Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton Bagian 3
Bang! Bum! Dan suara melengking, disusul suara gesekan keras dan kasar. Kini Barney merasa yakin bahwa ia juga mendengarsuara-suara orang. Tetapi sangat teredam. Seolah-olah terhalang oleh beberapa dinding.
"Mmm, kinilah saatnya untuk menyelidik, Miranda," kata Barney. Disingkirkannya permadaninya. Ia
melompat turun, mendengar-dengarkan lagi.
Suara itu seperti datang dari arah kanan. Barney pergi ke arah itu, dan terbentur pada dinding. Tapi jelas, suara tadi datang dari balik dinding ini. Bagaimana bisa"Tak ada jalan untuk pergi kebalik bimbing.Diperiksanya dinding tersebut. Sama saja dengan dinding yang lain di gudang itu... hanya di sini agak lembab, mengkilap bagaikan kena embun.
Bum! Suara itu benar-benar datang dari balik dinding. Kalau begitu di balik sana pasti ada suatu ruangan. Barney menyelidiki lagi dinding itu.
Akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya! Tetapi sesungguhnya itu atas bantuan Miranda bahkan Miranda-lah yang menemukannya.
Bab 21 KEJADIAN-KEJADIAN ANEH SEBuAH kotak tua bersandar di dinding. Miranda melihat sesuatu bergerak di sana. Mungkinkah seekor labah-labah ... ataukah seekor kumbang" Secepat kilat ia menubruk. Ia menyelinap ke belakang kotak itu, tetapi terlalu sempit. Barney membantunya, menggeser kotak itu sedikit. Dan tiba-tiba terlihat olehnya sebuah gelang besi terpancang di dinding. Rendah sekali, dekat lantai, dan sudah amat berkarat. Barney terpaksa harus berlutut untuk memeriksanya. Mengapa ada gelang besi ditempat yang begitu rendah" Apakah memang ada gunanya" Mungkinkah untuk merantai tawanan seperti sering diceritakan orang" Diperhatikannya lagi. Ditaruhnya senternya, dipegangnya gelang tadi dengan kedua belah tangannya, dan ditariknya kuat-kuat. Tak bergerak sedikit pun. Dicobanya mendorong. Tak ada hasilnya. Ditariknya lagi, sementara Miranda duduk di lantai, memperhatikannya dengan penuh perhatian. Secara kebetulan saja ia menemukan rahasia gelang tadi. Iseng-iseng ia memutar-mutar gelang
itu, dan ternyata gelang tersebut memang bisa diputar! Dengan gerakan sekrup ia memutar terus, dan suatu hal yang sangat aneh terjadi.
Barney tak habis mengerti apa yang terjadi Gerakan sekrup gelang tadi agaknya menggerakkan suatu pengungkit, dan tiba-tiba saja balok batu di sebelah balok batu yang bergelang tadi bergerak. Sangat, sangat perlahan, maju ke arah Barney, sedikit gemersik, seolah berjalan menurut 'suatu alur atau rel yang tersembunyi. Bila Barney menghentikan gerakannya memutar gelang tadi, batu tadi pun berhenti bergerak. Beberapa lama kemudian batu tersebut berhenti, separuh di dalam separuh diluar dinding. Dan dengan dada semakin berdebar keras, Barney memutar lagi Akhirnya batu itu keluar sama sekali, meninggalkan sebuah lubang persegi di dinding. Barney memeriksa lubang itu. Cukup besar untuk dirinya, atau seorang dewasa yang bertubuh kecil. Bila bertubuh besar, rasanya akan sangat sulit untuk memasuki lubang itu. Ia menyoroti bagian sebelah sana dengan senternya. Tak terlihat apa-apa, begitu gelap.
"Masukkah kita?" tanyanya pada Miranda. Miranda tidak membuang waktu dengan menjawab. Dengan mudah ia menyelinap masuk, tetapi segera kembali, mencereceh ribut.
la tidak ketakutan, pikir Barney, jadi agaknya tak ada yang perlu ditakutkan di balik dinding itu. la akan masuk kesana dan melihat-lihat. Mungkin di sanalah asal suara-suara aneh itu.
la memaksakan diri masuk. Begitu gelap! Barney menyorotkan senternya berkeliling.
Suatu tempat yang sangat aneh. Kecil, tak lebih dari sebuah kamar barang. Dan langit-langitnya begitu rendah sehingga ia tak bisa berdiri. Dindingnya lembab, dan udaranya juga berbau lembab.
Keheran-heranan Barney melihat berkeliling. Tempat apakah ini" Tak ada sesuatu yang bisa memberi dia suatu tanda tentang penggunaannya. Dan kemudian ia mendengar suara-suara it
u lagi. Begitu keras sehingga Barney betul-betul terloncat. Suara itu seolah-olah terjadi didekatnya! Tetapi tidak ... rasanya datang dari bawah lantai. Barney memeriksa lantai tempat itu ... dan ia tertegun. Tak jauh darinya, di lantai, terdapat sebuah lubang bundar, sempit, gelap. Agaknya cukup dalam juga, sebab sinar senternya tak bisa menyentuh dasarnya. Dan di dinding lubang dalam itu masih terlihat bekas tangga besi untuk turun... dan dari bawah sanalah terdengar suara-suara aneh itu! Kini suara tersebut makin keras terdengar. Miranda sangat ketakutan. la meloncat mundur, memasuki lubang tadi dan langsung masuk ke balik dinding. Barney terpaksa memanggilnya berkali-kali, baru monyet yang ketakutan itu mau
kembali. Miranda ragu-ragu masuk kembali, dan sesuatu
yang sangat mengejutkan terjadi. Entah Miranda entah Barney, tetapi agaknya salah satu di antara mereka menyentuh suatu alat rahasia. Batu yang tadi membuka, perlahan masuk ke dalam lubangnya! Barney yang sedang sibuk menghibur Miranda tak menyadari hal itu. Dan ketika mendengar suatu suara aneh, ia menoleh, dan dilihatnya lubang tadi sudah hampir rapat tertutup! Ia mencoba menghalangi gerakan batu penutup itu, tetapi terasa begitu berat. Sama sekali ia tak sanggup mendorongnya terbuka lagi!
Saat itulah Barney betul-betul merasa takut.
Udara di situ begitu dingin dan lembab, tempatnya begitu sempit. Bagaimana kalau ia tak bisa keluar
dari situ" Gugup ia mencari-cari entah alat apa yang mungkin bisa menggerakkan batu itu lagi. Pasti ada pembukanya! Atau ... apakah memang tak ada" Apakah tempat ini memang tempat untuk menyimpan tahanan"
Sebuah suara lagi menggelegar dari lubang kecil tadi. Barney yang terengah-engah karena memeras tenaga mencoba membuka lubang di dinding itu berhenti sejenak, mendengarkan.
Kalau suara itu disebabkan oleh manusia, pasti ada jalan ke luar di bawah itu. Tetapi ke mana" Barney sama sekali tak mau turun. Begitu gelap, begitu sempit, dan tangga itu mungkin sudah tak kuat lagi menyangga dirinya. Bagaimana kalau ia terjatuh"
la mencoba lagi membuka batu di dinding. Tetapi tak berhasil. Ia kembali memeriksa lubang turun itu. Kembali ia berpikir. Suara-suara itu .. betulkah dibuat oleh manusia" Kalau memang ada manusia di bawah sana, mungkin mereka bisa menolongnya ... kecuali kalau mereka bekerja sembunyi-sembunyi melawan hukum, dan dalam hal itu mereka pasti takkan senang melihatnya.
Bagaimana kalau Pak King juga berada dibawah sana" Pasti akan lucu sekali. Ya ... mungkin tidak lucu. Rasanya kata
"lucu" tak akan pernah bisa cocok di sini.
Tetapi tak ada cara lain. Mau tak mau ia harus
turun ke sana. Barney berlutut di lantai. Satu kakinya meraba-raba turun, mencari tangga itu. Ditemukannya anak tangganya, dan dicobanya menyangga berat badannya. Langsung putus! Wah ... makin sulit kini, kalau ternyata tangga itu tak bisa dipakainya. Dicobanya anak tangga kedua. Berat badannya dicobanya lagi ... dan patah lagi! Barney merasa sangat ketakutan lagi. Miranda juga, mencereceh takut mencengkeram bahunya. Kemudian Barney meraba-raba sisi tangga. Mestinya tangga itu dipakukan pada dinding .... Apakah bagian ujung anak tangga yang melengkung masuk ke dalam dinding lubang itu cukup kuat" Mungkin sekali tidak. Walaupun patah, pasti masih ada bagian sedikit yang menancap di dinding dan bisa dijadikan injakan kakinya. Kakinya merasakan suatu bagian yang tajam di dinding. Patahan anak tangga yang tadi. Diinjaknya. Ya. Cukup kuat. Hati-hati ia turun, kakinya mencari ujung anak tangga di bawah
yang diinjak kaki satunya. Kalau diinjak di bagian tengahnya, mungkin anak tangga itu juga akan patah. Tetapi di ujungnya masih cukup kuat! Hati-hati sekali. Pelan-pelan sekali. Satu demi satu Bamey menuruni setiap anak tangga di bagian ujungnya. la mulai bisa bernapas lagi dengan tenang. Seluruh tubuhnya kini sudah berada di dalam lubang. Kakinya meraba-raba ujung anak tangga, tangannya memegang bekas injakan yang terdahulu. Turun, turun terus. Kemana lubangini"Salah satu suara aneh itu tiba-tiba terdengar, begitu keras. Miranda hampir terjatuh karena kagetnya.
Tapi akhirnya lubang itu pun berakhir. Menurut perkiraan Barney, ia sudah menempuh jarak sekitar tiga atau empat meter. Yang penting, kakinya menginjak dasar yang keras, dan ia bisa berdiri bebas! Dilepaskannya pegangannya, dan ia berbalik. Di belakangnya terdapat semacam ambang pintu di dinding, rendah dan sempit. Barney membungkuk dan berjalan miring memasukinya.
Kini ia dengan jelas mendengar suara-suara orang, saling berteriak atau memanggil. Sesaat ia tertegun saat mendengar suara lain, suara melengking mendesing. Tapi ia segera sadar bahwa suara itu suara sebuah mesin atau alat.
Ia menyipitkan mata melihat berkeliling, tak berani menggunakan senternya. Terakhir kali dinyalakannya tadi hanyalah untuk memeriksa tempatnya berpijak. Ia berdiam diri kini, di dalam gelap pekat. Tak berani bergerak maju atau mundur, takut kalau jatuh ke dalam suatu lubang lagi. Kemudian ia sadar akan suatu suara lain, suara yang terus-menerus, kadang-kadang pelan, kadang-kadang menjadi keras dan nyata. Suara air!
"Ya ... itu suara air!" pikir Barney.
"Air mengalir. Di mana" Rasanya begitu dekat!" Dinyalakannya senternya sekejap. Ternyata ia berada di suatu lorong sempit yang menjadi kelanjutan lubang yang dituruninya tadi. Lorong ini miring ke bawah. Dan di ujung lorong terlihat
gemerlapnya air. "Wah," pikir Barney,
"air apakah itu" Apakah suatu danau di bawah tanah?"
Hati-hati ia merayap turun, sampai ia mencapai air. Ditutupinya senternya dengan tangan, agar cahayanya tidak tersebar. Ya, ini air... air mengalir:
Mengalir! Hei, kalau begitu ini semacam sungai. Mungkin anak sungai, sebab tidak begitu lebar.
Tiba-tiba Barney mengerti. Inilah anak sungai yang dicarinya bersama kawan-kawannyaitu!Anak sungai yang di peta digambarkan sangat dekat sekali dengan Gedung Tua Rockingdown. Ternyata bukan saja sangat dekat, tetapi malahan mengalir di bawahnya! Tak heran bila dinding lorong tadi begitu lembab.
Lupa untuk berhati-hati, Barney menyinarkan senternya di anak sungai itu. Alirannya deras, dasarnya cadas. Langit-langitjuga terbuat dari batu cadas, dan disana-sini begitu rendah. Ditepinya, di sisi tempat Barney berdiri, terdapat pinggiran sempit yang bisa dipakai orang untuk berjalan. Di sisi lain tak ada tempat seperti itu.
Betapa anehnya. Anak sungai yang mengalir di bawah gedung, dan orang-orang bekerja di terowongannya membuat suara-suara aneh dan teredam. Sangat perlahan bila didengar dari atas gedung, tetapi toh masih terdengar
Apakah orang-orang itu tahu suara mereka terdengar dari atas" Kalaupun mereka menyadari hal itu, mungkin mereka tak peduli. Toh mereka tahu gedungtua itu tak berpenghuni, tak akan ada yang mendengar.
Dari arah kiri, arah anak sungai itu mengalir, terlihat cahaya remang-remang. Dari arah sanalah terdengar suara orang-orang bekerja. Hati-hati Barney berjalan di tepi anak sungai itu, mendekati arah tersebut. Bila langit-langit merendah, ia ter
paksa merangkak. Dan melewati bagian atap yang sangat rendah, ia mendapatkan anak sungai tersebut melengkung ke kiri. Di balik tikungan tersebut cahaya lebih terang. Di sanalah agaknya orang-orang itu bekerja.
Barney merasa sedikit gembira. Kalau ada orang, pastilah ada jalan keluar. Dan itu berarti ada kesempatan untuk melarikan diri. Tetapi sebelum itu ia ingin tahu, apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Ia sampai ke tikungan, dan hati-hati mengintip ke balik tikungan tersebut. Sekali lagi ia terheran heran. Terowongan anak sungai yang sempit itu tiba-tiba meluas, menjadi suatu gua besar dengan langit-langit rendah. Dan tampak beberapa orang sedang menjalankan katrol. Katrol itu ternyata yang mengeluarkan bunyi melengking meninggi, yang begitu sering didengar oleh Barney. Sebuah katrol lain juga ada di situ, mengeluarkan suara bagaikan menggeram, yang agaknya diperbesar oleh ruang gua tersebut.
Barney melihat ada tiga orang lelaki di situ. Mereka saling berteriak untuk bisa terdengar diatas suara katrol yang begitu berisik. Sedang apakah mereka" Ingin sekali Bamey mengetahuinya.
Bab 22 JALAN KE LUAR BaRNEY berdiri terlindung batu karang yang menjorok ke luar dari dinding terowongan. Yang terjadi di depan matanya sungguh luar biasa! Anak sungai deras mengalir, gemeresik melewatinya dan menyusuri dinding gua raksasa itu kemudian lenyap jauh di sisi lain. Orang-orang bekerja pada dua buah katrol, yang mengeluarkan bunyi tajam saat talinya berputar. Dan salah seorang di antara mereka berseru,
"Lampu!" Sebuah lampu dengan cahaya yang sangat menyilaukan bersinar di tepi anak sungai itu. Seseorang muncul dari ujung terowongan yang jauh di sana, membawa benda yang mirip dengan garpu jerami. Katrol berputar cepat. Dan suatu benda muncul di permukaan air dari ujung sana, terangguk-angguk ditarik melawan arus, mendekat. Barney ternganga. Agaknya orang-orang ini sedang mengatrol peti-peti besar dari ujung terowongan tempat anak sungai itu melenyap. Barney tak bisa melihat jelas barang-barang apa itu ... mungkin kotak-kotak besar entah berisi apa. Sesuatu yang berat" Sama sekali tak terlihat.
Keempat orang itu bergegas mendekati kotak yang mendekat itu, dan menariknya ke dalam gua. Bang! Bum! Kotak tersebut terayun naik ke darat. Mendengar suara jatuhnya saat kotak itu diguling gulingkan untuk disimpan, maka pastilah kotak tersebut cukup berat.
Hati-hati Barney mengulurkan kepala untuk melihat di mana kotak tadi disimpan. Ternyata di tempat tersebut, remang-remang terlihat sudah banyak kotak ditumpuk. Pasti ini suatu tempat penimbunan. Suatu tempat persembunyian. Tempat menaruh barang-barang rahasia.
Katrol berputar lagi, dan sebuah peti muncul, terangguk-angguk melawan arus. Disusul sebuah lagi. Mungkin keduanya diikat menjadi satu. Mungkin di balik terowongan di sana itu sudah menunggu banyak sekali peti dan kotak semacam itu. Orang yang membawa benda seperti garpu jerami itu selalu masuk ke dalam terowongan tersebut setiap kali sebuah peti muncul. Dengan alatnya ia ikut mengemudikan peti yang sedang ditarik. Barney mengira di terowongan tersebut juga ada tempat untuk jalan di tepinya.
"Selesai sudah," terdengar orang yang membawa garpu jerami itu berseru, setelah peti terakhir diangkat ke darat.
"Mari keluar. Aku sudah hampir mati kecapaian."
Barney cepat mundur, takut kalau-kalau orang itu akan melewati jalan tempat ia sembunyi. Tetapi ternyata tidak. Mereka berjalan ke arah sana, berjalan di tepi terowongan dan hilang dalamkegelapan. Sin
ar senter mereka satu per satu lenyap. Gelap gulita kini. Miranda, di bahu Barney, mencereceh perlahan. la kedinginan dan kelelahan. la tak mengerti mengapa mereka ada ditempat
itu. Barney menyalakan senternya. Untung ia membeli senter yang begitu kuat cahayanya. la memasuki gua raksasa tadi. Ternyata lebih besar dari dugaannya! Memang sebuah gua alam, gua di bawah tanah yang begitu luas, di sana-sini dindingnya bersinar-sinar oleh pospor.
Ia menjelajahi gua besar di tepi anak sungai itu. Di ujungnya ia melihat tanda-tanda tempat orang-orang bekerja. Di sana-sini tampak peti-peti yang sudah dibuka. Tapi tak ada tanda-tanda tadinya berisi apa, kecuali setumpuk logam berwarna gelap. Barney mengambil sebatang.
Berat sekali. Mungkin logam itu perak. Perak yang dicairkan dan dibentuk menjadi batangan.
"Mungkin barang-barang perak curian, dicairkan dan dibentuk menjadi batangan begini," pikirnya.
"Mungkin di sini tempat penimbunan barang-barang curian atau selundupan. Sungguh tempat persembunyian yang bagus! Takkan ada yang bisa menemukan tempat persembunyian ini.
Ia terus menyelidiki isi gua besar itu. Dan ia menemukan benda-benda yang sangat membuat ia girang: sebuah kasur tua dengan selimut dan
bantal, dan lebih bagus lagi-setumpuk makanan kalengan! Agaknya orang-orang tadi kadang-kadang harus makan di tengah-tengah pekerjaan mereka. Dan mungkin juga harus tidur di sini. Nah, Barney merasa tak ada salahnya bila ia juga tidur di sini, kalau memang terpaksa. Dan makan juga! Kalau ia tak bisa segera menemukan jalan ke luar, ia bisa melewatkan waktunya dengan cukup nyaman. Sementara itu ia akan berusaha keras untuk menemukan jalan ke luar tersebut.
Ditelitinya mesin katrol itu. Sungguh kuat. Memang harus mengangkut barang berat melawan arus deras-jauhkah barang-barang itu harus ditarik" Barney ingin mengetahui jawabnya. Tetapi ia terlalu lelah untuk menyelidiki lebih lanjut, juga kedinginan. Lebih baik ia tidur saja. Miranda akan membangunkannya bila ada orang mendatangi Barney segera tertidur. Sekali lagi Miranda memeluk lehemya. la taktahu berapa lama ia tidur, sebab ia tak mempunyai arloji dan suasana selalu gelap. Sewaktu bangun, ia tak tahu apakah hari sudah siang ataukah masih malam. Tetapi menurut perasaannya pastilah hari siang, sebab ia terbangun dan merasa lapar. la segera memeriksa tumpukan makanan kaleng yang ditemukannya itu. Ah, setumpuk kaleng berisi daging babi! Diambilnya sebuah ... kalau saja ada alat untuk membuka kaleng itu! Dilihatnya di dekat situ terdapat setumpuk piring seng, pisau murahan, sendok, dan garpu. Dan dua buah pembuka kaleng! Segera Barney menikmati sekaleng daging itu dan sekaleng buah persik. Disembunyikannya bekas kalengnya di balik batu, agar bila orang orang itu datang lagi mereka tak curiga. Selesai makan ia merasa cukup kuat untuk berbuat apa saja. Miranda yang telah menghabiskan empat paruhan buah persik juga merasa bersemangat kembali. la berloncatan ke sana kemari, memeriksa ini itu, dan tiba-tiba gua itu diterangi oleh sinar yang amat menyilaukan! Barney meloncat berdiri, mengedip-ngedipkan mata, mengira setiap saat orang itu akan muncul. Tapi tak seorangpun datang. Lalu...kenapa lampu bisa menyala sendiri" Tiba-tiba ia tertawa. Tentu saja! Pastilah Miranda yang nakal itu yang menyalakan lampu. Miranda memang sangat suka bermain tombol lampu dan karenanya sering mendapat kesulitan. Barney segera memanggilnya,
"Miranda nakal! Jangan iseng! Ayo, matikan lampu!" Miranda mencereceh gembira. Lampu dimatikan, dihidupkan dan dimatikan lagi berkali-kali.
Akhirnya dimatikan lagi dan tempat itu kembali gelap, hanya sekali-sekali terlihat sinar lampu senter Barney.
"Ayolah, Miranda, sudah waktunya untuk meninggalkan tempat ini," kata Barney.
"Mari mengikuti orang-orang itu ... ke hilir!"
Miranda melompat ke bahunya dan berpegangan pada daun telinganya yang kanan. Barney pergi ke tempat anak sungai itu lenyap di ujung terowongan. Barney memeriksanya dengan senternya. Di pinggir terowongan di tepi anak sungai itu terdapat sejalur karang sempit, lebih sempit dari tempatnya berjalan di bagian hulu tadi. Dan di beberapa tempat jalur itu malahan tidak ada, sehingga Barney harus berjalan di air yang amat dingin. Terowongan itu pun tidak lurus, berkelok-kelok mengikuti aliran anak sungai. Sungguh suatu perjalanan yang menyeramkan, berjalan ditempat begitu sempit disamping air hitam mengalir deras. Bahkan di suatu tempat langit-langit terowongan begitu rendah, sehingga ia harus merangkak. Miranda mencereceh ketakutan. la tidak suka air. Sekitar sepuluh menit Barney berjalan, ia sudah merasa bosan. Tetapi ia harus berjalan terus. Ketika ia berjalan sampai kira-kira lima belas menit lagi, ia melihat suatu cahaya meremang di depannya. Apakah itu" Ia bergegas maju, harap harap cemas di depan itu adalah cahaya siang. Ternyata jalannya kemudian terhalang oleh sebuah pintu gerbang besi! Di balik pintu gerbang itu memang alam terbuka, siang hari, tertutup oleh semak-semak yang amat lebat, rapat, dan merambat diterali besi pintu gerbang itu. Di sinilah agaknya sungai bawah tanah itu keluar. Barney memperhatikan pintu gerbang besi itu. Sangat tua, sangat kuat, dan sangat lebat dirambati tetumbuhan. Dan agaknya bukan pintu, tetapi sesuatu penghalang agar tempat itu tidak bisa dimasuki Besinya masuk ke langit-langit terowongan dan kemudian agaknya menembus dasar anak sungai.
Barney tak mencoba untuk mengguncangkan gerbang itu atau mencoba membukanya. Jelas itu bukan jalan orang. Takkan mungkin ada orang masuk lewat tempatitu. Pastilah gerbang itu dibuat puluhan tahun yang lalu untuk mencegah orang-orang menyelidiki arus anak sungai yang secara begitu aneh muncul kepermukaan bumi, di kaki bukit tempat Gedung Tua Rockingdown berdiri.
Barney memperhatikan rapatnya tetumbuhan yang menutupi gerbang itu. Segala tumbuhan merambat ada di situ, dan yang jelas ia takkan bisa menerobos keluar dari jeruji besi yang begitu rapat itu.
"Tak mungkin orang-orangitu keluar lewat sini," pikir Barney
"Lalu, mereka keluar lewat mana" Mungkin tempat keluar mereka telah kulewati tanpa kulihat. Aku harus kembali."
Ia kembali, berjalan hati-hati di pinggiran sungai dan melihat dengan teliti ke segala arah untuk mencari tempat keluar orang-orang itu.
Dan kemudian Miranda mencereceh penuh semangat. Ia melihat sesuatu. Kira-kira saat itu mereka berada di pertengahan terowongan. Barney menyinarkan senternya kesegala arah, tapi mula-mula ia tak melihat apa-apa.
Kemudian tiba-tiba Miranda meloncat, meninggalkan bahu Barney dan melesat ke arah air. la menyambar sesuatu dan sesaat kemudian telah berayun-ayun dengan gembira! Barney menyorotinya dengan lampu senter. Ternyata Miranda bergantung pada seutas tali
"Wah, tali! Dari mana?" tanya Barney heran. Tali tersebut besar dan kuat. Tergantung. Dan setelah diperiksa ternyata tergantung jauh sekali diatas, di langit-langit terowongan, di suatu benda yang - agaknya adalah sekeping papan. Barney tertegun. Seutas tali tergantung di sebidang papan di langit-langit terowongan!
Barney memikirkan hal itu. Pastilah di atap ter
owongan itu terdapat sebuah lubang, buatan alam ataupun buatan manusia. Mungkin sekali tanah di atas sana itu melengkung ke bawah, sehingga begitu dekat dengan langit-langit terowongan. Mungkin seseorang membuat lubang, atau menemukan lubang itu, dan dengan begitu ia menemukan sungai ini dan gua itu.
"Pastilah orang-orang itu keluar dari sini," pikir Barney.
"Begitu papan di atas itu dibuka, mereka memanjat ke sana dan sampai sudah di permukaan bumi lagi. Mungkin lewat tempat ini juga peti-peti itu diturunkan. Ya, pastilah begitu."
Ia memanjat tali itu. Tetapi sesampainya di atas ternyata ia tak bisa membuka tutup lubang di langit-langit terowongan itu. Pastilah pintu itu dibebani dengan sesuatu yang sangat berat. Terpaksa ia turun lagi dengan kecewa.
Ia mencoba mengira-ngira cara kerja orangorang itu.
"Mereka pasti membawa peti-peti dan kotak-kotak itu di malam hari di atas sana," pikir Barney.
"Mereka kemudian membuka tutup kayu yang menyembunyikan lubang di atas itu. Barang-barang diturunkan ke air, dan seseorang mengikatkan barang-barang itu pada rantai katrol. Tinggal menjalankan mesin katrol itu saja, dan menjaganya agar tidak terbentur batu, sementara -kotak atau peti itu ditarik katrol. Sungguh suatu rencana yang sangat cerdik. Tak akan ada orang yang mengetahui tempat penimbunan ini!" Tetapi berhasil mengetahui cara kerja orangorang itu tidak berarti apa-apa bagi Barney. Ia tetap saja seorang tawanan di bawah tanah, dan sama sekali tak punya jalan ke luar!
Bab 23 DI MANA BARNEY" HARI berikutnya anak-anak itu mulai mencemaskan Barney. Ia tak muncul pada waktu makan pagi, padahal ia sudah berjanji akan datang. la bahkan tidak kelihatan sewaktu jam pelajaran dimulai, padahal Barney tak pemah mau ketinggalan kesempatan untuk mendengarkan pelajaran itu.
"Di mana dia?" pikir Roger.
"Mudah-mudahan saja ia tak apa-apa."
Diana paling cemas. Dan ketika saat makan siang tiba Barney belum tampak juga, ia sangat kebingungan.
"Pasti terjadi sesuatu padanya," katanya.
"Kita harus mencarinya! Di gedung tua itu. Di gudang bawah tanahnya. Kita harus mencarinya!"
Pak King sama sekali tak bisa mengerti tingkah anak-anak itu. Mereka tampaknya sedang kuatir, tetapi mereka tak mau bercerita apa pun padanya. Bahkan bila ia mendekat, mereka malah berhenti berbicara.
"Terus terang saja kelakuan kalian sungguh
aneh," katanya pada Diana.
"Apa yang terjadi" Mungkin aku bisa membantu. Di mana Barney?""Sebentar lagi ia pasti datang," kata Roger cepat-cepat. Jelas mereka tak akan bercerita pada Pak King tentang kekuatiran mereka. Dan tentang kelakuan aneh ... siapa yang berkelakuan lebih aneh, dia atau mereka"
Jadi, mereka tak berkata apa-apa. Pak King sungguh gusar. Nona Pepper menelepon bahwa saudaranya sudah membaik. Rasanya taklama lagi ia bisa pulang. Pak King sedikit lega. Mungkin bila Nona Pepper ada, anak-anak itu akan bersikap wajar kembali.
Selesai makan siang mereka berangkat ke gedung tua. Sinting sangat gembira mendapat kesempatan berjalan-jalan. Ia tak suka bila anak-anak itu tinggal di dalam rumah saja, berkumpul-kumpul, berbisik-bisik, kelihatan cemas, dan tak ada yang memperhatikannya.
Mula-mula anak-anak itu meninjau kamar di atas. Tadinya mereka bingung juga bagaimana harus masuk, tetapi ternyata Barney tidak mengunci pintu dapur. Entah sengaja atau tidak, mereka tak tahu. Keberantakan kamar di atas sungguh mengejutkan mereka, ter
utama Diana. Bagaimana Pak King bisa berbuat seperti ini"
"Tak usah kaurapikan, Di," kata Roger.
"Lebih baik kita cepat-cepat menyelidiki semua bagian rumah ini serta gudang bawah tanahnya .... Jangan-jangan Barney luka dan harus segera ditolong. Kita tak tahu, apa yang terjadi. Sungguh aneh ia tak muncul hari ini."Dengan teliti mereka memeriksa gedung tua itu. Tapi tak ada sesuatu pun yang bisa membantu. Kemudian mereka ke dapur, ruang pembantu, dan ruang tambahan. Pintu di lantai kamar susu terbuka lebar.
"Baiklah ... kita turun!" kata Roger, menyalakan senternya. Hati-hati mereka turun, memasuki gudang yang gelap pekat.
"Barney! Barney!" mereka memanggil.
"Kau di mana?" Yang menjawab hanyalah suara gema saja.
"Ia tidak di sini. Sinting, coba cari Barney," perintah Roger. Sinting segera menciumi setiap sudut. Dan dialah yang menemukan tempat Barney tidur, di rak kayu. Di situ Sinting menyalak keras-keras. Mereka melihat permadani dan bantal Bamey.
"Nah, dia tidur di sini tadi malam," kata Roger.
"Tetapi di mana dia" Di mana Miranda?" Anak-anak itu duduk di kotak, berpikir-pikir. Sementara itu Sinting terus mendengus-dengus mencari. la sampai di dinding yang mempunyai gelang besi. Sinting jadi beringas, mencakari tempat itu, sebab bau Barney terasa benar di situ. Snubby cepat mendekat.
"Ada apa Sinting" Apa yang kau temukan" Hei, lihat, apa ini?" Semua memeriksa gelang besi tersebut. Dan seperti yang dilakukan Barney, semua mencoba mencabutnya. Sayang sekali, tak ada yang punya pikiran untuk memutarnya. Dan setelah beberapa lama mereka menyerah."Pasti ini bukan apa-apa," kata Roger. Tak ada gunanya diselidiki. Mungkin Sinting membaui adanya tikus di situ." Mereka meninggalkan gudang itu dan naik ke ruang susu. Sungguh lega melihat cahaya matahari lagi
"Barney tidak di sini," kata Snubby sedih.
"Ayo, pergi saja, rumah ini seram sekali. Rasanya hari ini lain dari biasanya."
"Lalu bagaimana dengan Barney?" tanya Diana pada Roger.
"Apakah kita akan melaporkan kehilangannya?"
"Jangan dulu," kata Roger.
"Kita akan jadi tertawaan kalau ternyata Barney muncul dengan Miranda, sehat-sehat saja."
"Baiklah," kata Diana.
"Tetapi kalau sampai besokia belum muncul, kitaharus mengatakannya pada seseorang. Mudah-mudahan Nona Pepper sudah tiba saat itu. Kita tak bisa bercerita pada Pak King, dan tak ada kenalan kita di daerah ini." Mereka keluar, menutup pintu dapur rapat-rapat. Mereka berjalan perlahan meninggalkan gedung itu.
"Apa acara kita sore ini?" tanya Roger.
"Jelas bukannya berkuda atau berenang," kata Diana.
"Siapa tahu Barney muncul. Aku ingin segera tahu mengapa ia lenyap, dan mungkin ia punya kabar untuk kita."
"Aku tahu," kata Snubby tiba-tiba.
"Kita bisa pergi ke anak sungai tempat aku menemukan perahu itu, dan kemudian kita melacak anak
sungai itu, membandingkannya dengan peta. Mungkin peta yang salah."
"Sesungguhnya tak begitu menarik," kata Roger,
"tetapi boleh jugalah. Ayo, Sinting!Tak usah kauhiraukan lubang kelinci itu. Kau takkan bisa masuk ke dalamnya!" Mereka berangkat, diiringi Sinting. Mula-mula mereka pulang dulu, mengambil peta. Mereka dapati Pak King sudah pergi jalan-jalan, seperti yang dilaporkan Nyonya Round,
"la pergi ke arah bukit-bukit itu, membawa tongkat seperti biasanya. Katanya menjelang makan sore ia kembali."
"Sialan! Padahal kita juga mau
ke sana," kata Roger memperhatikan peta.
"Baiklah ... kita ambil jalan ini... kemudian turun disini... mengitari hutan kecil itu dan menuruni bukit ini langsung ke anak sungai. Mungkin sekali Snubby melihat perahu itu di sini. Kita ikuti jalan ini, dan kemudian kita ikuti aliran anak sungai tersebut." Mereka berangkat lagi, dengan Sinting yang merasa sangat gembira, sebab mereka akan jalan-jalan lagi! Mungkin kali ini ia bisa mendapatkan sebuah lubangkelinci yang cukup besar untuk dimasukinya. Itulah selalu cita-cita Sinting. Tak lama kemudian mereka sudah menemukan anak sungai itu.
"Dimana kau menemukan perahu itu, Snubby?" tanya Roger, berdiri di tepi sungai yang berarus deras itu.
"Lihat semak-semak itu" Di balik tempat itulah perahu tersebut tersembunyi
"Mereka mulai berjalan lagi di daerah yang berawa-rawa. Sintingdengan mudah melompat dari pangkal rumput yang satu kepangkal rumput yang lain. Anak-anak itu tak bisa menirukan siasat Sinting. Setiap saat mereka melangkah, kaki mereka terbenam dan sangat sulit diangkat.
"Ini sungguh tak menyenangkan," kata Diana, berhenti, memandang berkeliling padang yang luas itu.
"Sepi sekali daerah ini .... Pohon-pohon hanya tumbuh dekat anak sungai itu. Kita bisa melihat alirannya hanya dengan melihat pohonpohon itu, tak usah mendekat."
"Lihat, di sinilah kutemukan perahu itu," kata Snubby saat mereka sudah sampai ke kelompok pohon ujillou ditepi sungai itu. Tetapi ternyata tak ada perahu di situ. Teluk kecil itu kosong!
"Wah, dimana perahu itu?"tanya Snubbyheran.
"Mungkin pemiliknya membawanya untuk berdayung," kata Diana.
"Tetapi siapa pemiliknya?" Snubby mendesak.
"Lihatlah berkeliling. Tak ada satu rumah atau pondok terlihat!"
Memang. Snubby benar. Sungguh aneh bila ada perahu tersembunyi di suatu tempat di mana tak ada tanda-tanda ada orang tinggal di sekitar tempat itu. Mereka tak bisa memecahkan
keganjilan itu. "Marikita ikuti anak sungai ini ke arah hulu," kata Roger.
"Ayo, Sinting, sini!Snubby, pegang dia. Bisa jatuh ia ke air!"
Snubby berhasil menolong Sinting dari bahaya terbenam, dan diarahkannya ke arah yang benar. Sinting langsung berguling-guling di tanah.
"Baiklah," kata Snubby kesal,
"kalau itu maumu, terserah! Selamat tinggal!"
Sinting langsung bangkit dan mengikutinya. Keempatnya berjalan di tepi anak sungai tadi. Alirannya ke arah kaki bukit, cukup deras. Jalurnya berkelak-kelok seperti biasanya anak-anak sungai, membuat anak-anak tersebut harus berjalan dua kali lipat bila mereka berjalan lurus.
Sekitar lima belas menit kemudian bukit semakin terjal.
"Kalau anak sungai ini datang dari bukit itu, pastilah akan membentuk air terjun kecil," kata Roger melihat betapa terjalnya bukit di depannya. Tetapi ternyata tidak. Tidak terlihat air terjun. Bahkan tiba-tiba anak sungai itu lenyap di balik tabir tanaman yang lebat. Lenyap ke dalam bumi!
"Astaga! Anak sungai ini lenyap!" kata Roger.
"Wah, kalau begitu benar juga peta kita. Digambarkan begitu dekat dengan gedung tua itu, mungkin bahkan lewat bagian bawah gedung tersebut!"
"Ya, tentu saja." Diana sangat tertarik.
"Segalanya jadijelas kini. Dari sini anak sungai ini masuk ke bawah tanah, kemudian muncul di tanah berawarawa itu." Mereka mengarungi semak-semak untuk melihat tempat lenyapnya anak sungai itu. Mereka tak bisa melihat gerbang besi yang terlindung rapatoleh tetumbuhan itu. Tetapi
Roger yang mengulurkan tangan meraba-raba merasakan adanya jeruji besi tersebut.
"Ada sesuatu di sini," katanya, menyisihkan beberapa dahan sulur-suluran.
"Ya ... pintu gerbang atau pagar penghalang.... Mungkin untuk mencegah agar orang tidak masuk ke arah hulu anak sungai itu .... Mungkin di sana berbahaya."
"Oh, sayang sekali. Ingin aku menyelidiki aliran sungai ini di bawah tanah," kata Snubby.
"Sayang sekali Barney tak ada di sini. la pasti juga ingin meninjau ke balik sana!" Ia tak tahu bahwa beberapa jam sebelum itu Barney ada di situ, dekat sekali dengan tempat mereka berdiri ... hanya ia berada di sebelah sana penghalang itu! Mereka tak tahu itu. Mereka mencoba melihat ke dalam, tetapi di sana gelap sekali, tak terlihat apa pun.
"Yah ... paling tidak kita telah berhasil memecahkan rahasia anak sungai ini," kata Roger, turun dari tempat ia tadi memanjat pagar besi itu.
"Mari kita pulang."
"Tunggu, ini ada teluk kecil," kata Diana, menuding ke seberang anak sungai itu agak ke bawah dari gerbang besitadi.
"Atau mungkin anak sungai ini bercabang?"
"Mestinya kita sudah berangkat pulang." Roger melihat arlojinya.
"Tetapi baiklah, mungkin bisa kita temukan hal yang menarik di sana. Mungkin perahu yang dikatakan Snubby itu kini bersembunyi di sana."
Ternyata benar! Lekukan yang mirip teluk itu ternyata memanjang, melewati barisan pohonpohon alder, menikung tiba-tiba dan memasuki sebuah lembah kecil tersembunyi, masuk ke sebuah kolam. Di kolam itu tampak beberapa ekor itik dan ... perahu itu! Perahu itu ditambatkan di pohon. Snubby yakin itulah perahu yang dicarinya, karena perahu ini pun tak punya nama.
Di lekukan tanah di antara bukit yang tersembunyi itu berdiri sebuah rumah pertanian. Rumah tersebut dikelilingi lumbung dengan atap berlumut. Sebuah tempat yang sungguh indah.
"Sungguh suatu kejutan," kata Diana.
"Sebuah rumah pertanian tersembunyi di sini, dilupakan oleh dunia! Dan pasti di sinilah pemilik perahu itu. Jadi sekarang perahu tersebut tidak aneh lagi." Mereka berjalan menuju rumah tersebut. Tetapi seorang lelaki muncul dari salah satu lumbung dan melihat mereka. Orang itu tampaknya sangat gusar.
"Kalian semua, pergi!" teriaknya.
"Dengar" Kami tak mau ada orang lewat sini. Pergilah! Kalau tidak, kulepaskan anjing-anjingku!" Tiga atau empat ekor anjing memang muncul, menyalak hebat menakutkan. Sinting balas menyalak, tetapi ia takberani maju. la takut melihat anjing begitu banyak.
"Baiklah!" sahut Roger gusar.
"Kami pergi! Jangan kuatir!" Mereka semua berpaling, kembali menyusuri tepi cabang anak sungai itu. Sungguh orang yang sangat kasar! Mereka kembali ke depan gerbang di anak sungai yang tersembunyi itu... dan sebuah kejutan menunggu mereka lagi.
Di situ berdiri Pak King, sedang asyik memperhatikan gerbang besi yang rapat ditumbuhi sulur-suluran itu!
Bab 24 SUATU KEJUTAN BESAR Pak King sama terkejutnya melihat anak-anak itu. Si Sinting begitu terkejut sehingga sesaat ia lupa permusuhannya dengan guru itu, dan ia menyalak nyalak kegirangan.
"Hei," kata Pak King,
"bagaimana kalian bisa ada di sini?"
"Ya, aneh bukan?" kata Roger, asal bicara saja. Apa yang sedang dilakukan Pak King" Apakah ia telah mengikuti mereka" Mengapa ia berada di situ dan tampaknya sedang meneliti gerbang besi itu" Apakah ia tahu tentang Barney"
"Yah... kebetulan sekali, m
ari pulang bersamasama," kata Pak King, melihat arlojinya.
"Kita akan terlambat untuk makan sore, tetapi kukira Nyonya Round takkan keberatan."
Anak-anak itu sesungguhnya tak ingin berjalan pulang bersama-sama Pak King. Tetapi tak ada pilihan lain. Maka pulanglah mereka bersamasama. Sinting agak malu, ia baru ingat bahwa majikannya tak bersahabat dengan Pak King. Bagaimana bisa ia tadi memberi sambutan begitu : meriah!
"Barney tak ikut?" tanya Pak King tiba-tiba.
"Di mana dia" Kau tahu?"
"Oh, dia banyak kerjaan," kata Roger,
"Entah di mana. Anda bertemu dia, Pak King?"
"Kau tidak bertengkar dengannya, bukan?" tanya Pak King. Pertanyaan tolol, pikir anak-anak itu. Snubby mencibir. Alangkah sulitnya untuk memulai pertengkaran dengan Barney yang begitu baik hati itu. Waktu makan sore Barney juga tak muncul. Nyonya Round berkata ia tak datang sewaktu mereka pergi, juga tidak menelepon. Anak-anak itu mulai sangat kuatir. Apa yang terjadi pada Barney"
"Kita tunggu sampai besok pagi. Kalau tak ada berita, kita pergi ke polisi," kata Roger putus asa saat mereka akan pergi tidur. Diana sudah tak keruan pikirannya. Ia begitu senang pada Barney. Dan yang paling sedih adalah Snubby.
Malam itu Roger terbangun. Ia mendengar sesuatu. la bangkit, berpikir-pikir. Suara apa yang membangunkannya" Apakah Barney" Suara apa" Oh, ya. Suara seolah-olah seseorang menutup
pintu perlahan-lahan! Roger langsung turun dari tempat tidur. Tanpa mengambil sandal atau berganti baju ia keluar, tanpa suara menuruni tangga. la keluar lewat pintu depan, dan membiarkannya terbuka. la melihat sesosok tubuh berdiri dekat pintu pagar. Cahaya bulan sangat lemah, tetapi Roger mengetahui siapa orang itu ... Pak King!
Ya. Pak King! Agaknya akan jalan-jalan tengah malam lagi. Baiklah. Roger akan mengikutinya dan melihat ke mana ia pergi. Mungkin ia akan pergi ke tempat Barney ditawan. Ya, Roger merasa bahwa Pak King cukup jahat untuk tega menawan Barney, entah dengan alasan apa.
Tak enak berjalan dengan kaki telanjang. terutama karena ternyata Pak King berjalan menuju gedung tua itu. Pasti ia pergi ke sana. Hati-hati sekali, dan dengan kaki sakit sekali, Roger terus mengikutinya. Digigitnya bibirnya keras keras setiap kali ia menginjak duri atau batu tajam.
Pak King berhenti. Dua orang lelaki tiba-tiba muncul dari balik semak-semak. Mereka berbicara dengan berbisik-bisik. Roger mencoba mendengarkan, tetapi hanya satu-dua kalimat yang terdengar olehnya.
"Kami berhasil menangkapnya...tapi ia tak mau bicara," kata seseorang. Percakapan selanjutnya lenyap dibawa angin.
"Oh, ya... itu samaran yang sangat baik ... tak akan ada orang yang mengira ...."
Beberapa kalimat lenyap lagi, kemudian terdengar suara Pak King,
"Yah... kalau anak-anak yang mendapat pelajaran dariku itu tahu siapa aku sebenarnya ... pasti mereka pingsan!"
Roger membeku di bawah semak-semak. Apakah mereka betul-betul telah menahan Barney" Samaran apa yang mereka bicarakan"
"Baiklah, Pak King, kau kira kami tak tahu apa-apa,
-tetapi tunggu saja nanti!" pikir Roger dengan geram. Orang-orang itu terus berbicara dan mereka berjalan ke arah gedung tua. Roger merasa cukup banyak mendengar. Ia akan pergi ke polisi besok dan menceritakan apa saja yang diketahuinya, minta tolong agar mereka mencarikan Barney. Mereka juga harus menangkap Pak King. Jelas jelas ia guru palsu. Roger memutuskan untuk segera kembali saja, tak usah mengikuti or
ang orang itu. la merasa sudah cukup punya senjata untuk melawan Pak King! Sesampainya di rumah, sulit sekali baginya untuk tidur. la terus mengira-ngira, apa sebenarnya yang dilakukan Pak King, dan mengapa ia menahan Barney. Seribu satu pertanyaan lagi tak terjawab di otaknya, dan lama-kelamaan ia pun tertidur walaupun tidurnya sangat gelisah sekali. la bangun pagi-pagi sekali, langsung menceritakan pada yang lain apa yang akan dilakukannya.
"Aku akan pergi ke polisi," katanya.
"Kau ikut pelajaran seperti biasa dengan Pak King. Jaga jangan sampai ia curiga. Katakan saja aku harus berbelanja. Akutahu Nyonya Round sedang sangat memerlukan kentang. Akan kukatakan itu pada Nyonya Round agar dia bisa mendukung ceritaku nanti." Begitulah. Pagi itu hanya Snubby dan Diana yang belajar. Tak ada Barney, tak ada Roger. Diana begitu pucat dan cemas tampaknya. Sekali-sekali diam-diam Pak King memperhatikan kedua anakitu. Ada apa anak-anak ini" Mengapa mereka begitu aneh sepeninggal Nona Pepper"
Sekitar jam sebelas terdengar suara langkah langkah di pintu depan. Dua orang. Diana gemetar. Apakah Roger membawa polisi" Tak terlihat dari jendela ruang belajar.
Pintu terbuka. Roger masuk dengan gaya bagaikan orang penting. Dan di belakangnya berdiri seorang polisi yang berbadan tinggi besar. Diana tergagap kaget. Pak King tampak terkejut.
"Ada apa ini?" tanya Pak King.
"Roger ... kau berbuat salah?"
"Tidak," jawab Roger.
"Begini, Pak," kata polisi itu sambil mengambil sebuah buku catatan dari sakunya, membuka buka sampai ke halaman yang dikehendakinya,
"anak ini datang ke kantor, melapor. Katanya, salah seorang temannya hilang sudah dua hari ini. Namanya Barnabas. Nama keluarganya tak diketahui. Dan Roger ini berkata Anda tahu tentang
hal itu." "Gila!" kata Pak King marah.
"Roger. Apa maksudmu?"
"Kami tahu bahwa Anda sering keluar malam, dan menyelidiki gedung tua itu," kata Roger dengan berani.
"Anda mengobrak-abrik gedung tua itu, membuat kamar anak-anak di situ berantakan, semua benda Anda lemparkan. Anda bertemu dengan dua orang lelaki malam-malam di tempat itu dan agaknya merundingkan sesuatu. Kami tak tahu apa, tetapi kami yakin Anda mempunyai hubungan dengan hilangnya Barney. Karenanya akumelaporkan semua itu pada polisi."
"Memang demikian, Pak," kata polisi tersebut tandas.
"Memang ceritanya aneh, tetapi aku harus meminta keterangan Anda, kalau Anda tak keberatan. Sebab memasuki suatu bangunan tanpa izin pemiliknya merupakan suatu hal yang melanggar hukum. Sangat melanggar hukum."
Pak King mengerutkan kening. Dengan gusar ia memandang Roger. Roger juga memandang dia.
"Aha," pikir Roger,
"sekarang tahu rasa kau, Guru palsu!"
Pak King berdiri tegak-tegak. Ia tampak lebih tinggi dari biasanya, bersikap tegas dan berwibawa, mengulurkan sesuatu pada polisi tersebut.
"Coba periksa ini dulu, Pak."
Polisi tersebut memenuhi permintaannya, memeriksa benda tadi dan wajahnya jadi merah berangsur-angsur. Cepat ditutupnya buku catatannya, dan ia mundur selangkah memberi hormat.
"Maaf, Pak. Sama sekali aku tak tahu. Tak ada pemberitahuan sedikitpun dari atasanku," katanya gugup.
"Tak apa," kata Pak King, masih dengan sikapnya yang berwibawa.
"Memang disengaja untuk tidak memberitahukan hal ini pada petugas setempat. Kau boleh pergi. Biar kuurus persoalan di sini." Polisi tersebut pergi. Bahkan leher
nya kini tampak merah padam, pikir Diana. Ia sendiri sangat terheran-heran. Sementara Roger dan
Snubby tak tahu harus berbuatapa. Mereka semua memandang Pak King dengan mata terbelalak. Pak King duduk.
"Duduklah kalian," katanya. Roger dan yang lain segera duduk. Pak King mengambil sebatang rokok dari tempat rokok, mengetukkannya di meja dan mengeluarkan geretannya. Tak seorang pun berkata-kata. Pak King dengan muram memandangi mereka bertiga.
"Jadi kalian memata-matai aku, ya" Untuk apa" Coba terangkan. Dan mengapa kalian tidak langsung berbicara padaku dan malahan pergi ke polisi desa" Apa sih yang kalian ketahui?" Mula-mula tak ada yang menjawab. Semua bingung.
"Pak King, apakah yang Anda tunjukkan pada polisi tadi?" tanya Diana akhirnya.
"Sesuatu yang menyatakan bahwa jabatan dan pangkatku di kepolisian jauh lebih tinggi daripada dia," kata Pak King setelah berpikir sesaat.
"Aku berada disini untuk suatu tugas penting. Aku minta maaf kalau aku memberikesan bahwa akulah yang patut dicurigai disini. Kalian boleh yakin bahwa aku berada di pihak hukum."
Hening lagi. Roger merasa semakin tolol dan malu. Kalau begitu, apakah Pak King itu... detektif, agen rahasia, atau apa" la bahkan tak berani bertanya.
"Aku juga minta maaf, Pak," katanya akhirnya.
"Aku ... aku lakukan itu karena sangat cemas
akan keadaan Barney. Dan karenanya... aku lapor pada polisi. Aku sungguh menyesal."
"Kurasa kau memang sangat menyesal," kata Pak King,
"kalau tahu keadaan sebenarnya. Tetapi coba terangkan, apa yang terjadi dengan Barney" Aku tak tahu bahwa kalian sedang mencemaskan dirinya. Dengar ... aku yakin kalian juga sudah mengadakan penyelidikan seperti aku, dan mungkin ada yang kalian ketahui tapi tidak kuketahui. Lebih baik kita gabungkan hasil penyelidikan kita masing-masing dan saling membantu, bukannya saling bermusuhan. Sungguh tak kuduga bahwa di sini aku bertemu dengan dinas rahasia saingan!"
Ia tersenyum, dan anak-anak itu jadi tak begitu cemas lagi. Senyum Pak King terlihat manis. Bagaimana mereka bisa menarik kesimpulan bahwa ia seorang jahat" la seorang yang penting, seorang yang sangat menarik, seorang yang berwibawa dan punya kekuasaan.
Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kami memang tolol semua," tiba-tiba Snubby bisa berbicara.
"Super tolol!" "Ekstra super tolol," kata Pak King. Senyumnya semakin lebar.
"Harus kuakui, aku memang memalsukan diri. Aku memang bukan guru. Tetapi aku cukup punya kepandaian untuk mengajar tiga anak tolol seperti kalian ini ..." Ia tertawa,
"walaupun pekerjaan itu bukannya sesuatu yang sangat kusukai. Aku terpaksa melakukannya karena aku harus berada di daerah ini, yang mungkin bisa kalian perkirakan sendiri mengapa."
guru palsu," kata Diana dengan pipi merah.
"Baiklah, akan kami ceritakan apa yang telah terjadi, dan mungkin Anda bisa membantu kami menemukan Barney."
Semua pengalaman mereka ceritakan dengan teliti. Dan Pak King mendengarkan penuh perhatian.
"Yah ... tak banyak yang belum kuketahui dari cerita kalian," katanya kemudian,
"tetapi itu sudah cukup membantu. Kini aku akan mengatakan sesuatu pada kalian, dan kalian harus berjanji untuk menutup mulut tentang ini."
Ketiganya berjanji, dan menunggu dengan tegang.
"Di daerah ini dicurigai terjadi penyelundupan," kata Pak King.
"Sesungguhnya sudah sejak lama hal itu terjadi. Selalu dilaporkan ada sebuah pesawat terbang tak dikenal menda
rat entah di mana dan kemudian terbang lagi. Juga dilaporkan munculnya perahu motor yang juga tak bisa dilacak, di sungai. Kami menarik kesimpulan
"Kami memang mengira bahwa Anda adalah
bahwa pusat penimbunan barang selundupan itu ada di daerah ini, di mana barang-barang itu disembunyikan, dipilih-pilih, dan kemudian entah bagaimana disebarkan. Tetapi kami tak bisa menemukan tempat persembunyian itu, serta siapa yang menjadi dalangnya. Kami punya pendapat, mungkin Gedung Tua Rockingdown itulah pusatnya. Tetapi setelah kami geledah dengan teliti, tak ada bukti tentang itu.?"Bagaimana dengan suara-suara aneh yang didengar Barney itu?" tanya Roger.
"Ah, itu sangat menarik," kata Pak King.
"Dan aku yakin lenyapnya Barney secara tidak langsung disebabkan oleh rasa ingin tahunya. Itulah hasilnya kalau terlalu senang ikut campur urusan orang."
"Ya, ampun." Diana jadi sangat pucat.
"Apa ... apa kira-kira yang terjadi padanya" Di mana dia?"
"Aku sama sekali tak bisa menduga-duga," kata Pak King,
"tetapi kita akan berusaha keras mencarinya. Banyak hal yang masih belum jelas. Anak sungai yang masuk ke dalam bumi itu mungkin bisa membawa kita kejantung persoalan ini. Tetapi ternyata tempat itu tertutup kukuh dengan pagar besi sejak lama. Jadi terpaksa tidak bisa kita selidiki lebih lanjut."
"Masih untung Nona Peppertakada disini," kata Snubby tiba-tiba.
"Bisa-bisa ia pingsan kalau tahu ini semua."
"Ya, ia pasti akan sangat terkejut," kata Pak King.
"Kini, coba kalian biarkan aku sendiri beberapa lama, untuk berpikir dan mengatur siasat baru. Kita berkumpul lagi nanti waktu makan untuk membicarakan tindakan kita selanjutnya. Baiklah, sampai nanti ... dan tak usah begitu muram!"
Bab 25 SEGALA SESUATUNYA SANGAT SULIT
meraka berkumpul waktu malam siang
"Aku yakin kini bahwa hilangnya Barney karena ia lancang menyelidiki peristiwa penyelundupan itu," kata Pak King.
"Kita harus segera bisa menemukannya. Kalau tidak, nasibnya akan cukup buruk. Orang-orang yang melakukan penyelundupan itu jahat... dan tak punya perikemanusiaan."
Diana sangat ketakutan. Matanya terbelalak
memandang Pak King. "Lalu ... apa yang akan Anda kerjakan?"
"Pertama-tama, kita periksa lagi Gedung Tua
Rockingdown itu. Dari atas sampai bawah.
Terutama bagian bawah, gudang-gudang di
bawah tanah itu," kata Pak King.
"Kurasa ada betulnya kata kalian bahwa suara-suara aneh itu
berhubungan erat dengan persoalan penyelundupan tersebut. Mungkin Barney secara tak sengaja menemukan penyebab suara tadi, dan karenanya ia terpaksa disembunyikan, atau ditahan. Aku sama sekali tak bisa memperkirakan suara-suara tadi dibuat oleh apa. Kalau tidak datang dari gudang bawah tanah, lalu dari mana?"
Pak King kemudian menerangkan rencananya.
"Pertama, harus kuselidiki perahu di sungai itu milik siapa, dan harus kuperiksa rumah pertanian yang kalian temukan. Kemudian juga gerbang perintang di anak sungai itu. Tampaknya sudah berabad-abad benda itu ada disana dan tak diubah orang, tetapi siapa tahu" Dan kalau kita tak bisa masuk lewat gerbang itu, maka aku yakin orang lain pun takkan bisa."
"Kami akan membantu Anda," kata Roger bersemangat. Tadi lama ia memperhatikan Pak King. Sungguh heran, bagaimana dulu mereka bisa mengira bahwa Pak King ini jahat, pada
hal sesungguhnya orangnya begitu menarik, begitu mengundang rasa hormat. Roger merasa bangga bisa berkenalan dengan orang seperti itu. Walaupun belum lama berselang ia begitu membenci orang tersebut! Itu semua bukti bahwa kita tak bisa menentukan sifat seseorang hanya dari wajahnya saja.
Hari itu mereka sibuksekali. Tetapi hasilnya nihil. Gedung Tua Rockingdown digeledah dengan teliti Dua orang lelaki bergabung dengan mereka saat mereka berada di tengah perjalanan menuju gedung itu. Keduanya orang-orang yang diajak berbicara oleh Pak King malam itu, saat diintai oleh Roger. Ternyata mereka anak buah Pak King sendiri, yang juga berasal dari kepolisian, tentu.
"Kenalkan, ini Jimmy dan Fred," kata Pak King memperkenalkan mereka,
"setan-setan kepolisianyang paling ditakuti oleh para penjahat, pemburu penjahat yang sangat ditakuti, dan sahabatku." Anak-anak itu menyeringai. Jimmy dan Fred tampak bertubuh kokoh kuat, tetapi tak menunjukkan bahwa mereka petugas kepolisian kecuali dari cara mata tajam mereka, yang bergerak melihat ke berbagai arah. Keduanya berpakaian sipil.
"Dan Jimmy, Fred, kenalkan ini... Roger, Diana, Snubby... dan Sinting," kata Pak King.
"Semuanya juga setan-setan cilik yang menggetarkan hati siapa pun ... terutama pendekar muda Snubby ini. Hati-hati berhadapan dengan dia, banyak tipu muslihatnya. la benar-benar setan cilik. Sesungguhnya yang paling baik di antara mereka ini hanyalah si Sinting... dan kukira dia pulalah yang paling cerdik di antara mereka."
Lelucon seperti ini dimengerti oleh anak-anak itu, dan mereka tertawa. Mereka merasa bahwa semuanya pasti bisa beres bila Jimmy, Fred, dan Pak King ikut turun tangan. Barney pasti akan segera ditemukan!
Di gudang bawah tanah, Pak King memeriksa permadani dan bantal bekas Barney tidur. Ia juga memeriksa gelang besi yang tertancap di dinding. Tetapi seperti anak-anak itu, ia menganggap benda tersebut tak ada artinya. Takterpikir olehnya untuk memutarnya!
"Tak ada apa-apa di sini," kata Pak King akhirnya.
"Kukira ada dua kemungkinan. Pertama,
Barney meninggalkan tempat ini dan terpergok oleh komplotan penjahat itu di halaman. Kedua,komplotan itu datang kemarientah untuk apa, dan menemukan Barney serta menangkapnya. Apa pun yang terjadi, pasti ia tak berada di dekat sini, sebab pasti ia bisa berteriak minta tolong dan kita bisa mendengarnya."
Jimmy diberi tugas memeriksa perahu di anak sungai itu. Fred harus memeriksa pintu gerbang yang menutupi aliran anak sungai. Anak-anak ingin ikut, tetapi Pak King melarang mereka, sebab kehadiran begitu banyak orang bisa membuat komplotan penjahat curiga. Entah komplotan itu ada di mana, tetapi yang jelas ada di daerah ini.
Jimmy segera kembali dan melapor,
"Aku sudah pergi ke rumah petani itu, Pak. Pura-pura mau beli telur. Ada seorang anak di sana, di perahu itu, bermain-main di kolam. Katanya perahu itu miliknya, hadiah ulang tahun dari pamannya. Tampaknya ia jujur, Pak Tak ada alasan untuk tidak mempercayainya."
"Kalau begitu, perahu itu beres sudah," kata Pak
King. "Ternyata milik seorang anak! Ah, itu Fred. Mungkin laporannya lebih menarik."
Tetapi ternyata tidak. Fred telah mencoba menarik, mendorong, dan mengguncang-guncangkan gerbang itu serta membersihkan sebagian sulur-sulurannya, tetapi tak ada yang mencurigakan.
"Gerbang itu begitu kuat, Pak," katanya.
"Mungkin harus diledakkan dengan dinamit baru bisa tercabut dari tempatnya menancap. Kukira
anak sungai itu tak ada hubungannya dengan peristiwa ini." Pak King mengusap-usap janggutnya.
"Sungguh aneh. Kita yakin pesawat tak dikenal itu mendarat di daerah ini, entah di mana. Tapi kemungkinan di daerah pertanian tersebut, di padang yang kering dan datar di sana itu. Kita mengetahui bahwa perahumotor sering muncul di pertemuan antara anak sungai dan sungai. Kita yakin di sinilah pusat penyelundupan besar itu. Tetapi kita tak bisa menemukan di mana benda-benda itu disembunyikan, bagaimana diangkut lagi dari tempat itu dan ke mana. Dan di atas itu semua, terjadi peristiwa hilangnya anak itu. Dan kita sama sekali tak tahu ia hilang di mana!
Sungguh mengesalkan!"
"Apakah orang di pertanian itu tahu tentang peristiwa ini?" tanya Roger.
"Sejauh yang kami ketahui, tidak," kata Pak King.
"Tanah pertanian itu digarap oleh seorang petani tua yang sudah sejak lama berada ditempat itu. Namanya Daws. Ia mewarisi tanah tersebut dari ayahnya, dan mereka cukup punya nama baik di sini. Kami telah menyelidiki segalanya tentang dirinya. Dan diam-diam kami juga telah menyelidiki tanah pertaniannya. Seseorang dari kami telah bertamu pada Daws itu, menyamar menjadi petugas Pemeriksa Makanan. Dan Daws tua yang sangat terkesan oleh
"petugas" tersebut, memberitahukan segalanya tentang tanah pertaniannya. Tak ada yang kelewatan karena ia merasa sedikit
-tersinggung sampai-sampai seorang petugas dikirim ke tempat pertaniannya. Ia merasa yakin bahwa dirinya telah difitnah sehingga pemerintah mengirim petugas itu."
"Kalau begitu kita betul-betul menemui jalan buntu," kata Roger.
"Agaknya sama sekali tak ada yang bisa kita lakukan."
"Lalu di mana Barney?" Diana berkata sedih.
"Aku selalu memikirkan dia. Sedang apa dia" Aku yakin ia sangat sengsara dan sangat ketakutan."
"Barney takkan pernah takut," kata Snubby.
"Ia adalah salah satu di antara sedikit sekali orang-orang yang memang dilahirkan sangat berani. la takkan gentar seujung rambut pun pada saat semua orang sudah gemetar."
Sesungguhnya, pada saat itu Barneysama sekali tak merasa gagah berani. Dan ia memang merasa sengsara. Sehari penuh dihabiskannya untuk mencari jalan ke luar, tanpa hasil.
Ia telah menyelidiki sampai ke gerbang besi penghalang aliran sungai itu. Ia telah menemukan tali yang menggantung ke langit-langit batu di atasnya, tetapi tak bisa menggunakan itu sebagai jalan ke luar. Kini tinggal satu jalan. la harus menyelidiki terowongan yang menuju kearah hulu anak sungai, menyelidiki dari mana anak sungai itu berasal. Mungkin di ujung terowongan itu ada jalan untuk ke luar baginya. Tapi memang ada juga kemungkinan bahwa anak sungai itu sumbernya di bawah tanah, dan itu berarti ia takkan bisa keluar."Tapi, Miranda, kita tak akan kehilangan
harapan," kata Barney, menghibur monyet kecil di bahunya itu. "Ayolah, kita menyusuri anak sungai
ini ke hulu. Tetapi sebelum itu, bagaimana kalau kita menghabiskan daging itu dan membuka satu
kaleng buah lagi?" Selesai makan, mereka berjalan menyusuri tepi anak sungai menuju ke arah hulu. Barney sampai kelorong kecil tempat ia turun kesungai itu duluentah kapan, ia tak tahu berlalunya waktu. Dilewatinya tempat itu, terus menyusuri jalan sempit di pinggiranak sungai tersebut. Sekali jalan sempit itu putus dan ia tercebur, basah kuyup!
Ia berjalan terus sampai sekitar lima belas menit, sekali-sekali menghidupkan senternya agar bisa yakin ke mana kakinya akan melangkah. Di beberapa tempatjalan begitu licin. la harus berjalan sangat hati-hati. Di beberapa tempat lainnya langit-langit terowongan itu begitu rendah. Bahkan sekali ia terbentur keras oleh langit-langit yang tiba-tiba merendah di hadapannya.
Kemudian ia terpaksa berhenti. la tak bisa maju lagi. Langit-langit terowongan mendadak miring ke bawah, dan terowongan tadi lenyap. Yang ada hanya air menggelegak deras, bagaikan keluar dari pipa raksasa.
"Aku akan terpaksa menyelam dalam air itu, kalau ingin meneruskan mencari ujung terowongan ini," pikir Barney putus asa.
"Dan aku tak berani melakukannya. Aku tak tahu berapa panjang terowongan ini selanjutnya sampai muncul lagi ke
atas permukaan air, sampai ada tempat lagi untuk berjalan. Kalau terlalu lama, aku bisa terbenam. Dan yang jelas, Miranda tak akan mau ikut menyelam. Bahkan bisa saja ia langsung hanyut." Tak ada lagi yang bisa dilakukannya, kecuali kembali. la sangat kecewa. Saat ia melewati lorong tempat pertama kali ia turun, ia menaiki lorong tersebut. Mungkin kali ini ia bisa menemukan rahasia untuk membuka dinding batu itu. Di kamar kecil di ujung lorong ia sibuk. Tetapi apa pun yang dilakukannya, batu penutup lubang itu tak bergerak. Atau mungkin memang disengaja tak bisa dibuka dari sisi ini" Kasihan sekali Barney. la tak tahu harus berbuat apa lagi.
Bab 26 MIRANDA MEMBUKA RAHASIA Tak seorang pun masuk ke terowongan hari itu. Barney sendirian di sana, hanya ditemani Miranda. la tak menyukai keadaan itu, dan merasa betapa inginnya ia punya arloji. la tak bisa mernbedakan apakah saat itu pukul dua belas siang ataukah pukul enam sore. Sebenarnya saat itu adalah pukul setengah enam sore. Di luar udara cerah, matahari bersinar terang. Di dalam terowongan di bawah tanah itu gelap pekat. Kecuali bila Barney menggunakan senternya.
la tak mau menyalakan senternya terlalu lama, takut kalau baterainya cepat habis. Ia bisa menyalakan lampu listri
k besar di gua itu, tetapi ia takut kalau tiba-tiba orang-orang yang menyembunyikan benda-benda itu secara tak diketahuinya datang ke situ. Bila mereka melihat lampu menyala, pastilah mereka tahu ada orang di situ, dan pastilah Barney bisa mereka temukan.
"Aku harus bisa keluar dan menceritakan rahasia ini kepada teman-temanku," pikir Barney.
"Mungkin kami harus pergi ke polisi ... Wah, betapa herannya polisi nanti!"
la makan lagi. Miranda makan potongan nenas dari sebuah kaleng. Lahap sekali ia makan. Begitu juga Barney. Enak makannya. Selesai makan Barney berbaring di kasur.
"Ini terlalu membosankan, Miranda," ia berkata pada monyetnya.
"Wah, kau masih makan nenas itu" Hati-hati, jangan terlalu rakus. Miranda, apa yang bisa kita lakukan"Carilah jalan untuk keluar."
Miranda mencereceh, mengisap-isap potongan nenas ditangannya. la telah mulai terbiasa dengan keadaan aneh di sekelilingnya. Dan selama masih ada Barney serta berbagai kaleng berisi aneka ragam buah, ia merasa cukup senang tinggal di bawah tanah dalam kegelapan itu.
"Tak ada buku bacaan, tak ada yang bisa kukerjakan," keluh Barney, menghantami bantal di kepalanya.
"Sungguh mengerikan. Hanya ada satu keuntungan tinggal di sini, Miranda, aku tak usah keluar uang! Uang kita tinggal sedikit.... Sebentar lagi kita harus bekerja lagi" Miranda sebenarnya tak keberatan bekerja. Sebab baginya bekerja selalu berarti berpakaian aneh-aneh, ditonton orang banyak yang bertepuk tangan dan menyorakinya di sirkus atau di pasar malam. Hal itu baginya sungguh menyenangkan! Barney tertidur sekitar jam delapan. Dan ia telah tertidur selama kurang lebih empat atau lima jam, saat tiba-tiba Miranda membangunkannya dengan jalan menariki telinga serta mencereceh keras. Barney bangkit duduk. Beberapa saat heran ia berada di mana. Ia meraba-raba, mengambil senternya dan menyalakannya. Oh, ya, ia berada di gua raksasa dibawah tanah, seorang tahanan yang takkan bisa keluar. Ia melihat berkeliling. Malam atau pagikah ini" Sungguh aneh, ia tak tahu waktu.
"Ada apa, Miranda?" tanyanya.
"Jangan jewer telingaku!" Miranda telah mendengar sesuatu yang belum terdengar oleh Barney. Ia memperingatkan tuannya itu. Dan tiba-tiba Barney mengerti, sebab terdengar suara berat di ujung terowongan. Cepat ia melompat berdiri. Orang-orang itu akan bekerja lagi! Jadi pastilah saat itu hari sudah tengah malam-malam kedua ia berada di tempat itu. Mereka agaknya akan
menurunkan barang-barang ke dalam terowongan itu dan segera beberapa di antaranya akan bekerja di katrol. Barney tahu ia harus segera bersembunyi. la memutuskan bersembunyi di belakang peti-peti besar untuk memperhatikan orang-orang itu bekerja dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Ditaruhnya Miranda di bahunya, dan ia berjalan hati-hati ke bagian sisi gua itu, tempat peti-peti besar di tumpuk. Ada yang masih berisi, ada yang kosong. Barney meringkuk di dalam sebuah peti yang kosong. Celah-celah disisi peti itu memungkinkan ia melihat ke luar. Di ujung terowongan muncul cahaya. Makin lama makin dekat senter orang-orang yang akan bekerja itu. Barney mendengar suara mereka. Kini ada lima orang. Satu atau dua di antara mereka kelihatannya orang asing, berbicara dengan lagu bicara yang aneh. Barney hampir tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Dari apa yang bisa didengarnya dan dimengertinya, orang-orang itu membicarakan barang barang yang datang malam itu, dijatuhkan oleh pesawat terbang tak jauh dari tempat itu. Entah bagaimana, barang-barang itu telah berada di dalam terowongan dan kini tinggal menunggu ditarik dengan menggunakan katrol.
Dan Barney menyadari satu hal yang belum pernah dipikirkannya. Ternyata barang-barang itu tidak mengapung, melainkan dinaikkan semacam rakit dan baru ditarik dengan katrol. Rakit-rakit kayu kecil inilah yang dikemudikan oleh orang yang memakai alat seperti garpu jerami dari tepi anak sungai. Peti-peti itu berat, arusnya cepat dan mungkin saja peti-peti dan rakit-rakit itu terbentur dinding terowongan yang tajam dan kuat kalau tak diatur dari tepi. Tak berani bernapas Barney memperhatikan apa yang sedang terjadi, mengintip keluar dari celah dinding peti kosong tempatnya bersembunyi. Orang-orang tadi mulai sibuk bekerja. Katrol mulai berputar, menjerit dan melengking menarik peti-peti dan kotak-kotak di atas rakit-rakit kecil yang terangguk-angguk di air deras itu. Ada enam
buah rakit kecil. Tak lama barang-barang itu telah bertumpuk,
berkumpul dengan barang-barang lainnya. Salah seorang, mungkin pemimpin atau mandornya, memberi perintah. Dua orang mengambil salah sebuah peti, membukanya.
Isinya gulungan-gulungan kain yang dari kejauhan mirip sutra. Barney ingin melihat lebih jelas, tetapi tak berhasil. Sebuah peti lain dibuka, dan Barney melihat pistol-pistol di lemparkan ke luar dari peti ini. Peti yang ketiga berisi batangan logam, seperti yang pernah dilihat Barney sebelumnya.
Dari sudut lain muncul seseorang membawa kotak-kotak kecil serta beberapa benda yang mirip tas kanvas kecil. Barang-barang yang sudah dikeluarkan dari peti dengan cepat dimasukkan ke dalam kotak dan tas ini. Barney mengira dengancara beginilah benda-benda tersebut akan dibawa keluar. Benar juga. Kotak dan tas yang sudah berisi dilemparkan ke rakit. Dan dengan dikemudikan oleh orang yang membawa garpu jerami dari tepi anak sungai, rakit itu menghilir dan lenyap. Sebuah rakit diisi lagi. Dan sebuah lagi. Kemudian orang-orang itu berhenti bekerja, makan. Mudah-rnudahan mereka tak menemukan bahwa kaleng-kaleng makanan mereka berkurang
. Dan memang tidak. Mereka membuka kaleng berisi daging ayam, daging sapi, dan tiga kaleng buah. Mereka juga mengeluarkan botol-botol dan minum tanpa mencari gelas atau mangkuk. Mereka merokok dan bercakap-cakap. Sulit untuk mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya satu-dua kata yang terdengar oleh Barney. Mereka berbicara tentang kuda, mobil, makanan, dan bioskop. Setidak-tidaknya begitulah yang bisa didengarnya. Dari bahu Barney, Miranda melihat seseorang melemparkan sebuah kaleng kosong bekas tempat persik. Dan alangkah terkejutnya Barney, Miranda melompat dari bahunya, berlari ke luar dari peti tempatnya bersembunyi dan melompat lompat mendekati kaleng itu! Diambilnya kaleng tersebut dan ia mencereceh gembira karena di dalamnya masih ada sirupnya. Seorang dari orang-orang itu menoleh, melihat Miranda dan ternganga heran. Digosoknya matanya, dilihatnya Miranda lagi. Monyet kecil itu kini menjilati kaleng tersebut.
itu!" Jo berpaling. Dan ia juga ternganga heran! la berdiri.
"Hei, kawan-kawan! Lihat! Ada monyet!" Orang-orang itu ribut, berkerumun mengelilingi Miranda. Dengan nakal Miranda juga menatap mereka satu persatu. Salah seorang mengulurkan tangan, meraba Miranda. Sekejap Miranda melompat ke bahu orang itu, mencabuti rambutnya. Orang-orang tersebut tertawa. Lebih asyik menggoda si monyet kecil, membelainya, bahkan membukakan satu kaleng buah lagi.
"Dari mana monyet ini?" tanya Jo, masih terheran-heran.
"Kita belum pernah melihatnya. Tak mungkin ia hidup di sini selama ini."
"Tentu saja tidak. Jangan begitu tolol, Jo," kata seorang bertubuh besar dengan bekas luka di mukanya."Yang penting, apakah ia datang dengan seseorang?" Kini giliran Jo tertawa terbahak-bahak.
"Sungguh lucu! Bagaimana orang bisa masuk ke sini" Hanya ada satu jalan masuk ke sini, dan jalan itu selalu kita jaga, serta tak ada orang lain yang mengetahuinya."
"Lalu bagaimana monyet ini bisa masuk kemari?" tanya si Codet itu.
"Oh, monyet bisa menyelinap di mana saja," kata Jo.
"Mereka sungguh cerdik. Lihat ini, bagaimana ia makan buah persik itu, memegangnya persis seperti manusia!"
"Hei,Jo!"orangitu memanggil temannya.
Dari kejauhan Barney memperhatikan Miranda dengan rasa gusar dan takut. SiTolol kecil itu! Bisa ketahuan rahasianya! Miranda enak-enak makan terus, makin lama makin kenyang tentu. Ia begitu kenyang sehingga ketika salah seorang di antara orang-orang itu memberinya satu buah persik lagi, ia tak bisa memakannya. Dan tiba-tiba ia ingat akan Barney. Barney juga senang buah persik! Maka melompatlah ia ke luar dari kalangan orang-orang yang mengaguminya itu, langsung menuju peti tempat Barney bersembunyi! la masuk ke dalam peti itu, mencereceh terus.
"Di situkah ia bersembunyi?" tanya Jo, mengikutinya dan melongok masuk ke peti tadi, menyorotkan senternya. Dan ia berseru terkejut!
"HEII LIHAT INI!" Semua berlarian mendekat. Mereka melihat Barney meringkuk dipeti kosong itu...dan Miranda sedang mencoba menyuapinya dengan buah persik! Dengan kasar orang-orang itu menyeretnya ke luar.
"Apa yang kaulakukan disini" Bagaimana kau bisa masuk kemari" Ayo, cepat! Katakan! Terus terang saja .... Kalau tidak, kau pasti sangat menyesal nanti!" Mereka tampak sangat marah, dan sangat berbahaya. Habis sudah, pikir Barney. Miranda tolol itu, kerakusannya telah membuat ia tertangkap! Jo mengguncang-guncang Barney sehingga ia hampir terbanting."Ayo katakan, bagaimana kau bisa masuk ke sini!" bentak Jo dengan nada mengancam.
"Baiklah, baikiah!" kata Barney.
"Akan kutunjukkan ... tapi lepaskan aku. Aku tidak merugikan kalian. Aku tidak sengaja masuk ke sini .... Mari kutunjukkan lewat mana aku masuk."
Bab 27 MIRANDA SANGAT CERDIK BARNEY membawa orang-orang itu ke lorong sempit tempat ia masuk.
"Aku masuk lewat sini,"
katanya. "Yah... kita tahu lorong ini," kata si Codet,
"yang berakhir di sebuah ruang sempit di atas. Buntu."
"Tidak .... Di ruang itu ada batu yang bisa bergerak terbuka di dinding, dan bila terbuka, lubangnya menembus ke gudang bawah tanah di Gedung Tua Rockingdown," kata Barney.
"Tak sengaja aku membuka batu tersebut waktu aku berada digudang bawah tanah itu. Dan aku masuk. Tetapi batu itu menutup kembali, aku tak bisa membukanya. Aku terpaksa turun lewat lorong ini, dan aku bersembunyi di sana itu. Begitulah."
"Ada yang tahu tentang batu yang bergerak itu?" tanya si Codet. Semua menggelengkan kepala.
"Ayo, masuklah ke sana dengan aku," kata Codet, kemudian masuk ke dalam lorong sempit itu. Jo mendorong Barney sehingga terpaksa masuk juga, dan ia sendiri pun masuk, terus mendorong-dorong Barney.
"Ayo terus, tunjukkan pada kami batu ajaib itu!"
Barney menunjukkan batu yang bisa bergerak tersebut. Codet memeriksanya dengan teliti, kemudian memeriksa dinding dengan senternya. Ia menyuruh Jo mendekat.
"Lihat batu ini" Digerakkan dengan suatu alat pengumpil, entah di mana. Carilah sesuatu yang mirip jalur di dinding ini, dan sesuatu yang mencuat ke luar. Hancurkan alatnya. Aku tak mau ada orang lain yang masuk ke tempat ini secara kebetulan lagi"
"Jadi itulah rahasia kamar batu ini," kata Jo, mendorong Barney ke samping.
"Pastilah dibuat berabad-abad yang lalu waktu gedung tua itu dibangun. Sungguh suatu cara yang terbaik untuk melenyapkan musuh!"
"Memang," kata si Codet, dengan nada ke
ring yang membuat bulu roma Barney berdiri.
"Kini, turunlah kau. Dan akan kami tentukan bagaimana caranya untuk melenyapkanmu." Di dalam gua, orang-orang itu dengan teliti memeriksa Barney, menanyainya sampai ke hal-hal yang kecil. Mereka akhirnya menarik kesimpulan bahwa Barney kurang lebih adalah seorang anak gelandangan, yang bekerja dari sirkus kesirkus, daripasar malam kepasar malam, tidur di segala tempat, dan tak sengaja tidur di dalam Gedung Tua Rockingdown. Mendapatkan kesimpulan tersebut, si Codet tampak agak lega.
"Jadi kau mendengarsuara-suara itu, datang ke bawah untuk menyelidikinya dan secara tak sengaja menemukan terowongan rahasia tersebut Baiklah. Kau agaknya cukup baik untuk bergaul dengan kami. Mungkin kau bisa kami didik untuk mengerjakan pekerjaan kami. Menyelundup kecil kecilan! Bagaimana?"
"Tidak!" kata Barney tegas.
Suatu jawaban yang sangat keliru! Si Codet tertegun, menggeram, dan tiba-tiba menampar Barney.
"Baiklah! Kalau begitu pendirianmu, sesukamulah. Tetapi kau takkan merasa senang karenanya. Kauakan kami tahan disini sampai kelak bisa kami bawa ke luar dengan aman. Kemudian dengan pesawat terbang kau akan kami bawa ke luar negeri, kami buang entah di mana di suatu negara asing, atau kami jual pada seseorang yang bisa mempergunakan tenagamu!" katanya.
"Dan sementara itu ia bisa bekerja pada kita, tak peduli ia mau atau tidak," kata Jo.
"Banyak pekerjaan untuknya di sini. Bedanya, kini ia harus bekerja paksa, sebab ia begitu tolol! Padahal kalau dia setujutadi, ia bahkan bisa menerima upah yang cukup lumayan!"
Barney merasa darahnya bagaikan membeku. Berapa lama ia akan ditahan di sini, bekerja di | bawah tanah untuk mereka" la yakin ia takkan pernah diberi kesempatan untuk pergi ke luar bersama mereka. la pasti akan ditinggal terus di sini, di dalam kegelapan, hanya ditemani oleh suara derasnya anak sungai.
"Berapa lama kalian akan menahanku disini?"ia memberanikan diri bertanya.
"Mungkin empat minggu, mungkin empat bulan ... mungkin empat tahun," kata si Codet, merasa senang melihat anak itu ketakutan. Tergantung dari apakah pekerjaan kami masih ada. Jangan kuatir. Kau akan segera kerasan di sini, dan menyukai tempat ini."
Barney merasa takkan mungkin ia menyukai tempatini. Tetapi ia tak berbicara lagi. Ia takut pada orang-orang berwajah keras dan kasar ini. Mudah saja bagi mereka untuk memukulinya atau menyiksanya. Yang jelas, ia tak sudi menjadi penyelundup seperti mereka.Tapi rasanya mau tak mau ia akan terpaksa membantu mereka melakukan berbagai pekerjaan kotor, dan sungguh akan diperas tenaganya!
Memang. Orang-orang itu membuat ia bekerja keras. Ia harus membantu mengiringi rakit-rakit menghilir, membantu menariknya ke arah hulu, menurunkan peti-peti dan kotak-kotak, menumpuk benda-benda itu, membuka dan memisah misahkan barang-barang di dalamnya, memasukkan barang-barang ke dalam kotak-kotak kecil ... tak ada habisnya pekerjaan untuknya. Ia mengerjakan itu semua tanpa membantah, tetapi diusahakannya bekerja selambat mungkin.
Otaknya bekerja terus. Bagaimana ia bisa melarikan diri"Harus ada cara untuk itu! Kalau saja ia bisa mengirimkan pesan pada teman-temannya ... Mereka pasti sangat kuatir akan dirinya. Mereka pasti memeriksa gudang bawah tanah itu, menemukan termpat ia tidur, tetapi mereka takkan bisa melacaknya lebih lanjut. Mereka takkan bisa minta bantuan Nona Pepper, dan mereka pasti takkan minta bantuan pada Pak King.
Heran juga Barney tidak melihat Pak King di
antara orang-orang yang bekerja di bawah tanah ini. Mungkin sekali ia mengatur semua pekerjaan
dari luar. Kalau sekali waktu Pak King datang, Barney bermaksud akan mengata-ngatainya, tak peduli untuk itu ia akan disiksa. Sungguh palsu orang itu! Lama juga Barney mengumpat-umpat Pak King dalam hati. Sama sekali ia tak tahu bahwa kawan-kawannya telah berubah pendapat tentang guru mereka itu. Ia harus bekerja sampai beberapa jam bersama orang-orang itu. Kemudian mereka pergi. Barney
ditinggal, tentu saja. "Kami akan kembali besok malam," kata Jo.
"Dan kau akan bekerja keras lagi. Jadi tidur sajalah siang ini."
"Aku tak tahu, apakah ini siang atau malam," gerutu Barney.
"Begitu gelap di sini."
Sengsara ia di dalam kegelapan itu, sendiri. Kadang-kadang secara iseng dinyalakannya lampu besar, walaupun sesungguhnya ia dilarang berbuat itu. Tetapi ia tak mau berada di kegelapan selamanya. Lagi pula baterai senternya hampir habis.
Sore harinya - menurut perkiraannya - ia tidur. la bangun kira-kira jam lima, dan makan bersama Miranda. la telah memaafkan monyet kecil itu, dan malahan cukup merasa senang karena sahabatnya itu bisa jadi penghiburnya dengan mempertontonkan berbagai tingkah lucu.
Sehabis tidur, sedikit lebih segar badannya.latak tahu, apakah hari telah malam atau bahkan telah pagi lagi. Mungkin pagi, sebab badannya merasa segar. la akan sangat heran bila mengetahui bahwa sesungguhnya hari hampir malam.
Ia mencari jalan untuk melarikan diri lagi. Harus ada jalan untuk itu! Dilihatnya Miranda sedang bermain-main dengan sebatang pensil yang didapatnya dari salah satu orang-orang yang bekerja itu. Monyet kecil tersebut pura-pura menulis pada secarik kertas bekas pembungkus barang. Ditunjukkannya hasil tulisannya pada Barney, merasa dirinya telah sangat pintar.
Barney pura-pura membacanya,
"'Haraptolong kami.... Kami berada diterowongan bawah tanah. Bagus seka
li, Miranda! Kau sungguh pandai, dan tulisanmu sangat bagus!"
la sedang akan mengembalikan kertas itu ketika tiba-tiba suatu pikiran muncul di otaknya. Miranda sering disuruhnya menyampaikan surat atau benda-benda pada seseorang. Dapatkah ia ... dapatkah ia menyampaikan surat pada kawan kawannya" Badannya kecil mungil. Jika ia harus menyampaikan pesannya, dapatkah ia menyelinap ke luar, entah di mana"
Barney telah mengajar Miranda mengantarkan benda-benda dengan cara para pelatih binatang yang lain - dengan bujukan dan hadiah. Sering dengan membujuk-bujuknya dan membisikkan nama seseorang yang dikenalnya, Miranda bisa menyampaikan suatu surat. Dan bila ia sudah menemui orang tersebut, ia selalu mendapat hadiah dari orang itu.
Kalau ia disuruh menemui Snubby, bisakah ia menyelinap ke luar, entah di mana" Cukup baik untuk dicoba, walaupun mungkin tak menghasilkan apa-apa.
Barney punya buku catatan di sakunya. Dan dipinjamnya pensil Miranda.
la mulai menulis. Dengan singkat diterangkannya apa yang terjadi pada dirinya, dan dimana dia.
"Bagaimana kalian menolongku, aku tak tahu," tulisnya akhirnya.
"Aku bahkan tak tahu di mana lubang yang menembus atap gua itu. Mungkin disuatu tempat di mana permukaan tanah menurun dengan tajam, sehingga atap terowongan dekat sekali dengan permukaan tanah tersebut. Terserah pada kalian, tapi berusahalah sekeras mungkin." Dilipatnya suratnya dua-tiga kali. Diikatnya dengan benang kecil yang diambilnya dari sakunya, dan ditalikannya erat-erat pada kalung kulit yang melilit di leher Miranda, yang tertutup bulunya yang tebal.
"Snubby," katanya pada monyet kecil itu, membelai-belainya.
"Bawa ke Snubby. Kau tahu Snubby, bukan" Snubby, kawanku yang sangat senang padamu. Bawa ini ke Snubby. Snubby. Carilah Snubby, Miranda. Snubby."
Mirandamendengarkan,balas membelai tangan Barney. Ia mengerti apa yang dimaksud Barney. la harus membawa surat yang diikat di lehernya itu pada Snubby, anak baik yang punya anjing.
Miranda melompat dari bahu Barney, berlari di dasar gua. Barney memperhatikannya. Kemana dia akan pergi" Apakah ia tahu jalan ke luar" Hampir tak bisa dipercaya, sebab tak pernah sekali pun monyet itu meninggalkannya!
Miranda pergi ke arah hulu. Barney heran. Tak ada jalan keluar disana, Miranda! Tetapi dua puluh menit kemudian ia muncul lagi. Suratnya masih terikat dileher. Ternyata tadi ia pergi kelorongyang menuju ruang bawah tanah gedung tua itu, sebab ingat dari situlah ia masuk. Tentu saja ia tak mendapatkan jalan ke luar di situ. Dan setelah mencari-cari beberapa lama, ia kembali
Barney kembali membelainya.
"Pergilah, cari Snubby," katanya.
"Kau bisa keluar, Miranda, cobalah! Temukan Snubby. Ini sangat-sangat penting. Snubby, Miranda."
Miranda pergi lagi, dan kini tidak kembali! Apakah ia menemukan jalan ke luar" Di mana" Barney yakin bahwa ada suatu lubang atau celah yang bisa dimasuki Miranda. Tapi di mana"
Miranda teringat tempat lain yang pernah dikunjunginya bersama Barney. Gerbang besi itu. Saat itu ia bisa merasakan adanya cahaya siang di balik sana. Dan Snubby pasti berada di cahaya siang itu. la harus menemukannya.
Ia sampai di gerbang itu. Makin banyak cahaya yang masuk sebab Fred telah banyak menyisihkan tetumbuhannya, menyisihkan tanaman yang merambat di jeruji besi rapatitu. Miranda dengan gesit meloncat ke pagar besi itu.
Jeruji yang ada begitu rapat, bahkan terlalu rapat bagi Miranda yang badannya begitu kecil. Tetapi ia berusaha keras. Suatu saat ia macet terjepit. Dalam ketakutannya ia mengerahkan tenaga hingga akhirnya ia bisa lolos dari jepitan dengan kaki berdarah.
la duduk sebentar, menjilati lukanya, mencereceh menghibur dirinya. Kemudian, merasa begitu lelah, ia duduk meringkuk di sudut, langsung tertidur. la tidur selama dua atau tiga jam. Ketika bangun, dirasanya surat yang terikat di lehernya. Ah, ia harus membawanya ke Snubby. Barney yang berkata begitu.
Diperhatikannya gerbang besi itu. la agak takut pada benda yang telah melukai kakinya tersebut. la mencereceh marah, memarahi gerbang tadi, dan sekali lagi melompat memanjat, memeriksanya dari puncak hingga ke dasar. Di bagian dasar, dekat permukaan air, salah satu jeruji ditemukannya telah patah dimakan karat. Miranda basah kuyup ketika berusaha menerobos celah itu. Terlalu sempit, tetapi toh akhirnya ia bisa menyelinap keluar! Kini ia berada di balik gerbang itu. Hari telah petang. Snubby! la harus menemui Snubby. Ke arah mana ia harus pergi"
28 MALAM YANG MENEGANGKAN KETiga orang anak itu pergi tidur dengan perasaan sangat berat. Bahkan Pak King mengakui bahwa ia tak tahu harus berbuat apa. Barney bagaikan lenyap ditelan bumi, dan rasanya tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mencarinya.
"Aku tak ingin tidur," kata Diana.
"Aku tahu aku takkan bisa tidur."
"Oh, tidak, kau harus tidur," kata Pak King tegas.
"Ini sudah jam sepuluh! Ya ampun, bagaimana kelak kata Nona Pepper jika ia tahu aku memperbolehkan kalian tidur sampai selarut ini!"
Mereka semua akhirnya pergi ke kamar tidur, menggerutu. Sinting berlari mendahului. la agaknya selalu senang bila disuruh pergi tidur. la lari masuk kamar Pak King, menemukan sandalnya yang berlapis bulu, dan dengan tenang membuangnya ke lantai bawah lewat pagar tangga. Kemudian ia menggeram-geram mengajak berkelahi pada bulu-bulu permadani, dan dikumpulkannya semua a
las kaki, ditumpuknya ditempat yang mungkin akan membuat Pak King tersandung dan terjatuh. Dan bagaikan anak harimau ia melesat
lagi ke atas, langsung melompat ke atas tempat tidur Snubby.
"Anjing sinting," gerutu Snubby sambil melepaskan kaus kakinya.
"Anjing gila, anjing tolol, anjing bodoh, anjing dungu!"
"Guk!" sahut Sinting senang, dikira Snubby memujinya. Ia meloncat ke pangkuan Snubby, menjilatinya.
Ternyata Diana malahan tertidur lebih dulu. Begitu juga Roger, dengan mudah tertidur. Tinggal Snubby yang untuk beberapa lama masih tak bisa
memejamkan matanya. Dan ketika akhirnya ia tertidur, ia bermimpi aneh tentang Barney dan
Miranda. Entah berapa lama ia tertidur. la terbangun oleh suara Sinting menggeram-geram. Cepat Snubby bangkit, mengambil senternya. Sialan. Di mana senter itu" Tapi cahaya rembulan masuk menerobos pepohonan, dan ia bisa melihat dalam remang-remangnya.
Sinting menghadap ke luar di depan jendela, menggeram-geram dengan hebat. Gelisah sekali, mondar-mandir dan menyerbu ke arah jendela, tetapi kemudian kembali lagi.
"Ada apa, Sinting?" tanya Snubby heran. Mungkinkah ada pencuri akan masuk lewat jendela" Tak mungkin. Pencuri tak akan berani mendekat mendengar geraman anjing yang begitu galak kedengarannya itu.Kemudian sesuatu melompat masuk dari jendela, ke bingkai gambar di dinding, kemudian ke bagian atas tirai jendela.
"Miranda!" Snubby berseru gembira.
"Miranda! Oh, Miranda!" la hampir menjerit mengenali makhluk kecil itu.
"Di mana Barney?"
Sinting kini menyalak begitu hebat sehingga rasanya rumah itu akan roboh. la marah sekali melihat Miranda berani melompat masuk kekamar tuannya di malam hari, saat ia, Sinting, berjagajaga! Snubby melempar anjingnya dengan buku.
"Tutup mulut, Anjing sinting! Bisa terbangun seluruh isi desa! Tutup mulut!"
Sinting akhirnya mereda. la melompat ketempat tidur dan mengawasi Miranda dengan iri. Miranda kini bertengger di bagian kepala tempat tidur. Snubby menyalakan lampu tepat pada saat Roger dan Diana masuk, terbangun oleh suara ribut tadi.
"Kenapa Sinting" Kenapa ia begitu ribut?"tanya Roger gusar.
"Tidak apa-apa .... Miranda datang!" teriak Snubby. Dan begitu mendengar namanya disebut, monyet kecil itu melompat kebahunya, merangkul lehernya. Snubby membelainya dan tangannya segera menyentuh surat yang terikat di leher monyet itu.
"Hei... apa ini" Surat! Pasti dari Barney!" teriak Snubby. Diambilnya surat tadi, dibukanya ikatannya. Roger ikut membaca, demikian juga Diana. Mereka begitu tegang!
-"Wah!" kata Snubby setelah selesai membaca.
"Hebat sekali pengalaman Barney! Sayang sekali alat untuk membuka batu itu sudah dirusak. Wah, wah! Hampir tak bisa dipercaya Barney berada di terowongan sungai bawah tanah itu!"
"Kita pasti akan bisa menolongnya," kata Diana.
"Pasti Pak King akan sangat gembira mendengar ini semua."
"Mari kita katakan padanya sekarang juga!" kata Roger. Bertiga mereka bergegas turun, langsung mengetuk keras pintu kamar Pak King, yang segera terbangun.
"Wah, ini betul-betul berita besar!"seru Pak King setelah membaca surat Barney.
"Jadi di situlah tempat persembunyian barang-barang selundupan itu. Di tempat Barney ditawan. Di sebuah gua bawah tanah yang dilalui anak sungai itu! Kini... bagaimana kita bisa mencari lubang di atap gua tersebut" Kita harus segera mencarinya!"
"Bisakah kita lakukan malam ini?" tanya Snubby.
"Tentu saja bisa, tetapi kalian tak boleh ikut," kata Pak King tegas, membuat anak-anak itu kecewa. Pak King segera pergi kepesawat telepon. Fred, Jimmy, dan dua orang lagi diperintahkkan untuk segera datang. Selesai menelepon, Pak King menyuruh anakanak kembali ke tempat tidur, sementara ia tergesa-gesa berganti pakaian. Saat anak buahnya datang, ia sudah siap. Anak-anak turun untuk mengucapkan selamat jalan. Mereka begitu patuh
--tampaknya, dan mestinya ini membuat Pak King curiga. Tapi rupanya Pak King tidak tahu banyak tentang tingkah anak-anak.
Sesungguhnya di balik gaun tidur mereka, anak-anak itu telah berpakaian lengkap! Mereka bertekad untuk mengikuti Pak King dan anak buahnya, dan melihat
"keramaian" seperti kata Snubby.
Sebelum berangkat, Pak King lama sekali memperhatikan peta daerah itu. la menunjuk ke satu tempat
"Kita tahu bahwa lubang di langit-langit terowongan itu pastilah berada di suatu tempat yang tanahnya menurun dalam," katanya."Itu berarti suatu lekukan tanah, semacam lembah kecil, misalnya. Dan hanya ada satu tempat serupa itu di sini, yaitu tanah pertanian di Bukit Rockingdown yang kaukunjungi waktu itu, Jimmy."
"Benar," kata Jimmy.
"Pasti di situ. Seluruh kegiatan mungkin berpusat di situ. Si Daws tua agaknya tak ikut campur dan tak tahu-menahu. la sudah terlalu tua. Tetapi kukira yang pegang peranan adalah menantunya. Orangnya cukup mencurigakan."
"Kita akan pergi ke tempat itu sekarang," kata Pak King,
"dan membuat suatu kejutan bagi mereka. Mungkin mereka bisa tertangkap basah. Tetapi jika tidak, kita terpaksa mencari sendiri lubang itu. Nah, Anak-anak... sampai jumpa besok pagi," kata Pak King berpamitan.Anak-anak itu dengan sopan membalas pamit mereka, dan melihat mereka hilang dalam kegelapan malam.
"Kita tak usah tergesa-gesa," kata Roger, melihat Snubby tak sabar lagi membuka gaun tidurnya.
" Kita tahu ke mana mereka pergi. Kita tak boleh mengikuti mereka terlalu dekat. Bisa-bisa ketahuan dan kita disuruh pulang nanti. Kita akan berangkat lima menit lagi."
Mereka menunggu. Sangat gelisah, serasa lima menit itu lama sekali. Tapi akhirnya mereka berangkat juga diiringi Sinting. Miranda telah pergi, entah ke mana. Mereka mencarinya, tapi tak mereka temukan. Mereka menganggap monyet itu pasti pergi kembali ke tempat Barney.
Mereka kini sudah tahu jalan kerumah pertanian itu, dan mengambil jarak yang terbaik dan terdekat. Begitu mereka sampai ke anak dari anak sungai yang lenyap di kaki bukit, mereka tahu tempat itu sudah dekat. Mereka menyusuri anak sungai itu sampai ke kolam.
Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lihat itu," bisik Snubby.
"Itu pasti Pak King dan anak buahnya, mencari-cari dengan senternya. Agaknya mereka belum diketahui oleh para penghuni rumah pertanian ini. Aneh sekali, anjing-anjing itu tak ada yang terbangun!"
"Mari kita sembunyi ditempat yang aman,"bisik Roger.
"Lihat... di kandang tua itu mungkin baik. Kita bisa bersembunyi di tumpukan jerami."
Mereka masuk ke kandang tersebut. Di salah satu sudut tertumpuk pupuk kandang. Di sudut lainnya setumpuk jerami. Anak-anak itu masuk ke tumpukan jerami tersebut, menutup diri dengan jerami. Mereka merasa aman menunggu di tempat itu. Dan kalau keadaan sudah mulai
"ramai", mereka bisa mengintip ke luar. Cahaya rembulan menyelinap di antara celah-celah dinding dan atap kandang itu, memberi beberapa potong cahaya. Sungguh seram. Sinting sangat diam. Tangan Snubby memegang kalungnya.
"Heran sekali ... mengapa tak heran.
"Atau anjing-anjing itu sudah tak disinilagi." mereka?"
"Entahlah. Mungkin seseorang telah menyuruh anjing-anjing itu diam," sahut Roger, juga merasa heran.
"Atau anjing-anjing itu sudah tak ada disini lagi." Pendapat pertama Roger benar. Seseorang telah melihat kedatangan Pak King dan anak buahnya. Ia menyuruh anjing-anjingnya tak bersuara, untuk memberi kesempatan pada beberapa orang rekannya bersembunyi menyelamatkan diri. Bila mereka sudah bersembunyi, ia bisa membiarkan anjing-anjing itu menyalak, kemudian keluar serta menegur Pak King dan kawan-kawannya. Atau menjawab semua pertanyaan dengan rasa lebih dman. Tiba-tiba pintu kandang tempat anak-anak itu bersembunyi terbuka. Perlahan, tak bersuara. Roger segera memegang tangan Snubby dan Diana.
"Ada orang masuk," bisiknya,
"jangan bersuara. Juga si Sinting!"Sesosok tubuh masuk, mengendap-endap menuju tumpukan pupuk kandang. Seorang lagi muncul. Seorang lagi. Bagaikan berbaris kini. Siapa mereka" Dari mana" Anak-anak itu tak bisa berpikir. Begitu tegang dan takut. Sinting terasa jadi kaku, bulu-bulunya berdiri tegak. Tetapi ia tak bersuara. Roger menyesal bahwa ia telah memilih kandang itu untuk bersembunyi. Mungkin di sini akan terjadi pertempuran kalau Pak King dan kawan-kawannya mengejar kemari. Dan Diana bisa terluka karenanya. la mengintai dari balik jerami. Orang-orang itu sedang memindahkan tumpukan pupuk kandang tadi dengan menggunakan garpujerami. Kemudian salah seorang berlutut, melepaskan sesuatu dari lantai kandang. la mengangkat sesuatu yang mirip sebilah papan. Kemudian tiba-tiba ia lenyap. Satu per satu semua ikut lenyap setelah berlutut Sampai akhirnya tinggal seorang, berdiri sendiri. Dan kemudian dengan terengah-engah ia mengembalikan papan tadi dan mengembalikan tumpukan pupuk kandang ke tempatnya semula.
Anak-anak itu memperhatikan dengan dada berdebar keras. Jadi itulah lubang yang berhubungan dengan terowongan di bawah tanah itu! Di sini, di lantai kandang, begitu dekat dengan mereka! Orang-orang itu pastilah masuk ke dalam terowongan di bawah tanah. Anak sungai itu pastilah mengalir di bawah kandang ini. Mungkin
anak sungai itu juga yang menjadi sumber air dikolam di luar sana itu, di samping mengalir lewat gerbang besi di kaki bukit itu.
Orang yang tertinggal itu sudah selesai menumpuk kembali pupuk kandang di tempatnya. Dibuangnya garpu jeraminya, dan hati-hati ia mendekati pintu. la keluar, dan lenyap. Tak lama kemudian terdengar anjing-anjing menyalak sangat ribut, kemudian sebuah suara membentak keras,
"Siapa itu! Keluarlah dan tunjukkan dirimu! Mau apa kalian di tanahku malam-malam begini?"
Terdengar suara tegas Pak King menjawab. Kemudian terjadi perdebatan sengit di halaman pertanian tersebut. Si Petani tua tak muncul. la tertidur lelap. Yang menyambut Pak King adalah menantunya.
"Pikiran gila! Aku tak tahu-menahu tentang barang selundupan! Tak tahu tentang lubang ke saluran air di bawah tanah! Kalian pasti gila! Apakah polisi tak punya kerjaan lain selain memfitnah orang, mencari hal-hal yang tak pernah ada, mengganggu ketentraman penduduk" Kalian boleh menggeledah tempat ini, dan takkan bisa menemukan sesuatu yang mencurigakan. Silakan. Ayo, geledahlah!"
Roger tiba-tiba membuang jerami yang menutupi dirinya, dan ia lari ke pintu. Biar Pak King marah padanya, tetapi ia harus memberitahukan apa yang diketahuinya. Kalau tidak, mungkin Pak King takkan bisa menemukan tempat itu. la berseru keras dari pintu kandang,
"Pak King! Pak- King! Kami tahu di mana lubang itu! Di sini, di dalam kandang! Dan banyak orang bersembunyi di dalamnya, menunggu kalian pergi!"
Sesaat suasana hening mencengkam.
"Setan cilik, kau datang juga!Yang lain pasti ikut, ya?" kata Pak King. la dan anak buahnya bergegas menghampiri kandang.
Roger menunjukkan tumpukan pupuk itu.
"Di bawah itu. Anda pasti takkan bisa mencarinya. Singkirkan pupuk itu, dan lihatlah nantil Wah, ini begitu hebat!"
Bab 29 AKHIRNYA Barney sedang berada di dalam gua ketika Miranda kembali tanpa membawa suratnya lagi. la begitu gembira. Dibelainya, diberinya sepotong besar nenas dari kaleng. Kini kawan-kawannya sudah tahu di mana ia berada. Mereka akan berusaha untuk menolongnya. Dan kemudian segalanya terjadi begitu cepat. Tiba-tiba orang-orang itu muncul, tergesa-gesa, dan tampaknya tak ingin bersuara. Mereka tidak bekerja. Mereka tidak membawa rakit ataupun barang-barang. Mereka berkumpul. Wajah mereka tampak cemas. Begitu cemas, sehingga tak ada yang memperhatikan Barney. Barney jadi curiga. Apakah orang-orang ini kini bersembunyi karena Roger sudah memanggil polisi" Mereka pasti curiga bahwa ini ulah Barney. Dan mungkin sekali mereka akan membalas dendam karenanya. Barney memutuskan bahwa yang terbaik baginya adalah bersembunyi saja. Tetapi di mana" Tidak di peti-peti kosong itu. Mereka akan segera bisa menemukannya. Memanjat tebing melengkung ditepi anak sungai itu, bersembunyi di balik batunya" Mungkin itu lebih
baik. Barney merayap ke dalam kegelapan, menyusuri dinding gua. Hati-hati tangannya meraba-raba, mencari-cari tempat pegangan atau pijakan di dinding tersebut. Dan ketika dapat, hati-hati ia mulai naik. Naik. Naik. Dan akhirnya ia sampai ke suatu cuatan batu yang cukup untuk tempatnya berbaring. Begitu sempit memang. Kalau ia menggembungkan dada untuk bernapas, serasa dirinya akan terguling jatuh. Tetapi rasanya tempat itu cukup tersembunyi, di atas dan terlindung oleh beberapa tonjolan dinding. Miranda merapat di dadanya. Diam. Mendengarkan. Sayup-sayup terdengar suara-suara yang makin lama makin keras. Barney malah akhirnya bisa
mengenali suara Pak King. Pak King! Apakah ia akan bergabung dengan anak buahnya, bersembunyi di bawah sini" Barney sama sekali tak tahu bahwa sebenarnya Pak King tak ada sangkut pautnya dengan orang-orang ini. Karenanya heran juga ia sewaktu mendengar Pak King berteriak,
"Menyerah sajalah! Kami bersenjata dan tahu segalanya tentang kalian! Kalau tidak menyerah, kami tutup lubang ini, dan kalian akan kelaparan!"
"Kita tak akan menyerah." Barney mendengar Jo berkata kepada teman-temannya.
"Kita punya banyak makanan di sini. Kita tak akan kelaparan."
"Ya, tapi sampai kapan?" si Codet terdengar bertanya.
"Paling-paling satu minggu.Jangan tolol, Jo. Kita tersudut di sini. Mengapa tadi kita turun. Kalau kita tadi berpikir waras, pastilah tak akan lari ke sini. Kita di sini terperangkap!"
Mereka berdebat sengit. Ada yang ingin bertahan, ada yang ingin menyerah. Pak King berseru lagi ke bawah,
"Kalian kuberi waktu lima menit!. Diamlah di bawah situ kalau kalian mau, sementara kami menahan pemimpinmu ini. Ya, kami semua sudah tahu segalanya. Pemimpinmu ini begitu mudah mengaku. Baiklah, kami akan pergi. Kalau kalian siap kami ambil, nanti kami akan ke sini. Kurasa sedikit kelaparan takkan begitu mengganggu kalian, bukan?"
"Aku akan menyerah," kata si Codet.
"Tak ada gunanya kita melawan, atau menolak untuk menyerah. Toh kita sudah cukup banyak
menikmati uang kita. Aku akan menyerah. Ada yang ikut?"
"Tunggu, bagaimana dengan anak itu?" tibatiba Jo punya usul.
"Mungkin bisa kita jadikan bahan untuk tawar-menawar. Bisa kita katakan pada mereka bahwa kalau kita mati kelaparan, anak itu juga mati kelaparan!"
"Aku sudah lupa anak itu," kata si Codet.
"Ayo, cari dia!" Tetapi mereka tak bisa menemukan Barney. Mereka tak melihat Barney berbaring di batu-batu dinding gua, di atas mereka, menahan napas.
"Bagaimana?" terdengar suara Pak King lagi.
"Waktu kalian habis! Lubang akan kami tutup, dan dijaga terus. Ketuklah tiga kali tutupnya bila kalian ingin menyerah!" Tiba-tiba orang-orang itu ketakutan. Berebut mereka bergegas menuju terowongan di bawah lubang untuk keluar itu, lupa pada Barney.
"Kami menyerah!" teriak Jo.
"Kami menyerah!"
"Satu per satu naik, dan langsung angkat tangan. Kalau tidak, kami akan langsung menembak!" kata Pak King. Mereka pun naik. Satu per satu ditarik ke atas, dan begitu keluar dari lubang borgol langsung membelenggu pergelangan tangan mereka. Jimmy dan Fred agaknya kenal pada beberapa orang di antara mereka dan menyapa dengan riang.
"Wah, Jo juga ikut, ya" Rupanya kau tak bisa melepaskan kebiasaan burukmu, ya" Dan ini... si Frisky!Apa kabar"Sungguh tak kami duga kau ikut dalam kegiatan ini. Dan siapa mengira bisa bertemu denganmu di tempat ini, Codet?" Orang terakhir keluar. Pak King bertanya tajam padanya,
"Di mana anak yang punya monyet itu" Kalau sampai ia cedera, kalian akan bertanggung jawab!"
"Ah tak tahu di mana dia," jawab orang itu muram. Tiba-tiba ia lenyap. Kami sudah mencarinya." Roger tak bisa diam lagi. la berteriak ke dalam lubang,
"Barney! BARNEY! Miranda! Keluarlah! Kami di sini! Semua aman!" Barney sudah turun dan berjalan menuju terowongan itu. la melihat orang terakhir tadi pergi dan merasa dirinya cukup aman untuk keluar. la mendengar teriakan Roger, dan ia berteriak menjawab,
"Aku datang! Aku datang!"
la segera ditarik ke atas. Ketiga sahabatnya dan Sinting langsung memeluknya beramai-ramai sehingga sulit baginya untuk bernapas. Mereka pun berteriak-teriak tak keruan!
"Kami menerima suratmu!Miranda yang bawa!"
"Lubang itu di bawah pupuk kandang. Di kandang ini!"
"Kau tak apa-apa" Lapar?"
Orang-orang yang sudah terbelenggu semua itu memandang keheranan pada anak-anak tersebut. Dari mana anak-anak itu, yang muncul di tengah malam begini" Sungguh ajaib! Pemimpin mereka, yang telah menyuruh mereka turun serta menutupi lubangnya dengan pupuk kandang, tampak sangat
-geram dan gusar. la memang menantu si petani tua. Dengan alasan mencari buruh untuk pertaniannya ia telah mengumpulkan orang-orang ini, kemudian membujuk mereka untuk membantunya dalam kegiatan penyelundupan.
"Dan kini ..." Pak King tampak memandang tajam pada anak-anak itu.
"Kalian harus berlaku sebagai anak-anak baik. Semua pulang, langsung tidur. Barney, aku gembira kau selamat, tetapi perbuatanmu sungguh sangat berbahaya. Yang lain, sungguh keterlaluan. Apakah kalian tidak dengar bahwa aku menyuruh kalian tinggal di rumah" Kalau saja kehadiran kalian tidak sangat membantu pekerjaan kami, maka kalian akan aku beri hukuman keras. Tapi karena kalian cukup berjasa, baiklah aku tak akan memperpanjang persoalan ini." Tiba-tiba ia menyeringai lebar. Dan anak-anak itu pun tersenyum. Pak King tadi ternyata cuma berpura-pura.
"Apakah kami tak boleh tinggal sebentar di sini untuk melihat akhirnya?"
"Tidak!" kata Pak King.
"Dan kali ini kalian harus mengikuti perintahku. Pulang, dan tidurlah. Aku akan menemui kalian besok pagi. Aku harus tinggal di sini untuk melihat kelompok ini mendapat tempat yang cukup aman." Barney, Roger, Diana, Snubby, dengan Miranda dan Sinting sesaat kembali memperhatikan orang-orang itu. Kemudian mereka berjalan pulang. Snubby menguap keras-keras, kemudian bersin."Ya ampun! Jangan-jangan kau kena selesma, Snubby!" kata Diana terkejut. Bila pilek, Snubby sangat mengganggu orang lain dengan suara hidungnya.
"Oh, tidak ... hanya sedikit merica naik ke hidungku," kata Snubby.
"Wah, apa kata Nona Pepper nanti, dan Roundy, kalau mereka mendengar pengalaman kita!"
Akhirnya mereka sampai juga di rumah, dan di tempat tidur. Barney tidur di salah satu kamar tambahan, tidur melingkar bersama Miranda yang heran akan kelembutan alas tidurnya.
Di pagi harinya mereka hampir tak bisa mempercayai pengalaman yang mereka dapat semalam. Barney sungguh merasa sangat bersyukur ketika terbangun dan ternyata berada di dalam kamar, bukannya di dalam gua gelap. Bukan main ramainya anak-anak itu berbicara sehingga Nyonya Round segera pergi ke atas begitu ia tiba.
la mendengarkan cerita anak-anak itu dengan mulut ternganga, tak bisa berkata apapun kecuali,
"Wah, wah, wah ... kalian anak-anak ini ... wah! Wah!"
Ketika Pak King datang untuk sarapan, Nyonya Round mengawasinya dengan pandang kagum. Untuk orang luar biasa itu ia memasakkan sarapan yang sangat - sangat istimewa. Tak pernah Pak King lepas dari pandangan matanya. Bahkan tak terasa ia berjalan mundur, agar cukup lama ia bisa memandang orang luar biasa itu."Apa yang kalian ceritakan pada Nyonya Round tentang diriku?" kata Pak King, sedikit terganggu juga akan tingkah Nyonya Round. la tampak lelah, tetapi juga lega. la bisa makan dengan sangat lahap. Anak-anak menyelesaikan sarapan mereka yang tidak seistimewa sarapan Pak King. Dan mereka menunggu Pak King menyelesaikan sarapannya. Ah, akhirnya Pak King mendorong piringnya, dan mulai merokok. Anak-anak mulai memasang telinga.
"Yah, semuanya beres," kata Pak King.
"Sangat beres. Tanner, menantu petani tua itu, dan ia memang seorang yang kami incar karena perbuatannya yang lain, telah mengaku. Semua rahasianya telah dibuka, hingga pekerjaan kami kini jadi sangat mudah. Cuma kehidupannya setelah selesai menjalani hukuman mungkin tidak lagi mudah. Kawan-kawan yang dikhianatinya pasti akan marah."
"Biar puas dia," kata Snubby yang sangat membenci ketidaksetiaan.
"Suatu komplotan yang rapi sekali sesungguhnya," kata Pak King setelah menghisap sigaretnya dalam-dalam.
"Berbagai barang diterbangkan kemari dari berbagai negara. Pesawat terbang yang membawanya terbang rendah di tanah pertanian itu, menjatuhkan barang-barangnya, kemudian terbang lagi. Orang-orang Tanner membawa barang-barang tersebut ke anak sungai, menaikkannya ke rakit-rakit yang mungkin sudah diceritakan Barney pada kalian. Rakit-rakit ini ditarik oleh perahu yang tak bernama itu, yang katanya milik anak si petani."
"Di dalam gelap?" tanya Roger.
"Ya. Selalu di malam hari," kata Pak King.
"Kemudian barang-barang itu dibawa ke kandang, dijatuhkan lewat lubang di kandangitu kesungai di bawahnya. Rakit-rakit kecilnya dijatuhkan lebih dahulu, tentu. Dan kemudian dengan mudah barang-barang tadi diatur dirakit, diikat serta ditarik dengan katrol ke dalam gua persembunyian. Begitu barang-barang ini sudah sampai ditempat itu, amanlah sudah. Tinggal dibongkar dan dibungkus dalam bungkus-bungkus kecil, siap untuk dijual."
"Mereka pasti berhasil mengeruk keuntungan banyak," kata Roger.
"Memang," kata Pak King.
"Dan kesalahan cara mereka bekerja hanyalah kecil, namun cukup untuk menghancurkan kegiatan mereka. Sekali mereka menyewa perahu motor untuk mengumpulkan barang-barang yang sudah siap dijual. Tetapi pemilik perahu motor tersebut tidak dibayar semestinya, sehingga ia gusar dan mulai membuka mulut. Ceritanya sampai pada kami, sehingga kami akhirnya menetapkan memang disini terjadi kegiatan penyelundupan yang cukup besar."
"Apa lagi kesalahan mereka?" tanya
Roger. "Yah ... mereka tak memperhitungkan bahwa suara berdebam dan berdebum yang mereka buat di bawah tanah itu akan diperbesar oleh sebuah
gedung besar yang kosong di atas mereka. Walaupun mungkin mereka tahu itu, mereka mengira tak akan ada yang mendengarnya. Tapi kesalahan mereka yang terbesar adalah ..." la berhenti sebentar, menyulut lagi sebatang rokok.
"... kesalahan terbesar mereka adalah bahwa mereka tak memperhitungkan kehadiran empat orang anak yang nakalnya seperti setan, ditambah seekor monyet dan seekor anjing yang mencurigai guru mereka yang malang, yang memata-matai guru mereka itu, sehingga terjerumus dalam suatu petualangan yang sangat membahayakan. Aha! Itulah kesalahan terbesar mereka." Semua tertawa, dan Sinting menarik-narik tali sepatu Pak King.
"Tak ada gunanya, Sinting," kata Pak King.
"Ini tali sepatu khusus, dibuat dari kulit, takkan bisa kaukunyah-kunyah."
"Apa yang nanti akan dikatakan oleh Nona Pepper?" kata Diana.
"Ia akan datang hari ini!" Begitu sudah bisa menguasai diri dari rasa terkejutnya, banyak juga yang dikatakan Nona Pepper. la menegur tajam Pak King yang telah menipunya dengan begitu banyak surat-surat resmi.
"Begitu banyak surat pujian, dan semuanya tidak ada yang benar!" katanya akhirnya.
"Aku sungguh-sungguh heran, Pak King, bagaimana Anda bisa berbuat seperti itu."
"Kurasa anak-anak tidak terlalu dirugikan oleh kenyataan itu, Nona Pepper," kata Pak King.
"Mereka cukup banyak belajar ketika aku di sini. Dan surat-surat resmi serta jasah-ijasah itu bukannya palsu. Aku memang pernah jadi guru sebelum menjabat pekerjaanku yang sekarang ini. Jadi, jangan terlalu dipikirkan. Paling tidak, Anda harus bersyukur bahwa Anda tidak ada di sini sewaktu peristiwa ini meledak."
"Kalau aku di sini, pasti peristiwa ini takkan terjadi!" kata Nona Pepper."Kejadian begitu terjadi waktu aku tak ada! Sungguh keterlaluan! Sungguh keterlaluan!"
"Ya, mestinya kami tunggu sampai Anda pulang, baru kami tangkap penjahat-penjahatitu," kata Pak King. Dan semua tertawa mendengar ini.
"Yah, aku jadi tenang kini bahwa takkan ada lagi bahaya yang bisa mengancam anak-anak ini. Syukur semuanya berakhir dengan baik!" kata Nona Pepper.
"Wah, apa kata orangtua anak-anak ini nanti."
"Tentang itu Anda pun takusah kuatir," kata Pak King.
"Begitu mereka tiba kembali dari Amerika, aku akan menemui mereka dan menceritakan yakin mereka tak akan menyesali Anda, Nona Pepper."
"Mungkin aku tak akan tinggal di sini lagi," kata Nona Pepper.
"Bukannya aku tak suka tinggal di sini, tetapi aku ingin membawa saudaraku kelaut. Dan anak-anak ini akan kuajak. Dipantai akan lebih
menyenangkan daripada di sini. Mereka bisa berenang, berlayar, mancing... Lebih banyak yang
bisa mereka kerjakan di sana."
-- Ini kabar bagus! Anak-anak itu sangat tertarik
"Bagaimana dengan Barney" Bolehkah ia ikut?" tanya Snubby.
"Sesungguhnya tak ada tempat baginya, tetapi aku yakin kita bisa atur nanti. la sudah seperti anggota keluarga kita saja," kata Nona Pepper.
Tetapi Barney menggelengkan kepala.
"Terima kasih, tapi aku tak bisa ikut," katanya.
"Aku telah mendapat pekerjaan. Mulai besok aku akan ikut rombongan pasar malam. Hari ini pasar malam tersebut sedang dalam perjalanan ke desa Rockingdown. Aku telah menemui seseorang yang kukenal dipasar malam tersebut sewaktu aku pergi ke desa menjemput Nyonya Round tadi. Sudah waktunya Miranda dan aku mencari nafkah lagi."
Ini sangat mengecewakan anak-anak itu. Mereka akan sangat kehilangan Barney. Apakah mereka bisa bertemu dia lagi" Apakah ia akan menemukan ayahnya"Kini mereka takkan bisa tahu, bagaimana akhir pencarian Barney itu.
Tetapi anak-anak itu agak terhibur sewaktu mendengar bahwa setelah sepuluh hari pasar malam yang diikuti Barney itu akan meneruskan perjalanan kekota tepi pantai, tempat Nona Pepper akan membawa mereka!Jadi masih ada kemungkinan bertemu lagi dengan Barney!
"Dan aku harus berpamitan juga," kata Pak King.
"Aku juga harus bekerja mencari nafkah, tetapi tidak sebagai guru, untungnya .... Aku harus kembali ke markas besar dan melupakan selingan
menggembirakan dengan gerombolan anak-anak, monyet-monyet dan anjing-anjing nakal ini ...."
"Hanya ada satu anjing dan satu monyet," tukas Snubby.
"Ya, dan satu saja sudah jauh lebih dari cukup." Pak King menurunkan Miranda dari bahunya, dan menghindarkan kakinya dari sergapan Sinting. la berdiri.
"Aku harus pergi kini. Kalian tadinya musuh musuhku, tapi kuharap kita bisa berpisah sebagai sahabat."
"Oh, ya, tentu saja!" Anak-anak itu bersorak. Diana memeluknya, anak-anak lelaki memukuli punggungnya dan Sinting menyalak-nyalak begitu gempar. Barney juga pamitan dan meninggalkan rumah itu bersama-sama Pak King. Anak-anak memandang keduanya sampai lenyap dari pandangan, merasa sedih bahwa petualangan yang begitu hebat itu telah berakhir.
"Bagaimanapun, aku merasa bahwa suatu kali kita akan mengalami berbagai petualangan lagi dengan Barney dan Miranda," kata Snubby, mengangkat Sinting dan memeluknya begitu rapat sehingga anjing itu menjerit.
"Aku yakin itu." Dan ternyata perasaan Snubby itu memang benar!
Selesai SAMPAI JUMPA DI PETUALANGAN BERIKUTNYA..
edit teks SAIFUL B Pesta Halloween 3 Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton Pelangi Dilangit Singosari 33
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama