solo. Bakal LDR mereka berdua, tapi gue yakin, mereka nantinya pasti bakal nyatu lagi. Jam sembilan gue meluncur ke tempatnya amel, dan disana udah lengkap ada tika, dimas dan wulan, plus amel yang juga ikut nimbrung.
Amel : Akhirnya anak ilang datang juga hahaha... Gue : Hehehe maklum lah mel, sibuk nih hahaha... udah lama" Tika : Gak kok baru aja datang bang...
Dimas : Emen sekarang sibuk sampai-sampai pacar sendiri dianggurin hehehe... sabar yo ncir... Wulan : Gapapa lah... yang penting jangan macem-macem aja hahaha..
Gue : Orak kok sayang... *colek pantatnya*
Wulan : *Jitak gue* Anak-anak : Hahahaha... Kemudian kita pun mulai cerita-cerita kembali kenangan-kenangan awal kuliah dan perkenalan gue sama mereka semua. Jujur kelihatan ada raut sedih di mata tika harus ninggalin kota yang memang susah buat ditinggalkan ini, apalagi lagi dia harus LDR-an sama pacar barunya, dimas. Setelah cukup lama cerita sambil becanda-becanda omongan tika mulai jadi sedikit serius.
Tika : Guys... makasih ya buat selama ini udah mau jadi sahabat gue... seumur-umur baru kali ini gue dapet temen kayak kalian, selalu bisa menghibur gue kalau lagi sedih, nyemangatin gue kalo lagi down, dan nyelametin gue kalo lagi kehilangan arah...
Wulan : Iya tik... waktu yang kita semua habiskan bareng-bareng, mungkin jadi detik-detik terindah yang pernah gue lewatin...
Amel : Ntar kalau udah dijakarta sering-sering main ke jogja tik... kalo sempat mampir kesini juga.. lagian kasian nih dimas ditinggal sama elo hahaha...
Tika : Hahaha gak lah... kita udah omongin ini berdua dari jauh-jauh hari kok... kita berdua pasti bakal nyempatin waktu supaya bisa sering ketemu... ya gak dim"
Dimas : Iya lah... harus itu..
Gue : Sabar yo dab... masih ada gue, kuncir sama amel yang siap menghibur lo kalo galaunya kambuh hahaha...
Tika : Oh iya bang emen... makasih udah jadi orang yang berarti banget buat gue bang... elo udah gue anggap kayak abang sendiri, tempat buat curhat, orang yang selalu nyemangatin kalau lagi sedih... nyelamaetin gue kalau ada masalah, bahkan sampe-sampe berantem segala... makasih ya bang, mau bagaimana pun orang menilai elo dari luarnya, bagi gue elo tetap orang baik yang punya hati lembut...
Gue : Hahaha santai aja tik... lagian Cuma jakarta ini, kayak mau pergi jauh aja hehehe... Tika : Hehehe iya bang... oh iya, wulannya jangan di bikin sedih lagi... lebih perhatian ke dia, bikin dia senyum...
Dimas : Nah lo... hahaha, di nasehatin nih sama adik lo hahaha.. Amel : Iya nih emen... mentang-mentang sekarang banyak kesibukan, wulan jadi dianggurin terus hehehe... Gue : Hahaha enggak kok... kan sekarang udah ketemu, ya gak sayang" *Usap rambutnya wulan* Wulan : Iyo kang mas... aku ki cen seneng banget nek iso delok awakmu... tapi kemaren-kemaren kemana aja sih?"
Tika : Nah bang... wulan protes tuh hahaha....
Gue : Yo sibuk golek duit nduk... lagian biar ada kesibukan juga, secara kuliah gue berantakan seenggaknya hidup gue mulai sedikit-sedikit gue tata rapi..
Amel : Gue curiga ini anak kayaknya kekurangan bir...
Gue : Hehehe gak kok mel... ya sedikit-sedikit berubah ke arah yang baik ... Dimas : Nah, ini baru sobat gue... udah mulai tobat, kampret-kampretnya dikit-dikit mulai ilang... Gue : Sial lo...
Anak-anak : Hahahaha... Akhirnya malam ini gue habiskan dengan orang-orang terdekat gue selama di jogja. Kita cerita banyak, becanda, ketawa ngakak, gak kerasa besok salah satu dari kami bakal meninggalkan kota jogja, mamng jogja jakarta bukanlah jarak yang terlalu jauh, tapi suasana tidak akan pernah sama lagi waktu kayak dulu masih sering gumpul bareng, muda, gak pernah mikir panjang, berbuat semaunya yang penting bahagia. Kartika, cewek pertama yang gue ajak kenalan waktu awal-awal kuliah dulu karena kebetulan sama-sama telat masuk kelas dan akhirnya jadi teman dekat sampai sekarang. Seseorang yang dulu sempat gue harapkan untuk sekedar merasakan cintanya, namun mungkin cerita berkata lain, meskipun gue sama dia udah sempat jujur tentang perasaan masing-masing. Dimas, bro gue atau bahkan udah gue anggap kayak saudara kandung sendiri, karena memang gue mungkin gak punya saudara cowok, orang yang banyak ngasih saran ke gue, menasehati tapi tidak menggurui, karena memang itulah gunanya seorang sahabat. Dan yang terakhir sang rembulan bagi seorang lelaki malam, perempuan polos, kalem, sabar dan pengertian, dewasa. Seseorang yang bikin gue berani untuk sedikit berpikir tentang masa depan.
*** Siang ini, gue, dimas dan wulan sedang duduk-duduk didepan gate bandara buat nganterin tika, karena urusannya di kota pelajar ini sudah sepenuhnya selesai. Kita berempat duduk sebelah-sebelahan, tujuan gue lebih banyak ke dimas yang kelihatan sedikit gelisah karena mungkin baru aja jadian udah ditinggal. Dan tak lama kemudian, nomor penerbangan pesawat yang akan ditumpangi tika pun dipanggil. Tika langsung berdiri dan memeluk kita satu persatu, terlihat ada air mata yang menetes di pipinya. Terakhir pelukannya ke dimas cukup lama, mungkin karena harus berpisah untuk sementara waktu. Persis kayak gue sama siska dulu. Wulan pun juga ikutan nangis, aduh gue yang ngeliat mereka berdua tangis-tangisan jadi ikut sedih juga, meskipun ini bukan perpisahan untuk selamanya, hanya sebuah akhir untuk awal yang baru dan lebih baik. Kemudian tika menggenggam tangan kanan gue kemudian salam sambil mencium tangan gue.
Tika : Bang... gue pamit dulu ya, gue titip jagain wulan sama dimas... dan sekarang beban elo agak sedikit berkurang, gak harus jagain gue lagi, omelin gue lagi kalo gue lagi bandel... elo udah gue anggap kayak abang gue sendiri bang... makasih semuanya buat pengalaman selama di jogja..
Agak sedih juga gue denger kata-katanya. Kemudian gue usap lembut rambutnya.
Gue : Iya tik... hati-hati ya disana, salam buat orang rumah... Gue bakal jagain dimas sama wulan sebisa gue, ini Cuma akhir untuk awal yang baru tik... jangan lupain kita ya, kalo ada waktu kita ketemuan biar bisa ngumpul-ngumpul kayak dulu lagi..
Tika : Iya bang... makasih ya, gue masuk dulu... assalamualaikum... Gue, wulan, dimas : Waalaikum salam ...
Part 118 Jogjamu Cukup lama gue, dimas, wulan berdiri didepan gate bandara sampai akhirnya tika udah hilang dari pandangan barulah kita bertiga melangkah ke parkiran. Gue rangkul dimas dan wulan dengan kedua tangan gue. Terlihat masih ada raut kesedihan di wajah dimas, dan wulan pun masih ada bekas air mata karena tadi nangis featuring tika.
Gue : Dim... sabar ya, ini bukan akhir kok... mungkin aja ini awal untuk hal-hal yang bakal jauh lebih baik... Kalau nanti lo kangen sama dia, gue siap nemenin elo nge gembel ke jakarta, wulan juga... ya gak ncir" Wulan : Iya... sabar ya dim...
Dimas : Iya men, ncir... seenggaknya gue masih ada kalian berdua lah...
Gue : Nah gitu dong... gue aja yang belum wisuda masih bisa haha hehe, masa kalian yang udah mau kerja masih sedih kayak gini...
Dimas : Hehehe iyo le... makane koe cepet dirampungke kuliahe...
Gue : Hahaha... sori dim, ane sekarang lagi sibuk cari fulus... jadi gak kepikiran kuliah... Dimas : Ntar kalo gak sarjana elo gak bisa ngelamar kuncir dong men... kan dia pernah bilang syarat buat ngelamar dia harus sarjana...
Gue : Ya itu sih terserah dia... mau sarjana apa kaga yang penting gue hidup mandiri... hehehe Wulan : Halah... baru aja kerja kayak gitu udah sombong...
Gue : Justru itu nduk, meskipun gue gak dapat banyak dan harus buang tenaga sama waktu yang gak sedikit, gue jadi lebih bisa menghargai setiap detik yang gue habiskan buat kerja... gak peduli berapa banyak yang elo dapat, selama menjalani dengan ikhlas mah, gue sih puas-puas aja...
Dimas : Hahaha emen jalan pemikirannya beda sama kita lan... dia mah mau kiamat datang besok dia masih tetep aja santai...
Gue : Gue masih enggan ninggalin zona nyaman dim...
Dimas : Iya men... gue hargai sudut pandang elo dalam menikmati hidup elo sendiri... murni jadi diri sendiri... mungkin ini kali ya yang bikin kuncir rela nungguin elo dari semester satu hahaha... Gue : Hahaha udah ah, jangan godain pacar gue terus...
Dimas : Hahaha iyo lee... semoga langgeng ya kalian berdua...
Gue : Gue sih pengennya gitu... tapi gak tau nih si kuncir, paling ntar ngeliat orang yang lebih siap nikah dia bakal ninggalin gue hehehe...
Wulan : *jitak gue* ojo ngawur koe... Dimas : Hahahaha...
Kembali gue rangkul dua orang sahabat gue ini, i love you guys. Dan akhirnya kita Cuma bisa ketawa-ketawa ngelewatin lorong dari bandara menuju parkiran. Entah kenapa gue senang banget pas kayak gini, Cuma minus tika doang yang sekarang udah terbang. Seberapapun kesedihan dan banyaknya masalah yang kita hadapi akan terasa lebih ringan kalau melihat orang terdekat kita tertawa senang kayak dua orang yang sedang gue rangkul ini. Masalah kuliah yang selama ini gue hadapai seakan menjauh untuk sementara.
*** Seminggu berlalu akhirnya dimas juga ikutan angkat kaki dari jogja. Dimas yang awalnya emang udah sempat interview di salah satu bank swasta di solo akhirnya pindah kesana. Meskipun dimas asli solo namun disana dia tetap ngekos karena memang jarak kantor dari rumahnya cukup jauh. Seminggu yang lalu kita baru aja ditinggal tika yang pulang ke jakarta dan sekarang dimas, namun gue gak terlalu sedih karena jarak jogja solo gak terlalu jauh, kalau lagi pengen ngumpul atau ngobrol-ngobrol tinggal meluncur satu jam setengah udah sampai di solo. Dan siang ini pun gue sama wulan datang ke solo buat nemanin dimas nempatin kos barunya. Tadi pagi gue sama wulan meluncur dari jogja ke solo naik motor.
Kita bertiga pun langsung bersih-bersih kamar barunya si dimas, cukup nyaman dan kebetulan yang ngekos disini rata-rata karyawan semua. Cukup lama bersih-bersih akhirnya kelar juga, dimas langsung keluar sebentar buat beli makan siang. Sementara gue sama wulan asik duduk didepan kamarnya dimas.
Gue : Sayang... tinggal kita berdua ini yang masih bisa ketemu terus... Wulan : Iya sayang... malah bagus kan hehehe...
Gue : Hahaha... gak kerasa ya, udah sibuk sendiri-sendiri... tinggal gue doang ini.. Wulan : jangan ngomong gitu lah... Cuma kuliah doang kok, yang penting gimana waktu yang udah kita lewatin...
Gue : Iya sih... Tak lama kemudian dimas nongol sambil bawa nasi bungkus. Dan kita pun yang belum makan dari pagi langsung melahap makanan yang dibeli dimas. Selesai makan kita duduk lagi didepan kamar, gue sama wulan duduk di kursi sementara dimas asik selonjoran didepan pintu sambil ngerokok.
Gue : Rencana elo kedepannya apa dim"
Dimas : Ya kerja lah men... nunggu gaji pertama buat orang tua, abis itu nabung dikit-dikit dan kalau ada waktu luang elo temenin gue ke jakarta ya hehehe...
Gue : Hahaha asik lah... jengukin calon istri yak" Dimas : Yo gak juga men... jengukin sahabat kita lah... Gue : Lo masih kepikiran ditinggal tika"
Dimas : Ya dikit sih... gak terlalu...
Gue : Tenang aja dim... ntar kalau udah mulai kerja pasti mulai lupa kok... kayak gue, sibuk di gym dan ngelaju jogja-pekalongan sampe-sampe gue lupa kalau gue punya pacar... hahaha Wulan : Sial...
Dimas : Hahaha... oh iya, sekarang tinggal kalian berdua doang nih di jogja... jangan sering berantem yo, akur-akur aja... wong tinggal berdua doang..
Wulan : Gue sih akur dim... tapi gue takut kalo emen tiba-tiba jadi gak jelas, lo tau sendiri gimana ini anak kalo absurdnya lagi kambuh...
Dimas : Yo di bikin senyum lah... kalo mau bikin emen senyum gampang kok, tinggal sogok aja pake bir pasti nyengir ini anak...
Gue : Hahaha... nyantai aja dim... gue sama wulan bisa nyaman sekarang beduaan di jogja tampa harus di ganggu elo sama tika hahaha...
Dimas : Hahaha sial... Tak lama kemudian wulan permisi buat ke kamar mandi, dan dimas pun langsung pindah duduk disamping gue. Dia sedikit mendekatkan badannya supaya omongannya tidak didengar wulan yang sedang di kamar mandi.
Dimas : Men... wulan udah pernah cerita belum kalau dia mau ngambil s2 di luar negri" Gue : Belum dim... tapi gue pernah lihat amplop ditasnya ada tulisan nama-nama universitas gitu lah... tapi dia belum cerita ke gue...
Dimas : Gini men... kemaren waktu elo sibuk bolak-balik jogja-pekalongan dia sempat cerita ke gue sama tika...
Gue : Terus" Dimas : ya gitu... di belum berani cerita ke elo, takutnya elo marah besar sama dia... Gue : Iya sih dim.. gue juga kepikiran kayak gitu... tapi kalau ini demi kebaikan dia, ya gue harus gimana lagi, mau gak mau gue harus suport dia, toh kalo bareng gue terus bisa-bisa itu anak ntar hidupnya gak karu-karuan dim...
Dimas : Kok gitu" Gue : Ya lo coba liat gue sekarang, apa yang bisa dibaggain dari gue, kuliah berantakan, skripsi turun mesin... makanya gue sekarang lebih fokus ke nyari duit, jadi kalo seandainya nanti kuliah gue benar-benar berantakan, seenggaknya gue ada modal dikit, meskipun bukan sarjana...
Dimas : Sebagai temen elo nih men... ngeliat elo udah mulai mikir kayak gitu gue udah seneng banget, jangan berkecil hati sob meskipun elo kuliah belum kelar, setiap orang kan punya pandangan sendiri-sendiri tentang hidup, dan gue hargai itu... jadi kalo seandainya elo sama wulan harus pisah, elo gak bakal kayak dulu lagi kan"
Gue : maksudnya" Dimas : Ya waktu kayak elo ditinggal siska dulu, sampai kehilangan arah gitu...
Gue : Hahah ya gak lah dim, kalo ini demi masa depannya wulan, gue rela kok... apapun yang terbaik buat dia...
Dimas : Wulan itu sayang banget sama elo men, kemaren pas dia cerita ke gue sama tika, dia sampe nangis gitu.. kayaknya dia juga belum siap buat pisah sama elo...
Gue : Ya baguslah... tau kalau dia sayang banget sama gue aja itu udah lebih dari cukup bagi gue dim.. Dimas : Cobalah ntar kalo udah di jogja, kalian omongin berdua secara baik-baik... Gue : Oke dim, siap...
Tak lama kemudian wulan nongol dari kamar mandi. Menjelang sore gue sama wulan pamit ke dimas buat pulang ke jogja. Gue lihat cuaca sedikit mendung, dijalan gue sedikit gak konsentrasi bawa motor karena kepikiran sama omongan dimas tadi. Semakin dekat ke jogja semakin kepikiran gue sama rencana wulan yang mau nyambung kuliah di luar. Pengen rasanya lama-lama buat sampai di jogja supaya gue sama wulan bisa sedikit lebih lama berdua diatas motor. Terasa pelukan wulan dari jok belakang semakin kencang mengikuti kecepatan motor gue.
Jam setengah lima sore akhirnya gue sama wulan sampai di jogja. Terlihat langit cukup gelap sore ini, kayaknya mau turun hujan. Wulan yang masih belum mau pulang ke rumah langsung masuk ke kamar gue dan tidur-tiduran diatas kasur. Kayaknya kecapean naik motor. Sementara gue langsung masuk ke kamar mandi buat cuci muka yang lumayan kucel karena debu jalanan. Pas gue masuk ke kamar terlihat wulan udah tidur nyenyak sambil meluk guling, gue selimutin badannya dan kemudian duduk di meja belajar sambil buka-buka file kampus. Terlihat jelas folder skripsi seakan manggil-manggil supaya disentuh. Dan gue pun mulai buka satu persatu-satu data-data yang udah gue kumpulin, baca-baca, analisa dan akhirnya gak satu pun kata-kata yang tertulis. Selanjutnya gue cek folder foto-foto waktu gue kecil yang kemaren dikirim icha lewat e-mail, foto gue waktu masih umur 3-4 tahun. Waktu masih lucu-lucunya, di dalam fofo tersebut gue tersenyum bahagia, dan gak tau apa yang bakal terjadi dengan senyum tersebut di masa depan. Dan sekarang mungkin masih ada sedikit senyuman, mungkin.
Cukup lama gue habiskan waktu buat buka-buka folder foto. Sampai gue rasakan kedua tangan wulan merangkul gue dari belakang. Dan sebuah ciuman lembut pun mendarat dipipi kanan gue.
Gue : Udah gak ngantuk lagi"
Wulan : Udah enggak kok... kamu gak capek sayang"
Gue : Eiitsss... tumben gak pake elo gue" Hahaha... pake sayang pulak" Wulan : Kan disini tinggal kita berdua doang hehehe...
Gue : Iya deh.. jogja jadi berasa gede banget ya ncir kalo gak ada dimas sama tika... Wulan : Iya sih... tapi seenggaknya jogjaku masih terasa menyenangkan kalau ada orang kayak kamu sayang...
Gue : Makasih ya lan... aku udah diijinin dan dikasih kesempatan buat dapat banyak pengalaman di kota mu...
Wulan : Iya sayang.. Part 119 Jalan-jalan men
Kemudian gue beranjak dari meja belajar dan tidur-tiduran diatas kasur, diikuti dengan wulan yang bersandar manja di dada gue. Pandangan gue lurus ke langit-langit kamar, gue masih kepikiran dengan apa yang di omongin dimas tadi. Dan yang gue lihat dari wulan sikapnya malah jadi biasa-bisa aja, kayak gak bakal terjadi apa-apa antara hubungan kita berdua. Hal ini cukup bikin gue ragu buat nanya tentang rencananya buat ngambil s2 di luar negeri.
Wulan : Kok ngelamun sayang?" Gue : ennngg.. enggak apa-apa kok"
Wulan : Kenapa" Kamu masih kepikiran dengan apa yang di omongin sama dimas tadi ya" Gue : Lho... kok kamu tau?"
Wulan : Tadi pas dikosnya dimas aku dengar kok omongan kalian berdua... sebenarnya aku udah pengen bicarain ini dari kemaren-kemaren, tapi kamu sibuk... lagian aku juga bingung gimana caranya ngomong langsung ke kamu..
Gue : Kenapa harus bingung sayang, ngomong langsung aja... malah lebih baik... Wulan : Jadi menurut kamu gimana" Aku boleh nyambung s2 diluar" Gue : Ya boleh lah... malah aku senang, ini kan demi masa depan kamu juga... Wulan : Tapi kan kita bakal pisah jauh sayang... Dan kamu bakal sendirian di jogja Gue : Gapapa sayang... selama jogja masih seperti ini aku senang kok, mungkin nanti dengan perginya kamu aku bisa lebih serius nyelesain kuliah, atau malah sebaliknya hehehe...
Wulan : Ihhh serius sayang...
Gue : Iya sayang... apapun yang terbaik buat kamu aku pasti selalu dukung kok... Wulan : Sebenarnya aku pengen nyambung kuliah di jogja aja sih, biar kita bisa dekat terus... tapi aku gak bisa nolak permintaan orang tua ku... mereka pengen banget aku kuliah di luar...
Gue : Iya aku ngerti kok...
Kemudian gue duduk sambil bersandar di dinding kamar, diikuti dengan wulan yang juga ikut duduk disamping gue sambil menyandarkan kepalanya dibahu gue. Gue rangkul bahunya.
Wulan : Sayang... kamu pernah gak sih mikirin kita berdua di masa depan bakal kayak apa... Gue : Sering kok sayang... dalam setiap khayalan tentang masa depan, kamu selalu ada didalamnya, kita berdua, selamanya...
Wulan : Wulan melihat ke arah wajah gue sambil tersenyum manis. Entah kenapa setiap melihat dia tersenyum kayak gini hati gue selalu adem. Sampai-sampai gue lupa bahwa sebentar lagi gue sama dia juga bakal pisah. Namun dengan ini gue jadi semakin menikmati setiap detik yang gue lewatin sama dia. Kemudian wulan yang ngeliat gue ngelamun langsung nyubit idung gue.
Gue : Aihhh sakit sayang...
Wulan : Hehehe makanya jangan ngelamun... sholat dulu yuk, udah maghrib ini.. Gue : Mau jamaah apa sendiri-sendiri" Wulan : Ya jamaah lah...
Gue : Aduh dek... berasa kayak suami istri aja... Wulan : Hehehe biarin...
Selesai wudhu gue langsung mengimami seseorang yang selalu gue harapkan untuk gue imami seumur hidup gue. Dan setelah selesai sholat wulan maksa gue buat baca al-qur an namun gue tolak karena habis sholat tadi dia udah nyentuh tangan gue dan wudhu pun batal, malas juga harus wudhu lagi. Selesai sholat gue ajak wulan untuk jalan cari makan keluar komplek, sengaja gue ajak wulan jalan kaki malam-malam biar kerasa sedikit romantis lah. Dan kita berdua pun makan di warung pecel lele yang letaknya gak terlalu jauh dari gerbang komplek. Dan setelah selesai makan gue sama wulan sedikit berlama-lama dijalan menikmati malam berdua, gandengan tangan. Namun wulan langsung melepaskan tangannya ketika gue nyalakan sebatang rokok.
Wulan : Kamu ada gak sih niat buat berhenti ngerokok" Gue : Ada kok... tapi gak bisa...
Wulan : Kalau demi aku bisa gak berhenti...
Gue : Bisa sih.... paling Cuma beberapa hari, soalnya aku mau ditinggal jauh... Wulan : Ihh jangan ngomong gitu nah... sedih dengernya...
Gue : Hahaha becanda sayang...
Sampai di rumah wulan langsung masuk ke kamar dan tidur-tiduran lagi. Sementara gue sibuk beres-beres baju sekalian ngerapiin lemari. Tak lama kemudian dia duduk di pinggiran kasur sambil merhatiin gue. Tak lupa juga gue langsung nyiapin pakaian dan tas karena memang dua hari lagi rencananya gue mau ke pekalongan lagi.
Gue : Oh iya, kamu berangkat dari jogja kapan"
Wulan : Masih dua minggu lagi kok... kenapa" Kamu marah ya kalo aku pergi" Gue : Enggak kok... ini kan demi kebaikan kamu juga, pastinya aku senang lah... Wulan : Itu ngepakin baju emang mau kemana"
Gue : Aku lusa mau ke kepalongan, bantuin om ku... Wulan : Aku ikut ya...
Gue : Emang mau jalan jauh naik motor" Wulan : Hehehe pake mobil aja ya... Gue : Pake mobilnya siapa"
Wulan : Mobilku aja... ntar biar bisa gantian nyetir kita..
Gue : Makasih sayang... bukannya gak mau tapi aku lebih enak naik motor, biar cepet... Wulan : Ntar kalo kehujanan gimana"
Gue : udah resiko.. Wulan : Hmmmnn ya udah deh... tapi aku ikut ya... Gue : Iya... tapi ijin dulu sama papa mamamu... Wulan : Iya.. besok tak bilangin...
Dua hari kemudian gue sama wulan langsung meluncur ke pekalongan, mungkin ini adalah jalan-jalan terakhir gue sama dia sebelum dia pergi ninggalin jogja, semoga aja ini bukan yang terakhir. Agak sepi juga rasanya gak ada dimas sama tika kalau jalan jauh kayak gini. Biasanya ada mereka berdua kayak pergi ke dieng dulu. Dan tepat jam tiga sore gue sama wulan langsung meluncur dari jogja menuju magelang. Lumayan suasana jalan jogja-magelang sore ini gak terlalu panas dan sedikit sepi, gue bisa memacu motor dengan kecepatan tinggi. Melewati magelang dan jam setengah enam sore gue sama wulan udah ada di alun-alun temanggung buat istirahat sebentar. Wulan yang menyandang tas ransel yang lumayan besar duduk di pinggiran jalan, terlihat dari raut wajahnya sedikit lemas.
Gue : Capek sayang"
Wulan : Dikit sih... tapi asik kok, jalan-jalan gini, sama pacar pulak hehehe.. Gue : Hahaha ya udah kita cari jajanan dulu yuk, abis itu sholat baru lanjut lagi.. oke.. Wulan : Siap pak bos...
Langsung gue ambil tas yang ada di punggung wulan dan kita pun jalan-jalan di sekitaran alun-alun buat cari makan. Selesai makan azan maghrib pun berkumandang, gue sama wulan langsung menuju mesjid yang ada didekat alun-alun, kita sholat bergantian supaya barang-barang bawaan ada yang jagain. Selesai sholat hari sudah mulai gelap. Sebenarnya bagi gue gak masalah sih jalan jauh malam-malam gini, tapi sekarang gue bawa anak gadis orang. Wulan yang sekarang sudah terlihat sedikit segar senyum ke arah gue sambil menyandang tas gede, aduh manisnya anak ini.
Wulan : Ayukk... berangkat... Gue : Iya bentar, semangat amat..
Wulan : Iya dong... jalan jauh malam-malam sama pacar, itu lebih romantis dari pada dinner di restoran mewah sekalipun... makanya semangat hahaha...
Gue : Hahaha bagus lah kalo gitu... berarti aku sekarang romantis dong.. Wulan : Iyap...
Jam tujuh kurang pun gue sama wulan melanjutkan perjalanan, memasuki daerah sukorejo rintik hujan mulai turun, awalnya gue sama wulan masih tetap jalan karena hujan belum terlalu deras, namun semakin lama semakin kencang akhir gue putuskan untuk neduh di sebuah warung kopi di pinggir jalan. Gue pesan segelas kopi hangat dan teh manis buat wulan. Cukup lama gue neduh di warung kopi ini, karena memang gue sama wulan gak bawa jas hujan. Akhirnya sambil nugguin hujan reda gue sama wulan ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu penjaga warung.
Ibu-ibu : Mau kemana mas sama mbak nya" Gue : Mau ke pekalongan bu...
Ibu-ibu : Malam-malam gini" Gue : Iya bu...
Ibu-ibu : Emang mas sama mbaknya dari mana" Wulan : Jogja bu...
Ibu-ibu : Gak bawa jas hujan" Gue : Hehehe gak bawa bu... Ibu-ibu : woalah... kentir sampean mas... jalan jauh kok gak bawa jas hujan... Wulan : Iya nih bu... tadi kelupaan pas udah di jalan...
Tak lama kemudian sang ibu penjanga warung berdiri sebentar mengambil hape nya yang berdering, kemudian dia berbicara dengan seseorang. Cukup lama ibu tadi ngobrol di telpon dan akhirnya balik lagi ke tempat duduk gue sama wulan. Ibu tersebut kemudian dengan wajah sedikit cemas memegang pundak wulan.
Ibu-ibu : Ini mas... tadi yang nelpon itu keponakan saya, dia bilang kalau jalan sukorejo weleri longsor mas, putus total, motor aja gak bisa lewat...
Gue : Dekat daerah mana bu"
Ibu-ibu : Itu yang daerah bukit-bukit sebelum masuk kendal... Gue : Kira-kira ada jalur lain lagi gak bu"
Ibu-ibu : Ada sih mas... tapi harus lewat jalan kecil, jalan tanah... ntar ngelewatin hutan jati gitu mas.. Gue : Gimana sayang"... tetap mau lanjut atau kita balik lagi ke jogja"
Wulan : Jalannya seram gak bu"
Ibu-ibu : Seram sih enggak... tapi jalur sana sepi mas, gak ada rumah warga.. Gue : Tapi aman kan bu"
Ibu-ibu : Insya allah aman... Gue : Gimana sayang"
Wulan : Aku sih ngikut kamu aja... Gue : ya udah, berarti lanjut ya...
Wulan pun mengangguk mantap tanda setuju. Tepat jam setengah sembilan malam pas rintik hujan mulai sedikit berkurang gue sama wulan langsung pamit sama ibu-ibu tersebut untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar setengah jam berada dijalan tepat sebelum memasuki turunan dari sukorejo menuju kendal terlihat beberapa polisi berada di tengah jalan menghentikan laju kendaraan yang melewati jalan tersebut. Bener kata-kata ibu tadi polisi mengalihkan jalur kendaraan ke jalan lain karena di bawah ada longsor dan jalan putus total. Gue lihat gak banyak kendaraan yang satu arah dengan gue, hanya ada beberapa motor.
Part 120 Cerita dikota batik
Setelah berbincang sedikit dengan pak polisi sambil menanyakan jalur alternatif, gue sama wulan langsung melanjutkan perjalanan melewati jalur yang dibilang ibu-ibu warung kopi tadi. Jalan sepi, jalan tanah dan gak ada rumah warga, hanya ada hutan jati yang terlihat di kiri kanan, dan motor-motor yang tadi melewati jalur ini pun udah jauh didepan, sementara di belakang hanya ada motor gue doang, gelap gulita. Kondisi jalanan yang licin pun cukup menghambat laju motor, kemudian gue berhenti sebentar buat buka jaket yang mulai basah kena air hujan, meskipun gak deres namun tetap bikin basah, kemudian gue ikat jaket tersebut di tas ransel, gue lihat ke bawah kaki dan celana gue sampai ke lutut udah kuning semua kena kuning tanah yang basah karena hujan, begitu juga dengan wulan, untungnya sebelum berangkat tadi gue suruh dia pake sepatu boot.
Cukup lama gue sama wulan mengikuti jalanan yang semakin nanjak dan semakin licin ini. Sampai akhirnya gue sampai diatas perbukitan dan gue putuskan untuk berhenti sejenak. Sekalian buat bersihin sepatu, rantai dan ban motor yang udah kayak kue brownis karena banyaknya tanah yang menempel.Wulan langsung turun dari motor dan menghidupkan hapenya buat penerangan. Selesai bersihin rantai motor kita berdua berdiri didepan motor yang masih menyala, pandangan gue tertuju ke bawah perbukitan, terlihat jelas dari jalur pantura dari atas bukit, cahaya-cahaya lampu kendaraan yang melintas pun terlihat jelas dari atas. Gue rangkul bahunya wulan yang sedikit basah, sambil menikmati pemandangan yang ada didepan kami berdua.
Gue : Maaf ya sayang... gara-gara aku kamu harus kotor-kotoran gini...
Wulan : Gapapa sayang... malah senang kok, kayak gini sama kamu... hujan-hujanan, kotor-kotor, kapan lagi coba kita bisa kayak gini...
Gue : Hahaha iya... bagus ya pemandangan dari atas sini...
Wulan : Iya.. awalnya tadi aku sempat takut... karena gelap banget dan gak ada yang lewat selain kita, tapi setelah liat pemandangan kayak gini rasa takutnya mulai hilang...
Gue : Iya sih... bahkan dari sudut kegelapan pun terkadang kita masih bisa melihat cahaya indah bukan" Wulan : Cieeelah malah puitus...
Gue : Hahaha... gimana" Lanjut"
Wulan : Bentar lagi lah... masih enak disini...
Dan gue pun terpaksa ngikutin wulan dan menyalakan sebatang rokok. Namun tiba-tiba mesin motor pun mati, dan disekitar kita berdua langsung gelap gulita. Wulan yang kaget karena tiba-tiba gelap langsung sedikit meloncat ke arah gue dan alhasil gue jatuh ke tengkurep ke tanah sambil di tindih sama dia, berat men, diitambah di nyandang tas gede, untung aja punggung gue gak remuk. Secepat kilat langsung gue nyalakan lagi mesin motor, dan alhamdulillah bisa nyala dan gak ada masalah apa-apa, tapi baju dan celana gue udah kuning semua kena tanah. Wulan Cuma ketawa ngeliat gue yang udah kayak orang baru abis berandam di lumpur. Sementara dia yang pakai jaket pun Cuma celananya doang yang kotor. Dan kita berdua pun Cuma bisa ketawa ngakak, malam-malam ditengah hutan gak ada orang, hujan rintik-rintik pula. Mungkin kalau gak ada wulan gue udah mati ketakutan.
Sejam kemudian kita berdua sudah memasuki kota kendal, dan hujan pun mulai berhenti. Gue sama wulan pun terlihat semakin kumal karena tanah yang nempel di tubuh kita berdua mulai kering terkena angin. Dan akhirnya gue sama wulan berhenti sejenak di sebuah pom bensin di pinggiran pantura. Orang-orang yang ada disana pun ngeliatin gue sama wulan dengan tatapan aneh, karena kita berdua kayak habis offroad. Gue sama wulan tetap cuek dan langsung masuk ke toilet buat bersihin muka. Selesai bersih-bersih muka dan isi bensin kita berdua duduk sejenak di pom bensin sekedar untuk istirahat, baru kali ini gue jalan dari jogja-pekalongan jadi lama kayak gini, biasanya berangkat dari jogja jam 3 biasanya jam setengah sembilan udah sampai namun kali ini udah hampir jam sepuluh kita berdua masih kayak orang di pantura. Gue lihat wulan duduk sedang asik duduk sambil menggenggam kedua tangannya, rambut kuncirnya yang terlihat sedikit berantakan dan jaketnya udah kotor kena tanah jadi makin gak karuan manisnya ini anak, entah kenapa akhir-akhir ini gue ngeliat dia kayak tambah cakep gitu, mungkin efek samping karena mau ditinggal kali ya.
Gue : Sayang... orang tua mu emang gak masalah aku bawa anak gadisnya jalan jauh kayak gini... Wulan : Hehehe... awalnya sih mereka ngelarang, tapi aku ancam...
Gue : Buset dah... aku jadi ngerasa gak enak banget sama papa mamamu...
Wulan : Nyantai aja sayang... yang penting kan mereka udah ngijinin, meskipun aku ancam aku gak bakal ngambil s2 kalo dilarang pergi-pergi sama kamu hehehe...
Gue : Aduh mak... jadi nyesel ngajak kamu pergi kayak gini...
Wulan : Hehehe... biarin nah, mumpung kita masih bisa ketemu, aku pengen setiap detik yang kita lewatin jadi berarti... jangan dipikirin ya, berapapun waktu yang masih tersisa buat kita, aku pengen kita lewatin samasama...
Sebuah Kota Banyak Cerita Karya Menyingsing90 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boulevard Revenge 1 Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling Pendekar Aneh Naga Langit 32
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama